Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
VISI BANK INDONESIA “Menjadi Bank Sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan”
NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA “Kompetensi - Integritas - Transparansi - Akuntabilitas - Kebersamaan.”
VISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA “Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”
MISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA “Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.”
...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat... (Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Perwakilan Bank Indonesia)
“”
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mendukung pembangunan ekonomi tanpa meninggalkan budaya “adiluhung” yang ada.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Unit Kajian Ekonomi Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta Telp.0274-377755 Fax.0274-371707 Softcopy laporan ini dapat diunduh pada menu Data Informasi Bank Indonesia (DIBI) pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id
Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi karena atas rakhmat dan karuniaNya, penyusunan dan penerbitan “Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta 2011” dapat diselesaikan. Laporan tahunan ini diterbitkan untuk melengkapi diseminasi informasi perkembangan perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penyusunan dan penerbitan laporan ini merupakan salah satu wujud akuntabilitas dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia di daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah di ubah terakhir dengan Undang-undang No. 6 Tahun 2009. Tujuan penerbitan buku Laporan Perekonomian DIY ini untuk memberikan informasi yang komprehensif tentang perkembangan beberapa indikator perekonomian di DIY, antara lain: pertumbuhan ekonomi, perkembangan harga (inflasi), kesejahteraan, perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan pemerintah daerah. Secara khusus disajikan juga beberapa informasi spesifik berupa ringkasan hasil penelitian dan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia Yogyakarta ataupun informasi lainnya dalam bentuk boks. Bagi Bank Indonesia informasi yang disajikan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dalam pengambilan kebijakan moneter. Sementara itu, bagi stakeholder eksternal, informasi yang disampaikan diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemda dalam pengambilan kebijakan, investor, peneliti, akademisi serta pihak lain sesuai keperluan masing-masing. Kami menyadari bahwa tanpa adanya dukungan semua pihak, maka buku Laporan Perekonomian DIY ini tidak mungkin terwujud. Untuk itu pada kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak/Ibu semuanya. Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam buku ini, sehingga kritik dan saran juga sangat kami harapkan.
Yogyakarta, Agustus 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Mahdi Mahmudy Direktur
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Indikator Terpilih Indikator
2010 III
I
II
IV
3,68
4,96
7,06
3,82
(2,34) 4,26 4,87 7,94 1,86 6,46 6,33 4,89 6,79
(3,28) 3,40 6,71 1,40 7,32 9,19 7,18 1,85 5,22
3,46 0,13 7,25 2,38 7,23 8,42 5,99 8,89 9,31
7,12 5,98 7,13 (14,35)
7,36 5,10 5,04 (18,04)
58,14 13,76
Total
2011 III
I
II
IV
Total
4,88
4,68
4,42
3,12
8,45
5,16
1,41 (3,49) 9,10 4,56 7,16 (2,45) 3,61 9,50 4,67
(0,27) 0,88 7,00 4,00 6,06 5,33 5,73 6,35 6,44
(1,46) 13,51 9,85 0,87 1,69 2,67 10,08 9,64 6,86
6,71 13,18 8,74 6,13 2,06 2,07 7,17 11,04 (1,95)
(12,85) 10,23 9,36 1,49 3,12 2,56 6,40 4,67 12,58
1,84 11,12 (0,53) 8,42 18,45 13,92 8,52 6,88 8,81
(2,12) 11,96 6,79 4,26 7,23 5,19 8,00 7,95 6,47
6,47 0,79 2,20 50,43
8,17 (0,11) 0,48 (9,52)
7,28 2,82 3,41 0,76
8,05 2,12 3,55 (1,76)
7,70 (6,18) 2,81 34,93
5,30 16,26 4,53 (38,34)
6,85 9,69 6,85 174,15
6,95 5,28 4,57 (5,62)
94,29 11,95
53,53 11,94
61,31 24,46
267,27 62,11
65,22 14,22
59,49 10,84
49,89 7,68
66,81 23,16
241,41 55,90
5,56 1,18
8,42 1,43
6,35 1,13
6,45 0,92
26,79 4,65
6,64 0,70
7,44 0,54
7,24 0,66
9,68 2,83
30,98 4,73
117,81
119,75
123,24
125,25
125,25
126,68
126,81
129,01
130,11
130,11
3,35
4,93
5,98
7,38
7,38
7,53
5,90
4,68
3,88
3,88
9.977 3.219 8.233
10.557 3.226 8.790
11.199 3.076 8.709
12.305 3.100 9.119
12.305 3.100 9.119
12.159 3.501 9.261
12.567 3.727 9.753
13.420 3.628 10.597
14.968 3.644 10.162
14.968 3.644 10.162
4.660 1.733 6.110
4.891 1.817 6.288
5.340 1.727 6.439
5.615 2.217 6.748
5.615 2.217 6.748
5.708 2.311 7.029
6.303 2.490 7.359
6.434 2.732 7.892
7.277 2.386 8.276
7.277 2.386 8.276
3.392 908 58,35 3,48
3.529 1.066 57,57 3,51
3.893 1.029 58,76 3,50
3.978 1.086 59,45 3,08
3.978 1.086 59,45 3,08
4.421 1.295 60,38 3,32
4.960 1.568 62,01 3,25
5.006 1.618 61,70 3,05
5.416 1.586 62,34 2,41
5.416 1.586 62,34 2,41
2.253 1.398
1.689 1.434
1.572 1.410
4.797 1.399
2.578 1.410
644 1.011
30 964
916 947
3.002 806
1.148 932
34 1.670
35 1.639
39 1.674
30 1.366
35 1.587
33 1.472
42 1.760
49 1.821
43 1.619
42 1.668
Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) Berdasarkan Sektor - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel & Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan Persewaan & Jasa Usaha - Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Pemerintah - PMTB - Lain-lain Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) - Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen - Kota Yogyakarta Laju Inflasi Tahunan - Kota Yogyakarta
Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) - Tabungan - Giro - Deposito Kredit (Rp Miliar) - Berdsarkan Lokasi Proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit UMKM (Rp Miliar) - Modal Kerja - Investasi Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Nominal Transaksi - Rata-rata Harian Volume Transaksi Transaksi Kliring (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Nominal Transaksi - Rata-rata Harian Volume Transaksi
Indikator Terpilih
vii
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Daftar Isi KATA PENGANTAR .......................................................................................................... v INDIKATOR TERPILIH ..................................................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xiii DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. xiv RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................
1
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI ................................................................. 1. PDRB Sisi Permintaan ..................................................................................... 1.1 Konsumsi Rumah Tangga ........................................................................ 1.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................................. 1.3 Investasi ................................................................................................. 1.4 Lainnya .................................................................................................. 2. PDRB Sisi Penawaran ..................................................................................... 2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................................................ 2.2. Sektor Jasa-jasa ...................................................................................... 2.3. Sektor Industri Pengolahan ..................................................................... 2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................................................... 2.5. Sektor Bangunan .................................................................................... 2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................ 2.7. Sektor Penggalian .................................................................................. 2.8. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih ............................................................... 2.9. Sektor Pertanian .....................................................................................
5 6 7 8 8 9 10 12 13 14 15 16 17 17 18 18
Boks : Penelitian Events Budaya dan Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata DIY ....... 20 Village Breeding Center, Program Klaster Pengembangan UMKM .................. 25 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................. 1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 2. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 3. Inflasi Inti dan Non Inti ...................................................................................
27 27 32 35
Daftar Isi
ix
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Daftar Isi
x
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN .......................................................................... 1. Aset .............................................................................................................. 2. Intermediasi Perbankan ................................................................................. 3. Penghimpunan Dana ..................................................................................... 4. Penyaluran Kredit .......................................................................................... 5. Kredit Properti ............................................................................................... 6. Stabilitas Sistem Perbankan ........................................................................... a. Risiko Kredit .............................................................................................. b. Risiko Likuiditas ......................................................................................... 7. Perbankan Syariah ......................................................................................... a. Aset Perbankan Syariah ............................................................................ b. Intermediasi Perbankan Syariah ................................................................. c. Penghimpunan Dana ................................................................................. d. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan .........................................................
37 37 37 39 41 43 44 44 45 46 46 46 47 47
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .......................................................... 1. Sistem Pembayaran Tunai .............................................................................. a. Aliran Uang Masuk dan Aliran Uang Keluar .............................................. b. Penukaran Uang ....................................................................................... c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) .................................................... d. Temuan Uang Palsu ................................................................................... 2. Sistem Pembayaran Non Tunai ...................................................................... a. Transaksi Kliring ......................................................................................... b. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) ................
49 49 49 50 51 51 52 52 54
BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ................................................................... 1. Pendapatan APBD Gabungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota ......... 2. Belanja Pemerintah ....................................................................................... 3. Sumber Pembiayaan Pemerintah ...................................................................
57 57 59 60
BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ....................................................................... 1. Pendapatan per Kapita .................................................................................. 2. Tenaga Kerja ................................................................................................. 3. Upah Minimum Provinsi ................................................................................. 4. Kemiskinan ................................................................................................... 5. Indeks Kesengsaraan .....................................................................................
61 61 61 65 65 66
Daftar Isi
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Daftar Isi 6. Indeks Pembangunan Manusia ...................................................................... 66 BAB 7 PROSPEK KONDISI PEREKONOMIAN ................................................................. 1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi ..................................................... 2. Prospek Perbankan ........................................................................................ 3. Prospek Keuangan Daerah ............................................................................
69 69 73 74
Daftar Isi
xi
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
Daftar Lampiran Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17.
xii
PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku .............................. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan ............................. Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta ............................................... Indikator Perbankan - Propinsi DIY .......................................................... Indikator Bank Umum - Propinsi DIY ....................................................... Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul .............................................. Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul .................................... Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo ...................................... Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman ............................................ Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta ................................................ Indikator BPR - Propinsi DIY .................................................................... Indikator BPR - Kabupaten Bantul ........................................................... Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul .................................................. Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo .................................................... Indikator BPR - Kabupaten Sleman .......................................................... Indikator BPR - Kota Yogyakarta ............................................................. Realisasi APBD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ...............................
Daftar Lampiran
78 79 80 81 83 84 85 86 87 88 89 89 90 90 91 91 92
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Daftar Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 2.1. 2.2. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 5.1. 5.2. 5.3. 6.1. 6.2. 6.3. 6.4. 6.5. 7.1. 7.2. 7.3. 7.4. 7.5.
Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan. .............................................................. Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ............................................................... Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Tahun 2011 ..... Produksi Padi - Palawija (ATAP) di Provinsi DIY .............................................. Inflasi Tahunan .............................................................................................. Inflasi Bulanan ............................................................................................... Indikator Perbankan ...................................................................................... Perkembangan Intermediasi Perbankan ......................................................... Kredit Properti Bank Umum ........................................................................... Indikator Perbankan Syariah .......................................................................... Penukaran Uang Pecahan Kecil ..................................................................... Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ........................................................ Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan ............................................................. Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai ........................................................ APBD Provinsi, Kabupaten Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pendapatan .... APBD Provinsi, Kabupaten Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Belanja ............ APBD Provinsi, Kabupaten Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pembiayaan .... PDRB Per Kapita ............................................................................................ Angkatan Kerja ............................................................................................. Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama .......................... Indikator Status Ketenagakerjaan .................................................................. Indeks Pembangunan Indonesia ..................................................................... Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran) ......................................... Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan) ........................................ Perkiraan Inflasi ............................................................................................. Perkiraan Keuangan Daerah (Sisi Pendapatan) .............................................. Perkiraan Keuangan Daerah (Sisi Belanja) .....................................................
6 11 14 19 29 35 37 38 44 47 50 51 52 53 58 59 60 61 62 63 64 67 70 71 72 74 75
Daftar Tabel
xiii
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Daftar Grafik Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi .................................................................................. Grafik 1.2. Komposisi PDRB Sisi Permintaan .................................................................... Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen (SK-BI) .............................................................. Grafik 1.4. Survei Penjualan Eceran-BI ............................................................................ Grafik 1.5. Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor di DIY .......................................... Grafik 1.6. Ekspektasi Kegiatan Usaha di DIY ................................................................. Grafik 1.7. Survei Penjualan Eceran Bahan Konstruksi di DIY ........................................... Grafik 1.8. Pertumbuhan Kredit Investasi di DIY .............................................................. Grafik 1.9. Perkembangan Nilai Ekspor DIY .................................................................... Grafik 1.10. Perkembangan Nilai Ekspor DIY Tahun 2011 Berdasarkan Komoditas ............ Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Impor DIY ..................................................................... Grafik 1.12. Perkembangan Nilai Impor DIY Tahun 2011 Berdasarkan Komoditas ............. Grafik 1.13. Komposisi PDRB Sisi Penawaran ................................................................... Grafik 1.14. Kontribusi Sektoral PDRB Sisi Penawaran ...................................................... Grafik 1.15. Perkembangan Wisatawan Nusantara ........................................................... Grafik 1.16. Perkembangan Wisatawan Mancanegara ..................................................... Grafik 1.17. Tingkat Hunian Hotel ................................................................................... Grafik 1.18. Lama Tinggal Wisatawan .............................................................................. Grafik 1.19. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor PHR ................................................. Grafik 1.20. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Jasa ................................................. Grafik 1.21. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Industri Pengolahan .......................... Grafik 1.22. Arus Penumpang Adisutjipto ......................................................................... Grafik 1.23. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Transportasi ...................................... Grafik 1.24. Konsumsi Semen .......................................................................................... Grafik 1.25. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Bangunan ......................................... Grafik 1.26. Perkembangan Kredit dan NPL Bank Umum ................................................. Grafik 1.27. Perkembangan LDR Perbankan ..................................................................... Grafik 1.28. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Penggalian ....................................... Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Tukar Petani ................................................................. Grafik 1.30. Outstanding Kredit Bank Umum Kredit Sektor Pertanian ............................... Grafik 2.1. Inflasi Inflasi Ibukota Provinsi di Pulau Jawa .................................................... Grafik 2.2. Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................................... Grafik 2.3. Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional ................................................................. Grafik 2.4. Inflasi Kelompok Makanan Jadi dan Perumahan ............................................. Grafik 2.5. Inflasi Kelompok Sandang dan Bahan Makanan ............................................. Grafik 2.6. Inflasi Kelompok Kesehatan, Pendidikan dan Transportasi ...............................
xiv
Daftar Grafik
5 6 7 7 8 8 9 9 10 10 10 10 11 11 12 12 12 12 13 14 15 16 16 17 17 17 17 18 19 19 28 29 29 30 30 30
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Daftar Grafik Grafik 2.7. Perkembangan Harga Emas Dunia ................................................................ Grafik 2.8. Laju Inflasi Subkelompok Sayur-sayuran dan Bumbu-bumbuan ....................... Grafik 2.9. Harga Bawang Merah (rata-rata per bulan) .................................................... Grafik 2.10. Harga Beras (rata-rata per bulan) .................................................................. Grafik 2.11. Harga Gula (rata-rata per bulan) ................................................................... Grafik 2.12. Harga Telur Ayam Ras (rata-rata per bulan) .................................................. Grafik 2.13. Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ............................................... Grafik 2.14. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ................................................................ Grafik 3.1. LDR DIY ....................................................................................................... Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ...................................................................................... Grafik 3.3. Kredit Baru Bank Umum ............................................................................... Grafik 3.4. Undisbursed Loan Bank Umum DIY .............................................................. Grafik 3.5. DPK Perbankan ............................................................................................ Grafik 3.6. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan .................................................................. Grafik 3.7. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan ..................................................... Grafik 3.8. Komposisi DPK Perbankan ............................................................................ Grafik 3.9. Jumlah Rekening DPK Menurut Jenis ............................................................ Grafik 3.10. Rata-rata Nominal Per Rekening DPK ............................................................ Grafik 3.11. Komposisi Deposito Bank Umum .................................................................. Grafik 3.12. Kredit Perbankan .......................................................................................... Grafik 3.13. Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan ..................................................... Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan ........................................... Grafik 3.15. Kredit Sektor Tradable .................................................................................. Grafik 3.16. Kredit Sektor Non Tradable ........................................................................... Grafik 3.17. Kredit Properti Kepada Pengembang ............................................................ Grafik 3.18. Kredit Properti Kepada Konsumen ................................................................ Grafik 3.19. Non Performing Loans DIY ............................................................................ Grafik 3.20. NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ........................................................ Grafik 3.21. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama ................................................... Grafik 3.22. NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya .................................................. Grafik 3.23. Ekses Likuiditas ............................................................................................ Grafik 4.1. Aliran Kas dan PTTB ....................................................................................... Grafik 4.2. Transaksi Kliring ............................................................................................. Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ........................................................................................... Grafik 6.1. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY ..................... Grafik 6.2. Upah Minimum Provinsi DIY ...........................................................................
30 30 31 31 32 32 36 36 38 38 39 39 40 40 40 40 41 41 41 41 42 42 43 43 43 43 45 45 45 45 46 49 53 54 62 64
Daftar Grafik
xv
Laporan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Daftar Grafik Grafik 6.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY ............................................. Grafik 6.4. Indeks Kesengsaraan ...................................................................................... Grafik 7.1. Proyeksi Aset Bank Umum 2011 ..................................................................... Grafik 7.2. Proyeksi DPK Bank Umum 2011 ..................................................................... Grafik 7.3. Proyeksi Kredit Bank Umum 2011 ................................................................... Grafik 7.4. Proyeksi LDR Bank Umum 2011 ......................................................................
xvi
Daftar Grafik
65 66 73 73 73 73
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan ekonomi daerah istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2011 semakin membaik, walaupun dampak erupsi Merapi yang terjadi pada akhir tahun 2010 masih terasa hingga paruh pertama tahun 2011. Memasuki semester II tahun 2011, sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia dan selesainya periode tanggap darurat Merapi, pertumbuhan ekonomi DIY tumbuh cukup tinggi. Hal ini menyebabkan perekonomian DIY untuk keseluruhan tahun tumbuh 5,16%, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di triwulan IV tahun 2011. Dari sisi permintaan, pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, dan investasi. Tingginya permintaan domestik menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di tahun 2011. Sementara itu, dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi terjadi pada semua sektor, kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan sebagai dampak dari erupsi Merapi. Sektor dominan penopang pertumbuhan ekonomi tahun 2011 adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR); sektor Jasa-jasa; dan sektor Industri Pengolahan. Sementara, inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2011 mencapai 3,88% yoy, turun tajam dibandingkan inflasi tahun sebelumnya 7,38%, namun sedikit lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 3,78% yoy. Relatif terkendalinya inflasi di Kota Yogyakarta selama tahun 2011 antara lain disebabkan oleh tersedianya pasokan dan stok komoditas pokok yang terjaga yang didukung oleh relatif efektifnya Tim Pengendalian Inflasi (TPI) Daerah Istimewa Yogyakarta. Disamping itu, minimnya kebijakan harga komoditas yang diatur oleh pemerintah (administered price) juga mempunyai pengaruh terhadap inflasi di Kota Yogyakarta. Di level nasional, kebijakan pemerintah yang cukup responsif antara lain secara terukur melakukan impor komoditas pokok dan melakukan intervensi pasar untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran, nilai tukar yang menguat, dan ekspektasi inflasi yang membaik dapat menekan kenaikan harga. Perbankan
DIY
tahun
2011
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan. Kredit perbankan tumbuh cukup tinggi (23,03%) ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang juga tumbuh signifikan (17,33%). Perbankan juga cukup berhasil menekan resiko kredit yang tercermin dari menurunnya rasio Non Performing Loan (NPL) menjadi 2,41% dari semula 3,19%. Perekonomian yang membaik telah mendorong akselerasi peningkatan kredit perbankan lebih tinggi sehingga Loan to Deposit
Ringkasan Eksekutif
1
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Ratio (LDR) meningkat dari 59,45% menjadi 62,34%. Sejalan dengan perkembangan tersebut, perbankan syariah juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Sejalan dengan perekonomian yang membaik, transaksi tunai dan non tunai meningkat cukup tinggi di DIY. Transaksi pembayaran tunai antara Bank Indonesia dengan Perbankan secara bulanan rata-rata meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, transaksi pembayaran non tunai juga meningkat tinggi, walaupun tidak setinggi peningkatan transaksi tunai. Pada periode laporan, temuan uang palsu yang terdata di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY relatif rendah, turun 80,27% dari tahun sebelumnya. Kinerja gabungan keuangan pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY tahun 2011,mengalami peningkatan baik di sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran. Secara umum, realisasi pos penerimaan APBD Gabungan Rp6.813 miliar, naik 18,82% dari tahun sebelumnya dan melebihi rencana awal (103,17%). Ketergantungan APBD di DIY terhadap pemerintah pusat masih dominan, tercermin dari kontribusi Dana Perimbangan mencapai Rp3.883 miliar (57,00%), sedangkan Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar Rp1.567 miliar (23,00%). Di sisi pengeluaran realisasi APBD sebesar Rp6.650 miliar, naik 16,41% dari tahun sebelumnya. Namun realisasi tersebut lebih rendah dari rencana awal (92,90%). Sementara itu, alokasi belanja daerah masih terkonsentrasi kepada belanja pegawai dan belanja barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ditopang dengan inflasi yang rendah berpengaruh pada membaiknya kesejahteraan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Indikator kesejahteraan yang membaik tersebut antara lain tercermin pada data pendapatan per kapita, tingkat pengangguran dan kualitas hidup sebagaimana tercermin pada indeks pembangunan manusia (IPM). Pendapatan per kapita penduduk DIY tahun 2011 mencapai Rp 14,9 juta per tahun, tumbuh sebesar 12,3% dibanding tahun sebelumnya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi DIY pada bulan Agustus 2011 tercatat sebesar 3,97%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (5,69%). Nilai IPM DIY tahun 2010 sebesar 75,77 meningkat dibandingkan indeks pada tahun sebelumnya 75,23. Pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2011. Pemulihan ekonomi global pada tahun 2012 sedikit terancam dengan semakin tidak menentunya penyelesaian krisis di Zona Euro. Secara umum, pertumbuhan ekonomi di
2
Ringkasan Eksekutif
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
negara berkembang diperkirakan juga melambat karena buruknya lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan internal. Namun demikian, perekonomian Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan masih tumbuh cukup kuat pada kisaran 6,0% - 6,5%. Searah dengan hal tersebut, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan akan mencapai 5,60%±0,5% yang terutama didorong oleh konsumsi dan investasi dari sisi permintaan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dari sisi sektoral masih didorong oleh sektor PHR. Sementara itu, inflasi pada tahun 2012 diperkirakan pada kisaran 5,22±1% dengan kecenderungan bias ke bawah.
Ringkasan Eksekutif
3
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi Perkembangan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2011 semakin membaik, walaupun dampak erupsi Merapi yang terjadi pada akhir tahun 2010, masih terasa hingga paruh pertama tahun 2011. Memasuki semester II tahun 2011, sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia dan selesainya periode tanggap darurat Merapi, pertumbuhan ekonomi DIY tumbuh cukup tinggi. Hal ini menyebabkan perekonomian DIY untuk keseluruhan tahun tumbuh 5,16%, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di triwulan IV tahun 2011. Dari sisi permintaan, pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, dan investasi. Tingginya permintaan domestik menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di tahun 2011. Sementara itu, dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi terjadi pada semua sektor, kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan sebagai dampak dari erupsi Merapi. Sektor dominan penopang pertumbuhan ekonomi tahun 2011 adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR); sektor Jasa-jasa; dan sektor Industri Pengolahan.
Miliar Rp
24.000
20.000
% (yoy)
8
PDRB Harga Konstan Pertumbuhan PDB Nasional (rhs) Pertumbuhan PDRB DIY (rhs)
7
16.000 6 12.000 5 8.000 4
4.000
3
0 2008
2009
2010
2011
Sumber: BPS DIY
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
5
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
PDRB Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi dengan andil masing-masing sebesar 3,26% dan 1,21%. Sementara, konsumsi pemerintah memberikan andil sebesar 1,06%. Kinerja ekspor DIY pada tahun 2011 sedikit melambat karena krisis ekonomi yang masih melanda Eropa dan Amerika. Namun, di sisi lain impor tumbuh relatif cukup tinggi. Untuk perdagangan antar daerah, DIY masih mengalami defisit, mengingat DIY bukan merupakan daerah industri, sehingga banyak mendatangkan barang manufaktur dari luar daerah.
Tabel 1.1 1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan 2010* No
Jenis Penggunaan
2008 2009 (miliar Rp) (miliar Rp)
Nilai
Pangsa2
(miliar Rp)
(%)
2011** Ptumb2 Andil2 (%,yoy)
(%)
Pangsa2 Ptumb2 Andil2
Nilai (miliar Rp)
(%)
(%,yoy)
(%)
1
Konsumsi Rumah Tangga
8.629
9.211
9.882
46,96
7,28
3,34
10.568
47,76
6,95
2
Konsumsi Pemerintah
3.812
4.100
4.215
20,03
2,82
0,58
4.438
20,05
5,28
1,06
3
Investasi2
5.211
5.378
5.561
26,43
3,41
0,91
5.816
26,28
4,57
1,21
4
Lainnya Total
3,26
1.561
1.375
1.386
6,58
0,76
0,05
1.308
5,91
-5,62
-0,37
19.212
20.064
21.044
100,00
4,88
4,88
22.130
100,00
5,16
5,16
Keterangan: 1)
PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (miliar Rp).
2)
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
*)
Angka Sementara
**)
Angka Sangat Sementara
Sumber: BPS Provinsi DIY
Lainnya 5,91% PMTB (Investasi) 26,28%
Konsumsi Rumah Tangga 47,76%
Konsumsi Pemerintah 20,05%
Grafik 1.2 Komposisi PDRB Sisi Permintaan Tahun 2011
6
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Konsumsi Rumah Tangga Pada tahun 2011, nilai riil Konsumsi Rumah Tangga tercatat Rp10.568 miliar atau tumbuh 6,95%, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya
(7,28%).
Faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
konsumsi
adalah
peningkatan pendapatan masyarakat yang antara lain tercermin pada peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP), kenaikan Gaji PNS dan Upah Minimum Provinsi (UMP), dan tingginya pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor utama seperti sektor PHR; sektor Jasa-jasa; dan sektor Industri Pengolahan juga berdampak pada peningkatan penghasilan masyarakat. Di sisi lain, dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan meningkat dan laju inflasi pada tahun laporan relatif rendah. % 9,00
gPDRB Konsumsi IKK(rhs)
8,00
140
% 9,00
120
8,00
7,00
180 gPDRB Konsumsi Indeks Penjualan Riil (rhs)
160
7,00
140
6,00
120
5,00
100
4,00
80
3,00
60
2,00
40
100 6,00 5,00
80
4,00
60
3,00 40 2,00 20
1,00 -
0 I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009
2010
1,00
20
0,00
I
2011
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
1
2
2010
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
2011
Grafik 1.4 Survei Penjualan Eceran – BI
Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen (SK – BI)
Pertumbuhan ekonomi DIY selama tahun 2011 dikonfirmasi oleh hasil survei dan juga prompt indicator. Hasil Survei Konsumen yang menunjukkan bahwa nilai Indeks Keyakinan 1
Konsumen selama tahun 2011 berada dalam zona optimis meskipun pada semester II beberapa kali turun dibawah zona optimis akibat adanya wacana pembatasan konsumsi BBM bersubsidi.
Hasil
Survei
penjualan
Eceran
juga
menunjukkan
masih
terdapatnya
kecenderungan masyarakat umum untuk menaikkan konsumsi terhadap hampir semua 2
kelompok komoditi. Indeks Penjualan Eceran selama tahun laporan menurun walaupun masih dalam level optimis, yaitu dari 161,41 pada tahun 2010 menjadi 145,52 pada tahun 2011.
1 2
Indeks Keyakinan Konsumen adalah tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian. Indeks Penjualan Eceran merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui sumber tekanan inflasi dari sisi permintaan dan memperoleh gambaran mengenai kecenderungan perkembangan penjualan eceran dan konsumsi masyarakat umumnya.
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
7
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Sementara itu, dari sisi prompt indicator, beberapa indikator konsumsi menunjukkan peningkatan konsumsi barang tahan lama. Jumlah kendaraan bermotor baik mobil maupun sepeda motor meningkat. Chart Title
% (yoy)
% (yoy)
9,00
25,00 gPDRB Konsumsi
gMobil (rhs)
Chart Title
%, SBT
40
gSepeda Motor (rhs)
Perkiraan
8,00
Realisasi
30
20,00
7,00 6,00
15,00
5,00
20 10 0
4,00
10,00
3,00 2,00
5,00
1,00
-10 -20 -30
0,00
‐ 2008
2009
2010
2011
Grafik 1.5 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor
I
II
III 2009
IV
I
II
III
IV
I
2010
II
III
IV
2011
Grafik 1.6 Ekspektasi Kegiatan Usaha
Konsumsi Pemerintah Nilai riil Konsumsi Pemerintah pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp4.438 miliar, atau tumbuh 5,28% yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya (2,82%). Selain mengalami peningkatan pertumbuhan, andil Konsumsi Pemerintah terhadap pertumbuhan terhadap total PDRB DIY juga meningkat dari 0,58% pada tahun 2010 menjadi 1,06% pada tahun laporan. Hal ini menunjukkan bahwa peran Konsumsi Pemerintah masih cukup dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi DIY. Adapun faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi pemerintah antara lain bersumber dari belanja tanggap darurat Merapi dan juga tingginya belanja pemerintah pusat yang dialokasikan ke DIY. Investasi (PMTDB) Nilai investasi baru (PMTDB) yang ditanamkan di DIY pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp5.816 miliar atau tumbuh sebesar 4,57% yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya (3,41%). Ekspansi investasi pada tahun 2011 antara lain terkait dengan pembangunan beberapa proyek infrastruktur dan properti, termasuk hotel di DIY sejalan dengan membaiknya perekonomian nasional dan DIY sendiri. Paska erupsi Merapi, DIY justru semakin eksotis dan menjadi daya tarik bagi investor untuk mengembangkan kegiatan di sektor PHR; sektor Jasa-jasa; dan sektor Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan.
8
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Perkembangan investasi di triwulan laporan terindikasi dari hasil survei SKDU dan SPE. Indeks Saldo Bersih Tertimbang ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatan usaha maupun situasi bisnis (SKDU) dan indeks penjualan bahan konstruksi menunjukkan peningkatan. Sementara itu, penjualan semen di DIY pada tahun laporan juga melonjak, yang mencerminkan investasi bangunan meningkat.
Chart Title
250
Chart Title
9
Indeks Bahan Konstruksi SPE
gPDRB Investasi (%, yoy/rhs)
200
8
80
3.000 Kredit Investasi
7
growth (yoy,rhs)
70
2.500 6 150
5
60 2.000
50
4
40
1.500 100
3 2
50
30
1.000
20
1 0
0
-1 I
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
1
2
3
4
5
2010
6
7
8
9
10 11 12
500
10 0
0 1
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
11
2011
2009
Grafik 1.7 SPE Komoditi Bahan Konstruksi
2010
2011
Grafik 1.8 Pertumbuhan Kredit Investasi
Dari sisi pembiayaan, dukung pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan menunjukkan peningkatan. Pada tahun laporan, peningkatan outstanding kredit investasi yang berlokasi di DIY mencapai 7,03% yoy. Namun demikian, berdasarkan hasil liason, belanja investasi swasta sebagian besar dibiayai dari dana sendiri. Sedangkan pengeluaran investasi pemerintah tumbuh tinggi, antara lain karena perbaikan infrastruktur pasca erupsi Merapi. Lainnya Pertumbuhan komponen Lainnya, yang antara lain terdiri dari perdagangan luar negeri, perdagangan antar wilayah dan perubahan stok, mengalami penurunan dari 0,63% yoy pada tahun 2010 menjadi -5,50% yoy pada tahun laporan. Nilai riil komponen ini menurun dari Rp1.384 miliar pada 2010 menjadi Rp1.308 miliar pada tahun laporan dan memberikan andil -0,36% terhadap pertumbuhan ekonomi DIY. Kondisi ini terutama disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor DIY sehubungan dengan penurunan permintaan akibat krisis keungan Eropa dan Amerika Serikat. Di sisi lain, defisit perdagangan antar daerah meningkat karena DIY lebih banyak mendatangkan barang, khususnya produk manufaktur dari luar daerah.
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
9
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Kinerja ekspor DIY turun 9,68% dibandingkan tahun sebelumnya, dari USD 267 juta pada tahun 2010, menjadi USD 241 juta pada tahun laporan. Adapun faktor yang mempengaruhi penurunan ekspor adalah krisis ekonomi dan finansial di Eropa dan Amerika Serikat, sehingga permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama menurun, khususnya untuk produk kerajinan kayu.
%, yoy
Juta USD
100
100 Nilai Ekspor
90
80
Pertumbuhan (rhs)
80
60 70 40
60 50
20
40
0
Lain‐lain; 26,51% Pakaian Jadi; 48,33%
30 ‐20 20 ‐40
10 0
‐60 I
II
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
II
2010
III
IV
Barang Manufaktur; 12,29% Furniture; 12,87%
2011
Grafik 1.10 Komposisi Nilai Ekspor DIY Tahun 2011 Berdasarkan Komoditas
Grafik 1.9 Perkembangan Nilai Ekspor DIY
Di sisi lain, kinerja impor DIY dalam rangka perdagangan luar negeri mengalami peningkatan. Nilai impor DIY tahun 2011 USD 33,91 juta, meningkat 26,57% dibandingkan tahun 2009 (USD 26,79 juta). Faktor utama yang mempengaruhi peningkatan impor antara lain adalah peningkatan produksi di industri garmen yang bahan bakunya sebagian besar masih harus diimpor.
%, yoy
Juta USD 12
80 Nilai Impor
10
60
Pertumbuhan (rhs) 40
8
Lain‐lain; 13% Bahan Kayu; 4%
20 6 0 4
‐20
2
‐40
0
Benang Tekstil; 80%
‐60 I
II
III 2009
IV
I
II
III 2010
IV
I
II
III
IV
2011
Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Impor DIY
10
Mesin; 5%
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Grafik 1.12 Komposisi Nilai Impor DIY Tahun 2011 Berdasarkan Komoditas
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
PDRB Sisi Penawaran Peningkatan pertumbuhan di sisi permintaan juga tercermin pada peningkatan pertumbuhan di beberapa sektor ekonomi utama, seperti sektor PHR; sektor Jasa-jasa; dan sektor Industri Pengolahan. Seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, sektor
Tersier (sektor PHR; sektor Pengangkutan dan Komunikasi; sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan sektor Jasa-jasa) mendominasi PDRB DIY, yaitu sebesar 58,95%. Selanjutnya diikuti kelompok sektor Sekunder (sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan sektor Bangunan) sebesar 24,28% dan kelompok sektor Primer (sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian) sebesar 16,78%. Tabel 1.2 1 Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran 2010* No
Jenis Penggunaan
2008 2009 (miliar Rp) (miliar Rp)
Nilai (miliar Rp)
1
Pertanian
2
Penggalian
3
Industri Pengolahan
2011**
Pangsa2 Ptumb2 Andil2 (%)
(%,yoy)
(%)
Pangsa2 Ptumb2 Andil2
Nilai (miliar Rp)
(%)
(%,yoy)
(%)
3.524
3.643
3.633
17,26
-0,27
-0,05
3.556
16,07
-2,12
138
139
140
0,67
0,88
0,01
157
0,71
11,96
-0,37 0,08
2.563
2.611
2.794
13,27
7,00
0,91
2.983
13,48
6,79
0,90 0,04
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
175
186
193
0,92
4,00
0,04
201
0,91
4,26
5
Bangunan
1.838
1.924
2.040
9,70
6,06
0,58
2.188
9,89
7,23
0,70
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
3.948
4.162
4.384
20,83
5,33
1,11
4.611
20,84
5,19
1,08
7
Pengangkutan dan Komunikasi
2.009
2.129
2.251
10,70
5,73
0,61
2.431
10,98
8,00
0,86
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
1.794
1.903
2.024
9,62
6,35
0,60
2.185
9,87
7,95
0,76
9
Jasa-jasa
3.224
3.369
3.586
17,04
6,44
1,08
3.818
17,25
6,47
1,10
19.212
20.064
21.044
100,00
4,88
4,88
22.130
100,00
5,16
5,16
Total Keterangan: 1)
PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (miliar Rp).
*)
Angka Sementara
**)
Angka Sangat Sementara
Sumber: BPS Provinsi DIY
% 1,20 Pertanian 16%
Jasa‐jasa 17%
Listrik, Gas & Air Bersih 1%
Pengangkutan & Komunikasi 11%
0,86 0,70
0,80 Penggalian 1% Industri Pengolahan 13%
Keuangan, Perse waan & Jasa Perusahaan 10%
Bangunan 10% Perdagangan, Hotel & Restoran 21%
Grafik 1.13 Komposisi PDRB Sisi Penawaran Tahun 2011
1,10
1,08 0,90
1,00
0,40 0,20
0,08
0,04
‐ (0,20) (0,40) (0,60)
(0,37) Pertanian
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan,Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Jasa‐jasa
Grafik 1.14 Kontribusi Sektoral PDRB Sisi Penawaran Tahun 2011
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
0,76
0,60
11
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) pada tahun 2011 tumbuh 5,19% yoy, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (5,33%). Peningkatan kinerja sektor PHR disebabkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat serta kembali normalnya kegiatan di sektor PHR paska erupsi Merapi. Hal tersebut juga ditunjang oleh padatnya kegiatan yang dilaksanakan di Yogyakarta antara lain berbagai event MICE serta penyelenggaraan event seperti Jogja Java Carnival dan Pernikahan Keluarga Keraton Yogyakarta juga mendorong peningkatan kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Chart Title
ribu orang
% (yoy)
350
80 Wisnu
25.000
60
250
40
200
20
150
-
100
(20)
50
(40)
-
Growth (rhs) 20.000
100
15.000
50
10.000
-
5.000
(60) 3
5
7
9
2009
11
1
3
150 Wisman
Growth (rhs)
300
1
%, (yoy)
ribu orang
5
7
9
11
1
3
5
2010
7
9
(50)
-
11
(100) 1
3
5
2011
7
9
11
1
2009
3
5
7
9
11
1
3
5
2010
7
9
11
2011
Sumber : BPS Provinsi DIY
Grafik 1.16 Perkembangan Wisman
Grafik 1.15 Perkembangan Wisnu
%
Chart Title
Chart Title
Malam 2,5
70
Bintang
60
Non Bintang
2
50 1,5
40 30
1 20
Bintang
Non Bintang
10
0,5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
0 1
2009
2010
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2011 2010
2011
Sumber : BPS Provinsi DIY
Grafik 1.17 Tingkat Hunian Hotel
Grafik 1.18 Lama Tinggal Wisatawan
Kondisi DIY yang kondusif dan didukung oleh perekonomian yang membaik menarik investor untuk membangun hotel baru di DIY. Sepanjang tahun 2011 telah beroperasi 14 hotel baru dari berbagai kelas, sehingga meningkatkan jumlah kamar yang tersedia di DIY. Selain itu, pembangunan hotel dan properti komersial juga masih akan berlanjut pada tahun berikutnya sehingga kapasitas perekonomian DIY, khususnya di sektor PHR, akan meningkat.
12
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih tinggi. Outstanding kredit yang disalurkan di sektor ini pada posisi akhir tahun 2011 mencapai Rp3.756 miliar, meningkat 28,31% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, kualitas kredit mengalami peningkatan yang ditandai dengan turunnya NPL dari 3,89% pada tahun 2010 menjadi 2,71% pada tahun 2011. Rp miliar
% (yoy)
4.000
40 Kredit PHR
gPHR (rhs)
3.500
30
3.000
20
2.500
10
2.000 0
1.500
‐10
1.000
‐20
500 0
‐30 1
3
5
7
9
11
2009
1
3
5
7
9
11
1
3
2010
5
7
9
11
2011
Grafik 1.19 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor PHR
Sektor Jasa-jasa Pertumbuhan sektor Jasa-jasa pada tahun 2011 mencapai 6,47%(yoy), relatif sama
dibandingkan
tahun
sebelumnya
(6,44%).
Faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah peningkatan kegiatan di sub Sektor Jasa Pemerintahan, sebagaimana tercermin pada tingginya konsumsi Pemerintah, dan juga peningkatan kinerja subsektor jasa swasta terkait dengan banyaknya event MICE sepanjang tahun laporan serta peningkatan kunjungan wisata sepanjang libur perayaan hari besar keagamaan dan libur akhir tahun. Di sisi pembiayaan, kredit sektor jasa mengalami peningkatan. Outstanding kredit di sektor ini hingga akhir tahun 2011 mencapai Rp3.223 miliar, tumbuh 152% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya aktifitas kegiatan sektor ekonomi yang relevan, terutama sektor PHR.
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
13
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Rp miliar
% (yoy) 180
3.500 Jasa
gJasa (rhs)
160
3.000
140
2.500
120
2.000
80
1.500
60
100
40 1.000
20 0
500
‐20 ‐40
0 1
3
5
7
9
11
1
3
5
2009
7
9
11
2010
1
3
5
7
9
11
2011
Grafik 1.20 Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Jasa
Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2012 tumbuh 6,79% yoy, sedikit lebih lambat dari tahun 2011 (7,00% yoy). Andil sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi turun tipis dari 0,91% menjadi 0,90%. Faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan di sektor industri adalah permintaan ekspor yang cenderung menurun karena pelemahan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan yang melambat pada subsektor industri yang berorientasi ekspor seperti industri kulit dan barang dari kulit (-8,41% yoy) dan tekstil (-0,45% yoy). Tabel 1.3 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Tahun 2011 (%, yoy)
No
Kelompok Industri
2011
1.
Makanan dan Minuman
2.
Tekstil
-0,45
3.
Pakaian jadi
33,20
4.
Kulit dan Barang dari kulit
-8,41
5.
Plastik dan barang dari plastik
6.
Penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman
7.
Mesin dan perlengkapannya
8.
Mesin listrik dan perlengkapannya
Industri Besar dan Sedang Sumber: BPS Provinsi DIY
14
Pertumbuhan
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
8,33
-10,82 2,81 -4,40 2,07 21,12
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Namun perlambatan tersebut masih tertahan oleh peningkatan industri pakaian jadi (33,20% yoy) karena peningkatan permintaan pasar domestik dan internasional. Dari hasil survei juga mengkonfirmasi bahwa pemesanan terhadap produk olahan, khususnya garmen, meningkat sehingga penggunaan kapasitas juga relatif tinggi. Walaupun kinerja di sektor industri pengolahan melambat, namun dukungan pembiayaan dari perbankan meningkat. Outstanding kredit sektor Industri Pengolahan pada posisi akhir bulan tahun 2011 berjumlah Rp938,02 miliar atau meningkat 21,72% yoy. Rp miliar
% (yoy) 35
1.000 Kredit Industri
900
gIndustri (rhs) 30
800
25
700
20
600
15
500 10
400
5
300 200
0
100
‐5
0
‐10 1
3
5
7
9
11
1
3
2009
5
7 2010
9
11
1
3
5
7
9
11
2011
Grafik 1.21 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Industri Pengolahan
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada tahun 2011, sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 8,00% yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 (5,73%). Kinerja sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator, khususnya angkutan udara dengan peningkatan sebesar 17,31% yoy (Grafik 1.22). Penggunaan perangkat seluler semakin meningkat, sejalan dengan peningkatan layanan produk dan juga kompetisi yang meningkat. Layanan komunikasi seluler telah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian masyarakat, sehingga penggunaannya dari waktu ke waktu masih terus meningkat. Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa hampir semua mahasiswa di DIY menggunakan layanan seluler dengan pola pengeluaran yang cukup tinggi.
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
15
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Demikian juga dalam keseharian sebagian besar masyarakat sudah menjadikan layanan seluler sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam hidupnya. orang
%
Rp miliar
700.000
60
500
50
450
40
400
600.000 500.000
30
400.000
20 10
300.000
-
200.000
(10) 100.000
(20)
0
(30) I
II
III
IV
2009 Datang
I
II
III
IV
2010 Berangkat
gDatang (yoy,rhs)
I
II
III
% (yoy) 500
Kredit Transportasi gTransportasi (rhs)
400
350
300
300 200
250 200
100
150 100
0
50 ‐100
0
IV
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011
2010
2011
2012
gBerangkat (yoy,rhs)
Sumber : BPS Provinsi DIY
Grafik 1.22 Arus Penumpang Adisutjipto
Grafik 1.23 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Transportasi
Dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini masih tumbuh sangat tinggi. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Desember 2011 tercatat sebesar Rp194,66 miliar, atau tumbuh 93,20% yoy. Sektor Bangunan Sektor Bangunan pada tahun 2011 tumbuh 7,23%yoy, tumbuh lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya (6,06%). Faktor yang mempengaruhi percepatan pertumbuhan di sektor bangunan adalah maraknya pembangunan properti, baik properti residensial maupun komersial. Properti komersial dalam bentuk pembangunan hotel, ruko, dll. masih tumbuh cukup tinggi di DIY. Salah satu indikator yang cukup kuat mendukung perkembangan di sektor ini antara lain adalah peningkatan penjualan semen dan penyaluran kredit di sektor Bangunan. Dukungan pembiayaan perbankan ke sektor Bangunan di DIY relatif meningkat. Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada posisi Desember 2011 sebesar Rp228,97 miliar, atau naik 12,11% yoy.
16
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
ton
Rp miliar
%
Chart T itle
80
100
70
80
60
60
50
40
40
20
% (yoy) 40
250 Kredit Bangunan
30
gBangunan (rhs)
20
200
10 0
150
‐10 ‐20
100
30
0
20
-20
‐30 ‐40
50
10
-40
0
-60 1
3
5
7
9
11
1
3
5
2009
7
9
11
1
3
5
2010 Konsumsi Semen
7
9
‐50 ‐60
0
11
1
3
5
2011
7
9
11
1
3
5
2009
7
9
11
1
3
5
2010
7
9
11
2011
gKonsumsi Semen (rhs)
Grafik 1.25 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Bangunan
Grafik 1.24 Konsumsi Semen
Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Pada tahun 2011, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 7,95% yoy, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (6,35%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah peningkatan nilai tambah subsektor perbankan terkait dengan peningkatan intermediasi perbankan. Pertumbuhan yang membaik juga tercermin pada peningkatan kinerja subsektor Persewaan dan Jasa Perusahaan yang diindikasikan oleh peningkatan kegiatan jasa persewaan properti, dan juga jasa-jasa perusahaan
Rp miliar
% (yoy)
18.000
Kredit
4,5
NPL
% 64
16.000
4
14.000
3,5
12.000
3
60
10.000
2,5
58
8.000
62
2
6.000
1,5
4.000
1
2.000
0,5
0
56 54 52
0 1
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
11
50 1
2009
2010
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
11
2011
2009
Grafik 1.26 Perkembangan Kredit dan NPL Bank Umum
2010
2011
Grafik 1.27 Perkembangan LDR Perbankan
Sektor Penggalian Kinerja sektor Penggalian pada tahun 2011 melesat, tumbuh 11,96% yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya (0,88%). Faktor yang mendukung antara lain adalah peningkatan kinerja di sektor bangunan dan produksi penambangan pasir di lereng
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
17
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Merapi yang melimpah paska letusan besar siklus 100 tahunan. Deposit yang dimuntahkan 3
dari Gunung Merapi diperkirakan mencapai 140 juta m yang terdiri dari pasir dan bebatuan. Walaupun pertumbuhan di sektor ini melesat, namun demikian pembiayaan Bank Umum ke sektor ini sampai dengan akhir tahun 2011 hanya naik 3,53%, yoy menjadi Rp8,37 miliar. Rp miliar
% (yoy)
18
200 Kredit Penggalian
16
gPenggalian (rhs)
150
14 12
100
10 8
50
6 4
0
2 0
‐50 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2010
2011
2012
Grafik 1.28 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Penggalian
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Pada tahun laporan, nilai tambah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tercatat sebesar Rp201 miliar, atau naik sebesar 4,26% dengan andil 0,04%. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan pemakaian energi listrik dan air bersih seiring dengan pertumbuhan beberapa sektor ekonomi seperti sektor PHR, sektor Jasa-jasa, dan sektor Bangunan. Sementara itu outstanding kredit untuk membiayai sektor Listrik, Gas dan Air Bersih di DIY pada posisi Desember 2011 sebesar Rp54,64 miliar, atau naik 29,92% yoy. Sektor Pertanian Pada tahun laporan, kinerja sektor Pertanian tumbuh -2,12% yoy, lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya (-0,27%). Penurunan nilai tambah di sektor Pertanian terjadi pada komoditas pertanian (a.l. tanaman Padi). Adapun faktor yang mempengaruhi antara lain adalah terganggunya beberapa infrastruktur maupun lahan akibat erupsi Merapi sehingga mempengaruhi produktifitas dan jumlah areal lahan tanaman. Hal ini berdampak pada produksi yang turun.
18
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Nilai riil PDRB sektor Pertanian pada tahun laporan sebesar Rp3.556 miliar dengan pangsa terhadap total PDRB DIY sebesar 16,07%, turun dari tahun sebelumnya Rp3.617 miliar. Namun demikian, tingkat kesejahteraan petani relatif meningkat, tercermin dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang meningkat dari 113,70 pada tahun 2010 menjadi 116,61 pada tahun 2011, atau tumbuh sebesar 2,56%. Tabel 1.4 Produksi Padi dan Palawija (ATAP) di Provinsi DIY ton 1
Padi Sawah
662.368
646.816
653.434
P'tumb1 1,02
2
Padi Ladang
175.562
177.071
189.500
7,02
Padi
837.930
823.887
842.934
2,31
No.
