TEORI INTERPRETIF Modul ke:
14
FENOMENOLOGIS DAN KONTRUKTIVISME
Fakultas
FIKOM Program Studi
Public Relations
Dr. Edison Hutapea, M.Si.
Fenomenologis Sebagai suatu gerakan dalam berpikir, fenomenologi (phenomenology) dapat diartikan sebagai upaya studi tentang pengetahuan yang timbul karena rasa kesadaran ingin mengetahui.
Objek pengetahuan berupa gejala atau kejadian-kejadian dipahami melalui pengalaman secara sadar (councious experience).
Fenomenologis Fenomenologi menganggap pengalaman yang actual sebagai data tentang realitas yang dipelajari. Kata gejala (phemenon yang bentuk jamaknya adalah phenomena) merupakan asal istilah fenomenologi dibentuk, dan dapat diartikan sebagai suatu tampilan dari objek, kejadian, atau kondisi-kondisi menurut persepsi (Littlejohn, 2002:184).
Fenomenologis
Sebagai suatu gerakan dalam berpikir, fenomenologi (phenomenology) dapat diartikan sebagai upaya studi tentang pengetahuan yang timbul karena rasa kesadaran ingin mengetahui, dalam hal ini peneliti memulai mengenal lingkungan hidup informan.
Objek pengetahuan berupa gejala atau kejadian-kejadian dipahami melalui pengalaman secara sadar (councious experience). Fenomenologi menganggap pengalaman yang actual sebagai data tentang realitas yang dipelajari.
Fenomenologis semua pengetahuan saya tentang dunia ini, bahkan pengetahuan ilmiah saya, tumbuh didasari sudut pandang saya secara khusus atau dari beberapa pengalaman saya tentang dunia yang tanpa itu simbol-simbol ilmiah inilah yang manapun menjadi tidak berarti
Fenomenologis Tradisi fenomenologis lebih memberi penekanan pada persoalan pengalaman pribadi (personal experience), termasuk pengalaman pribadi yang dimiliki seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi dalam tradisi ini, dipandang sebagai,…a sharing of personal experience throught dialoque.
Fenomenologis Kesadaran merupakan sesuatu yang bersifat intensionalitas (bertujuan), artinya kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Supaya kesadaran timbul perlu diandaikan tiga hal yaitu : ada subyek, ada obyek, dan subyek yang terbuka terhadap obyek-obyek. Kesadaran tidak bersifat pasif karena menyadari sesuatu berarti mengubah sesuatu,
kesadaran merupakan suatu tindakan, terdapat interaksi antara tindakan kesadaran dan obyek kesadaran, namun yang ada hanyalah kesadaran sedang obyek kesadaran pada dasarnya diciptakan oleh kesadaran.
Konstruktivisme
Realitas sosial memiliki makna ketika realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain sehingga memanfaatkan realitas itu secara objektif. Jadi individu mengkonstruksi realitas sosial, dan mengkonstruksikannya dalam dunia realitas, serta memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.
Konstruktivisme Menurut Berger dan Luckman (dalam Bungin, 2001 :6) konstruksi sosial adalah pembentukan pengetahuan yang diperoleh dari hasil penemuan sosial. Realitas sosial menurut keduanya terbentuk secara sosial dan sosiologi merupakan ilmu pengetahuan (sociology of knowlodge) untuk menganalisa bagaimana proses terjadinya.
Konstruktivisme Konstruktivisme sebagai suatu pandangan yang lain terhadap dunia, seperti yang diungkapkan oleh Thomas Khun bahwa semesta secara epostimologi merupakan hasil konstruksi sosial.
Bahasa dan ilmu pengetahuan bukanlah cerminan semesta, melainkan bahasa membentuk semesta, bahwa setiap bahasa mengkonstruksi aspek-aspek tertentu dari semesta dengan caranya sendiri.
Pengetahuan/pandangan manusia dibentuk oleh kemampuan tubuh inderawi dan intelektual asumsi-asumsi kebudayaan dan bahasa tanpa kita sadari.
Konstruktivisme Paradigma ini melihat komunikasi sebagai proses produksi dan pertukaran makna. Karakteristik penting dari pendekatan konstruktivisme ini adalah:
• menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. • memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang terus menerus dan dinamis.
Konstruktivisme
Asumsi dasar dari pemikiran konstruktivisme adalah: • suatu kejadian (realitas) tidak hadir dengan sendirinya secara objektif, tetapi diketahui atau dipahami melalui pengalaman. • realitas dipahami melalui kategori-kategori bahasa secara situasional yang tumbuh dari interaksi sosial di dalam suatu kelompok sosial pada saat dan tempat tertentu
Konstruktivisme 3. bagaimana suatu realitas dapat dipahami, ditentukan oleh konvensi-konvensi komunikasi yang dilakukan pada saat itu. 4. pemahaman terhadap realitas yang tersusun secara sosial membentuk banyak aspek penting lain dari kehidupan.
Hal ini berarti ketika kita berpikir dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya merupakan persoalan tentang bagaimana kita memahami realitas kita.
Terima Kasih Dr. Edison Hutapea, M.Si.