ANALISIS PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH PADA PASANGAN PRANIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 SKRIPSI DiajukanUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
OLEH : IDA KURNIAWATI 111 08 006
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013 i
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. TentaraPelajar 02Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website :www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
MunaErawati, M. Si Dosen STAINSalatiga PersetujuanPembimbing Lamp. : 4 Eksemplar Hal : NaskahSkripsi Saudara : Ida Kurniawati Kepada Yth.Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu‟alaikumWr.Wb. Setelah kami menelitidanmengadakanperbaikanseperlunyamakabersamaini, kami kirimkannaskahskripsisaudara: Nama
: Ida Kurniawati
Nim
: 111 08 006
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Judul
: Analisis PembinaanKeluargaSakinahPadaPasanganPranikah Kantor Urusan Agama (KUA) KecamatanBringinKabupaten Semarang Tahun2012.
Denganini kami memohonskripsisaudaratersebut di atassupayasegeradimunaqosahkan. Demikian agar menjadimaklum. Wassalamu‟alaikumWr. Wb. Salatiga, 20Februari 2012 Pembimbing
MunaErawati, M.Si NIP. 19751218 199903 2 002
ii
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI ANALISIS PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH PADA PASANGAN PRANIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 DISUSUN OLEH: IDA KURNIAWATI NIM: 11108006
Telahdipertahankan di depanPanitiaDewanPengujiSkripsiJurusanTarbiyah,SekolahTinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, padatanggal6Maret 2013dantelahdinyatakanmemenuhisyaratgunamemperolehgelarsarjana S1 KependidikanIslam SusunanPanitiaPenguji KetuaPenguji
: Drs. Mubasirun, M.Ag
SekretarisPenguji
:Dra. SitiZumrotun, M.Ag
Penguji I
: Drs. Miftahuddin, M.Ag
Penguji II
:IlyyaMuhsin, S.HI.,M.Si
Penguji III
:MunaErawati, S.Psi.,M.Si
Salatiga, 6 Maret2013
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP: 19580827 198303 1002
iii
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawahini: Nama
: IDA KURNIAWATI
NIM
: 11108006
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karyatulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,20Februari2013 Yang menyatakan,
Ida Kurniawati NIN : 111 08 006
iv
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamudariapineraka yang bahanbakarnyaadalahmanusiadanbatu (QS. At- TahrimAyat 6)
v
PERSEMBAHAN Skripsiinipenulispersembahkankepada: 1. Kedua orang tuakuBapakSuparlandanIbuMustiahtersayang yang telahmembesarkankudenganpenuhkasihsayangdankesabaran 2. Kakakku Wahid Sholikin yang selalumembimbingdanmengarahkanku 3. Muntaha 4. Sahabat-sahabatku yang senantiasamemotifasidalampenyusunanskripsiini 5. Teman-temanseperjuanganangkatan 2008 terutama PAI A 6. Seluruhkeluargabesarku, terimakasihatasdoadanmotivasi yang telahdiberikan
vi
KATA PENGANTAR Pujisyukur Alhamdulillah, penulisucapkankehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkanrahmaddankaruniaNyasehinggapenulisdapatmenyelesaikansekripsiinitanpahalangansuatuapapun.Sha lawatsertasalamsemogaselalutercurahkankepadajunjunganbesarNabi Muhammad SAW yang selalukitananti-nantikansyafaatnyabesok di yaumulqiamah. Amin Allahumma Amin. Skripsiinipenulissusundalamrangkamemenuhisebagiansyaratsyaratgunamemperolehgelarsarjanadalamilmutarbiyah STAIN Salatiga. Dalampenyelesaianskripsiinipenulisbanyakmendapatbantuan, bimbingandanpengarahandariberbagaipihak.Sehubungandenganhaltersebutpenulis hanyabisamengucapkanbanyaktrimakasih,
denganteriringdoasemogaamalbaik
yang telahdiberikan, mendapatpahaladisisiallah SWT. UntukitupenulisucapkanbanyaktrimakasihkepadaYth: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Agselakuketua STAIN Salatiga. 2. BapakSuwardi, M. PdselakuketuaJurusanTarbiyah STAIN Salatiga. 3. IbuDra. SitiAsdiqoh, M.Siselakuketuaprogram studipendidikan agama Islam STAIN Salatiga. 4. IbuMunaErawati,
M.Si,selakupembimbingyang
telahmeluangkanwaktu,
tenagadanpikirannya,
vii
denganpenuhkesabarandankebijaksanaannyadalammemberikanbimbin gandanarahansehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsiini. 5. Bapak/Ibudosen
yang
dengantulusmendidikdanmemberikanjasanyadalammenuntutilmu
di
STAINSalatiga. 6. KeluargabesarKUA di KecamatanBringinKabupaten Semarang yang telahmendukung, memberikanijindanbantuannyadalampenyelesaianskripsiini. 7. Sahabat-sahabat
yang
telahmembantudanmemberikandukungandalampenyelesaianskripsiini. 8. Keluargabesar
MI
Ma’arif
Global
BlotonganSalatiga
yang
memberikansemangatdandoanya. 9. Semuapihak
yang
telahmembantudalampenulisanini,
sehinggadapatterselesaikandenganbaiksemogaamalkebaikannyaditerim adisisi Allah SWT. Denganketerbatasankemampuan
yang
adapenulistelahberusahamenyusunskripsidengansebaikbaiknya.Namundengandemikianskripsiinimasihsangatjauhdarikesempurnaan.Untu kitupenulissangatmengharapkankritikdan
saran
dariparapembaca
demi
kesempurnaanskripsiini.Semogabermanfaatuntuksemua. Salatiga, 20Februari 2013
viii
ABSTRAK Kurniawati, Ida. 2013. Analisis Pembinaan Keluarga Sakinah Pada Pasangan Pranikah Di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Kata Kunci:Pelaksanaan Pembinaan, Keluarga Sakinah, Pasangan Pranikah. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, dimana keluarga tersebut terbentuk harus melalui sebuah perkawinan. Keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia lahir dan batin, serta mampu mengamalkan, menghayati, dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlaq yang mulia. Hal ini menarik minat peneliti untuk menguak lebih jauh mengenai: 1. Bagaimana deskripsipelaksanaankegiatan KUA Bringindalammelaksanakanpembinaankeluarga sakinah?2. Apasajakendala yang dihadapi KUA Bringindalammelaksanakanpembinaankeluarga sakinah?3. Apasajastrategi yang dilakukanuntuk KUA Bringinuntukmengatasikendala yang dihadapi? Dalam penelitian ini, pelaksanaandidefinisikan sebagai alurdanteknis. Pranikah di sini dimaksudkan yaitu pasangan yang akan melangsungkan perkawinan atau disebut juga calon pengantin. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian sebanyak 2 pegawai Kantor Urusan Agama, tokoh agama, dan 2 informan yang pernah mengikuti pembinaan dan yang tidak mengikuti pembinaan. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1. Pelaksanaanpembinaandilakukan 10 harisebelumcalonpengantinmelaksanakanpernikahan.2.Kendala yang dihadapi: daerah yang sulitdijangkau, kesibukancalonpengantin, latarbelakang yang berbeda, usiacalonpengantindanminimnyakemampuandankekuatanpegawai. 3.Perlupenambahanpegawai, perlupembinaan yang rutin, perluadanyakendaraandinasdanmencariwaktu yang efektif.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL…………………………………………………………
i
NOTA PEMBIMBING………………………………………………………
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………..
iii
PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………………..
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN …………………………………..
v
MOTTO……………………………………………………………………….
vi
PERSEMBAHAN……………………………………………………………
vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….
viii
ABSTRAK……………………………………………………………………
x
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
xi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….
1
A.
Latar Belakang Masalah……………………………………….
1
B.
Rumusan Masalah………………………..…………………….
5
C.
Tujuan Penelitian……………………………………………….
5
D.
Manfaat Penelitian…………………………………...................
6
E.
Penegasan Istilah……………………………………………….
7
F.
Metode Penelitian………………………………………………
8
G.
Sistematika Penulisan…………………………………………..
11
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………….
13
A.
Pembinaan Keluarga Sakinah………………………………… 1.
Pengertian Pembinaan…………………………………...
x
13 13
B.
2.
Membina Kehidupan Beragama dalam Berkeluarga……
15
3.
Kursus Pranikah Upaya Mengurangi Perceraian………..
16
Keluarga Sakinah……………………………………………..
17
1.
Pengertian Perkawinan……………………………………
17
2.
Pengertian Keluarga Sakinah……………………………..
23
3.
Dasar-Dasar Pembinaan Keluarga Sakinah………………
24
4.
Konsep Keluarga Sakinah………………………………..
27
5.
Kriteria Keluarga Sakinah………………………………..
30
6.
Bekal Meraih Keluarga Sakinah………………………….
33
7.
Problematika yang Muncul dalam Keluarga……………..
37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN………….. A.
B.
40
Gambaran Umum Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bringin…………………………………………………………
40
Temuan Penelitian……………………………………………..
46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………………..
59
A.
Analisis Data…………………………………………………..
59
B.
Pembahasan……………………………………………………
72
BAB V PENUTUP………………………………………………………….
77
A.
Kesimpulan…………………………………………………….
77
B.
Saran……………………………………………………………
79
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. LAMPIRAN………………………………………………………………...
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1
Data Perkawinan Kantor Urusan Agama KecamatanBringin…..
TABEL 3.2
Data TalakdanCerai Kantor Urusan Agama KecamatanBringin………………………………………………...... ...........
TABEL 3.3
Data TlakdanCeraiMasaPerkawinan Kantor Urusan Agama KecamatanBringin……………………………………………
TABEL 3.4
Data TalakdanCerai Kantor Urusan Agama KecamatanBringin………………………………………………… ….......
TABEL 3.5
Data Nikah, Talak, Cerai, danRujuk Kantor Urusan Agama KecamatanBringin…………………………………………….
TABEL 3.6
Data TalakdanCerai Kantor Urusan Agama KecamatanBringin………………………………………………… ……....
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 PedomanWawancara ................................................................ 102 Lampiran2 TranskipWawancara Lampiran3 RiwayatHidup ........................................................................... 105 Lampiran 4 Keterangan SKK Lampiran 5 Lembar Konsultasi Lampiran 6 SuratIzindanTandaBuktiPenelitian Lampiran 7 PerangkatPembelajaran
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unsur terkecil dari suatu masyarakat, di mana keluarga tersebut terbentuk harus melalui perkawinan. Perkawinan merupakan sarana untuk membentuk rumah tangga sebagai sebuah ikatan suami istri yang sah yang diakui oleh masyarakat di mana mereka tinggal. Perkawinan dilaksanakan oleh seseorang yang sudah cukup umur (baligh), merasa sudah mampu memenuhi kebutuhan keluarga dan menjadi pemimpin bagi seorang laki-laki. Pernikahan merupakan seruan agama yang harus dijalankan manusia, pernikahan juga dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih terarah, tenang, tentram dan bahagia. Pernikahan adalah sebagai perantara untuk menyatukan dua hak yang berbeda, memberi kasih sayang, perhatian dan kepedulian antara laki-laki dan perempuan. Pernikahan adalah merupakan ibadah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
للا صلعم َ للا قَا َل كُنا م َع الن ِبي ِ صلعم ِ فَقَا َل لَنَا َرسُو ُل.شبَابًا َل ن َِجد ُ شَيا ًء ِ عب ِد َ عن َ َ َ ب َم ِن است ج َ َيا َمعش ََر ال ِ َع ال َبا َءة َ فَل َيت َزَ َوج ف ُ اء َنه ُ اَغ َ طا ِ ش َب َبا َ ص ِر َواَح َ َض ِلل َب ِ ص ُن ِللفَر .اءنَه ُ لَه ُ ِو َجاء ِ َصو ِم ف َ َو َمن لَم َيست َِطع فَ َعلَي ِه ِبال Artinya: ”Dari „Abdullah r. a.,katanya: “Di zaman Rasulullah saw.,kami adalah pemuda-pemuda yang tidak memiliki apa-apa . Rasulullah saw. Berkata kepada kami:”Hai para pemuda! Siapa yang mampu berumah tangga, kawinlah! Perkawinan itu melindungi pandangan mata dan memelihara kehormatan.
