KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PERINDUSTRIAN DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ERI SYAHRIAR NIM 11110038
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
ii
KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PERINDUSTRIAN DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ERI SYAHRIAR NIM 11110038
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Eri Syahriar
NIM
: 1111003
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
:KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PERINDUSTRIAN DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 5 Maret 2015 Pembimbing
Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. NIP. 19660407 199403 2 001
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PERINDUSTRIAN DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014
DISUSUN OLEH ERI SYAHRIAR NIM: 11110038 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada 31 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Drs. Abdul Syukur, M.SI.
_____________________
Sekretaris
: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.
_____________________
Penguji I
: Dr. Mukti Ali, M.Hum.
_____________________
Penguji II
: Maslikhah, S.Ag., M.SI.
_____________________ Salatiga, 7 April 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd NIP. 19670121 199903 1 002 v
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Eri Syahriar
NIM
: 11110038
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 6 Februari 2015 Yang menyatakan,
Eri Syahriar
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Siapa yang menanam pasti akan menuai apa yang ditanam
PERSEMBAHAN Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT, Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: Ibu Sugiati dan Bapak Junari tercinta yang telah mendidik, membimbing, memberikan kasih sayang, do‟a dan segalanya, yang menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho Allah. Penyemangatku adikku tersayang Muhammad Luhan Kisnowo Calon imamku Yoyon Apriyoko yang selalu menemani dan memberikan support Semua guru, dosen yang telah mengamalkan ilmunya Dra. Ulfah Susilawati, M. SI. Yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini. Teman- temanku: Devi Lailatul M., Basyiroh, Mika H., Rika Sefyanti, Maziidatun Ni‟mah, Dyah Saraswati, M. Yusuf, semua teman kelas A dan teman-teman KKN yang selalu menemani susah senang bersama, yang selalu memberi motivasi dan mendo‟akanku, hari-hari bersama kalian adalah hari-hari yang terindah dalam hidupku.
vii
KATA PENGANTAR ﺒﺴﻡﷲﺍﻠﺮّﺤﻤﻥﺍﻠﺮّﺤﻴﻡ Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PERINDUSTRIAN DI DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini.Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Rasimin, S.PdI., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Drs. Djoko Sutopo, selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Dra. Ulfah Susilawati, M.SI, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan pengarahan serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat terselesaikan dengan baik.
viii
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada penulis. 6. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do‟a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil dalam penulisan skripsi ini. Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Salatiga, 6 Februari 2015
Penulis
ix
ABSTRAK
Syahriar, Eri. 2014. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Perindustrian Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. Kata Kunci: kehidupan sosial keagamaan, masyarakat perindustrian. Melihat berbagai bentuk kehidupan sosial keagamaan dan berbagai permasalahan yang muncul pada masyarakat perindustrian di Desa Klepu, maka pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1. bagaimana kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu tahun 2014, 2. Apa saja permasalahan-permasalahan kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu tahun 2014 dan 3. solusi apa yang harus ditempuh untuk mengatasi permasalahan kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu tahun 2014 tersebut. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode panel yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang menjadi subjek utama penelitian adalah warga Desa Klepu yang bekerja sebagai karyawan industri, tokoh masyarakat seperti ketua RW/RT maupun tokoh agama dan beberapa warga setempat yang hidup berdampingan dengan karyawan-karyawan industri yang sekiranya dapat memberikan informasi sesuai dengan penelitian. Hasil metode panel menunjukkan bahwa kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ini dapat dikatakan baik yang dapat dibuktikan melalui beberapa temuan data dari hasil penelitian. Permasalahan yang muncul dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu adalah waktu, status sosial ekonomi, kinerja pengurus dan status domisili masyarakat. Adapun solusi yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu diantaranya agenda pengajian disesuaikan dengan kesiapan waktu anggota, diadakan beberapa kegiatan untuk membantu peningkatan perekonomian warga, reorganisasi pengurus dan juga melakukan pendekatan secara intensif terhadap warga yang kurang aktif agar bersedia mengikuti kegiatan dalam masyarakat.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii HALAMAN JUDUL............................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. vi MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar BelakangMasalah....................................................................... 1 B. Fokus Penelitian .................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 D. Kegunaan Penelitian............................................................................ 7 E. Penegasan Istilah ................................................................................. 7 F. Metode Penelitian................................................................................ 10 G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 17 A. Pengertian Kehidupan Sosial Keagamaan .......................................... 17
xi
B. Dimensi Kehidupan Keagamaan ......................................................... 20 C. Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Kehidupan Sosial Keagamaan .... 31 D. Karakteristik Kehidupan Masyarakat Perindustrian........................... 34 E. Problematika Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat.................. 35 BAB III PAPARAN DATA .................................................................................. 37 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 37 B. Dimensi Kehidupan Sosial Keagamaan .............................................. 39 1. Kegiatan-Kegiatan Keagamaan .................................................... 39 2. Interaksi Sosial Masyarakat ......................................................... 45 3. Akhlak di Masyarakat .................................................................. 47 C. Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Kehidupan Sosial Keagamaan .... 49 D. Problematika Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat................... 52 E. Solusi yang Ditempuh untuk Mengatasi Problematika Kehidupan.... 54 BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 58 A. Kegiatan-Kegiatan Keagamaan Sebagai Sarana Interaksi Warga ...... 58 B. Ibadah Kolektif Sebagai Momen Menanamkan Nilai-Nilai Islam..... 63 C. Interaksi Sosial Sebagai Upaya Bermasyarakat .................................. 64 D. Akhlak Sebagai Alat Kontrol Sosial ................................................... 65 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 67 A. Kesimpulan......................................................................................... 67 B. Saran-saran ......................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan KK ......................
37
Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .............................
38
Tabel 3 Struktur Organisasi Desa Klepu RW 2 ...............................................38 Tabel 4 Daftar Responden ...............................................................................
xiii
39
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama kebersatuan, agama kasih sayang, serta kecenderungan untuk saling mengenal dan hidup menyatu antar pemeluknya adalah pangkal bagi ajaran-ajarannya. Beberapa hadist nabi juga menganjurkan umatnya untuk menyatu dan hidup berdampingan dengan yang lain. (Hammadi, 2006:1). Dalam Islam terdapat berbagai syi‟ar keagamaan serta bermacammacam ibadah yang wajib dilaksanakan oleh masyarakat ramai dan wajib pula dilindungi keseluruhannya. Inilah yang disebut fardhukifayah dalam peribadatan.
Masyarakat
harus
memberikan
pengayoman
dan
melaksanakan semua itu sebagai salah satu amalan dari rangkaian amalan kehidupan ruhaniyah yang akan menimbulkan kebahagiaan bagi seluruh ummat. (Assiba‟i, 1988:216). Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial yang hidup tidak untuk menyendiri melainkan untuk berinteraksi dengan manusia lain. Keutuhan manusia akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk sosial dan ekonomi. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hanya mengandalkan dirinya sendiri tetapi juga membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu.
xiv
Dalam berinteraksi dengan sesama ada berbagai faktor yang dapat mengurangi intensitas hubungan sosial seseorang. Salah satunya adalah faktor ekonomi yang menuntut seseorang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara langsung maupun tidak langsung bekerja menjadi faktor utama berkurangnya waktu seseorang untuk bergaul dengan sesamanya. Apalagi jam kerja yang terlalu padat terkadang membuat seseorang jauh dari komunitasnya bahkan tidak mengenal kondisi disekelilingnya. (Suryani, 2010:2). Hal tersebut sering kita jumpai diberbagai lingkungan masyarakat yang kesibukan kerja mereka cenderung membuat renggang hubungan sosialnya dan juga membuat mereka enggan untuk mengikuti kegiatankegiatan keagamaan yang ada dalam lingkungan. Faktor kesibukan kerja inilah yang sering kali menjadi alasan seseorang untuk tidak bergabung dengan sesamanya apalagi aktif mengikuti keiatan-kegiatan sosial. Demikian halnya yang tampak pada masyarakat Desa Klepu RW 2 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Sebagian besar penduduk disini memanfaatkan pabrik-pabrik atau sektor industri swasta yang terdapat dikawasan ini sebagai ladang untuk mencari rizki. Sebagaimana kita ketahui secara umum bahwa jam kerja pabrik yang diatur dari pagi hingga sore dan ditambah jam lembur menuntut karyawan harus pulang sampai malam hari. Karena memang untuk perusahaan atau sektor swasta mempunyai jumlah jam kerja per minggu 39 jam jika pada hari Sabtu diliburkan, namun jika tidak libur maka jam
xv
kerja menjadi 43 jam yang terinci tiap harinya mulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00 dengan istirahat makan satu jam pada hari biasa dan sekitar dua jam pada hari Jum'at. Sedangkan untuk hari Sabtu jika tidak libur jam kerja mulai pukul 08.00 sampai pukul 12.00. (Anoraga, 2005:30). Jam kerja para pekerja di sektor swasta diatur dalam UndangUndang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Diantaranya berisi peraturan jam kerja untuk karyawan yang bekerja enam hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan lima hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap
masuk
sebagai
waktu
kerja
lembur.
(www.hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_13_03.htm) Sedangkan pada kenyataan di lapangan jam kerja para karyawan pabrik yang tinggal di Desa Klepu RW 2 ini rata-rata dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 17.00. Apabila ditambah dengan jam lembur para karyawan pulang sampai pukul 21.00 dan bahkan bisa lebih. Kesibukan seperti inilah yang membuat para karyawan pabrik pulang dengan beban lelah dan hanya bisa menghabiskan sisa waktunya untuk istirahat sebelum pagi datang dan mengharuskan mereka untuk kembali bekerja.
xvi
Oleh karena itu waktu untuk berkumpul bersama, bersosialisasi dengan lingkungan, dan juga untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dapat dikatakan kurang. Bahkan terkadang perhatian terhadap keluargapun juga berkurang. Dan tanpa disadari hal ini membawa dampak terhadap perkembangan anak. Kurangnya perhatian dari orang tua menyebabkan pengaruh-pengaruh negatif lingkungan mudah sekali mempengarui perilaku anak, sehingga hal ini menjadi problem bagi para orang tua dan juga masyarakat. Sebagai seorang yang paling dekat dengan anak, peran orang tua sangat penting dalam kehidupan anak. Tetapi di Desa Klepu RW 2 ini mayoritas orang tua bekerja sebagai karyawan pabrik karena memang dikawasan ini merupakan daerah industri pabrik-pabrik swasta. Hal ini terjadi karena pekerjaan dibidang pertanian ditempat mereka tinggal bersifat musiman dan dianggap kurang dapat menghasilkan penghasilan yang tetap. Oleh karena itu sebagian besar masyarakat lebih memilih bekerja disektor industri sebagai karyawan pabrik daripada bekerja dibidang pertanian. Walaupun demikian tidak sedikit dari mereka yang antusias berusaha untuk mewujudkan dan tetap menjaga kerukunan juga kerjasama dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti PKK, arisan, perkumpulan warga, kerja bakti, kumpulan remaja (karang taruna), maupun kegiatan-kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah, pengajian rutin mingguan, bulanan, ataupun pengajian peringatan
xvii
perayaan hari besar tertentu walaupun masing-masing dari mereka mempunyai kesibukan dalam bekerja. Hal ini merupakan pelaksanaan keagamaan dan juga kebutuhan hidup dilingkungan sosial. Melalui kegiatan-kegiatan inilah rasa kebersamaan, kepercayaan, saling menghormati, menghargai dan kerjasama muncul diantara mereka sehingga tidak ada beban untuk saling membantu satu sama lain. Sebagai contoh, masyarakat yang bekerja sebagai karyawan pabrik dapat menitipkan anak mereka yang masih kecil pada tetangga terdekat untuk menjaga ketika mereka pergi untuk bekerja. Hal ini mereka lakukan atas dasar rasa saling percaya dan terjaganya hubungan baik diantara mereka sehingga pengawasan serta pemenuhan kebutuhan anak tetap dapat dilakukan dengan baik meskipun harus melalui orang lain. Dengan melihat sebagian bentuk kehidupan sosial keagamaan dan berbagai problem yang muncul pada masyarakat muslim didaerah perindustrian ini, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana kehidupan keagamaan masyarakat perindustrian, interaksi sosial diantara mereka, permasalahan-permasalahan yang muncul dan harus dihadapi oleh masyarakat perindustrian, serta solusi apa yang harus ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk itu, penulis mengambil judul: KEHIDUPAN PERINDUSTRIAN
SOSIAL DESA
KEAGAMAAN KLEPU
KECAMATAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014.
xviii
MASYARAKAT PRINGAPUS
B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2014. 2. Apa saja permasalahan kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2014. 3. Apa solusi yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2014. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mengetahui
kehidupan
sosial
keagamaan
masyarakat
perindustrian Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2014. 2. Untuk
mengetahui
masyarakat
problematika
perindustrian
Desa
kehidupan Klepu
sosial
Kecamatan
keagamaan Pringapus
Kabupaten Semarang Tahun 2014. 3. Untuk menemukan solusi yang harus ditempuh guna mengatasi problem-problem dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2014.
