PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI MADRASAH TSANAWIYAH PESANTREN SATU ATAP NURUL AMAL KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
\
Oleh NUR SAID NIM 11110102 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S Al An‘am 162) (Al Qur‘an dan Terjemah, 1992: 216)
vi
PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Ayahku Bapak Soleh yang selalu memberi arahan,kasih sayang, bimbingan dan motivasi. 2. Ibuku Siti Mukaromah yang selalu sabar merawat, mendidikku, memberikan kasih sayang, motivasi dan dukungan sampai saat ini. 3. Keluarga besarku yaitu adik-adik kandungku (Dik Fifa dan Dik Lala) yang selalu memberi dukungan moril. 4. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yaitu Mas Alwi, Pak Shine, Bang Titih, Mbak Kiki, Mbak Bibah, Mas Fandra, Mas Pras, Mbak Ninit, Mbak Penor, Mbak Iim, Mas Senthot, Didik, Jarwati, Mas Andri, Usna, Bang Reza, Bnag Fauzi, Pak Bambang dan keluarga besar HMI Cabang Salatiga lainnya, yang selalu memberikanku semangat berjuang dan selalu menemaniku di saat sedih dan duka ketika di kampus. 5. Teman-temanku di kampus yaitu kelas PAI C angkatan tahun 2010, kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya di STAIN Salatiga.
vii
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Fatchurrahman, M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 5. Ibu Muna Erawati, M.Si., selaku pembimbing akademik 6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
7. Kepala sekolah, guru, dan siswa MTs PSA Nurul Amal yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut. 8. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 16 Februari 2015 Penulis
Nur Said
ix
ABSTRAK Said, Nur. 2015 Pelaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Pembimbing Fatchurrohaman M.Pd. Kata kunci: Manajemen, Sekolah, Pesantren Satu Atap
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan manajemen sekolah berbasis pesantren di MTs Pesantren Saatu Atap Nurul Amal. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah pelaksanaan Manajemen yang ditinjau dari manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana, serta manajemen tenaga kependidikan di MTs PSA Nurul Amal, (2) faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan manajemen sekolah berbasis pesantren, (3) upaya yang dilakukan dalam meningkatkan manajemen sekolah berbasis pesantren. Metode penelitian adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Subyek penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakabid Kurikulum, Wakabid Kesiswaan, Bendahara, Wakabid Sarana dan Prasarana, serta Kepala Bidang Personalia. Temuan penelitian menunjukkan bahwa manajemen kurikulum telah dilaksanakan, realitasnya terlaksana program pembelajaran, dilakukan pengawasan, serta terlaksananya proses pembelajaran sesuai dengan pembagian tugas yang telah ditetapkan kepada guru pengajar. Manajemen kesiswaan telah dilaksanakan sessuai yang direncanakan, hal ini tergambar dengan adanya program penerimaan siswa baru dan berjalannya kegiatan ekstrakurikuler. Manajemen keuangan telah dilaksanakan, dengan mengatur segala pemasukan dan pengeluaran. Manajemen personalia yang dilaksanakan termasuk kategori sudah baik. Manajemen sarana dan prasarana sudah termasuk kategori baik, karena beberapa fasilitas madrasah sudah terpenuhi.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................
i
HALAMAN BERLOGO ……….......................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................
iv
DEKLARASI......................................................................................
v
MOTTO...............................................................................................
vi
PERSEMBAHAN..............................................................................
vii
KATA PENGANTAR........................................................................
viii
ABSTRAK..........................................................................................
x
DAFTAR ISI......................................................................................
xi
DAFTAR TABEL..............................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................
1
B. Rumusan Masalah...........................................................
6
C. Tujuan Penelitian............................................................
7
D. Kegunaan Penelitian.......................................................
8
E. Penegasan Istilah.............................................................
9
F. Metode Penelitian...........................................................
10
G. Sistematika Penulisan Skripsi.........................................
17
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lembaga Pendidikan Islam...........................................
20
B. Sekolah Berbasis Pesantren...........................................
29
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren.......................................... D. Upaya dalam Meningkatkan Manajemen seklah...........
56 60
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi dan Objek Penelitian........................
63
B. Pelaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren...
73
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di MTs PSA Nurul Amal Kenteng....
81
D. Upaya Dalam Meningatkan elaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren.............................................
82
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal.......................................
84
B. PelaksanaanManajemen Kesiswaan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal......................................
87
C. Pelaksanaan Manajemen Keuangan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal.......................................
90
D. Pelaksanaan Manajemen Sarana Prasarana Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal.....................
xii
91
E. Pelaksanaan Manajemen Personalia Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal.......................................
92
F. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal.....................................
94
G. Upaya Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal……………………….
BAB V
95
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................
97
B. Saran-saran......................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
100
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................
102
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Prestasi Akademik dan Nonakademik ............................
67
Tabel 3.2
Sarana Prasarana..............................................................
68
Tabel 3.3
Mebeler............................................................................
69
Tabel 3.4
Keadaan Barang...............................................................
69
Tabel 3.5
Sarana Olah Raga.............................................................
70
Tabel 3.6
Labolaturium.................................................................
70
Tabel 3.7
Buku Perpustakaan..........................................................
70
Tabel 3.8
Lingkungan Fisik Dan Madrasah....................................
70
Tabel 3.9
Kualifikasi Guru.............................................................
71
Tabel 3.10
Data Jumlah Siswa..........................................................
71
Tabel 3.11
Struktur Organisasi Madrasah........................................
71
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang tidak lepas dari semua individu di dunia ini. Dengan pendidikan maka tingkat kepandaian dan kemampuan setiap orang akan meningkat. Pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mendapatkan sorotan, baik dari pemerintah maupun pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan aspek pendidikan. Pada mulanya pertumbuhan pendidikan selalu berawal dari bentuk pembelajaran yang terselenggara di masyarakat dalam bentuk informal atau sistem pembelajaran tradisional. Wujud pendidikan yang ada mengikuti dalam kehidupan sehingga prosesnya bercorak simbiosis yaitu menyatu dengan hidup dan interaksi sosial. Kemajuan pendidikan saat ini menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Indikatornya adalah muncul sekolah-sekolah baru yang menawarkan berbagai kelebihan dalam membekali setiap peserta didik. Sekolah atau satuan pendidikan semacam itu memiliki perbedaan dalam hal metode dan media pembelajaran, serta memiliki komitmen dan kesungguhan dalam mewujudkan transformasi pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan pendidikan secara hierarki. Konsep pendidikan semacam itu, nyatanya lebih diminati dan terbukti kualitas yang dihasilkan berdasar konsep pendidikan di atas outputnya, jauh berbeda dari pendidikan konvensional yang selama ini ada. Beranjak dari fenomena di atas, maka perlu adanya evaluasi dan pembenahan secara menyeluruh terhadap satuan pendidikan yang masih memberlakukan sistem
1
dan metode pendidikan konvensional tersebut. Jika tidak, bukan hanya satuan pendidikan tersebut yang harus siap tertinggal dan tidak ada yang meminatinya. Jauh dari itu, tujuan awal untuk menciptakan peserta didik yang berkarakter sebagaimana yang diharapkan justru tidak dapat diwujudkan. Fenomena pendidikan yang menampilkan wajah keberagamaan utamanya islam, kini mulai marak, berkembang dan populer di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Fenomena pendidikan itu mewujud dalam bentuk penggabungan antara pendidikan formal serta informal yang terbalut dalam satu bingkai lembaga atau satuan pendidikan. Atau boleh di katakana dengan bahasa yang lain yaitu pendidikan yang mengintegrasikan (Integrated Education) antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Bentuk pendidikan terintegrasi itu bisa di lihat dari pendidikan pesantren atau yang populer disebut Boarding School. Pendidikan yang popular secara umum di Indonesia. Model pendidikan yang menggabungkan antara pendidikan umum dan agama, namun pada sisi luar, orang menganggap nuansa agama sangat kental. Era modernisasi seperti saat ini dimana proses interaksi sosial berjalan semakin meningkat cepat, tingkat mobilisasi masyarakatpun semakin tinggi. Maka, diharapkan pendidikan pun mampu menjawab tantangan hadirnya dunia baru yang semakin akseleratif dengan berbagai macam konsekuensi di dalamnya. Pendidikan perlu sekiranya menampilkan kesan modern dan juga kesan religious—islamis. Mengapa Islami, sebab karakter yang telah krisis seperti saat ini mampu dijawab oleh penanaman pendidikan agama khususnya karakter Islam. Sering dijumpai maraknya sekolah Islam terpadu baik dasar
2
maupun menengah yang berkembang di Indonesia akhir-akhir ini, tidak lain adalah sebagai salah satu jawaban atas kegelisahan masyarakat terhadap harapan terwujudnya pendidikan yang baik. Yang pada intinya, pendidikan semacam ini mampu mengkolaborasikan antara pendidikan berlatar formal maupun informal. Lembaga pendidikan setidak-tidaknya mampu memberikan bekal pengetahuan dan kecakapan terhadap peserta yang dididik. Pemberian informasi serta pengetahuan itupun semata-mata tidak melulu saklek pada teks yang tertulis, namun perlu disesuaikan dengan perkembangan peradaban jaman. Dalam Suprayogo dan Tobroni dikemukakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan terjadi antara lain disebabkan oleh fitrah manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu, mencari dan berpihak pada hal kebenaran. Di samping itu manusia juga memiliki sikap hanif (akal budi) yaitu keinginan yang tidak terbatas untuk menggapai yang terbaik dalam kehidupanya. Tuntunan fitrah dan hanif manusia tersebut dapat terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan yang sistematis dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi teknologi (Suprayogo dan Tobroni, 2003:3). Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai ciri khas tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan, dan pendidikan lainnya yang sejenis dalam bidangnya. Di Pesantren, tempat dimana para santri menetap atau bermukim. Di lingkungan Pesantren, disebut dengan istilah Pondok. Dari sinilah timbul istilah Pondok Pesantren. Ditinjau
3
dari segi historisnya, Pondok Pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua yang ada di Indonesia. Pondok Pesantren sudah dikenal jauh sebelum Negara Indonesia merdeka, bahkan sejak islam masuk ke Indonesia terus tumbuh dan berkembang di dunia pendidikan pada umumnya. Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di Indonesia, Pondok Pesantren selain telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan beragama di Indonesia, juga ikut berperan dalam menanamkan rasa kebangsaan ke dalam jiwa rakyat Indonesia, serta ikut berperan aktif dalam upaya mencerdaskan bangsa. Sesuai dengan salah satu tujuan Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 yaitu ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan inilah suatu wujud yang ingin dicapai untuk membangun sumber daya manusia yang lebih maju dalam masa globalisasi ini. Berbicara mengenai SDM, sebenarnya dapat dilihat dari kedua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah SDM yang umumnya
dapat
dianggap
kurang
penting
kontribusinya
terhadap
pembangunan masyarakat, dibandingkan aspek kualitas. Bahkan kuantitas SDM tanpa disertai kualitas yang baik, akan menjadi beban pembangunan itu sendiri. Sedangkan kualitas menyangkut mutu SDM, yang berkaitan dengan kemampuan, baik kualitas fisik maupun kualitas non-fisik (kecerdasan dan mental). Karena itu, untuk kepentingan pembangunan, maka kualitas SDM merupakan prasarat utama.
4
Untuk mendapatkan kualitas serta kuantitas sumber daya manusia yang mumpuni sebagaimana yang telah tertulis di atas. Maka, sangat diperlukan adanya sistem tata kelola yang baik, manajemen yang terarah, sistematis serta produktif. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upaya yang terbaik melalui tindakan yang telah diputuskan sebelumnya. Hal tersebut meliputi segala pengetahuan yang mana harus di laksanakan. Sejalan dengan itu, manajemen pengelolaan yang ada relevansinya dengan lembaga, institusi, instansi maupun satuan pendidikan perlu ditata sedemikian rupa hingga mampu menciptakan iklim yang terintegrasi satu sama lain. Manajemen yang berbasis sekolah perlu betul-betul diarahkan kepada manajemen yang efektif dan tepat sasaran guna menyasar pada pencapaian pendidikan yang transformative sesuai pada prinsip pengajaran pesantren. Ada suatu hal yang menarik untuk diteliti bahwa belum tentu sekolahsekolah yang berada di bawah pemerintah atau sekolah yang berstatuskan negeri
akan
menjadi
sekolah
favorit
bagi
masyarakat
yang
ingin
menyekolahkan anaknya. Kenyataan pada masa kini banyak sekolah swasta yang
menjadi
sekolah
menyekolahkan anaknya.
favorit
yang
didambakan
orang
tua
untuk
Karena sekolah tersebut tidak hanya memiliki
standar kompetensi yang baik tetapi juga menghasilkan lulusan peserta didik yang dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuanya ke dalam masa yang akan datang.
5
Dalam proses pendidikan sekarang ini, tidak hanya diperlukan modal, teknologi, dan keahlian di bidang sosial. Selain itu perlu ditunjang pengeloaan manajemen yang mampu dilaksanakan oleh para guru. Dari masalah yang telah dipaparkan sebagaimana keterangan yang telah di terangkan. Untuk membuktikan konsep tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ―PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI MADRASAH TSANAWIYAH PESANTREN SATU ATAP NURUL AMAL KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN
KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN
PELAJARAN
2014/2015‘‘. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan manajemen di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang di tinjau dari: a. Manajemen Kurikulum. b. Manajemen kesiswaan. c. Manajemen Keuangan. d. Manajemen sarana dan prasarana. e. Manajemen tenaga kependidikan. 2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat manajemen sekolah berbasis pesantren yang dihadapi Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang dalam melaksanakan manajemen sekolah berbasis pesantren? 6
3. Upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen sekolah berbasis pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupkan pernyataan sasaran yang ingin di capai dalam penelitian. Isis dan rumusan tujauan penelitian mengacu pada rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk
dapat
mengetahui
peaksanaan
manajemen
pada
Madrasah
Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kab, Semarang, yang ditinjau darai manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen sarana prasarana, dan manajemen personalia. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang di hadapi MTs PSA Nurul Amal dalam melaksanakan manajemen pembelajaranya. 3. Untuk dapat mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan manajemen sekolah berbasis pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. D. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis Secara teoritis penelitian yang dilakukan dapat memberikan wawasan yang luas mengenai model pendidikan saat ini serta dapat memberikan sumbangsih dalam perkembangkan pendidikan pada umumnya, 7
khususnya dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang ditekankan pada pendidikan agama Islam. 2. Praktis a. Lembaga Pendidikan Umum Dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran berkenaan dengan model manajemen pendidikan pada lembagaan tertentu, sehingga dapat meningkatkan kualitasnya. b. Mahasiswa Agar ada peningkatan dalam pembelajaran dan diharapkan mampu menjadi guru yang dapat melaksanakan manajemen sekolah dengan baik. c. Guru Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang
cukup
mengenai
pengelolaan
manajemen.Sehingga
dapat
meningkatkan pengembangan manajemen kususnya pada bidang kurikulum dan kesiswaan pada pesantren. d. Lembaga Pendidikan Dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan baru dalam pendidikan agama Islam khususnya pada bidang manajemen pengeloaan sekolah yang bermutu yang diharapkan sesuai kebutuhan masyarakat umumnya. E. Penegasan Istilah 1. Manajemen
8
Manajemen
merupakan
proses
merencana,
mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dngan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai ecara efektifdan efisien (Fattah, 2004:1).
2. Sekolah Sekolah adalah organisasi kerja sebagai wadah kerja sama sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Wadah tersebut merupakanalat dan bukan tujuan. Dengan kata lain sekolah adalah salah satubentuk ikatan kerjasama sekelompok orang yang bermaksud mencapai suatu tujuan yang di sepakati bersama. 3.Pondok Pesantren Satu Atap Pondok Pesantren Satu Atap (PSA), yaitu pondok pesantren yang di dalamnya memiliki lembaga pendidikan formal MI dan kemudian mendapat sumbangan bantuan gedung untuk MTs dari pemerintah Australia pada tahun 2009/2010. Pondok peantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Istilah pondok, berasal dari kata funduk , dari bahasa arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi didalam pesantren Indonesia , khususnya pulau jawa, lebih mirip dengan pemondokan. Sedangkan istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh di pondok pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan penajaran serta megembangkan dan menyebarkan ilmu agama dan Islam (Nasir, 2005:80-81).
9
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: Ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orangorang (subyek) itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukan setting dan individu-individu
dalam
setting
itu
secara
keseluruhan;
subyek
penyelidikan, baik berupa organisasi ataupun individu, tidak dipersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesis, melainkan dipandang sebagai bagian dari keseluruhan (Robert dan Steven, 1992:21). Terdapat banyak alasan yang shahih untuk melakukan penelitian kualitatif. Salah satunya adalah kemantapan peneliti menggunakan metode kualitatif yakni karena peneliti akan menggali sedikit banyak informasi terkait dengan fokus permasalahan yang sudah ditetapkan. Dan dari data yang dipeoleh peneliti akan menganalisis dan mengolahnya menjadi sebuah laporan yang terperinci dan mendalam, sehingga dapat dipahami. Setiap orang hendaknya mempunyai serangkaian prosedur yang telah dikembangkan dengan baik untuk menganalisis data ilmu sosial dan menyusun laporanya. Tiga prosedur penting mendapat perhatian lebih lanjut; pertama, kebenaran dengan taktik umum untuk memulai suatu laporan; kedua, mencakup persoalan apakah kasus tersebut untuk mengidentifikasi persoalan yang berurutan; ketiga, mendeskripsikan suatu prosedur tinjauan ulang guna meningkatkan validitas konstruk suatu penelitian kualitatif (Suprayogo dan Tobroni. 2003:206). 2. Lokasi dan Subyek Penelitian 10
Obyek dalam penelitian ini adalah penerapan manajemen sekolah berbasis pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang Nurul Amal yang berada di lingkungan pesantren. MTs Pesantren Satu Atap Nurul Amal terletak di Dusun Kenteng, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini penulis melibatkan beberapa subyek penelitian untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Subyek-subyek penelitian tersebut adalah: a. Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan sosok paling penting dalam penelitian ini, karena kepala sekolah menjadi pimpinan teratas dalam lembaga pendidikan yang mana menjadi sumber data wawancara pertama untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan peneliti. b. Wakil Kepala Bagian Kurikulum Wakil Kepala sekolah sangat penting perananya. Karena wakil kepala sekolah yang menjadi sumber data untuk digali informasinya terkait dengan manajemen kurikulum yang telah dilaksanakan. c. Wakil Kepala Kesiswaan Wakil kepala kesiswaan merupakan peran penting dalam mengembangkan prestasi siswa di sekolah. Dalam hal ini peneliti akan menggali informasi tentang data kesiswaannya. d. Bendahara Sekolah. Bendahara sekolah sebagai seorang pengurus adsminitrasi yang mengatur tentang estimasi dana pemasukan dan pengeluaran. Dalam hal 11
ini bendahara akan dimintai keterangan terkait dengan pengelolaan keuangan sekolah tersebut. e. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Bidang sarpras yang mengatur tentang semua fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran di sekolah. Peneliti akan meminta keterangan terkait dengan segala sesuatu yang dibutuhkan sarana dan prasarana.
f. Kepala Bidang Tenaga Kependidikan Bidang personalia adalah bidang yang mengatur tentang sema tenaga pendidik dalam pembelajaran di sekolah. Pada bidang ini peneliti akan mencari informasi tentang syarat menjadi pendidik. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Studi dokumtasi adalah segala segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokumen yang dimaksud adalah segala catatanbaik dalam bentuk cacatan dalam bentuk kertas maupun elektronik. Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto, dan lainnya (Sarosa, 2012: 61). Pada penelitian ini, penelititi akan menggali informasi dari dokumen yang sudah ada untuk dicari beberapa informasi mengenai data tentang dinamika organisasi keagamaan atau organisasi sekolah termasuk 12
prestasi yang pernah di peroleh, semua itu dapat digali lewat arsip atau dokumen yang ada. b. Wawancara Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan
cara menanyakan secara langsung pada sumber
informasi. Dalam hal ini, sumber informasi adalah penduduk yang dapat memberikan keterangan melalui media oral. Hal ini dapat dilakukan secara langsung dalam pengertian bahwa pewawancara dan yang diwawancara bertatap muka secara langsung, namun dapat juga dilakukan secara tidak langsung melalui media telekomunikasi (Yunuus, 2010:357). Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara terfokus, yaitu wawancara yang mana menetapkan sediri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Dalam persiapan wawancara, terutama wawancara bebas dan wawancara terstruktur dibutuhkan panduan bagi peneliti. Panduan tersebut disebut Interview Protocol. Panduan wawancara memuat apa saja yang setidaknya harus digali dari partisipan dalam proses wawancara. Saat panduan telah dipersiapkan dengan baik, maka wawancarabdapat dilakukan. Berikut ini beberapa langkah cara kerja dalam melaksanakan wawancara (Sarosa, 2012: 50-51): 1) Pilih lokasi wawancara dengan gangguan semaksimal mungkin. Gangguan yang dimaksud dapat berupa bisingan, suhu, maupun lokasi yang tidak familiar.
