Material
KAJIAN EKSPERIMENTAL DAMPAK GENANGAN AIR HUJAN TERHADAP STRUKTUR ASPHAL PAVEMENT (STUDI KASUS RUAS JALAN DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MAKASSAR) (122M) Firdaus Chairuddin1; Wihardi Tdaronge2; Muhammad Ramli3; Johannes Patanduk4 1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Dari Universitas Atmajaya Makassar. 0411-871038 Makassar. Email :
[email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis Kemerdekaan Km.10 Telp.0811879100. Email:
[email protected] 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil Unversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis Kemerdekaan Km.10 Telp.0811879100. Email:
[email protected] 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil Uiversitas Hasanuddin Makassar. Jalan Printis Kemerdekaan Km.10 Telp.0811879100. Email:
[email protected]
ABSTRAK Kota Makassar adalah kota dikawasan timur Indonesia, namun masih sering ditemui jalan yang tergenang air saat musim hujan, akibatnya ada beberapa jalan rusak akibat genangan air seperti jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Sta.0 + 900 – Sta. 1 + 200 terjadi pola kerusakan stripping, raveling, pothole. Data curah hujan dari badan Meteorologi Kota Makassar mencatat mulai dari bulan januari sampai bulan desember 2010 dan bulan januari sampai pertengahan bulan agustus 2011 curah hujan mencapai 368 mm/bln. Pengamblan sampel ruas jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar (Sta.0 + 900 – Sta. 1 + 200) dengan cara core menggunakan alat coredrill. Selanjtnya melakukan uji laboratorium mulai dari memotong sampel, menimbang, perendaman, penimbunan basah, pengeringan permukaan, penguraian sampel, pembuatan briket. Selanjutnya melakukan test Density (SNI 03 – 2828 – 1992) test Stabilitas, pengujian kadar aspal (SNI 03 – 3640 – 1994), pengujian Gradasi Aggregate (SNI 03 – 1968 – 1990). Jumlah sampel yang diambil ada 12 titik. Pengambilan sampel dimulai dari sebelah kiri jalan kemudian di sebelah kanan jalan jumlah sampel 12 titik. pada pengujian stabilitas dengan menggunakan Marshall test hanya menghasilkan 4 buah sampel yaitu sampel A1, A2, B1, dan B2.Hasil gradasi pada sampel A1 terlihat dari grafik bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 73,37. Hasil gradasi pada sampel B1 dari hasil gradasi dapat pula terlihat dari grafik bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,35 %. Pada sampel B2 dapat pula terlihat dari grafik bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,53. Kata Kunci : Asphalt Pavement, Genangan Air, Coredrill, Marshal Test.
1. PENDAHULUAN Jalan raya merupakan prasarana transportasi dan berperan dalam masa pembangunan yang berkembang pesat belakangan ini. Jalan raya diperlukan untuk melakukan banyak kegiatan antara lain untuk assesbilitas perekonomian, perdagangan, dan untuk peningkatan pariwisata serta mendorong masyarakat untuk terus mengupayakan perkembangan suatu areal atau lahan semaksimal mungkin. Kota Makassar merupakan salah satu kota yang berkembang pesat di Kawasan Timur Indonesia, namun masih sering ditemui jalan yang tergenang air saat musim hujan. Genangan air yang terjadi di kota ini berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terutama masalah transportasi darat. Ada beberapa infrastruktur jalan yang terkena dampak dari genangan air tersebut yaitu perubahan bentuk lapisan jalan. Dalam pengamatan visual menunjukkan bahwa timbulnya genangan air di atas permukaan jalan dominan disebabkan oleh sistem drainase jalan yang kurang baik, seperti pada penelitian yang dilakukan di ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo (sta 0+900 – sta 1+200). Untuk mengatasi genangan dan banjir yang menyebabkan kerusakan jalan. Masalahnya adalah Bagaimana pengaruh genangan air terhadap lapis permukaan jalan. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh genangan air terhadap lapis permukaan jalan.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 113
