60
MENINGKATKAN FUNGSI LEMBAGA LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN DESA MANDIRI PANGAN Dumasari Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO Box 202 Purwokerto 53182
ABSTRACT
P
roblem of food insecurity either in macro level (national) and also micro level (household/individual) always represent problems fundamental to development of quality of human resources being so that make proper and important to continue to be paid attention seriously. At this article, one of the solution alternative placed forward to solve problem food insecurity namely by improving local institute function to develop self supporting countryside of food. This theme is studied from various dimension with coverage of analyse which do not be quit of existence of farmers as majority citizen which living in rural area. Memang tidak dapat dipungkiri
PENDAHULUAN Menyadari peran strategis dari keterjaminan
pangan
telah
dalam dekade tahun 1980-an tepatnya tahun
1984
Indonesia
menyebabkan pemerintah meluncurkan
memetik
berbagai kebijakan yang berkenaan baik
membanggakan
secara langsung maupun tidak langsung
pengembangan keterjaminan pangan
dengannya.
pengadaan
yakni dengan tercapainya swasembada
program untuk peningkatan produksi,
beras dalam skala nasional. Hanya saja,
pengolahan hasil, distribusi sampai
untuk tahun-tahun berikutnya di balik
pemasaran di tingkat rumahtangga.
keberhasilan tersebut terdapat beragam
Akan tetapi sampai era pasca reformasi
persoalan pangan yang harus segera
sekarang
dituntaskan,
Mulai
ini,
dari
pada
tingkat
mikro
keberhasilan
sempat
dalam
khususnya
dialami
keterjaminan
kelompok
pangan
saja
masih
kurang memiliki daya beli cukup untuk
krusial
yang
pengadaan konsumsi pangan dan gizi
merupakan
tetap
masalah
membutuhkan solusi lebih tepat.
miskin
meraih
(rumahtangga/individu) masih
penduduk
yang
yang
sesuai kebutuhan pokok sehari-hari.
Dumasari : Meningkatkan Fungsi Lembaga …
61
Kalangan warga ini rawan terkena
jumlah penduduk miskin maka tahun
ancaman pangan bahkan keadaan yang
2002 yang mengalami kasus gizi buruk
membelenggu mereka sering disebut
yakni sebanyak 1.469.596 terutama
ketidakterjaminan pangan (food insecurity)
diderita anak balita (Beni, dimuat pada
kronis atau berkelanjutan.
Jurnal Warta Demografi Tahun-34, insecurity
Nomor 1, 2004). Sampai tahun 2004,
merupakan persoalan kompleks yang
penurunan jumlah balita penderita gizi
perlu terus menerus diantisipasi tidak
buruk belum menunjukkan hasil yang
hanya pada masa sekarang tetapi juga
berarti. Realitas tersebut teramati dari
masa mendatang.
Hal ini penting
jumlahnya balita yang terkena kasus gizi
mengingat food insecurity sebagai salah
buruk mencapai lima juta dan 1,3 jiwa
satu efek langsung dari kemiskinan.
diantaranya tengah mengalami kondisi
Sampai sekarang jumlah penduduk
gizi buruk sekali (Beni, 2004). Kondisi
miskin relatif tinggi. Mengacu pada
kurang pangan dan gizi buruk yang
hasil laporan Tim Crescent tahun 2003
dialami balita termasuk ancaman bagi
diketahui pada akhir ini
keberlangsungan
Kondisi
food
jumlah
bangsa
mengingat
penduduk yang masuk kategori miskin
kelompok umur ini adalah generasi
berkisar 37,3 juta jiwa. Jumlah ini
penerus cita-cita di masa depan. Dari
tersebar sebagian besar di wilayah
berbagai
kemungkinan
pedesaan (24,2 juta jiwa) dan selebihnya
alternatif yang dapat ditujukan untuk
di wilayah perkotaan (9,1 juta jiwa).
dapat
Dari
persen
ketidakterjaminan pangan maka salah
terdapat di Jawa dan Bali, 25 persen di
satu yang patut dikedepankan adalah
Kalimantan, Nusatenggara, Maluku dan
solusi
Irian Jaya serta 16 persen di daerah
kelembagaan
Sumatera.
pengembangan desa mandiri pangan.
