PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA MENURUT JENIS DAN ALOKASI WAKTU KERJA ISTRI
RAHMI DAMAYANTI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Menurut Jenis dan Alokasi Waktu Kerja Istri adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013 Rahmi Damayanti NIM I24090034
1
ABSTRAK RAHMI DAMAYANTI. Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Menurut Jenis dan Alokasi Waktu Kerja Istri. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan (formal dan informal) serta alokasi waktu kerja istri (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari). Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dengan suami istri bekerja serta mempunyai anak yang masih membutuhkan kehadiran ibu secara fisik dengan intensitas yang tinggi yang diambil secara stratified non proportional random sampling sebanyak 160 orang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan keluarga dengan suami istri bekerja belum mampu mencapai pemenuhan tugas perkembangan keluarga secara ideal. Aspek tugas perkembangan keluarga yang perlu diperbaiki adalah aspek keuangan, kesehatan, ibadah, minat, dan pengembangan diri. Hasil uji beda menunjukkan pemenuhan tugas perkembangan keluarga istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dibandingkan keluarga dengan istri yang bekerja di sektor informal. Berdasarkan alokasi waktu kerja istri, tidak terdapat perbedaan nyata antara pemenuhan tugas perkembangan keluarga istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari dan keluarga dengan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari. Kata kunci: perkembangan keluarga, suami istri bekerja
ABSTRACT RAHMI DAMAYANTI. Family Developmental Tasks on Dual Earner Families by Wives’ Type of Employment and Allocation of Working Time. Supervised by EUIS SUNARTI. This study aimed to identify differences fulfillment of family developmental tasks in dual earner families according to the type of work (formal and informal) and allocation of working time (up to 8 hours/day and more than 8 hours /day). The sample in this study are dual earner families that have children who still need a mother's physical presence with high intensity. Samples which were taken by stratified non proportional random sampling of 160 people. Datas are collected through interviews using questionnaires. The result of research shows that dual earner families have not been able to achieve the fulfillment of the ideal family developmental tasks. Aspects of family developmental tasks that need to be improved is the financial aspect, health, religious, interests, and self-development. Meanwhile the result of sample t-test shows that fulfillment of family developmental tasks with wives who work in the formal sector are higher than families with wives who work in the informal sector. Based on wives’ allocation of working time, there is no real difference between fulfillment of family developmental tasks on families with wives who work up to 8 hours/day and families with wives who work more than 8 hours/day. Keywords: dual earner families, family developmental task
PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA MENURUT JENIS DAN ALOKASI WAKTU KERJA ISTRI
RAHMI DAMAYANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Menurut Jenis dan Alokasi Waktu Kerja Istri Nama : Rahmi Damayanti : 124090034 NIM
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S.
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
mggal Lulus:
1 6 AUG 2013
Judul Skripsi : Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Menurut Jenis dan Alokasi Waktu Kerja Istri Nama : Rahmi Damayanti NIM : I24090034
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S. Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur juga penulis haturkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi teladan mulia dalam kehidupan bagi penulis. Pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun usulan penelitian ini. Atas bantuannya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, doa, dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 2. Dr. Tin Herawati, SP, M.Si dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk perbaikkan skripsi ini. 3. Dr.Ir.Dwi Hastuti, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan kemudahan dalam proses bimbingan akademik selama ini serta seluruh dosen IKK yang telah memberikan ilmu serta pengetahuan berharga bagi penulis. 4. Kedua orangtua, ayahanda Tete Jaenudin, S.Pd. dan Ibunda Euis Mardiah Hayati, S.Pd. yang selalu memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya yang tak terhingga. Saudara penulis Muhammad Rafli Rizqia serta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis. 5. Aparat kelurahan, ketua RT/RW, dan kader kelurahan Pasir Jaya, Menteng, Panaragan, dan Paledang atas bantuan, kemudahan, dan kerjasama yang diberikan dalam proses pengambilan data. 6. Teman satu penelitian payung penulis, Fitri Aprliana Hakim, Novy Tri Muktiyah, Nova Zakiya, dan Risda Rizkillah, atas kebersamaan, kerja sama, dan masukan yang diberikan selama penelitian. 7. Keluarga Wisma Ayu: Meyta, Sri, Tis’ah, Saraswati, Sarah, Mbak Eka, Mbak Khusnul, Nisak, Teh Dini, Mbak Puspa, Mbak Didi, Mbak Endang, Arbi, dan Desi yang membuat kehidupan penulis semakin berwarna. Mbak Tri Sundari dan Mbak Anis Nur Laili selaku orang tua kedua penulis yang tak pernah bosan memberikan arahan dan bimbingan. Saudari-saudari Lingkar Cahaya: Yani, Sonia, Estriana, Novi, dan Zona yang senantiasa menjadi jiwa-jiwa bermanfaat. Seluruh keluarga besar IKK angkatan 48-46 dan sahabat-sahabat terbaik FEMA yang selalu menginspirasi dan memberikan pembelajaran hidup tak terhingga kepada penulis, serta keluarga ikhwah tarbiyyah IPB yang memberikan inspirasi dengan semangat juang yang tak kenal lelah. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan segala informasi yang terdapat didalamnya. Bogor, Juli 2013 Rahmi Damayanti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
4
Kerangka Pemikiran
4
METODE PENELITIAN
6
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
6
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh
6
Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel
7
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN
10 11
Hasil
11
Pembahasan
16
SIMPULAN DAN SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3
Tabel 4
Variabel, skala data, dan kategori pengelompokkan Sebaran rataan dan hasil uji beda karakteristik keluarga Sebaran skor, persentase, dan hasil uji beda pemenuhan tugas perkembangan keluarga menurut jenis pekerjaan istri Sebaran skor, persentase, dan hasil uji beda pemenuhan tugas perkembangan keluarga berdasarkan alokasi waktu kerja istri
9 12
14
16
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangaka pemikiran karakteristik istri, karakteristik keluarga, pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri Gambar 2 Teknik penarikan contoh
7 8
PENDAHULUAN Kehidupan dalam pekerjaan dan keluarga merupakan domain yang paling sentral dari kehidupan orang dewasa (Frone at al. 1992). Suami dan istri dalam kehidupan keluarga pada umumnya memiliki peranan dalam pembinaan kesejahteraan bersama, secara fisik, materi, maupun spiritual (Ihromi 1987). Selain peran suami dan istri, semua anggota keluarga memiliki tanggung jawab untuk menjalankan keberfungsian keluarga, seperti yang diacu dalam Sunarti (2001) yang membagi tiga area fungsi keluarga. Ketiga area tersebut adalah area tugas dasar, area tugas perkembangan, dan area tugas penuh resiko atau dapat juga disebut sebagai tugas krisis. Dari ketiga area tersebut tugas perkembangan keluarga perlu untuk dipenuhi, karena tugas perkembangan keluarga merupakan tugas yang muncul pada setiap siklus kehidupan keluarga. Apabila keluarga berhasil dalam tugas tersebut, maka akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa keberhasilan untuk menyelesaikan tugas perkembangan pada tahapan selanjutnya (Duvall 1971). Seorang wanita yang telah menikah mempunyai peran dalam keluarga inti sebagai istri, ibu, dan pengurus rumah tangga. Namun dalam kehidupan modern, wanita dituntut serta termotivasi untuk memberikan sumbangan lebih yang tidak terbatas pada pelayanan suami, perawatan anak, dan urusan rumah tangga. Banyak wanita yang tidak merasa puas hanya menjalankan ketiga peran tersebut, keadaan ekonomi keluarga menuntut wanita bekerja di luar atau mencari kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarganya. Tetapi sering pula keinginan atau ambisi wanita menimbulkan rasa bersalah dalam dirinya karena belum puas melaksanakan fungsinya sebagai istri, ibu, dan pengelola rumah tangga (Munandar 1985). Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian (2012) menyebutkan bahwa tingkat partisipasi kerja Indonesia pada tahun 2008, 2009, dan 2010 cenderung meningkat. Meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja tersebut salah satunya disebabkan oleh kesempatan kerja yang semakin meluas dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Selain itu, peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja ini juga dipengaruhi oleh peningkatan tingkat pasrtisipasi angkatan kerja perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa kesempatan bekerja untuk perempuan terus meningkat, sehingga laki-laki dan perempuan semakin memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pekerjaan. Kesempatan bekerja bagi perempuan memberikan kebebasan bagi perempuan untuk dapat memilih jenis pekerjaan, baik di sektor formal maupun sektor informal. Seperti data BPS (2008) yang menunjukkan jumlah pekerja perempuan di sektor formal pada tahun 2007 sebanyak 25.80 persen dan terjadi peningkatan di tahun 2008 menjadi 26.46 persen. Sedangkan di sektor informal terjadi perubahan jumlah pekerja perempuan, pada tahun 2006 sebanyak 74.20 persen dan turun pada tahun 2008 menjadi 73.54 persen. Di samping itu, jenis pekerjaan memiliki jam kerja yang beragam, sehingga hal ini menjadi tantangan bagi istri bekerja untuk dapat menyeimbangkan waktu bekerja dan waktu keluarga. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 77 sampai dengan
pasal 85 mengatur jelas mengenai ketentuan jam kerja. Begitupula standar ketenagakerjaan internasional pertama yang diadopsi oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO 2012) menetapkan 48 jam sebagai batas yang dapat diterima untuk satu minggu kerja normal. Meningkatnya peran wanita sebagai pencari nafkah keluarga dan kenyataan bahwa wanita juga berperan untuk meningkatkan kedudukan keluarga, maka bertambah pula masalah-masalah yang timbul dalam keluarga (Ihromi 1987). Jam yang tidak teratur, kerja malam hari, dan tidak adanya waktu istirahat mingguan menimbulkan masalah bagi individu yang memiliki tanggung jawab perawatan anak dan keluarga. Jam kerja terduga dan hari libur mingguan adalah penting bagi seseorang agar dapat mengatur dan mengurus urusan pribadi dan keluarganya (ILO 2012). Menurut Purohit dan Simmers (2010), keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki prioritas karir lebih besar akan meningkatkan konflik pernikahan sehingga suami istri harus memiliki dukungan emosional yang baik. Penelitian Chesley dan Moen (2006) membuktikan bahwa kesejahteraan keluarga dengan suami istri bekerja menurun dalam hal pengasuhan anak. Selaras dengan Ihromi (1987) yang menyatakan bahwa masalah akan timbul lebih banyak pada ibu rumah tangga yang mempunyai anak-anak yang masih membutuhkan pengasuhan fisik maupun rohaniah. Sementara itu penelitian Sunarti et al. (2013) menunjukkan bahwa kerentanan tinggi pada kehidupan keluarga terjadi ketika tingginya permasalahan ekonomi, pertengkaran dengan pasangan, dan kurangnya dukungan untuk perkembangan anak. Begitupula dengan Milkie (1999) yang menyatakan bahwa bagi perempuan hal-hal yang mempengaruhi ketidakseimbangan antara pekerjaan dan keluarga antara lain jam kerja, ketidakadilan dalam pembagian pekerjaan rumah tangga, ketidakbahagiaan perkawinan, dan adanya anak yang berumur masih kecil. Tantangan dalam menyeimbangkan kepentingan pekerjaan dan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja, baik di sektor formal maupun informal serta alokasi waktu kerja maksimal 8 jam/hari maupun lebih dari 8 jam/hari, diduga akan berdampak pada pemenuhan tugas perkembangan keluarga.
Perumusan Masalah Standar penetapan jam kerja maksimal yang diadopsi Organisasi Perburuhan Internasional yaitu selama 48 jam/minggu (ILO 2012) serta beragamnya jenis pekerjaan (sektor formal dan informal), seharusnya menjadi acuan istri bekerja untuk menentukan pilihan pekerjaan. Mengingat keterlibatan wanita bekerja pada keluarga dengan suami istri bekerja, memberi dampak adanya peran ganda wanita sebagai istri, ibu, dan pekerja (Ihromi 1987). Fenomena yang sering terjadi pada keluarga dengan suami istri bekerja adalah istri/ibu sebagai wanita bekerja yang menjalankan peran ganda akan menemui kesulitan memilih pada saat berada di persimpangan antara tuntutan pekerjaan dengan keluarga. Data Bank Dunia (2010) menunjukkan antara tahun 2000 sampai dengan 2007 pekerja perempuan di sektor formal beralih ke sektor informal dengan alasan keluarga. Sementara
dalam hal gaji, pekerja perempuan di sektor informal tersebut mengalami penurunan gaji sebesar 32 persen. Selain permasalahan tersebut, wanita bekerja dihadapkan pada jam kerja yang akan mengurangi alokasi waktu untuk kehidupan keluarga. Menurut penelitian Fursman (2009) jam kerja orang tua yang panjang adalah salah satu faktor yang dapat mengancam fungsi keluarga dalam kehidupan keluarga. Penelitian Thanancoody dan Timothy (2006) menunjukkan bahwa wanita bekerja menemukan kesulitan dalam menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai ibu dan istri di dalam keluarga. Sementara itu, sistem keluarga akan menghadapi proses perubahan (perkembangan) yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga di sepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan dalam kurun waktu tertentu, termasuk tugas perkembangan keluarga yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan setiap individu (Duvall 1971). Tugas perkembangan keluarga tidak bisa terlepas dari peran seluruh anggota keluarga termasuk ibu/istri. Penelitian lain menunjukkan keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki prioritas karir lebih besar akan meningkatkan konflik pernikahan sehingga suami istri harus memiliki dukungan emosional yang baik (Purohit dan Simmers 2010). Sedangkan penelitian Chesley dan Moen (2006) membuktikan bahwa kesejahteraan keluarga dengan suami istri bekerja menurun dalam hal pengasuhan anak. Sementara itu penelitian Sunarti et al. (2013) menunjukkan permasalahan kesimbangan kerjakeluarga mulai dialami oleh keluarga yang memiliki anak pertama dan meningkat ketika anak usia pra sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini menduga bahwa pada keluarga dengan suami istri bekerja baik di sektor formal maupun informal, serta alokasi waktu kerja maskimal 8 jam/hari atau lebih dari 8 jam/hari akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan tugas perkembangan keluarga. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan dalam penelitian adalah: 1. Seberapa besar tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja? 2. Adakah perbedaan tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan istri (sektor formal dan sektor informal)? 3. Adakah perbedaan tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan alokasi waktu kerja istri (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari)?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan penelitian ini secara umum adalah menganalisis pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis dan alokasi waktu kerja istri. Tujuan Khusus: Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk:
1. 2.
3.
Mengidentifikasi tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. Menganalisis perbedaan tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan istri baik yang bekerja di sektor formal maupun sektor informal. Menganalisis perbedaan tingkat pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan alokasi waktu kerja istri (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari).
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya pihak yang tertarik untuk mengkaji masalah keluarga, seperti: 1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. 2. Kalangan akademisi, yang ingin menambah literatur dalam mengkaji pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. 3. Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. 4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan tambahan dalam membuat kebijakan terkait keluarga.
KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga sebagai suatu sistem sosial dalam kehidupan bermasyarakat tentunya memiliki tugas dan fungsi yang dapat menciptakan keseimbangan yang stabil dalam keluarga. Penelitian ini dilandasi oleh teori struktur fungsional yang berlandaskan empat konsep (sistem, struktur, sosial, fungsi, dan keseimbangan). Teori ini memandang tidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen, melainkan dipengaruhi dan pada gilirannya mempengaruhi orang lain atau sistem lain (Winton 1995), serta mengakui adanya keragaman dalam kehidupan sosial, yang merupakan sumber utama struktur masyarakat (Megawangi 1999). Sementara itu, teori perkembangan memandang sistem keluarga akan menghadapi proses perubahan (perkembangan) yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga di sepanjang waktu (Duvall 1971). Peran individu dalam keluarga sangat berkaitan dengan keberfungsian keluarga, dimana setiap individu memiliki peran berbedabeda di dalam keluarga dan diharapkan dapat menjalankan peranannya
tersebut dengan baik sehingga fungsi-fungsi keluarga dapat terpenuhi. Fungsi keluarga McMaster (MMFF=McMaster Family Functioning) yang diacu dalam Sunarti (2001) membagi tiga area fungsi keluarga. Ketiga area tersebut adalah: (1) area tugas dasar; (2) area tugas perkembangan; dan (3) area tugas penuh resiko atau dapat juga disebut sebagai tugas krisis. Berdasarkan ketiga area tersebut tugas perkembangan keluarga perlu untuk dipenuhi, karena tugas perkembangan keluarga merupakan tugas yang muncul pada setiap siklus kehidupan keluarga. Masing-masing keluarga memiliki tugas perkembangan yang khas dalam setiap fase sesuai dengan tahap perkembangan keluarga. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga ini dapat berbeda-beda untuk setiap keluarga. Apabila keluarga berhasil dalam tugas tersebut, maka akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa keberhasilan untuk menyelesaikan tugas perkembangan pada tahapan selanjutnya (Megawangi 1999). Pada keluarga dengan suami istri bekerja pun memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Suami dan istri bertanggung jawab terhadap permasalahan keluarga. Suami istri sebagai orang tua pun bertanggung jawab memfasilitasi anak agar mampu tumbuh dan berkembang secara optimal. Seluruh anggota keluarga bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya keluarga. Keluarga yang dapat memenuhi tugas perkembangan dengan baik, maka dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam keluarga, sehingga mempermudah keluarga melalui tantangan yang dihadapi di setiap fase kehidupannya. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga tidak terlepas dari karakteristik keluarga itu sendiri. Karakteristik keluarga dibedakan berdasarkan besar keluarga, usia suami, usia istri, usia anak terakhir, pendidikan suami, pendidikan istri, lama bekerja istri, lama pernikahan, pendapatan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset. Pada karakteristik keluarga, penelitian dibatasi pada keluarga dengan anak terakhir berusia maksimal 9 tahun. Pembatasan usia anak terakhir karena pada usia di bawah 9 tahun anak masih belum memiliki kemandirian yang baik sehingga masih memerlukan bantuan ibu secara fisik dengan intensitas yang tinggi. Adapun berdasarkan jenis pekerjaan, dibedakan menjadi dua yaitu formal dan informal serta berdasarkan alokasi waktu kerja yaitu maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari. Pada akhirnya, akan didapatkan gambaran mengenai perbedaan pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan istri (formal dan informal) serta alokasi waktu kerja istri (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari). Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, kerangka pemikiran penelitian disajikan secara lebih jelas pada Gambar 1.
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pemilihan tempat penelitian dipilih secara purposive, yaitu di Kota Bogor pada Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan Pasir Jaya dan Menteng) dan Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan Paledang dan Panaragan). Waktu penelitian terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan dilakukan dalam jangka waktu sepuluh bulan terhitung mulai bulan Oktober 2012 hingga Juli 2013.
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga dengan suami istri bekerja di Kota Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak di bawah usia 9 tahun dengan alokasi waktu kerja maksimal 8 jam/hari atau lebih dari 8 jam/hari, baik yang bekerja di sektor formal maupun informal di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified non proportional random sampling berdasarkan alokasi waktu kerja dengan contoh sebanyak 160 orang. Teknik penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara kepada istri bekerja. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuesioner meliputi karakteristik contoh dan pemenuhan tugas perkembangan keluarga. Data sekunder yang diperoleh adalah data monografi dari Kelurahan Pasir Jaya serta Kelurahan Menteng di Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan Panaragan serta Kelurahan Paledang di Kecamatan Bogor Tengah. Data yang diambil dari kelurahan tersebut adalah data jumlah keluarga dengan suami istri bekerja serta mempunyai anak yang membutuhkan bantuan/dukungan fisik ibu dengan intensitas yang tinggi (anak usia 0-9 tahun) yang diperoleh dari masing-masing kelurahan berdasarkan Data Dasar Keluarga (DDK). Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang dimodifikasi menggunakan pendekatan teori Tugas Perkembangan Keluarga (Duvall 1971) yang terdiri dari 23 item pertanyaan dan dikelompokkan ke dalam sepuluh dimensi pertanyaan yaitu hubungan suami dan isteri, hubungan anggota keluarga, aspek pengetahuan perkembangan anak, stimulus orang
tua terhadap perkembangan anak, aspek keuangan, aspek kesehatan, aspek ibadah, aspek sosial, aspek minat, dan aspek pengembangan diri (Lampiran 2). Setiap item pertanyaan ini menggunakan skala semantik 1-5 (selalu kesulitan-tidak pernah kesulitan). Nilai cronbach’s alpha untuk instrumen Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga sebesar 0.86. Adapun variabel, skala, dan kategori data dapat dilihat pada Tabel 1. Karakteristik istri: 1. 2. 3. 4.
Usia (tahun) Pendidikan (tahun) Lama bekerja (tahun) Pendapatan (rupiah)
Tugas Dasar
Karakteristik keluarga: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Besar Keluarga (orang) Usia suami (tahun) Usia anak terakhir (tahun) Pendidikan suami (tahun) Lama pernikahan (tahun) Pendapatan per kapita (rupiah) 7. Nilai aset (rupiah)
Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga:
Tugas Krisis
1. Hubungan suami istri 2. Hubungan anggota keluarga 3. Aspek pengetahuan perkembangan anak 4. Stimulus orang tua terhadap anak 5. Aspek keuangan 6. Aspek ibadah 7. Aspek sosial 8. Aspek kesehatan 9. Aspek minat 10. Aspek pengembangan diri
Keterangan: Variabel
yang diteli
Variabel
yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Karakteristik Istri, Karakteristik Keluarga, dan Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan (Formal dan Informal) dan Alokasi Kerja Istri (Maksimal 8 jam/hari dan Lebih dari 8 jam/hari)
Isteri Bekerja di Kota Bogor Kecamatan Bogor Barat Kelurahan Pasir Jaya
Kelurahan Menteng
Formal= 108 Informal= 77
Formal=170 Informal=49
Formal= 278; Informal= 126
Kecamatan Bogor Tengah Kelurahan Panaragan Formal= 76 Informal=20
n=38
Purposive
Formal=67 Informal=48
Formal= 143; Informal= 68
Formal ≤ 8 jam n= 86
Kelurahan Paledang
Purposive
Informal
> 8 jam n= 149
≤ 8 jam n= 57
>8 jam n= 60
n=42
n=50
n=30
Stratified non proportional random sampling
Gambar 2 Teknik penarikan contoh
Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul dari hasil wawancara, selanjutnya diproses ke tahap pengolahan data. Skala data yang digunakan dalam kuesioner meliputi skala nominal, ordinal, dan rasio. Sedangkan pengkategorian disesuaikan dengan jenis variabel yang diteliti. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif (rata-rata, nilai minimum dan maksimum, dan persentase) digunakan untuk untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga serta pemenuhan tugas perkembangan keluarga. 2. Uji beda digunakan untuk melihat perbedaan pemenuhan tugas perkembangan keluarga menurut jenis pekerjaan istri (formal dan informal) serta alokasi waktu kerja istri (maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari). Uji beda dilakukan menggunakan Independent sample t-test.
