KEPUASAN KERJA ISTRI PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA MENURUT JENIS PEKERJAAN DAN ALOKASI WAKTU KERJA
NOVY TRI MUKTIYAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul kepuasan kerja istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Novy Tri Muktiyah NIM 124090074
ABSTRAK NOVY TRI MUKTIYAH. Kepuasan kerja istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kepuasan kerja istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak berusia maksimal 9 tahun. Contoh dipilih secara stratified non proportional random sampling sebanyak 160 orang berdasarkan katagori pekerjaan formal dan informal dengan alokasi waktu kerja maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja pada istri telah mencapai sekitar 70 persen dari indikator kepuasan kerja dimana pencapaian kepuasan tertinggi pada dukungan suami dan terendah pada kepuasan di tempat kerja terutama pada kemajuan pekerjaan atau usaha. Kepuasan kerja pada istri di sektor informal berbeda signifikan lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja informal. Namun demikian, tidak terdapat perbedaan kepuasan kerja yang signifikan berdasarkan alokasi waktu kerja istri. Kata kunci : alokasi waktu kerja, jenis pekerjaan, kepuasan kerja
ABSTRACT NOVY TRI MUKTIYAH. Job satisfaction of wives in dual earner families based on types of work and work times alocation. Supervised by EUIS SUNARTI. This study aims to analyze the differences of job satisfaction of wives in dual earner families. The sample in this study are dual earner families that had children with maximal aged 9 years old. The sample was selected by stratified non proportional random sampling of 160 people in catagory of formal and informal jobs with working hours maximal 8 hours/day and more than 8 hours/day. The result of research showed that satisfaction of wives has reached approximately 70 percent of job satisfaction indicators which husband’s support were the highest satisfaction and the lowest were satisfaction in work place particularly on progress of jobs or buisness. Job satisfaction of wives in the formal sector higher than wives who work informally. However, there were no significantly differences in job satisfaction based on work times alocation of wives. Keywords: job satisfaction, types of work, work times alocation
KEPUASAN KERJA ISTRI PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA MENURUT JENIS PEKERJAAN DAN ALOKASI WAKTU KERJA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Kepuasan Kerja Istri Pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu : Novy Tri Muktiyah Nama : 124090074 NIM
Disetujui oleh
Prof.
Tanggal Lulus:
.1 0 AUG 2Q\j
r. Jr. Euis Sunarti, MS.
Dosen Pembimbing
Judul Skripsi : Kepuasan Kerja Istri Pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Kerja Nama : Novy Tri Muktiyah NIM : I24090074
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS. Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah keluarga dengan suami istri bekerja dengan judul “Kepuasan Kerja Istri pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Kerja”. Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S selaku dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, dukungan, perhatian, dan saran selama proses penulisan skripsi ini. 2. Dr. Tin Herawati, SP, M.Si dan Neti Hernawati SP, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan perbaikan yang diberikan dalam skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis dari awal masuk kuliah hingga sekarang. 4. Bapak, Ibu, Kakak dan keluarga penulis atas dorongan dan bantuan secara fisik dan non fisik kepada penulis yang tidak pernah berhenti. 5. Aparat kelurahan, ketua RT dan RW, dan kader kelurahan Pasir Jaya, Menteng, Panaragan, dan Paledang atas bantuan, kemudahan, dan kerjasama yang diberikan dalam proses pengambilan data. 6. Risda, Fitri, Zha, dan Rahmi sebagai tim peneliti, teman-teman IKK 46 khususnya Lastri, Ayulia, Ani, Fulan, Dini, Amel, Indri dan Reza atas kerjasama, dukungan dan motivasi, dan sarannya selama ini kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan segala informasi dari skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang berguna bagi kesempurnaan skripsi ini. Bogor, Agustus 2013 Novy Tri Muktiyah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
9
Latar Belakang
9
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
8
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
8
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh
8
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
9
Pengolahan dan Analisis Data
10
Definisi Operasional
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
13
Karakteristik Contoh dan Keluarga
14
Pencapaian Kepuasan Kerja Istri
16
Perbedaan Pencapaian Kepuasan Kerja Menurut Jenis Pekerjaan
20
Perbedaan Pencapaian Kepuasan Kerja Menurut Alokasi Waktu Kerja
21
Pembahasan Umum
21
SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR TABEL 1 Variabel data, skala data, dan katagori data 2 Uji beda rata-rata skor karakteristik contoh dan keluarga menurut jenis pekerjaan 3 Uji beda rata-rata skor karakteristik contoh dan keluarga menurut alokasi waktu kerja 4 Sebaran skor pencapaian kepuasan kerja (%) menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja 5 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap motivasi pekerjaan 6 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap dukungan suami 7 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap pekerjaan yang dilakukan 8 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap kemajuan karir atau usaha 9 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap dorongan atasan atau orang yang lebih maju di bidang pekerjaan 10 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap gaji atau upah 11 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap rekan kerja 12 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan 13 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap kejelasan informasi di tempat kerja 14 Uji beda rata-rata skor dimensi kepuasan kerja menurut jenis pekerjaan 15 Uji beda rata-rata skor dimensi kepuasan kerja menurut alokasi waktu kerja
9 14 15 16 17 17 17 18 18 19 19 19 20 20 21
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran karakteristik istri, karakteristik keluarga dan kepuasan kerja istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan (formal dan informal) dan alokasi waktu kerja (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari) 2 Teknik penarikan contoh
7 8
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada masa moderenisasi saat ini, telah terjadi perubahan nilai-nilai yang sangat pesat terutama dalam sistem keluarga. Salah satu perubahan yang sangat mencolok adalah perubahan peran wanita di dalam keluarga. Zaman dahulu wanita hanya sebagai istri yang mengurus suami dan anak serta mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga, tetapi kini banyak para wanita bekerja di luar rumah yang dulunya merupakan sektor pekerjaan laki-laki. Kecenderungan istri untuk bekerja di luar rumah menyebabkan keluargakeluarga terutama di daerah perkotaan berubah menjadi keluarga dengan suami istri bekerja. Perubahan tersebut disebabkan tidak hanya tuntutan kebutuhan ekonomi, namun juga karena suami dan istri memiliki keinginan untuk aktualisasi diri di masyarakat sejalan dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya (Christine et al 2010). Meningkatnya partisipasi wanita dalam pasar kerja bukanlah terjadi secara kebetulan. Hal ini dikarenakan seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak sehingga membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun demikian, ada pula para istri yang tetap memilih untuk bekerja karena mempunyai kebutuhan sosial yang tinggi dan dengan bekerja mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Meningkatnya peran istri sebagai pencari nafkah dan adanya kenyataan jika istri bekerja juga berperan untuk meningkatkan kedudukan rumah tangga akan menambah timbulnya berbagai permasalahan. Hal tersebut terjadi karena kedua peran tersebut sama-sama membutuhkan waktu, tenaga dan perhatian, sehingga diperlukan berbagai strategi agar istri dapat menjalankan kedua perannya dengan baik. Masalah pun akan semakin sulit apabila yang istri yang bekerja mempunyai anak-anak dan masih membutuhkan pengasuhan fisik maupun rohaniah. Istri yang memutuskan untuk bekerja di luar rumah akan memberikan kesulitan tersendiri dalam pembagian tugas di rumah tangga maupun pengasuhan anak. Hal tersebut disebabkan istri yang bekerja di luar rumah tidak dapat meninggalkan perannya sebagai ibu rumah tangga dan dalam hal pengasuhan anak (Ollenburg & Moore 1996 dalam Tambingon 1999). Sejalan dengan hal tersebut, menurut Stoner dan Wankel (1986) masuknya istri di dalam sektor publik memberikan permasalahan sendiri karena adanya dual peran yang harus dihadapinya. Terdapat tiga sumber masalah yang mungkin dihadapi oleh istri yang bekerja, seperti : (1) sikap istri terhadap dirinya sendiri dan terhadap pekerjaannya, (2) sikap istri terhadap rekan kerja, serta (3) kebijaksanaan dan prosedur organisasi yang luas. Banyaknya tuntutan yang diterima istri dari sektor publik dan domestik serta kemampuan keluarga dalam memenuhi tugas keluarganya serta prestasi yang diterima di lingkungannya berdampak pada kepuasan yang dirasakan oleh istri bekerja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan kepuasan di berbagai aspek kehidupan. Levy (2003) serta Arofani dan
2 Seniati (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seperti karakteristik pekerjaan, karakteristik individu, karakteristik peran (ambiguitas peran) serta konflik peran dan beban peran yang berlebih antara keluarga dan pekerjaan. Kepuasan yang dirasakan oleh istri yang bekerja berbeda-beda karena adanya perbedaan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja. Jenis pekerjaan dibedakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi dua yaitu pekerjaan formal dan pekerjaan informal. Pekerjaan formal merupakan pekerjaan dengan jam kerja tetap, terikat oleh organisasi yang berstatus badan hukum serta memiliki gaji tetap. Pekerjaan formal biasanya dicerminkan oleh pekerjaan manajerial (white collar) yang terdiri dari pekerja manajerial, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha di bidang jasa. Adapun pekerjaan informal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) pekerjaan yang tidak ada perlindungan negara atas usaha atau pekerjaannya; b) tidak menghasilkan pekerjaan yang tetap; c) tidak terdapat keamanan kerja (job security); serta d) tidak terdapat status permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. Sedangkan untuk usaha di pekerjaan informal, umumnya merupakan usaha keluarga dalam skala kecil, padat karya, keterampilan diperoleh dari luar sekolah dan tidak diatur, serta pasar yang kompetitif seperti pedagang di pasar, pedagang asongan, tukang becak dan sebagainya. Waktu yang dikeluarkan oleh istri di dalam pekerjaannya termasuk waktu perjalanan dari tempat kerja ke rumah juga berdampak pada kemampuan istri dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan di rumah sehingga akan membedakan kepuasan kerja yang dirasakan antara istri bekerja. Waktu kerja pada pekerja telah diatur oleh pemerintah khususnya dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai pasal 85 yang menyebutkan bahwa setiap pengusaha wajib untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem. Kedua sistem tersebut yaitu untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari sedangkan yang bekerja 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja adalah 8 jam dalam 1 hari. Berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja tersebut, menyebabkan adanya perbedaan baik dari segi beban kerja, pekerjaan, jarak, waktu kerja, posisi pekerjaan serta pendapatan yang diperoleh yang pada akhirnya akan berdampak pada kepuasan kerja. Dengan demikian, berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul Kepuasan Kerja Istri pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Kerja.
