MANAJEMEN KUALITAS PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN ANGSANA ESTATE, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN SELATAN
KHAIRIL AZHAR
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Khairil Azhar NIM A24090149
ABSTRAK KHAIRIL AZHAR. Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh EDI SANTOSA. Manajemen kualitas panen sangat menentukan kualitas minyak sawit yang ditandai dengan kandungan ALB yang rendah. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Angsana Estate, Kalimantan Selatan dengan tujuan umum mempelajari upaya perusahaan dalam mempertahankan kualitas panen, serta dengan tujuan khusus mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas minyak sawit. Kegiatan dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari - Juni 2013. Analisis regresi linier dilakukan untuk menduga pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap kenaikan kandungan ALB. Kajian menunjukkan bahwa jumlah janjang kosong/busuk dan buah restan nyata mempengaruhi kandungan ALB. Kenaikan persentase janjang kosong berpengaruh nyata (P value = 0.000) meningkatkan kadar ALB, yaitu kenaikan 1% janjang kosong terolah akan menaikkan ALB sebesar 0.54%. Kenaikan persentase old crop (buah restan lebih dari 2 hari) nyata (P value= 0.030) meningkatkan kandungan ALB. Setiap kenaikan 1% old crop akan meningkatkan ALB sebesar 0.05%. Proporsi buah mentah dan buah under tidak mempengaruhi kandungan ALB, demikian juga pengaruh curah hujan tidak mempengaruhi kandungan ALB. Kata kunci: ALB, buah restan, CPO, janjang kosong, Kalimantan Selatan
ABSTRACT KHAIRIL AZHAR. Harvest Quality Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Angsana Estate, Minamas Plantation, South Kalimantan. Supervised by EDI SANTOSA. Harvest management determines the FFA content of palm oil. Internship program was conducted in Angsana Estate, South Kalimantan in order to study best practice of harvest quality of palm oil. Activity was carried out for 4 months from February to June 2013. Linear regression analysis was used to estimate the effect of fruit quality and rainfall to FFA content. Results showed that the number of empty bunch and restan-bunch significantly affected the FFA content. Increasing 1% of empty bunch significantly (P value = 0.000) increased FFA levels by 0.54%. An increasing in the percentage of restant-fruit 1% (old crop/leftover more than 2 days) (P value = 0.030) increased FFA content by 0.05%. The proportion of unripe fruit and young fruit had not effect to the FFA content, as well as the rainfall did not affect the FFA content. Keywords: FFA, restan-fruit, CPO, empthy bunch, South Kalimantan
MANAJEMEN KUALITAS PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN ANGSANA ESTATE, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN SELATAN
KHAIRIL AZHAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan Nama : Khairil Azhar NIM : A24090149
Disetujui oleh
Dr Ir Edi Santosa, SP MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tulisan ini mengangkat tema manajemen kualitas panen kelapa sawit. Aspek khusus yang diamati adalah pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap kandungan asam lemak bebas (ALB). Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Edi Santosa, SP, MSi atas segala bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam meyelesaikan tugas akhir ini. Rasa penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Puji Sasmito selaku Manajer Kebun Angsana Estate (ASE) dan Bapak Jaka Istiarta selaku Asisten Kepala sekaligus pembimbing lapang beserta seluruh jajaran staf/karyawan atas bantuannya dalam proses kelancaran Magang di Kebun ASE, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Mamak yang sangat penulis cintai beserta seluruh keluarga dan sahabat atas do’a dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan turut memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Bogor, Desember 2013 Khairil Azhar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan magang
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE MAGANG
2
Tempat dan Waktu
2
Pelaksanaan Magang
3
Analisis Data dan Informasi
3
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
5
Keadaan Iklim dan Tanah
5
Keadaan Tanaman dan Produksi
5
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
7
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
7
Aspek Teknis
7
Aspek Manajerial Magang
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Mengelola Standar Kualitas Panen
21
Teknologi Budidaya
25
SIMPULAN DAN SARAN
27
Simpulan
27
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
30
RIWAYAT HIDUP
40
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelas Mutu Buah di Kebun ASE Sumber bibit Kebun ASE Luas areal tanam produksi TBS periode 2008-2012 Herbisida yang digunakan di Kebun ASE Ambang batas pengendalian ulat kantong dan ulat api di Kebun ASE Kualitas kematangan TBS kebun ASE Pengamatan TBS tertinggal di tanaman Divisi II Kebun ASE Pengamatan brondolan tertinggal di Divisi II Kebun ASE Ketersediaan unit pengangkutan buah di Kebun ASE Hasil pendugaan faktor buah bermutu buruk terhadap nilai ALB
4 5 6 11 13 21 22 23 24 26
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Pola grafik sisaan terhadap Y duga jika terdapat heteroskedastisitas Proses pemanenan buah Tim Micron Herby Spraying Kebun Angsana Estate Tanaman inang musuh ulat api Pola penghancakan transportasi buah per mandoran Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga Grafik keterkaitan curah hujan dengan ALB selama periode Januari 2012 -Maret 2013
5 9 11 13 16 26 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Areal statement Kebun ASE Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan Jurnal harian kegiatan magang sebagai mandor Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten divisi II Struktur organisasi Kebun ASE Data curah hujan Kebun ASE periode 2007-2012 Sistem denda Input data FFA dan kualitas buah pada persamaan regresi linier berganda
30 31 32 33 35 36 37 38
PENDAHULUAN Latar Belakang Data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 meunjukkan bahwa luas areal kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 lebih dari 9 juta Ha dan memiliki tren meningkat di setiap tahunnya. Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir ini terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan pengembangan bio-energy sebagai alternatif bahan bakar. Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap produksi CPO di Indonesia, tuntutan masyarakat global semakin meningkat terutama terkait dengan kualitas dan kuantitas produk. Secara umum telah diketahui bahwa kualitas CPO ditentukan oleh kandungan asam lemah bebas (ALB). Tingginya ALB dapat menurunkan kualitas minyak sawit yang dihasilkan terutama munculnya bau tengik, sehingga kandungan ALB dipertahankan pada kisaran 2-3%. Semakin rendah kandungan ALB, maka kualitas CPO semakin baik. Kandungan ALB yang dihasilkan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas pada saat proses pemanenan, pengangkutan dan pengolahan tandan buah segar (TBS). Pemanenan TBS pada kondisi buah over ripe (lewat matang) akan menghasilkan ALB yang tinggi. Panen saat TBS belum matang menghasilkan ALB rendah, tetapi akan dihasilkan rendemen minyak sawit yang rendah sehingga dapat menurunkan produksi (BBPP, 2008). Adanya kerusakan fisik pada TBS akibat proses pemanenan dan pengangkutan akan meningkatkan kandungan ALB, karena dapat merangsang bekerjanya enzim lipase yang dapat menguraikan minyak sawit menjadi ALB (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Aktivitas enzim lipase terhenti ketika dilakukan perebusan. Asam lemak bebas di dalam minyak kelapa sawit termasuk natural free acids. Jika free fatty acid tinggi, maka minyak mudah tengik dan cepat rusak. Oleh karena itu, FFA dijaga agar tetap rendah. Dalam rangka memperoleh CPO yang berkualitas, kajian pengendalian kualitas pada panen TBS sangat penting dilakukan mengingat terdapat keragaman faktor lingkungan, SDM dan manajemen antar kebun dan antar lokasi perkebunan kelapa sawit.
Tujuan Magang Tujuan umum dari magang ini adalah untuk memperluas wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam bekerja secara nyata di perusahaan di berbagai jenjang karir. Tujuan khususnya adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu CPO khususnya kandungan asam lemak bebas dikaitkan dengan manajemen panen buah dan curah hujan.
2
TINJAUAN PUSTAKA Menurut Pardamean (2008) ada beberapa kriteria yang menyebabkan kualitas panen sawit menjadi baik diantaranya kandungan minyak dan tandan maksimal, kandungan asam lemak bebas rendah, biaya panen ekonomis. Berdasarkan uraian di atas, biaya panen menjadi rendah jika yang dipanen buah mentah, karena pengumpulan brondolan mudah dilakukan. Namun, memanen buah mentah tidak dapat “dilaksanakan” karena rendemen minyak lebih rendah. Karena itu, kriteria matang panen ditetapkan 1 brondolan/kg, tergantung areal dan umur tanaman. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir (BBPP, 2008). Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah (BBPP, 2008). Untuk menentukan apakah mutu minyak itu termasuk baik atau tidak diperlukan standard mutu. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu: kandungan air dan kotoran dalam minyak kandungan asam lemak bebas (ALB), warna dan bilangan peroksida (Pasaribu 2004).
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang di laksanakan bulan Februari - Juni 2013 di Kebun Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanahbumbu, Kalimantan Selatan. Kebun Angsana Estate (ASE) secara administratif terletak di desa Bayansari, Kec. Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Lokasi kebun dekat dengan akses jalan provinsi dan perjalanan 4 jam ke kota Banjarmasin. ASE merupakan salah satu unit usaha dari PT Ladangrumpun Suburabadi bersama dengan Gunung Sari Estate (GSE). PT Ladangrumpun Suburabadi dirintis pada tahun 1988 pada areal hutan seluas 5 909 ha. Luas lahan yang dikelola ASE seluas ±3 250 ha dan selebihnya dikelola oleh GSE. Batas areal ASE disajikan pada Lampiran 1, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Hutan Tanaman Industri (HTI), sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sari Estate (GSE), sebelah barat berbatasan dengan PT. Buana Karya Bakti (BKB) dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sebamban. Kebun ASE
3 terletak pada kordinat 3o 38’ 45” – 3o 35’ 39” LS dan 115o 34’ 04” – 115o 38’ 11” BT . Kebun ini secara geografis berada pada ketinggian 15 m di atas permukaan laut dengan temperatur 28-32º C.
Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilakukan pada tiga jenjang karir. Selama satu bulan pertama penulis berperan sebagai Karyawan Harian Lepas (Lampiran 2). Pekerjaan yang dilakukan Karyawan Harian Lepas (KHL) meliputi pengendalian gulma dan HPT (Hama Penyakit Tanaman), pemupukan, dan pemanenan. Selama satu bulan kedua penulis ditempatkan sebagai pendamping mandor (Lampiran 3). Tugas sebagai pendamping mandor adalah mengawasi pekerjaan beberapa KHL agar berjalan sesuai instruksi perusahaan. Selama dua bulan yaitu pada bulan ketiga dan keempat, penulis berperan sebagai pendamping asisten (Lampiran 4). Kegiatan pendaping asisten yakni memimpin seluruh mandor di divisi, membuat perencanaan operasional tahunan, dan sebagai pengambil keputusan di tingkat kebun. Selain bekerja langsug layaknya karyawan perusahaan, mahasiswa juga melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan atau wawancara secara langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan. Data primer yang diambil adalah berondolan dan TBS tertinggal. Sampel diambil dari hancak 6 orang pemanen di 3 blok yang sama yang mewakili 3 kemandoran. Total sampel pengamatan berjumlah 1 171 tanaman dari total populasi 11 520 tanaman. Berondolan yang tertinggal di piringan, pelepah, dan gawangan pada pokok sampel diamati secara langsung. Kemudian berondolan dicatat jumlahnya, dan dihitung rasio berondolan terhadap sampel pokok yang diamati. TBS matang yang tidak terpanen maupun TBS yang terpanen namun tidak diangkut terhitung sebagai buah tertinggal (losses) dan dihitung rasionya terhadap jumlah pokok sampel yang diamati. Data sekunder ALB diambil dari data Oil Quality di Pabrik ASF. Data yang dianalisis adalah data ALB harian selama 4 bulan sejak Januari-April 2013. Data ALB kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda dengan data mutu buah dan curah hujan.
Analisis Data dan Informasi Pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap ALB CPO dianalisis dengan uji regresi linier berganda menggunakan Software Minitab 14. Uji regresi berganda ini dilakukan untuk menduga nilai ALB yang dihasilkan berdasarkan hasil pengukuran pada beberapa kualitas buah yang diolah. Data mutu buah dan ALB yang dianalisis adalah data harian selama 4 bulan sejak bulan Januari hingga April 2013. Sedangkan data curah hujan yang dianalisis adalah data bulanan Januari 2012 hingga Maret 2013.
4 Nilai ALB merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas, yakni kelas mutu buah unripe (X1), under-ripe (X2), empty bunch (X3), dan old crop (X4). Buah restan dikatagorikan sebagai old crop. Model persamaan yang digunakan dalam analisis ALB CPO kelapa sawit sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 Keterangan: Y = persentase ALB (%) β0 = konstanta titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika X=0 (garis Y memotong sumbu X) β1, …, β4 = koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu unit perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap variabel bebas lainnya konstan. X1 = buah mentah (%) X2 = buah under-ripe (%) X3 = janjang kosong (%) X4 = old crop (%) Kelas mutu buah di Kebun Angsana Estate diklasifikasikan menjadi 6 kelompok mutu berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh secara alami ke tanah seperti yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1 Kelas mutu buah di Kebun ASE No. Mutu buah Standar mutu (%) 1. Unripe (Mentah) 0 2.
Under-ripe (kurang matang)
5
3.
Ripe (matang)
95
4.
Empty bunch (janjang kosong)
0
6.
