DESKRIPTIF RACANA WALISONGO DALAM MEMBINA AMALIAH DINIAH MASYARAKAT DUKUH BANJARSARI KELURAHAN BRINGIN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh : Izul Wafa NIM :3105010
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO 2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal
Tanda Tangan
Dr. H. Ruswan, M.A Pembimbing I
................
.............................
Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag Pembimbing II
...............
..............................
II
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal
Tanda Tangan
Dra. Siti Mariam, M.Pd Ketua Sidang
____________
_______________
Hj. Nur Asiyah, MSI Sekretaris Sidang
____________
_______________
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd. Anggota
____________
_______________
Ridwan, M.Ag Anggota
____________
_______________
III
MOTTO
”Kesuksesan tidak terjadi di luar dugaan, Kesuksesan terjadi melalui cara berfikir anda,”
Roberrt schuller
IV
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : ¾ Kepada kedua orang tua yang senantiasa selalu mendoakan penulis ¾ Kepada bapak Saripan dan bapak Sutikno yang selalu menbantu dalam penelitian penulis ¾ Sahabat-sahabat ku Racana Walisongo yang selalu memberikan motivasi kepada penyusun ¾ Adik-adikku di Racana Walisongo IAIN Walisongo Semarang ¾ Para pembaca budiman
V
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Desember 2009 Deklarator,
Izul Wafa NIM. 3105010
VI
ABSTRAK Izul Wafa ( 3105010). Upaya Racana Walisongo Semarang dalam Peningkatan Keberagamaan Masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIn Walisongo, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana keberagamaan masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang sebelum dibina oleh Racana Walisongo; (2) Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Racana Waisongo dalam peningkatanan keberagamaan masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang; (3) Bagaimana keberagamaan masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang setelah dibina oleh Racana Walisongo. Penelitian ini merupakan penelitian Field Research dengan Tehnik Analisis Induktif. Data yang terkumpuln kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan induktif. Hasil penelitain menunjukkan bahwa (1) Kehidupan keberagamaan masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang sebelum dibina oleh Racana Walisongo dapat dikatakan masih kurang dalam pemahaman tentang agama Islam; (2) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Racana Walisongo berupa kegiatankegiatan keagamaan seperti: Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), Amalan Ramadhan, dan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) yang meliputi peringatan Hari Raya Idul Adha, Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan Halal Bihalal; (3) Kehidupan keberagamaan masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang setelah dibina oleh Racana Walisongo mengalami peningkatan dalam pemahaman tentang agama Islam, hal ini terbukti dengan bertambahnya kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan secara rutin. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para sivitas akademika, para mahasiswa, para tenaga pengajar mata kuliah jurusan dan program studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang terutama dalam memberi dorongon kepada mahasiwa agar senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi secara lebih memadai.
VII
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang selalu membimbing dan meridhoi penulis dalam masa penyusunan skripsi ini, tanpa ridho Allah SWT mustahil penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis persembahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kami nantikan syafaatnya di hari kiamat. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan studi program strata I (S.I) di Fakultas Tarbiyah, sebagai penulis tentunya masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang ada pada skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis
memepersembahkan
skripsi yang
berjudul
”Deskriptif
Racana
Walisongo dalam Membina Amaliah Diniah Masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skrisi ini dapat terselesaikan. Untuk iti penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. Ibnu Hajar M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
2.
Drs. H. Mustaqim, M.Pd, selaku Dosen Wali studi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
3.
Dr.H. Ruswan,. M.A. dan Hj. Lift Anis Ma’shumah,. M.Ag. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penyusun selama masa penyusunan skripsi ini.
4.
Para dosen dan para staf pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5.
Bapak Saripan, Sutarno, dan bapak Rokhim, selaku orang yang dihormati di Dukuh Banjarsari dan seluruh masyarakat Dukuh Banjarsari dengan dorongan dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
VIII
6.
Ayah dan ibuku tercinta serta kakak dan adikku yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi serta iringan doa demi suksesnya studi penulis.
7.
Adik-adikku di Racana Walisongo yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi.
8.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis semasa penyusunan skripsi ini. Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka, hanya doa yang dapat
penulis berikan semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWt dan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda. Amin. Akhir kata dengan segala harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi peneliti khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Semarang, Desember 2009 Penyusun
Izul Wafa Nim :3105010
IX
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
ii
HALAMAN MOTO .......................................................................................
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
v
HALAMAN KATA PENGANTAR ..............................................................
vi
DARTAR ISI ..................................................................................................
viii
BAB I
BABII
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ......................................
1
B. PENEGASAN ISTILAH .......................................................
4
C. RUMUSAN MASALAH ........................................................
5
D. TUJUAN PENELITIAN........................................................
6
E. KAJIAN PUSTAKA ..............................................................
6
F. METODE PENELITIAN ......................................................
7
RACANA DALAM MEMBINA AMALIAH DINIAH A. RACANA ..............................................................................
BAB III
10
1.
Pengertian Racana .......................................................
10
2.
Membina .......................................................................
10
3.
Nilai-nilai Gerakan Pramuka .....................................
13
B. AMALIAH DINIAH ............................................................
17
1.
Pengertian Amaliah Diniah .........................................
17
2.
Bentuk-bentuk amaliah Diniah...................................
17
C. CARA-CARA PENINGKATAN AMALIAH DINIAH....
24
RACANA
WALISONGO
PENINGKATAN
AMALAH
DINIAH MASYARAKAT BANJARSARI KELURAHAN
X
BRINGIN
KECAMATAN
NGALIYAN
KOTA
SEMARANG A. RACANA WALISONGO ......................................................
27
1.
Sejarah Berdirinya Racana Walisongo.....................
29
2.
Kegiatan-kegiatan di Racana Walisongo ..................
29
3.
Struktur organisasi dan Program Kerja Racana Walisongo ....................................................................
B. GAMBARAN
UMUM
DUKUH
31
BANJARSARI
KELURAHAN BRINGIN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG.............................................................. C. CARA-CARA
RACANA
WALISONGO
35
DALAM
PENINGKATAN AMALIAH DINIAH MASYARAKAT DUKUH
BANJARSARI
KELURAHAN
BRINGIN
KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG ...........
37
D. PENINGKATAN AMALIAH DINIAH MASYARAKAT DUKUH
BANJARSARI
KELURAHAN
BRINGIN
KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG ...........
39
1. Dukuh Banjarsari sebelum dibina oleh Racana Walisongo ..........................................................................
39
2. Masyarakat Dukuh Banjarsari setelah dibina Racana Walisongo ..........................................................................
BAB IV
ANALISIS
DESKRIPTIF
DALAM
PENINGKATN
RACANA
40
WALISONGO
AMALIAH
DINIAH
MASYARAKAT DUKUH BANJARSARI KELURAHAN BRINGIN
KECAMATAN
NGALIYAN
KOTA
SEMARANG A.
B.
HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT...................................................................
44
RACANA WALISONGO ....................................................
46
XI
C.
AMALIAH
DINIAH
BANJARSARI
MASYARAKAT
KELURAHAN
DUKUH BRINGIN
KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG .........
BAB V
48
PENUTUP A. KESIMPULAN.......................................................................
52
B. SARAN-SARAN .....................................................................
53
C. PENUTUP ...............................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
XII
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam adalah agama yang bersifat universal artinya agama yang diperuntukkan kepada seluruh umat manusia dengan memberikan jalan keselamatan dan kedamaian di dunia akhirat, karena di dalam agama Islam terdapat beberapa petunjuk tentang bagaimana hidup dan untuk apa hidup di dunia ini terutama agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah. Konsep akhlakul karimah dalam Islam merupakan suatu pedoman bagi manusia untuk menjalani kehidupannya dengan berperilaku yang baik. Dengan berakhlak baik, insya Allah selamat hidup di dunia dan akhirat kelak. Allah berfirman:
{29} ب ٍ ﻦ ﻣَﺂ ُﺴ ْﺣ ُ ت ﻃُﻮﺑَﻰ َﻟ ُﻬ ْﻢ َو ِ ﻋ ِﻤﻠُﻮ ْا اﻟﺼﱠﺎِﻟﺤَﺎ َ ﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮ ْا َو َ اﱠﻟﺬِﻳ “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan (di dunia) dan (di akhirat) tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d (13): 29).1 Demi terwujudnya manusia yang berakhlakul karimah dan beriman, maka perlu adanya suatu pendidikan, karena suatu lembaga pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan-latihan agar bisa berguna di masa mendatang, dan salah satu lembaga tersebut adalah lembaga pendidik di perguruan tinggi. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah pendidikan, karena pendidikan adalah sebuah penanaman modal manusia untuk masa depan dengan membekali generasi muda dengan budi pekerti yang luhur dan kecakapan yang tinggi.
1
Yatimin Abduallah, Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran,(Jakarta: Amzah 2007), hlm.
186
1
2
Pendidikan agama Islam merupakan masalah penting dan fundamental dalam kaitannya dengan budaya lokal. Pendidikan agama Islam merupakan suatu pembinaan terhadap pembangunan bangsa secara keseluruhan, terwujudnya
kehidupan
masyarakat
yang
berpegang
pada
moralitas
merupakan salah satu hasil dari pendidikan agama Islam. Tugas pendidikan Islam ini merupakan realisasi dari pengertian Tarbiyah Al-Insya (menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi). Asumsi tugas ini adalah bahwa manusia mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut2 Dalam kebijakan nasional di bidang pendidikan tinggi telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN ) dinyatakan bahwa pendidikan tinggi di kembangkan dan peranan perguruan tinggi diarahkan untuk: a.
Menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa depan bangsa Indonesia.
b.
Mendidik mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap masa depan bangsa Indonesia.
c.
Menggiatkan
mahasiswa
sehingga
bermanfaat
bagi
usaha-usaha
pembangunan nasional pembangunan nasional dan pembangunan daerah. d.
Mengembangkan tata kehidupan kampus yang memadai dan tampak jelas corak khas kepribadian Indonesia3. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan mempunyai fungsi
mengolah, mengembangkan dan menciptakan nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat melalui proses yang disebut penyelidikan (research). Sedangkan untuk mengembangkannya diadakan suatu pengabdian pada masyarakat
2
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidkan Islam, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992), hlm. 117 3 Oemar Hamalik, Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi, (Bandung: Sinar Baru 1991), hlm. v
3
dimana perguruan tinggi turut aktif memberi sumbangan-sumbangan yang dibutuhkan oleh masyarakat.4 Hal tersebut adalah merupakan misi penting dari suatu perguruan tinggi yang disebut sebagai Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian di masyarakat.5. Yang semuanya akan bermanfaat apabila di aplikasikan secara kongkrit. Sementara itu perguruan tinggi juga bertujuan mendidik mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta memiliki sikap tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat sesuai dengan Dharma perguruan tinggi diatas. Keberhasilan perguruan tinggi menjadi suatu tumpuan dan harapan masyarakat yang salah satunya berpangkal pada aktivitas mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Wujud aktivitas tersebut terbentuk dalam suatu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bertujuan mengembangkan potensi mahasiswa dan kepedulian Racana Walisongo dibuktikan dengan adanya sebuah desa yang menjadi objek binaan (Desa Binaan) yang berada di Dukuh Barjarsari Kelurahan Bringin KecamatanNyaliyan kota Semarang. Masyarakat Banjarsari sebelum dibina oleh racana Walisongo dalam kehidupan sehai-hari sudah adanya kegiatan-kegiatan sosial ataupun keagamaan, tetapi kegiatan tersebut tidak berjalan secara lancar dengan semestinya atau vakum, seperti halnya kegiatan-kegiatan keagamaan yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), tahlilan dan dibaan. Setelah mayarakat Barjarsari dibina oleh Racana Walisongo dalam kehidupan sehari-hari sangat menjunjungtinggi tradisi sosial yang merupakan ciri khas masyarakat desa pada umumnya dibandingkan dengan masyarakat kota dan kegiatan-kegiatan yang sudah ada di masyarakat Banjarsari dimaksimalkan kembali, seperti halnya kerja bakti, orang desa menyebutnya Gugur Gunung. Selain tradisi dalam kehidupan sosial, masyarakat Barjarsari juga melaksanakan tradisi dalam kehidupan beragama, seperti halnya setiap 4
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam Suatu Analisis Sosio Psikologi, (Jakarta: Pustaka Al-Husna), 1985, hlm. 92 5 Anton Bakir dkk, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius 1991), hlm. 12.