1
Tetapi siapa yang tidak sanggup kawin, berusahalah, karena puasa itu merupakan tameng baginya”(Shahih Bukhari). Tidak semua orang yang akan melaksanakan perkawinan dapat memahami hakikat perkawinan dan tujuan perkawinan. Perkawinan bukan sekedar berkumpulnya dua orang manusia dalam satu atap kemudian mendapatkan keturunan, bukan pula untuk sementara waktu tetapi untuk seumur hidup dan mendapatkan kebahagiaan yang sejati dalam rumah tangga. Tujuan perkawinan yang begitu mulia terkadang mendapatkan cobaan yang cukup berat dalam mewujudkannya, karena untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah itu tidak mudah. Pada hakekatnya, tujuan dalam kehidupan rumah tangga adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera. Dalam buku Panduan Keluarga Muslim (BP4,2009:1), pernikahan mempunyai tujuan: Untuk memperoleh ketenangan hidup, untuk menjaga kehormatan dan pandangan mata, serta untuk mendapatkan keturunan. Dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 Allah berfirman:
Artinya:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah ia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
2
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. Dalam pasal 1 Undang-Undang
Perkawinan No.1 Tahun 1974
dinyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin diantara seseorang pria dengan seorang wanita sebagai seorang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang behagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga maksud dari Undang-Undang tersebut tidaklah cukup hanya dengan ikatan lahir dan batin saja, tetapi harus mencakup kedunya. Adanya ikatan lahir dan batin antara suami istri merupakan pondasi yang kekal, bahagia dan sejahtera. Diperlukan kerja sama dan saling pengertian antara masing-masing pihak, baik suami maupun istri dan sedapat mungkin menghindari segala macam perselisihan yang ada dalam rumah tangga. Perselisihan dapat ditimbulkan dari faktor internal maupun faktor eksternal yang apabila tidak diselesaikan secara cepat akan menimbulkan masalahmasalah baru seperti penyelewengan suami istri dan tidak terawatnya anakanak. Contoh kasus perceraian dari keluarga ibu E.W dan bapak J.W. Pada awalnya keluarga ini bisa disebut keluarga yang damai. Ibu E.W hidup bersama suami dan kedua mertuanya. Kedua mertuanya adalah orang yang kaya tetapi bapak J.W (suami ibu E.W) tidak bekerja, dia hanya mengandalkan harta orang tuanya, sedangkan ibu E.W bekerja di pabrik. Kedua mertuanya sangat sayang kepada ibu E.W. Kemudian ibu E.W mempunyai anak yang pertama tetapi meninggal dunia. Selang beberapa bulan kemudian ibu E.W
3
hami lagi dan melahirkan anak kedua laki-laki. Meskipun sudah mempunyai anak, tetapi bapak J.W tidak mau bekerja. Dia malah main judi yang hanya menghabiskan uang tapi tidak ada masukan. Uang hasil bekerja ibu E.W pun diminta untuk berjudi, kalau tidak dikasih uang bapk J.W langsung turun tangan entah itu menampar atau memukul. Hingga anaknya berumur 5-6 tahun (kelas 1 SD) bapak J.W pun tidak bekerja, ibu E.W sudah tidak tahan lagi dengan keadaan suaminya, tetapi merasa tidak enak dengan kedua mertuanya yang memperlakukan ibu E.W dengan sangat baik. Sampai-sampai perhiasan ibu E.W dari hasil bekerjanya sebelum menikah dengan bapak J.W pun habis dijual untuk berjudi. Setelah anak ibu E.W dengan bapak J.W kurang lebih berumur 7 tahun (kelas 2 SD) bapak mertua yang sangat sayang kepada ibu E.W meningga dunia, ibu mertuanya memperlakukan ibu E.W dan anaknya dengan tidak baik. Ibu mertuanya galak tidak seperti waktu masih ada bapak mertuanya. Ibu E.W sudah tidak tahan lagi terhadap perlakuan suami ddan ibu mertuanya yang tidak baik. Akhirnya ibu E.W menggugat cerai suaminya dan ibu E.W bersama anaknya kembali (pulang) ikut orang tua ibu E.W. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu pembinaan tentang perkawinan dan keluarga sejahtera untuk membekali setiap individu agar dapat memiliki kesiapan mental dan fisik serta daya tahan yang kuat dalam menghadapi goncangan dalam perkawinan. Dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “ANALISIS PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH PADA PASANGAN PRANIKAH DI 4
KUA KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan utama yang akan diteliti adalah bagaimana model pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah di KUA Kecamatan Bringin. Adapun masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana
deskripsi
pelaksanaan
kegiatan
KUA
Bringin
dalam
melaksanakan pembinaan keluarga sakinah? Ruang lingkup pertanyaan ini meliputi: a. Alur. b. Teknis pelaksanaan (waktu, bentuk, personalia, pendanaan, dan materi ajar). 2. Apa saja kendala yang dihadapi KUA Bringin dalam pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah? 3. Apa saja strategi yang dilakukan KUA Bringin untuk mengatasi kendala yang dihadapi? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan KUA Bringin dalam melaksanakan pembinaan keluarga sakinah. 2. Untuk
mengetahui
kendala
yang
dihadapi
melaksanakan pembinaan keluarga sakinah.
5
KUA
Bringin
dalam
3. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan KUA Bringin untuk mengatasi kendala yang dihadapi. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Secara teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah : a. Memperoleh penjelasan dan gambaran mengenai model pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah di KUA Kec. Bringin. b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah wacana tentang pembinaan keluarga sakinah. 2. Secara praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : a. Bagi masyarakat Masyarakat diharapkan memperoleh informasi cara menghadapi masalah dalam sebuah rumah tangga. b. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pembinaan pada pasangan pranikah. E. Penegasan Istilah
6
Agar dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah di dalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut : 1. Pembinaan Pembinaan berasal dari kata “bina” yang artinya bangun dan mendapat imbuhan pem- dan akhiran –an yang mempumyai arti usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:152). 2.
Keluarga sakinah Keluarga sakinah yaitu keluarga yang bahagia lahir dan batin, tenang,
tentram dan masalah-masalah yang perlu dihindari oleh pasangan suami istri yang dapat memicu ketidak tentraman, percekcokan dan perselisihan (BP4, 2009:2). 3. Pasangan pranikah Pasangan adalah salah satu dari dua organ tubuh yang berpasangan yang merupakan pelengkap bagi yang lain (dua orang laki-laki dan perempuan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:832). Sedangkan pranikah adalah masa sebelum menikah. Jadi, pasangan yaitu di mana dua individu dari dua keluarga yang berbeda bersatu untuk membentuk satu system keluarga yang baru. F. Metode Penelitian
7
Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang dimaksud. Metode ini diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna dan memperoleh hasil secara optimal. 1. Pendekatan dan jenis penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2011:4). 2. Kehadiran peneliti Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menjadi pelajar yakni belajar dari orang-orang yang dipelajarinya yang menjadi sumber data. 3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di KUA Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2012. Penulis memilih lokasi ini karena letaknya yang strategis, mudah dijangkau dan jarak dari tempat tinggal penulis juga tidak terlalu jauh. 4. Sumber data
8
Sesuai judul penelitian, maka yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kepala KUA dan pegawainya, tokoh (agama) masyarakat setempat, pasangan yang pernah menjalani program, pasangan yang akan menikah dan orang tua (keluarga) dari pasangan-pasangan tersebut. Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang berhubungan dengan penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumber data pertama, yaitu data tentang pembinaan pada pasangan pranikah. Sedangkan data sekunder yaitu dokumen-dokumen yang merupakan hasil laporan, hasil penelitian serta buku-buku yang ditulis orang lain tentang model pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah. 5. Prosedur pengumpulan data Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis melakukan : a. Interview mendalam Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayogo & Tobroni, 2003:172). Dalam penelitian ini yang diwawancarai oleh peneliti yaitu kepala KUA, pegawai KUA, tokoh masyarakat (modin), pasangan yang pernah menjalani dan tidak menjalani program.
9
b. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan berwujud dokumentasi. 6. Analisis data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurtkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2011:280). Dalam penelitian ini digunakan metode analisis induktif, yaitu mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun teori. Metode ini digunakan untuk menganalisa realitas yang ada dalam sebuah KUA yang khususnya mengenai model pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah. 7. Pengecekan keabsahan data Agar diperoleh data yang akurat, peneliti terjun langsung wawancara sehingga mendapatkan data yang langsung dari yang akan penulis simpulkan yang akan penulis cocokan dengan model pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah tersebut. G. Sistematika Penulisan
10
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut: BAB I
: Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian,
Penegasan
Istilah,
Metode
Penelitian,
Sistematika Penulisan. BAB II
: Kajian Pustaka Tentang Model Pembinaan Keluarga Sakinah Pada Pasangan Pranikah.
BAB III
: Membahas Gambaran Umum Model Pembinaan Keluarga Sakinah Pada Pasangan Pranikah.
BAB IV
: Analisis Tentang Model Pembinaan Keluarga Sakinah Pada Pasangan Pranikah.
BAB V
: Penutup Berisi Kesimpulan Dan Saran-Saran Sebagai Bahan Masukan.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
11
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembinaan Keluarga Sakinah 1. Pengertian Pembinaan Pembinaan berasal dari kata “bina” yang artinya bangun dan mendapatkan imbuhan pem- dan akhiran –an yang mempunyai arti usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik (KBBI,2007:152). Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemato, pembinaan adalah menunjuk
kepada
suatu
kegiatan
yang
mempertahankan
dan
menyempurnakan apa yang telah ada (Syafaat,2008:153).Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan seseorang tidak hanya dibantu untuk memperoleh pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu dilaksanakan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah yang dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bringin yaitu dengan menggunakan pendekatantop down yang artinya pendekatan program yang dilakukan didesain oleh KUA tanpa melihatkan penggalian data terlebih dulu ke lapangan. Inisiatif diambil dari eksekutif tingkat lembaga, yang merumuskan sebuah strategi terpadu dan terkoordinasi, biasanya dengan nasehat dari tingkatan yang lebih rendah (Stoner & Wankel, 1993:193). Untuk membangun dan mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera, bahagia, aman, makmur dan damai, usaha pertama dimulai dirumah 12
tangga.Sehingga suatu rumah tangga bagi penghuninya benar-benar merupakan tempat istirahat. Melepas lelah, tempat bersantai serta bersenda gurau dengan suami, istri dan anak-anak yang diliputi rasa senang, tentram, bahagia, rukun dan damai, sesuai dengan tuntunan Nabi Besar Muhammad SAW, bahwa “Rumahku adalah surgaku” Dengan demikian berarti kata telah membangun negara bagaikan membangun surga di dunia ini(Salim & Letter,1985:1). Pembekalan terhadap pemuda-pemudi yang akan melangsungkan pernikahan meliputi aspek yang komprehensif, yakni mengenai pengtingnya membangun suatu yang benar pada saat akan melangsungkan pernikahan, visi misi sebuah pernikahan, mengerti tugas dan kewajiban suami istri, menjaga kehormatan sebuah keluarga, serta memanajemen ekonomi rumah tangga. Pengamalan ajaran agama didalam kehidupan berumah tangga juga merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan. Bagi seorang muslim sendiri berupaya keras mewujudkan keluarga sakinah merupakan solusi cerdas untuk mengantisipasi kasus perceraian. Pembentukan karakter kepribadian Islami menjadi hal yang cukup fundamental untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Disamping itu, membangun motivasi yang benar dalam menjalankan sebuah pernikahan menjadikan sesuatu yang sangat utama.Melalui motivasi yang benar maka pernikahan akanmelahirkan rasa tanggungjawab untuk terus bersungguh-sungguh menjaga keharmonisan dan kelanggengan rumah
13
tangga. Orang akan berfikir seribu kali untuk memutuskan perceraian ketika menghadapi konflik dalam rumah tnagga. Sebab mereka percaya bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan yang sakral dan suci (Syam,2011:10). 2. Membina Kehidupan Beragama dalam Berkeluarga Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diamalkan dalam kaitannya dengan membina kehidupan beragama dalam keluarga, antara lain (BP4,2009:13) : a. Melaksanakan salat lima waktu dan membiasakan salat berjamaah dalam keluarga atau mengajak keluarga mengikuti salat berjamaah di masjid. b. Membiasaskan berdzikir (mengingat) dan berdoa kepada Allah dalam keadaan suka dan duka. c. Membudayakan atau membiasakan kalimat thoyyibah. d. Membiasakan mengucapkan salam dan menjawabnya. e. Menjawab seruan adzan. f. Secara tetap menyisihkan sebagian dari harta untuk kepentingan Islam (infaq, sadaqoh, dll). g. Jika terjadi perselisihan antara suami istri atau anggota keluarga, segeralah mengambil air wudhu dan beribadah (salat atau membaca Al qur’an). h. Menghiasi rumah dengan hiasan yang bernafaskan Islam. i. Berpakaian yang sopan sesuai dengan ketentuan Islam. j. Dalam masalah bersenggama, Islam mengatur hal tersebut sebagai berikut: Sebelum bersenggama hendaklah membaca doa.
14
k. Setiap orang Islam berkewajiban “MANDI WAJIB” karena : 1. Bersenggama antara suami istri walaupun tidak mengeluarkan mani (sperma). 2. Mengeluarkan mani (karena bersenggama atau bukan). 3. Haid (menstruasi) bagi wanita. 4. Nifas (mengeluarkan darah sesudah bersalin). 5. Wiladah (wanita baru melahirkan). 6. Mati. Pembinaan pada pasangan pranikah (calon pengantin) bertujuan memberikan bekal pada pasangan agar mampu menerapkan ajaran agama dalam
kehidupan
sehari-hari
menuju
keluarga
sakinah,
mawadah
danwarohmah.Sehingga pasangan juga mampu menyampaikan kepada masyarakat lainnya. 3. Kursus pranikah upaya mengurangi perceraian Ketika menikah dan hidup di bawah satu atap, akan ada perbedaan antara pasangan, sehingga penting bagi kita untuk terampil dalam mengelola stres dan konflik untuk menghindari perceraian. Di Indonesia lebih dikenal dengan kursus calon pengantin khususnya dikalangan muslim. Pelaksanaan kursus pranikah tersebut dilaksanakan oleh Kantor Kementerian Agama ditingkat kecamatan atau disebut Kantor Urusan Agama Kecamatan. Mereka diwajibkan lulus pranikah, dengan bukti pemberian sertifikat. Karena dengan mengikuti kursus pranikah diharapkan dapat mewujudkan keluarga yang sakinah, bahagia dan sejahtera.
