MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DEBATE PADA PELAJARAN PKN DI KELAS V SD NEGERI 086 DALAN LIDANG EFFENDI MANALU* DAN NITA RAKHMA NST** *Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED **Mahasiswa Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED Email :
[email protected] ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kecerdasan emosional siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran Debate dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa pada mata pelajaran PKn materi pokok Berorganisasi di Lingkungan Sekolah dan di Masyarakat? Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 086 Dalan Lidang yang berlokasi di Jln. Dalan Lidang, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal. Alat pengumpulan data menggunakan observasi dan angket. Hasil penelitian yang diperoleh selama penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecerdasan emosional, hal ini dapat dilihat pada persentase data tingkat emosi siswa pada siklus I sebesar 30,56% yang tergolong kurang cerdas emosi dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 88,96% yang tergolong cerdas. Sedangkan hasil angket pada kondisi awal mulanya hanya 30,56% yang tergolong sangat kurang cerdas emosi dan pada kondisi akhir mengalami peningkatan sebesar 83,33% yang tergolong cerdas. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Debate dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri 086 Dalan Lidang pada pelajaran PKn materi Berorganisasi di Lingkungan Sekolah dan di Masyarakat. Dan disarankan kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran Debate dalam menyampaikan materi pada pelajaran PKn. Kata Kunci : Model Pembelajaran Debate dan Kecerdasan Emosional Siswa PENDAHULUAN Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting diajarkan kepada anak-anak terutama di sekolah dasar. Karena di dalamnya telah dikenalkan berbagai macam ilmu pengetahuan baik tentang kenegaraan, perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, serta cara kita untuk mewujudkan rasa Nasionalisme yang tinggi bagi negara kita. Jadi, apabila PKn tidak diajarkan di sekolah-sekolah baik SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi maka akan berdampak buruk
bagi anak-anak atau orang-orang yang masih awam. Mereka bisa berbuat seenaknya saja tanpa mengetahui aturan atau hukum yang berlaku di negaranya. Bahkan bisabisa mereka sering mendapat sanksi karena banyaknya pelanggaranpelanggaran yang mereka buat. Tapi sekarang ini, mata pelajaran PKn dipandang sebelah mata bahkan dianggap sudah tidak perlu lagi. Mengingat begitu banyaknya UU yang harus dihafal dan dimengerti oleh setiap anak 41
sehingga merasa jenuh dengan hafalan-hafalan itu. Sesungguhnya yang mereka butuhkan bukanlah hafalan tapi penerapan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak merasa butuh untuk mempelajari PKn. Karena tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti di SD Negeri 086 Dalan Lidang, “Ada beberapa ciri-ciri kecerdasan emosional rendah dalam pembelajaran yang berhubungan dengan siswa pada pelajaran PKn adalah siswa tidak bersemangat dalam proses pembelajaran dan memiliki kesuksesan yang rendah”. Menurut guru, “Masih banyak siswa yang kurang menunjukkan kecerdasan emosional dan kurang mampu memberikan pendapat dalam mengikuti pelajaran PKn materi pokok Berorganisasi di Lingkungan Sekolah dan di Masyarakat”. Kebanyakan siswa tidak berani beradu argumentasi dalam rangka mengemukakan dan mempertahankan pendapatnya dan siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) diberikan guru. Pembelajaran hanya berpusat kepada guru. Kebanyakan guru menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah kemudian guru memberikan soal
