LAPORAN TAHUNAN
2012
DAFTAR ISI Daftar isi 3 Laporan ini dibuat dengan masukan dari staff dan mitra RutgersWPF Indonesia. Dikoordinasi dan disunting oleh Rinaldi Ridwan Ditulis oleh Andreas Happy Susanto Dahlia Nur Nurul Agustina Sanding Marnowo Bayu Edi Siska Dewi Noya Sri Agustini Sri Kusyuniati Testia Fajar Fitriyanti
Daftar singkatan 5 Sekapur sirih dari Country Representative
6
Tentang kami; Visi, Misi, dan Nilai Dasar
7
Ringkasan eksekutif 8 Lokasi kerja kami 9 Perencanaan strategis RutgersWPF Indonesia
10
Pelibatan bermakna kamu muda
12
Unite For Body Rights 14 dance4life 18 Pengarusutamaan keberagaman gender dan seksual dalam program SRHR dan HIV
Disain oleh activ design studio Diterjemahkan oleh Gilang Kembara Cover Dokumentasi RutgersWPF Indonesia
RutgersWPF Indonesia office Jalan Pejaten Barat Raya No. 17B Pejaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan Jakarta, Indonesia 12510 T.+62 21 7179 3709 / +62 21 7191 406 F.+62 21 718 0117 E-mail.
[email protected] www.rutgerswpfindo.org facebook: Rutgers WPF Indonesia @RutgersWPFIndo
di Indonesia 20 Male Counselling 22 Daku! Papua 24 Meningkatkan kualitas layanan SRHR bagi remaja di Papua 26 Aliansi Satu Visi 28 Maju dan Langkah Pastiku
30
Laporan keuangan 2012 32 Membangun akuntabilitas keuangan organisasi
33
Melangkah menuju 2013 34 Donor kami 36 Mitra kami 37 Staff RutgersWPF Indonesia 38 Galeri foto 39
4
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
DAFTAR SINGKATAN AIDS
: Acquired Immune Deficiency Syndrome
ASK
: Access Services Knowledge
CORDAID : Catholic Organisation for Relief and Development Aid CPD
: Commission on Population and Development
CSE
: Comprehensive Sexuality Education
DAKU
: Dunia Remajaku Seru
GIZ
: Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit
GWL INA : Gaya Warna Lentera Indonesia HIV
: Human Immunodeficiency Virus
HKSR
: Hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi
ICPD
: International Conference on Population and Development
ICPD PoA : International Conference on Population and Development Programme of Action IMS
: Infeksi Menular Seksual
Kespro
: Kesehatan Reproduksi
KDP
: Kekerasan Dalam Pacaran
KDRT
: Kekerasan Dalam Rumah Tangga
KPAN
: Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
LGBTI
: Lesbian Gay Biseksual Transgender Interseks
MDGs
: Millenium Development Goals
MFS II
: Medefinancieringsstelsel II
PKBI
: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
PMI
: Palang Merah Indonesia
SGBV
: Sexual and Gender Based Violence
SIKOK
: Sentra Informasi Orang Kito
SRHR
: Sexual and Reproductive Health and Rights
ODHA
: Orang Dengan HIV dan AIDS
UFBR
: United For Bodily Rights
UNFPA
: United Nation Population Fund
UNGASS : United Nation General Assembly on Special Session YFS
: Youth Friendly Services
5
6
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
Sekapur sirih dari Country Representative Dengan memanjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Sang Pencipta yang Agung, RutgersWPF Indonesia mempersembahkan Laporan Kegiatan tahun 2012. Laporan ini disiapkan sebagai pertanggungjawaban RutgersWPF kepada publik terkait kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tersebut. Laporan ini merupakan hasil kerjasama dengan banyak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program RutgersWPF Indonesia: pemerintah, donor, LSM Indonesia, LSM internasional, anggota Aliansi dan mitra individual yang lain. Sejak tahun 2007, RutgersWPF mendedikasikan upayanya untuk bekerja dalam isu SRHR (Sexuality and Reproductive Health Rights) atau HKSR (Hak Kesehatan Seksual dan Kesehatan Reproduksi), dan Sexual and Gender-Based Violence (SGBV) atau kekerasan berbasis gender dan seksualitas. Pemihakan ini diambil agar Konvensi ICPD (International Conference on Population and Development) yang disepakati di Kairo, Mesir tahun 1994 dapat diimplementasikan di negara-negara yang meratifikasinya. Bentuk lain keberpihakan RutgersWPF adalah dengan dibukanya kantor di Indonesia untuk membantu pemerintah Indonesia melaksanakan mandat PoA (Program of Action) ICPD Cairo 1994. Sebenarnya keberpihakan pemerintah Indonesia terhadap implementasi PoA cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan paling tidak dua hal: Pertama, Departemen Kesehatan menyelenggarakan Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi tahun 1996. Dalam Lokakarya tersebut didiskusikan persoalan-persoalan kesehatan reproduksi yang dihadapi dan membagi tugas antarsektor. Bentuk lain kesungguhan pemerintah Indonesia adalah dikeluarkannya buku Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia tahun 2005. Kedua produk ini jelas menunjukkan keberpihakan pemerintah Indonesia terhadap isu SRHR yang sejalan dengan RutgersWPF Indonesia. Memang tidak mudah menjalankan program dengan isu yang tidak popular seperti SRHR dan SGBV. Bersama dengan pemerintah Indonesia dan mitra lain, RutgersWPF mengembangkan berbagai program pilot yang berhubungan dengan SRHR dan GBV. Pengembangan program diperlukan sebagai pedoman bagi yang lain untuk melakukan hal sama. Seperti yang didiskusikan dalam laporan ini, pengembangan program pilot memerlukan investasi dana, tenaga dan pikiran. Namun demikian sekaligus menyenangkan karena terjadi dinamika yang dialektis antara RutgersWPF Indonesia dengan mitra yang mempunyai keberpihakan dan tujuan sama, baik pemerintah maupun LSM dan rekan-rekan lain dari tingkat atas sampai basis. Bekerja dengan mitra adalah sebuah keharusan karena sesungguhnya RutgersWPF Indonesia bukanlah institusi pelaksana. Dalam berbagai pelaksanaan kegiatan sebenarnya kami tidak melakukannya sendiri, mitra kamilah yang bekerja langsung. RutgersWPF sebagai LSM internasional sengaja mengambil peran sebagai institusi perantara, agar tidak tumpang tindih dengan kawan-kawan dari LSM atau pemerintah yang lebih mengerti dan lebih dekat dengan masyarakat. Kerja sama dibangun dengan prinsip kesetaraan, partisipatif dan plural agar masing-masing pihak dapat mempertahankan prinsip dan kedaulatannya. Dalam penyusunan Laporan ini secara khusus diucapkan penghargaan kepada Rinaldi Ridwan yang mempunyai gagasan dan dengan sabar mengumpulkan bahan-bahannya. Terima kasih yang banyak juga disampaikan kepada rekan-rekan sekerja dan mitra kerja yang telah memberikan kontribusi baik dalam bentuk tulisan dan lainnya sehingga laporan ini dapat terwujud. Akhirnya, mudah-mudahan Laporan ini memberikan informasi berguna bagi pembaca, para penggiat gerakan, dan mitra RutgersWPF Indonesia. Pejaten Barat, akhir Agustus 2013
Sri Kusyuniati
Memang tidak mudah menjalankan program dengan isu yang tidak popular seperti SRHR dan SGBV. Bersama dengan pemerintah Indonesia dan mitra lain, RutgersWPF mengembangkan berbagai program pilot yang berhubungan dengan SRHR dan SGBV.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
Tentang kami Visi, Misi, Nilai Dasar Terciptanya lingkungan yang kondusif, berupa dukungan dari pemerintah dan masyarakat luas, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang bebas dari segala bentuk kekerasan, terpenuhinya hak seksual dan hak reproduksi yang setara dan non-diskriminatif. Visi ini didasarkan pada prinsip – prinsip berikut:
Visi
Pengakuan dan penghormatan atas hak asasi manusia. Mendukung upaya untuk membangun nilai-nilai anti kekerasan Sikap positif dan terbuka pada seksualitas dan keberagaman Semua kegiatan didasarkan pada data, basis teori, kepekaan terhadap konteks budaya, kesetaraan gender, keberagaman ras atau suku, usia, agama, dan keterlibatan aktif kelompok sasaran.
Bekerja untuk pemenuhan HAM melalui pengahapusan kekerasan dan mempromosikan hak seksual dan hal reproduksi bersama pemerintah Indonesia dan mitra-mitra strategis dengan cara: Mempromosikan prinsip-prinsip anti kekerasan melalui pendidikan dan akses layanan dengan mengintegrasikan isu SRHR dan SGBV.
Misi
Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya isu SRHR dan SGBV serta kaitannya dengan kualitas hidup penduduk. Berfungsi sebagai perantara dan katalisator bagi pemerintah dan mitra strategis di Indonesia. Bekerja sama dengan organisasi – organisasi mitra dan mendukung berbagai inisiatif yang memiliki tujuan yang sama dan saling melengkapi. Mobilisasi sumber-sumber daya dan dana untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan. Perhatian utama adalah kepada perempuan korban kekerasan, lelaki pelaku kekerasan, remaja, anak, kelompok berkebutuhan khusus (termasuk kalangan difabel, anak jalanan serta anak yang berkonflik dengan hukum), LGBTI dan ODHA.
Nilai Dasar
Komitmen terhadap pemenuhan hak dan hak kesehatan seksual dan reproduksi. Orientasi terhadap standar kerja yang terbaik. Inovasi dan pembentuk tren dalam kerja-kerja SRHR dan SGBV. Menghargai dan menghormati perbedaan orientasi dan hak-hak seksual. Menjadi organisasi yang secara konsisten melakukan pembelajaran.
7
8
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
Ringkasan eksekutif
TAHUN 2012 ADALAH TAHUN YANG SANGAT PRODUKTIF DAN JUGA BERBAGAI MOMEN PENTING BANYAK TERJADI. BERBAGAI PROGRAM KAMI LAKUKAN BERSAMA DENGAN MITRA DAN JEJARING. BERIKUT BERBAGAI CATATAN PENTING SELAMA 2012.
Commission on the Population and Development 45th session on “Youth and Adolescent”, New York 23 - 27 April 2012. RutgersWPF Indonesia bersama Aliansi Satu Visi menghadiri pertemuan tahunan ini dan mendorong terwujudnya keluaran yang progresif bagi remaja dan kelompok muda.
Pelatihan Konseling Lelaki, Yogyakarta 14-25 Mei 12. Pelatihan ini mendorong organisasi untuk bekerja dengan lelaki pelaku kekerasan. Hal ini karena klien perempuan korban kekerasan yang menginginkan bahwa bukan hubungan mereka yang harus diakhiri, namun perilaku kekerasan itu sendiri.
Lokasi kerja kami JAMBI PKBI Cabang Jambi Yayasan SIKOK
BENGKULU WCC Cahaya Perempuan Bengkulu
LAMPUNG PKBI Cabang Lampung
Pusat Studi Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia Yayasan Pelita Ilmu
DKI JAKARTA Ardhanary Institute Jaringan Gaya Warna Lentera Indonesia PKBI Cabang DKI Jakarta PMI Jakarta Timur
DI YOGYAKARTA PKBI Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta Rifka Annisa WCC
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
Peluncuran Modul Konseling Lelaki, Yogyakarta 21 Mei 12. Modul ini diluncurkan sebagai petunjuk bagi organisasi yang bekerja di bidang penanggulangan kekerasan berbasis gender untuk menangani klien lelaki. Lokakarya Pengarusutamaan Keberagaman Seksualitas dan Gender, Jakarta 12 - 14 Juni 2012. Berbagai program SRHR dan HIV di Indonesia banyak menyasar kelompok LGBTI. Lokakarya ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana organisasi bisa membuat kebijakan dan mendorong staff, pengurus, maupun relawan menjadi lebih sensitif terhadap isu LGBTI. Pelatihan Modul Layanan Kesehatan Ramah Remaja, Jakarta 4-7 Juni 2012. Seberapa ramah remaja layanan kesehatan yang tersedia selama ini? Pelatihan ini mengajak peserta untuk memahami prinsip-prinsip layanan yang ramah bagi remaja.
Perayaan Hari Kesehatan Seksual Sedunia, Jakarta 2 Oktober 2012. Kesehatan seksual adalah hak fundamental bagi manusia. Perayaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan seksual sebagai hak yang berlaku bagi semua orang apapun latar belakangnya.
