PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENJAS DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V-B SD NEGERI 106146 MULIOREJO NURHAINI Guru SD Negeri 106146 Muliorejo Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran olahraga dengan menerapkan model pembelajaran langsung. Subjek dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V-b SD Negeri 106146 Muliorejo Deli Serdang Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 40 siswa. Awal KBM dilakukan uji awal siswa, dengan data rata-rata 45,7 dengan KKM sebesar 70 diperoleh ketuntasan 0% hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata siswa jarang belajar dirumah sebelum pembelajaran di sekolah. Kemudian dilanjutkan KBM Siklus I dan KBM Siklus II. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain memperaktikan (29%), bertanya sesama teman (22,5%), bertanya kepada guru (27,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (21%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain Memperaktikan (47,5%), , bertanya sesama teman (31%), bertanya kepada guru (17,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (4%). Sehingga aktivitas siswa membaik dari Siklus I ke Siklus II.Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Langsung dapat meningkatkan aktivitas belajar Penjas siswa SD Negeri 106146 Muliorejo dan ini diikuti dengan peningkatan ketuntasan hasil belajar psikomotorik siswa, terbukti dari hasil tes praktik siswa ketuntasan pembelajaran naik sebesar 30%. Pada Siklus I rata-rata nilai tes 80,8 dengan ketuntasan pembelajaran sebesar 65% dan pada Siklus II rata-rata nilai tes 88,8 dengan ketuntasan pembelajaran naik menjadi 95%. Penerapan model pembelajaran Langsung selama KBM membuat siswa sangat senang, sangat antusias. Kata Kunci : Aktivitas Belajar, Model Pembelajaran Langsung
PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berperan sangat penting bagi pembangunan nasional. Tujuan utama pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta punya rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (USPN: 1989). Berbagai
upaya telah dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat paling strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan, tapi pada kenyataannya masih ada kendala yang dihadapi sehingga upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tidak optimal. Untuk mencapai tujuan pendidikan di atas salah satunya dengan mengajarkan pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah yang mencakup berbagai macam cabang olahraga seperti atletik, permainan, olahraga air dan olahraga beladiri serta kesehatan. Salah satu 55
olahraga yang dilakukan dalam proses pendidikan adalah atletik. Salah satu cabang olahraga atletik adalah lomba lari yang diantarnya lomba lari jarak pendek. Siapa yang tidak pernah berlari, tentunya olahraga ini sudah tidak asing lagi di masyarakat dan banyak penggemarnya baik di kalangan bawah maupun kalangan atas. Kesan sederhana melakukan lari membuat siswa merasa tidak mementingkan mempelajari cara berlari. Sikap siswa yang tidak serius dalam belajar menurunkan tingkat pemahamannya terhadap prakteknya melakukan lari. Lari yang sedang dipelajari adalah lari jarak pendek atau lari sprint. Lari sprint tidak hanya mengandalkan tenaga si pelari namun juga dibutuhkan strategi yang benar untuk mencapai garis finish dengan secepat-cepatnya. Hal ini perlu diperkenalkan kepada siswasiswi sekolah dasar untuk membantunya menemukan bakat alamiah dalam diri siswa tersebut. Hampir seluruh atlet lari cepat di dunia yang berprestasi sudah mulai berlatih sejak sekolah dasar. Namun demikian peneliti sebagai guru di SD Negeri 106146 Muliorejo masih kesulitan dalam meningkatkan keterampilan siswa terhadap mata pelajaran penjaskes termasuk dalam lari sprint yang mengakibatkan aktivitas dan hasil belajar siswa rendah. Hal ini dikarenakan siswa mayoritas perempuan. Saat pembelajaran di lapangan berlangsung masih banyak siswa yang memilih berteduh di
bawah pepohonan daripada melakukan latihan di tengah lapangan. Berbagai upaya yang dilakukan seperti memberikan sanksi belum dapat berfungsi optimal. Tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan tersebut diduga akibat kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian terhadap pembelajaran penjaskes dengan mengupayakan model pembelajaran langsung. Dengan langkah mengarahkan pembelajaran siswa agar aktif secara kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Selain harapan yang telah disampaikan di atas penelitian ini diharapkan dapat merubah paradigma guru dalam melakukan pembelajaran dari guru sebagai pusat belajar agar beralih kesiswa. Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan pelajaran yang seimbang antara teori dengan prakteknya. Siswa belajar tentang lari sprint, siswa akan membutuhkan lintasan untuk berlari, pluit, pita finish dan stop watch. Media-media ini terkadang menjadi kendala bagi tenaga pendidik untuk mempraktekkan dan mencontohkan lari yang baik. Lahan yang sempit dan tidak mencukupi untuk praktek berlari dan lemahnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran terlebih lagi kepada siswa perempuan. Guna mewujudkan harapan yang diinginkan oleh peneliti seperti di atas maka peneliti menerapkan model pembelajaran Langsung.
