PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA BMT AL MU'AWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TUGAS AKHIR
Oleh :
NIDA UL HASANAH NIM. 201 06 021
JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI KEUANGAN PERBANKAN ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2009
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : d i i i@ i l i id PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lampiran
:
Hal
: Pengajuan Naskah Tuhas Akhir
Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka Tugas Akhir Saudari : Nama
: Nida Ul Hasanah
NIM
: 201 06 021
Judul
: Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Al-Mu’awanah Bringin Kabupaten Semarang
Dapat diajukan dalam sidang munaqoshah. Demikian untuk menjadikan periksa. Wassalamu’alakum Wr. Wb.
Pembimbing
Agus Waluyo, M.Ag NIP. 19750211 200003 1 001
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Telp 323706, Fax. 323433 Website: www.stainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN
Tugas Akhir saudari NIDA UL HASANAH dengan Nomor Induk Mahasiswa 201 06 021 yang berjudul ”PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA BMT AL MU'AAWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Kamis, 20 Agustus 2009 yang bertepatan dengan tanggal 29 Sya'ban 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Salatiga, 29 Sya'ban1430 H 20 Agustus 2009 M Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
Drs. H. Alfred L, M.Si NIP. 19621028 199101 1 003
Mochlasin, M.Ag NIP. 19710923 200604 1 002
Pembimbing
H. Agus Waluyo, M.Ag NIP. 19750211 200003 1 001
MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Q.S. Al-Mujadilah : 11)
Beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok dan bekerjalah seakan-akan kamu akan hidup untuk selamanya.
i
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan keapda : 1. Allah SWT beserta Rasul-Nya, yang senantiasa memberikan kemudahan dan
kelancaran
dalam
segala
urusanku. 2. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang selalu memberikan segalanya untukku
dan
memberikan
yang
terbaik untukku. 3. Kedua
kakakku
memberikan
yang
dorongan
telah untuk
menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Sahabat dan teman-temanku yang selalu membantuku.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya telah menjadikan penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) pada program studi Keuangan dan Perbankan Islam SATAIN Salatiga. Dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karen aitu melalui ruang ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Syari’ah STAIN Salatiga. 3. Bapak H. Agus Waluyo, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Islam sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan penuh selama penyusunan tugas akhir ini. 4. Ibu Umi Solikhatun, SE., selaku Manager BMT Al-Mu’aawanah Bringin yang telah memberikan izin penelitian. 5. Para karyawan BMT Al-Mu’aawanah Bringin yang telah banyak membantu memberikan data-data serta mengajari segala sesuatu yang saya tidak mengerti.
iii
6. Bapak, Ibu dan kedua kakakku yang telah mendukung pembuatan tugas akhir ini. Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas akhir ini, sehingga masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karen aitu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis nantikan. Namun demikian, sekecil apapun tugas akhir ini, penulis berharap tugas akhir ini akan bermanfaat bagi pembaca semua terutama akand apat membantu meningkatkan kinerja lembaga dimana penulis melakukan penelitian.
Salatiga, 10 Agustus 2009 Penulis
Nida Ul Hasanah
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN MOTTO ..........................................................................................................
i
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
4
C. Tujuan dan Kegunaan ...............................................................
4
D. Metode Penelitian .....................................................................
5
E. Sistematika Penulisan ...............................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan .............................................................
9
B. Unsur-Unsur Pembiayaan .........................................................
9
C. Tujuan Pemberian Pembiayaan ................................................
12
D. Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan ....................................
13
E. Macam Produk Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syari'ah ......
16
F. Bunga dan Bagi Hasil ...............................................................
32
v
BAB III DESKRIPSI OBYEK A. Gambaran Umum BMT Al-Mu’aawanah Bringin ...................
36
1. Sejarah Berdirinya ..............................................................
36
2. Visi dan Misi ......................................................................
37
3. Tujuan ................................................................................
38
B. Data-data Deskriptid ................................................................
39
1. Struktur Organisasi ............................................................
39
2. Deskripsi Jabatan ...............................................................
41
3. Keanggotaan BMT Al-Mu’aawanah ..................................
49
4. Produk-produk Simnanan dan Pembiayaan di BMT AlMu’aawanah .......................................................................
51
BAB IV ANALISA DATA A. Produk-Produk Pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah .............
54
B. Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah ....
59
C. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh BMT AlMu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan ............................
62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
64
B. Saran-saran ...............................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.........................................................................................................
18
Gambar 2.........................................................................................................
20
Gambar 3.........................................................................................................
22
Gambar 4.........................................................................................................
24
Gambar 5.........................................................................................................
27
Gambar 6.........................................................................................................
32
Gambar 7.........................................................................................................
40
vii
ABSTRAK
BMT (Baitul Maal Wattamwil) merupakan salah satu lembaga keuangan yang berdasarkan sistem syari’ah yang kegiatannya menerima dana dari masyarakat yang mengalami kelebihan dana dan menyalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan. Penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah merupakan hal penting. Ini karena sumber pendapatan utamanya berasal dari jasa pembiayaan yang disalurkan, sehingga dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan pembiayaan memerlukan kecermatan serta ketelitian dengan seksama agar keuangan yang bersangkutan tidak mengalami kerugian. Perencanaan penyaluran pembiayaan harus dilakukan dengan baik, agar tidak mengalami deficit income yang mengakibatkan kerugian pada lembaga keuangan. Hal ini yang paling berpengaruh terhadap pembiayaan adalah kebijakan mengenai prosedur pemberian pembiayaan yang dipakai. Kemudian dalam memperoleh pembiayaan akan membantu nasabah dalam usaha mengembangkan bisnisnya. Dan selanjutnya akan semakin banyak nasabah yang mengajukan kredit dan pengaruhnya terhadap pendapatan yangdiperoleh bank akan meningkat. Persyaratan harus dipenuhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan adalah foto copy identitas diri (KTP, SIM, KK dan Surat Nikah), foto copy agunan BPKB dan STNK yang masih berlaku serta sertifikat tanah, rekening listrik, telepon, air dan slip gaji untuk pegawai negeri dan pegawai swasta serta mengisi formulir permohonan pembiayaan. Dalam proses analisis pembiayaan, BMT AlMu’aawanah Bringin melakukan analisis dengan prinsip 5 C, yaitu Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition. Pada tahap realisasi pembiayaan tersebut mempunyai urutan yaitu pembuatan akad dan kartu angsuran kepada nasabah. Pengembalian pembiayaan dibayarkan secara mengangsur pada tiap harian, mingguan, dan bulanan menurut kesepakatan bersama dan pembayarannya dengan disetorkan langsung ke BMT Al-Mu’aawanah atau ditarik oleh petugas BMT.