Perumusan Masalah Terbatasnya sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga dan semakin meningkatnya kebutuhan keluarga menuntut keluarga untuk bekerja keras agar kebutuhannya terpenuhi, salah satunya yaitu dengan masuknya istri bekerja untuk membantu sistem ekonomi keluarga. Sejalan dengan hal tersebut, Sayogyo (1981) menyatakan bahwa kebanyakan alasan istri bekerja karena minimnya sumberdaya
3 yang dimiliki keluarga sehingga membutuhkan tambahan sumberdaya lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain karena meningkatnya tuntutan keluarga, Herawati (2000) menambahkan bahwa meningkatnya jumlah wanita atau istri yang bekerja di luar rumah juga disebabkan oleh meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja, serta teknologi yang semakin canggih. Berdasarkan data dari BPS tahun 2012, Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan angkatan kerja tertinggi di Indonesia (20.16 juta jiwa), angka ini selalu bertambah tiap tahunnya, dimana pada tahun sebelumnya jumlah angkatan kerja Jawa Barat sebanyak 18.43 juta orang pada tahun 2008 lalu meningkat menjadi 19.05 juta orang pada tahun 2009 dan 19.21 juta orang pada tahun 2010. Selanjutnya, peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut berdampak pada peningkatan kesempatan wanita di sektor publik (Sakernas 2010 dalam Depnakertrans 2012). Data tersebut sejalan dengan data Sakernas (2008) berdasarkan jumlah tenaga kerja Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) yang merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan sekali yang terbesar adalah di Provinsi Jawa Barat. Jumlah tenaga AKAD wanita di Provinsi Jawa Barat merupakan terbesar ketiga di Indonesia yaitu sebanyak 25 687 orang. Berdasarkan penelitian dari Maintier et al (2011) menyebutkan bahwa beban kerja yang berat hanya mempengaruhi pihak istri di dalam kehidupannya. Beban kerja yang berat ini kemudian menimbulkan kelelahan yang pada akhirnya akan menghasilkan kepuasan hidup yang rendah pada wanita dalam hal ini pihak istri yang bekerja. Secara umum, pekerjaan dan kepuasan merupakan hal yang saling terkait satu sama lain. Kepuasan kerja yang tinggi akan memberikan dampak terhadap kualitas kehidupan keluarga yang akhirnya berpengaruh terhadap kesejahteraan di dalam keluarga. Duxbury, Higgins, dan Johnson (2001) dalam Maintier et al (2011) menyebutkan bahwa masalah pekerjaan dan keluarga dapat dikurangi dengan memberikan kontrol pada pekerjaan dan kehidupan keluarga seperti jam kerja yang fleksibel untuk mengurangi konflik dan meningkatkan kepuasan kerja. Adanya fleksibilitas waktu kerja didukung oleh fleksibilitas pekerjaan yang dilakukan oleh istri tersebut dimana lebih memungkinkan dilakukan oleh istri yang bekerja informal. Hal tersebut dikarenakan istri yang bekerja informal diduga lebih dapat mengatur waktunya untuk kerja dan keluarga terutama yang memiliki alokasi waktu kerja kerja maksimal 8 jam/hari sehingga kepuasan kerja pun dapat tercapai. Pada kenyataannya, data Sakernas (2008) menunjukkan jumlah pekerja wanita di sektor formal pada tahun 2007 sebanyak 25.08 persen meningkat menjadi 26.46 persen pada tahun 2008. Sedangkan di sektor informal terjadi penurunan jumlah pekerja wanita dimana pada tahun 2006 sebanyak 27.20 persen menjadi 73.45 persen pada tahun 2008. Selain itu, fleksibilitas waktu pun masih sulit dilakukan di Indonesia terutama pada pekerjaan formal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012) sebesar 77.2 juta orang (68.48 persen) masih bekerja di atas 35 jam per minggu, sedangkan pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 15 jam per minggu hanya 6.9 juta orang (6.08 persen) dimana jam kerja tersebut belum termasuk dengan alokasi waktu yang dikeluarkan untuk perjalanan dari rumah ke tempat kerja. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut :
4 1.
2.
3.
Bagaimana pencapaian kepuasan kerja yang yang dirasakan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja? Bagaimana perbedaan kepuasan kerja yang dirasakan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan istri yaitu formal dan informal? Bagaimana perbedaan kepuasan kerja yang dirasakan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan alokasi waktu kerja istri yaitu maksimal 8 jam/hari dengan lebih dari 8 jam/hari?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis kepuasan kerja yang dirasakan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi pencapaian kepuasan kerja yang dirasakan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja 2. Menganalisis perbedaan kepuasan kerja yang dirasakan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan istri 3. Menganalisis perbedaan kepuasan kerja yang dirasakan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan alokasi waktu kerja istri.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan lebih memaparkan pentingnya memperhatikan kepuasan kerja terutama pada istri atau ibu yang bekerja. Bagi istri yang bekerja, diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk memberikan informasi akan pentingnya pemenuhan aspek di dalam keluarga dan pekerjaan sehingga kepuasan kerja dapat tercapai. Bagi pemerintah, sebagai pembuat kebijakan dihaarapkan dapat membuat sebuah kebijakan yang mendukung peran istri yang bekerja sehingga kepuasan kerja istri dapat tercapai.
KERANGKA PEMIKIRAN Pembahasan dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan menggunakan beberapa pendekatan teori, seperti teori struktural fungsional dan teori pertukaran sosial. Dalam pendekatan teori struktural fungsional, Winton (1995) menyatakan keluarga merupakan sistem berupa unit-unit yang memiliki hubungan dan struktur dimana didalamnya memiliki tujuan dan peraturan-peraturan untuk mencapai
5 tujuan yaitu kehidupan yang lebih baik. Teori struktural fungsional dalam keluarga menjelaskan mengenai struktur dan fungsi serta peran anggota keluarga sehingga tercipta keseimbangan dalam keluarga. Seiring berkembangnya zaman, terdapat perubahan pandangan dan budaya yang berhubungan dengan individu, kemandirian dan peran anggota keluarga yang dapat merubah susunan dan dinamika struktur dalam keluarga. Salah satu perubahanyang terjadi yaitu masuknya istri di dalam pekerjaan publik. Keikutsertaan istri untuk bekerja di luar rumah merupakan salah satu wujud kontribusi istri untuk meningkatkan pendapatan keluarga ataupun sebagai sarana pengaktualisasian diri. Herawati (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah wanita yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh semakin meningkatnya tekanan ekonomi, peningkatan pendidikan, semakin terbukanya kesempatan wanita untuk bekerja serta teknologi yang semakin maju. Hal ini pun membuat perubahan peran pada istri dimana pada masyarakat tradisional istri hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan suami sebagai pencari nafkah utama mulai bergeser menjadi keluarga dengan suami istri bekerja (dual earner families). Adanya perubahan peran istri pada alokasi waktu produktifnya di luar rumah mempunyai konsekuensi (cost) dan keuntungan tersendiri. Dalam pandangan teori pertukaran sosial, individu merupakan mahluk yang rasional dimana dalam penerapannya individu akan memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya yang dikeluarkan. Penerapan teori pertukaran sosial berfokus pada motivasi (hal yang mendorong seseorang melakukan kegiatan) yang berasal dari keinginan diri sendiri. Dalam konsep teori ini, Sunarti (2001) menyatakan bahwa biaya minimal dalam interaksi sosial setidaknya adalah waktu dan tenaga sedangkan biaya lainnya seperti uang, perasaan marah, frustasi dan depresi. Dengan demikian, masuknya istri bekerja di luar rumah tidak terlepas dari adanya manfaat yang di hasilkan dari pekerjaannya seperti gaji atau kepuasan kerja dan konsekuensi yang harus dibayar istri seperti biaya untuk mengurus rumah dan anak serta konflik kerja keluarga yang mungkin timbul bila istri tidak dapat menciptakan keseimbangan. Deacon dan Firebaugh (1988) menyebutkan bahwa pada istri yang bekerja akan terjadi konflik peran karena mereka memiliki tanggung jawab baik pada pekerjaan rumah maupun di luar rumah. Kepuasan kerja merupakan hal penting yang harus dirasakan oleh pekerja untuk menggambarkan perasaan senang atau kecewa pekerja terhadap pekerjaannya. Prasetyo (2008) menyatakan kepuasan kerja merupakan sesuatu yang bersifa individual. Hal ini berarti setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai yang berlaku dalam dirnya, semakin tinggi penilaian maka semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan. Salah satu cara untuk menilai kepuasan kerja yaitu dengan melihat seberapa besar motivasi kerja. Motivasi kerja merupakan faktor pendorong dari dalam internal pekerja dalam kesediannya mengeluarkan upaya untuk mencapai tujuan kerja di tempat kerja. Arep dan Tanjung (2002) menyatakan bahwa manfaat motivasi kerja yang utama adalah untuk menciptakan gairah kerja sehingga meningkatkan produktivitas kerja. Faktor-faktor yang dapat menjadi motivasi kerja yang dijelaskan oleh Yulinda dan Harlyanti (2009) adalah keberhasilan melakukan tugas, pengakuan kerja, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab yang diberikan, serta kemungkinan dalam pengembangan kemajuan kerja. Huang (2011) dalam penelitiannya menjelaskan motivasi kerja merupakan