56
Setelah mendemonstrasikan langsung langkah-langkah lari sprint Peneliti ingin membagi siswa ke dalam kelompok kecil dengan membagi siswa yang heterogenitas kemampuannya dalam berolahraga menjadi beberapa kelompok agar siswa dapat belajar bersama dan melatih keterampilan mereka dalam berolahraga khususnya dalam lari sprint. Model Pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedur yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah aktivitas belajar penjaskes siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran langsung di Kelas V-B SD Negeri 106146 Muliorejo? 2) Apakah keterampilan lari sprint siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran langsung di Kelas V-B SD Negeri 106146 Muliorejo? Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antara lain: 1) Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar penjaskes siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran langsung di
Kelas V-B SD Negeri 106146 Muliorejo. 2) Untuk mengetahui apakah keterampilan lari sprint siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran langsung di kelas V-B SD Negeri 106146 Muliorejo. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar aktivitas siswa. 2. Instrumen Tes Psikomotorik Siswa. Teknik Analisis Data Metode analisis data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus II.
57
2. Menghitung nilai rata-rata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. 3. Penilaian a. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus: Nilai
Jumlah jawaban benar 100 Jumlah seluruh soal
(Slameto,2001:189) b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut: X
X N
(Subino,1987:80) Keterangan :
X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai X N = Jumlah peserta tes c. Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut: % 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ = 𝑥 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
(Majid, 2009:268) d. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas Ketuntasan belajar
S K
b
kelas
100%
ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 75 (kognitif) ΣK = Jumlah siswa dalam sampel Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari: hasil tes,
jika hasil belajar siswa mencapai KKM 75 secara individual dan 85% secara klasikal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penyajian Data Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V-B Semester Ganjil SD Negeri 106146 Muliorejo Tahun Pembelajaran 2013/2014 yang berjumlah 40 orang siswa. Pengambilan data dilakukan empat kali pertemuan (4 RPP) dibagi menjadi dua Siklus. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua disebut Siklus I, dan pertemuan ketiga dan pertemuan keempat disebut Siklus II. Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar maka dilakukan uji awal (Pretes). Análisis data menunjukan hasil pretes siswa rata-rata adalah 45,7 hal ini menunjukan bahwa rata-rata siswa belum ada persiapan sebelum belajar di sekolah. Pelaksanaan Siklus I Tahap Observasi Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Adapun data aktivitas yang diperoleh selama 20 menit pada siklus I Tabel 1 Skor Aktivitas Belajar Siswa 40%
Grafik Aktivitas siklus I
20% 0% Siklus 1 29% 22,5% 27,5% 21%
58
No 1 2
3 4
Siklus I Aktivitas Jumla Rata- Propo h Rata rsi Memperag 58 14,5 29% akan Bertanya 45 11,2 22,5% pada 5 teman Bertanya 55 13,7 27,5% pada guru 5 Tidak 42 10,5 21% revelan JUMLAH 100%
Dari data pada tabel 1 di atas presentasi untuk aktivitas Memperagakan sebesar 29%, aktivitas bertanya pada teman sebesar 23%, aktivitas bertanya pada guru sebesar 28%, dan yang tidak relevan dengan KBM sebesar 21%. Data aktivitas belajar siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 1 di bawah ini Keterangan : 1. Memperagakan 2. Bertanya pada teman 3. Bertanya pada guru 4. Yang tidak Relevan. Data aktivitas belajar siswa direkam untuk memotivasi siswa mengasah keterampilan dalam lari cepat. Siswa yang berlatih, bertanya kepada teman dan kepada guru bertujuan membantunya menyelesaikan masalah belajar yang sedang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan lebih terpacu mengerjakan dengan keseriusannya. Data Hasil Psikomotorik Siklus I Akhir Siklus I dilakukan tes hasil belajar psikomotorik I, dengan data dapat dilihat Pada Tabel 2. berikut:
Tabel 2 Data Hasil Psikomotorik I Nilai Tuntas Tuntas Nilai Frekuensi rataIndividu Kelas rata 33 9 67 5 100 26 26 65% 80,8 Jumlah 40 26 65%