Old Crop
0
Keterangan 0-4 brondolan yang lepas janjang 5-9 brondolan yang lepas janjang ≥10 brondolan yang lepas janjang >95% brondolan lepas janjang Buah restan > 48 jam
Sumber: Vandemecum Minamas
Data yang dianalisis dalam persamaan regresi linier berganda kemudian diuji validasinya. Adapun permasalahan yang sering muncul adalah adanya autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang menyebabkan tidak terpenuhinya asumsi dalam regresi linier berganda. Autokorelasi dapat dideteksi dari nilai Durbin Watson (DW) pada output minitab. Nilai DW kurang dari -2 menunjukkan adanya autokorelasi positif dan jika lebih dari 2 menunjukkan autokorelasi negatif, sedangkan apabila nilai terletak antara -2 ≤ x ≤ 2 maka tidak terdapat autokorelasi (Santoso 2000). Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Batas toleransi yang dapat diterima adalah nilai VIF < 10 pada output minitab. Heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga. Gambar 1 merupakan bentuk grafik apabila terdapat heterokedastisitas.
per per per per
5
Gambar 1 Pola grafik sisaan terhadap Y duga jika terdapat heteroskedastisitas
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Keadaan Iklim dan Tanah Kebun ASE memiliki curah hujan rata-rata tahunan 2 842 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 156 hari/tahun, rata-rata bulan kering 2 bulan dan ratarata bulan basah 10 bulan. Data diambil dari data curah hujan kebun tahun 20072012 (Lampiran 5). Jenis tanah di kebun ASE adalah Oxisol dengan seri tanah MM-18 Pteroferric Hapludox seluas 2 244 ha (71%) dan MM-19 Plinthic Hapludox seluas 903 (29%). Lahan di ASE merupakan lahan yang telah mengalami proses pelapukan lanjut, yang mana proses erosi tanah dan perombakan mineral tanah berlangsung secara intensif dalam kurun waktu yang lama. Kebun ASE memiliki kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai/suitable) sampai kelas S3 (kurang sesuai/ moderatly suitable) dengan kemiringan 0-20%.
Keadaan Tanaman dan Produksi Varietas yang digunakan kebun Angsana Estate adalah tenera. Data sumber bibit kelapa sawit kebun ASE disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Sumber bibit kelapa sawit Kebun ASE No. Sumber bibit Luas lahan (ha) Persentase (%) 1 Marihat (DP) 1 622.53 53.29% 2 Socfindo (DP) 878.27 28.84% 3 Guthrie (DP) 544.06 17.87% Total 3 044.86 100% Sumber: Arsip Perusahaan
6 Total populasi tanaman kelapa sawit di kebun ASE berjumlah 376 141. Tahun tanam yang terdiri atas 7 waktu penanaman yang berbeda, yakni tahun tanam 1996 (630 ha), tahun tanam 1998 (1 623 ha), tahun tanam 1999 (167 ha), tahun tanam 2000 (84 ha), tahun tanam 2006 (326 ha), tahun tanam 2007 (182 ha) dan tahun tanam 2008 (37 ha). Jarak tanam kelapa sawit membentuk segitiga sama sisi dengan jarak per tanaman 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m. Standar populasi per hektar tanaman kelapa sawit adalah 136 tanaman per hektar. Namun rata-rata populasi aktual di kebun ASE berjumlah 124 tanaman/hektar. Hal ini disebabkan oleh ketidakseragaman areal di kebun ASE (jurang, sungai, dan danau) dan adanya tanaman mati. Perkembangan luas areal ditanami dan produksi tandan buah segar (TBS) Kebun ASE tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Luas areal tanam produksi TBS periode 2008-2012 Tahun Tanam
2008
2009
2010
2011
2012
Luas
Produksi
Luas
Produksi
Luas
Produksi
Luas
Produksi
Luas
Produksi
(ha)
(ton)
(ha)
(ton)
(ha)
(ton)
(ha)
(ton)
(ha)
(ton)
1996
630
12 887.6
630
10 546.9
630
14 054.3
630
14 848.8
630
10 699.4
1998
1 599
30 175.4
1 599
24 593.9
1 605
30 810.4
1 623
33 248
1 623
25 994.9
1999
178
2 872.2
178
2 271.4
187
2 727.3
167
2 441.1
167
2008.3
2000
77
1 234.7
77
1 039.8
84
1 176.3
84
1 225.8
84
992.2
2006
-
-
-
-
308
175.1
326
1 665.5
326
3 045.3
2007
-
-
-
-
-
-
182
107.946
182
1 325.8
2008
-
-
-
-
-
-
37
4.730
37
428.1
Total
2 484
47 169.9
2 484
3 048
44 494.7
Produktivitas (Ton/Ha)
18.9
38 452
15.5
2 814
48 943.8
17.4
3 048
53 541.9
17.6
14.6
Sumber: Data Produksi Kebun ASE Periode 2008-2012
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi sebesar 8 717.9 ton dari tahun 2008. Hal ini terjadi karena pada periode 20062007 terjadi defisit air selama 4 bulan, sama halnya pada tahun 2012 terjadi angka penurunan produksi sebesar 9 047.2 ton terhadap tahun 2011. Jika dilihat data historis curah hujan kebun ASE, terjadi defisit air selama 2 bulan sepanjang tahun 2009-2010. Curah hujan sangat mempengaruhi produksi sawit. Hal ini dikarenakan karena sawit sangat membutuhkan air untuk pembentukan bunga betinanya. Sex diferensiasi terjadi 17-25 bulan sebelum antesis dan setelah anthesis membutuhkan waktu 5-6 bulan baru matang panen. Jadi, defisit air pada diferensiasi dan antesis akan mempengaruhi produksi. Oleh sebab itu kebun ASE mengupayakan konservasi air agar “run off” air hujan dapat diminimalkan. Beberapa upaya teknis yang dilakukan kebun ASE dalam mengkonservasi air adalah dengan membuat parit-parit konservasi (conservation pit) pada tanah rendahan dan bergelombang yang mengikuti kemiringan lereng. Jenis-jenis parit yang dibuat adalah silt pit, road side pit, dan long bed. Selain itu dilakukan pula penanaman Nephrolepis biserata, serta aplikasi janjang kosong (JJK).
7 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Sebelum Struktur organisasi yang disertai tugas tanaman dan fungsi (Tupoksi) yang jelas menjadi modal yang sangat penting dalam keberjalanan perusahaan. Kebun ASE dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang bertanggung jawab terhadap General Manager (GM). EM bertugas dalam mengelola seluruh kebun baik administrasi maupun manajerial di lapangan. EM ASE dibantu oleh Asisten/Senior Asisten untuk melaksanakan pengelolaan di lapangan dan seorang Kepala Tata Usaha (KTU) untuk mengelola administrasi kebun (Lampiran 6). Kebun ASE terbagi atas tiga divisi. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang asisten divisi dan senior asisten. Asisten divisi dan senior Asisten bertanggung jawab kepada manajer. Asisten berwenang dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan divisi yang dipimpinnya. Sementara senior asisten bertanggung jawab terhadap divisi, traksi, dan security. Asisten kebun dibantu oleh seorang mandor I dalam melaksanakan pengelolaan teknis di lapangan bersama mandor-mandor lainnya. Kepala Tata Usaha bertanggung jawab terhadap EM dalam mengelola seluruh administrasi dan keuangan di tingkat kebun. KTU dibantu oleh seluruh karyawan administrasi di kantor besar dan krani divisi untuk menjalankan tugasnya. Pengelolaan gudang, mess, kantor, dan sekolah pun berada di bawah koordinasi KTU. Status tenaga kerja di Kebun ASE terbagi atas 2 golongan, yakni staf dan non staf. Karyawan staf langsung diangkat oleh general manager sedangkan karyawan nonstaf diangkat langsung oleh estate manager. Tenaga kerja yang tergolong staf adalah Estate Manager, KTU, Asisten, PSQM, dan Dokter. Tenaga kerja yang termasuk ke dalam golongan non staf adalah karyawan SKU harian dan SKU bulanan. Perbedaan antara SKU harian dengan SKU bulanan adalah sistem pembayarannya. SKU bulanan digaji setiap bulan sementara SKU harian dibayar upah perharinya. Jumlah tenaga kerja staf di kebun ASE adalah 7 orang dan karyawan nonstaf sejumlah 485 orang.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pemanenan Sistem Panen di Kebun Angsana Estate dikenal dengan sistem BHS-DOL2 (Block harvesting System- Division of Labour 2), artinya sistem organisasi panen dengan konsentrasi penuh di seksi tertentu dikerjakan serentak blok demi blok. Kegiatan memotong buah dan mengeluarkan buah ke TPH dikerjakan oleh pemanen (cutter), dan pekerjaan mengutip brondolan dikerjakan oleh pemberondol (picker) seperti yang tersaji dalam Gambar 2. Kegiatan potong buah bertujuan untuk mendapatkan buah dengan mutu panen sesuai standar agar menghasilkan minyak berkualitas tinggi. Buah yang
8 dipanen harus ditentukan yang telah memenuhi standar kematangan minimal (Minimum Ripeness Standard). Minimum Ripeness standard (MRS) adalah kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per janjang di piringan sebelum panen. Jadi, untuk mencari buah matang pemanen tidak perlu melihat ke atas, tetapi cukup memastikan brondolan yang jatuh di piringan. Buah yang dikirim ke pabrik kelapa sawit adalah buah yang berkualitas. Buah unripe dan under-ripe yang terpanen akan menurunkan kandungan minyak, menyebabkan masalah saat proses perebusan dan pemipilan, serta akan meningkatkan rotasi panen. Sementara buah over ripe yang terpanen akan menyebabkan peningkatan rotasi, meningkatkan biaya panen, meningkatkan ALB sehingga menurunkan kualitas minyak. Salah satu poin penting dalam pencapaian output maksimal panen adalah meminimalkan kehilangan (losses). Losses di lapangan dapat berupa brondolan tinggal, buah matang tidak dipanen, buah mentah dipanen, buah atau brondolan dicuri, dan buah restan. Standar yang telah ditetapkan oleh manajemen wajib dipatuhi oleh seluruh karyawan. Manajemen menerapkan sistem reward and punishment. Setiap prestasi kerja yang melebihi basis borong akan diberikan premi dan setiap pelanggaran dikenakan denda. Hal ini dilakukan untuk memicu prestasi kerja karyawan dan memberikan efek jera bagi karyawan yang melanggar peraturan. Sistem premi dan denda di PT Ladangrumpun Suburabadi dapat dilihat dalam Lampiran 7. Kegiatan harian kebun di mulai pukul 06.30, yaitu karyawan mengikuti apel di halaman kantor divisi yang dipimpin oleh seorang mandor. Mandor mengarahkan kerja teknis harian dan menentukan hancak pemanen. Disampaikan pula denda dan premi karyawan hasil perolehan panen hari sebelumnya. Mobilisasi pemanen ada yang menggunakan sepeda motor dan ada yang menggunakan truk angkutan karyawan. Saat mengendarai motor, egrek dipanggul dalam kondisi terbungkus. Tidak dibenarkan membawa egrek dalam keadaan terbuka saat berkendara. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko kecelakaan. Kapak diselipkan di angkong dan ganco berada di atas angkong. Ratarata pemanen tiba di lahan sekitar pk 07.30. Jumlah basis untuk tanaman 1996 adalah 140 TBS sedangkan tanaman 1998 157 TBS. Hancak setiap pemanen adalah 2 pasar rintis per blok (1 Ha) dengan hectare cover 5 Ha. Kriteria matang panen adalah terdapat minimal 5 buah yang membrondol di piringan per tandan. Manajemen pelepah di Kebun ASE tipe songgo 2-3. Secara teknis di lapangan kegiatan pemanenan sebagai berikut: a. Pemanen dan pemberondol mempersiapkan alat-alat b. Pemanen mencari buah matang untuk dipotong, tidak dibenarkan adanya buah matang yang tertinggal di tanaman. c. Setelah buah jatuh, pelepah yang turut terpotong dirapikan membentuk letter U (U shape front stacking) mengelilingi piringan. Pangkal pelepah yang berduri disusun menjauhi pasar rintis. d. Gagang panjang dipotong menggunakan kapak. Tidak dibenarkan memotong gagang buah di TPH untuk menghindari terangkut ke pabrik. e. Pemberondol masuk ke blok untuk mengutip brondolan setelah pemanen selesai memotong buah. Brondolan dikutip hingga bersih.