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1997 Indonesia mengalami masalah ekonomi yang sangat serius. Krisis ekonomi tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi keuangan dan perbankan pada periode sebelumnya. Pada tahun 1988 pemerintah mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan, moneter, perbankan yang berupa paket kebijakan 27 Oktober 1988. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi. Dalam kebijakan tersebut pemerintah menurunkan cadangan minimum bank (reserve requirement) dari 15 % menjadi 2 % (Perry Warjiyo, 2003: 94). Selain itu juga diberikan pelonggaran ijin pendirian sebuah bank. Kebijakan deregulasi tersebut telah mendorong perkembangan yang sangat pesat pada sektor perbankan dan keuangan di Indonesia. Namun deregulasi sektor keuangan yang tidak dibarengi dengan deregulasi sektor riil menyebabkan kerentanan perekonomian terhadap gejolak eksternal sehingga menjadi salah satu penyebab krisis. Krisis ekonomi telah membawa dampak yang bergitu luas terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Dampak negatif akibat krisis mengakibatkan lesunya kegiatan ekonomi di berbagai sektor, baik sektor perbankan maupun sektor riil. Di sektor riil kegiatan investasi dan produksi menurun. Pada dunia usaha, banyak perusahaan yang terpaksa harus mengalami kebangkrutan. Semetara itu perusahaan-perusahaan yang mampu
1
2
bertahan dan selamat dari krisis ekonomi dituntut sehati-hatinya dalam mengelola perusahaan tersebut agar tidak mengalami kebangkrutan. Upaya pemulihan ekonomi akibat krisis perlu dilakukan untuk mengembalikan aktivitas ekonomi terutama sektor riil. Untuk membangkitkan dunia usaha, peran permodalan sangatlah penting guna menciptakan iklim usaha yang kondusif. Namun saat ini masih sulit untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan modal usaha. Menyadari adanya kesulitan yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah yang terkait dengan permodalan, maka dibutuhkan pelaku-pelaku ekonomi yang diharapkan bisa membantu para pengusaha kecil dan menengah dalam pemenuhan kebutuhan modal. Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapat rezeki guna memenuhi kebutuhannya. Islam juga mengajarkan kepada manusia bahwa Allah Maha Pemurah sehingga rezeki-Nya sangat luas. Bahkan Allah tidak hanya memberikan rezeki itu kepada kaum muslim saja, tetapi kepada siapa saja yang bekerja keras. Dalam Islam hubungan pinjam meminjam tidak dilarang, bahkan dianjurkan agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada gilirannya berakibat kepada hubungan saling menguntungkan,
yang
pada
gilirannya
berakibat
kepada
hubungan
persaudaraan. Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila hubungan itu tidak mengikuti aturan yang diajarkan oleh Islam. Karena itu pihak-pihak yang berhubungan harus mengikuti etika yang digariskan oleh Islam (Q.S. Al Baqoroh: 282). Baitul Maal Wa Tamwil
atau BMT adalah salah satu lembaga
keuangan yang sistem operasionalnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3
Dalam kegiatan operasionalnya BMT mempunyai berbagai macam jenis produk pengumpulan dana (funding) dan pengeluaran dana (financing). Kegiatan penghimpunan dana merupakan kegiatan bank dalam mendapatkan dana baik yang berasal dari pemilik, internal bank maupun dari masyarakat dalam bentuk mobilisasi dana masyarakat atau dana pihak ketiga. Sedangkan kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan merupakan kegiatan BMT dalam memanfaatkan dan menyalurkan dana masyarakat yang telah terkumpul ke dalam sektor-sektor yang diperbolehkan menurut syariah Isalam (Nabhan, 2007: 29). Peluang berkembangnya BMT dan Lembaga Keuangan Syariah sangat terbuka mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim. Dengan kondisi tersebut, maka penulis tergugah untuk mensosialisasikan system ekonomi sesuai syariah, khususnya yang berhubungan dengan hal pendanaan atau pemberian kredit. Ada beberapa macam produk pembiayaan pada BMT Al Mu'aawanah Bringin, diantaranya pembiayan Mudharabah, Musyarokah, Ba'i Bitsaman, Ajil, Murabahah, dan Qardhul Hasan. Terkait dengan pembiayaan diperlukan strategi atau cara agar masyarakat tertarik untuk mengambil pembiayaan di BMT. Seperti halnya lembaga keuangan lainnya, dalam memberikan pembiayaan BMT mempunyai tahapan-tahapan yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam pengajuan pembiayaan. Cara-cara dan prosedur yang diterapkan lembaga keuangan pada umumnya. Dengan berlandaskan pada langkah-langkah dan prosedur-prosedur dalam pemberian kredit yang disesuaikan pada aturan perbankan, maka penulis ingin membahas lebih lanjut
4
tentang prinsip dasar tentang prosedur pemberian pembiayaan dalam perspektif perbankan di BMT Al Mu'aawanah. Dari latar belakang masalah diatas yaitu untuk mengetahui secara menyeluruh di BMT Al Mu'aawanah Bringin maka penulis mengambil judul dalam tugas akhir "PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA BMT AL MU'AWANAH BRINGIN"
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penulisan Tugas Akhir adalah : 1. Apa saja produk-produk pembiayaan yang ada di BMT Al Mu'aawanah? 2. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan yang dilakukan di BMT Al Mu'aawanah? 3. Apa
pertimbangan-pertimbangan
yang
digunakan
oleh
BMT
Al
Mu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan?
C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui macam-macam produk pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah. b. Untuk mengetahui prosedur pemberian pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah. c. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh BMT Al Mu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan.
5
2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Penulis 1) Untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan penulis yang diperoleh di bangku kuliah dan mempraktikan teori-teori yang telah diperoleh. 2) Untuk menerapkan teori dengan melakukan praktik secara langsung di dunia usaha. 3) Untuk
melengkapi
tugas
dan
memenuhi
syarat
dalam
menyelesaikan Program Diploma III Keuangan dan Perbankan Islam (KPI) STAIN Salatiga.
b. Bagi BMT Al Mu'aawanah 1) Sebagai masukan untuk meningkatkan dan mengembangkan semua jenis produk yang ditawarkan BMT Al
Mu'aawanah
Bringin. 2) Meningkatkan kualitas manajemen sehingga mampu bersaing dan tetap kokoh di dunia industri Lembaga Keuangan Syariah. 3) Dapat mengaplikasikan atau menerapkan kinerja sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
D. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penulisan dalam Tugas Akhir adalah tipe penulisan deskriptif, yaitu tipe penulisan yang menyajikan analisis mengenai suatu
6
obyek dengan menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai bidang tertentu.
2. Jenis Data yang Dibutuhkan a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian atau sumber data akurat. b. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, misal berupa arsip, dokumen, buku-buku literatur dan laporan lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data Untuk menyusun tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, sehingga memudahkan dalam penganalisaan dan penyimpulan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: a. Studi Pustaka Yaitu teknik memperoleh data melalui pencarian informasi dari literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini. b. Field Research Yaitu teknik pengumpulan data dengan mendatangi secara langsung terhadap obyek penelitian, mengamati kenyataan yang ada di lapangan dalam waktu, ruang dan keadaan tertentu. Teknik ini meliputi:
7
1). Pengamatan atau observasi Yaitu teknik memperoleh data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti. 2). Wawancara atau interview Yaitu teknik memperoleh data dengan cara melakukan tanya jawab dengan pihak yang berkepentingan di obyek penelitian. (Widjadjahto, 2002: 5).
E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan uraian singkat mengenai hal-hal yang akan di laporkan secara sistematika bab demi bab agar dari laporan hasil penelitian diperoleh gambaran yang berurutan saling terkait. Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB
I
PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini dijelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan,
metode
penelitian,
serta
sistematika
penulisannya. BAB
II
LANDASAN TEORI Berisi tentang pengertian pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, tujuan pemberian pembiayaan, macam-macam pembiayaan, prinsip-prinsip pemberian pembiayaan, serta bunga dan bagi hasil.
8
BAB
III
LAPORAN OBYEK Dalam hal ini dijelaskan mengenai gambaran umum dan datadata deskriptif. Gambaran umum berisi tentang sejarah singkat berdirinya BMT Al Mu'aawanah Bringin. Data-data deskriptif meliputi struktur organisasi, deskripsi jabatan, badan hukum, letak lokasi BMT, dan produk-produk BMT.
BAB
IV
ANALISA DATA Berisi hasil analisis dari suatu penelitian pada BMT Al Mu'aawanah: 1.
Produk-produk
pembiayaan
yang
ada
di
BMT
Al
Mu'aawanah. 2.
Prosedur pemberian pembiayaan yang dilakukan di BMT Al Mu'aawanah
3.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh BMT Al Mu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan.
BAB
V
PENUTUP Bab ini memberikan informasi tentang hasil penelitian yang meliputi dan mencakup kesimpulan dan saran yang mungkin bermanfaat bagi lembaga keuangan pada umumnya dan BMT Al Mu'aawanah pada khususnya serta pihak lain.
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan penjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian sejumlah imbalan atau hasil (Ridwan :2007: 92). Pembiayaan berdasarkan UU No 7 tahun 1992 adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu yang berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk melinasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu di tambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil (Ridwan, 2005: 163). Pembiayaan adalah penyediaan uang ataau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2004: 73).
B.
Unsur-Unsur Pembiayaan Menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perbankan bahwa ada unsur-unsur yang terkandung dalam suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagai berikut: 9
10
1. Kepercayaan Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberian pembiayaan yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan
yang
mendalam
tentang
nasabah.
Penelitian
dan
penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemampuannya dalam membayar pembiayaan yang disalurkan. 2. Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka Waktu Setiap pembiayaan yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak memiliki jangka waktu. 4. Resiko Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar pembiyaannya padahal mampu dan resiko kerugian yang di akibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu
11
suatu pembiyaan semakin besar resikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun resiko yang tidak disengaja. 5. Balas Jasa Akibat dari pemberian fasilitas pembiyaan bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu pembiyaan atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bank prinsip konvensional. Sedangkan bagi hasil yang berdasarkan prinsip syari'ah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil (Kasmir, 2004: 75 ).
C.
Tujuan Pemberian Pembiayaan Tujuan pemberian pembiayaan dalam bank syariah dapat dibedakan menjadi dua, yakni tujuan yang bersifat makro dan mikro. Tujuan makro dari pembiayaan meliputi : 1. Meningkatkan ekonomi umat Pemberian pembiayaan akan membuka akses yang lebih luas kepada dunia usaha untuk mendapatkan modal kerja atau investasi, sehingga mampu menampung lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan kemakmuran. 2. Meningkatkan produktifitas Pemberian pembiayaan akan mampu mendorong tumbuhnya pengusaha baru yang lebih produktif dan mampu meningkatkan gairah tumbuhnya sektor riil di masyarakat.
12
3. Dapat membuka lapangan kerja baru Dana yang tersalur kepada mastarakat, akan dapat membuka lapangan kerja baru, karena meningkatnya produktifitas usaha, pada umumnya diikuti dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja baru. 4. Terjadinya distribusi pendapatan Shahibul maal, sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana dan belum mampu memproduktifitaskan dananya sendiri, sangat membantu kepada mudharib yang memang membutuhkan tambahan modal usaha. Hubungan dua sisi ekonomi yang berbeda ini, akan mampu mendorong terjadinya distribusi pendapatan dan akses keuangan. Adapun secara mikro, pemberian pembiyaan dari bank syari'ah lebih bersifat internal bank. Tujuan tersebut meliputi: 1. Upaya memaksimalkan laba Bagaimanapun juga bank syari'ah merupakan institusi bisnis, yang oleh karenanya, kinerja bank syariah juga diukur dengan indikator laba. Pemberian pembiayaan yang sehat akan mengakibatkan kemampu labaan bank syari'ah. 2. Menghindari terjadinya dana menganggur (idle money). Dana yang masuk ke berbagai rekening pada pasiva bank syari'ah, harus segera disalurkan dalam bentuk aktiva produktif, sehingga terjadi keseimbangan antara dana masuk dan dana keluar. Jika dana masuk yang terlalu besar dan tidak mampu diimbangi dengan penyalurannya, maka kondisi ini akan membawa kerugian bagi bank syari'ah dan
13
penyimpan dana. Oleh karena itu, pembiayaan bertujuan untuk menghindari terjadinya dana mengganggur. Secara umum tujuan pembiayaan dari bank syari'ah sesungguhnya cerminan dari tujuan pendirian bank, baik syari'ah maupuh konvensional. Tujuan perbankan di Indonesia adalah menunjang pelaksnaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Ridwan, 2007 : 95).
