PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT AL-MU AAWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT AL-MU’AAWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

TUGAS AKHIR

Oleh: YULI ASTUTI NIM : 201 06 022

JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI KEUANGAN PERBANKAN ISLAM (STAIN) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2009

PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT AL-MU’AAWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Pada Program Studi Keuangan dan Perbankan Islam

Oleh : YULI ASTUTI NIM : 201 06 022

JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI KEUANGAN PERBANKAN ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2009

ii

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Telp 323706, Fax. 323433 Website: www.stainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 2 (dua) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir

12 Agustus 2009

Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum wr.wb Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka tugas akhir saudara : Nama : Yuli Astuti NIM : 201 06 022 Judul : Prosedur Pebiayaan Mudharabah Pada BMT Al – Mu’aawanah Bringin dapat diajukan dalam sidang munaqasah. Demikian untuk menjadikan periksa. Wassalamu’alaikum wr.wb Pembimbing

Drs. H. Alfred L, M.SI NIP.19621028 199103 1 003

iii

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Telp 323706, Fax. 323433 Website: www.stainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected] PENGESAHAN KELULUSAN Tugas Akhir Saudari : YULI ASTUTI dengan Nomor Induk Mahasiswa : 201 06 022 yang berjudul : “PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT AL-MU’AAWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG”. Telah dimunaqasahkan dalam siding panitia ujian Jurusan Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Kamis tanggal 20 Agustus 2009 yang bertepatan dengan tanggal 29 sya’ban 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya. 20 Agustus 2009 M Salatiga, 29 Sya’ban 1430 H Panitia Ujian Ketua Sidang

Sekretaris Sidang

Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827 198303 1 002

Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag NIP.19660215 199103 1 001

Penguji I

Penguji II

H. Agus Waluyo, M.Ag NIP. 19750211 200003 1 001

Faqih Nabhan, MM NIP.19741230 200212 1 002 Pembimbing

Drs. H Alfred L, M.SI NIP. 19621028 199103 1 003

iv

MOTTO ♦ Tuhan itu berdasarkan sangkaan hambanya, Bila kita yakin akan sukses maka

sukseslah kita,Bila kita berfikir akan gagal maka gagalah kita.

PERSEMBAHAN Karya kecil ini kupersembahkan kepada: ♦Allah, yang aku diciptakan hanya untuk berbakti kepada – Nya ♦ Kedua Orang tua dan nenekku, terimakasih atas dukungan serta do’anya ♦ Teman – temanku, makasih buat semuanya

v

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya telah menjadikan penulis mampu menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dengan judul “Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Al-Mu’aawanah Bringin Kabupaten Semarang”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai teladan hidup umat manusia hingga akhir zaman. Tugas akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III Keuangan Perbankan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada: 1. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan serta do’a. 2. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga beserta seluruh dosen dan staf yang telah memberikan dukungan dan fasilitas baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Bapak H. Agus Waluyo, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan Islam 4. Bapak Drs. Alfred L, M.SI selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemberian bimbingan penuh selama penyusunan tugas akhir ini.

vi

5. Ibu Umi Sholichatun, SE, selaku manajer BMT Al-Mu’aawanah Bringin yang telah memberikan izin penelitian. 6. Seluruh staf BMT Al-Mu’aawanah Bringin yang telah membantu memberikan data – data dan pengalaman selama kegiatan magang. 7. Teman – teman serta semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya tugas akhir ini. Akhirnya, penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas akhir ini, sehingga masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi sempurnanya tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumya. Hanya kepada Allah SWT kita menyembah, sebab dialah pemilik kebenaran yang hakiki dan kepada-Nya kita akan kembali.

Salatiga, 11 Agustus 2009 Penulis

Yuli Astuti 201 06 022

vii

ABSTRAK

ASTUTI YULI PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT AL-MU’AAWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang menjadi sumber pembiayaan alternative pada kegiatan usaha berskala kecil dan menengah dengan sistem bagi hasil sesuai dengan syariah islam. Penyaluran dana pada BMT disebut dengan pembiayaan atau financing. Pembiayaan di BMT ada beberapa macam, salah satunya adalah pembiayaan mudharabah untuk modal kerja. Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana atau shahibul maal dengan nasabah sebagai pengelola atau mudharib untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. Prosedur pembiayaan mudharabah pada BMT Al-Mu’aawanah Brngin dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: Mengajukan permohonan pembiayaan dengan melengkapi persyaratan – persyaratan yang detentukan, kemudian berkas – berkas permohonan pembiayaan tersebut disurvei oleh bagian surveior, setelah itu baru pembiayaan dapat direalisasi dan nasabah berkewajiban mengembalikan secara mengangsur tepat pada waktunya menurut kesepakatan bersama yang ada dalam akad perjanjian. Dalam tahap realisasi personalia yang terkait harus mengecek persyaratan pengajuan pembiayaan. Bagian pembiayaan dalam analisis menggunakan prinsip 5C, dan nasabah mempunyai kewajiban untuk mengangsur tepat waktu. Dalam rangka perkembangan BMT Al-Mu’aawanah Bringin perlu mempertahankan nasabah yang menguntungkan dan menghindari nasabah yang menunggak kredit. Untuk memperlancar kegiatan usaha BMT berupaya memperoleh sumber – sumber modal yang lebih menguntungkan.

viii

DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………………………………………i Halaman Pengajuan………………………………………………………..ii Halaman Pengesahan ……………………………………………………...iii Halaman Persetujuan Pembimbing ………………………………………. iv Halaman Motto……………………………………………………………. v Halaman Persembahan……………………………………………………. v Kata Pengantar……………………………………………………………. vi Abstrak……………………………………………………………………viii Daftar isi…………………………………………………………………. x Daftar Tabel……………………………………………………………… xi Daftar Gambar …………………………………………………………….xii BAB I

BAB II

PENDAHULUAN………………………………………... 1 A.

Latar Belakang Masalah …………………………….1

B.

Perumusan Masalah …………………………………3

C.

Tujuan dan Kegunaan ……………………………… 3

D.

Metodologi Penelitian ……………………………… 3

E.

Sistematika Penulisan ………………………………. 6

LANDASAN TEORI ……………………………………. 8 A.

Telaah Pustaka ………………………………………8

B.

Kerangka Teoritik…………………………………... 8

ix

BAB III

BAB IV

BAB V

LAPORAN OBYEK……………………………………. 29 A.

Gambaran Umum …………………………………..29

B.

Data – data Deskriptif ………………………………41

ANALISIS………………………………………………...46 A.

Prodedur Permohonan Pembiayaan Mudharabah…..46

B.

Teknik Perhitungan Bagi Hasil …………………… 52

KESEMPULAN DAN IMPLIKASI…………………… 55 A.

Kesimpulan……………………………………….. 55

B.

Implikasi……………………………………………57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil …………………………….

Tabel 2

Daftar Nama Pendiri BMT Al-Mu’aawanah Bringin ………..

xi xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Skema Al Mudharabah …………………………………..

Gambar 2

Sruktur Organisasi BMT Al-Mu’aawanah ………………

Gambar 3

Skema Prosedur Permohonan Pembiayaan Mudharabah …

Gambar 4

Pembiayaan Mudharabah Pada Tahun 2008 ………………..

xii xii

ABSTRAK ASTUTI YULI PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT AL-MU’AAWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang menjadi sumber pembiayaan alternative pada kegiatan usaha berskala kecil dan menengah dengan sistem bagi hasil sesuai dengan syariah islam. Penyaluran dana pada BMT disebut dengan pembiayaan atau financing. Pembiayaan di BMT ada beberapa macam, salah satunya adalah pembiayaan mudharabah untuk modal kerja. Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana atau shahibul maal dengan nasabah sebagai pengelola atau mudharib untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. Prosedur pembiayaan mudharabah pada BMT Al-Mu’aawanah Brngin dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: Mengajukan permohonan pembiayaan dengan melengkapi persyaratan – persyaratan yang detentukan, kemudian berkas – berkas permohonan pembiayaan tersebut disurvei oleh bagian surveior, setelah itu baru pembiayaan dapat direalisasi dan nasabah berkewajiban mengembalikan secara mengangsur tepat pada waktunyamenurut kesepakatan bersama yang ada dalam akad perjanjian. Dalam tahap realisasi personalia yang terkait harus mengecek persyaratan pengajuan pembiayaan. Bagian pembiayaan dalam analisis menggunakan prinsip 5C, dan nasabah mempunyai kewajiban untuk mengangsur tepat waktu. Dalam rangka perkembangan BMT Al-Mu’aawanah Bringin perlu mempertahankan nasabah yang menguntungkan dan menghindari nasabah yang menunggak kredit. Untuk memperlancar kegiatan usaha BMT berupaya memperoleh sumber –

sumber modal yang lebih menguntungkan.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam, manusia di wajibkan untuk berusaha agar ia mendapatkan rezeki guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam juga menganjurkan kepada manusia bahwa Allah Maha pemurah sehingga rezekiNya sangat luas. Bahkan Allah tidak memberikan rezeki itu kepada kaum muslim saja, tetapi pada siapa saja yang bekerja keras. Untuk memulai usaha diperlukan modal, seberapa pun kecilnya adalakanya orang mendapatkan modal dari simpanannya atau dari keluarganya. Ada pula meminjam kepada rekannya, jika tidak tersedia peran institusi keuangan menjadi sangat penting karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin berusaha. Dalam Islam, hubungan pinjam-meminjam tidak dilarang, bahkan dianjurkan agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada gilirannya berakibat kepada hubungan persaudaraan. Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila hubungan itu tidak mengikuti aturan yang dianjurkan oleh Islam. Karena itu pihak-pihak yang berhubungan harus mengikuti etika yang digariskan oleh Islam (Q.S. Al Baqoroh: 282) Baitul Maal Wat Tamwil atau BMT adalah salah satu lembaga keuangan yang sistem operasionalnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

