FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)
Oleh :
Siti Nur Lailatul Mahmudah NIM : 203046101762
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI SYARIAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH (Studi Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : Siti Nur Lailatul Mahmudah NIM : 203046101762
Di Bawah Bimbingan : Pembimbing I
Prof. DR. Hj. Huzaimah Tahido Yanggo, M.A NIP. 150 165 267
Pembimbing II
Drs. Ahmad Yani, M.Ag. NIP. 150 269 678
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH (STUDI PADA LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA), telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 23 Juni 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN Ketua
: Drs. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A. NIP. 130 789 745
(.........................)
Sekretaris
: Drs. Ahmad Yani, M.Ag. NIP. 150 269 678
(.........................)
Pembimbing I : (.........................)
Prof.
DR.
Hj.
Huzaemah
Tahido
Yanggo,
M.A.
NIP. 150 165 267 Pembimbing II : Drs. Ahmad Yani, M.Ag. NIP. 150 269 678
(.........................)
Penguji I
: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. NIP. 150 318 308
(.........................)
Penguji II
: Drs. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A. NIP. 130 789 745
(.........................)
ﺣ ْﻴ ِﻢ ِ ﻦ اﻟ ﱠﺮ ِ ﷲ اﻟ ﱠﺮﺣْﻤ ِ ﺴ ِﻢ ا ْ ِﺑ KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur pada Allah SWT yang senantiasa memberikan petunjuk serta melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesungguhan. Skripsi yang berjudul ” Fungsi Jaminan Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua” akhirnya dapat terselesaikan walaupun harus dijalani dengan waktu yang sangat panjang dan telah menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada tulisan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis guna menyempurnakan karya yang sederhana ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima-kasih yang sebesarbesarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta dukungan demi terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima-kasih ditujukan kepada : 1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag selaku Sekertaris Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA selaku Koordinator Program Ekstensi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaimah Tahido Yanggo MA selaku dosen pembimbing skripsi I (pertama), dan Bapak Drs. Ahmad Yani M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi II (kedua). Terima-kasih banyak untuk bimbingan serta waktu yang telah diluangkan untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 5. Kedua Orang tua (Ahmad Sajadi dan Janatun) yang telah membesarkan, mendidik, memberikan dukungan moral maupun materiil, fasilitas serta doa sebanyak-banyaknya kepada penulis untuk menyelesaikan program strata 1 (S1), Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ini dan juga, semoga semua perjuangan ini dapat bermanfaat. 6. LKS Berkah Madani Kelapa Dua yang telah dengan suka cita menerima penulis untuk melakukan studi. Bapak Zainal Zayadi, Bapak Arrison, Mbak Umai, Mbak Anik, serta seluruh staf LKS Berkah Madani Kelapa Dua, terima-kasih atas bantuannya. 7. Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, Perpustakaan Umum Iman Jama’, Perpustakaan Pribadi.
8. Kakak (mba Amin & Bang Fikri) dan adik-adik (Hakim, Khootib, Endah, Jamil, Malihah, Fadhil, Habibi, Imas, Khofifah & Zakiyah). Juga seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 9. Para sahabat seperjuangan, Anita C, Ayu Lisa, Andi K, M. Arif R (Babe) dan juga seluruh teman Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Teman-teman KKS 2006. 11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tak dapat disebutkan satu-persatu. 12. Yang terakhir, sahabat dalam susah dan senang yang selalu direpotkan dalam segala urusan. Terima-kasih banyak atas semangat, doa serta segala bantuannya. Thx Jo. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang setimpal. Akhirul kalam, penulis berharap skripsi ini dapat menambah khazanah dalam bidang muamalat.
Jakarta, 17 Rabiul Akhir 1429 H 24 April 2008 M
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................... A. Latar Belakang Masalah........................................................
1
B. Pembatasan dan Permasalahan.............................................. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. D. Tinjauan Pustaka ................................................................... E. Metode Penelitian ................................................................ F. Sistimatika Penulisan ............................................................
BAB II
LANDASAN
TEORITIS
TENTANG
JAMINAN
DALAM
PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Jaminan ................................................................................. 1. .................................................................................. Pengertia n Jaminan ........................................................................ 2. .................................................................................. Jaminan Menurut KUH Perdata .................................................... 3. .................................................................................. Jaminan Menurut Hukum Islam ....................................................
15
4. .................................................................................. Fungsi Jaminan ........................................................................... B. Mudharabah .......................................................................... 1. .................................................................................. Pengertia n dan Landasan Hukum Mudharabah .............................
28
2. .................................................................................. Rukun dan Syarat Mudharabah ..................................................
33
3. .................................................................................. MacamMacam Mudharabah .......................................................
35
4. .................................................................................. Fasad Batalnya Mudharabah .....................................................
BAB III
36
PROFIL LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA A. Sejarah LKS Berkah Madani Kelapa Dua ............................
38
B. Visi dan Misi LKS Berkah Madani Kelapa Dua...................
39
C. Struktur Organisasi LKS Berkah Madani Kelapa Dua .........
40
D. Produk-produk dan Jasa LKS Berkah Madani Kelapa Dua..
49
E. Arah perkembangan Usahanya LKS Berkah Madani Kelapa Dua. 53 F. Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua ..............................................................
55
G. Penerapan Jaminan dalam Akad Mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua..................................................
60
/
BAB IV
ANALISIS
TENTANG
JAMINAN
DALAM
PEMBIAYAAN
MUDHARABAH PADA LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA A. Analisis Terhadap Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua.................................................. B. Analisis Terhadap Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua.................................................. C. Analisis Hukum Islam Terhadap Fungsi Jaminan dalam Pembiayaan Mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua 65 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran-saran............................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
70
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejak manusia mengenal hidup bergaul, timbullah suatu masalah yang harus dipecahkan bersama-sama, yaitu bagaimana setiap manusia memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing karena kebutuhan seseorang tidak mungkin dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri. Semakin luas pergaulan mereka, bertambah kuatlah ketergantungan antara satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan itu. Sesuai dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan dan dibutuhkan oleh orang lain. Dalam ekonomi Islam, ketergantungan semacam ini terdapat dalam model kerja-sama yang dikenal dengan musyarakah (syirkah) dan mudharabah. Dengan adanya kerjasama semacam itu dapat diharapkan bahwa kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Seiring perkembangan zaman, manusia membuat lembaga formil untuk melegalkan transaksi-transaksinya tersebut di mata hukum agar dapat dipertanggung-jawabkan jika suatu saat terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Lembaga tersebut adalah lembaga Keuangan, baik berupa bank atau non bank. Bank yang dalam konteks ekonomi sebagai sarana peredaran uang selalu berupaya agar dana yang terkumpul dapat tersalurkan guna memenuhi kebutuhan
manusia tersebut. Sebab, di satu sisi, manusia memiliki kelebihan dana sehingga dia menyimpan uangnya tersebut pada bank supaya aman. Di sisi lain, ada yang tidak memiliki dana namun dia mempunyai tekad dan kemampuan untuk berusaha demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah kiranya yang memunculkan akad kerja-sama mudhârabah sehingga dana dapat tersalur dan dapat mewujudkan kesejahteraan yang merata serta untuk memperoleh keberkahan sesuai dalam hadis rasulullah SAW yaitu :
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ ﷲ ُ ﺻ ﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ُ ﺳ ْﻮ ُ ل َر َ َﻗ ﺎ:ل َ ﻦ َأ ِﺑ ْﻴ ِﻪ َﻗ ﺎ ْ ﻋ َ ,ﺐ ٍ ﺻ َﻬ ْﻴ ُ ﻦ ِ ﺢ ْﺑ ِ ﺻَﺎِﻟ ﻂ ا ْﻟ ُﺒ ﱢﺮ ُ ﺧ ْﻠ َ ﺿ ُﺔ َو َ وَا ْﻟ ُﻤﻘَﺎ َر,ﻞ ٍ ﺟ َ ﻰ َأ َ اﻟ َﺒ ْﻴ ُﻊ اِﻟ,ﻦ اﻟ َﺒ َﺮ َآ ُﺔ ث ِﻓ ْﻴ ِﻬ ﱠ ٌ ﻼ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َﺛ َ َو َ ﺖ ِ ﺸ ِﻌ ْﻴ ِﺮ ِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ ﺑِﺎﻟ ﱠ ( )رواﻩ ﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ.ﻻ ِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ ِﻊ 1
Artinya : Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual". (H.R Ibnu Majjah) Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja-sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mâl) menyerahkan (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Mudharabah disebut juga muqaradhah (qiradh). Qiradh berasal dari kata al qardhu, artinya pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan yang mendapat keuntungan2.
1
Al-Hafidzi Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qozwilni Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz III dalam Kitab Tijarah, (Libanon, Darul Ihya Al-Turats, 1975), h. 768 2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta, Gema Insami Press, 2001), h. 95
Ada
hal
menarik
dalam perkembangannya
mengenai
pembiayaan
mudharabah ini. Dalam fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)3, pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang bersifat amanah (yad al-amanah). Perjanjian ini merupakan perjanjian yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung tingkat keadilan antara kedua belah pihak. Karenanya masingmasing pihak harus menjaga kepentingan bersama. Artinya, tidak diperkenankan shahibul mâl memintakan jaminan kepada mudharib karena mudharib hanyalah sebagai pengelola modal. Dalam literatur fikih pun tidak tercantum bahwa jaminan sebagai salah satu syarat dari perjanjian tersebut. Sedangkan dalam penjelasan pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa "Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan". Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan pembiayaan, bank syariah harus melakukan penilaian dengan seksama terhadap 5 C (Character, Capital, Capacity, Collateral dan Condition of Economi) dari nasabah (debitur). Di samping itu bank juga harus memperhatikan hasil AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) skala besar bagi perusahaan besar dan berisiko besar.
3
DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta, PT Intermasa, 2003), h. 48
Untuk mengurangi risiko pada kesanggupan serta kemampuan tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor yang harus diperhatikan oleh bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Masih pada UU Perbankan No.10 dalam pasal 1 mengenai ketentuan umum penjelasan no. 23 yaitu : "Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah". Hal ini menjelaskan bahwa jaminan harus pula disertakan dalam bentuk agunan. Jelas terlihat bahwa dalam literatur fikih dan dalam fatwa MUI, jaminan dalam pembiayaan mudharabah adalah tidak diperlukan. Sedangkan dalam ketentuan UU Perbankan yang telah tersebutkan di atas, jaminan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh bank / lembaga keuangan syariah mengingat dana masyarakat yang harus dilindungi agar jangan sampai merugikan masyarakat selaku nasabah, maupun pihak bank / lembaga keuangan syariah sendiri. Padahal, menurut pengertian mudharabah di atas, dapat tergambar bahwa mudharib adalah pihak yang tidak mempunyai uang sehingga dia memohon kepada orang lain untuk memberikan modal dengan catatan pengembalian modal dan pembagian keuntungan jika ada keuntungan. Kemudian menjadi hal yang menarik untuk melihat apakah lembaga keuangan syariah di Indonesia, khususnya LKS Berkah Madani Kelapa Dua
(selanjutnya disebut LKS Berkah Madani), telah menerapkan prinsip syariah secara murni dalam praktik muamalah di lapangan, terutama terhadap jaminan dalam pembiayaan mudharabah. Sebab menurut penulis, akad mudharabah merupakan akad yang paling cocok untuk diterapkan di Indonesia jika sesuai dengan prinsip syariah mengingat Indonesia masih membutuhkan dana untuk mengembangkan perekonomian yang terbentur pada masalah modal (dana). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin membahas masalah tersebut dalam
skripsi
yang
berjudul
"Fungsi
Jaminan
Dalam
Pembiayaan
Mudharabah (Studi Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)".
