FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RENDAHNYA PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT-UMJ
Oleh:
ABDURRAHMAN (104046101602)
KONSE NTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A 1432 H/2011 M
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARI]HI Rf,I\TDAHI{YA PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT I]MJ
SKRIPSI Diajukan Kepada Falultas Syariah dan Hularm Untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ABDI]RRAHMAN
Nllvl
104046101602
Di Bawah Bimbingan
Drs. H. Zainul NIP. 19560712t
Y
Dr. H. Ahmad Tholabie Kharlie, S.Ag NrP. 197608072003 121001
KONSENTR'ASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STIIDI MUAMAT-{T (EKONOI\fi ISLAM)
FAIfl'L'TAS SYARIAH I}AN HT]IflTM UIN SYARIFHIDAYATULLAE
JAKARTA M32Hn011M
MA
PBNGESAHAN
PANIIIA UJIAN
Skripsi berjudul FAI{TOR-FAI(TOR YANG MEMENGAR{JIII RENDAI.II\r'YA PBMBIAYAAN MUDIIARABAE PADA BMT UMJ. Telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 09 Juni 2011. Skripsi
ini telah diterima
sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 09 Juni 201 I Mengesahkan, Dekan Faku
'1 Amin Suma, SH, MA, MM 19550505 1982031012
PAI\ITIA UJIAN M{'NAQASAII : Dr. Euis Amaliq M.Ag NIP. 19710701 1998032002
1. Ketua
lr{tr' min Rauf,. S..Ag;, MA NIP. 197m416199703 1004
2. Sekretaris
3, Pembimbing
I
Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd NIP. 19560?12198103 1003
4. Pembimbing
II
Dr. H. Ahmad Tholabie Kharlie, S.Ag, MA. NIP. 197608072003121001
5. Penguji
I
Dr. H. AnwarAbbasM.Ag. NIP. 19550215 198303 1002
6. Penguji
II
Dr. tt A Juaini Syu*riolcs.r MA. NrP. 19550706199203 100 1
1l/_ (..............
ABSTRAK Abdurrahman, 2011, Judul Skripsi: Faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pembiayaan mudharabah pada BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Pembimbing: Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd., dan Dr. H. Ahmad Tholabie Kharlie, S.Ag, MA. Selama ini mayoritas pembiayaan didominasi oleh pembiayaan murabahah. Walaupun pembiayaan murabahah secara syariah halal, namun pembiayaan mudharabah tidak lebih merupakan produk sekunder. Sedangkan produk primer dari lembaga keuangan syariah adalah Mudharabah dan Musyarakah, akan tetapi produk ini belum menjadi produk inti di lembaga keuangan syariah. Padahal pembiayaan bagi hasil inilah yang membedakannya dengan sistem bunga bank konvensional. Pembiayaan bagi hasil dapat memberikan dampak tumbuhnya investasi dan pembukaan lapangan kerja baru yang dapat menggerakkan sektor riil, serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor penyebab rendahnya pembiayaan bagi hasil (Mudharabah) di BMT UMJ, serta menguraikan solusi pemecahan masalah tersebut untuk meningkatkan atau memaksimalkan produk pembiayaan mudharabah sebagai penggerak roda perekonomian negara. Dengan adanya penulisan ini diharapkan ada tindak lanjut dari pihak-pihak yang terkait untuk berperan penting demi kemajuan perkembangan Lembaga Keuangan Syariah dalam upaya mensejahterakan kehidupan umat islam khususnya. Kata Kunci : Pembiayaan Mudharabah
v
KATA PENGANTAR بسم هللا الرحمن الرحيم Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah Yang Maha Kuasa. Berkat kehendak dan kuasa-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam sepatutnya tiada henti kita panjatkan kepada uswah kita, Nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam setiap aktivitas kehidupan. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan dan cobaan yang harus penulis hadapi dengan ikhtiar dan tawakal. Alhamdulillah atas berkat do’a orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu silih berganti memberi motivasi dan inspirasi. Karena itupula, dari lubuk hati yang dalam penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Diantaranya adalah: 1.
Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ketua Prodi Muamalat, Dr. Euis Amalia, M. Ag., dan Sekretaris Prodi Muamalat, Bapak Mu’min Rauf, S.Ag, MA.
3.
Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Pembimbing I Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Pembimbing II Bapak Dr. H. Ahmad Tholabie Kharlie, S.Ag, M.A., yang telah menyediakan waktu luang untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
vi
5.
Dosen Penguji I Bapak Dr. H. Anwar Abbas M.Ag.,MM, dan penguji II Bapak Dr. H. A. Juaini Syukri, Lcs.,MA. yang telah memberikan masukan kepada penulis.
6.
Kedua orang tua, Ayahanda Abu Bakar Usman serta Ibunda Siti Djuariah, dan adik-adikku yang selalu memberi motivasi kepada penulis dalam setiap aktivitas lewat dukungan moril maupun materi.
7.
Segenap pihak BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), khususnya Mukhtiar, SE.I dan Ibu Romai Kurniawati, SE.I, serta teman-teman kerja di lingkungan BMT UMJ yang telah bersedia meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8.
Rekan-rekan seperjuangan di BMT Cita Sejahtera, Bapak Aries Koentjoro, Hilman, Firza, Ani, dan teman-teman jurusan Perbankan Syariah Angkatan 2004, Fatah, Udin, Hidayat, Saiful, Irfan.
9.
Serta Rifa’atul Mahmudah yang selalu setia menemani dan memberikan dorongan yang sangat berarti bagi penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sekali lagi yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan masukan-masukannya kepada penulis. Lebih dari ucapan terima kasih, kepada Yang Maha Bijaksana, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan sinar terang serta kekuatan kepada para pemikir dan aktivis yang senantiasa berjuang merubah dunia ke arah yang lebih baik dan semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Jakarta, 09 Juni 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ......................
iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv ABSTRAK ............................................................................................................. v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR DIAGRAM .......................................................................................... xi BAB I :
PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7 E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7 F. Kerangka Teori .............................................................................. 8 G. Metode Penelitian .......................................................................... 13 H. Teknik Penulisan ........................................................................... 15 I.
Sistematika Penulisan .................................................................... 15
viii
BAB II :
TINJAUAN UMUM TENTANG BMT DAN MUDHARABAH .... 17 A. Baitul Maal Wat Tamwiil .............................................................. 17 1. Pengertian BMT ....................................................................... 17 2. Fungsi dan Tujuan BMT .......................................................... 19 3. Badan Hukum BMT ................................................................. 21 B. Pembiayaan Mudharabah ............................................................. 22 1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah ..................................... 22 2. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan Mudharabah .......................
25
3. Keunggulan dan Kelemahan Mudharabah ............................. 25 C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah .................................................................................. 27
BAB III : PROFIL BMT-UMJ .......................................................................... 35 A. Sejarah Berdirinya BMT-UMJ ...................................................... 35 B. Visi & Misi BMT UMJ ................................................................. 37 C. Struktur Organisasi BMT UMJ ..................................................... 38 D. Produk Penghimpunan dan Penyaluran Dana pada BMT UMJ ..
40
1. Penghimpunan Dana (Funding) ............................................... 40 2. Penyaluran Dana (Lending) ..................................................... 42
ix
BAB IV : ANALISIS TERHADAP RENDAHNYA PEMBIAYAAN MUDHARABAH ................................................................................. 49 A. Gambaran Tentang Pembiayaan Mudharabah pada BMT UMJ ..................................................................................... 49 B. Analisis Terhadap Faktor-faktor yang Memengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ ................................
57
C. Strategi BMT UMJ Dalam Meningkatkan Pembiayaan Mudharabah .................................................................................. 61
BAB V :
PENUTUP ............................................................................................ 70 A. Kesimpulan .................................................................................... 70 B. Saran–Saran ................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 74 LAMPIRAN ........................................................................................................... 77
x
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1.1
Tingkat imbalan/Bagi Hasil/Fee/Bonus ...............................
5
2. Tabel 1.2
Tinjauan Pustaka .................................................................
8
3. Tabel 3.1
Jumlah (Nominal) Mitra Simpanan BMT UMJ ...................
44
4. Tabel 3.2
Jumlah (Orang) Mitra Simpanan BMT UMJ ......................
45
5. Tabel 4.1
Total Dana yang Disalurkan BMT UMJ Tahun 2010 .........
54
6. Tabel 4.2
Penyaluran Pembiayaan Mudharabah pada BMT UMJ Per 2010 ...............................................................................
55
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.1
Struktur Organisasi BMT (teoritis) ......................................
12
2. Gambar 3.1
Struktur Organisasi KSU BMT-UMJ ................................... 42
3. Gambar 3.2
Skema Pembiayaan Mudharabah .........................................
46
4. Gambar 3.3
Skema Pembiayaan Murabahah ...........................................
47
DAFTAR DIAGRAM 1. Diagram 1.1
Pangsa Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah ...............
4
2. Diagram 3.1
Jumlah (Nominal) Mitra Simpanan BMT UMJ ...................
44
3. Diagram 3.2
Jumlah (Orang) Mitra Simpanan BMT UMJ .......................
45
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai sistem hidup (way of life) dan merupakan agama yang universal sebab memuat segala aspek kehidupan baik yang terkait dengan aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya. Seiring dengan maju pesatnya kajian tentang ekonomi islam dengan menggunakan pendekatan filsafat dan sebagainya mendorong kepada terbentuknya suatu ilmu ekonomi berbasis keislaman yang terfokus untuk mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank pada prinsipnya sebagai lembaga intermediasi, menghimpun dana dari masyarakat yang mengalami surplus dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Lembaga keuangan merupakan salah satu aspek yang di atur dalam syariah islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama manusia. Pengaturan lembaga perbankan dalam syariah islam dilandaskan pada kaidah dalam ushul fikih yang menyatakan bahwa “maa laa yatimm al-wajib illa bihifa huwa wajib”, yakni sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah
(yakni melakukan kegiatan
ekonomi) adalah wajib diadakan. Oleh karena pada zaman modern ini kegiatan 1
2
perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun menjadi wajib untuk diadakan.1 Namun krisis ekonomi yang terjadi pada saat ini telah menyebabkan kesulitan pada industri perbankan di Indonesia. Krisis yang terjadi menjadikan sebagian besar bank-bank konvensional kurang berhasil dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi yang seharusnya merupakan fungsi dari Bank sehingga berpengaruh terhadap kegiatan sektor riil yang sangat mengharapkan bantuan jasa-jasa dari lembaga intermediasi tersebut.2 Sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga intermediary, dana yang dikumpulkan dari masyarakat harus disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Kepercayaan dalam penyaluran dana ke tempat yang halal merupakan amanat yang harus dijaga oleh suatu lembaga keuangan syariah. Karena yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dengan non Syariah salah satu diantaranya adalah penyaluran dana ke tempat yang halal.3 Selain bank Syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga keuangan mikro swasta sejenis yang berprinsip syariah. Salah satu diantaranya adalah Baitul maal Wat Tamwiil (BMT). 1 Adiwarman, A. Karim. Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal 14-15. 2 Baihaqi Abd. Majid dan Saifuddin A. Rasyid, (ed), Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Perjalanan Gagasan dan Gerakakan BMT di Indonesia, (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 253. 3 Mauludi, Ali. Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006) hal. 262-263.
3
Kehadiran Baitul Maal wa Tamwiil yang disingkat BMT, dalam pedoman bahasa Indonesianya adalah Balai Usaha Mandiri Terpadu, merupakan lembaga keuangan informal yang tumbuh dan ada sejak zaman Rasulullah. BMT didefinisikan sebagai “lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah”.4 BMT adalah salah satu unit usaha dari sebuah koperasi. Dimana BMT merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi kecil ke bawah. BMT terdiri dari 2 kegiatan, yaitu, Baitul Maal dan Baitut Tamwiil. Kegiatan Baitut Tamwiil mengutamakan perkembangan kegiatan-kegiatan investasi dan produktif dengan sasaran usaha ekonomi yang dalam pelaksanaannya saling mendukung untuk pembangunan usaha-usaha kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Baitul Maal mengutamakan kegiatan kesejahteraan, bersifat nirlaba, diharapkan mampu menghimpun dana zakat, infaq, shadaqah yang pada gilirannya berfungsi mendukung kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi dalam kegiatan ekonomi pengusaha kecil.5 BMT merupakan lembaga keuangan swasta yang modal sepenuhnya bersumber dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Untuk itulah peran bank-bank Islam seperti BMT maupun koperasi yang berdasar syariat Islam mengembangkan pemikiran untuk memberikan pembiayaan, karena BMT (Baitul
4 M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, (Jakarta: LSAF, 1999), h. 430 5 Madjid dan Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000) hal.182
4
Maal Wa tamwiil) sebagai salah satu lembaga keuangan Islam dalam operasionalnya juga tidak menggunakan sistem bunga seperti yang dilakukan bank konvensional, BMT menerapkan sistem bagi hasil bagi para nasabahnya. Sejauh ini mayoritas penyaluran pembiayaan baik di bank syariah maupun di lembaga keuangan mikro syariah (BMT) didominasi pembiayaan Murabahah. Total pembiayaan mudharabah dengan prinsip bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan Murabahah yang menggunakan prinsip jual beli. Diagram 1.1 Pangsa Pembiayaan (%) 30 25 20 15
Murabahah
10
Mudharabah
5 0 Jan-05
Jan-06
Jan-07
Jan-08
Jan-09
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2010
Hal tersebut merupakan fenomena yang menarik karena diharapkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil lebih mendominasi. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan dapat lebih menggerakkan sektor riil karena menutup kemungkinan disalurkannya dana pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Bila ditinjau dari konsep bagi hasil, maka harus ada return yang dibagi, hal tersebut hanya bisa terjadi bila uang digunakan untuk
5
usaha produktif. Bank Indonesia sebagai regulator telah menyarankan agar perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah mengurangi pembiayaan yang menggunakan skema Murabahah (jual beli) dan memperbanyak pembiayaan yang menggunakan prinsip mudharabah (bagi hasil). Hal ini untuk mengembalikan karakteristik utama lembaga keuangan syariah yaitu pembiayaan yang berprinsip bagi hasil. Bagi lembaga keuangan syariah, margin keuntungan Murabahah sendiri relative kecil, rata-rata hanya 14% - 15%, sedangkan mudharabah rata-rata diatas angka tersebut. Tabel 1.1 Tingkat imbalan/Bagi Hasil/Fee/Bonus AKAD
2005
2006
2007
2008
2009
Mudharabah
12.67%
13.73%
16.93%
19.39%
19.11%
Musyarakah
8.46%
10.52%
11.23%
11.37%
11.72%
Murabahah
13.05%
12.09%
14.66%
14.92%
16.07%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2010
Berdasarkan studi awal pada BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), hanya 10-15 kali merealisasi pembiayaan mudharabah. Sedangkan realisasi yang menggunakan skema pembiayaan murabahah di BMT UMJ sebanyak ratusan kali.
