PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SATU ATAP PADA MTs PSA BUSTANUL MUTA’ALLIMIN DOPLANG 1 KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah
Nur Aliyah NIM : 111 07 060 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: Nur Aliyah
NIM
: 111 07 060
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN SATU ATAP PADA MTs PSA BUSTANUL MUTA’ALLIMIN DOPLANG 1 KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga,
Desember 2011 Pembimbing
Dra. Siti Farikhah M. Pd NIP: 196106231998032001
PERNYATAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nur Aliyah
NIM
: 11107060
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 31 Desember 2011 Yang menyatakan
Nur Aliyah
MOTTO
“ Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” ( Al- Insyirah : 5-6)
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan dengan ketulusan hati kepada: 1. Ibuku (Amrokah) dan Bapak (Syamsiri) engkau yang ku kasihi dan ku rindu yang sudah banyak pengorbanan tanpa letih maupun pamprih, semoga selalu dalam limpahan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. 2. Suamiku (Rasno) tercinta yang selalu menemaniku kesana-kesini, memberi motivasi, do’a demi terselesainya skripsi ini, semoga Allah selalu meridhoi setiap aktifitasmu dan selalu memberikan kemudahan kepadamu. 3. Anakku (Adiva Fikri An-Nayra) yang selalu menghiburku di saat aku sedih ataupun senang, semoga Allah menjadikanmu anak yang sholikhah. 4. Adikku (Azis) yang selau memberiku motivasi dan do’a. 5. Sahabatku (Rahayu) yang telah memberi motivasi dan bantuan dalam bentuk apapun, Im, Yuni yang selalu lucu sehingga membuat saya terhibur, Rofik yang senantiasa memberi nasihat. 6. Sahabat-sahabat PAI-B angkatan 2007.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beliaulah penyempurna akhlak yang mulia, dan motivator handal yang menjadi teladan bagi seluruh umat. Penulisan skripsi ini tak mungkin dapat terselasaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M. Si selaku Ketua progdi Jurusan Tarbiyah 3. Ibu Dra. Siti Farikhah M. Pd selaku pembimbing skripsi yang senantiasa sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal keilmuan kepada penulis. 5. Ibu Syarifah S.Ag selaku Kepala MTs PSA Busatanul Muta’allimin Doplang I, dan keluarga besar MTs PSA Busatanul Muta’allimin Doplang
I yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Madrasah tersebut. 6. Keluarga tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan memberikan bantuan material maupun spiritual. 7. Sahabat-sahabatku seperjuangan PAI-B 2007. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah SWT serta tercatat dalam bentuk amalan ibadah. Amin. Penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Salatiga,
Desember 2011
Penulis
Nur Aliyah NIM: 11107060
ABSTRAK Aliyah, Nur. 2011. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Satu Atap Pada MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidika Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.Pd. Kata kunci : Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Satu Atap MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 merupakan MTs yang terletak di Desa Doplang kecamatan Bringin, kabupaten Semarang. Pelaksanaan kurikulum di MTs tersebut memadukan kurikulum dari DIKNAS, kementrian agama, dan pondok pesantren. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 melalui penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (a) Bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang Tahun 2011, (b) Bagaimana hasil dalam pelaksananaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang Tahun 2011, (c) Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang Tahun 2011, untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dari analisis data didapatkan bahwa pelaksanaan kurikulum yang ada sudah berjalan selaras, keberhasilan kurikulum juga ditunjang dari sarana prasarana yang memadai, kualitas guru dan kerjasama yang baik antara pihakpihak yang terkait, kendala-kendala dalam pelaksanaan kurikulum dapat terselesaikan dengan baik dengan adanya kerjasama yang baik diantara pihak yang terkait.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii HALAMAN DEKLARASI.................................................................................... iv HALAMAN MOTTO..............................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................vi KATA PENGANTAR...........................................................................................vii ABSTRAK............................................................................................................ix DAFTAR ISI...........................................................................................................x DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1 B. Pembatasan Masalah................................................................................... 4 C. Rumusan Masalah........................................................................................5 D. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
E. Manfaat Hasil Penelitian..............................................................................6 F. Metodologi Penelitian..................................................................................7 G. Sistematika Laporan Penelitian..................................................................11 BAB. II. KAJIAN TEORI A. Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum..........................................................................13 2. Fungsi Kurikulum............................................................................... 14 3. Komponen Kurikulum ........................................................................15 4. Pengembangan Kurikulum ..................................................................16 5. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum .........................................18 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
21
B. Kurikulum Pendidikan Satu Atap 1. Pengertian Pendidikan Satu Atap........................................................ 22 2. Landasan Pendidikan Satu Atap ..........................................................24 3. Pola Pendidikan Satu Atap ..................................................................26 4. Model-Model Pengembangan Pendidikan Satu Atap..........................27 5. Tujuan Kurikulum Pendidikan Satu Atap ...........................................33 6. Kriteria Calon SD-SMP Satu Atap .....................................................34 C. Pengertian
Kurikulum
Kementrian
Pendidikan
dan
kebudayaan,
kementrian Agama dan Pondok Pesantren ..............................................35 BAB. III. PAPARAN DATA dan TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Sejarah Singkat MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1...... 48 2. Visi, Misi, Tujuan MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang
1..................................................................................................... 52 3. Letak Geografis .............................................................................52 4. Keadaan Guru dan Karyawan .......................................................53 5. Fasilitas dan Prestasi..................................................................... 56 B. Penyajian Data 1. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Satu Atap............................. 63 2. Hasil dalam Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Satu Atap........ 73 3. Kendala dalam Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Satu Atap... 74 BAB. IV. ANALISIS DATA................................................................................ 77 BAB. V. PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................... 84 B. Saran...........................................................................................................85 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel I
Data Guru dan Karyawan Berdasarkan Tingkat Ijasah dan Tahun Lulusan ..........................................................................................54
Tabel II
Data Siswa MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1............ 55
Tabel III
Angka Mengulang Siswa ..............................................................56
Tabel IV
Sarana Dan Prasarana Mts Psa Bustanul Muta’allimin Doplang 1 ........................................................................................................57
Tabel V
Struktur Kurikulum........................................................................65
Tabel VI
Struktur Kurikulum Muatan Lokal.................................................67
DAFTAR GAMBAR Skema I
pola satu SD dan satu SMP...........................................................29
Bagan I
bagan SD-SMP satu atap dengan satu pengelola ..........................31
Bagan II
bagan SD-SMP dengan satu SD satu SMP, satu pengelola ..........32
Bagan III
bagan lebih dari satu SD dan satu SMP ........................................33
Bagan IV
struktur organisasi MTs Bustanul Muta’allimin Doplang I ..........61
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, hal ini tertuang dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 (Susilo, 2008: 82). Kurikulum merupakan program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang memerlukan inovasi dan pengembangan. Melihat hal ini kurikulum selalu bersifat dinamis selalu berubah dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan peserta didik. Kurikulum
memegang
peranan
penting
keberhasilan
proses
pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan. Ia adalah ruh yang memberikan kehidupan bagi dunia pendidikan. Ibaratnya, ia adalah konstruksi bangunan yang berpengaruh bagi estetika bangunan (Yamin, 2010: 14). Kurikulum mempunyai pengaruh yang besar dalam segala bentuk aktifitas pendidikan di sebuah lembaga pendidikan. Karena kurikulum memberikan rancangan pendidikan
yang
berfungsi
sebagai
pedoman
dalam
pelaksanaan
pembelajaran. Sebuah kurikulum lembaga pendidikan yang diatur dengan baik akan menghasilkan peserta didik yang berpandangan luar biasa dan berfikir ke depan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pengembangan rencana pembelajaran dan pelaksanaan bimbingan merupakan bagian dari isi kurikulum, isi kurikulum bukan hanya mata
pelajaran saja, tetapi ditambah dengan proses pembeajaran di luar mata pelajaran misalnya kerja keras, kedisiplinan, kebiasaan belajar, dan jujur dalam belajar. Semua itu merupakan tanggungjawab sekolah yang wajib diberikan kepada peserta didik. Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai nilai plus karena memadukan antara pendidikan umum dan agama. Keberadaan madrasah sebagai sekolah umum yang bercirikan Islam dituntut untuk mengembangkan kemamapuan serta meningkatkan mutu pendidikan nasional agar dapat bersaing dengan sekolah umum. Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingakat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu. (Oemar Hamalik, 2008 : 91) Seiring
dengan
diterapkannya
kurikulum
tingkat
satuan
pendidikan (KTSP) yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah masingmasing sehingga menjamin lulusannya dapat berkompetensi dan memperoleh peluang besar untuk mengisi kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) yang dibutuhkan
masyarakat. Oleh karena itu kurikulum yang dibutuhkan pun
tidak hanya mengandung unsur duniawi karena hal tersebut tidak akan mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang saat ini yang datang dari berbagai sumber masalah yang mengancam dan menyerang masyarakat terutama remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang sholih-sholihah, yang mampu menguasai ilmu agama dan umum. Dengan
diterapkannya dua
model
kurikulum,
MTs Satu Atap
mampu berprestasi ditingkat kecamatan dan kabupaten dengan menjuarai beberapa perlombaan pelajaran umum dan keagamaan. Para siswa yang menyelesaikan studi di MTs Satu Atap ini diharapkan mempunyai kemampuan berstandar nasional dan pondasi
keagamaan
yang
dengan Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai
kokoh landasan
utamanya. Beberapa yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian ditempat ini antara lain diterapkannya tiga model kurikulum, yang pertama adalah kurikulum kementerian pendidikan dan kebudayaan dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mencakup pelajaranpelajaran wajib nasional, sehingga para siswa dapat mempunyai standar kemampuan nasional dengan lulus dalam ujian akhir sekolah berstandar nasional
(UASBN). Kedua
adalah kurikulum kementrian agama yang
mencakup fiqih, akidah ahklak, sejarah kebudayaan Islam dan bahasa arab, Al-Qur’an & Hadist. Yang paling menarik dari madrasah ini adalah di kurikulum pondok pesantren menjadi salah satu kurikulum muatan lokal MTs Satu Atap Muta’allimin.
Berangkat dari realita di atas penulis ingin meneliti kurikulum MTs Satu Atap Muta’allimin yang
menggabungkan
Kemdiknas, Kurikulum Kementrian Agama
dan
antara
kurikulum
masuknya Kurikulum
Pondok Pesantren sebagai pondasi keagamaan dengan judul “Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Satu Atap Pada MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang Tahun 2011” B. Pembatasan Masalah Sebelum
penulis
membahas
lebih
lanjut
yang
menjadi
inti
permasalahan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan juduldi atas yaitu antara lain: 1. Kurikulum Kurikulum adalah program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3). Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd.(2006: 24-25), kurikulum merupakan kumpulan perangkat perencanaan dan pengaturan dan pengaturan tentang tujuan, kompetensi dasar, materi dasar, hasil belajar, serta penerapan pedoman pelaksanaan aktivitas belajar guna meraih kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.
2. Pendidikan Satu Atap Pendidikan dasar mencakup SD dan SMP yang sederajat atau lembaga pendidikan lain seperti pondok pesantren yang diselenggarakan terpadu, baik
terpadu
secara
fisik
maupun
secara
pengelolaan
(http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-atap) . 3. MTs PSA Muta’allimin Madrasah Satu Atap yang berbasis
pondok
pesantren
dengan
menggunakan perpaduan kurikulum Diknas, kurikulum Depag dan pondok pesantren dibawah naungan yayasan Muta’allimin Desa Doplang Kecamatan Bringin,
Kabupaten
Semarang dan MTs PSA Bustanul
Muta’allimin sebagai penyokong utama MTs Satu Atap.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang diatas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 tahun 2011? 2. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 tahun 2011? 3. Apa kendala-kendala dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 tahun 2011?
D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka peneliti memiliki tujuan antara lain untuk mengetahui: 1.
Pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 tahun 2011.
2.
Tingkat keberhasilan pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 tahun 2011.
3.
Kendala pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 tahun 2011.
E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang bisa diambil, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Untuk memperkaya perbehandaraan pengetahuan serta teori tentang kurikulum pendidikan satu atap khususnya di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 b. Sebagai bahan sumbang sih bagi pengembangan kurikulum lembaga pendidikan islam. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi MTs PSA Muta’allimin 1 Doplang dalam upaya penyempurnaan pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap.
b. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaksana dan pengelola lembaga pendidikan MTs PSA Muta’allimin 1 Doplang.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Moleong, 2009: 3). Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati (Molleong, 2009: 4). Menurut S. Nasution, penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana adanya tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes. Penelitian kualitatif hasilnya bersifat objektif berlaku sesaat dan setempat kemudian pada penelitian pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial sedangkan data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif (Nasution, 2003: 18-19).
2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, waka kurikulum, pengasuh pondok pesantren. Untuk menentukan subjek dalam penelitian yang dijadikan informan menurut molleong ada beberapa kriteria yaitu: ia harus jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, tidak termasuk salah satu kelompok yang bertentangan dalam latar penelitian dan mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi (Molleong, 2003: 90). Objek penelitian adalah MTs PSA Bustanul Muta’allimin doplang 1 yang terletak di Desa Doplang Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. 3. Pengumpulan data a. Dokumentasi Dokumentasi adalah memperoleh data dengan meneliti dan mempelajari serta menganalisa dokumen-dokumen yang berupa data umum yang berhubungan dengan pengelolaan dan manajemen sekolah. Dokumentasi terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat dan dokumen resmi (Nasution, 2003: 85). Metode ini di gunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan berwujud dokumentasi yaitu mengenai jumlah guru, jumlah siswa, struktur organisasi, kurikulum pendidikan satu atap dan arsip-arsip lain yang berkaitan dengan penelitian.
b. Wawancara tak berstruktur Wawancara menurut Lexy J. Molleong adalah percakapan dengan maksud tertentu (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara
tak
berstruktur
adalah
wawancara
yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaannya yang akan diajukan (Molleong, 2003: 130). Wawancara dalam penelitian kualitatif biasanya merupakan jenis wawancara tak berstruktur. Tujuannya ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan responden. c. Observasi Metode observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang
diselidiki (Sutrisno hadi, 1986: 136). Metode ini di gunakan untuk mengadakan pengamatan terhadap subyek penelitian. Peneliti secara langsung akan mengadakan observasi ke MTs PSA Bustanul Muta’allimin doplang 1. Metode observasi ini di gunakan peneliti untuk mengumpulkan data mengenai sarana dan prasarana, keadaan sekolah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. 4. Metode analisis data Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis deskriptif, yang bertujuan
untuk
mendeskripsikan,
mencatat,
analisis
dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.
