Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
Rashomon dan Perempuan Tua dalam Rashomon: Isu Plagiarisme Akhmad Fatoni*
Abstrak
Plagiarisme merupakan sebuah tindakan amoral dalam dunia kepenulisan. Namun sejauh apa batasan sebuah tulisan disebut plagiat atau nonplagiat, hal itulah yang sampai masih belum diberikan patokan. Berbicara plagiarisme tentu masuk wilayah orisinilitas sebuah tulisan, akan tetapi ketika berbicara orisinilitas tentu seperi hal yang sangat mustahil dilakukan. Sebab setiap tulisan pasti terdapat gagasan-gasasan orang lain di dalamnya. Dalam dunia sastra Indonesia, isu plagiarisme sudah sering kali terjadi dan diungkapkan. Kejadian itu beberapa tahun yang lalu kembali muncul dalam sastra koran, tepatnya pada tahun 2011 lalu. Kasus itu menimpa seorang penulis muda, Dadang Ari Murtono (DAM), atas tudingan bahwa cerpennya Perempuan Tua dalam Rashomon merupakan plagiasi dari cerpen Rashomon karya Rynosuke Akutagawa, cerpenis asal Jepang. Tulisan ini mengkaji kasus tindak plagiarisme tersebut dengan menggunakan metode kajian sastra bandingan dan menggunakan teori postmodernisme. Tujuan kajian ini untuk mengungkap apakah memang yang dilakukan DAM tindakan plagiarisme atau fenomena tersebut hanya politik sastra. Selain itu, juga membuka wacana baru bahwa bentuk tulisan seperti yang dilakukan DAM termasuk dalam kategori pencurian atau sebuah tawaran baru dalam dunia kepenulisan.
Kata unci: plagiarisme, postmodernisme, sastra bandingan, politik sastra.
*
Kajian Budaya, Universitas Airlangga Surabaya
1
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015) persoalan yang beberapa waktu lalu
Pendahuluan Berbicara
soal
plagiarisme
ditempakan
kepada
Dadang
Ari
memang bukan persoalan yang bisa
Murtono (selanjutnya disebut DAM).
diulas dalam tulisan singkat (baca: bisa
Namun kenapa kajian ini perlu ditulis?
dibaca
Namun
Karena kasus itu serta merta dianggap
setidaknya ulasan singkat ini mampu
selesai dan tidak diperdebatkan lagi
memberi sedikit pencerahan. Sebab
setelah Putu Fajar Arcana menyatakan
tulisan-tulisan yang menyoal tentang
pencabutan atas PTR pada Minggu, 6
itu bisa membuat perdebatan yang
Pebruari 2011. Setidaknya tulisan ini
panjang-lebar,
berusaha
sekali
duduk).
seperti
yang
telah
menjawab
pertanyaan-
banyak tercatat dalam perjalanan sastra
pertanyaan apakah benar apa yang
Indonesia.
dilakukan
perihal
Akan
tetapi,
plagiarisme,
berbicara
secara
tidak
DAM
plagiarisme.
Dalam
langsung juga membincangkan perihal
mencoba
orisinilitas.
menggunakan
Berbicara
orisinilitas,
sama
tersebut
sebuah
tulisan
melakukan
ini,
pemaknaan
sudut
pandang
postmodern.
halnya dengan berniat mencari jarum
Memang soal pemaknaan karya
dalam tumpukan jerami. Namun, bukan
sastra, itu hak dari pembaca, seperti
berarti permasalahan plagiarisme bisa
yang
dibiarkan
Sebab
(2003: vii) dalam pengantar bukunya
plagiarisme merupakan salah satu
Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik
tindakan melanggar hukum (baca: hak
dan
cipta) yang sudah ditentukan dalam UU
ilmiah
nomor 19 tahun 2002. Tentunya juga
metodenya, terutama dipusatkan pada
sebagai
penerangan
begitu
tindakan
menghargai Akan
saja.
yang
kekayaan
tetapi
postmodernisme,
intelektual.
dalam
Penerapannya dengan
karya
oleh
Prodopo
bahwa
sistematika
sastra
“kritik dan
untuk
pemahaman, sehingga kritik sastra
ranah
ilmiah
merupakan
sebuah
upaya
plagiarisme
perebutan makna (rekuperasi) atau
merupakan hal yang amat bertolak
pemberian makna sastra.” Akan tetapi,
belakang.
ada beberapa orang yang mengatakan
Menyikapi
tentu
kurang
dikemukakan
perihal
tersebut,
kasus yang dilakukan DAM bukan
tulisan ini disajikan untuk mendedah
plagiat. Namun ulasan yang terperinci
2
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
tidak ditulis dan dibiarkan hilang
beberapa kalimat dan paragraf yang
begitu saja. Maka dari itu, tulisan ini
sama persis dengan cerpen Rashomon-
ditujukan
secara
nya Akutagawa. Hal itulah yang
tertulis dan juga sebagai sandingan
menjadi bahan perdebatan di dunia
dengan tulisan yang mengatakan kasus
maya
DAM sebagai plagiat. Selanjutnya,
facebook,
biarkan pembaca yang melakukan
pribadi), bahkan merembet pada media
rekuperasi sendiri atas kasus DAM
cetak: koran. Perdebatan cukup sengit.
sebagai plagiarisme atau penerapan
Akan tetapi, apakah benar PTR yang
teknik postmodernisme.