6
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa Produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil seolah-olah tidak berdaya untuk menjadi pendamping operasional lembaga keuangan syariah. Sehingga pembiayaan dengan sistem jual beli menjadi pengganti sebagai produk inti dari beroperasinya lembaga keuangan syariah. Berdasarkan latar belakang ini, sangat menarik untuk membahas permasalahan pembiayaan mudharabah di BMT dengan judul “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ.”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah yang dikaji, yaitu mengenai minimnya pembiayaan mudharabah pada BMT UMJ. Adapun yang menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain: 1. Apa
saja
faktor-faktor
yang
memengaruhi
rendahnya
pembiayaan
mudharabah secara teoritis? 2. Bagaimana gambaran tentang Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ? 3. Bagaimana mudharabah?
strategi
BMT
UMJ
dalam
meningkatkan
pembiayaan
7
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisa faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pembiayaan mudharabah. 2. Untuk menganalisa rendahnya penyaluran pembiayaan mudharabah pada BMT UMJ. 3. Untuk menganalisa strategi BMT UMJ dalam meningkatkan pembiayaan mudharabah.
D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi pelajar, mahasiswa serta kalangan akademik lainnya. 2. Kegunaan praktis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para praktisi lembaga keuangan syariah, dalam usahanya meningkatkan kualitas kinerjanya dalam mensosialisasikan BMT kepada masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu) Agar tidak terjadi pengulangan penelitian terhadap objek yang sama, maka ada baiknya penulis melakukan tunjauan pustaka. Adapun tinjauan pustaka yang telah di kaji adalah sebagai berikut:
8
Tabel 1.2 Tinjauan Pustaka No 1
2
Identitas
Substansi
Perbedaan
Septiana ambarwati,
Dalam tesis ini membahas
Sedangkan dalam
Pasca Sarjana UI,
tentang faktor-faktor yang
penelitian ini membahas
2008.
memengaruhi pembiayaan
tentang faktor-faktor yang
“Faktor-faktor yang
Murabahah dan
memengaruhi rendahnya
memengaruhi
mudharabah.
pembiayaan mudharabah.
pembiayaan
penelitian menggunakan
Yang menjadi objek
Murabahah dan
suku bunga SWBI, NPF,
penelitian adalah
mudharabah pada
Bunga Kredit, Tingkat Bagi
Lembaga Keuangan
bank umum syariah.”
Hasil dan Murabahah
Mikro Syariah (BMT).
sebagai Variabelnya. Dan
Dan metode yang
yang menjadi objek
digunakan bukan metode
penelitian adalah Bank
kuantitatif, melainkan
Umum Syariah.
metode kualitatif.
Irma Suryani, 2005.
Dalam skripsinya
Sedangkan dalam
“Konsep dan Aplikasi
membahas tentang
penelitian ini membahas
Mudharabah (studi
bagaimana konsep
tentang faktor-faktor yang
kasus di BMT Fajar
pembiayaan mudharabah
memengaruhi rendahnya
Shiddiq)”
dan aplikasi pembiayaan
pembiayaan mudharabah.
mudharabah di bmt fajar shiddiq.
9
3
Zulpadli, 2005.
Dalam skripsinya
Sedangkan dalam
“Aplikasi pembiayaan
membahas tentang
penelitian ini membahas
mudharabah pada
bagaimana aplikasi
tentang faktor-faktor yang
BMT al-mansur I
pembiayaan mudharabah di
memengaruhi rendahnya
(Didesa cikahuripan
BMT Al-Mansur I
pembiayaan mudharabah.
Kec.kadudampit Kab.sukabumi jawa barat)”
F. Kerangka Teori Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya, kontrak/ akad dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu: Natural Certainty Contracts dan Natural Uncertainty Contracts. Natural Certainty Contracts adalah kontrak/ akad dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktu. Yang termasuk dalam kategori ini adalah Murabahah, Ijarah, Salam & Istisna. Sedangkan Natural Uncertainty Contracts adalah kontrak/akad dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun waktunya. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah Mudharabah & Musyarakah.6
6 Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisa Fiqih dan Keuangan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004) Edisi Kedua, h. 43-4
10
1. Pengertian Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dan keuntungan dalam kontrak.7 Istilah mudharabah oleh ulama fikih menyebutkan dengan Qiradh. Secara terminologi, para Ulama Fikih mendefinisikan Mudharabah atau Qiradh dengan: “Pemilik modal (investor) menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan” 8. Didalam mudharabah hubungan kontrak bukan antara pemberi modal, melainkan antara penyedia dana (shahibul maal) dengan pengusaha (enterpreneur / mudharib). Mudharib menyumbangkan tenaga dan waktunya dan mengelola kongsi mereka sesuai dengan syarat-syarat kontrak. Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa keuntungan, jika ada, akan dibagi antara investor dan mudharib berdasarkan proporsi yang telah disepakati sebelumnya. jika ada kerugian, akan ditanggung sendiri oleh Pemilik Modal. kecuali kerugian akibat kelalaian dan penyimpangan oleh nasabah. Walaupun mudharabah dikatakan sebagai sesuatu yang ideal, dan mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan sistem lainnya, namun 7 Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 40 8Nasrun Haroen, Fikih Mu’amalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama), hal. 175-176.
11
ternyata mudharabah dalam kenyataannya belum menjadi skema pembiayaan yang utama pada lembaga keuangan syariah. Beberapa permasalahan yang dihadapi sehingga mudharabah menjadi kurang berkembang, diidentifikasikan antara lain sebagai berikut : a. informasi yang tidak transparant yang disampaikan oleh mudharib kepada shahibul maal, sehingga informasi menjadi tidak berimbang (Asymmertik Information). Yang menyebabkan pihak lain tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terhadap suatu usaha, sehingga pilihan yang ditetapkan hanya menguntungkan satu pihak saja dan merugikan pihak yang lain. b. Karena faktor risiko bagi pihak lembaga keuangannya yang tinggi dan karena alasan kehati-hatian (Prudential). c. Sebab lainnya adalah kinerja dari lembaga keuangan syariah sendiri. Ini menyangkut preferensi dari pihak shahibul maal. 2. Pengertian BMT Baitul Maal Wat Tamwiil (BMT) adalah kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan. BMT terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwiil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha – usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non – profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan Baitul
12
Tamwiil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha – usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. 3. Organisasi BMT Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang mendekripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di dalam BMT tersebut. Struktur organisasi BMT meliputi: a. Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok memegang kekuasaan tertinggi di dalam memutuskan kebijakan – kebijakan makro BMT. b. Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT. c. Pembinaan Manajemen, bertugas untuk membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya. d. Manajer betugas untuk menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisasikan programnya. e. Pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk – produk BMT. f. Kasir bertugas melayani nasabah. g. Pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas aset dan omzet BMT.
13
Gambar 1.1 Struktur organisasi BMT Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok Dewan Syari’ah
Pembina Manajemen
Manajer
Maal
Tamwiil
Pemasaran
Kasir
Pembukuan
Anggota Atau Mitra
Ket: ………… Garis Koordinatif _______ Garis Komando
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Field Research, yakni penelitian lapangan yang dilakukan melalui survey langsung ke BMT UMJ, yang bertujuan untuk memperoleh data yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dengan cara Interview atau wawancara kepada manajer umum atau manajer pembiayaan.
14
b. Library Research, yakni Kajian kepustakaan dilakukan untuk mencapai pemahaman yang komprehensif tentang konsep-konsep yang akan dikaji atau melakukan penelitian dengan cara mencari literatur-literatur yang berupa bahan-bahan pustaka dan dokumen-dokumen serta artikel yang berkaitan dengan BMT dan pembiayaan mudharabah. 2. Sumber Data a. Primer, data pokok yang didapat dari responden melalui wawancara dengan direktur umum dan manajer pemasaran (marketing) di BMT UMJ. b. Sekunder, yang didapat dari buku-buku, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah. 3. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta. Adapun penelitian ini berlokasi di Jln. K.H. Ahmad Dahlan CiputatCirendeu. 4. Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah dan menganalisa secara kualitatif dan menafsirkannya secara kualitatif pula. Sebagaimana dikutif oleh Moleong, Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
15
dapat diamati”.9 Dalam penelitian ini, hanya akan menganalisa pada hal-hal yang berhubungan dengan pembiayaan mudharabah. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, sebuah analisis yang didasarkan pada pernyataan keadaan dan ukuran kualitas (bersifat non statistik), yaitu cara melaporkan data dengan menjabarkan,
menerangkan,
memberikan
gambaran
dan
mengklasifikasikannya serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya.10 Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah analisis data. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.
H. Teknik Penulisan Metode penulisan yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007.
9 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), cet ke -10, h. 3 10Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1980) h. 136.
16
I. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran secara global mengenai apa yang akan dibahas, skripsi ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I, merupakan bab pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan & perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan. BAB II, berisi landasan teori. Bab ini membahas seputar BMT dan Mudharabah. Mencakup tentang pembahasan tentang BMT, pengertian Mudharabah,
Macam-macam
Mudharabah,
serta
permasalahan
dalam
Pembiayaan Mudharabah. BAB III, gambaran umum (Profil) BMT UMJ. Bab ini membahas Sejarah Berdirinya BMT UMJ. Visi dan Misi BMT UMJ, Produk-produk BMT UMJ dan Struktur Organisasi BMT UMJ. BAB IV, membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya penyaluran pembiayaan mudharabah, mengapa BMT UMJ hanya sedikit menyalurkan Pembiayaan mudharabah, dan bagaimana strategi BMT UMJ dalam meningkatkan pembiayaan mudharabah. BAB V, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan serta saran-saran.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BMT DAN MUDHARABAH
A. Baitul Maal Wat Tamwiil 1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwiil Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasional BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan lembaga keuangan mikro syariah, seperti BPRS dan BMT yang bertujuan untuk menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi: Pertama, Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta)11 lebih mengarah kepada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana non-profit, seperti Zakat, Infaq, dan Shadaqoh serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanah.12 Pembentukan Baitul Maal adalah karena mempunyai peranan yang cukup besar terutama dalam membantu rakyat, khususnya bagi mereka yang berada dalam garis kemiskinan agar tercapai kesejahteraan dan pemerataan
11 M. Amin Aziz, Buku saku tata cara pembentukan BMT, (Jakarta, Pusat kajian Ekonomi Syariah, 2006) hal. 1 12 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia FE UII, 2005), cet 3, hal 96
17
18
hak, dan juga menegakkan sistem yang berkenaan dengan pelaksanaan kewajiban kaum muslim. Kedua, Baitul Tamwiil (Bait = Rumah, at Tamwiil = pengembangan harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.13 Definisi lain dari Baitul Tamwiil
adalah lembaga keuangan yang
kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan bersifat profit motive, penghimpunan dana Baitul Tamwiil diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi, yang dijalankan berdasarkan prinsip syari'ah.14 Dengan demikian, jika dilihat secara sepintas Baitul maal Wat Tamwiil (BMT) merupakan Lembaga Keuangan yang mirip dengan bank, dimana ia dapat mengumpulkan dana dari masyarakat dengan produk simpanan tabungannya, lalu menyalurkan dana tersebut melalui pembiayaanpembiayaannya. Namun karena landasan filosofi dan ruang lingkup kerjanya berbeda jauh dari bank, maka BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang memiliki karakteristik tersendiri, BMT menggabungkan dua
13 M. Amin Aziz, Buku saku tata cara pembentukan BMT, Loc.Cit 14 Hertanto Widodo, et, al. Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wa Tamwiil (BMT), (Bandung: Mizan 1999) hal. 82
19
kegiatan yang berbeda sifatnya, yakni laba dan nirlaba dalam satu lembaga. Namun secara operasional BMT tetap merupakan entitas (badan) yang terpisah. Ada tiga jenis aktifitas yang dijalankan BMT, yaitu jasa keuangan, sosial atau pengelola zakat, infak, dan shadaqoh (ZIS) dan sektor riil.15 2. Fungsi dan Tujuan BMT Untuk mewujudkan masyarakat adil dan efisien, maka setiap tipe dan lapisan masyarakat harus terwadahi, namun perbankan belum bisa menyentuh semua lapisan masyarakat, sehingga masih terdapat kelompok masyarakat yang tidak terfasilitasi. Adapun fungsi dari didirikannya Baitul Maal Wat Tamwiil (BMT) adalah sebagai berikut: a. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana). b. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan. c. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan kepada para pegawainya.
15 Ibid, hal. 82
20
d. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut. Sedangkan yang menjadi tujuan utama pendirian lembaga keuangan berdasarkan syariah ini adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari aspek kehidupan ekonominya berdasarkan Al-Quran dan AsSunnah.16 Adapun tujuan lain dari didirikannya BMT adalah sebagai berikut: a. Masyarakat yang secara legal dan administrative tidak memenuhi kriteria perbankan.
