Ekonomi Islam Online
PERMASALAHAN AGENCY DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Ditulis oleh MUHAMMAD Monday, 27 April 2009
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya perbankan syari’ah dewasa ini bukan merupakan gejala baru dalam dunia bisnis syari’ah. Keadaan ini ditandai dengan semangat tinggi dari berbagai kalangan, yaitu: ulama, akademisi dan praktisi untuk mengembangkan perbankan tersebut dari sekitar pertengahan abad 20. Perkembangan bank syari’ah tersebut juga sampai di negeri Indonesia
Dewasa ini Bank Syari’ah sedang menjadi pilihan bagi pelaku bisnis perbankan sampai dengan pertengahan tahun 2001. Di Indonesia telah berdiri sepuluh bank umum syari’ah (BMI, BNI, BSM, Bukopin, BPD Jabar, Bank IFI, BRI, Danamon, BII, BPD DKI), dengan sekitar 85 kantor cabang, ditambah lagi dengan 88 BPR Syari’ah (Bank Indonesia, 2004). Dari produk yang ditawarkan oleh bank syari’ah dan “dibeli” oleh masyarakat pengguna di Indonesia masih kecil, dibandingkan dengan produk bank konvensional. Keadaan ini dipengaruhi oleh seberapa banyak produk yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan oleh bank syari’ah. Berdasarkan prinsip dasar produk bank syari’ah memiliki core product pembiayaan berupa produk bagi hasil, yang dikembangkan dalam produk pembiayaan musyarakah dan mudharabah. Meskipun, jenis produk pembiayaan dengan akad jual beli (murabahah, salam dan istishna) dan sewa (ijarah dan ijarah muntahia bittamlik) juga dapat dioperasionalkan. Namun, kenyatannya bank syari’ah tingkat dunia maupun di Indonesia produk pembiayaannya masih didominasi oleh produk pembiayaan dengan akad jual beli (tijarah). Sebagaimana dinyatakan oleh Karim (2001), bahwa: “hampir semua bank syari’ah di dunia didominasi dengan produk pembiayaan murabahah. … sedangkan sistem bagi hasil sangat sedikit diterapkan, kecuali di dua negara yaitu Iran (48 %) dan Sudan (62%). Disamping itu, Ibrahim Wade (1999: 199) menggambarkan, bahwa perkembangan pembiayaan bagi hasil baru mencapai 15% per tahun. Pertumbuhan share keuangan perbankan syari’ah di Indonesia pada tahun 2002 untuk pembiayaan mudharabah sebesar 14,33%; pembiayaan musyarakah sebesar 2,86%. Sementara pembiayaan murabahah sebesar 72,21% (Mujiyanto, 2004: 15). Hal ini menggambarkan adanya kesenjangan antara konsep teori dengan praktek bank syari’ah. Kesenjangan antara teori dengan realitas mekanisme operasi produk yang berbasis profit and loss sharing (PLS), tentunya sangat dipengaruhi oleh banyak sebab atau faktor. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: faktor internal perbankan syari’ah dan faktor eksternal bank syari’ah. Secara internal perbankan syari’ah, mungkin belum dipahami secara baik oleh kalangan internal perbankan mekanisme kerja produk mudharabah; pihak bank bersifat risk-averse atas pembiayaan mudharabah. Kontrak mudharabah adalah kontrak menanggung untung dan rugi antara pemilik dana (bank/principals) dengan nasabah (agents). Pada hubungan kontrak bisnis seperti ini diperlukan saling keterbukaan antara kedua belah pihak (pemilik dana dengan nasabah) dalam hal untung dan rugi bisnis yang dijalankan. Jika salah satu pihak (utamanya nasabah) tidak menyampaikan secara transparan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perolehan hasil, sehingga dapat terjadi aktivitas moral hazard dan adverse selection. Dalam transaksi keuangan, masalah moral hazard dan adverse selection merupakan konsekuensi dari adanya asymmetric information. Kontrak mudharabah adalah kontrak keuangan yang sarat dengan asymmetric information. Asymmetric information merupakan sesuatu yang pasti terjadi dalam kontrak mudharabah. Permasalahan penyimpangan atau asymmetric information dalam kontrak mudharabah dapat diminimalisasi dengan cara menetapkan struktur insentif kepada pelaku usaha (agent/mudharib) (Saeed, 2003). Jika hal ini dapat dilakukan maka hasil kontrak mudharabah dapat dioptimalkan. Presley & Session (1994) menunjukkan cara-cara untuk mengendalikan asymmetrict information dalam kontrak mudharabah, yang dikenal dengan incentive-compatible constraint . Dengan kata lain, masalah penting yang perlu dicermati dalam kontrak mudharabah adalah memperkecil efek negatif dari asymmetric information. Asymmetric information ini merupakan bagian dari masalah agensi dalam suatu kontrak keuangan. Berangkat dari kondisi yang telah digambarkan di atas, maka perlu dilakukan penelitian masalah agensi (agency) dalam kontrak pembiayaan mudharabah (bagi hasil) di bank syari’ah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan penelitian ini adalah: (1) Atribut proyek bagaimana yang dipertimbangkan oleh bank syari’ah dalam posisinya sebagai shahibul mal/principal dapat mengurangi terjadinya masalah agency pada saat melaksanakan kontrak mudharabah? (2) Mudharib bagaimana yang dipertimbangkan oleh bank syari’ah dalam posisinya sebagai shahibul mal/principal dapat mengurangi terjadinya masalah agency pada saat melaksanakan kontrak mudharabah? (3) Sejauhmana kepatuhan terhadap syari’ah mudharib dapat mengurangi timbulnya masalah agensi dalam kontrak mudharabah? (4) Mekanisme incentive compatible constraints bagaimana yang dapat mengurangi timbulnya masalah agensi dalam kontrak mudharabah? Dan (5) Sejauhmana mekanisme penyeleksian (screening) atribut proyek, atribut mudharib, kepatuhan mudharib dan incentive compatible constraints dapat mengurangi timbulnya masalah agensi dalam kontrak mudharabah? http://ekisonline.com
Powered by: Joomla!