xix
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan agama islam yang berhubungan dengan interaksi sosial keagamaan khususnya pada masyarakat perindustrian. Hal ini merupakan salah satu bentuk kewajiban seseorang dalam menjalankan agamanya yang tidak hanya menunaikan ritual ibadahnya saja, tetapi seseorang yang beragama juga mempunyai kewajiban untuk menjaga hubungan baik terhadap sesama manusia. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat berguna serta dapat menjadi referensi dalam mengkaji persoalan-persoalan sosial keagamaan dengan melihat kejadian-kejadian sosial yang terjadi dilingkungan sekitar kita, khususnya yang berhubungan dengan kehidupan keagamaan. E. Penegasan Istilah Untuk memudahkan dan menghindari kesalahfahaman mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, maka penulis memberi batasan dan penegasan makna dari judul sebagai berikut: 1. Kehidupan Sosial Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kehidupan berarti keadaan yang masih akan terus ada sebagaimana mestinya yang meliputi manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya. Sedangkan kata sosial berasal dari bahasa latin societas yang artinya masyarakat. Kata societas dari kata socius yang artinya teman, dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu
xx
dengan manusia yang lain dalam bentuk yang berlain-lainan. Misalnya: keluarga, sekolah, organisasi dan lainnya. (Ahmadi, 2002:243). Jadi dapat dipahami bahwa kehidupan sosial adalah kegiatan kemasyarakatan yang didalamnya terdapat unsur-unsur sosial dimana kegiatan tersebut akan selalu ada dalam kehidupan. Kehidupan sosial terjadi karena adanya interaksi antara individu satu dengan individu lain dan saling terjadi komunikasi yang kemudian berkembang menjadi saling membutuhkan kepada sesama. 2. Keagamaan Secara etimologi, istilah keagamaan itu berasal dari kata „agama‟ yang mendapat awalan „ke‟ dan akhiran „an‟ sehingga menjadi keagamaan. Dalam hal ini, W.J.S. Poerwadarminta (1986:18) berpendapat bahwa keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama. Keagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti ajaran, sistim yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sedangkan keagamaan itu sendiri adalah yang berkaitan atau berhubungan dengan agama. (Depdiknas, 2007:12). 3. Masyarakat
xxi
Kata masyarakat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sebuah komunitas yang saling tergantung satu sama lain. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. (Depdiknas, 2007:721). Sedangkan
dalam
kamus
sosiologi
disebutkan
bahwa
masyarakat adalah kelompok manusia yang sedikit banyak mempunyai kesatuan yang tetap dan tersusun dalam aktifitas kolektif mereka dan merasakan bahwa mereka dapat bersatu. (Sapoetra, 1992:394). 4. Perindustrian Industri berasal dari bahasa latin industria yang berarti buruh atau tenaga kerja, dan industrios yang artinya kerja keras. Tenaga kerja atau karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (perusahaan, kantor, instansi, dan lain sebagainya) dengan mendapat imbalan berupa gaji atau upah. Industri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan misalnya mesin. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri dalam arti luas adalah suatu kegiatan dalam usahanya untuk meningkatkan produktifitas dalam
xxii
kegiatan ekonomi. Sedangkan perindustrian itu sendiri berarti urusan atau segala sesuatu yang berkaitan atau berhubungan dengan industri. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2009:6) pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll. Pendekatan ini dilakukan secara holistik dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah yaitu dengan cara menggali, menuturkan, menganalisis, dan mengklasifikasi realitas. Dengan
demikian
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendiskripsikan fenomena-fenomena kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian serta berbagai permasalahan yang ada dengan menggunakan landasan berfikir fenomenologis sebagai landasan pokok dalam penelitian kualitatif yang berupaya memahami apa yang ada yang menimbulkan fenomena atau problem. Adapun jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yaitu salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Pada umumnya studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi. Kasusnya mungkin sebuah organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau
xxiii
kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu, maupun kampanye. (Daymon, 2008:162).
2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan data yang utama. Hal itu dilakukan karena hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya dan hanya manusialah yang mampu memahami serta menilai kaitan kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan. (Moleong, 2002:5). 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Klepu RW 2 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Lokasi ini dipilih karena letak lokasi yang memang merupakan kawasan industri pabrik-pabrik swasta dan karena di area ini banyak dimanfaatkan oleh warga yang tidak hanya warga sekitar kawasan industri ini saja tetapi juga banyak warga pendatang dari berbagai daerah sebagai tempat untuk mencari rizki atau bekerja. Di samping itu karakteristik kehidupan sosial warga yang bekerja di pabrik terlihat berbeda dengan warga yang bekerja di luar pabrik atau selain di sektor industri. Perbedaan tersebut juga tampak pada warga pendatang yang tinggal di kos atau rumah-rumah kontrakan di daerah tersebut. Perbedaan yang terlihat adalah cara
xxiv
mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Warga yang bekerja di pabrik baik warga tetap maupun warga pendatang sebagian besar waktu mereka telah habis digunakan untuk bekerja dari pagi sampai malam hari, sehingga waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dapat dikatakan kurang. 4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua. Pertama sumber data primer yaitu manusia yang kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai menjadi sumber utama dalam penelitian kualitatif. Pencatatan sumber data utama ini melalui gabungan dari melihat, mendengar dan bertanya karena dalam penitian kualitatif ketiga kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah, dan bertujuan. „Sadar‟ berarti perencanaan penelitian memang telah direncanakan oleh peneliti, „terarah‟ mempunyai arti bahwa dari segala informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh peneliti, dan senantiasa „bertujuan‟ yang berarti peneliti mempunyai seperangkat tujuan penelitian yang diharapkan dapat dicapai untuk memecahkan sejumlah masalah dalam penelitian. (Moleong, 2009:157). Informasi dari sumber data utama tersebut diambil dengan menggunakan teknik sampling. Dalam penelitian ini
peneliti
mengambil sampel dimana sampel yang diambil tersebut harus dapat mewakili seluruh penduduk yang diambil sampelnya. Sampel utama tersebut adalah warga RW 2 yang bekerja sebagai karyawan pabrik.
xxv
Sumber data utama berikutnya adalah tokoh masyarakat seperti ketua RT maupun tokoh agama dan beberapa warga setempat yang hidup berdampingan dengan karyawan-karyawan pabrik tersebut yang sekiranya dapat memberikan informasi yang sesuai dengan penelitian. Sumber data kedua yaitu sumber data sekunder atau sumber data tertulis yang relevan dengan fokus penelitian yang meliputi bukubuku, dokumen pribadi, dokumen resmi, foto, dan lain sebagainya yang dapat memberikan informasi untuk melengkapi kebutuhan data yang diperlukan dalam penelitian. 5. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara Jenis wawancara yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka. Yang menjadi objek wawancara adalah masyarakat Desa Klepu yang bekerja sebagai karyawan industri. Dalam proses wawancara ini para subjek mengetahui dan juga sadar bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan dari wawancara tersebut. (Moleong, 2009:189). b. Observasi Observasi kehidupan
sosial
dilakukan
untuk
masyarakat
melihat
khususnya
dan
mengamati
kehidupan
sosial
keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu dan mencatat pengalaman-pengalaman
yang
xxvi
diperoleh
dari
pengamatan.
Sebagaimana dikatakan bahwa “observasi pada aktifitas manusia memberi data bagi peneliti mengenai perilaku dan proses sosial ketika orang-orang menjalankan peran dalam dunia realitas sosialnya”. (Daymon, 2008:321). c. Dokumentasi Dokumen dapat berupa tulisan, suara, ataupun gambar yang digunakan sebagai data tambahan dalam sebuah penelitian yang dapat memberikan pemahaman historis. Dokumentasi diambil pada saat kegiatan sosial keagamaan warga seperti pengajian rutin, pertemuan rutin warga dan lain sebagainya. 6. Analisis Data Menurut KBBI, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya dalam sebab-musabab atau duduk perkaranya. Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian analisis atau kesimpulan. Analisis data yaitu suatu kegiatan penyelidikan terhadap suatu peristiwa dengan berdasar pada data nyata agar dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya dalam rangka memecahkan permasalahan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang valid dan ilmiah. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya reduksi data yaitu dengan memilah-milah data pokok dan membuang data yang dianggap tidak sesuai. Kedua, sintesis data yaitu data-data yang diperlukan dihubungkan antara satu sama
xxvii
lain. Kemudian verifikasi data yaitu penarikan kesimpulan sehingga didapat teori umum. 7. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan
keabsahan
data
dilakukan
dengan
teknik
triangulasi. Teknik triangulasi menurut Moleong (2009:330) yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi dilakukan untuk mengecek atau sebagai pembanding
data.
Teknik
pengecekan
keabsahan
data
ini
menggunakan teknik triangulasi „sumber‟ yaitu membandingkan dan mengecek kembali keabsahan data melalui waktu dan alat yang berbeda dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, dan membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan kenyataan sebenarnya. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini merupakan gambaran penyusunan skripsi yang tersusun sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab I berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka
xxviii
Bab ini membahas tentang pengertian kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian, dimensi kehidupan sosial keagamaan yang meliputi dimensi ritual, dimensi interaksi sosial, dan dimensi akhlak. Kemudian membahas pula faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan masyarakat seperti faktor pekerjaan, keberagamaan, geografi dan faktor pendidikan, membahas karakteristik umum kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian, serta problem-problem yang dihadapi dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian. Bab III Paparan Data Penelitian Bab ini berisi pemaparan penulis tentang gambaran umum lokasi penelitian, kegiatan-kegiatan ritual kolektif yang dilakukan di lingkungan desa Klepu RW 2, interaksi sosial dalam masyarakat, akhlak karyawan dan juga masyarakat secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan masyarakat, problematika yang dihadapi, serta solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat tersebut. Bab IV Pembahasan Bab pembahasan ini berisi tentang kegiatan ritual keagamaan dilingkungan masyarakat merupakan media untuk berinteraksi secara vertikal maupun horisontal, kegiatan ibadah-ibadah kolektif serta perayaan hari-hari besar keagamaan sebagai momentum dalam menanamkan nilainilai Islam, interaksi sosial sebagai upaya untuk hidup bermasyarakat dan akhlak sebagai alat kontrol sosial.
xxix
Bab V Penutup Bab penutup berisi kesimpulan akhir dan saran-saran. BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kehidupan Sosial Keagamaan 1. Kehidupan Sosial Kata sosial berasal dari bahasa latin societas yang artinya masyarakat. Kata societas berasal dari kata socius yang artinya teman, dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam bentuk yang berlain-lainan. Misalnya: keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi dan lain sebagainya. (Ahmadi, 2002:243). Para ilmuan sosiologi mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda
mengenai
realita
kehidupan sosial
ini. Mereka
beranggapan bahwa sosiologi itu merupakan satu ilmu yang menyangkut, mempelajari, dan menjelaskan perilaku manusia didalam kelompok atau lingkungannya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia (human relationship) atau dengan kelompok lainnya. (Sugihen, 1997:3). Sedangkan menurut Johnson dalam buku yang dikarang oleh Prof. DR. Bahrein T. Sugihen, MA. yang berjudul Sosiologi Pedesaan, bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku
xxx
sosial, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistim sosial dan bagaimana sistim tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistim tersebut. (Sugihen, 1997:6). Jadi dapat disimpulkan pengertian kehidupan sosial adalah interaksi atau hubungan antara manusia satu dengan manusia lain dalam suatu kelompok atau lingkungan dan saling terjadi komunikasi yang kemudian berkembang menjadi saling membutuhkan antara satu sama lain. 2. Kehidupan Keagamaan Keagamaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar agama yang berarti ajaran, sistim yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Secara etimologi, istilah keagamaan itu berasal dari kata „agama‟ yang mendapat awalan „ke‟ dan akhiran „an‟ sehingga menjadi keagamaan. Kaitannya dengan hal ini, W.J.S. Poerwadarminta (1986:18) berpendapat bahwa keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama. Quraisy Shihab (1992:10) mengartikan bahwa agama adalah hubungan antara makhluk hidup dengan Khaliq-Nya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batin dan sikap yang tampak dalam ibadah yang
xxxi
dilakukan serta seberapa dalam penghayatan seseorang atas agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim keberagamaan (religiusitas) dapat diketahui melalui seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam. 3. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Perindustrian Kehidupan sosial keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini lebih dispesifikasikan dalam lingkup masyarakat perindustrian. Masyarakat perindustrian adalah sekelompok manusia yang tersusun dalam aktifitas yang sama di bidang pekerjaan yaitu pada sektor industri. Perindustrian itu sendiri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang pada suatu lembaga atau perusahaan dengan menggunakan sarana serta peralatan dan orang atau karyawan yang bekerja dalam lembaga tersebut akan mendapatkan imbalan berupa upah atau gaji. Sedangkan pengertian kehidupan sosial keagamaan disini adalah sebuah spiritualitas yang terlembaga. Entah dalam bentuk yang bersifat khusus yaitu agama sebagai sebuah tindakan “belonging” yakni menjadi anggota dalam komunitas tertentu, atau yang bersifat umum yaitu agama sebagai tindakan “believing” yakni iman yang tanpa disertai dengan keanggotaan dalam komunitas tertentu. Kemudian agama yang diyakini tersebut digunakan sebagai sumber motivasi tindakan individu dalam melakukan hubungan sosialnya. (http://www.nu.or.id/apublic-mdinamic/content/ritual)
xxxii
Dari berbagai penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian adalah kehidupan sekelompok manusia yang saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu lingkungan, aktifitas serta tujuan yang sama yaitu mengembangkan
serta
menjaga
lingkungan
masyarakat
yang
bernuansa Islami yakni beriman kepada Allah, perduli terhadap panggilan agama dan juga berakhlak mulia. Sekelompok manusia yang hidup bermasyarakat harus menyelaraskan, menjaga dan senantiasa menjalankan kewajibannya untuk berinteraksi secara vertikal yaitu menjalankan kewajiban kepada Allah (hablumminallah) maupun kewajiban untuk berinteraksi secara horisontal yaitu menjalankan kewajiban kepada sesama makhluk ciptaan Allah (hablumminannas). B. Dimensi Kehidupan Sosial Keagamaan Berbagai macam tradisi yang ada dalam kehidupan, secara langsung maupun tidak langsung akan melibatkan kita kedalam persoalan yang bersifat umum, publik, dan kemasyarakatan. Karena dalam tradisitradisi tersebut terdapat fungsi ganda yaitu disamping terdapat fungsi transidental (niat beribadah kepada Allah), juga terdapat fungsi sosial yang mengatur hubungan seseorang dengan orang-orang serta dengan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan keakraban dan membangun kebersamaan. (http://www.syarikat.org/content/ritual). Dimensi kehidupan sosial keagamaan tersebut yaitu:
xxxiii
1. Dimensi Ritual Menurut Nashori (2003:31) ibadah dapat diartikan sebagai bentuk penyerahan total kepada Allah dengan melaksanakan apa yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi apa saja yang menjadi laranganNya. Dalam pengertian sempit, beribadah adalah melakukan aktifitasaktifitas ritual yang dilakukan dengan penuh pemahaman. Dengan melakukan ibadah-ibadah tersebut, diharapkan manusia memiliki kecenderungan untuk perduli terhadap lingkungan sosialnya. Aktifitasaktifitas ritual tersebut diantaranya: a. Shalat Shalat memiliki efek dalam kehidupan sosial. Baik shalat yang dilakukan munfarid maupun shalat yang dilaksanakan secara berjamaah. Shalat yang benar sebagaimana yang dikehendaki Allah adalah ibadah yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
xxxiv
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-„Ankabut, 29:45). Shalat yang tidak mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar adalah sia-sia atau sekurang-kurangnya bermutu rendah dihadapan Allah. (Nashori, 2003:32). Demikian
pentingnya
dengan
shalat
berjamaah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa shalat berjamaah mempunyai nilai pahala lebih besar dua puluh tujuh derajat dibandingkan dengan shalat munfarid. Hal tersebut karena didalam shalat berjamaah terdapat beberapa nilai akhlak sebagai pelajaran bagi kita untuk berinteraksi sosial. Nilai-nilai tersebut yaitu: 1) Didalam shalat berjamaah terdapat dua hal yang harus seiring sejalan yaitu imam dan makmum. Dalam dua hal ini mengajarkan kejujuran antara satu sama lain. Ketika makmum mendapati kesalahan imam maka makmum harus menegur atau mengingatkannya. Ketika imam batal wudlunya, maka imam harus meninggalkan jamaah dan salah satu makmum yang tedekat harus menggantikan imam. Begitu juga makmum yang batal wudlu ketika shalat berlangsung maka harus segera meninggalkan
jamaah tanpa
mengganggu
jamaah lain.
