KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Landasan berpikir penelitian ini dimulai dari pemikiran bahwa setiap insan manusia termasuk petani memiliki kemampuan dalam melaksanakan suatu tindakan/perilaku untuk mencapai tujuannya yaitu kebutuhan dan keinginan dalam melakukan usaha pertanian. Kemampuan petani ini berbeda antara satu dengan petani yang lain. Perbedaan ini tergantung dari karakter pribadi yang dimiliki dan situasi yang melingkupi kehidupannya. Semakin baik kualitas lingkungan yang ada dan karakter pribadi yang dimiliki maka akan semakin baik pula kemampuan petani itu dalam mencapai tujuan yang ditetapkan/diinginkan oleh petani tersebut. Kemampuan petani ini dapat maju dan dapat pula bersifat mundur. Kemampuan petani yang memiliki makna sebagai suatu kapasitas yang dimiliki untuk mencapai tujuan usaha pertanian yang telah ditetapkan telah mengalami kemunduran. Hal ini dapat ditunjukkan dari laporan terakhir UNDP tahun 2005, human development index (HDI) untuk Indonesia turun drastis yakni dari peringkat 102 pada tahun 2002 menjadi peringkat 112 di tahun 2003 dan terus turun menjadi peringkat 117 pada tahun 2004 dari total 175 negara di dunia. Kemunduran ini dalam jangka panjang akan mengancam pembangunan pertanian secara luas. Kebijakan pemerintah yang tidak memihak (mengabaikan) petani selama krisis dan ditambah lagi dengan semakin gencarnya serbuan produk hasil pertanian dari negara lain sebagai akibat dari era globalisasi, telah melemahkan dan menurunkan kemampuan petani untuk mencapai tujuan usaha pertanian yang telah dilakukan. Akibatnya terjadi sistem usaha pertanian yang asalan dengan pertimbangan sesaat dan dalam jangka panjang akan sangat tergantung kepada produk pertanian yang berasal dari negara lain. Di sisi lain petani kita tidak mampu untuk mendapatkan/ membeli hasil produk tersebut.
Kalau masalah
kapasitas petani dan ketergantungan ini tidak segera ditanggulangi secara cermat maka akan membahayakan kelangsungan hidup petani yang pada gilirannya akan mengancam eksistensi bangsa di masa mendatang.
Kebijakan pembangunan pertanian pada tanaman buah-buahan selama lima belas tahun terakhir ini hanya menitikberatkan pada tanaman buah-buahan asli Indonesia dengan mengabaikan tanaman buah-buahan yang telah populer dan sudah terbukti memiliki keunggulan di dalam negeri.Dalam era globalisasi yang paling penting adalah menjadi ”majikan” di rumah sendiri. Ketergantungan baik produksi maupun pasar, hanya akan menguntungkan sesaat dan dalam jangka panjang akan sangat merugikan diri kita sendiri terbukti pada kasus sektor industri yang mengakibatkan krisis ekonomi yang berkepanjangan hingga kini. Tanaman buah apel memang bukan termasuk tanaman asli Indonesia tetapi telah membumi dan menjadi ”maskot” keunggulan nasional. Pengembangan tanaman apel ini berkaitan dengan pembangunan pertanian yang tangguh yakni mengedepankan petani sebagai subyek pembangunan. Dengan diabaikannya tanaman apel dalam program pembangunan pertanian, dapat dipastikan keberlanjutan
pengembangan
hanya
bertumpu
kepada
kapasitas
petani.