jumlah
tersebut,
Persoalan
59
ketidakterjaminan
pangan juga terungkap dari tingginya
Bentuk
memecahkan
melalui
solusi
peningkatan lokal ini
dinilai
masalah
fungsi untuk efektif
membantu warga miskin terutama yang
AGRITECH, VOL. X NO. 1 JUNI 2008 : 60 – 70
62
bermukim di pedesaan agar terlepas
petani masuk ke dalam perangkap
dari ancaman rawan pangan. Oleh
rawan pangan. Kondisi
karenanya, tema yang dikaji pada tulisan secara
sengaja
dimaksudkan
guna
lain
melatarbelakangi
yang
turut
ketidakterjaminan
permasalahan
pangan pada warga desa terkait dengan
peningkatan fungsi kelembagan lokal
keberadaan nilai-nilai kearifan lokal
untuk pengembangan desa mandiri
yang telah memudar membuat sesama
pangan.
warga
mengkaji
sehubungan
desa
kian
kehilangan
kebersamaan untuk kompak dan saling PERMASALAHAN KETIDAKTERJAMINAN PANGAN PADA MASYARAKAT DESA Biasanya faktor
selain
daya
disebabkan
beli
lemah,
ketidakterjaminan pangan atau food insecurity juga dikarenakan kemampuan memproduksi bahan pangan untuk kebutuhan
sendiri
rendah.
Tak
terpungkiri, food insecurity ternyata juga mengancam rumahtangga petani di pedesaan khususnya yang berlahan marginal. Panen yang gagal atau tingkat produksi yang tak memadai akibat kendala hama dan penyakit tanaman, iklim
yang
tak
menguntungkan
termasuk curah hujan dan persediaan air kurang sehingga terjadi kekeringan berkepanjangan
turut
mendorong
peduli menyelesaikan masalah rawan pangan
yang
sering
Keberadaan cenderung
mengancam.
kelembagaan terabaikan,
lokal padahal
fungsinya bisa dimanfaatkan sebagai modal kebersamaan bagi warga untuk membentuk
dan
mengembangkan
kembali fungsi lumbung pangan yang pernah dulu ditata generasi sebelumnya. Pengadaan kembali lumbung pangan yang
tadinya
bergerak
di
tingkat
rumahtangga akan lebih adaptif dan memadai dengan tuntutan kondisi pada masa
sekarang
jika
dikembangkan
dalam suatu kekuatan di tingkat lebih tinggi yakni desa mandiri pangan. Bentuk
ketidakterjaminan
pangan gizi lain bersifat sementara yang terjadi mendadak pada waktu tertentu
Dumasari : Meningkatkan Fungsi Lembaga …
63
misalnya akibat faktor harga pangan
penerapan teknologi rendah terutama di
melambung, tanaman pangan terserang
kalangan kaum wanita, padahal mereka
hama
kemarau
merupakan pelaku utama usahataninya;
berkepanjangan, paceklik dan bencana
produksi pangan (padi sawah) yang
alam. Jika dibiarkan terus, Santoso dan
dihasilkan
Priyono (2001) mengemukakan bahwa
cenderung rendah 2-2,5 ton per hektar
kondisi ketidakterjaminan pangan dan
(Dumasari dan Suyadi, 2002).
gizi seperti yang dihadapi rumahtangga
insecurity
petani di pedesaan Banyumas akan
hanya bersifat sementara tetapi telah
memunculkan
persoalan
mengarah ke bentuk kronis. Meskipun
berkaitan:
secara kuantitatif sulit menyajikan data
gangguan kesehatan (busung lapar,
jumlah rumahtangga petani miskin
kurang gizi, anemia, gangguan fisik
penderita
mental), tak mampu berpikir dan
tersebar di beberapa desa di Banyumas
bekerja
namun
penyakit,
kompleks
musim
sederetan
yang
saling
produktif,
mendorong
setiap
musim
panen Food
yang dialami rata-rata tidak
rawan pangan gizi yang hasil
penelitian
terda-hulu
seseorang bertindak kriminal (mencuri
secara kualitatif menunjukkan parahnya
karena lapar), mengganggu ketertiban
realitas sosial ini tidak terpungkiri lagi.
dan
keamanan
masyarakat.