9 f. Seluruh buah yang dipanen dikeluarkan seluruhnya ke TPH dan disusun kelipatan 5 atau 10 buah perbaris. Kemudian buah diberi kode berdasarkan nomor pemanen menggunakan berondolan pada gagang buah. g. Berondolan ditumpuk di TPH. Setiap tumpuk bobotnya 21 kg setara dengan bobot 3 ember brondolan. Brondolan juga diberi nomor sesuai nomor urut karyawan pemberondol. Denda dikenakan kepada karyawan yang bekerja tidak menaati SOP. Denda kualitas buah meliputi buah mentah, gagang panjang, potongan gagang di TPH, potongan gagang letter V, janjang kosong, under ripe, buah tinggal, brondolan tinggal, pemakaian kait brondolan, pemakaian alas/jaring brondolan, kontaminasi brondolan, susunan standard dan pelepah sengkleh. Setiap kemandoran memiliki tanggung jawab untuk menjaga rotasi tetap normal, yakni 7-9 hari. Oleh sebab itu, setiap mandor harus memastikan tidak ada buah matang yang tertinggal di tanaman. Saat kerapatan buah tinggi dan ada kemandoran yang seksi panennya tertinggal dengan kemandoran yang lain, maka hancak dari kemandoran yang bersangkutan mendapatkan tenaga panen tambahan dari kemandoran lain untuk mempercepat rotasi panennya. a
d
Gambar 2
b
e
c
f
g
Proses pemanenan buah: Potong buah (a) susun pelepah (b) potong gagang (c) angkut TBS ke TPH (d) kutip berondolan (e) susun TBS di TPH (f) kumpulkan berondolan di TPH (g)
Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya tidak diinginkan karena menjadi kompetitor tanaman kelapa sawit dalam memanfaatkan unsur hara dan air. Gulma juga memiliki senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu, kegiatan pengendalian gulma sangat penting. Pengendalian gulma di Kebun ASE dilakukan dengan cara kimiawi dan manual dengan sasaran piringan (circle) dan gawangan (interrow). Tujuan pemberantasan gulma di piringan adalah untuk mengurangi kompetisi unsur hara dan air, mempermudah kontrol panen dan aplikasi pemupukan, serta memudahkan
10 pengutipan berondolan. Sedangkan tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah untuk mengurangi kompetisi unsur hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan, serta menekan populasi hama. Gulma di Kebun ASE sangat beragam yang berasal dari keluarga rumput, daun lebar, dan teki-tekian. Adapun gulma yang banyak ditemukan adalah Ageratum conyzoides L., Chromolaena odorata L, Clidemia hirta L., Cyperus iria L. , Dicranopteris linearis (Burm.f), Imperata cylindrica L., Lantana camara L., Melastoma malabatricum L., Mikania micrantha (Kunth.), Stenochlaena palustris (Burm) dan Tetracera indica (Merr). Pengendalian secara kimiawi menggunakan aplikasi block spraying system (BSS). BSS adalah aplikasi herbisida di lapangan yang terkonsentarasi pada areal tertentu dilakukan secara serentak blok demi blok. Aplikasi BSS sangat efisien karena memudahkan pengawasan dan menghemat biaya transportasi. Tim BSS terdiri dari dua tim khusus yakni, Tim Semprot Kebun (TSK) dan Tim Micron Herby Spraying (MHS) seperti yang tersaji dalam Gambar 3. TSK adalah tim pengendali gulma di gawangan dengan menggunakan alat semprot Knapsack sprayer “RB 15”. RB 15 merupakan alat semprot herbisida bervolume 15 L menggunakan nozel VLV (Very Low Volume) berwarna kuning(100 l/ha) merah (200 l/ha). Kebun ASE memiliki 15 unit alat semprot RB 15. Tenaga kerja TSK berjumlah 18 orang yang seluruhnya perempuan. Sementara tim MHS adalah tim pengendali gulma di piringan, pasar rintis dan TPH dengan alat semprot micron herby sprayer (MHS). Alat semprot MHS ini bervolume 10 L menggunakan atomizer yang berbetuk seperti cakram yang digerakkan oleh motor penggerak (12 volt). Nozel yang digunakan berwarna merah, kuning, dan biru. Tenaga kerja MHS berjumlah 9 orang berstatus tenaga kerja harian yang semuanya perempuan. Volume air yang dibutuhkan tim TSK per hari adalah 1350 L. Sementara air yang dibutuhkan tim MHS adalah 350 L. Pengisian tangki dilakukan oleh sopir pada sore hari di traksi. Bon permintaan herbisida dibuat oleh asisten kordinator BSS setelah mengecek kerapatan gulma areal aplikasi. Pencampuran herbisida dilakukan di gudang sentral sebelum berangkat ke lokasi disaksikan oleh asisten. Karyawan berkumpul di divisi 1 dan 2 untuk dijemput oleh mobil BSS menuju lokasi aplikasi. Setiap karyawan diwajibkan membawa alat pendongkel anak kayu sebagai persiapan jika hari hujan. Setiap hari tenaga kerja ditargetkan menyelesaikan hectare cover yang ditentukan perusahaan. Hectare cover pada hari normal (7 jam kerja) untuk setiap orang karyawan TSK adalah 3 hektar dan setiap orang karyawan MHS 5 hektar. Khusus pada hari jum’at (5 jam kerja), hectare cover TSK adalah 2 hektar/orang dan MHS 3.5 hektar/orang. Namun, prestasi kerja per hari tidak selalu memenuhi target. Hal tersebut tergantung oleh kerapatan gulma, cuaca, dan kondisi alat. Sesampainya di lokasi para karyawan mendapatkan pengarahan singkat dari mandor untuk menentukan hancak. Sistem hancak yang digunakan adalah sistem hancak giring. Setiap karyawan bertanggung jawab menyemprot setengah pasar rintis yang diawali dari rintis tengah terlebih dahulu. Rintis terakhir ditandai dengan bendera berwarna merah. Pengisian herbisida dilakukan oleh seorang karyawan menggunakan selang. Herbisida yang digunakan di kebun ASE dapat dilihat pada Tabel 4.
11 Tabel 4 Herbisida yang digunakan di Kebun ASE Merk Dagang
Bahan Aktif
Daerah Aplikasi
Konsentrasi (%)
Dosis
Gulma Sasaran
Prima Up (L)
Isopropilamina glifosat
Piringan dan gawangan
0.5(gawangan); 2 (piringan)
250 cc/Ha
Rumput dan teki
Starane (L)
fluroksipyr
Piringan
0.06
60 cc/Ha
Kenlon (L)
Triklopir Butoksi Etil
Gawangan
0.13
60 cc/Ha
Gulma berdaun lebar Gulma anak kayu
Metaprima (G)
Metil Metsulfuron
Gawangan
0.17
75 g/Ha
Gulma anak kayu
Metafuron (WP)
Metil Metsulfuron
Gawangan
0.17
75g/ha
Gulma anak kayu
Sumber: Dikonversi dari budget Kebun ASE periode 2012
Tenaga kerja diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja. APD tim BSS adalah seragam khusus semprot (baju dan celana), masker, kaca mata, topi, jaket pelindung, sarung tangan dan sepatu boot seperti yang tersaji dalam Gambar 3.
Gambar 3 Tim Micron Herby Spraying Kebun Angsana Estate Pengendalian gulma secara manual pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat cados, cangkul kecil dengan lebar ±14 cm, dengan cara membongkar gulma hingga ke akarnya. Namun jika kondisi kerapatan gulma sangat tinggi dan semak, maka dilakukan babad (slashing) terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pengendalian secara kimiawi. Pengendalian gulma secara manual terdiri dari pengendalian gulma di piringan dan gulma di gawangan. Pengendalian gulma di gawangan terdiri dari dongkel anak kayu dan dongkel anak sawit.
12 Jumlah tenaga kerja manual termasuk ke dalam tim perawatan berjumlah 7 orang yang kesemuanya perempuan. Status tenaga kerja pengendalian gulma manual adalah SKU harian. Output kerja setiap orang adalah 0.5 HK/Ha. Pengendalian Hama Tanaman Tidak semua hama harus dikendalikan. Hanya hama yang melewati ambang batas ekonomi saja yang dikendalikan. Jumlah populasi hama dikatakan berada di atas ambang ekonomi artinya >5% populasi tanaman terserang. Hama utama yang terdapat di kebun ASE adalah Tikus (Rattus tiomanicus Mill.), kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), ulat api dan ulat kantong. Kebun ASE melakukan pengendalian hama dengan dua cara, yakni secara kimiawi dan secara biologis. Pengendalian tikus secara kimiawi dilakukan dengan aplikasi klerat (Bahan aktif: brodifacoum) dan Sime Ebor Baits (Warfarin) di setiap piringan. Aplikasi klerat dilakukan secara rutin 6 bulan sekali tanpa memperhatikan ada kerusakan atau tidak oleh tikus. Umpan diletakkan di setiap tanaman pada areal piringan dalam 1 baris tiap 2 baris tanaman. Dosis yang diaplikasikan adalah 100 gr/tanaman. Umpan yang hilang diganti pada hari ke-4 selama umpan yang hilang akibat dimakan atau dipindahkan tikus berkurang hingga <20%. Tenaga kerja yang dialokasikan untuk pengendalian hama tikus adalah tanaga kerja perawatan. Prestasi kerja tenaga kerja adalah 10 Ha/HK. Kebun ASE melakukan pengendalian tikus secara biologis dengan mengembangkan musuh alami tikus yakni burung hantu. Burung hantu yang dikembangkan di kebun ASE adalah jenis Tyto alba L. Setiap 1 kandang burung hantu (nest box) mewakili luasan lahan 40 ha. Monitoring terhadap burung hantu dilakukan setiap sebulan sekali. Monitoring dilakukan dengan membersihkan kandang dari kotoran, sarang semut, dan gulma. Total tinggi kandang yang digunakan adalah 6.2 m dengan ukuran kandang 100 cm x 70 cm x 50 cm. Kumbang tanduk dikendalikan dengan tiga cara, yakni dengan cara kimiawi, biologis, dan teknis. Tunggul kelapa sawit atau tanaman lain yang kaya bahan organik merupakan media perkembangbiakan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceroes L.). Pengendalian kumbang tanduk secara teknis dilakukan dengan mengambil larva dan menghancurkan atau memisah sisa-sisa tanaman sawit yang telah tumbang setipis mungkin agar proses dekomposisinya semakin cepat. Selain itu dilakukan pula penanaman LCC (legume cover crop) pada areal TBM maksimal 8-10 bulan setelah replanting untuk mempercepat proses dekomposis sisa-sisa atau tunggul. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan aplikasi feromon. Satu buah Pherotrap (perangkap feromon) efektif digunakan dalam luasan 2 ha. Feromon diganti setiap dua bulan. Feromon kumbang tanduk diaplikasikan bersama perangkap berupa baling-baling dengan panjang 36 cm, sisi melintang 15 cm, dimasukkan ke dalam ember bervolume 15 liter. Investasi berat oleh kumbang tanduk dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida berbahan aktif cipermethrin 5%. Konsentrasi tersebut diperoleh dari 200 ml cipermethrin dilarutkan dalam 10 l air. Namun demikian, ASE belum pernah melakukan aplikasi insektisida karena tingkat populasi hama kumbang tanduk belum melebihi ambang ekonomi.
13 Pengendalian ulat kantong dan ulat api dilakukan jika didapatkan jumlah ulat yang telah berada pada ambang batas. Jenis ulat dan ambang batas yang menyerang kebun ASE dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Ambang batas pengendalian ulat kantong dan ulat api di Kebun ASE
Sumber: Buku Panduan Agronomi Minamas Plantation
Tingkat populasi ulat api dan ulat kantung belum mencapai batas ambang ekonomi, sehingga kebun ASE belum pernah melakukan pengendalian secara kimiawi. Usaha yang dilakukan adalah pencegahan secara biologis yakni dengan menanam tanaman inang musuh ulat api (beneficial plant). Beneficial plant yang ditanam adalah Turnera subulata Sm., Cassia cobanensis (B&R), dan Antigonon leptosus seperti yang tertera pada Gambar 4. Tanaman-tanaman ini telah diketahui sebagai inang parasitoid sebagai musuh alami ulat api dan ulat kantong, yakni Trichogrammatoidea thoseae Nagaraja. Penanaman tanaman inang musuh ulat api dilakukan di pinggir blok di sepanjang main road dan collection road.