Permasalahan yang muncul kemudian adalah sejauh mana kapasitas yang dimiliki petani dan bagaimana untuk meningkatkan dan mengembangkannya. Penelitian ini mencoba merumuskan suatu model peningkatan dan pengembangan kapasitas petani sehingga menjadi suatu sistem usaha yang tangguh yaitu dapat bersaing, berkelanjutan dan terdapat rasa aman bagi petani. Alur berpikir peningkatan dan pengembangan kapasitas petani ini bertolak dari daya-daya dimiliki petani dalam melaksanakan usaha pertanian dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga petani. Untuk merumuskan model pengembangan dan peningkatan kapasitas petani dari faktor-faktor yang memiliki pengaruh perlu dianalisis agar dapat menjelaskan sejauhmana faktor-faktor tersebut mempengaruhi keberhasilan usahatani.
Landasan berpikir dari penelitian ini berawal dari: (1) mengapa
penelitian ini dibutuhkan dan dilakukan, (2) mencari dan menguraikan jawaban secara deduktif dari sejumlah teori dan penelitian sebelumnya, dan (3) mensintesis teori-teori dan hasil penelitian menjadi konsep yang menjadi kerangka landasan berpikir untuk merumuskan model penyuluhan yang dapat mengembangkan
dan meningkatkan kapasitas petani dalam mewujudkan keberhasilan usaha pertanian. Secara ringkas kerangka berpikir tersebut disajikan pada gambar 3.
Era Kompetitif
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Paradigma Pembangunan “bottom-up”
• Aksesibilitas informasi • Ketersediaan inovasi
Karakteristik Pribadi Petani
• Lingkungan fisik • Lingkungan ekonomi, dan sosial budaya
Kemandirian Usahatani
Kapasitas Petani
STRATEGI PENYULUHAN
STRATEGI PENYULUHAN KEBERHASILAN USAHATANI
Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian
Model Usahatani yang Berhasil Usahatani yang dilakukan petani pada dasarnya untuk memenuhi harapan dan kebutuhan petani itu sendiri. Di sisi lain keberlanjutan usaha yang dilakukan juga dapat berjalan secara terus menerus atau paling tidak dapat bertahan dalam rentang waktu yang relatif lama. Pada dasarnya kebutuhan petani dalam usahatani dapat digolongkan menjadi tiga aspek yaitu (1) kepastian pasar yang meliputi identitas dan keamanan yang dapat dipertahankan, (2) produktivitas yakni usaha
yang dilakukan dapat meningkatkan hasil, pendapatan dan terpenuhi kebutuhan hidupnya sehingga menjadi lebih sejahtera, dan (3) tujuan keberlanjutan yaitu usaha yang dilakukan dapat bertahan dan tidak mengancam status, norma-norma sosial yang ada dan dapat mengembangkan kemampuan diri dalam menjalankan usaha. Dengan demikian kualitas pribadi petani dalam melakukan usaha pertanian menjadi penting beserta kondisi yang melingkupi petani dalam melakukan usaha pertanian. Bila terpenuhi aspek kebutuhan kepastian, produktivitas dan keberlanjutan dalam menjalankan usaha, maka keberhasilan usahatani akan menjadi berkelanjutan dan tujuan rumah tangga petani tercapai yang pada gilirannya akan mensejahterakan petani. Indikator keberhasilan usahatani disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Paradigma Model Usahatani yang Berhasil dan yang Cenderung Gagal Indikator Kepastian Pasar
Usahatani Berhasil • Berorientasi kepada pasar • Selaras dengan lingkungan • Usaha ada perencanaan • Dapat menjangkau faktor produksi (harga & lokasi)
Usahatani Gagal • Hanya semata berorientasi kepada produksi • Eksploitasi sumberdaya dan kurang peduli pencemaran lingkungan • Usaha bersifat rutinitas • Faktor produksi banyak tergantung dari pihak luar
Produktivitas
• Menerapkan prinsip efisiensi
• Penekanan pada biaya produksi
• Memiliki B/C ratio tinggi
• Memiliki keuntungan rendah, cenderung bersifat subsisten