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penulis membatasi permasalahan mengenai hal-hal sebagai berikut: a) Pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh LKS Berkah Madani Kelapa Dua b) Fungsi jaminan yang diterapkan pada pembiayaan mudharabah LKS Berkah Madani Kelapa Dua c) Analisis hukum Islam terhadap jaminan dalam pembiayaan mudharabah 2. Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa pokokpokok permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut : a) Bagaimana konsep pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh LKS Berkah Madani Kelapa Dua?
b) Bagaimana
fungsi
jaminan
yang
diterapkan
dalam
pembiayaan
mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua? c) Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap jaminan dalam pembiayaan mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai konsep pembiayaan mudharabah dan mengenai fungsi dari jaminan yang disertakan dalam pembiayaan mudharabah oleh Berkah Madani Kelapa Dua, serta untuk mendapatkan informasi tentang pandangan hukum Islam terhadap fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah. 2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat antara lain : a) Bagi peneliti adalah untuk memperbanyak wawasan mengenai konsep pembiayaan mudahrabah, khususnya mengenai fungsi jaminan pada pembiayaan mudharabah. b) Untuk lembaga keuangan syariah, agar dapat mengetahui bagaimana menurut hukum Islam mengenai jaminan dalam pembiayaan mudharabah. c) Bagi masyarakat luas, dapat menjadi bahan rujukan ketika hendak melakukan perjanjian kerja-sama berupa mudharabah dan diminta untuk menyertakan jaminan oleh bank/ lembaga keuangan syariah, masyarkat
telah mengerti maksud dari penyertaan jaminan. D. Tinjauan Pustaka Setelah membuka daftar skripsi tahun sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa belum ada skripsi sebelumnya yang membahas mengenai fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah. Skripsi sebelumnya yang membahas mengenai jaminan dan telah terdaftar dalam pustaka skripsi UIN Syarif Hidayatullah adalah: 1. Aplikasi kegiatan penjaminan dalam bidang perbankan dilihat dari prinsip konvensional dan syariah. Oleh Anifa, 2002. (Skripsi tidak dapat diperlihatkan oleh perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum.) 2. Penjaminan barang gadai dalam perspektif Islam dan aplikasinya pada bank syariah (Studi kasus pada BNI Syariah), oleh Livia, 201046100855, 2005. Gadai dalam perbankan syariah ditetapkan dalam 2 produk perbankan yaitu sebagai produk pelengkap dan produk pinjaman atau produk tersendiri. Mekanisme rahn dalam perbankan adalah nasabah yang menyerahkan barang kepada bank untuk ditaksir. Apabila nasabah setuju, maka akad terjadi dan nasabah akan mendapatkan pinjaman yang dibutuhkan dan setelah jatuh tempo, nasabah harus melunasi pinjaman tersebut. Pembahasan dalam skripsi ini lebih ditekankan pada bagaimana pandangan hukum Islam mengenai penyertaan jaminan dalam pembiayaan mudharabah. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
lapangan
ini
adalah
menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu peneliti menggambarkan permasalahan yang didasari pada data yang ada kemudian diambil kesimpulan.4 Jadi, dalam penelitian ini penulis hendak mendapatkan gambaran mengenai jaminan yang diterapkan dalam pembiayaan mudharabah pada Berkah Madani dan kemudian diambil kesimpulan.. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut : a) Studi Kepustakaan (Library Research) Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode library research, yaitu studi buku-buku di perpustakaan dengan pengumpulan data dari buku-buku yang relevan dengan studi ini. Dan juga dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan laporan yang terkait dengan masalah penelitian ini. b) Studi Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan adalah untuk memperoleh data yang valid, penulis terjun langsung ke lapangan atau ke lokasi penelitian yaitu LKS Berkah Madani Kelapa Dua. Penulis menggunakan wawancara untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan data-data
4
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1998), cet 3, h. 105
tentang fungsi jaminan pada pembiayaan mudharabah. Pelaksanaannya dilakukan terhadap orang yang mengetahui banyak tentang jaminan. Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. F. Sistimatika Penulisan Sistimatika penulisan dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan secara sistimatis bab per bab yang erat kaitannya antara bab satu dengan bab yang lainnya karena merupakan sebuah satu rangkaian. Skripsi ini terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistimatika penulisan. BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
TENTANG
JAMINAN
DAN
PEMBIAYAAN MUDHARABAH Bab ini membahas tentang pengertian jaminan, jaminan pada umumnya, jaminan menurut hukum Islam, fungsi jaminan, pengertian dan landasan hukum mudharabah, rukun dan syarat akad mudharabah, macam-macam mudharabah dan fasad / batalnya akad mudharabah. BAB III PROFIL MENGENAI LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA Bab ini berisi tentang sejarah LKS Berkah Madani, visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk dan jasa Berkah Madani, arah perkembangan usaha,
prosedur pembiayaan mudharabah pada LKS Berkah Madani dan penerapan jaminan dalam akad mudharabah. BAB IV ANALISIS TENTANG JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA Dalam bab ini membahas tentang analisis terhadap penerapan jaminan dalam akad mudharabah, analisis terhadap prosedur pembiayaan pada LKS Berkah Madani, dan analisis hukum Islam terhadap fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari penelitian dan saran-saran yang dapat dianggap perlu bagi Berkah Madani dan juga untuk masyarakat.
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG JAMINAN DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH
A. Jaminan 1.
Pengertian Jaminan Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, jaminan berasal dari kata jamin yang artinya adalah menanggung. Jaminan adalah tanggungan atas pinjaman yang diterima (borg) atau garansi atau janji seseorang untuk menanggung utang atau kewajiban tersebut tidak terpenuhi5. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya di samping pertanggung-jawaban umum debitur terhadap barang-barangnya6. Di
dalam
seminar
Badan
Pembinaan
Hukum
Nasional
yang
diselenggarakan di Yogyakarta dari tanggal 20 s.d 30 Juli 1977 disimpulkan pengertian jaminan, Jaminan adalah menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum7. Pengertian ini senada dengan pengertian jaminan menurut Hartono 5
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1989), h. 348 6 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada) ,ed I cet1, h. 21 7 Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 22
Hadisoeprapto bahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan8. Menurut M. Bahsan, jaminan adalah segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang piutang dalam masyarakat9. Pengertian lain tentang jaminan adalah : Suatu perikatan antara kreditur dengan debitur dimana debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang si debitur10. Hasanuddin Rahman menyebutkan bahwa jaminan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur karena pihak kreditur mempunyai kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan11. Menurut penulis, jaminan adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang penerima dana (debitur) kepada orang yang mengucurkan dana (kreditur) yang dapat dijadikan keyakinan oleh kreditur pada saat dalam masa perjanjian pembiayaan, dan dapat digunakan sebagai salah satu penyelesaian 8
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 22 Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 22 10 Gatot Supramono, Perbankan dan Permasalahan Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta, Djambatan, 1996) h. 75 11 Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek HukumPemberian Kredit Perbankan di Indonesia, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995) h.175 9
pembiayaan apabila suatu saat debitur tidak dapat mengembalikan pinjaman / dana. 2.
Jaminan Menurut KUH Perdata Di Indonesia, telah diatur mengenai hukum jaminan. Pengaturan hukum positif tentang jaminan terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1150-1161, Jaminan merupakan perjanjian yang bersifat accesoir yaitu perjanjian yang bersifat tambahan dan dikaitkan dengan perjanjian pokok12. Perjanjian pokok dari jaminan adalah perjanjian pemberian kredit atau pembiayaan. Jaminan terbagi menjadi dua jenis13, yaitu : a. Jaminan Materiil (Kebendaan) Jaminan materiil adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya (droit de suit) dan dapat diperalihkan. Jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam, yakni gadai, hak tanggungan, jaminan fidusia dan hipotek. b. Jaminan Immateriil (Perorangan)
12
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 30 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok hukum Jaminan dan Jaminan Perseorangan, (Yogyakarta, Liberty Offset Yogyakarta, 2001), cet 2, h. 47 13
Jaminan immateriil adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perseorangan tertentu, dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya. Yang termasuk jaminan perorangan adalah borg (penanggung adalah orang lain yang dapat ditagih), tanggung-menanggung dan perjanjian garansi. 3. Jaminan Menurut Hukum Islam Jaminan dalam hukum Islam dikenal dengan Adh-Dhamân. Perkataan “dhamân” itu keluar dari masdar dhimmu yang berarti menghendaki untuk ditanggung. Dhamân menurut pengertian etimologis atau lughat ialah menjamin atau menyanggupi apa yang ada dalam tanggungan orang lain. Yang semakna dengan dhamân adalah kata kafalah. Dalam kamus istilah fiqih disebutkan pengertian dhamaan adalah jaminan utang atau dalam hal lain menghadirkan seseorang atau barang ke tempat tertentu untuk diminta pertanggung-jawabannya atau sebagai barang jaminan14. Menurut M. Hasan Ali, Dhamân adalah menjamin (menanggung) untuk membayar hutang, menggadaikan barang atau menghadirkan orang pada tempat yang telah ditentukan15. Para Ulama Mazhab Hambali (Al-Hanabilah) menjelaskan bahwa dhamân ialah menyanggupi hak yang telah tetap atau bakal tetap atas orang 14
M. Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 2002), cet 3, h. 59 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta,PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Ed I cet 2, h.259 15
lain beserta hak tersebut masih tetap pada orang yang dijamin atau menyanggupi untuk mendatangkan orang yang memilkul suatu hak.16 Imam Mawardi (Mazhab Syafi'i) mengatakan, bahwa dhamân dalam pendaya-gunaan harta benda, tanggungan dalam masalah diyat (denda), jaminan terhadap kekayaan, terhadap jiwa dan jaminan terhadap beberapa perserikatan sudah menjadi kebiasaan masyarakat17. Rukun dan syarat jaminan adalah 18: a. Dhaman (yang menjamin) disyaratkan ahli mengendalikan hartanya (baligh berakal) b. Madhmun 'anhu (orang yang dijamin) disyaratkan terlepas dari hutang yang akan dibayarnya c. Madhmunlah (penerima jaminan) disyaratkan dikenal betul-betul oleh yang menjamin d. Mal madhmun (harta yang dijamin) disyaratkan banyaknya dan tetap e. Sighat (ijab kabul) disyaratkan dengan lafal yang menunjukkan jaminan seperti "Aku jamin piutangmu atas si anu sebanyak sekian" Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa jaminan berbentuk gadai (rahn) dan kafalah. Berikut penjelasan mengenai bentuk-bentuk jaminan: 1) Gadai (Rahn) 16
h. 376
17
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, ( Semarang, CV. Asy-Syifa, 1994)
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, h. 260 Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin S, Fiqih Mazhab Syafi'I Edisi Lengkap Muamalat, Munakahat, Jinayat, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2000. Cet 1, h. 107 18
Secara harfiah, rahn berarti tsubut dan dawam yaitu tetap dan lestari. Secara syara', rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diberikan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan19. Para pengikut Mazhab Syafi'i, mendefinisikan bahwa rahn adalah menjadikan nilai jaminan sebagai ganti utang tatkala tidak bisa melunasinya. Pengikut Mazhab Hambali mendefinisikan bahwa rahn adalah barang yang dijadikan jaminan utang, dimana harga barang itu sebagai ganti utang ketika tidak sanggup melunasinya. Mazhab Maliki mendefinisikan bahwa rahn adalah sesuatu yang bisa dibendakan/ diwujudkan harta yang diambil dari pemiliknya sebagai jaminan untuk utang yang harus dibayar. Imam Abu Zakaria Al-Anshari dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta benda itu bila utang tidak dibayar20. Menurut hemat penulis, rahn adalah sesuatu yang memiliki bentuk dan nilai/ harga yang dimiliki oleh seseorang dan dapat dijadikan sumber kepercayaan untuk suatu perjanjian kerja-sama atau utang piutang.
19
Muhammad Firdaus NH, dkk, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, (Jakarta, Renaisans, 2005), cet 1, h.16 20 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Illustrasi, (Yogyakarta, Ekonosia, 2004), h.156
Landasan hukum rahn adalah : a) Al Qur'an Al-Qur'an menurut bahasa berarti bacaan dan menurut istilah ushul fiqh al-Qur'an berarti " Kalam (perkataan) Allah yang diturunkan-Nya dengan perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dengan
bahasa
arab
serta
dianggap
beribadah
bagi
yang
membacanya"21. Dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 283 :
⌧
⌧ ⌦ ⌧ ☺ ☺ ☺ ⌦ ☺
☺
Artinya : " Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai/ sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis , maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya itu) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang 21
Alaidin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqih (Suatu Pengantar), (Jakarta, PT. Raja Grafinado Persada, 2004), h.79
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." b) Al-Hadis Pada prinsipnya, yang dimaksud dengan hadis adalah segala sesuatu yang dirujuk / disandar kepada nabi, baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapannya22.