6 indikator pendorong dari kepuasan kerja yang meliputi otonomi, signifikansi, dan pembelajaran. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Djastuti (2011) menyatakan orang-orang yang dalam pekerjaannya melibatkan variasi keterampilan, identifikasi tugas, dan signifikansi tugas akan menganggap pekerjaan lebih berarti yang berdampak pada motivasi dan kepuasan kerja. Penilaian kepuasan kerja tidak terlepas dari penilaian kepuasan terhadap pekerjaan di tempat kerja. Hussin (2011) menyatakan kepuasan terhadap pekerjaan di tempat kerja merupakan tanggung jawab pekerjaan yang harus dilakukan oleh pekerja dimana pekerjaan itu dapat diterima oleh pekerja sebagai sesuatu yang menyenangkan, membuat nyaman, serta menantang untuk pekerja sehingga akan meningkatkan prestasi kerja. Huang (2011) dalam penelitiannya menjelaskan penilaian di tempat kerja tidak hanya dilihat dari lima dimensi kepuasan tradisional (pekerjaan yang dilakukan, promosi, sikap atasan, rekan kerja, dan gaji) namun juga berdasarkan pelatihan dan informasi pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan atau tempat kerja. Untuk menyeimbangkan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga dan pekerja, istri yang bekerja cenderung membutuhkan bantuan untuk meringankan pekerjaanya yang berlebih yang membuat istri merasa tertekan untuk melakukan peran gandanya tersebut. Dukungan yang diberikan oleh suami pada istri sangat diperlukan untuk meringankan beban kerja istri dan membantu istri mencapai kepuasan kerjanya. Sari (2005) menjelaskan dukungan emosional yang diberikan suami sangat dibutuhkan oleh istri bekerja untuk menunjang dirinya berkarir (bekerja). Prasetya (2007) menyatakan dukungan yang diberikan suami akan membuat istri menjadi dapat melihat diri mereka sendiri dan diri suami dalam pandangan yang lebih positif. Hal ini pun membantu istri dalam melihat pekerjaan mereka dengan cara yang lebih positif. Sikap positif pada istri tersebut sangat membantu istri dalam mensyukuri pekerjaan sehingga kepuasan kerja akan semakin cepat tercapai. Perbedaan karakteristik istri dan keluarga, jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri akan berdampak pada perbedaan posisi istri di dalam pekerjaan di luar rumah. Perbedaan ini kemudian memimbulkan perbedaan motivasi pekerjaan internal yang dirasakan sehingga pencapaian kepuasan kerja pun menjadi berbeda. Levy (2003) menyebutkan bahwa terdapat beberapa hal yang memiliki dampak pada kepuasan kerja seperti jenis dan jam kerja, karakteristik individu, serta faktor sosial. Sejalan dengan hal tersebut Booth dan Ours (2007) menjelaskan bahwa istri merasa lebih puas pada pekerjaan paruh waktu dan pekerjaan yang memiliki fleksibilitas tinggi karena peran-peran yang menjadi tanggung jawabnya. Pada akhirnya, penelitian ini difokuskan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan kepuasan kerja istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan (formal dan informal) dan alokasi waktu untuk bekerja (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari). Penjelasan selengkapnya disajikan secara lebih jelas pada Gambar 1.
7 Karakteristik Istri 1. Usia 2. Lama Pendidikan 3. Lama Bekerja 4. Pendapatan
Karakteristik Keluarga 1. Besar Keluarga 2. Usia Anak Terakhir 3. Usia Suami 4. Lama Pendidikan Suami 5. Lama Menikah 6. Pendapatan Perkapita
Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Motivasi Pekerjaan 2. Kepuasan Dukungan Suami 3. Kepuasan di Tempat Kerja
Gambar 1
Kerangka pemikiran karakteristik istri, karakteristik keluarga dan kepuasan kerja istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan (formal dan informal) dan alokasi waktu kerja (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari)
8
METODE Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian keseimbangan kerja dan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. Disain dalam penelitian ini adalah cross sectional. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. yaitu di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Masing-masing kecamatan kemudian diambil dua kelurahan yaitu Kelurahan Pasir Jaya dan Kelurahan Menteng dari Kecamatan Bogor Barat, sedangkan pada Kecamatan Bogor Tengah dipilih Kelurahan Paledang dan Kelurahan Panaragan. Waktu penelitian yang terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan dilakukan dalam jangka waktu sembilan bulan terhitung mulai bulan Oktober 2012 hingga Juli 2013. Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah istri bekerja pada keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak di bawah usia 9 tahun. Penelitian ini dibatasi pada contoh yang dibedakan menjadi dua kategori yaitu berdasarkan jenis pekerjaan (formal dan informal) dan alokasi waktu kerja istri (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari). Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified non proportional random sampling dengan contoh sebanyak 160 orang. Teknik penarikan contoh disajikan secara lebih jelas pada Gambar 2. Isteri Bekerja di Kota Bogor Kecamatan Bogor Barat Kelurahan Pasir Jaya
Kelurahan Menteng
Formal= 108 Informal= 77
Formal=170 Informal=49
Formal= 278; Informal= 126
Kecamatan Bogor Tengah Kelurahan Panaragan Formal= 76 Informal=20
n=38
Purposive
Formal=67 Informal=48
Formal= 143; Informal= 68
Formal ≤ 8 jam n= 86
Kelurahan Paledang
Purposive
Informal
> 8 jam n= 149
≤ 8 jam n= 57
>8 jam n= 60
n=42
n=50
n=30
Gambar 2 Teknik penarikan contoh
Stratified non proportional random sampling
9 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang kemudian diuji validitas dimana semua pertanyaan valid (Pearson corellation=0.241 sampai 0.708) dengan nilai reliabilitas tinggi (cronbach’s alpha=0.900). Data primer diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi karakteristik keluarga, karakteristik contoh, jenis pekerjaan, alokasi waktu yang dikeluarkan istri, serta kepuasan istri yang bekerja. Data sekunder yang diperoleh adalah data monografi dari Kelurahan Pasir Jaya dan Kelurahan Menteng di Kecamatan Bogor Barat, serta Kelurahan Panaragan dan Kelurahan Paledang di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Data yang diambil dari kelurahan tersebut adalah data keluarga dengan suami istri bekerja dan memiliki anak di bawah usia 9 tahun yang diperoleh dari masingmasing kelurahan berdasarkan Data Dasar Keluarga (DDK). Tabel 1 Variabel data, skala data, dan katagori data Variabel Karakteristik Istri 1. Usia (Hurlock 1980)
Skala data Rasio
2.Lama Pendidikan
Rasio
3. Pendapatan
Rasio
4. Lama bekerja
Rasio
Karakteristik keluarga 1. Usia anak terakhir
Rasio
2. Usia suami (Hurlock 1980)
Rasio
3. Lama pendidikan suami
Rasio
4. Pendapatan per kapita (Garis kemiskinan Jawa Barat, berdasarkan BPS 2012) 5. Besar keluarga (BKKBN 1998)
Rasio
Rasio
Kategori data 1. Dewasa Awal (18-40 tahun) 2. Dewasa Madya (40-60 tahun) 3. Dewasa Akhir (>60 tahun) 1. ≤ 6 tahun 2. 7-9 tahun 3. 10-12 tahun 4. > 12 tahun 1. < 500 000 2. 500 000 – 999 999 3. 1 000 000 – 2 999 999 4. 3 000 000 – 4 999 999 5. ≥ 5 000 000 1. ≤ 1 tahun 2. 2-5 tahun 3. 6-10 tahun 4. 11-20 tahun 5. > 20 tahun 1. Bayi (0-2 tahun) 2. Anak pra sekolah (5-7 tahun) 3. Anak sekolah (> 8 tahun) 1. Dewasa Awal (18-40 tahun) 2. Dewasa Madya (40-60 tahun) 3. Dewasa Akhir (>60 tahun) 1. ≤ 6 tahun 2. 7-9 tahun 3. 10-12 tahun 4. > 12 tahun 1. Sangat miskin :
Rp417 795 0. Keluarga kecil (≤4 orang) 1. Keluarga sedang (5-7 orang) 2. Keluarga besar (≥ 8 orang) (BKKBN 1998)
10 Variabel 6. Lama menikah
Skala data Rasio
Jenis pekerjaan dan alokasi waktu 1. Jenis pekerjaan
Nominal
2. Alokasi waktu
Nominal
Kepuasan kerja 1. Motivasi kerja
Ordinal
2. Dukungan suami
Ordinal
3. Kepuasan di Tempat Kerja
Ordinal
3.1 Kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan 3.2 Kepuasan terhadap kemajuan kerja atau usaha 3.3 Kepuasan terhadap sikap atasan 3.4 Kepuasan terhadap gaji/ upah 3.5 Kepuasan terhadap rekan kerja 3.6 Kepuasan terhadap kesempatan pengembangan kemampuan dan keterampilan 3.7 Kepuasan terhadap kejelasan informasi
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
Ordinal
Kategori data 1. 2-8 tahun 2. 9-15 tahun 3. 16-22 tahun 4. 23-29 tahun 5. 30-35 tahun 1. Formal 2. Informal 1. Maksimal 8 jam/hari 2. Lebih dari 8 jam/hari Berdasarkan skor jawaban motivasi kerja (rentan skor 7-35) Berdasarkan skor jawaban dukungan suami (rentan skor 3-15) Berdasarkan skor jawaban kumulatif pada tiap subdimensi dari kepuasan di tempat kerja (rentan skor 15-75) Berdasarkan skor jawaban kepuasan kerja yang dilakukan ( rentan skor 4-20) Berdasarkan skor jawaban (rentan skor 3-15) Berdasarkan skor jawaban sikap atasan (rentan skor 3-15) Berdasarkan skor jawaban gaji/upah (rentan skor 5-25) Berdasarkan skor jawaban rekan kerja ( rentan skor 4-20) Berdasarkan skor jawaban kesempatan pengembangan kemampuan dan keterampilan (rentan skor 2-10)
Berdasarkan skor jawaban kejelasan informasi (rentan skor 4-20)
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program komputer yang sesuai. Pengolahan data meliputi beberapa tahapan yaitu editing, scoring, entering, cleaning, dan analisis data dengan bantuan Microsoft Excel dan SPSS Statistics for Windows. Sedangkan pengkategorian disesuaikan dengan jenis variabel yang diteliti. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif digunakan untuk untuk mengidentifikasi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan, dan kepuasan kerja yang dirasakan oleh istri. 2. Uji beda digunakan untuk melihat perbedaan karakteristik contoh dan keluarga serta kepuasan kerja dirasakan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan istri dan alokasi waktu istri untuk bekerja. Uji beda dilakukan menggunakan independent sample T-test.
