KELAYAKAN USAHADAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA PADA KELOMPOK TANI GEMAH PARAHIYANGAN KECAMATAN CILEBAR KABUPATEN KARAWANG
SOENARTO
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
SURAT PERNYATAAN Saya menyatakandengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir yang berjudul : Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila pada Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya endiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas Akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Juni 2011
Soenarto F352074165
ii
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
iii
ABSTRACT
SOENARTO. Feasibility Study and the Development Strategy of Nil Tilapia Farmer Groups in Gemah Parahiyangan Karawang District. Supervised by KOMAR SUMANTADINATA (Committee Chairman), and MUHAMMAD SYAMSUN (member). Recently nil tilapia (Oreochromisniloticus) cultures are being practiced in floating net cages, brackish water ponds and running water ponds. Rapid development of nil tilapia culture area in Bekasi, Karawang and Purwakarta Districts required a lot of nil tilapia fries. In parallel, nil tilapia hatcheries are developed in many areas, especially the small scale hatcheries. Nil tilapia hatcheries are very profitable due to the low capital, simple technology and relatively short time culture period. Nil tilapia culturists are grouped at least into 3 segments, namely (i) breeding farmers, (ii) first nursery farmers and (iii) secondary nursery farmers. Breeding farmers, first nursery farmers and secondary nursery farmers produce 1,5-1,7 cm, 2-4 cm and 5-7 cm fries, respectively. The objectives of the study are (i) to identify the internal and external factors of the nil tilapia farmer groups, (ii) to examine the economic feasibility of nil tilapia farmer groups, and (iii) to look for alternative development strategic for nil tilapia nil tilapia farmer groups. Required data and information are collected by interviewing nil tilapia breeder and farmers which are the members of Gemah Parahiyangan (GP) nil tilapia farmer groups. Data are analyzed using simple economics analysis such as net Benefit Cost Ratio (BC ratio), Pay Back Period (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) and Break Even Point (BEP). Development strategic is analyzed using Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) Analysis. The results showed that (i) Discount Factor is 20% per year, (ii) BC ratio is 1,06, (iii) PBP is 338,4 days (11 months and 8,4 days) or equals to 4 cycles, (iv) NPV is Rp 1.950.102, (iv) IRR is 29,67%, and (v) BEP is 145.840 fries per cycle at selling price of Rp 63,00 per fry. Based on the analyzed data, it can be said that the nil tilapia farmer groups are profitable. SWOT Analysis suggested that best development strategic is (i) to establish collaboration work with fish feed industry, (ii) to extend the pond areas and (iii) to develop efficient nil tilapia production system. In the future, there should be a program on fisheries human resources capacity development especially on the nil tilapia farmer groups. In order to increase the aquaculture productivity, the government through District Fisheries Services should play a role to motivate, to escort and to train the fish farmers. Key words : development strategy, farmer group, nil tilapia
iv
RINGKASAN
SOENARTO. Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila Pada Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang. Di bawah bimbingan KOMAR SUMANTADINATA sebagai Ketua dan MUHAMMAD SYAMSUN sebagai Anggota. Kebutuhan benih ikan nila saat ini semakin meningkat, khususnya di daerah Bekasi, Karawang,dan Purwakarta. Penyebab peningkatan kebutuhan ini adalah bertambah luasnya lahan-lahan budidaya ikan nila skala usaha pembesaran dan karena semakin berkembangnya teknologi budidaya ikan nila baik di kolam air deras, keramba jaring apung serta budidaya ikan nila pada tambak-tambak air payau.Usaha pembenihan ikan nila merupakan skala usaha berorientasi profit dengan kurun waktu yang tidakterlalu lama kurang lebih 2 bulan dalam masa operasionalnya, dimana usaha pembenihan ikan nila terdapat segmentasi usaha diantaranya segmen pembenihan untuk menghasilkan larva atau benih ukuran 1,5-1,7 cm, pendederan I menghasilkan benih ukuran2-4 cm, dan pendederan II menghasilkan benih ukuran5-7 cm. Kajian ini bertujuan untuk : (1) Mengkaji kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan; (2) Mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan; (3) Menyusun strategi yang tepat dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2010. Tahap pengolahan data sampai penyelesaian akhir laporan penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari sampai dengan Maret 2011. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primerberupa karakteristik dan kinerja anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan sebagai penghasil benih ikan nila, pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan unit usaha pembenihan ikan nila, biaya produksi dan penerimaan, persepsi pakar atas faktor – faktor yang paling berpengaruh terhadap pengembangan usaha pembenihan ikan nila sebagai bahan perumusan strategi pengembangan usaha. Seluruh data tersebut diperoleh dari penelitian lapangan untuk mengumpulkan data yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang diteliti langsung dari sumbernya. Cara pengumpulan data primer diperoleh dengan cara : (1) Interview yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab antara dua pihak, dimana satu pihak sebagai pencari informasi sedang pihak lainnya sebagai pemberi informasi baik secara lisan maupun tertulis. Sumber informasi adalah pihak-pihak yang berkompeten terhadap masalah yang ada. (2) Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti berupa kegiatan proses produksi dan pemasaran benih ikan nila.(3) Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan terhadap obyek yang sedang diteliti kepada pihak yang terkait langsung dengan penelitian, seperti Pembenih Ikan Nila anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, Pendeder I, Pendeder II, Pembudidaya Pembesaran Ikan Nila, Pabrik Pakan, Instansi Pemerintah Pusat dan daerah di bidang Kelautan dan Perikanan dan PerguruanTinggi STP. Responden ditingkat Kelompok
v
Tani terdiri atas ketua dan anggota, Responden dari stake holders terkait terdiri dari industri pakan sebagai mitra dari Kelompok Tani, Perguruan Tinggi dan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah. Jumlah seluruh responden adalah 10 orang. Dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data sekunder diperoleh dari Studi Kepustakaan (Library Research) yang merupakan dasar untuk memperkuat landasan teori dan merupakan cara pengumpulan data secara teoritis. Data tersebut diperoleh dari buku-buku maupun literatur, terutama yang berhubungan dengan karakteristik dan potensi produksi benih ikan nila. Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah memperoleh data baik data primer maupun sekunder selanjutnya dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui pendapatan/keuntungan usaha. Pengolahan data dilakukan dengan program Microsoft Excel. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk melihat kelayakan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan melihat indikator-indikator kelayakan usaha seperti Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP), dan Benefit Cost Ratio(BCR). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Analisis terhadap strategi pengembangan usaha dilakukan dengan analisis Strengths, Weaknesses, Oportunities dan Threats (SWOT). Tahapan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat, model yang dipakai adalah Matriks Faktor Strategik Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary atau EFAS) dan Matriks Faktor Strategik Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary atau IFAS). Kedua matriks ini diolah dengan menggunakan langkah berikut : (1) Identifikasi faktor internal dan eksternal, langkah awal dari identifikasi faktor internal, adalah mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Pertama, daftarkan kekuatan lalu kelemahan dari sisi SDM, organisasi, fasilitasi, modal, dan hubungan kemitraan. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan angka perbandingan. Selanjutnya dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan, dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman. (2) Penentuan bobot setiap peubah, Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategik eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar. Pihak Manajemen atau pakar yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah Ketua Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, Pengelola/anggota kelompok, Manajer Pabrik Pakan, Dinas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Karawang dan BalaiLayanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (paired comparison). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.(3) Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap peubahpeubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masingmasing peubah terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masing-masing faktor strategik yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini. Setelah mendapatkan matriks internal dan eksternal lalu digabungkan menjadi matriks internal eksternal, setelah itu didapatkan untuk data ke matriks SWOT untuk menyusun faktor-faktor strategi. Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha, usaha pembenihan ikan nila menguntungkan, dikarenakan pada discount factor 20% per tahun didapatkan net B/C ratio 1,06 (> 1), PBP 0,94 tahun dan NPV Rp.1.950.102,- (> 0). Sedangkan nilai
vi
IRR 29,67% maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 29,67% per tahun. Sedangkan jangka waktu pengembalian seluruh biaya investasi/PBP (usaha) adalah + 0,88 tahun (0,88 tahun = lima siklus). BEP atau titik impas didapatkan dari kapasitas produksi minimal 145.840 ekor per siklus dengan harga jual Rp. 63,- per ekor. Bila dikonversikan dengan luas lahan, maka potensi lahan mendukung pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode usaha yaitu 1 tahun. Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, strategi yang paling efektif dilakukan adalah menjalin kemitraan dengan industri pakan, serta meningkatkan kapasitas lahan untuk peningkatan produksi dan pengembangan usaha. Untuk mengembangkan usaha di masa mendatang Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diharapkan dapat mengimplementasikan alternatif-alternatif strategi mulai dari aspek produksi, sumber daya manusia (SDM), pemasaran dan pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Tidak terlepas dari peran serta pemerintah, baik daerah maupun pusat mampu mendampingi, memotivasi dan membina secara berkelanjutan sehingga produksi dapat lebih meningkat lagi.