Makmum tidak akan mendapatkan pahala shalat berjamaah apabila tidak berniat mengikuti imam, serta tidak syah shalatnya jika ia mendahului imam dalam melaksanakan rukunrukun shalat.
xxxv
2) Prinsip persamaan derajat diantara sesama manusia dapat dilihat pada hak menempati shaf terdepan bagi siapapun yang datang lebih awal. Baik orang yang mempunyai pangkat tinggi ataupun orang biasa semuanya mempunyai hak yang sama dalam menempati shaf dalam shalat berjamaah. 3) Shalat berjamaah juga dapat mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim dengan sering bertemu bersama dalam melaksanakan shalat, saling mengenal dan terjaganya tradisi berjabat tangan serta saling memberi salam satu sama lain dengan tujuan untuk menampakkan kesatuan dan membuang jauh segala bentuk berpecahan. b. Puasa Puasa berasal dari bahasa Arab shoum yang berarti menahan diri dari sesuatu. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dimulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari disertai dengan syarat dan rukun-rukun puasa. Menurut Najati (1985:316) puasa mempunyai banyak manfaat baik untuk kesehatan, kejiwaan maupun dalam kehidupan sosial. Selain sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah, puasa juga merupakan pendidikan dan pelurusan jiwa bagi manusia. Puasa merupakan latihan bagi manusia dalam melawan dan menundukkan hawa nafsunya atau dengan kata lain puasa
xxxvi
bertujuan untuk menghindarkan diri dari berbagai perbuatan yang mendorong manusia berbuat maksiat.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah, 2:183). Dengan
berlangsungnya
latihan
mengendalikan
dan
mengatasi hawa nafsu dengan melaksanakan puasa akan mengajari manusia untuk mempunyai kehendak yang kuat dan kemauan yang teguh dalam kehidupannya, dalam melaksanakan segala tanggung jawab dan kewajibannya, serta dalam menjalankan pekerjaannya. Selain itu, puasa juga merupakan pendidik bagi hati nurani manusia yang dengan menjalankan puasa manusia senantiasa belajar konsisten dengan tingkah laku yang baik dan dapat dipercaya. Hal tersebut akan menumbuhkan semangat kerjasama, solidaritas, dan integrasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. (Najati, 1985:317). c. Zakat Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
xxxvii
Kewajiban zakat yang diwajibkan atas kaum muslim dengan mengeluarkan sebagian kecil dari hartanya disetiap tahun untuk diberikan pada kaum yang membutuhkan menurut Najati merupakan latian bagi seorang muslim untuk berbelas kasih, menjaga hubungan baik dengan sesama muslim, dan juga untuk mengingatkan bahwa sebagian harta yang kita miliki adalah hak dari orang lain yang membutuhkan sehingga dapat menguatkan perasaan sosialnya. Firman Allah dalam QS. At-Taubah (9:103)
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah diatas bahwa zakat membersihkan diri manusia dari kotoran berupa kekikiran, ketamakan, keegoisan, dan juga perilaku kasar pada sesama.
Zakat
juga
dapat
mensucikan
diri
manusia
mengembangkannya menjadi kebaikan, baik kebaikan moral maupun material sehingga membuatnya patut untuk menerima kebahagiaan di dunia dan di akhirat. (Najati, 1985:318).
d. Dzikir xxxviii
Al-Qur‟an memberikan petunjuk bahwa dzikir tidak hanya dilakukan dengan duduk tenang, merenung, dan mulut komatkamit, tetapi dzikir bersifat implementatif dalam berbagai variasi yang aktif dan kreatif. (Syukur, 2004:45). Dzikir yang bersifat individual dapat dilakukan secara lisan dengan mengucap tasbih, tahmid,
tahlil
dan
sebagainya.
Hal
ini
bertujuan
untuk
membimbing hati agar selalu mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah dan untuk menguatkan iman dalam hati agar dapat mengendalikan diri dalam setiap perbuatan yang dilakukan. Dzikir yang bersifat sosial dapat dilakukan dengan aktifitas sosial. Salah satunya yaitu dengan wujud kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan juga melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Dzikir sosial ini merupakan implementasi dari dzikir individual yang dilakukan melalui lisan dan juga perbuatan. e. Haji Haji dan zakat memiliki efek sosial yang sama besar untuk mengurangi kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Haji yang berhasil akan mengantarkan pelakunya menjadi haji yang mabrur. Kemabruran seorang pelaku haji menurut Nurcholish Madjid dapat diketahui dari aktifitas-aktifitas sosial yang dilakukannya sesudah pelaksanaan ibadah haji. Bila ia menjadi lebih peduli dan memiliki kesediaan untuk membantu orang-orang disekelilingnya, maka ia
xxxix
memiliki tanda sebagai seorang haji yang mabrur. (Nashori, 2003:32). 2. Dimensi Interaksi Sosial Interaksi berarti suatu hubungan atau relasi antara dua individu atau lebih. Interaksi terjadi karena seseorang tidak hidup sendirian, melainkan hidup bersama individu lain dan juga saling membutuhkan antara satu sama lain. (Santoso, 2004:11). Secara fitrah manusia senantiasa membutuhkan dan menjalin hubungan dengan orang lain. Sebesar apapun sikap individualis seseorang tetap saja ia akan membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Naluri untuk hidup dengan orang lain inilah yang mendorong adanya interaksi sosial antar individu karena didalam interaksi tersebut terjadi saling komunikasi antar individu yang menjadi syarat adanya interaksi sosial. Adapun faktor-faktor yang mendorong adanya interaksi sosial adalah sebagai berikut: a. Faktor Imitasi Kata imitasi berarti tiruan. Dengan imitasi ini muncul tingkah laku yang seragam yang mampu memberi motivasi kelompok masyarakat tertentu untuk menciptakan budaya yang menunjukkan bahwa budaya tersebut merupakan hasil interaksi antara individu dengan individu lain dalam kelompoknya. (Santoso, 2004:13).
xl
b. Faktor Sugesti Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional. Sugesti yang dimaksud adalah pengaruh spikis yang datang dari diri sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Dalam ilmu jiwa sosial, sugesti dirumuskan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. (Ahmadi, 1999:59). c. Faktor Identifikasi Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi indentik (sama) dengan individu lain. Identifikasi merupakan proses menyamakan dirinya dengan individu lain. Sebagai contoh yaitu dorongan anak untuk menjadi seperti ayah dan ibunya. Anak akan mengambil sikap-sikap orang tuanya yang dapat ia mengerti sejauh kemampuan yang ada pada anak dan menggunakan sikap orang tuanya tersebut dalam tingkah laku anak sehari-hari. (Gerungan, 1996:67). d. Faktor Empati
xli
Empati adalah perasaan tetarik dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang merasa dirinya dalam keadaan perasaan yang sama dengan orang lain. (Anthony, 2002.27). 3. Dimensi Akhlak Menurut Lane (1984:799) bahwa kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jama‟ dari kata khuluqun yang secara etimologis berarti budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabiat. Kata akhlak tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan kata khalaqun yang berarti kejadian. Kata ini mengindikasikan bahwa orang yang berakhlak memiliki kesadaran sejarah yang tinggi, asal kejadiannya, sejarah perkembangan hidupnya, dan kemudahan serta kesukaran yang pernah diperoleh dalam hidupnya. Dari kesadaran tersebut maka muncullah rasa syukur. Kata akhlak juga erat kaitannya dengan kata khaliq yang berarti pencipta. Dengan demikian orang yang berakhlak adalah orang yang memiliki kesadaran Ilahiyah yang tinggi. Hal ini memunculkan rasa pengabdian dan tanggung jawab yang tinggi terhadap peningkatan kualitas hidup sebagai makhluk yang mulia. Kata akhlak juga berkaitan dengan kata makhluq yang berarti yang diciptakan. Artinya bahwa orang yang berakhlak adalah orang yang memiliki kesadaran terhadap posisinya sebagai makhluk Allah.
xlii
Hal ini melahirkan sikap kebersamaan dan kesadaran sosial yang tinggi dalam kehidupan. Para ulama cukup beragam dalam menginterpretasi apa yang dimaksud dengan akhlak. Salah satu ulama mengatakan bahwa akhlak mengacu pada suatu perbuatan yang bersifat manusiawi, yaitu perbuatan yang memiliki nilai seperti hormat pada orang tua, sopan santun, dan lain sebagainya. Ada pula yang mengatakan bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang bermuara dari perasaan mencintai sesama. Perbuatan akhlak adalah semua jenis perbuatan yang diperuntukkan bagi orang lain. (Al Munawar, 2005:28). Jika perbuatan tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama maka dinamakan akhlak yang terpuji. Tetapi jika melahirkan tindakan yang tidak baik, maka dinamakan akhlak yang buruk atau tercela. Akhlak sangat berkaitan erat dengan pendidikan agama karena dalam agama didapat ajaran pokok tentang akhlak, baik akhlak terpuji maupun akhlak tercela. Ukuran baik atau buruk akhlak dapat diukur melalui baik atau buruk dalam pandangan agama dan juga masyarakat. Dengan demikian, ajaran agama mengenai nilai-nilai akhlak mulia hendaklah
dipahami
sebaik-baiknya
sebagai
landasan
untuk
mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut karena akhlak merupakan alat kontrol psikhis dan sosial bagi individu dan masyarakat.
xliii
Selain itu akhlak mulia mempunyai pengaruh dalam tegaknya suatu masyarakat karena akhlak mulia adalah dasar ditegakkannya perintah Allah dalam diri manusia. Jika dalam diri manusia memiliki akhlak dan perilaku mulia maka ia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan berkomitmen atas agamanya. Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Al Hajj (32)
Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketagwaan hati”. Disamping itu akhlak juga dapat menjadi alat penilaian terhadap kesempurnaan iman seseorang dengan cara
melihat
perilaku
kesehariannya dalam kehidupan bermasyarakat. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Sosial Keagamaan 1. Faktor Pekerjaan Ada ribuan laki-laki dan perempuan yang sangat menyayangi pekerjaan dengan rasa kecintaan sejati dan mendambakan sukses dalam pekerjaanya. Dengan demikian berarti bekerja memberikan pada seseorang promosi, persahabatan, komunikasi sosial yang terbuka, kedudukan sosial, prestasi dan juga status sosial. (Kartono, 1994:149). Karena itulah tidak sedikit orang dengan senang hati bekerja terus menerus meskipun tidak lagi membutuhkan benda-benda materiil. Sebab ganjaran yang paling manis yang diperoleh dari bekerja adalah nilai sosial dalam bentuk pengakuan, penghargaan, respek, dan xliv
kekaguman kawan-kawan terhadap pribadinya. Sehingga hampir semua orang merasa bahwa kerja itu menyajikan persahabatan dan kehidupan sosial. 2. Faktor Keberagamaan Berdasarkan hasil studi para ahli sosiologi, religiusitas sesungguhnya merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan setiap orang. Keduanya mempunyai hubungan
yang saling mempengaruhi
dan saling bergantung
(interdependence) dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial dimasyarakat manapun. (Fauzi, 2007:80). Oleh karena itu agama tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial. Agama benar-benar ditujukan untuk melapangkan jalan bagi terciptanya kedamaian hidup, kesejahteraan dan keadilan sosial. Melalui pengalaman beragama yaitu penghayatan dan pemaknaan terhadap apa yang diyakini dan diterima dari berbagai segi kehidupan, manusia menjadi lebih peka dan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami eksistensi Tuhan. Dari sistem kepercayaan terhadap agama tersebut, nilai-nilai serta praktik-praktik keagamaan mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkah laku sosial masyarakat. Dalam hal ini agama berperan sebagai alat kontrol sosial. Dalam menjaga kaidah-kaidah sosial masyarakat, agama memberi batasan dan pengkondisian terhadap perilaku individu atau masyarakat itu sendiri dan memberikan sangsi-
xlv
sangsi terhadap segala pelanggaran atas norma-norma agama sehingga terwujud keadilan sosial berbasis agama. (Suryani, 2010:29). 3. Faktor Geografis Pada dasarnya geografi mempelajari berbagai gejala yang berkaitan dengan ruang muka bumi sebagai tempat berkembangnya kehidupan. Didalamnya selalu menaruh perhatian pada persebaran, perubahan dan keterkaitan antara gejala fisik dan sosial pada berbagai tempat dipermukaan bumi. Sebagaimana menurut pendapat Daldjoeni (1991:51) bahwa geografi memberikan pengaruh yang penting terhadap seluk beluk persebaran makhluk hidup serta memberikan pengaruh terhadap aktifitas manusia. Gejala geografi fisik tertentu yang mempengaruhi perubahan pada muka bumi misalnya perubahan iklim yang diakibatkan oleh manusia dan kembali menimbulkan dampak terhadap manusia. Contoh lain yaitu letak pemukiman manusia, pola pemukiman, bentuk-bentuk pusat kebudayaan masyarakat dan lain sebagainya. 4. Faktor Pendidikan Konsep pendidikan dalam Islam merupakan suatu proses yang sesuai dengan perintah tentang kewajiban menuntut ilmu bagi setiap manusia yaitu dari semenjak ia lahir sampai dengan akhir hayat. Pendidikan adalah sebuah penanaman modal manusia untuk masa depan, membekali manusia dengan budi pekerti yang luhur dan agar manusia mempunyai kecakapan yang tinggi.