Material
2. KERANGKA PIKIR Adapun kerangka pikir dari penelitian ini, diuraikan seperti skema sebagai berikut : jalan
Genangan air
Kerusakan jalan
1. Stripping(pengelu pasan) 2. Ravelling(pelepas an agregat) 3. Pothole(lubang)
Data primer
Analisis (laboratorium)
Kajian analisis
Kesimpulan
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
3. LOKASI PENELITIAN Kecamatan Wajo adalah salah satu kecamatan dari 14 kecamatan yang ada di wilayah Kota Makassar dan terletak di Pusat Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Letak Kecamatan Wajo berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tanah sebelah Utara, Kecamatan Bontoala sebelah Timur, Kecamatan Ujung Tanah sebelah Selatan dan Selat Makassar sebelah Barat. Wilayah Kecamatan Wajo dengan luas 1,99 Km2 terbagi dalam 8 kelurahan di mana 5 kelurahan terletak di daerah pantai dan 3 kelurahan lainnya terletak di daerah bukan pantai dengan rata-rata ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m. Letak Geografis Kecamatan Wajo 5° 07’ 32’’ Lintang Selatan dan 119° 24’ 36’’ Bujur Timur. Setelah dilakukan peninjauan lapangan, genangan air yang tertinggi di antara 8 Kelurahan adalah Kelurahan Melayu dan Kelurahan Butung. Luas Kelurahan Melayu sebesar 0,06 Km2 dan Kelurahan Butung sebesar 0,27 Km2 . Jumlah penduduk Kelurahan Melayu sebanyak 5917 jiwa dan Kelurahan Butung sebanyak 2583 jiwa. Kedua Kelurahan tersebut merupakan daerah pusat bisnis/perniagaan di mana terdapat sekolah, SPBU, tempat ibadah, pertokoan, hotel, dan lain-lain. Berdasarkan hasil pengamatan kami, Kecamatan ini berada di ruas jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan jalan yang termasuk dalam sistem jaringan jalan sekunder dan berdasarkan fungsinya merupakan jalan lokal. Status jalan ini adalah jalan kota.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 114
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian dan Genangan Air Jl. Dr. Wahidin Data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) Kota Makassar, yang tercatat mulai dari Bulan Januari sampai Desember tahun 2010 dan Bulan Januari sampai pertengahan Bulan agustus 2011. Curah hujan tertinggi pada tahun 2010 mencapai 897 mm/bulan sedangkan curah hujan tertinggi pada pertengahan tahun 2011 mencapai 368 mm/bulan. Curah hujan rata-rata pada tahun 2010 yaitu 320 mm/tahun sedangkan curah hujan rata-rata pada pertengahan tahun 2011 yaitu 300.5 mm/tahun.
4. STUDI LITERATUR Jalan merupakan lintasan dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian Nasional dan daerah, mengingat penting dan srategisnya fungsi jalan untuk mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas penduduk. Dimana ketersediaan jalan memungkinkan masyarakat mendapatkan akses kemudahan bertransportasi. Untuk itu diperlukan perencanaan struktur perkerasan yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi terhada deformasi yang terjadi. Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh physical damage factor yang berlebih, banyaknya arus kendaraan yang lewat sebagai akibat pertumbuhan jalan kendaraan juga sangat berpengaruh terhadap umur layak kendaraan. Disamping itu kerusakan jalan banyak diakibatkan oleh fungsi drainase struktur jalan kurang baik, akibatnya genangan air dipermukaan jalan meningkat sehingga merusak struktur jalan. (Puslitbang PU, 2011). Sifat aspal berpori antaranya adalah sifat hidrolik dikarenakan memberi manfaat mencegah aqua planning pada jalan dengan kondisi basah atau tergenang air di lapis permukaannya sehingga mengurangi hidroplanning. Selebihnya sifat aspal berpori karena permukaannya yang kasar tahan selip kendaraan pada kndisi