kepada siswa. Hal ini menyebabkan para siswa kurang keberanian dalam bertanya serta mengeluarkan pendapatnya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Masalah-masalah tersebut harus dihentikan, karena akan berdampak negatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan siswa. Oleh karena itu, harus dilakukan berbagai upaya yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran debate di dalam kelas. Inti permasalahan yang telah diuraikan di atas adalah model pembelajaran yang kurang efektif merupakan salah satu penyebab rendahnya kecerdasan emosional pada siswa. Untuk itu perlu dicari suatu inovasi model pembelajaran yang paling efektif sehingga mampu meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Pemilihan model pembelajaran merupakan salah satu bagian yang penting dalam pendekatan sistem pada proses belajar mengajar. Model pembelajaran berhubungan dengan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dalam lingkungan pengajaran tertentu. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran debate yaitu pembelajaran dengan cara saling adu argumentasi antara kelompok pro dan kelompok kontra dalam 42
mengemukakan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis tentang suatu ide pembicaraan untuk menemukan kebenaran ide pembicaraan tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul: “Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Debate pada Pelajaran PKn di Kelas V SD Negeri 086 Dalan Lidang T.A 2013/2014”. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Iqra’ al-Firdaus (2012:60), “Emosi bisa didefenisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri seseorang”. Menurut Goleman (2002:512) “Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial”. Menurut Istarani (2010:83), “Pembelajaran dengan model debate adalah penyampaian materi ajar dengan meninjau dari dua sisi yaitu pro dan kontra untuk mencari
kebenaran dari suatu peristiwa yang ada”. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No.086 dalan Lidang pada semester 2 T. A 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 086 Dalan Lidang yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 26 siswa laki-laki. Adapun yang menjadi variabel penelitian adalah kecerdasan emosional siswa dan Model Pembelajaran Debate. Sesuai dengan jenis penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini memiliki beberapa tahapan yang merupakan suatu siklus. Tiap siklus dilaksanakan berdasarkan perubahan yang akan dicapai. Pada penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus yakni siklus I dan siklus II. Prosedur Penelitian ini menggunakan beberapa tahapan yakni dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan terakhir refleksi. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan angket. Langkah-langkah prosedur dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: (1) Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra, (2) guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh 43
kedua kelompok, (3) setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya, (4) sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti atau ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan, (5) guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap, (6) dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai. Siklus I 1. Tahap Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu: a. Mengidentifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah b. Merancang model pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. c. Menyusun skenario pembelajaran (RPP). d. Mempersiapkan sumber belajar. e. Mempersiapkan lembar observasi terhadap proses belajar siswa selama proses belajar mengajar. f. Mempersiapkan indikator untuk mengukur
kecerdasan emosional siswa. g. Mempersiapkan angket kecerdasan emosional siswa. h. Membuat lembar kerja siswa sesuai dengan kegiatan pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Setelah perencanaan disusun dengan seefektif mungkin maka langkah selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan yang meliputi kegiatan: a. Sebelum memulai pelajaran guru melakukan apersepsi dan memotivasi siswa agar bersungguhsungguh mengikuti pelajaran. b. Guru melaksanakan tujuan pembelajaran. c. Guru menjelaskan bentuk pembelajaran yang digunakan. d. Melakukan apersepsi untuk mengarahkan siswa pada materi yang akan dipelajari. e. Membagi secara acak dengan memberikan kertas dengan dua nama yang berbeda yaitu pro dan kontra. f. Mengarahkan kepada siswa untuk membuka kertas bernama dan mencari kelompoknya sesuai dengan nama yang dipegang siswa dan duduk.
