123
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Tantangan organisasi saat ini dan ke depan adalah situasi perubahan yang semakin terbuka dan kadang tak terduga terjadinya. Disamping itu, sistem informasi yang juga sangat terbuka untuk diakses, menyebabkan organisasi profit dan non profit harus terus mengembangkan diri, termasuk didalamnya BPP sebagai organisasi dimana para penyuluh bernaung dan bekerja sebagai ujung tombak penyuluhan pertanian di tanah air sehingga tidak tergerus oleh perubahan yang terjadi. Perubahan memang mengisyaratkan perlunya adaptasi terhadap fenomenafenomena perubahan itu sendiri, disamping kreatifitas dan inovasi guna mengimbangi dan merespon turbulensi akibat perubahan yang tak terduga tersebut. Adaptasi yang tidak relevan terhadap perubahan dapat mengurangi daya saing organisasi dalam menjalankan aktivitasnya, misalnya saja daya saing dalam hal pelayanan kepada kliennya, dan bahkan akan mengurangi daya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya organisasi yang dapat mengakibatkan organisasi akan mengalami krisis yang selanjutnya akan mengalami stagnasi dan hanya sekedar eksis tanpa dapat menciptakan improvisasi dalam menjalankan aktivitasnya. Kreatifitas dan inovasi juga menjadi penting, karena secara internal memperlihatkan kemampuan organisasi “BPP” memberi respon yang positif terhadap perubahan, juga memperlihatkan SDM organisasi yang memiliki kapasitas dan kemampuan memberi tanggapan terhadap apa yang terjadi di luar organisasi mereka, terutama perubahan yang berkaitan langsung manajemen organisasi mereka dengan memanfaatkan secara efisien dan efektif sumberdaya yang dimiliki organisasi “BPP”. Sedangkan secara eksternal akan meningkatkan kemampuan kepelayanan terhadap klien (petani) sesuai dengan perkembangan perubahan dan tuntutan kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian masa kini.
124
BPP hanya dapat menjalankan peran tersebut di atas, terutama jika mampu menciptakan kinerja organisasi “BPP” yang dinamis merespon perkembangan dan perubahan yang kadang tak terduga. Kinerja organisasi yang berkualitas, selain dapat membantu para anggota organisasi mampu menatap ke depan arah yang ingin dituju dan dicapai juga dapat memberi panduan dan tindakan pelayanan penyuluhan yang tepat dalam melaksanakan tugas dan fungsi pokoknya dalam melayani para klien (petani) yang ada pada wilayah kerja BPP. Kinerja organisasi tidak terlepas dari kemampuan organisasi membangun dan mengembangkan konsep (dokumen perencanaan) operasional organisasi yang mengharuskan para anggotanya mengartikulasi berbagai unsur konsep tersebut sebagai landasan dalam menjalankan tugas dan fungsi pokok di BPP. Konsep operasional organisasi tersebut adalah program aksi BPP. Kemampuan BPP merumuskan dan menyusun program aksi tidak terlepas dari keunggulan mutu BPP dan sumberdaya manusia. Keunggulan mutu sebagai bentuk kesatuan yang terintegrasi antara tata kelola, kepemimpinan sistem pengelolaan,
dan
penjaminan
mutu
yang
ditujukkan
untuk
menjamin
terselenggaranya fungsi BPP sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, sedangkan sumberdaya manusia selain menggambarkan potensi untuk dapat dikembangkan, juga merupakan kondisi riil kesesuaian antara deskripsi pekerjaan (job description)
dengan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia
yang dimiliki BPP untuk menjamin dan mendayagunakan sumberdaya manusia yang memnuhi kualifikasi yang dipersyaratkan BPP, profesional serta mutu kinerja sesuai tuntutan pekerjaan. Keunggulan mutu dan sumberdaya manusia BPP harus ditopang dengan sarana dan pembiayaan yang memadai untuk membantu staf BPP merumuskan program aksi yang dapat memenuhi kepentingan organisasi dan menjangkau kebutuhan klien (petani)
serta kepentingan stakeholder
lainnya secara
berkelanjutan. Kinerja organisasi merupakan realisasi dari penjabaran, hasil perumusan atau penyusunan serta pemanfaatan dan penerapan dari rencana program yang dihasilkan BPP. Kualitas kinerja yang ditunjukkan dari realisasi program aksi sangat bermanfaat untuk mewujudkan organisasi yang dinamis dan berkelanjutan,
125