Dengan kata lain metode
penelitian deskriptif
bertujuan untuk
memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sehingga dalam menganalisis data juga menggunakan analisis data kualitatif. Yaitu berpikir berdasarkan realitas proses sehingga yang penting bukan prosentasenya tetapi upaya dalam memecahkan berbagai macam persoalan dalam arti pemaknaan proses tersebut. Analisis kualitatif adalah analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif non statistic melalui penjelasan kata-kata yang akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan. Secara garis besar langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu persiapan, tabulasi atau perumusan data dan penerapan data sesuai dengan pendekatan
penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998 : 240). Dalam
menganalisis data yang bersifat kualitatif ini, maka menggunakan pola berpikir deskriptif analisis induktif. Induktif yaitu cara berfikir yang berangkat dari faktor-faktor khusus, peristiwa yang konkrit, kemudian dari faktor dan peristiwa konkrit ituditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. (Sutrisno Hadi, UGM: 42). Sedangkan proses analisis data dilakukan setelah data yang diperoleh sudah final artinya tidak lagi melakukan wawancara atau observasi untuk mencari informasi. Analisis data dilakukan untuk menemukan makna setiap data atau informasi kemudian ditafsirkan dengan akal sehat kemudian di pilah-pilah dan di bandingkan satu dengan
yang lain. Apabila data-data yang ada sudah dapat di pahami, maka dapat dilakukan usaha pencarian kekeliruan atau kekurangan yang utama untuk kemudian diselesaikan, untuk menemukan konsep-konsep pemecahan masalah dari sudut pandang sumber data itu (Hadari Nawawi dan H.Mimi, 1966: 189-191). G. Sistematika Skripsi Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang skripsi ini, penulis membagi sistematika penulisan menjadi 5 bab: Bab I
Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II pengertian
Kajian Pustaka pada bab ini akan dipaparkan tentang kurikulum,
fungsi
kurikulum,
komponen
kurikulum,
pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum. pengertian sekolah satu atap dan landasan pendidikan satu atap, pola pendidikan satu atap, model-model pengembangan pendidikan satu atap, tujuan kurikulum pendidikan satu atap, pengertian kurikulum kementerian pendidikan nasional, kurikulum kementerian agama, kurikulum pondok pesantren. Bab III
Paparan Data dan Temuan Penelitian Mengkaji tentang
MTs Satu Atap muta’allimin Desa Doplang Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, yang meliputi: a.gambaran umum yang meliputi letak geografis, sejarah berdirinya,
visi dan misi, tujuan, tenaga
kependidikan, karyawan, keadaan siswa, struktur organisasi, sarana prasarana, b. bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs Satu Atap, bagaimana tingkat keberhasilannya, dan kendalanya dalam pelaksanaan pendidikan satu atap di MTs Satu Atap muta’allimin Desa Doplang Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Bab IV
Analisis Data yang meliputi pelaksanaan kurikulum
pendidikan satu atap di MTs Satu Atap muta’allimin Desa Doplang Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, hasil dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap, dan kendala-kendala dalam pelaksanaan kurikulum. Bab V
Penutup yang berisikan tentang kesimpulan, saran-saran,
dan kata penutup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KURIKULUM 1. Pengertian Kurikulum a. Pengertian kurikulum secara etimologi Webster’s third new international distionery menyebut curriculum berasal dari kata curere. Dalam bahasa latin currere berarti: 1) Berlari cepat 2) Tergesa-gesa 3) Menjalani Currere dikata bendakan menjadi curriculum berarti: 1) Lari cepat, pacuan, berkuda, berkaki 2) Perjalanan, satu pengalaman,tanpa berhenti 3) a) Jalan, larinya b) Perlombaan, pacuan, balap c) Peredaran, gerakan berkeliling (Muhatrom Wing, 2007: 16) Beragam istilah dan batasan tentang kurikulum telah dikemukakan oleh para ahli bahasa dan pakar pendidikan. Secara sederhana, menurut Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
terbitan
Depdiknas (2002:617),
”kurikulum berarti perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan/perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus”.
b. Pengertian kurikulum secara terminologi Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd (2006: 24-25), kurikulum merupakan kumpulan perangkat perencanaan dan pengaturan tentang tujuan, kompetensi dasar, materi dasar, hasil belajar, serta penerapan pedoman pelaksanaan aktivitas belajar guna meraih kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Mencermati apa yang di maksud Mulyasa tersebut, kurikulum sangat menentukan awal, proses, dan akhir pembelajaran. Kurikulum menjadi
pengawal
dinamika
pendidikan
yang
ditujukan
untuk
mencerdaskan anak-anak bangsa (Yamin, 2010: 40). 2. Fungsi Kurikulum Kurikulum berfungsi sebagai alat
untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kalau salah satu komponen dalam kurikulum tidak berfungsi maka akan mengakibatkan komponen yang lain terganggu. Fungsi kurikulum difokuskan pada empat aspek berikut: 1. Fungsi
kurikulum
bagi
guru
yaitu
sebagai
pedoman
untuk
melaksanakan kegiatan proses pembelajar. 2. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah yaitu sebagai pedoman untuk melaksanakan supervisi kurikulum terhadap para guru pemegang mata pelajaran. 3. Fungsi kurikulum bagi masyarakat yaitu mendorong sekolah agar dapat menghasilkan berbagai tenaga yang dibutuhkan masyarakat.
4. Fungsi kurikulum bagi para penulis buku ajar untuk dijadikan pedoman dalam menyusun bab-bab dan sub-sub bab beserta isinya. (Dakir, 2004: 21). 3. Komponen Kurikulum Kurikulum dalam suatu sekolah mengandung tiga komponen dasar yaitu: 1. Komponen tujuan Tujuan kurikulum setiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Bila diurutkan tata tingkat tujuan pendidikan itu sebagai berikut: 1) Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tataran nasional. Dalam pencapaiannya dapat berwujud sebagai warga negara berkepribadian nasional yang bertanggungjawab atas kesejahteraan masyarakat bangsa dan tanah air. 2) Tujuan institusional yaitu yang ingin dicapai pada tingkat lembaga pendidikan, dalam pencapaiannya dapat berwujud sebagai tamatan sekolah yang mampu dididik lebih lanjut menjadi tenaga professional dalam bidang tertentu dan pada jenjang tertentu. 3) Tujuan kurikulum yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat tataran mata pelajaran atau bidang studi tertentu yang dipelajari.
4) Tujuan instruksional yaitu tujuan yang ingin dicapai pada tingkat tataran pengajaran yang dapat berwujud sebagai bentuk watak, kemampuan berfikir dan kemampuan teknologinya secara bertahap. 2. Komponen isi Isi suatu program kurikulum di sekolah di bedakan berdasarkan jenis bidang studi yang disajikan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Pengertian isi bidang studi di sini dimaksudkan adalah bahan pengajaran setiap bidang studi yang ada dalam suatu kurikulum yang biasanya diberikan dalam bentuk topik atau pokok bahasan serta dilengkapi dengan sub pokok bahasan. Tentunya bahan pengajaran ini ditetapkan
berdasarkan
tujuan-tujuan
bidang
studi
yaitu
tujuan
instruksional. 3. Komponen strategi Dalam komponen strategi pelaksanaan kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran, cara penilaian, cara melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan (Ladjid, 2005: 3-6). 4. Pengembangan Kurikulum Dalam pengembangan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat.
a. Peranan Para Administrator Pendidikan Para administrator pendidikan ini terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimum course yang dituntut. b. Peranan para ahli Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan pada perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam Ilmu. Oleh Karena Itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/ disiplin ilmu. c. Peranan guru Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan
maupun
pelaksanaan
kurikulum.
Dia
adalah
perencana, pelaksana, dan pengembangan kurikulum bagi kelasnya. Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari atas. Dia yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari
pusat untuk disajikan di kelasnya. Karena juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang selau melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum. d. Peranan orang tua murid Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenan dengan dua hal: pertama
dalam
penyusunan
kurikulum
dan
kedua
dalam
pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua murid dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid (Nana Syaodih, 2005: 155-158). 5. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum a. Prinsip berorientasi pada tujuan Pengembangan kurikulum diarahan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan,
ketrampilan,
sikap
dan
nilai,
yang
selanjutnya
menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup
ketiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional. b. Prinsip relevansi (kesesuaian) Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Prinsip efisiensi dan efektivitas Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. d. Prinsip fleksibilitas (keluwesan) Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. e. Prinsip berkesinambungan (kontinuitas) Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagianbagian, aspek-aspek, materi dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan siswa.
f. Prinsip keseimbangan Penyusunan kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan proporsional dan fungsional antara berbagai program dan sub program, antara semua mata ajaran, dan atara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktek, antara unsur-unsur keilmuan sain, sosial, humoniora, dan keilmuan perilaku. g. Prisip keterpaduan Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan. Perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsisten antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral. h. Prinsip mutu Pengembagan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran yang bermutu, sedang mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan/ mredia yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional, yang diharapkan (Oemar Hamalik, 2005: 3032).
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat. a. Perguruan tinggi Kurikulum
minimal
mendapat
dua
pengaruh.
Pertama,
dari
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di perguruan tinggi keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Telah diuraikan terdahulu bahwa pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. b. Masyarakat Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat
kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. c. Sistem nilai Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggungjawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum (Nana Syaodih, 2005: 158-159) B. KURIKULUM PENDIDIKAN SATU ATAP 1. Pengerian Pendidikan Satu Atap Dalam rangka program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang harus tuntas pada tahun 2008/2009, Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melaksanakan beberapa program alternatif untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada daerah dengan APK yang rendah. Upaya yang dilakukan untuk peningkatan APK tersebut salah satunya adalah dengan perluasan akses pendidikan. Adapun program alternatif yang dilaksanakan selain pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) dan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) di sekolah-sekolah yang over-capacity, adalah Program Pengembangan SD-SMP Satu Atap untuk daerah terpencil, terpencar dan terisolir.
Pada daerah terpencil, terpencar dan terisolir umumnya SMP belum didirikan atau SMP yang sudah ada berada di luar jangkauan lulusan SD setempat. Dikarenakan jumlah lulusan SD di daerah tersebut pada umumnya relatif sedikit, maka pembangunan Unit Sekolah Baru SMP dipandang tidak efisien. Di lain pihak daerah tersebut merupakan daerah-daerah dimana APK SMP masih rendah dan merupakan lokasi tempat anak-anak yang belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau yang sederajat. Salah satu cara yang bisa dilakukan pada daerah dengan ciri seperti tersebut di atas adalah dengan mendekatkan SMP ke lokasi konsentrasi anak-anak yang belum mendapatkan layanan pendidikan SMP tersebut dengan mengembangkan Pendidikan Dasar Terpadu di SD yang sudah ada atau bisa disebut sebagai SD-SMP Satu Atap. Pengembangan Pendidikan Dasar Terpadu ini menyatukan lokasi SMP dan lokasi SD dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya dan sarana prasarana
yang ada pada SD yang telah ada
tersebut.(http://www.diknas.or.id SD-SMP Satu Atap, atau biar pendek sebutannya: SMP Satu Atap, adalah SMP ‘biasa’ yang tempat belajarnya di gedung SD di mana siswa itu, tadinya, menyelesaikan pembelajaran tingkat SD-nya. Mereka tetap belajar di gedung SD itu dikarenakan SMP biasa berada di lokasi yang relatif jauh. Sementara, untuk dibangunkan (gedung) SMP baru di daerah terjangkau belum memungkinkan karena jumlah murid yang akan ditampung (tamatan SD) terlalu kecil. Jadi, mereka belajar pelajaran SMP di gedung tempat mereka belajar pelajaran SD.
SMP Satu Atap adalah salah satu usaha pemerintah untuk mengejar tercapainya target APK SMP-MTs 95 % di tahun 2008. Ini dilakukan atau dibiayai dengan dana dekonsentrasi dari APBN untuk tahun pertama keberadaannya di masing-masing kabupaten dan kota yang menerimanya; sedangkan untuk kemudian, untuk tahun kedua mereka dapat melanjutkannya sendiri SD-SMP Satu Atap adalah penyelenggaraan pendidikan yang mencakup SD dan SMP yang sekolah dan atau pengelolaanya terpadu. Keterpaduan dapat secara fisik dan dapat secara pengelolaan. Keterpaduan secara fisik berarti bahwa lokasi SMP menyatu atau didekatkan dengan SD. Keterpaduan pengelolan memiliki arti terpadu dalam visi dan misi; penyusunan program; penerimaan siswa baru; angka mengulang, angka transisi; mengatasi kebutuhan tenaga; mengatasi kebutuhan sarana prasarana; mengatasi kebutuhan dana dan upaya meningkatkan mutu pendidikan (Sucipto, 2006). 2. Landasan Pendidikan Satu Atap a.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 17, pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah tsanawiyah (MTs). Program SD selama 6 tahun dan program SMP selama 3 tahun. Oleh sebab itu, program pendidikan dasar memakan waktu belajar selama 9
tahun. Selanjutnya, program wajib belajar di pendidikan dasar ini disebut wajib belajar 9 tahun. b. Program wajib belajar 9 tahun ini dicanangkan pada tahun 1994 dan ditargetkan bisa tuntas pada tahun 2003/2004 dengan tolok ukur APK SMP mencapai minimal 95 %. Namun pada tahun 1997 terjadi krisis multi dimensi, maka program tersebut dirancang tuntas pada thaun 2008/2009, bahkan sampai 2010. c. Program penuntasan wajib belajar 9 tahun tersebut dihadapkan pada suatu kendala tentang peningkatan APK. Hal ini terjadi karena adanya suatu lokasi yang belum mendapatkan pendidikan tingkat SMP, terutama di daerah terpencil, terisolasi, dan terpencar-pencar. d. Untuk mengatasi kendala tersebut, pemerintah mengupayakan pendirian SMP di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh lulusan SD setempat. Akan tetapi untuk pembangunan unit sekolah baru di daerah tersebut tidak efisien karena pada umumnya jumlah lulusan SD di daerah terpencil, terisolasi, dan terpencar-pencar ini menjadi kantongkantong yang ber-APK rendah. Hal demikian itu terjadi karena tempat tersebut merupakan lokasi berkumpulnya anak-anak yang belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau yang sederajat. e. Salah satu upaya yang dicanangkan pemerintah adalah mendekatkan SMP
dengan
tempat
berkumpulnya
anak-anak
yang
belum
mendapatkan layanan pendidikan SMP tersebut, tanpa membangun
unit sekolah baru. Caranya adalah dengan mengembangkan program “Pendidikan Dasar Terpadu atau SD-SMP Satu Atap”. Program ini dimaksudkan untuk menyatukan SMP ke lokasi SD dengan memanfaatkan
berbagai
sumberdaya
yang
ada
di SD
yang
bersangkutan. f. Program SD-SMP Satu Atap ini perlu segera dilaksanakan. Hal ini bersandar pada keberadaan anak usia SD yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke SMP sebanyak 542. 258 orang anak untuk
tahun
2003/2004, dan 442.001 orang anak untuk tahun 2005. http://file.upi.edu/direktoripend.bahasadaerahi%20koswara/makalahpe mberdayaansmpsatuatapdiprov.banten.pdf 3. Pola Pendidikan Satu Atap Pada tahap
awal SD-SMP Satu Atap dikembangkan untuk
menuntaskan program wajib belajar sembilan tahun. Sehubungan dengan hal tersebut maka: (1) Pendidikan Dasar Terpadu (SD-SMP Satu Atap) dikembangkan di daerah terpencil, terisolasi, daerah yang siswanya terpencar-pencar karena kondisi geografis atau letak pemukiman yang terpencar. (2) SD-SMP dikembangkan pada SD yang lulusan tiap tahunnya relatif sedikit sehingga bila dibangun unit sekolah baru diperkirakan tidak efisien. Lulusan SD rata-rata tiap tahun tidak lebih dari 40 orang anak.