ﺸ َﺔ َ ﻦ ﻋَﺎ ِﺋ ْﻋ َ ﺳﻮَا ِد ْ ﻷ َﻦ ا ْﻋ َ ﻦ ِا ْﺑﺮَا ِه ْﻴ َﻢ ْﻋ َ ش ِ ﻋﻤَﺎ ْﻷ َﻦ ا ْﻋ َ ﺷ َﺘﺮَى ْ ﺳﱠﻠ َﻢ ِا َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﻲ ﺻَﻠﱠﻰ ا ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ ﷲ ﻋَ ْﻨﻬَﺎ َا ﱠ ُ ﻲا َﺿ ِ َر ﻋ ُﻪ )رواﻩ َ ﻞ َو َر ِه َﻨ ُﻪ َد ﱠر ٍﺟ َ ﻃﻌَﺎﻣًﺎ اِﻟﻰَ َا َ ﻦ ﱠﻳ ُﻬ ْﻮدِي ْ ِﻣ . (اﻟﺒﺨﺎري 23
Artinya
: "Dari A’masy, dari Ibrahim, dari Aswad, Dari 'Aisyah r.a bahwa Nabi Muhammad SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dengan cara berjanji, dan digadaikannya sehelai baju besi." (H.R. Bukhari dan Muslim)
c) Ijma' Kata ijma' secara bahasa berarti "Kebulatan tekad terhadap sesuatu persoalan" atau "Kesepakatan tentang suatu masalah". Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan 'Abdul Karim Zaidan adalah "Kesepakatan para mujahid di kalangan umat Islam tentang hukum syara' pada satu masa setelah Rasulullah wafat"24. Para Ulama sepakat membolehkan akad rahn. 22
Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Suatu Pengantar), h.71 Imam Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardazbah Al Bukhari Al Ja’fi, Shahih Al Bukhari Juz III, Jilid II, (Beirut, Darul Fikr, 1994), h.154 24 Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Suatu Pengantar), h. 125 23
d) Kaidah Fiqih
ﻋَﻠ ﻰ َ ﻞ ٌ ن َﻳ ُﺪلﱠ َدِﻟ ْﻴ ْ ﻻ َأ ت اﻻِﺑَﺎﺣَ ُﺔ ِا ﱠ ِ ﻼ َ ﻲ اﻟ ُﻤ َﻌ ﺎ َﻣ ْ ﻞ ِﻓ ُ ﺻ ْ ﻷ َا ﺤ ِﺮ ْﻳ ِﻤﻬَﺎ ْ َﺗ Artinya : " Pada dasarnya segala bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya." Rukun rahn25: a) Pelaku akad, yaitu rahin (yang menyerahkan barang) dan murtahin (yang menerima barang) b) Objek akad, yaitu marhun (barang jaminan) dan marhun bih (pembiayaan) c) Shighat, yaitu ijab dan qabul Syarat sah gadai (rahn)26 : a) Berakal b) Baligh c) Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad sekalipun tidak satu jenis. d) Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima gadaian (murtahin) atau wakilnya. Berakhirnya akad rahn : a) Penyerahan marhun kepada pemiliknya.dengan penyerahan itu 25
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta, Djambatan, 2003) cet 2, edisi revisi, h. 209 26 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, (Bandung, Al-ma'arif, 1996), cet 10, h.141
menurut jumhur selain Syafi’iyah akad akan berakhir karena ia adalah penguat atas utang, kalau diserahkan maka tidak ada lagi penguat dan berakhirlah gadai. b) Pelunasan utang semuanya c) Menjual secara paksa yang dilakukan rahin dengan perintah qadhi atau dilakukan qadhi (hakim) kalau rahin enggan. d) Pembebasan hutang dengan apapun sebabnya e) Pembatalan gadai oleh murtahin f) Malikiyah mengatakan gadai batal sebelum dipegangnya (marhun) dengan meninggalnya rahin atau bangkrutnya, atau adanya tuntutan dari para pemberi utang untuk melunasi, atau ada tuntutan hakim agar dia dilarang bertransaksi atau dengan sakit atau gila yang membawa kepada kematiannya. g) Kesepakatan Fuqoha bahwa gadai berakhir karena matinya rahin h) Adanya transaksi lain atas marhun seperti ijarah, hibah atau sedekah.27 2) Kafalah Dalam
pengertian
bahasa
kafalah
berarti
adh-dhammu
(menggabungkan). Menurut pengertian syara', kafalah adalah proses penggabungan tanggungan kafîl (orang yang berkewajiban melakukan makful bihi (yang ditanggung)) menjadi tanggungan ashîl (orang yang
27
Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 120/ 123
berhutang) dalam tuntutan/permintaan dengan materi sama atau hutang, atau barang, atau pekerjaan28. Menurut Ulama Mazhab Hanafi (Al-Hanafiyah) menerangkan definisi dhamân atau kafalah adalah mengumpulkan suatu tanggungan kepada tanggungan yang lain dalam hal menagih atau menuntut diri atau hutang atau benda29. Menurut Ulama Mazhab Maliki (Al-Malikiyah) menerangkan bahwa dhamân, kafalah dan hamalah adalah lafaz-lafaz sinonim atau semakna yaitu pemilik suatu hak memfungsikan tanggungan orang yang menjamin dengan tanggungan orang yang dijamin, baik fungsi tanggungan itu bergantung kepada sesuatu atau tidak tergantung kepadanya30. Para Ulama Mazhab Hambali (Al-Hanabilah) menjelaskan bahwa dhamân ialah menyanggupi hak yang telah tetap atau bakal tetap atas orang-lain beserta hak tersebut masih tetap pada orang yang dijamin atau menyanggupi untuk mendatangkan orang yang memikul suatu hak31. Ulama Mazhab Syafi’I menerangkan dhamân menurut pengertian syara’ ialah perjanjian yang menetapkan kesanggupan untuk menjamin
28
Sabiq, Fikih Sunnah 13, h. 157 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h.371 30 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 371 31 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 376 29
hak yang tetap dalam tanggungan orang lain, atau mendatangkan barang yang dijamin atau mendatangkan diri orang yang berhak didatangkan32. Lebih jelasnya, kafalah (guaranty) adalah jaminan, beban atau tanggungan yang diberikan oleh penanggung (kâfil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makful). Atas jasanya penjamin dapat meminta imbalan tertentu dari orang yang dijamin. Praktik kafalah dalam perbankan syariah sama halnya seperti garansi bank (bank guarantee) pada perbankan konvensional. Landasan hukum kafalah adalah : a) Al-Qur'an Al-Qur'an surat Yusuf ayat 72:
☺
☺
Artinya : "Penyeru-penyeru itu berkata : "kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya." b) Al-Hadis Hadits Nabi riwayat Bukhari :
32
Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 378
ﻲ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ُأ ِﺗ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﻲ ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ ع َأ ﱠ ُ ﻷ ْآ َﻮ َﻦا ُ ﺳَﻠ َﻤ َﺔ ْﺑ َ ﻦ ْﻋ َ : ﻦ َد ْﻳﻦٍ؟ ﻗَﺎُﻟ ْﻮ ْ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ِﻣ َ ﻞ ْ َه: ل َ َﻓﻘَﺎ,ﻲ ﻋَﻠَ ْﻴﻬَﺎ َ ﺼﱢﻠ َ ﺠﻨَﺎ َز ٌة ِﻟ ُﻴ َ ِﺑ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ ﻞ ْ َه: ل َ َﻓﻘَﺎ,ﺧﺮَى ْ ﺠﻨَﺎ َز ٍة ُأ َ ﻲ ِﺑ َ ُﺛﻢﱠ ُأ ِﺗ.ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ ﺼﻠﱠﻰ َ َﻓ,ﻻ َ َأ ُﺑ ْﻮ:ل َ ﻗَﺎ.ﺣ ِﺒ ُﻜ ْﻢ ِ ﻰ ﺻَﺎ َ ﺻَﱡﻠﻮْا ﻋَﻠ:ل َ ﻗَﺎ. َﻧ َﻌ ْﻢ:ﻦ َد ْﻳﻦٍ؟ ﻗَﺎُﻟ ْﻮ ْ ِﻣ ِ ﻋَﻠ ْﻴ َ ﺼﻠﱠﻰ َ َﻓ,ﷲ ِ لا َ ﺳ ْﻮ ُ ﻲ َد ْﻳ ُﻨ ُﻪ ﻳَﺎ َر ﻋَﻠ ﱠ َ :َﻗ َﺘ َﺪ َة . ﻪ 33
Artinya: " Dari Salamah bin Akwa', " Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk dishalatkan. Rasulullah SAW bertanya, 'Apakah ia mempunyai hutang?' Sahabat menjawab 'Tidak'. Maka, beliau menshalatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah SAW pun bertanya, 'Apakah ia mempunyai hutang?' Sahabat menjawab 'Ya'. Rasulullah SAW berkata 'Shalatkanlah temanmu itu' (beliau sendiri tidak mau menshalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata, 'Saya menjamin hutangnya ya Rasulullah'. Maka Rasulullahpun menshalatkan jenazah tersebut."(HR. Bukhari dari Salamah bin Akwa') c) Kaidah Fiqh
ﻋَﻠ ﻰ َ ﻞ ٌ ن َﻳ ُﺪلﱠ َدِﻟ ْﻴ ْ ﻻ َأ ت اﻻِﺑَﺎﺣَ ُﺔ ِا ﱠ ِ ﻼ َ ﻲ اﻟ ُﻤ َﻌ ﺎ َﻣ ْ ﻞ ِﻓ ُ ﺻ ْ ﻷ َا ﺤ ِﺮ ْﻳ ِﻤﻬَﺎ ْ َﺗ Artinya : “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” Rukun dan syarat kafalah 34 : a) Kafil, yaitu orang yang menjamin. Disyaratkan mampu untuk melunasi makful bih
33
Imam Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardazbah Al Bukhari Al Ja’fi, Shahih Al Bukhari Juz III, Jilid II, h. 57 34 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 191
b) Makful lahu, yaitu orang yang berpiutang. Disyaratkan jelas, dapat hadir pada waktu akad, berakal sehat. c) Makful’anhu atau Ashîl, yaitu oaring yang berutang. Disyaratkan mempunyai kemampuan untuk untuk menyerahkan utang tersebut, baik ia sendiri yang menyerahkannya maupun wakilnya. d) Makful
bih
adalah
utang,
barang
atau
orang
(jiwa)
yang
dipertanggung-jawabkan. e) Lafadz atau ucapan ijab dan qabul.
B. Fungsi Jaminan Jaminan memiliki fungsi antara lain : 1. Menjamin agar debitor berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diperkecil35. 2. Memberikan dorongan kepada debitor untuk memenuhi janjinya, khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar debitor dan pihak ketiga yang ikut menjamin tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank36. 3. Memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak lembaga keuangan 35
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), cet 2, h. 286 36 Usman, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, h. 286
bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara mengeksekusi jaminan kredit. 4. Memberikan hak dan kekuasaan kepada lembaga keuangan untuk mendapatkan pelunasan dari agunan apabila debitor melakukan cidera janji, yaitu untuk pengembalian dana yang telah dikeluarkan oleh debitor pada waktu yang telah ditentukan.
