MANAJEMEN KEUANGAN DAN KEPUASAN KEUANGAN ISTRI PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA
FITRI APRILIANA HAKIM
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Manajemen Keuangan dan Kepuasan Keuangan Istri pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Fitri Apriliana Hakim NIM I251130136
RINGKASAN FITRI APRILIANA HAKIM. Manajemen Keuangan dan Kepuasan Keuangan Istri pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan TIN HERAWATI. Meningkatnya jumlah wanita yang bekerja menggambarkan semakin meningkatnya kesempatan wanita untuk bekerja di sektor publik. Salah satu faktor yang membuat wanita bekerja adalah untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Namun, keterlibatan wanita dalam lapangan pekerjaan membuat wanita memiliki peran ganda, yaitu peran di sektor publik sebagai pekerja dan peran di sektor domestik sebagai istri dan ibu. Salah satu peran wanita sebagai istri adalah mengelola sumberdaya keluarga untuk mencapai tujuan keluarga. Salah satu sumberdaya yang harus dikelola adalah sumberdaya keuangan. Istri harus melakukan manajemen keuangan keluarga dengan baik agar tercapai kesejahteraan keluarga dan secara pribadi agar mencapai kepuasan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian bersama dengan tema keseimbangan kerjakeluarga dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari – April 2014. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0 – 6 tahun dengan jenis pekerjaan formal atau informal pada keluarga dengan suami istri bekerja. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified nonproporsional random sampling sejumlah 120 orang. Hasil penelitian menunjukkan istri yang bekerja di sektor formal melakukan manajemen keuangan lebih baik sehingga tingkat kepuasan keuangan lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Hal tersebut karena tingkat pendidikan dan pendapadan per kapita istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Tingkat pendidikan istri dan pendapatan per kapita berhubungan positif dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan istri dan pendapatan per kapita, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan. Besar keluarga, usia istri, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan manajemen keuangan. Semakin besar jumlah anggota keluarga, semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Semakin tua istri, semakin lama usia pernikahannya, maka semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa manajemen keuangan berpengaruh terhadap kepuasan keuangan istri. Semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan, maka kepuasan keuangan istri semakin tinggi. Pengetahuan tentang manajemen keuangan perlu diberikan oleh instansi terkait keluarga dan perguruan tinggi kepada keluarga dengan pendapatan dan pendidikan rendah agar mencapai kepuasan keuangan. Kata kunci: keluarga dengan suami istri bekerja, kepuasan keuangan, manajemen keuangan, pekerjaan formal, pekerjaan informal
SUMMARY FITRI APRILIANA HAKIM. Financial Management and Wife’s Financial Satisfaction of Dual Earner Families. Supervised by EUIS SUNARTI and TIN HERAWATI. The increasing of women working illustrated the increasing of opportunities for women working in the public sector. One of factors that make women worked to meet the needs of the family economy. The involvement of women in employment made women have a dual role, in public sector as workers and in domestic sector as wife and mother. One of the roles of women as wives managed resources to achieve family goals. One of the resources that must managed financial resources. Wife had to do with a family financial management in order to achieve well-being of families and wife’s financial satisfaction. The purpose of this study was to analyze financial management and wife's financial satisfaction in dual earner families. The research is part of a joint research with the theme of the work-family balance and parenting environment in dual earner families. The research design was a cross sectional study. Location determination is purposive in Bogor District of West and Central Bogor. Data collected from February until April 2014. Samples in this study were working mothers who have children past the age of 0-6 years with the job type is formal or informal in dual earner familie in Bogor District of West and Central Bogor. Samples of selected non-proportional stratified random sampling with a sample number of 120 people. The result of this study showed that the wife worked in the formal sector make better financial management so that a higher level of financial satisfaction than wives who work in the informal sector. This is because the level of education and per capita income wives who work in the formal sector is higher than the wife who works in the informal sector. The level of wife’s education and per capita income positively correlated with financial management. The higher the level of wife’s education and per capita income made the better financial management. Large families, wife’s age, and length of marriage negatively correlated with financial management. The greater the number of family members made the lower the financial management. The older wife and the longer the age of marriage made the lower the financial management. Financial management and wife’s education had significant positively influenced on wife's financial satisfaction. The better financial management and the higher wife’s education made the higher the wife's financial satisfaction. Knowledge of financial management should be give by the relevant institutions and universities to families with low income and education in order to attain financial satisfaction. Keywords: dual earner family, financial management, financial satisfaction, formal job, informal job
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
MANAJEMEN KEUANGAN DAN KEPUASAN KEUANGAN ISTRI PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA
FITRI APRILIANA HAKIM
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, MSi
Judul Tesis : Manajemen Keuangan dan Kepuasan Keuangan Istri pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Nama : Fitri Apriliana Hakim NIM : I251130136
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Euis Sunarti, MS Ketua
Dr Tin Herawati, SP, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Herien Puspitawati, MSc, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 9 September 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Desember 2013 hingga Agustus 2014 ini adalah keseimbangan kerja-keluarga dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja dengan judul Manajemen Keuangan dan Kepuasan Keuangan Istri pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Euis Sunarti, MS dan Dr Tin Herawati, SP, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian, saran, arahan, dan motivasi kepada penulis, sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih baik. Di samping itu, penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orangtua dan keluarga besar yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi bagi keberhasilan penulisan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami tercinta, atas segala doa, kesabaran, perhatian, motivasi, dan kasih sayangnya yang tidak pernah berhenti. Selain itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada rekan penelitian yaitu Risda Rizkillah dan Fitri Meliani yang senantiasa memberikan saran, masukan, dan motivasi untuk bersama-sama mencapai target penelitian, serta teman-teman IKA ’05 atas saran dan masukan yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014 Fitri Apriliana Hakim
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 1 3 4 5
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Teori Struktur Fungsional Teori Sosial Konflik Teori Gender Karakteristik Pekerjaan Istri Manajemen Manajemen Keuangan Kepuasan Keuangan Penelitian Terdahulu
5 5 6 7 8 8 9 11 13 14
KERANGKA PIKIR
16
METODE Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data
17 17 17 18 20
DEFINISI OPERASIONAL
21
PERBEDAAN MANAJEMEN KEUANGAN DAN KEPUASAN KEUANGAN ISTRI MENURUT JENIS PEKERJAAN PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA 23 Pendahuluan 24 Metode Penelitian 25 Hasil 27 Pembahasan 32 Simpulan 34 PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA DAN MANAJEMEN KEUANGAN TERHADAP KEPUASAN KEUANGAN ISTRI PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA Pendahuluan Metode Penelitian
35 36 37
Hasil Pembahasan Simpulan
40 50 52
PEMBAHASAN UMUM
52
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
56 56 57
DAFTAR PUSTAKA
57
LAMPIRAN
61
RIWAYAT HIDUP
64
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
24.
Penelitian terdahulu Variabel, skala, dan kategori data Hasil uji beda item karakterisitik keluarga berdasarkan jenis pekerjaan Hasil uji beda item karakteristik pekerjaan istri berdasarkan jenis pekerjaan Sebaran contoh (%) berdasarkan jam kerja menurut jenis pekerjaan Hasil uji beda item rataan capaian manajemen keuangan berdasarkan jenis pekerjaan Sebaran contoh (%) berdasarkan kategori capaian manajemen keuangan menurut jenis pekerjaan Sebaran contoh (%) berdasarkan kategori kepuasan keuangan istri menurut jenis pekerjaan Hasil uji beda rataan capaian item kepuasan keuangan berdasarkan jenis pekerjaan Persamaan regresi linear berganda Sebaran rataan karakteristik keluarga Sebaran rataan capaian manajemen keuangan berdasarkan item pernyataan Sebaran contoh berdasarkan kategori capaian manajemen keuangan Sebaran rataan capaian kepuasan keuangan istri berdasarkan item pernyataan Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kepuasan keuangan istri Koefisien korelasi antarvariabel penelitian Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri terhadap manajemen keuangan Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga terhadap manajemen keuangan berdasarkan jenis pekerjaan Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga, jenis pekerjaan istri, dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan Koefisien regresi pengaruh subvariabel manajemen keuangan dan jenis pekerjaan istri terhadap kepuasan keuangan istri Koefisien regresi pengaruh subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga, subvariabel manajemen keuangan, dan jenis pekerjaan istri terhadap kepuasan keuangan istri Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga dan subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan
14 19 27 28 28 29 30 31 31 39 40 41 42 42 43 43 44 45 46 46 47 48
48
49
DAFTAR GAMBAR 1. Sistem keluarga dengan penekanan subsistem manajerial (Deacon dan
Firebaugh 1988) 2. Model manajemen keuangan (Goldsmith 2010) 3. Kerangka pikir penelitian 4. Teknik penarikan contoh istri bekerja di Kota Bogor
10 12 17 18
DAFTAR LAMPIRAN 1. Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia menurut jenis pekerjaan 2. Sebaran contoh berdasarkan kelompok pendidikan menurut jenis
62
pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan menurut jenis pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita per bulan menurut jenis pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga menurut jenis pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan lama pernikahan menurut jenis pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan nilai total aset menurut jenis pekerjaan
62 62
3. 4. 5. 6. 7.
62 63 63 63
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan tingkat modernisasi yang begitu cepat, maka semakin meningkat kesempatan masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi termasuk kaum wanita. Dengan meningkatnya pendidikan wanita dan semakin luasnya kesempatan kerja, maka semakin banyak wanita yang memasuki lapangan pekerjaan. Sesuai data Sakernas, jumlah penduduk yang bekerja selama tiga tahun (2008-2010) cenderung mengalami peningkatan yakni dari 102.01 juta orang pada tahun 2008 menjadi 107.41 juta orang pada tahun 2010. Jika dilihat menurut jenis kelamin, pada tahun 2010 komposisi penduduk yang bekerja dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar daripada perempuan yaitu 61.42 persen dan 38.58 persen. Namun, dari tahun 2008-2010, persentase perempuan yang bekerja mengalami peningkatan sebesar 0.68 persen, sedangkan persentase lakilaki yang bekerja mengalami penurunan sebesar 0.68 persen (Depnakertrans 2012). Angkatan kerja wanita di Kota Bogor pada tahun 2012 sejumlah 134 038 orang, sedangkan wanita yang bekerja sejumlah 121 581 orang (BPS Kota Bogor 2013). Hal tersebut mengindikasikan bahwa kesempatan bekerja untuk wanita terus meningkat, sehingga diprediksi jumlah wanita bekerja akan mengalami peningkatan pada masa mendatang. Hal ini diakibatkan adanya tuntutan ekonomi yang membuat perempuan harus bekerja di luar rumah. Adanya motif ekonomi yaitu untuk pemenuhan kebutuhan keluarga menjadi alasan utama wanita untuk bekerja sehingga wanita harus membagi waktu antara peran domestik dan peran publik (Sunarti et al. 2013). Selain pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, faktor kesempatan kerja juga melandasi wanita untuk bekerja di sektor publik (Sudarwati 2003). Dengan demikian, bekerja dipandang sebagai wujud kontribusi wanita terhadap perekonomian keluarga. Pendapatan suami yang rendah mengakibatkan pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga kurang terpenuhi sehingga mendorong istri untuk berusaha memenuhi kekurangan tersebut dengan bekerja (Nugraheni 2012). Selain itu, jumlah anggota keluarga yang semakin besar dan tingkat pendidikan yang tinggi menjadikan peran wanita semakin besar dalam membantu ekonomi keluarga. Pada tahun 2012, angka sumbangan pendapatan wanita mencapai 34.70 persen atau meningkat sebesar 0.54 persen dari tahun 2011. Hal ini terjadi karena dua faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor angkatan kerja dan upah yang diterima (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2013). Keterlibatan wanita dalam lapangan pekerjaan membuat wanita memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengurus rumah dan mengasuh anak. Sebuah data menunjukkan bahwa pada tahun 2010 rata-rata jam kerja mingguan untuk wanita ialah 37.9 jam per minggu dan wanita yang bekerja lebih dari 40 jam per minggu sebesar 25.9 persen (ILO 2011). Wanita memutuskan bekerja lebih lama untuk meningkatkan pendapatan meraka. Wanita yang bekerja dengan jam kerja lebih pendek (kurang dari 35 jam per minggu) di Jawa Barat pada Agustus 2013 sebesar 10.6 persen (BPS Jawa Barat 2013). Wanita yang memutuskan untuk tetap bekerja tetapi dengan jam kerja yang lebih pendek cenderung memilih pekerjaan di sektor informal, dimana waktu cenderung fleksibel sehingga wanita yang bekerja di
2 sektor informal masih memiliki cukup waktu untuk mengurus rumah dan mengasuh anak. Sebuah data menunjukkan persentase wanita yang bekerja di sektor informal dari tahun 2001-2009 mengalami peningkatan sebesar 3.54 persen (ILO 2010). Pada tahun 2012, wanita yang bekerja baik di sektor formal maupun informal rata-rata upah atau pendapatan bersih yang diterima setiap bulan sebesar Rp1 249 juta, jumlah ini lebih kecil dibandingkan laki-laki yaitu sebesar Rp1 552 juta (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2013). Namun, meski upah yang diterima wanita rendah, masih banyak wanita yang tetap mumutuskan untuk bekerja. Hal ini diduga karena alokasi sumberdaya yang dimiliki keluarga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan standar hidup meraka. Adanya perbedaan jumlah pendapatan dengan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi maka memunculkan kesulitan ekonomi yang dialami keluarga. Kesulitan ekonomi yang terjadi menjadi landasan utama munculnya tekanan ekonomi. Pendapatan yang rendah dan berkurangnya pendapatan juga memberikan efek yang sama pada tekanan ekonomi (Elder et al. 1992). Keluarga dengan pendapatan yang rendah dapat mengurangi tekanan ekonomi dengan mengurangi pengeluaran pangan maupun nonpangan atau menambah pendapatan keluarga dengan pola nafkah ganda. Keluarga dengan pendapatan yang tetap dapat meminimalisir tekanan ekonomi dengan melakukan manajemen keuangan keluarga dengan baik. Manajemen keuangan dapat diawali dengan perencanaan keuangan dalam satu bulan. Namun, tidak semua keluarga membuat perencanaan keuangan, karena perencanaan keuangan dianggap tidak perlu dilakukan dengan asumsi setiap bulan pengeluaran sama atau pendapatan yang diterima tidak menentu. Minat yang mendorong istri membuat perencanaan keuangan keluarga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, kepribadian, pendapatan, dan pola pikir (Yohnson 2004). Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi minatnya untuk membuat perencanaan keuangan keluarga. Tingginya pendidikan juga akan membedakan pengetahuan seseorang tentang keuangan keluarga. Pengetahuan tentang keuangan berhubugan dengan perilaku manajemen keuangan (Titus et al. 1989). Manajemen keuangan yang baik dapat diprediksi dari perilaku dan pengetahuan tentang keuangan (Parrotta dan Johnson 1998). Untuk dapat melakukan manajemen keuangan keluarga yang baik dibutuhkan pengetahuan manajemen keuangan. Setiap keluarga pasti menginginkan kehidupan dengan kondisi keuangan yang mapan, sehingga dibutuhkan manajemen keuangan yang baik. Pentingnya melakukan perencanaan keuangan agar ketika terjadi hal-hal di luar perkiraan, maka keluarga tidak bingung dan dapat menanggulanginya dengan baik. Perencanaan keuangan juga memiliki tujuan, yaitu tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Setiap orang pasti menginginkan kualitas hidup yang baik, sedangkan kualitas hidup yang baik membutuhkan kondisi keuangan yang sehat. Untuk mencapai kondisi yang sehat diperlukan manajemen yang baik. Setelah keluarga melakukan manajemen keuangan keluarga dengan baik, maka keluarga akan merasa puas dengan kondisi keuangan keluarga. Praktek manajemen keuangan berhubungan dengan kepuasan keuangan dan kepuasan karir pekerja (Loilb dan Hira 2005). Ketika seorang istri yang bekerja mampu melakukan manajemen
3 keuangan dengan baik maka istri akan merasa puas dengan keuangannya, namun akan berbeda pada istri yang tidak mampu melakukan manajemen keuangan dengan baik akan tidak puas dengan keuangannya meski pendapatannya tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ingin melihat pengaruh manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja. Perumusan Masalah Kebutuhan hidup yang semakin meningkat membuat keluarga harus membuat pilihan yang sulit, yaitu apakah keluarga harus berhutang, mengurangi pengeluaran, atau menambah pendapatan keluarga dengan pola nafkah ganda. Alasan ekonomi menjadi alasan utama seorang istri memutuskan untuk berperan ganda. Pendapatan suami yang rendah mengakibatkan pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga belum terpenuhi sehingga mendorong istri berusaha memenuhi kekurangan tersebut dengan bekerja (Nugraheni 2012). Selain itu, jumlah anggota keluarga yang semakin besar dan tingkat pendidikan yang tinggi menjadikan peran wanita semakin besar dalam membantu ekonomi keluarga. Namun, dengan istri yang bekerja di area publik, memiliki konsekuensi sendiri, dimana waktu untuk keluarga seperti mengurus rumah dan mengasuh anak menjadi berkurang. Goldsmith (2001) mengatakan bahwa kerja dapat mengganggu kehidupan keluarga dan begitu juga sebaliknya, keluarga dapat mengganggu kerja. Banyak keluarga yang merasa tertekan terhadap waktu dan stress untuk mengatasi konflik kerja dan tuntutan keluarga. Hasil penelitian Vallone dan Donaldson (2001) menyebutkan bahwa orangtua yang memiliki anak dengan usia dibawah enam tahun merasa memiliki banyak konflik antara pekerjaan dengan tuntutan pekerjaan. Konflik kerja-keluarga yang muncul karena istri bekerja tidak menjadi alasan seorang istri untuk memilih tidak bekerja. Namun, karena tekanan ekonomi yang dialami oleh keluarga, tidak membuat istri untuk mundur dari lapangan pekerjaan. Tekanan ekonomi yang dialami keluarga muncul karena adanya perbedaan antara pendapatan dengan kebutuhan keluarga yang tinggi, pekerjaan yang tidak stabil, dan perubahan pendapatan yang merugikan. Secara umum tekanan ekonomi yang terjadi di dalam keluarga dapat dikurangi dengan melakukan pengurangan pengeluaran atau menambah pendapatan keluarga. Selain melakukan pengurangan pengeluaran dan penghematan, untuk mengurangi tekanan ekonomi yang terjadi, keluarga dapat melakukan praktek-praktek manajemen keuangan yang baik. Namun, masih banyak orang memiliki pandangan bahwa perencanaan keuangan hanya untuk orang kaya dan orang yang akan pensiun. Minat seseorang dalam membuat perencanaan keuangan keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi orang untuk melakukan perencanaan keuangan (Yohnson 2004). Kurangnya pengetahuan tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dan masalah keuangan membuat beberapa keluarga tidak mengikuti praktek-praktek keuangan yang telah dianjurkan (Hilgert dan Hogarth 2003). Ketidakmampuan karyawan dalam pengelolaan keuangan keluarganya, menunjukkan bahwa ketidakmampuan itu berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup karyawan, baik jangka pendek maupun jangka panjang seperti ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup, pendidikan anak,
4 tidak adanya tabungan, dan tidak adanya persiapan dana di hari tua (Garman dan Irine 1996 dalam Ika 2011). Sebagian besar keluarga tidak melakukan pencatatan keuangan, sehingga mengindikasikan perencanaan keuangan yang tidak komprehensif, namun berdasarkan kebutuhan sesaat atau insidentil. Selain itu, mayoritas keluarga kurang memikirkan perencaan hari tua, karena perencanaan keuangan hanya berorientasi kebutuhan jangka pendek, bahkan sebagian besar keluarga berpendapat setelah pensiun menerima uang pesangon dari perusahaan tanpa mempertimbangkan dampak inflansi tiap tahun (Joko 2012). Pada tahun 2007, 26 persen masyarakat Indonesia tidak merencanakan masa pensiun, enam dari sepuluh tidak mengetahui apakah tabungan mereka cukup untuk kebutuhan keuangan saat pensiun nanti dan hanya 29 persen membuat dan mematuhi anggaran bulanan (Sundjaja et al. 2011). Dengan demikian, terlihat masih rendahnya kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan keluarga sehingga akan menimbulkan masalah keuangan dan akhirnya ketidakpuasan terhadap keuangan keluarga. Kepuasan keuangan ditentukan oleh faktor demografi seperti pendapatan, pendidikan, etnis, dan usia, serta stres keuangan, pengetahuan keuangan, sikap dan perilaku keuangan. Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004; Loibl dan Hira 2005). Perilaku keuangan memiliki lebih banyak efek yang signifikan dan langsung pada kepuasan keuangan dari tingkat pendapatan rumah tangga atau faktor demografis lainnya (Joo dan Grable 2004). Selain itu, stres keuangan, seperti penurunan pendapatan, menjadi sakit, atau kehilangan pekerjaan, dapat meningkatkan total tingkat stres seseorang (Nesteruk dan Garrison 2005), yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004). Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan beberapa pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja? 2. Adakah perbedaan karakteristik keluarga, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal? 3. Adakah hubungan antara karakteristik keluarga dan manajemen keuangan dengan kepuasan keuangan istri? 4. Adakah pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis manajamen keuangan dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja di Kota Bogor.