Uraian
2009
2010
2011
3
Jagung
314.937
345.576
291.596
-15,62
4
Kedelai
40.278
38.244
32.795
-14,25
5
Kacang Tanah
65.893
58.918
64.084
8,77
6
Kacang Hijau
473
610
371
-39,18
7
Ubi Kayu
1.047.684
1.114.665
867.596
-22,17
6.484
4.854
-25,14
8 Ubi Jalar Keterangan: 1) %, 2011 dibanding 2010 Sumber : BPS Provinsi DIY
6.687
Di sisi pembiayaan, kredit yang berasal dari bank untuk sektor Pertanian relatif rendah. Pembiayaan kredit bank umum pada posisi Desember 2011 Rp236 miliar, atau hanya 1,50% dari total outstanding kredit. Relatif rendahnya outstanding kredit di sektor pertanian ini antara lain dipengaruhi oleh skala usaha per masing-masing petani yang relatif kecil. Sementara risiko kredit pertanian relatif tinggi, walaupun dari yang sudah diberikan angka NPL hanya 2,82%. Rp miliar
Nilai Tukar Petani
118
% (yoy)
6,00 NTP
500
gNTP(yoy,rhs)
116
5,00
114 4,00 112
100
Kredit Pertanian
450
80
gPertanian (rhs)
400
60
350 3,00
110 108
2,00
106
1,00
40
300
20
250 0
200
‐20
150
104 0,00 102 ‐1,00
100
100
‐40
50
‐60 ‐80
0 98
‐2,00 1
3
5
7
9
2009
11
1
3
5
7 2010
9
11
1
3
5
7
9
2011
11
1
3
5
7 2009
9
11
1
3
5
7 2010
9
11
1
3
5
7
9
11
2011
Sumber : BPS Provinsi DIY
Grafik 1.29 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Grafik 1.30 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Pertanian
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
19
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Boks Penelitian Events Budaya dan Sinergi Strategi Pemasaran Pariwisata DIY Pariwisata merupakan salah satu sektor penting perekonomian Indonesia termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pariwisata melibatkan banyak kegiatan di berbagai sektor ekonomi yang pada gilirannya juga berdampak pada kinerja perekonomian. Sebagai gambaran, turis atau wisatawan yang akan pergi mengunjungi suatu tempat pasti membutuhkan sarana transportasi, tempat menginap (akomodasi), makanan dan minuman, jasa perbankan untuk transaksi, jasa telekomunikasi, jasa hiburan dan sebagainya. Oleh karena itu, salah satu tantangan yang cukup besar dalam dunia pariwisata adalah mengupayakan bagaimana destinasi wisata dapat dikenal luas dan menarik minat masyarakat walaupun sarana transportasi mudah namun akan menjadi percuma jika destinasi wisatanya tidak dikenal luas oleh masyarakat. Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal memiliki banyak destinasi wisata baik berupa acara-acara (events) budaya, pertunjukan kesenian, gedung pusaka (heritage) maupun peninggalan sejarah lainnya. Namun demikian, disadari bahwa banyak dari acara-acara (events) budaya tersebut belum diupayakan optimal untuk keperluan pariwisata baik karena belum adanya kesadaran dan pemahaman bahwa acara tersebut dapat “dipasarkan” maupun karena belum menemukan strategi pemasaran yang tepat. Tujuan dari penelitian adalah memetakan acara-acara (events) penting yang terdapat di DIY yang memiliki nilai jual untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata maupun sebagai obyek pemasaran dan merumuskan strategi pemasaran yang tepat dalam “memasarkan” acara-acara (events) budaya sebagai destinasi wisata. Pemetaan Acara-acara (Events) Budaya Berdasarkan kriteria potensi yang terdiri dari rutinitas penyelenggaraan, animo penonton, organisasi penyelenggaraaan, pendanaan, skala cakupan, keunikan, kemanfaatan terhadap masyarakat, daya tarik, esensi dan kandungan kearifan lokal
20
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
maka acara (event) unggulan dan kesenian unggulan dari setiap Kabupaten dan Kota di Provinsi DIY adalah sebagai berikut: Lokasi
Kabupaten Sleman
Kabupaten Bantul
Kabupaten Kulonprogo
Kabupaten Gunungkidul
Kesenian
Kebudayaan
Nama
Peringkat
1.
Upacara Adat (UA) Saparan Bekakak
UA Saparan Bekakak
Nasional
2.
UA Saparan Ki Ageng Wonolelo
UA Ki Ageng Wonolelo
Nasional
3.
UA Labuhan Merapi
UA Labuhan Merapi
Nasional
4.
UA Suran Mbah Demang
UA Mbah Demang
Provinsi
5.
UA Tuk Si Bedug
UA Tuk Si Bedug
Kabupaten
1.
Labuhan Keraton Ngayogyakarta
Tari Montro Projotamansari
Nasional
2.
Kirab Budaya Imogiri
Nini Thowong
Nasional
3.
Nguras Enceh
Sumilaking Pedhut Projotamansari
Kabupaten
4.
Rebo Pungkasan
Sirnaning Katresnan Jati
Kabupaten
5.
Gerebeg Selarong
Reog Wayang
Kabupaten
1.
Ngguyang Jaran Bendung Kayangan (Kembul Sewu Dulur)
Krumpyung
Internasional
2.
Ritual Gunung Lanang
Angguk Putri
Nasional
3.
Festival Nasional
Lengger Tapeng
Nasional
4.
Pesta Kembang Api
Ketoprak Lesung
Provinsi
5.
Jamasan Pusaka Suroloyo
Bangilun
Provinsi
1.
Upacara Sedekah Laut Pantai Baron dan Kukup
Tayub
Nasional
2.
Upacara Bersih Desa Wiladeg
Reog
Provinsi
3.
Upacara Bersih Desa Karang Rejek
Kethek Ogleng
Provinsi
4.
Upacara Bersih Desa Gubug Gedhe
Jlantur
Kabupaten
5.
Upacara Pembukaan Cupu Panjala
Tari Topeng
Kabupaten
Layang-Layang
Tingkat
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
21
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Lokasi
Kesenian
Kebudayaan
Kota Yogyakarta
Nama
Peringkat
1.
Upacara Sekaten & Grebeg Maulud
Upacara Sekaten & Grebeg Maulud
Nasional
2.
Upacara Siraman Pusaka Kraton
Upacara Siraman Pusaka Kraton
Provinsi
3.
Upacara Nampi Pareden
Upacara Nampi Pareden
Kota
Selain acara yang diselenggarakan di Kabupaten/Kota, ada acara budaya lain yang berhasil diidentifikasi berdasarkan dari kegiatan survei lapangan, brainstorming, expert meeting, FGD, dan survei literatur. Acara-acara ini menjalin hubungan dengan provinsi baik dalam pendanaan, pengorganisasian, pemasaran dan sebagainya. Adapun acara-acara tersebut adalah sebagai berikut, 1. Kirab Budaya DIY, penyelenggaraan bulan Januari 2. Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, penyelenggaraan bulan Februari 3. Jogja Java Carnival, penyelenggaraan bulan Februari 4. Malioboro Festival, penyelenggaraan bulan Juni 5. Festival Kesenian Yogyakarta (FKY), penyelenggaraan bulan Juni-Juli 6. Art Jog, penyelenggaraan bulan Juli 7. Jogja International Street Performance, penyelenggaraan bulan September 8. Biennale Jogja, penyelenggaraan bulan November Strategi Pemasaran Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Memanfaatkan pengakuan event budaya dan kesenian di DIY sebagai daya tarik wisata unggulan di DIY. Sampai saat ini, stakeholders kepariwisataan di DIY belum memanfaatkan atau memberikan pengakuan secara penuh pada event budaya dan kesenian sebagai daya tarik wisata unggulan DIY. 2. Perumusan Event Branding. Strategi perumusan brand yang unik dan menarik untuk berbagai event yang diselenggarakan di DIY perlu dilakukan. Dalam perumusan brand tersebut, diperlukan sebuah overarching brand untuk semua event budaya dan kesenian di Jogja
22
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
3. Dari banyak event yang diselenggarakan di DIY, perlu dipilih beberapa “MASTER EVENT” yang akan menjadi event unggulan di DIY dan secara terfokus menjadi barometer dan benchmark pengembangan event bertaraf internasional di DIY. 4. Implikasi dari pemilihan Master Event adalah pengembangan brand architecture (arsitektur merk) yang merupakan serangkaian event yang berada dalam rangkaian sebuah Master Event. 5. Komunikasi Pemasaran yang Terintegrasi. Diperlukan perancangan komunikasi pemasaran yang diintegrasi dengan peran sebuah institusi sebagai koordinator. 6. Programming. Penyelenggaraan event perlu dibarengi dan bahkan dirancang sebagai upaya programming. Berbagai event diselenggarakan dengan tujuan untuk menambah aktivitas wisata bagi wisatawan yang akan atau sedang mengunjungi
DIY.
Dengan
adanya
suatu
event,
diharapkan
lama
tinggal/pembelanjaan wisatawan bisa bertambah, dan mendorong repeat visits (kunjungan ulang). 7. Packaging (penjualan paket, beberapa bahkan harus dijadikan lead product dalam package tersebut). Ilustrasi Brand Architecture dalam rangka Strategi Pemasaran Event Kebudayaan dan Kesenian di DIY
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
23
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Rekomendasi 1.
Visi pengembangan acara-acara (events) budaya haruslah jelas. Tidaklah hanya tertulis di atas kertas saja, tetapi yang lebih penting adalah visi tersebut kemudian dapat dijabarkan dan selanjutnya mudah untuk diimplementasikan dan dioperasionalisasikan di lapangan oleh agen-agen.
2.
Mengubah paradigma penyelenggaraan pariwisata dari yang berpusat pada pemerintah saja, menjadi ranah masyarakat. Selanjutnya membangun paradigma “masyarakat untuk pariwisata” dengan memposisikan masyarakat sebagai: i. Subyek pariwisata yang “sadar wisata”, kreatif, inspiratif, inovatif dan beridentitas; ii. Menjadikan masyarakat sebagai faktor pendorong kegiatan pariwisata agar wisatawan berkunjung di daerahnya karena ingin menikmati keunikan kehidupan rakyat setempat beserta segala aktivitas kesehariannya.
3.
Menentukan segmen dan target pasar pariwisata yang dituju, kemudian ditentukan pula posisi pariwisata DIY di kancah nasional dan internasional. Dari hal tersebut maka baru ditentukan strategi pemasaran di setiap segmen (misalkan: wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara ) yang dituju.
4.
Membuat calendar events yang dapat mempertemukan antara master events dan sub events dengan waktu kedatangan wisatawan. Selanjutnya menyusun branding dan program perjalanan wisata yang disesuaikan dengan segmen wisatawan yang dituju.
5.
24
Memberdayakan berbagai komunitas yang ada di DIY sebagai duta wisata.
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Boks VILLAGE BREEDING CENTER PROGRAM KLASTER PENGEMBANGAN UMKM Guna memperkuat peran Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi dan mendorong
pertumbuhan
ekonomi,
Bank
Indonesia
senantiasa
meningkatkan
koordinasi dengan pemerintah dan berperan aktif dalam berbagai upaya peningkatan kapasitas perekonomian, baik dalam skala nasional maupun daerah. Salah satu upaya yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yakni program pengembangan klaster, dengan memilih komoditi yang menjadi prioritas pembangunan sektor ekonomi Pemerintah Daerah setempat. Sejalan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memiliki perhatian besar kepada pembangunan sektor peternakan. Branding Kabupaten Gunungkidul sebagai penghasil ternak dilatarbelakangi budaya memelihara ternak sebagai tabungan keluarga, khususnya kambing, yang telah menjadi kegiatan usaha keluarga secara turun temurun. Dalam rangka meningkatkan kualitas ternak kambing yang dihasilkan, dengan mengacu pada hasil assesment, sejak tahun 2010 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menginisiasi pembentukan klaster pembibitan kambing bligon dengan konsep village breeding center. Program tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada dan Dinas Peternakan Gunungkidul. Village Breeding Center merupakan konsep yang diterapkan dalam rangka menjadikan satu kawasan sebagai sumber penghasil bibit ternak berkualitas tinggi dan memenuhi standar yang ditetapkan. Yang menarik dari konsep ini adalah bahwa belum pernah ada daerah di Indonesia yang berhasil mewujudkan sebuah village breeding center. Pelaksanaan secara berkesinambungan, merupakan tantangan dalam implementasi konsep ini. Dengan
mengacu
kepada
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.57/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba yang Baik dan Nota Kesepahaman antara Gubernur Bank Indonesia dengan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.13/1/DKBU/NK
dan No.03/MOU/RC.110/M/3/2011
tentang Kerjasama Pengambangan Usaha di Sektor Pertanian, program ini didesain untuk membantu ketersediaan bibit ternak kambing yang memenuhi persyaratan teknis
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
25
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
maksimal dan persyaratan kesehatan hewan, serta memberi kontribusi pada upaya peningkatan populasi ternak kambing. Tujuan akhir dari program ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan anggota kelompok tani peternak kambing. Sebagai kelompok sasaran program telah dipilih Kelompok Tani Ternak Purwomanunggal di Dusun Jeruken, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Kelompok ini memiliki organisasi yang baik, seperti tampak adanya pertemuan kelompok yang berjalan secara rutin setiap bulan, administrasi keuangan kelompok yang tertib, adanya kas kelompok, serta memiliki pengetahuan pemeliharaan ternak yang baik. Inisiasi pembentukan Kelompok dilakukan tahun 2004 dengan anggota sebanyak 16 orang, kemudian meningkat menjadi 24 orang pada awal pelaksanaan program klaster. Tahun pertama program village breeding center ini dijalankan, jumlah anggota kelompok mengalami peningkatan menjadi 31 orang (29,2%) dan di tahun kedua menjadi 45 orang (48,4%). Rata-rata kepemilikan kambing di kelompok Ternak Purwomanunggal sebanyak 4 ekor kambing per rumah tangga. Beberapa perubahan yang terjadi pada kelompok saat ini antara lain penggunaan konsentrat pakan pada ternak kambing, manajemen pencatatan ternak telah berjalan, kandang panggung percontohan yang awalnya dibangun oleh Bank Indonesia secara swadaya telah diduplikasi oleh beberapa orang anggota di pekarangan rumah masingmasing. Yang lebih penting lagi adalah tumbuhnya awareness kelompok terhadap pentingnya konsistensi dalam menerapkan konsep village breeding center sehingga kualitas ternak yang dihasilkan tetap terjaga.
26
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Bab 2 Perkembangan Inflasi Inflasi tahunan Kota Yogyakarta pada tahun 2011 mencapai 3,88% yoy, turun dibandingkan inflasi tahun sebelumnya 7,38%, namun sedikit lebih tinggi dibanding inflasi Nasional sebesar 3,78% yoy. Relatif terkendalinya inflasi di Kota Yogyakarta selama tahun 2011 antara lain disebabkan oleh tersedianya pasokan dan stok komoditas pokok yang terjaga yang didukung oleh relatif efektifnya Tim Pengendalian Inflasi (TPI) Daerah Istimewa Yogyakarta. Disamping itu, minimnya kebijakan harga komoditas yang diatur oleh pemerintah (administered price) juga mempunyai pengaruh terhadap Inflasi di Kota Yogyakarta. Di level nasional, kebijakan pemerintah yang cukup responsif antara lain secara terukur melakukan impor komoditas pokok dan melakukan intervensi pasar untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran, nilai tukar yang menguat, dan ekspektasi inflasi yang membaik dapat menekan kenaikan harga.
INFLASI TAHUNAN Kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi selama tahun 2011 tercatat sebesar 3,88%, lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar 7,38%, namun sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Nasional dan beberapa kota di Jawa Tengah. Sedikit lebih tingginya inflasi di Kota Yogyakarta tersebut dibandingkan kota di Jawa Tengah antara lain dipengaruhi oleh pola konsumsi penduduk Kota Yogyakarta yang agak berbeda dibandingkan dengan pola konsumsi penduduk di kota lain di Pulau Jawa. Jika di kota Yogyakarta, porsi nilai konsumsi bahan makanan hanya sebesar 17,95% (Maret 2011), maka di kota lain lebih tinggi, yaitu Bandung (22,65%), Semarang (23,71%), dan Solo (25,44%). Porsi nilai konsumsi tertinggi di kota Yogyakarta adalah kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (27,70%), dan kelompok Makanan Jadi, Rokok dan Tembakau (20,60%). Dengan pola konsumsi yang sedikit unik, maka terdapat kecenderungan pergerakan inflasi di kota Yogyakarta agak berbeda dengan kota lain di Jawa. Pencapaian angka inflasi Kota Yogyakarta yang rendah tersebut tidak terlepas dari koordinasi antar instansi terkait di Provinsi DIY (TPI DIY) melalui pengendalian inflasi dari sisi supply dan menjaga ekspektasi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah melakukan pertukaran informasi dan data perkembangan produksi, pasokan, distribusi, stok
27
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
dan harga beberapa komoditas penting untuk dilakukan evaluasi dan analisis. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk melakukan deteksi dini terhadap potensi inflasi dari komoditaskomoditas tertentu. Selanjutnya, apabila terdapat perkembangan harga komoditas pokok tertentu yang di luar kewajaran, maka Pemerintah Daerah dimungkinkan untuk melakukan aksi dalam bentuk kebijakan, termasuk diantaranya melakukan intervensi pasar, dll. Hasil koordinasi ini, selanjutnya juga dikomunikasikan kepada masyarakat melalui media massa agar ekspektasi masyarakat terjaga.
%
8 7 6 5 4 3 2 1 2009
2010 Jakarta
Surabaya
Semarang
2011 Serang
Bandung
Yogyakarta
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.1 Inflasi Ibukota Provinsi di Pulau Jawa
Berdasarkan kelompok barang, inflasi tahun 2011 terutama didorong oleh inflasi pada Kelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau yang mengalami kenaikan harga sebesar 7,07% yoy dengan andil 1,45%. Pada kelompok tersebut kenaikan paling tinggi dialami oleh subkelompok Makanan Jadi sebesar 6,96% yoy dengan andil 0,94%. Komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain Nasi, Ayam Goreng, Gudeg, Roti Manis dan Roti Tawar. Peningkatan harga makanan jadi merupakan dampak lanjutan dari kenaikan harga bahan makanan seperti beras, daging ayam ras, dan telur ayam ras yang sudah terjadi sejak triwulan I, terutama karena kenaikan harga input dan penambahan kapasitas produksi yang terbatas.
28
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan % No
2008
Kelompok
Inflasi
1
Bahan Makanan
2
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
3
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
4
Sandang
2009 Andil
Inflasi
2010 Andil
Inflasi
2011 Andil
Inflasi
Andil
14,87
2,93
3,91
0,80
18,86
3,89
1,83
0,42
9,40
1,91
7,50
1,50
5,47
1,15
7,07
1,45
13,60
3,22
1,40
0,34
5,49
2,13
3,01
0,71
8,36
0,44
5,81
0,30
5,41
0,29
9,40
0,49
5
Kesehatan
8,23
0,52
1,86
0,12
1,97
0,12
5,64
0,33
6
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
5,77
0,62
2,26
0,23
4,25
0,43
1,73
0,17
7
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
2,97
0,41
(1,23)
(0,16)
5,57
0,71
2,39
0,30
Inflasi Kota Yogyakarta
9,88
9,88
2,93
2,93
7,38
7,38
3,88
3,88
Inflasi Nasional
11,68
2,78
6,96
3,79
Sumber: BPS Provinsi DIY, diolah.
9
9
8
8
7
7
6
6
5
5
4
4
3
3
2
2
1
1 0
0 I
II
III
IV
I
2009
II
III
IV
I
2010 mtm (%)
yoy (%)
II
III 2011
IV
I
II
III 2009
ytd (%)
IV
I
II
III
IV
I
II
2010
Kota Yogyakarta (yoy)
III
IV
2011
Nasional (yoy)
Sumber : BPS DIY
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.2 Inflasi Kota Yogyakarta
Grafik 2.3 Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional
Selanjutnya, kelompok barang yang mengalami peningkatan cukup tinggi dan memberikan andil terhadap inflasi cukup besar adalah kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar. Kelompok barang ini mengalami kenaikan harga 3,01% yoy dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,71%. Subkelompok yang harganya meningkat cukup tinggi adalah Biaya Tempat Tinggal dengan kenaikan harga 3,61% yoy dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,49%. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga Sewa Rumah, Kontrak Rumah dan Semen serta kenaikan Upah Tukang Bukan Mandor.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
29
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
%, yoy
%, yoy 20
14 Perumahan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
12
Bahan Makanan
18
Sandang
16
10
14 12
8
10
6
8
4
6 4
2
2 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2009
2010
2009
2011
2010
2011
Sumber: BPS DIY, diolah
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Sandang dan Bahan Makanan (yoy)
Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Makanan jadi dan Perumahan (yoy) %, yoy 10 8 6 4 2 0 ‐2 ‐4
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
‐6 ‐8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009
2010
2011
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Kesehatan, Pendidikan dan Transportasi (yoy)
Penyumbang inflasi yang cukup besar lainnya adalah kelompok Sandang yang mengalami inflasi sebesar 9,40% yoy dan memberikan andil 0,49%. Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan harga subkelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain sebesar 17,82% dengan andil 0,38%. komoditas yang memberi kontribusi terhadap kenaikan harga ini adalah emas perhiasan yang peningkatannya dipengaruhi oleh kenaikan harga emas dunia. USD/oz
(%, yoy)
2.000
100 80
1.600
60 1.200
40 800
20 0
400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 ‐20
1
3
5
7 2009
9
11
1
3
5
7 2010
9
11
1
3
5
7
9
11
‐40
2009
2011
2010 Sayur‐sayuran
2011 Bumbu‐bumbuan
Sumber: BPS DIY Diolah
Grafik 2.7 Perkembangan Harga Emas Dunia
30
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Grafik 2.8 Laju Inflasi Subkelompok Sayur-sayuran dan Bumbu-bumbuan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Sementara itu, inflasi pada kelompok Bahan Makanan pada tahun 2011 menurun dibandingkan tahun 2010 dengan dengan laju inflasi 3,91% yoy dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,42%. Penurunan inflasi pada kelompok Bahan Makanan didorong oleh penurunan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan sebesar -29,66% sehingga memberikan andil terhadap inflasi -0,78%. Namun demikian, masih terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain Beras dan Daging Ayam Ras. Peningkatan harga beras terjadi terutama pada beras premium yang banyak dikonsumsi masyarakat di DIY. Sedangkan peningkatan harga komoditas telur ayam ras karena pasokan yang sempat terganggu. Sementara itu, untuk kelompok komoditas lain, kenaikan harganya relatif masih wajar dan dengan andil inflasi yang rendah. Kelompok Kesehatan dengan laju inflasi 5,64% memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,33%; kelompok Transportasi Komunikasi dan Jasa Keuangan dengan laju inflasi 2,39% memberikan andil terhadap inflasi 0,30%; dan kelompok Pendidikan Rekreasi dan Olah Raga dengan laju inflasi 1,73% dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,17%
Rp/Kg
Rp/Kg
20.000
9.000
18.000 8.000
16.000 7.000
14.000 12.000
6.000
10.000 5.000
8.000 6.000
4.000
4.000
1
1
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
3
5
7
9
11
1
3
2009
2009
2010
5
7
9
11
1
3
2010
7
9
11
2011
2011 Beras IR-I
Grafik 2.9 Harga Bawang Merah (rata-rata per bulan)
Beras IR-II
Grafik 2.10 Harga Beras (rata-rata per bulan)
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
5
11
31
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Rp/Kg
Rp/Kg
12.000
15.000
11.000 14.000
10.000 13.000
9.000 12.000
8.000 11.000
7.000
6.000
10.000
1
2
3
4
5
6
7
8
2010
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
1
2
2011
Grafik 2.11 Harga Gula (rata-rata per bulan)
3
4
5
6
7
2010
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2011
Grafik 2.12 Harga Telur Ayam Ras (rata-rata per bulan)
INFLASI BULANAN Angka rata-rata inflasi bulanan (mtm) Kota Yogyakarta selama tahun 2011 lebih rendah dibandingkan dengan angka rata-rata pada tahun 2010. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2011 yaitu sebesar 0,90% (mtm). Sumbangan terbesar Inflasi bulan Juli berasal dari kelompok Bahan Makanan yang didorong oleh besarnya kontribusi Beras sebesar 0,35%. Selanjutnya, komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah Daging Ayam Ras dan Jeruk, masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,12% dan 0,11%. Peningkatan harga komoditas tersebut dikarenakan peningkatan permintaan sehubungan dengan liburan anak sekolah dan banyaknya hajatan. Pada bulan Januari 2011 inflasi Kota Yogyakarta tercatat 0,84% (mtm), lebih tinggi dari Desember 2010 yang mengalami inflasi 0,72%. Inflasi bulan Januari 2011 didorong peningkatan harga pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (1,69%) dan kelompok Bahan Makanan (1,34%) sehingga masing-masing memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,34% dan 0,24%. Komoditas
utama yang memberikan andil
terhadap inflasi terutama adalah Nasi (0,19%), Tarif Rumah Sakit dan Cabe Rawit, masingmasing dengan andil 0,10%. Peningkatan inflasi terjadi anatara lain karena, terganggunya pasokan beberapa komoditas pokok di pasar. Pada bulan Februari 2011 tekanan inflasi Kota Yogyakarta melemah menjadi 0,10% (mtm). Dimulainya panen padi dan hortikultura di beberapa lokasi sehingga harga di kelompok Bahan Makanan cenderung menurun sehingga mengalami deflasi sebesar 1,55% dan memberikan andil -0,28%. Sedangkan kelompok yang mendorong laju inflasi antara lain Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,96%); dan kelompok Perumahan;
32
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Air; Listrik; Gas dan Bahan Bakar (0,43%) dengan andil terhadap inflasi masing-masing sebesar 0,20% dan 0,12%. Komoditas yang menyumbang andil inflasi antara lain adalah Teh Manis sebesar 0,06% serta Tempe dan Ikan Keranjang dengan andil 0,04%. Sementara itu, pada bulan Maret 2011, tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta kembali menguat dibanding bulan sebelumnya, tercermin dari angka inflasi bulanan yang tercatat 0,21 (mtm). Peningkatan inflasi pada bulan Maret 2011 disebabkan oleh kembali meningkatnya harga pada kelompok Bahan Makanan yang pada bulan sebelumnya mengalami deflasi. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya harga buahbuahan khususnya telur ayam ras, jeruk, dan bawang putih. Walaupun demikian, beberapa komoditas dalam kelompok Bahan Makanan pada bulan Maret masih mengalami deflasi seperti beras, cabe rawit dan cabe merah. Pada bulan April 2011, Kota Yogyakarta mengalami deflasi sebesar 0,28% (mtm), turun dari bulan Maret 2011 yang mengalami inflasi sebesar 0,21%. Deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan (-2,72%) sehingga memberikan andil -0,49%. Sumbangan negatif kelompok Bahan Makanan disumbang oleh penurunan harga Bawang Merah (-0,14%), Cabe Merah (-0,11%), dan Cabe Rawit (-0,10%). Produksi dan pasokan yang membaik cukup menekan harga komoditas tersebut sehingga terkoreksi. Pada bulan Mei 2011 tekanan inflasi Kota Yogyakarta masih rendah, ditandai dengan angka inflasi sebesar 0,13% (mtm). Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar memiliki andil terbesar dalam pembentukan inflasi bulan ini dengan andil sebesar 0,09% dan laju inflasi mencapai (0,27%). Besarnya andil kelompok ini disebabkan peningkatan Tarif Sewa Rumah, Tarif Kontrak Rumah dan Upah Pembantu Rumah Tangga yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,03%. Sementara itu, pada bulan Juni 2011 tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta sedikit menguat dibanding bulan sebelumnya, dengan angka inflasi 0,26% (mtm). Inflasi ini didominasi oleh sumbangan kelompok Bahan Makanan (0,13%) yang mengalami inflasi (0,75%). Komoditas yang memberikan andil cukup tinggi antara lain Telur Ayam Ras (0,06%), Beras (0,06%), Bawang Merah (0,05%) dan Jeruk (0,04%). Faktor penyebabnya adalah terjadinya gangguan produksi pada komoditas telur dan daging ayam ras karena harga pakan ternak meningkat dan juga ada gangguan pada proses penetasan Day Old Chicken (DOC). Disisi lain, permintaan juga sedikit meningkat karena banyaknya
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
33
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
wisatawan domestik yang datang ke DIY sehubungan dengan libur sekolah dan banyaknya hajatan yang diselenggarakan masyarakat DIY pada bulan ini.. Pada bulan Juli 2011 Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,90% (mtm), naik dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,26%. Kelompok Bahan Makanan memberikan andil tertinggi 0,44% dengan laju inflasi 2,53%. Komoditas yang mendorong peningkatan laju inflasi antara lain Beras, Daging Ayam Ras, Jeruk, Mie dan Telur Ayam Ras dengan andil masing-masing 0,35%, 0,12%, 0,11%, 0,06% dan 0,05%. Peningkatan tersebut disebabkan karena gangguan pasokan, sementara di sisi lain permintaan meningkat. Pada bulan Agustus 2011, tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta sedikit melemah dibanding bulan sebelumnya, ditandai dengan angka inflasi sebesar 0,63% mtm. Kelompok yang mendominasi pembentukan inflasi adalah Kelompok Sandang; dan Kelompok Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau yang masing masing mengalami inflasi sebesar 3,44% dan 0,72% serta memberikan andil masing-masing sebesar 0,18% dan 0,15%. Tekanan inflasi bersumber pada kenaikan harga Emas Perhiasan dan Tarif Angkutan Udara yang masing-masing memberikan andil 0,15% dan 0,11%, namun tertahan oleh masih belanjutnya penurunan harga komoditas di subkelompok bumbu-bumbuan sehingga secara keseluruhan mendorong inflasi bulan Agustus lebih rendah dari inflasi bulan Juli. Sementara itu, pada bulan September 2011 tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta kembali melemah, dengan angka inflasi 0,19% mtm. Kelompok yang memberikan sumbangan inflasi tertinggi adalah Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,18%) dan Kelompok Sandang (0,15%) dengan laju inflasi masing-masing sebesar 3,44% dan 0,72%. Besarnya sumbangan kelompok Makanan Jadi Minuman Rokok dan Tembakau terutama didorong oleh kenaikan harga Gudeg dan Rokok Kretek Filter. Peningkatan harga emas menyebabkan sumbangan kelompok Sandang tinggi karena menjadi safe-haven asset sejalan dengan masih belum adanya kepastian penyelesaian krisis Amerika dan Eropa. Namun demikian, laju inflasi masih tertahan oleh penurunan daging ayam ras, telur ayam ras dan tarif angkutan udara. Tekanan inflasi Kota Yogyakarta pada bulan Oktober 2011 kembali melemah menjadi sebesar 0,04% (mtm), turun dari bulan September 2011 yang mengalami inflasi sebesar 0,19%. Inflasi pada bulan tersebut didorong oleh kenaikan harga di Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,53% dan memberikan andil
34
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
sebesar 0,15%. Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain adalah semen karena terjadi gangguan pasokan dan kenaikan cukai rokok sehingga meningkatkan harga Rokok Kretek dan Rokok Kretek Filter. Sementara untuk kelompok komoditas lainnya inflasi relatif tipis, sehingga secara keseluruhan harga-harga umum terkerek turun. Pada bulan November 2011, tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta meningkat dibanding bulan sebelumnya, ditandai dengan angka inflasi sebesar 0,33% mtm. Tekanan inflasi bersumber pada kenaikan harga di kelompok Bahan Makanan sebesar 1,15% dengan andil sebesar 0,20%.