ditulis DAM memang plagiat atau
memberi
ulasan
(sebut
saja
media
twitter,
ataupun
online: blog
Tulisan ini berpijak dari cerpen
hanya semacam ada politik sastra di
Perempuan Tua dalam Rashomon
baliknya? Tentunya untuk menjawab
(selanjutnya disebut PTR) dan cerpen
persoalan itu perlu diketahui batasan
Rashomon
sebuah karya dikatakan sebagai plagiat
karya
Akutagawa
Ryunosuke (cerpenis Jepang) dalam
atau bukan.
judul buku yang sama, terbitkan
Konsep plagiat dalam seni dan
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
ilmu memiliki perbedaan, walaupun
tahun 2008 hasil terjemahan Bambang
berbedaan di antaranya hanya sedikit
Wibawarta.
karena pada intinya mengusung makna yang
ditudingkan
plagiarisme kepada
yang
mengambil
menjadi
karyanya
sendiri.
Plagiat
atas
secara umum (seni) dalam KBBI
seolah-olah
ada
(2007:
sastra
yang
karangan (pendapat dsb) orang lain dan
melatarbelangi kejadian tersebut. Hal
menjadikannya seolah-olah karangan
itu
(pendapat
cerpennya
PTR,
semacam
politik
seperti
yang
DAM
yakni
pemikiran ataupun karya orang lain
Plagiarisme atau Politik Sastra Sikap
sama,
telah
disebut
881)
adalah
dsb)
pengambilan
sendiri.
Sedang
sebelumnya, yakni kasus dianggap
menurut Brian Martin dari American
selesai setelah pihak Kompas telah
Historical Association: ”Plagiarisme
menyatakan pencabutan atas cerpen
paling jelas terjadi ketika seorang
PTR.
menyalin
Sungguh
miris.
Menelisik
kembali kasus tersebut, memang ada
ungkapan
atau
deretan
kalimat-kalimat dari suatu karya yang
3
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
sudah diterbitkan tanpa memakai tanda
dikumpulkan sebelumnya untuk
kutip, tanpa memberikan penghargaan
tugas sebuah mata kuliah.
kepada sumber, atau kedua-duanya”.
5. Mengambil karya orang lain dan
Sedangkan plagiarisme dalam
dijadikan sebagai karyanya sendiri.
dunia akademik (baca: ilmu) menurut
6. Mengumpulkan paper yang dibuat
Sujinah (2014: 63) dibagi menjadi 2,
dengan
yaitu sengaja dan tidak disengaja.
membayar
Plagiarisme dalam bentuk kecurangan
membuatnya.
cara
membeli
orang
lain
atau untuk
(baca: sengaja) meliputi 6 hal, yaitu: 1. Menggunakan
atau
mengambil
Sedangkan
menurut
Sujinah
teks, data, struktur, gagasan utama,
(2014: 63) plagiarisme yang tidak
materi audio atau visual orang lain,
disengaja yakni tindak plagiarisme
software dan kode program atau
karena
gagasan
inadvertent plagiarism (plagiarisme
orang
lain
tanpa
tidak
diketahui
disebut
memberikan pengakuan terhadap
tidak
sumber secara benar dan lengkap.
disengaja, sanksinya sama dengan
2. Tidak menunjukkan secara jelas
sengaja).
Plagiarisme
tidak
plagiarisme yang disengaja.
dalam teks, misalnya dengan tanda
Pada
tataran
inilah,
segala
kutipan atau penggunakan lay-out
sesuatu menjadi semakin rumit. Sebab
tertentu, bahwa kutipan literal atau
sangat sulit untuk menjaga tulisan agar
yang mendekati telah dimasukkan
tidak sampai menyamai persepsi atau
dalam karyanya.
pendapat yang telah ditulis orang lain.
3. Memarafrase (mengubah kalimat
Maka dari itu, seperti yang telah
orang lain ke dalam susunan
disebut diawal, berbicara orisinilitas
kalimat sendiri tanpa mengubah
seperti mencari jarum dalam tumpukan
idenya) isi dari teks orang lain
jerami. Apalagi jika kasusnya kita
tanpa rujukan terhadap sumber.
terlahir
4. Menggunakan teks yang pernah dikumpulkan
sebelumnya,
teks
yang
tentu
segala
sesuatu itu sudah pernah ditulis atau
atau
dicetuskan oleh orang lain.
menggunakan teks yang mirip dengan
belakangan,
Maka dari itu, jika berusaha
pernah
mencari sesuatu yang benar-benar asli sungguh sangat mustahil. Setiap teks
4
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
pasti menyimpan teks lain di dalamnya.
membiarkan masalah tersebut, hanya
Jika dikembalikan pada konteks DAM,
ada beberapa yang menuliskannya.
tentu
hal
perenungan
ini
menjadi
tersendiri
dan
sesuatu akan
Estetika Posmodern
menjadi topik utama dalam tulisan ini. Selanjutnya
politik
muncul dicetuskan pada tahun 1930
sastra. Politik menurut KBBI (2007:
pada bidang seni oleh Federico de Onis.
886)
(dalam
Lalu setelah itu, bermunculan tokoh-
menghadapi atau menangani suatu
tokoh lain sebut saja, Jean Francois
masalah)
kebijaksanaan.