vii
KELAYAKAN USAHADAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA PADA KELOMPOK TANI GEMAH PARAHIYANGAN KECAMATAN CILEBAR KABUPATEN KARAWANG
SOENARTO
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
viii
2011 Judul Tugas Akhir :
Nama Mahasiswa : Nomor Pokok :
Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila pada Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang Soenarto F352074165
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc Ketua
Dr.Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr
Tanggal Ujian : 7 Juni 2011
Tanggal Lulus :
ix
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarny akepada : 1. Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc selaku ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian Tugas Akhir. 2. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan perhatiannya dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 3. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, selaku penguji luar atas pengarahan, bimbingan dan dorongan selama proses studi di PS MPI. 4. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang memberikan bantuannya. 5. Alm. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu, dukungan dan semangat. Khusus Alm. Ayahanda inilah persembahan dari janji saya untuk menyelesaikan pendidikan S2 walaupun tidak sempat dilihat tapi saya yakin Bapak melihat di sana. 6. Istriku tercinta Dian Fitria dan calon anak kami, terima kasih atas dukungan dan semangatnya, yang merupakan inspirasi selama penyusunan Tugas Akhir ini selesai. 7. Kepala BLUPPB Karawang, teman-teman seperjuangan, dan adik-adik yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada kami dalam menempuh dan menyelesaikan studi. 8. Seluruhpihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. x
Penulis berharap bahwa Tugas Akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.
Bogor,
Juni 2011
Penulis
xi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 1 Desember 1980 dari Bapak Poniman (Alm.) dan ibu Hakika. Penulis merupakan putra kedua dari tujuh bersaudara. Pendidikan Diploma IV ditempuh di Program Studi Permesinan Perikanan pada Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, lulus pada tahun 2003. Penulis masuk Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Industri Kecil Menengah pada bulan Desember tahun 2007 (Angkatan10). Sejak tahun 2003, penulis memulai karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2009 penulis diberi amanah sebagai Kepala Seksi Pelayanan Teknik. Menikah pada Januari 2011 dengan Dian Fitria. Penulis ditugaskan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada unit Eselon I Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dengan penempatan di Direktorat Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (2003-2004), serta Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang (2004-sekarang).
xii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL......................................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................
xv
I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 1.3 Tujuan..............................................................................................................
1 1 2 3
II.TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
4
2.1 Deskripsi Ikan Nila .......................................................................................... 2.2 Pembenihan Ikan Nila ...................................................................................... 2.3 Pendederan Ikan Nila ....................................................................................... 2.4 Analisis Kelayakan .......................................................................................... 2.5 Analisis Strategi Pengembangan Usaha ..........................................................
4 6 10 11 14
III. METODE KAJIAN .............................................................................................
17
3.1 Lokasi dan Waktu ............................................................................................ 3.2 Pengumpulan Data ........................................................................................... 3.3 Pengolahan dan Analisis Data .........................................................................
17 17 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
29
4.1 Keadaan Umum ............................................................................................... 4.2 Analisis Kelayakan Usaha ............................................................................... 4.3 Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila ....................................
29 30 41
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................
60
Kesimpulan ........................................................................................................... Saran......................................................................................................................
60 61
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...
62
LAMPIRAN………………………………………………………………………...
63
xiii
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Ciri-ciri jantan dan betina pada ikan nila ...............................................................
6
2. Matriks SWOT .......................................................................................................
16
3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ...............................................
23
4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan .............................................
23
5. Matriks IFE ............................................................................................................
24
6. Matriks EFE............................................................................................................ ..
25
7. Matriks SWOT ......................................................................................................
27
8. Perhitungan biaya investasi ...................................................................................
38
9. Komponen biaya operasional.................................................................................
39
10. Proyeksi laba rugi usaha ......................................................................................
40
11. Faktor strategi internal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan ...........................
48
12. Faktor strategi eksternal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan .........................
50
13. Matriks SWOT .....................................................................................................
54
14. Tingkat kepentingan unsur SWOT ......................................................................
55
15. Penentuan alternatif strategi terbaik ....................................................................
56
xiv
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data........................................
19
2. Matriks Internal dan Eksternal …….………………………………….……….
26
2. Matriks IE strategic Kelompok Tani Gemah Parahiyangan …………………….
51
xv
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. .................................................................................................................. S arana dan prasarana ..............................................................................................
64
2. .................................................................................................................. A nalisa kelayakan usaha .........................................................................................
65
3. .................................................................................................................. K ualitas air larva .....................................................................................................
67
4. .................................................................................................................. K ualitas air induk ....................................................................................................
68
5. .................................................................................................................. P ertumbuhan ikan nila ...........................................................................................
69
6. .................................................................................................................. K uesioner penelitian ..........................................................................................................
70
7. .................................................................................................................. I nformasi tentang kolam ikan Nila..............................................................................
xvi
80
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus)merupakan salah satu jenis ikan komoditas penting
air tawar di Indonesia. Ikan nila digemari oleh
masyarakat sebagai ikan konsumsi karena rasa dagingnya yang khas dan dalam
membudidayakannya
memiliki
proses
pertumbuhan
dan
perkembangbiakan yang cepat. Oleh karena itu, usaha budidaya ikan nila merupakan salah satu usaha yang menguntungkan di kalangan masyarakat (Amri dan Khairuman, 2003). Ikan nila berasal dari sungai Nil telah menyebar luas diseluruh dunia meliputi benua Amerika, Eropa, dan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia ikan nila mulai dikenal oleh pembudidaya ikan sebagai ikan konsumsi sejak tahun 1969.Ikan nila merupakan jenis ikan introduksi yang didatangkan ke Bogor pada tahun 1969, dari Taiwan. Nama nila yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan tahun (1972), diambil dari spesies ikan ini, yaitu Nilotica yang diubah menjadi Nila. Kebutuhan benih ikan nila saat ini semakin meningkat, khususnya di daerah Karawang, Bekasi dan Purwakarta. Penyebab peningkatan kebutuhan ini adalah bertambah luasnya lahan-lahan budidaya ikan dan karena semakin berkembangnya teknologi budidaya ikan nila, baik di kolam air deras, jaring apung serta budidaya ikan nila pada tambak-tambak air payau. Untuk memenuhi kebutuhan benih nila tersebut diperlukan pasokan benih dalam jumlah yang cukup dengan mutu baik. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang pembinaan peningkatan produktivitas benih ikan air tawar, yang mampu mewujudkan usaha yang berdaya saing, ramah lingkungan dan efisien serta memberikan dampak perluasan lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat luas khususnya di pedesaan. Kelompok Tani yang bergerak dalam segmentasi usaha pembenihan ikan nila merupakan produsen benih ikan nila untuk merespon permintaan kebutuhan benih ikan nila yang semakin meningkat. Dengan potensi lahan
2
yang mendukung, yakni lahan-lahan bekas yang tidak produktif dijadikan lahan untuk pembenihan ikan nila. Dalam mengembangkan pembenihan ikan nila, Kelompok Tani Gemah Parahiyangan telah bekerja sama dengan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yaitu Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang dalam menggunakan ikan Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapia) untuk memproduksi benih ikan nila berkelamin jantan (monosex jantan), sehingga pada akhirnya dapat mempercepat pertumbuhan ikan yang dampaknya dapat memberikan efisiensi usaha budidaya ikanNila. Penyediaan benih secara berkelanjutan merupakan salah satu faktor terpenting dalam budidaya ikan nila, karena benih merupakan unsur mutlak dalam budidaya ikan Nila, maka upaya produksi benih pada panti-panti pembenihan perlu dikembangkan. Dengan adanya produksi benih, maka dapat disediakan benih tepat waktu dengan jumlah yang diinginkan, seragam dan dengan mutu yang baik. Masalah yang dihadapi sekarang adalah tingkat kelayakan usaha secara teknis dan ekonomis pada pembenihan ikan Nila, karena hanya usaha yang menguntungkan yang akan dapat berkembang baik. Melihat masalah tersebut, maka perlu dilakukan Pengkajian Usaha Pembenihan Ikan Nila PadaKelompok Tani Gemah Parahiyangan Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. 1.2
Perumusan Masalah Usaha Pembenihan Ikan Nila adalah usaha yang dicirikan dengan orientasi profit, maka perlu ditelaah tingkat kelayakan usahanya. Dalam hal ini, biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya manfaat finansial akan tetapi manfaat-manfaat lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang mendasari kajian ini adalah : 1. Apakah Usaha Pembenihan Ikan Nila di lokasi penelitian layak dikelola oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan?
