PEMBELAJARAN LIFE SKILLS DI PONDOK PESANTREN NURUL AMAL DESA KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh MUTO ALIMIN NIM: 12107025
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
PEMBELAJARAN LIFE SKILLS DI PONDOK PESANTREN NURUL AMAL DESA KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh MUTO ALIMIN NIM: 12107025
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
DEKLARASI Bismillahirrohmannirrohim Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah di tulis oleh orang lain atau pernah ditebitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupu pikiran-pikiran orang lain, keuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan siding munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi
Salatiga, 31 Agustus 2010 Yang menyatakan,
Mutoalimin
MOTTO Hidup Adalah Totalitas Tetapi Norma Membatas.
“Apabila kita sedang (mengusung) memikul jenazah ke makam, maka ketahuilah bahwa kamu juga (nantinya) akan dipikul juga.”
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku, Para dosenku, saudaraku, sahabat-sahabat seperjuanganku, Dan buat belahan hati yang selalu setia “menungguku”.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan dan haturkan ke hadirat Allah SWT, karena Dialah yang layak dan berhak untuk menerima segala bentuk pujian, sanjungan dan kesyukuran dari semua makhluk-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, selaku uswatun khasanah, selaku seorang Rasul pembawa amanah, kebenaran, jalan lurus serta penyebar cahaya Islam. Alhamduillah, penulisan skripsi ini telah selesai, semoga kita semua dapat mengambil intisari yang terdapat dalam tulisan ini. Penulis menyadari akan kekurangan dan kekhilafan isi muatan skripsi ini, untuk itu penulis mempersilahkan dengan ikhlas dan lapang dada untuk menyempurnakan
akan
kekurangan-kekurangan
tersebut
dan
menghapus
kesalahan-kesalahan yang ada. Semoga apa yang penulis curahkan di sini mendapat ridho dari Allah SWT serta membuat penulis semakin belajar lagi dikemudian nanti. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada: -
Ayahanda Sukarno dan Ibunda Siti Maesaroh atas kasih sayangnya selama ini.
-
Ketua STAIN Salatiga Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag
-
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Ibu Dra Asdiqoh, M.Si
-
Pembantu Ketua I sekaligus Pembimbing Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
-
Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Amal Bapak Muwan Adzani, S. Ag
-
Keluarga besar Bapak Sumarno, S. Ag, M.M di Perum Domas Salatiga
-
Keluarga besar Bapak Arif Mustain, S.E di Perum Domas Salatiga
-
Keluarga besar TPQ Ibnu Hajar Perum Domas Salatiga
-
Keluarga besar Madraah Ibtidaiyah (MI) Watuagung Kec. Tuntang
-
Teruntuk buah kecil hatiku yang selalu memberi semangat dan menemaniku.
-
Dan para mahasiswa STAIN Salatiga Semoga karya kecil yang masih banyak kekurangan ini berguna bagi kita
semua dalam membangun intelektual bangsa tercinta ini.
Penulis
ABSTRAK Mutoalimin. 2010. Pembelajaran Life Skill di Pondok Pesantren Nurul Amal Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2009. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Stui pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.pembimbing: Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Kata Kunci: pembelajaran dan life skill Penelitian ini merupakan upaya mengetahui latar belakang proses pembelajaran life skill atau keterampilan di pesantren Nurul Amal. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) apa latar belakang dan tujuan pembelajaran keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal?, (2) bagaimana bentuk pembelajaran keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal, (3) bagaimana minat santri belajar keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal?, (4) bagaimana dampak minat masyarakat dari pembelajaran keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran life skill (keterampilan) bisa diterapkan di pesantren dan mendapat respons cukup baik terhadap proses pembelajaran tersebut. Karena pesantren selama ini hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja, maka dengan pembelajaran keterampilan diharapkan bisa mencetak generasi yang siap pakai di segala bidang dengan kemampuan keterampilan yang dimiliki. Namun, tetap bisa mengaji ilmu agama dan bisa berguna bagi masyarakat. Berdasarkan hasil pembelajaran keterampilan di pesantren diharapkan para santri di pesantren ini ditemukan, ternyata mereka menyambut baik, baik para santri, orang tua maupun masyarakat sekitar. Karena pembelajaran ini berguna bagi santri itu sendiri sebagai bekal di masyarakat nanti, juga menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas yang mampu mencetak para Kyai, Ulama yang berwawasan wirausaha untuk kemakmuran umat.
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………… i LEMBAR BERLOGO …………………………………………………………. ii HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… iii NOTA PEMBIMBING ………………………………………………………… iv PENGESAHAN ………………………………………………………………... v DEKLARASI …………………………………………………………………... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. vii KATA PENGANTAR ………………………………………………………… viii ABSTRAK ……………………………………………………………………... x DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xiv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Fokus Penelitian
7
C. Tujuan Penelitian
8
D. Kegunaan Penelitian
8
E. Metode Penelitian
9
1. Jenis Penelitian
9
2. Lokasi Penelitian
10
3. Teknik Pengumpulan Data
10
4. Analisis Data
12
F. Sistematika Penulisan
12
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan dan Pembelajaran
14
1. Pendidikan
14
2. Pembelajaran
18
3. Belajar dalam Pandangan Al Qur‟an dan Hadist
20
4. Perbedaan Pendidikan dan Pembelajaran
24
B. Pendidikan dan Pembelajaran di Pesantren
26
1. Sekilas tentang Pesantren
26
2. Tujuan Pendidikan Pesantren
30
3. Metode Pembelajaran Pesantren
34
C. Pembelajaran Life Skill Di Pesantren
39
1. Pengertian Life skill
39
2. Konsep Dasar Life Skill
40
3. Tujuan Life Skill
43
4. Proses Pembelajaran Life Skill
44
BAB III : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pesantren
46
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nurul Amal
46
2. Letak Geografis
46
3. Visi dan Misi
47
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
47
B. Keadaan Pembelajaran Santri di Pesantren
50
1. Tahun Ajaran Baru Pondok Pesantren Nurul Amal
50
2. Jenjang Pendidikan
50
3. Pengorganisasian Santri dan Pengurus
51
4. Proses Pembelajaran di Pesantren
54
C. Pembelajaran Life Skill di Pesantren
56
1. Latar Belakang Pesantren Nurul Amal Berorientasi Pada Keterampilan 2. Fasilitas Pendukung Pembelajaran Life Skill
56 57
a. Lahan Praktek
57
b. Ruang Teori
58
c. Ruangan Praktek
58
d. Peralatan-peralatan
58
e. Lapangan Bola
59
3. Penerapan Life Skill dalam Aktivitas Santri
59
a. Garment Jahit
59
b. Bordir
60
c. Selep Tepung
60
d. Souvenir
60
4. Minat Santri dalam Belajar Keterampilan di Pesantren
61
5. Dampak Pembelajaran Keterampilan Terhadap Minat Masyarakat
62
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Latar Belakang Pembelajaran Keterampilan
64
B. Bentuk Pembelajaran Keterampilan
68
C. Minat Belajar Keterampilan Santri
72
D. Dampak Pembelajaran Keterampilan Terhadap Minat Mayarakat75 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan
78
B. Saran
80
C. Penutup
81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan pendidikan dan pembelajaran ……….. ……….
25
Table 3.1 Daftar nama sarana dan prasarana yang dimiliki …………
48
Tabel 3.2 Data santri pada setiap jenjang pendidikan di pondok pesantren Nurul Amal ………………………. .
50
Tabel 3.3 Daftar nama santri pondok pesantren Nurul Amal ……....
52
Tabel 3.4 Jadwal kegiatan belajar mengajar ………………………..
54
Tabel 3.5 Jadwal Kegiatan harian para santri. ……………………...
55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di permukaan bumi. Allah telah menurunkan petunjuk-petunjuk guna menjaga dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan social budaya tersebut, agar tidak menyimpang dari tujuan penciptaan alam dan manusia itu sendiri. Inilah antara lain yang dimaksud oleh firman Allah yang menjanjikan ketentraman hidup bagi manusia yang mengikuti petunjuknya :
Artinya: Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah: 38) Petunjuk-petunjuk tersebut, disampaikan kepada manusia melalui rasulrasul Allah pada masa dan kondisi dimana manusia dan perkembangan budayanya membutuhkan petunjuk. Petunjuk Allah melalui para rasulnya bukan hanya menyangkut pengembangan asmaul husna saja tetapi juga berkaitan dengan pengembangan al asma secara keseluruhan. Rasul-rasul tersebut diutus Allah bukan hanya untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama (mengembangkan al asma al husna) saja, tetapi untuk mengembangkan sosial budaya manusia dan sekaligus membudayakan alam. Kisah rasul-rasul, sebagaimana yang terlukis dalam Al Quran, telah menunjukkan bahwa merekalah pada hakikatnya merupakan tonggak-tonggak penegak dari pertumbuhan dan perkembangan sosial budaya manusia dan pembudayaan alam (Zuhairini, 2004:11).
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al Alaq: 1-5) Nabi Muhammad SAW pun di bimbing Allah lewat malaikat jibril dengan proses pembelajaran, yang didahului melalui diskusi. Interaksi sebagai dasar bagi manusia untuk senantiasa “membaca” tanda-tanda kebesaran Allah lewat teks Al Qur‟an, maupun penciptaan jagat raya. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri menetap di pesantren, disebut dengan santri yang umumnya menetap di pesantren, disebut dengan istilah Pondok. Dari sinilah timbul istilah Pondok Pesantren (Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,2003:1). Sejak zaman penjajahan,
Pondok Pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Eksistensinya pun tidak diragukan lagi oleh masyarakat, lembaga itu ikut menyelenggarakan pendidikan baik dari jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah.
Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigeneous). Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-Buddha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan Islam dalam mempelopori pendidikan di Indonesia (Nurcholish Madjid, 1997: 3). Sejak awal pertumbuhannya, tujuan utama pondok pesantren adalah (1) menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau yang lebih dikenal dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader Ulama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas (2) dakwah menyebarkan agama Islam dan (3) benteng umat dalam bidang akhlak. Materi yang diajarkan di pondok pesantren kebanyakan adalah kitab-kitab klasik yang berbahasa arab. Dengan adanya perkembangan global dan tuntutan zaman yang semakin maju pesat, maka tujuan pondok pesantren pun ikut serta dituntut untuk meningkatkan peranannya dalam pengembangan masyarakat di berbagai sektor kehidupan yang ada di masyarakat. Pesantren yang ada sekarang pada umumnya telah mengalami pergeseran dari dampak modernisasi. Kyai dalam pesantren sekarang ini bukan lagi merupakan satu-satunya sumber belajar. Dengan semakin beraneka ragam sumber-sumber belajar baru, dan semakin tingginya dinamika komunikasi antara sistem pendidikan pesantren dan sistem yang lain, maka santri dapat belajar dari banyak sumber (Rofiq, 2005:5).
Dalam kondisi seperti ini pondok pesantren sekarang mau tidak mau harus dihadapi, karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan dan adanya tuntutan zaman yang semakin meningkat di lingkungan masyarakat. Konsekuensi yang mesti dilakukan adalah merubah paradigma pendidikannya agar tak tertinggal oleh masyarakat modern. Selama ini pesantren hanya memainkan fungsi-fungsi tradisionalnya, yakni: pertama, transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam; kedua, pemeliharaan tradisi Islam; dan ketiga, reproduksi ulama. Pesantren sebagai perintis pendidikan Islam di Indonesia, sudah sewajaranya menjadi panutan bagi pendidikan Islam secara makro. Dengan ini mau tidak mau, pesantren harus melakukan “rekontruksi” potensi strategisnya yang diperlukan bagi transformasi sosio-budaya bangsa. Barangkali untuk menjadikan pesantren sebagai panutan pendidikan Islam di Indonesia, beberapa upaya rekontruksi di bawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan. Pertama, pada dataran filosofis, pesantren perlu merumuskan paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi semacam apa yang dapat dipromosikan dengan nilai dan ajaran Islam. Dalam konteks inilah pentingnya redefinisi teologi pendidikan Islam, terutama dalam konteks mendekatkan aspek normati ilmu pengetahuan dengan dimensi teologis. Kedua, corak manusia seperti apa yang dipandang relevan dengan tuntutan semangat dan perkembangan zaman. Apakah manusia yang menjadi budak ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia steril dari nur illahi, manusia yang apreiari terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, atau malah sebaliknya manusia
paripurna, yaitu manusia yang dapat mendudukan dirinya sebagai pecinta ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga tidak meremehkan dimensi teologis, sehingga memiliki komitmen untuk menegakkan nilai-nilai kebajikan universal yang bertanggung jawab atas tegaknya peradaban yang berpijak pada paradigma transendental. Ketiga, jenis program pendidikan seperti apa yang akan dipilih. Apakah program pendidikan formal yang kaku atau sebaliknya multiprogram yang eklektik dan terbuka sehingga mudah untuk direnovasi? Program yang elektik, artinya juga toleran dan responsive terhadap perkembangan social-pemikiran. Misalnya munculnya isu-isu baru yang dirasakan dampaknya oleh pesantren, seperti; filsafat perennial, hermeunitika, madhab kritis, postmodernisme ataupun isu-isu mutakhir lainnya (Zaenal Arifin Thoha, 2003:39). Melalui tiga tawaran tersebut, minimal dapat dilakukan apresiasi ulang terhadap landasan pendidikan pesantren, visi kemanusian yang ingin dicapai, maupun pola pendidikan yang dipakai untuk merealisasikan visi tersebut. Tentunya semua berpulang kepada pengelola atau pengasuh pondok pesantren, serta kreativitas, rasa percaya diri dan tanggung jawab masyarakat pendukung pesantren secara menyeluruh Dalam kaitan gagasan itulah pesantren diharapkan tidak lagi sekedar memainkan ketiga fungsi tradisional tadi, tetapi juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, pusat usaha penyelamat dan pelestarian lingkungan hidup, dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Selain dari itu di dunia pesantren juga telah diperkenalkan berbagai bentuk keterampilan. Dengan demikian, ada tiga “H” yang dididikan kepada santri saat sekarang ini, yaitu “H” pertama, head artinya kepala, maknanya mengisi otak santri dengan ilmu pengetahuan, “H” kedua, heart yang artinya hati, maknanya mengisi hati santri dengan iman dan takwa, dan “H” yang ketiga, adalah hand artinya tangan, pengertiannya kemampuan bekerja. Dengan berdasarkan kemampuan ketiga “H” tersebut pesantren saat sekarang ini diharapkan berperan sebagai lembaga pendidikan Islam yang mencetak kader ulama, bangsa dan negara (Haidar Putra Daulay, 2004:26). Oleh karena itu, beberapa pondok pesantren sekarang ini semakin banyak yang terlibat aktif dalam menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah (formal), lembaga keterampilan, konveksi, kerajinan tangan, koperasi, usaha-usaha agribisnis yang mencakup pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan juga kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat yang ada di sekitarnya. Dari hasil pemaparan di atas maka dengan ini penulis meneliti sebuah lembaga pondok pesantren Nurul Amal di desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Dengan objek penelitiannya adalah komponen yang ada di pesantren tersebut dan yang lebih menekankan tentang pembelajaran keterampilan yang ada di pesantren tersebut. Adapun beberapa hal yang menarik buat penulis untuk melakukan penelitian di pesantren Nurul Amal antara lain: pesantren Nurul Amal membina
para santrinya untuk mengembangkan bakat dan minatnya tentang teknologi, berwirausaha konveksi, perkebunan, disamping mengkaji ilmu-ilmu agama (kitab kuning) sebagai bekal di dunia dan akhirat. Melihat hal tersebut , maka ada hal yang menarik untuk diungkap oleh penulis tentang latar belakang dan tujuan diadakannya keterampilan-keterampilan di dalam pondok pesantren, proses pembelajarannya, serta dampak pembelajaran keterampilan terhadap masyarakat sekitar. Dengan
demikian,
maka
judul
dalam
penelitian
ini
adalah
“PEMBELAJARAN LIFE SKILLS DI PONDOK PESANTREN NURUL AMAL DESA KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009”.