Lyotard, Geldner, Derrida, Foucault,
menurut Quinn
Bauldrilard, David Graffin, Gidden,
(1992: 43) ialah “tulisan yang khas,
Habermas (Wikipedia). Namun dalam
dengan pemanfaatan kata yang khas,
kajian ini, akan lebih berfokus pada
tulisan yang beroperasi dengan cara
lima
yang khas dan menuntut pembacaan
pastiche, parodi, kitsch, camp, dan
yang khas pula.” Berdasarkan atas
skizofrenia (Pialang, dalam Saptono,
pendapat tersebut, bisa disimpulkan
2011). Akan tetapi pada kajian ini,
bahwa politik sastra yakni cara dalam
hanya digunakan Pastiche, Parodi, dan
menghadapi atau menangani suatu
Skizofrenia.
masalah yang muncul dalam dunia
(2011) dengan mengutip beberapa
sastra.
tokoh
cara
Sedangkan
tentang
Postmodernisme kali pertama
bertindak
atau Sastra
Atas dasar itulah saya menduga,
estetika
postmodern
Selanjutnya
dalam
tulisannya,
adalah;
Saptono
Sajian
Komposisi Karawitan Sebuah Kategori
kasus DAM itu antara plagiarisme dan
Contoh
politik sastra. Pada saat itu, ada dua
Postmodern, menjelaskan secara detail
pandangan: mengatakan plagiarisme
sebagai berikut:
dan
1. Pastiche
bukan
pandangan
plagiarisme. itu
tidak
Namun
dalam
Wacana
Estetika
membentuk
Sebagai
oposisi binner, sebab pandangan yang
mengandung
mengatakan tindakan yang dilakukan
pinjaman,
DAM dengan PTR bukan plagiarisme
konotasi negatif sebagai miskin
lebih cenderung memilih diam dan
kreativitas, keotentikan,
5
karya
yang
unsur-unsur
pastiche
memunyai
orsinilitas, dan
kebebasan.
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
Pastiche sering kali dikaburkan
“Substansi
bagi
seorang
dengan kategori-kategori estetik
penulis tidak hanya melingkupi
yang sejenis: parodi, burlesque,
realitas-realitas yang ia anggap
travestry, plagiarisme, kutipan,
ditemukan;
alusi atau satire. Perbedaan antara
mengandung lebih dari sekedar
pastiche dan parodi terletak pada
realitas-realitas
‘model relasinya’ dengan teks
disediakan untuknya oleh literatur
atau
menjadi
dan idiom-idiom dari zamannya
Sedangkan
sendiri dan oleh citraan-citraan
penekanan parodi pada menggali,
yang masih memiliki vitalitas
mencari,
dalam
karya
yang
rujukannya.
dan
menonjolkan
‘perbedaan-perbedaan’
dengan
substansi
literatur
ini
masa
yang
yang
lalu.
Berkaitan dengan gaya, seorang
teks rujukannya.
penulis dapat mengekspresikan
Dengan demikian pastiche
perasaannya tentang substansi ini
mengambil bentuk-bentuk teks
dengan cara imitasi-bila substansi
atau bahasa estetik dari berbagai
ini mendapat tempat di dalam
fragmen
sekaligus
dirinya, atau dengan cara parodi”
‘semangat
(Venturi dkk, 1989, dikutip dalam
sejarah,
mencabutnya
dari
jamannya’, dan menempatkannya kedalam
‘semangat
Parodi adalah satu bentuk
jaman’ masa kini. Oleh sebab itu
dialog antar teks dan sebagai
pastiche adalah satu bentuk parodi
oposisi atau kontras. Ada dua
terhadap sejarah. Menurut Eco
pengertian
(1973) dalam Piliang (1999:150),
pertama parodi salah satu bentuk
ia merupakan suatu “…perang
dialog antara satu teks bertemu
terhadap sejarah…sebab, sejarah
dan
tidak dapat diulangi.
lainnya. Kedua; tujuan dari parodi
2.
konteks
Piliang, 2003:213).
tentang
berdialog
dengan
Parodi,
teks
adalah untuk mengekspresikan
Parodi
Robert Venturi, Denis Scott
perasaan tidak puas, tidak senang,
Brown & Steven Izenour dalam
tidak nyaman berkenaan dengan
tulisannya Learning From Las
intensitas gaya atau karya masa
Vegas menyatakan;
lalu yang dirujuk. Parodi juga
6
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
merupakan salah satu bentuk
temu (baca: jawaban atas polemik
imitasi yang selalu mengambil
plagiarisme DAM).
keuntungan menjadi
dari
teks
(kelemahan,
sasaran
kekurangan,
yang
keseriusan
Tawaran PTR dan Rashomon
atau
Pada dasarnya, kedua cerpen
bahkan kemasyuran), makanya
tersebut masih memiliki persamaan,
parodi
yakni sama-sama bersumber pada topik
sebagai
wacana
selalu
wacana
pihak
satu
bentuk
memperalat lain
kemunduran
kota
Kyoto
setelah
untuk
tertimpa bencana beruntun. Namun
makna
pada kedua cerpen tersebut ada tawaran
idealitas dan nilai estetika yang
gagasan yang berbeda. Kajian ini
dibangunnya.
bertujuan (meminjam istilah Hutomo,
menghasilkan
3.
efek
1993:
Skizofrenia.
