HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WALANTAKAN KABUPATEN MINAHASA Verdianawati. C. P. Astuti*, Nova. H. Kapantow*, Budi. T. Ratag* *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado
ABSTRAK Salah satu indikator pencapaian pembangunan kesehatan adalah status gizi anak usia 1-3 tahun, karena kurang gizi pada anak berkaitan dengan akses yang rendah terhadap pelayanan kesehatan. Selain itu kurang gizi pada anak meningkatkan risiko kematian, menghambat perkembangan kongnitif dan mempengaruhi status kesehatan pada usia remaja dan dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di wilayah kerja Puskesmas Walantakan Kabupaten Minahasa. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain Cross sectional study yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Walantakan pada bulan Juni – Agustus 2014. Populasi yaitu semua anak berusia 1-3 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Walantakan. Sampel yaitu ibu sebagai responden dan anak usia 1-3 tahun sebagai subjek penelitian berjumlah 84. Dalam penelitian ini, pengukuran akan menggunakan timbangan berat badan dan mikrotoa, serta wawancara menggunakan kuesioner pola asuh. Data dianalisis Univariate dan bevariate dengan menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak usia 1-3 tahun berdasarkan BB/U mempunyai status gizi normal (97,6%) dan berdasarkan TB/U yang mempunyai status gizi normal (95,2%), pola asuh berdasarkan praktek pemberian makanan pada anak pada kategori baik (98,8%), rangsangan psikososial pada kategori baik (97,6%), dan praktek higiene dan sanitasi lingkungan pada kategori baik (98,8%). Didapatkan nilai (p>0,05). Tidak ada hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi (BB/U dan TB/U) anak usia 1-3 tahun di wilayah kerja Puskesmas Walantakan Kabupaten Minahasa. Kepada ibu-ibu yang sudah menerapkan pola asuh yang baik tetap mempertahankannya. Kepada ibu-ibu yang mempunyai anak yang berstatus gizi kurus dan pendek, perlu diberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan agar dapat memperbaiki status gizi anak. Kata Kunci: Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun
ABSTRACT One of the achievment indicators of health sector development is nutritional status of 1-3 years old children, because less nutritional on the children is related to the low access towards the health services. Be sides, less nutritional on the children increases the death risk, blocks the cognitive development and influences the health status on adolescent and adult age. The purpose of this study is to analyse the relationship between the mother rearing System with the nutritional status on the 1-3 years old children at Puskesmas Walantakan work area, Minahasa Regency. This is an observational analytic study with cross sectional study design which is conducted at Puskesmas Walantikan work area on June-August 2014. The population is all 1-3 years old children both boy or girl at Puskesmas Walantakan work area. The sample is the Mother and the 1-3 years old children ad the subject of this study which numbers 84. In this study, the measurement is conducted by using weight scale and microtoa also interviews by rearing system questionnaires. The data is analysed by bivariate and univariate with chi-square statistic test. The result shows that most of the 1-3 years old children based on BB/U have normal nutritional status (97.6%) and according to TB/U who have normal nutritional status (95.2%), the rearing system according to the giving food practices to the children on good category (98.8%), psycho-social stimulation on good category (97.6%), and hygiene practice also environment sanitation on good category (98.8%). It's found value (p>0,05). There is no relationship between the Mother rearing system with the nutritional status (BB/U and TB/U) on the 1-3 years old children at Puskesmas Walantakan work area, Minahasa Regency. The mothers who have applied the good rearing system need to keep it up. The mothers who have children with skinny and short nutritional status, need to be given informations by the health employee so that they can imorove the children nutritional status.
Keywords: Mother Rearing System, Nutritional Status, 1-3 Years Old Children.
gizi lebih di wilayah Taraitak dan 1 anak
PENDAHULUAN Jumlah
kasus
gizi
buruk
Provinsi
gizi kurang di wilayah Taraitak I.
