Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
i
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan VI 2013
VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil MISI BANK INDONESIA Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA Kepercayaan dan Integritas Profesionalisme kerjasama Tim
Keunggulan
Kepentingan Publik
Koordinasi dan
VISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional MISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat... (Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Perwakilan Bank Indonesia)
iii
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta Unit Asesmen Ekonomi & Keuangan Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta Telp.0274-377755 Fax.0274-371707 Softcopy laporan ini dapat diunduh pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id
iv
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
INDIKATOR TERPILIH Indikator
2012 I
II
2013 III
IV
I
II
III
IV
Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) Berdasarkan Sektor - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel & Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan Persewaan & Jasa Usaha - Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Pemerintah - PMTB - Ekspor - Impor Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) - Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen - Kota Yogyakarta Laju Inflasi Tahunan - Kota Yogyakarta (%,yoy)
7.07
5.97
4.07
4.28
4.75
6.11
6.47
4.32
10.11 2.56 (3.20) 11.42 14.42 8.25 5.27 9.83 6.10
0.87 (0.07) (6.16) 5.96 4.93 6.21 6.15 11.89 17.18
4.29 1.31 (5.34) 8.65 6.72 3.71 5.91 13.14 4.08
(1.25) 4.04 6.22 3.01 1.12 8.75 7.42 5.35 1.63
(3.90) 5.05 8.63 6.73 8.08 7.04 6.66 7.44 5.85
8.04 5.12 11.83 9.31 11.14 7.22 6.45 6.06 (2.92)
3.00 4.65 6.67 5.98 6.59 6.93 5.93 4.44 10.20
(2.21) 4.88 4.41 4.21 0.85 3.80 6.17 7.05 9.62
6.46 4.23 5.29 7.94 1.71
6.84 9.83 5.37 7.69 8.09
6.97 1.09 5.29 7.96 7.85
6.69 6.10 4.11 7.05 9.57
6.08 8.09 7.22 7.36 7.61
5.41 (2.43) 6.20 6.60 5.16
5.82 10.39 5.24 5.08 5.82
5.96 5.48 2.22 6.47 5.01
69.18 9.74
63.74 10.08
65.84 8.82
69.92 9.06
69.91 8.50
70.26 8.96
64.35 7.61
90.08 41.61
7.60 2.01
13.15 5.11
19.68 10.20
17.04 4.87
15.43 6.34
17.40 8.81
17.43 5.61
25.36 5.44
131.04
132.23
134.05
135.72
139.38 139.71991
144.24
145.65
3.45
4.27
3.91
4.31
6.36
5.67
7.60
7.32
14,710 4,189 11,111
15,658 4,343 11,288
16,464 4,903 11,880
18,663 5,008 11,211
18,207 5,009 12,316
18,904 5,002 12,766
19,909 5,502 13,260
20,661 5,043 11,369
7,244 8,436 2,804
8,138 8,663 2,985
8,390 9,177 3,113
8,996 9,651 3,193
8,755 9,804 3,597
9,499 10,139 4,282
9,861 10,382 4,756
8,849 9,035 4,646
5,541 1,723 61.59 2.75
6,099 1,972 63.24 2.70
6,207 2,044 62.20 2.78
6,613 2,098 62.61 2.35
6,427 2,449 62.35 2.62
7,091 3,137 65.23 2.49
7,239 3,374 64.64 2.45
6,274 2,892 60.77 1.70
4,331 4,885
5,055 5,328
3,086 5,548
5,161 6,009
2,542 5,083
3,744 5,621
3,242 5,023
3,161 5,335
42.65 1,726
45.79 1,754
49.66 1,783
55.63 1,843
53.18 1,881
57.78 1,764
54.98 1,719
55.33 1,760
Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) - Tabungan - Giro - Deposito Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit UMKM (Rp Miliar) - Modal Kerja - Investasi Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS - Rata-rata Net Incoming Transfer per bulan (Rp Miliar) - Rata-rata Warkat Incoming Transfer per bulan (lembar) Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar)
v
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan
vi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan karunia-Nya, Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Triwulan III 2013 yang sebelumnya diterbitkan dengan judul Kajian Ekonomi Regional (KER) Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat hadir di tangan pembaca. Laporan ini yang kami buat dengan format baru, selain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pihak ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan ekonomi regional, maupun perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran, serta informasi beberapa hasil survei yang kami lakukan. Kami berharap agar Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ini dapat memberikan informasi yang memadai mengenai perkembangan makro perekonomian DIY terkini. Di samping itu, laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Dinas terkait atau stakeholders lainnya dalam mengambil kebijakan. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Kami juga mengharapkan kerjasama dari berbagai stakeholders yang sudah baik selama ini dalam menyediakan data dan informasi dapat ditingkatkan di masa depan sehingga tersedianya informasi yang terkini dari perekonomian DIY. Oleh karena itu kami berharap agar hubungan yang lebih baik dapat terjalin di masa mendatang. Selain itu, kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian ini, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan hasil kerja yang lebih baik.
Yogyakarta, Februari 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Arief Budi Santoso Direktur
vii
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
DAFTAR ISI INDIKATOR TERPILIH .......................................................................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. xi DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................... xii BAB 1 .................................................................................................................................................. 5 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI................................................................................................. 5 1.
2.
PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN ............................................................................. 6 1.1.
Konsumsi ............................................................................................................................ 6
1.2.
Investasi .............................................................................................................................. 8
1.3.
Perkembangan Ekspor - Impor ............................................................................................. 9
PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN ................................................................................ 12 2.1.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ........................................................................... 12
2.2.
Sektor Industri Pengolahan ................................................................................................ 14
2.3.
Sektor Pertanian................................................................................................................ 15
2.4.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ............................................................................... 15
2.5.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ............................................................ 16
2.6.
Bangunan ......................................................................................................................... 17
2.7.
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ....................................................................................... 18
2.8.
Sektor Penggalian ............................................................................................................. 18
2.9.
Sektor Jasa-Jasa ................................................................................................................ 18
BOKS 1 :
HASIL LIAISON PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DIY TRIWULAN IV 2013 .......... 20
BAB 2 ................................................................................................................................................ 23 PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................................................ 23 1.
Inflasi Tahunan......................................................................................................................... 23
2.
Inflasi Triwulanan ..................................................................................................................... 25
3.
Inflasi Bulanan.......................................................................................................................... 26
4.
Disagregasi Inflasi ..................................................................................................................... 27
5.
Ekspektasi Inflasi ...................................................................................................................... 27
6.
Inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan Kota-kota di Jawa Tengah ............................................... 28
BAB 3 ................................................................................................................................................ 29 PERKEMBANGAN PERBANKAN........................................................................................................ 29
viii
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
1.
Aset .........................................................................................................................................29
2.
Intermediasi Perbankan .............................................................................................................29
3.
Penghimpunan Dana ................................................................................................................30
4.
Penyaluran Kredit .....................................................................................................................32
5.
Stabilitas Sistem Perbankan .......................................................................................................34
6.
7.
5.1.
Risiko Kredit ......................................................................................................................34
5.2.
Risiko Likuiditas .................................................................................................................36
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ....................................................................................36 6.1.
Aset ..................................................................................................................................36
6.2.
Penghimpunan Dana .........................................................................................................37
6.3.
Penyaluran dan Kualitas Kredit ...........................................................................................37
6.4.
Fungsi Intermediasi ............................................................................................................38
Perkembangan Perbankan Syariah .............................................................................................38 7.1.
Aset Perbankan Syariah .....................................................................................................38
7.2.
Intermediasi Perbankan Syariah ..........................................................................................38
7.3.
Penghimpunan Dana .........................................................................................................39
7.4.
Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan ..................................................................................39
BAB 4.................................................................................................................................................41 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN........................................................................................41 1.
2.
SISTEM PEMBAYARAN TUNAI ...................................................................................................41 1.1.
Pemusnahan Uang.............................................................................................................42
1.2.
Penukaran Uang ................................................................................................................43
1.3.
Temuan Uang Palsu ...........................................................................................................44
SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ...........................................................................................44 2.1.
Transaksi Kliring ................................................................................................................44
2.2.
Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) ..........................................45
BAB 5.................................................................................................................................................47 KEUANGAN PEMERINTAH) ...............................................................................................................47 1.
Pendapatan Pemerintah ............................................................................................................47
2.
Belanja Pemerintah ...................................................................................................................48
3.
Pembiayaan Pemerintah ............................................................................................................49
BAB 6.................................................................................................................................................51 KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN .........................................................................................51 1.
Tenaga Kerja ............................................................................................................................51
ix
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
2.
Kemiskinan .............................................................................................................................. 54
BAB 7 ................................................................................................................................................ 57 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI .................................................................................. 57 1.
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI..................................................................................... 57
2.
PERKIRAAN INFLASI .................................................................................................................. 58
L a m p i r a n.................................................................................................................................... 61
x
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
DAFTAR TABEL Tabel 1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan1 ..........................................................................................6 Tabel 2 Negara Tujuan Ekspor Utama1..................................................................................................10 Tabel 3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran1...........................................................................12 Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Barang (% yoy) ...............................................24 Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Per Kelompok Barang (%qtq) .............................................25 Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok barang (%mtm) ..............................................26 Tabel 2.4 Tabel Disagregasi Inflasi Tahunan ..........................................................................................27 Tabel 3.1 Indikator Perbankan ............................................................................................................29 Tabel 3.2 Kredit Bank Umum per Sektor Ekonomi ...............................................................................34 Tabel 3.3 Indikator Bank Perkreditan Rakyat ........................................................................................37 Tabel 3.4 Indikator Perbankan Syariah.................................................................................................39 Tabel 4.1 Indikator Sistem Pembayaran Tunai ......................................................................................41 Tabel 4.2. Pemusnahan Uang ..............................................................................................................43 Tabel 4.3 Penukaran Pecahan Uang Kecil ............................................................................................43 Tabel 4.4 Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai...............................................................................45 Tabel 5.1. Realisasi Penerimaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota ........................................................47 Tabel 5.2. Realisasi Belanja APBD DIY, Kabupaten dan Kota ...............................................................48 Tabel 5.3. Realisasi Pembiayaan APBD DIY, Kabupaten dan Kota........................................................49 Tabel 6.1 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama ...................................................53 Tabel 6.2 Indikator Status Ketenagakerjaan ..........................................................................................54
xi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional ............................................................................... 5 Grafik 1.2 Survei Konsumen .................................................................................................................. 6 Grafik 1.3 Indeks Penjualan Riil ............................................................................................................. 6 Grafik 1.4 Penjualan Mobil .................................................................................................................... 7 Grafik 1.5 Penjualan Motor ................................................................................................................... 7 Grafik 1.6 Giro Pemerintah ................................................................................................................... 7 Grafik 1.7 Anggaran Belanja Daerah ..................................................................................................... 7 Grafik 1.7 Kredit Konsumsi Grafik ......................................................................................................... 8 Grafik 1.8 Disagregasi Kredit Konsumsi ................................................................................................. 8 Grafik 1.10 Realisasi Penanaman Modal ................................................................................................ 8 Grafik 1.11 Realisasi Anggaran Belanja Modal ....................................................................................... 8 Grafik 1.12 Kredit Investasi ................................................................................................................... 9 Grafik 1.13 Suku Bunga Kredit dan NPL ................................................................................................ 9 Grafik 1.14 Nilai Ekspor Luar Negeri .................................................................................................... 10 Grafik 1.15 Volume Ekspor Luar Negeri ............................................................................................... 10 Grafik 1.16 Nilai Ekspor Produk Tekstil ................................................................................................ 10 Grafik 1.17 Harga Tekstil Internasional ................................................................................................ 10 Grafik 1.18 Nilai Impor Luar Negeri ..................................................................................................... 11 Grafik 1.19 Volume Impor Luar Negeri ................................................................................................ 11 Grafik 1.20 Ekspor-Impor Produk Tekstil .............................................................................................. 11 Grafik 1.21 Komoditas Impor Luar Negeri ............................................................................................ 11 Grafik 1.22 Indeks Penjualan Eceran .................................................................................................... 12 Grafik 1.23 Penjualan Listrik Kel. Bisnis ................................................................................................ 12 Grafik 1.24 Kredit Subsektor Perdagangan .......................................................................................... 13 Grafik 1.25 Ekspektasi Kegiatan Usaha ................................................................................................ 13 Grafik 1.26 Perkembangan Wisatawan ................................................................................................ 13 Grafik 1.27 Tingkat Hunian Hotel ........................................................................................................ 13 Grafik 1.28 SKDU Subsektor Hotel-Restoran ........................................................................................ 13 Grafik 1.29 Kredit Sektor PHR ............................................................................................................. 13 Grafik 1.30 Penjualan Listrik Kel. Industri ............................................................................................. 14 Grafik 1.31 SKDU Sektor Industri Pengolahan ...................................................................................... 14 Grafik 1.32 Impor Bahan Baku Industri ................................................................................................ 14 Grafik 1.33 Kredit Sektor Industri ........................................................................................................ 14 Grafik 1.34 Nilai Tukar Petani .............................................................................................................. 15 Grafik 1.35 Produksi Tanaman Pangan ................................................................................................ 15 Grafik 1.36 Produksi Hortikulura ......................................................................................................... 15 Grafik 1.37 Kredit Sektor Pertanianx .................................................................................................... 15 Grafik 1.38 Penumpang Pesawat ........................................................................................................ 16 Grafik 1.39 Penumpang Kereta Api ..................................................................................................... 16 Grafik 1.40 Penumpang Pesawat ........................................................................................................ 16 Grafik 1.41 Kredit Transportasi............................................................................................................ 16 Grafik 1.42 Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha ......................................................................................... 17 Grafik 1.43 Nilai Tambah Bruto Bank ................................................................................................... 17
xii
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Grafik 1.44 Kredit Properti...................................................................................................................17 Grafik 1.45 Kredit Sektor Konstruksi ....................................................................................................17 Grafik 1.46 Kredit Listrik-Gas-Air Bersih ...............................................................................................18 Grafik 1.47 Penjualan Listrik PLN..........................................................................................................18 Grafik 1.48 Kredit Sektor Penggalian ...................................................................................................19 Grafik 1.49 Kredit Sektor Jasa ..............................................................................................................19 Grafik 2.1. Inflasi Kota yogyakarta .......................................................................................................23 Grafik 2.2. Inflasi Yogykarta vs Inflasi Nasional .....................................................................................23 Grafik 2.3 Siklus Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta.............................................................................25 Grafik 2.4 Siklus Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta .................................................................................25 Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen ...............................................................................................28 Grafik 2.6. Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD & Indeks Penjualan Eceran ...................................................28 Grafik 2.7 Inflasi Kota di Jawa Tengah & DIY ........................................................................................28 Grafik 3.1. LDR DIY .............................................................................................................................30 Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ............................................................................................................30 Grafik 3.3. DPK Perbankan ..................................................................................................................30 Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan .........................................................................................30 Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY .....................................................................31 Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan ..................................................................................................31 Grafik 3.7. Komposisi DPK Menurut Gol. Pemilik ..................................................................................32 Grafik 3.8. Komposisi Tabungan Menurut Gol. Pemilik .........................................................................32 Grafik 3.9. Komposisi Deposito Menurut Gol. Pemilik ...........................................................................32 Grafik 3.10. Komposisi Giro Menurut Gol. Pemilik ................................................................................32 Grafik 3.11. Kredit Perbankan .............................................................................................................33 Grafik 3.12. Kredit Modal Kerja ...........................................................................................................33 Grafik 3.13. Kredit Investasi .................................................................................................................33 Grafik 3.14. Kredit Konsumsi ...............................................................................................................33 Grafik 3.15. Non Performing Loans DIY................................................................................................35 Grafik 3.16. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ............................................................................35 Grafik 3.17. NPL Kredit Bank Sektor UtamaGrafik 3.18. Kredit Bank Sektor Lainnya ..............................36 Grafik 4.1 Aliran kas dan Pemusnahan Uang ........................................................................................42 Grafik 4.2 Transaksi Kliring ..................................................................................................................45 Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ...............................................................................................................45 Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY .................................................................................................51 Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kab./Kota di DIY .........................52 Grafik 6.3 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional & DIY ..............................................52 Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kab./Kota di DIY .............................53 Grafik 6.4 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di DIY ...................................................................55 Grafik 7.1 Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................................................57 Grafik 7.2 Ekspektasi Kegiatan Usaha ..................................................................................................57 Grafik 7.3 Ekspektasi Penghasilan ........................................................................................................58 Grafik 7.4 Ekspektasi Penjualan ...........................................................................................................58 Grafik 7.5 Perkiraan Inflasi ...................................................................................................................59 Grafik 7.6 Ekspektasi Harga .................................................................................................................59
xiii
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan
2
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi DIY triwulan IV 2013 mencapai 4,32% y.o.y lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2013 sebesar 6,47% y.o.y. Disisi permintaan sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi pemerintah, investasi dan impor melambat. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada triwulan laporan yaitu : (i) daya beli masyarakat masih baik, (ii) peningkatan belanja konsumsi masyarakat pada hari besar keagaamaan (Natal dan Idul Adha), (iii) peningkatan konsumsi wisatawan seiring kenaikan jumlah kunjungan pada libur akhir tahun, (iv) membaiknya permintaan ekspor tekstil dari Amerika dan China, sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi Amerika dan diversifikasi pasar ekspor ke China yang dinilai cukup berhasil, hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekspor produk tekstil ke China tujuh kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara itu pelemahan nilai tukar diperkirakan memberikan pengaruh pada perlambatan impor serta realisasi investasi PMA di Yogyakarta. Disisi sektoral, pertumbuhan ekonomi bersumber pada sektor pengangkutan-komunikasi, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Siklus peningkatan kunjungan wisatawan ke DIY pada akhir tahun masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektoral khususnya untuk sektor pengangkutan-komunikasi. Kenaikan permintaan produk tekstil dari Amerika Serikat dan China memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sektor industri pengolahan meskipun pelemahan nilai tukar dan kenaikan TDL memberikan tekanan terhadap kenaikan biaya produksi. Perkembangan inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada triwulan IV tahun 2013 sebesar 7,32% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,60% (yoy). Inflasi Kota Yogyakarta tahun 2013 berada dibawah laju Inflasi nasional sebesar 8,38% (yoy). Lebih rendahnya laju inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan laju inflasi Nasional tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu (i) Respon tekanan inflasi atas kenaikan harga BBM di Yogyakarta relatif lebih rendah, (ii) Kecukupan pasokan dan terjaganya distribusi pangan, (iii) ekspektasi konsumsi masyarakat Yogyakarta yang relatif stabil, serta (iii) struktur nilai konsumsi Kelompok Bahan Makanan masyarakat Kota Yogyakarta proporsinya lebih rendah dibandingkan proporsi Nasional sehingga gejolak yang terjadi pada harga pangan pada tahun 2013 direspon lebih stabil. Kinerja
perbankan
DIY
pada
triwulan
VI-2013
masih
menunjukan
perlambatan
pertumbuhan. Aset perbankan DIY tumbuh 15,88% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 20,12%. Dari sisi pasiva, pertumbuhan masih bersumber dari kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,14% (yoy) dan di sisi aktiva pertumbuhan asset bersumber dari pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 17,08% (yoy). Pertumbuhan DPK dan Kredit tersebut, di bawah pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu masing-masing tumbuh 21,23%
1
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
dan 21,74%. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan menjadi lebih baik, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 64,22% lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 62,61%. Sementara itu, kinerja kredit membaik yang tercermin dari kualitas kredit yang relatif lebih baik, dengan rasio Non Performing Loan Gross hanya 1,97%. Perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di DIY pada triwulan IV 2013 mengalami net outflow seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap transaksi tunai pada libur akhir tahun. Net cash outflow rata-rata sebesar Rp63 miliar per bulan dengan adanya aliran cash outflow dan kegiatan remise, posisi kas di KPw Bank Indonesia DIY tercatat sebesar Rp2.025 miliar menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2.654 miliar. Sementara itu, aktifitas sistem pembayaran non tunai mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan ekonomi pada triwulan IV 2013. Pada triwulan laporan, rata-rata harian nilai nominal kliring meningkat 0,64% q.t.q dari Rp54,98 miliar menjadi 55,33 miliar. Demikian juga untuk transaksi yang terjadi di RTGS, rata-rata bulanan incoming transfer RTGS pada triwulan laporan meningkat sebesar 19,70% (q.t.q) dari Rp12.756 miliar per bulan menjadi Rp15.268miliar per bulan, sementara nominal outgoing transfer per bulan meningkat sebesar 27,26% (q.t.q). Secara keseluruhan net incoming transfer per bulan turun 2,49% (q.t.q) dari Rp3.242 miliar per bulan menjadi Rp3.161 miliar per bulan. Pada triwulan laporan tersebut temuan uang palsu mengalami penurunan baik dari jumlah nominal maupun jumlah lembar. Kinerja
gabungan keuangan Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan IV-2013 di sisi
penerimaan terealisasi dengan baik, namun belum optimal di sisi pengeluaran. Realisasi di sisi penerimaan mencapai 101,55% atau sebesar Rp9,57 triliun, terutama bersumber dari Dana Perimbangan dengan proporsi 53,33% dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi 25,88%. Tingginya realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV-2013 terutama bersumber dari PAD yang melampaui target, khususnya Pajak Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Sementara itu, di sisi belanja terealisasi sebesar 87,81% atau sebesar Rp8,42 triliun, dengan proporsi terbesar pada Belanja Tidak Langsung sebesar 67,07%. Hal ini menyebabkan neraca APBD sampai dengan posisi akhir triwulan IV2013 masih surplus Rp1,15 triliun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Agustus 2013 tercatat sebesar 68,89%, turun dibandingkan keadaan Agustus 2012 sebesar 70,85%. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka di DIY pada Agustus 2013 sebesar 3,34% menurun dibandingkan Agustus 2012 sebesar 3,97%. Berdasarkan jenis pekerjaaannya, sekitar 55,56% tenaga kerja tersebut bekerja pada sektor informal. Sedangkan sebesar 44,44% bekerja pada kegiatan formal. Selanjutnya ditengah perekonomian yang meningkat dan terbukanya lapangan kerja Kemiskinan DIY menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
2
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 5,3%±0,5%(yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 4,32% (yoy). Disisi Permintaan, pertumbuhan bersumber dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi pemerintah dan impor diperkirakan melambat. Disisi sektoral, sumber pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan
Hotel
Restoran,
dan Sektor Pengangkutan. Konsumi Rumah Tangga yang
merupakan komponen utama pendorong pertumbuhan DIY diperkirakan tumbuh cukup baik pada triwulan I 2014 dengan faktor pendorong : (i) peningkatan pendapatan masyarakat terkait realisasi kenaikan UMP, (ii) daya beli masyarakat cukup baik yang diindikasikan masih optimisnya ekspektasi konsumsi pada survei konsumen Bank Indonesia, serta (iii) kegiatan kampanye pemilu legislatif yang dimulai bulan Maret. Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 6,02±1% yoy, melambat dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 7,32% yoy. Faktor resiko tekanan inflasi pada triwulan I 2014 diperkirakan berasal dari beberapa hal yaitu : (i) kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga elpiji 12kg, (ii) Curah hujan di atas normal diperkirakan akan terjadi hingga akhir Februari/awal Maret 2014, sehingga potensi terjadinya banjir akan mempengaruhi produksi pangan dan distribusi pasokan (iii) Tekanan imported inflation diperkirakan masih berpotensi terjadi seiring dengan tekanan nilai tukar yang masih berlanjut, (iv) potensi peningkatan konsumsi terkait penyelanggaraan kampanye pemilu legislatif, (v) Penyesuaian harga produk manufaktur atas kenaikan UMP dan kenaikan biaya bahan baku, serta (vi) Penyesuaian tarif sewa kos/rumah yang umumnya dilakukan pengusaha di Yogyakarta di awal tahun.