Skizofrenia adalah sebuah
digunakan fenomena
dalam
manusia.
diri
demikian perkembangannya
konsep-konsep
keindahan universal dalam sastra.”
untuk
menjelaskan
“memperkokoh
keuniversalan
istilah psikoanalisis yang pada awalnya
9):
Cerita
dalam
PTR,
DAM
psikis
condong pada tokoh perempuan tua. Di
Namun
mana ia menjadikan tokoh perempuan
dalam
tua dalam cerita sebagai tokoh utama.
ini
Sedangkan cerita dalam Rashomon
berkembang dan digunakan untuk
berbanding terbalik, pusatnya pada
menjelaskan fenomena yang lebih
Genin.
luas,
termasuk
wacana
di
dalamnya
Berangkat dari perbedaan itulah,
bahasa
(Lacan),
kedua cerpen ini menawarkan gagasan
fenomena sosial ekonomi, sosial
yang berbeda. Jika ditilik dari alur,
politik (Deleuze dan Guattari),
kedua cerita ini memiliki perbedaan
dan fenomena estetika (Jameson)
yang sangat mencolok. Di mana pada
(Piliang, 2003:227).
PTR, DAM menjalankan ceritanya
peristiwa
melalui Berdasarkan
atas
tiga
pilar
sedangkan
tokoh
perempuan
pada
tua,
Rashomon,
tersebut, kedua cerpen tersebut akan
Akutagawa menjalankan cerita melalui
dibandingkan untuk mencapai titik
tokoh Genin. Segala gambaran, setting,
7
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
watak, dan suasana akan lebih condong
mengubah
pada pusat (baca: tokoh) masing-
Ryonosuke yang
masih ragu-ragu
masing yang notabene berbeda. Pada
menggambarkan
mayat
tataran intrinsik yang berbeda itulah
perempuan.
sudut
pandang
dari
seorang
cerpen
Bagian 2 dalam PTR terdiri dari
memiliki unsur ekstrinsik yang berbeda
5 kalimat (Murtono, 2011). Bagian ini,
pula.
DAM merombak ulang paragraf ke-3
akhirnya
masing-masing
Demi pembacaan ulang, PTR
pada Rashomon (Ryonosuke, 2008: 2).
dibagi menjadi 20 bagian yang nanti
Pada paragraf ini, DAM masih tetap
dibandingkan dengan Rashomon untuk
berusaha membentuk latar cerita yang
mempermudah
tidak
menilik
tawaran
jauh
dari
cerpen
asalnya
gagasan masing-masing cerpen. Dari
(Rashomon),
20 bagian itu, dalam ulasan akan dibagi
menciptakan penggambaran sendiri
menjadi 2: teks yang sama dan yang
dan tidak segan mengeluarkan idenya
tidak ada dalam teks Rashomon.
untuk membuat kontruksi baru dalam ceritanya.
DAM
Akan
berusaha
tetapi,
ia
mengeluarkan beberapa kata pada
Teks yang Sama dengan Rashomon Bagian 1 dalam PTR terdiri dari
kalimat ketiga, kalimat keempat sama
4 kalimat (Murtono, 2011). Bagian ini,
persis, dan pada kalimat kelima, pada
DAM merombak ulang paragraf ke-14
frasa terakhir.
pada Rashomon (Ryonosuke, 2008: 6) dan
juga
ia
memulai
Bagian 3 dalam PTR terdiri dari
melawan
6 kalimat (Murtono, 2011). Bagian ini,
Akutagawa (yang tokoh utamanya
merupakan kelanjutan bagian 2 yang
Genin) dengan mengubah tokoh utama
sama-sama menanggapi paragraf ke-3
perempuan. Kalimat pertama, DAM
pada Rashomon (Ryonosuke, 2008: 2).
mengubah dengan kalimatnya sendiri.
DAM hanya pada kalimat ke-6 yang
Kalimat kedua, ia hampir membiarkan
tidak
sama persis, hanya ada perbedaan kata
Rashomon, kalimat yang ia munculkan
penghubung “yang” dan “dan”, juga
sebagai tanggapan dari suasana yang
menambahkan imbuhan “ber-“ pada
diceritakan Rashomon. Kalimat ke-5,
kata “bertubuh”. Kalimat ketiga, sama
DAM hanya mengambil latar dari
persis. Dan kalimat keempat, DAM
Rashomon: senja (waktu) dan suasana
8
memunculkan
data
dari
Jurnal Pena Indonesia menjadi
Vol. I, No. 2 (2015)
“teramat”
(suasana),
akan
menambahkan
menyeramkan tetapi
yakni membayangkan, kalau dalam
DAM
kengerian
Rashomon,
bayangkan.
Sedangkan
dengan
yang membuat beda (baca: tawaran)
menambahkan kata “teramat. Kalimat
yakni, pada PTR digunakan DAM
ke-4, ia menanggapi sikap Ryonosuke
untuk menceritakan perempuan tua,
pada
sedangkan
kalimat
ini
dengan
kata
penghubung “dan” dan kata “bukan perkara
aneh”,
membuat
untuk
Akutagawa untuk menceritakan Genin.
mencoba
3 kalimat (Murtono, 2011) yang
DAM
merupakan tanggapan dari paragraf 16
menambahkan kekuatan biar lebih
pada Rashomon (Ryonosuke, 2008: 6-
mencekam dengan penambahan objek:
7). Pada bagian ini, DAM hanya
musang, burung punai, dan penjahat.