15
Materi pemberian kursus pranikah ini antara lain program kesehatan reproduksi (kespro) tentang upaya menjaga kesehatan ibu saat hamil, melahirkan, pentingnya program keluarga berencana (KB), hukum syariah tentang perkawinan dalam islam, seperti mensucikan hadas besar dan kecil dan manajemen keuangan agar mandiri. Selain itu, peserta kursus juga dibekali materi bagaimana mendidik anak agar tetap sehat, cerdas dan kreatif, serta sosialisasi UU NO.10/1974 tentang perkawinan, UU anti Kerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) serta pemahaman
fungsi
keluarga,
seperti
fungsi
ketahanan
keluarga,
kesejahteraan, sosial dan ekonomi (Djunaedi,2011:3-4). B. Keluarga Sakinah 1. Pengertian Perkawinan Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia lahir batin dan berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa (Sarwadi,2010:18). Perkawinan dilaksanakan oleh orang yang sudah cukup umur (baligh), merasa sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menjadi pemimpin bagi seorang laki-laki. Perkawinan adalah sebagai perantara untuk menyatutukan dua hak yang berbeda, memberikan kasih sayang, kepedulian antara laki-laki dan perempuan.Perkawinan merupakan seruan agama yang harus dijalankan manusia.Selain sunatullah yang sudah digariskan ketentuannya, perkawinan
16
juga dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih terarah, tanang, tentram dan bahagia. Allah menjadikan perkawinan yang diatur menurut syariat Islam sebagai penghormatan dan penghargaan yang tinggi terhadap harga diri, yang diberikan oleh Islam khusus untuk manusia diantara makhluk-makhluk lainnya (Al-sabbagh,1994:23). Dalam Q.S Ar-Rum ayat 21, Allah berfirman:
Artinya : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Ia menciptakan untukmu istri-istrimu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Perkawinan adalah suatu persekutuan dari dua orang manusia yang saling mencinta, bukannya dalam artian sekedar pelukan jasmaniah secara sepintas, tapi dalam arti jangka panjang atau lama, serta mulia.Mereka menghendaki
hidup
bersama
dalam
suasana
kekraban
yang
sempurna.Kodratlah yang mendorongnya untuk menghasrati keakraban badaniah. Walaupun sebenarnya keakraban hubungan jasmaniah tersebut bukanlah merupakan tujuan yang pertama dalam perkawinan yang sejati (Murthiko,1996:74).
17
a. Tujuan Perkawinan Tujuan yang tertinggi dalam perkawinan adalah memelihaha regenerasi manusia, memelihara gen manusia dan masing-masing suami istri mendapat ketenangan jiwa karena kecintaan dan kasih sayangnya dapat disalurkan. Demikian juga pasangan suami istri sebagai tempat peristirahatan disaat-saat lelah dan tegang, keduaya dapat melampiaskan kecintaan dan kasih sayangnya selayaknya sebagai suami istri (Azzam,2009:36).
Untuk mewujudkan tujuan perkawinan memang
merupakan hal yang tidak mudah, karena masing-masing individu akan mempunyai tujuan yang mungkin berbeda satu sama lain. Namun perlu ditekankan bahwa antara suami istri demi untuk membentuk kelurga yang bahagia perlu mempersatukan tujuan yang akan dicapai dalam perkawinan itu. Menurut pandangan islam diantara tujuan perkawinan adalah (BP4, 2009:3): 1. Mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. 2. Memelihara moral, kesucian akhlak dan terjalinnya ikatan kasih sayang diantara suami istri menuju kelurga sakinah, mawadah dan warohmah. 3. Menemukan kedamaian jiwa, ketenangan fikiran dan perasaan. 4. Menemukan pasanga hidup untuk sama-sama berbagi rasa dalam kesenangan ataupun dalam kesusahan.
18
5. Melangsungkan keturunan. 6. Menjadikan pasangan suami istri dan anggota keluarga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi larangngan-Nya. Tujuan perkawinan pada umumnya yang diketahui di masyarakat yaitu untuk mendapatkan keturunan. Sebuah keluarga yang sudah lama dijalin tetapi pasangan tersebut belum juga mendapatkan keturunan, belum dikaruniai seorang anak oleh Allah, maka pada pasangan tersebut akan merasa gelisah, terus berusaha dan berdo’a kepada Allah. b. Rukun dan Syarat Nikah Ada dua rukun didalam akad nikah, yaitu ijab dan qabul.Ijab adalah ungkapan pertama yang dinyatakan oleh pelaku akad nikah sebagai tanda penawaran untuk membuat ikatan hidup keluarga. Sedangkan qabul adalah ungkapan dari pihak kedua yang melakukan akad (perjanjian) nikah, sebagai pernyataan bahwa dia rela dan sepakat atas penawaran pihak pelaku akad yang pertama (Al-Sabbagh,1994:51). Diantara rukun dan syarat nikah adalah ijab dan qabul yang mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain. Keduanya mempunyai arti membantu maksud berdua dan menunjukan tercapainya ridha secara batin (Azzam,2009:59). Syarat akad adalah sesuatu yang harus ada pada saatnya, baik berupa rukun akad itu sendiri maupun dasar-dasar rukun sehingga jika tertinggal sedikit bagian dari syarat maka rukun dianggap tidak
19
terpenuhi.Pengaruh tertinggalnya sesuatu didalam syarat disebut batal. Akad betal adalah jika terdapat cacat pada satu rukun dari beberapa rukunatau dari satu dasar dari beberapa dasar rukun (Azzam,2009:96). Syarat-syarat akad nikah yang sudah disebutkan oleh para ahli fiqih adalah: 1. Dua pihak saling mengikat janji harus mumayyiz (mampu membedakan antara yang benar dan yang salah). 2. Kesepakatan kata ijab qabul. Artinya tidak ada lagi suara sumbang yang akan mengganggu lancarnya ijab qabul atau masih ada pihak yang belum sepakat dengan dilangsungkannya pernikahan tersebut. 3. Tidak ada lagi suara sumbang yang khusus akan mengganggu lancarnya ungkapan qabul atau ada yang belum merestui dari pihak laki-laki. 4. Kalimat ijab qabul tidak saling berbeda. 5. Konsentrasi penuh kedua belah pihak pengikat janji ini dalam memahami maksud tersembunyi dari kata-kata dan ungkapannya dalam proses pernikahan tersebut dalam memulai sebuh ikatan perkawinan (Kisyik,2005:62). Dari teori di atas tentang rukun dan syarat nikah, dapat disimpulkan bahwarukun dan syarat nikah sebagai berikut:
20
1. Calon pengantin laki-laki: Islam, pria, tidak terpaksa, tidak beristri empat, bukan mahrom, tahu kalau calon istrinya tidak haram dinikahi, tidak sedang ihram haji/umroh, cakap, tidak terhalang untuk dinikahi. 2. Calon pengantin perempuan: Islam, wanita, rela untuk dinikahi, tidak dalam bersuami, tidak iddah, bukan mahrom, belum pernah dili’an, jelas orangnya, tidak sedang haji/umroh. 3. Wali nikah: Pria, islam,berhak atas perwalian, tidak terhalang. 4. Dua orang saksi: Pria, islam, dewasa, hadir, mengerti ijab qabul. 5. Ijab qabul: Dengan kata nikah atau yang semakna jalas dan berkaitan, satu majlis, tidak dalam keadaan ihrom. Contoh, Ijab: “Saya nikahkan anak perempuanku dengan kamu, dengan mas kawin alat salat, tunai” Qobul: “Saya terima nikahnya…untuk saya sendiri, dengan mas kawin tersebut.” 2. Pengertian Keluarga Sakinah Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakatyang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya, dimana keluarga tersebut terbentuk harus melalui sebuah perkawinan.
21
Keluarga muslim adalah jamaah muslim yang dimulai anggotanya dari dua orang, kemudian bertambah banyak dengan lahirnya anak-anak sesuai dengan kehendak Allah SWT (Al-Shabagh,1994:130). Keluarga yang sakinah yaitu keluarga yang bahagia lahir dan batin, tenang dan tentram dan masalah-masalah yang perlu dihindari oleh pasangan suami istri yang dapat memicu ketidak tentraman, percekcokan dan perselisihan (BP4, 2009:2). Keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antar anggota keluarga dan lingkungan dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan ahlak yang mulia. Kehidupan keluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak remaja dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Harapan tersebut terkesan semakin membara dan dorongan semakin kuat, jika badan itu sehat dan beberapa kondisi lain yang mendukung dimiliki dijalur kehidupan yang sedang dilalui. 3. Dasar-dasar Pembinaan Keluarga Sakinah Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah, mengikatnya dengan asas yang kuat dan sangat kokoh sehingga menggapai awan dan bintang-bintang.Jika bintang-bintang adalah perhiasan langit, maka rumah 22
tangga adalah perhiasan sebuah masyarakat.Karena pada rumah tangga ada suatu
keindahan,
kebanggan,
pertumbuhan
yang
menyenangkan,
kebersamaam dan orang-orang tercintasehinga Allah SWT mewariskan bumi beserta isinya.Dari keluargalah kenikmatan abadi yang bisa siperoleh manusia atau sebaliknya, dari keluarga juga penderitaan berkepanjangan yang tiada bertepidiujikan Allah kepadanya (Kisyik, 2005:20). Untuk mewujudkan keluarga sakinah, hendaknya memilih calon suami/istri yang berakhlak mulia dan mengutamakan agamanya. Karena agama merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan rumah tangga, sehingga agama merupakan faktor yng lebih diutamakan diantara faktor-faktor yang lain. Rasulullah SAW menyarankan dalam hal memilih calon istri dengan memberikan petunjuk empat kriteria yang harus dipenuhi, yaitu (BP4,2009:5): a. Karena kekayaannya. b. Karena keturunannya. c. Karena kecantikannya. d. Karena agamanya, itulah yang lebih baik bagimu. Istri tempat penenang bagi suami, tempat menyemaikan benih, sekutu hidupnya, pengatur rumah tangganya, ibu dari anak-anaknya, tempat tambatan hati, tempat menumpahkan rahasianya dan menyatukan nasibnya. Karena itu Islam menganjurkan agar memilih istri yang saleh dan
23
menyatakannya sebagai perhiasan yang terbaik yang sepatutnya dicari dan diusahakan mendapatkannya dengan sungguh-sungguh.Yang dimaksud saleh disini adalah hidup mematuhi agama dengan baik, bersikap luhur, menghormati hak-hak suaminya dan memelihara anak-anaknya dengan baik (Sabiq, 1980:29). Memilih suami yang saleh sangat penting demi kokohnya dasar kehidupan rumah tangga diatas pilar yang kuat. Rumah tangga akan langgeng jika berada pada alur yang sudah ditetapkan-Nya. Jika hal tersebut terpenuhi, maka besar kemungkinan akan akan tercapainya tingkat sosial yang baik, tingkat ekonomi yang mapan, tingkat pengetahuan yang tinggi dan hal yang terpenting adalah bahwa suami yang saleh dapat melindungi hak dan kepentingan wanita. Ada pula kriteria tersendiri yang harus dimiliki calon suami, yaitu mampu memberi sarana dan prasarana hidup yang layak (mata pencaharian yang cukup) untuk menghidupi keluarganya. Karena suami adalah pemimpin keluarga, bertanggung jawab atas urusan biaya hidup keluarga dan hal tersebut tidak akan dapat terpenuhi jika suami tidak memberikan nafkah yang layak untuk keluarganya (Kisyik,2005:30). Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang saleh. Kebahagiaan bukanlah satu-satunya tujuan dalam berkeluarga, namun mencapai ridha allah adalah tujuan utama ajaran Islam yang bagaikan gunung kokoh tegar menjulang tak tergoyahkan oleh badai-badai dan tak
24
tergoncangkan oleh topan. Tiada diragukan lagi keagungan ajaran Islam banyak memberi kemudahan, memberi solusi pemecahan setiap masalah, tidak rumit dan tidak menyusahkan ataupun melelahkan, karena segala sesuatunya sudah dimudahkan oleh Allah SWT. Kebahagiaan adalah sebuah mahligai indah yang didasari oleh amal saleh, iman yang mantap dan hati yang teguh.Inilah tiang penyangga yang sangat penting bagi sebuah perkawinan.Maka jika orang-orang menyangka bahwa sumber kebahagiaan hanya bertumpuk pada materi, artinya pasangang suami istri harus memulai rumah tangganya dengan melulu mengutamakan standar materi, maka sangkaan mereka salah.Orang yang salah pasti terombang-ambing dalam kerugian dan mereka pasti merugi. 4. Konsep Keluarga Sakinah Segala sesuatu tidak diciptakan dalam satu warna, melainkan berpasang-pasangan, bahkan beragam warna. Manusiapun juga selalu ingin hidup berpasang-pasangan dengan lain jenisnya, untuk mencapai tujuan hidupnya dengan berbagai kerugian pula. Yang paling utama yaitu untuk mewujudkan keluarga sakinah. Secara bahasa “keluarga sakinah” diambil dari kata keluarga, artinya masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (seisi rumah). Sedangkan sakinah bermakna tenang, tentram dan bahagia lahir batin. Dengan demikian keluarga sakinah dapat didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memberikan kasih
25
sayang pada anggota keluarga, sehingga mereka memiliki rasa aman, tentram dan damai dalam mengusahakan tercapainya kebahagiaan dunia dan akherat (http//.artikel-keluarga-sakinah-sebagai-core-model-pengembangncabang-detail-78.) Islam menginginkan pasangan suami istri yang telah atau akan membina suatu rumah tangga melalui akad nikah tersebut bersifat langgeng. Terjalin keharmonisan diantara suami istri yang saling menyayangi dan mengasihi itu sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumah tangga. Dalam Q. S An-Nahl ayat 80, Allah Berfirman:
Artinya:”Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemahkemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)”. Merupakan
ungkapan
yang
tepat
tentang
bangunan
rumah
tangga/keluarga ideal.Dimana dalam pembangunannya selalu dilandasi dengan fondasi yang kokoh berupa iman, kelengkapan bangunan dengan Islam dan pengertian ruang kehidupannya.Dengan ihsan tanpa mengurangi
26
kehirauan kepada tuntutan kebutuhan hidup sebagaimana layaknya manusia tak lepas dari hajat keduniaan baik yang bersifat kebendaan maupun bukan. Untuk mencapai itu semua, pembentukan keluarga sakinah dapat dimulai sejak menjelang pernikahan. Disinilah akhirnya penting untuk menetapkan siapa calon sang suami atau istri. Setidaknya, untuk mencari pasangan hidup harus didasarkan pada nilai dasar suka sama suka, aspek agama, moral dan latar belakang keluarga. Setelah tahapan ini dilalui, segera dinikkahkan satu sama lain dan tidak mengarah pada sesuatu yang mempersulit jalannya pernikahan. (http//.artikel-keluarga-sakinah-sebagaicore-model-pengembangn-cabang-detail-78.) Keluarga yang baik pastilah merupakan suatu masyarakat yang ideal.Untuk mewujudkan cita-cita yang baik dan melahirkan amal saleh.Membina rumah tangga menuju keluarga sakinah memang tidak semudah yang dibayangkan. Membangun keluarga sakinah adalah sebuah proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah, namun lebih adanya ketrampilan untuk mengelola konflik yang terjadi didalamnya. Memang tidak mudah membengun keluarga yang semacam ini. Banyak pengorbanan dan proses yang panjang untuk mewujudkannya. Proses ini tidak hanya terbatas pada saat telah menikah saja, tapi diawali pula dengan kesiapan tiap-tiap individu (calon suami dan calon istri) untuk mempersiapkan ilmu, ekonomi dan mental secara baik. Tak kalah pula
27
ketepatan memilih calon pendamping . Setelah menikah suami sebagai pemimpin keluarga, maupun istri atau ibu sebagai pendamping sang pemimpin harus bekerja keras mendapatkannya. Selain itu anak pun harus dilibatkan dalam memperjuangkannya. Menurut Marwa dan Mubaligh (2011: 18) untuk melestarikan pernikahan, upaya yang harus dilakukan antara lain: 1. Memupuk rasa cinta kasih dengan mewujudkan saling mengorbankan kepentingan diri demi untuk kepentingan bersama. 2. Berusaha untuk mendampingi pihak istri yang tengah gundah gulana agar dapat segera terusir kesedihannya dengan cara yang mesra dan ihlas. 3. Merasakan kesedihan yang tengah disandang oleh suami agar ikut membagi rasa dalam suka dan bahagia. 4. Berupaya menekan emosi ketika menghadapi kesulitan sehingga dapat mengatasinya dengan kepala dingin, hati lega dan ridha dan pertolongan Allah semata. 5. Liku-liku kehidupan dan halang rintangan dalam rumah tangga hadapilah dengan jiwa besar dan hati tabah penuh kesabaran. 5. Kriteria Keluarga Sakinah Didalam kehidupan berkeluarga, agar tujuan perkawinan dapat tercapai yaitu untuk menjadi keluarga sakinah maka harus ada kriteriakriteriayang dilaksanakan didalam keluarga tersebut. Kriteria keluarga prasakinah (http://kuabeai.word press.com). 28
1. Kepala keluarga tidak memiliki kutipan akta nikah dari pejabat yang berwenang. 2. Ada anggota keluarga yang usianya lebih dari 10 tahun buta sholat. 3. Ada anggota keluarga yang lebih usia 7 tahun buta aksara Al qur’an. 4. Kepala keluarga tidak mampu membayar zakat. 5. Ada anggota keluarga usia lebih 10 tahun tidak puasa selama bulan ramadhan. 6. Sering terjadi perselisihan dalam keluarga. 7. Tidak ada kitab suci Al qur’an dan sajadah. Kriteria keluarga sakinah I 1. Telah memenuhi indikator keluarga pra sakinah. 2. Seluruh anggota keluarga lebih 7 tahun mampu membaca Al qur’an dengan lancar. 3. Seluruh anggota keluarga lebih 10 tahun mendirikan salat fardhu tapi belum rutin setiap waktu. 4. Kepala keluaga telah mampu membayar zakat fitrah. 5. Seluruh anggota keluarga lebih 7 tahun melaksanakan puasa tetapi ada yang tidak penuh sebulan tanpa alasan rukhshah. 6. Kepala
keluarga
pernah
berinfaq/bersadaqah
lain/kepentingan sarana agama. 7. Telah memiliki kitab suci Al qur’an dan sajadah. 8. Tidak ada terjadi perlengkapan suami istri. 9. Memiliki rumah tempat tinggal walaupun menyewa.