a
b
c
Gambar 4 Tanaman inang musuh ulat api: Antigonon leptopus (a) Cassia cobanensis (B&R) (b) Turnera subulata Sm. (c) Pemupukan Kebutuhan pupuk pada tanaman sawit dapat diketahui dari analisi jaringan daun. Kegiatan pengambilan sampel daun ini disebut Leaf Sampling Unit (LSU) yang dilakukan setahun sekali. Kegiatannya yakni mengambil contoh daun dari luasan areal dan tanaman tertentu di areal yang kondisi tanahnya seragam. Alat yang digunakan adalah egrek, gunting, kuas, dan plastik. Kegiatannya dilakukan pagi hari pada interval waktu pukul 07.00-12.00. Jika hari hujan >20 mm, maka LSU ditunda hingga 24 jam berikutnya. Arah penghitungan tanaman pertama adalah Barat-Selatan, yakni tanaman pertama pada baris pertama. Tanaman sampel pertama adalah tanaman ketiga
14 baris ketiga. Tanaman sampel kedua berjarak 10 pohon dari tanaman sampel pertama pada baris yang sama. Tanaman sampel yang berada pada baris berbeda harus berjarak 10 baris dari baris tanaman sampel sebelumnya. Syarat tanaman sampel adalah tanaman yang normal, tidak dekat parit, dan tidak dengan bangunan. Jika menemukan tanaman mati, maka tanaman sampel di geser ke tanaman berikutnya pada baris yang sama. Pada lahan bergelombang seperti jurang dan lembah maka tanaman sampel digeser dua tanaman pada baris yang sama. Daun yang diambil dari tanaman sampel adalah daun ke 17. Daun ke-17 letaknya tepat di bawah daun pertama dan daun ke-9. Daun pertama adalah daun termuda yang anak daunnya telah mekar 90%. Daun ke 9 tepat di bawah daun ke1 agak ke kiri pada tanaman berspiral kanan dan agak kekanan pada tanaman berspiral kiri. Daun ke 17 tepat di bawah daun ke 9 agak ke kiri pada tanaman berspiral kanan dan agak ke kanan pada tanaman berspiral kiri. Pelepah daun ke-17 kemudian diturunkan menggunakan egrek. Kemudian diambil 8 helai anak daun yang berada di tengah pelepah (empat anak daun sebelah kanan dan empat anak daun sebelah kiri). Anak daun kemudian di potong menggunakan gunting kurang lebih 40 cm dan dipisahkan dari lidinya. Daun yang telah terpisah dari lidi kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik dipisahkan antar anak daun kanan dengan anak daun sebelah kiri. Daun tersebut yang akan menjadi bahan analisis hara di laboratorium. Hasil analisis akan melahirkan rekomendasi pemupukan berikutnya. Biaya pemupukan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan sehingga ketelitian dan ketepatan harus diperhatikan. Aplikasi pupuk di lapangan memperhatikan 6 kaidah ketepatan, yakni ketepatan jenis, cara, penyimpanan, waktu aplikasi, tempat, dan dosis. ASE menerapkan sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1-2 hancak perkebun yang dikerjakan serentak blok per blok dengan sasaran pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktifitas lebih tinggi. Sistem ini disebut juga Block Manuring System (BMS). Pupuk yang diaplikasikan di kebun ASE adalah NK blend, Rock Phosphate (RP), Kiesserite dan HGFB. NK blend memiliki kandungan N = 13% dan K= 36%. Pupuk RP mengandung P2O5 sebanyak 28%. HGFB mengandung unsur boron yang merupakan unsur mmikroesensial bagi tanaman.. Kiserite mengandung MgO sejumlah 21% dan sulfur 26%. Dosis NK blend yang diaplikasikan adalah 2.75 kg per tanaman. Pupuk RP 1.5 kg per tanaman, serta pupuk kisserite 1.25 kg per tanaman. Pupuk NK blend diaplikasikan di atas rumpukan pelepah atau di atas tumpukan janjang kosong dengan merata (tidak berumpuk atau menggumpal). Pupuk diaplikasikan membentuk stengah lingkaran pada areal miring dan dekat parit. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan serapan hara dan mengurangi terjadinya kehilangan pupuk melalui aliran permukaan (run off) atau pencucian (leaching). Tenaga kerja pemupukan berjumlah 15 orang berstatus SKU harian. Organisasi pemupukan meliputi mandor pupuk, karyawan angkut pupuk, karyawan pengecer dan karyawan penabur. Setiap hari kerja karyawan berkumpul di kantor divisi untuk diantar ke lokasi pemupukan menggunakan truck. Pemupukan dimulai pukul 07.30 setelah pengecer selesai mengecerkan seluruh pupuk. Pengeceran dilakukan oleh 5 orang dengan menggunakan truck.
15 Sebelum memulai pekerjaan, mandor memberikan pengarahan teknis terkait pembagian hancak dan pengelompokan. Pembagian hancak dan pengelompokan didasarkan dengan jumlah tenaga tersedia dengan jumlah blok yang ditargetkan. Pengeceran pupuk dilakukan di collection road pada tempat penumpukan pupuk sesuai KKP. Karyawan membawa pupuk ke dalam hancak menggunakan ember dan menabur pupuk sesuai dosis per tanaman. Karyawan memulai aplikasi pada pohon ke-8 hingga ke pasar tengah pada 1 pasar rintis. Berdasarkan pengamatan, 1 ember pupuk cukup untuk 16 tanaman. Jadi untuk menghemat waktu mobilisasi tenaga kerja dan memastikan seluruh tanaman mendapatkan pupuk yang cukup, dimulailah pemupukan pada tanaman ke-8. Pengangkutan Buah Pengangkutan sangat terintegrasi dengan kegiatan panen. Semakin lama TBS dievakuasi ke PKS maka kandungan ALB nya akan semakin meningkat. TBS yang dipanen harus segera dievakuasi dari lapang ke pabrik sebelum 24 jam untuk meminimalkan penurunan kualitas Minyak Kelapa Sawit (MKS). Oleh sebab itu prinsip utama dari pengangkutan adalah mengangkut seluruh buah dan berondolan yang terpanen ke pabrik untuk diolah tanpa menyisakan buah restan. Pengangkutan di kebun ASE menggunakan dump truck berjenis PS (kapasitas 5.5 ton) dan Hino (kapasitas 10 ton). Dump truck berjenis Hino berjumlah 3 unit dan PS berjumlah 6 unit Jumlah tersebut adalah kondisi aktual di lapangan. Buah dan brondolan di TPH dihitung oleh krani transpor kemudian diangkut oleh truk. Buah di naikkan ke truk menggunakan tojok. Brondolan dikumpulkan menggunakan penggaruk brondolan dan dimasukkan ke truk menggunakan karung. Batas toleransi berondolan di TPH adalah nol jika ada brondolan yang tertinggal maka pemuat akan di denda. Besar denda yang dikenakan sebesar Rp100/brondolan. Untuk menjaga kualitas hasil dan mengurangi kontaminasi pada CPO, kotoran seperti pasir, gagang TBS, janjang kosong dilarang untuk dimuat. Setelah truk penuh, maka buah langsung di antar ke pabrik. Sebelumnya supir telah diberikan Surat Pengantar Buah (SPB) oleh mandor. Surat ini menjadi syarat agar truk muatan boleh masuk ke pabrik. Sampai di pabrik, truk di timbang bobot keseluruhannya. Penimbangan dilakukan dalam kondisi mesin mati, supir dan penumpang telah turun. Kemudian buah didrop ke loading pabrik setelah itu dilakukan penimbangan truk dalam kondisi kosong untuk memperoleh bobot TBS. Hasil penimbangan bobot buah akan tertera di SPB. Salinan SPB diserahkan ke krani transport untuk direkapitulasi seluruh buah yang terangkut dan buah restan (jika ada) pada hari tersebut. Bobot buah juga menjadi dasar penghitungan premi karyawan. basis pemuat adalah 3 ton/orang pada hari normal dan 2.1 ton/orang pada hari Jumat. Premi karyawan sebesar Rp1 500/ ton untuk premi basis dan Rp6 500/ton untuk premi lebih borong. Pendapatan setiap harinya akan direkap dan dilaporkan di BKM (Buku Kerja Mandor). Pelaksanaan evakuasi buah di kebun ASE berdasarkan kaidah First In First Out (FIFO). Buah yang pertama kali diangkut ke pabrik adalah buah yang pertama kali di panen. Buah yang terlalu lama tidak terangkut akan menurun kualitasnya, buah akan semakin banyak rontok dari tandan, berondolan menjadi kusam bahkan menjadi busuk, serta asam lemak bebas menjadi meningkat. Oleh
16 sebab itu, hancak kendaraan oleh mandor transpor dimulai dari TPH yang terlebih dahulu dipanen. Skema penghancakan unit transpor dalam mengevakuasi buah di TPH dapat dilihat pada Gambar 5. Awal Pengancakan
(Areal Panen - PKS (PP) > 20 Km)
TR. 01
TR. 01
TR. 01
TR. 01
TR. 01
TR. 02
TR. 02
TR. 02
TR. 02
TR. 02
TR. 03
TR. 03
TR. 03
TR. 03
TR. 03
TR. 04
TR. 04
TR. 04
TR. 04
TR. 04
Arah Start Panen
= Unit Transport 01,02, Dst = Arah Putaran Unit Transpor = Tempat Tunggu Kerani Transpor
Gambar 5 Penghancakan transportasi buah per mandoran Aplikasi Palm Oil Mill Efluent (POME) Limbah hasil olahan kelapa sawit terdiri dari limbah padat, cair, dan gas. Limbah cair dan limbah padat pada kelapa sawit tidak dibuang melainkan dikembalikan lagi ke lahan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Limbah padat berupa janjang kosong (JJK). Limbah cairnya berupa Palm oil Mill Effluent (POME). POME yang dihasilkan pabrik ditampung dalam kolam-kolam penampungan dan dialirkan ke blok-blok aplikasi sebagai tambahan unsur hara bagi tanaman. Aplikasi POME memenuhi 2 kriteria yakni jauh dari pemukiman dan jauh dari sungai. Kolam aplikasi limbah di kebun ASE terdapat di blok C008, C009, D008, D009, dan E010. POME dialirkan menggunakan pipa yang terhubung dengan kolam limbah di pabrik. POME yang dialirkan ke lahan mengandung 300-400 BOD/COD. Terdapat 150 kolam dalam setiap hektar land application. Kolam aplikasi limbah di kebun berukuran 6m x 2.4m x 0.4m. Kolam secara rutin dicek keamanannya melalui sumur pantau yang berjarak 2m dari kolam aplikasi limbah. Pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup setempat selalu mengambil sampel POME untuk mengidentifikasi cemaran setiap 6 bulan sekali. Hal ini dilakukan agar aplikasi POME tidak mencemari lingkungan dan ekosistem sekitarnya. Aplikasi Janjang Kosong (JJK) Seluruh divisi di kebun ASE melaksanakan aplikasi janjang kosong. Aplikasi JJK di kebun ASE terdapat di blok A007, A012, C007, C008, C012, C013, D007, D008, D009, D010, D012, dan D013. JJK diangkut menggunakan truck pengangkut dari pabrik menuju ke lokasi dan ditumpahkan di pinggir Collection Road (CR) blok yang akan diaplikasikan. Tumpukan JJK tersebut kemudian disebarkan kepada titik-titik aplikasi di antara baris tanaman sekitar gawangan mati. Penyebaran JJK berbetuk segi empat setinggi satu lapis dari tanah. Hal ini dilakukan untuk menghindari perkembangbiakan kumbang tanduk
17 (Oryctes rhinoceroes L.) di lapisan JJK. Setiap titik aplikasi digunakan 550 kg JJK atau setara dengan 70 ton/ha. JJK disebar dengan menggunakan angkong. Setiap ton JJK setara dengan 5kg Urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, dan 5 kg Kiserite. Selain sebagai pupuk organik, JJK juga berperan dalam konservasi tanah dan air. JJK dapat menyerap dan menahan air agar tidak mudah menguap di musim panas. Air yang tertahan di JJK akan menjaga kelembaban di sekitarnya serta memperbaiki struktur dan biologi tanah. Aplikasi JJK juga dapat mencegah terjadinya erosi dan pencucian hara. Sistem upah aplikasi JJK adalah sistem borongan. Setiap aplikasi tenaga kerja diberikan upah Rp7000/ton. Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Angsana (ASF) 1.
Stasiun Penerimaan Buah Tandan Buah segar yang diangkut dari kebun kemudian ditimbang di jembatan timbang. Jembatan timbang di Pabrik Angsana berkapasitas 40 ton per unit sebanyak 2 unit. Penimbangan dilakukan dua kali, yakni pada saat truk masuk mengantar buah ke loading ramp dan pada saat truk ke luar dalam keadaan kosong. Bobot TBS dihitung berdasarkan selisih antara berat truk berisi TBS dengan berat truck kosong. Truk ditimbang dalam keadaan mesin mati. Hal ini dilakukan karena perangkat elektronik pada jembatan timbang sangat sensitif, termasuk getaran pada saat mesin mobil dihidupkan. TBS yang telah ditimbang kemudian dituang secara langsung dari truk ke loading ramp. Angsana Factory memiliki 3 Loading ramp. Loading ramp adalah penampung buah berkapasitas berupa lantai miring dilengkapi dengan pintu-pintu yang digerakkan secara hidrolik. Kapasitas loading ramp di Pabrik Angsana adalah 210 ton. Masing masing pintu dapat menampung bobot 15 ton TBS. Dalam 1 loading ramp terdapat 14 pintu. Saat pintu terangkat ke atas, buah akan jatuh ke dalam conveyor menuju ke stasiun rebusan (sterilization) untuk diisikan ke dalam lori. 2.
Stasiun Rebusan (Sterilizer) Angsana Estate memiliki 55 lori yang masing-masing berkapasitas 5 ton. Lori yang berisi TBS kemudian dikirim ke perebusan. Buah dimasukkan ke dalam rebusan bersama lori. Proses perebusan dilakukan dalam bejana tertutup rapat dan berbentuk silinder horizontal yang dilengkapi pipa dan katup-katup pemasukan uap, pengeluaran uap, pengeluaran kondensat, pengukuran tekanan, pintu masuk dan keluar serta rail band. Tujuan perebusan adalah untuk memudahkan proses pengolahan berikutnya seperti pemipilan, pelumatan, pengepresan, serta pemisahan fiber dari kernel. Perebusan dilakukan juga untuk menonaktifkan enzim yang dapat menghidrolisis minyak yang meningkatkan asam lemak bebas. Pabrik Angsana memiliki 4 unit rebusan yang dapat menampung 7 lori/unit. Proses perebusan memerlukan suhu 120 – 130 oC dengan tekanan 2.5 – 2.8 kg/cm2 selama 80–90 menit. 3.
Stasiun Pemipilan (Thresser) Buah yang telah matang melalui proses perebusan kemudian dikirim ke alat pemipil. Alat pemipil menggunakan tromol berputar yang turut memutar TBS dengan kecepatan 3-4 rpm. pada saat berada di atas TBS akan jatuh dengan
18 keras menyebabkan buah rontok dari tandannya. Batang-batang besi membentuk kisi-kisi yang berada di dalam alat pemipil memungkinkan brondolan ke luar dari alat pemipil menuju digester melalui broad elevator. Janjang kosong dikirim ke stasiun JJK. 4.