5 Tujuan Khusus 1.
2.
3. 4.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: Menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja. Menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan manajemen keuangan dengan kepuasan keuangan istri. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi yang bermanfaat mengenai manajemen keuangan dan kepuasan keuangan terutama pada keluarga dengan suami istri bekerja. Berdasarkan informasi tersebut, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan penelitian-penelitian selanjutnya. Bagi keluarga, diharapkan dapat lebih memahami manajemen keuangan yang dapat dilakukan istri untuk mengurangi tekanan ekonomi yang dialami keluarga dan kepuasan keuangan yang dirasakan oleh istri. Bagi pemerintah dan instansi terkait dapat bermanfaat sebagai acuan dalam membuat kebijakan yang dapat mendukung keseimbangan kerja-keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kehidupan keluarga terutama pada keluarga dengan suami istri bekerja.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang membangun institusi masyarakat. Menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri, dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (BKKBN 1992). Hal yang sama dinyatakan oleh Burges dan Locke (Puspitawati 2013) bahwa keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri atas individu-individu yang terikat oleh perkawinan, darah atau adopsi. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa keluarga terdiri dari orangtua dan anak yang terikat oleh ikatan perkawinan. Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin et al. 1995) keluarga adalah suatu kelompok yang memiliki hubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal, yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas
6 keluarga. Keluarga didefinisikan sebagai wahana utama dan pertama bagi anggota-anggotanya untuk mengembangkan potensi, mengembangkan aspek sosial dan ekonomi, serta penyemaian cinta-kasih-sayang antara angggota keluarga (Puspitawati 2009). Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Murdock menjelaskan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Pandangan berbeda disampaikan oleh Reiss yang mengatakan bahwa keluarga adalah suatu kelompok kecil yang terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi utama berupa sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi baru (Lestari 2012). Teori Struktur Fungsional Pendekatan struktural fungsional merupakan pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga. Keluarga adalah sebuah institusi dalam masyarakat yang memiliki prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mempunyai warna yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial. Di mana keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat dan keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Puspitawati 2009). Menurut Eshleman (1991), Gelles (1995), Newman dan Grauerholz (2002) dalam Puspitawati (2012) menyatakan bahwa pendekatan toeri struktural fungsional dapat digunakan dalam menganalisis peran keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat. Asumsi dasar dari teori struktural fungsional yaitu: (1) keluarga terbentuk atas substruktur-substruktur fungsi mereka masing-masing, saling bergantungan, sehingga perubahan yang terjadi dalam fungsi satu substruktur akan mempengaruhi pada substruktur lainnya, dan (2) setiap substruktur yang telah mantap akan menopang aktivitas-aktivitas atau substruktur lainnya (Puspitawati 2009). Levy mengatakan bahwa tanpa ada pembagian tugas yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu dan akan mempengaruhi sistem yang lebih besar lagi. Apabila hal ini terjadi, maka keberadaan institusi keluarga tidak akan berkesinambungan. Levy membuat daftar persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga sebagai sistem dapat berfungsi (Megawangi 1999): (a) Diferensiasi Peran. Dari serangkaian tugas dan aktivitas yang dilakukan di dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap aktor dalam keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik masing-masing aktor. (b) Alokasi Solidaritas. Distribusi relasi antaranggota keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. (c) Alokasi Ekonomi. Distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas juga ada dalam hal ini terutama dalam hal produksi, distribusi dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga.
7 (d) Alokasi Politik. Distribusi kekuasaan dalam keluarga dari siapa yang bertanggung jawab atas setiap tindakan anggota keluarga. (e) Alokasi Integrasi dan Ekspresi. Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi, internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku yang memenuhi tuntutan norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga. Teori Sosial Konflik Teori konflik lebih menitikberatkan analisisnya pada asal usul terjadinya suatu aturan atau tata tertib sosial. Teori ini tidak bertujuan untuk menganalisis asal usul terjadinya pelanggaran peraturan atau latar belakang seseorang berperilaku menyimpang. Perspektif konflik lebih menekankan sifat pluralistik dari masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara berbagai kelompoknya. Dapat disimpulkan bahwa konflik adalah fenomena sosial biasa dan merupakan kenyataan bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya. Dimana konflik dipandang sebagai suatu proses sosial, proses perubahan dari tatanan sosial lama ke tatanan sosial baru yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat (Puspitawati 2012). Asumsi dasar yang menjadi landasan teori sosial konflik menurut Klein dan White (1996) adalah: (1) manusia tidak mau tunduk pada konsensus; (2) manusia adalah individu otonom yang mempunyai kemauan sendiri tanpa harus tunduk kepada norma dan nilai, manusia secara garis besar dimotivasi oleh keinginannya sendiri; (3) konflik adalah endemik dalam grup sosial; (4) tingkatan masyarakat yang normal lebih cenderung mempunyai konflik daripada harmoni; dan (5) konflik merupakan suatu proses konfrontasi suatu pegangan hidup yang sangat berarti. Oleh karena itu, konsensus dan negosiasi adalah teknik yang masih ampuh untuk digunakan sebagai alat mengelola konflik (Puspitawati 2012). Menurut perspektif sosial-konflik, hubungan yang penuh konflik terjadi juga di dalam keluarga. Sesuai dengan asumsinya, setiap individu cenderung memenuhi kepentingan pribadi (self-interest) dan konflik selalui mewarnai kehidupan keluarga. Menurut C. Wright Mills (1959) dikutip dari Megawangi (1999) mengatakan bahwa keluarga struktural-fungsional justru telah menimbulkan konflik peran karena kedudukan para wanita dianggap sebagai “budak kecil tercinta”. Menurut teorinya, situasi konflik dalam kehidupan sosial tidak dianggap sebagai sesuatu yang abnormal atau disfungsional, tetapi bahkan dianggap sesuatu yang alami dalam setiap proses sosial. Adanya konflik bersumber dari struktur dan fungsi keluarga itu sendiri. Menurut Megawangi (1999), model konflik menempatkan kepentingan individu untuk mengaktualisasikan dirinya di atas kepentingan keluarga. Peran domestik yang dilakukan oleh para wanita dianggap telah menjadikan wanita tidak dapat mengaktulisasikan dirinya, karena pekerjaan domestik untuk kesejahteraan seluruh anggota keluarga, bukan untuk kepentingan individunya saja. Hanya individu yang dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, menurut perspektif sosial konflik, para individu (wanita) harus dibebaskan dari belenggu keluarga dan harus bertanggung jawab atas dirinya, sehingga para wanita dapat menjadi individu otonom dan mandiri serta bebas untuk dapat mengaktulisasikan dirinya.
8 Teori Gender Istilah “gender” diperkenalkan oleh berbagai ilmuwan sosial dengan tujuan untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang memiliki sifat bawaan (sebagai ciptaan Tuhan) dan bentukan (konstruksi) sosial budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil. Orang seringkali mencampuradukkan antara ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati (tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan, dan berlaku sepanjang masa) dengan yang bersifat bukan kodrati (gender) yang dapat berubah dan dapat dipertukarkan. Gender berkaitan dengan aturan sosial yang berhubungan dengan jenis kelamin manusia. Perbedaan peran gender sangat membantu untuk membagi peran yang selama ini dianggap telah melakat pada laki-laki dan perempuan (Puspitawati 2012). Dwyer (1992) dalam Ihromi (1999) menyarankan agar dalam melakukan kajian keluarga atau rumah tangga sebaiknya dipilah menurut gender. Melihat posisi masing-masing anggota keluarga atau rumah tangga menurut gender, maka dapat ditemukan pihak istri memiliki jaringan sosialnya sendiri. Istri sebagai pribadi yang utuh melalui jaringan sosialnya mampu memiliki peluang dalam meniti suatu posisi tertentu, bahkan berhasil meraih kekuasaan tertinggi dalam struktur jaringan sosial yang dimilikinya. Moser (1993) dalam Ihromi (1999) juga menambahkan pentingnya memisahkan unsur-unsur dalam rumah tangga ataupun keluarga berdasarkan gender, karena laki-laki dan perempuan memiliki peranan yang berbeda, sehingga mempunyai kebutuhan yang berbeda pula, yang akhirnya masing-masing kebutuhan yang berbeda harus diidentifikasi. James McKean Cattel berpendapat bahwa memberikan pendidikan yang tinggi kepada wanita adalah tidak tepat, karena kehidupan sekolah akan memberikan pengaruh negatif kepada wanita daripada pria. Menurut Cattel, wanita terlalu memandang serius kehidupan sekolah yang dalam waktu tertentu dapat membahayakan wanita. Cattel mengaitkan antara pendidikan wanita dengan faktor reproduksi, dimana apabila wanita diberikan pendidikan yang tinggi, maka ia akan mempunyai anak lebih sedikit. Hal tersebut dianggap sebagai social cost yang harus dibayar oleh masyarakat (Megawangi 1999). Alice Rossi juga berpendapat bahwa perbedaan peran gender bukan karena faktor sosialisasi, melainkan bersumber dari keragaman antarseks yang mempunyai tujuan fundamental untuk kelangsungan hidup spesies manusia. Rossi juga berpendapat bahwa tidak ada satu masyarakat yang dapat menggantikan figur ibu sebagai figur pengasuh, kecuali dalam kasus-kasus yang jarang terjadi dimana wanita tertentu yang terdeviasi dari kecenderungan sifat normalnya. Selain itu, Rossi juga menyatakan apabila sebuah masyarakat mau menciptakan pembagian peran reproduksi antara pria dan wanita, maka masyarakat harus siap menerima adanya kemungkinan besar bahwa hubungan ibu dan anak akan terus mempunyai ikatan emosional yang lebih besar daripada hubungan ayah dan anak (Megawangi 1999). Karakteristik Pekerjaan Istri Badan Pusat Statistik (BPS) membagi pekerjaan kedalam dua jenis yaitu pekerjaan formal dan pekerjaan informal. Pekerjaan sektor formal atau disebut juga pekerja manajerial (white collar) yang mencakup kategori berusaha dengan
9 dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan. Bekerja di sektor formal biasanya membutuhkan tingkat pendidikan yang memadai dan dikenai pajak. Pekerjaan di sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan tidak dikenai pajak. Pekerja informal (blue collar) terdiri dari penduduk bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di nonpertanian, dan pekerja keluarga/tidak dibayar (BPS 2013). Berdasarkan data BPS (2013) pada Agustus 2013, sebanyak 44.8 juta orang (40.42%) bekerja pada kegiatan formal dan 66.0 juta orang (59.58%) bekerja pada kegiatan informal. Setahun terakhir (Agustus 2012 – Agustus 2013), persentase pekerja formal naik dari 39.86 persen pada Agustus 2012 menjadi 40.42 persen pada Agustus 2013. Sedangkan persentase pekerja informal berkurang dari 60.14 persen pada Agustus 2012 menjadi 59.58 persen pada Agustus 2013. Kenaikan persentase pekerjaan formal berasal dari bertambahnya jumlah penduduk bekerja berstatus buruh/karyawan sekitar 620 ribu orang, sedangkan penurunan persentase jumlah pekerja informal berasal dari penurunan pada hampir seluruh komponen pekerja informal, kecuali penduduk bekerja berstatus berusaha sendiri. Jam kerja menjadi bagian penting dari pekerjaan yang layak. Indikator jam kerja yang layak terkait dengan jam kerja yang berlebihan atau jam kerja yang kurang. Jam kerja yang berlebihan sering menjadi tanda adanya upah per jam yang tidak memadai dan merupakan ancaman fisik dan mental dalam jangka panjang. Jam kerja berlebihan dalam konteks Indonesia berdasarkan ambang batas 48 jam per minggu sesuai dengan Konvensi ILO No.1 dan No.30. Kenyataan bahwa Undang-undang Ketenagakerjaan di Indonesia No.13 tahun 2003 menyatakan 40 jam sebagai jam kerja maksimum per minggu. Pada UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 mengenai jam kerja disebutkan dalam Pasal 77 sampai Pasal 85. Pada Pasal 77 ayat 1 disebutkan bahwa setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. Waktu kerja yang dimaksud dijelaskan dalam Pasal 77 ayat 2 yaitu 40 jam per minggu (7 jam sehari/6 hari seminggu atau 8 jam sehari/5 hari seminggu). Prakteknya, pada tahun 2010, 73.8 persen dari pekerja regular bekerja lebih dari 40 jam per minggu di pekerjaan utama meraka, dengan proporsi lebih tinggi untuk laki-laki (77.6 %) dari perempuan (66.8%). Untuk pekerjaan bebas, tingkatnya adalah 50.8 persen dari keseluruhan, dan 59.1 persen dari seluruh pekerja bebas laki-laki dan 26.8 persen dari pekerja bebas perempuan (ILO 2011). Menurut BPS (2013), penduduk yang dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time worker) yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Pada Agustus 2013 jumlah pekerja penuh waktu mencapai 74.0 juta orang (66.78%), sementara dalam setahun terakhir pekerja tidak penuh (jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu) meningkat sebanyak 2.5 juta orang (7.32%). Di samping itu, penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Agustus 2013 mencapai 8.6 juta orang (7.77%).
Manajemen Istilah manajemen berasal dari kata kerja to manage berarti control. Manajemen dalam bahasa Indonesia dapat diartikan: mengendalikan, menangani,
10 atau mengelola. Selanjutnya, kata benda “manajemen” atau management memiliki beberapa arti. Pertama sebagai pengelolaan, pengendalian, atau penanganan (“managing”). Kedua, perlakukan secara terampil untuk menangani sesuatu berupa skillful treatment. Ketiga, sesuatu yang berhubungan dengan pengelolaan suatu perusahaan, rumah tangga, atau suatu bentuk kerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu. George R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan manusia dan sumber daya lainnya (Herujito 2001).
Family System
Planning Standard setting Action sequencing
INPUT
Demands Resources
Managerial Subsystem
Personal Subsystem
Facilitating conditions
Implementing Actuating Controlling
Demands Responses Resources Changes
OUTPUT
Gambar 1 Sistem keluarga dengan penekanan subsistem manajerial (Deacon dan Firebaugh 1988) Griffin (2004) mendifinisikan manajemen sebagai serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasaan, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Manajer adalah seseorang yang tanggung jawab utamanya adalah melaksanakan proses manajemen dalam suatu organisasi. Aktivitas dasar dari proses manajemen adalah perencanaan dan pengambilan keputusan (menentukan arah tindakan), pengorganisasian (mengkoordinasikan aktivitas dan sumber daya), kepemimpinan (memotivasi dan mengelola orang), dan pengendalian (memonitor dan mengevaluasi aktivitas). Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), manajemen merupakan alat dasar untuk hidup kreatif, untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya untuk memperoleh keuntungan. Manajemen dapat membantu orang dalam mengendalikan kejadian-kejadian kehidupan dan mampu mempengaruhi hasil dari situasi. Secara umum, perencanaan manajemen digunakan untuk menerapkan dan penggunaan sumber daya untuk memenuhi permintaan. Ada tiga bagian dalam manajemen, yaitu input, throughput, dan output. Input adalah materi, energi, dan/atau informasi yang masuk ke dalam sistem dalam berbagai bentuk untuk mempengaruhi proses throughput (transformasi)
11 dalam pencapaian hasil atau output. Input untuk sistem keluarga dan subsistemnya, memberikan motivasi yang disebut sebagai tuntutan atau demand. Demand yang berupa sumber daya, mungkin berasal dari dalam atau dari luar sistem keluarga. Sumber daya (resource) adalah sarana yang mampu mempertemukan berbagai demand, yaitu memberikan sifat atau karakteristik melalui tujuan dan peristiwa mana yang ingin dicapai. Throughput adalah transformasi dari materi, energi, dan/atau informasi oleh sistem dari input ke output. Sistem manajerial, throughput adalah kegiatan yang mengejar jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana, berapa banyak, seberapa baik, kapan, dan di mana. Pengelolaan rumah dan urusan pribadi, throughput terdiri dari perencanaan dan pelaksanaan. Perencanaan adalah serangkaian keputusan tentang standar masa depan dan/atau urutan tindakan. Pelaksana adalah penggerak rencana dan prosedur (standar dan urutan) dan pengendali tindakan. Setelah standar dan urutan berkembang menjadi sebuah rencana yang sesuai dengan sumber daya dan tuntutan, maka pelaksanaan tindakan adalah tugas lain dari manajemen. Jika tindakan selesai melalui implementasi tanpa komplikasi, efektivitas rencana tersebut dapat dievaluasi. Implementing atau pelaksanaan rencana, tindakan harus diambil oleh seseorang. Actuating adalah melaksanakan rencana yang telah disusun. Itu adalah tanggung jawab dari manajer untuk berhubungan tindakan tersebut dengan rencana yang lebih besar. Jika rencana tidak berjalan dengan baik, maka sebagai antisipasi selama pelaksanaan yaitu membuat koreksi sebagai bagian dari pengendalian. Pengendalian (controlling) adalah memeriksa tindakan dan hasil untuk menyesuaikan dengan rencana dan standar atau urutan yang telah direncanakan. Output merupakan materi, energi, dan/atau informasi yang dihasilkan oleh sistem dalam menanggapi input dan throughput. Output dari sistem manajerial adalah respon permintaan dan perubahan sumberdaya. Umpan balik (feedback) adalah bagian dari output yang kembali memasuki sistem sebagai input untuk mempengaruhi output. Umpan balik dari output manajemen merupakan respon positif atau negatif terhadap tindakan yang menyampaikan perubahan pada subsistem manajerial dan pribadi yang membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan lainnya. Respon permintaan (demand response) adalah output dari tindakan manajerial yang berkaitan dengan nilai-nilai dan kepuasan. Sedangkan perubahan sumber daya (resource change) adalah output dari tindakan manajerial yang berhubungan dengan komposisi saham dari manusia dan/atau materi (Gambar 1). Sumberdaya manusia umumnya bertambah melalui kegiatan manajerial, seperti melalui keterampilan atau pengetahuan yang lebih. Sumberdaya material dapat berupa peningkatan atau penurunan. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan serangkaian tugas dalam memaksimalkan perolehan bunga dan meminimalisir biaya, serta memastikan ketersediaan dana untuk kebutuhan sehari-hari, pengeluaran rumah tangga, kondisi darurat, tabungan maupun kesempatan untuk investasi. Manajemen keuangan yang baik ialah yang memungkinkan untuk mendapatkan bunga dari uang yang dimiliki namun disaat yang sama juga memberikan likuiditas dan keamanan. Likuiditas mengarah
12 kepada kecepatan dan kemudahan pengalihan aset menjadi uang disaat dibutuhkan. Sedangkan keamanan mengarah kepada kebebasan dari berbagai risiko keuangan (Garman dan Forgue 2000). Menurut Goldsmith (2010), manajemen keuangan adalah ilmu atau praktek dalam mengelola uang atau aset lainnya. Manajemen keuangan memerlukan pemikiran yang sistematis dan disiplin, misalnya menyimpan uang daripada membelanjakannya. Hal ini memerlukan disiplin dan kontrol diri, keahlian untuk menetapkan tujuan, dan kemauan untuk menempatkan kebutuhan masa depan sebelum kebutuhan saat ini. Setiap keluarga tentunya memiliki tujuan keuangan yang ingin dicapai. Menurut Senduk (2000), tujuan keuangan (financial goal) adalah segala tujuan yang ingin dicapai pada waktu yang akan datang, yang membutuhkan sebuah persiapan keuangan. Untuk mencapai tujuan keuangan tersebut, diperlukan sebuah rencana keuangan. Rencana keuangan harus dibuat sesuai dengan situasi dan kondisi keuangan dari orang yang bersangkutan. Menurut Garman dan Forgue (2000), perencanaan keuangan adalah proses mengembangkan dan mengimplementasikan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan keuangan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Senduk (2000) bahwa perencanaan keuangan adalah proses merencanakan keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Pencapaian tujuan tersebut ada yang dalam bentuk menabung, melakukan investasi, melakukan budgeting, atau mengatur komposisi harta yang dimiliki saat ini. Beberapa alasan perlunya melakukan perencanaan keuangan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, antara lain: 1) Tingginya biaya hidup saat ini 2) Naiknya biaya hidup dari tahun ke tahun (inflasi) 3) Keadaan perekonomian yang tidak akan selalu baik 4) Fisik manusia yang tidak selalu sehat 5) Banyaknya alternative produk keuangan Manajemen keuangan dalam terminologi sistem adalah suatu proses transformasi yang melibatkan identifikasi tujuan keuangan, pengumpulan informasi, analisis sumberdaya; keputusan tentang apakah untuk belanja, investasi, atau tabungan; dan evaluasi keputusan. Manajemen mengambil perspektif bahwa uang, seperti sumber daya lainnya, dapat dikontrol dan digunakan untuk mencapai tujuan (Goldsmith 2010). Gambar 2 menunjukkan proses pengelolaan keuangan dapat dibagi menjadi tiga tahap: perencanaan, tindakan, dan pascaperencanaan. Identify financial goals
Collect information
Planning
Analyze resources
Decide
Spend, invest, save
Evaluate
Action
Post-planning
Gambar 2 Model manajemen keuangan (Goldsmith 2010) Hasil penelitian Alabi et al. (2006) menunjukkan bahwa mayoritas perempuan di perdesaan telah menikah, berpendidikan rendah dan di usia aktif, mereka terlibat dalam berbagai pekerjaan dan memiliki beberapa sumber
13 keuangan. Hal ini juga menunjukkan bahwa lima faktor penting dalam meningkatkan manajemen keuangan yang efektif dari perempuan tersebut ialah, membutuhkan kepuasan, pengaruh masyarakat, keamanan finansial, kemandirian ekonomi, dan pengaruh pekerjaan. Salah satu cara yang sering dilakukan oleh keluarga untuk meningkatkan manajemen keuangannya adalah dengan jalan menabung, sehingga merasa aman ketika ada kebutuhan yang tak terduga. Namun, orang cendurung menabung ketika memiliki pendapatan yang lebih setelah konsumsi dilakukan. Menurut Hong et al. (2002), tingkat tabungan secara positif berhubungan dengan pendapatan rumah tangga, jumlah aset likuid, dan jumlah penerima dalam rumah tangga. Tingkat tabungan lebih tinggi untuk rumah tangga menabung untuk anak-anak atau pensiun dibandingkan mereka menabung untuk tindakan pencegahan. Menurut Gutter et al. (2012), faktor ekonomi memiliki hubungan yang lebih kuat dengan perilaku tabungan jika dibandingkan dengan faktor-faktor sosiologis dan psikologis. Secara khusus, usia dan skor perilaku keuangan secara signifikan terkait dengan kemungkinan memiliki rekening tabungan sedangkan pendapatan, kekayaan bersih, dan pendidikan secara signifikan terkait dengan kemungkinan memiliki rekening tabungan dan investasi. Banyaknya sumber informasi yang digunakan seseorang (faktor sosiologis) secara signifikan terkait dengan kepemilikan rekening tabungan dan investasi. Pandangan perencanaan yang panjang yang dilakukan seseorang dan jumlah hambatan yang dirasakan (faktor psikologis) secara signifikan terkait dengan adanya tabungan. Kepuasan Keuangan Kepuasan keuangan adalah persepsi subjektif individu dari kecukupan sumber daya keuangan sendiri. Kepuasan keuangan telah lama diakui sebagai komponen kesejahteraan dan telah mendapat perhatian dalam studi tentang kesehatan terkait stres seperti tekanan keuangan dan isu-isu manajemen risiko (Roob dan Woodyard 2011). Penentu kepuasan keuangan meliputi faktor demografi seperti pendapatan, pendidikan, etnis, dan usia, serta stres keuangan, pengetahuan keuangan, sikap dan perilaku keuangan. Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004; Loibl dan Hira 2005). Menurut Joo dan Grable (2004), perilaku keuangan memiliki lebih banyak efek yang signifikan dan langsung pada kepuasan keuangan dari tingkat pendapatan rumah tangga atau faktor demografis lainnya. Selain itu, stres keuangan, seperti penurunan pendapatan, menjadi sakit, atau kehilangan pekerjaan, dapat meningkatkan total tingkat stres seseorang (Nesteruk dan Garrison 2005), yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004 ). Kepuasan keuangan juga dapat mempengaruhi keinginan individu untuk mencari bantuan keuangan. Menurut Parrotta dan Johnson (1998), semakin tinggi pendapatan dan penggunaan praktek keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap status keuangan. Hasil penelitian Sumarwan dan Hira (1992) menunjukkan bahwa pendapatan bulanan rumah tangga adalah satu-satunya variabel sosial ekonomi yang memiliki pengaruh langsung signifikan terhadap kepuasan dengan persiapan untuk keadaan darurat keuangan. Praktek pengelolaan keuangan seperti indeks
14 perilaku manajerial, tabungan bulanan, dan jumlah jenis asuransi memiliki efek positif yang signifikan terhadap kepuasan dengan persiapan untuk keadaan darurat keuangan. Pembayaran utang bulanan memiliki dampak yang signifikan namun negatif terhadap kepuasan. Indeks perilaku manajerial dan pembayaran utang bulanan memiliki efek langsung dan tidak langsung pada kepuasan dengan persiapan untuk keadaan darurat keuangan. Efek tidak langsung mereka dimediasi melalui tabungan bulanan. Tabungan bulanan dan jumlah jenis asuransi hanya menunjukkan efek langsung pada kepuasan dengan persiapan untuk keadaan darurat keuangan.
