STATUS GIZI TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 12 PURWODADI Musyafak1, Sutiyono2 Staff pengajar DIII Keperawatan STIKES An Nur Purwodadi
[email protected]
Abstrak Latar Belakang : Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah. Gizi kurang dapat mengganggu motivasi anak, kemampuannya untuk berkonsentrasi, dan kesanggupannya untuk hal belajar. Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah. Sehingga seseorang yang memiliki status gizi baik akan memiliki daya tangkap yang lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik pula, sebaliknya jika seseorang memiliki status gizi kurang atau lebih akan berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap pelajaran disekolah Tujuan : Mengetahui hubungan status gizi terhadap kecerdasan emosional (kemapanan emosi) pada siswa kelas V di SD Negeri 12 Purwodadi. Metode Penelitian : Sampel yang digunakan adalah siswa kelas V sebanyak 84 siswa. Selanjutnya masing-masing siswa di ukur tinggi badan dan meningmbang berat badan, untuk mengetahui IMT nya. Masing-masing siswa di beri kuesioner yang berisi tentang tes kemapanan emosi yang di isi siswa sesuai dengan sikap emosinya. Hasil : Dari 84 responden di dapatkan hasil sebanyak 75 responden (89.3%) berumur 11 tahun, sedangkan yang berumur 10 tahun sebanyak 9 responden (10.7%). Terdapat siswa laki-laki sebanyak 39 orang (46.4%), siswa perempuan sebanyak 45 orang (53.6%). Terdapat 30 orang (35.7%) siswa dengan status gizi sangat kurus, sebanyak 16 orang (19.0%) siswa dengan status gizi kurus, sebanyak 25 orang (29.8%) siswa dengan status gizi normal, sebanyak 5 orang (6.0%) siswa dengan status gizi gemuk, sebanyak 8 orang (9.5%) siswa dengan status gizi obesitas. Untuk status gizi gemuk dengan emosi mapan terdapat 3 siswa dan 2 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi kurus terdapat 13 siswa dengan emosi mapan dan 3 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi obesitas terdapat 4 siswa dengan emosi mapan dan 4 siswa dengan emosi tidak mapan. Status gizi sangat kurus terdapat 22 siswa dengan emosi mapan dan 8 siswa dengan emosi tidak mapan. Untuk status gizi normal, terdapat 18 siswa dengan emosi mapan dan 7 siswa dengan emosi tidak mapan. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kecerdasan emosional (kemapanan emosi). Kata kunci : Status Gizi, Kecerdasan Emosional (Kemapanan Emosi) PENDAHULUAN Prevalensi status gizi balita <-2 SD
sebesar 33.6%. Tahun 2009, di provinsi Bali
berdasarkan indeks berat badan menurut
ditemukan
49
kasus
dan
di
Yogyakarta 27 kasus. Menurut hasil
umur (BB/U) DI Provinsi Bali sebesar
pemantauan
11.4% sedangkan DIY sebesar 10.0%.
Direktorat
Bina
Gizi
Masyarakat, tahun 2005-2007 jumlah
Dibandingkan dengan angka Nasional
kasus cenderung menurun dari 76.178 21
menjadi 50.106 dan kemudian turun lagi
didik. Aspek kognitif adalah aspek yang
menjadi 39.080 di tahun 2007, akan tetapi
berkaitan dengan kegiatan berfikir dan
pada tahun 2008 dan 2009 cenderung
tingkat kemampuan berfikir anak didik.
meningkat yaitu 41.290 menjadi 56.941.
Sedangkan aspek afektif adalah aspek
Yang menarik, terdapat empat provinsi
yang berkaitan dengan nilai dan sikap.
yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Penilaian pada aspek afektif terlihat pada
Tenggara Timur, dan Gorontalo yang
kedisiplinan, kepatuhan, aspek afektif
selalu hadir berturut-turut dari 2005-2009.
berkaitan dengan kecerdasan emosional.