(3) SD atau lingkungan sekitarnya memiliki kemungkinan untuk dikembangkan fasilitas pendidikannya, antara lain untuk ruang belajar. (4) SMP terdekat tidak terjangkau oleh tamatan SD tersebut. (5) Minat dan peran serta masyarakat untuk menyekolahkan anaknya cukup tinggi. (6) Pemda kab./kota bersedia untuk menambah tenaga kependidikan dengan memadai dan menyediakan biaya operasionalnya mulai tahun kedua pengoperasiannya. (7) Diutamakan daerah yang APK-nya masih rendah. 4. Model-model Pengembangan SD-SMP Satu Atap. Berdasarkan model pengembangannya, SD-SMP Satu Atap dapat dibedakan menjadi: (1) Sebuah SD dikembangkan menjadi SD-SMP Satu Atap dengan cara menambah sumber daya pendidikan. Sebuah SD dikembangkan menjadi SD-SMP Satu Atap dengan cara menambah sumber daya pendidikan (misalnya guru, tenaga administrasi, ruang kelas, ruang perpustakaan dan laboratorium) sesuai yang dibutuhkan hingga memenuhi setidak-tidaknya persyaratan minimum. Apabila di sekitar SD-SMP Satu Atap terdapat SD-SD lainnya, secara administrative mereka bukan merupakan bagian dari SD-SMP Satu Atap tersebut, tetapi lulusannyadapat melanjutkan ke SD-SMP Satu Atap yang dimaksud.
(2) Beberapa SD dalam satu daerah yang relatif berdekatan dikembangkan menjadi SD-SMP Satu Atap. Beberapa SD dalam satu daerah yang relatif berdekatan dikembangkan menjadi SD-SMP Satu Atap dengan cara menambahkan sumber daya (misalnya guru, tenaga administrasi, ruang kelas, ruang perpustakaan dan laboratorium) pada SD yang dianggap paling tepat (ditinjau dari aspek-aspek seperti letak, jumlah lulusan, dan kelengkapan sumber daya yang telah ada) hingga memenuhi setidak-tidaknya persyaratan minimum. SD yang lain tetap dipertahankan (tidak ditiadakan atau di-regrouping). (3) Sebuah atau beberapa SD dan sebuah SMP yang sudah ada pada area jangkauan dikembangkan menjadi SD-SMP Satu Atap. Sebuah atau beberapa SD dan sebuah SMP yang sudah ada pada area jangkauan dikembangkan
menjadi
SD-SMP
Satu
Atap.
Pada
model
pengembangan ini pada dasarnya yang terjadi adalah pengembangan keterpaduan
dalam
pengelolaan
dan
atau
pembinaan
untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan tidak dilakukan peniadaan atau regrouping SD-SD yang ada. Untuk tahap awal, model pengembangan yang diterapkan adalah model pertama pada SD negeri. 1. Model-Model Pengelolaan SD-SMP Satu Atap Ada sejumlah model pengelolaan yang dapat dipilih oleh kabupaten/kota dalam mengembangkan SD-SMP Satu Atap tersebut adalah sebagai berikut:
(1)Pendidikan Dasar Terpadu dengan satu pengelola a. Pada SD dan SMP model ini perpindahan dari kelas VI ke kelas VII (kelas I SMP) dilakukan dengan system PSB dan harus melalui ujian sebagaimana peraturan pemerintah.
Tetapi karena satu
pengelola maka prosedurnya menjadi lebih sederhana. b.
SD-SMP dikelola terpadu oleh satu pengelola.
c.
Guru sepanjang memungkinkan dapat mengajar di SD dan juga SMP.
d.
Bila terdiri dari satu SD dan satu SMP baik sejak awal ataupun karena melalui proses regrouping.
Model tersebut dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut. Skema 1 satu SD dan satu SMP I
II
III
IV
V
VI
SD
VII
VIII
IX
(I)
( II )
(III )
SMP PENDIDIKAN DASAR Pola satu atap dengan satu pengelola telah diterapkan pada SLB
maupun Sekolah Indonesia di luar negeri. SD-SMP Satu Atap dengan
satu atau dua pengelola dirintis pengembangannya mulai tahun 2005 pada SD daerah terpencil, terisolasi, dan yang siswanya terpencar-pencar. Keputusan mengenai model pengelolaan (apakah dengan satu atau dua pengelola) diserahkan kepada masing-masing kabupaten/kota dengan memperhatikan aspek efisien penyelenggaraan pendidikan dan kondisi daerah masing-masing (terutama kemampuan keuangan). (2) Kelembagaan Pendidikan Dasar Terpadu a. Lembaga dari SD-SMP Satu Atap dengan dua pengelola tetap terdiri dari dua lembaga, yaitu SD dan SMP, dengan dua (2) kepala sekolah. b. Lembaga dari SD-SMP Satu Atap dengan satu pengelola tetap terdiri dari dua lembaga, yaitu SD dan SMP tetapi kepala sekolah hanya satu, sedang wakilnya dua yaitu wakil kepala yang menangani SD dan wakil kepala yang menangani SMP. Kelembagaan dan pengelolaan yang seperti ini sama dengan kelembagaan pada Sekolah Indonesia di luar negeri dan SLB. c.
SD-SMP Satu Atap dengan satu lembaga tidak dimungkinkan, karena dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dengan tegas dinyatakan bahwa satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar adalah SD dan SMP atau bentuk lain yang sederajat.
2. Pengelolaan Pendidikan Dasar Terpadu (SD-SMP Satu Atap) a) SD-SMP Satu Atap dengan Satu Pengelola
Pola ini cocok untuk diterapkan pada: (1) SD-SMP Satu Atap yang terletak di daerah yang sulit dijangkau/terpencil atau sulit transportasinya. (2) Daerah yang sulit mendapatkan tenaga yang berkualitas. (3) Jumlah SD/MI dan SMP relatif sedikit, yaitu sekitar 200 siswa. Dengan demikian seorang kepala sekolah SD sekaligus pengelola SMP. Model pengelolaan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan-bagan sebagai berikut: Bagan 1 Bagan SD-SMP Satu Atap dengan Satu Pengelola
SMP Kepala Sekolah 1 Orang
SMP KEPALA SEKOLAH 1 ORANG
SD Negeri 150 orang KS 1 Orang
SD Negeri 150 Orang KS 1 Orang
b) SD-SMP Satu Atap dengan dua pengelola atau lebih 1. Bila suatu SD-SMP Satu Atap terdiri dari satu SD yang menyatu/terpadu dengan satu SMP, SD-SMP Satu Atap tersebut
dapat dikelola oleh 2 kepala sekolah (1 kepala SD dan 1 kepala SMP). 2. Bila suatu SD-SMP Satu Atap terdiri dari dua SD atau lebih dengan satu SMP, SD-SMP Satu Atap tersebut dapat dikelola oleh 3 kepala sekolah atau lebih (sejumlah kepala SD dan 1 kepala SMP) atau oleh 2 kepala sekolah (1 kepala sekolah SD dan 1 kepala sekolah SMP). Model pengeloaan tersebut dapat di gambarkan dalam bentuk bagan – bagan sebagai berikut : Bagan 2 SD-SMP dengan Satu SD satu SMP, satu pengelola
SMP SMP: I,I,II, II,III: III (I)
SD: I, II, III, IV, V, VI (I) PENGELOLA: 1 Kepala Sekolah
Bagan 3 Lebih dari satu SD dengan Satu SMP
SMP/MTS SMP/ MTs
SD
SD
PENGELOLA: 1 Kepala Sekolah
5. Tujuan Kurikulum Pendidikan Satu Atap 1. Tujuan Umum a. Mempercepat penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun b. Meningkatkan mutu pendidikan dasar 2. Tujuan Khusus a. Memperluas layanan pendidikan dasar atau meningkatkan daya tampung SMP pada daerah terpencil, terpencar dan terisolir guna menunjang tercapainya penuntasan wajar pendidikan dasar 9 tahun. b. Mendekatkan SMP dengan SD pendukungnya, serta memberikan kesempatan
dan
pendidikannya.
peluang
bagi
anak
untuk
melanjutkan
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat (http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-atap 6. Kriteria Calon SD-SMP Satu Atap 1) Kriteria umum a. SD Negeri terletak di daerah terpencil, terisolir, dan sulit dijangkau. b. Lulusan SD di daerah tersebut sebagian besar tidak melanjutkan (60% putus sekolah/tidak melanjutkan, dan maksimal 40 anak). c. Belum ada SMP baik negeri maupun swasta atau yang sederajat yang dapat terjangkau. d. SD terdekat tidak ada atau ada tetapi jumlah lulusan secara keseluruhan sedikit. e. SDM yang berkualifikasi sebagai tenaga pendidik tingkat SMP pada daerah di mana SD berlokasi sangat terbatas. f. Kondisi sarana dan prasarana SD yang ada cukup lengkap, baik dan memadai untuk kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar pelayanan minimum SD. g. Butir b s/d e harus dilengkapi dengan data dan analisis oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang dapat diverifikasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Dit. PSMP.
2) Kriteria khusus a. Pada lokasi SD tersebut tersedia lahan yang memungkinkan untuk dikembangkannya
prasarana
tambahan,
luas
lahan
secara
keseluruhan paling sedikit adalah 2.500 m2 b.
Sambil
menunggu
tenaga
yang
diusahakan
pemerintah
kabupaten/kota, ada kesanggupan dari tenaga guru atau tenaga terdidik di sekitarnya untuk mengatasi sementara kebutuhan tenaga yang diperlukan, dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari Kepala Desa dan Tokoh Masyarakat setempat. c.
Ada kesanggupan dari pemerintah kabupaten/kota untuk mengadakan tenaga pendidik dalam jumlah dan kualifikasi yang memadai dan menyediakan anggaran biaya operasional SMP yang bersangkutan mulai tahun ke dua (pada tahun pertama disediakan oleh Satker Perluasan dan Peningkatan Mutu Pembelajaran SMP melalui dana pengembangan), dibuktikan dengan pernyataan dari Kepala
Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota.
http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-atap C. Pengertian Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Pondok Pesantren 1) Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan a. Pengertian KTSP
Menurut Mulyasa (2006:20-21) menyatakan bahwa KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (BSNP 2006:5). b. Tujuan Kurikulum KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah : a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. b.
