MANAJEMEN PEMANENAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA MINAMAS PLANTATION, RIAU
Oleh EMY YUSUF TAMMARA A24080099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN EMY YUSUF TAMMARA. Manajemen Pemanenan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada Minamas Plantation, Riau (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH). Kegiatan magang dilakukan di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation Riau yang dimulai pada 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Tujuan magang adalah menambah pengetahuan, melatih keterampilan dan kemampuan kerja secara langsung di perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mendalami aspek pemanenan tandan buah segar. Kegiatan yang dilakukan di lapangan meliputi aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan antara lain: bongkar tumbuhan pengganggu, penyemprotan gulma, pemupukan, aplikasi tandan kosong, perawatan dan pemeliharaan jalan, konservasi tanah dan air, pengambilan contoh daun (leaf sampling unit), pengukuran kedalaman gambut (peat leveling) dan pemanenan. Aspek manajerial yang dilakukan adalah sebagai pendamping mandor, kerani dan asisten divisi. Kegiatan panen di Divisi I Teluk Siak Estate menerapkan Block Harvesting System (BHS) yaitu sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Pelaksanaan kegiatan panen di Divisi I tidak dilakukan dengan pembagian kerja (Non-DOL) sehingga seluruh kegiatan panen dilakukan oleh satu tenaga pemanen. Pekerjaan tunas progesif juga dilakukan oleh pemanen sesuai sistem yang diterapkan, yaitu BHS. Divisi I tidak mengalami kekurangan tenaga pemanen secara teknis karena pekerjaan pemanenan dapat dilakukan dengan baik bahkan dapat melebihi budget bulanan yang ditargetkan, tetapi dilihat secara kuantitas maka jumlah tenaga kerja total divisi masih di bawah indeks tenaga kerja (ITK) yang diterapkan. ITK aktual adalah 0.12, sedangkan ITK standar yang diterapkan adalah 0.16 sehingga Divisi I masih kekurangan tenaga kerja sebanyak 39 orang. Penerapan pembagian kerja pada kegiatan pemanenan juga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas TBS. Pemanen yang melakukan pembagian
iii kerja mendapatkan hasil TBS yang lebih banyak daripada yang tidak melakukan pembagian kerja. Divisi I sangat menjaga posisi rotasi panennya pada 6/7, tetapi pada saat dilakukan magang terjadi rotasi panen yang terlalu cepat. Penyebabnya adalah kondisi “trek buah” yang menyebabkan potensi tandan yang dapat dipanen rendah. Pemeliharaan kondisi blok dan jalan kebun akan memperlancar transportasi bahan dan TBS. Manajemen panen yang meliputi persiapan panen, organisasi panen dan transportasi TBS sudah dilakukan oleh Divisi I dengan baik dan sesuai, seperti: pemahaman tentang kriteria panen, penyediaan alat panen, pembagian seksi panen, pelaksanaan panen, mutu buah dan mutu hancak serta transportasi TBS. Manajemen panen yang sudah dilakukan dengan baik sangat mendukung dalam peningkatan kualitas dan kuantitas TBS dan MKS Teluk Siak Estate, khususnya Divisi I.
MANAJEMEN PEMANENAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA MINAMAS PLANTATION, RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
EMY YUSUF TAMMARA A24080099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul : MANAJEMEN PEMANENAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA MINAMAS PLANTATION, RIAU Nama : EMY YUSUF TAMMARA NRP : A24080099
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP: 19570711 1981111 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc Agr NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama Emy Yusuf Tammara (Tamma) yang lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 14 September 1990. Penulis merupakan anak ke-12 dari 12 bersaudara dari pasangan Bapak Suchemi dan Ibu Marchamah. Penulis menjalani pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SD Muhammadiyah IV Banjarnegara. Tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Dasar kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2005. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bawang, Banjarnegara dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Lalu penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009. Penulis juga mengikuti kegiatan organisasi, kepanitiaan dan lain-lain untuk mendapatkan keterampilan dan ilmu di bidang non-akademik. Penulis menjabat
sebagai
Ketua
Divisi
PSDM
Koperasi
Agrohotplate,
Divisi
Kewirausahaan, Himagon (2010/2011 - 2011/2012), Kru Kartunis Koran Kampus IPB (2009 - 2011), staf Divisi Infokom Himagon (2009/2010 - 2010/2011), anggota organisasi mahasiswa daerah IKAMAHAMAS, kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura 2010, kepanitiaan Temu Keluarga Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura (TEGAR) 2009, kepanitiaan Farmer Field Day 2010 dan kepanitiaan Festival Tanaman (FESTA) XXXII 2011. Penulis juga menjadi peserta Progam Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang proposalnya didanai oleh DIKTI pada tahun 2011 dan 2011.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan skripsi dengan judul “Manajemen Pemanenan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation Riau”. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir. Adolf Pieter
Lontoh, MS. (pembimbing skripsi) atas bimbingan dan arahan dalam pembuatan skripsi, Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc. dan Dr. Ir. Supijatno, M.Si. (dosen penguji) atas saran-saran untuk perbaikan skripsi dan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. (pembimbing akademik) atas bimbingan selama masa studi serta keluarga besar Suchemi (Bapak Suchemi, Ibu Marchamah, Mbak Wiwi, Mas Aan, Mbak Ida, Mbak Ndari, Mas Oo, Mbak Fifi, Mas Ahang, Mbak Eva, Mas Wowo, Mbak Desi dan Mas Yona) atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan dan kepercayaan kepada penulis. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Minamas Plantation khususnya Teluk Siak Estate (Bapak Rusnanto, Bapak Syahril A. S., Bapak Teddy Lesmana, Bapak R. E. Ginting, karyawan Divisi I dan kantor TSE) dan PT Aneka Intipersada (Panitia SOU 16) yang telah menerima, membimbing dan memberikan wawasan luas tentang perkebunan kelapa sawit. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Raden Rahardito, Ika Sarita Anggraeni, Susilawati, Nida Hanifah Indriani, Annisa Imaniar, Mariski, Rene Ugroseno, Si Om “Arga”, Fardil, Endah, teman magang skripsi AGH 45 dan teman-teman INDIGENOUS 45 serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bentuk dukungan kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan sebaik-baiknya. Bogor, Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
ixi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
PENDAHULUAN ...................................................................................... Latar Belakang ................................................................................ Tujuan..............................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Botani Kelapa Sawit ........................................................................ Syarat Tumbuh ................................................................................ Pemanenan ...................................................................................... Transportasi Hasil ...........................................................................
3 3 4 5 7
METODE MAGANG ................................................................................. Tempat dan Waktu .......................................................................... Metode Pelaksanaan ........................................................................ Pengumpulan Data dan Informasi ................................................... Pengamatan Kegiatan Magang ........................................................ Analisis Data dan Informasi ............................................................
8 8 8 9 9 11
KEADAAN UMUM ................................................................................... Letak Geografi atau Letak Wilayah Administrasi........................... Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................... Luas Lahan dan Tata Guna Lahan................................................... Keadaan Tanaman dan Produksi ..................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .......................................
13 13 13 14 15 16
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG............................................... Aspek Teknis ................................................................................... Aspek Manajerial ............................................................................
17 17 40
PEMBAHASAN ......................................................................................... Manajemen Panen Tandan buah segar ............................................ Produksi dan Pengolahan TBS ........................................................
44 44 56
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... Kesimpulan...................................................................................... Saran ................................................................................................
58 58 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
59
LAMPIRAN ...............................................................................................
61
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Tata Guna Lahan Teluk Siak Estate Berdasarkan Tahun Tanam....
14
2.
Produksi dan Produktivitas Tandan Buah Segar Lima Periode Terakhir ...........................................................................................
15
3.
Komposisi Jumlah Tenaga Kerja TSE ............................................
16
4.
Waktu Penyemprotan Gawangan dan Piringan pada Jenis SKU ....
18
5.
Pengamatan Dosis Penyemprotan Gawangan dan Piringan ............
19
6.
Jenis Jalan Kebun di Teluk Siak Estate ...........................................
20
7.
Rekomendasi Pemupukan Divisi I Teluk Siak Estate .....................
26
8
Penomoran dan Penandaan pada LSU ............................................
32
9.
Pengamatan Kriteria Panen pada Tiga Kemandoran Panen ............
37
10. Jenis Alat yang Digunakan dalam Kegiatan Panen .........................
39
11. Perbandingan Rata-rata Hasil Panen oleh Pemanen dengan Pengutip dan Tanpa Pengutip .........................................................
45
12. Perbandingan Angka Kerapatan Panen pada Tiga Tahun Tanam ...
48
13. Perbandingan AKP dan Tonase Berdasarkan Pengamatan dan Aktual ..............................................................................................
48
14. Pembagian Seksi Panen Divisi I Teluk Siak Estate ........................
49
15. Jumlah Tenaga Kerja Divisi I TSE .................................................
51
16. Mutu Hanca pada Tiga Kemandoran Panen ....................................
52
17. Perbandingan Mutu Buah Divisi I dengan Target Produksi ...........
52
18. Pengamatan Transportasi TBS ke Pabrik ........................................
55
19. Produksi pada Tiga Kemandoran Panen di Divisi I ........................
56
20. Produksi TBS Divisi I TSE dan Historis Ekstraksi TSF Lima Periode Terakhir ..............................................................................
57
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Kegiatan Bongkar Tumbuhan Pengganggu.....................................
17
2.
Pekerjaan Perawatan Jalan ..............................................................
21
3.
Penunasan Tepi Jalan (Road Side Pruning) ....................................
22
4.
Pembuatan Rorak ............................................................................
22
5.
Kegiatan Pembuatan Parit 2 m x 2 m dengan Mini Excavator .......
23
6.
Susunan Pelepah di Gawangan Mati dan Antar Tanaman ..............
24
7.
Aplikasi Tankos pada Gawangan Mati dan Antar Tanaman...........
25
8.
Metode Aplikasi Pupuk Makro di Divisi I .....................................
27
9.
Sistem Pengawinan pada Aplikasi Pupuk ......................................
27
10. Tanaman Bermanfaat ......................................................................
28
11. Penanaman Antigonon leptopus ......................................................
29
12. Penanaman Cassia cobanensis dan Turnera subulata ....................
29
13. Sarang Burung Hantu dan Buah yang Dimakan Tikus ...................
30
14. Pengukuran Kedalaman Gambut (Peat Leveling). ..........................
33
15. Beberapa Jenis Kegiatan dalam Pemanenan ...................................
34
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Teluk Siak Estate..........................................................................
62
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Teluk Siak Estate..........................................................................
63
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Teluk SiaEstate.............................................................................
65
4.
Peta Teluk Siak Estate 2011 - 2012 ................................................
68
5.
Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Teluk Siak Estate Lima Periode Terakhir. .............................................................................
69
6.
Struktur Organisasi Teluk Siak Estate ............................................
70
7.
Rotasi Panen Divisi I Tiga Bulan Terakhir .....................................
71
8.
Surat Pengantar Buah (SPB) ...........................................................
73
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat unggul. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar. Berdasarkan Direktorat Jenderal Perkebunan (2010) produksi kelapa sawit Indonesia terus meningkat pada tiga tahun terakhir seiring dengan bertambahnya luas lahan perkebunan, yaitu: tahun 2008 sebesar 17 539 788 ton dengan luas lahan 7 363 847 ha, tahun 2009 sebesar 18 640 881 ton dengan luas 7 508 023 ha dan tahun 2010 mencapai 19 844 901 ton dengan luas 7 824 623 ha. Direktorat Jenderal Perkebunan (2009) mencatat volume ekspor minyak kelapa sawit (MKS) pada tahun 2009 sebanyak 21 151 127 ton. Nilai tersebut setara dengan US$ 11 605 431 000. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan tersebut, potensi komoditas kelapa sawit perlu dikembangkan lebih lanjut agar produksi dan keuntungan yang diperoleh semakin meningkat. Posisi Indonesia saat ini harus dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Potensi produksi yang tinggi didukung oleh kualitas bahan tanam dan teknik budidaya yang diterapkan. Benih yang digunakan harus berkualitas unggul dan teknik budidaya harus dilakukan dengan baik sehingga produksi optimal akan tercapai. Salah satu teknik budidaya yang penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah pemanenan. Menurut PPKS (2007) panen adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman, tetapi kegagalan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan yang sudah baku dan potensi tinggi tidak akan ada artinya jika pemanenan tidak optimal. Pemanenan tandan sawit yang tidak tepat umur mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Tandan masak siap panen ditandai dengan sejumlah buah yang lepas dari tandan (brondolan). Kegiatan pemanenan sangat berpengaruh pada kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Menurut Pahan (20011) produksi maksimal hanya dapat dicapai jika kerugian (losses) produksi minimal. Kehilangan pada tahap ini cukup besar, seperti: tandan matang tidak dipanen,
2 brondolan yang tertinggal, transportasi yang buruk dan kandungan asam lemak bebas (FFA) tinggi. Timbulnya masalah penurunan hasil dan kualitas minyak ini dapat diatasi. Salah satu caranya adalah manajemen pemanenan tandan buah segar (TBS) tepat dan benar. MKS atau CPO merupakan produk yang dihasilkan buah kelapa sawit yang memiliki nilai jual tinggi saat ini. Peningkatan harga minyak mentah dunia menjadikan MKS sebagai pilihan untuk bahan baku pembuatan bioenergi. Hal tersebut menyebabkan peluang industri Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) masih memiliki prospek sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri. Minyak kelapa sawit (MKS) diperoleh dari mesokarp (sabut kelapa sawit) yang diolah lebih lanjut. Hasil pengolahan MKS selain dijadikan sebagai bahan baku minyak goreng, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan industri, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya. Kelebihan minyak nabati sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol (rata-rata 12 - 19 ppm) dan memiliki kandungan karoten tinggi. Selain minyaknya, sisa dari pengolahan kelapa sawit (ampas) dapat juga dimanfaatkan untuk pakan ternak. Tempurung kelapa sawit digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Sisa pengolahan buah kelapa sawit dapat juga difermentasikan menjadi pupuk kompos (Fauzi et al., 2002).
Tujuan Kegiatan magang yang dilaksanakan mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum kegiatan magang adalah untuk menambah pengetahuan tentang perkebunan kelapa sawit, melatih keterampilan dan kemampuan dalam bidang perkebunan, memperoleh pengalaman kerja secara langsung serta dapat mempelajari teknik budidaya serta manajemen perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus adalah mempelajari manajemen pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) baik secara teknis, pengelolaan, menganalisis, maupun mengatasi masalah yang berkaitan dengan kualitas MKS yang dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil yang memiliki akar serabut, batang silindris yang tegak dan tidak bercabang, tulang daun yang sejajar, tergolong tanaman monoecious serta buah memiliki bentuk lonjong (Lubis dan Widanarko, 2011). Kelapa sawit memiliki empat jenis akar serabut yang biasa disebut feeder roots. Pertama, akar primer (Ø = 5 - 10 mm) tumbuh dari pangkal batang pada kedalaman 20 - 60 cm. Kedua, akar sekunder (Ø = 2 - 4 mm) muncul dari akar primer dan tumbuh vertikal ke permukaan. Ketiga, akar tertier (Ø = 1 - 2 mm) tumbuh horisontal pada akar sekunder yang dekat permukaan tanah dengan panjang 10 - 15 cm. Keempat, akar kuarter (Ø = 0.1 - 0.3 mm) terletak paling dekat permukaan tanah dengan panjang 2 cm yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara dan air. Akar-akar tersebut membentuk semacam anyaman (Lubis dan Widanarko, 2011). Batang kelapa sawit berbentuk silindris (Ø = 35 - 75 cm) dan tingginya mencapai 30 m. Pada pertumbuhan awal, batang kelapa sawit tidak menunjukkan pertambahan
panjang
(internodia).
Batang
kelapa
sawit
menunjukkan
pertambahan panjang setelah berumur empat tahun (Sastrosayono, 2005). Tiga fungsi utama batang kelapa sawit: struktur pendukung organ lain (daun, bunga dan tandan), sistem pembuluh (mengangkut air, hara dan fotosintat) dan berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan atau karbohidrat (Pahan, 2011). Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung. Terdapat tiga tahap perkembangan daun kelapa sawit, yaitu: Lanceolate, daun awal berupa helaian utuh yang keluar pada masa pembibitan; Bifurcate, bentuk daun dengan helaian yang sudah pecah tetapi bagian ujung daun belum terbuka; Pinnate, bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun ke atas dan ke bawah (Tim Pengembangan Materi LPP, 2010). Pelepah berduri di kedua sisinya. Anakan daun (foliage leaflet) berjumlah 80 - 120 helai yang tersusun berbaris dua hingga ujung daun dan terbentuk dua daun per bulan
4 (20 - 24 daun per tahun). Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 135o. Kelapa sawit memiliki kedudukan daun (phytotaxis) tiga per delapan yang artinya dalam tiga putaran terdapat delapan helai daun. Letak daun kesembilan berada satu garis dengan daun pertama (Sastrosayono, 2005). Menurut Sastrosayono (2005) sistem pembungaan kelapa sawit adalah monoecious (berumah satu). Bunga muncul setelah kelapa sawit berumur lebih dari tiga tahun. Masa reseptif bunga betina adalah 72 jam sedangkan bunga jantan memiliki 24 jam untuk memtandani bunga betina. Sunarko (2010) menambahkan bahwa perbandingan jumlah bunga jantan dan betina bergantung pada pupuk dan air (bulan basah dan bulan kering). Bulan basah yang banyak dan ketersediaan pupuk yang cukup mengakibatkan lebih banyak terbentuk bunga betina. Buah kelapa sawit berbentuk oval yang menempel pada tandan. Terdapat empat lapisan, yaitu eksokarp, mesokarp (fiber), endokarp (cangkang) dan endosperma (inti). Mesokarp muda berwarna hijau pucat, bersemakin maka berubah warna menjadi kuning. Warna eksokarp berubah dari warna ungu tua hingga hitam (karena didominasi antosianin) menjadi jingga kemerahan (dominasi karoten) setelah umur enam bulan (Sastrosayono, 2005).
Syarat Tumbuh Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) saat ini menjadi tanaman penghasil minyak unggulan untuk tujuan komersil. Produksi minyak kelapa sawit sangat bergantung kepada faktor genetiknya, selain itu agar kelapa sawit menghasilkan minyak yang berkualitas baik dan memiliki produktivitas tinggi maka tanaman kelapa sawit mempunyai lingkungan tumbuh yang tersendiri atau biasa disebut sebagai syarat tumbuh (PPKS, 2007). Persyaratan tumbuh bagi kelapa sawit antara lain lahan dengan topografi datar, ketebalan solum 60 - 80 cm, ketinggian tempat maksimal adalah 400 m di atas permukaan laut, memiliki curah hujan optimal 1 750 - 2 500 mm/tahun dan terbagi merata sepanjang tahun, suhu optimal 27 °C, lama penyinaran 6 jam/hari, kelembaban optimal 80 %, dapat tumbuh pada bermacam-macam jenis tanah yang gembur, aerasi dan drainasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas serta pH tanah antara 5.5 – 6.0 (PPKS, 2007).