Sulawesi Utara tahun 2008 sebanyak 49 kasus, jumlah tersebut adalah jumlah
METODE PENELITIAN
terkecil dalam 3 tahun terakhir yaitu 257
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
kasus pada tahun 2006 dan 106 kasus
Puskesmas
pada tahun 2007. Dalam pelaksanaan
Minahasa dan dilaksanakan pada bulan
penimbangan di posyandu ditemukan
Juni – Agustus 2014. Jenis penelitian
kecenderungan makin tinggi umur anak,
bersifat observasional analitik dengan
makin rendah cakupan penimbangan
metode Cross–Sectional Study, dengan
rutin. Jadi makin tinggi umur anak makin
pola
rendah
yang
makanan, rangsangan psikososial, dan
ditimbang diposyandu (Dinkes Provinsi
praktek higene dan sanitasi lingkungan)
Sulawsi Utara, 2008).
sebagai variabel bebas dan status gizi
pula
persentase
anak
Pola asuh merupakan interaksi anak
dan
orang
membimbing,
tua
mendidik,
ibu
Kabupaten
(praktek
pemberian
anak usia 1-3 tahun sebagai variabel terikat. Populasi penelitian adalah semua
serta
anak berusia 1-3 tahun baik laki-laki
mencapai
maupun perempuan yang berada di
kedewasaan sesuai norma-norma dalam
wilayah kerja Puskesmas Walantakan,
masyarakat,
kebutuhan
berjumlah 538 orang. sampel yaitu ibu
makan, mendorong keberhasilan maupun
sebagai responden dan anak usia 1-3
mensosialisasi. Berdasarkan uraian diatas
tahun
penulis tertarik melakukan penelitian
berjumlah
mengenai hubungan antara pola asuh ibu
pengambilan sampel berupa accidental
dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di
sampling. Data mengenai karakteristik
wilayah kerja Puskesmas Walantakan,
ibu dan anak usia 1-3 tahun serta pola
dengan melihat data yang diperoleh dari
asuh
Dinas Kesehatan Minahasa tahun 2013
wawancara
terdapat
partisipasi
kuesioner. Data pengukuran berat badan
masyarakat dalam kegiatan posyandu di
anak diperoleh menggunakan timbangan
Puskesmas
dibandingkan
dan tinggi badan menggunakan alat
dengan beberapa Puskesmas di Minahasa
mikrotoa. Data dianalisis Univariate dan
yang telah mencapai lebih dari 80%
bevariate dengan uji statistik chi square
tingkat partisipasi masyarakat dalam
dengan bantuan komputer program SPSS
kegiatan posyandu, serta terdapat 1 anak
versi 22 dan untuk data antropometri
melindungi
mendisiplinkan
asuh
Walantakan
anak
untuk
mencukupi
78,6%
tingkat
Walantakan
sebagai 84
diperoleh
subjek
penelitian
sampel.
dengan
langsung
Teknik
metode
menggunakan
anak dianalisis menggunakan program WHO Antro 2010. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Dan Anak Karakteristik Distribusi Responden Menurut Umur <20 Tahun 21 – 29 Tahun 30 – 39 Tahun >40 Tahun Pendidikan Ibu SD SLTP SLTA DIII S1/S2/S3 Pekerjaan Ibu PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Lainnya (IRT) Distribusi Anak Menurut Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun Status Gizi BB/U Kurus Normal Status Gizi TB/U Pendek Normal
Frekuensi
%
10 54 18 2
11,9 64,3 21,4 2,4
10 24 47 1 2
11,9 28,6 56 1,2 2,4
12 12 10 50
14,3 14,3 11,9 59,5
36 48
42,9 57,1
42 40 2
50 47,6 2,4
2 82
2,4 97,6
4 80
4,8 95,2
1. Karakteristik Responden (Ibu)
pendidikan DIII 1 orang (1,2%) dan
Pada tabel 1 hasil penelitian diperoleh
S1/S2/S3 2 orang (2,4%). Menurut
distribusi
umur
pekerjaan, terbanyak adalah responden
terbanyak adalah ibu berumur 21–29
dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah
tahun 54 orang (64,3%) dan yang paling
Tangga (IRT) 50 orang (59,5%) dan yang
sedikit adalah ibu yang berumur >40
paling sedikit bekerja sebagai wiraswasta
tahun 2 orang (2,4%). Menurut tingkat
10 orang (11,9%).
pendidikan, terbanyak adalah responden
2. Karakteristik Anak Usia 1-3 Tahun
dengan tingkat pendidikan terakhir SLTA
Dari hasil penelitian pada tabel 1
47 orang (56%) dan yang paling sedikit
menunjukan distribusi anak menurut
adalah
jenis kelamin yaitu laki-laki 36 orang
responden
responden
menurut
dengan
tingkat
(42,9%)
dan
perempuan
48
orang
tergolong normal 80 orang (95,2%) dan
(57,1%). Menurut umur, terdapat anak
tergolong pendek 4orang(4,8%).
berusia 1 tahun 42 orang (50%), usia 2
Secara umum pola asuh yang baik
tahun 40 orang (47,6%) dan usia 3 tahun
juga mempengaruhi status gizi anak yang
2 orang (2,4%).
baik pula. Orang tua yang pendidikannya
Berdasarkan BB/U, terdapat anak
hanya sampai jenjang sekolah lanjut
yang tergolong kurus 2 orang (2,4%) dan
tengah atas (SLTA) saja pun termasuk
tergolong normal 82 orang (97,6%).
salah satu faktor yang berpengaruh pada
Berdasarkan TB/U, terdapat anak yang
perkembangan dan pertumbuhan anak.