kecepatan tnggi disamping itu pula aspal berpori mengurangi semprotan air dan pantulan cahaya di jalan karea fungsi drainasenya baik. (Pagotto. et. al. 2000). Kapasitas drainase aspal berpori sangat tergantung pada besar kecil ukuran porositas, sedangkan daya tahan dan kekuatan tergantung pada besar ukuran isi kekosongan pori yang berbeda, dimana di tentukan bahwa pavement dengan kadar kekosongan lebih dari 20% itu lebih tahan lama dibanding kondisi kadar kekosongan kurang dari 20%. (Ruz, et. al, 1990). Pada aspal berpori yang menggunakan bahan pengikat BNA Blend Pertamina 100%, curah hujan yang jatuh pada permukaan dengan kemiringan antara 2% - 3% dengan intensitas 452 mm/jam besarnya rembesan vertikal adalah 100% dan aliran permukaan (surface run off) yaitu 0,05%. (Nur Ali, et.al, 2012). Pada masa sekarang ini perkerasan jalan sudah pada tingkat yang cukup maju. Perkerasan jalan sudah pada tingkat perencanaan yang memperhitungkan berbagai analisa-analisa teoritis dengan metode empiris setelah melalui pengujian yang akurat. Berdasarkan kebutuhannya maka perkerasan jalan secara umum wajib untuk memenuhi beberapa syarat yaitu dari sudut pandang berlalu lintas, pemakai jalan haruslah merasakan keamanan dan kenyamanan serta secara struktural, kemampuan memikul beban yang cukup besar serta dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisannya berfungsi untuk memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar yang telah dipadatkan. Secara umum lapisan perkerasan pada lapisan permukaan (surface coarse), merupakan lapisan yang menerima langsung beban roda dan bertugas untuk meneruskan dan menyebarkan beban ke lapisan pondasi atas. Lapisan permukaan juga merupakan lapisan yang paling atas. (Hamirhan Saodang, 2004). Ada beberapa macam kondisi kerusakan perkerasan jalan yang ada di Indonesia, yaitu Rutting (alur), kerusakan permukaan jalan berupa deformasi tetap dari perkerasan ditandai dengan alur-alur memanjang sepanjang lintasan ban kendaraan.Stripping (pengelupasan), kerusakan permukaan jalan berupa pengelupasan lapis permukaan akibat ikatan antara lapis permukaan dan dibawahnya kurang, lapis permukaan terlalu tipis, lapis permukaan terlalu banyak Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 115
Material
kadar aspal atau akibat air permukaan. Shoving (sungkur), kerusakan berupa amblesan dan deformasi melintang pada isi luar ban, akibat beban lalu alu lintas terlalu besar, pemadatan kurang atau material tidak memenuhi syarat. Ravelling adalah kerusakan berupa lepasnya butir agregat, akibat pemadatan kurang, agregat kotor, kadar aspal kurang atau pemanasan campuran terlalu tinggi. Pothole (lubang) adalah alah kerusakan berupa terbentuknya mangkuk atau lubang yang dalam, disebabkan aspal kurang, butir halus terlalu banyak atau terlalu sedikit, penguncian agregat kurang atau drainase tidak baik. Depression (amblesan), dengan atau tanpa retak dengan kedalaman lebih dari 2 cm. Biasanya akibat pemadatan kurang, terlalu banyak agregat halus, terlalu banyak aspal, leveling lapis dibawahnya jelek atau akibat settlement lapis dibawahnya. Bleeding (kegemukan), kerusakan perkerasan akibat kadar aspal terlalu tinggi, lapis apis resap pengikat atau pengikat terlalu banyak atau terlalu sedikit, butir halus campuran kurang Crack (retak), dapat berupa retak rambut, retak buaya, retak pinggir, retak refleksi, retak selip, retak susut atau retak melebar. Banyak penyebabnya mulai ddari ari bahan kurang baik, tanah dasar kurang stabil, air tanah, pondasi tidak baik, lapis permukaan lapuk, penyusutan tanah, sokongan samping hilang, perubahan volume akibat terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah, agregat halus terlalu banyak dan pemada pemadatan tan kurang (Keni, V. S. Patala, Y. 2006).
A.
Gambar 3. Tebal 5.
