PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH PIDATO DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SDN 1 CIKERIS KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PURWAKARTA Dedeh Kurniasi
[email protected] Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI BANDUNG Abstrak Keterampilan menulis naskah pidato perlu dipelajari oleh peserta didik, karena keterampilan menulis naskah pidato relevan dengan kebutuhan peserta didik misalnya, dalam suatu organisasi peserta didik sering terlibat dengan kegiatan berpidato. Keterampilan menulis naskah pidato harus dibarengi minat yang tinggi, karena minat merupakan kecenderungan hati, keinginan atau ketertarikan yang tinggi terhadap sesuatu. Pembelajaran menulis naskah pidato kurangn diminat oleh siswa, karena adanya anggapan bahwa menulis naskah pidato itu sulit, dengan adanya permasalahan tersebut, maka peneliti mencoba memecahkan masalah dengan menerapkan pendekatan kostruktivisme dalam pembelajaran menulis naskah piadatodengan harapan dapat memberikan motivasi dalam menumbuhkan minat peserta didik dalam belajar menulis naskah pidato dan mengahapus anggapan bahwa menulis naskah pidato itu sulit. Ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan konstruktivisme. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes awal dan tes akhir kemampuan menulis naskah pidato dengan mean tes awal 55,8 dan mean tes akhir 75,6 dengan deviasi 24. Kata Kunci: pembelajaran, menulis, naskah pidato, konstruktivisme
PENDAHULUAN Menulis bukanlah suatu keterampilan yang mudah untuk dipelajari, karena keterampilan menulis dapat diperoleh melalui proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih. Semakin rajin peserta didik berlatih keterampilan menulis yang dimiliki juga akan semakin meningkat. Untuk itu peserta didik perlu dimotivasi supaya gemar menulis. Di era globalisasi seperti sekarang ini keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Dalam dunia pendidikan, keterampilan menulis mempunyai arti yang sangat penting. Dengan berlatihnya peserta didik menulis dan mengungkapkan ide, peserta didik akan terampil dan terarah kemampuan berekspresinya. Pelaksanaan pembelajaran menulis yang bervariasi meliputi metode, teknik dan media pembelajaran yang bervariasi akan mendorong minat peserta didik untuk meningkatkan keterampilan menulisnya. Keterampilan menulis naskah pidato tidak terlepas dari keterampilan menulis yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa disamping keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menyimak yang menjadi tujuan setiap pengajaran bahasa di Sekolah Dasar pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia dengan: (1) Standar Kompetensi: Mengungkapkan pikiran dan informasi secara tertulis dalam bentuk naskah pidato dan surat resmi. (2) Kompetensi Dasar: Menyusun naskah pidato/sambutan (perpisahan, ulang tahun, perayaan sekolah, dll.) dengan bahasa yang baik dan benar, serta memperhatikan penggunaan ejaan. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut keterampilan menulis naskah pidato perlu dipelajari oleh peserta didik. Disamping itu, keterampilan menulis naskah pidato relevan dengan kebutuhan peserta didik misalnya, dalam suatu organisasi peserta didik sering terlibat dengan kegiatan berpidato. Pada saat pemilihan ketua OSIS, acara perpisahan peserta didik, peringatan hari besar nasional, peringatan hari besar keagamaan, dan juga keperluan berinteraksi sosial dalam acaraacara kemasyarakatan. Keterampilan menulis naskah pidato perlu dimiliki setiap peserta didik, tetapi pada pembelajaran menulis naskah pidato kecenderungan peserta didik malas dan pembelajaran menulis di SD yang dilaksanakan selama ini kurang produktif, dalam arti manfaat atau hasil dari pembelajaran menulis naskah pidato hanya sebatas pengetahuan bagi peserta didik karena realisasinya dalam kehidupan sehari-hari kurang. Guru bahasa dan sastra Indonesia pada umumnya 1
menerangkan hal-hal yang berkenaan dengan teori menulis naskah pidato. Sementara pelatihan menulis naskah pidato jarang diimplementasikan. Akibatnya keterampilan menulis naskah pidato yang dimiliki peserta didik rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Berdasarkan latar belakang masalah diatas, selanjutnya penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta? (2) Efektifkah penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembepalajaran menulis naskah pidato pada siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta? (3) Adakah perbedaan hasil pembelajaran menulis naskah pidato pada siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan konstruktivisme? Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. (2) Menerapkan pendekatan konstruktivisme dalam pembepalajaran menulis naskah pidato pada siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. (3) Mengetahui adanya perbedaan hasil pembelajaran menulis naskah pidato pada siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. (2) Untuk mengetahui efektif tidaknya pendekatan konstruktivisme dalam pembepalajaran menulis naskah pidato pada siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. (3) Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil pembelajaran menulis naskah pidato pada siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa di SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta dengan jumlah siswa sebanyak 161 orang. Dan yang menjadi sampel adalah siswa kelas dengan VI dengan jumlah 24 orang. Siswa laki-laki sebanyak 10 orang dan siswa perempuan sebanyak 14 orang. Untuk mempermudah memahami kajian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan penelitian, yaitu: (1) Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. (2) Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. (3) Naskah pidato berarti karangan tertulis sebagai patokan dalam berpidato. Naskah pidato terdiri atas tiga bagian, yaitu: (a) pembukaan, (b) isi, (c) Penutup. (4) Pendekatan Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. KAJIAN TEORI DAN METODE PENELITIAN
Pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002:128). Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif, karena menulis digunakan untuk memproduksi bahasa demi penyampaian makna. Keterampilan menulis dapat diperoleh melalui pengembangan penguasaan konsepkonsep teoritis tertentu, disertai dengan latihan-latihan yang sudah pasti “jatuh-bangun” untuk memperoleh keterampilan menulis (Tarigan, 2008 dalam Zainurrahman, 2011:2). Dalam keterampilan menulis, latihan merupakan kunci yang paling utama demi 2
mencapai kesuksesan untuk pencapaian predikat “mampu menulis dengan baik dan benar”. Seseorang hanya bisa menciptakan sebuah tulisan yang baik jika orang tersebut rajin membaca, karena bacaan merupakan modal dalam tulisan. Menulis sebagai suatu aktivitas berbahasa, tidak akan pernah tuntas dan lengkap dibahas, dikarenakan begitu rumitnya dan bervariasinya konsep dan terapannya. Terlepas dari kerumitan dan kesulitannya, menulis merupakan sebuah proses penting dalam kehidupan siapa saja dewasa ini, karena selain menunjang profesionalisme, juga merupak refleksi dari kesadaran dan kemampuan berkomunikasi sebagai makhluk sosial yang memiliki kompetensi. (Zairrahman, 2011:xiv). Hakikat menulis pada dasarnya keterampilan menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak berlatih karena keterampilan menulis mencakup penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak.Untuk mengetahui sampai di mana hasil menulis yang dicapai, perlu dilakukan tes menulis kepada siswa. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui (Nurhadi Hanuri, 2011) “Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri. Sedangkan teori konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain”. Dari keterangan di atas dapatlah ditarik simpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (Von Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3). Konstruktivisme sebagai aliran filsafat, banyak mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran. Konstruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Sebagai landasan paradigma pembelajaaran, konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampun untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu.Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar.Namun guru lebih diposisikan sebagai fasiltator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Hudojodalam Muhamad Firdaus). Aliran ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar. Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya, termasuk metode konstruktivisme. Kelebihan dari metode konstrutivisme yaitu: (a) Dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperlajari konsep menulis naskah pidato.(b) Melatih peserta didik berpikir kritis dan kreatif. Sedangkan kelemahan dari metode konstruktivisme yaitu: (a) Hasil konstruksi peserta didik tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi. (b) Membutuhkan waktu yang lama dan setiap peserta didik memerlukan penanganan yang berbeda-beda. (c) Situasi dan kondisi setiap sekolah tidak sama, karena tidak semua memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas peserta didik. Metode penelitian adalah kegiatan untuk mendapatkan gambaran secara sistematis dalam penelitian ini mengenal fakta-fakta kenyataan atau kejadian yang ada selama penelitian berlangsung maka digunakan metode dengan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, 3
misalnyakondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung (Sukmadinata, 2006:72). Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman. Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan metode penelitian deskriptif, maka diperlukan teknik penelitian penelitian, diantaranya: (1) Tes hasil belajar berarti tes untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Dalam penelitian ini hasil tes belajar menulis naskah pidato. (2) Observasi merupakan alat untuk mencatat kejadian yang sebenarnya. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan maksud untuk memperoleh gambaran tentang penerapan pendekatan konstruktivisme yang menjadi sasaran peneliti, seperti nilai tes dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis naskah pidato. Adapun data yang diobservasi dalam penelitian adalah hasil tes dan sikap siswa dalam pembelajaran materi menulis naskah pidato. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data adalah gambaran skor tes awal dan tes akhir yang peneliti dapatkan dari sampel kelas IX SMP YKPPK Bandung yang berjumlah 12 orang. Deskripsi analisis hasil tes awal dan tes akhir merupakan paparan pelaksanaan kegiatan pembelajaran menulis artikel dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dan hasil analisis proses belajar mengajar yang berupa nilai tes awal dan nilai tes akhir. Tabel 1 Distribusi Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Menulis Naskah Pidato dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme Tes Tes Deviasi No. Awal Akhir d² (d) (X1) (X2) 1. 60 80 20 400 2. 65 85 20 400 3. 60 80 20 400 4. 55 75 20 400 5. 60 80 20 400 6. 60 75 15 225 7. 55 75 20 400 8. 55 75 20 400 9. 60 80 20 400