Keempat provinsi tersebur selama 5 tahun
Aspek psikomotorik adalah segala sesuatu
berturut-turut
ke
yang berkaiatan dengan gerak fisik yang
dalam kategori 10 provinsi dengan kasus
mempengaruhi sikap mental. (Khomsan,
gizi buruk tertinggi. Kondisi ini sebaiknya
2008).
menjadi
(2005-2009)
bahan
masuk
pertimbangan
Kecerdasan afektif seseorang erat
unruk
kaiatannya dengan status gizi seseorang.
menempatkan keempat provinsi tersebut sebagai
prioritas
utama
Gizi kurang dapat mengganggu motivasi
upaya
anak,
penanggulangan gizi buruk (Akhmadi,
kemampuannya
berkonsentrasi,
2009). Anak balita gizi buruk jika tidak
dan
untuk
kesanggupannya
untuk hal belajar. Status gizi akan
segera mendapat penanganan yang serius
mempengaruhi
akan memberikan dampak yang cukup
seseorang dan kemampuan seseorang
fatal. Hasil penelitian pada awal usia 6-9
dalam menangkap pelajaran di sekolah.
tahun yang sewaktu balita menderita gizi
Sehingga seseorang yang memiliki status
buruk memiliki rata-rata IQ yang lebih
gizi baik akan memiliki daya tangkap
rendah 13,7 poin dibandingkan dengan
yang lebih baik dan dapat memperoleh
anak
mengalami
prestasi yang baik pula, sebaliknya jika
gangguan gizi (Sihad dkk, 2010). Prestasi belajar merupakan hal
seseorang memiliki status gizi kurang atau
yang
tidak
pernah
karena
kegiatan
kecerdasan
lebih akan berdampak pada kecerdasan
yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
tingkat
sehingga
belajar
kurang
menangkap
merupakan proses, sedangkan prestasi
optimal
pelajaran
dalam disekolah
merupakan hasil belajar. Indikator dari
(Hardiansyah, 2007). Berdasarkan penelitian wijayanto
prestasi belajar ditentukan berdasarkan
(2008),
tiga hal, yaitu berubahnya kompetensi
hubungan secara bermakna antara status
kognitif, afektif, psikomotorik pada anak
gizi (IMT) terhadap hasil prestasi belajar 22
di
dapatkan
bukti
adanya
siswa, bila keadaan ini digabungkan hasil skor
kecerdasan
emosional
Kebutuhan gizi anak sebagian
tidak
besar
digunakan
untuk
aktivitas
didapatkan bukti adanya hubungan secara
pembentukan dan pemeliharaan jaringan.
bermakna antara kecerdasan emosional
Kelompok anak sekolah pada umumnya
(EQ) terhadap hasil prestasi belajar siswa,
mempunyai kondisi gizi yang lebih baik
walaupun sudah digabungkan dengan
dari pada kelompok balita (Moehji, 2010). Di Kabupaten Grobogan data akhir
kategori status gizi (IMT). Kelompok anak sekolah
pada
tahun yang menyatakan balita dengan
umumnya mempunyai kondisi gizi yang
BGM pada tahun 2007 (2,14), tahun 2008
lebih baik daripada kelompok balita,
(2,5%) dan pada tahun 2009 mengalami
karena kelompok umur sekolah mudah
penurunan yang sangat tajam menjadi
dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan
1,7% sedangkan pada tahun 2010 mulai
gizi yang dilakukan oleh pemerintah
dari bulan Januari sampai Juli 2010
maupun oleh kelompok swasta. Meskipun
mengalami peningkatan menjadi 2,9%
demikian masih terdapat berbagai kondisi
(Dinkes Grobogan, 2010). Pada usia 7 tahun, seorang anak
gizi
anak
sekolah
memuaskan,misal
berat
yang
tidak
badan
yang
memasuki tahap operasional konkret, karena pada saat ini anak sudah mulai
kurang anemia defisiensi Fe,defisiensi
dapat berpikir lebih logis daripada tahap
vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga
sebelumnya
defisiensi Iodium (Sediaoetama, 2010). Menurut Sediaoetama (2010),
(praoperasional)
sehingga
telah dapat menggunakan logika untuk
anak sekolah atau masa kanak-kanak
memecahkan
pertengahan
satu
(Papalia et al., 2008). Pada usia 10 tahun,
terhadap
berat otak anak sudah mencapai 95% berat
merupakan
kelompok
yang
ketidakcukupan sekolah
rentan
gizi,
harus
salah
sehingga dipantau
anak
METODE PENELITIAN dengan pendekatan cross sectional, Tehnik
usia
sampling yang digunakan dalam penelitian
prasekolah, mempunyai sifat individual
ini adalah non probability sampling yaitu
serta aktif dan tidak bergantung dengan
menggunakan metode sampling purposive,
orang tua. Biasanya pertumbuhan putri
dimana
lebih cepat dari pada putra.