memberi
pengatar
Sedangkan kalimat kedua, merupakan
pertama,
selebihnya
lanjutan dari kalimat pertama, di mana
dengan data Rashomon sampai kalimat
semuanya sama persis. DAM hanya
2. Sedangkan pada kalimat ketiga,
melawan dengan memunculkan kata
DAM memunculkan persepsi sendiri.
penghubung “dengan”, sungguh amat
Ia memunculkan semacam ingatan si
detail hanya dengan kata penghubung
tokoh perempuan tua. Akan tetapi, ia
ia sudah menolak gagasan.
gagal sebab tidak menyebutkan sedang
Kalimat
dengan
Bagian 12 dalam PTR terdiri dari
ide
Ryonosuke.
perlawanan
Rashomon,
dalam
ke-3,
pada sama
kalimat persis
Bagian 8 dalam PTR terdiri dari
ingat siapa. Jika ia berniat bermain
8 kalimat (Murtono, 2011) yang
simbol, ia tidak memunculkan simbol
merupakan tanggapan dari paragraf 9-
lainnya, sehingga tidak ada korelasi
13 pada Rashomon (Ryonosuke, 2008:
simbol seperti gagasan Ferdinand de
4-6). Jika dilihat dari kesamaan, data
Saussure
yang tidak mengalami perombakan
simbol.
perihal
simbol:
korelasi
(sebut sama persis dalam teks dan
Bagian 13 dalam PTR terdiri dari
konteks): berpakaian, mayat laki-laki,
8 kalimat (Murtono, 2011) yang
perempuan,
lantai,
merupakan tanggapan dari paragraf 17-
boneka-boneka dari tanah, mulutnya
21 pada Rashomon (Ryonosuke, 2008:
mengangah, dan pernah hidup, serta
7-8). Pada bagian ini, DAM sangat
ada 1 kata yang diubah dalam PTR
terlihat
berserakan,
di
9
merombak
gagasan
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
Akutagawa, ia hanya mengeluarkan
mencabuti rambut” pada hal ini, DAM
data yang secara teks dan konteksnya
merasa kalimat yang ditulis Akutagawa
sama, yakni diucapkan oleh Genin pada
mubadir,
perempuan tua (nenek): ia terlonjak
menghilangkannya.
bagai dilontarkan dengan ketapel.
merupakan kreasi DAM membaca data
“Hai mau ke mana kau?” hardik Genin
dari Rashomon. Dan barulah dari
seraya mencengkeram tangan si nenek
kalimat 3 sampai 11, itu sama persis
yang bermaksud melarikan diri.
yang notabene itu perkataan nenek.
sehingga
ia
Kalimat
kedua
Bagian 14 dalam PTR terdiri dari
Bagian 17 dalam PTR terdiri dari
3 kalimat (Murtono, 2011) yang
3 kalimat (Murtono, 2011) yang
merupakan tanggapan dari paragraf 21-
merupakan tanggapan dari paragraf 29-
22 pada Rashomon (Ryonosuke, 2008:
30 pada Rashomon (Ryonosuke, 2008:
8-9). Gagasan dari 2 paragaf itu hanya
9-10). Bagian ini semuanya sama
dimunculkan dalam kalimat 1 dan 2,
persis, akan tetapi 3 kalimat dalam PTR
sedangkan kalimat 3 DAM berusaha
merupakan hasil penggalan-penggalan
menggambarkan
dari Rashomon.
psikologi
tokoh
perempuan tua.
Bagian 18 dalam PTR terdiri dari
Bagian 15 dalam PTR terdiri dari
4 kalimat (Murtono, 2011). yang
4 kalimat (Murtono, 2011) yang
merupakan tanggapan dari paragraf 30-
merupakan tanggapan dari paragraf 23
31 pada Rashomon (Ryonosuke, 2008:
pada Rashomon (Ryonosuke, 2008: 9).
9-10). Kalimat 1 dan 2 sama persis,
Di mana keduanya sama persis, yakni
yakni diambil dari perkataan Genin.
dialog Genin kepada perempuan tua
Sedangkan 3-4, ini tidak ada. DAM
(nenek).
mengolahnya dari pagaraf 31.
Bagian 16 dalam PTR terdiri dari 11 kalimat (Murtono, 2011) yang
Teks
merupakan tanggapan dari paragraf 25-
Rashomon
27 pada Rashomon (Ryonosuke, 2008: 9-10).
Kalimat
pertama
mengambil
pada
(perkataan
nenek)
menghilangkan
satu
yang
Tidak
Ada
dalam
Pada data kedua ini, yakni berisi
DAM
data dari PTR yang tidak sama secara
paragraf
25
teks dengan Rashomon. Akan tetapi,
namun
ia
kalimat
sedikit
“aku
kesamaan
10
banyak
masih
secara
memiliki kontekstual.
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
Kesamaan itu dikarenakan PTR dibuat
kehidupan
masyarakat
untuk merespon Rashomon, sehingga
anggota masyarakat.”
atau
bisa dikatakan PTR lahir bukan dari kekosongan.