Perkerasan Jalan
METODOLOGI
PENELITIAN
Melalui survey lapangan (secara visual) terlihat beberapa jenis kerusakan jalan yang terdapat di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, yaitu berupa : Stripping (pengelupasan) di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo Sta0+900 Sta0+900-1+200
Gambar 4. Ravelling (lepasnya agregat)
Gambar 6. Potholes (Lubang)
Gambar 5. Raveling (Pelepasan butir) di Jl. Wahidin Sudirohusodo
Gambar 7. Potholes (Lubang) di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo Sta0+900-1+200 1+200
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap warga yang berte bertempat tinggal di ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo Sta 0+900 – Sta 1+200. Sampel diambil ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusudo (sta 0+900 – sta 1+200). dengan cara di core menggunakan alat coredrill.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 116
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Gambar 8. Persiapan Pengambilan Sampel
Gambar 9. Pengambilan sampel
Metode Eksperimenta A
Mulai
Penimbangan berat kering briket
Persiapan Perendaman briket selama 24 jam
Memotong sampel aspal berdasarkan lapisannya
Penimbangan basah briket Pengeringan permukaan briket
Penimbangan sampel aspal
Perendaman briket selama 30 menit
Perendaman sampel 24 jam
Pengukuran stabilitas dan kelelahan briket (marshall test)
Penimbangan basah sampel
Memanaskan briket
Pengeringan permukaan sampel
Penguraian briket Ekstraksi
Memanaskan sampel Pengeringan agregat hasil ekstraksi
Penguraian sampel
Penimbangan agregat hasil ekstraksi
Pembuatan briket
Gradasi Penimbangan agregat hasil gradasi
A
Analisis data Selesai
Gambar 10.D iagram Alir Penelitian
6. HASIL PEMBAHASAN Pengujian kepadatan atau density ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kepadatan yang masih terdapat pada ruas Jalan Dr. Wahidin sudirohusodo (sta 0+900 – sta 1+200). Adapun hasil pengujian kepadatan pada tiapKonferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 117
Material
tiap briket (sample) hasil coredrill jalan seperti yang terdapat pada lampiran hasil pengujian kepadatan. Pengujian Marshal bertujuan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusudo (sta 0+900 – sta 1+200). Adapun hasil pengujian marshall terdapat pada lampiran hasil pengujian marshall.Pengujian Ekstraksi bertujuan untuk memisahkan agregat dengan aspal agar dapat diketahui seberapa besar agregat yang mengalami fatik atau kelelahan serta mengalami keausan selama masa layanan. Adapun hasil pengujian ekstraksi terdapat pada lampiran hasil pengujian ekstraksi. Pengujian gradasi ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar aggregat dan kadar aspal yang tersisa pada briket. Adapun hasil pengujian pada tiap-tiap briket antara lain: Tabel 1 Hasil Gradasi Sampel Berat material A1 : 928,7 gr no.Saringan
indiv. Berat tahan
1/2" 3/4" 4 8 16 30 50 100 200 PAN
247.3 68 147.5 68.4 80.1 78.1 69 90.4 38.7 41.2
Br.tahan 247.3 315.3 462.8 531.2 611.3 689.4 758.4 848.8 887.5 928.7
Komulatif %tahan 26.63 33.95 49.83 57.20 65.82 74.23 81.66 91.40 95.56 100.00
%lolos 73.37 66.05 50.17 42.80 34.18 25.77 18.34 8.60 4.44 0.00
Hasil Gradasi Sampel A1
Gambar 11. Grafik % Lolos Dan No. Saringan sampel A1 Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel A1 diatas bahwa saringan no 4 dan saringan no 100 individu berat tertahan lebih besar dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 73,37 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar. Tabel 2 Hasi Gradasi Sampel A2 Berat material A2 : 921,2 gr no.Saringan 1/2" 3/4" 4 8 16 30 50 100 200 PAN
