KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Program KB bertujuan meningkatkan kualitas keluarga Indonesia melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang perencanaan keluarga. Tujuan ini hanya dapat dicapai melalui proses sinergi banyak hal yakni sumberdaya manusia, sarana maupun prasarana. Dua sumberdaya manusia yang memiliki peran strategis dalam proses penyuluhan KB adalah PKB dan Kader KB yang langsung berhadapan dengan kelompok sasaran (PUS). Untuk itu, keduanya perlu memiliki kinerja yang tinggi. Kinerja PKB dan Kader KB dapat bervariasi, tergantung berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internalnya berupa kompetensi dan motivasi. Adapun faktor eksternalnya berupa kondisi lingkungan baik yang berupa lingkungan sosial, lingkungan fisik fisik, organisasi tempat bekerja maupun dukungan pemerintah kabupaten/kota. Salah satu tugas PKB adalah membina Kader KB agar lebih mendorong PUS untuk ber-KB. Untuk itu, kinerja PKB harus tetap dijaga. Dengan kinerja yang tinggi, diharapkan akan meningkatkan kinerja Kader KB yang selanjutnya akan meningkatkan perilaku ber-KB para PUS. Karena PUS adalah bagian dari masyarakat, maka peningkatan perilaku ber-KB PUS ini pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keterkaitan ini tampak dalam pendekatan model logika yang mengacu pada pendekatan model logika yang dikembangkan Gibson (2001). Model tersebut menjelaskan tahapan perencanaan, implementasi dan evaluasi. Tahap pertama diawali dengan analisis situasi, tahap kedua adalah pengaturan prioritas program dan tahap ketiga adalah program aksi yang terdiri dari: (1) input, (2) output, (3) sasaran yang ingin dicapai, (4) outcome yang merupakan sasaran jangka pendek program terutama dalam proses pembelajaran dan sasaran jangka menengah yang merupakan aksi dari pelaksanaan program, dan (5) impact yang berisi sasaran jangka panjang dilihat dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan kewarganegaraan. Tahap keempat adalah melakukan
71
evaluasi yang mencakup fokus, koleksi data, analisis dan interpretasi serta pencatatan. Pemanfaatan pendekatan model logika tersebut untuk menganalisis permasalahan penyuluhan KB dalam upaya mengubah perilaku ber-KB masyarakat dapat dilihat pada Gambar 1.
Kondisi
Input
Output
Outcome Kader KB:
Penyuluh
Tingkat kelahiran tinggi, terutama penduduk miskin Jarak antaranak terlalu dekat
Pernikahan usia muda Melahirkan usia muda
Sasaran
Kader KB Pelayanan KB Anggaran Sistem penyuluhan
Peralatan kerja Peningkatan profesionalis Alat/obat/ metode kontrasepsi
Tenaga Medis (dokter, bidan)
- Pengetahuan KB meningkat - Kompetensi meningkat - Partisipasi sebagai Kader berlanjut - Peneladanan
PUS Penyuluhan KB
AKI & AKB tinggi Gizi buruk, kekerasan pada anak, anak jalanan
Kegiatan
Tugas pendukung
PUS:
Pemimpin formal (kades, camat dll) Pemimpin informal (tokoh masy, tokoh agama)
- Peningkatan pengetahuan KB. - Pengadopsian alat kontrasepsi - Jumlah anak & jarak kelahiran anak ideal - Stop melahirkan pada usia “resti”/resiko tinggi (di atas 40 th) - Peningkatan partisipasi suami. - Peningkatan pemahaman kesehatan reproduksi remaja
Media Keluarga Berkualitas:
Remaja Kinerja penyuluh rendah Kinerja Kader KB rendah
- Terpenuhinya hak-hak anak (pendidikan, kasih sayang, kesehatan dll). - Peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak - Peningkatan kualitas hubungan suami istri
Masyarakat sejahtera:
Gambar 1. Bagan pengembangan perubahan perilaku ber-KB menurut model logika (Gibson, 2001:7)
- Peningkatan ekonomi keluarga. - Peningkatan kondisi kesehatan masyarakat. - Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat. - Penurunan tingkat pengangguran. - Penurunan tingkat kerawanan sosial. - Peningkatan produktivitas masyarakat
72
Dalam penelitian ini, kajian faktor-faktor yang memengaruhi kinerja PKB dan dampaknya pada kinerja Kader KB akan dilihat dari sudut pandang PKB, sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja Kader KB digali dari sudut pandang Kader KB. Dari sudut pandang PKB, kinerja PKB dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal adalah kompetensi dan motivasi kerja. Adapun faktor eksternalnya adalah lingkungan tempat mereka bekerja yang berupa lingkungan sosial, lingkungan fisik, organisasi tempat bekerja dan dukungan pemerintah kabupaten/kota. Dengan keterkaitan yang erat antara PKB dengan Kader KB, maka kinerja PKB diduga berpengaruh langsung pada kinerja Kader KB. Di samping itu, kinerja Kader KB juga diduga dipengaruhi secara tidak langsung oleh sejumlah faktor yang terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja PKB yakni kompetensi, motivasi kerja dan lingkungan PKB. Keterkaitan ini ditampilkan pada Gambar 2. Selanjutnya, dari sudut pandang Kader KB, kinerja mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan eksistensi mereka yakni kompetensi, motivasi dan lingkungan Kader KB serta oleh kinerja PKB. Keterkaitan ini tampak pada gambar 3. Keterkaitan secara komprehensif kedua model tersebut dituangkan pada Gambar 4.