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum
melalui
pengambilan
keputusan
bersama. c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa 2006:22). c. Landasan KTSP 1. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP adalah pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2) (BSNP 2006:4). 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 mengatur tentang standar isi yang mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 mengatur tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 24 tahun 2006 mengatur tentang pelaksanaan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah serta peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. d. Struktur kurikulum SMP/MTs KTSP Struktutur kurikulum Mts /SMP meliputi subtansi pembelajaran yang dtempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Struktur kurikulum Mts /SMP disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Kurikulum Mts atau SMP memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pembangan diri. b) Subtansi mata pelajaran IPA dan IPS pada Mts /SMP merupakan ”IPA terpadu” dan ”IPS terpadu”. c) Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 40 menit d) Jam pembelajran untuk setiap mata pelajaran dialokaskan sebagai mana yang tedapat pada struktur kurikulum. e) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34 – 38 minggu. (E. Mulyasa, 2007: 52) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/ MTs memuat mata pelajaran: 1. Pendidikan Agama Islam (Al Qur’an dan Hadist, Bahasa Arab, Akidah-akhlak, Shiroh Nabawiyah dan Fiqih) 2. Matematika 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. IPS Terpadu (Ekonomi, Geogafi dan Sejarah) 6. IPA Terpadu (Biologi dan Fisika) 7. Pendidikan Kewarganeraan 8. Seni Budaya 9. Penjaskes 2) Kurikulum Kementerian Agama a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiyah Drajat (1987: 31) pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Menurut Dra. H. Zuhiarini dkk, dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus Pendidikan Agama, mengatakan: Pendidikan Agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. (Zuhairini dkk, 1983:27) Dari pengertian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama islam adalah suatu usaha orang dewasa dalam membimbing, menuntun, perkembangan jasmani dan rohani anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian yang sempurna dan utama, serta dapat mengamalkan, menjadikan ajaran-ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup (way of life), dengan kata lain bahwa Pendidikan Agama Islam adalah “ Pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan agama Islam”. b. Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Islam Kurikulum sebagaimana diketahui adalah sekumpula materi atau mata pelajaran yang disiapkan untuk dipelajari oleh peserta didik dalam jenjang atau tingkat tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kurikulum pendidikan agama islam dapat diartikan sekumpulan
bahan atau mata pelajaran berupa sejumlah ilmu pengetahuan, lingkungan dan seluruh situasi anak didik belajar (sekolah/ madrasah)serta pengalaman yang diajarkan kepada anak didik. dengan pengertian ini bahwa kurikulum pendidikan agama islam bukan hanya sejumlah pengetahuan yang harus diajarkan kepada anak didik, tetapii seluruh proses dan lingkungan di mana anak didik memperoleh pendidikan dan pengajaran. Pengetahuan yang akan diberikan kepada anak didik berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW atau dengan kata lain pengetahuan yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW (Rifa’i: 2006: 66). Adapun kurikulum pendidikan agama islam, menurut M. Arifin (1993: 186) adalah: kurikulum pendidikan agama islam adalah sebagai suatu rangkaian program yang mengarahkan kegiatan belajar mengajar yang terencana secara sistematis dan terarah yang mencerminkan citacita dari para pendidik sebagai noma dragger (pembawa norma) islami. c. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan agama islam adalah merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang muslim yang melaksanakan pendidikan agama. Karena dalam pendidikan agama islam yang perlu ditanamkan terlebih dahulu adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya keimanan yang teguh itu maka akan menghasilkan ketaatan menjaklankan kewajiban agama.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat AdzDzariyah ayat 56 yang berbunyi: (٥٦) ِوَ ﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖَ اﻟﺠِﻦﱠ وَاْﻟِﺎ ﻧْﺲَ اِﻟﱠﺎ ﻟِﯿَﻌْﺒُﺪُوْن Artinya: “aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka itu beribadah kepada-Ku”(Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, : 2002 : 756) Demikian juga dengan tujuan pendidika agama islam yang identik dengan tujuan hidup setiap orang islam yaitu menjadi hamba yang taat dan patuh kepada Allah, sebagaiman tertera dalam Q.S. AlBaqarah ayat 201 yang berbunyi: (٢٠١) رَﺑﱠﻨَﺎ اَﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ اﻟﺪﱡﻧْﯿَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔِ وَﻓِﻰ اْﻻَﺧِﺮَةِ ﺣَﺴَﻨَﺔِ وَﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَابَ اﻟﻨﱠﺎر Artinya: “ Ya Tuhan kami berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”(Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, : 2002 : 39). Disamping beribadah kepada Allah setiap manusia juga harus mempunyai cita-cita untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Zuhairini dkk, 1983: 45). d. Landasan Pendidikan Agama Islam Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang di sengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan bagi semua kegiatan didalamya. Dasar Pendidikan Agama Islam secara
garis besar ada tiga yaitu: Al-qur`an, As-sunnah, dan perundangan yang berlaku di Negara kita. 1) Al qur`an Secara lengkap al-Qur`an didefenisikan sebagai firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad Ibn Abdillah, melalui ruh al-Amin dengan lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah Rasulullah, dan sebagai undangundang bagi manusia dan memberi petunjuk kepada mereka, serta menjadi sarana pendekatan dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Islam adalah agama yang membawa misi umatnya menyelenggarakan
pendidikan
dan
pengajaran.
Al-Qur`an
merupakan landasan paling dasar yang dijadikan acuan dasar hukum tentang Pendidikan Agama Islam. Firman Allah tentang Pendidikan Agama Islam dalam Al-qur`an Surat Al –alaq ayat 1 sampai ayat 5, yang berbunyi sebagai berikut:
َ( اِﻗﺮَ أْ وَ رَ ﺑﱡﻚ٢) ٍ( ﺧَﻠَﻖَ اْﻟِﺎ ﻧْﺴَﺎنَ ﻣِﻦْ ﻋَﻠَﻖ١) َاِ ﻗْﺮَ اْ ﺑٍﺎ ﺳْﻢِ رَ ﺑﱢﺎكَ اﻟﱠﺬِ ى ﺧَﻠَﻖ (٥) ْ( ﻋَﻠﱠﻢَ اْﻟِﺎ ﻧْﺴَﺎ نَ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﯾَﻌْﻠَﻢ٤) ِ( اَ ﻟﱠﺬِ ى ﻋَﻠﱠﻢَ ﺑِﺎ ﻟْﻘَﻠَﻢ٣) ُاْﻻَ ﻛْﺮَ م “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.”(Depag RI, AlQur`an dan Terjemahannya, : 2002 : 904) Dari ayat-ayat tersebut diatas dapatlah di ambil kesimpulan bahwa seolah-olah Tuhan berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia (dari segumpal darah), selanjutnya untuk memperkokoh keyakinan dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. 2) As-sunnah. As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang didapatkan dari
Nabi
Muhammad
s.a.w.
yang
terdiri
dari
ucapan,
perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya. “Muhammad
betul-betul
seorang
pendidik
yang
membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar serta melahirkan ketertiban dan kesetabilan yang mendorong perkembangan budaya Islam, suatu revolusi sejati yang memiliki tempo tidak tertandingi, dan gairah yang menantang. Hanya konsep pendidikan yang paling dangkalah yang berani menolak keabsahan meletakan Muhammad diantara pendidik-pendidik besar sepanjang masa, karena, dari sudut pragmatis, seorang yng mengangkat prilaku manusia adalah
seorang pangeran diantara seorang pendidik”.(H. Ahmad, 2005 : 17) Jadi jelas, bahwa perkataan, perbuatan, ketepatan, dan sifat Rasulullah s.a.w. sarat dengan pendidikan. e. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Al-Qur’an dan Hadits 2. Aqidah & Akhlak 3. Fiqih 4. Bahasa Arab 5.Sejarah Kebudayaan Islam Tarikh dan Kebudayaan Islam Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya 3) Kurikulum Pondok Pesantren Pondok pesantren didirikan oleh masyarakat (ulama/kyai) dengan asas kemandirian dan keikhlasan. Pada era pra kemerdekaan pesantren telah berperan besar dalam melahirkan pejuang-pejuang yang tangguh dalam memperjuangkan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, pondok pesantren terus berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Hingga
kini lembaga ini tetap konsisten sebagai pusat pengajaran dan pendalaman ilmu-ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) yang berfungsi menyiapkan tenaga-tenaga yang menguasai ilmu-ilmu keislaman, sebagai kader ulama, muballigh, dan guru agama yang dibutuhkan oleh masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan pondok pesantren mengalami perubahan khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan, sebagian pondok pesantren kini telah menggunakan sistem klasikal/madrasah yang kurikulumnya disusun dan dikembangkan dengan mengkolaborasikan materi agama dan materi umum. SK Ditjen bimbagais No; DJ/II/PP01.1/AZ/9/02 telah mempersiapkan lulusan pondok pesantren untuk dapat menempuh studi di perguruan tinggi yang dikehendaki melalui program pemberian status kesetaraan. Manajemen kurikulum dan pembelajaran menjadi
salah
satu
item
penilaian
dalam
pemberian
status
kesetaraan/mu'adalah tersebut. Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengenal memahami menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa (Sucipto. 2006). Jadi
kurikulum
Pendidikan
Pesantren
adalah
bahan-bahan
pendidikan agama Islam di pesantren berupa kegiatan pengetahuan dan
pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada santri dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Kurikulum Pendidikan pesasntren merupakan alat utk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Adapun lingkup materi pendidikan pesantren secara garis besar meliputi: a. Aqidah Adalah bersifat i’tiqad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah. Esa sebagai tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. b. Syariah Adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. c. Akhlak Adalah suatu amalan yang bersifat penyempurna bagi dua amal di atas dan yang mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia. Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukuniman, rukun islam, dan akhlak, dan dari ketiganya melahirkan beberapa keilmuan agama, yaitu: ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu akhlak. Kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasarhukum islam yaitu Al-Qur’an dan Al Hadis, serta ditambah lagi dengan sejarah islam (tarikh) ( Zuhairini, 1983: 60).
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini bertempat di MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin Kec. Bringin, Kab. Semarang. a.
Sejarah Singkat MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin Pondok pesantren salafiyah Bustanul Muta’alliminin berdiri pada tahun 1991 M di sebidang tanah wakaf bersertifikat seluas 895 m2 dari wakaf H. Abdul Ghoni dan Abu Naim. Pondok tersebut dikelola dan didirikan oleh KH. Marsudi Saefudin bin Ismari Ibrahim dari dusun Kropoh Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Pada tahun 1989 santri mulai berdatangan dari beberapa daerah putra dan putri masih ditampung di kediaman Kyai. Setelah lebih 2 tahun santri bertambah banyak dan rumah Kyai sudah penuh maka merencanakan pembangunan pondok dan masjid di tanah wakaf tersebut pada tahun 1991 M. Sedangkan istri bernama Ny. Hj. Khafsah Asiyah binti Imam Khurmain berasal dari Dusun Dopalang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Dengan demikian beliau bukan penduduk asli dari brojodito bahkan pendatang pada tahun 1989. Beliau alumni pondok Al-Ittihad poncol yang diasuh oleh KH. Ahmad Asy’ari diteruskan ke pondok Riyadhotul Uqul Nampudadi petanahan kebumen yang diasuh
oleh KH. Jazuki Usman di pondok kacangan Salem yang di asuh oleh KH. Qulyubi. Pondok pesantren salafiyah Bustanul Muta’alliminin semula khusus mengajarkan kitab-kitab agama dengan menggunakan sistem sorogan ‘ala Kebumen dan Bandungan. Dengan perkembangan santri yang selalu bertambah yang datang dari berbagai daerahh. Maka pada tahun 1994 didirikan Madrasah Diniyah Alawiyah, Wustho dan ‘Ula di pondok tersebut. Selain itu juga banyak para santri juga merangkap sekolah umum ada yang dengan sekolah SMP, MTs, SMA dan Aliyah di sekolah sekitar pondok pesantren tersebut. Meskipun demikian hal itu tidak mengurangi sistem sorogan Kebumen dan Bandungan yang sudah berjalan. Pertama kali Akhirussanah diadakan pada tahun 1994 hingga sekarang di pondok pesantren ini diadakan 2 tahun sekali. Pada tahun 1996 telah diadakan Kejar Paket B/ setara dengan SMP sampai sekarang masih berjalan dan tahun 2006 dibukakanlah pendidikan Kejar Paket C/ setara dengan SMA. Di pondok inni pula pada tahun 2000 mulai dari sorogan Al-Qur’an bil ghoib 30 juz dengan pengasuh KH. Fadholi AH. Anak menantu pertama yang berasal dari desa Krandon Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Pada awal berdirinya pondok tahun 1991 belum ada namanya, sehingga pada waktu itu dikenal dengan sebutan pondok Brojodito. Akan tetapi sebutan seperti itu kurang tepat, kemudian diberi nama Bustanul
Muta’alliminin yang artinya perkebunan tempat anak-anak belajar dengan membawa sejarah bahwa dulunya tempat itu merupakan perkebunann yang sangat ditakuti oleh orang-orang yang lewat tetapi setelah ada bangunan pondok tersebut masyarakat yang akan jalan lewat yang dekat makam akan terasa tenang. Mulai awal berdirinya sampai sekarang pondok pesantren Bustanul Muta’alliminin mengalami peningkatan dalam jumlah santri maupun bangunan fisik, sampai saat ini santri putra dan putri tercatat 234 santri yang sebagian besar mereka mondok dan mengikuti pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal, dimana setelah adanya kerja sama dengan Negara
Australia Indonesia sekarang telah berdiri Madrasah
Tsanawiyah Bustanul Muta’alliminin, sehingga sangatlah membantu perkembangan pondok pesantren. Madrasah Tsanawiyah Bustanul Muta’alliminin berdiri pada tahun 2008 yang bertepatan dengan adanya haflah akhirussanah PPS Bustanul Muta’alliminin dan khoul simbah Kyai Imam Khurmain yang ke 51, dimana dalam khoul tersebut di hadiri kakan Kemenag Kabupaten Semarang bapak Drs. H. Bambang S, MM dan Bapak Kasi PK pontren Bapak Drs. H. Mad Sabitul Wafa, dimana dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa PPS Bustanul Muta’alliminin telah membuka MTs Pesantren Satu Atap Bustanul Muta’alliminin yang bekerja sama dengan Negara Australia Indonesia (AIBEB). Dari sinilah maka ada sebagian dari hadirin yang rawuh dalam acara tersebut mendaftarkan putra putrinya ke
pondok, dimana waktu itu belum ada bantuan yang turun. Maka pada tahun itu pula di pondok Bustanul Muta’alliminin menerima siswa baru yang pertama kali yang hanya berjumlah 15 siswa. Dengan terpaksa dewan Masayih langsung membentuk kepengurusan madrasah, yang hasilnya kepala sekolah diamanatkan kepada putri Beliau yang pertama yang bernama syarifah dan waktu itu pula madrasah tersebut diberi nama Madrasah Tsanawiyah Pesantren satu atap Bustanul Muta’alliminin (MTs PSA Bustanul Muta’alliminin), karena satu atap dengan Bustanul Muta’alliminin. Setelah berjalan satu tahun madrasah ini baru mendirikan bangunan yang dananya bersumber dari AIBEB, yang didirikan di atas tanah wakaf dari abah Kyai yang terletak di Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Mulai tahun 2009 madrasah tersebut telah ditempati siswa siswinya yang baru dua rombel, tetapi dari kegigihan pengelola beserta dewan guru dan semua pengurus PPS Bustanul Muta’alliminin madrasah ini yang mana siswanya hanyalah anak buangan dari sekolahsekolah Negeri atau yang lebih bonafit, terbukti kelulusan perdana di MTs PSA Bustanul Muta’alliminin mendapatkan peringkat 9 dari 140 MTs/ SMP Negeri Swasta. Dan untuk mata pelajaran IPA peringkat I dan Bahasa Inggris peringkat 2. Dengan hasil kelulusan yang seperti itu, maka dari Dinas langsung memnaggil kepala Madrasahnya untuk mengikuti Akreditasi agar ujian tahun berikutnya dapat menyelenggarakan Ujian di Madrasahnya alias
tidak menginduk lagi. Dan Alhamdulillah dengan persiapan yang seadanya dan hanya satu bulan waktunya Madrasah kami telah terakriditasi dengan hasil nilai B. Dengan hasil tersebut maka tahun Pelajaran 2011 – 2012 Madrasah Busmut bisa menyelenggarakan Ujian Akhir di kandangnya sendiri alias di MTs PSA Bustanul Muta’alliminin Pakis. Semoga apa yang diamanahkan Allah kepada kami bisa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK, tapi tetap berlandaskan IMTAQ, sehingga lulusan MTs BUSMUT bisa bermanfaat di masyarakat, sesuai dengan Visi Madrasah “Bismillah Mencetak Generasi Khoira Ummah“ Amin. b.
Visi, misi, dan tujuan MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin 1) Visi MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin “Bismillah, Mencetak Generasi Khoiru Ummah” 2) Misi MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin a. Terwujudnya insan yang bertaqwa kepada Allah SWT b. Terciptanya generasi Qur’ani c. Terciptanya generasi yang ahli dalam Bahasa Jawa, Indonesia, Arab, dan Inggris d. Tersedianya sarana pembelajaran yang mendukung peningkatan prestasi akademik maupun non akademik 3) Tujuan MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin a. Mendidik siswa menerapkan Aakhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari
b. Mendidik siswa menjadi generasi Qur’ani dan ahli bahasa c. Meningkatkan mutu pembelajaran dan pelayanan pada peserta didik sehingga dapat mendukung prestasi, bakat, minat siswa d. Meningkatkan kualitas lulusan dengan menambah pendidik kecakapan hidup khususnya di bidang informasi teknologi c.
Letak Geografisis MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin terletak di Dusun Pakis Desa Doplang Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Jika dilihat dari situasi lokasi sekolah sangat cocok untuk proses belajar mengajar, sebab lokasinya sangat jauh dari keramaian kota dengan udara yang sangat sejuk belum terkena polusi, karena terletak di lingkungan pedesaan yang disitu masih banyak tumbuhan pertanian. Adapun lingkungan sekitar Sekolah adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Lebak b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Popongan c. Sebelah barat berbatasan dengan Bringin d. Sebelah timur berbatsan dengan Banding
d.
Keadaan guru, karyawan dan siswa a)
Keadaan Guru Latar belakang guru di MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin Doplang 1 berbeda-beda, tidak semua guru mempunyai pendidikan S-1, namun ada juga guru yang berpendidikan SLTA. Di samping itu ada juga guru yang sedang menyelesaikan pendidikan S-1.
Di MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin semua guru diberi tugas mengajar sesuai dengan bidangnya, karena diharapkan dapat menyampaikan pelajaran dengan lebih efektif. Tabel 3.1 DATA GURU DAN KARYAWAN BERDASARKAN TINGKAT IJASAH/ BIDANG KEAHLIAN DAN TAHUN LULUS No
Nama
Kode
Tingkat ijasah/ Bidang keahlian/ tahun lulus
1
Syarifah, S.Ag
Sy
s-1/ syariah + Akta IV/ 1997
2
Malik
Ma
SLTA/ IPS/ 2006
3
Dyah Ariskaningrum,
Da
S-1/ Pendidikan Akuntansi/ 2008
S.Pd 4
Umi Hanik
Hn
SLTA/ IPS/ 2007
5
Krisniati S.Pd.I
Ni
S-1/ Tarbiyah/ 2011
6
Jumhadi, S.Pd.I
Jm
S-1/ Tarbiyah/ 2006
7
Anik Widaryati, SE
An
S-1/ Ekonomi Manajemen + Akta IV/ 2004
8
Imam Fakhrurrozi
Im
SLTA/ Agama/ 1998
9
Moh Fadholi
Mf
SLTA/ Agama/ 1998
10
Aisyah
As
SLTA/ IPA/ 2003
b)
Keadaan Siswa MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin merupakan sekolah swasta yang baru saja berdiri kurang lebih tiga setengah tahun tetapi MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin ini mempunyai daya tarik yang memikat di mata masyarakat sehingga banyak masyarakat yang menyekolahkan anak mereka di lembaga ini. Setiap tahunnya MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin menerima siswa baru, dan jumlah pendaftarnya selalu meningkat. Tabel 3.2 Data siswa MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin Jumlah Siswa
Tahun Pelajaran
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jumlah
2008/2009
11
20
10
45
2009/2010
22
20
21
63
2010/2011
25
22
20
67
Tabel 3.3 Angka mengulang siswa Tahun Pelajaran
Kelas VII (orang)
KelasVIII (orang)
Kelas IX (orang)
2008/2009
-
-
-
2009/2010
-
-
-
2010/2011
-
-
-
e.
Fasilitas dan Prestasi a. Fasilitas Faktor pendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah tersedianya fasilitas-fasilitas yang memadai. Fasilitas terdiri dari perangkat keras seperti gedung dengan segala fungsinya dan perangkat lunak seperti komputer dan sarana belajar lain. Beberapa fasilitas yang ada di MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin adalah sebagai berikut:
a)
Gedung. Tabel 3.4
Sarana dan prasarana MTs Satu Atap Al-Ittihad Ukuran Jenis Barang
Kondisi
Nama Barang
Bangunan
No
(1)
(2)
Letak Lokasi Tingkat /
Beton /
tidak
Tidak
(3)
(4)
(5)
1.
Ruang Kelas
Baik
Tidak
Ya
2.
R. Perpustakaan
Baik
Tidak
Ya
3.
R. Lab. IPA
Baik
Tidak
Ya
4.
Ruang Pimpinan
Baik
Tidak
Ya
5.
Ruang Guru
Baik
Tidak
Ya
Alamat
(6)
Doplang 1 Rt. 07 Rw. 04 Pakis Kecamatan
6.
Ruang Tata Usaha
Baik
Tidak
Ya
7.
Ruang Konseling
Baik
Tidak
Ya
8.
Ruang UKS/M
Baik
Tidak
Ya
9.
Ruang OSIS
Baik
Tidak
Ya
Baik
Tidak
Ya
Bringin, Kabupaten Semarang
10. Masjid
11. Jamban
Baik
Tidak
Ya
12. Gudang
Baik
Tidak
Ya
13. R.Ketrampilan
Baik
Tidak
Ya
14
Baik
Tidak
Tidak
Lapangan
Data di atas diambil dari dokumentasi MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin, profil madrasah, Oktober 2011. b)
Perpustakaan Perpustakaan yang ada di MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin boleh dikatakan cukup representatif dengan kebutuhan siswa yang menyediakan buku-buku pelajaran baik umum maupun agama dan buku-buku bacaan seperi buku cerita dan buku umum lainnya yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
c)
Lapangan Lapangan yang terletak di depan pintu gerbang ini sering digunakan untuk berbagai olahraga seperti basket, volley, tennis dan lain sebagainya. Lapangan ini juga dipakai untuk upacara.
d)
Masjid Masjid
merupakan
fasilitas
penunjang
bagi
pendidikan agama terutama untuk praktek ibadah. Karena siswa tidak hanya bisa belajar teori namun namun dituntut untuk bisa mempraktikkannya. b. Prestasi MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dengan meningkatkan prestasi baik dalam akademik maupunn non akademik. Hal ini bisa dilihat dari prestasi yang pernah diraih yaitu: a)
Juara I Putra Tartil MTQ pelajar SMP/MTS tingkat kabupaten Semarang Tahun 2009
b) Juara I Putra Tartil MTQ pelajar SMP/MTS tingkat kabupaten Semarang Tahun 2010 c)
Juara II Putra Tahfidz 1 juz & tilawah MTQ pelajar SMP/MTS tingkat kabupaten Semarang Tahun 2010
d) Juara I Lomba gerak jalan putri tingkat SMP/MTS peringatan HUT RI ke-65 kecamatan Bringin Tahun 2010
e)
Juara III Lomba gerak jalan putra tingkat SMP/ MTS peringatan HUT RI ke-65 kecamatan Bringin Tahun 2010 Data di atas diperoleh dari dokumentasi MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin, daftar prestasi siswa MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin tahun 2009-2010.
f.
Strutur Organisasi MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin telah membentuk suatu struktur organisasi yang bertujuan untuk mengelola segala bentuk kegiatan dan aktivitas yang berada di lingkugan sekolah.
Bagan 4 Struktur Organisasi MTs Satu Bustanul Muta’allimin Kepala Sekolah
Komite Sekolah
WK. Kepela Sekolah
Bendahara
Tata Usaha
UR. Kurikulum
UR. Kesiswaan
UR. Humas
UR. BK
Wali Kelas I
Wali Kelas II
Siswa
Wali Kelas III
Organisasi siswa yang terdapat di MTs Satu Atap Al-Ittihad adalah OSIS, Pramuka, GUDEP (UKAS). Organisasi-organisasi siswa tersebut secara struktural adalah organisasi sekolah dibawah pembinaan bagian kesiswaan dan pembina OSIS. Organisasi-organisasi siswa tersebut berperan penting dalam menunjang keberhasilan pendidikan. Dengan aktif diorganisasi
ini
dapat
sebagai
media
untuk
melatih
diri
dari
mengembangkan bakat. Di MTs Satu Atap Al-Ittihad juga diselenggarakan kegiatan ekstrakurikuler,
yang
meliputi ekstra
Komunikasi Bahasa
Arab,
Komunikasi Bahasa Inggris, Pidato 4 Bahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris), dan Pramuka. Kegiatan-kegiatan tersebut masing-masing mempunyai jadwal tersendiri pada waktu sore hari dan dibimbing oleh baik dari guru setempat maupun mendatangkan dari luar. B. Penyajian Data Untuk mendiskripsikan mengenai pelaksanaan kurikulum Pendidikan satu atap, tingkat keberhasilan, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksaan kurikulum pendidikan satu atap pada MTs PSA Muta’allimin Doplang 1, berikut ini disajikan hasil wawancara dengan beberapa informan dalam penelitian, selain itu peneliti juga akan mendiskripsikan data dari hasil observasi dan studi dokumentasi.
a) Pelaksanaan kurikulum Pendidikan satu atap di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1. Dari hasil wawancara secara
mendalam serta observasi atau
pengamatan dapat diketahui bahwa pelaksanaan kurikulum pada MTs PSA tersebut memadukan kurikulum dari pemerintah yaitu KTSP dan kurikulum DEPAG yaitu PAI serta ditambah kurikulum pondok yaitu memasukkan kitab kuning di setiap kelasnya. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Wakaur Kurikulum dan guru Aqidah akhlak serta pengurus pondok pesantren. Hasil wawancara yang berhasil diungkap dari informan Kepala MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap menyatakan sebagai berikut: “Menurut saya: KTSP merupakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP itu sebenarnya hampir sama dengan KBK hanya dalam KTSP ini yang ditentukan hanya standar kompetensi dan kompetensi dasar sedangkan yang lainnya membuat sendiri seperti indikator, materi, silabus disusun sesuai dengan keadaan sekolahnya masing-masing. Sejak diberlakukannya model kurikulum KTSP, pihak madrasah berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan kurikulum tersebut dengan segala aspek yang ada di madrasah diantaranya kesiapan madrasah itu sendiri dilihat dari kesiapan sarana dan prasana yang ada, kesiapan guru di dalam proses belajar mengajar, dan kesiapan siswa itu sendiri di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum tersebut.” “KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing tingkat satuan pendidikan yang meliputi SD,SMP,SMA. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, muatan, struktur dan sebagainya. Selanjutnya karakteristik dari KTSP yaitu setiap sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan meteri tersebut, karena tiap-tiap sekolah mempunyai sarana dan prasarana yang berbeda-beda. Di sekolah ini berbeda dengan sekolah lainnya.”
“Prinsip yang harus dipenuhi dalam KTSP yaitu materi tersebut harus bisa tersampaikan kepada siswa, selain itu yang paling utama adalah siswa mempunyai kompetensi, mengetahui dan tidak hanya sekedar menghafal tetapi katakanlah kalau sejarah itu, siswa benar-benar mampu memahami dan sampai kapan pun siswa akan teringat terus. Sedangkan mengenai silabus, menurut saya silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu.” “Selain kurikulum KTSP madrasah ini juga memasukkan kitab kuning sebagai kurikulum pondok pesantren. Hal ini dilakukan untuk memberikan pendidikan tentang salah satu kitab pondok pesantren yang hanya diajarkan di pondok. Karena sebagian siswa yang masuk ke madrasah tersebut tidak berlatar belakang pondokan, supaya siswa mempunyai akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kenyataannya pelajaran kitab kuning di madrasah itu diajarkan disemua kelas dari kelas tujuh hingga kelas sembilan dengan tingkat yang berbedabeda. Dalam penyampainnya antara di pondok sama di sekolah lebih mendalam di sekolah supaya siswa yang tidak mondok mempunyai pengetahuan dan ilmu yang katatan hampir sama dengan siswa yang mondok, selain itu jam belajar disekolah lebih efektif” (wawancara tanggal 10 oktober 2011, jam 09. 45 di ruang Tata Usaha).