Skor yang didapatkan per pernyataan dikompositkan berdasarkan jumlah pernyataan subvariabel dan variabel sehingga didapatkan skor responden berdasarkan subvariabel dan variabel, kemudian skor tersebut di bagi dengan skor maksimum dari subvariabel atau variabel dan dikalikan 100 persen sehingga didapatkan persentase skor responden. Skor capaian subvariabel: Y = skor yang didapatkan (subvariabel) x 100% skor maksimum subvariabel Skor capaian total variabel: Y = skor yang didapatkan (variabel) x 100% skor maksimum variabel
Tabel 1 Variabel, skala data, dan kategori pengelompokan Variabel
Skala data
Kategori data
Karakteristik istri Usia (Hurlock 1980)
Rasio
(1) Dewasa awal (18-40 tahun) (2) Dewasa madya (40-60 tahun) (3) Dewasa akhir (> 60 tahun)
Pendidikan
Rasio
(1) ≤ 6 tahun, (2) 7-9 tahun, (3) 10-12 tahun, dan (4) > 12 tahun
Lama bekerja
Rasio
(1) ≤ 1 tahun, (2) 2-5 tahun, (3) 6-10 tahun, (4) 11-20 tahun, dan (5) > 20 tahun
Pendapatan (rupiah)
Rasio
(1) < 500 000, (2) 500 000-999.999, (3)1 000 000-2 999 999, (4) 3000 000-4 999 999, dan (5) ≥ 5 000 000
Besar keluarga (BKKBN 1996)
Rasio
(1) Keluarga kecil/ ≤4 orang, (2) Keluarga sedang/ 5-7 orang, (3) Keluarga besar/≥ 8 orang
Usia suami (Hurlock 1980)
Rasio
(4) Dewasa awal (18-40 tahun) (5) Dewasa madya (40-60 tahun) (6) Dewasa akhir (> 60 tahun)
Usia anak terakhir
Rasio
(1) Bayi/0-2 tahun, (2) Anak pra sekolah/3-5 tahun, (3) Anak usia sekolah/6-9 tahun
Pendidikan suami
Rasio
(1) ≤ 6 tahun, (2) 7-9 tahun, (3) 10-12 tahun, dan (4) > 12 tahun
Lama pernikahan
Rasio
(1) 2-8 tahun, (2) 9-15 tahun, (3) 16-22 tahun, (4) 23-29 tahun, (5) 30-35 tahun
Pendapatan per kapita (rupiah)
Rasio
(1) Miskin/ < 242 104, (2) Hampir miskin/ 242 104-290 524.8, (3) Hampir tidak miskin 290 524.9-363 156, (4) Tidak miskin/ > 363 156)
Nilai aset (rupiah)
Rasio
(1) ≤ 1 000 000, (2) 1 000 000-4 999 999, (3) 5 000 000-9 999 999, (4) 10 000 000-29 999 999, dan (5) > 30 000 000
Karakteristik keluarga
Tabel 1 Variabel, skala data, dan kategori pengelompokan (lanjutan) (lanjutan) Variabel
Skala data
Kategori data
Tugas Perkembangan Keluarga (skor minimal 23 dan skor maksimal 115) Hubungan dengan Suami Ordinal Berdasarkan skor jawaban (2 item pertanyaan) Hubungan dengan keluarga
anggota
Ordinal
Berdasarkan skor jawaban (3 item pertanyaan)
Aspek pengetahuan perkembangan anak
Ordinal
Berdasarkan skor jawaban (1 item pertanyaan)
Stimulus orang tua terhadap perkembangan anak
Ordinal
Berdasarkan skor jawaban (7 item pertanyaan)
Aspek keuangan
Ordinal
Berdasarkan skor jawaban (3 item pertanyaan)
Aspek ibadah
Ordinal
Berdasarkan skor jawaban (1 item pertanyaan)
Aspek kesehatan
Ordinal
Berdasarkan skor jawaban (1 item pertanyaan)
Aspek sosial
Ordinal
Berdasarkan skor jawaban (2 item pertanyaan)
Aspek minat
Ordinal
Berdasarkan skor jawaban (1 item pertanyaan)
Aspek pengembangan diri
Ordinal
Berdasarkan skor jawaban (2 item pertanyaan)
Definisi Operasional Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama keluarga yang diklasifikasikan menjadi tiga yaitu keluarga kecil (anggota keluarga ≤4 orang), keluarga sedang (anggota keluarga 5-6 orang) dan keluarga besar (anggota keluarga ≥ 7 orang). Contoh adalah keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak yang masih membutuhkan kehadiran ibu secara fisik dengan intensitas yang tinggi (usia 0-9 tahun). Alokasi waktu kerja adalah jumlah waktu dalam jam yang digunakan istri bekerja, termasuk waktu tempuh yang dilalui ketika berangkat dan pulang dari tempat kerja setiap harinya yaitu maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari. Jenis pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dibedakan berdasarkan pekerjaan yang berada di sektor formal dan sektor informal. Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing keluarga sehingga berbeda dengan keluarga lainnya seperti besar keluarga, usia suami dan istri, usia anak terakhir, pendidikan suami dan istri, lama bekerja istri, lama pernikahan, pendapatan istri, pendapatan per kapita, serta nilai aset. Lama bekerja adalah lama istri bekerja yang dinyatakan dalam tahun. Nilai aset adalah jumlah dalam rupiah aset bergerak yang dimiliki oleh keluarga terdiri dari barang elektronik dan kendaraan. Pendapatan istri adalah jumlah uang diperoleh istri setiap bulannya yang dihitung dalam rupiah. Pendidikan istri adalah pendidikan formal yang ditempuh istri yang kemudian dikelompokkan menjadi ≤ 6 tahun, 7-9 tahun, 10-12 tahun, dan > 12 tahun.
Pendidikan suami adalah pendidikan formal yang ditempuh suami yang kemudian dikelompokkan menjadi ≤ 6 tahun, 7-9 tahun, 10-12 tahun, dan > 12 tahun. Pekerjaan formal adalah pekerjaan yang terikat dengan suatu instansi, jam kerja tetap, gaji tetap, dan di luar rumah. Pekerjaan informal adalah pekerjaan yang tidak terikat dengan suatu instansi, jam kerja tidak tetap, gaji tidak tetap, di luar maupun di dalam rumah. Usia anak adalah jumlah tahun lengkap sejak anak dilahirkan sampai dilakukannya penelitian yang diukur berdasarkan bulan dan dibatasi dengan usia anak terakhir kurang dari sembilan tahun. Usia suami dan istri adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang tahun terakhir suami dan istri. Tugas perkembangan keluarga adalah serangkaian tuntutan spesifik yang muncul dan harus dipenuhi oleh keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak yang masih membutuhkan kehadiran ibu secara fisik dengan intensitas yang tinggi.
HASIL Karakteristik Keluarga Berdasarkan karakteristik keluarga responden (Tabel 2), lebih dari dua pertiga (81.3%) keluarga responden yang bekerja di sektor formal termasuk ke dalam keluarga kecil (0-4 orang), separuh (51.3%) keluarga responden yang bekerja di sektor informal memiliki besar keluarga lima sampai dengan tujuh orang. Usia suami pada responden yang bekerja di sektor formal maupun informal termasuk ke dalam usia dewasa awal (18-40 tahun). Begitupula dengan usia responden, lebih dari dua pertiga responden yang bekerja di sektor formal (87.5%) dan responden yang bekerja di sektor informal (75%) termasuk ke dalam usia dewasa awal. Hampir separuh (47.5%) responden yang bekerja di sektor formal dan responden yang bekerja di sektor informal (48.8%) memiliki anak terakhir dengan kategori usia anak pra sekolah (3-5 tahun). Hampir separuh (47.5%) suami responden yang bekerja di sektor formal menempuh pendidikan lebih dari dua belas tahun, sementara lebih dari sepertiga (35%) suami responden yang bekerja di sektor informal menempuh pendidikan tujuh sampai dengan sembilan tahun. Lebih dari separuh (61.3%) responden yang bekerja di sektor formal menempuh pendidikan lebih dari dua belas tahun, hampir separuh (47.5%) responden yang bekerja di sektor informal menempuh pendidikan kurang dari enam tahun. Responden yang bekerja di sektor formal yang memasuki lama bekerja sebelas sampai dengan dua puluh tahun sebanyak 36.3 persen dan lebih dari sepertiga (36.3%) responden yang bekerja di sektor informal memasuki lama bekerja dua sampai dengan lima tahun. Lebih dari separuh (53.8%) responden yang bekerja di sektor formal sudah memasuki lama pernikahan dua sampai dengan delapan tahun dan lebih dari sepertiga (37.5%) responden yang bekerja di sektor informal sudah memasuki lama pernikahan enam belas sampai dengan dua puluh dua tahun. Pendapatan responden yang bekerja di sektor formal berkisar antara Rp1 000 000 sampai dengan Rp2 999 999 sebanyak 53.8 persen, hampir sepertiga (32.5%) responden yang bekerja di sektor informal memiliki pendapatan