Generated: 24 December, 2009, 08:47
Ekonomi Islam Online
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian ini adalah: (1) Menentukan atribut proyek yang dipertimbangkan oleh bank syari’ah dalam posisinya sebagai shahibul mal/principal dalam melakukan kontrak pembiayaan mudharabah; (2) Menentukan atribut mudharib yang dipertimbangkan oleh bank syari’ah untuk diterima sebagai mitra dengan kontrak pembiayaan mudharabah; (3) Menentukan aspek kepatuhan terhadap syari’ah mudharib sebagai faktor yang digunakan untuk mengurangi timbulnya masalah agensi dalam kontrak mudharabah; (4) Menentukan mekanisme incentive compatible constraints yang dapat mengurangi timbulnya masalah agensi dalam kontrak mudharabah; (5) Menentukan mekanisme penyeleksian (screening) atribut proyek, atribut mudharib, kepatuhan shahibul mal (bank syari’ah/principal) dan incentive compatible constraints dapat mengurangi timbulnya masalah agensi dalam kontrak mudharabah D. Kontribusi Hasil Penelitian Melihat pentingnya kontrak mudharabah bagi perbankan syari’ah, maka upaya untuk memperkecil risiko kontrak perlu dicari solusinya. Oleh karena itu, upaya penelitian perlu dilakukan. Namun, penelitian yang berkaitan dengan masalah agensi dalam kontrak mudharabah belum banyak dilakukan. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam: (1) Penentuan atribut proyek yang sangat dipertimbangkan oleh bank syari’ah untuk memperkecil masalah agensi dalam kontrak mudharabah; (2) Penentuan atribut pengusaha (mudharib) yang sangat dipertimbangkan oleh bank syari’ah (shahibul mal) untuk memperkecil masalah agency dalam kontrak mudharabah; dan (3) Pemilihan mekanisme kontrak mudharabah dan covenant yang dapat mengurangi timbulnya masalah agency. II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 2.Perbankan Syari’ah Gerakan pendirian bank Islam mulai tampak di Pakistan pada tahun 1950-an dan menyebar ke dunia Arab. Berkembangnya bank syari’ah di berbagai negara Islam berpengaruh pula ke Indonesia. Pada awal dekade 1980an sudah mualai diadakan diskusi mengenai perbankan syari’ah. Pada tahun 1991, yakni P.T. Bank Muamalat Indonesia Percepatan perkembangan bank syari’ah di Indonesia terjadi sejak terbitnya UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. UU ini memberikan iklim tumbuhnya bank syari’ah secara murni maupun konversi dari bank konvensional. Bank syari’ah beroperasi atas dasar prinsip syari’ah yang dikembangkan menjadi produk-produk yang meliputi: (1) prinsip titipan atau simpanan (depository/wadi'ah), (2) sistem bagi hasil (profit sharing), (3) sistem jual beli dengan margin keuntungan (sale and purchase), (4) sistem sewa (operational lease and financial lease), dan (5) sistem jasa (fee-based services) (Perwataatmaja dan Antonio, 1993: 88; Antonio, 2001: 83). Kelima prinsip ini didasarkan pada konsep-konsep yang terdapat dalam fikih mu'amalah, sehingga diyakini sesuai dengan syari’ah. Secara umum prinsip-prinsip yang mendasari operasionalisasi perbankan syari’ah di atas, terdapat hubungan yang erat, dan tak dapat dipisahkan, antara prinsip dasar dengan sistem operasionalisasi. Ada tiga hal pokok di dalam sistem operasionalisasi perbankan syari’ah, yaitu (i) sistem pengumpulan dana (funding), (ii) sistem penyaluran dana (financing), dan (iii) sistem layanan jasa (services). Produk inti bank syari’ah adalah berdasarkan pada prinsip profit and loss sharing. Prinsip ini dikembangkan dengan produk didasarkan pada konsep mudarabah. Di dalam kontrak mudharabah di mana bank Islam berfungsi sebagai mitra, baik bagi nasabah penabung maupun bagi nasabah pengguna dana. Oleh karena didasarkan atas bagi hasil, maka keuntungan yang diperoleh nasabah tidak selalu sama besarnya dari waktu ke waktu. Besar kecilnya keuntungan bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: persentase aktual dana yang diinvestasikan jika dilihat dari totsl fsns, jumlah dana yang diinvestasikan, dan nisbah yang disepakati pada awal perjanjian (Antonio, 2001: 139140). Pelaksanaan prinsip bagi hasil apakah telah dilaksanakan oleh bank syari’ah? Mekanisme bagi hasil ternyata tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh bank syari’ah. Berbagai produk pembiayaan yang didasarkan atas sistem jual beli dan sewa menyewa jelas menetapkan fixed rate of return (pendapatan tetap) bagi pihak bank, bukannya mekanisme bagi hasil. Uniknya, justru produk perbankan semacam inilah yang konon mendominasi pembiayaan dari bank-bank syari’ah. Jadi, mekanisme bagi hasil tidaklah mudah diterapkan pada semua jenis pembiayaan yang ditangani oleh bank (Arifin, 1999: 29). Aspek praktisnya konsep mudarabah yang diterapkan oleh perbankan syari’ah, pada taraf tertentu justru menyebabkan inefisiensi dan sekaligus sangat beresiko (Kuran, 1986: 152). Pada produk pembiayaan investasi, misalnya, karena bank syari’ah sejak semula menganut prinsip mudarabah, maka ia seharusnya berfungsi sebagai sahib al-mal yang menyediakan seluruh dana kepada investor (pengusaha) selaku mudarib. Jika hal ini betulbetul dijalankan, tentu saja akan banyak dana yang mesti dikeluarkan untuk menilai kelayakan proyek tersebut, memantau kinerjanya setiap saat agar dapat diketahui keuntungan ataupun kerugian yang didapat sehingga dalam pembagian keuntungan ia tidak dirugikan, dan sebagainya (Kuran, 1986; Saeed, 1996: 58). Menyadari akan rumitnya persoalan yang dihadapi, maka bank Islam cenderung menghindari pembiayaan investasi dengan cara mudarabah dan sebagai gantinya digunakan skema musharakah mutanaqisah (Antonio, 2001: 167). Jadi, konsep mudarabah sesungguhnya tidak sepenuhnya dapat diterapkan. 2. Kontrak Mudharabah (Bagi Hasil) di Bank Syari’ah Menurut Murinde, Naser dan Wallace, bentuk khusus kontrak keuangan yang telah dikembangkan untuk menggantikan http://ekisonline.com
Powered by: Joomla!