11 Pada saat melakukan pengolahan data, jenis data dari variabel kepuasan kerja yang dirasakan oleh istri diubah ke dalam jenis rasio dengan menjumlahkan setiap jawaban hingga mendapatkan skor komposit. Berikut adalah cara menghitung skor pencapaian kepuasan kerja, motivasi kerja, dukungan yang diberikan suami, serta kepuasan di tempat kerja: Skor capaian per sub dimensi Y = skor yang didapatkan (variabel ) x 100% skor maksimum variabel Skor capaian per dimensi Y = skor yang didapatkan (per sub dimensi) x 100% skor maksimum per sub dimensi Skor capaian total variabel Y = skor yang didapatkan (per dimensi) x 100% skor maksimum per dimensi
Definisi Operasional Karakteristik pekerjaan adalah pekerjaan yang dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan (formal dan informal) dan alokasi waktu kerja (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari). Pekerjaan Formal adalah pekerjaan di suatu instansi, jam kerja tetap, gaji tetap, dan di luar rumah. Pekerjaan Informal adalah pekerjaan tidak di suatu instansi, jam kerja tidak tetap, gaji tidak tetap, diluar maupun didalam rumah. Alokasi Waktu adalah waktu yang digunakan oleh istri untuk bekerja di luar rumah termasuk alokasi waktu istri yang digunakan di dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja. Karakteristik istri adalah ciri khas yang dimiliki oleh istri yang bekerja yang terdiri dari usia, pendidikan, dan pendapatan yang diperoleh. Pendapatan adalah gaji atau upah yang diterima istri dari perkerjaannya selama satu bulan. Lama bekerja adalah lama istri bekerja yang dinyatakan dalam tahun. Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing keluarga sehingga berbeda dengan keluarga lainnya seperti usia anak, usia suami, pendidikan suami, besar keluarga, lama menikah dan pendapatan per kapita keluarga. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama keluarga yang diklasifikasikan menjadi tiga yaitu keluarga kecil (anggota keluarga ≤4 orang), keluarga sedang (anggota keluarga 5-6 orang) dan keluarga besar (anggota keluarga ≥ 7 orang).
12 Usia suami, isteri, dan anak terakhir adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang tahun terakhir suami, isteri, dan anak terakhir. Lama Pendidikan suami dan isteri adalah lama pendidikan formal yang diperoleh suami dan isteri dalam tahun. Lama menikah adalah jumlah lama istri menikah dengan suaminya yang di nyatakan dalam tahun. Pendapatan per kapita adalah jumlah uang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan yang dinyatakan dalam rupiah yang diperoleh dari hasil gabungan pendapatan suami, istri dan anggota keluarga lain yang bekerja yang dibagi dengan jumlah anggota dalam keluarga. Kepuasan kerja adalah kepuasan yang dirasakan oleh istri bekerja karena perannya di luar rumah dalam mencari nafkah. Motivasi kerja adalah faktor dari dalam diri istri yang mendorong istri bekerja sehingga mencapai kepuasan di dalam pekerjaan. Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri bekerja baik dalam pekerjaan diluar rumah maupun pekerjaan rumah tangga. Kepuasan di tempat kerja adalah kepuasan yang dirasakan oleh istri bekerja terhadap pekerjaan di tempat kerja yang meliputi pekerjaan yang dilakukan, kemajuan karir atau usaha, sikapatasan, gaji atau upah, rekan kerja, kesempatan pengembangan kemampuan dan keterampilan, serta kejelasan informasi di tempat kerja. Kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan adalah kepuasan yang dirasakan oleh istri bekerja terhadap pekerjaan yang dilakukannya meliputi kemampuan mengaktialisasikan diri, manfaat diri dalam bekerja, standar pekerjaan dan variasi yang dilakukannya di tempat kerja. Kepuasan terhadap kemajuan kerja atau usaha adalah kepuasan yang dirasan oleh istri bekerja terhadap kesempatannya untuk lebih maju di dalam pekerjaan atau usahanya. Kepuasan terhadap sikap atasan adalah kepuasan yang dirasan oleh istri bekerja terhadap sikap atasan atau orang yang lebih maju dalam pekerjaannya yang meliputi dorongan, kemampuan dalam memecahkan masalah dan kepedulian terhadap istri yang bekerja. Kepuasan terhadap gaji atau upah adalah kepuasan terhadap gaji atau upah yang diperoleh serta pemotongannya karena istri tidak bekerja. Kepuasan terhadap rekan kerja adalah kepuasan yang dirasakan oleh istri bekerja karena manfaat kepemilikan rekan kerja di pekerjannya. Kepuasan terhadap kesempatan pengembangan kemampuan dan keterampilan adalah kepuasan yang dirasakan oleh istri bekerja karena esempatan yang diberikan dalam menambah ilmu pengetahuan dan keterampilannya. Kepuasan terhadap kejelasan informasi adalah kepuasan terhadap kejelasan informasi yang diberikan oleh tempat istri bekerja maupun oleh lingkungan tempat istri bekerja.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak di Kota Bogor dengan jumlah penduduk sebesar 214 826 jiwa. (BPS Kota Bogor 2011) dengan luas wilayah sekitar 3 165 Ha. Adapun batas-batas Kecamatan Bogor Barat adalah : 1) sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang; 2) sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal; 3) sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Ciomas; dan 4) sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dramaga. Kecamatan Bogor Barat terbagi dalam 16 kelurahan, diantaranya adalah Kelurahan Pasir Jaya dan Kelurahan Menteng. Kondisi fisik Kecamatan Bogor Barat merupakan lahan yang baik untuk mendukung kegiatan perkotaan seperti pemukiman, perkantoran, perdagangan, industri, pariwisata, pertanian dan lain-lain. Kelurahan Pasir Jaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 20 730 jiwa. Luas wilayah Kelurahan Pasir Jaya sekitar 138.2 Ha. Kelurahan Pasir Jaya terdiri dari 15 RW dengan 63 RT didalamnya. Adapun batas-batas Kelurahan Pasir Jaya yaitu : 1) sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Gunung Batu; 2) sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Cikaret; 3) sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pasir Kuda dan Kelurahan Pasir Mulya; 4) sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Empang dan Kelurahan Mulya Harja. Kelurahan Menteng memiliki jumlah penduduk sebesar 15 785 jiwa dengan luas wilayah sekitar 209 Ha. Kelurahan Menteng terdiri atas 20 RW dan 78 RT. Batas-batas wilayah dari Kelurahan Menteng yaitu : 1) sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Cilendek Timur; 2) sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Cisadane; 3) sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurah Kebon Kelapa; dan 4) sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Ciwaringin. Berbeda dengan Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan dengan penduduk terpadat di Kota Bogor dengan jumlah penduduk sebesar 12 564 jiwa/km2 (BPS Kota Bogor 2011) dengan luas wilayah sekitar 851 Ha. Adapun batas-batas Kecamatan Bogor Tengah adalah : 1) sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kedung Jaya dan Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal; 2) sebelah Timur berbatasan dengan Jalan TOL Jagorawi, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur dan Kelurahan Sukasari; 3) sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bondongan dan Kelurahan Empang Kecamatan Bogor Selatan; dan 4) sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Cisadane dan Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat. Kecamatan Bogor Tengah terbagi dalam 10 kelurahan, diantaranya adalah Kelurahan Panaragan dan Kelurahan Paledang. Kelurahan Panaragan memiliki penduduk berjumlah 7 181 jiwa dengan luas wilayah 27 Ha. Kelurahan Panaragan terdiri atas 7 RW dan 34 RT. Batasbatas wilayah dari Kelurahan Panaragan yaitu : 1) sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Veteran ; 2) sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Cisadane; 3) sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Cisadane; dan 4) sebelah Timur berbatasan Sungai Cisadane.
14 Kelurahan Paledang memiliki jumlah penduduk sebesar 11 539 jiwa. Luas wilayah Kelurahan Paledang yaitu sekitar 178 Ha. Kelurahan Paledang terdiri dari 13 RW dengan 58 RT didalamnya. Adapun batas-batas Kelurahan Paledang yaitu : 1) sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pabaton; 2) sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Babakan; 3) sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Gudang; dan 4) sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Panaragan.