B. Fokus Penelitian Dengan kaitannya judul penelitian yang penulis kemukakan di atas, maka ada beberapa hal yang akan diungkap oleh penulis, yaitu: 1. Apakah latar belakang dan tujuan diadakannya pembelajaran keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal? 2. Bagaimana bentuk pembelajaran keterampilan di pondok pesanten Nurul Amal? 3. Bagaimana minat belajar keterampilan santri di pondok pesantren Nurul Amal? 4. Bagaimana dampak pembelajaran keterampilan terhadap minat masyarakat di pondok pesantren Nurul Amal?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui latar belakang dan tujuan pembelajaran keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal. 2. Mengetahui bentuk pembelajaran keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal. 3. Mengetahui minat santri belajar keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal. 4. Mengetahui dampak pembelajaran keterampilan terhadap minat masyarakat di pondok pesantren Nurul Amal.
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat baik dari segi teoritik maupun praktisnya. Secara teoritik penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pendidikan khususnya di pesantren. Sedangkan manfaat praktisnya penelitian ini adalah menghantarkan dunia pesantren semakin memberikan beberapa perubahan-perubahan yang mampu menghadapi persoalan-persoalan globalisasi yang semakin menembus berbagai dunia Muslim, termasuk di Indonesia. Bahkan, pesantren diharapkan bukan saja menjadi sumber-sumber kyai atau dai saja, akan tetapi mampu menghasilkan generasi yang siap pakai di masyarakat dan peran sosial-sosial lainnya.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif. Menurut S. Nasution (2003), penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik, karena situasi lapangan bersifat ” natural” atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes (Nasution:2003). Bogdan dan Taylor mendefisinikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari oaring-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis testing sehingga teori yang dihasilkan berupa teori subtantif dan teori-teori yang diangkat dari dasar (grouded theory). 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pondok pesantren Nurul Amal yang terletak di desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di tempat tersebut diantaranya adalah di tempat tersebut adanya program pondok pesantren yang menampung para santriwan dan santriwatinya untuk mengembangkan bakat dan minatnya tentang teknologi wirausaha yang tepat guna bagi masyarakatnya sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat disamping mengkaji kitab-kitab kuning sebagai ciri khas pesantren.
Selain itu, letak pesantren tersebut dekat di kawasan wisata Bandungan sehingga memberikan nuansa yang sejuk dengan udaranya. Dengan itu, diharapkan adanya penelitian di tempat tersebut bisa memberikan peran yang memajukan pendidikan di Indonesia khususnya di masyarakat sekitar pesantren tersebut. 3. Teknik Pengumpulan Data a.
Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan persyaratan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan seluruh alat indra, dalam aktifitas observasi dapat diartikan sesuatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung baik di lingkungan pesantren maupun masyarakat (margono, 2004: 158). Metode-metode observasi biasanya digunakan untuk menggali data-data yang dapat diamati langsung agar menjadi partisipan sekaligus pengamat, peneliti hendaknya turut serta dalam berbagai peristiwa kegiatan. b.
Wawancara Cara pengumpulan data dalam metode ini adalah dengan bahasa lisan
atau wawancara, sebagaimana yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (1998:145) mengatakan bahwa metode interview untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Dalam hal ini, Arikunto (1998:149) menyatakan bahwa wawancara dalam penelitian kualitatif biasanya merupakan sejenis wawancara yang tidak terstruktur tujuannya ialah untuk memperoleh keterangan yang rinci dan mendalam mengenai perspektif yang ada dalam hati dan pikiran orang lain, karena hal ini tidak bisa didapat dengan cara observasi. Dalam penelitian ini pedoman wawancaranya menyelidiki pengetahuan dan pendapat dari pengasuh, santri, dan masyarakat di lingkungan sekitar pesantren terhadap pelaksanaan pembelajaran life skills. c. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dalam metode ini agak mudah karena apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. 4. Analisis Data Proses analisis data dimulai dengan mengumpulkan dan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara, pengamatan di lapangan maupun hasil dari dokumentasi. Selanjutnya adalah melakukan abstraksi, yaitu melakukan rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah berikutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan itu sambil dilakukan pemberian kode (coding),
tahap terakhir dalam analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
F. Sistematika Penulisan Ada bagian ini terdapat lima bab yaitu: Bab Pertama, Pendahuluan berisi tentang (Latar belakang, Fokus penelitian, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Metode penelitian, Jenis penelitian, Lokasi penelian, Teknik pengumpulan data). Bab Kedua, Kajian Pustaka berisi tentang: Pendidikan dan Pembelajaran,( Pendidikan, Pembelajaran, Belajar dalam pandangan Al Qur‟an dan Hadist, Perbedaan Pendidikan dan Pembelajaran ); Pendidikan dan Pembelajaran di Pesantren (Sekilas tentang Pesantren, Tujuan Pendidikan Pesantren, Metode Pembelajaran Pesantren); Pembelajaran Life Skill Di Pesantren (Pengertian Life skill, Konsep Dasar Life Skill, Tujuan Life Skill, Proses Pembelajaran Life Skill). Bab Ketiga, Hasil Penelitian berisi: Gambaran Umum Pesantren (Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nurul Amal, Letak Geografis, Visi dan Misi,Keadaan Sarana dan Prasarana); Keadaan Pembelajaran Santri di Pesantren (Tahun Ajaran Baru Pondok Pesantren Nurul Amal, Jenjang Pendidikan, Pengorganisasian Santri dan Pengurus, Proses Pembelajaran di Pesantren); Pembelajaran Life Skill di Pesantren (Latar Belakang Pesantren Nurul Amal Berorientasi Pada Keterampilan, Fasilitas Pendukung Pembelajaran Life Skill, Penerapan Life Skill dalam Aktivitas Santri, Minat Santri dalam Belajar Keterampilan, Dampak Terhadap Minat Masyarakat).
Bab Keempat, Analisis dan Pembahasan berisi: latar belakang dan tujuan pembelajaran
keterampilan
di
pondok
pesantren
Nurul
Amal,
bentuk
pembelajaran keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal, minat santri belajar keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal, dampak minat masyarakat dari pembelajaran keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal. Bab Kelima, Penutup berisi Kesimpulan, Saran, dan Penutup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan dan Pembelajaran 1.
Pendidikan Pendidikan sering disebut ilmu normative. Ilmu normative tidak ingin
sekedar mendeskripsikan atau menjelaskan, melainkan ingin memberitahukan perlu dan harusnya mencapai sesuatu cita ideal atau mencapai sesuatu yang dilihat atau diuji dari nilai hidup memang baik. Sesuatu yang disebut normative baik itu mempunyai tiga ragam, yaitu: a) berupa nilai hidup yang memang dapat diterima sebagai nilai hidup yang baik, b) berupa perkembangan atau pertumbuhan subjek yang bila diuji dengan hakekat pekembangan atau pertumbuhan memang baik, dan c) berupa suatu alat untuk mencapai tujuan. Alat itu disebut normative baik bila pengguanaan dan pemilihan alat itu cocok dengan nilai hidup dan tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan subjek (Muhadjir, 1993:2). Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogic berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ked an dari sekolah. Juga dirumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. Jadi, nyatalah bahwa pendidikan anak-anak Yunani Kuno sebagian besar diserahkan kepada paedagogos itu (Purwanto, 2007:3).
Dengan demikian bertolak dari istilah Muhadjir (1993) teori pendidikan dapat dirumuskan bahwa objek studi ilmu pendidikan adalah upaya membantu proses pengembangan subjek didik. Banyak pendapat berlainan tentang pengertian pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keeragaman arti. Salah satu di antaranya mengatakan bahwa pendidikan adalah hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya, suatu cita-cita atau tujuan yang menjadi motif, cara suatu bangsa berfikir dan berkelakuan yang dilangsungkan turun temurun dari generasi ke generasi (Meichati, 1975:5). Anak atau bayi yang sangat lemah keadaannya ketika dilahirkan, sudah tentu tidak mungkin dapat hidup terus jika tidak mendapat pertolongan dan pemeliharaan dari orang tuanya atau lingkungannya tidak mengajarnya berbicara. Bahasa pada manusia itu bukanlah sesuatu yang datang begitu saja dari alam, seperti perbuatan-perbuatan insting yang lain. Demikian pula untuk menyesuaikan diri terhadap masyarakat, anak membutuhkan pertolongan, pimpinan dari orang dewasa, terutama dari orang tuanya. Dalam hal ini, Purwanto (2007) menyatakan sekiranya yang dimaksud dengan pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. Lebih jelas lagi dapat dikatakan, pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam
pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat. Setiap bangsa tentu akan menyatakan bahwa tujuan pendidikannya sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang sedang diperjuangkan untuk memajukan bangsanya. Pendidikan bagi tiap individu merupakan pengaruh dinamis dalam perkembangan jasmani, jiwa, perasaan sosial, susila, dan sebagainya. Dalam tindakan seseorang, ia selalu akan berusaha mewujudkan cita-cita hidupnya, yang merupakan menjadi filsafat hidupnya. Perwujudan itu yang akan menjadi pengalaman dalam hidupnya. Cita-cita pendidikan yang baik dan sehat mendorong subjek didik untuk berfikir efektif, jernih, objektif dalam suasana yang bagaimanapun. Menurut Driyarkara (1945:145), inti pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda. Pada dasarnya pendidikan adalah pengembangan manusia muda ke taraf insani. Pengertian
pendidikan
sangat
erat
kaitannya
dengan
pengertian
pengajaran, sehingga sulit untuk dipisahkan dan dibedakan. Pendidikan tidak dapat dilaksanakan tanpa ada pengajaran, dan pengajaran tidak berarti jika tanpa diarahkan ke tujuan pendidikan. Selain itu, pendidikan merupakan usaha pembinaan pribadi secara utuh dan lebih menyangkut masalah citra dan nilai. Sedangkan pengajaran merupakan usaha pengembangan kapasitas intelektual dan berbagai keterampilan fisik (Suwarno.2006:23). Oleh sebab itu, pendidikan harus diproses menurut perencanaan yang jelas dan pasti sehingga dapat dikerjakan. Perencanaan itu berisi paket materi
pendidikan untuk dapat diajarkan secara intensif, efektif dan efisien. Dengan demikian, suatu model administrasi dan manajemen pendidikan merupakan hal yang penting dan perlu. Pelaksanaaan
pendidikan
melalui
tingkatan-tingkatan
dalam
perkembangannya dimana agar semua itu bisa memberikan kemudahan dalam menguasai dan melaksanakan pendidikan yang sesuai dengan apa yang selama ini menjadi orientasi pendidikan yaitu untuk mengusahakan sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Setiap bangsa tentu akan menyatakan tujuan pendidikannya sesuai dengan nilai-nilai kehidupa yang telah diperjuangkannya untuk kemajuan bangsanya. Walaupun masing-masing negara memiliki tujuan hidup berbeda, namun secara garis besar ada kesamaan dalam berbagai aspeknya. Jadi pada akhirnya tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik agar nantinya mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya sebagai pribadi dan anggota masyarakat dalam kehidupan nyata (Purwanto:2007).
2. Pembelajaran Hidup itu belajar. Ungkapan ini mengandung arti bahwa hidup manusia baru bermakna jika ia mau belajar. Seluruh kehidupan manusia ditandai dengan kegiatan belajar-mengajar (pendidikan), manusia tidak bisa dilepas dari kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian mengajar sangat penting dalam proses perkembangan seseorang (Mastuhu, 1994: 2). Banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Adalagi yang secara khusus mengartikan belajar adalah menyerap ilmu pengetahuan. Ini berarti, bahwa orang mesti mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya. Jika konsep ini yang dipakai orang tentang pengertian belajar (Sumanto, 1990: 98). Belajar bisa didefinisikan sebagai berubahnya kemampuan seseorang untuk melihat, berfikir, merasakan, mengerjakan sesuatu, melalui berbagai pengalaman-pengalaman yang sebagainya bersifat perceptual sebagiannya bersifat intelektual, emosional maupun motorik (Tadjab, 1994:47) Menurut Gage (Ratna Wilis Dahar, 1989:11) bahwa belajar adalah sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu (Baharuddin, 2008:13).
Dengan hal itu maka belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga kemungkinan mengarah kepada yang lebih buruk (Ngalim Purwanto 1988:85). Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik berupa perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahanperubahan tersebut tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan masalah hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. a. Ciri-ciri Belajar Menurut Baharuddin (2008:15), adanya beberapa ciri-ciri belajar, yaitu: 1). Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku. 2). Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. 3). Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. 4). Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
b. Prinsip-prinsip Belajar Di dalam tugas melaksanakan proses pembelajaran seorang guru perlu memerhatikan beberapa prinsip belajar berikut (Soekamto dan Winataputra: 1997). 1).
Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain untuk itu siswalah yang bertindak aktif.
2).
Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3).
Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4).
Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
5).