Prinsip
kehati-hatian
yang
diterapkan
oleh
bank
menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu terlayani. Mereka yang bermodal kecil dan penghindar resiko tersebut, jumlahnya cukup signifikan dalam Negara-negara muslim seperti Indonesia, yang sebenarnya secara agregat memegang dana yang cukup besar. b. Masyarakat yang bermodal kecil namun memiliki keberanian dalam mengambil resiko usaha. Biasanya kelompok masyarakat ini akan memilih reksa dana atau mutual fund sebagai jalan investasinya. c. Masyarakat yang memiliki modal besar dan keberanian dalam mengambil resiko usaha. Biasanya kelompok ini akan memilih pasar modal atau investasi langsung sebagai media investasinya. Visi lembaga keuangan syariah pada umumnya ialah menjadi wadah terpercaya bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan sistem
16 M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), h. 18
21
bagi hasil secara adil sesuai prinsip syariah. Sedangkan yang menjadi misi lembaga keuangan syariah ialah memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak dan memberikan maslahat bagi masyarakat luas.17 3. Badan Hukum BMT Pada awal-awal pendirian, umumnya BMT memiliki legalitas hukum sebagai KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Sebagai lembaga simpan pinjam, segi formalitas hukum BMT memiliki dua alternatif badan hukum yaitu: a. Dalam lembaga perbankan, maka BMT akan tunduk pada ketentuan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998. b. Dalam bentuk koperasi simpan pinjam dengan pola syariah, BMT tunduk pada UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP No. 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam ala koperasi.18 Tidak seperti halnya koperasi sampai saat ini belum ada ketentuan hukum yang mengatur bahwa koperasi wajib berbadan hukum tertentu. Oleh karena itu, BMT dapat memilih bentuk badan hukum sebagai berikut: a. KSU (Koperasi Serba Usaha) : salah satu bentuk koperasi yang dapat menyelenggarakan berbagai macam aktivitas usaha yang sesuai dengan syariah.
17 Karnaen Perwataatmadja, et.al.,Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), hal. 17. 18 Madjid dan Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, hal.90
22
b. KSP (Koperasi Simpan Pinjam) : koperasi yang usaha pokoknya simpan–pinjam dengan sistem konvensional (bunga). c. KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) : koperasi yang usaha pokoknya simpan–pinjam dengan sistem syariah.
B. Pembiayaan Mudharabah 1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Credere yang berarti percaya. Oleh karena itu dasar pemikiran persetujuan pemberian pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan kepada seseorang atau badan usha berlandaskan kepercayaan.19 Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 pasal 1 butir 12, pembiayaan adalah penyediaan barang atau uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya.20 Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal,
19 Moh Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Perbankan; Konsep, Teknik dan Kasus, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), Edisi I,h.1 20 Faisal Afifi, Strategi dan Operasional bank, (Bandung: Eresco, 1996), h.88
23
sedangkan pihak lainnya (mudharib) menjadi pengelola dan keuntungan usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.21 Mudharabah dapat dibagi menjadi dua jenis jika dilihat dari transaksi atau akad yang dilakukan, yaitu Mudharabah Muthlaqah, dan Mudharabah Muqayyadah. Yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dengan muharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi usaha, waktu, dan daerah bisnis atau disebut juga Unrestricted Investment Account. Sedangkan mudharabah muqayyadah adalah kebalikannya, yaitu yang ditentukan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha atau Restricted Investment Account.22 Secara
Umum,
landasan
dasar
syariah
Mudharabah
lebih
mencerminkan Anjuran untuk melaksanakan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadist berikut ini:
Al-Qur’an .......واخرون يضربىن فى االرض يبتغىن مه فضل هللا ”dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT (Al-Muzzammil: 20) ....................فاذا قضيت الصالة فاوتشروا فى االرض وابتغىا مه فضل هللا “apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah SWT…. (Al-Jumu’ah 10)
21 Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : 40 22 Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah dari Toeri ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001). hal 97.
24
Al-Hadist ٌ َسلّ َم ثَال َّث فِ ْي ِهه ُ ب عَهْ أَبِ ْي ِه قَا َل قَا َل َر ُ ْصالِ ْح بِه َ صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َ س ْى ُل هللا َ ْعَه ٍ ص َه ْي ب الَ لِلبَ ْي ِع َّ ضتُ َوأَ ْخالَطُ ْالبُ ِّر بِال َ ْالبَ َر َكتُ ْالبَ ْيإِلَى أَ َج ٍل َو ْال ُمقَا َر ِ ش ِع ْي ِر لِ ْلبَ ْي “Dari Shalih bin Suhaib RA bahwa Rasulullah Bersabda: tiga hal yang didalamnya terdapat kebaikan: jual-beli secara tangguh, Muqoradhah (Mudharabah), dan mencampur Gandum dengan Gandum untuk keperluan rumah bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah). Rukun dalam mudharabah berdasarkan jumhur ulama ada 3 rukun,
yaitu: a. Adanya dua atau lebih pelaku yaitu pemilik modal dan pengelola. b. Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan. c. Pelafalan (shigat) perjanjian. Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah lebih merinci menjadi 6 rukun, antara lain: a. Pemilik modal (Shoibul maal) b. Pelaksana usaha (Mudharib) c. Akad dari kedua belah pihak (Ijab & Qabul) d. Objek mudharabah (Pokok/Modal) e. Usaha (Pekerjaan mengelola usaha) f. Nisbah keuntungan23
23 Hendi Suhendi, Fikih Muamalah, (Jakarta: Rajawali Press, 2002). hlm. 139.
25
2. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan Mudharabah Islam memerintahkan dan menganjurkan kepada umatnya untuk saling memberi keringanan kepada sesamanya. Dalam melakukan suatu usaha, terkadang sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak berkemampuan untuk mengelolanya atau sebaliknya. Oleh karena itu, fungsi dan tujuan dari pembiayaan mudharabah adalah supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya. Pemilik modal (Shahibul maal) memanfaatkan keahlian Mudhorib (pengelola) dan Mudhorib memanfaatkan harta dari Shahibul Maal dan dengan demikian terwujudlah kerja sama antara Shahibul maal dengan Mudharib. 3. Keunggulan dan Kelemahan pembiayaan Mudharabah Beberapa keunggulan dari pembiayaan yang menggunakan skema bagi hasil, antara lain : a. Pembiayaan musyarakah dan mudharabah akan menggerakkan sektor rill karena pembiayaaan ini bersifat produktif yakni disalurkan untuk kebutuhan investasi dan modal kerja. Jika investasi di sektor riil meningkat tentunya akan menciptakan kesempatan kerja baru sehingga dapat mengurangi pengangguran sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
26
b. Nasabah akan memiliki dua pilihan, apakah akan mendepositokan dananya pada bank syariah atau bank konvensioanal. Nasabah akan membandingkan antara expected rate of return yang ditawarkan bank syariah dengan tingkat suku bunga bank konvensional. Dimana selama ini, kecenderungannya rate of return bank syariah lebih tinggi daripada suku bunga bank konvensional. Dengan demikian diharapkan akan menjadi pendorong peningkatan jumlah nasabah di bank syariah. c. Peningkatan persentase pembiayaan bagi hasil akan mendorong tumbuhnya pengusaha atau investor yang berani mengambil keputusan bisnis yang berisiko. Pada akhirnya akan berkembang berbagai inovasi baru yang akan meningkatkan daya saing bank syariah. Pembagian keuntungan diantara dua pihak tentu saja harus berdasarkan proporsi dan tidak memberikan keuntungan sekaligus atau yang pasti kepada shahibul maal (investor). Investor tidak bertanggung jawab atas kerugian-kerugian di luar modal yang telah diberikannya.24 d. Pola pembiayaan mudharabah dan musyarakah adalah pola pembiayaan berbasis produktif yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan sektor riil sehingga kemungkinan terjadinya krisis keuangan akan dapat dikurangi.
24 Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Al-Qaoud, Perbankan Syari’ah: Prinsip,Praktik, Prospek. (Jakarta : Serambi, 2001), hal. 66
27
Sedangkan yang menjadi kelemahan dari pembiayaan mudharabah adalah karena pembiayaan mudharabah merupakan Natural Uncertainty Contracts, maka pihak mudharib tidak dapat memberikan kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun waktunya menyebabkan pihak investor menjadi ragu untuk menyalurkan pembiayaan mudharabah. Selain itu, adalah karena faktor resikonya yang tinggi. Terutama dalam penerapannya dalam pembiayaan relatif tinggi, yaitu : a. Side streaming yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak. b. Lalai dan kesalahan yang disengaja. c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabah tidak jujur.
C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Kegiatan-kegiatan investasi di lembaga keuangan syariah oleh para teoritisi Perbankan Islam membayangkan seharusnya didasarkan pada dua konsep hukum : Mudharabah dan Musyarakah, atau yang dikenal dengan istilah Profit and Loss Sharing (PLS). Pembiayaan dengan skema bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah) merupakan karakteristik utama lembaga keuangan syariah, karena inilah yang menjadi pembeda dengan bank konvensional. Sistem bagi hasil dirasakan lebih adil karena bagian (nisbah) untuk Lembaga keuangan tersebut dibayarkan sesuai dengan keuntungan yang
28
diterima pengusaha dan jumlahnya diketahui setelah pengusaha memperoleh untung. Akan tetapi pada prakteknya, Selama ini pembiayaan baik di Bank Syariah, BPRS, maupun di BMT, didominasi oleh pembiayaan Murabahah (Jual-Beli). Walaupun secara syariah halal, namun pembiayaan Murabahah tidak lebih merupakan produk sekunder. Sedangkan produk primer dari lembaga keuangan syariah adalah Mudharabah dan Musyarakah, akan tetapi produk ini belum menjadi produk utama dalam lembaga keuangan syariah. Jika ditelaah lebih lanjut, sesungguhnya permasalahan yang terjadi pada rendahnya pembiayaan mudharabah itu bisa dilihat dengan sebab sebagai berikut : 1. Sumber dana di lembaga keuangan syariah yang sebagian besar berjangka pendek tidak dapat digunakan untuk pembiayaan bagi hasil yang biasanya berjangka panjang.25 2. Adanya moral hazard dari pelaku usaha. Moral hazard adalah tidak diindahkannya masalah moral dan etika dalam berbisnis, baik dilakukan oleh pengusaha maupun mungkin juga dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah itu sendiri. Pengusaha sering membuat proposal yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, proyeknya akan memberikan keuntungan tinggi dan mendorong pengusaha untuk membuat proyeksi bisnis yang
25 Muhammad Edisi Revisi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP Y. 2005. Manajemen Bank Syariah KPN
29
terlalu optimis. Sedangkan dari Lembaga Keuangan Syariah misalnya menuntut bagi hasil yang sangat tinggi tanpa mempertimbangkan sisi keadilan bagi pengusaha. 3. Adanya Asymetric Information atau ketidakseimbangan informasi yang dilakukan oleh salah satu pihak, yang menyebabkan pihak lain tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terhadap suatu usaha. banyak pengusaha yang mempunyai dua pembukuan, pembukuan yang diberikan kepada bank adalah yang tingkat keuntungannya kecil sehingga porsi keuntungan yang harus diberikan kepada bank juga kecil padahal pada pembukuan sebenarnya pengusaha membukukan keuntungan besar, Sehingga pilihan yang ditetapkan hanya menguntungkan satu pihak saja, dan dapat merugikan pihak yang lain. 4. Faktor risikonya yang tinggi dan alasan kehati-hatian (Prudential). Adanya ketidakpastian hasil yang diperoleh (karena natural uncertainty contract) tersebut membuat para praktisi lembaga keuangan syariah terlalu ekstra hati-hati (prudent) sehingga takut untuk menyalurkan pembiayaan bagi hasil. 5. Kontrak mudharabah membutuhkan jaminan agar dapat berfungsi secara efisien, sedangkan menurut Ulama madzhab Malik dan Syafi’i, jika shahibul maal mempersyaratkan pemberian jaminan dari mudharib dan menyatakan hal ini dalam syarat kontrak, maka kontrak mudharabah
30
mereka tidak sah.26 Hubungan antara shahibul maal dengan mudharib merupakan hubungan yang mengutamakan kepercayaan (trust). Karena disyaratkan mudharib adalah orang yang dipercaya, maka shahibul maal tidak boleh meminta jaminan. Shahibul maal tidak dapat menuntut jaminan apapun dari mudharib untuk mengembalikan modal dengan keuntungan. 6. Rendahnya pemahaman sumber daya insani (SDI) terhadap pembiayaan bagi hasil akan menyebabkan lembaga keuangan syariah kurang memberi informasi tentang pembiayaan bagi hasil. Paradigma konvensional yang masih melekat pada para praktisi lembaga keuangan syariah bisa membuat penyaluran pembiayaan bagi hasil tidak maksimal. 7. Sebab lainnya adalah kinerja dari lembaga keuangan syariah sendiri. Kurang
seriusnya
mudharabah,
lembaga
sehingga
keuangan
pembiayaan
syariah
mudharabah
dalam
menggarap
menjadi
kurang
berkembang. 27
Karena dalam setiap pembiayaan tidak terlepas dari berbagai macam risiko yang berujung kepada pembiayaan bermasalah, oleh karenanya pihak lembaga keuangan syariah pun harus berusaha untuk meminimalisir risiko
26 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999) Hal. 33 27 Diana Yumanita, Ascarya. Mencari Solusi Rendahya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia. (Jakarta: Bank Indonesia, 2005) Hal. 80
31
tersebut. Dalam melakukan pembiayaan, pihak BMT harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam (mudharib), prinsip ini dikenal dengan 5 C + S, yaitu : 1. Character, penilaian terhadap karakter watak dari calon peminjam merupakan salah satu pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan pemberian kredit.28 2. Capacity, penilaian tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran, dan kemampuan tersebut diukur dengan catatan prestasi peminjam dimasa lalu dan juga didukung dengan pengamatan lapangan atas sarana usahanya. 3. Capital, penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, diukur dengan posisi usaha secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio keuangan dan penekanan pada komposisi modalnya. 4. Coleteral, jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. 5. Conditions, pihak BMT harus jeli dalam melihat ekonomi yang terjadi dimasyarakat secara spesifik, melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam, hal tersebut dilakukan karena
28 Muhammad Syarif Surbakti, ”Analisis Faktor-faktor Penyebab Non Performing Financing”, EKSIS, Jurnal Ekonomi keuangan dan Bisnis Islami, Vol. 1 No 1 (Januari: 2005): hal. 7.
