EFEI(TIFITAS ROM PASIF DALAM MENGATASI KONSTIPASI PADA PASIEN STROKE DI RUAI\G NEURO BADAN LAYANA]I UMUM DAERAH (BLUD) RSU DR. M.M DTJNDAKABUPATEN GORONTALO
MiraAstriKoniyo Email :
[email protected] Dosen Keperawatan Politekes Gorontalo
ABSTRAK Stroke termasuk penyakit serebrovaslailer (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
kematianjaringan otak (infark serebral) yangterjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigenkeotak. TlrjuanPenelitianiniunttrkMengidentifikasiseberapabaikEfektifitasRomPasifDalam Mengatasi Konstipasi Pada Pasien Stroke di Ruang Neuro BLUD RSU DR. M.M Dunda Limboto, Kabupaten Gorontalo dengan cara melakukan intervensi keperawatan (ROM pas$ padapasien shoke dengan pendekatan deslaiptif.Tindakan dikatat
Undang-Undang
menciptakan masyarakat yang berperilaku sehat@epkes, 1999).
Dasar CJUD) 1945 adalahmewujudkan dan
Upaya yang ditempuh dalam
mernajukan kesejahteraan umum yakni mewujudkan masyarakat makmur dan berkeadilan sosial yang mencerminkan
merealisasikan tujuan di atas, maka tidak hanya
Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang
tercanfurndalam
kesejalteraan lahir dan batin. Salah satu indikasi
keberhasilan dari hal-hal tersebut adalah bila derajat kesehatan telah tercapai secara optimal. Dewasa ini bangsa lndonesia telah menerapkan konsep paradigma sehat menuju lndonesia Sehat 20 1 0 sebagaimana tujuan pem kesehatan yang diarahkan untuk meningkalkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
menitikberatkan pada bidang penyembuhah (atratifl saja seperti denganobat-obatan atau melakukan tindakan operasi saat menderita suatu penyakit, tetapi juga melalui upaya peningk atan (promotifl seperti mendidik kebiasaan hidup sehat atau dengan peningkatan
gizi, pencegahan (preventifl
kesehatan yang optimal dengan cara
seperti
memberikan pelatihan kepada seseorang yang bedrest dalam jangka waktu 1,ang lam4 serta pemulihan (rehabilitatrfl yang merupakan upaya pengobatan atau latihan kepadapasien dis ab il itas guna mencapai fungsional secara
m7
208
Jurnal Health & Sport, Vol. 3, Nomor
1,
Agustus 2011 : 199
maksimal. Salah satu penyakit yang membutuhkan upaya tersebut adalah stroke. Stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namun kini cenderung menyerang gene,rasi muda yang rnasih produktif Stroke juga tak lag menj adi milik warga kota yang berkecukuparu namunjuga dialarni oleh warga pedesaan yang hidup dengan serba terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggrxrya sosial ekonomi
kete$atasanlLliniakan
,*
keluarga. Selain karena besarnya biaya pasca stoke, juga yang menderita shoke adalah tulang pur.ggung keluarga yang biasanya kuang melalarkan gaya hidup sehat, akibat kesibukan yang padat. Stroke termasuk penyakit serebrouaslzler (pembuluh darah otak) yang ditandai
dengan kematian jaringan otak (idark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah daa oksigen ke otak Befturangnya aliran daxah dan oksigen ini bisa dikarenakan adaryra suurbata4 penyempitan atau pecahnya
pembuluh darah. Stroke sering menimbulkan permasalahan yaag komplefrs, baik dari segi
-2U
secarat"rpi, auo sedini mungkin maka semakin besar kemungkinan pengembalian fungsi, juga Dengan pemulihan
komplikasialtbatimobililisasidapatdicegah dan kecacatan lebih lanjut dapat dihindari sehingga dapat mandiri tanpa tergantung pada
oranglain. Komplikasi lanjut terjadi setelah fase akut stroke terlampaui. Komplikasi umum terjadi akibat tindakan rehabilitasi yang kurang memadai. Berbagai komplikasi lanjut stroke akibat imobilisosi salah satunya inkontinensia alvi atau konstipasi. Umumnya adalah imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan @ethesd4 2008). Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang rn€,ngalami kesulitan
buang air besar atau jarang buang air besar. Konstipasi sering disebabkan oleh benrbahnya makanan atau befturan$ya aktivitas fisik. Salah sduherfirktirdat
dibantu untuk bergerak atau tubuh klien digerak-gerakkan secara sistematis, yang biasa disebut Rentang Gerak atau Range Af Motion
(ROIO. ROM adalah latihan gerakan sendi
kesehatan, ekonomi dan sosial, serta
yang memungkinkan terj adinya kontraksi dan
meinbnh-rhlran penanganan yang komprehenstf
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing sesuaigerakan normal baik secara aktifataupun pasif. ROM Pasifartinya pasien dibanhr oleh pe,rawat dalam
dalamrualopng lamabatrkan sepnjanghidup pasien"
Stroke adalah kematian sel otak yang mendadak atau tiba-tiba oleh karena gangguan sirkulasi darah ke otak, ketika asupan darah ke otaklernatu oksigen dan nuhisi yang penting untuk otaktidak dapat disalurkan. Akibatrya terjadi ketidaknormalan flrngsi otak Cangguan aliran darah ke otak dapat terjadi oleh karena b lokode atau kerusakan dari pembuluh arteri (Anonimity, 2010). Menurut World Health Organisation (\\lHO), 1 997 stroke adalah salah satu gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gej ala klinik baik lokal maupun global yang berlangsung dengan
cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atzu berakhir dengan kematian, disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak (Susilo, 2000).
