MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V Isdianti
[email protected] Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi kurang antusiasmenya peserta didik dalam pelajaran bahasa Indonesia khususnya kegiatan menulis karangan. Penelitian ini mengkaji masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran menulis karangan persuasi. Masalah tersebut terdiri atas 3 butir ; 1) proses pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual, 2) keefektifan model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual, 3) hasil pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk ; 1) untuk mengetahui proses pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual, 2) untuk mengetahui keefektifan pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan persuasi, 3) untuk mendapatkan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.Berdasarkan hasil penelitian ini maka model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V Sekolah Dasar dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena berdasarkan hasil tes siswa menunjukkan ada peningkatan kemampuan keterampilan menulis karangan persuasi. Kata Kunci : Persuasi, pendekatan kontekstual
PENDAHULUAN Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan aspek penting yang perlu diajarkan kepada peserta didik di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan sejak masih di bangku SD, dengan harapan agar peserta didik mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Namun kenyataan di lapangan antusiasme peserta didik terhadap pelajaran bahasa Indonesia tidak seperti yang diharapkan bahkan kegiatan membaca dan menulis terlihat sangat menurun. Padahal bila kebiasaan membaca dan menulis sukses diterapkan sejak dini, maka peserta didik akan dapat mengungkapkan gagasan dan unek-unek mereka secara kreatif. Pemerintah mengubah Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kemudian berubah lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dengan tujuan untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang menitikberatkan pada empat segi keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang produktif dan dikomunikasikan secara tulisan. Dilihat dari segi kesukarannya keterampilan menulis memiliki tingkat kesukaran yang relatif tinggi serta merupakan kegiatan berbahasa yang diajarkan kepada siswa. Kegiatan tersebut dapat menentukan keberhasilan dalam pengajaran dalam bahasa tulis berupa suatu karangan.
Karangan berguna untuk mengungkapkan faktafakta, perasaan, sikap dan isi pikiran secara jelas untuk dikomunikasikan kepada pembaca. Oleh karena itu ada beberapa persoalan yang harus diperhatikan, pengarang harus mempunyai objek yang akan dituangkan. Bila sudah menemukan objek itu maka harus memikirkan dan merenungkan gagasan secara jelas agar dapat mengembangkan gagasan-gagasan utamanya secara terperinci. Materi bahan ajar dalam Kompetensi Dasar kelas V SD salah satunya adalah menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Selama ini terdapat materi pembelajaran yang sering kali siswa sulit untuk memahaminya atau guru sulit untuk menjelaskannya dengan demikian siswa kurang memiliki gambaran yang jelas untuk menuangkan pikiran kedalam bentuk karangan. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik yang didalamnya terdapat pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran yang terangkai dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan konstektual adalah konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan yang 1
disesuaikan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Persuasi adalah suatu jenis karangan yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Karena tujuan akhir agar pembaca atau pendengar melakukan sesuatu, maka persuasi dapat dimasukkan pula dalam caracara untuk mengambil keputusan. Mereka yang menerima persuasi harus mendapat keyakinan, bahwa keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang benar dan bijaksana dan dilakukan tanpa paksaan. Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi. Oleh sebab itu, ia memerlukan juga upaya-upaya tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Upaya yang biasa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti, walaupun tidak setegas argumentasi. Bentuk-bentuk persuasi yang dikenal secara umum adalah propaganda yang dilakukan oleh golongan-golongan atau badan-badan tertentu, iklan-iklan dalam surat kabar, majalah atau media masa lainnya, selebaranselebaran, kampanye lisan dan sebagainya. Semua bentuk persuasi itu biasanya mempergunakan pendekatan emotif yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi para pembaca. Permasalahan yang dapat kita temukan dalam upaya menyusun model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan pendekatan kontekstual dibatasi sebagai berikut ; 1) proses pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V, 2) keefektifan model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V, 3) hasil pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V. Berdasarkan pembatasan masalah diatas, penulis akan merumuskan permasalahan penulisan penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ; 1) bagaimana proses pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V, 2) apakah pendekatan kontekstual efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan persuasi pada siswa kelas V, 3) bagaimana hasil pembelajaran model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V. Tujuan pelaksanaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1) untuk mengetahui proses pembelajaran
menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V, 2) untuk mengetahui keefektifan pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan persuasi pada siswa kelas V, 3) untuk mendapatkan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V. Suatu penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari manfaat yang ingin dicapai. Oleh karena itu penulis mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat untuk semua orang terutama bagi penulis, guru, siswa dan dunia pendidikan. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang ditentukan. Adapun hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1) Proses pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual sebagai alternatif model pembelajaran, 2) Pendekatan kontekstual efektif digunakan dalam pembelajaran menulis karangan persuasi pada siswa kelas V, 3) Ada perbedaan hasil pembelajaran model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V . Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto (1998 : 115), adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 34 orang terdiri dari 23 orang siswa perempuan dan 11 orang siswa laki-laki. Dalam penelitian penulis akan menggunakan sampel seluruh siswa kelas V. Hal tersebut didukung oleh pendapat Suherman, (1993:107) bahwa untuk menentukan sampel penelitian apabila subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. KAJIAN TEORI DAN METODE PENELITIAN Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh calon pendidik atau pendidik yang didalamnya terdapat pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran yang terangkai dan membentuk suatu kesatuan yang utuh. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran 2
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan keterampilan. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis. Seorang penulis akan terampil apabila dia sering melakukan latihan yang teratur. Kemampuan menulis sering dipandang sebagai kemampuan berbahasa yang paling sulit. Itulah sebabnya tidak semua orang memiliki kemampuan dalam menulis. seorang penulis tidak hanya dituntut menguasai permasalahan yang ditulisnya, tetapi dia juga harus menguasai tata cara penulisan, menguasai kaidah-kaidah penggunaan bahasa tulis dan menguasai gaya penulisan agar tulisannya menjadi menarik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:574) ”Menulis adalah menggunakan pena, potlot, bolpoin diatas kertas, kain, papan dan sebagainya untuk menghasilkan huruf, kata atau kalimat”. Tarigan (1994:21) mengemukakan, ”Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu”. Sedangkan menurut Supriadi (1995:30) mengemukakan, ” Keterampilan menulis merupakan keterampilan alih kode yang tepat dan seksama dalam bentuk ujaran, bertekanan dan berintonasi (unsur segmental dan suprasegmental) ke dalam bentuk tulisan yang dilengkapi dengan tanda baca, hingga keseluruhan bentuk yang ditulis itu mampu menampung perasaan dan pikiran sebagaimana yang dimaksud penulisnya”. Berdasarkan ketiga pendapat di atas maka menulis adalah merangkaikan lambang-lambang yang mempunyai makna. Melalui kegiatan menulis dapat terjadi komunikasi antara penulis dan pembaca. Keterampilan menulis merupakan proses perkembangan, sebab akan menambah pengalaman, menurut gagasan secara logis, diekspresikan dengan jelas dan menarik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:445) menjelaskan, ”karangan adalah hasil mengarang, tulisan, cerita, artikel dan buah pena”. Selanjutnya Gie L.T (1992:17) menjelaskan, ”karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca”. Sedangkan Mulyono (1986:16) mengemukakan bahwa, ”karangan adalah rangkaian kalimat yang logis, padu dan sistematis yang berisi pengalaman,
pikiran atau pelukisan tentang suatu objek, peristiwa atau masalah”. Berdasarkan ketiga pendapat di atas yang dimaksud dengan karangan adalah hasil tulis-menulis sebagai wujud dari gagasan yang mengandung isi atau maksud untuk dikomunikasikan kepada pembaca. Setiap jenis karangan masing-masing mempunyai tujuan. Pada dasarnya sebuah karangan mempunyai tujuan umum yang ingin dicapai. Sejalan dengan itu maka Keraf (1995:6) mengemukakan empat macam kebutuhan dasar yang dapat terwujud yaitu memberi informasi kepada orang lain dan memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal, meyakinkan seseorang mengenai suatu kebenaran atau suatu hal dan lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek atau mendeskripsikan cita rasa suatu benda atau bunyi, menceritakan kepada orang lain mengenai kejadian-kejadian atau peristiwaperistiwa yang terjadi baik yang dialami sendiri maupun yang didengarnya dari orang lain. Karangan persuasi adalah jenis karangan yang berisi ajakan, rayuan atau bujukan untuk mempengaruhi sehingga pembaca mau bertindak sesuai dengan kehendak pengarang. Sekilas karangan persuasi mempunyai persamaan dengan karangan argumentasi yaitu sama-sama menggunakan fakta dan sama-sama berupaya ingin terjadi kesesuaian atau kesepakatan antara pengarang dengan pembaca. Dalam persuasi ada beberapa elemen agar individu mudah menerima persuasi diantaranya komunikator yang kredibel, komunikator yang menarik dalam cara tertentu dan orang yang berbicara cepat biasanya seringkali lebih persuasif dibanding orang yang berbicara lambat. Menurut Depdiknas (2002), pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka seharihari. Joshua (2003:2) mengemukakan, ”Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep tentang pembelajaran yang membantu guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi-situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara serta relatif aktif dalam kegiatan belajar yang dituntut dalam pelajaran. Suherman (2003:3) mengemukakan, ”Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan dengan mengambil (mensimulasikan, menceritakan, berdialog atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami 3
siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang dibahas”. Berdasarkan pengertian di atas bahwa pembelajaran kontekstual adalah proses belajar yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu ; 1) Mengkaitkan, mengkaitkan adalah strategi paling hebat dan merupakan inti dari kontruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa, 2) Mengalami, mengalami merupakan inti dari pembelajaran kontekstual. Strategi ini menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan siswa sebelumnya, 3) Menerapkan, siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistis dan relevan, 4) Kerjasama, siswa yang bekerja secara individu sering tidak mendapatkan kemajuan yang signifikan. Sebaliknya siswa yang bekerja secara berkelompok sering dapat mengatasi masalah yang sedikit komplek karena memiliki bantuan dari orang lain, 5) Mentransfer, peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan.