4
malam Rabu diadakannya tahlilan para bapak-bapak, dan malam Jum’at diadakannya dibaan para ibu-ibu. Racana walisongo merupakan salah satu UKM yang ada di lingkungan IAIN Walisongo yang bergerak di bidang kepramukaan. Sebagai bentuk kepedulian terhadap perkembangan umat. Racana walisongo berusaha mengabdikan kepada masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai obyek binaan, dan desa binaan tersebut berada di Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Dari uraian diatas, penulis berusaha mendeskripsikan kehidupan keberagamaan masyarakat Barjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang dalam suatu skripsi yang bejudul : Deskriptif Racana Walisongo Dalam membina Amaliah Diniyah Masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
B. PENEGASAN ISTILAH Untuk menghindari penafsiran dan pemahaman yang berbeda dengan judul di atas, maka penulis memberikan batasan-batasan dalam kajian penelitian ini. Batasan-batasan tersebut adalah : 1.
Deskriptif Deskriptif adalah menggambarkan apa adanya6. Deskriptif yang dimaksud peneliti adalah pemaparan atau penggambaran dengan katakata secara jelas dan terperinci.
2.
Racana Walisongo Racana Walisongo Semarang adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berada di IAIN Walisongo Semarang yang bergerak di bidang kepramukaan.
3.
Membina Membina adalah meperkenalkan, menumbuhkan, dan membimbing (usaha,)7. Membina yang dimaksud peneliti adalah usaha untuk
6
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka: 1990, Jakarta). Hlm. 201 Ibid., 1160
7
5
mengarahkan atau memberikan bantuan ke arah yang sesuai dengan aturan-aturan agama. 4.
Amaliah Diniah Amaliah diniah adalah Perbuatan (amal) yang bersifat keagamaan8. Amaliah diniah yang dimaksud peneliti adalah amal perbuatan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam.
5.
Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Dukuh ini merupakan desa binaan Racana Walisongo sekaligus sebagai tempat penelitian.
C. RUMUSAN MASALAH Ada beberapa masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana
amaliah diniah masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan
Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang sebelum dibina oleh Racana Walisongo ? 2.
Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Racana Walisongo dalam rangka membina amaliah diniah masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin kecamatan Ngaliyan Kota Semarang ?
3.
Bagaimana
amaliah diniah masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan
Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang setelah dibina oleh Racana Walisongo ?
D. TUJUAN PENELITIAN Sebagai acuan dalam rumusan permasalahan di atas maka tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui : 1.
Amaliah diniyah masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang sebelum dibina oleh Racana Walisongo.
8
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka: 1990, Jakarta). Hlm. 30
6
2.
Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Racana Walisongo dalam meningkatkan amaliah diniyah masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
3.
Amaliah diniyah masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang setelah dibina oleh Racana Walisongo.
E. KAJIAN PUSTAKA Skripsi yang disusun oleh Ani Purwaningsih yang berjudul “Peranan Pendidikan Agama Islam di Masyarakat dalam meningkatkan kehidupan beragama di Desa Depok Kecamatan Pangkan Kabupaten Tegal Tahun 1998/1999”, yang berisi bahwa pendidikan Agama Islam di tengah-tengah masyarakat adalah usaha pendidikan agama Islam di tengah-tengah masyarakat berupa pelaksanaan pengajian yang meliputi pembinaan ibadah, akhirat, aqidah dan muamalat yang sesuai dengan ajaran agama Islam terhadap masyarakat agar memiliki pemahaman, penghayatan dan pengenalan tentang ajaran-ajaran Islam. Skripsi yang kedua berjudul “Kontribusi Racana Walisongo Semarang dalam pengembangan kehidupan beragama di Dukuh Jamalsari Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang” yang disusun oleh Muwahidatun Nahriyah Nim: 3100028 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2005, yang berisi bahwa usaha Racana Walisongo Semarang dalam pengembangan kehidupan beragama yang berupa penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-qur’an (TPQ), tahlilan, amalan Ramadhan dan peringatan Hari Besar Agama Islam dengan maksud agar nantinya masyarakat jamalsari memiliki pemahaman tentang Agama Islam. Dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling” karangan prof. Dr. Priyatno dan Dra. Ermananti, tahun 1999 yang
7
menegaskan bahwa bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.9 Sedangkan penelitian yang berusaha diajukan oleh penulis adalah Upaya Racana Walisongo Semarang dalam Peningkatan keberagamaan Masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, dan sejauh ini belum adanya seseorang yang meneliti terutama sebagai obyeknya yaitu Dukuh Barjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Nyaliyan Kota Semarang.
F. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Tempat penelitian Tempat penelitian yang di lakukan peneliti adalah berada di Dukuh Banjarsari kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
2.
Waktu penelitian Peneliti dalam melakukan penelitian di Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang selama dua bulan.
3.
Variabel penelitian Variabel penelitian yang digunakan peneliti yang pertama adalah Racana dalam membina dan amaliah diniyah masyarakat Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang
4.
Sumber data Peneliti dalam mendapatkan sumber data penelitian ini melalui tokoh masyarakat, tokoh agama, Ketua Racana, dan Dewan Racana Walisongo khususnya Bidang Sosial Keagamaan (SOSAG).
1.
Metode pengumpulan data a. Metode Observasi
9
Ibid., hlm. 94.
8
Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.10. Observasi sebagai alat pengumpul data adalah suatu kegiatan mengadakan pengamatan secara teliti dan seksama serta mencatat fenomena-fenomena (gejala) yang dilihat dalam sebab akibat11. Dalam hal ini peneliti mengamati dan mencatat gambaran umum kehidupan masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang yang berupa pelaksanaan shalat berjamaah,Taman Pendidikan AlQur’an (TPQ), dan Jamaah tahlilan. b. Metode wawancara atau interview Metode wawancara atau interview adalah “Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewancara kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.12 Dengan demikian metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi atau data tentang kehidupan keberagamaan masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan nyaliyan Kota Semarang. Peneliti meminta informasi dari Racana Walisongo adalah dari Ketua Racana Domesioner Masa Bakti 2006 yaitu Muhlisin,S.Sos.i, Ketua Racana Demisioner Masa Bakti 2008 yaitu Ari Pramono, Di samping itu peneliti juga meminta informasi dari pihak Dukuh Barjarsari yaitu Bapak Sutarno (mantan Ketua RT),Bapak Saripan (Ketua RT) dan Bapak Rokhim (Tokoh Agama setempat). c. Metode Dokumentasi
10 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 19997), hlm. 63. 11 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Suatu Penelitian Kualitatif Paradigma Ilmu Komunikasi dan Sosial Lainnya, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya 2001), hlm. 156. 12 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 1999, hlm. 67
9
Metode dokumentasi adalah mencari hal-hal yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.13 Metode ini digunakan untuk memperoleh data dokumen atau arsip yang berhubungan dengan Racana Walisongo dan Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Data-data yang digunakan peneliti adalah Matrik program kerja Racana Walisongo mulai Tahun 2006 s.d Tahun 2009 dan foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan Dukuh Barjarsari. Selanjutnya data-data dikumpulkan agar nantinya dokumen menjadi valid dan sah, maka peneliti menggunakan cara Triangulasi dengan tujuan sebagai pembanding terhadap data-data tersebut. 2.
Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga data ditemukan dan dapat dirumuskan seperti yang disarankan oleh datadata14. Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deduktif yaitu analisis data untuk mengungkapkan dan memahami kebenaran yang diperoleh dari pengamatan-pengamatan dan pernyataan-pernyataan informan dari hal-hal yang bersifat khusus kepada hal-hal yang bersifat umum.
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Relasi V, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 206. 14 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 1999), hlm. 23.
BAB II RACANA DALAM MEMBINA AMALIAH DINIAH
A. RACANA 1. Pengertian Racana Pandega (Racana) adalah golongan pramuka setelah penegak. Anggota pramuka yang termasuk dalam golongan ini adalah yang berusia dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun. Kegiatannya sama dengan kegiatan penegak sehingga di kwartir ditangani oleh Dewan Kerja yang dikenal dengan Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega1. Kelompok umum adalah sebuah tingkatan dalam kepramukaan yang ditentukan dalam sistem anggotanya yaitu: 1. Kelompok umum usia 7-10 tahun disebut dengan Pramuka siaga. 2. Kelompok umum usia 11-15 tahun disebut dengan Pramuka Penggalang. 3. Kelompok umum usia 16-20 tahun disebut dengan Pramuka Penegak 4. Kelompk umum usia 21-25 tahun disebut dengan pramuka Pandega (Racana)2. Jadi bahwa racana itu adalah sebuah tingkatan dalam bidang kepramukaan yang berada di perguruan tinggi. Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan dan pengabdian serta mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya organisasi kepramukaan.
2. Membina Membina merupakan kegiatan memperkenalkan, menumbuhkan dan membimbing3. Untuk itu yang namanya pembinaan itu sangat diperlukan agar nantinya apa yang diharapkan oleh penbina bisa tercapai sesuai apa yang diinginkan. Sedangkan membina itu meliputi : 1
http://id. Wikipedia. Org/wiki/pandega. 31 Desember 2009 http:// id. Wikipeia.org/wiki/ gerakan pramuka Indonesia. 31 Desember 2009 3 Lembaga Pendidikan kader Gerakan Pramuka Tingkat Nasional Panduan Kursus Pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar (Kwartir Cabang 1205 : Yogyakarta), hlm. 31 2
10
11
a. Kepribadian Sejak dilahirkan, setiap orang bertumbuh dan berkembang menurut masa perkembangan yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri. Sehingga dalam hal inilah arti pendidikan ditengah kehidupan masyarakat yaitu membantu agar tiap-tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masingmasing. Tanda-tanda kepribadian sehat adalah : 1) Kepercayaan yang mendalam kepada diri sendiri dan orang lain. Kepercayaan pada dunia luar ini dipupuk sejak masih kecil di bawah asuhan ibu. Anak yang terlalu cepat dilepas dari dada ibunya akan kurang mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan pada dunia, bila hal ini terjadi, maka ia akan mencari bentuk kemesraan dalam bentuk lainnya, misalnya dari kakek, nenek atau gurunya. 2) Tidak ragu-ragu tetapi berani. Harus dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. 3) Berkembang inisiatifnya. Yang dapat mematikan inisiatif adalah suara hati yang selalu merasa bersalah. Berikanlah kesempatan kepada pemuda-pemuda untuk mengerjakan pekerjaan yang menuntut tanggungjawab, walaupun pada mulanya ia banyak berbuat salah. 4) Mempunyai semangat kerja. Pujian yang tidak wajar dan teguran-teguran yang terlalu sering akan mematikan semangat kerja. Padahal harga diri yang timbul selalu berasal dari hasil kerja yang nyata. 5) Bersikap jujur pada diri sendiri. Berani melihat dengan sadar akan diri sendiri, bahkan dapat melihat kekurangannya sendiri pula. 6) Mampu berdedikasi.
12
Untuk ini jangan disamakan dengan sikap mengalah yang tidak pada tempatnya, sehingga mudah ditindas oleh orang lain dan tidak mempunyai kekuatan untuk mempertahankan diri4. b. Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan untuk memciptakan sesuatu yang baru5. Baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki oleh individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya ditemukan bahwa kreativitas tidak berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Beberapa faktor yang mempengarui perkembangan kreativitas adalah : 1. Usia 2. Tingkat pendidikan orang tua 3. Tersedianya fasiltas 4. Penggunaan waktu luang6. c. Meningkatkan kemampuan peserta didik(intelektual)7. Perkembangan intelektual sering dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Intelektual adalah akal budi berdasarkan aspek kognitifnya, khususnya proses berpikir yang lebih tinggi8. Perkembangan intelektual sebenarnya dipengarui oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Faktor-faktorm ini pada kenyataannya tidak terpisahkan secara sendiri-sendiri melainkan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
4
Agus Sujanto dkk, Psikologi Kepribadian (Bumi Aksara: Jakarta, 2004), hlm. 157-158 Muhammad Ali, Psikologi Remaja (Bumi Aksara: Jakarta, 2004), hlm. 41 6 Ibid. hlm. 54 7 Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka, Op. Cit. hlm. 31 8 Op. cit. hlm. 27 5
13
1. faktor hereditas Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi kemmpuan berpikir secara normal atau tidak normal. Namun potensi ini tidak akan berkembang secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan
untuk
berkembang.