3
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan
4
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI Pertumbuhan ekonomi DIY triwulan IV 2013 mencapai 4,32% y.o.y lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III 2013 sebesar 6,47% y.o.y. Disisi permintaan sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi pemerintah, investasi dan impor melambat. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada triwulan laporan yaitu : (i) daya beli masyarakat masih baik, (ii) peningkatan belanja konsumsi masyarakat pada hari besar keagaamaan (Natal dan Idul Adha), (iii) peningkatan konsumsi wisatawan seiring kenaikan jumlah kunjungan pada libur akhir tahun, (iv) membaiknya permintaan ekspor tekstil dari Amerika dan China, sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi Amerika dan diversifikasi pasar ekspor ke China yang dinilai cukup berhasil, hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekspor produk tekstil ke China tujuh kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara itu pelemahan nilai tukar diperkirakan memberikan pengaruh pada perlambatan impor serta realisasi investasi PMA di Yogyakarta. DIY
Nasional
Pertumbuhan Tahunan (%)
9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 I
II
III
IV
2011
I
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
2013
Sumber : BPS
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi DIY dan Nasional
Disisi sektoral, pertumbuhan ekonomi bersumber pada sektor pengangkutan-komunikasi, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Siklus peningkatan kunjungan wisatawan ke DIY pada akhir tahun masih menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektoral khususnya untuk sektor pengangkutan-komunikasi. Kenaikan permintaan produk tekstil dari Amerika Serikat dan China memberikan kontribusi bagi tumbuhnya sektor industri pengolahan meskipun pelemahan nilai tukar dan kenaikan TDL memberikan tekanan terhadap kenaikan biaya produksi.
Bab 1
Perkembangan Makroekonomi
5
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
1.1.
PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PERMINTAAN Tabel 1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan1
1.2.
Konsumsi Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV
2013. Pada triwulan laporan Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 5,96% y.o.y meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,82% y.o.y. Daya beli konsumen dan peningkatan belanja konsumsi di hari besar keagamaan (Natal dan Idul Adha) menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu pertumbuhan juga didukung oleh siklus peningkatan jumlah wisatawan di Yogyakarta menjelang libur akhir tahun. Jumlah wisatawan ke DIY selama triwulan IV 2013 mencapai 1 Juta orang dengan pertumbuhan mencapai 21,6% atau tertinggi dalam kurun waktu rata-rata 3 tahun terakhir. Peningkatan jumlah kunjungan tersebut meningkat pada bulan Oktober dan November 2013 namun 1
menurun di bulan Desember terdampak banjir Jakarta . Indeks
%
160
Indeks
%
160 Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks Kondisi Ekonomi
Indeks Ekspektasi Konsumen
Indeks Penjualan Riil Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama
140 140
120
100 120
80
60
100 1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2013
1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2013
Sumber : SPE Bank Indonesia
Sumber : Survei Konsumen BI
Grafik 1.2 Survei Konsumen
Grafik 1.3 Indeks Penjualan Riil
Meskipun tendensi konsumsi terkoreksi paska kenaikan harga BBM namun optimisme masyarakat dalam berkonsumsi masih cukup baik yang ditunjukkan oleh Indeks Keyakinan Konsumen DIY masih lebih dari 100. Hal tersebut dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator terpilih yaitu pertumbuhan angka penjualan kendaraan bermotor, optimisme ekspektasi konsumsi, serta pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga. 1
Berdasarkan data Statistik Kepariwisataan DIY Th 2011-2012, jumlah kunjungan wisatawan ke DIY yang berasal dari DKI Jakarta mencapai 20-25% dari total wisatawan.
6
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
Penjualan Mobil
Chart Title
Unit
Cha rt T itle
180,000
13.00
Pertumbuhan Tahunan (%)
170,000
9.00 Penjualan Sepeda Motor
1,650,000 12.00
160,000 150,000
11.00
% (yoy)
1,700,000 Pertumbuhan Tahunan (yoy)
1,600,000
8.75
1,550,000 1,500,000
140,000 10.00
130,000
8.50
1,450,000 1,400,000
120,000
9.00
110,000
8.25
1,350,000 1,300,000
100,000
8.00
8.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2012
2013
2013
Grafik 1.4 Penjualan Mobil
Grafik 1.5 Penjualan Motor
Sementara itu pertumbuhan Konsumsi Pemerintah mencapai 5,49% y.o.y, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,39% y.o.y. Sumber perlambatan ini merupakan imbas dari penyerapan anggaran belanja yang kurang optimal. Berdasarkan data realisasi anggaran hingga akhir triwulan IV 2013 penyerapan belanja daerah oleh Pemerintah Provinsi/Kab/Kota hanya berkisar ±88% terhadap target anggaran.
Chart Title
Outstanding Giro Pemerintah
5000
Chart Title
% (yoy)
Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
60.00
4500
50.00
4000
4500 4000 3500
40.00
3500 3000
3000
30.00
2500
20.00
2000
2500 2000 1500
10.00
1500 1000
1000 -
500 0
500
(10.00) I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
0 I
II
2013
Sumber : Bank Indonesia
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
Sumber : DPPKAD Prov/Kab/Kota (Diolah)
Grafik 1.6 Giro Pemerintah
Grafik 1.7 Anggaran Belanja Daerah
Disisi pembiayaan perbankan, dampak kenaikan BI Rate yang direspon oleh kenaikan Suku Bunga pinjaman mulai memberikan pengaruh pada perlambatan kredit konsumsi. Pada akhir triwulan IV 2013 kredit konsumsi rata-rata tumbuh 9,43% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,49% (y.o.y). Kontraksi pertumbuhan kredit konsumen terjadi pada subkelompok kredit kendaraan bermotor (Grafik 1.8).
Bab 1
Perkembangan Makroekonomi
7
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Chart Title
Kredit Konsumsi
9500
Chart Title
% (yoy)
Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
25.00
9000
80.00 Pertumb. Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen
70.00
20.00
8500 8000
15.00
7500
Pertumb. Kredit Pemilikan Kendaraan
60.00
Pertumb. Kredit Konsumsi Lain2
50.00 40.00
7000
10.00
6500
30.00 20.00
6000
5.00
5500
10.00 -
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
(10.00)
1
2
3
4
5
6
(20.00)
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
2012
5
6
7
8
9
10 11 12
2013
2013
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.7 Kredit Konsumsi Grafik
1.3.
Grafik 1.8 Disagregasi Kredit Konsumsi
Investasi Pada triwulan IV 2013 pertumbuhan investasi sebesar 2,22% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,24% (y.o.y). Perlambatan ini diperkirakan terjadi pada investasi bangunan sementara investasi non bangunan diperkirakan masih tumbuh baik. Perlambatan pada investasi bangunan tersebut dikonfirmasi oleh menurunnya pertumbuhan pada sektor konstruksi serta perlambatan kredit yang terkait sektor tersebut. Sementara investasi mesin dan peralatan diperkirakan masih optimis seiring dengan peningkatan permintaan produk-produk industri untuk pemenuhan pasar ekspor yang mulai tumbuh, khususnya pada produk tekstil dan meubel. Data BKPM mencatat bahwa perlambatan investasi di DIY pada triwulan IV 2013 bersumber pada investasi PMA sementara investasi PMDN tumbuh baik. Investasi PMA pada triwulan laporan sebesar US$ 3,51 Juta menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar USS$ 14,4 Juta. Sementara nilai realisasi investasi PMDN pada triwulan laporan sebesar Rp 151 Miliar meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 10 Miliar.
Chart Title
Chart Title
Rp Miliar 300.00
800
60.00
250.00
700
50.00
200.00
40.00
150.00
30.00
100.00
20.00
50.00
10.00
-
70.00 PMA (US$ Juta)
PMDN (Rp Miliar)
600 500 400 300
0.00
(50.00) I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
Sumber : BKPM
100 0 I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
Sumber : DPPKAD Prov/Kab/Kota (Diolah)
Grafik 1.10 Realisasi Penanaman Modal
8
200
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Grafik 1.11 Realisasi Anggaran Belanja Modal
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
Ditengah kebijakan moneter ketat yang ditempuh oleh Bank Sentral selama triwulan IV 2013, pertumbuhan kredit investasi di DIY masih tumbuh stabil. Kenaikan BI Rate yang direspon oleh perbankan melalui peningkatan suku bunga kredit belum berpengaruh pada pertumbuhan kredit investasi. Pada triwulan laporan kredit tumbuh 57,11% (y.o.y) stabil dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 57,08% (y.o.y). Demikian halnya dengan tingkat NPL yang menunjukkan kecenderungan menurun selama triwulan laporan. Rp Miliar
% yoy
5,000 4,500
Suku Bunga (%)
70 Kredit Investasi
NPL %
14.50
Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
3.50 Suku Bunga Investasi Tertimbang (%)
NPL Kredit Investasi (%)
60
4,000
3.00 14.00
50
3,500 3,000
40
2.50 13.50
2.00
2,500 30
2,000 1,500
1.50
13.00
20
1,000
1.00 12.50
10
500 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
0.50 12.00
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013
2012
2013
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.12 Kredit Investasi
Grafik 1.13 Suku Bunga Kredit dan NPL
1.4. Perkembangan Ekspor - Impor Ekspor DIY pada triwulan IV 2013 tumbuh 6,47% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,08% (y.o.y). Kenaikan tersebut terutama didorong oleh ekspor luar negeri sementara ekspor dalam negeri relatif stabil. Tercatat nilai ekspor luar negeri DIY pada triwulan laporan sebesar US$90,08 Juta tumbuh secara tahunan sebesar18,83% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya yang terkontraksi 2,27% (y.o.y) dengan nilai ekspor hanya sebesar US$64 juta. Peningkatan ekspor luar negeri terutama didorong oleh kenaikan ekspor tekstil dan meubel. Kenaikan ekspor tekstil disebabkan oleh beberapa faktor : (i) Membaiknya perekonomian Amerika Serikat sehingga permintaan tekstil meningkat, (ii) Depresiasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar memberikan surplus margin kepada eksportir meskipun harga tekstil internasional cenderung menurun, (iii) Diversifikasi pasar ekspor tekstil ke China cukup berhasil yang ditunjukkan oleh nilai ekspor yang tumbuh hingga tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Bab 1
Perkembangan Makroekonomi
9
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
%, yoy
Juta USD 100 Nilai Ekspor
90 80 70 60 50
% yoy
30
40.00
350.00
25
35.00
300.00
20
30.00
10
400.00
250.00 200.00
25.00
150.00 20.00
100.00
15.00
30
5
20
0
10 0 II
III
IV
I
II
III
2012
50.00
10.00
-
5.00
-5 I
(50.00)
-
IV
(100.00) I
2013
II
Nilai Ekspor Tekstil (US$ Juta)
US$ Juta
Pertumbuhan Tahunan - rhs
% yoy 70.00 60.00
50.00
50.00
40.00
40.00 30.00
30.00
20.00
20.00 10.00 2
3 2012
4
1
2
IV
I
II
III
3
IV
2013
Grafik 1.15 Volume Ekspor Luar Negeri
60.00
1
III
2012 SUmber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.14 Nilai Ekspor Luar Negeri
Thousands
Pertumbuhan Tahunan-rhs
Ribu TON 45.00
15
40
Nilai Ekspor
35 Pertumbuhan (rhs)
4
Harga US$
US$
Rp Ribu
81.00
860.00 840.00 820.00 800.00 780.00 760.00 740.00 720.00 700.00 680.00 660.00 640.00
80.00 79.00 78.00 77.00
10.00
76.00
-
75.00
(10.00)
74.00
(20.00)
73.00 1
2
2013
Sumber : DSM - Bank Indonesia
Harga Rupiah
3
4
5
6
7
2012
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2013
Sumber : Bloomberg
Grafik 1.16 Nilai Ekspor Produk Tekstil
Grafik 1.17 Harga Tekstil Internasional
Berdasarkan tujuan negaranya kenaikan ekspor DIY terutama terjadi untuk Amerika Serikat dan China, sementara ekspor ke negara tujuan utama lainnya relatif melambat. Kenaikan ekspor produk tekstil ke China menggambarkan terbukanya pasar baru produk tekstil DIY. Hal ini cukup menggembirakan karena secara historis ekspor tekstil DIY lebih banyak ditujukan ke Amerika dan Uni Eropa. Tabel 2 Negara Tujuan Ekspor Utama1
Pertumbuhan impor pada triwulan IV 2013 sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan impor tumbuh 5,01% (y.o.y) sementara pada triwulan sebelumnya tumbuh 5,81% (y.o.y). Perlambatan terjadi pada impor antar daerah, sementara impor luar negeri masih tumbuh baik. Tercatat nilai impor luar negeri pada triwulan IV 2013 sebesar US$ 25,4 Juta tumbuh 48% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 11% atau sebesar US$ 17,4% (y.o.y).
10
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
Perlambatan impor terutama didorong oleh dampak melemahnya nilai tukar pada triwulan IV 2013, namun perlambatan yang terjadi diredam oleh peningkatan permintaan impor terhadap bahan baku tekstil untuk pemenuhan produksi ekspor [Grafik 19]. Bahan baku impor tekstil pada triwulan laporan mempunyai pangsa 71% terhadap keseluruhan impor luar negeri DIY. %, yoy
Juta USD 25
140 Nilai Impor
Pertumbuhan (rhs)
Nilai Impor
TON
Pertumbuhan - rhs
% yoy
12,000.00
1,000.00
10,000.00
800.00
80
8,000.00
600.00
60
6,000.00
400.00
120
20
100
15
10
40
4,000.00
200.00
2,000.00
-
20
5
0 0
-20 I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
-
(200.00) I
II
2013
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.18 Nilai Impor Luar Negeri
US$ Juta
Grafik 1.19 Volume Impor Luar Negeri
Alat Listrik 3.11%
Impor Tekstil
Ekspor Tekstil
Pertumbuhan Impor Tekstil - rhs
Pertumbuhan Ekspor Tekstil - rhs % yoy
60,000.00
Barang Kulit 2.02% Barang Kertas 3.03%
80.00 70.00
50,000.00
60.00
Lainnya 9.90%
50.00
40,000.00
40.00 30,000.00
30.00 20.00
20,000.00
10.00
Tekstil 71.95%
Kayu Olahan 6.76%
-
10,000.00
Barang Logam 3.23%
(10.00) -
(20.00) I
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
2013
Sumber : DSM Bank Indonesia
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.20 Ekspor-Impor Produk Tekstil
Bab 1
Grafik 1.21 Komoditas Impor Luar Negeri
Perkembangan Makroekonomi
11
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN Tabel 3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran1
2.1.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran pada triwulan IV 2013 tumbuh 3,80% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,93% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan di Subsektor Perdagangan diperkirakan memberikan kontribusi terhadap perlambatan di sektor PHR sementara SubSektor Hotel dan Restoran masih tumbuh stabil. Dalam triwulan laporan tersebut walaupun daya beli masyarakat berangsur pulih pada triwulan IV 2013 paska kenaikan harga BBM, namun belum mampu mendorong Subsektor Perdagangan tumbuh seperti rata-rata historis 3 tahun sebelumnya. Melambatnya kinerja Subsektor Perdagangan dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu (i) perlambatan pada indeks penjualan riil, (ii) konsumsi listrik kelompok bisnis, (iii) kredit sub sektor perdagangan dan (iv) indeks ekspektasi kegiatan usaha Index
% (yoy)
160
Indeks Penjualan Riil
Pertumbuhan Tahunan - rhs
25
MWh
% (yoy)
45,000
Penj. Listrik Bisnis
Pertumbuhan Tahunan - rhs
25
40,000
140 20
120
20 35,000 30,000
100
15
15
25,000
80
10 10
60
20,000 15,000
40
5
20
5
10,000 0 5,000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
0
-5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013
Sumber : SPE Bank Indonesia
2012
2013
Sumber : PLN
Grafik 1.22 Indeks Penjualan Eceran
Grafik 1.23 Penjualan Listrik Kel. Bisnis
Disisi lain perkembangan Subsektor Perhotelan dan Restoran diperkirakan tumbuh cukup baik seiring dengan siklus kunjungan wisatawan pada akhir tahun. Optimisme perkembangan pada Subsektor Hotel dan Restoran dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu : (i) jumlah wisatawan domestik/mancanegara, (ii) tingkat hunian hotel, (iii) Indeks Realisasi Kegiatan Usaha Subsektor Hotel-Restoran pada Survei Kegiatan Dunia Usaha.
12
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
Rp Miliar
% (yoy)
7,000
Kredit Perdagangan
Indeks
45
Pertumbuhan Tahunan - rhs
160
6,000
140
40 5,000
120 35
4,000 3,000
100 80
30
60
2,000
40
25 1,000
20 0
20
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
2011 Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.24 Kredit Subsektor Perdagangan
2012
%
% (yoy)
Wisawatan Domestik Wisatawan Asing Pertumbuhan Wisdom - rhs Pertumbuhan Wisman - rhs
1,200,000
2013
800,000 600,000 400,000
40.00
70
30.00
60
20.00
50
10.00
40
-
30
(10.00) 200,000
20
(20.00)
0
Chart Title
80
50.00
1,000,000
Bintang
Non Bintang
10
(30.00) 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
0
4
1 2011
2012
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
Grafik 1.26 Perkembangan Wisatawan
8
9 10 11 12
2013
Grafik 1.27 Tingkat Hunian Hotel
Chart Title
Indeks
7
2013
2012
Rp miliar
1.20
% (yoy)
8,000
60 Kredit PHR
1.00
7,000
0.80
6,000
0.60
5,000
0.40
4,000
0.20
3,000
0.00
-0.40
IV
Grafik 1.25 Ekspektasi Kegiatan Usaha
Chart Title
orang
-0.20
III
2013
gPHR (rhs) 50 40 30 20
2,000
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
10
1,000
2011
2012
2013
0
0 1
-0.60
2
3
4
5
-0.80
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2012
Sumber : SKDU Bank Indonesia
5
6
7
8
9 10 11 12
2013
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.28 SKDU Subsektor Hotel-Restoran
Grafik 1.29 Kredit Sektor PHR
Sementara dari sisi pembiayaan menunjukkan pertumbuhan yang stabil, outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp 7,2 T tumbuh 43,41% (y.o.y) relatif sama dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 43,74% (y.o.y)
Bab 1
Perkembangan Makroekonomi
13
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
2.2.
Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan pada triwulan IV 2013 tumbuh 4,41% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya 6,67% (y.o.y). Perlambatan yang terjadi pada Sektor Industri pengolahan dipengaruhi beberapa faktor yaitu (i) meningkatnya biaya produksi terkait penyesuaian harga TDL dan BBM, (ii) kenaikan harga bahan baku impor sebagai dampak depresiasi rupiah. Namun perlambatan ini agak tertahan oleh membaiknya permintaan produk tekstil ke Amerika Serikat dan China. Perlambatan yang terjadi pada sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu : (i) konsumsi listrik industri, (ii) menurunnya indeks realisasi kegiatan usaha dalam survei kegiatan dunia usaha, dan (iii) Nilai impor komoditas bahan baku industri. MWh 25,000
Penj. Listrik Bisnis
4.00
40
Pertumbuhan Tahunan - rhs
Chart Title
Indeks
% (yoy)
30
3.00
20,000
20 10
15,000
2.00
0 10,000
1.00
-10 -20
5,000
0.00
-30 0
-40 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2012
5
6
7
8
1
2
-1.00
3
4
2011
9 10 11 12
1
2
3
4
1
2
2012
3
4
2013
-2.00
2013
Sumber : SKDU Bank Indonesia
Sumber : PLN
Grafik 1.30 Penjualan Listrik Kel. Industri
Grafik 1.31 SKDU Sektor Industri Pengolahan
Chart Title
TON
% (yoy)
Rp miliar
4,000
400.00
1,600,000
3,500
350.00
Impor Bahan Baku
Pertumbuhan Tahunan - rhs
% (yoy) 40 Kredit Sektor Industri
Pertumbuhan Tahunan - rhs
1,400,000
35
1,200,000
30
1,000,000
25
800,000
20
600,000
15
-
400,000
10
(50.00)
200,000
5
300.00
3,000
250.00
2,500
200.00
2,000
150.00
1,500
100.00 50.00
1,000 500 0
(100.00) 1
2
3
4
1
2
3
4
0
0 1
2011
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2012 2012
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.32 Impor Bahan Baku Industri
2013
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.33 Kredit Sektor Industri
Dukungan pembiyaan perbakan terhadap sektor ini cukup baik. Outstanding kredit sektor Industri Pengolahan pada posisi akhir bulan Desember 2013 berjumlah Rp1.472 miliar atau tumbuh 28,08% y.o.y.
14
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
2.3.
Sektor Pertanian Sektor Pertanian pada triwulan IV 2013 terkontraksi -2,21% (y.o.y) menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya (3% y.o.y). Penurunan terjadi pada produksi Jagung, Cabe Merah dan Bawang Merah, sementara produksi padi masih mengalami pertumbuhan. Pada bulan Oktober 2013 produksi cabe mengalami penurunan karena pergantian musim. Menurunnya produksi cabe dikonfirmasi oleh peningkatan harga cabe di pasaran tradisional mengingat permintaan cabe saat ini stabil. Sementara itu pada Desember 2013, produksi Bawang Merah di Bantul menurun karena lahan pertanian terkena banjir. Menurunnya produksi juga pertanian dikonfirmasi oleh menurunnya Nilai Tukar Petani DIY [Grafik 1.34] Kredit pertanian pada triwulan IV 2013 terkontraksi seiring dengan penurunan pertumbuhan sektor pertanian. Outstanding kredit mencapai Rp 520 Miliar dengan pertumbuhan terkontraksi 0,28% (y.o.y) TON
%
Nilai Tukar Pe tani
Indeks Nilai Tukar Petani
Indeks 120.00
Pertumbuhan Tahunan (% yoy)
% 2.5 2.0
600000 500000
115.00 1.5 110.00
150.0
Produksi Padi (ton) Produksi Jagung Pertumbuhan Tahunan Padi - rhs Pertumbuhan Tahunan Jagung - rhs
100.0
400000
50.0
1.0 0.5
300000
105.00 0.0 100.00
200000
-0.5 -1.0
95.00
(50.0)
100000
-1.5 90.00
-2.0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
2012
7
8
0
(100.0) I
9 10 11 12
II
III
IV
I
II
2012
2013
III
IV
2013
Sumber : Dinas Pertanian (diolah)
Grafik 1.34 Nilai Tukar Petani Kuintal
Grafik 1.35 Produksi Tanaman Pangan
Produksi Cabe Merah (kw)
Produksi Bawang Merah (kw)
Pertumbuhan Cabe Merah - rhs
Pertumbuhan Bawang Merah - rhs
600,000
% yoy 150.0
Rp miliar
% (yoy)
600
140 Kredit Pertanian
gPertanian (rhs)
120
500
500,000
100.0
100 400
400,000 50.0
80
300
60
300,000
-
40
200
200,000
20
(50.0)
100,000
100
0
0
-
(100.0) I
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
2012
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2013
2013
Grafik 1.36 Produksi Hortikulura
2.4.
