MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS V SDN POHUWATO KABUPATEN POHUWATO Oleh RATNA Y. KALAMULA ABSTRAK 1. Pembimbing I Hj. Sumarni Mohamad, S.Pd, M.Pd 2. Pembimbing II Dra. Hawa Pattiiha, S.Pd, M.Pd. MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Permasalahan dalam penelitian ini “Apakah kemampuan menulis laporan pengamatan melalui pendekatan kontekstual di kelas V SDN Pohuwato Kabupaten Pohuwato dapat ditingkatkan”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan melalui pendekatan kontekstual di kelas V SDN Pohuwato. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan sebagai bahan masukan dan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis laporan pengamatan melalui pendekatan kontekstual. Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 40 orang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. Dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu dari 4 aspek yang di amati, hanya 21 orang siswa atau 52,5% yang mampu, 14 orang siswa atau 35% yang kurang mampu, dan 5 orang siswa atau 12,5% yang tidak mampu. Sedangkan pada siklus II, 36 orang siswa atau 90% yang mampu, 3 orang siswa atau 7,5% yang kurang mampu dan 1 orang siswa atau 2,5% yang tidak mampu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa menulis laporan pengamatan melalui pendekatan kontekstual di kelas V SDN Pohuwato kabupaten Pohuwato dapat meningkat dan mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan. Kata Kunci: Menulis laporan pengamatan, pendekatan kontekstual
1
A. Latar Belakang Menulis memang bukanlah hal yang baru bagi siswa yang duduk di kelas V SD. Namun, apa yang ditemui oleh peneliti pada waktu observasi awal yakni dari siswa yang berjumlah 40 orang, hanya 8 orang siswa atau 20% yaitu laki-laki 3 orang dan perempuan 5 orang yang mampu menulis laporan pengamatan, sedangkan yang 32 orang siswa atau 80% belum mampu menulis laporan pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu dalam keterampilan menulis laporan pengamatan. Menulis laporan pengamatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencari suatu informasi yang diinginkan. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui pengamatan suatu objek. Objek yang di amati dapat berupa lingkungan belajar siswa maupun gambar yang menarik untuk dilakukan pengamatan. Setelah melakukan pengamatan, siswa diharapkan dapat menulis suatu laporan berdasarkan hal-hal yang diamati dengan memperhatikan penggunaan kata, penyusunan kalimat laporan, penggunaan ejaan, kelogisan, serta konstruktivisme. Dari aspek-aspek tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan dengan kriteria mampu, kurang mampu, dan tidak mampu. Berdasarkan pengalaman pribadi sebagai guru, memang benar bahwa siswa akan cepat bosan apabila pelajaran disajikan tetapi tidak konkrit. Siswa akan banyak minta ijin keluar dengan berbagai alasan, ada juga siswa yang hanya bercerita saat guru mengajar dan berbagai macam tingkah laku siswa yang dapat membuat guru marah. Hal demikian menggambarkan bahwa siswa kurang senang dengan pelajaran itu. Dengan demikian, perlu adanya alternatif pendekatan dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan. Pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) yang sering disingkat CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang dianggap cocok untuk meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V. Pembelajaran menulis dengan menggunakan pendekatan kontekstual memungkinkan siswa untuk menguatkan dan menerapkan keterampilan yang mereka peroleh dari berbagai mata pelajaran, baik disekolah maupun diluar sekolah.
Siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi. Bila pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh dikelas dengan kehidupan nyata yang dialami dilingkungannya. Tugas guru adalah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa sehingga pembelajaran keterampilan menulis berbasis kontekstual dapat diterapkan dengan benar agar siswa dapat belajar dengan efektif. Oleh
karena
itu,
peneliti
dapat
mengemukakan
beberapa
alasan
melaksanakan penelitian ini, yaitu: (a) kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan masih rendah, (b) Siswa SD lebih senang belajar apabila pembelajaran bersifat konkrit, (c) Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan menulis siswa apabila dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning), (d) Sesuai dengan materi yang menjadi acuan penelitian, kiranya dapat memberikan motivasi kepada siswa SD untuk menulis laporan pengamatan. Dengan demikian setelah melakukan penelitian ini, diharapkan kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan melalui pendekatan kontekstual di kelas V SDN Pohuwato Kabupaten Pohuwato dapat di tingkatkan B. Pengertian Menulis Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata menulis adalah berasal dari kata tulis. Tulis adalah huruf (angka dan sebagainya) dengan pena, (pensil, cat, dan sebagainya). “Menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan. Selanjutnya, menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi kedalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain” (Syafi’ie,1998:45). Tarigan (1986:3) mengemukakan bahwa: “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. “Menulis juga dapat diartikan
sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai” (Tarigan, 1986:15). Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan untuk mengekspresikan diri dan perasaan yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. C. Tujuan Menulis Setiap
jenis
tulisan
memiliki
tujuan
yang
beranekaragam,
yaitu
memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan, 1986:23). Menurut Suriamiharja, dkk. (1992: 2) Tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Keterampilan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan agar dipahami oleh orang lain. D. Proses Menulis Menurut Kusmayadi (2007: 51-52) setiap penulis mempunyai proses penulisan sendiri. Namun, banyak penulis yang menggambarkan proses penulisan yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang relatif sama, yaitu sebagai berikut : 1.
