PEMENUHAN TUGAS DASAR PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA MENURUT JENIS PEKERJAAN DAN ALOKASI WAKTU KERJA ISTRI
NOVA ZAKIYA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemenuhan Tugas Dasar pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja menurut Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Kerja Istri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Nova Zakiya NIM I24090007
ABSTRAK NOVA ZAKIYA. Pemenuhan Tugas Dasar pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja menurut Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Kerja Istri. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Tugas dasar dalam keluarga merupakan hal yang harus dipenuhi oleh keluarga guna mencapai tugas keluarga selanjutnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perbedaan pemenuhan tugas dasar yang dilakukan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri. Contoh dalam penelitian ini adalah istri yang bekerja di sektor publik pada keluarga dengan suami istri bekerja yang memiliki anak usia maksimal sembilan tahun yang diambil secara stratified non proportional random sampling sebanyak 160 orang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan tiga perempat istri telah melakukan tugas dasar dalam hal pemenuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dibandingkan sektor informal. Sementara itu, berdasarkan alokasi waktu kerja istri tidak terdapat perbedaan pemenuhan tugas dasar antara istri yang bekerja maksimal delapan jam dengan lebih dari delapan jam per hari. Kata kunci: alokasi waktu kerja, jenis pekerjaan, keluarga dengan suami istri bekerja, tugas dasar keluarga
ABSTRACT NOVA ZAKIYA. Basic Task Fulfillment in Dual Earner Family according to Type of Work and Working Time Allocation of Wives. Supervised by EUIS SUNARTI. Basic task in the family must be fulfilled by family in order to achieve the next family task. This study aimed to identify the differences of basic task fulfillment which performed by wife on dual earner family according to the type and working time allocation of wife. The sample of this study were wives who work in the public sector on dual earner family and have children up to nine-yearold which are taken by stratified random sampling as many as 160 people. Data were collected through interview using the questionnaires. The result of research showed that three-quarters of wives been able to do the basic tasks included the fulfillment of food, clothing, housing, health, and education. Basic task fulfillment which performed by wives who work in the formal sector is higher than with those who work in the informal sector. Meanwhile, according to the working time allocation, there is no differences in the basic task fulfillment between wives who work up to 8 hours/day and more than 8 hours/day. Keywords: dual earner family, family basic task, type of job, working time allocation
PEMENUHAN TUGAS DASAR PADA KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA MENURUT JENIS PEKERJAAN DAN ALOKASI WAKTU KERJA ISTRI
NOVA ZAKIYA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Pemenuhan Tugas Dasar pada Keluarga dengan Suami 1stri Bekerja menurut Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Kerja 1stri : Nova Zakiya Nama NIM : 124090007
Disetujui oleh
Prof. Dr Ir Euis Sunarti, MS
Pembimbing
Tanggal Lulus:
1 6 AUG 2013
Judul Skripsi: Pemenuhan Tugas Dasar pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja menurut Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Kerja Istri Nama : Nova Zakiya NIM : I24090007
Disetujui oleh
Prof. Dr Ir Euis Sunarti, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Hartoyo, MSc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah balancing work and family, dengan judul Pemenuhan Tugas Dasar pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja menurut Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Kerja Istri. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS. selaku pembimbing skripsi, yang telah sabar memberikan bimbingan, dukungan, perhatian, dan saran selama proses penulisan karya ilmiah ini; Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS sebagai dosen penguji sekaligus pembimbing akademik dan Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen penguji atas masukan dan saran pada penulisan karya ilmiah ini serta seluruh dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah mendampingi penulis sejak masuk departemen hingga sekarang. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua serta keluarga besar atas doa dan kasih sayangnya selama ini. Selain itu, terima kasih kepada rekan penelitian, Risda Rizkillah, Fitri Apriliana Hakim, Novy Tri Muktiyah, dan Rahmi Damayanti yang telah berjuang bersama untuk mencapai target penelitian agar selesai pada waktunya; sahabat terbaik, Fajar Cahya Nugraha, Ikfi Maryama Ulfa, dan Nela Sukmawati yang selalu sabar dan memotivasi ketika penulis merasa berada di bawah; Keluarga Jarkasih, Dhian Anugerah PS, Yusti Pujiawati, Chairun Nisa, Inong Ruchi S, Wuri Widhawati, dan Herliyana Indah; keluarga besar UKM MAX!! IPB khususnya MAX!!6, Herna Puspita, Nurhalimah, Mauliyawan Ilham, M. Buchari, dan M. Khalid yang selalu memotivasi dan membuat hidup penulis semakin berwarna; serta teman-teman IKK 46 atas bantuan dan saran yang telah diberikan terutama kepada Feni Puspitasari, Rina Apriantini, dan Julia Theresya atas kerja sama, dukungan dan motivasinya selama ini kepada penulis Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013 Nova Zakiya
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
6
Contoh dan Metode Penarikan Contoh
7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
8
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
11
Karakteristik Keluarga
12
Pemenuhan Tugas Dasar Keluarga
13
Perbedaan Karakteristik Keluarga
18
Perbedaan Pemenuhan Tugas Dasar Keluarga
19
Pembahasan
20
SIMPULAN DAN SARAN
25
Simpulan
25
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
26
RIWAYAT HIDUP
29
DAFTAR TABEL 1 2
Variabel, skala data, dan kategori dalam penelitian Sebaran rataan karakteristik keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri 3 Capaian pemenuhan tugas dasar keluarga berdasarkan jenis dan alokasi waktu kerja istri 4 Capaian pemenuhan kebutuhan pangan keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri 5 Capaian pemenuhan kebutuhan sandang keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri 6 Capaian pemenuhan kebutuhan papan keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri 7 Capaian pemenuhan kebutuhan kesehatan keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri 8 Capaian pemenuhan kebutuhan pendidikan keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri 9 Sebaran rata-rata dan uji beda karakteristik keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri 10 Sebaran rata-rata dan uji beda pemenuhan tugas dasar keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri
8 13 14 15 15 16 17 18 19 20
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 2 Teknik penarikan contoh
6 7
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam kehidupan modern, banyak perempuan yang tidak puas hanya tinggal di rumah tetapi juga ingin dapat mengembangkan dirinya sekaligus menyumbangkan kepandaian dan keahliannya dengan bekerja. Sistem keluarga tradisional yang didasarkan pada sistem patriarki yaitu ayah sebagai pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga mulai memudar. Perempuan sekarang tidak lagi menjadi teman hidup atau mengurus rumah tangga saja, tetapi ikut serta dalam menciptakan ketahanan ekonomi keluarganya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama setahun terakhir (Februari 2010-Februari 2011), jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan dari 107.41 juta orang menjadi 111.28 juta orang. Hal tersebut sejalan dengan hasil Sakernas (2011) yang menyebutkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan meningkat dari 43.32 persen pada bulan Februari 2010 menjadi 45.97 persen pada bulan Februari 2011. Perempuan yang telah menikah mempunyai peran dalam keluarga sebagai istri, ibu, dan pengurus rumah tangga. Saat ini, banyak perempuan yang tidak merasa puas hanya dengan ketiga peran di atas dan memutuskan untuk bekerja sebagai upayanya mengaktualisasi diri. Penambahan peran perempuan dalam keluarga disebabkan oleh semakin berkualitasnya pendidikan yang diperoleh perempuan. Selain itu, besarnya tuntutan ekonomi mendorong perempuan untuk bekerja dan membantu suami dalam mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini juga didorong semakin luasnya kesempatan kerja yang disediakan untuk perempuan. Kecenderungan perempuan bekerja menyebabkan keluarga memiliki pencari nafkah ganda di dalam keluarganya atau yang biasa disebut dual earner family. Kecenderungan tersebut disebabkan adanya kesamaan keinginan beraktualisasi diri suami dan istri di masyarakat yang sejalan dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki (Christine et al 2010). Motivasi perempuan untuk bekerja bervariasi. Bagi perempuan dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, bekerja merupakan sarana untuk mengaktualisasikan diri kepada publik mengenai kemampuan yang dimiliki. Meningkatnya tekanan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin bertambah dengan sumberdaya keluarga yang terbatas merupakan alasan perempuan dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah untuk bekerja. Deacon dan Firebaugh (1988) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin tak terbatas memaksa keluarga untuk lebih ulet dan giat dalam menghasilkan pendapatan demi terpenuhinya kebutuhan keluarga. Pekerjaan perempuan (istri) sangat beragam dengan karakteristik yang berbeda-beda dari segi jenis pekerjaan, beban kerja, lama kerja, fleksibilitas pekerjaan, posisi dan stabilitas pendapatan yang diperolehnya. Jenis pekerjaan diklasifikasikan menjadi dua yaitu formal dan informal. Pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, yang memiliki pendapatan tetap dan terikat dengan instansi/perusahaan. Komponen pekerja informal terdiri dari pekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha
2 dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tidak dibayar yang pendapatannya tidak tetap dalam periode waktu tertentu (BPS 2012). Lamanya waktu bekerja dikategorikan menjadi dua menurut BPS (2012) yaitu pekerja penuh waktu (full time worker) dan setengah menganggur. Bekerja penuh adalah orang yang memanfaatkan jam kerja secara penuh dalam pekerjaannya kurang lebih 8-10 jam per hari. Setengah menganggur diklasifikasikan kembali menjadi dua, yaitu setengah menganggur kentara (bekerja kurang dari 35 jam seminggu) dan setengah menganggur tidak kentara (produktivitas kerja dan pendapatan rendah). Pengkategorian tersebut belum termasuk lamanya perjalanan dari tempat kerja dengan rumah. Berkembangnya kehidupan keluarga mengakibatkan berkembangnya kebutuhan dan keinginan keluarga yang semakin hari semakin tidak terbatas dengan terbatasnya sumberdaya yang dimiliki oleh setiap keluarga. Fajrin (2011) menyatakan perempuan yang bekerja mampu memberikan kontribusi ekonomi terhadap pendapatan keluarga. Materi yang dihasilkan oleh perempuan yang bekerja tidak hanya akan meningkatkan pendapatan keluarga tetapi juga status sosial keluarga (Laswell & Laswell 1987). Tugas dasar merupakan hal paling utama yang harus dipenuhi oleh keluarga. Tugas dasar dalam keluarga meliputi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makan, minum, sandang, papan sebagai tempat beristirahat, kesehatan, dan pendidikan bagi anggota keluarga. Menurut Maslow (1970) dalam Sumarwan (2002), manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya yang paling rendah, yaitu kebutuhan dasar, sebelum memenuhi kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Tugas dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberfungsian keluarga yang juga menjadi syarat tercapainya kesejahteraan keluarga. Berubahnya pandangan masyarakat mengenai perempuan bekerja dan semakin meningkatnya kebutuhan keluarga yang begitu besar dan mendesak mengakibatkan perempuan lebih banyak bekerja di sektor publik untuk membantu suami mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meningkatnya peran perempuan sebagai pencari nafkah akan menambah masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hal waktu, tenaga dan perhatian. Hal ini mempengaruhi kemampuan keluarga dalam menjalankan fungsi, peran, dan tugas keluarga. Pemenuhan tugas dasar yang berkualitas akan mempengaruhi kesejahteraan kehidupan keluarga. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pemenuhan tugas dasar pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis dan jam kerja istri. Perumusan Masalah Fenomena perempuan bekerja pada sektor publik di era globalisasi ini menjadi hal yang wajar guna memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin hari semakin meningkat. Hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan bahwa pada Februari 2011 persentase perempuan bekerja paling banyak di bidang perdagangan yaitu sebanyak 43.16 persen, kemudian bidang jasa 40.12 persen, bidang industri 37.07 persen, bidang pertanian 32.03 persen, dan lainnya sebanyak 5.61 persen. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan Tingkat
3 Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan sebanyak 2.65 persen pada bulan Februari 2010 – Februari 2011. Meningkatnya TPAK Perempuan ditandai dengan terbukanya kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi. Terbukanya kesempatan tersebut mengakibatkan semakin banyak pula kesempatan bagi perempuan untuk bekerja dan berkarir di segala bidang (Harun 2010). Bertambahnya peran perempuan sebagai pencari nafkah dalam keluarga akan menimbulkan masalah-masalah dalam hal waktu, tenaga, dan perhatiannya terhadap anggota keluarga. Benturan antara kepentingan tugas-tugas dalam keluarga dengan tugas pekerjaan menimbulkan dilema bagi perempuan bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini membuat perempuan memiliki tanggung jawab yang besar yaitu selain menjadi istri dan ibu yang mencakup peran domestik juga menjalankan peran publik sebagai pekerja. Milkie (1999) menyatakan bahwa jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang adil akan memengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Kedua variabel tersebut akan memengaruhi kemampuan keluarga dalam menjalankan fungsi, peran, dan tugas keluarga, sehingga dibutuhkan strategi penyeimbangan agar perempuan dapat menjalankan kedua perannya dengan baik. Manusia akan berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Dalam hal ini, ibu sebagai pengurus kebutuhan rumah tangga harus melaksanakan tugas dasarnya terkait ketersediaan pangan, papan, sandang, pendidikan, dan kesehatan bagi anggota keluarga. Tugas dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberfungsian keluarga yang juga menjadi syarat tercapainya kesejahteraan keluarga, sehingga ibu harus dapat memastikan semua anggota keluarganya telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Selain itu, perhatian ibu terhadap pemenuhan tugas dasar keluarga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota keluarganya, khususnya bagi anak. Masalah muncul ketika ibu tidak dapat memenuhi tugas dasar dalam keluarga, terkait perhatiannya terhadap anggota keluarga. Tidak jarang ibu yang bekerja diliputi rasa khawatir atau rasa bersalah karena dengan bekerjanya ibu, anak kurang mendapat perhatian dari orang tua. Adanya dukungan sosial seperti keberadaan pembantu rumah tangga, pengasuh, keluarga dekat, dan tetangga diharapkan dapat membantu dalam pemenuhan tugas dasar dimana ibu bertindak sebagai pengontrol yang memastikan semua kebutuhan dasar anggota keluarga telah tersedia. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis dan alokasi waktu kerja istri? 2. Bagaimana perbedaan pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri dengan jenis pekerjaan formal dan informal? 3. Bagaimana perbedaan pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri yang bekerja maksimal delapan jam/hari dengan istri/ibu yang bekerja lebih dari delapan jam/hari?
4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis perbedaan pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis dan alokasi waktu kerja istri. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis dan alokasi waktu kerja istri 2. Menganalisis perbedaan pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri dengan jenis pekerjaan formal dengan informal 3. Menganalisis perbedaan pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri yang bekerja maksimal delapan jam/hari dengan istri yang bekerja lebih dari delapan jam/hari Manfaat Penelitian Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik yang terkait dan lebih memaparkan serta meyakinkan akan pentingnya pemenuhan tugas dasar dalam keluarga. Bagi perempuan yang bekerja, penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan informasi pentingnya pemenuhan tugas dasar dalam keluarga dan menginformasikan juga hal-hal yang perlu diperhatikan oleh ibu bekerja terkait peran dan fungsinya dalam keluarga. Bagi pemerintah, sebagai pembuat kebijakan diharapkan dapat membuat sebuah kebijakan yang mendukung perempuan bekerja dalam meluangkan waktunya dengan keluarga sehingga tercapai fungsi-fungsi dalam keluarga secara optimal.
KERANGKA PEMIKIRAN Pembahasan dalam penelitian ini dapat ditinjau dengan menggunakan teori struktural fungsional (Winton 1995), teori sosial konflik (Winton 1995), dan keberfungsian keluarga terkait tugas dasar keluarga (Duvall 1971). Teori struktural fungsional memandang tidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen, melainkan dipengaruhi dan pada gilirannya mempengaruhi orang lain atau sistem lain (Winton 1995). Setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran dan fungsi yang jelas sehingga tercipta keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial dalam masyarakat. Keluarga merupakan bagian dari sistem sosial dan memiliki tujuan utama yaitu mengevaluasi bagaimana struktur pada keluarga dalam upayanya memenuhi fungsinya. (Friedman, Bowden, & Jones 2003). Konsep tersebut mulai berubah seiring berjalannya waktu dimana istri harus dapat dibebaskan dari belenggu keluarga agar dapat menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab pada dirinya sendiri, dan dapat mengaktualisasikan diri. Hal tersebut ditinjau dengan menggunakan teori sosial konflik yang berlandaskan pada persaingan kekuasaan
5 yang bersumber dari sumberdaya terbatas dan mengarahkan pada isu ketidakadilan gender dalam memperoleh sumber kekuasaan. Penghapusan sistem patriarki dan vertikal merupakan tujuan utama melalui penghapusan institusi keluarga atau defungsionalisasi keluarga (Megawangi 1999). Adanya perubahan peran dari yang awalnya suami sebagai pencari nafkah sedangkan istri hanya sebagai ibu rumah tangga menjadi lebih fleksibel sehingga istri dapat mengaktualisasikan diri yaitu dengan bekerja. Konsep keberfungsian keluarga pertama kali muncul untuk dilakukan terapi pada keluarga dan salah satu model keberfungsian keluarga yang digunakan adalah McMaster Model of Family Functioning (MMFF). Model ini menggunakan teori sistem yang melihat keluarga sebagai suatu sistem sosial namun lebih menekankan pada fungsi keluarga seperti menyediakan kebutuhan fisik dan psikologi keluarga (Toly 2009). Fungsi keluarga pada MMFF dalam Sunarti (2001) dibagi ke dalam tiga area yaitu area tugas dasar, area tugas perkembangan, dan area tugas penuh resiko. Penelitian ini berfokus pada area pemenuhan tugas dasar meliputi penyediaan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan bagi anggota keluarga. Keberhasilan pemenuhan tugas dasar keluarga akan mempengaruhi pemenuhan tugas-tugas keluarga selanjutnya. Istri yang bekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor besar dalam hal menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Faktor tersebut berasal dari karakteristik pribadi contoh, karakteristik keluarga, dan karakteristik pekerjaan. Karakteristik contoh terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan lama bekerja. Karakteristik keluarga terdiri dari usia anak, usia suami, pendidikan suami, pekerjaan suami, pendapatan suami, dan besar keluarga. Adapun karakteristik pekerjaan yang menjadi acuan dalam penelitian adalah jenis pekerjaan (formal-informal) dan alokasi waktu kerja istri. Penelitian ini dibatasi pada keluarga dengan anak usia bayi, anak usia prasekolah, dan anak usia sekolah (usia maksimal sembilan tahun). Dengan melihat karakteristik pribadi contoh dan karakteristik keluarga diduga akan terdapat perbedaan dalam pemenuhan tugas dasar keluarga menurut karakteristik pekerjaan istri. Pembedaan karakteristik pekerjaan berdasarkan jenis pekerjaan (formal-informal) dan alokasi waktu kerja istri (maksimal delapan jam/hari – lebih dari delapan jam/hari). Keluarga dengan istri bekerja lebih dari delapan jam per hari, baik dengan jenis pekerjaan formal maupun informal, diduga mengalami kesulitan dalam pemenuhan tugas dasar dalam keluarga. Pada akhirnya, akan diperoleh gambaran mengenai perbedaan pemenuhan tugas dasar keluarga berdasarkan jenis pekerjaan (formal-informal) dan alokasi waktu kerja istri (maksimal delapan jam/hari – lebih dari delapan jam/hari) di Kota Bogor. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, kerangka pemikiran penelitian pemenuhan tugas dasar pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis dan jam kerja istri disajikan secara lebih jelas pada Gambar 1.
6
Karakteristik keluarga 1. Besar keluarga 2. Usia anak 3. Usia suami 4. Pendidikan suami 5. Pekerjaan suami 6. Pendapatan perkapita 7. Lama menikah
Karakteristik istri 1. Usia 2. Pendidikan 3. Lama bekerja 4. Pendapatan 5. Pekerjaan
Pemenuhan Tugas Dasar Keluarga 1. Pangan 2. Sandang 3. Papan 4. Kesehatan 5. Pendidikan
Gambar 1 Kerangka pemikiran karakteristik istri, karakteristik keluarga, dan pemenuhan tugas dasar pada keluarga dengan suami istri bekerja menurut jenis pekerjaan (formal-informal) dan alokasi waktu kerja istri (maksimal delapan jam per hari-lebih dari delapan jam per hari)
METODE Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian keseimbangan kerja dan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu salah satu cara pengumpulan data dalam waktu tertentu dan tidak berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor yang dipilih secara purposive. Masing-masing kecamatan kemudian diambil dua kelurahan. Kelurahan yang dipilih dari Kecamatan Bogor Barat yaitu Kelurahan Pasir Jaya dan Kelurahan Menteng, sedangkan pada Kecamatan Bogor Tengah dipilih Kelurahan Paledang dan Kelurahan Panaragan. Waktu penelitian terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan dilakukan dalam jangka waktu sembilan bulan terhitung mulai Oktober 2012 hingga Juli 2013.
