PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS VI SDN GUNUNGSARI KEC.CANGKUANG KABUPATEN BANDUNG MAMAN SUKENDAR 08210859 ABSTRAK Penelitian dan penyusunan skripsi ini dilatarbelakangi oleh kegiatan mengarang khususnya menulis karangan narasi di sekolah masih kurang memuaskan. Hal ini mungkin disebabkan adanya anggapan bahwa pengajaran menulis karangan dianggap mudah. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan narasi dapat dikatakan tercapai. Hal ini terbukti dari 30 siswa, yang dibagi ke dalam 15 siswa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan 15 siswa lainnya tidak menggunakan pendekataan kontekstual, ternyata yang menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan narasi mendapat nilai rata-rata 9,2. Sedangkan siswa yang belajar menulis karangan narasi tidak menggunakan pendekatan kontekstual nilai rata-ratanya hanya 7,72. Berdasarkan data di atas penulis dapat simpulkan bahwa pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual cukup efektip. Dengan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat, ilmu yang diajarkan pada siswa dapat diterima dan menjadi pembelajaran yang efektif untuk siswa. Hal ini terbukti dari tercapainya tujuan pembelajaran pada setiap aspeknya. Kata Kunci : Menulis Karangan Narasi Dan Pendekatan Kontekstual.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa dari empat ketrampilan berbahasa yaitu, ketrampilan menyimak, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca, dan ketrampilan menulis. Ketrampilan terakhir ini ditempatkan pada urutan terakhir bukan tanpa alasan tetapi memang ketrampilan ini dapat dikuasai apabila telah menguasai ketraampilan berbahasa sebelumnya. Pada dasarnya setiap manusia yang normal tentunya telah melalui jenjang pendidikan yang memadai dapatlah kiranya menulis. Seperti kata Porter dalam bukunya, Quantum Learning, (1999: 178 ) menjelaskan bahwa sipercaya atau tidak, kita semua adalah penulis. Di suatu tempat di dalam setiap diri manusia ada jiwa unik yang berbakat yang mendapatkan kepuasan mendalam karena menceritakan suatu kisah, rasa, dan pikiran.
Dari ungkapan Porter di atas, menulis merupakan pekerjaan yang biasa dilakukan banyak orang. Siapa pun, dalam profesi apa pun, dan dimanapun. Untuk menulis, Setiap penulis yang terampil karerna seperti yang dikemukakan oleh Djuhari dan Suherli (2001: 120) menulis merupakan ketrampilan berbahasa yang dimiliki oleh setiap orang. Setiap orang memiliki banyak gagasan yang bias dijadikan bahan untuk menulis.Setiap orang memiliki potensi untuk menulis. Ruhendi (2002) meneruskan pernyataan Atmawilotomenyatakan bahwa menulis itu mudah jika mempunyai modal. Modal yang dimaksud adalah kemauan yang menggebu-gebu. Namun, kenyataan dilapangan tidaklah selalu demikian. Pembelajaran menulis (mengarang)
ternyata masih merupakan pelajaran yang masih belum banyak diminati. Sebagai contoh, ketika guru mengajarkan pelajaran menulis, siswa hanya duduk terpaku,diam, dan bingung memulai karangannya. Hal tersebut memang banyak faktor yang mempengaruhinya. Apakah dari sisi guru yang kurang memberikan arahan yang jelas, atau dari sisi siswanya itu sendiri yang memang tidak memiliki motivasi dan bingung untuk memulai karangannya (menulis). Dua hal tersebut itulah yang memicu pelajaran menulis tidak diminati. Ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa anak ketika akan memeulai tulisannya mengalami kebingungan, sulit mengeluarkan idenya, salah satu hambatannya adalah anak beranggapan bahwa ketika menulis haruslah runtun, baku, sesuai dengan EYD, dan lain lain. Hal inilah ternyata memicu anak enggan dan tersekat keterampilannya untuk menulis.Berdasarkan wawancara yang dilakukan ibu guru kelas VI SDN Gunungsari dikatakan bahwa untuk memulai menulis, anak terjebak oleh kebakuan-kebakuan aturan yang seolah olahmembatasi ruang gerak kreatifitasnya untuk menyampaikan segala sesuatu yang apa adanya, padahal menulis merupakan proses yang menyenangkan dan bebas. Pembelajaran di kelas merupakan satu segi yang harus ditinjau kembali, apakah guru sudah menggunakan pendekatan yang tepat, teknikyang efektif, dan menulid yang menarik? Dari sinilah sebetulnya sebuah penjelasan pembelajaran ditentukan. Guru sebagai fasilitator di kelas harus memberikan kenyamaan dan motivasi tersendiri bagi anak untuk semangat dalam proses belajar (menulis). Motivasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam belajar. Dalam menyusun sebuah karangan, siswa di berikan kebebasan untuk mengemukakan pikirannya tanpa di batasi oleh kepentingan- kepentingan tertentu seperti halnya karangan argumentative yang memiliki maksud untuk mempengaruhi orang lain. Melalui pendekatan kontekstual, siswa dapat mencatatkan poin-poin utama karangannya. Sesuai dengan pernyataan De Porter, “Alasan pertama untuk mencatat adalah bahwa mencatat meningkatkan daya
Ingat “ (De Porter, 2001: 146).