29
kepada
orang
Kriteria keluarga sakinah II 1. Ada anggota keluarga yang mendirikan salat berjamaah di rumah atau masjid/musholla. 2. Secara tidak rutin ada pembacaan Al qur’an di rumah. 3. Ada anggota keluarga yang bisa baca Al qur’an dengan tajwid yang baik. 4. Pada bulan ramadhan sebagian anggota keluargaaktif puasa dan seluruh anggota keluarga telah mendirikan salat fardhu secara rutin setiap waktu. 5. Tarawih berjamaah di masjid/musholla. 6. Ada anggota keluarga yang aktif tadarus Al qur’an pada bulan ramadhan. 7. Suka memberi perbukaan pada tetangga. 8. Setiap bulan mengeluarkan infaq/sadaqah. 9. Suami/istri belum rutin mengikuti majlis ta’lim di masjid/musholla atau tempat lainnya 10. Tahu melaksanakan salat fardhu kifayah. 11. Kondisi tempat tinggal bersih dan rapi. Kriteria kelurga sakinah III 1. Seluruh anggota keluarga lebih 10 tahun pernah ikut salat berjamaah di rumah, masjid atau musholla. 2. Anggota keluarga ada yang aktif mendirikan salat sunah minimal salat rawatib. 3. Di rumah tersebut ada Al qur’an dan terjemah serta buku agama/ pustaka mini. 4. Di rumah tersebut ada ruang khusus tempat salat.
30
5. Telah mampu membayar zakat mal. 6. Menjadi donatur tetap kegiatan keagamaan. 7. Rumah milik keluarga/tidak menyewa. 8. Suami/istri aktif mengikuti wirid pengajian. 9. Sebagian anak berpendidikan sarjana. 10. Menjadi orang tua asuh anak yatim . Kriteria keluarga sakinah III plus 1. Suami/istri aktif salat dhuha dan tahajjud plus. 2. Suami/istri telah menunaikan ibadah haji. 3. Suami/istri
aktif
dalam
kegiatan
kemasyarakatan
dan
kegiatan
keagamaan. 4. Pendidikan anak-anak semuanya taat beribadah. 6. Bekal Meraih Keluarga Sakinah Dalam Q.S Ar Rum:21, menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dan keagungan- Nya. Bahwa semua yang ada di langit dan di bumi dan gejala yang terjada datangnya dari- Nya, termasuk diciptakannya manusia berpasang-pasang sebagai bukti keagungan-Nya, supaya manusia tidak begitu mumudah merendahkan dirinya dengan menganggap bahwa berhubungan dengan siapa saja boleh-boleh saja. Jelasnya bahwa dari ayat diatas ada 3 langkah untuk mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga(http://alhikmah.co.id). : 1. Bangun jiwa sakinah
31
Antara suami istri hendaknya membangun ikatan hati yang kuat.Sekuat-kuat ikatan hati adalah iman.Maka semakin kuat iman seseorang, semakin kuat pula ikatan hatinya dalam berumah tangga. Sebaliknya, semakin lemah iman seseorang, bisa dipastikan bahwa rumah tangga tersebut akan rapuh dan mudah retak. Untuk mencapai ketenangan dalam rumah tangga hanya dengan berzikir kepada Allah SWT. 2. Hidupkan semangat mawadah Mawadah artinya cinta.Suami istri saling memberi hadiah, selalu mengingat kebaikannya (hindari keburukan dan kekurangannya), selalu saling berkomunikasi agar tidak terjadi kesalah pahaman. 3. Pertahankan spirit rahmah Rahmah artinya kasih sayang, lebih mencerminkan sikap saling memahami kekurangan masing-masing lalu berusaha saling melengkapi. Kare itu, mawaddah da rahmah ibarat dua sayap bagi burung, bila kedua sayap burung itu berfungsi dengan baik, maka rumah tangga akan berjalan dengan penuh kebahagiaan Suami istri harus melakukan berbagai upaya yang dapat mendorong kearah tercapainya cita-cita mewujudkan keluarga sakinah. Secara singkat dapat dikemukakan beberapa upaya yang perlu ditempuh guna mewujudkan cita-cita kearah tercapainya keluarga sakinah yaitu
32
mewujudkan harmonisasi hubungan antara suami istri antara lain melalui (BP4,2009:10-11) : 1. Adanya saling pengertian Diantara suami istri hendaknya saling memahami dan mengerti tentang keadaan masing-masing, baik secara fisik maupun mental, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. 2. Saling menerima kenyataan Suami istri hendaknya sadar bahwa jodoh, rejeki dan mati itu dalam
kekuasaan
matematis.Namun
Allah, kepada
tidak kita
dapat
manusia
dirumuskan
secara
diperintahkan
untuk
melakukan ihtiar.Hasilnya barulah merupakan suatu kenyataan yang harus diterima, termasuk keadaan suami/istri kita masing-masing kita terima secara tulus ikhlas. 3. Saling menyesuaikan diri Penyesuaian dari dalam keluarga berarti setiap anggota keluarga berusaha untuk dapat saling mengisi kekurangan yang ada dalam diri masing-masing serta mau menerima dan mengakui kelebihan yang ada pada orang lain dalam lingkungan keluarga. 4. Memupuk rasa cinta Untuk dapat mencapai kebahagiaan keluarga, hendaknya antara suami istri senantiasa berupaya memupuk rasa cinta dengan cara saling menyayangi, mengasihi, menghormati serta saling menghargai dan penuh keterbukaan.
33
5. Melakukan azas musyawarah Dalam kehidupan berkeluarga, sikap musyawarah terutama antara
suami
dan
istri
merupakan
sesuatu
yang
perlu
diterapkan.Dalam hal ini dituntut sikap terbuka, lapang dada, jujur, mau menerima dan memberi serta sikap tidak mau menang sendiri dari pihak suami maupun istri. 6. Suka memaafkan Diantara suami istri harus ada sikap kesediaan untuk saling memaafkan atas kesalahan masing-masing.Hal ini penting karena tidak jarang soal yang kecil dan sepele dapat menjadi sebab terganggunya hubungan suami istri yang tidak jarang dapat menjurus kepada perselisihan yang berkepanjangan. 7. Berperan serta untuk kemajuan bersama Masing-masing suami istri berusaha saling membantu pada setiap usaha untuk peningkatan dan kemajuan bersama yang pada gilirannya menjadi kebahagiaan keluarga. 7. Problematika Yang Muncul Dalam Keluarga Upaya membina keluarga termasuk didalamnya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sehubungan dengan itu, dalam membina kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga, ada beberapa hal yang perlu dicegah atau dihindari, diantara lain (BP4,2009:15-16) : a. Membuka rahasia pribadi
34
Segala rahasia pribadi, lebih-lebih yang menyangkut aib dan kekurangan suami mauppun istri termasuk keluarga dari suami istri, tidak perlu dibukakan atau dikatakan kepada orang lain. b. Cemburu yang berlebihan Sifat cemburu dalam batas tertentu dapat diterima dan diartikan sebagai tanda adanya cinta seorang suami kepada istri atau sebaliknya. Akan tetapi bila cemburu itu muncul tanpa alasan, jelas akan mengganggu kebahagiaan. c. Rasa dendam, iri hati dan dengki Dendam yang berkepanjangan, apalagi yang tidak jelas ujung pangkalnya, merupakan sifat yang amat tercela.Pada saat kita melihat kebaikan atau kelebihan seseorang, tidak seharusnya menjadi iri hati dan dengki, tetapi jadilah manusia yang selalu mawas diri, mensyukuri segala nikmat Ilahi serta berdoa kepada- Nya. d. Judi dan minuman keras Permainan
judi
merupakan
perbuatan
yang
sia-sia
dan
membahayakan kehidupan keluarga.Secara pribadi, seoarang penjudi senantiasa lalai dalam segala tugas dan tanggung jawabnya, baik kepada Allah SWT maupun kepada kelurga dan masyarakat. e. Pergaulan bebas tanpa batas Dalam kehidupan bermasyarakat, pergaulan merupakan suatu kebutuhan. Kita tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Namun pergaulan bebas tanpa batas, lebih-lebih yang menyangkut hubungan pria
35
dan wanita, akan menjurus kepada gangguan kebahagiaan keluarga. Segala bentuk perbuatan yang mengarah pada zina harus dijauhi.Jagalah mata kepala dan mata hati, lisan dan badan dari perbuatan zina.Jauhilah zina dalam segala bentuknya, karena zina merupakan perbuatan tercela lagi terkutuk. f. Kurang menjaga kehormatan diri Perlu diingat anda sebagai seorang suami atau istri, harus selalu mawas diri, menjaga kehormatan diri. Segala tingkah laku, kata dan perbuatan hendaknya mencerminkan sikap kepribadian seorang muslim. Ingatlah bahwa dipundak anda terpikul amanat nama baik anda, keluarga, masyarakt, bangsa dan agama. Bahwa dari teori di atas, dapat disimpulkan dalam kehidupan berkeluarga biasanya yang paling utama menjadi atau masalah yang muncul dalam keluarga tersebut adalah cemburu, ekonomi, dan selingkuh. a. Cemburu Cemburu adalah perasaan tidak senang terhadap hal yang dilakukan olaeh seseorang yang dicintai karena dinilai mengabaikan kepentingan dirinya. Semua orang akan menaruh cemburu apabila yang dimilikinya itu akan diambil atau dirampas orang. Cemburu bisa menjadi faktor awalnya permusuhan antara suami istri. Karena itu, suami atau istri harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang
36
menimbulkan kecemburuan, baik berupa ucapan, perbuatan dan sebagainya b. Ekonomi Kelancaran rumah tangga sangat dipengaruhi oleh kelancaran dan kesetabilan ekonomi.Segala kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi jika ekonominya lancar.Tetapi sebaliknya, kericuhankericuhan rumah tangga sering terjadi yang kadang-kadang diakhiri dengan perceraian.Iini disebabkan oleh ekonomi yang tidak stabil. c. Selingkuh Didalam kehidupan berkeluarga, perselingkuhan merupakan sumber kehancuran sebuah keluarga.Kehadiran orang ketiga dalam perkawinan menjadi penyebab paling besar.Perselingkuhan bukan masalah sederhana, karena dengan dasar kepercayaan yang goyah, perselingkuhan merupakan efek permasalahan menjadi luas.