C. Mudhârabah 1. Pengertian dan Landasan Hukum Mudhârabah Perkataan mudharabah adalah dikeluarkan dari bentuk masdar adhdharbu, yang artinya pergi. Tentang ma'na ini Allah telah berfirman dalam Surat Al-Muzammil Ayat 20 :
⌧ ⌧
⌧
⌦
⌧
Artinya : “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, Karena itu Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Mudharib berarti orang yang berjalan dimuka bumi untuk mencari atau mendapatkan karunia Allah.37 Mudhârabah menurut pengertian etimologis (bahasa) ialah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang yang memberikan modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian
37
Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 3/ 40
keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjiannya, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal38. Menurut Ulama Mazhab Hanafi (Al-Hanafiyah) adalah perjanjian kerjasama perniagaan dengan melihat tujuan para pelakunya adalah merupakan persekutuan dalam memperoleh keuntungan39. Menurut Mazhab Maliki (Al-Malikiyah) mudharabah atau qiradh menurut syara’ ialah akad perjanjian mewakilkan dari pihak pemilik modal kepada lainnya untuk meniagakannya secara khusus pada emas dan perak yang telah dicetak dengan cetakan yang sah untuk tukar menukar kebutuhan hidup40. Menurut Mazhab Hambali (Al-Hanabilah) mudharabah atau kerja-sama perniagaan adalah suatu pernyataan tentang pemilik modal menyerahkan sejumlah modal tertentu dari hartanya kepada orang yang meniagakannya dengan imbalan bagian tertentu dari keuntungannya41. Ulama penganut Mazhab Syafi’I menerangkan kerjasama perniagaan atau mudharabah atau qiradh adalah suatu perjanjian kerjasama yang dikehendaki agar seseorang menyerahkan modal kepada orang lain agar ia
38
Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 66 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV h. 67 40 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV , h.73 41 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 80 39
melakukan niaga dengannya dan masing-masing pihak akan memperoleh keuntungan dengan beberapa persyaratan yang ditentukan42. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mâl) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si pengelola, tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelolan maka si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian43. Landasan hukum mudharabah : a) Al-Qur'an Hukum mudharabah berlandaskan pada QS. Al-Jumu’ah ayat 10 :
⌧ Artinya : “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” b) Al-Hadis
42
Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV , h. 84 Muhammad Syafi,i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan (Jakarta, Tazkia Institute, 1999), h. 171. 43
Hukum mudharabah berlandaskan pada hadis :
ﷲ ُ ﺻ ﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ُ ﺳ ْﻮ ُ ل َر َ َﻗ ﺎ:ل َ ﻦ َأ ِﺑ ْﻴ ِﻪ َﻗ ﺎ ْ ﻋ َ ,ﺐ ٍ ﺻ َﻬ ْﻴ ُ ﻦ ِ ﺢ ْﺑ ِ ﺻَﺎِﻟ ﺿ ُﺔ َ وَا ْﻟ ُﻤﻘَﺎ َر,ﻞ ٍ ﺟ َ ﻰ َأ َ اﻟ َﺒ ْﻴ ُﻊ اِﻟ,ﻦ اﻟ َﺒ َﺮ َآ ُﺔ ث ِﻓ ْﻴ ِﻬ ﱠ ٌ ﻼ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َﺛ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ()رواﻩ ﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ.ﻻ ِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ ِﻊ َ ﺖ ِ ﺸ ِﻌ ْﻴ ِﺮ ِﻟ ْﻠ َﺒ ْﻴ ﻂ ا ْﻟ ُﺒﺮﱢ ﺑِﺎﻟ ﱠ ُ ﺧ ْﻠ َ َو 44
Artinya : Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual". (H.R Ibnu Majah). Keberkahan yang terkandung dalam melepas orang berdagang ialah karena telah membukakan jalan bagi orang yang hidupnya kekurangan untuk berusaha secara halal sehingga ia dapat dengan cara lebih baik dan sesuai dengan tuntunan agama45. c) Ijma' Diriwayatkan,
sejumlah
sahabat
menyerahkan
(kepada
orang,
mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma'. d) Qiyas Qiyas (analogi) menurut bahasa berarti "Mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara keduanya". Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan oleh Wahbah Azh44
Al-Hafidzi Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qozwilni Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz III dalam Kitab Tijarah, (Libanon, Darul Ihya Al-Turats, 1975), h. 768 45 Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’I Edisi Lengkap Muamalat, Munakahat, Jinayat, (Bandung, CV. Pustaka Setia), 2000, cet 1, h.130
Zhuhaili adalah : menghubungkan (menyamakan hukum) sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya karena ada persamaan 'illat antara keduanya46. Adapun qiyas mudhârabah disamakan dengan musaqah (mengambil upah dari menyiram tanaman).47 2. Rukun dan Syarat Mudhârabah Rukun Mudhârabah adalah 48: a) Pihak yang berakad 1) Pemilik modal (shahibul mâl) 2) Pengelola modal (mudharib) b) Objek yang diakadkan 1) Modal (mâl) 2) Kerja 3) Keuntungan c) Sighat 1) Serah (ijab) 2) Terima (qobul) Syarat mudharabah49 : a) Pihak yang berakad (shahibul mâl dan mudharabah) 46
Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Suatu Pengantar), h. 130 Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 5/ 40 48 Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah , h.63 49 Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah , h. 63 47
Keduanya
harus
memiliki
kemampuan
untuk
mewakili
dan
mewakilkan. Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi haruslah orenag yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu posisi orang yang akan mengelola modal adalah wakil dari pemilik modal, itulah sebabnya, syarat-syarat seorang wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam akad mudharabah50. b) Objek yang diakadkan adalah modal, kerja dan keuntungan. i. Harus dijelaskan besaran modal yang disetorkan kepada mudharib, jumlah dan mata uangnya. Yang terkait dengan modal, disyaratkan jelas jumlahnya, Tunai (Tidak boleh berbentuk hutang), dan diserahkan sepenuhnya kepada pedagang/ pengelola modal. ii. Jangka waktu pengelolaan modal. iii. Jenis pekerjaan yang dimudharabahkan. iv. Proporsi pembagian keuntungan. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambilkan dari keuntungan dagang itu seperti setengah, sepertiga atau seperempat51. Apabila pembagian keuntungan tidak jelas, menurut Ulama Hanafiyah akad itu fasid
50 51
Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta, Gaya Media Pratama, 2000) cet 1, h. 178 Nasroen, Fiqh Muamalah, h. 178
(rusak).
Demikian
juga
halnya
apabila
pemilik
modal
mensyaratkan bahwa kerugian ditanggung bersama, menurut Ulama Hanafiyah, syarat seperti ini batal dan kerugian ditanggung sendiri oleh pemilik modal. c) Sighat i. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad. ii. Antara ijab dan qobul harus selaras baik dalam modal, kerja, maupun penentuan nisbah. iii. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada hal/ kejadian yang akan datang.
3. Macam-Macam Mudharabah Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu 52: a) Mudharabah Muthlaqah Transaksi yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul mâl dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh ulama salaf Ash-Shalih, seringkali dicontohkan dengan ungkapan If'al ma syi'ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul mal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. b) Mudharabah Muqayyadah 52
Muhammad Syafi'I Antonio, Bank Syariah, Wacana Ulama dan Cendekiawan, h.173
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah / specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau daerah usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul mâl dalam memasuki dunia usaha. 4. Fasad / Batalnya Mudharabah : Para Ulama Fiqh menyatakan bahwa akad mudharabah dinyatakan batal dalam hal-hal sebagai berikut53 : a) Masing-masing pihak menyatakan akad batal atau pekerja dilarang untuk bertindak hukum terhadap modal yang diberikan atau pemilik modal menarik modalnya. b) Salah seorang yang berakad meninggal dunia. Jika pemilik modal yang wafat, menurut Jumhur Ulama, akad itu batal, karena akad mudharabah sama dengan akad wakalah (perwakilan) yang gugur disebabkan wafatnya orang yang diwakilkan. Di samping itu, jumhur Ulama berpendapat bahwa akad mudharabah tidak boleh diwariskan. Akan tetapi, Ulama Malikiyah berpendapat bahwa jika salah seorang yang berakad meninggal dunia, akadnya tidak batal, tetapi dilanjutkan oleh ahli warisnya, menurut mereka akad mudharabah boleh diwariskan. c) Salah seorang yang berakad kehilangan kecakapan bertindak hukum. Seperti gila. Karena orang gila tidak cakap lagi bertindak hukum. 53
Nasroen, Fiqh Muamalah, h. 180
d) Jika pemilik modal murtad (keluar dari agama Islam) menurut Imam Abu Hanifah, akad mudharabah batal. e) Modal habis di tangan pemilik modal sebelum dikelola oleh pekerja. Demikian juga halnya, mudharabah batal apabila modal itu dibelanjakan oleh pemilik modal sehingga tidak ada lagi yang boleh dikelola oleh pekerja. f) Keuntungan
dimiliki
oleh
pemilik
harta,
dan
apabila
pemodal
mensyaratkan kerugian ditanggung oleh pelaksana.54 Dengan demikian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa akad mudharabah dapat menjadi batal apabila dalam proses perjalanan mudharabah itu salah satu pihak mengingkari atau tutup usia, atau karena tidak cakap melaksanakan akad tersebut dan atau pemilik mensyaratkan keuntungan dari dimiliki oleh pemilik harta dan jika terdapat kerugian ditanggung oleh pelaksana.
54
Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 14/ 40
BAB III PROFIL LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA
A. Sejarah LKS Berkah Madani Krisisi ekonomi yang berkepanjangan merupakan buah dari kesalahan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi pada masa lalu. Ketidak-berpihakan terhadap ekonomi kerakyatan menimbulkan ketidak-adilan dan semakin memperlebar jurang kesenjangan sosial dan ekonomi di tengah masyarakat. Sistem ekonomi ribawi semakin menambah jauh turunnya keberkahan yang dijanjikan Allah SWT kepada masyarakat yang bertakwa kepada-Nya. Menghadapi kondisi tersebut, pada tanggal 19 Oktober 2004, pada bulan suci Ramadhan 1425 H, 34 orang professional muda yang memiliki visi untuk mewujudkan lembaga keuangan mikro yang berbasis masyarakat dengan sistem syariah yang bernama Lembaga Keuangan Syariah Berkah Madani. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Berkah Madani berbadan hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang disahkan berdasarkan SK Menteri Koperasi dan UKM Nomor 486/BH/MENEG.I/V/2006. Operasional LKS Berkah Madani dimulai tepat pada tanggal 10 Februari 2005 atau bertepatan dengan 1 Muharram 1426 H dengan aset awal Rp.
38.000.000,00 (Tiga Puluh Delapan Juta Rupiah)55. LKS Berkah Madani berlokasi di Jl. Akses UI No. 44 Kelapa Dua Depok. DPK (Dana Pihak Ketiga) LKS Berkah Madani per Desember 2006 tercatat Rp. 809 juta (delapan ratus sembilan juta rupiah) dari Rp.721 juta (tujuh ratus dua puluh satu juta). Sedangkan pembiayaan per Desember 2006 meningkat menjadi Rp.1.77 miliar (satu miliar tujuh ratus tujuh puluh juta rupiah) dari Rp. 1,5 miliar (satu miliar lima ratus juta rupiah)56. Pada tahun 2007, total pembiayaan meningkat menjadi Rp. 1.996.707.620,-. Pembiayaan yang disalurkan adalah untuk pembiayaan murabahah sebesar 52%, pembiayaan mudharabah sebesar 40,95%, ijarah (sewa) 4,52 % dan Qardh sebesar 1,97%57. B. Visi dan Misi LKS Berkah Madani Visi LKS Berkah Madani adalah " Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang terbaik dan terdepan secara nasional dalam memberikan solusi yang bermakna bagi kaum dhuafa, pengusaha mikro dan kecil secara berkelanjutan dengan berlandaskan prinsip-prinsip fathanah, amanah, shiddiq dan tabligh". Misi LKS Berkah Madani adalah: 1. Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial maupun non-finansial. 55
"Berangkat dari Nol, Aset BMT Berkah Madani melonjak tajam", Artikel diakses pada 19 September 2007, http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=260112&kat_id=256 56 "BMT Kembangkan Bisnis Makanan Dan Sembako", Artikel diakses pada 30 Oktober 2007, http://.bmt.berkahmadani .com/index_files/page1090.htm 57 Sumber : Laporan Keuangan LKS Berkah Madani Kelapa Dua tahun 2007
2. Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktifitas masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan ekonomi. 3. Menjadi LKS yang tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan usaha nasabahnya. 4. Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada shareholder melalui pelayanan terbaik kepada shareholder58.
C. Struktur Organisasi LKS Berkah Madani Struktur organisasi adalah suatu gambaran secara skematis tentang hubungan kerja-sama orang-orang yang terdapat dalam suatu badan dalam rangka usaha mencapai suatua tujuan. Tujuan struktur orgenisasi adalah untuk mempermudah dalam melaksanakan tugas, membagi suatu kegiatan-kegiatan kerja besar menjadi kegiatan-kerja yang lebih kecil. Di samping itu juga untuk mempermudah pimpinan dalam melaksanakan tugas pengawasan. Adapun struktur organisasi LKS Berkah Madani adalah sebagai berikut : 1. Rapat Anggota Tahunan (RAT) Rapat Anggota Tahunan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam LKS yang berbadan hukum koperasi, sehingga seluruh anggota memiliki hak yang sama untuk meminta keterangan dan pertanggung-jawaban dari Badan Pengurus dan Badan Pengawas mengenai pengelolaan LKS.