5 Pemanenan Produksi minyak kelapa sawit erat hubungannya dengan kegiatan panen. Teknik budidaya sangat mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit yang dihasilkan. Menurut PPKS (2007) pengertian panen adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Prinsip pada kegiatan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan dan mengangkut TBS ke pabrik untuk seterusnya diolah menjadi MKS berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan FFA rendah serta menjaga kondisi tanaman tetap baik. Pekerjaan pemotongan tandan merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Tugas utama dalam pemanenan adalah mengambil tandan pada tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik dengan cara dan waktu yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (Pahan, 2011). Tanaman telah dapat menghasilkan pada umur 30 bulan setelah tanam. Jumlah tanaman kelapa sawit yang dapat dipanen per hektar sebanyak 60 %. Pemanenan dilakukan dengan memilih tandan yang matang dengan tanda adanya sejumlah buah merah yang jatuh (brondolan). Sunarko (2010) menyebutkan jumlah brondolan yang ditetapkan adalah 1 - 2 brondolan/kg bobot tandan. Cara memanen TBS adalah memotong tangkai tandan menggunakan dodos (tanaman rendah) dan menggunakan egrek (tanaman tinggi). Pemanenan dilakukan satu kali seminggu dengan rotasi antar blok yang rutin. Saat tandan mulai masak, kandungan minyak dalam mesokarp meningkat cepat. Hal ini disebabkan proses konversi karbohidrat menjadi lemak. Setelah kadar minyak maksimal maka buah akan lepas (membrondol) dari tandan. Free Fatty Acid (FFA) dalam buah juga akan terus meningkat seiring dengan lamanya buah sebelum diolah sehingga transportasi harus dilakukan dengan cepat agar kandungan FFA tidak terlalu tinggi (Sastrosayoro, 2005).
6 Sistem dan Rotasi Panen Sistem panen kelapa sawit yang memenuhi standar tertentu akan menghasilkan minyak sawit yang bermutu baik. Standar sistem panen yang ditentukan adalah: a) tidak ada tandan mentah yang dipanen, b) tidak meninggalkan tandan matang, c) semua brondolan dikumpulkan dan dibawa ke TPH dalam kondisi bersih, d) membrondolkan tandan yang terlalu matang dan memotong pendek tangkai tandan (Sastrosayono, 2005). Faktor yang menentukan pemanenan untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas MKS dan IKS yang tinggi adalah rotasi panen. Rotasi panen sangat mempengaruhi kualitas TBS yang dihasilkan. Beberapa kesalahan yang terjadi dalam rotasi panen adalah meningkatnya tandan mentah yang dipotong akan cenderung mempercepat siap borong dan memperlambat rotasi panen, tandan matang yang tertinggal akan masuk rotasi panen berikutnya yang menyebabkan banyak tandan yang sudah membrondol dan tandan lewat masak, persentase brondolan yang meningkat akan menyita waktu sehingga hasil TBS menurun dan ketepatan rotasi (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat) juga mempengaruhi hasil TBS. Penyelesaian dari masalah rotasi panen ini adalah melakukan pemantauan pada daftar rotasi panen di kantor divisi, informasi umur tanaman dan kerapatan panen setiap blok, jumlah tenaga kerja, jumlah borongan, persentase siap borong dan curah hujan (Pahan, 2011).
Taksasi atau Peramalan Produksi Taksasi atau peramalan hasil adalah kegiatan menghitung jumlah TBS yang akan diperoleh saat panen berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang kemungkinan menjadi tandan buah. Tujuan peramalan produksi adalah untuk mempermudah pengaturan dan pelaksanaan panen di kebun dan pengelolaan di pabrik, memudahkan penyediaan dan pengaturan transportasi, membuat perkiraan produksi harian hingga bulanan. Penyusunan perkiraan produksi didasarkan pada perkembangan bunga betina dan tandan. Hal ini dapat diprediksi melalui seludang pecah terbuka hingga matang panen dan berdasarkan berat tandan rata-rata sesuai umur tanaman (Sunarko, 2010).
7 Menurut Sastrosayono (2005) hasil produksi kelapa sawit untuk enam bulan ke depan dapat diperkirakan dengan rumus berikut: Y=axbxc Keterangan: Y = produksi enam bulan a = jumlah seluruh tandan yang akan dipanen selama enam bulan b = berat tandan rata-rata c = persentase minyak terhadap berat tandan (untuk MKS 20%)
Transportasi Hasil Pengangkutan merupakan hal yang tidak kalah penting dari kegiatan panen karena memiliki pengaruh yang cukup besar. Pengangkutan dapat menurunkan kualitas minyak disebabkan guncangan yang akan mengaktifkan enzim lipase yang memecah minyak menjadi asam lemak dan gliserol (Sunarko, 2010). Sastrosayono (2005) mengungkapkan bahwa sistem jaringan jalan di perkebunan merupakan salah satu faktor penting untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil ke pabrik. Jaringan jalan yang baik juga menjamin pengangkutan pupuk dan bahan lain. Banyak pekerjaan kebun yang tidak dapat dilakukan karena kondisi prasarana jalan yang buruk. Jenis alat transportasi juga berpengaruh pada pengangkutan hasil. Jenis tersebut bergantung pada skala usaha, sarana dan prasarana jalan yang ada.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Desa Tualang Perawang, Kecamatan Perawang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang yang dilakukan adalah metode kerja praktek langsung di perkebunan. Metode langsung yang dilakukan penulis adalah aktif dalam kegiatan kebun dan kantor, wawancara, diskusi dengan mandor maupun staf dan mencatat rangkaian kegiatan, seperti: mencatat prestasi kerja, alat dan bahan yang terkait serta waktu kegiatan. Kegiatan magang sebagai KHL dilakukan selama kurang lebih tiga minggu, yang meliputi: mengkuti apel pagi dengan mandor, mengikuti pekerjaan kebun (pengendalian gulma, pemupukan, pemeliharaan jalan, manajemen air dan tanah, pemupukan, pengendalian hama dan pemanenan), membuat jurnal harian dan mencatat prestasi kerja. Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL terlampir pada Lampiran 1. Pekerjaan selama menjadi pendamping mandor dilakukan selama kurang lebih tiga minggu. Jenis-jenis pekerjaan sebagai pendamping mandor adalah mengawasi dan mengoordinasikan karyawan, membantu dalam pembuatan laporan harian, membuat jurnal harian, selain menjadi pendamping mandor juga menjadi pemdamping kerani (kerani cek sawit, kerani keliling dan kerani divisi). Rincian kegiatan sebagai pendamping mandor terlampir dalam Lampiran 2. Kegiatan manajerial lain yang dilakukan selama magang adalah sebagai pendamping asisten. Tugas sebagai pendamping asisten adalah mengikuti lingkaran pagi asisten, mempelajari kegiatan manajerial tingkat divisi, membantu pengelolaan dan pengawasan karyawan dan membantu tugas asisten yang lain. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten terlampir pada Lampiran 3.
9 Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung atau observasi di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, angka kerapatan panen, sistem dan rotasi panen, hanca panen dan kehilangan panen, bobot tandan rata-rata (BTR), tenaga kerja, peralatan yang digunakan, basis dan premi panen, sistem pengawasan, pelaksanaan panen, kondisi tanaman serta transportasi hasil. Data sekunder diperoleh dari rekapitulasi di kantor kebun dan hasil analisis rendemen dari laboratorium perusahaan kelapa sawit. Pengumpulan data sekunder juga diperoleh dari pengumpulan data dan informasi melalui studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh seperti lokasi dan letak geogafis kebun, keadaan tanah dan iklim (jenis tanah, curah hujan, hari hujan dan lama penyinaran), luas dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, realisasi produksi tandan buah segar, kandungan asam lemak bebas (FFA) dan struktur organisasi serta manajemen perusahaan.
Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi atau arsip kantor kebun. Data primer diperoleh dari seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan melakukan pengamatan khusus pada beberapa blok, tenaga kerja, tempat pengumpulan hasil (TPH) dan alat transportasi hasil. Pengamatan juga dilakukan pada saat kegiatan panen, pengumpulan tandan ke TPH (recovery), sampai tahap pengangkutan TBS ke pabrik (evacuation). Data primer yang diamati sebagai berikut: 1. Kriteria Panen Pengamatan dilakukan pada 3 kemandoran panen dengan mengikuti 5 pemanen secara acak. Jumlah tanaman bertandan matang yang diamati adalah 15 tanaman/pemanen sehingga jumlah keseluruhan 255 tanaman. Data diperoleh dari pengamatan jumlah brondolan per tandan matang (piringan dan tanaman).
10 2. Tenaga Kerja Panen dan Keseluruhan Divisi I Data jumlah tenaga kerja panen dan tenaga kerja total diperoleh dengan melakukan wawancara dengan mandor, kerani dan asisten. Selain itu, diamati juga tenaga kerja saat apel pagi berlangsung. Pengamatan tenaga kerja panen juga dilakukan dengan membandingkan hasil panen (banyak tandan dan tonase) yang dilakukan oleh 1 karyawan panen dengan pengutip (picker) dengan 1 karyawan tanpa pengutip dari 1 kemandoran. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti masing-masing pemanen selama 5 hari. 3. Pelaksanaan Panen Pengamatan pelaksanaan panen meliputi kegiatan pemanen dari apel pagi hingga pengangkutan tandan ke TPH yang dilakukan dengan mengikuti 5 pemanen pada 3 kemandoran panen. Pengamatan dilakukan selama 5 hari kerja. 4. Angka Kerapatan Panen dan Taksasi Pengamatan dilakukan pada blok contoh yang akan dipanen keesokan hari dengan 3 tahun tanam berbeda (setiap tahun tanam diamati sebanyak 3 kali). Pengambilan contoh dilakukan dengan mengambil 10 % tanaman dari populasi/blok. Metode dalam memih tanaman contoh adalah dengan mengambil tanaman di beberapa pasar di tepi kanan blok, di tengah blok dan di tepi kiri blok sehingga benar-benar mewakili kondisi blok contoh. Data diperoleh dari jumlah tanaman contoh dan jumlah tandan yang siap dipanen besok. Angka kerapatan panen diperoleh dengan rumus: Kerapatan panen =
Jumlah tandan matang x 100% Jumlah tanaman contoh
Taksasi memiliki hubungan dengan AKP karena data taksasi diperoleh dengan mengalikan jumlah tandan per blok contoh yang siap dipanen besok dengan bobot tandan rata-rata (BTR) yang umum sesuai dengan umur tanaman pada blok yang diamati. 5. Rotasi Panen dan Seksi Panen Pengamatan pada rotasi panen dilakukan dengan berdiskusi dengan mandor panen, kerani divisi dan asisten divisi serta mencari penyebab utama terjadinya rotasi yang tidak normal (rotasi yang terlalu cepat dan rotasi yang terlalu lambat). Pengamatan seksi panen juga dilakukan dengan diskusi bersama mandor I dan asisten divisi.
11 6. Mutu Panen (mutu hanca dan mutu buah) Mutu panen dibagi dua, yaitu mutu hanca dan mutu buah. Pengamatan mutu hanca dilakukan dengan mengamati tandan yang tidak dipanen, brondolan yang tertinggal dan kondisi pelepah. Pengamatan dilakukan pada 5 pemanen dari 3 kemandoran panen. Pengamatan juga dilakukan pada sistem pengawasan, denda dan pengangkutan TBS ke TPH. Pengamatan mutu buah dilakukan dengan mengikuti 3 kerani cek sawit (KCS) dari 3 kemandoran panen dan mengamati mutu dari 100 TBS dalam 1 blok contoh. Parameter untuk mutu buah adalah jumlah tandan matang, tandan mentah, tandan busuk, tandan abnormal, tandan kosong dan gagang panjang. 7. Transportasi Hasil Pengamatan dilakukan dengan mengikuti 2 jenis unit transportasi (Dump Truck dan Hino Dump Truck) pada 3 kemandoran panen. Pengamatan dimulai pada masuknya unit transportasi ke divisi hingga unit kembali lagi ke divisi. Pengamatan dilakukan selama 5 hari kerja dari masing-masing jenis unit transportasi. Parameter yang diamati adalah waktu yang dibutuhkan untuk memuat TBS, waktu dari divisi ke PKS, waktu kembali, jarak dari divisi ke PKS dan banyak muatan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang mendukung pelaksanaan magang dan pengamatan yang dilakukan. Data yang mendukung antara lain kondisi iklim lapangan, kondisi lahan, luas lahan dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi, infrastruktur kebun, struktur organisasi dan manajemen kebun, peraturan/norma baku dan rekomendasi anggaran pelaksanaan teknik budidaya sampai ke pengolahan.
Analisis Data dan Informasi Data primer dan sekunder yang dihasilkan dari pengamatan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan peraturan/norma baku yang berlaku. Analisis deskriptif digunakan untuk mencari jumlah, rata-rata dan persentase yang kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang berlaku.
12 Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan analisis statistik uji t-student. Analisis kuantitatif digunakan untuk mendapatkan nilai yang akan dibandingkan dengan nilai pada tahun-tahun sebelumnya. Rumus uji t-student yang akan digunakan (Walpole, 1993): t-student =
dengan
Sp =
Keterangan: ,
= rata-rata pengamatan 1 dan 2
,
= ragam contoh 1 dan 2
, Sp
= jumlah pengamatan 1 dan 2 = simpangan baku gabungan
KEADAAN UMUM
Letak Geogafi atau Letak Wilayah Administrasi PT Aneka Intipersada (AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang berdiri pada tanggal 30 Agustus 1989. Perkebunan kelapa sawit ini dibangun sebagai konversi dari hutan sekunder seluas 12 000 ha. Letak PT AIP secara geogafis adalah 1º52’30” LS - 2º4’25” LS dan 103º19’45” LU - 103º27’57” LU. Administrasi pemerintahan berada di Desa Maredan dan Desa Tualang, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Wilayah pemangkuan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Siak dan Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Batas Utara adalah Desa Gasib dan Desa Pinang Sebatang, Batas Barat adalah Desa Maredan dan Sungai Siak, Batas Timur adalah PTPN V dan Desa Lubuk Dalam, Batas Selatan adalah PT Shorea Timber Desa Tualang, PTP II Sei Buatan dan Lubuk Dalam dan Desa Buatan I. Pengelolaan PT AIP terdiri dari tiga Estate, yaitu: Aneka Persada Estate (APE), Pinang Sebatang Estate (PSE) dan Teluk Siak Estate (TSE). Teluk Siak Estate terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau. Lahan Teluk Siak Estate sebelah Utara berbatasan dengan Desa Gasib Kecamatan Koto Gasib, Sebelah Timur berbatasan dengan Aneka Persada Estate (PT AIP), Sebelah Selatan berbatasan dengan Pinang Sebatang Estate (PT AIP) dan Sebelah Barat berbatasan dengan perkebunan PT Surya Dumay Group. Peta Teluk Siak dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah Teluk Siak Estate (TSE) memiliki curah hujan tahunan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Tercatat pada periode 2007 - 2011 curah hujan tahunan berkisar antara 2 048 - 2 743 mm, curah hujan rata-rata tahunannya adalah 2 454 mm. Hari hujan rata-rata tahunannya adalah 154 hari. Suhu udara harian di TSE antara 20 – 35 ºC. Kelembaban udara rata-rata mencapai 80 %. Lama penyinaran matahari di kebun maksimal 12 jam per hari. Data curah hujan periode tahun 2007 - 2011 terdapat pada Lampiran 5.
14 Teluk Siak Estate terletak pada 10 - 100 m di atas permukaan laut dan mempunyai dua jenis lahan, yaitu lahan mineral dan gambut. Lahan mineral seluas 678.95 ha (72.32 %), sedangkan lahan gambut seluas 259.93 ha (27.68 %) dari total luas kebun. Bentuk topogafi adalah datar (flat) kemiringan 0 - 4 %, bergelombang (undulating) kemiringan 4 - 12 % dan berbukit (hilly) kemiringan 12 - 38 %. Jenis tanah TSE adalah ultisol yang berasal dari bahan induk aluvial dengan tekstur liat berpasir (sandy clay). Tingkat kematangan gambut TSE adalah hemis sampai safris sehingga sesuai untuk budidaya kelapa sawit.
Luas Lahan dan Tata Guna Lahan Teluk Siak Estate memiliki luas 3321.20 ha yang terbagi dalam tiga divisi, yaitu: Divisi I, Divisi II dan Divisi III. Divisi I memiliki luas 1 063.16 ha dibagi dalam 15 blok, Divisi II memiliki luas 1 116.68 ha dibagi dalam 17 blok dan Divisi III memiliki lahan seluas 1 141.36 ha dibagi dalam 14 blok. Data tata guna lahan Teluk Siak Estate berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tata Guna Lahan Teluk Siak Estate Berdasarkan Tahun Tanam Kelompok Lahan Lahan Yang Diusahakan A. Lahan yang Ditanam 1. TM ‐ TT 1994 ‐ TT 1995 ‐ TT 1996 ‐ TT 1997 ‐ TT 1998 ‐ TT 1999 ‐ TT 2000 ‐ TT 2001 ‐ TT 2003 ‐ TT 2004 2. TBM ‐ TT 2008 ‐ TT 2011 B. Pabrik C. Lahan Prasarana Lahan Yang Bisa Ditanam D. Okupasi Luas Lahan Total
Divisi I
Aktual (ha) Divisi II Divisi III
Total
67.70 256.54 227.37 358.25 -
531.74 444.03 -
176.91 211.83 194.19 69.87 35.43 118.24 76.67 51.42
531.74 67.70 877.48 439.20 552.46 69.87 35.43 118.24 76.67 51.42
29.00 -
30.00 20.90
-
29.00 30.00 20.90
92.00 1 063.16
29.00 1 116.68
83.22 1 141.36
204.22 3 321.20
Sumber: Kantor Besar Kebun TSE (2012)
15 Keadaan Tanaman dan Produksi Teluk Siak Estate menggunakan bibit kelapa sawit yang berasal dari varietas Tenera (Dura X Pisifera). Jenis yang digunakan adalah Marihat, Socfindo, Lonsum, Rispa dan Guthrie. Minamas Research Center (MRC) juga sedang mengembangkan varietas sendiri yang diharapkan dapat diterima masyarakat. Pola tanam yang digunakan adalah segitiga sama sisi (sisi: 9.2 m) sehingga populasi rata-ratanya adalah 136 tanaman/ha. Divisi I menggunakan jenis Marihat, Guthrie dan Socfindo dengan tahun tanam 1995 - 1998. Penyebaran blok sebagai berikut: blok I012 (1995), blok G009, H009, H010 dan H011 (1996), blok G007, G008, G009 dan H008 (1997), blok H007, I009, I010, I011, J010 dan I011 (1998) serta lahan MRC terdapat pada blok I013 dengan tahun tanam 2008. Teluk Siak Estate memiliki produksi tandan buah segar yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena daya dukung yang besar, seperti: varietas, iklim, perawatan, manajemen panen dan lain-lain. Data produksi dan produktivitas Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Tandan Buah Segar Lima Periode Terakhir Periode
Luas Produksi ...(ha)... ...(ton)... 2006 - 2007 2 927.83 47 774.28 2007 - 2008 2 927.83 53 120.40 2008 - 2009 2 927.83 48 977.99 2009 - 2010 2 927.83 47 210.27 2010 - 2011 2 927.83 53 577.46 Sumber: Kantor Besar Kebun TSE (2012)
Produktivitas ...(ton/ha)... 17.71 19.49 17.97 17.32 18.98
Rendemen ...(%)... 23.40 22.96 23.06 23.00 22.47
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi dan produktivitas selama lima periode mengalami fluktuasi, walaupun tidak signifikan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kondisi iklim tiap tahun yang berubah, kondisi tanaman, perawatan tanaman, manajemen panen, manajemen tenaga kerja, manajemen transportasi dan lain-lain.