Tabel 2. Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi (BB/U) Variabel Penelitian
Praktek Pemberian Makanan Pada Anak Kurang baik Baik Rangsangan Psikososial Kurang Baik Baik Praktek Higiene dan Sanitasi Lingkungan Kurang Baik Baik
3. Hubungan
Praktek
ρ value
Status Gizi Anak (BB/U) Kurus Normal n % n %
Total
n
%
0 2
0 2,4
1 81
1,2 97,6
1 83
1,2 98,8
0 2
0 2.4
2 80
2 95,2
2 82
2,4 97,6
0 2
0 2.4
1 81
1,2 97,6
1 83
1,2 98,8
0,875
0,823
0,875
Pemberian
jenis pangan, pemasakan, distribusi dan
Makanan Pada Anak Dengan Status
kebiasaan makan secara perorangan. Bila
Gizi (BB/U)
makanan tidak dipilih dengan baik maka
Data pada tabel 2 menunjukkan sikap
tubuh akan mengalami kekurangan zat-
kurang baik terdapat 1 anak (1,2%)
zat gizi esensial tertentu. Berbeda dengan
berstatus gizi normal. Pada sikap baik
hasil penelitian Purwani dan kawan-
terdapat 2 anak (2,4%) berstatus gizi
kawan (2013) tentang pola pemberian
kurus dan 81 anak (97,6%) berstatus gizi
makan dengan status gizi anak usia 1
normal. Hal ini dikarenakan pekerjaan
sampai 5 tahun di Kabunan Taman
sebagai ibu rumah tangga (IRT) 59,5%
Pemalang
dapat
anaknya
singnifikan atau bermakna antara pola
ketika hendak makan, memilih makanan
pemberian makan dengan status gizi pada
apa yang hendak diberikan dan disukai
anak (BB/TB). Penyediaan makanan bagi
anaknya dengan harapan anak tersebut
keluarga merupakan tugas seorang ibu
akan
yang
selalu
mendampingi
menghabiskannya.
Konsumsi
makanan bergantung pada jumlah dan
yaitu
harus
terdapat
sanggup
hubungan
menyediakan
hidangan yang cukup dan terlebih khusus
pada anaknya (Sediaoetama, 2008).
berstatus gizi normal. Pada sikap baik terdapat 2 anak (2,4%) berstatus gizi
4. Hubungan Rangsangan Psikososial Dengan Status Gizi (BB/U)
kurus dan 81 anak (97,6%) berstatus gizi normal. Penelitian ini didukung oleh
Data pada tabel 2 menunjukan bahwa
penelitian dari Yulindar (2012) tentang
sikap kurang baik terdapat 2 anak (2,4%)
gambaran pola asuh dan tingkat sosial
berstatus gizi normal. Pada sikap baik
ekonomi keluarga balita bawah garis
terdapat 2 anak (2,4%) berstatus gizi
merah (BGM) di wilayah puskesmas
kurus dan 80 anak (95,2%) berstatus gizi
Saigon kecamatan Pontianak Timur yang
normal. Didapati dilapangan ibu selalu
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
memperhatikan
dalam
antara praktek kebersihan dengan status
memberikan makan, mengatur jam tidur
gizi anak (BB/U). Hal ini dikarenakan
anak dan setelah kembali dari berkerja
peran orang tua dalam tindakannya
akan mencurahkan semua kasih sayang
merawat
kepada anaknya serta lebih menekankan
pengetahuan ibu dalam pola hidup bersih
pada cara memberikan makan pada anak
dan sehat, membawa anak ke posyandu
sehingga anak mau makan. Pertumbuhan
untuk menimbang berat badan 1 bulan
anak tidak hanya
waktu
frekuensi makan,
anak
dipengaruhi
oleh
dipengaruhi
oleh
sekali, tersedianya air bersih dan air
namun juga
oleh
minum serta jika anak sakit ibu langsung
psikologi anak. Berbeda dengan hasil
membawanya
penelitian Purwati dan kawan-kawan
kesehatan. Dalam waktu yang singkat
(2012) tentang hubungan pola asuh
sering terjadi perubahan berat badan dan
makan oleh ibu pekerja dengan status
antibodi sebagai akibat menurunya nafsu
gizi baduta di kecamatan Tongkuno
makan, sakit, diare, infeksi atau karena
Selatan kabupaten Muna menunjukan
kurang
bahwa
dikonsumsi.