Oleh
karena
itu
peranan
lingkungan sangat menentukan perkembngan intelektual. 2. Faktor lingkungan Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelektual anak yaitu : a. Keluarga Pengaruh yang paling penting dilakukan oleh keluarga adalah memberikan pengalaman kepada anakdalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. b. Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk
meningkatkan
perkembangan
anak
termasuk
perkembangan berpikir anak9.
3. Nilai-Nilai Gerakan Pramuka Gerakan pramuka merupakan suatu wadah pembinaan generasi muda yang memiliki sasaran dan tujuan untuk membentuk manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur baik mental maupun spiritual, sehingga dibutuhkan kesungguhan dalam mempersiapkan generasi muda, menanam, memupuk dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang akan menjadikan bekal untuk mengarungi kehidupan ini. Gerakan Pramuka dapat di dirikan diseluruh wilayah tanah air Indonesia dan diikuti oleh seluruh bangsa Indonesia tanpa membedakan 9
Op. Cit. hlm. 34-35
14
suku dan ras Gerakan Pramuka. Keanggotaan Gerakan Pramuka bersifat sukarela yang berarti tidak ada unsur kewajiban dan paksaan. Gerakan Pramuka memberi kebebasan kepada anggotanya untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing, membina anggotanya agar meningkatkan ketakwaan dan menjalankan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta memupuk kerukunan hidup beragama dengan saling menghormati, menghargai kepercayaan orang lain. Adapun nilai-nilai yang perlu ditanam, dipupuk dan dikembangkan di dalam diri dan pada generasi muda terdapat dalam kode kehormatan yang juga dapat disebut Kode Etik atau Kode Tingkah Laku dalam bentuk Janji dan dalam bentuk ketentuan Moral10. Makna kode kehormatan itu sendiri adalah suatu norma atau ukuran kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan di dalam hati seseorang, sedangkan kode kehormatan pramuka adalah budaya organisasi gerakan pramuka yang melandasi sikap, tingkah laku anggota gerakan pramuka dalam hidup dan kehidupan berorganisasi11. Tetapi tidak menutup kemungkinan kode kehormatan ini diterapkan atau diamalkan oleh masyarakat umum dalam kehidupan sehari-hari demi tercapainya kehidupan yang baik dan tenteram. Pengamalan kode kehormatan pramuka akan terwujud dengan jelas dan dilaksanakan dengan kesadaran bilamana dalam jiwa Pramuka terpateri dengan kuat Prinsip Dasar Kepramukaan karena prinsip dasar kepramukaan adalah dasar pelaksanaan dari kode kehormatan pramuka dalam kehidupan sehari-hari seorang pramuka sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, individu dan anggota masyarakat serta lingkungannya.
10
Op. Cit., hlm. 12 Keputusan Kwartir Nasional Gerkan Pramuka Nomor :086 Tahun 2005 tentang Anggaran Dasar Rumah Tangga Gerakan Pramuka,Pasal 21 Tentang Kode Kehormatan, hlm. 40 11
15
Kode Kehormatan Pramuka terdiri atas Janji (Satya) dan ketentuan Moral (Darma) yang merupakan satu unsur dari Metode Kepramukaan dan alat pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan12. Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk Janji adalah janji yang diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggoa gerakan pramuka setelah memenuhi persyaratan kenggotaan. Janji itu disebut Trisatya Pramuka, Trisatya Pramuka yaitu :
TRISATYA Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh : 1. Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila 2. Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat 3. Menepati Dasadarma13 Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk ketentuan moral (Darma) adalah alat proses pendidikan sendiri yang progesif untuk mengembangkan budi pekerti luhur, upaya memberi pengamalan praktis yang mendorong anggota Pramuka menemukan, menghayati, memetuhi sistem nilai yang di miliki masyarakat dimana ia hidup dan menjadi anggota.
Ketentuan
Moral
tersebut
adalah
Dasadarma
Pramuka,
Dasadarma Pramuka Yaitu :
DASADARMA PRAMUKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pramuka itu : Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia Patriot yang sopan dan ksatria Patuh dan suka bermusyawarah Rela menolong dan tabah Rajin, terampil dan bahagia Hemat, cermat dan bersahaja Disiplin,berani dan setia
12 Kwartir Daerah Jawa Tengah,Bahan Serahan Kursus Mahir Lanjutan (KML), Tahun 2001, hlm. 17 13 Op. Cit., hlm. 40
16
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya 10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan14 Pengamalan Kode kehormatan dilaksanakan dengan : 1. Menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan masingmasing. 2. Membina kesadaran berbangsa dan bernegara. 3. Mengenal, memelihara dan melestarikan lingkungan beserta alam seisinya. 4. Memiliki sikap kebersamaan, tidak mementingkan diri sendiri, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat 5. Hidup secara sehat jasmani dan rohani. 6. Belajar mendengar, menghargai dan menerima pendapat atau gagasan orang lain, mawas diri, bersikap terbuka, mematuhi kesepakatan dan memperhatikan kepentingan bersama, mengutamakan kesatuan dan persatuan serta membina diri dalam upaya bertutur kata dan bertingkah laku sopan, ramah dan sabar. 7. Membiasakan diri memberikan pertolongan, berpartisipasi dalam kegiatan bakti sosial, membina kesukarelaan dan kesetiakawanan dan kesabaran dalam mengatasi tantangan tanpa mengenal sikap putus asa. 8. Kesediaan dan keikhlasan menerima tugas sebgai upaya persiapan pribadi menghadapi masa depan, berupa melatih keterampilandan pengetahuan sesuai dengan kemampuannya, riang gembira dalam menjalankan tugas menghadapi kesulitan maupun tantangan. 9. Serasi dan tidak berlebihan, teliti, waspada dan tidak melakukan halhal yang mubazir dengan membiasakan hidup secara bersahaja sebagai persiapan diri agar mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi.. 10. Mengendalikan dan mengatur diri, berani menghadapi tantangan dan kenyataan, berani dalam kebenaran, berani mengakui kesalahan, memegang teguh prinsip dan tatanan yang benar dan taat terhadap aturan atau kesepakatan. 11. Mematuhi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku, kesediaan untuk bertanggungjawab atas segala tindakan dan perbuatan, bersikap jujur dalam hal perbuatan maupun materi, membiasakan diri menepati janji dan bersikap jujur. 12. Memiliki daya pikir dan daya nalar yang baik dalam upaya membuat gagasan dan menyelesaikan permasalahan, berhati-hati dalam bertindak, dalam gagasan, pembicaraan dan tindakan15.
14
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Op. Cit., hlm, 41 Lembaga Pendidikan Kader Gerakanamuka (LEMDIKANAS) candradimuka Bahan Serahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD), (Jakarta :2008), hlm. 25 15
17
B. AMALIAH DINIAH a. Pengertian Amaliah Diniah Amaliah atau amalan berasal dari kata amal yaitu perbuatan, dan proses. Sedangkan agama adalah menguasai, mnundukkan, patuh, dan kebiasaan16. Jadi amaliah diniah adalah perbuatan atau tingkah laku yang timbul sebagai reaksi terhadap kewajiban-kewajiban seseorang untuk memetuhi atau melakukan kebiasaan yang berkaitan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Amaliah diniah atau perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan agama bisa dikatakan sama dengan akhlak Islam. Akhlak Islam itu sendiri adalah tingkah laku manusia yang diwujudkan bentuk perbuatan, ucapan dan pikiran yang sifatnya membangun, tidak merusak lin gkungan, tidak pula bertentangan dengan ajaran agama Islam17.
b. Bentuk-bentuk Amaliah Diniah Islam memberikan amaliah diniah kususnya yang termaktub dalam rukun Islam telah menyentuh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Amaliah diniah itu meliputi : 1. Shalat Shalat menurut bahasa berarti do’a, sedangkan menurut syara’ adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syaratsyarat dan rukun tertentu18. Ibadah
shalat
diperintahkan
oleh
Allah
kepada
Nabi
Muhammad SAW pada saat beliau melakukan Isra’ Mi’raj pada tanggal 27 Rajab 11 kenabian19. Dasar kewajiban untuk melaksanakan shalat disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut: 45
16 17
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Kencana: Jakarta, 2005), hlm. 55 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam perspektif Al-Qur’an, (Amzah: Jakarta, 2007), hlm.
197 18 19
Moh. Saifulloh Al Aziz, Fiqih Islam Lengkap (Terbit Terang: Surabaya, 2005). hln. 147 Ibid
18
⌧ ☺ ”Dan dirikanlah shalat, karena sesungguhnya shlat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”20. Syarat wajib shalat adalah persyaratan yang berhubungan dengan kewajiban seseorang untuk melakukan ibadah, termasuk shalat. Adapun syarat wajib shalat adalah : a. Islam Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib melaksanakan shalat, di dunia ini dia tidak dituntut melaksanakannya meskipun mengerjakan shalat tetap tidak sah. b. Suci dari haid dan nifas Wanita dalam keadaan haid atau nifas tidak sah melaksanakan shalat, bahkan haram hukumnya. c. Berakal Orang yang hilang akalnya karena mabuk, gila atau sebagainya tidak wajib melaksanakan shalat. d. Baligh Seseorang dapat dianggap balig apabila telah memenuhi salah satu dari tanda-tanda berikut ini yaitu : cukup berumur 15 tahun, keluar mani, mimpi basah, dan keluar darah haid bagi wanita. e. Telah sampai dakwah Orang yang belum pernah mendengar dan mendapat perintah tidak wajib shalat. Tetapi apabila ia telah mengetahui perintah itu, maka wajib untuk melaksanakan shalat. 20
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemah (Gema Risalah Press: Bandung, 1992). Hlm. 635
19
f. Melihat dan mendengar Syarat ini diambil dari kebiasaan, bahwa orang yang buta dan tuli sejak dilahirkan, tidak dapat mengetahui hukum-hukum syariat Islam tidak wajib melaksanakan shalat. g. Jada (tidak tidur) Orang yang tidur tidak dikenai kewajiban shalat sehinnga ia bangun, begitu pula orang yang lupa sampai ia ingat21. Shalat mempunyai rukun-rukun yang tanpa itu ia menjadi tidak sah jika salah satu diantanya ditinggalkan. Rukun-rukun shalat itu meliputi : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m.