1

2

Dalam kegiatan operasionalnya BMT mempunyai berbagai macam jenis produk pengumpulan dana (funding) dan penyaluran dana (financing). Kegiatan penghimpunan dana merupakan kegiatan bank dalam mendapatkan dana baik yang berasal dari pemilik, internal bank, maupun dari masyarakat dalam bentuk mobilisasi dana masyarakat atau dana pihak ketiga. Sedangkan kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan merupakan kegiatan bank dalam memanfaatkan dan menyalurkan dana masyarakat yang telah tekumpul kedalam sektor-sektor yang diperbolehkan menurut syariah Islam (Nabhan, F, 2007: 29). Peluang berkembangnya BMT dan lembaga keuangan syariah sangat terbuka mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim. Dengan kondisi tersebut, penulis tergugah untuk mensosialisasikan sistem ekonomi sesuai syariah, khususnya yang berhubungan dengan hal pendanaan atau pemberian kredit. Produk-produk pembiayaan pada BMT AlMu'aawanah

Bringin

ada

beberapa

macam

diantaranya

pembiayaan

Mudharabah, Musyarokah, Bai Bistaman ajil, Murabahah dan Qurdhul Hasan. Salah satu pembiayaan yang paling banyak diminati oleh Nasabah BMT Al-Mu'aawanah Bringin adalah pembiayaan Mudharabah karena seluruh modalnya berasal dari BMT, sedangkan nasabah sebagai pengelola dan pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama sehingga salah satu pihak tidak mungkin dirugikan. Dari latar belakang masalah di atas, yaitu untuk mengetahui pembiayaan mudharabah secara lebih menyeluruh di BMT Al-Mu'aawanah

3

Bringin maka penulis mengambil judul dalam tugas akhir "PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT AL-MU'AAWANAH BRINGIN "

B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah pada penulisan tugas akhir adalah: 1. Bagaimana prosedur pembiayaan mudharabah pada BMT Al Mu'awanah Bringin? 2. Bagaimana teknis perhitungan bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah?

C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan mudharabah pada BMT Al Mu'awanah Bringin b. Untuk mengetahui teknis perhitungan bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah.

2. Kegunaan Selain memiliki tujuan seperti tersebut diatas, Tugas akhir ini diharapkan berguna bagi semua pihak, diantaranya: a. Bagi BMT Al-Mu'aawanah

4

1) Sebagai masukan dalam menata kondisi dan kinerja keuangan BMT Al-Mu'aawanah 2) Meningkatkan kualitas manajemen sehingga mampu bersaing dan tetap kokoh di dunia industri lembaga keuangan syariah. 3) Dapat mengaplikasikan atau menerapkan kinerja sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. b. Bagi Dunia Akademik Mempercepat kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan lembaga keuangan mikro syariah c. Bagi penulis 1) Sebagai referensi yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan. 2) Untuk

melengkapi

tugas

dan

memenuhi

syarat

dalam

menyelesaikan Program Diploma III Keuangan dan Perbankan Islam (KPI) STAIN Salatiga.

D. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penulisan tugas akhir adalah tipe penulisan deskriptif, yaitu tipe penelitian yang menyajikan analisis mengenai suatu obyek dengan menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai bidang tertentu.

5

2. Jenis data yang digunakan a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian atau sumber data akurat. b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, misal berupa arsip, dokumen, buku-buku literatur dan laporan lainnya. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk menyusun tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, sehingga memudahkan dalam penganalisaan dan penyimpulan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: a. Studi Pustaka Yaitu teknik memperoleh data melalui pencarian informasi dari literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini. b. Pengamatan (Observasi) Yaitu teknik memperoleh data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti. c. Wawancara (Interview) Yaitu teknik memperoleh data dengan cara melakukan tanya jawab dengan pihak yang berkepentingan di obyek penelitian. (Widjadjanto,L, 2002: 5).

6

E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada tugas akhir ini meliputi: BAB

I

Pendahuluan Pada bab pendahuluan ini menyajikan beberapa sub bab diantaranya latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan serta sistematika penulisan.

BAB

II

Landasan Teori Bab ini membahas tentang telaah pustaka dan kerangka teoritik. Telaah pustaka berisi tentang pengertian pembiayaan, unsurunsur pembiayaan, tujuan pemberian pembiayaan, prinsipprinsip operasional bank syari'ah, produk-produk bank syari'ah, bunga dan bagi hasil, pembiayaan mudharabah dan prosedur pembiayaan di bank syari'ah.

BAB

III

Laporan Obyek Pada bab Laporan Obyek ini menyajikan mengenai gambaran umum dan data-data deskriptif. Gambaran umum berisi tentang sejarah berdirinya, visi dan misi, tujuan didirikannya BMT AlMu'aawanah, struktur organisasi, deskripsi jabatan, badan hukum dan letak lokasi BMT Al Mu'aawanah. Data-data deskriptif berisi produk-produk penghimpunan dana dan penyaluran dana serta jumlah pembiayaan.

7

BAB

IV

Analisis Pada bab ini berisi tentang pemaparan prosedur pengajuan pembiayaan mudharabah dan teknis penghitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah.

BAB

V

Kesimpulan dan Implikasi Bab ini berisi informasi tentang hasil penelitian yang mencakup kesimpulan dan saran sebagai kontribusi penulis dalam tugas akhir.

8

BAB II LANDASAN TEORI

A.

Telaah Pustaka Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan lembaga keuangan syariah

atau

BMT

kepada

masyarakat

yang

membutuhkan

untuk

menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh lembaga keuangan tersebut dari masyarakat yang surplus dana. Pembiayaan adalah fasilitas yang diberikan lembaga keuagan syariah atau BMT kepada masyarakat yang membutuhkan dana yang telah terkumpul di BMT dari masyarakat yang kelebihan dana dengan besar bagi hasil sesuai kesepakatan dalam jangka waktu tertentu. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak BMT dengan pihak yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

B. Kerangka Teoritik 1.

Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

8

9

pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian sejumlah imbalan atau bagi hasil ( Ridwan, M , 2007 : 92). Menurut

peraturan

pemerintah

pelaksanaan simpan pinjam oleh

no.9

tahun

1995

tentang

koperasi, pengertian pembiayaan

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan ( Ridwan, M , 2005 :164). b. Unsur – unsur Pembiayaan 1) Pihak yang terlibat Pihak yang terlibat dalam pembiayaan kreditur / pihak BMT dan debitur / nasabah. 2) Kepercayaan Kepercayaan merupakan keyakinan bahwa apa yang telah diberikan kreditur akan benar-benar dapat diterima kembali dimasa yang akan datang bahkan bisa memberikan keuntungan serta kepercayaan debitur bahwa apa yang telah diterima akan dapat digunakan sesuai dengan tujuan.