• Faktor produksi dapat berkelanjutan Keberlanjutan
• Perencanaan usaha sesuai perkembangan permintaan pasar
• Degradasi faktor produksi • Kurang mampu merencanakan usaha yang dilakukan
• Memiliki pangsa pasar luas
• Tidak melakukan pemahaman permintaan pasar
• Faktor produksi alternatif tersedia
• Ketersediaan faktor produksi terbatas dan tidak inovatif
Paradigma karakteristik pribadi petani Kualitas petani yang tinggi akan dapat memanfaatkan ketersediaan inovasi dan akses pada informasi menjadi lebih baik. Indikator kualitas pribadi ditunjukkan oleh karakteristik pribadi petani tersebut dan secara rinci disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Paradigma Karakteristik Pribadi Petani Kualitas Tinggi dan Rendah. Indikator Pendidikan
Pengalaman berusaha
Kualitas tinggi • Memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari program wajib belajar 9 tahun • Sering mengikuti penyuluhan dan pelatihan yang terkait dengan usaha yang dilakukan • Waktu yang dicurahkan cukup intensif (sepanjang waktu) • Dapat mengelola usaha mulai dari persiapan hingga berproduksi (onfarm) dan memasarkan (off-farm) • Tekun dan terus mengembangkan usaha berdasarkan yang paling menguntungkan
Kekosmopoli- • Adaptif terhadap ide-ide baru tan perubahan • Mudah berinteraksi dengan sumbersumber informasi • Bersedia menerima saran & kritik • Mudah berinteraksi dengan masyarakat lainnya Berani mengambil resiko
• Perencanaan dan tindakan usaha berdasarkan analisis situasi • Ingin mencoba ide baru walaupun belum ada yang melakukannya • Kegagalan selalu dinilai dapat diperbaiki • Selalu berusaha meraih pangsa pasar baru
Kualitas rendah •Hanya sampai atau tidak dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun. •Jarang ikut penyuluhan dan pelatihan yang terkait dengan usahanya • Waktu yang digunakan sebatas sambilan dan bersifat sementara •Usaha dilakukan hanya bersifat sebagian onfarm dari keseluruhan proses •Sulit berganti usaha tanpa pertimbangan yang jelas •Pasrah dan puas dengan kebiasaan setempat •Tidak terjangkau (lokalit) dan apatis terhdp.informasi •Menolak saran dan kritik •Tertutup dan sulit berinteraksi dengan masyarakat lainnya • Perubahan yang dilakukan karena keterpaksaan •Ide-ide baru dinilai sebagai faktor ancaman •Berhenti atau menghindari usaha bila mengalami kegagalan •Takut gagal terhadap halbaru dan bergantung pada pasar yang ada
Kualitas pribadi yang tinggi dapat meningkatkan kapasitas yang dimiliki dan merupakan sumber kekuatan dalam melakukan usaha pertanian yang berhasil.
Paradigma Kapasitas Petani Indikator kapasitas petani tinggi jika dalam melakukan usahatani daya yang dimiliki pada diri petani dalam mengidentifikasi potensi usahatani, memanfaatkan peluang usahatani, dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dan menjaga keberlanjutan sumberdaya usahatani yang dikuasai tinggi pula. Kapasitas petani tersebut akan berpengaruh terhadap kemandirian berusahatani dan kedinamisan usahatani.
Paradigma Kemandirian Usahatani Aspek kemandirian dalam usaha yang penuh persaingan (era global) adalah kemampuan dalam mengambil keputusan dan mampu menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam posisi saling ketergantungan dan saling menguntungkan. Kemandirian dalam pengambilan keputusan adalah dapat memilih dan menentukan secara mandiri dan sadar tanpa ada perasaan intervensi dan ketergantungan dari pihak luar. Indikator kapasitas petani tinggi dan rendah dalam melaksanakan usahatani serta indikator kemandirian berusaha di bidang pertanian disajikan pada Tabel 4. Tabel 5.