Motivasi
belajar
siswa
akan
lebih
meningkat
apabila
ia
diberi
tanggungjawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya. 3. Belajar Dalam Pandangan Al Qur’an dan Hadist Islam sebagai agama rahmah li al-alamin sangat mewajibkan umatnya untuk selalu belajar. Bahkan Allah mengawali menurunkan Al Qur‟an sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memperintahkan rasul-Nya Muhammad SAW untuk membaca dan membaca (iqra‟). Alah dalam salah satu firmaNya menyatakan :
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al Alaq: 1-5) Menurut Quraish Shihab (1997), kata iqra‟ berasal dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun inilah lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Berbagai makna yang muncul dari kata tersebut sebenarnya secara tersirat menunjukkan perintah untuk melakukan kegiatan belajar, karena dalam belajar juga mengandung kegiatan-kegiatan seperti mendalami, meneliti, membaca, dan lain sebagainya. Iqra‟ adalah salah satu prwujudan dari aktifitas belajar. Dalam arti yang luas, dengan iqra‟ pa manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan meperbaiki kehidupannya. Betpa pentingnya belajar, karena itu alam Al Quran Alah berjanji akan meningkatkan derajat orang-orang yang belajar dari pada yang tidak (Baharuddin, 2007:29). Salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah kemampuannya untuk belajar. Untuk ini, Allah memberikan akal sebagai alat untuk belajar, sehingga mebuat manusia mampu menjadi pemimpin di bumi ini. Karena itu, kemampuan belajar adalah salah satu di antara banyak nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. Allah juga menjanjikan derajat kepada orangorang yang beriman apabila manusia mau untuk belajar atau mencari ilmu. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Mujadalah :11.
Artinya: Hai orang-orang berimn apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapanglapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :”berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Pendapat bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan hanya berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu melakukan kegiatan belajar. Kendati tidak ada ajaran agama yang secara detail membahas tentang belajar, namun setiap ajaran agama baik secara eksplisit maupun implisit telah menyinggung bahwa belajar adalah aktifitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia (Baharuddin, 2007:30). Masih menurut Baharuddin (2007), dalam Al Qur‟an cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, ilmu (atau perubahan) yang diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu laduni), seperti diinformasikan dalam surat Al Kahfi ayat 65.
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Kendati manusia dapat memperoleh ilmu laduni, namun baik ilmu laduni maupun ilmu kasbi tidak dapat dicapai tanpa terlebih dahulu melakukan qiraat (dalam arti luas) aktifitas belajar (Quraish Shihab, 1996). Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia ilmu kasbi. Ayat-ayat tentang ilmu kasbi ini jauh lebih banyak dari pada ayat yang berbicara tentang ilmu laduni, salah satunya adalah surat Al Ra‟d ayat 11.
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Selain Al Qur‟an, Hadis Nabi Muhammad SAW juga memuji pentingnya ilmu dan orang-orang yang terdidik. Beberapa hadis tentang pentingnya belajar dan menuntut ilmu anatara lain, adalah:
.)(رواه مسلم.من سلك طريقا يلتمس فيو علما سهل اهلل لو طريقا الي الجنة Artinya: Barangsiapa yang berjalan di suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim).
Hadis lain juga menyebutkan:
.اطلب العلم من المهد الي اللحد Artinya: “Carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat”.
Menuntut ilmu sejak anak dalam ayunan (semenjak anak masih dalam kandungan ibu) sampai ia meninggal dunia merupakan suatu kebutuhan setiap muslim untuk memenuhi ajaran agamanya (Barnadib dan Sutari, 1996:11). Salah satu ciri dari aktifitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah perubahnya tingkah laku. Perubahan itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap. Masih menurut para ahli pendidikan dan psikologi, perubahan perilaku itu merupakan hasil dari kegiatan belajar yang dicapai dengan cara latihan maupun pengalaman (Baharuddin, 2007). 4. Perbedaan Pendidikan dan Pembelajaran Belajar adalah istilah kini yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan ( Muhibbin Syah, 1995:93). Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam suatu pembelajaran. Karena kemampuan berubahlah, manusia bebas dari kemandegan fungsinya sebagai kholifah di bumi ini. Selain itu, manusia bisa mengeksploitasi kemampuannya untuk memilih dalam setiap keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya melalui belajar.
Belajar juga memainkan penting dalam mempertahankan kehidupan kelompok umat manusia di tengah-tengah persaingan yang sangat ketat ini. Dengan adanya persaingan tersebut maka bisa ditemui kenyataan tragis karena belajar. Contohnya, tidak sedikit orang pintar yang menggunakan kepintarannya untuk mendesak bahkan menghancurkan kehidupan orang lain. Meskipun ada dampak negative yang lahir dari hasil pembelajaran kelompok manusia tertentu, kegiatan belajar memiliki tujuan penting dalam kehidupan manusia. Alasannya, seperti diungkapkan di atas tadi bahwa belajar itu berfungsi untuk mempertahankan kehidupan manusia. Sehubungan dengan ini, seorang siswa yang menempuh dalam proses belajar, idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman psikologis dan baru yang positif. Pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif bukan kecakapan yang merusak ( Muhibbin Syah, 1995:95). Secara umum pendidikan dan pembelajaran adalah sama dalam proses seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Namun, dalam hal ini ada ciriciri umum tentang pendidikan dan belajar mulai dari unsur pelakunya, tujuan, tempatnya sampai hasilnya. Perbedaan pendidikan dan belajar dilihat dari berbagai unsur-unsurnya menurut Monks, Knoers, Siti Rahayu (Dimyati dan Mudjiono, 2002:8) sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Pendidikan dan Pembelajaran Unsur-unsur
Pendidikan
Pelaku
Guru sebagai pelaku mendidik dan siswa yang terdidik Tujuan Membantu siswa untuk menjadi pribadi mandiri yang utuh Proses Proses interaksi sebagai factor eksternal belajar Tempat Lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah Lama waktu Sepanjang hayat dan sesuai jenjang lembaga Syarat terjadi Guru memiliki kewibawaan pendidikan Ukuran Terbentuk pribadi keberhasilan terpelajar faedah Bagi masyarakat mencerdaskan kehidupan bangsa Hasil pribadi sebagai pembangun yang produktif dan kreatif
Pembelajaran Siswa yang bertindak belajar atau pebelajar Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup Internal pada diri pebelajar Sembarang tempat Sepanjang hayat Motivasi belajar kuat Dapat memecahkan masalah Bagi pebelajar mempertinggi martabat pribadi Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring.
B. Pendidikan dan Pembelajaran di Pesantren 1. Sekilas Tentang Pesantren Pengertian pondok pesantren terdapat berbagai variasinya, antara lain: pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam (Nasir, 2005:80). Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian
Indonesia (indigeneous). Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-Buddha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan Islam dalam mempelopori pendidikan di Indonesia ( Nurcholish Madjid, 1997:3). Berbicara tentang pesantren adalah sebuah sistem lembaga yang unik. Tidak hanya unik dalam pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam pandangan hidup dan tata nilai yang dianut, cara hidup yang ditempuh, struktur pembagian
kewenangan,
dan
semua
aspek-aspek
kependidikan
dan
kemasyarakatan lainnya. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri menetap di pesantren, disebut dengan santri yang umumnya menetap di pesantren, disebut dengan istilah Pondok. Dari sinilah timbul istilah Pondok Pesantren. Meski demikian, dalam hal-hal tertentu pondok pesantren memiliki persamaan, persamaan-persamaan inilah yang lazim disebut dengan ciri pesantren. Menurut Zamakhasyari Dhofier (1982:43) sebuah lembaga pendidikan pesantren dapat disebut pondok pesantren apabila di dalamnya terdapat sedikitnya lima unsur, yaitu:
a. Asrama Asrama ataupun yang lebih dikenal sebagai pondok, sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal sebagai seorang Kyai. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan komplek pesantren di mana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku (Dhofier, 1982:44). b. Kyai Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kyai. c. Santri Menarik memang untuk dapat memahami apa yang berada dalam dunia pesantren apalagi dilihat dari sudut penghuninya. Keseharian para santri penghuni pesantren ini ternyata memberikan fenomena menarik bila dibandingkan dengan kehidupan di luar pesantren. Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai apabila memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen penting dalam suatu pesantren.
d. Pengajian Pengajian atau pembelajaran di pesantren mempunyai keunikan tersendiri. Hal ini trekait dengan kenyataan, bahwa ada pesantren yang menggunakan sistem pembelajaran lama yang cenderung menggunakan pendekatan individual atau kelompok atau yang lebih dikenal dengan “pesantren salafiyah”. Sedangkan pesantren yang menyerap sistem pendidikan modern yang lebih mengedepankan pendekatan klasikal, pesantren ini dikenal dengan sebutan pondok pesantren khalafiyah. Dalam pembelajaran yang diberikan kepada santrinya, pesantren mempergunakan manhaj dalam bentuk jenis-jenis kitab tertentu dalam cabang ilmu tertentu. Kitab-kitab ini harus dipelajari sampai tuntas, sebelum dapat naik jenjang ke kitab lain yang lebih tinggi tingkat kesukarannya. Sekarang banyak pesantren yang memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab klasik Islam tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama yang setia kepada faham Islam tradisional. e. Masjid Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren sehingga dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek ibadah, khutbah, shalat jumat dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.
Bahkan sejarah pendidikan Islam memiliki ikatan yang kuat dengan masjid karena ia merupakan tempat yang amat vital untuk mengembangkan budaya Islam dan I tempat yang suci ini pula lingkaran stui berjalan sejak awal ( Roqib, 2009: 143). Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat pada masjid sejak zaman rasul yang menjadi pusat pendidikan, mereka menggunakan masjid sebagai pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas adimistrasi dan kultur. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren, biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid di dekat rumahnya. Langkah ini biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah menilai bahwa ia akan sanggup memimpin sebuah pesantren (Dhofier, 1982:49). Demikianlah masjid dalam dunia Islam, sepanjang sejarahnya tetap memegang peranan yang pokok, di samping fungsinya sebagai tempat berkomunikasi dengan Tuhan, sebagai lembaga pendidikan dan pusat komunikasi sesama kaum muslimin (Zuhairini, 2004:99). 2. Tujuan Pendidikan Pesantren Setiap proses yang dilakukan dalam pendidikan harus dilakukan secara sadar dan memiliki tujuan. Tujuan pendidikan secara umum adalah mewujudkan perubahan positif yang diharapkan ada pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik berupa perubahan pada tingkah laku individu dan kehiduapan pribadinya maupun pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana
subjek didik menjalani kehidupan. Tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan dan saripati dari seluruh renungan pedagogic (Ahmadi, 1992: 59). Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan mempunyai tujuan yang dirumuskan dengan jelas sebagai acuan program-program pendidikan. Setiap orang santri diharapkan bisa menjadi orang yang bijaksana dalam menyikapi kehidupan ini. Dalam bahasa pesantren, bijaksana bisa menjadi seorang yang alim, shalih, dan nasyir al-ilm. Secara harfiah orang yang alim adalah orang yang menguasai ilmu, ahli, cendikiawan, atau sarjana. Dalam konteks pesantren kriteria ke-aliman itu berkaitan dengan ajaran agama. Secara harfiah seorang yang alim adalah orang yang peka akan tanda-tanda kekuasaan Allah baik yang tersurat di dalam kitab Suci Al Quran maupun yang berupa kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang alim memiliki potensi untuk memahami yang tampak dan gejalagejala di balik, sehingga ilmunya berguna untuk memahami kenyataan, memprediksi, dan mengendalikan (Dian Nafi dkk, 2007:49) Selain pesantren sebagai sarana dakwah, transfer ilmu-ilmu agama, lulusan pesantren juga diharapkan menjadi lilin-lilin kehidupan yang mampu memberi penerangan disekitarnya tetapi dirinya hangus terbakar. Tidak aneh jika di masa lalu didapati banyak kyai yang disegani secara keilmuan dan keagamaan sekaligus berprofesi sebagai petani, nelayan, pedagang, dan masih banyak lagi. Hal itu dapat dipahami dari rumusan tujuan pendidikan di pesantren, ada 8 prinsip yang berlaku pada pendidikan di pesantren. Delapan ciri utama tersebut
dijelaskan oleh M Tafsir (2008:201), tujuan pendidikan pesantren antara lain sebagai berikut: a. Memiliki Kebijaksanaan Menurut Ajaran Islam Santri dibantu agar mampu memahami makna hidup, keberadaan, peranan, serta tanggungjawabnya dalam kehidupan bermasyarakat. b. Memiliki kebebasan yang terpimpin Setiap manusia memiliki kebebasan tetapi kebebasan itu harus dibatasi karena kebebasan memiliki potensi anarkisme. Keterbatasan (ketidakbebasan) mengandung kecenderungan mematikan keativitas, karena itu pembatasan harus dibatasi. Inilah yang dimaksud dengan kebebasan terpimpin. Kebebasan yang terpimpin seperti ini adalah watak ajaran Islam. Manusia bebas menetapkan aturan hidup tetapi dalam berbagai hal manusia menerima saja aturan yang datang dari Tuhan. c. Berkemampuan mengatur diri sendiri Di pesantren, santri mengatur sendiri kehidupannya menuruti batasan yang diajarkan agama. Ada unsur kebebasan dan kemandirian disini. Bahkan masingmasing pesantren juga mengatur dirinya sendiri. Masing-masing pesantren memiliki otonomi. Setiap pesantren mengatur kurikulumnya sendiri, mengatur kegiatan santrinya, tidak harus sama antar satu pesantren dengan pesantren yang lainnya. Menarik juga kenyataan, pada umumnya masing-masing santri bangga dengan pesantrennya dan menghargai pesantren lain. Kebanggan santri terhadap pesantrennya masing-masing umumnya terletak pada kehebatan dan kealiman kyainya, kitab yang dipelajari, kerukunan dalam bergaul, rasa senasib
seperjuangan, kedisiplinan, kerapian berorganisasi dan kesederhanaan (Tafsir 2008:202). d. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi Dalam pesantren berlaku prinsip dalam hal kewajiban, individu harus menunaikan kewajiban lebih dahulu, sedangkan dalam hal hak, individu harus mendahulukan kepentingan orang lain sebelum kepentingan diri sendiri. Kolektivisme ini ditanamkan antara lain melalui pembuatan tata tertib, baik tentang tata tertib belajar maupun kegiatan lainnya. Kolektivisme itu dipermudah terbentuk oleh kesamaan dan keterbatasan fasilitas kehidupan. e. Menghormati orang tua dan guru Menghormati orang tua dan guru merupakan ajaran agama Islam. Tujuan ini dicapai antara lain melalui penegakan berbagai pranata di pesantren seperti mencium tangan guru, tidak membantah guru. Demikian juga terhadapa orang tua. Nilai ini agaknya sudah banyak terkikis di sekolah-sekolah umum. Dalam Al Qur‟an sendiri mengajarkan untuk menghormati kedua orang tua kita.