Puncak kegiatan Celebrate dance4life, Jakarta 1 Desember 2012. dance4life sebagai gerakan global setiap tahunnya membuat perayaan bertepatan dengan Hari AIDS Sedunia. Kegiatan ini ditujukan sebagai perayaan atas kerja agent4change selama setahun ke belakang dalam memberdayakan sesama remaja dalam merespon epidemi HIV dan AIDS di Indonesia.
JAWA TIMUR PKBI Cabang Jawa Timur
9
Global Youth Forum, Bali 3 - 7 Desember 2012. GYF adalah bagian dari ICPD beyond 2014 operational review. RutgersWPF turut mendukung terwujudnya deklarasi yang progresif khususnya mencakup hak-hak seksual dan reproduksi remaja dalam bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, seksualitas, dan partisipasi sipil. National Youth Forum bersama Aliansi Satu Visi, Depok 16 - 18 Desember 2012.
PAPUA PKBI Cabang Papua Youth Forum Papua
10
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
PERENCANAAN STRATEGIS
RutgersWPF Indonesia SEBAGAI SEBUAH LEMBAGA LEMBAGA NON-PROFIT INTERNASIONAL YANG BERFUNGSI SEBAGAI INTERMEDIARY BAGI PEMERINTAH DAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI INDONESIA, RUTGERSWPF INDONESIA MEMBERIKAN BANTUAN FINANSIAL DAN TEKNIS MELALUI TRANSFER PENGETAHUAN, PENGEMBANGAN DAN PENGIMPLEMENTASIAN BERBAGAI INTERVENSI SRHR DAN SGBV YANG KOMPREHENSIF, EFEKTIF & INOVATIF, PARTISIPATIF. SEMUA INI DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI TATANAN SOSIAL YANG SETARA, ADIL DAN MENGHARGAI HAK ASASI MANUSIA, TERUTAMA UNTUK PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN, LELAKI PELAKU KEKERASAN, KELOMPOK BERKEBUTUHAN KHUSUS, REMAJA, KELOMPOK DARI BERAGAM SEKSUALITAS DAN GENDER, DIFABEL, DAN ODHA.
Prioritas strategis kami adalah: 1. Meningkatnya kapasitas anak, remaja, perempuan, anak di lapas, difabel dan kelompok dari beragam seksualitas dan gender dalam mengambil keputusan yang terbaik dan aman terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksinya. 2. Meningkatnya kapasitas pendidik, konselor, penyedia layanan, sektor pemerintah terkait, serta LSM mitra dalam memberikan layanan dan informasi SRHR dan SGBV yang komprehensif, berperspektif hak asasi manusia, dan menggunakan standar layanan ramah remaja yang diakui di lingkup internasional. 3. Meningkatnya kualitas layanan penanganan SRHR dan SGBV yang komprehensif dan berperspektif hak asasi manusia dan menggunakan standar layanan ramah-remaja. 4. Meningkatnya jumlah remaja, perempuan dan anak korban kekerasan, laki-laki pelaku kekerasan dan kelompok marginal yang mengakses layanan terintegrasi SRHR dan SGBV. 5. Terciptanya lingkungan yang kondusif sehingga remaja dan kelompok marginal dapat memperoleh hak seksual dan reproduksinya. RutgersWPF Indonesia bekerja berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah dan pengetahuan mutakhir memandang perencanaan strategis sebagai sebuah keharusan agar setiap intervensi yang dilakukan dapat diambil manfaatnya secara maksimal oleh anak, perempuan, remaja dan kelompok marjinal sebagai pemangku kepentingan utama program kami.
Strategi Program: pendekatan-pendekatan dasar Ada tiga ranah utama yang menjadi fokus kerja RutgersWPF Indonesia, yakni: 1. Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (SGBV) 2. Hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi (SRHR) 3. Penguatan organisasi dan kelembagaan RutgersWPF Indonesia sebagai strategic resource centre Operasionalisasi program 1 dan 2 ditumpukan kepada empat titik simpul strategi sebagai berikut: 1. Penelitian, pertukaran, dan manajemen pengetahuan. 2. Pengembangan intervensi program. 3. Peningkatan kapasitas bagi mitra strategis dalam memperkuat kemitraan strategis. 4. Advokasi, lobi, dialog publik, dan komunikasi.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
11
12
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
PELIBATAN BERMAKNA KAUM MUDA SAATNYA KAUM MUDA YANG MENENTUKAN NASIB MEREKA SENDIRI! MASA MUDA, KHUSUSNYA MASA REMAJA ADALAH MASA PENTING DALAM PERKEMBANGAN SEORANG MANUSIA. PADA MASA INI, SESEORANG MENGALAMI TRANSISI DARI MASA KANAK-KANAK MENUJU DEWASA. BERBAGAI PERUBAHAN MULAI DARI FISIK, EMOSIONAL, HINGGA PSIKOLOGI SANGAT PENTING UNTUK DISADARI DAN PENGARUH YANG POSITIF TERHADAP KEHIDUPAN KHUSUSNYA PERKEMBANGAN KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI MENJADI SANGAT PENTING UNTUK TERSEDIA. Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2010, sebanyak 26,7 % penduduk di Indonesia adalah kelompok muda berusia 1024 tahun. Namun demikian, meski¬pun di tingkat internasional kesadaran akan pentingnya Hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) kelompok muda semakin meningkat, capaian dari Indonesia masih relatif rendah. Data Kementrian Kesehatan RI menyebutkan jumlah kumulatif kasus AIDS dari tahun 1987 sampai Maret 2012 sebanyak 30.430 dengan persentase kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 2029th (46%). Data makro dari UNFPA 2008 menunjukkan sepertiga dari sekitar 200 juta kehamilan setiap tahun adalah akibat KTD (dari pasangan yang menikah ataupun tidak), dan 200 perempuan meninggal setiap hari karena komplikasi akibat aborsi. Dari 50 juta pengguguran kandungan yang dilakukan, 20 juta diantaranya dilakukan dengan tidak aman. Di sisi lain, UNGASS menyepakati bahwa pada tahun 2010, ditargetkan 95% kelompok muda memiliki pengetahuan, keahlian, dan akses ke pelayanan kesehatan sehingga bisa melindungi mereka terhadap infeksi HIV. Selain itu CPD Plan of Action pada tahun 2012 menyebutkan bahwa setiap kelompok muda mempunyai hak untuk mengakses pendidikan seksualitas yang komprehensif dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Kaum muda adalah salah satu bagian terpenting bagi RutgersWPF Indonesia. Bagi kami, kaum muda bukan sebagai target dan penerima manfaat program namun lebih jauh dari itu, sebagai mitra yang setara dalam kerja kami di Indonesia. Berbagai upaya kami lakukan untuk mewujudkan cita-cita pelibatan kaum muda yang bermakna.
Pelatihan SRHR dan advokasi bagi advokat muda Bertempat di Bogor dan dilangsungkan selama lima hari, kami melibatkan Aliansi Remaja Independen untuk mengorganisir materi pelatihan bagi para advokat muda SRHR. Pelatihan ini mengundang advokat muda yang berasal dari organisasi yang tergabung di dalam Aliansi Satu Visi. Sebanyak 37 advokat muda dari berbagai latar belakang gender, organisasi, hingga minat mengikuti pelatihan yang juga difasilitasi oleh sesama advokat muda. Tujuan pelatihan ini, adalah untuk meningkatkan pemahaman SRHR lanjutan bagi para advokat muda. Keseluruhan peserta sudah memiliki pemahaman dasar SRHR dan pelatihan ini menjadi momen untuk mengembangkan pengetahuan tak hanya di tingkat dasar namun juga untuk melakukan advokasi terkait kebijakan bagi kelompok muda dan SRHR. Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta membuat rencana kerja di masing-masing daerah asal mereka dan membentuk Aliansi Satu Visi Muda untuk mendukung dan mewujudkan partisipasi kaum muda yang bermakna dalam program maupun advokasi kebijakan terkait SRHR di Indonesia.
National Youth Forum Program pendidikan seksualitas komprehensif dan dance4life yang diterapkan sejak beberapa tahun lalu telah melahirkan ribuan alumni. RutgersWPF Indonesia, melalui Aliansi Satu Visi, mendukung lahirnya youth forum di provinsi-provinsi di mana kami bekerja – Lampung, Jambi, DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Papua. Setelah itu, National Youth Forum terbentuk melalui sebuah pertemuan pelatihan advokasi yang dihadiri oleh wakilwakil dari youth forum berbagai provinsi. Kelompok remaja yang tergabung dalam National Youth Forum – dan kemudian menyebut diri ASV Muda – diharapkan menjadi motor advokasi pemenuhan hak-hak seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja di Indonesia.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
13
Kaum muda adalah salah satu bagian terpenting bagi RutgersWPF Indonesia. Bagi kami, kaum muda bukan sebagai target dan penerima manfaat program namun lebih jauh dari itu, sebagai mitra yang setara dalam kerja kami di Indonesia. Berbagai upaya kami lakukan untuk mewujudkan cita-cita pelibatan kaum muda yang bermakna. NYF berlangsung pada tanggal 15-19 Desember 2012 dengan jumlah peserta sebanyak 68 remaja anggota ASV yang berasal dari 8 kota Propinsi. Tema kegiatan adalah “Kepemimpinan Remaja untuk Perubahan”. Kegiatan berlangsung dengan menyenangkan dan partisipatif dan difasilitasi sebagian besar oleh fasilitator remaja. Hasil dari kegiatan ini adalah:
on Population and Development di New York City, Amerika Serikat. CPD tahun 2012 diadakan pada 23-27 April 2012 dan merupakan sesi yang ke-45 dengan mengambil tema “Youth and Adolescent”. Kesempatan ini kami manfaatkan untuk mengadvokasi isu kelompok muda dengan turut memberangkatkan advokat SRHR muda dari Indonesia.
• Terbentuknya Aliansi Satu Visi (ASV) muda sebagai wadah para advokat muda dalam memperjuangkan Hak dan Kesehatan Reproduksi dan Seksual. • Terpilihanya Ketua ASV Muda dan Koordinator Region Jakarta, Jawa, Sumatera, Papua. • Adanya resolusi Gerakan ASV Muda terkait dengan Hak dan Kesehatan Reproduksi dan Seksual. • Adanya Strategi Advokasi di tingkat lokal dan nasional dan Pemetaan Dukungan Stakeholders.
Hasil dari sidang ini cukup progresif dimana pemerintah yang tergabung berkomitmen untuk menyediakan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas bagi kelompok muda. Selain itu, layanan kesehatan seksual dan reproduksi pun menjadi hal yang harus didorong untuk pemenuhan hak seksual dan reproduksi anak muda.
Tindak lanjut NYF, diharapkan ASV muda dapat saling berkomunikasi dan berkoordinasi baik di tingkat region maupun nasional yang digerakkan oleh Ketua dan para Koordinator Region. Di tingkat lokal dan region dapat mengintegrasikan agenda advokasi dan berjuang untuk mendapatkan pemenuhan HKSR. Selanjutnya, remaja ASV muda juga akan bekerja sama dengan ASV terkait dalam kegiatan-kegiatan advokasi ke depannya. Melalui pertemuan ini semua pihak yang berkepentingan memiliki perspektif yang sama sehingga akan dapat merumuskan komitmen bersama terkait dengan akses pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi remaja.
Advokasi internasional: CPD dan Global Youth Forum Advokasi internasional mempunyai peranan penting sebagai dasar pembentukan kebijakan di tingkat nasional. Indonesia sudah meratifikasi ICPD PoA tahun 1994 dan pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan status kehidupan kelompok muda khususnya kesehatan seksual dan reproduksi, dan pemenuhan hak asasi manusia. Salah satu mekanisme tahunan untuk menjamin akuntabilitas pemerintah terhadap komitmen ICPD PoA ini, setiap tahunnya UNFPA membuat sidang yang diadakan oleh Commission
Pada tahun yang sama, proses untuk mengevaluasi capaian ICPD PoA berdasarkan kesepakatan yang dibuat tahun 1994 hingga 2014 sedang berlangsung. Berbagai tahap kajian operasional capaian ICPD dilakukan dan salah satunya adalah melalui konferensi tematik yakni Global Youth Forum: Youth Rights at the Heart of Development yang diadakan di Bali pada 3-6 Desember 2012. RutgersWPF Indonesia bersama Aliansi Satu Visi mengirimkan tiga delegasi terpilih untuk ke forum dan mengadvokasi isu-isu kaum muda khususnya hak-hak seksual dan reproduksi. Hasil dari Global Youth Forum bisa dibilang sangat progresif untuk masa kini. Terdapat lima isu utama yakni pendidikan, kesehatan, seksualitas, ketenagakerjaan, dan partisipasi sipil. Di setiap isu ini, rekomendasi yang dihasilkan sangat kuat dan berdasarkan pendekatan hak asasi manusia. Isu-isu seperti hak dan kesehatan seksual dan reproduksi menjadi sentral di dalam tiap tema ini dan bisa dibilang Global Youth Forum adalah kemenangan besar bagi pegiat SRHR tak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia.