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
50 60 60 50 55 65 45 55 55 50 50 55 50 60 60 50
70 80 80 70 75 85 70 75 75 70 70 75 75 85 80 70
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Dari data tersebut diperoleh hasil: 1. Mean Tes Akhir: M = ∑X1 N = 1.395 25 = 55,8 2. Mean Tes Akhir: M = ∑X2 N = 1.890 25 = 75,6 3. Mean deviasi Md = ∑d N = 495 25 = 19,8 4. Db = N–1 = 25 – 1 = 24 5. Menghitung tingkat kebebasan dengan menggunakan rumus uji t: t = Md √∑d² – (∑d)² n n(n – 1) = 19,8 √245.025 – (495)² 25 25(25 – 1) = 19,8 √245.025 – 9.801 600
400 400 400 400 400 400 625 400 400 400 400 400 400 400 400 400
4
=
19,8 √235.224 600 = 19,8 485 600 = 19.8 0,80 = 23,5 Dari perhitungan di atas, diperoleh thitung sebesar 23,5 sedangkan harga ttabel dengan tarap signifikan atau tapar kepercayaan 99 % adalah 2, 51. Dengan demikian thitung lebih besar dari pada ttabel, maka dapat disimpulkan perbedaan hasil tes awal dan tes akhir signifikan. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis kerja (Ho) memenuhi kriteria dan diterima. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan siswa kelas VI SDN 1 Cikeris Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta pembelajaran menulis naskah pidato dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme meningkat. Hasil penelitian yang akan dibahas adalah hasil tes awal dan tes akhir. Penelitian pembelajaran menulis karangan persuasi terbukti mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan nilai hasil tes awal dan tes akhir yang diperoleh siswa. Pencapaian kriteria kemampuan pembelajaran menulis naskah pidato pada kegiatan tes awal sebagai berikut: Memilih tema 68 %, sistematika penulisan 54 %, pemaparan isi sesuai dengan tema 51 %, penggunaan bahasa yang baik 54 %, pengunaan ejaan yang tepat 55 %. Pencapaian kriteria kemampuan pembelajaran menulis karangan persuasi dalam kegiatan tes akhir dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme sebagai berikut: Memilih tema 68 %, sistematika penulisan 54 %, pemaparan isi sesuai dengan tema 51 %, penggunaan bahasa yang baik 54 %, pengunaan ejaan yang tepat 55 %. Hasil yang diperoleh pada penelitian di atas belum sempurna, tetapi telah membuktikan bahwa untuk menguji hipotesis hasil tersebut, terbukti kebenarannya. Dari hasil data di atas, menunjukkan bahwa siswa mampu menulis naskah pidato untuk menentukan memilih tema, sistematika penulisan, pemaparan isi sesuai dengan tema, penggunaan bahasa yang baik, pengunaan ejaan yang tepat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes awal dan tes akhir, adanya peningkatan kemampuan pembelajaran menulis naskah pidato dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme.
SIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis naskah pidato mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dalam perhitungan nilai tes awal dan tes akhir dari rata-rata nilai tes awal 55,8 dan rata-rata nilai tes akhir 75,6. (2) Penggunaan pendekatan kostruktivisme efektif, karena hal tersebut dapat dilihat dari hasil kegiatan pembelajaran yang direncanakan siswa dibiasakan untuk berinteraksi dengan teman dan gurunya selama proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata, pengetahuan yang dibangun merupakan hasil memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri. Konstruktivisme memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain. (3) Ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan konstruktivisme. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes awal dan tes akhir kemampuan menulis naskah pidato dengan mean tes awal 55,8 dan mean tes akhir 75,6 dengan deviasi 24. DAFTAR PUSTAKA
Muhammad. 1987. Metodologi Penelitian. Bandung: Angkasa. AR, Syamsudin, M. S., Damianti, Vismaia S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka Cipta. H.P Achmad, U.S Mukti, Krisanjaya. 2009. Retorika. Jakarta: Universitas Terbuka. Rosyadi, A. Rahmat. 2008. Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah. Bogor: Ghalia. Sunarti dan Maryani, Yani. Intisari bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMP. 2007. Bandung: Pustaka Setia. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisms dalam Pendidikan. Jogyakarta: Kanisius. 5 Ali,
S, Widyati. 2004. Belajar Aktif Bahasa Indonesia. Jakarta: Bintang Ilmu. Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Angkasa. Winataputra, Udin S, dkk.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Zainurrahman.2011.Menulis Dari Teori Hingga Praktik.Bandung: Alfabeta. Sumber: http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2202906-jenis-jenispembelajaran-dalam-pendekatan/#ixzz1fNcTxibl (diakses tgl. 22 Januari 2012). Sumber: http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2202924-pengaruhpendekatan-konstruktivisme-terhadapmotivasi/#ixzz1fNciL9oB (diakses tgl 22 Januari 2012). Sumber:http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/22 02740-pengertian-menulis/#ixzz1jOjQU5xO (diakses tgl. 22 Januari 2012).
6