PTR
kegelisahan
DAM
Rashomon
yang
lahir
dari
Seperti pendapat Zuber dalam kutipan
membaca
tersebut, PTR mencerminkan peristiwa
ditulis
oleh
kehidupan masyarakat atau anggota
Akutagawa. Hal itu juga dijelaskan
masyarakat. Akan tetapi penangkapan
oleh Zuber Usman,
realita DAM bukan secara langsung,
B.A. (dalam
Prodopo, 2003: 33) melalui bukunya †:
melainkan dari cerpen Rashomon karya
“Hasil pekerjaan pengarang dan penyair
itu
Akutagawa.
dinamakan
Data
yang
tidak
memiliki
kesusastraan atau seni sastra.
kesamaan ini, meliputi bagian 4, 5, 6, 7,
Kesusastraan adalah cabang dari
9, 10, 11, 19, dan 20. Bagian ini
kesenian dan kesenian seperti itu
memunculkan sebuah perlawanan yang
kita
bertolak belakang dari data sumbernya
maklum
bagian
dari
kebudayaan.
(Rashomon).
Kesusastraan
pokok
katanya
bagian
ini
Pemunculan memihak
pada
bagiantokoh
(castra. Skt)= tulisan atau bahasa;
perempuan tua, kalau dalam Rashomon
su (Skt): indah, bagus… susastra=
tokoh
bahasa yang indah, maksudnya
membuat suasana semakin mendukung
hasil ciptaan bahasa yang indah
gagasan yang mau disampaikan oleh
atau seni bahasa. Kesusastraan
DAM. Seperti ditunjukkan pada bagian
mendapat awalan dan akhiran (ke-
4, perempuan itu digambarkan seperti
an).
monyet. Padahal pada Rashomon tidak
Yang
dimaksud
kesusastraan
dengan
ialah
hasil
nenek
dimunculkan
untuk
ada penggambaran itu.
kehidupan jiwa yang terjelma
Pada bagian 9, DAM juga
dalam tulisan atau bahasa tulis
memiliki pemikiran kreatif di mana
yang
atau
tokoh perempuan tua berusaha mencari
peristiwa
uang dari mayat-mayat. Tetapi, ia juga
menggambarkan
mencerminkan
†
Zuber Usman, Kesusastraan Indonesia Lama, cet. ke-3, Gunung Agung, Jakarta, hlm. 8-9.
11
Jurnal Pena Indonesia menentangnya
sendiri
Vol. I, No. 2 (2015) di
akhir
penyelesaian yang amat kontemplatif.
paragraf. Selanjutnya pada paragraf 10
Cara pandang yang tidak wajar.
dan 11, DAM memainkan data dalam
Pengupasan data tersebut, bisa
Rashomon sehingga muncul penafsiran
ditilik tawaran gagasan yang mau
baru, yakni perempuan itu ingat dengan
disodorkan DAM melalui ceritanya dan
ajaran ayahnya membuat cemara dari
juga
rambut. Bekal dari itulah, akhirnya
dituduhkan dipalgiat oleh DAM.
tawaran
Rashomon
yang
perempuan tua memilih tinggal dan berharap akan selalu ada mayat untuk
SEMACAM TAKRIF
dicabuti rambutnya biar ia tetap bisa
Berdasarkan dari analisis kedua
hidup dari hasil menjual cemara dari
data (sesuai dengan batasan kajian
rambut
bandingan), memang terdapat banyak
mayat-mayat
yang
selalu
dibuang di menara tempat ia tinggal.
sekali kesamaan. Hal itu secara lapis
Selanjutnya untuk mengakhiri
luar pun sudah mampu ditebak, yakni
cerita PTR, DAM membuat bagian 19
hanya 9 dari 20 bagian yang tidak
dan 20
memiliki kesamaan secara tekstual.
yang
benar-benar
dibuat
berlawanan. Jika dalam Rashomon
Akan
setelah Genin merampas baju, maka ia
menunjukkan sebuah kegelisahan yang
pergi, dan nenek berusaha melihat
dialami
Genin dari balik jendela. Sedangkan
setelah
DAM,
ceritanya
terhadap Rashomon karya Akutagawa.
dimulai dengan hal yang sama yakni
Dan titik didih kegelisahan DAM
merampas pakaian dan memukul si
akhirnya lahir menjadi cerpen PTR,
perempuan
Kemudian
dan tercermin dalam 9 bagian tersebut.
Bedanya,
Sedangkan pemunculan 11 bagian yang
perempuan tua dengan tokoh nenek
memiliki kesamaan dengan Rashomon
yakni perempuan tua itu melihat
yakni
mayat-mayat (tidak melihat jendela)
langsung.
menyelesaikan
tua.
meninggalkannya.
tetapi,
oleh
9
DAM.
melakukan
sebagai
data
tersebut
Kegelisahan pembacaan
timbal-balik
secara
dan berkata kalau menjadi mayat itu
Namun public sastra Indonesia
damai sekali. Tidak perlu mengurusi
(penulis ataupun pembaca) ada yang
masalah perut. Sehingga ia ingin
masih belum menerima cara yang
seperti mayat-mayat itu. Sungguh cara
disodorkan oleh DAM. Memang tidak
12
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
semua menolak, akan tetapi mereka
terjadi
lebih memilih diam atau membiarkan
ungkapan atau deretan kalimat-kalimat
permasalahan
dingin
dari suatu karya yang sudah diterbitkan tanpa memakai tanda kutip, tanpa
dengan
itu
menjadi
sendirinya ‡.