73
Kinerja PKB (Y11)
Kompetensi PKB (X11) 1. Melakukan aksi sosial 2. Mengapresiasi keragaman budaya 3. Merencanakan program penyuluhan 4. Memanfaatkan sumber daya lokal 5. Mengelola informasi 6. Membina relasi interpersonal 7. Menyelenggarakan penyuluhan 8. Kepemimpinan 9. Manajemen organisasi 10. Profesionalisme 11. Bidang keahlian
Motivasi Kerja PKB (X12) 1. Dorongan berprestasi 2. Dorongan berkompetensi 3. Dorongan berafiliasi 4. Dorongan kekuasaan
1. Pelaksanaan kegiatan sosial 2. Pelaksanaan apresiasi keragaman budaya 3. Pelaksanaan perencanaan program penyuluhan 4. Pelaksanaan pemanfaatan sumber daya lokal 5. Pelaksanaan pengelolaan informasi 6. Pelaksanaan relasi interpersonal 7. Pelaksanaan penyelenggaraan penyuluhan 8. Pelaksanaan kepemimpinan 9. Pelaksanaan manajemen organisasi 10. Pelaksanaan profesionalisme 11. Pelaksanaan bidang keahlian
Kinerja Kader KB (Y12) 1. Pelaksanaan konseling KB 2. Pelaksanaan pembentukan & pengembangan kelompok “3 Bina” (BKB/BKR/ BKL) 3. Pelaksanaan pendataan KB 4. Peneladanan
Lingkungan (X13) 1. Lingkungan fisik 2. Lingkungan sosial 3. Organisasi PKB 4. Lembaga diklat KB 5. Dukungan Pemkab / Pemkot
Perilaku ber-KB PUS 1. Pengetahuan tentang KB 2. Sikap terhadap KB 3. Jumlah dan jarak kelahiran antaranak 4. Umur menikah 5. Umur melahirkan anak pertama dan terakhir 6. Keaktifan dalam kelompok (BKB/BKR/ BKL) 7. Pelibatan suami dalam urusan KB 8. Pengasuhan dan pendidikan anak
Keluarga berkualitas Keterangan: = Hubungan langsung = Hubungan tidak langsung Gambar 2. Kerangka hubungan antar-peubah kinerja PKB
74
Kompetensi Kader KB (X21) 1. Konseling 2. Pembentukan & pengembangan “3 Bina” 3. Pendataan
Motivasi Kerja Kader KB (X22)
Kinerja Kader KB (Y21)
1. Dorongan berprestasi 2. Dorongan berkompetensi 3. Dorongan berafiliasi/ hubungan sosial 4. Dorongan kekuasaan/ pengaruh
1. Pelaksanaan konseling 2. Pelaksanaan pembentukan & pengembangan “3Bina” 3. Pelaksanaan pendataan 4. Peneladanan
Lingkungan Kader KB (X23) 1. Lingkungan fisik 2. Lingkungan sosial 3. Dukungan Pemkab/ Kota
Kinerja PKB (X24) 1. Pemotivasian Kader 2. Pemerian KIE 3. Penggalangan dukungan tomas/toga
Gambar 3. Kerangka hubungan antar-peubah kinerja Kader KB Kompetensi Kader KB (X21)
Kompeten si Kader KB (X22)
Lingkungan Kader KB (X23)
Kompetensi PKB (X11)
Motivasi kerja PKB (X12)
Kinerja PKB (Y11)
Kinerja Kader KB (Y12 / Y21)
Lingkungan PKB (X13)
Gambar 4. Kerangka hubungan komprehensif antar-peubah penelitian
75
Hipotesis Penelitian (1) Kompetensi, motivasi kerja dan lingkungan PKB berpengaruh pada kinerja mereka dalam melaksanakan tugas penyuluhan dan pelayanan KB. (2) Kompetensi, motivasi kerja, lingkungan dan kinerja PKB berpengaruh pada kinerja Kader KB dalam membantu menjalankan tugas penyuluhan. (3) Kompetensi, motivasi kerja dan lingkungan Kader KB serta kinerja PKB berpengaruh pada kinerja Kader KB.