Kenaikan harga pada kelompok
bahan makanan terutama dipengaruhi oleh masuknya musim tanam dan hujan yang mulai turun sehingga produk komoditas bahan pangan seperti beras, cabai dan sayur-sayuran terpengaruh. Sedangkan peningkatan harga emas perhiasan merupakan dampak dari kenaikan harga emas dunia. Sementara itu, pada bulan Desember 2011 tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta kembali meningkat, dengan angka inflasi 0,48% mtm. Inflasi pada bulan Desember 2011 bersumber dari kenaikan harga di kelompok Bahan Makanan sebesar 1,96% dan memberikan andil 0,34%. Komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain adalah beras, cabe merah dan tomat sayur yang produksinya berkurang sehingga pasokan agak terganggu. Di sisi lain, permintaan masyarakat di bulan Desember cenderung naik sejalan dengan liburan panjang akhir tahun. Tabel 2.2 Inflasi Bulanan No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM
Jan 1,34 1,69 0,32 -0,07 2,14 0,11 0,30 0,84
I-2011 Feb -1,55 0,96 0,43 0,18 0,62 0,07 0,13 0,10
Mar 0,47 0,12 -0,01 0,63 0,23 0,11 0,28 0,21
Apr -2,72 0,61 0,04 0,81 0,49 0,03 0,03 -0,28
II-2011 Mei -0,71 0,27 0,33 0,60 1,09 -0,06 0,10 0,13
Jun 0,74 0,05 0,07 0,16 0,31 -0,05 0,52 0,26
Jul 2,53 0,76 0,45 0,74 0,01 1,12 0,27 0,90
III-2011 Agt 0,42 0,72 0,14 3,44 0,09 0,44 1,00 0,63
Sep -0,59 0,64 0,41 2,43 0,00 0,01 -0,48 0,19
Okt -1,11 0,44 0,53 -0,69 0,52 -0,07 0,06 0,04
% (mtm) IV-2011 Nov Des 1,15 1,96 0,29 0,32 0,02 0,23 1,26 -0,39 0,01 0,02 -0,01 0,02 -0,01 0,17 0,33 0,48
Sumber: BPS Provinsi DIY.
INFLASI INTI DAN NON INTI Analisis terhadap sumber-sumber penyebab inflasi inti menunjukkan bahwa pada periode laporan tekanan inflasi dari sisi permintaan memiliki kecenderungan menurun sepanjang tahun 2011. Survei Konsumen (SK) periode 2011 menunjukkan ekspektasi responden terhadap kenaikan harga 3 bulan yang akan datang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2010. Rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap kenaikan
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
35
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
harga 3 bulan yang akan datang pada tahun 2011 tercatat sebesar 171,06, sedikit meningkat dari rata-rata tahun 2010 sebesar 169,38. Di sisi lain, nilai Rupiah terhadap USD yang semakin menguat juga menjadi salah satu faktor yang menurunkan inflasi inti dari sisi imported inflation. Perkembangan positif tersebut memberikan dampak pada ekspektasi inflasi yang cukup baik. Hal ini tercermin pada rendahnya tekanan inflasi dari sisi permintaan, dan disisi lain dari sisi supply pasokan dan stok mencukupi. Sementara itu dari sisi administered price, kebijakan harga di tahun 2011 relatif minim.
Rp
190
13.000
185 12.000
180 11.000
175 170
10.000
165
9.000
160
8.000
155
7.000
150
6.000
1
2
3
4
5
6
7
2010
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
2011
9 10 11 12
1
3
5
7 2009
9
11
1
3
5
7 2010
9
11
1
3
5
7 2011
Sumber: Survei Konsumen
Grafik 2.13 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad
36
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Grafik 2.14 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
9
11
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Bab 3 Perkembangan Perbankan Perbankan
DIY
tahun
2011
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan. Kredit perbankan tumbuh cukup tinggi (23,03%) ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang juga tumbuh signifikan (17,33%). Perbankan juga cukup berhasil menekan resiko kredit yang tercermin dari menurunnya rasio Non Performing Loan (NPL) menjadi 2,41% dari semula 3,19%. Perekonomian yang membaik telah mendorong akselerasi peningkatan kredit perbankan lebih tinggi sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 59,45% menjadi 62,34%. Sejalan dengan perkembangan tersebut, perbankan syariah juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
ASET Aset perbankan DIY tahun 2011 meningkat sejalan dengan cukup baiknya kinerja perekonomian DIY. Aset perbankan tumbuh 16,13% yoy lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 18,89% yoy. Pertumbuhan aset tersebut di sisi aktiva didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 23,03% yoy dan di sisi pasiva pertumbuhan DPK sebesar 17,33% yoy. Tabel 3.1 Indikator Perbankan No 1 2 3 4 5
Uraian Aset Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan Kredit Pertumbuhan Loan to Deposit Ratio Non Performing Loans (Gross)
Satuan Miliar Rp % (yoy) Miliar Rp % (yoy) Miliar Rp % (yoy) % %
2008 20.919 10,34 18.017 9,53 10.475 15,64 58,14 2,54
2009 24.572 17,46 21.034 16,74 11.723 11,91 55,74 3,20
2010 29.212 18,89 24.524 16,60 14.581 24,38 59,45 3,19
2011 33.923 16,13 28.775 17,33 17.939 23,03 62,34 2,41
INTERMEDIASI PERBANKAN Fungsi intermediasi perbankan di DIY yang tercermin dari rasio LDR makin membaik. LDR perbankan di Provinsi DIY pada akhir tahun 2011 mencapai 62,34%
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
37
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
meningkat dibanding tahun 2010 sebesar 59,45%. Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi DIY dan juga terus menurunnya suku bunga kredit diperkirakan telah turut mendorong meningkatnya permintaan kredit oleh para pelaku ekonomi. Sebagai informasi, pada tahun 2011 sektor ekonomi dalam PDRB Provinsi DIY yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi adalah subsektor Jasa-jasa Perusahaan (12,26% yoy), subsektor Hotel (12,01% yoy) dan subsektor Penggalian (11,96% yoy). %
%
70
80
65
75
60
70
55
65
LDR DIY
50
LDR Nasional
60
45
55
40
50
35
45
30 2008
2009 LDR Lokasi Bank
2010
2011
40 2008
2009
2010
2011
LDR Lokasi Proyek
Grafik 3.1 LDR DIY
Grafik 3.2 LDR DIY dan Nasional
Walaupun angka LDR naik, namun peningkatan tersebut belum optimal, terdapat dua hal yang menyebabkan masih relatif rendahnya LDR Perbankan di DIY, yaitu : (1) Rendahnya penyaluran kredit relatif terhadap DPK yang dihimpun di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. LDR di dua daerah tersebut hanya mencapai 57,35% dan 57,20%; (2) Masih tingginya angka undisbursed loan perbankan di DIY. Tabel 3.2 Perkembangan Intermediasi Perbankan
No 1 2 3 4 5
Uraian Bantul Gunungkidul Kulonprogo Sleman Kota Yogyakarta Provinsi DIY
DPK 2010 2011 Pangsa Miliar Rp Miliar Rp % 1.250 1.558 5,41 601 784 2,72 742 899 3,12 4.483 5.473 19,02 17.449 20.061 69,72 24.524 28.775 100,00
Kredit Ptumb 2010 2011 Pangsa % Miliar Rp Miliar Rp % 24,61 1.140 1.360 7,58 30,40 920 1.124 6,26 21,20 703 820 4,57 22,10 2.676 3.131 17,45 14,97 9.143 11.505 64,13 17,33 14.581 17.939 100,00
Ptumb % 19,33 22,21 16,60 17,01 25,84 23,03
LDR 2010 2011 % % 91,16 87,30 153,04 143,42 94,84 91,25 59,69 57,20 52,40 57,35 59,45 62,34
Posisi kredit yang belum direalisasikan pada tahun 2011 mencapai Rp 1,6 triliun, meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp1,30 triliun. Kondisi ini bisa terjadi dikarenakan rendahnya realisasi atas kredit baru yang disetujui pada tahun 2010 sehingga secara kumulatif plafon kredit mengalami peningkatan.
38
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
miliar Rp
%
Miliar Rp
%
9.000
200
20.000
9
8.000
18.000 150
9
16.000
7.000 6.000
100
14.000 8
12.000
5.000 50 4.000
10.000 8
8.000 3.000
-
6.000 2.000 (50) 1.000
4.000
7
2.000
-
(100) 2008
2009
Plafon
Realisasi
2010 gPlafon
2011 gRealisasi
Grafik 3.3 Kredit Baru Bank Umum
0
7 2008 Undisbursed Loan (UL)
2009 Plafon Kredit
2010
2011
Proporsi UL thd Plafon Kredit
Grafik 3.4 Undisbursed Loan Bank Umum
PENGHIMPUNAN DANA Sebagaimana tahun sebelumnya, penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan DIY pada tahun 2011 tumbuh cukup tinggi. Pada akhir tahun 2011 dana yang berhasil dihimpun perbankan mencapai Rp 28,7 triliun atau tumbuh sebesar 17,33% yoy. Walaupun suku bunga simpanan terus mengalami penurunan sejalan dengan turunnya BI Rate, namun animo masyarakat DIY untuk menyimpan dananya di perbankan khususnya tabungan tetap tinggi. Hal ini antara lain karena fungsi tabungan sudah berkembang, selain untuk menyimpan uang, juga dapat digunakan sebagai alat bertransaksi dengan menggunakan kartu debit maupun e-banking. Peningkatan penghimpunan dana perbankan berasal dari seluruh komponen DPK. Menurut jenisnya, pertumbuhan tertinggi dana yang dihimpun terjadi pada tabungan 21,64% yoy lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 17,43% yoy. Selain tabungan, giro di perbankan juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 17,56% yoy dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 10,80% yoy. Sementara itu, deposito hanya tumbuh sebesar 11,44% yoy dibanding tahun sebelumnya sebesar 17,56% yoy. Penurunan suku bunga deposito diduga menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan deposito perbankan.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
39
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Miliar Rp
20
35.000 DPK
gDPK
%
25
35.000
18
30.000
30.000 16
25.000
14 12
20.000
20 25.000 15
20.000
10 15.000
15.000
10
8 6
10.000
4 5.000
10.000 5 5.000
2 0 -
0
0 2008
2009
2010
2008
2009
2010
2011
2011 DPK
Grafik 3.5 DPK Perbankan
BI Rate
Inflasi
Grafik 3.6 BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan
%
Miliar Rp
25
35.000
20
30.000
15
25.000
10
20.000 15.000
5
10.000
0 Deposito
Giro
Tabungan
5.000
-5
-10
2008 2008
2009
2010
2011
Grafik 3.7 Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan
2009 Tabungan
2010 Giro
2011
Deposito
Grafik 3.8 Komposisi DPK Perbankan
Tabungan masih mendominasi struktur dana pihak ketiga perbankan. Berdasarkan jenisnya, pangsa terbesar DPK perbankan di DIY masih didominasi oleh tabungan yaitu sebesar 52,02% diikuti oleh deposito 35,32% dan giro 12,67%. Jika dicermati lebih jauh berdasarkan jumlah rekening (deposan) yang menyimpan dananya di perbankan, terdapat beberapa fakta
yang cukup menarik. Pada akhir tahun 2011, jumlah rekening tabungan
sebanyak 2,6 juta dan jumlah rekening deposito dan giro tercatat masing-masing sebanyak 94,6 ribu rekening dan 22,1 ribu rekening. Namun demikian, dilihat dari nominalnya, rata-rata nominal per rekening tabungan ternyata sangat kecil yaitu Rp 5,7 juta per rekening, sedangkan rata-rata nominal per rekening untuk deposito dan giro masing-masing sebesar Rp 107,4 juta dan Rp 163,3 juta.
40
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
94.623
Juta Rp
Juta Rp
22.319
180
163,3
160 140 120
107,4
100 80 2.644.351
60 40 20
5,7
0 Deposito
Giro
Tabungan
Deposito
Grafik 3.9 Jumlah rekening DPK menurut jenis
Giro
Tabungan
Grafik 3.10 Rata-rata Nominal per Rekening DPK
Menurut jangka waktunya, sebagian besar deposito didominasi oleh Deposito berjangka waktu 1 bulan dengan porsi sebesar 47,2%. Porsi Deposito 1 bulan ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (50,8%). Terjadi sedikit pergeseran jangka waktu deposito dari jangka waktu 1 bulan menjadi 3 bulan atau lebih. Namun demikian, komposisi deposito menurut jangka waktu relatif tidak bergerak. (Grafik 3.11). Miliar Rp
4.500 1 bln
3 bln
6 bln
12 bln
>12 bln
Miliar Rp
%
20.000
30 Kredit
4.000
18.000
3.500
16.000
gKredit
25
14.000
3.000
20
12.000 2.500
15
10.000 2.000
8.000
1.500
6.000
1.000
4.000
500
2.000
10
5
-
0 2008
2009
2010
2011
Grafik 3.11 Komposisi Deposito Bank Umum
0 2008
2009
2010
2011
Grafik 3.12 Kredit Perbankan
PENYALURAN KREDIT Penyaluran kredit bank umum pada tahun 2011 kembali meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Setelah sempat menurun di tahun 2009 dan meningkat di tahun 2010, pertumbuhan kredit bank umum pada tahun 2011 kembali meningkat mencapai 27,32% yoy dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20,19% yoy. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kredit Modal Kerja 32,6% yoy diikuti Kredit Investasi 31,9% yoy dan Kredit Konsumsi 21,8% yoy.
Cukup tingginya laju pertumbuhan kredit
produktif (KMK dan KI) dibanding kredit konsumtif selama tahun 2011 sejalan dengan
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
41
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
perkembangan ekonomi yang membaik. Perkembangan realisasi kredit tersebut masih belum merubah komposisi kredit perbankan di DIY yang didominasi kredit konsumsi (46%) diikuti kredit modal kerja (41%) dan kredit investasi (13%). Untuk mendongkrak permintaan kredit produktif lebih tinggi, salah satu hal yang harus dilakukan pemerintah adalah mendorong peningkatan jumlah dan peluang usaha di DIY, khususnya di Kabupaten di luar Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. % 35 30 25 KMK 41%
20 15
KK 46%
10 5 0 KI 13%
2006
2007
2008 KMK
Grafik 3.13 Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan
2009 KI
2010
2011
KK
Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan 1
Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY disalurkan kepada 2
sektor unggulan, khususnya yang non tradable . Sektor yang mendominasi kredit perbankan adalah sektor Lain-lain (47,4%), terutama kredit konsumsi. Selanjutnya diikuti oleh kredit di sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (26,0%) dan Jasa Dunia Usaha (10,7%). Di luar 3 sektor ekonomi tersebut, penyerapan kreditnya sangat kecil. Sementara itu, dilihat dari laju pertumbuhannya, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran 37,8% yoy, diikuti sektor Listrik Gas dan Air 32,4% yoy dan sektor Perindustrian 22,1%.
1 2
Diwakili oleh kredit Bank Umum dengan pangsa 86,715% dari total kredit perbankan DIY. Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan & Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektor tradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.
42
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
1.400
18.000
20 Tradable
gNon Tradable
16.000
1.200
45
Non Tradable
gTradable
40
15
14.000
35
12.000
30
10.000
25
8.000
20
6.000
15
1.000 10 800 5 600 0 400
4.000
10
2.000
5
-5
200 -
-10 2008
2009
2010
-
0 2008
2011
2009
2010
2011
Grafik 3.16 Kredit Sektor Non Tradable
Grafik 3.15 Kredit Sektor Tradable
Kredit Properti Kredit properti pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan 48,7% yoy jauh lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 26,4% yoy. Sebagaimana tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit properti yang sangat tinggi dialami oleh kredit properti untuk pengembang yang tumbuh 159,7% yoy, sementara kredit properti kepada konsumen hanya tumbuh sebesar 23,7% yoy. Sementara itu, berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi dialami oleh kredit Ruko dan Rukan sebesar 175,5% yoy diikuti kredit Rumah & Apartemen >tipe 70 sebesar 21,04% yoy. Dengan perkembangan tersebut tampak bahwa perkembangan kredit properti lebih mengarah pada kredit produktif dibanding konsumtif dalam tahun laporan. %
Miliar Rp
800
60 KMK
KI
NPL KMK
NPL KI
700 600
%
Miliar Rp
7
1.400 S.d Tipe 70 > Tipe 70 NPL > Tipe 70 NPL Ruko&Rukan
50
1.200
40
1.000
5
30
800
4
20
600
3
10
400
2
0
200
1
6
500 400 300 200 100 -
-10 2008
2009
2010
2011
Grafik 3.17 Kredit Properti Kepada Pengembang
0
2008
2009
2010
2011
Grafik 3.18 Kredit Properti Kepada Konsumen
Kualitas kredit properti mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, NPL kredit properti mencapai 3,07% menurun dibanding tahun 2010 sebesar 4,95%. Penurunan terbesar terjadi pada kredit properti kepada pengembang yang mengalami penurunan NPL
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
43
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
dari 8,17% menjadi 2,84%. Demikian juga halnya dengan NPL kredit properti kepada konsumen yang mengalami penurunan dari 4,23% menjadi 3,18%. Tabel 3.3 Kredit Properti Bank Umum Miliar Rp No A 1 2 B 1 2 3 C D 1
2
3 4 D 1
2
3 4
Uraian Kredit Properti kepada Pengembang Modal Kerja Investasi Kredit Properti kepada Konsumen Kredit Rumah & Apartemen s.d Tipe 70 Kredit Rumah & Apartemen > Tipe 70 Kredit Ruko & Rukan Total Kredit Properti Total Kredit Non Performing Loans Kredit Properti kepada Pengembang a. Modal Kerja b. Investasi Kredit Properti kepada Konsumen a. Kredit Rumah & Apartemen s.d Tipe 70 b. Kredit Rumah & Apartemen > Tipe 70 c. Kredit Ruko & Rukan Total Kredit Properti Total Kredit Rasio Non Performing Loans Kredit Properti kepada Pengembang a. Modal Kerja b. Investasi Kredit Properti kepada Konsumen a. Kredit Rumah & Apartemen s.d Tipe 70 b. Kredit Rumah & Apartemen > Tipe 70 c. Kredit Ruko & Rukan Total Kredit Properti Total Kredit
2010 Ptumb Posisi % 402 396,51 244 227,45 158 2349,61 1.792 8,30 1.106 44,92 637 -24,78 49 9,71 2.194 26,41 12.218 20,23
2006
2007
2008
2009
178 59 119 955 442 495 18 1.133 6.616
80 69 12 1.239 585 617 37 1.319 7.989
87 74 13 1.548 721 781 46 1.635 9.138
81 75 6 1.655 763 847 45 1.736 10.162
17 6 11 51 23 27 1 68 246
12 3 9 28 13 14 1 40 373
14 7 7 36 16 20 0 50 421
4 4 0 42 15 25 2 46 290
33 32 1 76 27 20 29 109 340
9,73 10,02 9,58 5,30 5,10 5,49 4,79 5,99 3,72
15,17 4,31 79,81 2,27 2,22 2,27 3,04 3,05 4,67
16,24 9,88 52,80 2,32 2,17 2,54 0,98 3,06 4,61
4,46 4,80 0,53 2,54 1,97 3,00 3,54 2,63 2,86
8,17 13,26 0,32 4,23 2,42 3,07 60,08 4,95 2,79
810,00 804,56 1382,35 80,46 77,97 -22,83 1759,76 138,24 17,24
2011
1.044 731 313 2.218 1.312 771 135 3.262 15.749
Ptumb % 159,72 199,44 98,37 23,75 18,59 21,04 175,55 48,66 28,90
30 22 7 70 38 29 3 100 313
-9,82 -30,66 1327,50 -6,95 42,75 49,25 -89,43 -7,82 -8,04
Posisi
2,84 3,07 2,30 3,18 2,91 2,30 3,07 1,99
STABILITAS SISTEM PERBANKAN Risiko Kredit Risiko kredit perbankan di DIY yang tercermin pada angka NPLs cenderung membaik. NPLs Perbankan di DIY turun dari 3,19% menjadi 2,41% pada tahun 2011. Penurunan ini tidak terlepas dari upaya semua pihak, baik regulator, perbankan dan didukung oleh kemampuan bayar dari debitur yang cukup baik sejalan dengan perekonomian yang membaik. Perbankan di samping lebih prudent dalam menyalurkan kredit, juga lebih efisien dan efektif. Dari sisi penggunaan kredit Bank Umum, penurunan rasio NPL terutama dialami oleh kredit modal kerja. Pada akhir tahun 2011, NPL kredit modal kerja turun menjadi
44
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
2,30% dibanding periode sebelumnya sebesar 4,23%. Demikian juga kredit konsumsi yang mengalami penurunan NPL dari 1,7% pada tahun 2010 menjadi 1,50% pada tahun 2011. Sementara itu, NPL kredit investasi mengalami sedikit peningkatan dari 2,34% pada tahun 2010 menjadi 2,65% di tahun 2011. Berdasarkan sektor ekonominya, penurunan rasio NPL tertinggi terjadi pada sektor Jasa Dunia Usaha yaitu dari 2,71% menjadi 1,09% diikuti sektor Industri dari 5,23% menjadi 3,72%. Miliar Rp
%
500
%
4 Nominal
7
Rasio
450
6
400 3
5
350 4
300 250
2
200
3 2
150 1
1
100
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
0
50
1
-
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
11
1
3
5
7
9
11
0 2008
2009
2010
2009
2011
Grafik 3.19 Non Performing Loans DIY
2010
2011
Grafik 3.20 NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan
%
%
16
35
Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Pertanian PHR Industri
14 12
30 25
10
20
8
15
6
10
4
5
2
0
0
-5
1
3
5
7
9
11
2009
1
3
5
7 2010
9
11
1
3
5
7 2011
9
11
1
3
5
7
9
Pertambangan
Grafik 3.21 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama
11
1
3
2009
5
7
9
11
1
3
2010 Konstruksi
5
7
9
11
2011 Transportasi
Lain2
Grafik 3.22 NPL Bank Umum - Sektor Ekonomi Lainnya
Risiko Likuiditas Pada triwulan laporan risiko likuiditas perbankan DIY secara umum masih terkendali. Secara umum, perkembangan penghimpunan dana (funding) perbankan di DIY lebih tinggi dibandingkan perkembangan penyaluran kredit (lending), dan Kelebihan likuiditas sebagian besar ditempatkan pada rekening antar kantor. Dengan demikian, likuiditas yang relatif berlebih ini, yaitu LDR hanya 62,34%, maka risiko likuiditas perbankan di DIY relatif rendah.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
45
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Miliar Rp
Miliar Rp
1.600
30.000
Antar Kantor SBI Penempatan Lain pd BI selain SBI+Giro Penempatan pd Bank Lain Surat Berharga
1.400 1.200
25.000 20.000
1.000
15.000
800 600
10.000
400 5.000
200
-
I
II
III
IV
I
2008
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
2010
I
II
III
IV
2011
Grafik 3.23 Ekses Likuiditas
PERBANKAN SYARIAH Aset Perbankan Syariah Aset Perbankan Syariah pada tahun 2011 tumbuh sebesar 33,58% yoy, yaitu dari Rp1.769 miliar pada akhir tahun 2010 menjadi Rp2.364 miliar akhir tahun 2011. Dari sisi aktiva peningkatan kinerja Perbankan Syariah terutama bersumber dari peningkatan pembiayaan 58,8%, sementara dari sisi pasiva bersumber dari kenaikan DPK yang meningkat 35,54%. Perkembangan tersebut telah meningkatkan pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan di DIY dari 6,06% (2010) menjadi 6,97% pada 2011. Intermediasi Perbankan Syariah Sebagaimana halnya di bank umum, fungsi intermediasi perbankan Syariah yang tercermin dalam Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami peningkatan. FDR tahun 2011 tercatat sebesar 85,71%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (73,16%). Peningkatan FDR tersebut mengindikasikan bahwa pembiayaan yang bersumber dari Bank Syariah sudah mulai menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat dan juga membuktikan bahwa memang ada potensi pasar. Sementara itu, jika dirinci berdasarkan kelompok bank, Pembiayaan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki FDR 122,03%, lebih tinggi dibanding FDR Bank Umum Syariah sebesar 83,01%. Tingginya FDR BPRS tersebut
46
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
merupakan fenomena umum sebagaimana yang terjadi pada BPR yang memiliki LDR di atas 100%. Tabel 3.4 Indikator Perbankan Syariah Miliar Rp No
Uraian
I 1 2 II A 1 2 B 1 2 3 III A 1 2 B 1 2 3 IV 1 2 V 1 2
Aset Bank Umum Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Penghimpunan Dana (Deposit) Jenis Bank Bank Umum Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Jenis Simpanan Giro Tabungan Deposito Penyaluran Dana (Financing) Jenis Bank Bank Umum Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Non Performing Financing (NPF) Bank Umum Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Financing to Deposit Ratio (FDR)1 Bank Umum Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
2006
2007
2008
2009
376 356 21 327 327 312 15 327 31 173 122 415 415 399 16 415 106 87 222 1,93 1,76 6,04 127,19 128,08 108,48
528 494 34 455 455 430 24 455 31 239 185 474 474 449 25 474 148 83 243 2,31 2,18 4,69 104,28 104,40 102,14
856 800 56 622 622 582 41 622 47 328 247 559 559 511 49 559 288 99 172 2,06 1,39 9,11 89,86 87,81 119,09
1.287 1.194 93 886 886 823 63 886 66 428 392 700 700 627 73 700 395 109 196 2,05 1,56 6,31 79,02 76,17 116,16
Posisi 1.769 1.643 127 1.323 1.323 1.229 94 1.323 87 595 641 968 968 862 106 968 460 123 385 3,96 3,77 5,56 73,16 70,09 113,46
2010 Pangsa % 100,00 92,85 7,15 100,00 100,00 92,92 7,08 100,00 6,60 44,95 48,45 100,00 100,00 89,02 10,98 100,00 47,54 12,72 39,74
Ptumb % 37,48 37,63 35,59 49,34 49,34 49,40 48,53 49,34 32,49 38,80 63,70 38,26 38,26 37,47 45,07 38,26 16,62 12,44 96,26
Posisi 2.364 2.196 168 1.793 1.793 1.669 124 1.793 135 813 845 1.537 1.537 1.386 151 1.537 570 181 786 2,14 1,84 4,89 85,71 83,01 122,03
2011 Pangsa % 100,00 92,90 7,10 100,00 100,00 93,08 6,92 100,00 7,53 45,34 47,13 100,00 100,00 90,15 9,85 100,00 37,10 11,78 51,12
Ptumb % 33,58 33,66 32,59 35,54 35,54 35,78 32,41 35,54 54,62 36,72 31,86 58,80 58,80 60,82 42,42 58,80 23,93 47,06 104,28
Penghimpunan Dana Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada akhir tahun 2011 sebesar Rp1.793 miliar, meningkat dibanding periode sebelumnya sebesar Rp1.323 miliar (35,54% yoy). Sebagaimana periode sebelumnya, komposisi DPK Perbankan Syariah didominasi oleh Deposito dengan pangsa 47,1% atau Rp845,1 miliar, selanjutnya Tabungan memiliki pangsa 45,3% atau Rp813,1 miliar dan Giro dengan pangsa terkecil sebesar 7,5% atau Rp134,9 miliar. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan Pembiayaan yang telah disalurkan oleh Perbankan Syariah pada tahun 2011 tumbuh 58,8%yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2010 (38,26%). Minat masyarakat dalam memanfaatkan pembiayaan syariah ditahun 2011 cukup tinggi. Jika pada tahun 2010 hanya terdapat 18.382 debitur pembiayaan, di tahun 2011 jumlah debitur bank syariah telah mencapai 29.754 atau tumbuh sebesar 61,86% yoy. Pemasaran yang cukup agresif oleh perbankan syariah, dan didukung oleh sosialisasi aktif
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
47
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Bank Indonesia mampu mendukung perkembangan kegiatan usaha Bank Syariah di DIY. Di sisi lain, perkembangan tersebut menunjukkan bahwa pasar memang ada. Sementara itu, kualitas pembiayaan perbankan Syariah menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) yang mengalami penurunan dari 3,96% (2010) menjadi 2,14% (2011).