Tabel 4. Paradigma Kapasitas Petani Tinggi dan Rendah. Kapasitas Mengidentifikasi potensi
Tinggi
Rendah
• Mengetahui perubahan kebutuhan pasar • Belum paham perubahan kebutuhan pasar • Mengetahui sumber-sumber informasi • Sumber informasi dan inovasi yang diperoleh • Mengetahui informasi yang dibutuhkan tidak berguna terkait dengan usaha & inovasi yang tepat
• Dapat menilai dan memilih pengalaman • Pengalaman dinilai sebagai suatu kebiasaan (berhasil ataupun gagal) • Tidak dapat membedakan • Mengetahui faktor pendukung dan faktor pendukung dan penghambat keberhasilan usaha penghambat Memanfaatkan • Merencanakan usaha menggunakan informasi dan inovasi yang tepat peluang • Setiap perubahan dinilai sebagai peluang untuk dimanfaatkan
• Informasi dan inovasi tidak digunakan dalam merencanakan usaha
• Perubahan dinilai sebagai • Menggunakan pengalaman keberhasilan suatu tragedi sebagai modal pencapai tujuan • Pengalaman tidak dinilai • Mampu belajar dari pengalaman sendiri sebagai pelajaran dan orang lain
Mengatasi permasalahan
• Menggunakan informasi dan inovasi yang sesuai dengan masalah yang akan dipecahkan • Pengalaman kegagalan digunakan sebagai modal pencapaian tujuan
Menjaga keberlanjutan sumberdaya usahatani
• Tidak mau belajar dari pengalaman orang lain • Informasi dan inovasi yang digunakan tidak terkait dengan masalah yang dipecahkan • Trauma dengan kegagalan
• Selalu membuat alternatif tindakan yang lebih menguntungkan
• Tindakan yang dilakukan selalu menoton (rutinitas)
• Selalu melakukan rencana tindakan antisipatif
• Tidak melakukan rencana antisipatif
• Menggunakan sumberdaya sesuai dengan analisis kebutuhan
• Sumberdaya digunakan tanpa analisis kebutuhan
• Selalu mencari sumber-sumber alternatif bagi sumberdaya usahatani yang tidak dapat diperbarui
• Tergantung (tidak mencari/ pasrah) dengan keberadaan sumberdaya usahatani
Tabel 5. Paradigma Kemandirian Berusaha di Bidang Pertanian Indikator Pengambilan keputusan
Mandiri • Keputusan dilakukan sendiri berdasarkan pengalaman
• Keputusan yang diambil atas bantuan pihak lain
• Mampu beradaptasi terhadap perubahan (teknologi, pasar) secara mandiri
• Menunggu saran/anjuran dari pihak lain
• Bertanggung jawab sendiri terhadap tindakannya • Dapat mengelola tekanan menurut kehendaknya Penyediaan Modal
• Melepaskan tanggung jawab tindakannya pada pihak lain • Kurang memiliki informasi yang terbaik dan yang menguntungkan dirinya
• Mampu akses terhadap perkembangan • Kurang memiliki akses terhadap sumber-sumber sumber-sumber permodalan permodalan • Memiliki kebebasan memilih sumber • Tergantung kepada bantuan modal yang tepat untuk digunakan permodalan dari pihak lain • Keberanian mengambil resiko dalam pengembangan modal usahatani • Mengelola keuntungan untuk peningkatan modal
Menjalin kerjasama (partnertship)
Tergantung
• Tidak berani menggunakan kepemilikkannya sebagai sumber modal • Keuntungan cenderung tidak dialokasikan sebagai tambahan modal
• Selalu ingin menjalin kerjasama • Sulit untuk meraih kerjasama secara sinergis/saling menguntungkan dalam berusaha • Potensi dirinya selalu dikembangkan untuk meningkatkan posisi tawar dalam berusaha
• Potensi yang dimiliki tidak dikembangkan secara bersama-sama
• Keinginan untuk dipercaya dan mempercayai orang lain dalam jaringan kerjasama usaha
• Sulit mempercayai orang lain dan kurang memiliki keinginan untuk dapat dipercaya