58
“BMT Berkah Madani, Brosur, 2007”
Pelaksanaan rapat anggota dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali59. Rapat anggota akan membahas dan menetapkan antara lain : a) Anggaran dasar b) Kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha LKS c) Pemilihan dan pemberhentian pengurus dan pengawas d) Rencana kerja dan anggaran LKS e) Pengesahan laporan f) Pengesahan, pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya g) Pembagian sisa hasil usaha h) Penggabungan dan peleburan pembagian dan pembubaran LKS 2. Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dewan ini wajib untuk diadakan dan dioperasionalkan untuk lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Anggota DPS harus terdiri dari para ahli di bidang Syariah muamalah yang didukung oleh pemahaman terhadap pengetahuan umum di bidang operasional Lembaga Keuangan Syariah60. Secara umum tugas dan tanggung-jawab dari DPS adalah: a) Mengawasi kegiatan usaha LKS agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip-prinsip Syariah b) Memberikan nasihat dan saran kepada pengurus, pengelola dan pengawas
59 60
Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005
keuangan yang berkaitan dengan aspek Syariah c) Menelaah aspek Syariah terhadap produk dan pengembangan produk jasa keuangan yang ditawarkan oleh LKS 3. Badan Pengurus Pengurus adalah orang-orang yang dipilih oleh anggota LKS dalam rapat anggota. Pada tahap awal pendirian, pengurus biasanya dipilih dari badan pendiri. Persyaratan pemilihan pengurus dicantumkan dalam AD (Anggaran Dasar) / ART (Anggaran Rumah Tangga) secara umum61. Pada LKS Berkah Madani ketentuan pengurus adalah sebagai berikut : a) Pengurus LKS dipilih dari dan oleh anggota b) Pengurus LKS terdiri dari ketua, sekertaris dan bendahara c) Pengurus bertanggung-jawab atas perkembangan LKS dalam : memeriksa LKS, memberi pengarahan, mengontrol pengelola, membantu pengelola memecahkan masalah yang dihadapi serta memberikan laporan kepada badan pendiri dan anggota LKS d) Pada LKS Berkah Madani, masa kerja pengurus adalah 3 tahun sekali. Setiap tahun pengurus LKS dan pengelola harus membuat laporan pertanggung-jawaban. 4. Badan Pemeriksa atau Pengawas Badan ini diadakan sebagai bagian dari prinsip kehati-hatian (prudential) bagi LKS dalam melaksanakan operasionalnya. Anggota Badan 61
Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005
Pemeriksa / Pengawas dipilih oleh Rapat Anggota. Badan Pemeriksa / pengawas bertanggung-jawab kepada Rapat Anggota62. Secara umum tugas dan tanggung-jawab Badan Pemeriksa / Pengawas adalah : a) Membuat kebijakan umum untuk melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan operasional sehingga sesuai dengan tujuan lembaga. b) Melakukan pemeriksaan terhadap pengelola LKS c) Melakukan pengawasan kegiatan operasional d) Membuat laporan hasil pengawasan 5. Bidang Operasional Bidang Operasional berfungsi sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu Direksi dalam melakukan tugas-tugas di bidang operasional LKS. Fungsi tersebut meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif secara efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaan dan pengamanan pelayanan jasa-jasa LKS sesuai dengan sistim dan prosedur operasional LKS. Pada LKS Berkah Madani bidang operasional terbagi menjadi 3 bagian, yaitu customer service, teller dan staf administrasi pembiayaan63. Tugas dan tanggung jawab Customer service antara lain : a) Memberikan informasi dan penjelasan secara menyeluruh kepada nasabah mengenai produk-produk LKS Berkah Madani. b) Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah dengan ramah, cepat 62 63
Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005
dan memuaskan c) Memberikan pelayanan terhadap keluhan nasabah d) Mencatat seluruh keluhan dan masukan dari nasabah e) Melakukan pendokumentasian berkas-berkas nasabah f) Menjaga database nasabah dengan baik dan terkendali Tugas dan tanggung-jawab Teller adalah : a) Memproses seluruh transaksi pembayaran dan pengeluaran uang pada LKS Berkah Madani b) Memproses seluruh transaksi penerimaan dana baik tunai maupun non tunai pada LKS Berkah Madani c) Mengelola anggaran yang telah disetujui d) Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran kas e) Mengelola dana kas kecil operasional LKS Berkah Madani f) Bertanggung-jawab atas tersedianya dana untuk keperluan transaksi harian Tugas dan tanggung-jawab Staf Administrasi Pembiayaan antara lain : a) Melakukan registrasi pembiayaan b) Menyusun akad pembiayaan c) Memonitor kelengkapan dokumen pembiayaan dan jaminan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan komite pembiayaan d) Membuat laporan realisasi pencairan dana pembiayaan e) Memantau pelunasan pembiayaan f) Melakukan administrasi dan menghitung pembayaran angsuran pokok dan
bagi hasil g) Melakukan fungsi dan tugas review atas proposal yang diajukan h) Membantu menjalankan fungsi pengawasan kepada nasabah i) Membuat analisis awal proposal calon nasabah 6. Bidang Marketing Bidang marketing bertugas untuk membantu Direksi dalam menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut pemasaran dan pembiayaan64. Tugas pokok dan tanggung-jawab bidang marketing antara lain : a) Memberikan infornasi dan penjelasan secara menyeluruh kepada calon nasabah mengenai produk-produk LKS Berkah Madani baik produk simpanan, pembiayaan, maupun produk lainnya b) Memberikan pelayanan pembukaan tabungan di luar kantor c) Memberikan pelayanan permohonan pembiayaan d) Melakukan survey terhadap calon nasabah pembiayaan e) Melakukan proses analisis kelayakan dan analisis jaminan calon nasabah pembiayaan f) Menyusun memo komite Pembiayaan dan mengajukan kepada komite pembiayaan g) Menjaga hubungan baik dengan nasabah h) Melakukan monitoring terhadap nasabah pembiayaan i) Membantu penanganan nasabah pembiayaan bermasalah 64
Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005
7. Bidang Keuangan Bidang Keuangan merupakan bidang yang melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan penerimaan dan penarikan uang65. Secara umum tugas dan tanggung jawabnya adalah : a) Mengkompilasi seluruh rancangan anggaran tahunan LKS Berkah Madani yang telah disusun oleh setiap bagian b) Menyusun anggaran bulanan berdasarkan anggaran tahunan yang telah disetujui c) Melakukan proses akuntansi sesuai dengan siklus akuntansi pada umumnya d) Melakukan verifikasi setiap permohonan uang yang diajukan e) Melakukan verifikasi dan validasi data transaksi yang dimasukkan oleh teller f) Menyiapkan laporan keuangan LKS baik secara rutin berdasarkan periode akuntansi maupun sewaktu-waktu secara intensif g) Menyusun laporan realisasi anggaran h) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran tahunan Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi LKS Berkah Madani 66:
65 66
Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 LKS Berkah Madani, Laporan Keuangan Tahun 2006, h. 8
RAPAT ANGGOTA TAHUNAN BADAN PENGAWAS
DEWAN PENGAWAS SYARIAH BADAN PENGURUS
GENERAL MANAGER Zainal Zayadi
Manajer Pendukung ( )
Personalia
Manajer Operasional Siti Umainah
)
Customer Service Diah Ramadha N
General Affair ( )
Teller Anik Andri Lestari
(
Accounting Siti Umainah
Staff Administrasi Diah Ramadha N
Keuangan Diah Ramadha N
Gambar 1 : Struktur Organisasi LKS Berkah Madani Kelapa Dua
Manager Marketing Zainal Zayadi
Kordinator AO : Mubin Upara Supriyantoro
Asisten AO : Fachroji Achmad
Susunan pengurus Lembaga Keuangan Syariah pada tahun 2007 adalah sebagai berikut: 1. Dewan Pengawas Syariah Ketua
: Muhammad Haikal
Anggota
: Arisson Haikal
2. Badan Pengawas Ketua
: Asril
Angggota
: Rahfi Saefulshaf
3. Badan Pengurus Ketua Umum : Andi Estetiono Ketua 1
: Budi Hartanto
Ketua 2
: Bambang Wahyudiono
Sekertaris 1
: Wawan W. Setiawan
Sekertaris 2
: Johan Machrobi
Bendahara 1 : Yoke Paramita Bendahara 2 : Fevin Andryanto
D. Produk-Produk dan Jasa LKS Berkah Madani Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dalam menjalankan usahanya tidak dapat dipisahkan dari konsep-konsep syariah yang mengatur produk dan operasionalnya. Hadirnya LKS berfungsi sebagai intermediate antar pemilik dana dan pengelola dana atau penyalur dana. Sebagai pengumpul dana, LKS bertindak
sebagai penarik dana dari masyarakatyang dihimpun dalam simpanan dana nasabah. Sedangkan sebagai pengelola atau penyalur dana kepada masyarakat, LKS mampu memberikan keuntungan secara material kepada semua pihak yang melakukan investasi di dalamnya. Sesuai dengan fungsinya, LKS Berkah Madani menawarkan beberapa jenis produk yang dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Produkproduk LKS Berkah Madani terdiri dari : 1. Simpanan Tabungan Jenis simpanan yang dapat ditawarkan oleh LKS Berkah Madani relatif bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki oleh simpanan tersebut. LKS Berkah Madani melayani jasa simpanan tabungan yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan. Dengan akad mudharabah muthlaqah, nasabah mendapatkan bagi hasil yang halal sesuai syariah Islam. Bagi hasil dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian, menjamin bagi hasil yang diperoleh lebih adil. Bentuk-bentuk simpanan tersebut antara lain : a. Tabungan Berkah Hasil Tabungan Berkah Hasil adalah tabungan investasi yang mudah dan sesuai syariah. Nasabah dapat melakukan penyetoran dan penarikan dana sewaktu-waktu dengan mudah. Merupakan tabungan dengan akad mudharabah muthlaqah yang dapat memberikan bagi-hasil yang adil, halal dan sesuai syariah.
b. Tabungan Berkah Amanah Tabungan Berkah Amanah adalah tabunga khusus bagi organisasi atau lembaga. Insya Allah menjamin dana lembaga atau organisasi nasabah aman dan mendapat bagi-hasil yang adil, halal dan sesuai syariah. c. Tabungan Pendidikan Berkah Siswa Adalah tabungan dana pendidikan bagi para pelajar dan mahasiswa. Membiasakan para pelajar dan para mahasiswa untuk hidup terencana dan hemat dengan menabung. d. Tabungan Haji atau Umrah Berkah Talbiyah Tabungan ini berupa tabungan persiapan dana ongkos ibadah haji dan umrah. Membantu nasabah dalam mewujudkan niat suci untuk beribadah ke Tanah Suci. Menabung sekaligus berinvestasi dan mendapatkan bagi hasil yang adil, halal dan sesuai dengan syariah. Insya Allah ibadah nasabah mendapat ridha dan berkah dari Allah. e. Tabungan Berkah Qurban Tabungan Berkah Qurban membantu nasabah merencanakan keuangan untuk melaksanakan ibadah qurban yang setiap tahun menjadi kewajiban bagi setiap muslim yang mampu. f. Tabungan Berkah Fitri Tabungan
Berkah
Fitri
adalah
tabungan
khusus
untuk
mempersiapkan kebutuhan keuangan yang meningkat ketika menghadapi hari raya Idul Fitri.