48
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sejalan dengan perekonomian yang membaik, transaksi tunai dan non tunai meningkat cukup tinggi di DIY. Transaksi pembayaran tunai antara Bank Indonesia dengan Perbankan secara bulanan rata-rata meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, transaksi pembayaran non tunai juga meningkat tinggi, walaupun tidak setinggi peningkatan transaksi tunai. Pada periode laporan, temuan uang palsu yang terdata di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY relatif rendah, turun 80,27% dari tahun sebelumnya. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Masuk (Inflow) dan Aliran Uang Keluar (Outflow) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 2011 mendorong peningkatan transaksi tunai antara perbankan dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY. Rata-rata aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) per bulannya pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp913 miliar per bulan, naik 94,61% dari posisi tahun 2010 sebesar Rp469 miliar per bulan.
1.500 1.250 Inflow/Outflow (Miliar Rp)
1.000
Aliran Masuk Aliran Keluar Net Aliran Masuk PTTB
800 600
1.000 400 750 200
500
0
250 0
Net Inflow/PTTB (Miliar Rp)
1.750
-200 I
II
III 2009
IV
I
II
III
IV
I
2010
Grafik 4.1 Aliran Kas dan PTTB
II
III
IV
2011
49
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Sedangkan rata-rata outflow pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp666 miliar per bulan, meningkat 93,73% dari tahun sebelumnya sebesar Rp344 miliar per bulan. Dengan demikian, pada tahun laporan terjadi net inflow yang setiap bulannya secara rata-rata mencapai Rp248 miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar rata-rata Rp126 miliar. Penukaran Uang Penukaran uang pecahan kecil maupun uang tidak layak edar di loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY selama tahun 2011 tercatat sebesar Rp144 miliar, atau naik 18,47% dari tahun 2010 sebesar Rp121 miliar. Peningkatan kegiatan penukaran uang pecahan kecil di loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY bersumber dari peningkatan penukaran uang logam sebesar 212,44%, dari Rp2,3 miliar menjadi Rp7,2 miliar, sedangkan penukaran uang kertas meningkat 14,72% dari Rp119 miliar menjadi Rp137 miliar. Pada umumnya, permintaan penukaran uang kecil melonjak menghadapi hari-hari besar keagamaan untuk berbagai keperluan masyarakat. Tabel 4.1 Penukaran Uang Pecahan Kecil Juta Rp Pecahan Uang Kertas 1 10.000 2 5.000 3 2.000 4 1.000 Uang Logam 1 500 2 200 3 100 Total
2008 143.595 72.541 59.041 0 12.014 607 229 351 26 144.201
2009 80.077 37.007 25.767 13.307 3.996 1.339 998 249 92 81.416
2010 119.424 63.443 33.822 18.874 3.285 2.305 62 608 467 121.729
2011 Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV 13.942 19.134 90.704 13.226 6.991 9.800 30.841 6.530 4.425 6.216 27.373 4.147 1.745 2.962 24.639 2.278 781 156 7.851 270 711 1.829 3.420 1.243 2 9 287 148 106 165 503 209 109 187 480 134 14.652 20.963 94.124 14.469
Total 137.006 54.162 42.160 31.624 9.059 7.202 445 983 909 144.208
Ptumb1 (2010-11) 14,72 -14,63 24,65 67,56 175,78 212,44 618,08 61,79 94,72 18,47
Keterangan: 1)
%.
Jika dilihat dari pecahan uang yang ditukar, peningkatan tertinggi terjadi pada uang logam pecahan Rp500 yang meningkat 618,08% dan uang kertas pecahan Rp1.000 yang meningkat 175,78%. Tingginya peningkatan kegiatan penukaran pada kedua pecahan uang tersebut menunjukkan bahwa transaksi yang menggunakan uang kartal berdenominasi kecil masih banyak digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak komoditas barang/jasa
50
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
yang diperjualbelikan dengan menggunakan uang pecahan kecil, namun tidak menutup kemungkinan juga digunakan untuk uang kembalian. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal yang layak edar, KBI Yogyakarta secara rutin melakukan penyortiran dan peracikan menggunakan Mesin Sortir Uang Kertas (MSUK) dan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) yang untuk selanjutnya dimusnahkan. Pada tahun 2011, jumlah PTTB atas uang lusuh dan uang yang ditarik dari peredaran meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 47,03%, yaitu dari Rp1.931,7 miliar menjadi Rp2.480,1 miliar Berdasarkan denominasinya, peningkatan jumlah lembar PTTB terbesar adalah pecahan Rp2.000. Hal ini wajar mengingat perputaran uang tunai, khususnya uang pecahan kecil lebih tinggi, sehingga lebih cepat lusuh. Disamping itu, kualitas bahan uang pecahan kecil juga tidak sebaik uang dengan denominasi besar, seperti Rp100.000 dan Rp50.000. Tabel 4.2 Pemberian Tanda Tidak Berharga Juta Rp Pecahan
2008
100.000 403.644 50.000 464.705 20.000 124.197 10.000 103.520 5.000 66.517 2.000 1.000 23.647 500 29 100 4 Total 1.186.263
2009 220.094 216.373 142.531 81.818 65.957 0 16.477 29 3 743.282
2010 790.391 838.854 124.318 83.845 69.055 6.759 18.473 13 3 1.931.711
Trw-I 269.070 212.074 27.936 28.397 19.481 8.377 5.536 2 0 570.874
Trw-II 235.823 250.628 18.732 16.216 11.061 3.750 2.146 2 0 538.360
2011 Trw-III 406.448 365.888 33.692 23.495 11.285 3.516 1.121 3 0 845.448
Trw-IV Total 400.410 1.311.752 349.833 1.178.423 46.617 126.977 43.973 112.080 29.875 71.703 10.652 26.296 4.074 12.877 2 9 1 2 885.436 2.840.118
Ptumb1 (2010-11) 65,96 40,48 2,14 33,68 3,83 289,07 (30,30) (33,46) (50,98) 47,03
Keterangan: 1) %.
Temuan Uang Palsu Sepanjang tahun 2011, temuan uang palsu ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY mengalami penurunan, baik di sisi nominal maupun di sisi jumlah lembarnya. Uang palsu yang diketemukan sebanyak 432 lembar, turun 76,61% dari tahun 2010 yang tercatat sebanyak 1.847 lembar. Secara nominal, temuan uang palsu di
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
51
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY sebesar Rp33.540.000, turun 80,27% dari tahun 2010 sebesar Rp170.035.000. Tabel 4.3 Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan1 Lembar Tahun Emisi
Pecahan
100.000 2004 100.000 1999 50.000 2005 50.000 1999 50.000 1995 50.000 1993 20.000 2004 20.000 1998 20.000 1992 10.000 2005 10.000 1998 10.000 1992 5.000 2001 5.000 1992 Total (Rp)
2008
2009
2010
Trw-I 285 665 1.604 141 17 4 2 3 67 192 125 15 33 6 36 0 0 0 0 0 17 2 4 0 5 20 21 4 11 1 23 0 2 4 0 0 12 4 5 0 6 0 11 0 17 1 13 0 2 0 1 0 0 2 2 0 36.770.000 77.460.000 170.035.000 15.230.000
Trw-II 16 0 31 3 0 0 6 3 0 1 3 3 0 0 3.550.000
2011 Trw-III
Trw-IV
48 1 38 0 0 0 11 0 0 2 0 0 0 0 7.040.000
62 0 19 6 0 1 3 4 0 2 2 4 0 0 7.720.000
Total 267 4 103 9 0 1 24 7 0 5 5 7 0 0 33.540.000
Keterangan: 1) %.
Pecahan uang yang paling banyak dipalsukan adalah uang pecahan dengan nilai nominal besar, yaitu pecahan Rp100.000 tahun emisi 2004 dan Rp50.000 tahun emisi 2005 masing-masing sebesar 267 lembar dan 103 lembar. Selanjutnya, dalam rangka upaya preventif terhadap tindak pidana pemalsuan uang, maka Bank Indonesia menambahkan security feature pada emisi baru uang berdenominasi besar. Paralel dengan hal tersebut, sosialisasi secara berkala kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah juga dilakukan. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Transaksi Kliring Penyelesaian rata-rata transaksi harian non tunai melalui kliring pada tahun 2011 mengalami peningkatan, baik dilihat dari sisi rata-rata jumlah warkat maupun rata-rata nilai nominal per hari. Rata-rata nominal kliring pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp42 miliar per hari, meningkat 20,19% dari tahun 2010 sebesar Rp35 miliar per hari. Sedangkan rata-rata warkat kliring per hari pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.668 warkat per hari, tumbuh 5,06% dari tahun 2010 yang tercatat sebanyak 1.587 warkat per hari.
52
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Miliar Rp
Lembar
45
3.500 Nominal Kliring
Warkat Kliring
40 3.000 35 2.500
30 25
2.000
20 1.500 15 1.000
10 I
II
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
II
2010
III
IV
2011
Grafik 4.2 Transaksi Kliring
Dari sisi kualitas, rata-rata nilai nominal kliring ditolak per hari sedikit meningkat 15,83% dari 0,65 miliar per hari menjadi Rp0,75 miliar per hari pada tahun 2011. Namun demikian, rata-rata warkat yang ditolak per hari turun 6,60% dari 28 lembar per hari pada tahun 2010 menjadi 26 lembar per hari pada tahun laporan. Sejumlah alasan dapat melatarbelakangi penolakan kliring, antara lain tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi dan alasan lainnya, seperti rekening sudah ditutup atau saldo tidak cukup. Warkat kliring yang ditolak selanjutnya akan diadministrasikan oleh Bank Indonesia pada Tata Usaha Cek Kosong (TUCK) dan Tata Usaha Daftar Hitam (TUDH). Tabel 4.4 Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai Miliar Rp No
Uraian
2008
2009
2010
2011 Trw-I
Trw-II
Trw-III
Trw-IV
Total
Ptumb1 (2010-11)
KLIRING 1
Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar)
1.628
1.643
1.587
1.472
1.760
1.821
1.619
1.668
5,06
2
Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar)
17
24
28
28
31
24
23
26
-6,60
1,58
3
Rasio (2)/(1) dalam %
1,05
1,44
1,77
1,91
1,74
1,32
1,40
4
Rata-rata Nominal Kliring/Hari
34
34
35
33
42
49
43
42
20,19
5
Rata-rata Nominal Ditolak/Hari
0,397
0,575
0,650
0,790
0,951
0,683
0,588
0,753
15,83
6
Rasio (5)/(4) dalam %
1,18
1,67
1,87
2,39
2,27
1,39
1,38
1,81
RTGS 1
Rata-rata Warkat Keluar/Bulan (lembar)
2.917
3.577
3.917
3.930
3.950
4.520
5.207
4.402
2
Rata-rata Warkat Masuk/Bulan (lembar)
3.875
4.306
5.327
4.941
4.914
5.467
6.014
5.334
12,39 0,13
3
Rata-rata Outgoing Transfer/Bulan
2.747
3.193
3.900
5.130
4.884
5.465
6.061
5.385
38,09
4
Rata-rata Incoming Transfer/Bulan
5.178
4.608
6.477
5.775
4.913
6.381
9.064
6.533
0,86
5
Net Transfer (4)-(3)
2.431
1.414
2.578
644
30
916
3.002
1.148
-55,46
Keterangan: 1)
%.
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
53
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
1
Aktivitas sistem pembayaran non tunai melalui Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DIY pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari sisi warkat maupun dari sisi nominalnya. Hal ini tercermin pada rata-rata transfer masuk dan keluar antara wilayah DIY dan luar DIY. Laporan transaksi tersebut sudah mengeluarkan transaksi antar bank yang sama-sama berada di wilayah DIY. Dari sisi nominal, rata-rata incoming transfer per bulan naik 0,86% dari Rp6.477 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp6.533 miliar pada tahun 2011. Sedangkan rata-rata transfer keluar (outgoing transfer) per bulan naik 38,09% dari Rp3.900 miliar per bulan pada tahun 2010 menjadi Rp5.385 miliar per bulan pada tahun 2011. Dengan demikian maka transfer masuk bersih (net incoming transfer) ke sistem perbankan di wilayah DIY turun 55,46% dari Rp3.002 miliar menjadi Rp1.148 miliar. Di sisi warkat, rata-rata warkat masuk per bulan naik 0,13% dari 5.327 warkat pada tahun 2010 menjadi 5.334 warkat, sedangkan rata-rata warkat keluar naik 12,39% dari 3.917 warkat per bulan pada tahun 2010 menjadi 4.402 warkat pada tahun 2011. Miliar Rp
Lembar
10.000
6.500
9.000
6.000 5.500
8.000
5.000
7.000
4.500 6.000 4.000 5.000
3.500
4.000
3.000
3.000
2.500 2.000
2.000 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
Nominal Incoming Transfer
Nominal Outgoing Transfer
Warkat Incoming Transfer
Warkat Outgoing Transfer
.
IV
Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS
1
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi bernilai Rp.100 juta atau lebih.
54
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Peningkatan aktivitas BI-RTGS ini dapat dikatakan sebagai peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai, sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk mendorong masyarakat lebih banyak melakukan transaksi non tunai (less cash society). Peningkatan penggunaan transaksi non tunai juga dapat dijadikan sebagai cerminan kemajuan suatu daerah, terutama dalam menilai efisiensi dan intensitas aktivitas perekonomian
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
55
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAH Kinerja gabungan keuangan pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY tahun 2011,mengalami peningkatan baik di sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran. Secara umum, realisasi pos penerimaan APBD Gabungan mencapai Rp6.813 miliar, naik 18,82% dari tahun sebelumnya dan melebihi rencana awal (103,17%). Ketergantungan APBD di DIY terhadap pemerintah pusat masih dominan, tercermin dari kontribusi Dana Perimbangan mencapai Rp3.883 miliar (57,00%), sedangkan Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar Rp1.567 miliar (23,00%). Di sisi pengeluaran realisasi APBD sebesar Rp6.650 miliar, naik 16,41% dari tahun sebelumnya. Namun realisasi tersebut lebih rendah dari rencana awal (92,90%). Sementara itu, alokasi belanja daerah masih terkonsentrasi kepada belanja pegawai dan belanja barang dan jasa.
Peningkatan kinerja perekonomian DIY di tahun 2011 memberi dampak pada kinerja keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) gabungan di DIY di sisi Pendapatan maupun belanja daerah yang relatif lebih baik dibanding tahun 2010 masing-masing naik sebesar 18,82% dan 16,41%. Berdasarkan wilayah, pendapatan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota dibanding tahun sebelumnya seluruhnya meningkat dengan realisasi penerimaannya di atas 100%. Sedangkan di sisi pengeluaran, realisasi belanja seluruh pemerintahan daerah di DIY meningkat, masih dibawah anggaran yang telah ditetapkan. Seluruh wilayah di Provinsi DIY mengalami surplus dalam realisasi APBD 2011. Hal tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan pendapatannya yang meningkat lebih besar dari pertumbuhan belanja.
PENDAPATAN
APBD
GABUNGAN
PEMERINTAH
PROVINSI
DAN
KABUPATEN/KOTA Secara gabungan peningkatan realisasi pendapatan pemerintah daerah di DIY pada tahun 2011 didorong oleh tingginya peningkatan realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah 72,88%, diikuti dengan peningkatan Pandapatan Asli Daerah (21,95%) dan Dana
57
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Perimbangan (6,08%). Pos Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih memiliki share terbesar yakni masing-masing sebesar 57,00% dan 23,00%. Dengan komposisi tersebut, ketergantungan keuangan daerah terhadap pemerintah pusat masih tetap tinggi. Komponen terbesar dalam PAD adalah Hasil Pajak Daerah yang tumbuh 27,64% dengan proporsi 66,86%. Pertumbuhan penerimaan Pajak Daerah terutama berasal dari peningkatan penerimaan pajak kendaraan bermotor. Sementara itu pos Hasil Retribusi daerah terkontraksi 18,36%. Tabel 5.1 APBD Provinsi, Kabupaten, Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pendapatan Juta Rp.
APBD TOTAL No 1 A
B
C
Uraian Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Pendapatan Lainnya Pendapatan Tanpa Kode Rekening Jumlah Pendapatan
APBD 5.608.735 1.153.764 718.168 166.349 65.358 203.889 3.656.733 389.813 2.992.336 274.584 798.238 80.896 73.863 152.430 312.150 177.899 1.000 5.608.735
2010 Realisasi 5.734.034 1.284.722 820.604 172.939 64.432 226.746 3.660.777 393.857 2.992.336 274.584 788.536 80.478 73.869 152.166 308.844 172.279 900 5.734.034
% 102,23 111,35 114,26 103,96 98,58 111,21 100,11 101,04 100,00 100,00 98,78 99,48 99,83 98,94 96,84 #DIV/0! 102,23
APBD 6.603.893 1.396.561 922.444 133.615 66.988 273.514 3.838.717 290.828 3.330.557 217.332 1.368.615 64.411 268.072 726.523 103.064 206.545 6.603.893
2011 Realisasi 6.813.165 1.566.717 1.047.434 141.191 66.606 311.486 3.883.247 335.957 3.329.976 217.314 1.363.201 41.376 268.047 728.707 118.479 206.591 6.813.165
Growth % % Realisasi 10-11 103,17 18,82 112,18 21,95 113,55 27,64 105,67 (18,36) 99,43 3,37 113,88 37,37 101,16 6,08 115,52 (14,70) 99,98 11,28 99,99 (20,86) 99,60 72,88 64,24 (48,59) (100,00) 99,99 76,16 100,30 135,95 114,96 (31,23) 103,17 18,82
Keterangan: Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Berdasarkan wilayah, pertumbuhan realisasi PAD tertinggi di Bantul yang tumbuh 57,88%, diikuti Sleman 39,05%, Gunungkidul 28,08%, Kota Yogyakarta 27,56%, Provinsi DIY 13,50%, dan Kulonprogo 11,94%. Faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan PAD antara lain adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan penerimaan pendapatan pajak daerah. Sementara itu, share komponen terbesar dalam pos Dana Perimbangan masih bersumber dari Dana Alokasi Umum sebesar 85,75%. Berdasarkan wilayahnya, pertumbuhan Dana Perimbangan tertinggi adalah Provinsi DIY15,27%, diikuti Kulonprogo 7,67%, Gunungkidul 4,96%, Bantul 4,13%, Kota Yogyakarta 3,30% dan Sleman 1,85%. Sementara itu, Dana Perimbangan yang realisasinya di tahun 2010 tidak mencapai 100% hanya Gunungkidul.
58
Bab 5 – Keuangan Pemerintah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Peningkatan penerimaan dari pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terutama berasal dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang meningkat 135,95%, diantaranya berasal dari dana untuk dana rehabilitasi pasca bencana Merapi.
BELANJA PEMERINTAH Realisasi belanja daerah tahun 2011 tercatat sebesar Rp6.650 miliar, atau 92,90% dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi belanja tertinggi terjadi di Kabupaten Bantul sebesar 96,72%, diikuti oleh Kota Yogyakarta (94,07%), Sleman (92,82%), Kulonprogo (92,81%), Provinsi DIY (91,71%), dan Gunungkidul (89,55). Tabel 5.2 APBD Provinsi, Kabupaten, Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Belanja Juta Rp.