10

3) Waktu dan Tempo Dalam perjanjian meminjam terkandung unsur waktu yaitu suatu interval

antara

saat

realisasi

pembiayaan

dengan

masa

pengembalian. 4) Resiko Adalah sesuatu yang mungkin timbul dalam pemberian kredit atau pembiayaan antara lain adanya kredit macet, karena kondisi yang akan datang belum bisa diketahui secara pasti. 5) Prestasi Adalah pemberian berupa uang, barang atau jasa oleh bank itu (Untung, B, 2000 :2). c. Tujuan Pemberian Pembiayaan Menurut Muhammad Ridwan dalam bukunya Konstruksi Bank Syari’ah Indonesia, ada dua tujuan diberikannya pembiayaan pada bank syari’ah, yaitu tujuan yang bersifat makro dan mikro. 1. Tujuan Makro a) Meningkatkan Ekonomi Umat Pemberian pembiayaan akan membuka akses yang lebih luas kepada dunia usaha untuk mendapatkan modal kerja, sehingga mampu menampung lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan kemakmuran. b) Meningkatkan Produktifitas

11

Pemberian pembiayaan akan mampu mendorong tumbuhnya pengusaha baru yang lebih produktif dan mampu meningkatkan gairah tumbuhnya sektor riil masyarakat. c) Dapat Membuka Lapangan Kerja Baru Dana yang tersalur kepada masyarakat, akan dapat membuka lapangan kerja baru, karena meningkatnya produktifitas usaha, pada umumnya diikuti dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja. d) Terjadinya Distribusi Pendapatan Shahibul maal, sebagai pemilik dana dan belum mampu memproduktifitaskan dananya sendiri, sangat membantu kepada mudharib yang memang membutuhkan tambahan modal usaha,. Hubungan dua sisi ekonomi ini akan mampu mendorong

terjadinya

distribusi

pendapatan

dan

akses

keuangan. 2. Tujuan Mikro a) Memaksimalkan Laba Pemberian pembiayaan yang sehat, akan meningkatkan kemampulabaan bank syari’ah. b) Menghindari terjadinya dana menganggur ( idle money ) Dana yang masuk ke bank syari’ah harus segera disalurkan dalam bentuk aktiva produktif, sehingga terjadi keseimbangan antara dana masuk dan keluar (Ridwan,M ,2007 : 95).

12

d. Prinsip – Prinsip Operasional Bank Syari’ah Menurut Muhammad dalam bukunya Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, ada lima prinsip operasional bank syariah. 1. Prinsip Simpanan Murni (Wadiah) Prinsip ini merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk wadiah. Fasilitas wadiah biasanya diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. 2. Prinsip Bagi Hasil Suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. 3. Prinsip Jual Beli Prinsip jual beli merupakan prinsip yang menetapkan jual beli, dimana pihak bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan nasabah kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah dengan keuntungan atau margin. 4. Prinsip Sewa Prinsip ini secara garis besar terbagi pada dua jenis yaitu ijaroh dan sewa murni. Dalam perbankan bank dapat membeli dahulu barang

13

yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu yang telah disepakati. Ijarah muntahia bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana sipenyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada masa akhir sewa. 5. Prinsip Jasa Prinsip ini meliputi seluruh layanan non – pembiayaan yang diberikan oleh bank. Dalam bank syariah produk yang didasarkan pada prinsip ini adalah wakalah, hawalah, kafalah, rahn dan qard (Muhammad , 2000: 5). e. Produk – Produk Bank Syari’ah 1. Musyarakah Adalah akad kerjasama antara bank dengan pihak lain dalam suatu usaha tertentu dimana masing–masing pihak menyertakan modal atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 2. Mudharabah Adalah akad

kerjasama usaha dimana pihak pertama sebagai

shahibul maal menyediakan seluruh dana atau modal sedangkan pihak yang lain sebagai pengelola atau mudharib. 3. Murabahah Adalah jual beli barang pada harga asal ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Dalam transaksi murabahah penjual

14

harus memberitahukan kepada pembeli tentang harga pokok barang yang menjadi obyek jual beli. 4. Salam Adalah pembelian barang yang diserahkan kemudian hari tetapi pembayarannya dilakukan dimuka. Kebanyakan ulama islam mengaharuskan pembayaran salam dilakukan ditempat kontrak. 5. Istishna’ Adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang (produsen) menerima pesanan dari pembeli. Produsen kemudian memproduksi barang melalui orang lain sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan pemesan 6. Ijarah Adalah pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan barang. Akad ijarah dikembangkan kedalam bentuk akad ijarah muntahia bit - tamlik, yaitu akad perpaduan antara ijarah dan bai’ (beli). Akad ini sering disebut dengan sewa beli. 7. Wakalah Adalah perjanjian antara bank syari’ah dengan nasabah dimana nasabah memberikan pelimpahan kepercayaan kepada bank untuk mewakilkannya guna menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.

15

8. Kafalah Adalah penjaminan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam rangka memperkuat posisi orang yang dijamin. Dalam konteks perbankan syari’ah kafalah adalah penjaminan atau garansi bank kepada nasabah, karena nasabah memerlukan adanya garansi untuk kepentingan usahanya. 9. Hawalah Adalah akad pengalihan hutang dari seseorang kepada orang lain yang sanggup menanggungnya. Akad hawalah ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dalam kondisi tertentu, dimana dana yang tersedia belum dapat dicairkan, sedangkan kebutuhan kasnya sangat mendesak. 10. Rahn Adalah akad untuk menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang dijaminkan harus bernilai ekonomis sehingga, bank memiliki kepasatian pembayaran. Dalam ekonomi modern, rahn dikenal dengan sebutan gadai. 11. Qard Transaksi qard merupakan transaksi tolong – menolong dan bukan untuk komersial. Sumber dana qard dapat dibedakan menjadi dua: a) Dana yang berasal dari penyisihan modal bank syariah b)

Dana yang berasal dari zakat, infak dan sedekah

16

Khusus dana yang bersal dari zakat, infak dan sedekah dapat dikembangkan kedalam akad qardhul hasan. Pembiayaan qardhul hasan tidak menuntut pengembalian baik pokok maupun hasilnya. Artinya pembiayaan

qardhul hasan dapat

merupakan

santunan sosial ( Ridwan, M , 2007 : 61) 2. Bunga dan Bagi Hasil Bagi hasil biasa dikenal juga dengan istilah profit sharing. Menurut kamus ekonomi profit sharing berati pembagian laba. Secara istiah profit sharing merupakan distribusi beberapa pembagian laba pada para pegawai dari suatu perusahaan (Ridwan, M , 2005 : 120 ) Perbedaan yang mendasar antara sistem keuangan konvensional dan syari’ah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang diberikan oleh lembaga kepada nasabah. Oleh karena itu, munculah istilah bunga dan bagi hasil.

17

Tabel 1 Tabel Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil Bunga

Bagi Hasil

a. Ketentuan bunga dibuat pada

a. Penentuan

besarnya

rasio

waktu akad dengan asumsi

atau nisbah bagi hasil dibuat

selalu untung

pada waktu akad dengan pedoman untung rugi

b. Besarnya

presentase

b. Besarnya rasio bagi hasil

berdasarkan pada jumlah uang

berdasarkan

( modal ) yang dipinjamkan

keuntungan yang diperoleh

c. Pembayaran seperti

bunga

tetap

dijanjikan

keuntungan

pertimbangan apakah proyek

dijalankan.

yang dijalankan oleh pihak

kerugian

nasabah untung atau rugi

bersama d. Jumlah

keuntungan berlipat ganda atau

peningkatan

kedaan

pendapatan

yang

Sedangkan tanggung

pembagian

meningkat

sedang

proyek

di

meningkat sekalipun jumlah

ekonomi

jumlah

c. Bagi hasil bergantung pada

tanpa

d. Jumlah pebayaran bunga tidak

pada

sesuai

laba dengan jumlah

booming e. Eksistensi

bunga

diragukan

( kalau tidak dikecam ) oleh semua agama termasuk islam Sumber : Heri Sudarsono , 2003

e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

18

Penghitungan Bagi Hasil pada BMT Pembiayaan mudharabah sebesar Rp.10.000.000,- rencana jangka waktu 10 bulan. Profit bank setara 19,5% satu tahun pendapatan aktual. Nisbah bagi hasil = 60:40 aktualisasi pendapatan bruto Rp. 3.000.000,tiap bulan untuk tahap pertama, terapi untuk tahap berikutnya Rp. 1.000.000,- tiap bulan. Diminta: Realisai / aktualisasi dan perhitungan Jawab Aktualisasi hasil nasabah Rp. 3.000.000 tiap bulan. Proyek hasil Rp. 1.942.000 Nisbah Bank 60% setorannya = Rp. 1.800.000. Maka profit bank = 3.000.000 : 1.942.000 x 165.000 = Rp. 255.000. Angsuran pokok Rp. 1.800.000 – Rp. 255.000 = Rp. 1.545.000 tiap bulan.Maka tujuh bulan sudah lunas Rp. 10.000.000,- dengan angsuran ketujuh Rp. 730.000,- dan profit untuk bank Rp 1.000.000,- sehingga profit selama tujuh bulan menjadi Rp. 2.600.000,- deharusnya hanya Rp. 1.785.000 kelebihan Rp. 815.000 maka intensif / bonus nasabah = 40% x Rp. 815.000 = Rp. 326.000. 3. Pembiayaan Mudharabah a. Pengertian Pembiayaan Mudharabah Adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana atau shahibul maal dengan nasabah sebagai pengusaha atau pengelola proyek atau mudharib, untuk melakukan usaha dengan nisbah

19

pembagian hasil ( keuntungan atau kerugian ) menurut kesepakatan dimuka (Nabhan, F , 2007 : 41 ). Gambar 1 Skema Al Mudharabah Perjanjian Bagi Hasil

Mudharib

BMT

Proyek / Usaha

Pembagian Keuntungan

Modal

Keterangan: Nasabah dan BMT mengadakan perjanjian kerjasama untuk suatu usaha dengan pembagian keuntungan yang disepakati. Dan modal BMT akan dikembalikan oleh nasabah dengan cara mengangsur. b. Syarat – syarat Mudharabah 1) Syarat Modal a) Modal harus berbentuk uang tunai

20

b) Modal harus dinyatakan dengan jelas c) Modal harus diserahkan kepada investor, untuk kemudian melakukan usaha 2) Syarat Keuntungan a) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam prosentase dari keuntungan yang mungkin dihasilkan b) Keuntungan yang menjadi hak pengelola usaha ( mudharib ) dengan shahibul maal harus jelas nisbahnya c) Kesepakatan rasio prosentase harus dicapai melalui perjanjian dan dituangkan dalam kontrak 3) Syarat Usaha Bidang usaha yang dijalankan adalah usaha yang halal dan tidak bertentangan dengan syariat islam ( Ridwan, M , 2007 : 42 ). c. Jenis – jenis Mudharabah Secara umum mudharabah dibagi menjadi dua, yaitu mudharabah muthlaqah ( bebas ) dan mudharabah muqayyadah ( terikat ). 1) Mudharabah Muthlaqah Adalah

kontrak

kerjasama

mudharabah

yang

memberikan

kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolan investasinya. 2) Mudharabah Muqayyadah Adalah kontrak kerjasama mudharabah yang memberikan batasan kepada

pengelola

( Nabhan, F , 2007: 43 )

dana

dalam

pengelolaan

investasi

21

d. Ketentuan – Ketentuan Pembiayaan Mudharabah Dalam memberikan pebiayaan BMT tidak boleh sembarangan dalam meberikan. Ada beberapa prinsip – prinsip yang digunakan dalam memberikan pembiayaan atau disebut dengan analisis 5C yaitu : 1) Character Adalah sifat atau watak nasabah pengambil pembiayaan. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank, bahwa sifat atau watak orang yang akan diberikan pembiayaan benar – benar dapat dipercaya 2) Capacity Adalah kemampuan calon nasabah dalam membayar hutangnya yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuan mencari laba 3) Capital Adalah sumber–sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. Artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya 4) Collateral Adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, ,maka jaminan yang dititipkan

22

akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian 5) Condition Adalah kondisi usaha atau kondisi ekonomi nasabah dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing – masing ( Kasmir, 2000: 91 ). 4. Pengertian Prosedur Prosedur merupakan urutan – urutan pekerjaan klerikal yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi – transaksi perusahaan yang sering terjadi. Sedangkan prosedur pembiayaan merupakan sistem akuntansi yang berhubungan

dengan

transaksi

pembiayaan

diBMT,

mulai

dari

permohonan sampai dengan pembukuan pembiayaan ( Ridwan, M , 2006 :69 ) 1. Tahapan dan Persyaratan Pengajuan Pembiayaan Menurut Muhammad Ridwan dalam bukunya Sistem Dan Prosedur Pendirian Baitul Mal Wat – Tamwil ( BMT ) tahapan dan persyaratan pengajuan pembiayaan ada 7 yaitu : a)

Permohonan Pembiayaan 1) Surat permohonan pembiayaan anggota harus diisi lengkap dan ditanda tangani oleh pemohon suami atau istri

23

2) Dalam kondisi tertentu, surat permohonan pembiayaan dapat dimintakan tanda tangan dari pengurus RT atau Takmir Masjid setempat 3) Daftar isian yang telah disediakan oleh BMT, diisi dengan benar dan lengkap 4) Mendapatkan persetujuan dari suami atau istri dengan bermaterai 6000, untuk pembiayaan dalam kategori yang besar 5) Mendapatkan persestujuan dari bendaharawan pegawai, bagi

pembiayaan

dalam

kategori

pegawai

untuk

pemotongan gaji 6) Daftar lampiran – lampiran yang diminta oleh BMT telah dipenuhi dengan baik Daftar lampiran tersebut diantaranya: a) Foto copy KTP suami – istri b) Foto copy Kartu Keluarga c) Foto copy jaminan berupa BPKB atau sertifikat tanah beserta bukti pembayaran pajak terakhir d) Daftar struk gaji bagi pegawai atau SK pengangkatan atau kenaikan golongan bagi pegawai negeri atau pegawai swasta yang telah ber SK e) Bukti atau izin usaha bagi plafon tertentu

24

f) Laporan keuangan perusahaan dua tahun terakhir serta bulan terakhir ( bagi anggota yang sudah mampu). Setiap terjadi permohonan pembiayaan harus dicatat dalam register khusus pembiayaan dan langsung diklasifikasi berdasarkan jenis akad dan peruntukannya. b)

Penyelidikan dan Analisa Pembiayaan Setelah permohonan diisi dengan baik dan benar, maka

petugas BMT akan melaukan penelitian dan analisa ( survei ) atas kewajaran dan konsistensi dari data dan informasi yang diterima dari calon peminjam pada saat pengisian formulir permohonan pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesimpulan dan keputusan yang kurang benar. Tugas dan fungsi penyelidikan dan analisa pembiayaan adalah: 1) Tugas Penyelidikan a) Wawancara secara langsung dengan calon peminjam untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat bertatap muka untuk mengetahui karakter anggota calon peminjam b) Jika pembiayaan dengan pola kelompok, wawancara juga dapat dilakukan secara bersama dalam satu kelompok c) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan pembiayaan yang diajukan, baik data internal BMT maupun ekstern. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan BMT lain atau tempat simpan – pinjam lain

25

yang

kemungkinan

anggota

tersebut

melakukan

peminjaman d) Mendapatkan rekomendasi dari ketua kelompok bagi pembiayaan sistem kelompok e) Pemeriksaan atas kebenaran data serta kemampuan membayarnya dapat dilakukan dengan mewawancara silang dengan pejabat RT atau suami atau istri f) Pemeriksaan terhadap kondisi riil dan surat dokumen barang jaminan g) Penyusunan

laporan

hasil

penyelidikan

yang

telah

dilakukan. 2) Tugas Analisis Pembiayaan a) Mempersiapkan

pekerjaan

analisa

permohonan

dari

berbagai aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk

memastikan

kemungkinan

dapat

tidaknya

permohonan pembiayaan direalisasikan b) Menyusun laporan hasil analisis yang diperlukan. Laporan tersebut berisi tentang: 1) Plafon pembiayaan yang layak 2) Jumlah margin atau nisbah bagi hasil 3) Jangka waktu dan cara pembayaran kembali 4) Anallisa jaminan dan sistem pengikatan

26

c) Mengajukan hasil analisis kedalam forum rapat komite pembiayaan atau langsung kepada pejabat yang berwenang untuk mendapatakan persetujuan atau penolakan

c) Keputusan Atas Permohonan Pembiayaan Setiap keputusan permohonan harus memperhatikan penilaan syarat – syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan pembiayaan dan analisis pembiayaan. Pertimbangan atau informasi lainnya yang diperoleh harus dibubuhkan secara tertulis d) Penolakan Atas Permohonan Pembiayaan Penolakan atas permohonan pembiayaan dapat terjadi karena tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh BMT atau masih ada kekurangan – kekurangan yang tidak dilengkapi. Keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada calon peminjam dengan disertai alasan penolakan. e) Persetujuan Atas Permohonan Pembiayaan Pesetujuan atas permohonan pembiayaan adalah keputusan BMT untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan pembiayaan

dari

calon

anggota

atau

anggota.