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai manajemen keuangan dan kepuasan keuangan telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Namun, sejauh penulis temukan, penelitian terkait manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja masih belum banyak dilakukan. Sedangkan pembahasan mengenai keluarga dengan suami istri bekerja semakin sering diperbincangkan karena adanya peningkatan kontribusi istri yang bekerja di luar rumah. Tabel 1 Penelitian terdahulu Tahun 2012
Penulis Judul Sunarti et al. Family vulnerability, family resource management, and family strength of aging family members
2011
Hugeng
2009
Firdaus dan Sunarti
2008
Iskandar A
Alokasi waktu kerja dan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga di permukiman transmigrasi SEI Rambutan SP2 Hubungan antara tekanan ekonomi dan mekanisme koping dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh Analisis praktis manajemen sumberdaya keluarga dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten
Hasil Manajemen sumberdaya keluarga dan kerentanan keluarga mempengaruhi ketahanan keluarga pada tahap perkembangan keluarga lansia. Semakin baik manajemen sumberdaya keluarga, semakin baik ketahanan keluarga dan semakin rendah kerentanan keluarga, maka semakin tinggi ketahanan keluarga Faktor yang mempengaruhi istri bekerja adalah untuk meningkatkan pendapatan keluarga, dimana karena pendapatan suami kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Terdapat hubungan positif antara besar keluarga dengan tekanan ekonomi keluarga dan pendidikan dengan manajemen keuangan keluarga. Faktor yang mempengaruhi proses manajemen salah satunya adalah tingkat pendidikan. Keluarga contoh yang pendapatannya tinggi berpeluang untuk tidak melakukan pengawasan atau kontrol
15 Tahun
Penulis
Judul dan Kota Bogor
2006
Alabi et al.
Factors enhaching effective financial management of rural women in Osun State
2004
Yohnson
2004
Joo dan Grable
2003
Greenhaus et al.
Peran universitas di Surabaya dalam meningkatkan jumlah keluarga mapan di Surabaya (seri penelitian keuangan keluarga) An exploratory framework of the determinants of financial satisfaction The relation between work-family balance and quality of life
1998
Parrotta dan Johnson
1992
Sumarwan dan Hira
The impact of financial attitudes and knowledge on financial management and satisfaction of recently married individuals Credit, saving, and insurance practices influencing satisfaction with preparation for financial emergencies among rural household
Hasil dibandingkan dengan keluarga contoh yang memiliki pendapatan rendah. Mayoritas perempuan di perdesaan telah menikah, berpendidikan rendah dan di usia aktif, mereka terlibat dalam berbagai pekerjaan dan memiliki beberapa sumber keuangan. Minat seseorang dalam membuat perencanaan keuangan keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi orang untuk melakukan perencanaan keuangan Stres keuangan dapat menyebabkan penurunan kepuasan keuangan.
Individu yang memiliki waktu bekerja lebih lama, kualitas hidupnya lebih rendah, dan mengalami konflik kerja-keluarga tinggi, serta stress yang lebih besar. Semakin tinggi pendapatan dan penggunaan praktek keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap status keuangan.
Pendapatan bulanan rumah tangga memiliki pengaruh langsung signifikan terhadap kepuasan dengan persiapan untuk keadaan darurat keuangan.
16
KERANGKA PIKIR Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Keluarga sebagai unit sosial terkecil di dalam masyarakat yang memiliki karakteristik terdiri atas individu-individu yang terikat oleh perkawinan (suami-istri), darah, atau adopsi (orangtua-anak) yang tinggal bersama. Selain itu, dalam keluarga terdapat kerja sama ekonomi, di mana setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban seperti pembagian tugas dalam mencari nafkah untuk memperoleh pendapatan, di dalam keluarga juga terjadi proses reproduksi. Keluarga dibentuk dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Salah satu teori yang menjadi dasar untuk mempelajari ilmu keluarga adalah teori struktural fungsional. Teori ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial, dimana keragaman tersebut menjadi sumber utama adanya struktur dalam masyarakat. Pembagian peran dan fungsi terjadi di dalam struktur masyarakat maupun keluarga. Di dalam keluarga tradisional, pembagian peran antara suami dan istri dimana suami berperan sebagai pencari nafkah di luar rumah (area publik), sedangkan istri berperan sebagai pengelola rumah tangga dan pengasuh anak di dalam rumah (area domestik). Namun, seiring dengan meningkatnya kesempatan memperoleh pendidikan dan semakin luasnya kesempatan kerja bagi wanita, maka semakin meningkat peran wanita atau istri sebagai pencari nafkah di area publik. Akibat adanya perubahan struktur keluarga tersebut, menjadikan istri memiliki peran ganda yang harus dijalankan secara bersamaan. Keterlibatan wanita pada area publik pada umumnya disebabkan antara lain oleh faktor pendidikan, faktor kesempatan kerja, dan faktor untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Kebutuhan ekonomi keluarga yang lebih tinggi dibandingkan sumberdaya keuangan yang dimiliki keluarga, membuat keluarga dihadapkan pada pilihan yang sulit. Kesulitan ekonomi yang dirasakan oleh keluarga menjadi landasan munculnya tekanan ekonomi dalam keluarga. Oleh karena itu, keluarga harus membuat keputusan untuk berhutang atau mengurangi pengeluaran baik pangan maupun non pangan atau menambah pendapatan dengan menambah anggota keluarga yang berkeja. Hal demikian yang membuat wanita memutuskan untuk mencari pekerjaan di luar rumah (area publik). Untuk dapat mengurangi tekanan ekonomi yang dirasakan oleh keluarga, terutama istri sebagai pengelola keuangan keluarga, maka istri dapat melakukan manajemen keuangan dengan sebaik mungkin. Manajemen keuangan yang dapat dilakukan istri ialah mulai dari membuat perencanaan keuangan setiap bulan, mengorganisasi keuangan sesuai dengan rencana, mengarahkan pelaksanaan keuangan dengan baik, dan melakukan pengendalian serta evaluasi setiap bulannya. Manajeman keuangan yang dilakukan dengan baik, memungkinkan istri dapat merasa puas dengan kondisi keuangan keluarga. Kerangka pemikiran pada penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 3.
17
Karakteristik Keluarga: 1. Usia suami dan istri 2. Pendidikan suami dan istri 3. Pekerjaan suami dan istri 4. Pendapatan per kapita 5. Besar keluarga 6. Lama pernikahan 7. Nilai aset
Karakteristik pekerjaan istri: 1. Formal atau informal 2. Pengalaman bekerja 3. Lama jam kerja 4. Lama perjalanan ke tempat kerja
Manajemen Keuangan: 1. Planning 2. Organizing 3. Actuating 4. Controlling
Kepuasan Keuangan
Gambar 3 Kerangka pikir penelitian
METODE Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian bersama dengan tema keseimbangan kerja-keluarga dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan Pasir Jaya, Kelurahan Menteng, dan Kelurahan Cilendek Barat) dan Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan Paledang dan Kelurahan Panaragan). Penentuan lokasi penelitian dengan alasan Kecamatan Bogor Barat termasuk kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan Kecamatan Bogor Tengah termasuk kecamatan dengan kepadatan penduduk yang tinggi di Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari – April 2014. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2013 hingga Agustus 2014, meliputi pendahuluan, menyusun kerangka sampling, uji coba kuesioner, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penyusunan laporan. Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah seluruh istri bekerja pada keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0–6 tahun di Kota Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0–6 tahun yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal atau informal pada keluarga dengan suami istri bekerja di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified non-
18 proporsional random sampling berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau informal) dengan contoh sebanyak 120 orang. Teknik penarikan contoh yang dilakukan pada penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 4. Istri Bekerja di Kota Bogor
Kecamatan Bogor Barat
Kelurahan Pasir Jaya
Formal = 75 Informal = 40
Kelurahan Menteng
Kelurahan Cilendek barat
Formal = 119 Informal= 37
Formal = 373 Informal = 107
Purpossive
Kecamatan Bogor Tengah
Formal = 179 Informal = 30
Kelurahan Paledang
Kelurahan Panaragan
Formal = 53 Informal = 22
Purpossive
Formal = 52 Informal = 13
Formal = 105 Informal = 35
Formal= 478
Informal = 142
n = 60
n = 60
Stratified Nonproportional Random Sampling
Gambar 4 Teknik penarikan contoh istri bekerja di Kota Bogor Jenis dan Cara Pengumpulan Data Berdasarkan jenis datanya, maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data primer yang dikumpulkan meliputi: 1. Karakteristik keluarga dan karakteristik pekerjaan istri. 2. Manajemen keuangan yang dilakukan oleh istri diukur dengan keusioner hasil modifikasi dari Fitzsimmons et al. (1993), Firdaus dan Sunarti (2009), dan Kumari (2011) dengan nilai Cronbach’s alpha 0.885. Manajemen keuangan dibagi menjadi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Manajemen keuangan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan 20 item pernyataan dengan skala jawaban dari tidak pernah hingga selalu. 3. Kepuasan keuangan istri yang dirasakan oleh istri diukur dengan kuesioner hasil modifikasi dari Morris dan Lown (1991) dan Loibl dan Hira (2005) dengan nilai Cronbach’s alpha 0.847. Kepuasan keuangan istri pada
19 penelitian ini diukur dengan menggunakan 10 item pernyataan dengan skala jawaban dari tidak puas hingga sangat puas. Tabel 2 Variabel, skala, dan kategori data Varibel Karakteristik keluarga Besar keluarga (BKKBN 1998)
Skala
Kategori data
Rasio
Usia suami-istri
Rasio
Pendidikan suami-istri
Rasio
Pekerjaan suami-istri
Nominal
Pendapatan per kapita (GK Jawa Barat, Maret 2014)
Rasio
Lama pernikahan
Rasio
Nilai aset
Rasio
1) Keluarga kecil (0-4 orang) 2) Keluarga sedang (5-7 orang) 3) Keluarga besar (≥ 8 orang) 1) 20-30 tahun 2) 31-40 tahun 3) 41-50 tahun 4) > 50 tahun 1) ≤ 6 tahun (SD) 2) 7-9 tahun (SMP) 3) 10-12 tahun (SMA) 4) 13-16 tahun (S1) 5) > 16 tahun (S2 dan S3) 1)PNS; 2)Swasta; 3)Buruh; 4)BUMN; 5) Guru; 6) Wiraswasta; 7)PRT; 8)Lainnya Berdasarkan BPS (2014) 1) Miskin ( < Rp288 742) 2) Hampir miskin (Rp288 742.5 – Rp360 927.5) 3) Hampir tidak miskin (Rp360 928 – Rp433 113) 4) Tidak miskin (> Rp433 113) 1) 1-5 tahun 2) 6-10 tahun 3) 11-16 tahun 4) 16-20 tahun 5) > 20 tahun 1) < 1 000 000 2) 1 000 000 – 10 000 000 3) 10 000 000 – 50 000 000 4) 50 000 000 – 100 000 000 5) 100 000 000 – 150 000 000 6) 150 000 000 – 200 000 000 7) 200 000 000 – 300 000 000 8) 300 000 000 – 400 000 000 9) 400 000 000 – 500 000 000 10) 500 000 000 – 1 000 000 000 11) > 1 000 000 000
Karakteristik pekerjaan istri Jenis pekerjaan Lama jam kerja
Nominal Rasio
Lama perjalanan ke tempat kerja
Rasio
0) Formal; dan 1) Informal 1) ≤ 8 jam/hari 2) ≥ 8 jam/hari 1) < 1.00 jam 2) 1.00-1.99 jam 3) 2.00-2.99 jam 4) 3.00-3.99 jam
20 Varibel
Skala
Lama pengalaman bekerja istri
Rasio
Manajemen keuangan
Ordinal
Perencanaan (planning) Pengorganisasian (organizing) Pelaksanaan (actuating) Pengontrolan (controliing) Kepuasan keuangan istri
Rasio Rasio Rasio Rasio Ordinal
Kategori data 5) 4.00-4.99 jam 6) 5.00-5.99 jam 1) < 1 tahun 2) 1-5 tahun 3) 6-10 tahun 4) 11-15 tahun 5) 16-20 tahun 6) > 20 tahun Manajemen keuangan diukur dengan 20 item pernyataan dengan skala jawaban dari tidak pernah hingga selalu 1) Kurang (0.0-33.3%) 2) Cukup (33.4-66.6%) 3) Baik (66.7-100.0%) Rataan data dari 5 item pernyataan Rataan data dari 5 item pernyataan Rataan data dari 6 item pernyataan Rataan data dari 4 item pernyataan Kepuasan keuangan istri diukur dengan 10 item pernyataan dengan skala jawaban dari tidak puas hingga sangat puas 1) Rendah (0.0-33.3%) 2) Sedang (33.4-66.6%) 3) Tinggi (66.7-100.0%)
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi-dokumentasi dari kantor kelurahan setempat. Data sekunder yang diambil ialah data dasar keluarga pada masing-masing kelurahan yang dipilih. Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dari kuesioner diolah dengan komputer. Kegiatan yang dilakukan mulai dari presurvei, pengambilan data sekunder, pengambilan data primer, entry data, cleaning data, dan analisis data. Berikut urutan kegiatan dalam pengolahan data yaitu penyusunan code-book sebagai panduan entry dan pengolahan data; setelah entry data, kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Setelah itu dilakukan penyajian hasil dari pengolahan data dan penganalisisan data. Reliabilitas data dilakukan dengan menggunakan uji Cronbach α, menyajikan statistik deskriptif untuk setiap peubah, pemberian skor terhadap jawaban kuesioner; kategorisasi terhadap data, dan analisis data. Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for windows. Data dan informasi yang diperoleh, kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga (besar keluarga; usia suami-istri; pendidikan suami-istri; pekerjaan
21 suami-istri; pendapatan per kapita; lama pernikahan; dan nilai aset), karakteristik pekerjaan istri (jenis pekerjaan; lama jam kerja; lama perjalanan ke tempat kerja; dan lama pengalaman bekerja istri), manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri. Kategori pengelompokkan untuk manajemen keuangan dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan nilai capaiannya yaitu kurang (0.0-33.3%), cukup (33.4-66.6%), dan baik (66.7-100.0%). Begitu juga dengan kepuasan keuangan istri dibedakan menjadi rendah (0.0-33.3%), sedang (33.4-66.6%), dan tinggi (66.7-100.0%). Nilai capaian dari manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri diperoleh dari rumus yang disajikan sebagai berikut: Y= X – nilai minimum x 100 Nilai maksimum – nilai minimum Keterangan: Y = Skor dalam persen X = Skor yang diperoleh untuk setiap contoh 2. Uji beda digunakan untuk melihat perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. 3. Uji hubungan digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, manajeman keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja 4. Uji regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri. Beberapa model persamaan regresi linear berganda yang lainnya dijelaskan dalam artikel 2 di dalam tesis ini. Adapun model persamaan regresi linear berganda yang utama sebagai berikut. Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + γ1D1 + ε Keterangan: Y = Kepuasan keuangan istri α = Konstanta β1-7 = Koefisien regresi ε = Galat X1 = Usia istri (tahun) X2 = Pendidikan istri (tahun) X3 = Pendapatan per kapita (Rp/bulan) X4 = Besar keluarga (orang) X5 = Lama pernikahan (tahun) X6 = Nilai aset (rupiah) X7 = Manajemen keuangan γ1 = Koefisien dummy D1 = Jenis pekerjaan (0= formal; 1= informal)
DEFINISI OPERASIONAL Manajemen keuangan adalah frekuensi yang dilakukan istri dalam mengelola sumberdaya keuangan keluarga mulai dari planning, organizing, actuating,
22 dan controlling. Dalam penelitian ini, manajemen keuangan diukur dengan dua puluh item pernyataan dengan jawaban dari tidak pernah sampai selalu (1-4). Kepuasan keuangan istri adalah tingkat kepuasan yang dirasakan oleh istri terhadap keuangan keluarga setelah istri melakukan pengelolaan keuangan. Dalam penelitian ini, kepuasan keuangan diukur dengan sepuluh item pernyataan dengan jawaban dari tidak puas sampai sangat puas (1-4). Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri aspek sosial ekonomi yang melekat pada keluarga responden berupa usia (suami dan istri), pendidikan (suami dan istri), pekerjaan (suami dan istri), pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pendapatan per kapita, lama bekerja istri, lama pernikahan, dan nilai aset. Karakteristik pekerjaan istri adalah jenis pekerjaan istri yang dibedakan menjadi formal atau informal, pengalaman kerja istri (lama bekerja sejak pertama bekerja, pindah kerja, bekerja sebelum menikah atau setelah menikah), lama jam kerja, dan lama perjananan ke tempat kerja. Usia suami dan istri adalah usia istri dan suami dalam satuan tahun saat pengambilan data. Pendidikan suami dan istri adalah lama pendidikan formal yang telah ditempuh oleh suami dan istri dalam satuan tahun. Pendapatan per kapita adalah hasil bagi dari total pendapatan keluarga dengan jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah dan menjadi tanggungan keluarga. Lama pernikahan adalah lama menikah istri dengan suami dalam tahun, jika terdapat istri yang menikah lebih dari satu, maka lama menikah terhitung dari pernikahan pertama. Nilai aset adalah kepemilikan aset keluarga yang dinilai dalam bentuk rupiah. Pekerjaan formal adalah pekerjaan dengan penghasilan tetap, jam kerja tetap, di sebuah instansi, dan di luar rumah. Pekerjaan formal dalam penelitian ini adalah PNS, swasta, buruh, BUMN, dan guru. Pekerjaan informal adalah pekerjaan dengan penghasilan tidak tetap, jam kerja lebih fleksibel, tidak dibawah sebuah instansi, dan bisa dilakukan di luar atau di dalam rumah. Pekerjaan informal dalam penelitian ini adalah wiraswasta, pembantu rumah tangga (PRT), dan lainnya. Lama pengalaman bekerja istri adalah lama istri telah memiliki pengalaman bekerja dalam tahun. Lama jam kerja adalah jumlah waktu dalam jam yang digunakan istri untuk bekerja di sektor publik atau di luar rumah. Lama perjalanan ke tempat kerja adalah total waktu yang dibutuhkan oleh istri untuk pergi ke tempat kerja dan pulang dari tempat kerja.