Stasiun Pencacahan (Digester) dan Pengempaan (Pressure) Proses berikutnya berondolan di cacah dan dilumatkan menjadi bubbur menggunakan alat pencacahan. Alat berupa tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah di bagian dalamnya. Pabrik Angsana memiliki 6 unti digester dengan kapasitas 15 ton/ unit. Proses pencacahan menyebabkan brondolan menjadi lumat seperti bubur. Hal ini dimaksudkan agar proses pengempaan (pressure) memiliki hasil yang optimal. Kemudian buah dimasukkan ke dalam mesin pengempa bertekanan 70-80 bar. Tujuan pengempaan adalah mengekstraksi minyak dan memisahkan daging buah dengan bijinya. Mesin pengempaan terletak langsung di bawah digester. Buah yang masuk kemudian didorong oleh screw press ke arah dinding sliding clone sehingga minyak keluar dari bubur buah. Untuk mengurangi kerapatan pada bubur buah ditambahkan air panas dengan temperatur 90oC. Minyak yang dihasilkan pada saat memasuki alat pengempa adalah minyak kasar yang masih mengandung air dan lumpur (sludge). Setelah melalui proses pengempaan, minyak dan fiber kemudian dipisahkan dengan alat vibrating screen. Minyak masuk ke stasiun clarifier, kernel masuk ke stasiun pengolahan kernel, sedangkan fiber yang masih mengandung minyak dikembalikan lagi ke digester untuk diproses kembali. 5.
Stasiun Pemurnian (Clarifier) Di stasiun pemurnian akan dipisahkan minyak dari air dan kotoran untuk menghasilkan CPO berkualitas tinggi. Serabut kasar dan kernel yang melalui vibrating screen akan masuk ke dalam fiber cyclone sedangkan minyak akan ditampung ke dalam Crude Oil Tank (COT). Pada proses ini minyak dipanaskan untuk memperbesar massa jenis sehingga sludge mengendap di dasar tanki. Proses selanjutnya, minyak dikirim ke tangki pengendapan (Continuous Settling tank). Di dalam CST terjadi pemisahan antara minyak dengan sludge. Sludge mengendap ke dasar tangki kemudian dikirim ke sludge tank sedangkan minyak dikirim ke oil tank. Sludge merupakan materi yang masih mengandung minyak sehingga dapat diolah kembali. Sludge kemudian disaring dengan sand cyclone untuk memerangkap pasir dan brush stranner untuk memerangkap serabut (fiber). Sludge kemudian memasuki sludge buffer tank untuk dilakukan proses pengendapan lanjutan. Pasir dan air yang masih terkandung di dalam minyak kemudian dipisahkan di sentrifuge. Hasil dari pemisahan di sentrifuge kemudian di alirkan ke fat pit untuk dialirkan ke kolam penampungan limbah. Sementara sludge yang masih mengandung minyak dikembalikan ke recovery tank untuk dikembalikan ke CST. Minyak yang berada pada oil tank kemudian dikurangi kadar airnya di vacum dryer hingga mencapai 0.15% . Vacum dryer di Pabrik Angsana memiliki kapasitas 15 ton/jam. Hasil akhir dari pengolahan CPO kemudian ditampung di storage tank. Pabrik Angsana memiliki storage tank masing-masing berkapasitas 1500 ton sebanyak 4 unit.
19 Aspek Manajerial Magang Kegiatan magang yang dilakukan di kebun ASE mencakup kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan yang berhubungan dengan aspek manajerial di setiap pekerjaan. Kegiatan yang berhubungan dengan aspek managerial diperoleh saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten. Pendamping Mandor Mandor adalah tenaga kerja non staf yang jabatannya satu tingkat di bawah asisten. Setiap bidang pekerjaan di masing-masing divisi pimpin oleh seorang mandor. Seorang mandor haruslah menguasai fungsi perencanaan, pengarahan, pengawasan, dan evaluasi dari jenis pekerjaan yang dipimpinnya. Mandor yang berada di seluruh divisi dipimpin oleh seorang mandor I. Mandor I merupakan tangan kanan asisten dalam menjalankan seluruh pekerjaan di divisinya. Penulis menjalani kegiatan magang sebagai pendamping mandor selama satu bulan, yakni terhitung sejak tanggal 11 Maret hingga 10 April 2013. Adapun mandor yang diikuti yakni dari jenis pekerjaan panen, semprot, gawangan manual, pupuk, transpor, krani panen, dan krani divisi. Pendamping Mandor Panen dan Krani Panen Penulis menjadi pendamping mandor panen selama 8 hari. Mandor panen membuat taksasi produksi untuk panen berikutnya. Taksasi produksi sangat penting untuk merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan unit transportasi di hari tersebut. Pukul 06.00 pagi seluruh mandor mengikuti apel pagi bersama asisten. Apel pagi membahas tentang evaluasi kerja hari sebelumnya dan rencana kerja harian. Setelah itu mandor apel bersama karyawan mentransfer arahan dari asisten, menghancakkan tenaga kerja, dan mengabsen kehadiran. Pada apel disampaikan pula pendapatan premi karyawan di hari sebelumnya. Hancak tenaga kerja yang telah selesai dipanen kemudian dicek oleh mandor yang dipilih secara acak. Objek yang dicek terutama terkait losses di lapangan, yakni buah tinggal dan berondolan tidak dikutip. Jika ditemukan buah tinggal atau berondolan yang tidak terkutip, tenaga kerja diminta kembali ke hancak tersebut untuk menyelesaikannya pada hari tersebut atau pada keesokan harinya. Penulis juga turut mendampingi krani panen. Kegiatan yang dilakukan selama mendampingi krani panen adalah menghitung jumlah janjang dan berondolan di TPH. Krani panen juga bertugas dalam memisahkan buah mentah, janjang kosong, dan potongan gagang buah dari TPH agar tidak terangkut ke pabrik. Krani juga bertugas memastikan buah di TPH sesuai dengan SOP. Setiap pelanggaran akan dikenakan denda.
Pendamping Perawatan Manual Pendamping mandor perawatan manual. Kegiatan perawatan manual saat mendampingi mandor perawatan adalah membersihkan gulma di piringan sekaligus merapikan rumpukan pelepah. Selain itu tim perawatan manual memiliki tugas mendongkel anak kayu dan merawat jalan. Mandor mengatur
20 penghancakan tenaga kerja, mengawasi kualitas kerja karyawan, dan melaporkan hasil kerja karyawan. Hasil pekerjaan dilaporkan dalam Buku Kerja Mandor (BKM) yang berisi prestasi kerja karyawan dan absensi karyawan. Pendamping Mandor Semprot Mandor semprot di kebun ASE terdiri dari mandor TSK dan mandor MHS. Tim TSK adalah tim semprot kebun yang mengendalikan gulma di gawangan. Sementara tim MHS adalah tim semprot yang bertugas mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH. Kegiatan mendampingi mandor semprot dilakukan oleh penulis sebanyak 3 hari. Selama mendampingi mandor semprot, penulis membantu menghancakkan tenaga kerja, mengawasi pekerjaan, dan menghitung kebutuhan bahan. Pendamping Krani Transpor Selama menjadi pendamping krani transport penulis menghitung buah yang akan dimuat ke dump truck. Jumlah janjang yang terangkut akan dilaporkan ke krani divisi. Selain itu penulis juga membantu dalam mengawasi buah mentah dan empty agar tidak terangkut serta memastikan tidak ada buah dan berondolan tertinggal di TPH. Krani transpor juga memberikan Surat Pengantar Buah kepada supir yang akan mengirim buah ke PKS. Buku Kerja Mandor (BKM) yang berisi absensi karyawan, premi karyawan, dan tonase janjang yang terkirim ke pabrik. Kegiatan mendampingi krani transport dilakukan selama tiga hari. Krani Divisi Selama menjadi krani divisi penulis membantu dalam membuat Rencana Kerja Harian (RKH) dan pengisian System Application Product and Data processing (SAP). RKH berisi tentang rencana seluruh kegiatan pada hari tersebut beserta absensi dan alokasi tenaga kerja. Seluruh laporan kehadiran dan prestasi kerja karyawan langsung diinput secara online ke server kantor Minamas pusat melalui SAP. Pendamping Mandor Pupuk Kegiatan mendampingi mandor pupuk dikerjakan selama tiga hari. Mandor pupuk membawahi karyawan penabur dan pengecer. Mandor memberikan bon permintaan pupuk ke gudang yang dibuat asisten dan disetujui manajer pada sore hari sebelum pemupukan. Seluruh karyawan mengikuti apel pagi yang dipimpin oleh mandor di lokasi pemupukan. Mandor memberikan penghancakan kepada karyawan sesuai jumlah kehadiran dan jumlah pupuk yang diaplikasikan. Seluruh kegiatan akan direkap dalam Buku Kerja Mandor (BKM). Pendamping Asisten Divisi Kegiatan selama menjadi pendamping asisten adalah membuat Rencana Kerja Harian (RKH), mengecek seluruh pekerjaan divisi, membuat rekapitulasi pengendalian hama terpadu 2012-2013, menyiapkan foto seluruh karyawan divisi untuk kartu registrasi. Asisten adalah pemimpin divisi yang bertanggung jawab atas terlaksananya seluruh pekerjaan di divisi. Tugas asisten divisi adalah memimpin
21 apel pagi para mandor pada pukul 06.00 WITA, membuat perencanaan kerja di setiap harinya, memastikan seluruh pekerjaan berjalan dengan baik, serta mengevaluasi hasil kerja hari sebelumnya. Kegiatan sebagai pendamping asisten dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari 11 April hingga 10 Mei 2013. Kegiatan selama menjadi pendamping asisten adalah Mendampingi asisten dalam apel pagi, membuat Rencana Kerja Harian (RKH), mengikuti pelatihan pembibitan, dan mengecek seluruh pekerjaan di divisi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Standar Kulaitas Panen Kriteria Panen Buah yang dipanen harus memenuhi standar kematangan minimal (Minimum Ripeness Standard). Minimum Ripeness standard (MRS) adalah kriteria matang penen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang. Cukup memastikan brondolan yang jatuh di piringan. Jumlah berondolan yang lepas dari janjang akan lebih banyak saat buah jatuh ke tanah (lihat Tabel 1). Kualitas Panen Standar kandungan minyak kelapa sawit (MKS) dan minyak inti kelapa sawit (IKS) di PT Ladangrumpun Suburabadi secara berturut-turut adalah MKS (oil extraction rate) >23.0%, dan IKS (kernel extraction rate) >4.5% dan FFA (free fatty acid) <3.5%. Kualitas panen mempengaruhi kualitas TBS yang secara langsung mempengaruhi kualitas MKS dan IKS. Buah unripe dan under-ripe yang terpanen akan menurunkan kandungan minyak, menyulitkan saat proses perebusan dan pemipilan, serta akan meningkatkan rotasi panen. Sementara itu, buah over ripe yang terpanen menyebabkan peningkatan rotasi, menigkatkan biaya panen dan meningkatkan kandungan ALB. Kualitas panen dibagi menjadi dua yaitu mutu buah dan mutu hancak. Mutu buah sangat menentukan kualitas minyak yang akan dihasilkan. Pengamatan kualitas kematangan buah di divisi II kebun ASE dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kualitas kematangan TBS Kebun ASE Bulan
Jan 2013 Feb 2013 Mar 2013 Apr 2013 Rata-rata
Jumlah sampel TBS 150 146 141 147 146
Unripe (%)
Underripe (%)
0.27 0.22 0.08 0.07 0.16
3.85 3.98 3.58 3.72 3.78
Sumber: Laporan PSQM Bulan Januari - April 2013
Buah matang (%) 93.23 94.71 94.96 94.73 94.16
Janjang kosong (%) 2.66 1.10 1.40 1.48 1.66
Old crop (%) 2.58 0.97 2.16 0.67 1.59
22 Data di atas menunjukkan bahwa rata-rata buah matang yang terpanen adalah 94.16%. Angka tersebut sedikit di bawah standar kebun ASE yakni 95% ripe. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), buah yang dipanen seminggu sebelum titik tepat matang memiliki kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai 73 % dari potensinya. Selain itu, buah yang lewat matang juga akan merugikan karena akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) yang dapat menurunkan kualitas minyak kelapa sawit yang dihasilkan. Menurut Pahan (2012) beberapa faktor penyebab mutu TBS tidak memenuhi standar adalah pemanen yang tidak teliti/disiplin, lemahnya pengawasan, sistem denda yang tidak konsisten diterapkan, rotasi panen yang tinggi, serta kerapatan buah yang rendah. Ketidaktelitian dan ketidakdisiplinan pemanen seharusnya diantisipasi dengan pengawasan yang baik dan penerapan sistem denda yang konsisten oleh mandor. Kualitas panen berikutnya adalah mutu hancak. Mutu hancak yang bagus secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi TBS. Parameter yang diamati dalam pengamatan mutu hancak adalah berondolan tinggal dan buah tinggal. Data pengamatan TBS yang tertinggal di lapangan tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Pengamatan TBS tertinggal di tanaman di Divisi II Kebun ASE Nomor Pemanen
Tanaman sampel (tanaman) 1 192 2 192 3 201 4 198 5 192 6 196 Total 1 171 Unharvesting Bunch (UHB/Palm)
TBS tertinggal di tanaman (TBS) 6 4 1 1 1 0 13
TBS tertinggal di tanaman (%) 3.12 2.08 0.50 0.50 0.52 0.00 0.01
Sumber : Hasil pengamatan (2013)
Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 1 171 sampel tanaman yang diambil dari 6 orang pemanen ditemukan sekitar 0.01 buah tinggal per pohon. Jumlah ini meskipun sangat kecil namun belum memenuhi standar perusahaan yang menetapkan tidak ada buah tinggal di tanaman. Adanya TBS tinggal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketelitian pemanen dalam melihat buah matang, kondisi hancak yang kurang terawat seperti pelepah gondrong, gulma yang tinggi di piringan, atau tanaman yang terlalu tinggi sehingga panjang egrek tidak mampu mencapai buah. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengawasan yang baik oleh mandor. Persiapan tambahan pipa egrek pun harus dilakukan agar buah yang berada pada tanaman tinggi bisa terpotong. Kualitas mutu hancak juga dilihat dari banyaknya jumlah brondolan yang tertinggal. Pengamatan penulis terhadap 6 pemanen terdapat 900 butir berondolan tertinggal di lahan dari total 1 171 tanaman sampel yang diamati. Rata-rata berondolan tinggal per pokok adalah 0.76. Temuan ini menunjukkan bahwa standar perusahan masih belum terpenuhi yakni tidak ada sama sekali berondolan tinggal di lahan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni kekurangtelitian karyawan dan piringan yang tertutupi gulma. Hasil pengamatan brondolan tinggal dapat dilihat pada Tabel 8.
