KESALAHAN PENANDA KOHESI DALAM SKRIPSI MAHASISWA NONBAHASA UNIVERSITAS MADURA PAMEKASAN
M. Khoiri Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi kesalahan penggunaan penanda kohesi pengulangan, penggantian, dan kata atau frase dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa Universitas Madura Pamekasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan sampel dan termasuk rancangan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Jumlah sampel adalah 16 skripsi jurusan nonbahasa di Universitas Madura. Data dianalisis dengan tiga alur kegiatan, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) kesalahan pengulangan dikarenakan pemilihan kosa kata tidak tepat. (2) Kesalahan penggantian dikarena penulis skripsi kurang teliti dan kurang cermat menggunakan kata ganti ataupun kata tunjuk. (3) Kesalahan kata/frase karena pengaruh bahasa percakapan yang tidak baku dan juga penulis tidak cermat merangkai frasefrasenya. Kata kunci: kesalahan, penanda kohesi, skripsi Salah satu keterampilan menulis yang biasa dilakukan oleh mahasiswa adalah menulis karya ilmiah. Meskipun demikian, dalam penyusunannya mengikuti langkahlangkah untuk mengorganisasi dan mengatur gagasan melalui garis pemikiran yang konseptual dan prosedural yang disepakati oleh para ilmuwan. Bahkan dalam hal ini, mahasiswa perlu untuk mempelajari cara-caranya atau diberi arahan oleh dosen pembimbing yang berpengalaman. Idealnya karya ilmiah adalah karya hasil keterampilan menulis terbaik yang telah disusun oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan karya ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya. Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya (uang, alat, dan bahan) yang digunakan dalam penelitian (Dwiloka, 2005:2). Selain itu, penulis karya ilmiah juga harus memerhatikan penguasaan bahasa. Aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi: pertama, penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosa kata) bahasa. Kedua, penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif. Ketiga, kemampuan
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 689
menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasangagasan. Keempat, tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang. Selanjutnya, hal yang dilakukan penulis adalah menyatukan kalimatkalimat yang baik menjadi satu kesatuan pikiran yang disebut paragraf. Yakni, himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Hal ini dilakukan karena pembentukan paragraf sekurang-kurangnya mempunyai tujuan; memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dan tema yang lain, dan (2) memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat (Keraf, 2004:69-70). Meskipun demikian, paragraf yang baik harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya adalah kepaduan bentuk (kohesif) dan kepaduan makna (koheren). Paragraf yang baik adalah paragraf yang semua unsur kebahasaannya menjamin kepaduan bentuk bagi keberadaan paragraf itu. Kalimat-kalimat dan unsur-unsur kebahasaan lainnya menjamin keberadaan paragraf itu. Adapun kepaduan makna di dalam sebuah paragraf ditunjukkan dengan kehadiran ide dan pikiran yang satu dan yang tidak terpecah-pecah di dalam paragraf itu (Rahardi, 2009:117). Berkaitan dengan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian di kampus Universitas Madura Pamekasan. Tempat ini dipilih peneliti karena selain mudah dijangkau peneliti juga ketersediaan objek yang akan diteliti yang memadai, yakni beberapa karya ilmiah (skripsi) yang dapat dibaca di
perpustakaan-perpustakaan fakultas maupun perpustakaan Universitas Madura. Dengan demikian,waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan menyelesaikannya dapat lebih cepat sesuai yang ditentukan. Penelitian ini berkaitan dengan dua hal, yakni paragraf dan karya ilmiah (skripsi). Tentang paragraf, hal-hal yang akan dikaji adalah tentang beberapa penanda kohesi paragraf. Adapun tentang karya ilmiah, salah satu bentuknya yang akan dikaji adalah skripsi, khususnya pada bagian latar belakang pada bab pendahuluan. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada permasalahan tentang kesalahan penggunaan penanda kohesi paragraf dalam skripsi mahasiswa nonbahasa di Universitas Madura Pamekasan, baik kesalahan pengulangan, kesalahan penggantian, maupun kesalahan kata atau frase transisinya. Sehingga berdasarkan permasalahan di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara objektif tentang kesalahan penanda kohesi paragraf dalam skripsi mahasiswa nonbahasa Universitas Madura Pamekasan, baik kesalahan pengulangan, kesalahan penggantian, maupun kesalahan kata atau frase transisinya. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu linguistik, yakni mendukung teori tentang teori menulis karya ilmiah (skripsi). Secara praktis dapat dimanfaatkan bagi (1) peserta didik yakni dalam pengajaran bahasa Indonesia, khususnya penulisan karya ilmiah (skripsi), (2) bagi pendidik dalam
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 690
memberikan pemahaman bagi peserta didik bahwa menulis skripsi harus mematuhi kaidah penulisan bahasa secara baik dan benar, (3) bagi mahasiswa sebagai tambahan wawasan dalam mendalami ilmu linguistik, dan (4) bagi lembaga pendidikan sebagai tambahan bahan bacaan atau referensi perpustakaan dan pengembangan bahan ajar. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan prosedur atau cara pemecahan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diteliti sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang terjadi. Selain itu, Arikunto (2003:309) juga menyatakan bahwa dalam penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan. Salah satu jenis penelitian yang dikategorikan penelitian deskriptif adalah penelitian analisis dokumen (documentary analysis) (Arikunto, 2003:321). Penelitian analisis dokumen adalah penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan, atau lainlain bentuk rekaman. Dengan analisis ini peneliti bekerja secara objektif dan sistematis untuk mendeskripsikan data berupa latar belakang dalam skripsi mahasiswa nonbahasa di Universitas Madura Pamekasan. Setting penelitian ini meliputi tempat dan waktu yang diperlukan untuk penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Madura Pamekasan. Hal ini disebabkan perguruan tinggi ini dapat dijangkau
oleh peneliti baik dari segi jarak, biaya, waktu dan ketersediaan data. Adapun waktu yang ditempuh untuk melakukan penelitian adalah semester genap tahun akademik 2012/2013. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Adapun sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skripsi mahasiswa nonbahasa di Universitas Madura Pamekasan tahun akademik 2011/2012. Teknik pengambilan sampel dilakukan peneliti dengan sampel bertujuan (purposive sample). Jadi, subjek yang diambil bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah/area, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel skripsi mahasiswa nonbahasa sebanyak 16 buah dengan rincian: Fakultas Hukum sebanyak 2 buah, Fakultas Ekonomi sebanyak 4 buah (Jurusan Manajemen dan Jurusan Akuntansi), Fakultas Ilmu Administrasi sebanyak 2 buah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebanyak 2 buah (Jurusan Matematika), Fakultas Pertanian sebanyak 2 buah, dan Fakultas Teknik sebanyak 4 buah (Jurusan Teknik Sipil dan Jurusan Informatika). Data yang akan dikumpulkan berupa data primer, yakni data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti (Andriani, dkk., 2011:5.3). Oleh karena itu, prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode observasi dan dokumentasi. Metode observasi ini mengacu pada prosedur objektif yang digunakan untuk mencatat subjek yang sedang diteliti. Metode dokumentasi digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 691
dalam penelitian dan praktek mengenai suatu fenomena dalam suatu bidang. Adapun prosedur pengumpulan data mengacu pada langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengoperasionalkan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan di atas. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yakni persiapan dan pelaksanaannya. Dalam tahap persiapan, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang digunakan. Sedangkan dalam tahap pelaksanaannya, peneliti menggunakan atau mengoperasionalkan instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hasildan pembahasan Sesuai dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yakni 16 buah skripsi. Skripsi ini diambil dari masing-masing program studi sebanyak 2 buah. Selain itu, yang menjadi kriteria untuk kelayakan skripsi ini untuk diteliti adalah skripsi yang ditulis oleh mahasiswa terbaik pertama dan kedua di masing-masing program studi pada tahun kelulusan/wisuda tanggal 9 Pebruari 2013. Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan kesalahan penanda kohesi. Pertama, kesalahan penanda kohesi pengulangan, misalnya ‘Gerakan KB Nasional’ sebagaimana dalam kutipan “Gerakan KB Nasional telah mempunyai landasan hukum yang kokoh berupa UndangUndang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.”Penanda ini digunakan untuk menyatakan hubungan dengan kalimat/paragraf
sebelumnya. Namun, yang diulang bukan kata ‘gerakan’ tetapi ‘program’. Oleh karena itu, agar tampak kohesif lebih baik kata’gerakan’ diubah dengan kata ‘program’. Sehingga penulisannya menjadi “Program KB Nasional telah mempunyai landasan hukum yang kokoh berupa Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.” Kedua, kesalahan penanda kohesi penggantian, baik berupa kata tunjuk maupun kata ganti, berupa “kita, tersebut, di mana,di tengah, pada awalnya sepenuhnya, di masa lalu, angka ini, mengubah arah, semua, di mana, -nya, selama ini, di antaranya, -nya,pimpinan, mereka, fungsi tersebut, pimpinan atau manajer, mereka para karyawannya, tersebut, output pengeluaran,itu dengan, keempat kelompok, empat, di samping, maka dari ini, kelompok yang pertama, pada, standar akuntansi ini, pemerintah ini,keduanya, semua aspek,balita ini. Sebagai contoh dalam kutipan “Hal tersebut yang mendasari penulis dalam menyusun tugas akhir pembuatan aplikasi sistem pendukung keputusan gizi pada balita ini.”Kata ‘ini’ dalam kalimat tersebut tidak tepat dikarenakan tidak ada referensi atau rujukan secara langsung pada anak atau benda yang sesuai untuk menyatakan hubungan dengan kata ‘ini’. Sehingga kata ini lebih baik dihilangkan. Dalam hal ini penulisannya “Hal tersebut yang mendasari penulis dalam menyusun tugas akhir pembuatan aplikasi sistem pendukung keputusan gizi pada balita.” Ketiga, kesalahan penanda kohesi kata atau frase transisi, berupa dan, juga, yang, baik ... dan, tidak lagi ...
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 692
melainkan, yang, jika, antara lain adalah, ikut, selama ini,sampai dengan saat ini, tidak dapat dipungkiri lagi, sedangkan, meskipun, berkaitan pula, sejak, seperti, namun, disebabkan karena, padahal, tetapi, daripada, bila, dari, menyebutkan, kemudian, antara, dan, baik itu ... dan juga, kembali, sebenarnya,namun dari ... melainkan, sebagai, dan, menyangkut, sebenarnya, apabila ... berarti, mungkin, adalah, oleh, apabila...justru, diperlukan, kemudian, atau dan, oleh, sementara, tidak semata-mata, dari, sehingga, yang sudah, agar mampu, meski ... sekalipun, semakin meningkat pula, yang, khususnya..., apabila...berarti, sebagai, jika...berarti, yang, maupun,sebagai, selanjutnya, apabila...maka, baik...sampai, dari, adalah...ternyata,hingga, sampaisampai, kalau, yang, dari, sudah barang tentu. Sebagai contoh dalam kutipan “Perubahan itu dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik kualitas dalam materi pelajaran, pendidik dan peserta didik.”Penanda ini kurang tepat penggunaannya jika yang dimaksudkan untuk menyatakan perbandingan. Oleh karena itu lebih baik digandengkan dengan yang lain, yakni ‘maupun’. Sehingga penulisannya menjadi “Perubahan itu dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, baik kualitas dalam materi pelajaran, pendidik maupun peserta didik”. Pembahasan tentang kesalahan penggunaan penanda kohesi yang terdapat pada latar belakang skripsi mahasiswa nonbahasa Universitas Madura Pamekasan meliputi: (1) kesalahan penggunaan penanda kohesi pengulangan (repetisi), (2) kesalahan penggunaan penanda