melalarkan ge,rakan sesuai dengan
Kekuatan otot pasien yang dilalcukan ROM
pasifyaitu
50%.
c
lnsiden sfoke adalah 200 per I 00.000 penduduk dalam satu tahuq artinya dalam satu tahun diantara 100.000 penduduk maka 200 orang akan mendapat stroke (Lumbantobing, 1994).Memrrut berbagai literatur insiden srrolz infrak I5o -3A% dan stroke ischemic antara
70%-850
. Tetapi di
Negara-negara berkembang kejadian stroke infrak sekitar 30oh dan stroke ischemic 70o% (Iskandar, 2003). Pada khun 2020 diperkirakan sekitar 7,6 jfiaorang akanmeninggal karena stroke. Peningkatan tertinggi akan teriadi di negara
I
209
berkembang terutama dinegara kawasan Asia Pasifik- Di Indonesia terjadi sekitar 800- I 000 Qvlangoenprasodj o, 2005 ). Berdasarkan data yang diperoleh dari
ROM Pasif dalam Mengatasi Konstipasi Pada PasienStoke?" Mengidentifikasi seberapa baik Efektifitas Rom Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi Pada Pasien Stroke di Ruang Neuro
BLUD RSU DR. M.M Dunda Kab.
BLUD RSU DR. M.M Dunda Limboto,
Gorontalo, tentang j umlah pasien rawat inap yang dirawat di ruangNeuro, padatahun 2008 yakni I 38 orang. Rata-rata pasien berumur di
Kabupaten Gorontalo dengan cara melakukan
kasus stroke setiap
tahunnya
intervensi keperawatan (ROM pasif) pada pasienstoke.
antara 45-64 tahun. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 1 orang pasien stroke yang dirawat di nrang neuro. Datapasien stroke
bulanJanuari 2010 adalah 24orung. Dari data-data pasien stroke yang dirawat di ruang Neuro, BLUD RSU DR M.M Dunda Limboto mayoritas, bahkan hampir semrur mengalami komplikasi dini yakni konstipasi. Dari studi kasus yang peneliti lakukan, yakni dengan cara wawancara baik dengan penderita maupr:n keluarg4 didapafkan presentase penderita konstipasi pada pasien stroke di ruang Neuro, adalah sekitar 90%. Dari 10 pasien stroke yang peneliti temui, 9 diantaranya mengeluhkan sudah beberapa hari beltun BAB. Ini dikarenakan kelemahan yang pasien rasakan dan ketidakmampuzul untuk bergerak Pencegahanterhadap komplikasi dari timh baring yang larna dapat dilakukan dengan melalnrkan latihan mobilisasi atau ROM yang teratur secara tepat waktu dan tepat tehnik sesuai dengan kondisi penderita Di Rumah Sakit (RS), melakukan
mobilisasi dini pada penderita stroke merupakan tugas yang penting bagt perawat mengingat perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling lama kontak dengan prenderita.
Di BLUD RSU DR. M.M Dunda
tepatnya di ruang Neuro, tindakan mobilisasi
dini sudah selalu dilalcukan oleh perawat. Tetapi, perlu diteliti apakah efektif tindakan ROM pasifdilatcukan pada pasien shoke unhrk mengatasi masalah konstipasi.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah "Seberapa baik Efektifitas
Tinjauan Umum tentang Stmke Cerebrovascular accident (CVA) atau yang biasa dikenal dengan stroke merupakan penyakit sistem persarafan yang paling sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang dengan gejala sisa akibat slroke padasetiap tingkat umur, tetapi yang paling sering @a usia 75-85 tahun Shoke
juga biasa disebtrt Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO). 1. Pengertian Stnoke Menurut Muttaqin, 2008; 234 shoke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darzh otak dan bisa terj adi
pada siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacahn lain sebagai akibat gangguan f,rngsi
otak.
Menurut WHO, 1997 stroke adalah salah satu gangguan fungsional yang terjadi seca.ra mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik. lokal maupun global yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dartL4 jam. atau berakhir dengan kematian, disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak. Smeluer (2002), menyebutkan bahwa
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
21O
Jurnal Health & Sport, Vol. 3, Nomor
Serangan s ere
ini
1,
Agustus 2O11 :1gg - 284
adalah akumulasi penyakit
brov as latl er selama beberapa tahun.
Stroke merupakan salah satu manifestasi newologic yangumum yang timbul
,r&
secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai darah ke otak (Depkes R[, 1,996;49). Stroke adalah gangguan peredaran darah cercbral yang disebabhan oleh berbagai faktor dan berakibat adanya gangguan neurologis (Sjattar,2005 ; I 5).
Marilyn E. Doengoes (2A02),
oleh karena emboli, trombosis atau penAaratun sercbral sehfuiggaterjadi per unrnan
aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.