7 Contoh dan Metode Penarikan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah keluarga dengan suami istri bekerja di sektor publik. Contoh penelitian ini adalah istri pada keluarga dengan suami istri bekerja dengan syarat memiliki anak di bawah usia sembilan tahun. Batas usia anak terakhir ditetapkan dengan alasan anak di bawah usia sembilan tahun masih membutuhkan kehadiran ibu secara fisik dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya. Penelitian ini dibatasi pada contoh yang dibedakan menjadi dua kategori yaitu pekerjan formal dan pekerjaan informal, serta alokasi waktu kerja istri yaitu maksimal delapan jam per hari dan lebih dari delapan jam per hari. Tahapan pengambilan contoh dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua tahap berdasarkan sumber informasinya. Tahap pertama merupakan tahap pengambilan contoh berdasarkan informasi yang diperoleh di masing-masing kelurahan dari Data Dasar Keluarga (DDK) berdasarkan jenis pekerjaan dan usia anak terakhir. Tahap kedua merupakan tahap pemenuhan jumlah contoh dengan mendatangi ketua RW/RT dan kader setempat guna mendapatkan informasi mengenai alokasi waktu kerja ibu yang kemudian dikelompokkan menjadi empat, antara lain formal ≤ 8 jam, formal > 8 jam, informal ≤ 8 jam, dan informal > 8 jam. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified non proportional random sampling dengan jumlah sebanyak 160 orang. Teknik penarikan contoh telah disajikan pada Gambar 2. Istri bekerja di Kota Bogor
Kecamatan Bogor Barat
Kecamatan Bogor Tengah
Kelurahan Pasir Jaya
Kelurahan Menteng
Kelurahan Panaragan
Kelurahan Paledang
Formal=108 Informal=77
Formal=170 Informal=49
Formal=76 Informal=20
Formal=67 Informal=48
Formal=278; Informal=126
38
Purposive
Formal=143; Informal=68
Formal
≤8 jam n=86
Purposive
Informal
>8 jam n=149
42
≤8 jam n=57
50
>8 jam n=60
30
Gambar 2 Teknik pengambilan contoh istri bekerja
Stratified non proportional random sampling
8 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan wawancara adalah karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi identitas keluarga (nama, jenis kelamin, status dalam keluarga, usia, pendidikan, dan pekerjaan), tahun menikah, dan pendapatan keluarga; dan pemenuhan tugas dasar dalam keluarga dilihat dari aspek pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Instrumen mengenai pemenuhan tugas dasar keluarga disusun dengan mengacu pada teori perkembangan keluarga Duvall (1971), Family Basic Needs Assessment dari Healthy Families Thriving Communities (HFTC) Collaborative, Families at Work: What We Know about Conditions Globally dari Jody Heymann dan Kristen McNeill (2012), dan indikator keluarga sejahtera dari Sunarti (2006). Data sekunder meliputi monografi dari Kelurahan Pasir Jaya dan Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, dan Kelurahan Panaragan dan Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Data yang diambil adalah data jumlah istri bekerja dan memiliki anak di bawah usia sembilan tahun yang diperoleh dari masing-masing kelurahan berdasarkan Data Dasar Keluarga (DDK). Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data ke komputer, cleaning data dan analisis data dengan bantuan Microsoft Excel dan PASW Statistics for Windows. Data pemenuhan tugas dasar yang terdiri dari lima dimensi antara lain pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan, diukur melalui 25 item pertanyaan dengan skala semantik 1-5 (1=tidak pernah merasa kesulitan – 5=selalu merasa kesulitan). Hasil tersebut kemudian di-invers sehingga skor 1=selalu merasa kesulitan – 5=tidak pernah merasa kesulitan. Analisis data yang dilakukan terhadap data yang diperoleh adalah uji deskriptif dan uji beda. Uji deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan karakteristik pekerjaan. Uji beda dilakukan untuk melihat perbedaan pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri bekerja menurut jenis pekerjaannya (formal-informal) dan alokasi waktu kerja istri (maksimal delapan jam/hari – lebih dari delapan jam/hari). Hal ini dijelaskan secara rinci pada Tabel 1. Tabel 1 Variabel, skala data, dan kategori dalam penelitian Variabel Karakteristik istri: Usia Lama pendidikan
Skala data Rasio Rasio
Pekerjaan
Nominal
Pendapatan
Rasio
Kategori Usia istri saat pengambilan data (tahun) 0. Tidak tamat SD; 1. SD/sederajat; 2. SMP/sederajat; 3. SMA/sederajat; 4. Diploma; 5. Sarjana (S1); 6. Magister (S2); 7. Doktor (S3); (tahun) 1. PNS; 2. Wiraswasta; 3. Swasta; 4. Buruh; 5. TNI/POLRI; 6. Guru/dosen; 7. PRT; 8. Lainnya Jumlah pendapatan istri (Rupiah)
9 Variabel Lama bekerja Karakteristik keluarga: Usia anak
Skala data Rasio
Kategori Lama istri bekerja (tahun)
Rasio
Usia anak saat pengambilan data (tahun) Usia anggota keluarga saat pengambilan data (tahun) 0. Laki-laki; 1. Perempuan 0. Tidak tamat SD; 1. SD/sederajat; 2. SMP/sederajat; 3. SMA/sederajat; 4. Diploma; 5. Sarjana (S1); 6. Magister (S2); 7. Doktor (S3); (tahun) 1. PNS; 2. Wiraswasta; 3. Swasta; 4. Buruh; 5. TNI/POLRI; 6. Guru/dosen; 7. PRT; 8. Lainnya Jumlah pendapatan yang diperoleh anggota keluarga selain ibu (rupiah) 0. Keluarga kecil (≤ 4 orang) 1. Keluarga sedang (5-7 orang) 2. Keluarga besar (≥ 8 orang) (BKKBN 1996) Lama pasangan suami-istri menikah (dihitung dalam tahun)
Usia anggota keluarga
Rasio
Jenis kelamin
Nominal
Lama pendidikan suami
Rasio
Pekerjaan suami
Nominal
Pendapatan
Rasio
Besar keluarga
Rasio
Lama menikah
Rasio
Karakteristik pekerjaan Jenis pekerjaan Nominal 1. Formal; 2. Informal Alokasi waktu kerja Nominal 1. ≤ 8 jam; 2. > 8 jam Pemenuhan tugas dasar (skor minimal 25 dan skor maksimal 125) Berdasarkan skor jawaban pemenuhan Pangan Ordinal kebutuhan pangan (6 item pertanyaan) Berdasarkan skor jawaban pemenuhan Sandang Ordinal kebutuhan sandang (4 item pertanyaan) Berdasarkan skor jawaban pemenuhan Papan Ordinal kebutuhan papan (5 item pertanyaan) Berdasarkan skor jawaban pemenuhan Kesehatan Ordinal kebutuhan kesehatan (5 item pertanyaan) Berdasarkan skor jawaban pemenuhan Pendidikan Ordinal kebutuhan pendidikan (5 item pertanyaan)
Definisi Operasional Karakteristik istri adalah ciri-ciri istri bekerja yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan lama bekerja - Usia adalah umur istri yang dinyatakan dalam tahun - Lama pendidikan adalah lama pendidikan formal yang diperoleh istri dan dikelompokkan menjadi sembilan kelompok antara lain tidak tamat SD, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, Diploma (D3), Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktor (S3) yang dinyatakan dalam tahun - Pekerjaan adalah mata pencaharian yang dilakukan oleh istri pada sektor publik untuk mendapatkan uang
10 -
Pendapatan adalah jumlah uang yang diperoleh dari pekerjaan pokok, pekerjaan tambahan, dan dari sumber lainnya (warisan) yang dinyatakan dalam rupiah - Lama bekerja adalah lama istri telah bekerja yang dinyatakan dalam tahun Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga istri bekerja yang meliputi usia anak, usia suami, pendidikan suami, pekerjaan suami, pendapatan suami, dan besar keluarga - Usia anak adalah umur anak yang dinyatakan dalam tahun dengan batasan maksimal umur anak sembilan tahun (kelas 3 SD) - Usia anggota keluarga adalah umur anggota keluarga contoh yang dinyatakan dalam tahun - Lama pendidikan suami adalah lama pendidikan formal yang diperoleh suami dan dikelompokkan menjadi sembilan kelompok antara lain tidak tamat SD, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, Diploma (D3), Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktor (S3) yang dinyatakan dalam tahun - Pekerjaan suami adalah mata pencaharian yang dilakukan oleh suami pada sektor publik untuk mendapatkan nafkah guna memenuhi kebutuhan keluarga - Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diperoleh dari pekerjaan pokok, pekerjaan tambahan dan dari sumber lainnya (warisan) dari seluruh anggota keluarga kecuali istri yang dinyatakan dalam rupiah - Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti yang dinyatakan dalam jumlah orang. Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi keluarga kecil (anggota keluarga ≤4 orang), keluarga sedang (anggota keluarga 5-6 orang) dan keluarga besar (anggota keluarga ≥ 7 orang) Karakteristik pekerjaan adalah pekerjaan istri yang dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan, dan alokasi waktu kerja - Jenis pekerjaan adalah kategori pekerjaan yang dilakukan oleh istri yang bekerja di sektor publik, yaitu formal dan informal - Alokasi waktu kerja adalah jumlah waktu yang dialokasikan istri untuk bekerja, termasuk waktu tempuh yang dilalui ibu ketika berangkat dan pulang dari tempat kerja setiap harinya yaitu maksimal delapan jam dan lebih dari delapan jam Tugas dasar adalah tugas yang harus dipenuhi oleh istri dalam keluarga meliputi sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan yang bukan hanya dinyatakan dalam jumlah (kuantitas) tetapi juga dinyatakan dalam kualitas menurut persepsi istri - Pangan adalah tugas dasar yang dilakukan oleh istri dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan seperti pemenuhan menu makanan harian yang bervariasi dan bergizi (4 sehat 5 sempurna) serta pola makan anggota keluarga - Sandang adalah tugas dasar yang dilakukan oleh istri dalam hal pemenuhan kebutuhan sandang seperti kebutuhan akan pakaian yang bersih, rapi, baik dan sesuai dengan kegiatan bagi anggota keluarga - Papan adalah tugas dasar yang dilakukan oleh istri dalam hal pemenuhan kebutuhan papan seperti kebersihan dan kerapihan kondisi tempat tinggal
11 -