indiv. Berat tahan 164.9 105.4 125.2 77.4 92.6 88.2 87.1 95.4 40.4 44.6
Br.tahan 164.9 270.3 395.5 472.9 565.5 653.7 740.8 836.2 876.6 921.2
Komulatif %tahan 17.90 29.34 42.93 51.34 61.39 70.96 80.42 90.77 95.16 100.00
%lolos 82.10 70.66 57.07 48.66 38.61 29.04 19.58 9.23 4.84 0.00
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 118
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Hasil Gradasi Sampel A2
Gambar 12. Grafik % Lolos Dan No. Saringan Pada sampel A2 Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel A2 diatas bahwa saringan no 4 dan saringan no 100 individu berat tertahan lebih besar dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 82.10 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar. Tabel 3. Hasil Gradasi Sampel B1 Berat material B1 : 919,2 gr no.Saringan
indiv. Berat tahan
1/2" 3/4" 4 8 16 30 50 100 200 PAN
116.3 65.5 152.3 54.2 89.3 151 111.1 93.5 31.8 54.2
Br.tahan 116.3 181.8 334.1 388.3 477.6 628.6 739.7 833.2 865 919.2
Komulatif %tahan 12.65 19.78 36.35 42.24 51.96 68.39 80.47 90.64 94.10 100.00
%lolos 87.35 80.22 63.65 57.76 48.04 31.61 19.53 9.36 5.90 0.00
Hasil Gradasi Pada Sampel B1
Gambar 13. Grafik % Lolos Dan No. Saringan Pada sampel B1 Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel B1 diatas bahwa saringan no 4 dan saringan no 50 individu berat tertahan lebih besar dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,35 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar. Tabel 4. Hasil Gradasi Sampel B2 Berat material B2 : 921,4 gr no.Saringan
indiv. Berat tahan
1/2" 3/4" 4 8
114.9 127.7 161.3 80.8
Br.tahan 114.9 242.6 403.9 484.7
Komulatif %tahan 12.47 26.33 43.84 52.60
%lolos 87.53 73.67 56.16 47.40
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 119
Material
16 30 50 100 200 PAN
85.3 107.2 94.2 80.5 31.6 37.9
570 677.2 771.4 851.9 883.5 921.4
61.86 73.50 83.72 92.46 95.89 100.00
38.14 26.50 16.28 7.54 4.11 0.00
Hasil Gradasi Sampel B2
Gambar 14. Grafik % Lolos Dan No. Saringan Pada sampel B2 Dapat terlihat dari tabel hasil gradasi pada sampel B2 diatas bahwa saringan no 4 dan saringan no 3,8” individu berat tertahan lebih besar dibandingkan dengan dengan no. saringan yang lain dari hasil gradasi ini, dan dapat pula terlihat dari grafik di atas bahwa % lolos saringan lebih besar terdapat pada saringan no ½ “ yaitu mempunyai nilai 87,53 %, karena merupakan no saringan yang mempunyai kapasitas agregat lolos lebih besar Tabel 5. Perbandingan Hasil Pnelitian no.Saringan
indiv. Berat tahan
1/2" 3/4" 4 8 16 30 50 100 200 PAN
247.3 68 147.5 68.4 80.1 78.1 69 90.4 38.7 41.2
Komulatif %lolos 73.37 66.05 50.17 42.80 34.18 25.77 18.34 8.60 4.44 0.00
% PERSEN BERAT LOLOS (LAPISAN WC SPESIFIKASI HRS APBN 2004)
MIN 90 75
MAX 100 85
50
72
35
60
6 0
12 0
Perbandingan Hasil Penelitian Pada Sampel A1
Gambar 15. Grafik Hasil Pengujian Pada Sampel A1
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 120
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Material
Dapat terlihat dengan jelas pada tabel diatas menunjukkan terjadinya perubahan yang cukup banyak pada Standar Spesifikasi HRS BINA MARGA 2004 berdasarkan persen lolos. Pada grafik hasil penelitian pada sampel A1 jika dibandingkan hasil Standar Spesifikasi HRS BINA MARGA 2004 mengalami penurunan yang sangat banyak pada saringan no. ½” s/d saringan no. 200 akibat adanya material LPA yang kemungkinan terjebak kedalam lapisan permukaan (HRS) karena kelekatan material aspal dan agregat berkurang akibat genangan air.