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Isra‟: 23)
Melihat ayat tersebut kita sesungguhnya diperintahkan untuk selalu berbakti kepaa kedua orang tua kita. Apalagi jangan sampai menyakiti hati mereka dengan perkataan yang kasar. f. Cinta kepada ilmu g. Mandiri Jika mengatur diri sendiri kita sebut otonomi, maka mandiri yang dimaksud adalah berdiri atas kekuatan sendiri. Sejak awal santri terlatih untuk mandiri. Mereka kebanyakan memasak sendiri, mengatur uang belanja sendiri, mencuci pakaiannya sendiri, membersihkan kamar dan pondoknya sendiri, dan lain-lain. Melalui metode ini santri maju sesuai dengan kecerdasan dan keuletan sendiri. h. Kesederhanaan Dilihat secara lahiriah sederhana memang mirip dengan miskin. Padahal yang dimaksud sederhana di pesantren adalah sikap hidup, yaitu sikap memandang sesuatu, terutama materi, secara wajar, proposional, dan fungsional. Selain tujuan pendidikan pesantren di atas, ada juga rumusan tujuan pendidikan pesantren
spesifik dari beberapa pesantren yang tergabung dalam forum merumuskan
beragam
tujuan
pendidikannya,
yang
dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok; yaitu pembentukan akhlak/kepribadian, penguatan kompentensi santri dan penyebaran ilmu (Dian Nafi dkk, 2007:50). 3. Metode Pembelajaran Pesantren Istilah metode sering kali disamakan dengan istilah pendekatan, strategi, dan teknik sehingga dalam penggunaannya juga saling bergantian yang pada
intinya adalah suatu cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan atau cara yang tepat dan cepat untuk meraih tujuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik (Roqib, 2009:90). Sementara itu, istilah metode secara bahasa berarti cara yang telah teratur dan berfikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (Poerwadarminta, 1999:649). Metode juga dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi dengan menggunakan bentuk tertentu. Metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai supra sistem (Abdul Mujib dan Jusuf M, 2006:65). Metode pendidikan membicarakan cara-cara yang ditempuh guru untuk memudahkan murid memperoleh ilmu pengetahuan, menumbuhkan pengetahuan kedalam diri penuntut ilmu, dan menerapkannya dalam kehidupan. Untuk memahami cara-cara itu, maka tidak dapat mengabaikan pengertian ilmu pengetahuan dan cara memperolehnya. Sebagaimana halnya kurikulum yang ada di sekolah pada umumnya, pesantren juga ada yang menggunakan metode pembelajaran yang sama dengan metode pembelajaran di madrasah atau di sekolah, di luar pondok pesantren. Metode pembelajaran di pondok pesantren salafiyah ada yang bersifat tradisional, yaitu metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan yang telah lama dilaksanakan pada pesantren atau juga disebut sebagai metode pembelajaran asli (orisinil) pondok pesantren.
Berikut
ini
beberapa
metode
pembelajaran
tradisional
menurut
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam (2003:48), yang menjadi ciri utama pembelajaran di pondok pesantren salafiyah. a. Metode Sorogan Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa Jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan kyai atau ustadz. Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan langsung dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Sistem ini sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai materi pembelajaran. Sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perorangan (individual) di bawah bimbingan seorang kyai atau ustadz. Pembelajaran dengan sistem sorogan biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu. Ada tempat duduk kyai atau ustadz, di depannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Santri-santri lain, baik yang mengaji kitab yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh kyai atau ustadz sekaligus mempersiapkan diri menuggu giliran dipanggil (Zaenal Arifin Thoha, 2003:49). Metode pembelajaran ini termasuk metode pembelajaran yang sangat bermakna karena santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika
berlangsung kegiatan pembacaan kitab di hadapan kyai. Mereka tidak saja senantiasa dapat dibimbing dan diarahkan cara membacanya tetapi dapat dievaluasi perkembangan kemampuannya. b. Metode Wetonan/Bandongan Istilah wetonan juga disebut dengan bandongan, pada metode ini seorang kyai atau ustadz dalam mengevaluasi santri biasanya melakukannya melalui dua macam tes. Pertama, pada setiap tatap muka atau pada tatap muka tertentu. Kedua, pada saat telah dikhatamkannya pengajian terhadapan suatu kitab tertentu. Untuk lebih memudahkan kegiatan penilaian, biasanya kyai atau ustadz memiliki juga catatan-catatan khusus atau perhatian khusus sehingga para santri belajar
sungguh-sungguh
karena
merasa
diawasi
dan
dimonitor
perkembangannya. c. Metode Musyawarah/Bahtsul Masail Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masail merupakan metode pembelajaran yang mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh kyai atau ustadz, atau mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya (Manfred:1986). Metode ini merupakan olah kreatif untuk mengasah ketajaman pikir dan kerangka logika yang dibangun. Di sisi lain, metode ini juga bermanfaat untuk menumbuhkan sikap toleran terhadap pemikiran orang lain dan membantu pross pendewasaan (Roqib, 2009:114).
Dalam pelaksanaannya, para santri dengan bebas mengajukan pertanyaanpertanyaan atau pendapatnnya. Dengan demikian metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisa dan memecahkan suatu persoalan dengan argument logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu. d. Metode Pengajian Pasaran Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi tertentu pada seorang kyai atai ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus menerus selama tenggang waktu tertentu. Pada umumnya dilakukan pada bulan Ramadhan selama setengah bulan, dua puluh hari, atau satu bulan penuh. Metode ini mirip dengan metode bandongan akan tetapi target dari metode ini adalah khatamnya/selesainya kitab yang dipelajari. e. Metode Hafalan Metode hafalan ini adalah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan kyai atau ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian dihafalkan dihadapan kyai atau ustadz secara periodik atau tergantung kepada petunjuk kyai/ustadz yang bersangkutan. Dalam materi pembelajaran ini pada umumnya berkenaan dengan Al Quran, nazham-nazham untuk nahwu, sharaf, tajwid ataupun untuk teks-teks nahwu sharaf dan fiqh.
f. Metode demontrasi (Tathbiq) Metode
ini
adalah
cara
pembelajaran
yang
dilakukan
dengan
memperagakan (mendemonstrasikan) suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan kyai/ustadz (Direktorat Agama Islam, 2003:48). Metode demontrasi digunakan agar teori yang dipelajari langsung bisa iaplikaskan sehingga tidak terjadi kesalahan alam memahami sesuatu. Dalam haji dikenal istilah manasik haji, yang memberikan bekal pengalaman bagi calon jamaah haji sebelu menunaikan ibadah haji ke Baitullah (Roqib, 2009:115).
C. Pembelajaran Life Skill Di Pesantren 1.
Pengertian Life Skill Mengenai pengertian pendidikan life skill atau pendidikan kecakapan
hidup terdapat perbedaan pendapat, namun esensinya tetap sama. Brolin (1980) life skill atau kecakapan hidup adalah sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan. Pendapat lain mengatakan bahwa life skill merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat bahagia dalam kehidupan. Pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan peserta didik (http://id.wordpress.com/pendidikan-kecakapan-hidup, 11/24/09).
Dengan demikian pendidikan life skill harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di masyarakat. Sedangkan pelaksanaan pendidikan life skill adalah bervariasi, disesuaikan dengan kondisi anak dan lingkungannya, namun memiliki prinsip-prinsip umum yang sama. Life skill dapat dipandang merupakan inovasi dalam pembelajaran melalui rekayasa mendekatkan sekolah dengan dunia kerja, jenjang pendidikan selanjutnya pengembangan sekolah mengarah pada life skill tidaklah berarti mengubah sekolah sebagai lembaga keterampilan sebab pada hakikatnya sekolah tetap berdiri sebagai lembaga yang bertujuan memanusiakan manusia, mengembagkan potensi dasar siswa yang kelak tidak tergantung kepada pihak lain karena tidak mempunyai kemampuan berkehidupan di masyarakat (Eko Supriyanto dkk. 2004:148). Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill) lebih luas dari sekedar keterampilan bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual. Pendidikan kecakapan hidup
merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga belajar agar
memiliki keberanian dan kemauan
menghadapi masalah hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. 2. Konsep Dasar Life Skill Kecakapan hidup (Life Skill) adalah kecakapan yang dimiliki seorang siswa untuk mau dan berani serta sanggup menghadapi problem hidup dan
kehidupan secara wajar kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Menurut, Eko Supriyanto dkk (2004) kecakapan hidup tidak dibatasi sekedar keterampilan vocasional tetapi lebih luas dari itu yakni mencakup semua keterampilan yang diperlukan oleh kepentingan berkehidupan. Dengan demikian berarti life skill tidak wujudnya keterampilan pada orang bekerja misalnya pegawai bank, tukang bangunan dll sebab life skill juga ada pada seorang pensiunan, seorang ibu rumah tangga. Atas dasar pengertian Eko Supriyanto dkk (2004) yang luas tersebut maka life skill dibedakan menjadi lima macam yaitu:
a. Kecakapan mengenal diri (self awarness) atau sering juga disebut kemampuan personal (personal skills) b. Kecakapan berfikir rasional (thinking skills) c. Kecakapan sosial (social skills) d. kecakapan akademik (akademik skills) e. Kecakapan vokasional (vocational skills)
Kelima klasifikasi kecakapan tersebut dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kelompok life skill umum dan kelompok life skill khusus (spesifik). Adapun yang termasuk kelompok life skill umum adalah kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir rasional, dan kecakapan social.
Kecakapan mengenal diri meliputi kecakapan:
a. Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat dan warga Negara. b. Menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan.
Kecakapan berfikir rasional akan menyangkut kecakapan:
a. Kecakapan menggali dan menemukan informasi (informasion searching). b. Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making skill) c. Kecakapan memecahkan masalah secara kratif (creative problem solving skill).
Social skill merupakan kecakapan yang meliputi:
a. Kecakapan komunikasi dengan empat (communication skill) b. Kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
Selanjutnya terkait dengan spesifikasi skill yang meliputi: kecakapan akademik dan kecakapan vokasiona, Eko Supriyanto dkk. Mengemukakan (2004:148) dalam spesifik skill ini yang dikembangkan bermaksud untuk membentuk siswa mampu menghadapi permasalahan khusus terutama dalam problem kepraktisan hidup. Karena sifat yang teknis dan spesifik maka seringkali kecakapan ini dinamakan dengan technical competencies. Untuk kecakapan spesifik academi skill akan menyangkut:
a.
Identifikasi variable
b.
Merumuskam hipotesis
c.
Melaksankan penelitian
Kecakapan hidup dengan kategori diatas sesungguhnya dalam aplikasi disekolah berlangsung secara komulatif sehingga permisahan hanya sebatas kepentingan akademik sebab proses pembelajaran sendiri dalam diri siswa melibatkan intelektual, emosional, fisik seara terpadu dan saling mengisi. 3.
Tujuan Life Skill Pendidikan yang diselenggarakan untuk menanamkan life skill dalam
pandangan Eko Supriyanto dkk. (2004) adalah untuk : a. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. b. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (Broad Base Education). c. Pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakatr, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. d. Bagi siswa sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problem hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi mandiri, warga masyarakat dan warga negara. e. Meminimalkan tingkat pengangguran.
Sedangkan Orientasi Life skill adalah mata pelajaran dianggap sebagai alat bukan sebagai tujuan dan terkait langsung dengan kondisi dan potensi lingkungan. Pembelajaran dirancang untuk peningkatan keterampilan proses. Pembelajaran terpadu dan kontekstual antara teori dan kenyataan kehidupan sehari-hari. Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam bentuk : kerja, tes perbuatan, observasi dengan pemecahan masalah mencakup uji kinerja, perilaku, kejujuran dan disiplin (bukan hanya tes tulis). 4. Proses Pembelajaran Life Skill Dalam uraian di depan telah dikaitkan bahwa antara pendidikan life skill dengan pendidikan berbasis luas saling mengisi karena keduanya memang terkait, maka pola pelaksanaan life skill sebagai model pembelajaran juga dimulai dari broad based education (BBE). Pola ini sesungguhnya dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa sekolah tidak mampu mengimbangi perkembangan masyarakat dan informasi yang sangat cepat perkembangannya sehingga dalam pola pelaksanaan pendidikan BBE harus mengambil sikap hanya memilih aspek pokok dan esensial dari semua informasi yang ada untuk diajarkan di sekolah selebihnya siswa diminta untuk mandiri melakukan pembelajaran independen. Demikian juga dalam pendidikan life skill ini, maka sekolah pun tidak mungkin memberikan semua menu life skill yang ada dan dibutuhkan oleh masyarakat. General life skill yang dasar itu sangat luas tidak mungkin diberikan oleh sekolah, atas dasar itu maka disamping mengembangkan keterampilan bagaimana melakukan penyerapan materi dan keterampilan juga sangat penting
diberikan kemapuan belajar melakukan belajar (learning how to learn) sekaligus learning how to un learn yaitu kemampuan (Eko Supriyanto dkk. 2004:154). Sedangkan
pelaksanaan
pendidikan
life
skill
adalah
bervariasi,
disesuaikan dengan kondisi anak dan lingkungannya, namun memiliki prinsipprinsip umum yang sama.