Rp500 000 sampai dengan Rp999 999. Begitupula dengan pendapatan per kapita responden yang bekerja di sektor formal sebesar 95 persen termasuk ke dalam kategori tidak miskin, sementara hampir sepertiga (28.8%) responden yang bekerja di sektor informal termasuk ke dalam kategori miskin. Nilai aset responden yang bekerja di sektor formal memiliki persentase 26.25 persen dengan nilai aset sebesar Rp20 000 000 sampai dengan Rp29 999 999 dan hampir separuh responden yang bekerja di sektor informal memiliki nilai aset yang berkisar antara Rp1 000 000 sampai dengan Rp4 999 999. Karakteristik keluarga berdasarkan alokasi waktu kerja responden (Tabel 2) menunjukkan lebih dari separuh (63.6%) responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari serta lebih dari separuh (65.3%) responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari termasuk ke dalam keluarga kecil (0-4 orang). Hampir dua pertiga responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari (62.5%) maupun responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari (62.5%) termasuk ke dalam usia dewasa awal (18-40 tahun). Sementara lebih dari dua pertiga responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari (81.8%) maupun responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari (80.6%), termasuk ke dalam usia dewasa awal. Separuh responden (53.4%) yang bekerja maksimal 8 jam/hari serta hampir separuh (41.7%) responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari memiliki anak terakhir dengan kategori usia anak pra sekolah (3-5 tahun). Lama pendidikan yang ditempuh suami responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari berkisar antara sepuluh sampai dengan dua belas tahun, sementara lama pendidikan yang ditempuh suami responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari berkisar antara sepuluh sampai dengan dua belas tahun. Tabel 2 Sebaran rataan dan hasil uji beda karakteristik keluarga Karakteristik Keluarga
Besar keluarga Usia suami (tahun) Usia istri (tahun) Usia anak terakhir (tahun) Pendidikan suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) Lama bekerja istri (tahun) Lama pernikahan (tahun) Pendapatan istri (ribu rupiah) Pendapatan per kapita (ribu rupiah) Nilai aset (ribu rupiah)
Jenis Pekerjaan Formal Informal 3.8 4.7 36.4 40.6 33.7 36.0 3.9 5.0 13.5 9.1 14.0 8.7 9.8 6.9 9.2 14.5 2 611 1 559 1 529 30 882
P-value
0.00** 0.00** 0.02 0.00** 0.00** 0.00** 0.00** 0.00** 0.00**
791 0.00** 9 854
0.00**
Alokasi Waktu Kerja ≤ 8 jam > 8 jam 4.3 4.2 38.3 38.7 34.6 35.3 4.7 4.2 10.8 11.9 10.7 12.1 8.3 8.4 11.9 11.8 1 592 2 731 910
1 465
16 253
24 055
P-value
0.73 0.74 0.47 0.24 0.05 0.02 0.10 0.88 0.00** 0.00** 0.22
Keterangan: *signifikan pada p-value <0.05; **sangat signifikan pada p-value <0.001
Hampir sepertiga (29.5%) responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari menempuh pendidikan lebih dari dua belas tahun dan lebih dari sepertiga (38.9%) responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari menempuh pendidikan selama sepuluh sampai dengan dua belas tahun. Responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari (29.5%) maupun responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari (32%) memasuki lama kerja antara dua sampai dengan lima tahun. Lebih dari sepertiga (35.2%) responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari memasuki lama pernikahan
dua sampai dengan delapan tahun dan hampir separuh (40.3%) responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari memasuki lama pernikahan sembilan sampai dengan lima belas tahun. Sebanyak 28.4 persen responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari memiliki penghasilan kurang dari Rp500 000, sementara lebih dari sepertiga (38.9%) responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari memiliki pendapatan Rp1 000 000 sampai dengan Rp2 999 999. Pendapatan per kapita responden menunjukkan terdapat 1.3 persen responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari dan terdapat 28.8 persen respondeng yang bekerja lebih dari 8 jam/hari berada dalam status keluarga miskin. Sementara lebih dari separuh (55.7%) responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari memiliki nilai aset yang berkisar antara Rp5 000 000 sampai dengan Rp9 999 999 dan lebih dari sepertiga (34.7%) responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari memiliki nilai aset yang berkisar antara Rp10 000 000 sampai dengan Rp19 999 999. Hasil uji beda karakteristik keluarga responden (Tabel 2) menunjukkan bahwa berdasarkan jenis pekerjaan, terdapat perbedaan yang nyata (p=0.00) antara keluarga responden yang bekerja di sektor formal dan keluarga responden yang bekerja di sektor informal, dimana keluarga dengan responden yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dalam hal pendidikan istri, lama bekerja istri, pendapatan istri, pendapatan per kapita, dan nilai aset. Sementara besar keluarga, usia suami, usia anak terakhir, dan lama pernikahan lebih tinggi keluarga responden yang bekerja di sektor informal. Berdasarkan alokasi waktu kerja, perbedaan yang nyata (p=0.00) hanya terdapat pada pendapatan istri dan pendapatan per kapita, dimana keluarga responden yang bekerja lebih dari 8 jam/hari memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan keluarga dengan responden yang bekerja maksimal 8 jam/hari.
Pemenuhan Tugas Perkembangan Keluarga Berdasarkan Jenis dan Jam Keja Istri Perkembangan keluarga pada siklus kehidupan keluarga akan terus berjalan dan dapat diprediksi. Masing-masing keluarga memiliki kekhasan dalam setiap fase sesuai dengan tahap perkembangan keluarga. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga ini dapat berbeda-beda untuk setiap keluarga. Menurut Duvall (1971), tugas perkembangan keluarga meliputi perkembangan dari dimensi suami istri (orang tua), anggota keluarga, hubungan keluarga dengan sekitar, serta segala aspek yang dikelola oleh keluarga (keuangan, kesehatan, dan ibadah). Tabel 3 menunjukkan bahwa keluarga dengan suami istri bekerja rata-rata belum mampu memenuhi pemenuhan tugas perkembangan keluarga secara ideal. Persentase rata-rata pemenuhan seluruh dimensi hanya berkisar antara 52 persen sampai dengan 81 persen. Berdasarkan jenis pekerjaan responden, istri yang bekerja di sektor formal memiliki persentase pemenuhan tugas perkembangan keluarga yang lebih tinggi (75%) dibandingkan istri yang bekerja di sektor informal (69%). Berdasarkan alokasi waktu kerja, pemenuhan tugas perkembangan keluarga tidak memiliki perbedaan persentase pencapaian yang terlalu jauh, dimana istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari mencapai 72 persen dan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari mencapai 73 persen.