Niat Berdiri bagi yang kuasa Takbiratul ikhram Membaca surat Al-Fatihah Ruku’ dengan tuma’ninah I’tidal dengan thuma’ninah Sujud dua kali dengan thuma’ninah Duduk antara dua sujud Duduk untuk tasyahud pertama Membaca tasyahud akhir Membaca shalawat atas Nabi Mengucap salam Tertib22. Dalam melaksanakan shalat dianjurkan melaksanakan dengan
berjamaah karena akan mendapatkan dua puluh tujuh keutamaan dari pada shalat sendirian. Shalat yang wajib dilaksanakan ada lima waktu yaitu Mhagrib, Isya’, Subuh, Dhuhur, Ashar. 2. Zakat Zakat berasal dari kata Tazkiyah yang mengandung arti kesuburan, kesucian dan keberkatan, sedangkan menurut syara’ adalah mengeluarkan sebagian dari hartanya yang dimiliki menurut ketentuan syara’23. 21
Op. Cit. hlm. 148 Op. Cit. hlm. 153 23 Op. Cit.hlm. 269 22
20
Dengan demikian orng yang mengeluarkan sebagian dari hartanya untuk zakat akan dapat menambah kesuburan hartanya dan memperoleh keberkahan dan rahmad dari Allah, serta mendapat kesucian diri dan hartanya. Secara garis besar zakat ada dua macam yaitu: a. Zakat Mal Zakat mal yaitu zakat buah-buahan (biji-bijian dan buah-buahan), zakat binatang ternak, zakat emas dan perak (perhiasan) dan zakat perniagaan yang jumlahnya sudah mencapai nishab dan sudah jatuh tempo. b. Zakat fitrah Zakat fitrah yaitu zakat yang dikeluarkan berdasarkan jumlah jiwa atau anggota keluarga. Zakat ini dikelurkan pada saat selesai melaksanakan ibadah puasa ramadhan24. Setiap orang satu sha’ yaitu empat mud (3 kg) berupa bahan makanan yang biasa dikonsumsi dinegerinya. Syarat-syarat wajib zakat fitrah adalah : 1. Islam 2. Mempunyai kelebihan makanan untuk sehari semalam bagi seluruh keluarganya 3. Orang yang bersangkutan hidup dikala matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan. Sedangkan oarang-orang yang wajib menerima zakat fitarah adalah : 1. Faqir Faqir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau usaha yang dapat menjamin 50% kebutuhan hidupnya untuk seharihari. 2. Miskin
24
Moh. Saifulloh Al Aziz, Op. Cit. hlm. 271
21
Miskin adalah orang yang mempunyai harta dan usaha yang dapat menghasilkan lebih dari 50% untuk kebutuhan hidupnya, tetapi tidak mencukupinya. 3. Amil Amil adalah panitia zakat yang dapat dipercayakan untuk mengumpulkan dan membagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan hukum Islam. 4. Muallaf Muallaf adalahorang yang baru masuk Islam dan belum kuat iman dan jiwanya agar bertambah kuat imannya supaya dapat meneruskan Islam. 5. Hamba sahaya Hamba sahaya adalah hamba yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh tuannya dengan jalan menebus dirinya. 6. Gharim Gharim adalah orang yang berhutang untuk sesuatu kepentingan yang bukan ma’siat dan ia tidak sanggup untuk melunasinya. 7. Sabilillah Sabilillah adalah orang yang berjuang dengan sukarela untuk menegakkan agam Allah. 8. Musafir Musafir adalah orang yang kekurangan perbekalan dalam perjalanan dengan maksud baik, seperti menuntut ilmu dan menyiarkan agama Islam25. 3. Puasa Puasa menurut bahasa adalah menahan diri, sedangkan menurut
syara’
adalah
menahan
diri
segala
sesuatu
yang
membatalkan dari mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari 25
Sulaiman Rajid, Fiqih Islam (PT. Sinar Baru: Bandung, 2006), hlm. 210-215
22
karena perintah Allah semata-mata dengan disertai niat dan syaratsyarat tertentu26. Dasar hukum untuk melaksanakan puasa dijelaskan dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Baqorah: 183-184
. ☺⌧
……. ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orng-orang sebelum kamu bertaqwa. (yaitu) dalam beberapa hari tertentu” (Q.S. Al-Baqarah: 183-184)27.
Untuk melaksanakan puasa secara benar dan sah, terdapat beberapa syarat dan rukun yang dianjurkan oleh syara’ yaitu : a. Syarat wajib puasa adalah : 1. Berakal 2. Balig (umur 15 ke atas) 3. Kuat berpuasa b. Syarat sah puasa adalah : 1. Islam 2. Mumayis 3. Suci dari haid dan nifas 4. Dalam waktu yang diperbolehkan berpuasa c. Rukun puasa adalah meliputi : 1. Niat 2. Menahan diri dari yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari28
26 27
Moh. Saifulloh Al Aziz, Op. Cit. hlm. 294 Yayasan Penyelenggara Penterjemah , Op.Cit. hlm
23
Bagi orang-orang yang melaksanakan kewajiban puasa dengan ikhlas, tentu mereka dapat dikatakan telah membuktikan imannya kepada Allah karena iman itu bukan saja diucapkan dengan lidah, tetapi harus diikrarkan dengan kalbu selanjutnya dibuktikan dalam perbuatan29. 4. Haji Haji menurut bahasa adalah menyengaja untuk mengunjungi, sedangkan menurut Syara’ adalah mengunjungi atau menziarai ka’bah di Mekkah dengan niat ibadah kepada Allah dalam waktu dan cara-cara tertentu pula. Syarat-syarat haji meliputi : a. Islam b. Berakal c. Balig d. Kuasa Rukun-rukun haji meliputi : a. Ihram Ihram yaitu berniat mulai mengerjakan haji dan umrah b. Wuquf di Arafah Wuquf dimulai sejak dari tergelincirnya matahari pada tanggal 910 bulan haji. c. Thawaf ifadah Thawaf adalah berkeliling ka’bah d. Sa’i Sa’i adalah berlari-lari kecil antara shafa dan Marwa. e. Memotong rambut Memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai rambut30 Dalam melaksanakan haji dan umroh da tiga cara yaitu: 28
Op. Cit. hlm. 227-230 Nasruddin Razak, Op. Cit. hlm. 204 30 Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ihsan secara Terpadu (Al-Bayan: Bandung, 1998), hlm. 105 29
24
a. Ifrad yaitu mendahulukan haji setelah itu melaksanakan umroh. b. Tamattu yaitu mendahulukan umroh setelah itu melaksanakan haji. c. Qiran yaitu haji dan umroh dilaksanakan bersama-sama31.
C. Cara-Cara Membina Amaliah Diniah Manusia sebagai makhluk yang dimuliakan Allah di atas makhluk yang lain, dititahkan sebagai khalifah dalam kehidupan di muka bumi ini. Dalam hal ini manusia dibekali potensi dan kekuatan fisik dan kekuatan berfikir. Manusia dalam kehidupannya sesuai dengan fitrahnya selalu mengalami perubahan-perubahan, dan perubahan itu tidak selamanya menjadi lebih baik, bahkan sering sebaliknya. Manusia akan mengalami krisis identitas dirinya sebagai makhluk yang mulia di sisi Allah maupun bagi sesamanya. Di sinilah dakwah akan berfungsi sebagai alat untuk mempertahankankan dan bahkan mengembangkan kemuliaan manusia. Dakwah juga akan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan transformasi sosial yang berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi32. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dampak dari pembangunan sekarang ini, memberikan pengaruh kuat atas munculnya dua fenomena yang sering berlawanan, di satu sisi orang-orang semakin bersikap sekuler, sementara di sisi lain justru lebih bersifat agamis, bahkan cenderung bersifat sufistik33. Cara meningkatkan akhlak terpuji (amaliah Diniyah) ada dua macam yaitu meliputi: 1. Secara lahiriyah dapat dilakukan seperti: a. Pendidikan, dengan pendidikan cara pandang seseorang akan bertambah luas, tentunya dengan mengenal lebih jauh akibat dari masing-masing akhlak terpuji dan akhlak tercela. 31
Moh. Saifulloh Al Aziz, Op. Cit. hlm. 332. Sahal Mahfudh/ Nuansa Fiqih Sosial, Dahwah Partisipatif, http: // Pcinu- Mesir, Tripod. Com/ Ilmiah/ Pusaka/ Ispustaka/ Buku07/ 011, htm. 30 September 2009 33 Ibib. 32
25
b. Menaati dan mengikuti peraturan dan undang-undang yang ada di masyarakat dan negara. c. Kebiasaan, akhlak terpuji dapat ditingkatkan melalui kehendak atau kegiatan-kegiatan baik yang dibiasakan. d. Memilih pergaulan yang baik, karena sebaik-baiknya berteman adalah berteman dengan para ulama’ (orang-orang yang beriman) dan para ilmuan (intelektual). 2. Secara batiniyah dapat dilakukan seperti: a. Muhasabah, yaitu selalu menghitung perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya selama ini baik perbuatan buruk beserta akibat yang ditimbulkannya ataupun parbuatan yang baik beserta akibat yang ditimbulkannya. b. Mu’aqobah, yaitu memberikan hukuman terhadap berbagai perbuatan dan tindakan yang telah dilakukan. Hukuman tersebut tentu bersifat ruhiyah dan berorientasi pada kebajikan, seperti melakukan shalat sunah yang lebih banyak dibanding biasanya, berzikir, dan sebagainya. c. Mu’ahadah, yaitu perjanjian dengan hati nurani (batin), untuk tidak mengulangi kesalahan dan keburukan tindakan yang dilakukan, serta menggantinya dengan perbuatan-perbuatan yang baik. d. Mujahadah, yaitu berusaha semaksimal untuk melakukan perbuatan yang
baik
untuk
mencapai
derajat
ihsan,
sehingga
mampu
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal tersebut dilakukan dengan kesungguhan dan perjuangan keras, karena perjalanan untuk mendekatkan diri kepada Allah banyak rintangannya34. Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan msyarakat ada dua hal yang dapat dilakukan. Pertama memberi motivasi kepada kaum muslimin agar mampu untuk menumbuhkan solidaritas sosial. Kedua yaitu dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata dan program-program yang langsung menyentuh
34
Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), hlm. 161-162
26
kebutuhan masyarakat. Hal ini dalam usha berdakwahakan memiliki implikasi atau pengaruh kepada pengembangan msyarakat yaitu: a. Masyarakat yang menjadi sasaran dakwah, pendapatannya bertambah untuk membiayai pendidikan atau kesehatan b. Dapat menarik partisipatif masyarakat dalam pembangunan karena masyarakat tersebut terlibat dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan dakwah Bil Hal c. Dapat mengembangkan swadaya masyarakat dan dalam proses jangka panjang dapat menunbuhkan kemandirian d. Dapat mengembangkan kepemimpinan daerah setempat, dan terkelolanya sumber daya yang ada, karena masyarakat tidak hanya menjadi objek tetapi juga menjadi subjek kegiatan e. Terjadinya proses belajar mengajar antar sesama warga yang terlibat dalam kegiatan, sebab kegiatan direncanakan dan dilakukan secara bersama35.
35
Kholis Hamdy, Op. Cit.
BAB III RACANA WALISONGO DALAM MEMBINA AMALIAH DINIAH MASYARAKAT DUKUH BANJARSARI KELURAHAN BRINGIN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG
A.
RACANA WALISONGO 1. Sejarah Berdirinya Racana Walisongo Racana walisongo secara resmi berdiri pada tanggal 10 Desember 1986 bersama dengan terbentuknya Gugus Depan di IAIN Walisongo Semarang1. Lahirnya Walisongo diilhami oleh semangat ukhuwah islamiyah dan kesadaran diri untuk meningkatkan kualitas Sember Daya Manusia (SDM) yang beriman, professional dan bertakwa kepada Allah SWT. Racana Walisongo dirintis pada tahun 1984 yang diprakarsai oleh Senat Mahasiswa Fakulas Tarbiyah (sekarang SEMA Fakultas Tarbiyah) dan ditempatkan di bawah koordinasi bidang bakat minat. Hal ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang terjadi pada saat itu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Drs. Abdul Wahib, M.Ag., bahwa “SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Kristen mengirimkan siswanya untuk melatih Pramuka secara Cuma-cuma, pelatihan tersebut hanya sebagai media dakwah saja, oleh karena itu, apabila pelatihnya seorang muslim secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai media pendidikan2. Di samping itu juga sebagai sarana untuk menanpung minat dan bakat mahasiswa yang dahulunya pernah aktif dalam bidang kepramukaan di tingkat SMA, MA atau sederajat3.