Batasan Masalah.
Untuk memberikan batasan yang jelas akan hal-hal yang harus diamati selama penelitian terhadap rumusan masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan narasi pada siswa kelas VI SDN Gunungsari Kec. Cangkuang Kab. Bandung.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan ketrampilan menulis siswa? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajar menulis karangan narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual? 3. Apakah hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual meningkat.
Kajian Pustaka.
Pembelajaran merupakan interaksi atau komunikasi aktif antara dua pihak. Komponen utama dari interaksi tersebut adalah pengajar dan pembelajar. Keduanya dikatakan utama karena pada hakekatnya merupakan dua subyek dengan perangkat-perangkat kemampuan yang dinamik. Pengajar yang berkedudukan sebagai perancang, penggerak dan fasilitator belajar bagi pembelajar, berkemampuan untuk menafsirkan situasi sedemikian rupa sehingga sanggup melakukan modifikasi –modifikasi strategi maupun teknik pengelolaan pembelajaran secara tepat. Pembelajaran menurut Syaiful (2003:6) ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penetu utama keberhasilan pendidikan.Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) dalam Syaiful adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pengertian Menulis.
Secara harfiah, kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan yang menggambarkan bahasa dengan lambanglambang yang dapat dipahami. Dalam hal ini Tarigan mengemukakan sebagai berikut : Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh sesorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambing-lambamg grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan,1994 : 21)
Tujuan Menulis.
Setiap penulis akan memusatkan kepada sesuatu yang akan ditulisnya, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai melalui tulisan tersebut. “yang dimaksud dengan maksud atau tujuan penulis adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca.”(Tarigan,1994 : 23). Tujuan atau maksud ini, dapat berupa obyektif maupun subyektif, yang mengacu kepada fungsi menulis. Menurut tujuan dan maksud ysng dikandungnya, tulisan dapat dibagi beberapa jenis menurut D’ Angelo yang disampaikan kembali oleh Tarigan (1994 : 24), tujuan menulis dapat dibagi sebagai berikut: a. Tulisan yang bertujuan meyakinkan pembaca, yaitu yang disebut dengan wacana persuasif . b. Tulisan yang bertujuan member informasi atau keterangan kepada pembaca disebut wacana infpormatif. c. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur, menyenangkan atau mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer. d. Tulisan yang bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan berapi-api disebut wacana ekspresif
Bentuk Tulisan.
Tulisan atau karangan menurut bentuk susunan bebas yang dipakainya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu prosa dan bentuk puisi. Prosa yaitu bentuk karangan yang menggunakan bahasa sewajarnya, bebas dari aturan antara irama, ritme, jumlah baris,bait dan sebagainya. Sedangkan puisi yaitu karangan yang menggunakan bahasa terikat seperti irama, penyusunan lirik, bait dan sebagainya. Pengertian Narasi. Adapun pendapat para ahli sebagai berikut. Keraf(2001:136) mengemukakan bahwa: Narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasarannya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Definisi lain tentang narasi menurut Keraf adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Ciri-ciri Karangan Narasi.