APBD TOTAL No 2 A
B
Uraian Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah Belanja Surplus/ (Defisit)
APBD 6.224.878 4.075.649 3.234.080 994 176.946 236.800 240.341 169.682 16.806 2.149.229 385.056 1.080.477 683.696 6.224.878 (616.143)
2010 Realisasi 5.711.964 3.932.704 3.123.233 657 173.537 216.497 241.085 165.181 12.514 1.779.261 341.414 944.022 493.824 5.711.964 22.070
% 91,76 96,49 96,57 66,04 98,07 91,43 100,31 97,35 74,46 82,79 88,67 87,37 72,23 91,76 (3,58)
APBD 7.158.084 4.679.256 3.629.878 600 175.514 285.992 294.704 267.375 25.193 2.478.828 414.278 1.231.779 832.772 7.158.084 (554.191)
2011 Realisasi 6.649.549 4.509.973 3.540.216 444 164.023 245.274 294.745 260.334 4.937 2.139.576 386.833 1.119.107 633.636 6.649.549 163.615
Growth % % Realisasi 10-11 92,90 16,41 96,38 14,68 97,53 13,35 73,89 (32,45) 93,45 (5,48) 85,76 13,29 100,01 22,26 97,37 57,61 19,60 (60,55) 86,31 20,25 93,38 13,30 90,85 18,55 76,09 28,31 92,90 16,41 (29,52) 641,34
Keterangan: Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Struktur pengeluaran Belanja APBD Gabungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota di DIY didominasi oleh pos Belanja Tidak Langsung dengan pangsa 67,82%. Realisasi pos Belanja Tidak Langsung didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 78,50%. Sedangkan realisasi belanja tidak langsung masih didominasi pos Belanja Barang dan Jasa dengan pangsa 52,31%. Sedangkan realisasi Belanja Modal pada tahun 2011 meningkat 28,31% dengan pangsa 29,62%. Peningkatan belanja modal pada tahun 2011 antara lain dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur pasca erupsi Merapi. Dengan melihat cerminan realisasi belanja tersebut, tampaknya masih ada ruang untuk mengoptimalkan belanja di daerah, khususnya untuk pembelanjaan yang dapat meningkatkan nilai tambah.
Bab 5 – Keuangan Pemerintah
59
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
SUMBER PEMBIAYAAN PEMERINTAH Realisasi angka gabungan APBD tahun 2011 Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota surplus Rp164 miliar. Sementara itu, sumber penerimaan pembiayaan masih didominasi oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya dengan pangsa 95,73%. Sementara, sumber pengeluaran pembiayaan terbesar adalah Pemberian Pinjaman daerah dengan pangsa 51,84%. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya meningkat 16,78% dibanding tahun sebelumnya.
Tabel 5.3 APBD Provinsi, Kabupaten, Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pembiayaan Juta Rp.
APBD TOTAL No
Uraian
3 A
Pembiayaan Daerah Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Lainnya Jumlah Penerimaan Pembiayaan B Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Penyelesaian Kegiatan DPA-L Pengeluaran Pembiayaan Lainnya Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Pembiayaan Netto Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA)
APBD 616.143 690.823 657.902 18.311 13.494 1.116 690.823 74.680 38.951 1.664 34.066 74.680 616.143 -
Keterangan: Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
60
Bab 5 – Keuangan Pemerintah
2010 Realisasi 619.635 688.763 657.902 27.262 2.468 1.132 688.763 69.128 38.449 1.663 29.016 69.128 619.635 641.705
% 100,57 99,70 100,00 148,88 18,29 101,38 99,70 92,56 98,71 99,98 85,18 92,56 100,57 -
APBD 554.191 631.609 606.542 21.841 2.109 1.116 631.609 77.417 29.535 995 44.740 2.147 77.417 554.191 -
2011 Realisasi 585.745 633.594 606.527 23.738 2.058 1.270 633.594 47.849 20.535 992 24.803 1.520 47.849 585.745 749.360
Growth % % Realisasi 10-11 105,69 (5,47) 100,31 (8,01) 100,00 (7,81) 108,69 (12,92) 97,57 (16,59) 113,83 12,28 100,31 (8,01) 61,81 (30,78) 69,53 (46,59) 99,61 (40,38) 55,44 (14,52) 61,81 (30,78) 105,69 (5,47) 16,78
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
BAB 6 KETENAGAKERJAAN Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ditopang dengan inflasi yang rendah berpengaruh pada membaiknya kesejahteraan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Indikator kesejahteraan yang membaik tersebut antara lain tercermin pada data pendapatan per kapita, tingkat pengangguran dan kualitas hidup sebagaimana tercermin pada indeks pembangunan manusia (IPM). Pendapatan per Kapita Pendapatan
per
kapita
penduduk
DIY
pada
tahun
2011
meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pendapatan per kapita penduduk DIY mencapai Rp 14,85 juta per tahun, tumbuh sebesar 12,52% dibanding tahun sebelumnya. Dalam ukuran mata uang US Dollar, pendapatan per kapita tersebut setara dengan USD 1.707,31 Akselerasi pendapatan per kapita tersebut akan dapat lebih ditingkatkan jika proyek-proyek besar di DIY dapat direalisasikan, seperti tambang pasir besi dan pabrik baja, pembangunan bandara dll. Tabel 6.1 PDRB Perkapita Rupiah Tahun
PDRB Perkapita (Ad. Harga Konstan 2000)
2006 2007 2008 2009* 2010** 2011***
Perubahan (%)
5.272.562 5.444.868 5.662.383 5.855.379 6.141.310 6.382.587
2,58 3,27 3,99 3,41 4,88 3,93
PDRB Perkapita (Ad. Harga Berlaku) 8.845.062 9.798.386 11.229.487 12.083.874 13.314.976 14.934.844
Perubahan (%) 14,85 10,78 14,61 7,61 10,19 12,17
Keterangan *) Angka sementara **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat-sangat sementara Sumber : BPS Provinsi DIY
Tenaga Kerja Jumlah penduduk usia kerja di DIY pada Agustus 2011 sebanyak 2,72 juta orang atau naik sebesar 0,96% dibandingkan Agustus 2010. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,87 juta orang atau 68,7% tergolong sebagai angkatan kerja, sedangkan sisanya tergolong bukan angkatan kerja baik karena sedang mengikuti sekolah, menjadi ibu rumah
Bab 6 – Ketenagakerjaan
61
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
tangga, ataupun menjalankan kegiatan lainnya. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 sebanyak 1,799 juta orang, naik sebesar 24 ribu orang bila dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2010. Tabel 6.2 Angkatan Kerja Ribu Orang
No A 1 2 B C D E
2009
Uraian
Feb 2.049 1.926 123 809 2.857 6,00% 71,70%
Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Terbuka Bukan Angkatan Kerja Penduduk Usia Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
2010 Agt 2.017 1.896 121 855 2.872 6,00% 70,23%
Feb 2.067 1.943 124 827 2.895 6,02% 71,41%
2011 Agt 1.882 1.775 107 816 2.698 5,69% 69,76%
1
Agt 1.873 1.799 74 851 2.724 3,97% 68,77%
Sumber : BPSProvinsi DIY
TPAK
Feb 1.937 1.831 106 749 2.686 5,47% 72,11%
di Provinsi DIY pada Agustus 2011 sebesar 68,77% turun jika
dibandingkan Agustus 2010 (69,76%). Pencapaian angka TPAK tersebut merupakan yang terendah selama 3 tahun terakhir. Rendahnya angka TPAK tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk bukan angkatan kerja baik karena menempuh pendidikan ataupun mengurus rumah tangga. TPAK yang menurun tersebut juga mengindikasikan bahwa jumlah penduduk yang masuk pasar kerja berkurang. Selanjutnya dikaitkan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang rendah, maka penduduk yang masuk ke pasar kerja sebagian besar merupakan tenaga kerja trampil. 12
10
9,75 9,11 8,46
8,39
8,14
7,87
8 6,08
%
6,1
6,04
6,00
6,00
7,41 6,02
5,38
6
7,14 5,69
6,8
6,56
5,47 3,97
4
2
0 Feb 07 Agst 07 Feb 08 Agst 08 Feb 09 Agst 09 Feb 10 Agst 10 Feb 11 Agst 11 Nasional
DIY
Sumber : BPS Provinsi DIY
Grafik 6.1 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY
1
TPAK adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, yaitu rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja.
62
Bab 6 – Ketenagakerjaan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi DIY lebih rendah dibanding TPT nasional. Tingkat TPT di Provinsi DIY dari tahun ke tahun berkisar antara 3,0% – 8,0%. Umumnya pada saat terjadi musim kemarau yang panjang ataupun faktor eksternal lain seperti kenaikan harga BBM dapat memicu tingginya TPT sebagaimana pernah terjadi pada bulan November 2005 dimana TPT mencapai 7,59%. Pada bulan Agustus 2011, TPT mencapai 3,97% jauh lebih kecil dibanding keadaan Agustus 2010 sebesar 5,69%. Berdasarkan daerahnya, tingkat penganggguran terbuka tertinggi terdapat di Kota Yogyakarta sebesar 5,57% dan Kabupaten Sleman 5,25%. Angka TPT di Provinsi DIY umumnya memang cukup tinggi di di wilayah non pertanian seperti Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman yang cenderung mengarah ke industri. Tabel 6.3 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama No
Lapangan Usaha
Sektor Tradeable A Pertanian B Pertambangan, Listrik, Gas, Air Bersih C Industri Pengolahan Sektor Non-Tradeable D Bangunan E Perdagangan, Hotel dan Restoran F Pengangkutan dan Komunikasi G Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan H Jasa Jumlah
2009 Feb
2010 Agt
Feb
2011 Agt
Feb
Agt
35,7% 1,3% 12,9%
30,1% 1,1% 12,5%
32,2% 1,0% 15,1%
30,4% 0,9% 13,9%
24,3% 1,3% 14,2%
24,0% 0,9% 14,8%
4,7% 22,3% 4,2% 1,6% 17,3% 100,0%
7,7% 24,0% 4,4% 2,6% 17,7% 100,0%
4,7% 22,9% 4,4% 2,2% 17,4% 100,0%
6,2% 24,7% 3,8% 2,2% 17,9% 100,0%
5,6% 26,0% 4,7% 2,2% 21,8% 100,0%
7,4% 26,7% 3,8% 2,8% 19,6% 100,0%
Sumber : BPS DIY
Secara sektoral, sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menyerap pekerja paling banyak yaitu masing-masing sebesar 26,7% dan 24,0%. Sektor lain yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor jasa-jasa (19,0%) dan industri pengolahan (14,8%). Sektor pertanian sampai saat ini masih memiliki pangsa yang cukup besar di dalam struktur perekonomian Provinsi DIY. Dengan rata-rata kepemilikan lahan yang kecil, maka tenaga kerja yang terserap cukup banyak. Sementara itu di sektor PHR, subsektor yang paling dominan menyerap tenaga kerja adalah subsektor perdagangan. Untuk sektor industri, disamping industri garmen dan furniture, maka yang menyerap tenaga kerja cukup tinggi adalah industri UMKM.
Bab 6 – Ketenagakerjaan
63
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Tabel 6.4 Indikator Status Ketenagakerjaan % No A
B
2009
Status Pekerjaan Utama
Feb 34,4 3,7 30,7 65,8 15,3 23,8 2,8 4,9 19,0
Formal Berusaha dibantu Buruh Tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Informal Berusaha Sendiri Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar Pekerja Bebas di Pertanian Pekerja Bebas di Non Pertanian Pekerja Keluarga/tak Dibayar
2010 Agt 35,4 3,0 32,4 64,6 14,3 23,8 2,9 7,7 15,9
Feb 34,7 3,5 31,2 65,2 14,5 24,5 2,3 5,2 18,7
Agt 34,5 3,9 30,6 65,5 13,8 24,4 2,0 6,5 18,9
2011 Feb 43,6 4,3 39,3 56,4 15,3 17,5 3,5 5,1 15,0
Agt 44,4 4,3 40,1 55,6 13,9 19,3 1,4 7,0 14,0
Sumber : BPS Provinsi DIY
Ditinjau dari sisi status ketenagakerjaan, tenaga kerja di DIY lebih didominasi oleh tenaga kerja informal. Porsi tenaga kerja informal di DIY selama 3 tahun terakhir tampak mengalami penurunan, yaitu dari 65,8% pada keadaan Februari 2009 menjadi 55,6% pada Agustus 2011. Peningkatan tenaga kerja di sektor formal antara lain dipengaruhi oleh perkembangan pesat di sektor PHR dan Jasa-jasa.
Ribu Rp 1800
808
1600
746 700
1400
586
1200
460
1000 800
500
399 687
600
674
802
751
820
657
400
400 200 0 2005
2006
2007 KHL/KHM
2008
2009 UMP
Grafik 6.2 Upah Minimum Provinsi
64
Bab 6 – Ketenagakerjaan
2010
2011
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Upah Minimum Provinsi (UMP)
2
Gubernur DIY melalui Keputusan Nomor 270/KEP/2010 tanggal 22 November 2010 menetapkan UMP 2011 sebesar Rp808.000,-. Jumlah tersebut lebih tinggi dari yang diusulkan oleh Dewan Pengupahan DIY sebesar Rp802.338,-, namun lebih rendah dari perhitungan rata-rata upah buruh di Yogyakarta yang dilakukan oleh Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY), yakni sebesar Rp837.319,-. Dari 33 Provinsi, Provinsi DIY merupakan salah satu dari 8 provinsi yang UMP-nya di atas Kebutuhan Hidup Layak.
Kemiskinan Nilai Garis Kemiskinan Provinsi DIY pada September 2011 sebesar Rp257.909,3
per kapita per bulan. Nilai garis kemiskinan tersebut meningkat dibandingkan dengan angka bulan Maret 2011 sebesar Rp249.629,- per kapita per bulan. Dengan garis kemiskinan tersebut, maka jumlah penduduk miskin pada periode Maret 2011- September 2011 mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 560,88 ribu orang pada Maret 2011 menjadi 564,23 ribu orang pada September 2011.
Chart Title
ribu orang
640
%
19,5
18,99
19 620
18,32
18,5 18
600 17,23 580
17,5 16,83
17
633,5 616,3
16,08
560 585,8
16,14
16,5 16
577,3 560,88
540
564,23
15,5 15
520
14,5 2007
2008
2009 Jumlah
2010
Mar 11
Sep 11
Persentase (%)
Grafik 6.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di DIY
2
3
UMP adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi pekerja lajang dengan 0 tahun masa kerja. Garis kemiskinan merupakan ambang batas kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun non makanan, yang memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak. Terjadinya pertumbuhan garis kemiskinan ini antara lain sejalan dengan terjadinya kenaikan harga barang akibat inflasi.
Bab 6 – Ketenagakerjaan
65
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Menurut sebarannya, penduduk miskin di perkotaan mencapai 52,98% dari total penduduk miskin, dan sisanya merupakan penduduk miskin perdesaan (47,02 persen). Perlu dilakukan upaya-upaya untuk menurunkan jumlah penduduk miskin, antara lain (1) pemetaan wilayah yang menjadi sentra kemiskinan sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat pada wilayah tersebut; (2) Peningkatan kegiatan usaha produktif; dan (3) Kestabilan harga harus dijaga optimal.
Indeks Kesengsaraan Relatif rendahnya tingkat inflasi dan juga angka TPT Provinsi DIY mendorong menurunnya angka indeks kesengsaraan di DIY tahun 2011. Indeks kesengsaraan mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi dan tingkat inflasi yang memburuk akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi bagi suatu negara. Indeks kesengsaraan dihitung dengan cara menjumlahkan persentase tingkat pengangguran terbuka dengan tingkat inflasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, indeks kesengsaraan DIY pada tahun 2011 adalah sebesar 7,85% menurun dibanding 2010 sebesar 13,07%, lebih rendah dari angka nasional sebesar 10,35%. %
19,45
19 DIY
Nasional
17 15,70 15
13
15,26
14,10
14,09
13,07 10,65
11
10,35 9 8,93
7,85
7 2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 6.4 Indeks Kesengsaraan
Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi DIY mengalami peningkatan. IPM merupakan indeks komposit yang menggambarkan pencapaian kualitas pembangunan manusia. Indeks ini mewakili komponen yang diperlukan manusia untuk dapat hidup secara
66
Bab 6 – Ketenagakerjaan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
lebih berkualitas, yakni aspek kesehatan, pendidikan dan aspek ekonomi. Tiga aspek ini menunjukkan tingkat pembangunan manusia suatu wilayah melalui pengukuran penduduk yang sehat dan berumur panjang, berpendidikan dan berketrampilan, serta memiliki pendapatan yang memungkinkan untuk hidup layak.
Tabel 6.5 Indeks Pembangunan Manusia Indikator 1. 2. 3.
Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (tahun)
2007 75,5 87,78 8,59
2008 75,70 89,46 8,71
2009
2010
75,80 90,18 8,78
76,00 90,84 9,1 75,77
IPM
74,15
74,88
75,23
Reduction Shortfall
1,72
2,81
1,39
Sumber : Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial, BPS Februari 2012
Nilai IPM DIY tahun 2010 sebesar 75,77 meningkat dibandingkan indeks pada tahun sebelumnya 75,23. Dengan pencapaian ini, posisi pembangunan manusia di Provinsi DIY masuk dalam kategori kelompok ‘menengah atas’, yakni pada range 66 hingga 79. Kenaikan IPM didukung oleh peningkatan estimasi harapan hidup dari 75,8 pada tahun 2009 menjadi 76,00 pada tahun 2010. Dari segi pendidikan, angka melek huruf meningkat dari 90,18 menjadi 90,84 dan rata-rata lama sekolah juga meningkat dari 8,78 tahun menjadi 9,1.
Bab 6 – Ketenagakerjaan
67
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab 7 Prospek Perekonomian PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI Pemulihan ekonomi global pada tahun 2012 sedikit terancam dengan semakin tidak menentunya penyelesaian krisis di Zona Euro dan kerapuhan di tempat lain. Kondisi keuangan diprediksi memburuk, prospek pertumbuhan juga makin redup, dan risiko resesi makin meningkat. Output global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,25% tahun 2012 1
turun sekitar 0,75% dibandingkan dengan proyeksi September 2011 . Secara umum, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang diperkirakan juga melambat karena buruknya lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan internal. Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan masih tumbuh cukup kuat pada kisaran 6,0% - 6,5%.
Ditengah ketidakpastian penyelesaian krisis Eropa,
perekonomian Indonesia masih tumbuh cukup tinggi didorong oleh masih kuatnya konsumsi juga ditopang oleh investasi yang membaik sejalan dengan makin bagusnya peringkat Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi global. Sementara itu, impor Indonesia lebih didominasi barang modal sehingga dapat memicu perkembangan industri pengolahan dalam negeri. Sektor transportasi dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor industri pengolahan diperkirakan akan menjadi motor utama penggerak ekonomi di Indonesia. Dalam rangka pengendalian harga, pemerintah berusaha menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi yang merupakan prasyarat penting tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Rencana Kerja Pemerintah tahun 2012 disusun berdasarkan tema “Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Inklusif, dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat” dan diterjemahkan ke dalam 11 (sebelas) prioritas nasional dan tiga prioritas nasional lainnya. Sebelas prioritas pembangunan nasional tersebut, yaitu: (a) reformasi birokrasi dan tata kelola; (b) pendidikan; (c) kesehatan; (d) penanggulangan kemiskinan; (e) ketahanan pangan; (f) infrastruktur; (g) iklim investasi dan iklim usaha; (h) energi; (i) lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; (j) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik; serta (k) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. 1
World Economic Outlook Update, IMF, Januari 2012.
69
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Sedangkan tiga prioritas nasional lainnya meliputi (a) bidang politik, hukum, dan keamanan; (b) bidang perekonomian; dan (c) bidang kesejahteraan rakyat. Sementara itu, Pemprov DIY telah mencanangkan satu tema pembangunan yang merupakan tema RKPD 2012, yaitu akselerasi pemulihan pembangunan DIY akibat dampak bencana guna meningkatkan kesejahteraan rakyat secara bersinergi. Tema RKPD ini selanjutnya dituangkan dalam 7 prioritas pembangunan yaitu meliputi sektor (1) Pariwisata dan Agro Industri, (2) Pendidikan dan Kebudayaan, (3) Iklim Investasi dan usaha, (4) Infrastruktur, (5) Penanggulangan Kemiskinan, (6) Lingkungan Hidup dan Bencana dan, (7) Kesehatan. Pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan akan mencapai 5,60%±0,5% yang terutama didorong oleh konsumsi dan investasi. Tabel 7.1 Produk Domestik Regional Bruto DIY (Juta Rp - %)
No 1 2 3 4
Jenis Penggunaan Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal tetap Domestik Bruto Lainnya PDRB
2010* Ptumb Andil 7,3% 3,3 2,8% 0,6 3,4% 0,9 0,8% 0,1 4,9% 4,9
2011** Nominal Ptumb Andil 10.568.418 7,0% 3,3 4.437.715 5,3% 1,1 5.815.812 4,6% 1,2 1.307.762 -5,6% (0,4) 22.129.707 5,2% 5,2
2012f Nominal Ptumb Andil 11.292.263 6,8% 3,3 4.570.853 3,0% 0,6 6.004.306 3,2% 0,9 1.501.588 14,8% 0,9 23.369.010 5,6% 5,6
Keterangan: *) Angka sementara. **) f
Angka sangat sementara. Angka perkiraan.
Sumber: BPS Provinsi DIY, diolah.
Di tahun 2012, strategi pembangunan Pemerintah DIY tidak hanya difokuskan pada upaya mencapai pertumbuhan semata (pro growth) melainkan juga mengarah pada pertumbuhan yang berkualitas yang berfihak pada rakyat miskin (pro poor) dan penciptaan lapangan kerja (pro job). Dengan kombinasi tersebut, disamping terjadinya peningkatan konsumsi karena meningkatnya pendapatan masyarakat diharapkan juga terjadi peningkatan investasi yang dapat membuka lapangan kerja baru. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan BPS (2010) struktur investasi di Provinsi DIY selama periode 2006 – 2010 sebesar 60,28% merupakan investasi dalam bentuk tanah 2
bangunan diikuti untuk mesin dan kendaraan sebesar 30,45% . Tingginya investasi pada tanah dan bangunan ini menyebabkan cukup rendahnya penyerapan tenaga kerja atas 2
Analisis Pembentukan Investasi di Provinsi DIY 2010, BAPPEDA Provinsi DIY 2011.
70
Bab 7 – Prospek Perekonomian
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
investasi yang dilakukan. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, investasi di Provinis DIY didominasi oleh sektor PHR; sektor Jasa-jasa; dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Tabel 7.2 Produk Domestik Regional Bruto DIY (Juta Rp - %)
No
Sektor
A. Tradable 1 Pertanian 2 Pertambangan & Penggalian 3 Industri Pengolahan B. Non-Tradable 4 Listrik, Gas, & Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Prsh 9 Jasa-jasa PDRB
2010* Ptumb Andil 2,7% 0,9 -0,3% (0,0) 0,9% 0,0 7,0% 0,9 5,9% 4,0 4,0% 0,0 6,1% 0,6 5,3% 1,1 5,7% 0,6 6,4% 0,6 6,4% 1,1 4,9% 4,9
2011** Nominal Ptumb Andil 6.695.675 2,0% 0,6 3.555.797 -2,1% (0,4) 156.711 12,0% 0,1 2.983.167 6,8% 0,9 15.434.032 6,6% 4,5 201.243 4,3% 0,0 2.187.805 7,2% 0,7 4.611.402 5,2% 1,1 2.430.696 8,0% 0,9 2.185.221 7,9% 0,8 3.817.665 6,5% 1,1 22.129.707 5,2% 5,2
2012f Nominal Ptumb Andil 6.852.390 2,3% 0,7 3.717.837 4,6% 0,7 162.942 4,0% 0,0 2.971.611 -0,4% (0,1) 16.516.620 7,0% 4,9 215.421 7,0% 0,1 2.411.830 10,2% 1,0 4.977.737 7,9% 1,7 2.601.770 7,0% 0,8 2.313.091 5,9% 0,6 3.996.772 4,7% 0,8 23.369.010 5,6% 5,6
Keterangan: *)
Angka sementara.
**)
Angka sangat sementara.
f
Angka perkiraan.
Sumber: BPS Provinsi DIY, diolah.
Secara sektoral, di tahun 2012 sektor PHR diperkirakan masih tetap menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi DIY. Pada sektor ini, subsektor Perdagangan dan subsektor Restoran merupakan penggerak utamanya. Walaupun demikian, ketiga subsektor yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran pada dasarnya saling berkaitan dan semuanya terkait erat dengan tingginya kunjungan wisatawan. Di tahun 2012 diperkirakan masih akan cukup banyak investor yang akan menanamkan uangnya untuk pendirian hotel dan bahkan akhir-akhir ini dikombinasi dengan kondominium hotel (kondotel) dan apartemen. Sementara itu, pesatnya pertumbuhan restoran diperkirakan akan makin meningkatkan popularitas wisata kuliner di Provinsi DIY. Selain sektor PHR, sektor bangunan diperkirakan juga akan menjadi penyumbang penting dalam pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2012. Masih tingginya permintaan rumah hunian termasuk apartemen, kondominium, pembangunan hotel, serta akan segera dimulainya pembangunan bandara internasional di Kulonprogo diperkirakan akan lebih memberikan insentif terhadap sektor ini untuk lebih berkembang. Sektor Pertanian yang pada dua tahun sebelumnya kontraktif, pada tahun ini akan tumbuh positif. Infrastruktur pasca erupsi merapi sudah pulih dan cuaca yang mendukung diperkirakan akan menambah luas area panen di DIY.