2. Penyebab Stroke a. Trombosis serebri l) AterosHerosis 2) Hiperkoagulasi pada polisitemia
j) Arteritis
b. Emboli c. Hemoragik
menyebutkan bahwa stroke/penyakit s ercbrovashtler
menur$ukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun stnrktural yang disebabkan oleh keadaan pato lo gi s dari pembuluh darah s erebr al atau dari selunrh sistema perrbuluh darah otak. Sfi,oke dalah sindromklinisyang awal timbulnya mendadalq pro gre si/, cepat berupa deJisit neurologis lokal atau global yang berlangsrmg 24 jam atau lebih atau liurgsrmg
menimbulkan kematian. Semata-mata
1)
Aneurisma
2) tValfurmas i arteriov ena 3) Ruptur arteriol serebri d- Hipoksio umum I ) Hiperterai yang parah 2)
Hentijantungparu
3) Curah jantung turun akibat oritmia e.
Hipoksia lokal l) Spasme wteri serebriyang disertai perdarahan s ub ar ac hn o i d
2) Vasokontrilxi arteri otak disertai
disebabkan oleh peredaran darah otak non traumatik. (Mansjoer dklr). Menurut Price (1995), pengertian dari stroke adalah suatu gangguan ns wolo gik fol
3. Klasifikasi Stroke o. Stroke Hemoragik (SI, fujaai perdarahan cercbral danmungkin juga perdarahart subarachnoid yang disebabkan pecahnya pembuluh darah
penyakit vascular dasar, misalnya
otak. Umumnya terjadi pada saat
ateros Heros is, arteritis, tr antma, aneur isma dan kelainan perkembangan.
melakukan aktifitas, namup juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umunnya menunrn dan penyebab yang paling banyak adalah akib at hipertens i yang tidak terkontrol. b. Stroke Non Hemoragik (SNI, Dapat berupa iskzmia, emboli, spasme atavpwt t lro mb us pmhru/ruh darah otak. Umumnya terj adi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terj adi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otakoleh karena hipo ks ia jaingan otak.
Menurut Tucker (1996), definisi stroke adalahawitan defisit neurologis yang berhubungan dengan penurunan aliran darah serebral yang disebabkan oleh oHusi atau ste nos is pembuluh darah karena e mb ol i s me, trombosis, atau hemoragi, yang mengakibat-
kaniskemia otak. Dari beberapa pendapat tentang stroke di atas, makadapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah
sakitkepalamigren
211
4.
Patofisiologi a. Stroke hemoragik Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subar achnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yarg tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan Tekanan Intra Kranial (fIK) yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substsnsi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edemo, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada
sisitubuh
b. StrokeHemoragik
l)
Nyeri kepala hebat (di belakang leher)
2) Vertigo (pusing) I sinkape 3) Parestesla (sensasi abnormal) 4) Paralisis 5) Epistaksis 6) Perdarahanretina c. Fenemuan SecaraUmum 1)Nyerikepala 2) Muntah 3) Kejang 4)Perubatranmental 5) Demam 6) Perubahan Elektro Kardio Grafi . (EKG): Gelombangl interval P-
R memendek, interval Q-R rnemanj ang, kontraksi
v entr
ike
I
sehingga terj adi nelro s isjaringan otak.
premature, sinus bradikordia darr ventrikel dan supraventrikel, dan
b. Stroke non hemoragik Iskemia disebabkan oleh adanya
takhikardi. d- Manifestasi klinik berhubungan dengan
penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembang-
nya aterosklerosis pada dinding pembuluh Carah, sehingga afieri menjadi tersumbat aliran damh ke area trombus
menjadi berkurang, menyebabkan kemudian menj adi kompl e l<s iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak . Emboli disebabkan oleh embolus yang berj alan menuju ar ter i i s kemi a
serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabk an is kemi a yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist .fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. 5.
3) Parestesla satu
Manifestasi
Klinik
a. Strake lYon Hemoragik I) Hemiparesis 2) Kehilangan bicara
penyebab
1)
Trombosrs; cenderungberkembang
selama tidur atau dalam 1 jam bangun tidur, iskemia secara berangsur-angsur oleh karena itu manifestasi klinikberkernbang lebih lambat, kesadaran relatif terpelihara tensi naik atau hipertensi. 2) Embolisme : ttdak dapat dilihat pola waktu, tidak berhubungan deng*r aktivitas, manifestasi klinis terj adi cepat dalam 1 0-30 detik dan sering kali tanpatand4 tidak nyeri kepala kemungkinan dapat meningkat repaq kesadaran relafi f terpelihara tersinormal. 3) Hemoragik: khas terjadi selama aktif, jam k".jq sakit kepala berat
(bila klien mampu melaporkan gejala), serangan cepat dari hemiplegia komplit, terjadi beberapa menit sampai satu jam
212
Jurnal Health & Sport, Vol. 3, Nomor 1, Agustus 2A11 : 199 - 284 t
bentuk umunnya fatal, biasanya menghasilkan kehilangan frrngsi
f
permanen secara perlahan,
g. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektuolit tL Kandrmg kemihyang penuh dikosong[<arg bila perlu lalarkan knte ter i s as i
rendahnya penyembuhan secara sempuma, cepat terjadi koma
*
6. X'aktor Resiko Stroke Umumnya stroke banyak terjadi pada kelompok usia lanjut karena faktor de ge ner atif, y aitu penebalan dinding pembuluh dara[ namun ada kalanya stoke terjadi pada kelompok usia muda. FakJor
resiko yang kuat terjadi stroke yaitu hipertensi, periyakitjantung, sudah adanya manifestas i art ero s H ero tik secxaklinis, diabetes melitus, kalesterol. Sedang fallor resiko yang lematr terjadinya stoke antara lain adanya kadar lemak darah yang tingg,
aneurisma pembuluh darah cerebral, merokok, obesitos, kurang gerak atau olalraga (Lunrbantobing, 7.