Kesehatan adalah tugas dasar yang dilakukan oleh istri dalam hal pemenuhan kebutuhan kesehatan seperti penyediaan obat-obatan di rumah, penyediaan waktu bagi anggota keluarga jika ada yang sakit, dan memastikan kesehatan anggota keluarga - Pendidikan adalah tugas dasar yang dilakukan oleh istri dalam hal pemenuhan kebutuhan pendidikan seperti stimulasi pendidikan anak, mengantar anak ke tempat penitipan anak/sekolah, berkomunikasi dengan pengasuh/guru dan menambah pengetahuan keterampilan untuk pengembangan diri sendiri Pekerjaan formal adalah jenis pekerjaan istri yang terikat oleh instansi, memiliki pendapatan tetap dan waktu kerja tetap Pekerjaan informal adalah jenis pekerjaan istri yang tidak terikat oleh instansi, tidak memiliki pendapatan tetap, dan waktu kerja yang berubah sesuai dengan kebutuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 214 826 jiwa dan Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan terpadat yaitu 12 564 jiwa/km2 serta merupakan pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi (BPS 2011). Kelurahan yang dipilih dari Kecamatan Bogor Barat yaitu Kelurahan Pasir Jaya dan Menteng, sedangkan dari Kecamatan Bogor Tengah dipilih Kelurahan Paledang dan Panaragan. Kecamatan Bogor Barat sebagai salah satu kecamatan di wilayah Kota Bogor dengan luas 3 174.00 ha terbagi dalam 16 wilayah administrasi kelurahan, diantaranya Pasir Jaya dan Menteng. Kondisi fisik Kecamatan Bogor Barat secara topografi merupakan lahan yang baik untuk mendukung kegiatan perkotaan seperti permukiman, perkantoran, perdagangan, industri, pariwisata, pertanian, dan lain-lain. Kelurahan Pasir Jaya merupakan salah satu bagian unit kerja organisasi yang menjadi perangkat Kecamatan Bogor Barat. Kelurahan Pasir Jaya memiliki luas 138.20 ha dengan jumlah Rukun Tetangga sebanyak 63 RT dan Rukun Warga 15 RW. Batas wilayah Pasir Jaya sebelah utara: Kelurahan Gunungbatu, sebelah selatan: Kelurahan Cikaret, sebelah barat: Kelurahan Pasirkuda/Pasirmulya, dan sebelah timur: Kelurahan Empang dan Mulya Harja. Lokasi penelitian lain di Kecamatan Bogor Barat adalah Kelurahan Menteng dengan luas wilayah 209 ha, yang terdiri dari 20 wilayah Rukun Warga (RW) dan 78 Rukun Tetangga (RT). Adapun batas-batas dari Kelurahan Menteng antara lain sebelah utara: Kelurahan Cilendek Timur, sebelah timur: Kelurahan Ciwaringin, sebelah barat: Sungai Cisadane, dan sebelah selatan: Kelurahan Kebon Kalapa. Kecamatan Bogor Tengah memiliki luas 851 ha dan terdiri dari 11 kelurahan, dua diantaranya adalah Kelurahan Paledang dan Panaragan. Kecamatan Bogor Tengah berjarak 2 km dari pusat pemerintahan kota.
12 Penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Tengah sebagian besar yaitu perumahan/permukiman seluas 524.24 ha, bangunan umum (kantor dan pertokoan) seluas 15.61 ha, pemakaman 2.95 ha, lahan pertanian 0.45 ha, dan lain-lain. Kelurahan Paledang merupakan bagian dari 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Bogor Tengah dengan kondisi wilayah yang sangat heterogen dan padat oleh permukiman penduduk serta dekat dengan kegiatan perekonomian dan pendidikan, seperti adanya kantor pemerintah, bank, lembaga pendidikan dan pusat perbelanjaan. Kelurahan Paledang mempunyai wilayah seluas ± 178 ha dengan batas sebelah utara: Kelurahan Pabaton, sebelah selatan: Kelurahan Gudang, sebelah Barat: Kelurahan Panaragan, dan sebelah timur: Kelurahan Babakan. Pembagian wilayah Kelurahan Paledang terdiri dari 13 RW dan 58 RT. Lokasi penelitian lain di Kecamatan Bogor Tengah adalah Kelurahan Panaragan dengan luas wilayah 27 ha yang terdiri dari 7 RW dan 34 RT. Berdasarkan laporan administrasi kependudukan, jumlah penduduk di Kelurahan Panaragan sampai Desember 2011 adalah 7 053 jiwa. Kelurahan Panaragan berbatasan sebelah utara dengan Jl. Veteran, sebelah timur Sungai Cipankacilan, sebelah barat dan selatan dengan sungai Cisadane. Karakteristik Keluarga Berdasarkan jenis pekerjaan istri, lebih dari separuh istri (81.3%) yang bekerja di sektor formal memiliki keluarga kecil dengan anggota keluarga maksimal empat orang sedangkan pada istri yang bekerja di sektor informal memiliki keluarga sedang (51.3%). Pada kategori usia suami dan istri dilihat dari sektor formal maupun informal, keduanya tergolong dalam kategori usia dewasa muda yaitu pada rentang 18-40 tahun (Hurlock 1980). Hampir separuh suami (47.5%) yang istrinya bekerja di sektor formal telah menempuh pendidikan selama > 12 tahun dengan rata-rata 13.5 tahun dan suami yang istrinya bekerja di sektor informal telah menempuh pendidikan selama 7-9 tahun (35%) dengan ratarata 9.1 tahun. Persentase terbesar lama pendidikan istri yang bekerja di sektor formal adalah lebih dari 12 tahun sebanyak 61.3 persen sedangkan pada istri yang bekerja di sektor informal persentase terbesar istri telah menempuh pendidikan maksimal enam tahun sebanyak 47.5 persen dengan lama pendidikan minimal yaitu lima tahun. Istri yang bekerja di sektor formal telah bekerja selama 11-20 tahun (36.3%) sedangkan di sektor informal telah bekerja selama 2-5 tahun (36.3%). Pekerjaan istri pada sektor formal paling banyak sebagai pegawai swasta (23.1%) dan sektor informal sebagai pembantu rumah tangga (26.9%). Sementara itu persentase terbesar jenis pekerjaan suami adalah sebagai pegawai swasta (30%). Sebanyak 53.8 persen keluarga dengan istri bekerja di sektor formal telah memasuki usia pernikahan 2-8 tahun dan 37.5 persen keluarga dengan istri bekerja di sektor informal telah memasuki usia pernikahan 16-22 tahun. Baik pada istri bekerja di sektor formal maupun informal memiliki anak terakhir usia prasekolah (48.1%). Pendapatan istri bekerja di sektor formal berkisar antara Rp1 000 000-Rp2 999 999 sebanyak 53.8 persen dengan rata-rata Rp2 611 337. Berbeda dengan persentase terbesar pendapatan istri bekerja di sektor informal yaitu
13 kategori tidak miskin (pendapatan perkapita >Rp417 795/bulan). Tabel 2 Sebaran rataan karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri Karakteristik Keluarga Besar keluarga (orang) Usia suami (tahun) Usia istri (tahun) Pendidikan suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) Lama bekerja istri (tahun) Lama pernikahan (tahun) Usia anak terakhir (tahun) Pendapatan Istri (rupiah) Pendapatan per kapita (rupiah)
Formal 3.79 36.36 33.69 13.45 13.95 9.76 9.16 3.87 2 611 337 1 529 171
Informal 4.72 40.63 36.01 9.10 8.65 6.88 14.54 5.04 1 559 125 791 891
≤8 jam 4.28 38.32 34.57 10.78 10.66 8.29 11.91 4.65 1 592 466 910 968
>8 jam 4.22 38.71 35.29 11.88 12.08 8.35 11.76 4.22 2 731 250 1 465 553
Penelitian ini juga membedakan istri yang bekerja berdasarkan alokasi waktu kerja istri per hari, yaitu maksimal delapan jam dan lebih dari delapan jam. Lebih dari separuh contoh yang bekerja maksimal delapan jam (63.6%) dan lebih dari delapan jam (65.3%) memiliki keluarga kecil dengan anggota maksimal empat orang. Usia suami dan istri baik yang bekerja selama maksimal delapan jam maupun lebih dari delapan jam termasuk dalam kategori dewasa muda yaitu pada rentang 18-40 tahun. Persentase terbesar suami telah menempuh pendidikan selama 10-12 tahun sebanyak 36.4 persen yang memiliki istri bekerja maksimal delapan jam dan 34.7 persen yang memiliki istri bekerja lebih dari delapan jam. Sedangkan lama pendidikan istri yang bekerja maksimal delapan jam adalah kurang dari sama dengan enam tahun dengan persentase 33 persen dan istri yang bekerja lebih dari delapan jam adalah 10-12 tahun sebanyak 38.9 persen. Baik istri yang bekerja maksimal delapan jam (29.5%) maupun lebih dari delapan jam (32%) telah memiliki pengalaman bekerja selama 2-5 tahun. Adapun pekerjaan istri yang bekerja maksimal delapan jam berprofesi sebagai pembantu rumah tangga (36.4%) dan istri yang bekerja lebih dari delapan jam sebagai pegawai swasta (19.4%). Lama pernikahan keluarga dengan istri bekerja maksimal delapan jam adalah 2-8 tahun (35.2%) sedangkan lebih dari delapan jam adalah 9-15 tahun (40.3%). Baik pada istri bekerja maksimal delapan jam maupun lebih dari delapan jam memiliki anak terakhir usia prasekolah (48.1%). Hanya delapan persen istri yang bekerja maksimal delapan jam memiliki pendapatan Rp3 000 000-Rp4 999 999 sedangkan pada istri yang bekerja lebih dari delapan jam hanya 11.1 persen yang memiliki pendapatan
Rp417 795/bulan). Pemenuhan Tugas Dasar Keluarga Tugas dasar merupakan hal-hal dasar yang perlu dipenuhi oleh keluarga seperti makan, minum, tempat tinggal, pakaian, istirahat, tidur, oksigen, pendidikan, dan kesehatan. Tugas-tugas tersebut meningkatkan penyesuaian keluarga dan adaptasi anggota-anggotanya. Jika keluarga gagal menyelesaikan tugas ini, keluarga secara keseluruhan atau anggotanya secara individual dapat
14 mengalami ketidakbahagiaan, tidak diakui oleh masyarakat, dan kesulitan dalam mencapai keselarasan serta aktualisasi diri (Christensey & Kenney 1996). Tabel 4 menunjukkan persentase capaian pemenuhan tugas dasar keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan jam kerja istri. Secara garis besar, keluarga dengan istri dengan jenis pekerjaan formal maupun informal tidak mengalami banyak kendala dalam hal pemenuhan tugas dasar. Hal ini dapat dilihat dari persentase pencapaian pemenuhan tugas dasar pada keseluruhan keluarga yaitu 76.73 persen. Istri dengan jenis pekerjaan formal (79.24%) memiliki persentase pencapaian lebih tinggi daripada istri dengan jenis pekerjaan informal (74.21%). Hanya ada satu dimensi dimana pencapaian istri dengan jenis pekerjaan informal lebih tinggi yaitu pada aspek papan dengan persentase pencapaian informal sebanyak 75.95 persen sedangkan pada formal 74.00 persen. Tabel 3 Capaian pemenuhan (%) tugas dasar keluarga menurut jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri Dimensi Pangan Sandang Papan Kesehatan Pendidikan Total pemenuhan tugas dasar
Jenis pekerjaan Formal Informal 76.46 65.96 90.56 85.69 74.00 75.95 82.10 79.45 75.90 67.95 79.24 74.21
Alokasi waktu kerja >8jam ≤8 jam 70.61 71.94 87.27 89.17 76.59 73.00 81.64 79.72 72.86 70.78 77.13 76.23
Total 71.21 88.13 74.98 80.78 71.93 76.73
Penelitian ini juga mengkategorikan pencapaian pemenuhan tugas dasar yang dilakukan istri berdasarkan alokasi waktu kerja istri, yaitu maksimal delapan jam dan lebih dari delapan jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari memiliki persentase capaian yang lebih tinggi yaitu 77.13 persen dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam yaitu 76.23 persen. Terdapat dua dimensi dimana persentase capaian istri yang bekerja lebih dari delapan jam per hari lebih tinggi dibandingkan istri bekerja maksimal delapan jam yaitu aspek pangan dan sandang. Sementara itu, pada aspek papan, kesehatan, dan pendidikan, persentase capaian istri bekerja maksimal delapan jam lebih tinggi dibandingkan istri bekerja lebih dari delapan jam per harinya. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling utama dan mutlak tidak dapat ditunda sehingga menjadi indikator dasar dari tingkat kesejahteraan baik secara individual rumah tangga maupun masyarakat. Tabel 5 menunjukkan tingkat pencapaian pemenuhan kebutuhan pangan yang dilakukan oleh istri pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri. Istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki capaian pemenuhan tugas dasar pangan yang lebih tinggi dibandingkan informal pada masing-masing item pertanyaan kecuali menyusun menu makanan harian. Hal tersebut disebabkan oleh kecenderungan ibu untuk menuruti kemauan anak yang juga mempertimbangkan aspek kepraktisan.