Tabel 3 Sebaran skor, persentase, dan hasil uji beda pemenuhan tugas perkembangan keluarga menurut jenis pekerjaan istri Dimensi Hubungan suami dan istri Hubungan dengan anggota keluarga Aspek pengetahuan perkembangan anak Stimulus orang tua terhadap perkembangan anak Aspek keuangan Aspek ibadah Aspek kesehatan Aspek sosial Aspek minat Aspek pengembangan diri Total pemenuhan tugas perkembangan
Jenis Pekerjaan Formal Informal Skor Persentase Skor Persentase 8 81 8 80 12 79 12 79 4 83 4 77
P-value
0.77 0.95 0.10
29
82
27
76
0.00**
11 3 3 7 3 7
72 68 53 70 59 68
9 3 3 7 3 6
57 67 51 70 51 48
0.00** 0.86 0.50 0.97 0.05 0.00**
87
75
80
69
0.00**
Keterangan: *signifikan pada p-value <0.05; **sangat signifikan pada p-value <0.001
Hasil uji beda rataan t-test (Tabel 3) menunjukkan terdapat perbedaan pemenuhan tugas perkembangan keluarga yang sangat nyata (p<0.001) antara istri yang bekerja di sektor formal dan sektor informal, dimana pemenuhan tugas perkembangan keluarga istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja di sektor informal, khususnya dalam dimensi stimulus orang tua terhadap perkembangan anak, aspek keuangan, dan aspek pengembangan diri. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga secara ideal (100%) hanya mampu dicapai oleh 2 keluarga dari 160 keluarga yang diteliti. Adapun karakteristik kedua keluarga tersebut adalah suami istri yang termasuk ke dalam usia dewasa awal, memiliki pendapatan per kapita di atas Rp2 000 000 dengan besar keluarga tiga sampai dengan empat orang, pendidikan yang ditempuh suami dan istri lebih dari dua belas tahun, dan memiliki nilai aset Rp7 000 000 sampai dengan Rp29 000 000. Sementara keluarga yang memiliki capaian persentase terendah (31.3%) dalam pemenuhan tugas perkembangan keluarga, memiliki karakteristik usia suami istri termasuk dewasa awal, memiliki pendapatan per kapita Rp600 000 dengan jumlah anggota keluarga tiga orang, suami istri menempuh pendidikan selama sembilan tahun, dan memiliki nilai aset Rp900 000. Terdapat 14.4 persen keluarga responden yang hanya mampu memenuhi tugas perkembangan sebesar 30 persen sampai dengan 60 persen. Separuh (50.3%) keluarga responden mampu mencapai pemenuhan tugas perkembangan keluarga dengan persentase 61 persen sampai dengan 80 persen. Sementara pemenuhan tugas perkembangan keluarga dengan pencapaian 81 persen sampai dengan 100 persen mampu dicapai oleh hampir sepertiga responden (30%). Terdapat dua item pertanyaan dalam dimensi hubungan suami istri yang terdiri dari diskusi suami istri mengenai hal-hal yang harus disepakati bersama dalam hubungan suami istri serta pembicaraan suami istri untuk menyelesaikan permasalahan suami istri. Hasil menunjukkan total rata-rata pemenuhan tugas perkembangan keluarga responden dalam dimensi hubungan suami istri mencapai
81 persen, lebih spesifik pemenuhan menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri tidak terlalu berbeda jauh, berkisar antara 77 persen hingga 84 persen. Rata-rata pemenuhan tugas perkembangan keluarga baik menurut jenis pekerjaan maupun menurut alokasi waktu kerja pada dimensi hubungan dengan anggota keluarga, memiliki keseragaman persentase yaitu 79 persen. Dimensi hubungan dengan anggota keluarga terdiri dari mendiskusikan pembagian tugas keluarga bersama anggota keluarga, melaksanakan tugas keluarga yang sudah disepakati bersama, serta bercengkerama dengan anggota keluarga. Dimensi aspek pengetahuan perkembangan anak ditunjukkan dengan mengetahui tugas perkembangan anak sesuai umur, dengan total rata-rata pemenuhan mencapai 79 persen, dimana istri yang bekerja di sektor formal memiliki rata-rata pemenuhan yang lebih tinggi (83%) dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal (77%). Pemenuhan menurut alokasi waktu kerja (Tabel 4) pada dimensi aspek pengetahuan perkembangan anak, rata-rata responden tidak memiliki perbedaan persentase yang jauh, dimana istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari memiliki pencapaian 81 persen dan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari mencapai 79 persen. Dimensi stimulus orang tua terhadap perkembangan anak terdiri dari tujuh item pertanyaan, yaitu memastikan anak dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar, memastikan anak dapat mengembangkan kemampuan motorik halus, melatih anak merespon apa yang disampaikan ibu, membacakan cerita untuk anak, melatih anak agar meningkatkan kecerdasan intelektual, mamastikan anak dapat belajar mengenal orang lain, serta memastikan anak dapat meningkatkan kemandiriannya. Rata-rata pemenuhan tugas perkembangan keluarga dalam dimensi stimulus orang tua terhadap perkembangan anak menurut jenis pekerjaan, istri yang bekerja di sektor informal memiliki persentase yang lebih rendah (76%) dibandingkan istri yang bekerja di sektor formal (82%). Sedangkan menurut alokasi waktu kerja, persentase rata-rata pencapaian tidak berbeda jauh, berkisar antara 78 persen sampai dengan 81 persen. Mengalokasikan biaya khusus untuk keperluan anak, mengalokasikan dana untuk menabung, dan memastikan pengeluaran tidak lebih besar dari pendapatan yang merupakan bagian dari dimensi aspek keuangan mampu dicapai lebih tinggi oleh istri yang bekerja di sektor formal (72 %) dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal (57%). Menurut alokasi waktu kerja responden, istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari memiliki pencapaian yang lebih tinggi (67%) dibandingkan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari (62%). Begitupula dengan dimensi aspek ibadah yang ditunjukkan dengan melaksanakan ibadah rutin bersama anggota keluarga, hanya mencapai persentase 67 persen. Dimensi aspek kesehatan yang ditunjukkan dengan memastikan semua anggota keluarga berolahraga, belum mampu dicapai oleh semua istri bekerja dengan pencapaian hanya 52 persen. Istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari memeiliki capaian lebih tinggi (72%) dibandingkan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari (68%) dalam dimensi aspek sosial yang ditunjukkan dengan bersilaturahmi dengan keluarga besar serta menghadiri agenda/acara di sekitar lingkungan tempat tinggal.
Tabel 4 Sebaran skor, persentase, dan hasil uji beda pemenuhan tugas perkembangan keluarga berdasarkan alokasi waktu kerja istri Dimensi
Alokasi Waktu Kerja ≤ 8 jam/hari > 8 jam/hari Skor Persentase Skor Persentase 8 77 8 84 12 79 12 79 4 81 4 79
Hubungan suami dan istri Hubungan dengan anggota keluarga Aspek pengetahuan perkembangan anak Stimulus orang tua terhadap 28 78 29 81 perkembangan anak Aspek keuangan 9 62 10 67 Aspek ibadah 3 67 3 66 Aspek kesehatan 3 52 3 51 Aspek sosial 8 72 7 68 Aspek minat 3 56 3 55 Aspek pengembangan diri 6 61 6 65 Total pemenuhan tugas 83 72 85 73 perkembangan Keterangan: *signifikan pada p-value <0.05; **sangat signifikan pada p-value <0.001
P-value
0.06 0.85 0.42 0.14 0.19 0.85 0.83 0.00** 0.79 0.32 0.32
Dimensi aspek minat berupa menyalurkan hobi pribadi hanya mampu dicapai istri bekerja dengan capaian 55 persen, menurut jenis pekerjaan istri, istri yang bekerja di sektor formal mampu mencapai persentase yang lebih tinggi (59%) dibandingkan istri yang bekerja di sektor informal (51%). Sedangkan menurut alokasi waktu kerja istri, persentase pencapaian istri bekerja tidak terlalu berbeda jauh. Pencapaian dalam dimensi aspek pengembangan diri, menunjukkan bahwa istri yang bekerja di sektor formal serta istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari memiliki pencapaian yang lebih tinggi (68% dan 65%) dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal dan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari (48% dan 61%) dalam hal melakukan aktivitas pengembangan diri dan memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan karir suami. Berdasarkan hasil uji beda alokasi waktu kerja responden, rataan t-test (Tabel 4) menunjukkan perbedaan yang nyata hanya terdapat dalam satu dimensi (aspek sosial), dimana capaian istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari. Sedangkan dalam kesembilan dimensi pemenuhan tugas perkembangan keluarga lainnya, tidak ditemukan perbedaan yang nyata.