didasarkan
balita
atau
lebih
Jenis penelitian deskriptif korelatif
kuat
dibandingkan
fisik
konkret
agar
sekolah adalah anak yang berusia 6- 12 memiliki
secara
otak dewasa (Soetjiningsih, 2010).
ketidakcukupan gizi bisa dihindari. Anak tahun,
masalah
anak
23
sampel pada
secara suatu
purposive pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
terikat. Pengumpulan data diperoleh secara
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
langsung dari hasil pengisian kuesioner
yang sudah diketahui. Untuk Ciri-ciri pada
oleh responden yang terlebih dahulu
sampel ini yaitu siswa SD Negeri 12
diberikan
Purwodadi kelas V yang masuk pada saat
Pengujian reabilitas interval menggunakan
penelitian
rumus
dilakukan.
Adapun
metode
pengumpulan data dalam penelitian ini
pengarahan
alpha
oleh
cronbach.
peneliti.
Uji
korelasi
menggunakan Spearman.
adalah kuesioner yang terdiri dari variabel HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 1.
Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan
Laki-laki Perempuan Total
sebagian
Negeri 12 Purwodadi Frekuensi (n)
Presentase (%)
10
9
10.7
11
75
89.3
Total
48
100
sebanyak
jenis
adalah 45
sedangkan
perempuan
responden
laki-laki
kelamin (53.6%),
sebanyak
39
responden (46.4%). c. Karakteristik responden berdasarkan status gizi Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi
menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah berumur 11 tahun
Status Gizi Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Total
yaitu sebanyak 75 responden (89.3%), sedangkan yang berumur 10 tahun sebanyak 9 responden (10.7%). b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi Frekuensi (n)
besar
responden
Berdasarkan tabel 2 di atas
Jenis Kelamin
46.4 53.6 100
Tabel 2. menunjukkan bahwa
umur siswa kelas V SD
Umur (Tahun)
39 45 84
Frekuensi (n)
Presentase (%)
30
35.7
16 25 5 8 84
19.0 29.8 6.0 9.5 100
Tabel 3. menunjukkan bahwa terdapat 5 responden (6,0%) yang
Presentase (%)
mempunyai status gizi gemuk, 16 24
responden
(19,0%)
berstatus
gizi
Mapan
60
7
kurus, 25 responden (29,8%) berstatus
Tidak mapan
24
2
gizi normal, 8 responden (9,5%)
Total
84
1
berstatus gizi obesitas, 30 responden Berdasarkan
(35,7%) berstatus gizi sangat kurus.
4
menunjukkan sebanyak 60 responden
d. Karakteristik responden berdasarkan
(71,4%)
kemapanan emosi Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemapanan emosi siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi Kemapanan Emosi
tabel
mempunyai
kemapanan
emosi yang mapan, sebanyak 24 responden
(28.6%)
mempunyai
kemapanan emosi yang tidak mapan. Tabel 5. Korelasi antara status gizi terhadap kemapanan emosi pada siswa kelas V SD
Frekuensi (n)
Total mulai
Berdasarkan tabel 5. penelitian
60 24 84 bertanggung jawab atas
di atas, diperoleh status gizi gemuk
perilakunya sendiri dalam hubungan
dengan emosi mapan terdapat 3 siswa
dengan orang tua mereka, teman
dan 2 siswa dengan emosi tidak
sebaya, dan orang lainnya. Usia
mapan. Status gizi kurus terdapat 13
sekolah
siswa dengan emosi mapan dan
3
memperoleh dasar-dasar pengetahuan
siswa dengan emosi tidak mapan.