-20 1
Grafik 1.37 Kredit Sektor Pertanianx
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV 2013 tumbuh 6,17% (y.o.y), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 5,93% (y.o.y). Peningkatan ini terjadi seiring dengan pola umum kenaikan jumlah wisatawan di DIY pada liburan akhir tahun. Jumlah wisatawan meningkat pada bulan Oktober dan November 2013 namun tertahan pada bulan Desember 2013 karena terdampak
Bab 1
Perkembangan Makroekonomi
15
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
banjir Jakarta mengingat rata-rata 20-25% wisatawan DIY berasal dari Ibukota. Peningkatan sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu (i) peningkatan jumlah penumpang pesawat, (ii) perkembangan penumpang kereta api, (iii) Jumlah kendaraan bermotor, serta (iv) pertumbuhan kredit sektor transportasi. orang
% yoy
250,000
10.00
Penumpang Kereta Pertumbuhan Tahunan - rhs
Datang
orang
Berangkat
gDatang - rhs
gBerangkat - rhs
yoy %
350,000
45
-
40
300,000
200,000
35
(10.00) (20.00)
150,000
(30.00) 100,000
50,000
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2012
5
6
7
8
250,000
30 25
200,000
20
(40.00)
150,000
(50.00)
100,000
15 10 5
(60.00)
50,000
(70.00)
0
(5)
9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
2013
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2012
Sumber : PT KAI
6
7
8
9 10 11 12
2013
Sumber : BPS DIY
Grafik 1.38 Penumpang Pesawat
Grafik 1.39 Penumpang Kereta Api Rp miliar
Unit
% yoy
6,000,000
13.00 Sepeda Motor
Mobil
gSEPEDA MOTOR
gMOBIL
5,000,000
% (yoy)
400
80 Kredit Transportasi
gKredit Transportasi - rhs
350
60
300
40
12.00
4,000,000
11.00
250
20
3,000,000
10.00
200
0
2,000,000
9.00
150
-20
100
-40
50
-60
1,000,000
8.00
0
7.00 I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
0
-80 1
2
3
4
5
2013
Sumber : POLDA DIY
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2012
6
7
8
9 10 11 12
2013
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.40 Penumpang Pesawat
Grafik 1.41 Kredit Transportasi
Seiring dengan kenaikan sektor pengangkutan dan komunikasi, outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2013 turut mengalami peningkatan sebesar 18,78% (y.o.y) dengan realisasi penyaluran sebesar Rp 343 Miliar. 2.5.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pada triwulan IV 2013 tumbuh 7,05%
y.o.y, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,44% y.o.y Peningkatan terjadi pada Sub Sektor Persewaan dan Jasa. Libur akhir tahun, serta peningkatan kegiatan MICE oleh Pemerintah Daerah/Pusat di akhir tahun anggaran mendorong kinerja di sub sektor tersebut. Sementara pada Sub Sektor Keuangan diperkirakan menurun yang ditunjukkan oleh melambatnya Nilai Tambah Bruto bank umum di DIY [Grafik 1.23]. Hal ini sebagai dampak dari kenaikan suku bunga bank yang meningkatkan biaya dana sementara pertumbuhan kredit mengalami perlambatan.
16
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
Pembiayaan kredit jasa dunia usaha menunjukkan penurunan, Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp 2,3 T terkontraksi 1,22% y.o.y Rp miliar
% (yoy)
3,500
60 Kredit Jasa Dunia Usaha
gJasa (rhs)
3,000 2,500
50
30
40
25
30
2,000
20 1,500
%
35
20 15
10
1,000
10
0
500
-10
0
-20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
5 0 I
-5
II
III
IV
2011
2013
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.42 Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha
2.6.
Grafik 1.43 Nilai Tambah Bruto Bank
Bangunan Sektor
Bangunan
pada
triwulan
laporan
tumbuh
0,85%
y.o.y,
lebih
rendah
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,59% y.o.y. Faktor yang mendorong perlambatan di sektor ini antara lain : (i) kenaikan suku bunga perbankan, (ii) pengetatan aturan Loan to Value untuk rumah tipe > 70, serta (iii) pengetatan aturan KPR Inden. Hal tersebut juga dikonfirmasi dari sisi pembiayaan, yang menunjukkan dukungan pembiayaan perbankan ke sektor konstruksi melambat. Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada posisi Desember 2013 sebesar Rp446 miliar, atau tumbuh 24,41% y.o.y Rp miliar
% (yoy)
1,800
KPR Type < 70
KPR Type > 70
gKPR Tipe<70
gKPR Tipe>70
100
1,600 80
Rp miliar
% (yoy)
600
140 Kredit Bangunan
gBangunan (rhs) 120
500
1,400 1,200
60
100
400
80
1,000 40
300 60
800 600
20
200
0
100
400
40 20
200 0
-20 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2012
6
7
8
9 10 11 12
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
2013
2013
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.44 Kredit Properti
Grafik 1.45 Kredit Sektor Konstruksi
Bab 1
Perkembangan Makroekonomi
17
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
2.7.
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada triwulan IV 2013 tumbuh 4,21% (y.o.y), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (9,30% y.o.y). Kenaikan TDL diperkirakan menjadi pendorong perlambatan di sektor ini. Hasil liason menyatakan bahwa beberapa pelaku usaha perhotelan di Yogyakarta melakukan efisiensi listrik terkait kenaikan TDL. Jumlah penyaluran kredit di sektor ini relatif stabil. Outstanding kredit pada posisi akhir Desember 2013 mencapai Rp40,19 miliar, atau terkontraksi 20,28% y.o.y. Rp miliar
% (yoy)
70
50 Kredit LGA
60
gListrik (rhs)
40
% (yoy)
MWh 250
25 Listrik (MWh)
gListrik (yoy) 20
200
30
50
20
40
15 150 10
10 30
0
20
-10
10
-20
0
-30 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2012
5
6
7
8
9 10 11 12
100 5 50
0
0
-5 1
2
3
4
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2013
Sumber : PLN
Grafik 1.46 Kredit Listrik-Gas-Air Bersih
2.8.
6
2012
2013
Sumber : Bank Indonesia
5
Grafik 1.47 Penjualan Listrik PLN
Sektor Penggalian Kinerja di sektor Penggalian pada triwulan IV 2013 tumbuh 4,88% y.o.y, relatif stabil
dibandingkan pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebesar 4,65% (y.o.y). Kegiatan usaha sektor ini banyak didominasi oleh usaha penambangan pasir dan bahan galian C. Jumlah penyaluran kredit di sektor ini relatif stabil. Outstanding kredit pada posisi akhir Desember 2013 mencapai Rp24,82 miliar, atau tumbuh 51,20% y.o.y. 2.9.
Sektor Jasa-Jasa Sektor Jasa-jasa pada triwulan IV 2013 tumbuh 9,62% (y.o.y), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 10,20% (y.o.y). Perlambatan tersebut didorong oleh menurunnya realiasasi belanja Pemda mengingat sektor ini didominasi oleh Subsektor Jasa Pemerintahan Umum. Sebagaimana diketahui, pada triwulan IV belanja Pemda turun dibanding triwulan III. Pembiayaan kredit sektor jasa mengalami peningkatan, outstanding kredit di sektor ini hingga Desember 2013 mencapai Rp3,45 T, terkontraksi 3,89% y.o.y.
18
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
Rp miliar
% (yoy)
30 Kredit Penggalian
gPenggalian (rhs)
25
4.5
140
4
120 100
20
80 15
60 40
10
20 0
5 0 1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2013
Rp miliar
160
% (yoy) 100 Kredit Sektor Jasa
gPenggalian (rhs) 80
3.5 3
60
2.5 40 2 1.5
20
1 0
-20
0.5
-40
0
-20 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2012
Grafik 1.48 Kredit Sektor Penggalian
Bab 1
5
6
7
8
9 10 11 12
2013
Grafik 1.49 Kredit Sektor Jasa
Perkembangan Makroekonomi
19
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
BOKS 1 :
HASIL LIAISON PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DIY TRIWULAN IV 2013
Secara keseluruhan, kegiatan dunia usaha di DI Yogyakarta pada triwulan IV 2013 diindikasikan sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan terjadi merata di hampir semua sektor terutama pada usaha yang berorientasi domestik. Sedangkan untuk usaha yang berorientasi ekspor tetap tumbuh meskipun masih dibawah pertumbuhan rata-rata.
40.00
SBT (%)
30.00 20.00 10.00
0.00 (10.00) (20.00) Perkiraan
(30.00) III IV 2007
I
II
III IV
2008
I
II
III IV
I
2009
II
III IV
2010
I
II
III IV
2011
I
II
Realisasi III IV
2012
I
II
III IV*
2013
Grafik 1.50 Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha di DI Yogyakarta (SKDU Tw.III 2013)
Biaya Produksi Pada tahun 2013 kenaikan biaya-biaya dinilai meningkat di atas normal karena hampir semua komponen biaya utama seperti biaya bahan baku, biaya energi, dan biaya upah mengalami kenaikan yang signifikan. Diakui bahwa kenaikan terbesar terjadi pada bahan baku khususnya yang berasal dari impor. Hal ini paling dirasakan oleh pelaku usaha di sektor industri pengolahan khususnya sub-sektor pengolahan makanan, minuman & tembakau, serta di sektor jasa-jasa khususnya jasa kesehatan. Kenaikan biaya-biaya tersebut mendorong pelaku usaha untuk menaikkan harga. Namun pelaku usaha mengaku prosentase kenaikan harga yang terjadi masih di bawah prosentase kenaikan biaya. Langkah ini diambil untuk tetap mempertahankan tingkat permintaan. Namun hal ini tentunya berdampak pada semakin tipisnya marjin yang didapat oleh pelaku usaha. Akibatnya, pelaku usaha berencana menaikkan harga jual di awal tahun 2014 mendatang.
20
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
Permintaan Pasar Penurunan permintaan di triwulan IV 2013 dialami oleh hampir semua sektor terutama pada usaha yang berorientasi domestik yaitu sektor perdagangan, hotel & restoran; sektor jasa-jasa; sektor industri pengolahan; dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Di sektor perdagangan, hotel & restoran khususnya sub-sektor restoran, penurunan permintaan lebih disebabkan oleh turunnya nilai pengeluaran per-konsumen. Sedangkan untuk volume permintaan sendiri masih mengalami pertumbuhan. Di sektor jasa-jasa khususnya sub-sektor jasa kesehatan, penurunan disebabkan oleh menyusutnya ukuran pasar akibat adanya efisiensi yang dilakukan oleh pelanggan korporasi. Menyusutnya ukuran pasar ini juga terjadi pada sektor industri pengolahan khususnya di subsektor makanan, minuman & tembakau. Namun kali ini penyusutan ukuran pasar lebih diakibatkan turunnya daya beli khususnya pada kalangan menengah ke bawah karena naiknya biaya hidup. Senada dengan itu di sektor sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan khususnya sub-sektor Lembaga Keuangan Non-Bank (LKNB), penurunan juga dipengaruhi melemahnya daya beli. Selain itu pada subsektor ini kondisi ikut diperparah dengan semakin ketatnya persaingan. Sedangkan untuk pasar ekspor, permintaan masih tetap tumbuh meskipun masih dibawah pertumbuhan rata-rata. Peningkatan permintaan terutama dialami oleh sektor pertanian khususnya sub-sektor perkebunan yang dipengaruhi oleh menguatnya nilai tukar US Dollar terhadap Rupiah. Kalaupun terjadi sedikit perlambatan adalah pada ekspor dengan tujuan Kawasan Timur Tengah yang sempat mengalami ketidakstabilan politik dan keamanan. Sedangkan di sisi lain pada sektor industri pengolahan justru mengalami penurunan ekspor khususnya pada sub-sektor pengolahan barang kayu & hasil hutan lainnya. Penurunan ini lebih dipengaruhi oleh turunnya permintaan ekspor terutama oleh pasar Amerika dan Eropa serta semakin ketatnya persyaratan/kualifikasi ekspor ke negara tujuan ekspor tersebut khususnya terkait penggunaan bahan baku kayu dan hasil hutan lainnya. Kapasitas Utilisasi Usaha Rata-rata kapasitas utilisasi terpakai pada dua sektor utama yaitu sektor pertanian dan sektor industri pengolahan adalah 63,33%, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan kapasitas utilisasi terutama dialami oleh sektor industri pengolahan, terutama sub-sektor pengolahan barang kayu & hasil hutan lainnya. Tren penurunan kapasitas utilisasi ini telah terjadi sejak tahun 2008. Saat ini kapasitas utilisasi dari perusahaan-perusahaan yang masih bertahan pun rata-rata tidak mencapai 40%. Sedangkan kapasitas utilisasi pada sub-sektor pengolahan makanan, minuman & tembakau masih stabil bahkan pelaku usaha terus melakukan investasi guna meningkatkan kapasitas produksi. Di sisi lain kapasitas utilisasi di sektor pertanian khususnya sub-sektor perkebunan masih mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya permintaan.
Bab 1
Perkembangan Makroekonomi
21
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Perkiraan Kondisi Usaha 2014 Pelaku Usaha optimis bahwa kegiatan usaha di tahun 2014 diperkirakan akan mengalami peningkatan usaha meskipun di bawah pertumbuhan normal. Sektor yang diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif diantaranya sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor keuangan, persewaaan & jasa perusahaan. Berlawanan dengan itu, pelaku usaha di sektor industri pengolahan justru memperkirakan akan mengalami penurunan usaha di tahun mendatang. Pelaku Usaha di sektor pertanian dan industri pengolahan menyatakan bahwa saat ini ratarata kapasitas utilisasi mencapai 63,33%, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan kapasitas utilisasi terutama dialami oleh sektor industri pengolahan, terutama sub-sektor pengolahan barang kayu & hasil hutan lainnya. Sedangkan kapasitas utilisasi di sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya kegiatan usaha.
22
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Perkembangan inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2013 sebesar 7,32% (yoy) berada dibawah laju Inflasi nasional sebesar 8,38% (yoy). Lebih rendahnya laju inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan laju inflasi Nasional tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu (i) Respon tekanan inflasi atas kenaikan harga BBM di Yogyakarta relatif lebih rendah, (ii) Kecukupan pasokan dan terjaganya distribusi pangan, (iii) ekspektasi konsumsi masyarakat Yogyakarta yang relatif stabil, serta (iii) struktur nilai konsumsi Kelompok Bahan Makanan masyarakat Kota Yogyakarta proporsinya lebih rendah dibandingkan proporsi Nasional sehingga gejolak yang terjadi pada harga pangan pada tahun 2013 direspon lebih stabil. Sementara tekanan inflasi Kota Yogyakarta triwulan IV 2013 tercatat sebesar 0.98% qtq, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,23% qtq, perlambatan tersebut didorong oleh faktor kecukupan pasokan dan terkendalinya ekspektasi konsumsi rumah tangga. 5.00
10.00 mtm
9.00
8.00
qtq
3.00
6.00
2.00
4.00
1.00
2.00
-
-
% yoy
yoy
% yoy
% mtm % qtq
4.00
10.00 8.00
Inflasi Kota Yogyakarta
7.00
Inflasi Nasional
6.00 5.00
4.00 3.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
(1.00)
(2.00) 2011
2012
2012
Sumber : BPS DIY
2013
Sumber : BPS DIY
Grafik Inflasi Kota Yogyakarta Grafik2.1 2.1. Inflasi Kota yogyakarta
Grafik 2.2 Inflasi Yogyakarta vs Inflasi Grafik 2.2. Inflasi Yogykarta vs Nasional Inflasi Nasional
1. Inflasi Tahunan Tekanan inflasi tahunan pada triwulan IV 2013 menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok barang, perlambatan bersumber dari Kelompok Bahan Makanan (12,31% yoy), Kelompok Kesehatan (3,09% yoy) dan Kelompok Sandang (0,00% yoy), sementara peningkatan inflasi terjadi pada Kelompok Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan (10,46% yoy), Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (8,15% yoy), Kelompok Perumahan-Air-Listrik-GasBahan Bakar (5,18%) dan Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga (3,17% yoy). Pada kelompok bahan makanan, laju inflasi mengalami perlambatan sejalan dengan perbaikan pasokan produk tanaman pangan dan
hortikultura serta meredanya kenaikan
harga-harga setelah mengalami faktor koreksi harga BBM. Pada kelompok ini perlambatan inflasi terutama didorong oleh Subkelompok Padi-padian, Subkelompok Sayuran dan Subkelompok Ikan. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain : Beras, Kol, Sawi, dan Wortel.
Bab 2
Perkembangan Inflasi
23
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Penurunan harga beras didukung oleh peningkatan produksi padi pada triwulan IV-2013. Data Dinas Pertanian DIY mencatat bahwa perkiraan produksi padi pada periode Oktober-Desember 2013 mencapai 120ribu ton atau tumbuh 89% yoy. Sementara stok beras Bulog sampai dengan akhir tahun 2013 mencukupi mencapai 31.900 ton. Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Barang (% yoy) KELOMPOK BARANG
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Barang (% yoy) 2011 2012 I
II
UMUM/TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
7.53 16.70 6.57 5.36 6.92 4.88 4.69 5.64
UMUM/TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Sumber : BPS DIY
7.53 3.00 1.35 1.49 0.35 0.25 0.41 0.82
III IV I INFLASI TAHUNAN (% YOY)
II
III
2013 IV
I
II
III
IV
5.90 4.68 3.88 3.45 7.37 5.39 1.82 1.91 7.01 7.75 7.07 5.41 5.37 3.10 3.01 3.00 5.85 12.49 9.40 9.84 6.11 5.31 5.64 3.12 4.04 2.50 1.73 1.88 4.63 1.14 2.40 2.24 ANDIL INFLASI TAHUNAN (% YOY)
4.27 6.49 6.09 3.28 7.81 1.65 2.11 1.97
3.90 7.66 5.71 2.93 2.91 1.74 1.23 1.39
4.31 8.11 6.90 2.99 3.55 1.93 1.43 1.29
6.36 19.30 6.38 4.24 1.58 2.03 1.52 0.81
5.67 14.07 5.74 4.36 0.15 2.91 1.43 3.24
7.60 15.05 7.83 4.73 1.08 3.22 2.98 10.09
7.32 12.31 8.15 5.18 0.00 3.09 3.17 10.46
5.90 1.29 1.46 1.49 0.30 0.32 0.35 0.68
4.27 1.16 1.29 0.90 0.42 0.09 0.18 0.28
3.90 1.39 1.21 0.80 0.16 0.09 0.11 0.20
4.31 1.49 1.48 0.81 0.19 0.10 0.12 0.18
6.36 3.83 1.34 1.15 0.08 0.10 0.13 0.11
5.67 2.71 1.21 1.19 0.01 0.15 0.12 0.45
7.60 2.93 1.67 1.26 0.05 0.16 0.24 1.47
7.32 2.37 1.76 1.38 0.00 0.15 0.26 1.51
4.68 0.95 1.62 0.86 0.67 0.28 0.22 0.17
3.88 0.32 1.48 0.83 0.51 0.29 0.15 0.35
3.45 0.34 1.14 0.83 0.54 0.16 0.16 0.32
Pada kelompok makanan jadi-minuman-rokok dan tembakau mengalami kenaikan inflasi. Hal ini disebabkan pedagang menaikkan harga kuliner seiring dengan pola peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung di akhir tahun. Pada kelompok ini, peningkatan inflasi terutama didorong oleh Subkelompok Makanan jadi, dan Subkelompok Tembakau-Minuman Beralkohol. Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain : Gudeg, Sate, dan Rokok. Peningkatan harga kuliner Gudeg dan Sate lebih disebabkan karena pedagang mengambil kesempatan untuk meningkatkan keuntungan ditengah peningkatan jumlah wisatawan sementara peningkatan harga Rokok disebabkan oleh kenaikan harga Tembakau di Jawa Timur. Pada kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami kenaikan inflasi. Kenaikan tersebut sejalan musim peak seassion wisatawan yang direspon dengan kenaikan harga tiket pesawat dan tiket kereta api pada musim libur akhir tahun. Kelompok berikutnya yang memberikan andil tekanan inflasi cukup besar pada triwulan IV 2013 adalah Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar kenaikan inflasi tersebut didorong oleh kenaikan TDL tahap IV yang diberlakukan pada 1 Oktober 2013. Dalam upaya meredam tekanan inflasi triwulan IV 2013, Tim Pengendalian Inflasi DIY telah melakukan beberapa langkah yaitu : (i) Mengintensifkan tracking dan monitoring baik harga, pasokan, dan stok untuk setiap komoditas utama penyumbang inflasi, sehingga mampu memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa pasokan kebutuhan pokok menjelang akhir tahun dapat dimonitor dan dicukupi, (ii) Kecukupan pasokan diinformasikan kepada masyarakat melalui media massa, (iii)
24
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
menghimbau masyarakat untuk bijak berbelanja melalui upaya persuasif di media massa. Sementara itu untuk lebih mengefektifkan upaya pengendalian inflasi di kab/kota, TPID DIY telah melakukan koordinasi terhadap Pemerintah Kab/Kota untuk merintis pembentukan TPID kab/kota sesuai Instruksi Mendagri No. 027/1696/SJ tanggal 2 April 2013 tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah. TPID Kab/Kota direncanakan terealisasi sebelum semester I-2014 sehingga upaya pengendalian harga-harga di level kab/kota dapat lebih dioptimalkan. 2. Inflasi Triwulanan Pada triwulan IV 2013 inflasi Kota Yogyakarta tercatat sebesar 0.98% qtq, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,23% qtq. Inflasi pada triwulan IV 2013 bersumber pada Kelompok Makanan Jadi dan Kelompok Perumahan-Listrik-Gas-Air Bersih dengan faktor penyebabnya: (i) kenaikan tarif dasar listrik tahap ke-4 yang diberlakukan pada 1 Oktober 2013, (ii) peningkatan konsumsi rumah tangga seiring peningkatan jumlah wisatawan pada Idul Adha, Natal dan Tahun Baru, (iii) siklus penyerapan realisasi anggaran Pemerintah Daerah di akhir tahun, (iii) terkendalanya produksi hortikultura karena memasuki musim hujan, serta (iv) dampak pelemahan nilai tukar sehingga berpengaruh pada imported inflation. Berdasarkan siklus inflasi triwulanan Kota Yogyakarta selama kurun lima tahun terakhir, inflasi triwulan IV 2013 masih mengikuti pola normalnya. Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Per Kelompok Barang (%qtq)
2009
2010
2011
2012
2013
3.00
3.00
2.50
2.50
2.00 Inflasi % mtm
Inflasi % qtq
3.50
2.00 1.50 1.00
2010
2011
2012
2013
1.50 1.00 0.50 -
0.50
Jan
(0.50) Sumber : BPS DIY
I
II
III
IV
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
(1.00) Sumber : BPS DIY
Grafik 2.3 Siklus Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta
Grafik 2.4 Siklus Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta
Grafik 2.3 Siklus Inflasi Triwulanan Kota Yogyakarta
Grafik 2.4 Siklus Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta
Bab 2
Perkembangan Inflasi
25
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
3. Inflasi Bulanan Siklus inflasi Bulanan pada periode triwulan IV 2013 polanya relatif berbeda dengan siklus inflasi umum Kota Yogyakarta 3 tahun kebelakang. Hal ini sebagai dampak penurunan daya beli konsumen yang belum pulih sepenuhnya paska shock kenaikan harga BBM ditambah dengan dampak kebijakan kenaikan TDL tahap IV. Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok barang (%mtm)
Inflasi tertinggi pada triwulan IV 2013 terjadi pada bulan Oktober 2013 sebesar 0,61% (mtm), adapun faktor pendorong inflasi Oktober 2013 yaitu : (1) meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat pada lebaran Idul Adha dan musim hajatan, (2) kenaikan ongkos transportasi udara karena peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke DIY pada libur cuti bersama Idul Adha, (3) kenaikan TDL tahap ke-4 pada 1 Oktober 2013, serta (4) kenaikan permintaan cabe merah untuk memenuhi pasokan Jakarta sementara produksi lokal relatif tetap. Pada bulan November 2013, Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,20% (mtm), adapun faktor pendorong inflasi November 2013 yaitu : (1) kenaikan tarif dasar listrik, (2) pasokan bawang merah berkurang karena serangan hama ulat, (3) kenaikan harga-harga makanan jadi khususnya kuliner seiring kunjungan wisatawan. Perkembangan inflasi terus menurun hingga pada bulan Desember 2013 tekanan inflasi sebesar 0,17% (mtm), adapun faktor pendorong inflasi Kota Yogyakarta pada bulan Desember 2013 yaitu : (i) peningkatan permintaan konsumsi pada saat libur akhir tahun, (ii) kenaikan harga kuliner di Kota Yogyakarta akibat peningkatan kunjungan wisatawan, (iii) pengaruh produksi hortikultura memasuki musim penghujan, (ii) imported inflation akibat melemahnya nilai tukar.