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pesantren 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nurul Amal Pondok Pesantren Nurul Amal berdiri atas inisiatif seorang pemikir yang selalu berfikir tentang pengembangan zaman dan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Gagasan itu muncul dari seorang Ustadz yang bernama M. Muwan Adzani seorang alumni IAIN Walisongo Semarang beserta istrinya yang mencoba membuka wacana baru tentang dunia pesantren. Beliau mengatakan: “Alumni pesantren ternyata tidak hanya butuh membaca kitab dan berdoa saja ternyata butuh makan, minum, hiburan (membutuhkan barang mewah), dan membutuhkan pekerjaan yang layak, maka di pesantren sangat membutuhkan pendidikan keterampilan sesuai dengan bakat dan minat”. Maka muncullah sebuah nama pesantren Teknologi Nurul Amal. Pondok Pesantren Nurul Amal berdiri sejak 15 Juni 2005 sesuai dengan Piagam Departemen Agama No:Kd.11.22/PP.00.7/580/2008 dengan nomor statistik : 042332210046, Akta Notaris nomor: tertanggal 8 Desember 2005 dan NPWP: 02.253.754.2.505.000 2. Letak Geografis Pondok Pesantren Nurul Amal adalah pondok pesantren putra putri yang terletak di Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Pondok Pesantren Nurul Amal berada di tengah-tengah obyek wisata Candi Gedong
Songo, PJKA Bandungan, Pemancingan Blater Jimbaran, Umbul Sidomukti dan juga dekat dengan Musium Kereta Api Ambarawa 3. Visi dan Misi a. Visi Terwujudnya generasi yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK. b. Misi 1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam. 2) Menyelenggarakan Tarbiyatul Islamiyah secara intensif dengan penuh keteladanan. 3) Menyediakan dan menyelenggarakan pendidikan teknologi dalam bidang life skill. 4) Menyelenggarakan pembelajaran di bidang akademik dan non akademik. 5) Mencetak generasi yang mandiri dan memiliki jiwa kewirausahaan yang tangguh serta berwawasan kebangsaan yang luas. 4. Keadaan Sarana dan Prasarana Dalam memenuhi kebutuhan proses pembelajaran bagi santri maka diperlukan peralatan yang benar-benar tepat sasaran, yang berupa bentuk fisik yaitu sarana dan prasaran. Dalam pengadaan sarana dan prasarana ini sangat erat kaitannya dengan sumber dana. Setelah mengadakan penelitian di pesantren ini
diketahui bahwa sumber dana awal berasal dari satu orang saja yaitu pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren ini yaitu bapak M Muzan Adzani. Yang selanjutnya mendapatkan bantuan-bantuan dari pihak instansi-instansi tertentu. Sementara untuk sarana dan prasarana yang ada di pesantren adalah sebagai berikut:
Table 3.1 daftar nama sarana dan prasarana yang dimiliki no Nama sarana dan prasarana Jumlah 1
Gedung bangunan
4 lokal
2
Ruang belajar
5 ruang
3
Ruang perpustakaan
1 ruang
4
Kamar asrama putra
2 kamar
5
Kamar asrama putri
2 kamar
6
Kamar mandi
4 kamar
7
Aula
1 ruang
8
Lab komputer
1 ruang
9
Lab menjahit
1 ruang
10 Lab tata boga
1 ruang
11 Alat perbengkelan
1 set
12 Alat menjahit
16 set
13 Alat memasak
2 set
14 Alat pertanian
2 set
15 Alat pertukangan
1 set
16 Alat sablon
2 set
17 Alat peternakan
1 set
18 Alat drum band
1 set
19 Alat senam
1 set
20 Alat seni musik
2 set
21 laptop
2 unit
22 komputer
15 unit
23 LCD
2 unit
24 Alat pengeras suara
2 unit
25 Mesin printer
2 unit
26 kopontren
1 unit
B. Keadaan Pembelajaran Santri di Pesantren 1. Tahun Ajaran Baru Pondok Pesantren Nurul Amal Seperti lazimnya pendidikan-pendidikan pondok pesantren lainnya. Maka pondok pesantren ini juga mengadakan dan menerima santri baru. Sementara untuk memulai ajaran baru, perpindahan jenjang kelas maupun kelulusan santri dilakukan pertahun. Namun, untuk menerima santri baru pesantren Nurul Amal siap menerima santri baru kapan pun. 2. Jenjang Pendidikan Lembaga Pendidikan Pesantren Salafiyah Nurul Amal pada saat ini mengelola cabang pendidikan formal dan non formal. Adapun jenis pendidikan yang ada di pesantren tersebut antara lain: Madrasah Diniyah Awaliyah, Madrasah Diniyah Wustho (wajar diknas 9 tahun), Majlis Ta‟lim, Keterampilan Tata Busana, Tata Boga, Garment dan juga Madrasah Tsanawiyah (MTs). Adapun data tentang santri pada setiap jenjang yang ada di pondok pesantren Nurul Amal sebagai berikut:
Tabel 3.2 data santri pada setiap jenjang pendidikan di pondok pesantren Nurul Amal NO
I
JENJANG PENDIDIKAN
TPQ
KELAS
LAKILAKI
PEREMPU AN
JUMLAH
I
38 38 25 17 7 13 62 29 29 51 61 34 146 27 15 42 8 8 24 24 349
46 46 15 19 9 10 53 27 27 10 27 13 50 10 9 19 43 43 6 6 244
84 84 40 36 16 23 115 56 56 61 88 47 196 37 24 61 51 51 30 30 593
JUMLAH
II
MADIN
I II III IV JUMLAH
III
PPS/MUKIM
I JUMLAH
IV
WAJAR DIKDAS
I II III JUMLAH
V
PAKET C
I II JUMLAH
VI
KURSUS
I JUMLAH
VI I
MAJLIS TAKLIM
I JUMLAH
JUMLAH TOTAL
3. Pengorganisasian Santri dan Pengurus Dengan
meningkatnya
semangat
kebersamaan
masyarakat
dalam
mendukung program pendidikan bagi generasi penerus. Melihat hal tersebut Pondok Pesantren ini dengan perlahan namun pasti mulai mendapat tempat di masyarakat dengan adanya proses pembelajran ilmu keagamaan, kemasyarakatan, moral atau etika sampai ilmu keterampilan praktis dan ilmu teknologi. Sampai dengan saat ini para santri yang mengikuti proses pembelajaran masih dalam lingkup pulau jawa saja khususnya di daerah kabupaten Semarang.
Adapun jumlah para santri yang menetap di pondok pesantren (mukim) berjumlah 56 santri, yang terdiri dari 29 santri putra dan 27 santri putri. Adapun daftar para santri yang mukim di pondok pesantren Nurul Amal, sebagai berikut:
Tabel 3.3 daftar nama santri pondok pesantren Nurul Amal no Nama Santri
no Nama Santri
1
A Fahdiyanto
29 Nur rokhim
2
Ali faizun
30 Nurul fadilah
3
Anang makruf
31 Oki bingromanto
4
Ani qodriyah
32 Pramono
5
Andi setiyawan
33 Qurotul aini
6
Ariyanto
34 Riswanti
7
Arif hidayat
35 Rohmiyati
8
Arwan zubair
36 Rokanah
9
Barokah
37 Rodiyah
10 Bayu winarno
38 Salami muarifah
11 Dwi cahyo
39 Samsul P
12 Eka sulistiyawati
40 Siswanto
13 Eni lestari
41 Siti fatinah
14 Faiza C.F
42 Siti muniroh
15 Farichah
43 Siti soimah
16 Fatonah
44 Slamet sriyono
17 Juniyati
45 Sriyanto
18 Keti lestari
46 Sujatminingsih
19 Kusmidi
47 Susiyanti
20 Ma‟arif
48 Sarif hidayatullah
21 Mahmudiyanto
49 Taufik hidayat
22 Makmun
50 Tri maryati
23 Maman prasetyo
51 Umayanah
24 M dzikrullah
52 Warso dwi ananto
25 M Hasyim
53 Yeni erawati
26 M Syarif
54 Zaenal abidin
27 M wafi‟
55 Nur daimah
28 Nanik nurhayati
56 Nur khamim
Kepengurusan yang yang ada di pesantren ini seperti pesantren pada umumnya, yaitu yang menjadi pengurus adalah para santri senior yang mendapat arahan dan kekuasan dari pengasuh pondok untuk mebawahi santri yang lain di pesantren sehingga hubungan antara santri yang sudah lama di pesantren dengan santri yang baru masuk tidak ada batas, atau bahkan antara santri senior dan yunior satu kamar dalam tempat tidur. Adapun susunan kepengurusan di pondok pesantren Nurul Amal sebagai berikut: Pengasuh Ketua Sekretaris Bendahara
: K. M. Muzan Adzani : Nyai Siti Rokfatun. : Makmun : Ma‟arif : Oki Bing Rumanto
Bidang Kebersihan Bidang Keamanan Bidang Humas
: Sriyanto : Nur Kamim : Rondiyah
4. Proses Pembelajaran di Pesantren Proses belajar dan mengajar di pondok pesantren ini merupakan perpaduan antara metode salafi dan modern. Dikatakan proses pembelajaran yang salafi adalah masih melekatnya pembelajaran dengan metode sorogan dan bandongan dalam metode pembelajaran yang digunakan pada pondok pesantren Nurul Amal. Sehingga nuansa pondok pesantren klasik tetap eksis untuk tafaqquh fi „l-din. Selain sorogan dan bandongan digunakan metode pembelajaran perkelas juga digunakan, masih ditambah dengan pembelajaran life skill dan kegiatan yang lainnya.
Tabel 3.4 Jadwal kegiatan belajar mengajar N HARI O 1 Senin
2 Selasa
3 Rabu
4 Kamis
5 Jum‟at
WAKTU Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar
6 Sabtu
7 Ahad
Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya
KELAS 1
2
3
4
Mabadi I B. Inggris Alala Al Qur‟an
Mabadi 4 B. Inggris Khulasoh 1 Al Qur‟an
Taqrib B. Inggris Khulasoh 2 Al Qur‟an
Fatkhul m B. Inggris a. banin Pengemban gan diri
Mabadi I B. Inggris a. awam Al Qur‟an fasolatan B. Inggris tajwid Al Qur‟an fasolatan B. Arab Ibadah Al Qur‟an Risalatul m B. Arab Materi dakwah Al Qur‟an Khitobah Risalatul B. Arab Aqidah a Al Qur‟an Rebana Pencak silat B. Inggris tajwid Al Qur‟an Dziba‟
Pengembangan diri Mabadi 2 Daqoikul ahbar B. Inggris B. Inggris Khulasoh 1 Khulasoh 2 Al Qur‟an Al Qur‟an Pengembangan diri fasolatan F. qorib B. Inggris B. Inggris tajwid Tankihul q Al Qur‟an Al Qur‟an Pengembangan diri fasolatan Daqoikul a B. Arab B. Arab Ibadah Ibadah Al Qur‟an Al Qur‟an Pengembangan diri Risalatul m Risalatul m
Fatkhul muin B. Inggris a. banin Al Qur‟an fat. muin B. Inggris a. banin Al Qur‟an f. muin B. Arab Ibadah Al Qur‟an Risalatul m
B. Arab Materi dakwah Al Qur‟an Khitobah Mabadi 4 B. Arab Akhlak b Al Qur‟an Rebana Pencak silat
B. Arab Materi dakwah Al Qur‟an Khitobah Risalatul m B. Arab Akhlak b Al Qur‟an Rebana Pencak silat
B. Arab Materi dakwah Al Qur‟an Khitobah Fat muin B. Arab Kholasoh 3 Al Qur‟an Rebana Pencak silat
B. Inggris tajwid Al Qur‟an Dziba‟
B. Inggris tajwid Al Qur‟an Dziba‟
B. Inggris tajwid Al Qur‟an Dziba‟
Selain itu para santri setiap harinya menjalankan aktivitasnya di pondok pesantren dengan mengaji, adapun jadwal kegiatan harian adalah: Tabel: 3.5 Jadwal Kegiatan harian para santri. no 1 2 3
pukul 04.00 04.30 05.00
Jenis kegiatan Bangun tidur Melaksanakan shalat Membaca alquran
4 5
05.30 06.00
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
12.30 13.00 15.00 15.30 17.00 18.00 18.15 19.00 19.30 22.00
Bersih-bersih Sarapan dan persiapan sekolah pagi shalat madin Istirahat, shalat madin Bersih-bersih, istirahat Shalat magrib Mengaji al quran Shalat isya Pengembangan diri istirahat
ket
C. Pembelajaran Life Skill di Pesantren 1. Latar Belakang Pesantren Nurul Amal Berorientasi Pada Keterampilan. Pendidiakn pesantren yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup tidak mengubah sistem pendidikan pesantren yang ada dan juga tidak untuk mereduksi pendidikan hanya sebagai latihan kerja. Pendidikan pesantren Nurul Amal berorientasi pada kecakapan untuk hidup justru memberikan kesempatan kepada setiap santri untuk memperoleh bekal keterampilan atau keahlian yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupannya. Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup juga tidak untuk mendikte. Lembaga Pendidikan pesantren hanya menawarkan berbagai kemungkinan atau menu yang dapat
dipilih sesuai dengan kondisi riil kehidupan di masyarakat, baik ditinjau dari keberadaan para santrinya maupun kehidupan masyarakat di sekitarnya. Hal senada sesuai dengan apa yang diuatarakan oleh pengasuh pesantren Nurul Amal, sebagai berikut: “Alumni pesantren ternyata tidak hanya butuh membaca kitab dan berdoa saja ternyata butuh makan, minum, hiburan, dan juga lapangan pekerjaan yang layak, maka di pesantren sangat membutuhkan pendidikan keterampilan sesuai dengan bakat dan minat”
Melihat pernyataan tersebut sudah sepatutnya pesantren sekarang ini memberikan pendidikan keterampilan terhadap para santrinya, sehingga nantinya dapat memberikan pengaruh terhadap pola kehidupan santri di masyarakat untuk bisa berwirausaha. 2. Fasilitas Pendukung Pembelajaran Life Skill Dalam proses pembelajaran life skill atau keterampilan yang berlangsung di pesantren dapat berlangsung dengan baik karena adanya berbagai sarana dan prasarana serta fasilitas yang mendukung baik sumber daya manusia maupun dari peralatan yang ada. Adapun fasilitas yang mendukung pelaksanaan pembelajaran keterampilan di pesantren Nurul Amal adalah sebagai berikut: a. Lahan Praktek Lahan praktek adalah tempat yang menjadi tempat para santri untuk mengembangkan keterampilannya, semisal lahan pertanian untuk bercocok tanam. Dimana para santri mencurahkan segala apa yang menjadi bakat dan minatnya. Di samping itu ada juga tempat praktek perbengkelan, perindustrian, dan tata boga. Di pesantren ini ini menyediakan lahan pertanian berupa kebun yang
digunakan untuk penanaman jeruk. Ada ruangan yang digunakan untuk penggilingan padi dan tepung yang setiap saat para santri bisa langsung menggunakannya saat ada orang desa yang ingin menyelepkan padinya, apalagi kalau musim panen tiba maka para santri bisa bergantian mempraktekkannya. b. Ruangan Praktek Dengan adanya ruangan praktek yang memadai maka akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal dalam proses pembelajaran keterampilan. Pesantren Nurul Amal mempunyai dua ruangan yang digunakan untuk praktek menjahit baik alat obras dan bordir. Para santri dibimbing langsung dalam pelaksanaan pembelajaran menjahit setelah ada instruktur yang memberikan pengarahan tentang tata cara menjahit. Sehingga para santri bisa benar-benar melaksanakan pembelajaran tersebut. c. Ruang Teori Di pesantren ini terdapat 3 ruangan yang dipergunakan dalam memberikan teori terhadap para santrinya. Sehingga akan memberi pengetahuan yang lebih sebelum terjun langsung ke lahan praktek. Namun, tidak menutup kemungkinan pelaksanaan pembelajran life skill langsung diterapkan langsung ke lapangan sehingga para santri akan mudah untuk memahami apa yang menjadi tujuan dari pelaksanaannya. d. Peralatan-peralatan Peralatan atau sarana dan prasarana adalah hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran life skill karena dalam pembelajaran ini lebih banyak prakteknya bukan pada teori saja.
e. Lapangan Bola Di pesantren ini juga mempunyai lapangan bola yang digunakan oleh para santri dalam beraktivitas, baik digunakan untuk bermain bola volli, sepak bola dan juga berlatih karate. 3. Penerapan Life Skill dalam Aktivitas Santri Life skill di pesantren Nurul Amal adalah salah satu kesatuan kurikulum yang diajarkan dalam proses pembelajaran pesantren. Dari berbagai aktivitas yang dilakukan santri ada kegiatan yang menitikberatkan pada bidang keagamaan (ibadah) dan juga kegiatan pembelajaran yang lainnya, yang berupa pembelajaran keterampilan. Serta beberapa aktivitas tambahan yang dilakukan didalamnya terdapat unsur keterampilan pula. Adapun aktivitas yang menitik beratkan pada keterampilan wajib di pesantren Nurul Amal adalah: a. Garment Jahit Keterampilan menjahit merupakan salah satu life skill andalan yang menjadi salah satu ciri khas pesantren nurul Amal dimana pada keterampilan ini setiap santri di wajibkan untuk bisa pada keterampilan ini. Karena diharapkan dengan modal menjahit para santri bisa membekali hidup dengan keterampilan ini. Sehingga nantinya kalau para santri pulang mempunyai keahlian yang bisa memberikan penghasilan sendiri, tidak harus berpangku tangan karena kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Di pesantren ini sudah mempunyai 16 set mesin jahit, sehingga para santri bisa dengan nyaman menggunakan peralatan tersebut. Pelaksanaan keterampilan menjahit ini siswa diberikan setiap seminggu sekali yaitu setiap hari selasa. Dan pada saat tahun ajaran baru para santri banyak mendapat order dari sekolah-sekolah di lingkungan pesantren, yang mempercayakan untuk membuat seragam sekolah. b. Bordir Selain keterampilan menjahit, para santri juga diberi keterampilan membordir. Namun, keterampilan ini diberikan kepada para santri yang sudah dahulu bisa mengoperasikan mesin jahit sehingga para santri akan lebih mudah dalam pembelajaran membordir. Alat bordir yang dimiliki pesantren sebanyak delapan unit, yang diajarkan setiap hari rabu. c. Selep Tepung Selep tepung merupakan salah satu keterampilan yang dikelola oleh para santri. Karena pelaksanaan ini bersifat kondisional, yaitu apabila ada para petani yang ingin menyelepkan hasil panen para santri siap menjalankan peralatan tersebut untuk membantu. Di pesantren ini mempunyai dua set selep tepung yang dapat digunakan oleh para santri. d. Souvenir Salah satu keterampilan di pesantren Nurul Amal yang mulai digalakka adalah pembuatan souvenir miniatur rumah, hewan, dan bentuk lainnya dari kayu dan juga triplek.