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis dan alokasi waktu kerja istri belum mampu mencapai pemenuhan yang ideal. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga lebih tinggi dicapai oleh keluarga dengan istri yang bekerja di sektor formal dibandingkan keluarga dengan istri yang bekerja di sektor informal. Sejalan dengan penelitian Sunarti (2013) yang membuktikan bahwa kesejahteraan keluarga pekerja tetap lebih tinggi dibandingkan kesejahteraan keluarga pekerja tidak tetap. Lebih spesifik, hasil uji beda menunjukkan keluarga
dengan istri yang bekerja di sektor formal dengan lama waktu kerja maksimal 8 jam/hari memiliki capaian pemenuhan tertinggi. Sedangkan capaian pemenuhan tugas perkembangan keluarga terendah dimiliki oleh keluarga dengan istri yang bekerja di sektor informal dengan lama waktu kerja maksimal 8 jam/hari (Lampiran 1). Menurut penelitian Fursman (2009) jam kerja orang tua yang panjang adalah salah satu faktor yang dapat mengancam fungsi keluarga dalam kehidupan keluarga. Frone at al. (1992) menyatakan kehidupan dalam pekerjaan dan kehidupan keluarga merupakan domain yang paling sentral dari kehidupan orang dewasa. Duvall (1971) menyatakan keluarga sebagai unit terkecil dalam sistem masyarakat harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tertentu yang dapat terjadi dalam perkembangan keluarga. Hal ini penting untuk keberlangsungan kehidupan keluarga. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga bergantung pada keberhasilan anggota keluarga dalam menjalankan fungsi, peran, dan tugasnya masing-masing di dalam keluarga (Megawangi 1999). Apabila keluarga berhasil dalam tugas tersebut, maka akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa keberhasilan untuk menyelesaikan tugas berikutnya. Pada dimensi hubungan suami istri, hasil penelitian menunjukkan bahwa istri yang bekerja di sektor formal dan informal serta istri yang bekerja dengan waktu maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari, telah mampu memenuhi dimensi hubungan suami istri walaupun belum mencapai persentase ideal, dimana istri bekerja masih dapat mendiskusikan hal-hal yang harus disepakati bersama serta berbicara mengenai permasalahan suami istri. Menurut penelitian Ihromi (1987), variabel yang memengaruhi tingkat komunikasi suami istri adalah waktu luang yang tersedia bagi para wanita. Sementara Priem et al. (2009) menyatakan bahwa kepuasan hubungan suami istri dalam pernikahan bersumber dari keunggulan suami istri dalam membangun interaksi yang baik dalam berkomunikasi. Dalam penelitian ini, istri yang bekerja di sektor formal maupun informal serta istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari maupun lebih dari 8 jam/hari, menyediakan waktu khusus untuk dapat melaksanakan dimensi hubungan suami istri walaupun belum optimal dalam pencapaiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata istri yang bekerja di sektor formal dan sektor informal serta keluarga dengan istri yang bekerja dengan waktu maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari, belum mampu secara ideal mencapai item pertanyaan hubungan dengan anggota keluarga, seperti mendiskusikan pembagian tugas keluarga, melaksanakan tugas keluarga yang sudah disepakati bersama, serta bercengkrama dengan anggota keluarga. Berdasarkan penelitian Kussudyarsana (2008) membuktikan bahwa wanita bekerja masih memprioritaskan waktu untuk keluarga dibandingkan dengan waktu untuk pekerjaan, seperempat sampai setengah dari waktu wanita bekerja digunakan untuk pekerjaan dan selebihnya digunakan untuk keluarga. Sedangkan menurut penelitian Thanancoody dan Timothy (2006) wanita bekerja menemukan kesulitan dalam menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai ibu dan istri di dalam keluarga. Sedangkan Burgess dan Locke (1960) menyatakan bahwa hubungan antar peran dalam keluarga lebih didasarkan pada perhatian dan kasih sayang timbal balik serta kesepakatan bersama para anggota keluarga. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga tidak terlepas dari peran keluarga dalam mendukung pelaksanaan tugas perkembangan anak. Pemberian stimulasi yang dilakukan orang tua dan pengasuh dapat mendukung
perkembangan anak secara optimal. Hal ini berkaitan pula dengan pengetahuan orang tua mengenai tugas perkembangan anak sesuai umur. Hasil penelitian menunjukkan, istri yang bekerja di sektor formal lebih memiliki capaian yang tinggi dibandingkan istri yang bekerja di sektor informal dalam aspek pengetahuan perkembangan anak. Hal ini dapat dikaitkan dengan lama pendidikan ibu/istri yang menunjukkan hampir dua pertiga istri/ibu yang bekerja di sektor formal mengenyam lama pendidikan lebih dari 12 tahun, sedangkan hampir dari separuh ibu yang bekerja di sektor informal mengenyam pendidikan kurang dari 6 tahun. Sementara dalam hal stimulus orang tua terhadap perkembangan anak, ibu yang bekerja baik di sektor formal maupun informal dengan waktu kerja maksimal 8 jam/hari dan lebih dari 8 jam/hari belum dapat memberikan stimulus terhadap perkembangan anak secara optimal. Menurut penelitian Sunarti et al. (2012) perkembangan anak dipengaruhi oleh tugas perkembangan keluarga dan kesiapan menikah istri. Sejalan dengan penelitian Chesley dan Moen (2006) bahwa salah satu faktor yang membuat kesejahteraan keluarga suami istri bekerja menurun dalam hal pengasuhan anak. Sementara Munandar (1985) menyatakan bahwa yang terpenting di dalam hubungan antara ibu dan anak tidak terletak pada kuantitas waktu, tetapi lebih ditekankan pada kualitas hubungan yang dibangun ibu dan anak dengan waktu yang terbatas. Pada dimensi stimulus orang tua terhadap perkembangan anak, keluarga dengan istri yang bekerja di sektor formal memiliki capaian tertinggi dalam aspek motorik kasar anak, aspek komunikasi aktif, aspek komunikasi pasif, dan aspek kognitif. Sedangkan keluarga dengan istri yang bekerja di sektor informal memiliki capaian tertinggi pada aspek sosial anak. Keluarga dengan istri bekerja dengan waktu lebih dari 8 jam/hari memiliki capaian tertinggi dalam aspek kemandirian. Menurut penelitian Hastuti et al. (2011) kualitas lingkungan pengasuhan merupakan faktor yang berhubungan paling kuat dengan perkembangan sosial anak. Sementara penelitian Dewanggi et al. (2012) menyatakan bahwa kemandirian anak berhubungan signifikan positif dengan praktek pengasuhan ibu. Hasil uji beda menunjukkan bahwa aspek keuangan lebih tinggi dicapai oleh istri yang bekerja di sektor formal dibandingkan sektor informal dengan perbedaan yang sangat nyata. Burgess dan Locke (1960) menyatakan pemenuhan tugas keluarga tidak terlepas dari sumber daya ekonomi yang digunakan untuk memenuhi tugas keluarganya. Sehingga diperlukan pengelolaan yang baik dari aspek keuangan keluarga. Hal ini dapat dikaitkan pula dengan status ekonomi keluarga, dimana keluarga dengan istri yang bekerja di sektor formal memiliki status ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja di sektor informal. Istri yang bekerja di sektor informal belum mampu mencapai lebih dari separuh aspek keuangan, seperti mengalokasikan biaya khusus untuk keperluan anak, mengalokasikan dana untuk menabung, dan memastikan pengeluaran tidak lebih besar dari pendapatan. Selaras dengan penelitian Sundjaja et al. (2011) bahwa pekerja formal memiliki manajmen yang baik dalam keuangan keluarga, khususnya dalam pemilihan prioritas, pengaturan penerimaan serta pengeluaran kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara itu penelitian Sunarti et al. (2013) menunjukkan bahwa kerentanan tinggi pada kehidupan keluarga terjadi ketika tingginya permasalahan ekonomi, pertengkaran dengan pasangan, dan kurangnya dukungan untuk perkembangan anak.
Selain menjadi anggota keluarga intinya, setiap individu menjadi anggota dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari memiliki capaian yang lebih tinggi dalam aspek sosial dibandingkan dengan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari. Sejalan dengan penelitian Thanacoody dan Timothy (2006) yang memperlihatkan bahwa wanita yang bekerja dengan waktu lebih, sering mengorbankan kehidupan sosial mereka untuk mengerjakan pekerjaan. Hasil penelitian pun menunjukkan tidak hanya aspek sosial yang rendah dicapai oleh istri bekerja, aspek lain yang memiliki pencapaian yang jauh dari ideal adalah aspek kesehatan, aspek minat, aspek ibadah, dan aspek pengembangan diri. Sementara penelitian Sunarti et al. (2013) membuktikan bahwa kesulitan keluarga pada tahap usia tua yaitu tidak memiliki sumber daya fisik yang memadai serta mengalami kesulitan dalam menjaga ketahanan fisik seperti memenuhi kebutuhan pangan dan juga membayar obat-obatan. Secara kesuluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat selisih pencapaian yang belum bisa dipenuhi oleh keluarga dengan suami istri bekerja dalam pemenuhan tugas perkembangan keluarga. Hal-hal sederhana seperti kegiatan berolahraga pada aspek kesehatan yang seharusnya sudah menjadi kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh keluarga, belum mampu dilakukan secara optimal oleh keluarga. Selain itu, pada aspek ibadah yang menjadi inti penting dalam landasan hidup berkeluarga masih belum optimal dicapai oleh keluarga. Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya kualitas keluarga yang diteliti. Adapun keterbatasan penelitan adalah hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh keluarga di Indonesia karena hanya dilakukan pada beberapa kelurahan di Kota Bogor saja. Selain itu, penelitian ini belum mengaitkan secara spesifik antara tugas perkembangan keluarga dan tahap perkembangan keluarga. Sehingga tidak bisa dianalisis lebih jauh pada tahap perkembangan keluarga mana keluarga dengan suami istri bekerja kesulitan memenuhi tugas perkembangan keluarganya. Terkait keterbatasan instrumen penelitian tugas perkembangan keluarga, akan lebih baik apabila diteliti lebih mendalam mengenai aspek kesehatan, aspek minat, aspek keuangan, aspek ibadah, dan aspek pengembangan diri, mengingat dalam penelitian ini aspekaspek tersebut belum digali lebih mendalam.