26
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
4. Disagregasi Inflasi Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, melambatnya inflasi tahunan pada triwulan IV 2013 didorong oleh perlambatan pada kelompok inti dan kelompok volatile food sementara kelompok administered price meningkat. Pada triwulan laporan inflasi inti mencapai 2,93% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,99% (yoy). Faktor perlambatan tersebut antara lain : (i) tingkat ekspektasi konsumsi masyarakat Kota Yogyakarta melambat yang tercermin pada hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, (ii) tren penurunan harga komoditas non food internasional, (iii) penurunan harga emas, (iv) Upaya TPID DIY dalam mengelola ekspektasi pedagang dengan menerbitkan Surat Himbauan kepada Pedagang Kuliner serta Surat Himbauan Ketua Asosiasi Pedagang Sapi Segoro Yoso untuk tidak menaikkan harga diluar kewajaran. Perlambatan juga ditunjukkan oleh kelompok inflasi volatile food, pada triwulan IV 2013 inflasi pada kelompok ini sebesar 2,16% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,66% (yoy). Faktor perlambatan tersebut antara lain : (i) banjir di Jakarta yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan Ibukota ke Yogyakarta sehingga berdampak pada penurunan permintaan kuliner dibandingkan kondisi historis sebelumnya, (ii) Relaksasi aturan impor kedelai sesuai Surat Edaran Permendag No. 49/M-DAG/PER/9/2013 yang mendorong stabilitas harga kedelai di tempat petani dan pedagang, (iii) Kecukupan stok beras Bulog sehingga operasi pasar raskin dapat dilaksanakan tepat waktu, (iv) Upaya Pemda menjaga pasokan serta himbauan TPID kepada masyarakat terkait kecukupan stok pangan. Sementara untuk Inflasi Administered Price mencapai 2,34% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,08% (yoy). Peningkatan yang terjadi pada kelompok ini disebabkan kebijakan Pemerintah atas kenaikan TDL tahap 4 per 1 Oktober 2013. Tabel 2.4 Tabel Disagregasi Inflasi Tahunan
5. Ekspektasi Inflasi Pada triwulan IV 2013 tendensi konsumsi konsumen rumah tangga di DIY masih optimis meskipun dengan tren yang menurun. Indeks Keyakinan Konsumen yang meningkat pada bulan Oktober (129,33) dan November (130,25) kemudian terkoreksi pada bulan Desember 2013 (125,75). Salah satu faktor yang mempengaruhi koreksi tersebut adanya indikasi masyarakat untuk menunda
Bab 2
Perkembangan Inflasi
27
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
kegiatan konsumsi di akhir tahun yang ditunjukkan oleh indeks konsumsi barang tahan lama yang menurun pada bulan Desember 2013. Konsumen berharap terjadi penyesuaian atas penghasilan yang diterima pada awal tahun khususnya kelompok pekerja/karyawan . Ekspektasi konsumen terhadap kenaikan harga-harga juga menunjukkan penurunan sejalan dengan indeks penjualan eceran yang menurun (Grafik 2.6). Disamping adanya indikasi konsumen untuk melakukan penundaan kegiatan konsumsi hingga pada awal tahun, pelaku usaha meresponnya dengan tidak menaikkan harga-harga pada bulan Desember 2013 dengan pertimbangan untuk mempertahankan omzet dan kompetisi usaha. Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD
Konsumsi Barang Tahan Lama
Indeks Penjualan Eceran
190.00
145.00 140.00 135.00 130.00 125.00 120.00 115.00 110.00 105.00 100.00
170.00 Indeks
Indeks
Indeks Keyakinan Konsumen 150.00 140.00 130.00 120.00 110.00 100.00 90.00 80.00 70.00
150.00
130.00 110.00 90.00
70.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2012
2013
2013
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Survei Konsumen BI
Grafik 2.6 Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD & Indeks Penjualan Eceran
Grafik 2.5 Indeks KeyakinanKonsumen Konsumen Grafik 2.5 Indeks Keyakinan
Grafik 2.6. Ekspektasi Harga 3 Bulan YAD & Indeks Penjualan Eceran
6. Inflasi Kota Yogyakarta dibandingkan Kota-kota di Jawa Tengah : 0.47% : 2.38% : 0.88% : 5.80%
KOTA SEMARANG Avg. mtm : 0.66% Max. mtm : 3.50% Stdev. mtm : 1.08% Inflasi yoy : 8.19%
PURWOKERTO Avg. mtm Max. mtm Stdev. mtm Inflasi yoy
: 0.68% : 2.84% : 0.96% : 8.50%
KOTA YOGYAKARTA Avg. mtm : 0.59% Max. mtm : 2.58% Stdev. mtm : 0.80% Inflasi yoy : 7.32%
KOTA SURAKARTA Avg. mtm : 0.68% Max. mtm : 3.91% Stdev. mtm : 1.31% Inflasi yoy : 8.32%
qtq
%
KOTA TEGAL Avg. mtm Max. mtm Stdev. mtm Inflasi yoy
.
9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 (1.00)
Semarang
Surakarta
yoy
Tegal
Purwokerto
Yogyakarta
Sumber : BPS
Grafik 2.7 Inflasi Kota Jawa Tengah DIYJawa Grafik 2.7 di Inflasi Kota&di
Tengah & DIY
Pada tahun 2013 inflasi Kota-kota di Jawa Tengah relatif lebih tinggi dibandingkan inflasi Kota Yogyakarta kecuali untuk Kota Tegal. Tekanan inflasi pangan tahun 2013 direspon lebih stabil di Kota Yogyakarta mengingat bobot inflasi Kelompok Bahan Makanan pada SBH 2007 relatif lebih rendah dibandingkan kota lain di Jawa Tengah. Faktor lainnya adalah respon kenaikan harga-harga paska kenaikan harga BBM juga direspon lebih stabil dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah (kec. Tegal). Tingkat ekspektasi konsumsi masyarakat Kota Yogyakarta yang relatif stabil juga menjadi salah satu pendorong capaian inflasi Kota Yogyakarta lebih baik dibandingkan kota Semarang, Purwokerto dan Surakarta.
28
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja
perbankan
DIY
pada
triwulan
IV-2013
masih
menunjukan
perlambatan
pertumbuhan. Aset perbankan DIY tumbuh 15,88% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 20,12%. Dari sisi pasiva, pertumbuhan masih bersumber dari kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,14% (yoy) dan di sisi aktiva pertumbuhan asset bersumber dari pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 17,08% (yoy). Pertumbuhan DPK dan Kredit tersebut, di bawah pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu masing-masing tumbuh 21,23% dan 21,74%. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan menjadi lebih baik, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 64,22% lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 62,61%. Sementara itu, kinerja kredit membaik yang tercermin dari kualitas kredit yang relatif lebih baik, dengan rasio Non Performing Loan Gross hanya 1,97%. 1. Aset Pertumbuhan aset perbankan DIY pada triwulan IV-2013 melambat jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Total aset perbankan di DIY pada triwulan laporan mencapai Rp47,22 triliun atau tumbuh sebesar 15,88% (yoy). Menurunnya pertumbuhan aset ini terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana di sisi pasiva secara signifikan, sementara di sisi aktiva ekspansi penyaluran kredit juga sedikit mengalami perlambatan pertumbuhan. Tabel 3.1 Indikator Perbankan No 1
2
3
Uraian Aset
Satuan Miliar Rp
2012 I 35.554
II
2013 III
37.355
39.993
IV 40.749
I 41.452
II
III
43.034
IV
45.697
47.222
Pertumbuhan
% (yoy)
22,03
21,37
24,09
20,12
16,59
15,20
14,26
15,88
Dana Pihak Ketiga
Miliar Rp
30.011
31.289
33.246
34.882
35.533
36.672
38.670
39.816
Pertumbuhan
% (yoy)
20,44
20,13
20,26
21,23
18,40
17,20
16,32
14,14
Kredit
Miliar Rp
18.484
19.786
20.680
21.840
22.155
23.920
24.998
25.571
Pertumbuhan
% (yoy)
22,87
22,50
21,24
21,74
19,86
20,89
20,88
17,08
4
Loan to Deposit Ratio
%
61,59
63,24
62,20
62,61
62,35
65,23
64,64
64,22
5
Non Performing Loans (Gross)
%
2,75
2,70
2,78
2,35
2,62
2,49
2,45
1,97
2. Intermediasi Perbankan Kegiatan intermediasi perbankan pada triwulan IV-2013 membaik. LDR perbankan DIY mencapai 64,22%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Hal ini terutama disebabkan oleh relatif lebih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan dengan
Bab 2
Perkembangan Inflasi
29
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pertumbuhan kredit tetap tumbuh tinggi sejalan dengan aktifitas perekonomian yang masih tinggi, walaupun melambat. %
65
61,59
63,24
62,61
62,20
62,35
65,23
64,64
64,22
%
90
60
80
55
70
50
60
45
50
40
LDR Nasional*
LDR DIY
40
35
30
30
I I
II
III
IV
I
II
III
II
III
IV
I
II
2012 2012
III
IV
IV
2013
2013
*) s.d Februari 2013
Grafik 3.1. LDR DIY
Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional
3. Penghimpunan Dana Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Total DPK yang berhasil dihimpun perbankan DIY pada triwulan IV2013 mencapai Rp39,82 triliun dengan angka pertumbuhan sebesar 14,14% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 21,23% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh kondisi perekonomian yang sedang melambat pertumbuhannya dan disisi lain pada triwulan laporan kebutuhan tunai masyarakat menghadapi Hari Natal dan Liburan Akhir Tahun meningkat. Miliar Rp 45.000 40.000
DPK
% (ytd)
%
Miliar Rp.
25
45.000
% 9,00
40.000
8,00
35.000
7,00
30.000
6,00
25.000
5,00
20.000
4,00
15.000
3,00
10.000
2,00
%(yoy) 20
35.000 30.000
15
25.000
10
20.000 15.000
5
10.000
0
5.000 -
-5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5.000
1,00
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
2012
2013
Grafik 3.3. DPK Perbankan
30
Bab 2
Perkembangan Perbankan
DPK (lhs)
2013 Inflasi Yk (yoy)
BI Rate
Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
50 45 40 35
Deposito
45.000
Giro
40.000
Tabungan
35.000
Deposito
Giro
Tabungan
30.000
30
25.000
25 20
20.000
15
15.000
10
10.000
5
5.000
0
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2012
2
3
4
5
6
7
8
1
9 10 11 12
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
2012
2013
Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2013
Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan
Berdasarkan jenisnya, Deposito tumbuh paling tinggi. Deposito tumbuh 17,82% (yoy) menjadi Rp13,21 triliun. Sedangkan, untuk Giro dan Tabungan masing-masing tumbuh sebesar 0,71% (yoy) dan 15,54 (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang masingmasing tumbuh 37,42% (yoy) dan 24,62% (yoy). Tingginya minat masyarakat untuk menyimpan dalam bentuk deposito sejalan dengan adanya peningkatan BI-Rate dan Suku Bunga Perbankan. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan DIY triwulan IV-2013 didominasi oleh Tabungan yang mencapai 54,16% dari total DPK. Pangsa tabungan sedikit mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 53,50%. Sementara itu, simpanan jenis Giro pangsanya mengalami penurunan dari 14,36% menjadi 12,67%. Hal yang berbeda terjadi pada simpanan jenis Deposito di mana pangsanya sedikit naik dari 32,14% menjadi 33,18% atau sebesar Rp13,21 triliun. Menurut golongan pemiliknya, komposisi total Dana Pihak Ketiga didominasi kelompok perseorangan dengan pangsa 77,22% diikuti perusahaan non lembaga keuangan (13,12%), dan Pemerintah Daerah (4,03%). Untuk Tabungan dan Deposito kelompok perseorangan masing-masing menguasai sebesar 94,14% dan 70,48% dari nilai total. Sementara itu untuk simpanan jenis Giro hingga triwulan IV-2013, pangsa terbesar berada pada kelompok Perusahaan Non Lembaga Keuangan sebesar 50,04% diikuti Perseorangan (23,08%) dan Lainnya (17,01%).
Bab 2
Perkembangan Inflasi
31
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Lainnya 6%
Pemda 4%
Lainnya 2%
Persh non Lbg keu 4%
Persh non Lbg keu 13%
Perseora ngan 77%
Perseora ngan 94%
Grafik 3.7. Komposisi DPK Menurut Gol. Pemilik
Lainnya Pemda 8% 8%
Persh non Lbg keu 14%
Perseora ngan 70%
Grafik 3.9. Komposisi Deposito Menurut Gol. Pemilik
Grafik 3.8. Komposisi Tabungan Menurut Gol. Pemilik
Lainnya 17%
Perseora ngan 23%
Pemda 10%
Persh non Lbg keu 50%
Grafik 3.10. Komposisi Giro Menurut Gol. Pemilik
4. Penyaluran Kredit Penyaluran kredit perbankan DIY pada Triwulan IV-2013 masih cukup tinggi, meskipun melambat. Outstanding kredit yang disalurkan sebesar Rp25,57 triliun atau tumbuh sebesar 17,08% (yoy). Pertumbuhan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,74% (yoy) dengan outstanding Rp21,84 triliun. Share terbesar pertumbuhan kredit tersebut berasal dari kredit konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 7,79% (yoy) menjadi Rp10,40 triliun dan kredit modal kerja yang tumbuh 14,23% (yoy) menjadi Rp10,28 triliun. Adapun kredit investasi yang memiliki share terendah dalam struktur kredit perbankan DIY justru tumbuh sebesar 53,19% (yoy) menjadi Rp4,89 triliun. Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit yang melambat tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat serta kebijakan Moneter dan Makroprudensial yang lebih ketat ditengah-tengah perekonomian yang sedang mengalami tekanan baik dari sisi eksternal maupun internal.
32
Bab 2
Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
%
%
30.000 Total Kredit
yoy
30
12.000
25
10.000
ytd
25.000
20
20.000
40
Kredit Modal Kerja yoy ytd
35 30 25
8.000
20
15 15.000
6.000
15
10 10.000
5
5.000
0
-
10 4.000
0
2.000
-5
-5
-
-10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
5
2012
2013
Grafik 3.11. Kredit Perbankan
2013
Grafik 3.12. Kredit Modal Kerja %
6.000
70 Kredit Investasi
yoy
%
12.000
25 Kredit Konsumsi
ytd 60
5.000
yoy
ytd
10.000
20
8.000
15
30
6.000
10
20
4.000
5
2.000
0
50 4.000
40
3.000 2.000
10
1.000
0
-
-10
-
2012
-5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012
2013
Grafik 3.13. Kredit Investasi
2013
Grafik 3.14. Kredit Konsumsi
Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY disalurkan kepada sektor non tradable2. Sektor yang paling banyak menyerap kredit perbankan adalah sektor bukan lapangan usaha (40,11%) yang sebagian besar merupakan kredit konsumsi. Peringkat berikutnya sesuai dengan struktur ekonomi DIY adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran (26,99%). Di luar kedua sektor tersebut, penyerapan kredit umumnya rendah. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki pangsa kredit sekitar 5,00% diantaranya sektor Industri Pengolahan, sektor Penyediaan Akomodasi/MaMin dan sektor Real Estate dan Usaha Persewaan.
2
Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan & Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektor tradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.
Bab 2
Perkembangan Inflasi
33
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Tabel 3.2 Kredit Bank Umum per Sektor Ekonomi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Uraian Pertanian Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Penyediaan Akomodasi dan MaMin Transportasi, Pergudangan Perantara Keuangan Real Estate, Usaha Persewaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya Jasa Perorangan Rumah Tangga Badan Internasional Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha TOTAL
2012 Des (Miliar Rp) 486 36 16 1.150 50 359 4.417 600 289 1.102 1.206 17 153 123 379 54 560 8.257 19.252
2013 Des (Miliar Rp) 456 64 25 1.472 40 447 6.080 1.114 344 572 1.711 5 165 258 662 69 6 9.035 22.526
Ptumb (%) -6,03 77,47 51,20 28,08 -20,28 24,41 37,67 85,68 18,78 -48,09 41,90 -68,31 7,96 109,70 74,71 27,98 -98,93 9,43 17,00
Pangsa (%) 2,03 0,28 0,11 6,54 0,18 1,98 26,99 4,94 1,53 2,54 7,60 0,02 0,73 1,14 2,94 0,31 0,03 40,11 100,00
5. Stabilitas Sistem Perbankan Stabilitas Sistem Perbankan di DIY terjaga dengan baik. Hal ini tercermin dari non performing loan yang relatif rendah. Di sisi lain, dari sisi likuiditas cukup baik sebagaimana dapat dilihat dari tingginya DPK relatif terhadap kredit yang disalurkan. 5.1. Risiko Kredit Resiko kredit bermasalah perbankan DIY pada akhir triwulan laporan masih terjaga cukup rendah. Rasio NPL bahkan berhasil ditekan dari 2,45% pada triwulan III-2013 menjadi 1,97% pada triwulan laporan. Rendahnya NPL mengindikasikan bahwa pengelolaan risiko pembiayaan oleh Perbankan DIY relatif masih cukup baik.
34
Bab 2
Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
600
Nominal
580
4
4,0
Rasio (rhs)
3,8
3
560
3,6
540
3,4
520
3,2
2
500
3,0
2
480
2,8
460
2,6
440
2,4
1
420
2,2
0
400
2,0
3
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
2012
7
8
1
2
3
4
9 10 11 12
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
2012
7
8
9 10 11 12
2013
2013
Modal Kerja
Grafik 3.15. Non Performing Loans DIY
Investasi
Konsumsi
Grafik 3.16. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan 3
Berdasarkan jenis penggunaan kreditnya , Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, dan Kredit Konsumsi mengalami penurunan NPL. Pada triwulan laporan, rasio NPL Kredit Modal Kerja turun dari 2,27% menjadi 2,09%, Kredit Investasi dari 2,82% menjadi 2,25%, sedangkan NPL Kredit Konsumsi turun dari 1,31% menjadi 1,03%. Sementara itu, secara sektoral, kredit di sektor Pertambangan dan Penggalian, serta sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial perlu juga dicermati mengingat NPL di sektor tersebut sudah berada di atas angka 5%. % 14
% 7
Industri Pengolahan
Pertanian
Perdagangan Besar dan Eceran 6
Konstruksi
12
Penyediaan Akomodasi dan MaMin
Transportasi, Pergudangan
Perantara Keuangan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Real Estate, Usaha Persewaan
5
10
4
8
3
6
2
4
1
2
I
II
III 2012
3
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya
IV
I
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
I
2012
II
III 2013
Diwakili oleh Kredit Bank Umum dengan pangsa 88%.
Bab 2
Perkembangan Inflasi
35
IV
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Grafik 3.17. NPL Kredit Bank Sektor UtamaGrafik 3.18.
Kredit Bank Sektor Lainnya
5.2. Risiko Likuiditas Likuiditas perbankan di DIY cukup berlebih dan aman. Hal ini tercermin dari Rasio LDR yang relatif masih rendah pada triwulan IV-2013, walaupun meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dari sebesar 62,61% menjadi 64,22%. Kelebihan likuiditas yang dimiliki perbankan di DIY tersebut umumnya ditempatkan pada pos-pos yang relatif aman seperti rekening antar kantor, penempatan pada bank lain dan penempatan pada Bank Indonesia. Dari hasil penelitian, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya LDR di DIY, antara lain: banyak perusahaan besar di DIY yang lebih mengandalkan pembiayaan dari perusahaan induk ataupun menggunakan dana sendiri, memperoleh sumber pembiayaan lain di luar bank, tidak semua pelaku usaha tertarik memperoleh sumber pembiayaan di bank, dan banyak juga yang tidak ada keinginan untuk meminjam ke bank, serta ada juga yang karena alasan bank teknis. 6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kegiatan usaha BPR di DIY triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan yang melambat secara tahunan. Pertumbuhan aset melambat, namun LDR masih tetap tinggi, dan disisi lain NPL jauh lebih baik. Situasi perekonomian yang sedang tumbuh melambat, dan disisi lain dihadapkan pada permasalahan klasik, yaitu keterbatasan dan kendala dalam menghimpun dana menyebabkan ekspansi BPR menjadi agak terbatas. 6.1. Aset Pertumbuhan aset BPR DIY pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 24,03% (yoy) dengan nilai Rp4,35 triliun, meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya 21,17% (yoy). Di sisi pasiva, peningkatan aset tersebut terutama bersumber dari peningkatan DPK sebesar 15,16% (yoy) menjadi Rp2,74 triliun dan di sisi aktiva, kredit meningkat 17,48% (yoy) dengan outstanding Rp3,04 triliun. Kedua komponen tersebut juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Dari total aset BPR tersebut, sebagian besar merupakan aset BPR Konvensional. Total Aset BPR Konvensional sebesar Rp4,08 triliun, sementara Aset BPR Syariah sebesar Rp267 miliar. Aset BPR Konvensional tumbuh 25,03% (yoy), lebih tinggi dari Aset BPR Syariah yakni 10,64% (yoy). Namun demikian, dengan memperhatikan keberadaan BPR Syariah yang relatif merupakan pendatang baru, maka jumlah aset BPRS tersebut tergolong cukup baik perkembangannya. Di sisi jaringan kantor, sampai dengan akhir triwulan laporan, jaringan BPR di DIY tercatat sebanyak 65 Kantor Pusat BPR dengan 34 Kantor Cabang dan 142 Kantor Kas. Jaringan kantor BPR tersebut
36
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
merambah di kelima Kabupaten/kota dan turut berkontribusi besar terhadap tingkat literacy masyarakat terhadap sektor keuangan. Tabel 3.3 Indikator Bank Perkreditan Rakyat 2012 No
I 1 2 II A 1 2 B 1 2 III A 1 2 B 1 2 3 IV 1 2 V 1 2
Uraian
Aset Konvensional Syariah Penghimpunan Dana (Deposit) Jenis Bank Konvensional Syariah Jenis Simpanan Tabungan Deposito Penyaluran Dana (Financing) Jenis Bank Konvensional Syariah Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Non Performing Loans (NPL) Konvensional Syariah Loan to Deposit Ratio (LDR)1 Konvensional Syariah
2013 IV
I 2.948 2.768 180 1.982 1.982 1.847 136 1.982 587 1.395 2.316 2.316 2.142 174 2.316 849 232 1.235 6,01 6,05 5,51 116,83 116,01 128,05
II 3.137 2.938 199 2.063 2.063 1.914 149 2.063 611 1.451 2.497 2.497 2.302 195 2.497 914 258 1.325 5,77 5,76 5,85 121,04 120,27 130,94
III
IV
3.302 3.079 223 2.190 2.190 2.019 171 2.190 646 1.543 2.566 2.566 2.367 199 2.566 961 245 1.360 5,86 5,86 5,83 117,18 117,25 116,27
3.504 3.263 242 2.382 2.382 2.193 189 2.382 760 1.621 2.588 2.588 2.389 199 2.588 958 236 1.394 4,82 4,81 4,95 108,68 108,93 105,72
I 3.581 3.338 243 2.447 2.447 2.255 192 2.447 752 1.695 2.698 2.698 2.488 210 2.698 987 251 1.461 5,82 5,63 7,99 110,25 110,35 109,11
II 3.683 3.440 243 2.473 2.473 2.279 194 2.473 765 1.707 2.871 2.871 2.645 226 2.871 1.061 252 1.559 5,78 5,61 7,71 116,11 116,07 116,53
III 3.855 3.602 253 2.583 2.583 2.379 204 2.583 801 1.782 2.963 2.963 2.739 224 2.963 1.126 250 1.588 5,79 5,48 9,50 114,71 115,10 110,15
Posisi
Pangsa (%)
4.347 4.079 267 2.743 2.743 2.530 212 2.743 902 1.840 3.040 3.040 2.808 233 3.040 1.428 245 1.367 4,01 3,90 5,24 110,86 110,97 109,60
100,00 93,85 6,15 100,00 100,00 92,26 7,74 100,00 32,89 67,11 100,00 100,00 92,35 7,65 100,00 46,96 8,07 44,96
Petumb(%) qtq 12,75 13,25 5,63 6,18 6,18 6,35 4,15 6,18 12,58 3,30 2,62 2,62 2,53 3,63 2,62 26,85 -1,72 -12,28
yoy 24,03 25,03 10,64 15,16 15,16 15,39 12,50 15,16 18,63 13,53 17,48 17,48 17,55 16,64 17,48 49,01 4,07 -1,93
6.2. Penghimpunan Dana Dana masyarakat yang disimpan di BPR pada triwulan IV-2013 mengalami peningkatan sebesar 15,16% (yoy) menjadi Rp2,74 triliun. Jenis simpanan yang mendominasi pendanaan BPR adalah Deposito dengan pangsa 67,11% atau Rp1,84 triliun, sedangkan Tabungan hanya memiliki pangsa 32,89% atau Rp902 miliar. Suku bunga yang tinggi menjadi salah satu alasan masyarakat memilih untuk menanamkan dananya dalam bentuk Deposito dibandingkan dengan Tabungan. Selain itu, fitur produk Tabungan yang ditawarkan BPR memang masih belum selengkap Tabungan di Bank Umum. 6.3. Penyaluran dan Kualitas Kredit Kredit yang disalurkan oleh BPR pada triwulan IV-2013 mencapai Rp3,04 triliun atau naik 17,48% (yoy), namun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan yang sama pada tahun sebelumnya. Kredit Modal Kerja dan Konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit di BPR dengan porsi masing-masing 46,96% dan 44,96%, diikuti kredit Investasi mencapai Rp245 miliar atau 8,07% dari total kredit. Jika dilihat dari pertumbuhannya, Kredit Modal Kerja tumbuh paling tinggi, sebesar 49,01% (yoy),
sedangkan Kredit Investasi tumbuh 4,07% (yoy). Adapun kredit konsumsi tercatat
mengalami kontraksi 1,93% (yoy). Secara alami, tingginya penyaluran kredit modal kerja yang perputarannya tinggi dan jangka waktunya relatif pendek dikarenakan dari sisi resiko relatif terjaga.