Bab 7 – Prospek Perekonomian
71
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Sementara itu, inflasi pada tahun 2012 diperkirakan pada kisaran 5,22±1% dengan kecenderungan bias ke bawah. Cukup rendahnya pencapaian inflasi Kota Yogyakarta diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2012. Melimpahnya pasokan padi karena musim penghujan yang cukup panjang diperkirakan akan menjaga harga beras lebih stabil. Selain itu, pada tahun 2012 diperkirakan cuaca akan berjalan normal, sehingga hasil panen produk hortikultura seperti cabe, bawang merah, kacang-kacangan, jagung dll. dapat berproduksi secara normal dan sesuai jadwal. Faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat menghambat kenaikan harga-harga antara lain adalah: (1) menurunnya harga emas yang diperkirakan akan kembali ke level harga normal sekitar USD 1.600 per troy ounce (1 troy ounce = 31.1034768 gram) sehingga dapat menahan laju inflasi di kelompok sandang; (2) masih ditundanya pencabutan subsidi BBM premium; dan (3) Ekspektasi masyarakat yang mendukung. Tabel 7.3 Inflasi Kota Yogyakarta (tahun dasar 2007) No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM
2008 14,87 9,40 13,60 8,36 8,23 5,77 2,97 9,88
2009 3,91 7,50 1,40 5,81 1,86 2,26 (1,23) 2,93
2010 18,86 5,47 5,49 5,41 1,97 4,25 5,57
2011 1,83 7,07 3,01 9,40 5,64 1,73 2,39
2012f 5,54 6,90 2,57 8,87 0,55 4,11 7,99
7,38
3,88
5,22
Keterangan: f: Proyeksi Dalam % Sumber: BPS Provinsi DIY, diolah.
Sementara itu beberapa faktor yang kemungkinan dapat mendorong inflasi di tahun 2012 antara lain adalah: (a) belum adanya kepastian penyelesaian krisis eropa dan amerika yang dapat berpengaruh pada fluktuasi nilai tukar sehingga menimbulkan resiko imported inflation, (b) masih cukup tingginya harga minyak dunia yang memungkinkan Pemerintah mencabut subsidi BBM, (c) adanya wacana untuk membatasi impor hortikultura membawa kemungkinan terjadinya kenaikan harga hortikultura dalam negeri dan, (d) masuknya bulan puasa yang berbarengan dengan libur sekolah dan tahun ajaran baru sehingga kemungkinan dapat meningkatkan permintaan.
72
Bab 7 – Prospek Perekonomian
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
PROSPEK PERBANKAN Kinerja Perbankan DIY tahun 2012 diperkirakan masih tumbuh didukung oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi DIY yang tumbuh cukup tinggi. Cukup tingginya investasi swasta di sektor PHR, infrastruktur dan industri diperkirakan turut mendorong tingginya permintaan kredit. Sementara itu, tingginya pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan semakin membuka peluang perbankan untuk mengucurkan dananya dalam bentuk kredit. Kondisi ini masih didukung pula oleh cukup rendahnya suku bunga acuan sehingga investor dapat memperoleh harga kredit yang relatif murah. Pada tahun 2012, pertumbuhan aset perbankan diperkirakan mencapai 16% - 20%. Pertumbuhan aset tersebut terutama berasal dari peningkatan pertumbuhan kredit yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 18% - 20%. %
21.0
20.00
19.0
18.00
17.0
18.89
17.0 15.0
19.0
16.21
16.74
15.0
17.46 16.21
15.55
16.00
16.60
17.33
13.0
14.00
13.0 11.0
10.34
11.0
11.68
9.53
9.0
9.0
7.0
7.0
5.0
5.0 2007
2008
2009
2010
2011
2007
2012
Grafik 7.1. Proyeksi Aset Bank Umum 2012
2008
2009
2010
2011
2012
Grafik 7.2. Proyeksi DPK Bank Umum 2012
Sementara itu, penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan diperkirakan tumbuh 14%-18%. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan makin tingginya minat masyarakat dalam memanfaatkan kemudahan bertransaksi melalui perbankan diperkirakan akan membuat makin meningkatkan jumlah penabung di perbankan. Dengan kondisi tersebut, angka Loan to Deposit Ratio (LDR) diperkirakan berada pada kisaran 60,00%- 62,00%. %
%
25.0
70.0
23.0
65.0 23.03
21.0 19.0
58.14 62.34
20.19
60.00
55.0
15.64
17.0
62.00
20.00 60.0
21.14
18.00 50.0
15.0 13.0
55.74
55.07
57.45
45.0
11.0
11.91
40.0
9.0
35.0
7.0
30.0
5.0 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Grafik 7.4. Proyeksi Kredit Bank Umum Tahun 2012
2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 7.5. Proyeksi LDR Bank Umum 2012
Bab 7 – Prospek Perekonomian
2012
73
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
PROSPEK KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan Daerah gabungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di DIY pada tahun 2012 diperkirakan tumbuh sebesar 9,40% dibandingkan tahun anggaran sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama berasal dari Dana Perimbangan yang diperkirakan tumbuh sebesar 19,92% yang merupakan sumber pemasukan utama APBD DIY. Sebagian besar Dana Perimbangan yang diterima Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota di DIY berupa Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai 88,55%, sementara Bagi Hasil Pajak dan Dana Alokasi Khusus relatif kecil. Selain dana perimbangan, sumber pendapatan daerah lainnya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Pada kelompok PAD, pos terbesar yaitu pada penerimaan Hasil Pajak Daerah diperkirakan tumbuh 9,56% dengan pangsa 67,68%. Berkaca dari pencapaian realisasi PAD tahun 2011 yang melampaui target perencanaan, pada tahun 2012 realisasi PAD kemungkinan juga akan mencapai target yang sudah direncanakan. Sementara pada kelompok lain-lain pendapatan yang sah sumbangan terbesar diperkirakan berasal dari pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dengan pangsa 59,90%. Tabel 7.4 APBD Provinsi, Kabupaten, Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Pendapatan Juta Rp.
APBD TOTAL No 1 A
B
C
Uraian APBD 6.603.893 1.396.561 922.444 133.615 66.988 273.514 3.838.717 290.828 3.330.557 217.332 1.368.615 64.411 268.072 726.523 103.064 206.545 -
Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Pendapatan Lainnya Pendapatan Tanpa Kode Rekening
2011 Realisasi 6.813.165 1.566.717 1.047.434 141.191 66.606 311.486 3.883.247 335.957 3.329.976 217.314 1.363.201 41.376 268.047 728.707 118.479 206.591 -
% 103,17 112,18 113,55 105,67 99,43 113,88 101,16 115,52 99,98 99,99 99,60 64,24 99,99 100,30 114,96 -
2012 APBD 7.224.409 1.493.202 1.010.657 149.150 72.387 261.008 4.603.385 270.049 4.076.315 257.021 1.127.822 13.747 251.408 675.569 39.015 148.082 -
Growth % APBD 11-12 9,40 6,92 9,56 11,63 8,06 (4,57) 19,92 (7,14) 22,39 18,26 (17,59) (78,66) (6,22) (7,01) (62,14) -
Keterangan: Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Dilihat dari segi kemandiriannya, tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap bantuan
74
pihak
ekstern
(terutama
pemerintah
Bab 7 – Prospek Perekonomian
pusat)
semakin
meningkat.
Hal
ini
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
3
ditunjukkanoleh angka rasio kemandirian
sebesar 28,21% tahun 2012, lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya (33,67%). Tabel 7.5 APBD Provinsi, Kabupaten, Kota Se Wilayah Provinsi DIY - Sisi Belanja dan Pembiayaan Juta Rp.
APBD TOTAL No
Uraian
2 A
Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa Belanja Tidak Terduga B Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Surplus/ (Defisit) 3 Pembiayaan Daerah A Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Lainnya B Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Penyelesaian Kegiatan DPA-L Pengeluaran Pembiayaan Lainnya Pembiayaan Netto Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA)
APBD 7.158.084 4.679.256 3.629.878 600 175.514 285.992 294.704 267.375 25.193 2.478.828 414.278 1.231.779 832.772 (554.191) 554.191 631.609 606.542 21.841 2.109 1.116 77.417 29.535 995 44.740 2.147 554.191 -
2011 Realisasi 6.649.549 4.509.973 3.540.216 444 164.023 245.274 294.745 260.334 4.937 2.139.576 386.833 1.119.107 633.636 163.615 585.745 633.594 606.527 23.738 2.058 1.270 47.849 20.535 992 24.803 1.520 585.745 749.360
% 92,90 96,38 97,53 73,89 93,45 85,76 100,01 97,37 19,60 86,31 93,38 90,85 76,09 (29,52) 105,69 100,31 100,00 108,69 97,57 113,83 61,81 69,53 99,61 55,44 105,69 -
2012 Growth % APBD APBD 11-12 7.606.099 6,26 5.051.681 7,96 3.881.148 6,92 465 (22,54) 100 438.347 149,75 204.125 (28,63) 281.935 (4,33) 195.467 (26,89) 50.096 98,85 2.554.418 3,05 409.486 (1,16) 1.255.033 1,89 889.899 6,86 (381.690) (31,13) 386.790 (30,21) 454.932 (27,97) 421.492 (30,51) 1.566 (92,83) 30.759 1.358,13 1.116 68.142 (11,98) 64.658 118,92 1.084 8,91 2.400 (94,64) 386.790 (30,21) 5.100 -
Keterangan: Sumber: Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
Disisi belanja, prioritas alokasi belanja Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota di DIY terutama pada belanja tidak langsung dengan pangsa 66,42%, dimana bagian terbesar dari belanja tidak langsung ini adalah belanja pegawai. Pada kelompok belanja langsung, pos pengeluaran terbesar adalah pada pos belanja barang dan jasa. Sementara alokasi belanja modal hanya sebesar 11,70% terhadap total belanja pemerintah, sehingga kemampuan pemerintah untuk mendorong pembangunan belum optimal. 3
Rasio Kemandirian menggambarkan tingkat ketregantungan daerah terhadap sumber sumber dana ekstern. Rasio ini dihitung dengan rumus: Pendapatan Asli Daerah (PAD)/Bantuan Pemerintah pusat/propinsi & pinjaman.
Bab 7 – Prospek Perekonomian
75
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011
Dengan komposisi pendapatan dan belanja sebagaimana dijelaskan di atas, APBD Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota di DIY diperkirakan akan mengalami defisit sebesar Rp 381,69 miliar yang akan ditutup dari sisa lebih perhitungan angggaran tahun sebelumnya.
76
Bab 7 – Prospek Perekonomian
[Type text]
Lampiran
77
Lampiran
PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Perikanan c. Lainnya1 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Real Estat
2007 Jumlah 4.941,80 3.610,61 120,49 1.210,71 258,76 258,76 4.475,68 4.475,68 423,37 398,57 24,80 3.470,71 6.326,70 2.701,53 549,13 3.076,04 3.318,45 2.416,33 84,77 2.042,21 197,84 91,51 902,12 3.188,43 491,85 2.219,81 476,77 6.512,83 4.598,17 1.914,66 32.916,74
2008 Jumlah 5.993,78 4.419,01 149,98 1.424,79 280,11 280,11 5.062,27 5.062,27 488,33 461,85 26,48 4.075,61 7.321,30 3.150,43 717,18 3.453,69 3.739,70 2.793,30 100,51 2.326,74 255,87 110,19 946,39 3.724,29 695,72 2.467,06 561,51 7.416,30 5.238,29 2.178,01 38.101,68
c. Lainnya2 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta PDRB Keterangan: Sumber BPS 1 : Perkebunan, peternakan, dan kehutanan 2 : Lembaga keuangan bukan bank, Jasa penunjang keuangan, dan Jasa perusahaan
2009 Jumlah 6.366,77 4.652,26 167,32 1.547,19 293,98 293,98 5.528,86 5.528,86 560,32 531,45 28,87 4.431,41 8.165,61 3.497,03 801,87 3.866,71 3.809,09 2.840,05 108,27 2.325,99 279,76 126,02 969,05 4.090,67 735,28 2.742,48 612,92 8.160,33 5.762,62 2.397,71 41.407,05
I 2.078,60 1.690,87 54,37 333,37 71,39 71,39 1.437,01 1.437,01 144,57 137,08 7,49 993,82 2.110,39 896,22 199,88 1.014,29 956,01 713,51 27,54 586,87 69,27 29,83 242,50 1.061,92 214,47 673,66 173,79 2.074,70 1.441,71 632,99 10.928,43
II 1.266,44 814,87 50,13 401,44 73,86 73,86 1.539,44 1.539,44 145,57 138,08 7,50 1.104,84 2.259,60 968,33 245,26 1.046,01 1.014,69 754,58 31,04 609,85 80,52 33,17 260,11 1.066,15 205,07 691,98 169,09 2.379,93 1.729,04 650,89 10.850,52
2010 III 1.783,92 1.279,44 39,29 465,19 78,47 78,47 1.688,07 1.688,07 155,47 147,69 7,78 1.234,36 2.423,83 1.071,37 223,35 1.129,12 1.080,36 800,02 31,84 636,36 89,10 42,71 280,35 1.172,50 208,96 789,16 174,38 2.321,90 1.636,52 685,37 11.938,89
IV 1.515,74 1.032,81 37,19 445,73 80,93 80,93 1.732,12 1.732,12 161,46 153,40 8,06 1.500,39 2.214,36 948,80 199,43 1.066,12 1.068,90 784,40 26,06 646,38 68,50 43,46 284,50 1.252,10 247,33 825,84 178,93 2.381,75 1.683,13 698,62 11.907,75
Jumlah 6.644,69 4.817,98 180,98 1.645,73 304,66 304,66 6.396,64 6.396,64 607,07 576,25 30,82 4.833,42 9.008,18 3.884,72 867,92 4.255,54 4.119,97 3.052,52 116,49 2.479,47 307,39 149,17 1.067,45 4.552,67 875,83 2.980,65 696,19 9.158,28 6.490,41 2.667,87 45.625,59
I 2.302,74 1.844,63 48,83 409,29 86,50 86,50 1.779,91 1.779,91 160,12 152,62 7,50 1.092,77 2.342,82 999,30 219,41 1.124,11 1.079,92 793,79 20,77 645,46 84,34 43,23 286,12 1.221,87 252,49 769,16 200,22 2.383,15 1.660,73 722,41 12.449,79
II 1.533,99 1.039,51 48,38 446,11 89,12 89,12 1.862,42 1.862,42 169,67 161,83 7,84 1.227,15 2.496,58 1.068,16 258,06 1.170,36 1.122,55 827,15 24,10 669,58 88,55 44,92 295,40 1.248,51 255,41 786,55 206,55 2.492,79 1.756,05 736,74 12.242,78
2011 III 1.785,87 1.231,12 49,72 505,03 91,67 91,67 1.998,36 0 1.998,36 165,68 157,14 8,54 1.367,39 2.681,54 1.165,93 278,37 1.237,24 1.177,48 866,80 22,87 695,44 101,47 47,02 310,68 1.288,53 253,10 818,42 217,02 2.774,24 2.005,03 769,21 13.330,76
IV 1.748,19 1.230,07 49,58 468,55 94,51 94,51 1.793,33 1.793,33 180,44 171,17 9,27 1.893,29 2.725,65 1.162,22 296,49 1.266,94 1.192,98 881,00 24,58 703,84 105,24 47,34 311,98 1.399,32 283,95 890,36 225,01 2.731,07 1.955,10 775,97 13.758,77
Jumlah 7.370,79 5.345,33 196,50 1.828,96 361,79 361,79 7.434,02 7.434,02 675,91 642,76 33,15 5.580,60 10.246,58 4.395,61 1.052,32 4.798,65 4.572,93 3.368,74 92,32 2.714,32 379,59 182,51 1.204,18 5.158,23 1.044,94 3.264,49 848,80 10.381,24 7.376,91 3.004,33 51.782,09
PDRB DIY Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku 2009 2010 2007 2008 Jenis Penggunaan Jumlah Jumlah Jumlah I II III IV 1. Konsumsi Rumahtangga 15.674,78 18.615,70 20.610,79 5.407,64 5.619,35 6.016,85 6.155,03 a. Makanan 7.431,55 8.762,85 9.608,85 2.525,05 2.652,25 2.824,76 2.934,08 b. Bukan Makanan 8.243,23 9.852,85 11.001,93 2.882,59 2.967,09 3.192,09 3.220,95 2. Konsumsi Pemerintah 7.980,67 9.727,10 10.789,37 2.632,45 3.139,92 2.800,55 3.137,01 3. PMTDB 10.834,67 12.983,26 13.964,32 3.289,64 3.518,31 3.838,90 4.380,98 4. Lainnya *) (1.573,39) (3.224,38) (3.957,42) (401,30) (1.427,05) (717,41) (1.765,28) PDRB 32.916,74 38.101,68 41.407,05 10.928,43 10.850,52 11.938,89 11.907,75 Keterangan: Sumber BPS *) Konsumsi Lembaga Nirlaba, Ekspor, Impor, Perubahan inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual) PMTDB : Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
78
2011 Jumlah I II III IV 23.198,86 6.330,63 6.425,84 6.695,84 6.867,33 10.936,14 3.013,91 3.024,30 3.140,65 3.229,90 12.262,72 3.316,72 3.401,54 3.555,20 3.637,44 11.709,93 2.806,56 3.078,84 3.466,55 3.704,38 15.027,84 3.589,92 3.790,92 4.202,80 4.875,73 (4.311,04) (277,32) (1.052,82) (1.034,44) (1.688,67) 45.625,59 12.449,79 12.242,78 13.330,76 13.758,77
Jumlah 26.319,64 12.408,75 13.910,89 13.056,33 16.459,38 (4.053,26) 51.782,09
Lampiran
PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 2007 2008 LAPANGAN USAHA Jumlah Jumlah 1. PERTANIAN 3.333,38 3.523,94 a. Tanaman Bahan Makanan 2.492,37 2.673,40 b. Perikanan 84,03 87,24 c. Lainnya1 756,98 763,30 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 138,36 138,33 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 138,36 138,33 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2.528,02 2.562,55 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 2.528,02 2.562,55 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 165,77 174,93 a. Listrik 152,78 162,22 b. Gas c. Air Bersih 12,99 12,71 5. KONSTRUKSI 1.732,94 1.838,43 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 3.750,36 3.947,66 a. Perdagangan Besar & Eceran 1.613,88 1.698,74 b. Hotel 287,90 342,33 c. Restoran 1.848,58 1.906,59 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1.875,31 2.008,92 a. Pengangkutan 1.286,54 1.351,43 1. Angkutan Rel 36,85 39,52 2. Angkutan Jalan Raya 1.041,60 1.073,13 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 5. Angkutan Udara 159,11 185,36 6. Jasa Penunjang Angkutan 48,98 53,43 b. Komunikasi 588,77 657,48 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 1.695,16 1.793,79 a. Bank 250,72 318,86 b. Real Estat 1.181,98 1.210,45 c. Lainnya2 262,46 264,49 9. JASA-JASA 3.072,20 3.223,93 a. Pemerintahan Umum 2.121,21 2.230,82 b. Swasta 950,99 993,11 PDRB 18.291,51 19.212,48 Keterangan: Sumber BPS 1 : Perkebunan, peternakan, dan kehutanan 2 : Lembaga keuangan bukan bank, Jasa penunjang keuangan, dan Jasa perusahaan
2009 Jumlah 3.642,70 2.773,29 92,54 776,86 138,75 138,75 2.610,76 2.610,76 185,60 172,77 12,83 1.923,72 4.162,12 1.791,89 364,12 2.006,10 2.128,59 1.416,84 44,03 1.104,48 209,57 58,76 711,75 1.903,41 329,11 1.284,73 289,56 3.368,61 2.332,56 1.036,06 20.064,26
I 1.174,34 982,33 29,51 162,51 33,32 33,32 666,66 666,66 47,39 44,10 3,29 426,46 1.047,43 446,43 88,72 512,28 525,99 347,18 10,98 271,32 50,88 14,00 178,81 478,46 91,33 308,59 78,54 830,33 567,07 263,26 5.230,38
II 726,44 503,02 27,83 195,59 34,31 34,31 694,66 694,66 47,68 44,39 3,29 475,40 1.112,86 479,33 108,18 525,35 558,75 366,39 12,30 280,19 58,76 15,14 192,36 477,76 87,33 314,16 76,27 944,37 675,79 268,59 5.072,22
2010 III 955,29 720,18 20,31 214,80 35,93 35,93 715,88 715,88 48,62 45,35 3,27 518,87 1.171,14 515,13 95,69 560,31 586,56 378,15 12,36 286,39 63,70 15,71 208,41 520,39 88,98 353,17 78,24 901,37 621,33 280,05 5.454,06
IV 776,61 551,64 19,21 205,75 36,40 36,40 716,38 716,38 49,34 46,03 3,31 619,58 1.052,42 448,18 83,95 520,29 579,37 367,10 10,15 291,85 49,13 15,97 212,27 547,76 105,32 362,91 79,52 909,52 627,78 281,74 5.287,38
Jumlah 3.632,68 2.757,17 96,87 778,65 139,97 139,97 2.793,58 2.793,58 193,03 179,87 13,16 2.040,31 4.383,85 1.889,08 376,54 2.118,23 2.250,66 1.458,82 45,78 1.129,74 222,47 60,82 791,84 2.024,37 372,96 1.338,83 312,57 3.585,60 2.491,96 1.093,63 21.044,04
I 1.157,16 952,73 24,51 179,91 37,83 37,83 732,31 732,31 47,80 44,79 3,01 433,64 1.075,43 454,57 88,94 531,92 579,03 365,55 7,86 283,26 58,80 15,64 213,48 524,57 102,91 336,68 84,97 887,28 602,31 134,13 5.475,05
II 775,20 550,18 24,51 200,50 38,83 38,83 755,35 755,35 50,60 47,46 3,14 485,21 1.135,84 485,62 104,54 545,68 598,81 377,91 9,05 291,40 61,22 16,24 220,90 530,52 104,04 343,05 83,43 925,92 636,50 135,28 5.296,27
2011 III 832,56 587,22 24,16 221,19 39,61 39,61 782,91 0 782,91 49,35 45,93 3,41 535,06 1.201,17 521,67 110,98 568,52 624,13 391,48 8,43 297,18 68,88 16,99 232,64 544,71 101,53 353,25 89,93 1.014,80 715,30 140,45 5.624,29
IV 790,88 562,27 23,97 204,64 40,45 40,45 712,60 712,60 53,49 49,81 3,69 733,90 1.198,96 510,00 117,31 571,64 628,73 395,43 9,05 297,95 71,33 17,10 233,31 585,42 113,04 379,82 92,56 989,66 688,13 143,42 5.734,09
Jumlah 3.555,80 2.652,40 97,15 806,25 156,71 156,71 2.983,17 2.983,17 201,24 187,99 13,25 2.187,80 4.611,40 1.971,86 421,78 2.217,76 2.430,70 1.530,37 34,38 1.169,79 260,23 65,97 900,33 2.185,22 421,52 1.412,81 350,89 3.817,67 2.642,25 553,29 22.129,71
PDRB DIY Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 2009 2010 2007 2008 Jenis Penggunaan Jumlah Jumlah Jumlah I II III 1. Konsumsi Rumahtangga 8.132,03 8.628,75 9.211,15 2.384,55 2.426,94 2.532,73 a. Makanan 4.108,53 4.264,43 4.432,21 1.132,20 1.152,99 1.193,97 b. Bukan Makanan 4.023,50 4.364,32 4.778,93 1.252,35 1.273,95 1.338,76 2. Konsumsi Pemerintah 3.537,96 3.811,94 4.099,84 954,34 1.133,39 1.006,74 3. PMTDB 4.997,31 5.210,71 5.378,10 1.238,49 1.310,57 1.414,77 4. Lainnya *) 1.624,21 1.561,08 1.375,17 652,99 201,32 499,82 PDRB 18.291,51 19.212,48 20.064,26 5.230,38 5.072,22 5.454,06 Keterangan: Sumber BPS *) Konsumsi Lembaga Nirlaba, Ekspor, Impor, Perubahan inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual) PMTDB : Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
IV 2.537,41 1.196,73 1.340,67 1.120,83 1.597,61 31,53 5.287,38
Jumlah 9.881,63 4.675,90 5.205,74 4.215,31 5.561,44 1.385,66 21.044,04
I 2.576,50 1.210,96 1.365,53 974,60 1.282,46 641,49 5.475,05
II 2.613,94 1.225,95 1.387,99 1.063,30 1.347,39 271,64 5.296,27
2011 III 2.666,85 1.245,17 1.421,68 1.170,39 1.478,85 308,19 5.624,29
IV 2.711,13 1.261,37 1.449,76 1.229,42 1.707,10 86,44 5.734,09
Jumlah 10.568,42 4.943,45 5.624,97 4.437,72 5.815,81 1.307,76 22.129,71
79
Lampiran
Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta
127,42 147,32 166,92 122,45 127,24
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 132,38 150,71 161,76 111,97 120,37
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
129,28 130,13 129,91 131,02 131,15 137,41 143,74 141,92 143,28 143,81 147,38 151,24
121,48 122,32 122,45 122,65 122,77 123,09 123,36 123,75 124,84 125,82 126,35 126,96
118,84 119,03 119,37 119,52 119,59 119,89 120,34 122,45 123,76 124,07 124,29 124,84
118,37 117,89 118,38 118,49 120,00 121,45 120,98 120,62 121,98 123,69 124,63 125,64
112,33 112,44 112,43 112,78 112,81 113,24 113,37 113,95 114,21 114,42 114,70 114,48
114,48 114,48 114,34 114,29 114,28 114,96 115,19 116,48 118,52 119,45 119,37 119,36
102,20 102,40 102,68 102,78 102,92 104,35 107,53 107,49 108,80 107,62 107,65 107,71
117,30 117,66 117,81 118,10 118,26 119,75 121,43 121,95 123,24 123,58 124,35 125,25
3,42 3,41 3,35 3,96 3,82 4,93 6,06 5,70 5,98 6,30 6,87 7,38
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
153,27 150,90 151,61 147,49 146,45 147,54 151,27 151,84 151,00 149,32 151,04 154,00
129,10 130,34 130,50 131,29 131,65 131,72 132,72 133,67 134,52 135,11 135,50 135,94
125,24 125,78 125,77 125,82 126,24 126,33 126,90 127,08 127,60 128,28 128,31 128,60
125,55 125,78 126,57 127,60 128,36 128,56 129,51 133,97 137,22 136,27 137,99 137,45
116,93 117,65 117,92 118,50 119,79 120,16 120,17 120,28 120,28 120,91 120,92 120,94
119,49 119,57 119,70 119,73 119,66 119,60 120,94 121,47 121,48 121,40 121,39 121,42
108,03 108,17 108,47 108,50 108,61 109,18 109,47 110,57 110,04 110,11 110,10 110,29
126,30 126,42 126,68 126,32 126,48 126,81 127,95 128,75 129,01 129,06 129,49 130,11
7,67 7,45 7,53 6,96 6,95 5,90 5,37 5,58 4,68 4,43 4,13 3,88
Akhir Periodea
2005 2006 2007 2008b 2009 2010
Bahan Makanan
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
IHK
yoy (%)
143,68 153,28 162,75 116,71 118,34
123,69 133,63 146,10 112,65 119,19
141,35 164,10 171,25 110,22 112,27
142,24 164,09 184,73 111,96 114,49
143,41 145,56 149,91 103,30 102,03
136,75 150,97 163,04 113,32 116,64
14,98 10,40 8,00 9,88 2,93
Pendidikan, Transportasi Rekreasi & & Komunikasi Olahraga
Umum
2011
Keterangan: a)
Angka tahunan adalah angka akhir periode yang bersangkutan.
b)
Sejak Juni 2008 dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2007 = 100
Sumber: BPS Provinsi DIY
80
Lampiran
Indikator Perbankan - Provinsi DIY Miliar Rp
No I.