untuk keberhasilan penyesuaian diri
Status gizi obesitas terdapat 4 siswa
pada
dengan emosi mapan dan 4 siswa
memperoleh
dengan emosi tidak mapan. Status gizi
(Wong, 2009).
merupakan
kehidupan
masa
dewasa
keterampilan
anak
dan tertentu
sangat kurus terdapat 22 siswa dengan emosi mapan dan 8 siswa dengan
Emosi Kategori IMT Kategori
emosi tidak mapan. Untuk status gizi normal, terdapat 18 siswa dengan emosi mapan dan 7 siswa dengan emosi tidak mapan. Usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap 25
Total
Mapan
Tidak Mapan
Gemuk
3
2
5
Kurus
13
3
16
Obesitas
4
4
8
Sg Kurus
22
8
30
Normal
18
7
25
Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan
bahwa
kurus, 16 siswa (19.0%) memiliki
anak
status gizi yang kurus, 25 siswa
sekolah yang berumur 9-12 tahun
(29.8%) memiliki status gizi yang
mulai lebih mudah dikenali seperti
normal, 5 siswa (6.0%) memiliki
pertumbuhan dan perkembangannya,
status gizi gemuk, 8 siswa (9.5%)
pola aktivitas, kebutuhan zat gizi,
memiliki status gizi obesitas. Dari
perkembangan
hasil penelitian dapat dikatakan bahwa
kepribadian,
serta
asupan makanan (Yatim, 2008).
kebanyakan siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berstatus gizi sangat
a. Karakteristik responden berdasarkan
kurus.
jenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian
Hubungan tersebut didukung oleh pendapat Pamularsih (2010),
diketahui bahwa jumlah siswa kelas V
bahwa
SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah
45
berkaitan
anak sekolah yang merupakan tahap
sebanyak 39 siswa (46.4%) dan siswa sebanyak
sangat
terhadap bagi tubuh terutama untuk
84 siswa dengan siswa laki-laki perempuan
makanan
pertumbuhan dan perkembangan fisik
siswa
dan kecerdasan. Apabila makanan
(53.6%). Dari hasil penelitian dapat
tidak cukup mengandung zat-zat gizi
dikatakan bahwa kebanyakan siswa
yang dibutuhkan, dan keadaan ini
kelas V SD Negeri 12 Purwodadi
berlangsung lama, akan menyebabkan
berjenis kelamin perempuan. Hal ini di lihat dari teori yang
perubahan metabolisme dalam otak,
mengatakan bahwa sejak umur 10-12
berakibat
tahun kebutuhan energi anak laki-laki
berfungsi normal. Pada keadaan yang
berbeda dengan anak perempuan.
lebih berat dan kronis, kekurangan
Selain itu, anak perempuan yang
gizi menyebabkan pertumbuhan badan
sudah haid sangatlah memerlukan
terganggu, badan lebih kecil diikuti
tambahan protein dan mineral besi
dengan ukuran otak yang juga kecil.
(Markum, 2008). b. Karakteristik responden berdasarkan
Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi
terjadi
ketidakmampuan
ketidakmatangan
status gizi Berdasarkan hasil penelitian
ketidaksempurnaan
diketahui bahwa jumlah siswa kelas V
biokimia dalam otak. Di samping
SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah
merupakan
84 siswa dengan 30 siswa (35.7%)
berpikir
memiliki status gizi yang sangat 26
organ dan
dan
organisasi itu,
yang
pusat
otak dipakai
penerimaan
rangsangan dari luar di mana aktivitas
emosional
ini memerlukan zat gizi dalam jumlah
sebanyak 76 siswa dari 126 siswa
yang besar. Otak merupakan organ
yang diteliti. Sedangkan jenis kelamin
yang membutuhkan sumber
perempuan
bahan
yang
tinggi
mempunyai
(60.3%)
skor
bakar glukosa (monosakarida) dan
kecerdasan emosional tinggi lebih
secara
mengkonsumsi
banyak dibanding laki-laki meskipun
energi terbesar dibandingkan dengan
perbedaannya tidak terlalu jauh. Mempunyai kecerdasan
organ
proporsional tubuh
lainnya.