14
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
Unite For Body Rights PROGRAM MFS II ATAU YANG DALAM BAHASA INGGRIS DISEBUT UNITE FOR BODILY RIGHTS ADALAH SEBUAH PROGRAM YANG DIRANCANG UNTUK MEMBERIKAN KONTRIBUSI PADA PENCAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS TERUTAMA TUJUAN 3, 5 DAN 6, YAKNI UNTUK (1) MENURUNKAN ANGKA KEHAMILAN TIDAK DIRENCANAKAN, SERTA MENEKAN PREVALENSI INFEKSI MENULAR SEKSUAL , (2) MENDUKUNG HAK DAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS, SERTA (3) PENERIMAAN TERHADAP KEBERAGAMAN SEKSUALITAS DAN IDENTITAS GENDER. PROGRAM INI TIDAK HANYA DIJALANKAN DI INDONESIA, NAMUN JUGA DI NEGARANEGARA LAIN SEPERTI PAKISTAN DAN BEBERAPA NEGARA DI AFRIKA.
kehadirannya di ruang publik. Padahal, partisipasi kelompokkelompok termarjinalkan ini adalah sebuah keharusan untuk menciptakan masyarakat yang berkeadilan dan bebas dari kekerasan.
Sesuai mandatnya, penerima manfaat utama dari program ini adalah kelompok usia muda (10-24 tahun) baik laki-laki maupun perempuan, serta perempuan di usia reproduksi (15-49 tahun). Secara khusus perhatian diberikan kepada kelompok-kelompok yang selama ini mengalami peminggiran, seperti remaja putus sekolah, korban kekerasan seksual atau kekerasan berbasis gender lainnya, kelompok beragam seksualitas dan identitas gender, serta kelompok difabel.
Wilayah Kerja dan Mitra
Melalui kerja-kerja di dalam lingkup MFS II, RutgersWPF Indonesia berupaya menyuarakan kepentingan mereka yang selama ini dibungkam, menghadapi beraneka bentuk diskriminasi, penyingkiran serta diskriminasi, dan karenanya tak pernah didengar atau diperhitungkan
Berbeda dari program-program lainnya di Indonesia, Kementerian Luar Negeri Belanda sebagai pendukung utama program MFS II mensyaratkan dibentuknya aliansi baik di tingkat internasional maupun nasional. Tujuan utama dibentuknya aliansi adalah mengefektifkan bantuan yang diberikan dan memastikan keberlangsungan manfaat program bagi kelompok-kelompok tersebut di atas. Di Indonesia, lahir Aliansi Satu Visi (ASV) pada April 2010 dengan dukungan penuh RutgersWPF Indonesia. Aliansi ini dibangun untuk untuk memperjuangkan pemenuhan hak dan kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja, perempuan, dan kelompok-kelompok yang rentan mengalami diskriminasi termasuk kelompok beragam seksualitas dan identitas gender.
MFS II diterapkan di lima provinsi di Indonesia, yakni Bengkulu, Jambi, Lampung, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Partner RutgersWPF Indonesia di kelima provinsi tersebut adalah sebagai berikut: • Bengkulu: Cahaya Perempuan Women Crisis Center • Jambi: PKBI Jambi dan SIKOK (Sentra Informasi Orang Kito) • Lampung: PKBI Lampung • DKI Jakarta: PKBI DKI, Yayasan Pelita Ilmu, Ardhanary Institute, dan GWL-INA • DI Yogyakarta: PKBI DIY dan Rifka Annisa
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
15
Di tahun 2012 ini juga ASV berhasil membuat Modul Layanan Kespro Ramah Remaja yang dilengkapi dengan SOP dan instrumen supervisinya. Modul ini telah dujicobakan dan dijadikan referensi oleh mitra ASV yang mempunyai layanan kesehatan reproduksi untuk remaja.
Beberapa Capaian Sepanjang 2012 Sepanjang 2012 lalu, beberapa catatan yang berhasil dibukukan oleh RutgersWPF Indonesia adalah sebagai berikut:
Pendidikan Seksualitas Komprehensif Tahun 2012 RutgersWPF Indonesia mendukung pengembangan modul pendidikan seksualitas komprehensif untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pelaksanaan aktivitas ini dikoordinir oleh PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan saat ini sudah memasuki tahap implementasi di empat provinsi kerja MFS II: Lampung, Jambi, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta sendiri. Modul yang diberi nama SETARA – singkatan dari Semangat Dunia Remaja – ini melengkapi modul-modul serupa yang telah lebih dulu dikembangkan untuk siswa SMU (DAKU), MAJU (untuk remaja dengan difabilitas pendengaran), Langkah Pastiku (untuk remaja dengan difabilitas penglihatan), dan Aku dan Kamu (untuk prasekolah).
Kebutuhan terhadap modul pendidikan seksualitas komprehensif sangat dirasakan baik oleh guru maupun orangtua. Dukungan terhadap program ini sangat dirasakan oleh mitra MFS II di kelima provinsi. Tantangan yang harus dijawab ke depan adalah mengupayakan agar modul-modul tersebut diadopsi dan diterapkan secara nasional oleh pemerintah. Yang menarik, dukungan dan komitmen lebih kuat ditunjukkan oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Luar Biasa yang telah mengalokasikan dana bagi penerapan kedua modul – MAJU dan Langkah Pastiku – secara nasional. Tahun 2012 PKBI Lampung juga mencatat prestasi penting terkait penerapan program CSE di provinsi tersebut. Advokasi yang dilakukan oleh PKBI Lampung kepada Kementerian Agama Provinsi Lampung membuahkan dukungan berupa penerapan DAKU – modul CSE untuk tingkat SMU – di sekolah-sekolah
Islam di Bandar Lampung, yakni Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren. Penerapan ini dibiayai sepenuhnya oleh Kementerian Agama Provinsi Lampung. Rifka Annisa yang sebetulnya berfokus pada isu kekerasan juga mengemas metode CSE untuk usia anak-anak 5-12 tahun dalam program kelompok dukungan di Kulon Progo, Sleman dan Gunung Kidul yang merupakan terapi kelompok. Modul ini terdiri dari 6 sesi pelatihan yaitu: (1) Membangun kepercayaan, (2) Menerima pengalaman masa lalu, (3) Mengenali emosi negatif, menghadapi stres, (4) Mengenal anggota tubuh, tubuhku milikku, asertif, (5) Merawat organ reproduksi, dan (6) Menatap masa depan. Pendidikan seksualitas juga diberikan dalam konseling untuk korban perkosaan atau kekerasan seksual, terutama mengenai sistem reproduksi dan resiko penyakit menular seksual. Faktanya mayoritas perempuan korban kekerasan masih memiliki pengetahuan akan kesehatan reproduksi yang minim. Sementara untuk perempuan korban yang terinfeksi IMS dan HIV&AIDS, pendidikan ini merupakan bagian dari penguatan untuk menambah informasi mengenai HIV & AIDS dan bagaimana menjalani hidup sehat.
16
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
19, 829
Orang muda, perempuan, dan laki-laki dewasa yang berpartisipasi dalam pendidikan SRHR
12,615
Layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang diberikan oleh mitra kepada orang muda dan dewasa
294
Penyedia layanan yang dilatih untuk menyediakan layanan kesehatan seksual dan reproduksi
1,720,522 Individu yang terjangkau melalui aktivitas peningkatan kesadaran mengenai SRHR melalui media
250
pendidik yang dilatih untuk menyampaikan pendidikan SRHR
Layanan Kesehatan Komprehensif untuk Remaja Tahun 2012, melalui program MFS II telah dikembangkan modul layanan kesehatan ramah-remaja (Youth Friendly Services) dan telah dilatihkan kepada beberapa tenaga kesehatan yang bertugas di klinik-klinik yang dikelola mitra MFS II. Para mitra kemudian menyempurnakan SOP Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi agar sesuai dengan standar layanan yang ramah remaja. Jika sebelumnya klinik-klinik mitra lebih memprioritaskan pada masalah penanganan infeksi menular seksual, maka kini fokusnya mencakup seluruh kebutuhan remaja. Layanan yang semula terpisah antara konseling dengan layanan klinik pun diubah sehingga lebih terintegrasi. Di PKBI DKI misalnya, klien diarahkan melalui konseling dan konsultasi di CMM PKBI Jakarta dan selanjutnya – bila memerlukan – mereka dirujuk ke proCareClinic. Modul ini juga digunakan dalam pelatihan konselor di samping dalam perencanaan dan desain klinik agar benarbenar sesuai kebutuhan remaja. Yang membedakan modul YFS RutgersWPF Indonesia dari dari modul-modul serupa adalah perspektif HAM yang menjadi fondasi bagi petugas kesehatan dalam memberikan layanan SRHR. Isuisu sensitif dalam pemberian layanan SRHR seperti kelompok beragam seksualitas dan identitas gender, penanggulangan kehamilan tidak direncanakan dan kondom harus dijawab dengan perspektif HAM, bukan dengan konsep dan nilai-nilai yang tidak menghargai individu untuk membuat pilihan atas tubuhnya. Modul pelatihan YFS dirancang untuk digunakan lembaga pengada layanan SRHR sebagai bagian dari usaha meningkatkan pemahaman petugas layanan dalam menangani kasus-kasus SRHR dan SGBV. Diharapkan dari hasil pelatihan petugas layanan memahami dan sadar pentingnya layanan SRHR dan SGBV yang ramah remaja.
Layanan Konseling dan Pendampingan Penyintas KDRT Layanan ini difokuskan kepada remaja perempuan dan perempuan dewasa. Dua mitra yang memiliki fokus pada bidang ini adalah Rifka Annisa Yogyakarta dan Cahaya Perempuan Women Crises Center Bengkulu. Rifka Annisa terus konsisten dalam memberikan layanan bagi perempuan penyintas (female survivors) kekerasan dan berjejaring dengan PKBI DIY dan organisasi-organisasi lain yang bergabung di bawah SPAY (Solidaritas Peduli AIDS Yogyakarta). Rifka Annisa juga mempunyai jaringan yang kuat dengan Kepolisian Gunung Kidul. Sementara itu Cahaya Perempuan WCC Bengkulu, karena situasi yang berbeda dari Yogyakarta, menangani kasus kekerasan di mana 60% di antaranya korbannya adalah anak-anak. Banyak perempuan dan anak perempuan yang menjadi korban berada di daerah yang jauh dari pusat keramaian. Karena itu Cahaya Perempuan WCC terus mengintensifkan advokasi di berbagai tingkat wilayah – kabupaten hingga provinsi – untuk membuat posko-posko pengaduan dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
2385
17
780
layanan konseling untuk kehamilan tidak direncanakan
papsmear, tes anemia, dll.
65,844 kondom yang didistribusikan
Dalam penanganan kasus-kasus kekerasan RutgersWPF Indonesia memandang perlunya melakukan konseling terhadap pelaku tanpa membebaskan mereka dari konsekuensi hukum yang menjerat akibat perbuatan yang dilakukan. Selain itu, RutgersWPF juga mendukungan pengembangan penanganan couple counselling. diharapkan melalui couple counselling pasangan – yang kebanyakan enggan berpisah – terjadi perubahan dalam hubungan mereka, dari yang semula penuh kekerasan menjadi lebih terbuka dan saling menghormati.