3
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila? 3. Bagaimana bentuk strategi pengembangan usaha yang tepat dilakukan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan? 1.3
Tujuan Tujuan kajian ini adalah : 1. Mengkaji kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan 2. Mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi Pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. 3. Menyusun strategi yang
tepat dalam pengembangan usaha
pembenihan ikan nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar negeri. Bibit ikan nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Budidaya Air Tawar pada tahun 1969. Setelah mulai masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Sesuai denagan nama latinnya O. niloticus berasal dari sungai Nil dan danau-danau yang berhubungan dengan sungai itu. Bibit ikan nila telah beberapa kali didatangkan ke Indonesia, yang pertama berasal dari Taiwan. Ini berwarna gelap dengan garis vertikal sebanyak 6-8 buah di bagian ekornya. Kemudian didatangkan bibit dari Filipina yang berwarna merah (Suyanto, 1995). Ikan nila pada awalnya bernama Tilapia nilotica, kemudian diganti dengan Sarotrherodon niloticus, dan sekarang ini dikenal dengan nama Oreochromis niloticus
(Deptan, 2000). Program seleksi di Filipina pada
tahun 1987 telah berhasil membuat ikan nila unggul yang kini dikenal sebagai ikan nila Gift. Ikan nila Gift diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1994 dan 1996. Menurut Mulyanto dan Habib (1999), ikan nila Gift merupakan strain baru ikan nila yang dikembangkan di negara Filipina sejak tahun 1987 melalui proyekGenetic Improvementof Farm Tilapia (GIFT), sehingga dinamakan nila GIFT. Strain ini merupakan hasil persilangan dan seleksi antara ikan Nila strain dari Negara Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal, dan Kenya.Ikan nila gift adalah ikan nila unggul dari hasil perbaikan genetik yang dilakukan oleh ICLARM (International Centre for Living Aquatic Resources Management) dari hasil uji caba dilapangan pertumbuhan nila gift lebih cepat dari pada nila lokal (lokal 69) maupun Black Chitralada (Widayanti, 1996). Pertumbuhan ikan nila gift di KJA dapat mencapai 2-3 kali lebih cepat dari pada generasi sebelumnya. (Rukyani dan Subagyo, 2000). Secara umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik yang berukuran besar. Mata besar, menonjol, dan bagian tepi berwarna
5
putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip pungung, sirip perut dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tapi mengeras dan tajam seperti duri. Sirip pungung berwarna hitam dan sirip dada juga tampak berwarna hitam (Amri dan Khairuman, 2003). Banyak orang keliru membedakan antara ikan nila dan ikan mujair, dimana letak perbedaannya dapat dilihat pada perbandingan panjang total dan tinggi badan. Perbandingan ukuran tubuh ikan nila adalah 3 : 1 dan ikan mujair 2 : 1. Selain itu, terlihat adanya pola garis-garis vertikal yang terlihat sangat jelas di sirip ekor dan sirip punggung ikan nila. Jumlah garis vertikal di sirip ekor ada enam buah dan sirip pungung ada delapan buah. Garis dengan pola yang sama (garis vertikal) juga terdapat dikedua sisi tubuh ikan nila dengan jumlah delapan buah. Ikan nila memiliki lima (5) buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga pada bagian sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip ekor yang berukuran yang lebih kecil. Sirip anus hanya ada satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekor berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah. Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila bentina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarakan cairan bening. Sedangkan ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di dapan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Amri dan Khairuman, 2003).
6
Tabel 1. Ciri-ciri jantan dan betina pada ikan nila Ciri-ciri
Jantan
Bentuk tubuh
Betina
Lebih tinggi dan
Lebih rendah dan
membulat
memanjang
Warna tubuh
Lebih cerah
Lebih gelap
Jumlah lubang
Satu lubang (untuk
Dua lubang
kelamin
mengeluarkan sperma
Untuk mengeluarkan
sekaligus air seni)
telur Untuk mengeluarkan air seni
Bentuk kelamin
Tonjolan agak
Tidak menonjol dan
meruncing
berbentuk bulat.
Sumber : Amri dan Khairuman, 2003. 2.2 Pembenihan Ikan Nila 2.2.1
Memilih Induk Memilih induk dilakukan untuk memilih calon induk yang baik dan sudah siap memijah (Gufran dan Kodri, 1997). Dalam memilih induk di pilih induk-induk yang bermutu yang tidak cacat, sehat bebas dari patogen dan sudah matang gonad. Berhasilnya usaha pembenihan nila GIFT sangat dipengaruhi oleh keadaan induk. Bila induk baik, benih yang dihasilkan pun akan banyak dan mutunya akan baik. Tanda tanda induk jantan dan betina bermutu baik adalah sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibanding badan, badan tebal dan berwarna hitam keabu-abuan gerakan lincah (Arie, 2004).
2.2.2
Padat Tebar Padat penebaran sangat mempengaruhi pertumbuhan, bila ikan nila dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, maka pertumbuhanya kurang pesat. Persaingan untuk mendapatkan makanan dan oksigen juga
lebih sering terjadi. Populasi yang padat juga cenderung
mempercepat terjadinya kerusakan mutu air karena kotoran ikan tersebut (Suyanto, 1995).
7
2.2.3
Pemeliharaan dan Pematangan Gonad Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan awal dalam mata rantai proses pembenihan. Tujuan dalam pemeliharaan induk adalah untuk mendapatkan induk matang gonad atau induk yang siap dipijahkan untuk menghasilkan telur. Proses penyediaan telur untuk menjamin kontinyiutas pembenihan tergantung dari tersedianya calon induk yang cukup, baik jumlah maupun kualitas dan keseragamannya (Djarijah, 1995). Dalam gonad nila GIFT terdapat berapa fase telur, yaitu telur yang siap dikeluarkan, telur belum matang, dan telur muda atau bakal telur. Hingga mencapai kematangan, masing-masing fase memerlukan waktu yang sangat tergantung pada kondisi ikan, lingkungan, dan makanan yang diberikan. Pematangan gonad merupakan suatu proses untuk mempercepat dan memperoleh kualitas telur yang baik agar daya tetasnya tinggi (Arie, 2004). Pematangan gonad dapat dilakukan di dalam bak beton atau di dalam hapa. Jika menggunakan bak beton sebaiknya dipilih yang berukuran 20-32 m2. Jika menggunakan hapa dengan volume 24 m3 (6x4x1).