Bab 3
Perkembangan Perbankan
37
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Rasio NPL BPR di DIY menurun signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 5,79% menjadi 4,01%. Rasio ini berada di dalam batas wajar, namun prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit harus terus ditingkatkan untuk menjamin resiko kredit tetap dalam batas aman. 6.4. Fungsi Intermediasi Peran BPR dalam melakukan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV-2013 sedikit meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,. Hal tersebut tercermin pada angka LDR yang mencapai 110,86%. Dengan tingginya LDR BPR tersebut, maka kualitas kredit harus dijaga agar resiko-resiko yang lain juga dapat dikelola, termasuk potensi resiko likuiditas. Disisi lain agar BPR dapat lebih ekspansif maka penghimpunan dana harus dipacu khususnya dana murah, di samping tentunya penguatan modal. 7.
Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan
usaha
Perbankan
Syariah
di
DIY
triwulan
IV-2013
menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik. Aset tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama bersumber dari penyaluran kredit dan di sisi pasiva, total Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh cukup tinggi meski mengalami perlambatan. Dengan demikian, Financing to Deposit Ratio Perbankan Syariah di DIY tercatat sebesar 72,49%. Sementara itu, kualitas kredit Perbankan Syariah di DIY masih terjaga cukup baik terlihat dari Non Performing Loan gross (NPL) pada triwulan laporan yang berada pada angka 1,67%. 7.1. Aset Perbankan Syariah Aset Perbankan Syariah tumbuh 28,07% (yoy), yaitu dari Rp2,87 triliun pada triwulan IV2012 menjadi Rp3,68 triliun pada triwulan laporan. Dari sisi pasiva, pertumbuhan aset terutama berasal dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat 25,75% (yoy), sedangkan di sisi aktiva berasal dari pertumbuhan pembiayaan sebesar 21,30% (yoy). Total aset perbankan syariah di DIY terhadap total aset perbankan mencapai 7,80%. Persentase tersebut cukup tinggi dan di atas target nasional sebesar 5,0%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa produk syariah di DIY cukup memiliki pasar. 7.2. Intermediasi Perbankan Syariah Fungsi intermediasi perbankan Syariah yang tercermin dalam Financing to Deposit Ratio (FDR) turun. FDR triwulan laporan sebesar 72,49%, menurun dibanding triwulan III-2013 sebesar 76,14%. Penurunan FDR tersebut antara lain disebabkan karena DPK yang dihimpun perbankan Syariah terus meningkat tinggi, namun disisi lain laju pertumbuhan pembiayaan relatif lebih lambat. Ada
38
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
beberapa alasan DPK Syariah pertumbuhannnya pesat, antara lain adalah kesadaran masyarakat untuk menyimpan uangnnya secara syariah yang terhindar dari riba cukup tinggi di DIY ini. Selain itu, fitur DPK syariah non BPR juga memiliki keunggulan-keunggulan yang sama dengan DPK bank umum. Tabel 3.4 Indikator Perbankan Syariah 2012 No
I 1 2 II A 1 2 B 1 2 3 III A 1 2 B 1 2 3 IV 1 2 V 1 2
Uraian
Aset Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Penghimpunan Dana (Deposit) Jenis Bank Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Jenis Simpanan Giro Tabungan Deposito Penyaluran Dana (Financing) Jenis Bank Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Non Performing Financing (NPF) Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Financing to Deposit Ratio (FDR)1 Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah
2013 IV
I 2.298 2.118 180 1.907 1.907 1.772 136 1.907 155 872 881 1.516 1.516 1.342 174 1.516 576 208 732 2,64 2,26 5,51 79,45 75,73 128,05
II 2.386 2.187 199 1.939 1.939 1.791 149 1.939 155 928 857 1.685 1.685 1.490 195 1.685 657 240 788 2,36 1,91 5,85 86,88 83,22 130,94
III
IV
2.702 2.479 223 2.191 2.191 2.020 171 2.191 246 1.011 934 1.756 1.756 1.557 199 1.756 709 260 787 2,05 1,56 5,83 80,14 77,08 116,27
2.876 2.634 242 2.446 2.446 2.257 189 2.446 307 1.122 1.017 1.838 1.838 1.639 199 1.838 743 250 845 1,54 1,13 4,95 75,15 72,60 105,72
I 2.946 2.703 243 2.519 2.519 2.327 192 2.519 211 1.201 1.106 1.822 1.822 1.612 210 1.822 688 267 867 2,24 1,50 7,99 72,32 69,28 109,11
II 3.106 2.863 243 2.609 2.609 2.415 194 2.609 198 1.231 1.180 2.051 2.051 1.825 226 2.051 828 292 931 2,60 1,96 7,71 78,60 75,55 116,53
III 3.456 3.203 253 2.860 2.860 2.656 204 2.860 221 1.317 1.322 2.178 2.178 1.953 224 2.178 881 348 950 2,15 1,31 9,50 76,14 73,53 110,15
Posisi 3.683 3.416 267 3.076 3.076 2.864 212 3.076 258 1.417 1.401 2.230 2.230 1.997 233 2.230 923 307 1.000 1,67 1,25 5,24 72,49 69,74 109,60
Pangsa (%) 100,00 92,74 7,26 100,00 100,00 93,10 6,90 100,63 9,02 46,05 45,56 100,00 100,00 89,57 10,43 100,00 41,38 13,76 44,86
Ptumb (%) qtq 6,56 6,64 5,63 7,55 7,55 7,81 4,15 7,55 16,99 7,53 5,99 2,40 2,40 2,26 3,63 2,40 4,80 -11,71 5,34
yoy 28,07 29,67 10,64 25,75 25,75 26,86 12,50 25,75 -16,05 26,26 37,84 21,30 21,30 21,87 16,64 21,30 24,13 22,98 18,32
7.3. Penghimpunan Dana Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada triwulan laporan tercatat Rp3,08 triliun, tumbuh 25,75% (yoy). Peningkatan yang tinggi tersebut antara lain dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap perbankan syariah yang membaik. Berdasarkan jenisnya, komposisi dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan syariah terbesar dalam bentuk tabungan dengan pangsa sebesar 46,05% atau Rp1,42 triliun diikuti deposito dengan pangsa 45,56% atau Rp1,40 triliun, sisanya berupa giro dengan pangsa sebesar 9,02% atau Rp258 miliar. 7.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan Pembiayaan perbankan Syariah pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp2,23 triliun, naik 21,30% (yoy). Potensi pasar yang masih sangat luas dan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan Syariah menjadi faktor peningkatan kinerja pembiayaan. Disamping itu, Bank Indonesia yang secara konsisten mengeluarkan kebijakan untuk mengimplementasikan inisiatif strategis sesuai rencana Pengembangan Perbankan Syariah mendorong perbankan Syariah untuk terus maju sebagai salah satu solusi pembiayaan perbankan masyarakat, berdampingan dengan bank konvensional. Peningkatan pembiayaan perbankan Syariah relatif masih baik kinerjanya. Non Performing Financing (NPF) pada triwulan IV-2013 hanya sebesar 1,67%, jauh di bawah threshold 5%.
Bab 3
Perkembangan Perbankan
39
Halaman ini sengaja dikosongkan
42
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di DIY pada triwulan IV 2013 mengalami net outflow seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap transaksi tunai pada libur akhir tahun. Net cash outflow rata-rata sebesar Rp63 miliar per bulan dengan adanya aliran cash outflow dan kegiatan remise, posisi kas di KPw Bank Indonesia DIY tercatat sebesar Rp2.025 miliar menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2.654 miliar. Sementara itu, aktifitas sistem pembayaran non tunai mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan ekonomi pada triwulan IV 2013. Pada triwulan laporan, rata-rata harian nilai nominal kliring meningkat 0,64% q.t.q dari Rp54,98 miliar menjadi 55,33 miliar. Demikian juga untuk transaksi yang terjadi di RTGS, ratarata bulanan incoming transfer RTGS pada triwulan laporan meningkat sebesar 19,70% (q.t.q) dari Rp12.756 miliar per bulan menjadi Rp15.268miliar per bulan, sementara nominal outgoing transfer per bulan
meningkat sebesar 27,26% (q.t.q). Secara keseluruhan net
incoming transfer per bulan turun 2,49% (q.t.q) dari Rp3.242 miliar per bulan menjadi Rp3.161 miliar per bulan. Pada triwulan laporan tersebut temuan uang palsu mengalami penurunan baik dari jumlah nominal maupun jumlah lembar. 1. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Tabel 4.1 Indikator Sistem Pembayaran Tunai Miliar Rp No
Uraian
2004
2012 I
II
2013 III
IV
I
II
III
Ptumb1
IV
1
Rata-rata Cash Inflow /Bulan
1,999
928
740
1,167
1,008
1,038
1,068
1,921
1,030
2
Rata-rata Cash Outflow /Bulan
1,308
413
716
1,118
914
612
967
1,459
1,093
-46.39 -25.11
3
Rata-rata Net Cash Inflow /Bulan
691
516
23
48
93
426
101
462
-63
-113.58
Keterangan: 1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).
Pada triwulan IV 2013, rata-rata aliran uang kas masuk dan keluar mengalami penurunan. Jumlah rata-rata cash inflow per bulan pada triwulan IV 2013 tercatat sebesar Rp1.030 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1.921 miliar. Sementara jumlah rata-rata cash outflow sebesar Rp1.093 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1.459 miliar. Net cash outflow yang terjadi seiring dengan kebutuhan uang tunai selama libur akhir tahun.
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
41
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Inflow/Outflow (Miliar Rp)
Net Inflow/Pemusnahan Uang (Miliar Rp)
Aliran Masuk/Bulan Aliran Keluar/Bulan
1,600
1,000
Net Aliran Masuk
Pemusnahan Uang
1,400
800 1,200 600 1,000 800
400
600 200 400 0 200 0
-200 I 12
II 12
III 12
IV 12
I 13
II 13
III 13
Grafik 4.1 Aliran kas dan Pemusnahan Uang
1.1.
Pemusnahan Uang Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di DIY yang dimusnahkan pada triwulan
IV 2013 mengalami penurunan. Dalam rangka melaksanakan clean money policy, Kantor Perwakilan bank Indonesia DIY secara rutin melakukan kegiatan penyortiran dan peracikan uang yang tidak layak edar. Hal ini untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat. Pada triwulan laporan jumlah Pemusnahan tercatat sebesar Rp441 miliar mengalami penurunan sebesar 53,27% (q.t.q) dibandingkan jumlah Pemusnahan Uang pada triwulan III 2013. Berdasarkan denominasinya, peningkatan jumlah lembar Pemusnahan Uang terbesar dialami oleh denominasi Rp2.000,00 yakni mencapai 137,27% dari Rp6.932 juta pada triwulan sebelumnya menjadi Rp16.447 juta pada triwulan laporan.
42
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Tabel 4.2. Pemusnahan Uang J uta R p P ecahan 100,000
2012 I
II
2013 III
IV
I
II
III
IV
P tumb1
410,317
12,976
9,703
20,275
266,682
174,827
268,100
68,711
-74.37
50,000
366,606
19,637
19,415
29,148
177,211
261,316
525,978
223,881
-57.44
20,000
36,824
7,370
3,656
26,097
28,160
58,737
61,861
52,893
-14.50
10,000
38,492
21,708
26,716
45,966
36,641
32,392
46,211
45,282
-2.01
5,000
20,408
15,801
15,987
30,213
22,765
22,380
32,225
30,669
-4.83
2,000
11,412
5,760
3,519
9,628
10,064
8,651
6,932
16,447
137.27
1,000
4,303
2,063
1,238
2,311
2,872
2,031
1,504
2,633
75.01
500
2
1
100
1
0.2
1.01 0.08 80,235
0.83 0.13 163,638
0.62 0.07 544,396
0.43 0.04 560,335
0.51 0.04 942,811
0.68 0.13 440,515
243.24
Total
888,365
85,316
34.45 -53.28
Keterangan: 1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).
1.2.
Penukaran Uang Sejalan dengan telah berakhirnya perayaan Idul Fitri 2013 kegiatan penukaran
uang pecahan kecil yang dilakukan di loket KPw Bank Indonesia DIY pada triwulan IV 2013 Rp18,85 miliar, turun 73,76% (q.t.q) dari triwulan sebelumnya Rp71,81 miliar. Penurunan kegiatan penukaran uang pecahan kecil ini terjadi baik pada uang kertas maupun uang logam. Penukaran uang kertas turun sebesar 76% (q.t.q) dari Rp68,56 miliar menjadi Rp16,45 miliar. Penukaran uang logam juga turun sebesar 26,45% (q.t.q) dari Rp3,24 miliar menjadi Rp2,38 miliar. Sementara itu, perayaan Natal dan liburan akhir tahun tidak terlalu mempengaruhi transaksi penukaran karena tidak ada lonjakan yang cukup berarti. Tabel 4.3 Penukaran Pecahan Uang Kecil J uta R p P ecahan Uang Kertas
2012 I
II
2013 III
IV
I
II
III
IV
P tumb1
16,954
23,516
90,307
17,413
19,298
23,598
68,564
16,457
-76.00
10.000
8,559
11,561
34,196
8,272
7,786
5,468
26,649
7,676
-71.19
5.000
5,102
6,766
33,884
4,834
6,082
10,931
26,518
5,004
-81.13
3,062
4,922 267
1,511
1,546
2,970 1,337 495
4,520 910 756
7,077 122 1,596
15,265 132 3,248
3,566 211 2,389
-76.64
232
16,289 5,938 1,856
1.000
821
252
1,162
30
0
812
2,837
1,390
-51.00
500
376
784
313
190
448
552
306
593
200
211
320
2.000 1.000 Uang L ogam
100 Total
102 18,466
190 25,062
276 105 92,163
193 82 17,908
177 132 20,054
121 111 25,194
105 71,811
281 125 18,846
59.74 -26.45 93.63 #DIV/0! 19.08 -73.76
Keterangan: 1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
43
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
1.3.
Temuan Uang Palsu Pada triwulan IV-2013, temuan uang palsu yang dilaporkan ke KPw Bank
Indonesia DIY mengalami penurunan baik dari jumlah nominal maupun dari jumlah lembar. Jumlah nominal uang palsu turun 83,53% (q.t.q). Jumlah lembarnya turun 83,14% (q.t.q). Hal ini sejalan dengan semakin ditingkatkannnya security features uang yang dicetak, khususnya pecahan besar. Selain itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY selalu meningkatan frekuensi kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. Sosialisasi dilaksanakan baik melalui media elektronik, cetak, pemasangan pamflet dan juga sosialisasi interaktif langsung di masyarakat. Sosialisasi yang diyakini turut memberikan peningkatan pemahaman masyarakat ciri-ciri keaslian rupiah. 2.
SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Nilai transaksi non tunai yang dilaksanakan di KPw Bank Indonesia DIY pada
triwulan IV 2013 menunjukkan peningkatan seiring dengan perkembangan ekonomi daerah. Dalam transaksi non tunai, Bank Indonesia selalu menjaga kelancaran sistem pembayaran melalui pilihan instrumen kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Pada triwulan IV 2013, nilai transaksi Kliring dan RTGS di DIY menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan III 2013. 2.1.
Transaksi Kliring Rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan IV 2014 mengalami
peningkatan, baik nilai nominal maupun warkat kliring. Rata-rata nilai nominal kliring per hari meningkat 0,64% q.t.q, dari Rp54,98 miliar menjadi Rp55,33 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu, rata-rata jumlah warkat kliring per hari meningkat 2,37% q.t.q dari 1.719 lembar menjadi 1.760 lembar pada triwulan laporan. Dari sisi kualitas, rata-rata harian baik nilai nominal maupun warkat kliring juga mengalami peningkatan. Rata-rata nilai nominal kliring yang ditolak per hari meningkat dari Rp0,79 miliar menjadi Rp1,3 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu, rata-rata warkat kliring ditolak pada periode yang sama meningkat dari 20 lembar per hari menjadi 31 lembar per hari. Sejumlah alasan yang dapat melatarbelakangi terjadinya penolakan kliring, antara lain adalah tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup, dan saldo tidak cukup. Selanjutnya, data kliring yang ditolak diadministrasikan oleh Bank Indonesia pada Tata Usaha Cek Kosong (TUCK) dan Tata Usaha Daftar Hitam (TUDH).
44
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Lembar
Miliar Rp 60
2,500
Rata-rata Nominal Kliring per hari
Lembar
Miliar Rp 16,000
8,000 Nominal Incoming Transfer Nominal Outgoing Transfer
Rata-rata Jumlah Warkat Kliring per hari
14,000
50
7,000
Warkat Incoming Transfer
2,000
Warkat Outgoing Transfer 12,000
6,000
10,000
5,000
8,000
4,000
6,000
3,000
4,000
2,000
40
1,500 30 1,000 20
500
10
0
2,000
0
I 12
II 12
III 12
IV 12
I 13
II 13
III 13
1,000 I 12
IV 13
II 12
Grafik 4.2 Transaksi Kliring
III 12
IV 12
I 13
II 13
III 13
Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS
Grafik 4.2 Transaksi Kliring
Tabel 4.5 Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai Tabel 4.4 Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai Miliar Rp No
Uraian
2012 I
II
2013 III
IV
I
II
III
IV
Ptumb1
Kliring 1
Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar)
1,726
1,754
1,783
1,843
1,881
1,764
1,719
1,760
2.37
2
Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar)
23.44
24.39
24.49
23.83
23.00
19.33
20.16
31.76
57.53
3
Rasio (2)/(1) dalam %
1.36
1.39
1.37
1.29
1.22
1.10
1.17
1.80
53.89
4
Rata-rata Nominal Kliring/Hari
42.65
45.79
49.66
55.63
53.18
57.78
54.98
55.33
0.64
5
Rata-rata Nominal Ditolak/Hari
0.632
0.592
0.762
0.999
0.699
6.244
0.791
1.30
65
6
Rasio (5)/(4) dalam %
1.48
1.29
1.53
1.80
1.31
10.81
1.44
2.35
63.54
1
Rata-rata Warkat Outgoing Transfer /Bulan (lembar)
4,181
4,828
5,209
6,030
5,413
5,683
5,732
6,638
15.80
2
Rata-rata Warkat Incoming Transfer /Bulan (lembar)
4,885
5,328
5,548
6,009
5,083
5,344
5,023
5,335
6.22
3
Rata-rata Nominal Outgoing Transfer /Bulan
4,340
5,946
6,848
7,518
7,959
11,484
9,514
12,107
27.26
4
Rata-rata Nominal Incoming Transfer /Bulan
8,671
11,001
9,913
12,679
10,501
14,461
12,756
15,268
19.70
5
Rata-rata Net Incoming Transfer /Bulan
4,331
5,055
3,065
5,161
2,542
2,976
3,242
3,161
-2.49
BI-RTGS
Keterangan: 1) Triwulan IV 2013 dibandingkan Triwulan III 2013 (dalam %).
2.2.
Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)4 Nilai transaksi BI-RTGS pada triwulan IV 2013 mengalami kenaikan baik secara
nilai maupun volume. Rata-rata bulanan nominal incoming transfer naik 19,70% (q.t.q) dari Rp12.756 miliar menjadi Rp15.268 miliar, dan juga rata-rata warkat per bulan naik sebesar 6,22% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata bulanan nilai nominal outgoing transfer naik 27,26% (q.t.q) dari Rp9.514 miliar menjadi Rp12.107 miliar dengan jumlah rata-rata warkat per bulan naik 15,80% (q.t.q) menjadi 6.638 lembar. Tingginya unag yang masuk ke DIY melalui transfer RTGS tidak terlepas dari aktifitas perekonomian DIY yang terus bertumbuh.
4
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi bernilai Rp.100 juta atau lebih.
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
45
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan
46
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAH Kinerja
)
gabungan keuangan Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan IV-2013 di sisi
penerimaan terealisasi dengan baik, namun belum optimal di sisi pengeluaran. Realisasi di sisi penerimaan mencapai 101,55% atau sebesar Rp9,57 triliun, terutama bersumber dari Dana Perimbangan dengan proporsi 53,33% dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi 25,88%. Tingginya realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV-2013 terutama bersumber dari PAD yang melampaui target, khususnya Pajak Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Sementara itu, di sisi belanja terealisasi sebesar 87,81% atau sebesar Rp8,42 triliun, dengan proporsi terbesar pada Belanja Tidak Langsung sebesar 67,07%. Hal ini menyebabkan neraca APBD sampai dengan posisi akhir triwulan IV2013 masih surplus Rp1,15 triliun. 1. Pendapatan Pemerintah Secara gabungan realisasi pendapatan pemerintah daerah se-DIY pada triwulan IV-2013 mencapai Rp9,57 triliun atau 101,55% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp9,43 triliun. Komponen Dana Perimbangan terealisasi sebesar Rp5,11 triliun atau 99,73% dari yang dianggarkan, terutama realisasi Dana Alokasi Umum sebesar Rp4,54 triliun dan selebihnya merupakan Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus. Secara keseluruhan, Dana Perimbangan masih mendominasi pos penerimaan APBD dengan proporsi 53,33% yang mengindikasikan bahwa APBD Pemerintah Daerah masih bergantung dari transfer pemerintah pusat. Tabel 5.1. Realisasi Penerimaan
APBD DIY, Kabupaten dan Kota

) Tidak memperhitungkan belanja pemerintah pusat ke DIY yang dilakukan melalui DJA dengan jumlah ± Rp10 triliun
Bab 5
Keuangan Pemerinta
47
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Sementara itu, sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, realisasi PAD mencapai Rp2,48 triliun atau 112,17% dari anggaran yang ditetapkan Rp2,20 triliun. Realiasi tersebut terutama bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah Rp1,68 triliun dengan proporsi 67,79%, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Rp512,21 miliar (20,67%), Pendapatan Retribusi Daerah Rp192,16 miliar (7,76%) dan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Rp93,54 miliar (3,78%). Kenaikan PAD tersebut terutama bersumber dari kenaikan penghimpunan pajak kendaraan bermotor. 2. Belanja Pemerintah Realisasi Belanja Daerah pemerintah daerah di DIY sampai dengan triwulan IV-2013 masih belum optimal, yakni 87,81% dari anggaran yang ditetapkan. Belanja daerah terealisasi Rp8,42 triliun dari anggaran sebesar Rp9,59 triliun. Realisasi tersebut terutama bersumber dari realisasi Belanja Tidak Langsung Rp5,68 triliun atau 67,07% dari total anggaran yang ditetapkan dengan realisasi terbesar pada belanja pegawai Rp4,28 triliun. Tingginya belanja pegawai tersebut menunjukkan bahwa fleksibilitas fiskal daerah relatif masih terbatas. Tabel 5.2. Realisasi Belanja
APBD DIY, Kabupaten dan Kota
Sementara itu, realisasi Belanja Langsung baru mencapai Rp2,77 triliun atau 81,88% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp3,39 triliun dengan realisasi terbesar pada Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp1.328,63 miliar atau 47,90% dari total realisasi Belanja Langsung. Adapun Belanja Modal terealisasi Rp982,41 miliar atau 86,22% dari nilai yang telah dianggarkan. Untuk belanja yang sifatnya investasi, yaitu meliputi Belanja Modal, Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah DIY/Kabupaten/Kota/Desa realisasinya masih rendah.