113
konseling untuk LGBT; dukungan psikososial, mediasi, tindak lanjut, litigasi, dll
Aliansi Satu Visi (ASV) Sejak didirikan pada April 2010, ASV telah berhasil merumuskan Statuta yang secara resmi disepakati dan ditandatangani oleh seluruh organisasi anggota pada 12 April 2012. Di dalam Statuta tersebut tercantum visi yang menjadi filosofi dasar berdirinya ASV, yaitu “Pemenuhan hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja, perempuan, serta kelompokkelompok yang mengalami ketidakadilan.” Visi ini kemudian dijabarkan secara detail menjadi aturan dasar bagi organisasi anggota, serta menjadi prinsip yang disepakati dan dijalankan bersama dalam beraliansi. Untuk mengimplementasikan visi dan misi tersebut pada tanggal 9-11 April 2012, ASV melakukan lokakarya Perencanaan Strategis yang membahas secara mendalam langkah-langkah strategis yang akan dilakukan ASV. Lokakarya yang berlangsung selama tiga hari ini menghasilkan sebuah dokumen penting tentang rencana strategis dan rencana aksi ASV 2012-2014. Di tahun 2012 ini juga ASV berhasil membuat Modul Layanan Kespro Ramah Remaja yang dilengkapi dengan SOP dan instrumen supervisinya. Modul ini telah dujicobakan dan dijadikan referensi oleh mitra ASV yang mempunyai layanan kesehatan reproduksi untuk remaja. ASV juga melakukan penguatan kepada remaja melalui Training Youth Advocate dan National Youth Forum yang berhasil membentuk ASV Muda beserta struktur kepengurusannya. Ke depan, ASV Muda akan menjadi bagian dari kepengurusan ASV. Dengan demikian dalam perencanaan dan pengembangan berbagai program yang ditujukan untuk remaja, pelibatan remaja tidak lagi sekadar basa-basi. Remaja akan menjadi bagian penting untuk menyusun dan memantau pelaksanaan program yang terkait dengan kepentingan mereka.
2468 layanan konseling
2082 Tes IVA untuk kanker serviks
492
Individu yang terjangkau melalui aktivitas peningkatan kesadaran mengenai SRHR melalui media
18
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
dance4life:
PENCEGAHAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN, MUSIK, DAN TARI OLEH, DARI, DAN UNTUK ANAK MUDA
HINGGA SEPTEMBER 2012 TERDAPAT SETIDAKNYA 92.251 ORANG DI INDONESIA YANG TERINFEKSI HIV. SEBANYAK 46,4% KASUS AIDS TERDAPAT PADA KELOMPOK BERUSIA 15-29 TAHUN. JIKA DILIHAT SECARA GLOBAL, SETIAP HARI TERDAPAT 6.800 KASUS BARU HIV DAN LEBIH DARI 50% DI ANTARANYA JUGA BERASAL DARI KELOMPOK MUDA. Sangatlah penting jika berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan infeksi HIV seharusnya dirancang untuk menjangkau anak muda dengan baik, termasuk memberikan pengetahuan yang akurat dan ilmiah, menghormati hak asasi manusia, menggunakan pendekatan yang ramah anak muda, dan yang terpenting melibatkan anak muda dalam semua tahapannya. dance4life adalah gerakan berskala internasional oleh anak muda yang berusia 13-19 tahun yang sudah dan sedang dilakukan di 30 negara di dunia termasuk di Indonesia. dance4life memiliki visi untuk meningkatkan kesadaran mengenai HIV dan AIDS, mengajak rekan sebaya berperan aktif menjadi agen perubahan dalam penanggulangan HIV dan AIDS, serta menghapus stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (orang dengan HIV dan AIDS). Saat ini, dance4life internasional berpusat di Amsterdam, Belanda. dance4life Indonesia memulai gerakannya tahun 2010 dan dimotori oleh YPI, YAI, PKBI Pusat dan RutgersWPF Indonesia berperan sebagai National Concept Owner (NCO). Hingga saat ini dance4life Indonesia telah bekerjasama dengan mitra lokal di lima provinsi, yakni Jambi, Lampung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Papua.
Pada 2012 ini, puncak perayaan dance4life dirayakan 1 Desember 2012 baik di tingkat nasional maupun provinsi. Tema yang dipilih adalah “Penuhi Akses Pendidikan, Layanan Kesehatan Dan Partisipasi Remaja”. Di tingkat nasional, perayaan dilakukan di Jakarta sedangkan di tingkat provinsi perayaan dilakukan di Jambi, Lampung, Yogyakarta, Gunung Kidul, Jayapura, dan Timika. Sejumlah 6000 agent4change menghadiri celebrate di tingkat nasional dan provinsi. Di jakarta, sebanyak 1000 agent4change berkumpul dan juga menghadirkan agent4change dari Jambi, Lampung, dan Yogyakarta. Tak hanya itu, perayaan ini juga menghadirkan pemerintah lokal, guru, LSM, hingga media nasional dan internasional. Perayaan celebrate ini juga melibatkan banyak dukungan yakni UNFPA, KPAN, GIZ (Deutsche GesellschaftfürInternationale Zusammenarbeit). Dari Pemerintah pusat, kementrian kesehatan, kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, hingga KPAN turut mendukung acara ini.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
19
MISI Menjadi gerakan yang mendorong perubahan di tingkat akar rumput hingga global dengan cara: 1. Meningkatkan status hak dan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk HIV dan AIDS 2. Menghapus stigma, diskriminasi, dan tabu terkait hak dan kesehatan seksual dan reproduksi
PRINSIP KERJA • Anak muda bukanlah bagian dari masalah, melainkan bagian dari solusi • Pelibatan aktif anak dalam kebijakan nasional penanggulangan HIV dan AIDS • Menggunakan metode dan pendekatan yang ramah dan dekat dengan keseharian anak muda seperti musik dan tari. • Berbasis sekolah dan komunitas dalam menggalang gerakan. • Membentuk Dewan Anak Muda untuk memastikan keterwakilan suara anak muda. • Menggalang semangat kerelawanan untuk terlibat dalam gerakan nasional dance4life.
TAHAPAN Inspire, bertujuan untuk memotivasi anak muda agar berperan aktif dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Pada tahap ini, anak muda mulai diajarkan gerakan dance4life kepada sebaya. Educate, serangkaian workshop interaktif bertema pengembangan diri, pengetahuan dasar mengenai hak dan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV dan AIDS, keterampilan bernegosiasi, public speaking, debat, kepemimpinan, dan kewirausahaan,
Sejumlah 6000 agent4change menghadiri celebrate di tingkat nasional dan provinsi. Di jakarta, sebanyak 1000 agent4change berkumpul dan juga menghadirkan agent4change dari Jambi, Lampung, dan Yogyakarta.
Activate, pada tahap ini anak muda muai memobilisasi dirinya. Hal bisa berupa penyebaran informasi mengenai HIV dan AIDS kepada teman sebaya, keluarga, dan lingkungan, menjadi relawan peduli HIV dan AIDS, mengumpulkan dana, advokasi kepada sekolah atau pemerintah untuk mendukung program HIV dan AIDS, dan melakukan berbagai aktivitas penanggulangan HIV dan AIDS. Celebrate, puncak perayaan atas capaian setelah melewati ketiga tahap sebelumnya. Puncak acara berupa pementasan musik dan tari kolosal dance4life yang dilaksanakan menjelang peringatan hari AIDS sedunia, untuk memperkuat komitmen anak muda sebagai agen perubahan dan menghubungkan dance4life Indonesia dengan negara-negara lain yang melaksanakan program dance4life.
20
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
PENGARUSUTAMAAN KEBERAGAMAN GENDER DAN SEKSUAL DALAM PROGRAM SRHR DAN HIV DI INDONESIA SEKSUALITAS ADALAH ASPEK YANG PALING MENDASAR DARI PENGALAMAN MANUSIA. SEKSUALITAS MENCAKUP TIDAK HANYA ASPEK FISIK, TETAPI JUGA ASPEK EMOSI/ PSIKOLOGIS DAN SPIRITUAL. UPAYA MEMPERJUANGKAN HAK DAN KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI MASIH MENGHADAPI TANTANGAN BESAR. KELOMPOK BERAGAM SEKSUALITAS DAN IDENTITAS GENDER MASIH TERUS TERDISKRIMINASI. PEMENUHAN HAK SIPIL DAN POLITIK MEREKA BERHADAPAN DENGAN INSTITUSI NEGARA DAN MASYARAKAT YANG MASIH MENGANGGAP BAHWA KELOMPOK BERAGAM SEKSUALITAS DAN IDENTITAS GENDER MELANGGAR NORMA DAN MORALITAS UMUM.
Meskipun homoseksualitas bukan termasuk tindakan kriminal, tetapi pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap mereka yang mempunyai identitas gender dan orientasi seksual berbeda masih terus terjadi. Pelanggaran ini berupa perlakuan diskriminatif, kekerasan dan stigma yang dilekatkan pada kelompok beragam seksualitas dan identitas gender. Pemerintah yang seharusnya hadir untuk melindungi warga negaranya dan menjamin kesetaraan dan nondiskriminasi justru berperan sebaliknya dengan membiarkan kekerasan terhadap kelompok ini terus terjadi. Bentuknya bermacam-macam: mulai dari pelecehan fisik dan psikis, hingga pembunuhan, penyiksaan, penyerangan seksual, penyerbuan wilayah pribadi, dan perlakuan sewenang-wenang terhadap kelompok beragam seksualitas dan identitas gender.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
21
RutgersWPF Indonesia hadir untuk mendukung Hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi dan memberikan fokus perhatiannya pada perempuan, orang muda, dan kelompok yang rentan terhadap diskriminasi seperti kelompok difabel dan kelompok beragam seksualitas dan identitas gender. Bersama dengan Aliansi Satu Visi, RutgersWPF Indonesia mengidentifikasiempat isu utama dalam penegakan Hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi yang sejalan dengan pencapaian Millenium Development Goal. Keempat prioritas kunci tersebut adalah: 1. Meningkatkan akses dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi 2. Pendidikan seksualitas komprehensif 3. Menghentikan kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender 4. Kebebasan berekspresi atas keragaman seksualitas dan identitas Gender Untuk mencapai prioritas kunci tersebut, RutgersWPF dan dance4life mengembangkan program “Mainstreaming Sexual Diversity in SRHR and HIV Program” yang dilaksanakan di Kenya dan Indonesia. Dalam tujuannya untuk meningkatkan visibiltas dan penghargaan terhadap keragaman seksualitas, RutgersWPF membuat program ini dengan menyasar pada organisasi yang menjadi mitra kerja yang merupakan anggota Aliansi Satu Visi. Menghargai dan menghormati pilihan atas hak seksualitas seseorang merupakan elemen penting bagi organisasi – organisasi yang bekerja untuk isu Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi. Oleh sebab itu, sangat penting bagi organisasi mitra untuk memahami prinsip kesetaraan dan non diskriminatif terhadap beragam seksualitas dan identitas gender lebih dulu. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memastikan kebijakan manajemen organisasi bersifat non diskriminatif terhadap beragam seksualitas dan identitas gender.
Temuan Tahap awal yang dilakukan dalam pengembangan program “Pengarusutamaan Keberagaman Gender dan Seksualitas” ini adalah memasukkan perspektif keberagaman gender dan seksualitas dalam program maupun kebijakan lembaga. Selain itu juga dilakukan peningkatan pemahaman bagi para staf maupun relawan agar sikap, keahlian dan intervensi yang dilakukan menunjukan keberpihakan terhadap isu keberagaman gender dan seksualitas. Dengan demikian lembaga tersebut mempunyai kredibilitas dalam mendukung nilai-nilai universal Hak Asasi Manusia. RutgersWPF bekerja sama dengan Pusat Studi Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia dan akademisi dari Belanda bersama-sama menyusun program ini. Tujuannya adalah untuk mendorong keterbukaan dan motivasi yang dapat diadaptasi di tempat pekerjaan dan lingkungan mitra aliansi dalam rangka memberdayakan dan menghapus stigma terhadap kelompok beragam seksualitas dan identitas gender dalam melaksanakan
program-program Seksualitas, Kesehatan Reproduksi, dan HIV dan AIDS. Dalam proses pelaksanaan ini, organisasi mitra mengidentifikasi focal point yang merupakan agen perubahan untuk mengarusutamaan keberagaman gender dan seksualitas di lembaga masingmasing. Para agen perubahan ini yang akan memberikan materi dan pemahaman di internal organisasi untuk kemudian disosialisasikan ke mitra terkait lainnya.
Mitra kerja RutgersWPF Indonesia bersama dengan mitra mengerjakan program ini. Peran RutgersWPF adalah mengkordinasikan pertemuan di antara mitra dan berhubungan dengan RutgersWPF dan dance4life di Belanda. Berikut mitra lokal yang bekerja sama untuk mengembangkan program pembelajaran tematik. • Rifka Annisa WCC • PKBI Cabang Jambi • Jaringan Gaya Warna Lentera Indonesia • Ardhanary Institute
Tindak lanjut program Dengan mengembangkan pengetahuan dan kapasitas lembaga mengenai keberagaman seksualitas dan gender secara terus menerus diharapkan ada kebijakan organisasi yang sensitif terhadap keberagaman seksualitas. Selain itu, terdapat aktivitas yang dilakukan bersama dengan koordinasi oleh RutgersWPF Indonesia seperti pelatihan bagi calon pelatih, magang bagi staff di antara mitra, dan lokakarya untuk pengembangan modul pelatihan.