37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kantor Urusan Agama (KUA) Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2012 Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bringin
Kabupaten
Semarang. Dalam bagian ini penulis memaparkan lokasi dilaksanakan penelitian ini. Hal ini penulis pandang perlu karena untuk menghindari persepsi yang salah tentang lokasi penelitian yang nantinya juga berpengaruh pada analisis data yang akan dilakukan. Secara garis besar lokasi penelitian dapat penulis sampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Letak Geografis Kantor Urusan Agama (KUA) Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2012 Kantor Urusan Agama (KUA) Bringin terletak di di jalan Mekarsari No: 02 Kode Pos 50772 Telp.( 0298) 3420 552 Desa Bringin dan berada dalan satu lingkungan masyarakat. Luas wilayah Kecamatan Bringin adalah ±10574 KM², dan terdiri dari 16 desa yaitu : Bringin, Popongan, Pakis, Rembes, Kalijambe,
Tanjung, Sambirejo, Kalikurmo, Wiru, Gogodalem,
Nyemoh, Tempuran, Lebak, Sendang, Banding, dan Truko. Adapun lokasi wilayah Kecamatan Bringin ini berbatasan dengan: a.
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kecamatan Pringapus
Kabupaten Brobogan. b.
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kecamatan Bancak.
38
dan
c. Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kecamatan Pabelan.
d.
: Berbatasan dengan Kecamatan Tuntang.
Sebelah Barat
2. Sarana dan Prasarana Kantor Urusan Agama (KUA) Bringin Sarana dan prasarana merupakan salah satu hal yang sangat menunjang bagi berlangsungnya kegiatan di Kantor Urusan Agama (KUA) Bringin. Sarana dan prasarana yang telah dimiliki oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bringin adalah sebagai berikut:Bangunan permanen dengan luas 120 M², berukuran 12 M² X 10M², di atas tanah Negara seluas ± 400 M². kantor
tersebut dibangun dengan dana APBN
pada Tahun 1988 / 1999dan gedung baru berukuran 8 M² X 6 M² yang dibangun dengan anggaran APBN Tahun 2010. Dengan Kondisi Gedung Baik. 3. Visi, Misi dan Tujuan Kantor Urusan Agama (KUA) Bringin Visi Terwujudnya pelayanan masyarakat yang prima sesuai peraturan yang ada. Misi -
Meningkatkan pelayanan masyarakat sesuai peraturan yang ada.
-
Meningkatkan pelayanan Nikah, Rujuk, Talak, Cerai Dan keluarga sakinah.
-
Meningkatkan pelayanan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf.
-
Meningkatkan pelayanan informasi.
Tujuan
39
-
Terwujudnya peningkatan sumber daya manusia (SDM) dalam pelayanan masyarakat.
-
Persediaan sarana dan prasarana yang memadahi dan peningkatan kualitas.
4. Keadaan karyawan Kantor Urusan Agama (KUA) Bringin Jumlah pegawai KUA Kecamatan Bringin Tahun 2012 sebanyak 5 orang, terdiri dari 2 orang pegawai laki – laki, 2 orang pegawai wanita dan 1 tenaga kebersihan, dengan Jumlah PNS Non Penyuluh golongan III sebanyak 4 orang. Adapun rincian adalah sebagai berikut : a. Rifai, S.Ag, jabatan Kepala /PPN, dengan tugas sebagai penanggung jawab pelaksanaan tugas dan fungsi KUA. b. Sunarti, jabatan Staf,dengan tugas sebagai pendaftaran peristiwa Nikah/ Rujuk, Bendaharawan, pelaporan bulanan dan pendataan TC, Pendataan kemasjidan Perwakafan dan pendataan keluarga sakinah. c.
Attan Navaron, SHI,jabatan Staf, dengan tugas sebagai Agendaris Surat Keluar - Masuk, arsiparis, penulisan buku register, ekspeditor buku NR dan ibadah sosial dan prodak halal.
d. Nurul Chasanah, S.Ag,Jabatan Staf dengan tugas sebagaiPengisian Buku stok, penulisan buku Nikah, pendataan tempat ibadah, Pendataan kemasjidan Perwakafan dan pendataan keluarga sakinah. Pendidikan islam ( MADIN, TPQ, PONPES ). e. Junaidi, SHI.Tenaga kebersihan. 5. Keadaan Penduduk Kecamatan Bringin
40
Jumlah penduduk kecamatan Bringin pada tahun 2012 sebanyak 48,172, yang terdiri dari jumlah laki - laki 24,015 orang dan perempuan 24,157orang. Adapun pemeluk agama di Wilayah Kecamatan Bringin adalah Sebagai berikut : a.
Pemeluk Agama Islam
: 43,361 Orang.
b.
Pemeluk Agama Kristen Protestan
:
353 Orang.
c.
Pemeluk Agama Kristen Katholik
:
98 Orang.
d.
Pemeluk Agama Hindu
: -
e.
Pemeluk Agama Budha
:
Jumlah penduduk
Orang. 40 Orang.
sebanyak 48.172, dengan laki-laki sejumlah
24.015 Orang. Dan perempuan sejumlah 24.157 Orang. Perinciannya sebagai berikut: a. Balita s/d 4 Tahun
:4.693 Orang.
b. 5 s/d 9 Tahun
:3.698 Orang.
c. 10 s/d 19 Tahun
:9.648 Orang.
d. 20 s/d 24 Tahun
:369 Orang.
e. 25 s/d 49 Tahun
: 16.785 Orang
f. 50 Tahun Keatas
:8.910 Orang
B. Profil Informan 1. Profil Petugas KUA dan Tokoh Agama a. Profil Kepala KUA Bringin 41
KUA Bringin dikepalai oleh Bapak RF S, Ag. Beliau lahir pada tanggal 15 April tahun 1972 di Kab.Semarang. Jenjang pendidikannya yaitu TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi S. 1 di STAIN Salatiga yang dulunya yaitu IAIN Salatiga. Beliau bekerja di KUA Bringin mulai tanggal 19 Juni 2010 yang lalu. Beliau bekerja kurang lebih 2 tahun 7 bulan dan menjabat sebagai kepala KUA. b. Profil Staf KUA Bringin Ibu SN adalah seseorang yang bekerja di KUA Bringin. Ibu SN lahir pada tanggal 02 Februari tahun 1962 di Boyolali. Beliau bekerja sebagai staf di KUA Bringin. Jenjang pendidikannya yaitu TK, SD, SMP, dan SMA. Beliau bekerja di KUA Bringin mulai Bulan September Tahun 1999. Jadi Ibu SN bekerja di KUA Bringin kurang lebih sekitar 13 tahun 4 bulan. c. Profil Tokoh Agama Petugas pembantu P3N Desa Lebak yaitu Bapak IN. Beliau lahir di Kab. Semarang tanggal 23 September Tahun 1953, jadi usia Bapak IN sekarang usianya kurang lebih sekitar 60 tahun lebih 4 bulan. Bapak Imanudin menjadi modin di Desa Lebak itu sekitar tahun 1995-an setelah bapaknya meninggal, jadi Bapak IN menjadi modin itu menggantikan bapaknya. 2. Profil Pasangan Suami Istri a. Istri yang pernah menjalani program
42
Mbak Ros adalah seorang istri dari suami yang bernama Mas Sundoyo. Mbak Ros lahir di Kab. Semarang pada tanggal 10 Juni 1986. Jadi usia mbak Ros sekarang kurang lebih 27 tahun lebih 7 bulan. Mbak Ros menikah pada tanggal 8 Maret 2012. Mbak Ros pernah mengikuti progaram pembinaan keluarga sakinah pada saat pranikah.Materi pembinaan tersebut tentang keluarga sakinah yang isinya merupakan ilmu-ilmu keluarga sakinah, menghargai dan menghormati suami, tata cara berkomunikasi yang baik dan menjaga keluarga yang baik. b. Istri yang tidak menjalani program DP adalah seorang istri dari suami yang bernama M. Irfani. Dia lahir di Kab. Semarang tanggal 05 Oktober Tahun 1990, jadi usia DP sekarang kurang lebih 22 tahun lebih 5 bulan. DP menikah pada tanggal 16 Mei 2012. DP tidak mengikuti program pembinaan keluarga sakinah karena kesibukannya dalam bekerja. DP bekerja disalah satu pabrik garment Karangjati, jadi dia tidak diperbolehkan ijin terlalu banyak. Maka DP menyuruh orang yang sudah biasanya mengurus tentang pernikahan yaitu modin. Modin itu bolak-balik mengurus untuk persyaratan pernikahannya. DP berpikir bahwa program tersebut cuma sebagai formalitas saja. Selesai ijab qabul DP diberi Buku Panduan Keluarga Muslim oleh penghulu. C. Temuan Penelitian 1. Tugas KUA
43
Dari sepengetahuan masyarakat selama ini bahwa tugas KUA adalah menikahkan. Ternyata setelah peneliti melakukan wawancara dengan RF tentang tugas KUA, beliau meluruskan tanggapan tersebut: “KUA itu tugasnya tidak menikahkan orang, tetapi sebagai pencatatan dan pengawasan sipil.Yang bertugas menikahkan itu ya wali dari calon pengantin itu sendiri, namun terkadang ada orang tua yang tidak tega menikahkan anaknya dengan alasan tertentu.Maka mereka mewakilkan kepada pihak KUA . Dari seringnya perwakilan tersebut maka dinamai sebagai naib yaitu orang yang mewakilkan”. Hal tersebut diperkuat oleh oleh SN mengenai tugas KUA, beliau menuturkan: “KUA itu bertugas sebagai pengawasan, pencatatan dan pengadministrasian terhadap calon pengantin. Menjadi naib, menangani masalah talak, cerai, dan rujuk. Mengurusi lembaga-lembaga pendidikan yang bersifat keagamaan seperti pondok pesantren, Madrasah Diniyah, TPQ, dan pendataan tempat-tempat ibadah di wilayah tersebut termasuk mengurusi zakat dan waqaf”. 2. Program Kerja KUA Program kerja setiap KUA adalah sama, karena sudah diatur oleh pemerintah pusat. Untuk itu peneliti mengajukan pertanyaan kepada RF mengenai program kerja KUA, beliau menuturkan bahwa, “Ya disesuaikan dengan faktor kondisi, suasana, iklim di tempat yang bersangkutan. Namun, secara garis besar itu sama.Hanya tekniknya saja yang berbeda, karena sudah ada aturan baku dari pemerintah. Tekniknya sesuai dengan kondisi masyarakat masing- masing”. Pertanyaan yang sama diajukan kepada SN mengenai program kerja disetiap KUA. Menurut beliau, “Pada dasarnya sama,karena sudah aturan
44
dari pemerintah. Tapi disesuaikan dengan kondisi masyarakat baik tingkat ekonomi, pendidikan, budaya maupun letak geografis antara daerah satu dengan daerah yang lain”. 3. Jumlah Nikah, Talak, Cerai, Rujuk (NTCR) Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin pada Tahun 2012 telah mencatat peristiwa nikah sebanyak 446 pasang pengantin dan memberikan buku kutipan akta nikah kepada yang bersangkutan sebagai legalitas hukum. Sedangkan untuk peristiwa rujuk pada tahun tersebut tidak ada. Adapun perinciannya sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Data Perkawinan Kantor Uurusan Agama Islam Kecamatan /Kabupaten: Bringin /Semarang Bulan: Januari-DesemberTahun:2012
PERKAWINAN NO
DESA NIKAH PERKAWINAN
45
BAWAH UMUR
PEMBINA AN PERKAWI NAN PESERTA SUSCATIN
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bringin Popongan Pakis Rembes Kalijambe Tanjung
39 17 37 32 31 4
-
39 17 37 32 31 4
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Sambirejo Kalikurmo Gogodalem Wiru Nyemoh Tempuran Lebak Sendang Banding Truko Jumlah
45 25 35 25 15 27 10 41 27 36 446
1 2 1 4
45 25 35 25 15 27 10 41 27 36 446
Adapun talak dan cerai Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin mencatat telah terjadi talak sebanyak 16 pasang suami- istri dan 32 pasang perceraian. Data ini didapatkan oleh pihak KUA dari pengadilan agama di mana peristiwa talak dan cerai dilangsungkan. Bentuk perinciannya sebagai berikut: Tabel 3.2DataTalak dan Cerai Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin Tahun 2012 Jumlah yang Jumlah Mendaftarkan Seluruhnya NO DESA Talak Cerai 1. Bringin 3 4 2. Popongan 2 3. Pakis 2 1 4. Rembes 5. Kalijambe 3
46
Jumlah Seluruhnya T. C 7 2 3 3
6. 7.