16 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Teluk Siak Estate (TSE) merupakan salah satu bagian kebun dari Minamas Plantation. Kekuasaan tertinggi pada struktur organisasi kebun dipegang oleh dewan direksi dan general manager yang membawahi beberapa estate manager. Estate manager dibantu oleh seorang senior assistant dan beberapa orang assistant dan seorang kepala tata usaha. Struktur organisasi TSE dapat dilihat dalam Lampiran 6. Tenaga kerja di TSE terdiri dari karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari senior estate manager, senior assisant, assistant division dan kepala tata usaha. Karyawan non staf terdiri dari serikat kerja unit (SKU). Jumlah tenaga kerja di TSE bulan Mei 2012 sejumlah 525 orang yang terdiri atas 4 staf, 2 on job training, 486 non staf dan 33 KHL pemupuk. Indeks tenaga kerja (ITK) di TSE sesuai standar ITK kebun yang digunakan, yaitu 0.16. ITK tersebut masih berada di bawah standar ITK perkebunan kelapa sawit yang ada, yaitu 0.2 – 0.3. Ketenagakerjaan di Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Jumlah Tenaga Kerja TSE Jenis Tenaga Kerja Karyawan Staf
Karyawan non-staf
Tingkatan Karyawan Estate Manager PJS Senior Assistant Assistant Division KTU/Kasi SKU Bulanan Kantor SKU Bulanan Traksi SKU Bulanan Divisi SKU Bulanan Keamanan SKU Harian KHL Pupuk
Total ITK Kebun ITK Perkebunan KS Sumber: Kantor Besar Kebun TSE (2012)
Jumlah ...(orang)... 1 1 2 1 13 24 42 10 401 33 525 0.16 0.2 - 0.3
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma merupakan salah satu kegiatan penting pada budidaya perkebunan kelapa sawit. Pengendalian gulma di Teluk Siak Estate dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan (circle) dan gawangan (interrow). Tujuan pengendalian gulma adalah mengurangi kompetisi hara dan air karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pemananenan dan aplikasi pemupukan dan memudahkan pengutipan brondolan (menekan kehilangan brondolan). Bongkar tumbuhan pengganggu. Bongkar tumbuhan penganggu (BTP) merupakan metode pengendalian gulma manual, yaitu dengan memotong atau mencabut gulma hingga akarnya menggunakan cados (cangkul dodos), parang dan parang babat (Gambar 1). Kegiatan BTP memiliki HK sebesar 0.5 ha sehingga seorang pekerja harus menyelesaikan 68 tanaman/hari. Gulma yang banyak ditemukan adalah senduduk (Melastoma malabatrikum), bulu babi (Clidemia hirta), Borreria allata, pakis-pakisan, krisan (Scleria sp.) dan lain-lain. (a)
(b)
(c)
Gambar 1. Kegiatan Bongkar Tumbuhan Pengganggu (a) SKU Mendongkel Anak Kayu Menggunakan Cados, (b) Parang, (c) Parang Babat
18 Pengendalian secara kimia. Pengendalian secara kimia merupakan metode pengendalian gulma menggunakan bahan kimia berupa herbisida. Menurut Sembodo (2010) herbisida adalah bahan kimia atau kultur hayati yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan pengganggu (gulma). Alat yang digunakan adalah sprayer Inter 12 Green (kapasitas 12 l). Pengaruh aplikasi herbisida akan terlihat setelah tiga hari setelah penyemprotan. Gulma akan layu kemudian dalam waktu satu minggu gulma mulai menguning. Pengendalian secara kimia dibedakan menjadi dua, yaitu penyemprotan piringan-gawangan dan penyemprotan alang-alang. Penyemprotan piringan tidak dilakukan
secara
bersamaan
dengan
penyemprotan
gawangan
sehingga
pengendalian lebih terfokus dan tidak memakan waktu yang lebih lama. Penyemprotan piringan menggunakan campuran herbisida Audit 480 SL atau Prima Up 480 SL yang berbahan aktif Isopropilamina Glyphosate 480 g/l dan Trap 20 WP dengan bahan aktif Metsulfuron Methyl 20%. Penyemprotan gawangan menggunakan campuran herbisida Kenlon 480 EC dengan bahan aktif Triklopir Butoksi Etil Ester 480 g/l dengan Trap 20 WP. Konsentrasi yang digunakan untuk Audit, Prima Up dan Kenlon adalah 0.66% (80 ml/12 l), sedangkan Trap 0.06% (8 g/12 l). Herbisida tersebut termasuk herbisida sistemik purnatumbuh (Trap tergolong pra dan purnatumbuh). Menurut Sembodo (2010) herbisida sistemik adalah herbisida yang ditranslokasikan dari tempat terjadinya kontak ke bagian lain, biasanya titik tumbuh karena metabolisme aktif berlangsung. Herbisida purnatumbuh diaplikasikan pada gulma yang telah tumbuh, sedangkan herbisida pratumbuh diaplikasikan sebelum gulma berkecambah. Tabel 4 menunjukkan perbandingan waktu penyemprotan, sedangkan Tabel 5 menunjukkan dosis yang digunakan pada penyemprotan piringan dan gawangan. Tabel 4. Waktu Penyemprotan Gawangan dan Piringan pada Jenis SKU Penyemprotan Gawangan Penyemprotan Piringan Jenis SKU Jumlah Waktu Semprot/ Jumlah Waktu Semprot/ Gawangan Sprayer Piringan Sprayer ...(menit)... ...(menit)... Laki-laki 0.5 20.4±1.517 37±6.107 19±1.581 Perempuan 0.5 23±2.345 34±5.675 19±1.581 Sumber: Pengamatan Penulis (2012)
19 Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata waktu penyemprotan gawangan antara SKU-L (laki-laki) dengan SKU-P (perempuan). SKU-L lebih efisien dalam menggunakan waktu untuk menyemprot gawangan yaitu 20.4 menit daripada SKU-P yaitu 23 menit. Berbeda dengan efisiensi waktu penyemprotan piringan, rata-rata kebutuhan waktu penyemprotan antar SKU tidak jauh berbeda, yaitu SKU-L 0.56 menit/piringan sedangkan SKU-P 0.57 menit/piringan. Tabel 5. Pengamatan Dosis Penyemprotan Gawangan dan Piringan Jenis Gawangan Piringan
Jumlah HK ..(orang).. 23 25
Luas Lahan ..(ha).. 50 50
Dosis Herbisida ...(ml/ha)... Kenlon 294 Audit 320
...(g/ha)... Trap 29.4 Trap 32.0
Kebutuhan Herbisida ...(l)... Kenlon 14.7 Audit 16.0
...(kg)... Trap 1.47 Trap 1.60
Sumber: Pengamatan Penulis (2012) Berdasarkan Tabel 5 kebutuhan herbisida antara penyemprotan gawangan dan penyemprotan piringan memiliki perbedaan, yaitu penyemprotan gawangan 14.7 l Kenlon dan 1.47 kg Trap lebih sedikit dari penyemprotan piringan, yaitu 16.0 l dan 1.60 kg Trap. Kebutuhan herbisida yang berbeda menyebabkan dosis yang diterima pada penyemprotan gawangan lebih sedikit daripada penyemprotan piringan (konsentrasi sama). Hal ini disebabkan jumlah tenaga kerja yang digunakan pada penyemprotan gawangan lebih sedikit dengan luasan yang sama. Penyemprotan alang-alang. Penyemprotan alang-alang bertujuan untuk menghentikan perkembangbiakan alang-alang karena perkembangan populasinya sangat cepat, populasi yang tinggi dapat menyulut kebakaran dan menyerap unsur hara dan air. Penyemprotan menggunakan Audit 480 SL yang berfokus pada alang-alang (Imperata cylindrica), selain itu penyemprotan dilakukan juga pada ekor kucing (Penissetum polystachyon) dan sarang buaya (Ottochola nodosa). Konsentrasi Audit yang dianjurkan berkisar 1 - 3 % dan konsentrasi yang diaplikasikan di kebun adalah 1.25 % dengan perbandingan 150 ml herbisida dengan 12 l air. Alat yang digunakan adalah sprayer Inter 12 Green. Pengaruh aplikasi herbisida terlihat pada tiga hari setelah aplikasi dengan tanda daun-daun yang mulai menguning. Gulma akan mati dalam waktu satu minggu setelah aplikasi dengan ciri gulma yang berwarna kuning penuh.
20 Perawatan Jalan Perawatan jalan merupakan pekerjaan pendukung yang tidak kalah penting dari pekerjaan panen karena perawatan jalan berpengaruh secara langsung terhadap transportasi hasil panen. Jika kondisi jalan buruk maka proses transportasi akan terhambat dan menyebabkan peningkatan kandungan FFA karena enzim akan terus merombak lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Jalan di perkebunan kelapa sawit umumnya digolongkan menjadi enam jenis. Keenam jenis jalan tersebut terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis Jalan Kebun di Teluk Siak Estate Jenis Jalan
Keterangan
Jalan akses Jalan yang menghubungkan arus keluar masuk kebun dan (access road) antar kebun dengan lebar 12 m. Jalan utama Jalan penghubung antar jalan kolektor dan jalan akses (main road) (Timur-Barat) dengan lebar 9 m. Jalan kolektor Jalan untuk mengumpulkan hasil panen, pengangkutan dan (collection road) pengawasan (Utara-Selatan) dengan lebar 7 m. Jalan bantu Jalan tambahan yang dibuat pada lahan yang sulit (tertiary road) (berbukit-bukit) untuk mendukung pengumpulan hasil. Jalan kontur Jalan pada daerah berteras untuk memudahkan pemanenan (contur road) dan pengangkutan hasil ke TPH. Jalan pringgan Jalan disepanjang tepi kebun yang berfungsi sebagai batas (boundary road) kebun dan untuk pengawasan dan pengumpulan hasil. Sumber: Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation (2004) Pekerjaan perawatan jalan banyak macamnya, diantaranya: pembuatan rorak tepi jalan, parit tepi jalan, tali air dan penunasan tepi jalan. Rorak tepi jalan (road side pit) adalah rorak yang dibuat di tepi jalan untuk menampung air dari jalan sehingga menjaga agar jalan tidak tergenang dan memberikan ketersediaan air bagi tanaman. Rorak memiliki panjang ≥ 3 m, lebar 1 m dan kedalaman 0.8 m. Rorak dengan panjang > 6 m harus dibuat badan air (water bodies) 2 m x 2 m. Jarak antar rorak pada kontur datar ± 50 m, sedangkan jarak antar rorak pada kontur berbukit ± 30 m. Rorak dibuat tegak lurus dengan jalan pada kontur datar, sedangkan pada kontur miring maka rorak membentuk sudut 45º. Parit tepi jalan (road side drain) memiliki fungsi untuk menampung air dari badan jalan sehingga jalan tidak tergenang. Parit berukuran lebar ± 50 cm,
21 kedalaman ± 30 - 50 cm dan panjang disesuaikan dengan panjang jalan. Tanah galian parit ini diserak merata ke dalam blok (menjauhi piringan, pasar pikul dan TPH). Tali air merupakan parit pendek yang menghubungkan bahu jalan dengan parit tepi jalan. Pembuatan tali air bertujuan untuk mengalirkan air dari jalan ke parit sehingga jalan tidak tergenang oleh air. Ukuran lebar tali air adalah 0.6 m dengan panjang dan kedalaman disesuaikan dengan kondisi jalan dan parit. Gambar 2 menunjukkan beberapa pekerjaan rawat jalan.
(a)
(c)
(b) Gambar 2. Pekerjaan Perawatan Jalan (a) Rorak Tepi Jalan, (b) Rorak Tepi Jalan dengan Badan Air dan (c) Pembuatan Parit Tepi jalan Penunasan tepi jalan (road side pruning) adalah pekerjaan perawatan jalan dengan memangkas pelepah yang mengarah ke jalan agar mempermudah transportasi dan menjaga sinar matahari masuk ke jalan sehingga jalan akan cepat kering ketika basah. Caranya adalah memotong 1/3 - 2/3 bagian pelepah sehingga produksi tidak menurun secara signifikan karena berkurangnya hasil fotosintesis yang dipengaruhi berkurangnya jumlah pelepah (Gambar 3). Rotasi penunasan tepi jalan dilakukan enam bulan sekali. Pelepah yang telah dipotong diletakkan di gawangan mati dan antar tanaman sehingga
22 membentuk huruf U, tetapi dapat juga hanya diletakkan pada gawangan mati atau hanya di antara tanaman (pangkal pelepah menghadap gawangan mati agar tidak berbahaya).
Gambar 3. Penunasan Tepi Jalan (Road Side Pruning)
Konservasi Tanah dan Air Rorak (silt pit) adalah rorak di dalam blok untuk konservasi tanah dan air sebagai penyedia air bagi tanaman. Kebutuhan air kelapa sawit mencapai 5 l/tanaman/hari. Menurut Murtilaksono et al. (2009) aplikasi Rorak dapat meningkatkan cadangan air tanah sehingga tanaman berfotosintesis secara maksimal dan produksi TBS meningkat. Proses pembuatan Rorak dapat dilihat pada Gambar 4.
(a)
(b) (c) Gambar 4. Pembuatan Rorak
(a) Pancang Rorak (kanan) dan Pancang Parit (kiri), (b) Pembuatan Rorak dengan Mini Excavator dan (c) Rorak yang baru.
23 Rorak dibuat pada gawangan mati (panjang 6 m, lebar dan kedalaman 0.6 m) dan dibuat sejajar garis kontur. Rasio rorak pada lahan berbukit adalah 1:4 (satu rorak pada setiap empat tanaman), sedangkan pada lahan datar adalah 1:8 (satu rorak pada setiap delapan tanaman). Sebelum membuat rorak, parit tepi jalan, rorak tepi jalan dan tali air dilakukan pemancangan.
Manajemen Air Kegiatan mengelola air di kebun kelapa sawit adalah pekerjaan membuat parit atau melakukan pemeliharaan parit (pencucian parit). Parit tertier adalah salah satu cara manajemen air untuk mencukupkan ketersediaan air dalam blok sehingga bisa meningkatkan produksi. Divisi I membuat parit tertier dengan lebar dan kedalaman 1 m (gambut 0.8 m). Pancang diletakkan pada titik/jalur yang akan dibuat parit agar parit lurus dan rapih. Jalur pembuatan parit dibuat tembus sampai ke parit koleksi (dibuat pintu air). Kegiatan pembuatan parit terdapat pada Gambar 5. Divisi I melakukan pekerjaan cuci parit, yaitu kegiatan pemeliharaan parit yang telah dibuat. Pencucian parit dilakukan karena parit telah mengalami pendangkalan karena pengendapan tanah atau disebabkan parit telah ditumbuhi gulma. Terdapat dua jenis parit berdasarkan ukurannya, yaitu parit 1 m x 1 m dan parit 2 m x 2 m.
Gambar 5. Kegiatan Pembuatan Parit 2 m x 2 m dengan Mini Excavator
Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu dari tiga pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit, selain pemanenan dan pengendalian gulma. Pupuk dari jenisnya
24 digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006) seperti: pelepah, tandan kosong, POME, kotoran hewan dan lain-lain. Pupuk anorganik (Kasno, 2009) merupakan pupuk buatan pabrik, berbahan dasar dari mineral dan udara, seperti: urea, KCl, TSP dan lain-lain. Pemupukan organik. Pupuk organik yang diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit pada Divisi I adalah aplikasi pelepah dan aplikasi tandan kosong. Pelepah diaplikasikan saat kegiatan penunasan dilakukan. Pelepah yang biasa diaplikasikan adalah pelepah yang menyangga tandan atau yang dikenal sebagai pelepah songgo. Jumlah pelepah songgo ditentukan berdasarkan umur tanaman. Tanaman yang berumur < 8 tahun memiliki tiga pelepah songgo, tanaman berumur 8 - 14 tahun memiliki dua pelepah songgo dan tanaman yang berumur > 14 tahun memiliki satu pelepah songgo. Penyusunan pelepah hasil penunasan tidak berbeda dengan penunasan tepi jalan, yaitu membentuk huruf U pada gawangan mati dan antar tanaman. Susunan pelepah yang sesuai standar kebun dapat diliha pada Gambar 6.
Gambar 6. Susunan Pelepah di Gawangan Mati dan Antar Tanaman Kandungan hara pada pelepah antara lain: nitrogen, kalium, fosfat, mineral dan lain-lain. Manfaat lain dari aplikasi pelepah adalah menjaga kelembaban
25 tanah agar mempermudah pemupukan anorganik, penutup tanah sebagai usaha konservasi tanah dari erosi dan menekan pertumbuhan gulma. Pupuk organik yang kedua adalah tandan kosong (tankos). Tandan kosong (empty fruit bunch) adalah produk sampingan dari pabrik minyak kelapa sawit yang mempunyai bobot 23% dari bobot TBS. Tankos mempunyai fungsi menambah hara bagi tanaman. Tankos dengan bobot 1 ton setara dengan 5 kg urea (N = 2.25 kg), 16 kg MOP (K2O = 9.69 kg), 1 kg RP (P2O5 = 0.3 kg), 4 kg kieserit (MgO = 1.08 kg) dan hara lain. Dosis tankos untuk TBM adalah 150 kg/tanaman yang disusun pada piringan. Dosis tankos untuk TM adalah 250 kg/tanaman yang disusun pada gawangan mati. Satu titik aplikasi digunakan untuk empat tanaman sehingga satu titik memiliki bobot 1 ton tankos. Jika terdapat parit pada gawangan mati maka aplikasi tankos dilakukan pada ruang antar tanaman. Penyusunan tandanan kosong dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Aplikasi Tankos pada Gawangan Mati dan Antar Tanaman Pupuk organik memiliki sifat lambat tersedia (slow realease) bagi tanaman karena membutuhkan organisme pengurai agar bahan organik mampu terdekomposisi dan membuat unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman. Dilihat dari jenis unsur hara, satu pupuk organik mengandung banyak jenis unsur hara tetapi masing-masing unsur hara memiliki jumlah yang sedikit. Kekurangan dari pupuk organik yang diberikan adalah kandungan unsur hara yang relatif sedikit menyebabkan kebutuhan jumlah pupuk organik yang harus diaplikasikan menjadi relatif banyak.