13
2) Peneliti kemudian memulai dengan menjelaskan maksud dan tujuan wawancara. Peneliti dapat menjelaskan garis besar penelitian. 3) Peneliti kemudian menjelaskan mengenai kerahasiaan dan kerelaan dalam partisipasi penelitian. 4) Peneliti selanjutnya menjelaskan format wawancara. 5) Wawancara dilaksanakan sesuai dengan beberapa hal yang ingin diketahui. 6) Wawancara diakhiri dengan memberikan kesempatan bagi partisipan untuk menyampaikan hal-halyang kiranya dipandang penting dan relevan. 7) Selama wawancara jangan lupa mencatat atau merekam jika diijinkan. c. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Dari pemahaman atau observasi tersebut, sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk menghimpun data penelitian. Suatu kegiatan pengamatanbaru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitaian apabila memiliki langkah sebagai berikut (Bungin, 2006: 134): 1) Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara sistematik. 14
2) Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. 3) Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan suatu yang hanya menarik perhatian. 4) Pengamatan dapat dicek dan dikontrol. Dalam hal ini observasi nonpartisipan dirasa cocok untuk menggali atau mengobservasi secara langsung kegiatan yang dilakukan di obyek penelitian. Diantaranya yaitu kegiatan siswa di sekolah dan kegiatan santri di pondok pesantren tersebut. 4. Teknik Analisis Data Dalam sebagian besar pendekatan kualitatif, analisis data tidak dilakukan satu tahap saja, setelah data terkumpul. Analisis data kualitatif merupakan proses sistematis yang berlangsung terus-menerus, bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data kualitatif berkaitan dengan: a. Pengumpulan data Data yang diperoleh di lapangan penelitian baik berupa catatan, rekaman, ataupu dari dokumen akan diolah menjadi catatan sebagai komentar peneliti. b. Reduksi data Memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potonganpotongan yang lebih teratur dengan mengoding menyusunnya menjadi kategori dan merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana (Daymon, 2008:369). c. Penyajian Data 15
Miles dan Hubermen mengemukakan bahwa yang dimaksud penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberi
kemungkinan
adaya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan tindakan. d. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi Verifikasi merupakan penarikan kesimpulan melalui diskusi dengan teman atau analisis dari peneliti. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasasi yang utuh. Kesimpulankesimpulan juga diverifikasi selama kegiatan berlangsung (Suprayogo dan Tobroni, 2003:95). G. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam skripsi ini di bagi menjadi lima bab, setiap bab terdiridari beberapa sub bab, dimana masing-masing bab berdiri sendiri namun saling berkaitan. Sebagai rincian penulis dijelaskan sebagai berikut: BAB I :
PENDAHULUAN Pendahuluan memuat: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II :
KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dipaparkan tentang meliputi: teori Pesantren Satu Atap, beberapa kinerja pelaksanaan manajemen sekolah yang ditijau dari manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen ketenaga kependidikan atau personalia serta faktor
16
pendukung dan penghambat sekaligus upaya yang harus dilakukan. BAB III :
LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum MTs. PSA Nurul Amal, pelaksanaan manajemen kurikulum, dan manajemen kesiswaan sekolah,
manajemen
keuangan,
manajemen
sarana
dan
prasarana, manajemen personalia, serta faktor penghampat dan pendukungnya. BAB IV :
PEMBAHASAN Dalam bab ini dipaparkan tentang pelaksanaan manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen sarana prasarana, serta manajemen personalia, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan manajemen sekolah berbasis pesantren di MTs. PSA Nurul Amal, serta upaya dalam meningkatkan manajemen sekolah.
BAB V :
KESIMPULAN dan SARAN Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan, Saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia 1. Lembaga Pendidikan di Indonesia a. Pengertian Pondok Pesantren Pondok berasal dari kata funduk yang berarti hotel atau asrama. Pondok berfungsi sebagai asrama bagian santri. Pondok merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan dengan sistem pendidikan
tradisional
di
masjid-masjid
yng berkembang di
kebanyakan wilayah Islam negara-negara lain (Muliawan, 2005:156157). Pesantren menurut Prof. John berasal dari bahasa Tamil, santri yang berarti guru mengaji. C.C. Berg juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari kata shastri (bahasa India) yang berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra, yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, buku-buku tentang ilmu pengetahuan (Muliawan, 2005:155). Pondok
pesantren
adalah
lembaga
keagamaan,
yang
memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Pondok peantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Istilah pondok, berasal dari kata funduk, dari bahasa arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi di dalam pesantren Indonesia, khususnya pulau jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu
18
perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Sedangkan istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santrian yang berarti tempat santri. Santri murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh di pondok pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta megembangkan dan menyebarkan ilmu agama dan Islam (Nasir, 2005:80-81). Pondok pesantren merupakan komunitas tersendiri dimana kyai, ustadz, santri dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan, berlandaskan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma kebiasaan tersendiri yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat umum yang mengitarinya. Komunitas pesantren merupakan suatu keluarga besar di bawah asuhan seorang kyai atau ulama, dibantu oleh beberapa ustad. Dengan demikian unsur-unsur pesantren adalah: (1) pelaku terdiri dari kyai, ustad, santri dan pengurus. (2) sarana perangkat keras: misalnya masjid, rumah kyai, rumah ustad, pondok, gedung sekolah, gedung-gedung lain untuk pendidikan seperti perpustakaan, aula, kantor pengurus pesantren, kantor organisasi santri, keamanan. (3) sarana perangkat lunak: kurikulum, buku-buku, dan sumber belajar lainya (Yayasan Katana Bangsa, 2005:3-4). b. Pesantren Satu Atap Pondok Pesantren Satu Atap (PSA), yaitu pondok pesantren yang di dalamnya memiliki lembaga pendidikan formal MI dan 19
kemudian mendapat sumbangan bantuan gedung untuk MTs dari pemerintah Australia pada tahun 2009/2010. Bangunan tersebut cukup baik dan memenuhi standar nasional pendidikan, tinggal bagaimana mengembangkan dan memeliharanya (matnursomad.wordpress.com diakses pada 12 April 2015). Kepala Bidang Mapenda Kanwil Depag Jateng Drs H Khaeruddin MA menambahkan, program pengembangan MTs satu atap dengan pesantren ini dalam rangka mendorong penuntasan wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) sembilan tahun. Dalam
tahun
anggaran
2007/2008,
program
tersebut
merealisasikan bantuan lokal pada 146 pesantren. Targetnya, program ini
akan
membantu
500
pesantren
di
seluruh
Indonesia
(http://www.suaramerdeka.com diakses pada 13 April 2013). Program bantuan AusAID di sektor pendidikan ini bertujuan untuk membantu Indonesia mencapai program wajib belajar 9 tahun pada 2015. Untuk itu Australia memfokuskan bantuannya pada pembangunan sekolah-sekolah lanjutan. Berdasarkan data yang ada 96% anak-anak Indonesia saat ini bersekolah di SD, namun hanya 75% saja yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan. Pembangunan sekolah-sekolah islam ini menurutnya penting karena sekolah islam banyak
menyasar kelompok masyarakat miskin
terutama anak-anak perempuan. Selain membangun sekolah-sekolah islam, program ini juga menyasar peningkatan kualitas pendidikan di sekolah islam lewat bantuan peningkatan akreditasi sekolah dan pelatihan bagi manajemen dan kepala sekolah di sekolah-sekolah 20
Islam. Cendekiawan muslim, Jamhari Ma‘ruf, yang juga Pembantu Rektor I Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengatakan program bantuan pembangunan sekolah-sekolah Islam yang dilakukan Australia sangat bermanfaat karena menjawab 5 permasalahan mendasar yang dialami mayoritas sekolah islam di Indonesia: infrastruktur yang buruk, SDM yang lemah, manajemen sekolah yang tradisional, wawasan yang sempit dan keterbatasan finansial (http://www.radioaustralia.net.au/ di akses pada 14 April 2015). c. Sejarah Sejak zaman penjajahan, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah
merupakan
lembaga
pendidikan
yang
tumbuh
dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat. Eksistensi kedua lembaga tersebut telah lama mendapat pengakuan dari masyarakat. Keduanya ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak hanya dari segi moral, namun telah pula ikut serta memberikan sumbangsih
yang
cukup
signifikan
dalam
penyelenggaraan
pendidikan. Lembaga tersebut dapat berbentuk jalur pendidikan sekolah. Pesantren
adalah
lembaga
pendidikan
keagamaan
yang
mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan pendidikan lainnya. Pendidikan Islam di pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren. Tempa dimana santri menetap, di
21
lingkungan pesantren, disebut dengan istilah Pondok. Dari sinilah timbut istilah Pondok Pesantren. Ditinjau dari segi hitorisnya, pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Pondok pesantren sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak Islam masuk ke Indonesia terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya. Menelusuri tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan agama Islam di Indonesia, termasuk awal berdirinya pondok pesantren dan madrasah diniyah tidak terlepas hubunganya dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia. Pendidikan Islam di Indonesia bermula ketika orang-orang yang masuk Islam mengetahui lebih banyak isi ajaran agama yang baru dipeluknya, baik mengenai tata cara beribadah, membaca Al-Qur‘an dan pengetahuan Islam yang lebih luas. Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat, bahwa pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Ada dua pendapat mengenai awal berdirinya pondok pesantren di Indonesia. Pendapat pertama menyebutkan bahwa pondok pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri dan pendapat kedua mengatakan bahwa sistem pendidikan model pondok pesantren adalah asli Indonesia. Dalam pendapat pertama ada dua versi, ada yang berpendapat bahwa pondok pesantren berawal sejak zaman Nabi masih hidup. Dalam awal-awal dakwahnya, Nabi melakukan dengan sembunyi-sembunyi dengan peserta sekelompok orang, dilakukan 22
dirumah-rumah. Versi kedua menyebutkan bahwa pondok pesantren mempunyai kaitan yang erat dengan empat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat yang melaksanakan amalan-amalan zikir tertentu (Departemen Pendidikan Agma RI, 2003:7-8). d. Tipologi Pondok Pesantren Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berbeda dalam pengelolaan sistem pembelajaranya, selain itu juga berbeda dalam pandangan hidup tata nilai yang dijadikan landasan. Pondok pesantren masing-masing memiliki keistimewaan yang bereda-beda, meskipun demikian pondok pesantren juga memiliki persamaan. Hal ini
menjadikan
sebuah
lembaga
pondok
pesantren
memiliki
karakteristik tersendiri yang menjadi ciri khas. Dari tingkat konsistensi, secara garis besar pondok pesantren dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk yaitu: 1) Pondok Pesantren Salafiyah Salaf artinya ―lama‖, dahulu‖, atau ―tradisional‖. Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik. Penjenjangan tidak didasarkan pada satuan waktu, tetapi berdasarkan pada tamatnya kitab yang telah dipelajari. Pada pesantren salafiyah tidak dikenal dengan yang 23
namanya kurikulum dalam pengertian kurikulum pada lembaga pendidikan formal. Kurikulum pada pesantren salafiyah disebut manhaj, yang dapat diartikan sebagai arah pembelajaran tertentu. Manhaj pada pondok pesantren ini tidak dalam bentuk jabaran silabus, tetapi berupa funun kitab-kitab yang akan diajarkan pada santri (Departemen Pendidikan Agama RI, 2003:31). Sebagaimana
kurikulum,
madrasah
atau
sekolah
yang
diselenggarakan oleh pondok pesantren juga menggunakan metode pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren ini. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara yang dipergunakan untuk menyampaikan ajaran sampai tujuan tercapai. Di dalam pondok pesantren salafiyah metode pembelajaran yang sering di pergunakan adalah metode sorogan. Sorogan berasal dari kata sorog (Bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau pembantunya badal, (asisten kyai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seoang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai materi pembelajaran. Selain metode sorogan, di pondok pesantren salafiyah juga menggunakan metode wetonan bandongan. Istilah weton berasal dari kata wektu (Bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebutdiberikanpada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melaksanakan shalat fardhu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana 24
para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masingmasing dan membuat ringkasan sendiri (Nasir, 2005:110-113). 2) Pondok Pesantren Khalafiyah (‗Ashriyah) Khalaf artinya ―kemudian‖ atau ―belakang‖, sedangkan ashri artinya ―sekrang‖ atau ―modern‖. Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal baik madrasah atau sekolah umum. Pembelajaran pondok pesantren khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan, dengan satuan program didasarkan pada satuan waktu (Departemen Pendidikan Agama RI, 2003:30). Pondok pesantren khalafiyah adalah pndopondok pesantren yang mengadopsi sistem madrasah madrasah atau sekolah, dengan kurikulum disesuaikan dengan kurikulum pemerintah, baik dari Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Pondok pesantren khalafiyah biasanya menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan jalur sekolah, baik itu dengan jalur sekolah umum (SD, SMP, SMA), maupun sekolah berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA). Biasanya kegiatan pembelajaran pesantren memiliki kurikulum yan berjenjang . metode yang digunakan sudah adaptif atau sudah mengadaptasi metode-metode baru, seperti Tanya jawab, diskusi, karya wisata. 3) Pondok Pesantren Campuran/ Kombinasi
25
Pondok pesantren campuran ini adalah kombinasi antara pondok pesantren salafiyah dan pondok pesantren khalafiyah. Pondok pesantren ini menggunakan pendekatan pembelajaran dengan cara mengombinasikan metode kedua pesantren tersebut. Ciri khas pesantren modern berupaya memadukan tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran weton dan sorogan diganti dengan sistem klasikal (pengajaran di dalam kelas) yang berjenjang dan kurikulum terpadu diadopsi dengan penyesuaian tertentu. Dikotomi ilmu agama dan umum juga dieleminasi. Kedua bidang ilmu ini sama-sama diajarkan, namun dengan proporsi pendidikan agama lebih mendominasi. Pembagian pondok pesantren tidak hanya didasarkan pada penyelenggaraan pendidikan agama. Ada pembagian lain dibuat berdasarkan
penyelenggaraan
fungsinya
sebaga
lembaga
pengembangan masyarakat melalui program pengembangan usaha (Departemen Pendidikan Agama RI, 2003:30). B. Sekolah berbasis Pesantren Dalam pembukaan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan pemerintah Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keerdekaan Indonesia, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Bertujuan berkembangnya potensi anak didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,berakhal mulia,
26
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri menjadi warga Negara yang bertanggung jawab. Semenjak dikeluarkanya Keppres No. 34 tahun 1972 dan Inpres No. 15 tahun 1974, pemerintah mengambil kebijakan yang lebih operasionalterhadap madrasah. Dikeluarkannya SKB (Surat Keputusan Bersama) Tiga Menteri, yaitu: Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri. Kedudukan Madrasah dalam pendidikan nasional lebih dipertegas lagi dalam Keputusan Menteri Agama RI No. 372 tahun 1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar Berdiri Khaskan Agama Islam. Dalam keputusan ini dinyatakan bahwa Madrsaah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah melaksanakan kurikulum nasional sekolah dasar dan sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Posisi intregrasi Sistem Pendidikan Nasional selain terlihat pada beberapa poin diatas juga tercermin dalam beberapa aspek sebagai berikut (Zulkarnain, 2008:34). a. Pendidikan nasional menjadikan pendidikan agama sebagai salah satu muatan wajib dalam semua jalur dan jenis pendidikan. Kebijakan ini tentu berarti dalamproses intregrasi pendidikan secara nasional. b. Madrasah dalam sistem pendidikan nasional, dengan sendirinya dimasukkan dalam kategori pendidikan jalur sekolah. c. Meskipun Madrasah diberi status pendidikan jalur sekolah tetapi sesuai jenis keagamaan dalam sistem pendidikan nasional, Madrasah memiliki jalur khusus ilmu-ilmu syari‘ah. 1. Manajemen a. Pengertian Manajemen
27
Ditinjau secara terminologi kata ―manajemen‖ memiliki banyak makna. Beberapa pengertian manajemen dan perspektif para pakar, antara lain, sebagai berikut: 1) Nanang Fattah dalam bukunya Landasan Teori Manajemen Pendidikan memberikan batasan tentang istilah manajemen, yakni:
Manajemen
mengorganisasi,
merupakan
memimpin
dan
proses
merencana,
mengendalikan
upaya
organisasi dngan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai ecara efektifdan efisien (Fattah, 2004:1). 2) Oemar Hamalik dalam bukunya Manajemen Pengembangan Kurikulum memberikan batasan kata manajemen sebagai berikut: Manajemen adalah suatu proses social yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumbr lainya menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya (Hamalik, 2006:16). b. Manajemen Modern Manajemen sebenarnya sudah ada semenjak keberadaan manusia. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan bangunan-bangunan ataupun monumen-monumen yang dibangun oleh peradaban kuno. Seperti dibangunnya Piramid Cheops oleh arsitek Mesir kuno pada tahun 3000 SM. Di Indonesia, manajemen sudah dipraktikkan semenjak masa prasejarah. Adanya Candi Borobudur pada abad ke-8 dan Candi Prambanan pada abad ke-9 merupakan salah satu bukti bahwa manajemen sudah lama dipraktikkan di Indonesia. (Husaini, 2013: 31). 28
Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur yang pertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal dengan perilaku organisasi, dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran kuantitatif. Ada tiga pendekatan yang sering dipakai dalam aliran manajemen modern yaitu, pendekatan perilaku organisasi, pendekatan sistem, dan pendekatan kontingensi. 1. Pendekatan Perilaku Organisasi. Pendekatan
ini
memandang
bahwa
perilaku
manusia
dipengaruhi oleh system sosialnya. Tokoh-tokoh pendekatan ini sebagai berikut: 1) Maslow yang terkenal dengan teori hierarki kebutuhan untuk menjelaskan perilaku manusia dalam kaitannya dengan motivasi manusia. 2) Mc Gregor dengan teori X dan Y. 3) Herzberg dengan teori dua faktor. 4) Mc Clelland dengan teori need of power, need of affiliation dan need of acievment. 5) Blake dan Mouton dengan teori Managerial Grid. 6) Likert dengan teori empat sistem. 7) Fiedler
dengan
pendekatan
kontingensi
dalam
kepemimpinannya. 8) Schein dengan penelitian dinamika kelompoknya. 9) Vroom dengan teori ekspektasinya
29
teori
10) Hersey dan Banchard dengan kepemimpinan situasionalnya, dan lain-lain (Husaini, 2013: 49). Beberapa prinsip dasar penting yang dapat disimpulkan dari pendapat para tokoh manajemen modern adalah sebagai berikut: 1) Manajemen tidak dapt dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, prinsip). 2) Manajemen harus sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara hati-hati. 3) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendeatan manjer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi. 4) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komiten pekerja terhadap tujuan organisasi yang sangat dibutuhkan (Handoko, 2009: 54). 2. Aliran Kuantitatif Aliran kuatitatif atau yang disebut juga aliran management science digunakan dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen aliran kas, scheduling produksi, dan lain-lain. Langkahlangkah pendekatan management science biasanya adalah sebagai berikut: 1) Perumusan Masalah, 2) Menyusun suatu model matematis. 3)Mendapatkan penyeselesaian dari model. 4) Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model. 5) penetapan pengawasan atas hasilhasil. 5) Implementasi hasil dalam kegiatan (Handoko, 2009: 55) c. Prinsip Manajemen Pentingnya prinsip-prinsip dasar dalam praktik manajemen antara lain: 1) menetukan cara/ metode kerja; 2) pemilihan pekerja dan 30
pengembangan keahlianya; 3) pemilihan prosedur kerja; 4) menentukan batas-batas tugas; 5) mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas; 6) melakukan pendidikan dan latihan; 7) menentukan sistem dan besarnya imbalan. Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, daan produktivitas kerja (Fattah, 2004:12). d. Tujuan Manajemen Apa yang menjadi tujuan manajemen? Menurut Shrode Dan Voich (1947) tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamakatau rangkap, seperti peningkatan mutu pendidikan/ lulusanya, keuntungan/ profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/ nasional,
tanggungjawab
sosial.