Hasil
wawancara
dengan
Wakaur
Kurikulum
MTs
PSA
Muta’allimin Doplang 1 berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum menyatakan sebagai berikut: “Menurut saya: Penyususnan struktur kurikulum menggunakan Kurikulum yang merujuk pada Kurikulum Nasional, Kementerian Agama, dan Pondok Pesantren. Struktur kurikulum MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3 (tiga ) tahun, yakni mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Struktur kurikulum seperti ini.
a. Struktur Kurikulum MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 Tabel 3.5 Struktur Kurikulum
KOMPONEN
KELAS DAN ALOKASI WAKTU VII
VIII
IX
1. Pendidikan Agama Islam 1) Al-Qur’an Hadis 2) Aqidah Akhlak 3) Fiqih 4) Sejarah Kebudayaan Islam 2. Pendidikan Kewarganegaraan
4
4
4
2
2
2
3. Bahasa Inggris
4
4
4
4. Bahasa Indonesia
4
4
4
5. Bahasa Arab
2
2
2
6. Matematika
4
4
4
7. Ilmu Pengetahuan Alam
4
4
4
8. Ilmu Pengetahun Sosial
4
4
4
9. Seni Budaya dan Ketrampilan
2
2
2
2
2
2
8
8
8
A. Mata Pelajaran
10. Penjaskes 11. Pilihan a. Ketrampilan b. TIK B. Muatan Lokal
Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu. (wawancara Tanggal 12 Oktober 2011, jam 10.00 di Kantor)
“Sedangkan Muatan lokal sebagai berukut: Tabel 3.6 Struktur Kurikulum Muatan Lokal MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 Alokasi Waktu (JP) No. Mata Pelajaran Muatan Lokal VII
VIII
IX
1
Bahasa Jawa
2
2
2
2
Hifdzul Qur’an
6
6
6
3
Kiab kuning
2
2
2
Jumlah
8
8
8
“Untuk pengembangan Diri di madrasah meliputi program berikut: - Kepramukaan - Rohis - Keterampilan “Pada umumnya, program tersebut dilaksanakan 1 x dalam seminggu pada hari sabtu. Khusus untuk Rohani Islam dilaksanakan tiap hari pada pagi hari dalam bentuk Tadarussan. (Wawancara tanggal 15 0ktober 2011, jam 10.00 di Kantor) b. Muatan Kurikulum 1) Mata Pelajaran a) Pendidikan Agama Islam · Al-Qur’an terhadap
Hadist; ayat
Memberikan
Al-Qur’an
dan
pemahaman hadist
Nabi
Muhammad SAW sebagai dasar beribadah serta
melaksnakan perintah dan menjauhi laranganNya. · Aqidah Akhlak; Untuk membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta memiliki akhlak yang mulia. · Fiqih; Membina peserta didik untuk melaksanakan syariat islam. · Sejarah Kebudayaan Islam; Membina peserta didik dapat mendalami sifat-sifat dan sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW. · Bahasa Arab; Membina ketrampilan berbahasa serta dapat memahami isi Al-Quran dan Al-hadist. b) Kewarganegaraan Tujuan: Memberikan kesadaran
pemahaman hidup
terhadap
berbangsa
dan
siswa
tentang
bernegara
dan
pentingnyan penanaman rasa persatuan dan kesatuan. c) Bahasa Inggris Tujuan : Membina ketrampilan berbahasa dan komunikasi secara lisan dan tertulis untuk menghadapi perkembangan IPTEK dalam menyongsong era globalisasi.
d) Bahasa Indonesia Tujuan: Membina ketrampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman terhadap IPTEK. e) Matematika Tujuan: Memberikan pemahaman logika dan kemampuan dasar matematika dalam rangka penguasaan IPTEK. f) Ilmu Pengetahuan Alam (meliputi: Fisika,dan Biologi) Tujuan: Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa untuk
menguasai
dasar-dasar
sains
dlam
rangka
penguasaan IPTEK. g) Ilmu Pengetahuan Sosial (meliputi: sejarah, ekonomi, dan geografi) Tujuan: Memberikan pengetahuan sosial kultural masyarakat yang majemuk,
mengembangkan
kesadaran
hidup
bermasyarakat serta memiliki ketrampilan hidup secara mandiri.` h) Seni budaya/ Ketrampilan Tujuan:
Mengembangkan
apresiasi
seni,
daya
kreasi
dan
kecintaan pada seni budaya nasional. i) Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan Tujuan: Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran
dn
ketrampilan
di
bidang
olahraga,
menenamkan sportivitas, tanggungjawab, disiplin dan percaya diri pada siswa. j) Teknologi Informasi dan Komunikasi Tujuan: Memberikan ketrampilan di bidang teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan bakat. 2) Muatan Lokal Muatan
lokal
merupakan
kegiatan
kurikuler
yang
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak menjadi bagian dari pelajaran lainnya. Muatan lokal yang dipilih MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 adalah: 1. Bahasa Jawa Tujuan : Untuk mengembangkan kompetensi berbahasa jawa untuk melestarika bahasa jawa
2. Hifdzul Qur’an Tujuan: Untuk mengembangkan kompetensi membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya. 3. Kitab Kuning Tujuan: Untuk memperdalam ilmu yang ada dalam kitab dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Proses Pendidikan 1. Adapun sekolah MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 untuk mendapatkan seseorang petugas pengajaran yaitu guru telah membuat beberapa kriteria atau syarat-syarat bagi seorang guru, karena sekolah MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 mempunyai wewenang tersendiri. Syarat-syarat itu antara lain: a) Sehat jasmani dan rohani b) Keilmuan dan ketrampilan cukup dewasa c) Kepribadian benar dengan islam d) Mampu dalam mengelola materi e) Bekerja secara ikhlas Adapun syarat bagi guru yang sudah terdaftar sebagai guru di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 atau dikatakan disiplin sekolah MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 yaitu:
a.
Setiap guru harus hadir setiap hari meski tidak ada jam mengajar, dan setiap pagi harus melaksanakan apel pagi.
b.
Guru giliran piket harus memimpin murid-murid berbaris.
c.
Ada perwakilan dari guru untuk memberikan nasehat kepada murid ketika apel pada setiap hari.
d.
Setiap guru harus shalat dhuhur bersama-sama dengan murid
di sekolah. e.
Sebelum selesai pelajaran tidak dibenarkan melakukan kegiatan lain kecuali yang sangat perlu dan diizinkan oleh guru yang bersangkutan.
f.
Guru harus berpakaian rapi.
g.
Sebelum pulangg harus tanda tangan kehadiran.(wawancara tanggal 20 0ktober 2011)
2. Mengatur siswa secara baik dan berdayaguna akan membantu seluruh staf dan masyarakat untuk memahami kemajuan sekolah. Pengelolaan siswa yang baik menggambarkan tertibnya sekolah. Siswa mempunyai hak dan kewajiban. Adapun hak siswa adalah: a. Manajemen pelajaran b. Mengikuti kegiatan yang ada di sekolah c. Menggunakan fasilitas yang ada d. Memperoleh bimbingan di sekolah Adapun kewajiban siswa dalah: a. Hadir pada waktunya
b. Mengikuti pembelajaran dengan tertib c. Mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh madrasah dengan baik (wawancara tanggal 20 Oktober 2011, jam 09.00 di Perpustakaan) Evaluasi Hasil Belajar atau Penilaian Berikut hasil wawancara (20 oktober 2011) dengan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, wakil kepala sekolah serta dari beberapa siswa MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 berkaitan dengan kegiatan evaluasi hasil belajar : Selaku guru mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 mengemukakan sebagai berikut: “Saya dalam melakukan evaluasi menggunakan model penilaian berbasis kelas seperti model test berupa uraian, pilihan ganda, kemudian pada saat diskusi, saya juga melihat dan melakukan penilaian melalui keaktifan siswa. Selain itu juga melalui tugas-tugas, dalam KTSP nilai tugas itu sama dengan nilai test atau ulangan, sehingga apabila ada siswa yang nilai ulangannya jelek, namun nilai tugasnya baik, hal itu akan sangat membantu siswa” (wawancara tanggal 20 Oktober 2011, jam 09.00 di Perpustakaan) “Saya juga selalu mengadakan program remidi untuk siswa yang nilainya masih dibawah standar nilai ketuntasan. Selanjutnya untuk siswa yang nilainya sudah diatas rata-rata akan diberi tugastugas (program pengayaan). Dalam aturannya, penilaian dilakukan setiap selesai satu kompetensi dasar (KD), akan tetapi dalam pelaksanaannya penilaian dilakukan rata-rata tiga (3) kali dalam satu semester, kemudian penilaian diambil dari tugas-tugas, pengamatan dalam diskusi, laporan-laporan” (wawancara tanggal 20 Oktober 2011, jam 09.00 di Perpustakaan) Selaku wakil kepala sekolah sekaligus guru mata pelajaran mengemukakan tentang kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai berikut:
“Saya dalam evaluasi menggunakan model penilaian berbasis kelas yaitu melakukan penilaian pada saat siswa melakukan proses pembelajaran, misal dalam diskusi dapat dilihat dari keaktifan siswa, kemampuan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan, kekompakan, keluasan materi dan sebagainya. Selain itu, saya juga menggunakan model penilaian hasil yaitu melakukan evaluasi setelah menyelesaikan satu materi bentuknya seperti test tertulis (pilihan ganda dan uraian) dan test lisan” (wawancara tanggal 20 Oktober 2011, jam 09.00 di Perpustakaan) “Berkaitan dengan pelaksanaan penilaian kelas, saya biasa melakukannya sesuai dengan kompetensi dasar (KD), rata-rata satu semester dilakukan sebanyak 5 (lima) kali yaitu misal KD-nya ada 3 (tiga) kemudian ditambah dengan ulangan med semester dan ulangan akhir semester sehingga menjadi 5 (lima) kali, selain itu ada penilaian dari tugas-tugas” (wawancara tanggal 20 Oktober 2011, jam 09.00 di Perpustakaan) Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan kepala madrasah MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 sebagai berikut : “Di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 program remidi dilaksanakan dan diprogramkan oleh urusan kurikulum sehingga tidak mengganggu kegiatan lainnya dan semua itu dibiayai oleh sekolah” (wawancara tanggal 20 Oktober 2011, jam 09.00 di Perpustakaan)
b) Hasil pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1. Dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA ini setelah diungkap dari informan kepala sekolah, guru dan pengurus pondok dalam penerapannya di dalam tugasnya dapat menghasilkan suatu hasil yang gemilang meski banyak kendala-kendala yang dihadapi. Berikut ini adalah wawancara dengan kepala sekolah, guru Aqidah Akhlak dan pengurus pondok tentang hasil dalam pelaksanaan pendidikan satu atap sebagai berikut:
Guru Aqidah Akhlak MTs PSA mengemukakan: “Karena madrasah ini mengembangkan tiga kurikulum yaitu kurikulum Diknas, DEPAG, dan pondok pesantren maka banyak hasil yang kami rasakan dalam pelaksanaannya meski semua itu tidak terlepas dari berbagai kendala tapi Alhamdulillah dengan menerapkan ketiga kurikulum tersebut madrasah kami meski baru saja berdiri sudah mendapat kepercayaan untuk menyelenggarakan ujian sendiri tidak lagi “nginduk” di sekolah lain semua itu berkat adanya kesungguhan dari guru dan siswa dalam melaksanakan KBM”. (wawancara tanggal 27 Oktober 2011, jam 08.45 di Perpustakaan) “Dalam kegiatan akreditasi sekolah madrasah ini juga sudah terpilih karena adanya prestasi-prestasi yang membanggakan menurut badan pendidikan” Selaku pengurus pondok mengatakan sebagai berikut: Dengan dimasukkannya pelajaran pondok kedalam madrasah sangat membantu santri mendalami ilmu suatu kitab dan mendapat pengetahuan baru. Banyak siswa yang sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan hukum bacaannya, bahkan ada yang hafal AlQur’an karena di madrasah dituntut untuk hafal surat-surat pilihan yang di masukkan kedalam mata pelajaran sesuai dengan tingkatan kelas. (wawancara tanggal 27 Oktober 2011, jam 08.45 di Perpustakaan)
c) Kendala-kendala dalam pelaksanaan Kurikulum pendidikan satu atap MTs PSA Muta’allimin Doplang 1. Kendala-kendala dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 setelah diadakan penelitian sebenarnya di lapangan adalah sebagai berikut: Berikut adalah hasil wawancara dengan wakaur kurikulum dan pengurus pondok pesantren berkaitan dengan kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap. Selaku wakaur kurikulum mengatakan sebagai berikut:
“MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 menggunakan kurikulum dari DIKNAS, DEPAG, dan Pondok pesantren. Guru masih banyak kesulitan dalam mengembangkan kurikulum ini atau dengan kata lain sebagian dari tenaga pengajar di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 yang belum bisa mandiri dalam pengembangan kurikulum masih membutuhkan bantuan atau pendampingan dalam mengembangkan kurikulum” “Selanjutnya berkenaan dengan profesionalisme dan kemandirian para guru dalam pengembangan kurikulum yang masih kurang paham dalam penyusunan dan pelaksanaan program lebih disebabkan karana madrasah masih dalam tahap transisi dalam membangun kemampuannya (capacity building) untuk menuju pada tahap otonomi”. (wawancara tanggal 24 Oktober 2011, jam 09.15 di Kantor) Kurikulum DIKNAS yang diterapkan di madrasah ini adalah kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
yang
merupakan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam pelaksanaannya
tidak lepas dari berbagai
kendala atau hambatan. Berikut adalah hasil wawancara berkaitan dengan kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan kurikulum KTSP pada pembelajaran Aqidah Akhlaq menurut guru Aqidah Akhlaq. “Selaku guru mata pelajaran Aqidah Akhlaq MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 mengatakan sebagai berikut: “Dalam hal penilaian berbasis kelas. Guru merasa kesulitan dalam mengadakan penilaian kelas secara mandiri, hal ini dikarenakan guru harus mengadakan penilaian terhadap setiap siswa, padahal setiap siswa karakteristiknya berbeda-beda, sehingga guru merasa kesulitan untuk mengidentifikasi atau menghafal semua siswa. Dan hal ini dianggap oleh guru akan menghambat dalam proses pembelajaran berbasis KTSP.” (wawancara tanggal 24 Oktober 2011, jam 09.15 di Kantor) “Dalam KTSP guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan menyenangkan seperti: Inquiry, discovery, contextual, problem solving, dan sebagainya. Namun dalam pelaksanannya
guru mengalami beberapa hambatan yang serius seperti keterbatasan dana, waktu serta tenaga dan sebagainya. Dengan adanya hal ini, maka penggunaan metode pembelajaran selama ini belum bisa berlangsung secara efektif” (wawancara tanggal 24 Oktober 2011, jam 09.15 di Kantor)
Selaku pengurus pondok pesantren mengatakan sebagai berikut: “Bagi siswa yang mondok mereka kurang bisa membagi waktu belajar antara pelajaran pondok dan sekolah karena mereka dituntut untuk belajar materi pondok dan sekolah. Kebanyakan dari siswa yang mondok sering mengalami pusing dan akhirnya telat saat masuk sekolah karena lelah. Tetapi semua itu dapat teratasi oleh pihak sekolah karena semua pihak saling menyadari akan hak dan kewajiban masing-masing individu. Misalnya saat ada tugas menghafal surat Al-Qur’an tetapi pada waktu yang telah ditentukan untuk setoran tetapi belum siap maka pihak sekolah/ guru memberikan toleransi waktu untuk mengahafalkan, lupa tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah diberikan sanksi keluar kelas untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan tersebut, setelah selesai disuruh masuk dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. “Indikator dari permasalahan ini adalah dimana kurang adanya kemandirian dan kepercayaan diri dari pengajar dalam mengembangkan kurikulum sehingga masih kesulitan dalam mengimplementasikan suatu kurikulum yang ada ke dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu dari pihak siswa merasa bingung membagi waktu dengan adanya berbagai macam kegiatan sekolah dan pondok yang harus dilaksanakan dan difikirkan meski waktunya tidak bersamaan”. (wawancara tanggal 24 Oktober 2011, jam 09.15 di Kantor)
BAB IV PEMBAHASAN Dalam kegiatan ini akan dilaporkan hasil penelitian pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 dengan pembahasan sebagai berikut: A. Pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap Secara umum model kurikulum yang digunakan oleh di MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 adalah
menggunakan KTSP dengan
penyelarasan kurikulum kementrian pendidikan dan kebudayaan, kurikulum kementrian agama serta memasukkan kurikulum pondok pesantren yaitu kitab kuning yang diperkaya dengan pendekatan pembelajaran agama Islam.
