BAB IV ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN DAKWAH DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
A. Pelaksanaan Dakwah Racana Walisongo di Desa Binaan Dukuh Jamalsari Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang Dakwah merupakan suatu kewajiban yang diberikan kepada tiap-tiap Muslim dan Muslimat (Natsir, 109: 200). Agar dakwah dapat berjalan dengan baik dan lancar serta mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan, maka pelaksanaan dakwah hendaklah dilakukan secara terkoordinir dan dalam barisan-barisan yang teratur rapi (Q.S As-Shaf:4) atau dengan istilah lain adalah dengan menerapkan manajemen yang baik. Karena dengan begitu tujuan dakwah akan tercapai. Tujuan dakwah Islam adalah untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat (Saleh, 21: 1993) dan untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Program dakwah pada sebuah lembaga dakwah mengupayakan agar
terjadinya
transformasi
pengetahuan
dan
pemikiran
untuk
mengembangkan masyarakat. Masyarakat yang telah mempunyai pemikiran dan pengetahuan yang cukup maju akan semakin mudah menerima masukanmasukan dari luar yang bertujuan untuk kebaikan masyarakat. Karena dengan pemikiran dan pengetahuan yang dimiliki mereka dapat berfikir dan mampu untuk melaksanakan apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan masyarakatnya, terutama untuk mengatasi persoalan-persoalan dakwah yang
128
129
semakin kompleks. Maka disinilah letak keberhasilan dakwah dengan model pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat sebagai salah satu alternatif pemecahan terhadap problem yang dihadapi masyarakat. Mengembangkan masyarakat untuk dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya akan membiasakan mereka untuk berfikir kritis terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat dimana mereka berada. Fenomena yang terjadi dimasyarakat, yang diatasi dengan cara mengembangkan masyarakat harus dapat merubah problem-problem yang dihadapi, menjadi suatu pemecahan yang dapat diterima oleh semua pihak. Perubahan pada masyarakat menunjukkan bahwa dalam suatu kehidupan manusia tidaklah statis dan beku, melainkan cenderung kearah perkembangan
yang
dinamis
dan
mengandung
perubahan-perubahan.
Perubahan itu tidak ada “barang baru” atau hanya barang lama dalam bentuk baru atau perpaduan antara satu ide dengan ide yang telah ada pada masyarakat. Tetapi perlu dicermati lagi bahwa suatu perubahan tersebut dapat berupa pengembangan masyarakat untuk pengembangan dan perbaikan. Didalam suatu masyarakat bila ada hal yang baik dapat dikembangkan menjadi yang lebih baik lagi, seperti kegiatan keagamaan yang telah dilakukan dalam masyarakat perlu dikembangkan agar dapat menambah rasa iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sedangkan apabila ada hal yang kurang baik dapat dihilangkan atau diperbaiki, seperti adanya perjudian, kenakalan remaja dan
130
lain sebagainya harus dapat dibasmi dari kehidupan masyarakat dengan mengadakan kegiatan yang lebih bermanfaat. Kegiatan positif yang bernuansakan keagamaan akan mendorong terutama bagi para pemuda dan masyarakat pada umumnya untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik di masyarakat. Karena dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif secara otomatis menghindari kegiatan negatif. Oleh karena itu Racana Walisongo merupakan suatu institusi yang berada dibawah naungan IAIN Walisongo diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan pada masyarakat. Perguruan Tinggi hendaknya tidak bekerja sendiri, tetapi harus menjangkau masyarakat dan bekerjasama menyiapkan mahasiswa untuk mengaplikasikan pemahamannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan yang telah diterima dengan penuh pengabdian serta memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dengan mengadakan kegiatan keagamaan dalam bentuk pengabdian pada masyarakat. Pengabdian masyarakat merupakan salah satu misi penting suatu perguruan tinggi dalam menyiapkan mahasiswa agar siap terjun di masyarakat dimana dia berada. Demikian juga yang dilakukan oleh Racana Walisongo dalam mencetak kader-kader bangsa yang penuh dengan semangat berbhakti kepada masyarakat. Racana Walisongo merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang mempunyai desa binaan, ini merupakan suatu nilai tersendiri karena tidak semua UKM di IAIN Walisongo yang mempunyai desa binaan.
