LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH (LPPD)
DAN KEUANGAN
PROVINSI SUMATERA UTARA Triwulan IV - 2005
Kantor Bank Indonesia Medan
V Vissii BBaannkk IInnddoonnessiiaa:: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”.
M Miissii BBannk IInddoonneessiiaa:
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”.
N Niillaaii--nniillaaii SSttrraatteeggiiss BBaannkk O Orrggaanniissaasii BBaannkk IInndoonneessiiaa::
“Nilai-nilai yang menja di dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berprilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan”.
V Vissii K Kaannttoorr BBaannk IInddoonneessiiaa M Meddaann::
“Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian”.
M Miissii K Kannttoor BBaannkk Innddooneessiiaa M Meeddaann::
“Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait”.
K Kalleennddeer PPubblliikkaassii Periode Publikasi LPPD Triwulan I LPPD Triwulan II LPPD Triwulan III LPPD Triwulan IV
Publikasi Pertengahan Mei Pertengahan Agustus Pertengahan November Pertengahan Januari
PPeennerrbbiitt: Seksi Kajian Ekonomi dan Moneter Bidang Ekonomi dan Moneter Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota N o.4 MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 psw. 1729 Fax : 061-4152777 Homepage : www.bi.go.id Email :
[email protected] [email protected]
KATA PENGANTAR Menutup tahun 2005, khususnya pada paruh akhir semester II, perekonomian Sumatera Utara diwarnai dengan aktivitas moneter yang cukup berat, sementara pertumbuhan ekonomi meskipun tidak terlalu tinggi namun relatif cukup baik. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Oktober ternyata memberikan tekanan yang luar biasa sehingga terjadi ledakan (overshooting ) ekspektasi masyarakat terhadap tingkat harga dan pada akhirnya mendorong inflasi yang sangat tinggi (high inflation). Secara musiman hal tersebut juga diperkuat pola konsumsi yang meningkat menjelang perayaan hari besar keagamaan yang secara musiman menjadi pemicu inflasi. Yang menggembirakan, kondisi tersebut tidak membuat PDRB triwulan IV terpuruk dan sebaliknya masih tetap mampu memcapai pertumbuhan yang moderat. Berdasarkan kilas balik sepanjang tahun 2005, perkembangan tingkat harga di Sumatera Utara mengalami tren peningkatan yang tinggi, sementara aktivitas ekonomi yang sempat mengalami momentum pertumbuhan pada awal tahun secara perlahan menjadi tertahan dan bergerak normal hingga akhir tahun. Pada sektor perbankan, fungsi intermediasi perbankan dalam hal penyaluran kredit masih menunjukkan kinerja yang menggembirakan, meskipun kewaspadaan terhadap kualitas kredit harus tetap ditingkatkan terkait dengan kebijakan Bank Indonesia untuk memperkuat basis kesehatan industri perbankan. Ke depan, perkembangan tingkat harga secara umum tampaknya akan berangsur-angsur normal. Ancaman Imbas lanjutan (second round ) akibat kenaikan harga BBM sudah mereda yang ditunjukkan oleh deflasi pada bulan Desember. Namun penyesuaian tingkat harga masih berpotensi untuk kembali terjadi di awal tahun mengingat adanya penyesuaian gaji PNS, percepatan realisasi anggaran keuangan pemerintah daerah hingga hingga pelaksanaan BLT tahap II. Demikianlah sekilas gambaran mengenai perkembangan perekonomian regional Sumatera Utara pada triwulan IV serta prospeknya pada triwulan berikutnya yang uraiannya secara komprehensif tercakup dalam buku Laporan Pe rkembangan Perekonomian Daerah Sumatera Utara T riwulan II Tahun 2005. Medan, Desember 2005 BANK INDONESIA MEDAN
Hadi Hassim Pemimpin
Ha lam an ini sen gaja dikosongkan This page is int entio nally blank
D DA AF TTA ARR IIS II Kata Pengantar……………………………………………………………………………….. Daftar isi……………………………………………………………………………… ………..
i ii
RINGKASAN EKSEKUTIF I. Gambaran Umum….……………..…………………..…………………………………. II. Inflasi …..…………………………………………..…………………………………….. III. Perkembangan Ekonomi Makro Daerah……..………………………………………… IV. Perkembangan Perbankan ………………………….……………………………......... V. Prospek Perekonomian……..……………………………..…………………………….
v v V vi Vi vii
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 1.1. Sisi Produksi...………………………………………………………………………...... 1.1.1 PDRB Sektoral 1.2. Sisi Pengeluaran..……………………………………………………………………..... 1.2.1 Konsumsi ……………………………………………………………………………….. 1.2.3 Investasi …………………..…………………………………………………………….. 1.2.4 Perdagangan Internasional ...………………………………………………………….
1 1 1 23 23 23 25
Boks-1 Survei Penjualan Eceran BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 2.1 Kondisi Umum……………………...…………………………………………………… 2.2 Faktor-faktor Penyebab Inflasi Sumut Triwulan IV-2005 ...………...……………….. 2.3 Perkembangan Harga di 4 Kota Perhitungan Inflasi Sumut .............………….…….
26 26 38 30
Boks-4 Survei Konsumen BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN, MONETER, DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Perbankan Sumut ………………………………………………………………………. 3.1.1 Bank Umum Konvensional ………………………..…………………………………. 3.1.2 Bank Umum Syariah ………………………………………………………………….. 3.1.3 BPR/BPRS ………………………………………………………………………………. 3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran………………………………….……………..….. 3.2.1 Pengedaran Uang …………………………………………………….………………. 3.2.2 Kegiatan Kliring………………………………………………………………………..
39 32 32 38 38 39 39 40
BAB IV PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
41
Lampiran
D A FFTTA ARR G GRRA AFF IKK 1.1 Jumlah Wisman SUMUT Triwulan IV 2004 – Triwulan IV 2005 …………..…………
19
1.2 Jumlah Wisman SUMUT Januari 2001 – Desember 2005 …………….......…………
20
1.3 Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar ……….…………..…….......…………..………
21
1.4 Rata-rata TPK Hotel Berbintang Sumut…………………………...……………….……
22
1.5 Ekspor Impor Sumut…………………………..………………..............……………….
25
2.1 Inflasi Sumut dan Nasional ..............…………………………......…………....………
26
2.2 Inflasi Triwulanan dan Tahunan Sumut....……..………….....................…………….
28
2.3 Perkembangan Inflasi di 4 Kota Sumut ……………....…….................................…..
30
3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum ………………………...……….......................
33
3.2 Perkembangan DPK Bank Umum ............................................................................
34
3.3 Perkembangan Rasio ROA dan NIM ..…………………………......................………..
46
3.4 Perkembangan BOPO ..............................................................................................
47
3.5 Perkembangan Rasio Likuiditas ................................................................................
47
3.6 Perkembangan LDR .................................................................................................
48
3.7 Perkembangan NPL .................................................................................................
48
3.8 Perkembangan Indikator Keuangan Bank Syariah ....................................................
50
3.9 Peranan Perbankan Syariah .....................................................................................
51
3.10 Perkembangan BPR/BPRS..…… …..…………………….…................………………..
51
3.11 Perkembangan Indikator Bank Umum NAD .............................................................
52
3.12 Perkembangan DPK Bank Umum NAD ....................................................................
54
3.13 Perkembangan LDR & Likuiditas ..............................................................................
56
3.14 Perkembangan Aliran Uang Sumut............……………………..…………………….
58
3.15 Persentase PTTB terhadap Inflow............................................................................
58
3.16 Perkembangan Kliring Sumut.................................................................................
59
3.17 Rata-rata Nominal Kliring Sumut.......................................... ..................................
60
4.1
63
Ekspektasi Harga Survei Konsumen .......................................................................
D DA AFFTTA RR TTA ABBEELL 1.1
Nilai PDRB SUMUT Berdasarkan Lapangan Usaha………..……….…………………
1
1.2
Laju Pertumbuhan PDRB SUMUT ADH Konstan 2000 ..…………………………….
2
1.3
Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha ....................................
3
1.4
Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Pertanian…………………………………..
5
1.5
Peranan Kabupaten/Kota Terhadap NTB ADH Berlaku ……………………………..
6
1.6
Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Industri………………......……..................
1 0
1.7
Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Listrik, gas, dan Air Bersih………..............
1 1
1.8 1.9
Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Perdagangan, Hotel, dan
1
Restoran……….
3
Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Pengangkutan dan Komunikasi………….
1 5
1.10 Laju Pertumbuhan Dan Struktur Sektor Keuangan dan Jasa…………................
1 6
1.11 Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Jasa ….....................................................
1 8
1.12 Realisasi PMDN dan PMA Sumut …..…….……………………….........................
2 3
2.1
Perkembangan Inflasi Sumut dan Nasional ..........................................................
2 7
2.2
Inflasi Kelompok Barang Sumut ……………………..……....................................
2 9
2.3
Sumbangan Inflasi Kelompok Barang Sumut .......................................................
2 9
2.4
10 Komoditi Penyumbang Inflasi ................…….......………................................
3 0
2.5
Perkembangan Inflasi Nasional, Sumut dan 4 Kota .............................................
3 1
3.1
Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Sumut …....…….….......................
3 2
3.2
Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum ………………………...…........
3 3
3.3
Perubahan Neraca Keuangan Bank Umum ...………… …………….......................
4 1
3.4
Perkembangan Pangsa Penempatan Dana bank Umum...............…………………
3 4
3.5 Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan................................................
3 5
3.6
Pertumbuhan dan Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi……………...............
3 5
3.7
Perkembangan NPL Per Sektor Ekonomi Bank Umum...........................................
3 6
3.8
Perkembangan Kredit Usaha Kecil Bank Umum....................................................
3 7
3.9
Perkembangan Rasio Keuangan Bank Umum.......................................................
3 8
3.10 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Syariah..........................................
3 8
3.11 Perkembangan BPR/BPRS.....................................................................................
3 9
LL A A M PP II RR A N N A. PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA BERLAKU B.
PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993
C. PERTUMBUHAN PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA BERLAKU D. PERTUMBUHAN PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 E.
STRUKTUR PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA BERLAKU
F.
STRUKTUR PDRB TRIWULANAN PROPINSI SUMUT ATAS DASAR HARGA BERLAKU
G. HASIL SURVEI PENJUALAN ECERAN H. INFLASI NASIONAL DAN REGIONAL
RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-05 I. GAMBARAN UMUM Menutup tahun 2005, perkembangan perekonomian Sumatera Utara diwarnai dengan perkembangan perekonomian yang cukup ketat, khususnya pada paruh akhir semester II ini. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM ternyata memberikan tekanan yang luar biasa sehingga terjadi ledakan (overshooting) ekspektasi masyarakat terhadap tingkat harga dan pada akhirnya mendorong inflasi yang sangat tinggi (high inflation). Secara musiman hal tersebut juga diperkuat pola konsumsi yang meningkat menjelang perayaan hari besar keagamaan yang secara musiman menjadi pemicu inflasi. Hingga posisi Desember 2005, inflasi kalender Provinsi Sumut telah mencapai 22,41%, jauh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 6,81%. Sepertihalnya pada inflasi, kegiatan ekonomi di Sumatera Utara selama tahun 2005 turut mengalami berbagai tantangan yang terjadi khususnya triwulan akhir tahun ini. Momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada awal tahun 2005 terus mengalami trend yang menurun hingga akhir tahun. PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000 pada triwulan IV tahun 2005 adalah sebesar Rp19.505,15 miliar dengan pertumbuhan 0,69% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut relatif positif mengingat kondisi masyarakat yang cukup sulit untuk meningkatkan produksi di masing-masing sektor serta masih berlangsungnya penyesuaian tingkat harga pasca kenaik an BBM yang lalu. II. INFLASI SUMATERA UTARA Perkembangan harga secara umum menunjukkan lonjakan tinggi yakni dari posisi akhir Tahun 2004 yang sebesar 6,81% (y-o-y) menjadi 22,41%% pada posisi Desember 2005. Trend kenaikan inflasi tahunan tersebut semakin terlihat pada triwulan laporan khususnya pada bulan Oktober (11,55%) dan November (1,95 %). Pada triwulan laporan terlihat bahwa lonjakan inflasi terjadi di seluruh kota perhitungan inflasi. Secara fundamental, berbagai permasalahan ekonomi yang terjadi sepanjang tahun 2005 telah membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap tingkat harga terpuruk hingga mencapai level terendah sejak tahun 2003. Pada triwulan II yang lalu, indeks ekspektasi harga sempat menguat pada level 25,80, namun terus
terpuruk hingga triwulan laporan menjadi 18,00. Besarnya dampak kenaikan harga BBM pada bulan Oktober yang diikuti penyesuaian tingkat harga pada berbagai kelompok barang telah mendorong tingginya ekspektasi inflasi dan inflasi lebih lanjut. Secara musiman, tingginya permintaaan pada kelompok barang makanan terjadi akibat pelaksanaan bulan puasa dan perayaan hari raya besar Idul Fitri yang terjadi pada awal November serta persiapan menyambut hari raya Natal dan Tahun Baru. Sedangkan di luar kelompok makanan, kenaikan harga terjadi pada kelompok barang perumahan, listrik, gas dan air minum yang diwakili biaya tempat tinggal dan kenaikan harga gas elpiji. Bahan bangunan seperti pasir dan batu bata hingga emas yang terus menerus mengalami kenaikan harga juga turut memberikan sumbangan inflasi yang cukup tinggi. Dari sisi kelompok barang dan jasa, inflasi pada bulan Oktober terjadi pada semua kelompok barang dengan inflasi terbesar terjadi pada kelompok transportasi yakni hingga 42,40 %, disusul kelompok barang bahan makan an 10,61% dan perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar hingga 8,42%. Pada bulan November kelompok barang bahan makanan masih memberikan tekanan yang cukup besar yakni 4,94% disusul makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,47%. Kelompok barang lainnya relatif cukup merata dengan kisaran 0,16% hingga 0,69%.. II.2
EKONOMI Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada triwulan keempat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, mengalami pen ingkatan sebesar 0,69% setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 2,24%. Peningkatan yang terjadi terutama masih disebabkan adanya peningkatan pada sektor pertanian. Kontribusinya yang cukup tinggi yakni hingga 28% mampu mendongkrak PDRB triwulan IV. Sektor lainnya yang mengalami peningkatan berasal dari sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sementara penurunan aktivitas ekonomi di alami sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Perbandingan total PDRB triwulan I-IV tahun 2005 secara kumulatif dibandingkan dengan triwulan I-IV tahun 2004 tumbuh sebesar 5,48%. Selama periode tersebut, pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor bangunan yang tumbuh sebesar 17,16 %, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh 9,27%, sektor pengangkutan & komunikasi sebesar 8,93%, sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 6,08%, sektor jasa-jasa sebesar 4,25 %, sektor industri pengolahan sebesar 4,87%, sektor pertambangan & penggalian dan sektor pertanian sebesar 2,43 %.