Untuk

melindungi kepentingan BMT dalam pelaksanaan keputusan tersebut, maka biasanya ditegaskan terlebih dahulu syarat – syarat fasilitas pembiayaan dan prosedur yang harus ditempuh

27

oleh anggota atau calon anggota. Langkah – langkah yang harus diambil antara lain: 1) Surat

penegasan

persetujuan

atas

permohonan

pembiayaan kepada pemohon yang mencantumkan syarat – syarat seperti plafon fasilitas pembiayaan, jangka waktu, bentuk pinjaman, tujuan penggunaan, dan bagi hasil atau besarnya keuntungan BMT 2) Pengikatan jaminan dengan cara yang kuat 3) Penandatanganan akad pembiayaan 4) Asuransi barang jaminan, jika diperlukan f) Pecairan Fasilitas Pembiayaan Pencairan fasilitas pembiayaan adalah transaksi pencairan pembiayaan yang telah disetujui oleh BMT. Cara pencairan pembiayaan yang telah disetujui dapat dilakukan dengan alat – alat dan atau yang telah ditentukan oleh BMT antara lain dengan menggunakan cek ( jika BMT telah memiliki cek ) atau dengan kwitansi, dengan dokumen lainnya yang oleh BMT dapat diterima sebagai perintah pembayaran, atau pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman anggota atau calon anggota g) Pelunasan Fasilitas Pembiayaan Pelunasan

pembiayaan

adalah

dipenuhinya

semua

kewajiban hutang anggota atau calon anggota terhadap

28

BMT

yang

berakibat

dihapusnya

ikatan

perjanjian

pembiayaan. Perhitungan semua kewajiban anggota atau calon anggota harus segera diselesaikan sampai dengan tanggal pelunasannya meliputi hutang pokok ,hutang bunga atau bagi hasil,denda-denda jika ada dan administrasi. Penyerahan kembali dokumen jaminan kepada anggota atau calon

anggota

benar-benar

menyelesaikan

semua

kewajibannya. Penyerahan dokumen jaminan tersebut harus dengan surat tanda terima dan ditandatangani oleh yang berhak dan surat tanda terima tersebut harus disimpan pada berkas pembanyaran.

29

BAB III LAPORAN OBYEK

A. Gambaran umum BMT Al Mu’aawanah Bringin 1. Sejarah Berdirinya Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al-Mu’aawanah Bringin didirikan oleh beberapa tokoh masyarakat bringin yang mempunyai gagasan untuk meningkatkan perekonomian diwilayah bringin. BMT Al-Mu’aawanah Bringin muncul setelah Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) mengadakan program P3T yaitu Proyek Penanggulangan Pekerja Terampil. BMT Al-Mu’aawanah berdiri pada tanggal 8 agustus 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 oktober 1998. BMT Al-Mu’aawanah adalah unit jasa keuangan syariah yang berbadan hukum nomor 084/BH/KDK.II.I/IV/1999 tanggal 5 April 1999 didirikan oleh kurang lebih 20 orang, dengan semboyan dari umat oleh umat untuk umat. Kegiatan usaha BMT Al-Mu’aawanah masih pada bidang simpan pinjam yang berdasarkan pada prinsip syari’ah. BMT Al-Mu’aawanah sebagai unit usaha simpan pinjam melayani berbagai macam jenis simpanan uang baik dalam bentuk simpanan harian yang dapat diambil sewaktu – waktu maupun simpanan berjangka. Selain melayani simpanan BMT Al–Mu’aawanah juga melayani pembiayaan.

29

30

Tabel 2 DAFTAR NAMA PENDIRI KOPERASI “ AL MU’AAWANAH “ BRINGIN NO

NAMA

ALAMAT

PEKERJAAN

1

KH.MA’RUF

Bringin, Kecamatan Bringin

Pedagang

2

H. KHUMAIDI

Bringin,Kecamatan Bringin

Petani

3

KH. MUSLIM IMAM

Pakis, Bringin, Kec. Bringin

Petani

4

SYAMSUL KHOIRI

Wiru, Bringin, Kec. Bringin

Pedagang

5

H.SONHAJI


Petani

6

H.M.NIZAR


Pedagang

7

H.ZAMAHSARI


pedagang

8

Drs. MUNASHIR


PNS

9

AHMAD MUGHNI


Petani

10

Drs. DAMROJI HADI


PNS

11

Drs. NUR ROHMANTO


Pedagang

12

SOESAMTO


PNS

13

BUDI HARJO, BA


PNS

14

ARIDI


PNS

15

SUYONO


PNS

16

FAHRODI

Tuntang, Kecamatan Tuntang

Swasta

17

KUSMANTO


Pedagang

18

Ir. BUDI IDRIYANTO


Swasta

31

19

SUMARSO


Pensiunan

20

ANDIYONO

Jlumpang, Kec. Bancak

Swasta

21

SUPRIHATI

Jlumpang, Kec.Bancak

Swasta

22

UMI SHOLIHATUN


Swasta

23

HM. MUKHIR


Kepala Desa

24

ZUMRI


Pedagang

2. Visi dan Misi Visi dari BMT AL-Mu’aawanah Bringin adalah menjadi mitra yang handal dalam kegiatan ekonomi umat. Selain visi diatas, BMT Al-Mu’aawanah Bringin juga memiliki misi yaitu menjalankan usaha syari’ah yang efektif, efisiaen dan transparan serta menyelenggarakan pelayanan yang handal dan prima. 3. Tujuan Tujuan didirikannya BMT Al-Mu’aawanah Bringin yaitu : a. Meningkatkan usaha ekonomi ditingkat masyarakat menengah kebawah sehingga mampu bekerja sama dengan semua komponen penggerak ekonomi, baik swasta, perorangan maupun dengan pemerintah. b. Memberdayakan lembaga – lembaga ekonomi dan sosial dibidang produksi, distribusi, konsumsi, jasa dan pelayanan sosial dalam usaha pengembangan nilai – nilai sosial ekonomi yang islami.

32

c. Menciptakan kader – kader usaha yang memiliki jiwa dan integritas terhadap pengembangan masyarakat yang masih terbelakang. 4. Sruktur Organisasi Suatu kegiatan usaha agar berjalan sesuai dengan tujuan suatu lembaga

atau perusahaan, maka diperlukan adanya stuktur organisasi

yang baik. Struktur organisasi yang ditentukan dengan baik juga harus didukung oleh moral karyawan untuk membentuk angkatan kerja yang loyal dan harmonis. Dalam

menentukan

bentuk

struktur

organisasi,

tentunya

disesuaikan dengan kebutuhan suatu lembaga atau perusahaan. Hal itu dimaksudkan agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Adapun bagian – bagian dalam struktur organisasi BMT Al-Mu’aawanah Bringin Kabupaten Semarang sebagai berikut:

33

Gambar 2 Struktur Organisasi BMT Al-Mu’aawanah

Rapat Anggota

Pengurus

Dewan Pengawas Syariah

Manager

Akuntansi

Teller

Pemasaran

Pembiayaan

Keterangan: a)

Pengurus Ketua

: KH. Ma’ruf

Wakil Ketua

: Drs. H. Agus Nurrahmawanto

Sekretaris

: 1. Drs. H. Munasir 2. A. Mughni SH

Bendahara

: 1. H. Zamah Sari 2. Soesamto

Pembantu Umum

: Mahmudi S.sos

Dewan Pengawas Syariah

: 1. KH. Imam Muslim Sholeh 2. KH. Sonhaji

34

b)

Pengawas

: 1. Drs. H. Damroji Hadi, Mpd 2. Nizar 3. Samsudin, Spd

c)

Pengelola Manajer

: Umy Sholichatun, SE

Akuntansi

: Aang Krisdiana, SE

Pemasaran

: 1. Andiyono 2. Suprihati, S.pdI

Pembiayaan

: Fahrodi

Kasir

: Nur Hidayati, A.md

Teller

: Ir. Budi Indriyanto

5. Deskripsi Jabatan Berdasarkan struktur organisasi BMT Al-Mu’aawanah Bringin, maka tugas, tanggungjawab dan wewenang masing-masing fungsi atau bagian dalam organisasi adalah sebagai berikut: a. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) bertugas untuk: 1) Mengawasi operasional BMT yang sekiranya menyimpang dari ketentuan syar’iah 2) Memberikan pernyataan setuju atau tidak terhadap program program yang dibuat oleh pengawasan syariah terhadap produk produk yang dikeluarkan BMT

35

3) Membuat laporan pengawasan syari’ah terhadap kinerja BMT kepada pengurus dan melaporkan dalam Rapat Anggota Tahunan. b. Pengurus Mengawasi, mengevaluasi dan mengarahkan pelaksanaan pengelolaan BMT Al–Mu’aawanah yang dijalankan oleh pengelola agar tetap mengikuti kebijaksanaan dan keputusan yang telah disutujui oleh rapat anggota Tugas dan tanggung jawab pengurus: 1) Merumuskan dan

mengusulkan kebijaksanan umum untuk

mendapatkan persetujuan rapat anggota 2) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan BMT Al–Mu’aawanah agar tercipta kinerja yang sehat sesuai dengan Anggaran Dasar

(AD)

dan Anggaran Rumah Tangga (ART) 3) Ikut serta dalam mensosialisasikan BMT Al–Mu’aawanah 4) Menyelenggarakan rapat pengurus maupun pengeloala utuk : a) Mendiskusikan

laporan

kemajuan

bulanan

dan

tingkat

kesehatan BMT Al–Mu’aawanah b) Membicarakan segala masalah, terutama masalah - masalah strategi dan pemecahannya c) Mempersiapkan laporan kepada PINBUK d) Mempersiapkan bahan – bahan untuk Rapat Anggtota Tahunan (RAT)