Hapa dipasang di kolam seluas 1.000-2.000 m2 dengan
kedalaman kolam 1-1,5 m (Amri dan Khairuman, 2003). 2.2.4
Pemijahan Menurut Amri dan Khairuman (2003), pemijahan terjadi setelah hari ketujuh pemeliharaan induk. Pemijahan terjadi di lubang berdiameter 30-50 cm di dasar kolam yang merupakan sarang pemijahan ketika pemijahan berlangsung. Telur yang dikeluarkan induk nila betina kemudian dibuahi oleh sperma induk jantan. Selanjutnya telur yang telah dibuahi tersebut dierami induk betina di dalam mulutnya. Ikan nila GIFT mulai dipijahkan setelah berumur 5-6 bulan karena sudah mulai matang kelamin. Saat itu biasanya berat calon induk betina dapat mencapai 200-250 gr dan calon induk jantan 250300 gr. Menurut Sularto et al. (1993) yang mengatakan bahwa sex
8
rasio jantan dan betina ikan nila 3 : 1. Kandungan jumlah telur betina berbeda, tergantung umur dan berat. Induk betina yang beratnya 200250 gr mengandung telur 500-1.000 butir dan dapat menghasilkan larva 200-400 ekor. Selang waktu antar pemijahan berkisar 3-6 minggu. Hal ini sangat tergantung dari pakan tambahan. Masa produktif nila Gift berkisar antara 1,5-2 tahun (Arie, 2004). Terdapat dua teknik pemijahan yaitu pemijahan alami dan pemijahan buatan namun teknik produksi benih hanya efektif, jika pemijahan dilakukan dengan pemijahan alami dengan membiarkan induk-induk berpijah dan mengerami telur dan merawat larvanya sendiri secara alami di dalam kolam pemijahan yang terkontrol (Djarijah, 1995). Setelah induk jantan dan betina dipelihara bersama selama satu (1) minggu, maka kolam dapat diatur ketinggian airnya agar dapat terjadi pemijahan. Perubahan ketinggian air biasanya akan merangsang terjadinya pemijahan. Induk betina tidak terlalu banyak perubahan apabila sudah siap memijah tetapi pada induk jantan terjadi perubahan warna badan menjadi lebih hitam dan siripnya kemerahan. Induk jantan ini juga aktif bergerak mencari pasangan. Bila mendapatkan pasangan induk jantan membuat cekungan didasar kolam sebagai tempat pemijahan. Pemijahan di dalam cekungan tersebut terjadi pada saat matahari akan terbenam. Pada saat itu induk betina mengeluarkan telurnya dan pada waktu yang bersamaan induk jantan mengeluarkan spermanya di tempat pemijahan dan terjadilah pembuahan telur (Suyanto, 1995). 2.2.5
Pemanenan Telur Pemanenan telur dilakukan pada hari ke-9 hingga ke-10 atau saat telur sedang dierami. Tanda induk yang sedang mengerami telurnya adalah selalu memisahkan diri dari kelompoknya, gerakan lambat, mulut selalu tertutup, dan pada bagian bawah tutup insangnya menggembung (Arie, 2004).
9
Menurut Amri dan Khairuman (2003), pemanenan dilakukan dengan cara menangkap induk secara hati-hati setelah terlebih dahulu menyurutkan volume air kolam pemijahan. Induk yang ditangkap dibuka mulutnya dengan jari tengah dan telunjuk, sementara itu ibu jari dan kelingking membuka tutup insangnya, dengan posisi kepala berada di bawah, telur bisa dikeluarkan secara mudah, bagian atas (tutup insang) disiram air atau dicelupkan di dalam air. Setelah itu telur dikumpulkan dalam ember yang berisi air. 2.2.6
Penetasan Telur Penetasan telur merupakan proses perkembangan dari fase telur hingga mencapai fase larva sempurna. Unit penetasan tidak mutlak harus menggunakan sistem resirkulasi dapat menggunakan corong penetasan berbentuk kerucut, umumnya volume corong 15 liter dengan tinggi 50 cm dan diameter bagian atas 30 cm. Sebelum dimasukan kedalam corong penetasan, telur dibersihkan dan direndam dalam larutan methylen blue dengan dosis 0,2 mg/l selama 5-10 menit, kepadatan telur dalam corong penetasan berkisar 1.000-1.500 butir/l air, sifat telur tidak menempel, untuk mencegah penumpukan telur pada corong penetasan maka perlu dialiri air secara kontinu 0,60,8 l/menit selain untuk mengaduk telur aliran air dapat menyuplai oksigen, suhu yang baik untuk penetasan telur ikan nila Gift berkisar antara 25-30 0C sementara suhu optimal adalah 29 0C, dan telur akan menetas dalam waktu 5-7 hari bila kondisi air baik dan suhu optimal (Arie, 2004). Jika suhu terlalu rendah, bisa dipasang heater (pemanas) telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 5-7 hari, panjang larva ikan nila yang baru menetas 8-10 mm dan beratnya 0,02-0,05 gram. Larva tersebut akan berenang ke permukaan air dan dengan sendirinya akan terbawa aliran air melalui lubang pengeluaran di corong penetasan dan masuk ke tempat penampungan larva (Amri dan Khairuman, 2003).
10
2.3 Pendederan Ikan Nila Pendederan merupakan kelanjutan pemeliharaan benih ikan nila dari hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan pendederan ini dilakukan dua tahap yaitu pendederan tahap I dan pendederan tahap II. Tujuan dari pada pendederan ini adalah untuk memperoleh ikan nila yang ukuran seragam, baik panjang maupun berat dan memberikan kesempatan ikan nila mendapatkan makanan sehingga pertumbuhan juga seragam (Amri dan Khairuman, 2003). 2.3.1
Pendederan I Pengolahan tanah dasar kolam yaitu melakukan pengeringan dasar kolam dengan cara menjemur menjemur selama 4-7 hari sampai dasar kolam retak-retak. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa beracun, mempercepat proses mineralisasi dari sisa-sisa bahan organik, serta membasmi hama dan bibit penyakit kalau terdapat pada kolam. Pendederan I adalah pemeliharaan benih ikan nila berukuran 1-3 cm yang dipelihara selama 2 minggu sehingga mencapai ukuran 3-4 cm. Keberhasilan pendederan I sangat ditentukan oleh beberapa faktor internal, seperti mutu telur dan kualitas induk ikan nila. Induk bermutuakan menghasilkan benih bermutu baik, begitu juga sebaliknya. Sedangkan faktor eksternal seperti persiapan media sebelum penebaran benih dilakukan, seperti pengeringan pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan penyakit. Sementara itu, kegiatan pemeliharaan meliputi pemberian pakan, pengontrolan dan pemanenan. Jenis makanan tambahan yang diberikan adalah pelet terapung atau pelet yang dibasahi dengan air. Jumlah makanan yang diberikan 3-5 % per hari dari total benih yang dipelihara (Amri dan Khairuman, 2003).
2.3.2 Pendederan II Selain dilakukan disawah, kolam, atau tambak, pedederan II juga dapat dilakukan di keramba jaring apung (KJA), karena benih yang ditebar adalah hasil panen dari pada pendederan I yang
11
ukurannya sudah mencapai 5 cm (5 gr/ekor). Ikan nila seukuran ini tidak bisa lolos dari jaring apung dengan ukuran mata jaring polietilen nomor 240 D/12. Lama pemeliharaan dipendederan II adalah 2-3 minggu. Ukuran ikan nila yang dihasilkan dengan rataan 10 gr/ekor (8-12 cm). Ikan nila hasil pendederan II selanjutnya dibesarkan secara intensif di kolam biasa, kolam air deras, sawah, kantung jaring apung, atau tambak air payau. Padat tebar pada pendederan II lebih sedikit dari pada pendederan I karena ukuran ikan yang dipelihara lebih besar. Keberhasilan kegiatan pendederan II ditentukan oleh beberapa faktor, seperti kualitas benih dan teknik pemeliharaan meliputi persiapan media pemeliharaan, penebaran benih, pemberian pakan, dan penanggulangan hama dan penyakit (Amri dan Khairuman, 2003).
2.4 Analisis Kelayakan Analisis kelayakan finansial dalam persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap peserta yang tergabung di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial terhadap usaha pertanian (farms) menurut Gittinger (1996) adalah untuk menentukan
berapa
banyak
keluarga
petani
yang menggantungkan
kehidupannya kepada usaha pertanian tersebut. Salah satu cara untuk melihat kelayakan finansial adalah dengan metode Cash Flow Analysis. Metode ini dilakukan setelah komponen-komponen biaya dan manfaat tersebut dikelompokkan dan diperoleh nilainya. Komponen-komponen tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat atau penerimaan (benefit; inflow) dan biaya atau pengeluaran (cost; outflow). Selisih antara keduanya disebut manfaat bersih (net benefit) dan untuk tingkat investasi menggunakan beberapa kriteria penilaian kelayakan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) (Gittinger, 1996). Analisis finansial dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak dengan melihat kriteria-kriteria investasi,
12
yaitu Pay Back Period (PBP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). 2.4.1
PBP PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Zubir, 2006) dan dihitung menurut persamaan berikut : Nilai Investasi PBP (tahun) =
x 1 tahun Kas Masuk Bersih
Metode ini sangat sederhana, sehingga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback, sehingga metode ini umumnya hanya digunakan sebagai pendukung metode lainnya. 2.4.2
Net B/C Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C<1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
2.4.3
BEP BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo, 1993).
13
Total Biaya (Rp) = Volume Penjualan (unit) x Harga Jual (Rp) Perhitungan volume penjualan pada saat BEP dapat dihitung dengan persamaan : Total Biaya Tetap BEP (unit) = (Harga Jual/unit - Biaya Peubah/unit)
Total Biaya Tetap BEP (Rp) = 1
-
Biaya Peubah per Unit Harga Jual
2.4.4
NPV NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan PV (Present Value) kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi. Selisih antara PV tersebut disebut NPV (Zubir, 2006). NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya : NPV =
Bt - Ct (1 i) t
Dimana ; Bt = manfaat (penerimaan) bruto pada tahun ke- t ( Rp) Ct = biaya bruto pada tahun ke- t (Rp) i = tingkat suku bunga (%) t = periode investasi (i = 1,2,3,.........n) Kriteria NPV sebagai berikut : a.
NPV>0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan
b.
NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tetapi juga tidak rugi (manfaat diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan, sehingga pelaksanaan proyek berdasarkan penilaian subyektifpengambilan keputusan)
c.
NPV < 0, maka proyek rugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan.
14
2.4.5
IRR IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal (Kasmir dan Jakfar, 2007). IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount factor atau setelah dipresent value kan, nilainya sama dengan initial investment (biaya investasi).
IRR = i’ +
NPV ' (i” – i’) ( NPV ' NPV " )
Dimana : NPV ’ NPV ” i’ i”
= nilai NPV Positif (Rp) = nilai NPV Negatif (Rp) = discount rate nilai NPV positif (%) = discount rate nilai NPV negatif (%)
2.5 Analisis Strategi Pengembangan Usaha Menurut Glueck dan Jauch (1999), strategik merupakan rencana yang disatukan menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan suatu perusahaan dengan tantangan dan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat. Secara umum, manajemen strategi diawali dari tahap perumusan strategi, tahap implementasi dan selanjutnya tahap evaluasi strategi (David, 1998). Tahap perumusan strategi meliputi pernyataan misi, penetapan tujuan, identifikasi peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan. Analisis internal meliputi pemasaran dan distribusi, manajemen, produksi dan operasi, permodalan dan keuangan, serta pengembangan SDM. Analisis eksternal meliputi lingkungan industri dan lingkungan makro. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis strategi. David (1998), menyebutkan bahwa analisis SWOT, yaitu analisis kekuatankelemahan dan peluang–ancaman (Strengths, weaknesses, Opportunities, Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi bersifat sistematik dari
15
faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi, peluang dan acaman lingkungan luar, serta strategik yang menyajikan kombinasi terbaik di antara keempatnya. Matriks SWOT akan menghasilkan empat tipe strategi berikut : 2.5.1
Strategi S-O Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2.5.2
Strategi S-T Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
2.5.3
Strategi W-O Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada
2.5.4
Strategi W-T Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.
Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya.
Dengan pilihan strategik yang tepat,
perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada. Melalui matrik SWOT didapatkan alternatif strategik untuk menentukan critical decision, sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat (Rangkuti, 2004).
16
Tabel 2. Matriks SWOT Internal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Eksternal
Peluang (O)
Strategi S-O
Strategi W-O
Strategi yang menggunakan
Strategi yang
kekuatan untuk
meminimalkan
memanfaatkan peluang
kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Ancaman (T)
Strategi S-T
Strategi W-T
Strategi yang menggunakan
Strategi yang
kekuatan untuk
meminimalkan
mengatasiancaman
kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2004.
III. METODE KAJIAN 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kelompok Tani Gemah Parahiyangan terdiri atas 5 orang anggota dengan potensi lahan 4 Hektar. Pengambilan data contoh pembudidaya ikan nila anggota Kelompok dilakukan di lokasi ini. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu didasarkan pada pertimbangan : (1) Kelompok Tani Gemah Parahiyangan merupakan salah satu dari Kelompok Tani yang dinyatakan telah beroperasi dalam usaha pembenihan ikan nila, (2) adanya ketersediaan data yang diperlukan dan kesediaan manajemen Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dijadikan lokasi kajian.
3.2
Pengumpulan Data Kajian dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2010. Tahap pengolahan data sampai penyelesaian akhir laporan penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari sampai dengan Maret 2011. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara: 1. Data primer berupa karakteristik dan kinerja anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan sebagai penghasil benih ikan nila, pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan unit usaha pembenihanikannila, biaya produksi dan penerimaan, persepsi pakar atas faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap pengembangan usaha pembenihan ikan nila sebagai bahan perumusan strategi pengembangan usaha.Seluruh data tersebut diperoleh dari penelitian lapangan untuk mengumpulkan data yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang diteliti langsung dari sumbernya.
18
Cara pengumpulan data primer diperoleh dengan cara : a.
Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti berupa kegiatan proses produksi dan pemasaran benih ikan nila.
b.
Kuesioner(lampiran 6), yaitu daftar pertanyaan terhadap obyek yang sedang diteliti kepada pihak yang terkait langsung dengan penelitian, seperti PembenihIkanNilaanggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, Pendeder I, Pendeder II, Pembudidaya Pembesaran Ikan Nila, Pabrik Pakan, Instansi Pemerintah Pusat dan daerah di bidang Kelautan dan Perikanan dan PerguruanTinggi STP. Responden ditingkatKelompokTani terdiri atas ketua dan anggota, Responden dari stake holders terkait terdiri dari industri pakan sebagai mitra dari KelompokTani, PerguruanTinggi dan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah. Jumlah seluruh responden adalah 10 orang.
2. Data sekunder diperoleh dari Studi Kepustakaan (Library Research) yang merupakan dasar untuk memperkuat landasan teori dan merupakan cara pengumpulan data secara teoritis.
Data tersebut diperoleh dari
buku-buku maupun literatur, terutama yang berhubungan dengan karakteristik dan potensi produksi benih ikan nila.