Sementara pertumbuhan negatif terjadi pada sektor listrik, gas & air bersih dengan penurunan sebesar 0,25 %. II.3
PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan LDR cenderung meningkat yaitu pada triwulan IV tahun 2005 tercatat sebesar 67,54% sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 67,04%. Peningkatan tersebut disebabkan kenaikan laju pertumbuhan kredit lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK. Perkembangan NPL secara neto cenderung membaik yaitu sampai dengan triwulan IV tahun 2005 tercatat sebesar 6,23% sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 7,27%. Penurunan NPL tersebut disebabkan penurunan kredit yang tergolong kolektibilitas Kurang Lancar dan Macet. Pembiayaan sektor UMKM cenderung menurun dimana pangsa pembiayaan sektor ini sampai dengan triwulan IV tahun 2004 tercatat sebesar 39,87% sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 40,11%. Sebaliknya untuk pembiayaan sektor KUK mencatat peningkatan yaitu tercatat sebesar 15,07% pada triwulan IV tahun 2005 dan sebesar 14,96% pada triwulan III tahun 2005. Dilihat dari aspek penggunaan kredit maka kredit modal kerja masih merupakan pangsa pembiayaan kredit perbankan yang dominan , kemudian diikuti oleh pembiayaan konsumsi dan investasi. Berdasarkan sektor ekonomi, pembiayaan kepada sektor Industri Pengolahan, Perdagangan dan Pertanian masih mendominasi. Perkembangan suku bunga kredit dan simpanan cenderung meningkat. Giro secara rata-rata tercatat sebesar 2,46%, tabungan sebesar 4,23%, deposito sebesar 9,04% dan kredit sebesar 14,05%.
IV. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI Prospek perekonomian Sumut pada periode awal tahun 2006 mendatang diperkirakan mengalami pertumbuhan yang moderat. Proyek pembangunan fisik yang tertunda pada tahun 2005 akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Dari sisi keuangan pemerintah, kebijakan mempercepat Daftar Isian Proyek untuk merealisasikan anggaran keuangan pemerintah daerah akan turut mempercepat pembangunan fisik. Sektor industri relatif masih berkutat dengan upaya menekan biaya produksi sehingga nilai tambah produksi ekonomi yang dihasilkan tetap tidak akan mampu menyerap tenaga kerja secara optimal. Pada tingkat harga, perkembangan pada triwulan I tahun 2006 diperkiraan sudah akan bergerak normal. Penyesuaian tingkat harga pada kelompok makanan sudah mengambil porsi yang cukup besar pada triwulan akhir tahun 2005, begitu pula pada sektor transportasi dan bahan bakar BBM. Potensi kenaikan harga akan terjadi pada gas dan listrik mengingat keterbatasan energi dan penyediaannya oleh pertamina. Tingginya permintaan gas yang belum tentu mampu di serap pertamina dapat
mendorong kenaikan harga, sementara investasi listrik yang masih menjadi kendala utama pada tahun 2006 diperkirakan akan mendorong sektor industri untuk menambah biaya produksinya yang pada akhirnya ditimpakan pada konsumen.
B BA AB B II PPEER EEK KO ON NO OM MIA AN N SSU UM MA ATTEER RA AU UTTA AR RA A TTR IIW WU ULLA AN N IIV V TTA AH HU UN N 22000055 11 11.11 SSIIS II PPRRO OD DU UKKSSII1 (PPD DRRBB SSEEKKTTO ORRALL))
11.11..11 PPD DRRBB
A A.. G Gaam mbbaaraan U Um muum m Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada triwulan keempat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, mengalami peningkatan sebesar 0,69 persen setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 2,24 persen. Tabel 1.1. Nilai PDRB Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Triwulan III dan Triwulan IV Tahun 2005 (Miliar Rupiah) ADH Berlaku ADH Konstan 2000 Sektor Ekonomi/ Lapangan Usaha Triw III Triw IV Triw III Triw IV (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
9 603,37
11 376,05
4 851,10
5 106,21
630,87
676,68
265,81
260,70
8 532,09
8 645,87
5 409,86
5 230,10
409,24
431,60
182,24
188,28
5. Bangunan
1 413,77
1 434,09
993,79
970,46
6. Perdag., Hotel & Restoran
6 028,33
6 340,56
3 864,07
3 902,15
7. Pengangkutan & Kom.
2 064,44
2 660,85
1 266,26
1 276,85
1 604,93
1 720,52
952,55
966,03
2 559,63
2 716,83
1 585,27
1 604,37
32 846,67
36 003,06
19 370,95
19 505,15
1. Pertanian 2. Pertamb. dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Minum
8. Keuangan & Jasa Perusahaan 9. Jasa -Jasa PDRB Sumatera Utara
Berdasarkan pengolahan dan penghitungan hasil pengamatan akhir Survei
Indikator
Ekonomi
Triwulanan
Sumatera
Utara
serta
berbagai
data/indikator ekonomi yang ada, PDRB Sumatera Utara atas dasar harga konstan 2000 triwulan IV -2005 sebesar 19.505,15 milyar rupiah, yang berarti 1*
Hasil Survei Indikator Ekonomi Triwulanan Sumut, kerjasama Bank Indonesia Medan dan BPSSU.
menunjukkan peningkatan dari triwulan sebe lumnya yang sebesar 19.370,95 milyar rupiah. Sedangkan berdasarkan harga berlaku, PDRB Sumatera Utara menjadi sebesar 36.003,06 milyar rupiah, atau meningkat sebesar 9,61 persen dari triwulan sebelumnya yang sebesar 32.846,67 milyar rupiah. Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Triwulanan Sumatera Utara ADH Konstan 2000 Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Triwulan III dan IV Tahun 2004 dan Tahun 2005 (Persen) Sektor Ekonomi/ Lapangan Usaha (1) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Rest. 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan & Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa PDRB
Trw. IV ‘05 Thd Trw. III ‘05
Trw. IV ‘05 Thd Trw. IV ‘04
Tahun 2005 Thd Tahun 2004
(2) 5,26 -1,92 -3,32 3,31 -2,35 0,99 0,84 1,41 1,20
(3) 6,59 1,77 2,30 -2,64 -2,19 4,90 8,46 5,91 6,15
(4) 1,15 2,43 4,87 -0,25 17,16 9,27 8,93 6,08 4,25
0,69
4,50
5,48
Catatan : Angka diatas berdasarkan hasil pengamatan Survei Indikator Ekonomi Triwulanan dan masih angka sangat sementara Peningkatan yang terjadi sebesar 0,69 persen pada triwulan IV 2005 utamanya masih disebabkan adanya peningkatan pada sektor pertanian setelah pada triwulan III 2005 sebelumnya sudah mengalami peningkatan. Sektor lainnya yang me ngalami peningkatan berasal dari sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sementara sektor-sektor yang pada triwulan ini menga lami penurunan, berasal dari sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor pertambangan dan penggalian. PDRB triwulan IV tahun 2005 bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. PDRB triwulan IV tahun 2005 jika dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2004 secara total tumbuh sebesar 4,50 persen, yang merupakan dukungan dari hampir semua sektor kecuali sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih. Pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 8,46 persen, diikuti sektor pertanian sebesar 6,59 persen, sektor jasa-jasa yang tumbuh sebesar sebesar 6,15 persen, sektor keuangan & jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor industri pengolahan sebesar 2,30 persen dan sektor pertambangan & penggalian sebesar 1,77 persen. Sementara pertumbuhan negatif berasal dari sektor listrik, gas dan air bersih yang menurun sebesar 2,64 persen dan sektor bangunan yang juga menurun sebesar 2,19 persen. Tabel 1.3. Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha (Persentase)
Sektor Ekonomi/ Lapangan Usaha (1) 1. Pertanian 2. Pertamb. dan Pengg. 3. Industri Pengolahan 4. List., Gas dan Air Mnm 5. Bangunan 6. Perdag., Hotel & Rest. 7. Pengangkutan & Kom. 8. Keu. & Jasa Perush. 9. Jasa -Jasa PDRB
Tahun 2005
Tahun 2004
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
(3) 29,63 1,68 25,66
(4) 30,27 1,68 24,93
(5) 28,76 1,87 26,01
29,24 1,92 25,98
(6) 31,60 1,88 24,01
1,36
1,32
1,25
1,20
4,50
4,54
4,30
3,98
19,33
18,63
18,35
17,61
6,05
6,29
6,29
7,39
4,50 7,37
4,85 7,72
4,89 7,79
4,78 7,55
100,00
100,00
100,00
100,00
1,50 4,17 18,46 6,22 4,62 8,07 100,0 0
Perbandingan total PDRB triwulan I sampai dengan triwulan IV tahun 2005 secara kumulatif dibandingkan dengan triwulan I sampai dengan triwulan IV tahun 2004 yang juga menggambarkan pertumbuhan tahunan mampu tumbuh sebesar 5,48 persen. Selama periode tersebut, pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor bangunan yang tumbuh sebesar 17,1 6 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh 9,27 persen, sektor pengangkutan & komunikasi sebesar 8,93 persen, sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 6,08 persen, sektor jasa-jasa sebesar 4,25 persen, sektor
industri pengolahan sebesar 4,87 persen, sektor pertambangan & penggalian dan sektor pertanian sebesar 2,43 persen. Sementara pertumbuhan negatif terjadi pada sektor listrik, gas & air bersih dengan penurunan sebesar 0,25 persen. Peranan sektor ekonomi pada triwulan IV tahun 2005 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, mengalami perubahan akibat adanya kenaikan harga -harga hampir disemua komoditi ekonomi. Peranan terbesar masih tetap berasal dari sektor pertanian, diikuti sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Demikian juga peranan terendah masih tetap berasal dari sektor listrik, gas & air minum. Sektor-sektor yang peranannya mengalami peningkatan, berasal dari sektor pertanian, dan sektor pengangkutan & komunikasi. Dengan demikian perbandingan peranan antar sektor ekonomi, menunjukkan bahwa lebih dari separoh (55,62 persen) PDRB Sumatera Utara masih tetap berasal dari sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Masing-masing sektor ini memberikan kontribusi sebesar 31,60 persen dan 24,02 persen terhadap total PDRB Sumatera Utara.