Pra penulisan (menggambarkan ekspresi pribadi, membaca atau mendengarkan cerita, mengumpulkan ide, mengorganisasikan pemikiran, membicarakan ide dengan orang lain, memilih tipe menulis yang diinginkan, mempertimbangkan sasaran pembaca, menggagas ide, dan menuangkan ide sementara)
2.
Membuat draft (Menuangkan ide sementara ke atas kertas, fokus pada makna dari pada aturan ketatabahasaan, bebas coba-coba, memahami bahwa tulisan bisa berubah, mencoba berbagai kemungkinan, dan saling tukar draft dengan yang lain).
3.
Revisi (membaca ulang selama dan setelah membuat draft, berpikir ulang mengenai apa yang hendak ditulis, berbagi dengan sebaya, berdiskusi dengan guru dalam conference, ubah, tambahkan, modifikasi, atau hapus draftnya, dan perjelas tujuan dan makna).
4.
Mengedit (tulis ulang hasil revisi, berdiskusi dengan guru, berdiskusi dengan sebaya, perbaharui dan perbagus, cek penggunaan : Ejaan, tanda baca, huruf besar dan periksa hasil kerja).
5.
Menerbitkan (Pilih bentuk terbitan: Buku, tampilan di ruangan, drama, teater, surat, film, poster, koran atau iklan dan berbagi pendapat hasil terbitan dengan membaca: Lingkaran pembaca, workshop menulis, atau kursi penulis). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam proses menulis ada
beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu mengetahui sasaran penulisan, memperhatikan aturan penulisan, menulis berdasarkan ide, merevisi tulisan agar tulisan tersebut mudah dipahami oleh orang lain yang membacanya. E. Pengertian Laporan Kata laporan dibentuk dari kata dasar lapor dan mendapat akhiran (sufiks) -an, yang dapat diberi arti sebagai segala sesuatu yang dilaporkan atau pemberitahuan tentang sesuatu. Siswanto (1982:62) memberikan batasan laporan yaitu sebagai informasi tertulis yang dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban atas sesuatu penugasan. Laporan juga dapat dikatakan sebagai suatu dokumen yang disampaikan atau menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran atau tindakan yang akan diambil (Keraf, 1993:284). Sejalan dengan pendapat Keraf, Parera (1987:56) megemukakan laporan pada dasarnya suatu bentuk penyampaian dan perjanjian fakta-fakta dan pemikiran guna tindakan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan merupakan suatu bentuk penyampaian dan penyajian hasil kegiatan baik secara lisan maupun tertulis atau dokumen berupa fakta-fakta yang dimanfaatkan guna mengambil sebuah keputusan atau tindak lanjut bagi seseorang atau lembaga atau instansi tertentu. F. Prinsip-Prinsip Penulisan Laporan Nuareni (2010), Laporan pada dasarnya adalah alat komunikasi juga. Supaya dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif, sebuah laporan harus memenuhi syarat-syarat berikut ini : a.
Lengkap Artinya data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap
b.
Jelas Sebuah laporan disebut jelas bila uraian dalam laporan tidak memberi peluang ditafsirkan secara berbeda oleh pembaca yang berbeda. Ini dapat dicapai bila bahasa yang digunakan benar dan komunikatif
c.
Benar / akurat Data dan fakta yang salah dapat menuntun pembaca membuat suatu keputusan yang salah. Jadi kebenaran dan keakuratan isi laporan sangat diperlukan.
d.
Sistematis Laporan harus diorganisasikan sedemikian rupa, dengan sistem pengkodean yang teratur, sehingga mudah dibaca dan diikuti oleh pembaca. Laporan yang sistematis juga menunjang unsur kejelasan yang sudah diciptakan oleh unsurunsur bahasa.
e.
Objektif Penulis laporan tidak boleh memasukan selera pribadi ke dalam laporannya. Pelapor harus bersikap netral dan memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu.
f.