3.3
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh, baik data primer maupun sekunder selanjutnya dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui pendapatan/keuntungan usaha. Pengolahan data dilakukan dengan program Microsoft Excel. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk melihat kelayakan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan melihat indikator-indikator kelayakan usaha seperti BEP, NPV, IRR, PBP, dan BCR. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
19
Microsoft Excel. Analisis terhadap strategi pengembangan usaha dilakukan dengan analisis SWOT.
1. Karakteristik Usaha Pembenihan Ikan Nila
2. KajianTerhadap: - Kondisi Umum - Aspek Kelayakan - Identifikasi Faktor-Faktor Strategik Internal dan Eksternal - Aspek Kajian Strategi
3. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
4. InterpretasiHasilAnalisa
5. Kelayakan Usaha (1)
6. Strategi PengembanganUsaha (2)
7. Usaha Pembenihan Ikan Nila prospektif Gambar 1. Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data
Tahapan dari pengolahan dan analisa data dalam kajian ini adalah : 3.3.1
Analisis kelayakan usaha Analisis
kuantitatif
terutama
bertujuan
untuk
melihat
kelayakan usaha dari investasi yang telah dilakukan untuk pembukaan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode
20
perhitungan kelayakan investasi melalui PBP, NPV, IRR, Net B/C, dan perhitungan BEP. Analisis profitabilitas ini diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dilihat dari criteria seperti lazimnya yang digunakan untuk mengevaluasi suatu proyek, yaitu : a. PBP PBP dihitung dengan rumus : Total investasi PBP = -------------------------- x 1 tahun Laba Setelah Pajak + Penyusutan b. NPV NPV dihitung dengan rumus berikut : n
NPV= t1
At
1kt
Keterangan: n
= periode/tahun terakhir aliran kas/ cash flow.
At = aliran kas pada periode t k
= tingkat keuntungan yang diharapkan atau discount rate yang digunakan
c. IRR IRR dihitung dengan rumus berikut : IRR =
NPV1 il + ------------------------- (i2-i1) (NPV 1 - NPV2)
Keterangan : IRR
= Nilai Internal Rate of Return.
NPV1 = Net Present Value pertama. NPV2 = Net Present Value kedua. i
1
= Tingkat suku bunga/discount rate pertama.
i
2
= Tingkat suku bunga/discount rate kedua.
21
d. B/C Perhitungan B/C dengan rumus berikut : PV benefit BC = ----------------------PV cost Keterangan : PVbenefit = PVdari total benefit selama periode analisa dimana
benefit adalah laba setelah pajak
ditambah penyusutan. PVcost
= Present value of
capital (biaya pertama atau
modal diluar biaya untuk operasi dan produksi). e. BEP BEP atau titik impas dihitung dengan rumus: Total BiayaTetap BEP = ----------------------------------------------------Harga jual satuan - Biaya variabel/satuan 3.3.2
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategik (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategik perusahaan dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2006). Tahapan dalam pembuatan analisis SWOT, agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui beberapa tahapan berikut (Rangkuti, 2006): a.
Tahap pengumpulan data Tahap
ini
meliputi
kegiatan
pengumpulan
data,
pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap ini data dibedakan
22
menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data internal diperoleh di dalam perusahaan, sementara data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti analisis pasar, analisis pesaing, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah atau analisis kelompok kepentingan tertentu. Model yang dipakai pada tahap ini adalah Matriks Faktor Strategik Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary atau EFAS) dan Matriks Faktor Strategik Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary atau IFAS). Kedua matriks tersebut diolah dengan menggunakan langkah berikut : 1. Identifikasi faktor internal dan eksternal Langkah awal dari identifikasi faktor internal, adalah mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Pertama, daftarkan kekuatan lalu kelemahan dari sisi SDM, organisasi, fasilitasi, modal, dan hubungan kemitraan. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan angka perbandingan. Selanjutnya dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan, dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman. 2. Penentuan bobot setiap peubah Penentuan
bobot
dilakukan
dengan
jalan
mengajukan
identifikasi faktor-faktor strategik eksternal dan internal tersebut
kepada
pihak
manajemen
atau
pakar.
Pihak
Manajemen atau pakar yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah Ketua Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, Pengelola/anggota kelompok, Manajer Pabrik Pakan, Dinas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Karawang dan BalaiLayanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
Karawang
dengan
menggunakan
metode
perbandingan berpasangan (paired comparison). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.
23
Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = Jika
indikator
horizontal
kurang penting
daripada
indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan FaktorStrategi Internal A B C D …….. Total
A
B
C
D
….
Total
Sumber : David, 1998.
Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan FaktorStrategiEkster nal A B C D …….. Total
A
B
C
D
….
Total
Sumber : David, 1998.
Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan (2 pakar) dari setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus :
ai
xi
n
Xi
i 1
Dimana : a i xi = i n
= Bobot peubah ke-i Nilai peubah ke-i = 1, 2, 3, ….., n = Jumlah peubah
24
3. Penentuan Peringkat (Rating) Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masing-masing peubah terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategik yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini. Nilai IFE dikelompokkan dalam Tinggi ( 3,0 – 4,0 ), Sedang ( 2,0 – 2,99 ) dan Rendah (1,0 – 1,99 ). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat ( 3,0 – 4,0), Rataan (2,0 – 2,99), dan Lemah (1,0 – 1,99) (David, 1998). Tabel 5. Matriks IFE FaktorStrategiInternal Kekuatan : 1.
10. Kelemahan : 1.
10. Total Sumber : David, 1998.
t
g
r
25
Tabel 6. MatriksEFE Faktor Strategi Eksternal Peluang : 1.
t
g
10. Ancaman : 1.
10. Total Sumber : David, 1998.
Nilai IFE dikelompokkan dalam Tinggi ( 3,0 – 4,0 ), Sedang (2,0 – 2,99 ) dan Rendah (1,0 – 1,99 ). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat ( 3,0 – 4,0 ), Rataan ( 2,0 – 2,99 ), dan Lemah ( 1,0 – 1,99 ) (David, 1998). b.
Matriks Internal Eksternal Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks Internal - Eksternal (IE) yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriksmatriks IFE dan EFE (Gambar 2). Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1. Strategi pertumbuhan (growth strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7, 8). 2. Stability Strategy, adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan. 3. Retrechment
Strategy
adalah
usaha
memperkecil
atau
mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 3, 6 dan 9).
r
26
Total Skor EFI 4.0
Kuat
2.0
Lemah
II
III
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Penciutan
IV
V
VI
Stabilitas
Pertumbuhan/
Penciutan
Total Skor Menengah EFE 2.0
Stabilitas
Rendah 1.0
Sedang
I
Tinggi 3.0
3.0
VII
VIII
IX
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuidasi
Sumber : David, 1998.
Gambar 2. Matriks Internal dan Eksternal (IE) c.
Matriks SWOT Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategik perusahaan
adalah
matriks
SWOT.
Matriks
ini
dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat
menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi (Tabel 7). 1) Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2) Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3) Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4) Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.
1.0
27
Tabel 7. Matriks SWOT Faktor Internal
Strength (S)
Weakness (W)
Menentukan 5-10 faktor Menentukan 5-10 faktor Kekuatan internal Kelemahan internal FaktorEksternal Opportunities (O) Menentukan 5 -10 faktor peluang eksternal Threats (T) Menententukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strategi (S-O) Menciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi (S-T)
Strategi (W-O) Menciptakan strategi meminimalkan kemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi (W-T)
Menciptakan strategi menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman
Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman
Sumber : Rangkuti, 2006.
Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Dengan pilihan strategi yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada. Melalui matriks SWOT didapatkan alternatif strategi untuk menentukan critical decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat. d.