Jika melihat struktur
ekonomi pada triwulan III yang lalu, sektor pertanian memberikan peranan sebesar 29,24 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 25,98 persen, memberi arti bahwa perana n sektor pertanian pada pembentukan PDRB harga berlaku triwulan IV tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,36 point, sebaliknya pada sektor industri pengolahan justru mengalami penurunan sebesar 1,96 point. Pembahasan lebih rinci perubahan dari setiap sektor dengan beberapa alasan yang signifikan menurut hasil survei indikator ekonomi dibahas dalam uraian berikut ini. B B.. P Pe errk ke em mba an ng ga an nE Ek ko ono om mii S Se ek ktto orra all 1. Sektor Pertanian
Sektor Pertanian mempunyai siklus pertumbuhan dengan pola hampir sama setiap triwulan dalam satu tahun, sehingga akan mempengaruhi pola pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan IV tahun 2005, apabila dilihat pola laju pertumbuhan sub sektor berbeda jika dibandingkan dengan pola pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika pada triwulan IV tahun 2004 pertumbuhan tertinggi berasal dari sub sektor peternakan, namun pada
tahun 2005 sub sektor ini justru mengalami penurunan sebesar 0,96 persen, demikian juga dengan sub sektor perikanan yang pada triwulan IV tahun 2004 tumbuh sebesar 0,08 persen pada tahun ini menurun sebesar 3,42 persen. Sebaliknya sub sektor tanaman bahan makanan yang pada triwulan IV tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 7,34 persen, pada triwulan yang sama pada tahun 2005 justru meningkat sebesar 5,09 persen, demikian juga diikuti oleh sub sektor perkebunan tumbuh sebesar 9,53 persen dan sub sektor kehutanan tumbuh sebesar 8,53 persen. Sehingga secara total sektor pertanian pada triwulan ini mampu tumbuh sebesar 5,26 persen, sementara pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya menurun sebesar 3,90 persen. Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Pertanian Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha (Persentase)
Laju Pertumbuhan Lapangan Usaha (1) 1.1 Tanaman Makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan
Bhn
1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan Sektor Pertanian
Triw. III
Triw. IV
Trw. IV’05 Thd. Trw.IV*04
(2)
(3)
(4)
Struktur Triw. III
Triw. IV
(5)
(6)
- 0,97
5,09
7,95
8,21
9,12
7,52 2,64
9,53 -0,96
10,65 -0,77
10,63 5,07
11,86 5,01
- 8,03 3,77
8,53 -3,42
-13,55 5,38
1,85 3,47
2,02 3,58
3,13
5,26
6,59
29,24
31,60
1.1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan
Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan meliputi kegiatan usaha komoditi padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Pada triwulan IV 2005 ini, sub sektor ini kembali mampu tumbuh sebesar 5,09 persen setelah triwulan sebelumnya menurun sebesar 0,97 persen. Peningkatan ini umumnya akibat tingginya produksi pada komoditi sayur-sayuran dan buah-buahan akibat curah hujan yang cukup tinggi pada triwulan ini, walaupun pada komoditi padi terjadi penurunan. Sumbangan terbesar dalam pembentukan NTB Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan dan juga pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan pada sub sektor ini, masih tetap berasal dari komoditi Padi yaitu sebesar 71,41 persen terhadap total NTB Tanaman Bahan Makanan. Diurutan kedua berasal dari komoditi Jagung dengan sumbangan sebesar 14,61 persen, diikuti komoditi Ubi Kayu sebesar 6,96 persen, Kacang Tanah sebesar 3,12 persen, Ubi Jalar sebesar
2,00 persen, Kacang Kedelai sebesar 0,96 persen dan Kacang Hijau sebesar 1,04 persen. Tabel 1.5. Peranan Kabupaten/Kota Terhadap NTB ADH Berlaku Tanaman Padi dan Palawija Triwulan IV Tahun 2005 (Persentase)
Kabupaten/Kota
Padi
(1) 1. Nias 2. Mandailing Natal 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Tapanuli Utara 6. Toba Samosir 7. Labuhan Batu 8. Asahan 9. Simalungun 10. Dairi 11. Karo 12. Deli Serdang 13. Langkat 14. Sibolga 15. Tanjung Balai 16. Pematang Siantar 17. Tebing Tinggi 18. Medan 19. Binjai 20. Pdg. Sidempuan
(2) 1,63
Kacan Jagun g g Kedela i (3) (4) 0,03 0,00
Kacan g Hijau
Kacan g Tanah
(5) 0,84
(6) 1,49
(7) 1,32
(8) 0,74
Ubi Jalar
Ubi Kayu
6,28
0,92
15,14
1,33
1,98
0,82
0,47
10,54
1,20
7,53
4,31
3,07
2,27
1,63
2,86 0,76 1,27 4,42 10,11 20,50 3,45 1,10 22,45 12,15 0,00 0,00
0,01 0,70 1,68 1,33 2,81 27,23 15,02 26,37 14,10 7,79 0,00 0,01
0,03 0,06 0,55 11,94 2,00 1,05 0,00 0,00 53,14 8,39 0,00 0,00
0,15 0,00 3,02 2,40 3,98 5,91 0,00 0,00 60,62 15,24 0,00 0,00
0,14 39,40 3,73 1,12 0,47 23,01 8,68 1,03 8,97 4,49 0,00 0,00
0,02 8,44 5,51 1,99 0,85 60,69 2,35 6,52 5,25 1,28 0,00 0,00
0,14 3,02 5,28 0,11 4,28 18,97 0,77 0,00 59,40 1,38 0,00 0,05
0,25 0,27 0,15 1,04
0,11 0,02 0,27 0,30
0,00 0,03 0,03 0,03
0,00 0,08 1,58 0,26
0,20 0,07 1,01 0,58
0,19 0,07 1,93 0,16
0,98 0,56 1,11 0,67
0,76
0,08
0,08
0,27
0,56
0,33
0,44
Berdasarkan hasil panen padi selama triwulan IV tahun 2005 menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara,
produksi padi terbesar berasal dari
Kabupaten Deli Serdang dengan peranan sebesar 22,45 persen dari total produksi Sumatera Utara. Sementara yang berada diurutan kedua berasal dari Kabupaten Simalungun sebesar 20,50 persen, diikuti oleh Kabupaten Langkat sebesar 12,15 persen, Tapanuli Selatan sebesar 10,54 persen, dan Kabupate n
Mandailing Natal sebesar 6,28 persen.
Sedangkan daerah-daerah lainnya
peranannya hanya berkisar dibawah lima persen. Selanjutnya untuk tanaman palawija lainnya seperti jagung,
sumber
produksi terbesar berasal dari Simalungun (27,23 persen), Karo (26,37 persen), Dairi (15,02 persen), Deli Serdang (14,10 persen) dan Langkat sebesar (7,79 persen).
Sementara daerah lainnya berkisar di bawah tiga persen.
Selengkapnya peranan kabupaten/kota di Sumatera Utara terhadap PDRB untuk tanaman padi dan palawija, dapat dilihat pada tabel 3.5. diatas. Perbandingan triwulan IV-2005 dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya menurut pengamatan di lapangan ternyata menunjukkan adanya peningkatan pada sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 7,95 persen. Adanya peningkatan produksi Sub Sektor Tabama pada triwulan IV tahun 2005 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, mengakibatkan peningkatan kontribusi pada PDRB Sumatera Utara. Pada triwulan III-2005, Sub Sektor Tabama memberikan peranan sebesar 8,21 persen, dan pada triwulan IV memberikan peranan sebesar 9,12 persen atau naik 0,91 point. Kondisi ini menyebabkan sub sektor Tabama menjadi penyumbang terbesar kedua pada sektor Pertanian setelah sub sektor Perkebunan.
1.2. Sub Sektor Perkebunan
Sub Sektor Perkebunan yang meliputi tanaman keras seperti komoditi kelapa sawit, karet, coklat dan lainnya, pada triwulan IV 2005 secara agregat kembali menunjukkan peningkatan produksi cukup besar yaitu sebesar 9,53 persen, setelah triwulan sebelumnya juga meningkat sebesar 7,52 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, juga mengalami peningkatan sebesar 10,65 persen. Jika dilihat dari peranan terhadap total PDRB Sumatera Utara, sub sektor ini merupakan penyumbang terbesar dari sektor pertanian, dimana peranannya pada triwulan IV 2005 sebesar 11,86 persen lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 10,63 persen, atau mengalami peningkatan sebesar 0,23 point. 1.3. Sub Sektor Peternakan
Sub Sektor Peternakan pada triwulan IV 2005 mengalami penurunan sebesar 0,96 persen, setelah pada triwulan III 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,64 persen. Pengaruh adanya virus flu burung yang menyerang hewan ternak, dampaknya masih terlihat terhadap kinerja produksi pada triwulan ini. Ternak ayam pedaging dan ternak babi, merupakan jenis ternak yang paling besar dampaknya terhadap produksi kedua ternak tersebut akibat adanya issue virus flu burung. Sementara ternak lainnya seperti sapi, lembu, kerbau dan kambing/domba, pada triwulan ini masih menunjukkan produksi meningkat. Adanya penurunan kinerja produksi ternak, mengakibatkan penurunan kontribusinya terhadap total PDRB. Pada triwulan IV 2005 peranan sub sektor ini terhadap total PDRB Sumatera Utara sebesar 5,01 persen yang berarti mengalami penurunan sebesar 0,06 point dari triwulan III 2005 yang memberikan kontribusi sebesar 5,07 persen. 1.4. Sub Sektor Kehutanan
Kegiatan Sub Sektor Kehutanan pada triwulan IV 2005 mengalami peningkatan
cukup tinggi yaitu sebesar 8,53 persen setelah pa da triwulan
sebelumnya mengalami penurunan yang cukup tajam sebesar 8,03 persen. Adanya peningkatan produksi sub sektor ini, mengakibatkan peranan sub sektor ini terhadap pembentukan PDRB Sumatera Utara juga mengalami peningkatan yang pada triwulan III sebesar 1,85 persen menjadi sebesar 2,02 persen pada triwulan IV 2005. 1.5. Sub Sektor Perikanan
Hasil pengamatan akhir yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa kinerja kegiatan perikanan mengalami penurunan produksi sebesar 3,42 persen, setelah pada triwulan sebelumnya meningkat sebesar 3,77 persen. Adanya penurunan kinerja pada sub sektor ini, tidak terlepas dari dampak kenaikan harga BBM yang mengakibatkan tingginya biaya produksi pada penangkapan ikan di laut yang menggunakan kapal nelayan. Namun adanya penurunan produksi perikanan tersebut, ternyata masih mampu mampu untuk meningkatkan kontribusi subsektor ini terhadap total PDRB, dimana peranan pada triwulan III 2005 sebesar 3,47 persen, menjadi 3,58 persen pada triwulan IV tahun 2005.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Pertambangan dan Penggalian pada triwulan IV 2005 kembali mengalami penurunan yaitu sebesar 1,92 persen dari triwulan sebelumnya. Adanya penurunan pada sektor ini merupakan akibat penurunan kinerja pada kegiatan sub sektor pertambangan sebesar 7,14 persen, walaupun terjadi peningkatan pada kegiatan penggalian sebesar 2,96 persen dari triwulan sebelumnya. Dengan kinerja kedua sub sektor tersebut, maka kontribusi sektor ini terhadap total PDRB Sumatera Utara pada triwulan IV 2005 adalah sebesar 1,88 persen, yang menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,92 persen. 3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor ini meliputi Sub Sektor Industri Migas dan Industri Non Migas, dimana industri non migas merupakan salah satu motor penggerak roda perekonomian setelah sektor pertanian di Sumatera Utara. Kegiatan industri pengilangan Migas di Sumatera Utara
setiap
triwulannya selalu berfluktuasi, adanya kecenderungan berfluktuasinya produksi pertambangan
Migas
di
Sumatera
Utara
mempengaruhi
pertumbuhan
triwulanan pada sub sektor industri migas ini. Seiring dengan penurunan pada sub sektor pertambangan, sub sektor industri pengilangan migas juga mengalami penurunan kinerja, dimana pada triwulan IV 2005 subsektor ini mengalami penurunan cukup tajam sebesar 9,35 persen, setelah pada triwulan sebelumnya meningkat sebesar 2,68 persen. Kegiatan pada industri pengolahan non migas pada triwulan ini menunjukkan kinerja yang menurun setelah terjadinya kenaikan harga BBM yang secara langsung berimbas terhadap kegiatan industri pengolahan. Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Industri Triwulan III dan IV Tahun 2005 (Persen) Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Trw. IV’05
Struktur
Triw. III
Triw. IV
(1) 3.1. Industri Migas
(2) 2,68
(3) -9,35
3.2. Industri Non Migas - Mkn.Mnn. & Tembakau - Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki - Brg. Kayu & Hasil Hutan
3,22 4,18
- Kertas & Brg. Cetakan - Pupuk, Kimia & Brg. Dr Karet - Semen & Galian Bkn Logam - Logam Dasar Besi dan Baja - Alat Angk. Mesin & Peralatan - Barang Lainnya Sektor Industri
Thd. Trw.IV’04
Triw. III
Triw. IV
(4) -7,68
(5) 0,28
(6) 0,25
-3,28 -1,44
2,37 5,70
25,70 11,32
23,76 10,63
2,13
-3,10
-0,01
2,36
2,18
3,97 10,00
-2,11
-0,30
2,03
1,85
16,52
8,20
0,27
0,29
3,52
-10,37
-0,07
5,24
4,34
3,71
-9,76
-4,69
1,17
1,00
4,19
10,63
-12,64
1,03
1,14
-0,29
-1,41
4,58
1,79
1,82
1,46
3,42
10,17
0,48
0,51
3,21
-3,32
2,30
25,98
24,01
Dari pemantauan akhir survei ini, komoditi industri pengolahan mengalami penurunan cukup sigbifikan sebesar 3,32 persen. Penurunan yang cukup tajam berasal berasal dari kegiatan industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 10,37 persen, kemudian diikuti penurunan kinerja dari kegiatan industri semen dan barang dari galian bukan logam sebesar 9,76 persen, penurunan pada kegiatan industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 3,10 persen, kegiatan industri kayu dan hasil hutan lainnya yang menurun sebesar 2,11 persen, kegiatan industri makanan, minuman dan tembakau yang mengalami penurunan sebesar 1,44 persen, dan pada kegiatan industri alat angkutan, mesin dan peralatannya yang menurun sebesar 1,41 persen. Sementara kegiatan industri yang mengalami peningkatan terbesar berasal dari kegiatan industri kertas dan barang cetakan yang meningkat sebesar 16,52 persen, diikuti kegiatan industri logam dasar besi dan baja sebesar 10,63 persen, dan kegiatan industri barang lainnya sebesar 3,42 persen. Dengan kondisi dari kinerja kegiatan industri tersebut diatas, industri non migas menurun sebesar 3,28 persen, sehingga secara total menurun
sebesar
3,32
persen.
Adanya
penurunan
kinerja
sektor ini tersebut
mengakibatkan penurunan kontribusinya terhadap total PDRB, yaitu dari sebesar 25,98 persen pada triwulan III 2005 menjadi 24,02 persen pada triwulan IV 2005 atau turun sebesar 1,96 point.
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Kinerja sektor listrik, gas & air bersih pada triwulan IV 2005 sudah menunjukkan peningkatan sebesar 3,31 persen, setelah triwulan sebelumnya turun sebesar 0,80 persen. Adanya peningkatan tersebut akibat peningkatan kinerja pada sub sektor listrik yang meningkat cukup tinggi hingga 5,26 persen dari triwulan sebelumnya. Tabel 1.7. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Triwulan III dan IV Tahun 2005 (Persen) Laju Pertumbuhan Struktur Trw. IV’05
Lapangan Usaha
Triw. III
Triw. IV
Thd. Trw.IV*04
Triw. III
Triw. IV
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
-1,05
5,26
-3,20
0,92
0,89
4.2. Gas Kota
0,21
-1,36
1,10
0,18
0,18
4.3. Air Bersih
-0,15
-3,14
-1,55
0,15
0,13
- 0,80
3,31
-2,64
1,25
1,20
(1) 4.1. Listrik
Sektor LGA
Hal ini menunjukkan sudah berfungsinya kembali mesin pembangkit listrik setelah perbaikan dan pemeliharaan pada triwulan-triwulan sebelumnya. Sementara sebaliknya pada sub sektor gas dan sub sektor air bersih pada triwulan ini menunjukkan penurunan masing-masing sebesar 1,36 persen dan 3,14 persen. Namun adanya peningkatan kinerja pada sub sektor listrik tersebut, belum mampu untuk meningkatkan peranan keseluruhan dari sektor Listrik, Gas dan Air Bersih terhadap total PDRB, dimana pada triwulan III 2005 peranannya sebesar 1,25 persen sedangkan pada triwulan IV 2005 turun menjadi 1,20 persen. 5. Sektor Bangunan
Pada triwulan IV 2005, kinerja Sektor Bangunan kembali mengalami penurunan sebesar 2,35 persen setelah pada triwulan III juga menurun sebesar 1,90 persen. Demikian juga jika kondisi pada triwulan ini dibandingkan terhadap triwulan IV 2004, masih mengalami penurunan sebesar 2,19 persen. Adanya penurunan yang terjadi pada sektor bangunan ini, ternyata mempengaruhi kontribusi yang diberikan terhadap total PDRB, dimana pada triwulan III 2005 peranannya sebesar 4,30 persen, turun menjadi 3,98 persen pada triwulan IV tahun 2005.
6. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Seiring dengan melambatnya kinerja pada kegiatan sektor industri pengolahan, dengan kebijakan kenaikan harga BBM serta melemahnya nilai tukar mata uang rupiah yang mengakibatkan melambungnya harga -harga pada semua komoditi yang diperdagangkan, sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar 0,99 persen. Secara keseluruhan walaupun terjadi peningkatan tersebut, namun peranan sektor ini terhadap total PDRB Sumatera Utara pada triwulan IV 2005 justru mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 18,35 persen, me njadi 17,61 persen pada triwulan IV-2005 atau turun sebesar 0,74 point. Tabel 1.8. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Triwulan III dan IV Tahun 2005 (Persen)
Laju Pertumbuhan Lapangan Usaha
Struktur Trw. IV’05 Thd. Trw.IV’04 Triw. III Triw. IV
Triw. III
Triw. IV
(2)
(3)
(4)
(4)
(5)
6.1. Perdagangan
0,93
0,96
4,69
16,80
16,09
6.2. Hotel
3,83
1,08
9,42
0,23
0,22
6.3. Restoran
1,71
1,53
7,89
1,33
1,29
Sektor Perdag, Htl, & Rest
1,00
0,99
4,90
18,35
17,61
(1)
6.1. Sub Sektor Perdagangan
Pada triwulan IV tahun 2005 sub sektor ini masih mampu meningkat walupun cukup lambat yaitu sebesar 0,96 persen. Adapun peningkatan ini masih akibat permintaan pasar akan barang-barang perdagangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berlebaran maupun masyarakat yang menyambut natal dan tahun baru. Adanya peningkatan dari kinerja sub sektor ini, ternyata tidak mampu untuk meningkatkan peranannya terhadap PDRB Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat dari peranan pada triwulan III 2005 yang sebesar 16,80 persen, menjadi sebesar 16,10 persen pada triwulan IV 2005. 6.2. Sub Sektor Hotel
Setelah mengalami peningkatan kinerja sub sektor perhotelan ini selama triwulan III 2005 yaitu masa puncak liburan, pada triwulan IV 2005 sub sekto r hotel ini masih mengalami peningkatan walaupun cukup lambat sebesar 1,08 persen. Kondisi inipun masih dipengaruhi adanya musim liburan lebaran, natal dan tahun baru pada triwulan ini, dimana tingkat penghunian kamar hotel mengalami peningkatan pada hotel non bintang.
Sementara untuk hotel
berbintang, peningkatan terjadi hanya pada hotel berbintang empat. Sedangkan hotel berbintang lainnya mengalami penurunan. Namun peningkatan kinerja yang terjadi tersebut, belum mampu untuk meningkatkan peranannya terhadap pembentukan PDRB Sumatera Utara yang pada triwulan ini hanya memberikan sumbangan sebesar 0,22 persen, dari total PDRB Sumatera Utara. 6.3. Sub Sektor Restoran
Sama halnya dengan sub sektor hotel, kinerja sub sektor restoran pada triwulan IV ini juga meningkat walaupun cukup perlahan yaitu sebesar 1,53 persen setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami peningkatan sebesar 1,71 persen. Namun peningkatan kinerja pada sub sektor ini tidak diikuti dengan peningkatan kontribusinya terhadap PDRB Sumatera Utara, dimana kontribusi pada triwulan III 2005 sebesar 1,33 persen turun menjadi 1,29 persen pada triwulan IV 2005. 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM memberikan dampak yang cukup besar bagi kinerja perekonomian nasional. Salah satu sektor yang secara langsung memberikan reaksi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, dimana sektor ini merupakan sumber pemicu utama tingginya tingkat inflasi. Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan kinerja pada sekto r perdagangan, hotel dan restoran, pada triwulan IV 2005 kegiatan pengangkutan dan komunikasi juga mengalami perlambatan peningkatan kinerja. Sehingga dengan tarif yang melambung tinggi, kontribusi sektor ini pada triwulan IV 2005 mengalami peningkatan kontribusi yang cukup tinggi terhadap PDRB Sumatera Utara, dimana peranan pada triwulan IV 2005 sebesar 7,39 persen naik dari peranan sebesar 6,29 persen pada triwulan sebelumnya. 7.1. Sub Sektor Pengangkutan
Peningkatan yang terjadi selama triwulan IV 2005 pada sub sektor ini, utamanya berasal dari sub sektor angkutan jalan raya, angkutan laut & asdp, angkutan udara dan angkutan rel kereta api. Tabel 1.9. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Triwulan III dan IV Tahun 2005 (Persen) Laju Pertumbuhan
Lapangan Usaha
Trw. IV’05 Thd. Trw.IV*04
Struktur
Triw. III
Triw. IV
(1) 7.1. Pengangkutan
(2) 2,63
(3) 1,47
(4) 7,62
(5) 4,87
(6) 6,11
a. Angkutan Rel b. Angkutan Jalan Raya c. Angkutan Laut dan SDP d. Angkutan Udara
2,72
3,50
-6,16
0,03
0,03
1,94
1,83
7,44
2,93
4,16
2,61
2,88
4,05
0,37
0,36
5,80
1,32
9,29
0,42
0,50
3,60
-0,15
9,59
1,12
1,06
4,16
-1,24
10,71
1,41
1,28
2,98
0,84
8,31
6,29
7,39
e. Jasa Penunjang Angk. 7.2. Komunikasi Sektor Angkutan & Kom
Triw. III
Triw. IV
Jika dilihat kinerja kegiatan angkutan, kinerja angkutan rel merupakan tertinggi yang meningkat sebesar 3,50 persen. Selanjutnya peningkatan juga berasal dari angkutan laut & asdp yang meningkat sebesar 2,88 persen, diikuti dengan angkutan jalan raya sebesar 1,83 persen dan angkutan udara sebesar 1,32 persen. Dengan kondisi peningkatan kegiatan angkutan tersebut diatas, mengakibatkan kinerja jasa penunjang angkutan menurun sebesar 0,15 persen. Sehingga pada triwulan IV ini secara ke seluruhan sub sektor pengangkutan hanya meningkat sebesar 1,47 persen dari triwulan sebelumnya. Dengan peningkatan kinerja pada sub sektor angkutan tersebut, mampu meningkatkan kontribusinya terhadap PDRB Sumatera Utara, dimana pada triwulan sebelumnya sub sektor angkutan ini memberikan kontribusi sebesar 4,87 persen, dan pada triwulan ini menjadi sebesar 6,11 persen. 7.2. Sub Sektor Komunikasi
Kinerja sub sektor komunikasi yang pada triwulan-triwulan sebelumnya selalu mengalami peningkatan, namun pada triwulan ini kinerjanya kurang menggembirakan. Pada triwulan ini, sub sektor ini menurun sebesar
1,24
persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Sehingga penurunan tersebut menurunkan peranannya pada PDRB Sumatera Utara, dimana pada triwulan III 2005 memberikan kontribusi sebesar 1,41 persen menjadi 1,28 persen pada triwulan IV 2005. 8. Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan
Hingga triwulan IV 2005 ini, kinerja Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan masih terlihat melambat walaupun sudah lebih tinggi dari triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 1,41 persen. Namun peningkatan tersebut ternyata tidak mampu untuk meningkatkan peranannya terhadap total PDRB Sumatera Utara, dimana peranan sektor ini pada triwulan III tahun 2005 sebesar 4,89 persen menurun menja di 4,78 persen pada triwulan IV 2005. Tabel 1 .10. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan Triwulan III dan IV Tahun 2005 (Persen)
Lapangan Usaha
Laju Pertumbuhan
Triw. III
Triw. IV
Trw. IV’05 Thd. Trw.IV’04
Struktur Triw. III
Triw. IV
(1) 8.1. Bank dan Lem. Keu. Lain 8.2. Sewa bangunan 8.3. Jasa Perusahaan Sektor Persh
Keu.
&
Jasa
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
- 1,95
-2,92
-0,24
2,08
1,92
2,04
4,47
9,34
2,47
2,54
1,24
-1,44
15,81
0,34
0,31
0,46
1,41
5,91
4,89
4,78
8.1. Sub Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lain
Pada triwulan IV 2005 ini kinerja sub sektor bank dan lembaga keuangan lainnya masih mengalami penurunan sebesar 2,92 persen dari triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja ini tidak terlepas dari kondisi melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing khususnya terhadap dollar AS, demikian juga dengan tingginya tingkat inflasi yang terjadi pada awal triwulan ini. Dengan penurunan kinerja pada sub sektor ini, mengakibatkan penurunan kontribusinya terhadap PDRB Sumatera Utara. Jika pada triwulan III 2005 peranannya sebesar 2,08 persen, maka pada triwulan IV 2005 peranannya menjadi sebesar 1,92 persen. 8.2. Sub Sektor Sewa Bangunan
Tidak seperti kinerja pada sub sektor keuangan dan lembaga keuangan lainnya, kinerja usaha persewaan bangunan pada triwulan ini kembali mengalami peningkatan sebesar 4,47 persen setelah meningkat sebesar 2,04 persen pada triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja pada sub sektor ini, akhirnya mampu untuk meningkatkan peranan sub sektor ini terhadap pe mbentukan PDRB dimana pada triwulan III tahun 2005 sebesar 2,47 persen menjadi 2,54 persen pada triwulan IV tahun 2005. 8.3. Sub Sektor Jasa Perusahaan
Seiring dengan sub sektor keuangan, sub sektor jasa perusahaan pada triwulan IV 2005, juga mengalami penurunan kinerja sebesar 1,44 persen dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Adanya
penurunan
tersebut,
mengakibatkan penurunan peranan sub sektor ini pada PDRB Sumatera Utara, dimana peranan sub sektor ini pada triwulan III 2005 sebesar 0,34 persen menjadi 0,31 persen pada triwulan IV 2005.
9. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa -jasa pada triwulan ini ternyata tidak jauh berbeda bahkan lebih lambat dari kinerja triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,20 persen. Demikian juga dengan peranannya terhadap PDRB Sumatera Utara, pada triwulan ini sektor jasa-jasa memberikan peranan sebesar 7,55 persen yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya dengan peranan sebesar 7,79 persen. Namun jika kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan IV ini dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, sudah mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 6,15 persen.
Demikian juga
dengan peranan sektor ini pada triwulan IV 2005 yang sebesar 1,20 persen, sudah lebih tinggi jika dibandingkan dengan peranan sektor ini pada triwulan yang sama tahun 2004 yang sebesar 0,65 persen. Tabel 3.11. Laju Pertumbuhan dan Struktur Sektor Jasa-jasa Triwulan III dan IV Tahun 2005 (Persen) Laju Pertumbuhan Trw. IV’05
Lapangan Usaha
(1) Pemerintahan
9.1. Umum 9.2. Swasta
a. Sosial Kemasyarakatan b. Hiburan dan Rekreasi c. Perorangan & RT Sektor Jasa-jasa
Struktur
Triw. III
Triw. IV
Thd. Trw.IV’04
Triw. III
Triw. IV
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
3,72
1,18
6,67
5,42
5,27
1,67
1,27
4,73
2,37
2,28
0,83
0,26
1,39
0,83
0,77
1,29
2,46
5,97
0,28
0,27
2,47
1,61
6,93
1,27
1,24
3,16
1,20
6,15
7,79
7,55
9.1. Sub Sektor Jasa Pemerintahan Umum
Sub sektor jasa pemerintahan umum pada triwulan IV 2005 kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 1,1 8 persen. Namun peningkatan kinerja sub sektor ini tidak mampu meningkatkan kontribusinya yaitu dari 5,42 persen pada triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 5,27 persen pada triwulan IV 2005.
9.2. Sub Sektor Jasa Swasta
Sub sektor Jasa Swasta pada triwulan IV 2005 masih mengalami peningkatan walaupun secara perlahan yaitu sebesar 1,27 persen, dimana peningkatan kinerja pada sub sektor ini utamanya berasal dari kegiatan jasa hiburan yang tumbuh sebesar 2,46 persen, kegiatan jasa perorangan dan rumah tangga yang tumbuh sebesar 1,61 persen dan kegiatan
jasa sosial
kemasyarakatan yang tumbuh sebesar 0,26 persen. Namun peningkatan pada kinerja sub sektor jasa swasta tersebut, belum mampu meningkatkan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Sumatera Utara.
Peranan pada
triwulan ini sebesar 2,28 persen, yang turun dari peranan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,37 persen. 110..