Tujuan-tujuan
ini
ditentukan
berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang, dan ancaman (Fattah, 2004:15). e. Manajemen Sebagai Sistem Ilmu Manajemen yang menjadi prasarat berjalannya program pendidikan secara sistematis dan kontinu harus menjadi sebuah system dalam lembaga pendidikan. Jangan sampai manajemen terebut hanya ―Lips Service‖, pemanis lidah, tetapi kosong dalam praktik. Dengan menjadikan manajemen sebagai system, kontinuitas program dapat dijamin, dan tujuan jangka panjang bias terealisasikan, tidak terputus dan terpotong di tengah jalan karena kepentingan personal dan primordial. Inilah yang terjadi dinegara-negara maju. Mereka mempunyai tujuan jangka panjang. Sistem adalah suatu kesatuan yang 31
utuh dengan bagian-bagianya yang tersusun secara sistematis, yang mempunyai relasi satu dengan yang lain, dan sesuai dengan konteknya. Jadi ciri-ciri sistem antara lain, merupakan suatu kebulatan: mempnyai bagian-bagian yang disebut sebagai sub sistem, sub-sub sistem dan seterusnya sampai bagian terkecil yang disebut komponen. Bila sekolah atau pendidikan dipandang sebagai sistem, maka ia termasuk sistem terbuka begitu pula halnya dengan manajemen. Sistem terbuka mempunyai arti sekolah, pendidikan, atau manajemen tidak mengisolasi diri
dari
lingkunganya,
melainkan
selalu
megadakan
kontak
hubungandan kerja sama. Dalam
pembahasan
manajemen
kita
perlu
memakai
pendekatan sistem,karena gerakan sistem adalah sesuatu yang baru cocok diterapkan dalam bidang pendidikan pada umumnya dan anajemen khususnya, masih ada gerakan ang mutakhir dalam adsmnitrasi , yaitu cintigency atau pendekatan situasional. Namun, pendekatan ni tidak dipilih mengingat pendekatan sistemitu sendiri bias merangkul pendekatan situasional berkat keterbukaanya terhadap lingkungan (Asmani, 2009:84). 2. Manajemen Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Agar dapat menjawab tantangan perubahan yang terjadi dalam lembaga pendidikan Islam, manajemen pengembangan harus senantiasa dilakukan dengan cara terus menerus. Manajemen pengembangan lembaga pendidikan Islam dilaksanakan melalui kegiatan POAC (planning organizing, actuating and controlling) (Baharuddin, 2010:98-
32
99). Penjelasan masing masing kegiatan manajemen tersebut akan diuraikan pada bagian berikut ini: a. Perencanaan (Planning) G.R Terry menyebutkan bahwa perencanaan adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta dan menggunakan sejumlah asumsi mengenai masa datang dengan jalan menggambarkan dan meluruskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Abbas, 2009: 97). Roger A. Kauffman (1972) seperti yang dikutip oleh Fattah (2004:49) menjelaskan bahwa ―perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.‖ Sedangkan Burhanuddin mengatakan mengenai perencanaan sebagai berikut, ―bahwa pada dasarnya perencanaan merupakan suatu kegiatan yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode-metode, pelaksanaan (tenaga) yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan (Baharuddin, 2010:99). Dari
beberapa
definisi
diatas,
dapat
diambil
sebuah
pemahaman bahwa perencanaan pada lembaga pendidikan Islam merupakan kegiatan sistematis merancang sumber daya lembaga, meliputi mengenai apa yang akan dicapai (diidealkan), kegiatan ang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan dan memilih pelaksana kegiatan yang tepat bagi usaha pencapaian tujuan. 33
Dalam hal ini kaitannya dengan perencanaan pendidikan Islam dapat dilakukan beberapa langkah antara lain (Baharuddin, 2010:100): 1) Mengkaji kebijakan yang relevan. Pengembangan lembaga pendidikan agama Islam tidak bolehbertentangan dengan kebijakan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupu daerah. Misalnya tentang penggunaan krikulum. 2) Menganalisis kondisi lembaga. Langkah ini dilakukan untuk menegetahui keadaan, kekuatan, kelemahan, kekurangan lembaga untuk dicari jalan keluar yang tepat. Dalam hal ini dapat digunakan dengan teknik analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat). 3) Merumuskan tujuan pengembangan, berdasarkan kebijakan yang
berlaku
dan
analisis
kondisi
lembaga,
maka
selanjutnya harus dirumuskan tujuannya, baik dalamjangka panjang maupun jangka pendek. 4) Merumuskan dan memilih alternative program. Berdasarkan hasil analisis kemudian perlu dikembangkan beberapa alternative program atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 5) Menetapkan
langkah-langkah
kegiatan
pelaksanaan.
Sebelum dilaksanakan alternatif program yang dipilih, perlu dilakukan penjabaran secara rinci, sampai pada tahap-tahap pelaksanaanya. b. Pengorganisasian (Organizing)
34
Dalam merupakan
pengertian
suatu
proses
yang
lebih
utuh
untuk
merancang
pengorganisasian struktur
formal,
mengelompokkan dan mengatur serta menbagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien (Daryanto, 2013: 86) Dalam kontek pendidikan Islam pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini perlu dilakukan beberapa tahap dalam pengorganisasian pendidikan. Tahap pertama,yang harus dilakukan dalam merinci pekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tahap kedua, membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perorangan atau perkelompok. Di sini perlu diperhatikan orang-orang yang diserahi tugas harus didasarkan pada kualifikasi, tidak dibebani terlalu berat dan juga terlalu ringan. Tahap ketiga, menggabungkan pekerjaan
para
anggota
dengan
cara
yang
rasional,
efisien,
pengelompokan tugas saling berkaitan, jika organisasi sudah membesar atau kompleks. Penyatuan kerja ini biasanya disebut departementalisasi. Tahap
keempat,
menetapkan
mekanisme
kerja
untuk
mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis. Tahap kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektifitas. Karena pengorganisasian merupakan suatu langkah yang bekelanjutan.
35
Dengan perumusan seperti di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian merupakan langkah ke arah pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya. Jadi kegiatan pengorganisasian merupakan fungsi organik yang kedua dalam manajemen. Dalam fungsi pengorganisasian terdapat sekelompok orang yang mau bekerja sama, ada tujuan yang hendak dicapai ada pekerjaan yang akan dikerjakan, ada
pembagian
tugas
yang
jelas,
pengelompokan
kegiatan,
menyediakan alat-alat yang dibutuhkan untuk aktifitas organisasi, ada pendelegasian wewenang antara atasan dan bawahan dan pembuatan struktur organisasi yang efektif dan efisien. c. Penggerakan (Actuating) Menurut George R. Terry penggerakan adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan ang efektif antara orangorang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien. Dengan demikian
mereka
dapat
memperoleh
kepuasan
pribadi
dalam
melaksanakantugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu (Abbas, 2009: 101). Dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan lembaga Islam perlu dilakukan beberapa hal untuk menunjang semua kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam proses actuating (penggerakan) ini hal yang perlu dilakukan yaitu memilh seorang pemimpin yang akan bertanggung jawab pada semua kegiatan yang akan dilaksanakan. Karena pada hakikatnya pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Jadi dalam hal ini pimpinan dalam 36
lembaga pendidikan mempunyai kekuasaan untuk mengatur segala aktifitas yang akan berlangsung dilaksanakan. d. Pengawasan (Controlling) Pengawasan adalah fungsi manajemen yang terakhir, namun bukan berartiyang lain kurang penting. Pengawasan adalah pengamatan dan pengukuran, apakah pelaksanaan dan hasil kerja sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Kalau tidak sesuai dengan rencana, apa kendalanya dan bagaimana menghilangkan kendala tersebut agar hasil kerja dapat sesuai dengan apa yang diharapkan (Abbas, 2009: 102) Sedangkan Sarwoto memberikan batasan pengawasan sebagai ―kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki‖. Ini berarti betapa pun baiknya rencana, akan bisa gagal, apabila manajer tidak melaksanakan pengawasan. Tujuan pengawasan dalam lembaga pendidikan yakni untuk membantu mempertahankan hasil atau out-put yang sesuai dengan syarat-syarat sistem. Artinya dengan melakukan kerja pengawasan, diharapkan dapat mencapai kualitas produk organisasi berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan. Dalam lembaga pendidikan, tahap pengawasan yang dilakukan diantaranya adalah: 1) Menetapkan standar pelaksanaan pekarjaan. Penentuan standar mencakup kriteria untuksemua lapisan pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi. Standar ialah kriteria-kriteria untukmengukur pelaksanaan kegiatan. 2) Tahapan melakukan penilaian. Untuk
mengetahuai
hasil
yang 37
diharapkan
maksimal,
dalam
penngawasan lembaga pendidikan dirasa perlu memberikan penilaian terhadap segala sesuatu yang telah dilaksanakan. Apakah hasil yang diharapkan sudah sesuai yang telah diharapkan. 3) setelah melakukan penilaian terhadap segala hal yang telah dilaksanakan hal yang terakhir untuk dilakukan dalam pengawasan adalah mengadakan tindakan perbaikan, hal ini dalakukan untuk bisa menjadikan segala sesuatu yang dikerjakan menjadi baik (Fattah, 1996:102). Agar kegiatan pengawasan berjalan dengan baik, maka kemendiknas (1989:19) mengemukakan beberapa poin penting melalui pelaksanaan kegiatan pengawasan, yaitu: 1) Pengawasan bersifat membimbing dan membatu mengatasi kesulitan dan bukan mencari kesalahan. 2) Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung. Artinya diupayakan agar yang bersangkutan merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya. 3) Balikan atu saran seharusnya segera diberikan dengan tujuan agar yang bersangkutan segera memahami. 4) Pengawasan dilakukan secara periodic, artinya tidak menunggu sampai terjadi hambatan. 5) Pengawasan dilakukan dalam suasana kemitraan.
3. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Madrasah dan Pesantren Kurikulum
sering
dimaknai
sebagai
seperangkat
mata
pelajaran yang harus ditempuh peserta didik untuk memperoleh ijazah. Pandangan demikian berimplikasi pada kegiatan pembelajaran di 38
sekolah/madrasah lebih mengacu pada ketuntasan materi. Hal ini menyebabkan output yang dihasilkan lebih menitik beratkan kepada kemampuan kognitif peserta didik. Kegiatan belajar mengajar yang diusung hanya berpusat pada guru, sehingga aspek-aspek lain sering terabaikan. Setiap kegiatan ilmiah memerlukan suatu perencanaan dan organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demkian pula dengan pendidikan, diperlukan adanya program yang terencana dan dapat menghantar proses pendidikan sampai pada tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan, sampai pelaksanaan kurikulum. Dalam merancang kurikulum, minimal ada tiga prinsip yang harus dipegangi: pertama, pengembangan pendekatan religius kepada semua cabang ilmu pengetahuan; kedua, isi pelajaran yang bersifat religious seharusnya bebas dari ide dan materi yang jumud dan tak bermakna; dan ketiga, perencanaan dan pembuatan kurikulum harus memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor sebagaimana dikutip Roqib disebut sebagai tiga prinsip: kontinuitas/ kesinambungan, sekuensi dan intregasi (Roqib, 2009:77). Pengembangan kegiatan di pondok pesantren selalu bersifat konsisten, yang mana selalu berhubungan dengan kehidupan seharihari. Semua hal yang teah diprogramkan di yayasan sekolah pesantren tidak lepas dari kurikulum yang telah di terapkan. Hal ini tentu memerlukan manajemen kurikulum yang baik, sarana-prasarana yang menunjang, dan seorang kepala yang selalu berpean aktif dalam melaksanakan
kegiatan-kegatan. 39
Sebagaimana
kurikulum
yang
dilaksanakan
di
pondok
pesantren
juga
mencakup
kurikulum
pembelajaan di sekolah, karena tidak jauh berbeda.
4. Operasional Manajemen Pendidikan di Madrasah/ Sekolah Pesantren Pengelolaan dalam bidang pendidikan sangatlah penting, hal ini dapat menjadikan mutu pendidikan yang meningkat, pencapaian hasil pembelajaran juga akan menjadi maksimal. Apabila banyak kekurangan dalam mengelola pendidikan akan lebih baik lagi jika manajemen mutu pendidikan harus dioptimalkan lagi. a. Manajemen Kurikulum Salah satu komponen operasional pendidikan Islam sebagai sistem adalah kurikulum. Jika dikatakan kurikulum, maka ia mengandung pengertian bahwa materi yang diajarkan atau didikan telah tersusun sistematik dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dan sasaran pendidikan yang tertuang pada kurikulum lembaga pendidikan terseleksi secara baik dan tepat. Materi pendidikan harus megacu pada tujuan, karenanya pendidikan tidak bisa berdiri sendiri terlepas dari kontrol tujuannya. Antara materi dan tujuan pendidikan harus senantiasa relevan dalam proses kependidikan, karena keduanya merupakan kerja sistem yang saling terkait dan berkesinambungan (Rosyadi, 2004:239). Dalam rangka antisipasi kecenderungan masa depan madrasah yang akan berkompetisi dengan lembaga lain, maka manajemen madrasah
harus
ditata
ulang.
Manajemen
yang
selama
ini
mengandalkan faktor intuisi dan pengalaman, harus diganti dengan 40
manajemen modern, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh Balitbang Depag RI yaitu Manajemen Berbasis Madrasah (MBM). MBM merupakan institusi sosial yang mengandung makna kewenangan pengambilan keputusan dilihat dari perspektif peran madrasah yang sesungguhnya. Oleh karena itu, MBM sering dikatakan sebagai upaya memposisikan kembali peran madrasah yang sesungguhnya. MBM memberikan peluang mengakomodasikan pihak-pihak berkepentingan untuk berkontribusi secara positif terhadap peningkatan kinerja madrasah, yang terefleksikan ke dalam perumusan visi, misi, tujuan serta program-program prioritas madrasah yang disusun secara kolaboratif (Maimun, 2010:51). Dalam sekolah pesantren kurikulum yang diberlakukan adalah kurikulum nasional yang mana menekankan pada pola pendidikan formal pemerintah telah memberikan kepercayaan kepada pesantren untuk menyelenggarakan sistem sekolah melalui program belajar 9 tahun. Hal ini juga menjelaskan bahwa pesantren juga harus melaksanakan
fungsi-fungsi
sekolah,
antara
lain
melaksanakan
pendidikan dan pengajaran pesantren secara terstruktur. b. Manajemen Kesiswaan Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah satu bidang manajemen sekolah. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sekolah hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik melainkan meliputi aspek yang 41
lebih luas secara operasional dapat membatu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan unuk mengatur berbagai kegiata dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancer, tertib, dan teratur. serta mencapai tujuan pendidikan sekolah (Mulyasa, 2009:46). Manajemen
Kesiswaan
(peserta
didik)
menduduki
tempat yang sangat penting. Dikatakan demikian oleh karena sentral layanan pendidikan di sekolah ada pada peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, baik yang berkenaan dengan manajemen pengajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan hubungan sekolah dengan masyarakat maupun layanan kusus pendidikan, diarahkan agar kesiswaan (peserta didik) mendapatkan pelayanan yang baik. Kepala sekolah ialah orang yang diserai tanggung jawab tentang program murid di sekolah. Pada umumnyabidang-bidang berikut termasuk di dalamnya: (a) kehadiran murid di sekolah dan
masalah-masalah
yang
berhubungan
dengan;
(b)
peneriman, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid kepada kelas dan program studi; (c) evaluasi dan pelaporan kemajuan murid; (d) supervisi program-program bagi bagi murid yang mempunyai
kelainan,
seperti
pengajaran,
perbaikan
dan
pengajaran luar biasa; (e) pengendalian disiplin murid; (f) program bimbingan dan penyuluhan; (g) program kesehatan dan
42
keamanan; dan (h) penyesuaian pribadi, social dan emosional dari murid (Mulyasa, 2002: 46). Pada pengembangan
hakikatnya, peserta
tujuan didik
itu
dari sesuai
pembinaan dengan
dan tujuan
Pendidikan Nasional Indonesia yang tercantum dalam GBHN. Peserta didik sebagai kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional, harus dipersiapkan sebaik-baiknya serta dihindarkan dari segala kendala yang merusaknya, dengan memberikan bekal secukupnya dalam kepemimpinan. Maksud pembinaan peserta didik adalah mengusahakan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya sesuai tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila. Tujuan inisiatifnya untuk menjaga membina sekolah sebagai wiyatamandala, sehingga terhindar dari usaha pengaruh yang bertentangan dengan kebudayaan nasional (Gunawan, 2011: 12) c. Manajemen Keuangan Sekolah Manajemen keuangan adalah segala aktivitas organisasi yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, mengelola dana, dan mengelola aset sesuai tujuan organisasi secara menyeluruh. Sedagkan manajemen keuangan sekolah adalah seluruh proses kegiatanyang direncanakan dan dilaksanakan/ diusahakan secara sengaja atau sungguh sungguh, serta pembinaan secara kontinu terhadap biaya operasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta membantu pencapaian tujuan pendidikan. Adapun prosedur manajemen keuangan sekolah adalah a) Dana 43
masukan (input), b) Budgeting (perencanaan penganggaran), meliputi kegiatan penentuan RAPBS, diajukan ke Kakanwil Provinsi disetujui oleh BP3, disahkan Gubernur, APBS yang sah, c) Output (hasil usaha). Di setiap organisasi biasanya terdapat bagian keuangan dan bagian ini merupakan titik pusat dalam pengambilan keputusan ditingkat pemimpin puncak (top management). Sehingga bagian keuangan bertanggung jawab atas perumusan keijaksanaan keuangan suatu organisasi (Daryanto, 2013;141). Demikian juga pada setiap sekolah yang pada setiap sekolah yang memfungsikan organisasi pendidikan akan terdapat bagian keuangan. Orang yang memimpin bagian keuangan disebut manajer/ bagian keuangan. Manajer keuangan ini mempunyai dua tugas yaitu sumber dana dan penggnaan dana. Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedu-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan; (2) orang tua atau peserta didik; (3) masyarakat baik mengikat atau tidak mengikat. Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan mayarakat ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1989 bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua (Mulyasa, 2002;41). d. Manajemen Sarana Dan Prasarana 44
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan secara langsung dipergunakan untk menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar-mengajar, seperti gedung, ruang kelas , meja, kursi, serta alat-alat media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran bologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, tersebut merupakan sarana pendidikan. Manajemen
sarana
dan
prasarana
pendidikan
bertugas
mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan Manajemen
sarana
dan
prasarana
sekolah
yang
baik
diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehinga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Disamping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar (Mulyasa, 2002;50). e. Manajemen Tenaga Kependidikan 45
Kepegawaian adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan pegawai dalam penjelasan umum Undang-undang No.8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Di dalamnya dijelaskan bahwa yang dimaksud kepegawaian adalah segala hal yang berhubungan kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai negeri (Daryanto, 2013;134). Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi pesonalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tugas individu dan organisasi. Manajemen
tenaga
kependidikan
(guru
dan
personil)
mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang harapan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan
kualifikasi
dan
kemampuan
yang
sesuai
serta
dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas (Mulyasa, 2001:42). f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. 46
Adsminitrasi
hubungan
sekolah
dengan
masyarakat
merupakanseluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya serta dari publiknya pada khususnya, sehingga pada kegiatan operasional sekolah/pendidikan semakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pada hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, khususnya masyarakat publiknya, seperti para orang tua murid/ anggota Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan, dan sekolah akan menjadi harapanbahkan dambaan masyarakatnya (Gunawan, 2011: 186). Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa
menciptakan
hubungan
yang
baik
antara
sekolah
dan
masyarakatsecara efektif karena harusmenaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk: 1) saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain. 2) saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti pentingnya peranan masing-masing. 3) kerjasama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada dimasyarakat (Mulyasa, 2002: 51). 47
g.