131
Institusi yang menaunginya yaitu IAIN Walisongo memang sudah selayaknya memberikan nilai lebih terhadap keberadaannya. Dari sini dapat dilihat adanya keterkaitan antara lembaga dakwah dengan masyarakat. Melalui dakwah terbentuklah kepribadian masyarakat. Dakwah diharapkan membentuk manusia sosial, yang dapat bergaul dengan sesama manusia dengan segala keadaan yang berbeda-beda. Sedangkan tiap masyarakat dapat meneruskan kebudayaannya dengan beberapa perubahan melalui dakwah dalam pengembangan masyarakat. Memberikan masukan dan saran yang diperlukan kedalam suatu masyarakat oleh suatu lembaga dakwah dengan cara mendampingi masyarakat untuk maju merupakan suatu cara bagaimana mengembangkan masyarakat supaya sadar akan hak dan tanggungjawab mereka bersama. Pemberian saran dan ide-ide yang diberikan oleh Racana Walisongo misalnya tentang pendirian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), pengadaan air bersih, merenovasi mushola, merupakan masukan-masukan yang disampaikan kepada tokoh masyarakat yang selanjutnya masyarakatlah yang akan menjalankan dan meneruskan program tersebut. Tanggungjawab terhadap kewajiban untuk melaksanakan dakwah merupakan tugas bersama, tidak hanya seorang da’i atau ulama’ tetapi masyarakat umum sekalipun ikut mempunyai andil dalam melaksanakan kewajiban untuk berdakwah. Oleh karena itu pelaksanaan dakwah yang dilaksanakan dengan pengembangan masyarakat bukan masyarakat yang menjadi obyek dakwah tetapi kondisi sosio-kultural masyarakat (Ali Aziz,
132
dkk, 19: 2005) adalah yang lebih tepat untuk dijadikan sasaran dakwah. Dengan kata lain yang menjadi obyek dakwah bukanlah orangnya tetapi tingkah laku dan kebiasaan-kebiasaan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dari penjelasan tersebut telah terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara obyek dan subyek dakwah. Secara lahiriah seseorang disebut sebagai subyek dakwah disisi lain perilaku mereka sehari-hari merupakan obyek dakwah yang lebih fokus menjadi sasaran dakwah. Racana Walisongo sebagai pelaksana dakwah yang bekerjasama dengan masyarakat dalam mengembangkan masyarakat Dukuh Jamalsari diharapkan mampu menggali potensi yang dimiliki masyarakat dengan segala kemampuan dan kemauan mereka untuk diarahkan kepada kemaslahatan dan kebaikan masyarakat. Kehidupan masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang agama yang sangat kurang akan membuka kemungkinan terjadinya kesalah fahaman terhadap pemahaman agama. Melihat kondisi masyarakat yang demikian, maka dakwah merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Dakwah secara kontinyu atau berkesinambungan akan lebih dirasakan hasilnya dari pada dakwah yang hanya dilakukan sekali waktu dan tidak ada tindak lanjutnya. Sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh Racana Walisongo bahwa dengan metode kontinyuitas dan berkesinambungan merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengembangkan masyarakat. Pembinaan yang dilakukan oleh Racana Walisongo hanyalah
133
sebagai pemprofokasi masyarakat untuk melestarikan dan meningkatkan pelaksanaan ajaran agama Islam. Ajaran agama Islam yang disampaikan dalam pengajian-pengajian bapak-bapak maupun ibu-ibu atau pada waktu kultum dibulan Ramadhan oleh anggota Racana Walisongo harus dipersiapkan sebelumnya, karena dengan mempersiapkan materi yang akan disampaikan itu merupakan langkah yang tepat untuk menyebarkan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ajaran agama Islam. Anggota Racana Walisongo yang terjun langsung ke desa binaan tidak boleh merasa dirinya adalah sebagai seorang ulama’ yang penuh dengan ilmu pengetahuan keagamaan. Penyampai ajaran Islam yang dilakukan oleh Racana Walisongo merupakan sarana untuk senantiasa melatih dirinya agar pada suatu saat di terjunkan pada suatu masyarakat dimana dia berada sudah benar-benar siap dengan kondisi masyarakat yang dihadapi. Kasus-kasus yang terjadi pada saat anggota Racana Walisongo mengadakan pembinaan merupakan suatu hal yang masih dapat dimaklumi karena pada dasarnya mereka adalah seorang mahasiswa yang masih kuliah yang masih dalam taraf belajar untuk bermasyarakat. Anggapan tentang menggurui masyarakat oleh anggota Racana Walisongo harus dihilangkan. Terkait dengan unsur-unsur dakwah yang digunakan oleh Racana Walisongo dalam pengembangan masyarakat yang meliputi da’i, materi dakwah dan mad’u sebagaimana yang akan dijelaskan sebagai berikut:
134
1. Da’i (pelaksana dakwah) Seorang
da’i
dalam
konteks
ini
yaitu
dakwah
dengan
menggunakan pendekatan kelembagaan, maka yang disebut sebagai da’i adalah organisasi yang mampu untuk melaksanakan dakwah. Sebagaimana yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang pelaksana dakwah harus bisa mencerminkan sebagai sosok seorang pemimpin Islam yang bertugas untuk menyebarkan ajaran agama Islam dan mampu meneladani Rasulullah SAW sebagai pembawa dan penyebar agama Islam di muka bumi ini. 2. Mad’u Obyek
dakwah
yang
menjadi
sasaran
dakwah
dalam
pengembangan masyarakat sebagaimana yang telah diterangkan diatas adalah kondisi sosio-kultural masyarakat. Karena pada dasarnya yang melakukan dakwah adalah adanya suatu lembaga yang bergabung dan terjun langsung ke masyarakat dengan mengembangkan masyarakat itu sendiri. Menjadikan kondisi sosial dan kebudayaan atau kebiasaan seharihari mereka merupakan langkah jitu yang diambil guna merubah perilaku mereka sehari-hari, yang tidak baik menjadi lebih baik dan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. 3. Materi Dakwah Isi dari apa yang disampaikan oleh seorang da’i adalah materi dakwah atau dalam bahasa Arab disebut dengan ma’adatu ad dakwah adalah semua bahan atau sumber yang digunakan oleh seorang da’i dalam
135
menyampaikan dakwah untuk mencapai tujuan dakwah. Mempersiapkan materi yang akan digunakan merupakan suatu kebutuhan yang tidak boleh terlupakan terutama bagi pelaksana dakwah. Karena dakwah yang menggunakan model pendekatan pengembangan masyarakat yang paling tepat dalam penyiapan materi adalah seluruh masyarakat selalu pro aktif untuk mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk diaplikasikan kedalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu sarana yang efektif dan efisien untuk membina dan mengembangkan masyarakat adalah dengan melaksanakan dakwah secara benar, tepat dan akurat, (Munir, 13-14: 2006) berdaya guna dan berhasil guna. Hal ini dapat pula disebut dengan dakwah pada masyarakat dengan pendekatan
mengembangkan
masyarakat
dengan
cara
yang
berkesinambungan. Hal ini telah dilakukan oleh Racana Walisongo dalam upaya pengembangan masyarakat dengan memberikan pembinaan dibidang keagamaan seperti: Penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), kegiatan tahlilan dan pengajian-pengajian dalam memperingati Hari Besar Islam (PHBI). Kehidupan
beragama
masyarakat
Dukuh
Jamalsari
semakin
berkembang dengan baik setelah diadakan pembinaan, hal ini dibuktikan dengan kegiatan keagamaan yang ada semakin bervariasi dan semakin tampaknya kesadaran masyarakat untuk menjalankan ajaran agama Islam. Adapun kegiatan keagamaan yang ada pada saat ini, baik yang sudah ada dengan diadakan perubahan ataupun yang baru adalah sebagai berikut:
136
1. Penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) mempunyai tujuan selain untuk membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (tartil) juga untuk menambah nilai moral, etika / akhlak agama kepada anak. Pada saatnya nanti generasi penerus ini bisa menjadi penerus atau insan yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia serta bisa menjadikan Islam sebagai way of life dalam dirinya. Hanya
saja
secara
keseluruhan
selain
menekankan
pada
pembentukan moral keagamaan, proses pengajaran di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) perlu diselingi dengan permainan atau hiburan yang sarat dengan nilai-nilai Islam. Tentunya hal tersebut memerlukan administrasi atau penjadwalan serapi mungkin. Inilah yang perlu diperhatikan oleh pengelola Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) pada umumnya dan bagi Racana Walisongo sebagai penyelenggara desa binaan pada khususnya. Penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) diharapkan dapat memberantas buta huruf Al-Qur’an sejak dini. Karena pada kenyataannya para pemuda dan orang tua di masyarakat sekarang ini masih banyak yang belum bisa membaca dan menulis Arab dengan benar. Hal ini terbukti dengan keadaan yang ada di Dukuh Jamalasri yaitu dengan aktifitas tahlilan dan yasinan dilakukan dengan hafalan dan hanya sebagian kecil yang bisa membaca dengan baik.
137
2. Grup Rebana Untuk mengaktifkan para remaja dalam kegiatan yang bernuansa religius adalah dengan memberikan kegiatan yang bersifat hiburan, karena mereka menyukai hal-hal yang simpel dan ringan. Salah satunya dengan kegiatan latihan rebana. Permainan rebana mempunyai unsur keislaman yang sangat luhur, serta melestarikan kebudayaan Islam karena permainan rebana sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. 3. Tahlilan Kegiatan tahlilan dilaksanakan oleh bapak-bapak dan ibu-ibu dengan tempat dan waktu yang terpisah agar lebih intensif dan dapat terkoordinir dengan baik. Tahlilan tidak hanya membaca kalimat althoyyibah, melainkan dirangkai dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan do’a-do’a serta ditambah dengan ceramah keagamaan dengan tujuan saling mengingatkan dalam meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT. 4. Pengajian Bentuk
pengajian
yang
ada
di
Dukuh
Jamalsari
untuk
memperingati Hari Besar Islam seperti peringatan Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW dan lain sebagainya. Pengajian umum ini dilaksanakan pada waktu tertentu yaitu ketika memperingati Hari Besar Islam dalam bentuk dakwah atau tabligh yang ditujukan bagi masyarakat umum yaitu orang tua, pemuda dan anak-anak baik laki-laki maupun perempuan. Pengajian ini berdurasi sekitar 2 sampai 3 jam saja yang
138
bertujuan menambah pengetahuan tentang agama Islam dan mengetahui sejarah Islam sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajian dan tahlilan dapat disebut juga dengan majlis ta’lim. Yang dimaksud dengan majlis ta’lim sendiri adalah sarana dakwah dan tabligh yang Islami yang berperan pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam. Maka dari itu pengajian dan tahlilan juga termasuk didalamnya karena sebagai bentuk aktifitas keagamaan dengan tujuan pengembangan kehidupan beragama bagi umat Islam dan mencerminkan masyarakat yang beragama. Kehidupan beragama di Dukuh Jamalsari dapat dikatakan telah mengalami kemajuan setelah diadakan pengembangan masyarakat yaitu berupa pembinaan dalam bidang keagamaan oleh Racana Walisongo. Hal ini membuktikan bahwa Racana Walisongo telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan masyarakat yang menjadi salah satu tanggung jawab Perguruan Tinggi tidak terkecuali IAIN Walisongo Semarang. B. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Dakwah Racana Walisongo dalam Pengembangan Masyarakat. Anggota Racana Walisongo dan sekaligus sebagai mahasiswa IAIN Walisongo berusaha memadukan antara kedua misi penting yaitu Tri Darma Perguruan Tinggi dan Tri Bina Pramuka Pandega dalam melaksanakan segala aktivitasnya. Dari sinilah Racana Walisongo mencoba dan berusaha
139
semaksimal mungkin untuk mewujudkannya dengan mengadakan pembinaan di Dukuh Jamalsari Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang dalam bidang keagamaan. Pembinaan ini bersifat pengembangan masyarakat dengan mengembangkan sesuatu yang sudah ada dan yang belum ada menjadi ada. Sebab pengembangan masyarakat pada umumnya difokuskan pada pencarian solusi atas permasalahan yang ada dalam masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat Dukuh Jamalsari sudah termasuk masyarakat yang cukup tinggi tingkat keberagamaannya karena telah ada berbagai kegiatan keagamaan yang dilaksanakan. Namun permasalahannya adalah tentang pemahaman agama yang
dimiliki
masyarakat
masih
awam
sehingga
kesadaran
untuk
melaksanakannya juga kurang serta keberadaan non muslim yang sedikit banyak mempengaruhi kehidupan beragama masyarakat. Maka dari itu diperlukan pengembangan agar menjadi masyarakat muslim yang benar-benar muslim. Islam sendiri adalah agama yang membawa misi rahmatan lil ‘alamin, oleh karena itu ajarannya banyak yang toleran atau penuh dengan tenggang rasa, mendorong kebebasan berfikir dan berpendapat, serta menyerukan persaudaraan, saling bantu dan saling memperhatikan kepentingan masingmasing dan saling cinta kasih di antara sesama manusia. Islam juga memerintahkan kaum muslim untuk menjalin hubungan yang baik dengan non muslim, hidup berdampingan secara damai.