1 Ari Pramono, Hubungan Manajemen organisasi yang Profesional Terhadap Keberlangsungan Dan Eksistensi Sebuah Organisas , laporan pengembangan KML (Kursus Mahir Lanjutan), hlm. 17,t,d 2 Muwahidatun Nahriyah,, Kontribusi Racana Walisongo Semarang dalam Pengembangan Kehidupan Beragama Di Dukuh Jamalsari Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang, skripsi sarjana IAIN Walisongo Semarang, hlm. 12, t.d 3 Wawancara dengan Bapak Abdul Wahib. M. Ag, tanggal 28 Agustus 2009
27
28
Dengan melihat perspektif ke depan dan aspirasi mahasiswa bahwa Gerakan Pramuka tidak hanya diperlukan oleh mahasiswa di Fakultas Tarbiyah saja, akan tetapi juga diperlukan oleh seluruh mahasiswa yang ada di IAIN Walisongo Semarang, maka kegiatan kepramukaan dilimpahkan kepada BPKM (sekarang DEMA Institut). Tindak lanjut dari hal terseut yaitu dengan mengadakan rapat koordinasi dan pembentukan Dewan Racana guna mempersiapkan Gugus Depan sebagai wadah pembinaan kegiatan kepramukaan. Rapat ini diikuti oleh Ketua BPKM, delegasi dari empat fakultas di lingkungan IAIN Walisongo Semarang. Di antara tokoh-tokoh yang memprakarsai berdirinya Racana Walisongo yaitu Rosa Halim, Abdul Wahib, Umar Abdur Rahman, Jauharotul Farida, Chundasah, Widodo Supriyono, Arif Rosyidi, dan Arwani Misron. Dari rapat ini disepakati dengan dibentuknya Dewan Racana Pandega atau DRD (sekarang Dewan Racana Walisongo) dengan ketua putra Rosa Halim dan ketua putri Chundasah4. Sebagai langkah awal yang ditempuh dalam usaha berdirinya Gugus Depan di lingkungan IAIN Walisongo Semarang, DRD (Dewan Racana Pandega) melaksanakan beberapa kegiatan, diantaranya : a.
Melakukan kemah pemantapan dan bakti sosial pada Tanggal 24-25 Nopember 1985.
b.
Studi komperatif ke IKIP Negeri Semarang (sekarang Unnes) pada Tanggal 16-17 Januari 1986 dan ke Universitas Diponegoro pada Tanggal 17 April 1986.
c.
Diskusi panel dan pertemuan pandega Se-Jawa Tengah dan Yogyakarta di UKSW Salatiga pada Tanggal 26 Maret 1986.
d.
Temu pandega Se-Jawa Tengah di IKIP Negeri Semarang pada Tanggal 30 Maret 19865. Setelah
keorganisasian 4
Ibid. Op. Cit., 11
5
melakukan Dewan
penataan
Racana
administrasi
Pandega,
maka
dalam
struktur
disampaikanlah
29
permohonan pendirian Gugus Depan kepada Kwartir Cabang Kodya Semarang (sekarang Kota Semarang). Kemudian keluarlah surat keputusan Ka.Kwarcab Kodya Semarang Nomor: 279/1986 tanggal 10 Desember 1986 tentang pembentukan dan pendirian Gugus depan di IAIN Walisongo Semarang dengan Nomor Gugus Depan 09.095-09.096 dan Surat Keputusan Walikota Semarang Nomor:428/432/1986 tanggal 10 Desember 1986. Dari dua surat keputusan tersebut, secara resmi terbentuklah Gugus Depan di IAIN Walisongo Semarang dengan Ka. Mabigus M. Zarkowi Soejoeti (Rektor IAIN Walisongo Semarang). Pembina putra H. Hifni Sadzali dan Pembina putri Siti Munawaroh Thawaf. Selanjutnya tanggal 10 Desember ditetapkan sebagai hari ulang tahun Racana Walisongo Semarang. Kemudian pada tanggal 19 Februari 1987 dilaksanakan pelantikan Dewan Racana Pandega yang pertama6 . Pada tahun 1994 terjadi perubahan nomor Gudep yang semula 09.095-09.096 menjadi 07.119-07.120. Perubahan ini sesuai dengan keputusan Ka. Kwaran Ngaliyan Nomor : 428/001/1999 tentang perubahan wilayah pembinaan Gudep di IAIN Walisongo Semarang dari Kwartir Ranting Tugu beralih ke Kwartir Ngaliyan Tanggal 26 Oktober 1994 dan menyesuaikan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Tingkat II Kodya Semarang tentang Restrukturisasi dan perubahan wilayah Kodya Semarang7.
2. Kegiatan-Kegiatan di Racana Walisongo Pada setiap organisasi tentunya ada sebuah kegiatan yang dilakukan dalam usaha meningkatkan kualitas, menampung dan mengkader anggotanya. Racana Walisongo dalam melaksanakan kegiatan bersifat rutin, insidental, dan pengabdian masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Kegitan rutin 6
Muwahidatun Nahriyah, Op. Cit., hlm. 11 Ari Pramono, Op. Cit., hlm.19
7
30
a. Gelar Penerimaan Anggota Baru (GPAB) Kegiatan ini merupakan kegiatan bagi calon anggota baru yang ingin masuk menjadi anggota Racana Walisongo, dan kegiatan ini harus dilalui untuk menjadi anggota Racana Walisongo sehingga calon anggota yang mengikuti kegiatan ini akan dinyatakan lulus dan resmi menjadi anggota Racana Walisongo. Peserta akan dikenalkan langsung dan menyatu dengan alam seta lingkungan masyarakat
serta
calon
anggota
diberikan
materi
tentang
kepramukaan, materi tersebut di antaranya adalah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerkan Pramuka, Prinsip Dasar Kepramukaan, metode Kepramukaan dan Keracanaan. a. Gladian Pimpinan Penegak Pandega (GPPP) Gladian Pimpinan Penegak Pandega (GPPP) merupakan kegiatan pelatihan kader kepemimpinan, sehingga dengan kegiatan ini anggota akan dapat mengelola sebuah komunitas sosial, baik lembaga formal maupun non formal. b. Perkemahan Wirakarya Nasional (PWN) Kegiatan ini berupa bakti sosial yang merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat dan berupa perlombaan antar Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri maupun Swasta di seluruh Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan dua tahun sekali dan Racana Walisongo Semarang pernah menjadi tuan rumah dalam kegiatan Perkemahan Wirakarya Nasional ini pada Tahun 2000. 2. Kegitan insidental Kegiatan ini berupa pengembangan wawasan secara umum, untuk pesertanya dari Anggota Racana Walisono sendiri serta terbuka untuk umum, kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya : a. Seminar b. Pengelolaan majalah dinding c. Pelatihan-pelatihan
rutin
seperti,
Kewirausahaan, dan Seni Tari.
Keprotokolan,
Jurnalistik,
31
3. Pengabdian Masyarakatyarakat 4. Pengabdian masyarakat ini sebagai wujud terhadap perkembangan umat, Racana Walisongo berusaha mengembangkan dan mengarahkan pada masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai objek binaan. Objek binaan ini di fokuskan di sebuah desa yang disebut dengan desa binaan. Desa binaan ini terletak di Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Kegiatankegiatan yang dilaksanakan yaitu : a. Penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) b. Amalan Ramadhan c. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)8 5. Kegiatan-kegiatan tersebut telah terancang dalam program kerja Racana Walisongo sesuai dengan bidangnya masing-masing sebagai penanggung jawab dari setiap kegiatan.
3. Struktur organisasi dan progam kerja Racana Walisongo a. Struktur organisasi Racana Walisongo9 Struktur organisasi Gerakan Pramuka di Racana Walisongo menggunakan sistem satuan terpisah, sehingga antara Gugus Depan putra (07.119) dan Gudep putri (07.120) memiliki kepengurusan sendiri-sendiri.
Walaupun
demikian,
dalam
penyusunan
dan
pelaksanaan progam kerja kegiatan masih terpadu. Adapun susunan pengurus Dewan Racana Walisongo IAIN Walisongo Gudep Kota semarang 07.119-07.120 masa bhakti 2009 adalah:
8
Matrik Program Kerja Dewan Racana Walisongo IAIN Walisongo Periode 2009 Surat Keputusan Rektor IAIN Walisongo/ Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan Kota Semarang 07.119-07.120 Nomor: In.06.0/B/ PP.00.9/ 738/ 2009, Tentang Susunan Pengurus Dewan Racana Walisongo IAIN Walisongo Gudep Kota Semarang 07.119-07.120 Masa Bakti 2009 9
32
STRUKTUR ORGANISASI DEWAN RACANA WALISONGO GUDEP KOTA SEMARANG 07.119 MASA BHAKTI 2009
PEMBINA
DEWAN KEHORMATAN
KETUA
PEMANGKU ADAT
EKO ALAMUL HUDA
MOH. JA’FAR SODIQ
WAKIL KETUA M. SUBAKIR SEKRETARIS
BENDAHARA
AHMAD FAHRURI
IZUL WAFA
WAKIL SEKRETARIS MARGONO BIDANG - BIDANG
USAHA
BAKAT MINAT
RUMAH TANGGA
ILPEN
SOSAG
TEKPRAM
BIRAWA
AZIZ FATONI
JUNAIDI
M. FAUZUN
AHMAD ROFIQ
AHMAD BAIHAQI
AHMAD IRFAIN
KOMANDAN
ANGGOTA
33
STRUKTUR ORGANISASI DEWAN RACANA WALISONGO GUDEP KOTA SEMARANG 07.20 MASA BHAKTI 2009 PEMBINA
KETUA LILIF MUALIFATUL KF
WAKIL KETUA MUIZATUL FATIMAH SEKRETARIS
BENDAHARA
ENI RAHAYUNINGSIH
QUN KHOMSATUN
WAKIL SEKRETARIS SITI ZAHROIL BATUL BIDANG - BIDANG
USAHA
BAKAT MINAT
RUMAH TANGGA
ILPEN
SOSAG
TEKPRAM
BIRAWA
VITRIA HAMIDA
RISKA ARIANI
PATUMI
DEWI
ANISATUL AINI
ZAIM FIDA
SITI MURNI
ANGGOTA KETERANGAN : Garis Pembinaan : Garis Instruksi : Garis Koordinasi
34
Dalam rangka menjaga keutuhan gerakan pramuka secara umum dan keberhasilan seluruh kegiatan yang dilaksanakan, Racana Walisongo tetap menjalin hubungan kerja maupun hubungan persaudaraan dengan berbagai pihak, diantaranya pihak IAIN Walisongo selaku pangkalan Gudep Racana Walisongo, Lembaga Kemahasiswaan di lingkungan IAIN Walisongo, Alumni Racana Walisongo, Pangkalan Gudep Penegak di Kota Semarang, Kwartir Ranting Kecamatan Ngaliyan, Kwartir Cabang Kota Semarang, dan Kwartir Daerah Jawa Tengah. Sedangkan hubungan dengan unit kegiatan mahasiswa (UKM) lain yang ada di lingkungan IAIN Walisongo sangat baik dan adakalanya mengadakan kerja sama dalam suatu kegiatan, dengan maksudkan bisa menambah keharmonisan Racana Walisongo dengan UKM lain. b. Progam kerja Racana Walisongo Adapun progam kerja Racana Walisongo Masa Bhakti 2009 adalah sebagai berikut : a. Dewan Harian Progam kegiatan Dewan Harian diantaranya adalah Perkemahan Wirakarya PTAI Nasional (PWN), Ulang Tahun Racana Walisongo
dan
Musyawarah
Penegak
Pandega
(MUSPANDEGA). b. Bidang Sosial Kagamaan (SOSAG). Program kegiatan bidang sosial Keagamaan ini diantaranya adalah Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), Amalan Ramadhan, Wisata Religi, Wisata Munakhahat, dan Taman Pendidikan AlQur’an yang berada di Dukuh Banjarsari. c. Bidang Tehnik Kepramukaan (TEKPRAM) Program kegiatan bidang Tekpram ini diantaranya adalah Ujian Pandega, Gelar Penerimaan Anggota Baru (GPAB), Gladian
35
Pimpinan Penegak Pandega (GPPP), Latihan Rutin tentang kepramukaan, dan pembuatan Kartu Tanda Anggota (KTA). d. Bidang Brigade Rajawali (BIRAWA) Program kegiatan
Birawa
ini
diantaranya
adalah
Diklat
Penerimaan Anggota Baru (PAB), Diklat Keprotokolan dan Paskobra, Latgab SAR, dan Latihan Rutin. e. Bidang Ilmiah Penerbitan (ILPEN) Program kegiatan Ilpen ini diantranya adalah Worksshop Jurnalistik, Pembuatan Crew, Penerbitan Mading, dan Diskusi. f. Bidang Usaha Program kegiatan bidang Usaha ini diantaranya adalah Bazar Wisuda, Penjualan Kalender, Pelatihan Kewirausahaan, dan Optimalisasi Kedai. g. Bidang Bakat Minat Program kegiatan Bakat Minat ini diantaranya adalah Latihan Rutin dan Diklat Vokal. h. Bidang Rumah Tangga Program kegiatan Rumah Tangga diantaranya adalah Perbaikan barang, Inventarisasi Barang dan Bakti Sanggar10.