I
994).
Komplikasi Komplikasi lanjut terjadi setelah fire alot shoke . Komplikasi
Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
i
j.
Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaarl glukosa murni atau cairan hipotonik Hindari kenaikan suhrl batulq konstipasi,
atau suction berlebih yang dapat meningkatkanTlK k. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang Naso Gastrik Tube (NGT) Tinj auan Umum tentang Konstipasi 1. Pengertian
Menurut Brunner, 2A02; 1089
komplikasi laqiut shoke ahbxtmobilisasi seperti konsflpasi, inkonti-nensia urine, dan de latbinn. Salah satunya inlcont inens ia a/uf atau konstipasi. Umumnya penyebab. nya adalah immobilitas, kekurangan cairan danintake makanan. Dankomplikasi lain (f angka pendek maupun j angka panj ang) yang terj adi pada pasien stroke. 8. Penatalaksanaan Medis
konstipasi merupakan defekasi tidak teratur yang abnormal,danjuga pengerasan feses tak normal yang membuat sulit dan kadang menimbulhnnyeri. Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan panyakit. Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar (BAB), biasanyakurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras, serta kadang kala disertai kesulitan mmpri rasa sakit saatBAB. Sembelit (konstipasi) adalah suatu
Secaraumurrq penatalaksanaan pada pasien
keadaan dimana sesmrang mengaiami kestrlitan
umum terjadi akibat tindakan rehabilitasi
yang kurang memadai. Berbagai
shokeadalah: a. Posisi kepala dan badan atas 20-30 deraj aL posisi miring j ika muntah b. Boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamikastabil c. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan
ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan oksigen sesuai kebuhrhan d. Tanda-tanda vital diusahakan stabil e. Bedrest
buang air besar ataujarang buang air besar. 2. Penyebab
Konstipasi disebabkan oleh berubahnya makarum atau berkurangnya aktivitas fisik. Konstipasi juga disebabkan oleh obat-obatan tertentu, gangguan rektal/anal, kondisi metabolis, neurologis, dan lain-lain. Faktor penyebab lainnya mencakup kelemahan, imobilitas, kecacatan, keletihan, dan
l
l l l
I
l
n
Koniyo: Efektifitas ROM Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi Pada Pasien Stroke ....
ketidakmampuan untuk meningkatkan tekanan
intra-abdomen untuk mempermudah pengeluaranfeses. 3. Pato{isiologi
Buang air besar yang normal frekuensinyaadalah3 kali sehari sampai3 hari sekali. Dalam praktek dikatakan konstipasi bila buang airbesar kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar harus mengejan secara berlebihan Kolon mernpunyai fi.mgsi menerima
bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme
gerakan yang sangat kompleks. Diduga pergerakan ti4f a dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapakali sehari, lewat gelombang khusus yang nrempurryai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsurg lama. Gerakan ini diCuga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak anak-anak. Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu kesulitan atau harnbatanpasase bolus di kolon ataurekhrm, sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul obstipasi. Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat karenakelainanpsikoneurologis. HaI ini terjadi karena kontraksi ototkolon terlalu perlahanlahan dan malas, menyebabkan tir{a bergerak ke mah kolontedalu larna Konstipasi unrunrrya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal sebagai akibat dari motilitas primer, penggunaan obat-sangguan obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang mempengaruhi uraktus gashointeslinal.
]"
213
mempengaruhi kontraksi otot abdomen, sehingga kontaktilitas usus krnang bahlcntidak ada Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan rektum. Pengisian rektum yang tidak sempuma terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misuhyq pada kasus immobilisasi). Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek
dari rektum yang normalnya akan memicu wakuasi. Pengosonganreknrni melalui wakuasi spontan tergantung pada reflek defekasi yang dicetuskan oleir reseptor tekanan pada otototot rektum, serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otototot perut dan dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani j',ga bisa menyebabkan retensi tinja (Anonimity, 2007). 4. Diagnosis Konstipasi menun* Holson, melip{i paling sedikit 2 dari keluhan dibawah ini: a. Konsistensi feses yang keras b- Mengejandengankeras saatBAB Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25o/o daikeseluruhan BAB d. Frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.
c.
f
Keperawatan Aushitasibisingusus ROM Pasif Berikan intake cairan yang cukup (2 * liter perhari) jika tidak ada kontaindikasi
5. nturv ensi
a. b.
c.
d.
Kolaborasipemberianterapi;pencahar
Salah satu tindakan yang dapat
Pada penderita dengan gangguan mobilitas fisik, seperti fraktur, stroke ataupun
dilakukan untuk mengatasi konstipasi adalah dengan melakukan pergerakan. Perawat mendorong amb ul as i sering dan mengaj arkan latihan pengerutan otot abdomen untuk meningkatkan defekasi. Pengerutan otot abdomen
penyakit lain yang menghanrskan pasien bedlest
terdiri dari mengkonkaksikan otot
dalam jangka waktu yang 1am4 hal ini dapat
abdomen (empat kali sehari) dan
214
Jurnal Health & Sport, Vol. 3, Nomor
1,
Agustus 2011 : 199 -284
melakukan mengangkat lutut ke dada saat dudukdi kursi atauberbaring di tempat tidur (1 0-20 kati sehari). Pasien yang harus berbaring didorong untuk melakukan lafihan rentang gerak (6- 1 0 kali sehari), membalik dengan sering dari satu sisi ke sisi yang lain, dan telungkup (bila tidak dikontraidikasikan) selama 30 menit setiap 4 jarn.