Manajemen Tata Laksana Pendidikan. Adminitrasi tata laksana/ Tata Usaha Sekolah /Pendidikan merupakan
seluruh
proses
kegiatan
yang
direncanakan
dan
dilaksanakan/ diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta
membina
kegiatan-kegiatan
yang
bersifat
tulis-menulis
(clericalwork) di sekolah, agar PBM semakin efektif dan efisien untuk membantu tercapainya tujuan pendidikanyang telah ditetapkan. Adsminitrasi tata laksaana merupakan serangkaian kegiatan mencatat, menyimpan, menggandakan, menghimpun, mengolah, dan mengirim benda-benda tertulis serta warkat yang pada hakikatnya menunjang seluruh garapan adsminitrasi pendidikan/sekolah (Gunawan, 2011: 170). Secara singkat tunjangan adssminitrasi tata laksana terhadap garapan-garapan
Adsminitrasi
sekolah
adalah
sebagai
berikut
(Gunawan, 2011: 170): 1) Terhadap peserta didik/Siswa. Sejak penerimaan siswa baru, mengisis buku induk, penataan siswa daalam kelas, sampai siswa eksit daari sekolah, semuanya banyak dilakukan kegiatan tulis menulis yang melancarkan seluruh kegiatan adsminitrasi siswa. 2) Terhadap Adsminitrasi personel. Tidak banyak berbeda dengan adsminitrasi siswa, maka sejak penerimaan pegaawai baru mulai mencatat segala sesuaatu yang berkaitan dengan adsminitaari personaal.
48
3) Terhadap aadsminitrasi kurikulum. Seperti pembuatan satuan pelajaran merupakan tugas guru sepenuhnya termasuk tata laksana juga evaluasi. 4) Terhadap adsminitrasi sarana dan prasarana. Tugas perencanaan pengadaan, penyimpanan, dan seterusnya sampai penghapusan adalah tugas adsminitrasi sarana dan prasaarana. 5) Terhadap
adsminitrasi
pembiyayaan.
anggaran,
pembukuan,
serta
Pembuaatan
pengisisan
buku
rancana kas,
dan
mempertanggungjawabkannya. 6) Terhadap adsminitrasi tata laksana, sudaah jelas bahwa segaala kegiatan adsminitrasi tata laksana merupakan tulis menulis. 7) Terhadap adsminitrasi hubungan sekolah. Pembuataan program, pelaksanaan
program
sampai
evaluasisertaa
tindak
lanjut
merupakan tugas adminitrasi humas. 8) Terhadap adsminitrasi organisasi. Kegiatan pengorgaanisassian strukturaal dan tata jejangmemang erat hubungannya dengan tugas pembuatan kebijakan, naamun semua itu tidak lepas dari kegiatan tulis menulis. 9) Terhadap supervisi pendidikan. Tidak hanya terhadap delapan bidang garapan saja, tetapi kepada keegiatan supervisi pun selalu mendapat tunjangan yang tidak sedikit dari kegiatan tata laksana. h. Manajemen organisasi sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru, pegawaai tata usaha, dan murid. Menurut persekolahan di negeri kita, pada umumnya kepala sekolah 49
merupakan jabatan yang tertinggi di sekolaah itu sehingga dengaan demikian kepala sekolah memegang peranan dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan dengan tugaas sekolaahke dalam maaupun ke luar (Purwanto, 2012: 160). i. Supervisi Pendidikan. Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi-kondisi/ syarat yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Jadi ssupervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari segala
pemimpin sekolah,
yang tertuju
kepada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan berkesempatanbagi pertumbuhan keaahliandaan kecakapan guruguru. Dengan kata lain supervisi adalah suatu aaktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah laainnya dalam melakukaan pekerjaan mereka secara efektif (Purwanto, 2012: 76). Kepala sekolah merupakan atasan di dalam lingkungan sekolah. Dimana seorang kepala sekolah memiliki peran strategis dalam memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik. E. Mulyasa (2004:111), "Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor". Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak, selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang dijumpai dalam proses pembelajaran, maka untuk 50
memperbaiki kondisi demikian peran supervisi pendidikan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren Perkembangan masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya sudah memasuki masyarakat informasi yang merupakan kelanjutan dari masyarakat modern dengan ciri-cirinya yang bersifat rasional, berorientasi kemasa depan terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri, dan inovatif. Sedangkan masyarakat informasi, mampu bersaing, serba ingin tahu, imajinatif, mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan menguasai berbagai metode dalam memecahkan masalah (Nata, 2007:77) . Sebagai lembaga yang hidup di masyarakat, sekolah pesantren berkaitan erat dengan dukungan warga, dukungan terentang sejak memahami, mengakui,
menerima
kehadiran,
ikut
mengonfirmasikan,
kesediaan
mengirimkan anak-anak untuk belajar, kehadiran dalam kegiatan-kegiatan berkala sekolah. Dewasa ini pendidikan Islam terus dihadapkan pada berbagai problema yang kian kompleks. Karena itu upaya berbenah diri melalui penataan SDM, peningkatan kompetensi dan penguatan institusi mutlak harus dilakukan dan semua itu mustahil tanpa manajemen yang profesional.
51
Seperti diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan Islam mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut meliputi landasan tujuan kurikulum kompetensi dan profesionalisme guru,
pola
hubungan
guru
dan
murid,
metodologi
pembelajaran sarana prasarana evaluasi pembiayaan dan lain sebagainya. Berbagai komponen ini dilakukan tanpa perencanaan dan konsep yang matang seringkali berjalan apa adanya, alami dan tradisional akibat mutu pendidikan Islam acapkali menunjukkan keadaan yang kurang membanggakan. Problematika
yang
dihadapi
pondok
pesantren
dikarenakan
adanya kendala pada perencanaan pondok pesantren yang kurang optimal. sehingga dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Juga disebabkan minimnya personil yang kompeten pada bidangnya dan sumber dana kurang memadai. Dalam penyusunan perencanaan program kerja hendaknya diperhitungkan secara terperinci tentang kondisi obyektif pondok pesantren, pemasalahan, alternatif pemecahan, faktor pendukung dan penghambat program, prioritas pengembangan program, indikator keberhasilan dan langkah-langkah mencapai keberhasilan program, pengalokasian dan waktu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika perencanaan disusun dengan jelas dan bersifat terbuka serta rasional maka tujuan dapat mudah dicapai. Alat pendidikan merupakan faktor penting dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Tanpa alat pendidikan (sarana dan prasarana pendidikan) kegiatan pendidikan tidak bisa berlangsung. Alat pendidikan atau yang disebut fasilitas pendidikan juga berfungsi memperjelas pemahaman dan penguasaan siswa dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang diajarkan para 52
pendidik. Tanpa fasilitas pendidikan dalam pembelajaran maka anak akan memperoleh pengetahuan abstrak. Alat pendidikan dapat dibedakan menjadi alat pendidikan dalam arti sarana dan prasarana, dan dapat berarti metode pembelajaran (Supiana, 2008: 317). Faktor pendukung dalam implementasi dan pengelolaan manajemen sekolah berbasis pesantren dalam lembaga pendidikan Islam yang solid diantaranya adalah; (1) Lembaga pendidikan memiliki otonomi terhadap empat hal yang dimilikinya yaitu, kekuasaan dan wewenang, pengembangan pengetahuan yang kesinambungan, akses informasi kesegala pemberian dan pemberian penghargaan kepada setiap orang yang berhasil. (2) Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan instruksional serta non-instruksional. (3) Adanya kepemimpinan pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumberdaya sekolah secara efektif. (4) Adaya proses pengambilan keputusan yang demokratis serta keterlibatan secara aktif dari komite sekolah atau madrasah lembaga pendidikan Islam sejenis. (5) semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguhsungguh. (6) Adanya guidelines dari Departemen/ Lembaga terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan disekolah secara efisien dan efektif. Guidelines disini jangan sampai berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan membelenggu lembaga pendidikan Islam (Baharuddin, 2011:101). Dalam pelaksanaan manajemen sekolah berbasis pesantren juga banyak di temui beberapa hambatan dalam melaksanaan pengelolaan manajemen tersebut diantaranya, (1) pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Islam merupakan inisiatif atau gagasan personal tanpa adanya 53
keterlibatan dari pihak pengelolaan lembaga pendidikan Islam. (2) Pola hubungan interaksionalantar lembaga pendidikan agama Islam hanya terbatas pada hubungan idiologis teologis, hubungan organisasional dan hubungan kultural keagamaan saja. Tidak ditemukan hubungan kerja secara profesional antara kedua lembaga. Sehingga kelihatan sekali adanya ―jarak komunikasi‖ baik secara struktural maupun kultural. (3) Lembaga pendidikan Islam memiliki problem yang cukup signifikan dalam pengelolaan pendidikan. Inio terlihat dari ketidak mampuan lembaga pendidikan Islam dalam memiliki hak dan kewenangan untuk mengelola pendidikan karena lembaga tersebut sudah merupakan ―hak tokoh agama tertentu‖. Karena satuan pendidikan Islam juga tidak bisa menentukan arah pengembangan lembaga karena sudah menjadi hak otoritatif tokoh agama tertentu atau pendirinya (Baharuddin, 2011:93). Selain beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat yang telah di kemukakan penulis diata, penulis menemulkan beberapa fator pendukung dan penghambat lain dalam melaksanakan manajemen berbasis pesantren. Dalam melaksanakan pengelolaan sekolah perlu di susun beberapa kegiatan dalam melancarakan kegiatan manajemen sekolah, diantaranya yaitu: a) Adanya komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan untuk memiliki sebuah panduan untuk dijadikan pedoman dalam kinerjanya, b) Adanya potensi geografis dan sosiokultural yang dimiliki sekolah dan lingkungan sekitarnya, c) Adanya sukap keterbukaan dari kepala sekolah memungkinkan semua personil dapat mengembangkan kreatifitas dan potensi secara optimal, d) keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam pengembangan
program
sekolah).
Sedangkan
yang
menjadi
faktor
penghambatnya adalah: a) Kurangnya sarana prasarana dalam menunjang 54
kegiatan siswa, b) Kurangnya biaya dalam melaksanakan dann mengelola kegiatan yang diadakan, c) Masih kurangnya personil atau tenaga yang dimiliki keahlian di bidang tertentu untuk melaksanak program intra maupun ekstra (Junaidi, 20011:99). Namun demikian, faktor penghambat ini justru menjadi pemicu kepala sekolah untuk berfikir kreatif dalam mensiasati dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. D. Upaya Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Manajmen Sekolah Berbagai macam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia telah banyak dilakukan oleh pemerintah, seperti peningkatan kemampuan tenaga pendidik, penyempurnaan kurikulum, sistem evaluasi, atau mungkin juga melalui pembinaan manajemen. Namun upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan dalam peningkatan SDM. Hal ini dikarenakan strategi pembangunan pendidikan lebih bersifat input-output oriented yang kurang memperhatikan proses, pengelolaan pendidikan yang sentralistik dan macro oriented, pendidikan dirancang dan diatur secara ketat. Sehingga menyebabkan kurangnya keleluasaan dan peluang kepala sekolah dan pemegang kepentingan untuk lebih berdaya menuju sekolah mandiri. Agar sekolah lebih berdaya, maka perlu memberikan kewenangan, kepercayaan dan kesempatan untuk mengelola sendiri sesuai dengan kondisi obyektif dan mengacu pada pendidikan secara nasional. Dengan demikian sekolah mempunyai otonomi yang luas untuk merencanakan segala sesuatu yang akan dilakukan dan diputuskan berdasarkan pada kebutuhan, tuntutan, dan cita-cita sekolah yang dirancang bersama masyarakat. Karena itu sekarang ini sedang
55
digalakkan pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di berbagai sekolah. Ada empat teknik yang dapat dikembangkan dalam menetapkan manajemen peningkatan mutu yaitu: school review, benchmarking, quality assurance, dan quality control (Sallis, 2007:165). 1) School review adalah proses yang mengharuskan keterkaitan seluruh komponen lembaga pendidikan bekerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki keterkaitan, misalnya orang tua, atau tenaga professional, untuk mengevaluasi keefktifan kebijakan lembaga pendidikan, program dan pelaksanaannya, serta mutu lulusannya. Dengan metode ini, kita dapat membeberkan kelemahan, kekuatan, prestasi lembaga pendidikan dan memberikan rekomendasi untuk penyusunan perencanaan strategis pengembangan lembaga pendidikan di masa mendatang. 2) Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan standar, baik proses, maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu, untuk kepentingan praktis. Dengan demikian, standar tersebut direfleksikan dalam realitas yang ada.
3) Quality assurance artinya bahwa konsep ini mengandung jaminan bahwa proses yang berlangsung dilaksanakan sesuai dengan standard dan prosedur yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, dapat
diharapkan hasil (out put) yang memenuhi standar yang ditentukan pula.
56
4) Quality control merupakan suatu sistem yang untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan standar. Konsep ini berorientasi pada out put untuk memastikan apakah output sesuai dengan standar. Oleh karena itu, konsep ini menuntut adanya indikator yang pasti dan jelas.
57
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM MADRASAH TSANAWIYAH PSA NURUL AMAL 1. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal terletak di tepi jalan raya Bandungan-Sumowono, yaitu di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten semarang. Madrasah ini terletak ditengah-tengah obyek wisata Candi Gedong Songo, Water Park Bandungan, Umbul Sidomukti, dan Pemancingan Blater. Dari kantor kecamatan Bandungan kearah barat kurang lebih 1,5 km. 2. Sejarah Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal kemudian disingkat menjadi MTs PSA Nurul Amal berdiri atau beroperasi sejak tanggal 01 Juli 2008 dengan tahun pelajaran 2008/2009, yang mana dalam proses pembelajaara mengajarnya menggunakan asrama santri sebagai ruang kelasnya dikarenakan madrasah belum mempunyai gedung sendiri dengan sejumlah peserta didik atau santri sebanyak 12 orang. Ketika itu sebagian santri tidak di asrama melainkan pulang pergi dari rumah ke madrasah. Seiring berjalannya waktu setelah sekolah mengadakan evaluasi terhadap snatri-santri yang mukim ataupun yang tidak mukim ternyata kondisinya sangat mengkhawatirkan mengingat kawasan atau lingkungan 58
Bandungan merupakan kawasan wisata dimana banyak sekali terdapat tempat-tempat hiburan yang tidak pantas untuk dilihat oleh pelajar sehingga di waktu bermusyawarah dengan pihak-pihak pesantren dan ditetapkan bahwa tahun pelajaran berikutnya diwajibkan untuk semua peserta didik mukim di asrama. Pada tahun 2009 melalui program AIBEP (Australia Indonesia Basic Education Program) yaitu kemitraan antara Australia dengan Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama berkesempatan mendapatkan bantuan berupa paket pendirian Madrasah Tsanawiyah atau setingkat SLTP, program ini diperuntukkan bagi lembaga pendidikan pesantren yang menyelenggarakan wajardiknas dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). Dalam pembangunan ini lembaga ini mendapatkan paket dengan tipe M2 yaitu tiga ruang kelas, satu laboratorium, MCK, dan perpustakaan. 3. Visi, Misi, Tujuan dan Program Strategis a. Visi Terwujudnya generasi yang unggul dalam imtaq dan iptek Dengan indikator-indikator sebagai berukut: 1) Memiliki keluhuran dalam iman dan taqwa yang meliputi cipta, rasa, karsa, dan karya sesuai dengan syariat Islam. 2) Meningkatkan aktivitas keagamaan baik Ubudiyah maupun Ukhuwah Islamiyah. 3) Memiliki keunggulan dalam bidang lifeskill dengan sarana prasarana multimedia sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
59
dunia di Kabupaten Semarang dan disesuaikan dengan potensi peserta didik serta potensi madrasah. 4) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik, karya ilmiah remaja, serta meningkatkan perolehan kejuaraan pada lomba-lomba dan pertandingan baik kreatifitas, kesenian, dan olahraga. 5) Meningkatkan kemampuan peseta didik dalam mengolah dan mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) sebagai bekal hidup mandiri. b. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut maka MTs Nurul Amal Kenteng Bandungan mempunyai misi sebagai beriku; 1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam 2) Menyelenggarakan Tarbiyatul Islamiyah secara intensif dengan penuh keteladanan 3) Menyediakan dan menyelenggarakan pendidikan teknologi dalam bidang lifeskill 4) Menyelenggarakan pembelajaran dibidang akademik dan non akademik 5) Mencetak generasi yang mandiri memiliki jiwa kewirausahaan yang tangguh serta berwawasan kebangsaan yang luas c. Tujuan Madrasah
60
Pada tahun 2010 – 2014 MTs PSA Nurul Amal Kenteng Bandungan berusaha mencapai tujuan; 1) Menghasilkan ghiroh atau semangat mencari ilmu atas dasar kebutuhan bukan kewajiban. 2) Menghasilkan kader-kader yang berkualitas dalam menguasai dasar-dasar islamiyah sebagai bekal amar ma’ruf nahi mungkar. 3) Memenuhi standar pelayanan sarana dan prasarana pendidian teknologi tepat guna (life skill) yang memadai. 4) Ikut serta dalam olimpiade matematika dan ipa serta lomba dibidang
kesenian
nasional.Menghasilkan
dan
olahraga
karya-karya
sampai yang
dapat
ke
tingkat
menunjang
kemandirian siswa dalam berwirausaha.