15 Tabel 4 Capaian pemenuhan (%) kebutuhan pangan keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri Variabel Menyusun menu makanan harian Memastikan anggota keluarga makan makanan bergizi Memastikan anggota keluarga makan secara teratur Memastikan anggota keluarga mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari Menyajikan menu makanan yang bervariasi setiap hari Memastikan anak minum susu yang sudah disediakan di rumah setiap hari
Jenis pekerjaan Formal Informal 64.75 67.25
Alokasi waktu kerja >8jam ≤8 jam 66.59 65.28
Total 66.00
78.50
63.75
70.68
71.67
71.13
80.75
70.00
76.59
73.89
75.38
74.25
59.25
66.59
66.94
66.75
71.00
68.50
69.09
70.56
69.75
89.50
67.00
74.09
83.33
78.25
Capaian pemenuhan pangan berdasarkan jam kerja menunjukkan baik pada istri yang bekerja maksimal delapan jam maupun lebih dari delapan jam memiliki capaian yang cukup tinggi dengan selisih keduanya yang cenderung sedikit. Hal ini menunjukkan istri tidak terlalu menemui kesulitan dalam pemenuhan tugas dasar pangan keluarga. Selisih persentase yang cukup jauh terjadi pada aspek memastikan anak minum susu yang sudah disediakan di rumah setiap hari, dimana istri yang bekerja lebih dari delapan jam memiliki capaian yang lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari. Sandang merupakan pakaian yang diperlukan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Pakaian memiliki fungsi sebagai pelindung dari panas dan dingin, memberi kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan seperti pakaian rumah, kerja, tidur, dan sebagainya. Berdasarkan jenis pekerjaan, istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki capaian pemenuhan tugas dasar sandang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal pada semua aspek pertanyaan. Persentase capaian pemenuhan kebutuhan sandang berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri disajikan pada Tabel 6. Tabel 5 Capaian pemenuhan (%) kebutuhan sandang keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri Variabel Memastikan anggota keluarga menggunakan pakaian yang bersih Memastikan pakaian anggota keluarga dalam kondisi yang baik Memastikan anggota keluarga mengenakan pakaian yang rapi Memastikan anggota keluarga mengenakan pakaian yang pantas
Jenis pekerjaan Formal Informal 94.75 89.50
Alokasi waktu kerja >8jam ≤8 jam 90.45 94.17
Total 92.13
87.00
83.00
85.23
84.72
85.00
92.00
86.00
88.41
89.72
89.00
88.50
84.25
85.00
88.06
86.38
16 Hasil penelitian menunjukkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam justru memiliki capaian pemenuhan tugas dasar sandang yang lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja maksimal delapan jam, kecuali pada aspek memastikan pakaian anggota keluarga dalam kondisi yang baik. Hal ini diduga istri yang bekerja lebih dari delapan jam per harinya tidak memiliki cukup banyak waktu untuk mengecek sendiri pakaian anggota keluarga (kancing lengkap, tidak robek, dll). Perumahan dan lingkungan hidup yang sehat dan teratur merupakan cermin kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Tabel 7 menunjukkan persentase capaian pemenuhan kebutuhan papan berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri dengan jenis pekerjaan informal memiliki capaian yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan formal, kecuali pada aspek memastikan rumah selalu dalam keadaan bersih. Hal ini diduga istri dengan jenis pekerjaan informal lebih memiliki banyak waktu luang untuk mengurus kebutuhan papan keluarga. Tabel 6 Capaian pemenuhan (%) kebutuhan papan keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri Variabel Membersihkan rumah di waktu senggang Memastikan rumah selalu dalam keadaan bersih Menata perabotan rumah tangga Memastikan tanaman dalam kondisi segar Memilah barang yang masih terpakai dan tidak
Jenis pekerjaan Formal Informal 78.25 79.25
Alokasi waktu kerja >8jam ≤8 jam 80.00 77.22
Total 78.75
76.75
67.50
72.50
71.67
72.13
70.75
78.00
77.27
70.83
74.38
74.25
81.00
79.32
75.56
77.63
70.00
74.00
73.86
69.72
72.00
Istri yang bekerja maksimal delapan jam memiliki capaian pemenuhan tugas dasar papan yang lebih tinggi pada masing-masing aspek pertanyaan dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam. Hal ini dikarenakan waktu yang dimiliki istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari untuk mengerjakan pekerjaan rumah lebih banyak. Selisih capaian pemenuhan tugas dasar papan pada aspek memastikan rumah selalu dalam keadaan bersih antara istri yang bekerja maksimal delapan jam dengan lebih dari delapan jam cukup kecil. Hal ini diduga karena mereka masih memiliki anak kecil sehingga sulit untuk dapat mengkondisikan rumah selalu dalam keadaan bersih. Semakin baik keadaan kesehatan keluarga, semakin baik pula kesejahteraan keluarga tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan kesehatan merupakan petunjuk tingkat kesejahteraan keluarga tersebut. Hasil penelitian menunjukkan capaian pemenuhan tugas dasar kesehatan istri dengan jenis pekerjaan informal lebih tinggi pada aspek meluangkan waktu untuk mengantar anak ke pelayanan kesehatan dan posyandu. Hal ini dikarenakan waktu yang dimiliki istri dengan jenis pekerjaan informal lebih fleksibel dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan formal. Selisih capaian terbesar antara istri dengan jenis pekerjaan sektor formal dan informal terletak pada aspek menyiapkan obat-obatan di rumah. Berdasarkan penuturan istri saat penelitian berlangsung, istri dengan
17 jenis pekerjaan formal memiliki antisipasi jika ada anggota keluarga yang sakit tiba-tiba sedangkan istri dengan jenis pekerjaan informal hanya mengandalkan membeli obat langsung di warung jika ada anggota keluarga yang sakit. Tabel 7 Capaian pemenuhan (%) kebutuhan kesehatan keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri Variabel Memastikan kondisi kesehatan setiap anggota keluarga Meluangkan waktu lebih banyak ketika anggota keluarga ada yang sakit Meluangkan waktu untuk mengantar anak ke pelayanan kesehatan Meluangkan waktu untuk mengantar anak ke posyandu Menyiapkan obat-obatan di rumah
Jenis pekerjaan Formal Informal 87.00 73.75
Alokasi waktu kerja >8jam ≤8 jam 81.36 79.17
Total 80.38
81.00
77.75
80.00
78.61
79.38
83.50
88.00
87.73
83.33
85.75
67.75
85.00
80.00
71.94
76.38
91.25
72.75
79.09
85.56
82.00
Berdasarkan jam kerja, istri yang bekerja maksimal delapan jam memiliki capaian pemenuhan tugas dasar kesehatan yang lebih tinggi pada masing-masing aspek dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam, kecuali pada aspek menyiapkan obat-obatan di rumah. Hal ini diduga dikarenakan istri yang bekerja lebih dari delapan jam memiliki antisipasi jika ada anggota keluarga yang sakit mengingat waktu yang dimiliki istri cukup terbatas. Kuntjoro (1985) dalam Prabawa (1998) mengatakan bahwa indikator pendidikan merupakan unsur penting dalam kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Semakin banyak penduduk yang dapat mengenyam pendidikan, maka semakin sejahtera wilayah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki capaian pemenuhan tugas dasar pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Hal ini diduga karena istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu lebih dari 12 tahun sedangkan istri dengan jenis pekerjaan informal hanya menempuh pendidikan kurang dari sama dengan enam tahun. Ada satu aspek dimana capaian pemenuhan tugas dasar pendidikan istri dengan jenis pekerjaan informal lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan formal, yaitu mengantar anak ke TPA/sekolah. Hal ini berkaitan dengan waktu yang dimiliki oleh istri dengan jenis pekerjaan informal cenderung lebih fleksibel dan banyak dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan formal.