4. Minat Santri dalam Belajar Keterampilan di Pesantren Di dalam Keberadaan seseorang di dunia ini memerlukan dimensi ruang dan dimensi waktu. Setiap orang memerlukan ruang untuk tempat wujud sosok fisiknya itu, karena dia sebelumnya tidak ada, kemudian ada (dilahirkan) dan akhirnya tidak ada lagi (meninggal dunia). Mungkin gambaran diataslah yang menjadi dasar pemikiran para santri Nurul Amal sebagai modal semangat mereka dalam mengikuti pembelajaran di pesantren. Di dalam kehidupan manusia akan terus berjalan dengan adanya berbagai persoalaan duniawi ini, mereka mencoba untuk bangkit dari keterpurukan dan mencoba untuk tetap bertahan hidup dengan berbagai keterampilan yang mereka miliki untuk persiapan dalam kehiduapannya kelak di masyarakat. Sebagaimana apa yang diutarakan oleh salah satu santri yang bernama Taufik Hidayat, santri yang mengikuti pembelajaran keterampilan di pesantren: “Ternyata mondok di pesantren Nurul Amal sangat memberikan banyak pencerahan tentang berbagai kehidupan khususnya tentang ilmu agama dan juga ilmu dunia (keterampilan).”
Hal tersebut juga diungkapkan oleh santri yang lain yang bernama Makruf: “Keterampilan sekarang itu sangat dibutuhkan karena tuntutan zaman, sekarang itu yang dibutuhkan skillnya bukan kamu lulus dari mana?walau dari luluan perguruan tinggi tetapi tidak punya keterampilan yang diandalkan nantinya juga di rumah mengganggur”.
Dengan hal tersebut, pesantren yang mengajarkan para santrinya dengan adanya keterampilan direspon positif oleh para santri Nurul Amal. Karena dengan adanya hal tersebut para santri dapat menerima berbagai bekal ilmu akhirat (kitabkitab kuning), kemasyarakatan, dan juga bekal keterampilan para santri.
5. Dampak Pembelajaran Keterampilan Terhadap Minat Masyarakat Masyarakat adalah salah satu supervisor yang paling berpengaruh dalam pesantren, karena pesantren adalah elemen yang tidak bisa dipisahkan dari pesantren. begitu juga masyarakat dilingkungan pesantren Nurul Amal sangat mendukung adanya pendidikan di desanya untuk memajukan para generasi muda nantinya. Dilain pihak pesantren ini mengajarkan ilmu-ilmu agama ditambah pula beberapa keterampilan yang ajarkan. Karena sekarang ini sudah diketahui khalayak umum bahwa proses belajar mengajar dalam lembaga pendidikan pesantren ini memiliki tujuan tidak hanya memberikan bekal pengetahuan dan pengamalan tentang ritual peribadatan, tetapi termasuk membentuk kesalehan perilaku individu warganya (santri dan jama'ah) untuk dapat berhubungan antar sesama manusia dan makhluk lain. Sehingga diharapkan kelak ia menjadi pribadi yang memiliki kesalehan individual maupun kesalehan sosial (keterampilan). Hal tersebut disampaikan oleh bapak Subadi warga desa Kenteng yang ditemui penulis tentang pendapat mereka mengenai penerapan pembelajaran keterampilan di pesantren Nurul Amal. “Penerapan keterampilan menjahit, computer atau yang lain itu sangat baik karena nanti kalau sudah pulang di masyarakat itu bisa mandiri atau membuka lapangan pekerjaan, tetap ingat jangan lupa lulus dari pesantren harus tetap bisa tahlil dan juga berdoa, masak lulus dari pesantren adzan saja tidak bisa”
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Imron seorang wali santri yang penulis temui saat menjenguk putranya di pesantren. “ya bagus kalau begini (pembelajaran keterampilan) dengan begitu mondok di sini para santri mendapat dua ilmu sekaligus, yaitu ilmu agama dan ilmu dunia.”
Melihat hal tersebut, masyarakat menginginkan para anaknya yang berada di pesantren khususnya di pesantren Nurul Amal bisa mendapatkan ilmu agama dan juga dunia (keterampilan).
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Latar Belakang Pembelajaran Keterampilan Dalam menciptakan manusia untuk menjadi khalifah-Nya di planet bumi ini, Allah telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk mencukupi keperluan manusia itu sejak masih berwujud benih janin di dalam rahim ibunya. Persiapan itu mencakup penyediaan berbagai
bentuk pelayanan dan kemudahan yang
berada di dalam dan di luar diri manusia. Penciptaan manusia merupakan wujud sosok diri yang final, utuh dan unik sebagai suatu sistem yang sempurna, tidak ada kekurangan sesuatu apa pun padanya. Subsistem-subsistem pendukung
keberadaan
manusia juga diciptakan
dengan sangat sempurna, baik untuk keperluan pertumbuhan fisiknya maupun untuk perkembangan sukma atau rohnya. Demikian juga pelayanan dan kemudahan-kemudahan yang berada di luar dirinya yaitu lingkungan yang harus diakrabi selama hidupnya, semua telah disiapkan dengan sangat sempuma. Kepada manusia Allah memberikan petunjuk-petunjuk agar manusia itu dapat selamat dalam menunaikan tugas kehidupan yang harus dijalaninya. Petunjukpetunjuk tersebut disampaikan oleh Allah kepada khalifahNya melalui ayat-ayat tertulis yang diabadikan di dalam Kitab-kitab Suci Al Qur‟an yang diturunkan dengan perantaraan para Rasul-Nya. Sedangkan ayat-ayat yang tidak tertulis oleh Tuhan disampaikan melalui media ciptaan-Nya yang berupa misteri-misteri di dalam diri pribadi seseorang, di dalam diri pribadi orang lain, pada mahluk selain manusia, pada alam sekitar, dan pada alam semesta. Sebagai pribadi yang unik
manusia dibekali dengan potensi kecakapan untuk mampu berdialog dengan ayatayat tersebut, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kesernuanya itu disediakan sebagai potensi yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh orang tua, mayarakat, negara dan bangsa, agar manusia itu dapat selamat dalam menempuh perjalanan hidup sampai bertemu kembali dengan Tuhan Penciptanya. Potensi
kecakapan untuk menempuh perjalanan hidup bagi seseorang
merupakan bawaan yang telah melekat pada dirinya sejak dia tercipta. Tugas orang tua dan masyarakat adalah mengembangkan potensi itu melalui pendidikan informal di dalam keluarga dan di dalam masyarakat yang dilakukan dengan ikhlas sebagai ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta. Dalam bahasa yang religius kegiatan ini merupakan wujud dari rasa syukur karena telah dikaruniai keturunan yang diharapkan akan dapat meneruskan kehidupan dan generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Negara dan bangsa sebagai kesatuan keluarga dan masyarakat mewujudkan rasa syukur itu dengan menciptakan suatu sistem pendidikan yang sesuai dengan karakteristik negara dan bangsanya. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang berada dengan segala dinamikanya, pesantren dipandang sebagai salah satu lembaga yang menjadi pusat awal dimulainya perubahan-perubahan masyarakat. Ia dikenal sebagai lembaga pendidikan non-profit yang memiliki ciri-ciri khas berprinsip keikhlasan, kesederhanaan, kebersamaan, kekeluargaan, dan kemandirian. Prinsip-prinsip luhur ini begitu meresap dalam jiwa warganya; kyai, santri alumni dan jama'ahnya. Di dalam pesantren akan kita dapati profil sebagian besar orang pesantren yang ikhlas dalam beramal, pribadi dan hidupnya didedikasikan
untuk agama, pesantren dan umat, seakan telah ia wakafkan nyawanya untuk kemanfaatan orang lain. Namun, hal tersebut dalam proses belajar mengajar dalam lembaga pendidikan Islam ini (pesantren) memiliki tujuan tidak hanya memberikan bekal pengetahuan dan pengamalan tentang ritual peribadatan, tetapi termasuk membetuk kesalehan perilaku individu warganya (santri dan jama'ah) untuk dapat berhubungan antar sesama manusia dan makhluk lain. Sehingga diharapkan kelak ia menjadi pribadi yang memiliki kesalehan individual maupun kesalehan sosial. Seiring dengan berkembangnya zaman maka persoalan-persoalan yang harus dihadapi dan dijawab oleh pesanren juga semakin kompleks, dan harus kita sadari mulai dari sekarang. Persoalan-persoalan yang dihadapi ini tercakup juga dalam pengertian persoalan yang yang dibawa kehidupan modern atau kemodernan. Artinya, pesantren dihadapkan pada tantangan-tantangan yang ditimbulkan oleh kehidupan modern. Kemampuan pesantren dalam menjawab persoalan dapat dijadikan tolok ukur seberapa jauh pesantren dapat mengikuti arus modernisasi. Dewasa ini masalah "life skills" melalui pendidikan pesantren mulai menampakkan jati dirinya dengan berkembangnya teknologi dan alat informatika, pesantren yang dahulunya hanya dikenal sebagai suatu lembaga pendidikan Islam yang tradisional. Namun sekarang banyak pesantren yang membuka diri untuk lebih memperpendek jarak kesenjangan tersebut dengan menambahkan berbagai macam pembelajaran keterampilan.
Pengasuh pondok psantren Nurul Amal melaksanakan pembelajaran keterampilan dalam memberikan layanan pendidikan terhadap para santri. “Alumni pesantren ternyata tidak hanya butuh membaca kitab dan berdoa saja ternyata butuh makan, minum, hiburan, dan juga lapangan pekerjaan yang layak, maka di pesantren sangat membutuhkan pendidikan keterampilan sesuai dengan bakat dan minat”
Dari keterangan Pak Muwan Adzani ini apat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran keterampilan terhaap para santri aalah alam rangka memberi kesempatan para santri untuk memperoleh bekal keterampilan di pesantren, dengan harapan para santri setelah pulang dari pesantren mampu dan bisa menjadi manusia yang berguna bagi lingkungannya. Santri juga mendapatkan bekal ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan dunia sebagai bekal untuk hidup di masyarakat. Tidak ada salahnya suatu pesantren memberikan pembelajaran terhadap para santri tentang keterampilan. Dengan perkembangan zaman penerapan tersebut bisa memberikan ruang gerak terhadap para santri untuk lebih mengekspresikan bakat dan minatnya. Tetapi dalam konteks tersebut, pesantren tidak perlu menghilangkan kepribadiannya sebagai tempat pendidikan keagamaan. Bahkan tradisi-tradisi keagamaan yang dimiliki pesantren itu ciri khusus yang masih harus dipertahankan, karena disitulah letak kelebihannya. Pesantren Nurul Amal yang berorientasi pada keterampilan tidak mengubah sistem pendidikan yang ada dan juga tidak untuk mereduksi pendidikan hanya sebagai latihan kerja. Pesantren Nurul Amal yang berorientasi pada keterampilan justru memberikan kesempatan kepada para santrinya untuk
memperoleh bekal keterampilan atau keahlian yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupannya kelak di masyarakat. Pesantren yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup juga tidak untuk mendikte. Pesantren hanya mencari jalan tengah dan menawarkan berbagai kemungkinan atau menu yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi riil sekitar pesantren, baik ditinjau dari keberadaan para santinya maupun kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sehingga diharapkan dengan adanya pembelajaran keterampilan pesantren Nurul Amal dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan, baik berupa pendidikan agama dan juga ilmu keterampilan. Kesemuanya itu untuk menjadi bekal para santri di dalam mengarungi bahtera kemasyarakatan yang selama ini sudah semakin kompleks dengan berbagai macam hal di berbagai kehidupannya. Dengan demikian, para santri mampu beradaptasi dan dapat bersaing dengan masyarakat umum dalam
bidang ilmu teknologi, informatika dan
diharapkan santri Nurul Amal dapat berwirausaha sendiri setelah pulang di kehidupan masyarakat.
B. Bentuk Pembelajaran Keterampilan Dalam melaksanakan kebijakan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup (keterampilan), maka fokus utama kegiatan pendidikan haruslah ditujukan untuk mempersiapkan para siswa agar memiliki kecakapan untuk hidup, agar mampu menempuh perjalanan hidup. Pesantren untuk mengembangkan keempat spektrum pembelajaran itu perlu ditanamkan lagi terhadap para santri.