26 Pemupukan anorganik. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang terdiri atas unsur hara yang dihasilkan secara sintetik atau buatan (bukan dari bahan organik). Pupuk anorganik memiliki sifat cenderung cepat tersedia (fast realease) bagi tanaman. Beberapa pupuk anorganik yang diaplikasikan pada Divisi I TSE adalah Urea, MOP, RP, HGFB dan Kieserit atau Dolomit. Rekomendasi pemupukan dan fungsi pupuk anorganik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekomendasi Pemupukan Divisi I Teluk Siak Estate Jenis Pupuk
Dosis …(kg/tan)…
Fungsi
Merangsang fase vegetatif, sintesis asam amino dan protein, membentuk: protein dan 2.00 lemak Kekurangan: fase vegetatif terlalu panjang (waktu panen tertunda) Pengangkut energi metabolit, merangsang Rock Phosphat fase generatif, merangsang pembelahan dan (P2O5 = 29.73%) 1.25 pembesaran sel, merangsang akar dan bahan baku protein Berperan dalam proses fotosintesis, MOP pengangkutan (asimilat, enzim, mineral dan (K2O = 60.56%) 1.50 air), meningkatkan daya tahan tanaman, meningkatkan mutu buah dan mengokohkan tanaman Transportasi karbohidrat, meningkatkan HGFB mutu buah, pembiakan sel di titik tumbuh, 0.04 (B2O5 = 45%) pembentukan tepung sari dan bunga serta metabolisme kalium dan kalsium Dolomit Efektifitas dan efisiensi penyerapan hara lain, bagian dari klorofil dan enzim (Mg = 18-22%) 1.25 Kieserit sehingga berperan memproduksi fotosintat (Mg = 27%) dan membentuk tandan Sumber: Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation (2004) Urea (N = 46%)
Metode aplikasi pemupukan yang umum digunakan pada Divisi I adalah disebar tipis pada bibir piringan membentuk huruf U, tetapi pada tanaman yang berada di tepi jalan aplikasi pemupukan disebar membentuk huruf L dan pada tanaman yang berbatasan dengan parit tengah aplikasi pemupukan disebar membentuk baris ganda (Gambar 8).
27
(a)
(b)
(c)
Gambar 8. Metode Aplikasi Pupuk Makro di Divisi I (a) Bentuk Huruf U, (b) Baris Ganda dan (c) Bentuk Huruf L Pemupukan dilakukan dengan cara mengawinkan (menyatukan) tanaman dari dua jalan kolektor ke pasar tengah karena Divisi I tidak menggunakan sistem penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah pembagian pupuk menjadi beberapa bagian disesuaikan dengan kelipatan dosis per tanaman (Gambar 9).
Gambar 9. Sistem Pengawinan pada Aplikasi Pupuk Aplikasi pupuk makro dilakukan dua kali setahun pada musim kemarau dan musim hujan. Jumlah pemupukan di musim kemarau lebih sedikit daripada musim hujan karena pengaruh pupuk akan terlihat pada enam bulan kemudian. Jika saat musim kemarau diberi terlalu banyak pupuk maka saat musim hujan banyak tanaman yang rebah, sedangkan pada musim hujan diberi lebih banyak pupuk untuk mengantisipasi pencucian hara lebih agar produksi tidak menurun saat musim kemarau karena kekurangan air.
28 Pengendalian Hama Pengendalian hama di Divisi I TSE dilakukan secara biologi, yaitu menggunakan musuh alami dan tanaman bermanfaat. Musuh alami digunakan untuk mengendalikan hama utama, yaitu ulat api dan tikus. Penurunan hasil oleh ulat api terlihat 8 - 10 bulan setelah terjadi serangan. Musuh alami yang digunakan untuk mengendalikan ulat api adalah predator, yaitu Sycanus croceovittatus, sedangkan untuk tikus digunakan musuh alami yaitu burung hantu (Tyto alba). Tanaman bermanfaat (beneficial plant) merupakan tanaman yang digunakan untuk menarik serangga predator. Tanaman yang dikembangkan di Divisi I TSE adalah Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata (Gambar 10). Sycanus croceovittatus adalah predator dari ordo Hemiptera, subordo Heteroptera dan famili Reduviidae. Predator memperoleh nektar dari tanaman bermanfaat dan menghisap sitoplasma dari ulat api sehingga menekan populasi ulat api. Spesies ulat api yang terdapat di TSE adalah Setora nitens, Thosea vetusta dan Darna trima, sedangkan spesies ulat kantung, yaitu: Mahasena corbeti dan Metisa plana.
(a)
(b)
(c)
Gambar 10. Tanaman Bermanfaat (a) Cassia cobanensis, (b) Antigonon leptopus dan (c) Turnera subulata Penanaman Antigonon leptopus bertujuan memberi variasi tanaman inang bagi predator UPDKS dengan alternatif agen pengendali hayati (APH). Media tanam pembibitan berasal dari campuran tanah liat dan topsoil (2:1) pada polybag brukuran 10 cm x 17 cm. Pembibitan dilakukan dalam bedengan bernaungan dengan ukuran 1 m x 4 m (600 bibit/bedeng). Pembiakan yang digunakan adalah
29 stek batang bagian tua dari tanaman induk. Ciri-ciri stek batang Antigonon leptopus adalah panjang ± 13 cm, dua ruas, satu daun dan terdapat sulur. Pemindahan bibit dilakukan pada umur 21 - 25 hari setelah tanam pada bedeng berukuran 2 m x 0.7 m (Gambar 11). Bedeng umumnya terdapat pada pojok-pojok blok dengan jaring-jaring setinggi 1.5 m sebagai media tanaman merambat. Penanaman dilakukan pada tepi jalan kebun sebanyak enam bibit dengan jarak antar tanaman 30 cm. Aplikasi tandan kosong dilakukan sebagai pengganti perawatan pada tahap awal.
Gambar 11. Penanaman Antigonon leptopus Penanaman Turnera subulata dan Cassia cobanensis berbeda dengan penanaman Antigonon leptopus. Penanaman dilakukan dengan rasio 1:20 pada bedengan di tepi jalan kebun (AR, MR, CR dan TR). Artinya dalam satu ha terdapat 20 m² yang ditanami Turnera subulata dan Cassia cobanensis (Gambar 12). Jarak antar bedeng adalah empat gawangan. Bibit berasal dari stek batang dan dipindah tanam berumur 1 bulan setelah tanam (BST).
Gambar 12. Penanaman Cassia Cobanensis dan Turnera Subulata
30 Tahapan penanaman Turnera subulata dan Cassia cobanensis adalah persiapan bedengan (membersihkan dan meratakan tanah), pembuatan lubang tanam berukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dengan cangkul, pengeluaran bibit dari polybag beserta tanahnya, penanaman, pemasangan ajir (menggunakan ujung pelepah kelapa sawit sepanjang 40 cm) dan pengumpulan polybag (untuk media pembibitan selanjutnya). Pembangunan sarang (nest box) burung hantu juga dilakukan di Divisi I sebagai usaha mengembangbiakan burung hantu Tyto alba sebagai musuh alami tikus. Menurut Sipayung dan Thohari (1994) Tyto alba menunjukkan jenis pakan yang spesifik, yaitu jenis tikus-tikusan. Seekor Tyto alba mampu mengonsumsi sampai 1825 ekot tikus/tahun. Ciri-cirinya adalah berukuran besar, berwarna putih dan kepala bulat. Terdapat 47 tandan kandang burung hantu yang terpasang di seluruh lahan Divisi I dengan jumlah individu ± 94 ekor (sepasang burung hantu/kandang). Pembangunan kandang burung hantu mempunyai rasio 1:10, artinya terdapat satu nest box dalam 10 ha (sesuai jarak terbang burung hantu).
Gambar 13. Sarang Burung Hantu dan Buah yang Dimakan Tikus Musuh alami di atas cukup efektif digunakan sebagai pengendalian hama di Divisi I. Perkembangbiakan hama di Divisi I dapat ditekan dan mempertahankan produksi tandan buah segar. Keefektivan pengendalian secara biologi dapat menekan penggunaan insektisida dan rodentisida. Divisi I dalam beberapa tahun terakhir tidak menggunakan pengendalian hama secara kimiawi karena populasi hama ulat belum mencapai batas kritis sehingga pengendalian hama secara biologi cukup efektif. Batas kritis untuk Setora nitens adalah 10 ekor/pelepah, Thosea vetusta adalah 20 ekor/pelepah dan Darna trima adalah 60 ekor/pelepah, sedangkan spesies ulat kantung, yaitu: Mahasena corbeti adalah 10 ekor/pelepah dan Metisa plana adalah 60 ekor/pelepah
31 Penunasan Penunasan (pruning) merupakan manajemen tajuk (canopy management, yaitu kegiatan memelihara pelepah daun produktif dengan cara mengurangi pelepah kurang produktif sampai batas yang tidak menyebabkan kemampuan fotosintesis terganggu sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Pelepah kelapa sawit merupakan pabrik minyak karena proses fotosintesis sangat menentukan pembentukan tandan (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen. Tugas utama dalam melaksanakan penunasan adalah menjaga tanaman agar tidak terjadi penunasan berlebihan (over pruning) atau pemeliharaan terlambat (under pruning). Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong tandan, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak cabang, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan tandan saat sensus produksi, melakukan sanitasi (kebersihan) sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi hama dan penyakit. Penunasan progesif merupakan jenis penunasan yang diterapkan di Divisi I karena umur tanaman berkisar antara 14 - 17 tahun dan integrasi BHS (memelihara tanaman oleh pemanen itu sendiri). Menurut Manalu, et al. (1996) penunasan non konvensional (progesif) merupakan pemotongan pelepah yang menyangga tandan yang dilakukan saat panen dengan fungsi mempermudah pemanenan, mengurangi tandan tinggal dan aerasi yang lebih baik (menekan penyakit Marasmius sp.).
Pengambilan Contoh Daun (Leaf Sampling Unit) Pengambilan contoh daun (LSU) merupakan kegiatan pengambilan contoh daun yang dilakukan setiap tahun sekali. Tujuan dari LSU ini adalah menganalisis kandungan unsur hara pada daun contoh sehingga dapat diketahui kelebihan atau kekurangan unsur hara pada daun. Berdasarkan hasil analisis daun LSU ini akan digunakan sebagai langkah awal penentuan dosis pemupukan pada pertanaman kelapa sawit. Pentingnya dilakukan LSU yaitu terdapat hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.
32 Metode pengambilan contoh daun dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dan terdiri atas dua orang pada setiap blok dengan tujuan menentukan dosis rekomendasi pupuk setiap blok. Petugas pertama memiliki tugas mengamati kondisi tanaman, mencatat data yang diperlukan, memotong daun dan menyimpan dalam wadah. Petugas kedua memiliki tugas memberi label pada tanaman, mengamati pelepah ke-17 dan menurunkan pelepah ke-17. Terdapat beberapa tanda dan nomor pada pelaksanaan LSU, yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Penomoran dan Penandaan pada LSU No.
Penomoran
No.
Penandaan Nomor blok LSU untuk kebun Teluk Siak, Divisi 1 dan blok 49
1
Tanda masuk baris pertama
1
TSE 149
2
Tanda masuk baris selanjutnya
2
1
Titik Sampling (TS) pertama
3
Tanda pindah baris
3
14
TS berikutnya, contoh: TS 14
4
Tanda baris terakhir / penutup
4
30
TS terakhir/penutup
Sumber: Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation (2004) Metode pengambilan cotoh daun memiliki sistem, yaitu a x b = c (a adalah tanaman contoh diambil setiap tanaman ke-a; b adalah tanaman contoh diambil setiap baris ke-b; dan c adalah jumlah TS yang diambil). Misalnya 10 x 8 = 30 berarti tanaman contoh diambil pada setiap tanaman ke-10 dan baris ke-8 serta jumlah tanaman yang harus diambil sejumlah 30 TS. Syarat tanaman yang harus diambil adalah tanaman yang sehat. Syarat sehat adalah tidak abnormal, tidak terserang hama dan penyakit, bukan tanaman steril/gajah/jantan) dan bukan tanaman mati/kosong. Syarat yang lain adalah tanaman yang sehat yang diambil tidak berada di samping jalan, parit atau bangunan.
Pengukuran Kedalaman Gambut (Peat Leveling) Lahan gambut adalah tanah yang terbentuk dari bahan organik, yang telah berumur bertahun-tahun lamanya. Tanah gambut umumnya juga disebut sebagai
33 tanah daun. Pencapaian produktifitas yang optimal di lahan gambut memerlukan standarisasi teknologi dan kultur-teknis khusus. Teknologi dan kultur-teknis yang tepat ditentukan berdasarkan jenis, sifat dan kedalaman gambut. Tanah gambut Teluk Siak Estate dikenal sebagai organosol atau histosols (berdasarkan klasifiksi tanah) yaitu tanah yang memiliki lapisan bahan organik dengan berat jenis (BD) dalam keadaan lembab < 0,1 g cm-3 dengan tebal > 60 cm atau lapisan organik dengan BD > 0,1 g cm-3 dengan tebal > 40 cm. Tanah memiliki tingkat kematang hemis (gambut setengah lapuk, berwarma coklat terang dan kandungan serat 15 - 75%) hingga safris (gambut yang sudah melapuk lanjut, berwarna coklat gelap dan kandungan serat < 15%). Lahan gambut TSE mempunyai kedalaman yang bervariasi, yaitu antara gambut sedang dan gambut dalam (Agus dan Subiksa, 2008). Pengukuran kedalaman dan tingkat kematangan gambut di TSE menggunakan beberapa alat, diantaranya: bor gambut, GPS, tojok, kunci pas dan spatula (Gambar14.a). Pegukuran kedalaman gambut dilakukan bersamaan dengan identifikasi kematangan gambut. Kedalaman gambut diukur dari panjang bor yang digunakan hingga batas tanah gambut (Gambar 14.b dan 14.c). Kemudian dilakukan identifikasi kematangan gambut dengan mengambil contoh tanah gambut dan meremasnya. Kandungan serat pada gambut setengah matang lebih terasa daripada gambut matang.
(a)
(b)
(c)
Gambar 14. Pengukuran Kedalaman Gambut (Peat Leveling) (a) Alat Peat Leveling, (b) Pengeboran Gambut dan (c) Lapisan Tanah Gambut (atas) dan Tanah Mineral (bawah).
34 Pemanenan Pemanenan merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena pada tahap inilah produk kelapa sawit dihasilkan sebagai tujuan utama budidaya tanaman kelapa sawit. Produk kelapa sawit dikenal sebagai tandan buah segar atau fresh fruit bunch (FFB). Menurut Lubis dan Widanarko (2011) panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait dengan teknis budidaya, khususnya pemeliharaan. Keberhasilan panen tergantung pada kegiatan budidaya serta ketersediaan sarana untuk kegiatan transportasi, pengolahan, organisasi, ketenagakerjaan dan faktor penunjang lainnya. Gambar 15 menunjukkan kegiatan panen Divisi I.