Pada Tabel 2 tersebut, nilai terendah Psikomotorik I adalah 33 sebanyak 9 orang dan nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 26 orang, dengan 14 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 65%. Dengan nilai KKM sebesar 75. Nilai ini berada sedikit di bawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 80,8 dan ini sudah tuntas KKM. Data hasil Psikomotorik I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut:
Grafik Psikomotorik I 30 20
N 33
10
N 67
0
N 100 Frekuensi
Gambar 2 Grafik Psikomotorik I Refleksi Siklus I Pada proses pembelajaran masih ditemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yaitu : 1. Keaktifan siswa belum maksimal khususnya siswi perempuan 59
kurang serius dalam melakukan praktik pada setiap kegiatannya. Hal ini disebabkan oleh waktu tidak cukup karena di tengahtengah pelajaran panas matahari yang begitu menyengat. 2. Aktivitas siswa belum maksimal. Penilaian yang individu yang di tes belakangan diuntungkan, tapi yang lebih dahulu dirugikan karena masalah waktu. 3. Respon siswa: Saat guru bertanya siswa aktif menjawab namun pada saat presentasi siswa masih vakum dalam bertanya.
5) Persiapan media dan sumber belajar juga dilakukan di siklus II misalnya buku paket, visualisasi gambar dan lain-lain, modivikasi blok start dengan batu bata, modivikasi pita finish dengan menggunakan tali plastik.
Revisi siklus I Dari paparan deskripsi penelitian tindakan kelas siklus I, maka di dalam refleksi diupayakan perbaikan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa pada Siklus II, beberapa perbaikan pembelajaran dilakukan antara lain: 1) Guru memotivasi siswa agar memberikan tanggapan dalam proses belajar. 2) Agar waktu yang digunakan cukup, maka peneliti melakukan penilaian dengan membagi 2 waktu penilaian, 20 orang pada pertemuan ketiga dan 20 orang lagi pada pertemuan keempat. 3) Peneliti memberikan informasi bahwa di akhir pertemuan Siklus II akan ada tes Psikomotorik, dengan harapan agar siswa lebih aktif dalam belajar. 4) Guru memperhatikan siswa yang belum aktif dan membimbing siswa tersebut.
Tabel 3 Skor Aktivitas Belajar Siswa
Pelaksanaan Siklus II Tahap Observasi Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Data aktivitas yang diperoleh selama 20 menit pada siklus II adalah sebagai berikut.
Siklus I No
Aktivitas
Jumlah
1 Memperagaka 95 n 2 Bertanya pada 62 teman 3 Bertanya pada 35 guru 4 Tidak revelan 8 JUMLAH
RataProporsi Rata 23,7 47,5 5 % 15,5 31% 8,75 2
17,5 % 4% 100%
Dari data pada tabel 4.4 di atas presentasi untuk aktivitas Memperagakan sebesar 47,5%, aktivitas bertanya pada teman sebesar 31%, aktivitas bertanya pada guru sebesar 17,5%, dan yang tidak relevan dengan KBM sebesar 4%. Data aktivitas belajar siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 3 di bawah ini
60
50,0%
Grafik Aktivitas siklus II
40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% Siklus 1 47,5% 31% 17,5%
4%
Gambar. 3 Grafik Aktivitas Siklus II Keterangan : 1. Memperagakan 2. Bertanya pada teman 3. Bertanya pada guru 4. Yang tidak relevan. Aktivitas belajar siswa merupakan penunjang utama bagi siswa untuk mempengaruhi psikomotorik siswa. Dengan demikian hasil belajar siswa diharapkan akan terdongkrak sejalan dengan aktivitas belajar siswa yang semakin membaik. Data Hasil Psikomotorik Siklus II Hal ini didukung dengan hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus II. Akhir KBM keempat dilakukan tes psikomotorik II, datanya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4 Distribusi Hasil psikomotorik II Nilai
Frekuensi
50 75 100 Jumlah
2 12 26 40
Tuntas TuntasRataIndividu Kelas rata 12 30% 88,8 26 65% 38 95%
Merujuk pada tabel 4, nilai terendah untuk psikomotorik II adalah 50 sebanyak 2 orang dan
tertinggi adalah 100 sebanyak 26 orang. Dengan 3 orang mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 95%. Nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 88,8. Data hasil psikomotorik II ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut: 30
Grafik Psikomotorik II
20 10 0 Frekuensi
50
75
100
2
12
26
Gambar 4 Grafik Psikomotorik II Refleksi Siklus II Hasil belajar siswa diakhir Siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal 95%, yang berarti hampir seluruh siswa telah memperoleh nilai tuntas dengan 2 orang siswa yang belum mendapatkan nilai di atas KKM. Dengan demikian tindakan yang diberikan pada Siklus II telah berhasil memberikan perbaikan hasil belajar pada siswa. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut: a. Siswa sudah mulai terbiasa dengan bekerja secara kelompok dan memperhatikan gerakan yang didemonstrasikan oleh guru sebelum siswa melakukannya sendiri.