B.
GAMBARAN
UMUM
DUKUH
BANJARSARI
KELURAHAN
BRINGIN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG Dukuh Banjarsari merupakan salah satu dukuh yang ada di wilayah Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Dulunya Dukuh Banjarsari ikut kelurahan Kundoryo Kecamatan Mijen Kabupaten Kendal. Setelah pada tahun 1974 ada penataan kota dari Kota Semarang, pada waktu itu yang menjadi lurahnya adalah bapak Utomo dan beliau mengusulkan untuk ikut Kota Semarang, Sehingga pada tahun itulah 1974 Dukuh Banjarsari ikut Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
10
Matrik Program Kerja Dewan Racana Walisongo IAIN Walisongo Periode 2009
36
Di samping itu juga dulunya Dukuh Banjarsari namanya
Dukuh
Banjaran, tetapi setelah pada tahun 2007 namanya menjadi Dukuh Banjarsari. Adapun Batas-batas wilayah Dukuh Banjarsari adalah sebagai berikut : 1.
Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Permata Puri.
2.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Taman Bringin.
3.
Sebelah Barat berbatasan dengan Persawahan.
4.
Sebelah Utara berbatasan dengan Perumahan Bringin Putih11. Jumlah penduduk Dukuh Banjarsari pada tahun 2009 sebanyak 53
Kepala Keluarga dengan jumlah laki-laki sebanyak 100 orang, dan untuk jumlah perempuannya berjumlah 83 orang sehingga jumlahnya 183 jiwa12, sedangkan Dukuh Banjarsari berada di RT 01 dan RW 07 yang diketuai oleh bapak Saripan. Tingkat pendidikan penduduk Banjarsari sebagian besar tamatan SD (Sekolah Dasar), ada sebagian ada yang dapat menamatkan tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan ada sebagian kecil yang dapat menamatkan sampai ketingkat Perguruan Tinggi13. Tabel di bawah ini akan memperjelas hal tersebut : TABEL 3.1 JENJANG PENDIDIKAN No
Jenjang Pendidikan
Jumlah
1.
Lulus Perguruan Tinggi
3
2.
Lulus SMA / MA
5
3.
Lulus SMP / MTs
16
4.
Lulus SD / MI
92
Dengan latarbelakang pendidikan penduduk Dukuh Banjarsari yang sebagian besar lulusan SD (Sekolah Dasar) sangat berpengaruh terhadap
11
Wawancara dengan Bapak Saripan (Ketua RT), tanggal 4 Agustus 2009 Kartu Keluarga (KK) Dukuh Banjarsari 13 Ibid. 12
37
mata pencaharian sehari-hari. Oleh karena itu dengan berbekal kemampuan yang dimiliki penduduk Banjarsari mayoritas berprofesi sebagai buruh pabrik dan petani14. Dengan tabelnya adalah : TABEL 3.2 PROFESI No
Profesi
Jumlah
1.
Wiraswasta
2
2.
Pegawai Swasta
36
3.
Petani
39
Mengenai
kehidupan
beragama
Dukuh
Banjarsari
semuanya
beragama Islam. C.
CARA-CARA AMALIAH
RACANA DINIAH
KELURAHAN
WALISONGO
MASYARAKAT
BRINGIN
DALAM DUKUH
KECAMATAN
MEMBINA
BANJARSARI
NGALIYAN
KOTA
SEMARANG Racana Walisongo mulai membina Dukuh Banjarsari mulai tahun 2005 dengan tujuan untuk mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi yang nomor tiga yaitu pengabdian kepada masyarakat15. Kehidupan
masyarakat
Dukuh
Banjarsari
sebelum
adanya
pembinaan dari Racana Walisongo sudah adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yaitu tahlilan dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), untuk Taman Pendidikan Al-Quran ini tidak bisa maksimal kerena tidak adanya pengajar tetap. Akibatnya Taman Pendidikan Al-Qur’an ini kadang masuk kadang libur. Tetapi setelah pembinaan dari Racana Walisongo kegiatankegiatan keagamaan tersebut bisa berjalan dengan lancar kerena dari Racana Walisongo ikut menjadi pengajarnya di Dukuh Banjarsari. Di samping itu
14 15
Ibid Wawancara dengan Maskur pada tanggal 4 September 2009
38
juga ada kegiatan-kegiatan keagamaan lain seperti halnya dibaan (maulid nabi) yasinan, dan pengajian rutin selama dua minggu sekali16. Dalam rangka meningkatkan amaliah diniah masyarakat Dukuh Banjarsari, Racana Walisongo melaksanakan pengajian rutin setiap dua minggu sekali yang bertempat di masjid dan kegiatan-kegiatan keagamaan. Kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut dilaksanakan oleh Racana Walisongo yang bertanggungjawab adalah Dewan Bidang Sosial Keagamaan (SOSAG), dan kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan di Dukuh Banjarsari. Kegiatankegiatan tersebut meliputi : 1.
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Dalam
memperingati hari besar Islam ini Racana Walisongo
melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang berada di masyarakat Dukuh Banjarsari. Peringatan hari besar Islam itu meliputi : a.
Idul Adha Dalam memperingati hari raya Idul Adha ini, setelah masyarakat Banjarsari melaksanakan shalat Idul Adha, masyarakat Banjarsari beserta Racana Walisongo melakukan penyembelihan hewan qurban, hewan qurban ini berasal dari masyarakat setempat dan dari Racana Walisongo.
b.
Maulid Nabi Dalam memperingati Maulid Nabi ini, Racana Walisongo mengadakan pengajian umum yang berada di Dukuh Banjarsari pada tanggal 12 bulan Maulud. Untuk tanggal 1-11 di Dukuh Banjarsari tetap ada mulid nabi yang berada di masjid.
c.
Isra’ Mi’raj Dalam memperingati Isra’ Mi’raj ini Racana Walisongo juga mengadakan pengajian umum yang berada di Dukuh Banjarsari17.
d.
16
17
Halal Bihalal
Wawancara dengan bapak Sutarno pada tanggal 4 September 2009 Wawancara dengan Maskur pada tanggal 4 September 2009
39
Dalam memperingati Halal Bihalal ini, Racana Walisongo berkunjung ke Dukuh Banjarsari pada tanggal 9 Syawal. 2.
Amalan Ramadhan Dalam memperingati Amalan Ramadhan ini Racana Walisongo melaksanakan kegiatan di masyarakat Dukuh Banjarsari dengan menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti kuliah tujuh menit (kultum), kuliah subuh (kulsub), dan tadarus selama 10 hari, disamping juga memperingati Nuzulul Qur’an yang berupa pengajian umum.
3.
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Pelaksanaan Taman Pendidikan Al-Qur’an ini adalah dari pihak Racana Walisongo ikut mengajar di Dukuh Banjarsari setiap hari Rabu dan hari Kamis. Untuk hari Senin dan hari Selasa yang mengajar bapak Sutarno18.
D.
MEMBINA
AMALIAH
DINIAH
MASYARAKAT
DUKUH
BANJARSARI KELURAHAN BRINGIN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG 1. Dukuh Banjarsari sebelum dibina oleh Racana Walisongo Masyarakat Banjarsari yang berjumlah 53 Kepala Keluarga semuanya beragama Islam19. Masyarakat Banjarsari dalam kehidupan sehari-hari sangat menjunjung tinggi kebersamaan antar sesama, seperti halnya gotong royong yang merupakan ciri khas masyarakat desa. Selain tradisi sosial, masyarakat Banjarsari juga melaksanakan tradisi dalam kehidupan beragama, seperti halnya tahlilan. Tahlilan ini dilaksanakan setiap malam jum’at antara bapak-bapak dan ibu-ibu berada dalam satu majlis20. Selain tahlilan, di masyarakat Banjarsari juga sudah ada Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang berada di mushala. Taman Pendidikan Al-Qur’an ini berdiri pada tahun 2000 yang di prakarsai oleh bapak 18
Wawancara dengan Ahmad Baihaqi pada tanggal 28 Agustus 2009 KK (Kartu Keluarga) Dukuh Banjarsari 20 Ibid. 19
40
Rokhim, Sutarno, Sarwidi, dan untuk pengajarnya adalah bapak Rokhim, Sutarno, Sarwidi, Sokep, dan Nursan dengan jumlah siswa 25 anak. Tetapi Taman Pendidikan Al-Qur’an ini tidak bisa berkembang dengan baik karena tidak adanya pengajar tetap, akibatnya Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) ini kadang masuk kadang libur21. Masyarakat Dukuh Banjarsari sebelum dibina oleh Racana Walisongo dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada aspek-aspek amaliah diniahnya adalah sebagai berikut: a. Shalat Masyarakat Dukuh Banjarsari dalam menjalankan shalat masih di rumahnya sendiri-sendiri, dan dalam menjalankan shalat berjamaah hanya beberapa orang saja. b. Zakat Masyarakat Dukuh Banjarsari dalam memeberikan zakat khususnya zakat fitrah hanya sebagian masyarakat dalam memberikan zakat fitrah ini. c. Puasa Masyarakat Dukuh Banjarsari dalam menjalankan puasa ramadhan juga belum semuanya dalam menjalankan puasa ramadhan22
2. Dukuh Banjarsari setelah dibina Racana Walisongo Setelah adanya pembinaan dari Racana Walisongo keadaan masyarakat Dukuh Banjarsari dalam kehidupan beragama dari hari kehari semakin berkembang khususnya pada aspek-aspek amaliah diniahnya seperti: a. Shalat Berjamaah Masyarakat Banjarsari dalam melakanakan shalat berjamaah sudah adanya peningkatan23, kalau sebelum adanya pembinaan dari Racana Walisongo kurah lebih hanya satu shaf saja, tetapi sekarang sudah 21
Ibid. Wawancara dengan bapak Sutarno, tanggal 13 Agustus 2009 23 Wawancara dengan Bapak Rokhim (Tokoh Agama), tanggal 13 Agustus 2009 22
41
adanya peningkatan dalam menjalankan shalat berjamaah yang berada di masjid minimal tiga shaf24. b. Puasa Ramadhan Masyarakat Banjarsari dalam melaksanakan Puasa Ramadhan sebagian besar orang tua dan para pemuda melaksanakan Puasa Ramadhan25. Masyarakat Banjarsari sudah beragama islam dan itu dibuktikan dengan antusiasnya masyarakat Banjarsari juga antusias dalam mengikuti kegiatan amalan Ramadhan yang dilaksanakan oleh Racana Walisongo26. c. Zakat Masyarakat Banjarsari dalam mengeluarkan zakat sudah memenuhi syarat islam dan semuanya sudah memberikan zakat. Dalam memberikan zakat ini hanya pada zakat fitrah saja, dan dalam memberikan zakat fitrah ini langsung kepada tokoh agama setempat dan ada yang diberikan kepada warga yang kurang mampu. Untuk zakat maal belum belum ada kerena sebagian besar masyarakat Banjarsari berprofesi sebagai buruh tani dan buruh pabrik27. d. Tahlilan Tahlilan ini yang dahulunya setiap malam Jum’at dan bersama-sama antara bapak-bapak dan ibu-ibu,
sekarang sudah sendiri-sendiri.