*
Latihan ini meningkatkan tonus otot abdome4yangmembantu isi kolon @rurrrer, 2O02; 1092).
Tiniauan Umum tentang ROM Pasif I . Pengertian Range Of Motion (ROM) ROM atau biasa dikenal dengan
b.
RomPasif
:
Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal ftlienpasif). K^ekuatanotot 50olo
4. Jenisgerakan
a.
h.
Flelcsi Ekstensi Hiper ekstensi Rotasi Sirlatmdul<si Supinasi Pronasi Abdul<si
i.
Aduksi
b-
c. d. e. f. g.
rentang gerak adalah latihan gemkan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot dimana klien menggerakan ing persendiannya sesuai gerakan
5. Sendiyangdigerakan
a.
ROMAktL'
b.
ROMPasif:Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas
normal baik secara aktif ataupun pasif (Anonimity,20109. Rentang gerak atau (ROM), adalah jarak (linier atau sudut) bahwa suatu objek
bergerak mungkin biasanya perjalanan
:
Seluruh tubuh dari kepalasampaiujung jari kaki oleh klien sendri secaraaktif,
sementara benar melekat pada objek lain.
yang terganggu dan klien tidak mampu
2. TujuanROM a. Meningkatkanataumempertahankan fl e ks ib il it as dan kekuatan otot. b. Mempertahankan fungsi jantung dan pemapasixl. c. Mencegah kontrahur dankekakuan
melaksanakannya secaramandiri.
1) Leher (/leksi/ekstensi, Jleksi lateral).
2)
e lrstens
pada sendi.
3)
3. Jenis-jenisROM
a- RomAktif :
Perawatmemberikan
motivasi,
dan membimbing klien
secaramandiri sesuai denganrentang gerak sendi normal (klien
akt$. Kekuatanotot 7s%
i, abdukst/adtut<si, Rotas i
bahu). Sikutangankanandankiri (/lel<.s/ e ks te ns i, pronas i/ s up inas i) .
4) Pergelangan tangan (fleksi/ ks t ens i/hipere t ns i, ab dul<s i/ e
dalammelaksanakan
pergerakan sendi
Bahu tangan kanao dan kid (fkesi/
l<s
e
adduksi)
5)
Jari-jari tangan (lel<si/ekstensi/ hi p e re l<s t e ns i, ab dul<s i/ addul<s i,
6)
oposisi). Pingepl danlutut (leksi/ekstensi, abdulcs i/addulcsi, rotas i internal/ eksternal).
il
Koniyo: Efektifitas ROM Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi Pada Pasien Stroke
7) Pergelangan kal
rotasi). Jari kaki (flel<si/ekstensi).
6.Indikasi
a.
Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
b. c. d.
Kelemahanotot Faserehabilitasi fisk Kliendengantirahbaringlama 7. EfektifitasROMPasif Sebelum dilakukan intervensi, pasien stroke (responden) dilakukan pre test, untuk mengetahui apakah mereka merasakan adanya masalah konstipasi. Setelah itu, dilakukan perlakuan (ROM Pasifl setiap hari, secara rutin dan tepat. Perawat menggerak-gerakkan tubuh klien sesuai kemampuan. Setelah dilakukan ROM Pasif setiap hari, selam 5 hari berturut-turut, untuk tiap pasien maka peneliti melalcukanpost test (wawancara) kepdaresponden Hal ini dilalarkan urtuk sejauh mana efektifitas ROM Pasif dalam mengatasi permasalahan pasien, yakni konstipasi (Anonimity, 2008b). 8.
CaraROMPasif a Latihan PasifAnggota Gerak Atas
1) Gerakan menekuk
2)
3)
dan meluruskan
sendi bahu: tangan satu penolong memegang siku tangan lainnya memengang lengan, ltrruskan siku naikkan dan turunkan legan dengan sikutetap lunrs. Gerakan menekuk dan meluruskan siku: pegang lengan atas dengan tangan satu tangan lainnya menelcuk danmeluruskansiku Gerakan memutar pergelangan tangan: pegang lengan bawah dengantangan satu tangan yang lainnya menggeng-
gam telapak tangan pasien, putar pergelangan tangan pasien ke arah luar
(terlentang) dan ke arah dalam (telungkry).
....
215
4) Gerakan menelcuk dan meluruskan pergelangan tangan: pe gang lengan bawah dengan tangan satq tangan hngan pasien, telnrk pergelangan tangan ke atas danke bawah. 5) Gerakan rnemutar ibu jari: pegang telapak tangan dan keempat jari dengantangan satu, tangan lainnya memutaribujari tzngan 6) Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan: pegang pergelangan tangan dengantangan satu, tangan
lainnyamemqga€
yang lainnya menekuk dan melunrskanjad-j ari tatgan. b. Latihanpasifanggota gerak bawah
Gerakan meneluk dan meluruskan pandslpaba peganghtutdengrotangart sdq tangan lainnya merregang tungkai, naitd
yanghrnts
METODE Desain penelitian yang digmakan yaitu
jenis penelitian " Qtnsi Eksperimez ". Peneliti inginmelih* sejautrmma efektifihs ROM pasif dalam mengdasi konstipasi @a pasien shoke. Dengan ftrncangan rangkaian wakJ:u (time series design). Sebelumnya peneliti telatr melakukan pretes terhadap responden yang mqiadi objekpenelitim. S€laqilmrJr4 dilakukm perlakuan atau interrre,lrsi rom pasif'tan setelah diberikan perlakuan dilalilkan pengukuran* kembali atau post-tes (Notoatu odjo, 2002;
r68).
Penelitian ini mengarnbil lokasi di BLUD RSUD DR. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo, tepatnya di Ruang Neuro. Waktu penelitian disesuaikan dengan j adw'al yang dikehrarkan oleh in*itrxi Politeknik
Kesehatan Depkes Gorontalo, Jurusan Keperawatan, yaitu pada bulan Mei 2010. Peneliti menggunakan variabel mandiri yaitu efektifitas ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien shoke.
216
Jurnal Health & Sport, Vol. 3, Nomor
1,
Agustus 20'11 : 199 - 284
6) Pasien yang makanannya tidak berserat atau yang merangsang peristaltik usus (hanya makan bubur) 7) Keluarga dan pasien yang kooperatif, b. Kriteria EksHusi: 1) Pasien stroke hemoragik yang masih ataubelum melewati masa laitis 2) Pasien yartg koma atau sopor 3) Pasien yang tidak bedrest yang sudah dilalarkan mobilisasi 4) Pasien stroke yang menolak dan tidak diijinkan oleh keluargauntuk diteliti
Populasi, Sampel, dan Sampling 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni seluruh pasien stoke yang dirawat di ruang Neuro, BLUD
RSUD DR. M.M Dunda Limboto
*
Kabqmren Gorontalo. Data pasien shoke yang dirawat di ruang Neuro pada bulan Jannari 20 1 0 adalah 24 oftLog. 2. Sampel Sampel yang digunakan selama penelitian ini adalah pasien stroke yang dirawat di ruang Neuro, BLUD RSUD DR. M.I\4 Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo yang mengalami masalah konstipasi yang ditemukan selarna pengunputan data- Untuk mengurangi bias hasil penelitian, sarnpel yang telah diarnbil ditentukan dengan kriteria sampel yaitu dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kritrria inHusiadalah karakteristik umum subjektif dari suatupopulasi target yang akan diteliti. Sedangkan l
5)
Pasienyang
berserat
atau yang meran gsan gp eristaltik usus (makanannya selain bubur)
Q Keluarga dan pasien yang tidak kooperatif Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen (perlakuan) dan wawancara, yang langsung dilaktrkan oleh peneliti dan dilihat keefektifan ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien stroke.
Smpling
'
Tehnikpengambilansampeldatrn
penelitian
ini menggunakan
non probability sampling dengan metode Tnnpo s ive s arnpling dengnmempertimbangkan lcriteria inklusi dar lviteria el<sHusi. Adapun kriteria inklusi dan ekskhsinyayaitu:
a. Kriteris Inklusi: 1) Pasien Stroke Non Hemoragik
(sNI' 2) Pasien stroke hemoragik (SH) yang sudah melewati masa kritis 3) Pasien stroke yang bukan koma alau sopor 4) Pasien yang bedrest yang tidak dilakukanmobilisasi 5) Pasien stroke yang bersedia dan diijinkan oleh keluarga untuk diteliti
DataPrimer Data primer didapatkan I angsung dari responden melalui hasil eksperimen dan wawancara yang telah dilakukan peneliti pada saat pengumpulan data di ruang Neuro BLUD RSUD DR. M.M DundaLimboto. 2.DataSekunder Data sekunder didapatkan dari dokumendolflrnen yang peneliti dapatkan dari medical record tentang jumlah penderita stroke, arsip-arsip yang ada di ruangan, wawancara dengan petugas 1.
tentang keluhan-keluhan pasien shoke, dan
literatur yang digunakan dan memiliki hubungan dengan penelitian yang dilalqrkan.
Koniyo : Efektifitas ROM Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi Pada Pasien Stroke ....
Pengolahan, Penyajian, dan Analisis Data Setelah data terkumpul maka terlebih dahulu dilakukan c o ding atauklasifikasi data Selanjutryadllalatkaneditingyangbertujuan mengevaluasi kelengkapan atau pengecekan terhadap data yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel dan digunakan sistem skor. Berdasarkan kebututran peneliti, hasil s c o r i n g drny atakan dalam bentuk presentase, yang dapat diklasifikasikan sebagai berilcI: i. Tindakan dikatakan efektif, bila klien mengatakan "sudah BAB", maka artinya: l007o,dan diberi kode 1. 2. Tindakan dikatalan cukup efekti{ bilaklien mengatakan "sudah ada rasa ingin BAB", maka artinya 50 -7 so/o,dan diberi kode 2. 3 . Tindakan dikatakan tidak efektif , bila klien mengatakan "klien tidak dapat BAB", maka artinya <50o2, dan diberi kode 3. Data hasil penelitian yang telah
diolatl
disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara de s lq iptif, dengancara mencmi faktor-
217
fakhcr penyebab te{adinya masatall keefektifan tindakan, ffr€,mbandingkmd€ngaftasilpenelitiar
lain, standar, dan teori-teori yang dikemukakan
olehparaahli.