32
kondisi eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam dalam jangka panjang.29 6. Syariah, yang mana dalam analisis ini, pihak BMT melakukan analisis terhadap usaha yang akan dijalankan oleh mitra terkait dengan kehalalan usaha atau proyek yang sesuai dengan syari'ah islam dan tidak menyimpang dari aturan Islam.30 Selain menggunakan prisip 5C + S yang telah dijelaskan di atas, Prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 7 P dan studi kelayakan 7 A. Penilaian kredit dengan 7 P adalah sebagai berikut: 31 1. Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiaanya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2. Party yaitu golongan mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. 3. Perpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit yang diinginkan nasabah.
29 Mengenal Baitul Mal wat Tamwiil (BMT), Pikiran Rakyat, (09 Oktober 2005),h.1-2 30 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 246 31 Kasmir, 2004, hal : 91-95
33
4. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika status fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. 5. Payment merupakan usuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. 6. Profitabilty untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitabilty diukur dari periode ke peride apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat. 7. Protection adalah bagaimana menjaga kredit yang disalurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi. Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan 7 A meliputi:32 1. Aspek Hukum Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumendokumen atau surat-surat yang dimiliki oleh calon debitur, seperti akte notaris atau sertifikat tanah dan dokumen lainnya.
32 ibid
34
2. Aspek Pasar dan Pemasaran Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha untuk menilai Prospek usaha nasabah sekarang dan di masa yuang akan datang. 3. Aspek Keuangan Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan mengelola usahanya. Dan dari aspek ini akan tergambar berapa besar biaya dan pendapatan yang akan dikeluarkan dan di perolehnya. 4. Aspek Operasi/Teknis Merupakan aspek untuk menilai letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya. 5. Aspek Manajemen Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. 6. Aspek Ekonomi/Sosial Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak cost atau sebaliknya. 7. Aspek AMDAL Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan akan adanya suatu usaha, kemudian cara-cara pencegahanya
35
terhadap dampak tersebut. Analisa pembiayaan merupakan salah satu tahapan dalam pemberian pembiayaan. Adapun tahapannya sebagai berikut:33 1. Persiapan Pembiayaan (Financing Preparation) adalah kegiatan tahap permulaan dengan maksud saling mengetahui informasi antara calon debitur dengan bank, yang dilakukan melalui wawancara. Seperti syarat pengajuan pembiayaan serta keadaan usaha nasabah. 2. Analisa Pembiayaan (Financing Analysis) merupakan langkah penting untuk realisasi pembiayaan yang bertujuan menilai kelayakan calon debitur, menekan risiko tidak terbayarnya pembiayaan dan menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak. Dapat dilakukan melakukan seperti: pendekatan jaminan, karakter, kemampuan pelunasan nasabah, studi kelayakan dan fungsi bank. 3. Keputusan Pembiayaan (Financing Decision), merupakan langkah dari pejabat bank untuk menerima atau menolak pembiayaan yang diajukan. Pemutus pembiayaan adalah seorang pejabat atau komite yang khusus diberi wewenang untuk memutuskan pembiayaan. 4. Pelaksanaan dan Administrasi Pembiayaan (Financing Realization and Administration). Tahap pelaksanaan pembiayaan merupakan langkah yang ditempuh setelah dilakukan keputusan pembiayaan. Hal ini dilakukan
33 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, (Bandung: Alfabeta,2004), h. 91
36
setelah calon debitur mempelajari dan menyetujui isi keputusan pembiayaan. Kemudian kedua belah pihak menanda tangani perjanjian pembiayaan beserta lampirannya. Sedangkan administrasi dilakukan dengan penerimaan keputusan dan penyampaian kepada debitur.34 5. Supervisi pembiayaan dan pembinaan debitur (Financing Supervision and follow up) adalah upaya penanganan pembiayaan yang telah diberikan bank dengan memantau usaha yang dijalankan debitur dan memberikan saran agar pengembaliannya berjalan dengan baik. Analisis pembiayaan memiliki dua tujuan, yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari analisis pembiayaan adalah: pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan tujuan khusus dari analisis pembiayaan adalah sebagai berikut: 1. Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam. 2. Untuk menekankan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan. 3. Untuk menghitung kebutuhan pembiayan yang layak. Apabila analisa pembiayaan itu dilakukan dengan baik, maka akan meminimalisir risiko yang mungkin akan terjadi.
34 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Ekonosia, Kampus Fakultas Ekonomi UI, 2004), Edisi I, h. 214
37
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syari’ah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungan diperolah melalui bunga, sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip bagi hasil berupa imbalan atau bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian kredit beserta persyaratannya.35 Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan dapat lebih menggerakkan sektor riil karena menutup kemungkinan disalurkannya dana pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Bila ditinjau dari konsep bagi hasil, maka harus ada return yang dibagi, hal tersebut hanya bisa terjadi bila uang digunakan untuk usaha produktif. Dan satu hal yang perlu diperhatikan pengelola BMT, dalam hal ini Account Officer, harus mengamati secara langsung calon peminjam dengan mendatangi tempat usahanya. Fungsi prinsip 5C+S, analisis 7P dan studi kelayakan 7A ini untuk menghindari terjadinya risiko-risiko yang tidak diinginkan dan dapat meminimalisir risiko kredit macet, kebangkrutan dan sebagainya terhadap pembiayaan-pembiayaan yang telah disepakati.
35 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003), h.72-73
BAB III PROFIL BMT-UMJ
A. Sejarah Berdirinya BMT-UMJ Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Adakalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat munculah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Salah satunya adalah BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Pendirian BMT-UMJ yang beralamat di Jl. KH Ahmad Dahlan Komplek Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta-Ciputat, diawali dengan rapat pembentukan oleh 36 (tiga puluh enam) orang (dosen civitas akademika UMJ) sekitar awal bulan April 2008. Selanjutnya, Akta Pendirian KSU BMT-UMJ dengan nomor 69 diterbitkan tgl. 14 April 2008 oleh Notaris yang ditunjuk Kementerian Koperasi dan UKM, H. Rizul Sudarmadi, SH. Setelah itu, Kementerian Koperasi dan UKM, tgl. 6 Juni 2008 mengesahkan Akta Pendirian dan sekaligus memberikan nomor badan hukum : 770/BH/Meneg/I/VI/2008. Dalam rangka mempersiapkan operasionalisasi BMT-UMJ, maka pada bulan Mei 2008 selama sebulan penuh tiga orang calon karyawan terseleksi 38
39
telah melaksanakan proses magang di BMT Mujahidin dan BMT Al Munawarah. Kemudian mulai awal bulan Juni 2008, semua persiapan launching kegiatan BMT-UMJ sudah dimulai. Saat ini BMT-UMJ menempati ruangan seluas kurang lebih 12 m2 di lantai dasar samping gedung Rektorat UMJ. Perangkat kerja relatif sudah cukup tersedia, mulai dari blanko/formulir untuk berbagai jenis transaksi sesuai produk yang akan ditawarkan, sampai dengan brankas dan tiga buah komputer beserta dua buah printer. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Modal KSU BMT-UMJ terdiri atas Modal Sendiri dan Modal Luar. Modal Sendiri terbagi atas Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Cadangan, Donasi, dan Hibah. Modal Luar atau Modal Pinjaman berasal dari Anggota, Anggota Luar Biasa, Calon Anggota, koperasi lain, lembaga keuangan (bank dan non bank) dan sumber-sumber lain yang sah. Per tanggal 18 Juni 2008, permodalan KSU BMT-UMJ yang tersedia adalah sebesar Rp. 117 juta. Permodalan dimaksud terdiri atas Modal Sendiri yang berasal dari Simpanan Pokok 10 orang anggota/pendiri sebesar Rp. 42 juta dan Modal Pinjaman dalam bentuk Modal Penyertaan sebesar Rp. 75 juta yang berasal dari kontribusi empat orang anggota/pendiri.
40
B. Visi & Misi BMT UMJ BMT Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) sebagai salah satu Lembaga Keuangan Syari’ah yang beroperasi berdasarkan nilai-nilai dan prinsip syari’ah mempunyai visi dan misi sebagai berikut: 1. Visi Visi dari KSU BMT UMJ adalah untuk membangun Koperasi Serba Usaha terkemuka, modern, dan Islami dalam mengembangkan ekonomi rakyat yang sesuai dengan syariah. 2. Misi Sedangkan yang menjadi misi dari KSU BMT UMJ adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas sumber daya insani yang bermartabat dan mandiri. b. Memperjuangkan peningkatan harkat sosial ekonomi anggota dan karyawan koperasi serta masyarakat. c. Mengelola portofolio bisnis anggota dengan semangat kekeluargaan dan berdaya saing. d. Menjadi media efektif dalam membangun silaturrahmi sesama anggota KSU BMT UMJ dan para pihak yang terkait.
41
C. Struktur Organisasi BMT UMJ DEWAN SYARIAH •
Ketua
:
Drs. Muchtar Lutfi, SH.
•
Anggota
:
Dr. Masyitoh, M. Ag. Prof. Dr. Sri Mulyani Soegiono
PENGURUS •
Ketua Umum
:
Dr. Burhanuddin R., MA.
•
Ketua I
:
Drs. M. Amin Tohari, MSc.
•
Ketua II
:
H. Abdul Majid Y., SE., MM.
•
Sekretaris Umum
:
Dasep Suryanto, ST., MM.
•
Wakil Sekretaris
:
Nur Azis Hakim, SH., MM.
•
Bendahara Umum
:
Nur Hidayah, SE., MM.
•
Wakil Bendahara
:
dr. Vivi Vernanda, MM.
PENGAWAS •
Ketua
:
Iskandar Zulkarnain, SE., MM.
•
Anggota
:
Ir. Soebroto HS., MSi. Prof. Dr. Suhendar S., MSi
PENGELOLA
Direktur Utama BMT
:
Dina Febriani, SE., MM.
Manajer Sektor Riil
:
Romai Kurniawati, SE.I
Manajer Marketing
:
Mukhtiar, SE.I
Manajer Akuntansi
:
Juliana V. G., SE.
42
Gambar 3.1
DEWAN SYARIAH
Ketua : Drs. Muchtar Lutfi, SH. Anggota : Dr. Masyitoh, M. Ag. Prof. Dr. Sri Mulyani Soegiono
PENGURUS
PENGAWAS
Ketua Umum Ketua I Ketua II Sekretaris Umum Wakil Sekretaris Bendahara Umum Wakil Bendahara
Ketua : Iskandar Zulkarnain, SE., MM. Anggota : Ir. Soebroto HS., MSi. Prof. Dr. Suhendar S., MSi
: Dr. Burhanuddin R., MA. : Drs. M. Amin Tohari, MSc. : H. Abdul Majid Y., SE., MM. : Dasep Suryanto, ST., MM. : Nur Azis Hakim, SH., MM. : Nur Hidayah, SE., MM. : dr. Vivi Vernanda, MM.
DIREKTUR BMT Dina Febriani, SE., MM.
BAITUL TAMWIIL
BAITUL MAAL
Manajer Akuntansi
Manajer Sektor Riel
Manajer Pemasaran Mukhtiar, SE.I
Juliana Veronica G., SE.
Romai Kurniawati, SE.I
A
N
G
G
O
T
A
43
D. Produk Penghimpunan dan Penyaluran Dana 1. Penghimpunan Dana (Funding) Macam-macam produk tabungan dan simpanan yang terdapat di BMT UMJ antara lain: a. SIMAPAN (Simpanan Masa Depan) adalah simpanan yang dapat diambil kapanpun selama jam kerja. Setoran awal min. Rp 15.000,setoran selanjutnya min. Rp 10.000,b. SAHARA (Simpanan Hari Raya) adalah simpanan yang dapat diambil untuk lebaran. Setoran awal min. Rp 30.000,- setoran selanjutnya min. Rp 25.000,c. SAPITRI (Simpanan Pendidikan Putra-Putri) adalah simpanan yang hanya dapat diambil setiap semester sekolah. Setoran awal min. Rp 30.000,- setoran selanjutnya min. Rp 25.000,d. TAFAQUR (Tabungan Fasilitas Qurban) adalah simpanan yang dapat diambil setiap Hari Raya Qurban (dapat berupa uang atau hewan Qurban). Setoran awal min. Rp 100.000,- setoran selanjutnya min. Rp 75.000,e. SIMPANAN WALIMAH adalah simpanan yang hanya dapat diambil untuk pernikahan. Setoran awal min. Rp 205.000,- setoran selanjutnya min. Rp 200.000,f. Deposito Madani (Mashlahat dalam berinvestasi) adalah bentuk deposito dengan bagi hasil setiap bulan, jatuh tempo berdasarkan
44
jangka waktu (3, 6, dan 12 bulan) nisbah bagi hasil disepakati di awal perjanjian. Manfaat dari menyimpan uang di BMT UMJ adalah:
Membantu perencanaan keuangan anggota.
Bagi hasil & bonus yang kompetitif.
Setoran fleksibel sesuai perencanaan dan target.
Dapat dijadikan jaminan pembiayaan. Dibawah ini adalah tabel dan diagram jumlah mitra simpanan
(Sukarela dan Deposito) di BMT-UMJ Per 31 Desember 2008 – 31 Desember 2010.36 Tabel 3.1 No.
Jenis Tabungan
2008
2009
2010
1
SIMAPAN
Rp 50.605.600
Rp 120.844.553
Rp 203.008.815
2
SAPITRI
Rp
55.000
Rp
232.607
Rp
2.151.411
3
TAFAQUR
Rp
75.000
Rp
607.703
Rp
1.336.776
4
SAHARA
Rp
1.288.002
Rp
1.919.716
5
WALIMAH
Rp
1.483.649
Deposito TOTAL
Rp 25.000.000 Rp 75.735.600
Rp 207.000.000 Rp 329.972.866
Rp 125.000.000 Rp 334.900.366
Diagram 3.1 Rp329.972.866
Rp400.000.000 Rp200.000.000
Rp75.735.600
Rp-
36 Laporan tahunan 2009 KSU BMT UMJ
Rp334.900.366
45
Tabel 3.2 No.
Jenis Tabungan
31-Des-08
31-Des-09
31-Des-10
1
SIMAPAN
78 Orang
130 Orang
245 Orang
2
SAPITRI
1 Orang
3 Orang
10 Orang
3
TAFAQUR
1 Orang
5 Orang
10 Orang
4
SAHARA
1 Orang
7 Orang
5
WALIMAH Deposito TOTAL
2 Orang 80 Orang
139 Orang
274 Orang
Diagram 3.2 300 250 200 150 100 50 0
2. Penyaluran Dana (Lending) Transaksi penyaluran dana (Lending) pada BMT UMJ, ada 3 macam yaitu: Pertama pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah dengan sistem profit sharing (bagi hasil), kedua Murabahah dengan sistem margin dan ketiga Qordhul Hasan. a. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan dari BMT UMJ
(100%) terhadap seluruh
kebutuhan biaya yang secara riil dibutuhkan oleh peminjam dalam menjalankan usahanya. BMT UMJ dalam hal ini disebut sebagai “shahibul maal” sedangkan peminjam disebut sebagai ”mudharib”. Peran dari peminjam hanya sebatas tenaga dan keahlian saja, sehingga
46
risiko nominal seluruhnya ditanggung oleh BMT UMJ. Dengan pengertian ini, berarti seluruh kebutuhan investasi dan modal kerja disediakan oleh BMT UMJ. Dengan skema ini, apabila proyek yang dibiayai mengalami kerugian, maka BMT UMJ akan menanggung rugi nominal sedangkan mudharib tidak memperoleh apapun. Skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: Perjanjian Bagi Hasil Mudharib
BMT UMJ
Keahlian
Modal 100% Proyek (Usaha)
(Keuntungan – y)%
keuntungan
Nisbah: y% Keuntungan
Modal Pengembalian Modal Gambar 3.2 Skema Pembiayaan Mudharabah
b. Pembiayaan Musyarakah Yaitu pembiayaan yang dilakukan BMT UMJ dengan menyertakan sebagian dari porsi modal yang diperlukan. Pembiayaan ini diberikan bagi para pengusaha kecil yang usahanya telah berjalan. Tetapi
memerlukan
modal
tambahan
untuk
memperbesar
47
usahanya.Dalam musyarakah ini pihak BMT UMJ boleh terlibat dalam menajemen usaha. Porsi keuntungan atau nisbah bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak secara proporsional. Jika terjadi kerugian maka ditanggung bersama. c. Pembiayaan Murabahah Yaitu pembiayaan yang dilakukan oleh BMT UMJ pada barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang layak, kemudian disepakati harga jualnya dan kemudian dibayar oleh peminjam kepada BMT UMJ pada saat jatuh tempo, pada tanggal dan bulan yang disepakati dalam perjanjian. Adapun skema pembiayaan Murabahah sebagai berikut: Negosiasi dan Persyaratan
BMT UMJ
Akad Jual Beli
PEMINJAM
Bayar Terima Barang Dan Dokumen
Beli Barang
SUPPLIER / PENJUAL
Kirim Barang
Gambar 3.3 Skema Pembiayaan Murabahah d. Qordhul Hasan Qardul Hasan adalah pemberian pinjaman kebajikan tanpa mengharapkan pengembalian dari pihak peminjam. Pembiayaan ini
48
diambil dari dana ZIS dan hanya dialokasikan kepada kelompok dhua’fa yang berkeinginan untuk membuka usaha.
Terhadap para nasabah yang telah mendapatkan pembiayaan dari BMT UMJ akan dilakukan pembinaan baik yang bersifat pendalaman nilai-nilai ke Islaman maupun tentang bisnis, manajemen dan akuntansi sederhana. Melalui pembinaan ini diharapkan mereka dapat meningkatkan usahanya dan mengembangkan dirinya untuk menjadi pengusaha profesional dengan akhlak dan etika bisnis Islam. Dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan, KSU-BMT UMJ mengembangkan budaya kerja dengan komitmen kepada : 1. Menciptakan rasa Loyalitas yang tinggi, sehingga tercipta rasa saling memiliki. 2. Menciptakan rasa Empati/peduli yang tinggi kepada Lembaga, Anggota dan Pengelola. 3. Pengelolaan Lembaga yang Bersih dan Amanah. 4. Menciptakan suasana kerja yang Harmonis, Nyaman dan kondusif guna meningkatkan kinerja sumber daya manusia. 5. Memberikan pelayanan kepada Anggota untuk dapat Mandiri, dengan rasa Aman, Disiplin dan menjadikan yang Utama.
BAB IV ANALISIS TERHADAP RENDAHNYA PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BMT UMJ
A. Gambaran Tentang Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ. Dalam penyaluran produk pembiayaan bagi hasil bank syariah terdapat dua jenis akad, yaitu musyarakah dan mudharabah. Perbedaan yang mendasar antara musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya kontribusi dana atau modal yang disertakan. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak yaitu pihak bank sebagai sahibul mal dengan penyertaan modal 100 persen, sedangkan dalam musyarakah penyertaan modal berasal dari dua pihak atau lebih yang besarnya ditentukan diawal kesepakatan secara bersama. Pembiayaan
mudharabah
merupakan
perekonomian dalam Islam berdasarkan
salah
satu
instrumen
bagi hasil. Pada posisi ini
mudharabah secara tepat dipahami sebagai salah satu pengganti dari sistem bunga serta dapat diterapkan lembaga keuangan syari’ah baik bank syariah, BPRS, maupun BMT. Pembiayaan mudharabah sangat relevan dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas sektor riil. Dengan memberikan pembiayaan mudharabah, dapat meningkatkan potensi dunia usaha terutama UKM maupun UMKM dalam meningkatkan jumlah dan kualitas produksinya. Mudharabah
49
50
sangat cocok diterapkan pada sektor riil dan pengembangan usaha rakyat, karena sebenarnya sudah sangat seusai dengan pola yang diharapkan mampu memback-up industri besar yang kini mengalami tingkat persaingan yang sangat kompetitif. Namun pada kenyataannya mudharabah masih kecil diminati dengan berbagai alasan yang sebenarnya mencerminkan sikap risk aversion (tidak menyukai risiko). Perilaku ini menyebabkan suatu pihak bersikap menghindari terhadap risiko usaha, sehingga semakin tinggi risiko suatu usaha, maka dibutuhkan tambahan pendapatan yang lebih tinggi lagi sebagai kompensasi dari pilihan yang diambil terhadap risiko usaha yang tinggi. Menurut para ahli lembaga keuangan syariah, permasalahan rendahnya pembiayaan bagi hasil disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:37 1. Internal a. Kualitas Sumbar Daya Insani (SDI) belum memadai untuk menangani proyek bagi hasil. b. Lembaga Keuangan Syariah belum mampu menanggung risiko besar. c. Lembaga Keuangan Syariah terlalu mengutamakan orientasi bisnis dan keuntungan seperti institusi usaha pada umumnya. d. Adverse Selection, karena Asymetric Information antara kedua belah pihak. 37 Diana Yumanita, Ascarya. Mencari Solusi Rendahya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia. (Jakarta: Bank Indonesia, 2005) Hal. 80
51
e. Tidak adanya Personal Guarantee (Seseorang yang dijadikan jaminan untuk pembiayaan. Jaminan dapat berupa nama besar, tokoh agama dan lain-lain) dan Collateral (jaminan) pada nasabah. f. Biaya informasi yang meningkat, terutama untuk pembiayaan mudharabah. g. Keterbatasan peran bank sebagai investor, terutama untuk pembiayaan mudharabah. 2. Ekternal (Nasabah) a. Sebagian nasabah sudah terbiasa dengan sistem bunga bank. b. Moral hazard, karena pengusaha tidak mau menyampaikan laporan keuangan/keuntungan sebenarnya untuk menghindari pajak atau bagi hasil. c. Permintaan pembiayaan bagi hasil yang masih kecil dari nasabah. 3. Regulasi a. Kurangnya dukungan dari regulator, karena tidak melakukan inisiatifinisiatif untuk mengadakan perubahan peraturan dan institusional yang diperlukan untuk mendukung bekerjanya sistem perbankan syariah dengan baik b. Tidak adanya prosedur operasional yang seragam antara lembaga keuangan syariah.
52
4. Pemerintah a. Tidak ada kesepahaman dalam aturan-aturan syariah dan proyekproyek pendukung yang mendorong penggunaan bagi hasil untuk proyek-proyek pemerintah. b. Pemberlakuan pajak yang tidak adil pada keuntungan sebagai objek pajak, sedangkan bunga bebas dari pajak. c. Pasar sekunder instrumen keuangan syariah belum ada, sehingga bank kesulitan dalam menyalurkan atau mendapatkan akses likuiditas sesuai syariah. d. Hak kepemilikan belum jelas, karena pembiayaan Profit Loss Sharing (mudharabah) memerlukan hak kepemilikan yang jelas dan berlaku efisien.
Secara garis besar, proses pemberian pembiayaan baik mudharabah maupun murabahah pada BMT UMJ ada 5 tahapan, yaitu: 38 1. Pengajuan Pembiayaan Nasabah
mengajukan
permohonan/proposal
secara
tertulis
kepada
BMT. Persyaratan formal yang menyangkut legalitas calon peminjam harus dipenuhi seperti : data diri, fotocopy kartu keluarga, fotocopy KTP suami/istri dan Foto.
38 Hasil wawancara dengan Mukhtiar, SE.I sebagai manajer marketing KSU BMT UMJ pada tanggal 10 Maret 2011 di BMT UMJ.
53
2. Investigasi Pengajuan Pembiayaan Setelah itu, pengajuan pembiayaan diproses oleh Manager Sektor Riil, seperti penilaian jaminan, permohonan informasi calon peminjam melalui Bagian
Pembiayaan/bank
checking
dan
analisa
yuridis
kebagian
administrasi pembiayaan. Investigasi informasi yang berkaitan dengan calon peminjam dilakukan dengan wawancara informal dengan pihakpihak lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha/calon peminjam seperti tetangga, supplier bahan baku, rekanan usaha, karyawan, dsb. Hal ini dilakukan untuk memastikan capacity (kemampuan) calon peminjam untuk mengembalikan pinjamannya dan nilai pinjaman yang harus diberikan oleh BMT. Proses ini merupakan proses yang paling penting bagi pihak pemberi dana (BMT), untuk memastikan keamanan dana yang diberikan serta meminimalisir risiko yang mungkin terjadi di waktu yang akan datang. 3. Persetujuan Komite Bila seluruh proses telah selesai dilakukan, maka dokumen yang berisi pengajuan pembiayaan tersebut diserahkan ke bagian administrasi pembiayaan
untuk
diperiksa
kelengkapannya,
dimintakan persetujuan dari komite.
untuk
selanjutnya
Persetujuan dilakukan secara
berjenjang tergantung nilai pengajuan pembiayaan yang diajukan oleh calon peminjam. Jika pengajuan pembiayaan kurang dari Rp 10.000.000,persetujuan hanya dari rapat para pengelola, akan tetapi jika pengajuan
54
pembiayaan lebih dari Rp 10.000.000,- maka harus ada persetujuan dari pihak pengurus BMT UMJ. 4. Pengikatan Pembiayaan Setelah pengajuan pembiayaan tersebut mendapat persetujuan dari komite, tahap selanjutnya adalah mempersiapkan pengikatan pembiayaan (akad pembiayaan). Sebelum dilakukan pengikatan dilaksanakan semua dokumen asli dan dokumen jaminan harus telah diterima. 5. Dropping Dana Setelah dilakukan pengikatan pembiayaan, proses realisasi (dropping) dana dapat dilakukan, dengan terlebih dahulu dilakukan verifikasi tanda tangan calon peminjam. Dibawah ini adalah tabel total dana yang disalurkan oleh BMT UMJ pada tahun 2010. Tabel 4.1 Total Dana Yang Disalurkan BMT UMJ Per 2010 No. 1 2 3 4 5
Jenis Pembiayaan Murabahah Ijarah Mudharabah Musyarakah Al Qordh
Nominal Pembiayaan Anggota Non Anggota Rp 19.368.672 Rp 330.374.000 Rp 10.000.000 Rp 325.500.000 Rp 120.000.000 Rp 202.500.000 Rp 104.500.000 Rp 4.000.000 Total Pembiayaan
Sumber : Laporan Keuangan BMT UMJ39
39 Data Laporan Penyaluran Pembiayaan KSU BMT UMJ Tahun 2010.
Jumlah Rp 349.742.672 Rp 335.500.000 Rp 322.500.000 Rp 104.500.000 Rp 4.000.000 Rp 1.116.242.672
55
Adapun data nasabah (mitra) KSU BMT UMJ yang menggunakan pembiayaan mudharabah pada tahun 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Penyaluran Pembiayaan Mudharabah pada KSU BMT UMJ Per 2010 No
Nama Mudharib
Tgl Realisasi
Jangka Waktu
Plafond
Keterangan
1
Edi Suhaedi, SH.,MH
08-Jan-10
3 Bulan
Rp 30.000.000
Modal Usaha Percetakan
2
DRS. Ahmad Anwar
08-Jan-10
1 Bulan
Rp 5.000.000
Modal Usaha Percetakan
3
DRS. Ahmad Anwar
22-Mar-10
1 Bulan
Rp 5.000.000
4
M.Gofur, ST. MM
23-Mar-10
2 Bulan
Rp 50.000.000
5
Ade Junaedi
07-Apr-10 1 Minggu
Rp 2.000.000
6
Edi Suhaedi, SH.,MH
16-Apr-10
3 Bulan
Rp 30.000.000
7
M.Gofur, ST. MM
26-Apr-10
1 Bulan
Rp 100.000.000
8
Edi Suhaedi, SH.,MH
05-Agt-10
3 Bulan
Rp 30.000.000
9
DRS. Ahmad Anwar
03-Sep-10
1 Bulan
Rp 5.000.000
10
DRS. Ahmad Anwar
20-Okt-10
1 Bulan
Rp 5.000.000
11
Andi Dermawan D.