18 Tabel 8 Capaian pemenuhan (%) kebutuhan pendidikan keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri Variabel Mengantar anak ke TPA/sekolah Menstimulasi anak belajar Menambah pengetahuan keterampilan untuk mengembangkan diri Memastikan anak berperilaku baik di lingkungan rumah/sekolah Berkomunikasi dengan pengasuh/guru
Jenis pekerjaan Formal Informal 71.75 74.75
Alokasi waktu kerja >8jam ≤8 jam 76.82 68.89
Total 73.25
81.00 65.25
68.00 45.75
75.45 55.23
73.33 55.83
74.50 55.50
77.50
74.00
75.91
75.56
75.75
84.00
77.25
80.91
80.28
80.63
Hasil penelitian menunjukkan istri yang bekerja maksimal delapan jam memiliki capaian pemenuhan tugas dasar yang lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam, kecuali pada aspek menambah pengetahuan keterampilan untuk mengembangkan diri. Hal ini diduga akses yang dimiliki oleh istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari untuk mengikuti pelatihanpelatihan terbatas, dimana kebanyakan istri yang bekerja maksimal delapan jam berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Perbedaan Karakteristik Keluarga Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Istri Hasil uji beda karakteristik keluarga menunjukkan dimensi karakteristik keluarga yang mempunyai nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari α = 0.001 adalah dimensi yang mempunyai perbedaan sangat signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dan informal. Dimensi-dimensi tersebut antara lain besar keluarga, usia suami, pendidikan suami, pendidikan istri, lama pernikahan, dan pendapatan per kapita. Sedangkan dimensi usia istri, lama bekerja istri, usia anak terakhir, dan pendapatan istri memiliki perbedaan yang signifikan antara istri yang bekerja di sektor formal dan informal dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari α = 0.05. Rata-rata karakteristik keluarga istri dengan jenis pekerjaan formal lebih tinggi daripada informal pada dimensi pendidikan suami, pendidikan istri, lama bekerja istri, pendapatan istri, dan pendapatan per kapita. Sedangkan pada dimensi besar keluarga, usia suami, usia istri, lama pernikahan, dan usia anak terakhir, rata-rata karakteristik keluarga istri dengan jenis pekerjaan informal lebih tinggi dibandingkan formal.
19 Tabel 9 Sebaran rata-rata dan uji beda karakteristik keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri Dimensi Besar keluarga (orang) Usia suami (tahun) Usia istri (tahun) Pendidikan suami (tahun) Pendidikan istri (tahun) Lama bekerja istri (tahun) Lama pernikahan (tahun) Usia anak terakhir (tahun) Pendapatan istri (rupiah) Pendapatan per kapita (rupiah)
Jenis pekerjaan Formal Informal
P-Value
3.79
4.72
0.000**
36.36
40.63
0.000**
33.69
36.10
0.015*
13.45
9.10
0.000**
13.95
8.65
0.000**
9.76
6.88
0.003*
9.16
14.54
0.000**
3.87
5.04
0.001*
2 611 337
1 559 125
0.003*
1 529 171
791 891
0.000**
Alokasi waktu kerja ≤8 jam >8 jam 4.28 4.22
P-Value 0.730
38.32
38.71
0.733
34.57
35.29
0.468
10.78
11.88
0.048
10.66
12.08
0.019*
8.30
8.35
0.955
11.91
11.76
0.880
4.65
4.22
0.242
1 556 670
2 731 250
0.001*
910 968
1 465 552
0.004*
*signifikan pada p-value <0.05; **sangat signifikan pada p-value <0.001
Hasil uji beda berdasarkan alokasi waktu kerja istri menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi pendidikan istri, pendapatan istri, dan pendapatan per kapita dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari α = 0.05. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada besar keluarga, usia suami, usia istri, pendidikan suami, lama bekerja istri, lama pernikahan, dan usia anak terakhir antara istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari dengan istri yang bekerja lebih dari delapan jam per hari. Perbedaan Pemenuhan Tugas Dasar Keluarga Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Alokasi Waktu Kerja Istri Berdasarkan hasil uji beda, dimensi yang mempunyai nilai probabilitas (pvalue) lebih kecil dari α = 0.05 adalah dimensi yang mempunyai perbedaan yang signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dan informal. Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada pemenuhan tugas dasar antara istri dengan jenis pekerjaan formal dengan istri dengan jenis pekerjaan informal.
20 Tabel 10 Sebaran rata-rata dan uji beda skor pemenuhan tugas dasar keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja istri (skor maksimal=125) Dimensi Pangan Sandang Papan Kesehatan Pendidikan Total pemenuhan tugas dasar
Jenis pekerjaan Formal Informal 22.94 19.79 18.11 17.14 18.50 18.99 20.53 19.86 18.98 16.99 99.05
92.76
P-Value 0.000* 0.019* 0.446 0.254 0.006* 0.006*
Alokasi waktu kerja ≤8 jam >8 jam 21.18 21.58 17.45 17.83 19.15 18.25 20.41 19.93 18.22 17.69 96.41
95.29
P-Value 0.621 0.369 0.162 0.413 0.487 0.634
*signifikan pada p-value <0.05; **sangat signifikan pada p-value <0.001
Dari semua dimensi, nilai probabilitas (sig. [2-tailed]) yang lebih besar dari α= 0,05 hanya dimensi papan dan kesehatan. Dimensi lainnya mempunyai pvalue <0,05 yang berarti dimensi tersebut berbeda signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dan informal yaitu dimensi pangan, sandang, dan pendidikan. Berdasarkan alokasi waktu kerja istri, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara istri yang bekerja maksimal delapan jam dan lebih dari delapan jam. Rata-rata pencapaian pemenuhan tugas dasar pada istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam per hari. Hal ini diduga karena istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari lebih banyak memiliki waktu untuk melakukan tugas dasar keluarga. Pembahasan Tugas dasar merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh individu dalam keluarga sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki capaian pemenuhan tugas dasar yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal, kecuali pada aspek papan. Sementara itu, istri yang bekerja selama maksimal delapan jam per hari memiliki capaian pemenuhan tugas dasar yang lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam per hari. Pada aspek pangan dan sandang, pencapaian istri yang bekerja lebih dari delapan jam lebih tinggi daripada istri yang bekerja maksimal delapan jam. Pada aspek papan, kesehatan, dan pendidikan, istri yang bekerja maksimal delapan jam memiliki capaian yang lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam. Hasil uji beda karakteristik keluarga menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dan informal pada dimensi besar keluarga, usia suami, pendidikan suami, pendidikan istri, lama pernikahan, dan pendapatan per kapita (p-value < 0.001). Sedangkan dimensi usia istri, lama bekerja istri, usia anak terakhir, dan pendapatan istri memiliki perbedaan yang signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dan informal (p-value < 0.05). Rata-rata karakteristik keluarga istri dengan jenis pekerjaan formal lebih tinggi daripada informal pada dimensi pendidikan suami, pendidikan istri, lama
21 bekerja istri, pendapatan istri, dan pendapatan per kapita. Sedangkan pada dimensi besar keluarga, usia suami, usia istri, lama pernikahan, dan usia anak terakhir, rata-rata karakteristik keluarga istri dengan jenis pekerjaan informal lebih tinggi dibandingkan formal. Hasil uji beda berdasarkan alokasi waktu kerja istri menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi pendidikan istri, pendapatan istri, dan pendapatan per kapita dengan nilai probabilitas (p-value < 0.05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada besar keluarga, usia suami, usia istri, pendidikan suami, lama bekerja istri, lama pernikahan, dan usia anak terakhir antara istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari dengan istri yang bekerja lebih dari delapan jam per hari. Hasil uji beda pada pemenuhan tugas dasar menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dengan informal (p-value=0,006) dan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal pemenuhan tugas dasar keluarga antara istri yang bekerja maksimal delapan jam dengan lebih dari delapan jam (p-value=0,634). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Huang (2011) yang menyebutkan bahwa pekerja formal memiliki tingkat intelektualitas dan pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan pekerja informal. Pengetahuan yang dimiliki oleh pekerja formal merupakan salah satu modal dalam mencapai pemenuhan tugas dasar dalam keluarga karena masih banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana pemenuhan tugas dasar yang baik. Selain itu, pemenuhan tugas dasar dianggap sebagai tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh ibu sehingga ibu sudah dapat menerima resikonya ketika harus bekerja di luar rumah. Manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya yang paling rendah, yaitu kebutuhan dasar, sebelum memenuhi kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri (Maslow 1970). Tugas dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberfungsian keluarga yang juga menjadi syarat tercapainya kesejahteraan keluarga. Jika suatu keluarga gagal dalam menyelesaikan tugas ini, maka keluarga secara keseluruhan atau anggotanya secara individual dapat mengalami ketidakbahagiaan, tidak diakui oleh masyarakat, dan kesulitan dalam mencapai keselarasan dan aktualisasi diri (Christensen & Kenney 1996). Komponen kebutuhan dasar primer untuk bangsa Indonesia mencakup pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan (Esmara 1986). Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling utama dan mutlak tidak dapat ditunda dalam hal pemenuhannya. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dicukupi setiap hari dan bervariasi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Pada batas tertentu, pengeluaran pangan tidak bisa dikurangi lagi, baik jumlah maupun jenisnya. Indikator kebutuhan pangan minimum menurut BPS (2008) dinyatakan dengan kebutuhan gizi minimum yaitu perkiraan kalori dan protein. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pemenuhan pangan yang signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dan informal dalam hal memastikan anggota keluarga makan makanan bergizi, memastikan anggota keluarga makan secara teratur, memastikan anggota keluarga mengkonsumsi sayur dan buah, dan memastikan anak minum susu yang sudah disediakan di rumah setiap hari. Istri telah mengatur kebutuhan pangan keluarga dengan mempersiapkan makanan sebelum ibu berangkat kerja. Makanan bergizi didefinisikan sebagai makanan yang memiliki kandungankandungan atau unsur ikatan kimia yang dapat membantu seluruh pertumbuhan