HASIL DAIIPEMBAIIASAN Pengumpulan data dilakukan pada tanggal I 0 Maret - 8 Mei 20 1 0 denganjumlatr responden
8 orang. Sampel penelitian terlebih dahulu disesuaikan dengan laiteria sampel yang telah ditentukan, kemudian peneliii melakukan prvt€s
terhadap responden yang menjadi objek penelitian Jikamponden sesuai dengan l
Tabel2 Keefektifan ROM Pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien Stroke Non Hemoragik di BLUD RSU DR. M.M. Dunda Kabupaten Gorontalo
HasiI Bisa BAB Ada rasa ingin BAB Jumlah
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa didapatkan 75 o keefelrtifan ROM Pasifdalam mengatasi konstipasi pada pasien Stroke Non Hemoragik di BLUD RSU DR. M.M. Dunda Kabupaten Gorontalo dengan kategori "cukup". Responden adalah pasien stroke yang mengalami masalah konstipasi dan telah memenuhi kriteria inklusi daneklusi. Satah satu kriteria menyebutkan bahwajenis stroke yang
dideritapasien adalah stroke non hemoragik, )rang mempakan jenis stroke yang masih relatif
Responden 6 2 8
Persentase 75 25 100
ringan dibanding stroke. Padapsien shoke, banyak masalah yang terjadi salah satunya inkontinensia alvi atau yang biasa disebrt dqrgart konstipasi. Seperti yang tercantum dalam buku Bnrnner, 2002; 1 092 yakni salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
konstipasi adalah dengan melakukan pergerakan. Perawat mendorong ambulasi sering dan mengajarkan latihan pengerutan otot ab do men untuk meningkatkan defekas i.
Pengerutan otot abdomen terdiri dari
218
Jurnal Health & Sport, Vol. 3, Nomor 1, Agustus 2011 : 199 -284
mengkontraks ik an otot ab do
m
en
(empat kali
sehari) dan melakukan mengangkat lutut ke dada saat duduk di kursi atau berbaring di tempat tidur (10-20 kali sehari). Pasien yang harus berbaring didorong unhrk melakukan latihan rentang gerak (6-10 kali sehari), membalik dengan sering dari satu sisi ke sisi
yang lain, dan telungkup (bila tidak dikontraidikasikan) selama30 menit setiap 4
*
jam. Latihan ini meningkatkan tonus otot abdomen, yang membantu mendorong isi kolon.
Dari hasil penelitian terbukti bahwa tindalen ROM Pasif cukup efektif mengatasi masalah kontipasi pada pasien stoke. Hal ini dibuktikan dengan 6 responden dari 8 responden (75%) sudah dapat BAB setelah dilakukan perlakuan tersebut. Bahkan penrbalran yang terjadi kurang dari batas waktu maksimal 6 hari. Perubahan tersebut bervariasi di hari perlakuan, adayang di hari 5 sudah bisa
BAII, bahkan di hari ke 2 sudah ada yang menrurjulkan perubaharL yalmi bisa BAB. Dari 8 responden, ada 2 responden (25Yo\ yang sampai padabatas wakhryakni 6 hari belum dapat BAB, sehinggadiperlukan terapi lain, seperti pemberian obat pencahar. Penelitian ini berbeda dengan per elitian
sebelumnya. Salah satu. aspek yang membedakannya adalahdari segi parameter dan alat ukur. Peneliti sebehunnya mengarnbil
pararneter peran perawat, dengan ini dapat dihubungkan dengan penelitian
pada klien dengan Stroke Non Hemoragik untuk mengatasi konstipsi. Karena hasil yang menur{ukkan tindakan tersebtrt cularp efektif, Salah satu pihak yang dapat menerapkan teknik tersebut adalah keluarga. Selain motivasi, keluarga juga dapat membantu aktivitas klien terlebih ketika sudah menjalani tahap post stroke. Dan pihakyang sangat berperan serta dapat melakukan tindalan ini" saat pasien masih berada di Rumah Sakit adalah perawat.
SIMPT]LAII DA}{ SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyimpulkan bahwa didapatkan 75 % keefektifanROM Pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien Shoke Non Hemoragik di BLUD RSU DR. M.M. Dunda Kabupaten Gorontalo dengan kategori "cukup". Saran Setelah melalnrkan penelitian di BLUD RSU DR M.M Dmda Kabupaten Gorontalo, denganjudul *Efektifitas Rom Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi Pada Pasien Stroke", makapeneliti memberikan saran berupa: 1. Bagikeiuarga Agar selalu memotivasi dan membantu aktivitas pasien dalam j angka waktu yang [ama, terlebih saat pasien sudahberadadirumatr.