PPARRIIW WIISSA ATTA A Citra pariwisata Indonesia termasuk Sumatera Utara sudah semakin
membaik pasca peristiwa peledakan bom yang marak terjadi seja k tahun 2002. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sumatera Utara pada dua tahun terakhir. Jumlah wisman yang datang melalui pintu masuk Bandara Polonia pada triwulan III tahun 2005 mencapai 28.425 orang. Grafik 1. 1 Jumlah Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Sumatera Utara melalui Polonia Triwulan IV 2004 - Triwulan IV 2005 Jumlah Wisman (orang) 35.000 30.000
28.425 23.694
27.894
26.954 25.375
25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0 Tr. IV-04
Tr. I-05
Tr. II-05
Tr. III-05
Tr. IV-05*
Keterangan: *) Triwulan IV 2005 masih Angka Perkiraan
Membaiknya kondisi pariwisata tersebut merupakan kerja keras pemerintah yang gencar melakukan promosi untuk bisa menarik banyak turis, baik asing maupun domestik. Namun, upaya pemerintah ini kembali mendapat batu sandungan dengan adanya kasus peledakan bom Bali II yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 2005. Banyak negara-negara tetangga yang mengeluarkan “travel warning” bagi warganya yang akan berkunjung ke Indonesia. Hal ini menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah wisman selama triwulan IV tahun 2005 yang diperkirakan mencapai 26.954 orang. Angka ini mengala mi penurunan 5,18 persen dari jumlah wisman yang datang pada triwulan III yang lalu. Meskipun demikian, jumlah wisman pada triwulan ini lebih banyak jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2004 dengan peningkatan sebesar 13,76 persen. Secara kumulatif, jumlah wisman yang berkunjung ke Sumatera Utara sampai dengan triwulan IV 2005 diperkirakan mencapai 108.648 orang yang berarti meningkat sekitar 17,28 persen dibanding jumlah wisman pada periode yang sama tahun 2004 dengan jumlahnya sebanyak 92.637 orang. Wisman yang berkunjung ke Sumatera Utara, sebagian besar berasal dari negara Malaysia, diikuti wisman dari negara Singapura, Belanda, dan Amerika Serikat. Grafik 1.2 Jumlah Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Sumatera Utara melalui Polonia Januari 2001 – Desember 2005 Jumlah Wisman (orang) 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000
20 05
20 04
20 03
20 02
20 01
0
Keterangan: Nopember dan Desember 2005 masih Angka Perkiraan
Indikator pariwisata lain yang dapat menggambarkan kondisi dunia pariwisata selain jumlah wisatawan mancanegara (wisman) adalah Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK). Tingginya TPK suatu hotel mencerminkan tingginya
aktivitas
perhotelan,
sebaliknya
rendahnya
TPK
suatu
hotel
mencerminkan rendahnya aktivitas perhotelan suatu daerah. Pada Triwulan IV 2005, rata -rata TPK Hotel Berbintang di Sumatera Utara diperkirakan mencapai 39,18 persen. Persentase ini lebih rendah 4,44 persen dibandingkan rata-rata TPK Hotel Berbintang triwulan sebelumnya yang mencapai 41 persen. Penurunan TPK tersebut sedikitnya merupakan dampak dari menurunnya jumlah wisman. Disamping itu, kenaikan BBM yang pada akhirnya menyebabkan naiknya harga beberapa komoditi terutama sarana transportasi, menyebabkan wisatawan domestik enggan melakukan perjalanan wisata. Membandingkan angka TPK triwulan ini terhadap periode yang sama tahun sebelumnya , ternyata rata-rata TPK Hotel Berbintang pada triwulan IV 2005 ini masih lebih tinggi sekitar 6,08 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 36,94 persen. Grafik 1.3 Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang di Sumatera Utara Triwulan IV 2004 – Triwulan IV 2005 39,18
Tr. IV-05*
41,00
Tr. III-05
34,67
Tr. II-05
45,58
Tr. I-05
36,94
Tr. IV-04 0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
TPK (persen)
Keterangan: *) Triwulan IV 2005 masih Angka Perkiraan Jika dirinci berdasarkan klasifikasi hotel berbintang, TPK hotel tertinggi pada triwulan IV 2005 terjadi pada klasifikasi hotel bintang III dimana jumlah kamar terhuni setiap malam mencapai 54,66 persen, diikuti oleh hotel bintang IV yaitu 44,19 persen, hotel bintang I sebesar 38,87 persen, dan terakhir hotel
bintang II yang hanya terisi 19,02 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa minat wisatawan baik yang berasal dari mancanegara maupun wisatawan domestik atau lokal, cenderung untuk memilih hotel berbintang tiga untuk menginap dari pada hotel berbintang lainnya. Kondisi yang sama juga terjadi jika dibandingkan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari empat klasifikasi hotel yaitu hotel bintang I, II, III dan IV, hanya TPK dengan klasifikasi hotel bintang IV yang mengalami peningkatan di triwulan IV 2005 sebesar 7,4 persen. Sementara itu, TPK untuk hotel berbintang I, II dan III mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar 14,95 persen, 11,48 persen dan 1,84 persen. Grafik 1.4 Rata-rata TPK Hotel Berbintang di Sumatera Utara menurut Klasifikasi Hotel Triwulan IV 2004 – Triwulan IV 2005 TPK (persen) 100,00
Tr. IV-04
Tr. I-05
Tr. III-05
19,02
38,87
55,69 41,15
45,70
Tr. II-05
21,48
44,98 32,81
42,58
42,72
49,43
0,00
18,31
20,15
20,00
35,34
40,00
25,84
50,63 41,63
64,31
60,00
54,66 44,19
80,00
Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4
Tr. IV-05*
Keterangan: *) Triwulan IV 2005 masih Angka Perkiraan Secara agregat jumlah malam kamar terjual pada triwulan IV 2005 ini, diperkirakan mengalami penurunan sebesar 9,92 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Seiring dengan kondisi TPK, peningkatan juga berasal dari hotel berbintang empat. Sedangkan hotel berbintang tiga, hotel berbintang dua dan hotel berbintang satu mengalami penurunan. Sama halnya dengan TPK, jumlah malam kamar terjual di triwulan IV ini diperkirakan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan yang sa ma tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,28 persen.
11.22.. SSIISSII PPEEN NG GEELLU UA ARRA AN N 11.22..11 KKO ON NSSUM MSSII Indikator konsumsi yang dilakukan produsen dengan menggunakan pendekatan data Survei Penjualan Eceren pada triwulan IV tahun 2005 menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan konsumsi triwulan sebelumnya. Selama triwulan laporan, nilai transaksi yang dilakukan masyarakat meningkat cukup besar yakni hingga Rp.5,03 miliar. Tingginya kenaikan konsumsi masyarakat terjadi pada hampir seluruh kelompok usaha kecuali peralatan tulis dan pembelian suku cadang. Sementara kelompok usaha yang mengalami lonjakan permintaan terjadi pada kelompok bahan bakar dan perlengkapan rumah tangga. (Perincian secara detail dapat dilihat pada box Survei Penjualan Eceran). 11.22..22 RRE A ALLIISSA ASSII IIN NV VEESSTTA ASSII Tabel 1.12 Realisasi Investasi Provinsi Sumut Januari-September 2005
Proyek PMDN PMA Jumlah
JML 6 17 23
PENAMBAHAN Investasi (Rp. Juta) (us$ 000) 391.867,35 122.530,90
TK INA 231 909 1140
A 0 17 17
JML 1 1
PENGURANGAN Investasi TK (Rp. Juta) (us$ 000) INA A 584,15 6 6
Sumber : BAINPROM
Sepanjang tahun 2005, perkembangan dunia investasi di Sumatera Utara belum menunjukkan geliat yang menggembirakan. Berbagai permsalahan mendasar yang sering mengemuka mulai dari praktek ekonomi biaya tinggi hingga masalah keamanan dan iklim usaha yang kurang kondusif menyebabkan investor tampak enggan untuk menanamkan modalnya. Kondisi tersebut tercermin dari realisasi investasi Provinsi Sumut baik PMDN ma upun PMA yakni masing-masing hanya sebesar Rp.391,87 miliar dan US$122,53 juta. Dari penambahan proyek tersebut jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap melalui PMDN adalah sebanyak 1.140 orang, sementara untuk PMA sebanyak 17 orang. Minimnya kontribusi dunia investasi dalam pembangunan provinsi Sumut tersebut diperkirakan akan semakin berat pasca kenaikan BBM pada triwulan IV lalu. Kesulitan produksi pada sektor industri terkait dengan tingginya biaya
0
faktor produksi, terutama tekanan terhadap upah dan semakin mahalnya bahan baku industri berpotensi membuat investor kembali berpikir panjang untuk menanamkan modalnya. Kondisi yang sangat berat tersebut tampaknya perlu segera disikapi oleh seluruh instansi terkait agar beratnya beban sektor industri dapat dikompensasikan dengan perbaikan infrastruktur dan iklim usaha yang lebih kondusif. 2 11.22..3 PPEERD DA AG GA AN NG GAN N IINTTEERRN NA ASSIIO ON NA ALL22
Dalam konsep PDB (Produk Domestik Bruto) yang dilakukan secara nasional, komponen ekspor dan impor diartikan sebagai barang dan jasa yang keluar dari pabean Indonesia, namun untuk penghitungan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), pengertian ekspor dan impor adalah lalu lintas barang dan jasa yang keluar dan masuk wilayah Sumut baik antar provinsi maupun dengan negara lain (dapat dilihat dari PDRB menurut Penggunaan). Untuk konsep Perdagangan Internasional yang akan disajikan berikut, pengertian ekspor dan impor adalah lalu lintas barang dan jasa yang dari dan ke luar negeri berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Perkembangan kinerja Net Ekspor pada triwulan III tahun 2005 mengalami peningkata n yang cukup baik dibandingkan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 24,94% menjadi US$ 896 juta. Besarnya pertumbuhan net ekspor tersebut didukung peningkatan pada kinerja ekspor yang tumbuh 17,22% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi US$1.187 juga, sementara pada impor terjadi penurunan sebesar 1,47% menjadi US$ 292 juta.
Grafik 1.5 Ekspor Impor Sumatera Utara (US$ juta)
2
Sejak triwulan IV tahun 2004, terjadi perub ahan mendasar dalam proses pengolahan dan pengambilan data yang bersifat on line dengan bekerja sama antara Bank Indonesia dengan pihak Bea Cukai serta yang kemudian diolah untuk disesuaikan dengan penggolongan/klasifikasi barang menurut standar internasional
1.400
40,00
1.200
35,00 30,00
1.000
25,00
800
20,00 600
15,00
400
10,00
200
5,00
0
IV-03
I-04
II-04
III-04
IV-04
I-05
II-05
III-05
Ekspor (US$ juta)
549
745
900
1.059
1.025
999
1.013
1.187
Impor (US$ juta)
165
204
218
230
231
267
296
292
Net Ekspor - Impor (US$ juta)
384
542
682
829
794
732
717
896
Pangsa Ekspor thd. PDRB (%)
18,69
24,75
32,26
34,97
33,24
30,11
31,69
35,10
Peningkatan kinerja ekspor bersih tersebut juga tampak dari tingginya volume ekspor yang tumbuh 23,53% menjadi 2,16 juta ton sementara volume impor turun 5,12% menjadi 892 juta ton. Perbaikan kinerja ekspor pada triwulan laporan tersebut mampu meningkatkan pangsa ekspor cukup tinggi menjadi 35,10% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 31,69%. (Lihat Grafik 1.5).
0,00
B BO OK KSS -- 11 SSU UR RV VEEII PPEEN NJJU UA ALLA AN N EEC CEER A AN N TTR RIIW WU ULLA AN IIIIII T A AH HU UN N 22000 55 I. LATAR BELAKANG Bank Indonesia sebagai Bank Sentral mempunyai tugas antara lain menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter melalui pengendalian likuiditas perekonomian (jumlah uang beredar) dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah khususnya berkenaan dengan pengendalian inflasi. Untuk menyusun kebijakan, dibutuhkan informasi antara lain mengenai perkembangan penawaran dan permintaan pada sektor riil. SPE merupakan surve i berkala bersifat mikro yang ditujukan untuk mengumpulkan informasi yang menggambarkan kecenderungan pengeluaran masyarakat (consumption spending) melalui sisi penjualan di tingkat pengecer (retailer). Survei ini diharapkan juga dapat digunakan untuk mengetahui indikasi awal perkembangan sisi permintaan, khususnya terhadap barang konsumsi. II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Perkembangan Realisasi Nilai Penjualan Triwulan IV Tahun 2005 Tabel - 4.1 Pertumbuhan Nilai Penjualan Berdasarkan Kelompok Barang Triwulan IV Tahun 200 5 (Rp.Juta) Jenis Barang Bahan Konstruksi Suku Cadang Perlengkapan Rumah Tangga Barang Kerajinan dan Mainan Makanan dan Tembakau Pakaian dan Perlengkapannya Bahan Kimia Kelompok Bahan Bakar Peralatan Tulis JUMLAH
III-05 1.074,06 255,20 1.505,35 352,84 4.572,93 542,57 1.373,11 6.709,85 663,90 17.049,82
IV-04* 1.191,87 237,60 1.699,40 438,18 4.710,19 670,80 1.417,71 11.096,20 613,35 22.075,30
Growth (%) ? 117,81 10,97 (17,60) (6,90) 194,05 12,89 85,34 24,19 137,26 3,00 128,23 23,63 44,60 3,25 4.386,35 65,37 (50,55) (7,61) 5.025,48 29,48
Total Nilai Penjualan yang terealisasi pada bulan triwulan IV-2005 tumbuh 29,48% dari Rp.17,05 miliar pada triwulan III-2005
menjadi Rp.22,08 juta.