Lebih
Temuan
hasil
penelitian
mengkhawatirkan lagi, dalam jangka
Ngalimun dan Santoso (2001); Santoso
waktu yang tidak lama akan melahirkan
dan Priyono (2001) secara senada
generasi lemah yang hilang kemampuan
membuktikan
fisik dan jasmaninya (lost generation).
memang
Persoalan
ketidakterjaminan
Banyumas.
food
terdapat
insecurity di
Rangkaian
kronis
pedesaan ciri
yang
saat
menandakan realitas tersebut tercermati
disadari bahwa kelompok masyarakat
antara lain rumahtangga petani miskin
yang rawan terkena food insecurity justru
rata-rata tak mampu makan dua kali
rumahtangga produsen pangan seperti
sehari terutama saat paceklik (mereka
petani miskin yang antara lain berciri:
hanya makan bermenu nasi sayur tempe
pangan
akan
lebih
dilematis
AGRITECH, VOL. X NO. 1 JUNI 2008 : 60 – 70
64
tahu dan krupuk sekali sehari jam
mayoritas belum paham sama sekali
09.00), siang dapat jatah makan dari
makna penting asupan gizi seimbang.
majikan
ia
Ciri lain diungkap adalah kerap kali
buruhtani, buruh usaha ternak, buruh
harus berhutang dulu untuk membeli
pabrik atau pembantu rumahtangga
kebutuhan pangan, sehingga hidupnya
yang pulang sore hari (Santoso dan
dari waktu ke waktu terlilit hutang;
Priyono, 2001). Tentu hal ini beda
bahkan tak jarang sampai ada yang
bahkan lebih parah dengan kondisi
berani
anggota rumahtangga lain yang sedang
tetangga.
tempat
bekerja
jika
mencuri Ciri
tidak bekerja, pada siang hari hanya
nasi
dari
periuk
berikutnya
dari
makan nasi sayuran dan malam hari
rumahtangga petani miskin ditunjukkan
makan
rebus.
oleh kesulitannya memenuhi kebutuhan
Menurut petugas kesehatan setempat,
sandang dan papan (Santoso, 2004).
asupan gizi khususnya balita dan anak-
Dijelaskannya
anak
jarang
rumahtangga kalangan ini memperoleh
mengkonsumsi protein hewani (kalau
pakaian baru kurang dari dua pasang
sedang mujur suka makan lauk gere’
dalam setiap tahun dan sehari-harinya
atau ikan laut kecil) atau makan daging
tidak memiliki pakaian yang berbeda
hanya saat Idul Adha tiba (hasil
untuk dikenakan secara bergantian baik
pembagian jatah qurban). Meskipun
untuk kepentingan di rumah, bekerja,
sebenarnya rumahtangga petani di dua
bepergian atau ibadah.
desa ini (Sikapat dan Gandatapa)
formal
mempunyai ternak ayam, itik, kambing
cenderung
satu atau dua ekor dan juga memelihara
dikerjakan bukan milik sendiri, luas
kolam ikan tawar (mujair, lele, melem).
lahan kelolaan sempit, enggan risiko,
Jenis beras yang dimakan cenderung
hasil produksi dijual jelang panen
berkualitas rendah atau pada waktu
dengan sistem tebasan, sebagian besar
tertentu diganti jagung dan ketela dan
hasil panen untuk menutup hutang, bila
jagung
rendah,
atau
ketela
mereka
bahwa
rata-rata
anggota
Pendidikan
setingkat
SD
tidak tamat, lahan yang
Dumasari : Meningkatkan Fungsi Lembaga …
65
Adapun
sakit kesulitan biaya berobat, bagian
alternatif
yang
terluas dari lantai rumah masih tanah
potensial dilakukan untuk mengatasi
dan jarang bepergian ke luar desa. Di
ancaman
samping itu, rumahtangga petani miskin
rumahtangga
tidak memiliki tabungan.
melalui
Peningkatan Fungsi Kelem-bagaan Lokal untuk Pengem-bangan Desa Mandiri Pangan sebagai Suatu Alternatif Solusi Ragam
program
telah
food
insecurity
pada
miskin
adalah
petani
penguatan
pengembangan
kembali
lembaga
dan
lumbung
pangan yang dalam kesempatan ini dinamakan lumbung desa mandiri atau desa mandiri pangan melalui upaya
diluncurkan pemerintah untuk mampu
pengembangan
mengentaskan
petani
pranata sosial lokal seperti jimpitan.