d. Program Strategis Madrasah 1) Menyusun program pelaksanaan Masa Orientasi Siswa/santri. 2) Mengadakan pelatihan-pelatihan keagamaan secara intensif baik di madrasah maupun di pesantren. 3) Meningkatkan program pengayaan dibidang ketrampilan (life skill) 4) Memberikan bimbingan yang maksimal terhadap santri atau peserta didik yang memiliki bakat dan minat dibidang akademik dan non akademik. 4. Prestasi Madrasah (Akademik dan Non Akademik) 61
Banyak prestasi yang telah diraih Madrasah Tsanawiyah Satu Atap Nurul Amal ini dari berbagai ajang perlombaan dan kategori, diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Prestasi Akademik dan Nonakademik Prestasi Akademik Tahun Kejuaraan Prestasi 2011 Olimpiade Harapan 1 Mapel
Prestasi Nonakademik Tahun Kejuaraan Prestasi 2010 MTQ Kec. Juara Umum 2010 2010 2011 2011 2011
MTQ Kab. Pramuka Kab Porseni Lomba lari Pidato
Juara 1 Juara 1 Juara Umum Juara 1 Juara 1
5. Sarana Prasarana Sarana Prasarana yang dimiliki oleh Madrasah Tsanawiyah Satu Atap Nurul Amal sampai pada tahun ajaran 2014/2015 ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Sarana Prasarana a. Gedung Luas Tanah No
: 564 m2
Jenis Ruangan
Jumlah Ruangan 9
315 m2
Luas
1
Ruang Kelas
2
Ruang Labolaturium
1
15 m2
3
Ruang Perpustakaan
1
12 m2
4
Ruang UKS
1
3 m2
5
Ruang Kepala Madrasah
1
15 m2
6
Ruang Guru
1
15 m2
62
7
Masjid
-
-
8
Kamar Kecil Siswa
5
18 m2
9
Kamar Kecil Guru
2
12 m2
10
Asrama
-
-
11
Ruang OSIS
1
6 m2
12
Sanggar Pramuka
1
6 m2
13
Ruang TU
1
12 m2
14
Ruang BK
1
4 m2
15
Toko Koperasi
1
12 m2
Tabel 3.3 Mebeler No 1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian Meja Siswa Kursi Siswa Meja Guru Kursi Guru Meja TU Kursi TU Almari Kursi Tamu
Jumlah 126 252 15 15 3 3 4 1 Set
Tabel 3.4 Keadaan Barang
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Barang Komputer Mesin Jahit Kursi Siswa Meja Guru Kursi Guru Almari Laborat Meja,Kursi Ketik Meja
Jumlah
Baik
12 21 160 15 15 5
15 10 15 15 5
1
1
4
4 63
Sedang 2 5 5
Keadaan Rusak Rusak Ringan Berat 8 2 1
Penyu sutan 3
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kantor/TU Almari Televisi Telepon Pompa Air Radio tape VCD Play Pengeras Suara LCD Mesin Ketik Alat Kesenian Peralatan Pramuka
4 1 1 1 3 2 2 4 1 1 set
4 1 1 1 1 2 1 4 1 1 set
1 Set
1 Set
2 1
Tabel 3.5 Sarana Olah Raga No 1 2 3
Jenis Lapangan Olah Raga
Jumlah
Bola Volly Tenes Meja Sepak Bola
1 1 1
Keterangan Baik Baik Milik Desa
Tabel 3.6 Labolaturium No 1 2 3
Laboratorium Bahasa IPA Komputer
Ada / Tidak Tidak Ada Ada
Baik/ Rusak Ringan/ Berat Baik Rusak ringan
Tabel 3.7 Buku Perpustakaan No 1 2 3 4 6 7 8 9
Jenis Buku Karya Umum Agama Sosial Bahasa Ilmu Murni Ilmu Terapan Kesusastraan Geografi dan Sejarah
Jumlah 25 Judul 19 Judul 45 Judul 25 Judul 53 Judul 60 Judul 17 Judul 87 Judul 64
10
Kesenian Hiburan dan Olah Raga
49 Judul
Tabel 3.8 Lingkungan Fisik Madrasah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Fisik Gedung Halaman Pagar Permanen Sumber air Pohon Pelindung Daya Listrik Kamar Kecil
Volume 400 M 1 050 M 35 M 1 buah I pohon 1200 W 135 M
Lain-lain -
Jumlah 8 lokal 1 1 1 1 1 5 buah
6. Guru dan Peserta Didik Tabel 3.9 Kualifikasi Guru Ijazah Terakhir S3 S2 S1 D3 D2 D1 JUMLAH
Guru Negeri (PNS) -
Jumlah Guru Tetap Guru Tidak Tetap Seluruhny (GTY) (GTTY) a 17 17 2 2 19 19
Tabel 3.10 Data dan Jumlah Siswa No 1 2 3
Kelas VII VIII IX JUMLAH
Jumlah Rombongan 3 3 3 9
Laki-laki Perempuan 50 50 37 137
7. Struktur Organisasi Madrasah 65
46 67 38 151
Seluruhnya 96 117 75 288
Tabel 3.11 Struktur Organisasi Madrasah NO NAMA 1. Ahmad Muhalik S.H.I 2. H. Muwan Adzani S.Ag 3.
Mohammad Ibnu Sholeh S.Pd
4.
Drs. Supardi
5.
Sri Kusmawati A.Md
6.
Salami Nurafifah S.PdI
7.
Hj. Siti Rokfatun S.PdI
8.
Marfiatun S.H.I
9.
Sukma Maria S.Pd
10. 11
Iska Adiesti S.Pd Astriyati S.Pd
12.
Ali Mustofa S.Kom
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Mulyono S.Pd Mahmudiyanto Sri Yanto Silvy Okta Erviana S.Pd Mangarif Mohammad Solikin Mujiati BA
8.
GOL JABATAN _ Kepala Madrasah Wakabid Kurikulum _ Wakabid Kesiswaan _ Wali Kelas IX C Wakabid Humas _ Wali Kelas VII C Kabag TU _ Bendahara _ Madrasah Bendahara BOS _ Wali Kelas VIII A Wali Kelas VII A _ Kepala Lab. IPA _ Wali Kelas VIII B Wali Kelas IX B _ Wali Kelas IX A _ Wakabid Sarpras _ Wali Kelas VIII C Pembina Ekskul OR _ Pembina Pramuka _ Pembina Bahasa _ Wali Kelas VII B _ _ Pustakawan _ _
Struktur Organisasi Siswa Intra Madrasah
Ketua
: Ahmad Hasan Masngudin
Wakil
: Yulia Fariyanti
Sekretaris
: Erni Ermawati
Bendahara
: Melinda Dayu
Seksi-Seksi 1. Keamanan
: Muhammad Nur Hasim Nuryanti
66
STATUS GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY
Lutfi Gofar Firmansyah Nikmatul Khasanah 2. Kegiatan
: Mufid Ridwan Ervinda Pramesti Chabib Lutfi
3. Humas
: M. Bayu Ukik
4. Kebersihan
: Latifatul Munawaroh Fahrur Rozak Rizka Hendian
5. Perlengkapan
: Sony Prawira Bagus Hamka Purnomo
6. Kewira Usahaan
: Muhammad Fahrur Rozi
B. PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PESANTREN Dalam penelitian ini telah dipaparkan beberapa hasil penelitian terkait dalam bidang garapan manajemen yang ditinjau dari manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen sarana prasarana, serta manajemen personalia. Menurut peneliti seorang manajemen sekolah harus bisa melaksanakan kelima bidang garapan manajemen tersebut, hal ini dikarenakan akan lebih menunjang keberhasilan dalam pembelajaran sekolah khususnya. a. Manajemen Kurikulum Berdasarkan hasil wawancara dari sejumlah responden, ditemukan beberapa pendapat yang mendukung dari manajemen sekolah berbasis 67
pesantren pada aspek kurikulum. Peneliti mengaajukan pertanyaan tentang bagaimana ssistem kurikulum yang dditerapkan di maadrasaah ini. Pendapat tersebut diantaranya disampaikan oleh MA selaku Wakabid Kurikulum: “Kurikulum yang diterapakan dimadrasah ini adalah kolaborasi antara kurikulum pemerintahdan kurikulum pesantren, kurikulum pemerintah sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Dalam hal ini kurikulum 2006 atau KTSP, sedangkan kurikulum pesantren disesuaikan dengan kurikulum diniyah tingkat wustha.”(wawancara,MA.Senin,15/12/14,jam 09.00 WIB) Lebih lanjut MA menyampaikan bahwa dalam menyampaikan kurikulum sekolah akan menjadi efektif apabila digabung dengan kurikulum pesantren.” Terlepas dari efektif atau tidak kurikulum di MTs Nurul Amal memang harus menetapkan dua kurikulum walaupun dengan beberapa kendala, namun selamakurikulum ini diterapkan alhamdulillah bisa terlaksana dengan baik.” (wawancara,MA.Senin,15/12/14,jam 09.05 WIB) Berkaitan dengan sistem pembelajaran di MTs Nurul Amal. Bagaimana
sistem
pembelajaaran
ddi
madraasah
tersebut.
MA
menyampaikan: “Sistem pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif menyenangkan dan islami atau bisa di singkat PAIKEMI. Jadi sistem pembelajaran yang didesain sedemikian rupa tidak hanya didalam kelas bisa juga diluar kelas sesuai dengan kreatifitas tenaga pendidik.”(wawancara,MA.Senin,15/12/14,jam 09.15 WIB) Seiring sejalan dengan keberlangsungan penerapan kurikulum baik umum maupun khusus dari pesantren, adakah
kendala yang dihadapi
dalam menjalankan kurikulum madrasah, lebih lanjut MA menyampaikan: “Pembagian waktu atau jadwal menjadi kendala utama mengingat santri beraktivitas kurang lebih limabelas jam setiap harinya sehingga perlu perhitungan yang akurat agar pembagian waktu ini dapat seimbang dengan kemampuan para santri.” (wawancara, MA.Senin,15/12/14,jam 09.20 WIB) Lebih lanjut apa yang diungkapkan oleh MA berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran di madrasah ini, sebagai berikut: 68
“Proses perencanaan pembelajaran dimulai dengan kegiatan penerimaan peserta didik baru (PPDB), masa orientasi peserta didik baru (MOPDB), kemudian program penyusunan tahunan, program semesteran sampai program harian yang nantinya akan menjadi rumusan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja madrasah (RAPBM). Sedangkan dalam proses pembelajaran harian, setiap hari para peserta didik/santri masuk ke madrasah tepat pukul 07.00 untuk melaksanakan shalat sunnah dhuha berjamaah bersama dewan asatids/asatidzah yang diimami oleh tenaga pendidik atau guru sesuai jadwal yang sudah diterapkan kecuali hari senin (upacara bender/apel pagi), jum’at (senam bersama) dan hari minggu (kegiatan ekskul). Setelah salat dhuha diteruskan dengan doa bersama, takhsinul qur’an dan diakhiri dengan membaca asmaul husna sampai dengan pukul 07.30 menit, dilanjutkan dengan KBM sampai pukul 13.30 dengan dua kali istirahat. Sepulang sekolah santi diberi waktu istirahat atau tidur siang mulai pukul 13.30 sampai degan 14.30 setelah itu ada jadwal piket bersih lingkungan sampai dengan waktu ashar yaitu pukul 15.00, setelah shalat ashar berjamaah para santri meneruskan kegiatan belajar dinniyah sesuai dengan tingkatan atau kelas s.d pukul 17.30, menjelang magrib para santri diberi waktu makan sore dan mandi selanjutnya shalat maghrib berjamaah dilanjut dengan tadarus al-qur’an dengan metode sorogan dibimbing oleh ustadz/ustadzah. Kemudian dilanjut dengan shalat isya’ berjamaah diakhiri dengan shalat hajat, kemudian ada waktu belajar bersama sampai dengan pukul 21.00, setelah belajar bersama santri diberlakukan jam malam atau tidur mulai pukul 21.30 menit. Kemudian untuk bangun tidur para santri mulai dibangunkan sejak pukul 03.00 dengan berbagai kegiatan mulai didengarkan lantunan al-qur’an dan shalawat serta al-asmaul husna sampaidengan shalat malam, tadarus al-qur’an dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan para santri. Setelah shalat shubuh berjamaah santri kembali ke kelas untuk kegiatan kajian kitab kuning (diniyah) sesuai dengan jenjang”. (wawancara, MA.Senin,15/12/14,jam 09.50 WIB) b.
Manajemen Kesiswaan Berdasarkan pada wawancara pada Wakil Kepala Bidang Kesiswaan didapati program-program yang akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru, maka apa saja kegiatan yang akan dilakukan dalam mempersiapkan tahun ajaran baaru, MIS menyampaikan:
69
“Membuat program kesiswaan dan ekstrakurikuler, mengatur penerimaan siswa baru berpedoman pada kurikulum atau edaran yang baru, mengatur pengelompokan belajar siswa, melakukan kehadiran dan penelitian kehadiran siswa serta mengatur pelaksanaan orientasi siswa baru”(wawancara,MIS.Senin,15/ 12/14,jam 10.30 WIB) Dalam konteks memaksimalkan program kesiswaan, maka bimbingan apa saja yang dilaksanakan di madrasah ini: a) Mengatur kegiatan ekstrakurikuler, pramuka, PMR dst, b) Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan peringatan harihari besar islam nasional bersama Wakama urusan humas, c) Menyelenggarakan dalam rangka menyongsong tahun baru hijriah dan hari-hari besar lainya, d) Mengatur upacara hari nasional dan hari sesnin, e) Mengelola keuangan kesiswaan dan melaporkan kepala marasah, f) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala madrasah.” (wawancara,MIS. Senin,15/12/14,jam 10.45 WIB) MIS menyamapaikan tentang bagaimana penataan siswa siswi di madrsah ini: “Pemisahan kelas antara laki-laki dan perempuan dengan mulai diterapkan sejak tahun ajaran 2013/ 2014, dikarenakan beberapa hal: 1)Jumlah siswa atau siswi dapat habis setelah dibagi, 2) Budaya yang ada, baik laki-laki atau perempuan memiliki kecendurungan yang sama yaitu menjaga jarak komunkasi bahkan cenderung saling berdiam diri dalam mengemukakan pendapat dikelas, sehingga kondisi kelasjustru menjadi kaku idak efektif, 3) Dengan kelas yang terpisah membuat kelas menjadi lebih kondusif karena tidak ada rasa sungkan ataupun canggung dalam menyampaikan pendapatnya.” (wawancara,MIS.Senin,15/12/14, jam 11.00 WIB) Lebih jauh lagi ketika ditanya soal bagaimana persiapan dan kesungguhan anak didik khususnya kelas sembilan dalam menghadapi ujian nasional, maka beliau mengungkapkan hal sebagai berikut : “a) menambah waktu bimbingan belajar di luar jam belajar KBM, b) memberikan motivasi secara moril dan materiil maupun secara spiritual terhadap anak-anak didik c) yang tidak kalah penting yaitu bertawakkal kepada Allah swt dengan menerima atas seluruh kehendak-Nya” (wawancara,MIS.Senin,15/12/14,jam 11.15 WIB)
70
Berkaitan tentang bagaimana program organisasi siswa di madrasah ini, AM menyampaikan lebih rinci:
c.
“Dalam pengorganisasian siswa/santri kita bentuk dengan istilah OSIM (Organisasi Siswa Intra Madrasah) ysng bertujuan untuk melatih dan menumbuhkembangkan jiwa social, kepemimpinan, kemandirian, kewirausahaan sehingga terbentuklah karakter yang berakhlakuk karimah dengan segudang prestasi. Organisasi ini mencakup seluruh kegiatan kesiswaan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Diantara kegiatan organisasi ini adalah adanya kegiatan pengembangan bahasa (arab dan inggris), pelatihan pidato 4 bahasa, pembentukan warung kelas dan sebagainya.” (wawancara,MIS.Senin,15/12/14,jam 11.30 WIB) Manajemen Keuangan Tidak bisa dipungkiri berjalanya sebuah lembaga pendidikan seperti halnya sekolah sangat dipengaruhi dengan adanya pendanaan dan juga manajemen keuangan yang baik. Dalam hal ini bendahara sekolah berusaha mengatur keuangan baik pengeluaran maupun pemasukan, sehingga dengan mengelola uang dengan baik mampu mencukupi kebutuhan santri baik dari fasilitas sarana prasarana maupun kebutuhan lain dalam menjalankan kegiatan di sekolah. Sebagaimana yang di sampaikan oleh SN dalam megerjakan tugas sebagi seorang bendahara: ―Jadi tugas yang saya emban menjadi bendahara adalah menyusun dan menyajikan data penyusunan RAPBM, mencatat dan menyusun dokumen atau bukti pemasukan dan pengeluaran keuangan”. (wawancara,SN.Senin,15/12/14,jam 12.30 WIB) Lebih lanjut SN menyapaikan bagaimana cara mengatur keuangan madrasah: “Dalam manajemen keuanganlembaga ini dibagi menjadi dua bagianada bendahara khusus yang mengatur tentang keuangan madrasah, sedangkan upaya yang dilakukan adalah mengusulkan kebutuhan dana kepada kepala sekolah untuk selanjutnya diteruskan dengan membuat proposal penggalian dana baik kepadamasyarakat maupun pemerintah(wawancara,MIS.Senin, 15/12/14,jam 12.35 WIB) 71
Dalam mengatur keuangan madrasah tentunya ada beberapa hambatan yang di temui. Dalam hal ini SN mengatakan:
d.
“Selama ini belum ada kendala yang berarti, mungkin hanya keterlambatan pencairan bantuan BOS yang terkadang dating diawal bulan atau di akhir bulan.” (wawancara,MIS.Senin, 15/12/14,jam 12.45 WIB) Manajemen Sarana dan Prasarana Pengelolaan sumber daya sarana dan prasarana sekolah maupun madrasah menjadi komponen yang memiliki kedudukan penting sebagai penopang
dan
pendukung
terhadap
optimalisasi
pendidikan
dan
pembelajaran. Adapun dalam konteks MTs Nurul Amal ini, AMS selaku wakabid sarana prasarana ketika diwawancarai mengenai apa saja kegiatan manajemen sarana prasarana, beliau mengungkapkan hal sebagai berikut: ”a) Menyusun rencana pembangunan dan kebutuhan sarana dan prasarana madrasah, b) mengkoordinasikan pendayagunaan sarana prasarana, c) mengelola keuangan sarana prasarana madrasah dan melaporkan kepada kepala madrasah d) melakukan pemeliharaan sarana prasarana yang dimiliki madrasah, e) melakukan inventarisasi sarana prasarana miliki madrasah, f) mengadakan penambahan, merehabilitasi, pengamanan sarana prasarana fisik madrasah seperti gedung, ruang kelas dan lainlain serta penghapusannya, g) melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala madrasah” (wawancara,AMS. Senin, 15/12/14,jam 13.00 WIB) Lebih lanjut AMS menerangkan faktor-faktor apa saja yang pendukung ketersediaan sarana prasarana madrasah yaitu: “Adanya kerjasama dengan pengurus pesantren dalam pelaksanaan pemeliharaan serta inventarisasi sarana prasarana madrasah” (wawancara,AMS. Senin, 15/12/14,jam 13.10 WIB) Disamping faktor pendukung pelaksanaan sarana prasarana madrasah, AMS lebih terperinci menjelaskan yang berkaitan tentang hambatan tersebut :
72
“Masih kurangnya kepedulian warga atau masyarakat sekolah dalam mengelola fasilitas madrasah, kurang pula memiliki kesadaran bahwa seluruh fasilitas yang dimiliki madrasah ini harus dirawat dan dijaga minimal oleh diri kita masing-masing individu” (wawancara,AMS. Senin, 15/12/14,jam 13.15 WIB) e.