xlvi
Pendidikan
dalam
Islam
merupakan
rangkaian
proses
pemberdayaan manusia menuju kedewasaan akal, mental dan spiritual untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi. Dengan demikian pendidikan berperan dalam mempersiapkan kemampuan dan keahlian pada generasi penerus agar mempunyai kesiapan untuk terjun ketengah-tengah masyarakat. Dalam Islam kemampuan dan keahlian tersebut dilandasi dengan kesatuan akidah untuk mengimbangi tuntutan kehidupan baik di dunia maupun kelak akhirat. D. Karakteristik Kehidupan Masyarakat Perindustrian Manusia tidak akan dapat hidup bermasyarakat dengan normal dan tidak akan dapat merealisasikan tujuan-tujuan yang mereka inginkan kecuali jika mereka berinteraksi antar sesama dengan baik dan benar. Interaksi antar anggota masyarakat hanya dapat terwujud jika didalam masyarakat tersebut terdapat aktifitas sosial dan ekonomi, sehingga mereka dapat saling memenuhi kebutuhan dan memberi manfaat satu sama lain. (Mahmud, 2004:96). Menurut Kartono (1994:36-37) bahwa manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu dan hal ini merupakan fakta biologis yang konkret. Akan tetapi bagaimana caranya seseorang memuaskan atau memenuhi kebutuhan tadi disebut dengan fakta sosial. Semua kebutuhan tersebut dihayati melalui instink dan kemudian dipenuhi dengan bermacam-macam aktifitas atau dinamisme manusia. Maka semua usaha kegiatan dan kecenderungan yang lebih kompleks merupakan derivat-
xlvii
derivat (turunan) dari instink-instink biologis. Sehingga timbul kebudayaan manusia dan timbul kegiatan kerja. Sebagai contoh masyarakat yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan ekonominya dengan bekerja disektor perindustrian. Masyarakat memanfaatkan kawasan ini sebagai lahan untuk memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat perindustrian tentu tidak luput dari aktifitas-aktifitas sosial yang ada diantara mereka baik secara ritual maupun perilaku-perilaku sosial yang mereka tunjukkan dalam interaksi kesehariannya. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung berbagai aktifitas tersebut menunjukkan keberagamaan mereka serta karakteristik kehidupan sosial mereka. E. Problematika Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Perindustrian Menurut Kartono (1994:45) bahwa pengaruh kuat dari teknologi industri terhadap masyarakat adalah masyarakat dan kebudayaan manusia menjadi tidak berdaya terhadap pengaruh modernisasi industri. Sehingga modernisasi industri tersebut pada akhirnya banyak memberantakkan institusi sosial seperti keluarga dan masyarakat itu sendiri. Pada umumnya agama diyakini oleh pemeluknya sebagai pembawa nilai-nilai luhur seperti perdamaian, ketenangan jiwa, kerukunan, dan nilai-nilai luhur lainnya. Dengan kata lain agama hadir dengan membawa seperangkat ajaran yang berorientasi pada kebajikan. Agama beserta
xlviii
ajaran-ajarannya merupakan pedoman hidup bagi pemeluknya sehingga agama harus berinteraksi dengan segala bentuk peradaban manusia dari waktu ke waktu. Untuk itu dalam menerapkan ajaran-ajarannya terdapat sejumlah kesulitan yang menjadi tantangan yang harus dihadapi. Pemahaman
yang
salah
atas
ajaran
agama
sering
kali
memunculkan kesenjangan antara doktrin agama dengan perilaku sosial yang terjadi di masyarakat. Disamping itu perbedaan pemahaman dan motivasi untuk mempertahankan kesucian agama seringkali menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Kehidupan sosial keagamaan pada kehidupan sosial ekonomi tidak bisa terlepas dari peran penting agama. Keagamaan dan ekonomi menunjukkan kontribusi penting dalam pembentukan semangat sosial dan etos kerja dalam kehidupan. Namun ajaran agama tetap ditempatkan oleh masyarakat sebagai pegangan hidup mereka disamping keseriusan dalam meningkatkan perekonomian guna menunjang kehidupan.
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN
xlix
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Wilayah Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan setempat, Desa Klepu RW 2 mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Batas sebelah Utara Batas sebelah Timur Batas sebelah Selatan Batas sebelah Bara
Wilayah RW 1 Desa Pringapus Perkebunan karet PTP Jalan tol Semarang-Bawen
2. Keadaan Monografi Penduduk Berdasarkan data penduduk yang diperoleh dari bapak Nur Salim selaku ketua RW di desa Klepu RW 2, penduduk Desa Klepu RW 2 ini tersebar kedalam enam RT. Jumlah tersebut dapat dilihat dari perincian sebagai berikut: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan KK No. RT 01 02 03 04 05 06 Jumlah
Jumlah KK 86 55 52 52 28 53 326
Laki-Laki 124 55 74 93 42 86 474
Perempuan 150 103 77 85 45 91 551
Data penduduk berdasarkan mata pencaharian No.
Mata Pencaharian
l
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5.
Pegawai Negeri Sipil Karyawan swasta (Buruh Pabrik) Buruh lepas Wiraswasta Lain-lain
13 693 87 112 120
3. Struktur Organisasi Berdasarkan data penduduk yang diperoleh dari ketua RW Desa Klepu, struktur organisasi kepengurusan masyarakat Desa Klepu RW 2 sebagai berikut: Ketua RW 2 Nur Salim
Ketua RT 1 Sugiharto
Ketua RT 4 Ari
Ketua RT 2 Jasmani
Ketua RT 5 Juwari
Ketua RT 3 Bahroni
Ketua RT 6 Kumaidi Seksi Keagamaan Muh. Taufiq
4. Daftar Responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Bp. Kumaidi Bp. M. Taufiq Bp. Junari Ibu Sugiati Ibu Juriyah Ibu Siti Muawanah
Status Pekerjaan Ketua RT 6 (Tokoh Agama) Tokoh Agama (Imam Mushala/masjid) Karyawan PT UIB (tokoh masyarakat) Karyawan PT Batamtex Tokoh Agama Ibu rumah tangga (karyawan swasta) /
li
7. 8. 9. 10.
tokoh agama Karyawan PT Karoseri Laksana Ketua RT 2 (karyawan PT Batamtex) Karyawan PT Samkyung Jaya. Tokoh masyarakat
Bp. Sarmanto Bp. Jasmani Ibu Puji Bp. Ichsan Dwi S.
B. Dimensi Kehidupan Sosial Keagamaan 1. Kegiatan-Kegiatan Keagamaan Ibadah merupakan tuntutan yang harus dilakukan sebagai bentuk penghambaan diri seseorang kepada Allah Swt. baik secara individual maupun secara kolektif. Demikian pula dengan masyarakat perindustrian di Desa Klepu yang mayoritas penduduknya beragama Islam, ibadah individual maupun kolektif mewarnai intensitas keberagamaan masyarakat didaerah ini. Bagi warga yang bekerja sebagai karyawan industri, kegiatan ibadah kolektif seperti shalat berjamaah, pengajian rutin, dan lain sebagainya dapat mereka lakukan dengan pertimbangan waktu antara ibadah tersebut dengan waktu bekerja. Hal tersebut karena tuntutan ekonomi yang lebih mendesak untuk dipenuhi sehingga intensitas keberagamaan mereka dari segi pelaksanaan ritual ibadah tidak menentu. Artinya ketika kesibukan bekerja berada dihadapan mereka, maka ritual atau kegiatan-kegiatan ibadah menjadi terbengkalai dan terkadang agama hanya menjadi status dalam masyarakat. Mereka melaksanakan perintah-perintah keagamaan tersebut hanya jika terdapat waktu longgar disela-sela kesibukan bekerja mereka. Ibadah-ibadah kolektif tersebut diantaranya:
lii
a. Shalat Berjamaah Tempat-tempat ibadah seperti masjid dan mushala yang terdapat di Desa Klepu RW 2 jarang dipenuhi oleh jamaah pada waktu-waktu shalat. Hal tersebut dikarenakan kondisi mereka yang masih berada dilokasi kerja sehingga pada waktu shalat tempattempat ibadah tersebut hanya dihadiri oleh jamaah dari warga yang berada di rumah atau warga yang waktu kerjanya tidak terikat oleh instansi tempat mereka bekerja. Disisi lain sebagian dari mereka lebih memilih untuk melaksanakan shalat di rumah karena kondisi tubuh yang sudah letih dan lelah serta apabila mereka mendapat tambahan jam lembur juga dituntut untuk bekerja kembali dipagi harinya, maka jamaah yang hadir hanya beberapa orang saja. Sebagaimana yang dipaparkan oleh pak Kumaidi salah seorang ketua RT, tokoh agama juga karyawan PT. BatamTex bahwa orang-orang yang masih menyempatkan waktu untuk beribadah disamping kesibukan kerja inilah yang dinilai memiliki kesadaran beribadah dan keimanan yang lebih dibanding dengan warga yang lain. Menurut Bapak Kumaidi, “orang-orang yang berakhlak baik pasti mampu menjalankan shalat secara rutin apalagi berjamaah”. Sebagai seseorang yang beriman kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah haruslah ditaati dan dilaksanakan sebaik-baiknya.
liii
Dari sini dapat disimpulkan bahwa melaksanakan shalat berjamaah bagi para karyawan pabrik merupakan sebuah perjuangan yang menuntut mereka harus dapat membagi waktu antara waktu beribadah dengan waktu bekerja. Disisi lain walaupun mereka mengetahui keutamaan beribadah, tempat tinggal mereka dengan tempat ibadah juga dekat, namun waktu mereka terbentur oleh aturan-aturan kerja juga kondisi tubuh yang sudah lelah, serta kurangnya kesungguhan dalam melaksanakan ibadah terkadang menjadi kendala untuk tetap menjalankan shalat baik secara munfarid maupun berjamaah. b. Pengajian Yasin dan Tahlil Pengajian yasin dan tahlil merupakan kegiatan pengajian rutin warga yang dilaksanakan sekali dalam satu bulan dengan pemilihan hari yang berbeda-beda pada tiap-tiap RT serta pelaksanaannya dilakukan secara bergilir dari satu rumah ke rumah lain. Pemilihan hari pada kegiatan ini berbeda antara kegiatan pengajian yasin dan tahlil ibu-ibu, bapak-bapak, dan pengajian yasin tahlil karang taruna atau remaja. Hal tersebut dikarenakan anggota yang ikut dalam kegiatan ini sebagian besar adalah karyawan yang bekerja di pabrik baik ibu-ibu, bapak-bapak, maupun remaja. Warga yang mengikuti kegiatan pengajian yasin dan tahlil ibu-ibu dan bapak-bapak adalah warga yang sudah berumah
liv
tangga. Sedangkan warga yang belum berumah tangga mengikuti kegiatan pengajian yasin dan tahlil yang diadakan oleh karang taruna atau remaja. Waktu pelaksanaannya sama yaitu setelah waktu Maghrib. Pada pengajian yasin dan tahlil kegiatan yang dilakukan diantaranya yaitu pertama tausiyah yang diisi oleh tokoh agama setempat, pembacaan yasin dan tahlil, pembacaan Asma‟ul Husna dan yang terakhir adalah do‟a. Ibu Juriyah dan beberapa tokoh agama lain berpendapat, “kegiatan ini diadakan untuk mempertebal keimanan”. Kegiatan semacam ini selain untuk mendoakan arwah di alam kubur juga bertujuan sebagai siraman rohani bagi warga baik remaja, maupun dewasa yang belum maupun sudah berkeluarga. c. Pengajian Pembacaan Al-Barzanji Kegiatan pengajian pembacaan Al-Barzanji diadakan untuk menunjukkan kecintaan sebagai umat Nabi Muhammad Saw. dan untuk
mempelajari
serta
meneladani
kepribadiannya.
