KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini diawali dari fenomena-fenomena yang berkembang di masyarakat yaitu (1) perubahan lingkungan strategis seperti perdagangan bebas (globalisasi) dan perubahan penyelenggaraan pemerintahan (otonomi daerah), (2) tuntutan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan kedua
fenomena tersebut, diperlukan adanya kesiapan sumberdaya manusia dalam menghadapi tantangan dan perubahan-perubahan yang terjadi.
Sumberdaya
manusia dalam hal ini, penyuluh pertanian dituntut untuk memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan perubahan. Kompetensi penyuluh merupakan kemampuan dan kewenangan bertindak penyuluh yang didasarkan pada pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan tugas pokok penyuluh pertanian, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara No. 19/KEP/MK.Waspan/5/ 1999, ada enam aspek kompetensi yang perlu dimiliki oleh penyuluh pertanian yaitu: (1) persiapan penyuluhan pertanian yang meliputi identifikasi potensi wilayah agroekosistem, penyusunan programa penyuluhan pertanian dan penyusunan rencana kerja penyuluh pertanian, (2) pelaksanaan penyuluhan pertanian yang meliputi penyusunan materi penyuluhan pertanian, penerapan metode penyuluhan pertanian dan pengembangan keswadayaan masyarakat, (3) evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian, (4) pengembangan penyuluhan pertanian yang meliputi penyusunan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penyuluhan pertanian, perumusan kajian arah kebijaksanaan pengembangan pneyuluhan pertanian dan pengembangan metode dan sistem kerja penyuluhan pertanian, (5) pengembangan profesi penyuluhan pertanian yang meliputi penyusunan karya tulis ilmiah dan ilmiah populer bidang penyuluhan pertanian, penerjemahan atau penyaduran buku penyuluhan pertanian dan bimbingan penyuluh pertanian, dan (6) penunjang penyuluhan pertanian seperti seminar dan lokakarya penyuluhan pertanian. Berdasarkan kebutuhan pembangunan masyarakat Sumardjo (2006:6) mengemukakan beberapa aspek kompetensi bagi penyuluh sarjana yaitu (1)
pemetaan agroekosistem (agroecosystem mapping), (2) komunikasi organisasi (3) kemitraan (net working), (4) majanemen sistem agribisnis, (5) advokasi agribisnis, (6) manajemen kelembagaan kelompok/komunitas, (7) manajemen pelatihan, (8) prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa, (9) metode pengembagan partisipasi (PRA), (10) metode dan tehnik berkomuniaksi efektif, (11) pengolahan dan analisis data agroekosistem, (12) Rapid Rural Appraisal (RRA), (13) metode dan tehnik penyuluhan, (14) prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat, (15) perencanaan dan evaluasi penyuluhan, (16) teknologi informasi, (17) perancangan pesan multimedia, (18) penyusunan karya tulis ilmiah, (19) identifikasi kebutuhan, pengembangan motivasi dan kepemimpinan, dan (20) konsep-konsep pembangunan agropolitan. Untuk menjawab perubahan lingkungan strategis dan tuntutan kebutuhan masyarakat, diperlukan adanya kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian yang sesuai dengan perkembangan yang ada. Berdasarkan kompetensi sesuai dengan tugas-tugas pokok penyuluh, kompetensi sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan didukung oleh hasil-hasil penelitian terdahulu dan teori kompetensi, dalam penelitian ini dirumuskan sepuluh kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian (Tabel 1). Kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya; efektivitas pelatihan penyuluh, pengembangan diri penyuluh, karakteristik lingkungan penyuluh dan karakteristik pribadi penyuluh. Faktor-faktor tersebut diduga memberikan kontribusi terhadap kompetensi penyuluh sarjana dalam pembangunan pertanian. Dalam kaitannya dengan pelatihan, Bernadin dan Russel (1993:297) mengemukakan bahwa ada tiga tahapan dalam proses pelatihan yaitu (1) perencanaan pelatihan, (2) pelaksanaan pelatihan, dan (3) evaluasi pelatihan. Blanchard dan Huszeza (Gomes, 2002:196) mengemukakan bahwa pelatihan yang efektif hendaknya mencakup perencanaan yang didasarkan pada kebutuhan, pengalaman belajar dan aktivitas-aktivitas terrencana. Berbagai permasalahan sering dijumpai dalam pelatihan, Rothwell (Departemen Pertanian, 2001:9), terdapat empat permasalahan berkaitan dengan pendekatan pelatihan yaitu : (1) kegiatan pelatihan sering kali tidak fokus terutama berkaitan dengan materi yang
diberikan, (2) lemahnya dukungan manajeman, (3) pelatihan kadang tidak direncanakan dan diselenggarakan secara sistematis, dan (4) materi pelatihan tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi. Diduga efektivitas pelatihan penyuluhan akan berpengaruh terhadap tingkat kompetensi penyuluh. Selain dipengaruhi oleh pelatihan, kompetensi seseorang (penyuluh) juga dipengaruhi oleh pengembangan diri. Dalam kaitannya dengan pengembangan diri, Skinner (1971) mengemukakan bahwa manusia dapat direkayasa, manusia bukanlah sebuah manusia, tetapi seorang manusia.