44
g. Siswa duduk bersama dengan kelompok masingmasing. h. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok. i. Menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra.demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. j. Guru menulis inti dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan ide yang diharapkan sambil memperhatikan emosi setiap siswa. k. Guru menambah ide yang belum terungkap. l. Diakhir pertemuan guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan yang mengacu pada topik yang ingin dicapai. m. Pada akhir tindakan siswa diberikan tes untuk melihat hasil belajar yang dikerjakan secara individual, untuk melihat ketuntasan hasil belajar yang telah dicapai dan untuk mengetahui bagianbagian dari materi yang belum dikuasai. 3. Tahap Pengamatan
a. Mengamati kegiatan belajar siswa dalam melakukan debat. b. Mengamati kondisi dan situasi saat proses pembelajaran berlangsung. c. Mengisi lembar observasi kegiatan pembelajaran guru. d. Mengisi lembar observasi kecerdasan emosional siswa. e. Mengisi angket kecerdasan emosional siswa. 4. Tahap Refleksi a. Mencatat semua keunggulan dan kelemahan selama proses tindakan dan sesudah tindakan. b. Meninjau kembali apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran debate sudah berlangsung efektif dan dapat mengetahui kecerdasan emosional siswa. c. Melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan hasil observasi untuk perbaikan yang dibutuhkan untuk menyusun rencana tindakan lanjutan. Siklus II 1. Tahap Perencanaan a. Mengidentifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
45
b. Menyusun skenario pembelajaran (RPP). c. Mempersiapkan sumber belajar. d. Mempersiapkan lembar observasi terhadap proses belajar siswa selama proses belajar mengajar. e. Mempersiapkan indikator untuk mengukur kecerdasan emosional siswa. f. Mempersiapkan angket kecerdasan emosional siswa. 2. Tahap Pelaksanaan a. Melakukan apersepsi untuk mengetahui kondisi kesiapan siswa. b. Mengatur tempat duduk dengan rapi berpasangan dengan dua bangku dan satu meja. c. Melakukan kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran debate seperti yang dimuat dalam rencana pembelajaran. d. Melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari dan memotivasi siswa agar bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran. e. Guru menjelaskan tujuan pelajaran. f. Guru membagi siswa dalam dua kelompok,
yaitu kelompok pro dan kelompok kontra. g. Guru memberikan lembar kerja pada masing-masing kelompok. h. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok. i. Membimbing kepada siswa untuk melakukan debat dengan baik dan saling membantu serta kerjasama antar kelompok. j. Menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara dan mengeluarkan pendapatnya tentang masalah yang akan diperdebatkan. k. Memberikan kesempatan kepada kelompok kontra untuk menanggapi dan mengeluarkan pendapatnya atas permasalahan tersebut. l. Memberikan pujian dan nasihat bagi kedua kelompok yang baik dalam berdebat didepan kelas. m. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap. n. Pada akhir tindakan siswa diberikan tes untuk melihat hasil belajar yang dikerjakan secara individual, untuk melihat 46
ketuntasan hasil belajar kelemahan selama proses yang telah dicapai dan tindakan berlangsung den untuk mengetahui sesudah tindakan bagian-bagian dari materi dilaksanakan. yang belum dikuasai. b. Melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan hasil 3. Tahap Pengamatan a. Melakukan pengamatan observasi dengan terhadap guru dalam memandingkan terhadap proses tindakan dan hasil siklus I. mengisi lembar observasi c. Menarik kesimpulan kegiatan pembelajaran. tentang hasil tindakan b. Mengamati kegiatan pada siklus II apakah belajar siswa mengisi siswa telah mengalami lembar observasi kemajuan kecerdasan kecerdasan emosional emosional siswa dengan siswa. menggunakan model c. Mengamati kondisi dan pembelajaran debate. situasi saat proses pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN berlangsung dan mengisi Berdasarkan analisis data angket kecerdasan diketahui bahwa peningkatan emosional siswa. kecerdasan emosional siswa secara klasikal mengalami peningkatan. 4. Refleksi a. Mencatat semua Peningkatan siswa tersebut dapat keunggulan dan dilihat pada tabel di bawah ini : Rekapitulasi Keadaan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas V SD Negeri 086 Dalan Lidang No. Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode Siswa 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015
Siklus I 21 23 29 26 22 21 23 30 23 28 28 28 23 23 25
Siklus II 31 30 31 33 29 28 33 37 32 30 36 33 32 33 32
47