23 Tabel 8 Pengamatan brondolan tertinggal di Divisi II Kebun ASE Pemanen 1 2 3 4 5 6 Total LF/palm
Jumlah tanaman sampel 192 192 201 198 192 196 1 171
Piringan (butir) 225 173 189 127 51 42 807 0.68
Berondolan tinggal Pelepah Gawangan (butir) (butir) 2 10 1 1 5 34 7 19 2 3 0 9 17 76 0.01 0.06
Total (butir) 237 175 228 153 56 51 900 0.76
Sumber : Hasil pengamatan (2013)
Proses pengawasan mandor dan pelaksanaan sistem denda sangat penting dilakukan untuk meminimalkan losses berondolan di lahan. Denda juga dimaksudkan untuk menimbulkan efek jera bagi karyawan untuk tidak mengulangi kesalahan. Krani panen juga harus kritis terhadap rasio jumlah berondolan terhadap janjang panen. Jika jumlah persen berondolan terkutip terlalu sedikit berarti ada kemungkinan terjadi losses di lapangan.
Ketersediaan Tenaga Kerja Kecukupan tenaga kerja menjadi kunci penting agar seluruh buah matang dapat terpanen. Jumlah tenaga kerja memperhitungkan jumlah produksi saat panen puncak. Selain itu, kebutuhan tenaga kerja panen didasarkan pada efisiensi jumlah tenaga kerja dalam menyelesaikan semua seksi panen selama 7-9 hari. Jumlah tenaga kerja panen ideal dihitung berdasarkan rumus berikut: ∑Tenaga Kerja = (Luas lahan/ ha cover per orang selama seminggu) + 10% Sampel yang diambil penulis adalah divisi III Kebun ASE. Divisi III memiliki luas lahan 1 070 ha. Luas Hectar cover setiap orang selama seminggu adalah 16 ha. Jumlah ideal tenaga kerja di divisi III berdasarkan perhitungan adalah 74 orang sementara jumlah tenaga kerja panen aktualnya adalah 60 orang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa divisi III kekurangan 14 orang karyawan pemanen. Kekurangan tenaga kerja tentunya akan berdampak pada penyelesaian seksi panen. Jika seksi panen tidak selesai dalam satu hari maka rotasi panen akan melambat dan buah over ripe akan semakin banyak. Hal tersebut tentu dapat menurunkan kualitas panen TBS. Unit Pengangkutan Ketersediaan unit pengangkutan buah juga menjadi penentu mutu buah yang terolah di PKS. Inti sukses pengangkutan adalah semua TBS dan berondolan yang terpanen berhasil dikirim ke pabrik kurang dari 24 jam dengan jumlah unit pengangkutan yang efisien. Ketersediaan unit pengangkutan buah Kebun ASE dijelaskan pada Tabel 9.
24 Tabel 9 Ketersediaan unit pengangkutan buah di Kebun ASE
Sumber: Arsip Perusahaan
Kebutuhan unit pengangkutan buah kebun ASE didasarkan pada jumlah budget produksi buah selama 1 tahun. Diperkirakan selama periode 2013/2014 produksi buah Kebun ASE berjumlah 65 695 ton. Jumlah ini kemudian dibagi dengan kebutuhan selama sehari dan dibagi lagi dengan kapasitas kendaraan selama sehari diperolehlah 7 unit kendaraan per hari (kolom 8). Jumlah aktual unit pengangkutan di Kebun ASE adalah 9 unit sehingga ketersediaannya masih mencukupi bahkan masih berlebih 2 unit. Kelebihan jumlah ini digunakan untuk mengantisipasi jika ada unit pengangkutan yang rusak atau mengantisipasi panen puncak. Pengawasan Taksasi dan Rotasi Panen Taksasi panen dilakukan oleh mandor panen setiap hari untuk mengetahui angka produksi keesokan harinya. Taksasi produksi dilakukan dengan meghitung jumlah janjang yang masak dibagi dengan jumlah populasi yang diamati. Taksasi penting untuk dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja, peralatan panen dan kebutuhan unit transportasi buah. Rotasi panen sangat mempengaruhi kualitas buah. Kebun Angsana membagi kelas rotasi menjadi 5 kelas rotasi, yaitu: -
Ring 1 (rotasi normal) : 6-9 hari Ring 2 : 10-12 hari Ring 3 : 13-15 hari Ring 4 : 16-20 hari Ring 5 : > 20 hari Setiap kemandoran memiliki tanggung jawab menjaga rotasi tetap normal. Oleh sebab itu setiap mandor harus memastikan tidak ada buah matang yang tertinggal di tanaman. Saat kerapatan buah tinggi dan ada kemandoran yang seksi panennya tertinggal dengan kemandoran yang lain, maka hancak dari kemandoran tersebut mendapatkan tenaga panen tambahan dari kemandoran lain untuk mempercepat rotasi panennya. Rotasi/rotasi panen juga sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas panen. Rotasi dikatakan normal jika kurang dari 9 hari. Jika rotasi lebih dari 9 hari, maka buah menjadi over ripe. Buah over ripe akan memperlambat penyelesaian hancak. Semakin banyak jumlah berondolan maka semakin besar peluang berondolan tidak terkutip. Tingginya jumlah berondolan dapat memperlambat penyelesaian hancak sehingga target penyelesaian seksi panen pada hari itu
25 tertunda. Hal ini akan menyebabkan penyelesaian seksi berikutnya juga ikut tertunda sehingga rotasi panen meningkat. Rotasi panen yang tinggi akan menyebabkan banyak buah over ripe sehingga masalah ini akan terus berulang jika tidak diambil langkah penyelesaian. Kualitas minyak (CPO) juga menjadi rendah disebabkan buah over ripe sehingga memiliki kandungan ALB yang tinggi > 3%, yang dapat menurunkan nilai jual CPO. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), buah yang dipanen seminggu sebelum titik tepat matang memiliki kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai 73 % dari potensinya. Selain itu, buah yang lewat matang juga akan merugikan karena meningkatkan kandungan ALB. ALB yang tinggi dalam CPO dapat menurunkan kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Langkah penyelesaian yang bisa ditempuh manajemen untuk mempercepat rotasi di lapangan adalah dengan mengadakan “kontanan”, memberikan tenaga kerja tambahan, baik tenaga pendorong atau tambahan tenaga pemberondol. Selain itu, kemandoran yang tertinggal dibantu penyelesaian hancaknya oleh kemandoran lain sehingga sistem Block Harvesting System bisa berjalan.
Teknologi Budidaya Pengaruh Mutu Buah terhadap ALB Kebun Angsana Estate memberikan standar kandungan ALB pada CPO yang dihasilkan yaitu <3.5. Menurut Sastrosayono (2003) asam lemak bebas yang tinggi akan menyebabkan minyak mudah membeku pada suhu kamar sehingga menyulitkan dalam proses transportasi minyak. Kandungan ALB yang tinggi akan menghsailkan bau tengik dan rasa yang tidak enak. ALB juga dapat menyebabkan warna gelap dan proses pengkaratan logam (Pahan 2012). Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya, pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB juga rendah (Balitbangtan 2008). Kebun Angsana mengelompokkan kualitas buah yang terkirim ke PKS dengan beberapa kelas mutu. TBS yang akan diolah digrading terlebih dahulu, yakni dengan mengambil 100 TBS sampel dari setiap dump truck. TBS sampel kemudian dikelompokkan sesuai kelas mutu pada Tabel 1 dan dihitung persentasenya. Peramalan pengaruh mutu buah buruk terhadap ALB dapat dijelaskan pada model persamaan berikut dan dirinci pada Tabel 10. %ALB = 2.55 + 0.073 unripe + 0.112 under ripe + 0.536 empty bunch + 0.0529 old crop
26 Tabel 10 Hasil pendugaan faktor buah bermutu buruk terhadap nilai ALB Variabel Unripe (X1) Under-ripe (X2) Empty bunch (X3) Old crop (X4) Intersep Durbin Watson
Koefisien regresi 0.073 0.112 0.536 0.053 2.55 1.006
Nilai signifikansi 0.534 TN 0.192 TN 0.000** 0.030*
VIF 1.1 1.1 1.1 1.0
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5%. **= berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Kenaikan persentase janjang kosong (empty bunch) berpengaruh sangat nyata (P value = 0.000) terhadap kenaikan kadar ALB pada taraf 1%. Kenaikan 1% janjang kosong terolah akan menaikkan ALB sebesar 0.536% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Kenaikan persentase old crop (buah restan lebih dari 2 hari) juga memberikan pengaruh yang nyata (P value= 0.030) terhadap kenaikan ALB pada taraf 5%. Setiap kenaikan 1% old crop akan meningkatkan ALB sebesar 0.05% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Hasil analisis menunjukkan bahwa buah mentah dan buah under quality memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kenaikan ALB. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Djohar et al. (2003) menyimpulkan bahwa pengolahan buah busuk 1% akan meningkatkan kandungan ALB sebesar 0.064%. Hasil analisis regresi linier berganda terhadap pendugaan nilai ALB berdasarkan pengukuran terhadap berbagai mutu buah didapatkan nilai R2 sebesar 27%. Artinya buah berkualitas buruk (unripe, buah under-ripe, empty, dan old crop) berpengaruh sebesar 27% terhadap kenaikan ALB. Sekitar 73% kenaikan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam model. Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga tersaji dalam Gambar 6. Plot Sisaan Y duga 1,0
Sisaan
0,5
0,0
-0,5
3,2
3,4
3,6
3,8 Y Duga
4,0
4,2
4,4
Gambar 6 Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga Grafik di atas tidak membentuk pola heteroskedastisitas seperti yang terdapat pada Gambar 1. Ini menunjukkan asumsi pada persamaan bisa diterima.
27 Faktor selain mutu buah yang diduga berpengaruh besar terhadap kenaikan kadar ALB adalah buah luka. Menurut Mangoensokarjo (2003) asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses hidrolisis lemak oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang juga terdapat dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan mekanik, tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan cepat sehingga membentuk gliserol dan asam lemak bebas. Kandungan asam lemak bebas buah sawit yang baru di panen biasanya < 0.3%. ALB minyak yang diperoleh dari buah yang tetap pada janjang sebelum diolah (dan tidak mengalami memar) tidak pernah melewati 1.2%. ALB berondolan biasanya sekiar 5.0%. Di lain pihak, sangat jarang diperoleh ALB di bawah 2% pada CPO hasil produksi PKS, biasanya sekitar 3%. Buah yang mengalami pelukaan atau memar akan membawa lebih banyak tanah dan kotoran yang membantu kenaikan ALB oleh kontaminasi mikroorganisme, sekaligus menjadi sumber kontaminasi logam, terutama besi, yang menjadi pro-oksidan proses hidrolisis minyak. Peningkatan kadar ALB pada buah luka/memar dapat mencapai 20 kali lipat dibandingkan kandungan ALB pada buah matang yang baru di panen (PPKS 2003).