23
PERBEDAAN MANAJEMEN KEUANGAN DAN KEPUASAN KEUANGAN ISTRI MENURUT JENIS PEKERJAAN PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA Abstrak Manajemen keuangan perlu dilakukan oleh istri yang bekerja untuk dapat mencapai kepuasan keuangan dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal pada keluarga dengan suami istri bekerja. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study pada 120 contoh dari keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0-6 tahun dan bekerja di sektor formal dan informal. Teknik penarikan contoh menggunakan stratified non-proportional random sampling di Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Tengah. Pengumpulan data dilakukan dari Februari hingga April 2014. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri antara istri yang bekerja di sektor formal dengan di sektor informal. Capaian manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal. Pengetahuan tentang manajemen keuangan perlu diberikan oleh instansi terkait keluarga dan perguruan tinggi kepada keluarga dengan pendapatan dan pendidikan rendah agar mencapai kepuasan keuangan. Abstract Financial management needs by a working wife to attain financial satisfaction and well-being of all family members. The purpose of this study to analyze the differences in financial management and wife’s financial satisfaction among wives who work in the formal and informal sectors in dual earner families. The study was a cross sectional study design of 120 dual earner families with children aged 0-6 last years and working in the formal and informal sectors. Sample of selected non-proportional stratified random sampling technique in Bogor District of West and Central Bogor. Data collected from February until April 2014. The result of this study found that there are significant differences between financial management and wife’s financial satisfaction among wives who work in the formal sector to the informal sector. Attaiment of financial management and wife’s financial satisfaction in wives who work in the formal sector is higher than wives who work in the informal sector. Knowledge of financial management should be give by the relevant institutions and universities to families with low income and education in order to attain financial satisfaction. Keywords: dual earner family, financial management, financial satisfaction, formal job, informal job
24 Pendahuluan Kebutuhan hidup yang semakin meningkat membuat keluarga harus membuat pilihan yang sulit, yaitu apakah keluarga harus berhutang, mengurangi pengeluaran, atau menambah pendapatan keluarga dengan pola nafkah ganda. Alasan ekonomi menjadi alasan utama seorang istri memutuskan untuk berperan ganda. Pendapatan suami yang rendah mengakibatkan kebutuhan ekonomi rumah tangganya kurang sehingga mendorong istri berusaha memenuhi kekurangan tersebut dengan bekerja (Nugraheni 2012). Selain itu, jumlah anggota keluarga yang semakin besar dan tingkat pendidikan yang tinggi menjadikan peran wanita semakin besar dalam membantu ekonomi keluarga. Namun, dengan istri yang bekerja di area publik, memiliki konsekuensi sendiri, dimana waktu untuk keluarga seperti mengurus rumah dan mengasuh anak menjadi berkurang. Data Sakernas menunjukkan komposisi penduduk yang bekerja dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar daripada perempuan, yang masing-masing pada tahun 2008 sebesar 62.1 persen dan 37.9 persen pada tahun 2009, pada tahun 2009 sebesar 61.77 persen dan 38.23 persen, dan pada tahun 2010 sebesar 61.42 persen dan 38.58 persen (Depnakertrans 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa kesempatan bekerja untuk wanita terus meningkat dan adanya tuntutan ekonomi yang membuat wanita harus bekerja di luar rumah. Menurut Sudarwati (2003), faktor kesempatan kerja dan faktor pemenuhan kebutuhan ekonomi yang melandasi wanita untuk bekerja di sektor publik, sehingga bekerja dipandang sebagai wujud kontribusi wanita terhadap perekonomian keluarga. Sebuah data menunjukkan persentase wanita yang bekerja di sektor informal dari tahun 2001-2009 mengalami peningkatan sebesar 3.54 persen (ILO 2010). Pada tahun 2012, wanita yang bekerja baik di sektor formal maupun informal ratarata upah atau pendapatan bersih yang diterima setiap bulan sebesar Rp1 249 juta, jumlah ini lebih kecil dibandingkan laki-laki yaitu sebesar Rp1 552 juta (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2013). Namun, meski upah yang diterima wanita rendah, masih banyak wanita yang tetap mumutuskan untuk bekerja. Hal ini diduga karena alokasi sumberdaya yang dimiliki keluarga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan standar hidup meraka. Pendapatan yang rendah dan berkurangnya pendapatan yang merugikan juga memberikan efek yang sama pada tekanan ekonomi (Elder et al. 1992). Keluarga dengan pendapatan yang rendah dapat mengurangi tekanan ekonomi dengan mengurangi pengeluaran pangan maupun nonpangan atau menambah pendapatan keluarga dengan pola nafkah ganda. Sedangkan untuk keluarga dengan pendapatan yang tetap dapat meminimalisir tekanan ekonomi dengan melakukan manajemen keuangan keluarga dengan baik. Namun, tidak semua keluarga membuat perencanaan keuangan, karena perencanaan keuangan dianggap tidak perlu dilakukan dengan asumsi setiap bulan pengeluaran sama atau pendapatan yang diterima tidak menentu. Minat yang mendorong istri membuat perencanaan keuangan keluarga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, kepribadian, pendapatan, dan pola pikir (Yohnson 2004). Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi minatnya untuk membuat perencanaan keuangan keluarga. Tingginya pendidikan juga akan membedakan pengetahuan seseorang tentang keuangan keluarga. Pengetahuan tentang keuangan berhubugan dengan perilaku manajemen keuangan (Titus et al. 1989).
25 Manajemen keuangan yang baik dapat diprediksi dari perilaku dan pengetahuan tentang keuangan (Parrotta dan Johnson 1998). Setiap orang pasti menginginkan kualitas hidup yang baik, sedangkan kualitas hidup yang baik membutuhkan kondisi keuangan yang sehat. Untuk mencapai kondisi yang sehat diperlukan manajemen yang baik. Setelah keluarga melakukan manajemen keuangan keluarga dengan baik, maka keluarga akan merasa puas dengan kondisi keuangan keluarga. Hasil penelitian Loilb dan Hira (2005) menyebutkan praktek manajemen keuangan berhubungan dengan kepuasan keuangan dan kepuasan karir pekerja. Dengan demikian, ketika seorang istri yang bekerja mampu melakukan manajemen keuangan dengan baik maka istri akan merasa puas dengan keuangannya, namun akan berbeda pada istri yang tidak mampu melakukan manajemen keuangan dengan baik akan tidak puas dengan keuangannya meski pendapatannya tinggi. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja. 2. Menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan di sektor informal pada keluarga dengan suami istri bekerja. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor formal dan informal pada keluarga dengan suami istri bekerja. Bagi keluarga, diharapkan hasil penelitian memberikan manfaat pemahaman bagaimana praktek manajemen keuangan yang baik untuk mencapai mencapai kepuasan keuangan. Bagi pihakpihak terkait, khusunya pemerintah Kota Bogor dapat menjadi masukan dalam membuat kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja-keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. Metode Penelitian Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study dan merupakan bagian dari penelitian payung dengan tema keseimbangan kerjakeluarga dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive di Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan Pasir Jaya, Kelurahan Menteng, dan Kelurahan Cilendek Barat) dan Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan Paledang dan Kelurahan Panaragan). Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari – April 2014.
26 Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah seluruh istri bekerja pada keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0 – 6 tahun di Kota Bogor. Contoh dari penelitian ini adalah istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0 – 6 tahun yang bekerja pada keluarga dengan suami istri bekerja dengan jenis pekerjaan formal atau informal yang di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah. Teknik penarikan contoh yang digunakan adalah stratified non-proporsional random sampling berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau informal) dengan sebanyak 120 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari: (1) karakteristik keluarga; (2) karakteristik pekerjaan istri; (3) manajemen keuangan yang dilakukan oleh istri diukur dengan keusioner hasil modifikasi dari Fitzsimmons et al. (1993), Firdaus dan Sunarti (2009), dan Kumari (2011) sejumlah 20 pernyataan dengan skala jawaban dari tidak pernah sampai selalu; dan (4) kepuasan keuangan yang dirasakan oleh istri yang diukur dengan kuesioner hasil modifikasi dari Morris dan Lown (1991) dan Loibl dan Hira (2005) yang terdiri dari 10 item pernyataan dengan skala jawaban dari tidak puas sampai sangat puas. Data sekunder yang digunakan adalah data dasar keluarga dari kantor kelurahan setempat. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for windows, kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga (besar keluarga; usia suami-istri; pendidikan suami-istri; pendapatan per kapita; pekerjaan suami-istri; lama pernikahan; dan nilai aset), karakteristik pekerjaan istri, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri. Manajemen keuangan dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan nilai capaiannya yaitu kurang (0.0-33.3%), cukup (33.4-66.6%), dan baik (66.7100.0%). Kepuasan keuangan istri dikategorikan menjadi rendah (0.0-33.3%), sedang (33.4-66.6%), dan tinggi (66.7-100.0%). Skor capaian dari manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri didapatkan dari rumus: Y= X – nilai minimum x 100 Nilai maksimum – nilai minimum Keterangan: Y = Skor dalam persen X = Skor yang diperoleh untuk setiap contoh 2. Uji beda digunakan untuk melihat perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, manajeman keuangan, dan kepuasan keuangan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal.
27 Hasil Karakteristik Keluarga Tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis pekerjaan, terdapat perbedaan yang signifikan pada seluruh item karakteritik keluarga. Rataan besar keluarga istri pada jenis pekerjaan informal (4.9 orang) lebih besar dibandingkan pada jenis pekerjaan formal (4.2 orang). Rataan usia suami (40.6 tahun) dan usia istri (36.6 tahun) serta lama pernikahan (13.5 tahun) pada jenis pekerjaan informal lebih tinggi dibandingkan pada jenis pekerjaan formal (usia suami=36.1 tahun, usia istri=33.2 tahun, dan lama pernikahan=7.8 tahun). Tabel 3 Hasil uji beda item karakterisitik keluarga berdasarkan jenis pekerjaan Karakteristik keluarga Besar keluarga (orang) Usia suami (tahun) Usia istri (tahun) Pendidikan suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) Lama pernikahan (tahun) Pendapatan per kapita (ribu rupiah) Nilai aset (ribu rupiah)
Total 4.5 38.3 34.9 12.0 12.0 10.6 1 440 65 975
Jenis Pekerjaan Formal Informal 4.2 4.9 36.1 40.6 33.2 36.6 13.8 10.2 14.5 9.4 7.8 13.5 1 974 907 102 000 29 506
P-Value 0.004* 0.000* 0.003* 0.000* 0.000* 0.000* 0.001* 0.006*
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Rataan pendidikan istri (14.5 tahun) dan suami (13.8 tahun), pendapatan per kapita (Rp1 974 000), dan nilai aset (Rp102 000 000) pada istri pada jenis pekerjaan formal lebih tinggi dibandingkan pada jenis pekerjaan informal (pendidikan istri=9.4 tahun, pendidikan suami=10.2 tahun, pendapatan per kapita=Rp907 000, dan nilai aset=Rp29 506 000). Lebih dari separuh (58.3%) istri yang bekerja pada jenis pekerjaan informal sebagai wiraswasta, sedangkan pada jenis pekerjaan formal, lebih dari separuh (51.7%) istri bekerja sebagai karyawan swasta (Lampiran 3). Karakteristik Pekerjaan Istri Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perberdaan yang signifikan pada jumlah pindah kerja dan lama perjalanan ke tempat kerja antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Istri yang bekerja di sektor informal memiliki rata-rata jumlah kerja sebanyak 2.3 kali lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal yaitu sebanyak 1.3 kali. Lama perjalanan ke tempat kerja rata-rata lebih dari satu jam (1.6 jam) pada istri yang bekerja di sektor formal, sedangkan pada istri yang bekerja di sektor informal lama perjalanan yang ditempuh lebih sedikit yaitu rata-rata 0.6 jam. Lama pengalaman kerja dan jam kerja antara istri yang bekerja di sektor formal dengan istri yang bekerja di sektor informal tidak berbeda nyata. Secara umum, rata-rata lama pengalaman kerja istri adalah 11.3 tahun dan rata-rata jam kerja adalah 7.6 jam. Hampir tiga perempat istri bekerja (70%) telah bekerja sebelum menikah dan selebihnya (30%) istri bekerja sesudah menikah. Persentase istri yang memutuskan bekerja sesudah menikah di sektor informal lebih besar (46.7%), dibandingkan di sektor formal (13.3%).