Manajemen Personalia Dalam proses pendidikan dan pengajaran, guru atau pendidik menjadi elemen penting yang tidak boleh dilupakan. Apalagi jika guru atau pendidik memiliki peran yang amat vital, maka kualitas guru yang mumpuni juga sangat dibutuhkan. Dalam proses perekrutan pendidik di MTs PSA ini pun dalam hal ini, AM selaku kabid personalia mengungkapkan antusiasmenya dalam merekrut pendidik-pendidik yang handal, memiliki kemauan kuat serta kualitas yang cukup baik. “Ada beberapa syarat untuk dapat menjadi pendidik di madrasah ini diantaranya yaitu, untuk mata pelajaran pokok, pendidikan bagi guru minimal S1 dan sesuai dengan kualifikasi pendidikannya, lalu dapat membat persiapan pembelajaran dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan dapat mendesain pembelajaran dengan menggunakan media minimal dalam bentuk slide power point dan mampu melaksanakan dengan sebaikbaiknya” (wawancara,AM. Senin, 15/12/14,jam 13.30 WIB) Lebih lanjut ketika ditanya mengenai tentang bagaimana kondisi realitas tentang pendidik di MTs PSA ini, AM lebih lanjut menjelaskan: “insya-Allah sebagian guru sudah sesuai dengan persyaratan, karena prosedur penerimaan tenaga pendidik atau guru di madrasah ini adalah harus lolos uji seleksi atau uji kompetensi keguruan sesuai bidangnya dan diantaranya adalah membuat perangkat pembelajaran. Selain itu, ada supervisi secara rutin bagi guru minimal per triwulan juga ada bimbingan dari pengawas madrasah” (wawancara,AM. Senin, 15/12/14,jam 13.40 WIB) Selain itu, upaya untuk meningkatkan kualitas, kapasitas serta kreativitas tidak hanya berhenti sampai disitu, nyatanya ada berbagai
73
kegiatan tambahan bagi para guru untuk semakin meningkatkan kualitas tersebut. Sebagaimana yang disampaikan oleh AM: “Mengisi waktu libur dengan kegiatan MGMP madrasah serta mengikutsertakan guru dalam kegiatan pelatihan, bintek, workshop atau diklat terkait dengan keguruan baik di tingkat MGMP Kabupaten, provinsi sampai pada tingkat nasional” (wawancara, AM. Senin, 15/12/14,jam 13.45 WIB) C. Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di MTs PSA Nurul Amal Kenteng 1. Faktor Pendukung Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di MTs PSA Nurul Amal Pelaksanaan pendidikan sangat mungkin adanya sesuatu yang mendukung
dalam
melaksanakan
manajemen
sekolah.Faktor
Pendukung pelaksanaan pembelajaran pendidikan di bawah satu atap, menurut AM yaitu: “Adanya dua faktor yakni yang pertama adalah faktor internal yang meliputi:Adanya satu visi dan misi serta tujuan yang sama antara madrasah dan pesantren,Komitmen yang kuat warga madrasah terhadap pendidikan madrasah berbasis pesantren, Rasa bangga terhadap pendidikan madrasah pesantren,Lokasi yang strategis dan sangat kondusif syarat terciptanya suasana belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan’ sedangkan faktor eksternal yang mendukung manajemen sekolah berbasis pesantren diantaranya adalah: Animo masyarakat semakin tinggi terhadap lembaga pendidikan berbasis pesantren terbukti dengan semakin banyaknya santri pada tiap tahun pelajaran baru,Terjalin kerjasama yang baik antar pesantren, madrasah, komite madrasah serta stakeholder yang turut mmbantu dalam pengembangan madrasah baik secara moril maupun materiil,Minimnya lembaga pendidikan berbasis pesantren di wilayah bandungan pada khususnya dan kabupaten semarang pada umumnya” (wawancara,AMS. Senin, 15/12/14,jam 13.40 WIB). 2. Faktor Penghambat
74
Faktor Penghambat pelaksanaan pembelajaran dalam satu atap, AM menyampaikan tentang hal tersebut: “Dalam manajemen sekolah berbasis pesantern ini tentunya ada beberapa kendala yang ditemui. Faktor penghambat tersebut saya katrogikan juga menjadi dua faktor, yang petama adalah faktor internaal yang meliputi: Belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai terutama asrama dan ruang kelas karena setiap tahunnya mengalami overload (kelebihan peserta didik),Belum tersedianya ruang/ tempat ibadah yang memadai sehingga kegiatan yang dilakukan secara bersama untuk seluruh santri masih menggunakan lapangan upacara atau asrama, Minimnya tenaga pendidik yang mukim dipesantren karena sebagian pendidik atau asatidz berada diluar pesantren, Peserta didik atau santri yang memiliki latar belakang kurang baik sehingga seringkali melakukan pelanggaran-pelanggaran mulai dari indisipliner sampai dengan pelanggaran lainnya sesuai dengan kebiasaan atau literature santri. Sedangkan yang kedua adalah faktor eksternal yang meliputi: Adanya layanan jual beli yang dilarang oleh pesantren dan madrasah seperti rokok oleh masyarakat sekitar pesantren yang membuka usaha warung klontongan, Kurangnya kesadaran orangtua santri terhadap pendidikan pesantren sehingga masih ada yang beranggapan bahwa segala perubahan yang terjadi pada santri adalah tanggungjawab madrasah atau pesantren‖ (wawancara,AMS. Senin, 15/12/14,jam 14.00 WIB) D. Upaya dalam meningkatkan Pelaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di MTs PSA Nurul Amal Kenteng Dalam melaksanakan manajemen sekolah berbasis pesantren madrasah telah melakukan beberapa upaya dalam meningkatkan pelaksanaan manajemen sekolah. Diantaranya yaitu, menjalin hubungan yang baik dengan lembaga pesantren dimulai dari penyatuan visi dan misi serta
membangun
tujuan
yang
sama
untuk
lebih
berkomitmen
mewujudkan madrasah yang unggul. Selain dengan pesantren, madrasah juga membangun hubungan yang baik dengan masyarakat hal ini supaya selalu mendapat dukungan yang baik dari masyarakat ketika akan mengadaan kegiatan. Menciptakan suasana yang nyaman ketika dalam 75
pembelajaran juga dilakukan hal ini bisa membuat peserta didik lebih enak dalam belajar. Dalam pelaksanaan manajemen keuangan juga berupaya selalu membuat laporan yng rinci dan jelas ketika ada rapat.pertanggung jawaban. Membuat rencana penganggaran dan mengkoordinasikan kepada kepala sekolah merupakan upaya mengelola dalam memelihara segala sesuatu inventaris madrasah dengan baik merupakan cara agar dalam melaksanakan manajmen sarana dan prasarana selalu terarah sesuai dengan kebutuhan dan manfaatnya. Dalam proses pendidikan dan pengajaran guru harus apat memenuhu syarat ketika ingin mengajar disekolah ini, hal ini dimaksudkan agar dalam pembeljaran guru selalu memberikan materi yang sesuai dengan pembelajaran.
76
BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan manajemen sekolah berbasis peantren yang ditinaju dari lima bidang garapan manajemen telah menghasilkan beberapa pokok pembahasan mengenai pelaksanaan manajemen sekolah berbasis pesantren tersebut. Selain itu juga akan dibahas mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanakan mmanajmen sekolah, serta upaya yang dilakukan dalam meningkatkan manajemen sekolah berbasis pesantren. A. Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal. Berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan, menggunakan metode wawancara serta melakukan pengamatan secara mendalam. Dapat kita temukan beberapa data penting terkait pelaksanaan manajemen kurikulum di MTs PSA Nurul Amal Bandungan ini. Pengelolaan kurikulum menjadi amat penting dalam melaksanakan roda pendidikan. Manajemen
kurikulum
menjadi
elemen
pendukung
terhadap
operasionalisasi lembaga atau yayasan pendidikan, yaitu sekolah atau madrasah di bawah payung lembaga atau yayasan pendidikan maupun Islam. Salah satu komponen operasional pendidikan Islam sebagai sistem adalah kurikulum. Jika dikatakan kurikulum, maka ia mengandung pengertian bahwa materi yang diajarkan atau didikan telah tersusun sistematik dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dan sasaran pendidikan yang tertuang pada kurikulum lembaga pendidikan terseleksi secara baik dan tepat. Materi pendidikan harus megacu pada tujuan, 77
karenanya pendidikan tidak bisa berdiri sendiri terlepas dari kontrol tujuannya. Antara materi dan tujuan pendidikan harus senantiasa relevan dalam proses kependidikan, karena keduanya merupakan kerja sistem yang saling terkait dan berkesinambungan (Rosyadi, 2004:239). Jadi, sudah cukup jelaslah di sini bahwa konstruksi pencapaian tujuan pendidikan yang hendak dicapai terletak pada bagaimana menempatkan kurikulum pembelajaran dengan baik. Materi pembelajaran di dalamnya pun perlu disusun berdasarkan relevansi atas tujuan pendidikan secara utuh. Ini yang memungkinkan segala operasionalisasi pembelajaran di sekolah amat penting tanpa adanya fungsi manajemen kurikulum
itu.
Manajemen
kurikulum
dalam
hal
ini
menjadi
tanggungjawab bidang kurikulum yang dalam konteks ini merupakan kepanjangan tangan dari lembaga pendidikan tersebut. Bidang tersebut bertugas untuk mengatur seluruh sistem kurikulum dan segala seluk beluk pembelajaran. Mulai dari mengatur jadwal pendidikan, kalender pendidikan, supervisi guru maupun ustadz/ustadzah, pengelolaan jadwal kegiatan penerimaan sampai kegiatan rutinitas siswa didik dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan kurikulum di MTs PSA Nurul Amal ini, diterapkan kurikulum yang bersifat kolaboratif antara kurikulum pemerintahan dengan kurikulum lokal, seperti yang diungkapkan oleh MA yaitu, Kurikulum yang diterapakan di madrasah ini adalah kolaborasi antara kurikulum pemerintah dan kurikulum pesantren, kurikulum pemerintah sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Dalam hal ini kurikulum 2006 atau KTSP, sedangkan kurikulum pesantren 78
disesuaikan dengan kurikulum diniyah tingkat wustha. Lebih dari itu, dalam menyampaikan kurikulum sekolah akan menjadi efektif apabila digabung dengan kurikulum pesantren.‖ Terlepas dari efektif atau tidak kurikulum di MTs Nurul Amal memang harus menetapkan dua kurikulum walaupun dengan beberapa kendala, namun selama kurikulum ini diterapkan alhamdulillah bisa terlaksana dengan baik. Sistem pembelajaran yang diterapkan di madrasah ini pun bervariasi, kreatif, inovatif serta islami seperti yang diungkapkan oleh MA yaitu pelaksanaan sistem pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif menyenangkan dan islami atau bisa di singkat PAIKEMI. Jadi sistem pembelajaran yang didesain sedemikian rupa tidak hanya di dalam kelas bisa juga diluar kelas sesuai dengan kreatifitas tenaga pendidik. Dalam rangka antisipasi kecenderungan masa depan madrasah yang akan berkompetisi dengan lembaga lain, maka manajemen madrasah harus ditata ulang. Manajemen yang selama ini mengandalkan faktor intuisi dan pengalaman, harus diganti dengan manajemen modern, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh Balitbang Depag RI (2001) yaitu Manajemen Berbasis Madrasah (MBM). MBM merupakan institusi sosial yang mengandung makna kewenangan pengambilan keputusan dilihat dari perspektif peran madrasah yang sesungguhnya. Oleh karena itu, MBM sering dikatakan sebagai upaya memposisikan kembali peran madrasah yang sesungguhnya. MBM memberikan peluang mengakomodasikan pihak-pihak berkepentingan untuk berkontribusi secara positif terhadap peningkatan kinerja madrasah, yang terefleksikan
79
ke dalam perumusan visi, misi, tujuan serta program-program prioritas madrasah yang disusun secara kolaboratif (Maimun, 2010:51). Pendapat di atas sejalan dengan realitas di MTs PSA Nurul Amal, bahwa tata kelola manajemen madrasah berbasis pesantren terintegrasi satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh MA, pemberlakuan kurikulum di MTs PSA Nurul Amal ini berbasis pada kurikulum pemerintah, pesantren dan kearifan lokal. B. Pelaksanaan Manajemen Kesiswaan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Manajemen kesiswaan menjadi bagian yang tak dapat dilupakan dalam mengatur dan menjalankan sebuah lembaga pendidikan. Menurut Mulyasa Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah satu bidang manajemen sekolah. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sekolah hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik melainkan meliputi aspek yang lebih luas secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan unuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan sekolah (Mulyasa, 2009:46). Seperti yang terlihat di MTs PSA Nurul Amal ini bahwa kurikulum mengelola kegiatan, khususnya jadwal kegiatan kesiswaan diantaranya ketika diwawancarai kepada MA yaitu Membuat program kesiswaan dan 80
ekstrakurikuler, mengatur penerimaan siswa baru berpedoman pada kurikulum atau edaran yang baru, mengatur pengelompokan belajar siswa, melakukan kehadiran dan penelitian kehadiran siswa serta mengatur pelaksanaan orientasi siswa baru. Tentunya kita pun dapat menyimpulkan bahwa pentingnya peran kurikulum sangat berpengaruh karena menyentuh langsung pada tataran praktik pembelajaran anak didik di lapangan. Jelas terlihat konsekuensi yang ditimbulkan apabila tidak dikelola dengan sebagaimana mestinya, maka harapan untuk dapat menjadikan anak-anak yang berpengetahuan, trampil dan berbudi pekerti akan sulit untuk diwujdkan. Para ahli dalam bidang pelayanan kesiswaan menyarankan perlunya koordinasi dalam hal pelayanan murid disekitar fungsi bimbingan dan penyuluhan. Sesuai dengan itu pengembangan yang baik hendaknya didasari prinsip-prinsip berikut: 1. Pelayanan murid dikelola paling efektif bila organisasinya dibangun untuk memenuhi kebutuhan murid secara individual. 2. Keberhasilan program pelayanan murid langsung berhubungan dengan wawasan dalam ketabahan hati pejabat adsminitratif. 3. Dalam proses memusatkan perhatian kepada perkembangan murid, tekanan hendaknya diberikan kepada persiapan guruguru dan para adsministrator untuk memanfaatkan pelayanan murid dengan sebaik-baiknya. 4. Pelayanan murid akan berjalan dengan paling baik bila tenaga spesialis dalam bidang yang satu memiliki cukup pemahaman
81
dan penghargaan tentang pekerjaan para spesialis dari bidang tertentu. 5. Semua orang yang menjalankan bimbingan murid hendaknya mengenal prosedur kelas dan memahami masalah-masalah kelas. 6. Koordinasi pelayanan murid yang efektif bisa diperoleh dengan menempatkan pelayanan serupa itu di bawah satu unit adsminitrati ftunggal dan dengan menciptakan koordinasi yang menandai diantara berbagai orang yang bertanggung jawab. 7. Suatu pedoman yang jelas hendaknya dibuat tentang penanganan informasi murid, dan konsultasi antara guru dan penyuluh. 8. Pengetahuan dan ketrampilan dibidang pelayanan murid hendaknya disebarluaskan keseluruh personil melalui kegiatan latihan dalam menambah saluran komunikasi (Sutisna, 1987:69).