22
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
MALE COUNSELING:
MEMUTUS MATA RANTAI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN MELALUI PEMBERIAN KONSELING BAGI LELAKI PROGRAM PENANGGULANGAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK SELAMA INI LEBIH BANYAK MENYASAR PEREMPUAN, BAIK BERUPA PENCEGAHAN MAUPUN PEMBERIAN LAYANAN BAGI KORBAN KEKERASAN. YANG BELUM TERSENTUH ADALAH ADALAH INTERVENSI BAGI LELAKI PELAKU KEKERASAN. RUTGERSWPF INDONESIA YANG BEKERJA DI ISU SEKSUALITAS DAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN SEKSUALITAS MELIHAT HAL INI SEBAGAI PELUANG UNTUK MEMUTUS RANTAI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN.
Pada tahun 2007, RutgersWPF Indonesiamengidentifikasi konseling laki-laki – dalam konteks kekerasan pasangan intim sebagai fokus kolaborasi. Para klien perempuan menyatakan dengan jelas bahwa bukan hubungan mereka yang perlu diakhiri, melainkan kekerasannya. Seruan para perempuan ini mendorong organisasi ini untuk bekerja dengan pasangan lelaki dari penyintaskekerasan (survivor). Hasilnya, terbentuklah Program Konseling Laki-laki. Program Konseling Laki-laki hendak membimbing laki-laki yang melakukan kekerasan terhadap pasangan intim mereka, membantu mereka mengakhiri kekerasan, dan menjadi pasangan yang saling menghormati. Namun, perubahan perilaku individual akan sulit jika tidak didukung perubahan norma budaya dan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, konseling ini merupakan bagian dari rangkaian program terpadu yang hendak mewujudkan perubahan sosial di masyarakat, seperti penyuluhan komunitas, kampanye, advokasi, dan program media. Fokus program ini adalah pada peran laki-laki dalam mengakhiri kekerasan, sekaligus mendefinisikan kembali makna maskulinitas serta kesehatan seksual dan reproduksi mereka.
Program Konseling Laki-laki adalah puncak dari kerjasama antara Pusat Pelatihan, Pelayanan dan Pemulihan Perempuan Mosaic di Cape Town di Afrika Selatan, Rifka Annisa di Yogyakarta, dan WCC Cahaya Perempuan di Bengkulu, Indonesia. Ketiga organisasi perempuan ini telah bekerja dengan laki-laki sebagai strategi mengakhiri kekerasan dalam hubungan dengan pasangan intim. Informasi lebih lanjut mengenai program ini dapat diakses di laman RutgersWPF http://www.rutgerswpf.org/toolkit-for-men
Temuan program Dengan menggunakan berbagai medium untuk membangun kesadaran terhadap epidemi kekerasan, program ini salah satunya berfokus pada penggunaan radio untuk menjangkau khalayak. Tak hanya itu, program ini juga melakukan intervensi dengan konsultasi langsung melalui telepon dan SMS bagi lelaki khususnya pelaku kekerasan.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
23
Program Konseling Laki-laki hendak membimbing laki-laki yang melakukan kekerasan terhadap pasangan intim mereka, membantu mereka mengakhiri kekerasan, dan menjadi pasangan yang saling menghormati. Namun, perubahan perilaku individual akan sulit jika tidak didukung perubahan norma budaya dan sosial di masyarakat. Tujuan Program Konseling Laki-Laki adalah membantu laki-laki yang melakukan kekerasan untuk mengubah perilaku sehingga dapat menjadi pasangan yang saling menghargai dan dapat:
Program Male Counseling menggunakan berbagai medium untuk membangun kesadaran publik mengenai epidemi kekerasan, salah satunya melalu radio. Sementara untuk lelaki pelaku kekerasan Program menyediakan layanan konsultasi, baik langsung maupun melalui telepon/sms. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Rifka Annisa Women’s Crisis Centre, setiap tahunnya jumlah lelaki pelaku kekerasan yang mengakses konseling cenderung meningkat. Ini menunjukkan bahwa bagi laki-laki kekerasan yang mereka lakukan adalah masalah untuk mereka sendiri. Ini menarik karena lelaki yang dibesarkan dengan norma maskulin juga belajar tentang kekerasan, sehingga tak lagi melihatnya sebagai masalah, apalagi mencari bantuan. Namun masih banyak tantangan untuk mengikuti sesi konseling secara penuh, seperti kondisi emosi klien yang berubah sehingga tidak sesuai dengan tahapan sesi, dan sarana lapas yang minim yang menyebabkan klien enggan meneruskan konselingnya. Selain ituanggapan bahwa hanya perempuan yang membutuhkan konseling turut menjadi tantangan intervensi program ini.
Mitra kerja Mitra lokal yang selama ini bekerja dengan RutgersWPF Indonesia dalam program ini adalah Rifka Annisa Yogyakarta dan Cahaya Perempuan Bengkulu. RutgersWPF Indonesia berperan dalam mengkoordinir program dan memberikan bantuan teknis serta peningkatan kapasitas yang dibutuhkan.
• Mengendalikan perilaku, khususnya amarah yang menjurus terhadap kekerasan • Mendorong pertumbuhan pribadi yang positif dalam memahami diri sendiri, kepercayaan diri, dan kendali diri • Membentuk hubungan yang saling menghormati dengan pasangan mereka • Membangun hubungan yang lebih baik dengan anak mereka • Menghindari intervensi drastis yang bersifat menghukum akibat perbuatan mereka seperti perintah perlindungan dan penahanan dari pengadilan.
Rencana dan tindak lanjut Program ini masih terus berlanjut dan dalam tahap mengembangkan program dengan mengintegrasikan layanan konseling untuk laki-laki kedalam program MenCare+ dan penanggulangan kekerasan berbasis gender di wilayah mitra RutgersWPF Indonesia. Program Male Counseling masih berlanjut sebagai upaya penanggulangan kekerasan berbasis gender di wilayah kerja RutgersWPF Indonesia. Selain itu, saat ini sedang diupayakan integrasi terhadap program MenCare+ yang bertujuan untuk melibatkan laki-laki dalam pengasuhan.
24
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
MENINGKATKAN STATUS SRHR REMAJA PAPUA MELALUI PENGEMBANGAN MODUL DAKU! PAPUA PAPUA SEBAGAI PROVINSI PALING TIMUR DI INDONESIA MEMILIKI TANTANGAN TERSENDIRI DALAM BIDANG PEMENUHAN HAK-HAK SEKSUAL DAN REPRODUKSI REMAJA. TINGGINYA PREVALENSI HIV DAN AIDS, HUBUNGAN SEKSUAL YANG TIDAK AMAN, DAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL SEBAGAI KONTEKS LOKAL YANG BERBEDA MENJADI PENTING UNTUK MELAKUKAN PENDEKATAN TERSENDIRI DALAM INTERVENSI PROGRAM BAGI REMAJA. RutgersWPF Indonesia bersama CordAid mengembangkan program “Penguatan Kampanye Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Remaja Melalui Pengembangan Modul Kesehatan Reproduksi”. Wilayah implementasi program ini yaitu di Kabupaten paling Timur Indonesia, Merauke, yang bermitra dengan Yayasan Santo Antonius (Yasanto). Pelaksaan proyek serupa dengan pengembangan modul World Starts With Me ketika awal masuk ke Indonesia yang dikawal oleh Yayasan Pelita Ilmu, namun yang dilakukan di Merauke ialah melakukan adaptasi atas modul DAKU! (Dunia Remajaku Seru!) ke dalam konteks lokal dan kemudian memodifikasi namanya menjadi DAKU! Papua. Yang membedakan modul DAKU! Papua dengan DAKU! sebelumnya, yaitu telah menggunakan sulih suara Bahasa Indonesia dengan logat Papua, pendidik sebaya digital yang berciri fisik Papua: Mia dan Yos, serta penambahan untuk materi Penyalahgunaan Alkohol.
Adaptasi dan Implementasi Kabupaten Merauke yang terdiri dari 20 distrik (kecamatan) dengan populasi sekitar 246.852 jiwa merupakan wilayah kerja pertama bagi RutgersWPF Indonesia di Propinsi Papua. Merauke sebelum tahun 2008 merupakan kabupaten dengan tingkat kasus HIV AIDS tertinggi di Papua, yang juga merupakan wilayah pertama kali kasus HIV ditemukan di Papua. Data kasus HIV sejak 1992 hingga Juni 2011 mencapai 1.315 kasus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku seksual yang tidak aman merupakan penyebab terbesar dari penyebaran HIV. Rata-rata usia remaja yang telah aktif seksual adalah 19.5 tahun bagi laki-laki dan 18.8 tahun bagi perempuan, namun remaja di Papua telah melakukan aktifitas seksualnya bahkan sebelum usia
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
25
Dari 15 target sekolah modul DAKU! papua sebanyak 14 sekolah telah mengimplentasikan modul ke dalam intrakurikuler muatan lokal pengembangan diri.
15 tahun (IBBS Tanah Papua 2006). Penyumbang terbesar atas faktor tersebut adalah rendahnya pengetahuan yang komprehensif tentang seksualitas dan kesehatan, khususnya kemampuan untuk mengambil keputusan terbaik atas kehidupan seksualnya. Proses adaptasi modul DAKU melibatkan guru dan siswa di dalam tim yang bekerja kurang lebih selama 6 bulan. Modul hasil adaptasi tersebut lalu diujicobakan di 6 sekolah selama satu semester dan hasil pre dan post-test atas para siswa yang mengikuti uji coba cukup baik. Pertanyaan pada lembar tes terdiri dari beberapa informasi dasar tentang IMS termasuk HIV dan AIDS, perubahan yang terjadi pada masa pubertas, hak-hak remaja, gender, dan kesadaran terkait situasi serta perilaku berisiko. Secara rata-rata dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pada aspek pengetahuan dari para siswa setelah mengikuti program DAKU Papua. Remaja sekolah yang mengikuti program DAKU Papua menyambut baik modul interaktif yang menurut mereka menarik, selain karena modulnya berbentuk digital dengan audio dan visual yang mendorong siswa menjadi pro aktif, juga karena materinya tidak hanya bicara mengenai IMS serta HIV dan AIDS. Bab-bab favorit para siswa ialah tentang Perubahan Tubuh dan Emosi, Gender, Seksualitas dan Cinta, Narkoba dan Dunia Remaja, serta Cinta Seharusnya Tidak Menyakiti. DAKU Papua kemudian diluncurkan setelah melalui proses evaluasi serta perbaikan. Peluncuran DAKU Papua berslogan “Pilihanku, Masa Depanku” dibuka oleh Wakil Bupati Merauke dan Ketua DPRD Merauke, serta dihadiri oleh Kabid Pendidikan Menengah, Sekretaris KPAD, Perwakilan Dinas Kesehatan, Perwakilan Keuskupan Agung Merauke dan para pemangku kepentingan lainnya yang sebagian besar merupakan anggota Dewan Pengarah. Target 15 sekolah untuk implementasi modul DAKU Papua hanya tercapai 14 sekolah, karena satu sekolah mengundurkan diri karena padatnya kurikulum dan kurangnya SDM di sekolah mereka. Ke 14 sekolah tersebut terdiri dari SMA dan SMK negeri, Yayasan Katolik dan Kristen, serta SMA Muhammadiyah dan Madrasah Aliyah. Hasil yang menggembirakan dari 14 sekolah DAKU Papua, yaitu implementasi modul ke dalam intrakurikuler Muatan Lokal Pengembangan Diri.
Rutgers WPF Indonesia dan Yasanto telah melatih 10 master trainer serta 22 fasilitator. Para petugas kesehatan di Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR), yang berjumlah sekitar 6 orang, juga telah dilatih dasar-dasar Layanan Kesehatan yang Ramah Remaja. Karena keterbatasan sumber daya dan ruangan, PKR bersama para fasilitator DAKU Papua menyepakati mekanisme dukungan bagi remaja dengan mengedepankan fungsi guru di sekolah untuk memberikan konseling terlebih dulu dan kemudian merujuk siswanya yang memerlukan tes dan tindakan medis ke PKR.