kohesi penggantian (substitusi), dan (3) kesalahan penggunaan penanda kohesi kata atau frase transisi (konjungsi). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing. Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi Pengulangan Penanda kohesi pengulangan (repetisi) dapat berupa pengulangan bentuk dasar utuh, sebagian, dan sinonim (Rani, 2007:25). Berdasarkan pada hasil temuan penelitian, hanya terdapat sebuah pengulangan sebagian, yaitu ‘gerakan KB nasional’ dalam SAdm1 (P4;K1). Bentuk ini merupakan pengulangan dari bentuk dalam paragraf sebelumnya yaitu ‘program KB nasional’. Bentuk kesalahan seperti ini dapat terjadi dikarenakan misalnya penulis skripsi cenderung menyamakan antara kata ‘gerakan’ dan ‘program’ yang dalam hal ini jelas keduanya berbeda. Ada kemungkinan bahwa penguasaan kosa kata yang dimiliki penulis skripsi masih terbatas. Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi Penggantian Penanda kohesi penggantian biasanya berupa kata ganti (orang dan milik) dan kata tunjuk (Rani, 2007:26). Berdasarkan pada temuan penelitian terdapat beberapa kesalahan penanda kohesi kedua bentuk ini. Pertama, kesalahan penanda kohesi kata ganti (orang dan milik) misalnya ‘kita’ dalam SMat1 (P1;K1). Kata ini biasanya digunakan untuk menyatakan yang berbicara bersama dengan orang lain termasuk yang diajak bicara, namun dalam hal ini penulis tidak menjelaskan siapa yang diajak bicara. Sehingga kata ini tidak jelas rujukannya. Menurut hemat peneliti
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 693
bahwa bentuk kata ganti pertama jamak ini ditunjukan untuk guru. Adapun kata ganti milik orang ketiga misalnya ‘-nya’ dalam SHuk (P1;K1) terjadi karena penulis tidak cermat bahwa sebelum kata ini digunakan terdapat beberapa pihak yang berkaitan yakni ‘masyarakat, perorangan, atau badan usaha’. Sehingga yang digunakan seharusnya berbentuk jamak dan tidak berbentuk tunggal. Kesalahan-kesalahan semacam ini dapat juga ditemukan dalam SAdm2 (P1;K1), SMan1 (P2;K2), SSip1 (P2;K2). Kedua, kesalahan penanda kohesi penggantian berupa kata tunjuk misalnya, kata ‘pembelajaran tersebut’ dalam SMat2 (P2;K2). Kata ini biasanya digunakan untuk menyatakan hal yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, peneliti tidak menemukan hal yang dapat dijadikan rujukan pada sebuah proses pembelajaran atau jenis pembelajaran dalam kalimat atau paragraf sebelumnya. Kesalahan semacam ini dapat juga ditemukan dalam SAdm1 (P5;K1), SAdm2 (P1;K1), SHuk2 (P1;K1), dan sebagainya. Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi Kata atau Frase Transisi Menurut Rani (2007:26-32), penanda kohesi yang berupa kata atau frase transisi ini dapat dikelompokkan menjadi bentuk tambahan (aditif), pertentangan (kontras), perbandingan (komparatif), sebab-akibat (efek), waktu (kronologis), ringkasan dan simpulan, urutan proses dan rincian, misalan atau contoh, dan keraguraguan (dubitatif). Berdasarkan temuan penelitian, pertama, kesalahan berupa tambahan (aditif) ini misalnya ‘dan’ dalam SMat1
(P1;K1). Kata ‘dan’ biasanya digunakan untuk penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yang setara. Namun dalam kalimatnya penanda ini tidak tepat karena antara klausa pertama dan kedua tidak setara. Kesalahan seperti ini dapat juga ditemukan dalam SAdm1 (P7;K1), SAdm2 (P6;K3), SMan1 (P1;K1) adan sebagainya. Kedua, kesalahan penanda kohesi kata atau frase yang berupa pertentangan misalnya ‘tetapi’ dalam SAdm2 (P3;K1). Kata ‘tetapi’ biasanya digunakan untuk menyatakan hal yang bertentangan atau tidak selaras. Namun, penanda ini penggunaannya tidak tepat karena tidak ada rujukan atau hal yang dapat dihubungkan secara pertentangan dengan penanda ini baik dalam kalimat maupun paragraf sebelumnya. Kesalahan seperti ini biasanya dapat juga ditemukan dalam SMan1 (P1;K1), SAdm1 (P6;K2). Ketiga, kesalahan penanda kohesi kata atau frase berupa perbandingan (komparatif) misalnya ‘daripada’ dalam SAdm2 (P4;K3). Penanda ‘daripada’ biasanya digunakan untuk membandingkan antara satu hal dengan hal yang lain. Namun, kesalahan yang terjadi dalam kalimatnya ialah ternyata peneliti tidak menemukan hal-hal yang diperbandingkan baik dalam kalimat maupun paragraf sebelumnya. Keempat, kesalahan penanda kohesi kata atau frase berupa efek (sebab-akibat) misalnya ‘disebabkan karena’ dalam SAdm2 (P2;K3). Penanda ini tidak tepat karena antara kata ‘disebabkan’ dan ‘karena’ memiliki arti yang sama. Adapun dalam penulisannya tidak boleh dituliskan secara bersama karena
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 694