11-Nov-10
1 Bulan
Rp 30.500.000
12
Edi Suhaedi, SH.,MH
01-Des-10
3 Bulan
Rp 30.000.000
TOTAL PEMBIAYAAN MUDHARABAH
Modal Usaha Percetakan Biaya Operasional Event Organizer Modal Usaha Catering Modal Usaha Percetakan Biaya Operasional Event Organizer Modal Usaha Percetakan Modal Usaha Percetakan Modal Usaha Percetakan Proyek Konstruksi Bangunan Modal Usaha Percetakan
Rp 322.500.000,-
Sumber : Laporan Keuangan BMT UMJ40
penyaluran pembiayaan mudharabah pada BMT UMJ masih kurang maksimal. Ini dapat dilihat dari tahun 2010, BMT UMJ hanya 12 kali menyalurkan pembiayaan mudharabah. 40 Data Laporan Pembiayaan mudharabah KSU BMT UMJ Tahun 2010.
56
Pembiayaan mudharabah seakan-akan produk yang sangat ditakuti oleh lembaga keuangan syari’ah, yang membuat mereka lebih memilih Murabahah sebagai produk yang paling banyak menghasilkan bagi lembaga keuangan syari’ah. Ini tidak terlepas dari besarnya risiko pada pembiayaan mudharabah, sementera Murabahah cenderung memiliki risiko yang jauh lebih kecil daripada pembiayaan mudharabah. Pada dasarnya risiko yang besar harus diperhitungkan oleh BMT UMJ untuk menjaga kesehatannya, tapi bukan berarti menghindari produk yang berisiko tinggi tersebut, melainkan dengan melakukan terobosan yang bisa menghindari atau paling tidak meminimalisir risiko yang mungkin timbul. Keadaan dunia usaha yang tidak menentu dan susah diprediksi dan belum lagi kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten dalam menjalankan sebuah usaha membuat risiko pemberian kredit modal kerja menjadi sangat besar. Tapi dengan keadaan seperti itu pihak lembaga keuangan syari’ah seakan menerimanya apa adanya tanpa melakukan terobosan yang berarti untuk meningkatkan kinerjanya dalam meningkatkan pembiayaan mudharabah.
57
B. Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Pada BMT UMJ. Pembiayaan
dengan
skema
bagi
hasil
(mudharabah)
adalah
pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk sesuatu yang produktif.41 Hadirnya lembaga keuangan syari’ah dengan konsep bagi hasilnya diharapkan bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi sektor riil. Keinginan para pelaku usaha sektor rill akan tambahan modal untuk meningkatkan jumlah dan kualitas produksinya seharusnya dapat dipenuhi oleh para praktisi lembaga keuangan syari’ah. Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemberian pembiayaan diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam pembiayaan benar-benar terwujud sehingga pembiayaan yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjaminnya pengembalian pembiayaan tersebut tepat waktunya sesuai dengan akad perjanjian dan agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah adalah: 1. Yang berasal dari nasabah/mitra: a. Nasabah menyalahgunakan pembiayaan yang diperolehnya. b. Nasabah kurang mampu dalam mengelola usahanya. 41 Karnaen Perwaatmadja, et.al., Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Primayasa, 1992), cet. Ke-1, h. 89
58
c. Nasabah beritikad kurang baik. 2. Yang berasal dari BMT: a. Kualitas pejabat bank yang tidak profesional. b. Persaingan antar bank sehingga timbul persaingan tidak sehat. c. Hubungan ke dalam atau koneksi yang tidak wajar. d. Pengawasan yang lemah.42
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 KSU BMT UMJ menyalurkan dananya kepada masyarakat, dengan menggunakan skim murabahah sebanyak 107 kali realisasi dengan total dana yang disalurkan sebesar Rp 349.742.672,-
Sedangkan penyaluran pembiayaan yang
menggunakan skim mudharabah hanya sebanyak 12 kali realisasi dengan total dana yang disalurkan sebesar Rp 322.500.000,Ini merupakan fenomena yang menarik karena penyaluran pembiayaan dengan prinsip bagi hasil hanya 12 kali sedangkan untuk penyaluran pembiayaan Murabahah sebanyak 107 kali. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya atau kurang maksimalnya penyaluran pembiayaan mudharabah pada BMT UMJ,
jika dilihat dari
internal BMT UMJ sendiri adalah sebagai berikut: Pertama, karena mudharabah adalah produk pembiayaan yang faktor
42 Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta:Djambatan, 1996), h.132-4
59
risikonya tinggi bagi lembaga keuangan (BMT UMJ) dan karena alasan kehatihatian (Prudential), sehingga BMT UMJ lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan yang menggunakan skema bagi hasil (mudharabah). Kedua, karena kurangnya sosialisasi tentang produk mudharabah ke masyarakat sekitar BMT UMJ, sehingga masyarakat (calon mitra) lebih memilih produk murabahah. Karena selama ini Pemasaran (Marketing) pada BMT UMJ untuk pembiayaan mudharabah hanya berasal dari mulut ke mulut, antara mitra yang satu kepada mitra yang lainnya. Ketiga, karena lokasi BMT UMJ berada di lingkungan Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, mayoritas mitra pembiayaan mudharabah adalah dosen-dosen atau pegawai-pegawai dari Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Seharusnya
yang
menjadi
sasaran
penyaluran
pembiayaan
mudharabah adalah kepada UMKM atau pengusaha-pengusaha kecil (mikro), ini menyebabkan penyaluran pembiayaan mudharabah menjadi kurang tepat. Keempat, karena masih kurang mampunya pengusaha-pengusaha kecil di sekitar BMT UMJ untuk mengelola keuangannya dengan baik, sehingga para pengelola BMT UMJ lebih hati-hati untuk menyalurkan pembiayaan mudharabah kepada pengusaha-pengusaha kecil. Dan yang kelima, rendahnya minat para pengusaha (Mitra) untuk menggunakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil menyebabkan permintaan pembiayaan yang menggunakan skim mudharabah pada BMT UMJ menjadi sedikit.
60
Selama ini dunia perbankan menganggap sektor rill menjadi sektor yang menakutkan, kalaupun ada sektor rill yang diberikan pembiayaan itupun usaha skala besar yang dapat memberikan jaminan berupa barang atau nama besarnya (Personal Guarantee). Faktor-faktor tersebutlah yang menyebabkan mengapa mudharabah bukanlah produk yang utama saat ini di BMT UMJ. Sebenarnya masalah ini bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan, kalau ada keinginan dan perilaku yang dilandasi oleh kejujuran dan tanggung jawab diantara kedua belah pihak. Selain itu, adanya pihak independen yang amanah dan mampu memberikan gambaran nyata terhadap usaha yang akan dijalankan. Pihak tersebut mengetahui gambaran yang nyata dan jelas terhadap usaha yang akan dijalankan, dan memberikan informasi yang tepat baik kepada pengusaha maupun ke BMT. Masalah-masalah tersebutlah yang menyebabkan mengapa mudharabah bukanlah produk yang populer di Lembaga Keuangan Syariah saat ini. Sebagai lembaga keuangan mikro syariah, BMT UMJ seharusnya menjadi penopang dunia usaha terutama UKM dalam meningkatkan usahanya dengan memberikan pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi hasil. Sektor rill bukan untuk ditakuti bagi dunia perbankan melainkan sektor yang harus didukung.
61
C. Strategi BMT UMJ Dalam Meningkatkan Pembiayaan Mudharabah. Fenomena ekonomi yang menarik setelah surutnya peran koperasi di tengah masyarakat Indonesia adalah menjamurnya lembaga-lembaga keuangan mikro berbasis swadana rakyat. Dalam perkembangannya, lembaga yang turut melayani masyarakat di dalam mendapatkan bantuan modal kerja adalah lembaga Baitul maal wa Tamwiil. Hal ini tentu saja kesempatan bagi BMT UMJ untuk memperluas usahanya dan meningkatkan produktifitasnya. Perhatian BMT UMJ kepada pengembangan sektor riil harus lebih diutamakan, mengingat realita pertumbuhan lembaga keuangan syari’ah selama ini begitu pesat, tetapi tidak seimbang dengan pengembangan sektor riil. Dalam ekonomi Islam, orientasi pengembangan sektor keuangan harus terkait erat dengan sektor riil usaha. Pengembangan sektor riil usaha kerakyatan harus menjadi perhatian yang serius bagi BMT UMJ. Pembiayaan melalui produk Murabahah, sesungguhnya tidak signifikan mengembangkan sektor riil karena bentuknya dominan konsumtif dan selayaknya dibatasi. BMT UMJ harus berjuang keras untuk memberikan bagi hasil yang kompetitif dengan memperhatikan efisiensi dan manajemen risiko yang cermat. Jika tingkat bagi hasil jauh dibawah bunga bank, maka sebagian kecil nasabah rasional-materialis akan kembali menarik dananya dari BMT. Namun bagi nasabah yang rasional-moralis, tingkat bunga tidak berpengaruh baginya
62
untuk pindah ke bank konvensional. Apalagi nasabah spiritual, berapapun tingginya tingkat bunga, mereka tetap loyal menempatkan dananya di BMT UMJ. Sebagai lembaga keuangan mikro, kredibilitas BMT UMJ sangat tergantung dalam menggulirkan dana yang telah terkumpul. Artinya semakin liquid proses pembiayaan maka semakin baik pula kinerja BMT tersebut. Karena kegagalan suatu lembaga keuangan dalam mengelola aktiva produktif sudah pasti akan mempunyai dampak sangat signifikan terhadap stabilitas lembaga keuangan itu sendiri. Tidak kembalinya pembiayaan yang diberikan oleh suatu BMT berarti secara langsung mengancam kelangsungan hidup bagi BMT itu sendiri. Hal tersebut karena penghasilan BMT yang utama adalah dari bagi hasil dan keuntungan dari jual beli (margin) yang dikenakan terhadap pembiayaan yang diberikannya. Jangan dilupakan bahwa dana pembiayaan yang diberikan tersebut sebagian berasal dari simpanan masyarakat baik yang berbentuk giro, tabungan maupun deposito sebagai mitra BMT yang tertarik menyimpannya karena antara lain diberikan bagi hasil, yang bagi BMT sendiri merupakan biaya yang harus dikeluarkan.43 Risiko tersebut dapat diperkecil dengan melakukan analisa terhadap pembiayaan yang akan dilakukan, yang tujuannya menilai seberapa besar
43 IBI Consulting Triduta Amanah, Modul Pelatihan Calon Officer Bank Syariah, (Jakarta, IBI Triduta Amanah, 2005), h. 60
63
kemampuan dan kesediaan debitur dalam mengembalikan pembiayaan dan membayar margin keuntungan serta bagi hasilnya. Monitoring secara acak atau inspeksi secara mendadak karena bisnis mudharib arus kas nya tidak dapat diketahui secara transparan oleh pemilik dana. Metode ini biasanya di terapkan pada bisnis yang skala usahanya tidak cukup besar, bisnis yang musiman atau berjangka pendek. Monitoring secara periodik, Dalam metode ini, mudharib di dorong untuk menyiapkan laporan periodik atas bisnis yang di biayai oleh dana mudharabah. Dan melibatkan pihak ketiga sebagai auditor
yang akan
memeriksa kebenaran laporan keuangannya. Dari sudut ekonomi, sebenarnya ada tiga pihak jenis perilaku pihak terhadap dunia bisnis dan usaha. Pertama adalah risk loving (sangat menyukai resiko usaha). Perilaku ini menyebabkan semakin tinggi resiko, maka semakin tinggi pula kepuasan yang diterimanya. Sehingga jika pendapatan yang diterima semakin kecil pun tidak menjadi persoalan bagi pihak tersebut. Perilaku ini lebih cocok dialamatkan pada penjudi, karena sangat menyukai taruhan yang beresiko tinggi. Perilaku kedua adalah risk neutrally (netral terhadap resiko). Pihak ini bersikap konstan dan netral terhadap resiko, sehingga semakin tinggi resiko usaha yang terjadi, bukan masalah bagi pihak tersebut selama pendapatan yang diterimanya konstan dan tetap. Menurut hemat penulis, bank konvensional memiliki perilaku seperti ini, karena apa pun yang terjadi, pendapatan yang
64
diterima dari pembiayaan usaha adalah tetap, yaitu sejumlah bunga yang diterimanya. Perilaku terakhir adalah risk aversion (tidak menyukai resiko). Perilaku ini menyebabkan suatu pihak bersikap menghindari terhadap resiko usaha, sehingga semakin tinggi resiko suatu usaha, maka dibutuhkan tambahan pendapatan yang lebih tinggi lagi sebagai kompensasi dari pilihan yang diambil terhadap resiko usaha yang tinggi. Perilaku inilah yang lebih dekat dan sesuai dengan pandangan Islam. Perilaku ini menyebabkan suatu pihak membutuhkan pihak lain untuk berbagi resiko usaha yang ia lakukan. Prinsip usaha high risk high return ini dikombinasikan dengan berbagi resiko usaha dapat diintrepretasikan menjadi pendapatan yang diperoleh semakin tinggi dan resiko usaha ditanggung bersama. Mudharabah lahir sebenarnya untuk memfasilitasi pihak-pihak yang berperilaku risk aversion. Perilaku risk aversion ini adalah sesuai dengan fitrah manusia yang ingin berbagi resiko dalam berusaha untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Perilaku ini juga natural, karena sifat dasar manusia adalah ingin berbagi jika ada masalah yang akan dihadapi. Mudharabah diluncurkan untuk mencapai hasil yang optimal dari suatu usaha yang akan dilakukan, sehingga jiwa pedagang muncul disini. Mudharabah adalah produk bank syariah yang ingin menciptakan keselarasan dalam usaha yang dikombinasikan dengan sifat dasar manusia tersebut.