Tepat waktu Ketepatan waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporan bisa mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan. G. Pengertian Laporan Pengamatan
Nur’Aini (2008: 81) menjelaskan pengertian pengamatan adalah pengawasan terhadap kegiatan atau peristiwa. Laporan pengamatan adalah menyampaikan atau memberitahukan sesuatu dari hasil yang telah diamati. Pendapat yang sama juga di kemukakan oleh Nuraeni (2010: 187) laporan pengamatan adalah tulisan yang menjelaskan hasil-hasil penelitian atau pengamatan tentang suatu objek. Yosta (2012) Laporan pengamatan adalah suatu jenis dokumen yang berisikan paparan peristiwa atau kegiatan yang telah dilakukan seseorang atau kelompok atas dasar tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. H. Pengertian Pendekatan Kontekstual Menurut Bahrudin (2008:137) pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang dilakukan guru dengan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. I. Prinsip Penerapan Pendekatan Kontekstual(CTL) Kunandar (2007: 303-305) dalam menerapkan model pembelajaran CTL seorang guru harus memegang beberapa prinsip pembelajaran berikut ini: a.
Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental siswa. Artinya, isi kurikulum dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus didasarkan pada kondisi sosial, emosional, dan perkembangan intelektual siswa, jadi usia siswa dan karakteristik individual lainnya dan serta kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi perhatian di dalam merencanakan pembelajaran.
b.
Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung (independent learning group). Artinya siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompokkelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas).
c.
Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri(self regulated lerning).
d.
Mempertimbangkan keragaman siswa (difersity of students). Artinya di kelas guru harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya latar
belakang suku bangsa, status sosial ekonomi, bahasa utama yang di pakai di rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki. e.
Memperhatikan multi-intelegensia (multiple intelligences) siswa. Artinya dalam pembelajaran kontekstual guru harus memerhatikan kebutuhan dan kecerdasan yang dimiliki siswa meliputi: (1) kecerdasan verbal linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan; (2) kecerdasan logis matematis adalah kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik; (3) kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk mempersepsi pola, ruang, warna, garis, dan bentukserta mewujudkan gagasan-gagasan visual dan keruangan secara grafis; (4) kecerdasan kinestetikadalah kemempuan menggunakan gerakan badan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan serta menyelesaikan problem; (5) kecerdasan musik adalah kemampuan memahami dan menyusun pola nada, irama, dan melodi; (6) kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan memahami diri dan bertindak sesuai dengan kemampuannya; (7) kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan memahami perasaan, maksud, dan motivasi orang lain; dan (8) kecerdasan naturalis adalah kemampuan memahami dan mengklasifikasikan tanaman, barang tambang, dan binatang.
f.
Melakukan
teknik-teknik
bertanya
(Questioning)
untuk
meningkatkan
pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Agar pembelajaran kontekstual mencapai tujuannya, maka jenis dan tingkat pertanyaan yang tepat harus diungkap/ditanyakan. g.
Menerapkan penilaian authentik (Authentic Assesment). Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berpikir kompleks seorang siswa, daripada hanya sekedar hapalan informasi aktual. J. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pohuwato kecamatan Marisa kabupaten
Pohuwato tempat peneliti bertugas. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dilaksanakan dari bulan Mei sampai bulan Juli 2013.Variabel Penelitian terdiri dari Variabel Input, Variabel Proses, Variabel Output , Prosedur Penelitian terdiri dari tahap persiapan, Pelaksanakan Tindakan
Pada tahap ini pemantauan dan evaluasi,
yang diamati adalah proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendamping dalam membelajarkan materi menulis laporan pengamatan melalui lembar pengamatan. Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam proses perbaikan pembelajaran. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran, baik dari cara guru mengajar maupun cara siswa belajar, sehingga dalam pelaksanaan refleksi diarahkan untuk dapat mencapai indikator yang hendak dicapai dalam pelaksanaan tindakan. Teknik Pengumpulan Data melalui observasi, Wawancara , Dokumentasi setelah, Data yang diperoleh dianalisis dengan memperhatikan tingkat kemampuan menulis laporan pengamatan dengan teknik presentase menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
x 100%
Apabila pelaksanaan tindakan
pada siklus I jumlah siswa yang mampu
menulis laporan belum mencapai 75% dari jumlah siswa seluruhnya dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 75, maka perlu dilakukan tindakan kembali pada siklus II. Jika pada siklus II sudah mencapai 75% kemampuan siswa menulis laporan, maka tidak perlu lagi melanjutkan pada siklus berikutnya. K. Pembahasan Pelaksanaan proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan melalui pendekatan kontekstual di kelas V SDN Pohuwato kecamatan Marisa kabupaten Pohuwato, telah mencapai indikator yang di harapkan. Hal ini dapat dilihat pada hasil capaian yang diperoleh pada siklus I dan II yang di sajikan dalam tabel persentase rata-rata kemampuan menulis laporan pengamatan melalui pendekatan kontekstual berikut ini. Tabel 1. Persentase Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Melalui Pendekatan Kontekstual.