E.
Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan Adapun prinsip pembiayaan yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5 C dan 7 P. Analisis dengan 5 C sebagai berikut: 1. Character Character adalah sifat atau watak seseorang. Dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. 2. Capacity (capability) Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar pembiayaan yang
dihubungkan
dengan
kemampuan
pengelola
bisnis
serta
kemampuan mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuan dalam mengembalikan pembiayaan yang telah disalurkan.
14
3. Capital Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100% artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan pembiyaan harus menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. Dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber usaha pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4. Colleteral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun
nonfisik.
Jaminann
hendaknya
melebihi
jumlah
pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahanya, sehingga jika terjadi masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian. 5. Condition Dalam penilaian kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil hendaknya pemberian pembiyaan untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan walaupun jadi sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut yang akan datang. Sedangkan penilaian dengan 7 P pembiayaan adalah sebagai berikut: 1. Personality
15
Personality adalah menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2. Party Party adalah pengklasifikasian nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan–golongan
tertentu
berdasarkan
modal,
loyalitas
serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat di golongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank. 3. Purpose Purpose untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk
jenis
pembiayaan
yang
diinginkan
nasabah.
Tujuan
pengambilan pembiayaan dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif, atau untuk produktif atau untuk tujuan perdagangan. 4. Prospect Prospect untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospect atau sebaliknya. 5. Payment Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana pengembalian kredit di peroleh. Semakin banyak sumber penghasilan
16
debitur maka akan semakin baik. Sehingga apabila jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lain. 6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability dapat di ukur dari periode-periode apakah sama atau semakin meningkat, apabila dengan tambahan pembiayaan yang akan diperolehnya dari bank. 7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga pembiayaan yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan bang atau orang atau jaminan asuransi (Kasmir, 2001: 91).
D.
Macam Produk Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syari'ah Menurut Muhammad Ridwan dalam bukunya yang berjudul Konstruksi Bank Syari'ah Indonesia bahwa secara umum prinsip pembiayaan yang berlaku di Bank Syari'ah dibagi menjadi 4 yaitu: 1. Prinsip Bagi Hasil (Profit and loss revenue sharing) a. Musyarakah Musyarakah adalah akad kerja sama antara bank dengan pihak lain dalam
suatu
menyertakan
usaha modal
tertentu atau
dimana
amal
dengan
masing-masing
pihak
kesepakatan
bahwa
17
keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan keduanya. Dalam akad ini kedua belah pihak sepakat membagihasilkan keuntungan dan kerugian berdasarkan nisbah. Model musyarakah sering dilaksanakan di Bank syari'ah dalam bentuk: 1) Pembiayaan Proyek Musyarakah biasanya digunakan untuk membiayai proyekproyek dimana bank dan nasabah sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut sebesar pokok investasi bank ditambah dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah dan pendapatan atau keuntungan proyek. 2) Modal Ventura Pada lembaga khusus yang diizinkan melakukan kegiatan usaha investasi pada perusahaan atau proyek khusus, musyarakah sering diterapkan sebagai model modal usaha. Penanaman modal dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan setelah selesai jangka waktunya, bank dapat menarik investasinya sekaligus atau bertahap sesuai dengan tahapan hasil usaha.
18
Gambar 1 Skema Pembiayaan Musyarakah MitraNasabah
Bank Syari'ah
Usaha
Keuntungan
Bagi hasil keuntungan sesuai nisbah
b. Mudharabah Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha dimana pihak pertama sebagai shahibul maal menyediakan seluruh modal sedangkan pihak yang lain sebagai pengelola atau mudharib. Keuntungan
dari
investasi
mudharabah
dibagi
berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan jika terjadi kerugian, maka akan ditanggung oleh shahibul maal selama kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak mudharib. Namun jika kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian atau kecurangan mudharib, maka mudharib lah yang berkewajiban menanggung kerugian tersebut. Secara umum mudharabah dibagi menjadi 2, yaitu:
19
1) Mudharabah mutlaqah Mudharabah mutlaqah adalah kerjasama antara shahibul maal dengan mudharib yang memiliki cakupan bidang kerja yang sangat luas tanpa ada pembatasan. Artinya mudharib memiliki kebebasan untuk mengusahakan modal tersebut ke dalam sektor usaha apapun yang penting halal dan menguntungkan. Shahibul maal tidak membatasi bidang usaha tertentu. 2) Mudharabah muqayyadah Mudharabah muqayyadah adalah kerjasama antara shahibul maal dengan mudharib dimana shahibul maal memberikan batasan yang jelas tentang bidang usaha, waktu dan tempat. Mudharib
tidak
memiliki
kewenangan
untuk
merubah
kesepakatan tanpa mendapat persetujuan dari shahibul maal. Skema mudharabah sering diterapkan dalam hal: a. Pembiayaan modal kerja Bank syari'ah akan menyediakan modal sepenuhnya untuk pengadaan barang modal kerja bagi mudharib. b. Investasi Khusus Pembiayaan untuk investasi khusus ini biasanya bersumber dari dana yang khusus pula, sehingga akadnya harus mudharabah muqayyadah. Dalam menerima dana maupun melempar dana,
20
bank syari'ah tidak boleh melanggar aturan akad mudharabah muqayyadah. Gambar 2 Skema Pembiayaan Mudharabah
Perjanjian Bagi Hasil
Pengusaha
Bank Syari'ah
Proyek/ Usaha
Pembagian Hasil
Nisbah X % Keahlian
Nisbah Y% Modal
2. Prinsip Jual Beli (Al Ba'i) Selain mengembangkan produk inti yakni sistem bagi hasil tersebut di atas, bank syari'ah juga mengembangkan produk jual beli barang. Dalam tradisi bank syari'ah akad jual beli biasa dipakai 3 akad, yaitu ba'i al murabahah, ba'i as-salam, dan ba'i al istishna'.
21
a. Ba'i al Murabahah Ba'i al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal, ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Dalam transaksi ini, penjual harus memberitahukan kepada pembeli tentang harga pokok barang yang menjadi obyek jual beli. Ba'i al Murabahah dapat diterapkan pada pembelian secara pesanan. Penjual tidak akan melakukan pengadaan barang selama tidak ada pemesanan dari calon pembeli. Transaksi ini memenuhi syarat syahnya jual beli pada umumnya, sehingga transaksinya sah dan hasilnya halal. Syarat Ba'i al Murabahah: 1) Penjual memberitahu harga pokok kepada nasabah calon pembeli 2) Kotrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan 3) Kontrak harus bebas dari riba 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang. Secara prinsip jika syarat dalam (1), (4), atau (5) tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan: 1) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya 2) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual
22
3) Membatalkan kontrak Gambar 3 Skema Ba'i Al Murabahah
Negosiasi dan Persyaratan
Akad Jual Beli Bank Syari'ah
Nasabah Bayar
SuplierPenjual
b. Ba'i As-salam (in front payment sale) Ba'i As-salam adalah pembelian barang yang diserahkan kemudian hari tetapi pembayarannya dilakukan dimuka. Kebanyakan ulama islam mengharuskan pembayaran salam dilakukan ditempat kontrak. Hal ini dimaksudkan agar pembayaran yang dilakukan oleh pembeli tidak dijadikan sebagai hutang penjual. Lebih khusus lagi, pembayaran salam tidak bisa dalam bentuk pembebasan hutang yang harus dibayar oleh penjual. Kondisi ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya riba dan transaksi salam.