65
Perilaku risk aversion yang bisa difasilitasi oleh mudharabah ini, memiliki kurva kombinasi antara resiko dan pendapatan yang cekung keatas dari sudut ekonomi. Kurva ini merepresentasikan pendapatan (return) yang tinggi dan resiko yang tinggi pula dalam berusaha. Kalau kita kaji dalam ilmu ekonomi dikenal istilah optimalisasi pareto. Optimalisasi pareto merupakan keseimbangan antara dua pilihan (dalam hal ini resiko dan pendapatan) yang dapat menyebabkan kepuasan dan hasil yang optimal. Garis keseimbangan pareto pada kasus ini berasal dari kombinasi resiko dan pendapatan yang cekung keatas dan kebawah. Sehingga garis keseimbangan pareto ini melewati garis mudharabah. Hal ini berarti bahwa produk mudharabah itu dapat menyebabkan hasil dan kepuasan yang optimal, karena dilewati oleh garis pareto. Dengan pembuktian secara ekonomi tersebut, maka sesungguhnya mudharabah itu sesuai dengan alam dunia bisnis, karena dapat menyebabkan keseimbangan yang optimal. Jika pengusaha jeli dan jitu dalam melihat prospek usaha dan memahami ilmu ekonomi, maka pilihannya adalah jatuh pada mudharabah dalam melakukan pembiayaan pada lembaga keuangan syariah. Sehingga pengusaha tersebut dapat menyebabkan hasil yang optimal dan disertai dengan kepuasan yang juga optimal. Dalam perjalanan usahanya, BMT UMJ belum bisa memberikan kontribusi yang maksimal untuk mendukung kemajuan sektor riil, khususnya untuk pengembangan UMKM. Hal ini terjadi karena pembiayaan yang
66
diberikan didominasi oleh pembiayaan non bagi hasil (murabahah dan ijarah).44 Adapun yang harus dilakukan oleh BMT UMJ untuk meningkatkan pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: a. Produktifitas BMT UMJ harus ditingkatkan dan dibutuhkan keseriusan dari pengelola untuk menggarap skim mudharabah. b. Pembiayaan produktif harus lebih di utamakan sehingga dapat menggerakkan sektor riil dan penyaluran pembiayaan juga harus tepat. c. Kesinambungan dan transparansi informasi terhadap usaha yang akan dijalankan dan pengembangan industri-industri kecil yang dibina langsung oleh BMT UMJ. d. Memberikan bagi hasil yang kompetitif dengan memperhatikan efisiensi dan manajemen risiko yang cermat. e. Mengenal nasabah secara personal dan menilai apakah mitra itu layak atau tidak untuk mendapatkan pembiayaan. Ini bertujuan untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul pada pembiayaan mudharabah terutama pembiayaan pada UMKM. f. Membuat aturan dan regulasi yang tepat, terstandarisasi, dan sesuai dengan prinsip syariah.
44 Hasil wawancara dengan Mukhtiar, SE.I sebagai manajer marketing KSU BMT UMJ pada tanggal 10 Maret 2011 di BMT UMJ.
67
Meskipun sistem yang digunakan dalam pembiayaan mudharabah adalah profit and loss sharing, namun perlu adanya prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit yang dalam istilah perbankan disebut prudential. Prinsip prudential mengandung konsepsi baru dalam menyikapi secara lebih tegas, rinci, dan efektif atas berbagai risiko yang melekat pada usaha BMT. Dengan demikian prinsip prudential merupakan konsep yang memiliki unsur sikap, prinsip, standar kebijakan dan teknik dalam manajemen risiko BMT yang sedemikian rupa, sehingga dapat menghindari akibat sekecil apapun yang dapat membahayakan atau merugikan stakeholders (pemegang saham), terutama para deposan dan kreditur. Tujuan yang lebih luas dari prinsip prudential adalah untuk menjaga keamanan, kesehatan dan kestabilan bagi lembaga keuangan.45 Mudharabah pada lembaga keuangan syariah bisa dioptimalisasikan melalui berbagai langkah, antara lain adalah kesinambungan dan transparansi informasi terhadap usaha yang akan dijalankan. Informasi usaha dan pasar adalah sesuatu yang sangat penting dan berharga dalam setiap usaha. Oleh karena itu langkah ini bisa dimaksimalkan melalui database yang aktual, rinci, dan faktual, sambil terus mencari dan menemukan format usaha yang sesuai dengan iklim usaha tersebut.
45 Permadi Gandapraja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 21-22
68
Langkah lainnya adalah dengan pengembangan industri-industri kecil yang dibina langsung oleh BMT UMJ. Industri ini benar-benar milik rakyat, prospektif, dan dikelola dengan amanah. Langkah terakhir adalah dengan membuat aturan dan regulasi yang tepat, terstandarisasi, dan sesuai dengan prinsip syariah. Jika langkah-langkah tersebut dilakukan dengan baik, maka penyaluran pembiayaan mudharabah pada BMT UMJ akan lebih optimal. Selain itu pihak BMT UMJ harus dapat menilai Character dan kemampuan dari calon peminjam. Mengenal nasabah secara personal dan menilai apakah mitra itu layak atau tidak untuk mendapatkan pembiayaan, bertujuan untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul pada pembiayaan mudharabah. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang diantaranya adalah sebagai berikut: a. Seperti Riwayat hidup nasabah, Latar Belakang Pendidikan, Keahlian, legalitas usaha, riwayat usaha maupun riwayat hubungannya dengan BMT. Baik dengan BMT yang bersangkutan, maupun dengan BMT lain. b. Kemampuan melakukan fungsi manajemen : produksi, Pemasaran dan keuangan (Capacity) c. Kemampuan mengelola faktor produksi, material, tenaga kerja, alat produksi, Administrasi & Keuangan. d. Reputasi dalam menepati janji dilingkungan usahanya melalui suppliernya, pelanggannya, tetangga.
69
e. Menilai
sejauh
mana
permodalan
yang
dimiliki
mitra
dalam
pengembangan usahanya dan apabila terdapat resiko kerugian seberapa kemampuan modalnya untuk menangungnya (Solvabilitas). f. Menilai usaha calon nasabah kalau direalisasikan pembiayaan, akan menguntungkan nasabah & BMT. Dan calon debitur dapat membayar seluruh kewajibannya dengan mendapatkan keuntungan yang memadai (Rentabilitas). g. Menilai kemampuan nasabah dalam menyediakan dana likuid, guna menutup kewajiban jangka pendeknya dari waktu ke waktu. (Likuiditas).
Perkembangan lembaga keuangan syariah hingga kini masih terkendala sumber daya insani (SDI). Akibatnya, tingkat kepercayaan masyarakat menggunakan jasa perbankan syariah belum sesuai harapan. Padahal lembaga keuangan syariah mempunyai peluang yang sangat besar
untuk
memberdayakan
perekonomian
ummat
apabila
mampu
mengoptimalkan pembiayaan bagi hasil dalam penyaluran dananya ke nasabah (Mitra). BMT adalah lembaga yang mudah didirikan. Artinya lembaga ini dapat ditangani dan dimengerti oleh para pengusaha yang sebagian besar berpendidikan rendah. Tujuan dari didirikannya BMT adalah agar semua yang terlibat memiliki motivasi yang kuat bukan hanya untuk mendirikan, tetapi juga membina dan mengembangkan lebih lanjut, maka BMT berkaitan erat
70
dengan kepentingan mendasar dari pemiliknya. Sedangkan tugas dari BMT adalah untuk dapat melayani keperluan para pengusaha kecil secara berkesinambungan, maka BMT tidak hanya memiliki aturan-aturan kerja yang membuat lentur, efesien, efektif, tetapi juga mandiri. Selain itu adalah untuk melaksanakan sistem bagi hasil sebagai salah satu bentuk kerja sama berkelanjutan, maka BMT mengembangkan sikap amanah dan saling percaya.46 Islam
mensyariatkan
akad
kerja
sama
(Mudharabah)
untuk
memudahkan orang, karena sebagian mereka memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada juga orang yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengembangkannya. Maka Syariat membolehkan kerja sama ini agar mereka bisa saling mengambil manfaat diantara mereka.
46 Baihaqi Abdul Madjid, et.al., Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah; Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, h. 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Mudharabah lahir sebenarnya untuk memfasilitasi pihak-pihak yang berperilaku risk aversion. Perilaku risk aversion ini adalah sesuai dengan fitrah manusia yang ingin berbagi risiko dalam berusaha untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Mudharabah adalah produk dari lembaga keuangan syariah yang ingin menciptakan keselarasan dalam usaha yang dikombinasikan dengan sifat dasar manusia tersebut. Namun pada kenyataannya, pembiayaan yang berbasis bagi hasil masih relatif kecil dan belum menggambarkan karakteristik serta kekuatan lembaga keuangan syariah yang sebenarnya. Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan pada babbab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya penyaluran pembiayaan mudharabah adalah karena adanya moral hazard dari pelaku usaha dan adanya Asymetric Information atau ketidakseimbangan informasi antara lembaga keuangan (Shohibul Maal) dengan pengusaha (mudharib). Selain itu, karena faktor risikonya yang tinggi bagi lembaga keuangan itu sendiri dan alasan kehati-hatian (Prudential) karena sebagian besar dana yang dimiliki oleh lembaga keuangan adalah berasal dari simpanan jangka 71
72
pendek sedangkan pembiayaan mudharabah biasanya untuk jangka waktu yang lama. Dan yang terakhir adalah kinerja dari lembaga keuangan syariah, baik dari sumber daya insani (SDI) yang berkualitas maupun dari regulasi lembaga keuangan syariah itu sendiri. 2. Penyebab rendahnya penyaluran pembiayaan mudharabah pada BMT UMJ adalah Karena faktor risikonya yang tinggi dan alasan kehati-hatian (Prudential), selain itu pemasaran (Marketing) pada BMT UMJ untuk pembiayaan mudharabah selama ini berasal dari mulut ke mulut, antara mitra yang satu kepada mitra yang lainnya. Dan yang terakhir adalah karena masih kurang mampunya pengusaha-pengusaha disekitar BMT UMJ untuk mengelola keuangannya dengan baik, sehingga pihak BMT lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan yang menggunakan skim mudharabah. 3. Strategi BMT UMJ dalam memaksimalkan penyaluran pembiayaan mudharabah adalah dengan meningkatkan produktifitas dari pengelola BMT UMJ untuk menggarap skim mudharabah. Memberikan bagi hasil yang kompetitif agar dapat menarik calon peminjam untuk menggunakan skim pembiayaan mudharabah. Selain itu adalah Membuat aturan dan regulasi yang tepat, terstandarisasi, dan sesuai dengan prinsip syariah.
73
B. Saran-Saran Potensi masalah yang timbul dalam pelaksanaan mudharabah agar dapat meningkatkan pembiayaan mudharabah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1. Diperlukan sosialisasi yang menyeluruh tentang produk-produk dari lembaga keuangan syariah khususnya produk pembiayaan mudharabah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat secara umum, sehingga peningkatan pembiayaan bagi hasil dapat dipengaruhi oleh sisi permintaan masyarakat dengan mau menggunakan layanan lembaga keuangan syariah. 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Insani yang paham tentang lembaga keuangan syariah dan mampu menangani proyek-proyek bagi hasil, pelayanan yang baik serta sistem bagi hasil (return) yang kompetitif. karena selama ini mayoritas penyaluran pembiayaan baik di bank syariah maupun di lembaga keuangan mikro syariah (BMT) didominasi pembiayaan Murabahah. 3. Peningkatan kualitas transparansi dalam kontrak lebih terperinci agar tidak terjadi Asymetric Information yang dapat merugikan salah satu pihak, baik pihak lembaga keuangan (Shohibul Maal) maupun pihak pengusaha (Mudharib). Dengan kontrak yang lebih terperinci, diharapkan dapat meminimalisir risiko yang mungkin terjadi di waktu yang akan datang.
74
Mudah-mudahan dengan semakin banyak pihak yang dapat memahami betapa pentingnya mudharabah dalam memainkan peranannya pada setiap pembiayaan usaha di Lembaga Keuangan Syariah, sehingga jika ini terjadi, maka sektor riil dapat berkembang pesat dan negara kita akan memiliki industri usaha yang kuat. Selain itu, dengan mengoptimalkan pembiayaan bagi hasil bank syariah dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship nasabah yang pada akhirnya dapat meningkatkan distribusi pendapatan dan memberdayakan ekonomi masyarakat. Dan pada akhirnya mampu mengatasi berbagai permasalahan ekonomi yang kini melanda di negara kita, karena sesungguhnya mudharabah adalah pola yang tepat dalam pengembangan sektor riil di negara kita.