Pengaruh Curah Hujan terhadap ALB Curah hujan dapat berdampak positif dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit di sutu areal. Akan tetapi, curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan operasional panen dan pengangkutan. Hubungan antara curah hujan dengan kandungan ALB dapat dilihat pada grafik berikut. ALB (%)
CH (mm)
Gambar 7 Grafik keterkaitan curah hujan dengan ALB selama periode Januari 2012-Maret 2013 Hasil analisis regresi menunjukkan nilai signifikansi 0.803 yang artinya curah hujan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ALB. Curah hujan berdasarkan nilai R2 hanya berpengaruh 0.5% terhadap ALB. Analisis sebelumnya
28 yang dilakukan oleh Aulia (2009) juga menghasilkan pengaruh curah hujan yang tidak nyata terhadap peningkatan kadar ALB. Curah hujan berpengaruh secara tidak langsung terhadap kenaikan asam lemak bebas. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan pemanenan dan pengangkutan. Terhambatnya kegiatan panen dan pengangkutan dapat menyebabkan berkurangnya output pemanen dan keterlambatan pengiriman buah ke PKS. Keterlambatan pengiriman akan meningkatkan persentase buah restan yang akan berdampak pada kenaikan ALB. Hari hujan juga dapat menyebabkan potensi loose fruit yang tinggi dan akan berdampak pada rotasi panen yang tinggi pula. Curah hujan yang tinggi juga berpotensi membuat main road dan collection road menuju PKS menjadi rusak. Jalanan yang rusak akan membuat perjalanan truk pengangkut buah penuh goncangan dan membuat TBS menjadi memar/luka. Menurut Pahan (2012), pembentukan asam lemak bebas juga dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan TBS yang diolah mengandung kadar air air yang tinggi sehingga perkembangbiakan mikroorganisme penghidrolisis minyak menjadi tinggi. Oleh sebab itu, Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) menyatakan bahwa salah satu cara menekan laju peningkatan ALB adalah dengan menurunkan kadar air hingga 0.8% untuk menekan laju perkembangbiakan mikroba.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang di kebun ASE sangat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengalaman penulis, terutama yang berhubungan dengan aspek teknis dan manajerial di perusahaan perkebunan kelapa sawit. Wawasan dan pengalaman selama magang diperoleh dari praktek langsung di setiap jenjang pekerjaan yang ada di kebun ASE. CPO yang berkualitas dapat diperoleh dengan manajemen panen yang baik. Salah satu indikator CPO berkualitas adalah kandungan ALB yang rendah. Persentase kadar ALB pada CPO salah satunya dipengaruhi oleh mutu buah. Kenaikan persentase janjang kosong (empty bunch) berpengaruh sangat nyata terhadap kenaikan kadar ALB. Kenaikan 1% janjang kosong terolah akan menaikkan ALB sebesar 0.536% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Kenaikan persentase old crop (buah restan lebih dari 2 hari) juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap kenaikan ALB. Setiap kenaikan 1% old crop akan meningkatkan ALB sebesar 0.05% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Hasil analisis menunjukkan bahwa buah mentah dan buah under ripe memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kenaikan ALB. Hasil analisis menunjukkan bahwa curah hujan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan kandungan ALB. Namun, dalam hal ini curah hujan tetap memiliki kontribusi secara tidak langsung terhadap kenaikan ALB karena dapat mempengaruhi kegiatan teknis pemanenan dan proses evakuasi buah menuju PKS.
29 Saran Penerapan denda dan pengawasan terhadap proses pengangkutan lebih ditingkatkan agar buah yang berkualitas buruk terangkut ke PKS dapat diminimalisasi. Selanjutnya, perlu dilakukan analisis pengaruh memar/pelukaan mekanis dan berondolan busuk terhadap kenaikan kadar ALB. Kulitas panen di Kebun ASE juga masih dapat ditingkatkan dengan mencukupi kebutuhan tenaga kerja di tiap divisi.
DAFTAR PUSTAKA Aulia, A. 2009. Pengelolaan panen kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) kaitannya dengan kandungan Asam Lemak Bebas di PT JAW (BSP grup), Sarolangun, Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BBPP] Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Agro Inovasi. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 21 hal. Ditjetbun. 2013. Luas Areal Perkebunan Angka Estimasi Tahun 2013. Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Jakarta. [terhubungberkala] http://ditjenbun.deptan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Luas_Areal_Estimas i_2013.pdf . Tanggal akses: 04 Desember 2012. Djohar S, Tanjung H, Cahyadi ER. 2003. Building a competitive advantage on CPO through supply chain management: a case study in PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari, Riau [Internet]. JMA.1(1):20-23.[diunduh pada 2013 September 13]. Tersedia pada: http://jma.mb.ipb.ac.id. Fiantis, D. 2004. Evaluasi kesesuaian lahan untuk kelapa sawit pada tanah vulkanik, Kabupaten Pasaman Barat di Sumatra Barat. Jurnal Stigma XII (3) Hal : 19 - 21. Mangoensoekarjo S, Semangun, H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 226 hal Pasaribu, N. 2004. Minyak buah kelapa sawit. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam. Universitas Sumatera utara. Hal [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. P. 4-5. (Ed) Lalang B, Donald S, Sunardi Adiputra. Pabrik Kelapa Sawit. Medan. Santoso S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo Walpole, RE. 1982. Pengantar Statistika Ed ke-3. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: MacMillan Publishing Co. Inc.
30 Lampiran 1 Areal Statement Kebun ASE Hutan Tanaman Industri (Perbatasan bagian Utara)
Sungai Sebamban (Perbatasan bagian Timur)
Gunung Sari Estate (Perbatasan bagian Selatan)
31 Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan Tanggal
Uraian Kegiatan
11 Feb 12 Feb 13 Feb
Tiba di lokasi Orientasi kebun Pemanenan (mengutip brondolan) Pemanenan
14 Feb 15 Feb 16 Feb 17 Feb 18 Feb 19 Feb 20 Feb 21 Feb 22 Feb 23 Feb 24 Feb 25 Feb 26 Feb 27 Feb 28 Feb 1 Mar 2 Mar 3 Mar 4 Mar 5 Mar 6 Mar
7 Mar
8 Mar
9 Mar 10 Mar
Pemupukan Pemupukan Libur Tim Semprot Kebun Tim Semprot Kebun Sensus generatif Sensus generatif Tim Semprot Kebun (TSK) Micron Herby Spraying Libur Micron Herby Spraying Pemanenan Pemanenan Pemanenan Transportasi buah Pemanenan Libur Pemanenan Pemanenan Survey tanah dan topografi lahan Pemanenan TBS dan demonstrasi SOP membawa egrek Manajemen aplikasi POME di lapangan Manajemen POME di pabrik Libur
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis Karyawan Standar 2 Ha 5 Ha 5 Ha
Lokasi
-
4 Ha
5 Ha
-
750 kg 750 kg
750 kg 750 kg
E013 E014 (96) C27-C28 C28-C29
-
8 kep
12 kep
C007
1 kep
7 kep
12 kep
C007
1 plot 1 plot 1 kep
20 plot 20 plot 10 kep
12 kep
A015 A015 C010
-
9 kep
12 kep
D007
1 kep
7 cap
6 kep
B010
-
4Ha 5 Ha 4 Ha 24 ton
5 ha 5 Ha 5 Ha 3 ton
E010-E011 E011 E012 (96) E014-E015 E015-E016
7 TBS
4 Ha
5 Ha
E016-E017
4 TBS 5 TBS 2 Ha
4 Ha 4Ha 5 Ha
5 Ha 5 Ha 5 Ha
D016-D015 D014-D013
3 TBS
5 Ha
5 Ha
E011-E012
-
-
-
D009
-
-
Angsana Factory
-
Perumahan Staf Divisi II E011 E012 (96) D013 (98
Keterangan
32 Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai mandor Tanggal
11 Mar 12 Mar 13 Mar 14 Mar 15 Mar 16 Mar 17 Mar 18 Mar 19-20 Mar 21 Mar 22 Mar
23 Mar 24 Mar 25-27 Mar
Uraian Kegiatan
Mendampingi mandor panen Libur Mendampingi mandor panen Sensus vegetatif Mendampingi mandor panen Mendampingi krani panen Libur Mendampingi mandor panen Mendampingi mandor transportasi Konservasi Tanah dan air Mendampingi mandor transportasi Mendampingi krani panen Libur Mendampingi mandor pupuk
Prestasi Kerja Jumlah Luas lahan KHL yang yang diawasi diawasi (Ha) 20 orang 50 ha
Lokasi Lama kegiatan 7 jam
E015
E016E017 A015
Paraf Pembimbing Lapang
Keterangan
20 orang
50 Ha
6 jam
-
2 plot
6 jam
10 orang
50 ha
6 jam
-
-
6 jam
-
-
7 jam
C30-C27
12 orang; 10 orang
-
7 jam; 7 jam
C32-C33; C34-C36
7 orang
-
6 jam
C25
12 orang
-
7 jam
C36-38
-
-
6,5 jam
C26-C30
7 orang; 8 orang; 9 orang 20 orang
30 Ha; 30 Ha; 30 Ha 80 Ha
7 jam; 7 jam; 7 jam 7 jam
B026; B27; B28-B29; D29-32
Pupuk Rock Posphate
20 orang
80 Ha
7 jam
D32-D35
Sawit besar (tahun tanam 1996)
14 orang; 14 orang
28 Ha; 28 Ha
7 jam; 6.5 jam
B35- B34; B34-B33
Sawit kecil (tahun tanam 2006)
D016D015 D015D014
28 Mar
Pendamping mandor panen
29 Mar 30 Mar
Libur Pendamping mandor panen
31 Mar 1-2 Apr
Libur Pendamping mandor panen
3 Apr
Pendamping krani divisi
-
-
7 jam
4-6 Apr
Mendampingi mandor tim BSS
8 orang; 10 orang; 8 orang;
4 Ha; 50 Ha; 60 Ha;
6.5 jam; 7 jam; 7 jam
Kantor divisi dan kantor besar B20; C009; C009
7 Apr 8-9 Apr
Libur Mendampingi krani panen ke kebun bonati
-
30 ha; 30 ha
8; 8
P018; P018
10 Apr
Mendampingi mandor I
18 orang
60 ha
5
B25; A21
Penjelasan dari asisten kepala
Sawit besar (tahun tanam 1996)
Kegiatan penyemprotan diganti dengan pengendalian manual karena hari hujan (4 Apr)
33 Lampiran 4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten Divisi I Presatasi Kerja Penulis Tanggal
11 Apr
12 Apr
13 Apr 14 Apr 15 Apr 16 Apr
Uraian Kegiatan
Pengecekan buah dan brondolan tinggal di TPH, anak kayu dan kentosan Pengecekan pemangkasan pelepah pinggir jalan, brondolan dan buah tinggal di TPH Pengamatan mutu buah di TPH Libur Mengikuti demo sensus vegetatif dari tim riset kebun
18 Apr
Pengecekan mutu buah di TPH Pengadaan G Bag, Pengecekan panen, perbaikan jalan utama, penggalian parit, pendongkelan kentosan, dan hasil semprot Pengecekan hancak panen
19-20 Apr
Pengecekan Mutu Buah
21 Apr 22 -23 Apr 24 Apr
Libur Supervisi dengan Dosen Cek tim BSS Pengecekan mutu buah dan mutu hancak panen Pengeceka mutu hancak Persiapan RSPO; Membantu merekap data PHT 2012-2013 Libur Orientasi ASF Grading di PKS Sounding di storage dan Penghitungan FFA di lab
17 Apr
25 Apr 26 Apr 27 Apr 28 Apr 29 Apr 30 Apr 1 Mei 2 Mei
Penghitungan sampel FFA di lab;
3 Mei
Pengambilan sampel CPO di stasiun klarifikasi Kunjungan studi ke stasiun Boiler dan kamar mesin ASF Libur Memmbantu rekap KPI Asisten; Pengecekan berondolan tinggal di TPH Pengecekan berondolan restan di TPH; Pengamatan mutu buah di TPH Diskusi pengendalian HPT; Pengamatan mutu buah di TPH Libur
4 Mei
5 Mei 6 Mei
7 Mei
8 Mei 9 Mei 10 Mei
Mengisi BKM; pembuatan PDO; mengisi SAP); Cek kegiatan panen
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)
Luas Areal yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan (jam)
4
240
7
3
240
5
2
30
7
C26-C27
-
-
6
B29-A29
-
-
8
D30-D31
Lokasi
A035-A036, A35-A36, B35-B36, B33-B34 A035-A036, A35-A36, B35-B36, B33-B34
Traksi, kantor besar, A035A036, A35A36, B35B36, B33B34 Blok D33 Blok D33; D34
3
240
11
1
10
7
1;1
20;20
7;7
1
30
7 jam
A033
3
60
8 jam
C33-C34
3
60
6 jam
C31-C32
-
-
12 jam
Kantor besar
-
-
5 jam 6 jam
ASF ASF
-
-
7 jam
ASF
-
-
7 jam
ASF
-
-
5 jam
ASF
-
-
7 jam
ASF
3
120 Ha
10 jam
A27-A24
2
80 Ha
7 jam
C32-C29
3
120 Ha
8 jam
C28-C25
3
120 ha
5 jam
B27-B28; B25-B26
Paraf Pembimbing Lapang
Keterangan
34
Tanggal
Uraian Kegiatan
11 Mei
Mengecek tim BSS dan hancak panen
12 Mei 13 mei
Libur Latihan Penyusunan PDO, Cek hancak panen, cek tim BSS, cek TLB Pengecekan Hexa dan panen Mengikuti pelatihan pembibitan
14 Mei 15 Mei
Prestasi Kerja Penulis Luas Daerah yang Diawasi (ha)
Jumlah Mandor yang Diawasi
Lama Kegiatan (Jam)
Lokasi
2
60 ha
5 jam
A27
5
150 ha
7 jam
2
90 ha
7 jam
A27; B25; B26; B27; B28 A035
-
-
9 jam
GOR ASE
16 Mei
Administrasi divisi
-
-
8 jam
Kantor divisi dan kantor besar
17 Mei
Pengecekan berondolan tercecer; Pengecekan TSK; pengecekan buah tinggal
5
60 ha
8 jam
A27; A026
18 Mei
Administrasi divisi
-
-
8 jam
Kantor divsi dan kantor besar
19 Mei
Libur
20-24 Mei
Administrasi divisi
-
-
4x8 jam
Kantor divsi dan kantor besar
24 Mei
-
-
8 jam
Kantor divisi; Kantor besar
25-26 Mei
Membantu mempersiapkan foto karyawan untuk kartu registrasi karyawan Libur
27-28 Mei
Administrasi divisi
-
-
2x8 jam
Kantor divsi dan kantor besar
29 Mei
Cek kebersihan dan kenyamanan perumahan karyawan; Cek hancak panen bersama PSQM
30 ha
9 jam
A17
3x 8 jam
Kantor divsi dan kantor besar
30 Mei-1 Jun
Administrasi divisi
02 Juni 03 Juni
Libur Cek hancak panen; Membantu menentukan kebutuhan racun
04-05 Juni
Administrasi Divisi
06 Juni 07 Juni
Libur Menulis Rencana Kerja Harian; Membantu merapikan file asisten
08 Juni
Presentasi hasil magang
09 Juni
Libur
3
-
-
-
3
60 ha
9 jam
D31-D32; Kantor Besar
-
-
2x8 jam
Kantor divsi dan kantor besar
-
-
8 jam
Kantor divsi dan kantor besar
-
8 jam
Kantor divsi dan kantor besar
Paraf Pembimbing Lapang
Keterangan
Lampiran 5 Struktur Organisasi Kebun ASE
Estate Manager
Senior Asisten
Asisten Afdeling
Kepala Tata Usaha
Dokter
Kepala Seksi Kepala Bangunan
Mandor Semprot
Mantri Hama
Mantri Sensus
Mantri Tanaman
Kepala Bengkel
Mandor I
Mandor traksi
Kerani Afdeling
Kerani traksi
Mandor Bibitan
Grading
Mantri Buah
Kantor Besar
Kepala Poliklinik
Kepala Keamanan
Kepala Gudang 35
2 36
Lampiran 6 Data curah hujan Kebun ASE 2007-2012 Bulan
2007/08
2008/09
2009/10
2010/11
2011/12
Rata-rata 5 tahun
2012/13
mm
HH
mm
HH
mm
HH
mm
HH
mm
HH
mm
HH
mm
HH
Juli
478
20
388
16
36
2
468
21
249
6
324
13
461
16
Augustus September
230 122
8 9
466 312
24 9
10 -
1 -
364 320
17 15
4 151
3 9
215 181
11 8
131 18
4 3
89
7
375
14
256
7
392
16
88
11
240
11
144
10
November
239
13
196
13
304
12
217
15
233
11
238
13
177
21
Desember
104
15
93
9
376
9
314
16
301
13
238
12
187
20
Januari
130
15
198
11
384
14
302
19
187
18
240
15
159
18
Februari
148
14
148
14
329
13
103
11
130
12
172
13
75
11
Maret
187
15
211
11
478
22
213
21
205
13
259
16
148
19
April
362
19
163
7
500
20
294
20
183
12
300
16
Mei
313
15
177
6
276
22
216
18
84
9
213
14
279 2 681
12 162
78 2 805
3 137
470 3 419
22 144
83 3 286
16 205
203 2 018
223 2 842
14 156
1 500
122
Oktober
Juni TOTAL BB BK Q
16 133
11 10 9 11 9 3 1 Rataan jumlah BK/ Rataan jumlah BB x 100% = 0.8/10 x 100% = 8% (tipe A/sangat basah)
Sumber: Data sekunder Kebun ASE Keterangan: mm (satuan milimeter volume curah hujan); HH (hari hujan); BB (bulan basah > 100 mm); BK (bulan kering < 60 mm); Q (klasifikasi tipe iklim Schmidt-Fergusson untuk komoditas perkebunan); 0 < Q < 14.33 (tipe A/sangat basah); 14.3 < Q < 33.3 (tipe B/basah); 33.3 < Q < 60 (tipe C/ agak basah); 60 < Q < 100 (tipe D/ sedang); 100 < Q < 167 (tipe E/agak kering); 167 < Q < 300 (tipe F/ kering); 300 < Q < 700 (tipe G/sangat kering); Q > 700 (tipe H/ekstrim).