Karakteristik Contoh dan Keluarga Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada karakteristik contoh dan keluarga menurut jenis pekerjaan dimana istri yang bekerja formal memiliki pendidikan, lama kerja, dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja informal. Selain itu, pada karakteristik besar keluarga, usia istri, suami dan usia anak terakhir, serta lama pernikahan lebih rendah dimiliki oleh istri yang bekerja formal dibandingkan dengan istri yang bekerja informal. Tabel 2 Uji beda rata-rata skor karakteristik contoh dan keluarga menurut jenis pekerjaan Karakteristik Keluarga Besar keluarga Usia suami (tahun) Usia istri (tahun) Pendidikan suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) Lama bekerja istri (tahun) Lama pernikahan (tahun) Usia anak terakhir (tahun) Pendapatan Istri (rupiah) Pendapatan per kapita (rupiah)
Formal 3.79 36.36 33.69 13.45 13.95 9.763 9.156 3.869 2 611 337.50 1 529 171
Informal 4.72 40.63 36.01 9.10 8.65 6.8844 14.538 5.044 1 559 125 791 891
P-Value 0.000** 0.000** 0.015* 0.000** 0.000** 0.003** 0.000** 0.001** 0.003** 0.000**
Keterangan *signifikan pada p-value <0.05; **sangat signifikan pada p-value <0.01
Berdasarkan jenis pekerjaannya, istri yang bekerja formal didominasi oleh pegawai swasta (45.5%) dan pekerjaan informal sebagian besar bekerja sebagai pembantu rumah tangga (49%). Pada pekerjaan formal, rata-rata pendidikan istri adalah 13.95 tahun dimana 32.5 persen dari contoh telah menempuh pendidikan >12 tahun. Namun demikian, istri yang bekerja informal rata-rata pendidikannya adalah 8.56 tahun atau hanya menempuh pendikan sampai jenjang SMP dan masih terdapat 40 persen contoh istri yang bekerja informal masih berpendidikan sekolah dasar. Pada pendapatan perkapita keluarga, keluarga dari istri yang bekerja formal rata-rata memilki pendapatan perkapita Rp1 529 171 sedangkan keluarga dari istri yang bekerja informal Rp791 891.40. Pendapatan perkapita ini kemudian digunakan untuk menghitung kesejahteraan keluarga yang diukur berdasarkan garis kemiskinan. Berdasarkan besar pendapatan perkapita Kota Bogor tahun 2010 besar garis kemiskinan (GK) Kota Bogor adalah Rp278 530 (BPS Kota Bogor 2012) sehingga bila dihitung berdasarkan GK, rata-rata status keluarga dari keseluruhan contoh telah tergolong pada katagori keluarga tidak miskin. Pada
15 analisis lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat keluarga contoh yang bekerja formal tergolong dalam katagori keluarga miskin, namun masih ada keluarga yang tergolong dalam katagori keluarga miskin (28.8%) pada keluarga dari istri yang bekerja informal. Berdasarkan alokasi waktu istri bekerja, terdapat perbedaan yang signifikan lebih tinggi pada karakteristik contoh dan keluarga yaitu pada pendidikan istri, pendidikan suami, pendapatan istri dan pendapatan per kapita pada contoh yang bekerja lebih dari 8 jam/hari dibandingkan yang bekerja maksimal 8 jam/hari. Walaupun tidak ada perbedaan signifikan pada karakteritik lainnya namun rata-rata skor istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari lebih tinggi dibandingkan yang bekerja maksimal 8 jam/hari yaitu pada usia suami, usia istri, dan lama kerja istri dibandingkan dengan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari. Sebaliknya, rata-rata skor contoh pada besar keluarga, lama pernikahan, dan usia anak terakhir lebih tinggi pada keluarga dengan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari dibandingkan keluarga dengan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari. Tabel 3 Uji beda rata-rata skor karakteristik contoh dan keluarga menurut alokasi waktu kerja Karakteristik Keluarga Besar keluarga Usia suami (tahun) Usia istri (tahun) Pendidikan suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) Lama bekerja istri (tahun) Lama pernikahan (tahun) Usia anak terakhir (tahun) Pendapatan Istri (rupiah) Pendapatan per kapita (rupiah)
≤ 8 Jam/hari 4.28 38.32 34.57 10.78 10.66 8.29 11.91 4.65 1 592 466 910 968
> 8 Jam/hari 4.22 38.71 35.29 11.88 12.08 8.35 11.76 4.22 2 731 250 1 465 553
P-Value 0.725 0.737 0.474 0.045* 0.017* 0.995 0.880 0.242 0.002** 0.006**
Keterangan *signifikan pada p-value <0.05; **sangat signifikan pada p-value <0.01
Istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari memiliki rata-rata pendidikan istri dan suami yang lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari. Pendidikan suami dari istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari adalah 11.88 tahun dan pendidikan suami dari istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari adalah 10.78 tahun. Rata-rata pendidikan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari adalah 12.08 tahun dengan rata-rata pendapatan istri sebesar Rp1 592 466. Hal ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari yaitu sebesar Rp1 465 553. Besarnya pendapatan istri pun sejalan dengan pendapatan per kapita yang dimiliki oleh keluarga. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari (Rp1 465 553) lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan perkapita keluarga dengan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari (Rp910 968). Berdasarkan pendapatan per kapita tersebut keluarga yang tergolong miskin dan hampir miskin paling banyak terdapat pada istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari (29. 5%) dibandingkan yang bekerja lebih dari 8 jam/hari (19.4%).
16 Pencapaian Kepuasan Kerja Istri Kepuasan kerja istri merupakan kondisi yang menunjukkan perasaan kepuasan yang dirasakan oleh istri yang bekerja terhadap pekerjaan yang dikerjakannya.Terdapat tiga dimensi yang digunakan dalam mengukur kepuasan kerja yaitu : motivasi pekerjaan, dukungan suami, serta kepuasan di tempat kerja. Pada dimensi kepuasan di tempat kerja diukur berdasarkan kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja, kepuasan terhadap kemajuan karir atau usaha, sikap atasan atau orang yang lebih maju di bidang pekerjaan, gaji atau upah yang diterima, kepemilikan rekan kerja, kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan, serta kejelasan informasi di tempat kerja. Berikut sebaran pencapaian kepuasan kerja istri yang disajikan pada tabel 4. Tabel 4 Sebaran skor pencapaian kepuasan kerja (%) menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja Dimensi 1. Motivasi pekerjaan 2. Dukungan suami 3. Kepuasan di tempat kerja a. Pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja b. Kemajuan karir atau usaha c. Sikap atasan atau orang yang lebih maju di bidang pekerjaan d. Gaji/ upah yang diterima e. Kepemilikan rekan kerja f. Kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan g. Kejelasan informasi di tempat kerja Pencapaian Keseluruhan
Jenis Pekerjaan Formal Informal 77.86 73.30 80.42 77.92 72.89 66.80
Alokasi Waktu Kerja ≤ 8 Jam > 8 Jam 74.64 76.75 76.67 82.22 69.58 70.17
Total 75.59 79.17 69.85
72.75
68.69
69.89
71.73
70.72
72.25
56.67
63.03
66.20
64.46
73.50
72.08
74.47
70.74
72.79
67.90 81.44
63.50 73.50
64.73 76.76
66.89 78.33
65.70 77.47
73.87
63.50
69.09
68.19
68.69
68.50
69.68
69.09
69.10
69.09
74.33
69.29
71.14
72.64
71.81
Tabel 4 menunjukkan bahwa pencapain kepuasan kerja keseluruhan istri pada pekerjaan formal (74.33%) lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan informal (69.29%). Berdasarkan alokasi waktu kerja istri, walaupun tidak berbeda jauh namun pencapaian kepuasan keseluruhan istri yang memiliki alokasi waktu kerja lebih dari 8 jam/hari (72.63%) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari (71.14%). Pada rata-rata pencapaian kepuasan per dimensi, secara keseluruhan pencapaian kepuasan paling tinggi dirasakan pada dimensi dukungan suami (79.17%) dan pencapaian kepuasan paling rendah pada dimensi kepuasan ditempat kerja terutama pada kemajuan karir atau usaha (64.46%). Pada dimensi motivasi pekerjaan, item kepuasan terhadap kemampuan contoh dalam mengerjakan pekerjaan sendiri merupakan item dengan skor kepuasan tertinggi untuk setiap katagori baik berdasarkan jenis pekerjaan maupun Alokasi waktu. Namun, pada item kepuasan terhadap hasil pekerjaan merupakan item dengan kepuasan terendah pada dicapai oleh contoh kecuali pada contoh yang memiliki alokasi waktu kerja lebih dari 8 jam/hari (Tabel 5).