Otak
juga
emosional (EQ) yang tinggi setidak-
membutuhkan protein, asam lemak
tidaknya sama pentingnya dengan
esensial, serta berbagai vitamin dan
mempunyai Intelligence Quotient (IQ)
mineral. Zat gizi ini digunakan untuk memperbanyak memperlancar
sel perjalanan
(neurotransmitter)
dan
yang
saraf,
emosional,
bahagia,
lebih
sekolah. Yang penting, ketrampilan tersebut menjadi fondasi bagi anakanak untuk menjadi orang dewasa
diketahui bahwa jumlah siswa kelas V
yang
SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah
bertanggung
jawab,
peduli
kepada orang lain (Goleman, 2008). d. Analisa Bivariat Temuan dari hasil penelitian
84 siswa di antaranya 60 responden kemapanan
diperoleh nilai signifikan 0,017 yang
emosi yang mapan, sebanyak 24 (28.6%)
lebih
percaya diri, dan lebih sukses di
kemapanan emosi Berdasarkan hasil penelitian
responden
demi
anak usia sekolah dengan ketrampilan
berbagai
otak lainnya (Depkes, 2010). c. Karakteristik responden berdasarkan
mempunyai
Pengkajian
pengkajian telah menunjukkan bahwa
saraf
aktivitas yang terkait dengan fungsi
(71.4%)
tinggi.
menunjukkan bahwa ada hubungan
mempunyai
yang signifikan antara status gizi
kemapanan emosi yang tidak mapan.
dengan kecerdasan emosional di lihat
Dari hasil penelitian tersebut dapat
dari nilai signifikan nya yaitu <0,05.
dikatakan bahwa kebanyakan siswa
Untuk hubungan antara status gizi dan
kelas V SD Negeri 12 Purwodadi
kemapanan emosi yaitu terdapat status
mempunyai kemapanan emosi yang
gizi gemuk dengan emosi mapan
mapan. Sesuai dengan hasil penelitian
terdapat 3 siswa dan 2 siswa dengan
yang dilakukan oleh Setiawati (2010),
emosi tidak mapan. Status gizi kurus
pada siswa kelas VI bahwa sebagian
terdapat 13 siswa dengan emosi
besar
mapan dan
mempunyai
kecerdasan 27
3 siswa dengan emosi
tidak mapan. Status gizi obesitas
diperoleh data yang banyak dalam
terdapat 4 siswa dengan emosi mapan
waktu yang cepat dan responden
dan 4 siswa dengan emosi tidak
tidak terpaksa dan menjawab lebih
mapan. Status gizi sangat kurus
terbuka. Adapun kelemahan dengan
terdapat 22 siswa dengan emosi
menggunakan
mapan dan 8 siswa dengan emosi
adanya
tidak mapan. Untuk status gizi normal,
tidak mengerti maksud pertanyaan
terdapat 18 siswa dengan emosi
dengan jelas dan responden tidak
mapan dan 7 siswa dengan emosi
jujur dalam menjawab pertanyaan.
tidak mapan. Kekuatan korelasi ke dua
Kekurangan ini dapat di minimalisir
variabel sangat lemah di karenakan
dengan
pada saat pengisian kuesioner masing-
mengenai
masing anak tidak di dampingi satu
yang ada di dalam kuesioner sebelum
per
responden
satu
sehingga
datanya
tidak
spesifik
kuesioner
kemungkinan
yaitu
responden
memberikan
penjelasan
pertanyaan-pertanyaan mengisi
dan
peneliti
melakukan pengawasan pada saat Hasil penelitian ini tidak
sepenuhnya memenuhi kriteria dan
pengisian kuesioner. Kesulitan dalam penelitian ini
prosedur penelitian yang sempurna.