75
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Kariem dan Terjemahannya, Depag RI. Adiwarman, A. karim. Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. Adiwarman, A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta, Gema Insani Press, cet.ke 1, 2001. Afifi, Faisal. Strategi dan Operasional bank, Bandung: Eresco, 1996. Afif, Faisal dan Supandi,Utjup. "Manajemen Modal Kerja". Bandung, Remaja Karya CV, 1988. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta : Gema insani Press, 2001. Antonio, Muhammad Syafi’i, "Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan". Jakarta: Tazkia Institut, 1999. Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet, 2003, Cet. Ke-2. Arthesa, Ade. Handiman, Edia, Bank dan lembaga keuangan bukan bank. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2006. Aziz, M. Amin, Buku saku tata cara pembentukan BMT, Jakarta, Pusat kajian Ekonomi Syariah, 2006. Baihaqi Abd. Majid dan Saifuddin A. Rasyid, (ed), Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Perjalanan Gagasan dan Gerakakan BMT di Indonesia, (Jakarta: PINBUK, 2000). Diana Yumanita, Ascarya. Mencari Solusi Rendahya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia, Jakarta: Bank Indonesia, 2005. Djazuli, Ahmad, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan), Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002.
76
Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, Manajemen Bandung: Alfabeta, 2004.
Perkreditan Bank Umum,
Gandapraja, Permadi Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1980. Haroen, Nasrun., Fikih Mu’amalah, Jakarta: Gaya Media Pratama 2000. IBI Consulting Triduta Amanah, Modul Pelatihan Calon Officer Bank Syariah, Jakarta: IBI Triduta Amanah, 2005. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed. Ke-6, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Lewis, Mervyn K. dan Al-Qaoud, Latifa M. Perbankan Syari’ah: Prinsip,Praktik, Prospek. Jakarta : Serambi, 2001. Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, cet ke -10, 1999. Mauludi, Ali., Statistika I penelitian skonomi islam dan sosial. Penerbit: PT. Prima Heza Lestari. Jakarta. 2006. Muhammad. "Manajemen Dana Bank Syariah", Ekonisia, Yogyakarta, 2005. Raharjo, M. Dawam, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: LSAF, 1999. Siamat, Dahlan. "Manajemen Lembaga Keuangan", edisi keempat, Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Sinungan, Muchdarsyah. "Strategi Manajemen Bank Menghadapi Tahun 2000". Jakarta, Rineka Cipta, 1994. Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam, Pustaka Utama Grafiti: Jakarta, 1999. Sudarsono, heri, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Ekonisia, 2004.
77
Suhendi, Hendi., Fikih Muamalah, Rajawali Press: Jakarta, 2002. Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta, Djambatan, 1996. Tjoekam, Mohammad., Perkreditan Bisnis Inti Perbankan; Konsep, Teknik dan Kasus, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999, Edisi I. Usman, Rachmadi., Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003. Wawancara dengan Mukhtiar, SE.I sebagai manajer marketing KSU BMT UMJ pada tanggal 10 Maret 2011 di BMT UMJ. Wawancara dengan Romai Kurniawati, SE.I sebagai manajer pembiayaan KSU BMT UMJ pada tanggal 18 Mei 2011 di BMT UMJ.
78
AKAD PEMBIAYAAN AL MUDHARABAH NO:
/AKAD/KSU BMT UMJ /IV/11
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad (perjanjian) itu” (Q.S. Al-Maidah : 1)
“Hai orang-orang yang beriman jangalah kamu makan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantaramu” (Q.S. An-Nissa : 29)
Dari Abu Hurairah R.A. bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
“Barang siapa meminjam dengan tekad mengembalikan, maka Allah akan membantu melunasinya. Dan barang siapa meminjam dengan niat tidak mengembalikannya, maka Allah akan membuatnya bangkrut” (Al Hadist)
Dengan memohon petunjuk dan ridho Allah SWT, pada hari ini ............... tanggal ............... bulan ............. tahun ................................ Hijriyah (....-....-....... H) bertepatan dengan tanggal ............. bulan ............... tahun ........... Masehi (....-....-.......M), bertempat di Jakarta, kami yang bertandatangan dibawah ini : 1. KSU BMT UMJ , berkedudukan di Jln.........................................................., dalam hal ini diwakili oleh ............................ dalam jabatannya selaku Manajer, berdasarkan Surat Kuasa no…………………………. dari dan oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan KSU BMT UMJ , selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama. 2. ................................. , bertempat tinggal di JL. ………...................................., pemegang Kartu Tanda Penduduk No. ....................... dalam perbuatan hukum ini telah mendapat persetujuan dari ...................................... sebagai isteri, selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua. Pihak Pertama dan Pihak Kedua (selanjutnya secara bersama-sama disebut Para Pihak) dengan ini menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut: -
Bahwa Pihak Pertama adalah Lembaga Keuangan mikro syariah yang berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah, dalam Akad Pembiayaan ini bertindak selaku pemilik modal/dana (shahibul mal). Bahwa Pihak Kedua adalah pengusaha mikro yang bergerak di bidang usaha ……………….., dalam Akad Pembiayaan ini bertindak selaku pengelola modal/dana (mudharib). Bahwa Pihak Pertama bermaksud melakukan kerjasama memberikan fasilitas permodalan untuk dikelola dengan amanah oleh Pihak Kedua.
79
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas Para Pihak bermaksud untuk melaksanakan Akad Perjanjian Pembiayaan Al Mudharabah (selanjutnya disebut Akad), dengan ketentuanketentuan yang tercantum pada pasal-pasal sebagai berikut : Pasal 1 LANDASAN PERJANJIAN Perjanjian pembiayaan ini dilandasi oleh ketakwaan kepada Allah SWT, saling percaya, ukhuwah Islamiyah dan rasa tanggung jawab. Pasal 2 JUMLAH PEMBIAYAAN Pihak Kedua dengan ini mengakui dengan sebenarnya telah menerima fasilitas pembiayaan sebesar Rp …………………. ( …………………………………….) dari Pihak Pertama. Pasal 3 PENGGUNAAN Bahwa fasilitas pembiayaan tersebut dalam Pasal 2 oleh Pihak Kedua akan dipergunakan sebenar-benarnya untuk Modal …………………………… . Pasal 4 JANGKA WAKTU Pembiayaan Al Mudharabah ini diberikan untuk jangka waktu ……………..bulan, terhitung sejak tanggal ………………… sampai dengan tanggal ………………….. Pasal 5 NISBAH BAGI HASIL DAN PEMBAYARAN POKOK Pihak kedua pada setiap bulan selambat-lambatnya tanggal …… (……………………..), bulan yang bersangkutan terhitung mulai tanggal ……………………………………………. (…….-…….……………) akan memberikan bagi hasil pendapatan dari usahanya berdasarkan nisbah porsi bagi hasil (Pihak Pertama, …….. : Pihak Kedua, …….) dengan proyeksi bagi hasil untuk pihak pertama sebesar Rp ……………………. (……………………………. ) tetapi dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan kenyataan dari pendapatan usaha pada saat bulan yang bersangkutan, ditambah dengan pembayaran pokok sebesar Rp ………………….. ( …………………………… )/Bulan Pasal 6 TEKNIS PEMBAYARAN Pembayaran tersebut pada Pasal 5, disetorkan secara langsung di kantor KSU BMT UMJ dan atau kepada petugas lapangan KSU BMT UMJ yang ditunjuk.
80
Pasal 7 JAMINAN Untuk menjaga amanah apabila Pihak Kedua tidak melaksanakan kewajibanya kepada Pihak Pertama sesuai dengan Perjanjian di atas maka Pihak Kedua memberi kuasa kepada Pihak Pertama untuk memindahkan hak dalam bentuk apapun, baik di muka umum maupun di bawah tangan atas surat berharga yang dijaminkan berupa:…………………… No: …………………………………… Tahun: ………….. Atas nama : ………………………………….. Pasal 8 PENYELESAIAN MASALAH Dalam Pelaksanaan pembiayaan ini tidak diharapkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dikarenakan dasar transaksi ini adalah semata-mata karena Allah SWT. Namun apabila karena kehendak-Nya pula terjadi permasalahan Para Pihak setuju menyelesaikannya dengan cara musyawarah untuk mufakat dan menurut peraturan atau prosedur yang berlaku di KSU BMT UMJ . Putusan KSU BMT UMJ merupakan keputusan akhir yang mengikat. Demikian Akad Pembiayaan Al Mudharabah ini dibuat dan ditandatangani dengan sebenarnya, tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Semoga Allah SWT memudahkan segala ikhtiar kita, amin. PIHAK PERTAMA
PIHAK KEDUA
__________________ ………………………
________________
Menyetujui,
____________________ Saksi-saksi: 1. __________________
3. __________________
2. __________________
4. __________________
KSU BMT UMJ Jln. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat-Tanggerang, Banten. Telp. 021-32425400, fax.021-7441431, email:
[email protected]
Laporan Realisasi Pembiayaan MUDHARABAH Periode (01-01-2010 s/d 31-12-2010) Produk : 104030 --- PEMBIAYAAN MUDHARABAH (MITRA) Halaman : 1/1 No
Nama
Tanggal Realisasi
Jatuh Tempo
1
DRS. AHMAD ANWAR
1/8/2010
1/8/2010
Rp
5,000,000
1
2
DRS. AHMAD ANWAR
3/22/2010
4/22/2010
Rp
5,000,000
1
3
M. GOFUR, ST.,MM.
3/23/2010
5/23/2010
Rp 50,000,000
1
4
ADE JUNAEDI
4/7/2010
4/14/2010
Rp
2,000,000
1
5
M. GOFUR, ST.,MM.
4/26/2010
5/26/2010
Rp 100,000,000
1
6
DRS. AHMAD ANWAR
9/3/2010
10/4/2010
Rp
5,000,000
2
7
DRS. AHMAD ANWAR
10/20/2010 11/20/2010
Rp
5,000,000
1
8
ANDI DERMAWAN
11/11/2010 12/17/2010
Rp 30,500,000
1
Tanggal Pencetakan 10-Maret-2011 Dicetak Oleh : izza
81
Plafond
A/O
Penggunaan
Modal Kerja Percetakan Modal Kerja Percetakan Biaya Operasional EO Modal Usaha Catering Biaya Operasional EO Modal Kerja Percetakan Modal Kerja Percetakan Proyek Konstruksi Bangunan
82
Jln. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat-Tanggerang, Banten. Telp. 021-32425400, fax.021-7441431, email:
[email protected]
Laporan Realisasi Pembiayaan MUDHARABAH Periode (01-01-2010 s/d 31-12-2010)
Produk : 103030 --- PEMBIAYAAN MUDHARABAH (ANGGOTA) Halaman 1/1 No
Nama
Tanggal Realisasi
Jatuh Tempo
Plafond
A/O
1
EDI SUHAEDI, SH., MH
1/8/2010
4/8/2010
Rp 30,000,000
1
2
EDI SUHAEDI, SH., MH
4/16/2010
7/16/2010
Rp 30,000,000
1
3
EDI SUHAEDI, SH., MH
8/5/2010
11/5/2010
Rp 30,000,000
2
4
EDI SUHAEDI, SH., MH
12/1/2010
3/1/2010
Rp 30,000,000
2
Tanggal Pencetakan 10-Maret-2011 Dicetak Oleh : izza
Penggunaan
Modal Usaha Percetakan Modal Usaha Percetakan Modal Usaha Percetakan Modal Usaha Percetakan
83
Laporan Simpanan Di BMT UMJ Periode (01-01-2010 s/d 31-12-2010) Jenis Tabungan SIMAPAN SAPITRI TAFAQUR SAHARA WALIMAH Deposito
No. 1 2 3 4 5 6 TOTAL 500000000
31-Dec-08
31-Dec-09
31-Dec-10
Rp 50,605,600 Rp 55,000 Rp 75,000
Rp 120,844,553 Rp 232,607 Rp 607,703 Rp 1,288,002
Rp 25,000,000 Rp 75,735,600
Rp 207,000,000 Rp 329,972,866
Rp 203,008,815 Rp 2,151,411 Rp 1,336,776 Rp 1,919,716 Rp 1,483,649 Rp 125,000,000 Rp 334,900,366
329972865,6
334900366,5
75735600 0
TOTAL
No. 1 2 3 4 5
Jenis Tabungan SIMAPAN SAPITRI TAFAQUR SAHARA WALIMAH Deposito TOTAL
31-Dec-08
31-Dec-09
31-Dec-10
78 Orang 1 Orang 1 Orang
130 Orang 3 Orang 5 Orang 1 Orang
245 Orang 10 Orang 10 Orang 7 Orang 2 Orang
80 Orang
139 Orang
274 Orang
300 200 100 0
Koperasi Serba Usaha BMT - UMJ Nomor Badan Hukum : 771|BH|MENEG.1All 12008, 6 Juni 2008
SURAT KETERANGAN Nomor: /KSU BMT-UMJ NIl20l1 Yang bertanda tangan dibawah in i Direktur Utama KSU BMT-UMJ menerangkan bahwa: Nama
Abdurrahrnan
Tempat, tanggal lahir
Jakarta. 19
Univ/ Fakultas/ Jurusan
UIN Jakana/ Syariah dan Hukum/ Muarnalat-Perbankan Syariah
Nomor Induk Mahasiswa
t0404610 I 602
April
1986
Adalah benar telah melakukan kegiatan observasi dan wawancara di KSU BMT-UMJ dalam menulisan skiripsi denganjudul "Faktor-Faktor Yang Mernpengaruhi Rendahnya Pembiayaan Mudharabah Pada KSU BMT-UMJ"
Dernikian Surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benantya dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Juni 201 I
Direktur Utama KSU BMT-UMJ
Jl. KH. Ahmad Dahlan Ciputat, Cirendeu - Ciputat, Tangerang Telp. 021 -32425400 ; Fax.021 -744 143'l e-mail :
[email protected]
\
Bank Mandiri Syariah, Capem Ciputat, No. Rekening : 101 - 002 - 3003