ada
hubungan namun tidak
ke
cukupnya
tempat
pelayanan
makanan
yang
singnifikan antara pola asuh makan dengan status gizi berdasarkan indeks
6. Hubungan
Praktek
Pemberian
Maknan Pada Anak Dengan Status
BB/U, TB/U dan BB/TB.
Gizi (TB/U) 5. Hubungan
Praktek
Higiene
Dan
Berdasarkan
tabel
3
hasil
data
Sanitasi Lingkungan Dengan Status
menunjukan bahwa sikap kurang baik
Gizi (BB/U)
terdapat 1 anak (1,2%) berstatus gizi
Data pada tabel 2 menunjukkan sikap
normal. Pada sikap baik terdapat 4 anak
kurang baik terdapat 1 anak (1,2%)
(4,8%) berstatus gizi pendek dan 79 anak
(94%) berstatus gizi normal. Dikarenakan
tentang pola asuh makan pada balita
ibu
suasana
dengan status gizi kurang di Jawa Timur,
menyengkan saat anak makan, ibu selalu
Jawa Tengah dan Kalimantan Tengah
memperhatiakan
Tahun 2011 yaitu ada hubungan yang
dapat
menciptakan
kebersihan
bahan
makanan. Penggunaan makanan oleh
signifikan antara
tubuh bergantung pada pencernaan dan
dengan status gizi berdasarkan pekerjaan
penyerapan serta metabolisme zat gizi.
ibu. Diharapakan penyuluhan tentang
Bila susunan makanan salah dalam
cara
kuantitas
sehingga
dan
atau
kualitas
maka
pola
pemberian para
asuh
makan ibu
makan
yang
baik
mengerti
cara
konsumsi makanan berpengaruh terhadap
memberikan makanan bergizi, bervariasi,
status gizi seseorang. Berbeda dengan
berimbang dan aman.
penelitian Adriani dan Vita (2013) Tabel 3. Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi (TB/U) Variabel Penelitian
Praktek Pemberian Makanan Pada Anak Kurang baik Baik Rangsangan Psikososial Kurang Baik Baik Praktek Higiene dan Sanitasi Lingkungan Kurang Baik Baik
7. Hubungan Rangsangan Psikososial Dengan Status Gizi (TB/U)
Status Gizi Anak (TB/U) Pendek Normal n % n %
Total n
%
0 4
0 4,8
1 79
1,2 94
1 83
1,2 98,8
0 4
0 4,8
2 78
2 92,8
2 82
2,4 97,6
0 4
0 4,8
1 79
1,2 94
1 83
1,2 98,8
ρ value
0,822 0,749
0,822
Keadaan ini berlangsung terus menerus maka anak akan kekurangan zat
Dari tabel 3 hasil penelitian menunjukkan
gizi terutama protein dan lemak sehingga
sikap kurang baik terdapat 2 anak (2,4%)
dapat menghambat pertumbuhan dan
berstatus gizi normal. Pada sikap baik
akhirnya menjadi pendek dan sangat
terdapat 4 anak (4,8%) berstatus gizi
pendek (Mustika, 2012). Penelitian ini
pendek dan 78 anak (92,8%) berstatus
didukung oleh penelitian Desmika dan
gizi normal. Hal ini disebabkan karena
kawan-kawan (2012) tentang hubungan
ibu selalu memberikan waktu anaknya
antara status gizi dengan perkembangan
untuk bermain-main, sebagian besar ibu
kasar anak usia 1-5 tahun di posyandu
memiliki
kebiasaan memberi makan
buah hati ketelan Banjarmasin Surakarta
seadanya dan belum memperhatikan
yaitu tidak ada hubungan yang signifikan
asupan gizi yang dibutuhkan.
antara status gizi dengan perkembangan
motorik kasar anak balita.
korelasi erat serta penelitian Yulindar (2012) yang menyatakan ada hubungan
8. Hubungan
Praktek
Higiene
Dan
antara perawatan anak dengan status gizi.