Untuk Jamaah bapak-bapak setiap malam Jum’at, sedangkan untuk Jamaah ibu-ibu setiap malam Senin. Sekarang ada tambahan lagi yaitu setiap malam Rabu ada diba’an (maulid nabi) dan malam Kamis ada yasinan, Jamaah ini untuk para ibu-ibu28. e. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Taman Pendidikan Al-Qur’an ini, sekarang sudah berkembang lebih baik dengan jumlah murid 40 siswa. Untuk pengajarnya dari Dewan
24
Observasi pada tanggal 13 agustus 2009 Op Cit. 26 Wawancara dengan Ari Pramono, tanggal 11 Agustus 2009 27 Wawancara dengan Bapak Rokhim, tanggal 13 Agustus 2009 25
42
Racana Walisongo yang sebagai penanggungjawabnya adalah Dewan Bidang Sosial Keagamaan (SOSAG) dan dari masyarakat Banjarsari yang dipimpin oleh Bapak Sutarno. Taman Pendidikan Al-Qur’an ini masuknya setiap hari Senin sampai hari Kamis. Adapun jadwal kegiatannya adalah sebagai berikut: JADWAL PELAJARAN29 Hari
Pelajaran
Senin
Baca Tulis Al-Qur’an
Selasa
Tajwid
Rabu
Fiqih
Kamis
Tauhid
f. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)30 Peringatan Hari Besar Islam ini meliputi: 1. Isra’ Mij’raj Dalam
memperingati
Isra
Mij’raj
ini
Racana
Walisongo
mengadakan pengajian umum yang berada di Dukuh Banjarsari, untuk mubalignya dari Racana Walisongo, dan masyarakat Banjarsari hanya menyiapkan konsumsinya untuk para Jamaah pengajian.. 2. Maulid Nabi Dalam memperingati Maulid Nabi ini Racana Walisongo juga mengadakan pengajian umum pada tanggal 12 Mulud, untuk tanggal 1-11 berupa maulid nabi yang berada di masjid. 3. Idul Adha Setelah masyarakat melaksanakan Shalat Idul Adha, masyarakat mengadakan penyembelihan hewan qurban yang berasal dari masyarakat
29
setempat,
dan
dari
Racana
Walisongo
Wawancara dengan Ahcmat Baihaqi (Dewan Sosial Keagamaan), tanggal 28 Agustus
2009 30
juga
Matrik Program Kerja Dewan Racana Walisongo IAIN Walisongo Periode 2009
43
memberikan sumbangan hewan qurban hasil dari proposal yang diajukan31. 4. Halal Bihalal Dalam memperingati Halal Bihalal ini Racana Walisongo bersilatur rahmi ke masyarkat Banjarsari untuk saling bermaafmaafan. Racana Walisongo bersilatur rahmi pada tanggal 9 Syawal32 5. Amalan Ramadhan Kegiatan Amalan Ramadhan ini Racana Walisongo mengadakan kegiatan di Dukuh Banjarsari selama 10 hari. Selama 10 hari tersebut Racana Walisongo mengisi kegiatan-kegiatan keagamaan yang berupa kuliah tujuh menit (kultum) setelah shalat terawih, kuliah subuh, dan tadarus. Di samping juga ada penyuluhan kesehatan dan kerja bakti. Untuk hari terakhir amalan Ramadhan ini bertepatan dengan malam Nuzulul Qur’an, pada malam Nuzulul Qur’an kegiatannya berupa pengajian umum.
31 32
Wawancara dengan Saudara ARI Pramono, tanggal 13 Agustus 2009 Wawancara dengan maskur pada tanggal 4 September 2009
BAB IV ANALISIS DESKRIPTIF RACANA WALISONGO DALAM MEMBINA AMALIAH DINIAH MASYARAKAT DUKUH BANJARSARI KELURAHAN BRINGIN KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG
A. HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT Lembaga pendidikan merupakan agent of social change atau lembaga perubahan masyarakat. Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat1. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan saja, tetapi pendidikan juga menyiapkan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat. Generasi muda perlu mengenal dan memahami apa yang ada dalam masyarakat, memiliki kecakapan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan umum pendidikan sering dirumuskan untuk menyiapkan generasi muda menjadi orang dewasa, anggota masyarakat yang mandiri dan produktif. Hal ini merefleksikan adanya tuntutan individu yang merupakan harapan orang dewasa agar generasi muda dapat mengembangkan pribadinya sendiri, mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Tuntutan sosial adalah harapan orang dewasa agar anak mampu bertingkah laku, berbuat dan hidup dengan baik dalam berbagai situasi di lingkungan msyarakat2. Oleh karena itu sebagai lembaga pendidikan , Perguruan Tinggi sangat diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan masyarakat. Perguruan Tinggi bekerjasama dengan masyarakat menyiapkan mahasiswa untuk mengaplikasikan pemahamannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan yang telah diterima agar menjadi anggota masyarakat yang berkualitas, yang sesuai dengan tanggung jawab dan tugas pokok Lembaga Pendidikan. Fungsi Perguruan Tinggi dipolakan dalam Tridharma, yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Fungsi pendidikan dan pengajaran dititikberatkan pada upaya penyiapan tenaga 1 Nana Syaodih Sukmadinta, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm, 58 2 Ibid, 56
44
45
lulusan yang terdidik, memeliki keahlian profesional dan keahlian akademis. Fungsi penelitan dititikberatkan pada upaya untuk memecahkan permasalahan yang berkenaan dengan suatu bidang ilmu dan teknologi. Sedangkan fungsi pengabdian masyarakat dititikberatkan pada upaya perguruan tinggi dalam memotivasi, berpartisipasi, dan menunjang pembangunan masyarakat melalui pemanfaatan secara nyata ilmu pengetahuan dan teknologi3. Setiap Perguruan Tinggi dituntut dapat mengaktualisasikan Tridarma Perguruan Tinggi dalam kehidupan masyarakat. Untuk pendidikan pengajaran dan penelitian telah dilaksanakan di Lembaga Pendidikan. Sedangkan untuk pengabdian masyarakat setidaknya harus berinteraksi langsung dengan masyarakat. Perguruan masyarakat
Tinggi
dapat
menyelenggarakan
pengabdian
pada
bersangkutan, dengan harapan dapat memberikan sumbangan
bagi kemajuan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi Perguruan Tinggi itu sendiri. Dalam pengabdian pada masyarakat agar bisa berjalan dengan lancar harus adanya pembinan. Pembinaan ini adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, teratur, dan terarah serta bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspeknya4. Pembinaan ini tidaklah terlepas dari pengembangan sub sistem pendidikan tinggi sebagai wahana pembinaan dari lembaga pendidikan secara keseluruhan. Seperti halnya IAIN Walisongo Semarang yang berkompeten dalam ilmu agama Islam yang mendidik mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan dalam bentuk pengabdian masyarakat. Dari sini dapat dilihat adanya keterkaitan antara pendidikan dengan masyarakat, melalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang. Dengan pendidikan diharapkan membentuk manusia dengan segala keadaan yang 3
Oemar Hamalik, Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi Pendekatan Sistem Kredit Semester (SKS), (Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm, 2 4 Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN,(Jakarta: Departemen R.I., 1983), hlm, 6
46
berbeda-beda sehingga masyarakat dapat meneruskan kebudayaannya dengan beberapa perubahan melalui pendidikan.
B. RACANA WALISONGO DALAM MEMBINA AMALIAH DINIAH Para mahasiswa dan juga sebagai anggota Racana Walisongo dapat memadukan kedua-keduanya dengan menjalankan Tridarma dan Tribina dalam menjalankan segala aktivitasnya. Tridarma ini yang menyelenggarakan adalah perguruan tinggi yang ditujukan
untuk para mahasiswanya berupa pendidikan dan pengajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam menjalankan Tridarma perguruan tinggi ini harus adanya pembinaan dari perguruan tinggi yang bersangkutan. Pembinaan tersebut berupa bimbingan, pemberian informasi, stimulasi, pengawasan yang pada hakekatnya adalah menciptakan suasana yang membantu pengembangan bakat-bakat positif dan juga pengendalian naluri-naluri yang rendah. Sesuai dengan tujuan perguruan tinggi Islam, mahasiswa IAIN harus di didik ke arah kemampuan berfikir dan penalaran yang menunjang minat kegemaran demi tercapainya kesejahteraan mahasiswa. Kesemuanya itu harus memiliki dasar yang kokoh dan dapat menunjang terbentuknya manusia yang berakhlakul karimah, hal ini harus ditempuh melalui penghayatan dan pengamalan ajaran-ajaran Islam, sehingga Tridarma perguruan tinggi yang memungkinkan pertumbuhan-pertumbuhan suasana yang serasi dengan peranan akademis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya serta pemecahan masalah yang timbul dalam masyarakat. Disamping itu perlu diperhatikan bahwa suasana kampus itu adalah sebagai wadah kegiatan-kegiatan kurikuler maupun sebagai wadah kegiatankegiatan extra kulikuler. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian lingkungan pendidikan didalam proses pendidikan seumur hidup. Sedangkan Racana Walisongo merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berada di wilayah IAIN Walisongo Semarang yang
47
bergerak dibidang kepramukaan adalah sebagai wadah yang menampung bakat dan minat mahasiswa, mencetak kader-kader pandu yang mempunyai loyalitas, tanggungjawab, berakhlakul karimah dan profesional, sehingga dapat mewujudkan Tribina kepramukaan. Tribina adalah proses pendidikan dan pembinaan pramuka pandega. Pembinaan ini meliputi: 1. Bina Diri (kepentingan pribadi) Yaitu pembinaan pribadi, baik jasmani maupun rohani. Pendidikan dalam pramuka mulai dipersiapkan sejak masa siaga dan penggalang secara berkesinambungan untuk membentuk watak, spiritual, keterampilan, serta memberikan pengarahan dan pengembangan bakat menjadi profesi, sehingga para pramuka dapat menemukan jalan kearah yang mandiri. Bina diri ini merupakan tahap pengabdian untuk memperdalam dedikasi dengan kepemimpinan dalam praktek pembinaan. 2. Bina Satuan (kepentingan pramuka) Yaitu pembinaan kepemimpinan dan keterampilan pengelolaan satuan dalam Gerakan Pramuka, serta darma baktinya kepada Gerakan Pramuka. Dalam rangka pengembangan kepemimpinan dibentuklah dewan kerja yang
membantu
satuan
sehingga
diperlukan
kemampuan
untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengadakan evaluasi kegiatan yang sesuai dengan aspirasinya. Disamping itu pramuka penegak dan pandega juga diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kepada pramuka Siaga dan Penggalang melalui kegiatan sebagai instruktur yang membantu para pembina pramuka. 3. Bina Masyarakat Yaitu
pembinaan
kepemimpinan
dan
keterampilan
pembangunan
masyarakat, serta darma baktinya kepada masyarakat, bangsa dan negara. Kegiatan
dalam
bentuk
pengabdian
masyarakat
ini
dengan
mengembangkan kepemimpinannya yang berperan dalam masyarakat sebagai peneliti, penggerak, pelopor dan pemimipin masyarakat yang meliputi segala bidang kehidupan manusia, seperti halnya bidang ekonomi, sosial budaya, agama, dan lingkungan hidup.
48
Di lingkungan masyarakat adalah tempat ujian bagi kepemimpinan yang nyata, tempat pengembangan pribadi didalam realita pada kehidupan serta pengamalan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya dari perkuliahan,. Agar pribadi seseorang dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya, maka ia harus berperan dan mencari pengalaman dari lingkungan masyarakat, sehingga ini akan sesuai dengan strategi pembinaan yaitu bertujuan membentuk pribadi yang matang pada generasi muda melalui jalur-jalur yang dapat memberikan kesempatan yang optimal bagi perkembangan kepanpuan yang positif. Untuk itu sebagai bentuk kepedulian terhadap perkembangan umat, Racana Walisongo berusaha mengaplikasikan salah satu Tridarma dan Tribina yaitu pengabdian masyarakat, dengan sebagai objek binaan ini berada di Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
C. AMALIAH
DINIAH
KELURAHAN
MASYARAKAT
BRINGIN
DUKUH
KECAMATAN
BANJARSARI
NYALIYAN
KOTA
SEMARANG Dari hasil penelitian bahwa Racana Walisongo sudah berusaha semaksimal
mungkin
untuk
meningkatkan
keberagamaan
masyarakat
Banjarsari dengan mengadakan pembinaan dalam bidang keagamaan. Pembinaan ini bersifat pengembangan dari suatu yang sudah ada di masyarakat Banjarsari. Sebenarnya masyarakat Banjarsari sudah termasuk masyarakat yang religius karena telah adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang dijalankan oleh masyarakat Banjarsari, namun kegiatan-kegiatan tersebut tidak bisa berjalan secara lancar. Setelah adanya pembinaan dari Racana Walisongo kehidupan beragama masyarakat Banjarsari semakin berkembang dengan baik dan kegiatan-kegiatan yang ada semakin bertambah dan kehidupan beragama Dukuh Banjarsari dapat dikatakan telah mengalami kemajuan di bidang keagamaan.