28 Tabel 4 Hasil uji beda item karakteristik pekerjaan istri berdasarkan jenis pekerjaan Karakteristik pekerjaan istri
Total
Lama pengalaman kerja (tahun) Jumlah pindah kerja (kali) Jam kerja (jam) Lama perjalanan ke tempat kerja (jam)
11.3 1.8 7.6 1.1
Jenis Pekerjaan Formal Informal 10.2 12.4 1.3 2.3 7.9 7.4 1.6 0.6
P-Value 0.063 0.013* 0.240 0.000*
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Tabel 5 menunjukkan baik istri yang bekerja di sektor formal maupun informal memiliki jam kerja kurang dari sama dengan 8 jam/hari dengan rata-rata 7.6 jam/hari. Secara keseluruhan, istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari sebesar 26.7 persen. Tabel 5 Sebaran contoh (%) berdasarkan jam kerja menurut jenis pekerjaan Jam kerja (jam/hari) ≤8 >8 Total Rata-rata±SD Min-Max
Formal 78.3 21.7 100.0 7.9±1.8 3.5-15.0
Informal 68.3 31.7 100.0 7.4±2.9 2.5-16.0
Total 73.3 26.7 100.0 7.6±2.4 2.5-16.0
Manajemen Keuangan George R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan manusia dan sumber daya lainnya (Herujito 2001). Manajemen keuangan keluarga adalah mengelola atau mengatur keuangan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Manajemen keuangan merupakan serangkaian tugas dalam memaksimalkan perolehan bunga dan meminimalisir biaya, serta memastikan ketersediaan dana untuk kebutuhan sehari-hari, pengeluaran rumah tangga, kondisi darurat, tabungan maupun kesempatan untuk investasi (Garman dan Forgue 2000). Tabel 6 menunjukkan bahwa secara keseluruhan dalam hal perencanaan penggunaan uang dalam satu bulan rataaan capaian istri sebesar 45.6% persen dan membuat rencana untuk tujuan keuangan masa depan sebesar 49.7%. Namun, dalam pelaksanaan kedua hal tersebut, rata-rata capaian istri yang bekerja di sektor formal lebih besar (55.0% dan 59.4%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (36.1% dan 40.0%). Rataan capaian keseluruhan istri dalam menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari sebesar 53.6 persen serta dalam hal membandingkan penerimaan dan pengeluaran sebesar 51.4 persen. Namun terdapat perbedaan yang signifikan antara istri yang di sektor formal dengan informal, dimana istri yang bekerja di sektor formal yang lebih banyak melakukan kedua hal tersebut. Selain itu, dalam hal menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari dan membandingkan penerimaan dan pengeluaran antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal juga berbeda siginifikan. Rata-rata capaian dalam kedua hal tersebut,
29 istri yang bekerja di sektor formal (65.6% dan 58.3%) lebih besar dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal (41.7% dan 44.4%). Tabel 6 Hasil uji beda item rataan capaian manajemen keuangan berdasarkan jenis pekerjaan No
Pernyataan Total Formal Informal P-Value Perencanaan (planning) 1 Membuat perencanaan penggunaan uang 45.6 55.0 36.1 0.007** dalam satu bulan 2 Membuat rencana untuk tujuan keuangan 49.7 59.4 40.0 0.004** masa depan 3 Menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari 53.6 65.6 41.7 0.000** 4 Menuliskan tujuan keuangan 32.8 46.1 19.4 0.000** 5 Membuat rencana untuk mencapai tujuan 41.7 47.8 35.6 0.053 keuangan yang ingin dicapai Total rataan capaian perencanaan 44.7 54.8 34.6 0.000** Pengorganisasian (organizing) 6 Mencatat seluruh pendapatan 34.2 43.3 25.0 0.011* 7 Menuliskan pengeluaran keuangan 34.2 46.1 22.2 0.001** 8 Menetapkan standar biaya maksimal dalam 37.5 46.1 28.9 0.009** pengalokasian pengeluaran 9 Memisahkan uang sesuai dengan 57.8 66.1 49.4 0.016* kegunaannya 10 Menyimpan bukti pembayaran untuk 51.7 54.4 48.9 0.457 pembelian yang besar Total rataan capaian pengorganisasian 43.1 51.2 34.9 0.001** Pelaksanaan (actuating) 11 Melakukan pengeluaran sesuai dengan yang 43.1 52.8 33.3 0.002** telah dianggarkan 12 Merujuk pada rencana sebelum membeli 44.7 55.6 33.9 0.000** sesuatu 13 Membayar tanggungan bulanan dari tabungan 76.1 72.8 79.4 0.225 saat ini 14 Membuat keputusan keuangan tanpa berfikir 68.9 70.0 67.8 0.688 panjang 15 Melakukan pembelian tak terencana 56.4 58.9 53.9 0.381 16 Berusaha menabung 68.1 73.9 62.2 0.041* Total rataan capaian pelaksanaan 59.5 64.0 55.1 0.003** Pengontrolan (controlling) 17 Melakukan evaluasi pengeluaran secara 40.8 47.8 33.9 0.038* teratur 18 Mengevaluasi pengeluaran secara rutin dan 36.4 45.0 27.8 0.008** menyeluruh 19 Membandingkan penerimaan dan 51.4 58.3 44.4 0.022* pengeluaran 20 Membicarakan masalah keuangan dengan 77.5 77.8 77.2 0.915 suami Total rataan capaian pengontrolan 51.5 57.2 45.8 0.016* Total rataan capaian manajemen keuangan 50.1 57.1 43.1 0.000** Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Rataan capaian keseluruhan istri yang masih membayar tanggungan bulanan dari tabungan saat ini sebesar 76.1 persen, dimana tidak terdapat perbedaan yang
30 signifikan antara istri yang bekerja di sektor formal maupun informal. Namun, istri yang bekerja di sektor formal dalam hal menabung memiliki rataan capaian lebih tinggi (73.9%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (62.2%). Rataan capaian keseluruhan istri dalam hal membicarakan masalah keuangan dengan suami sebesar 77.5 persen. Namun, dalam melakukan evaluasi pengeluaran secara rutin dan menyeluruh rataan capaian istri sebesar 36.4 persen. Istri yang bekerja di sektor formal memiliki rataan capain lebih tinggi yaitu sebesar 45.0 persen dalam melakukan evaluasi pengeluaran secara rutin dan menyeluruh daripada istri yang bekerja di sektor informal (27.8%). Rataan capaian keseluruhan istri dalam membuat keputusan keuangan tanpa berfikir panjang sebesar 68.9 persen dan dalam melakukan pembelian tak terencana sebesar 56.4 persen. Hal tersebut tidak berbeda nyata antara istri yang bekerja di sektor formal maupun informal (p-value=0.688 dan p-value=0.381). Kesadaran menyimpan bukti pembayaran untuk pembelian yang besar rataan capaian istri secara keseluruhan sebesar 51.7 persen. Hal tersebut tidak terdapat perbedaan yang nyata baik istri yang bekerja di sektor formal maupun informal (p-value=0.457). Hasil analisis menunjukkan bahwa rataan capain manajemen keuangan berbeda nyata berdasarkan jenis pekerjaan istri. Istri yang bekerja di sektor formal memiliki rataan capaian manajemen keuangan lebih tinggi (57.1%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (43.1%). Selain itu, berdasarkan subvariabel manajemen keuangan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan) juga terdapat perbedaan yang signifikan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, maupun pengontrolan, istri yang bekerja di sektor formal memiliki rataan capaian lebih tinggi (54.8%, 51.2%, 64.0%, dan 57.2%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (34.6%, 34.9%, 55.1%, dan 45.8%). Tabel 7 menunjukkan bahwa secara keseluruhan rataan capaian istri dalam melakukan manajemen keuangan keluarga setiap bulannya sebesar 50.1 persen. Terdapat perbedaan yang signifikan antara istri yang bekerja di sektor formal dan di sektor informal, dimana istri yang bekerja di sektor formal memiliki skor pencapaian lebih tinggi (57.1%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (43.1%). Tabel 7 Sebaran contoh (%) berdasarkan kategori capaian manajemen keuangan menurut jenis pekerjaan Kategori capaian manajemen keuangan Kurang (0.0-33.3%) Cukup (33.4-66.6%) Baik (66.7-100.0%) Total Rata-rata±SD Min-Max
Formal 13.3 60.0 26.7 100.0 57.1±17.4 25.0-96.7
Informal 45.0 35.0 20.0 100.0 43.1±20.3 8.3-88.3
Total 29.2 47.5 23.3 100.0 50.1±19.7 8.3-96.7
Kepuasan Keuangan Istri Kepuasan keuangan adalah persepsi subjektif individu dari kecukupan sumber daya keuangan sendiri. Kepuasan keuangan telah lama diakui sebagai komponen kesejahteraan dan telah mendapat perhatian dalam studi tentang kesehatan terkait stres seperti tekanan keuangan dan isu-isu manajemen risiko
31 (Roob dan Woodyard 2011). Penentu kepuasan keuangan meliputi faktor demografi seperti pendapatan, pendidikan, etnis, dan usia, serta stres keuangan, pengetahuan keuangan, sikap dan perilaku keuangan. Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004; Loibl dan Hira 2005). Tabel 8 Sebaran contoh (%) berdasarkan kategori kepuasan keuangan istri menurut jenis pekerjaan Kategori kepuasan keuangan istri Rendah (0.0-33.3%) Sedang (33.4-66.6%) Tinggi (66.7-100.0%) Total Rata-rata±SD Min-Max
Formal 16.7 68.3 15.0 100.0 50.5±16.2 10.0-100.0
Informal 33.3 63.3 3.3 100.0 39.0±16.5 0.0-70.0
Total 25.0 65.8 9.2 100.0 44.8±17.3 0.0-100.0
Tabel 8 menunjukkan bahwa secara keseluruhan istri (65.8%) memiliki kepuasan keuangan dalam kategori sedang dengan rata-rata skor 44.8 persen. Terdapat perbedaan yang signifikan antara istri yang bekerja di sektor formal dan di sektor informal, dimana istri yang bekerja di sektor formal memiliki rataan tingkat kepuasan keuangan yang lebih tinggi (50.5%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (39.0%). Hanya satu dari sepuluh istri (9.2%) yang memiliki tingkat kepuasan keuangan dalam kategori tinggi. Sedangkan satu dari empat istri (25.0%) memiliki tingkat kepuasan keuangan dalam kategori rendah. Tabel 9 Hasil uji beda rataan capaian item kepuasan keuangan berdasarkan jenis pekerjaan No Pernyataan 1 Pendapatan yang Anda diterima 2 Kemampuan keuangan keluarga Anda untuk menangani keadaan darurat/biaya tak terduga yang besar 3 Jumlah uang tunai yang dimiliki oleh keluarga 4 Tingkat/jumlah tabungan yang dimiliki keluarga 5 Uang untuk kebutuhan mendatang keluarga/jangka panjang 6 Cara penggunaan uang yang telah dilakukan 7 Kemampuan Anda dalam membuat keputusan investasi dengan uang yang Anda disimpan 8 Sejauh mana Anda telah mampu mengendalikan situasi keuangan Anda 9 Perencanaan warisan yang telah Anda lakukan 10 Kemampuan Anda dalam membayar hutang (termasuk tagihan kartu kredit) Total
Total 37.5
Formal 58.3
Informal 31.3
P-Value 0.001*
34.0
53.9
27.5
0.000*
35.8
55.0
30.4
0.001*
29.4
48.3
22.5
0.000*
29.8
48.3
23.3
0.001*
39.0
56.1
35.8
0.053
32.9
47.2
30.4
0.224
39.0
52.8
38.2
0.710
12.7
20.6
10.0
0.133
45.6
64.4
42.9
0.131
44.8
50.5
39.0
0.000*
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
32 Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rataan capaian kepuasan keuangan istri antara istri yang bekerja di sektor formal dengan di sektor informal (p-value=0.000). Istri yang bekerja di sektor formal memiliki rataan capaian tingkat kepuasan keuangan lebih tinggi (50.5%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (39.0%). Rataan capaian tingkat kepuasan istri dalam membayar hutang dan perencanaan warisan baik istri yang bekerja di sektor formal maupun informal tidak terdapat perbedaan yang nyata (p-value=0.131 dan p-value=0.133). Namun, dalam hal pendapatan yang diterima dan kemampuan keuangan keluarga untuk menangani keadaan darurat atau biaya tak terduga yang besar terdapat perbedaan yang nyata antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Rataan capaian kepuasan istri di sektor formal lebih tinggi (58.3% dan 53.9%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (31.3% dan 27.5%). Selain itu, rataan capaian kepuasan istri dalam hal jumlah uang tunai yang dimiliki juga terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis pekerjaan istri (p-value= 0.001). Istri yang bekerja di sektor formal memiliki rataan capaian kepuasan lebih tinggi (55.0%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (30.4%). Namun, dalam penggunaan uang yang dilakukan, kemampuan dalam membuat keputusan investasi, dan kemampuan dalam mengendalikan situasi keuangan tidak berbeda nyata antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal (masing-masing nilai p-value yaitu 0.053, 0.224, dan 0.710). Sementara, dalam hal tingkat atau jumlah tabungan yang dimiliki keluarga dan uang untuk kebutuhan mendatang keluarga atau kebutuhan jangka panjang terdapat perbedaan yang signifikan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan di sektor informal (p-value=0.000 dan p-value=0.001). Rataan capaian kepuasan istri dalam dua hal tersebut lebih tinggi dirasakan oleh istri yang bekerja di sektor formal (48.3% dan 48.3%) daripada istri yang bekerja di sektor informal (22.5% dan 23.3%). Pembahasan Istri yang bekerja di sektor formal melakukan manajemen keuangan lebih baik sehingga tingkat kepuasan keuangan istri lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan yang nyata pada tingkat pendidikan dan pendapatan istri yang bekerja di sektor formal dengan istri yang bekerja di sektor informal. Istri yang bekerja di sektor formal memiliki rataan lama pendidikan lebih tinggi (14.53 tahun) daripada istri yang bekerja di sektor informal (9.37 tahun). Pendapatan istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi (Rp3 583 000) daripada istri yang bekerja di sektor informal (Rp1 632 000). Hasil penelitian Parrotta dan Johnson (1998) menyebutkan semakin tinggi pendapatan dan penggunaan praktek keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap status keuangan. Selain itu, menurut Hilgert dan Hogart (2003), kurangnya pengetahuan tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dan masalah keuangan menjelaskan mengapa beberapa keluarga tidak mengikuti praktek-praktek keuangan yang dianjurkan, dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi manajemen keuangan, dan praktek manajemen keuangan yang baik dapat mempengaruhi kepuasan keuangan. Iskandar (2008) juga menyebutkan
33 bahwa faktor yang mempengaruhi proses manajemen salah satunya adalah tingkat pendidikan. Selain pendidikan istri dan pendapatan istri yang berbeda, pendapatan per kapita keluarga per bulan juga berbeda nyata (p-value=0.001) antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Pendapatan per kapita pada istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi (Rp1 974 000) daripada istri yang bekerja di sektor informal (Rp907 000). Dengan demikian dapat dikatakan pendapatan per kapita mempengaruhi manajemen keuangan. Simanjuntak (2010) mengatakan bahwa praktek manajemen keuangan tergolong rendah pada keluarga miskin karena memiliki pendapatan yang tidak teratur. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir separuh (45.0%) istri yang bekerja di sektor informal kurang melakukan manajemen keuangan dengan baik. Perbedaan yang siginifikan dalam manajemen keuangan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal yaitu dalam hal membuat perencanaan penggunaan uang dalam satu bulan, membuat rencana untuk tujuan keuangan masa depan, menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari, menuliskan tujuan keuangan, dan membuat rencana untuk mencapai tujuan keuangan yang ingin dicapai. Selain itu, juga terdapat perbedaan dalam hal mencatat seluruh pendapatan, menuliskan pengeluaran keuangan, menetapkan standar biaya maksimal dalam pengalokasian pengeluaran, memisahkan uang sesuai dengan kegunaannya, melakukan pengeluaran sesuai dengan yang telah dianggarkan, merujuk pada rencana sebelum membeli sesuatu, melakukan evaluasi pengeluaran secara teratur, mengevaluasi pengeluaran secara rutin dan menyeluruh, membandingkan penerimaan dan pengeluaran, dan berusaha menabung. Firdaus dan Sunarti (2009) menyatakan bahwa masalah keuangan merupakan hal yang dibicarakan oleh sebagian besar orang dan hanya sebagian kecil orang yang melakukan pencatatan pengeluaran. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan rataan capaian istri dalam membicarakan masalah keuangan dengan suami lebih tinggi dari rataan capaian pencapaian dalam hal pencatatan pendapatan dan pengeluaran. Hasil penelitian menunjukkan capaian rataan istri untuk berusaha menabung lebih dari 50 persen. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan lama pendidikan dan pendapatan per kapita pada istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal, sehingga dalam usaha menabung istri yang bekerja di sektor formal memiliki capaian yang lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal. Lee et al. (2000) menyatakan bahwa tingkat pendapatan, pendidikan, dan praktek manajemen keuangan mempengaruhi secara nyata terhadap kemampuan keluarga untuk menabung. Semakin rendah tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita, semakin kecil kemungkinan keluarga menyisihkan uang untuk menabung. Keterbatasan Penelitian Penggalian data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara pada istri saja, tanpa melibatkan suami dalam wawancara. Istri yang bekerja dalam penelitian ini adalah istri yang tinggal di perkotaan saja. Dengan demikian, diharapkan penelitian selanjutnya mengambil contoh istri yang bekerja yang
34 tinggal di perkotaan dan pedesaan, sehingga dapat dilakukan uji beda terkait manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri antara istri yang tinggal di perkotaan dengan yang tinggal di pedesaan. Simpulan Secara keseluruhan karakteristik keluarga antara istri yang bekerja di sektor formal dengan di sektor informal berbeda nyata, dimana karakteristik keluarga terdiri atas besar keluarga, usia suami, usia istri, pendidikan suami, pendidikan istri, lama pernikahan, pendapatan suami, pendapatan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset. Baik manajamen keuangan maupun kepuasan keuangan istri antara istri yang bekerja di sektor formal dengan di sektor informal berbeda secara signifikan. Rataan capaian manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri lebih tinggi pada istri yang bekerja di sektor formal daripada istri yang bekerja di sektor informal.
35
PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA DAN MANAJEMEN KEUANGAN TERHADAP KEPUASAN KEUANGAN ISTRI PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study pada 120 contoh dari keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0-6 tahun. Teknik penarikan contoh menggunakan stratified non-proportional random sampling di Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Tengah. Pengumpulan data dilakukan dari Februari hingga April 2014. Hasil penelitian menemukan bahwa satu dari empat (25.0%) contoh memiliki manajemen yang baik dan satu dari sepuluh (9.2%) contoh memiliki tingkat kepuasan keuangan tinggi. Manajemen keuangan berhubungan negatif dengan usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan, serta berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset. Manajemen keuangan dan pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan keuangan istri (p=0.000; Adjusted R2=0.347). Semakin baik manajemen keuangan dan semakin tinggi pendidikan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri. Pengetahuan terkait manajemen keuangan perlu diberikan oleh instansi terkait keluarga dan perguruan tinggi kepada keluarga dengan suami istri bekerja. Abstract The purpose of this study was to analyze the influence of family characteristics and financial management on wife financial satisfaction. The research design was a cross sectional study of 120 dual earner families with children aged 0-6 last year. Samples selected by using non-proportional stratified random sampling technique in Bogor District of West and Central Bogor. Data collected from February until April 2014. The result of this study found that a quarter (25.0%) samples have good management and one of ten (9.2%) samples of the high level of financial satisfaction. Financial management negatively correlated by wife’s age, large families, length of married, and positively correlated with wife’s education, per capita income, value of the asset. Financial management and wife’s education had significant positively influenced on wife financial satisfaction (p=0.000; Adjusted R2=0.347). The better financial management and the higher wife’s education made the higher wife financial satisfaction. Knowledge of financial management should be give by the relevant institutions and universities to families with low income and education in order to attain financial satisfaction. Keywords: dual earner family, financial management, financial satisfaction.
36 Pendahuluan Semakin meningkatnya pendidikan wanita dan semakin luasnya kesempatan kerja, membuat wanita semakin banyak yang memasuki lapangan pekerjaan. Data Sakernas menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita mengalami peningkatan yakni dari 52.67 persen pada tahun 2012 menjadi 53.26 persen pada tahun 2013 (BPS 2014). Hal ini mengindikasikan bahwa kesempatan bekerja untuk wanita terus meningkat dan adanya tuntutan ekonomi yang membuat perempuan harus bekerja di luar rumah. Motif ekonomi yaitu untuk pemenuhan kebutuhan keluarga menjadi alasan utama wanita untuk bekerja sehingga wanita harus membagi waktu antara peran domestik dengan peran publik (Sunarti et al. 2013). Selain itu, pendapatan suami yang kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga membuat istri memutuskan untuk bekerja di sektor publik (Hugeng 2012). Dengan demikian, bekerja dipandang sebagai wujud kontribusi wanita terhadap perekonomian keluarga. Pada tahun 2012, angka sumbangan pendapatan wanita mencapai 34.70 persen atau meningkat sebesar 0.54 persen dari tahun 2011. Hal ini terjadi karena dua faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor angkatan kerja dan upah yang diterima (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2013). Keterlibatan wanita dalam lapangan pekerjaan membuat wanita memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengurus rumah dan mengasuh anak. Wanita memutuskan bekerja lebih lama untuk meningkatkan pendapatan meraka. Wanita yang bekerja dengan jam kerja lebih pendek (kurang dari 35 jam per minggu) di Jawa Barat pada Agustus 2013 sebesar 10.6 persen (BPS Jawa Barat 2013). Adanya perbedaan jumlah pendapatan dengan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi maka memunculkan kesulitan ekonomi yang dialami keluarga. Dimana kesulitan ekonomi yang terjadi menjadi landasan utama munculnya tekanan ekonomi. Pendapatan yang rendah dan berkurangnya pendapatan yang merugikan juga memberikan efek yang sama pada tekanan ekonomi (Elder et al. 1992). Keluarga dengan pendapatan yang rendah dapat mengurangi tekanan ekonomi dengan mengurangi pengeluaran pangan maupun nonpangan atau menambah pendapatan keluarga dengan pola nafkah ganda. Sedangkan untuk keluarga dengan pendapatan yang tetap dapat meminimalisir tekanan ekonomi dengan melakukan manajemen keuangan keluarga dengan baik. Manajemen keuangan dapat diawali dengan perencanaan keuangan dalam satu bulan. Namun, tidak semua keluarga membuat perencanaan keuangan, karena perencanaan keuangan dianggap tidak perlu dilakukan dengan asumsi setiap bulan pengeluaran sama atau pendapatan yang diterima tidak menentu. Minat yang mendorong istri membuat perencanaan keuangan keluarga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, kepribadian, pendapatan, dan pola pikir (Yohnson 2004). Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi minatnya untuk membuat perencanaan keuangan keluarga. Tingginya pendidikan juga akan membedakan pengetahuan seseorang tentang keuangan keluarga. Pengetahuan tentang keuangan berhubugan dengan perilaku manajemen keuangan (Titus et al. 1989). Kurangnya pengetahuan tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dan masalah keuangan membuat beberapa keluarga tidak mengikuti praktek-praktek keuangan yang telah dianjurkan (Hilgert dan Hogarth 2003). Sebagian besar keluarga tidak melakukan pencatatan keuangan, sehingga mengindikasikan