Tanjung Sambirejo
2
1 1
1 3
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Kalikurmo Gogodalem Wiru Nyemoh Tempuran Lebak Sendang Banding Truko Jumlah
2 2 1 1 1 16
2 1 1 1 3 5 6 3 32
2 4 2 2 1 3 6 6 3 48
Data talak dan cerai yang diperoleh dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin pada masa perkawinannya dari yang usia perkawinannya 1 sampai 5 tahun ada 3 pasang suami –istri, usia 5 sampai 10 tahun ada 27 pasang, dan pada usia 10 tahun ke atas ada 3 pasang suami –istri. Perinciannya sebagai berikut: Data talak dan cerai di atas diperjelas oleh pengertian talak dan cerai.Talak adalah putusnya hubungan suami istri yang hanya karena menjatuhkan perkataan kemudian mendaftarkan perceraian kepada pihak yang berwajib.Sedangkan cerai adalah putusnya hubungan suami istri yang sudah sah bercerai dan diputuskan oleh pihak yang berwajib. Tabel 3. 3 Data Talak dan Cerai Masa Perkawinan Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin Tahun 2012
NO
TALAK CERAI MASA PERKAWINAN
DESA
1-5 Tahun
47
5-10 Tahun
10 tahun ke atas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Bringin Popongan Pakis Rembes Kalijambe Tanjung Sambirejo Kalikurmo Gogodalem Wiru Nyemoh Tempuran Lebak Sendang Banding Truko Jumlah
1 1 1 3
1 3 1 2 4 1 1 3 2 3 2 1 3 27
1 1 1 3
4. Pengertian Keluarga Sakinah Keluarga sakinah yaitu keluarga yang bahagia lahir batin, tenang, tentram, damai, dan masalah-masalah yang perlu dihindari oleh pasangan suami istri yang dapat memicu ketidaktentraman dalam keluarga.Keluarga sakinah menjadi idaman bagi setiap keluarga. Untuk mengetahui tentang pengertian keluarga sakinah, maka peneliti mulai melakukan wawancara dengan RF tentang keluarga sakinah, “Keluarga sakinah itu ya keluarga yang tawadhuk, penuh kesabaran, pengertian, dan kedamaian dalam keluarga”. Hal ini dipertegas oleh IN mengenai pengertian keluarga sakinah, “Keluarga sakinah itu adalah keluarga yang bahagia lahir batin, tenang, tentram, dan bisa menghadapi masalah-masalah dalam perkawinan, saling
48
menghormati antara suami istri yang bisa menjadikan kehidupan lebih baik dari sebelumnya”. Penegasan tersebut ditambah oleh RM tentang pengertian keluarga sakinah, “Keluarga sakinah yaitu keluarga yang apa adanya, yang bisa menjaga keluarga sendiri bisa menjaga keharmonisan keluarga. Boleh saja ada masalah atau pertengkaran tetapi itu adalah hal yang wajar asalkan bisa menyelesaikan dengan baik”. 5. Model Pembinaan Keluarga Sakinah. Untuk mengetahui tentang model pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan KUA Bringin.Peneliti mulai melakukan pertanyaan dengan RF mengenai model pembinaan tersebut, “Jenis-jenis keluarga sakinah itu adapra sakinah, sakinah I, sakinah II, sakinah III, dan sakinah III plus. Karena ada banyak, penjelasannya saya lupa”. Hal diatas ditambah oleh SN mengenai model pembinaan keluarga sakinah: “Model pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah di KUABringin ini biasanya dilakukan dengan cara memanggil calon pengantin datang ke KUA kemudian dilakukan tanya jawab yang berkenaan dengan pembinaan keluarga sakinah. Diberikan pembinaan dan nasehat tentang keluarga sakinah dilakukan dengan ceramah”. 6. Pihak yang Terlibat dalam Pembinaan Dalam pelaksanaan program pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah di KUA Bringin, ada pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Kemudian RF memberikan jawaban mengenai pihak mana saja
49
yang terlibat dalam pembinaan keluarga sakinah, “Selain KUA pihak yang terlibat yaitu Puskesmas untuk pengecekan kesehatan pada calon pengantin, pihak kecamatan, dan tokoh masyarakat setempat yang disebut modin”. Dari penegasan RF diatas, diperkuat oleh SN tentang pihak yang terlibat dalam pembinaan keluarga sakinah: “Pihak yang terlibat diantaranya meliputi calon pengantin sabagai peserta dalam pembinaan keluarga sakinah itu sendiri. Pihak kelurahan dan kecamatan sebagai pelayanan dalam meminta surat pengantar untuk menikah. Tokoh agama (modin)P3N desa sebagai pelayanan pendaftaran untuk menikah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan, pengecekan kesehatan dan imunisasi ketika akan melaksanakan pernikahan. Dan pihak KUA itu sendiri sebagai pelaksana dalam program pembinaan keluarga sakinah”.
7. Materi Pembinaan Keluarga Sakinah Dalam pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah, ada materi yang disampaikan dalam pelaksanaan pembinaan tersebut. Materi adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan pada saat pelaksanaan pembinaan berlangsung.Menurut RF tentang materi pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah adalah, “Materi yang diberikan terutama ilmu-ilmu fiqih tentang keluarga sakinah. Bagaimana berumah tangga dan menjalin hubungan yang harmonis”. Menurut jawaban RF di atas tentang materi pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah, SN menuturkan, “Materinya meliputi nasehat-nasehat perkawinan meliputi seperti cara melestarikan pernikahan,
50
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah. Diberikan pengetahuan dalam berumah tangga tangga yang baik”. Dari penuturan jawaban RF dan SN selaku petugas KUA, diperkuat oleh RM selaku pasangan yang pernah mendapatkan materi tentang pembinaan keluarga sakinah. Materinya yaitu: “Tentang cara-cara ijab-qabul, bersalaman dengan suami setelah melaksanakan ijab qabul dan tentang cara-cara berumah tangga yang baik, menjalin hubungan yang baik, berkomunikasi kepada keluarga dengan baik. Misalnya suami pergi dan pulang dari kerja seorang istri harus bersalaman dan menjaga kehormatan keluarga. Seorang istri boleh keluar rumah atas ijin seorang suami, kemudian diajarkan untuk solat berjamaah dengan suami”.
8. Metode Pembelajaran Pembinaan Keluarga Sakinah Metode pembelajaran pembinaan keluarga sakinah adalah cara penyampaian materi pada saat proses pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah berlangsung. Peneliti melakukan pertanyaan dengan RF tentang metode pembelajaran pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah: “Tekniknya ya biasanya dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab pada pasangan tersebut, kemudian diberi pengarahan tentang keluarga sakinah. Bentuk pembinaannya apabila dalam jangka waktu tertentu calon pengantinnya hanya sedikit, itu juga menyusahkan kami dalam pembinaan.Karena itu harus dilakukan secara individual.Namun apabila calon pengantinnya banyak dilakukan pembinaan secara bersamasama”. Hal serupa yang dituturkan oleh SN mengenai metode pembelajaran pembinaan keluarga sakinah, “Dilakukan dengan cara memanggil calon
51
pengantin datang ke KUA kemudian dilakukan tanya jawab yang berkenaan dengan pembinaan keluarga sakinah. Diberikan pembinaan dan nasehat tentang keluarga sakinah dilakukan dengan ceramah”. Penuturan dari RF dan SN tentang metode pembelajaran pembinaan keluarga sakinah, diperkuat oleh RM yaitu: “Kurang lebih sepuluh hari sebelum pelaksanaan ijab-qabul saya dipanggil ke KUA untuk diberi pembinaan atau juga bisa disebut kursus calon pengantin. Kemudian di sana diberikan pembinaan, penjelasan, dan pengarahan dengan ceramah oleh petugas KUA dan yang terlibat dalam pembinaan tersebut. Sebelum pelaksanaan pembinaan dimulai calon pengantin perempuan ditanya tentang nama calon suami, nama kedua orang tua dari kedua belah pihak. Kemudian disuruh mengisi formulir yang berkenaan dengan data kedua calon pengantin, tanya jawab, dan tentang mas kawin yang akan diberikan”. 9. Waktu Pelaksanaan Pembinaan Agar pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah di KUA berjalan sesuai dengan tujuan diadakannya pembinaan meskipun masih jauh dari sempurna, peneliti melakukan wawancara kepada RF tentang waktu pelaksanaan pembinaan, yaitu: “Ya pada waktu tertentu, soalnya calon pengantin itu selalu berganti.Pembinaannya biasanya dilakukan pada saat pranikah, karena masih pada semangat-semangatnya. Kalau pasca nikah sudah mempunyai kesibukan masing-masing terutama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Ada yang merantau ke Sumatra, Jakarta, dan lain-lain”. Dari penjelasan RF di atas, SN menambahi jawaban sebagai berikut: “Pada waktu tertentu, terutama pada waktu calon pengantin akan melangsungkan ijab-qabul. Namun pada dasarnya dari pihak KUA itu sendiri melakukan pembinaan secara berkala maupun terus-menerus kepada pasangan pasca nikah. Tetapi kebanyakan dari mereka tidak bisa datang dengan alasan
52
kesibukan yang pasangan”.
beraneka
ragam
pada
masing-masing
10. Sumber Dana Pertanyaan selanjutnya dari peneliti dalam proses pembinaan keluarga sakinah adalah dari mana sumber dana yang diperoleh dalam pembinaan keluarga sakinah tersebut. Yang kemudian peneliti mengajukan pertanyaan kepada RF dengan jawaban sebagai berikut, “ Anggarannya diperoleh dari DIPA KUA untuk calon pengantin, untuk calon pengantin dikenai biaya Rp. 30. 000,- untuk biaya pencatatan nikah bukan untuk pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah”. Pertanyaan yang sama diberikan kepada SN tentang sumber dana yang diperoleh dalam pembinaan keluarga sakinah, “Sumber dana untuk pelaksanaan pembinaan ini diperolah dari DIPA KUA”. 11.
Problem yang dihadapi KUA Untuk mengetahui prolem yang dihadapi KUA dalam pelaksanaan
pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah, peneliti menanyakan tentang problem yang dihadapi KUA Bringin kepada RF yang jawabannya yaitu: “Masalahnya ada banyak, diantaranya seperti: 1. letak geografis penduduk Kecamatan Bringin yang lokasi pedesaan transportasinya susah, 2. Kesibukan calon pengantin seperti bekerja, 3. Tingkat pendidikan pasangan yang 1 dengan yang lain berbeda. Mulai ada yang lulus SD, lulus SMP, bahkan sampai ada yang perguruan tinggi. Namun ada juga yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan, jelas hal tersebut menjadi problem pihak KUA. Dari kesemua pasangan tersebut tidak mungkin diberi penjelasan yang sama, karena tingkat pemahaman mereka yang berbeda. Problem yang selanjutnya, 4. Mengenai usia calon pengantin yang berbeda-beda. Yang
53
ada hanyalah usia minimal yaitu perempuan berusia 16 tahun sedangkan laki-lakinya minimal berusia 19 tahun. Kalau usia maksimalkan tidak ada batasan-batasan tertentu. Contohnya pernah ada pasangan nikah yang berusia kira-kira 80 tahun”. Pertanyaan yang sama diajukan kepada SN tentang problem yang dihadapi KUA Bringin dalam pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah, beliau
menegaskan
bahwa,
“Memang
pada
saat
pembinaan
itu
berlangsung, calon pengantin secara lesan mudah menerima materi yang disampaikan, namun secara kenyataan susah menerapkan dalam kehidupan rumah tangganya. Masih cukup banyak perceraian yang terjadi”. Tabel 3.4 Data Talak dan Cerai Kantor UrusanAgama Kecamatan Bringin Tahun 2012
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
DESA Bringin Popongan Pakis Rembes Kalijambe Tanjung Sambirejo Kalikurmo Gogodalem Wiru Nyemoh Tempuran Lebak Sendang Banding Truko
Jumlah yang Mendaftarkan
Jumlah Seluruhnya
Jumlah Seluruhnya
Talak
Cerai
T. C
3 2 2 2 2 2 1 1 1 -
4 1 3 1 1 2 1 1 1 3 5 6 3
7 2 3 3 1 3 2 4 2 2 1 3 6 6 3
54
Jumlah
16
32
48
12. Strategi dalam Pemecahan Masalah Dari pihak KUA mengaku ada banyak masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah, kemudian peneliti menanyakan kepada RF tentang strategi yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi KUA: “Mendekatkan waktu pembinaan dengan waktu-waktu yang efektif, misalnya saat calon pengantin tersebut libur kerja atau cuti. Selain itu juga ada pembinaan BP4, strategi lain dari pihak KUA mewajibkan pada calon pengantin tersebut untuk datang pada saat diundang dalam pembinaan keluarga sakinah. Apabila mereka tidak berkenan hadir, dari pihak KUA juga tidak mau mendatangi kerumah calon pengantin tersebut. Pihak KUA menekankan kepada pasangan tentang pentingnya pembinaan keluarga sakinah”. Kemudian peneliti menanyakan hal yang sama kepada SN, menurut penuturannya, “Dengan cara melakukan pendekatan secara psikologis, memberikan contoh-contoh kepada calon pengantin tentang pasangan nikah yang sudah mendahului mereka”.
55
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS DATA 1. Tugas Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bringin Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bringin sebagai tangan panjang dan ujung tombak dari pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Agama ditingkat paling bawah. Mempunyai tugas untuk melaporkan dan bertanggungjawab pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kementerian Agama tingkat Kabupaten (KUA, 2012:1). Dari sepengetahuan masyarakat selama ini bahwa tugas KUA adalah menikahkan. Ternyata setelah peneliti melakukan wawancara dengan RF tentang tugas KUA, beliau meluruskan tanggapan tersebut: “KUA itu tugasnya tidak menikahkan orang, tetapi sebagai pencatatan dan pengawasan sipil.Yang bertugas menikahkan itu ya wali dari calon pengantin itu sendiri, namun terkadang ada orang tua yang tidak tega menikahkan anaknya dengan alasan tertentu.Maka mereka mewakilkan kepada pihak KUA . Dari seringnya perwakilan tersebut maka dinamai sebagai naib yaitu orang yang mewakilkan”. Hal tersebut diperkuat oleh oleh SN mengenai tugas KUA, beliau menuturkan: “KUA itu bertugas sebagai pengawasan, pencatatan dan pengadministrasian terhadap calon pengantin. Menjadi naib, menangani masalah talak, cerai, dan rujuk. Mengurusi lembagalembaga pendidikan yang bersifat keagamaan seperti pondok pesantren, Madrasah Diniyah, TPQ, dan pendataan tempat-tempat ibadah di wilayah tersebut termasuk mengurusi zakat dan waqaf”.
56
Setelah peneliti melakukan pertanyaan tentang tugas KUA kepada RF dan SN, maka dapat disimpulkan bahwa tugas KUA itu adalah menjadi naib, sebagai pencatatan, pengawasan dan pengadministrasian mengenai Nikah, Talak, Cerai, dan Rujuk (NTCR). Mengurusi lembaga-lembaga pendidikan yang bersifat keagamaan seperti Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, TPQ, dan pendataan tempat-tempat ibadah di wilayah tersebut termasuk mengurusi zakat dan waqaf. 2. Program Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin Untuk mengetahui program kerja setiap KUA, peneliti melakukan pertanyaan kepada RF tentang program kerja KUA.Beliau menuturkan bahwa, “Ya disesuaikan dengan faktor kondisi, suasana, iklim di tempat yang bersangkutan. Namun, secara garis besar itu sama.Hanya tekniknya saja yang berbeda, karena sudah ada aturan baku dari pemerintah. Tekniknya sesuai dengan kondisi masyarakat masing- masing”. Pertanyaan yang sama diajukan kepada SN mengenai program kerja disetiap KUA. Menurut beliau, “Pada dasarnya sama,karena sudah aturan dari pemerintah. Tapi disesuaikan dengan kondisi masyarakat baik tingkat ekonomi, pendidikan, budaya maupun letak geografis antara daerah satu dengan daerah yang lain”. Dari penuturan RF dan SN tentang program kerja KUA, peneliti menyimpulkan bahwa pada dasarnya program kerja setiap KUA itu sama karena sudah diatur dari pemerintah. Namun tekniknya berbeda, karena harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat.