yaitu adanya perbedaan status gizi
Keterbatasan penelitian ini adalah :
pada subjek penelitian dan terdapat
Dalam penelitian ini menggunakan
variasi umur. Karakteristik siswa
penelitian
yang berbeda. Terdapat dua kelas
kuantitatif
dengan
menggunakan desain cross sectional
dalam
menyebabkan
membuat
tidak
penelitian
ini
peneliti
sehingga
membutuhkan
memungkinkannya
penarikan
bantuan dari teman untuk membantu
kesimpulan
hubungan
melakukan
mengenai
penelitian
waktu sebab mendahului akibat,
Sebelumnya
tetapi
sudah
yang
di
dapat
hanya
penelitian
pernah
ini. tersebut
dilakukan
oleh
menunjukkan hubungan antara kedua
Setiawati (2010), bedanya dengan
variabel. Instrument yang digunakan
penelitian ini yaitu antara variabel independent dan variabel dependent,
yaitu kuesioner pengumpulan data
jika dalam penelitian sebelumnya
dengan instrument kuesioner yang di
variabel
isi sendiri oleh responden. Alasan
independent
kecerdasan
emosional dan variabel dependent
memilih instrument ini karena dapat
status gizi. Terdapat 28
dua variabel
dependent yaitu status gizi dan
kebanyakan siswa kelas V SD Negeri
prestasi
12 Purwodadi berstatus gizi sangat
belajar.
Pada
penelitian
sebelumnya terdapat prestasi belajar,
kurus. Berdasarkan hasil penelitian
tetapi pada penelitian ini tidak
diketahui bahwa jumlah siswa kelas V
dikaitkan dengan prestasi belajar. Pada
penelitian
SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah
sebelumnya
84 siswa di antaranya 60 responden
dilakukan pada kelas siswa SD kelas
(71.4%)
VI, pada penelitian ini dilakukan pada
siswa
perbedaan
kelas
V.
antara
responden
instrument
hubungan
kecerdasan
antara
dikatakan bahwa kebanyakan siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi mempunyai kemapanan emosi yang
prestasi belajar, maka pada penelitian
mapan.
ini hasilnya yaitu ada hubungan status
gizi
mempunyai
Dari hasil penelitian tersebut dapat
emosional dengan status gizi dan
antara
(28.6%)
kemapanan emosi yang tidak mapan.
kuesioner yang digunakan. Jika hasil tidak ada
kemapanan
emosi yang mapan, sebanyak 24
Terdapat
penelitian sebelumnya
mempunyai
Ada hubungan yang signifikan
terhadap
antara status gizi terhadap kecerdasan
kecerdasan emosional (kemapanan
emosional (kemapanan emosi) pada
emosi) pada siswa kelas V di SD
siswa kelas V di SD Negeri 12
Negeri 12 Purwodadi.
Purwodadi di lihat dari nilai pv (0,017) < sig 0.05, dengan demikian
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian
terdapat hubungan yang bermakna. Hasil penelitian ini ada beberapa saran 1. Bagi Instansi Pendidikan Pada institusi pendidikan
diketahui bahwa jumlah siswa kelas V SD Negeri 12 Purwodadi berjumlah
agar dapat mengetahui status gizi
84 siswa dengan 30 siswa (35.7%)
pada anak didik karena ststus gizi
memiliki status gizi yang sangat
sangatlah
kurus, 16 siswa (19.0%) memiliki
penting
untuk
mengetahui pertumbuhan anak.
status gizi yang kurus, 25 siswa
Selain itu status gizi juga sangat
(29.8%) memiliki status gizi yang
berpengaruh terhadap konsentrasi
normal, 5 siswa (6.0%) memiliki
belajar
status gizi gemuk, 8 siswa (9.5%)
anak.
Memperbanyak
daftar pustaka untuk referensi
memiliki status gizi obesitas. Dari
dalam pembelajaran. 2. Bagi Pengembangan Ilmu
hasil penelitian dapat dikatakan bahwa 29
Hasil penelitian ini bisa REFERENSI
dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan
(WHO) World Health Organization. 2012. Energy and Protein Requirements. Geneva : FAO/WHO/UNU.
literatur
selanjutnya mengenai hubungan status gizi terhadap kecerdasan emosional
(kemapanan
emosi)
Abu Ahmadi, 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
pada anak kelas V di SD Negeri 12 Purwodadi.