37 perencanaan keuangan yang tidak komprehensif, namun berdasarkan kebutuhan sesaat atau insidentil. Selain itu, mayoritas keluarga kurang memikirkan perencaan hari tua, karena perencanaan keuangan hanya berorientasi kebutuhan jangka pendek, bahkan sebagian besar keluarga berpendapat setelah pensiun menerima uang pesangon dari perusahaan tanpa mempertimbangkan dampak inflansi tiap tahun (Joko 2012). Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004; Loibl dan Hira 2005). Menurut Joo dan Grable (2004), perilaku keuangan memiliki lebih banyak efek yang signifikan dan langsung pada kepuasan keuangan dari tingkat pendapatan rumah tangga atau faktor demografis lainnya. Selain itu, stres keuangan, seperti penurunan pendapatan, menjadi sakit, atau kehilangan pekerjaan, dapat meningkatkan total tingkat stres seseorang (Nesteruk dan Garrison 2005), yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004). Oleh karena itu, penting untuk melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan keluarga terhadap kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis karakteristik keluarga, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja. 2. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja. 3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri. Bagi keluarga, diharapkan penelitian ini memberikan pemahaman pentingnya praktek manajemen keuangan yang baik karena dapat mempengaruhi kepuasan keuangan yang dirasakan oleh istri. Bagi pemerintah dan instansi terkait dapat menjadi acuan tambahan dalam membuat kebijakan yang dapat mendukung keseimbangan kerja-keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. Metode Penelitian Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian bersama dengan tema keseimbangan kerja keluarga dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja. Disain dari penelitian ini adalah cross sectional study. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive dengan alasan kecamatan terbanyak dan terpadat penduduknya di Kota Bogor yaitu di Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan Pasir Jaya, Kelurahan Menteng, dan Kelurahan Cilendek Barat) dan
38 Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan Paledang dan Kelurahan Panaragan). Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari – April 2014. Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Seluruh istri bekerja pada keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0 – 6 tahun di Kota Bogor menjadi populasi dari penelitian ini. Istri bekerja yang memiliki anak terakhir usia 0 – 6 tahun yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal atau informal pada keluarga dengan suami istri bekerja di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah menjadi contoh dalam penelitian ini. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified non-proporsional random sampling berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau informal) sebanyak 120 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan peneliti. Data primer meliputi: (1) karakteristik keluarga; (2) manajemen keuangan yang dilakukan oleh istri diukur dengan keusioner hasil modifikasi dari Fitzsimmons et al. (1993), Firdaus dan Sunarti (2009), dan Kumari (2011) yang terdiri dari 20 item pernyataan dengan skala jawaban dari tidak pernah sampai selalu; dan (3) kepuasan keuangan istri diukur dengan kuesioner hasil modifikasi dari Morris dan Lown (1991) dan Loibl dan Hira (2005) yang terdiri dari 10 item pernyataan dengan skala jawaban dari tidak puas sampai sangat puas. Data sekunder dalam penelitian ini ialah data dasar keluarga yang diperoleh dari masing-masing kelurahan setempat. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for windows, kemudian dianalisis secara deskriptif. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini meliputi: 1. Analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga (besar keluarga; usia istri; pendidikan istri; pendapatan per kapita; pekerjaan istri; lama pernikahan; dan nilai aset), manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri. Manajemen keuangan dikategorikan menjadi kurang (0.033.3%), cukup (33.4-66.6%), dan baik (66.7-100.0%). Kepuasan keuangan istri dikategorikan menjadi rendah (0.0-33.3%), sedang (33.4-66.6%), dan tinggi (66.7-100.0%). Nilai capaian dari manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri diperoleh dari rumus: Y= X – nilai minimum x 100 Nilai maksimum – nilai minimum Keterangan: Y = Skor dalam persen X = Skor yang diperoleh untuk setiap contoh 3. Uji hubungan digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik keluarga, manajeman keuangan, dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja
39 4. Uji regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, jenis pekerjaan istri, dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri. Terdapat dua peubah dependent yaitu manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri. Peubah dependent pertama memiliki dua model turunan yaitu: (1) model yang meliputi peubah utama dan jenis pekerjaan istri sebagai peubah independen; dan (2) model yang meliputi peubah utama sebagai peubah independen dan jenis pekerjaan istri sebagai dummy. Peubah dependent kedua memiliki enam model turunan yaitu: (1) model yang meliputi peubah utama, jenis pekerjaan istri, dan manajemen keuangan sebagai peubah independen; (2) model yang meliputi peubah utama dan manajemen keuangan sebagai peubah independen, serta jenis pekerjaan istri sebagai dummy; (3) model yang meliputi sub manajemen keuangan dan jenis pekerjaan istri sebagai peubah independen; (4) model yang meliputi sub manajemen keuangan sebagai peubah independen dan jenis pekerjaan istri sebagai dummy; (5) model yang meliputi peubah utama, sub manajemen keuangan, dan jenis pekerjaan istri sebagai peubah independen; dan (6) model yang meliputi peubah utama dan sub manajemen keuangan sebagai peubah independen, serta jenis pekerjaan istri sebagai dummy. Adapun model persamaan regresi linear berganda yang dianalisis disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Persamaan regresi linear berganda Variabel dependent Model Persamaan regresi linear berganda Manajemen Y1.1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + ε keuangan (Y1) Y1.2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + γ1D1 + ε Kepuasan keuangan Y2.1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 istri (Y2) +ε Y2.2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X8 + γ1D1 +ε Y2.3 = α + β1X8.1 + β2X8.2 + β3X8.3 + β4X8.4 + β5X7 + ε Y2.4 = α + β1X8.1 + β2X8.2 + β3X8.3 + β4X8.4 + γ1D1 + ε Y2.5 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8.1 + β9X8.2 + β10X8.3 + β11X8.4 + ε Y2.6 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X8.1 + β8X8.2 + β9X8.3 + β10X8.4 + γ1D1 + ε Keterangan: Y1
= Manajemen keuangan
X8
= Manajemen keuangan
Y2
= Kepuasan keuangan istri
X8.1
= Perencanaan (planning)
α
= Konstanta
X8.2
= Pengorganisasian (organizing)
β1-10
= Koefisien regresi
X8.3
= Pelaksanaan (actuating)
ε
= Galat
X8.4
= Pengontrolan (controlling)
X1
= Usia istri (tahun)
γ1
= Koefisien dummy
X2
= Pendidikan istri (tahun)
D1
= Jenis pekerjaan (0= formal; 1= informal)
X3
= Besar keluarga (orang)
X4
= Pendapatan per kapita (Rp/bulan)
X5
= Lama pernikahan (tahun)
X6
= Nilai aset (rupiah)
X7
= Jenis pekerjaan istri
40 Hasil Karakteristik Keluarga Tabel 11 menunjukkan bahwa istri memiliki rataan usia 34.88 tahun (berkisar antara 21 sampai 53 tahun) dengan persentase terbesar (56.7%) yang berada pada kelompok usia 31 – 40 tahun (Lampiran 1). Istri memiliki rataan lama pendidikan 11.95 tahun (berkisar antara 6 sampai 21 tahun) dengan persentase terbesar (35.8%) memiliki lama pendidikan antara 13 – 16 tahun (Lampiran 2). Keluarga memiliki rataan lama pernikahan 10.64 tahun (berkisar antara 2 sampai 29 tahun) dengan persentase terbesar (34.2%) telah menikah selama 6 – 10 tahun (Lampiran 6). Rata-rata keluarga terdiri atas 4.53 orang (berkisar antara 3 sampai 10 orang) dengan lebih dari separuh keluarga (53.3%) merupakan keluarga kecil (0 – 4 orang) (Lampiran 5). Keluarga memiliki rataan pendapatan per kapita sebesar Rp1 440 000 per bulan (berkisar antara Rp120 000 hingga Rp16 250 000 per bulan). Tiga dari empat keluarga (76.7%) termasuk pada keluarga tidak miskin (Lampiran 4). Tabel 11 Sebaran rataan karakteristik keluarga Karakteristik keluarga Usia istri (tahun) Pendidikan istri (tahun) Lama pernikahan (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan per kapita (ribu rupiah) Nilai aset (ribu rupiah)
Total 34.88 11.95 10.64 4.53 1 440 65 975
Min 21 6 2 3 120 350
Max 53 21 29 10 16 250 1 203 550
SD 6.5 3.8 6.4 1.3 1 828 145 200
Nilai aset yang dimiliki keluarga memiliki kisaran antara Rp350 000 hingga Rp1 203 550 000 dengan rataan nilai aset sebesar Rp65 975 000. Hasil penelitian menunjukkan, hampir tiga dari empat keluarga (73.4%) memiliki nilai aset dibawah 50 juta rupiah, 4.2 persen keluarga hanya memiliki nilai aset kurang dari satu juta rupiah, dan satu dari empat keluarga (26.7%) memiliki aset senilai kurang dari 10 juta rupiah (Lampiran 7). Manajemen Keuangan George R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan manusia dan sumber daya lainnya (Herujito 2001). Manajemen keuangan keluarga adalah mengelola atau mengatur keuangan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Manajemen keuangan merupakan serangkaian tugas dalam memaksimalkan perolehan bunga dan meminimalisir biaya, serta memastikan ketersediaan dana untuk kebutuhan sehari-hari, pengeluaran rumah tangga, kondisi darurat, tabungan maupun kesempatan untuk investasi (Garman dan Forgue 2000). Hasil penelitian (Tabel 12) menunjukkan bahwa manajemen keuangan yang dicapai oleh keseluruhan contoh memiliki rataan 50.1 persen. Persentase rataan capaian tertinggi adalah dalam hal membicarakan masalah keuangan dengan suami (77.5%) dan membayar tanggungan bulanan dari tabungan saat ini (76.1%). Dari capaian manajemen keuangan keseluruhan contoh, ada beberapa hal yang memiliki rataan capaian kurang dari 50 persen (32.8%-49.7%) yaitu dalam hal
41 membuat perencanaan penggunaan uang dalam satu bulan, membuat rencana untuk tujuan keuangan masa depan, menuliskan tujuan keuangan, membuat rencana untuk mencapai tujuan keuangan yang ingin dicapai, dan mencatat seluruh pendapatan. Selain itu, menuliskan pengeluaran keuangan, menetapkan standar biaya maksimal dalam pengalokasian pengeluaran, melakukan pengeluaran sesuai dengan yang telah dianggarkan, merujuk pada rencana sebelum membeli sesuatu, melakukan evaluasi pengeluaran secara teratur, dan mengevaluasi pengeluaran secara rutin dan menyeluruh. Tabel 12 Sebaran rataan capaian manajemen keuangan berdasarkan item pernyataan No
Pernyataan
Perencanaan (planning) 1 Membuat perencanaan penggunaan uang dalam satu bulan 2 Membuat rencana untuk tujuan keuangan masa depan 3 Menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari 4 Menuliskan tujuan keuangan 5 Membuat rencana untuk mencapai tujuan keuangan yang ingin dicapai Total rataan capaian perencanaan Pengorganisasian (organizing) 6 Mencatat seluruh pendapatan 7 Menuliskan pengeluaran keuangan 8 Menetapkan standar biaya maksimal dalam pengalokasian pengeluaran 9 Memisahkan uang sesuai dengan kegunaannya 10 Menyimpan bukti pembayaran untuk pembelian yang besar Total rataan capaian pengorganisasian Pelaksanaan (actuating) 11 Melakukan pengeluaran sesuai dengan yang telah dianggarkan 12 Merujuk pada rencana sebelum membeli sesuatu 13 Membayar tanggungan bulanan dari tabungan saat ini 14 Membuat keputusan keuangan tanpa berfikir panjang 15 Melakukan pembelian tak terencana 16 Berusaha menabung Total rataan capaian pelaksanaan Pengontrolan (controlling) 17 Melakukan evaluasi pengeluaran secara teratur 18 Mengevaluasi pengeluaran secara rutin dan menyeluruh 19 Membandingkan penerimaan dan pengeluaran 20 Membicarakan masalah keuangan dengan suami Total rataan capaian pengontrolan Total rataan capaian manajemen keuangan
% 45.6 49.7 53.6 32.8 41.7 44.7 34.2 34.2 37.5 57.8 51.7 43.1 43.1 44.7 76.1 68.9 56.4 68.1 59.5 40.8 36.4 51.4 77.5 51.5 50.1
Menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari, memisahkan uang sesuai dengan kegunaannya, menyimpan bukti pembayaran untuk pembelian yang besar, dan membandingkan penerimaan dan pengeluaran rataan capaiannya berkisar antara 51.4 persen sampai dengan 57.8 persen. Rataan capaian dalam hal melakukan pembelian tak terencana mencapai 56.4 persen dan dalam membuat keputusan keuangan tanpa berfikir panjang mencapai 68.9 persen. Sementara dalam hal menabung, rataan capaian contoh masih 68.1 persen.
42 Hasil analisis (Tabel 12) dari empat subvariabel manajemen keuangan menunjukkan bahwa persentase rataan capaian tertinggi (59.5%) adalah dalam hal pelaksanaan, kemudian dalam hal pengontrolan (51.5%). Sedangkan dalam hal perencanaan dan pengorganisasian rataannya sebesar 44.7 persen dan 43.1 persen. Tabel 13 menunjukkan bahwa satu dari empat contoh (25.0%) telah melakukan manajemen keuangan dengan baik. Hampir separuh contoh (48.3%) melakukan manajemen keuangan dengan cukup baik dan 26.7 persen contoh yang masih kurang dalam melakukan praktek manajemen keuangan. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori capaian manajemen keuangan Kategori capaian manajemen keuangan Kurang (0.0-33.3%) Cukup (33.4-66.6%) Baik (66.7-100.0%) Total Rata-rata±SD Min-Max
n 32 58 30 120
% 26.7 48.3 25.0 100.0 50.1±20.4 8.3-96.7
Kepuasan Keuangan Istri Kepuasan keuangan adalah persepsi subjektif individu dari kecukupan sumber daya keuangan sendiri. Kepuasan keuangan telah lama diakui sebagai komponen kesejahteraan dan telah mendapat perhatian dalam studi tentang kesehatan terkait stres seperti tekanan keuangan dan isu-isu manajemen risiko (Roob dan Woodyard 2011). Penentu kepuasan keuangan meliputi faktor demografi seperti pendapatan, pendidikan, etnis, dan usia, serta stres keuangan, pengetahuan keuangan, sikap dan perilaku keuangan. Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo dan Grable 2004; Loibl dan Hira 2005). Tabel 14 Sebaran rataan capaian kepuasan keuangan istri berdasarkan item pernyataan No
Pernyataan
1 Pendapatan yang diterima 2 Kemampuan keuangan keluarga untuk menangani keadaan darurat/biaya tak terduga yang besar 3 Jumlah uang tunai yang dimiliki oleh keluarga 4 Tingkat/jumlah tabungan yang dimiliki keluarga 5 Uang untuk kebutuhan mendatang keluarga/jangka panjang 6 Cara penggunaan uang yang telah dilakukan 7 Kemampuan dalam membuat keputusan investasi dengan uang yang disimpan 8 Sejauh mana telah mampu mengendalikan situasi keuangan 9 Perencanaan warisan yang telah dilakukan 10 Kemampuan dalam membayar hutang (termasuk tagihan kartu kredit) Rataan kepuasan keuangan istri
% 37.5 34.0 35.8 29.4 29.8 39.0 32.9 39.0 12.7 45.6 44.8
Tabel 14 menunjukkan kepuasan keuangan istri secara keseluruhan memiliki rataan capaian 44.8 persen. Persentase capaian kepuasan keuangan istri tertinggi (45.6%) adalah dalam hal kemampuan membayar hutang, sedangkan persentase terendah (12.7%) adalah dalam hal perencanaan warisan. Sedangkan dalam hal
43 pendapatan yang diterima, kemampuan keuangan keluarga untuk menangani keadaan darurat atau biaya tak terduga yang besar, jumlah uang tunai yang dimiliki keluarga, tingkat atau jumlah tabungan yang dimiliki keluarga, uang untuk kebutuhan mendatang keluarga atau jangka panjang, cara penggunaan uang, kemampuan dalam membuat keputusan investasi, dan kemampuan dalam mengendalikan siatuasi keuangan memiliki rataan capaian berkisar 29.4 persen sampai dengan 39.0 persen. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kepuasan keuangan istri Kategori tingkat kepuasan keuangan istri Rendah (0.0-33.3%) Sedang (33.4-66.6%) Tinggi (66.7-100.0%) Total Rata-rata±SD Min-Max
n 30 79 11 120 44.8±17.3 0.0-100.0
% 25.0 65.8 9.2 100.0
Tabel 15 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (65.8%) memiliki kepuasan keuangan pada kategori sedang, ditemukan satu dari empat contoh (25.0%) memiliki kepuasan keuangan pada kategori rendah, dan hanya satu dari sepuluh contoh (9.2%) yang memiliki kepuasan keuangan pada kategori tinggi. Analisis hubungan antar peubah penelitian Hasil analisis hubungan antara karakterisrik keluarga, manajemen keuangan, dan kepuasan keuangan istri (Tabel 16) menunjukkan bahwa manajemen keuangan berhubungan negatif dengan usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan. Hal ini berarti bahwa semakin tua usia istri, semakin besar jumlah anggota keluarga, dan semakin lama usia pernikahan, maka semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Sedangkan, pendidikan istri dan pendapatan per kapita berhubungan positif dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi pendidikan istri dan semakin tinggi pendapatan per kapita, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan. Tabel 16 Koefisien korelasi antarvariabel penelitian X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12
X1 1 -.110 .473** -.010 .765** .253** -.141 -.205* -.219* -.209* -.227* .030
X2
X3
X4
X5
1 -.289** .482** -.388** .452** .394** .429** .274** .419** .462** .525**
1 -.209* .624** .064 -.222* -.358** -.240** -.340** -.347** -.115
1 -.147 .547** .276** .295** .164 .256** .305** .402**
1 .092 -.249** -.322** -.252** -.246** -.324** -.126
X6
1 .251** .127 .032 .135 .177 .398**
X7
X8
1 .653** .488** .567** .849** .456**
1 .602** .710** .902** .414**
X9
X10
X11
1 .438** 1 .737** .808** 1 .219* .317** .440**
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01 X1=usia istri; X2=pendidikan istri; X3=besar keluarga; X4=pendapatan per kapita; X5= lama pernikahan; X6=nilai aset; X7=perencanaan; X8=pengorganisasian; X9=pelaksanaan; X10=pengontrolan; X11=manajemen keuangan; X12=kepuasan keuangan istri
44 Tabel 16 menunjukkan bahwa kepuasan keuangan berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, nilai aset, dan manajemen keuangan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan istri, semakin tinggi pendapatan per kapita per bulan keluarga, semakin tinggi nilai aset keluarga, dan semakin baik manajemen keuangan, maka semakin tinggi kepuasan keuangan yang dirasakan istri. Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa keempat subvariabel manajemen keuangan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan berhubungan positif dengan kepuasan keuangan istri. Semakin baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan yang dilakukan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri. Hal yang sama juga terjadi pada manajemen keuangan secara umum, bahwa manajemen keuangan berhubungan positif dengan kepuasan keuangan istri. Semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri. Perencanaan keuangan berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset, serta berhubungan negatif dengan besar keluarga dan lama pernikahan. Pendidikan istri dan pendapatan per kapita memiliki hubungan positif dengan pengorganisasian dan pengontrolan. Sedangkan usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan pengorganisasian dan pengontrolan. Dalam pelaksanaan manajemen keuangan, hanya pendidikan istri yang berhubungan positif, sedangkan usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan pelaksanaan manajemen keuangan. Analisis pengaruh karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri terhadap manajemen keuangan Hasil analisis regresi linear berganda (Tabel 17) menunjukkan bahwa pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen keuangan (β=0.360). Semakin tinggi pendidikan istri, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan. Tabel 17 Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri terhadap manajemen keuangan Variabel Konstanta Usia istri (tahun) Pendidikan istri (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan per kapita (ribu rupiah) Lama pernikahan (tahun) Nilai aset (ribu rupiah) Jenis pekerjaan (formal informal) R2 Adj R2 F Sig.
β tidak terstandarisasi 52.839 -.443 1.939 -3.061 1.064E-6 .203 3.823E-11 -.546
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
β terstandarisasi -.141 .360 -.193 .096 .064 .000 -.013 .278 .233 6.167 .000**
Sig. .001 .294 .007** .069 .357 .681 .998 .908
45 Nilai adjusted R square pada pengaruh karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri terhadap manajemen keuangan sebesar 0.233. Hal ini menunjukkan bahwa komponen karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri yang disusun dalam model tersebut dapat menjelaskan 23.3 persen pengaruhnya terhadap manajemen keuangan. Analisis pengaruh karakteristik keluarga terhadap manajemen keuangan berdasarkan jenis pekerjaan istri Hasil analisis (Tabel 18) menunjukkan bahwa pada keluarga dengan istri yang bekerja di sektor formal, pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen keuangan (β=0.410). Semakin tinggi pendidikan istri, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan. Sementara pada keluarga dengan istri bekerja di sektor informal, manajemen keuangan dipengaruhi positif signifikan oleh pendapatan per kapita (β=0.397). Semakin besar pendapatan per kapita keluarga, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan oleh istri. Tabel 18 Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga terhadap manajemen keuangan berdasarkan jenis pekerjaan Variabel Konstanta Usia istri (tahun) Pendidikan istri (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan per kapita (ribu rupiah) Lama pernikahan (tahun) Nilai aset (ribu rupiah) R2 Adj R2 F Sig.
Formal Beta Sig. .059 -.129 .575 .410 .010* -.207 .153 -.050 .739 -.016 .945 .021 .903 .206 .116 2.292 .049*
Informal Beta Sig. .002 -.170 .337 .072 .627 -.223 .196 .397 .016* .154 .447 -.030 .849 .270 .187 3.264 .008**
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Hasil analisis (Tabel 18) menunjukkan bahwa nilai adjusted R square di sektor formal sebesar 0.116 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh karakteristik keluarga terhadap manajemen keuangan di sektor formal sebesar 11.6 persen, sedangkan sisanya (88.4%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sementara, nilai adjusted R square di sektor informal sebesar 0.187 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh karakteristik keluarga terhadap manajemen keuangan di sektor informal sebesar 18.7 persen, sedangkan sisanya (81.3%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Analisis pengaruh karakteristik keluarga, jenis pekerjaan istri, dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri Hasil analisis (Tabel 19) menunjukkan bahwa pendidikan istri dan manajemen keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan keuangan istri (p=0.000). Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan istri dan semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan keuangan istri. Nilai adjusted R square pada model regresi ini sebesar 0.330 yang
46 berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh karakteristik keluarga dan jenis pekerjaan istri terhadap kepuasan keuangan istri sebesar 33.0 persen, sedangkan sisanya (67.0%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 19 Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga, jenis pekerjaan istri, dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri Variabel Konstanta Usia istri (tahun) Pendidikan istri (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan per kapita (ribu rupiah) Lama pernikahan (tahun) Nilai aset (rbu rupiah) Manajemen keuangan (skor) Jenis pekerjaan (formal informal) R2 Adj R2 F Sig.
β tidak terstandarisasi 3.420 .180 1.463 .687 1.040E-6 .004 1.532E-8 .233 .470
β terstandarisasi .067 .320 .051 .110 .001 .129 .274 .014
Sig. .787 .593 .013* .610 .260 .992 .203 .002** .900
.375 .330 8.332 .000**
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Analisis pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan istri Tabel 20 menunjukkan bahwa kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor informal dipengaruhi oleh nilai aset dan manajemen keuangan (p=0.001). Semakin besar nilai aset yang dimiliki dan semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan istri, maka kepuasan keuangan istri semakin tinggi. Berbeda dengan istri yang bekerja di sektor formal, kepuasan keuangan istri tidak dipengaruhi oleh karekteristik keluarga maupun manajemen keuangan. Tabel 20 Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan Variabel Konstanta Usia istri (tahun) Pendidikan istri (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan per kapita (ribu rupiah) Lama pernikahan (tahun) Nilai aset (ribu rupiah) Manajemen keuangan (skor) R2 Adj R2 F Sig.
Formal Beta Sig. .975 -.012 .956 .292 .059 .088 .518 .171 .230 .152 .475 .060 .714 .238 .069 .324 .233 3.566 .003**
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Informal Beta Sig. .509 .194 .249 .135 .338 -.068 .680 -.079 .620 -.153 .424 .403 .009** .312 .019* .366 .280 4.285 .001**
47 Hasil analisis (Tabel 20) menunjukkan bahwa nilai adjusted R square di sektor formal sebesar 0.233 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri di sektor formal sebesar 23.3 persen, sedangkan sisanya (76.7%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sementara, nilai adjusted R square di sektor informal sebesar 0.280 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh karakteristik keluarga dan manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri di sektor informal sebesar 28.0 persen, sedangkan sisanya (72.0%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Analisis pengaruh subvariabel manajemen keuangan dan jenis pekerjaan istri terhadap kepuasan keuangan istri Hasil analisis (Tabel 21) menunjukkan bahwa perencanaan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan keuangan istri. Semakin baik perencanaan keuangan yang dilakukan istri, semakin tinggi tingkat kepuasan keuangan istri. Kepuasan keuangan istri juga dipengaruhi negatif signifikan oleh jenis pekerjaan istri. Hal ini berarti bahwa kepuasan keuangan istri semakin tinggi dirasakan oleh istri yang bekerja di sektor formal dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Nilai adjusted R square pada model regresi ini sebesar 0.238 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh subvariabel maanjemen keuangan dan jenis pekerjaan istri terhadap kepuasan keuangan istri sebesar 23.8 persen, sedangkan sisanya (76.2%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 21 Koefisien regresi pengaruh subvariabel manajemen keuangan dan jenis pekerjaan istri terhadap kepuasan keuangan istri Variabel Konstanta Perencanaan (planning) Pengorganisasian (organizing) Pelaksanaan (actuating) Pengontrolan (controlling) Jenis pekerjaan (formal informal) R2 Adj R2 F Sig.
β tidak terstandarisasi 41.486 .173 .154 -.122 -.010 -6.681
β terstandarisasi .298 .241 -.117 -.015 -.194 .270 .238 8.444 .000**
Sig. .000 .008** .080 .252 .898 .026*
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Analisis pengaruh subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan istri Tabel 22 menunjukkan bahwa kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor formal dipengaruhi positif signifikan oleh perencanaan keuangan (β=0.394). Semakin baik perecanaan keuangan yang dilakukan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri. Sementara, kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor informal dipengaruhi positif signifikan oleh pengorganisasian keuangan (β=0.418). Semakin baik istri dalam mengorganisasikan keuangan, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri.
48 Tabel 22 menunjukkan bahwa nilai adjusted R square di sektor formal sebesar 0.124 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri di sektor formal sebesar 12.4 persen. Sementara, nilai adjusted R square di sektor informal sebesar 0.149 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri di sektor informal sebesar 14.9 persen. Tabel 22 Koefisien regresi pengaruh subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan Variabel Konstanta Perencanaan (planning) Pengorganisasian (organizing) Pelaksanaan (actuating) Pengontrolan (controlling) R2 Adj R2 F Sig.
Formal Beta Sig. .000 .394 .008** .104 .602 -.124 .387 .009 .961 .183 .124 3.081 .023*
Informal Beta Sig. .000 .124 .494 .418 .042* -.095 .551 -.005 .974 .206 .149 3.574 .012*
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Analisis pengaruh karakteristik keluarga, subvariabel manajemen keuangan, dan jenis pekerjaan istri terhadap kepuasan keuangan istri Hasil analisis (Tabel 23) menunjukkan bahwa pendidikan istri dan perencanaan keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan keuangan istri (p=0.000). Semakin tinggi pendidikan istri dan semakin baik dalam merencanakan keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan keuangan istri. Tabel 23 Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga, subvariabel manajemen keuangan, dan jenis pekerjaan istri terhadap kepuasan keuangan istri Variabel Konstanta Usia istri (tahun) Pendidikan istri (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan per kapita (ribu rupiah) Lama pernikahan (tahun) Nilai aset (ribu rupiah) Perencanaan (planning) Pengorganisasian (organizing) Pelaksanaan (actuating) Pengontrolan (controlling) Jenis pekerjaan (formal informal) R2 Adj R2 F Sig.
β tidak terstandarisasi 12.095 .055 1.648 .413 9.942E-7 .146 1.223E-8 .145 .131 -.070 -.064 1.391
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
β terstandarisasi .021 .360 .031 .105 .054 .103 .250 .205 -.067 -.096 .040 .403 .342 6.622 .000**
Sig. .369 .871 .006** .761 .279 .714 .314 .020* .117 .485 .403 .715
49 Hasil analisis (Tabel 23) menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0.342 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (karakteristik keluarga dan subvariabel manajemen keuangan) terhadap variabel dependen (kepuasan keuangan istri) sebesar 34.2 persen, sedangkan sisanya (65.8%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Analisis pengaruh karakteristik keluarga dan subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan istri Hasil analisis (Tabel 24) menujukkan bahwa kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor formal dipengaruhi positif signifikan oleh pendidikan (β=0.346) dan perencanaan keuangan (β=0.296). Semakin tinggi tingkat pendidikan istri dan semakin baik perencanaan keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan keuangan istri. Sementara, kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor informal dipengaruhi positif signifikan oleh nilai aset (β=0.485). Semakin besar nilai aset yang dimiliki, maka istri semakin puas dalam keuangan keluarganya. Tabel 24 Koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga dan subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan Variabel Konstanta Usia istri (tahun) Pendidikan istri (tahun) Besar keluarga (orang) Pendapatan per kapita (ribu rupiah) Lama pernikahan (tahun) Nilai aset (ribu rupiah) Perencanaan (planning) Pengorganisasian (organizing) Pelaksanaan (actuating) Pengontrolan (controlling) R2 Adj R2 F Sig.
Formal Beta Sig. .622 -.076 .729 .346 .029* .070 .609 .154 .275 .229 .295 -.009 .959 .296 .039* .190 .324 -.123 .363 -.102 .551 .378 .251 2.978 .005**
Informal Beta Sig. .279 .141 .407 .182 .217 -.126 .449 -.146 .396 -.108 .570 .485 .003** .225 .190 .312 .124 .032 .836 -.262 .137 .418 .300 3.524 .001**
Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01
Nilai adjusted R square di sektor formal sebesar 0.251 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh karakteristik keluarga dan subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri di sektor formal sebesar 25.1 persen, sedangkan sisanya (74.9%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sementara, nilai adjusted R square di sektor informal sebesar 0.300 yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh karakteristik keluarga dan subvariabel manajemen keuangan terhadap kepuasan keuangan istri di sektor informal sebesar 30.0 persen, sedangkan sisanya (70.0%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
50 Pembahasan Hasil analisis menunjukkan bahwa kepuasan keuangan istri dipengaruhi oleh manajemen keuangan dan pendidikan istri. Manajemen keuangan berhubungan positif signifikan dengan pendidikan istri dan pendapatan per kapita, namun berhubungan negatif signifikan dengan usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan. Tingkat pendidikan istri berhubungan positif signifikan dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan. Firdaus dan Sunarti (2009) menyatakan bahwa pendidikan berhubungan positif signifikan dengan manajemen keuangan keluarga. Satu dari empat contoh (25.0%) yang melakukan manajemen keuangan dengan baik karena hanya 2.5 persen contoh yang memiliki lama pendidikan lebih dari 16 tahun. Iskandar (2008) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi proses manajemen salah satunya adalah tingkat pendidikan. Sehingga, kurangnya pengetahuan tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dan masalah keuangan dapat menjelaskan mengapa beberapa keluarga tidak mengikuti praktek-praktek keuangan yang dianjurkan (Hilgert dan Hogarth 2003). Subvariabel dari manajemen keuangan yang berpengaruh terhadap kepuasan keuangan istri adalah perencanaan. Perencanaan keuangan memiliki hubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset. Semakin tinggi pendidikan istri, semakin besar pendapatan perkapita dan nilai aset keluarga, maka semakin baik istri dalam merencanakan keuangan keluarga, sehingga kepuasan keuangan istri juga semakin tinggi. Perencanaan penggunaan uang dalam satu bulan, membuat rencana untuk tujuan keuangan masa depan, menuliskan tujuan keuangan, membuat rencana untuk mencapai tujuan keuangan, dan memperkirakan biaya hidup sehari-hari dengan sebaik mungkin maka dapat meningkatkan kepuasan keuangan istri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu dari sepuluh contoh (9.2%) memiliki tingkat kepuasan yang tinggi, sedangkan satu dari empat contoh (25.0%) tingkat kepuasan keuangannya terkategori rendah. Kepuasan keuangan dipengaruhi secara nyata oleh manajemen keuangan dan pendidikan istri (p=0.001; adjusted R2=0.280). Semakin tinggi tingkat pendidikan istri, semakin baik manajemen keuangan, semakin tinggi tingkat kepuasan keuangan istri. Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo & Grable 2004; Loibl & Hira 2005). Berdasarkan jenis pekerjaan istri, kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor formal dipengaruhi positif signifikan oleh perencanaan keuangan. Semakin baik perencanaan keuangan yang dilakukan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri. Kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor informal dipengaruhi oleh nilai aset dan pengorganisasian. Semakin besar nilai aset keluarga dan semakin baik dalam mengorganisasikan keuangan, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam hal membayar tanggungan bulanan dengan tabungan saat ini memiliki rataan capaian 76.1 persen. Hal ini menunjukkan dalam mengarahkan keuangan, contoh belum melakukannya dengan baik. Sumarwan dan Hira (1992) mengatakan bahwa pembayaran hutang bulanan memiliki dampak negatif signifikan terhadap kepuasan keuangan dan indeks
51 perilaku manajerial dan pembayaran hutang bulanan memiliki efek langsung dan tidak langsung terhadap kepuasan dengan persiapan untuk keadaan darurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan capaian kepuasan keuangan contoh dalam hal kemampuan keuangan keluarga untuk menangani keadaan darurat atau biaya tak terduga yang besar masih mencapai 34.0 persen dan uang untuk kebutuhan mendatang keluarga atau jangka panjang memiliki rataan capaian 29.8 persen. Perencanaan keuangan berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset. Semakin tinggi pendidikan istri, semakin tinggi pendapatan per kapita dan nilai aset keluarga, maka semakin baik perencanaan keuangan yang dilakukan oleh istri. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berhubungan signifikan dengan nilai aset. Semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin tinggi nila aset yang dimiliki. Rata-rata pendapatan per kapita contoh sebesar Rp1 440 000 per bulan dan satu dari empat contoh (26.7%) memiliki aset kurang dari 10 juta rupiah. Pendapatan yang diperoleh memberikan efek positif terhadap kepemilikan aset keuangan (Xiao 1996). Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berhubungan positif dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi pendapatan per kapita keluarga, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan. Sementara, manajemen keuangan berpengaruh terhadap kepuasan keuangan, sehingga secara tidak langsung pendapatan per kapita berpengaruh terhadap kepuasan keuangan istri. Parrotta dan Johnson (1998) mengatakan semakin tinggi pendapatan dan penggunaan praktek keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap status keuangan. Praktek manajemen sumberdaya keuangan tergolong rendah pada keluarga miskin karena pendapatan yang dimiliki tidak teratur (Simanjuntak 2010). Besar keluarga, usia istri, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan manajemen keuangan. Semakin besar jumlah anggota keluarga, semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Sementara, ketika manajemen yang dilakukan rendah, maka kepuasan keuangan yang dirasakan juga rendah. Firdaus dan Sunarti (2009) menyebutkan bahwa besar keluarga berhubungan negatif dengan kesejahteraan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak anggota keluarga maka semakin rendah kesejahteraan keluarganya. Usia istri dan lama pernikahan juga memiliki hubungan negatif signifikan dengan manajemen keuangan, dan usia istri saling berhubungan dengan lama pernikahan. Semakin tua istri, semakin lama usia pernikahannya, maka semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Sunarti et al. (2013) mengatakan keluarga baru menikah mencoba untuk menabung, namun mereka tetap memutuskan untuk menabung ketika mendekati masa tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal pendapatan yang diterima, jumlah tabungan, dan keputusan investasi, rataan capaian kepuasan contoh berkisar 29.4 persen sampai dengan 37.5 persen. Namun, dalam hal berusaha menabung, rataan capaian contoh sebesar 68.1 persen. Menurut Hong et al. (2002), tingkat tabungan secara positif berhubungan dengan pendapatan rumah tangga, jumlah aset likuid, dan jumlah penerimaan dalam rumah tangga. Faktor ekonomi memiliki hubungan yang lebih kuat dengan perilaku menabung jika dibandingkan dengan faktor sosiologis dan psikologis. Secara khusus, usia dan skor perilaku keuangan secara signifikan terkait dengan kemungkinan memiliki rekening tabungan sedangkan pendapatan, kekayaan bersih, dan pendidikan secara
52 signifikan terkait dengan kemungkinan memiliki rekening tabungan dan investasi (Gutter et al. 2012). Tingkat pendidikan, pendapatan, dan praktek manajemen keuangan mempengaruhi secara nyata terhadap kemampuan keluarga untuk menabung (Lee et al. 2000). Semakin rendah tingkat pendapatan dan pendidikan, semakin kecil kemungkinan keluarga menyisihkan uang untuk menabung. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini, manajemen keuangan yang dilakukan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja tidak melihat lebih detail keuangan yang dikelola oleh istri adalah pendapatan sendiri atau pendapatan keluarga. Dengan demikian, diharapkan penilitian selanjutnya melihat manajemen keuangan keluarga yang bersumber dari pendapatan suami dan istri. Selain itu, kepuasan keuangan hanya dilihat dari persepsi istri, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk melihat kepuasan keuangan dari persepsi suami juga. Simpulan Rata-rata usia istri berada pada kelompok usia 31–40 tahun dengan rata-rata lama pendidikan istri 11.95 tahun. Rata-rata keluarga memiliki lama pernikahan 10.64 tahun. Separuh keluarga merupakan keluarga kecil. Rata-rata pendapatan per kapita keluarga sebesar Rp1 440 000 per bulan dengan rataan nilai aset sebesar Rp65 975 000. Satu dari empat istri sudah melakukan manajemen keuangan dengan baik dan satu dari sepuluh istri memiliki tingkat kepuasan keuangan pada ketegori tinggi. Usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan manajemen keuangan. Sementara, pendidikan istri dan pendapatapan per kapita berhubungan positif dengan manajemen keuangan. Kepuasan keuangan istri berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, nilai aset, dan manajemen keuangan. Manajemen keuangan dan pendidikan istri berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan keuangan istri. Semakin baik manajemen keuangan dan semakin tinggi pendidikan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri.
PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini dilandasi oleh pendekatan teori struktural fungsional dalam menjalankan manajemen keuangan dan teori sosial konflik serta teori gender dalam kehidupan keluarga dengan suami istri bekerja. Keluarga dengan suami istri bekerja melakukan pembagian peran antara istri dan suami untuk menjaga keutuhan keluarga dan keberfungsian keluarga. Suami berperan sebagai pencari nafkah utama (breadwinner), sedangkan istri memiliki peran utama sebagai ibu serta pencari nafkah tambahan (secondary breadwinner). Tanpa adanya pembagian peran yang jelas dalam keluarga dapat menyebabkan konflik dan fungsi keluarga dapat terganggu. Megawangi (1999) menyatakan tanpa adanya pembagian tugas yang jelas pada masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu dan akan mempengaruhi sistem yang lebih besar lagi.
53 Permasalahan yang sekarang umum dirakasan oleh keluarga adalah ketika pendapatan suami sebagai pencari nafkah utama tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga mendorong istri untuk berusaha memenuhi kekurangan tersebut dengan bekerja (Nugraheni 2012). Adanya motif ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, istri memutuskan untuk bekerja, maka istri yang bekerja harus mampu membagi waktu antara peran domestik dan peran publik (Sunarti et al. 2013) untuk dapat menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarga. Menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga dengan tujuan menghindari konflik kerja-keluarga yang mungkin muncul akibat adanya perubahan peran dalam struktur keluarga. Pokok bahasan dalam penelitian ini ialah manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri berdasarkan jenis pekerjaan istri yaitu formal dan informal. Karakteristik pekerjaan istri yang berbeda nyata adalah jumlah pindah kerja (p-value=0.013) dan lama perjalanan ke tempat kerja (p-value=0.000). Istri yang bekerja di sektor formal menempuh perjalanan ke tempat kerja lebih lama (1.6 jam) daripada istri yang bekerja di sektor informal (0.6 jam). Hal ini karena lokasi tempat kerja istri di sektor informal lebih dekat dengan rumah, sedangkan istri di sektor formal kerja di perkantoran yang jauh dari rumah. Sementara untuk jumlah pindah kerja lebih tinggi dialami oleh istri yang bekerja di sektor informal (2.3 kali) daripada istri di sektor formal (1.3 kali). Rata-rata jam kerja istri adalah 7.6 jam/hari. Jam kerja istri di sektor formal maupun informal tidak berbeda nyata (p-value=0.240). Jam kerja istri sesuai dengan jam kerja yang layak menurut Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 Ayat 2 yaitu 40 jam per minggu (7 jam sehari/6 hari seminggu atau 8 jam sehari/5 hari seminggu). Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan manajamen keuangan dan kepuasan keuangan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan istri. Istri yang bekerja di sektor formal melakukan manajemen keuangan lebih baik sehingga tingkat kepuasan keuangan lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Hal tersebut karena adanya perbedaan yang nyata pada tingkat pendidikan dan pendapadan per kapita antara istri yang bekerja di sektor formal dengan istri yang bekerja di sektor informal. Selain itu, jenis pekerjaan juga mempengaruhi kepuasan keuangan istri (p=0.026). Istri yang bekerja di sektor formal lebih merasa puas dengan kondisi keuangannya daripada istri yang bekerja di sektor informal. Hal ini dapat terjadi karena pendapatan istri yang bekerja di sektor formal lebih tetap, sedangkan istri di sektor informal pendapatannya tidak menentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan istri berhubungan positif signifikan dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan. Sunarti dan Firdaus (2009) menyatakan bahwa pendidikan berhubungan positif signifikan dengan manajemen keuangan keluarga. Hal serupa dinyatakan oleh Iskandar (2008) bahwa faktor yang mempengaruhi proses manajemen salah satunya adalah tingkat pendidikan. Selain itu, menurut Hilgert dan Hogart (2003), kurangnya pengetahuan tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dan masalah keuangan menjelaskan mengapa beberapa keluarga tidak mengikuti praktek-praktek keuangan yang dianjurkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi manajemen keuangan, sedangkan praktek manajemen keuangan yang baik dapat mempengaruhi kepuasan keuangan.