Berdasarkan penelitian ini maka hasil yang penulis dapatkan nilai rata-rata pada saat tes awal adalah 47,79. Persentase nilai siswa berkategori sangat baik adalah 0%, persentase nilai siswa berkategori baik adalah 26,46%, persentase nilai siswa berkategori cukup adalah 73,53% dan persentase siswa berkategori kurang adalah 0%. Sedangkan nilai ratarata pada saat tes akhir adalah 61,62. Persentase nilai siswa berkategori sangat baik adalah 5,9%, persentase nilai siswa berkategori baik adalah 79,4%, persentase nilai siswa berkategori cukup adalah 14,7% dan nilai siswa berkategori kurang adalah 0%. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V, maka diperoleh simpulan sebagai berikut ; 1) Proses pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan gambaran pembelajaran dari awal sampai akhir yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan bagi para siswa sekolah dasar, 2) Pendekatan kontekstual efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan persuasi pada siswa sekolah dasar. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian pendekatan kontekstual dapat menciptakan suasana belajar yang mampu membantu siswa untuk menemukan ide yang tepat, pilihan kata yang sesuai dan penggunaan ejaan yang sesuai dengan aturan penggunaan ejaan yang baik dan benar, 3) Berdasarkan hasil pembelajaran menulis karangan persuasi dengan pendekatan kontekstual, kemampuan siswa dalam menulis karangan persuasi mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari pencapaian nilai yang diperoleh sebelum dan sesudah proses pembelajaran. Nilai rata-rata tes awal adalah 47,79 dengan persentase nilai siswa berkategori sangat baik 0%, persentase nilai siswa berkategori baik 26,47%, persentase nilai siswa berkategori cukup 73,53% dan persentase nilai siswa berkategori kurang 0%. Sedangkan nilai rata-rata tes akhir adalah 61,62 dengan persentase nilai siswa berkategori sangat baik 5,9%, persentase nilai siswa berkategori baik 79,4%, persentase nilai siswa berkategori cukup 14,7% dan persentase nilai siswa berkategori kurang 0%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari observasi dan tes itu diolah dengan teknik kualitatif, yaitu untuk menganalisa kelayakan model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V. Tahap pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut ; 1) Mengumpulkan data hasil tes terhadap model pembelajaran menulis karangan persuasi dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V, 2) Mengklasifikasi data hasil tes, 3) Menganalisis data hasil tes setiap siswa dengan cara ; a) Memeriksa jawaban setiap siswa, b) Menetapkan benar salahnya jawaban siswa, c) Menetapkan nilai yang diperoleh siswa, 4) Menetapkan tingkat keterpahaman
model pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Rumus yang dugunakan penulis adalah sebagai berikut : Nilai Siswa =
DAFTAR PUSTAKA Atarsemi, 1989. Syarat-Syarat Menulis Karangan. Jakarta : Angkasa. Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : BP Depdikbud. 2002. Pembelajaran Kontekstual. Jakarta : Pustaka Setia.
Skor Siswa x 100 Skor Ideal
Nilai rata − rata siswa =
Nilai Siswa Siswa 4
Keraf, Gorys. 1995. Jenis-Jenis Karangan. Jakarta : Nusa Indah Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Jakarta : Nusa Indah Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka. Sujana, Nana. 1996. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Tarigan, Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Pusbuk. 2004. Kriteria Penyusunan Bahan Ajar. Jakarta : Pusbuk Depdiknas.
5