140
Upaya
pengembangan
yang
paling
utama
dilakukan
adalah
mengfungsikan kembali tempat ibadah sebagai pusat kegiatan keagamaan. Seperti halnya di Dukuh Jamalsari, sarana dan prasarana Mushola Baitul Muttaqin sebelum diadakan pembinaan oleh Racana Walisongo keadaannya sangat memprihatinkan sehingga kegiatan keagamaan yang dilakukan kurang maksimal. Padahal mushola merupakan cermin dari tingkat kehidupan beragama disetiap masyarakat muslim. Mushola yang sarat akan kegiatan keagamaan seperti sholat berjama’ah, pengajian-pengajian dan lain sebagainya, dapat dikatakan bahwa tingkat keagamaan masyarakat tersebut sudah baik. Walaupun hal tersebut tidak menjamin tingkat keagamaan setiap individu, karena tingkat keimanan dan ketaqwaan individu hanya Allah SWT yang mengetahui. Pemahaman terhadap ilmu agama yang terbatas dan juga tidak adanya sarana pendidikan keagamaan akan
mengakibatkan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang dilakukan bersifat monoton dan tidak bervariasi, misalnya tahlilan dan pengajian umum. Kegiatan ini diikuti oleh orang tua dan masyarakat umum. Kagiatan-kegiatan keagamaan yang telah terlaksana di desa binaan Dukuh Jamalasari Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang tidak telepas dari pengelolaan dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Racana Walisongo bersama-sama dengan masyarakat berusaha agar pelaksanaan kegiatan keagamaan sebagai sarana dalam meningkatkan pemahaman terhadap ajaran Islam. Untuk merealisasikan itu semuanya
141
diperlukan penerapan manajemen yang meliputi pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang digunakan secara aplikatif oleh Racana Walisongo dalam mengembangkan masyarakat desa binaan adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan (planning) Semua kegiatan, apapun bentuk dan tujuannya, hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien, apabila sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan matang (Saleh, 2005: 82). Racana Walisongo dalam melakukan pembinaan baik dalam mengelola desa binaan maupun dalam melaksanakan program-programnya yang mencakup segi-segi yang sangat universal sesuai dengan salah satu sifat yang dimiliki oleh Gerakan Pramuka. Perencanaan dak’wah dalam pengembangan masyarakat akan mendukung terselenggaranya dakwah agar berjalan secara lebih terarah dan teratur rapi. Hal ini bisa terjadi, sebab dengan pemikiran secara masak mengenai hal-hal apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, maka dapat dipertimbangkan kegiatan-kegiatan apa yang perlu mendapatkan prioritas untuk didahulukan dan kegiatan mana yang harus dikemudiankan. Perencanaan yang digunakan dalam pelaksanaan dakwah dalam pengembangan masyarakat terbagi manjadi dua yaitu yang dilakukan oleh lembaga (organisasi) sebagai pelaksana program pembinaan dan masyarakat sendiri sebagai obyek dan sekaligus sebagai pelaksana. Proses
142
perencanaan yang dilakukan oleh anggota Racana Walisongo adalah sebagai upaya untuk menyiapkan suatu kebijakan yang akan diberikan kepada masyarakat dalam rangka mengembangkan mereka. Hal ini dimulai oleh Dewan Racana Walisongo dan dilanjutkan dengan rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh reka kerja / tim instruktur (kepanitiaan) yang telah ditunjuk. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat pendelegasian tugas dan wewenang dari Dewan Racana kepada kepanitiaan yang telah dibentuk. 2. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian dilakukan dengan cara pembagian tugas yang berbeda-beda akan tetapi menuju pada satu titik arah. Tindakan ini dilakukan agar anggota dalam suatu organisasi dapat bekerja dengan baik dan memiliki rasa kerjasama serta tanggungjawab. Pembagian kerja secara optimal dilakukan adalah untuk menjaga agar beban yang di pikul dalam menjalankan suatu gerakan dakwah dapat diemban bersama dalam suatu organisasi yang utuh dan menghindari kumulasi (pembebanan pekerjaan hanya pada satu orang saja). Racana Walisongo dalam melaksanakan pengorganisasian dakwah yang dilakukan dalam mengembangkan masyarakat, dengan cara mengkoordinasikan terlebih dahulu diantara pengurus Dewan Racana dengan menunjuk seorang ketua, sekretaris dan bendahara untuk suatu kegiatan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya tiga panitia harian inilah yang akan mempersiapkan pelaksanaan kagiatan dengan didampingi oleh Dewan yang bertugas dalam hal pendampingan
143
yaitu seorang Dewan Bidang Sosial Keagamaan dibawah koordinasi Wakil Ketua Dewan Racana dan Wakil Sekretaris Dewan Racana. 3. Pelaksanaan (actuating) Penggerakan dakwah akan sangat menuntut pengorbanan para pelaksana dakwah untuk melakukan kegiatan-kegiatan dakwah. Hal ini hanya mungkin bilamana pimpinan dakwah mampu memimpin, memotivasi, membimbing, mengkoordinir (Munir, 2006: 140) dan menjalin
pengertian
diantara
mereka
serta
selalu
meningkatkan
kemampuan dan keahlian mereka. Adanya kemampuan tersebut sangat penting artinya bagi proses dakwah. Proses dakwah yang dilakukan oleh suatu organisasi kepada suatu masyarakat bukan hal yang mudah, semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus disertai dengan tahap demi tahap pendekatan kepada masyarakat sebagai obyek dakwah. Pendekatan secara kekeluargaan ternyata suatu metode pendekatan yang ampuh untuk meyakinkan masyarakat dan menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap dakwah yang akan dilaksanakan untuk mengembangkan masyarakat. Dakwah yang dilakukan dengan cara bekerjasama dengan masyarakat untuk mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan. Kegiatan semisal pelaksanaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) merupakan salah satu sarana untuk memberikan pemahaman-pemahaman yang baik tentang pandangan hidup dan kehidupan di dunia ini.
144
Pelaksanaan kegiatan yang diprogramkan oleh Racana Walisongo dalam pengembangan masyarakat akan lebih terfokus pada pelaksanaan ini. Karena dengan terjun langsung di masyarakat secara tidak langsung telah memberikan motivasi kepada masyarakat untuk tetap menjalankan syari’at Islam secara benar. Hal ini dapat diidentifikasi dengan adanya kegiatan yang diselenggarakan oleh Racana Walisongo masyarakat semakin bersemangat untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Racana Walisongo tidak hanya sekedar menyelenggarakan kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), akan tetapi lebih dari itu juga yang tidak kalah penting pengaruhnya terhadap keberhasilan dakwah adalah dengan dakwah secara kekeluargaan dengan cara bersilaturahim kepada tokoh-tokoh masyarakat. Bagitu besar manfaat dari silaturahim yang dilakukan oleh Racana Walisongo, karena dengan demikian anggota Racana Walisongo dapat sedikit demi sedikit memberikan masukan dan saran-saran seperlunya demi kebaikan masyarakat. Salah satu contoh masukan-masukan yang diberikan oleh Racana Walisongo adalah dalam pengadaan air bersih. Tujuan dari pengadaan air bersih adalah sebagai salah satu sarana agar masyarakat menjadi mudah mendapatkan air untuk kebutuhan mereka, terutama kebutuhan air untuk berwudhu. Pengadaan air bersih semuanya ditindak lanjuti oleh masyarakat tentang pengusahaannya, maka masyarakat akan dengan mudah untuk mendapatkan air terutama untuk beribadah.