(a)
(b)
Gambar 15. Beberapa Jenis Kegiatan dalam Pemanenan (a) Pemotongan TBS, (b) Pengumpulan TBS dan Brondolan ke TPH Setiap divisi pada Teluk Siak Estate mempunyai budget produksi masingmasing yang didasarkan pada sensus produksi dan standar produktivitas masingmasing. Budget dibedakan menjadi tiga, yaitu budget harian, budget bulanan dan budget satu tahun. Setiap divisi berusaha mencapai budget produksi yang telah ditetapkan pada awal periode. Sistem panen. Sistem memiliki fungsi untuk mencapai sasaran panen yang optimum dan mengantisipasi kendala yang sering terjadi. Teluk Siak Estate menerapkan sistem organisasi panen yang efektif dan efisien yaitu Block Harvesting System (BHS). BHS merupakan sistem panen yang kegiatan panennya dilakukan setiap hari kerja secara terkonsentrasi pada satu seksi panen dan tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. BHS menggunakan sistem hanca
35 tetap. Hanca panen adalah pembagian luas lahan yang harus dipanen oleh satu orang pemanen (berdasarkan jumlah baris atau pasar pikul), sedangkan hanca tetap adalah hanca secara tetap baik luasan maupun lokasinya. Kebutuhan tenaga kerja. Teluk Siak Estate menggunakan sistem BHS yang menerapkan hancak yang bersifat tetap sehingga kebutuhan karyawan panen jumlahnya tetap. Berbeda dengan perkebunan yang menggunakan dasar perhitungan kerapatan panen atau taksasi harian. Metode perhitungan tenaga kerja panennya adalah: Tenaga Kerja Panen
Luas rata
rata panen per seksi x produktivitas ton⁄ha x 1000 hasil panen yang diinginkan kg/HK
Standar kebutuhan tenaga panen TSE adalah maksimal 60 orang setiap divisi yang terbagi dalam tiga kemandoran panen. Kenyataannya jumlah tenaga kerja di Divisi I tersebut belum dapat terpenuhi karena masih terdapat kekurangan tenaga pemanen oleh Estate dan beberapa tenaga masih dalam pelatihan. Seksi panen. Seksi panen digunakan untuk mempermudah melakukan pekerjaan potong tandan (pembagian hanca), kontrol (oleh mandor panen, mandor I, asisten) dan pengangkutan TBS. Divisi I TSE mempunyai lahan yang dibagi menjadi enam seksi panen, yaitu seksi A (177.71 ha), seksi B (140.58 ha), seksi C (145.98 ha), D (185.68 ha), E (118.30 ha) dan F (141.63 ha). Pembagian seksi panen tersebut mempertimbangkan: 1. Jumlah rotasi/tahun dan umur rotasi normal yang dikehendaki, saat ini yang diterapkan di Divisi I TSE adalah 36 - 48 rotasi per tahun dengan interval 7-9 hari sehingga jumlah seksi panen menjadi enam. 2. Luas lahan tanaman yang sudah menghasilkan unit kebun dan divisi. 3. Jumlah jam kerja dalam satu minggu sesuai ketentuan pemerintah. 4. Hasil identifikasi blok, dalam hal: luas blok TM, potensi produksi per blok (ton/ha), jumlah dan sebaran tanaman produktif, kondisi topografi dan posisi blok terhadap blok lain. Basis dan premi. Basis merupakan target yang harus terpenuhi pemanen, sedangkan premi adalah penghargaan yang diberikan pada pemanen karena telah mendapatkan atau melebihi basis. Terdapat dua jenis basis bagi karyawan, yaitu basis luas dan basis borong. Basis luas adalah hancak panen (luasan) yang harus
36 diselesaikan oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan basis borong adalah bobot tandan buah segar yang harus dihasilkan oleh pemanen setiap hari. Kedua basis ini harus dipenuhi oleh pemanen dalam melakukan pekerjaannya. Basis luas yang harus dicapai adalah 3.5 - 4 ha dan basis borongnya adalah 1 300 kg atau setara dengan 90 TBS, tetapi pada hari jumat basis borongnya adalah 930 kg setara dengan 70 TBS (jumlah TBS disesuaikan dengan BTR). Premi siap borong yang diberikan kepada pemanen yang mencapai basis borong adalah 13 500 rupiah. Premi diberikan pada pemanen yang mampu menghasilkan tandan ≥ 1 300 kg. Premi lebih borong dihitung berdasarkan lebih basis yang dicapai dikalikan dengan upah 45 rupiah/kg. Jika pemanen mampu menghasilkan tandan sebanyak dua kali basis maka premi siap borong dikalikan dua dan premi lebih borongnya dikalikan 50 rupiah/kg. Brondolan yang mampu dikumpulkan oleh pemanenan akan dihargai 125 rupiah/kg. Premi tidak hanya diberikan kepada pemanen, tetapi diberikan juga kepada mandor panen, kerani cek sawit dan mandor 1. Perhitungannya sebagai berikut: 1. Mandor panen
:
2. Kerani cek sawit : 3. Mandor 1
:
jumlah premi pemanen jumlah pemanen jumlah premi pemanen jumlah pemanen
x 150% x 125%
jumlah premi mandor panen jumlah mandor panen
x 150%
Persiapan panen. Persiapan merupakan hal yang penting dan mendasar sebelum melakukan pemanenan sehingga pelaksanaan panen memiliki aturan atau pedoman. Persiapan yang matang akan mendukung kelancaran kegiatan pemanenan. Persiapan panen yang dilakukan Divisi I TSE meliputi absensi jumlah tenaga kerja, penentuan hanca panen, persiapan alat panen yang dibutuhkan (seperti: egrek, dodos, kapak, karung, ganco, angkong dan lain-lain), unit transportasi untuk memuat dan mengirim TBS ke pabik dan prasarana panen (pasar pikul, piringan, titi panen, pemeliharaan jalan dan TPH) Pelaksanaan panen. Penerapan kegiatan pemotongan tandan atau panen pada Divisi I TSE disesuaikan dengan sistem yang digunakan, yaitu BHS. Sistem ini dilakukan dengan tidak membagi tugas pada beberapa karyawan atau nonDivision of Labour (non-DOL) sehingga seluruh kegiatan pemanenan dilakukan
37 oleh satu orang. Kegiatan pemanenan antara lain: potong tandan, susun pelepah, kutip brondolan dan langsir tandan ke TPH serta mengirim tandan ke PKS. TBS dan brondolan yang telah terkumpul di TPH disusun dengan rapih kemudian dilakukan pencatatan dan pengecekan tandan oleh kerani cek sawit agar tandan dapat segera diangkut ke PKS. Pemanenan dengan BHS dilakukan serempak pada satu blok tertentu agar memudahkan pengawasan hancak, pencatatan dan pengecekan mutu buah serta transportasi tandan. Kriteria panen. Pemanenan dilakukan pada tandan yang telah memenuhi standar atau tingkat kematangan tandan yang ditetapkan kebun. Tujuannya adalah memotong semua tandan yang matang panen dengan mutu buah sesuai standar perusahaan untuk memaksimalkan produksi dan perolehan minyak dengan Oil Extraction Rate (OER) dan kualias minyak yang diolah. Kriteria panen dilihat pada banyaknya brondolan yang jatuh di piringan karena buah dengan kadar minyak maksimal akan lepas (membrondol) dari tandannya (Sastrosayoro, 2006). Umumnya perkebunan menerapkan tingkat kematangan buah dipanen adalah 2 brondolan/kg bobot tandan, tetapi pada masing-masing divisi TSE menerapkan kriteria panen adalah 5 brondolan/tandan di piringan sesuai dengan Minimum Ripeness Standart (MRS). TBS dengan brondolan di piringan kurang dari 5 dianggap mentah, sedangkan tandan dengan brondolan lebih dari 95% dianggap tandan kosong (empty bunch). Brondolan yang dimaksud adalah brondolan yang lepas secara alami, bukan karena aktivitas pemanen, serangan hama dan penyakit dan faktor lain. Hasil pengamatan kriteria panen di Divisi I TSE dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengamatan Kriteria Panen pada Tiga Kemandoran Panen Kemandoran
Tandan Contoh
Mentah <5 Brondolan
Matang ≥ 5 Brondolan
Tandan Kosong ≥ 95% Brondolan
..(tnd).. ..(tnd).. ..(%).. ..(tnd).. ..(%).. ..(tnd).. I 75 0 0.0 75 100.0 0 II 75 0 73 97.3 2 0.0 III 75 0 74 98.7 1 0.0 Sumber: Hasil Pengamatan Penulis (2012)
..(%).. 0.0 2.7 1.3
38 Rotasi panen. Pusingan panen atau rotasi adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dan panen berikutnya pada blok yang sama. Rotasi panen di Divisi I TSE ditetapkan berdasarkan seksi panen yang ada, yaitu 6/7 (rotasi normal 7 - 9 hari), artinya dalam satu minggu terdapat 6 hari panen sehingga terdapat 6 seksi panen. Rotasi panen aktual Divisi I selama 3 bulan terakhir adalah 6 - 8 hari dengan rataan 7 hari pada bulan Februari, 4 - 8 hari dengan rataan 6 - 7 hari pada bulan Maret dan 5 - 9 hari dengan rataan 6 - 7 hari pada bulan April (Lampiran 7). Penetapan rotasi panen dapat dilakukan dengan pertimbangan pengaruh pada kadar ekstraksi minyak (OER) dan kualitas minyak yang dihasilkan. Rotasi panen erat kaitannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen, cuaca dan kondisi pabrik. Rotasi panen kadang berubah-ubah sesuai kondisi lapangan. Rotasi panen merupakan faktor pembatas bagi dalam menentukan produksi TBS, kualitas tandan, transportasi, pengolahan TBS di PKS dan biaya eksploitasi. Taksasi (kerapatan panen). Taksasi adalah jumlah seluruh tandan yang dapat dipanen dari seluruh jumlah tanaman dalam satu blok pada satu hari tertentu. Tujuannya adalah menaksir jumlah tandan yang dapat diperoleh agar mempermudah pengaturan dan pelaksanaan panen, memperkirakan kebutuhan tenaga kerja serta banyaknya alat transportasi yang diperlukan untuk mengangkut hasil dari kebun ke pabrik. Pengamatan kerapatan panen yang diterapkan di Divisi I adalah mengambil contoh sebanyak 10 % dari populasi blok yang akan dipanen keesokan harinya. Metode penghitungan kerapatan panen adalah menghitung jumlah tandan yang siap panen dibagi jumlah tanaman contoh dikalikan 100 %. Persentase yang diperoleh disebut juga angka kerapatan panen (AKP). Hasil kemudian dikalikan populasi total sehingga didapatkan jumlah tandan per blok siap panen. Alat dan perlengkapan panen. Pelaksanaan panen tidak dapar di lakukan jika tidak didukung oleh alat dan perlengkapan yang memadai. Alat dan perlengkapan panen bagi karyawan yang baru untuk kegiatan panen disediakan oleh kantor Divisi I, tetapi jika alat dan perlengkapan rusak maka sudah menjadi tanggung jawab pemanen itu sendiri. Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan panen serta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 10.
39 Tabel 10. Jenis Alat yang Digunakan dalam Kegiatan Panen No. Nama Alat 1 Dodos kecil
2
Dodos besar
3
Pisau egrek
4 5
Gagang egrek Clame Egrek
Spesifikasi Lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0,5 cm, tebal pangkal 0,7 cm, diameter gagang 4,5 cm, panjang total 18 cm Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm , tebal tengah 0,5 cm, tebal pangkal 0,7 cm, diameter gagang 4,5 cm, panjang 18 cm Berat 0,5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung di sumbu 135 Aluminium ukuran 6 m dan 12 m Besi berbentuk cincin yang dapat diatur diameternya Besi beton 3/8 “, panjang sesuai kebiasaan setempat
Penggunaan Potong tandan tanaman umur 3 - 4 tahun Potong tandan tanaman umur 5 - 8 tahun Potong tandan tanaman umur > 9 tahun
Galah pisau egrek Menjepit egrek dengan gagang egrek 6 Ganco Memuat TBS ke angkong dan memeriksa mutu buah 7 Kampak Pemotong tangkai tandan di TPH 8 Angkong Wadah transportasi TBS ke TPH Sumber: Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation (2004) Pengangkutan. Tandan buah segar yang telah dipanen harus segera diangkut. Proses pengangkutan dalam panen terbagi menjadi dua yaitu recovery dan evacuation. Recovery mencakup persiapan panen dan pengangkutan panen dari tanaman menuju ke tempat pengumpulan hasil, sedangkan evacuation merupakan pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik dengan unit transportasi. Proses recovery dilakukan oleh pemanen itu sendiri, tetapi jika dalam suatu blok menghasilkan tandan yang banyak maka akan disediakan tenaga pelangsir. Divisi I TSE menyediakan dua orang tenaga pelangsir tandan sehingga tandan secara cepat dapat dikumpulkan di TPH agar menghindari tandan terlalu lama di lapangan dan menghindari tandan restan. Proses evacuation tandan dilakukan dari TPH ke unit transportasi untuk kemudian dikirim ke PKS. Divisi I memiliki dua unit Dump Truck dan satu unit Hino Dump Truck. Kapasitas Dump Truck mencapai 7 ton/trip, sedangkan Hino Dump Truck dapat mencapai 10 ton/trip. Masing-masing unit terdapat empat karyawan, satu orang Kerani Cek Sawit yang bertugas memeriksa mutu buah dan
40 menghitung jumlah tandan, satu orang bertugas sebagai supir dan dua orang bertugas sebagai pemuat (helper). Pengiriman tandan dilakukan jika tandan sudah masuk dalam unit transportasi dan menyertakan surat pengantar tandan (SPB). SPB merupakan surta yang berisi keterangan unit dan perkiraan jumlah serta bobot tandan yang akan dikirim ke PKS. Kerani dan KCS akan merekap SPB sebagai bukti pengiriman dan mengetahui jumlah pengiriman (trip) yang dilakukan oleh Divisi I setiap tahunnya. Form SPB dapat dilihat pada Lampiran 10.
Aspek Manajerial Teluk Siak Estate membagi karyawan menjadi dua golongan yaitu staf dan non-staf. Staf terdiri atas Estate Manager, Senior Assistant (Asisten Kepala), Assistant Division dan KTU/kasie. Karyawan non-staf adalah tim supervisi dan pekerja. Tim supervisi terdiri atas mandor I, mandor-mandor, kerani-kerani yang termasuk SKU-B (bulanan), sedangkan pekerja digolongkan SKU-H (harian). Kegiatan manajerial yang dilakukan selama magang adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten dengan rincian sebagai berikut:
Pendamping Mandor Mandor adalah karyawan non-staf yang jabatannya berada langsung di bawah asisten. Jabatan mandor dibagi dua, yaitu mandor I (kepala mandor) dan mandor aspek teknis, selain mandor juga terdapat kerani yang membantu administrasi di tingkat divisi. Tanggung jawab asisten dan mandor dimulai dari lingkaran pagi asisten setiap hari kerja di halaman kantor divisi. Dilanjutkan apel pagi karyawan pukul 06.00 WIB oleh mandor kepada pekerja. Pekerjaan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mendampingi mandor I, mandor pemupukan, mandor penyemprotan, mandor tankos, mandor rawat jalan dan LSU, mandor panen, kerani cek sawit, kerani brondolan, kerani keliling dan kerani divisi. Mandor I. Setiap divisi memiliki seorang mandor I yang membantu asisten menangani masalah di lapangan. Mandor I bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan antar mandor, bersama asisten menyusun program kerja,
41 membuat rencana kerja harian, memeriksa rotasi panen, koordinasi dengan bagian transportasi untuk pengangkutan tandan, mengawasi taksasi produksi, melakukan fieldcheck dan memeriksa seluruh pekerjaan setiap hari beserta mandor yang bersangkutan. Ketika asisten sedang tidak berada di tempat, seluruh tanggung jawab asisten dipegang oleh mandor I. Mandor Pemupukan. Mandor Pupuk berkewajiban mengikuti lingkaran pagi, menjaga absensi, melaksanakan Block Manuring System (BMS), membagi hanca karyawan, menyiapkan alat/bahan, memberikan pengarahan teknis pemupukan, mengawasi pengeceran pupuk, mengawasi pelaksanaan pemupukan, mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan, mengisi buku kegiatan mandor (BKM). Pemupukan MOP dilakukan oleh delapan karyawan perempuan di blok H007 dan H008. Realisasi pemupukan dilaporkan setelah kegiatan pemupukan dan dicatat dalam BKM. Mandor Penyemprotan dan Tankos. Teluk Siak Estate menggunakan Block Spraying System (BSS). Mandor penyemprotan memiliki tanggung jawab mengikuti lingkaran pagi, memimpin apel pagi, melakukan absensi karyawan, membagi hanca, bertanggung jawab terhadap alat-alat dan mengisi BKM. Selama mendampingi mandor penyemprotan kegiatannya adalah mengawasi 25 karyawan dan menghitung dosis herbisida yang digunakan. Tanggung jawab mandor tankos tidak berbeda jauh dengan mandor yang lain. Perbedaannya mandor harus mengawasi jumlah tankos yang masuk dengan karcis timbang dari PKS. Jumlah karyawan yang diawasi adalah 4 - 5 orang setiap hari. Divisi I menyatukan dua kemandoran dengan alasan pekerjaan tersebut bersifat kondisional (tidak setiap hari), sehingga kewenangannya dapat dipegang oleh satu mandor. Penyemprotan dilakukan selama sepuluh hari (rayon dengan Divisi II dan III), sedangkan aplikai tankos dilakukan jika ada tankos yang masuk. Mandor Rawat Jalan dan LSU. Mandor perawatan jalan bertugas untuk mengikuti apel pagi, melakukan absensi, mengarahkan karyawan (operator alat berat dan karyawan rawat jalan) pada tempat yang harus dikerjakan dan mengisi BKM setiap hari. Pekerjaan yang dilakukan oleh alat berat (mini excavator, TLB, grader dan bomak) antara lain: pembuatan rorak, parit, perataan jalan, penimbunan tanaman dan lain-lain. Pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan
42 antara lain: penimbunan lubang di jalan, perawatan parit jalan, penanaman tanaman bermanfaat dan penunasan tepi jalan. Mandor rawat jalan juga berwenang sebagai mandor Leaf Sampling Unit (LSU) di Divisi I. Tanggung jawab mandor LSU adalah menyediakan karyawan untuk melakukan LSU, menyiapkan alat dan bahan, mengawasi kegiatan LSU, mengumpulkan hasil LSU dan membawanya ke Minamas Research Center untuk selanjutnya dianalisis. Divisi I juga menyatukan kedua kemandoran ini karena pekerjaan ini juga bersifat kondisional. Mandor Panen. Mandor Panen bertanggung jawab membagi hanca, menerapkan Block Harvesting System (BHS), mengontrol hanca pemanen, mengisi BKM, memonitor taksasi potong tandan, koordinasi dengan kerani panen untuk pengecekan tandan, melakukan fieldcheck, mengecek peralatan panen, memberikan pengarahan dan pembinaan karyawan, mengorganisasikan karyawan, melakukan taksasi serta mengawasi dan menjaga rotasi panen. Kegiatan saat mengikuti mandor panen adalah mengontrol hanca pemanen (fieldcheck), melakukan taksasi dan mengawasi pekerjaan panen pada 3 kemandoran panen. Kerani Cek Sawit. Tugas kerani cek sawit (KCS) adalah berkoordinasi dengan mandor I dan kerani divisi untuk penyediaan unit, menghitung jumlah tandan, memeriksa mutu buah, mengisi notes tandan, membuat laporan potong tandan (LPB) dan menyortasi tandan di TPH. Mutu buah dicatat dan jika ditemukan selain tandan matang atau TPH tidak bersih maka KCS akan mendenda pemanen. Khusus tandan mentah di TPH, KCS akan menyuruh pemanen untuk membelah tandan sehingga tandan tidak menjadi contoh grading di PKS. Tugas saat mengikuti KCS adalah mencatat jumlah tandan setiap pemanen, memeriksa mutu buah dan kondisi TPH dan membantu membuat LPB. Kerani Brondolan. Tugas kerani brondolan adalah berkoordinasi dengan mandor I untuk penyediaan unit, menghitung bobot brondolan setiap pemanen dan akumulasinya, memeriksa mutu brondolan, berkoordinasi dengan KCS untuk membuat laporan potong buah (LPB) dan memilah brondolan di TPH. Tugas saat mengikuti kerani brondolan adalah mencatat bobot brondolan setiap pemanen, memuat brondolan ke unit transportasi dan membantu membuat LPB.
43 Kerani Keliling. Pekerjaan kerani keliling jarang ditemukan pada kebun bahkan perusahaan lain. Kerani keliling mempunyai pekerjaan untuk memeriksa kehadiran karyawan seluruh kemandoran, membantu administrasi kantor divisi, membantu dalam pelaksanaan fieldcheck dengan mantri tanaman, memberikan surat berobat, memeriksa surat sakit dan permohonan cuti, membagikan premi beras pada karyawan, mengontrol nest box di kebun dan melakukan kegiatan administrasi lainnya. Kegiatan saat mengikuti kerani keliling adalah memeriksa kehadiran beberapa kemandoran, memeriksa nest box dan ikut dalam fieldcheck. Kerani Divisi. Tugas dan tanggung jawab kerani divisi adalah membuat laporan (harian, mingguan dan bulanan), membuat permintaan bahan/material yang dibutuhkan, membuat daftar hadir karyawan seluruh divisi, mengisi catatan lembur karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian perawatan dan produksi, membuat dan merekap data produksi serta mengisi monitoring produksi dan biaya. Kegiatan selama mengikuti kerani divisi adalah membantu administrasi divisi, memeriksa absensi, mengisi monitoring produksi dan biaya serta beberapa administrasi lainnya.
Pendamping Asisten Divisi Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada asisten kepala dan estate manager. Asisten dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh mandor I, mandor dan kerani. Asisten bertugas memimpin lingkaran pagi asisten, menjelaskan rencana kerja harian dan evaluasi pekerjaan sebelumnya, mengawasi seluruh kegiatan di kebun baik teknis maupun administrasi, mengelola seluruh yang ada di divisi untuk mencapai target produksi, berwenang memberi izin (sakit, cuti, izin dan lembur) dan bertanggung jawab secara penuh selama 24 jam. Kegiatan selama mendampingi asisten adalah mengawasi kegiatan pada setiap kemandoran, fieldcheck dengan asisten dan Plantation Sustainable Quality Management (PSQM), mengawasi seluruh pekerjaan Divisi I, membantu pelaporan yield enhancement Divisi I dan serangkaian kegiatan dalam Strategic Operating Unit 16 (SOU-16), menilai kualitas kerja karyawan, menjadi panitia Field Visit and Training of Indonesia Suistainable Palm Oil (ISPO) dan bersama asisten mengawasi kegiatan peat leveling pertama di Teluk Siak Esatate.