23
Aplikasi salam dalam perbankan syari'ah biasanya diterapkan dalam bidang pertanian. Karena bank syari'ah tidak bermaksud mengambil hasil panen sebagai stok barang, maka bank syari'ah akan menjual kembali hasil panen tersebut kepada pihak lain. Transaksi inilah yang disebut dengan salam parallel. Satu sisi bank mengikat kontrak salam dengan nasabahnya, tetapi pada saat yang sama bank mengikat kontrak dengan calon pembeli berikutnya. Untuk dapat membedakan Ba'i As-salam dengan model ijon, maka transaksi salam harus memenuhi berbagai persyaratan. Syarat-syarat Ba'i Assalam tersebut meliputi: 1) Modal harus diketahui secara jelas 2) Penerimaan pembayaran harus dilakukan ditempat kontrak 3) Barang harus spesifik dan jelas. Kriteria tentang barang yang dipesan harus dapat diidentifikasi dengan jelas, misalnya kualitas, jenis, warna dan lainnya 4) Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari, yakni setelah masa panen atau pembuatan barangnya sudah selesai. 5) Bolehnya menentukan tanggal dan waktu penyerahan barang 6) Tempat penyerahan barang dapat disepakati kedua belah pihak, namun jika tidak ada ketentuan tempat penyerahan barang, maka barang dapat diserahkan ditempat yang biasa digunakan, semisal gudang dan lainnya
24
7) Penjual tidak diperbolehkan menukar barang yang telah dipesan dengan barang lain meskipun nilainya sama. Gambar 4 Skema Ba'i As Salam
Produsen ProdusenPenjual
Nasabah
Kirim Barang
Negosiasi Pesan Barang
Kirim Dokumen
Dan bayar Tunai
Bayar
Bank Syari'ah
c. Ba'i al Istishna' Ba'i al Istishna' merupakan kontrak penjualan antara pembeli dengan pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang (produsen) menerima pesanan dari pembeli. Produsen kemudian memproduksi barang melalui orang lain sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pemesan. Setelah barang jadi, barang dijual kepada pembeli akhir dengan harga dan cara pembayaran yang telah disepakati. Menurut Jumhur ulama, Ba'i al Istishna' merupakan bagian khusus dari ba'I as salam. Umumnya akad ini dipergunakan untuk produk
25
manufaktur. Karena bagian dari ba'i as salam, maka syarat dan rukunnya mengikuti ba'i as salam. Dalam perbankan syari'ah, aplikasi ba'i as salam biasanya menggunakan istishna' parallel. Bank syari'ah yang mendapat order dari calon pembeli tidak akan mampu memproduksi
sendiri
barangnya.
Sehingga
bank
akan
mensuborderkan barang tersebut kepada produsen yang ahli, sesuai dengan spesifikasi barang yang telah ditetapkan. Secara umum produk jual beli dalam bank syari'ah merupakan produk yang lebih dominan dibanding dengan produk inti, yakni bagi hasil. Masyarakat umumnya menghendaki cara yang lebih praktis. Dengan skema bagi hasil, masyarakat tidak mau disibukkan dengan berbagai persoalan administratif, namun dengan skema jual beli, hambatan administratif tersebut dapat diminimalisir.
3. Prinsip Sewa (Ijarah-Operational Lease) Selain mengembangkan produk bagi hasil dan jual beli, bank syari'ah juga mengembangkan produk sewa atau operational lease. Yang dimaksud dengan sewa adalah pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barangnya. Bank syari'ah sebagai lembaga keuangan umumnya tidak akan menyimpan barang dengan tujuan semata-mata untuk menyewakan secara terus menerus, melainkan sekedar mencarikan barang sesuai
26
dengan
kebutuhan
nasabahnya.
Oleh
karena
itu,
akad
ijarah
dikembangkan dalam bentuk ijarah muntahia bit-tamlik (IMBT). Yang dimaksud dengan ijarah muntahia bit-tamlik adalah akad perpaduan antara ijarah dengan al ba'I yakni akad sewa yang diakhiri dengan jual beli. Akad yang pada awalnya sewa yang pada akhir masa angsuran menjadi jual beli karena terjadi perpindahan kepemilikan atas barang yang disewakan. Transaksi ini sering disebut dengan sewa beli.
4. Jasa (Fee Based Services) Untuk melengkapi produk bagi hasil dan jual beli serta sewa, juga mengembangkan jasa layanan keuangan lain yang menjadi kebutuhan masyarakat. Pengembangan produk jasa layanan tersebut meliputi: a. Al Wakalah (Deputyship) Al Wakalah berarti wakil atau pendelegasian. Namun dalam terminologi perbankan syari'ah yang dimaksud dengan al wakalah adalah perjanjian antara bank syari'ah dengan nasabah dimana nasabah memberikan perlimpahan kepercayaan kepada bank untuk mewakilinya guna menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Menurut berbagai pendapat para ulama transaksi al-wakalah diperbolehkan karena tidak semua orang dapat menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Atas dasar transaksi ini, bank syariah akan mendapatkan
27
sejumlah imbalan jasa/ free yang besarnya di dasarkan pada kesepakatan kedua belah pihak. Gambar 5 Skema Al Waqalah Nasabah Agensi Administrasi Collection Payment Co Arranger Dll
Bank Syari'ah
Investor Kontrak + Fee b. Al Kafalah (Bank Guaranty) Al kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam rangka memperkuat posisi orang yang di jamin, dapat pula diartikan penggalian tanggung jawab dari satu orang kepada orang lain. Jenis-jenis Kafalah 1). Kafalah bil Nafs (nama baik) Kafalah bin nafs yaitu jaminan personal yang digunakan untuk menanggung beban pinjaman. Dalam pinjaman ini, pihak yang berpiutang tidak dapat mengikat dalam bentuk kebendaan, dan juga memperhatikan aspek kredibilitas seseorang. Artinya jika
28
nasabah tidak sanggup membayar hutangnya, maka orang yang menjamin (kafil) harus melunasinya. 2). Kafalah Bil Maal (Harta) Kafalah bil maal merupakan jaminan pelunasan hutang dengan menggunakan barang atau benda. Jenis penjamin ini sudah lazim berlaku di masyarakat dalam praktik, koperasi maupun pinjaman lainnya. 3). Kafalah Bis Taslim Kafalah bil taslim merupakan jaminan pengembalian atas barang yang di sewa pada masa sewa berakhir. Jenis penjamin ini sering terjadi antara bank dengan lembaga persewaan. Bank menjamin nasabah yang menyewa sesuatu, dari lembaga persewaan. Jika nasabah tidak mengembalikan barang sewaan, maka bank yang akan menanggungnya. 4). Kafalah Munjanah Kafalah munjanah yaitu jaminan mutlak yang tidak di batasi oleh jangka waktu dan untuk kepentingan/ tujuan tertentu. Bentuk transaksi ini sering di lakukan oleh bank dengan memberikan jaminan dalam bentuk performent bond (jaminan prestasi), sesuatu hal yang lazim didunia perbankan. 5). Kafalah Mu'allaqah
29
Kafalah Mu'allaqah yaitu bentuk penyerderhanaan dari kafalah munjanah dan sering dilakukan oleh perbankan maupun asuransi.
c. Al-Hawalah (transfer service) Al hawalah merupakan akad pengalihan hutang dari seseorang kepada orang lain yang sanggup menangungnya. Akad Al-hawalah ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dalam kondisi dimana dana yang tersedia belum dapat dicairkan, sedangkan kebutuhan kas nya sangat mendesak. Aplikasi al-hawalah dalam perbankan syariah meliputi : 1) Factoring atau anjuk piutang Yaitu pengalihan piutang dari nasabah kepada bank, dimana nasabah memiliki piutang dan memerlukan dana cepat. Bank syari'ah akan memenuhi kebutuhan kas nasabah dan bank akan menagihnya dari pihak ketiga yang berhutang kepada nasabah. 2) Post Date Check Yaitu bank akan menjadi juru tagih, namun bank tidak harus memenuhi dahulu kebutuhan kas nasabah.
d. Ar-Rahn (Mortgage) Ar-Rahn merupakan akad untuk menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
30
yang dijamin harus bernilai ekonomis sehingga bank memiliki kepastian pembayaran. Dalam ekonomi modern, ar-rohn dikenal dengan sebutan gadai. Dalam konteks perbankan syari'ah, praktek ar-rahn dapat diterapkan dalan dua hal : 1). Sebagai produk pelengkap Artinya
bank
hanya
akan
mengembangkan
produk
ini
berdasarkan kebutuhan nasabahnya atau jika terdapat pengajuan pinjaman dimana bank memiliki keraguan yang tinggi, tetapi nasabah sangat membutuhkan. 2). Sebagai produk tersendiri Bank syari'ah dapat mengembangkan produk gadai secara maksimal. Bank syari'ah akan mengemas produk ini dengan baik, supaya dapat dibeli oleh pasar.
e. Al Qard (Credit) Al Qard adalah pemberian harta atau manfaat barang kepada orang lain yang halal dan dapat ditagih atau dikembalikan pokok barangnya, tanpa ada persyaratan imbalan apapun. Al Qard ini sering dikategorikan dengan pinjaman kebajikan dan bersifat sosial karena mengandung unsur tolong menolong. Oleh karenanya transaksi al qard masuk dalam kategori transaksi sosial/ tabarru'. Sumber dana al qard dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Dana yang berasal dari penyisihan modal bank syari'ah
31
Dana dari sumber ini hanya digunakan untuk pembiayaan sosial yang kemungkinan besar dananya dapat ditagih kembali. Artinya bank syari'ah memiliki keyakinan bahwa peminjam dapat melunasi hutangnya. Meskipun dananya bersumber dari modal bank, tetapi bank syari'ah tidak dapat menetapkan adanya tambahan dalam pengembalian pinjaman al qard. Transaksi al qard ini menjadi salah satu bukti pembeda antara bank konvensional dengan bank syari'ah.
2) Dana yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah Bank syari'ah dapat membentuk unit kerja khusus yang menangani masalah zakat, infaq dan sedekah baik untuk kalangan internal maupun eksternal bank. Dana yang sosial terkumpul kemudian disalurkan untuk membuktikan komitmen sosial. Khusus dana yang
bersumber
dari
zakat,
infaq
dan
sedekah
dapat
dikembangkan ke dalam akad al qardhul hasan. Pembiayaan al qardhul hasan tidak menuntut pengembalian baik pokok maupun hasilnya. Artinya pembiayaan al qardhul hasan dapat merupakan santunan sosial dan sejenisnya.