17 Tabel 5 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap motivasi pekerjaan Jenis Pekerjaan Formal Informal
Pertanyaan Kemampuan saya dalam mengerjakan pekerjaan saya sendiri Kemampuan saya dalam melakukan berbagai hal positif untuk mengatasi stress Kemampuan saya dalam mengontrol apa yang saya lakukan di tempat kerja Kegunaan kreativitas dan inovasi saya dalam pekerjaan Kepuasan terhadap hasil pekerjaan saya Kesempatan saya belajar untuk meningkatkan keahlian Penambahan pengetahuan yang saya peroleh
Alokasi Waktu Kerja ≤ 8 Jam >8 Jam
82.77
84.2
82.78
84.19
76.28
73.8
76.22
73.86
78.31
77.87
77.94
78.24
74.04
67.8
67.12
74.86
80.54
82.07
79.56
83.05
75.09
62.47
69.22
68.33
77.78
67.34
72.21
72.91
Pada dimensi terhadap dukungan suami, rata-rata contoh baik berdasarkan jenis pekerjaan maupun jam kerja merasakan kepuasan paling rendah pada peran suami dalam mengasuh anak. Namun demikian, istri yang bekerja formal dan yang bekerja lebih dari 8 jam/hari memiliki kepuasan paling tinggi pada dukungan suami terhadap pekerjaan contoh dan untuk yang bekerja informal dan bekerja maksimal 8 jam/hari merasakan kepuasan paling tinggi pada dukungan yang diberikan suami dalam pekerjaan rumah tangga (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap dukungan suami Jenis Pekerjaan
Pertanyaan
Formal
Dukungan yang diberikan suami dalam pekerjaan rumah tangga Dukungan suami terhadap pekerjaan saya Peran suami dalam mengasuh anak
Informal
Alokasi Waktu Kerja ≤ 8 Jam
>8 Jam
82.98
81.76
80.32
84.33
83.01 75.11
79.47 75.87
77.38 73.26
85.1 77.72
Pada pencapaian kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan (Tabel 7) menunjukkan bahwa pada item pertanyaan kepuasan terhadap manfaat diri dalm mengerjakan pekerjaan yang dilakukan ditempat kerja dirasakan paling tinggi oleh seluruh katagori contoh baik menurut jenis pekerjaan atau alokasi waktu. Sedangkan untuk item pertanyaan variasi pekerjaan yang dilakukan merupakan item pencapaian kepuasan terendah pada kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan untuk contoh dari setiap katagori kecuali contoh bekerja lebih dari 8 jam/hari. Tabel 7 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap pekerjaan yang dilakukan Jenis Pekerjaan Formal Informal 71.53 64.07
Pertanyaan Kebebasan mengaktualisasikan diri Kepuasan terhadap manfaat diri mengerjakan tugas dan pekerjaan Standar pekerjaan yang ditetapkan Variasi pekerjaan yang dilakukan
dalam
Alokasi Waktu Kerja ≤ 8 Jam > 8 Jam 66.46 69.14
81.27
79.27
80.39
80.14
69.55 68.51
67.94 64.00
67.87 65.84
69.62 66.67
18 Berdasarkan dimensi kemajuan karir atau usaha, istri yang bekerja formal merasa lebih puas dibandingkan dengan istri yang bekerja informal pada tiap item pertanyaan. Menurut alokasi waktu kerja istri, istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari merasa lebih puas dibandingkan dengan yang bekerja lebih dari 8 jam/hari kecuali pada item kesempatan untuk mengembangan karir atau usaha. Hal ini disebabkan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari didominasi oleh karyawan swasta sedangkan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari didominasi oleh pembantu rumah tangga (Tabel 8). Tabel 8 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap kemajuan karir atau usaha Pertanyaan Kesempatan mengembangkan karir atau usaha Kepuasan terhadap kemajuan karir atau masa depan pekerjaan Proses yang dilakukan dalam kemajuan pekerjaan
Jenis Pekerjaan Formal Informal 70.03 54.80
Alokasi Waktu Kerja ≤ 8 Jam > 8 Jam 61.12 65.72
72.87
57.27
65.23
64.90
72.13
60.07
66.77
65.43
Pada kepuasan terhadap dorongan atasan atau orang yang lebih maju di bidangnya, istri yang bekerja formal paling tinggi merasakan kepuasan pada dorongan atasan atau orang yang lebih maju sehingga contoh dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik. Pada contoh yang bekerja informal dan yang bekerja maksimal 8 jam/hari merasakan kepuasan paling tinggi pada item kepedulian atasan atau orang yang lebih maju di pekerjaan terhadap peran contoh sebagai individu atau ibu rumah tangga. Namun demikian, contoh yang memiliki alokasi waktu kerja lebih dari 8 jam/hari kepuasan paling tinggi dirasakan pada item peran atasan atau orang yang lebih maju terhadap kemampuan contoh dalam menyelesaikan permasalahan pekerjaan. Tabel 9 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap dorongan atasan atau orang yang lebih maju di bidang pekerjaan Pertanyaan Dorongan atasan atau orang yang lebih maju dalam bidang pekerjaan saya agar saya melakukan pekerjaan yang lebih baik Peran atasan atau orang yang lebih maju dalam bidang pekerjaan pada kemampuan saya dalam menyelesaikan permasalahan Kepedulian atasan atau orang yang lebih maju dalam bidang pekerjaannya saya terhadap peran saya sebagai seorang individu/ ibu rumah tangga
Jenis Pekerjaan Formal Informal
Alokasi Waktu Kerja ≤ 8 Jam >8 Jam
74.61
68.34
74.42
68.53
72.06
72.94
72.18
72.81
74.26
74.14
77.54
70.86
Tabel 10 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis pekerjaan, kepuasan paling rendah istri yang bekerja formal yaitu pada upah lembur sedangkan istri yang bekerja informal pada pendapatan atau upah yang diterima. Menurut alokasi waktu kerja istri, istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari merasa kepuasan paling rendah pada kenaikan pendapatan atau upah tahunan sedangkan pada istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari pada pemotongan pendapatan karena cuti.
19 Tabel 10 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap gaji atau upah Pertanyaan
Jenis Pekerjaan Formal Informal
Pendapatan atau upah yang diterima saya dari tempat kerja Bonus yang saya terima Kenaikan pendapatan atau upah tahunan yang saya terima Pemotongan pendapatan karena cuti Upah lembur yang saya terima
Alokasi Waktu Kerja ≤ 8 Jam > 8 Jam
70.72
64.01
63.63
70.38
68.11
69.67
66.63
71.14
68.66
61.14
61.22
68.58
68.27 63.82
59.07 65.94
68.24 65.23
59.10 64.53
Pada kepuasan terhadap kepemilikan rekan kerja (Tabel 11), kepuasan paling tinggi dirasakan contoh baik berdasarkan jenis pekerjaan dan jam kerja pada item kepuasan terhadap dorongan teman agar contoh semangat dan maju. Pada contoh yang bekerja formal dan yang bekerja dengan alokasi waktu lebih dari 8 jam/hari kepuasan paling rendah dirasakan pada item interaksi antar rekan kerja atau yang seprofesi sedangkan untuk contoh yang bekerja informal dan yang bekerja dengan alokasi waktu maksimal 8 jam/hari paling rendah kepuasannya pada item kesepakatan rekan kerja untik melakukan pekerjaan yang berkualitas. Tabel 11 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap rekan kerja Pertanyaan Dorongan teman kepada saya agar semangat dan maju Interaksi antar rekan kerja atau yang seprofesi Kesepakatan rekan kerja untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas Kepuasan terhadap kepemilikan jaringan pertemanan
Jenis Pekerjaan Formal Informal
Alokasi Waktu ≤ 8 Jam >8 Jam
83.94
78.74
79.72
82.96
79.26
71.34
76.74
73.86
81.00
69.47
74.30
76.14
81.53
74.74
78.46
77.81
Kepuasan terhadap pengembangan pengetahuan dan keterampilan penting bagi pekerja karena pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pekerja berkaitan dengan gaji dan posisi contoh di tempat kerja. Kepuasan paling tinggi pada istri yang bekerja formal dan yang bekerja dengan alokasi waktu lebih dari 8 jam/hari yaitu pada item kepuasan terhadap pelatihan atau pemberian ilmu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Namun demikian, pada contoh yang bekerja informal dan bekerja dengan alokasi waktu maksimal 8 jam/hari memiliki kepuasan paling rendah pada item kepuasan terhadap peningkatan kinerja melalui penambahan ilmu pengetahuan atau keterampilan yang diberikan. Tabel 12 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan Pertanyaan Kepuasan terhadap pelatihan atau pemberian ilmu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Peningkatan kinerja melalui penambahan ilmu pengetahuan atau keterampilan yang diberikan
Jenis Pekerjaan
Alokasi Waktu
Informal
≤ 8 Jam
> 8 Jam
73.69
63.67
70.69
66.67
74.3
63.27
69.23
68.33
Formal
20 Pada kepuasan terhadap kejelasan informasi, kepuasan paling rendah dirasakan oleh contoh yang bekerja formal dan bekerja dengan alokasi waktu maksimal 8 jam/hari pada item kepuasan terhadap hukuman yang ditetapkan bagi yang melanggar peraturan. Sedangkan, kepuasan paling rendah contoh yang bekerja informal, yaitu pada tantangan yang diberikan dan contoh yang bekerja dengan alokasi waktu lebih dari 8 jam/hari yaitu pada target yang akan dicapai di tempat kerja. (Tabel 13). Tabel 13 Sebaran skor pencapaian kepuasan (%) terhadap kejelasan informasi di tempat kerja Pertanyaan Target yang akan dicapai oleh tempat kerja Tantangan yang diberikan tempat kerja Pembagian kerja Hukuman yang ditetapkan bagi yang melanggar peraturan
Jenis Pekerjaan Formal Informal 67.36 69.40 71.01 68.47 70.29 71.74 65.50
70.60
Alokasi Waktu ≤ 8 Jam >8 Jam 70.14 66.62 69.86 69.67 69.93 72.10 66.76
69.38
Perbedaan Pencapaian Kepuasan Kerja Menurut Jenis Pekerjaan Pada uji beda berdasarkan jenis pekerjaan, secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan kepuasan kerja berdasarkan jenis pekerjaan. Rata-rata pencapaian kepuasan kerja pada istri yang bekerja formal (130.07) lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja informal (121.26). Terdapat perbedaan kepuasan kerja secara signifikan berdasarkan jenis pekerjaan istri formal dan informal pada dimensi motivasi pekerjaan dan kepuasan di tempat kerja terutama dirasakan pada kemajuan kerja atau usaha, kepemilikan rekan kerja, dan kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Pada seluruh dimensi dan sub dimensi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pencapaian kepuasan pada istri yang bekerja formal lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja informal. Tabel 14 Uji beda rata-rata skor dimensi kepuasan kerja menurut jenis pekerjaan Dimensi 1. Motivasi pekerjaan 2. Dukungan suami 3. Kepuasan di tempat kerja a. Pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja b. Kemajuan karir atau usaha c. Sikap atasan atau orang yang lebih maju di bidang pekerjaan d. Gaji/ upah e. Rekan kerja f. Kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan g. Kejelasan informasi ditempat kerja Pencapaian keseluruhan