(Tabel 4.1). Perkembangan nilai penjualan eceran selama triwulan IV tahun 2005 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok barang yang mengalami kenaikan terutama terjadi pada
KLUI Bahan Bakar yakni sebesar Rp.4,37 miliar dengan pertumbuhan 65,37%, disusul Perlengkapan Rumah Tangga yakni sebesar Rp.194,05 juta dengan pertumbuhan 12,89% dan Makanan dan Tembakau Rp.137,26 juta yang tumbuh 3%. Tingginya kenaikan pada kelompok barang Bahan Bakar merupakan cerminan kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah mulai 1 Oktober lalu. Sementara pada kelompok perlengkapan rumah tangga, peningkatan yang terjadi sejalan dengan persiapan perayaan hari raya Lebaran dan tahun baru. 2.2 Perkembangan Linked Index Indeks berantai (Linked Indeks) adalah satuan yang menggambarkan perbandingan nilai penju alan periode tertentu terhadap periode sebelumnya. Indeks di atas 1 berarti terjadi peningkatan nilai penjualan dan indeks di bawah 1 berarti terhadap penurunan nilai penjualan. Perkembangan rata-rata index berantai (Average Linked Index) pada triwulan IV-2005 sebesar 1,29, meningkat cukup tinggi dibandingkan posisi pada triwulan III-2005 yang sebesar 0,89. Grafik - 4.1 Perkembangan Linked Indeks Triwulanan NOMINAL
INDEX
25.000 1,25 1,15
15.000
1,05
10.000
0,95
5.000 -
0,85 I-03
II-03 III-03 IV-03 I-04
II-04 III-04 IV-04 I-05 II-05 III-05 IV-05
Link Index
Nominal
20.000
B BA AB IIII P EER RK KEEMB BA N GA AN IIN NFFLLA ASSI SSU UM MA ATTEER RA AU UTTA AR RA A
22.11
KKO OND DIISSII UM MU UM M Grafik 2.1. Inflasi Sumut dan Nasional
22%
SUMUT
INDONESIA
22%
17%
17%
12%
12%
7%
7%
2%
Sibolga
PDS
PMS
Medan
2%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2004
1 2 3
4 5 6
2005
7 8
2004
9 10 11 12 1
2 3 4 5
6
7 8 9 10 11 12
2005
Menutup akhir tahun 2005, perkembangan tingkat harga secara umum pada triwulan IV tahun 2005 jauh melampaui target perkiraan semula. Kebijakan peme rintah untuk mengurangi subsisi BBM yang menyebabkan kenaikan harga BBM hingga berkisar 100% ternyata memberikan dampak makro ekonomi yang sangat besar, khususnya terhadap kebijakan moneter yang berujung pada tingkat inflasi. Lebih lanjut, lonjakan inflasi yang berawal pada kelompok barang perumahan,listrik, gas, air dan bahan bakar tersebut terus menggelinding seperti bola salju menyentuh seluruh lapisan kelompok barang lainnya. Tekanan psikologis dari kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok masyarakat tersebut mendorong ekspektasi inflasi yang lebih besar lagi (overshooting). Pada akhirnya dampak langsung (first round ) inflasi terus terakumulasi dan berimbas pada seluruh kelompok barang (second round) dan mengalami lonjakan tingkat harga yang sangat tinggi dari perkiraan awal tahun 2005. Penyebab tingginya tekanan tingkat harga di wilayah Provinsi Sumatera Utara dapat dikelompokkan menjadi beberapa faktor utama antara lain faktor fundamental psikologis masyarakat terhadap tingginya ekspektasi inflasi, seba gai realisasi kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM (administered price ), serta kendala distribusi pasokan menghadapi pelaksanaan puasa dan hari raya idul Fitri yang jatuh di pertengahan triwulan IV, serta persiapan menghadapi perayaan Natal dan T ahun Baru di akhir tahun.
Tingginya dampak langsung kenaikan harga BBM terhadap tingkat harga tercermin pada tingkat inflasi pada bulan Oktober di Provinsi Sumatera Utara yang mencapai 11.55%. namun lonjakan yang terjadi pada bulan Oktober ternyata belum mampu meredam tekanan harga pada seluruh kelompok barang. Hal tersebut tercermin pada iinflasi yang cukup tinggi pada bulan November yakni 1,95%. Baru pada bulan Desember tekanan terhadap tingkat harga sedikit tertahan dan mencatat deflasi sebesar 0,29%. Dengan kondisi tersebut, hingga periode triwulan IV tahun 2005, akumulasi inflasi regional Sumatera Utara sepanjang tahun 2005 adalah sebesar 22,41% (inflasi tahun kalender, ytd), atau jauh di atas pencapaian akumulasi inflasi nasional yang sebesar 17,12%. Inflasi tersebut juga berada jauh di atas pencapaian inflasi pada periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 6,82%. Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Regional Sumatera Utara (%) Wilayah Inflasi 2004 I-05 II-05 III-05 IV-05 YoY YtD INDONESIA q -t -q Monthly YoY YtD SUMUT q -t -q Monthly
6,40 6,40 2,62 1,04 6,82 6,82 2,61 1,41
8,81 3,19 3,19 1,91 8,94 2,98 2,98 1,57
7,43 4,28 1,05 0,50 8,25 4,90 1,86 0,60
9,07 6,40 2,03 0,69 10,76 7,94 2,90 0,46
17,12 17,12 10,08 (0,04) 22,41 22,41 13,41 (0,29)
Sumber : BPS, diolah Tingginya angka inflasi Sumut selama triwulan laporan secara triwulan (quarter to quarter, qtq)) juga tercermin dari inflasi triwulan IV yakni sebesar 13,41%, jauh di atas inflasi nasional yang sebesar 10,08%. Sementara berdasarkan perkembangan inflasi tahunan (year on year, yoy), terlihat pada posisi Desember bahwa pencapaian selama tahun 2005 inflasi Sumatera Utara telah mencapai 22,41%, sangat tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 17,12%. (lihat grafik 2.1). Grafik 2.2 . Inflasi Triwulan an dan Tahunan Sumut
25,00
q-o-q
y-o-y
22,41
20,00
13,41
15,00
10,00
7,17
6,65
7,27
8,94 6,81 2,98
5,008,00
3,30
1,00
1,86
0,57
5,600,29 4,23 4,720,96
I-03
II-03 (0,40)
III-03
IV-03
I-04
II-04
2,90
2,61
2,51
0,00
10,76 8,25
III-04
IV-04
I-05
II-05
III-05
IV-05
(5,00)
22.22
FFAKKTTO ORR--FFA AKTTO OR P EEN NYYEEB A ABB IIN NFFL A ASSII TTRRIIW WU ULLA AN IV V-2200055
2.2.1 . Inflasi Kelompok Barang Dari sisi kelompok barang dan jasa, tekanan inflasi triwulanan (qtq) pada triwulan IV terjadi terutama pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yakni hingga 42,89%, disusul kelompok bahan makanan 14,01%, dan perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 9,42%. Besarnya tekanan pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan terutama disebabkan kenaikan harga pada bensin dan solar masing-masing 74,35%, 104,76%. Kenaikan harga pada BBM tersebut langsung disikapi kenaikan tarif upah jasa angkutan baik dalam kota maupun antar kota di bulan Oktober yang masingmasing mencapai 61,55% dan 74,16%. Sementara untuk biaya pemeliharaan kendaraan meskipun mengalam kena ikan relatif tidak begitu besar. Pada kelompok bahan makanan, tekanan harga terjadi pada seluruh sub sektor bahan makanan dimulai dari padi-padian dan hasilnya, daging segar, ikan, hingga buah-buahan. Kondisi tersebut sejalan dengan tingginya permintaan masyarakat terha dap makanan menjelang puncak perayaan hari besar keagamaan di akhir tahun 2005. Sedangkan pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kenaikan BBM di bulan Oktober juga turut memukul sektor bangunan yang mengalami kenaikan cukup tinggi sepe rti pada batu bata 18,20%, cat tembok 12,95%, kayu balokan 11,12%, pasir 12,15%, semen 8,31% hingga seng 6%. Ongkos sewa rumah yang terus mengalami penyesuaian pada beberapa triwulan sebelumnya relatif stabil dan hanya meningkat 0,22% pada bulan Oktober. Kelopok barang lainnya relatif juga mengalami tekanan harga yang cukup besar yakni pada kisaran 1,62% - 4,35%. Kelompok barang yang mengalami
deflasi triwulanan hanya terjadi pada pendidikan, rekreasi dan olahraga yang sudah memasuki siklus normal pasca tahun ajaran baru triwulan sebelumnya. Tabel 2.2. Inflasi Kelompok Barang Sumut Triwulan an KELOMPOK BARANG BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Umum
IV-04 5,76 1,25 1,59 4,69 (0,39) 0,05 0,72 2,61
I-05 1,58 2,66 3,04 0,35 0,47 0,51 9,20 2,98
II-05 2,32 1,03 1,81 0,78 2,59 0,23 2,71 1,86
III-05 4,50 2,90 1,86 3,50 (0,08) 5,98 0,71 2,90
IV-05 14,01 4,35 9,42 3,85 1,62 (2,18) 42,89 13,41
Sumber : BPS, diolah
2.2.3 . Sumbangan Inflasi Kelompok Barang Berdasarkan sumbangannya, inflasi kelompok barang dapat dilihat melalui kontribusinya selama tiga bulan periode laporan (Oktober-Desember). Secara umum sumbangan inflasi terbesar terjadi pada bulan Oktober. Pada bulan November, tekanan masih berlanjut dengan menyumbangkan inflasi sebesar 1,95% dan baru pada bulan Desember terjadi penyesuaian terhadap lonjakan inflasi di dua bulan sebelumnya dengan mencatat deflasi sebesar 0,29%. Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Kelompok Barang Sumut Triwulan IV tahun 2005 KELOMPOK BARANG 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Umum
Berdasarkan
kelompok
barang,
inflasi
Okt-05
Nop-05
3,12 0,18 2,00 0,11 0,05 0,00 6,09
1,47 0,21 0,16 0,01 0,02 0,00 0,07
(0,58) 0,25 0,07 0,10 0,00 (0,12) (0,01)
4,02 0,65 2,23 0,22 0,07 (0,12)
11,55
1,95
(0,29)
13,22
terbesar
Des-05
IV-05
6,15
disumbangkan
subkelompok transportasi yakni sebesar 6,28% terhadap total inflasi triwulan IV. Kenaikan harga BBM seperti solar, bensin dan minyak pelumas merupakan penyumbang utama sub kelompok transportasi tersebut. Sementara kelompok bahan makanan diwakili sub kelompok bumbu-bumbuan, ikan segar, padipadian, umbi-umbian dan hasilnya, daging dan hasil-hasilnya, sayur-sayuran dan
buah-buahan. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan sumbangan cukup besar melalui sub kelompok bahan bakar yakni minyak tanah, serta biaya tempat tinggal yang didorong kenaikan harga pada bahan bangunan. Tabel 2.4. 10 Komoditi Penyumbang Terbesar Inflasi Triwulan IV - 2005 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
22.33
Sumbangan
Sub Kelompok Barang TRANSPOR BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR BUMBU-BUMBUAN IKAN SEGAR MAKANAN JADI PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA BIAYA TEMPAT TINGGAL DAGING-DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN BUAH-BUAHAN
Inflasi 6,28 1,69 1,31 0,87 0,56 0,55 0,46 0,41 0,25 0,21
Kelompok Barang Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar BAHAN MAKANAN BAHAN MAKANAN Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau BAHAN MAKANAN Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar BAHAN MAKANAN BAHAN MAKANAN BAHAN MAKANAN
PPERRKKEEM MBBAN NG GA AN N H HA ARRG GA A 44 KKO OTTA A PEER H HIITTU UN NGA AN N IIN NFFL A ASSII SSUM MU UTT Perkembangan harga secara triwulanan di 4 kota perhitungan inflasi
Sumut masih menunjukkan pola pergerakan yang cukup sejalan. Lonjakan harga secara umum di triwulan laporan terutama terjadi di kota Medan yakni sebesar 13,72%, disusul Sibolga 11,99%, Pematang Siantar 11,81% dan Padang Sidempuan 11,80%. Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan di 4 Kota Perhitungan Inflasi Sumut Triwulan I-2004 s.d Trw. IV -2005 Sibolga
14,00
PDS
PMS
Medan
12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 -2,00
I-03
II-03
III-03
IV-03
I-04
II-04
III-04
IV-04
I-05
II-05
III-05
IV-05*
Secara akumulatif, hingga posisi akhir semester IV tahun 2005, inflasi tahun kalender (Januari-Desember) kota Medan mencatat inflasi yang tertinggi yakni sebesar 22,91%, disusul Sibolga 22,39%, Pematang Siantar 19,67% dan Padang Sidempuan 18,47%. (Lihat Tabel 2.5 ). Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Nasional, Sumut dan 4 Kota Perhitungan Inflasi Sumut Triwulan IV Tahun 2005
Wilayah SIBOLGA
PDS
PMS
MEDAN
Inflasi 2004 YoY YtD q -t -q Monthly YoY YtD q -t -q Monthly YoY YtD q -t -q Monthly YoY YtD q -t -q Monthly
6,64 6,64 2,52 1,73 8,98 8,98 1,58 0,47 7,30 7,30 2,62 1,37 6,65 6,65 2,67 1,45
Sumber : Bank Indonesia
I-05 8,37 3,36 3,36 1,68 7,84 1,63 1,63 0,51 10,24 3,63 3,63 1,50 8,87 2,96 2,96 1,63
II-05 III-05 IV-05 6,53 3,95 0,57 0,96 4,05 2,65 1,00 0,92 7,13 4,19 0,54 1,14 8,67 5,13 2,11 0,50
12,03 9,29 5,14 1,56 7,64 5,96 3,23 1,17 9,83 7,03 2,72 0,45 10,97 8,08 2,81 0,38
22,39 22,39 11,99 (0,46) 18,47 18,47 11,80 (0,24) 19,67 19,67 11,81 (0,54) 22,91 22,91 13,72 (0,25)
B BO OK KSS -- 22 SSU R V VEEII K KO ON NSSU UM MEEN N TTR I W U L A N I V T A H U N R I WU L IV T A H U 2200055 III. LATAR BELAKANG Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai tugas antara lain menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah baik dalam arti pengendalian inflasi maupun nilai tukar. Untuk menyusun kebijakan, dibutuhkan informasi antara lain mengenai perkembangan permintaan dan penawaran pada sektor riil. Oleh karena itu dipandang perlu untuk membangun indikator yang mencerminkan tendensi permintaan masyarakat seperti kondisi ekonomi saat ini, ekspektasi terhadap kondisi ekonomi dan ekspektasi terhadap harga menurut konsumen. Secara teoritis diyakini bahwa persepsi atau keyakinan dan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi akan mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat. Dengan memperhatikan perilaku konsumsi masyarakat maka dapat diperkirakan perkembangan perekonomian dan tekanan harga (inflasi), sehingga akan membantu mengantisipasi sumber-sumber potensial tekanan inflasi. Indikasi terhadap keyakinan dan ekspektasi masyarakat itu lah yang diharapkan dapat diketahui melalui Survei Konsumen ini.