SIMPULAN DAN SARAN Keluarga dengan suami istri bekerja belum mampu memenuhi tugas perkembangan keluarga dengan capaian yang ideal. Berdasarkan jenis pekerjaan istri, pemenuhan tugas perkembangan keluarga memiliki perbedaan yang nyata. Keluarga dengan istri yang bekerja di sektor formal memiliki capaian pemenuhan tugas perkembangan keluarga yang lebih tinggi dalam hal stimulus orang tua terhadap perkembangan anak, aspek keuangan, dan aspek pengembangan diri. Berdasarkan alokasi waktu kerja istri, tidak terdapat perbedaan nyata antara pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari dan istri yang bekerja lebih dari 8 jam/hari. Pada aspek sosial, keluarga
dengan istri bekerja lebih dari 8 jam/hari memiliki pencapaian yang lebih rendah dibandingkan dengan istri yang bekerja maksimal 8 jam/hari. Berdasarkan simpulan tersebut, peneliti menyarankan kepada beberapa pihak terkait, yaitu: (1) bagi pemangku kebijakan yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga (BKKBN dan Kemensos) untuk meningkatkan program dan pelayanannya. Pemangku kebijakan dapat bekerjasama dengan stakeholder untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi istri bekerja khususnya istri yang bekerja di sektor informal agar dapat mengembangkan kemampuan pribadinya (aspek pengembangan diri). Selain itu pemangku kebijakan dapat memberikan penyuluhan bagi istri bekerja mengenai manajmen keuangan keluarga, (2) bagi masyarakat luas termasuk keluarga besar dapat memberikan dukungan berupa dukungan sosial bagi keluarga dengan suami istri bekerja dalam menjalankan tugas keluarga, (3) bagi peneliti, pengembangan istrumen pengukuran terkait dengan tugas perkembangan keluarga perlu terus didalami khususnya dalam aspek keuangan, ibadah, minat, dan pengembangan diri, mengingat penelitian mengenai perkembangan keluarga masih sangat minim.
DAFTAR PUSTAKA Bank Dunia. 2010. Laporan Ketenagakerjaan di Indonesia. USA: World Bank. [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2009. Peran Sektor Informal sebagai Katup Pengaman Masalah Ketenagakerjaan. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1996. Kebijakkan Program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta: BKKBN. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan Bogor Barat dalam Angka 2012. Bogor (ID): BPS. ________________________.2012. Kecamatan Bogor Tengah dalam Angka 2012. Bogor (ID): BPS. ________________________.2012. Kota Bogor dalam Angka 2012. Bogor (ID): BPS. .2008. Angkata Kerja Nasional (Sakernas): BPS. Burgess EW, Locke HJ. 1960. The Family from Institution to Companiionship. New York: American Book Comp. Chesley N, Moen P. 2006. When workers care: dual-earner couples’ caregiving strategies, benefit use, and psychological well-being. American Behavioral Scientist, Vol.49, No.9. Christine W, Oktorina M, Mula I. Pengaruh konflik pekerjaan dan konflik keluarga terhadap kinerja dengan konflik pekerjaan keluarga sebagai intervening variabel (studi pada dual career couple di Jabodetabek). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 12(2):121-132. Depnakertrans [Departemen Nasional Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian]. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Jakarta: Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Dewanggi M, Hastuti D, Hernawati N. 2012. Pengasuhan orang tua dan kemandirian anak usia 3-5 tahun berdasarkan gender di kampung adat
urug. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Vol 5, No.1. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Institut Pertanian Bogor. Duvall EM. 1971. Family Development. New York (US): J.B. Lippincott Company. Frone MR, Russel M, Cooper ML. 1992. Antecedents and outcomes of work family conflict: testing a model of the work family Interface. Journal of Applied Psychology. New York: Institute on Alcoholism. Fursman L. 2009. Parent’s long work hours and the impact on family life. Social Policy Journal of New Zealand. Munandar SC. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta: UI Press. Hastuti D, Dinda YIF, Guhardja S. 2011. Kualitas lingkungan pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak usia balita di daerah rawan pangan. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Vol.4, No.1. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Institut Pertanian Bogor. Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Ihromi TO. 1987. Para Ibu yang Berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda. Jakarta: UI Press. [ILO] International Labour Office. 2012. International Standard Classification of Occupations. Genewa: ILO. Kussudyarsana S, Soeptani. 2008. Pengaruh karier objektif pada wanita terhadap konflik keluarga-pekerjaan kasus pada Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Humaniora, Vol.9, No.2. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Megawangi R. 1999. Membiarkan berbeda : Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung : Mizan Pustaka. Milkie MA, Kendig SM, Nomaguchi KM, Denny KE. 2010. Time With Children, Children's Well-Being, and Work-Family Balance Among Employed Parents. Journal of Marriage and Family. 72(5). ProQuest Sociology. pg. 1329 Purohit YS, Simmers CA. 2010. The impact of dual earner couples’ beliefs about career priority on the support exchange well being relationship. Journal of Organizational Culture, Communications, and Conflict, Vol.14, No 1. Priem JS, Solomon DH, Steuber KR. 2009. Accuracy and bias in perceptions of emotionally supportive communication in marriage. Journal of The International Association For Relationship Research, Vol.16, No.1. Sunarti E. 2013. Work stability, economic pressure, and family welfare. Paper Presented at 5th International Work and Family Conference, University of Sydney. , Kholifah I, Vidiastuti F, Kharisma N, Rochimah N, Herawati T. 2013. Family Vulnerability, family resource management, and family strength of aging family members. Paper Presented at 5th International Work and Family Conference, University of Sydney. . 2001. Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya: Telaah Kasus Pengaruhnya Terhadap Kualitas Kehamilan. [disertasi]. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
, Simanjuntak M, Rahmatin I, Restystika D. 2012. Kesiapan menikah dan pemenuhan tugas keluarga pada keluarga dengan anak usia sekolah. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, p: 110-119. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Isntitut Pertanian Bogor. Sundjaja RS, Gomulla B, Putra DS, Oriana FS, Barlian I, Dewi VI, Meilinda. 2011. Pola gaya hidup dalam keuangan keluarga. Jurnal Ekonomi Keluarga Universitas Katolik Parahyangan, Vol.15, No.2. Thanancoody P, Timothy B. 2006. Career progress among female academic: a comparative study of Australia and Mauritiania. Woman in Management Review, Vol.19, No.1. Winton CA. 1995. Frameworks for Studying Families. The Duskin Publishing Group, Inc. Connecticut.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 13 Desember 1991 dari pasangan Tete Jaenudin dan Euis Mardiah Hayati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan dibesarkan di Desa Sukasenang, Banyuresmi, Kabupaten Garut. Pendidikan dasar diselesaikan penulis di SD Negeri Sukasenang I pada tahun 2003. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Garut dan lulus pada tahun 2006. Pendidikan menengah dilanjutkan di SMA Negeri 1 Garut hingga tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui USMI di jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2009. Selain mendapatkan ilmu mayor di departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, penulis menyelesaikan ilmu minor Pengembangan Masyarakat di departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, diantaranya: Dewan Gedung Asrama Putri A2 sebagai ketua lorong (2009-2010), staf divisi Islamic Students Center LDK Al-Hurriyyah IPB (2009-2010), Dewan Perwakilan Mahasiswa TPB sebagai sekretaris Komisi Keuangan (2009-2010), Dewan Perwakilan Mahasiswa FEMA sebagai anggota Komisi I (2010-2011) dan tahun 2011-2012 sebagai ketua Komisi I. Penulis pernah juga menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam selama 4 semester (2011-2013). Selain itu penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan di lingkungan kampus baik dalam ruang lingkup departemen maupun fakultas. Prestasi yang pernah ditorehkan penulis antara lain: juara 1 Lomba Nasyid pada acara Ekspresi Muslimah LDK Al-Hurriyyah (2010), juara 2 Lomba Nasyid Neo Ekspresi Muslimah LDK Al-Hurriyyah (2011), dan juara 1 essay writing competition yang diselenggarakan FORSIA Islamic Festival (2012). Pada beberapa kesempatan, penulis pun aktif mengisi acara baik menjadi moderator, pembicara, atau pun juri lomba.