akan akan merusak struktur kalimat dan terjadi pemborosan kata. Selain penggunaan kata atau frase di atas, kesalahan penggunaan penanda kohesi yang berupa bentuk persyaratan juga sering ditemukan. Misalnya ‘apabila...berarti’ dalam SMan1 (P3;K3). Bentuk frase ini tidak tepat karena kedua kata ini memiliki makna yang tidak cocok untuk dipadukan. Ketidakcocokannya adalah kata ‘apabila’ berarti jika atau kalau, sedangkan ‘berarti’ dapat dipahami sebagai ‘sama halnya atau mengandung maksud. Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti dapat mendeskripsikankan secara umum bahwa kesalahan bentuk-bentuk penanda kohesi dalam skripsi mahasiswa nonbahasa Universitas Madura Pamekasan dapat berupa dalam kalimat (intrakalimat), antarkalimat, korelatif (bentuk frase), preposisi, maupun pengacuan. Pertama, kesalahan yang berupa intrakalimat seperti: hingga, sejak, jika, dan sebagainya. Kedua, kesalahan berupa antarkalimat seperti: selanjutnya, selain itu, kemudian, dan sebagainya. Ketiga, kesalahan yang berupa korelatif seperti: bukan hanya...melainkan juga, demikian...sehingga, dan sebagainya. Keempat, kesalahan penanda kohesi berupa preposisi seperti: pada, di tengah, di samping, oleh, sampai, dan sebagainya. Kelima, kesalahan penanda kohesi berupa teknik pengacuan seperti: itu, begitu, tersebut, -nya, dan sebagainya. Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan data penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut. (1) Kesalahan penanda kohesi pengulangan (repetisi) terjadi karena
pemilihan kosa kata yang tidak tepat dalam merangkai penanda kohesi dan jenis pengulangan yang salah. (2) Kesalahan penanda kohesi penggantian (substitusi) terjadi karena penulis skripsi kurang teliti dan kurang cermat dalam memahami penggunaan penanda kohesi berupa kata ganti ataupun kata tunjuk. (3) Kesalahan penanda kohesi kata atau frase (konjungsi) sebagian besar terjadi karena pengaruh bahasa percakapan sehingga banyak kata/frase yang tidak tepat penggunaannya sehingga menjadikan kosa kata tidak baku dalam karya ilmiah (skripsi) dan juga disebabkan penulis tidak cermat dalam merangkai frase-frasenya dan cenderung tidak memperhatikan makna dan fungsi kata/frase yang digunakan. Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran bagi beberapa pihak yang berkaitan langsung dengan hasil penelitian ini, yakni (1) Pihak peserta didik, hendaknya dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi karya ilmiah, para peserta didik lebih menekankan penulisannya baik kalimat, paragraf maupun bentuk keseluruhan sesuai dengan tata penulisan karya ilmiah yang benar. (2) Pihak pendidik, hendaknya pendidik (dosen pembimbing) memberikan perhatian besar tentang pengetahuan tentang menulis karya ilmiah baik kalimat, paragraf maupun keseluruhannya agar dapat mematuhi kaidah-kaidah penulisan bahasa secara baik dan benar. (3) Pihak mahasiswa, hendaknya mahasiswa lebih memahami konsep-konsep dasar kebahasaan secara ilmiah sebelum membuat sebuah karya tulis ilmiah seperti skripsi.(4) Pihak lembaga,
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 695
hendaknya pihak-pihak yang berwenang di tiap lembaga (jurusan/program studi) memberikan pedoman yang baku dan tegas agar penulisan karya ilmiah menjadi lebih baik dan berkualitas. DAFTAR RUJUKAN Andriani, Durri, dkk.. 2011. Materi Pokok Metodologi Penelitian 16. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta. Busri, Hasan. 2007. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah; Bahan Pengayaan untk Matakuliah Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: Universitas Islam Malang. Djajasudarma. 2006. Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia. Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende: Nusa Indah. Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Malang.
Panduan Administrasi Akademik. 2012. Universitas Madura Pamekasan. Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rani, Abdul. 2007. Menulis Paragraf. Surabaya: Bimantara Aluuguda Sejahtera. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Penulis Bahasa Indonesia UNEJ. 2007. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Andi Offset. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Artikel, Makalah, dan Skripsi). Pamekasan: STAIN Pamekasan.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 696