49
Upaya
pengembangan
yang
dilakukan
di
Banjarsari
adalah
menggerakkan atau menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan yang berada di Dukuh Banjarsari agar bisa lebih maksimal lagi dalam menjalankan kegiatankegiatan keagamaan. Pengembangan-pengembangan keagamaan tersebut meliputi : 1. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Pelaksanaan Taman pendidikan Al-qur’an (TPQ) ini, Racana Walisongo hanya sebatas ikut menjadi pengajar di Dukuh Banjarsari. Taman Pendidikan Al-Qur’an sebelum adanya pembinaan dari Racana Walisongo terkendala pada pengajarnya, sehingga tidak bisa maksimal dalam mengajarnya. Setelah adanya keterlibatan dari Racana Walisongo Taman Pendidikan Al-qur’an bisa berjalan dengan lancar sampai sekarang. 2. Tahlilan Tahlilan ini yang dahulunya diadakan setiap malam Jum’at, antara bapakbapak dan Ibu-ibu berada dalam satu majlis, tetapi sekarang sudah sendirisendiri yaitu setiap malam Jum’at untuk bapak-bapak, malam Senin untuk Jamaah ibu-ibu. 3. Yasinan Kegiatan yasinan ini adalah membaca surat yasin bersama-sama. Yasinan ini dilaksanakan oleh para ibu-ibu setiap seminggu sekali setiap malam Rabu sesudah shalat Magrib yang berada di rumah warga Dukuh Banjarsari secara bergiliran. 4. Dibaan Kegiatan dibaan ini adalah berupa maulid nabi, kegiatan dibaan ini dilaksanakan seminggu sekali setiap malam Rabu sesudah shalat Magrib yang berada di rumah warga secara bergiliran, dan Jamaah ini untuk para ibu-ibu. 5. Pengajian Rutin Pengajian rutin ini diadakan setiap dua minggu sekali bertempat di masjid yang di pimpin oleh tokoh agama setempat. 6. Pengajian
50
Selain pengajian rutin di Dukuh Banjarsari juga ada pengajian umum. Pengajian umum ini dilaksanakan pada waktu tertentu saja yaitu ketika memperingati hari besar islam seperti halnya isra’ mi’raj, maulid nabi dan lain sebagainya. Pengajian umum ini yang mengadakan adalah dari Racana Walisongo yang bertempat di Dukuh Banjarsari, untuk mubalignya dari Racana Walisongo dan dari Dukuh Banjarsari hanya menyiapkan konsumsi para pengunjung pengajian. Berikut ini tabel tentang peningkatan keberagamaan dan kegiatankegiatan keagamaan yang berada di Dukuh Banjarsari sebelum dan sesudah dibina Racana Walisongo:
TABEL PEMBINAAN AMALIAH DINIAH DAN KEGIATANKEGIATAN KEAGAMAAN
No Sebelum dibina Racana
Sesudah dibina Racana Walisongo
Walisongo 1.
Shalat berjamaah di masjid kurang Shalat berjamaah di masjid bertambah lebih satu shaf
tiga sampai empat shaf
2.
Belum adanya shalat Jum’at
Sekarang sudah ada shalat Jum’at
3.
Dalam
melaksanakan
Ramadhan
hanya
masyarakat
Dukuh
yang
puasa Dalam
melaksanakan
puasa
sebagian Ramadhan sebagian besar Masyarakat Banjarasari Dukuh
melaksanakan
Banjarsari
sudah
puasa melaksanakan puasa Ramadhan
Ramadhan 4.
Dalam memberikan zakat fitrah Dalam
memberikan
hanya sebagian masyarakat Dukuh masyarakat Banjarsari yang memberikannya
sebagian
Dukuh besar
zakat
fitrah
Banjarsari sudah
pada
melaksanakannya 5.
Tahlilan dalam satu majlis antara Tahlilan sudah terpisah antara Jamaah bapak-bapak dan ibu-ibu
bapak-bapak dan Jamaah ibu-ibu
51
6.
Taman
Pendidikan
Al-Qur’an Taman Pendidikan Al-Qur’an sudah
(TPQ) tidak bisa berjalan dengan bisa berjalan dengan lancar dan lancar
dan
belum
adanya sekarang sudah adanya kurikulum
kurikulum 7.
Pengajian rutin
8.
Pengajian
umum
dalam
rangka
memperingati hari besar Islam 9.
Yasinan
10.
Dibaan (maulid nabi)
Dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang beraneka ragam dan dilakukan secara rutin dapat membantu mengembangkan kualitas dalam kehidupan beragama di Dukuh Danjarsari. Dari sini bisa kita lihat, setelah adanya pembinaan dari Racana Walisongo yang dimulai pada tahun 2005 sampai 2009 ini sudah bisa berkembang lebih baik, dan sesudah adanya Racana Walisongo untuk peningkatan dan pemahaman tentang ajaran-ajaran agama islam sudah adanya peningkatan walaupun hanya sedikit.
BAB V PENUTUP Setelah penulis menguraikan seluruh rangkaian isi sekripsi yang membahas tentang Deskriptif Racana Walisongo Dalam membina amaliah Diniah Masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, maka penulis akan menyimpulkan dari pembahasan yang telah penulis uraikan.
A. KESIMPULAN 1. Kehidupan masyarakat Dukuh Banjarsari Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang sebelum dibina oleh Racana Walisongo dalam menjalankan ibadah sehari-harinya seperti umat Islam pada umumnya yaitu tetap melaksanakan shalat, puasa Ramadhan, dan zakat. Untuk kegiatan –kegiatan keagamaan yang ada di Dukuh Banjarsari hanya tahlilan dan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ), tetapi TPQ ini tidak bisa berjalan dengan baik 2. Dalam rangka membina amaliah diniah masyarakat Dukuh Banjarsari, Racana Walisongo melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang meliputi : a.
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) yaitu : -
Idul Adha
-
Maulid Nabi
-
Isra’ Mij’raj
-
Halal Bihalal
b.
Amalan Ramadhan
c.
Taman Pendidikan Al-Qur’an
3. Masyarakat Dukuh Banjarsari kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang setelah dibina oleh Racana Walisongo mengalami peningkatan dan pemahaman tentang ajaran-ajaran agama Islam. Sedangkan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan yang berada di Dukuh
52
53
Banjarsari juga berkembang lebih baik dan bertambahnya kegiatankegiatan keagamaan di Dukuh Banjarsari. Adapun kegiatan-kegiatan keagamaan yang meningkat dan bertambah adalah meliputi: 1. Kegiatan-kegiatan yang meningkat yaitu tahlilan dan Taman Pendidikan Al-Qur’an 2. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang bertambah yaitu yasinan, diba’an (maulid nabi), dan pengajian rutin.
B. SARAN-SARAN 1. Bagi anggota Racana Walisongo, bahwa segala kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan terutama yang berhubungan dengan masyarakat yaitu pengabdian pada masyarakat harus mengarah pada pengembangan manusianya. Untuk itu dibutuhkan kreativitas agar yang memadai agar kebutuhan masyarakat tercapai dengan hasil yang maksimal. 2. Bagi masyarakat, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan oleh setiap lembaga pendidikan sebagai proses pembelajaran dalam setiap kegiatan peserta didik atau mahasiswa, dalam hal ini untuk dapat tercapainya salah satu Tridarma perguruan tinggi yaitu pengabdian pada masyarakat. 3. Bagi Lembaga Pendidikan Islam, lebih mengetahui kebutuhan masyarakat yang masih rendah dalam hal pengetahuan keagamaan dengan memberikan kontribusi yang sesuai dengan kebutuhan agar tercapai masyarakat muslim.
C. PENUTUP Dengan mengucapkan Alhamdulillah karena dengan adanya rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari akan kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan sekripsi ini, sehingga skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abduallah, Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran, Jakarta: Amzah 2007. Al Aziz, Moh. Saifulloh, Fiqih Islam Lengkap, Terbit Terang: Surabaya, 2005. Ali, Muhammad, Psikologi Remaja, Bumi Aksara: Jakarta, 2004 Keputusan Kwartir Nasional Gerkan Pramuka Nomor :086 Tahun 2005 tentang Anggaran Dasar Rumah Tangga Gerakan Pramuka,Pasal 21 Tentang Kode Kehormatan. Bakir, Anton dkk, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius 1991. Hamalik, Oemar, Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi, Bandung: Sinar Baru 1991 http://id. Wikipedia. Org/wiki/pandega. 31 Desember 2009 http:// id. Wikipeia.org/wiki/ gerakan pramuka Indonesia. 31 Desember 2009 Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidkan Islam, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992. Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam Suatu Analisis Sosio Psikologi, Jakarta: Pustaka Al-Husna Lembaga Pendidikan kader Gerakan Pramuka Tingkat Nasional Panduan Kursus Pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar (Kwartir Cabang 1205 : Yogyakarta. Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: 1990, Jakarta Subagyo, Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 19997.
Mulyana, Dedy, Metodologi Penelitian Suatu Penelitian Kualitatif Paradigma Ilmu Komunikasi dan Sosial Lainnya, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya 2001. Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Relasi V, Jakarta : Rineka Cipta, 2002. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 1999), hlm. 23. Sujanto, Agus dkk, Psikologi Kepribadian, Bumi Aksara: Jakarta, 2004 Kwartir Daerah Jawa Tengah,Bahan Serahan Kursus Mahir Lanjutan (KML), Tahun 2001. Lembaga Pendidikan Kader Gerakanamuka (LEMDIKANAS) candradimuka Bahan Serahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD), Jakarta :2008. Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Kencana: Jakarta, 2005. Abdullah, Yatimin, Studi Akhlak dalam perspektif Al-Qur’an, Amzah: Jakarta, 2007. Mahfudh, Sahal / Nuansa Fiqih Sosial, Dahwah Partisipatif, http: // PcinuMesir, Tripod. Com/ Ilmiah/ Pusaka/ Ispustaka/ Buku07/ 011, htm. 30 September 2009 Matrik Program Kerja Dewan Racana Walisongo IAIN Walisongo Periode 2009 Muhammad, Afif, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ihsan secara Terpadu, Al-Bayan: Bandung, 1998 Nahriyah, Muwahidatun,, Kontribusi Racana Walisongo Semarang dalam Pengembangan Kehidupan Beragama Di Dukuh Jamalsari Kelurahan
Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang, skripsi sarjana IAIN Walisongo Semarang. Pramono, Ari, Hubungan Manajemen organisasi yang Profesional Terhadap Keberlangsungan Dan Eksistensi Sebuah Organisas , laporan pengembangan KML (Kursus Mahir Lanjutan), hlm. 17,t,d Rajid, Sulaiman, Fiqih Islam, PT. Sinar Baru: Bandung, 2006. Sinaga, Hasanudin, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004. Surat Keputusan Rektor IAIN Walisongo/ Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan Kota Semarang 07.119-07.120 Nomor: In.06.0/B/ PP.00.9/ 738/ 2009, Tentang Susunan Pengurus Dewan Racana Walisongo IAIN Walisongo Gudep Kota Semarang 07.119-07.120 Masa Bakti 2009 Kartu Keluarga (KK) Dukuh Banjarsari Sukmadinta, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999. Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, Jakarta: Departemen R.I., 1983. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemah Gema Risalah Press: Bandung, 1992.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Izul Wafa
NIM
: 3105010
Tempat/Tgl. Lahir
: Demak, 05 April 1986
Alamat
: Desa Jetis RT 02 Kel. Karangasem Kec. Sayung Kab. Demak
Pendidikan
: 1. SD Negeri Karangasem 02
Lulus Tahun 1999
2. MTs Nahdlatus Syuban
Lulus Tahun 2002
3. MA Negeri Demak
Lulus Tahun 2005
4. IAIN Walisongo Semarang
Semarang, Desember 2009 Penulis,
IZUL WAFA NIM. 3105010