IV. HASIL SURVEI A. Kondisi Ekonomi Hasil survei pada triwulan I I tahun 2005 menggambarkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kenaikan harga-harga secara umum kembali terpuruk dengan mencatat rata -rata indeks yang lebih rendah yakni sebesar 18,00 dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 19,6. Pencapaian angka indeks yang sangat rendah menunjukkan ekspektasi yang terus meningkat terhadap kenaikan harga secara umum. Indeks tersebut juga menunjukkan angka terendah sejak triwulan II tahun 2003 yang menunjukkan tingginya tekanan ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga barang-barang dalam kurun waktu 6 bulan ke depan. Dampak penurunan/pencabutan subsidi BBM oleh pemerintah masih menjadi pemicu utama yang mendorong ekspektasi kenaikan harga pada triwulan laporan yakni dengan jumlah responden sebesar 32,93%, kembali meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 29,59%, disusul pelemahan kurs rupiah sebanyak 21,72%. (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Alasan Ekspektasi Harga 6 bulan yad. Meningkat No 1 2 3 4 5 6
KETERANGAN Ketersediaan barang/jasa akan berkurang Penurunan/pencabutan subsidi pemerintah Situasi keamanan/social politik menjadi tidak stabil Distribusi barang akan terganggu Suku bunga akan meningkat Kurs rupiah akan melemah (dolar akan meningkat)
IV-04 26,42 35,03 23,20 6,09 11,08 20,38
% % % % % %
I-05 17,48 41,35 13,39 9,10 5,67 13,00
% % % % % %
II-05 15,37 % 28,53 % 19,17 % 9,79 % 8,33 % 18,81 %
III-05 % IV-05 % 13,42 % 15,46 % 29,59 % 32,93 % 15,60 % 11,07 % 9,14 % 8,97 % 8,70 % 9,85 % 23,55 % 21,72 %
Grafik 3.1 Keyakinan Konsumen 22%
Ketersediaan barang/jasa akan berkurang
15%
Penurunan/pencabutan subsidi pemerintah
10%
Situasi keamanan/social politik menjadi tidak stabil Distribusi barang akan terganggu Suku bunga akan meningkat
9%
33%
11%
Kurs rupiah akan melemah (dolar akan meningkat)
Survei terhadap kenaikan harga menunjukkan bahwa untuk 6 bulan yang akan datang kelompok makanan diprediksi masih mengala mi kenaikan tertinggi bahkan dengan lonjakan yang cukup besar yakni dengan persentase jumlah responden sebesar 47,09%, jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 37,34%. Kelompok transportasi dan komunikasi menyusul dengan jumlah responden sebesar 22,43%, kemudian diikuti perumahan dan bahan bangunan 19,47% (Tabel 3.2). Pemberian subsidi langsung kepada dunia pendidikan melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang baru terealisasi pada triwulan laporan turut memberikan pengaruh positif terhadap indeks kenaikan harga kelompok tersebut yang turun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 17,40%. Tabel 3 .2 Ekspektasi Kenaikan Harga Untuk 6 bulan yad. No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Makanan Sandang Perumahan dan bahan bangunan Transportasi dan Komunikasi Pendidikan Lain-lain
Grafik 3.2 Konsumen
IV-04 29,10 5,29 33,51 18,84 13,87 2,33
Makanan Perumahan dan bahan bangunan Pendidikan
6% 22%
% % % % % %
I-05 42,01 3,49 24,02 19,05 8,47 2,96
% % % % % %
II-05 37,99 4,87 22,12 15,45 9,95 9,63
Sandang Transportasi dan Komunikasi Lain-lain
2% 48%
% % % % % %
III-05 37,34 3,15 22,92 15,51 17,40 3,70
% IV-05 % 47,09 % % 3,17 % % 19,47 % % 22,43 % % 5,71 % % 2,11 % %
Keyakinan
B. Indeks Keyakinan Konsumen Tabel 3.3 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen
I-04 81,62 73,12 90,11
II-04 90,72 75,70 105,74
III-04 98,36 76,83 119,89
IV-04 125,22 106,42 144,02
I-05 102,84 89,88 115,80
II-05 96,24 83,60 108,89
III-05 94,67 80,81 108,54
Sumber = Survei Konsumen, Bank Indonesia
Survei konsumen untuk triwulan IV tahun 2005 yang ditunjukkan ketiga indikator utamanya yaitu Indeks Keyakinan Konsuman (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IK E) dan Indeks Ekspektasi Ekonomi (IEK) kembali menunjukkan trend menurun setelah mengalami sedikit penguatan pada triwulan III yang lalu. (Tabel 3.3). Kondisi tersebut menunjukkan kontinuitas penurunan sejak titik balik yang terjadi pada triwulan IV tahun 2004 lalu. Penurunan yang relatif proporsional pada ketiga indikator tersebut juga menunjukkan bahwa turunnya keyakinan masyarakat terjadi tidak hanya pada sektor moneter (harga), namun juga kontraksi ekonomi di sektor riil (output dan pendapatan). Grafik 3.3 Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen
145 135 125 115 105 95
c
85 75 65 I-04
II-04
III-04
IV-04
I-05
II-05
III-05
IV-05
Dari Grafik 3.3 terlihat secara tahunan perkembangan ekspektasi konsumen mengalami perubahan yang mendasar. Pada tahun 2004 yang lalu trend yang terjadi bergerak positif yang dipicu oleh stabilitas ekonomi makro nasional. Trend yang positif tersebut mencapai puncaknya pada akhir tahun yang ditandai euphoria masyarakat pasca keberhasilan pemilu legislatif dan eksekutif. Sedangkan pada tahun 2005 trend yang terjadi terus bergerak
IV-05 79,68 67,83 91,54
menurun hingga terpuruk pada akhir 2005. trend penurunan tersebut berawal dengan terjadinya tragedi kemanusiaan di Provinsi Banda Aceh dan semakin diperkuat oleh volatilitas ekonomi moneter yang puncaknya disebabkan gejolak harga minyak dunia dan pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah.
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1.1 Perkembangan Bank Umum
Indikator utama keuangan Bank Umum di Sumatera Utara hingga triwulan IV tahun 2005 dibandingkan tahun 2004 pada umumnya menunjukan perkembangan yang menggembirakan tercermin dari laju pertumbuhan Asset sebesar 16,52%. peningkatan
Laju pertumbuhan Asset tersebut terutama disebabkan
kegiatan
penghimpunan
dana
yang
tercermin
dari
laju
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11,70% dan pertumbuhan laba yang mencatat sebesar 53,25%.
Sejalan dengan peningkatan asset
maka kegiatan penyaluran kredit juga menunjukan peningkatan yang cukup ekspansif yaitu mencatat pertumbuhan sebesar 28,19%.
Perkembangan
indikator bank umum dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.1 sbb: Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Sumut (Triliun Rp) Growth (%) 2005 I II III
2005 Uraian
2003
2004
I
Asset
44.26 51.12 51.94 54.67 58.98 59.56 15.50
1.61
Kredit
19.79 26.25 27.59 30.34 31.89 33.65 32.68
5.12 15.57 21.49 28.19
DPK
40.01 45.20 45.01 46.44 47.57 50.48 12.97
1.44 2.03 1.45 Sumber: LBU Bank Indonesia Laba
II
1.96
III
2.91
IV
2004
-0.41 3.11 41.05 28.40
6.94 15.38 16.52
2.75
Grafik 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum (Triliun Rp)
5.26 11.70
-3.23 43.52 53.25
Trend perkembangan indikator bank umum dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 3.1, sbb:
IV
Grafik 3.1 Perkembangan Indikator Keuangan Bank Umum 60 50 40 30 20 10 0 I 2003
II
2004
III
IV
2005
Asset
Kredit
DPK
Laba
3.1.1.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Dilihat dari penghimpunan dana maka pada triwulan IV tahun 2005 DPK mengalami pertumbuhan sebesar 11,70%. Pertumbuhan tersebut terutama disebabkan pertumbuhan deposito dan giro sedangkan tabungan mengalami penurunan. Perkembangan indikator penghimpunan dana pihak ketiga bank umum dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.2 sbb:
Uraian Giro
Tabel 3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum (Triliun Rp) Growth (%) 2005 2005 2003 2004 I II III IV 2004 I II III
IV
7.56
8.21
8.06
8.68
8.77
9.31
8.63
-1.80
5.71
6.79
13.39
Tabungan
15.76
18.91
18.70
18.61
18.75
17.60
19.97
-1.09
-1.57
-0.85
-6.92
Deposito
16.69
18.08
18.25
19.15
20.06
23.58
8.33
0.94
5.93
10.96
30.41
Jumlah
40.01
45.20
45.01
46.44
47.57
50.48
12.97
-0.41
2.75
5.26
11.70
Sumber : LBU Bank Indonesia
Trend perkembangan indikator bank umum dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 3.2, sbb: Grafik 3.2 Perkembangan DPK Bank Umum (Triliun Rp)
Grafik 3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum 25,00
Triliun Rp
20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 I 2003
Giro
II
2004
III
IV
2005
Tabungan
Deposito
3.1.1.3 Penempatan Dana Penempatan dana perbankan di wilayah Sumatera Utara sebagian besar masih berupa penempatan pada kredit sedangkan penempatan dana pada aktiva produktif lain seperti penempatan antar bank, penempatan pada surat berharga dan penyertaan masih relatif kecil. Adapun perkembangan pangsa penempatan dana perbankan pada komponen aktiva produktif dapat lihat pada tabel berikut: Tabel 3.4 Perkembangan Pangsa Penempatan Dana Bank Umum (Nominal dalam Triliun) Nominal Aktiva Produktif
2004
2005
0.68 0.12
0.65 0.35
3.56 1.78
2.52 0.46
1.87 1.01
Kredit Yg Diberikan Penyertaan
19.79 26.25 33.65 0.00 0.00 0.00
94.66 0.00
97.02 0.00
97.12 0.00
Jumlah
20.90 27.06 34.65
100.00
100.00
100.00
Antarbank Aktiva Surat-Surat Berharga
2003
Pangsa
0.74 0.37
2003
2004
2005
Berdasarkan data diatas maka dari aspek penempatan dana perbankan maka sebagian besar kegiatan penempatan dana masih didominasi oleh sektor pemberian kredit sedangkan sektor lainnya masih relatif rendah. Belum meratanya penempatan dana tersebut dapat membawa risiko yang cukup besar bagi kinerja perbankan secara keseluruhan. 3.1.1.4 Perkembangan Kredit Perkembangan kredit pada triwulan IV tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 menunjukan pertumbuhan yang cukup berarti yaitu
tumbuh
sebesar
28,19%.
Dilihat
dari
pangsa
kredit
menurut
jenis
penggunaannya maka sebagian besar penggunaan kredit masih berupa kredit KMK, kemudian diikuti kredit konsumsi dan kredit investasi. Dilihat dari laju pertumbuhan kredit menurut jenis penggunaan maka laju pertumbuhan kredit konsumsi tampaknya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis KMK dan KI.. Perkembangan Kredit menurut jenis penggunaan dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan (Triliun Rp) Growth (%) 2005 2005 Uraian 2003 2004 I II III IV 2004 I II III Mod Kerja
IV
12.54 15.35 15.95 17.56 18.28 19.32 22.39 3.88 14.35 19.03 25.82
Investasi
4.10
5.25
5.71
6.05
6.29
6.47 27.94 8.70 15.17 19.83 23.18
Konsums i
3.14
5.65
5.94
6.73
7.32
7.86 80.04 5.15 19.26 29.71 39.28
Jumlah
19.79 26.25 27.59 30.34 31.89 33.65 32.68 5.12 15.57 21.49 28.19
Selanjutnya apabila dilihat penyaluran kredit menurut sektor ekonomi maka sebagian besar penyaluran kredit diberikan untuk pembiayaan sektor industri pengolahan, perdagangan dan pertanian. Tabel 3.6 Pertumbuhan & Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi (Triliun Rp) Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Konstruksi Perdag, Restoran, Htl Pengang, Pergud. & Kom. Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masy. Lainnya
Total
2004 Nominal Pangsa 3.69 14.00 0.01 0.00 7.23 27.50 0.01 0.00 0.92 3.50 6.26 23.80 0.47 1.80 1.65 6.30 0.46 1.70 5.55 21.20 26.25 100.00
2005 Nominal Pangsa 4.23 12.56 0.00 0.01 9.62 28.58 0.01 0.02 1.23 3.66 8.28 24.61 0.67 2.00 1.44 4.27 0.48 1.41 7.70 22.88 33.65 100.00
Growth 2004 2005 0.54 14.53 -0.01 -57.42 2.39 33.02 0.00 -47.83 0.31 33.92 2.02 32.29 0.20 43.29 -0.21 -12.89 0.02 3.35 2.15 38.70 7.40 28.19
Sumber : LBU Bank Indonesia Disamping itu, apabila dilihat dari pertumbuhan kredit menurut sektor maka sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 43,29%, kemudian diikuti sektor
konstruksi dan industri pengolahan masing-masing sebesar 33,92% dan 33,02%. 3.1.1.5 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Perkembangan kredit NPL
menurut sektor ekonomi tercermin pada
tabel 3.7. berdasarkan tabel tersebut tampak pertumbuhan NPL bank umum sampai dengan triwulan IV tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 298,32%. Sektor yang memberikan sumbangan NPL terbesar yaitu sektor industri dan sektor pertanian. Disamping itu dilihat dari pertumbuhannya, maka sektor industri dan pertanian dan jasa kemasyarakat mencatat laju pertumbuhan NPL yang tertinggi.