3
Lampiran 7 Sistem Denda di Kebun ASE Jenis Kesalahan Potong buah mentah < 15 berondol/ Jjg di TPH
Kode A0 A
Buah masak tidak dipotong Buah masak dipotong tinggal di hancak Loose Fruit tidak dikutip - pokok - piringan - pasar rintis - TPH Memotong buah tidak sempurna Buah tidak diantrikan/ tidak ditulis Berondolan banyak sampah/ alas karung Berondolan dalam karung utuh/ alas berondolan tidak terangkut Gagang panjang lebar dari 3 cm rata-rata Pelepah tidak disusun pada bagian masing-masing Pelepah sebgkleh Buah busuk/ tidak diketek Tonase hino > 12 ton/rite di (ASE, GSE, MTE, PTE) Tonase hino > 10 ton/rite di (GAE, GKE, LTE, PTE) Tonase PS > 7,5 ton/rite di (ASE, GSE, MTE, PTE) Tonase PS > 5,5 ton/rite di (GAE,GKE, LTE, PTE) Karung/ alas karung tidak dikumpulkan Janjang tinggal di TPH karung/alas karung kosong tercecer janjang kosong terangkut ke PKS Janjang tidak diangkut Over pruning
S1 S2 Fr Fc Fp Fh M Fs Fk G Lt Ls E1 Ka
K1 S3 K2 E2 S4 Op
Kernet
Supir
Karyawan potong buah Rp5000/Jjg Rp500/Jjg Rp5000/Jjg Rp5000/Jjg
Karyawan pengangkut
Pengutip berondolan
Rp5000/Jjg Rp100/Brd Rp100/Brd Rp100/Brd
Rp1000/TPH Rp750/Pkk 250/TPH Rp1000/krg Rp15000/krg Rp250 Rp1.000 Rp750 Rp500 12 ton/rite 10 ton/rite 7,5 ton/rite 5,5 ton/rite Rp3000/krg Rp5000/Jjg Rp3000/krg Rp500/Jjg Rp500/Jjg Rp500/Plph
37
38
Lampiran 8 Input Data FFA dan Kualitas Buah pada Persamaan Regresi Linier Berganda Tanggal 02/01/2013 03/01/2013 04/01/2013 05/01/2013 07/01/2013 08/01/2013 09/01/2013 10/01/2013 11/01/2013 12/01/2013 14/01/2013 15/01/2013 16/01/2013 17/01/2013 18/01/2013 19/01/2013 21/01/2013 22/01/2013 23/01/2013 25/01/2013 26/01/2013 28/01/2013 29/01/2013 30/01/2013 31/01/2013 01/02/2013 02/02/2013 04/02/2013 05/02/2013 06/02/2013 07/02/2013 08/02/2013 09/02/2013 11/02/2013 12/02/2013 13/02/2013 14/02/2013 15/02/2013 16/02/2013 18/02/2013 19/02/2013 20/02/2013 21/02/2013 22/02/2013 23/02/2013 25/02/2013 26/02/2013 27/02/2013 01-Mar-13 02-Mar-13 05-Mar-13 06-Mar-13 07-Mar-13 08-Mar-13 09-Mar-13 11-Mar-13 13-Mar-13 14-Mar-13 15-Mar-13
FFA 4.69 4.78 4.5 4.28 3.8 4.14 4.18 4.86 4.46 4.09 4.18 4.32 3.97 3.77 3.68 3.58 3.49 3.35 3.55 3.84 4.09 4.06 4.52 4.06 3.85 3.76 3.56 3.91 3.5 3.68 4.03 3.81 4.26 4.33 3.25 3.75 3.4 3.94 3.29 3.99 3.93 3.5 3.65 3.6 3.3 3.53 3.95 3.4 3.51 3.42 2.93 3.13 3.39 3.13 3.34 4.04 3.58 3.18 3.58
Unripe 0.93 0.87 0.18 1.07 0.4 0.45 0.32 0.33 0.17 0.86 0.6 0.59 1.07 0.5 0.62 1.07 0.3 0.5 1.31 0.71 0.72 0.22 0 0.09 0.74 0.11 0.42 0.83 0.28 0.64 0.18 0.37 0.15 0.2 0.23 0.04 0.22 0 0.08 0.11 0.48 0.04 0.08 0.11 0.04 0.2 0.48 0.25 0.29 0.33 0.13 0.05 0.17 0.22 0.08 1.32 0.17 0.36 0.2
Under ripe 3.14 3.73 4.54 3.6 3.83 4.24 4.21 4.15 4.45 4.1 4.7 4.86 4.3 4.32 4.21 4.53 4.59 4.67 3.62 4.29 4.96 4.35 4.45 4.78 4.22 5 4.31 3.74 4.4 3.28 3.96 3.44 3.45 3.84 4 3.3 3.37 3.31 4.4 4.19 4 4.4 3.58 4.07 4.67 4.24 4.57 4.63 4.1 3.83 4.25 4.05 4.17 4.57 4.08 3.64 4.23 4.21 4.07
Empty bunch 2.55 2.03 1.36 2.2 2 1.66 1.5 1.48 1.55 1.17 1.53 1.41 1.33 1.29 0.97 0.97 1.56 1.13 1.31 1.68 1.28 1.17 1.85 1.39 1.59 1.15 1.08 1.26 0.96 1.08 0.93 1.07 1.1 0.96 0.73 1.15 0.78 1.23 0.52 0.59 0.85 0.48 0.88 0.85 0.74 0.72 0.52 0.75 0.75 0.67 0.83 1.09 1.21 1.04 0.88 1.28 1.13 0.75 1.23
Old crop 0 0 0 0 0 0 0 0 3.33 0 0 3.33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.17 4.76 4.17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7.41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.17 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 6.67 0
39 Tanggal 16-Mar-13 17-Mar-13 19-Mar-13 20-Mar-13 21-Mar-13 22-Mar-13 23-Mar-13 25-Mar-13 26-Mar-13 27-Mar-13 28-Mar-13 30-Mar-13 01-Apr-13 02-Apr-13 03-Apr-13 04-Apr-13 05-Apr-13 06-Apr-13 08-Apr-13 09-Apr-13 10-Apr-13 11-Apr-13 12-Apr-13 13-Apr-13 15-Apr-13 16-Apr-13 17-Apr-13 18-Apr-13 19-Apr-13 20-Apr-13 22-Apr-13 23-Apr-13 24-Apr-13 25-Apr-13 26-Apr-13 27-Apr-13 29-Apr-13 30-Apr-13
FFA 3.55 3.61 3.39 3.5 3.62 3.23 3.37 3.68 4.18 3.87 3.28 3.16 3.48 4.1 3.24 3.79 3.24 3.42 3.25 3.11 2.92 3.11 3.19 3.42 3.91 3.42 3.39 3.34 3.63 3.95 3.81 3.38 3.49 3.38 3.38 3.39 3.79 3.72
Unripe 0.48 1.17 0.87 0.13 0.68 0.45 0.08 0 0 0.04 0.04 0.27 0.38 0.33 0.38 0.96 0.7 0.25 0.27 0.38 0.3 1.19 0.13 0.06 0.79 0.22 0.25 0.87 0.21 0.76 0.17 0.04 0.24 0.54 0.57 0.8 0.64 0.21
Under ripe 3.52 3.33 3.65 4.3 3.63 3.45 3.32 3.35 3.83 3.79 3.92 3.73 3.71 3.78 4.19 3.65 4.15 3.55 3.33 4.18 3.4 3.19 4.25 4.06 3.21 3.56 4.1 3.5 4 3.62 3.78 3.68 4.32 3.88 4.05 3.72 3.24 4.17
Empty bunch 1.35 1.28 0.7 0.65 1.32 1.14 1.2 0.94 1.04 0.88 1.46 1.47 1.42 1.04 1.19 1.08 0.96 1.55 1.07 1.42 1.1 1 1.19 1.31 1.29 1.5 1.3 0.7 0.79 1.05 1.52 1.29 0.92 1.19 1.33 1.28 1.44 1.04
Old crop 0 5.26 4.17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Tinjowan, sebuah desa di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada tanggal 16 Mei 1990. Penulis adalah anak keempat dari Ayah Zakaria Zain dan Ibu Mahyuni Lubis. Tahun 2008 penulis berhasil menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kisaran. Penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis juga turut aktif dalam berbagai kegiatan di luar akademik selama menjadi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Di bidang organisasi kemahasiswaan penulis pernah diamanahkan menjadi Ketua Umum Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyyah Institut Pertanian Bogor, Ketua Komisi B Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Indonesia (FSLDKI), Kordinator Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus se-IPB (FSLDKIPB), Ketua Departemen Sumber Daya Manusia LDK Al Hurriyyah IPB, dan Anggota club IPB Political School. Pada bidang kompetisi olahraga dan seni penulis pernah meraih juara III lomba tulis puisi dalam ajang IPB Art Contest, juara III lomba tulis puisi se-Jabodetabek dalam ajang Pentas Gema Alunan Syukur (PEGAS), Juara I Bola Voli se-Fakultas Pertanian IPB (SERI-A) dan se-AGH (Agrosportment). Pada bidang kewirausahaan penulis pernah mendapatkan hibah dana dari DIKTI dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan menghasilkan produk Makanan Sehat Jely dari ekstrak daun sirsak, membentuk kelompok usaha mahasiswa “Azharagro” yang bergerak dalam penjualan produk hortikultura. Selain itu, penulis adalah peserta Sime-Darby scholarship program, peserta Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strrategis Nurul Fikri (PPSDMS-NF), Trainer Rumah Peradaban (salah satu penyelenggara training kepemimpinan untuk organisasi kemahasiswaan), aktif menjadi narasumber di berbagai forum kajian, kepanitiaan, dan kegiatan kemahasiswaan lainnya.