g. Tabungan Berkah Walimah Tabungan ini bertujuan untuk membantu nasabah mempersiapkan kebutuhan keuangan dalam menghadapi hari pernikahan. 2. Investasi Berjangka Berkah Invest Investasi Berjangka Berkah Invest adalah sarana yang tepat untuk beinvestasi dana nasabah dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan, dapat diperpanjang secara otomatis (automatic roll over) dan bagi hasil setiap bulan akan dipindahkan ke rekening simpanan nasabah. Dana nasabah akan dikelola sebagai pembiayaan pada usaha mikro yang sesuai dengan syariah dan memiliki prospek usaha yang baik dengan perputaran dana yang cepat. LKS akan mengelola dana nasabah dengan amanah dan profesional. Dengan demikian, selain menguntungkan, investasi ini juga membantu pemberdayaan ekonomi rakyat khususnya asaha mikro. 3. Pembiayaan Syariah a. Pembiayaan Ijarah Fasilitas pembiayaan berupa sewa barang atau jasa dengan pembayaran secara angsuran. Fasilitas pembiayaan ijarah dapat digunakan untuk sewa tempat usaha, sewa kendaraan, pembayaran tenaga kerja, biaya kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. b. Pembiayaan Mudharabah Fasilitas pembiayaan berupa kerja sama antara LKS Berkah Madani dengan mitra, dimana LKS Berkah Madani sebagai pemilik modal dan
mitra sebagai pengelola usaha. Hasil yang diperoleh akan dibagikan (bagi hasil) antara LKS dan mitra dengan nisbah yang disepakati. c. Pembiayaan Murabahah Fasilitas pembelian barang-barang modal, bahan baku, persediaan barang dagangan, peralatan produksi maupun kebutuhan pribadi dengan cara pembayaran secara angsuran mingguan maupun bulanan. d. Pembiayaan Musyarakah Fasilitas pembiayaan berupa kerjasama antara LKS Berkah Madani dengan mitra dalam suatu kegiatan usaha dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi modal dan pengelolaan dengan pola bagi hasil atas pendapatan yang diperoleh. 4. Baitul Mâl Sebagai baitul mâl (lembaga yang menampung sekaligus menyalurkan dana sosial masyarakat), LKS Berkah Madani menjalankan fungsi sebagai lembaga amil zakat, infaq, shadaqah dan wakaf (ZISWAF). Dua amanah utama sebagai amil zakat adalah menghimpun dana ZISWAF dari para muzakki dan muhsinin serta menyalurkannya kepada para mustahik dan kaum dhuafa. Dana ZISWAF yang terhimpun dipandang sebagai sebuah amanah yang harus dipertanggung-jawabkan baik kepada muzakki dan muhsinin dan yang lebih utama adalah pertanggung-jawaban di hadapan Allah SWT. Dengan
demikian, insya Allah LKS Berkah Madani, penyaluran dana ZIS diprioritaskan untuk digunakan sebagai modal usaha produktif. Program penyaluran dana ZISWAF Berkah Madani diantaranya : a) Penyaluran dana sebagai modal usaha produktif kepada kaum dhuafa (Qardhul Hasan), berupa pinjaman dana bergilir. b) Program-program pemberdayaan masyarakat. c) Program pelatihan serta pembinaan para pedagang dan pengusaha mikro. d) Penyaluran dana sosial dan beasiswa. e) Bantuan sosial korban bencana f) Bantuan solidaritas dunia Islam67. E. Arah Perkembangan Usahanya Peran LKS dalam mendorong perkembangan sektor usaha mikro semakin terasa kental. Salah satunya ditunjukkan dengan peran LKS Berkah Madani dalam mendorong perkembangan bisnis makanan dan sembako di wilayah Depok. Pemberian pembiayaan bagi usaha warung makanan (kantin) dan sembako penting dilakukan karena keduanya menyediakan kebutuhan yang cukup dibutuhkan masyarakat. Depok merupakan wilayah yang sangat strategis untuk mengembangkan kedua bisnis tersebut karena wilayah Depok merupakan wilayah pemukiman warga dan banyak terdapat kampus sehingga tingkat likuiditasnya
67
Brosur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2007
cukup bagus, maka jika dibiayai, mereka dapat melakukan pembayaran secara mencicil harian dan mingguan68. F. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua LKS Berkah Madani menyediakan fasilitas pembiayaan mudharabah bagi nasabah LKS. Untuk memperoleh pembiayaan mudharabah tersebut, terdapat prosedur yang mengatur agar pembiayaan dapat terlaksana dengan lancar. Pada saat nasabah mengajukan permohonan untuk pembiayaan mudharabah, LKS Berkah Madani akan menanyakan terlebih dahulu, apakah nasabah telah mempunyai rekening pada LKS. Jika ternyata nasabah belum memiliki rekening, maka nasabah diwajibkan untuk membuka rekening tabungan dengan cara mengisi blanko pembukaan rekening tabungan yang telah disediakan oleh LKS Berkah Madani. Setelah mengisi blanko pembukaan rekening tabungan, nasabah diminta untuk melampirkan fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan dikenakan setoran awal sebesar Rp. 50.000,00,-.69 Setelah nasabah resmi menjadi nasabah LKS Berkah Madani, nasabah akan mendapatkan nomor dan buku rekening tabungan. Setelah itu, barulah permohonan pembiayaan mudharabah dapat diajukan yaitu antara lain dengan syarat-syarat sebagai berikut : 1. Syarat Dokumen
68
“Arah Perkembangan Usaha”, Artikel diakses pada 30 Oktober 2007, http://.bmt.berkahmadani .com/index_files/page1090.htm 69 LKS Berkah Madani Kelapa Dua, Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua
a. Telah membuka rekening di LKS Berkah Madani b. Mengisi formulir permohonan pembiayaan mudharabah yang telah disediakan oleh LKS. c. Melampirkan fotokopi KTP suami dan istri dan fotokopi Kartu Keluarga. d. Melampirkan pas foto terbaru suami dan istri ukuran 4 X 6 e. Mengisi surat persetujuan suami / istri f. Melampirkan fotokopi rekening listrik dan telepon 3 (tiga) bulan terakhir g. Melampirkan fotokopi jaminan (BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor) dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)) atau SHM (Sertifikat Hak Milik) / SHGB (Surat Hak Guna Bangunan) dan SPPT PBB untuk tanah. h. Melampirkan Fotokopi Surat Nikah i. Melampirkan fotokopi rekening tabungan 6 bulan terakhir 2. Syarat Tambahan a. Jaminan berupa BPKB Kendaraan atau Sertifikat tanah (SHM) b. Pembiayaan disepakati bersama hanya untuk usaha sesuai permohonan c. ZIS hasil usaha diberikan ke baitul mâl Berkah Madani untuk kepentingan sosial Rp.16.000,-. Ketentuan lainnya sesuai dengan pembiayaan yang berlaku di LKS Berkah Madani. Pada syarat dokumen dalam poin g, pemohon pembiayaan mudharabah diminta untuk melampirkan fotokopi BPKB/ SHM yang kemudian akan dianalisis sebagai bahan pertimbangan oleh Account Officer. Namun dalam pembiayaan
yang bernominal kurang dari Rp. 1.000.000,-(satu juta) LKS tidak meminta pemohon untuk menyertakan BPKB atau SHM sebagai jaminan pembiayaan. Hal ini dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian pihak LKS terhadap modal mudharabah. Pengecualian ini tetap saja tidak menghindarkan mudharib dari analisis mendetail mengenai prospek usaha dan kemampuan bayar mudharib. Setelah LKS menerima surat permohonan pembiayaan dari calon nasabah pembiayaan yang telah dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang diperlukan maka selanjutnya oleh Account Officer (AO) akan melakukan survey / kunjungan untuk melihat kondisi usaha nasabah. Kemudian AO melakukan analisis aspek yuridis. Setelah itu, dilakukan analisis pembiayaan. Analisis dilakukan oleh AO. Analisa pembiayaan dilakukan dengan 2 metode yang di dalamnya terkandung unsur 6 C (character, capacity, capital, cash flow, condition dan collateral). Metode tersebut adalah70 : 1) Analisis Kualitatif Analisis kualitatif adalah analisis terhadap "kemauan Bayar" calon nasabah penerima pembiayaan yang terdiri dari : a) Penilaian terhadap karakter (character). Untuk membaca watak atau sifat dari nasabah dapat dilakukan dengan melihat latar-belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa
70
LKS Berkah Madani Kelapa Dua, Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua
sosial. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang kemauan nasabah untuk membayar71. b) Penilaian terhadap integritas Penilaian dilakukan dengan cara menganalisis kemauan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemauan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemauannya” dalam pengembalian modal. 2) Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif adalah analisis terhadap "kemampuan bayar" calon nasabah penerima pembiayaan yang terdiri dari : a) Kelayakan usaha (condition) Penilaian pada kelayakan usaha adalah dengan memproyeksikan usaha tersebut membutuhkan dana berapa banyak dan dapat memberikan keuntungan berapa besar. Dengan memperkirakan seluruh biaya selama pembiayaan berlangsung maka akan dapat diketahui berapa keuntungan yang dapat diperoleh sehingga LKS akan dapat menyetujui pembiayaan tersebut. Penilaian juga dilakukan dengan menilai kondisi / keadaan ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk yang masa akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai
71
h.117
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Ed 1, Cet 3,
hendaknya
benar-benar
memiliki
prospek
yang
baik
sehingga
kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.72 b) Repayment capacity Repayment capacity dapat dilihat dari cash flow (aliran kas) pada calon nasabah pembiayaan yaitu dengan melihat pada rekening tabungannya 6 bulan terakhir, rekening listriknya dan rekening telepon. Analisis terhadap nasabah telah dilakukan oleh account officer yang kemudian kepada manager. Untuk tahap selanjutnya adalah pengajuan pembiayaan kepada Komite LKS Berkah Madani untuk memperoleh persetujuan apakah pembiayaan tersebut dapat disetujui atau ditolak. Komite pembiayaan menerima dan mempertimbangkan data permohonan pembiayaan mudharabah yang diajukan oleh nasabah, kemudian memutuskan, apabila pembiayaan tersebut layak, maka pembiayaan tersebut disetujui dan dapat dilaksanakan. Persetujuanpun diterangkan dalam Surat Pemberitahuan Prinsip Pembiayaan (SP3) yang kemudian ditanda-tangani oleh manager dan pemohon.. Pengikatan dilakukan dengan membuat surat perjanjian Akad Pembiayaan Mudharabah dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak LKS (seperti terlampir dalam lampiran) yang selanjutnya ditanda-tangani oleh pihak LKS dan pihak pemohon. Dengan demikian pihak LKS telah terikat untuk memberikan dana kepada pemohon yang kemudian disebut dengan mudharib.
72
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 117
Pemohon selaku mudharib-pun telah terikat untuk menjalankan usahanya yang telah disepakati bersama73. Setelah Surat Perjanjian Akad Pembiayaan Mudharabah ditanda-tangani, maka dilakukan serah terima jaminan dari pemohon kepada mudharib. Serah terima jaminan tertuang dalam surat Form Berita Acara Serah Terima Jaminan yang ditanda-tangani oleh pemohon pembiayaan dan disetujui oleh Manajer LKS Berkah Madani 74. Namun, apabila pembiayaan ditolak maka pihak LKS akan memberitahukan alasan pembiayaan tersebut ditolak. LKS akan mengembalikan seluruh data dan dokumen yang telah diserahkan oleh pemohon. Langkah selanjutnya adalah pencairan dana yang dilakukan di bagian keuangan atau teller. Pencairan dana dilakukan segera setelah surat persetujuan ditanda-tangani. Hal ini bermaksud agar pemohon selaku mudharib lekas memudharabahkan modal supaya dengan segera memperoleh keuntungan yang diharapkan sehingga pengembalian modal kepada LKS cepat dilaksanakan. Dalam menjalankan usahanya, pihak LKS selaku shahibul mâl melakukan monitoring kepada mudharib dengan cara memantau siklus pembayaran cicilan atau pengembalian modal mudharabah oleh mudharib. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan LKS dari risiko wanprestasi pembiayaan. Wanprestasi terjadi apabila:
Dua
73
LKS Berkahh Madani Kelapa Dua, Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa
74
Lihat contoh Form Berita Acara Serah Terima Jaminan, pada lampiran.