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 Jumlah Rata-rata Siswa Cerdas Siswa Belum Cerdas Ketuntasan Klasikal
29 23 24 28 21 23 28 23 29 23 29 23 23 30 27 22 23 26 29 25 23 904 25,11 11 orang 25 orang 30,56%
31 29 30 29 26 29 29 24 28 30 34 24 27 32 29 30 31 32 33 29 30 1096 30,44 32 orang 4 orang 88,89%
Perubahan Ketuntasan Klasikal Kecerdasan Emosional Siswa Keterangan Siklus I Siklus II 30,56% 88,89% Persentase Ketuntasan Hasil Rekapitulasi Angket Siswa Kondisi Angket Persentase Kriteria 13,89% Kurang cerdas Kondisi Awal 30,56% Kurang cerdas Siklus I 83,33% Cerdas Siklus II Dari tabel diatas diketahui bahwa dengan menggunakan model pembelajaran debate dalam pembelajaran dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa pada
Keterangan Belum cerdas Belum cerdas Cerdas
materi Berorganisasi di Lingkungan Sekolah dan di Mayarakat mata pelajaranPKn di kelas V SD Negeri No.086 Dalan Lidang. Sejalan dengan kecerdasan emosional siswa
48
yang meningkat, hasil dari observasi aktivitas guru dan siswa juga meningkat dari hasil observasi pada siklus I begitu juga pada siklus II. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah: 1. Pada kondisi pra tindakan, diperoleh nilai ketuntasan klasikal 13,89% dengan kategori sangat kurang cerdas. Kemudian pada kondisi awal (Siklus I) 30,56% dengan kategori kurang cerdas dan kondisi akhir (Siklus II) nilai ketuntasan klasikal mencapai 83,33% dengan kategori cerdas. 2. Setelah pelaksanaan siklus I, tingkat kecerdasan emosional siswa naik secara perlahan, dengan pencapain ketuntasan klasikal sebesar 30,56% atau 11 orang siswa. 3. Pada saat pelaksanaan tindakan siklus II, nilai ketuntasan klasikal sebesar 88,96% atau 32 orang siswa. Saran Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Kepada Kepala Sekolah SD Negeri 086 Dalan Lidang agar terus membimbing dan memotivasi guru tentang penggunaan metode dan model
pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran. Agar hasil belajar maksimal dan tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. 2. Bagi guru, khususnya guru PKn kelas V diharapkan untuk menggunakan model pembelajaran Debate sesuai dengan materi yang akan diajarkan guru kepada siswanya, dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa sehingga siswa dapat lebih tertarik dan cerdas emosinya dalam mengikuti proses belajar mengajar. 3. Bagi siswa, diharapkan agar lebih cerdas emosinya dan bersemangat dalam belajar serta disarankan agar tidak malu atau tidak takut dalam menyampaikan pendapat atau bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang belum dimengerti. 4. Bagi pihak sekolah, agar kiranya dapat menambah sarana dan prasarana yang yang bertujuan untuk dapat meningkatkan proses belajar mengajar, serta melakukan penelitian terhadap guru-guru tentang penggunaan model-model pembelajaran yang menarik agar para siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran dan tentunya model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan kinerja guru dalam proses belajar mengajar.
49
5. Bagi peneliti, agar dapat lebih memvariasikan model pembelajaran sehingga pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diinginkan 6. Bagi peneliti lanjut, disarankan untuk melakukan penelitian yang sejenis pada materi dan sekolah lainnya agar diperoleh hasil penelitian yang lebih sempurna dan bermanfaat sebagai bahan informasi bagi dunia pendidikan.
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Maftuhah, Isni. 2011. (maftuhahfikes.worspress.co m/2011/11/02/15-prinsipdasar-kecerdasan-emosionaleq-yang-harusdiketahui.html) diakses pada tanggal 20 Januari 2014.
RUJUKAN Al- Firdaus, Iqra’. 2012. Kunci-kunci Kontrol Emosi dengan Otak Kanan dan Otak Kiri. Jogyakarta: DIVA Press. Cooper, Robert K. & Sawaf, Ayman. 1999. Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Davis, Mark. 2004. Test Your EQ. : Harmoni. Dewi, Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pasca Sarjana Unimed. Effendi, Irmansyah. 2002. Hati Nurani. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mubayidh, Dr. Makmun. 2010. Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kausar. Nasution, S. 2002. Buku Penuntun Membuat Tesi, Skripsi, Disertasi, dan Makalah. Jakarta: Bumi Aksara. Nur
Tanjung, Bahdin. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Patton,
Patricia. 1998. EQ – Kecerdasan Emosional Pelayanan Sepenuh Hati. Jakarta: PT Pustaka Delapratasa.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Widyatun, Diah. 2012. (jurnalbidandiah.blogspot.co 50
m/2012/04/modelpembelajaran-debat.html) diakses pada Tanggal 13 Januari 2014. Winarto. 2012. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
51