48
Bab 5
Keuangan Pemerintah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
Belanja tersebut baru terealisasi Rp1.35 Triliun atau 87,61% dari yang dianggarkan sebesar Rp1,54 triliun. Melihat anatomi APBD gabungan tersebut diatas, tampaknya ekspansi fiskal relatif terbatas. Oleh sebab itu dengan keterbatasan tersebut, maka prioritas pembangunan agar ditetapkan sehingga hasilnya lebih optimal. 3. Pembiayaan Pemerintah Realisasi penerimaan pembiayaan tercatat Rp988,12 miliar atau 130,34% dari sumber pembiayaan yang dianggarkan sebesar Rp758,08 miliar. Sumber penerimaan pembiayaan masih didominasi oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya dengan proporsi 97,39%. Adapun pengeluaran pembiayaan yang telah terealisasi adalah Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah sebesar Rp208,02 miliar, Pemberian Pinjaman Daerah Rp 9,32 miliar, dan Pembayaran Pokok Utang dengan realisasi Rp993 juta. Secara keseluruhan, pembiayaan APBD Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan IV-2013 surplus Rp1,51 triliun. Tabel 5.3. Realisasi Pembiayaan
APBD DIY, Kabupaten dan Kota
Bab 5
Keuangan Pemerinta
49
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
50
Bab 5
Keuangan Pemerintah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Agustus 2013 tercatat sebesar 68,89%, turun dibandingkan keadaan Agustus 2012 sebesar 70,85%. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka di DIY pada Agustus 2013 sebesar 3,34% menurun dibandingkan Agustus 2012 sebesar 3,97%. Berdasarkan jenis pekerjaaannya, sekitar 55,56% tenaga kerja tersebut bekerja pada sektor informal. Sedangkan sebesar 44,44% bekerja pada kegiatan formal. Selanjutnya ditengah perekonomian yang meningkat dan terbukanya lapangan kerja Kemiskinan DIY menurun dibandingkan tahun sebelumnya. 1. Tenaga Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)5 di DIY pada Agustus 2013 sebesar 68,69%, menurun jika dibandingkan Agustus 2012 sebesar 70,85% maupun kondisi sebesar 69,27%. Penurunan terjadi terutama di sektor Jasa Kemasyarakatan,
Februari 2013
PHR, dan di sektor
Konstruksi, sementara di sektor pertanian meningkat. Namun demikian penurunan tersebut tidak signifikan dan ada indikasi penurunan TPAK dimungkinkan bersifat voluntary sejalan dengan dimulainya tahun ajaran sekolah. % 73% 72.11%
72% 70.85%
71% 70.47%
70% 69.27% 68.89%
68.77%
69%
68%
67% Feb 11
Agst 11
Feb 12
Agst 12
Feb 13
Agst 13
Sumber : BPS DIY
Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY
Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY
Dilihat per wilayah, TPAK tertinggi adalah di Kabupaten Gunungkidul (77,38%), kemudian diikuti oleh Kabupaten Kulonprogo (75,15%), Kabupaten Bantul (66,54%), Kabupaten Sleman (65,22%) dan terendah Kota Yogyakarta (64,07%). Relatif lebih rendahnya TPAK di Kota Yogyakarta dan Sleman disebabkan cukup banyak penduduk usia kerja dikedua kota tersebut yang lebih memilih untuk meneruskan pendidikan dibandingkan memasuki dunia kerja atau terlibat dalam aktifitas produksi. 5
TPAK merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja
Bab 6
Ketenagakerjaan
51
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Agustus 2013
Agustus 2012
Yogyakarta
64.07 66.97
Sleman
65.22 66.34 77.38 78.59
Gunungkidul
66.54 70.76
Bantul
75.15 74.27
Kulonprogo
%
0
20
40
60
80
100
Sumber : BPS DIY
Grafik 6.2 Perbandingan TingkatAngkatan Partisipasi Kerja Angkatan Kerja Kab./Kota di DIY Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Menurut menurut Kabupaten/Kota diDIY
Sementara itu, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)6 di DIY pada Agustus 2013 sebesar 3,34%, turun dari keadaan Februari 2013 (3,80%), terutama karena meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Dibandingkan dengan angka pengangguran nasional (6,25%), maka persentase angka pengangguran di DIY relatif lebih rendah (3,34%). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi DIY justru mengalami peningkatan, sementara pada periode waktu yang sama perekonomian nasional justru melambat.
% 8
7.41
7.14 6.80
7
6.56
6.02 5.69
6
6.32
6.14
6.25 5.92
5.47
5 3.97
4.09
3.97
4
3.80 3.34
3 Nasional
2
DIY
1 0
Feb 10
Agst 10
Feb 11
Agst 11
Feb 12
Agst 12
Feb 13
Agst 13
Sumber : BPS DIY
Grafik 6.3 Perbandingan Pengangguran Terbuka Grafik 6.3 Perbandingan TingkatTingkat Pengangguran Terbuka Nasional & DIY Nasional dan DIY
TPT di seluruh Kabupaten/Kota sepanjang 2011-2013 mengalami perkembangan yang variatif. TPT tertinggi pada Agustus 2013 terjadi di Kota Yogyakarta sebesar 6,57%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hal ini sejalan dengan perlambatan yang terjadi pada sektor PHR di triwulan III 2013. Sementara di empat kabupaten lainnya TPT justru mengalami penurunan, dan terendah di Kabupaten Kulonprogo sebesar 2,94.
6
TPT merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja
52
Bab 6
Ketenagakerjaan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
Agustus 2013
Agustus 2012 6.57
Yogyakarta
5.03
3.38
Sleman
5.42
1.77 1.92
Gunungkidul
3.46 3.6
Bantul
2.94
Kulonprogo
%
3.91
0
1
2
3
4
5
6
7
Sumber : BPS DIY
Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kab./Kota di DIY Kabupaten/Kota di DIY
Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan; dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menyerap pekerja paling banyak yaitu masing-masing sekitar 27,86% dan 25,98%. Kedua sektor tersebut merupakan sektor utama penyerap tenaga kerja sesuai dengan struktur perekonomian DIY. Selanjutnya, sektor lain yang penyerapan tenaga kerjanya cukup besar adalah Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan (20%) dan Sektor Industri (13,45%). Sektor-sektor tersebut pada prinsipnya merupakan pendukung sektor PHR.
Tabel 6.1 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
Tabel 6.1 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama No A B C D E F G H
Lapangan Usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Pertambangan, Penggalian dan Listrik Gas Air Industri Konstruksi Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Jumlah
2011 Feb
2012 Agt
Feb
2013 Agt
Feb
Agt
24.3%
24.0%
24.2%
26.9%
23.43%
27.86%
1.3% 14.2% 5.6%
0.9% 14.8% 7.4%
0.2% 15.7% 5.9%
0.9% 15.1% 7.1%
1.19% 13.36% 6.63%
0.76% 13.45% 5.55%
26.0%
26.7%
27.0%
24.9%
26.77%
25.98%
4.7%
3.8%
3.9%
3.3%
3.90%
3.49%
2.2%
2.8%
2.8%
3.1%
3.36%
2.90%
21.8% 100.0%
19.6% 100.0%
20.3% 100.0%
18.8% 100.0%
21.36% 100.0%
20.00% 100.0%
Sumber : BPS DIY
Ditinjau dari sisi status ketenagakerjaan, pekerja di DIY sebagian besar merupakan tenaga kerja informal (tabel 6.2). Porsi pekerja informal di DIY mencapai 55,6%, terutama yang terbanyak di sektor Pertanian dan jasa kemasyarakatan dan sosial. Namun demikian, dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia pekerja di sektor formal yang mencapai 44,4% tergolong cukup tinggi.
Bab 6
Ketenagakerjaan
53
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Tabel 6.2 Indikator Status Ketenagakerjaan
Tabel 6.2 Indikator Status Ketenagakerjaan % No A
B
Status Pekerjaan Utama Formal Berusaha dibantu Buruh Tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Informal Berusaha Sendiri Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar Pekerja Bebas Pekerja Keluarga/tak Dibayar
2011 Feb 43.6 4.3 39.3 56.4 15.3 17.5 8.6 15.0
2013
2012 Agt 44.4 4.3 40.1 55.6 13.9 19.3 8.4 14.0
Feb 42.6 4.0 38.6 57.4 13.8 20.5 7.4 15.7
Agt 43.4 4.4 39.1 56.6 12.7 18.8 8.7 16.4
Feb 44.1 4.1 40.1 55.9 13.7 19.7 9.0 13.6
Agt 44.4 4.6 39.9 55.6 12.9 19.6 7.1 16.0
Keterangan : *) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Februari 2011 - Februari 2013 Sumber : BPS DIY
2. Kemiskinan Jumlah penduduk miskin DIY menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada September 2013 jumlah penduduk miskin sebesar 538,18 ribu jiwa menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 562,11 ribu jiwa. Menurunnya jumlah penduduk miskin merupakan imbas dari membaiknya pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya dan upaya-upaya pro aktif Pemda melalui program-program pengurangan kemiskinan. Berdasarkan lokasinya, jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan masih lebih besar dibandingkan di wilayah pedesaan. Jumlah penduduk miskin pada semester II 2013 di daerah perkotaan mencapai sebesar 325,53 ribu jiwa, lebih besar dibandingkan jumlah penduduk miskin di daerah yang sebanyak 209,66 ribu jiwa. Sementara itu garis kemiskinan pengalami peningkatan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir dari Rp283.454,- per kapita perbulan menjadi Rp303.483,- per kapita per bulan. Hal ini seiring dengan dampak tekanan inflasi pada komoditas pokok yang dikonsumsi masyarakat. Garis Kemiskinan di perkotaan dalam satu tahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 11,73% dari Rp284.549,per kapita per bulan menjadi Rp317.925,- per kapita pe bulan. Sementara itu Garis Kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan sebesar 13,97% dari Rp241.975,- per kapita per bulan menjadi Rp275.786,- per kapita per bulan. Kontribusi komoditi makanan terhadap garis kemiskinan lebih tinggi dibandingkan non makanan. Kontribusi Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2013 tercatat sebesar 72,22% mengalami kenaikan dibanding September 2012 sebesar 71,50%. Hal ini sejalan dengan tekanan inflasi volatile food yang meningkat paska kenaikan harga BBM bersubsidi. Terkait dengan hal tersebut diatas, diperlukan upaya-upaya yang agresif dan progresif agar tingkat kemiskinan dapat ditekan, diantaranya memberikan perhatian lebih disertai alokasi anggaran untuk daerah-daerah miskin yang sudah terpetakan. Dalam pelaksanaanya dapat mengoptimalkan melalui
54
Bab 6
Ketenagakerjaan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
sumber daya yang ada, termasuk optimalisasi dana APBN, APBD, dan sumber dana lainnya, yang dalam pelaksanaannya dengan melibatkan Perguruan Tinggi, Swasta dan Pemerintah. ribu orang
Chart Title
590
%
17.5
17.23
Jumlah
16.83
580
Persentase (%,rhs)
570
16.14
16.5
16.08 560
15.88
550 540
16 15.43
586
15.5 15.03
577 561
530
17
16.05
564
565
15
562 550
520
14.5 535
14
510 500
13.5 2009
2010
Mar-11
Sep-11
Mar-12
Sep-12
Mar-13
Sep-13
Sumber : BPS Provinsi DIY
Grafik 6.4 Jumlah dandan Persentase Penduduk Miskin Grafik 6.4 Jumlah Presentase Penduduk Miskin di DIY di DIY
Bab 6
Ketenagakerjaan
55
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan
56
Bab 6
Ketenagakerjaan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI 1. PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 5,3%±0,5%(yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 4,32% (yoy). Disisi Permintaan, pertumbuhan bersumber dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara konsumsi pemerintah dan impor diperkirakan melambat. Disisi sektoral, sumber pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan
Hotel
Restoran, dan Sektor Pengangkutan.
Indeks
% yoy
9.00 8.00 7.00 5.84 6.00
5.34 5.00 4.84
4.00
170.00 160.00 150.00 140.00 130.00 120.00 110.00 100.00 90.00
3.00 1
2
3 2011
4
1
2
3
4
1
2012
2
3 2013
Sumber : Bank Indonesia
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
1 2014
2012
2013
2014
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 7.1 Pertumbuhan Ekonomi
Grafik 7.2 Ekspektasi Kegiatan Usaha
Konsumi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh masih cukup baik pada triwulan I 2014 dengan faktor pendorong : (i) peningkatan pendapatan masyarakat terkait realisasi kenaikan UMP, (ii) daya beli masyarakat yang cukup baik yang diindikasikan masih optimisnya ekspektasi konsumsi pada survei konsumen Bank Indonesia, serta (iii) kegiatan kampanye pemilu legislatif yang dimulai bulan Maret. Ekspor luar negeri untuk produk tekstil diperkirakan masih tumbuh seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat. Asosiasi Pertekstilan Nasional memperkirakan bahwa pada tahun 2014 kenaikan ekspor tekstil akan terjadi pada negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Thailand, Jepang dan China, sementara untuk pasar Uni Eropa belum menunjukkan peningkatan. Pelemahan nilai tukar diperkirakan sudah mulai memberikan dalam meningkatkan daya saing produksi beberapa komoditas.
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
57
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013
Indeks
Indeks
180.00 170.00 160.00 150.00 140.00 130.00 120.00 110.00 100.00 90.00
180.00 170.00 160.00 150.00 140.00 130.00 120.00 110.00 100.00 90.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2012
2013
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2014
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 7.3 Ekspektasi Penghasilan
2012
2013
2014
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 7.4 Ekspektasi Penjualan
Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh pada triwulan I-2014 dengan faktor pendorong (i) peningkatan permintaan produk tekstil luar negeri untuk pasar Amerika dan China, serta (ii) meningkatnya permintaan untuk produk konveksi dan industri percetakan menghadpi pemilu. Perkembangan industri meubel diperkirakan membaik didukung oleh permintaan luar negeri yang trennya mulai meningkat sejak Oktober 2013. Kenaikan juga diperkirakan terjadi pada sektor Perdagangan-Hotel-Restoran, hasil liason kepada beberapa pelaku usaha menyatakan optimis bahwa penjualan ritel akan meningkat di awal tahun seiring dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Hal tersebut diindikasikan oleh meningkatnya ekspektasi penjualan pada survei penjualan eceran Bank Indonesia. 2. PERKIRAAN INFLASI Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada triwulan I 2014 diperkirakan sebesar 6,02±1% yoy, melambat dibandingkan triwulan IV 2013 sebesar 7,32% yoy. Faktor resiko tekanan inflasi pada triwulan I 2014 diperkirakan berasal dari beberapa hal yaitu : (i) kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga elpiji 12kg, (ii) Curah hujan di atas normal yang diperkirakan akan terjadi hingga akhir Februari/awal Maret 2014, sehingga akan mempengaruhi produksi pangan dan distribusi pasokan (iii) Tekanan imported inflation diperkirakan masih berpotensi terjadi seiring dengan tekanan nilai tukar yang masih berlanjut, (iv) potensi peningkatan konsumsi terkait penyelanggaraan kampanye pemilu legislatif, (v) Penyesuaian harga produk manufaktur atas kenaikan UMP dan kenaikan biaya bahan baku, serta (vi) Penyesuaian tarif sewa kos/rumah yang umumnya dilakukan pengusaha di Yogyakarta di awal tahun. Inflasi pada kelompok Administered Price pada triwulan I 2014 diperkirakan meningkat terdampak kebijakan pemerintah pusat untuk menaikkan harga elpiji 12kg serta kebijakan kenaikan biaya surcharge penerbangan 8-9%. Kenaikan harga elpiji 12 kg diperkirakan akan berdampak pada kenaikan harga-harga makanan jadi. Selain rencana kenaikan surcharge biaya penerbangan, kenaikan tarif angkutan udara juga berpotensi meningkat di bulan Januari 2014.
58
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2013
9
% yoy
6.02 1%
8
Ekspektasi harga 3 bln YAD
7 6 Index
5 4 3
2 1
Ekspektasi Konsumsi
190.00 180.00 170.00 160.00 150.00 140.00 130.00 120.00 110.00 100.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2011
2012
2013
2014
Grafik 7.5 Perkiraan Inflasi
2012
2013
2014
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 7.6 Ekspektasi Harga
Meskipun tekanan Inflasi Volatile Food diperkirakan meningkat pada awal tahun 2014 akibat terdampak bencana banjir dan gangguan distribusi, namun kebijakan pemerintah untuk membuka peluang impor hortikultura di awal tahun diharapkan mampu meredam gejolak yang mungkin terjadi. Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan telah mengantisipasi kelangkaaan pasokan Hortikultura dengan menetapkan harga referensi impor untuk Cabai Merah Keriting sebesar Rp26.300/kg, Cabai Rawit Merah sebesar Rp28.000/kg, dan Bawang Merah sebesar Rp25.700/kg. Inflasi Inti diperkirakan sedikit meningkat, kenaikan harga-harga pada produk manufaktur diperkirakan akan dilakukan secara bertahap mengingat daya beli masyarakat baru pulih dari dampak kebijakan kenaikan harga BBM pada 2013. Selanjutnya usulan Kementerian ESDM untuk menunda kenaikan TDL pada golongan I3 dan I4 sampai dengan bulan Mei 2013 diharapkan memberikan cukup waktu bagi pelaku usaha industri untuk tidak melakukan kenaikan harga secara bersamaan akibat kenaikan UMP dan harga bahan baku di awal tahun. Sementara itu disisi konsumen, ekspektasi konsumsi dan ekpektasi harga diperkirakan masih meningkat pada triwulan mendatang seiring dengan penyesuaian gaji di awal tahun khususnya untuk kelompok pekerja/karyawan.
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
59
Halaman ini sengaja dikosongkan
60
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Lampiran
61
PDRB DIY Triwulanan Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Miliar Rp
2012
No
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
*)
I 1,266 39 709 53 496 1,164 610 576 941 5,854
II 793 39 709 54 509 1,206 636 594 1,085 5,623
2013 III 871 40 741 54 571 1,246 661 616 1,056 5,856
IV 777 42 757 55 742 1,304 675 617 1,006 5,975
I 1,216 41 770 57 536 1,246 650 619 997 6,132
II
III
IV
856 41 793 59 566 1,293 677 630 1,053 5,967
897 42 789 57 609 1,332 700 644 1,164 6,234
760 44 791 57 748 1,353 717 660 1,103 6,235
Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS DIY
PDRB DIY Triwulanan Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Miliar Rp
No 1 2 3 4 *)
Jenis Penggunaan Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Pemerintah Investasi (PMTB) Lainnya PDRB
2012 I 2,747 1,017 1,350 739 5,854
II 2,791 1,169 1,420 243 5,623
Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS DIY
62
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
2013 III 2,851 1,184 1,557 264 5,856
IV 3,072 1,304 1,780 (181) 5,975
I 2,914 1,100 1,448 670 6,132
II 2,942 1,141 1,508 376 5,967
III 3,017 1,307 1,639 271 6,234
IV 3,063 1,376 1,819 (24) 6,235
PDRB DIY Triwulanan Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Miliar Rp
No
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
2011 III 1,792 92 1,998 166 1,367 2,682 1,177 1,289 2,774 13,337
IV 1,740 95 1,793 180 1,893 2,726 1,193 1,399 2,731 13,751
2012 I 2,873 91 1,808 180 1,294 2,665 1,156 1,385 2,618 14,070
II 1,757 92 1,826 181 1,344 2,782 1,208 1,447 3,047 13,684
III 1,950 96 1,950 182 1,526 2,913 1,257 1,519 2,999 14,391
2013 IV 1,776 101 2,028 184 2,022 3,097 1,282 1,526 2,872 14,889
I 2,801 100 2,091 193 1,496 3,042 1,235 1,561 2,908 15,426
II 2,001 101 2,178 200 1,579 3,181 1,287 1,600 3,088 15,214
III 2,187 105 2,231 198 1,710 3,408 1,417 1,663 3,507 16,427
IV 1,873 111 2,271 205 2,122 3,521 1,462 1,719 3,337 16,623
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS DIY
PDRB DIY Triwulanan Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Miliar Rp
No 1 2 3 4
Jenis Penggunaan Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Pemerintah Investasi (PMTB) Lainnya PDRB
2011 III 6,693 3,470 4,203 (1,028) 13,337
IV 6,864 3,704 4,883 (1,700) 13,751
2012 I 7,008 3,132 3,908 21 14,070
II 7,186 3,637 4,130 (1,269) 13,684
III 7,475 3,801 4,575 (1,460) 14,391
2013 IV 7,681 4,203 5,254 (2,250) 14,889
I 7,961 3,612 4,337 (484) 15,426
II 8,056 3,775 4,582 (1,199) 15,214
III 8,537 4,574 5,169 18,280
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS DIY
63
IV 8,739 4,848 5,820 (2,784) 16,623
Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta
127.24 151.24
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 120.37 126.96
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
153.27 150.90 151.61 147.49 146.45 147.54 151.27 151.84 151.00 149.32 151.04 154.00
129.10 130.34 130.50 131.29 131.65 131.72 132.72 133.67 134.52 135.11 135.50 135.94
125.24 125.78 125.77 125.82 126.24 126.33 126.90 127.08 127.60 128.28 128.31 128.60
125.55 125.78 126.57 127.60 128.36 128.56 129.51 133.97 137.22 136.27 137.99 137.45
116.93 117.65 117.92 118.50 119.79 120.16 120.17 120.28 120.28 120.91 120.92 120.94
119.49 119.57 119.70 119.73 119.66 119.60 120.94 121.47 121.48 121.40 121.39 121.42
108.03 108.17 108.47 108.50 108.61 109.18 109.47 110.57 110.04 110.11 110.10 110.29
126.30 126.42 126.68 126.32 126.48 126.81 127.95 128.75 129.01 129.06 129.49 130.11
0.84 0.10 0.21 -0.28 0.13 0.26 0.90 0.63 0.20 0.04 0.33 0.48
2.20 1.66 1.14 0.02 0.05 0.10 1.29 1.79 1.73 0.87 0.57 0.85
7.67 7.45 7.53 6.96 6.95 5.90 5.37 5.58 4.68 4.43 4.13 3.88
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
154.94 153.75 154.50 153.04 152.08 157.11 161.56 162.53 162.56 163.19 163.20 166.48
136.15 136.50 137.56 138.18 138.76 139.74 141.01 141.71 142.20 143.74 144.56 145.32
128.94 129.20 129.54 130.28 130.45 130.47 130.69 130.89 131.33 131.55 131.78 132.44
136.85 138.67 139.03 138.47 138.14 138.60 138.29 139.20 141.21 142.07 142.23 142.34
121.13 121.44 121.60 121.69 121.90 122.14 121.96 122.20 122.37 122.40 123.04 123.28
121.44 121.93 121.96 121.95 122.07 122.13 122.90 122.89 122.98 123.11 123.10 123.16
110.69 110.76 110.90 111.19 111.37 111.33 111.23 112.14 111.57 111.51 111.47 111.72
130.44 130.57 131.04 131.18 131.24 132.23 133.24 133.80 134.05 134.56 134.83 135.72
0.25 0.10 0.36 0.11 0.05 0.75 0.76 0.42 0.19 0.38 0.20 0.66
1.07 0.84 0.71 0.57 0.51 0.91 1.57 1.95 1.38 0.99 0.77 1.24
3.27 3.28 3.44 3.85 3.76 4.27 4.13 3.92 3.91 4.26 4.12 4.31
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
174.27 178.80 184.31 180.40 176.67 179.21 189.15 192.56 187.04 187.32 186.74 186.98
145.63 146.13 146.34 146.70 147.20 147.76 151.03 152.42 153.33 155.39 156.91 157.17
132.85 134.43 135.03 135.29 135.73 136.16 136.78 137.39 137.54 138.08 138.76 139.30
142.48 141.89 141.23 140.45 139.30 138.80 137.63 139.56 142.74 142.27 141.97 142.34
123.26 123.71 124.07 124.79 125.02 125.69 125.99 126.19 126.31 126.45 126.97 127.08
123.13 123.65 123.81 123.86 123.88 123.88 123.84 124.42 126.64 126.87 126.89 127.07
111.46 111.51 111.80 111.87 111.78 114.93 122.78 123.54 122.83 124.44 123.68 123.40
137.02 138.29 139.38 138.96 138.56 139.72 143.33 144.58 144.24 145.12 145.41 145.65
0.96 0.93 0.79 -0.30 -0.28 0.84 2.58 0.87 -0.24 0.61 0.20 0.16
1.83 2.57 2.70 1.41 0.19 0.24 3.15 4.35 3.23 1.25 0.57 0.98
5.05 5.91 6.36 5.93 5.58 5.66 7.57 8.06 7.60 7.85 7.85 7.32
a
Akhir Periode
b
2009 2010 2011
Bahan Makanan
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sandang
118.34 124.84
119.19 125.64
Umum
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
Transportasi & Komunikasi
IHK
mtm (%)
qtq (%)
yoy (%)
112.27 114.48
114.49 119.36
102.03 107.71
116.64 125.25
0.24 0.72
0.30 1.63
2.93 7.38
Kesehatan
2012
2013
Keterangan: a)
Angka tahunan adalah angka akhir periode yang bersangkutan.
b)
Sejak Juni 2008 dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2007 = 100
Sumber: BPS DIY
64
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Indikator Perbankan - DIY Miliar Rp No I.