efektif dan efisien dalam memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang dimilikinya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Tetapi jauh lebih penting dan bermanfaat adalah kemampuan BPP menjangkau secara adil dan merata pemenuhan kebutuhan dan membantu klien BPP yaitu petani agar dapat melancarkan usahatani mereka sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi budidaya pertanian modern serta tuntutan pasar, sehingga petani akan semakin meningkat pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka yang selanjutnya akan memperbaiki tingkat kehidupan petani dan keluarganya agar semakin sejahtera. Keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi BPP dan selanjutnya memengaruhi perilaku petani dapat digambarkan dengan pendekatan model logika oleh Powel dan Henert (2008). Model logika digunakan sebagai kerangka pikir dalam penelitian ini karena menurut Schacter (2002) seperti yang diuraikan berikut ini : “A logic model forces you to think through, in a systematic way, what your program is trying to accomplish and the steps by which you believe your program will achieve its objectives. Because measurement of program performance is tied to program objectives, and because the logic model articulates the series of steps by which a program is intended to achieve its objectives, the logic model is also the foundation for developing a set of performance measures. If a logic model is well done, a set of appropriate performance measures emerges from it almost automatically – a point that we will address in more detail below” Sebuah model logika memaksa anda untuk memikirkan, dengan cara sistematis, program apa yang anda coba selesaikan dan langkah-langkah mana yang anda percaya yang akan mencapai tujuan-tujuan program anda. Karena pengukuran kinerja program terkait dengan tujuan-tujuan program, dan karena model logika mengartikulasikan
serangkaian
langkah-langkah
dimana
sebuah
program
dimaksudkan untuk mencapai tujuannya, model logika adalah juga merupakan pondasi untuk mengembangkan seperangkat ukuran kinerja. Jika model logika dilakukan dengan baik, dari seperangkat ukuran kinerja hampir otomatis muncul secara tepat. Pendekatan
model
logika
tersebut
disusun
berdasarkan
situasi
perkembangan BPP yang memengaruhi faktor-faktor kinerja organisasi. Faktorfaktor tersebut dapat diartikulasi dan dianalisis sehingga menjadi empiris melalui
126
penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sebagai representatif dari model yang dikembangkan pada model logika organisasi BPP. Model logika dari Powel dan Henert (2008) diperlihatkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Model logika pengembangan program Sumber : Powel ET, Henert E. 2008. University Of Wisconsin-Extension Cooperative Extension Program Development And Evaluation. Pada
model
logika
tersebut
secara
umum
menggambarkan
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Secara khusus menjelaskan proses analisis situasi dan analisis penetapan prioritas, selanjutnya ke proses program aksi yang terdiri dari : (1) masukan (input), (2) keluaran (output) yang terdiri dari aktivitas yang dilakukan dan partisipasi sebagai bentuk sasaran yang ingin dicapai, (3) hasil (outcome) dalam bentuk pencapaian jangka pendek dan jangka menengah. Sedangkan dampak (impact) sebagai bentuk pencapaian jangka panjang, berupa kondisi ekonomi, sosial, lingkungan dan kehidupan berbangsa semakin baik (4) evaluasi (evaluation), yaitu fokus pada proses aktivitas program aksi, koleksi data, analisis dan interpretasi data serta penyusunan laporan.
127
Model logika Gibson tersebut digunakan sebagai kerangka kerja (framework) guna membangun model logika pengembangan organisasi BPP seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.
Penetapan prioritas (Priority Setting) Situasi (Situation)
Pengembangan BPP
Keluaran (Output)
Masukan (Input)
Program Aksi : (1) SDM/Staf BPP terlibat yang menyusun program aksi
• Kinerja BPP rendah
Sumberdaya Manusia BPP Organisasi BPP • Pengem bangan program kurang memadai
(2) Waktu penyusunan program aksi (3) Materi/metode penyusun program aksi (4) Peralatan yang digunakan
Petani Binaan
Sumberdaya BPP
Adaptasi BPP
Jangka pendek
Pengembangan Program (1)
Pengelolaan BPP
Hasil (Outcomes)
Kompetensi petani berusahatani meningkat
Penyusunan programa
(2) RDK
Sasaran (Goal)
(3) RDKK Implementasi Program Aksi
BPP (penyuluh)
( 4) Rencana pembelajaran
(5) Bahan yang dimanfaatkan
(5)
(6) Sarana dan prasarana yang dimanfaatkan
(6) Media pembelajaran
Materi informasi dan teknologi
(7) Penelitian dasar/informasi
(7)
Metode pembelajaran
(8) Anggaran pelaksanaan
(8)
Biaya operasional
(9)
Evaluasi
Petani binaan (partisipasi)
Jangka menengah Produksi Usahatani dan pendapatan petani meningkat
Jangka panjang Kesejahteraan petani meningkat
Gambar 3. Pengembangan BPP dengan pendekatan model logika
Pada Gambar 3. menggambarkan pengembangan organisasi BPP yang didasarkan pada asumsi sistem organisasi terbuka, dimana suatu sistem terbuka terdiri dari lima elemen dasar (Scott, 2008 dalam Lunenburg, 2010), yaitu: masukan, proses transformasi, output, umpan balik, dan lingkungan. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.