No
Tahap pelaksanaan
1
Observasi awal
2 3
Rata-rata kemampuan menulis laporan pengamatan Tuntas (%)
Tidak tuntas (%)
20
80
Siklus I
52,5
47,5
Siklus II
90
10
Berdasarkan tabel di atas, pada observasi awal, terlihat bahwa persentase kemampuan menulis laporan pengamatan siswa yaitu 20% yang tuntas, sedangkan 80% tidak tuntas, sehingga dilakukan tindakan pada siklus I. Pada siklus I kemampuan siswa menulis laporan pengamatan meningkat menjadi 52,5% yang tuntas sedangkan 47,5% tidak tuntas. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I ternyata hasil yang diperoleh belum mencapai indikator yang diharapkan, sehingga dilakukan tindakan kembali pada siklus II. Pada siklus II diperoleh persentase kemampuan menulis laporan pengamatan siswa meningkat menjadi 90% yang tuntas sedangkan 10% tidak tuntas. Artinya, indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 75% dari jumlah siswa yang mampu menulis laporan pengamatan dapat tercapai bahkan melebihi dari target capaian. Kemampuan siswa menulis laporan pengamatan dari observasi awal yang diperoleh 20% meningkat 32,5% menjadi 52,5% pada siklus I. Kemudian setelah dilakukan tindakan kembali pada siklus II meningkat 37,5% menjadi 90%. Sehingga kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan melalui pendakatan kontekstual dari obsrevasi awal sampai pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 70%. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, jelas bahwa pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis laporan pengamatan pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Pohuwato. Secara sederhana, hal ini dapat dicapai melalui penggunaan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran yang disajikan dan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran serta indikator tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). L. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1.
Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDN Pohuwato.
2.
Pelaksanaan tindakan ini melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. pelaksaan tindakan pada siklus I, kemampuan siswa menulis laporan pengamatan belum memenuhi target capaian, setelah diadakan refleksi dan proses pembelajaran diperbaiki pada siklus II, kemampuan siswa menulis laporan pengamatan meningkat dan telah mencapai indikator yang di harapkan.
3.
Meningkatnya kemampuan menulis laporan pengamatan siswa kelas V SDN Pohuwato di tunjukkan dengan persentasi. Pada siklus I dengan jumlah 52,5% meningkat menjadi 90% pada siklus II. L. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
menyampaikan saran-saran sebagai berikut : 1.
Diharapkan kepada guru agar dalam melaksanakan pembelajaran, kiranya dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar siswa dapat memahami materi pelajaran yang disajikan.
2.
Penerapan
pendekatan
kontekstual
telah
terbukti
dapat
meningkatkan
kemampuan menulis laporan pengamatan di kelas V SDN Pohuwato. Oleh karena itu di harapkan bagi yang ingin melaksanakan penelitian serupa, kiranya dapat menggunakan pendekatan kontekstual. 3.
Penerapan pendekatan kontekstual ini hanya dilaksanakan di sekolah dasar, kiranya kepada guru-guru setingkat SMP dan SMA sederajat dapat mencoba menerapkan pendekatan kontekstual dalam bidang mata pelajaran masingmasing.
4.
Khusus untuk guru Sekolah dasar, pendekatan kontekstual sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran karena siswa SD lebih cenderung kepada hal-hal yang sifatnya nyata atau konkrit.
5.
Dalam melaksanakan pembelajaran, media dan sumber belajar juga sangat penting dalam merangsang respon siswa untuk aktif belajar, sehingga di harapkan agar guru lebih pandai memilih dan menggunakan media serta sumber belajar agar proses pembelajaran lebih menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., Maidar G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangg Bahrudin. 2008.Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: AR-RUZZ Media Callysta. 2012. Laporan Hasil Pengamatan (http://www.callysta.blogspot.com di akses 27 Juli 2013) Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Nuraeni, Enung. 2010. Buku Pintar Bahasa Indonesia. Jakarta: Plusmultimedia Nuraini, Umri dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Syafe’i Imam. 1996. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: FPS IKIP Malang Tarigan, HG. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Yosta.
2012.
Pengertian
diakses 27 Juli 2013)
Laporan
(http://www.tugasyosta-yosta.blogspot.com