Akan
tetapi,
semacam
ini
tentu
tindakan
ketika
memberikan
membahayakan. Sebab akan mencipta
seorang
menyalin
penghargaan
kepada
sumber, atau kedua-duanya”.
literature bahwa setiap tawaran yang
Berdasarkan
pendapat
Brian
serupa (seperti DAM menyuguhkan
tersebut, beberapa data DAM jelas
PTR)
dianggap
menyalahi aturan pertama karena setiap
sebagai plagiarisme. Hal itulah yang
kalimat atau paragraf yang diambilnya
memantik fenomena: publik sastra
dari
tidak bisa menerima. Pembacaan awal,
memakai tanda kutip, kecuali dialog.
dilakukan oleh Sungging Raga, ketika
Sedangkan pada aturan kedua, DAM
PTR dimuat dalam harian Lampung
memunculkan penghargaan tersebut
Pos. Kemudian disusul pembacaan
dengan adanya catatan kaki. Akan
oleh Bamby Cahyadi.
tetapi, penulisan catatan kaki tersebut
akan
serta-merta
Pembacaan yang dilakukan oleh
cara
data
sedikitpun
pengutipan.
yang
Pada titik inilah sebenarnya jalan
disodorkan DAM (data yang sama
menuju tawaran DAM dalam PTR
Rashomon)
untuk ditelaah. DAM menciptakan
definisi
sesuatu yang baru. Dan ia tidak
plagiarisme. Sehingga hasil pembacaan
melanggar aturan kedua, sebab masih
sinkron dan menyatakan PTR hasil dari
menghormati
plagiarisme. Sedangkan menurut Brian
penghargaan terhadap karya
Martin§
menginspirasinya (karya Akutagawa)
persis
dengan
tidak
memang tidak sesuai dengan kaidah
Sungging Raga dan Bamby Cahyadi yakni
Rashomon
dengan
dipadupadankan
dari
dengan
American
Historical
dan
memberi yang
Association: ”Plagiarisme paling jelas
melalui catatan kaki yang ditulisnya.
‡
§
Jika pun ada yang bertindak (baca: membuat ulasan) masih belum mengarah pada sebuah pencerahan. Salah satu ulasan itu bisa dibaca pada tulisan Indrian Koto, ia membuat ulasan berangkat dari sebuah data, benar-benar objektif. Tulisan tersebut dibuat di catatan facebooknya.
Pendapat Brian Martin tersebut dikutip dari tulisan AS Laksana yang dimuat di harian Jawa Pos, Minggu, 6 Pebruari 2011, di mana AS Laksana sendiri mengutip dari Daniel Dhakidae.
13
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
Namun pada saat cerpen PTR
hal baru.” Berdasarkan hal itu, ketika
dimuat di Kompas (30/1/2011) catatan
membandingkan
tersebut dihilangkan, berbeda pada saat
tersebut, tidak ditemukan kebaruan,
cerpen tersebut dimuat di Lampung Pos
yang ada hanya pengubahan sudut
(5/12/2010). Tidak munculnya catatan
pandang dan penceritaan.
kedua
cerpen
tersebut dalam Kompas yang notabene
Akan tetapi, dari cerpen PTR
sebagai koran nasional dan memiliki
yang memunculkan teks-teks dalam
kredibilitas yang tinggi memantik
Rashomon menunjukkan bahwa DAM
persoalan yang mampu mengubur
berusaha melakukan kilas balik. Hal itu
Lampung Pos yang pernah memuat
senada dengan kaidah postmodern.
catatan
Postmodern menurut Charles Jencks
kaki.
Hal
itu,
akhirnya
menciptakan polemik.
(dalam Gresz) “Postmodenisme adalah
Lepas dari masalah pemuatan di
campuran antara macam-macam tradisi
dua media tersebut, tentu kehadiran
dan masa lalu. Postmodern adalah
catatan kaki dalam PTR tidak bisa
kelanjutan dari modernisme, sekaligus
diabaikan begitu saja. Sebab DAM
melampaui modernism.”
dengan
memunculkan
berarti
ia
catatan
Berdasarkan
dari
pendapat
membuat
Charles tersebut, tawaran gagasan
tawaran
DAM melalui PTR adalah sebuah
barunya. Tentu tawaran itu adalah
eksplorasi yang bisa dikategorikan
bentuk modern yang berusaha ia
dalam aliran postmodern. Selain itu,
terapkan.
jika karya DAM dilihat dari segi
pernyataan
semacam
itu
tersirat
akan
Sedangkan kata modern menurut KBBI
memiliki
arti
estetika postmodern sangatlah sesuai.
“terbaru”;
Hal itu ditunjukkan dari data yang ada
“mutakhir”; atau “sikap dan cara
dalam PTR yang sangat banyak data
berpikir serta cara bertindak sesuai
dari Rashomon, sesuai dengan estetik
dengan tuntutan jaman.” Dan menurut
postmodern: Patiche, yakni miskin
Prawiro perihal karya seni modern
kreativitas.