Uraian
ASET Jenis Bank 1. Bank Umum 2. Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1. Konvensional 2. Syariah II. DANA PIHAK KETIGA Jenis Bank 1. Giro a. Bank Umum 2. Tabungan a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat 3. Deposito a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1. Giro a. Konvensional b. Syariah 2. Tabungan a. Konvensional b. Syariah 3. Deposito a. Konvensional b. Syariah III. KREDIT 1. Jenis Penggunaan Jenis Bank a. Modal Kerja 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat b. Investasi 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat c. Konsumsi 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank a. Modal Kerja 1) Konvensional 2) Syariah b. Investasi 1) Konvensional 2) Syariah c. Konsumsi 1) Konvensional 2) Syariah
2007
2008
2009
2010
2011
18.959 18.959 17.505 1.454 18.959 18.431 528 16.450 16.450 2.886 2.886 8.153 7.800 353 5.411 4.697 715 16.450 2.886 2.855 31 8.153 7.914 239 5.411 5.226 185 9.059 9.059 9.059 3.723 3.258 465 1.219 1.132 87 4.116 3.599 518 9.059 3.723 3.575 148 1.219 1.136 83 4.116 3.873 243
20.919 20.919 19.207 1.712 20.919 20.062 856 18.017 18.017 2.637 2.637 8.957 8.567 391 6.423 5.631 792 18.017 2.637 2.590 47 8.957 8.629 328 6.423 6.176 247 10.475 10.475 10.475 4.450 3.878 572 1.280 1.162 118 4.745 4.098 647 10.475 4.450 4.162 288 1.280 1.180 99 4.745 4.574 172
24.572 24.572 22.587 1.985 24.572 23.285 1.287 21.034 21.034 2.798 2.798 10.479 10.029 450 7.757 6.852 904 21.034 2.798 2.732 66 10.479 10.050 428 7.757 7.365 392 11.723 11.723 11.723 4.642 4.010 632 1.486 1.360 126 5.595 4.792 803 11.723 4.642 4.247 395 1.486 1.377 109 5.595 5.400 195
29.212 29.212 26.759 2.453 29.212 27.443 1.769 24.524 24.524 3.100 3.100 12.305 11.796 510 9.119 8.024 1.095 24.524 3.100 3.013 87 12.305 11.748 558 9.119 8.535 584 14.090 14.090 14.090 5.488 4.752 736 1.809 1.625 184 6.793 5.840 953 14.090 5.488 5.028 460 1.809 1.686 123 6.793 6.408 385
33.923 33.923 31.031 2.892 33.923 31.559 2.364 28.775 28.775 3.644 3.644 14.968 14.371 597 10.162 8.821 1.341 28.775 3.644 3.509 135 14.968 14.202 766 10.162 9.394 768 17.939 17.939 17.939 7.277 6.464 813 2.386 2.176 210 8.276 7.108 1.168 17.939 7.277 6.785 492 2.386 2.205 181 8.276 7.491 786
81
Lampiran
No
Uraian
2. Kolektibilitas Jenis Bank a. Lancar 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat b. Dalam Perhatian Khusus 1) Bank Umum c. Kurang Lancar 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat d. Diragukan 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat e. Macet 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank a. Lancar 1) Konvensional 2) Syariah b. Dalam Perhatian Khusus 1) Konvensional 2) Syariah c. Kurang Lancar 1) Konvensional 2) Syariah d. Diragukan 1) Konvensional 2) Syariah e. Macet 1) Konvensional 2) Syariah IV. RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) Jenis Bank a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank a. Konvensional b. Syariah 2. Non Performing Loans a. Nominal (Miliar Rp) Jenis Bank 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1) Konvensional 2) Syariah b. Rasio (%) Jenis Bank 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1) Konvensional 2) Syariah
82
2007
2008
2009
2010
2011
9.059 8.206 7.220 986 396 396 48 23 25 43 27 16 366 323 43 9.059 8.206 7.766 440 396 372 23 48 44 4 43 41 2 366 362 5
10.475 9.602 8.349 1.253 607 607 63 40 23 48 31 17 154 110 45 10.475 9.602 9.077 526 607 585 22 63 59 4 48 45 3 154 151 4
11.723 10.789 9.313 1.476 558 558 64 40 24 63 48 16 248 203 45 11.723 10.789 10.142 648 558 521 37 64 54 10 63 61 2 248 246 2
14.090 13.075 11.311 1.764 566 566 97 66 32 90 67 23 262 208 54 14.090 13.075 12.185 890 566 527 39 97 79 18 90 85 5 262 246 15
17.939 16.810 14.739 2.071 696 696 78 54 24 84 57 27 272 202 69 17.939 16.810 16.666 144 696 659 37 78 62 15 84 78 6 272 260 12
55,07 51,93 100,26 55,07 53,67 104,28
58,14 54,28 113,05 58,14 57,01 89,86
55,74 51,64 115,27 55,74 54,72 78,93
57,45 53,31 116,66 57,45 56,33 78,73
62,34 58,68 113,05 62,34 60,80 87,39
457 373 84 457 446 11
266 181 85 266 254 12
376 290 85 376 361 14
449 340 108 449 410 38
433 313 120 433 400 33
5,05 4,67 7,86 5,05 5,20 2,31
2,54 1,98 6,33 2,54 2,56 2,06
3,20 2,86 5,46 3,20 3,28 2,06
3,19 2,79 5,79 3,19 3,13 3,96
2,41 1,99 5,47 2,41 2,43 2,25
Lampiran
Indikator Bank Umum - DIY Miliar Rp
No I
II III
Uraian KANTOR PELAYANAN 1. Kantor Pusat 2. Kantor Cabang 3. Kantor Cabang Pembantu 4. Kantor Kas 5. Kas Mobil 6. Payment Point 7. Anjungan Tunai Mandiri 8. Jumlah Karyawan ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
IV KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Pertambangan c. Industri d. Listrik, Gas & Air e. Konstruksi f. Perdagangan g. Angkutan h. Jasa Dunia i. Jasa Sosial j. Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet V RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
2007
2008
2009
2010
2011
808 1 43 105 175 3 33 448 4.434 17.505 15.382 2.886 7.800 4.697
894 1 46 138 172 3 34 500 4.806 19.207 16.834 2.637 8.567 5.631
1.038 1 50 155 189 4 42 597 5.018 22.587 19.679 2.798 10.029 6.852
1.306 1 52 277 122 13 80 761 4.822 26.759 22.919 3.100 11.796 8.024
1.496 1 53 289 185 8 81 879 6.054 31.031 26.837 3.644 14.371 8.821
7.989 7.989 3.258 1.132 3.599 7.989 242 6 676 1 219 2.094 82 826 166 3.677 7.989 7.220 396 23 27 323
9.138 9.138 3.878 1.162 4.098 9.138 269 7 758 11 142 2.539 110 850 227 4.227 9.138 8.349 607 40 31 110
10.162 10.162 4.010 1.360 4.792 10.162 274 9 692 34 150 2.965 101 818 242 4.876 10.162 9.313 558 40 48 203
12.218 12.218 4.752 1.625 5.840 12.218 228 8 771 42 204 2.927 101 868 411 6.657 12.218 11.311 566 66 67 208
15.749 15.749 6.464 2.176 7.108 15.749 236 8 938 55 229 3.756 195 1.670 1.554 7.108 15.749 14.739 696 54 57 202
373 4,67 51,93
181 1,98 54,28
290 2,86 51,64
340 2,79 53,31
313 1,99 58,68
83
Lampiran
Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Pertambangan c. Industri d. Listrik, Gas & Air e. Konstruksi f. Perdagangan g. Angkutan h. Jasa Dunia i. Jasa Sosial j. Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
84
2007
2008
2009
2010
2011
802 733 82 543 109
761 697 72 549 76
807 755 75 597 84
975 893 66 706 121
1.243 1.133 81 894 158
506 506 234 45 227 506 68 0 13 0 1 145 0 25 2 251 506 484 18 1 1 3
602 602 300 39 263 602 77 0 26 0 1 194 1 10 2 291 602 562 32 3 2 4
671 671 347 44 280 671 64 1 19 0 2 258 1 8 1 316 671 612 39 4 4 12
766 766 403 49 314 766 42 0 37 0 2 181 1 3 6 493 766 703 44 3 2 14
924 924 467 69 388 924 29 0 29 0 2 152 8 2 314 388 924 847 65 1 2 9
4 0,88 69,04
8 1,38 86,38
20 2,97 88,79
19 2,43 85,76
13 1,35 81,57
Lampiran
Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Pertambangan c. Industri d. Listrik, Gas & Air e. Konstruksi f. Perdagangan g. Angkutan h. Jasa Dunia i. Jasa Sosial j. Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
2007
2008
2009
2010
2011
468 388 100 262 25
563 380 57 292 30
710 445 60 336 48
841 531 51 382 98
899 696 73 492 132
397 397 127 37 233 397 24 1 6 0 1 120 1 8 2 235 397 380 10 1 2 4
513 513 171 42 299 513 43 1 9 0 1 146 1 9 3 301 513 493 14 0 1 5
663 663 234 48 381 663 34 0 9 0 1 227 1 7 2 381 663 626 29 2 2 4
786 786 280 47 459 786 26 0 8 0 1 171 2 1 11 566 786 745 27 2 4 9
939 939 335 67 537 939 20 0 7 0 3 188 1 2 182 537 939 889 37 2 2 8
7 1,83 102,55
6 1,17 135,00
8 1,17 149,06
14 1,81 148,05
12 1,31 134,82
85
Lampiran
Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Pertambangan c. Industri d. Listrik, Gas & Air e. Konstruksi f. Perdagangan g. Angkutan h. Jasa Dunia i. Jasa Sosial j. Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
86
2007
2008
2009
2010
2011
485 444 48 362 34
540 482 49 396 38
626 542 67 431 44
724 640 89 479 72
866 782 118 588 76
345 345 108 26 211 345 25 0 3 0 2 74 8 2 0 231 345 334 7 1 1 3
408 408 135 33 241 408 30 0 3 0 1 95 5 3 1 270 408 394 10 1 1 3
484 484 169 43 272 484 57 0 4 0 6 118 5 4 1 290 484 458 19 1 1 4
569 569 206 49 313 569 37 0 5 0 7 96 6 1 5 413 569 546 16 1 1 4
663 663 243 55 365 663 28 0 5 0 8 99 5 1 153 365 663 636 21 1 2 4
5 1,30 77,78
5 1,12 84,63
7 1,41 89,29
7 1,17 88,82
6 0,97 84,73
Lampiran
Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Pertambangan c. Industri d. Listrik, Gas & Air e. Konstruksi f. Perdagangan g. Angkutan h. Jasa Dunia i. Jasa Sosial j. Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
2007
2008
2009
2010
2011
2.594 2.483 422 1.480 581
3.010 2.845 457 1.629 759
3.334 3.103 517 1.838 748
3.837 3.676 557 2.305 813
4.426 4.452 683 2.857 911
1.229 1.229 585 137 508 1.229 40 4 102 0 141 316 2 87 12 526 1.229 944 42 3 2 239
1.252 1.252 544 115 593 1.252 38 4 86 0 12 350 6 112 18 627 1.252 1.145 80 5 4 18
1.538 1.538 620 109 809 1.538 32 2 82 0 12 444 5 124 20 815 1.538 1.433 76 4 12 14
1.749 1.749 674 146 928 1.749 24 0 91 0 22 342 6 109 64 1.091 1.749 1.593 99 10 13 33
2.099 2.099 895 164 1.040 2.099 44 0 81 0 31 455 44 165 239 1.040 2.099 1.928 120 13 9 29
244 19,85 49,51
27 2,14 43,99
29 1,90 49,55
56 3,22 47,58
52 2,46 47,16
87
Lampiran
Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Pertambangan c. Industri d. Listrik, Gas & Air e. Konstruksi f. Perdagangan g. Angkutan h. Jasa Dunia i. Jasa Sosial j. Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
88
2007
2008
2009
2010
2011
13.155 11.335 2.234 5.153 3.948
14.333 12.429 2.001 5.700 4.728
17.110 14.834 2.078 6.826 5.929
20.382 17.180 2.337 7.923 6.920
23.596 19.774 2.689 9.540 7.544
5.510 5.510 2.204 888 2.419 5.510 85 1 552 1 74 1.439 71 704 149 2.434 5.510 5.078 320 17 21 75
6.363 6.363 2.727 933 2.702 6.363 80 2 634 11 127 1.754 97 716 204 2.738 6.363 5.755 472 32 24 80
6.807 6.807 2.641 1.116 3.050 6.807 86 5 577 34 130 1.918 89 675 218 3.074 6.807 6.185 395 29 28 169
8.349 8.349 3.189 1.335 3.825 8.349 100 8 629 42 173 2.137 87 754 326 4.093 8.349 7.724 380 50 47 148
11.124 11.124 4.524 1.821 4.779 11.124 116 8 817 54 186 2.862 136 1.499 667 4.779 11.124 10.440 453 37 42 152
113 2,05 48,61
136 2,13 51,19
227 3,33 45,89
245 2,93 48,60
230 2,07 56,26
Lampiran
Indikator BPR - Provinsi DIY Miliar Rp
No
Uraian
I II
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Industri c. Perdagangan d. Jasa-jasa e. Lain-lain 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%)
2007
2008
2009
2010
2011
1.454 1.067 353 715 1.070 1.070 465 87 518 1.070 23 21 351 123 552 1.070 986 25 16 43
1.712 1.183 391 792 1.337 1.337 572 118 647 1.337 28 26 413 162 709 1.337 1.253 23 17 45
1.985 1.354 450 904 1.561 1.561 632 126 803 1.561 35 32 554 208 733 1.561 1.476 24 16 45
2.453 1.605 510 1.095 1.872 1.872 736 184 953 1.872 34 28 564 223 1.024 1.872 1.764 32 23 54
2.892 1.938 597 1.341 2.191 2.191 813 210 1.168 2.191 47 35 627 264 1.218 2.191 2.071 24 27 69
100,26
113,05
115,27
116,66
113,05
84 7,86
85 6,33
85 5,46
108 5,79
120 5,47
Indikator BPR - Kabupaten Bantul Miliar Rp
No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Industri c. Perdagangan d. Jasa-jasa e. Lain-lain 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
2007
2008
2009
2010
2011
319 245 91 154 216 216 94 21 100 216 4 6 76 28 102 216 191 5 3 17
375 284 99 185 282 282 117 34 132 282 5 10 93 39 135 282 257 6 4 16
429 316 113 203 330 330 148 36 147 330 7 12 104 55 153 330 305 7 4 15
488 357 123 235 375 375 172 37 166 375 4 11 129 57 174 375 344 9 6 16
586 425 142 283 436 436 193 43 199 436 9 10 136 75 206 436 404 6 7 19
88,18
99,29
104,67
105,02
102,57
25 11,53
26 9,06
26 7,76
31 8,34
32 7,31
89
Lampiran
Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul Miliar Rp
No
Uraian
I II
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Industri c. Perdagangan d. Jasa-jasa e. Lain-lain 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
2007
2008
2009
2010
2011
65 34 14 20 46 46 21 5 20 46 1 1 16 8 21 46 43 1 1 1
86 43 17 26 68 68 31 12 25 68 1 1 32 9 25 68 65 1 1 2
120 56 21 35 101 101 52 12 37 101 1 1 46 15 38 101 97 1 1 2
169 70 27 43 136 136 76 9 50 136 2 2 68 13 51 136 129 2 2 2
216 87 31 56 185 185 94 6 85 185 4 3 78 15 85 185 175 3 2 5
137,47
157,88
181,55
194,10
212,19
3 7,00
3 5,05
4 4,00
7 4,95
10 5,55
Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo Miliar Rp
No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Industri c. Perdagangan d. Jasa-jasa e. Lain-lain 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
90
2007
2008
2009
2010
2011
167 106 44 62 139 139 84 17 38 139 7 4 68 21 38 139 134 1 2 2
175 63 37 26 155 155 84 21 49 155 9 4 69 23 50 155 146 1 2 5
153 61 36 25 134 134 73 18 44 134 9 3 58 19 46 134 126 3 1 3
180 101 67 34 136 136 69 27 40 136 9 4 58 25 40 136 128 2 2 4
195 117 79 38 158 158 68 19 71 158 13 4 46 24 71 158 148 1 4 5
131,08
246,96
220,70
134,18
134,81
5 3,73
8 5,29
8 5,68
8 5,84
10 6,23
Lampiran
Indikator BPR - Kabupaten Sleman Miliar Rp
No
Uraian
I II
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Industri c. Perdagangan d. Jasa-jasa e. Lain-lain 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
2007
2008
2009
2010
2011
739 563 183 380 537 537 200 37 300 537 9 7 150 59 312 537 496 13 8 20
854 641 208 432 661 661 245 45 372 661 12 9 186 78 377 661 624 10 7 20
1.001 742 233 509 766 766 288 52 425 766 16 10 201 105 433 766 726 10 7 22
1.243 851 235 616 916 916 323 55 538 916 18 9 213 82 595 916 865 15 10 27
1.446 1.022 271 751 1.032 1.032 342 65 624 1.032 17 15 238 113 648 1.032 979 10 10 33
95,51
103,16
103,17
107,67
100,95
41 7,68
37 5,66
39 5,15
52 5,65
52 5,05
Indikator BPR - Kota Yogyakarta Miliar Rp
No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Industri c. Perdagangan d. Jasa-jasa e. Lain-lain 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
2007
2008
2009
2010
2011
164 120 21 99 131 131 67 5 59 131 2 3 41 7 79 131 122 5 2 2
220 152 29 123 171 171 96 6 69 171 1 3 33 12 122 171 161 5 3 3
282 180 48 133 230 230 71 9 151 230 2 5 146 15 62 230 222 3 2 4
373 225 58 167 309 309 95 55 158 309 1 1 96 46 164 309 298 3 3 4
449 287 74 214 381 381 116 77 188 381 4 4 129 38 206 381 365 5 4 7
109,59
112,68
127,78
137,19
132,67
9 7,21
10 5,85
8 3,67
11 3,45
16 4,15
91
Lampiran
APBD Provinsi, Kabupaten, Kota Se Wilayah Propinsi DIY Juta Rp.
Provinsi No
Uraian
1 A
Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah B Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam C Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Pendapatan Lainnya Pendapatan Tanpa Kode Rekening 2 Belanja Daerah A Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa Belanja Tidak Terduga B Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Surplus/ (Defisit) 3 Pembiayaan Daerah A Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Lainnya B Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Penyelesaian Kegiatan DPA-L Pengeluaran Pembiayaan Lainnya Pembiayaan Netto Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA) Keterangan: Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
92
2011 Realisasi 1.611.616 873.818 735.226 35.986 28.961 73.645 722.340 82.038 620.812 19.490 15.458 6.316 9.142 1.567.156 966.260 414.966 17.579 119.671 268.092 145.929 23 600.895 83.845 374.937 142.113 44.460 226.917 254.262 232.077 20.915 1.270 27.345 2.600 23.225 1.520 226.917 271.377
Bantul 2012 APBD 1.935.448 800.156 689.572 36.228 31.863 42.493 850.513 74.404 757.057 19.053 284.778 5.496 279.282 2.124.289 1.267.028 490.659 355.794 94.675 251.788 54.112 20.000 857.261 111.508 527.794 217.959 (188.841) 188.841 221.416 191.725 28.575 1.116 32.575 32.575 188.841 (0)
2011 Realisasi 1.180.551 128.900 35.069 17.799 7.291 68.742 717.123 46.143 625.061 45.919 334.527 53.144 243.735 37.649 1.151.936 817.127 723.599 52 23.889 36.168 1.906 30.447 1.066 334.809 63.518 151.874 119.417 28.615 30.993 35.108 35.108 4.115 4.000 115 30.993 59.608
2012 APBD 1.195.345 121.594 32.090 21.513 7.754 60.237 868.175 36.859 768.035 63.281 205.576 5.000 50.332 141.404 8.840 1.198.031 880.349 802.223 120 13.704 15.318 1.949 43.475 3.559 317.681 59.650 130.941 127.091 (2.686) 7.785,61 16.900,84 16.900,84 9.115,23 9.000,00 115,23 7.785,61 5.100
Gunungkidul 2011 2012 Realisasi APBD 965.826 1.010.100 54.462 55.600 8.130 8.328 11.384 17.232 4.259 4.760 30.689 25.280 667.005 787.156 35.839 28.627 572.009 687.944 59.157 70.584 244.359 167.343 30.917 29.282 185.897 126.836 27.545 11.225 938.850 1.075.328 687.032 746.752 615.375 675.778 43 36 9.387 3.836 16.454 14.628 3.181 3.447 41.797 46.086 794 2.941 251.818 328.576 36.052 33.988 104.745 104.251 111.021 190.336 26.976 (65.228) 87.214 65.228 91.877 73.506 90.266 72.090 1.611 1.416 4.663 8.278 3.000 6.500 86 378 1.578 1.400 87.214 65.228 114.190 -
Lampiran
APBD Provinsi, Kabupaten, Kota Se Wilayah Propinsi DIY Juta Rp.
No
Uraian
1 A
Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah B Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam C Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Pendapatan Lainnya Pendapatan Tanpa Kode Rekening 2 Belanja Daerah A Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota/Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota/Desa Belanja Tidak Terduga B Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Surplus/ (Defisit) 3 Pembiayaan Daerah A Penerimaan Pembiayaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Penjualan Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Lainnya B Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Penyelesaian Kegiatan DPA-L Pengeluaran Pembiayaan Lainnya Pembiayaan Netto Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA)
Kabupaten Kulonprogo 2011 2012 Realisasi APBD 792.017 800.878 53.943 54.293 5.854 6.333 8.451 9.903 4.936 6.229 34.702 31.828 522.277 605.036 29.897 28.553 444.044 531.104 48.337 45.380 215.797 141.549 9.731 973 29.509 27.529 164.558 105.147 12.000 7.900 781.534 834.118 540.447 586.929 486.692 527.297 52 46 100 16.853 4.426 11.347 9.508 1.873 2.252 22.518 27.151 1.112 16.149 241.088 247.189 34.282 30.580 100.985 77.923 105.821 138.686 10.483 (33.240) 59.563,40 33.240,02 64.589,75 39.415,16 62.690,88 37.431,00 1.898,87 1.984,17 5.026,35 6.175,15 4.934,96 6.083,76 91,39 91,39 59.563,40 33.240,02 70.046,07 (0,00)
Sleman 2011 Realisasi 1.311.473,55 226.723,27 142.698,41 33.163,70 11.036,19 39.824,98 753.889,01 79.317,98 631.920,73 42.650,30 330.861,27 21.984,52 94.205,33 8.080,00 206.591,42 1.278.055 891.096 784.288 62 36.819 30.102 19.693 19.643 489 386.959 76.285 214.563 96.111 33.418 105.276 111.413 111.413 6.138 6.000 138 105.276 138.694
2012 APBD 1.383.012 220.367 132.330 32.200 11.659 44.179 917.372 69.426 795.709 52.237 245.272 2.278 88.112 6.800 148.082 1.439.946 1.032.856 897.127 144 29.434 58.124 22.498 21.923 3.607 407.090 76.575 199.841 130.674 (56.934) 56.934,43 63.572,43 63.572,43 6.638,00 6.500,00 138,00
56.934,43 -
Kota Yogyakarta 2011 2012 Realisasi APBD 951.681 899.626 228.871 241.191 120.458 142.003 34.408 32.076 10.121 10.121 63.883 56.991 500.614 575.132 62.722 32.180 436.130 536.467 1.762 6.485 222.197 83.304 3.345 60.273 56.154 125.374 22.900 33.205 4.250 932.018,51 934.387 608.011,25 537.766 515.295,85 488.063 235,38 119 59.495,65 31.153 31.531,67 11.873 2.720 1.452,69 3.839 324.007,26 396.621 92.851,60 97.185 172.004,55 214.283 59.151,11 85.153 19.662,93 (34.761) 75.782,48 34.760,95 76.344,13 40.122,60 74.972,67 39.772,60 1.212,18 150,00 159,28 200,00 561,65 5.361,65 4.000,00 561,65 361,65 1.000,00 75.782,48 34.760,95 95.445,41 0,00
Keterangan: Sumber: Pemda Propinsi, Kabupaten dan Kota se DIY, diolah.
93