Keempat dasar tersebut yaitu: pertama, Personal Skills Education atau kecakapan untuk memahami dan menguasai diri sendiri adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada para santri agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan diri sendiri untuk mengaktualisasikan jati-dirinya sebagai manusia yang menjadi khalifah atau wakil Sang Pencipta di planet bumi ini. Kedua, Social Skills Education atau keterampilan dalam bermasyarakat adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada santri agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog untuk bergaul secara baik dengan sesama manusia dalam masyarakat. Ketiga, Environmental Skills
Education atau keterampilan dalam
memanfaatkan lingkungan sekitar adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan lingkungan alam sekitamya, untuk menikmati keindahannya dan menjaganya dari kerusakan-kerusakan karena ulahnya sendiri atau oleh manusia lainnya, serta kemampuan untuk menjaga diri dari pengaruhpengaruhnya. Keempat, Vocational Skills Education atau keterampilan dalam mencari nafkah di kehidupannya adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada para santri agar dapat mengembangkan kemampuan untuk menguasai dan menyenangi jenis pekerjaan tertentu. Jenis pekerjaan tertentu ini bukan hanya merupakan pekerjaan utama yang akan ditekuni sebagai mata pencaharian saja, yaitu menjadi bekal untuk bekerja mencari nafkah yang halal yang merupakan
salah satu kewajiban dalam menempuh perjalanan hidupnya di kelak kemudian hari. Jenis pekerjaan tertentu dapat juga merupakan pekerjaan yang hanya sekadar sebagai hobi. Dalam pembelajaran keterampilan di pondok pesantren Nurul Amal dapat digambarkan bahwa pelaksanaanya keterampilan dapat disimpulkan dari salah satu petikan catatan langan berikut ini. Di pagi yang dingin di desa Kenteng, setelah para santri selesai mengaji an bersih-bersih. Maka santri menuju suatu ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk dijadikan praktek para santri dalam mengikuti keterampilan menjahit, santri perempuan an antri laki-laki menjadi satu dalam satu ruangan sesuai dengan jenjng lama an keahlian santri masing-masing. Secara perlahan suara mesin jahit berbunyi, maka dimulailah pembelajaran menjahit. Dalam satu ruangan tersebut terdapat sepuluh santri dengan satu instruktur yang memberi pengarahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran keterampilan adalah secara bersama-sama dalam suatu ruangan khusus untuk menjahit, di mana instruktur memberikan araha terhadap para santri untuk membenarkan satu persatu sesuai dengan pencapaian masing-masing. Melihat pemaparan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran keterampilan di atas pesantren Nurul Amal sebenarnya sudah menerapkan keempat konsep kecakapan hidup (keterampilan) tersebut. Bahkan pesantren Nurul Amal dalam penerapannya sudah dalam porsi yang seimbang. Dengan kata lain, pelaksanaannya sudah merata dalam semua aspek. Dengan itu pesantren Nurul Amal bisa dikatakan memberi kontribusi yang besar terhadap pelestarian manusia untuk tetap eksis. Oleh karena semua kegiatan pendidikan pada hakekatnya adalah merupakan upaya untuk mempersiapkan generasi muda anak-anak bangsa agar
mampu menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya di kelak kemudian hari. Maka pesantren Nurul Amal memberikan pembelajaran keterampilan sebagai usaha untuk tetap memberikan yang terbaik bagi para santri dalam memperoleh pendidikan yang layak. Pesantren Nurul Amal memberikan pembelajaran keterampilan berupa keterampilan garment konveksi, border, sablon, peternakan unggas, selep tepung dan juga kerajinan souvenir. Kesemuanya itu memberikan nuansa yang lain aripaa pesantren lain karena adanya pembelajaran tersebut. Di lain pihak ada sedikit fakta yang semakin mencengangkan bahwa selama ini masih ada pesantren yang memberikan pelatihan keterampilan yang dapat bikin heboh tingkat lokal, nasional maupun masyarakat internasional. Bahwa orang-orang pesantren mampu memberi menyuguhkan keterampilan merakit mesin, elektronik, bom atau bahkan keterampilan kemiliteran (jihad). Melihat hal tersebut pesantren Nurul Amal harus bisa menghilangkan pandangan orang umum, bahwa pesantren hanya tempat mencari ilmu agama saja ataupun tempat lahirnya para teroris di dunia namun bisa memberikan pencerahan bagi seluruh umat untuk tetap melestarikan kehidupan yang tentram, adil dan makmur. Sehingga pelaksanaan pendidikan keterampilan ini harus perpihak pada kepentingan sebagian besar masyarakat yang, sangat membutuhkan kehadirannya untuk mengabdikan keilmuannya, mengingat masyarakat sekarang masih membutuhkan sedikit pencerahan dalam bidang ilmu agama dan tidak terlepas dari tempat untuk berkarya dan berusaha.
C. Minat Belajar Keterampilan Santri Seseorang untuk dapat mengaktualisasikan jati diri dan menemukan kepribadian dengan cara menguasai serta merawat raga dan sukma atau jasmani dan rohani. Kemampuan keterampilan untuk menjalani kehidupan ini pada awalnya berkembang secara alamiah melalui pendidikan informal pada keluarga dan masyarakat. Kemudian secara formal upaya untuk mengembangkan dan memperkuat potensi yang telah ada ini dirancang dengan sistematis ke dalam suatu kurikulum untuk diberikan kepada anak didik melalui pendidikan di sekolah. Hasil pengalaman yang diperoleh dan hasil pendidikan formal yang pemah diikuti dengan benar, selama menempuh perjalanan hidup seseorang temyata, bahwa kemampuan kecakapan untuk hidup ini dapat berkembang terus menjadi semakin kuat dan meningkat dalam kearifannya untuk mengarungi samudera kehidupan. Kemajuan ini masih dapat diupayakan untuk meningkat lagi dan akan menampakkan wujudnya dengan sesuatu yang disebut dengan mutu. Dan pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh dalam memecahkan berbagai masalah selama mengarungi kehidupan ini akan dapat menempa dan memperkuat kemampuan itu sehingga menjadi suatu mutu kehidupan para santri untuk menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang lebih sulit dan semakin rumit. Mutu kehidupan itu pun masih dapat ditingkatkan lagi sampai ke puncaknya. Tingkat kemampuan kecakapan untuk hidup yang tertinggi adalah
apabila dalam menempuh perjalanan hidup itu sendiri selalu dilandasi dengan rasa kasih sayang yang tulus kepada sesama. Lalu dijalani dan dihayati dengan penuh kepasrahan dan tawakkal untuk mengikuti aturan Sang Pencipta, dengan cara yang apa adanya, cara yang santun, cara yang ikhlas dan cara yang indah, sebagai suatu seni hidup yang disebut The Art of Life. Oleh karena itu pada dasarnya dalam diri seseorang mencakup dua macam kemampuan yang saling berpengaruh, yaitu kemampuan yang bersifat ragawi atau jasmani dan kemampuan yang bersifat sukmawi atau rohani. Kemampuan rohani ini dapat dikategorikan ke dalam tiga cabang kemampuan yang menyatu sebagai inti kemampuan kalbu yang bermoral pada diri seseorang, yaitu kemampuan yang bersifat intelektual, yang bersifat emosional, dan yang bersifat spiritual. Seperti diketahui khalayak pada umumnya, pesantren merupakan lembaga yang mengajarkan ilmu agama baik berupa ilmu fiqh, ilmu tajwid, ilmu tasawuf maupun ilmu nahwu-sharaf. Namun,
pesantren
sekarang
dalam
merespon
dan
mengimbangi
perkembangan zaman tersebut, menambahkan pembelajaran yang bersifat teknis, yaitu pembelajaran keterampilan. Tidaklah mengherankan gambaran santri sekarang
sudah begitu cepat dalam mengikuti trend tuntunan zaman yang
semakin meningkat. Sehingga gambaran diri pada santri yang memiliki warna keagamaan biasanya memperoleh gelar sebagai kyai, „alim, ulama, ustadz atau sekedar santri, namun tetap bisa berbaur dengan masyarakat sekitar dengan berbagai masalah yang dihadapi.
Para santri di pondok pesantren Nurul Amal umumnya mendukung dan menyenangi.adanya pembelajaran keterampilan di pesantren tersebut. Keterampilan sekarang itu sangat dibutuhkan karena tuntutan zaman, sekarang itu yang dibutuhkan skillnya bukan kamu lulus dari mana?walau dari luluan perguruan tinggi tetapi tidak punya keterampilan yang diandalkan nantinya juga di rumah mengganggur.
Dari keterangan santri tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan di pesantren Nurul Amal mendapat respons yang baik dari para santri. Melihat kesemuanya itu, para santri mencoba untuk tetap memilih di pesantren yang masih mengandalkan pembelajaran ilmu agama, dengan bergulirnya
waktu
dan
kondisi
sekarang
ini
pesantren
menambahkan
pembelajaran keterampilan guna untuk meningkatkan pengetahuan para santri dalam perkembangan zaman. Niatan dan pelaksanaan pembelajaran keterampilan tersebut mendapatkan sambutan yang positif dari para santri sekarang. Buktinya secara pelan namun pasti proses pembelajaran di pesantren Nurul Amal yang memberikan keterampilan mendapat antusiasme santri untuk mengikutinya. Mereka merasa senang dengan adanya pembelajaran keterampilan karena mereka berharap bahwa nantinya setelah mereka pulang dari pesantren Nurul Amal, mereka bisa tetap bisa berkarya dan berwirausaha sendiri setelah apa yang didapatkan dari pesantren Nurul Amal. Para santri menyadari bahwa kehidupan sekarang
membutuhkan
keterampilan khusus dalam kehidupannya, sehingga nantinya dalam mengarungi
bahtera kehiupan masyarakat tidak begitu tertinggal dari masyarakat umum yang benar-benar menekuni pembelajaran keterampilan di sekolah formal.
D. Dampak Pembelajaran Keterampilan Terhadap Minat Masyarakat Di masyarakat diperlukan seseorang yang ahli untuk menguasai ilmu di berbagai bidangnya baik untuk menghadapi, cara berhubungan atau cara berdialog dengan sesama manusia sebagai tempat untuk bersilaturahmi, untuk mewujudkan rasa kasih sayang yang dihasilkan oleh kemampuan siswa. Masyarakat di lingkungan pesantren Nurul Amal mendukung adanya pembelajaran keterampilan. “Penerapan keterampilan menjahit, computer atau yang lain itu sangat baik karena nanti kalau sudah pulang di masyarakat itu bisa mandiri atau membuka lapangan pekerjaan, tetap ingat jangan lupa lulus dari pesantren harus tetap bisa tahlil dan juga berdoa, masak lulus dari pesantren adzan saja tidak bisa”.
Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil wawancara dengan masyarakat tersebut adalah pembelajaran yang diajarkan di pesantren mendapat dukungan dalam memberikn ilmu agama juga ilmu keterampilan. Keterampilan untuk berdialog dengan sesama manusia diperlukan untuk mendapatkan perasaan sesama manusia dalam berkomunikasi dan bergaul dengan sesama manusia, seperti: dalam mewujudkan bakti kepada kedua orang tua, yang disebut birrul walidain, dalam menjalin kasih sayang di dalam keluarga, dalam membina rumah tangga, dalam hidup bertetangga, dalam menjalin hubungan persahabatan dengan teman dekat, dalam menjalin hubungan kerja dengan sesama. Dalam bahasa sehari-hari kecakapan dalam bermasyarakat ini disebut
sebagai kemampuan untuk bergaul dengan orang lain yang dikenal dengan hablun minannas. Hasil dan kecakapan cara berdialog dengan sesama manusia antara lain adalah dapat menghargai berbagai macam perbedaan, dapat menghormati orang lain, dapat bekerja sama, dapat toleran atau tenggang rasa, dapat memberi maaf, dapat berbagi suka dan duka, dapat menyesuaikan din, dan sebagainya. Mungkin saja seseorang yang sudah pulang dari pesantren dan sudah cukup sebagai agamawan karena telah dengan taat menjalankan norm-norma hokum agama sebagaimana terdapat dalam fiqh, atau memegang teguh kaidahkaidah kepercayaan sebagaimana yang diajarkan dalam ilmu aqaid, atau dengan khusyu‟ dan rajin menjalankan ibadah sunah serta wirid. Tetapi jelas bukan sebagai manusia yang sempurna jika dia dapat menjadi manfaat bagi manusia yang lainnya, apabila dikehidupan masyarakat. Dengan kata lain ajaran-ajaran yang ada dalam masyarakat adalah adanya tiga masalah yang harus ada dalam seorang diri manusia. Apalagi seorang santri yang sudah mendapat ajaran lebih di pesantren dari pada orang lain yang tidak mengenyam pendidikan di pesantren, karena orang beranggapan seorang yang ada di pesantren itu harus bisa mengaji dan juga kehidupan lainnya. Pelan namun pasti itulah kedaan pembelajaran di pesantren Nurul Amal. Masyarakat sekarang ini sudah banyak yang sadar akan pendidikan agama khususnya di pesantren. Tidak lain adalah semakin berkembangnya kehidupan yang modern serta semakin sulitnya persaingan dalam kehidupan ini. Lagi-lagi pesantren yang menjadi tujuan utama dalam pilihan masyarakat untuk menyerahkan putra-putri mereka dalam hal pendidikan, apalagi pesantren
sekarang ini memberi pembelajaran keterampilan terhadap para santrinya. Dengan begitu, masyarakat mempercayakan pesantren Nurul Amal untuk mendidik putra-putrinya di pesantren yang mengajarkan ilmu agama dan juga keterampilan sebagai bekal di masyarakat nantinya.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari
hasil
penelitian
dan
pembahasan-pembahasan,
maka
dapat
disimpulkan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain: a. Pesantren Nurul Amal adalah sebuah pesantren yang memadukan pendidikan agama dengan pendidikan keterampilan. Pengajaran keterampilan dititik beratkan setelah pendidikan agama menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Dngan pembelajaran keterampilan tersebut santri diharapkan pat menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri maupun masyarakat. Di pesantren ternyata tidak hanya butuh membaca kitab dan berdoa saja, ternyata butuh makan, minum, hiburan, dan juga lapangan pekerjaan yang layak, maka di pesantren sangat membutuhkan pendidikan keterampilan sesuai dengan bakat dan minat santri. Hal-hal yang tidak diperoleh di pesantren lain bisa didapatkan di pesantren Nurul Amal ini yang bernuansa religius, serta yang lebih penting adalah pembentukan
moralitas
santri
dan
tidak
kalah
pentingnya
adanya
pembelajaran keterampilan yang memberikan solusi atas kendala santri nantinya dalam masyarakat yaitu pekerjaaan. Sedangkan pesantren dengan adanya keterampilan tersebut dalam menyikapi ketertinggalan akan ilmu umum dan teknologi.
b. Pesantren Nurul Amal memberikan pembelajaran keterampilan masih adanya permasalahan. Untuk permasalahan yang menjadikan pendorong dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan adalah adanya sarana dan prasarana yang memadai dan juga para ustadz yang memang berkompeten dibidang ini, sehingga proses pembelajaran keterampilan ini bisa berjalan sesuai apa yang dicita-citakan. Pembelajaran keterampilan di pesantren Nurul Amal sudh menerapkan keempat konsep kecakapan hidup (keterampilan) tersbut. Bahkan pesantren Nurul Amal dalam penerapannya sudah dalam porsi yang seimbang, baik dalam memberikan ilmu agama maupun ilmu umum. c. Pokok permasalahan selanjutnya adalah minat para santri dalam mengikuti pembelajaran keterampilan. Adanya faktor dari mendatangkan para santri yang mau untuk mengikuti proses pembelajaran di pesantren saat ini. Dari sinilah letak berkembangnya pesantren dimana pun, saat pesantren itu banyak santri yang berminat datang untuk datang menimba ilmu dan baiknya manajemen yang di pesantren tersebut, maka akan semakin maju pesantren itu. Para santri yang sudah menetap di pesantren Nurul Amal merasakan kenyamanan serta para santri memberi apresiasi yang baik terhadap proses pembelajaran di pesantren ini dengan adanya keterampilan yang diajarkan. Namun, setelah para santri mendapat arahan dan merasakan sendiri bagaimana proses pembelajaran di pesantren mereka merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung adanya pembelajaran keterampilan di pesantren, yang nantinya sebagai bekal para santri di masyarakat.
d. Dalam pembelajaran keterampilan di pesantren Nurul Amal memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat sekitar. Karena dengan adanya pembelajaran keterampilan ini, masyarakat merasakan manfaatnya dari pembelajaran tersebut. Mulai dari adanya konfeksi jahit, selep tepung dan souvenir. Apalagi masyarakat sekitar juga mendukung adanya pembelajaran keterampilan yang diterapkan di pesantren Nurul Amal.