Formal 27.25 12.06 90.76 14.55 10.84
Informal 25.66 11.69 83.91 13.74 8.50
P-Value 0.011* 0.378 0.002** 0.051 0.000**
11.03
10.81
0.643
16.98 16.29
15.88 14.70
0.105 0.001**
7.39
6.35
0.001**
13.70 130.07
13.94 121.26
0.590 0.001 **
Keterangan *signifikan pada p-value <0.05; **sangat signifikan pada p-value <0.01
21 Perbedaan Pencapaian Kepuasan Kerja Menurut Alokasi Waktu Kerja Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara contoh yang bekerja dengan alokasi waktu maksimal 8 jam/hari dengan yang bekerja lebih dari 8 jam/hari. Namun demikian, rata-rata pencapaian kepuasan kerja contoh yang bekerja lebih dari 8 jam/hari (127.11) lebih tinggi dibandingkan yang bekerja maksimal 8 jam/hari (124.49). Tabel 15 Uji beda rata-rata skor dimensi kepuasan kerja menurut alokasi waktu kerja Dimensi 1. Motivasi pekerjaan 2. Dukungan suami 3. Kepuasan di tempat kerja a) Pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja b) Kemajuan karir atau usaha c) Sikap atasan atau orang yang lebih maju di bidang pekerjaan d) Gaji/ upah e) Rekan kerja f) Kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan g) Kejelasan informasi ditempat kerja Pencapaian keseluruhan
≤ 8 jam/hari 26.13 11.50 86.86
> 8 jam/hari 26.86 12.33 87.92
P-Value 0.244 0.044* 0.638
13.98
14.35
0.379
9.45
9.93
0.312
11.17
10.61
0.237
16.18 15.35
16.72 15.67
0.429 0.529
6.91
6.82
0.785
13.82 124.49
13.82 127.11
0.998 0.347
Keterangan *signifikan pada p-value <0.05; **sangat signifikan pada p-value <0.01
Pada uji beda per dimensi menurut alokasi waktu kerja istri, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari dengan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari pada dimensi-dimensi dari kepuasan kerja istri kecuali pada dimensi dukungan suami. Kepuasan terhadap dukungan suami lebih tinggi dirasakan oleh istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari dibandingkan dengan contoh yang bekerja maksimal 8 jam/hari. Rata-rata pencapaian kepuasan terhadap dukungan suami pada istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari adalah 12.33 sedangkan rata-rata kepuasan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari adalah 11.50. Pembahasan Umum Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja istri pada keluarga dengan suami istri bekerja lebih tinggi dicapai oleh istri yang bekerja formal dibandingkan informal dan yang bekerja dengan alokasi waktu lebih dari 8 jam/hari dibandingkan dengan maksimal 8 jam/hari. Kepuasan kerja merupakan hal penting bagi kehidupan individu yang bekerja yang berupa perasaan puas terhadap pekerjaan dan lingkungannya. Pernyataan tersebut merujuk pada Mangkunegara (2002) yang mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan yang mendorong ataupun tidak mendorong diri pekerja yang berhubungan dengan pekerjaanya maupun kondisi yang melingkupi diri pekerja. Kepuasan kerja merupakan perasaan yang bersifat subjektif artinya semakin tinggi penilaian yang diberikan oleh seseorang terhadap yang dirasakannya maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh orang tersebut (Prasetyo 2008).
22 Berdasarkan hasil uji beda, istri yang bekerja formal memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang bekerja informal yaitu pada motivasi kerja dan kepuasan di tempat kerja yang dalam hal ini berbeda signifikan terutama pada kenaikkan pekerjaan atau kemajuan usaha yang lebih pasti, kepemilikan rekan kerja yang lebih baik, serta adanya kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan ataupun pendidikan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan istri yang bekerja informal. Hasil penelitian ini pun sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Huang (2011) yang menyebutkan bahwa pekerja di sektor formal yang dalam hal ini didominasi oleh pekerja kerah putih memiliki tingkat intelektualitas dan pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja kerah biru yang lebih banyak didominasi oleh pekerjaan informal. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pekerja formal merupakan salah satu modal dalam keberhasilan di pekerjaan yang akan berdampak pada pencapaian kepuasan kerja. Lebih tingginya rata-rata pencapaian istri yang bekerja formal terutama pada motivasi pekerjaan serta kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan menjelaskan bahwa semakin tinggi kepuasan istri yang bekerja formal pada keterlibatannya di tempat bekerja dibandingkan dengan istri yang bekerja informal. Sejalan dengan hal tersebut, Dhamayanti (2006) menjelaskan bahwa semakin tinggi keterlibatan pekerja di tempat kerja maka akan semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakannya. Hal ini dapat terjadi karena pekerja cenderung merasa lebih bangga bila mereka diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan, kemampuan, dan kebebasan diri dalam mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya di dalam pekerjaan sehingga akan merasa lebih bermanfaat di dalam pekerjaan. Pada akhirnya hal ini pun akan berimplikasi pada kepuasan kerja yang dirasakan oleh istri bekerja. Berdasarkan karakteristik contoh dan keluarga, perbedaan pencapaian kepuasan kerja secara signifikan pada istri yang bekerja formal dan informal disebabkan istri yang bekerja formal secara signifikan memiliki pendidikan, lama kerja, dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja informal. Selain itu, istri yang bekerja formal secara signifikan rata-rata memiliki besar keluarga yang lebih kecil, usia dan usia anak terakhir yang lebih muda, serta lama pernikahan yang lebih rendah dibandingkan dengan istri yang bekerja informal. Perbedaan kepuasan kerja antara istri yang bekerja formal dan informal juga dapat disebabkan karena perbedaan lama pendidikan yang ditempuh istri pada kedua katagori tersebut dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 32.5 persen istri yang bekerja formal telah menempuh pendidikan selama lebih dari 12 tahun, namun masih terdapat 40 persen istri yang bekerja informal berpendidikan kurang dari sama dengan 6 tahun. Albert dan Davia (2005) menyatakan bahwa pendidikan berkaitan dengan gaji atau upah yang diterima yang akhirnya akan berdampak pada kepuasan yang dirasakan pekerja. Tidak adanya perbedaan kepuasan yang dirasakan antara istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari dengan lebih dari 8 jam/hari dapat disebabkan hampir samanya sebaran contoh dan keluarga seperti usia contoh, suami, dan anak terakhir, pekerjaan istri, besar keluarga, lama kerja, dan lama pernikahan antara contoh yang bekerja maksimal 8 jam/hari dengan contoh yang bekerja lebih dari 8 jam/hari. Walaupun tidak terdapat perbedaan secara signifikan, namun rata-rata pencapaian kepuasan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari lebih tinggi
23 dibandingkan dengan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari. Sejalan dengan hasil penelitian ini, Holly dan Mohnen (2012) menyatakan bahwa kebijakan dan sistem manajemen sumberdaya manusia yang baik di dalam pekerjaan melalui sistem konpensasi yang menarik akan meningkatkan kepuasan kerja meskipun jam kerja ditingkatkan. Pada kepuasan kerja per dimensi menurut alokasi waktu kerja istri, terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi dukungan suami dimana pada istri yang bekerja dengan alokasi waktu lebih dari 8 jam/hari merasa lebih puas terhadap dukungan yang diberikan suami kepadanya baik dukungan di sektor domestik maupun di sektor publik dibandingkan dengan istri yang bekerja dengan alokasi waktu maksimal 8 jam/hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Evans et al (2010) yang menyatakan bahwa istri yang berorientasi pada pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih banyak di dalam pekerjannya sehingga istri merasa mendapat bantuan lebih besar dari suaminya di dalam pekerjaan maupun rumah tangganya. Pernyataan tersebut didukung oleh Deacon dan Firebaugh (1988) yang menyebutkan adanya bantuan yang diberikan oleh pihak lain (dalam hal ini adalah suami) akan membantu istri dalam meringankan perannya di sektor domestik dan publik. Masih adanya sisa waktu luang istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari juga menjadi faktor kurangnya dukungan suami terhadap istri terutama dalam pekerjaan domestik. Rahardjo et al (1980) mengungkapkan ada beberapa suami sepakat akan adanya “persetujuan bersyarat” pada istri yang bekerja. Persetujuan bersyarat tersebut merupakan cerminan bahwa pekerjaan apapun yang dilakukan istri tidak boleh bertentangan dengan tugas istri sebagai ibu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan pendapat Mason and Bumpass (1975) dalam Corfman (1979) yang menyatakan bahwa bantuan yang diberikan oleh suami di dalam pekerjaan rumah tangga secara umum tidaklah memadai untuk membuat mewujudkan keadilan peran karena kenyataanya penerimaan publik untuk istri bekerja didasarkan pada kepercayaan bahwa istri juga harus melanjutkan pekerjaan di rumah sebagai seorang ibu rumah tangga. Selain adanya dukungan dari suami untuk membantu istri melaksanakan tugasnya di rumah tangga serta dukungan pada pekerjaan istri, adanya dukungan dari atasan atau orang yang maju di bidang pekerjaan istri juga diperlukan sehingga istri dapat menyeimbangkan tugas kerja dan keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Beutell (2010) mengungkapkan bahwa adanya dukungan yang diberikan oleh atasan berhubungan positif pada kepuasan terhadap pekerjaan yang telah ditetapkan dan berhubungan negatif pada konflik kerja keluarga. Haddock et al (2006) menyatakan bahwa istri yang melakukan pengelolaan waktu dan pembagian pekerjaan, meminta dukungan dari atasan dan rekan kerja, serta menetapkan batas-batas pekerjaan secara tegas akan meningkatkan kepuasan kerja pada istri. Dalam penelitian ini, kepuasan kerja dibatasi oleh kepuasan terhadap motivasi pekerjaan, kepuasan terhadap dukungan suami serta kepuasan di tempat kerja dan belum diteliti motivasi yang melatarbelakangi istri bekerja serta kepuasan terhadap pekerjaan rumah tangga seperti peran istri dalam mengasuh anak, pembagian pekerjaan dengan anggota rumah tangga. Hal tersebut karena kepuasan kerja merupakan hasil dari perasaan yang saling terkait antara kepuasan dalam rumah tangga serta kepuasan hidup.