Uraian
ASET Jenis Bank 1. Bank Umum 2. Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1. Konvensional 2. Syariah II. DANA PIHAK KETIGA Jenis Bank 1. Giro a. Bank Umum 2. Tabungan a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat 3. Deposito a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1. Giro a. Konvensional b. Syariah 2. Tabungan a. Konvensional b. Syariah 3. Deposito a. Konvensional b. Syariah III. KREDIT 1. Jenis Penggunaan Jenis Bank a. Modal Kerja 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat b. Investasi 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat c. Konsumsi 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank a. Modal Kerja 1) Konvensional 2) Syariah b. Investasi 1) Konvensional 2) Syariah c. Konsumsi 1) Konvensional 2) Syariah
I 2011 29,135 29,135 26,615 2,520 29,135 27,406 1,729 24,918 24,918 3,501 3,501 12,158 11,665 493 9,259 8,108 1,151 24,918 3,501 3,385 115 12,158 11,585 573 9,259 8,631 628 15,043 15,043 15,043 5,707 4,950 757 2,307 2,113 194 7,029 6,048 981 15,043 5,707 5,308 399 2,307 2,177 131 7,029 6,567 462
II 2011 30,779 30,779 28,140 2,639 30,779 28,958 1,821 26,047 26,047 3,727 3,727 12,567 12,043 524 9,753 8,552 1,200 26,047 3,727 3,616 111 12,567 11,967 600 9,753 9,140 613 16,152 16,152 16,152 6,303 5,512 791 2,490 2,289 201 7,359 6,287 1,072 16,152 6,303 5,849 453 2,490 2,371 119 7,359 6,843 516
III 2011 32,229 32,229 29,474 2,755 32,229 32,074 155 27,645 27,645 3,628 3,628 13,420 12,894 525 10,597 9,316 1,281 27,645 3,628 3,502 126 13,420 12,703 716 10,597 9,918 679 17,058 17,058 17,058 6,434 5,644 789 2,732 2,532 200 7,892 6,762 1,130 17,058 6,434 5,955 479 2,732 2,578 154 7,892 7,148 744
IV 2011 33,923 33,923 31,031 2,892 33,923 31,559 2,364 28,775 28,775 3,644 3,644 14,968 14,371 597 10,162 8,821 1,341 28,775 3,644 3,509 135 14,968 14,202 766 10,162 9,394 768 17,939 17,939 17,939 7,277 6,464 813 2,386 2,176 210 8,276 7,108 1,168 17,939 7,277 6,785 492 2,386 2,205 181 8,276 7,491 786
I 2012 35,554 35,554 32,605 2,948 35,554 33,255 2,298 30,011 30,011 4,189 4,189 14,710 14,123 587 11,111 9,716 1,395 30,011 4,189 4,034 155 14,710 13,886 824 11,111 10,319 793 18,484 18,484 18,484 7,244 6,395 849 2,804 2,572 232 8,436 7,201 1,235 18,484 7,244 6,754 490 2,804 2,596 208 8,436 7,704 732
II 2012 37,355 37,355 34,219 3,137 37,355 34,969 2,386 31,289 31,289 4,343 4,343 15,658 15,047 611 11,288 9,836 1,451 31,289 4,343 4,189 155 15,658 14,776 883 11,288 10,534 754 19,786 19,786 19,786 8,138 7,224 914 2,985 2,728 258 8,663 7,338 1,325 19,786 8,138 7,572 567 2,985 2,745 240 8,663 7,875 788
III 2012 39,993 39,993 36,691 3,302 39,993 37,291 2,702 33,246 33,246 4,903 4,903 16,464 15,817 646 11,880 10,337 1,543 33,246 4,903 4,656 246 16,464 15,503 961 11,880 11,067 813 20,680 20,680 20,680 8,390 7,428 961 3,113 2,869 245 9,177 7,817 1,360 20,680 8,390 7,776 613 3,113 2,854 260 9,177 8,390 787
IV 2012 40,749 40,749 37,244 3,504 40,749 37,873 2,876 34,882 34,882 5,008 5,008 18,663 17,903 760 11,211 9,590 1,621 34,882 5,008 4,701 307 18,663 17,601 1,062 11,211 10,323 888 21,840 21,840 21,840 8,996 8,038 958 3,193 2,957 236 9,651 8,257 1,394 21,840 8,996 8,347 649 3,193 2,944 250 9,651 8,805 845
I 2013 41,452 41,452 37,871 3,581 41,452 38,506 2,946 35,533 35,533 5,009 5,009 18,207 17,456 752 12,316 10,621 1,695 35,533 5,009 4,798 211 18,207 17,067 1,140 12,316 11,341 975 22,155 22,155 22,155 8,755 7,768 987 3,597 3,346 251 9,804 8,343 1,461 22,155 8,755 8,162 592 3,597 3,330 267 9,804 8,937 867
II 2013 43,034 43,034 39,351 3,683 43,034 39,928 3,106 36,672 36,672 5,002 5,002 18,904 18,139 765 12,766 11,058 1,707 36,672 5,002 4,804 198 18,904 17,730 1,174 12,766 11,723 1,043 23,920 23,920 23,920 9,499 8,438 1,061 4,282 4,030 252 10,139 8,580 1,559 23,920 9,499 8,770 729 4,282 3,990 292 10,139 9,208 931
III 2013 45,697 45,697 41,842 3,855 45,697 42,241 3,456 38,670 38,670 5,502 5,502 19,909 19,107 801 13,260 11,478 1,782 38,670 5,502 5,282 221 19,909 18,654 1,255 13,260 12,079 1,181 24,998 24,998 24,998 9,861 8,735 1,126 4,756 4,506 250 10,382 8,794 1,588 24,998 9,861 9,089 772 4,756 4,408 348 10,382 9,432 950
65
IV 2013 47,222 47,222 43,142 4,079 47,222 43,539 3,683 39,816 39,816 5,043 5,043 21,563 20,661 902 13,209 11,369 1,840 39,816 5,043 4,785 258 21,563 20,220 1,344 13,209 11,947 1,262 25,571 25,571 25,571 10,277 8,849 1,428 4,892 4,646 245 10,402 9,035 1,367 25,571 10,277 9,467 810 4,892 4,585 307 10,402 9,402 1,000
No
Uraian
I-2011
2. Kolektibilitas Jenis Bank a. Lancar 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat b. Dalam Perhatian Khusus 1) Bank Umum c. Kurang Lancar 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat d. Diragukan 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat e. Macet 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank a. Lancar 1) Konvensional 2) Syariah b. Dalam Perhatian Khusus 1) Konvensional 2) Syariah c. Kurang Lancar 1) Konvensional 2) Syariah d. Diragukan 1) Konvensional 2) Syariah e. Macet 1) Konvensional 2) Syariah IV. RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) Jenis Bank a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank a. Konvensional b. Syariah 2. Non Performing Loans a. Nominal (Miliar Rp) Jenis Bank 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1) Konvensional 2) Syariah b. Rasio (%) Jenis Bank 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1) Konvensional 2) Syariah
66
Bab 7
II-2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
15,043 13,828 12,028 1,801 715 715 103 63 40 101 68 33 297 237 60 15,043 13,828 13,722 106 715 637 78 103 81 21 101 94 6 297 285 11
16,152 14,851 12,928 1,923 776 776 93 54 39 118 84 34 314 245 68 16,152 14,851 14,733 119 776 696 80 93 83 10 118 101 17 314 302 12
17,058 15,792 13,808 1,984 747 747 127 94 33 92 62 31 300 227 72 17,058 15,792 15,669 122 747 662 85 127 114 13 92 86 6 300 287 13
17,939 16,810 14,739 2,071 696 696 78 54 24 84 57 27 272 202 69 17,939 16,810 16,666 144 696 659 37 78 62 15 84 78 6 272 260 12
18,484 17,080 14,904 2,177 895 895 107 70 38 98 72 25 303 227 76 18,484 17,080 16,916 164 895 853 42 107 90 18 98 87 11 303 292 11
19,786 18,381 16,028 2,353 872 872 113 75 38 108 80 27 313 235 79 19,786 18,381 18,197 183 872 829 43 113 101 12 108 97 11 313 297 17
20,680 19,184 16,769 2,416 922 922 134 98 37 89 59 30 351 267 84 20,680 19,184 18,997 187 922 876 46 134 125 9 89 81 8 351 332 18
21,840 20,467 18,004 2,463 861 861 77 52 25 74 52 23 361 284 77 21,840 20,467 20,278 190 861 814 47 77 69 8 74 70 4 361 345 17
22,155 20,535 17,994 2,541 1,039 1,039 111 61 51 89 63 26 381 300 81 22,155 20,535 20,342 193 1,039 982 57 111 95 17 89 81 7 381 364 17
23,920 22,200 19,495 2,705 1,124 1,124 121 73 48 101 68 33 373 288 85 23,920 22,200 21,991 209 1,124 1,065 59 121 98 23 101 88 13 373 356 18
24,998 23,220 20,428 2,791 1,167 1,167 121 77 44 108 75 34 383 288 94 24,998 23,220 23,016 203 1,167 1,097 70 121 108 13 108 99 9 383 358 25
25,571 24,016 21,098 2,919 1,050 1,050 81 60 22 78 56 22 345 267 78 25,571 24,016 23,796 220 1,050 1,004 45 81 71 11 78 70 8 345 327 18
60.37 56.33 117.54 60.37 59.54 75.28
62.01 57.92 119.75 62.01 60.93 82.20
61.70 57.81 117.37 61.70 60.03 90.49
62.34 58.68 113.05 62.34 60.80 87.39
61.59 57.68 116.83 61.59 60.39 80.70
63.24 59.16 121.04 63.24 61.67 89.01
62.20 58.33 117.18 62.20 60.91 82.20
62.61 59.24 108.68 62.61 61.60 77.25
62.35 58.81 110.25 62.35 61.52 74.17
65.23 61.55 116.11 65.23 64.13 80.80
64.64 61.06 114.71 64.64 63.67 77.89
64.22 60.77 110.86 64.22 63.47 73.92
500 368 132 500 461 39
525 383 142 525 486 39
519 383 136 519 487 32
433 313 120 433 400 33
508 368 139 508 468 40
534 390 144 534 494 40
574 424 150 574 538 36
512 387 125 512 484 28
581 424 157 581 540 41
595 429 166 595 542 53
612 440 171 612 565 47
505 383 122 505 468 37
3.32 2.81 6.82 3.32 3.28 3.91
3.25 2.72 6.87 3.25 3.23 3.55
3.05 2.57 6.43 3.05 3.11 2.32
2.41 1.99 5.47 2.41 2.43 2.25
2.75 2.28 6.01 2.75 2.74 2.79
2.70 2.25 5.77 2.70 2.72 2.50
2.78 2.34 5.86 2.78 2.83 2.16
2.35 2.01 4.82 2.35 2.41 1.63
2.62 2.18 5.82 2.62 2.64 2.37
2.49 2.04 5.78 2.49 2.47 2.73
2.45 2.00 5.79 2.45 2.46 2.27
1.97 1.70 4.01 1.97 1.99 1.76
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Indikator Bank Umum - DIY Miliar Rp No I
II III
Uraian KANTOR PELAYANAN 1. Kantor Pusat 2. Kantor Cabang 3. Kantor Cabang Pembantu 4. Kantor Kas 5. Kas Mobil 6. Payment Point 7. Anjungan Tunai Mandiri 8. Jumlah Karyawan ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
IV KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet V RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
1,205 1 53 282 123 13 80 653 4,822 26,615 23,276 3,501 11,666 8,110
1,318 1 53 287 123 13 80 761 4,822 28,140 24,323 3,727 12,043 8,552
1,378 1 53 288 124 13 80 819 5,687 29,474 25,839 3,628 12,894 9,316
1,496 1 53 289 185 8 81 879 6,054 31,031 26,837 3,644 14,371 8,821
1,556 1 54 291 185 11 82 932 6,400 32,605 28,029 4,189 14,123 9,716
1,563 1 55 292 186 11 82 936 6,443 34,219 29,227 4,343 15,047 9,836
1,577 1 55 303 187 11 82 938 6,541 36,691 31,056 4,903 15,817 10,337
1,585 1 55 311 187 11 82 938 6,693 37,244 32,501 5,008 17,903 9,590
1,586 1 56 311 187 11 82 938 6,811 37,871 33,086 5,009 17,456 10,621
1,584 1 54 311 187 11 82 938 6,811 39,351 34,199 5,002 18,139 11,058
1,584 1 54 311 187 11 82 938 6,811 41,842 36,087 5,502 19,107 11,478
1,584 1 54 311 187 11 82 938 6,811 43,142 37,073 5,043 20,661 11,369
13,116 13,116 4,951 2,116 6,048 13,116 187 20 8 719 42 166 2,681 312 120 642 770 6 124 79 224 15 0 951 6,048 13,116 12,032 715 63 68 237
14,087 14,087 5,512 2,289 6,287 14,087 207 23 8 842 44 226 2,958 298 177 796 750 6 122 88 263 27 0 964 6,287 14,087 12,928 776 54 84 245
14,938 14,938 5,644 2,532 6,762 14,938 205 27 16 828 48 215 3,079 390 180 842 848 5 121 82 256 26 0 1,007 6,762 14,938 13,808 747 94 62 227
15,749 15,749 6,464 2,176 7,108 15,749 209 27 8 938 55 229 3,308 448 195 856 815 10 125 107 265 27 0 1,019 7,108 15,749 14,739 696 54 57 202
16,168 16,168 6,395 2,572 7,201 16,168 248 28 9 944 58 226 3,316 476 207 942 906 12 141 105 272 23 0 1,054 7,201 16,168 14,904 895 70 72 227
17,290 17,290 7,224 2,728 7,338 17,290 435 34 18 1,020 55 268 4,095 517 259 1,080 1,082 13 154 112 331 29 0 451 7,338 17,290 16,028 872 75 80 235
18,114 18,114 7,428 2,869 7,817 18,114 438 34 20 1,092 53 323 4,129 565 285 1,133 1,145 14 154 124 346 32 0 411 7,817 18,114 16,769 922 98 59 267
19,252 19,252 8,038 2,957 8,257 19,252 486 36 16 1,150 50 359 4,417 600 289 1,102 1,206 17 153 123 379 54 0 560 8,257 19,252 18,004 861 52 52 284
19,457 19,457 7,768 3,346 8,343 19,457 482 41 19 1,118 44 510 4,598 646 296 1,058 1,096 17 164 132 395 81 0 415 8,343 19,457 17,994 1,039 61 63 300
21,048 21,048 8,438 4,030 8,580 21,048 415 52 20 1,252 44 450 5,577 753 285 1,226 1,434 5 171 149 561 52 (70) 71 8,603 21,048 19,495 1,124 73 68 288
22,035 22,035 8,735 4,506 8,794 22,035 426 58 24 1,338 42 477 5,770 977 298 1,223 1,548 5 167 139 685 62 0 2 8,794 22,035 20,428 1,167 77 75 288
22,530 22,530 8,849 4,646 9,035 22,526 456 64 25 1,472 40 447 6,080 1,114 344 572 1,711 5 165 258 662 69 0 6 9,035 22,530 21,098 1,050 60 56 267
368 2.81 56.35
383 2.72 57.92
383 2.57 57.81
313 1.99 58.68
368 2.28 57.68
390 2.25 59.16
424 2.34 58.33
387 2.01 59.24
424 2.18 58.81
429 2.04 61.55
440 2.00 61.06
383 1.70 60.77
67
Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul Miliar Rp No I II
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
III
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
68
Bab 7
I 2011
III 2011
IV 2011
III 2012
IV 2012
970 893 98 652 143
II 2011 1,027 963 126 678 159
1,110 1,035 145 763 127
1,243 1,133 81 894 158
1,269 1,167 118 825 224
1,318 1,253 171 898 185
1,362 1,285 184 938 163
1,468 1,363 99 1,101 162
1,400 1,322 175 932 216
1,363 1,304 137 957 211
1,585 1,499 213 1,057 228
1,727 1,606 102 1,233 271
818 818 437 61 320 818 28 7 0 45 0 2 167 6 6 1 2 0 0 1 4 1 0 228 320 818 736 59 3 5 15
868 868 464 69 335 868 26 7 0 45 0 2 154 7 6 1 2 0 0 2 4 1 0 275 335 868 781 64 3 4 16
914 914 483 68 363 914 24 9 0 42 0 3 163 4 8 1 2 0 0 2 4 1 0 287 363 914 829 62 4 3 16
924 924 467 69 388 924 20 8 0 29 0 2 148 4 8 1 2 0 0 2 4 1 0 306 388 924 847 65 1 2 9
926 926 463 75 389 926 15 8 0 41 0 2 133 5 12 1 2 0 0 2 4 1 0 310 389 926 834 75 4 4 9
929 929 497 76 356 929 113 9 0 47 0 3 306 8 13 6 2 0 1 2 21 1 0 40 356 929 823 89 4 4 9
985 985 505 76 403 985 111 9 1 64 0 3 303 9 13 8 3 0 1 2 21 2 0 33 403 985 874 93 5 3 9
1,183 1,183 651 93 439 1,183 124 10 2 92 0 2 315 10 17 7 4 0 1 5 22 3 0 130 439 1,183 1,064 107 2 1 9
1,007 1,007 475 95 437 1,007 108 13 2 60 0 2 289 10 16 6 4 0 1 5 22 4 0 28 437 1,007 895 95 4 4 8
1,101 1,101 555 118 428 1,101 52 14 2 70 0 3 435 11 19 1 22 0 1 6 30 7 0 0 428 1,101 981 98 8 2 11
1,225 1,225 671 133 421 1,225 57 16 1 79 0 4 539 13 19 1 21 0 1 7 38 8 0 0 421 1,225 1,099 103 10 4 10
1,338 1,338 717 163 457 1,338 55 18 1 100 0 5 561 25 23 11 20 0 1 8 45 10 0 0 457 1,338 1,204 114 7 2 11
23 2.76 91.67
23 2.67 90.14
23 2.55 88.33
13 1.35 81.57
17 1.85 79.39
17 1.84 74.13
18 1.83 76.67
12 1.00 86.77
17 1.69 76.14
21 1.95 84.39
23 1.87 81.74
19 1.43 83.27
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
I 2012
II 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul Miliar Rp No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
II 2013
III 2013
III 2013
862 580 95 347 138
894 667 157 367 143
854 678 123 412 143
899 696 73 492 132
1,002 792 184 439 169
1,041 854 163 491 200
1,080 848 150 502 197
1,174 864 95 638 132
1,183 912 131 530 251
1,264 979 208 574 196
1,309 1,028 165 620 242
1,418 1,000 61 749 190
824 824 298 52 473 824 21 1 0 8 0 1 164 2 2 0 1 0 0 3 6 1 0 139 473 824 772 33 3 5 10
859 859 310 58 491 859 19 1 0 7 0 1 156 3 1 0 1 0 1 3 6 1 0 167 491 859 798 43 3 3 12
908 908 336 65 507 908 18 2 0 7 0 3 190 3 1 0 2 0 1 3 7 1 0 163 507 908 856 36 2 3 12
939 939 335 67 537 939 18 1 0 7 0 3 185 3 1 0 2 0 1 3 9 1 0 168 537 939 889 37 2 2 8
948 948 329 70 549 948 18 1 0 6 0 2 182 5 1 0 2 0 1 3 8 1 0 168 549 948 890 44 2 3 8
984 984 407 77 500 984 46 2 1 13 0 2 325 5 3 4 3 0 1 7 12 1 0 60 500 984 918 48 4 5 9
1,030 1,030 374 78 577 1,030 49 3 1 17 0 2 296 5 3 9 3 0 1 5 13 1 0 44 577 1,030 962 51 3 2 11
1,105 1,105 397 96 611 1,105 57 3 1 21 0 3 317 6 5 9 3 0 1 5 18 1 0 45 611 1,105 1,044 48 1 3 10
1,134 1,134 425 99 609 1,134 63 3 1 23 0 3 328 7 6 14 4 0 1 4 20 1 0 45 609 1,134 1,055 62 2 5 10
1,215 1,215 442 173 600 1,215 56 4 2 36 0 4 426 8 11 10 12 0 1 7 33 3 0 0 600 1,174 1,143 54 4 2 12
1,255 1,255 462 205 588 1,255 68 5 3 43 0 6 448 10 11 9 11 0 1 8 39 4 0 0 588 1,255 1,180 55 4 3 12
1,342 1,342 490 238 614 1,342 74 6 3 49 0 6 484 11 16 9 11 0 1 10 44 5 0 0 614 1,342 1,270 58 3 1 11
19 2.25 142.07
19 2.16 128.85
17 1.84 133.84
12 1.31 134.82
14 1.45 119.65
18 1.81 115.29
16 1.56 121.38
13 1.22 127.86
17 1.47 124.30
18 1.51 124.13
19 1.49 122.07
14 1.06 134.18
69
Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo Miliar Rp No I II
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
III
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
70
Bab 7
I 2011
III 2011
IV 2011
III 2012
IV 2012
747 686 76 455 156
II 2011 759 713 79 471 163
819 770 101 510 158
866 782 118 588 76
935 888 82 548 257
971 925 113 596 215
1,013 958 117 612 229
1,028 954 148 713 93
1,068 1,011 130 672 209
1,107 1,064 102 704 258
1,195 1,135 99 748 288
1,221 1,128 60 871 197
587 587 216 51 321 587 28 3 0 5 0 6 87 1 6 0 0 0 0 2 2 1 0 124 321 587 554 23 2 2 5