Paradigma Kedinamisan Usahatani Era global memberikan kondisi kompetitif sehingga segala usaha yang dilakukan harus dinamis termasuk dalam kegiatan usahatani. Kedinamisan berusaha dapat dilihat dari tingkat keinovatifan, kreatifitas dan daya saing. Kedinamisan berarti dalam usaha yang dilakukan harus selalu menghasilkan dan menciptakan sesuatu yang baru (bentuk dan kualitas) sesuai dengan tuntutan
pasar. Dengan demikian akan selalu terjadi perubahan seiring dengan informasi dan inovasi yang diperoleh dan menguntungkan. Secara rinci indikator kedinamisan berusaha dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Paradigma Kedinamisan Usahatani Indikator • Inovatif
Dinamis
Statis
• Selalu mencari inovasi dan informasi baru yang relevan dengan bidang usaha
•Ide/gagasan baru yang muncul lebih dilihat sebagai suatu ancaman
• Berusaha mengkaitkan usahanya dengan informasi yang aktual • Sering mencoba sesuatu yang dinilai menguntungan dan dapat memberikan peluang baru • Terbuka terhadap perubahan • Kreatif
•Kurang tertarik pada Informasi baru yang terkait dengan pengembangan usaha •Peluang pembaharuan yang diperoleh tidak dimanfaatkan •Pasif untuk mendapatkan informasi baru
• Berani mencoba ide-ide/ gagasan • Meniru sesuatu yang baru setelah baru sebelum pihak lain melakukan yang lain berhasil melakukan • Memanfaatkan segala peluang yang •Kurang dapat memanfaatkan diraih untuk pengembangan usaha peluang yang ada untuk • Dapat memperlihatkan ide-ide baru mengembangkan usaha •Tidak dapat mencetuskan ide-ide • Setiap perubahan dianggap sebagai (pasif) •Setiap perubahan dinilai sebagai tantangan untuk berkreasi ancaman/hambatan yang lebih mudah dan murah
• Berdaya saing
• Memasarkan hasil produksi dalam lingkungan kompetitif
•Takut memasarkan hasil usaha tatkala ada pesaing
• Pesaing sebagai motivator
•Pesaing dinilai sebagi musuh untuk menggagalkan usaha
• Persaingan dalam lingkungan kompetitif sebagai tantangan
•Mundur dari usaha yang dilakukan • Persaingan dinilai dapat memajukan bila ada pesaing usaha •Untuk maju tidak perlu ada pesaing
Hubungan Antar Peubah Penelitian Kapasitas petani merupakan suatu faktor yang sangat penting dan menentukan
tingkat
keberhasilan
usaha
yang
dijalankan
memecahkan masalah usaha pertanian yang dihadapi.
petani
dalam
Dalam melaksanakan
usahatani di era kompetitif (globalisasi), petani semestinya diarahkan kepada pengembangan dan peningkatan kapasitas yang dimiliki agar mandiri. Tingkat kemandirian dan kapasitas petani dalam berusahatani ini saling berinteraksi. Petani yang memiliki kapasitas tinggi bila tidak diarahkan kepada kemandirian berakibat dalam berusahatani kurang berhasil atau bahkan banyak yang mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan usahatani. Oleh karena itu diperlukan strategi (model) peningkatan dan pengembangan kapasitas petani yang dapat mandiri sehingga tujuan yang diinginkan dapat terwujud. Peubah-peubah yang berhubungan dengan kapasitas petani disajikan pada Gambar 4.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan yang hendak dicapai penelitian ini, maka diajukan sejumlah hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 1: “Karakteristik pribadi petani yang ditunjukkan oleh pendidikan, umur, pengalaman
berusahatani,
kekosmopolitan,
keberanian
mengambil
resiko
berpengaruh nyata terhadap kapasitas petani dan kemandirian usahatani.”