PEMBAHASAN
Manajemen Pemanenan Tandan Buah Segar Aspek-aspek teknis budidaya yang telah dilakukan bertujuan untuk mendapatkan produk melalui aspek pemanenan kelapa sawit. Pemanenan merupakan titik awal dari produksi. Panen menurut Sunarko (2010) merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas dan kuantitas produksi. Setyamidjaja (2006) menambahkan bahwa produksi adalah hasil yang diperoleh dari panen setelah melalui proses pascapanen. Hasil panen berupa tandan buah segar (TBS), produksinya berbentuk MKS dan IKS (kernel), yang merupakan bahan industri sangat penting karena kegunaannya sangat luas. Manajemen panen TBS merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran panen dengan mengelola unit produksi yang berorientasi pada TBS. Manajemen panen juga memiliki tujuan untuk memaksimalkan hasil panen dan meminimalkan kehilangan. Hal ini agar pelaksanaan panen menjadi efektif (Sunarko, 2010). Manajemen panen dipengaruhi oleh sistem panen yang diterapkan oleh Divisi I dan kegiatannya meliputi persiapan panen, organisasi panen dan pengangkutan TBS.
Sistem Panen Sistem panen yang digunakan Divisi I TSE adalah Block Harvesting System (BHS), sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja dari blok ke blok lain secara terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem ini menggunakan hanca tetap. Menurut Sunarko (2010) hanca tetap adalah lokasi panen tertentu setiap pemanen sehingga kegiatan panen selalu dilakukan pada tempat yang sama oleh setiap pemanen. Kelebihan hanca tetap menurut Pahan (2011) adalah mempermudah pembagian hanca harian (karena tetap), tanggung jawab pemanen terhadap hanca tinggi, mempermudah pengawasan dan evaluasi pekerjaan mudah dilakukan serta pemanen lebih mudah menemukan solusi masalah hancanya sendiri.
45 Divisi I TSE tidak menerapkan penggunaan Division of Labour (NonDOL) sehingga seluruh kegiatan panen dilakukan oleh satu tenaga pemanen. Hal ini dilakukan untuk tujuan efisiensi tenaga kerja dan biaya. Kendala yang muncul adalah tidak tercapainya basis borong dan ketinggalan hanca karena seluruh pekerjaan panen dilakukan sendiri. Pemanen akan mengulang hanca, membagi pekerjaan panen, atau dengan bantuan pemanen lain (berdasarkan instruksi mandor) sehingga rotasi normal tetap terjaga. Kinerja mandor sangat dibutuhkan dalam hal ini untuk selalu mengawasi, mengelola dan menyelesaikan masalah yang dapat terjadi. Berkaitan dengan pembagian kerja, beberapa pemanen berinisiatif membawa tenaga pembantu sebagai pengutip (picker). Tenaga pengutip adalah istri pemanen yang bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) pemupukan atau sanak-saudara pemanen. Perbandingan hasil panen antara pemanen yang membawa pengutip dengan yang tidak membawa pengutip dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan Rata-Rata Hasil Panen oleh Pemanen dengan Pengutip dan Tanpa Pengutip Pemanen
Hasil tandan Tonase ...(tandan)... ...(kg)... Dengan Pengutip 262.2tn 3 865tn Tanpa Pengutip 220.2tn 3 223tn Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Brondolan ...(kg)... 268tn 234tn
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata hasil panen, maka pemanen dengan pengutip memiliki hasil yang lebih banyak baik dari tandan, tonase, maupun brondolan daripada pemanen tanpa pengutip. Meskipun hasil uji t-student menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, tetapi selisih yang terjadi cukup banyak sehingga jika Divisi I menerapkan pembagian kerja maka produksi Divisi I dapat meningkatkan produksi TBS.
Persiapan Panen Persiapan panen merupakan kegiatan manajemen panen yang penting karena dengan persiapan yang baik dan efektif akan menentukan keberhasilan
46 panen. Persiapan panen meliputi persiapan alat dan waktu panen, pemahaman kriteria tandan matang dan rotasi panen serta taksasi (AKP). Divisi I bertanggung jawab dalam penyediaan alat bagi tenaga panen yang baru. Tenaga panen yang telah mengikuti pelatihan akan dibekali dengan beberapa alat panen seperti yang tertera dalam Tabel 8. Alat panen yang telah diberikan menjadi tanggung jawab pemanen. Kemudian waktu panen dilakukan mulai pukul 07.00 sampai semua TBS hasil panen terkumpul pada TPH yaitu pukul 14.00 WIB (sesuai 7 jam kerja). Pelaksanaan waktu panen kadang terkendala dengan tandan yang keluar hingga pukul 18.00 WIB disebabkan pemanen yang terlalu banyak menggunakan waktu untuk beristirahat, sehingga mandor panen harus mampu menekankan pengaturan waktu pada pemanen sehingga waktu untuk pann dan beristirahat efektif. Kriteria panen. Kematangan tandan yang ingin dicapai adalah matang fisiologis, yaitu tandan telah sempurna bentuknya serta kandungan minyaknya optimal. Matang fisiologis ini ditunjukan dengan jatuhnya brondolan dari tandan dan brondolan inilah yang kemudian dijadikan kriteria tandan harus dipetik. Menurut Pahan (2011) kriteria panen sangat penting dalam proses pemanenan, yaitu 1-2 brondolan/kg tandan tandan. Divisi I menerapkan kriteria panen minimum ripeness standart (MRS), yaitu ≥ 5 brondolan/tandan. Pemahaman inilah yang perlu diberikan kepada pemanen karena kriteria panen sangat menentukan kematang tandan. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 9 terlihat bahwa kriteria panen MRS hampir sepenuhnya diterapkan oleh pemanen di Divisi I TSE sehingga kualitas tandan yang dihasilkan sudah baik, yaitu lebih dari 95%. Pemanen dari kemandoran I telah menerapkan kriteria panen MRS seluruhnya (100%). Kemandoran II dan III masing-masing telah menerapkan 97.3% dan 98.7% dari kriteria MRS karena menurunkan tandan kosong (empty bunch). Beberapa tandan kosong yang dipanen disebabkan hanca yang dikerjakan bukan merupakan hanca tetap pemanen yang diamati. Alasan tandan kosong diturunkan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman karena tanaman yang kotor dapat menjadi inang hama dan penyakit. Penyelesaian masalah ini adalah masing-masing kemandoran panen melakukan pengawasan yang rutin pada seluruh tenaga pemanen yang ada.
47 Rotasi panen. Rotasi panen erat kaitannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen, cuaca dan kondisi pabrik. Standar rotasi panen normal yang digunakan Divisi I TSE adalah 7 - 9 hari sesuai standar Minamas Plantation, tetapi pada kenyataannya rotasi panen dapat berubah sesuai kondisi lapangan. Rotasi merupakan faktor pembatas baik dalam menentukan produksi TBS, kualitas tandan, transportasi, maupun biaya eksploitasi. Rotasi panen pada aktual Divisi I selama tiga bulan terakhir adalah bulan Februari 6 - 8 hari, Maret 4 - 8 hari dan April 5 - 9 hari. Hasil tersebut menunjukkan selama tiga bulan rotasi divisi terlalu cepat, yaitu 4 - 6 hari. Penyebab rotasi Divisi I yang terlalu cepat adalah penurunan potensi buah. Penurunan potensi buah (trek buah) adalah kondisi saat tanaman mengalami penurunan produksi TBS sehingga tandan matang yang dapat dipanen sedikit. Menurut Pahan (2011) penurunan produksi disebabkan kerapatan tandan matang mengalami penurunan, sedangkan pemanen dituntut untuk mencapai basis sehingga pemanen mengambil resiko dengan memanen tandan mentah atau kurang matang untuk memenuhi basis panen. Beberapa hal yang mempengaruhi rotasi panen adalah jumlah tenaga kerja, kondisi hanca dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga kerja yang berlebihan dengan luasan yang tetap akan menyebabkan rotasi menjadi cepat, sedangkan jumlah tenaga kerja yang kurang akan menyebabkan rotasi terlambat. Kondisi hanca yang tidak datar dan bersemak cenderung memperlambat rotasi panen karena memperlambat pekerjaan panen. Hujan menyebabkan rotasi terlambat karena menghambat pekerjaan panen dan transportasi hasil, selain itu dapat menyebabkan banjir pada lahan rendahan. Menurut Pahan (2011) masalah rotasi yang tidak normal dapat diatasi dengan melakukan pemantauan pada daftar rotasi panen divisi, informasi umur tanaman dan AKP, jumlah tenaga kerja, jumlah borongan, persentase siap borong dan curah hujan. Taksasi dan AKP. Taksasi produksi adalah kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar yang akan diperoleh pada waktu panen berdasarkan jumlah dan keadaan bunga betina yang kemungkinan menjadi tandan buah (Sunarko, 2010). Taksasi harian adalah menghitung jumlah tandan yang siap dipanen berdasarkan
48 angka kerapatan panen (AKP) dikalikan bobot tandan rata-rata. AKP adalah persentase jumlah tandan yang dapat dipanen dengan jumlah tanaman suatu blok. Tujuan taksasi adalah memperkirakan produksi yang akan diperoleh, mempermudah pengaturan dan pelaksanaan panen, memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dan menyediakan unit transportasi pengangkut TBS. AKP menyesuaikan umur, jenis dan iklim. Menurut Santosa et al. (2011) faktor agroekologi menentukan akurasi ramalan prouksi kelapa sawit. Divisi I TSE memiliki pertanaman dengan tahun tanam 1995-1998 dan terdapat beberapa varietas yang ditanam sehingga dilakukan pengamatan AKP sesuai umur tanaman. Hasil pengamatan AKP tiga blok dengan tahun tanam 1996 sampai 1998 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perbandingan Angka Kerapatan Panen pada Tiga Tahun Tanam Tahun Tanam 1996 1997 1998
Ulangan ...(blok)... 3 3 3
Angka Kerapatan Panen ...(%)... 18.00tn 20.81tn 19.39tn
Sumber: Hasil pengamatan penulis 2012 Keterangan: tn = Hasil uji t-student tidak berbeda nyata pada taraf 5% Berdasarkan data hasil AKP pada Tabel 12 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Nilai tengah AKP masing-masing tahun tanam tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Artinya meskipun selisih umur antara 1 - 2 tahun, tetapi ketiga tahun tanam mempunyai potensi produksi yang sama. Pengamatan selanjutnya membandingkan antara jumlah TBS dan tonase berdasarkan nilai AKP dengan jumlah TBS dan tonase aktual berdasarkan perhitungan KCS di lapang dan karcis timbang dari PKS. Perbandingan tersebut disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan AKP dan Tonase Berdasarkan Pengamatan dan Aktual Tahun Tanam AKP Pengamatan AKP aktual
1996
1997
1998
18.00tn 15.63tn
20.81tn 19.50tn
19.39* 30.35*
Sumber: Hasil Pengamatan Penulis (2012) Keterangan: * = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%
49 Perbandingan AKP hasil pengamatan dan aktual pada Tabel 13 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada tahun tanam (TT) 1996 dan 1997, sebaliknya pada TT 1998 menunjukkan hasil yang nyata. Penyebabnya adalah ketidakseragaman jenis yang ditanam pada blok dengan TT sama. Pada TT 1996 dan 1997 menggunakan jenis Marihat, sedangkan TT 1998 menggunakan tiga jenis yaitu Marihat, Guthrie dan Socfindo. Menurut Pahan (2008) pada kondisi ideal, Marihat mampu memproduksi TBS 27 ton/ha/tahun, Guthrie 25 ton/ha/tahun, sedangkan Socfindo 32 ton/ha/tahun.
Organisasi Panen Organisasi panen kelapa sawit merupakan kegiatan manajemen panen yang dimulai dari penyusunan seksi potong dan penentuan hanca, penentuan jumlah tenaga kerja, pelaksanaan panen, sampai pemeriksaaan mutu hancak dan mutu buah. Seksi panen adalah pengelompokan blok-blok pertanaman menghasilkan
yang
berfungsi
sebagai
kerangka
kerja
harian
sehingga
mempermudah melakukan pekerjaan panen, kontrol dan pengangkutan TBS. Pembagian seksi panen Divisi I TSE disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Pembagian Seksi Panen Divisi I Teluk Siak Estate Seksi
Blok
G007 G008 A G009 G010 H011 B H010 H007 C H008 H009 I012 D I011 J011 E I010 J010 F I009 Sumber: Kantor Divisi I TSE (2012)
Tahun Tanam 1997 1997 1998 1996 1998 1997 1997 1996 1996 1995 1998 1996 1998 1998 1998
Luas Total ...(ha)... 177.71
140.58 145.98 185.68 118.3 141.63
50 Terlihat pada tabel di atas bahwa luas masing-masing seksi berbeda. Jika dilihat berdasarkan luas lahan tanaman menghasilkan di Divisi I, yaitu 910 ha, maka luas estimasi per seksi (tanpa perbedaan jam kerja) adalah 151, 67 ha. Perbedaan luas masing-masing seksi lebih ditentukan oleh hasil identifikasi blok, yaitu: kondisi topogafi, posisi blok terhadap blok lain dan kemandoran panen. Topogafi di Divisi I TSE sangat beragam (datar sampai berbukit). Kemudian posisi blok yang ada tidak semuanya berbentuk kotak dan tersusun rapih. Seksi A, B dan C ditentukan oleh letak blok yang berdekatan, seksi E dan F ditentukan oleh topogafi yang datar, sedangkan seksi D dikelola oleh dua kemandoran panen. Tenaga Kerja. Penetapan tenaga panen di Divisi I TSE tidak ditentukan dari perhitungan taksasi karena Divisi I menggunakan BHS dan menggunakan hanca tetap. Penetapan tenaga pemanen di Divisi I menggunakan rumus kebutuhan TK sebagai berikut: Kebutuhan TK panen
Luas TM 910 ha Kapasitas hanca pemanen 18 ha
50.5 orang
Luas TM Divisi I: 910 ha, kapasitas hanca pemanen = 3 ha x 6 hari = 18 ha Selanjutnya penghitungan TK panen, menggunakan rumus: TK panen
Kebutuhan TK panen
10% x Kebutuhan TK panen
= 50.5 + (10% x 50.5) = 55.6 = 56 orang Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga pemanen, standar kebutuhan tenaga panen Divisi I untuk menyelesaikan lahan tanaman menghasilkan seluas 910 ha adalah 51 orang. Penambahan 10 % jumlah tenaga panen digunakan untuk menanggulangi pemasalahan absensi tenaga panen sehingga kegiatan panen dapat berlangsung tanpa penurunan produksi. Tenaga cadangan tersebut dipekerjakan pada kegiatan yang kondisional seperti aplikasi tankos, rawat jalan, BTP dan pelangsir TBS sehingga saat dibutuhkan sebagai pemanen pekerjaan kondisional tersebut dapat ditunda. Divisi I TSE memiliki jumlah seluruh pekerja cukup banyak, yang disebut Serikat Kerja Unit (SKU). SKU tersebut dibagi menjadi dua yaitu SKU Bulanan (SKU-B) dan SKU Harian (SKU-H). Tabel 15 menunjukkan jumlah tenaga kerja di Divisi I sesuai jenis SKU dan jenis kelamin.
51 Tabel 15. Jumlah Tenaga Kerja Non-Staf Divisi I TSE Bulan
SKU-B
Juli 2011 Agustus 2011 September 2011 Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012 Maret 2012 April 2012
11 11 11 11 13 13 13 13 13 13 Rata-rata Sumber: Kantor Divisi I TSE (2012)
L 82 81 81 81 78 84 83 80 85 85
SKU-H P Jumlah 37 119 37 118 37 118 37 118 37 115 37 121 37 120 37 117 35 120 35 120
Total Pekerja 130 129 129 129 128 134 133 130 133 133 130.8
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa sejak bulan November terdapat penambahan dua orang SKU-B. Rata-rata jumlah pekerja Divisi I adalah 131 orang/bulan dan ditambah 11 orang KHL. Indeks tenaga kerja (ITK) standar kebun adalah 0.16, artinya pada luas 1 063.16 ha terdapat 170 tenaga kerja. Divisi I memiliki ITK aktual 0.13. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tenaga kerja per bulan di bawah standar kebun. Divisi I membutuhkan tambahan 28 orang untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja ideal (170 orang) sehingga divisi dapat dikelola secara lebih optimal. Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen menjadi kegiatan utama dari rangkaian kegiatan panen. Tahapan pelaksanaan panen adalah memilih tandan matang sesuai kriteria panen MRS, menggunakan alat potong yang tepat (egrek untuk tanaman yang tinggi dan dodos untuk tanaman yang rendah), memotong pelepah songgo, memotong tandan, menyusun pelepah membentuk huruf U, mengumpulkan TBS dan brondolan ke TPH serta menyusun TBS dan mengumpulkan brondolan sekaligus penomoran menggunakan stempel dari divisi. Pengawasan mutu. Pengawasan mutu terbagi menjadi dua, yaitu mutu hanca dan mutu buah. Pengawasan mutu dilakukan oleh mandor, KCS, asisten, mantri, PSQM dan pihak lainnya. Pengawasan mutu hanca meliputi tandan matang tidak dipanen, tandan matang, tandan busuk, brondolan (loose fruit) dan susunan pelapah. Hasil pengamatan mutu hanca dapat dilihat pada Tabel 16.
52 Tabel 16. Mutu Hanca pada Tiga Kemandoran Panen Harvesting Loose Pelepah Susunan Over Under Bunch Fruit Sengkleh Pelepah Pruning Pruning ...(tandan)... ...(brondolan)... .............(tanaman)............. I 14.6 15.6 0.4 0.0 0.0 7.0 II 7.0 13.0 2.2 3.8 0.0 5.2 III 15.0 18.4 0.2 2.8 0.8 3.4 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (2012) Keterangan : Tanaman contoh sebanyak 80 tanaman Mandor
Pada Tabel 16 dapat dilihat potensi buah (HB/tanaman) yang dipanen pada Mandor I dan III adalah 18.25 % dan 18.75 % di atas standar (18 %, termasuk potensi sedang), tetapi Mandor II memiliki potensi tandan yang rendah yaitu 8.75%. Kehilangan brondolan (LF/HB) masing-masing mandor secara berurutan adalah 1.1 brondolan/tandan, 1.3 brondolan/tandan dan 1.9 brondolan/tandan. Nilai kehilangan masih di bawah standar, yaitu ≤ 2 brondolan/tandan, tetapi pada Mandor II harus lebih diperhatikan agar kehilangan brondolan tidak melebihi standar. Kondisi pelepah masih di bawah standar, yaitu ≤ 8 tanaman. Meskipun kondisi pelepah baik, tetapi usaha perawatan hanca tetap dilakukan. Pengawasan mutu buah di TPH meliputi tandan mentah, tandan matang, tandan kosong, tandan busuk, potongan tangkai dan lain-lain. Hasil pengamatan mutu buah terdapat pada Tabel 17. Tabel 17. Perbandingan Mutu buah Divisi I dengan Target Produksi Jenis Buah Mentah Kurang Matang Matang Tandan Kosong Tinggal
Keterangan 0 brondolan/tandan 1 - 9 brondolan/tandan
Target 0 <3
Pengamatan* Arsip** …….…(%)…........ 0.00 0.25 1.20
≥ 10 brondolan/tandan > 97 97.38 ≥ 95 % buah mem0 0.30 brondol Tandan terpanen lebih 0 0.40 dari 48 jam Gagang Gagang tandan lebih dari 0 0.00 Panjang 5 cm Kontaminasi Bahan pengotor, pasir, 0 0.00 tanah Keterangan * = Berdasarkan Pengamatan Penulis selama 10 Hari ** = Berdasarkan Arsip Kebun selama 8 Bulan
2.43 97.21 1.65 0.11 0.48 0.00
53 Berdasarkan Tabel 17, terdapat perbedaan antara pengamatan dengan arsip kebun. Pada penggolongan tandan mentah dan gagang panjang hasil pengamatan memenuhi target 0 %. Target tandan kurang matang dan matang terpenuhi oleh keduanya, yaitu kurang matang 1.2 % dan matang 97.38 %. Keduanya masih belum mencapai target 0 % untuk tandan kosong dan tandan tinggal. Tidak ada tandan yang terkontaminasi sehingga target 0 % tercapai. Penyelesaian masalah mutu buah dapat dilakukan dengan pengawasan pekerjaan panen yang lebih ketat oleh mandor panen, pemahaman pentingnya tandan matag serta mandor panen dan KCS lebih tegas kepada pemanen yang melakukan kesalahan.