22 pada tubuh, mulai dari pertumbuhan badan hingga pertumbuhan otak. Makanan bergizi memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, yang biasa disebut dengan makanan “4 sehat 5 sempurna”. Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sehari penduduk Indonesia terhadap makanan menurut survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) adalah sebanyak 7.9 persen pengeluaran untuk padi-padian (beras), 4.08 persen untuk ikan, 2.26 persen untuk daging, 2.74 persen untuk telur dan susu, 3.62 persen untuk sayur-sayuran, dan 2.28 persen untuk buah-buahan (BPS 2012). Data tersebut menunjukkan masih sedikit keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan makanan bergizi untuk keluarga. Sejalan dengan data tersebut, hasil penelitian Sunarti (2008) pada perempuan bekerja menunjukkan pemenuhan kebutuhan pangan baik secara kualitas maupun kuantitas masih tergolong rendah. Hal tersebut berakibat rendahnya produktivitas kerja, kualitas pengasuhan anak, dan manajemen sumberdaya keluarga. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan rendahnya konsumsi buah setiap hari dan frekuensi makan hanya dua kali. Persentase konsumsi susu untuk anak hanya sebesar 58.2 persen. Berbeda dengan hasil penelitian tersebut, pemenuhan kebutuhan pangan pada keluarga dengan suami istri bekerja di Kota Bogor tergolong cukup tinggi, baik menurut jenis pekerjaan maupun jam kerja istri. Istri dengan jenis pekerjaan formal dan istri yang bekerja lebih dari delapan jam memiliki pencapaian pemenuhan pangan yang lebih tinggi dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi keluarga dan konsumsi sayur-buah setiap hari dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal dan istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari. Selain itu, persentase capaian pada aspek memastikan anak minum susu setiap hari lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian sebelumnya, baik istri dengan jenis pekerjaan formal-informal maupun istri yang bekerja maksimal delapan jam-lebih dari delapan jam per hari. Tingkat pengetahuan istri menjadi tolok ukur utama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan yang bergizi bagi anggota keluarga. Pengetahuan istri dapat dilihat pula dari kemampuan dalam menyusun menu makanan yang sehat dan seimbang. Istri yang mengetahui karakteristik dari makanan yang sehat dan seimbang dapat menyusun menu sesuai dengan kondisi anak (sehat atau sakit). Hasil penelitian menunjukkan persentase terendah dalam pengukuran aspek pangan terletak pada tugas istri dalam menyusun menu makanan harian. Hal ini dikarenakan waktu istri yang terbatas sehingga menu diserahkan pada keinginan anak mau makan apa hari itu. Akan tetapi, capaian istri dalam menyajikan menu makanan bervariasi setiap hari tergolong cukup tinggi dimana capaian istri dengan jenis pekerjaan formal dan istri yang bekerja lebih dari delapan jam lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal dan ibu yang bekerja lebih dari delapan jam. Sandang merupakan pakaian yang memiliki fungsi sebagai pelindung dari panas dan dingin, memberikan kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan individu. BPS (2008) menyatakan bahwa indikator minimum kebutuhan sandang adalah pengeluaran rata-rata untuk keperluan pakaian, alas kaki, dan tutup kepala. Pengeluaran rata-rata per kapita sehari penduduk Indonesia akan pakaian, alas kaki dan tutup kepala sebesar 5.95 persen (SUSENAS 2012). Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan pemenuhan sandang yang signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dan informal. Dalam aspek ini, istri tidak mengalami kesulitan karena menurut persepsi istri, kebersihan dan kerapihan
23 pakaian yang dikenakan anggota keluarga merupakan hal yang utama untuk menunjukkan jati diri di lingkungan masyarakat. Papan atau tempat tinggal yang sehat dan teratur merupakan cermin kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Tolok ukur kesejahteraan keluarga pada aspek papan meliputi kualitas rumah tinggal, fasilitas lingkungan perumahan, dan kebersihan lingkungan (BPS 2001). Adapun indikator perumahan (persentase) menurut SUSENAS (2011) antara lain status kepemilikan rumah milik sendiri (78.77%), status kepemilikan rumah kontrak/sewa (8.68%), atap terluas bukan ijuk/lainnya (96.65%), dinding terluas bukan bambu/lainnya (89.73%), lantai terluas bukan tanah (89.61%), sumber air minum layak (42.76%), sanitasi layak (55.60%), sumber penerangan dari listrik (94.83%), sumber penerangan dari listrik PLN (90.51%) dan luas hunian per kapita ≤7.2m2 (13.00%). Lingkungan rumah yang bersih juga dapat mempengaruhi kehidupan keluarga. Kebersihan tempat tinggal merupakan indikator yang sensitif dalam mengukur kejadian dan kesehatan (penyakit dan infeksi) (HKI 2004). Kebersihan tempat tinggal yang dilakukan oleh istri dapat dilihat dari karakteristik rumah yang ditempati, kondisi kamar mandi dan toilet, sumber air minum, dan pembuangan sampah. Penelitian yang dilakukan oleh Sunarti (2009) menunjukkan masih tingginya kondisi kamar mandi dan toilet yang kotor (53.5%) mengindikasikan rendahnya kepedulian akan kesehatan. Hasil penelitian pemenuhan tugas dasar pada keluarga dengan suami istri bekerja pada aspek papan menunjukkan hasil yang lebih tinggi, dimana istri baik dengan jenis pekerjaan formal maupun informal, dan yang bekerja maksimal delapan jam per hari maupun lebih dari delapan jam per hari memiliki capaian yang tinggi. Istri masih dapat membersihkan rumah di waktu senggang sehingga kebersihan rumah masih dapat dikontrol. Persentase terendah pengukuran kebutuhan papan keluarga terletak pada tugas istri dalam memastikan rumah selalu dalam keadaan bersih. Istri mengaku dengan adanya anak kecil hal tersebut masih sulit untuk dilakukan. Capaian pemenuhan kebutuhan kesehatan keluarga istri dengan jenis pekerjaan formal lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarti (2009) bahwa tingkat pengetahuan istri mempengaruhi pengasuhan dan kesehatan anak. Hal tersebut diukur dari pengetahuan istri mengenai alasan pentingnya menjaga kesehatan anak, jenis penyakit yang sering dialami oleh anak, penyebab penyakit anak, cara untuk menjaga kesehatan anak, dan contoh menjaga kesehatan anak. Data menunjukkan seluruh istri dalam penelitian tersebut dapat menjawab beberapa jenis penyakit yang sering dialami oleh anak. Pada aspek menyebutkan penyebab penyakit anak, menjaga dan merawat kesehatan anak, beberapa ibu masih belum dapat memenuhi dengan sempurna. Di samping rutinitas pengasuhan dan waktu yang disediakan istri untuk mengasuh anak, istri harus tetap ada di saat-saat tertentu seperti anak sakit atau perlu diimunisasi. Anak masih membutuhkan ibu untuk mengantarkan ke pelayanan kesehatan, atau sekedar menemani saat anak harus istirahat di rumah karena sakit. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu dan ayah beresiko kehilangan pekerjaannya jika mereka meminta izin untuk menemani anak yang sakit (Heymann & McNeill 2012). Hal ini bertolak belakang dengan keadaan di Indonesia, khususnya pada penelitian ini dimana ibu masih dapat meluangkan waktu untuk mengantar anak ke pelayanan kesehatan, baik pada istri dengan jenis
24 pekerjaan formal maupun informal. Istri mengungkapkan bahwa mereka akan masuk kerja kembali setelah selesai mengantar anak ke dokter dan memastikan bahwa anak ada yang menjaga, baik itu dengan bantuan saudara atau dukungan sosial yang lain. Indikator kebutuhan minimum akan kesehatan menurut BPS (2008) dinyatakan dengan indikator pengeluaran rata-rata untuk penyediaan obat-obatan di rumah, ongkos dokter, perawatan, termasuk obat-obatan. Penyediaan obatobatan menjadi penting sebagai antisipasi saat anggota keluarga mendadak sakit. Data BPS (2011) menunjukkan sebanyak 66.82 persen penduduk Indonesia mengobati diri sendiri di rumah dan 23.63 persen menggunakan obat tradisional. Sejalan dengan data tersebut, capaian pemenuhan kebutuhan kesehatan keluarga yang dilakukan istri pada aspek menyiapkan obat-obatan di rumah tergolong cukup tinggi. Istri dengan jenis pekerjaan formal dan istri yang bekerja lebih dari delapan jam memiliki persentase capaian yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal dan istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari. Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam keluarga berkaitan dengan masalah kesehatan. Indikator kebutuhan minimum akan pendidikan dinyatakan dengan pengeluaran rata-rata untuk keperluan biaya sekolah seperti uang sekolah, iuran sekolah, alat tulis, dan buku (BPS 2008). Hasil SUSENAS (2012) menunjukkan persentase partisipasi pendidikan prasekolah baik yang pernah maupun yang sedang menempuh pendidikan prasekolah antara lain usia 3-4 tahun sebanyak 22.05 persen dan usia 5-6 tahun sebanyak 57.23 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa orang tua mulai peduli akan pendidikan prasekolah bagi anak. Orang tua memiliki peran yang penting pada hasil pendidikan anak. Studi di US dan UK menunjukkan bahwa prestasi siswa sekolah dasar lebih baik saat orang tuanya ikut andil dalam kegiatan sekolah, seperti menstimulasi anak belajar (Heymann & McNeill 2012). Akan tetapi saat ini, banyak orang tua yang hanya dapat meluangkan waktu untuk menstimulasi anak belajar pada sore atau malam hari setelah pulang kerja. Dalam penelitian ini, tingkat pencapaian istri dengan jenis pekerjaan formal lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Ibu masih sempat untuk menstimulasi anak belajar dan berkomunikasi dengan pengasuh/guru. Begitu pula dengan pencapaian istri yang bekerja maksimal delapan jam lebih tinggi daripada istri yang bekerja lebih dari delapan jam karena waktu yang disediakan istri bekerja maksimal delapan jam per hari untuk anak lebih fleksibel dan lebih banyak dibandingkan istri bekerja lebih dari delapan jam per hari. Terdapat perbedaan yang signifikan pada pemenuhan tugas dasar istri yang bekerja di sektor formal dan sektor informal. Hasil uji beda karakteristik keluarga menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan pada pendidikan istri, dimana rata-rata lama pendidikan istri dengan jenis pekerjaan formal lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Pekerja formal dianggap memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan pekerja informal (Huang 2011). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana persentase terbesar istri dengan jenis pekerjaan formal telah menempuh pendidikan yang lebih tinggi yaitu lebih dari 12 tahun sedangkan pada istri dengan jenis pekerjaan informal hanya menempuh pendidikan selama kurang dari atau sama dengan enam tahun.