61
b. Penggunaan media yang disediakan guru ternyata dapat memacu siswa dalam mempraktikkan dalam setiap KBMnya. c. Walaupun siswa di kelas tersebut lebih banyak perempuan dari lakilaki, setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung siswa perempuan menjadi lebih aktif karena jika ada kendala dalam melakukan gerakan ia mau bertanya dengan teman satu kelompoknya. Pada Siklus II, pelaksanaan pembelajaran Langsung, tindakan berupa menampilkan alat peraga dan pemberian penugasan yang memunculkan banyak aktivitas sudah efektif. Revisi Siklus II Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran Langsung dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran Langsung dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Pembahasan Penelitian ini dilakukan di kelas V-B SD Negeri 106146 Muliorejo penerapan model pembelajaran langsung selama kegiatan belajar mengajar pada materi pokok Lari sprint. Pada awal pengambilan data masing-masing kelas diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa setiap sekolah pada materi memahami penggunaan Penjaskes dan Lari Cepat. Pada hasil pretes siswa yaitu dengan rata-rata 45,7. Hasil pretes tersebut jauh dibawah kriteria ketuntasan. Langkah selanjutnya adalah menerapkan model pembelajaran langsung selama 2 kali pertemuan kemudian dilakukan tes psikomotorik I dengan nilai rata-rata 80,8. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada materi pokok Lari sprint di kelas VI-B SD Negeri 106146 Muliorejo setelah diberi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung mengalami peningkatan walaupun belum tuntas sesuai dengan KKM Penjaskes dan ketuntasan klasikal yang dicapai adalah 65%. Oleh karena itu dilakuakn pembelajaran siklus II dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan di siklus I. Nilai rata-rata siklus II adalah 88,8 dengan ketuntasan klasikal sebesar 95%. Nilai tersebut sudah tuntas KKM dan tuntas klasikal. Aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran langsung mengalami
62
perubahan yang positif dari siklus I ke Siklkus II. Dengan 2 aktivitas mengalami kenaikan persentasenya yaitu memperagakan dan bertanya kepada teman. Kenaikan aktivitas memperagakan mengalami peningkatan sebesar 18,5%. Dan pada aktivitas bertanya kepada teman mengalami peningkatan sebesar 8,5%. Aktivitas yang mengalami penurunan adalah bertanya kepada guru dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM. Aktivitas bertanya kepada guru mengalami penurunan sebesar 10%. Penurunan aktivitas cukup besar terjadi pada aktivitas yang tidak relevan dengan KBM yaitu 17%. Model pembelajaran langsung tidak hanya digunakan dalam menyampaikan kompetensi kognitif tetapi juga diterapkan untuk menyampaikan kompetensi psikomotorik melalui praktikum. Dimana guru memberikan penjelasan melalui peragaan-peragaan yang ditiru siswa dan dikembangkan melalui kontruksi terhadap pengetahuan yang telah ada. Hal ini dibuktikan melalui hasil-hasil belajar psikomotorik yang dicapai siswa disamping hasil belajar kognitifnya sendiri. Pada penilaian awal hasil belajar psikomotorik siswa SD Negeri 106146 Muliorejo rata-rata tercatat pada Siklus I adalah 80,1 dan pada siklus II sebesar 88,8. Hasil ini memperlihatkan peningkatan yang cukup besar dari kategori kurang berhasil menjadi sangat berhasil. Peningkatan ini sejalan dengan