57
3. Jumlah Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR) Untuk memperkaya informasi mengenai kegiatan KUA Kec.Bringin, maka berikut ditampilkandata jumlah peristiwa nikah, talak, cerai, dan rujuk yangtercatat. Tabel 4. 5Data Nikah, Talak, Cerai, dan Rujuk (NTCR) Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin Tahun 2012 NO
DESA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Bringin Popongan Pakis Rembes Kali Jambe Tanjung Sambi Rejo Kalikurmo Gogodalem Wiru Nyemoh Tempuran Lebak Sendang Banding Truko Jumlah
JUMLAH SELURUHNYA N T C 39 3 4 17 2 37 2 1 32 31 3 4 1 45 2 1 25 2 35 2 2 25 1 1 15 1 1 27 1 10 3 41 1 5 27 6 36 3 446 13 32
Keterangan: N: Nikah T: Talak
R -
C: Cerai R: Rujuk
Dari data yang peneliti peroleh tentang Nikah, Talak, Cerai, dan Rujuk (NTCR) Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin Tahun 2012 ini dapat disimpulkan bahwa jumlah seluruhnya nikah ada 446 pasang suami-istri, talak ada 13 pasang, cerai ada 32 pasang suami-istri, dan untuk rujuknya tidak ada.
58
Data memperlihatkan Desa Sambirejo terjadi pernikahan paling banyak yaitu 45 pasang, disusul oleh Desa Sendang sebanyak 41 pasang, dan Desa Bringin sebanyak 39 pasang. Sementara angka talak terbanyak terjadi di Desa Bringin dan Desa
Kalijambe, di mana masing-masing terdapat 3 pasang
mengajukan talak. Desa yang paling tinggi frekuensi perceraiannya adalah Banding (6 pasang), Sendang (5 pasang), dan Bringin (4 pasang). Program pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah yang dilakukan KUA terus berlangsung, tetapi ada kecenderungan pada pernikahan yang berakhir dengan perceraian. 4. Pengertian Keluarga Sakinah Keluarga sakinah yaitu keluarga yang bahagia lahir batin, tenang dan tentram, dan masalah-masalah yang perlu dihindari oleh pasangan suami-istri yang dapat memicu ketidak tentraman, percekcokan, dan perselisihan (BP4, 2009: 2) Peneliti mulai melakukan wawancara dengan RF tentang keluarga sakinah, “Keluarga sakinah itu ya keluarga yang tawadhuk, penuh kesabaran, pengertian, dan kedamaian dalam keluarga”. Hal ini dipertegas oleh IN mengenai pengertian keluarga sakinah, “Keluarga sakinah itu adalah keluarga yang bahagia lahir batin, tenang, tentram, dan bisa menghadapi masalah-masalah dalam perkawinan, saling menghormati antara suami istri yang bisa menjadikan kehidupan lebih baik dari sebelumnya”.
59
Penegasan dari RF dan IN mengenai pengertian keluarga sakinah ditambah dengan RM yaitu, “Keluarga sakinah yaitu keluarga yang apa adanya, yang bisa menjaga keluarga sendiri bisa menjaga keharmonisan keluarga. Boleh saja ada masalah atau pertengkaran tetapi itu adalah hal yang wajar asalkan bisa menyelesaikan dengan baik”. Pengertian keluarga sakinah yang peneliti dapatkan dari ketiga informan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga sakinah yaitu keluarga yang bahagia lahir batin, tenang, tentram, penuh kesabaran, saling menghormati, dan bisa menjaga keharmonisan keluarga. 5. Model Pembinaan Keluarga Sakinah Untuk mengetahui tentang model pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan KUA Bringin.Peneliti mulai melakukan pertanyaan dengan RF mengenai model pembinaan tersebut, “Jenis-jenis keluarga sakinah itu adapra sakinah, sakinah I, sakinah II, sakinah III, dan sakinah III plus. Karena ada banyak, penjelasannya saya lupa”. Hal diatas ditambah oleh SN mengenai model pembinaan keluarga sakinah, “Model pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah di KUA Bringin ini biasanya dilakukan dengan cara memanggil calon pengantin datang ke KUA kemudian dilakukan tanya jawab yang berkenaan dengan pembinaan keluarga sakinah. Diberikan pembinaan dan nasehat tentang keluarga sakinah dilakukan dengan ceramah”. Dari pengertian RF dan SN tentang model pembinaan keluarga sakinah, peneliti menyimpulkan bahwa model pembinaan keluarga sakinah yang
60
dilakukan KUA Kecamatan Bringin yaitu calon pengantin dipanggil untuk dating ke KUA kemudian dilakukan pembinaan keluarga sakinah dengan metode tanya jawab dan ceramah. Kriteria (jenis-jenisnya) adalah pra sakinah, sakinah I, sakinah II, sakinah III, dan sakinah III plus. 6. Pihak yang Terlibat dalam Pembinaan Keluarga Sakinah Dalam pelaksanaan program pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah di KUA Bringin, ada pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Kemudian RF memberikan jawaban mengenai pihak mana saja yang terlibat dalam pembinaan keluarga sakinah, “Selain KUA pihak yang terlibat yaitu Puskesmas untuk pengecekan kesehatan pada calon pengantin, pihak kecamatan, dan tokoh masyarakat setempat yang disebut modin”. Dari penegasan RF diatas, diperkuat oleh SN tentang pihak yang terlibat dalam pembinaan keluarga sakinah: “Pihak yang terlibat diantaranya meliputi calon pengantin sabagai peserta dalam pembinaan keluarga sakinah itu sendiri. Pihak kelurahan dan kecamatan sebagai pelayanan dalam meminta surat pengantar untuk menikah.Tokoh agama (modin)P3N desa sebagai pelayanan pendaftaran untuk menikah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan, pengecekan kesehatan dan imunisasi ketika akan melaksanakan pernikahan. Dan pihak KUA itu sendiri sebagai pelaksana dalam program pembinaan keluarga sakinah”. Hal di atas tentang pihak yang terlibat dalam pembinaan keluarga sakinah yang telah dikemukakan oleh RF dan SN dapat peneliti simpulkan bahwa pihak yang terlibat adalah calon pengantin, tokoh agama (modin/P3N Desa), Kelurahan, Kecamatan, Puskesmas, dan pihak KUA itu sendiri. 7. Materi Pembinaan Keluarga Sakinah
61
Nasehat yang diberikan BP4 dimaksudkan untuk mewujudkan Rumah Tangga Muslim yang bermutu, bahagia, dan sejahtera, mengurangi perceraian, mencegah
perceraian
sewenang-wenang
dan
mendamaikan
perselisihan.Mewujudkan keluarga sakinah (BP4, 2009:30). Menurut RF tentang materi pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah adalah, “Materi yang diberikan terutama ilmu-ilmu fiqih tentang keluarga sakinah. Bagaimana berumah tangga dan menjalin hubungan yang harmonis”. Menurut jawaban RF di atas tentang materi pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah, SN menuturkan, “Materinya meliputi nasehatnasehat
perkawinan
meliputi
seperti
cara
melestarikan
pernikahan,
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah. Diberikan pengetahuan dalam berumah tangga tangga yang baik”. Dari penuturan jawaban RF dan SN selaku petugas KUA, diperkuat oleh RM selaku pasangan yang pernah mendapatkan materi tentang pembinaan keluarga sakinah. Materinya yaitu: “Tentang cara-cara ijab-qabul, bersalaman dengan suami setelah melaksanakan ijab qabul dan tentang cara-cara berumah tangga yang baik, menjalin hubungan yang baik, berkomunikasi kepada keluarga dengan baik. Misalnya suami pergi dan pulang dari kerja seorang istri harus bersalaman dan menjaga kehormatan keluarga. Seorang istri boleh keluar rumah atas ijin seorang suami, kemudian diajarkan untuk solat berjamaah dengan suami”. Jawaban ketiga informan (RF, SN, dan RM) di atas dapat disimpulkan bahwa materi yang diberikan dalam pembinaan keluarga sakinah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin adalah ilmu-ilmu fiqih tentang keluarga
62
sakinah, nasehat-nasehat perkawinan meliputi cara melestarikan perkawinan, seorang istri menghormati suami dan saling menjaga keharmonisan keluarga. 8. Metode Pembelajaran Pembinaan Keluarga Sakinah Metode pembelajaran pembinaan keluarga sakinah adalah cara penyampaian materi pada saat proses pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah berlangsung. Peneliti melakukan pertanyaan dengan RF tentang metode pembelajaran pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah: “Tekniknya ya biasanya dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab pada pasangan tersebut, kemudian diberi pengarahan tentang keluarga sakinah. Bentuk pembinaannya apabila dalam jangka waktu tertentu calon pengantinnya hanya sedikit, itu juga menyusahkan kami dalam pembinaan. Karena itu harus dilakukan secara individual.Namun apabila calon pengantinnya banyak dilakukan pembinaan secara bersama-sama”. Hal serupa yang dituturkan oleh SN mengenai metode pembelajaran pembinaan keluarga sakinah, “Dilakukan dengan cara memanggil calon pengantin datang ke KUA kemudian dilakukan tanya jawab yang berkenaan dengan pembinaan keluarga sakinah. Diberikan pembinaan dan nasehat tentang keluarga sakinah dilakukan dengan ceramah”. Penuturan dari RF dan SN tentang metode pembelajaran pembinaan keluarga sakinah, diperkuat oleh RM yaitu: “Kurang lebih sepuluh hari sebelum pelaksanaan ijab-qabul saya dipanggil ke KUA untuk diberi pembinaan atau juga bisa disebut kursus calon pengantin. Kemudian di sana diberikan pembinaan, penjelasan, dan pengarahan dengan ceramah oleh petugas KUA dan yang terlibat dalam pembinaan tersebut. Sebelum pelaksanaan pembinaan dimulai calon pengantin perempuan ditanya tentang nama calon suami, nama kedua orang tua dari kedua belah pihak. Kemudian disuruh mengisi formulir yang berkenaan dengan data
63
kedua calon pengantin, tanya jawab, dan tentang mas kawin yang akan diberikan”. Dari penjelasan ketiga informan (RF, SN, dan RM) di atas tentang metode pembelajaran pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin, peneliti menyimpulkan bahwa metodenya adalah ceramah dan tanya jawab. 9. Waktu Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah Untuk mengetahui waktu pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin, peneliti melakukan wawancara kepada RF tentang waktu pelaksanaan pembinaan, yaitu: “Ya pada waktu tertentu, soalnya calon pengantin itu selalu berganti. Pembinaannya biasanya dilakukan pada saat pranikah, karena masih pada semangat-semangatnya. Kalau pasca nikah sudah mempunyai kesibukan masing-masing terutama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Ada yang merantau ke Sumatra, Jakarta, dan lain-lain”. Dari penjelasan RF di atas, SN menambahi jawaban sebagai berikut: “Pada waktu tertentu, terutama pada waktu calon pengantin akan melangsungkan ijab-qabul. Namun pada dasarnya dari pihak KUA itu sendiri melakukan pembinaan secara berkala maupun terusmenerus kepada pasangan pasca nikah. Tetapi kebanyakan dari mereka tidak bisa datang dengan alasan kesibukan yang beraneka ragam pada masing-masing pasangan”. RF dan SN memberikan jawaban mengenai waktu pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin, kemudian peneliti menyimpulkan bahwa waktu pelaksanaannya tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu ketika ada calon pengantin. 10. Sumber Dana untuk Pembinaan Keluarga Sakinah
64
Calon pengantin membayar biaya pencatatan nikah sesuai PP NO.47 Tahun 2004 sebesar Rp. 30. 000, - melalui BANK BNI, BRI, atau Kantor Pos (BP4, 2009:33). Peneliti mengajukan pertanyaan kepada RF dengan jawaban sebagai berikut, “ Anggarannya diperoleh dari DIPA KUA untuk pembinaan calon pengantin. Dari calon pengantin dikenai biaya Rp. 30. 000,- untuk biaya pencatatan nikah bukan untuk pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah”. Pertanyaan yang sama diberikan kepada SN tentang sumber dana yang diperoleh dalam pembinaan keluarga sakinah, “Sumber dana untuk pelaksanaan pembinaan ini diperolah dari DIPA KUA”. Jawaban dari RF dan SN mengenai sumber dana yang diperoleh untuk pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sumber dananya diperoleh dari DIPA KUA, sedangkan uang Rp. 30. 000, - dari calon pengantin bukan untuk biaya pelaksanaan pembinaan melainkan untuk biaya pencatatan nikah. 11. Problem yang dihadapi Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin Menurut data yang diperoleh dari Laporan Pelaksana Tugas Kerja Tahun 2012 Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin, hambatan dan kendala yang dihadapi oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin yaitu: a.
Kekuatan pegawai Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin yang sangat minim, sehingga kurang bisa menjangkau seluruh tugas dan program yang telah dicanangkan.
65
b.
Masih banyaknya daerah-daerah yang sulit dijangkau dan belum adanya kendaraan /trayek umum.
c.
Terbatasnya pegawai Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin dalam setiap bidang yang dipegangnya.