miskin dari belenggu kemiskinan dan
Bagi masyarakat khususnya di Jawa
ketidakterjaminan pangan gizi. Satu hal
Tengah, jimpitan bukanlah sesuatu hal
yang perlu segera diperhatikan ternyata
yang aneh dan baru. Jimpitan dikenal
sampai
sebagai
rumahtangga
pasca
reformasi
jumlah
suatu
kelembagaan
wadah
atau
penghimpun
rumahtangga yang rawan terkena food
sumber dana bagi kas keuangan di
insecurity
lingkungan rukun tetangga,
tetap
tinggi
di
pedesaan
rukun
Banyumas tampak lebih dari separuh
warga dan desa yang dikelola secara
jumlah
swadaya.
desa
yang
ada
tergolong
Pada jimpitan
penerima Program Beras Miskin. Oleh karena
itu,
tidak
diragukan
lagi
melekat kuat
nilai-nilai sosial yang menunjukkan
rumahtangga petani miskin di pedesaan
kebersamaan
dan
Banyumas
warga
sehingga
memang
tengah
desa
kesalingpedulian mengandung
membutuhkan perhatian serius dari
muatan budaya lokal.
berbagai
membantu
biasanya dimanfaatkan untuk keperluan
ketahanan
pembangunan di suatu lingkungan
pihak
menyelesaikan pangan.
untuk persoalan
warga;
membangun
Dana jimpitan
pos
ronda,
pengadaan Siskamling, perayaan 17
AGRITECH, VOL. X NO. 1 JUNI 2008 : 60 – 70
66
Agustusan,
memperbaiki
jalan
ketidak-terjaminan
pangan
gizi,
desa/selokan dan kepentingan lain.
semangat kewirausahaan lemah, akses
Dana dikumpulkan setiap hari dengan
informasi rendah dan keterbatasan
cara dikutip oleh warga yang sedang
pengetahuan tentang keragaman dan
bertugas
secara
manfaat bahan pangan lain kecuali
bergantian untuk diserahkan kepada
beras dari sumberdaya lokal (Ngalimun
pengurus/ penanggungjawab. Jumlah
dan Santoso, 2001;
iuran jimpitan bervariasi tergantung
Oetami,
kesanggupan dan kesepakatan warga.
Penyebab lain yang penting diantisipasi
Tentu
ini
bersumber dari keterbatasan perilaku
dikembangkan menjadi lumbung desa
petani yang belum mampu mengambil
mandiri maka persoalan rawan pangan
bagian dari hasil panennya untuk
dan kurang gizi
ditabung misalnya pada lumbung desa
sebagai
saja
ronda
jika
potensi
semakin mudah
2001;
Dumasari dan Sugiarti,
2001).
mandiri dan saat paceklik bisa diambil
teratasi. Beberapa
hasil
penelitian
untuk memenuhi kecukupan kebutuhan
terdahulu yang mengungkapkan bahwa
pangan gizi keluarga.
persoalan
cenderung
ketidakterjaminan
pangan
dipilih
Tindakan yang adalah
menjual
kalangan
langsung semua hasil panen dan dengan
rumahtangga petani/ nelayan miskin
uang terbatas (setelah menyicil hutang)
seperti di pedesaan Banyumas dan
membeli beras dan lauk pauk yang
Cilacap disebabkan pengaruh faktor-
kualitas gizinya berkadar lebih rendah.
dan
kekurangan
faktor:
gizi
lemahnya
di
Ketidakmampuan rumah tangga
kemampuan
miskin
mengelola
dan
tingkat pendidikan formal dan non
mengembangkan
kelembagaan
lokal
formal serta penguasaan keterampilan
seperti pranata sosial jimpitan dalam
pengolahan di bidang pertanian kurang
menghimpun potensi dana simpanan
dan lemahnya kinerja kelembagaan
untuk dikembangkan menjadi desa
lokal
mandiri pangan yang berfungsi sebagai
managemen
dalam
usahatani,
menangani
rendahnya
ancaman
petani
Dumasari : Meningkatkan Fungsi Lembaga …
67
pengelola
pangan
gizi
terutama
rentan menghadapi ancaman rawan
menghadapi masa paceklik (saat antara
pangan.