no.Saringan 1/2" 3/4" 4 8 16 30 50 100 200 PAN
Tabel 6. Hasil Perbandingan Sampel % PERSEN BERAT LOLOS Komulatif (LAPISAN WC SPESIFIKASI HRS indiv. Berat tahan BINA MARGA 2004) %lolos MIN MAX 164.9 82.10 90 100 105.4 70.66 75 85 125.2 57.07 77.4 48.66 50 72 92.6 38.61 88.2 29.04 35 60 87.1 19.58 95.4 9.23 40.4 4.84 6 12 44.6 0.00 0 0
Gambar 16. Grafik Hasil Pengujian Pada Sampel A2 Dapat terlihat dengan jelas pada tabel diatas menunjukkan terjadinya perubahan yang cukup banyak pada Standar Spesifikasi HRS BINA MARGA 2004 berdasarkan persen lolos. Pada grafik hasil penelitian pada sampel A2 jika dibandingkan hasil Standar Spesifikasi HRS BINA MARGA 2004 mengalami penurunan yang sangat banyak pada saringan no. ½” s/d saringan no. 200 akibat adanya material LPA yang kemungkinan terjebak kedalam lapisan permukaan (HRS) karena kelekatan material aspal dan agregat berkurang akibat genangan air.
7. KESIMPULAN 1.
2. 3.
Menurut hasil penelitian di laboratorium, genangan air berpengaruh paling besar terhadap agregat lapis permukaan. Genangan air berperan sebagai anti-adhesi dimana air menyebabkan terlepasnya agregatagregat dari lapis permukaan (ravelling). Genangan air tidak berpengaruh pada kadar aspal, jika dilihat dari tidak berkurangnya kadar aspal dalam sampel yang telah diteliti. Spesifikasi kadar aspal dan kekuatan stabilitas tanah yang baik dan sesuai standar tidak menjamin kondisi jalan akan tetap baik sampai umur rencana berakhir. Genangan air sebagai faktor yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan jalan dapat menjadi penyebab utama rusaknya lapisan-lapisan pada jalan.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
M - 121
Material
8. SARAN 1. 2.
Saluran drainase di ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo perlu dibenahi dan di pelihara secara berkala untuk mencegah terjadinya genangan air. Penanganan perbaikan jalan di ruas Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo perlu segera dilakukan karena jika tidak segera dilakukan, kerusakan akan semakin parah dan dapat berpengaruh sampai ke lapisan tanah dasar. Air dapat berpengaruh lebih besar terhadap lapisan pondasi atas, lapisan pondasi bawah, dan tanah dasar karena kurangnya zat adhesi di lapisan-lapisan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Allex Eduardo Alvarez Lugo, 2009, Improving Mix Design and Construction of Permeable Friction Course Mixtures. Disserttion Departmen of Civil Enginering Texas University. Cabrera. J. G and Dixon. J. R, March 1994, “Performance and Durability of Bituminous Material”, Proceeding of Symposium University of Leeds, London. Hamirhan Saodang, MSCE. Perancangan Perkerasan Jalan Raya. Penerbit Nova. 2004 Bandung: Usaha Nasional. Hariyanto, Livia C. M. Leatemia. 2009, Studi Penurunan Stabibiltas Lapis Perkerasan Aspal (AC-WC) Akibat Pengurangan Kadar Aspal Pada Ruas Jalan Maros-BCD. Bone Barat I, Makassar. Program Sarjana Universitas Atma Jaya. Irwansyah.,2009, Indeks Sisa Kekuatan Hot Mix Pada Proses Penuaan Aspal, Tesis tidak diterbitkan Makassar, Program Pascasarjana Universitas Hasanudddin Keni, V. S. Patala, Y. 2006. Perencanaan Alternatif Tebal Perkerasan Lentur dengan Metode Analisa Komponen AASHTO Pada Ruas Jalan Hertasning-Samata Propinsi Sulawesi-Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Sarjana Universitas Atma Jaya. Lori Kathryn Schaus, 2007. Porus Asphalt Pavement Design In Proactive Design for Cold Climate Use Thesis Departmen of Eivil Enginering Waterloo University. Manu,Ir. Agus Iqbal. Dipl, H, Eng, MIHT. 1996. Pelaksanaan Konstruksi Jalan Raya. Departemen Pekerjaan Umum. Nur Ali L.Samang M.W. Tjarangge Transportasi International Symposium On Low Laud Tecknologi Saga, Japan 2010 Runoff, Publication AZ-352, Phoenix, Arizona Departmen of Transportation Research Centre. Sukirman, Sylvia. November 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 122
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013