1. Mudharib tidak membayar cicilan atau pengembalian pembiayaan tepat pada waktunya. 2. Mudharib ingkar janji dengan tidak menjalankan usaha sesuai dengan yang dicantumkan dalam pembiayaan. 3. Mudharib menjual aset yang dijadikan jaminan75
G. Penerapan Jaminan dalam Akad Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk melakukan suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul mâl (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudhârib (pengelola usaha). Mudhârib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai Syariah. LKS tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek mudhârabah tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. Untuk menjalankan kegiatan mudhârabah yang diadakan oleh LKS Berkah Madani, pihak LKS memiliki ketentuan khusus mengenai perjanjian mudharabah. Dalam proses pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah, terdapat salah satu syarat tambahan. Syarat tambahan itu adalah nasabah diminta untuk menyertakan jaminan, berupa BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) atau
75
Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 19 Septeber 2007
Sertifikat tanah (SHM) pada pembiayaan yang berjumlah lebih dari Rp. 1.000.000,00,-. Data jaminan tercantum pada surat data pemohon dalam mengajukan permohonan pembiayaan dan dalam surat Akad Pembiayaan Mudhârabah yang dikeluarkan oleh LKS. Dalam Surat Keputusan Pengurus (SKP) LKS Berkah Madani No. 001/SK/KSPS-BM/II/05 Bab IV pasal 6 disebutkan bahwa “Untuk mengurangi risiko pembiayaan, setiap fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh BMT Berkah Madani harus memenuhi prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan itu maka setiap pembiayaan yang diberikan dapat mempersyaratkan jaminan.”76. Jaminan terbagi menjadi dua yaitu : 1. Jaminan Utama. Jaminan utama pembiayaan mudharabah adalah kelayakan usaha dan prospek usaha. 2. Jaminan Tambahan. Jaminan tambahan yang diminta berupa tanah dan Bangunan (SHM/ HGB/ HGU/ AJB), kendaraan roda dua dan roda empat (BPKB), toko atau kios, emas, tabungan/ deposito.77 Pada pembiayaan tertentu setelah AO menganalisis dengan cermat, LKS Berkah Madani dapat memberikan pembiayaan mudharabah tanpa jaminan tambahan, hanya jaminan utama. Begitupun pada pembiayaan yang telah dilakukan berulang-ulang oleh satu mudharib. LKS merasa telah mempercayai nasabahnya maka jaminan tambahan tidak diminta untuk disertakan.
76 77
SK Pengurus : Penyaluran Pembiayaan BMT Berkah Madani, h. 3 LKS Berkah Madani, Standar Operasional Prosedur
Jaminan tambahan dimasukkan dalam persyaratan jika berdasarkan hasil analisa AO bahwa dirasa perlu untuk menyertakan jaminan. Besarnya jaminan, minimal sebesar 100% dari plafond pembiayaan yang diberikan78. Penilaian terhadap nilai jaminan adalah sebagai berikut79 : Tabel 1 : Tingkat persentase nilai likuidasi dari tanah Jenis tanah
Tingkat persentase nilai
(kosong)
likuidasi
Perumahan
70% - 80%
komersial
70% - 80%
Tabel 2 : Tingkat persentase nilai likuidasi dari tanah dan bangunan Jenis Tanah (Kosong)
Tingkat Presentase Nilai Likuidasi
Perumahan
70% - 90%
Komersial
70% - 90%
Tabel 3 : Tingkat persentase nilai likuidasi dari kendaraan Jenis
78 79
Tingkat Presentase Nilai Likuiditas
Kendaraan
Buatan Jepang
Buatan Eropa / Korea
Sedan
75% - 95%
60% - 80%
Niaga
70% - 90%
60% - 80%
SK Pengurus : Penyaluran Pembiayaan BMT Berkah Madani, h. 3 LKS Berkah Madani, Credit Support Analisa dan Penilaian, Depok, LKS Berkah Madani, 2005
Meskipun hanya sebagai syarat tambahan, namun syarat inilah yang menentukan apakah pembiayaan mudhârabah dapat dilanjutkan atau dibatalkan. Alasan pihak LKS meminta jaminan adalah karena pada zaman sekarang, moral nasabah yang tidak dapat diperkirakan80. Meskipun nasabah LKS Berkah Madani merupakan warga yang tinggal di sekitar LKS, namun nasabah LKS Berkah Madani sangat beragam. Alasan lainnya adalah agar nasabah memiliki tanggung jawab terhadap pembiayaan yang diajukannya. Dengan mencantumkan jaminan maka nasabah diharapkan tidak main-main dalam menjalankan usaha karena jika mudharib tidak bertanggung-jawab, maka jaminannya yang notabene adalah harta dia akan segera dieksekusi. Bagi pihak LKS memiliki ketenangan apabila terjadi pembiayaan yang bermasalah. LKS tidak lagi merasa khawatir bahwa dananya yang merupakan dana gabungan dari penabung dan dana pribadi LKS tidak akan lenyap begitu saja manakala mudharib melarikan dana mudharabah. Jaminan
yang
diserahkan
kepada
LKS
hanya
berupa
surat-surat
kepemilikannya saja (secara fidusia), bukan bentuk barangnya yang diserahkan kepada LKS. Barang tersebut masih dapat digunakan oleh mudharib dalam kehidupan sehari-hari. Ini dimaksudkan agar mempermudah mudharib dalam pelaksanaan usaha dan dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Surat-surat tersebut kemudian diamankan oleh LKS sebagai perlindungan terhadap dananya yang sedang dimudharabahkan. Jika perjanjian tersebut telah selesai dan
80
Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 19 Septeber 2007
mudharib telah mengembalikan seluruh modal beserta keuntungannya maka jaminan tersebut secara otomatis akan dikembalikan oleh LKS kepada mudharib81. Jika ternyata dalam masa perjanjian mudharabah tersebut mudharib tidak dapat mengembalikan modal beserta keuntungannya, maka LKS akan meneliti penyebab mengapa mudharib mengalami kendala. Jika telah diketahui bahwa kendala
yang
dihadapi
mudharib
dalam
pengembalian
modal
beserta
keuntungannya adalah merupakan bukan akibat dari kelalaian mudharib dalam menjalankan usahanya sesuai dengan perjanjian, melainkan akibat dari kondisi perekonomian yang terjadi maka LKS akan memberikan kebijakan dengan cara me-reschedule (penjadualan ulang) pembiayaan82. Yaitu dengan cara mendata seluruh jumlah pembiayaan yang telah dikembalikan oleh mudharib yang kemudian akan didapat sisa pembiayaan yang belum dibayar yang dalam kondisi macet. Jumlah yang telah dibayarkan kepada LKS telah diangaap lunas. Dan kemudian LKS memberikan tempo kembali terhadap jumlah pembiayaan tersebut. Tujuan dari reschedule adalah untuk memperkecil jumlah angsuran sehingga diharapkan bahwa mudharib dapat membayar angsuran dengan jumlah yang lebih kecil yang pada akhirnya mudharib akan dapat menyelesaikan pembiayaan.
81
Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 19 Septeber 2007 82 Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 6 Juni 2008
Itikad baik mudharib akan terbaca pada saat mudharib mengalami suatu kendala dalam pembiayaan. Jika dari jadual yang telah disepakati mudharib tidak dapat memenuhi kewajibannya tersebut, dan mudharib tidak cepat melapor kepada LKS, maka pihak LKS akan menunggu selama periode tertentu sebelum dilakukan eksekusi jaminan. Apabila mudharib belum dapat mengembalikan dana tersebut dalam tempo 7 (tujuh) hari, maka SPKT (Surat Pemberitahuan Keterangan Terlambat) diterbitkan oleh LKS dan diberikan kepada mudharib. SPKT berisi tentang pemberitahuan
bahwa
mudharib
telah
mengalami
keterlambatan
dalam
pembayaran kewajibannya sesuai waktu yang tertera dalam SPKT83. Kemudian jika dalam 7 (tujuh) hari berikutnya belum juga dapat mengembalikan dana maka SP (Surat Peringatan) pertama diberikan kepada mudharib. Dalam SP 1, LKS masih bertindak memperingatkan mudharib mengenai jumlah kewajibannya. LKS masih memberikan tenggang waktu pengembalian selama 7 hari84. Hal ini tetap berlangsung sampai SP ketiga. Jika selama satu bulan (tiga kali SP turun) maka untuk peringatan terakhir kali, LKS akan menerbitkan SP keras, yaitu peringatan keras bahwa Mudharib belum mengembalikan dana milik LKS beserta keuntungan mudharabahnya. Barulah setelah SP keras turun. SP keras berisi peringatan keras mengenai pembiayaan yang belum segera dilunasi. 7 (tujuh) hari berikutnya LKS memanggil mudharib jika belum ada tanggapan dari mudharib
83 84
Lihat contoh SPKT (Surat Pemberitahuan Kewajiban Tertunda) dalam lampiran Lihat contoh SP1 (Surat Peringatan 1) pada lampiaran
mengenai pertanggung-jawaban kewajibannya tersebut untuk mengeksekusi jaminan guna penyelesaian pembiayaan yang bermasalah85. Barang jaminan yang dieksekusi dipersaksikan di hadapan pemilik harta sehingga pemilik harta mengetahui berapa harga yang diperoleh dari penjualan barang jaminan tersebut yang selanjutnya akan diberikan kepada LKS sebagai pengembalian modal yang dikelola oleh mudharib. Jika terdapat kelebihan pada harga barang jaminan milik mudharib, maka pihak LKS akan mengembalikan kelebihan tersebut pada mudharib. Perlu diketahui, bahwa seluruh biaya pelaksanaan eksekusi jaminan adalah tanggung-jawab dari nasabah86. Dalam perjanjian mudharabah, pihak LKS dan mudharib telah sama-sama mempertimbangkan mengenai perniagaan yang akan dilakukan oleh mudharib sehingga shahibul mâl telah memiliki gambaran mengenai kinerja serta keuntungan yang akan diterimanya. LKS hanya menyetujui kegiatan mudharabah yang benar-benar memiliki prospek usaha sehingga risiko kehilangan dana sangat kecil.
85
Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada 19 Septeber 2007 86 Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada tanggal 19 September 2007
BAB IV ANALISIS FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) BERKAH MADANI
A. Analisis Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua Prosedur pembiayaan mudharabah menurut kajian fikih muamalah telah diterangkan pada bab sebelumnya dengan lengkap dan jelas. Pembiayaan mudharabah yang diterapkan pada LKS Berkah Madani telah sesuai dengan sisitem kerja sama yang dikenal dalam Islam dengan istilah mudharabah. Tidak terdapat hal yang menyeleweng dalam pembiayaan mudharabah menurut syariat Islam dengan yang diterapkan oleh LKS Berkah Madani. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat LKS Berkah Madani yang berbadan hukum koperasi dapat berfungsi sebagai penjangkau ekonomi tingkat menengah ke bawah yang tidak dapat dijangkau oleh lembaga keuangan syariah barupa bank sehingga harus menerapkan prinsip mudharabah sesuai dengan konteks aslinya. B. Analisis Penerapan Jaminan dalam Akad Mudharabah
Pada dasarnya, al-Qur’an tidak pernah berbicara langsung mengenai mudharabah87. Meskipun mudharabah tidak secara langsung disebutkan oleh alQur’an atau sunnah, ia adalah sebuah kebiasaan yang diakui dan dipraktikkan oleh umat Islam, dan bentuk kongsi dagang semacam ini tampaknya terus hidup sepanjang periode awal era Islam sebagai tulang punggung perdagangan karavan dan perdagangan jarak jauh. Rasulullah juga telah melakukan mudharabah ketika beliau belum diangkat menjadi nabi dan rasul, yaitu pada saat beliau melakukan kongsi perdagangan dengan Siti Khodijah yang dikemudian hari menjadi istri beliau88. Dengan demikian, sebagai suatu konsep yang berasal dari adat kebiasaan, tiap daerah memiliki hak untuk melakukan perubahan sehingga sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di daerah tersebut. Begitu pula di Indonesia, penerapan jaminan dalam akad mudharabah terjadi di luar persyaratkan mudharabah itu sendiri. Penerapan jaminan jelas bukan tanpa alasan atau hanya demi mementingkan salah satu pihak saja. Namun, ada banyak pertimbangan yang kemudian menjadikan pentingnya peran jaminan dalam kelancaran perjanjian kerja-sama berbasis mudharabah. Penerapan jaminan yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani pada dasarnya mengacu pada peraturan pemerintah dalam Undang-Undang Perbankan No.10 pasal 1 mengenai ketentuan umum penjelasan no. 23 yaitu : "Agunan adalah 87
Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah=Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo Revivalis, ( Jakarta, Paramadina, 2004), h. 77 88 Ibid
jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah". Disebutkan pula dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) pada penjelasan Pembiayaan Mudharabah poin g bahwa : ”Pada prinsipnya,dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan adanya jaminan, namun agar tidak terjadi moral hazard berupa penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat memintakan jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad”. Dalam hal terjadi kerugian dalam usaha pengelola dana (mudharib), bank sebagai pemilik dana (shahibul mâl) akan menanggung semua kerugian sepanjang kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan pengelola dana (mudharib)89. Sedangkan bila kerugian diakibatkan oleh kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan diakui sebagai piutang mudharabah jatuh tempo. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana antara lain, ditunjukkan oleh : 1. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan dalam akad. 2. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan atau yang telah ditentukan di dalam akad. 3. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan.90
89
Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (IAI), Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, (Jakarta, Ikatan Akuntan Indonesia, 2003), bag III 90 Ibid
Pengelolaan pembiayaan mudharabah oleh LKS Berkah Madani telah sesuai dengan ketentuan dalam penjelasan bab II. Penyertaan jaminan juga tidak dilakukan terhadap seluruh pembiayaan mudharabah. Hanya pada mudharib tertentu yang dirasa diperlukan menyertakan jaminan, seperti misalnya nasabah mudharib yang baru pertama kali melakukan perjanjian kerja sama, atau mudharib yang membutuhkan pembiayaan dengan dana besar. Jika pengelola (mudharib) lalai dalam pengelolaan mudharabah sehingga mengakibatkan tersendatnya pengembalian kewajibannya terhadap shahibul mâl, maka LKS akan bertindak dengan memberi Surat Pemberitahuan Keterangan Terlambat (SPKT) terhadap mudharib. LKS tidak langsung mengeksekusi jaminan, namun mempelajari terlebih dahulu penyebab keterlambatan. Setelah diketahui bahwa keterlambatan bukan karena kelalaian mudharib, melainkan karena kondisi perekonomian yang kurang baik, maka LKS akan mereschedule ulang pembiayaan pada tempat dimana mudharib tidak sanggup lagi mengembalikan dana. Proses panjang mengenai tenggang waktu yang diberikan oleh LKS terhadap mudharib yang kurang memiliki rasa tanggung-jawab dalam pengembalian dana telah terpapar pada bab sebelumnya. LKS tidak menerima jawaban apapun dari mudharib. Maka dengan sangat terpaksa, jaminan akan segera dieksekusi.