Masalah
pangan
musim tanam sampai menjelang panen)
merupakan persoalan kependudukan
tampaknya belum mendapat perhatian
yang dihadapi negara
serius dari berbagai pihak. Padahal
dunia ini baik negara-negara maju
potensi ini merupakan energi sosial
maupun
besar untuk menyelesaikan persoalan
Seringkali dalam menangani persoalan
ancaman rawan pangan gizi kronis pada
kerawanan pangan dan gizi perhatian
rumahtangga petani miskin di pedesaan.
terpusat
manapun di
negara
pada
gizi
berkembang.
kasus
yang
tengah
Ditemukan juga pada hasil
dihadapi saat itu (Kardjati, 1985).
penelitian Dumasari dan Oetami (2001)
Sementara, faktor-faktor utama dan
bahwa beberapa kelompok dan pranata
sekunder yang menyebabkan terjadinya
petani seperti arisan, simpan pinjam,
kurang terperhatikan secara serius.
jimpitan memang belum tergerak untuk
Sebagai
ikut merespon persoalan ini.
diterapkan tidak bersifat menyeluruh.
Lebih
konsekwensi,
parah lagi, rumahtangga petani miskin
Hanya
sangat jarang menerima pemantauan
sifatnya
sebatas
status
karena
tidak
gizi
dari
pemerintah.
solusi
yang
sementara waktu dengan meredam memotong
masalah akar
Demikian pula hasil penelitian
permasalahan yang sebenarnya sehingga
Faturochman dan Walgito yang dimuat
dalam jangka waktu tak lama persoalan
pada Jurnal Populasi Volume 13,
tersebut muncul kembali.
Nomor 1, Tahun 2002.menyatakan
Persoalan
pangan
lebih
bahwa dibanding kelompok masyarakat
kompleks timbul pada saat memandang
lain, buruh tani tergolong pada lapisan
pengertian ketahanan pangan sesuai
masyarakat lemah baik dalam aspek
konsep yang tertuang dalam Undang-
ekonomis,
;
Undang
penghasilan mereka rendah sehingga
tentang
berada dalam kemiskinan dan paling
ketahanan
sosial
dan
politis
RI Nomor 7 tahun 1996 Pangan
ditegaskan
pangan
AGRITECH, VOL. X NO. 1 JUNI 2008 : 60 – 70
adalah
bahwa kondisi
68
terpenuhinya pangan dan gizi bagi
dasarnya mempunyai strategi survival
rumahtangga
sendiri untuk berusaha mnyelamatkan
yang
tercermin
dari
tersedianya pangan cukup baik dalam
diri
hal jumlah maupun mutu, aman, merata
berkepanjangan.
dan terjangkau.
Ketahanan pangan
seringkali terjadi justru strategi survival
bukanlah hanya menyangkut aspek
rumahtangga petani belum mampu
jumlah atau ketersediaan tetapi yang
meningkatkan keterjaminan pangan gizi
lebih
adalah
secara permanen karena sifatnya kurang
memenuhi
adaptif. Biasanya strategi survival yang
dipentingkan
keberimbangan
dalam
dari
bencana
kelaparan
Akan tetapi, yang
mudah dilakukan ialah meminjam atau
kecukupan gizi. Pada kasus rumahtangga petani
mengutang uang belanja, ngebon ke
miskin yang berdiam di pedesaan,
warung, bertani di sepanjang tahun,
persoalan ketidak-terjaminan pngan gizi
ngirit/berhemat, mengatur pola dan
ternyata masih sulit dituntaskan. Dari
menu konsumsi pangan, melepas anak
hasil penelitian Ngalimun dan Santoso
dari bangku pendidikan dan segera
(2001) dipaparkan bahwa di desa-desa
memperkerjakannya
pesisir Kecamatan Nusawungu dan
keluarga pada sektor informal (ngangon
Pamutian,
ternak/bertani/buruh
Cilacap
ditemukan
para
anggota
rumahtangga petani miskin dan nelayan
pabrik/pembantu
tradisional yang tengah menghadapi
Meskipun demikian, strategi survival
kondisi kerawanan pangan bersifat
relatif kurang berdaya dan tidak mapan
kronis
serta terikat pada pihak lain pemberi
dan
sementara
yang
mengakibatkan mereka rentan terserang berbagai
jenis
penyakit
Berbagai pranata sosial yang
semuanya
terbentuk dalam struktur masyarakat baik atas inisiatif sendiri
diterima dengan sikap pasrah. Untuk mengatasi persoalan food rumahtangga
kesempatan.