Akhmadi, E. 2009. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dipergunakan penelitian
sebagai
selanjutnya
Almatsier, S. 2008. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
dasar dengan
Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
desain, dan populasi yang sama, akan tetapi dengan variabel yang berbeda
atau
bisa
dilakukan
Baliwati. 2008. Gizi Masyarakat. Jakarta: Gunung Muria.
penelitian kualitatif untuk melihat hubungan status gizi terhadap kecerdasan
Cooper, S. 2007. Psikologi Umum. Pasuruan: Garoeda.
emosional
(kemapanan emosi) pada anak kelas
V
Purwodadi.
di
SD
Negeri
Karena
Daniel Goleman, 2007. Emotional Inteligence, Terj. T. Hemaya, Jakarta: Gramedia.
12
dalam
penelitian ini pada saat pengisian
Depkes RI. 2009. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta.
kuesioner masing-masing siswa tidak di dampingi satu persatu, maka di sarankan untuk peneliti selanjutnya pada saat pengisian
Dinkes Grob, 2010. Data Akhir Tahun Balita dengan BGM.
kuesioner setiap siswa harus di dampingi, lebih bagus lagi jika
Dio, 2008. Pokok-pokok Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.
masing-masing siswa di tanya satu
per
emosinya
satu
tentang
sesuai
sikap dengan
Donna. L. Wong, 2009. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
pertanyaan yang ada di kuesioner agar hasilnya tidak rancu. 30
Goleman, Daniel. (2008) Kecerdasar Emosional: Mengapa El lebih penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.
Hardiansyah, 2007. Pengembangan Konsumsi Pangan dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan. Bogor: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
Markum, 2008. Pemberian Makan pada Anak. Jakarta: Erlangga. Moehji, S. 2010. Ilmu Gizi Cet 9. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Harmoko, 2007. Melejitkan Kepekaan Emosional. Bandung: Mizan Media Utama. Hidayat, 2008. Tumbuh Kembang pada Anak. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurhayati, s. 2008. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi II. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Nurhayati, S. 2008. Perkembangan Anak Jilid I Edisi II. Jakarta: Penerbit Erlangga. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Howes, H. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Irianto, A. 2008. Standar Klasifikasi Status Gizi. Jakarta. John
Nursalam, P.S. (2010) Pendekatan Praktis Metodologi Riset. Jakarta: CV: CV Sagung Seto.
Gottman, Ph.D. dan Jean Declaire, 2008. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya, Jakarta: Gramedia.
Prasetyono, 2010. Tes IQ dan EQ Plus. Jogjakarta: Buku Biru. Rahmah, 2010. Konsep Dasar Ilmu Gizi. Dibuka pada website http://www.lusa.web.id pada tanggal 16 November 2013.
Judiono, 2008. Pangan dan Gizi. Jakarta: Widya Karya Nasional.
Riwidikdo, 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Khomsan, 2008. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Santoso, 2008. Keshatan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Kompas, 2012. Zat Gizi pada Perkembangan Otak Anak.
Saryono, (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan : penuntun praktis bagi pemula.
Luthfi, 2008. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 31
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Suhardjo dan Clara M.K. 2009. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sediaoetama, A.D. 2010. Ilmu Gizi untuk Anak Jilid 4. Jakarta: Dian Rakyat. Segal, Jeane. (2010). Melejitkan Kepekaan Emosional. Bandung: Misan Media Utama.
Sunita, A, 2008. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Supariasa, I.D.N. 2010. Penilaian Status Gizi. Cet. 1. Jakarta: EGC.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syamsu Yusuf LN, 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sihad, 2010. Ilmu Gizi pada Balita. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Soekirman. 2008. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Widodo, 2009. Keamanan Pangan. Jakarta: Kanisius. Wordpress, 2010. Klasifikasi Status Gizi. Jakarta.
Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Wulandari, M. 2010. Status Gizi dan Aktivitas Harian serta Kaitannya dengan Prestasi Belajar Anak. Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA, cv.
32