Manajemen Transportasi Transportasi TBS bertujuan untuk mengangkut TBS secepatnya menuju pabrik dan menghindari kerusakan sekecil mungkin. Koordinasi antara bagian kebun, transportasi dan pabrik menjadi penting untuk menyelaraskan sirkulasi trasportasi TBS, karena itu diperlukan manajemen transportasi. Tujuan manajemen transportasi adalah memastikan TBS sampai ke pabrik pada hari yang sama. Pertimbangan dalam mencapai tujuan tersebut adalah kecepatan transportasi, kapasitas unit dan lokasi (Sunarko, 2010). Menurut PPKS (2007) secara umum persentase FFA setelah dipotong adalah 0.2 - 0.7 % dan setelah jatuh ke tanah dapat meningkat menjadi 0.9 - 1.0 % setiap 24 jam sehingga tandan harus sampai ke pabrik pada hari yang sama. Pelaksanaan transportasi TBS menurut Sunarko (2010) harus meliputi beberapa hal yaitu pengumpulan (ke TPH), pengangkutan (ke PKS), kebutuhan alat angkut, kapasitas angkutan dan jenis angkutan (truck, dump truck dan lori). Transportasi TBS di Divisi I TSE dibagi menjadi dua, yaitu recovery dan evacuation. Recovery mencakup persiapan panen dan pengangkutan tandan dari tanaman ke TPH, sedangkan evacuation merupakan pengangkutan tandan buah segar dari TPH ke pabrik dengan unit transportasi. Kendala yang sering terjadi pada tahap recovery antara lain: a) absensi tenaga panen yang banyak akan mengurangi hanca yang dikerjakan sehingga produksi akan sangat nyata menurun, b) kondisi pasar pikul yang bersemak menyulitkan pemanen melihat tandan matang dan menghambat jalannya angkong,
54 c) parit yang tidak ada titi panen atau titi panen yang ada sudah rusak memaksa pemanen melompati dengan membawa alat dan tandan atau memutar balik jika paritnya lebar, d) kondisi tanah yang lembek pada lahan rendahan dan gambut saat basah membuat roda angkong dan kaki pemanen terperosok masuk sehingga waktu pengangkutan berlangsung lama, e) banjir pada lahan rendahan juga menghentikan aktivitas panen yang menyebabkan tandan matang tidak dipanen dan menjadi busuk sehingga menurunkan produksi TBS dan f) topogafi yang bergelombang sampai berbukit akan mempersulit jalannya angkong sehingga pemanen harus mengangkut tandan satu per satu menuju TPH. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan manajemen kebun dan sumber daya manusia yang baik dan kontinu dari aspek pemeliharaan sampai aspek pemanenan. Divisi I menerapkan manajemen sumber daya manusia, aspek pengendalian gulma, pemeliharaan jalan, manajemen tanah dan air yang telah dilakukan dengan baik dan sesuai untuk mencegah timbulnya kendala tersebut. Saat kendala tersebut terjadi maka Divisi I akan melakukan pemindahan pekerjaan BTP dari blok pada rencana bulanan ke blok rencana harian, melakukan perataan dan pengerasan jalan kebun menggunakan alat berat Grader dan Bomak serta pemeliharaan parit, kondisi tanah yang lembek dan banjir diperbaiki dengan manajemen air yang sesuai (parit dan rorak), sedangkan untuk lahan bertopogafi maka dibuat teras dan jalan kontur untuk mempermudah recovery dan Divisi I melakukan sensus titi panen agar diketahui sejak dini masalah titi panen. Pada proses evacuation, masalah yang sering dihadapi yaitu: a) kondisi jalan kebun yang tersusun dari batu dan tanah jika terkena hujan maka akan menjadi licin bahkan membuat roda unit transportasi slip dan terpuruk yang menyebabkan transportasi tandan tertunda, b) kekurangan jumlah unit karena unit yang ada mengalami kerusakan membuat proses evacuation membutuhkan waktu yang lebih lama agar semua tandan terkirim ke pabrik dan c) kondisi jalan akses yang berlubang juga menyebabkan terjadinya kerusakan (memar) pada tandan atau tercecernya brondolan di jalan karena guncangan. Penanggulangan masalah pada evacuation tandan yang dilakukan Divisi I TSE adalah secara berkala memperbaiki kondisi jalan dengan Grader, menimbun jalan yang kurang keras menggunakan batu sirtu kemudian diratakan dengan
55 Bomak dan memperbaiki parit jalan yang ada sehingga air tidak menggenangi jalan. Selain itu, pengawasan dan pemeliharaan unit transportasi bersama dengan bagian traksi akan mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan unit transportasi. Jalan akses yang berlubang dapat diperbaiki dengan melapisi aspal pada bagian yang berlubang, tetapi perbaikan jalan akses merupakan tanggung jawab kebun bukan divisi. Keberhasilan manajemen transportasi TBS menurut Lubis dan Widanarko, (2011) harus dapat memenuhi empat sasaran transportasi TBS, yaitu: a) menjaga FFA produksi harian 2 – 3 % (menjaga kualitas CPO), b) menjaga kapasitas atau kelancaran pengolahan di PKS (kapasitas pengolahan yang tidak terpenuhi menyebabkan jam olah bertambah dan memungkinkan tandan restan di pabrik), c) menjaga keamanan TBS di lapangan (menjamin seluruh tandan terkirim ke PKS tepat waktu tanpa terjadi kehilangan), d) menjaga biaya transportasi tetap rendah (efisiensi biaya). Divisi I memiliki tiga unit transportasi, yaitu: dua unit Dump Truck dan satu unit Hino Dump Truck.
Kapasitas Dump Truck mencapai 7 ton/trip,
sedangkan Hino Dump Truck dapat mencapai 10 ton/trip. Masing-masing unit terdapat empat karyawan, satu orang KCS yang bertugas memeriksa mutu buah dan menghitung jumlah tandan, satu orang bertugas sebagai supir dan dua orang bertugas sebagai pemuat (helper). Pengamatan perbandingan transportasi TBS antara dump truck dan Hino dump truck ditampilkan pada Tabel 18. Tabel 18. Pengamatan Transportasi TBS ke Pabrik Jenis Unit Truck Hino
Waktu Waktu ke Waktu Muat PKS Kembali ..............(menit)............... 61.4** 15.0tn 14.4tn 15.4tn 72.4** 16.6tn
Jumlah TBS ...(tandan)... 457.2tn 538.4tn
Tonase
BTR
.....(kg)..... 6 305* 14.00tn 7 882* 15.47tn
Sumber: Hasil Pengamatan Penulis 2012 Keterangan: tn = tidak nyata, * = nyata, ** = sangat nyata pada taraf 5%. Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa waktu muat berbeda sangat nyata, sedangkan tonase berbeda nyata. Parameter yang lain menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Waktu muat unit berkorelasi positif dengan tonase yang dihasilkan, berarti waktu muat Hino lebih lama dari waktu muat truck, tetapi tonase pada
56 Hino lebih banyak dibandingkan dengan truck (± 1 ton) sehingga pada dasarnya kedua unit memiliki efisiensi yang sama. Jika parameter jumlah TBS ikut diperhatikan (meski tidak berbeda nyata) maka transportasi menggunakan Hino lebih efisien karena dengan perbedaan waktu 10 menit Hino mampu memuat ± 1 ton lebih banyak dibandingkan truck.
Produksi dan Pengolahan TBS Produksi TBS yang optimal merupakan tujuan akhir dari seluruh kegiatan budidaya di perkebunan kelapa sawit. Pengamatan produksi pada tiga kemandoran panen di Divisi I TSE bertujuan untuk melihat kemungkinan perbedaan produksi dan faktor yang mempengaruhi. Hasil pengamatan terhadap produksi pada tiga kemandoran panen Divisi I ditunjukkan pada Tabel 19. Tabel 19. Produksi pada Tiga Kemandoran Panen di Divisi I TSE Kemandoran
Jumlah Pemanen Jumlah TBS ...(orang)... ...(tandan)... I 16.7tn 1 341tn II 16.7tn 1 448tn III 14.5* 1 247tn Sumber: Hasil Pengamatan Penulis (2012) Keterangan: tn = tidak nyata, * = nyata pada taraf 5%
Tonase Brondolan .....(kg)..... 22 348tn 1 910tn 23 792tn 1 845tn 16 660* 1 117*
Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa pada kemandoran III terdapat perbedaan yang nyata pada tonase dan hasil brondolan baik dibandingkan dengan kemandoran I maupun kemandoran II. Faktor yang mempengaruhi adalah BTR yang rendah dan jumlah tenaga panen yang dimiliki kemandoran III pada saat itu berbeda nyata juga dengan kedua kemandoran panen yang lain, yaitu kurang lebih 15 orang. Kemandoran I dan II memiliki jumlah tenaga panen sebanyak kurang lebih 17 orang. Produk utama dari pengolahan tandan buah segar adalah minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Teluk Siak Factory (TSF) menggunakan istilah ekstraksi atau biasa disebut rendemen. Ekstraksi adalah persentase produk yang dihasilkan dari pengolahan TBS menjadi minyak kelapa sawit (Oil Extraction Rate), inti kelapa sawit (Kernel Extraction Rate) dan mengetahui
57 kualitas minyak sesuai kandungan FFA. Menurut Pahan (2011) umumnya ekstraksi minyak MKS (rendemen) dari varietas Tenera adalah 22 - 25 %. Tabel 20 menunjukkan produksi TBS Divisi I TSE dan ekstraksi dari TSF. Tabel 20. Produksi TBS Divisi I TSE dan Historis Ekstraksi TSF Lima Periode Terakhir Ekstraksi Produksi TBS OER KER ...(ton)... ...(%)... 2006-2007 16 163.56 23.40 4.92 2007-2008 18 156.80 22.96 4.94 2008-2009 16 482.74 23.06 5.13 2009-2010 15 628.54 23.00 4.98 2010-2011 18 009.91 22.47 4.72 Sumber: Kantor Besar TSE (2012) Periode
MKS
IKS
...(ton)... 3 782.27 759.25 4 168.80 896.95 3 800,92 845.57 3 594.56 778.30 4 046.83 850.07
FFA ...(%)... 2.97 3.47 2.60 2.49 2.68
Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa produksi TBS Divisi I mengalami fluktuasi sehingga berpengaruh terhadap nilai ekstraksi, produksi MKS dan produksi IKS. Target OER > 23.75 % belum dapat terpenuhi oleh Divisi I pada lima periode. Target KER > 4.75 % dapat terpenuhi, tetapi pada periode terakhir nilai KER berada di bawah target. MKS yang dihasilkan termasuk minyak yang berkualitas tinggi karena kandungan FFA < 3%, hanya pada periode 2007/2008 perolehan FFA meningkat melebihi standar sehingga menurunkan kualitas CPO dibandingkan periode yang lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Manajemen pemanenan TBS (persiapan panen, organisasi panen dan transportasi TBS) sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai sehingga mampu menghasilkan produksi tandan yang optimal dan mutu minyak yang baik. Penerapan Block Harvesting System sudah berjalan dengan baik dan sesuai standar baku. Permasalahan aspek pemanenan adalah rotasi panen terlalu cepat, hanca bersemak, banjir, lahan berbukit, kondisi jalan dan unit transportasi. Secara umum mutu buah Divisi I Teluk Siak Estate sudah baik, ditunjukkan dengan ratarata jumlah tandan matang > 97 %. Pembagian kerja (pemotong buah dan pengutip brondolan) dan penggunaan unit Hino dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas TBS Divisi I.
Saran Dilakukannya perbaikan manajemen pemanenan TBS yang berkelanjutan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan. Peningkatan manajemen pemanenan terkait kehilangan hasil di lapangan dengan cara pengawasan yang lebih fokus. Kondisi hanca perlu dibersihkan dan diperlukan pengerasan jalan kebun di Divisi I TSE. Sanksi yang lebih tegas perlu dilakukan bagi pemanen dengan mutu buah yang rendah. Selain itu perlu komunikasi yang lebih baik antara asisten, mandor, kerani dan karyawan. Untuk peningkatan produksi TBS lebih baik jika dilakukan dengan pembagian tugas dalam kegiatan panen.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Volume dan nilai ekspor, impor indonesia. http://Direktorat Jenderal Perkebunan.deptan.go.id. [16 Juni 2012]. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Luas lahan dan produksi perkebunan seluruh indonesia menurut pengusahaan. http://Direktorat Jenderal Perkebunan.deptan.go.id. [16 Juni 2012]. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit. Edisi XXI. Penebar Swadaya. Depok. 168 hal. Hartanto, H. 2011. Sukses Besar Budidaya Kelapa sawit. Edisi I. Citra Media Publishing. Yogyakarta. 115 hal. Kasno, A. 2009. Pupuk anorganik dan pengelolaannya. http://balittanah. litbang.deptan.go.id. [16 Juni 2012]. Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation. 2004. Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Oil Palm Technical Policy) Minamas Plantation. Jakarta. 600 hal. Lubis, R. E., A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Edisi I. Agomedia Pustaka. Jakarta. 296 hal. Manalu, E., P. Purba dan Z. Poeloengan. 1995. Penunasan secara non konvensional pada tanaman kelapa sawit menghasilkan. Warta PPKS 3(3):97-100 Murtilaksono, K., W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, H.H. Siregar, dan Y. Hidayat. 2009. Upaya peningkatan produksi kelapa sawit melalui penerapan teknik konservasi tanah dan air. J. Tanah Trop. 40(2):135-142. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, hal: 193-199. Dalam Santosa, E., H. Sulistyo, dan I. Dharmawan. Peramalan produksi kelapa sawit menggunakan peubah agroekologi di kalimantan selatan. J. Agron. Indonesia. Bogor. Pahan, I. 2011. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Edisi IX. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 143 hal. Santosa, E., H. Sulistyo, dan I. Dharmawan. 2011. Peramalan produksi kelapa sawit menggunakan peubah agroekologi di kalimantan selatan. J. Agron. Indonesia 39(3):193-199.
60 Sastrosayono, S. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. Edisi IV. Agomedia Pustaka. Tanggerang. 65 hal. Sembodo. D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Edisi I. Gaha Ilmu. Yogyakarta. 166 hal. Setyamidjaja, D. 2010. Kelapa Sawit. Edisi V. Kanisius.Yogyakarta. 127 hal. Sipayung, A. dan Thohari, M. 1994. Penelitian pengembangbiakan burung hantu Tyto alba dalam perkebunan kelapa sawit. Buletin PPKS 2:97-104. Sunarko. 2010. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Edisi II. Agomedia Pustaka. Jakarta Selatan. 178 hal. Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Tanaman: Pedoman Bertanam Kelapa sawit. Edisi I. Yrama Widya. Bandung. 128 hal. Tim Pengembangan Materi LPP. 2010. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Edisi revisi kedua. LPP Press. Yogyakarta. 160 hal. Walpole, R. E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi III. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.
LAMPIRAN
62
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Teluk Siak Estate Tanggal
Uraian Kegiatan
13-2-2012 14-2-2012 15-2-2012 16-2-2012 17-2-2012 18-2-2012 20-2-2012 21-2-2012 22-2-2012
Pemanenan TBS Pengawasan Pemanenan TBS Pengawasan Pemanenan TBS Pemanenan TBS Pemanenan TBS Pengawasan Pemanenan TBS Bongkar Tumbuhan Pengganggu Aplikasi Tandan Kosong Rapat Persiapan Field Visit peserta Training Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Pengawasan Pekerjaan Rawat Jalan Pengawasan Pekerjaan Rawat Jalan Budidaya Tanaman Bermanfaat Pengawasan Pemupukan Pemuatan Brondolan Penyemprotan Alang-alang Pengawasan Penunasan Membantu Kerani Keliling dan Kerani Divisi Membantu Kerani Keliling
23-2-2012 24-2-2012 25-2-2012 27-2-2012 28-2-2012 29-2-2012 01-3-2012 02-3-2012 03-3-2012
Prestasi Kerja Penulis Penulis Karyawan Standar 7 tnd 98 tnd 90 tnd 2 tnd 120 tnd 90 tnd 5 tnd 87 tnd 80 tnd 50 tan 75 tan 68 tan 0.92 ton 1 ton 1 ton -
Lokasi
27 tan 3 ha -
50 tan 800 kg 10 ha 450 m -
50 tan 450 kg 10 ha 400 m -
H008 dan H009 H009 dan I012 I012 J010 H007 H007 dan H008 H007 H007 Kantor Besar TSE H007 H007 Main Road 8 H008 Divisi ke PKS I011 dan I012 CR 15-16 Kantor Divisi I
-
-
-
Kantor Divisi I
Keterangan Tnd = tandan
Manager PSE (chairman)
Tan = tanaman
62
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Teluk Siak PT Minamas Plantation
Tanggal
Uraian Kegiatan
05-3-2012 Rekapitulasi Data Rawat Jalan 06-3-2012 ‐ Mandor Panen ‐ Persiapan ISPO 07-3-2012 Pendamping Mandor Panen 08-3-2012 Pendamping Mandor Panen 09-3-2012 Field Visit perserta ISPO 10-3-2012 Pendamping Mandor Panen 12-3-2012 SOU Divisi I Yield Enhancement 13-3-2012 Pendamping Mandor Penyemprotan 14-3-2012 Pendamping Mandor Penyemprotan 15-3-2012 Pendamping Mandor Penyemprotan 16-3-2012 Pendamping Mantri Tanaman dan Kerani Keliling 17-3-2012 Pendamping Mandor Tankos
Prestasi Kerja Penulis Lama Luas Lahan Jumlah KHL yang Diawasi Kegiatan yang Diawasi (jam) (ha) (orang) 5 17 63.92 7
Lokasi
16 15 16
48.5 56 48
7 7 9
16 23
40 54.82
7 7 6.5
Kantor Divisi I H010, G007 dan Kantor Besar H008 dan H009 I012 Kantor Besar TSE I010 H007 dan J010 J010
25
27.5
6.5
I009
26
27
6.5
H008
4
H009
4.5
H008
5
87.14
Keterangan Persiapan SOU
Panitia Bidang Best Practice Penilaian TSE 14.54 L Kenlon dan 1.46 kg Trap 19.20 L Audit dan 1.60 kg Trap 16.64 L Kenlon dan 1.66 kg Trap Fieldcheck dan cek mutu buah 25 500 ton Tankos 63
64
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tanggal 19-3-2012 20-3-2012 21-3-2012 22-3-2012 23-3-2012 24-3-2012
Uraian Kegiatan Pendamping Mandor Tankos Kerani Divisi Pendamping Mandor Tankos Pendamping Kerani Cek Sawit Libur Pendamping Kerani Cek Sawit
Prestasi Kerja Penulis Lama Luas Lahan Jumlah KH yang yang Diawasi Kegiatan Diawasi (orang) (jam) (ha) 3 87.14 4.5 5 4 59.72 3.5 3 97.27 7 3 59.72 7
Lokasi H008 Kantor Divisi G010 I010 dan I011 G010
Keterangan 21 000 ton tankos 22 000 ton tankos Tankos = JJK
64
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Kebun Teluk Siak PT Minamas Plantation
Tanggal
Uraian Kegiatan
26-3-2012 Kunjungan ke PKS 27-3-2012 ‐ Simulasi LSE ‐ Kunjungan ke PKS 28-3-2012 Persiapan Presentasi 29-3-2012 Pengawasan LSU 30-3-2012 Pengawasan LSU 31-3-2012 Pendamping Asisten 02-4-2012 03-4-2012 04-4-2012 05-4-2012
Lokasi
Keterangan
Teluk Siak Factory G015
8 8 130
59.72 49.66 -
5 5 5 7
Kantor Divisi G010 G008 Divisi I
5 18 17 1
49.66 140.58 80.51 59.72
5 7 7 6
H008 I009 dan I010 G007 dan G008 G010 dan E012
17 17 17 3 -
128.14 108.20 94.27 53.77 -
7 7 7 7 7
G008 dan G009 I012 dan I011 I011 dan I010 I010 Kantor Divisi
Presentasi TSE
Periksa seluruh hanca
Pelatihan oleh MRC
65
06-4-2012 07-4-2012 09-4-2012 10-4-2012 11-4-2012 12-4-2012
Pengawasan Aplikasi Tankos Pengawasan Panen Pengawasan Panen ‐ Pembibitan Tanaman Bermanfaat ‐ Pelatihan Pemupukan Libur Pengawasan Panen Pengawasan Panen Pengawasan Panen Pengawasan KCS Pelatihan Digital LPB
Prestasi Kerja Penulis Lama Luas Lahan Jumlah Mandor yang Diawasi Kegiatan yang Diawasi (jam) (ha) (orang) 5 5
66
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
13-4-2012 Sou Teluk Siak Factory (PKS) 14-4-2012 ‐Administrasi LPB-BKM ‐ Kerani Keliling 16-4-2012 Kerani Divisi 17-4-2012 ‐Administrasi LPB-BKM ‐ Supervisi Kampus 18-4-2012 Kunjungan ke Kebun Buatan Asian Agri 19-4-2012 Administrasi Kantor Divisi I 20-4-2012 Administrasi Kantor Divisi I 21-4-2012 Administrasi Kantor Divisi I 23-4-2012 Administrasi Kantor Divisi I 24-4-2012 Administrasi Kantor Divisi I 25-4-2012 ‐Administrasi Kantor Divisi I ‐ Pembuatan Laporan (presentasi) 26-4-2012 ‐Administrasi Kantor Divisi I ‐ Pembuatan Laporan (presentasi) 27-4-2012 Administrasi Kantor Divisi I
Prestasi Kerja Penulis Lama Luas Lahan Jumlah Mandor yang Diawasi Kegiatan yang Diawasi (jam) (ha) (orang) 7 3 67.70 7
Lokasi
Keterangan
TSF dan Kantor G010 dan I012
3
-
5 3
G010 G010
-
-
-
-
4 4 4 4 5 3
-
5 5 5 5 5 7
Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I
3
-
7
Kantor Divisi I
4
-
7
Kantor Divisi I 66
67
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
28-4-2012 ‐Kunjungan ke MRC ‐ Pembuatan Laporan 30-4-2012 Administrasi Kantor Divisi I 28-4-2012 ‐Kunjungan ke MRC ‐ Pembuatan Laporan 01-5-2012 ‐Administrasi Kantor Divisi I ‐ Pengukuran kedalaman gambut 02-5-2012 Pengukuran kedalaman gambut 03-4-2012 Mantri Tanaman 04-4-2012 Mandor I 05-4-2012 Interview Penilaian Magang 06-4-2012 Pembuatan Laporan 07-4-2012 Pembuatan Laporan (presentasi) 08-4-2012 SOU PSE dan Presentasi hasil 09-4-2012 Pembuatan Laporan 10-4-2012 Pembuatan Laporan 11-4-2012 Pembuatan Laporan 12-4-2012 Perpisahan 13-4-2012 Persiapan Kembali ke Bogor
Prestasi Kerja Penulis Lama Luas Lahan Jumlah Mandor yang Diawasi Kegiatan yang Diawasi (jam) (ha) (orang) 5 3 -
-
5 5
3
160
8
7 7 10 -
141 36 -
6 4 7 2 8 -
Lokasi
Keterangan
Kantor Divisi I dan MRC Kantor Divisi I Kantor Divisi I dan MRC Kantor dan blok gambut Divisi I Blok gambut Div. I J011 Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Besar PSE Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I Kantor Divisi I 67
Lampiran 4. P Peta Teluk Siakk Estate 2011 - 22012 PETA TELUK K SIAK ESTAT TE
AKTUAL HA
KELOMPOK AREAL (DALAM M HA) Div.I I. AREAL YANG DIUSAHAKAN A. AREAL YANG DITANAM 1. TANAMAN MENGHASILKAN Tahun Tanam 1994 Tahun Tanam 1995 Tahun Tanam 1996 Tahun Tanam 1997 Tahun Tanam 1998 Tahun Tanam 1999 Tahun Tanam 2000 Tahun Tanam 2001 Tahun Tanam 2003 Tahun Tanam 2004 Sub Total TM M: 2. TANAMAN BELUM MENGHASILKAN N Tahun Tanam 2008 Tahun Tanam 2011 M: Sub Total TBM TOTAL AREAL TANAMAN (TM+TBM) ( 3. TANAMAN BARRU TOTAL AREAL YANG DITANAM (TTM+TBM+TB)
Div..II
67.70 256.54 227.37 358.26 -
5331.74 4444.03 -
Div.III
176.91 211.83 194.19 69.87 35.43 118.24 76.67
TOTAL
531.74 67.70 877.48 439.20 552.46 69.87 35.43 118.24 76.67
-
-
51.42
51.42
909.87
9775.76
934.57
2,820.20
29.00
29.00 30.00
3 30.00 29.00 938.87 938.87
330.00 1,0005.76 1,0005.76
934.57 934.57
59.00 2,879.20 2,879.20
938.87
1,0005.76
934.57
2,879.20
6.58 25.71 32.29
2 20.90 115.81 2 27.72 1 17.49 6 61.02
8.66 27.49 87.42 123.57
20.90 31.05 80.91 104.91 216.88
971.16
1,0887.68
1,058.14
3,116.98
92.00 92.00 1,063.16
2 29.00 2 29.00 1,1116.68
83.22 83.22 1,141.36
204.22 204.22 3,321.20
971.16 92.00
1,0887.68 2 29.00
1,058.14 83.22
3,116.98 204.22
1,063.16
1,1116.68
1,141.36
3,321.20
B. PEMBUKAAN LAHAN (LC) 1. Rencana LC 2. LC dalam proses Sub Total LCC : TOTAL AREAL DITANAM + LC C. BIBITAN D. PABRIK E. AREAL PRASARANA 1. Emplasment/ Pondok 2. Jalan, Jembatan dan Parit,Pingggiran Sungai 3. Lain-lain Konservasi Sub Total Prasarana : F. BUKIT, SUNGAI dan LEMBAH TOTAL I II. AREAL MUNGKIN BISA DITANAM (EXTEN NTION) G. Cadangan H. Okupasi I. Tanah Desa / Pemda TOTAL II GRAND TOTAL AREAL (I + II) RINGKASAN I. AREAL DIUSAHAKAN II. AREAL MUNGKIN BISA DITANAM LUAS AREAL SELURUH
68
69
Lampiran 5. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Teluk Siak Estate Lima Periode Terakhir BULAN Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Total Rata-rata Keterangan:
Q
2007/2008 HH MM 18 266 8 235 19 565 19 339 6 24 7 108 8 81 9 115 10 323 12 211 11 267 16 209 143 2 743 11.92 228.60
2008/2009 HH MM 11 166 12 157 21 214 17 296 13 223 4 78 4 88 17 201 13 196 18 176 16 173 22 459 168 2 425 14.00 202.10
TAHUN 2009/2010 HH MM 20 236 10 189 19 280 8 153 14 295 7 136 14 230 14 233 14 256 14 262 16 160 8 179 158 2 609 13.17 217.42
2010/2011 HH MM 14 230 14 233 14 256 14 262 16 160 8 179 18 202 6 86 14 124 15 141 7 110 7 65 147 2 048 12.25 170.67
2011/2012 HH MM 6 167 7 170 6 197 19 317 19 292 20 286 6 100 15 154 14 208 22 194 13 121 6 69 153 2 275 14.00 207.00
Bulan Kering (BK) = MM < 60 mm, Bulan Lembab (BL) = MM 60 – 100 mm, Bulan Basah (BB) = MM > 100 mm
Rata-rata BK x 100% Rata-rata BB
1+0+0+0+0 x 100% 10+10+12+10+10
1 = 1.923 % 52
Menurut Schmid Ferguson, tipe iklim Teluk Siak Estate termasuk kelas A (sangat basah) 69
Lampiran 6. Struktur Organisasi Teluk Siak Estate
70
Lampiran 7. Rotasi Panen Divisi I Tiga Bulan Terakhir Field Seksi
A 178 B 141 C 146 D 186 E 118 F 142
Blok
TT
Ha
G007 G008 G009 G010 H011 H010 H007 H008
97 97 98 96 98 97 97 96
30,85 49,66 37,48 59,72 51,66 88,92 58,84 87,14
H009 I012 I011 J011 I010 I009 J010
96 95 98 96 98 98 98
A 178 B 141 C 146 D 186 E 118 F 142
Harvesting Date - Februari 2012 1
3 2
5 4
7 6
9 8
11 10
13 12
15 14
17 16
19 18
21 20
23 22
25 24
27 26
29 28
5 4 4 3 1 6 4
6 5 5 4 2 2 5
1 5 6 5 3 3 6
2 2 6 6 4 4 7
3 3 2 1 5 5 1
4 4 3 2 6 6 2
5 5 4 3 1 7 3
6 6 5 4 2 7 4
7 7 6 5 3 2 5
8 7 7 6 4 3 6
1 7 8 7 5 4 7
2 3 1 8 6 5 7
3 4 2 8 6 6 7
4 5 3 2 6 7 3
5 6 4 3 3 8 4
6 7 5 4 4 8 5
1 8 6 5 5 2 6
2 1 6 6 6 3 6
3 2 2 6 7 4 2
4 3 3 6 8 5 3
5 4 4 3 8 6 4
6 5 5 4 2 6 5
7 6 6 5 3 2 6
1 6 7 6 4 3 7
2 2 7 7 5 4 1
3 3 2 7 6 5 2
4 4 3 2 7 6 3
5 5 4 3 1 7 4
6 6 5 4 2 8 5
78,48 67,70 39,50 64,53 53,77 86,81 54,82
3 8 7 6 7 5 4 6
4 1 7 7 7 6 5 7
5 2 2 7 2 7 6 7
6 3 3 2 3 7 7 7
7 4 4 3 4 2 1 3
7 5 5 4 5 3 2 4
7 6 6 5 6 4 3 5
3 6 7 6 7 5 4 6
4 2 7 7 7 6 5 7
5 3 7 8 2 7 6 8
6 4 3 1 3 8 7 8
7 5 4 2 4 1 8 2
8 6 5 3 5 2 1 3
8 7 6 4 6 3 2 4
8 7 7 5 7 4 3 5
3 7 8 6 7 5 4 6
4 3 8 7 2 6 5 7
5 4 2 1 3 6 6 7
6 5 3 2 4 2 1 2
1 6 4 3 5 3 2 3
2 7 5 4 6 4 3 4
3 1 5 5 6 5 4 5
4 2 2 5 6 6 5 6
5 3 3 2 3 6 6 1
6 4 4 3 4 2 6 2
7 5 5 4 5 3 2 3
1 5 6 5 6 4 3 4
2 1 6 6 6 5 4 5
3 2 2 1 2 5 5 6
4 3 3 2 3 2 5 1
Bulan lalu
1
Blok
TT
Ha
G007 G008 G009 G010 H011 H010
97 97 98 96 98 97
30,85 49,66 37,48 59,72 51,66 88,92
H007 H008 H009 I012 I011 J011 I010 I009
97 96 96 95 98 96 98 98
58,84 87,14 78,48 67,70 39,50 64,53 53,77 86,81
J010
98
54,82
31 30
4 3 3 2 6 6 3
Field Seksi
Bulan lalu
Harvesting Date – Maret 2012 3 2
5 4
7 6
9 8
11 10
13 12
15 14
17 16
19 18
21 20
23 22
25 24
27 26
29 28
31 30
6 6 5 4
1 7 6 5
2 1 6 6
3 2 2 6
4 3 3 2
5 4 4 3
6 5 5 4
1 6 6 5
2 6 7 6
3 2 1 7
4 3 2 7
5 4 3 2
6 5 4 3
7 6 5 4
8 7 6 5
1 8 7 6
2 8 8 7
3 2 8 8
4 3 2 8
5 4 3 2
6 5 4 3
7 6 5 4
1 7 6 5
2 1 7 6
3 2 1 7
4 3 2 1
5 4 3 2
6 5 4 3
7 6 5 4
1 7 6 5
2 1 7 6
3 2 1 6
2 8 5 4 3 3 2 3
3 1 1 4 4 4 3 4
4 2 2 2 1 4 4 5
5 3 3 3 2 2 4 5
1 4 4 4 3 3 2 2
2 5 5 5 4 4 3 3
3 5 5 6 5 5 4 4
4 2 2 6 6 6 5 5
5 3 3 2 6 7 6 6
6 4 4 3 2 7 7 6
7 5 5 4 3 2 1 2
7 6 6 5 4 3 2 3
7 7 7 6 5 4 3 4
3 8 7 7 6 5 4 5
4 8 2 7 7 6 5 6
5 2 3 2 7 7 6 6
6 3 4 3 2 7 7 2
7 4 5 4 3 2 1 3
8 5 6 5 4 3 2 4
8 6 6 6 5 4 3 5
2 7 2 6 6 5 4 6
3 7 3 2 6 6 5 7
4 2 4 3 2 1 5 7
5 3 5 4 3 2 2 2
6 4 1 5 4 3 3 3
7 5 2 5 4 4 4 4
8 6 3 5 4 5 5 5
1 7 4 3 3 6 6 6
2 7 5 4 4 1 1 6
3 2 6 5 5 2 2 2
4 3 6 6 6 3 3 3
5 4 2 1 6 4 4 4
2 5 1
3 1 2
4 2 3
5 3 4
1 3 4
2 3 4
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
7 8 1
7 9 2
3 1 3
4 2 4
5 3 5
6 4 6
7 5 6
1 5 2
2 5 3
3 3 4
4 4 5
5 5 6
1 5 6
2 5 6
3 3 3
4 4 4
5 5 5
5 6 6
2 6 6
3 2 2
4 3 3
71
Lampiran 7. (Lanjutan) Field
Seksi A 178 B 141 C 146 D 186 E 118 F 142
Blok
TT
Ha
G007 G008 G009 G010 H011
97 97 98 96 98
30,85 49,66 37,48 59,72 51,66
Bulan lalu
Harvesting Date – April 2012 1
3 2
3 2 1 6 5
4 3 2 1 5
5 4 3 2 5
5 4
7 6
9 8
11 10
13 12
15 14
6 5 4 3 3
7 6 5 4 4
1 7 6 5 5
2 7 7 6 6
3 7 8 7 7
4 2 8 8 8
5 3 2 9 9
6 4 3 9 1
7 5 4 2 2
8 6 5 3 3
1 6 6 4 4
17 16
19 18
21 20
23 22
25 24
27 26
2 2 6 5 5
3 3 2 1 6
4 4 3 2 7
5 5 4 3 1
6 6 5 4 2
6 7 6 5 3
2 7 7 6 4
3 2 1 7 5
4 3 2 7 6
5 4 3 2 6
6 5 4 3 2
7 6 5 4 3
1 1 6 5 4
29 28
31 30
2 2 1 6 5
3 3 2 1 6
4 4 3 2 1
5 5 4 3 2
5 4
1 5
2 6
3 3 2 1 2
4 4 3 2 3
5 5 4 3 4
H010
97
88,92
4
5
6
6
6
3
4
5
6
7
8
8
2
3
4
5
6
7
7
2
3
4
5
6
6
2
3
4
H007
97
58,84
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
7
7
3
4
5
6
7
7
2
3
4
5
6
6
2
3
H008
96
87,14
1
2
3
4
5
5
2
3
4
5
6
7
7
7
3
4
5
6
7
7
7
3
4
5
6
7
1
2
H009 I012 I011 J011
96 95 98 96
78,48 67,70 39,50 64,53
6 4 4 4
1 1 5 4
2 2 6 4
3 3 1 3
4 4 2 4
5 5 3 5
1 6 4 6
2 7 5 7
3 1 5 7
4 2 5 7
5 3 3 2
6 4 4 3
7 5 5 4
7 6 6 5
2 7 7 5
3 1 7 5
4 2 7 5
5 3 3 4
6 4 4 5
7 5 5 6
7 6 6 7
2 7 7 7
3 1 8 7
4 2 1 3
5 3 2 4
6 4 3 5
1 5 4 6
2 1 5 1
I010
98
53,77
4
5
6
6
2
3
4
5
6
7
7
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
I009
98
86,81
3
4
5
6
6
2
3
4
5
6
7
7
2
3
4
5
6
7
7
2
3
4
5
6
6
6
3
4
1 5
2 1
3 2
J010
98
54,82
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
6
2
3
4
5
6
7
7
2
3
4
5
6
7
7
2
3
4
5
1
2
72
Lampiran 8. Surat Pengantar Tandan (SPB)
73