Pentingnya Dukungan untuk Keberlanjutan Tantangan dalam implementasi modul pendidikan seksualitas, salah satunya ialah soal keberlanjutan. Upaya agar modul DAKU Papua bisa terus berlanjut bisa ditempuh dengan cara: 1) Meminta dukungan dari pemerintah kabupaten dan 2) penguatan kapasitas para guru fasilitator serta komitmen dari pihak sekolah. Untuk hal yang kedua, para guru fasilitator DAKU Papua perlu didukung inisiatifnya untuk berorganisasi. Sejauh ini sudah terbentuk Majelis Guru Kesehatan Reproduksi, yang bertujuan antara lain untuk menjadi wadah saling tukar pengalaman fasilitasi dan penanganan kasus di sekolah masing-masing, serta wadah agar saling mendukung dan menguatkan. Majelis Guru Kesehatan Reproduksi inilah kemudian yang melakukan advokasi dengan lobi serta melakukan dengar pendapat ke DPRD Kabupaten Merauke. Pada proses dengar pendapat tersebut, para guru didampingi oleh para anggota Dewan Pengarah. Hasilnya adalah Wakil Ketua DPRD yang memimpin pertemuan memutuskan bahwa pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi di Merauke merupakan hal penting yang memerlukan respon cepat dan pro aktif. Beliau lalu memberikan rekomendasi dan mendorong komisi yang membidangi isu kesehatan dan pendidikan untuk secara serius menindaklanjuti rekomendasi ini.
26
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN SRHR UNTUK REMAJA DI PAPUA PAPUA, PROPINSI YANG MENEMPATI URUTAN PALING TINGGI UNTUK PREVALANSI HIV DAN AIDS DI INDONESIA, MEMILIKI TANTANGAN TERSENDIRI UNTUK MENGINISIASI TERBENTUKNYA FORUM-FORUM LINTAS SEKTOR UNTUK MENDORONG ADVOKASI PEMENUHAN SRHR REMAJA. USAHA UNTUK MENGINISIASI FORUM LINTAS SEKTOR INI TERBILANG LEBIH MERUPAKAN ‘SENI’ DIBANDING PEKERJAAN YANG TERPROGRAM SEDARI AWAL. SENI UNTUK MENYAMAKAN PANDANGAN, BAHWA REMAJA YANG TERINFEKSI IMS SERTA HIV DAN AIDS BUKANLAH MERUPAKAN AKIBAT DARI BERBAGAI FAKTOR YANG BERSUMBER DARI REMAJA ITU SENDIRI. SENI UNTUK MERANCANG MODEL-MODEL PELATIHAN YANG MENARIK DAN INTERAKTIF BAGI REMAJA, SEHINGGA BENTUK PENYEBARAN INFORMASI KEPADA REMAJA TIDAK LAGI MELALUI PENYULUHAN SATU ARAH. DAN SENI UNTUK MENJEMBATANI BERBAGAI KEPENTINGAN, SUMBER DAYA, DAN AKTIFITAS AGAR BISA SALING TERKAIT DAN BERKELINDAN YANG MAMPU MEMBERI DAMPAK PERUBAHAN SECARA SIGNIFIKAN.
Saat ini banyak sekali intervensi program yang dilakukan di Papua oleh berbagai organisasi, dan bukanlah hal yang mudah untuk membangun mekanisme koordinasi melalui suatu forum lintas sektor untuk menyatukan berbagai sumber daya. Meskipun di atas kertas hal tersebut mungkin untuk dilakukan, namun pada pelaksanaannya banyak tantangan yang dihadapi. Untuk itu dipilihlah empat wilayah yaitu Kota dan Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom dan Kabupaten Biak (bagian ini bisa juga dibikin peta ya ja) untuk membangun sinergi dari lintas sektor. RutgersWPF Indonesia bersama mitra pelaksana kami, PKBI Papua mendorong inisiatif terbentuknya jaringan aliansi dan forumforum, yang terdiri dari pihak-pihak yang berkepentingan serta memiliki kepedulian atas persoalan SRHR remaja. Berbagai tantangan muncul di lapangan pada saat pelaksanaan program salah satunya karena belum samanya visi dan misi. Tantangan juga muncul ketika berkordinasi dengan SKPD – Satuan Kerja Pemerintah Daerah, karena program yang ada masih membutuhkan koordinasi dan pembangunan sinergi isu program antar lembaga itu sendiri sehingga isu remaja yang lintas sektor dapat terakomodasi dengan baik. Mengatasi tantangan ini,
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
FORUM ORANG DEWASA
FORUM ORANG REMAJA
FORUM ORANG JURNALIS
ADVOKASI
solusinya adalah melalui komunikasi dengan berbagai pihak yang terlibat untuk melihat gap program dan saling mengisi satu sama lain. Selain menguatkan forum multistakehoder dan mendorong ketersediaan layanan kesehatan bagi remaja, RutgersWPF bersama mitra yakni PKBI Papua secara khusus melakukan peningkatan kapasitas bagi remaja melalui berbagai aktifitas seperti pelatihan pendidik dan konselor sebaya, kegiatan kreatif dan seminar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendorong terbentuknya perilaku remaja yang sehat dengan mengakses layanan kesehatan. Temuan Dinas Kesehatan menyatakan bahwa masih sangat sedikit remaja yang mengakses layanan PKPR – Program Kesehatan Peduli Remaja di beberapa Pusat Kesehatan Masyarakat. Hingga saat ini program ini telah mendorong terbentuknya forum multistakeholder dan forum remaja serta orang muda di empat wilayah kerja. Pada tingkat propinsi telah terbentuk Youth Forum Papua yang memayungi sekitar 30 organisasi dan komunitas remaja.
Pemerintah Kabupaten/Kota/Propinsi Advokasi untuk pemenuhan SRHR Remaja melalui peningkatan anggaran untuk program remaja dan penyediaan layanan kesehatan ramah remaja
RutgersWPF Indonesia dengan dukungan Uni Eropa bekerja dengan mitra membuat program yang melibatkan berbagai pihak untuk meningkatkan status SRHR remaja di Papua. Program ini memiliki tiga tujuan yang ingin dicapai: 1. Membentuk aliansi multistakeholder untuk mendukung intervensi SRHR yang komprehensif di Papua. 2. Memperkuat layanan untuk mendukung dan menyeimbangkan kesesuaian antara permintaan dan persediaan layanan kesehatan seperti penyediaan kontrasepsi dan peningkatan akses bagi komunitas. 3. Melakukan advokasi kebijakan pemerintah untuk perbaikan dan peningkatan status kesehatan seksual dan reproduksi remaja dengan menitikberatkan pada tersedianya ruang layanan, ruang ekspresi, ruang pelibatan dalam pembangunan, serta meningkatnya alokasi anggaran bagi pengembangan program intervensi kesehatan seksual dan reproduksi.
27
28
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
ALIANSI SATU VISI:
MEMBANGUN KEMITRAAN SIPIL UNTUK SRHR DAN SGBV
SRHR DAN SGBV ADALAH DUA ISU BESAR YANG MULAI MENDAPATKAN PERHATIAN DARI BERBAGAI PIHAK SEPERTI PEMERINTAH, LEMBAGA DONOR, ORGANISASI KEMASYARAKATAN, HINGGA INSTITUSI PENDIDIKAN. NAMUN SRHR KADANG DISEDERHANAKAN SEBAGAI ISU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) SEDANGKAN SGBV TERKADANG DISEDERHANAKAN SEPUTAR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT). PADAHAL JIKA DILIHAT SECARA KOMPREHENSIF, KEDUA ISU INI MENCAKUP SPEKTRUM YANG SANGAT LUAS DAN, SALING TERKAIT DAN BERPENGARUH SANGAT BESAR TERHADAP KEHIDUPAN PEREMPUAN, REMAJA, ANAK, DAN KELOMPOK MARJINAL DAN MEMILIKI DIMENSI EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, DAN POLITIK.
Minimnya penghormatan dan pengakuan terhadap hak-hak seksual dan reproduksi berpengaruh terhadap kehidupan manusia seperti terhambatnya akses pendidikan akibat pernikahan dini, tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) akibat terbatasnya akses kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif, hingga diskriminasi dan kekerasan yang menimpa kelompok dari beragam seksualitas dan identitas gender. Hal ini sangat darurat dan penting untuk dipenuhi dan diberikan perhatian lebih untuk mendukung kehidupan manusia di Indonesia yang sehat, berdaya, dan mandiri. Berdasarkan dua isu besar yang kami anggap penting ini, RutgersWPF Indonesia bersama mitra membangun kemitraan untuk mengangkat SRHR dan SGBV menjadi prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia. Kami memfasilitasi mitra untuk membangun aliansi yang bernama Aliansi Satu Visi. Berdiri sejak Desember 2010, Aliansi Satu Visi telah berkembang menjadi aliansi yang memiliki visi, misi, hingga perencanaan strategis sampai tahun 2014. Fokus kami adalah memberdayakan kelompok rentan dan marjinal seperti remaja, kelompok beragam seksualitas dan identitas gender, difabel, perempuan pekerja seks, ODHA dan OHIDA agar bisa hidup penuh berdaya dan bebas dari stigma dan diskriminasi.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
29
VISI, MISI, DAN TUJUAN ALIANSI SATU VISI Visi: Remaja, perempuan, dan kelompok-kelompok yang mengalami ketidakadilan dalam Hak-hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi dapat menikmati hak-haknya. Misi: a. Mendorong aksesibilitas layanan SRHR dan SGBV yang komprehensif b. Meningkatkan kualitas dan kegunaaan layanan SRHR dan SGBV secara komprehensif c. Meningkatkan kualitas pendidikan SRHR dan SGBV yang komprehensif d. Menghapus kekerasan berbasis gender dan seksual e. Meningkatkan penerimaaan terhadap keberagaman seksualitas dan identitas gender.
Rencana Strategi dan Rencana Aksi Rencana strategi dan rencana aksi ASV ditujukan untuk memastikan advokasi penyediaan kualitas layanan dan pendidikan serta perlindungan korban dalam rangka pemenuhan SRHR. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka ditetapkan sasaran sebagai berikut: • Meningkatnya kegiatan advokasi di tingkat nasional dan tujuh provinsi prioritas (Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Papua) terkait pemenuhan SRHR kepada lembaga pemerintah yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif. • Fokus pada ke remaja, perempuan, anak serta kelompok beragam seksualitas dan identitas gender • Pengembangan ASV baik didalam maupun diluar tujuh provinsi prioritas dengan pelibatan kelompok atau lembaga masyarakat yang peduli pada SRHR dan SGBV. • Peningkatan dukungan untuk advokasi anggaran di tingkat propinsi dan kabupaten / kota bersama dengan lembaga atau jaringan lain
Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, strategi yang kami terapkan adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan dan mengelola data dan informasi terkait layanan dan pendidikan termasuk penelitian terkait SRHR 2. Melakukan peninjauan ulang tentang peraturan perundangan terkait SRHR 3. Memperkuat sisi pengorganisasian baik internal maupun eksternal aliansi 4. Meningkatkan kesadaran stakeholder yang lebih luas termasuk pelibatan aktif dan pembagian peran tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, ikatan profesional dan media sehingga berpihak untuk pemenuhan SRHR 5. Menerapkan strategi komunikasi melalui media cetak, visual, audio dan media sosial untuk melakukan kampanye pemenuhan SRHR 6. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendapatkan dukungan dalam pemenuhan SRHR
Tujuan: Memastikan terpenuhinya SRHR bagi remaja, perempuan, dan kelompok-kelompok yang mengalami pengabaian hak-hak seksual dan reproduksi.
ANGGOTA ALIANSI SATU VISI Anggota Alianasi Satu Visi terdiri dari Cahaya Perempuan WCC, Mitra Aksi, SIKOK, PKBI Daerah Lampung, Yayasan Pelita Ilmu, Rifka Annisa, PKBI DKI Jakarta, PKBI DIY, Ardhanary Institute, GWL - INA dan RAHIMA, PKBI Jawa Timur, ARI (Aliansi Remaja Independen), PKBI Papua, PKBI Jambi dan RutgersWPF Indonesia.