Di MTs PSA Bustanul Muta’alliminin Doplang 1 dikembangkan
dengan mengacu
dan
didasarkan
pada
dokumen
kurikulum
yang
dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, sebagai konsekuensi logis eksistensi sekolah sebagai bagian yang integral dalam satu sistem pendidikan nasional. MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang 1 yang berlatar belakang pondok pesantren dan sekaligus satu atap dengan pesantren telah mengambil salah satu mata pelajaran pondok pesantren yang dijadikan salah satu muatan kurikulum yaitu Kitab kuning. Untuk mata pelajaran kitab kuning mempunyai waktu tatap muka 1 kali pertemuan dalam satu minggu. Tujuan dari diajarkannya kitab kuning ini supaya siswa memiliki pribadi muslim
yang baik. Sesuai visi dan misi MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin yang telah ditetapkan. Dalam menyusun struktur kurikulum menggunakan Kurikulum yang merujuk pada kurikulum kementrian pendidikan dan kebudayaan, kurikulum kementrian agama serta memasukkan kurikulum pondok pesantren yang disempurnakan dengan muatan lokal yang memuat salah satu mata pelajaran pondok pesantren terutama kitab kuning. Struktur kurikulum MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin meliputi substansi pembelajaran yang harus ditempuh siswa dalam satu jenjang pendidikan selama 3 (tiga ) tahun, yakni mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Struktur kurikulum ini disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh madrasah. Sturktur Kurikulum MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin memuat 11 mata pelajaran dan muatan lokal. Mata pelajaran yang ada di MTs Satu Atap Bustanul Muta’allimin adalah PAI (terdiri atas: Qur’an & Hadits, Aqidah & Akhlak, Fiqih, SKI), Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Ketrampilan dan Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan sedangkan untuk muatan lokal terdiri dari bahasa jawa, hifdzul Qur’an, dan kitab kuning. Pembiasaan siswa selalu di jadwalkan tadarusan sebelum pelajaran pertama dimulai, shalat Dhuha berjamaah pada waktu istirahat pertama,
dan shalat dhuhur bersama-sama. Kitab kuning dijarkan sesuai dengan jadwalnya kelas masing-masing. Sedangkan pemahan guru mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut: KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah atau daerah, karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik para peserta didik. Selain itu, dalam pengembangan KTSP harus memperhatikan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas). Selain kurikulum KTSP madrasah memasukkan kitab kuning sebagai kurikulum pondok pesantren. Hal ini dilakukan untuk memberikan pendidikan tentang salah satu kitab pondok pesantren yang hanya diajarkan di pondok. Karena sebagian siswa yang masuk ke madrasah tersebut tidak berlatar belakang pondokan, supaya siswa mempunyai akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kenyataannya pelajaran kitab kuning di madrasah itu diajarkan disemua kelas dari kelas tujuh hingga kelas sembilan dengan tingkat yang berbeda-beda. Dalam penyampainnya antara di pondok sama di sekolah lebih mendalam di sekolah supaya siswa yang tidak mondok mempunyai pengetahuan dan ilmu yang katatan hampir sama dengan siswa yang mondok, selain itu jam belajar disekolah lebih efektif.
Dalam proses pembelajaran agar maksimal madrasah tersebut telah membuat kriteria bagi seorang guru. Kriteria itu meliputi Sehat jasmani dan rohani, keilmuan dan ketrampilan cukup dewasa, kepribadian benar dengan islam, mampu dalam mengelola materi, bekerja secara ikhlas. Seorang guru harus disiplin karena akan menjadi teladan bagi anak didiknya, guru di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 dikatakan disiplin apabila Setiap guru harus hadir setiap hari meski tidak ada jam mengajar, dan setiap pagi harus melaksanakan apel pagi, guru giliran piket harus memimpin murid-murid berbaris, ada perwakilan dari guru untuk memberikan nasehat kepada murid ketika apel pada setiap hari, setiap guru harus shalat dhuhur bersama-sama dengan murid di sekolah, sebelum selesai pelajaran tidak dibenarkan melakukan kegiatan lain kecuali yang sangat perlu dan diizinkan oleh guru yang bersangkutan, guru harus berpakaian rapi, sebelum pulangg harus tanda tangan kehadiran Untuk evaluasi hasil belajar MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 mengguanakan model penilaian berbasis kelas berupa uraian, pilihan ganda, diskusi kelas. Apabila ada siswa yang nilainya jelek atau dibawah standar ketuntasan maka guru melakukan remidi untuk membantu siswa mencapai nilai standar ketuntatasan dan guru melakukan pengayaan bagi siswa yang nilainya sudah tuntas.
B. Hasil pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap Hasil dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 adalah: Pertama : Madrasah ini merupakan madrasah muda yang belum lama berdiri namun sudah diberi kepercayaan mengadakan ujian sendiri tidak lagi “nginduk” di sekolah lain. Kedua: Karena keberhasilannya dalam menerapkan kurikulum dan banyaknya prestasi yang diraih maka madrasah ini sudah terpilih untuk melakukan akreditasi dan hasilnya baik. Ketiga: Banyak pengetahuan yang dapat diserap oleh siswa karena di madrasah ini memadukan pelajaran yang dipondok dengan yang di sekolah sehingga terjadi sinkronisasi pengetahuan yang pasti sehingga menghasilkan output yang ahli dalam pengetahuan baik agama maupun umum. Keempat: dengan berpedoman pada hasil MGMP madrsasah ini dapat menerbitkan buku-buku pelajaran dengan menerapkan model kurikulum yang diteraapkan dan berhasil menjual ke madrasah-madrasah PSA yang lain. C. Kendala-kendala dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap Kendala-kendala dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap yang dihadapi adalah: Pertama: Sebagian dari tenaga pengajar di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 yang belum bisa mandiri dalam pengembangan kurikulum.
Keadaan guru suatu lembaga pendidikan merupakan faktor yang sanga penting karena guru merupakan figur bergerak yang aktivitasnya selalu dimonitoring dan diperhatikan oleh siswa. Oleh karena itu salah satu faktor untuk meninjau keberhasilan program pendidikan dalam suatu
lembaga pendidikan diperlukan tenaga-tenaga edukatif yang
berkompetensi tinggi. Dengan demikian latar belakang seorang guru itu akan mewarnai kelancaran proses belajar mengajar di madrasah yang bersangkutan. MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 terdapat 11 guru. Guruguru
tersebut
ada
yang
berstatus
sebagai
guru kelas dan guru
pelajaran. Hampir semua guru tidak sesuai dengan jurusanya waktu dulu kuliah dengan waktu kuliah. Sehingga berdampak dalam mengembangkan kurikulum banyak mengalami belum bisa mandiri. Contohnya saja guru PAI harus masih mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kedua:
Dalam KTSP guru dituntut untuk melaksanakan sistem
penilaian secara mandiri atau berkelanjutan, namun dalam pelaksanaannya banyak guru belum mampu memenuhi tutuntutan tersebut. Sebagai contoh guru Aqidah Akhlaq belum semaksimal mungkin untuk memenuhi tuntutan tersebut. Adapun faktor yang menjadi penghambat dalam proses penilaian tersebut antara lain adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik, sehingga guru merasa kesulitan
untuk mengidentifikasi atau
menghafal satu per satu peserta didik tersebut. Ketiga: Dalam KTSP guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan menyenangkan seperti : metode inquiry,
discovery, contextual, problem solving dan sebagainya. Namun dalam pelaksanaannya guru mengalami beberapa hambatan yang cukup serius seperti terbatasnya dana, waktu, serta tenaga, dan sarana dan prasarana sehingga penggunaan metode pembelajaran selama ini belum bisa berlangsung secara optimal. Keempat: Banyak siswa yang kurang siap untuk mandiri dalam belajar, hal ini karena siswa kesulitan dalam membagi waktu belajar berbagai pelajaran. Latar belakang siswa tidak semua dari pondok menjadi salah satu faktor kurang mandiri dalam belajar.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan Kurikulum MTs PSA Muta’allimin Doplang 1adalah : Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh maka dapat penulis simpulkan bahwa: MTs PSA Bustanul Muta’allimin Doplang I satu atap dengan pondok pesantren Bustanul Muta’allimin. Pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 sudah berjalan optimal. Terlihat pada pelaksanaan tiga kurikulum dari kementrian pendidikan dan kebudayaan, kurikulum kementrian agama, dan pondok pesantren yang sudah selaras dalam pelaksanaannya. 2. Hasil pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 setelah menerapkan ketiga kurikulum yaitu kurikulum DIKNAS, Kementrian Agama, dan Pondok Pesantren yaitu: a. Kepercayaan mengadakan ujian sendiri tanpa “nginduk” disekolah lain. b. Terpilih untuk melaksanakan akreditasi lebih awal. c. Mengahasilkan output yang ahli dalam bidang ilmu umum dan agama. d. Dapat menerbitkan buku-buku pelajaran sesuai dengan kurikulum yang diterapkan.
3. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 setelah diadakan penelitian yang sebenarnya dilapangan adalah sebagai berikut : a. Sebagian dari tenaga pengajar di MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 yang belum
bisa mandiri dalam pengembangan kurikulum karena
beberapa guru dalam mengajar tidak sesuai dengan ijazahnya dan sebagian masih kurang pengalaman b. Guru dituntut untuk melaksanakan sistem penilaian secara mandiri atau berkelanjutan, namun dalam pelaksanaannya banyak guru belum mampu memenuhi tutuntutan tersebut. c. Terbatasnya dana, waktu,
serta tenaga, dan sarana dan prasarana
sehingga penggunaan metode pembelajaran yang variatif kurang bisa terlaksana secara optimal. d. Banyak siswa yang kurang siap untuk mandiri dalam belajar, hal ini karena siswa kesulitan dalam membagi waktu belajar berbagai pelajaran. Latar belakang siswa tidak semua dari pondok menjadi salah satu faktor kurang mandiri dalam belajar. B. Saran Sebagai sebuah madrasah yang baru dan memiliki berbagai kelebihan, baik dalam sarana prasarana, sistem, maupun dalam upaya mencetak generasi yang mempunyai IMTAQ dan IPTEK yang tinggi, namun masih ada beberapa persoalan yang harus segara dipecahkan agar MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 bisa mencapai tujuan yang telah disepakati.
Dalam hal tersebut maka ada beberapa saran dari penulis bagi pengelola MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 antara lain: 1. Madrasah
merupakan
instansi
dengan
keunikan-keunikan
yang
menjadikannya memungkinkan untuk dikaji aspek-aspek keunikannya tersebut. Terutama dengan muatan materi-materi keagamaan yang ada dalam kurikulum madrasah menjadikan madrasah menjadi kurikulum nasional plus agama. Keunggulan dari aspek kurikulum ini memungkinkan nilai tawar yang lebih tinggi, asal dikemas dalam kemasan yang mampu menunjukkan kehebatan yang ada dalam kemasan. Hal ini menuntut pihak pengelola MTs PSA Muta’allimin Doplang 1 untuk memperhatikan pelaksanaan kurikulum dengan baik, sehingga kurikulum bisa berjalan sesuai dengan target harapan. 2. Dalam melaksanakan pembinaan profesioanalisme guru, kepala sekolah bisa menyusun program penyataraan bagi guru-guru yang memiliki kualifikasi dibawah Badan Standard Nasional Pendidikan (BSNP) namun memilik prestasi yang bagus dalam dunia kerjanya agar mengikuti penyetaraan S1/Akta IV, sehingga mereka dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan yang menunjang tugasnya. 3. Untuk meningkatkan profesionalisme guru yang sifatnya khusus, bisa dilakukan oleh kepala sekolah dengan mengikut sertakan guru-guru melalui seminar dan pelatihan yang dilakukan oleh Diknas maupun diluar Diknas. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam membenahi materi dan metodologi pembelajaran.
4. Kepala sekolah perlu meningkatkan perannya dalam bidang kurikulum ini sehingga tidak ada yang dijadikan cambuk dalam pelaksanaan kurikulum ini. 5. Adanya kerjasama yang baik dari pihak-pihak yang terkait sehingga ada rasa tanggungjawab bersama terhadap kurikulum yang ada. C. Kata Penutup Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, akhirnya tugas akhir ini telah selesai penulis susun. Meskipun penulis sadarii bahwa apa yang telah penulis susun jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan masukan demi kesempurnaan penulis harapkan. Dan besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang banyak. amin
DAFTAR PUSTAKA Arikunto. Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Jakarta: PT. Rineka Cipta Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. Depag RI. 2002. Al-Qur`an dan Terjemahannya. Semarang : Thoha Putra. Hadi, sutrisno. 1986. Metode reseach I-II. Yogyakarta: Andi offset. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. .2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. http://file.upi.edu/direktoripend.bahasadaerahi%20koswara/makalahpemberdayaans mpsatuatapdiprov.banten.pdf http://www.diknas.or.id http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-atap Ladjid, Hafni. 2005. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Ciputat Press Grup. M. Arifin. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Molleong, lexy. J. 2003a. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2009b. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. . 2002. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, strategi, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2006b. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Rifa’i. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: LPPM STAIMS. Sucipto. 2006. Skripsi manajemen kurikulum. Semowo: STAIN Salatiga. Susilo, Joko. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syaodih, Nana Sukmadinata. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wing, Muhatrom. 2007. Skripsi palaksanaan kurikulum pendidikan agama islam. Patani: STAIN Salatiga. Yamin, Moh. 2010. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Yogyakarta: DIVA Press. Zakiah, Daradjat.dkk. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Angkasa.