Sesuai dengan akad rahn bahwa jika rahin tidak membayarkan kewajibannya maka murtahin akan menjual secara paksa dengan perintah qadhi atau dilakukan qadhi kalau rahin enggan. Pada LKS, proses penjualan jaminan dipersaksikan oleh semua pihak. Jika terdapat kelebihan dalam penjualan marhun, maka akan dikembalikan kepada pemilik. Seluruh biaya akan ditanggung oleh rahin.
C. Analisis Hukum Islam Terhadap Fungsi Jaminan dalam Pembiayaan Mudharabah Beberapa Ulama di Indonesia yang terhimpun pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya No. 07/ DSN-MUI/IV/2000 mengizinkan pemilik dana meminta jaminan dari mudharib terhadap pelanggaran batas atau tindakan menyalahi ketentuan. MUI telah menetapkan bahwa pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena akad ini bersifat amanah (yad alamanah), kecuali akibat dari kesalahan yang disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan. Dari keterangan tersebut, MUI menyetujui tentang jaminan, hanya saja jaminan dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.91 Pertimbangan tersebut berdasarkan QS Al Baqarah ayat 283 :
91
DSN, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta, PT Intermasa, 2003), h. 45
Beberapa Ulama dari Mazhab Maliki juga membolehkan adanya pihak ke tiga yang menyediakan jaminan bagi mudharabah. Penjaminan ini berupa kafalah.92 Mudhârabah dikatakan bersifat amanah karena shahibul mâl telah percaya sepenuhnya kepada mudharib untuk mengelola dana yang dimilikinya. Itu berarti, shahibul mâl telah siap dengan segala risiko yang akan dihadapinya dalam mengelola dana tersebut. Dalam pelaksanaan usaha, shahibul mâl tidak berhak untuk mencampuri pekerjaan mudharib. Shahibul mâl hanya boleh untuk memberikan masukan-masukan dan melakukan pemantauan terhadap kinerja mudharib. Dari sinilah shahibul mâl mengetahui bahwa mudharib benar-benar melakukan usahanya tersebut atau memiliki moral yang kurang baik terhadap kerja-sama tersebut. Pada hakikatnya, jaminan adalah untuk memberi pertolongan terselamatkannya pekerjaan mudharib yang diperjanjikan93. Penyertaan jaminan dalam pembiayaan mudharabah tidak lain adalah langkah yang diambil untuk melindungi shahibul mâl dari risiko wanprestasi94 yang dilakukan oleh mudharib. Jika pada kenyataannya mudharabah dapat berjalan
dengan
lancar
dan
mudharib
memperoleh
keuntungan
dari
mudharabahnya tersebut, maka jaminan tersebut akan dikembalikan oleh pihak shahibul mâl. 92
Muhammad Syafi,i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan (Jakarta, Tazkia Institute, 1999), h. 177 93 Muhammad Mun’im Abu Zaid, Nahwa Tathwir Nizham Al Mudharabah fil Masharifil Islamiyyah, (Maktabah Darut Turats, 1991) H. 399 94 Wanprestasi tertera pada hal. (sblm penerapan)
Jadi dapat dikatakan bahwa penyertaan jaminan dalam pembiayaan mudharabah nmerupakan alternatif dari pengamanan terhadap pemberian modal kerja yang dilakukan oleh shahibul mâl demi menghindari moral mudharib yang tidak bertanggung-jawab terhadap kerja-sama tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari general manager LKS bahwa dengan menyertakan jaminan maka akan tercipta ketenangan bagi LKS bila ada pembiayaan yang bermasalah mengingat moral nasabah yang tidak dapat diperkirakan.95 Dengan disertakannya jaminan, shahibul mâl tidak akan ragu lagi untuk melakukan kerja-sama sehingga perputaran uang akan terus terjadi dan distribusi kekayaan akan terealisasi. Maka kemakmuran secara merata akan dapat tercapai.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh LKS Berkah Madani adalah akad kerjasama antara LKS yang menyediakan modal dengan mudharib (nasabah) yang memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati. LKS mensyaratkan adanya jaminan sebagai syarat tambahan pada perjanjian mudharabah.
95
Wawancara Pribadi dengan General Manager LKS Berkah Madani Kelapa Dua pada tanggal 19 September 2007
2. Fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah Mengingat keadaan masyarakat di Indonesia saat ini maka penyertaan jaminan dalam akad mudharabah berfungsi sebagai salah satu langkah untuk melindungi dana masyarakat agar tidak hilang begitu saja akibat keteledoran dari mudharib. Ini merupakan suatu prinsip kehati-hatian yang diharuskan oleh manajemen dalam pembiayaan. Bagi nasabah, jaminan berfungsi sebagai cerminan rasa tanggung-jawab atas usaha yang dibiayaai oleh LKS sehingga diharapkan dapat menjalankan usahanya dengan keseriusan. Namun LKS seharusnya hanya meminta jaminan pada orang yang terhadap orang yang tidak memenuhi kriteria yang ditentukan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif. 3. Ahli Fikih menyebutkan bahwa mudharabah tidak diperkenankan untuk disyaratkan kepada mudharib karena akad mudharabah adalah akad yad alamanah yaitu akad yang bersifat kepercayaan. Jaminan yang diperbolehkan hanya jaminan berupa kelayakan usaha dan prospek usaha. Shahibul mâl diharapkan mampu untuk memahami bahwa penyertaan jaminan sangat memberatkan mudharib untuk melakukan mudharabah. Namun, mengingat kondisi kemasyarakatan yang ada pada saat ini tidak memungkinkan untuk menerapkan kerjasama mudharabah sesuai dengan konteks aslinya yaitu tanpa jaminan, maka untuk melindungi berbagai pihak yang terlibat dalam pembiayaan mudharabah dari beragam risiko yang dapat muncul, mudharib dapat diminta untuk menyertakan jaminan.
B. Saran-saran 1. LKS Berkah Madani sebagai LKS yang belum lama eksis dalam dunia keuangan hendaknya mempersiapkan sumber daya manusia yang sesuai dengan bidangnya untuk dapat menghadapi persaingan dalam industri keuangan. Bila perlu, LKS memberikan beasiswa untuk para tenaga kerja yang memiliki potensi dan prestasi dalam bidang pekerjaanya mengingat LKS Berkah Madani terletak di kawasan yang padat penduduk dan dikelilingi oleh beragam institusi pendidikan yang memiliki antusiasme tinggi terhadap produk-produk syariah yang merupakan produk yang hukumnya lebih jelas dari produk pada lembaga keuangan konvensional. 2. Hambatan pada penerapan jaminan hendaknya dijadikan contoh sebagai pelajaran di masa depan bagaimana menghadapi nasabah yang enggan memberikan jaminan. Memberikan pengertian kepada nasabah mengenai fungsi jaminan adalah langkah jitu untuk mendapatkan jaminan pada pembiayaan sehingga dana LKS tidak hilang begitu saja. 3. Bagi nasabah pembiayaan mudharabah, hendaknya dapat memahami dengan penyertaan jaminan, LKS bukanlah dalam rangka mencari keuntungan dengan menjual aset jaminan. Pengadaan jaminan disertakan demi kebaikan bersama. Nasabah juga diharapkan menghindari moral yang negatif dalam menjalankan kerja-sama mengingat dana yang dikeluarkan untuk nasabah bukanlah dana LKS pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jaziri, Abdul Rahman, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, Semarang, CV. Asy-syifa’, 1994 Al-Hafidzi Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qozwilni Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz III dalam Kitab Tijarah, Libanon, Darul Ihya Al-Turats, 1975 Antonio, Muhammad Syafi'i. M.Ec., Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktik, Jakarta, Gema Insani Press, Cet 1,2001 Antonio, Muhammad Syafi'i.M.Ec., Bank Syariah : Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta, Tazkia Institute, 1999 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007, Ed. 1 Brosur LKS Berkah Madani, 2007 Buku Besar LKS Berkah Madani Kelapa Dua. Djumhana, M, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003, Cet. IV DSN, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta, PT Intermasa, 2003 Grup Rekayasa Bisnis BMI, Konsep Al-Mudharabah, Jakarta, __, 1996 Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2000, Cet. 1 Hasan, M Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Ed. 1, Cet. 2 HS, Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Cet 1
Imam Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardazbah Al Bukhari Al Ja’fi, Shahih Al Bukhari Juz III, Jilid II, Beirut, Darul Fikr, 1994 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Ed 1, Cet 3 Koto, Alaiddin, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (suatu pengantar), Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004 LKS Berkah Madani, Laporan Keuangan Tahun 2006 LKS Berkah Madani, Credit Support Analisa dan Penilaian, Depok, LKS Berkah Madani, 2005 Mujieb, M. Abdul, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2002, cet. 3 Mun’im, Muhammad, Abu Zaid, Nahwa Tathwir Nizham Al Mudharabah fil Masharifil Islamiyyah, Maktabah Darut Turats, 1991 Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1998, cet. 3 NH, Muhammad Firdaus, dkk, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, Jakarta, Renaisans, 2005, cet 1 Rahman, Hassanuddin, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995 Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 13, Bandung, PT. Ma'arif,1987 Saeed, Abdullah, Menyoal Bank Syariah=Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo Revivalis, Jakarta, Paramadina, 2004 Sjahdeini, Sutan Remi, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta, PT. Pustaka Utama, 1996 Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perseorangan, Yogyakarta, Liberty Offset Yogyakarta, 2001, Cet.2 Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Illustrasi, Yogyakarta, Ekonosia, 2004 Suhendi, Hendi, Fiqih Muamalah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Supramono, Gatot, Perbankan dan Permasalahan Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta, Djambatan, 1996 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta, Djambatan, 2003) cet 2, edisi revisi, h.63 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1989, Cet.2 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (IAI), Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, (Jakarta, Ikatan Akuntan Indonesia, 2003 Usman, Rachmadi, S.H, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001 Zuhaili, Wahbah, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam Wa Adillatuhu, Zein, Satria Effendi M, Ushul Fiqh, Jakarta, Kencana, 2005, Cet. 1 Situs "Berangkat dari Nol, Aset BMT Berkah Madani melonjak tajam", Artikel diakses
pada
19
September
2007,
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=260112&kat_id=256
"BMT Kembangkan Bisnis Makanan Dan Sembako", Artikel diakses pada 30 Oktober 2007, http://.bmt.berkahmadani .com/index_files/page1090.htm