128
Organization
Inputs
Transformations Process
Outputs
Feedback Environment Gambar 4. Sistem organisasi terbuka. Sumber : Fred C. Lunenburg, 2010.
Sejalan model logika yang digunakan dalam kerangka pikir untuk pengembangan BPP, maka kerangka model organisasi sistem terbuka digunakan untuk lebih memahami BPP sebagai sebuah sistem organisasi terbuka. Pada proses tersebut diawali dengan analisis situasi organisasi BPP dilokasi penelitian, dimana terdapat kesenjangan dalam sistem organisasi BPP, yaitu kinerja BPP rendah dan program aksi kurang memadai. Hal tersebut perlu dilakukan perbaikan melalui pengaturan dari beberapa faktor internal organisasi BPP, antara lain: pengembangan BPP, pengelolaan BPP, sumberdaya manusia, sumberdaya BPP dan adaptasi BPP yang berdampak pada kemampuan merumuskan rencana program aksi dalam bentuk pengembangan program dan implementasi program aksi dan seterusnya akan memberi pengaruh pada kinerja
BPP yang pada
akhirnya berdampak pada perubahan perilaku petani dalam usahatani mereka. Menurut Sumardjo (2004), bahwa program penyuluhan perlu lebih mampu menjangkau hal-hal di luar pengembangan teknologi produksi, seperti yang selama
ini
terjadi.
Melalui
kerjasama
dengan
pihak
terkait,
untuk
mengembangkan kemandirian petani (kesiapan petani di era pertanian berkelanjutan) lembaga penyuluhan dituntut untuk mampu menjangkau faktorfaktor yang menentukan perilaku modern, efisien, dan daya saing petani tersebut sehingga kondusif bagi perkembangan kemandirian petani.
129
Upaya untuk memperbaiki situasi yang ada pada BPP dibutuhkan input berupa sumberdaya manusia, sumberdaya bahan dan peralatan, sumberdaya waktu, sumberdaya informasi serta biaya dan metode yang tepat untuk menghasilkan output berupa program aksi yang akan diimplementasikan oleh staf BPP terutama penyuluh untuk proses pembelajaran usahatani, dimana sasarannya adalah petani binaan masing-masing yang ada di wilayah kerja BPP serta mendorong partisipasi petani dalam proses penyuluhan. Berdasarkan penjelasan konsep pada tinjauan pustaka dan model logika pengembangan BPP, maka dapat dirumuskan alur hubungan antar peubah pada penelitian ini, seperti pada Gambar 5. Pengembangan BPP (X1) 1. Visi 2. Misi 3. Tujuan 4. Sasaran 5. Strategi
Program aksi (Y1) Pengembangan Program 1. Programa 2. RDK 3. RDKK Implementasi Program Aksi 4. Rencana pembelajaran 5. Materi informasi dan teknologi 6. Media pembalajaran 7. Metode pembelajaran 8. Biaya operasional 9. Evaluasi pembelajaran
Pengelolaan BPP (X2) 1. Tata kelola 2. Kepemimpinan 3. Sistem pengelolaan 4. Penetapan keputusan 5. Suasana kerja
Sumberdaya Manusia (X3) 1. Jumlah penyuluh 2. Pendidikan formal penyuluh 3. Pelatihan fungsional 4. Pelatihan teknis penyuluh 5. Rasio penyuluh dengan petani 6. Jumlah staf administrasi dan keuangan 7. Penempatan staf 8. Pengembangan staf
Perilaku Petani (Y2) 1. Kompetensi petani padi 2. Partisipasi petani padi
Petani Binaan (X4) 1. Jumlah kelompok binaan 2. Jumlah petani binaan 3. Luas WKBPP 4. Kemandirian petani
Poduksi padi meningkat
Sumberdaya BPP (X5) 1. Pembiayaan 2. Sarana dan prasarana 3. Sistem informasi
Keterangan : Aadaptasi BPP (X6) 1. Uji coba teknologi pertanian 2. Pengembangan masyarakat 3. Kerjasama dengan lembaga lain
Gambar 5. Alur Hubungan antar peubah penelitian
= Hubungan langsung = Hubungan tidak langsung = Hubungan korelasi
130
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: (1) Pengembangan BPP, pengelolaan BPP, sumberdaya manusia, petani binaan, sumberdaya BPP, dan adaptasi BPP berpengaruh pada program aksi BPP. (2) Pengembangan BPP, pengelolaan BPP, sumberdaya manusia, petani binaan, sumberdaya BPP, adaptasi BPP, dan program aksi BPP berpengaruh pada perilaku petani. (3) Terdapat hubungan antara peubah pengembangan BPP, pengelolaan BPP, sumberdaya manusia, petani binaan, sumberdaya BPP, dan adaptasi BPP. (4) Terdapat pengaruh program aksi BPP pada perubahan perilaku petani padi.