32
Gambar 6 Skema Pembiayaan Al Qard
Peminjam Al Qard
Nasabah
Bank Syari'ah
Tenaga
Modal
Proyek-Usaha 100%
Kembali Modal
Laba Sumber: Muhammad Ridwan, 2005
F.
Bunga dan Bagi Hasil Bagi hasil biasa dikenal juga dengan istilah profit sharing. Menurut kamus ekonomi, profit sharing berarti pembagian laba. Secara istilah profit sharing merupakan distribusi beberapa bagian laba pada para pegawai dari suatu perusahaan (Muhammad Ridwan, 2005: 120).
33
Perbedaan yang mendasar antara sistem keuangan konvensional dan syari'ah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang diberikan oleh lembaga kepada nasabah. Oleh karena itu, muncullah istilah bunga dan bagi hasil Tabel 1 Tabel perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil Bunga
Bagi Hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada a. Penentuan besarnya rasio atau waktu akad dengan asumsi
nisab bagi hasil dibuat pada
harus selalu untung
waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
b. Besarnya
presentase b. Besarnya
rasio
bagi
hasil
berdasarkan pada jumlah uang
berdasarkan
(modal) yang dipinjamkan
keuntungan yang diperoleh
c. Pembayaran bunga tetap seperti c. Bagi
hasil
pada
jumlah
bergantung
pada
proyek
yang
dijanjikan tanpa pertimbangan
keuntungan
apakah proyek yang dijalankan
dijalankan. Bila usaha merugi,
oleh pihak nasabah untung atau
kerugian
rugi
bersama oleh kedua belah pihak
d. Jumlah tidak jumlah
pembayaran meningkat keuntungan
bunga d. Jumlah
sekalipun berlipat
meningkat
akan
ditanggung
pembagian sesuai
laba dengan
peningkatan jumlah pendapatan
34
atau keadaan ekonomi sedang booming e. Eksistensi
e. Tidak bunga
diragukan
ada
yang
merugikan
keabsahan bagi hasil
(kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam Sumber: Heri Sudarsono, 2003
Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Menurut Muhammad Ridwan dalam bukunya Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil membedakan faktor yang mempengaruhi bagi hasil menjadi 2 yaitu langsung dan tidak langsung. a. Faktor Langsung Yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil meliputi: 1) Investment Rate Merupakan prosentase aktual dana yang dapat diinvestasikan dari total dana yang terhimpun. Jika 80% dana yang terhimpun diinvestasikan, berarti 20% nya dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. 2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber yang dapat diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode rata-rata saldo minimum bulanan dan rata-rata total saldo.
35
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. 3) Nisbah (profit sharing rate) merupakan proporsi pembagian hasil usaha a) Nisbah ditetapkan diawal perjanjian atau akad b) Nisbah suatu BMT dengan BMT lainnya dapat berbeda, begitu juga antara debitur yang satu dengan yang lain c) Nisbah juga dapat berbeda dari satu pihak dengan yang lain. d) Nisbah juga dapat berbeda antara deposito dengan jangka waktu yang berbeda
b. Faktor Tidak Langsung Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil meliputi: 1) Penentuan biaya dan pendapatan Shohibul dan mudhorib akan melakukan share baik dalam pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan setelah dikurangi biaya dapat juga pendapatan kotor. Jika semua biaya ditanggung BMT maka hal ini disebut revenue sharing. 2) Kebijakan Akuntansi Bagi hasil akan dibayarkan sesuai dengan kebijakan akuntansinya karena pengakuan pendapatan dan biaya sesuai dengan periode akuntansi (Muhammad Ridwan, 2005: 124).
BAB III DESKRIPSI OBYEK
A. Gambaran Umum BMT Al-Mu’aawanah Bringin 1. Sejarah Berdirinya Baitul Maal Wattamwil (BMT) Al-Mu’aawanah Bringin didirikan oleh beberapa tokoh masyarakat muslim Bringin yang mempunyai gagasan meningkatkan perekonomian di wilayah Bringn. BMT AlMu’aawanah Bringin muncul setelah Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) mengadakan program P3T yaitu proyek penanggulangan pekerja terampil. BMT Al-Mu’aawanah Bringin berdiri pada tanggal 8 Agustus 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1998. BMT Al-Mu’aawanah Bringin adalah unit usaha keuangan syari’ah yang berbadan hukum nomor : 084/BH/KDK.II.I/IV/1999 tanggal 5 April 1999, didirikan kurang lebih 20 orang dengan seboyan “Dari umat, oleh umat, untuk umat”. Kegiatan usaha BMT Al-Mu’aawanah masih pada bidang simpan pinjam yang berdasarkan pada prinsip syariah. BMT Al-Mu’aawanah sebagai unit usaha simpan pinjam melayani berbagai macam jenis simpanan uang, baik dalam bentuk simpanan harian yang dapat diambil sewaktu-waktu
mapun
simpanan
berjangka.
Selain melayani
simpanan, BMT Al-Mu’aawanah juga melayani pembiayaan.
36
37
Berikun ini adalah yang ditunjuk sebagai pendiri dan sekaligus untuk pertama kalinya sebagai pengurus dan menyatakan mendirikan Koperasi serta menandatangani Anggaran Koperasi adalah : a. Nama
: KH. Ma’ruf
Alamat
: Desa Bringin, Kecamatan Bringin
Pekerjaan
: Pedagang
Jabatan
: Ketua
b. Nama
: Drs. Munashir
Alamat
: Desa Pakis, Kecamatan Bringin
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
Jabatan c. Nama
: Sekretaris : Hj. Zamahsari
Alamat
: Desa Bringin, Kecamatan Bringin
Pekerjaan
: Pedagang
Jabatan
: Bendahara
2. Visi dan Misi Visi dari BMT Al-Mu’aawanah Bringin adalah menjadi mitra yang handal dalam kegiatan ekonomi umat. Selain visi di atas, BMT Al-Mu’aawanah Bringin juga memiliki misi yaitu menjalankan usaha syari’ah yang efektif, efisien, dan transparan serta menyelenggarakan pelayanan yang handal dan prima.
38
3. Tujuan BMT Al-Mu’aawanah mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan usaha ekonomi di tingkat masyarakat menengah ke bawah sehingga mampu bekerja sama dengan semua komponen penggerak ekonomi, baik swasta, perorangan maupun dengan pemerintah. b. Memberdayakan lembaga-lembaga ekonomi dan sosial di bidang produksi, distribusi, konsumsi, jasa dan pelayanan sosial dalam usaha pengembangan nilai-nilai sosial ekonomi yang Islami. c. Menciptakan kader-kader usahawan yang memiliki jiwa dan integritas terhadap pengembangan masyarakat yang masih berada dalam taraf terbelakang.
Adapun sasaran pengembangan BMT Al-Mu’aawanah Bringin yaitu : a. Terciptanya lembaga ekonomi yang mampu menjadi motor penggerak perekonomian baik berupa lembaga produksi, distribusi, konsumsi maupun lembaga keuangan di tingkat masyarakat menengah ke bawah. b. Terciptanya struktur lembaga ekonomi yang saling bersinergi untuk mengembangkan perekonomian masyarakat menengah ke bawah. c. Terbinanya hubungan antara lembaga-lembaga ekonomi dengan masyarakat sehingga tercipta mobilitas dan akselerasi pembangunan masyarakat sehingga diperoleh dukungan moral maupun matrial yang
39
terwujud dalam rasa memiliki terhadap lembaga aliran dan dari masyarakat.