Disini terlihat bahwa dalam
diri manusia ada suatu potensi, dan potensi tersebut bisa dikembangkan melalui proses belajar. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kompetensi seseorang bisa dikembangkan melalui proses belajar. Pengembangan diri adalah upaya memberikan kesempatan-kesempatan belajar kepada seseorang guna membatu dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan atau tugasnya yang berorientasi pada masa depan. Pengembangan diri penyuluh dapat dilakukan secara individu yaitu melalui kemandirian belajar penyuluh dan secara organisasi melalui pengembangan profesionalisme dan pengembangan karir. Menurut Sumardjo (1999:57-58), seorang penyuluh pertanian dikatakan mandiri bila penyuluh tersebut mampu menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan kualitas perilaku petani dalam meningkatkan taraf kehidupannya.
Sejalan dengan kemandirian belajar, Soeprihanto (2000:3)
mengemukakan bahwa, agar dapat memberikan kepuasan kerja pada setiap individu, yang berakibat pada peningkatan prestasi kerja bagi kepentingan organisasi diperlukan adanya pembinaan atau pengembangan karir para karyawan yang dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan pengembangan atau peningkatan profesional karyawan. Kemandirian belajar sangat erat kaitannya dengan sumber belajar, artinya bahwa seseorang belajar tidak harus ada guru yang langsung mengajar, melainkan guru dalam proses belajar mandiri dianalogikan dengan sumber belajar. Mengacu dari konsep Klausmeier dan Goodwin, Sumardjo (1999:100) mengadaptasikan dan menganalogikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mandiri, dengan mengalami perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan kondisi proses belajar mandiri (penyuluh) sebagai berikut (1) karakteristik sumber informasi
(analog dengan teacher characteristic), (2) interaksi sumber informasi dengan penyuluh (analog dengan leaner-teacher behaviour), (3) fasilitas (analog dengan facilities), (4) karakteristik penyuluh (analog dengan learner characteristic), (5) inovasi/informasi (analog dengan subject matter), (6) karakteristik kelompok kerja penyuluh (analog dengan group characteristic), dan (7) kelembagaan pendukung (analog dengan outside forces). Diduga pengembangan diri penyuluh melalui kemandirian belajar dan pengembangan karir penyuluh berpengaruh terhadap kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian. Peningkatan kompetensi seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor atau karakteristik lingkungan. Karakteristik lingkungan merupakan faktor-faktor di luar diri atau individu yang mempengaruhi dalam kehidupannya.
Pengaruh
karakteristik lingkungan tersebut jika mendukung atau sesuai dengan kebutuhan seseorang maka akan membantu dalam kelancaran pelaksanaan tugas-tugas. Beberapa faktor eksternal atau pengaruh lingkungan luar yang berpengaruh terhadap seseorang diantaranya; iklim, bencana alam, kebijakan pemerintah, dukungan kelembagaan, ketersediaan sarana dan teknologi.
Karakteristik
lingkungan dalam penelitian ini meliputi kebijakan Pemda, struktur organisasi, dukungan teknologi dan dukungan sarana penyuluhan, dan pola kepemimpinan. Diduga bahwa karakteristik lingkungan penyuluh akan berpengaruh terhadap tingkat kompetensi dan kinerja penyuluh dalam pembangunan pertanian. Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kompetensi seseorang adalah karakteristik individu atau pribadi seseorang.