Hipotesis 2: “Kapasitas petani dipengaruhi secara nyata baik langsung maupun tidak langsung oleh
karakteristik pribadi petani, ketersediaan inovasi, akses pada
informasi, lingkungan sosial ekonomi budaya dan lingkungan fisik tempat usahatani.”
Hipotesis 3: “Kemandirian usahatani dipengaruhi secara nyata oleh kapasitas petani, karakteristik pribadi petani, ketersediaan inovasi, akses pada informasi, lingkungan sosial ekonomi budaya dan lingkungan fisik tempat usahatani baik langsung maupun tidak langsung.”
Hipotesis 4: ”Tingkat keberhasilan usahatani dipengaruhi secara nyata baik langsung maupun tidak langsung oleh tingkat kemandirian usahatani, kapasitas petani, ketersediaan inovasi, karakteristik pribadi petani, akses pada informasi, lingkungan sosial ekonomi budaya dan lingkungan fisik tempat usahatani.”
Hipotesis 5: ”Kapasitas petani berpengaruh langsung terhadap keberhasilan usahatani dan juga memiliki pengaruh secara tidak langsung melalui
kemandirian
usahatani.” Hipotesis 1 dan Hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan mengalisis dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian nomer 2. Hipotesis 1 adalah menjelaskan faktor karakteristik pribadi petani yang efektif untuk peningkatan kapasitas petani, sedangkan pengujian Hipotesis 2 adalah mengungkap faktor karakteristik pribadi petani, ketersediaan inovasi dan aksesbilitas informasi bagi keefektifan peningkatan kapasitas petani. Hipotesis 3, Hipotesis 4 dan Hipotesis 5 dalam penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan penelitian nomer 3 dan 4. Ketiga hipotesis ini dapat mengungkap faktor-faktor determinan tingkat keberhasilan usahatani sekaligus memberikan suatu gambaran untuk dapat merumuskan model yang tepat untuk peningkatan kapasitas petani dalam mewujudkan keberhasilan usahatani. Kemudian untuk menjawab pertanyaan penelitian nomer 1 adalah melakukan penilaian skor dengan membuat ketegorial yang disajikan dalam bentuk tabel diskriptif.
(X1) LINGKUNGAN FISIK Iklim dan Curah hujan Tipologi dan Sifat lahan (tanah)
(X2)LINGKUNGAN ESOBUD Orientasi nilai budaya Keterlibatan keluarga Interaksi dengan tokoh masyarakat Penguasaan aset ekonomi
(X3) KETERSEDIAAN INOVASI Macam dan sifat inovasi Dasar pilihan keputusan (X4)KARAKTERISTIK PRIBADI PETANI Pendidikan Umur Pengalaman usahatani Kekosmopolitan Keberanian mengambil resiko
KEBERLANJUTAN USAHA PERTANIAN (Y1) KAPASITAS PETANI DALAM:
(Y1.1) Mengidentifikasi potensi (Y1.2) Memanfaatkan peluang (Y1.3) Mengatasi permasalahan (Y1.4) Menjaga keberlanjutan
(Y2) KEMANDIRIAN USAHATANI (Y2.1) Pengambilan keputusan (Y2.2) Penyediaan modal (Y2.3)Menjalin kemitra an/Partnership (Y2.4) Kedinamisan berusahatani
(X5)AKSESIBILITAS INFORMASI Sumber informasi Macam informasi Kualitas informasi Kredibilitas pemberi informasi
(Y3) KEBERHASILAN USAHATANI (Y3.1)Kepastian Pasar (Y3.2)Produktivitas (Y3.3)Keberlanjutan
PENCAPAIAN TUJUAN RUMAH TANGGA PETANI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI MARTABAT DAN DAYA SAING PETANI TINGGI
Ruang lingkup penelitian
55
Gambar 4. Hubungan Antar Peubah Penelitian