B. Data-data Deskriptid 1. Struktur Organisasi Suatu kegiatan usaha agar berjalan dengan tujuan suatu lembaga atau perusahaan, maka diperlukan adanya suatu struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi yang ditentukan dengan baik juga harus didukung moral karyawan untuk membentuk angkatan kerja yang loyal dan harmonis. Struktur organisasi menunjukkan susunan dan kerangka pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian dan menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam organisasi. (Handoko, 1984 : 49). Dalam disesuaikan
menentukan dengan
bentuk
kebutuhan
dan
struktur
organisasi,
pertumbuhan
tentunya
lembaga
atau
perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Adapun bagian-bagian dalam struktur organisasi BMT AlMu’aawanah Bringin adalah sebagai berikut :
40
Gambar 7 Struktur Organisasi BMT Al-Mu’aawanah
Rapat Anggota
Pengurus
Manager
Akuntansi
Pemasaran
Pembiayaan
Keterangan : a. Kepengurusan terdiri dari : Ketua
: KH. Ma’ruf
Wakil Ketua
: Drs. H. Agus Nurahmanto
Sekretaris
: 1. Drs. Munashir 2. A. Mughni, SH
Kasir / Teller
41
Bendahara
: 1. H. Zamah Sari 2. Soesmanto
Pembantu Umum
: Mahmudi, S.Sos
Desan Syari’ah
: KH. Imam Sholeh KH. Son Haji
b. Pengelola terdiri dari : Manager
: Umi Solikhatun, SE
Akuntansi
: Aang Krisdiyana, SE
Pemasaran
: 1. Andiyono 2. Supriyadi, S.Pd
Pembiayaan
: Fahrodi
Kasir
: Nur Hidayati
Teller
: Ir. Budi Indriyanto
c. Pengawas terdiri dari : Pengawas
: 1. Drs. H. Damroji Hadi, M.Pd 2. Nizar 3. Samsudin, S.Pd
2. Deskripsi Jabatan Berdasarkan struktur organisasi BMT Al-Mu’aawanah Bringin, maka tugas tanggung jawab dan wewenang masing-masing fungsi atau bagian dalam organisasi adalah sebagai berikut :
42
a. Dewan Pengawas Syari’ah Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) bertugas untuk ; 1) Mengawasi operasional BMT yang sekiranya menyimpang dari ketentuan syari’ah. 2) Memberikan pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap program-program yang dibuat oleh pengawas syari’ah terhadap produk-produk yang dikeluarkan BMT. 3) Membuat laporan pengawasan syari’ah terhadap kinerja BMT kepada pengurus dan melaporkan dalam Rapat Anggita Tahunan. b. Pengurus Tugas Pokok Menjadi jembatan penghubung antara anggota dan pengelola. Rincian tugas pengurus diuraikan sebagai berikut : 1) Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum untuk mendapatkan persetujuan rapat anggota. 2) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan BMT Al-Mu’aawanah agar tercipta kinerja yang sehat sesuai Anggaran Dasar (AD) atau Anggaran Rumah Tangga (ART). 3) Ikut serta dalam mensosialisasikan BMT Al-Mu’aawanah kepada masyarakat. 4) Menyelenggarakan
rapat
pengurus
atau
pengelola
untuk
mendiskusikan laporan kemajuan bulanan dan tingkat kesehatan BMT Al-Mu’aawanah, di dalamnya membiacarakan segala
43
masalah terutama masalah-masalah strategis dan pemecahannya, mempersiapkan laporan kepada Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) dan mempersiapkan bahan-bahan untuk Rapat Anggota Tahunan (RAT). 5) Menyelenggarakan rapat anggota tahunan untuk mendengarkan, menerima, atau menolak laporan pertanggung jawaban pengelola lama dan mengangkat pengelola baru. Jika telah habis masa tugasnya, membahas rancangan anggaran BMT Al-Mu’aawanah dan kerja tahunan yang akan datang dan mengusulkan pembagian keuntungan tahunan BMT Al-Mu’aawanah pada rapat anggota. 6) Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan kepada BMT Al-Mu’aawanah yang jumlahnya melebihi jumlah maksimum yang dapat diputuskan oleh pengelola. Memberikan persetujuan mengenai laporan berkala dari pengelola yang meliputi : a) Laporan keuangan b) Laporan pembiayaan baru c) Laporan perkembangan pembiayaan d) Laporan kredit bermasalah e) Laporan penggalangan dana. 7) Memberikan persetujuan atau penolakan mengenai keanggotaan pendiri baru, kerja sama pinjaman dengan pihak ketiga dan usulan
44
produk atau jenis simpanan atau pembiayaan baru, menunjuk penanggung jawab diantara pengurus yang menandatangani : a) Rekapitulasi jurnal harian b) Perencanaan kas c) Dokumen-dokumen penting lainnya c. Manager Tugas Pokok Mengelola
operasional
BMT
Al-Mu’aawanah
dengan
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan melaksanakan usaha lain serta mewakili kepentingan lembaga dalam hubungan dengan pihak lain berdasarkan yang berlaku dalam rangka melaksanakan misi BMT Al-Mu’aawanah. Rincian tugas manager diuraikan sebagai berikut : 1) Merupakan
orang
yang
paling
bertanggung
jawab
akan
kelangsungan, kesuksesan dari sebuah BMT. 2) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui pengurus, untuk hal-hal prinsipil disetujui oleh rapat anggota. 3) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggota BMT dan rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada pengurus yang selanjutnya akan datang kepada pengurus yang selanjutnya akan dibawa dalam rapat anggota. 4) Menyusun dan meminta persetujuan pengurus tentang pembukaan rekening bank dan penandatanganan rekening simpanan BMT
45
pada bank secara bersama-sama dengan ketua dan atau sekretaris atau wakil ketua. 5) Menyusun dan meminta persetujuan pengurus tentang peraturan, wewenang “komisi pembiayaan”, siapa-siapa saja yang harus menyetujui pembiayaan berdasarkan besarnya pembiayaan yang akan diberikan. 6) Turut menanda tangan permohonan keanggotan dan memberi persetujuan
atau
menolak
permohonan
keanggotaan,
menggunakan formulir-formulir dan dokumen-dokumen lain dalam transaksi BMT. 7) Mengajukan usul kepada pengurus jenis atau produk baru untuk disetujui penggunanya. 8) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas wewenang pengelola. 9) Mengusulkan perubahan, pengangkatan, pemberhentian pengella sesuai dengan kondisi dan kebutuhan operasional BMT. 10) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biayabiaya harian. 11) Mengusahakan agar selalu tersedia peralatan, bahan, dan perlengkapan kantor yang dipergunakan untuk kelancaran operasional BMT.
46
12) Mengamankan harta kekayaan BMT agar terlindungi dari pengelewengan, bahaya kebakaran, pencurian, perampokan, dan kerusakan. d. Teller atau Kasir Tugas Pokok Melakukan penerimaan dan pembayaran sesuai dengan ketentuan standar akuntansi Indonesia yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan operasional BMT Al-Mu’aawanah. Rincian tugas, wewenang dan tanggung jawab teller adalah sebagai berikut : 1) Bertanggung jawab atas pelayanan anggota dalam hal transaksi uang tunai seperti penyetoran simpanan, angsuran, pembiayaan, penarikan simpanan, zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIZ), dan lainlain. 2) Menerima, menyusun, dan menghitung secara hati-hati setiap setoran tunai dari anggota untuk disimpan di cash box. 3) Bertanggung jawab atas pencatatan, penataan, pelayanan informasi kepada anggota dan calon anggota. 4) Mengatur dan menyiapkan pengeluaran uang tunai yang telah disetujui pengelola, menandatangani formulis serta slip setoran penarikan, pembiayaan dari anggota atas transaksi yang terjadi di kantor.
47
e. Pemasaran dan Pembiayaan Tugas Pokok Menjadi
ujung
tombak
BMT
Al-Mu’aawanah
dalam
penyaluran dana yang telah dihimpun BMT Al-Mu’aawanah. Rincian tugas, wewenang dan tanggung jawab pemasaran adalah sebagai berikut : 1) Mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi semua aktivitas yang berhubungan dengan pembiayaan dan simpanan uang. 2) Mencari sumber-sumber dana dengan melihat kemungkinan dan peluang dana murah yang dapat dihimpun baik dari anggota maupun simpanan dari pihak ketiga. 3) Mencari calon anggota penyimpan baru dan usaha-usaha anggota yang potensial untuk diberikan pembiayaan. 4) Mengamati posisi setiap pembiayaan anggota, memantau dan memberikan sesuai dengan perjanjian (akad) yang telah disepakati. 5) Melakukan
penagihan
ke
setiap
anggota
yang
diberikan
pembiayaan degan tanggal atau waktu yang telah disepakati secara arif, mendidik, dan efektif. 6) Mengikuti
perkembangan
proses
permohonan
pembiayaan
anggota terutama dalam pemeriksaan kelengkapan dokumen permohonan pembiayaan. 7) Menilai kelayakan jaminan yang diajukan oleh pemohon pembiayaan.
48
8) Mengklasifikasikan pembiayaan-pembiayaan yang telah diberikan ke dalam pembiayaan lancar, pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. 9) Menganalisis dan memberikan nasehat-nasehat lebih dini terhadap peminjam kurang lancar dan diragukan, kita-kiat agar usahanya berhasil dan mampu membayar cicilan dan memperoleh bagi halsilnya. 10) Mengatur pelaksanaan eksekusi jaminan bersama-sama dengan pihak yang terkait. 11) Memberikan masukan-masukan kepada pengelola dalam rangka memperluas pemasaran. f. Akuntansi Tugas Pokok Mengatur agar arus lalu lintas keuangan dapat berjalan dengan tertib dan teratur sesuai standar sistem akuntansi. Rincian tugas, wewenang dan tanggung jawab administrasi dan pembukuan adalah sebagai berikut : 1) Mengawasi kelengkapan bukti-bukti mutasi pembukuan dan kebenaran pencatatan transaksi. 2) Mengawasi agar semua daa yang diperlukan untuk menyusun laporan sudah dicatat seluruhnya.