54 Pendapatan per kapita keluarga per bulan berbeda nyata (p-value=0.001) antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Pendapatan per kapita pada istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berhubungan dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi pendapatan per kapita maka semakin baik manajemen yang dilakukan. Simanjuntak (2010) mengatakan bahwa praktek manajemen keuangan tergolong rendah pada keluarga miskin karena memiliki pendapatan yang tidak teratur. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir separuh istri yang bekerja di sektor informal kurang melakukan manajemen keuangan dengan baik karena pendapatan per kapita pada keluarga dengan istri yang bekerja di sektor informal lebih rendah dibandingkan istri yang bekerja di sektor formal. Pendapatan per kapita juga berhubungan positif dengan nilai aset. Semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin tinggi nila aset yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh memberikan efek positif terhadap kepemilikan aset keuangan (Xiao 1996). Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berhubungan positif dengan manajemen keuangan. Semakin tinggi pendapatan per kapita keluarga, maka semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan istri. Sementara, manajemen keuangan berpengaruh terhadap kepuasan keuangan, sehingga secara tidak langsung pendapatan per kapita berpengaruh terhadap kepuasan keuangan. Parrotta dan Johnson (1998) menyebutkan bahwa semakin tinggi pendapatan dan penggunaan praktek keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap status keuangan. Hasil analisis pengaruh menunjukkan bahwa kepuasan keuangan istri di sektor informal dipengaruhi positif signifikan oleh nilai aset dan manajemen keuangan. Semakin besar nilai aset yang dimiliki dan semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri. Hasil analisis menemukan bahwa besar keluarga, usia istri, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan manajemen keuangan dan berbeda secara nyata antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Semakin besar jumlah anggota keluarga, semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Sementara, ketika manajemen yang dilakukan rendah, maka kepuasan keuangan yang dirasakan juga rendah. Firdaus dan Sunarti (2009) menyebutkan bahwa besar keluarga berhubungan negatif dengan kesejahteraan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak anggota keluarga maka semakin rendah kesejahteraan keluarganya. Besar keluarga istri yang berkerja di sektor formal lebih kecil dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Usia istri dan lama pernikahan juga memiliki hubungan negatif signifikan dengan manajemen keuangan, dan usia istri saling berhubungan dengan lama pernikahan. Semakin tua istri, semakin lama usia pernikahannya, maka semakin rendah manajemen keuangan yang dilakukan. Sunarti et al. (2013) mengatakan keluarga baru menikah mencoba untuk menabung, namun mereka tetap memutuskan untuk menabung ketika mendekati masa tua. Usia istri dan lama pernikahan pada istri yang bekerja di sektor informal lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor formal. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang siginifikan dalam manajemen keuangan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal diantaranya dalam hal membuat perencanaan penggunaan uang dalam satu bulan,
55 mencatat seluruh pendapatan, menuliskan pengeluaran keuangan, melakukan evaluasi pengeluaran secara teratur, dan membandingkan penerimaan dan pengeluaran. Selain itu, rataan capaian istri dalam membicarakan masalah keuangan dengan suami memiliki rataan capaian lebih tinggi daripada dalam hal pencatatan pendapatan dan pengeluaran. Perencanaan keuangan berhubungan positif dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset. Semakin tinggi pendidikan istri, semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin besar nilai aset yang dimiliki, maka semakin baik perencanaan keuangan yang dilakukan istri. Hasil analisis menunjukkan kepuasan keuangan istri di sektor formal dipengaruhi positif signifikan oleh perencanaan keuangan (p=0.008), sedangkan kepuasan keuangan istri di sektor informal dipengaruhi positif signifikan oleh pengorganisasian keuangan (p=0.042). Firdaus dan Sunarti (2009) menyatakan bahwa masalah keuangan merupakan hal yang dibicarakan oleh sebagian besar orang dan hanya sebagian kecil orang yang melakukan pencatatan pengeluaran. Hasil uji pengaruh menemukan bahwa manajemen keuangan berpengaruh terhadap kepuasan keuangan istri. Semakin baik manajemen keuangan yang dilakukan, maka kepuasan keuangan istri semakin tinggi. Tingginya tingkat pengetahuan dan praktek manajemen keuangan berhubungan langsung dengan peningkatan tingkat kepuasan keuangan (Joo & Grable 2004; Loibl & Hira 2005). Selain itu, semakin tinggi pendapatan dan penggunaan praktek keuangan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan terhadap status keuangan (Parrotta dan Johnson 1998). Hasil penelitian menunjukkan capaian rataan istri untuk berusaha menabung lebih dari 50 persen. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan dan pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan lama pendidikan dan pendapatan per kapita pada istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal, sehingga dalam usaha menabung istri yang bekerja di sektor formal memiliki capaian yang lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal. Lee et al. (2000) menyatakan bahwa tingkat pendapatan, pendidikan, dan praktek manajemen keuangan mempengaruhi secara nyata terhadap kemampuan keluarga untuk menabung. Semakin rendah tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita, semakin kecil kemungkinan keluarga menyisihkan uang untuk menabung. Tingkat tabungan secara positif berhubungan dengan pendapatan rumah tangga, jumlah aset likuid, dan jumlah penerimaan dalam rumah tangga. Faktor ekonomi memiliki hubungan yang lebih kuat dengan perilaku manabung jika dibandingkan dengan faktor sosiologis dan psikologis (Hong et al. 2002). Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam hal membayar tanggungan bulanan dengan tabungan saat ini memiliki rataan capaian 76.1 persen. Hal ini menunjukkan dalam mengarahkan keuangan, contoh belum melakukannya dengan baik. Sumarwan dan Hira (1992) mengatakan bahwa pembayaran hutang bulanan memiliki dampak negatif signifikan terhadap kepuasan keuangan dan indeks perilaku manajerial dan pembayaran hutang bulanan memiliki efek langsung dan tidak langsung terhadap kepuasan dengan persiapan untuk keadaan darurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan capaian kepuasan keuangan contoh dalam hal kemampuan keuangan keluarga untuk menangani keadaan darurat atau biaya tak terduga yang besar masih dan uang untuk kebutuhan mendatang keluarga atau jangka panjang memiliki rataan capaian kurang dari 40 persen. Dimana istri yang
56 bekerja di sektor formal lebih merasa puas dalam kedua hal tersebut dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pada penelitan selanjutnya untuk melihat kepuasan keuangan dari persepsi suami juga, karena dalam penelitian ini masih terbatas dari persepsi istri. Selain itu, penelitian ini hanya mengambil contoh istri bekerja dengan lokasi tempat tinggal di perkotaan, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya menambahkan istri bekerja dengan lokasi tempat tinggal di pedesaan. Dengan demikian, dapat dilakukan uji beda manajemen keuangan dan kepuasan keuangan istri antara istri yang tinggal di kota dengan di desa. Penelitian ini belum menganalisis sumber pendapatan yang dikelola oleh istri apakah pendapatan sendiri atau pendapatan keluarga (suami istri), sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih dalam sumber pendapatan yang dikelola oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rata-rata usia istri berada pada kelompok usia 31–40 tahun dengan rata-rata lama pendidikan istri 11.95 tahun. Jenis pekerjaan yang banyak dimiliki istri yaitu pembantu rumah tangga (PRT), karyawan swasta, dan wiraswasta. Rata-rata keluarga memiliki lama pernikahan 10.64 tahun. Separuh keluarga merupakan keluarga kecil. Rata-rata pendapatan per kapita keluarga sebesar Rp1 440 000 per bulan dengan rataan nilai aset sebesar Rp65 975 000. Besar keluarga, usia suami, usia istri, pendidikan suami, pendidikan istri, lama pernikahan, pendapatan per kapita, dan nilai aset berbeda nyata antara keluarga dengan istri yang bekerja di sektor formal dengan informal. Manajamen keuangan dan kepuasan keuangan istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi daripada istri yang bekerja di sektor informal. Usia istri, besar keluarga, dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan manajemen keuangan. Sementara, pendidikan istri dan pendapatapan per kapita berhubungan positif dengan manajemen keuangan. Kepuasan keuangan istri berhubungan positif signifikan dengan pendidikan istri, pendapatan per kapita, nilai aset, dan manajemen keuangan. Manajemen keuangan dan pendidikan istri berpengaruh positif sangat signifikan terhadap kepuasan keuangan istri. Semakin baik manajemen keuangan dan semakin tinggi pendidikan istri, maka semakin tinggi kepuasan keuangan istri.
57 Saran 1. Bagi pemerintah, LSM, dan perguruan tinggi agar memberikan penyuluhan tentang manajemen keuangan keluarga terutama kepada keluarga dengan tingkat pendidikan rendah, pendapatan keluarga yang rendah, serta jumlah anggota keluarga yang besar, sehingga dapat meningkatkan kepuasan keuangan yang dirasakan keluarga. 2. Manajemen keuangan pada penilitian ini tidak melihat lebih dalam sumber pendapatan yang dikelola oleh istri, apakah pendapatan sendiri atau pendapatan keluarga, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih dalam terkait manajemen keuangan pada keluarga dengan suami istri bekerja. 3. Kepuasan keuangan pada penelitian ini berdasarkan persepsi istri, diharapkan pada penelitian selanjutnya kepuasan keuangan juga dilihat dari persepsi suami. 4. Lokasi pada penelitian ini mengambil daerah perkotaan, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan daerah pedesaan, sehingga dapat melakukan uji beda berdasarkan lokasi tempat tinggal.
DAFTAR PUSTAKA Alabi DL, Ogbimi GE, Soyebo KO. 2006. Factors enhaching effective financial management of rural women in Osun State. Research Journal of Social Sciences. 1(1):5-10. [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik: Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2013. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. ________ Jawa Barat. 2013. Berita Resmi Statistik: Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat Agustus 2013. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. ________ Kota Bogor. 2013. Kota Bogor dalam Angka 2012. Bogor (ID): Badan Pusat Statistik Kota Bogor. ________. 2014. Berita Resmi Statistik: Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2014. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Deacon RE, Firebaugh FM. 1988. Family Resources Management: Principles and Applications (2nd Ed). Massachusettes (USA): Allyn and Bacon. [DEPNAKERTRANS] Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Jakarta (ID): Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Elder GH, Conger RD, Foster EM, Ardelt M. 1992. Families under economic pressure. Journal of Family Issues. 13(1):5-37. Firdaus, Sunarti E. 2009. Hubungan antara Tekanan Ekonomi dan Mekanisme Koping dengan Kesejahteraan Keluarga Wanita Pemetik Teh. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(1): 21-31.
58 Fitzsimmons VS, Hira TK, Bauer JW, Hafstrom JL. 1993. Financial management: development of scales. Journal of Family and Economic Issues. 14(3): 257274. Garman ET, Forgue RE. 2000. Personal Finance, Sixth Edition. Boston (USA): Houghton Mifflin Publishing. Goldsmith EB. 2010. Resource Management for Individuals and Families. 4th ed. New Jersey (USA): Pearson Education. Greenhaus JH, Collins KM, Shaw JD. 2003. The Relation between work-family balance and quality of life. Journal of Vocational Behavior. 63(3):510-531. Griffin RW. 2004. Manajemen. Gina Gania, penerjemah; Wisnu Chandra K, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Management. Ed ke-7. Jilid 1. Gutter MS, Hayhoe CR, DeVaney SA, Kim J, Bowen CF, Chaeng M, Cho SH, Evans DA, Gorham E, Lown JM et al. 2012. Exploring the relationship of economic, sociological, and psychological factors to savings behavior of low-to moderate-income households. Family and Consumer Sciences Research Journal. 41(1):86-101. Herujito YM. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta (ID): Grasindo. Hilgert MA, Hogarth JM. 2003. Household financial management: the connection between knowledge and behavior. Federal Reserve Bulletin. 89(7):309-322. Hong G, Sung J, Kim S. 2002. Saving behavior among Korean Households. Family and Consumer Sciences Research Journal. 30(4):437-462. Hugeng S. Alokasi waktu kerja dan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga di permukiman transmigrasi SEI Rambutan SP2. Jurnal Ketransmigrasian. 28(2):125-134. Ihromi TO. 1999. Bunga Rampai: Sosiologi Keluarga. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. Ika A. Personality traits sebagai penentu perencanaan keuangan keluarga (suatu kajian pustaka). Jurnal Pengembangan Humaniora. 11(2):118-126. [ILO] International Labour Organization. 2010. Keterbatasan Pembuatan Kebijakan Ekonomi Informal di Indonesia: Pelajaran Dekade Ini. Jakarta (ID): Kantor Perburuhan Internasional. ________. 2011. Profil Pekerjaan yang Layak Indonesia. Jakarta (ID): Kantor Perburuhan International. Iskandar A. 2008. Analisis praktik manajemen sumberdaya keluarga dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor. Jurnal Transdisiplin Sosiologis, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 2(1):8198. Joko FA. 2012. Pola konsumsi, investasi, dan proteksi sebagai indikator perencanaan keuangan keluarga (studi pada masyarakat Kabupaten Sidoarjo). Media Mahardhika. 10(2):44-66. Joo S, Grable JE. 2004. An exploratory framework of the determinants of financial satisfaction. Journal of Family and Economic Issues. 25(1):25-50. Klein DM, White JM. 1996. Family Theories: An Introduction. Oaks. London. New Delhi: SAGE Publications. International Education and Professional Publisher.
59 Kumari, KK. 2011. Marital adjustment and family resource management of working women among different income groups. International Referred Research Journal. 3(27):37-39. Lestari S. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta (ID): Kencana. Loibl C, Hira TK. 2005. Self-directed financial learning and financial satisfaction. Financial Counseling and Planning. 16(1):11-21. Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung (ID): Mizan. [MENEGPP] Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2013. Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2013. Jakarta (ID): Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Morris SL, Lown JM. 1991. Personal finance education in relation to financial satisfaction, confidence, and practices. Journal of Consumer Education. 9:34-38. Nesteruk O, Garrison MEB. 2005. An exploratory study of the relationship between family daily hassles and family coping and managing strategies. Family and Consumer Sciences Research Journal. 34(2):140-152. Nugraheni W. 2012. Peran dan potensi wanita dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga nelayan. Journal of Educational Social Studies. 1(2): 104111. Parrotta JL, Johnson PJ. 1998. The impact of financial attitudes and knowledge on financial management and satisfaction of recently married individuals. Financial Counseling and Planning. 9(2): 59-75. Puspitawati H. 2009. Kenakalan Pelajar: Dipengaruhi oleh Sistem Sekolah dan Keluarga. Bogor (ID): IPB Pr. ________. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr. ________. 2013. Ekologi Kleuarga: Konsep dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Pr. Robb CA, Woodyard AS. 2011. Financial Knowledge and best practice behavior. Journal of Financial Counseling and Planning. 22(1): 60-70. Senduk S. 2000. Seri Perencanaan Keuangan Keluarga: Mengelola Keuangan Keluarga. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Simanjuntak M. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga dan prestasi belajar anak pada keluarga penerima Program Keluarga Harapan (PKH) [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB. Sudarwati L. 2003. Wanita dan Struktur Sosial: Suatu Analisa tentang Peran Ganda Wanita Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara. Sumatera (ID): USU digital library. Sumarwan U, Hira TK. 1992. Credit, saving, and insurance practices influencing satisfaction with preparation for financial emergencies among rural household. Home Economics Research Journal. 21(2):206-227. Sunarti E. 2012. Keragaan ketahanan keluarga Indonesia: pembangkitan teori (middle range theory) dan rumusan kebijakan ketahanan keluarga Indonesia. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Hibah Kompetensi. Bogor (ID): IPB. ________, Kholifah I, Vidiastuti F, Kharisma N, Rochimah N, Herawati T. 2013. Family vulnerability, family resource management, and family strength of
60 aging family members. Paper presented at 5th International Work and Family Conference, University of Sydney, July 17-19. Sundjaja RS, Gomulia B, Sundjaja DP, Oriana F, Barlian I, Meilinda, Dewi VI. 2011. Pola gaya hidup dalam keuangan keluarga (studi kasus: unit kerja institusi pendidikan swasta di Bandung). Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. 15(2):18-31. Titus PM, Fanslow AM, Hira TK. 1989. Effect of financial management knowledge of household money managers on behaviors and financial outputs. Journal of Vocational Home Economics Education. 7(1):58-70. Vallone EJG, Donaldson SI. 2001. Consequnces of work-family conflict on employee well-being over-time. Work & Stress. 15(3):214-226. Yohnson. 2004. Peran universitas di Surabaya dalam meningkatkan jumlah keluarga mapan di Surabaya (seri penelitian keuangan keluarga). Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. 6(1):54-71. Zeitlin ME, Megawangi R, Kramer EM, Colleta ND, Babatunde ED, dan Gorman D. 1995. Strengthening the Family: Implications for International Development. New York (USA): United Nations University Pr.
61
LAMPIRAN
62 Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia menurut jenis pekerjaan Formal n % 21 35.0 34 56.7 4 6.7 1 1.7 60 100.0 33.2±5.9 21-51
Kelompok usia (tahun) 20-30 31-40 41-50 >50 Total Rata-rata±SD Min-Max
Informal n % 10 16.7 34 56.7 15 25.0 1 1.7 60 100.0 36.6±6.6 23-53
Total n % 31 25.8 68 56.7 19 15.8 2 1.7 120 100.0 34.9±6.5 21-53
Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan kelompok pendidikan menurut jenis pekerjaan Kelompok pendidikan (tahun)
Formal % 1 1.7 3 5.0 14 23.3 39 65.0 3 5.0 60 100.0 14.53±2.57 6-21
n <6 7-9 10-12 13-16 >16 Total Rata-rata±SD Min-Max
Informal n % 21 33.3 17 28.3 19 31.7 4 6.7 0 0.0 60 100.0 9.37±2.93 6-16
Total n % 21 17.5 20 16.7 33 27.5 43 35.8 3 2.5 120 100.0 11.95±3.78 6-21
Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan menurut jenis pekerjaan Jenis pekerjaan PNS Swasta Buruh BUMN Guru Wiraswasta PRT Lainnya Total
n
Formal % n 10 16.7 31 51.7 8 13.3 2 3.3 9 15.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 60 100.0
Informal % n 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 35 58.3 22 36.7 3 5.0 60 100.0
Total % 10 31 8 2 9 35 22 3 120
8.3 25.8 6.7 1.7 7.5 29.2 18.3 2.5 100.0
Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita per bulan menurut jenis pekerjaan Pendapatan per kapita per bulan <288 742 (a) 288 742.5-360 927.5 (b) 360 928-433 113 (c) >433 113 (d) Total Rata-rata±SD (Ribu Rp) Min-Max (Ribu Rp)
Formal % 0 0.0 3 5.0 0 0.0 57 95.0 60 100.0 1 974±2 203 300-16 250
n
Informal n % 11 18.3 9 15.0 5 8.3 35 58.3 60 100.0 9 074±1 143 120-7 500
Keterangan: a=miskin; b=mendekati miskin; c=mendekati tidak miskin; d=tidak miskin
Total n % 11 9.2 12 10.0 5 4.2 92 76.7 120 100.0 1 441±1 828 120-16 250
63 Lampiran 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga menurut jenis pekerjaan Formal n % 37 61.7 22 36.7 1 1.7 60 100.0 4.2±1.1 3-8
Besar keluarga (orang) Keluarga kecil (0-4) Keluarga sedang 5-7) Keluarga besar (≥8) Total Rata-rata±SD Min-Max
Informal n % 27 45.0 30 50.0 3 5.0 60 100.0 4.9±1.3 3-10
Total n % 64 53.3 52 43.3 4 3.3 120 100.0 4.5±1.3 3-10
Lampiran 6 Sebaran contoh berdasarkan lama pernikahan menurut jenis pekerjaan Formal n % 26 43.3 22 36.7 8 13.3 1 1.7 3 5.0 60 100.0 7.75±5.35 2-29
Lama pernikahan (tahun) 1-5 6-10 11-15 16-20 >20 Total Rata-rata±SD Min-Max
Informal % 5 8.3 19 31.7 10 16.7 17 28.3 9 15.0 60 100.0 13.53±6.17 3-25
Total n % 31 25.8 41 34.2 18 15.0 18 15.0 12 10.0 120 100.0 10.64±6.44 2-29
n
Lampiran 7 Sebaran contoh berdasarkan nilai total aset menurut jenis pekerjaan Nilai total aset (Ribu Rp) n <1 000 1 000-10 000 10 000-50 000 50 000-100 000 100 000-150 000 150 000-200 000 200 000-300 000 300 000-400 000 400 000-500 000 500 000-1 000 000 >1 000 000 Total Rata-rata±SD Min-Max
Formal %
0 0.0 9 15.0 28 46.7 6 10.0 4 6.7 7 11.7 1 1.7 1 1.7 1 1.7 2 3.3 1 1.7 60 100.0 102 000±191 300 1 300-1 203 550
Informal % 5 8.3 23 38.3 23 38.3 3 5.0 2 3.3 3 5.0 1 1.7 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 60 100.0 29 506±56 780 350-295 350 n
Total n
% 5 4.2 32 26.7 51 42.5 9 7.5 6 5.0 10 8.3 2 1.7 1 0.8 1 0.8 2 1.7 1 0.8 120 100.0 65 975±145 200 350-1 203 550
64
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 14 April 1990 dan merupakan anak bungsu dari enam bersaudara dari pasangan Sadali Abdullah Satar dan Yuslimun. Penulis telah menikah dengan Mohammad Syahriyal Hasani, SPi pada tanggal 24 Januari 2014 dan melahirkan seorang putra pertama bernama Muhammad Fachry Arrafif pada tanggal 20 September 2014. Pada tahun 2009 penulis masuk ke Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Pada tahun 2012, penulis mengikuti program sinergis S1-S2 dan menyelesaikan studi S1 Ilmu Keluarga dan Konsumen pada bulan Agustus 2013. Prestasi yang pernah diraih oleh penulis yaitu menjadi penulis artikel ilmiah yang dipublikasikan pada Work and Family Research Network Conference di New York pada tahun 2014 dan penulis mendapatkan beasiswa Fresh Graduate yang diberikan oleh DIKTI.