Untuk mengetahui problem yang dihadapi KUA dalam pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah, peneliti menanyakan tentang problem yang dihadapi KUA Bringin kepada RF yang jawabannya yaitu: “Masalahnya ada banyak, diantaranya seperti: 1. letak geografis penduduk Kecamatan Bringin yang lokasi pedesaan transportasinya susah, 2. Kesibukan calon pengantin seperti bekerja, 3. Tingkat pendidikan pasangan yang 1 dengan yang lain berbeda. Mulai ada yang lulus SD, lulus SMP, bahkan sampai ada yang perguruan tinggi. Namun ada juga yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan, jelas hal tersebut menjadi problem pihak KUA. Dari kesemua pasangan tersebut tidak mungkin diberi penjelasan yang sama, karena tingkat pemahaman mereka yang berbeda. Problem yang selanjutnya, 4. Mengenai usia calon pengantin yang berbeda-beda. Yang ada hanyalah usia minimal yaitu perempuan berusia 16 tahun sedangkan laki-lakinya minimal berusia 19 tahun. Kalau usia maksimalkan tidak ada batasanbatasan tertentu. Contohnya pernah ada pasangan nikah yang berusia kira-kira 80 tahun”. Pertanyaan yang sama diajukan kepada SN tentang problem yang dihadapi KUA Bringin dalam pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah, beliau menegaskan bahwa, “Memang pada saat pembinaan itu berlangsung, calon pengantin secara lesan mudah menerima materi yang disampaikan, namun secara kenyataan susah menerapkan dalam kehidupan rumah tangganya. Masih cukup banyak perceraian yang terjadi”. Tabel 4. 6Data Talak dan Cerai Kantor Urusan Agama Kecamatan BringinTahun 2012
66
NO
DESA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Bringin Popongan Pakis Rembes Kali Jambe Tanjung Sambi Rejo Kalikurmo Gogodalem Wiru Nyemoh Tempuran Lebak Sendang Banding Truko Jumlah
Jumlah Yang Mendaftarkan Talak 3 2 2 2 2 2 1 1 1 16
Jumlah Seluruhnya Cerai 4 1 3 1 1 2 1 1 1 3 5 6 3 32
Jumlah Seluruhnya T.C 7 2 3 3 1 3 2 4 2 2 1 3 6 6 3 48
Data talak dan cerai di atas diperjelas oleh pengertian talak dan cerai.Talak adalah putusnya hubungan suami istri yang karena hanya menjatuhkan
perkataan
yang
sudah
bisa
dianggap
cerai
kemudian
mendaftarkan perceraian kepada pihak yang berwajib.Sedangkan cerai adalah putusnya hubungan suami istri yang sudah sah bercerai dan diputuskan oleh pihak yang berwajib. Dari penjelasan dan data yang peneliti peroleh tentang problem yang dihadapi Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin, maka problemnya yaitu 1.Kekuatan dan kemampuan pegawai yang minim, 2.Daerah yang sulit dijangkau, 3.Kesibukan dari calion pengantin, 4.Tingkat pendidikan yang berbeda, dan 5.Usia calon pengantin.
67
12. Strategi dalam Pemecahan Masalah Dari pihak KUA mengaku ada banyak masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah pada pasangan pranikah, kemudian peneliti menanyakan kepada RF tentang strategi yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi KUA: “Mendekatkan waktu pembinaan dengan waktu-waktu yang efektif, misalnya saat calon pengantin tersebut libur kerja atau cuti. Selain itu juga ada pembinaan BP4, strategi lain dari pihak KUA mewajibkan pada calon pengantin tersebut untuk datang pada saat diundang dalam pembinaan keluarga sakinah. Apabila mereka tidak berkenan hadir, dari pihak KUA juga tidak mau mendatangi kerumah calon pengantin tersebut. Pihak KUA menekankan kepada pasangan tentang pentingnya pembinaan keluarga sakinah”. Kemudian peneliti menanyakan hal yang sama kepada SN, menurut penuturannya,
“Dengan
cara
melakukan
pendekatan
secara
psikologis,memberikan contoh-contoh kepada calon pengantin tentang pasangan nikah yang sudah mendahului mereka”. Hal di atas mengenai strategi untuk memecahkan masalah dari penjelasan RF dan SN dapat peneliti simpulkan bahwa strateginya yaitu 1.Perlu adanya penambahan Pegawai agar seimbang dengan Volume pekerjaan, 2.Perlu pembinaan yang rutin dan pengiriman pegawai untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidang tugasnya masing – masing, 3.Perlu adannya kendaraan dinas demi kelancaran tugas, guna mendukung kelancaran tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin, 4. Mencari waktu yang efektif. B. PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah KUA Bringin a. Alur
68
Kurang lebih sepuluh hari sebelum pelaksanaan ijab-qabul calon pengantin dipanggil datang ke KUA untuk diberi pembinaan atau juga bisa disebut kursus calon pengantin. Kemudian di sana diberikan pembinaan, penjelasan, dan pengarahan. KUA Bringin bersikap apa adanya, yang artinya yaitu bahwa pihak KUA hanya melaksanakan kegiatan sesuai program yang telah dirancang sejak awal, tidak melihat kondisi masyarakat yang sudah berbeda. Pihak KUA hanya menunggu pasangan yang datang untuk melakukan pembinaan.Apabila pasangan tidak berkenan hadir untuk melaksanakan pembinaan keluarga sakinah, dari pihak KUA sendiripun juga tidak mau mendatangi ke masing-masing rumah pasangan pranikah. Pendekatan dalam pembinaan yang dilakukan KUA ini disebuttop down yang artinya pendekatan program yang dilakukan didesain oleh KUA tanpa melihatkan penggalian data terlebih dulu ke lapangan. Inisiatif diambil dari eksekutif tingkat lembaga , yang merumuskan sebuah strategi terpadu dan terkoordinasi, biasanya dengan nasehat dari tingkatan yang lebih rendah. Strategi yang menyeluruh ini lalu digunakan untuk menetapkan sasaran dan mengevaluasi kinerja dari setiap lembaga (Stoner & Wankel, 1993:193).Kalau pada waktu itu calon pengantinnya ada banyak, maka dilakukan pembinaan secara bersama-sama.Jika hanya ada satu pasangan saja berarti pembinaannya dilakukan secara individual.
69
KUA cenderung pasif dalam pelayanan program pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan.Pasif adalah orang yang cenderung beradaptasi atau berkompromi dengan keadaan, dari pada berusaha merubah dirinya untuk memberikan pengaruh positif pada situasi sekitarnya (http://psikoterapis.com). Seharusnya pihak KUA lebih aktif atau proaktif dalam pembinaan keluarga sakinah ini, agar masyarakat memandang lebih baik terhadap pelayanan yang maksimal.Program dirancang tanpa banyak mempertimbangkan kebutuhan atau kondisi masyarakat yang selalu berubah. b. Teknis Pelaksanaan (waktu, bentuk, personalia, pendanaan, dan materi ajar) Waktu pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan oleh KUA Bringin yaitu kurang lebih sepuluh hari sebelum menikah, calon pengantin dating ke KUA untuk diberi pembinaan atau juga bisa disebut kursus calon pengantin. Kemudian di sana diberikan pembinaan, penjelasan, dan pengarahan. Bentuk pembinaan yang dilakukan KUA Bringin dalam pembinaan keluarga sakinah yaitu dengan pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional adalah pendekatan yang sudah tidak layak lagi untuk berberfungsi atau digunakan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang (http://jalius12wordpress.com). Pihak KUA cenderung kurang kreatif dalam menjalankan program pembinaan keluarga sakinah. Kreatif yaitu memiliki daya cipta: memiliki
70
kemampuan
untuk
menciptakan
(KBBI,
1990:465).
Tidak
memanfaatkan media yang ada pada saat ini. Misalnya: Koran, brosur, radio, internet. Pihak yang terlibat dalam pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan KUA Bringin diantaranya meliputi calon pengantin sabagai peserta dalam pembinaan keluarga sakinah itu sendiri. Pihak kelurahan dan kecamatan sebagai pelayanan dalam meminta surat pengantar untuk menikah.Tokoh
agama
(modin)P3N
desa
sebagai
pelayanan
pendaftaran untuk menikah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan,
pengecekan
kesehatan
dan
imunisasi
ketika
akan
melaksanakan pernikahan. Dan pihak KUA itu sendiri sebagai pelaksana dalam program pembinaan keluarga sakinah. Sumber dana untuk pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan KUA Bringin yaitu diperoleh dari DIPA KUA. Sedangkan baiaya yang dipungut dari calon pengantinsebesar Rp. 30. 000, - bukan untuk biaya pelaksanaan pembinaan melainkan untuk biaya pencatatan nikah. Materi yang diberikan pada saat pembinaan keluarga sakinah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin adalah ilmu-ilmu fiqih tentang keluarga sakinah, nasehat-nasehat perkawinan meliputi cara melestarikan perkawinan, seorang istri menghormati suami dan saling menjaga keharmonisan keluarga.
71
Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi yaitu ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan secara lesan. Sedangkan metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta untuk merangsang agar berpikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran (Majid, 2008:137-138). Dengan materi yang sudah ditentukan tanpa melakukan perubahan atau penjelasan dengan kondisikondisi masyarakat yang: 1. Banyaknya pasangan yang sama bekerja. 2. Latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. 3. Wilayah tinggal yang berjauhan. 2. Kendala yang dihadapi KUA Bringin dalam pembinaan keluarga sakinah Dalam melaksanakan programnya yaitu pembinaan keluarga sakinah pada
pasangan
pranikah,
KUA
Bringin
mengalami
banyak
kendala.Kendala yang dihadapi Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin dalam pembinaan keluarga sakinahyaitu: a. Kekuatan dan kemampuan pegawai yang minim. b. Daerah yang sulit dijangkau. c. Kesibukan dari calon pengantin. d. Tingkat pendidikan yang berbeda. e. Usia calon pengantin. 3. Strategi yang dilakukan untuk mengatasi kendala
72
Strategi yang dilakukan KUA Bringin untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan keluarga sakinahyaitu: a. Perlu adanya penambahan Pegawai agar seimbang dengan Volume pekerjaan. b. Perlu pembinaan yang rutin dan pengiriman pegawai untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidang tugasnya masing – masing. c. Perlu adannya kendaraan dinas demi kelancaran tugas, guna mendukung kelancaran tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan Bringin. d. Mencari waktu yang efektif.
73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan SetelahmelakukananalisisterhadaphasilpenelitianAnalisa PembinaanKeluargaSakinahpadaPasanganPranikah UrusanAgamA
(KUA)
Model
di
Kantor
KecamatanBringinTahun
2012,
makapenulisdapatmengambilkesimpulandaripenelitiantersebut: 1.
Pelaksanaanpembinaan
yang
dilakukandalampembinaankeluargasakinahpadapasanganpranikah
di
Kantor Urusan Agama (KUA) KecamatanBringinadalah: a. Alur: Kurang lebih 10 hari sebelum melaksanakan ijab qabul berlangsung, calon pengantin dipanggil datang ke Kantor Urusan Agama
(KUA)
untuk
pembinaan
keluarga
sakinah.
Apabiladalamwaktudekatataubersamaancalonpengantinnyaadabanya k,
makapembinaantersebutdilakukanbersama-sama,
kalaucalonpengantinnyahanyaadasatumakapembinaantersebutdilaku kansecara individual. b. Teknispelaksanaan (waktu, bentuk, personalia, pendanaan, materi) - Sepuluhharisebelummenikah, calonpengantin dating ke KUA untukdiberipembinaantentangkeluargasakinah. - Bentukpelaksanaannyayaitudenganpendekatankonvensional. - Pihak yang terlibatyaitucalonpengantin, kelurahan, kecamatan, tokoh agama, danpihak KUA itusendiri. 74
- Sumberdananyadiperolehdari DIPA KUA. -
Materi
yang
diberikandalampembinaanadalahilmu-
ilmufiqihtentangkeluargasakinah,
nasehat-
nasehatperkawinanmeliputicaramelestarikanperkawinan, seorangistrimenghormatisuamidansalingmenjagakeharmonisankelu arga.
Metode
yang
digunakandalampenyampaianmateriyaitudenganmenggunakanmeto deceramahdantanyajawab. 2. Kendala yang dihadapi KUA Bringindiantaranyayaitu: a. Kekuatandankemampuanpegawai yang minim. b. Daerah yang sulitdijangkau. c. Kesibukancalonpengantin. d. Tingkat pendidikan yang berbeda e. Usiacalonpengantin. 3. Strategi yang dilakukanuntukmengatasikendalayaitu: a. Perlupenambahanpegawai b. Perludiadakanpembinaanrutin di setiapdesa. c. Perluadanyakendaraandinas. d. Mencariwaktu yang efektif. B. Saran Berdasarkankesimpulan
yang
penulisuraikan
makapenulismengajukanbeberapa gunaperkembanganselanjutnyakearah yang lebihbaik.
75
di
atas, saran
1. KUA Bringinharusmenekankankepadacalonpengantinbetapapentingnyapemb inaankeluargasakinahpadapasanganpranikahataucalonpengantin (CATIN)
danmewajibkancalonpengantindatangke
Kantor
Urusan
Agama KecamatanBringinuntukpelaksanaanpembinaankeluargasakinah. 2. Bagicalonpengantinjugaharusmenyadaribetapapentingnyapembinaanke luargasakinah
yang
dilakukanoleh
Kantor
Urusa
Agama
KecamatanBringindanmenghadirisaatpelaksanaanpembinaantersebutbe rlangsung,
demi
kelancaranuntukmencapaitujuan
diadakannya
program pembinaandansebagaibekaluntukrumahtangganyakelak. 3. Seharusnyapihak KUA Bringinmengubahstrategidalam pembinaan tersebut agar angka perceraian menurun dan calon pengantin semangat untuk datang dalampebinaankeluargasakinah. 4. Perluadanyapenambahanpegawai
agar
seimbangdenganpekerjaansesuaibidangtugasnyamasing-masing. 5. Perluadanyakendaraandinas
demi
gunamendukungkelancarantugas KecamatanBringin.
76
Kantor
kelancarantugas, Urusan
Agama