49
3) Mengatur dan mengawasi penyusunan laporan keuangan untuk Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) setiap satu bulan sekali. 4) Mengarsip dan membuat semua berkas, surat-surat, dokumendokumen dan lain sebagainya sehingga tidak hilang, berantakan atau tercecer. 5) Bertanggung jawab atas pengaturan pemakaian arsip atau data bagian lain, bertanggung jawab atas kerapian kantor, peralatan dan barang-barang inventasisnya. (Sumber : Buku Standar Operasional)
3. Keanggotaan BMT Al-Mu’aawanah Keanggotaan koperasi bersifat terbuka, tetapi oleh pengurus jumlah anggota ditetapkan 100 orang. Jadi, sampai sekarang belum bertambah lagi. Di Anggaran Dasar, ada 40 orang tetapi hanya dicantumkan 24 orang saja. a. Anggota Tetap Beberapa orang yang ikut dari sejak BMT Al-Mu’aawanah didirikan. Berikut nama, alamat, dan pekerjaan dari para pendiri BMT Al-Mu’aawanah :
50
Tabel 2 DAFTAR NAMA PENDIRI KOPERASI AL-MU’AAWANAH BRINGIN No
Nama
Alamat
Pekerjaan
1
KH. Ma'ruf
Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
2
H. Khumaidi
Bringin, Kec. Bringin
Petani
3
KH. Muslim Imam
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
Petani
4
Syamsul Khoiri
Wiru, Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
5
H. Son Haji
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
Petani
6
H.M. Nizar
Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
7
H. Zamah Sari
Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
8
Drs. Munasir
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
PNS
9
Ahmad Mughni
Bringin, Kec. Bringin
Petani
10
Drs. Damroji Hadi
Bringin, Kec. Bringin
PNS
11
Drs. Nur Rahmanto
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
12
Susanto
Bringin, Kec. Bringin
PNS
13
Budi Harjo, BA
Bringin, Kec. Bringin
PNS
14
Aridi
Bringin, Kec. Bringin
PNS
15
Suyono
Bringin, Kec. Bringin
PNS
16
Fahrodi
Jlumpang, Bringin, Kec. Bringin
Swasta
17
Kusmanto
Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
18
Ir. Budi Indriyanto
Bringin, Kec. Bringin
Petani
51
No
Nama
Alamat
Pekerjaan
19
Sumarsono
Bringin, Kec. Bringin
Pensiunan
20
Andiyono
Jlumpang, Bringin, Kec. Bringin
Swasta
21
Suprihati
Jlumpang, Bringin, Kec. Bringin
Swasta
22
Umi Solikhatun
Bringin, Kec. Bringin
Swasta
23
HM. Mukhri
Bringin, Kec. Bringin
Kepala Desa
24
Zumri
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
b. Calon Anggota Beberapa orang yang tidak masuk sebagai anggota, tetapi ikut memanfaatkan jasa BMT Al-Mu’aawanah. Syarat menjadi calon anggota adalah : 1) Foto copy KTP 2) Mengisi formulir yang disediakan pengurus. Keputusan diterima atau tidak
menjadi calon anggota
tergantung pada Rapat Anggota. 4. Produk-produk Simnanan dan Pembiayaan di BMT Al-Mu’aawanah Adapun produk simpanan yang dilayani diantaranya : a. Simpanan Sukarela (SIRELA) Adalah simpanan yang dalam penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat selama kantor kas masih buka.
52
b. Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) Simpanan yang hanya boleh diambil dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Jumlah simpanan suka rela berjangka minimal Rp. 1.000.000,- dan jangka waktu minimal 3 bulan. Apabila telah jatuh tempo dan nasabah belum mengambil, maka akan diperpanjang secara otomatis.
Produk pembiayaan yaitu : a. Mudharabah (MDA) Adalah kerjasama usaha antara BMT sebagai pemilik dana (Shahibul Maal) yang menyediakan dana atau modal 100 % dengan pihak pengelola modal (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan porsi keuntungan akan dibagi bersama sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk modal kerja. b. Musyarakah (MSA) Adalah suatu bentuk akad kerjasama antara BMT dengan nasabah dimana masing-masing pihak menyediakan modal untuk suatu usaha. c. Murabahah (MBA) Adalah jual beli barang pada harga asal ditambah dengan keuntungan atau bagi hasil yang telah disepakati, dengan syarat penjual harus memberitahu harga pokok pembelian.
53
d. Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) BBA ini hampir sama dengan MBA, tetapi pembayarannya dilakukan dengan cara angsuran sebesar pinjaman pokok ditambah keuntungan sesuai dengan jangka waktu tertentu yang sudah disepakati bersama (mark up). e. Al-Qordhul Hasan Pembiayaan yang bersifat sosial dimana nasabah tidak dikenai kewajiban untuk memberikan bagi hasil keuntungan ataupun margin atas pembiayaan tersebut. Pembiayaan ini hanya diperuntukkan bagi nasabah yang tidak mampu dan dalam pelaksanaannya nasabah harus memenuhi persyaratan tertentu.
BAB IV ANALISA DATA
A.
Produk-Produk Pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah 1. Produk-produk yang dilayani antara lain: a. Pembiayaan Mudharabah Penyediaan modal kerja oleh BMT Al Mu'aawanah, sedangkan nasabah berperan sebagai pengelola dengan cara pengembalian pokok ditambah nisbah bagi hasil. Akad kerjasama Mudharabah dibedakan dalam 2 jenis: 1) Mudharabah Mudhaqoh, akad ini adalah perjanjian mudharabah yang tidak menyaratkan perjanjian tertentu (investasi tidak trikat) misalnya dalam ijab si pemilik modal tidak mensyaratkan kegiatan usaha apa yang harus dilakukan dan ketentuanketentuan lainnya, yang pada intinya memberikan kebebasan kepada
pengelola
dan
untuk
melakukan
pengelolaan
investasinya. 2) Mudharabah Muqayyadah, akad ini mencantumkan persyaratapersyaratan tertentu yang harus dipenuhi dan dijalankan oleh si pengelola dana yang berkaitan dengan tempat usaha, tata cara usaha, dan obyek investasinya (investasi yang terikat).
64
55
b. Pembiayaan Musyarakah Perjanjian pembiayaan antar BMT Al-Mu'aawanah dengan anggota atau nasabah, dimana bagi hasil dan resiko usaha ditanggung bersama-sama sesuai dengan komposisi modal masing-masing. c. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang atau modal oleh BMT Al-Mu'aawanah kepada anggota atau nasabah, dimana pembayarannya secara tangguh pada waktu yang disepakati dengan kesepakan pembagian margin. d. Pembiayaan Ba'i Bitsaman Ajil BBA ini hampir sama dengan MBA, tetapi pembayarannya dilakukan dengan cara angsuran sebesar pinjaman pokok ditambah keuntungan sesuai dengan jangka waktu tertentu yang sudah disepakati bersama (mark up). e. Pembiayaan Al Qordhul Hasan Pembiayaan yang bersifat sosial dimana anggota atau nasabah tidak dikenai kewajiban untukmemberikan bagi hasil keuntungan ataupun margin
atas
pembiayaan
tersebut.
Pembiayaan
ini
hanya
diperuntukan bagi anggota atau nasabah yang tidak mampu dan dalam pelaksanaannya nasabah harus memenuhi persyaratan tertentu. Produk pembiayaan yang paling banyak diminati oleh nasabah BMT Al Mu’aawanah adalah pembiayaan Mudharabah.
56
2. Perhitungan Bagi Hasil a. Bagi hasil antara nasabah penyimpan dan BMT Dalam perhitungan bagi hasil antara nasabah penyimpan dan BMT harus melalui beberapa langkah-langkah, yaitu : 1) Menghitung berapa hari saldo mengendap, dengan rumus ; Tanggal Akhir Bulan - Tanggal Masuk atau awal Bulan 2) Menghitung saldo rata-rata nasabah penyimpan, dengan rumus: Endapan x Saldo = Jumlah hari – 1 3) Bagi hasil diberikan pihak BMT kepada nasabah dari jumlah pendapatan yang diterima,dengan rumus : Total saldo rata-rata x pendapatan = Total saldo rata-rata seluruh nasabah penyimpan (Sisuka, Sirela) 4) Menghitung porsi bagi hasil yang diberikan terhadap jenis simpanan : Misal : porsi untuk sirela :25 % Porsi untuk sisuka : 40 % dan lain-lain Maka porsi bagi hasil yang diberikan untuk seluruh nasabah dengan menggunakan simpanan sirela adalah : Bagi hasil x porsi sirela (25 %) 5) Bagi hasil yang diterima per nasabah,dengan rumus ; Saldo rata-rata per nasabah x porsi bagi nasabah sirela = Total saldo rata-rata nasabah penyimpan (misal :sirela)
57
b. Bagi hasil nasabah pembiayaan dan MBT tidak bisa diprosentasekan atau dikuantitatifkan secara pasti karena bergantung pada berbagai macam factor antara alain : 1) lamanya atau jangka waktu pembiayaan 2) Jumlah pembiayaan yang diberikan 3) Jenis pembiayaan yang diberikan 4) Keadaan ekonomi yang sedang berlangsung (mikro ataupun makro) 5) Tawar menawar pada waktu akad antara nasabah pembiayaan dan pihak BMT dalam hal ini diwakili bagian pembiayaan. 6) Rate harga jual BMT yang diflafonkan oleh pihak BMT. BMT berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan prinsipprinsip syariah dengan mengedepankan prinsip transparasi dan saling rela atau ridho kedua belah pihak. Walapun begitu terkadang masyarakat atau nasabah tidak mau ambil pusing untuk urusan semcam ini yang mungkin menjadi anggapan bahwa BMT sama dengan bank-bank Konvensional. Contoh penghitungan bagi hasil: Pengajuan pembiayaan Rp. 5.000.000,Jangka waktu 5 tahun Angsuran yang harus dibayar oleh nasabah adalah :
58
Angsuran pokok: 5.000.000 = 208.400 24 Bagi hasil (rate jual BMT ditambah bagi hasil setelah akad) Misal : 1,7 % Rp.5.000.000,- x 1,7% = 85.000 Cadangan resiko misalnya : 0,3 % Maka angsuran yang harus dibayar : 208.400 + 85.000 + 15.000 = 308.400 c. Perhitungan margin (mark up) Contoh : Pada tanggal 5 Mei pak Agus membeli sepeda motor di BMT Al Mu'aawanah. Sesuai kesepakatan, BMT membelikan dengan harga Rp. 10.000.000, dari dealer. Dan dijual kembali kepada pak agus dengan harga Rp.12.000.000, diangsur selama 10 bulan. Angsuran Pokok harga pokok sepeda = Lama angsuran = 10.000.000 10 = 1.000.000 Margin besarnya margin yang diperoleh = Lama angsuran
59
= Rp. 2000.000 10 = Rp. 200.000
B.
Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah Pembiayaan berdasarkan prinsip syari'ah merupakan penyediaan uang atau tagihan yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar pihak BMT dengan pihak yang mewajibkan pihak yang dibiyai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sebelum membahas tentang prosedur pemberian pembiayaan di BMT Al- mu'aawanah, perlu diuraikan hal-hal yang terkait dengan pemberian pembiayaan.ada beberapa ciri dan unsur yang harus dipenuhi, diantaranya : Sebagai berikut : a. Adanya
suatu
penyerahan
uang
(tagihan)
atau
barang,
yang
menimbulkan tahigan b. Didasarkan suatu akad perjanjian saling mempercayai c. Terkandung kesepakatan pelunasan uang dan margin atau bagi hasil Berikut ini adalah skema proses pengajuan pembiayaan di BMT AlMu'aawanah :
60
Pengajuan
Bag. Pembiayaan
Komite Pembiayaan
Survey
Ditolak
Direalisasi
Pembuatan akad
Kasir
Uang
Kartu Angsuran
Keterangan : 1. Nasabah mengajukan pembiayaan ke BMT melalui bagian pembiayaan 2. Setelah berkas masuk ke bagian pembiayaan, berkas diserahkan kepada bagian surveior untuk disurvai .
61
Tujuan survei adalah : 1) Untuk mengetahui kebenaran identitas nasabah 2) Untuk mengetahui kebenaran jaminan yang digunakan nasabah dalam mengajukan pembiayaan. 3. Setelah survei dilakukan, hasil dari survai diserahkan ke bagian komite pembiayaan, tetapi apabila jumlah pembiayaan besar, jumlah komite pembiayaan bisa lebih banyak. 4. Apabila pembiayaan ditolak, maka berkas pengajuan pembiayaan akan dikembalikan kepada nasabah, dan apabila diterima maka pengajuan pembiayaan akan direalisasikan dengan pembuatan akad. 5. Setelah pembutan akad selesai dan akad telah ditandatangani oleh bagian pembiayaan, nasabah dan manajer akad diserahkan ke kasir. 6. Dari kasir nasabah akan menerima uang dan kartu angsuran. Kartu angsuran harus dibawa saat membayar angsuran karena kartu angsuran adalah bukti bahwa nasabah sudah mengangsur. Syarat-syarat yang dibutuhkan : 1. Foto copy KTP suami istri yang masih berlaku, 2 lembar 2. Foto copy Kartu Keluarga dan Surat Nikah, 2 lembar 3. Foto copy jaminan seperti : a) Jaminan sepeda motor BPKB dan Foto copy STNK b) Sertifikat Tanah 4. Rekening PDAM, rekening listrik, dan slip gaji (kalau ada)
62
C.
Pertimbangan-pertimbangan
yang
digunakan
oleh
BMT
Al-
Mu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan Untuk
penyaluran
pembiayaan
digunakan
beberapa
pertimbangan-
pertimbangan antara lain : 1. Likuiditas Dapat dilihat dari: 1. Dana kas Yaitu dana kas yang tersedia di kantor kas. Dana kas yang tesedia di kantor minimal 20% dari asset dan yang ada di masyarakat 80 %. 2. Modal Penyertaan Yaitu modal dari seseorang yang menginvestasikan uangnya di BMT dengan imbalan bagi hasil tiap bulannya. 3. Hibah Yaitu seorang yang memberikan sejumlah uang secara suka rela tanpa harus mengembalikan dengan tujuan agar BMT bisa berkembang. 2. Sebelum memberikan pembiayaan BMT Al-Mu'aawanah menilai kekayaan
dalam
pemberian
pembiayaan,
penilaian
tersebut
menggunakan 5 C yaitu : 1. Character Karakter calon nasabah ditihat dengan cara melihat data yang diperoleh dari formulir permohonan, wawancara, dan kenyataan di
63
lapangan serta hal-hal lainnya yang bisa dijadikan sumber dalam menilai karakter nasabah. 2. Capacity Yaitu melihat kemampuan dari calon nasabah dalam membayar pembiayaan yang dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnisnya serta kemampuan mencari laba. 3. Capital Yaitu sumber-sumber usaha pembiayaan yang dimiliki calon nasabah terhadap suatu usaha yang akan dibiayai oleh BMT. 4. Collateral Yaitu jaminan yang diberikan calon nasabah kepada BMT baik yang bersifat fisik maupun non fisik 5. Condition Yaitu harus memperhatikan kondisi dari calon nasabah dan juga prospek dari usaha tersebut yang akan datang. 3. Kebijakan Pemerintah Yaitu keputusan pemerintah dalam kegiatan perbankan, tetapi selama ini belum pernah ada.
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al Mu'aawanah Bringin merupakan lembaga keuangan mikro syari'ah yang berbadan hokum koperasi No. 084/BH/KDK II.I/IV/1999 yang bergerak pada usaha koperasi simpan pinjam. Keberadaan BMT Al Mu'aawanah Bringin sangat membantu perekonomian masyarakat Bringin yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang tradisional. Adapun kegiatan usaha BMT Al Mu'aawanah Bringin masih berkonsentrasi pada bidang simpan pinjam yang berdasar pada bidang simpan pinjam yang berdasar pada prinsip syari'ah. BMT Al Mu'aawanah sebagai unit usaha simpan pinjam melayani berbagai jenis simpanan uang, baik dalam bentuk simpanan harian (SIRELA), yang penyetorannya serta penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, maupun simpanan berjangka (SISUKA). Selain melayani simpanan anggota maupun calon anggota BMT, BMT Al Mu'aawanah Bringin juga melayani berbagai macam pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah, dengan prinsip jual beli yaitu murabahah dan ba'i bitsaman ajil serta dengan prinsip jasa yaitu qard. Dari analisis yang dilakukan pada BMT Al Mu'aawanah Bringin tentang prosedur pemberian pembiayaan dapat ditarik kesimpulan:
64
65
1. Persyaratan
yang
harus
dipenuhi
nasabah
dalam
mengajukan
pembiayaan adalah fotocopy identitas diri (KTP, SIM, KK dan Surat Nikah), surat pengantar dari kelurahan, fotocopy agunan BPKB dan STNK yang masih berlaku serta sertifikat rumah, rekening listrik, telepon dan air, surat kesanggupan potong gaji dan slip gaji untuk pegawai negeri dan pegawai swasta serta mengisi formulir permohonan pembiayaan. 2. Dalam proses analisis pembiayaan BMT Al Mu'aawanah Bringin melakukan analisis dengan prinsip 5C yaitu character, capital, capacity, condition, dan collateral. 3. Pada tahap realisasi pembiayaan, BMT Al Mu'aawanah Bringin telah memutuskan menerima pembiayaan yang diajukan oleh nasabah. Prosedur realisasi pembiayaan tersebut mempunyai urutan yaitu pembuatan akad dan kartu angsuran, penandatanganan akad pembiayaan dan penyerahan agunan ke BMT, penyerahan akad pembiayaan dan kartu angsuran ke bagian kasir, kasir menyerahkan sejumlah uang dan kartu angsuran kepada nasabah. 4. Pengembalian pembiayaan dibayar secara mengangsur pada tiap harian, mingguan
dan
bulanan
menurut
kesepakatan
bersama
dan
pembayarannya dengan disetorkan langsung ke BMT atau ditarik oleh petugas BMT.
66
B.
SARAN-SARAN Untuk BMT Al Mu'aawanah 1. Perlunya penambahan karyawan di BMT Al Mu'aawanah Bringin, terutama bagian survey lapangan. Selain itu pihak BMT lebih berhatihati dalam merealisasikan pembiayaan. 2. Perlunya syarat untuk nasabah yang sederhana saja, tidak perlu rekening PDAM/ listrik. 3. Dalam hal mempertimbangkan pengajuan pembiayaan lebih diarahkan kepada kebijakan BMT Al Mu'aawanah.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari'ah, UII Pres, Yogyakarta, 2000 Nabhan, Faqih, Pengantar Akuntansi Bank Syari'ah, Salatiga, 2007 Ridwan, Muhammad, Konstruksi Bank Syari'ah Indonesia, Pustaka SM, 2007 Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari'ah, Ekonisia, Yogyakarta, 2003 Widjajanto, Loehor, Metodologi Riset, STIE "AMA", Salatiga, 2002 Warjiyo, Perry (ed), Bank Indonesia: Bank Sentral Republik Indonesia, Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi, Pusat Pendidikan dan Studi Kebansentralan (PPSK) BI, 2003 Sumber data: Buku Standar Operasional BMT Al Mu'aawanah Bringin
64