24
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata istri telah mencapai kepuasan sekitar 70 persen dari indikator kepuasan kerja. Pencapaian kepuasan paling tinggi dirasakan pada dukungan suami dan pencapaian kepuasan paling rendah pada kepuasan di tempat kerja terutama dalam kemajuan pekerjaan atau usaha. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang kepuasan kerja yang signifikan antara istri yang bekerja formal dengan yang informal dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kepuasan kerja berdasarkan alokasi waktu antara istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari dengan lebih dari 8 jam/hari. Istri yang bekerja formal memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja informal yaitu pada motivasi pekerjaan dan kepuasan ditempat kerja terutama dalam kesempatan kenaikan pekerjaaan, kepemilikan rekan kerja, serta kesempatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan dibandingkan dengan yang bekerja informal. Berdasarkan alokasi waktu kerja, hanya kepuasan terhadap dukungan suami yang berbeda nyata lebih rendah pada istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari dibandingkan yang bekerja lebih dari 8 jam/hari.
Saran 1.
2.
3.
Kepuasan kerja yang dirasakan istri berkaitan dengan pendidikan dan pendapatan yang dimiliki oleh keluarga. Oleh karenanya disarankan kepada dinas pendidikan dan pihak terkait untuk meningkatkan pendidikan pada generasi penerus terutama pada keluarga yang rentan miskin sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik dibandingkan dengan orangtuanya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, pekerjaan yang lebih baik dengan posisi yang lebih tinggi serta pendapatan yang lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan kepuasan kerja istri yang bekerja informal lebih rendah dibandingkan dengan yang bekerja formal. Oleh karena disarankan kepada LSM, perguruan tinggi, dan pihak terkait lainnya sebaiknya juga membantu istri yang bekerja informal untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga kehidupannya menjadi lebih baik dan pada akhirnya kepuasan kerja akan tercapai. Bagi peneliti yang ingin meneliti dengan tema sejenis mengenai kepuasan kerja diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan kepuasan kerja dengan kepuasan hidup dan keluarga serta motivasi yang melatarbelakangi istri bekerja sehingga dapat memperkaya ilmu pengetahuan terkait kepuasan kerja istri di dalam keluarga.
25
DAFTAR PUSTAKA Albert C, Davia MA. 2005. Education, wages and job satisfaction. Proposal for the epunet 2005 conference [Internet]. [30 Juni-2 Juli 2005]. Albacete (ES) : Universidad de Castilla la Mancha. hlm 10; [diunduh 2013 Juni 1]. Tersedia pada : https://www.iser.essex.ac.uk/files/conferences/bhps/2005/docs/pdf/ abstracts/abstract-volume.pdf Arep I, Tanjung H. 2002. Manajemen Motivasi. Grasindo : Jakarta. Arofani RA, Seniati ANL. 2007. Iklim psikologis dan kepuasan kerja (studi pada guru SD Islam Al-Azhar Bekasi). Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi. 9 (1):13-28. Beutell NJ. 2010. Work schedule, work schedule control and satisfaction in relation to work-family conflict, work-family synergy, and domain satisfaction. Journal of Career Development International [Internet]. [diunduh 2013 Juni 1]; 15(5):501-518. Tersedia pada : http://www.emeraldinsight.com/1362-0436.htm. Booth AL, Ours JCV. 2007. Job satisfaction and family happiness: the part-time work puzzle [discussion paper series]. 2007. Bonn (DE) : IZA, Nomor 3020. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2012. Jakarta (ID) : BPS. [BPS Kota Bogor] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2011. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kota Bogor 2011. Bogor (ID) : BPS Kota Bogor [internet]. [1 Juli 2013] tersedia dari http://bappeda.kotabogor.go.id ____________________________________________. 2012. Bogor dalam Angka. Bogor (ID) : BPS Kota Bogor. Christine WS, Oktorina M, Mula I. 2010. Pengaruh konflik pekerjaan dan konflik keluarga terhadap kinerja dengan konflik pekerjaan sebagai intervening variabel (studi pada dual career couple di jabodetabek). Jurnal manajemen dan kewirausahaan 12(2):121-132. Corfman E. 1979. Family Today. United State of America: Department of Health, Education, and Walfare. [Depnakertrans] Departemen Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. 2012. Undangundang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003. Tentang Ketenagakerjaan : Depnakertrans. __________________________________________________________. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2010-2025. Jakarta (ID) : Depnakertrans. Deacon RE, Firebough FM. 1988. Family Resource Management : Principles and Application (2nd Ed). USA: Allyn and Bacon Inc. Dhamayanti R. 2006. Pengaruh konflik keluarga-pekerjaan, keterlibatan pekerjaan, dan tekanan pekerjaan terhadap kepuasan kerja karyawan wanita studi pada nusantara tour dan travel kantor cabang dan kantor pusat Semarang. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi 3(2) : 93-107. Djastuti I. 2011. Pengaruh jenis dan lama waktu kerja terhadap komitmen organisasi karyawan tingkat manajerial perusahaan jasa konstruksi di Jawa Tengah. Jurnal Bisnis dan Akuntansi : Universitas Diponegoro. 13(1):1-19.
26 Evans et al. 2010. The Working Mother Report : What Mom Think. USA : Working Mother Media. Haddock SA, Zimmerman TS, Ziemba SJ, Lyness KP. 2006. Practice of dual earner couples successfully balancing work and family. Journal of Family and Economic Issues 27(2):207-234. Herawati T. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi remaja SMU tentang peran gender tradisional [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Holly S, Mohnen A. 2012. Impact of working hours on work–life balance. German Socio-Economic Panel Study (SOEP) : Germany [internet]. [30 Mei 2013]. Tersedia dari : http://www.diw.de/soeppapers. Huang TP. 2011. Comparing motivating work characteristics, job satisfaction, and turnover intention of knowledge workers and blue collar worker, and testing a structural model of the variables relationship in China and Japan. The International Jornal of Human Resource Management. 22(4):924-944. Hussin AB. 2011. The relationship between job satisfaction and job performance among employess in tradewinds group of companies [tesis]. Kuala Lumpur : Open University Malaysia. Levy PE. 2003. Indusrial Organizational Psychology: Understanding The Workplace. New York : Houghton Mifflin Company. Maintier C, Joulain M, Floc’h NL. 2011. To what extent do attitudes to work and subjective components of non-work contribute to the life satisfaction of men and women in dual earner couple. Women’s Studies International Forum 34:242-250. Mangkunegara AP. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Prasetya BEA. Wife’s perception of husband’s support in pursuing her career in relation to wive’s marital satisfaction among working wives in Metro Manila. 2007. Jurnal UNAIR. 9(1):2007-04. Prastyo AW. 2008. Peningkatan kinerja karyawan melalui faktor-faktor kepuasan kerja karyawan (studi kasus : PT XYZ) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Ghalia Indonesia. Rahardjo J, Hendrati P, Ihromi O, Tan MG, Way A, Papanek H. 1980. Wanita Kota Jakarta (Kehidupan Keluarga dan Keluarga Berencana). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. [Sakernas] Survei Tenaga Kerja Nasional. 2008. Antar Kerja Antar Daerah (AKAD). Jakarta (ID) : Sakernas. Sari EPM. 2005. Strategi penyeimbangan perempuan bekerja dalam menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan rumah tangga di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sayogyo P. 1981. Peranan Wanita dalam Pembangunan di Berbagai Lingkungan, Desa dan Kota : Suatu Tinjauan Sosiologi. Makalah dalam Lokakarya Siaran Wanita dan Pembangunan. Jakarta 12-13 Oktober 1981. Departemen Penerangan RI Jakarta. Stoner JAF. Wankel C. 1986. Manajemen Edisi Ketiga. Jakarta : CV. Intermedia.
27 Sunarti E. 2001. Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya: Telaah Kasuh Pengaruhnya Terhadap Kualitas Kehamilan [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Tambingon HN. 1999. Pencari pengasuhan anak berdasarkan gender dalam keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja serta kaitannya dengan status gizi anak balita [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yulinda, Harlyanti SW. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai pada pegawai dinas luar asuransi jiwa bersama Bumiputra 1912 cabang Setiabudi Medan. Jurnal Manajemen Bisnis 2(1) : 25-32. Winton CA. 1995. Frameworks for Studying Families. The Duskin Publishing Group, Inc. Guilford : Connecticut.
28
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor pada tanggal 26 November 1990 dan merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Suparman dan Jumariyah. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar Negeri Tugu 4 (1997-2003), Sekolah Menengah Pertama Negeri 184 Jakarta (2003-2006), dan pada tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 39 Jakarta. Pada tahun yang sama penulis masuk ke Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN dan di terima di Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Saat masa sekolah penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi diantaranya Wakil Ketua OSIS SMPN 184 Jakarta (2004-2005), Anggota Paskibra Achmad Yani SMAN 39 Jakarta (2006-2009), dan Seketaris Bidang Kehidupan Berbangsa dan Bernegara OSIS SMAN 39 Jakarta (2007-2008). Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Asisten praktikum Dasar-Dasar Komunikasi pada tahun ajaran 2011/2012. Selain mengajar, penulis juga aktif mengikuti berbagai organisasi dan kemahasiswaan. Penulis pernah aktif dalam kegiatan Bina Desa Samisaena tahun 2009/2010. Penulis juga pernah aktif sebagai Badan Pengawas HIMAIKO pada tahun 2010/2011 dan menjadi anggota himpunan profesi kemahasiswaan HIMAIKO tahun 2011/2012 divisi Entrepreneurship. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan di lingkungan kampus baik dalam ruang lingkup departemen maupun fakultas.