Penyebab tingginya NPL tersebut terutama disebabkan semakin
bertambahnya jumlah kredit bermasalah yang tergolong diragukan dan macet. Walaupun laju pertumbuhan NPL tersebut cukup tinggi, namun kecenderung selama tahun 2005 tampaknya akan semakin menurun. Tabel 3.7 Perkembangan NPL Per Sektor Ekonomi Bank Umum (Triliun Rp) Growth 2005 2005 Sektor Usaha 2003 2004 I II III IV 2004 I II III
IV
Pertanian
0.50
0.13
0.41
0.69
0.91
0.56
-74.25
218.34
437.34
612.90
339.22
Pertambangan
0.00
0.00
-
-
-
-
-98.61
-100.0
-100.00
-100.0
-100.0
Industri
0.32
0.42
0.39
2.04
2.21
2.00
32.78
-8.75
382.38
421.45
372.11
Listrik, Gas & Air
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Konstruksi
0.03
0.04
0.04
0.14
0.17
0.11
28.64
5.13
271.41
346.46
195.26
Perdagangan
0.09
0.09
0.11
0.14
0.18
0.20
8.98
17.48
48.50
90.66
116.15
Angkutan
0.02
0.01
0.01
0.03
0.01
0.01
-27.57
-0.67
148.81
-6.36
17.69
Jasa Dunia Usaha
0.01
0.01
0.02
0.20
0.07
0.06
69.65
14.78
1241.02
364.78
294.61
Jasa Kemasyarakatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.01
0.02
60.86
-19.80
19.29
312.03
609.02
Lainnya
0.05
0.08
0.10
0.11
0.14
0.18
45.38
28.85
47.56
74.96
133.51
1.01
0.79
1.07
3.36
3.69
3.15
-21.98
36.11
324.91
367.73
298.32
Total
Sumber : LBU Bank Indonesia 3.1.1.6 Perkembangan Kredit Usaha Kecil (KUK) dan Menengah (UMKM) Sampai dengan posisi triwulan IV tahun 2005, pangsa Kredit usaha kecil (KUK) terhadap jumlah kredit keseluruhan tercatat sebesar
Rp3,26
triliyun atau 9,45% dari total kredit yang diberikan.. Apabila dibandingkan
dengan triwulan sama tahun sebelumnya tampak pembiayaan sektor KUK cenderung mengalami penurunan sebesar 31,19% selama tahun 2005. Selanjutnya untuk pangsa UMKM terhadap seluruh total kredit tercatat sebesar 40,17% atau Rp13,87 triliyu n. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pada tahun yang sama maka pangsa UMKM tampaknya sedekit mengalami pelambatan pertumbuhan yaitu semula sebesar 34% pada tahun 2004 turun menjadi 25,40% selama tahun 2005.
Perkembangan UMKM
dapat dilihat pada Tabel 3.8, sbb: Tabel 3.8 Perkembangan KUK dan UMKM Bank Umum (Nominal dlm Triliun Rp) 2005 KUK/UMKM 2004 I II III A.
IV
KUK a. Nominal b. Pangsa (%) c. Pertumbuhan (%)
4.74 18.06 59
4.42 16.01 -6.75
4.68 15.42 -1.27
4.77 14.96 0.63
3.26 9.45 -31.19
B. UMKM a. Nominal b. Pangsa (%) c. Pertumbuhan (%)
11.06 41.02 34
11.72 41.23 5.97
12.64 40.49 14.29
13.16 40.11 18.99
13.87 40.17 25.40
3.1.1.8 Rasio Keuangan Bank Umum Pada umumnya perkembangan rasio keuangan bank umum sampai dengan
triwulan
IV
tahun
2005
menunjukan
perkembangan
yang
menggembirakan kecuali perkembangan NPL dan NIM yang cenderung menurun. Perkembangan rasio keuangan bank umum dapat dilihat pada tabel 3.10, sbb: Tabel 3.10 Perkembangan Rasio Keuangan Bank Umum (Persentase) 2004 2005 2003 RASIO I II III IV I II III
ROA BOPO NIM
3.3 3.0 3.9 4.6 4.0 2.8 3.6 5.2 119.9 131.8 98.7 101.4 99.1 85.1 95.3 100.8 2.0 1.4 3.0 4.5 5.7 1.5 2.9 3.7
IV
5.2 96.8 4.8
Likwiditas LDR NPL Neto
4.7 49.5 3.8
5.2 6.1 50.8 54.0 3.3 2.9
6.1 5.3 4.1 5.2 56.1 58.1 61.3 65.3 2.9 1.4 2.0 7.8
4.9 4.7 67.0 66,65 7.3 5.5
Sumber : diolah dari LBU
3.1.2 Perkembangan Bank Umum Syariah Sampai dengan triwulan IV tahun 2005 Indikator keuangan bank umum syariah yang tercermin dari pertumbuhan Asset, Kredit, DPK dan laba/rugi apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2004 pada umumnya cenderung tumbuh positif. Namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2004 tampaknya indikator perbankan syariah secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan pertumbuhan yang cukup signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.12, sbb: Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Syariah (Triliun Rp) 2005 Growth 2005 Growth Uraian 2003 2004 2004 I II III IV I II III
IV
Asset
0.31
0.97 1.05 1.09 1.10 1.21
212.90
8.82
12.68 14.10 24.74
Kredit
0.28
1.00 1.07 1.14 1.18 1.23
257.14
6.46
14.15 18.07 23.00
DPK
0.29
0.59 0.67 0.71 0.70 0.64
103.45
13.58
Laba/Rugi
0.01
0.04 0.02 0.03 0.04 0.05
300.00 (54.56) (7.97) 14.85 25.00
20.64 20.24
Sumber : Diolah dari LBUS Bank Indonesia
3.1.3 Perkembangan BPR/BPRS Dibandingkan dengan tahun 2004 maka pertumbuhan asset, kredit, DPK dan laba BPR/BPRS pada
tahun 2005 menunjukan perkembangan
yang menggembirakan. Namun demikian apabila dibandingkan dengan tahun 2004 tampaknya kinerja BPR/BPRS cenderung menurun. Tabel 3.14 Perkembangan BPR/BPRS (Miliar Rp) 2004 Indikator
2003
I
II
Growth (%)
2005 III
IV
I
II
III
IV
364.3 279.8 270.7
Asset
197.7
243.6
263.8
282.9
298
320
369.4
326.2
Kredit
147.1
189.5
207
219.1
227.4
235.9
273.8
249.4
DPK
139.8
191.2
207.2
212.2
223.9
242.2
277.7
242.1
2004
2005
50.7 54.5 60.1
22.2 23.0 20.9
8.47
Laba
6.8
7.6
10.7
13.1
14.5
10.4
10.6
11.9
11.1
113.2
23.4
Sumber : LBPR
33.22 PPEERRKEEM MB A AN NG GAN N SSIISSTTEEM M PPEEM MBBA AYYA ARRA AN N 3 3..2 2..1 1 K Ke egiia atta an nP Pe errk ka assa an n Tabel 3.12 Perkembangan Cah Flow dan PTTB
Periode
2004
2005
Inflow
Net Outflow Flow
PTTB
I
4,363
3,368
994
1,220
II
3,731
4,004
(273)
2,102
III
3,944
4,005
(61)
2,023
IV
4,735
4,878
(143)
1,708
I
4,669
3,725
944
1,379
II
4,207
3,980
227
1,809
III
4,680
4,652
28
1,211
IV
5,682
5,371
310
714
Sumber : Bank Indonesia
Perkembangan tran saksi tunai pada triwulan IV-2005 di Sumatera Utara menunjukkan kondisi aliran uang masuk (in flow ) yang lebih besar dibandingkan aliran uang keluar (outflow) sehingga secara total, terjadi aliran uang keluar (net inflow ) sebesar Rp.714 miliar. Besarnya aliran uang yang masuk menunjukkan turunnya kebutuhan akan uang kartal selama triwulan laporan pasca perayaan hari raya keagamaan dan Tahun Baru 2005 . (lihat tabel 3.12)
Perkembangan Cash Flow 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 I
II
III
IV
I
II
2004
III
IV
2005 Inflow
Outflow
Perkembangan aliran kas pada periode yang sama 2 tahun terakhir terus menunjukkan trend yang meningkat, meskipun tidak mengalami lonjakan yang signifikan. Kenaikan net inflow pada triwulan IV tahun 2005 diperkirakan terjadi akibat kenaikan pada dana yang berhasil di himpun di masyarakat yang menunjukan pertumbuhan yang positif hingga triwulan laporan.
3 3..2 2..2 2 K Ke egiia atta an nK Klliirriin ng g Lalu lintas pembayaran melalui kliring di wilayah Sumut pada triwulan IV tahun 2005 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp22,3 triliun meningkat menjadi Rp29,4 triliun. Begitu pula dengan jumlah warkat yang ditransaksikan rata-rata perbulannya meningkat dari 1.38 juta lembar pada triwulan III tahun 2005 menjadi 1,79 juta lembar pada triwulan IV tahun 2005. Perkembangan Kegiatan Kliring 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 -
2,000 1,500 1,000 500 I
II
III
IV
2004 Kliring (lbr)
I
II
III
IV
2005 Kliring (nom)
B BA AB B IIV V PPR RO OSSPPE K K PPEER REEK KO ON NO OM MIIA AN ND DA AEER RA AH HD DA AN N IN NFFLLA SSII
Berbagai permasalahan ekonomi nasional baik secara internal maupun eksternal sepanjang tahun 2005 turut memberikan tekanan yang cukup besar terhadap keberlangsungan aktivitas ekonomi Provinsi Sumut. Pada sisi moneter, tingkat inflasi yang mencapai 22,41% di Provinsi Sumut cukup menggambarkan bagaimana tekanan yang terjadi dari sisi moneter. Kondisi tersebut juga diperkuat pelemahan rupiah yang terjadi sepanjang tahun dan baru berangsurangsur menguat di paruh akhir triwulan IV tahun 2005. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, asumsi pertumbuhan yang cukup tinggi dengan harapan terjadinya akselerasi pembangunan ternyata mengalami perlambatan. Ekspektasi yang cukup baik terkait dengan keberhasilan pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2004 baik untuk Legislatif maupun Eksekutif telah menimbulkan harapan bahwa tahun 2005 dapat menjadi titik awal pertumbuhan yang berkelanjutan. Namun momentum pertumbuhan yang diharapkan dapat terjadi ternyata terbentur berbagai permasalahan sosial ekonomi. Bencana kemanusiaan yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan berbagai bencana lainnya telah menimbulkan nestapa yang mendalam bagi bangsa Indonesia dan secara langsung telah menarik atensi seluruh pihak, khususnya pemerintah Indonesia yang tentunya menambah agenda tertentu di luar kondisi normal. Dari sisi eksternal, penguatan mata uang Dollar Amerika Serikat dan lonjakan harga minyak dunia merupakan dua hal utama yang telah memberikan dampak besar bagi perekonomian dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Lonjakan harga minyak dunia yang sangat tinggi telah menimbulkan tekanan yang luar biasa terhadap keuangan pemerintah sebagai kompensasi subsidi BBM, sementara pelemahan rupiah telah menimbulkan ketidakpastian yang tinggi terhadap dunia usaha dan menyebabkan penyesuaian harga barangbarang impor yang sangat memberatkan ekonomi nasional dan regional. Berbagai permasalahan tersebut pada akhirnya terakumulasi dan menimbulkan ekspektasi psikologis yang cukup menghawatirkan tercermin dari
tekanan dari sisi harga dan produksi hingga mencapai puncaknya pada bulan Oktober. Pada bulan November, kontraksi inflasi yang diharapkan terjadi sebagai penyesuaian lonjakan inflasi pada bulan sebelumnya ternyata belum dapat terwujud dengan kembali mencatat inflasi di Provinsi Sumut sebesar 1,95%. Berbagai permasalahan mendasar yang melingkupi ekonomi nasional dan regional menjadikan tahun 2006 sebagai tahun yang sangat krusial dalam membangun kembali stabilitas ekonomi moneter yang sempat terpuruk pada tahun 2005. Pada sektor riil, kondisi yang sangat berat merupakan tantangan yang harus dihadapi dimulai dari bagaimana meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat sekaligus mendorong penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya bermuara pada pengentasan kemiskinan. Prospek perekonomian Sumut pada periode awal tahun 2006 mendatang diperkirakan mengalami pertumbuhan yang moderat. Proyek pembangunan fisik yang tertunda pada tahun 2005 akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Dari sisi keuangan pemerintah, kebijakan mempercepat Daftar Isian Proyek untuk merealisasikan anggaran keuangan pemerintah daerah akan turut mempercepat pembangunan fisik. Produktivitas Sektor bangunan juga akan semakin meningkat mengingat proses rehabilitasi dan rekonstruksi Nias dan Aceh akan terus dipacu untuk mengejar pencapaian realisasi pembangunan yang rendah sepanjang tahun 2005. Kendala utama yang masih menghadang di depan mata adalah proses penyesuaian tingkat harga yang masih akan terus berjalan. Sektor industri relatif masih berkutat dengan upaya menekan biaya produksi sehingga nilai tambah produksi ekonomi yang dihasilkan tetap tidak akan mampu menyerap tenaga kerja secara optimal. Menginjak triwulan pertama tahun 2006 ke depan, perkembangan tingkat harga masih berpotensi mengalami tekanan, sementara dari sisi pertumbuhan ekonomi siklus panen pertanian yang umumnya terjadi pada triwulan I diharapkan dapat mendorong aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. Tekanan harga pada triwulan I diperkiraka n berpotensi untuk terjadi karena beberapa hal, antara lain pelaksanaan Bantuan Tunai Langsung Tahap II yang berlangsung selama bulan Januari, rencana kenaikan gaji PNS hingga 15%, realisasi anggaran keuangan pemerintah daerah serta imbas baik secara langsung maupun efek lanjutan dari tingginya konsumsi masyarakat pada perayaan Natal dan Tahun baru.
Dari sisi perbankan, konsentrasi lebih akan tercurah pada upaya pemenuhan standardisasi operasional bank yang sesuai dengan ketentuan perbankan dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia. Penguatan kesehatan bank dan upaya meminimalisir risiko akan terus dilakukan sementara tekanan suku bunga yang relatif tinggi diharapkan tidak sampai memberatkan dunia perbankan dalam penyaluran kredit kepada masyarakat. Pada triwulan ke depan, industri perbankan diperkirakan masih melakukan konsolidasi internal untuk melakukan langkah yang paling tepat dalam merespon tingkat suku bunga dan kondisi ekonomi yang terjadi.
LL A AM MP P II R A AN N
Ha lam an ini sen gaja dikosongkan This page is int entio nally blank