Generated: 24 December, 2009, 08:47
Ekonomi Islam Online
mekanisme bunga dalam transaksi keuangan Islam (syari’ah) adalah mekanisme bagi hasil atau mudharabah (1995: 210). Hal ini sesuai dengan pandangan Warde (2000) dan Mallat (2000) yang menyatakan, bahwa mekanisme bagi hasil ini merupakan core product bagi lembaga keuangan syari’ah, seperti bank syari’ah. Sebab bank syari’ah secara eksplisit melarang penerapan tingkat bunga pada semua transaksi keuangannya. Berdasarkan teori perbankan syari’ah kontemporer, prinsip mudharabah dijadikan sebagai alternatif penerapan sistem bagi hasil. Meskipun demikian, dalam prakteknya, mekanisme bagi hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank peranannya sangat lemah. Menurut beberapa pengamat perbankan syari’ah, hal ini terjadi karena beberapa alasan, di antaranya: (1) Standar Moral; (2) Ketidakefektifan Model Pembiayaan Bagi Hasil; (3) Berkaitan dengan Para Pengusaha; (4) Dari Segi Biaya; (5) Segi Teknis; (6) Kurang Menariknya Sistem Bagi Hasil dalam Aktivitas Bisnis; (7) Permasalahan Efisiensi (Saeed, 2003: 128 – 132). Kontrak mudharabah merupakan salah satu bagian transaksi keuangan Islam. Dalam kontrak mudharabah (bagi hasil) ini, jika dikaitkan dengan teori keuangan, merupakan kontrak keuangan yang sangat berhubungan dengan masalah agensi yang berbentuk asymmetric information. Masalah ini muncul karena, kontrak mudharabah sangat memungkinkan agent (mudharib) melakukan penyimpangan-penyimpangan keuangan hasil proyek yang dijalankan. 3. Masalah Agency dalam Kontrak Mudharabah Berbicara masalah agency pada dasarnya adalah membicarakan konsep incentive base contract. Konsep ini berarti bahwa setiap bentuk dari sistem kontrak yang memberikan penghargaan kepada pekerja atau kelompok pekerja dengan suatu cara yang mendorong peningkatan usaha atau produksi (Pass, Lowes dan Davies, 1998: 285). Penghargaan tersebut dapat berupa: bonus, profit-related-pay, profit sharing. Sebagaimana ditegaskan di bagian pembahasan mudharabah, bahwa mudharabah adalah bentuk kontrak kerja sama antara pemilik modal (shahibul mal) menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha (mudharib) untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya (al-Nawawi, tt: 289). Dalam kontrak seperti ini, ada dua pihak yang saling terikat, yaitu pemilik dana atau modal (shahibul mal), yang disebut principal dan pemilik keahlian/manajemen (mudharib), yang disebut sebagai agent. Dalam kontrak mudharabah, kepemilikan proyek adalah milik bersama antara pemodal (shahibul mal) dengan pelaksana (mudharib). Namun hak kepemilikannya secara terperinci adalah: modal mudharabah tetap menjadi hak milik shahibul maal, adapun keuntungan yang dihasilkan oleh usaha syarikat mudharabah tadi jadi milik bersama dan pembagian hak kepemilikannya munurut nisbah bagi hasil yang telah disepakati bersama. Jadi, mudharib tidak berhak mengambil bagiannya dari keuntungan tanpa sepengetahuan atau kehadiran shahibul maal dan sebaliknya juga demikian. Keuntungan tersebut jadi milik bersama antara shahibul maal dan mudharib kerena modal dan kerja adalah sejajar, saling berkepentingan dan membutuhkan, maka keduanya harus berhak atas keuntungan dengan nisbah masingmasing (Asy-Syarbini; Al-Bahuti; Ad-Dasuqi; dan Al-Kasani, dalam Muhammad, 2003: 90). Shahibul mal harus dapat membuat aturan atau persyaratan yang dapat mengurangi kesempatan mudharib melakukan tindakan yang merugikan shahibul mal. Dalam praktek keuangan modern, Jensen dan Meckling (1976) menawarkan dua cara yang dapat dilakukan pemilik modal untuk mengurangi risiko akibat tindakan manajer yang merugikan, yaitu: pemilik modal melakukan pengawasan (monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan atas tindakan-tindakannya (bonding). Implikasi kedua kegiatan ini adalah (1) dapat mengurangi kesempatan penyimpangan manajer sehingga nilai perusahaan (proyek) meningkat, sedangkan (2) keduanya akan memunculkan biaya sehingga akan berdampak mengurangi nilai perusahaan (proyek). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa calon investor akan mengurangi munculnya kedua biaya tersebut ditambah dengan kerugian yang masih muncul, meskipun sudah ada monitoring dan bonding, yang disebut residual loss. Antisipasi ketiga biaya yang didefinisikan sebagai biaya agency ini nampak pada harga saham yang terdiskon saat perusahaan menjual sahamnya. Ada persamaan dan perbedaan antara masalah agency dalam kontrak keuntungan modern dengan mudharabah. Masalah agency dalam kontrak mudharabah dapat terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya: penggunaan biaya proyek yang berlebihan, penahanan keuntungan yang akan dibagikan kepada pemilik modal, dan berbagai kecurangan yang dapat mengurangi laba atau aset perusahaan. Di antara fonomena-fenomena tersebut menurut Arifin (2003) diakui sebagai fenome yang mendorong munculnya teori agency. 4. Mekanisme untuk Mengurangi Agency dalam dalam Kontrak Mudharabah Kontrak bagi hasil (mudharabah), jika dihubungkan teori agency, maka ada persamaannya (Khalil, Rickwood dan Muride, 2000 : 618). Dalam kontrak mudharabah melibatkan dua pihak yaitu: pemilik modal dan mengusaha. Pihak pengusaha disebut insider, sementara pemberi modal adalah pihak outsider. Pihak insider diberikan hak aktif atas usaha, dan sebaliknya pihak outsider tidak. Hal ini akan berpengaruh terhadap hak kontrol terhadap aktivitas usaha. Secara umum ada beberapa perbedaan antara masalah kontrak mudharabah dengan kontrak agency. Dalam penelitian ini akan diidentifikasi tiga masalah pokok dalam kontrak mudharabah, yaitu : (1) Idiosynchratic uncertainty (risk), (2) Extreme linearity, (3) Discretionary power (Khalil, 2000 : 619). Dari tiga masalah pokok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: idiosyncratic uncertainty khususnya terjadi bagi bank. Kontrak bagi hasil adalah kontrak yang tidak bisa dipastikan (uncertainty) pendapatannya. Kontrak mudharabah adalah merepresentasi kontrak discretionary power (investasi) karena agen pada awalnya mengontrol proyek dan menikmati hak untuk membuat keputusan berkaitan dengan investasi dan distribusi arus kas. Hal ini menimbulkan discretion yang penuh atas aset kepada pengusaha, sama seperti yang dimiliki manajer pada proyeknya sendiri, tanpa menghadapi resiko kerugian secara keuangan. http://ekisonline.com
Powered by: Joomla!
