Lentera, Jurnal Studi Perempuan
Vol. 9. No. 1, Juni 2013
PERJUANGAN TOKOH EMANSIPASI PEREMPUAN INDONESIA DAN JERMAN Fahmi Wahyuningsih Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Abstract Many things can be discussed and debated from noble of God's creatures called "women" . There are many issues that can be discussed and there are many female characters who can be an inspiration in the fight for emancipation. In Indonesia we have RA Kartini, in Western German, we have socialist Clara Zelkin that could be used as inspiration to achieve equal rights between women and men who fought for by women more than a century ago. This is the main objective of the centenary of International Women's Day or International Women's Day (IWD) on March 8, 2010. This event, marks the worldwide women's international agreement to fight for a world free from distinctions of class, race and gender. Women’s struggle to fight for equality still becomes a long journey to fight for, even in today's global era. Key words: Struggle, Spirit, and the nature of Women
Pendahuluan Dunia wanita sangat menarik untuk diperbincangkan oleh berbagai disiplin ilmu yang menggunakan wanita sebagai obyeknya. Menurut Kartono (1992 :5) wanita dianggap sebagai makhluk lemah lembut dan mempunyai daya tarik tersendiri, tetapi dibalik itu semua juga menyimpan potensi dan dapat ditunjukkan pada dunia luar tentang eksistensinya. Dengan demikian pada diri wanita masih terdapat teka-teki dan misteri, terlebih pada kehidupan psikisnya.Berbekal potensi yang dimikikinya kaum perempuan harus mampu memperjuangkan eksitensi dirinya sendiri secara nyata dan bertanggung jawab. Berkaitan dengan peran dan eksistensi perempuan dalam kehidupan sosial, perempuan dan laki-laki memiliki kewajiban yang sama. Laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama, besar kecilnya peran laki-laki dan perempuan ditentukan oleh eksistensinya dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Banyak pendapat yang memarjinalkan peran perempuan.Harkat dan martabat perempuan walau telah dihargai, tetap menyisakan pandangan-pandangan negatif yang merendahkan kaum perempuan. Kartono (1992) selain menyebutkan bahwa unsur pribadi dari perempuan yang bersifat positif juga menyebutkan unsur pribadi yang negatif dalam diri perempuan yang disebabkan oleh berbagai permasalahan hidup, misalnya, perempuan lacur, istri simpanan dan karakter yang dianggap negatif pada diri perempuan lainnya.Masalah citra perempuan ini tidak dapat dipisahkan dari konsep gender. Gender merupakan istilah yang digunakan untuk perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara sosial yang mengacu pada unsur emosional.Gender bukan merupakan sifat bawaan manusia, tetapi dibentuk setelah individu lahir, kemudian dikembangkan dan diinternalasasikan oleh struktur yang berlaku di masyarakat atau di lingkungannya.Ada sejumlah teori yang melandasi pemikiran gender, yakni teori nature yang dilawankan 48
Lentera, Jurnal Studi Perempuan
Vol. 9. No. 1, Juni 2013
dengan teori nurture.Dalam teori nature dinyatakan bahwa secara fisik, wanita berbeda dengan laki-laki.Alat kelamin wanita berbeda dengan laki-laki.Perempuan dengan kodrat fisik untuk mampu melahirkan anak.Wanita juga berbeda secara psikologis, wanita lebih emosional,lebih pasif, maka sudah sewajarnya tugas yang diberikan alam kepada perempuan adalah melahirkan dan membesarkan anak di dalam lingkungan rumah tangga,memasak dan memberi perhatian kepada suaminya,agar rumah tangganya menjadi tenteram dan kedamaian dalam rumah tangga dapat diciptakan. Sedangkan laki-laki punya tugas lain, yakni mencari nafkah,laki-laki bersifat lebih rasional, lebih aktif. Inilah pembagian kerja yang didasarkan atas perbedaan seks, yang diatur oleh alam untuk menciptakan manusia yang beradap (Budiman,1985:1). Sedangkan teori nurture tidak sepaham bahwa pemilihan peran laki-laki dan perempuan merupakan kodrat alam, adanya pemilahan dan penggunggulan terhadap laki-laki yang disebabkan adanya elaborasi kebudayaan terhadap biologis masing-masing. Jadi pada intinya teori nature beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh faktor biologis, sedangkan teori nurture beranggapan bahwa perbedaan itu tercipta melalui proses belajar dari lingkungan, meskipun ada teori-teori lain yang menjelaskan bahwa perbedaan ini disebabkan oleh adanya semacam interaksi antara faktor-faktor biologis dan factorfaktor sosial(Budiman, 1985: 12). Perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki ini melahirkan ketidakadilanterutama bagi kaum wanita (Fakih,1996:12).Lebih lanjut Fakih (1996:9) menyebutkan berbagai bentuk ketidakadilan gender antaralain marginalisasi,subordinasi,steorotif,kekerasan,beban kerja lebih berat dan lebih panjang.Salah satu contoh dan salah satu akibat ketidakseimbangan gender yang merendahkan martabat perempuan adalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran, sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah , benci, tersinggung dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut(Al-maqssary:2012). Semua tindakan seksual atau kecenderungan bertindak secara seksual yang dilakukan dengan paksa dan seseorang merasa terganggu dengan perlakuan tersebut bersifat intimidasi non fisik ( lewat kata,bahasa atau gambar) atau fisik ( gerakan yang dapat diamati, seperti memegang, menyentuh,meraba, mencium bagian tubuh tertentu).Bentuk dari ketidakadilan terhadap perempuan lainnya adalah adanya anggapan bahwa ada jenis pekerjaan tertentu yang dianggap cocok untuk pekerjaan perempuan misalnya pembagian peran dalam keluarga, seperti anak perempuan bertugas memasak di dapur, mencuci dan pekerjaan lain yang digolongkan dalam gender feminin, sedangkan anak laki-laki melakukan pekerjaan yang digolongkan maskulin seperti mencuci mobil, memperbaiki atap dan sebagainya, sehingga laki-lakidianggap tabu untuk melakukan pekerjaan perempuan. Secara gender karena perempuan dianggap lebih tekun, teliti, sabar, maka pekerjaan yang dianggap cocok untuk perempuan adalah guru, perawat sekretaris dan pekerjaan lain yang dikototasikan sebagai yang feminis, sedangkan jabatan yang memungkinkan mendapatkan gaji yang lebih besar seperti sopir, direktur, dokter yang dikonotasikan sebagai “jantan dan kasar” dipegang oleh laki-laki. Dikotomi pembagian peran sosial antara perempuan dan laki-laki ini didasarkan pada gender, bukan berdasar kenyataan biologis seseorang dalam kategori jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Hal semacam ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja di banyak negara mancanegara termasuk negara yang maju dan memproklamirkan diri sebagai pembela Hak Azasi Manusia pun seperti Amerika dan negara barat yang lain hal semacam ini juga terjadi.
49
Lentera, Jurnal Studi Perempuan
Vol. 9. No. 1, Juni 2013
Hak perempuan dan laki-laki masih jauh dari tuntutan. Di negara Jerman misalnya menurutGrundgesezt (Undang-Undang) tertulisbahwa “Pria dan wanita mempunyai hak sama” (Frauenrat,2010). Ketetapan konstitusi ini sangat jelas, namun lebih bersifat ungkapan lugas daripada kenyataan dalam masyarakat. Walaupun landasan konstitual dan undang-undang telah diperluas,namun wanita tidak mendapat kesempatan yang sama dengan pria dalam masyarakat,bidang politik dan pekerjaan. Di dunia kerja misalnya penghasilan rata-rata pekerja pria jauh di atas rekan wanitanya. Tingkat penghasilan dalam profesi yang dianggap khas wanita lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan atau bidang usaha yang menjadi ranah pria.Ada sejumlah faktor yang menghalangi kenaikan posisi dalam pekerjaan.Demikian pula dalam pembagian situasi di rumah juga belum terjadi perubahan berarti dalam pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki.Dalam keluarga pekerjaan inti rumah tangga tradisional ditangani perempuan.Ketidakadilan terhadap kaum perempuan di belahan dunia inilah yang melahirkan gerakan feminismeyang merupakan gerakan perempuan yang memperjuangkan persamaan derajad dengan kaum laki-laki dan bukan untuk melakukan perlawanan terhadap laki-laki. Sejajar dengan diwujudkannya persamaan hak antara perempuan dengan laki-laki secara hukum, di negara Jerman berkembang pula gerakan wanita yang bersemangat feminis dan secara tegas menolak diskriminasi. Keberadaan gerakan perempuan ini memberi impuls yang baik untuk mendirikan apa yang dinamakan rumah perempuan yang kini jumlahnya mencapai tiga ratus buah. Rumah ini menampung perempuan yang disiksa oleh pasangannya beserta anak-anak mereka.Demikian pula di Indonesia banyak lembaga yang didirikan untuk melindungi perempuan dan anak –anak dari tindak kekerasan. Pada dasarnya feminisme adalah paham atau pandangan yang menentang kenyataan yang muncul dalam masyarakat bahwa perempuan tidak lebih lemah dari laki-laki.Mereka menganggap perempuan memiliki martabat dan harkat yang sama dengan laki-laki. Secara jenis kelamin memang berbeda, tetapi hak dan kewajiban sebagai makhluk sosial tidak ada bedanya. Kaum perempuan harus diberi peluang yang sama dengan laki-laki dalam kehidupan sosial.Sekat ketidaksetaraan gender harus dihilangkan.Hal ini sejalan dengan apa yang pernah dinyatakan oleh Presiden Soekarno yangmenyatakan bahwa dijadikan kaum Ibu Indonesia hanya inginsama haknya dan hanya inginsama derajatnya dengan kaum Bapak (Brown, 2004:1). Pernyataan ini dapat dijadikan pemikiran tentang perempuan.Perempuan tidak harus terpimpin sebaliknya perempuan dapat juga dapat menjadi pemimpin.Sejarah bangsa Indonesia telah mencatat bahwa pernah ada seorang perempuan yaitu Ibu Megawati yang menjadi Presiden Repuplik Indonesia yangmenjabat sejak Juli 2001 hingga Oktober 2004. Selain itu banyak lagi jabatan-jabatan penting lainnya seperti Menteri,anggota DPR, Militer, dan sebagainya yang dijabat seorang perempuan. Banyak perempuan Indonesialainnya yang berhasil menduduki posisi penting di berbagai bidang, baik sebagai pengusaha, profesional , tokoh politik dan lain sebagainya.Walaupun kini perempuan lebih sering menduduki posisi pimpinan, halangan yang mereka hadapi dalam meniti karier masih cukup besar juga. Suwarni (2013:124) mengatakan bahwa dewasa ini masih banyak ketimpangan tentang kesetaran perempuan dengan laki-laki yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain secara emosional perempuan lemah dan banyak tugas dan tanggung jawab di rumah.Perempuan mempunyai peran ganda, yaitu peran normatif, sebagai ibu rumah tangga, pendamping suami dan pendidik anak., peran substantif, bermasyarakat, terutama kegiatan sosial kemasyarakatan, sebagai anggota masyarakat, dan peran prestatif, yaitu mengembangkan prestasi sesuai dengan keahliannya, tanpa melalaikan tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga. Jadi perempuan mempunyai 50
Lentera, Jurnal Studi Perempuan
Vol. 9. No. 1, Juni 2013
peran dan kedudukan yang cukup besar dalam kehidupan keluarga dan di masyarakat.Ia bukan hanya sebagai pelengkap.Ia sebagai mitra kerja yang potensial dan menjadi penentu kebahagiaan dalam rumah tangga. Oleh sebab itu sangatlah tepat bila ada istilah surga di telapak kaki ibu sebagai predikat keberadaan perempuan dalam masyarakat, penentu kebahagiaan dalam rumah tangga.Selain ituistilah masa depan bangsa terletak di pundak wanita juga tepat ditujukan pada perempuan, karena ia menjadi penentu dalam perjuangan membela negara. Di pundaknyalah terletak masa depan tunas-tunas bangsa.Merekalah yang memiliki kewajiban membimbing putera-puteri mereka untuk menjadi generasi bangsa yang berkualitas.Karena tugas mulia inilah, maka perempuan harus selalu menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan. Dalam lapangan kerja laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama, yang membedakan keduanya hanya kesempatan.Seiring dengan perjuangan persamaan hak yang diperjuangkan oleh tokoh-tokoh emansipasi memberikan kesempatan kepada perempuan berperandi sektor publik, walaupun realitanya saat ini kesempatan itu masih didominasi kaum laki-laki. Dewasa ini masih banyak ketimpangan tentang keberadaan perempuan agar sejajar dengan laki-laki.Oleh sebab itu denganbercermin pada pemikiran dan semangat tokoh-tokoh emansipasi, maka perempuan tetap terus mengupayakan persamaan hak tanpa harus melawan kodratnya.
Pembahasan Pengertian emansi wanita secara harafiah adalah kesetaraan hak dan gender. Emansipasi wanita juga bisa diartikan sebagai usaha untuk menuntut persamaan hak-hak kaum perempuan terhadap kaum pria di segala bidang kehidupan.Emansipasi mengingatkan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, yang artinya sejajar. Para perempuan tidak sama dengan laki-laki melainkan sejajar, bukan di depan dan bukan pula di belakang. Perempuan mempunyai kodrat dan kelebihan sendiri yang tidak dipunyai oleh laki-laki, demikian pula sebaliknya laki-laki mempunyai kehebahatan sendiri yang tidak dipunyai oleh perempuan.Laki- laki dan perempuan bukanlah sebagai kompetator yang bersaing memperebutkan sebuah posisi atau jabatan, Kodrat perempuan adalah melengkapi laki-laki dan begitu pula sebaliknya.Tetapi sistem sosial yang membuat peran dan fungsi tersebut menjadi timpang. Dengan adanya pemberdayaan perempuan,diharapkan perempuan bebas menentukan dan melakukan apa yang diinginkannya. Namun kebebasan di sini maksudnya bukan kebebasan yang mutlak, melainkan kebebasan yang berkualitas.Emansipasi yang mensejajarkan kedudukan pria dan perempuan, bukan emansipasi yang justru digunakan untukmembuktikan wanita lebihhebat dari laki-laki. Jika ini yang diterapkan, maka akan sia-sialah emansipasi yang telah susah payah diperjuangkan oleh tokoh perempuan Indonesia seperti RA Kartini.
Kartini dan Emansipasi Perempuan R.A Kartini merupakan sosok yang inspiratif.Kartini sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Jika tidak ada buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang merupakan kumpulan surat-surat korespondensi beliau pada sahabatnya Belandanya, maka orangorang tentu tidak akan dapat membaca pemikiran Kartini. Salah satusurat Kartini yang dikirimkan kepada temannya yang tertulis sebagai berikut. 51
Lentera, Jurnal Studi Perempuan
Vol. 9. No. 1, Juni 2013
“Bukan hanya suara-suara dari luar, dari Eropa yang sampai kepada saya Yang menyebabkan saya ingin mengubah keadaan sekarang ini Sejak saya masih kanak-kanak… pada waktu itu kata emansipasi belum mempunyai arti apa-apa bagi saya dan tulisan-tulisan itu masihdi luar jangkauan saya,dalam hati saya sudahtimbul keinginan untuk merdeka, bebas dan berdiri sendiri” (Lasmina, 1998:63) Dari tulisan Kartini di atas dapat dilihat dengan jelas bagaimana pemikiran Kartini yang ingin memperjuangkan kaumnya.Apa yang dimaksudkan oleh Kartini bahwa perempuan mendapat hak untuk mendapatkan pendidikan, perempuan harus maju tanpa harus melawan kodratnya.Perempuan tidak harus pandai mengurus dapur tetapi harus mempunyai ilmu.Raden Ajeng Kartini., seorang perempuan yang lahir tanggal 21 April 1879 yang karena perjuangannya kini masyarakat bisa mengenyam pendidikan dan mengembangkan kariernya sejajar dengan laki-laki. Keharuman namanya yang hampir semua orang Indonesia mengetahuinya, yang hari kelahirannya semarak diperingati di bulan April. Bulan April sudah menjadi agenda tahunan bagi perempuan Indonesia memperingati hari Kartini untuk mengenang dan merefleksikan perjuangan Kartini. Tetapi sudahkah gagasan-gagasan beliau diimplementasikan.? Berdasarkan keputusan Presiden, Kartini, tokoh pergerakan wanita ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, dengan pertimbangan jasa-jasanyasebagai pemimpin Indonesia yang semasa hidupnya memperjuangkan hak perempuan, karena didorong oleh rasa cinta Tanah Air dan Bangsa.Maka dengan alasan membela negara tersebut, seorang perempuan bisa menjadi pahlawan. Alasan yang kemudian menimbulkan prasangka di kalangan akademis, bahwa Kartini tidak pantas disebut pahlawan, pembela negara, karena menyerah dan tidak menentang kolonialisme,seperti yang pernah dilakukan oleh Cut Nya Dien, Christina Martha Tia Hahu yang ikut berjuang pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Terlepas dari adanya pro dan kontra tersebut Kartini memang berhak menyandang gelar pahlawan, karena gagasan beliau yang berpikir untuk kemajuan bangsa.Kehidupan yang tertindas kala itu mendorong Kartini melakukan perubahan.Beliau menentang keras terhadap perilaku diskriminasi terhadap perempuan yang kala itu dilarang untuk menuntut ilmu, harus bersedia dipingit dan dinikahkan dengan pria pilihan orang tuanya, serta harus bersedia dipoligami. Baginya kaum perempuan seharusnya mendapat hak dan kesempatan yang sama dengan kaum pria dalam pemerolehan pendidikan dan di mata hukum. Kartini yang mendapat gelar pahlawan nasional dari negara, pemikirannya juga diabadikan dalam lagu nasional yang berjudul “ Kartini” yang diciptakan oleh WR Supratman. Lirik lagu Kartini mencerminkan bahwa Kartini bukan sekedar perempuan dengan jiwa emansipasi perempuan, Kartini adalah Nasionalisme.Lirik lagu Kartini sangat bermakna dan merupakan penggambaran dari dari Kartini tentang cita-citanya tentang pembebasan perempuan dari keterbelengguan adat dan budaya patriarkhi, yaitu sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial.Laki-laki mempunyai kedudukan lebih tinggi dari perempuan.Dalam budaya ini ada perbedaanmengenai tugas dan peranan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam keluarga. Ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta. Budaya ini telah ada sejak jauh sebelum Kartini lahir, budaya ini memang dipegang teguh oleh semua orang dan mereka yakin bahwa laki-laki memang bertanggung jawab penuh sebagai seorang pemimpin.Budaya patriarkhi tidak hanya terdapat di Indonesia saja, namun juga ada di seluruh dunia.Hal ini menyebabkan 52
Lentera, Jurnal Studi Perempuan
Vol. 9. No. 1, Juni 2013
perempuan memiliki akses yang rendah di sektor publik dibandingkan laki-laki.Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menuntut subordinasi perempuan. Pemikiran Kartini sangat tajam, tidak hanya menghujat hak lakilaki dalam perkawinan dan kebebasan, juga negara ( masyarakat dan pemerintah kolonial dan feodal). Ia ingin membebaskan perempuan dari ketergantungan ekonomi pada lakilaki. Perjuangan persamaan hak atau emansipasi yang diperjuangkan RA Kartini inilah yang patut menjadi inspirasi perempuan di era globalseperti sekarang ini.
Zeltkin dan Semangat Perempuan Sedunia Kalau di Indonesia kita mengenal RA Kartini, di barat orang mengenal seorang tokoh feminis yang dapat dijadikan cermin bagi perempuan di dunia, karena semangatnya dalam memperjuangkan kaumnya.Kepeloporan Zetkin mencetuskan hari Perempuan Internasional merupakan sumbangan terbesarnya, sehingga dia dikenal dan dikenang masyarakat luas.Zetkin seorang jurnalis,orator sekaligus pemikir Marxis terkemuka yang popular dengan slogannya “buruh sedunia, bersatulah”, telah meninggalkan jejaknya untuk perjuangan kaum buruh dan perempuan di dunia. Nama Zetkin dikenal di Indonesia karena Presiden Soekarno menyebut namanya saat beliau berpidato dalam rapat umum Hari Perempuan Internasional 8 maret 1966.Saat itu beliau mengumandangkan perjuangan melawan kapitalisme dan imperialisme, agresi Amerika di Vietnam, perjuangan Irian Barat dan tentu saja peranan perempuan. Tak banyak yang dikatakan Soekarno tentang Zetkin, beliau hanya menyebut upaya Zetkin menggalang solidaritas internasional,mengadakan Konggres Wanita Internasional I pada tahun 1910 dan pandangan Zetkin tentang ofensif kapitalisme bagi kemajuan kaum perempuan.Selain dalam pidato -pidatonya, Sukarno menulis nama Zetkin berkali-kali dalam buku Sarinah dan beliau menjuluki Zetkin sebagai “ ibu besar revolusi” (historia.co.id) . Clara Zetkin, terlahir dengan nama Clara Eissner, warga Jerman yang lahir di Wiederau tanggal 5 Juli 1857. Ibunya, Josephine Vitale Eissner merupakan seorang aktivis feminis yang mendorong Zetkin untuk melanjutkan kepemimpinan perjuangan perempuan.Ia merupakan inspirator dan aktivis politik perempuan yang pertama kali membela hak kaum perempuan di forum internasional. Inilah periodesasi pemikiran dan perjuangan Zetkin untuk kesamaan hak yang adil antara laki-laki dan perempuan dalam perpektif sosialisme melalui gerakan sosial demokrat. Walaupun pada tahun 1908 perempuan di Jerman telah memperoleh hak untuk berorganisasi, namun Zetkin meyakini bahwa perempuan harus diorganisir secara terpisah di dalam partai sosial demokratik Jerman, karena diskriminasi terhadap perempuan masih berlangsung dan prasangka seksualitas masih belum pupus. Pemikiran Zetkin tentang pembebasan perempuan cukup progresif untuk gerakan sosialis pada zamannya.Zetkin melakukan berbagai macam reformasi terhadap undang-undang untuk perempuan dan keluarga. Dia beranggapan bahwa untuk mencapai keadaan setara antara perempuan dan laki-laki, selain persoalan kelas sosial, yang harus menjadi persoalan yang tak tak kalah pentingnya dan harus menjadi perhatian adalah persoalan gender.(historia. co.id).Zetkin gigih mengkampanyekan isu-isu perempuan, termasuk kesempatan yang sama dan hak memilih dalam pemilu. Zetkin berpendapat bahwa perempuan harus dianggap setara dengan laki -laki sebagai pekerja, tetapi mereka akan tetap berada dalam kedudukan yang tidak setara, jika fungsi reproduktif mereka tidak mendapat perhatian secara khusus.Die Gleichheit(persamaan) merupakankoran partai 53
Lentera, Jurnal Studi Perempuan
Vol. 9. No. 1, Juni 2013
khusus wanita pertama tempat Zetkin menjadi editor.dan menjadi tempat dia menyuarakan aspirasinya.Tanpa kenal lelah dia mendatangi daerah pertanian dan pabrik dan berpidato tentang hak perempuan. Ide Zetkin dikenang di seluruh dunia dalam konperensi perempuan sosialis II di Kopenhagen di mana saat itu dia mengusulkan sebagai hari perempuan internasional untuk mengenang dan mengambil semangat gerakan protes buruh garmen di New York pada tahun 1857 dan 1908. Setahun kemudian untuk pertama kalinya peringatan hari Perempuan Internasional diperingati dengan melakukan demonstrasi masal kaum pekerja perempuan di Jerman, Amerika, Denmark dan Swiss.Hari tersebut kini merupakan peringatan yang penting, bukan hanya untuk kaum feminis saja, tetapi di berbagai belahan dunia yang menginginkan keadilan dan kedamaian. Di Indonesia di era tahun50an dan 60an hari Perempuan Internasional ini semarak diperingati dan di tahun 66 merupakan peringatan yang terakhir seiring dengan lengsernya Presiden RI pertama dari jabatannya. Pada era Presiden RI ke dua peringatan hari Perempuan Internasional tidak terdengar lagi dan nama Zetkin menjadi asing, karena adanya anggapan peringatan tersebutidentik dengan ideologi politik tertentu, namun pada zaman Reformasi peringatan itu muncul lagi meski gaungnya tak sekuat zaman Orde Lama. Untuk abad 21 ini pemikiran Zetkin tidak kontekstual, namun setidaknya masih bisa dijadikan bahan kajian kembali untuk membangun jembatan perempuan dengan kelas pekerja. Selama ini kita saksikan setiap tanggal 8 Maret aksi perempuan tidak pernah didukung oleh kelas pekerja dan setiap tanggal 1 Mei yang diperingati sebagai hari buruh tak didukung oleh perempuan. Padahal penentuan tanggal 8 Maret dipungut oleh Zetkin sebagai pengingatan atas semangat gerakan protes buruh garmen di kota New York tahun 1857 dan 1908 untuk memperjuangkan haknya. Tidak adanya aksi perempuan pada 1 Mei dan sebaliknya tanggal 8 Maret tidak ada aksi dari gerakan buruh diyakini sebagai kesuksesan kapitalisme menceraikan politik identitas perempuan dengan politik kelas pekerja.Untuk itu agar jembatan perempuan dan kelas pekerja dapat dipadukan, jiwa dan semangat Zetkin bisa dijadikan cermin bagi kaum perempuan untuk terus berjuang.
Kesimpulan Jika di Indonesia punya Kartini yang hidup di budaya patriarkhi, maka di Barat ada Clara Zetkin.Perjuangan Kartini dan Clara Zetkin dapat dijadikan motivasi untuk pemenuhan hak perempuan.Tidak peduli laki-laki atau perempuan setiap manusia berhak atas mimpinya, Selama ada tekad dan kemauan kuat semua bisa terwujud.Pemikiran Kartini masih relevan untuk terus diperjuangkan.Mimpi Kartini dalam memperjuangkan kaumnya agar bisa setara dengan kaum laki-laki sudah bisa terwujud terbukti dengan sudah banyak jabatan penting yang semula dipegang oleh laki-laki, kini dipegang oleh kaum perempuan. Namun apa yang dicita-citakan Kartini tentang penghapusan masyarakat patriarki belum tercapai. Hingga kini patriarkhi masih ada dan mendarah daging pada individu,khususnya laki-laki dan mengejawantah dalam institusi yang ada di masyarakat, meskipun tidak seperti kala zaman penjajahan atau sebelum adanya pejuang wanita RA Kartini yang dengan gigih memperjuangkan martabat dan harga diri perempuan.Emansipasi bukan berarti sukses dalam karier saja , tapi tetap harus sejalan dengan kodrat wanita yang pada dasarnya tidak dapat melebihi kemampuan pria..Walaupun undang-undang anti kekerasan terhadap wanita dan ada lembaga-lembaga yang membela wanita sudah terbentuk, namun upaya tersebut masih jauh dari maksimal, karena masih banyak terjadi kekerasan yang terjadi 54
Lentera, Jurnal Studi Perempuan
Vol. 9. No. 1, Juni 2013
terhadap wanita. Jika gagasan dan pemikiran Kartini sudah terwujud kini, hampir dipastikan tidak ada lagi perjuangan feminis apakah melalui orgnisasi lembaga swadaya masyarakat perempuan atau individu. . Khusus untuk kasus di Indonesia yang menyebabkan tetap langgengnya budaya gender yang menghambat perjuangan kaum feminis antara lain tafsir agama, budaya etnis dan kebijakan pemerintah.Tidak ada yang menginginkan perjuangan Kartini untuk mensejajarkan laki-laki dan perempuan menjadi sia-sia, karena tindakan yang melenceng dari makna emansipasi yang sesungguhnya. Dan walaupun Hari Perempuan Internasional tidak digaungkan secara besar-besaran di Indonesia, tapi semangat Zetkin yang menjadi peletak dasar gagasan sebuah momentum yang diperingati di seluruh dunia patutlah dicontoh oleh wanita di era global ini.Kesenjangan, diskriminasi, kekerasan merupakan tugas yang harus dicarikan solusinya.Dengan adanyaHari Perempuan Internasional yang telah diterima oleh berbagai bangsa dan tidak lagi diidentikkan dengansebuah ideologi tertentu bisa dijadikan pengingat, bahwa diskriminasi masih melanda perempuan di belahan bumi ini.Dengan bercermin dan melihat semangat pada tokoh perempuan seperti Kartini dan Zetkin, maka dewasa ini diperlukan pelopor-pelopor yang harus lebih maju dan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi dewasa ini.
Daftar Rujukan Al-Maqassary, Ardi. 2012. “Pengertian Pelecehan Seksual” http://www.psychologymania.com/2012/09/html. Diakses 18 Mei 2013
dalam
Bassnett,Susan. 1986. Feminist Experiences The women’s Movement in Four Cultures. London:Allen& Unwin Brown, David. 1994. The State and Ethnic Politics in Southeast Asia. London:Routledge Budiman, Arief. 1996. Menggugat Partriarkhi:Yogyakarta: Bentang Budaya ______. 1985. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: Gramedia Deutschen, Frauensrat. 2010Tatsachen Ueber Detschland (Fakta Mengenai Jerman).Bonn: Internationes Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender& Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kartini,Kartono.1992. Psikologi Wanita : Mengenal Gadis, Remaja, dan Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju. Lasmina,Umi. 1998. “Jangan Sembunyikan Kartini“ dalam Jurnal Perempuan No. 06. Februari-April 1998 Lilik. 2011. “Clara Zetkin Ibu Besar Revolusi” dalam http://historia.co.id/?d=707. Diakses 18 Mei 2013 Suwarni. 2013. “ Sastra Jawa dan Emansipasi Perempuan”. Prosiding Seminar Nasional “Perempuan di Era Global” 20 April 2013 di FBS Unesa, Surabaya.
55