Lampiran I: Instrumen Pengumpulan Data INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA Metode
Sumber Data
Jenis Data
Kepala sekolah, wakaur
1. Visi dan misi sekolah
kurikulum, guru,
2. Keadaan sekolah saat ini
Pengumpulan Data Wawancara
pengurus Pondok
a. Kurikulum
Pesantren
b. Sarana prasarana c. Siswa d. Guru dan karyawan e. Prestasi sekolah
Dokumentasi
Madrasah
1. Sejarah madrasah 2. Struktur kurikulum 3. Guru, siswa, karyawan 4. Prestasi sekolah
Observasi
Lingkungan
1. Penataan
lingkungan
madrasah 2. Situasi religious a. Halaman b. Ruang kelas c. Masjid
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap pada MTs PSA Dopalang I Kecamatan Bringin Kabupaten semarang tahun 2011? 2. Bagaimana maksudnya dengan ditambah kurikulum pondok pesantren pada MTs PSA Dopalang I Kecamatan Bringin Kabupaten semarang tahun? 3. Apakah kitab kuning masuk dalam mata pelajaran, dan kelas berapa saja yang diajari pelajaran tersebut? 4. Bagaimana hasil pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap yang di terapkan di
MTs PSA Dopalang I Kecamatan Bringin Kabupaten
semarang tahun 2011? 5. Bagaimana hasil yang dirasakan lembaga pondok pesantren bustanul muta’allimin atas penerapan kurikulum pondok pesantren dimasukkan kedalam kurikulum sekolah? 6. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap yang di terapkan di
MTs PSA Dopalang I
Kecamatan Bringin Kabupaten semarang tahun 2011? 7. Apa kendala-kendala yang dirasakan bagi siswa yang berlatar belakang pondokan dalam penerapan ketiga kurikulum tersebut? 8. Bagaimana langkah-langkah yang dilaksanakan dalam memecahkan kendala-kendala yang ada? 9. Dalam kurikulum KTSP guru dituntut untuk menggunakan sistem pembelajaran yang variatif apakah di MTs PSA Dopalang I sudah berjalan optimal? 10. Bagaimana langkah yang dilaksanakan pihak sekolah dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran?
CATATAN WAWANCARA Hari/ Tanggal : Rabu / 5 Oktober 2011 Tempat
: Ruang TU
Pukul
: 09. 45 WIB
Narasumber
: Kepala Tata Usaha
Jenis Data
: Permohonan Izin Penelitian
Peneliti
: Assalamu’alaikum
Narasumber
: Wa’alaikumsalam
Peneliti
: Perkenalkan bu, saya Nur Aliyah, Mahasiswi STAIN Salatiga. Kedatangan saya kesini adalah mohon izin untuk mengadakan penelitian di MTs PSA Bustanul Muta’allimin ini guna untuk menyelesaikan tugas skripsi.
Narasumber
: Ya, mana surat izinnya?
Peneliti
: Ini Bu. Kapan saya bisa melaksanakan penelitian?
Narasumber
: Surat ini saya terima, tapi untuk penelitiannya baru bisa dilaksanakan minggu depan. Nanti saya konfirmasi dulu dengan waka kurikulum sehingga bisa ditentukan kapan ada waktu luangnya.
Peneliti
: Ya Bu, terimakasih. Assalamu’alaikum.
Narasumber
: Wa’alaikumsalam.
CATATAN WAWANCARA Hari/ Tanggal : Senin / 10 Oktober 2011 Tempat
: Ruang Tata Usaha
Pukul
: 09. 45 WIB
Narasumber
: Waka Kurikulum
Jenis Data
: Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan satu atap
Peneliti
: Assalamu’alaikum
Narasumber
: Wa’alaikumsalam
Peneliti
: Bu saya Nur Aliyah Mahasiswi STAIN Salatiga
Narasumber
: Ya. Kemarin saya sudah ditembusi Bu Nia. Ada yang bis saya bantu Mbak?
Peneliti
: Bagaimana pelaksanaan kurikulum di MTs PSA Bustanul Muta’allimin ini?
Narasumber
: Kurikulum di sini menggunakan kurikulum dari Kementerian Agama, Departemen Kementerian Pendidikan Nasional dan ditambah Kurikulum Pondok Pesantren.
Peneliti
: Kurikulum yang dari kementrian pendidikan nasional sekolah ini menerapkan kurikulum yang mana Bu?
Narasumber
: Kami menggunakan KTSP yang mana KTSP merupakan kurikulum pengganti KBK, sebenarnya KTSP dan KBK hampir sama hanya saja dalam KTSP guru mempunyai kebebasan menentukan indikator dalam silabus yang sesuai dengan keadaan murid dan daerah dimana sekolah berdiri.
Peneliti
: Bagaimana maksud dengan ditambah kurikulum Pondok Pesantren itu Bu?
Narasumber
: Ya, maksudnya karena sekolah ini berbasis Pondok Pesantren maka kami memasukkan kitab kuning sebagai kurikulum Pondok Pesantren.
Peneliti
: Kitab Kuning masuk dalam mata pelajaran untuk kelas berapa Bu?
Narasumber
: Semua kelas ada pelajarannya tetapi dengan tingkatan yang berbeda-beda.
Peneliti
: Saya kira cukup bu, terimakasih banyak.
Narasumber
: Sama-sama. Kalau ada yang kurang silakan kesini lagi.
CATATAN WAWANCARA Hari/ Tanggal : Senin / 24 Oktober 2011 Tempat
: Kantor
Pukul
: 09. 15 WIB
Narasumber
: Waka Kurikulum, Guru Akidah Akhlaq, Pengurus Ponpes
Jenis Data
: Kendala Pelaksanaan Kurikulum
Peneliti
: Assalamu’alaikum
Narasumber
: Wa’alaikumsalam
Peneliti
: Pak, maaf mengganggu. Bolehkah saya minta waktu sebentar?
Narasumber
: Ya silakan, ada yang bisa kami bantu?
Peneliti
: Saya mau minta informasi mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan satu atap di MTs Bustanul Muta’allimin ini Pak?
Narasumber
: Ya Mbak, mengenai kendala pasti ada karena suatu tindakan apapun tak bisa lepas dari suatu kendala, begitu juga sebaliknya didalam kendala atau kesulitan pasti ada kemudahan yang menghasilkan hasil yang cemerlang. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah kurang mandirinya guru dalam mengembangkan kurikulum.
Peneliti
: Untuk mengatasi hal tersebut langkah apa yang dilakukan pak?
Narasumber
: Untuk mengatasi hal tersebut sekolah mengadakan pertemuan dan mengikuti seminar.
Peneliti Narasumber
: Dalam pelaksanaan kurikulum KTSP apakah ada kesulitan pak? : Ya dalam hal mengadakan penilaian kelas, penilaian kelas sulit dilakukan secara mandiri karena guru harus mengadakan penilaian terhadap setiap siswa, padahal setiap siswa karakteristiknya berbeda-beda, sehingga mengakibatkan guru sulit menghafal setiap siswa.
Peneliti
: Selain dalam masalah penilaian kelas dalam KTSP guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran yang variatif, apakah guru sudah menerapkan hal tersebut pak?
Narasumber
: Karena sekolah ini merupakan sekolah yang masih dalam tahap merintis tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan dalam berbagai hal sehingga penerapan metode pembelajaran yang variatif belum berjalan secara maksimal.
Peneliti
: Dengan diterapkannya tiga kurikulum tersebut untuk siswa yang mondok apakah ada kesulitan bu?
Narasumber
: Ya mbak mengenai siswa yang mondok mereka belum bisa membagi waktu belajar antara belajar pelajaran sekolah dan pondok, meraka sering mengalami pusing dan akibatnya telat
masuk sekolah, tetapi semua itu dapat teratasi oleh pihak sekolah, seperti mentoleransi waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang belum sempat terkerjakan dan setelah selesai disuruh masuk kembali mengikuti pelajaran seperti siswa yang lain. Peneliti
: Ya pak, bu terimakasih atas informasinya.
Narasumber
: Sama-sama.
CATATAN WAWANCARA Hari/ Tanggal : Senin / 24 Oktober 2011 Tempat
: Perpustakaan
Pukul
: 08. 45 WIB
Narasumber
: Guru Akidah Akhlaq, Pengurus Ponpes
Jenis Data
: Hasil Pelaksanaan Kurikulum
Peneliti
: Assalamu’alaikum
Narasumber
: Wa’alaikumsalam
Peneliti
: Pak, maaf mengganggu. Bolehkah saya minta waktu sebentar?
Narasumber
: Ya silakan, ada yang bisa kami bantu?
Peneliti
: Mungkin ini untuk yang sekian kalinya saya kesini pak. Saya mau minta
informasi
tentang
keberhasilan
dalan
pelaksanaan
kurikulum yang diterapkan di madrasah ini yaitu kurikulum dari kementrian pendidikan nasional, kementrian agama, dan ponpes. Narasumber
: Ya, karena kami mengembangkan ketiga kurikulum tersebut maka banyak hasil yang kami rasakan meski itu semua tidk terlepas dari berbagai kendala. Alhamdulillah dengan mengembangkan ketiga kurikulum tersebut kami diberi amanah untuk mengikuti akreditasi sekolah meski sekolah ini baru saja berdiri dan
Alhamdulillah hasilnya memuaskan sekolah kami mendapat nilai Baik itu semua adalah kesungguhan warga sekolah yang dapat menunjukkkan berbagai prestasi-prestasi akademik maupun non akademik. Peneliti
: Selain keberhasilan yang dirasakan oleh madrasah tentunya ada yang dirasakan oleh Pondok Pesantren karena sekolah ini satu atap dengan Pondok Pesantren, bukan begitu pak?
Narasumber : Ya mbak benar sekali, keberhasilan dalam mengembangkan ketiga kurikulum tersebut Pondok Pesantren juga dapat merasakan hasilnya
yaitu
membantu
santri
mendalami
ilmu
dan
memperdalam khasanah keilmuan yang baru dan pasti. Siswa banyak yang sudah benar cara membaca Al-Qur’an bahkan banyak juga yang hafal Al-Qur’an karena di madrasah ini setiap masuk kelas selalu tadarus Al-Qur’an dahulu. Peneliti
: Wah hebat pak, saya sangat salut dengan pembiasaan yang dilaksanakan di madrasah ini, semoga tetap istiqomah.
Narasumber Peneliti
: Amin, terimakasih mbak atas doanya. : Sama-sama pak. Pak saya kira informasi yang saya harapkan sudah cukup. Terimakasih Pak, Assalamu’alaikum.
Narasumber
: Wa’alaikumsalam.
Daftar Nilai SKK Nama : Nur Aliyah NIM
: 111 07 060
Jurusan: Tarbiyah Progdi : PAI
No
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Keterangan
Nilai
1
Opspek 2007
28-31 Agustus 2007
Peserta
3
2
Diskusi Ramadhan Dengan Tema “Meraih Kesempurnaan Di Bulan Suci” HMI Cabang Salatiga Bedah Film “Keajaiban AlQur’an” dan Buka Bersama Gardika LDK DA STAIN Salatiga Seminar Regional “Pendidikan Gratis, Upaya Mewujudkan Pendidikan Berbasis Kerakyatan” Pelatihan Dakwah Mahasiswa LDK DA STAIN Salatiga Bedah Buku “Buktikan Cintamu”. Muslimah Expo LDK DA STAIN Salatiga Sarasehan MILAD VI “Mengharap Barokah dalam Melangkah” LDK DA STAIN Salatiga Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Islam Dauroh Marhalah I KAMMI Daerah Semarang Training Keprotokoleran HMI Cabang Salatiga
18 September 2007
Peserta
2
1 Oktober 2007
Peserta
2
11 Januari 2008
Peserta
4
19 Januari 2008
Peserta
3
22 Maret 2008
Peserta
2
6 Mei 2008
Peserta
2
20 Mei 2008
Peserta
3
20 Mei 2008
Peserta
3
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 13
14
15
16
17
18
Lingkar Nisa’ LDK DA Dengan Tema “The Power Of Triple B” Musabaqoh Fi Lughoh Al Arabiyah ITTAQO dan JQH Bimbingan Baca Tulis AlQur’an Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Kwartir Cabang Kota Salatiga Tahun 2009 Kuliah Umum dan Dialog “Perkembangan Kerjasama ASEAN Bersama Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia” Seminar Nasional “Demokrasi, Kepemimpinan Nasional dan Masa Depan Indonesia” Seminar Internasional “On Education Development Curriculum” Seminar Kebangsaan “Memperkokoh Kepeloporan Mahasiswa dalam Pembangunan Menuju Kejayaan Indonesia di Pentas Global” Seminar Regional “Modernisasi Pendidikan Islam Berbasis IPTEK”
30 Mei 2008
Peserta
11 Juni 2008
Peserta
2
18 November 2008
Peserta
3
9-14 Pebruari 2009
Peserta
3
10 Pebruari 2009
Peserta
2
22 April 2009
Peserta
6
28 Nopember 2009
Peserta
7
2 Desember 2009
Peserta
2
3 Desember 2009
Peserta
4
6 19
20
21
Diklat Nasional “Mengelola Pembelajaran yang Akomodatif Bagi Siswa Kreatif dan Unggul” Diklat Nasional “Upaya Peningkatan Kompetensi Guru dan Siswa” Seminar Nasional “Strategi
17 Januari 2010
Peserta
18 Januari 2010
Peserta
6
23 Januari 2010
Peserta
3
22
23
24
25 26
Pembelajaran Kreatif, Menarik dan Menyenangkan Menuju Siswa Cerdas” Study Banding “Relevansi Antara Pengajaran TPA Dengan Pendidikan Agama Di Sekolah” AMM Yogyakarta Seminar Nasional “Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan dalam Upaya Membentuk Karakter dan Budaya Bangsa” Praktikum Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Praktikum Pelatihan ILAIK Silaturrahim dan Diskusi Kelas “Menyongsong Penyusunan Skripsi”
25 Januari 2010
panitia
6
2 Juni 2010
Peserta
3
20 Agustus 2010
Peserta
3
11-26 Pebruari 2011 8 Maret 2011
Peserta Peserta
3 2
Jumlah
90
Salatiga, 18 Agustus 2011 Mengetahui Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo, M. Ag. NIP.19752112000031001
Gerbang MTs PSA Bustanul muta’allimin
Halaman MTs PSA Bustanul muta’allimin
Ruang Kantor
Gedung Kelas
Pondok Pesantren Putra
Pondok Pesantren Putri
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Nur Aliyah
Tempat /Tanggal Lahir
: Kab. Semarang/ 04 Mei 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Jambe Dadapayam Kec. Suruh Kab. Semarang
Riwayat Pendidikan
: 1. MI Dadapayam Lulus Tahun 2001 2. SMP N 2 Suruh Lulus Tahun 2004 3. SMA N 1 Suruh Lulus Tahun 2007 4. S1 STAIN Salatiga Lulus Tahun 2012
Demikian riwayat hidup ini dibuat sebenar-benarnya.
Salatiga, 7 Februari 2012 Penulis
Nur Aliyah NIM: 111 07 060