“sifat-sifat yang dimaksudkan adalah
Tidak hanya itu, jika dilihat dari
ciri-ciri yang menunjukkan karya seni
estetik parodi, PTR merupakan sebuah
yang
semangat DAM atas ketidakpuasan
berbeda
dengan
kebiasaan
sebelumnya sehingga memperlihatkan
atas
14
membaca
Rashomon. Teknik
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
parodi akhirnya dipilih DAM dengan
nikmatnya menjadi mayat yang tidak
pergantian tokoh utama. DAM sangat
pernah
terlihat membela si perempuan tua
kebutuhan manusiawi.
yang memang tidak punya harapan.
takut lapar
Gagasan
dan
dan
dibebani
teknik
yang
Akan tetapi dalam cerpennya, ia
dilakukan DAM, sehingga dari 11 dari
memberikan
20 bagian memiliki kesamaan dengan
sebuah
menceritakan
harapan
dulunya
Rashomon
dibilang
penerapan dari estetik postmodern
berkecukupan. Di mana penggambaran
yakni skizofrenia. Teknik Skizofrenia
itu,
yakni teknik memunculkan masa lalu
seseorang
kalau yang
ia
dan
bisa
sebenarnya
pembalikan
dari
Rashomon yang semua cerita itu
merupakan
(cerpen Rashomon) dalam PTR.
dimiliki oleh Genin. Tawaran
Gagasan,
Tawaran yang dilakukan DAM
yang
dimunculkan
merupakan
sebuah
tindakan
DAM, yang notabene sebagai respon
postmodern, bukan plagiarisme. Hal itu
ketidakpuasan (unsur psikologi DAM
dibuktikan
selaku pengarang) akhirnya tercermin
memunculkan
dalam cerpen. Hal itu, nampak dari
cerpennya.
gagasan sang tokoh perempuan tua
seperti ini yakni miskin kreativitas
ketika
(estetik postmodern: Patiche). Jadi,
melihat
akhirnya
mayat-mayat
memutuskan
dan
tinggal
di
segala
DAM
dengan
catatan
kaki dalam
Akan
tuduhan
tetapi,
tindakan
yang
sempat
menara. Tentu kekhawatiran yang
ditempakan kepada DAM yakni semata
berlebihan itu, membuat ia berani tidur
ada gerakan politik sastra. Maka dari
dan bergumul dengan mayat. Pada
itu, dari ulasan ini bisa disimpulkan
realitanya, manusia memiliki sindrom
bahwa
pada mayat. Hal itu, bisa dilihat sikap
kepada DAM semata hanya politik
yang diberikan pada kamar mayat di
sastra. Politik sastra yang dilakukan
rumah sakit. Dan ketika si tokoh
yakni menggunakan asas plagiarisme,
perempuan tua akhirnya memungkas
sehingga tuduhan tersebut amat kokoh
ketakutannya
kontemplasi
dan membuat pihak Kompas akhirnya
dirundung
mencabut cerpen tersebut. Namun hal
musibah (dihajar Genin dan dirampas
itu sebenarnya sudah menyalahi kaidah
pakaiannya)
sastra
mendalam
dengan tatkala
ia
ia
melihat
betapa
15
tindakan
menurut
yang
dituduhkan
Quinn,
karena
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
pembacaan yang dilakukan terlalu
Suyatno. 2009. Struktur Narasi Novel
kasar dan tidak menggunakan sudut
Karya Anak. Surabaya: Jaring
pembacaan yang khas. Oleh karena
Pena.
itulah, jika kita dihadapkan pada karya
Toha-Sarumpaet,
Riris
K..
2010.
sastra serupa PTR maka pembacaan
Pedoman Penelitian Sastra Anak.
kita yakni menggunakan kacamata
Jakarta: Yayasan Obor. Tim Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar
postmodern.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Daftar Pustaka: Hutomo,
Suripan
Sadi.
1993.
Harian Kompas, Minggu (30/1/2011).
Merambah Matahari Sastra dalam
Harian Kompas, Minggu (6/2/2011).
Perbandingan. Surabaya: Gaya
Harian Jawa Pos, Minggu (6/2/2011).
Masa. Laksana, AS. 6 Pebruari 2011. Karena Njiplak
Kerja
Internet:
Terhormat.
Grenz,
Surabaya: Jawa Pos. Prodopo,
Rachmad
Djoko.
Prinsip-prinsip Yogyakarta:
2003.
J.
_________.
Posmodernisme:
Sebuah
Pengenalan
Wilson
(penj.
Kritik
Sastra.
Suwanto). Jakarta: Sekolah Tinggi
Gadjah
Mada
Teologi reformed Injili Indonesia. Diunduh,
University Press. Ryunosuke,
Stanley
Akutagawa.
22
April
2014
dari
serbasejarah.files.wordpress.com/
2008.
Rashomon. Jakarta: Kepustakaan
2010/01/postmodern.doc. Koto,
Populer Gramedia.
Indrian.
Tentang
2011.
Perempuan Tua dalam Rashomon.
Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoes (ed.). 1992. Serba-serbi Semiotika.
Jogjakarta:
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Diunduh, 12 April 2014, dari
Sujinah. 2014. Pedoman Penulisan
http://www.facebook.com/note.ph
Tesis
dan
Artikel
Surabaya:
Ilmiah.
Catatan
Facebook.
p?note_id=10150089188639318. Murtono,
Muhammadiyah
Dadang
Ari.
2011.
Perempuan Tua dalam Rashomon.
University Press.
: Warteg Cerpen. Diunduh Senin, 17
16
Maret
2014
dari
Jurnal Pena Indonesia
Vol. I, No. 2 (2015)
http://wartegcerpen.blogspot.com/ 2011/04/perempuan-tua-dalamrashomon.html Saptono. 2011. Sajian Komposisi Karawitan Sebuah Kategori Contoh dalam Wacana Estetika Postmodern. Denpasar: E-Jurnal ISI Denpasar. Diunduh 22 April 2014 dari http://repo.isidps.ac.id/730/.
17