Rogers dan Shoemaker (1971)
mengemukakan bahwa karateristik pribadi merupakan bagian dari individu dan melekat pada diri seseorang yang mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi lainnya. Lionberger dan Gwin (1982:45), mengemukakan bahwa karakteristik individu petani yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan adalah umur, pendidikan dan karakteristik psikologis. Karakteristik psikologis ialah rasionalitas, fleksibilitas, mental, orientasi pada usaha tani sebagai bisnis dan kemudahan menerima inovasi. Slamet (1992:16) mengemukakan bahwa umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan dan sikap merupakan faktor-faktor individu yang mempengaruhi proses difusi inovasi. Dalam penelitian ini, karakteristik pribadi penyuluh yang dilihat meliputi
umur, pendidikan, pengalaman kerja, kekosmopolitan dan motivasi. Diduga kelima karakteristik
tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kompetensi
penyuluh. Semakin besar dan positif dukungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi akan semakin meningkatkan kompetensi penyuluh yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja penyuluh.
Kompetensi penyuluh
berpengaruh terhadap kinerja penyuluh yang ditunjukkan oleh persiapan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, evaluasi dan pelaporan penyuluhan, pengembangan penyuluhan, pengembangan profesi penyuluhan dan penunjang penyuluhan.
Keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kompetensi dan kinerja penyuluh, dijadikan konsep untuk merumuskan model pengembangan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian penelitian ini (Gambar 3). Hubungan antar Peubah Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan konsep kerangka berpikir kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian, maka dapat dibuat hubungan antar peubah penelitian seperti disajikan pada Gambar 4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan hipotesis kerja penelitian sebagai berikut; (1)
Tingkat kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian secara nyata dipengaruhi oleh tingkat pengembangan diri penyuluh, efektivitas pelatihan penyuluh, kesesuaian karakteristik lingkungan penyuluh, dan kesesuaian karakteristik pribadi penyuluh (umur, pengalaman kerja, pendidikan non formal, kekosmopolitan dan motivasi penyuluh).
(2)
Tingkat kinerja penyuluh secara nyata dipengaruhi oleh tingkat kompetensi penyuluh, tingkat pengembangan diri penyuluh, efektivitas pelatihan penyuluh, kesesuaian karakteristik lingkungan penyuluh, dan kesesuaian karakteristik pribadi penyuluh (umur, pengalaman kerja, pendidikan non formal, kekosmopolitan dan motivasi penyuluh).
ERA OTONOMI DAERAH
ERA GLOBALISASI
KARAKTERISTIK PERIBADI PENYULUH
PELATIHAN PENYULUH
TUNTUTAN KEBUTUH-AN MASYARAKAT
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PENYULUH
PENGEMBANGAN DIRI PENYULUH
KOMPETENSI PENYULUH
KINERJA PENYULUH
PRODUKTIVITAS KERJA PENYULUH
Gambar 3. Konsep Kerangka Berpikir Kompetensi dan Kinerja Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian
KARAKTERISTIK PRIBADI PENYULUH (X1) (X 1.1) Umur (X1.2) Pengalaman Kerja (X1.3) Pendidikan non formal (X1.4) Kekosmopolitan (X1.5) Motivasi
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PENYULUH (X2) (X2.1) Kebijakan Pemda (X2.2) Struktur Organisasi (X2.3) Dukungan Teknologi (X2.4) Dukungan Sarana (X2.5) Pola Kepemimpinan
EFEKTIVITAS PELATIHAN PENYULUH (X3)
TINGKAT PENGEMBANGAN DIRI PENYULUH (X4)
(X3.1) Kesesuaian Perencanaan (X3.2) Efektivitas Pelaksanaan (X3.3) Sistem Evaluasi
(X4.1) Kemandirian Belajar Penyuluh (X4.2) Pengembangan Karir Penyuluh
TINGKAT KOMPETENSI PENYULUH (Y1) (Y1.1) (Y1.2) (Y1.3) (Y1.4) (Y1.5) (Y1.6) (Y1.7) (Y1.8) (Y1.9) (Y1.10)
Keefektifan komunikasi Pemanfaatan Media Internet Membangun Jejaring Kerja Akses Informasi Penguasaan Inovasi Kemampuan Bekerjasama Analisis Masalah Berpikir Sistem/Logis Pemahaman Potensi Wilayah Pemahaman Kebutuhan Petani
TINGKAT KINERJA PENYULUH (Y2) (Y2.1) (Y2.2) (Y2.3) (Y2.4) (Y2.5) (Y2.6)
Perencanaan Penyuluhan Pelaksanaan Penyuluhan Evaluasi Penyuluhan Pengembangan Penyuluhan Pengembangan Profesi Penunjang Penyuluhan
PRODUKTIVITAS KERJA PENYULUH
Gambar 4. Hubungan antar Peubah Penelitian Kompetensi dan Kinerja Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian