KONTRIBUSI MASYARAKAT SEBAGAI PENOPANG EKSISTENSI PESANTREN AL-ITTIHAD PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh M. Imam Qulyubi NIM 11107031
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
ii
NOTA PEMBIMBING Lampiran
: 3 Eksemplar
Perihal
: Naskah Skripsi
Salatiga, 22 Juli 2011
Sdr. M Imam Qulyubi Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama
: M IMAM QULYUBI
NIM
: 11107031
Judul
: KONTRIBUSI MASYARAKAT PADA PESANTREN DAN EKSISTENSI PESANTREN AL ITTIHAD PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARAN TAHUN 2011
Dengan ini kami mohon kepada bapak Ketua STAIN Salatiga agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosahkan. Dengan nota pembimbing ini kami sampaikan, kemudian atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Pembimbing
Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. NIP. 19541002 198403 001
iii
SKRIPSI
KONTRIBUSI MASYARAKAT SEBAGAI PENOPANG EKSISTENSI PESANTREN AL-ITTIHAD PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011
DISUSUN OLEH: M IMAM QULYUBI NIM: 111 070 31 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 16 Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Agus Waluyo, M.Ag. NIP. 19750211 200003 1 001
Sekretaris Penguji
: Rovi’in, M.Ag. NIP. 19730526 199903 1 005
Penguji I
: Drs. Kastolani, M.Ag. NIP. 19690612 199403 1 003
Penguji II
: M. Hafidz, M.Ag. NIP. 19730801 200312 1 002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: M IMAM QULYUBI
Nim
: 11107031
Jurusan
: Tarbiyah
Program studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat ataupun temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 Juli 2011 M Yang menyatakan,
M IMAM QULYUBI
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Berbuat baik untuk jadi yang terbaik ( Imam Qulyubi )
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat pada manusia lain ( H.R. Bukhari )
PERSEMBAHAN
Hasil karya tulis ini penulis persembahkan : Untuk kedua orang tua dan mertuaku, Istri tercintaku Luluk Tri Wijayanti, Kakak-kakakku semua, para dosenku, Teman-teman senasib seperjuanganku, Pesantren dan Kampusku.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kontribusi Masyarakat Sebagai Penopang Eksistensi Pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2011” ini di ajukan dalam rangka menyelesaikan studi strata I dan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan islam pada jurusan tarbiyah STAIN Salatiga. Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag., ketua STAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk belajar di STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. ketua program studi pendidikan agama islam yang telah memberikan arahan dan ijin judul skripsi. 3. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. pembantu ketua bidang akademik yang telah memberikan kemudahan dalam perijinan penelitian. 4. Prof. Dr. H. Budihardjo M.Ag, dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan pengertian sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 5. KH. Drs. Musta’in Ahmad, pengasuh pondok poncol yang telah memberikan ijin penelitian.
vii
6. Segenap pengurus pondok pesantren poncol yang telah membantu dalam pencarian data. 7. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan amal semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati penulis menerima saran dan kritik dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Salatiga,20 Juli 2011 M Penulis
viii
ABSTRAK Qulyubi, M Imam. 2011. Kontribusi Masyarakat Sebagai Penopang Eksistensi Pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing: Prof. Dr. H. Budihardjo M.Ag. Kata Kunci : Kontribusi Masyarakat dan Eksistensi Pesantren
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apa bentuk kontribusi masyarakat islam, bagaimana pemanfaatan kontribusi masyarakat di pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2011, dan bagaimana kontribusi masyarakat mampu menopang eksistensi pesantren Al Ittihad Poncol tersebut. Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan penelitian diantaranya untuk mengetahui bentuk kontribusi masyarakat pada pesantren Al-Ittihad, untuk mengetahui pemanfaatan kontribusinya, dan untuk mengetahui eksistensi pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2011 Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Sedangkan metode yang penulis gunakan adalah metode observasi, metode intervieu dan metode dokumentasi. Sebagai analisis data penelitian ini penulis menggunakan analisa data kualitatif dengan menggunakan tiga tahap kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Kesimpulan dari penelitian ini menggambarkan adanya kontribusi dari alumni, tokoh masyarakat, masyarakat umum dan masyarakat sekitar pesantren yang cukup bagus yang dimanfaatkan sebagai penopang eksistensi pesantren Al Ittihad Poncol.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
LOGO..................................................................................................................
ii
NOTA PEMBIMBING.......................................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..........................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................................................
vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii ABSTRAK .........................................................................................................
ix
DAFTAR ISI......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL..............................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................
1
B. Fokus Penelitian..............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian...........................................................................
5
E. Penegasan Istilah.............................................................................
6
F. Metode Penelitian............................................................................
7
1. Jenis Penelitian............................................................................
7
2. Instrumen Penelitian....................................................................
8
3. Analisis Data............................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan....................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................. 12
x
A. Kajian Pustaka Tentang Kontribusi Masyarakat............................... 12 1. Pengertian Kontribusi.................................................................. 12 2. Bentuk-Bentuk Kontribusi........................................................... 13 3. Masyarakat dan Tipologinya........................................................ 14 B. Kajian Pustaka Tentang Eksistensi Pesantren.................................. 15 1. Pengertian Eksistensi................................................................... 15 2. Deskripsi Pesantren..................................................................... 18
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN........................................................ 32 A. Gambaran Umum Kontribusi Masyarakat Pada Pesantren............... 32 B. Gambaran Umum Pesantren Al-Ittihad Poncol................................ 39 C. Gambaran Umum Eksistensi Pesantren Al Ittihad........................... 58
BAB IV PEMANFAATAN KONTRIBUSI
MASYARAKAT DI
PESANTREN AL-ITTIHAD PONCOL.............................................. 59 A. Kontribusi dari berbagai unsur masyarakat..................................... 59 B. Kontribusi Penopang Eksistensi.....................................................
64
BAB V PENUTUP............................................................................................. 65 A. Kesimpulan..................................................................................... 65 B. Saran-Saran..................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xi
DAFTAR TABEL
TABEL I
Perbedaan Pesantren Salaf Dengan Modern............................... 27
TABEL II
Daftar
Asatidz
Pondok
Pesantren Al-Ittihad
Poncol
Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang ( Putra ).... 44 TABEL III
Daftar Asatidz Pondok
Pesantren
Al-Ittihad
Poncol
Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang ( Putri )... 47 TABEL IV
Struktur Organisasi
Pon-Pes Al-Ittihad Poncol Popongan
Bringin Kab Semarang 2009/2011 M......................................... TABEL V
Data Jumlah
Santri Pesantren Al-Ittihad Poncol
Desa
Popongan Kec. Bringin Kab. Semarang Tahun 2011 M............ TABEL VI
Data Sarana Dan Prasarana Pon-Pes
Al-Ittihad
48
50
Poncol
Popongan Bringin Kab Semarang Tahun 2011 M...................... 51 TABEL VII
Data Administrasi
Pon-Pes
Al-Ittihad Poncol Popongan
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang................................ 53
xii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN 2. PANDUAN WAWANCARA 3. SURAT KETERANGAN RISET 4. LEMBAR GAMBAR 5. DAFTAR RIWAYAT HIDUP 6. DATA SKK
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai” (Dhofier,1983: 44). Sebagai lembaga pendidikan tradisional atau salaf, pesantren mampu bertahan di tengah-tengah terjangan arus globalisasi meskipun dengan kekurangan dalam berbagai hal. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang dipimpin oleh seorang ulama’ atau kyai yang didalamnya terdapat berbagai macam kegiatan yang melibatkan para santri, kyai serta masyarakat sekitar. Disamping itu pesantren merupakan suatu bentuk lingkungan masyarakat yang unik dan memiliki tata nilai kehidupan yang positif. Pada umumnya pesantren terpisah dari kehidupan sekitarnya. Komplek pesantren minimal terdiri atas rumah kediaman pengasuh atau sering disebut kyai, masjid atau mushola
dan
pembangunan fisik pesantren, sehingga penambahan pembangunan demi bangunan dalam lingkungan pesantren hanya mengambil bentuk imprafisasi sekenanya belaka. Eksistensi pesantren serta perangkatnya adalah sebagai lembaga pendidikan dakwah yang telah memberikan warna pedesaan. Hal ini dikarenakan pesantren tumbuh dan berkembang bersama dengan masyarakat
1
2
di pedesaan. Pesantren telah berdiri sejak berabad-abad yang lalu dengan berbagai tujuan yang mendasarinya. Pondok pesantren secara umum memiliki tujuan untuk menyiapkan manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dan mampu mewarisi bumi ini dalam arti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan kehidupan dengan tujuan akhir mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tujuan semacam itu muncul dari hati para ulama’ pendiri pesantren sejak mereka mulai mendidik para santrinya untuk belajar ilmu agama, sehingga para santri bisa berperan dan mengabdikan diri di masyarakat. Terbukti lulusan dari pesantren mampu tampil dalam berbagai acara di masyarakat dan ikut mendidik moral anak-anak bangsa. Akan tetapi dari niat yang mulia itu masih ada saja persepsi yang salah muncul dari masyarakat awam terhadap pesantren. Mereka memiliki frame pemikiran yang memandang rendah serta pengamatan yang subjektif saja, yaitu memandang kelemahan-kelemahan dari pesantren tanpa melihat kelebihan-kelebihannya. Hal itulah yang mengakibatkan kurang bisa memberikan kontribusi pada pesantren. Semakin disadari, tantangan dunia pesantren semakin besar dan berat di masa kini dan mendatang. Dalam membentuk lembaga pendidikan menjadi berkualitas dan maju membutuhkan dukungan dari berbagai elemen. Pada era globalisasi ini, pesantren sebagai lembaga pendidikan dihadapkan pada serangkaian tantangan yang belum pernah dihadapi pada masa lampau.
3
Kemajuan sains dan teknologi menuntut pesantren untuk berbenah dan menjadi tantangan dalam mempertahankan eksistensinya. Kemajuan ilmu dan teknologi yang mewarnai zaman modern disamping membawa efek positif juga membawa efek negatif pada pesantren. Dengan iptek dapat menyebarkan informasi, mempromosikan diri dan juga dapat mengakses wawasan secara cepat. Efek negatifnya banyak yang di selewengkan jika tidak di backing iman yang kuat. Selain itu, teknologi juga menjadi buah simalakama. Dengan teknologi efek negatif dalam merusak moral santri sulit di bendung, namun bila tidak melengkapi dengan kemajuan iptek maka pesantren akan terbelakang dan kurang peminatnya. Jalan akhirnya tetap harus melengkapi pesantren dengan tekhnologi demi mengambil sisi positif agar tidak terbelakang dan tetap diminati. Namun demikian tidak lupa dengan menjaga dan memperkuat iman. Lantas upaya apa yang harus ditempuh, padahal pesantren kebanyakan dengan pengelolaan sumber daya dan dana dari pesantren itu sendiri. Disinilah diperlukanya uluran kontribusi dari masyarakat. Hal
senada
diungkapkan
Daulay
(2004:
62)
bahwa
guna
mengembangkan madrasah/lembaga pendidikan termasuk pesantren adalah melalui peningkatan pemberdayaan; diantaranya pemberdayaan masyarakat, yaitu dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat untuk ikut serta di dalam pemberdayaan madrasah/lembaga pendidikan”. Di era globalisasi ini masih ada pesantren salaf yang tetap eksis dan masih diminati oleh pencari ilmu. Padahal Pesantren ini berdiri pada tahun
4
1890 M/1310 H dan sampai sekarang masih ada yang tholabul ilmi di sana. Banyak dari para alumni yang berkiprah di masyarakat di seluruh penjuru nusantara. Bukan hanya puluhan, bahkan mungkin ratusan atau lebih yang terjun di masyarakat dan berjuang menegakkan agama Islam. Pesantren yang sudah memberikan banyak kontribusi pada masyarakat ini adalah Pondok Pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan, kecamatan Bringin kabupaten Semarang. Meskipun tradisional atau salaf, namun masih bisa bertahan dengan goncangan globalisasi. Adakah peran masyarakat disana? Berdasarkan latar belakang masalah itulah penulis tertarik untuk mengetahui kontribusi masyarakat dalam ikut andil mengambil bagian menjaga dan mengembangkan pesantren agar tetap ada dan maju dengan judul “Kontribusi Masyarakat Sebagai Penopang Eksistensi Pesantren AlIttihad Poncol Popongan Kec. Bringin Kab. Semarang Tahun 2011”.
B. Fokus Penelitian Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis mengfokuskan pokok penelitian sebagai berikut : 1. Apa bentuk kontribusi masyarakat pada pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2011 ? 2. Bagaimana pemanfaatan kontribusi masyarakat di pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Bringin Kabupaten Semarang di Tahun 2011 ? 3. Bagaimana kontribusi masyarakat mampu menopang eksistensi pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2011 ?
5
C. Tujuan Penelitian Mengacu pada fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bentuk kontribusi masyarakat islam pada pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2011. 2. Mengetahui pemanfaatan kontribusi masyarakat di pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Bringin Kabupaten Semarang di Tahun 2011. 3. Mengetahui eksistensi pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2011
D. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang sejauh mana sumbangsih kontribusi masyarakat pada pesantren, khususnya Pesantren Al-Ittihad Poncol Bringin. Sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik pada masyarakat maupun pesantren. Bagi pesantren sendiri hasil penelitian ini semoga dapat mendorong peningkatan kualitas pembelajaran dan sarana prasarana pesantren. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran pada pesantren akan pentingnya mengikut sertakan masyarakat dalam memajukan pesantren. Bagi masyarakat umum diharapkan dari hasil penelitian ini menjadikan tambahan informasi, sehingga masyarakat mengetahui lebih dalam tentang betapa bermanfaat kontribusinya dan dibutuhkan dalam kelestarian pesantren.
6
Dengan demikian masyarakat yang telah menikmati out put pesantren diharapkan akan ada timbal balik lebih peduli pada eksistensi pasantren. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis diharapkan mampu memberikan kontribusi pada dunia pendidikan. Secara praktis diharapkan mampu memberikan masukan bagi masyarakat dan pesantren dalam upaya pengembangan dan eksistensinya.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kekeliruan dalam interpretasi judul, maka penulis jelaskan sebagai berikut : 1. Kontribusi Kontribusi : Sumbangan; uang iuran kepada organisasi atau perkumpulan dsb. (Fajri, Senja. tanpa tahun: 486) 2. Masyarakat Masyarakat merupakan kumpulan individu dan juga golongan. Dalam skripsi ini akan memasukkan individu juga golongan, termasuk di antaranya golongan pejabat, golongan alumni pesantren dan juga golongan masyarakat umum. Jadi kontribusi masyarakat dapat diartikan suatu sumbangan baik materiil, moril maupun spirituil dari semua golongan masyarakat.
7
3. Eksistensi Eksistensi : Keberadaan; adanya (Fajri, Senja. tanpa tahun: 271) Eksistensi merupakan bentuk istilah lain dari keberadaan sesuatu, seperti contoh eksistensi organisasi, eksistensi pemerintah dsb. dapat di istilahkan dengan keberadaan organisasi, keberadaan pemerintah. 4. Pesantren Pesantren : Lembaga pendidikan yang mengedepankan ajaran agama Islam sebagai kurikulum pendidikannya. Kata pesantren diambil dari istilah tempat kediaman santri (siswa) yang kemudian mashur dengan istilah pesantren atau tempat para santri. Dengan keterangan diatas dapat dipahami arti eksistensi pesantren dengan keberadaan tempat santri belajar dan eksistensi pesantren dapat pula di artikan dengan aktifitas pesantren tetap berjalan sampai sekarang. Pesantren yang penulis pilih untuk di jadikan penelitian adalah Al-Ittihad Poncol Popongan kecamatan Bringin kabupaten Semarang selama dua bulan yaitu Mei-Juni 2011 M.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Maka metode yang penulis gunakan adalah metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif (Furchan, 1992: 21). Dan dari hal itu, dalam memperoleh data penulis menggunakan
8
data deskriptif sebagaimana yang di utarakan Furchan (1992: 21-22) menyebutkan bahwa data deskriptif dapat berupa ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek). Dari hal diatas yang menjadi subyek yang diteliti adalah santri dan pesantrenya, sementara yang menjadi fokus penelitian yaitu kontribusi masyarakat pada pesantren tersebut. 2. Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data tentang kontribusi masyarakat pada pesantren dan eksistensi pesantren Al-Ittihad Poncol Bringin penulis menggunakan instrumen dengan metode sebagai berikut : a.
Metode Observasi Sebagai metode ilmiah, metode observasi adalah metode penelitian yang digunakan dengan jalan pengamatan suatu obyek dengan seluruh indra. Jadi observasi dapat dilakukan penulis melalui penglihatan, pendengaran, peraba dan pengecap (Arikunto, 1993: 146). Lebih fokus lagi mengikuti Furchan (1992: 23) dengan metode pendekatan pemgamatan peserta (participant observation) yaitu pendekatan yang bercirikan suatu periode interaksi sosial yang intensif antara penelitian dengan subyeknya di dalam lingkungan subyek itu. Metode diatas penulis gunakan sebagai metode utama dalam mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Langkah yang dilakukan penulis yaitu dengan cara pengamatan secara langsung terhadap pesantren Al-Ittihad Poncol Bringin. Dalam
9
pengamatan ini yang diamati secara umum adalah aspek yang ada dalam pesantren. Akan tetapi yang lebih fokus adalah interaksi sosial masyarakat dengan pesantren dan sebaliknya yang berhubungan dengan kontribusi. Inti dari pengamatan tersebut, penulis mengetahui kontribusi masyarakat pada pesantren yang akhirnya menjadikan pesantren terjaga eksistensinya. b.
Metode Interview Menurut Arikunto (1993: 145), “Interview adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung kepada responden”. Sejalan dengan itu, Furchan (1992: 25) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan pendekatan dokumen pribadi (personal dokumen) yaitu bahan-bahan, tempat orang mengungkapkan dengan kata-kata sendiri, pandangan mereka tentang seluruh kehidupan mereka atau sebagian dari kehidupan mereka itu, atau beberapa aspek lain tentang tempat mereka berada. Metode tersebut penulis gunakan sebagai metode bantu dalam melakukan observasi yaitu selain melakukan pengamatan penulis juga langsung bertanya terhadap responden dalam hal ini alumni, ustadz dan santri sebagai klarifikasi untuk memperoleh pembuktian sesuatu yang ingin diketahui. Sehingga fungsinya adalah sebagai pelengkap dan pemantap informasi dalam pengumpulan data.
10
c.
Metode Dokumentasi Menurut Arikunto (1993: 236), “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lagger, agenda dan sebagainya”. Metode ini digunakan penulis untuk mencari data tentang situasi riil pesantren Al-Ittihad Poncol Bringin, baik itu yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan ataupun yang lainnya.
3. Analisis Data Penelitian
ini
menggunakan
analisa
data
kualitatif
dengan
menggunakan tiga tahap kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data (Miles,Huberman.1992: 16). Dalam reduksi data riil adalah sebagai proses pemilihan, pemadatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “ kasar “ dari catatan-catatan yang muncul dilapangan. Sementara untuk penyajian data, sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah keduanya selesai lalu dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan ( verifikasi ) data yaitu menyimpulkan seluruh data yang didapat guna mendapatkan suatu keputusan. G. Sistematika Penulisan Skripsi Bab I Pendahuluan berisi latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode serta Sistematika Penulisan Skripsi
11
Bab II Kajian Pustaka berisi uraian Kontribusi Masyarakat yang meliputi pengertian kontribusi, faktor pendorong dan tipologi masyarakat, Eksistensi Pesantren yang meliputi pengertian eksistensi dan bentuk eksistensi, deskripsi pesantren, ciri-ciri umum pesantren, jiwa pesantren, kekuatan pesantren Bab III Laporan Hasil Penelitian berisi tentang gambaran umum kontribusi masyarakat pada pesantren, gambaran umum pesantren Al-Ittihad Poncol, gambaran umum eksistensi pesantren al ittihad Bab IV Pemanfaatan Kontribusi Masyarakat di Pesantren Al-Ittihad Poncol yang
meliputi
kontribusi tepat guna, kontribusi PENOPANG
eksistensi Bab V Penutup berisi Kesimpulan dan Saran-Saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian pustaka tentang kontribusi masyarakat 1. Pengertian Kontribusi Menurut Fajri dalam kamus bahasa Indonesia (tanpa tahun: 486), kontribusi adalah sumbangan; uang iuran kepada organisasi atau perkumpulan dsb. Dengan demikian kontribusi merupakan hal yang pokok dan penting dalam segala aspek, karena dalam segala hal membutuhkan kontribusi. Baik berupa kontribusi materiil contohnya sumbangan dana untuk guru, moril misalnya menjaga nama baik pesantren, maupun spirituil misalnya mengikuti kegiatan atau menghadiri event yang diadakan pesantren, mencarikan solusi persoalan yang dihadapi pesantren. Dalam konteks kemanusiaan, ”kontribusi” merupakan wujud aktualisasi aktifitas manusia sebagai unsur masyarakat yang mendapat gelar khalifah di bumi. Aktifitas itu dapat ditampilkan dalam bentuk saling menguatkan, saling menolong, dan saling menyempurnakan. Peran kekhalifahan
manusia
nilainya
ditentukan
oleh
peranan
yang
dimainkannya di tengah-tengah masyarakat. Khalifah yang arif dan bijaksana tentunya akan selalu memberikan kontribusi yang dibutuhkan sekitarnya. Konsep silaturrahmi yang dimulai dari orang-orang terdekat hingga orang-orang terjauh, saling tolong menolong menunjukkan betapa konsisten dan tanggung jawabnya manusia itu menjadi khalifah.
12
13
Dengan adanya unsur saling menguatkan,
menolong dan
menyempurnakan inilah kontribusi diartikan Penulis sebagai bantuan moril, materiil dan juga spirituil. 2. Bentuk-bentuk Kontribusi Menurut Ahmad Mujib dalam Jurnal Pesantren mihrab ( 2006: 85), rata-rata pendapatan pesantren tradisional atau salaf berasal dari santri dan sumbangan-sumbangan dari masyarakat sekitar. Secara terperinci, penggalian dana pesantren berasal dari pertama, donatur tetap. Mereka ini adalah para alumni atau masyarakat yang pernah atau sedang menjadi murid kyai di pondok pesantren tersebut, baik pengajian ta’lim atau thariqah. Kedua pembayaran dari wali murid dengan iuran bulanan dan tahunan, dan yang ketiga, sumbangan insidential. Biasanya, sumbangan ini berasal dari para pejabat yang sering melakukan pendekatanpendekatan pribadi terhadap kyai karena otoritas kyai yang begitu kuat. Pada kasus-kasus tertentu, misalnya ada kyai pondok pesantren yang terkenal dengan kesaktianya, dijadikan sasaran para pejabat sebagai backing amalan-amalan untuk melanggengkan kekuasaanya. Keempat, adalah sumbangan yang digali dengan penjualan kalender. Sumbangan model ini dilakukan setahun sekali. Selama beberapa hari, seluruh santri mendapat tugas untuk memasarkan kalender ini kerumah-rumah. Dari pandangan Mujib tersebut diatas, penulis menangkap isyarat adanya
kontribusi ke pesantren itu diperoleh dari berbagai elemen
14
masyarakat. Ada yang alumni; ada yang bukan alumni tetapi anaknya di pesantren tersebut; ada pejabat, tokoh masyarakat dan masyarakat umum. 3. Masyarakat dan Tipologinya Istilah masyarakat berasal dari kata “musyarokah” yang berarti bersama-sama atau sebelah menyebelah (Kardiyo, tanpa tahun: 15). Jadi, masyarakat berarti kumpulan manusia yang relatif permanen, berinteraksi secara tetap, dan menjunjung suatu kebudayaan tertentu. Dalam konteks kemanusiaan, masyarakat dibentuk –dan membentuk dengan sendirinyadengan tujuan untuk saling menguatkan, saling menolong, dan saling menyempurnakan. Konsep silaturrahmi yang dimulai dari orang-orang terdekat –baik secara genetis maupun secara geografis- hingga orangorang terjauh, menunjukkan betapa pentingnya kebermasyarakatan atau hidup bermasyarakat (Safei, 2001: 5). Dengan pendapat Safei ini penulis menangkap adanya istilah ”kontribusi” yang didasarkan adanya unsur saling menguatkan, menolong dan menyempurnakan. Lebih lagi Safei (2001: 8) mengatakan, ”Islam melihat dunia ini sebagai arena aktualisasi aktifitas kemanusiaan sebagai khalifah. Peran kekhalifahan manusia nilainya ditentukan oleh peranan yang dimainkanya di tengah-tengah masyarakat”. Ada beberapa tipologi dalam masyarakat. Namun, dalam penelitian ini mengambil tipologi dari sudut keadaan demografi atau status sosial masyarakat. Yaitu masyarakat Islami dan masyarakat majemuk. Dalam kajian sosiologi, masyarakat Islam dibedakan
dari segi identitas
15
keagamaan masyarakat serta tradisi agama Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat (Agus Efendi,1993: 143). Jadi, masyarakat Islami dapat diartikan masyarakat yang warganya mayoritas Islam dan mengagungkan nilai Islami dalam kegiatan di masyarakat. Sedangkan masyarakat majemuk yaitu masyarakat yang warganya bercampur beberapa penganut agama menjadi satu dalam satu wilayah itu. Ada juga yang menyebutkan masyarakat
pesantren karena lingkunganya berada
diwilayah banyak pesantren atau mayoritas warga pernah menjadi santri. Ada juga yang mengatakan masyarakat abangan karena disitu tidak ada yang belajar agama atau minim orang mengaji. Sebagai upaya memperoleh kontribusi dari masyarakat yang bermacam-macam tipologinya, penulis mencermati pendapat Mujib bahwa untuk memperoleh kontribusi dari masyarakat dapat diupayakan oleh pesantren itu sendiri seperti; membuat proposal, kalender, majalah, bukubuku dll. Kontribusi dapat juga diperoleh atas inisiatif masyarakat yang memang berkecimpung dengan pesantren dan juga masyarakat umum yang memang menginginkan sesuatu seperti mengharapkan barakah dari sedekahnya, partisipasinya, maupun barakah dari ilmunya seoarang kyai.
B. Eksistensi Pesantren 1. Pengertian eksistensi Sesuai dengan definisi operasional pada bab satu; Eksistensi merupakan bentuk istilah lain dari keberadaan sesuatu. Maka bila
16
digabungkan dengan kata pesantren akan sama artinya dengan keberadaan pesantren. Ada lagi yang mengartikanya dengan keberlangsungan pesantren secara menerus turun temurun serta memperoleh relevansi sosiologis-kontekstual. Hal tersebut senada dengan pendapat
Mahmud
Arif (2008: 187) yang mengatakan, ”eksistensi pesantren jelas mempunyai kepentingan untuk memeroleh relevansi sosiologis-kontekstual agar dapat survive dan eksis”. Dari lontaran Arif diatas dapat dipahami bahwa pesantren membutuhkan upaya yang menjadikan pesantren dapat terus berlangsung, bertahan dan masih dianggap relevan dalam pandangan masyarakat. Kemudian apa saja yang ada di pesantren sebagai produk pendidikan yang tetap eksis dalam artian relevan dan juga survive? Dari rujukan arif diatas penulis menemuakan dua arti eksistensi. Pertama, eksistensi dalam arti bertahan. Kedua, eksistensi dalam arti relevan. Dalam pandangan penulis keduanya dapat ditinjau pada sisi yang berbeda. Eksistensi dalam arti bertahan lebih mengarah sudut pandang lamanya masa. Sedang eksistensi dalam arti relevan mengarah sudut pandang metode atau sistem pengajaran dan kurikulum pesantren. Dalam satu tempo metode ataupun kurikulum juga bersinggungan dengan masa saat di ungkap masihkah dipakai cara atau metode yang dulu sampai sekarang, namun itupun dapat di tarik ke masalah relevankah metode tersebut.
17
Relevansi dan Masa Depan Madrasah. Dalam pembahasan tentang masa depan madrasah, sudah saatnya madrasah melakuakan perbaikan atau revisi terhadap seluruh aktivitas pendidikanya. Salah satu revis substantive yang perlu dilakukan menurut Azra (2002) adalah seputar sejarah madrasah. Revisionisme sejarah madrasah sangat penting, mengingat perjalanan kehidupan akan terus berputar dan direkonstruksi pada fase-fase setelahnya. Selama ini pola kajian mengenai madrasah ada dua : pertama, pola kajian yang cenderung sangat mengidealisasikan madrasah. Pola kedua, kajian sejarah yang menjelaskan madrasah sebagai lembaga pendidikan,yang meski memiliki formalitas tertentu, tetapi tidak seketat
yang
dibayangkan.
Terkait dengan keadaan madrasah saat ini yang mengalami dilema, hendaknya madrasah memiliki acuan normatif dan memiliki gambaran masyarakat yang diidam-idamkan. Sedangkan menurut penulis hendaknya madrasah melakukan pembenahan secara kualitatif, baik dari segi materi, kurikulum, tenaga pengajar, sarana dan prasarana serta sistem. Di samping itu hendaknya madrasah juga membaca kebutuhan masyarakat sehingga dapat menentukan arah pendidikan sehingga tercipta relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat dengan tidak lupa tujuan awal didirikanya
madrasah
sebagai
lembaga
agama.(http://fahdiahmadyahoocoid.blogspot.com)
pendidikan
18
2. Deskripsi Pesantren a. Deskripsi Pesantren Pesantren ialah tempat santri-santri atau murid-murid yang belajar ilmu agama Islam. Hal itu sesuai Zamakhsari Dhofier (1983: 18) yang menjelaskan pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pedan akhiran –an yang menunjukkan tempat tinggal para santri. Menurut riwayat yang mula-mula mengadakan pesantren itu Maulana Malik Ibrahim (di Ampel). Di pesantren itulah beliau mendidik guru-guru agama dan mubaligh Islam yang menyiarkan agama Islam ke seluruh jawa (Yunus, 1996: 231). Berdirinya pesantren pada umumnya di pelopori oleh seorang kyai yang memiliki pengetahuan serta keinginan kokoh dalam penyebaran agama Islam. Pada awalnya mereka hanya mengajar beberapa murid saja dalam tempat tertentu ( surau atau masjid). Setelah ada pengakuan dari masyarakat akan keunggulan dan ketinggian ilmunya maka lama kelamaan banyak masyarakat yang menuntut ilmu padanya dan merekapun diangkat sebagai guru (kyai). Kyai inilah yang akan memegang segala urusan yang ada di pesantren dan ia sekaligus bertindak sebagai pengasuh. Keberadaan pesantren ini sangat tergantung pada pengasuh sebagai elemen yang paling esensial dan pemegang otoritas di pesantren. Karena itu, segala arah taktik, strategi, sistem dan organisasi pendidikan dalam pesantren sangat dipengaruhi oleh pengasuh.
19
Keberadaan pesantren juga sangat dipengaruhi oleh budayabudaya asli indonesia. Karena kemunculan pesantren berada ditengahtengah berkembangnya tradisi Hindu, Budha yang telah lama ada sebelum datangnya Islam di Indonesia. Lembaga-lembaga yang sejenis dengan pesantren ini sejak masa Hindu, Budha sebenarnya sudah ada. Sehingga pesantren ini tidak terlalu sulit dalam perkembangannya yaitu tinggal
melanjutkan
sistem
yang
sudah
ada
disertai
dengan
memasukkan nilai-nilai ajaran Islam kedalamnya. Dari hal tersebut Nurcholis Majid berpendapat bahwa pesantren dari segi historis tidak hanya identik dengan masa keIslaman tetapi juga mengandung makna keaslian indonesia (1997: 3). Pesantren memiliki peran yang sangat besar pada perubahan masyarakat serta lebih memberikan kotribusi yang sangat bermanfaat pada masyarakat sebagai lembaga pendidikan, lembaga penyiaran ilmu agama serta lembaga yang bergerak di bidang ilmu sosial keagamaan. Selain itu, pesantren memiliki peran strategis sebagai pengembang pendidikan serta pengembang sosial ekonomi masyarakat. Dan tidak kalah pentingnya yaitu pesantren memberikan bekal keterampilan hidup pada santrinya agar mreka memiliki kecakapan atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam hidup di masyarakat. Dalam kaitannya dengan skripsi ini, penulis ingin mengetahui timbal balik dari masyarakat dalam membangun dan memajukan pesantren yang telah begitu semangat mempersiapkan kontribusi yang sangat baik guna masyarakat.
20
b. Ciri-Ciri Umum Pesantren Secara umum keberadaan pesantren didukung oleh lima elemen dasar, yang mana kelima elemen ini saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lima elemen itu adalah Pondok, Masjid, Santri, Kyai dan Pengajaran kitab-kitab klasik (Dhofier,1983: 44). Kemudian untuk menjelaskan lebih lanjut bagaimana potret pesantren yang selengkapnya akan penulis jelaskan sbb : 1) Kyai Kyai merupakan cendekiawan agama (ulama) yang merupakan elemen yang paling esensial dalam pesantren. Elemen ini tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pesantren karena lazimnya pesantren muncul dimulai dari peran kyai. Posisinya sangat menentukan kemana arah perjalanan pesantren (kebijakan dan orientasi program ) ditentukan oleh kyai sebagai salah satu unsur yang dominan dalam kehidupan sebuah pesantren. Kyai mengatur irama perkembangan dan kelangsungan kehidupan pesantren dengan keahlian, kedalaman ilmu, kharismatik dan keterampilanya (Yasmadi, 2005: 63) Kewibawaan dan kedalaman ilmu kyai adalah modal utama bagi keberlangsungan semua wewenang yang dijalankan. Beliau dikenal sebagai tokoh kunci yang terpenting, kata-kata dan keputusan yang dikeluarkan oleh kyai dipegang teguh oleh para santri. Dapat juga dikatakan sebagai tokoh non formal, segala perlakuanya dijadikan
21
sebagai suri tauladan tidak hanya bagi santri tetapi juga seluruh komunitas di sekitar pesantren. Dalam hal ini kyai berperan sebagai pemimpin masyarakat, pengasuh pesantren dan sekaligus sebagai ulama.. Dalam masyarakat jawa kepemimpinan sangatlah dominan. Menurut Dhofier (1983: 55), Kata kyai dalam bahasa jawa di pakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda : a) Sebagai gelar kehormatan bagi orang yang di anggap keramat b) Gelar kehormatan orang-orang tua pada umumnya c) Gelar diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam atau pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik pada santrinya. Dalam sektor sosial kehidupan di masyarakat seorang kyai menempati kedudukan yang terhormat serta memiliki pengaruh yang sangat kuat. Sehingga kyai selalu dikedepankan dalam mengatasi segala macam permasalahan yang timbul. Peran kyai sangat fenomenal dan signifikan dalam keberlangsungan atau eksistensi sebuah pesantren, sehingga keberadaanya laksana jantung bagi kehidupan manusia (Yasmadi, 2005: 63). 2) Santri Dalam pandangan Nurcholis Majid (1997: 19-20) asal kata santri dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa” Santri” berasal dari perkataan santri, sebuah kata dari
22
sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha mendalami dan memahami agama melalui kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa arab, hal ini di asumsikan bahwa menjadi seorang santri juga menjadi tahu agama ( melalui kitab-kitab tersebut).atau paling tidak seorang santri bisa membaca Al-Qur’an yang dengan sendirinya membawa pada sikap lebih serius dalam memandang agama. Kedua, adalah pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, persisnya dari kata ” cantrik” artinya seseorang ang selalu mengikuti seorang guru kemana ia menetapkan. Kata santri ini ada yang berpendapat berasal dari bahasa tamil yang berarti guru mengaji dan juga mengatakan dari bahasa india ”sastri” yang artinya buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan Santri menempati peran yang sangat strategis sebab disamping sebagai subyek, santri juga berperan sebagai obyek. Keberadaan santri dalam sebuah pesantren juga tidak dapat dikatakan sepele, karena sebuah lembaga pendidikan yang tidak mempunyai siswa tidak akan berjalan, dalam kegiatan belajar mengajar harus ada guru dan murid. Jika kedua unsur tersebut tidak terpenuhi maka tidak akan ada pembelajaran yang berlangsung.
23
Santri yang dimaksud disini adalah para pelajar yang ingin memperdalam pengetahuan keagamaan. Santri sebagai pelajar biasanya terdiri dari dua kelompok. Pertama, santri mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan manatap di pondok pesantren. Kedua, santri laju yaitu yang berasal dari daerah sekitar pesantren. Mereka ngelaju dari rumah untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pulang ke rumah masing-masing setelah selesai mengikuti pembelajaran di pesantren. Predikat santri adalah predikat yang luar biasa dan mempunyai nilai yang lebih. Tidak seperti halnya predikat siswa sekolah umum yang lain. Predikat santri akan terus dipakai walaupun sudah pulang dan terjun di masyarakat. Sebab menjadi santri lebih mempunyai tanggung jawab baik secara vertikal maupun horisontal. Santri akan dihadapkan pada tanggung jawab moral. Ia harus mengetahui visi, aplikasi dan kreatifitas yang harus dilakukan di masyarakat, serta wawasan global dan progresif. 3) Masjid Dalam struktur pesantren keberadan masjid menjadi elemen dasar yang harus dimiliki pesantren. Karena masjid merupakan tempat yang strategis untuk mendidik para santri. Selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat melatih para santri terutama dalam mengerjakan tata cara beribadah, pengajaran kitabkitab Islam klasik dan kegiatan masyarakat lainnya.
24
Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan kaum muslim baik dalam dimensi ukhrowi maupun duniawi dalam ajaran Islam. Karena pengertian yang lebih luas dan maknawi, masjid memberikan indikasi sebagai perbuatan seorang hamba dalam pengabdian kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid ( tempat sujud ). Atas dasar pemikiran itu dapat dipahami bahwa masjid tidak hanya terbatas pada pandangan materialistik, melainkan immaterialistik tidak mengarah kepada kebendaan saja. Masjid sebagai suatu bangunan yang dapat ditangkap oleh mata sebagai tempat sujud mengabdi pada Allah SWT. Dalam perspektif sejarah Islam, masjid bukan hanya sekedar sarana kegiatan peribadatan belaka, lebih dari itu masjid menjadi pusat segenap aktivitas rasul dalam berinteraksi dengan umat, dan dapat juga dikatakan sebagai tempat pertama pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan kultural (Dhofier, 1983: 49). Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat pada masjid sejak masjid di Qubba didirikan dekat Madinah pada masa nabi Muhammad tetap terpancar dalam sistem pesantren. Pendirian masjid ini tidak lepas dari peran kyai serta masyarakat yang secara sukarela selalu membantu. Kaqrena sudah mengakar
25
pada keyakinan mereka bahwa hal ini merupakan bentuk awal ibadah. 4) Pondok Pengertian pondok memiliki arti lebih sempit yaitu rumah sementara untuk merendahkan diri, tempat tinggal beberapa santri atau asrama sementara. Yang dimaksud pondok disini dapat diartikan tempat menginap santri. Tetapi yang sering digunakan adalah pondok pesantren yang merupakan gabungan antara pondok dan pesantren untuk mewakili semuanya. Karena yang namanya pesantren didalamnya terdapat masjid sebagai tempat ibadah, asrama santri atau pondokan, tempat tinggal kyai, serta ruangan lain yang digunakan untuk kegiatan santri. Semua itu bergabung menjadi sebuah komplek pesantren. Komplek pesantren ini pada awalnya merupakan milik kyai sebagai pelopor berdirinya pesantren. Akan tetapi, seiring kemajuan zaman status kepemilikam komplek pesantren sudah berubah. Hal ini seiring dengan pendapat Dhofier yaitu perubahan sistem kepemilikan pesantren ini disebabkan dua hal. Yang pertama, perubahan waktu yaitu dulu pesantren tidak memerlukan biaya yang besar, baik karena jumlah santrinya sedikit, maupun jumlah sarana dan prasarana yang kecil. Kedua, baik kyai maupun pendidik yang membantunya merupakan kelompok mampu dipedesaan dari apa yang dibutuhkan di pesantren.
26
Pembangunan pondok pesantren ini antara yang satu dengan yang lain memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dalam pembangunan sarana prasarana ini sangat tergantung dari banyak sedikitnya santri. Terutama adalah santri yang meneyap dalam wktu lama yang berasal dari tempat jauh. Keberadaan sebuah pesantren ada pondok yang diperuntukkan bagi laki-laki dan pondok bagi perempuan. Apabila dalam sebuah pesantren itu santrinya ada laki-laki dan perempuan maka kedua kelompok ini dipisahkan atau dibuat berjauhan. Keberadaan pondok bukan menjadi fokus tempat berlangsungnya kegiatan para santri atau bagi pesantren yang santrinya banyak, pondok ini hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan baju dan buku saja. Karena kebanyakan kamarnya sempit, tidak ada peralatan seperti dipan, almari pakaian, meja dan kursi. Meskipun demikian. Pondok bukan saja menjadi elemen yang paling penting dalam sebuah pesantren tetapi juga merupakan penopang utama bagi pesantren untuk dapat terus berkembang. 5) Pengajaran Kitab-Kitab Klasik Sistem pendidikan pesantren lebih berorientasi pada pengajaran kitab-kitab
klasik
dalam
kurikulumnya.
Hal
ini
yang
membedakannya dengan lembaga pendidikan salaf dan modern. Dalam pesantren salaf lebih mengedepankan kitab-kitab klasik dari pada buku-buku umum. Sehingga pengajaran kitab-kitab klasik ini
27
lebih menjadi karakteristik yang merupakan ciri-ciri dari proses pembelajaran di pesantren salaf. Dalam wawancara Penulis dengan beberapa Pengurus Pesantren Al Ittihad Poncol diantaranya Yahya , Amin dan Marwan, menurut mereka ada perbedaan yang menonjol antara pesantren salaf dan modern. Diantaranya yaitu : TABEL I PERBEDAAN PESANTREN SALAF DENGAN MODERN PESANTREN SALAF
PESANTREN MODERN
Kurikulum lebih mengedepankan kitab-kitab klasik
Banyak ditambah kurikulum pendidikan nasional
Mengedepankan pemahaman isi kitab
Mengedepankan penguasaan bahasa dalam keseharian
Seorang guru laksana mursyid, sehingga sangat di hormati dan diagungkan
Seorang guru dianggap teman dalam belajar, sehingga kedekatanya laksana sahabat
Santri banyak yang memasak sendiri daripada yang kost
Banyak yang kost daripada memasak sendiri
Ada metode thariqah
Tidak ada thariqah
Dalam mempelajari kitab-kitab klasik oleh seorang santri kepada kyainya menurut Nurcholis Majid (1997: 28), ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu sistem weton dan sorogan. Weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kyainya sendiri, baik tempat, waktu maupun kitabnya. Sedangkan sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan seseorang atau beberapa santri pada kyainya. Menurut Dhofier (1983: 50), secara keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan menjadi
28
delapan kelompok yaitu nahwu ( syintak ), shorof, morfologi, fiqih, usul fiqih, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika, cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Kitab-kitab klasik ini sebenarnya kitab yang dikarang oleh para ulama terdahulu yang bentuk tulisannya berbahasa arab akan tetapi tidak berharakat. Dan biasanya dicetak diatas kertas berwarna kuining sehingga disebut kitab kuning. Kitab kuning sebagai salah satu unsur dari proses belajar mengajar di pesantren yang sangat penting dalam membentuk kecerdasan intelektual dan moralitas keshalehan pada diri santri. c. Jiwa Pesantren Dalam lingkungan pondok pesantren telah tertanam berbagai macam tatanan nilai, yang hal tersebut tidak terdapat dalam sistem pendidikan yang lain atau aspek lainnya. Aspek metode, kurikulum dan manajemen merupakan konditioning nilai-nilai yang telah paripurna. Meskipun tanpa standarisasi nilai yang jelas. Beberapa pesantren juga telah melahirkan jiwa pesantren yang merupakan karakteristik mereka. Jiwa pesantren ini melekat erat pada diri para santri maupun para ustadz serta seluruh komponen didalamnya. Dari jiwa yang dimiliki inilah yang menjadi kunci bagi kalangan pesantren dalam menghadapi perkembangan zaman serta tantangan yang lainnya. Diantara jiwa pesantren tersebut yaitu jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan tapi agung, jiwa ukhuwah Islamiyah yang demokratis,
29
jiwa terkontrol dalam memilih alternatif jalan hidup dan menentukan masa depan, jiwa keikhlasan, jiwa kemandirian. 1) Jiwa kesederhanaan tetapi agung Kesederhanaaan bukan berarti pasif, melarat, nerima, miskin, tetapi mengandung unsur kekuatan dan ketaatan hati, penguasaan diri dalam menghadapi segala kesakitan. Kesederhanaan ini selalu melekat pada diri santri yang ada di pesantren dan merupakan ciri paling khas. Kesederhanaan ini meliputi tempat tinggal, pakaian, makanan, dan lain-lain. Dari kesederhanaan ini muncul sikap sahaja yaitu
menerima pemberian Allah dengan ikhlas. Pada
prinsipnya adalah merasa cukup akan segala hal dan semua itu cukup menenangkan jiwanya. 2) Jiwa ukhuwah Islamiyah yang demokratis Dalam komunitas pesanten ukhuwah Islamiyah diantara santri sangatlah erat, perbedaan suku, ras, kultur, kekayaan dan asal usul santri
tidaklah
menjadipenghalang
dalam
menjalani
ikatan
persahabatan. Apabila mereka sudah sama-sama berada dalam pesantren, maka mereka seakan sudah menjadi keluarga, sehingga muncul rasa senasib dan sepenanggungan. 3) Jiwa terkontrol dalam memilih alternative jalan hidup dan menentukan masa depan Jiwa inilah yang mendasari konsep pendidikan yang di ajarkan di pesantren yaitu mempersiapkan para santri agar memiliki
30
keterampilan dan keberanian dalam kehidupan dan memilih jalan hidupnya yang sesuai dan terarah menurut ajaran Islam. Dan mampu menghadapi masalah-masalah yang ada serta mampu mencari solusinya. Inilah harapan pesantren, yang pada akhirnya nanti setelah lulus para santri dapat hidup di tengah masyarakat secara proporsional. 4) Jiwa keikhlasan Jiwa yang senantiasa beribadah hanya untuk mecari ridha Allah. Yaitu tidak mengharapkan imbalan apapun dari orang lain. Setiap sikap dan tindakan para santri memiliki semboyan “sepi ing pamreh, rame ing gawe” yaitu suatu kayakinan untuk lebih banyak beramal dan setiap amal tidak perlu mengharap imbalan dari makhluk, karena hal itu pasti dibalas oleh Allah. Jika amal perbuatanya baik, maka akan di balas baik bahkan lebih baik. Begitu juga sebaliknya, jika amal perbuatan jelek akan dibalas jelek pula. 5) Jiwa kemandirian Kemandirian adalah suatu hal yang dimiliki para santri. Hal ini benar-benar ditanamkan pesantren pada para santri sebagaimana para santri harus memenuhi kebutuhan sendiri untuk makan, minum, mencuci dsb. Tujuanya untuk mencetak jiwa mandiri dan tidak menggantungkan diri pada bantuan dan belas kasihan pihak
31
lain. Para santri ditanamkam mental spiritual yang matang guna menghadapi masa depan melalui kajian-kajian ilmu agama. d. Kekuatan Pesantren Kekuatan yang dimiliki pesantren selain kelima elemen dasar yang ada juga dapat dilihat dari system pendidikan serta potensi spesial kultur yang merupakan modal besar untuk kemajuan pesantren. Sistem pendidikan pesantren ini melestarikan ciri-ciri khas dalam interaksi sosial, antara lain : 1) Adanya hubungan yang tersambung hingga akhir hayat antara santri dengan kyai 2) Jiwa dan sikap kesetia kawanan, kebersamaan dan kekeluargaan yang tertanam dalam komplek pesantren 3) Pandai memanfaatkan waktu dalam melaksanakan pendidikan dan peribadatan 4) Hidup hemat dan sederhana 5) Berani bersungguh-sungguh dalam bertirakat dan bermunajat pada Allah 6) Merintis sikap jujur, tawadlu’ dan ta’dhim dalam setiap ucapan dan perbuatan
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kontribusi Masyarakat Pada Pesantren 1. Ikatan Masyarakat Dengan Pesantren Dalam kaitanya dengan pesantren, masyarakat merupakan unsur yang sangat penting dalam ikut memajukan pesantren sebagai lembaga pendidikan. Hal itu sejalan dan senada dengan ungkapan Daulay (2004: 76) ”bahwa guna mengembangkan madrasah/lembaga pendidikan termasuk pesantren
adalah
pemberdayaan
melalui
masyarakat,
peningkatan yaitu
pemberdayaan;
dengan
melibatkan
diantaranya unsur-unsur
masyarakat untuk ikut serta di dalam pemberdayaan madrasah/lembaga pendidikan”. Di era globalisasi ini Pondok Pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan, kecamatan Bringin kabupaten Semarang yang tergolong pesantren salaf tetap eksis dan masih diminati oleh pencari ilmu. Padahal Pesantren ini berdiri pada tahun 1890 M/1310 H dan sampai sekarang masih ada yang tholabul ilmi disana. Banyak dari para alumni yang berkiprah di masyarakat di seluruh penjuru nusantara. dan berjuang menegakkan agama Islam. Maka Pesantren yang sudah memberikan banyak kontribusi pada masyarakat ini pantas mendapatkan timbal balik kontribusi dari masyarakat. yang menjadikan pesantren dapat terus berlangsung, bertahan dan masih dianggap relevan.
32
33
2. Bentuk Kontribusi Untuk mengetahui ada tidaknya Kontribusi Masyarakat Pada Pesantren
Al-Ittihad
Poncol
Bringin
Tahun
2011,
Maka
penulis
menggunakan Metode Observasi, interview dan dokumentasi. Dari metode tersebut penulis menemukan berbagai macam kontribusi dari masyarakat yang digolongkan menjadi kontribusi materiil, kontribusi moril. a. Kontribusi Materiil Sumbangan atau kontribusi materiil sangat tepat dan pokok bagi kemajuan pesantren. Karena dengan kontribusi materiil ini program pesantren akan cepat terlaksana. Seperti halnya pesantren membutuhkan alat-alat pembelajaran, dana atau bahan bangunan, sarana prasarana penunjang kegiatan dll. Benarlah kiranya Ahmad Mujib El Shirazy dalam Jurnal Pesantren mihrab, (2006: 85) mengatakan bahwa rata-rata pendapatan pesantren tradisional atau salaf berasal dari santri dan sumbangan-sumbangan dari masyarakat sekitar. Di Pondok Pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan, kecamatan Bringin kabupaten Semarang yang tergolong pesantren salaf ini, secara terperinci penggalian dana pesantren juga berasal dari pertama, donatur tetap. Mereka ini adalah para alumni atau masyarakat yang pernah atau sedang menjadi murid kyai di pondok pesantren Poncol, baik pengajian ta’lim atau thariqah. Kedua pembayaran dari wali murid dengan iuran bulanan dan tahunan,
dan yang ketiga,
sumbangan insidential. Biasanya, sumbangan ini berasal dari para
34
pejabat atau tokoh masyarakat yang begitu peduli akan pentingnya peran pesantren dalam membangun moral bangsa. Keempat, adalah sumbangan yang digali dengan penjualan kalender. Sumbangan model ini juga dilakukan setahun sekali sebagaimana yang dikatakan Mujib. Selama beberapa hari, seluruh santri mendapat tugas untuk memasarkan kalender ini kerumah-rumah. Dari
keempat
tipe
kontribusi
tersebut,
bentuk
kontribusi
masyarakat yang masuk pesantren Poncol Penulis masukkan kategori kontribusi materiil. Karena jenis yang masuk rata-rata uang atau bentuk materi selain uang. Menurut penuturan putra pengasuh pesantren yakni Gus Irfan Adib, “ untuk tahun ini sumbangan yang masuk dalam bentuk barang
sepertinya
tidak
ada
kecuali
bentuk
uang”.
Hal
itu
menggambarkan bahwa kontribusi masyarakat yang sekarang tidak seperti tahun sebelumnya. Kemudian apa sebelumnya ada yang berbentuk barang, Gus Irfan mengatakan, “ tahun-tahun kemarin pesantren mendapatkan sumbangan mobil inventaris, sapi, diesel penyedot air. Akan tatapi tahun ini alumni lebih memberikan bentuk dana pembangunan mushala dan renovasi makam”. Ungkapan seperti itu di benarkan oleh beberapa pengurus pesantren. Pada saat penulis survey dan menghadiri acara haul dan penutupan pengajian kitab shahih muslim pada tanggal 1 Juni 2011, KH. Nur Iskandar dari Jakarta ( Penceramah acara ) yang kebetulan juga alumni Poncol dengan sukarela memberikan sumbangan sebesar Rp. 10.000.000,- kepada pesantren Poncol.
35
Berbeda dari Gus Irfan, Yahya ( Pengurus Pondok ) mengatakan,” ada donatur tetap bentuk kayu bakar tiap akan mengadakan haul dan akhir sanah”. Sepertinya memang masih ada kepedulian masyarakat dengan menyumbangkan materi yang dibutuhkan pesantren ini. b. Kontribusi Moril Support dan respont masyarakat terhadap pesantren dalam ikut serta menjaga dan membangun sangat erat. Hal ini dapat terekam dari kelestarian dan eksistensi pesantren sejak tahun 1980 M sampai sekarang. Masyarakat masih banyak yang mengirimkan anaknya untuk belajar disana sebagai tanda bahwa pesantren masih diminati. Dari situ penulis menangkap sebuah fakta adanya kontribusi moril dari masyarakat. Bukan hanya masyarakat umum di luar poncol, masyarakat poncolpun ikut berperan memberikan kontribusi moril. Dari sudut pandang status sosial, masyarakat Poncol tergolong masyarakat Islami. Karena warganya semua Islam dan mengagungkan nilai Islami dalam kegiatan di masyarakat. Desa ini juga tergolong masyarakat pesantren karena lingkunganya berada di wilayah pesantren atau mayoritas warga pernah menjadi santri, bahkan semua warga Poncol termasuk ahli waris pendiri Pesantren atau keluarga para pengasuh pesantren. Dengan adanya ikatan kekeluargaan inilah yang menjadikan ikatan sama-sama mempunyai tanggungjawab dalam melestarikan dan menjaga nama baik terjalin kuat. Dari keturunan mereka banyak yang dikirim ke pesantren - pesantren lain di jawa timur
36
untuk mencari ilmu dan menjadi kader penerus ketika sudah kembali ke Poncol. Ikatan bathin masyarakat dengan pesantren Poncol sepertinya tidak mudah lepas. Terbukti dengan ramainya masyarakat ikut berbondongbondong menghadiri berbagai event yang diadakan pesantren. Selain itu, daerah yang banyak alumni dari poncol beserta tokoh masyarakat juga mengadakan organisasi dan juga program yang mengikut sertakan para pengasuh Poncol. Seperti mujahadah khatmil bukhari pada bulan Muharram se-kecamatan Pabelan dan halal bi halal se-jawa tengah pada bulan Syawal. Ada juga kegiatan khatmil qur-an bergilir di rumah-rumah alumni sebagaimana yang di jadikan program di wilayah kecamatan Bancak. Untuk tahun ini di adakan istighasah alumni setiap malam minggu pahing yang bertempat di masjid pesantren Poncol. Semua yang penulis paparkan merupakan wujud kepedulian alumni khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap pesantren yang sangat bagus. Dengan kebersamaan menjaga dan melestarikan ukhuwah islamiyah antar elemen masyarakat dan pesantren inilah yang menjadikan lembaga pendidikan islam akan dapat berkembang. Seperti ungkapan
Daulay
(2004:
62)
bahwa
guna
mengembangkan
madrasah/lembaga pendidikan termasuk pesantren adalah melalui peningkatan pemberdayaan; diantaranya pemberdayaan masyarakat, yaitu dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat untuk ikut serta di dalam pemberdayaan madrasah/lembaga pendidikan”.
37
3. Faktor Pendorong Kontribusi Dari pandangan Mujib tersebut diatas Penulis sependapat. Pondok Pesantren Al-Ittihad Poncol Popongan, kecamatan Bringin kabupaten Semarang yang tergolong pesantren salaf
ini, kontribusi masuk ke
pesantren ada 5 faktor pendorong : a. Kontribusi
masuk
ke
pesantren
dengan
adanya
unsur
usaha
pengembangan dari pesantren itu sendiri dengan adanya membuat proposal kepada alumni ataupun masyarakat umum juga tokoh masyarakat. b. Kontribusi masuk karena adanya Kharismatik Pendiri dan Pengasuh Pesantren. c. Kontribusi masuk dari masyarakat karena anaknya disana atau ikut thariqah. d. Kontribusi dari masyarakat umum yang memang menginginkan barakah. e. Adanya ikatan kekeluargaan masyarakat Poncol. Dengan adanya unsur usaha pengembangan dari pesantren seperti dengan membuat kalender, buku-buku, ataupun proposal kepada alumni ataupun masyarakat umum juga tokoh masyarakat menjadikan suatu dorongan untuk beramal. Seandainya tidak ada hal itu kemungkinan kontribusi masyarakat akan minim. Menurut penuturan Fathul Amin selaku ketua pondok, “ alhamdulillah program pembuatan kalender pondok dapat terwujud setiap tahunnya, ada juga lewat menulis nadlaman pelajaran untuk dijual di kalangan sendiri dan pondok lain, serta membuat proposal kepada
38
alumni dan tokoh masyarakat. Sehingga hasilnya dapat menopang bertambahnya kontribusi masyarakat ke pesantren”. Selain itu, kontribusi masuk karena adanya Kharismatik Pemegang Pesantren. Hanya saja ditahun ini, kontribusi yang bentuk nyata seperti pengaspalan jalan ataupun yang sifatnya insidential dari kharismatik seperti yang dikatakan Mujib tidak terlalu dapat dilihat. Namun dapat ditemukan bentuk moril karena adanya kharismatik seorang kyai yang masih disegani. Seperti ungkapan Hasanudin dari ungaran, saat penulis bertanya, “bapak mengikuti acara haul di poncol apa pernah mondok di poncol ? Jawabnya, “ tidak pernah, hanya saja KH. Fatkhurrohman itu guru saya di pesantren jawa timur, maka saya menyempatkan hadir”. Semua pengasuh Poncol adalah tokoh yang kharismatik yang dianggap bisa mengarahkan dan mengerahkan para santrinya untuk dibawa kemana jalan yang benar. Karena itu, kontribusi masuk dari masyarakat yang memang berkecimpung dengan pesantren karena anaknya disana atau ikut thariqah ataupun sebab lain akan mudah dan terasa ringan bagi masyarakat untuk membantu Pesantren. Terlihat disaat ada permohonan amal pembangunan dan para santri membawa kotak amal mengelilingi para hadirin saat acara haul KH. Misbah tanggal 1 Juni 2011 banyak yang mengulurkan tangan memberikan sumbangan. Dan ada pula masyarakat umum yang memang menginginkan sesuatu seperti mengharapkan barakah dari sedekahnya, partisipasinya, maupun barakah dari ilmunya seoarang kyai. Sebagaimana yang di
39
ungkapkan Salim dari Pabelan, alumni ini mengirim anak-anaknya ke Poncol karena wasiat orang tuanya, ”sebelum kamu memondokkan anakanakmu kemana-mana, pertama utamakan Poncol dulu. Karena Poncol itu banyak barakahnya”. Warga Poncol termasuk ahli waris pendiri Pesantren atau keluarga para pengasuh pesantren. Dengan adanya ikatan kekeluargaan ini juga mendorong rasa sama-sama mempunyai tanggungjawab dalam melestarikan dan menjaga nama baik terjalin kuat. Dari keturunan mereka juga tergugah untuk memberikan kontribusi ilmu yang benar-benar terjamin dan mantap dengan mengirimkan anak-anak mereka ke pesantren - pesantren lain di jawa timur untuk mencari ilmu dan kelak menjadi penerus Poncol. B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al Ittihad Poncol. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Al Ittihad Poncol . Pondok Pesantren ini berdiri pada tahun 1890 M/1310 H oleh K.H. Misbah. Beliau merasa terpanggil dan punya tanggung jawab untuk menyebarkan agama Islam. Kabar tentang kealimannya dan ke-wirai-anya didengar oleh penguasa Getas yakni Mbah Sinder. Pada tahun ke-4 sekembalinya beliau dari perantauan ke kota Ngawi beliau di percaya oleh Mbah Sinder untuk mengamankan daerah utara Getas, yaitu wilayah Ngrekesan yang terkenal angker. Letaknya diantara dua alairan sungai yang bertemu dan menjorok. Daerah inilah yang disebut dengan Poncol.
40
Berkat rahmat dan izin Allah beliau dapat mengamankan daerah tersebut dari gangguan makhluk halus. Sebagai imbalanya daerah tersebut menjadi milik beliau. Pada akhirnya menjadi tempat pemukiman yang dijadikan basis untuk berjuang dakwah beliau dan banyak dikunjungi oleh masyarakat sekitar, bahkan dari luar daeah sampai sekarang. 2. Visi dan Misi. Visi menggambarkan kondisi yang akan diwujudkan dan ingin dicapai oleh suatu organisasi di masa depan, kemana organisasi ini akan dibawa. Visi ini akan menjadi filosofi yang menjadi keyakinan utama, menjadi arah, perekat dan motivator dalam pengembangan organisasi. Untuk mewujudkan dan mencapai visi tersebut, diperlukan misi yang merupakan cara atau jalan yang ditempuh untuk mewujudkan dan mencapai visi. Misi sebagai dasar dalam bertindak dan dijadikan inspirasi untuk selalu berusaha melakukan yang terbaik bagi kepentingan bersama. Visi dan misi di pesantren Al Ittihad belum tercantumkan dalam pembukuan maupun name board. Akan tetapi misi dan misi pesantren di tanamkan pada jiwa para pengurus. Sebagaimana ungkapan Fathul Amin ( kepala pondok pesantren ), misi pondok ini ádalah
mencerdaskan
kehidupan bangsa umat Islam melalui pembekalan agama yang didasari dari hafalan al-qur’an dan kitab-kitab salaf. sedangkan visi pondok ini adalah Islami, Qur’ani, dan Berakhlakul Karimah.
41
3. Letak Geografis Batasan Letak Pondok Pesantren tersebut adalah sebagai berikut : a.
Sebelah utara
: Sungai Tileng yang merupakan aliran sungai dari Karanglo
b.
Sebelah selatan
: Persawahan penduduk dusun Bantar dan Popongan
c.
Sebelah barat
: 1 KM Pasar Bringin.
d.
Sebelah timur
: Sungai Bendo yang merupakan aliran sungai Kaliwaru
Kaumanlor.
4. Kegiatan Rutinitas Santri a. Kegiatan Harian 1) Jama’ah 2) Mengaji Bandungan + Sorogan Kitab + Al Qur’an 3) Masuk Sekolah Di Madrasah 4) Takror / Musyawarah Pelajaran b. Kegiatan Mingguan 1) Musyawarah Gabungan 2) Khithobah 3) Qiro,Ah 4) Ziarah Makam 5) Mujahadah Yasinan 6) Berzanji Dzibak
42
7) Roan / Bersih Lingkungan c. Kegiatan Bulanan 1) Syawir Kubro / Bahtsul Masail Intern 2) Khitobah Kubro 3) Lomba Baca Kitab Dan Orator 4) Takhtim Al Qur’an Setiap Malam Jumat Kliwon Ba’da Maghrib 5) Istighotsah Setiap Malam Jumat Kliwon Ba’da ‘Isya d. Kegiatan Tahunan 1) Setiap Bulan Jumadil Akhir Pengajian Kitab Sohih Bukhori-Muslim 2) Wisuda Akhir Tahun Pelajaran Dan Pengajian Akhir Sanah 3) Ziarah 1 Muharram 4)
Ziarah Walisanga
5. Pendiri Dan Penerus Pendiri dan Pengasuh pertama Pondok Pesantren Al Ittihad Poncol adalah
KH. MISBAH (1890-1910). Sepeninggal beliau kemudian
diteruskan dari keturunan beliau yang senantiasa menjaga tradisi dan semangat dalam menegakkan agama Islam. Kurun setelah KH. Misbah sbb : a. KH. HASAN ASY’ARI (1910-1948) b. KH. AHMAD ASY’ARI (1948-1977) - KH. THOHIR c. KH. MAKMUN AHMAD(1977-2007) - KH. FADLIL ASY’ARI (1975-2007) - K. HUSEN (1960-2007)
43
d. KH. Drs. MUSTA’IN AHMAD - KH. NUR KHOLIS THOHIR - KH. FATKHURRAHMAN THOHIR - KH. SAHLI BIDAYAH ( Penerus sampai sekarang ) 6. Keadaan Guru dan Santri. Sejak tahun pertama berdirinya pondok ini hingga sekarang jumlah santri mengalami perkembangan yang stabil dan unik. Menurut Marwan ( staf pengurus ), “pesantren al ittihad belum pernah melonjak tinggi juga tidak pernah menurun drastis”. Hal itu juga di benarkan seorang alumni seperti H. Said dari Pabelan selaku ketua organisasi alumni yang dinamai “IMAD”, “rata-rata jumlah santri dari dulu + 300 – 400 pelajar putra dan putri”. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar daerah seperti Magelang, Semarang, Boyolali, Demak, Porwodadi, Sumatera dll. Bahkan dari jurnal pesantren Shil Vina (2011: 11), Penulis menemukan pernah ada yang dari Malaysia dan Singapura. a. Keadaan Guru Guru pengajar di Pondok Pesantren Al Ittihad Poncol berasal dari lingkungan atau masyarakat sekitar pondok. Kebanyakan berasal dari lulusan pondok jawa timur. Guru disini terbagi menjadi dua, guru yang berada di pesantren dan guru yang nglaju dari rumah jika ada jam mengajar saja datang ke pondok. Adapun guru atau ustadz yang mengajar di pondok pesantren Poncol dan madrasah tercantum dalam tabel berikut : TABEL II
44
DAFTAR ASATIDZ PONDOK PESANTREN AL-ITTIHAD PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG Tahun Ajaran 2010-2011 Masehi / 1431-1432 Hijriyah ( PUTRA ) TEMPAT NAMA TGL LAHIR ALAMAT NO LHR
1
KH.Sahli Bidayah
Kab.Semarang
12 November 1920
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
2
KH.Musta’in Ahmad SPdi
Kab.Semarang
02 Maret 1954
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
3
KH.Nur Cholish Thohir
Kab.Semarang
10 Agustus 1963
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
4
KH.Fathurrohman Thohir
Kab.Semarang
05 September 1968
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
5
K.Muhammad Fatih
Ngawi
12 Januari 1971
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
6
K.Ahmad Mufid Sajid
Kab.Semarang
27 Desember 1966
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
7
K.Muhaimin
Kab.Semarang
18 Desember 1965
8
K.Aunur Rofiq
Kab.Semarang
20 Oktober 1965
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
9
K.M.Irfan Adib
Kab.Semarang
24 April 1968
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
10
K.M.Lubabuddin
Kab.Semarang
17 Januari 1972
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
Kab.Semarang
08 September 1980
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
11
K.Ali Sukron
45
Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
12
K.Agus Salim
Kab.Semarang
13
K.Chasan Alfaruq
Kab.Semarang
04 April 1973
Bantar Popongan Bringin Kab.Semarang Cikalan Padaan Pabelan Kab.Semarang
14
K.M.Zaini Zulfa
Kab.Semarang
16 Agustus 1967
15
Ust.M.Fatkhul Amin
Kab.Semarang
10 September 1984
Jambe Dadapayam Suruh Kab.Semarang
16
Ust.Marwan Thohari
Kab.Semarang
14 November 1986
Kluwihan Sidomukti Bandungan Kab.Semarang
17
Ust.Agus Makmun
Kab.Semarang
11 November 1986
Kalisidi Ungaran Barat Kab.Semarang
18
Ust.Choerul Anwar
Kab.Semarang
04 April 1985
Senden Jatijajar Bergas Kab.Semarang Poncol Popongan Bringin Kab.Semarang
19
Ust.Saifuddin
Kab.Cilacap
31 Januari 1974
20
Ust.M.Nur Rohim
Kab.Semarang
13 Juni 1985
Penggaron Lor Genuk Kab.Semarang
21
Ust.Syarifudin Ahmad
Kab.Semarang
07 Juni 1987
Senggrong Bringin Kab.Semarang Kebonan Jatijajar Bergas Kab.Semarang
22
Ust.M Agus Arwani
Kab.Semarang
25 Agustus 1986
23
Ust.M.Nur Aziz
Kab.Boyolali
30 Desember 1991
Winongsari Wonosegoro Kab. Boyolali
24
Ust.Muh Saeroni
Kab.Semarang
06 Agustus 1989
Jumbleng Wonokerto Bancak Kab.Semarang
25
Ust.Moh Munawir
Kab.Grobogan
05 Juli 1989
Tamban Wates Kedungjati
46
Kab.Grobogan
26
Ust.Ahmad Hakim
Kab.Grobogan
15 Juni 1989
Ginggang Tani Gubug Kab.Grobogan
27
Ust.M Nur Faizin
Kab.Semarang
09 Mei 1989
Ampel Gading Kenteng Bandungan Kab.Semarang
28
Ust.Muhammad Adib
Kab. Demak
05 Januari 1992
Noreh Wonosekar Karangawen Demak
TABEL III DAFTAR ASATIDZ PONDOK PESANTREN (PUTRI) AL-ITTIHAD PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG Tahun Ajaran 2010-2011 Masehi / 1431-1432 Hijriyah NO
NAMA
ORANG TUA
TGL LAHIR
ALAMAT
1.
KH. Musta’in Ahmad
KH.Ahmad Asy’ari
Smg, 02-031954
Poncol Popongan Bringin Semarang
2.
K. Muhammad Fatih
KH.Makmun Ahmad
Ngawi, 12-011971
Poncol Popongan Bringin Semarang
3.
K. Irfan Adib
KH.Habib Ahmad
Smg, 24-041968
Poncol Popongan Bringin Semarang
4.
K. Agus Salim
KH.Habib Ahmad
5.
K. Ali Murtadlo
KH.Makmun Ahmad
6.
Poncol Popongan Bringin Semarang Kendal, 1512-1977
Poncol Popongan Bringin Semarang
K. Jailani
Smg, 01-061967
Cikalan Padaan Pabelan Semarang
7.
Ibu Nyai Hj Munawaroh
Kediri, 16-111944
Poncol Popongan Bringin Semarang
8.
Ibu Nyai Hj Robihah
Magelang, 10-
Poncol Popongan
47
07-1948
Bringin Semarang
Krawang, 0203-1965
Poncol Popongan Bringin Semarang
9.
Ibu Nyai Hj Maryam
10.
Nyai Nur Farida
KH.Makmun Ahmad
Smg, 14-121976
Poncol Popongan Bringin Semarang
11.
Usth Nahdlotul Husna
KH.Makmun Ahmad
Smg, 16-121984
Poncol Popongan Bringin Semarang
12.
Usth Qumil Laila
Nuri
Smg, 08-081991
Prangkoan Banding Bringin Semarang
13.
Usth Mar’atul Kholifah
Nasikhin
Smg, 22-111992
Mrunten Kulon Kalisidi Ungaran Semarang
Untuk mencapai kerjasama dan komunikasi yang teratur antara guru/pengurus dan para pengasuh pondok maka di Poncol juga di bentuk suatu struktur organisasi. Adapun struktur organisasi tersebut dapat di lihat dalam tabel di bawah ini :
TABEL IV STRUKTUR ORGANISASI PON-PES AL-ITTIHAD PONCOL POPONGAN BRINGIN KAB SEMARANG 2009/2011 M PENASEHAT I. KH.Sahli Bidayah
II. KH. Musta’in Ahmad PEMBIMBING
I. KH. Nur Cholish Thohir
II. KH.Fathurrohman Thohir KONDUKTOR
I.K.Mufid Sajid
II.K. Muhammad
48
Fatih
KETUA I.Ust. Fatchul Amin II. Ust. Agus Makmun SEKRETARIS
BENDAHARA
I. Ust. Choerul Anwar
I. Ust. Syarifuddin Ahmad
II. Ust. Zamroji
II. Ust. Syaichuna SEKSIE2
KEAMANAN
KEGIATAN
KEBERSIHAN
I. Ust. Nur Aziz
I. Ust. Ahmad Hakim
I. Ust. Saironi
II.Ust. Nur Rohim
II. Uat. Saifullah
II. Ust. M.Ridwan
III. Ust. Miftachul Amin
III. Ust. Nur Faizin
IV. Ust. Yahya Asrur
IV. Ust. M. Adib
V. Ust. Miswanto
PENERANGAN
BP
OLAH RAGA
I. Ust. Munawir Ahmad
I. Ust. Mrwan Thohari
I. Ust. Agus Arwani
II. Ust. M. Nasrullah
II. Ust. M. Sa’dun
PENGAIRAN
KOPERASI
PEMBANGUNAN
I. Ust. Kafa Billah
I. Ust. Aliman
I. Ust. Mustaqim
49
II. Ust. M. Tafrichan
II. M. Nuruddin
II. Ust. Khoirul Fatihin
III. Ust. Ustadzi Maghfur
HUMAS
KEMASJIDAN
I. Ust. Ahmad Hakim
I. Ust. Syaichuna
II. Ust. M. Saironi
II. Ust. Miiftahul Amin III. Ust. Saifullah
b. Santri Istilah santri sebenarnya mencakup yang masih belajar maupun santri lama yang kemudian diangkat menjadi guru ataupun yang sudah pulang. Karena titel santri terbawa sampai pulang terjun ke masyarakat. Namun dalam hal ini penulis hanya dapat melaporkan santri dan juga guru yang masih di Pesantren saja. Untuk mengetahui jumlahnya dapat dilihat padatabel berikut : TABEL V DATA JUMLAH SANTRI PESANTREN AL ITTIHAD PONCOL ( SESUAI TEMPAT MUKIM ) TAHUN 2011 NO
TEMPAT MUKIM SANTRI
1.
Kantor Guru
2.
Pondok Induk Putra
JUMLAH 27 117
50
3.
Pondok Induk Putri
45
4.
Komplek Fadhil Asy’ari
27
5.
Komplek Darussalam
25
6.
Komplek Hasan Asy’ari
15
7.
Komplek Tarbiyatus Syibyan
50
Total
306
7. Keadaan Sarana Dan Prasarana. Sarana dan prasarana merupakan fasilitas pendidikan yang sangat penting, yang menunjang berlangsungnya proses kegiatan santri. Adapun sarana dan prasarana tersebut dapat dikatakan cukup lengkap dan memadai karena hasil penelitian dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :
TABEL VI DATA SARANA DAN PRASARANA PON-PES AL-ITTIHAD PONCOL POPONGAN BRINGIN KAB SEMARANG TAHUN 2011 M SARANA DAN PRASARANA JUMLAH No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Masjid Kantor Asrama Kamar Santri Aula Putra Dan Putri Gedung Madrasah Ruang Kelas Wc Dan Kamar Mandi
1 2 10 40 7 4 24
15
51
9. 10. 11.
Perpustakaan Ruang Lab
1 2
Lapangan Olahraga
1
Telephon
2
Mobil
1
Sepeda Motor
1
Traktor
2
Gilingan Padi
1
Jenset
1
Sawah
1
19.
Sapi
15
20.
Diesel Penyedot Air
2
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
8. Jenjang Pendidikan Jenjang pendidikan sebagai salah satu fasilitas penunjang untuk mempermudah menempatkan santri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki juga sebagai daya pikat pesantren dalam kelengkapan fasilitas jenjang pendidikan. Untuk mempertahankan ke-salaf-anya dalam metode dan kurikulum namun juga tidak mengesampingkan kemajuan zaman dengan kaidah “ mempertahankan tradisi lama yang sudah baik dan menggunakan hal baru yang lebih baik”. Maka
jenjang pendidikan
pesantren ini di bentuk dengan pendidikan dalam pondok dan pendidikan luar pondok. a. Unit Pendidikan dalam Pondok
52
1)
SP ( Sekolah Persiapan )
2)
Madrasah Tsanawiyah
3)
Madrasah Aliyah
4)
Paket B Depag
5)
Wajar Dikdas
b. Unit pendidikan luar pondok 1) RA AL-ITTIHAD 2) SMK AL-ITTIHAD
9. Administrasi TABEL VII DATA ADMINISTRASI PON-PES AL-ITTIHAD PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG Tahun Ajaran1431-1432 H / 2010-2011 M
1. SANTRI INDUK • Syahriyah Pondok • Syahriyah Madrasah • Syahriyah listrik • Pembangunan siswa baru • Pembangunan siswa lama • Koprasi • Kartu ijin • KTA • Pendaftaran Pondok Siswa Baru • Pendaftaran Pondok siswa lama • Pendaftaran Madrasah siswa Baru • Pendaftaran Madrasah siswa lama 2. SANTRI SUB / COMPLEX
• • •
Syahriyah pondok Syahriyah Madrasah Syahriyah listrik
: Rp 7.000,: Rp 8.000,: Rp 5.000,: Rp 35.000,: Rp 30.000,: Rp 2.000,: Rp 2.000,: Rp 2.000,: Rp 8.000,: Rp 5.000,: Rp 8.000,: Rp 5.000,-
: Rp 3.500,: Rp 8.000,: Rp 2.500,-
53
• • • • • • • • •
Pembangunan siswa baru Pembangunan siswa lama Koprasi Kartu ijin KTA Pendaftaran Pondok Siswa Baru Pendaftaran Pondok siswa lama Pendaftaran Madrasah siswa Baru Pendaftaran Madrasah siswa lama
: Rp 35.000,: Rp 30.000,: Rp 2.000,: Rp 2.000,: Rp 2.000,: Rp 8.000,: Rp 5.000,: Rp 8.000,: Rp 5.000,-
3. SANTRI NDALEM / PEKERJA
• • • • • • • • • • • • •
Syahriyah pondok Syahriyah Madrasah Syahriyah listrik mukim di ndalem Syahriyah listrik mukim di pondok Pembangunan siswa baru Pembangunan siswa lama Koprasi Kartu ijin KTA Pendaftaran Pondok Siswa Baru Pendaftaran Pondok siswa lama Pendaftaran Madrasah siswa Baru Pendaftaran Madrasah siswa lama
: --: Rp 8.000,: Rp 2.500,: Rp 5.000,: Rp 35.000,: Rp 30.000,: Rp 2.000,: Rp 2.000,: Rp 2.000,: Rp 8.000,: Rp 5.000,: Rp 8.000,: Rp 5.000,-
4. SANTRI BANI MISBAH
• • • • • • •
Pendaftaran Pondok Siswa Baru Pendaftaran Pondok siswa lama Pendaftaran Madrasah siswa Baru Pendaftaran Madrasah siswa lama Kartu Ijin Syahriyah Listrik Mukim di Ndalem Syahriyah listrik mukim di pondok
: Rp 8.000,: Rp 5.000,: Rp 8.000,: Rp 5.000,: Rp 2.000,: Rp 2.500,: Rp 5.000,-
10. Pendidikan Extra Kurikuler Selain dibekali ilmu-ilmu secara teoritis, para santri juga dibekali berbagai ilmu praktis yakni pendidikan keterampilan atau ekstrakurikuler.
54
Pendidikan keterampilan yang diselenggarakan adalah : a.
Khithobah
b.
Dziba’iyah
c.
Seni baca Al Qur’an
d.
Vokal group rebana
e.
Bela diri pencak silat
f.
Kaligrafi
g.
Sepak bola
C. Gambaran Umum Eksistensi Pesantren Al Ittihad Poncol
Salah satu alternative untuk memberikan pengakuan terhadap eksistensi pesantren salaf, ialah dengan cara melihat pesantren tersebut dengan paradigma berbeda dari pendidikan pada umumnya. Pesantren harus dilihat sebagai lembaga pendidikan alternative. Posisinya sebagai lembaga pendidikan alternative, maka tatkala melihat pesantren salaf, seharusnya tidak menggunakan ukuran atau standar yang digunakan untuk melihat lembaga pendidikan pada umumnya. Jika pendidikan pada umumnya selalu dilihat dengan menggunakan delapan standard pendidikan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan misalnya, maka pesantren seharusnya dilihat dengan menggunakan standard khas untuk pesantren. Reasoningnya, bahwa pesantren salaf adalah sebagai lembaga alternative, yang memiliki bentuk pendidikan yang khas, serta dimaksudkan untuk melahirkan sosok lulusan yang khas pula. Sehingga, jika dipaksakan dengan dilihat secara sama dengan sekolah umum, maka menjadi tidak tepat.
55
Dalam sudut pandang lamanya masa, Pesantren Al Ittihad terbilang bagus. Sudah satu abad lebih pesantren ini masih dapat bertahan tanpa adanya fatrah ( kekosongan penerus ). Tepatnya terhitung sudah 121 tahun lamanya pesantren ini ada dan berjalan dengan tradisinya. Sedang eksistensi dalam arti relevan yang mengarah sudut pandang metode atau sistem pengajaran dan kurikulum pesantren juga terbilang bagus. Karena terbukti sampai sekarang masih diminati. Pondok pesantren memegang prinsip dasar dalam menyikapi perubahan sebagai berikut: “Al-muhaafadzatu alal-qadiimi as-Shaalihi WalAkhdzu bil-Jadidiil Ashlah”, yaitu memegang tradisi lama yang baik dan mengambil inovasi baru yang lebih baik. Persoalan yang berpautan dengan civic values akan bisa dibenahi melalui prinsip-prinsip yang dipegang pesantren selama ini dan tentunya dengan perombakan yang efektif, berdaya guna, serta mampu memberikan kesejajaran sebagai umat manusia (al musawah bain-nas) (Abdurrahman Wahid, 1995). Kurikulum pesantren poncol menggunakan salaf yang tidak menambahkan kurikulum diknas. Meski demikian, benar juga kata Gus Dur pesantren harus bisa memegang tradisi lama yang baik dan mengambil inovasi baru yang lebih baik. Karena itu pesantren poncol memandang kedepan dan membekali santri yang maksimal, untuk mensiasati barangkali dibutuhkan formalitas kenegaraan maka ketika dipercaya untuk mengadakan Wajar Dikdas dan Kejar Paket langsung disambut dengan baik.
56
Pondok pesantren sesungguhnya sangat respek terhadap perubahan dan atau modernisasi, namun dengan syarat tidak merusak tradisi yang selama ini menjadi kelebihan dan kekuatan lembaga pondok pesantren tersebut (Abdullah Syukri Zakarsyi, 2002). Bukan hanya menyambut uluran pejabat yang memberikan kepercayaan mengadakan kejar paket dan wajardikdas saja, untuk memancing bakat para santri dan menjaring santri baru, pesantren ini juga mendirikan SMK Al-Ittihad pertanian di lingkungan pesantren dan RA Al-Ittihad. Bagi santri yang juga ingin bersekolah dapat terwujud keinginanya. Sepertinya itu cukup menjadikan jawaban atas tuntutan istilah eksistensi yang di ungkapkan Mahmud Arif (2008: 187) yang mengatakan,”eksistensi pesantren jelas mempunyai kepentingan untuk memeroleh relevansi sosiologis-kontekstual agar dapat survive dan eksis”. Metode yang dipakai sesuai dengan yang dikatakan Nurcholis Majid (1997: 28), ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu sistem weton dan sorogan. Weton adalah penguji yang inisiatifnya berasal dari kyainya sendiri, baik tempat, waktu maupun kitabnya yang istilah di Poncol diartikan Penulis dengan bandongan . Sedangkan sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan seseorang atau beberapa santri pada kyainya. Menurut penulis, metode tersebut diatas masih tetap relevan. Dengan weton/bandongan kyai mengajar dengan pengaturan waktu yang sedikit dapat mengajarkan ilmu kepada lebih banyak santri. Dan dengan sorogan kedekatan santri dan kyai dapat terjalin lebih erat.
57
Selain itu ada metode thariqah yang juga masih sangat diperlukan sampai sekarang. Dengan adanya thariqah ada yang menangani pendidikan bagi orang –orang tua yang masih mau belajar. Menurut ibu Hj. Umi ( istri dari Cucu Pendiri Pondok ) ,”di pesantren Poncol ini thariqah selalu diteruskan. Seandainya guru yang lama meninggal selalu ada pengganti”. Arti relevan disini menurut penulis karena ada yang menangani orang-orang tua dan
ternyata benar-benar dapat
menyadarkan
untuk
mempersiapkan
ketenangan dan bekal akhirat di usianya yang masih tersisa. Hal itu juga diungkapkan dalam penelitian Dhofier (1983: 139) bahwa anggota thariqah kebanyakan orang-orang lanjut usia yang menyadari akhir hidupnya makin dekat dan membutuhkan spiritual untuk lebih mendekati tuhan dengan cara ikut thariqah. Relevansi dan masa depan madrasah/pondok dapat diperoleh bersama masyarakat. Dalam pembahasan tentang masa depan madrasah, sudah saatnya madrasah melakuakan perbaikan atau revisi terhadap seluruh aktivitas pendidikanya. Salah satu revis substantive yang perlu dilakukan menurut Azra (2002) adalah seputar sejarah madrasah. Revisionisme sejarah madrasah sangat penting, mengingat perjalanan kehidupan akan terus berputar dan direkonstruksi pada fase-fase setelahnya. Selama ini pola kajian mengenai madrasah ada dua : pertama, pola kajian yang cenderung sangat mengidealisasikan madrasah. Pola kedua, kajian sejarah yang menjelaskan madrasah sebagai lembaga pendidikan, yang meski memiliki formalitas tertentu,
tetapi
tidak
seketat
yang
dibayangkan.
58
Terkait dengan keadaan madrasah saat ini yang mengalami dilema, hendaknya madrasah memiliki acuan normatif dan memiliki gambaran masyarakat yang diidam-idamkan.
Sedangkan
menurut
penulis
hendaknya
madrasah
melakukan pembenahan secara kualitatif, baik dari segi materi, kurikulum, tenaga pengajar, sarana dan prasarana serta sistem. Di samping itu hendaknya madrasah juga membaca kebutuhan masyarakat sehingga dapat menentukan arah pendidikan sehingga tercipta relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat dengan tidak lupa tujuan awal didirikanya madrasah sebagai lembaga
pendidikan
agama.
BAB IV PEMANFAATAN KONTRIBUSI MASYARAKAT PADA PESANTREN DI AL-ITTIHAD PONCOL
A. Kontribusi dari berbagai unsur masyarakat Untuk mempermudah mengetahui kontribusi dari masyarakat yang kemudian benar-benar dimanfaatkan oleh pesantren. Penulis kelompokkan kontribusi sesuai asal kontribusi sebagai berikut : 1. Kontribusi Alumni “Sumbangan atau kontribusi materiil yang sudah masuk di Pesantren pada tahun ini lebih banyak berbentuk dana pembangunan”. Hal itu disampaikan oleh Gus Irfan Adib selaku ketua bidang pembangunan. Sedangkan yang menjadi alokasi dana adalah renovasi makam para pengasuh pesantren sekaligus membuat tempat shalat untuk para tamu yang berziarah. Pembangunan ini merupakan program pesantren yang mengikut sertakan para alumni. “Karena dengan mengikutsertakan alumni program pesantren cepat terlaksana”, menurut pengakuan Gus Irfan. Perenovasian tempat berziarah ini juga ada kepentingannya dengan santri. Karena makam dijadikan tempat menghafal santri, memohonkan ampunan para guru yang telah meninggal dan juga mengingatkan akan perjalanan akhir hidup. Pendapat Agus Makmun yang terbiasa menghafal pelajaran di makam, “Keheningan makam dengan perpustakaan sepertinya lebih hening di makam”. Makanya bagi yang masih di pesantren makam dimanfaatkan untuk tempat menghafal pelajaran. Budaya itu ternyata
59
60
bukan hanya di lakukan oleh satu dua santri, melainkan mayoritas santri. Sebagai langkah klarifikasi penulis mengamati di sudut dan sisi-sisi makam ada banyak para santri yang memanfaatkan makam untuk menghafal. Alumni juga berkepentingan sebagai tempat mengenang dan mendo’akan guru-gurunya yang telah meninggal. Dengan pengamatan dan berdialog dengan beberapa santri tersebut menggambarkan adanya pemanfaatan kontribusi yang yang sedang teralokasikan. Jadi kontribusi masyarakat benar-benar tersalurkan sesuai harapan dan sesuai kebutuhan pesantren. Selain itu, ada kontribusi moril yang berupa kegiatan yang diadakan alumni seperti mujahadah khatmil bukhari pada bulan Muharram se-kecamatan Pabelan dan halal bi halal se-jawa tengah pada bulan Syawal serta khatmil qur’an yang diadakan alumni kecamatan Bancak. Dalam event tersebut dimanfaatkan pesantren untuk menyalurkan informasi dan juga promosi. 2. Kontribusi Masyarakat Umum Secara terperinci sebetulnya kontribusi materiil pesantren Poncol di tahun ini bukan hanya bentuk dana pembangunan makam saja, karena terbukti dari penuturan Yahya, ada donatur tetap yang berupa sumbangan kayu bakar pada setiap acara haflah akhir tahun. Selain itu, menurut penuturan Yahya juga ada donatur materiil bentuk uang dalam event acara dari alumni dan juga masyarakat umum seperti , H. Zamansyari Bringin, H. Makruf, serta pejabat desa seperti kepala desa Popongan H. Muhlasinin.
61
Ada juga bentuk sumbangan yang digali dengan penjualan kalender yang menghasilkan dana berbentuk uang. Berbagai sumbangan yang telah masuk tersebut di alokasikan dengan semestinya. Sesuai kebutuhan yang diperluan, pada saat itu dimanfaatkan untuk mensukseskan acara pengajian. Seperti halnya pesantren membutuhkan santri, alumni dan masyarakat
pada
umumnya.
Santri,
alumni
dan
masyarakatpun
membutuhkan pesantren untuk mendidik keturunan mereka mendatang. Support dan respont masyarakat pada pesantren dalam ikut serta menjaga dan membangun sangat erat. Terbukti ketika pesantren mempunyai program
pembangunan,
masyarakat
sangat
berantusias
dan
ikut
memberikan sumbangan. Ikatan yang erat ini dimanfaatkan pesantren sebagai rasa kepercayaan masyarakat pada pesantren. Dengan itu pesantren berusaha maju dan mengembangkan serta memenuhi harapan masyarakat. 3. Kontribusi Tokoh Masyarakat/Pejabat Sebagai bukti andil masyarakat telah membawa kemajuan pesantren dan dimanfaatkan dengan baik dapat terekam dari fasilitas dan jenjang pendidikan yang bertambah. Seperti pejabat memberikan kepercayaan memilih pesantren poncol sebagai tempat diadakanya Program Wajar Dikdas, Kejar Paket, membangun TK, membangun SMK Pertanian, dan berbagai keterampilan ekstra kurikuler.
62
Dalam berbagai event yang diadakan pesantren sepertinya masyarakat sangat berantusias dan ikut berbondong-bondong menghadiri. Ikatan bathin masyarakat dengan pesantren Poncol tidak mudah lepas. Dengan ramainya pengunjung dalam acara yang di adakan Pesantren sekali tempo dimanfaatkan untuk menarik sumbangan pada hadirin. Itu terlihat saat penulis menghadiri acara pengajian penutupan kilatan kitab Shahih Muslim pada tanggal 1 Juni 2011. Para santri membawa kotak kardus mengelilingi hadirin untuk menyempatkan bersedekah. Menurut pengunjung yang terbiasa hadir, “permohonan dengan model seperti itu hanya jika ada program pembangunan”. Perjuangan para tokoh seperti Gus Dur dan para kyai jawa timur yang berjuang untuk melegalkan ijazah pesantren juga disambut gembira pesantren poncol. Manfaat yang diambil, pesantren berusaha menjadi lebih maju dan berkualitas dengan berbenah diri. 4. Kontribusi Masyarakat Lingkungan Pesantren Dari sudut pandang status sosial, masyarakat Poncol tergolong masyarakat Islami. Karena warganya semua Islam dan mengagungkan nilai Islami dalam kegiatan di masyarakat. Desa ini juga tergolong masyarakat pesantren karena lingkunganya berada di wilayah pesantren atau mayoritas warga pernah menjadi santri, bahkan semua warga Poncol termasuk ahli waris pendiri Pesantren atau keluarga para pengasuh pesantren. Dengan adanya ikatan kekeluargaan inilah yang
63
menjadikan ikatan sama-sama mempunyai tanggungjawab dalam melestarikan dan menjaga nama baik terjalin kuat. Kontribusi yang tampak begitu penting terhadap pesantrenyaitu dari keturunan mereka banyak yang dikirim ke pesantren - pesantren lain di jawa timur untuk mencari ilmu dan menjadi kader penerus ketika sudah kembali ke Poncol. Dengan respont yang bagus masyarakat poncol itu dimanfaatkan sebagai penyambung dan pengenalan poncol dengan pesantren-pesantren lain di jawa timur. Dengan ikatan kekeluargaan di poncol, masyarakat saling memberikan penghormatan para santri dengan memberikan makanan di rumah-rumah dalam acara ziarah makam satu hari sebelum acara haul KH. Misbah bulan Jumadil Akhir. Pada saat seperti itu para santri di bulan itulah perkenankan berkunjung keliling rumah-rumah warga poncol. Pada bulan itulah ada yang mengatakan, “ hari rayanya poncol”. Karena ramainya seperti hari raya. Dalam event ini digunakan pesantren sebagai ajang silatur rahmi dengan penduduk poncol. Pada saat penulis survey dan menghadiri acara haul dan penutupan pengajian kitab shahih muslim pada tanggal 1 Juni 2011, KH. Nur Iskandar dari Jakarta ( Penceramah acara ) yang kebetulan juga menjadi bagian keluarga Poncol karena memperistri cucu Kyai Sahli dengan sukarela memberikan sumbangan sebesar Rp. 10.000.000,- kepada pesantren Poncol. Event yang seperti ini dimanfaatkan pesantren sebagai daya tarik percontohan. Kemudian dengan rasa ringan para pengurus
64
dapat mengulurkan tangan membawa kotak untuk memberikan kesempatan yang lain beramal. B. Kontribusi Penopang Eksistensi Kontribusi masyarakat pada pesantren sangat berperan dalam membantu Eksistensi Pesantren Poncol. Dibuktikan bahwa dengan adanya kontribusi masyarakat pada pesantren poncol, pesantren dapat melaksanakan program dengan lancar, maksimal dan juga semakin maju. Dalam arti singkat eksistensi pesantren Poncol semakin bagus dan berkualitas jika ada kontribusi dari berbagai pihak. Kontribusi yang tersebut diatas semua menunjang terciptanya eksistensi pesantren Poncol yang berkualitas. Tercatat dengan kontribusi itu : 1. Pesantren Poncol dapat melaksanakan program Wajar Dikdas berkat simpati dan kepedulian dan kepercayaan pejabat. 2. Pengakuan ijazah oleh kementerian agama. 3. Sarana dan prasarana seperti berbagai infentaris pondok menjadi maju. 4. Kontribusi itu pula yang menjadikan penunjang life skiil para santri juga meningkat dan kreatif dengan tersedianya sarana dan prasarana program ekstra kurikuler. 5. Setiap ada program, pesantren dapat berjalan dengan lancar 6. Pesantren Poncol bisa bertahan sampai sekarang tanpa fatrah. 7. Out put pesantren semakin bisa diterima di masyarakat.
BAB V PENUTUP A.
KESIMPULAN
Dari penelitian dalam penyusunan skripsi ini, baik dari penelitian lapangan maupun dari pembahasan kajian pustaka yang ada kaitannya dengan judul dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Bentuk Kontribusi Masyarakat Pada Pesantren Al Ittihad Poncol Ada kontribusi masyarakat, dan cukup bagus dengan ditemukannya berbagai bentuk kontribusi, diantaranya yaitu : a. Kontribusi Materiil i.Dana pembangunan makam dari alumni dan masyarakat umum ii.Dana pembangunan mushala dari alumni dan masyarakat umum iii.Sumbangan dana acara haflah dari tokoh masyarakat iv.Sumbangan kayu bakar event pengajian akbar dari masyarakat umum v.Bantuan masyarakat dalam membeli kalender pesantren poncol.
b. Kontribusi Moril 1. Suport dan respont masyarakat poncol dalam ikut menjaga dan melestarikan pesantren. 2. Antusias masyarakat dan alumni dalam menghadiri pengajian yang diselenggarakan pesantren. 3. Ketekunan para alumni yang terus menghimpun ukhuwah dengan pesantren lewat organisasi. 65
66
4. Kepercayaan
pejabat
pemerintah
kepada
pesantren
untuk
melaksanakan program wajardikdas dan kejar paket. 5. Keikutsertaan kementerian agama dalam membantu formalitas ijazah pesantren poncol. 6. Perjuangan para tokoh masyarakat dalam upaya melegalkan ijazah pesantren.
2. Pemanfaatan Kontribusi a. Karena di tahun ini ada program perenovasian makam. Maka, yang menjadi alokasi dana adalah renovasi makam para pengasuh pesantren sekaligus membuat tempat shalat untuk para tamu yang berziarah. b. Ikatan yang erat masyarakat dimanfaatkan pesantren sebagai rasa kepercayaan masyarakat pada pesantren. Dengan itu pesantren berusaha maju dan mengembangkan serta memenuhi harapan masyarakat. c. Donator dalam event pengajian dimanfaatkan untuk mensukseskan acara pengajian. d. Dengan ramainya pengunjung dalam acara yang di adakan Pesantren sekali tempo dimanfaatkan untuk menarik sumbangan pada hadirin. e. Dalam kegiatan yang diadakan alumni seperti mujahadah khatmil bukhari pada bulan Muharram se-kecamatan Pabelan dan halal bi halal se-jawa tengah pada bulan Syawal juga kegiatan khatmil qur-an keliling alumni yang diadakan kecamatan Bancak dimanfaatkan
67
pesantren untuk menyalurkan informasi dan juga promosi program pesantren. 3. Eksistensi Pesantren Al Ittihad Poncol dapat tertopang dengan adanya : a. Kontribusi dari masyarakat poncol sendiri, Pesantren Al Ittihad terbilang bagus. Sudah satu abad lebih pesantren ini masih dapat bertahan tanpa adanya fatrah (kekosongan penerus) dengan adanya respont yang baik dari masyarakat Poncol. b. Kontribusi moril maupun materiil dari alumni dan masyarakat umum dengan mengirimkan anaknyan ke pesantren untuk mengaji yang sampai sekarang masih tetap ada. c. Kurikulum pesantren yang bertahan menggunakan salaf yang tidak menambahkan kurikulum diknas akan tetapi mendapat kepercayaan mengadakan Wajar Dikdas dan Kejar Paket. d. Banyaknya alumni yang berkiprah di masyarakat sehingga out put pesantren diterima di masyarakat. e. Formalitas ijazah kenegaraan. f. SMK Al-Ittihad di lingkungan pesantren dan RA Al-Ittihad untuk anak-anak. 4.
SARAN-SARAN Dengan selesainya Penelitian ini seyogyanya : a. Bagi pembaca yang budiman bisa membenahi andaikan mendapatkan kesalahan agar penelitian ini sesuai dengan hasil yang ingin di capai
68
penulis, yakni memberikan manfaat baik secara kajian teoritis maupun praktis. Secara kajian teoritis diharapkan mampu memberikan kontribusi pada dunia pendidikan. Secara praktis diharapkan mampu memberikan masukan bagi masyarakat dan pesantren dalam upaya pengembangan dan eksistensinya. b. Pesantren
hendaknya
terus
merangkul
masyarakat
dalam
upaya
memajukan pesantren dengan tanpa malu-malu. Dengan upaya membuat proposal, buku-buku agama yang dibutuhkan masyarakat, kalender ataupun dengan upaya lain. c. Bagi masyarakat hendaklah ikut serta menjaga dan mempertahankan pesantren dengan memberikan kontribusinya. Karena tanpa adanya kontribusi dari masyarakat, pesantren akan sulit bertahan dan maju.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mahmud. 2008. Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: Pelangi Aksara Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Daulay, Haidar Putra.2004. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia.Jakarta: Kencana Dhofier, Zamakhsyari. 1983. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES. El Shirazy, Ahmad Mujib. 2006. Kontroversi Tradisionalisme Dan Modernisme Dalam Pemikiran Pesantren. Mihrab, Edisi 1: 85. Fajri, Em Zul & Senja, Ratu Aprilia. Tanpa Tahun, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: Difa Publisher Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional Kardiyo. Tanpa Tahun. Pelatihan Sosiologi Untuk SMA-MA Kelas X.Citra. Klaten: Sekawan. Majid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina Miles, Matew B. & Huberman, A. Michael. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1992. Jakarta: UI Press. Safei, Agus Ahmad & Mahendrawaty, Nanih. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya Shil Vina. Edisi Mei 2011.Kh. Ahmad Asy’ari Dan Pengajian Kilatan Bulan Jumadil Akhir. hlm.11 Yasmadi. 2005. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Ciputat Press
Yunus, Mahmud. 1996. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung
http://rektor.uin-malang.ac.id/index.php/artikel/1396-melegal-formalkanpesantren-salaf-dan-diniyah.htm
http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/persembahan-buat-guru/“life-skilluntuk-meningkatkan-mutu-pendidikan-pesantren-sebagai-bagian-dariusaha-pengembanganhttp://fahdiahmadyahoocoid.blogspot.com
PEDOMAN WAWANCARA
a. Gambaran umum kontribusi masyarakat pada pesantren 1. Bagaimana kontribusi masyarakat pada pesantren al ittihad poncol, (lancar, banyak/sedikit) ? 2. Darimana saja kontribusi diperoleh, ( wali santri,masyarakat umum, pejabat, tokoh masyarakat, keluarga poncol) ? 3. Bentuk kontribusi apa saja yang masuk, (bidang pembangunan, kegiatan, lain-lain) ? 4. Bagaimana fasilitas sarana dan prasarana pesantren sekarang, adakah yang dari masyarakat ? 5. Dimanfaatkan dengan bagaimana dan kemana kontribusi yang diperoleh ? b. Gambaran umum pesantren al ittihad poncol 1. Sejarah singkat berdiri ? 2. Letak geografis ? 3. Visi dan misi ? 4. Pendiri dan penerus ? 5. Keadaan ustadz dan santri ? 6. Keadaan sarana dan prasarana ? 7. Kegiatan rutinitas santri ? c. Gambaran eksistensi pesantren al ittihad poncol 1. Selama berdiri pernahkah fatrah ? 2. Faktor apa yang membuat pesantren bisa bertahan ? 3. Dimana letak perbedaan salaf dan modern ? 4. Kata eksis lebih tepat ke salaf apa modern,alasanya apa? 5. Pertimbangan apa eksistensi pesantren dikatakan bagus ? 6. Jenjang pendidikan di poncol apa saja ? 7. Bagaimana perkembangan jumlah santri ? 8. Kurikulum poncol menggunakan salaf apa memasukkan pelajaran diknas ? 9. Apa saja metode pembelajaran yang digunakan di poncol ? 10. Adakah ekstra kurikuler, apa saja ?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: M IMAM QULYUBI
Tempat/tanggal lahir : 12 Desember 1979 Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat Semarang
: Karangrejo RT 03/02 Pabelan Kec. Pabelan Kab.
Riwayat pendidikan :
→ MI Pabelan lulus tahun 1992. → SMP Negeri Getas ( SLTP Negeri 1 Pabelan) lulus tahun 1995. → MA Manbaussunnah Poncol lulus tahun 1999. → MTs Darussalamah Pare Kediri lulus tahun 2002. → MA Darussalamah Pare Kediri lulus tahun 2005.
Demikian riwayat hidup penulis dengan sebenar-benarnya, kemudian bagi yang berkepentingan harap maklum adanya. Salatiga, 20 Juli 2011 Penulis
M IMAM QULYUBI NIM : 111 070
31