Sanitasi Lingkungan Dengan Status Gizi (TB/U) Berdasarkan
KESIMPULAN DAN SARAN data
pada
tabel
3
Tidak ada hubungan antara pola asuh ibu
menunjukan bahwa terdapat 1 anak
(praktek pemberian makanan pada anak,
(1,2%) berstatus gizi normal. Pada sikap
rangsangan
baik terdapat 4 anak (4,8%) berstatus gizi
higiene dan sanitasi lingkungan) dengan
pendek dan 79 anak (94%) berstatus gizi
status anak usia 1-3 tahun berdasarkan
normal. Hal ini dikarenakan tingkat
indikator BB/U dan TB/U.
psikososial
dan
praktek
pemahaman mengenai adanya kegiatan
Disarankan kepada para ibu agar
posyandu dan personal higiene saja tidak
tetap mempertahankan penerapan pola
cukup bila tidak diimbangi dengan
pengasuhan
aplikasi dan praktek yang benar karena
memperhatikan asupan gizi anak, baik
dilapangan banyak ibu-ibu yang merasa
asupan energi maupun protein, dibantu
tahu dalam higiene sanitasi lingkungan
dengan
tetapi belum tergambar nyata pada status
melalui penyuluhan kesehatan gizi agar
gizi anak. Kekurangan gizi di awal
dapat memperbaiki status gizi anak yang
kehidupan manusia tidak memberikan
kurus dan pendek.
dampak
langsung
anak
yang
peningkatan
baik
kesadaran
dan
ibu
terhadap
perkembangan manusia dikemudian hari
DAFTAR PUSTAKA
karena ada beberapa faktor lain yang
Adriani, M. dan V. Kartika. 2013. Pola
berperan seperti keadaan lingkungan,
Asuh Makan Pada Balita Dengan
sosial ekonomi, keadaan kesehatan, dan
Status Gizi Kurang Di Jawa
stimulasi.
Timur,
Berbeda dengan penelitian Debby
Jawa
Tengah
Dan
Kalimantan Tengah Tahun 2011.
Y.S dan kawan-kawan (2012) tentang
Bulletin
Penelitian
Sistem
hubungan antara kondisi sosial ekonomi
Kesehatan. Volume 16 No. 2 Hal
dan higiene sanitasi lingkungan dengan
185-193.
status gizi anak usia 2-5 tahun di
Debby, Y.S., S.P. Utama dan A.M.H.
kecamatan Seginim kabupaten Bengkulu
Putranto. 2012. Hubungan Antara
Selatan tahun 2012 menyatakan antara
Kondisi
pengetahuan ibu tentang gizi dan higiene
Higiene
sanitasi lingkungan mempunyai tingkat
Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5
Sosial
Ekonomi
Sanitasi
Dan
Lingkungan
Tahun Di Kecamatan Seginim Kabupaten
Bengkulu
Selatan
Tahun 2012. Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya
Alam
Sediaoetama, A.D. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta : Dian Rakyat. Yulindar, V. 2012. Gambaran Pola Asuh
dan Lingkungan. Volume 1 No. 2
Dan
ISSN 2302-6715.
Keluarga Balita Bawah Garis
Desmika, W.S., Endang N.W dan S.
Saigon
Status Gizi Dengan Perkembangan
Timur.
Tahun Di Posyandu Buah Hati Ketelan
Banjarsari
Surakarta.
Jurnal Kesehatan. Volume 5 No. 2 Hal 157-164 ISSN 1979-7621. Dinas Kesehatan Provinsi. 2008. Profil Dinas
Kesehatan
Provinsi
Sulawesi Utara. Mustika, N. H. 2012. Bahan Pangan Gizi dan
Kesehatan.
Bandung
:
Alfabeta Purwani, E. dan Mariyam. 2013. Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 1-5 Tahun Di Kabunan Taman Pemalang. Jurnal Keperawatan Anak. Volume 1 No. 1 Hal 30-36. Purwati, A., B. Bakar dan A. Syam. 2012. Hubungan Pola Asuh Makan Oleh Ibu Pekerja Dengan Status Gizi
Baduta
Tongkuno
Di
Kecamatan
Selatan
Kabupaten
Media Gizi Masyarakat Indonesia. Volume 2 No. 1 Hal 11-16.
Sosial
Ekonomi
Merah Di Wilayah Puskesmas
Purwanto. 2012. Hubunga Antara
Motorik Kasar Anak Usia 1-5
Tingkat
Kecamatan
Pontianak