36

5) Menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan BMT Al–Mu’aawanah untuk : a) Mendengarkan, menerima atau menolak laporan pertangggung jawaban pengurus b) Membebeastugaskan pengelola lama dan pengurus baru jika telah tiba masa akhir tugasnya c) Membahas rencana anggaran BMT Al–Mu’aawanah dan rencana kerja tahunan yang akan datang d) Mengusulkan pembagian keuntungan tahunan BMT AlMu’aawanah pada rapat anggota 6) Mempertimbangkan dan memutuskan permohanan pembiayaan yang diajukan kepada BMT Al–Mu’aawanah yang jumlahnya melebihi jumlah maksimum yang dapat diputuskan oleh pengelola 7) Memberi persetujuan mengenai laporan berkala dari pengeloloa meliputi : a) Laporan Keuangan b) Laporan Pembiayaan Baru c) Laporan Perkembangan Pembiayaan d) Laporan Kredit Bermasalah e) Laporan Penggalangan Dana 8) Memberi persetujuan atau penolakan mengenai : a) Keanggotaan pendiri baru BMT Al–Mu’aawanah b) Kerja sama pinjaman dengan pihak ketiga

37

c) Usulan produk / jenis simpanan / pembiayaan baru 9) Menunjuk

penanggung

jawab

diantara

pengurus

yang

menandatangani a) Rekapitulasi Jurnal Harian b) Perencanaan Kas c) Dokumen - dokumen penting harian lainnya (dengan memberi paraf ) c. Manager Memimpin jalannya BMT sesuai dengan tujuan dan kebijakan umum yang telah ditetapkan dewan pengurus dan telah disetujui dalam rapat anggota guna mencapai tujuan BMT Al–Mu’aawanah. Rincian tugas dan wewenang manager adalah sebagai berikut 1) Menjabarkan kebijakan umum BMT yang telah dibuat pengurus dan disetujui rapat anggota 2) Menyusun dan mengusulkan rencana anggaran BMT dan rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada pengurus selanjutnya akan dibawa pada rapat anggota 3) Turut menandatangani permohonan keanggotaan dan memberi persetujuan

atau

penolakan

permohonan

keanggotaan

,menggunakan formulir -formulir dan dokumen - dokumen lain dalam transaksi BMT 4) Mengajukan usul kepada pengurus jenis atau produk baru untuk disetujui penggunaannya

38

5) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas wewenang pengelola 6) Mengusulkan

penambahan,

pengangkatan

,pemberhentian

pengelola sesuai dengan kondisi dan kebutuan operasional BMT 7) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biaya – biaya harian 8) Mengusahakan

agar

selalu

tersedia

peralatan,

bahan

dan

perlengkapan kantor yang digunakan untuk kelancaran operasional BMT 9) Mengamankan harta kekayaan BMT agar terlindungi dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan, dan kerusakan 10) Membuat secara periodik kepada pengurus berupa: a) Bertanggung jawab atas terlesainya tugas dan kewajiban harian seluruh bagian b) Bertanggungjawab atas tercapainya target kerja dari masing – masing bagian c) Bertanggungjawab atas terealisasinya semua program kerja d) Bertanggungjawab

atas

terjalinya

hubungan

kerja

atau

kemitraan dengan pihak lain secara baik dan menguntungkan e) Bertanggungjawab atas terciptanya suasana kerja yang harmonis ,dinamis dan islami f) Bertanggungjawab atas tersedianya bahan Rapat Anggota Tahunan yang disetujui pengurus

39

d. Teller / Kasir Melaksanakan seluruh aktifitas yang berhubungan dengan transaksi, kas, mengatur dan bertanggungjawab atas pelaksaan administrasi dan laporan perincian kas setiap hari. Rincian tugas, wewenang dan tanggungjawab teller sebagai berikut: 1) Bertanggungjawab atas pelayanan anggota dalam transaksi uang tunai 2) Menerima, menyusun dan menghitung setoran tunai dari anggota maupun calon anggota untuk disimpan di cash box 3) Mengatur dan menyiapkan pengeluaran uang tunai yang telah disetujui oleh manajer 4) Bertanggungjawab atas pendapatan, pencatatan, pelayanan informasi kepada anggota 5) Menandatangani formulir – formulir serta slip setoran dari calon anggota maupun anggota 6) Bertanggungjawab atas kecocokan saldo akhir laporan harian kas dengan saldo akhir uang tunai yang ada di BMT atau cash box 7) Bertanggungjawab atas pembuatan mutasi harian atau laporan kas harian 8) Bertanggungjawab atas peralatan dan perlengkapan kerja teller / kasir

40

e. Pemasaran dan Pembiayaan Bertanggungjawab menjual produk BMT baik pembiayaan maupun simpanan dan mengatur, mengawasi serta melaksanakan kegiatan mengamankan posisi BMT dalam hal pembiayaan dan simpanan anggota sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Rincian tugas, wewenang dan tanggungjawab bagian pemasaran dan pembiayaan adalah: 1) Mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi semua aktifitas yang berhubungan dengan pembiayaan dan simpanan 2) Mencari sumber – sumber dana dengan melihat kemungkinan dan peluang dana yang dapat dihitung 3) Mencari calon anggota penyimpan baru dan anggota yang potensial untuk diberikan pembiayaan 4) Mengamati posisi setiap pembiayaan anggota dan mengusahakan agar pelunasannya sesuai dengan perjanjian (aqad) yang telah disepakati 5) Melakukan

penagihan

kesetiap

anggota

yang

diberikan

pembiayaan sesuai dengan tanggal yang disepakati 6) Mengikuti perkembangan proses permohonan pembiayaan anggota terutama dalam pemeriksaan kelengkapan dokumen permohonan pembiayaan

41

7) Menilai kelayakan jaminan yang diajukan oleh pemohon pembiayaan 8) Mengklasifikasikan pembiayaan yang telah diberikan kepada pembiayaan lancar, kurang lancar, diragukan dan macet 9) Mengatur pelaksanaan eksekusi jaminan bersama – sama dengan bagian pemasaran 10) Memberikan masukan kepada manajer dalam rangka memperluas pemasaran f. Akuntansi Mengawasi

dan

bertanggungjawab

atas

pendokumentasian

(kearsipan) dan kelengkapan data atau bukti – bukti mutasi untuk kebenaran pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia tepat pada waktunya. Rincian tugas, wewenang dan tanggungjawab akuntansi adalah sebagai berikut: 1) Mengawasi kelengkapan bukti – bukti mutasi pembukuan dan kebenaran pencatatan transaksi 2) Mengawasi agar semua data yang diperlukan untuk menyusun laporan telah seluruhnya dicatat 3) Mengatur dan mengawasi penyusunan laporan keuangan berkala dan laporan – laporan lain yang diperlukan 4) Menyiapkan dan laporan untuk PINBUK setiap satu bulan sekali

42

5) Mengarsip dan menyimpan semua berkas, surat – surat, dokumen –dokumen dan lain sebagainya sehingga tidak hilang atau tercecer 6) Bertanggungjawab atas pengaturan pemakaian arsip atau data oleh bagian lain serta bertanggungjawab atas kerapian kantor, peralatan dan barang – barang inventarisnya. 6. Badan Hukum BMT Al-Mu’aawanah Bringin adalah lembaga keuangan mikro syari’ah yang berbadan hukum nomor 084/BH/KDK.II.I/IV/1999.BMT AlMu’aawanah Bringin berdiri pada tanggal 8 Agustus 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1998. 7. Letak Lokasi Letak lokasi BMT Al-Mu’aawanah Bringin terletak di jalan Diponegoro 104 Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Lokasi BMT AlMu’aawanah dinilai sangat stretegis, karena lokasi tersebut berada dekat dengan pusat – pusat kegiatan baik pemerintahan maupun publik. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi antara lain: a. Daerah sekitar lokasi BMT Al-Mu’aawanah belum terdapat lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip – prinsip syariah guna melayani kebutuhan masyarakat baik simpanan maupun pembiayaan b. Untuk memudahkan para anggota, sehingga BMT Al–Mu’aawanah memilih lokasi yang tidak jauh dari pangsa pasarnya, yaitu dekat

43

dengan pasar tradisional dan berada ditepi jalan sehingga transportasi mudah dijangkau.