khususnya
infeksi, anemia namun
insecurity
rumahtangga).
petani
pada
dorongan secara
pihak
bersamaan
Dumasari : Meningkatkan Fungsi Lembaga …
luar
maupun
(pemerintah)
belum
sampai
69
memikirkan
perlunya
upaya
dengan
pendekatan
pembangunn
penanganan ketidakterjaminan pangan
masyarakat yang berpusat pada manusia
gizi yang dibangun dengan mengelola
dilandasi
potensi energi sosial lokal. Begitu juga
sumberdaya lokal dengan tepat sasaran
orientasi nilai budaya masyarakat petani
dan berkelanjutan. Salah satu potensi
kurang menangkap persoalan perlunya
desa
kesadaran
dikembangkan ialah kelembagaan atau
guna
memenuhi
yang
wawasan
dianggap
pengelolaan
tepat
untuk
pranata sosial lokal seperti jimpitan
keterjaminan pangan gizi seimbang. Kelembagaan lumbung pangan sudah hampir-hampir tak terjumpai lagi dalam komunitas petani. Oleh sebab
menjadi lumbung desa mandiri atau desa mandiri pangan. DAFTAR PUSTAKA
itu, ketidakberdayaan masyarakat petani menggali,
mengelola
dan
memanfaatkan kembali potensi sosial lokal untuk meningkatkan keterjaminan pangan gizi selayaknya ditinggalkan. Potensi sumberdaya
yang mampu
menjadi kapital sosial bagi peningkatan keterjaminan pangan gizi mencakup sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial dan berbagai jenis sumberdaya
informasi
perlu
terus
dikembangkan. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun strategi dikedepankan
untuk
yang
ideal
mengatasi
ketidakterjaminan pangan gizi adalah
Beni, Romanus. 2004. Analisis Berita Kependudukan Triwulan Pertama 2004. Di-muat pada Jurnal Warta Demografi. Tahun34, No.1, 2004. Lembaga Demografi. FE-UI. Depok. Dumasari, dan Oetami Dwi H., 2001. Aksesibilitas dan Respon Wanita Tani Miskin terhadap Upaya Pemberdayaan Ekonomi di Pedesaan. Laporan Hasil Penelitian pada FAPERTA UMP. Dibiayai Proyek P2IPTDIKTI (Studi Kajian Wanita). Purwokerto. ---------, dan Aman Suyadi, 2002. Peranan Wanita dalam Penggunaan Teknologi Pertanian. Dimuat dalam Jurnal Saintek, Volume III, Nomor 1 September, 2002. LPPM UMP. Purwokerto.
AGRITECH, VOL. X NO. 1 JUNI 2008 : 60 – 70
70
Ngalimun, dan Imam Santoso. 2001. Upaya Mempertahankan Status Gizi Seimbang Melalui Pengelolaan Sumberdaya Manusia di Pedesaan Pesisir Cilacap. Laporan Hasil Penelitian pada FISIP UNSOED. Purwokerto. Santoso, Imam. 2004. Pemberdayaan Petani Tepian Hutan Melalui Pembaharuan Perilaku Adaptif. Disertasi pada Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. ----------. 2004. Analisis Berita Kependudukan Triwulan Kedua 2004. Dimuat pada Jurnal Warta Demografi Tahun34, No. 1, 2004. Lembaga Demografi. FE-UI. Depok.
---------, dan Rawuh Edi Priyono. 2001. Kontribusi Peranan Wanita terhadap Pengembangan Strategi Survival Rumahtangga Petani Miskin di Pedesaan. Laporan Hasil Penelitian pada FISIP UNSOED Dibiayai Proyek P2IPT-DIKTI (Studi Kajian Wanita). Purwokerto. Sugiarti, Asti. 2001. Pemberdayaan Sumberdaya Manusia menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Kumpulan Hasil Penelitian. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. Tim Crescent, 2003. Menuju Masyarakat Mandiri : Pengembangan Model Sistem Keterjaminan Sosial. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dumasari : Meningkatkan Fungsi Lembaga …