CAPAIAN ALIANSI SATU VISI • Pelibatan kelompok muda dengan memfasilitasi pelatihan advokat SRHR dan pelaksanaan Forum Remaja Nasional oleh ASV Muda. Hasil dari pelatihan dan forum ini adalah terbentuknya ASV Muda yang lebih solid untukmelakukan advokasi di tingkat nasional. • Advokasi internasional dalam Global Youth Forum • Penyusunan Pedoman Pelayanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi Ramah Remaja (PKSR-2R) • Peringatan Hari Kesehatan Seksual Sedunia
30
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
MAJU DAN LANGKAH PASTIKU:
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI KOMPREHENSIF UNTUK PELAJAR BERKEBUTUHAN KHUSUS SEJAK TAHUN 2007 SAMPAI 2010 RUTGERSWPF (DAHULU WPF) BEKERJASAMA DENGAN DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA, DIREKTUR JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH, DAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI UNTUK MENGEMBANGKAN MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) A YAKNI DENGAN DIFABILITAS PENGLIHATAN DAN SLB B YAKNI DENGAN DIFABILITAS PENDENGARAN. UNTUK SISWA DENGAN DIFABILITAS PENGLIHATAN, KAMI MENYUSUN PROGRAM YANG DIBERI NAMA “LANGKAH PASTIKU” DAN “MAJU” UNTUK SISWA DENGAN DIFABILITAS PENDENGARAN. Tujuan kedua program ini adalah memberdayakan remaja dengan difabilitas penglihatan dan pendengaran agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga mampu mengambil keputusan terbaik untuk masa depannya dan terhindar dari kekerasan seksual, kehamilan tidak direncanakan (KTD), aborsi tidak aman, infeksi menular seksual (IMS), HIV dan AIDS, serta penyalahgunaan narkoba. Karena itu, informasi mengenai kesehatan reproduksi saja tidak cukup. diperlukan materi seksualitas yang komprehensif. Secara keseluruhan program ini memerlukan proses yang cukup lama karena RutgersWPF mempunyai prinsip kerja partisipatif. Dengan prinsip ini pelibatan siswa, guru, orang tua dan Direktorat menjadi penting agar program sesuai dengan kebutuhan dan konteks kerja. Sebagai modal awal, kedua modul di atas dikembangkan dari Modul World Starts with Me, seperti juga dalam modul DAKU!, DuniaRemajaku Seru! dan modulmodul pendidikan seksualitas komprehensif yang dikembangkan RutgersWPF Indonesia.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
Prinsip ini membawa konsekuensi bagi kami untuk selalu berkonsultasi kepada pengguna (siswa) dan guru sebagai pihak yang menyampaikan modul. Hal ini karena kesehatan reproduksi dan seksualitas berhubungan dengan tabu di satu sisi dan menghormati hak remaja untuk mendapatkan informasi di sisi lain. Namun demikian karena besarnya komitmen dan keterlibatan langsung dari sekolah-sekolah SLB A dan B, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Steering Committee, AdvisoryBoard, dan Komunitas dengan difabilitas penglihatan dan pendengaran, semua persoalan terpecahkan bersama dan modul yang sesuai dengan kebutuhan pun bisa dihasilkan. Untuk program Langkah Pastiku, berbagai bahan pembelajaran sudah pula diproduksi. Misalnya modul yang ditulis dalam huruf Braille, format MP3 untuk pembelajaran melalui suara, Buku Pegangan untuk Guru, boneka, dll. Dengan demikian informasi kesehatan reproduksi yang sebenarnya rumit dapat tersampaikan kepada remaja dengan difabilitas penglihatan dengan lancar. Demikian juga untuk program Maju, modul pembelajaran
31
berbasis komputer, Buku Pegangan untuk Guru, kamus tentang kesehatan reproduksi dalam bahasa isyarat, boneka, apron, dll dibuat dengan proses partisipatif sebagai alat bantu. Semua ini disediakan untuk sekolah-sekolah yang terlibat dalam program ini. Proses penyusunan kedua modul sangat menantang, terutama karena pada awalnya guru, orang tua dan komunitas masih menganggap remaja dengan difabilitas penglihatan dan pendengaran adalah bagian dari persoalan sehingga mereka jarang dilibatkan dalam berbagai kesempatan. Kedua, mereka dianggap bukan makhluk seksual, individu tanpa organ dan kebutuhan seksual. Karena itu, program ini pada awalnya ditolak dimana-mana. Dengan kerja keras dan need assessment, banyak pihak kemudian menyadari bahwa program ini sangat mendesak untuk menghindarkan siswa dengan difabilitas penglihatan dan pendengaran dari kekerasan seksual, kehamilan tidak direncanakan, dan tertular penyakit menular seksual akibat ketidaktahuan.
Pada akhir program, kedua modul ini sudah diberikan kepada 1200 siswa dari 35 SLB A dan 38 SLB B di 8 provinsi. Juga telah dilatih 27 Master Trainers, dan 153 guru untuk menjadi fasilitator. Pada tahun 2011 Direktorat PLB Kemendiknas mengalokasikan 3,2 milyar rupiah untuk melanjutkan program ini. Dan pada tahun 2012 sudah diperluas implementasinya untuk sekolah SLB A dan B di 22 provinsi di Indonesia. Sebagai kelanjutan, pada awal tahun 2013 pemerintah sedang disiapkan rencana menyusun Modul Kesehatan Reproduksi Komprehensif untuk siswa SLB C yakni difabilitas intelektual.
32
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
LAPORAN KEUANGAN 2012* Pemasukan 2012 2%3% 9%
14%
CORDAID DANCE 4 LIFE UFBR - MFS II
29%
Uni Eropa PSO Bunga bank dan perbedaan kurs
43%
Pengeluaran 2012
2% 2%2% 10%
MFBR - MFSII ADVOKASI BERSAMA UNI EROPA DANCE 4 LIFE
14%
41%
PSO CORDAID INDONESIA PROJECT NATIONAL GOVERNING BODY’S
29%
*Laporan keuangan RutgersWPF Indonesia telah diaudit oleh Akuntan Publik per 31 Desember 2012 dan telah memenuhi prinsip akuntansi di Indonesia
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
33
MEMBANGUN AKUNTABILITAS KEUANGAN ORGANISASI DENGAN PELIBATAN PENUH MITRA KERJA AKUNTABILITAS ORGANISASI ADALAH HAL YANG SANGAT KAMI UTAMAKAN DALAM KINERJA KAMI DI INDONESIA. RUTGERSWPF INDONESIA SEBAGAI ORGANISASI PERANTARA, MEMILIKI TANGGUNGJAWAB TAK HANYA SEBAGAI ORGANISASI, NAMUN JUGA MEMBANGUN AKUNTABILITAS DENGAN MITRA LOKAL KAMI. BERDASARKAN TEMUAN BERSAMA MITRA, BANYAK SEKALI TANTANGAN YANG KAMI HADAPI UNTUK MEMBANGUN DAN MENJAGA AKUNTABILITAS KEUANGAN BERSAMA DENGAN MITRA. HAL INI TERKAIT DENGAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN YANG BERBEDA-BEDA BAGI TIAP ORGANISASI. Menjawab tantangan ini, kami memfasilitasi mitra kerja dengan membuat pelatihan keuangan bagi seluruh staff keuangan dari setiap organisasi. Mengundang 12 mitra kerja, kami melaksanakan pelatihan dengan turut mendatangkan staff keuangan dari kantor pusat RutgersWPF di Belanda. Pelatihan selama dua hari ini berusaha mengidentifikasi dan menjawab berbagai tantangan dalam pelaporan keuangan. Agenda utama yang menjadi perhatian kami antara lain: • Identifikasi masalah yang dihadapi mitra dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan standard RutgersWPF Indonesia. • Presentasi dan telaah menyeluruh dari berbagai program yang sedang dan akan dijalankan seperti UFBR, ASK, dan MenCare+. • Ketentuan – ketentuan dalam mengelola dan melaporkan dana yang tidak terpakai, dana untuk operasional organisasi, pajak, hingga format anggaran. • Proses dan ketentuan dalam memproses pengiriman dana hingga berbagai kelengkapan dokumen yang dibutuhkan. Selama dua hari penuh mitra dan RutgersWPF saling berbagi mengenai aspek-aspek keuangan serta pembahasan kasus-kasus yang dialami pernah dialami oleh kedua belah pihak. Termasuk yang penting adalah sinkronisasi keuangan dengan peraturan pemerintah terkait perpajakan dimana RutgersWPF Indonesia sangat berkomitmen menjadi organisasi yang taat membayar pajak.
Selama kegiatan ini, banyak sekali temuan yang berhasil diidentifikasi termasuk klarifikasi dan solusi yang bisa dilakukan seperti: 1. Pengertian dan pengelolaan dana yang tidak terpakai selama periode program. 2. Teknis memproses pengiriman dana dan bagaimana proses ini bisa dikerjakan dengan efektif dan minim kesalahan. 3. Kelanjutan penggunaan program komputer khusus keuangan yakni Abipro yang masih menemui banyak tantangan dan memerlukan banyak peningkatan dan perbaikan. 4. Ketentuan waktu untuk pengiriman laporan seperti tiga bulanan, enam bulanan, hingga tahunan. Hal terakhir yang paling penting dari sesi-sesi pelatihan ini adalah mempersiapkan laporan keuangan dengan baik sesuai dengan standard kantor pusat RutgersWPF di Belanda. Sebagai organisasi besar yang mengelola keuangan di berbagai negara dengan banyak mitra adalah penting bagi kami menjamin laporan yang kredibel dan sesuai dengan standar audit. Harapan kami akuntabilitas terjaga, program bisa didukung dengan optimal dan mewujudkan visi dan misi kami sebagai organisasi yang berkomitmen untuk pembangunan manusia di Indonesia.
34
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
MELANGKAH MENUJU 2013
SELAMA TAHUN 2013, RUTGERSWPF INDONESIA MenCare MEMILIKI BEBERAPA PROGRAM YANG AKAN Kami mengembangkan program MenCare yang dikembangkan dari DIJALANKAN BERSAMA DENGAN MITRA prinsip kampanye MenCare, dan merupakan suatu kemitraan tiga LOKAL KAMI. PROGRAM YANG KAMI JALANKAN tahun di empat negara antara RutgersWPF dan Promundo. Program BERFOKUS PADA DUA ISU YAKNI SRHR DAN ini diciptakan untuk melibatkan laki-laki umur antara 15-35 sebagai pengasuhan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak SGBV DENGAN PRIORITAS KEPADA PEREMPUAN, pasangan dan hak dan kesehatan seksual dan reproduksi. Program ini didukung REMAJA, LAKI-LAKI PELAKU KEKERASAN, LAKI- oleh kementrian luar negeri Belanda dan diimplementasikan di LAKI MUDA, DIFABEL, DAN KELOMPOK MARJINAL. Brazil, Indonesia, Rwanda dan Afrika Selatan. BERIKUT BEBERAPA PROGRAM YANG Bekerja dengan sistem kesehatan publik di Brazil, Indonesia, Rwanda AKAN BERJALAN. dan Afrika Selatan, negara mitra akan mengimplementasi:
• Pendidikan sebaya dengan lelaki muda tentang SRHR, kesetaraan gender, dan pengasuhan • Pendidikan sebaya dengan ayah dan pasangannya, tentang SRHR, kesehatan ibu, kesetaraan gender dan pengasuhan • Konseling dan terapi dengan laki-laki pelaku kekerasan • Lokakarya dengan pekerja sektor kesehatan tentang pentingnya melibatkan laki-laki dalam layanan SRHR dan kesehatan ibu • Kampanye komunitas MenCare akan berfokus pada meningkatkan kesadaran peran laki-laki dalam menjadi ayah dan pengasuh • Advokasi dan membangun kemitraan dengan organisasi sipil dan pemerintah yang menangani isu ini. RutgersWPF, Promundo dan mitra juga mengembangkan dan mengujicoba pendekatan yang berbasis data untuk memperkaya kegiatan dan keluaran program. Untuk memastikan keberlanjutan program MenCare+, kami merencanakan pada akhir program inisiatif ini diterapkan dan diintegrasikan dalam sistem layanan kesehatan publik.
dance4life Sebagai National Concept Owner program dance4life di Indonesia, tahun ini RutgersWPF Indonesia akan bekerjasama dengan mitra baru yakni Youth Forum Papua sebuah organisasi yang dipimpin oleh anak muda langsung yang bergerak di wilayah Papua dan memayungi sedikitnya 30 organisasi dan komunitas remaja. Youth Forum Papua adalah organisasi anak muda pertama uang mendapatkan dukungan pendanaan langsung dari RutgersWPF Indonesia.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
Sama seperti tahun sebelumnya, dance4life akan melewati empat tahapan program: • Inspire, bertujuan untuk memotivasi anak muda agar berperan aktif dalam penanggulangan HIV dan AIDS. • Educate, serangkaian workshop interaktif bertema pengembangan diri, pengetahuan dasar mengenai hak dan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV dan AIDS, keterampilan bernegosiasi, public speaking, debat, kepemimpinan, dan kewirausahaan, • Activate, penyebaran informasi mengenai HIV dan AIDS kepada teman sebaya, keluarga, dan lingkungan, menjadi relawan peduli HIV dan AIDS dan melakukan berbagai aktivitas penanggulangan HIV dan AIDS. • Celebrate, puncak perayaan atas capaian setelah melewati ketiga tahap sebelumnya. Puncak acara berupa pementasan musik dan tari kolosal dance4life yang dilaksanakan menjelang peringatan hari AIDS sedunia, untuk memperkuat komitmen anak muda sebagai agen perubahan dan menghubungkan dance4life Indonesia dengan negara-negara lain yang melaksanakan program dance4life.