Ada
masyarakat yang mengadakannya sebagai kegiatan mingguan, bulanan, dan juga ada pula yang melaksanakannya setahun sekali yaitu dua belas hari berturut-turut menjelang hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. tanggal 12 Rabi‟ul Awwal. Diluar waktu tersebut pembacaan Al-Barzanji juga dilakukan ketika acara upacara cukur rambut pada bayi yang baru lahir, acara sunatan, dan ritual lainnya
lv
yang dianggap meningkatkan iman dan membawa manfaat yang banyak. Kegiatan pengajian Al-Barzanji di desa Klepu RW 2 ini dilakukan secara rutin hanya oleh kelompok pengajian ibu-ibu. Pengajian ini dilakukan setiap dua kali dalam satu bulan yang jatuh pada hari Minggu dan dilaksanakan setelah waktu Maghrib. Kegiatan yang dilakukan dalam pengajian rutin Al-Barzanji ini yang pertama yaitu arisan ibu-ibu, laporan keuangan, pembacaan Surat Al-Fatihah, pengajian inti Al-Barzanji yang dibaca secara bersama-sama, pembacaan isi kitab „Maulud Nabi‟ secara bergantian
sampai
selesai
dan
kemudian
ditutup
dengan
pembacaan do‟a oleh tokoh agama setempat. Sedangkan kegiatan bapak-bapak dan remaja melaksanakan pengajian Al-Barzanji ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali yaitu selama dua belas hari berturut-turut menjelang hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. tanggal 12 Rabi‟ul Awwal yang bertempat di mushala-mushala atau masjid setempat. Makna kegiatan Al-Barzanji ini menurut beberapa tokoh agama adalah bahwa sebagai umat Nabi Muhammad Saw. sudah selayaknya kita memuji dan meneladani sifat-sifatnya. Salah satunya adalah dengan membaca Al-Barzanji ini. Bagi yang mampu memahami makna disetiap lafadz yang dibaca dari AlBarzanji maka akan dapat mengambil pelajaran didalamnya.
lvi
d. Pengajian Al-Manaqib Kegiatan
pengajian
Al-Manaqib
atau
biasa
disebut
„Manaqiban‟ juga merupakan kegiatan rutin warga Desa Klepu yang dilakukan setiap sekali dalam satu bulan pada malam tanggal sebelas dan dilaksanakan setelah waktu Maghrib. Tetapi hanya orang-orang tertentu saja yang mengikuti pengajian Al-Manakib ini dan tidak semua warga mengikutinya. Selain menjadi kegiatan rutin warga pengajian Al-Manaqib juga dilaksanakan ketika ada undangan dari salah satu warga yang ingin melaksanakan pengajian Al-Manaqib di rumahnya. Kegiatan pengajian yang dilakukan diawali dengan bacaan surat AlFatikhah, pembacaan do‟a yang dikhususkan kepada tuan rumah, pembacaan Asmaul Husna, pembacaan Al-Manakib Syekh Abdul Qadir Jailani, pembacaan shalawat, dan kemudian ditutup dengan do‟a. Kegiatan pengajian ini bertujuan untuk bersyukur kepada Allah atau syukuran atas hajat yang telah tercapai dan juga dilakukan dengan tujuan agar do‟a-do‟a yang dipanjatkan dikabulkan oleh Allah Swt. Seperti acara selamatan usia kehamilan, agar mempunyai anak yang shaleh dan shalihah, syukuran pernikahan, agar rumah tangga bahagia, dan lain sebagainya. e. Pengajian Perayaan Hari Besar
lvii
Sebagaimana yang sering dilakukan kaum muslimin pada umumnya, perayaan atau peringatan hari-hari besar Islam juga sering diadakan oleh masyarakat Desa Klepu RW 2 ketika menjelang hari besar atau hari-hari bersejarah dalam Islam. Pengurus
masjid
dan
mushala
sering
mengadakan
acara
peringatan-peringatan seperti peringatan Isra‟ Mi‟raj, Maulid Nabi, Nuzulul Qur‟an, dan khotmil Qur‟an. Salah satu contoh yaitu pada saat pengajian peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Semua pengurus beserta seluruh warga menyambut dengan antusias acara tersebut. Mereka saling bekerja sama mempersiapkan segala keperluan pengajian seperti undangan, hidangan, persiapan susunan acara dan lain sebagainya dengan tujuan agar pengajian dapat berjalan dengan lancar. Pengajian sengaja ditempatkan di masjid agar mudah dijangkau oleh seluruh warga desa. Pemilihan harinya pun dipilih pada saat hari libur karena sebagian besar warga bekerja sebagai karyawan pabrik. Pemilihan hari ini bertujuan agar seluruh warga dapat ikut berpartisipasi dalam pengajian.
2. Interaksi Sosial Masyarakat Kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada dalam masyarakat seperti yang tersebut diatas merupakan wujud interaksi masyarakat
lviii
dengan sesama. Hal ini dapat dilihat melalui simbol-simbol ajaran agama yang mereka gunakan dalam berinteraksi dimasyarakat seperti mengucap salam, berjabat tangan, dan berbicara sopan dalam berkomunikasi sehari-hari. Tetapi mayoritas masyarakat disini belum menerapkannya dalam interaksi sosial kecuali orang-orang yang dinilai mempunyai tingkat religius yang lebih baik. Disamping masih kurangnya kesadaran beragama juga gaya hidup modern masyarakat membuat nilai-nilai keagamaan belum sepenuhnya tercermin dalam kehidupan sosial. Melalui kegiatan-kegiatan yang telah dijelaskan diatas, proses saling mengenal antar warga terkesan lebih akrab. Pembicaraan yang dilakukan ketika bertemu disuatu acara tersebut menunjukkan keakraban mereka dibandingkan dalam kesehariannya yang hampir jarang bertemu karena sibuk dengan urusan pekerjaan. Pembicaraan tersebut misalnya obrolan seputar pekerjaan, organisasi, tentang kegiatan-kegiatan sosial, dan lain sebagainya. Namun diluar dari itu, pembicaraan tersebut juga tidak terlepas dari gosip-gosip yang sedang terjadi dilingkungan masyarakat. Interaksi antara warga yang lain ditunjukkan melalui kebiasaan beberapa anggota pengajian yang saling memanggil dari rumah kerumah ketika hendak berangkat dalam suatu kegiatan atau pengajian dengan maksud mengajak, mengingatkan atau untuk menumbuhkan semangat agar warga yang lain ikut aktif turut serta mengikuti
lix
kegiatan. Selain itu juga diadakan uang meja untuk diberikan kepada yang berketempatan pengajian atau pertemuan agar tidak memberatkan atau dapat sedikit membantu tuan rumah. Komunikasi pada warga desa lain juga dilakukan oleh warga RW 2 untuk memberitahukan kabar seperti kabar kematian seseorang, undangan tasyakuran, dan lain sebagainya. Pemberitahuan kabar tersebut dilakukan melalui undangan atau diumumkan lewat masjid atau mushala menggunakan pengeras suara atau dengan cara meminta orang untuk berkeliling dari satu rumah kerumah lain untuk memberi kabar atau undangan. Selain itu kebersamaan warga RW 2 ini juga diwujudkan pula dalam tadarus Al Qur‟an setiap malam pada bulan ramadhan oleh remaja
laki-laki
dan
bapak-bapak.
Sedangkan
kaum
ibu-ibu
menyediakan makanan yang sering disebut dengan jaburan. Kegiatan ibu-ibu ini dilakukan secara bergilir dari satu rumah ke rumah lain dengan tujuan untuk menjaga kerukunan antar warga. 3. Akhlak di Masyarakat Masyarakat muslim karyawan industri di Desa Klepu RW 2 menunjukkan
akhlak
yang
berbeda-beda
berdasarkan
tingkat
religiusnya. Sebagaimana yang penulis cermati bahwa tingkat religiusitas di desa ini sangat berpengaruh terhadap akhlak seseorang dalam masyarakat.
lx
Akhlak yang baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan tingginya pemahaman ajaran agama seseorang dan intensitas dalam ritual-ritual ibadahnya. Artinya, mereka yang selalu menampakkan akhlak baik kepada tetangga maupun lingkungan sosialnya cenderung memiliki tingkat pemahaman ajaran agama yang lebih dibandingkan dengan mereka yang sembarangan berperilaku dalam kesehariannya. Sebagaimana yang dipaparkan oleh pak Kumaidi salah seorang tokoh agama di Desa Klepu RW 2, “Kriteria berakhlak baik itu diantaranya yaitu orang yang tidak pernah menyakiti hati orang lain, melakukan ibadah dengan tekun atau tidak putus ibadahnya, kuat iman, serta bisa menjaga antara kewajiban beribadah, perkataan dan perbuatannya. Seseorang yang kuat imannya sudah pasti tidak akan mau menyakiti perasaan orang lain. Itulah yang disebut dengan taqwa”. Seperti yang tampak pada karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini. Orang yang rajin melaksanakan kegiatan-kegiatan ibadah baik secara individual maupun kolektif dan mengetahui makna melaksanakan ibadah tersebut cenderung menunjukkan sikap baik, sopan, tenang dan perduli terhadap orang-orang yang ada disekitarnya. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang aktif mengikuti kegiatan sosial dan keagamaan tetapi perilaku yang mereka tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari belum mencerminkan keberagaman mereka.
lxi
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Perindustrian 1. Faktor Pekerjaan Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa mayoritas warga Desa Klepu bekerja sebagai karyawan industri pabrik. Kedekatan interaksi mereka di masyarakat salah satu penyebabnya yaitu oleh kesamaan pekerjaan atau lokasi kerja. Hal tersebut menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi sehari-hari seperti obrolan mengenai pekerjaan ataupun tentang kegiatan sosial yang ada di lingkungan meskipun tidak secara keseluruhan dapat membawa pengaruh dalam kehidupan dimasyarakat atau motivasi keberagaman mereka. 2. Faktor Keberagamaan Agama tidak bisa dipisahkan dari ruang sosial karena dengan berlandaskan agama maka akan tercipta kedamaian dalam suatu masyarakat. Seperti yang tampak di Desa Klepu yang mana sebagian besar warga masyarakat disini masih menjadikan agama sebagai pedoman dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu perilaku mereka dalam masyarakat dapat terkontrol sehingga kondisi di masyarakat menjadi damai dan kerukunan antar warga dapat terjalin dengan baik meskipun tidak secara keseluruhan. Selain itu masih terdapat pula beberapa warga yang hanya menjadikan agama sebagai status sosial saja. Pengetahuan yang
lxii
mereka miliki dan ritual agama yang mereka laksanakan belum diterapkan dalam kehidupan sosial mereka. Tetapi meskipun tingkat pengetahuan keagamaan masyarakat dapat dikatakan sedang-sedang saja namun interaksi mereka dalam masyarakat dapat dikatakan baik. Seperti kerukunan diantara mereka yang ditunjukkan dengan sikap saling membantu, saling menghargai, peduli, dan juga kebersamaan yang ditunjukkan melalui berbagai macam kegiatan. Sebagaimana dipaparkan oleh Ibu Siti seorang ibu rumah tangga juga salah seorang tokoh agama setempat bahwa memang dari segi pengetahuan tentang agama masih banyak dari warga yang dikatakan kurang mengetahui dan hanya terbatas pada hal-hal umum yang sudah menjadi kebiasaan. Seperti shalat, puasa Ramadhan, membayar zakat dan lain sebagainya. Mereka menganggap segala perbuatan seperti
shalat, puasa, mengaji dan lainnya hanya
dimaksutkan untuk menambah pahala saja sedangkan hikmah lain mereka kurang memahaminya. 3. Faktor Geografis Letak geografis suatu wilayah mempengaruhi mayoritas mata pencaharian penduduk yang menghuninya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa untuk mempertahankan eksistensinya manusia mengadaptasikan dirinya dengan berbagai perilaku berdasarkan kondisi geografis wilayah yang ditempati. Untuk itu wilayah
lxiii
perindustrian sangat memberikan pengaruh terhadap individu yang tinggal disekitarnya. Demikian gambaran Desa Klepu RW 2 yang merupakan daerah perindustrian. Masyarakatnya sebagian besar mengandalkan area ini sebagai tempat mata pencaharian mereka. Salah satunya adalah pekerjaan sebagai karyawan. Sehingga mayoritas penduduknya mengandalkan pabrik-pabrik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Kehidupan
sosial
keagamaan
yang
dipengaruhi
faktor
geografis seperti wilayah RW 2 ini dapat dilihat dari berbagai macam interaksi sosial dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh karyawan di
masyarakat
seperti
yang
telah
disebutkan
sebelumnya.