611 611 230 56 326 611 32 3 0 5 0 10 92 1 6 0 0 0 0 2 3 1 0 129 326 611 574 24 7 1 6
642 642 240 55 347 642 33 3 0 5 0 8 95 1 6 0 0 0 0 2 3 1 0 138 347 642 610 23 1 2 5
663 663 243 55 365 663 26 3 0 5 0 8 97 2 5 0 0 0 0 2 3 1 0 147 365 663 636 21 1 2 4
669 669 249 57 363 669 21 3 0 5 0 9 96 2 5 0 0 0 0 2 4 1 0 158 363 669 634 27 2 2 5
704 704 319 59 326 704 73 7 3 11 0 11 192 3 6 14 1 0 0 2 16 2 0 35 326 704 665 30 1 4 4
737 737 311 63 363 737 77 7 4 13 0 9 193 2 7 17 1 0 1 4 16 3 0 21 363 737 696 31 2 2 6
793 793 320 75 397 793 78 6 4 13 0 8 202 4 8 19 1 0 1 4 21 4 0 23 397 793 753 31 2 2 5
812 812 338 78 395 812 83 5 4 15 0 8 222 3 7 20 1 0 2 4 22 4 0 15 395 812 767 34 3 2 5
875 875 374 96 405 875 89 9 1 19 0 9 289 3 4 9 5 0 2 4 24 4 0 0 405 875 826 39 1 2 6
910 910 398 109 404 910 95 10 1 22 0 11 309 3 6 9 5 0 2 4 27 5 0 0 404 910 857 43 2 2 7
976 976 427 126 424 976 100 10 1 24 0 14 334 4 6 9 7 0 2 4 31 5 0 0 424 976 919 47 2 2 6
10 1.65 85.54
14 2.25 85.70
8 1.24 83.37
6 0.97 84.73
8 1.27 75.38
10 1.36 76.12
10 1.35 76.96
9 1.08 83.11
10 1.24 80.31
9 1.03 82.21
11 1.18 80.22
10 0.98 86.47
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
I 2012
II 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman Miliar Rp No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
3,855 3,713 640 2,251 822
4,120 3,936 725 2,361 850
4,011 4,063 672 2,447 943
4,426 4,452 683 2,857 911
4,872 4,646 818 2,803 1,025
5,036 4,856 800 2,978 1,078
5,398 5,199 935 3,127 1,136
5,850 5,580 934 3,578 1,068
6,136 5,931 1,042 3,673 1,215
6,427 6,240 1,048 3,775 1,417
6,807 6,574 1,107 3,959 1,508
7,211 6,946 1,005 4,398 1,543
1,834 1,834 729 172 933 1,834 20 6 0 73 0 22 359 26 6 26 106 0 1 18 57 4 0 177 933 1,834 1,652 113 7 17 46
1,967 1,967 863 179 924 1,967 39 9 0 91 0 26 403 30 43 47 94 0 1 17 66 5 0 172 924 1,967 1,780 114 5 19 49
2,035 2,035 868 185 982 2,035 36 10 0 94 0 26 401 31 45 39 110 0 2 15 69 3 0 171 982 2,035 1,845 116 12 13 49
2,099 2,099 895 164 1,040 2,099 33 11 0 81 0 31 432 24 44 57 108 0 12 14 63 3 0 147 1,040 2,099 1,928 120 13 9 29
2,149 2,149 908 181 1,060 2,149 43 11 1 86 2 26 433 27 45 51 107 0 23 14 65 2 0 153 1,060 2,149 1,944 136 18 14 37
2,288 2,288 978 207 1,103 2,288 57 12 2 96 2 28 525 33 51 77 105 0 24 18 80 3 0 72 1,103 2,288 2,079 138 20 10 42
2,404 2,404 997 233 1,174 2,404 54 12 2 113 2 36 566 37 54 73 95 0 24 21 82 3 0 56 1,174 2,404 2,192 144 13 12 43
2,619 2,619 1,094 265 1,260 2,619 67 14 3 122 2 46 627 49 57 68 102 0 24 24 92 3 0 60 1,260 2,619 2,433 136 7 4 39
2,802 2,802 1,209 280 1,313 2,802 86 15 5 87 2 40 713 60 56 84 94 0 34 24 103 12 0 75 1,313 2,802 2,543 199 9 12 39
3,012 3,012 1,221 440 1,350 3,012 73 18 5 107 2 56 895 67 19 103 105 0 36 33 124 20 0 0 1,350 3,012 2,744 205 12 14 37
3,160 3,160 1,304 478 1,378 3,152 78 20 5 136 2 58 959 73 20 98 100 0 35 28 145 24 0 1 1,378 3,160 2,897 197 16 8 41
3,333 3,333 1,405 532 1,396 3,322 84 21 5 154 1 61 1,025 76 21 119 102 0 35 30 171 27 0 0 1,396 3,333 3,105 179 8 7 33
70 3.79 49.41
73 3.73 49.96
74 3.62 50.08
52 2.46 47.16
70 3.24 46.26
71 3.10 47.12
68 2.82 46.24
50 1.90 46.94
60 2.13 47.24
62 2.07 48.27
65 2.07 48.07
49 1.47 47.98
71
Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta Miliar Rp No I II
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
III
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
72
Bab 7
I 2011
III 2011
IV 2011
III 2012
IV 2012
20,181 17,405 2,592 7,961 6,851
II 2011 21,340 18,043 2,641 8,166 7,237
22,679 19,293 2,587 8,763 7,943
23,596 19,774 2,689 9,540 7,544
24,528 20,536 2,987 9,508 8,041
25,852 21,339 3,097 10,084 8,158
27,838 22,767 3,516 10,639 8,611
27,724 23,740 3,732 11,873 8,135
28,084 23,911 3,532 11,649 8,730
29,190 24,612 3,507 12,128 8,977
30,947 25,853 3,918 12,723 9,212
31,565 26,393 3,814 13,410 9,168
9,052 9,052 3,272 1,780 4,000 9,052 90 3 8 587 42 135 1,905 275 101 614 662 6 123 55 155 8 0 283 4,000 9,052 8,318 487 48 39 161
9,782 9,782 3,645 1,927 4,211 9,782 90 4 7 694 44 186 2,153 257 120 748 652 6 120 64 184 19 0 221 4,211 9,782 8,996 532 35 57 161
10,439 10,439 3,717 2,159 4,562 10,439 94 4 16 681 48 176 2,229 351 120 801 733 5 118 60 173 21 0 247 4,562 10,439 9,668 510 75 41 146
11,124 11,124 4,524 1,821 4,779 11,124 112 4 8 817 54 186 2,446 416 136 797 702 10 112 87 186 21 0 251 4,779 11,124 10,440 453 37 42 152
11,475 11,475 4,446 2,188 4,841 11,475 150 4 8 805 56 187 2,471 438 143 890 794 12 117 85 192 19 0 265 4,841 11,475 10,602 613 43 49 168
12,384 12,384 5,023 2,308 5,053 12,384 145 4 12 852 53 224 2,746 467 185 979 971 13 128 83 202 21 0 244 5,053 12,384 11,543 567 46 57 171
12,959 12,959 5,241 2,418 5,300 12,959 146 4 12 885 51 273 2,770 513 207 1,026 1,043 14 127 92 215 23 0 258 5,300 12,959 12,045 601 75 41 197
13,553 13,553 5,575 2,428 5,550 13,553 160 4 7 902 48 300 2,956 531 204 999 1,096 17 125 85 226 44 0 302 5,550 13,553 12,710 539 40 42 221
13,704 13,704 5,320 2,794 5,589 13,704 142 4 8 933 42 456 3,048 565 211 934 993 17 126 95 227 60 0 252 5,589 13,704 12,733 650 44 39 238
14,846 14,846 5,847 3,202 5,797 14,846 144 7 11 1,018 41 378 3,532 663 232 1,103 1,290 5 131 100 351 19 0 24 5,797 14,846 13,801 727 48 48 222
15,485 15,485 5,901 3,581 6,003 15,485 129 8 14 1,059 39 398 3,516 878 242 1,105 1,411 5 128 92 437 21 0 1 6,003 15,485 14,394 769 45 58 219
15,542 15,542 5,810 3,587 6,145 15,542 142 9 15 1,145 39 361 3,676 998 279 425 1,572 5 126 207 371 22 0 6 6,145 15,542 14,600 651 40 44 207
248 2.74 52.01
254 2.60 54.21
262 2.51 54.11
230 2.07 56.26
259 2.26 55.88
274 2.22 58.04
312 2.41 56.92
304 2.24 57.09
320 2.34 57.31
318 2.14 60.32
322 2.08 59.90
291 1.87 58.89
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
I 2012
II 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
Indikator BPR - DIY Miliar Rp No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
2,520 1,644 493 1,151 1,933 1,933 757 194 981 1,933 32 3 1 26 1 15 566 23 20 6 3 2 3 11 128 20 77 61 936 1,933 1,801 40 33 60
2,639 1,724 524 1,200 2,065 2,065 791 201 1,072 2,065 37 4 1 30 1 21 624 19 22 6 4 2 2 10 137 16 45 70 1,012 2,065 1,923 39 34 68
2,755 1,806 525 1,281 2,120 2,120 789 200 1,130 2,120 39 5 2 30 1 24 594 20 26 6 5 3 3 10 139 20 58 68 1,069 2,120 1,984 33 31 72
2,892 1,938 597 1,341 2,191 2,191 813 210 1,168 2,191 41 6 2 33 2 40 605 22 30 10 27 4 6 11 103 31 49 19 1,149 2,191 2,071 24 27 69
2,948 1,982 587 1,395 2,316 2,316 849 232 1,235 2,316 45 6 3 35 2 52 635 20 41 10 29 5 7 9 94 34 53 19 1,216 2,316 2,177 38 25 76
3,137 2,063 611 1,451 2,497 2,497 914 258 1,325 2,497 54 7 3 39 3 66 666 21 48 13 31 6 8 8 96 40 62 16 1,309 2,497 2,353 38 27 79
3,302 2,190 646 1,543 2,566 2,566 961 245 1,360 2,566 64 7 3 43 3 75 683 19 49 14 28 6 8 8 92 43 62 15 1,345 2,566 2,416 37 30 84
3,504 2,382 760 1,621 2,588 2,588 958 236 1,394 2,588 70 6 5 41 2 71 663 20 56 13 28 6 8 6 89 44 67 17 1,377 2,588 2,463 25 23 77
3,581 2,447 752 1,695 2,698 2,698 987 251 1,461 2,698 84 7 5 45 2 62 672 20 68 13 28 6 9 5 87 48 75 20 1,441 2,698 2,541 51 26 81
3,683 2,279 708 1,570 2,871 2,871 1,061 252 1,559 2,871 92 8 5 39 2 74 725 20 59 14 35 6 9 6 92 56 70 23 1,536 2,871 2,705 48 33 85
3,855 2,583 801 1,782 2,963 2,963 1,126 250 1,588 2,963 87 8 5 41 1 72 770 23 61 15 28 6 10 7 90 59 92 20 1,568 2,963 2,791 44 34 94
4,079 2,743 902 1,840 3,040 3,040 1,428 245 1,367 3,040 74 343 5 38 1 63 744 28 57 12 22 6 9 7 83 63 94 24 1,365 3,040 2,919 22 22 78
117.54
119.75
117.37
113.05
116.83
121.04
117.18
108.68
110.25
126.00
114.71
110.86
132 6.82
142 6.87
136 6.43
120 5.47
139 6.01
144 5.77
150 5.86
125 4.82
157 5.82
166 5.78
171 5.79
122 4.01
73
Indikator BPR - Kabupaten Bantul Miliar Rp No
Uraian
I II
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
74
Bab 7
I 2011
III 2011
IV 2011
III 2012
IV 2012
502 371 123 249 381 381 174 42 165 381 5 0 0 10 0 2 130 1 6 0 0 0 0 7 41 6 3 9 161 381 345 10 9 17
II 2011 520 375 125 251 401 401 184 42 175 401 7 1 0 9 0 3 135 1 7 0 0 0 0 6 47 6 2 8 170 401 365 10 7 19
555 401 128 273 417 417 191 41 185 417 8 1 0 9 0 4 136 1 8 0 0 0 0 7 49 6 2 7 179 417 381 9 7 20
586 425 142 283 436 436 193 43 199 436 8 1 0 9 0 5 135 1 9 0 1 0 0 5 47 7 3 8 195 436 404 6 7 19
589 431 142 289 468 468 200 60 208 468 9 1 0 11 0 17 144 1 12 1 14 0 1 4 28 8 8 10 199 468 428 12 7 21
606 433 144 289 490 490 201 73 217 490 10 1 0 11 0 23 141 1 16 0 16 0 1 3 26 9 14 6 211 490 447 12 9 22
615 449 144 306 489 489 207 64 217 489 10 1 1 11 0 26 136 1 18 0 15 1 1 3 24 9 16 5 212 489 443 10 10 25
659 490 169 320 499 499 201 65 233 499 10 1 1 11 0 23 128 2 22 1 14 1 1 2 21 8 20 4 229 499 461 7 7 23
654 487 170 317 515 515 209 68 237 515 10 1 1 12 0 25 129 2 28 1 15 1 2 1 21 8 20 3 234 515 468 14 8 25
656 407 143 265 540 540 213 70 257 540 13 1 1 10 0 25 151 2 15 1 15 1 2 3 24 7 13 5 252 540 489 15 11 25
707 522 174 348 547 547 230 61 256 547 5 1 1 9 0 13 177 2 15 1 3 1 3 3 23 8 26 3 253 547 492 15 10 31
756 549 191 359 564 564 174 62 327 564 5 1 0 9 0 14 114 1 11 1 2 1 4 3 21 10 23 3 339 564 530 6 4 24
102.61
106.83
103.97
102.57
108.66
113.26
108.81
101.85
105.60
132.59
104.89
102.67
36 9.38
36 8.96
36 8.70
32 7.31
40 8.50
43 8.76
45 9.30
37 7.50
46 9.03
52 9.54
55 10.09
33 5.93
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
I 2012
II 2012
I 2013
II 2013
II 2014
II 2015
Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul Miliar Rp No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
179 76 27 49 147 147 83 8 55 147 2 0 0 2 0 0 73 0 5 0 0 0 0 1 6 0 1 39 17 147 138 3 3 3
199 77 27 50 166 166 93 7 66 166 3 0 0 4 0 0 79 0 4 0 0 0 0 1 8 1 0 47 19 166 156 3 4 3
213 84 28 56 178 178 95 6 77 178 3 0 0 3 0 0 78 0 3 0 0 0 0 0 10 2 0 51 25 178 167 3 3 4
216 87 31 56 185 185 94 6 85 185 4 0 0 3 0 0 78 0 3 0 0 0 0 1 8 2 0 3 83 185 175 3 2 5
237 97 33 64 202 202 101 6 95 202 4 0 0 3 0 1 81 0 7 1 0 0 0 1 4 4 0 3 92 202 192 3 2 5
269 114 34 80 234 234 117 7 111 234 6 0 0 3 0 3 87 1 7 3 0 0 0 1 5 7 0 4 106 234 223 4 3 5
291 124 38 86 247 247 124 7 116 247 5 0 1 6 0 3 89 1 7 3 0 0 0 1 5 9 0 4 112 247 233 4 4 5
300 131 45 86 256 256 128 8 121 256 4 0 1 5 0 2 92 1 6 2 1 0 0 1 6 9 5 3 117 256 244 2 4 6
331 136 45 91 291 291 138 10 143 291 5 0 1 6 0 4 94 1 8 2 1 0 0 1 6 11 8 3 140 291 275 5 3 7
353 146 52 94 309 309 145 12 151 309 6 0 1 4 0 4 98 1 8 3 0 0 0 1 7 16 8 3 148 309 291 5 3 9
361 152 52 100 324 324 150 16 157 324 9 0 1 4 0 4 98 1 9 3 1 0 0 1 8 18 8 2 155 324 306 3 4 10
375 166 63 103 336 336 158 19 160 336 8 1 1 4 0 4 98 1 10 2 0 0 0 1 10 21 12 3 158 336 322 2 3 9
192.19
214.29
211.55
212.19
207.76
205.65
199.05
194.99
213.54
211.70
212.67
202.53
8 5.70
10 6.13
10 5.77
10 5.55
10 5.15
12 5.01
13 5.39
12 4.73
15 5.23
17 5.57
17 5.39
14 4.19
75
Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo Miliar Rp No
Uraian
I II
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
76
Bab 7
I 2011
III 2011
IV 2011
III 2012
IV 2012
161 84 50 34 138 138 67 25 46 138 9 1 0 4 0 5 53 2 1 6 1 0 0 2 9 0 0 0 46 138 129 3 2 5
II 2011 181 94 61 34 153 153 69 22 61 153 10 1 0 4 0 6 49 2 2 5 2 0 0 2 8 0 0 0 61 153 141 5 2 5
183 93 57 37 155 155 67 20 68 155 11 2 0 4 0 6 45 1 2 5 2 0 0 2 7 0 0 0 68 155 144 2 3 5
195 117 79 38 158 158 68 19 71 158 11 2 0 4 0 7 45 1 2 4 2 0 0 1 6 0 0 0 71 158 148 1 4 5
194 101 63 38 172 172 73 21 79 172 13 2 0 4 0 8 46 2 3 5 2 0 0 1 8 1 0 0 79 172 162 1 1 8
226 113 75 39 196 196 85 23 89 196 16 2 0 5 0 10 50 2 4 6 2 0 1 1 8 1 0 0 89 196 187 1 1 7
244 121 80 41 215 215 97 23 96 215 17 2 0 7 0 17 49 2 4 7 2 0 1 1 8 1 1 0 96 215 205 1 1 7
276 154 110 45 224 224 101 20 103 224 17 2 0 7 0 19 49 4 5 6 1 0 1 0 8 1 1 0 103 224 216 1 1 7
264 149 88 61 226 226 95 21 111 226 17 2 1 8 0 7 50 3 5 6 1 0 1 0 10 1 1 0 111 226 216 3 1 7
285 158 91 67 255 255 113 23 119 255 18 2 1 8 0 13 51 4 7 7 8 0 1 0 13 1 1 0 119 255 246 3 1 6
313 171 102 69 271 271 122 24 125 271 18 2 1 7 0 14 54 5 7 7 14 0 1 0 13 1 1 0 125 271 261 2 2 6
347 209 136 73 275 275 123 26 127 275 18 3 1 7 0 13 55 9 6 7 11 0 1 0 14 1 1 4 124 275 267 1 1 6
165.36
162.42
165.56
134.81
169.64
173.69
177.18
145.38
151.90
161.17
158.98
131.41
10 7.04
12 7.81
10 6.70
10 6.23
10 5.90
10 4.87
9 4.41
9 3.96
11 4.78
10 3.82
10 3.63
9 3.13
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
I 2012
II 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
Indikator BPR - Kabupaten Sleman Miliar Rp No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013
1,290 880 234 646 942 942 336 57 549 942 14 1 0 9 0 7 201 19 6 0 1 2 2 2 61 6 56 6 547 942 879 18 15 29
1,332 930 251 679 996 996 346 57 593 996 16 2 1 13 1 12 222 15 9 0 2 2 2 1 61 8 36 8 586 996 929 17 16 33
1,379 965 248 717 1,010 1,010 336 60 613 1,010 16 2 1 12 1 13 218 17 11 0 2 3 2 1 58 10 29 3 611 1,010 946 15 14 36
1,446 1,022 271 751 1,032 1,032 342 65 624 1,032 15 2 2 13 1 16 221 17 12 1 2 3 3 1 63 12 22 5 621 1,032 979 10 10 33
1,468 1,052 275 778 1,066 1,066 347 67 652 1,066 16 2 2 13 1 20 230 14 14 2 6 4 4 1 49 15 19 4 647 1,066 1,002 17 11 36
1,539 1,083 280 803 1,132 1,132 374 80 678 1,132 18 2 2 15 1 24 252 15 16 1 7 5 4 2 52 19 18 4 674 1,132 1,070 17 11 35
1,625 1,151 301 850 1,160 1,160 394 80 686 1,160 19 2 2 16 1 24 274 14 14 2 5 4 4 1 50 21 21 3 683 1,160 1,094 17 12 37
1,714 1,232 336 897 1,143 1,143 386 80 676 1,143 19 3 2 15 1 22 266 13 16 1 5 4 5 1 48 23 23 6 669 1,143 1,092 10 9 32
1,755 1,288 339 949 1,163 1,163 391 88 684 1,163 18 3 2 17 1 21 273 13 17 1 5 4 5 2 46 26 23 10 674 1,163 1,099 22 10 32
1,777 1,224 332 892 1,225 1,225 417 94 714 1,225 20 4 2 16 1 27 294 13 18 2 6 4 5 2 45 30 22 11 703 1,225 1,158 19 13 34
1,830 1,327 358 969 1,253 1,253 438 96 719 1,253 24 4 1 17 1 34 304 14 18 2 6 4 5 3 42 30 25 11 708 1,253 1,186 15 13 38
1,900 1,365 386 979 1,256 1,256 771 87 398 1,256 17 339 2 15 0 26 327 17 15 1 4 4 3 2 34 27 22 11 389 1,256 1,210 7 8 30
106.96
107.12
104.63
100.95
101.25
104.52
100.75
92.71
90.29
100.08
94.39
91.98
63 6.68
67 6.70
64 6.33
52 5.05
63 5.95
63 5.54
66 5.66
51 4.46
63 5.45
66 5.41
66 5.41
46 3.73
77
Indikator BPR - Kota Yogyakarta Miliar Rp No
Uraian
I II
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
78
Bab 7
I 2011
III 2011
IV 2011
III 2012
IV 2012
388 233 59 173 325 325 96 62 166 325 1 0 0 1 0 0 110 1 1 0 0 0 0 0 12 8 18 7 166 325 310 5 4 5
II 2011 407 248 61 187 349 349 98 73 177 349 1 0 0 1 0 0 139 1 1 0 0 0 0 0 13 2 6 7 176 349 332 4 5 8
426 263 64 199 361 361 100 74 188 361 1 0 0 1 0 1 117 0 2 0 1 0 0 0 16 3 26 6 185 361 346 4 4 7
449 287 74 214 381 381 116 77 188 381 4 0 0 4 1 5 127 2 3 0 1 0 1 1 21 6 17 0 189 381 365 5 4 7
459 300 74 226 408 408 128 79 201 408 4 1 0 4 1 6 134 2 4 3 8 0 2 2 5 6 25 2 199 408 392 4 4 7
498 319 78 241 443 443 138 75 230 443 5 1 0 4 1 6 136 2 5 3 7 0 2 2 6 5 29 1 229 443 426 4 4 9
526 344 83 261 456 456 140 71 245 456 12 1 0 3 1 6 134 1 6 3 7 0 1 3 5 4 24 3 242 456 440 4 3 10
555 374 101 273 466 466 142 62 262 466 20 0 0 3 1 5 128 1 7 3 6 0 1 2 6 4 19 3 259 466 451 4 3 9
578 387 109 277 503 503 154 63 286 503 33 0 0 3 1 6 124 1 9 3 5 0 1 1 4 3 23 3 282 503 482 8 4 9
613 344 91 253 543 543 173 53 317 543 35 0 0 2 1 6 130 1 11 2 5 0 1 0 3 2 26 3 314 543 521 6 5 10
644 411 116 295 568 568 185 52 330 568 31 0 1 3 0 7 136 1 12 2 5 0 1 0 4 2 32 3 327 568 546 8 4 10
700 453 126 326 609 609 202 52 355 609 26 0 1 2 0 6 149 1 14 2 5 0 1 0 3 3 36 4 355 609 589 5 6 9
139.77
140.98
137.36
132.67
135.85
138.78
132.40
124.77
130.20
157.91
138.16
134.60
15 4.64
17 4.89
16 4.30
16 4.15
15 3.80
17 3.85
16 3.60
15 3.30
21 4.18
21 3.89
23 3.99
20 3.27
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
I 2012
II 2012
I 2013
II 2013
III 2013
IV 2013