ASK – YEA RutgersWPF Indonesia bersama mitra akan mengimplementasikan program ASK – YEA Access Services Knowledge – Youth Empowerment Alliance. Program ini adalah kerjasama multi organisasi di Indonesia dan organisasi di Belanda untuk menjangkau kelompok muda yang belum terjangkau dalam layanan kesehatan maupun informasi. Program ASK – YEA memiliki empat wilayah hasil: • Wilayah hasil 1: Anak muda, termasuk dari kelompok beragam seksualitas dan identitas gender, ODHA, difabel, dan yang berada di wilayah terpencil semakin memiliki informasi yang lebih baik untuk membuat keputusan yang lebih sehat terkait seksualitas, khususnya kapan, dimana, dan bagaimana mendapatkan layanan SRHR. • Wilayah hasil 2: Meningkatnya akses terhadap komoditas layanan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk ARV dan kontrasepsi bagi kelompok muda, termasuk kelompok beragam seksualitas dan identitas gender, ODHA, remaja berusia 10-16 tahun, difabel, dan yang berada di wilayah terpencil. • Wilayah hasil 3: Klinik umum dan swasta menyediakan layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang lebih baik dengan semakin banyaknya kelompok muda yang mengakses, termasuk kelompok beragam seksualitas dan identitas gender, ODHA,
•
35
remaja berusia 10-16 tahun, difabel, dan yang berada di wilayah terpencil. Wilayah hasil 4: Meningkatnya penghormatan terhadap hak seksual dan reproduksi orang muda terutama orang muda dari kelompok marjinal.
MFS II Program MFS II atau Unite for Bodily Rights adalah program yang memiliki tiga wilayah intervensi berdasarkan Millenium Development Goals Tujuan 3, 5, dan 6. Berbeda dengan program ASK – YEA yang menyasar kelompok muda yang selama ini relatif belum terjangkau, program MFS II menyasar kelompok muda dari populasi umum berusia 10 hingga 24 tahun dan perempuan usia reproduksi yakni 15 hingga 49 tahun. Pada tahun 2013, MFS II akan melanjutkan penyusunan materi pendidikan seksualitas komprehensif bagi siswa SMP, penyediaan layanan kesehatan yang ramah remaja, mendukung layanan konseling dan pendampingan penyintas KDRT, hingga mendukung kemitraan SRHR dan SGBV di Indonesia melalui Aliansi Satu Visi.
Uni Eropa RutgersWPF Indonesia akan melanjutkan program bersama Uni Eropa untuk meningkatkan akses layanan kesehatan ramah remaja dan mendorong pemerintah provinsi Papua untuk meningkatkan anggaran untuk mendukung peningkatan akses layanan kesehatan oleh remaja.
Man Making difference in Stopping Violence against Women RutgersWPF bersama Bank Dunia akan meningkatkan kapasitas 6 pusat krisis perempuan di Indonesia yakni Aceh, Bengkulu, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Makassar, dan Kupang. Program ini akan memfokuskan aktivitasnya pada survey terkait KDRT di Indonesia, pelatihan bagi konselor dan master trainer, dan publikasi materi konseling untuk lelaki.
36
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
DONOR KAMI dance4life dance4life adalah lembaga nirlaba yang berpusat di Amsterdam. dance4life bekerja sama dengan anak muda untuk mewujudkan dunia tanpa HIV dan AIDS melalui pendidikan seksualitas di sekolah dan komunitas dengan menggunakan musik dan tarian, untuk memberikan inspirasi dan melibatkan anak muda dengan bermakna.
UNI EROPA Uni Eropa adalah persatuan ekonomi dan politik antara 28 negara Eropa yang hampir mencakup seluruh benua Eropa. Salah satu tujuan utama Uni Eropa adalah untuk mendukung hak asasi manusia baik di lingkup internal Uni Eropa dan seluruh dunia. Martabat, kebebasan, demokrasi, kesetaraan, penegakan hukum dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah nilai-nilai utama Uni Eropa
PSO Program kooperasi dengan negara-negara Eropa Timur Belanda (PSO) mendukung transisi negara-negara Eropa Timur menuju sebuah ekonomi berkelanjutan yang berbasis kepada pasar. PSO mendorong negeri Belanda untuk berinvestasi kedalam negaranegara tersebut dan mempromosikan hubungan perdagangan antara Belanda dan perusahaan-perusahaan Eropa Timur. Dengan hal ini, PSO menyumbang kedalam proses transisi dengan pertukaran pengetahuan dan teknologi, yang akhirnya menghasilkan sebuah sektor swasta local yang lebih kuat dan lebih bervariasi.
KEMENTRIAN LUAR NEGERI BELANDA Kementerian Luar Negeri Belanda menghubungkan pemerintah Belanda dengan pemerintah-pemerintah asing dan organisasiorganisasi internasional. Kementerian ini mengkoordinasi dan melaksanakan kebijakan-kebijakan asing pemerintah Belanda. Kementerian ini berpusat di Den Haag (The Hague) dan mempunyai jaringan misi-misi di seluruh dunia.
CORDAID Cordaid dibentuk saat Mensen in Nood, Memisa dan Cebemo bergabung pada tahun 2000. Cordaid adalah organisasi sipil yang berfokus pada pengembangan dan kolaborasi di dalam daerah-daerah yang rentan terjadi konflik. Cordaid berjuang untuk komunitas yang adil dan sejahtera dimana setiap individu diperhitungkan.
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
37
MITRA KAMI ARDHANARY INSTITUTE E-mail:
[email protected] www.ardhanaryinstitute.org ALIANSI REMAJA INDEPENDEN Jl. Tebet barat dalam VII C no. 5B, Jakarta 12180 Telp/Faks: +62 21 829 5136 E-mail:
[email protected] www.aliansiremajaindependen.org BPKM YASANTO Jl. R.E. Martadinata, Merauke-Papua Telp: +62971 321286 Faks.: +62971 321554 E-mail:
[email protected] DIKDAS KEMDIKBUD Gedung E Lt. 5 Jl. Jend Sudirman Senayan Jakarta Selatan 10270 http://dikdas.kemdikbud.go.id/ DIKMEN KEMDIKBUD Komplek Kemdikbud Senayan Gd. D.11 dan 13 Jakarta Telp. 021 - 57955141 - 45 Email :
[email protected] http://dikmen.kemdikbud.go.id JARINGAN GAYA WARNA LENTERA INDONESIA E-mail:
[email protected] PKBI PUSAT Jl. Hang Jebat III/F3, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, DKI Jakarta 55555 Indonesia Telp : +62-21-7207372 Faks : +62-21-7394088 E-mail :
[email protected] PKBI CABANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jl. Tentara Rakyat Mataram Gg. Kapas No. 53. Yogyakarta 55321 Telp: +62 274 58 6767 Faks: +62 274 51 3566 E-mail:
[email protected] www.pkbi-diy.info PKBI CABANG DKI JAKARTA Jl . Pisangan Baru Timur No. 2, RT 04/09 Kel. Pisangan Baru, Matraman Jatinegara, Jakarta 13110 Telp: +62 21 852 0371 Faks: +62 21 859 09885 E-mail:
[email protected] www.pkbi.or.id PKBI CABANG JAMBI Jl Dara Jingga No.49 Rt 05 Kel Rajawali, Jambi 36143 Telp: +62 741 755 4579 Faks: +62 741 755 4579 E-mail:
[email protected] www.pkbi.or.id PKBI CABANG JAWA TIMUR Jl. Indragiri No. 24. Surabaya 60341 Telp: +62 31 567 9999 Faks: +62 31 566 4901 E-mail:
[email protected] www.pkbi.or.id
PKBI CABANG LAMPUNG Jl. Abdi Negara No.1 Gulak Galik, Teluk Betung, Lampung 35214 Telp: +62 721 48 7483 Fax: +62 721 48 3704 E-mail:
[email protected] www.pkbi.or.id PKBI CABANG PAPUA Kompleks Vuria indah Jl. Angsa Selatan jalur 4 No.186 Kotaraja 99225 Telp: +62 967 58 2415 Faks: +62 967 58 6291 E-mail:
[email protected] www.pkbi.or.id PMI JAKARTA TIMUR Jl. I gusti Ngurah Rai no 77, Klender Telp: +62 21 861 1832 Faks: +62 21 861 1832 E-mail:
[email protected] www.pmi-jakarta.org PUSAT PENELITIAN KESEHATAN UI Gedung G lantai 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat – Indonesia Telp: (021) 7270154. Fax: (021) 7270153 PUSAT STUDI GENDER DAN SEKSUALITAS UNIVERSITAS INDONESIA Gedung C, Ruang 303 Kampus FISIP UI Depok 16424 Telp: +62 21 786 3517 Faks: +62 21 786 3517 E-mail:
[email protected];
[email protected] RAHIMA Jl. H. Shibi no 70 RT/RW 07/01, Srengseng Sawah, Jakarta 12640 Telp: +62 21 7888 0568 Faks: +62 21 787 3210 E-mail:
[email protected] www.rahima.or.id RIFKA ANNISA WCC Jl. Jambon IV Komples Jatimulya Indah, Yogyakarta 55242 Telp: +6274 553 333 e-mail:
[email protected] www.rifka-annisa.or.id WCC CAHAYA PEREMPUAN BENGKULU Jl. Indragiri 1 No 3, Padang Harapan. Bengkulu 38225 Telp: +62 736 34 8186 E-mail:
[email protected] www.cahayaperempuan.org YAYASAN PELITA ILMU Jl. Tebet timur dalam VIII Q6, Jakarta 12820 Telp/Faks: +62 21 831 1577 E-mail:
[email protected] www.ypi.or.id YAYASAN SIKOK JL. Dara Jingga No. 49 A Jambi 36143 Telp/Faks: +62 741 24 528 E-mail:
[email protected] YOUTH FORUM PAPUA Jl. Jeruk Nipis No. 2, Kotaraja Jayapura E-mail:
[email protected]
38
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
Staff RutgersWPF Indonesia Country Representative : Sri Kusyuniati Program Andri Yoga Utami - PM Coordinator (sampai Maret 2013) Andreas Happy Susanto - Program Manager Regional Papua Ramona Sari - Spesialis SRHR Siti Hapsari - Program Manager Regional Sumatera (sampai Maret 2013) Sanding Marnowo Bayu Edi S- Program Manager Regional DKI Jakarta Siska Dewi Noya - Program Manager Regional Jawa Testia Fajar Fitriyanti - Program Asisten Tiurma Junita Veronica Siregar -Program Manager Region DKI Jakarta & Aliansi Satu Visi (sampai November 2012) Pendukung Teknis Rinaldi Ridwan- Communication Officer Nurul Agustina - Planning, Monitoring, and Evaluation Coordinator Roberta Taher - Planning, Monitoring, and Evaluation Officer Pendukung Administrasi Wahjuni Kurnijanti - Finance & Accounting Manager (sampai April 2013) Dahlia Nur - Finance Manager Fara Mutiara Octavia - Finance Officer Sarah Safitri Satar - HRD and Officer Manager Maria Meirina Eka Prizela - Administration Jahir - Office Boy Narso - Security Suhari - Security Triyono - Office Boy
Laporan Tahunan RutgersWPF Indonesia 2012
39
galeri
Pengetahuan dan Akses SRHR* untuk Kesetaraan *SRHR: Sexual and Reproductive Health and Rights ( Hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi )
RutgersWPF Indonesia office Jalan Pejaten Barat Raya No. 17B Pejaten Barat, Pasar Minggu. Jakarta Selatan Jakarta, Indonesia 12510 T.+62 21 7179 3709 / +62 21 7191 406 F.+62 21 718 0117 E-mail.
[email protected] www.rutgerswpfindo.org | facebook : Rutgers WPF Indonesia | @RutgersWPFIndo