C. Pelaksanaan Manajemen Keuangan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Manajemen keuangan adalah segala aktivitas organisasi yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, mengelola dana, dan mengelola asset sesuai tujuan organisasi secara menyeluruh. Sedangkan manajemen keuangan sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan atau diusahakan secara sengaja atau sungguh sungguh, serta pembinaan seara kontinu terhadap biaya operasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan lebih 82
efektif dan efisien serta membantu pencapaian tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan dalam pengelolaan keuangan dapat terwujud dengan baik apabila seluruh elemen masyarakat khususnya di lingkungan madrasah mampu memahami peran masing-masing, memiliki fungsi pengawasan serta dapat memahami dan menjalankan seluruh kebijakan keuangan secara bijak (Daryanto, 2013;141). Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang menunjang efektiftas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Dalam hal manajemen keuangan cukup mampu mengelola keuangan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kegiatan pengelolaan keuangan dari pemasukan dan pengeluaran keuangan dengan baik. Sehingga dengan manajemen keuangan yang baik tersebut dapat mencukupi kebutuhan siswa baik dari fasilitas sarana prasana maupun kehidupan yang lain dalam kehidupan sehari-hari. D. Pelaksanaan Manajemen Sarana Prasarana Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Dalam manajemen sekolah dipaparkan tugas dalam manajemen sarana dan prasarana yang meliputi perencanaan dan pengadaan inventaris. Peningkatan fasilitas sarana Madrasah Tsanawiyah yang begitu cepat dipengaruhi dari beberapa hal dan yang paling utama yakni penerapan manajemen sarana prasarana yang baik, dari menyusun rencana pembangunan
dan
kebutuhan
sarana
dan
prasarana
madrasah,
mengkoordinasikan pendayagunaan sarana prasarana, mengelola keuangan sarana prasarana madrasah dan melaporkan kepada kepala madrasah) melakukan pemeliharaan sarana prasarana yang dimiliki madrasah, melakukan inventarisasi sarana prasarana miliki madrasah, mengadakan 83
penambahan, merehabilitasi, pengamanan sarana prasarana fisik madrasah seperti gedung, ruang kelas dan lain-lain serta penghapusannya, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala madrasah. Sarana prasarana sekolah untuk pembelajaran menjadi media untuk seiring sejalan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Sarana prasarana yang baik sungguh diperlukan dalam menunjang ketercapaian pembelajaran anak yang komprehensif. Anak-anak didik lebih mampu dapat memahami persoalan tidak hanya tekstual namun juga konstekstual persoalan yang ada di lingkungan nyata. Manajemen sarana dan prasarana sekolah yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehinga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada disekolah. Disamping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar (Mulyasa, 2002;50). E. Pelaksanaan Manajemen Personalia Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kepegawaian adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan pegawai dalam penjelasan umum Undang-undang No.8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata dan berkeseimbangan material dan spiritual, diperlukan adanya Pegawai Negeri sebagai Warga Negara, unsur Aparatur Negara, 84
Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna, bersih, bermutu
tinggi,
dan
sadar
akan
tanggung-jawabnya
untuk
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Di dalamnya dijelaskan bahwa yang dimaksud kepegawaian adalah segala hal yang berhubungan kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai negeri (Daryanto, 2013;134). Manajemen personalia pendidikan madrasah tsanawiayah Nurul Amal bertujuan untuk mendayagunakan tenaga pendidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pengurus yayasan sekolah maka seorang pendidik yang mengajar di madrasah ini harus memenuhi beberapa persyaratan diantaraya adalah seorang pendidik sekurang-kurangnya harus sudah S1. Supaya dalam mejalankan tugasnya sebagai guru dapat meberikan materi yang sesuai dan dapat mengoperasikan multimedia dalam media pembelajaran. Demikian pula dalam meningkatkan kualitas dan kreatifitas di sekolah ini, yayasan sekolah mempunyai program kerja untuk mendorong para pendidik di sekolah ini untuk mengikuti kegiatan di libur semester. Kegiatan itu diantaranya adalah melakukan kegiatan MGMP madrasah serta mengikutsertakan guru dalam kegiatan pelatihan, bintek, workshop atau diklat terkait dengan keguruan baik di tingkat MGMP F. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal 85
Perkembangan masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya sudah memasuki masyarakat informasi yang merupakan kelanjutan dari masyarakat modern dengan ciri-cirinya yang bersifat rasional, berorientasi kemasa depan terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri, dan inovatif. Sedangkan masyarakat informasi, mampu bersaing, serba ingin tahu, imajinatif, mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan menguasai berbagai metode dalam memecahkan masalah (Nata, 2007:77). Dalam pelaksanaan manajemen sekolah berbasis pesantren tidak mungkin terlepas dari faktor pendukung. Faktor pendukung tersebut terkait dengan adanya satu visi dan misi yang sama antra sekolah dan pesantren, komitmen yang kuat warga madrasah terhadap pendidikan berbasis pesantren. Selain itu lokasi yang stategis dan sangat kondusif terciptanya suasana belajar yang nyaman. Di sisi lain dalam sebuah penerapan manajemen sekolah, Madrsah Tsanawiyah Nurul Amal juga mengalami beberapa kendala yang menghambat berjalanya manajemen sekolah, sehingga pencapaian hasil akhirnya kurang maksimal. Dalam hal ini belum terpenuhinya sarana prasarana yang memadaiterutama asrama daan ruang kelas karena setiap tahunnya mengalami overload. Selain itu juga dikarenakan minimnya tenaga pendidik yang mukim dipesantren. G. Upaya Dalam meningkatkan Pelaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Dewasa ini upaya peningkatan manajemen pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut 86
dilandasi suatu kesadaran betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pengembangan sumber
daya manusia dan
pengembangan watak
bangsa (Nation Character Building) untuk kemajuan masyarakat dan bangsa. Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Dalam konteks bangsa Indonesia, peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh (Mulyasa, 2005:31). Penerapan dalam upaya peningkatan manajemen sekolah tidak akan efektif apabila tidak tersedia sumber daya yang memadai. Sumber daya yang dibutuhkan dalam manajemen sekolah terdiri dari sumber daya manusia sebagai pelaksana pembelajaran, sumber daya non manusia yaitu dana (biaya operasional), dan sarana prasarana. Berdasarkan pembahasan aspek sumber daya masih kurang. Adapun upaya untuk mengatasi kurangnya sumber daya yang telah dilakukan kepala madrasah Tsanawiyah PSA Nurul Amal, yaitu memberikan berbagai fasilitas. Dalam pelaksanaan manajemen kurikulum penyusunan harus direncanakan jauh-jauh hari. Hal ini akan berupaya dalam melaksanakan manajemen kurikulum akan lebih optimal dan maksimal dalam pelaksanaan. Dalam melaksanakan manajemen kesiswaan berupaya selalu membuat rencana mulai dari program penerimaan peserta didik baru hingga mengatur pengelompokan belajar siswa sehingga dalam megelola bidang kesiswaan akan lebih teratur dan efektif. Tidak bisa dipungkiri barjalannya sebuah lembaga pendidikan seperti halnya sekolah sangat dipengaruhi dengan adanya pendanaan dan juga manajemen keuangan 87
yang baik. Dalam hal ini bendahara sekolah seslalu berupaya sealu membuat rencana anggaran sekolah yang di buat sesuai kebutuhan sekolah. Selain itu juga sealu membuat laporan bulanan yang di laporkan kepada kepala sekolah. Pelaksanaan manajemen sarana prasarana selalu berupaya membangun kerja sama antara pihak sekolah dan pesantren dalam melaksanakan pemeliharaan inventaris sekolah. Dalam proses pendidikan guru yang mengajar di madrasah ini diupayakan yang sudah memenuhi beberapa syarat menurut standar yang telah ditetapkan madrasah tersebut, diantaranya sudah S1 sesuai dengan bidang yang diajarkannya. Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa upaya mengatasi kekurangan sumber daya untuk kualitas pendidik kepala sekolah melakukan pembinaaan secara rutin adapun kekurangan sumber dana diupayakan melalui permohonan dinas terkait.
88
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang di laksanakan di Madrasah Tsanawiyah PSA Nurul Amal Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang tahun ajaran 2014/ 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan manajemen sekolah berbasis pesantren meliputi manajemen kurikulum yang diterapkan di ini menggunakan dua kurikulum yakni kurikulum nasional dan juga kurikulum lokal pesantren. Kedua model kurikulum tersebut di gabungkan sehingga dalam pembelajarnya akan menjadi lebih efektif. Manajemen kesiswaan dalam MTs ini mencakup dari segala sesuatu yang berhubungan dengan siswa mulai dari penerimaan siswa baru hingga mengikuti pembelajaran. Manajemen keuangan dalam hal ini bendahara mulai mengatur segala urusan keuangan sekolah mulai dari pemasukan sampai dengan pengeluaran. Manajemen sarana prasana merupakan sarana penunjang dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mendapatkan
hasil
prasaranamenyusun
yang rencana
optimal
maka
pembangunan
bidang dan
sarana
kebutuhan
dan sarana
prasarana sekolah. Manajemen personalia di Madrasah ini mengadakan musyawarah bersama yang menghasilkan bahwasanya segala pendidik di madrasah ini sekurang-kurangnya harus sudah menempuh S1. Selain itu guna menunjang kreatifitas seorang pendidik maka dari bidang personalia mengadakan kegiatan seperti pelatihan yang diadakan pada waktu libur sekolah.
89
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat manajemen sekolah berbasis pesantren Madrasah Tsanawiyah PSA Nurul Amal. Dalam melaksanakan pendidikan sebagai penyelenggara pastinya menemui berbagai hal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan faktor pendukung manajemen sekolah berbasis pesatren diantaranya adalah adanya kerja sama antara pihak sekolah dan pesantren yang mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan faktor penghambat dalam menjalankan manajemen sekolah berbasis pesantren juga ada, diantaranya adalah belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai terutama asrama dan ruang kelas karena setiap tahunnya mengalami kelebihan peserta didik. 3. Upaya yang dilakukan dalam meningkaatkan manajemen sekolah berbasis pesantren yakni, kepala sekolah selalu memberikan fasilitas yang menunjang tenaga pendidiknya seprti halnya memberikaan pembinaan kepada bidang-bidang pelaksanaan manajemen. Bidang manajemen kurikulum berupaya selalu meyusun progam ypembelajaran yang sistematis. Dalam pelaksanaan manajemen kesiswaan brupaya sealu membuat program kesiawaan mulai dari penerimaan peserta didik baru hinnga mulai aktif pembelajaran. Dalam melaksanakan manajemen keuangan berupaya mencatat seluruh anggaran mengenai pendanaan harus ditulis dengan rinci. Dalam melaksanakan manajemen sarana prasarana seslalu berupaya memelihara inventaris sekolah agar selalu terawat dengan baik. Selain itu pelaksanaan manajemen personalia selalu berupaya memilih guru pengajar sesuai standar guru yang sudah ditetapkan. B. Saran
90
Madrasah Tsaanawiyah PSA Nurul Amal sebagai lembaga pendidikan yang memiliki nilai plus terutama dalam mencetak generasi yang mumpuni baik IPTEK dan IMTAQ hendaknya mempunyai manajemen yang benar-benar mampu mengelola lembaga pendidikan yang berbasis pesantren terssebut dengan baik. Mulai dari penyususnan kurikulum yaang akan dilaksanakan disekolah, selain itu program penerimaan siswa baru harus direncanakan sebaik mungkin supaya dalam manajemen kessiswaan mendapatkan hasil yang maksimal. Seorang bendahara harus lebih rinci dalam mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan ssupaya tidak terjadi kesalaha. Pengolahan daan perencanaan dalam bidang sarana dan prasarana perlu dilakukan supaya selalu ada peningkatan dalam kinerja. Berbagai kegiatan seperti pelatihan dan pengembangan para tenaga kependidikan merupakan salah satu bentuk upaya menciptakan kualitas sumber daya yang baik dalam menjalankan tugasnya.
91
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Syahrizal. 2009. Manajemen perguruan tinggi: Beberapa Catatan. Jakarta: Prenada Media Group. Baharudin. 2011. Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki Press. Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Daryanto, M. 2013. Adsminitrasi dan Manajemen Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Bogor: Kencana. Daymon, Chistie. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif Dalam Public Relation dan Marketing. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Departemen Pendidikan Agama RI. 2003. Jakarta. Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Gunawan, Ari H. 2011. Adsminitrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosdakarya. Handoko, Hani. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Junaidi. 2011. Desain Pengembangan Mutu Madrasah. Yogyakarta: Teras. Maimun, Agus., & Agus Zaenal Arifin. 2010. Madrasah Unggulan. UIN Maliki Press. Ma‘mur Asmani, Jamal. 2009. Manajemen Pengelolaan Pendidikan Profesional. Yogyakarta: Diva Press Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Intregratif Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi Pendidikan Manajemen. Bandung: Rosdakarya. _________, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. ________, E. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya. Nasir, Ridwan. 2005. Mencari Format Tipologi Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 92
Natta, Abuddin. 2007. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana Penada Media Group. Nawawi, Hadari. 1985. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung. Purwanto, Ngalim. 2012. Adsminitrasi daan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKIS. Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sallis. Edward, 2007. Total Quality Management ini Education” terj. Menejemen Mutu Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD. Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta: PT Indeks. Supiana. 2008. Sistem Madrasah Unggulan di Madrasah Aliyah Negri Insan Cendikia Tanggerang, Mandrsah Aliyah Negeri 1 Bandung, dan Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Ciamis. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depak RI. Suprayogo & Tobroni. 2003. Metodologi Sosial Agama. Bandung: Rosdakarya. Usman, Husaini. 2013. Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yayasan Katana Bangsa. 2005. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zulkarnain. 2008. Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Manajemen Berorientasi Link and Match. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. https://matnursomad.wordpress.com
:Penguatan
Manajemen
Pondok
Pesantren http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php:
Depag
Kembangkan
MTs
Pesantren Satu Atap http://www.radioaustralia.net:
Membangun
Persahabatan Australia Indonesia
93
Pesantren
Menabur
LAMPIRAN-LAMPIRAN
94
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah. 1. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kurikulum di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal? 2. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kesiswaan di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal? 3. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen keuangan di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal? 4. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal? 5. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen personalia di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal? 6. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat manajemen sekolah berbasis pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal? 7. Upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatan manajemen sekolah berbasis pesantren? Dari rumusan masalah diatas dibuat kisi-kisi pedoman wawancara, pengamatan, dan pengumpulan dokumen. PEDOMAN WAWANCARA NO INFORMAN PEDOMAN WAWANCARA 1. Kepala Sekolah Perencanaan dalam manajemen sekolah Pengorganisaasian dalam manajemen sekolah Penggerakan dalam melaksanakan manajemen sekolah Evaluasi dalam melaksanakan manajemen sekolah Factor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan manajemen sekolah berbasis pesantren 2. Wakil Kepala Pengembangan kurikulum Kurikulum Penyusunan kurikulum Implementasi kurikulum 3. Wakil Kepala Penerimaan siswa baru Kesiswaan Proses pelaksanaan bimbingan pada siswa Kegiatan yang dilakukan siswa sehari-hari 4. Kepala Bidang Perencanaan dalam manajemen keuangan Keuangan Tugas-tugas bendahara Hambatan pengelolaan Keuangan melaksanakan manajemen sekolah berbasis pesantren 5. Wakil Kepala Sarana Pengembangan Sarana Prasarana dan Prasarana Manajemen Sarana dan Prasarana 95
4.
Kepala Bidang Personalia
Informasi guru sekolah Syarat menjadi seorang pendidik Kegiatan pengembangan kreativitas guru
PEDOMAN PENGAMATAN NO Kegiatan yang Hal-hal yang dicermati diammati 1. Gambaran umum pesantren 2. Situasi kegiatan Situasi dan kondisi madrasah sekolah Proses KMB VISI dan MISI sekolah 3. Kegiatan Belajar Jadwal KMB Mengajar PENGUMPULAN DOKUMEN NO Data Tentang Jenis dokumen yang dikumpulkan 1. Sejarah pondok Buku sejarah pesantren Hasil penelitian terdahulu 2.
Susunan organisasi
3. 4,.
Keadaan siswa, guru Kegiatan harian
Akta yayasan Buku profil/ pajangan struktur Buku informasi pendataan siswa dan guru Jadwal pelajaran dan kegiatan pesantren
96
PROFIL RESPONDEN 1. AM adalah kepala madrasah yang diberi amanah untuk memimpin Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap (PSA) Nurul Amal Bandungan Kabupaten Semarang. Beliau telah memiliki banyak pengalaman pendidikan dan pelatihan terbukti telah berbagai diklat dijalaninya baik tingkat lokal, tingkat daerah atau provinsi maupun sampai pada tingkat nasional. Diantaranya yaitu, diklat manajemen berbasis sekolah yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan pemerintah provinsi Banten pada tahun 2007, pelatihan peningkatan Guru BK yang diselenggarakan oleh pemerintah yang sama persis pada tahun 2007. Pelatihan tutor paket C Geografi yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi melalui Kanwil Depag Jawa Tengah pada tahun 2009. Selain itu beliau juga pernah mengikuti pelatihan cukup bergengsi yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yaitu KKRPS putaran II, III hingga putaran ke IV yaitu pada tahun 2010. Beliau pun juga pernah mengikuti pelatihan dan pendidikan dan pengelolaan keuangan Negara tingkat nasional yang diselenggarakan di Kota Semarang pada tahun 2010. Pengalaman yang dimiliki sebagai kepala sekolah pun cukup banyak, terhitung beliau telah menjadi kepala sekolah selama lebih dari 9 tahun serta masa kerja sebagai guru selama kurang lebih 10 tahun. Itu artinya bahwa AM memiliki bekal yang lebih dari cukup untuk membangun sebuah madrasah serta mengembangkan madrasah dengan
97
tata kelola serta manajemen yang baik dan terarah. AM kini tinggal di Dusun Muteran RT 26 RW 09 Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
2. MA merupakan sosok yang tak asing di lingkungan MTs PSA Nurul Amal. Selain sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum, beliau juga merupakan ketua yayasan Ponpes Nurul Amal yang notabene kurang lebih sebagai sosok pencetus dan pendiri pondok pesantren ini sekaligus madrasah tsanawiyah dalam satu atap. MA juga yang mendesain system pendidikan dan manajemen yang cocok yang diterapkan di madrasah tsanawiyahnya sekaligus pondok pesantrennya. MA telah cukup berhasil membawa yayasan ini menjadi lebih baik dan berkembang lebih luas serta memiliki murid yang semakin meningkat jumlahnya tiap tahunnya yakni kurang lebih 300 peserta didik atau santri. Dalam kaitannya sebagai wakil kepala bidang kurikulum, tanpa mengesampingkan
posisi
sebagai
ketua
yayasan,
MA
tetap
melaksanakan seluruh tanggung jawab secara professional dan dengan seamanah mungkin, sebab hal ini sebagai modal dan bekal untuk mengelola sebuah yayasan pendidikan apalagi dalam ruang lingkup pendidikan – pengajaran islam. MA menerapkan standar kurikulum berdasarkan yang telah diatur oleh pemerintah berdasarkan dengan ketentuan yang telah berlaku, mengatur seluruh kegiatan pendidikan
98
santri dan anak didik selama di dalam lingkungan pembelajaran serta mengawasi seluruh anak didik ataupun santri dengan pengawasan yang cukup ketat dan efisien. Dengan demikian diharapkan anak didik atau santri betul-betul belajar tanpa ada pengaruh pergaulan dari luar. 3. AMS merupakan sosok yang memiliki peran yang penting yaitu pada pengelolaan sarana dan prasarana sekolah atau madrasah. Beliau memiliki tugas cukup penting sebab sarana prasarana disini memiliki kedudukan yang amat penting dalam mendukung dan menunjang pendidikan – pengajaran yang komplet terhadap para peserta didik. Disamping itu, tanpa adanya dukungan dari faktor fisik maupun non fisik berupa sarana prasarana penunjang pembelajaran, maka mustahil tujuan pendidikan dan pengajaran yang sebagaimana diharapkan akan dapat dicapai secara maksimal. Maka, kaitannya dengan ini tugas yang harus diemban sebagai wakil kepala bidang sarana dan prasarana yaitu mengelola dengan sebaik-baiknya, menjaga, merawat, mengadakan serta
menginventarisir
seluruhnya
dengan
sebaik-baiknya
dan
seadministratif mungkin. 4. SN merupakan tulang punggung fundamental yang ada di Madrasah Tsanawiyah Nurul Amal, sebab tugasnya sebagai bendahara madrasah menjadi posisi yang amat sangat vital serta strategis. Bagaimana proses manajemen sirkulasi keuangan, bagaimana manajemen penyimpanan keuangan, transparansi
bagaimana dan
manajemen
akuntabilitas
pelaporan
keuangan
yang
sebagai nantinya
bentuk dapat
dipertanggungjawakan terhadap seluruh jajaran pengurus madrasah
99
maupun yayasan. Dan berbagai tata kelola yang berkaitan dengan keuangan. Sebagai bendahara madrasah, SN memiliki tugas yang cukup berat sebab disinilah letak jantung sebuah lembaga atau yayasan pendidikan, sebab tanpa adanya manajemen yang baik serta tranparansi dana maka tidak akan berjalan dengan baik seluruh system yang ada di dalam satuan pendidikan tersebut. 5. MIS selalu berusaha untuk dengan sebaik-baiknya mengurus urusan kesiswaan dengan penuh kebijaksanaan serta penuh tanggungjawab. Bagaimana mengelola anak-anak didik, mengarahkan serta memberikan pengendalian terhadapnya apabila melanggar setiap aturan dan tata tertib madrasah. Maka seluruhnya menjadi tanggungjawab MIS untuk menentukan
arah
pembentukan
kedepannya.
100
kepribadian
anak-anak
didik
HASIL WAWANCARA
Nama
: MA
Jabatan
: Wakil Kepala Bidang Kurikulum
Peneliti
: Bagaimana Kurikulum yang bapak terpkan?
Responden
: ―Kurikulum yang diterapakan dimadrasah ini adalah kolaborasi antara kurikulum pemerintahdan kurikulum pesantren, kurikulum pemerintah sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Dalam hal ini kurikulum
2006
atau
KTSP,
sedangkan
kurikulum
pesantren disesuaikan dengan kurikulum diniyah tingkat wustha.‖ Peneliti
: Apakah pelaksanaan kurikulum sekolah berjalan dengan baik apabila di gabung dengan kurikulum pesantren?
Responden
: sekolah akan menjadi efektif apabila digabung dengan kurikulum pesantren.‖ Terlepas dari efektif atau tidak kurikulum di MTs Nurul Amal memang harus menetapkan dua kurikulum walaupun dengan beberapa kendala, namun selama kurikulum ini diterapkan alhamdulillah bisa terlaksana dengan baik.
Peneliti
: Bagaimana sistem pembelajaran yang bapak terpakan?
Responden
: ―Sistem pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif menyenangkan dan islami atau bisa di singkat PAIKEMI.
101
Jadi sistem pembelajaran yang didesain sedemikian rupa tidak hanya didalam kelas bisa juga diluar kelas sesuai dengan kreatifitas tenaga pendidik.‖ Peneliti
: Kendala apa saja yang dihadapi dalam menjalankan kurikulum madrasah ini?