Generated: 24 December, 2009, 08:47
Ekonomi Islam Online
b. Hipotesis Penelitian Sesuai dengan kerangka teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: H1: Atribut proyek yang dipertimbangkan dengan baik oleh bank syari’ah dalam posisinya sebagai shahibul mal/principal dapat mengurangi terjadinya masalah agency pada saat melaksanakan kontrak mudharabah. H2: Atribut mudharib yang dipertimbangkan dengan baik oleh bank syari’ah dalam posisinya sebagai shahibul mal/principal dapat mengurangi terjadinya masalah agency pada saat melaksanakan kontrak mudharabah. H3: Kepatuhan terhadap syari’ah shahibul mal dapat mengurangi timbulnya masalah agensi dalam kontrak mudharabah di bank syari’ah. H4: Pemilihan mekanisme incentive compatible constraints yang tepat dapat mengurangi timbulnya masalah agensi dalam kontrak mudharabah di bank syari’ah III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain eksploratif. Artinya penelitian ini merupakan penelitian awal dengan melakukan eksplorasi dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan shahibul mal (bank syari’ah) dalam memilih proyek dan mudharib serta teknik-teknik yang tepat untuk penyeleksian atribut proyek dan atribut mudharib sehingga dapat digunakan untuk meminimalisasi masalah agency, yang kemudian dilakukan analisis model kontribusi dari masing-masing aspek (variabel) terhadap pengurangan masalah agency. Dengan demikian, penelitian ini akhirnya dapat dijadikan untuk melakukan pemecahan masalah (problem solving) dalam praktek pembiayaan mudharabah di bank syari’ah. B.Sampel penelitian Sampel penelitian ini adalah pimpinan di bank umum syari’ah dan BPR Syari’ah. Jumlah sampel penelitian ini minimal adalah sebanyak 50% dari total Bank Umum Syari’ah dan BPR Syari’ah yang memenuhi kriteria sampling. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive stratified random sampling. Teknik pengambilan sampel ini digunakan dengan pertimbangan: (a) Tidak semua bank umum syari’ah di Indonesia telah menerapkan pembiayaan mudharabah; (b) Bank umum syari’ah atau BPR Syari’ah yang dijadikan sampel adalah yang telah beroperasi tiga tahun atau lebih sebelum penelitian dilakukan (2004). Distribusi sampel lihat tabel 1 dalam lampiran. C.Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah metode wawancara dengan teknik in-depth interview, dimaksudkan untuk menggali data kualitatif. Selain itu, didukung dengan metode angket untuk mengungkap data kuantitatif, yang berkaitan dengan variabel: atribut proyek; atribut mudharib; kepatuhan shahibul mal; dan mekanisme incentive compatible constraint. Juga dilengkapi dengan metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang masalah agency dalam kontrak mudharabah. Adapun instrumen penelitiannya adalah: guide interview dan angket D.Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ditentukan setelah proses penelitian eksplorasi selesai dilakukan. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian eksplorasi yang dirumuskan, maka diupayakan menjawab permasalahan penelitian sebagaimana dirumuskan dalam rumusan masalah penelitian, yaitu variabel independen meliputi : (1) Atribut-atribut proyek; (2) Atributatribut mudharib; (3) kepatuhan shahibul mal; (4) Insentif compatible constraints; dan variabel dependen (5) Masalah agency E.Teknik Analisis Data Sesuai dengan desain dan tujuan penelitian ini, maka ada dua teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data, yaitu: (1) teknik analisis data kualitatif dan (2) teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis kualitatif dilakukan melalui tahap-tahap berikut: (1) Pengkodean terbuka; (2) Pengkodean berporos; (3) Pengkodean terpilih; (4) Proses teorisasi data; (5) Matrik kondisional dan (6) Penyampelan teoritik (Straus dan Corbin, 2003). Teknik analisis kuantitatid digunakan untuk menganalisis data kuantitatif adalah dengan menggunakan teknik analisis Regresi. Adapun model empirik penelitian dirumuskan sesuai dengan hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis 1, dengan model empirik: AGPROB = α + β1 SIA + β2 RETURN + β3 RISIKO + β4 BIMONIT + β5 PASIL + β6 KLAU + β7 WAKTU + β8 ARUKAS + β9 JAMINAN + β10 KSEHAT + β11 PROSPEK + ε
Hipotesis 2, dengan model empirik: AGPROB = α + β1 FAMILIAR + β2 KOREKRIS + β3 BERKMB + β4 ARTIKUL + β5 TRACKAC + β6 REKOMEN + β7 BRJAMIN + β8 MILIKSND + β9 KLSSOS + β10 KELPEB + β11 HUBKEL + β12 LAPKEU + β13 KEAHLIAN + β14 KOMITMEN + β15 RELIGIUS + β16 TGKPELUA + β17 KEBISN + β18 HISTORIS + ε http://ekisonline.com
Powered by: Joomla!