B. Data – Data Deskriptif 1. Produk – produk BMT Al-Mu’aawanah Bringin sebagai unit jasa keuangan syari’ah mengadakan unit simpan pinjam yang melayani berbagai jenis simpanan dana baik simpanan dana yang sewaktu – waktu dapat diambil maupun simpanan dana yang sifatnya berjangka. Adapun produk simpanan yang dilayani diantaranya: a. Simpanan Suka Rela Lancar (SIRELA) Adalah simpanan yang dalam penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat selama kantor kas masih buka. Bagi hasil keuntungan dihitung atas dasar saldo rata – rata harian dan diberikan setiap bulan. b. Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) Adalah simpanan suka rela yang hanya boleh diambil dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Jumlah simpanan suka rela berjangka minimal Rp.1000.000,- dan jangka waktu minimal 3 bulan. Apabila telah jatuh tempo dan nasabah belum mengambil maka akan diperpanjang secara otomatis

44

Sedangkan produk pembiayaan yang dilayani adalah: a. Pembiayaan Mudharabah (MDA) Adalah kerjasama usaha antara BMT sebagai pemilik dana ( shahibul maal ) yang menyediakan dana atau modal 100% dengan pihak pengelola modal ( mudharib), untuk melakukan kegiatan usaha dengan porsi keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk modal kerja b. Musyarokah (MSA) Adalah suatu bentuk akad kerjasama antara BMT dengan nasabah dimana masing – masing pihak menyediakan modal untuk suatu usaha. Dimana nisbah bagi hasil dibagi sesuai porsi penyertaan modal atau sesuai dengan kesepakatan c. Murabahah (MBA) Adalah jual beli barang pada harga asal ditambah dengan keuntungan atau marjin yang telah disepakati, dengan syarat penjual harus memberitahu harga pokok pembelian d. Bai’ Bistaman Ajil (BBA) Adalah pembiayaan yang ditujukan untuk pembelian barang secara angsuran

45

e. Qardhul Hasan (QH) Adalah pembiayaan yang bersifat sosial yang diperuntukan bagi nasabah yang tidak mampu, dimana nasabah tidak diberikan kewajiban memberikan keuntungan atas pembiayaan yang diberikan. f. Ijaroh Adalah pembiayaan yang diberikan untuk pembiayaan sewa barang yang diperlukan nasabah dan nasabah akan membayar harga pokok sewa barang tersebut secara mengangsur dengan jumlah keuntungan yang diberikan kepada BMT 2. Data Pembiayaan BMT Al–Mu’aawanah Bringin Pembiayaan yang paling banyak diminati nasabah BMT Al–Mu’aawanah adalah pembiayaan mudharabah karena seluruh modalnya berasal dari BMT, selain itu sebagian besar nasabah BMT Al–Mu’aawanah adalah pedagang. Gambar 4 Data Pembiayaan BMT Al – Mu’aawanah Tahun 2008 Pembiayaan Jumlah Mudharabah

Rp. 1.788.950.000,-

Murabahah

Rp.

298.500.000,-

Musyarakah

Rp.

172.600.000,-

Ijarah

Rp.

157.700.000,-

BBA

Rp.

131.832.000,-

Qardhul Hasan

Rp.

11.072.000,-

Total Pembiayaan

Rp. 2.560.654.000,-

46

46

BAB IV ANALISIS

A. Prosedur Permohonan Pembiayaan Mudharabah Dalam mengajukan permohonan pembiayaan Mudharabah di BMT Al - Mu’aawanah Bringin nasabah harus memenuhi persyaratan - persyaratan berikut ini. 1. Persyaratan Permohonan Pembiayaan Mudharabah a) Fotocopy KTP suami istri yang masih berlaku 2 lembar b) Fotocopy Kartu Keluarga / surat nikah 2 lembar c) Surat pengantar dari kelurahan d) Fotocopy agunan 1) Untuk kendaraan bermotor disertai BPKB dan fotocopy STNK, gesekan rangka dan nomor mesin 2) Sertifikat tanah e) Rekening pembayaran listrik, telepon dan air f) Surat kesanggupan potong gaji dan slip gaji untuk pegawai negeri dan pegawai swasta. 2. Personalia yang terkait Personalia adalah manusia sebagai tenaga kerja atau karyawan yang berkewajiban mewujudkan pekerjaan, baik secara perorangan maupun secara bekerjasama dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan.

46

47

Untuk memperjelas pemahaman tentang prosedur pembiayaan mudharabah. Berikut uraian prosedur beserta personalia yang terkait dalam transaksi pembiayaan adalah: a) Bagian pembiayaan Menjelaskan mengenai pembiayaan, syarat – syarat permohonan pembiayaan dan menyiapakan hal – hal yang berhubungan dengan pembiayaan b) Surveior Bertugas untuk mensurvei secara langsung calon nasabah pembiayaan c) Manajer Memberikan tandatangan pada akad pembiayaan setelah akad pembiayaan direalisasi. d) Kasir Memberikan uang kepada nasabah sesuai dengan nominal yang tertera pada akad pembiayaan

48

Gambar 3. Skema Prosedur Permohonan Pembiayaan Mudharabah

Pengajuan

Bagian Pembiayaan

Surveior

Komite Pembiayaan

Direlisasi

Ditolak

Pembuatan Akad

Kasir

Uang

Kartu Angsuran

Keterangan: 1) Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan ke BMT melalui bagian pembiayaan 2) Setelah berkas masuk kebagian pembiayaan berkas diserahkan kebagian surveior untuk kemudian disurvei Tujuan survei adalah: a) Untuk mengetahui kebenaran identitas nasabah b) Untuk mengetahui kebenaran jaminan yang digunakan nasabah dalam mengajukan pembiayaan

49

3) Setelah survei dilakukan hasil dari survei diserahkan ke komite pembiayaan. Komite pembiayaan terdiri dari manajer, surveior, dan bagian pembiayaan. Tetapi apabila jumlah pembiayaan besar jumlah komite pembiayaan bisa lebih banyak, dan jumlah komite diharapkan ganjil. 4) Setelah ada rapat dari komite pembiayaan maka diputuskan pengajuan pembiayaan tersebut, apabila pembiayaan ditolak maka berkas pengajuan pembiayaan tersebut dikembalikan kepada nasabah, dan apabila pengajuan pembiayaan diterima maka pengajuan pembiayaan akan direlisasi dengan pembuatan akad 5) Setelah pembuatan akad selesai dan telah ditandatangani oleh bagian pembiayaan, nasabah pemohon, dan manajer akad diserahkan kekasir 6) Dari kasir nasabah akan menerima uang dan kartu angsuran. Kartu angsuran harus dibawa saat membayar angsuran, karena kartu angsuran adalah bukti bahwa nasabah telah mengangsur. 3. Prosedur Analisis Pembiayaan Mudharabah Setelah semua syarat – syarat pengajuan pembiayaan terpenuhi maka tahap selanjutnya adalah prosedur analisis.Dalam menilai kelayakan pembiayaan, BMT Al-Mu’aawanah Bringin menggunakan prinsip 5C, yaitu: 1. Character Karakter calon nasabah dapat dilihat dari survei, wawancara langsung dengan nasabah dan kenyataan dilapangan serta hal – hal lain yang bisa

50

dijadikan sumber dalam menilai karakter nasabah, misalnya dari tetengga, teman, ketua RT dan sumber lain yang dapat dipercaya 2. Capacity Untuk mengetahui kemampuan usaha dan kemampuan mengembalikan pembiayaan dilihat formulir permohonan pembiayaan, wawancara dan kegiatan dilapangan. Dimana pihak BMT dapat mengamati secara langsung usaha nasabah. BMT juga harus mengetahui jumlah tanggungan keluarga dan pinjaman nasabah dengan pihak lain 3. Capital Diketahui dari formulir permohonan yaitu dengan melihat jumlah kekayaan / modal yang dimiliki nasabah serta berapa kemampuan untuk memberikan keuntungan yang diperoleh 4. Condition Untuk mengetahui prospek usaha yang dijalankan nasabah 5. Collateral Jaminan bukan merupakam faktor dalam penilaian nasabah, namun untuk menjaga kesanggupan

nasabah

dalam menjalankan

usaha,

BMT

melakukan penilaian terhadap faktor ini. Jaminan juga dapat menentukan besar kecilnya pembiayaan. 4. Prosedur Realisasi Pembiayaan Mudharabah Setelah permohonan pembiayaan diseteujui maka tahap selanjutnya adalah realisasi pembayaran. Prosedur realisasi pembiayaan adalah sebagai berikut:

51

1. Pembuatan akad pembiayaan dan kartu angsuran oleh bagian pembiayaan 2. Akad pembiayaan ditandatangani oleh manajer, bagian pembiayaan dan pemohon suami istri serta penyerahan jaminan oleh nasabah kepada BMT 3. Akad pembiayaan yang telah ditandatangani dan kartu agsuran diserahkan kebagian kasir 4. Setelah menerima akad pembiayaan dan kartu angsuran bagian kasir mengeluarkan slip realisasi dan kwitansi dengan nominal sesuai dengan yang tertera pada akad pembiayaan 5. Bagian kasir menyerahkan sejumlah uang kepada nasabah sesuai dengan yang tertera pada slip realisasi dan kwitansi beserta slip angsuran 5. Prosedur Pengembalian Pembiayaan Prosedur pengembalian pembiayaan dilakukan pada waktu jatuh tempo. Pembayaran dapat dilakukan dengan cara datang langsung ke BMT atau ditarik oleh petugas BMT. Pada saat pembayaran angsuran nasabah harus membawa kartu angsuran, karena kartu angsuran digunakan sebagai bukti bahwa nasabah telah mengangsur. Angsuran dapat dilakukan dengan cara harian, mingguan dan bulanan sesuai kesepakatan pada saat pembuatan akad. Contoh kartu angsuran dapat dilihat pada halaman lampiran.

52

B. Teknik Perhitungan Bagi Hasil Bagi hasil nasabah pembiayaan dan BMT tidak dapat diprosentasekan atau dikuantitatifkan secara pati karena tergantung pada berbagai macam faktor antara lain : 1. Lamanya atau jangka waktu pembiayaan 2. Jumlah pembiayaan yang diberikan 3. Jenis pembiayaan yang diberikan 4. Keadaan ekonomi yang sedang berlangsung 5. Tawar – menawar pada waktu akad antara nasabah pembiayaan dan pihak BMT dalam hal ini diwakili bagian pembiayaan 6. Rate harga jual yang diplafonkan oleh pihak BMT BMT berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan prinsip – prinsip syariah dengan mengedepankan prinsip transparansi dan saling ridho kedua belah pihak. Walaupun begitu terkadang masyarakat atau nasabah tidak mau ambil pusing untuk urusan semacam ini yang mungkin menjadi anggapan bahwa BMT sama dengan bank – bank konvensional. Contoh perhitungan bagi hasil : Nasabah mengajukan pembiayaan Rp. 5.000.000,Jangka waktu 2 tahun Angsuran yang harus dibayar nasabah adalah : Angsuran pokok : 5.000.000 = 208.400 24

53

Bagi hasil ( rate jual BMT ditambah bagi hasil setelah akad ) misal = 1,7% Rp. 5.000.000,- x1.7 % = 85.000 Cadangan resiko misalnya :0.3 % Maka angsuran yang harus dibayar : 208.400 + 85.000 + 15.000 = 308.400 Bagi hasil pembiayaan mudharabah yang diberikan nasabah ke BMT setiap bulan besarnya sama karena

dalam prakteknya BMT belum bisa

sepenuhnya menerapkan prinsip – prinsip syariah, selain itu juga jumlah nasabah yang begitu banyak, tidak memungkinkan untuk mengawasi nasabah satu – persatu secara optimal. C. Kelebihan dan Kekurangan Pembiayaan Mudharabah 1. Kelebihan Pembiayaan Mudharabah a. Seluruh modal atau dana berasal dari BMT b. Kegiatan usaha yang dijalankan sesuai kemampuan nasabah, karena BMT tidak memberikan batasan kepada nasabah usaha apa yang harus dijalankan, selama usaha tersebut untuk kegiatan usaha yang halal c. Nasabah yang aktif dalam mengangsur pembiayaan setelah lunas apabila ingin mengajukan pembiayaan dengan akad yang sama tidak perlu mengajukan syarat – syarat baru

54

2. Kekurangan Pembiayaan Mudharabah a. Besarnya bagi hasil yang diberikan nasabah ke BMT setiap bulan selalu sama, karena BMT belum bisa sepenuhnya menerapkan prinsip syariah b. Kurangnya pembinaan terhadap nasabah dalam menjalankan usaha, karena masih kurangnya tenaga kerja yang profesional

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al–Mu’aawanah Bringin merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang berbadan hukum koperasi No. 084/BH/KDK II.I/IV/1999 yang bergerak pada usaha koperasi simpan pinjam. Keberadaan BMT Al -Mu’aawanah Bringin sangat membantu perekonomian masyarakat Bringin yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang tradisional. Adapun kegiatan usaha BMT Al–Mu’aawanah Bringin masih berkonsentrasi pada bidang simpan pinjam yang berdasar pada prinsip syariah. BMT Al–Mu’aawanah sebagai unit usaha simpan pinjam melayani berbagai macam jenis simpanan uang baik dalam bentuk simpanan harian (SIRELA) yang penyetoran serta penarikannya dapat dilakukan sewaktu – waktu maupun simpanan berjangka (SISUKA). Selain melayani simpanan anggota maupun calon anggota, BMT Al–Mu’aawanah juga melayani berbagai macam pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu mudharabah dan muyarakah, dengan prinsip jual beli yaitu murabahah dan bai’ bistaman ajil serta dengan prinsip jasa yaitu qard. Dari analisis yang dilakukan pada BMT

Al–Mu’aawanah Bringin

tentang prosedur pengajuan pembiayaan dapat diambil kesimpulan antara lain:

55

56

1. Persyaratan yang harus dipenuhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan adalah fotocopy identitas diri ( KTP, SIM, KK, dan Surat Nikah), surat pengantar dari kelurahan, fotocopy agunan BPKB dan STNK yang masih berlaku serta sertifikat tanah, rekening pembayaran listrik, telepon dan air, surat kesanggupan potong gaji dan slip gaji untuk pegawai negeri dan pegawai swasta serta mengisi formulir permohonan pembiayaan 2. Dalam proses analisis pembiayaan BMT Al–Mu’aawanah Bringin melakukan analisis dengan prinsip 5C yaitu Character, Capital, Capacity, Condition dan Collateral 3. Pada tahap realisasi pembiayaan, BMT Al–Mu’aawanah Bringin telah memutuskan menerima pembiayaan yang diajukan oleh nasabah. Prosedur realisasi pembiayaan tersebut mempunyai urutan yaitu pembuatan akad dan kartu angsuran, penandatanganan akad pembiayaan dan panyerahan agunan ke BMT, penyerahan akad pembiayaan dan kartu angsuran kebagian kasir, kasir menyerahkan sejumlah uang dan kartu angsuran kepada nasabah 4. Pengembalian pembiayaan dibayar secara mengangsur pada tiap harian, migguan dan bulanan menurut kesepakatan bersama dan pembayarannya dengan disetorkan langsung ke BMT atau ditarik oleh petugas BMT 5. Besarnya bagi hasil pembiayaan mudharabah yang diberikan nasabah ke BMT setiap bulan selalu sama, karena dalam prakteknya BMT belum bisa sepenuhnya menerapkan prinsip syariah dan jumlah nasabah yang begitu

57

banyak tidak memungkinkan untuk mengawasi nasabah satu persatu secara optimal

B. Implikasi 1. Dalam memberikan pembiayaan BMT Al–Mu’aawanah Bringin harus lebih selektif agar tidak terjadi pembiayaan macet. Mempertahankan nasabah yang menguntungkan dengan cara menciptakan ikatan moril. Tetapi menghindari nasabah yang tidak menguntungkan yaitu nasabah yang tergolong sebagai penunggak kredit (kredit macet). 2. Lakukan pembagian kerja yang jelas untuk setiap bagian sehingga tugas masing – masing bagian dapat terselesaikan dengan optimal dan berikan suatu penghargaan untuk karyawan yang berprestasi agar mereka lebih loyal pada lembaga

DAFTAR PUSTAKA

Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakata, 2000 Kasmir, Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2000 Nabhan Faqih, Pengantar Akuntansi Bank Syariah, Salatiga 2007 Muhammad,Teknik dan Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, UII Pres, Yogyakarta, 2001 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, UII Pres, Yogyakarta,2000 Ridwan Muhammad, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, Pustaka SM, 2007 Ridwan Muhammad, Baitul Maal Wat-Tamwil ( BMT ),Pustaka SM, 2005 Ridwan Muhammad, Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Maal wat-Tamwil (BMT), Citra Media, Yogyakarta, 2006 Sudarsono Hari, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonisia, 2003 Widjajanto Loehor, Metodologi Riset, STIE “ AMA”, Salatiga, 2002

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama

: Yuli Astuti

2. Tempat dan Tanggal Lahir

: Salatiga 31 Juli 1988

3. Jenis Kelamin

: Perempuan

4. Warga Negara

: Indonesia

5. Agama

: Islam

6. Alamat

: Dsn. Sawit Rt 002/005 Ds. Bancak Kec. Bancak

7. Riwayat Pendidikan

: TK Siwi Pertiwi Bancak 1994 •

SDN 1 Bancak Lulus Tahun 2000

•

SMP N 1 Bringin Lulus Tahun 2003

•

SMK Diponegoro Salatiga Lulus Tahun 2006

•

STAIN Salatiga 2009

PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT AL-MU AAWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

Recommend Documents