BagiRumahSakit
+
menggunakan kuisioner. Tetapi, penelitian
2.
sebelumnya, dimana penelitian sebelumnya hasil bahwa peran perawat dalam melakukan perawatan pada pasien stroke kurang. Hal ini dapat membuktikan juga tindakan ROM Pasifbelum diefektifkan dalam perawatanRoM Pasif. Dari hasil penelitian tersebut peneliti mengharapkan tindakan ROM Pasif dapat dilakukan pada pasien stroke, yang sesuai dengan laiteria inklusi dan ekslwi. Tindakan ini dapat menj adi altenatif yang dapat digunakan
Agm pene,rapan ROM pasif di ruangan dapat dimaksimalkan, mengingat pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien sffoke. Saya menyarankan untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap ma.syaraka! dan agar teman-teman seprofesi, dalam hal ini perawatdapat intsvensi keperawatan s.OM pasi| padapasien stroke secara tepat dan teratur, dan dapat melalaikan fungsinya sebagai pemberi asuhan keperawatan, sehingga masalah konstipasi pada pasien stroke dapat diatasi.
.... Koniyo : Efektifitas ROM Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi Pada Pasien Stroke
Pendidikan Agar dapat memotivasi mahasiswa unhrk lebih mengunbangkan ilmu pengetatruan melalui penelitianyang lebih inovatiflagi. 3. Institusi
219
4. Bagi Peneliti SelanjufrtYa
Semoga bisa menjadi data awal unhrk
penelitian tanjutan dengan membandingkan tindakan rom pasifdengantindakan keperaw'atan
lain dalam perawatan pasien stroke.
DAr"TARPUSTAKA Anonimity, 2007 ^, Ko nstipasr, Tekan lv{asalah Konstipasi,http I I medlinux. blogspotcom, Diakses 8 Februari 2010. Anonimity, 200'7b, KonstiPasi, Tekan Patofi siologi Konstipasi, htp:// medlinrx. blogspot.corn, Diakses 23 Februari 201 0' Anonimity, 2008", Asuhan Keperawatan :
Stroke, Tekan Stroke, bttP:ll askeP solok.blogspot.corn, Diakses 1 7 Januari
20lo Anonimity, 2008b, Cara Rentang Gerak Sendi Range Of Motion, Tekan Efektifitas ROM Pasif, http ://nursing begin.com, Diakses 23 Februari 2010Anonimitl, 2009", Stroke, Tekan Asuhan Keperawatan pada Klien Stroke, http: I I andaners.wordpress.com, Diakses 27 Januari2010 Anonimity, 2009b, Sembelit Konstipasi, Tekan Susah Buang Air Besar, };tttP,ll
medicastore.com, Diakses 29 Januai 2010. Anonimity, 2009", Latihan Gerakan ROM Akfif dan Pasfi Tekan Tindakan ROM, http : //tutorialkuliah.blo gspot. com, Diakses 29 J artuai 20 I 0 . Anonimiry 2010", ROM Pasd,Tekan Rom
Pasif pada Pasien Stroke, httP:ll www.google.co.id, Diakses 1 9 Januari 2010 Anonimity,20l0b, Range Of Motion, Tekan ROM, http://askep-askeb.com, Diakses
26laruan2010. Arif dkk, 2000, Kapita Selekta Kedo kteran, Media AesculaPius, Jakarta-
Bethesda, 2A10, Komplikasi Laniut Pada Stro ke, www.strokebethesda. com, Diakses 26Jaurruali20l0. Brunner, 20A2, Buku Aiar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2,EGC, Jakarta.
Carpenito, 2001, Buku saku Diagnosa Kep eraw at an, F:GC, Jakarta. Pusat Pendidikan Departemen Kesehatan
Rl
Tenaga Kesehatan, 7996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem PersYarafan, Depkes, Jakarta.
Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumen' tasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Eksan, 2008, Peran Perawat Dalam Memberikan Perawatan Poda Pasien Stroke di Ruang ICCU RSUD DR. M.M Dunda Limboto KabuPaten Gora ntalo, Poltekkes, Gorontalo. Elly, 2005, Keperawatan Medikal Bedah, Prodi Ilmu KePerawatan Fak+ Kedokteran UNHAS, Makassar' Hijrah, 2008, UpaYa Perawat Tentang Pencegahan Dekubitus di Ruang Neuro Intensive Care RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, Poltekkes, Gorontalo.
Husain. 2008, Peran Perawat Dalam Perawutan Pasien Stroke di Ruang Ne'urologi RSUD Prof. Dr- H- Aloei Suboe Kota Gorontalo, Poltekkes, Gorontalo.
220
Jurnal Hearth & sport, Vor. 3, Nomor
1,
Agustus 2011 :199 - 2g4
Kandra, 2009, Frakfur dan ROM , http:// kandrawilko.blogspot.com, Diakses 29 Januari20l0.
Notoatrnodj o, 2002,Metodo togi ienelitiun Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka Cipta Jakarta
Lisa, 2010, Askep pasien Stroke Non Hemoragik, http:l / lisaS6.wordpress.
Nurse, 2009, Stroke, http://nursecerdas. wordpress.com, Diakses 4 Februari 2010. Petricia, 2002, Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4, EGC,
com, Diakses4 Februari 2010Liza 20A8, S us ah B uang Air Besar, http:/ / drlizakedokbranblogspot. corrq Dakses ir}
29 lanuari2010. Muttaqin, 2 C{Jl8,Asuhan Kep*awatan nien dengan Gangguan Sistem percarafon, SalembaMedik4 Jakarta
Jakarta. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,
lgg5,
Peneropan Proses Keperawalan pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Mus k ulos keletal, Depkes, Jakarta.