Ada beberapa cir karangan narasi yang membedakannya dengan karangan lain, tergantung dari sudut pandangnya. Adapun cirri-ciri karangan narasi tersebut sebagfai berikut : 1) Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesambungan sinambungan peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat (Keraf, 2001 : 145). 2) Karangan narasi bertujuan untuk memperluas pengetahuan orang. Selain itu, karangan narasi berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada pembaca. 3) Bahasa yang digunakan penulis karangan narasi ber
sifat subjektif. Kata-kata yang digunakan sangat dipengaruhi oleh jiwa pengarangnya. Dalam narasi terdapat pelaku peristiwa yang lajimnya disebut pelaku
Pendekatan Kontekstual Latar Belakang Kontekstual
Pendekatan
Metode Kontekstual sudah lama di kembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916 yaitu filodofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual atau CTL (Contextual Teacing and Learning) di kembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextusl Teaching and learning yang bergerak dalamduia Pendidikan di America Serikat. Pendekatan Kontekstual. Lahir karena kesadaran bahwa pembelajaran yang dilakukan di kelas kurang produktif. Sehariharinya kelas di sekolah diisi denganpemaksaan terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghapal Harus segera ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa. Pendekatan Kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama aepuluh tahun. Pendekatan Kontekstual mengaku bahwa pembelajaran merupakan proses kompleks dan banyak fase yang berlangsung jauh melampaui drill oriented dan stimulus and responds. Menurut Nur (2001) pengajaran Kontestual memungkinkan siswa menguatkan memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka berbagai macam tatanan, dalam sekolah atau pun diluar sekolah agar siswa dapat memcahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Pengertian Pendekatan Kontekstual.
Metode Kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (contructivism) bertanya (questioning),
menemukan (inquiry).Masyarakat belajar (learningcommunity),pemodelan(modeli), (authetic assement), (diknas 2003)
PEMBAHASAN.
Pada bagian ini penulis menyajikan data beserta analisisnya. Data yang dikmaksud disini adalah karangan narasi siswa sebanyak 30 karangan. Ke 30 karangan ini di kelompokan dalam dua bagian yaitu, 15 karangan termasuk dalam data analisis menulis 1, dan 15 karangan lagi termasuk data analisis menulis 2 data 1 adalah hasil tes menulis karangan narasi tanpa menggunakan pendekatan kontekstual. Sedangkan data 2 adalah hasil tes menulis karangan narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.Data tersebut dikelompokkan Ke dalam aspek-aspek (a) isi karangan yang meliputi kesesuaian judul karangan dengan tema karangan, kesesuaian isi cerita dengan tema karangan, alur yang disusun, latar yang digambarakan, kesesuaian amanat dengan karangan; (b) penggunaan ejaan dan tanda baca yang meliputi npenggunaan hurup capital, penulis kata depan, penggunaan titk, dan penggunaan koma. Data-data terdebut akan penulis analisis berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan ppada bab sebelumnya. Pada bagian akhir akan disajikan skor siswa dari setiap aspek.
Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan data pada karangan narasi siswa kelas VI SD Negeri Gunungsari Kec.Cangkuang Kab. Bandung, berikut penulis rumuskan simpulan hasil; penelitian yang telah dilakukan. Pembelajaran menulis karangan narasi dengan pendekatan kontekstual di kelas VI SD Negeri Gunungsari Kabupaten Bandung cukup efekti, hal ini terbukti dari hasil pre tes yang memiliki angka di atas rata-rata dari analisis kegiatan belajar mengajar.Kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VI SD Negeri Gunungsari Kabupaten Bandung sebelum menggunakan pendekatan Kontekstual cukup baik tetapi Setelah menggunakan pendekatan kontekstual
siswa lebih baik, ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil analisis skor sebelum dengan menggunakan pendekataan kontekstual skor rata-rata 7,72 tetapi setelah menggunakan pendekatan kontekstual menjadi 9,2 . Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil tulisan siswa kelas VI SD Negeri Gunungsari Kab. Bandung setelah penggunaan pendekatan kontekstual dilakukan skarena sebelumnyaa penulis sebagai guru bahasa Indonesia selalu dengan pendekatan struktural.
Daftar Pustaka.
Ambari, A.(1983) Intisari tata bahasa Indonesia; Dkatnika. Bandung. Akhadiyah, (1989) Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Erlangga ;Jakarta. Badudu J.S (1985) Cakrawala Bahasa Indonesia. Kanisius. Jakarta. Broto, A.S (1982) Metodologi Proses Belajar Mengarang, Solo, Tiga Serangkai Keraf G. (1989) Komposisi : Nusa Indah.Ende. Parera, JD (1987) Menulis tertib dan Sistematis. Erlangga. Jakarta. Poerwadarminta, W.J.S (1985) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Erlangga.Jakarta Sudirman N (1987) Ilmu Pendidikan Remaja Karya. Bandung. Parwito (1986) Bahasa Indonesia 3. : Setiaji Surakarta Tarigan, D. (1986) Membina Ketrampilan Menulis, Angkasa. Bandung.