Responden
: ―Pembagian waktu atau jadwal menjadi kendala utama mengingat santri beraktivitas kurang lebih limabelas jam setiap harinya sehingga perlu perhitungan yang akurat agar pembagian waktu ini dapat seimbang dengan kemampuan para santri.‖
Peneliti
: Bagaimana proses pembelajaran di Madrasah ini?
Responden
: ―Proses perencanaan pembelajaran dimulai dengan kegiatan penerimaan peserta didik baru (PPDB), masa orientasi peserta didik baru (MOPDB), kemudian program penyusunan tahunan, program semesteran sampai program harian yang nantinya akan menjadi rumusan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja madrasah (RAPBM). Sedangkan dalam proses pembelajaran harian, setiap hari para peserta didik/santri masuk ke madrasah tepat pukul 07.00 untuk melaksanakan shalat sunnah dhuha berjamaah bersama dewan asatids/asatidzah yang diimami oleh tenaga pendidik atau guru sesuai jadwal yang sudah diterapkan kecuali hari senin (upacara bender/apel pagi), jum‘at (senam bersama) dan hari minggu (kegiatan ekskul). Setelah salat
102
dhuha diteruskan dengan doa bersama, takhsinul qur‘an dan diakhiri dengan membaca asmaul husna sampai dengan pukul 07.30 menit, dilanjutkan dengan KBM sampai pukul 13.30 dengan dua kali istirahat. Sepulang sekolah santi diberi waktu istirahat atau tidur siang mulai pukul 13.30 sampai degan 14.30 setelah itu ada jadwal piket bersih lingkungan sampai dengan waktu ashar yaitu pukul 15.00, setelah shalat ashar berjamaah para santri meneruskan
kegiatan
belajar
dinniyah
sesuai
dengan
tingkatan atau kelas s.d pukul 17.30, menjelang magrib para santri diberi waktu makan sore dan mandi selanjutnya shalat maghrib berjamaah dilanjut dengan tadarus al-qur‘an dengan metode sorogan dibimbing oleh ustadz/ustadzah. Kemudian dilanjut dengan shalat isya‘ berjamaah diakhiri dengan shalat hajat, kemudian ada waktu belajar bersama sampai dengan pukul 21.00, setelah belajar bersama santri diberlakukan jam malam atau tidur mulai pukul 21.30 menit. Kemudian untuk bangun tidur para santri mulai dibangunkan sejak
pukul
03.00
dengan
berbagai
kegiatan
mulai
didengarkan lantunan al-qur‘an dan shalawat serta al-asmaul husna sampaidengan shalat malam, tadarus al-qur‘an dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan para santri. Setelah shalat shubuh berjamaah santri kembali ke kelas untuk
103
kegiatan kajian kitab kuning (diniyah) sesuai dengan jenjang‖
Nama
: MIS
Jabatan
: Wakil Ketua Bidang Kesiswaan
Peneliti
: Apa yang dihadapi madrasah dalam menyambut tahun
ajaran baru? Responden
: ―Membuat program kesiswaan dan ekstrakurikuler, mengatur penerimaan siswa baru berpedoman pada kurikulum atau edaran yang baru, mengatur pengelompokan belajar
siswa,
melakukan
104
kehadiran
dan
penelitian
kehadiran siswa serta mengatur pelaksanaan orientasi siswa baru‖ Peneliti
: Program bimbingan apa saja yang dilaksanakan disekolah ini?
Responden
: a) Mengatur kegiatan ekstrakurikuler, pramuka, PMR dst, b) Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan peringatan hari-hari besar islam nasional bersama Wakama urusan humas, c) Menyelenggarakan dalam rangka menyongsong tahun baru hijriah dan hari-hari besar lainya, d) Mengatur upacara hari nasional dan hari sesnin, e) Mengelola keuangan kesiswaan dan melaporkan kepala marasah, f) Melaksanakan tugas-tugas lain yangdiberikan oleh kepala madrasah.‖
Peneliti
: Apakah ada pemisahan kelas antara laki-laki dan perempuan?
Responden
: ―Pemisahan kelas antara laki-laki dan perempuan dengan mulai
diterapkan
sejak
tahun
ajaran
2013/
2014,
dikarenakan beberapa hal: 1)Jumlah siswa atau siswi dapat habis setelah dibagi, 2) Budaya yang ada, baik laki-laki atau perempuan memiliki kecendurungan yang sama yaitu menjaga jarak komunkasi bahkan cenderung saling berdiam diri dalam mengemukakan pendapat dikelas, sehingga kondisi kelasjustru menjadi kaku idak efektif, 3) Dengan kelas yang terpisah membuat kelas menjadi lebih kondusif
105
karena tidak ada rasa sungkan ataupun canggung dalam menyampaikan pendapatnya.‖ Peneliti
: Bagaimana persiapan kelas sembilan dalam menghadapi ujian nasional?
Responden
: ―a) menambah waktu bimbingan belajar diluar jam belajar KBM, b) memberikan motivasi secara moril dan materiil maupun secara spiritual terhadap anak-anak didik c) yang tidak kalah penting yaitu bertawakkal kepada Allah swt dengan menerima atas seluruh kehendak-Nya‖
Peneliti
: Hal apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan pengorganisasian siswa di madrasah ini?
Responden
: ―Dalam pengorganisasian siswa/santri kita bentuk dengan istilah OSIM (Organisasi Siswa Intra Madrasah) ysng bertujuan untuk melatih dan menumbuhkembangkan jiwa social,
kepemimpinan,
kemandirian,
kewirausahaan
sehingga terbentuklah karakter yang berakhlakuk karimah dengan segudang prestasi. Organisasi ini mencakup seluruh kegiatan
kesiswaan
baik
intrakurikuler
maupun
ekstrakurikuler. Diantara kegiatan organisasi ini adalah adanya kegiatan pengembangan bahasa (arab dan inggris), pelatihan pidato 4 bahasa, pembentukan warung kelas dan sebagainya.
106
Nama
: SN
Jabatan
: Bendahara Sekolah
Peneliti
: Tugas apa saja yang diemban sebagai seorang bendahara?
Responden
: ―Jadi tugas yang saya emban menjadi bendahara adalah menyusun dan menyajikan data penyusunan RAPBM, mencatat dan menyusun dokumen atau bukti pemasukan dan pengeluaran keuangan‖.
Peneliti
: Bagaimana mengatur keuangan madrasah dan pesantren?
Responden
: ―Dalam manajemen keuanganlembaga ini dibagi menjadi dua bagianada bendahara khusus yang mengatur tentang keuangan madrasah, sedangkan upaya yang dilakukan adalah mengusulkan kebutuhan dana kepada kepala sekolah uuntuk selanjutnya diteruskan dengan membuat proposal penggalian
dana
baik
kepada
masyarakat
maupun
pemerintah‖. Peneliti
: Kendala apa saja yang dihadapi dalam mengelola keuangan?
107
Responden
: ―Selama ini belum ada kendala yang berarti, mungkin hanya
keterlambatan
pencairan
bantuan
BOS
yang
terkadang dating diawal bulan atau di akhir bulan.‖
Nama
: AMS
Jabatan
: Wakil Kepela Bidang Sarana Prasarana
Peneliti
: Kegiatan apa yang dilakukan dalam manajemen sarana prasarana?
Responden
: ‖a) Menyusun rencana pembangunan dan kebutuhan sarana dan prasarana madrasah, b) mengkoordinasikan pendayagunaan sarana prasarana, c) mengelola keuangan sarana prasarana madrasah dan melaporkan kepada kepala madrasah d) melakukan pemeliharaan sarana prasarana yang dimiliki madrasah, e) melakukan inventarisasi sarana prasarana miliki madrasah, f) mengadakan penambahan, merehabilitasi, pengamanan sarana prasarana fisik madrasah seperti
gedung,
ruang
108
kelas
dan
lain-lain
serta
penghapusannya, g) melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala madrasah‖ Peneliti
: Apa faktor penunjang manajemen sarana prasarana?
Responden
: ―Adanya kerjasama dengan pengurus pesantren dalam pelaksanaan
pemeliharaan
serta
inventarisasi
sarana
prasarana madrasah‖ Peneliti
: Apa faktor penghambat dalam manakjemen sarana prasarana?
Responden
: ―Masih kurangnya kepedulian warga atau masyarakat sekolah dalam mengelola fasilitas madrasah, kurang pula memiliki kesadaran bahwa seluruh fasilitas yang dimiliki madrasah ini harus dirawat dan dijaga minimal oleh diri kita masing-masing individu‖
Nama
: AM
Jabatan
: Kepala Sekolah dan Kepala Bagian Personalia
Peneliti
: Apa ada syarat khusus
menjadi seorang pendidik
disekolah ini? Responden
: ―Ada beberapa syarat untuk dapat menjadi pendidik di madrasa ini diantaranya yaitu, untuk mata pelajaran pokok,
109
pendidikan bagi guru minimal S1 dan sesuai dengan kualifikasi pendidikannya, lalu dapat membat persiapan pembelajaran dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan dapat mendesain pembelajaran dengan menggunakan media minimal dalam bentuk slide power point dan mampu melaksanakan dengan sebaik-baiknya‖ Peneliti
: Apakah Semua guru sudah memenuhi syarat dalam melaksanakan pengajaran?
Responden
:
―insyaAllah
sebagian
guru
sudah
sesuai
dengan
persyaratan, karena prosedur penerimaan tenaga pendidik atau guru di madrasah ini adalah harus lolos uji seleksi atau uji kompetensi keguruan sesuai bidangnya dan diantaranya adalah membuat perangkat pembelajaran. Selain itu, ada supervisi secara rutin bagi guru minimal per triwulan juga ada bimbingan dari pengawas madrasah‖ Peneliti
: Kegiatan apa yang dilakukan dalam meningkatkan kreatifitas seorang pendidik?
Responden
: ―Mengisi waktu libur dengan kegiatan MGMP madrasah serta mengikutsertakan guru dalam kegiatan pelatihan, bintek, workshop atau diklat terkait dengan keguruan baik di tingkat MGMP Kabupaten, provinsi sampai pada tingkat nasional‖
Peneliti
: Apa faktor pendukung manajemen sekolah berbasis pesantren?
110
Responden
: “Faktor Internal -
Adanya satu visi dan misi serta tujuan yang sama antara madrasah dan pesantren
-
Komitmen yang kuat warga madrasah terhadap pendidikan madrasah berbasis pesantren
-
Rasa
bangga
terhadap
pendidikan
madrasah
pesantren -
Lokasi yang strategis dan sangat kondusif syarat terciptanya suasana belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan Faktor eksternal
-
Animo masyarakat smakin tinggi terhadap lembaga pendidikn
berbasis
pesantren
terbukti
dengan
semakin banyaknya santri pada tiap tahun pelajaran baru -
Terjalin kerjasama yang baik antar pesantren, madrasah, komite madrasah serta stakeholder yang turut mmbantu dalam pengembangan madrasah baik secara moril maupun materiil
-
Minimnya lembaga pendidikan berbasis pesantren di wilayah bandungan pada khususnya dan kabupaten semarang pada umumnya‖
111
Peneliti
: Apa faktor pennghambat dalam menjalankan manajemen sekolah berbasis pesantren?
Responden
: Faktor Internal -
Belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai terutama asrama dan ruang kelas karena setiap tahunnya mengalami overload (kelebihan peserta didik)
-
Belum tersedianya ruang/ tempat ibadah yang memadai sehingga kegiatan yang dilakukan secara bersama untuk seluruh santri masih menggunakan lapangan upacara atau asrama.
-
Minimnya
tenaga
pendidik
yang
mukim
dipesantren karena sebagian tendik atau asatidz berada diluar pesantren -
Peserta didik atau santri yang memiliki latar belakang
kurang
baik
sehingga
seringkali
melakukan pelanggaran-pelanggaran mulai dari indisipliner sampai dengan pelanggaran lainnya sesuai dengan kebiasaan atau literature santri. Faktor Eksternal -
Adanya layanan jual beli yang dilarang oleh pesantren dan madrasah seperti rokok oleh
112
masyarakat sekitar pesantren yang membuka usaha warung klontongan -
Kurangnya kesadaran orangtua santri terhadap pendidikan pesantren sehingga masih ada yang beranggapan bahwa segala perubahan yang terjadi pada santri adalah tanggungjawab madrasah atau pesantren‖
113
RIWAYAT HIDUP 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Tempat dan Tanggal lahir Jenis kelamin Warga Negara Agama Alamat
7. No. HP 7. Riwayat Pendidikan: a. b. c. d.
: Nur Said : Kab.Semarang , 05 Maret 1992 : Laki-laki : Indonesia : Islam : Dsn. Ampel Gading Ds. Kenteng Rt.04 Rw. 06 Kec.Bandungan Kab. Semarang. : 08572726157572
TK Dharma Wanita SD Negeri Kenteng 01 MTs Al-Manar Ma Al-Manar
Tahun 1997-1998 Tahun 1999-2004 Tahun 2005-2007 Tahun 2008-2010
8. Pengalaman Organisasi a. Departemen Advokasi HMI Cabang Salatiga Komisariat Walisongo b. Sekretaris Bidang PPPA HMI Cabang Salatiga
Komisariat Walisongo
Tahun 2011
Tahun 2012
c. Bendahara Umum HMI Cabang Salatiga
Komisariat Walisongo
Tahun 2012
d. Bendahara Umum HMI Cabang Salatiga
Tahun 2014
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 12 Februari 2015 Penulis
Nur Said NIM : 111 10 102
114
115
116
117
DAFTAR NILAI SKK Nama Nim
: Nur Said : 111 10 102 No Nama kegiatan OPAK ― Optimalisasi Nalar Kritis 1 Mahasiswa: Upaya Mengawal Perubahan Bangsa ke Arah yang Lebih Baik‖ (DEMA) 2 User Education (UPT Perpustakaan) Basic Training LK 1 ―Mewujudkan Mahasiswa Islami yang Ideal Demi 3 Terwujudnya Kader yang Militan (HMI) 4 Basic Training LK 1 (HMI) Training Jurnalistik Tingkat Dasar seJATENG-DIY ―Wartawan Tak Mutu, 5 Baiknya Jadi Penjilat (LAPMI ) SINERGI HMI Cabang Yogyakarta Follow Up Filsafat ―Tingkat Keadilan Tuhan 6 Dalam Manusia‖ (HMI) 7 Praktikum BTQ (STAIN Salatiga) Reuni Akbar ―Merajut Ukhuwah 8 Memperkokoh Kebersamaan‖ (HMI) 9 Praktikum Kepramukaan (STAIN Salatiga) 10 Penginapan Peserta OPAK (HMI) Workshop Karikatur Tingkat Nasional 11 ―Karikatur Media, Mengkritik Tanpa Kata‖ (Forum Cendekia Muda) Seminar Pendidikan ―Menuju Pendidikan 12 Indonesia Yang Ideal‖ (HMI) Training Senior Course (SC) Se-Jateng dan DIY ―Transformasi Nilai-nilai Pengkaderan 13 Menuju Kompetisi Pendidik yang Berkualitas‖ (HMI) Praktikum Etika Profesi Keguruan (STAIN 14 Salatiga) Praktikum Komputer Multimedia (STAIN 15 Salatiga) Seminar Nasional Entrepreneurship ―Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi 16 Informatika Sebagai Wujud Pasar Modern‖ (KOPMA FATAWA) 118
Jurusan Progdi Tanggal
: Tarbiyah : PAI Keterangan
Nilai
28 Agustus 2010
Peserta
3
25 September 2010
Peserta
3
28 Oktober 2010
Peserta
3
24 Maret 2011
Panitia
3
08 Mei 2011
Peserta
4
26 Mei 2011
Peserta
3
22 Juni 2011
Peserta
2
03 Juli 2011
Panitia
2
22 Juli 2011 28 Agustus 2011
Peserta Panitia
3 3
21 September 2011
Peserta
3
28 Desember 2011
Panitia
3
20 Februari 2012
Peserta
3
13 Maret 2012
Peserta
2
13 Maret 2012
Peserta
2
21 April 2012
Peserta
6
17 18
19 20
21 22 23 24 25
26
27
28 29 30 31 32 33 34
35
Bedah Buku ―Sang Maha Segalanya Mencintai Sang Mahasiswa‖ (HMI) Grand Launching Dan Diskusi Public ―Peran Generasi Muda Terhadap Fenomena HIV/AIDS Di Kota Salatiga (FGMPS) Praktikum Perawatan Jenazah (STAIN Salatiga) Ta‘aruf dan Sarasehan ―Mahasiswa PAI, Optimis Menyapa Zaman‖ HMJ Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang) Ta‘aruf dan Diskusi Publik ― Rekontruksi Pemahaman Sejarah G-30S/ PKI‖ (PMII Rayon Tarbiyah) Orientasi Dasar Ilmu Tilawah Al Qur‘an (UKM BITA IAIN Walisongo Semarang) Seminar Nasional ― Pancasila; Platform Pendidikan Moral Bangsa (BEM Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang) Seminar Nasional ― Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa‖ (HMI) Seminar Nasional ―Ahlussunah Waljamaah Dalam Perspektif Islam Di Indonesia (DEMA) Seminar Nasional ― Politik Identitas Pendidikan, Menguak Sejarah dan Pentingnya di Dalamnya‖ LPM Edukasi Fak. Ilmu Tarbiyah IAIN Walisongo) Surat Keterangan Pengangkatan Guru Tidak Tetap SD Negeri Banyukuning Sarasehan Keluarga Besar HMI Dan AHMI Salatiga Bersama Prof. Dr. Azyumardi Azra MA Training Pembuatan Makalah (LDK) Bakti Sosial Pengobatan Gratis (HMI) Seminar Pancasila ― Pancasila dan Pendidikan Dalam Menagkal Radikalisasi Ideologi di Indonesia‖ (PMII Rayon Ushuluddin) Pelatihan Bidang Kreatifitas Pemuda ―Kerajinan Enceng Gondok‖ (MENPORA RI) Pengurus HMI Cabang Salatiga Khitanan Massal ―BRIMOB Dan Polri‖ Salatiga dan Kab. Semarang Seminar ―Mempertegas Peran Pendidikan Dalam Mencerahkan Masa Depan Anak Bangsa‖ (HMI) 119
15 Mei 2012
Peserta
2
12 Juli 2012
Peserta
3
17 September 2012
Peserta
3
27 September 2012
Peserta
2
4 Oktober 2012
Peserta
2
5 Oktober 2012
Peserta
2
29 November 2012
Peserta
3
23 Februari 2013
Peserta
3
26 Maret 2013
Peserta
6
30 mei 2013
Peserta
3
1 Juli 2013
GTT
3
11 September 2013
Panitia
3
18 September 2013 05 November 2013
Peserta Panitia
3 3
28 November 2013
Peserta
3
4 Mei 2014
Peserta
4
Periode 2013-2015
Pengurus
3
12 Oktober 2014
19 November 2014
3 Peserta
3
36
37
Bimbingan Teknis Kurikulum 2013 PAI Dan Budi Pekerti Jenjang SD (Kemenag Kabupaten Semarang) Kuliah Umum ―International Migrations in ASEAN Context‖ Fak.Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi UKSW Jumlah
12 Desember 2014
Peserta
3
6 Februari 2015
Peserta
3 117
Salatiga, 04 Maret 2015 Mengetahui, Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Moh. Khusen, M.Ag., M.A. NIP. 19741212 199903 1 003
120
Pintu Gerbang Masuk MTs PSA Nurul Amal
Foto Dewan Guru MTs PSA Nurul Amal
121
Kegiatan Pembelajaran Madrasah
Kegiatan Organisasi Siswa Intra Madrasah Rapat
122
Kegiatan Luar Kelas
Salah Satu Sisi Bangunan Madrasah
123