145
4. Evaluasi dan pengendalian (evaluating) Dakwah dapat dikatakan sukses apabila tugas-tugas yang telah diserahkan kepada pelaksana dakwah itu benar-benar dilaksanakan serta pelaksanaannya sesuai dengan rencana dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan (Saleh, 1977: 136). Untuk mengukur seberapa besar keberhasilan dan kegagalan yang telah di perbuat dalam melaksanakan risalah dakwah, maka dalam suatu lembaga sangat diperlukan adanya evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh Racana Walisongo dilaksanakan pada saat rapat bulanan. Evaluasi bukanlah suatu alat untuk saling menjatuhkan dan melemahkan, melainkan sebagai alat untuk meneliti dan mempelajari tentang fenomena-fenomena yang terjadi selama pelaksanaan dakwah. Suatu kesalahan yang sangat fatal apabila evaluasi digunakan untuk mencari kesalahan-kesalahan yang di lakukan yang bertujuan untuk mengucilkan seseorang. Tetapi yang seharusnya adalah evaluasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakankebijakan dimasa mendatang agar pelaksanaan dakwah dapat berjalan lebih baik. Untuk mendapatkan bahan evaluasi dalam palaksanaan dakwah tidak hanya dengan mengamati para pelaksana dakwah, akan tetapi yang lebih penting adalah efek dari dakwah yang diakhibatkan dari pelaksanaan dakwah tersebut terhadap masyarakat. Apabila masyarakat semakin maju dan berkembang menunjukkan bahwa program pengembangan dapat
146
dikatakan berhasil dan apabila masyarakat semakin terpuruk maka program pengembangan dikatakan tidak berhasil. Peranan seorang tokoh masyarakat untuk mengevalusi pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh lembaga dakwah juga merupakan evaluasi yang sangat berharga. Karena dengan memperhatikan respon masyarakat termasuk bagian dari bahan evaluasi untuk kebaikan dimasa mendatang. Sistem evaluasi bisa berupa laporan secara tertulis maupun secara lisan oleh seorang penanggungjawab pelaksana kegiatan. Evaluasi yang dilakukan pada waktu pelaksanaan kegiatan atau yang disebut dengan brifing sewaktu-waktu untuk mengetahui perkembangan sementara selama proses berlangsung. Mengadakan suatu forum dalam suatu kegiatan selama kegiatan berlangsung akan sangat tepat manakala pelaksanaan dakwah ternyata tidak sesuai dengan perhitungan yang telah direncanakan. Sehingga dengan forum tersebut akan mencari pemecahan terhadap fenomena aktual yeng terjadi dan segera diadakan tindakan improfisasi terhadap pelaksanaan kegiatan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut secara umum menurut pendapat George R Terry diatas lazim pada setiap organisasi terdapat pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut. Demikian juga di Racana Walisongo fungsi manajemen yang digunakan meliputi planning, organizing, actuating, kontroling,
dalam
pelaksanaannya
selalu
terdapat
hubungan
berkesinambungan antara satu fungsi dengan fungsi lain. Karena fungsi manajemen yang satu dengan fungsi manajemen yang lainnya akan saling
147
mendukung
dan tidak bisa hanya berjalan
sendiri-sendiri. Apabila
digambarkan hubungan antar fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut: PERENCANAAN
PENGORGANISASIAN
PENGAWASAN
PENGGERAKAN
Dari diagram tersebut terlihat bahwa keterkaitan antara satu fungsi manajemen dengan fungsi manajemen yang lainnya. Sehingga terjadi kompleksitas dan saling ketergantungan antara satu fungsi manajemen dengan fungsi manajemen yang lainnya. Keterangan tersebut merupakan gambaran sistem pelaksanaan fungsi manajemen yang diterapkan pada setiap organisasi dan khususnya pada Racana Walisongo sistem itu juga dapat berjalan dengan baik, walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan-kekurangan dan ketidak sempurnaan pelaksanaan fungsi manajemen tersebut. Diantara kekurangankekurangan tersebut adalah kurangnya acuan yang digunakan dalam merumuskan suatu kebijakan pada fungsi-fungsi manajemen yang digunakan. Salah satu faktor penyebab kegagalan palaksanaan dakwah adalah dengan ketidak sempurnaan pelaksanaan fungsi manajemen satu dengan yang lain.
148
Artinya terjadi ketidak sinkronan antara satu fungsi manajemen dengan fungsi manajemen yang lainnya.