25 Berdasarkan alokasi waktu kerja istri, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal pemenuhan tugas dasar yang dilakukan istri yang bekerja maksimal delapan jam dengan istri yang bekerja lebih dari delapan jam diduga dikarenakan jenis pekerjaan yang beraneka ragam dalam kedua kategori tersebut. Walaupun demikian, rata-rata pencapaian pemenuhan tugas dasar pada istri yang bekerja maksimal delapan jam lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam. Hal ini diduga karena ibu yang bekerja maksimal delapan jam per hari lebih banyak memiliki waktu untuk melakukan tugas dasar keluarga. Istri pada keluarga dengan suami istri bekerja belum mampu memenuhi pemenuhan tugas dasar keluarga secara ideal, baik berdasarkan jenis pekerjaan maupun alokasi waktu kerja istri. Tugas dasar dianggap sebagai suatu hal yang biasa dilakukan oleh istri dan dilakukan setiap hari sehingga pemenuhannya pun cukup diabaikan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sunarti (2008) menunjukkan masih rendahnya pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri yang bekerja sebagai pemetik teh di Kabupaten Bandung. Penelitian lain dari Sunarti (2009) yang dilakukan di Kabupaten Bogor mengindikasikan rendahnya kesadaran akan pemenuhan tugas dasar yang baik terkait gizi, kesehatan keluarga, dan perkembangan anak. Hal tersebut berakibat rendahnya produktivitas kerja, kualitas pengasuhan anak, dan manajemen sumberdaya keluarga. Dalam penelitian ini, capaian pemenuhan tugas dasar keluarga belum tergolong dalam kategori ideal karena masih terdapat selisih dari capaian ideal (23.27%) walaupun hasilnya lebih tinggi dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya. Hal-hal sederhana menyangkut pada keterampilan hidup sehari-hari terkait pemenuhan tugas dasar masih belum dilakukan karena minimnya kesadaran istri akan pentingnya pemenuhan tugas dasar keluarga yang baik. Padahal pemenuhan tugas dasar yang baik akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga dan menjadi bekal bagi pemenuhan tugas keluarga selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum ditelitinya keterlibatan suami dalam pemenuhan tugas dasar keluarga. Suami bekerja dibatasi sebagai status untuk melihat keseimbangan kerja-keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja. Penelitian ini fokus kepada pemenuhan tugas dasar yang dilakukan oleh istri dimana istri memiliki peran yang besar di sektor domestik. Selain itu, minimnya data yang baku dan penelitian secara khusus mengenai tugas dasar sehingga data dibandingkan dengan indikator dan survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Instrumen dalam penelitian ini akan lebih lengkap jika dilakukan elaborasi lebih mendalam pada teori perkembangan keluarga khususnya tugas dasar dan jurnal-jurnal penelitian internasional yang telah dilakukan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Secara garis besar, istri pada keluarga dengan suami istri bekerja belum mampu memenuhi pemenuhan tugas dasar keluarga secara ideal, baik berdasarkan jenis pekerjaan maupun alokasi waktu kerja istri. Hal ini diduga karena tidak adanya standar baku mengenai pemenuhan tugas dasar yang ideal. Selain itu,
26 tugas dasar keluarga sering dianggap sebagai hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari sehingga kurang diperhatikan pemenuhannya secara baik. Terdapat perbedaan pemenuhan tugas dasar yang signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dengan informal, dimana istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki capaian yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Berdasarkan karakteristik, istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi pemenuhan tugas dasar pada keluarga. Berdasarkan alokasi waktu kerja istri, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari dengan istri yang bekerja lebih dari delapan jam per hari. Rata-rata pencapaian pemenuhan tugas dasar istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari lebih tinggi dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam per hari. Hal ini dikarenakan istri yang bekerja maksimal delapan jam per hari memiliki waktu luang yang lebih banyak dan fleksibel dibandingkan istri yang bekerja lebih dari delapan jam per hari untuk melakukan tugas dasar keluarga. Saran Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar pemerintah dan instansi terkait dapat lebih memberikan pengetahuan dan menetapkan standar baku baik secara kualitas maupun kuantitas mengenai pemenuhan tugas dasar keluarga yang ideal agar dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia. Bagi masyarakat luas, khususnya istri yang bekerja di sektor publik pada keluarga dengan suami istri bekerja, diharapkan dapat lebih memperhatikan pemenuhan tugas dasar bagi anggota keluarganya, dimana saat ini tugas dasar kurang mendapat perhatian dan cenderung diabaikan. Adanya dukungan dari keluarga dan masyarakat juga sangat dibutuhkan oleh istri yang bekerja di sektor publik sehingga dapat memperingan pemenuhan tugas-tugas di dalam keluarga. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang tugas dasar keluarga diharapkan dapat dilakukan dengan meneliti pemenuhan tugas dasar keluarga berdasarkan struktur manajerial (jabatan) istri dalam pekerjaannya, status sosial ekonomi keluarga dan keterlibatan suami pada keluarga dengan suami istri bekerja.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2008. Jakarta (ID): BPS . 2012. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2012. Jakarta (ID): BPS . 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta (ID): BPS . 2013. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia Mei 2013. Jakarta (ID): BPS [BPS Jabar] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2012. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2012. Bandung (ID): BPS
27 Christine W, Oktorina M, Mula I. Pengaruh konflik pekerjaan dan konflik keluarga terhadap kinerja dengan konflik pekerjaan keluarga sebagai intervening variabel (studi pada dual career couple di Jabodetabek). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 12(2):121-132 Christensen PJ, Kenney JW. 1996. Proses Keperawatan, Aplikasi Model Konseptual. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC Deacon RE, Firebough FM. 1988. Family Resource Management: Principles and Application (2nd Ed). USA: Allyn and Bacon Inc Duvall EM. 1971. Family Development (4th ed). New York (US): J.B. Lippincott Company . 1977. Marriage and Family Development (5th Ed). Philadelphia: JB Lippicant Esmara H. 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta (ID): PT Gramedia Firdaus, Sunarti E. 2009. Hubungan antara tekanan ekonomi dan mekanisme koping dengan kesejahteraan keluarga wanita pemetik teh. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 2(1): 21-31 Friedman MM, Bowden VR, Jones EJ. 2003. Family Nursing: Research Theory & Practice Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall Greenhaus, Jeffrey H, Beutell NJ. 1985. Happiness in single and dual-career families: the effects of marital happiness, job satisfaction and life cycle. Journal of Marriage and the Family 47: 975-984 Heymann J, McNeill K. 2012. Families at Work: What We Know about Conditions Globally. Good Practices in Family Policy Making. United Nations Department of Economic and Social Affairs, Division of Social Policy and Development, United Nations Expert Group Meeting; 2012 May 15-17; New York, US Huang TP. 2011. Comparing Motivating Work Characteristics, Job Satisfaction, and Turnover Intention of Knowledge Workers and Blue Collar Workers, and Testing a Structural Model of the Variables Relationship in China and Japan. The International Jornal of Human Resource Management. 22(4):924-944 Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta (ID): Erlangga Kinnunen U, Mauno S. 2001. Dual-earner families in Finland: differences between and within families in relation to work and family experiences. Community, Work & Family 4(1): 87-107 Laswell M, Laswell T. 1987. Marriage and Family: A Foundation for Personal Decisions. Allyn & Bacon, Massachusetts Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang dari tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan Pustaka Milkie MA, Peltola P. 1999. Playing all the roles: gender and the work-family balancing act. Journal of Marriage and the Family 61(2): 476-490 Milkie MA, Kendig S, Nomaguchi KM, Denny KE. 2010. Time with children, children’s well-being, and work-family balance among employed parents. Journal of Marriage and Family 72(5): 1329-1343
28 Prabawa S. 1998. Sumberdaya keluarga dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani (studi di Desa Wates Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia Sunarti, E. 2001. Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya: Telaah Kasuh Pengaruhnya Terhadap Kualitas Kehamilan [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. . 2006. Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi, dan Keberlanjutannya. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor . 2008. A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic, Family Strength, Food Consumption, Children Growth and Development. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor . 2009. Care Empowerment to Mothers, Cadres, and Premarried Women to Improve Children Nutritional Status. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Nestle Foundation . 2010. Food security of tea plantation women workers family in Bandung Regency, West Java Province. Livelihoods, Food Cultures and Pattern in Consumption and Behavior in South-East Asia. Third International NHF Workshop; 2010 Mei 10-16; Yogyakarta, Indonesia. Winton CA. 1995. Frameworks for Studying Families. Connecticut: The Duskin Publishing Group
29
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Batang pada tanggal 15 November 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Lanang Supriyanto dan Nurul Wachidah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Kauman 02 Batang lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 3 Batang lulus tahun 2006, lalu penulis melanjutkan sekolah di SMAN 1 Batang hingga lulus tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis mendapatkan mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi, yaitu Event Organizer UKM MAX!! IPB (2009-2010), Staf Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) BEM KM Generasi Inspirasi (2009-2010), Sekretaris Umum UKM MAX!! IPB (2010-2011), Staf Human Resources (HR) Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) (2010-2011), Public Relation (Divisi General Affair) UKM MAX!! IPB (2011-2012) dan Dewan Penasehat UKM MAX!! IPB (2012-sekarang). Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan, seminar, dan pelatihan yang diadakan di dalam lingkup kampus. Penulis juga sempat menjadi volunteer pengajar seni di SLB C Dharma Wanita Kota Bogor. Penulis mendapatkan beberapa prestasi nonakademik selama kuliah baik di dalam maupun di luar kampus, yaitu Finalis SHARP IDEA AWARD 2010 kategori Product Idea (2010), Juara 3 Lomba Cipta Lagu “Let’s Fight Against Drugs” (2010), Juara 2 Basket Putri OMI (2011), dan Juara 3 Basket Putri OMI (2012). Penulis juga penerima beasiswa BBM IPB (2010-2013). Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sengare, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Pada tahun 2013, penulis berkesempatan melaksanakan magang di PT Lativi Media Karya (tvOne) sebagai staf Editorial Support, Divisi News Gathering selama tiga bulan. Korespondensi: [0856 4100 7635], [email protected]