Pemilihan alternatif strategik terbaik Untuk mengetahui alternatif strategi yang paling efektif diterapkan oleh perusahaan, maka diberikan bobot oleh pihak manajemen usaha dengan skala 1, 2, 3 dan 4 yang didasarkan atas kepentingan dari alternatif-alternatif strategi yang ada, dimana skala nilai yang digunakan, yaitu : 1 = Sangat tidak penting 2 = Tidak penting 3 = Penting 4 = Sangat Penting
28
Tingkat kepentingan alternatif strategik dilihat berdasarkan keterkaitan antara kondisi usaha pada saat ini dengan efektifitas strategik yang ada. Selanjutnya diberikan ranking berdasarkan nilai terbesar pada alternatif strategi yang ada, nilai kepentingan tertinggi merupakan alternatif strategi paling efektif yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan.
e.
Implementasi Strategik Implementasi strategik mempengaruhi organisasi dari atas ke bawah dan mempengaruhi semua area fungsional dan divisional sebuah bisnis. Rencana strategik yang secara teknis paling sempurna akan memberikan sumbangan kecil bagi pencapaian tujuan, jika tidak diimplementasikan. Isu-isu manajemen seputar implementasi strategik antara lain meliputi: 1) Menyusun tujuan tahunan 2) Membuat kebijakan 3) Mengalokasikan sumber daya 4) Mengubah struktur organisasi yang ada 5) Retrukturisasi dan desain ulang 6) Merevisi rencana insentif dan pemberian imbalan kepada karyawan 7) Meminimalkan resistensi terhadap perubahan 8) Menyelaraskan manajer dengan strategi 9) Mengembangkan budaya yang mendukung strategi 10) Mengadaptasikan proses produksi/operasi 11) Mengembangkan fungsi SDM efektif 12) Melakukan penyusutan perusahaan 13) Alokasi sumber daya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Keadaan Umum 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Lokasi Usaha Pembenihan yang dijadikan obyek kajian terletak di Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Sebelum menjadi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang diorbitkan pada tahun 2009, pengelolaan sudah dimulai pada tahun 1985 dibawah manajemen PT. Cahaya Windu yang berorientasi pada pembesaran udang windu, dengan berjalannya waktu dimana sudah tidak lagi untuk budidaya udang di wilayah pantai utara maka Kelompok Tani Gemah Parahiyangan melakukan usaha perikanan budidaya dengan beralih komoditi yaitu ikan Nila. Unit usaha yang dijadikan obyek kajian adalah Unit usaha yang bergerak di segmentasi pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang memiliki luas lahan 40.000 m2 yang terdiri dari kolam, bangunan kantor, rumah jaga, dan gudang sarana produksi.
4.1.2 Struktur Organisasi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Struktur organisasi Rakyat Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalah sebagai berikut : Nama Ketua
:
H. Kaswandi
Sekretaris
:
Wawan
Bendahara
:
Euis
Penanggung Jawab Teknis
:
Maman
Penyedia Sarana Produksi
:
Sobana
Penjualan / Pemasaran
:
Yosep
Teknisi / Anggota
:
5 Orang
30
4.2
Analisis Kelayakan Usaha Untuk melihat prospek atau kelayakan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diperlukan pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut : 4.2.1 Fasilitas Produksi dan Peralatan Pelaksanaan usaha pembenihan ikan nila memerlukan ketersediaan fasilitas dan peralatan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama merupakan fasilitas yang secara langsung memberikan dampak terhadap keberhasilan usaha pembenihan sedangkan fasilitas pendukung merupakan fasilitas yang secara tidak langsung memberikan dampak terhadap usaha pembenihan. Fasilitas utama yang terdapat pada Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, diantaranya : a. Kolam pemeliharaan induk Kolam pemeliharaan induk yang digunakan merupakan kolam tanah dengan kedalaman berkisar antara 100-125 cm. Untuk induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang berbeda sehingga memudahkan dalam seleksi induk. Kolam pemeliharaan dan induk terdiri dari beberapa bagian yaitu pematang dengan kemiringan 1:1,5, pintu masuk air dan pintu buang. Untuk memudahkan dalam pengeringan dan pengolahan lahan maka dasar kolam dibuat miring dengan kondisi pada pintu buang lebih dalam daripada pintu masuk. Kemiringan tanah dasar berkisar antara 5-10o. Hal ini memungkinkan air dalam kolam dapat kering total pada saat dilakukan pembuangan air atau pengeringan. b. Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva Kolam pemijahan memiliki fungsi ganda yaitu digunakan juga sebagai kolam pemeliharaan larva. Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva berukuran lebih besar daripada kolam pemeliharaan induk. Konstruksi dari tanah, hal ini bertujuan memudahkan dalam pelaksanaan panen larva.
31
c. Kolam pendederan 1 dan 2 Kolam pendederan 1 dan 2 merupakan kolam tanah dengan kondisi dan bagian petakan sama dengan kolam pemeliharaan induk yaitu dasar kolam dengan kemiringan 5-10o, pintu masuk dan pintu buang air. d. Tandon air Tandon air disiapkan untuk memenuhi kebutuhan air pada petakan serta sebagai tempat perlakuan sterilisasi awal sebelum air digunakan sebagai media pemeliharaan. e. Saluran masuk air Saluran masuk air terbagi menjadi 2 yaitu saluran primer dan sekunder sehingga memudahkan dalam pengisian serta pembagian air dalam petakan. f. Saluran buang g. Peralatan mekanisasi budidaya : Pompa. Fasilitas pendukung diantaranya bangunan kantor, rumah jaga, alat transportasi, dan lain-lain seperti yang tercantum pada Lampiran 1. 4.2.2 Teknik Pengadaan dan Mutu Bahan Bahan-bahan atau sarana produksi yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan nila terdapat beberapa hal teknis penting yang memerlukan perhatian khusus demi mencapai keberhasilan diantaranya : wadah pemeliharaan, air media pemeliharaan, genetika induk, dan proses pemijahan, serta pemeliharaan larva. Selain kegiatan
teknis,
guna
menunjang
keberhasilan
suatu
usaha
pembenihan juga perlu mempertimbangkan faktor manajerial. 4.2.3 Wadah Pembenihan Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol (pasangan). Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
32
Pendederan ikan nila dapat dilakukan pada karamba jaring apung, kolam atau tambak serta bak beton. Ada segi positif dari pendederan ikan nila di tambak yaitu pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan di kolam atau di jaring apung. Hal ini diduga karena asupan nutrisi untuk pertumbuhannya lebih banyak yaitu dari plankton, tumbuhan ganggang yang tumbuh pada tanah dasar. Wadah untuk kegiatan budidaya ada umumnya terbuat dari beberapa jenis bahan yaitu : terpal dengan rangka kayu atau bambu, semen, fiber atau kolam tanah. Secara teknis penggunaan berbagai jenis bahan tersebut mempengaruhi produksi yang dihasilkan.wadah yang digunakan pada setiap segmen berbeda-beda, yaitu : Kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan dan pemeliharaan larva, kolam pendederan 1 serta kolam pendederan 2. Wadah pemeliharaan induk yang digunakan merupakan kolam tanah dengan kedalaman berkisar antara 100-125 cm dengan luas 300 m2/unit. Untuk induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang berbeda sehingga memudahkan dalam seleksi induk. Kolam pemeliharaan induk terdiri dari beberapa bagian yaitu pematang dengan kemiringan 1:1,5, pintu masuk air dan pintu buang. Untuk memudahkan dalam pengeringan dan pengolahan lahan maka dasar kolam dibuat miring dengan kondisi pada pintu buang lebih dalam dengan pintu masuk. Kemiringan tanah dasar berkisar antara 5-10o. Hal ini memungkinkan air dalam kolam dapat kering total pada saat dilakukan pembuangan air atau pengeringan. Sebelum pemeliharaan induk diawali dengan pengolahan lahan, hal ini merupakan salah faktor pendukung yang sangat penting. Dengan pengolahan lahan yang baik dan tepat akan mampu meningkatkan daya dukung lahan. Pengolahan lahan yang dilakukan antara lain: pengeringan dasar kolam sampai retak-retak yang bertujuan membuang gas-gas beracun yang terkandung dalam tanah melalui proses oksidasi; pengangkatan lumpur dasar yang bertujuan memperdalam kolam serta membuang bagian tanah yang telah
33
membusuk kurang berjalannya kerja bakteri pengurai akibat pemeliharaan sebelumnya; pemupukan menggunakan pupuk organik untuk memulihkan kembali kesuburan lahan, sehingga pakan alami berupa ganggang dan lumut dapat tumbuh. Induk ikan nila yang telah matang gonad akan diseleksi dan dipindahkan dalam kolam pemijahan. Kolam pemijahan dibedakan dengan kolam pemeliharaan induk agar memudahkan dalam memanen larva atau induk. Kolam pemijahan adalah kolam tanah dengan ukuran 400 m2/unit, kontruksi tanah bertujuan memudahkan dalam pelaksanaan panen larva. Pengolahan kolam pemijahan sama halnya dengan kolam pemeliharaan induk. Larva yang dipanen dari kolam pemijahan akan dipindahkan pada petakan pendederan 1 dengan tujuan menghasilkan benih berukuran 2-4 cm, yang kemudian dilanjutkan dengan pendederan 2 dengan tujuan menghasilkan benih berukuran 5-7 cm. Kolam pendederan 1 seluas 400 m2/unit dan kolam pendederan 2 seluas 400 m2/unit merupakan kolam tanah dengan kondisi dan bagian petakan sama dengan kolam pemeliharaan induk yaitu dasar kolam dengan kemiringan 5-10o, pintu masuk dan pintu buang air. Persiapan lahan kolam pendederan 1 dan 2 diawali dengan pengeringan lahan yang dilanjutkan dengan perbaikan konstruksi berupa pengangkatan lumpur dasar, perbaikan pematang berupa penambalan bocoran dan pendalaman kolam. 4.2.4 Air Media Pemeliharaan Air media pemeliharaan yang digunakan mulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, pendederan 1 sampai dengan pendederan 2 berasal dari sungai Ciwadas. Aliran Sungai Ciwadas bersumber dari waduk Walahar yang ada di daerah Jawa Barat. Sepanjang aliran sungai dimanfaatkan sebagian besar oleh petani sawah dan hanya sebagian kecil termanfaatkan untuk kegiatan perikanan budidaya.