peningkatan pada hasil belajar ranah kogitif siswa. seperti terlihat pada tabel berikut. Namun demikian penerapan model pembelajaran langsung ini memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaanya diantaranya adalah tiga fase praktik dalam pembelajaran langsung membutuhkan banyak waktu dan guru terkadang agak kewalahan dalam melaksanakan pembimbingan terhadap kelompok secara bergiliran. Kendala ini dipecahkan dengan pembentukan kelompok yang memiliki perbedaan kasta pengetahuan mulai dari siswa pintar, biasa maupun yang kurang sehingga siswa bisa saling bertransfer pengetahuan dan mempermudah tugas guru memberikan pembimbingan. Kendala yang lain adalah pada fase demonstrasi beberapa siswa tidak memperhatikan atau kesulitan memperhatikan peragaan sehingga sering peragaan harus diulang beberapa kali. Untuk mengatasi hal ini maka ketika demonstrasi siswa dalam kelompok diberikan media gambar seperti yang didemonstrasikan guru sehingga penjelasan dalam demonstrasi dapat langsung diikuti siswa. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini didasarkan pada temuan-temuan dari data-data hasil penelitian, sistematika sajiannya dilakukan dengan memperhatikan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun
63
kesimpulan yang diperoleh antara lain : 1. Penerapan model pembelajaran Langsung selama kegiatan belajar mengajar pada materi pokok Lari Sprint di kelas V-B SD Negeri 106146 Muliorejo berhasil memperbaiki aktivitas belajar siswa terlihat dari membaiknya kualitas masing-masing kriteria aktivitas tiap Siklusnya. a. Data aktivitas siswa menurut pengamatan Siklus I antara lain, memperagakan (29%), bertanya sesama teman (22,5%), bertanya kepada guru (27,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (21%), pada siklus II antara lain memperagakan (47,5%), bertanya sesama teman (31%), bertanya kepada guru (17,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (4%). 2. Hasil belajar Psikomotorik Penjaskes siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada materi Lari sprint di kelas V-B SD Negeri 106146 Muliorejo T.P.2013/2014 adalah 80,8 dengan ketuntasan klasikal sebesar 65% pada siklus I dan pada siklus II rata-rata siswa 88,8 dengan ketuntasan klasikal mencapai 95%. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah tuntas KKM dan tuntas klasikal.
Saran 1. Bagi guru, tutor maupun peneliti berikutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran langsung dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya melakukan pembagian kelompok dengan kombinasi kemampuan siswa yang bervariasi untuk membantu mengatasi terbatasnya ketersediaan waktu dalam pembimbingan pada fasefase praktik. 2. Bagi guru, tutor maupun peneliti berikutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran langsung dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya merancang fase demonstrasi dengan peragaan yang dapat teramati oleh semua siswa atau jika tidak sebaiknya setiap kelompok mendapatkan benda kerja yang sejenis dengan yang didemonstrasikan agar siswa dapat mengamati benda kerja pada kelompok masing-masing dan aktivitas belajarnya menjadi lebih baik. RUJUKAN Arikunto, S., (2007), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Aunurrahman., (2009), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung. Holil, A,. (2009), Model Pengajaran Langsung,(http://anwarholil. Blogspot.com/2009/01/model
64
-pengajaran-langsung.html), (diakses Juni 2011). Joyce, Wheil, dan Calhoun, (2010), Model’s of Teaching (Model– Model Pengajaran), Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Majid, A., (2009), Perencanaan Pembelajaran, Rosda, Bandung. Nurhaini, (2013), Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran Penjas Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Langsung Di Kelas V-B SD Negeri 106146 Muliorejo. Medan. Slameto, (2003), Belajar dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Sudjana, N., (2005), Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung. Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progressif, Kencana Prenada Media Group,Jakarta. Wena, M., (2009), Model Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta. Wilis,R., (1989), Teori-teori Belajar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
65