Generated: 24 December, 2009, 08:47
Ekonomi Islam Online
Hipotesis 3, dengan model empirik: AGPROB = α + β1 PFMUA + β2 BUNGA + β3ZIS+ ε Hipotesis 4, dengan model empirik: AGPROB = α + β1 NISBAH + β2 PERIODE + β3 REWARD + β4 MINPROF + β5 JAMINAN + β6 RISOPREN + β7 AUDIT + β8 PINALTI + β9 WASRUT + ε Hipotesis 5, dengan model empirik: AGPROB = α + β1 ATPROY + β2 ATMUDH + β3 KEPATUH + β4 NISBAH + β5 PERIODE + β6 REWARD + β7 MINPROF + β8 JAMINAN + β9 RISOPREN + β10 AUDIT + β11 PINALTI + β12 WASRUT + ε
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pembiayaan Mudharabah pada Bank Syari’ah di Indonesia Secara umum prinsip bagi hasil dalam fiqh dilakukan dalam bentuk: Al-Musyarakah; Al-Mudharabah; AlMuzara’ah; Al-Mushaqah. Namun yang banyak dipakai di bank syari’ah adalah al-musyarakah dan almudharabah. Kedua akad produk biasanya tergolong sebagai kontrak bagi hasil. Implementasi mudharabah di bank syari’ah masih menghadapi banyak kendala. Itulah sebabnya, portofolio pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan bank syari’ah di Indonesia masih kecil. Secara nasional, kinerja pembiayaan mudharabah di bank syari’ah Indonesia baru 17,37% dari total portofolio pembiayaan (Direktorat Perbankan Syari’ah, Statistik Perbankan Syari’ah 2004). Pertanyaannya adalah, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Ada beberapa persoalan yang menyebabkan hal tersebut ditempuh oleh para pengelola bank syari’ah. Pertama, berkaitan dengan resiko bank yang ditimbulkan apabila menerapkan produk mudharabah adalah cukup tinggi. Kedua, tingkat kejujuran keamanahan masyarakat kita yang belum 100% dapat diandalkan. Berangkat dari dua alasan tersebut, maka dapat menimbulkan alasan pertama. 2.Masalah Agency dalam Pembiayaan Mudharabah di Bank Syari’ah Pada bagian ini akan dilakukan analisis untuk menjawab permasalahan atau implikasi yang terkait dengan kontrak pembiayaan mudharabah. a.Atribut proyek yang dipertimbangkan oleh bank syari’ah (principal/ shahibul mal/pemilik modal) untuk dibiayai dengan kontrak mudharabah Berdasarkan hasil wawancara dengan para ahli ekonomi Islam dan para praktisi bank syari’ah dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dibiayai dengan kontrak mudharabah adalah: profitabilitas proyek baik; variabilitas dan ketidakpastian hasil rendah; risiko kerugian rendah; biaya besar untuk pemantauan usaha rendah; tingkat pengembalian (return) baik; aturan pengawasan ketat; proses akuntansi yang teliti; keadaan sosial dan lingkungan mendukung; jangka waktu kontrak pendek; posisi arus keuangan perusahaan baik; keamanan aset terjamin. Berdasarkan atribut tersebut, perlu dicari aspek mana yang paling dominan untuk dipertimbangkan, sehingga berdampak pada minimalnya masalah agency dalam pembiayaan mudharabah. Hasil analisis rerata data dapat dijadikan sebagai dasar penentuan peringkat atribut menurut urutannya. Dengan demikian urutan pertimbangan responden dalam menentukan atribut proyek yang akan dibiayai dengan kontrak mudharabah (Lihat tabel 2 dalam lampiran). Untuk mengetahui, atribut proyek mana yang dapat dijadikan variabel penentu minimalnya masalah agensi pembiayaan mudharabah, untuk selanjutnya dilakukan uji regresi. Berdasarkan hasil analisis regresi tentang pengaruh variabel atribut proyek terhadap masalah agensi kontrak pembiayaan mudharabah di bank syari’ah ditemukan hasil pada tabel 3 (Lihat lampiran). Berdasarkan hasil analisis regresi ditemukan koefisien regresi sebesar R2 = 0,628 dan nilai F= 7,990 dengan F Sig. = 0,000. Hal ini berarti, bahwa 11 (sebelas) atribut proyek pada analisis ini memiliki kontribusi sebesar 62,8% untuk mengurangi munculnya masalah agency dalam pembiayaan mudharabah di bank syari’ah. Dengan kata lain, variansi prediktor (atribut proyek) dapat menjelaskan variansi agency problem pembiayaan mudharabah sebesar 62,8%. Berdasarkan koefisien t maka model empirik penelitian atas atribut proyek yang dibiayai dengan kontrak mudharabah di bank syari’ah dapat diformulasikan sebagai berikut: AGPROB = 1.466 + 0.507(SIA) + 0.927(TKRETURN) + 0.273(TKRISIKO) + 0.325(BIAPANTA) + 0.260(PSTHASIL) + 0.287(KLAUSUL) + 0.309(JKWAKTU) + 0.591(JAMINAN) + 0.438(TKKSHATA) + 0.390(PROSPEK) Terbukti ditemukan koefisien atribut proyek pada model pengujian memiliki tanda positif dan secara statistik signifikan di bawah 1%. Hasil ini menginfikasikan, jika shahibul mal/pemilik dana/ principal sebelum melakukan kontrak pembiayaan http://ekisonline.com
Powered by: Joomla!
Generated: 24 December, 2009, 08:47
Ekonomi Islam Online
mudharabah dengan mudharib/pelaku proyek/agent melakukan penyeleksian atau screening atribut proyek yaitu: SIA (sistem informasi akuntansi); TKRETURN (tingkat return bisnis); TKRISIKO (tingkat risiko bisnis); BIAPANTA (biaya pengawasan rendah); PSTHASIL (adanya kepastian hasil yang diharapkan); KLAUSUL (klausul perjanjian); JKWAKTU (jangka waktu pembiayaan); JAMINAN (jaminan pembiayaan); TKKSHATA (tingkat kesehatan perusahaan); dan PROSPEK (prospek bisnis) maka proyek tersebut akan mengandung masalah agency rendah. Sedangkan, atribut proyek yang berkaitan dengan arus kas tidak dapat digunakan untuk menjelaskan upaya yang memperkecil masalah agency proyek yang dibiayai dengan kontrak mudharabah yang dilakukan oleh bank syari’ah. b.Atribut yang dipertimbangkan oleh bank syari’ah (principal/ shahibul mal/pemilik modal) dalam memilih nasabah pembiayaan (agent/ mudharib/ pemilik usaha) yang akan dibiayai dengan kontrak mudharabah Berdasarkan atribut tersebut, perlu dicari atribut mana yang paling dominan untuk dipertimbangkan, sehingga berdampak pada minimalnya masalah agency dalam pembiayaan mudharabah. Hasil analisis data (dengan menggunakan rerata) dapat menjadi dasar dalam menentukan peringkat atribut secara berurutan. Dengan demikian urutan pertimbangan responden dalam menentukan atribut proyek yang akan dibiayai dengan kontrak mudharabah tergambar pada tabel 4 (Lihat Lampiran). Untuk mengetahui, atribut proyek mana yang dapat dijadikan variabel penentu minimalnya masalah agency pembiayaan mudharabah, untuk selanjutnya dilakukan uji regresi. Berdasarkan hasil analisis regresi tentang pengaruh variabel atribut proyek terhadap masalah agency kontrak pembiayaan mudharabah di bank syari’ah ditemukan hasil pada tabel 5 pada lampiran. Berdasarkan hasil analisis regresi ditemukan koefisien regresi sebesar R2= 0,748 dan nilai F = 7,422 dengan F Sig. = 0,000. Hal ini berarti, bahwa 18 (delapan belas) atribut mudharib pada analisis ini memiliki kontribusi sebesar 74,8% untuk mengurangi munculnya masalah agency dalam pembiayaan mudharabah di bank syari’ah. Dengan kata lain, varian prediktor (atribut mudharib) dapat menjelaskan variansi masalah agency pembiayaan mudharabah sebesar 62,8%. Berdasarkan koefisien nilai t maka model empirik penelitian atas atribut mudharib yang dibiayai dengan kontrak mudharabah di bank syari’ah dapat diformulasikan sebagai berikut: AGPROB = 0,036 + 0,602(FAMILIER) + 0,984(KOREKRI) + 0,495(BERKM) + 0,532(ARTIKL) + 0,287(USUHA) + 0,416(TRECKAC) + 0,559(REKOM) + 0,327(MLKSEND) + 0,448(KELPEB) + 0,644(LAPKEUA) + 0,491(KEAHLIAN) + 0,358(KOMITME) + 0,482(HISTORI) Selain itu juga terbukti ditemukan koefisien atribut mudharib pada model pengujian memiliki tanda positif dan secara statistik signifikan di bawah 1%. Hasil ini menginfikasikan bahwa jika shahibul mal melakukan screening secara ketat terhadap atribut-atribut mudharib diharapkan masalah agency dalam kontrak mudharabah yang dijalani bank syari’ah terjadi secara minimal. c.Kepatuhan shahibul mal dalam kontrak pembiayaan mudharabah di bank syari’ah Gambaran tentang tingkat kepatuhan shahibul mal dalam melakukan perjanjian dengan mudharib yang akan dibiayai melalui kontrak pembiayaan mudharabah, adalah seperti tergambar dalam tabel 6 dalam lampiran. Berdasarkan hasil analisis regresi tentang pengaruh variabel kepatuhan shahibul mal tentang syari’ah terhadap masalah agency kontrak pembiayaan mudharabah di bank syari’ah ditemukan hasil pada tabel 7 dalam lampiran. Berdasarkan tabel ringkasan analisis regresi di atas ditemukan koefisien regresi sebesar R2 = 0,747 dan nilai F = 59,112 dengan F Sig. = 0,000. Hal ini berarti kontribusi tiga variabel pada analisis ini memiliki kontribusi sebesar 74,7% untuk mengurangi terjadinya masalah agency dalam pembiayaan mudharabah di bank syari’ah. Dengan kata lain, variansi prediktor (kepatuhan) dapat menjelaskan varian masalah agency pembiayaan mudharabah sebesar 74,7%. Berdasarkan pada koefisien nilai t, maka model empirik penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: AGPROB = 10,537 + 0,503(PENGTH) + 0,319(BUNGA) + 0,374(ZIS) Pada penelitian ini ditemukan koefisien atribut kepatuhan shahibul mal terhadap ketentuan kontrak pada model pengujian memiliki tanda positif dan secara statistik signifikan di bawah 1%. Hasil ini menginfikasikan bahwa dalam menjalankan kontrak yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan kontrak mudharabah dapat memperkecil terjadinya masalah agency. d.Insentif yang dapat digunakan oleh bank syari’ah (principal/ shahibul mal/pemilik modal) sehingga dapat mengurangi terjadinya masalah agency dalam kontrak pembiayaan mudharabah Gambaran tentang masalah agency yang terjadi dalam pembiayaan mudharabah di bank syari’ah adalah seperti tergambar dalam tabel 8 pada lampiran. Berdasarkan tabel 8 di atas dikatehui, bahwa tingkat risiko atau masalah agency yang terjadi dalam kontrak mudharabah http://ekisonline.com
Powered by: Joomla!
Generated: 24 December, 2009, 08:47
Ekonomi Islam Online
di bank syari’ah dengan kategori tinggi sebanyak 18,75%, kemudian kategori sedang sebanyak 56,25%, dan kategori rendah sebanyak 25,00%. Berdasarkan hasil analisis regresi tentang pengaruh variabel incentive compatible constraints terhadap masalah agency kontrak pembiayaan mudharabah di bank syari’ah ditemukan hasil pada tabel 9 pada lampiran. Berdasarkan tabel ringkasan analisis regresi di atas ditemukan koefisien regresi sebesar R2 = 0,628 dan nilai F= 8,017 dengan F Sig. = 0,000. Kontribusi delapan variabel independen (insentif) pada analisis ini memiliki kontribusi sebesar 62,8% untuk mengurangi munculnya masalah agency dalam pembiayaan mudharabah di bank syari’ah. Dengan kata lain, varian prediktor (insentif) dapat menjelaskan variansi agency problem pembiayaan mudharabah di bank syari’ah sebesar 62,8%. Berdasarkan koefisien t, secara empirik model penelitian atas mekanisme incentive compatible constraints yang diterapkan shahibul mal atas mudhrib pada pembiayaan mudharabah dapat diformulasikan sebagai berikut: AGPROB = 1.379 + 0,496(NISBAH) + 0,191(COLLATER) + 0,242(RISKREN) + 0,513(AUDIT) + 0,656(MINPROMA) + 0,384(WASRUT) Penjelasan di atas dikuatkan dengan temuan yang membuktikan koefisien incentive compatible constraints pada model pengujian memiliki tanda positif dan secara statistik signifikan di bawah 5%, yaitu variabel COLLATER, RISKREN, bahkan ada yang berada di bawah 1%, yaitu variabel NISBAH, AUDIT, MINPROMA, WASRUT. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin ketat dalam menerapkan insentive compatible constraints yang baik dapat digunakan untuk memperkecil terjadinya masalah agency dalam kontrak mudharabah di bank syari’ah. e. Pengaruh Mekanisme Penyeleksian (screening) Atribut Proyek, Atribut Mudharib, Kepatuhan Mudharib dan Incentive Compatible Constraints terhadap Masalah Agensi dalam Pembiayaan Mudharabah Pertanyaan penelitian yang diuji adalah: Apakah mekanisme penyeleksian (screening) atribut proyek, atribut mudharib, kepatuhan shahibul mal dan incentive compatible constraints berpengaruh terhadap masalah agensi pada pembiayaan mudharabah di bank syari’ah. Dari hasil analisis regresi tentang pengaruh variabel mekanisme penyeleksian (screening) atribut proyek, atribut mudharib, kepatuhan shahibul mal dan incentive compatible constraints terhadap masalah agency kontrak pembiayaan mudharabah di bank syari’ah dapat disajikan dalam tabel 10 pada lampiran. Dari hasil analisis tersebut di atas diketahui koefisien regresi sebesar R2 sebesar 0,826 dan nilai F= 22,516 dengan FSig. = 0,000. Hal ini berarti bahwa 11 (sebelas) variabel incentive compatible constraints pada analisis penelitian ini memiliki kontribusi atau mampu menjelaskan masalah agency sebesar 82,6%, dan ada sebanyak 17,4% varian yang tidak dapat dicakup dalam penelitian ini. Dengan demikian pertanyaan penelitian yang menyatakan: Apakah mekanisme penyeleksian (screening) atribut proyek, atribut mudharib, kepatuhan shahibul mal dan incentive compatible constraints berpengaruh terhadap masalah agency pada pembiayaan mudharabah di bank syari’ah, dapat dimasukkan ke dalam model. Namun tidak semua mekanisme dapat digunakan untuk membangun model, sebagai berikut: AGPROB = 7.789 + 0,308(ATMUDH) + 0,441(ATPROY) + 0,718(KEPATUH) + 0,310(NISBAH) + 0,244(RISKREN) + 0,454(MINPROMA) Penjelasan di atas dikuatkan dengan temuan yang membuktikan koefisien incentive compatible constraints pada model pengujian memiliki tanda positif dan secara statistik signifikan di bawah 5%. Gambaran ini menunjukkan bahwa treatment yang dilakukan shahibul mal terhadap mudharib yang dilakukan sebelum dan sesudah kontrak mudharabah dijalankan di bank syari’ah dapat memperkecil terjadinya masalah agency. Artinya, semakin bagus treatment yang dilakukan maka semakin kecil masalah agency dalam kontrak mudharabah di bank syari’ah. V. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.Penerapan screening atribut proyek secara baik pada atribut: SIA; TKRETURN; TKRISIKO; BIAPANRE; PSTHASIL; KLAUSUL; JKWAKTU; JAMINAN; TKKSHATA; dan PROSPEK dapat digunakan untuk meminimalkan masalah agency dalam pembiayaan mudharabah di bank syari’ah (R2= 0,628; F= 7,990 dengan FSig. = 0,000, dan kontribusi keseluruhan atribut sebesar 62,8%). 2.Penerapan screening atribut mudharib secara baik pada atribut: FAMILIER, KOREKRI, BERKM, ARTIKL, USUHA, TRECKAC, REKOM, MLKSEND, KELPEB, LAPKEUA, KEAHLIAN, KOMITME, dan HISTORI dapat digunakan untuk meminimalkan masalah agency dalam pembiayaan mudharabah di bank syari’ah (R2= 0,748; F= 7,422 dengan FSig. = 0,000, dan kontribusi keseluruhan atribut sebesar 74,8%). 3.Kepatuhan shahibul mal terhadap ketentuan syari’ah dalam kontrak mudharabah dapat digunakan untuk meminimalkan masalah agency dalam pembiayaan mudharabah di bank syari’ah (R2= 0,747; F= 59,112 dengan FSig. = 0,000, dan kontribusinya sebesar 74,7%). 4.Mekanisme incentive compatible constraints (berupa NISBAH, COLLATER, RISKREN, AUDIT, MINPROMA, dan WASRUT) dalam kontrak mudharabah dapat digunakan untuk meminimalkan masalah agency dalam pembiayaan mudharabah di bank syari’ah (R2= 0,538; F= 8,017 dengan FSig. = 0,000, dan kontribusinya sebesar 53,8%). http://ekisonline.com
Powered by: Joomla!
Generated: 24 December, 2009, 08:47
Ekonomi Islam Online
5.Ada pengaruh mekanisme penyeleksian (screening) atribut proyek, atribut mudharib, kepatuhan shahibul mal dan incentive compatible constraints terhadap masalah agency kontrak pembiayaan mudharabah di bank syari’ah (R2= 0,826; F= 22,516 dengan FSig. = 0,000, dan kontribusinya 82,6%). 2. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah: 1.Pelaku bank syari’ah perlu meningkatkan porsi portofolio pembiayaan mudharabah, karena portofolio pembiayaan tersebut masih rendah (17,4%). Peningkatan tersebut dimaksudkan agar bank syari’ah memang benar-benar berbeda dengan bank konvensional. 2.Sebelum menentukan dan memilih proyek dan mudharib yang akan dibiayai dengan skim pembiayaan mudharabah, praktisi bank syari’ah perlu terlebih dahulu melakukan screening secara cermat dan ketat. Hal ini dilakukan agar bank syari’ah tidak menghadapi masalah agency yang besar dalam memberikan pembiayaan mudharabah. 3.Pelaku bank syari’ah perlu lebih mematuhi aturan-aturan syari’ah yang berkaitan dengan kontrak pembiayaan mudharabah, sehingga pelaku bank syari’ah tidak terbawa arus ketidak-tahuan masyarakat pengguna pembiayaan skim mudharabah yang menyamakan antara sistem bagi hasil dengan sistem bunga. 4.Untuk mengurangi risikp yang besar dalam pembiayaan mudharabah, pelaku bank syari’ah perlu menerapkan mekanisme insentive compatible constraints yang tepat, sehingga pembiayaan mudharabah mampu memberikan hasil optimal. 5.Pihak Direktorat Perbankan Syari’ah perlu melengkapi infrastruktur bagi berjalannya skim mudharabah, misalnya dalam bentuk standarisasi akad, aturan dan petunjuk pelaksanaan pembiayaan mudharabah yang tidak menyulitkan para pelaku pembiayaan mudharabah di bank syari’ah. 6.Pihak-pihak terkait, seperti: ulama, dosen, perlu membantu proses sosialisasi tentang sistem dan mekanisme pembiayaan mudharabah kepada masyarakat, sehingga masyarakat benar-benar memahami tata cara menjalankan kontrak perjanjian pembiayaan mudharabah.
DAFTAR PUSTAKA Afif, Faisal, Strategi dan Operasional Bank, Bandung: PT Eresco, 1996 Al-Omar, Fuad dan Mohammed Abdel-Haq, (1996), Islamic Banking : Theory, Parctice and Challenges, London : Zed Books, p. 43. Anonimius, “Optimisme Perbankan Syari’ah”, Majalah Modal, No. 15/II – Januari, 2004, h. 15. Antonio, M. Syafi’i, Bank Syari’ah : Suatu Pengantar Umum, Edisi Khusus, Jakarta : Tazkia Institute, 2000. Antonio, M. Syafi’i, Bank Syari’ah: Teori dan Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Arifin, Zaenal, “Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi yang Dikontrol Keluarga: Bukti dari Perusahaan Publik di Indonesia”, Disertasi, Tidak Dipublikasikan, Program Studi Ilmu Manajemen PPS Faktultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003 Cho, Y.J. “Inefficiencies From Financial Liberalization in the Absence of Well-Functioning Equity Markets,” Journal of Money, Credit and Banking, No. 18, p. 191-199. Choudlury, Masuddul Alam, Islamic Venture Capital: A Critical Examination, kumpulam makalah tergabung dalam Third Harvard University Forum on Islamic Finance, (Cambridge: Center for Middle Eastern Studies), 1999 Cobham, David, “Financial International”, Economia, Societa’e Instituzioni; Vol. 5, No. 1, 1993. Jensen, C. Michael dan W.H. Mechkling, “Theory of the Firm: managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”, Journal of Fiancial Economics, No.3, 1976. Jensen, C. Michael, “Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeover”, American Economic Review, Vol. 76, No.2, May, 1989 Karim, Adiwarman A., “Incentive Compatible Constrains for Islamic: Banking Some Leassons From Bank Muamalat”, Conference Papers, Fourth International Conference on Islamic Economics and Banking Loughborough University, UK, August 13-15, 2000, pp. 579-598. Karim, Adiwarman A., “Perbankan Syari’ah : Peluang, Tantangan dan Strategi Pengembangan,” Orientasi, Jurnal Agama, Filsafat dan Sosial, Edisi 3, Tahun III, April 2001, h. 33. Khalil, Abdel-Fattah A.A., Colin Rickwood, dan Victor Muride, (2000), “Agency Contractual in Profit-Sharing Financing,” Islamic Finance : Challenges and Opportunities in The Twenty-First Century, Conference Papers, Fourth International Conference on Islamic Economic and Banking Loughborough University, UK, August 13-15, 2000. Khan, Muhammad Akram, “Islamic Economics: The State of the Art”, International Journal of Islamic Social Sciences, Vol.16, No.2, 1999, pp. 89-104. Kim, Saeng Wi and Eric Sorensen, “Evidence on the Impact of the Agency Cost of Debt on Corporate Debt Policy”, Journal Financial and Quantitative Analysis, Vol.21, No.2., pp. 131-144. Kuran, Timur, “The Economic System in Contemporary Islamic Thought: Interpretation and Assesment”, International Journal of Meddle East Studies 18, Vol. 2, No. 1, 1986, pp. 135-164. Mallat, Chibli (ed.). Islamic Law and Finance, London-Dordrecht-Boston: Graham and Trotman, 1988. Mallat, Chibli. “Commercial Law in the Middle East: Between Classical Transaction and Modern Business”, The American Journal of Comparative Law, Vol.48, No.1, 2000, pp. 81-141. Muhamad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari’ah, Yogyakarta : UII Press, 2001. Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat (Kontemporer), Yogyakarta: UII-Press, 1998 http://ekisonline.com
Powered by: Joomla!
Generated: 24 December, 2009, 08:47
Ekonomi Islam Online
Muhammad, Konstruk Mudharabah dalam Bisnis Syari’ah, Yogyakarta: BPFE, 2002. Naqvi, Syed Nawab Heidar, Islam, Economics, and Society, London and New York: Kegan Paul International, 1994. Nasr, Sayyed Vali Reza, “Toward a Philosophy of Islamic Economics”, The Muslim World, Vol.77, 1987, pp. 175-196. Niazi, Liaquat Ali Khan, lslamic Law of Contract, Lahore: Research Cell Dyal Sing Trust Library, 1990. Nyazee, Imran Ahsan Khan, Islamic Law of Business Organisation Partership, Pakistan: Islamic Research Institute Press, 1997 Presley, JR. & Sessions, JG. “Islamic Economic: The Emergence of a New Paradigm,” The Economic Journal, Vol 104, pp. 584-596 Qudamah, Ibnu, Al-Mughni ‘ala al-Syarh al-Kabir, vol. V, Mesir: al-Manar, 1347 H Reichelstein, Stefan, “Agency”, dalam The New Palgrave Dictionary of Money and Finance, Vol.2, 1992, p. 23-26. Ross, Stephen, “The Determination of Financial Structure: The Incentive Signalling Approach,” Bell Journal of Economics, Vol. 8, pp. 23-40 Rusyd, Ibnu, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Semarang: Toha Putera, tt Sadr, Kazem and Zamir Iqbal, “Choice of Debt or Equity Contract and Asymmetrical Information: An Empirical Evidence,” Conference Papers, Fourth International Conference on Islamic Economics and Banking Loughborough University, UK, August 13-15, 2000, pp. 487-499. Sadr, Kazim, “The Role of Musharakah Financing in the Agricultural Bank of Iran,” Arab Law Quarterly, pp. 245-56. Saeed, Abdullah, Islamic Banking and Interest, A Study of Prohibition of Riba and Its Contemporary Interpretation, Leiden, New York, Koln: EJ. Brill, 1996 Saeed, Abdullah, Islamic Banking and Interest: A Study of the Prohibition of Riba and its Contemporary Interpretation. Leiden-New York-Kohl: E.J. Brill, 1996. Saleh, Nabil, Financial Transactions and The Islamic Theory of Obligations and Contracs, Chibli Mallat (ed.), Islamic Law and Finance, London: Graham and Trotman, Kluwer Academic Publishers, 1988 Scholtens, Lambertus J.R, “On the Foundations of Financial Intermediation: A Review of the Literatur,” Kredit und Kapital (Germany), Vol. 26, No. 1, 1993, pp. 112-41. Shiddiqi, Nejatullah, Banking Without Interest, ed. III, (Lahore: Ashfaq Mirza, Managing Director, Islamic Publication Limited), 1980 Siddiqi, M. Nejatullah, “Issues in Islamic Banking, Selected Papers, Virginia : IIIT, 1983 Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999 Stiglitz, E. Joseph, “Principal and Agent,” dalam The New Palgrave Dictionary of Money and Finance, Vol.2, 1992, p. 185-190. Suh, Yoon, “Noncontrolable Cost and Optimal Performance Measurement”, Journal of Accounting Research. Vol.26, No. 1, pp.154-168. Sumianto, Ahmad, “Minat Manajer BMT di Yogyakarta dalam Menerapkan Produk Pembiayaan Mudharabah”, Tesis, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta: MSI UII, 2004. Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 1997 Udovitch, Abraham L., Partnership and Profit in Medival Islam, New Jersey: Princeton University Press, 1970 Warde, Ibrahim, “The Revitalization of Islamic Profit-and-loss Sharing,” Proceeding of the The Harvard University Forum on Islamic Finance, Oktober 1, Cambridge : Harvard Islamic Finance Information Program Centre for Middle Easter Studies, 1999. Warde, Ibrahim, Islamic Finance in Global Economy, Edinburgh : Edinburgh University Press, 1999.
http://ekisonline.com
Powered by: Joomla!
Generated: 24 December, 2009, 08:47