Keberagamaan masyarakat khususnya karyawan industri cenderung dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat perkumpulan sosial. Tapi bila dilihat secara pribadi hanya sebagian kecil dari mereka yang menunjukkan simbol-simbol keagamaan dalam kehidupan sehari-hari seperti mengucapkan salam, berjabat tangan dan lain sebagainya. Demikian
kehidupan
mereka
yang
disibukkan
dengan
pekerjaan yang diatur oleh jam kerja, sehingga interaksi yang sering ditemui adalah seputar ekonomi dan pekerjaan. Meskipun terdapat interaksi keagamaan diantara mereka, namun secara umum kehidupan sosial mereka dilatarbelakangi oleh ekonomi dan kerja. 4. Faktor Pendidikan
lxiv
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, masyarakat yang bekerja sebagai karyawan pabrik di Desa Klepu RW 2 rata-rata adalah lulusan sekolah lanjutan (tingkat menengah dan tingkat atas). Bahkan ada juga yang tidak tuntas sekolah karena faktor-faktor tertentu seperti kekurangan biaya, dan lain sebagainya. Dan untuk membantu kelanjutan kehidupan keluarga, kebanyakan dari mereka terjun dalam dunia kerja atau dunia pabrik dikawasan tempat tinggal mereka. Karena itulah pendidikan agama dalam masyarakat kurang tertanam dengan baik pada warganya. Hal tersebut disebabkan karena keterikatan karyawan dengan jam kerja pabrik dan pekerjaan yang tidak ringan sehingga waktu kerja mengalahkan waktu untuk menumbuhkan intensitas keberagamaan seseorang. D. Problematika Kehidupan Sosial Keagamaan 1. Problematika dalam Kegiatan Ritual Keagamaan Secara umum problematika yang muncul pada kegiatankegiatan ritual keagamaan di Desa Klepu RW 2 disebabkan karena masalah waktu. Waktu yang dimiliki para karyawan yang bekerja di pabrik terikat oleh jam kerja pabrik yang menuntut karyawan harus bekerja sesuai target produksi, yang membuat mereka berangkat bekerja pada pagi hari dan pulang hingga sore atau bahkan malam hari. Hal tersebut mereka lakukan karena desakan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
lxv
Alasan kedua muncul karena rasa gengsi atas status sosial ekonomi sehingga hal tersebut semakin mendorong mereka untuk giat bekerja dan berlomba-lomba mencapai tingkat sosial yang sama atau lebih tinggi dengan orang yang dianggap lebih bergengsi. Hal itulah yang sering kali menyebabkan menurunnya semangat keberagamaan masyarakat. Bahkan ibadah-ibadah wajib pun dapat mereka tinggalkan demi untuk memenuhi hasrat ekonomi mereka. Alasan ketiga muncul karena kepengurusan atau aktifitas pengurus. Menurut pak Junari salah seorang tokoh masyarakat bahwa salah satu penyebab permasalahan dalam kehidupan sosial keagamaan yaitu kepengurusan yang sulit untuk dihandle. Ada beberapa pengurus yang kurang bertanggung jawab atas kepengurusannya dan kurangnya kerjasama antara pengurus dengan warga sekitar. 2. Problematika dalam Interaksi Sosial Masyarakat Problem yang muncul dalam interaksi sosial terlihat pada kelompok karyawan pabrik yang tinggal di kos atau rumah-rumah kontrakan. Sebagian besar dari mereka cenderung menyendiri dan bergaul hanya dengan teman-teman kos saja dan tidak terlalu akrab dengan warga sekitar. Dalam kesehariannya para penghuni kos atau rumah kontrakan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di kos atau kontrakan dan dilokasi kerja. Jika libur kerja mereka memanfaatkan waktu untuk beristirahat atau berlibur bersama teman-teman kos atau memanfaatkan
lxvi
waktu pulang ke daerah masing-masing untuk bertemu dan berkumpul bersama keluarga. Sehingga bersosialisasi dengan masyarakat sekitar bisa dikatakan kurang. 3. Problematika dalam Akhlak Kegiatan keagamaan dan ibadah yang dilakukan oleh para karyawan pabrik belum sepenuhnya menunjukkan implikasi terhadap akhlak mereka. Hal ini dapat diketahui dengan masih banyaknya penyimpangan-penyimpangan moral dalam kehidupan sehari-hari seperti ucapan-ucapan yang kurang sopan, pertengkaran, perselisihan, perjudian, perselingkuhan serta kenakalan-kenakalan remaja. Hal tersebut tidak hanya tampak pada para karyawan yang jarang terjun dalam kegiatan keagamaan saja, tetapi juga mereka yang aktif dalam kegiatan keagamaan. Karena sebagian besar motivasi mereka mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan cenderung hanya untuk mencari relasi juga keinginan untuk menjaga gengsi dan bukan berniat untuk meningkatkan intensitas keberagamaan mereka. E. Solusi yang Ditempuh untuk Mengatasi Problematika Kehidupan Sosial Keagamaan 1. Susunan Acara Pengajian yang Variatif Penyusunan pengajian yang variatif meliputi susunan acara dan waktu yang disesuaikan dengan kesiapan waktu bagi masyarakat untuk menarik minat para warga khususnya mereka yang bekerja di pabrik agar mengikuti pengajian dan kegiatan keagamaan lainnya.
lxvii
Susunan acara variatif juga meliputi dengan mengundang penceramah yang
berganti-ganti
antara
pengajian
satu
dengan
pengajian
selanjutnya agar pengajian yang diadakan tidak terkesan monoton dan membosankan. 2. Mengupayakan Peningkatan Pendidikan Agama Upaya meningkatkan pendidikan agama ini dilakukan baik didalam maupun diluar rumah yaitu dengan menciptakan suasana religius dalam keluarga seperti melaksanakan shalat berjamaah dengan keluarga, membiasakan mengaji di rumah, berperilaku sopan, memberi contoh yang baik pada anak dan mengajak atau mengikutsertakan anak ke majelis-majelis ta‟lim agar anak terbiasa dengan lingkungan yang religius. Sebagaimana yang dipaparkan oleh bapak Ikhsan salah seorang tokoh masyarakat juga seorang guru disalah satu sekolah swasta bahwa jika anak dibiasakan dengan hal-hal yang baik sejak kecil maka hal itu akan mudah melekat dengan jiwa anak sehingga dapat membentuk kepribadian anak ketika usia dewasa nanti. Disamping menerapkan pendidikan agama dirumah mereka juga melakukan pendidikan diluar rumah dengan cara memasukkan anak ke madrasah. Jadi ketika orang tua bekerja atau belum dapat memberikan pendidikan agama pada anak, maka anak dapat mendapatkan pendidikan agama dari madrasah dan orang tua bertugas mengawasi serta memberikan pemahaman semampunya ketika berada dirumah bersama keluarga.
lxviii
3. Reorganisasi Kepengurusan Para pengurus yang dirasa tidak mampu menjalankan tugasnya secara
penuh
tanggung
jawab
maka
diadakan
reorganisasi
kepengurusan. Reorganisasi dilakukan dengan memilih anggota pengurus yang benar-benar dapat diandalkan untuk memegang tanggung jawab atau orang-orang yang masih dapat meluangkan waktu disamping rutinitas kerjanya. Dengan adanya pengurus yang baru maka diharapkan segala kegiatan dapat diatur lebih rapi, terorganisasi dengan baik dan pengurus dapat bekerjasama baik dengan warga. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan-kegiatan yang seharusnya dapat berjalan dengan rutin tidak berhenti atau hilang begitu saja. 4. Melakukan Pendekatan Antar Individu Upaya lain yang juga ditempuh adalah dengan melakukan pendekatan terhadap warga yang dilakukan oleh pengurus dan anggota yaitu dengan cara mengajak warga yang belum mengikuti kegiatan dari rumah ke rumah yang diharapkan mampu mengajak warga untuk ikut turut serta dalam kegiatan bersama. Selain itu pendekatan ini juga diharapkan mampu meredam gengsi atas status sosial seseorang dalam masyarakat. Selain melakukan pendekatan terhadap warga, upaya lain yang juga ditempuh adalah dengan melakukan musyawarah warga. Dalam sebuah kelompok belum tentu semua anggota mempunyai pendapat
lxix
yang sama. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada dilakukan musyawarah. Tujuannya adalah selain untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang ada dalam masyarakat, musyawarah juga dilakukan untuk menegur atau mengingatkan akan pentingnya hidup bermasyarakat. Jalan keluar dari hasil musyawarah sebisa mungkin harus adil dan tidak merugikan salah satu pihak sampai mencapai kesepakatan atau mufakat.
lxx
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kegiatan-Kegiatan Keagamaan Sebagai Sarana Interaksi Warga 1. Berinteraksi Secara Vertikal Ibadah-ibadah kolektif yang dilakukan oleh seseorang mengandung nilai-nilai spiritual yang menghubungkan antara diri seseorang tersebut dengan Allah Swt. Nilai spiritual tersebut merupakan tujuan pokok seseorang dalam melakukan ibadah untuk memenuhi kewajiban kepada Sang Maha Pencipta. Sama halnya dengan tujuan masyarakat Desa Klepu RW 2 ini dalam melaksanakan ibadah-ibadah tertentu yaitu selain sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk memenuhi kewajiban, dan juga untuk meningkatkan keimanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Juriyah salah seorang tokoh agama desa setempat pada tanggal 26 November 2014 pukul 16.00 WIB bahwa, “kegiatan-kegiatan keagamaan semacam ini diadakan untuk mempertebal keimanan warga”. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat karyawan pabrik juga mempunyai keinginan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah sebagai tempat berlindung dan memohon atas segala yang ada dalam kehidupan baik dunia maupun akhirat kelak. Dan melalui berbagai kegiatan keagamaan yang ada
lxxi
dimasyarakat juga dapat dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan berbagai macam ibadah lainnya. Rendahnya tingkat spiritualitas warga Klepu ini seringkali dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang menyibukkan seseorang dengan dunia kerja. Selain itu waktu yang dimiliki para karyawan yang bekerja di pabrik sangat terbatas karena terikat oleh jam kerja pabrik sehingga menuntut karyawan harus bekerja sesuai target produksi, yang membuat mereka pulang hingga sore atau bahkan malam hari. Karena itulah hubungan manusia dengan Tuhannya menjadi renggang. Tetapi ketika seseorang sedang diuji dan dihadapkan pada suatu persoalan atau permasalahan dalam hidupnya, maka ia akan berusaha mengadu dan kembali kepada Allah Swt. Inilah sebenarnya hakikat manusia yang selalu membutuhkan dan merindukan Tuhannya. 2. Berinteraksi Secara Horisontal Hidup bermasyarakat memang tidak dapat terlepas dari kegiatan-kegiatan sosial yang digunakan sebagai sarana bagi seseorang untuk berinteraksi dengan sesama. Salah satu sarana tersebut yaitu aktifitas sosial keagamaan yang diadakan dalam masyarakat. Melalui aktifitas tersebut seseorang akan selalu berhadapan dengan orang lain dan terjadi komunikasi antara satu sama lain. Hal tersebut dijadikan seseorang sebagai salah satu cara untuk melepaskan diri dari kejenuhan dalam kesibukan aktifitasnya seharihari. Disamping itu dengan melakukan aktifitas sosial seseorang akan
lxxii
dapat memperoleh berbagai macam hikmah yang dapat membangun sikap seseorang untuk membina hubungan baik dengan lingkungan sosialnya. Hikmah-hikmah tersebut antara lain: a. Terjalin Persaudaraan Antar Sesama Dengan diadakannya kegiatan-kegiatan keagamaan secara rutin merupakan salah satu upaya untuk menciptakan kebersamaan serta kerukunan dalam suatu masyarakat. Sehingga meskipun pabrik menjadi bagian dari kehidupan seseorang yang menyita banyak waktu namun melalui kegiatan-kegiatan tersebut seseorang dapat mengurangi atau bahkan dapat meleburkan rasa egois atau acuh tak acuh terhadap orang lain yang sering terjadi dalam masyarakat. Sebagai contoh dalam pelaksanaan shalat berjamaah di Desa Klepu ini. Warga yang melaksankan shalat berjamaah terhitung kurang karena sebagian besar warga yang bekerja sebagai karyawan pabrik bekerja dari pagi hingga larut malam dan harus bekerja kembali di pagi harinya lebih memilih melaksanakan shalat sendiri di rumah daripada berjamaah di masjid atau mushala. Sebagaimana hasil wawancara yang dipaparkan oleh Pak Jasmani seorang tokoh masyarakat juga karyawan PT. Batamtex bahwa selain memperoleh pahala yang berlipat ganda, melakukan shalat secara berjamaah juga banyak memberi dampak positif yang dapat kita ambil dan kita rasakan manfaatnya. Salah satunya yaitu
lxxiii
dari segi kesehatan. Dengan bangun pagi dan shalat Subuh berjamaah di masjid atau mushala kita mendapatkan udara yang masih murni dan sejuk yang dapat menyegarkan tubuh. Selain manfaat dalam segi kesehatan, melaksanakan shalat secara berjamaah juga dapat bermanfaat untuk kehidupan sosial karena dengan sering bertemu bersama akan tercipta keakraban antara satu sama
lain.
Tetapi
masih
banyak
warga
yang
tidak
menghiraukannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga yang tetap menjaga ibadah shalatnya disamping kesibukan mencari nafkah berpendapat bahwa shalat berjamaah selain mendapatkan pahala berlipat ganda juga dapat mempererat tali persaudaraan dan kerukunan dengan sering bertemu atau berjabat tangan ketika melaksanakan shalat berjamaah. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa melaksanakan shalat secara berjamaah juga dapat menambah ilmu dengan mengikuti tausiyah singkat yang terkadang diadakan seusai shalat berjamaah. Jadi selain memperoleh manfaat secara pribadi, mereka juga dapat merasakan hikmah sosial. b. Menumbuhkan Rasa Kasih Sayang Pada umumnya orang yang tinggi tingkat keimanannya cenderung mempunyai jiwa kasih sayang yang tinggi pula terhadap sesama. Sehingga dalam keadaan apapun mereka akan senantiasa bersama dan bersatu. Menjalin persaudaraan antar sesama dalam
lxxiv
masyarakat juga dapat menumbuhkan perasaan kasih sayang dan rasa saling percaya. Dengan menjalin persaudaraan antar sesama akan menimbulkan sikap saling tolong-menolong, saling perduli dan tidak memandang harta maupun kehormatan orang lain sebagai patokan untuk menilai seseorang. c. Solidaritas dalam Masyarakat Solidaritas merupakan rasa kebersamaan, kesatuan, dan adanya rasa saling ketergantungan antara satu sama lain atau antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Dengan adanya rasa kebersamaan maka hubungan antara warga baik yang bekerja sebagai karyawan industri maupun yang tidak dalam sektor industri dapat berjalan dengan baik sehingga motifasi mereka mengadakan atau mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut merupakan upaya untuk membina hubungan sosial. Meskipun kesibukan kerja karyawan industri menjadi kendala utama mereka namun semangat sosial mereka tertanam cukup baik. d. Kerjasama Setelah
tercipta
solidaritas
diantara
warga
dengan
mengikuti berbagai macam kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang ada di lingkungan masyarakat, maka tidak akan sulit bagi seseorang untuk saling membantu antara satu sama lain. Misalnya dengan membantu sesama jika ada tetangga yang mempunyai hajat pernikahan, tasyakuran kelahiran anak, khitanan dan lain
lxxv
sebagainya. Dengan demikian ajaran Islam untuk menciptakan akhlak mulia dapat dilihat dari kerjasama yang tercipta diantara sesama. B. Ibadah Kolektif Sebagai Momentum Menanamkan Nilai-Nilai Islam Dengan
melaksanakan
berbagai
macam
ibadah
seperti
melaksanakan shalat berjamaah, mengikuti berbagai macam pengajian rutin, dan lain sebagainya dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada umat muslim dan juga untuk mengetahui hikmah yang terkandung didalam berbagai macam kegiatan tersebut sehingga dapat menjadi motivasi bagi seseorang dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Motivasi dan alasan para karyawan pabrik mengikuti kegiatankegiatan ini bermacam-macam. Ada yang berpendapat bahwa mengikuti kegiatan semacam ini dapat menambah pengetahuan tentang keagamaan, untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah sejalan dengan usia yang makin bertambah karena hanya amal ibadahlah yang mampu menolong kelak di akhirat. Disamping itu ada juga yang berpendapat bahwa rejeki atau harta memang harus dicari tetapi yang berhak memberinya hanyalah Allah semata. Dengan demikian tidak perlu mengesampingkan antara ibadah kepada Allah dan juga interaksi kepada masyarakat. Apapun alasan pekerjaan dan waktunya asal ada kemauan yang kuat tentu semua dapat diatur tanpa harus mengabaikan salah satu diantaranya. Semua itu kembali pada diri individu masing-masing.