B. SARAN a. Untuk
lembaga
pendidikan
khususnya
pesantren
hendaknya
dapat
meningkatkan terus pembelajaran life skill yang telah ada, serta diharapkan dapat memberikan pembelajaran di lingkungan sekitar peantren lebih intens atau pesantren yang lainnya. Dan lebih penting lagi adalah untuk pemerintah yang berwenang dapat memberikan dukungan terhadap pesantren maupun lembaga pendidikan Islam lain yang mengadakan pembelajaran life skill. b. Masyarakat merupakan tempat para santri mengamalkan segala bentuk pengabdian yang diperoleh selama di pesantren. Terlepas dari itu masyarakat juga yang menjadi palang pintu tetap eksisnya sebuah pesantren sehingga masih tetap berdiri kokoh pesantren diseluruh pelosok Indonesia. Untuk itu para wali santri ataupun masyarakat luas untuk mendukung anaknya untuk masuk di pesantren, baik yang ada pembelajaran life skillnya maupun tidak. c. Kepada para santri agar terus belajar dengan giat untuk mempelajari pendidikan life skill. Walau hanya berada di pesantren namun tetap maju dan
bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap kemajuan bangsa, agama dan menjadikan diri sendiri bermafaat bagi orang lain.
C. PENUTUP Alhamdulillah…puja puji tiada terkira atas karunia-Nya yang tidak akan bisa dihitung oleh manusia. Dengan selesainya tulisan ini maka selesai pula penyusunan skripsi ini, namun penulis akui masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dari penyususn skripsi baik berupa pemilihan kata, penyusunan kalimat dan lain sebagainya. Dengan kerendahan hati penulis meminta maaf, menerima masukan dan pengarahan dari semua pihak demi kemajuan penulis. Hanya do‟a dan harapan tetap direntang, semoga berkah dan rahmat yang berlimpah-limpah dari Allah Tuhan semesta alam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rofiq, widodo, Icep F, Romdin A. 2005. Pemberdayaan Pesantren; Menuju
Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Daurah
Kebudayaan Yogjakarta: LKiS. Ahmadi. 1992. Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Semarang: Aditya Media. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. Barnadib, Imam dan Sutari Imam Barnadib. 1996. Beberapa Apek Subtansial Ilmu Pendidikan. Yogjakarta: Andi Ofset. Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: Departemen Agama RI. Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Kyai. Jakarta: LP3ES Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, , Jakarta: Rineka Cipta. Driyarkara. 1980. Driyarkara Tentang Pendidikan. Yogjakarta: Yayasan Kanisius. Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina. Margono. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mastuhu, 1994. Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS. Meichati, Siti.1975. Pengantar ilmu Pendidikan, Yogjakarta: Yayasan Penerbit FIP-IKIP Yogjakarta. Muhadjir, Noeng. 1993. Ilmu Pendidikan dan Pembaharuan Sosial Suatu Teori Pendidikan. Yogjakarta: Rake Sarasin. Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendididkan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Fomat Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Pembaharuan. Pustaka Pelajar, Yogjakarta, , Nafi‟, M Dian dkk, 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogjakarta: Forum pesantren. Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Putra, Daulay Haidar 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta. Kencana. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Remaja Karya Bandung, 1988, Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Intergratif di Sekolah, Keluarga, dan Mayarakat. Yogjakarta: LKiS. Sumanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta. Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Shihab, M Quraish. 1996. Membumikan Al Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: mizan. ________________. 1997. Wawasan Al Qur‟an Tafsir Maudhui Atas Perbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, , Bandung: Remaja Rosdakarya Soekamto,
T
& Winataputra,
1997.
Teori
Belajar dan Model-model
Pembelajaran. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. Supriyanto, Eko dkk, 2004. Inovasi Pendidikan Isu-isu Baru Pembelajaran, Manajamen dan Sistem Pendidikan di Indonesia.
Surakarta:
Muhammadiyah University Press. Tadjab. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya. Karya Abditama. Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Thoha, Zaenal Arifin, 2003. Runtuhnya singgasana Kiai (NU, Pesantren dan Kekuasaan, Pencarian Tak Kunjung Usai). Yogjakarta. Kutub. Wilis Dahar, Ratna. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Zuhairini dkk, 2004 Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Zimiek, Manfred.986. Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M. UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://id.wordpress.com/pendidikan-kecakapan-hidup, 11/24/09
Tabel 2.1 Perbedaan pendidikan dan pembelajaran Unsur-unsur Pelaku
Pendidikan
Guru sebagai pelaku mendidik dan siswa yang terdidik Tujuan Membantu siswa untuk menjadi pribadi mandiri yang utuh Proses Proses interaksi sebagai factor eksternal belajar Tempat Lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah Lama waktu Sepanjang hayat dan sesuai jenjang lembaga Syarat terjadi Guru memiliki kewibawaan pendidikan Ukuran Terbentuk pribadi keberhasilan terpelajar faedah Bagi masyarakat mencerdaskan kehidupan bangsa Hasil pribadi sebagai pembangun yang produktif dan kreatif
Pembelajaran Siswa yang bertindak belajar atau pebelajar Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup Internal pada diri pebelajar Sembarang tempat Sepanjang hayat Motivasi belajar kuat Dapat memecahkan masalah Bagi pebelajar mempertinggi martabat pribadi Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring.
Table 3.1 daftar nama sarana dan prasarana yang dimiliki no Nama sarana dan prasarana Jumlah 1
Gedung bangunan
4 lokal
2
Ruang belajar
5 ruang
3
Ruang perpustakaan
1 ruang
4
Kamar asrama putra
2 kamar
5
Kamar asrama putri
2 kamar
6
Kamar mandi
4 kamar
7
Aula
1 ruang
8
Lab komputer
1 ruang
9
Lab menjahit
1 ruang
10 Lab tata boga
1 ruang
11 Alat perbengkelan
1 set
12 Alat menjahit
1 set
13 Alat memasak
2 set
14 Alat pertanian
2 set
15 Alat pertukangan
1 set
16 Alat sablon
2 set
17 Alat peternakan
1 set
18 Alat drum band
1 set
19 Alat senam
1 set
20 Alat seni musik
2 set
21 laptop
2 unit
22 komputer
15 unit
23 LCD
2 unit
24 Alat pengeras suara
2 unit
25 Mesin printer
2 unit
26 kopontren
1 unit
Tabel 3.2 data santri pada setiap jenjang pendidikan di pondok pesantren Nurul Amal NO
I
JENJANG PENDIDIKAN
TPQ
KELAS
LAKILAKI
PEREMPU AN
JUMLAH
I
38 38 25 17 7 13 62 29 29 51 61 34 146 27 15 42 8 8 24 24 349
46 46 15 19 9 10 53 27 27 10 27 13 50 10 9 19 43 43 6 6 244
84 84 40 36 16 23 115 56 56 61 88 47 196 37 24 61 51 51 30 30 593
JUMLAH
II
MADIN
I II III IV JUMLAH
III
PPS/MUKIM
I JUMLAH
IV
WAJAR DIKDAS
I II III JUMLAH
V
PAKET C
I II JUMLAH
VI
KURSUS
I JUMLAH
VI I
MAJLIS TAKLIM JUMLAH TOTAL
I JUMLAH
Tabel 3.3 daftar nama santri pondok pesantren Nurul Amal no Nama Santri
no Nama Santri
1
A Fahdiyanto
29 Nur rokhim
2
Ali faizun
30 Nurul fadilah
3
Anang makruf
31 Oki bingromanto
4
Ani qodriyah
32 Pramono
5
Andi setiyawan
33 Qurotul aini
6
Ariyanto
34 Riswanti
7
Arif hidayat
35 Rohmiyati
8
Arwan zubair
36 Rokanah
9
Barokah
37 Rodiyah
10 Bayu winarno
38 Salami muarifah
11 Dwi cahyo
39 Samsul P
12 Eka sulistiyawati
40 Siswanto
13 Eni lestari
41 Siti fatinah
14 Faiza C.F
42 Siti muniroh
15 Farichah
43 Siti soimah
16 Fatonah
44 Slamet sriyono
17 Juniyati
45 Sriyanto
18 Keti lestari
46 Sujatminingsih
19 Kusmidi
47 Susiyanti
20 Ma‟arif
48 Sarif hidayatullah
21 Mahmudiyanto
49 Taufik hidayat
22 Makmun
50 Tri maryati
23 Maman prasetyo
51 Umayanah
24 M dzikrullah
52 Warso dwi ananto
25 M Hasyim
53 Yeni erawati
26 M Syarif
54 Zaenal abidin
27 M wafi‟
55 Nur daimah
28 Nanik nurhayati
56 Nur khamim
Tabel 3.4 Jadwal kegiatan belajar mengajar N HARI O
WAKTU
1 Senin
Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib
2 Selasa
3 Rabu
4 Kamis
5 Jum‟at
Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar
6 Sabtu
7 Ahad
Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya Ba‟da subuh Ba‟da dhuhur Ba‟da asar Ba‟da magrib Ba‟da Isya
KELAS 1
2
3
4
Mabadi I B. Inggris Alala Al Qur‟an
Mabadi 4 B. Inggris Khulasoh 1 Al Qur‟an
Taqrib B. Inggris Khulasoh 2 Al Qur‟an
Fatkhul m B. Inggris a. banin Pengemban gan diri
Mabadi I B. Inggris a. awam Al Qur‟an fasolatan B. Inggris tajwid Al Qur‟an fasolatan B. Arab Ibadah Al Qur‟an Risalatul m B. Arab Materi dakwah Al Qur‟an Khitobah Risalatul B. Arab Aqidah a Al Qur‟an Rebana Pencak silat B. Inggris tajwid Al Qur‟an Dziba‟
Pengembangan diri Mabadi 2 Daqoikul ahbar B. Inggris B. Inggris Khulasoh 1 Khulasoh 2 Al Qur‟an Al Qur‟an Pengembangan diri fasolatan F. qorib B. Inggris B. Inggris tajwid Tankihul q Al Qur‟an Al Qur‟an Pengembangan diri fasolatan Daqoikul a B. Arab B. Arab Ibadah Ibadah Al Qur‟an Al Qur‟an Pengembangan diri Risalatul m Risalatul m
Fatkhul muin B. Inggris a. banin Al Qur‟an fat. muin B. Inggris a. banin Al Qur‟an f. muin B. Arab Ibadah Al Qur‟an Risalatul m
B. Arab Materi dakwah Al Qur‟an Khitobah Mabadi 4 B. Arab Akhlak b Al Qur‟an Rebana Pencak silat
B. Arab Materi dakwah Al Qur‟an Khitobah Risalatul m B. Arab Akhlak b Al Qur‟an Rebana Pencak silat
B. Arab Materi dakwah Al Qur‟an Khitobah Fat muin B. Arab Kholasoh 3 Al Qur‟an Rebana Pencak silat
B. Inggris tajwid Al Qur‟an Dziba‟
B. Inggris tajwid Al Qur‟an Dziba‟
B. Inggris tajwid Al Qur‟an Dziba‟
Tabel: 3.5 Jadwal Kegiatan harian para santri. no 1 2 3
pukul 04.00 04.30 05.00
Jenis kegiatan Bangun tidur Melaksanakan shalat Membaca alquran
4 5
05.30 06.00
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
12.30 13.00 15.00 15.30 17.00 18.00 18.15 19.00 19.30 22.00
Bersih-bersih Sarapan dan persiapan sekolah pagi shalat madin Istirahat, shalat madin Bersih-bersih, istirahat Shalat magrib Mengaji al quran Shalat isya Pengembangan diri istirahat
ket
Biodata Penulis
Mutoalimin, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 03 April 1985. Ia mengawali belajar formalnya di SDN Sidomukti 02 yang dilanjutkan ke MTs Al Manar Bener pada 1999-2002, setelah lulus MTs ia masih di Bener dan melanjutkan di MAPK Al Manar juga. Setelah itu, ia hijrah ke Salatiga dan meneruskan kuliah di STAIN Salatiga (2005) mengambil Diploma Dua (D-2) Jurusan Pendidikan Guru MI lulus tahun 2007, di almamaternya juga ia melanjutkan pendidikannya Program Sarjana (S-1) dengan mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam. Selain pendidikan formal di sekolah dan perguruan tinggi, mutoalimin juga menimba ilmu di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Atfal Kluwihan, setelah lulus SD ia kemudian hijrah ke pesantren Al Manar Bener, selama kuliah ia tinggal di Perum Domas Salatiga. Anak semata wayang ini sejak pertengahan tahun 2009, Mutoalimin mengabdikan dirinya mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Watuagung Kecamatan Tuntang. Saat ini, Mutoalimin masih tinggal di Perum Domas Salatiga dengan kesehariannya mengajar di Madrasah Ibtidaiyah dan juga bermain dengan anakanak di Taman Pendidikan Al Qur‟an (TPQ) Ibnu Hajar. Pada saat liburan akhir pekan, ia sempatkan untuk tinggal di rumah aslinya bersama kedua orang tuanya di Bandungan, tepatnya di Jl Goa Jepang No. 05 Kluwihan Ds. Sidomukti Kec. Bandungan Kab. Semarang.