lxxvi
C. Interaksi Sosial Sebagai Upaya Bermasyarakat Kondisi pabrik yang menuntut karyawan bekerja sesuai target produksi cenderung membuat intensitas komunikasi antar karyawan berkurang. Sehingga berbagai interaksi yang terlihat diantara mereka dalam masyarakat seperti mengikuti kegiatan-kegiatan sosial keagamaan cenderung didorong oleh keinginan untuk mempunyai banyak teman atau relasi kerja, untuk menghilangkan kejenuhan selama bekerja dan juga agar tidak dikucilkan oleh masyarakat disamping keinginan untuk benar-benar beribadah kepada Allah Swt. Dengan demikian melalui berbagai kegiatan sosial keagamaan sebagaimana dipaparkan diatas dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami ajaran-ajaran Islam sehingga kegiatan yang ada tidak hanya sebatas rutinitas saja namun juga dapat memberikan implementasi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Tidak hanya itu saja, berbagai macam perbedaan yang ada dalam masyarakat
ternyata
memberikan
pengaruh
terhadap
kehidupan
bermasyarakat. Untuk itu agar dapat membangun kebersamaan dan interaksi yang baik diantara warga, warga mengadakan berbagai perkumpulan resmi seperti PKK, arisan, pertemuan rutin RT, dan lain sebagainya yang diharapkan dapat menambah keakraban diantara anggota masyarakat yang dalam kesehariannya selalu disibukkan dengan pekerjaan baik didalam maupun diluar rumah.
lxxvii
D. Akhlak Sebagai Alat Kontrol Sosial Setiap warga atau kelompok masyarakat mempunyai akhlak atau perilaku sosial yang berbeda-beda antara satu sama lain. Demikian pula dengan masyarakat Desa Klepu RW 2 ini. Salah satunya yaitu tingkat pemahaman seseorang mengenai ajaran-ajaran agama yang dianutnya. Hal ini dapat dilihat melalui cara mereka mencari pengetahuan tentang agama. Mereka sangat bergantung pada tokoh-tokoh atau pemuka agama terdekat yang mereka lakukan melalui kegiatan-kegiatan formal maupun secara pribadi bertanya kepada tokoh agama tersebut. Tetapi tingkat pengetahuan agama bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi akhlak masyarakat. Sesuai pengamatan penulis bahwa ada beberapa warga yang dinilai mempunyai pengetahuan tinggi tentang agama tapi belum menunjukkan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama. Dan sebaliknya, seseorang yang menunjukkan pribadi yang kurang baik belum tentu karena rendahnya pengetahuan tentang agamanya. Kondisi psikologis seseorang juga mempengaruhi adanya perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat pengetahuan tentang agama sehingga
perilaku
yang
muncul
merupakan
pelampiasan
dari
terguncangnya jiwa seseorang. Misalnya seperti desakan ekonomi, kehancuran rumah tangga, pengaruh negatif lingkungan, dan lain sebagainya. Akhlak seseorang tertanam dalam jiwa seseorang tersebut dan dapat dikatakan menjadi kepribadian seseorang. Karena itulah akhlak
lxxviii
menjadi alat kontrol sosial yang menuntun seseorang dalam melakukan berbagai macam perbuatan. Akhlak dapat dibina melalui ajaran-ajaran agama sehingga perbuatan akhlak terpancar dari akidah yang dimiliki seseorang. Dengan demikian akhlak yang seperti inilah yang akan membentuk peradaban yang tinggi dari suatu masyarakat.
lxxix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015 ini dapat dikatakan baik. Hal ini dibuktikan dengan beberapa temuan data penelitian yaitu yang pertama terdapat beberapa kegiatan pengajian yang ada di Desa Klepu yang merupakan wahana bersosialisasi dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat. Kedua, ikut sertanya masyarakat atau mayoritas warga Desa Klepu yang mengikuti kegiatan-kegiatan sosial keagamaan tersebut dan yang ketiga adanya struktur kepengurusan dalam setiap kegiatan atau kelompok pengajian masyarakat. 2. Permasalahan yang muncul dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat perindustrian Desa Klepu RW 2 diantaranya waktu atau kesempatan dalam mengikuti kegiatan, status sosial ekonomi warga, kinerja pengurus dan juga status domisili masyarakat. 3. Solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan yang muncul di antaranya yaitu dengan merombak agenda pengajian atau kegiatan yang disesuaikan dengan kesiapan waktu anggota, diadakan beberapa kegiatan yang terkait dengan peningkatan ekonomi warga diantaranya melalui arisan dan juga simpan pinjam untuk warga yang
lxxx
membutuhkan,
diadakan
reorganisasi
kepengurusan
dan
juga
dilakukan pendekatan terhadap warga oleh pengurus dan anggota agar warga yang belum mengikuti bersedia mengikuti kegiatan dalam masyarakat. B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan yang telah disebutkan diatas, pada bagian ini penulis ikut memberikan pemikiran atau saran sebagai berikut : 1. Saran bagi Warga Karyawan Industri Seseorang yang hidup bermasyarakat mempunyai kewajiban untuk turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam masyarakat. Dan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat sebaiknya warga mempunyai kepedulian yang besar untuk mengembangkan dan menjaga kegiatan yang sudah ada agar dapat terus berjalan dengan baik. Walaupun kesibukan kerja menyita sebagian besar waktu warga yang bekerja sebagai karyawan industri, sebaiknya mereka tetap harus menyisihkan sebagian waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan dan tetap berusaha menjaga hubungan baik dengan sesama.
2. Saran bagi Pengurus Organisasi Pengurus harus mempunyai rasa tanggung jawab dan disertai dengan rasa ikhlas hanya karena Allah Swt. atas kepengurusannya dan juga harus benar-benar dapat diandalkan untuk menjalankan kegiatan dengan baik serta dapat bekerjasama dengan warga. Sehingga
lxxxi
kegiatan-kegiatan yang seharusnya dapat berjalan dengan rutin tidak berhenti atau hilang begitu saja. Apabila seorang pengurus merasa tidak mampu untuk melaksanakan kewajibannya hendaklah berbesar hati untuk menyerahkan tanggung jawab kepada orang yang lebih mampu agar kegiatan tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya. 3. Saran bagi Masyarakat Desa Klepu RW 2 Kegiatan-kegiatan
sosial
keagamaan
dalam
masyarakat
hendaknya selalu ditingkatkan dan juga dikembangkan agar dapat menjadi contoh yang baik bagi para generasi muda dan juga sebagai seseorang yang hidup bermasyarakat sebaiknya kita harus tetap berusaha menjaga hubungan baik terhadap sesama karena pada hakikatnya kita tidak akan pernah bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain disekeliling kita.
lxxxii
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama : Ibu „S‟ Jabatan : Anggota Pekerjaan : Karyawan PT. Batamtex B. Hasil Wawancara Pertanyaan 1. Bagaimana karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini membagi waktu antara waktu bekerja dengan bersosialisasi dengan lingkungan?
2. Bagaimana cara karyawan industri membangun interaksi dengan masyarakat sekitar?
3. Bagaimana cara karyawan industri membagi waktu antara waktu bekerja dan waktu untuk beribadah?
4. Ibadah atau kegiatan keagamaan apa sajakah yang karyawan industri
Jawaban Ya karena kerja pabrik itu berangkat dari pagi pulangnya malam, kalau ada kegiatan-kegiatan dimasyarakat pasti dikabari oleh saudara atau tetangga sekitar misalnya ada kegiatan menjenguk orang sakit atau ada acara pengajian dan lain sebagainya. Setelah pulang kerja, walaupun pulang malam biasanya disempatkan atau diusahakan untuk ikut kegiatan warga. Atau kegiatan-kegiatan seperti itu sengaja dilakukan warga pada hari sabtu atau minggu agar warga yang bekerja sebagai karyawan pabrik juga dapat ikut serta mengikuti kegiatankegiatan warga. Ya dengan cara saling mengabari itu tadi, „getok tular‟ dari satu orang ke orang lain saling mengabari agar tetap terjaga hubungan baik walaupun jarang dirumah. Dan bila kondisi badan mendukung, pasti pekerja pabrik yang pulang malam pun tetap menyempatkan ngengikuti kegiatan. Disetiap pabrik tetap disediakan tempat untuk ibadah. Mengenai pelaksanaan dan peralatan, para karyawan berinisiatif sendiri untuk iuran guna membeli peralatan ibadah seperti mukena atau tikar untuk alas shalat. Mengenai pelaksanaan, ada yang dengan sadar melaksanakannya bahkan berusaha melakukan shalat secara berjamaah dipabrik, tapi ada juga yang tidak menunaikan ibadah karena berat meninggalkan pekerjaan. Semua kembali ke individu masing-masing. Selain ibadah yang dikerjakan sendiri/pribadi, warga juga melakukan pengajian rutin seperti berjanji, tahlil yasin, shalat jamaah dan lain-lain. lxxxiii
kerjakan?
(dalam pelaksanaan shalat berjamaah, kebanyakan hanya orang tua-tua dan yang bekerja selain pabrik saja yang melakukan. Warga yang bekerja di pabrik sangat susah untuk ikut shalat secara berjamaah di mushala karena bekerja dari pagi pulang malam). Menyempatkan untuk shalat sendiri saja itu sudah bagus. 5. Apakah motifasi Agar tau ilmu agama karena dalam pengajian warga mengikuti biasanya diberi tausiyah/ceramah dari ustad kegiatan-kegiatan yang mengisi pengajian. tersebut? 6. Manfaat apa yang Menjadi tambah akrap dan juga untuk menjaga dapat diperoleh dengan hubungan baik dengan orang-orang mengikuti kegiatan- dilingkungan sekitar. Dan juga bila kita aktif kegiatan sosial dalam kegiatan masyarakat atau menjaga keagamaan tersebut? hubungan baik dengan sesama, suatu saat orang lain juga tidak akan segan-segan untuk membantu kita. 7. Menurut bapak/ibu, saya rasa sudah cukup baik. Ya ada yang baik bagaimanakah akhlak ada yang buruk. yang ditunjukkan oleh masyarakat karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini? 8. Apa saja contoh Peduli dengan sesama, mau bertegur sapa saat akhlak yang mereka bertemu dan lain lagi. tunjukkan dalam bermasyarakat? 9. Menurut pendapat Banyaknya warga yang tidak turut serta dalam saudara, masalah- kegiatan rutin karena banyak warga yang masalah apakah yang bekerja di pabrik dengan alasan karena sudah tampak pada lelah /cpk seharian bekerja. masyarakat Desa Klepu RW 2 ini yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan mereka? 10. Solusi apakah yang Dengan melakukan pendekatan, diajak dari ditempuh untuk rumah ke rumah. Dengan tidak mengganti-ganti mengatasi hari dengan tujuan agar semua warga tau hari permasalahankapan acara berlangsung dan dapat permasalahan yang menyempatkan untuk ikut dalam kegiatan disela timbul? waktu mereka bekerja.
lxxxiv
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama : Bapak „K‟ Jabatan : Ketua RT dan Tokoh Agama Pekerjaan : Karyawan di PT. Batamtex B. Hasil Wawancara Pertanyaan 1. Bagaimana karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini membagi waktu antara waktu bekerja dengan bersosialisasi dengan lingkungan? 2. Bagaimana cara karyawan industri membangun interaksi dengan masyarakat sekitar? 3. Bagaimana cara karyawan industri membagi waktu antara waktu bekerja dan waktu untuk beribadah?
4. Ibadah atau kegiatan keagamaan apa sajakah yang karyawan industri kerjakan? 5. Apakah motifasi warga mengikuti
Jawaban Ya melihat situasi kerjanya, kan jam kerja berbeda-beda. Ada yang pulang siang, sore sampai malam. Kalau pulang siang, berarti sosialisasi dengan lingkungan sekitar dilakukan malam hari. Sebaliknya, bila sedang masuk shif malam maka warga melakukan sosialisasi dengan warga sekitar siang hari. Dengan sebisa mungkin mengikuti kegiatankegiatan yang ada dalam masyarakat. Berembug atau bermusyawarah saat pertemuan rutin. Membangun hubungan baik dengan tetangga sekitar. Kalau kerja yang berangkat pagi pulang sore, terkadang masih sempat shalat subuh dan maghrib secara berjamaah. Tapi kalau kerja yang pagi sampai larut malam, jangankan berjamaah, mereka masih menyempatkan waktu kerja untuk shalat sendiri (munfarid) saja sudah bagus. Tapi semua kembali ke individu orang masing-masing. Ada yang walaupun dipabrik juga masih menyempatkan untuk melaksanakan shalat secara berjamaah dengan teman-teman kerja. Tapi ada juga yang berat untuk meninggalkan pekerjaannya dan memilih untuk tidah melaksanakan shalat. Orang yang seperti ini menggunakan agama hanya sebagai status saja. Mereka tidak sadar bahwa rizki datang dari Allah. Ibadah untuk diri sendiri (pribadi) dan juga ibadah yang dilakukan kelompok (berjamaah). Seperti manakib, Yasin Tahlil, berjanji, shalat berjamaah dll. Pada umumnya untuk menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar, agar tidak terkena lxxxv
kegiatan-kegiatan tersebut? 6. Manfaat apa yang dapat diperoleh dengan mengikuti kegiatankegiatan sosial keagamaan tersebut?
7. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah akhlak yang ditunjukkan oleh masyarakat karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini? 8. Apa saja contoh akhlak yang mereka tunjukkan dalam bermasyarakat? 9. Menurut pendapat saudara, masalahmasalah apakah yang tampak pada masyarakat Desa Klepu RW 2 ini yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan mereka? 10. Solusi apakah yang ditempuh untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang timbul?
hukum lingkungan. Bisa disebut dengan birul walidain. Manfaat lain untuk mengirim atau mendoakan orang atau saudara yang sudah meninggal dunia. Manfaat ibadah jamaah lain untuk meningkatkan silaturrahim dengan sesama, menyambung tali persaudaraan yang sempat renggang harapannya bisa kembali baik dengan pertemuan rutin, menambah ilmu pengetahuan agama yang disampaikan oleh imam pemimpin jamaah pengajian atau imam, mengetahui makna/fadhillah melakukan ibadah jamaah. Sayuk rukun. Ada yang sudah baik dan ada yang tidak. Kriteria berakhlak baik itu diantaranya, orang yang tidak pernah menyakiti hati orang lain, melakukan ibadah dengan tekun, iman bagus, kuat iman. Kalau hanya kelakuannya saja yang baik tapi ibadahnya tidak, itu belum bisa disebut berakhlak baik. Ibadah tidak putus, baik dengan warga sekitar, tidak pernah menyakiti perasaan sesama dll. Masih adanya warga yang „ndableg‟ memang sengaja tidak ikut serta dalam kegiatan rutin warga dengan alasan pekerjaan dll., dengan berbagai alasan seperti capek, lelah, waktu untuk keluarga, mengerjakan kerjaan lain, dan lain sebagainya.
Melakukan musyawarah mencari jalan keluar yang baik, juga menegur atau mengingatkan akan pentingnya hidup bermasyarakat. Kalau dengan musyawarah tidak menemukan hasil, biar lingkungan yang menilai, biasa disebut hukum lingkungan. Lingkungan yang menilai dan juga membalas. Harus bagaimanakah sikap warga dengan warga yang demikian.
lxxxvi
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama : Bapak „IDS‟ Jabatan : Tokoh Masyarakat Pekerjaan : Guru B. Hasil Wawancara Pertanyaan 1. Bagaimana karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini membagi waktu antara waktu bekerja dengan bersosialisasi dengan lingkungan?
2. Bagaimana cara karyawan industri membangun interaksi dengan masyarakat sekitar?
3. Bagaimana cara karyawan industri membagi waktu antara waktu bekerja dan waktu untuk beribadah? 4. Ibadah atau kegiatan keagamaan apa sajakah yang karyawan industri kerjakan? 5. Apakah motifasi warga mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut? 6. Manfaat apa yang
Jawaban Pembagian waktu oleh karyawan pabrik dilakukan secara spontan atau fleksibel. Pada dasarnya bersosialisasi dengan lingkungan merupakan kebutuhan setiap individu, sedangkan bekerja merupakan kewajiban tuntutan hidup setiap manusia. Sehingga sering kali sekecil apapun waktu yang tersisa diluar jam kerja bisa dipastikan mereka gunakan untuk bersosialisasi dengan lingkungan, selebihnya digunakan untuk keluarga dan juga untuk refreshing. Cara karyawan industri membangun interaksi dengan masyarakat sekitar sangat beragam tidak sama antara satu sama yang lain. Mereka melakukan interaksi sesuai kemampuan, pendidikan, psikologi, dan jiwa masingmasing. Misalnya dengan ikut serta dalam kegiatan rutin warga seperti perkumpulan, pengajian, kerja bakti, ronda lingkungan dan lain sebagainya. Sekedarnya karena terbelenggu dengan segala aturan pabrik dan menurut saya hanya beberapa saja yang menjalankan ibadah tepat waktu. Macam-macam. Ada yang dilakukan secara individu ada yang dilakukan secara bersamasama. Motivasinya selain untuk memenuhi kebutuhan rohani dan juga untuk ajang bersosialisasi dengan lingkungan. Dapat membaur atau mempunyai hubungan lxxxvii
dapat diperoleh dengan mengikuti kegiatankegiatan sosial keagamaan tersebut? 7. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah akhlak yang ditunjukkan oleh masyarakat karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini? 8. Apa saja contoh akhlak yang mereka tunjukkan dalam bermasyarakat? 9. Menurut pendapat bapak/ibu, masalahmasalah apa saja yang tampak pada masyarakat Desa Klepu RW 2 ini yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan mereka?
10. Solusi apakah yang ditempuh untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang timbul?
yang baik dengan masyarakat.
Baik. Terkesan tidak ada perbedaan.
Tidak terlalu menonjol. Rata-rata sama. Misalnya berperilaku sopan dan lain sebagainya. Masalah-masalah yang ada dalam masyarakat itu banyak. Antara lain lunturnya kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai agama, pengaruh berbagai macam media dan tanpa disaring manfaat dan dampaknya dalam kehidupan, masyarakat terlalu fokus pada kehidupan duniawinya saja, terlalu mengutamakan status sosial ekonominya saja sehingga mengesampingkan akhiratnya, serta yang tidak kalah penting adalah semakin langka pemimpin yang mampu mengayomi warganya sehingga segala permasalahan yang ada dalam kehidupan dimasyarakat menjadi semakin parah. Solusi yang paling realistis untuk mengatasinya ya dimulai dari diri kita sendiri. Seperti melaksanakan shalat tepat waktu, tidak hanya wajibnya, tapi juga menjalankan sunahsunahnya, meningkatkan iman dan taqwa, bersikap baik dengan semua orang dan berusaha untuk dapat menjadi suri tauladan yang baik keluarga pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
lxxxviii
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Responden Nama : Bapak „J‟ Jabatan : Tokoh Masyarakat Pekerjaan : Karyawan PT. UIB B. Hasil Wawancara Pertanyaan 1. Bagaimana karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini membagi waktu antara waktu bekerja dengan bersosialisasi dengan lingkungan? 2. Bagaimana cara karyawan industri membangun interaksi dengan masyarakat sekitar? 3. Bagaimana cara karyawan industri membagi waktu antara waktu bekerja dan waktu untuk beribadah?
Jawaban Caranya membagi waktu dengan melakukan sosialisasi lingkungan diluar jam kerja.
Dengan mengikuti kegiatan di masyarakat. Seperti kerja bakti, bila ada kumpulan lingkungan ya berangkat, mengikuti pengajian yang ada, baik yang rutin ataupun tidak dan banyak lagi yang lainnya. Tetap menyempatkan beribadah didalam aktifitasnya bekerja. Karena bekerja disediakan waktu untuk istirahat. Waktu tersebut dapat digunakan selain untuk beristirahat juga digunakan untuk melakukan ibadah walau hanya sekedarnya. Tapi semua itu kembali pada individu masing-masing. 4. Ibadah atau kegiatan Semua ibadah insya Allah dikerjakan bila tidak keagamaan apa sajakah ada halangan suatu apapun. yang karyawan industri kerjakan? 5. Apakah motifasi Motivasi warga untuk membangun rasa warga mengikuti kebersamaan, kerukunan dan lainnya dalam kegiatan-kegiatan hidup bermasyarakat. tersebut? 6. Manfaat apa yang Dengan lingkungan menjadi rukun, tentram, dapat diperoleh dengan lebih dekat dengan Allah, dan tenang mengikuti kegiatan- hidupnya. kegiatan sosial keagamaan tersebut? 7. Menurut bapak/ibu, Rata-rata sudah cukup baik. bagaimanakah akhlak lxxxix
yang ditunjukkan oleh masyarakat karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini? 8. Apa saja contoh akhlak yang mereka tunjukkan dalam bermasyarakat? 9. Menurut pendapat bapak/ibu, masalahmasalah apa saja yang tampak pada masyarakat Desa Klepu RW 2 ini yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan mereka? 10. Solusi apakah yang ditempuh untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang timbul?
Sebagian sudah dapat menjaga hubungan baik dengan sesama, saling menghormati, mengahargai antar sesama. Kepengurusan yang kurang dapat dipercaya, kurang dapat menjaga amanah yang dipercayakan warga kepadanya, tidak dapat menjadi contoh yang baik bagi warganya. Permasalahan dari karyawan industri biasanya adalah masalah waktu yang sebagian besar digunakan untuk bekerja dan dikejar target produksi. Diadakan reorganisasi kepengurusan yang benar-benar bisa dipercaya dan dapat menjadi contoh yang baik pagi warganya.
xc
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Identitas Informan Nama Jabatan Pekerjaan
: Bapak „J‟ : Ketua RT : karyawan swasta
B. Hasil Wawancara Pertanyaan 1. Bagaimana karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini membagi waktu antara waktu bekerja dengan bersosialisasi dengan lingkungan? 2. Bagaimana cara karyawan industri membangun interaksi dengan masyarakat sekitar? 3. Bagaimana cara karyawan industri membagi waktu antara waktu bekerja dan waktu untuk beribadah? 4. Ibadah atau kegiatan keagamaan apa sajakah yang karyawan industri kerjakan?
Jawaban Bila sedang tidak bekerja atau libur pasti berkumpul dengan lingkungan.
Bila libur atau sudah pulang kerja para karyawan mengikuti kegiatan rutin yang ada di masyarakat.
Bila didalam waktu kerja ada yang beribadah dan ada yang tidak. Alasannya karena dikejar oleh target produksi pabrik, tapi semua tergantung pada pribadi orang masing-masing.
Kegiatan keagamaan yang dikerjakan ya shalat. Sendiri dirumah atau dilakukan berjamaah di majid atau mushala. Shalat yang dilakukan berjamaah dimasjid atau mushala itu lebih baik dari pada shalat sendiri dirumah karena pahalanya berlipat ganda dan juga menambah kerukunan antar warga yang sering bertemu saat shalat berjamaah. Kegiatan lainnya adalah pengajian ibu-ibu, bapak-bapak, pengajian perayaan hari besar Islam, ngaji tadarus Al Quran di mushala atau masjid sekitar dan banyak lagi yang lainnya. 5. Apakah motifasi Beramal untuk lebih mendekatkan diri pada warga mengikuti Allah, guyup rukun dengan tetangga. kegiatan-kegiatan tersebut? 6. Manfaat apa yang Hubungan dengan tetangga menjadi rukun, xci
dapat diperoleh dengan mengikuti kegiatankegiatan sosial keagamaan tersebut? 7. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah akhlak yang ditunjukkan oleh masyarakat karyawan industri di Desa Klepu RW 2 ini? 8. Apa saja contoh akhlak yang mereka tunjukkan dalam bermasyarakat?
9. Menurut pendapat bapak/ibu, masalahmasalah apa saja yang tampak pada masyarakat Desa Klepu RW 2 ini yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan mereka? 10. Solusi apakah yang ditempuh untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang timbul?
tidak segan-segan untuk menolong dan juga minta tolong.
Ada yang baik dan juga ada pula yang buruk.
Yang baik ya sopan, beribadah rajin, ramah dan tidak sombong banyak teman. Yang buruk ya kalo bertemu tetangga tidak saling sapa, tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dalam masyarakat, salah memilih pergaulan dan lain-lain. Banyak mbak, bermacam-macam. Masalah dalam warga, walaupun sudah ada kegiatan rutin warga tapi banyak yang masih malas berangkat. Warga yang kos atau mengontrak cenderung menyendiri tidak mau berbaur dengan masyarakat seperti mengikuti kegiatan rutin, dan juga organisasi yang kurang dapat dipercaya. Dilakukan pendekatan bila waktu pengajian rutin ya anggota mengajak warga yang lain agar mau mengikuti. Dan dipilih pengurus organisasi yang baru yang lebih dapat dipercaya oleh warganya.
xcii
PEDOMAN WAWANCARA
A. Kehidupan Sosial Keagamaan 1. Teori/pengetahuan dan Praktek/amalan a. Akidah (Rukun Iman) b. Syari‟ah/syari‟at (Ibadah, Rukun Islam) Shalat munfarid dan shalat berjamaah Puasa Zakat Haji c. Akhlak (Akhlak terhadap diri sendiri, Akhlak terhadap Allah, Akhlah terhadap sesama, Akhlak terhadap alam semesta) 2. Kegiatan sosial keagamaan masyarakat perindustrian a. Shalat Berjamaah b. Pengajian Yasin Tahlil c. Pengajian Al Barzanji d. Pengajian Al Manaqib e. Pengajian perayaan hari besar B. Permasalahan Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Perindustrian 1. Waktu 2. Status Sosial Ekonomi 3. Pengurus 4. Status Domisili Masyarakat C. Solusi yang Ditempuh untuk Mengatasi Permasalahan Sosial Keagamaan Masyarakat Industri 1. Kegiatan atau agenda pengajian disesuaikan dengan kesiapan waktu anggota. 2. Diadakan beberapa kegiatan yang terkait dengan peningkatan ekonomi warga diantaranya melalui arisan dan juga simpan pinjam untuk warga yang membutuhkan. 3. Diadakan reorganisasi kepengurusan 4. Dilakukan pendekatan terhadap warga oleh pengurus dan anggota agar bersedia mengikuti kegiatan dalam masyarakat.
xciii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Eri Syahriar
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 24 November 1991
Agama
: Islam
Alamat
: Macan Mati 2/2 Ds. Klepu Kec. Pringapus Kabupaten Semarang
Riwayat Pendidikan
: TK Mekar Sari Klepu
(1997-1998)
SD N 1 Klepu
(1998-2004)
SMP N 1 Bergas
(2004-2007)
SMA N 2 Ungaran
(2007-2010)
xciv
PETA DESA KLEPU RW 2 KEC. PRINGAPUS KAB. SEMARANG
FOTO ACARA PERINGATAN MAULID NABI
xcv
KEGIATAN SHALAT BERJAMAAH
xcvi
KEGIATAN PENGAJIAN RUTIN
xcvii
xcviii