34
Dari aliran sungai dimasukkan ke dalam lokasi budidaya melalui saluran pasok. Dari saluran pasok, air media akan ditampung terlebih dahulu pada tandon. Penggunaan tandon dalam kegiatan budidaya penting artinya, dimana pada abad ini ketersediaan air tidak selalu berkelanjutan, selain itu penggunaan tandon dapat meminimalisir hama dan bibit penyakit. Pengelolaan air media yang digunakan selama proses kegiatan budidaya terbagi dalam dua metode yaitu melalui penyaringan air menggunakan waring dan filter bag serta melalui sterilisasi atau suci hama. Melalui proses ini dharapkan air yang digunakan akan memenuhi baku mutu standar air media dalam proses pembenihan ikan nila. 4.2.5 Pengelolaan Induk Induk merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pembenihan ikan nila. Induk yang baik akan menghasilkan benih yang baik juga. Induk yang digunakan berasal dari hasil pemuliaan panti benih daerah Sukabumi yang diterima dalam bentuk induk sehingga dipelihara selama 1 sampai 2 bulan untuk memperoleh induk yang baik. Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam tanah. Pemijahan pertama dilakukan dengan menyatukan induk jantan dan betina pada satu kolam dan menghasilkan telur sebanyak 1.000-2.000 butir/ekor. Pemijahan dilakukan secara alami tanpa adanya rekayasa lingkungan maupun genetika. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) induk ikan nila. Induk yang digunakan memiliki ciri-ciri bentuk badan normal atau tidak cacat, sisik besar dan tersusun rapi, sehat dan gerakan lincah. Hal ini sesuai dengan pendapat Arie (2004) bahwa induk ikan nila yang berkualitas baik adalah kepala relatif lebih kecil dibanding badan, badan tebal dan berwarna hitam keabu-abuan, gerakan lincah, sehat, dan tidak cacat. Umur induk yang dipijahkan dan ukuran serta bobot total induk yang digunakan telah sesuai dengan SNI induk yaitu umur induk
35
jantan 8 bulan dan induk betina 9 bulan, panjang total induk jantan 20-23 cm dan induk betina 17-20 cm, sedangan bobot induk jantan seberat 475-550 gram dan induk betina 325-400 gram. Sedangkan menurut Sularto, et al (1993) ikan nila mulai dipijahkan setelah berumur 5-6 bulan karena sudah mulai matang kelamin, saat ini biasanya berat calon induk betina mencapai 200-250 gram dan calon induk jantan 250-300 gram. Secara kuantitatif induk yang digunakan pada Unit Pembenihan ini telah memenuhi SNI sehingga diduga akan menghasilkan benih dengan kualitas yang baik. 4.2.6 Pengelolaan Benih Ikan Nila Proses mempersatukan induk jantan dan induk betina dalam rangka memperoleh benih ikan nila disebut sebagai pemijahan. Pada kolam tanah, induk nila jantan membuat sarang pada dasar kolam kemudian mengundang induk nila betina untuk bertelur pada sarang tersebut. Dalam memijahkan ikan nila terdapat perbedaan jumlah antara induk betina dengan induk jantan dimana sex rasio jantan dan betina yang digunakan adalah 3 : 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Sularto, et al (1993). Apabila telur-telur ikan nila telah keluar maka induk jantan menyemprotkan spermanya untuk membuahi telur, proses ini disebut sebagai pembuahan eksternal. Setelah dibuahi, induk nila betina akan menyimpan kembali telurnya kedalam mulut. Telur-telur yang dierami dalam mulut induk betina menetas dalam 1-2 hari yang disebut dengan larva. Larva merupakan benih ikan nila dengan umur 1-5 hari. Pada usia 4-5 hari larva-larva mulai terbentuk seperti ikan nila dewasa dan induk betina mulai membiarkan anak-anaknya mencari makan sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan, benih ikan nila pada umur ini mencari makan secara bergerombol. Proses pemijahan ikan nila dilakukan pada kolam pemijahan khusus dimana metode pemijahan dilakukan secara alami tanpa menggunakan tambahan bahan-bahan lain. Induk jantan dan induk
36
betina di satukan dalam petakan pemijahan. Sebelum disatukan terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap induk yang telah matang gonad. Proses seleksi dilakukan dengan menangkap dan menampung induk-induk yang telah matang gonad dalam satu wadah berupa hapa. Hal ini bertujuan untuk menghitung kembali jumlah ketersediaan induk yang siap dipijahkan sesuai dengan jumlah paket yang akan digunakan. Pupuk organik digunakan untuk menumbuhkan pakan alami yang akan di gunakan sebagai asupan nutrisi pada awal pemeliharaan benih atau selama pemeliharaan larva. Setelah pakan alami dalam petakan berkurang maka dilanjutkan dengan pemberian pakan buatan berupa crumble atau pellet dengan diameter rendah. Pendederan ikan nila dimulai sejak pemisahan induk dengan benih yang dilakukan setelah umur 5-7 hari dengan ukuran 3-5 mm. Larva hasil pemijahan dipanen menggunakan serok dengan mesh size kecil sehingga tidak ada yang lolos. Dari hasil panen larva akan dilanjutkan dengan proses grading untuk memisahkan antar ukuran benih. Larva akan dipelihara pada proses pendederan 1 sampai dengan pendederan 2. Pada proses pendederan 1, benih ikan yang ditebar berukuran 1,5-1,7 cm dengan padat penebaran 150 ekor/m2. Pemeliharaan benih pada pendederan 1 bertujuan untuk menghasilkan benih nila berukuran 2-4 cm yang diperoleh dalam kurun waktu 20 hari masa pemeliharaan. Selama proses pemeliharaan dilakukan pemberian pakan dengan kadar protein yang tinggi dengan ukuran disesuaikan dengan bukaan mulut benih. Selanjutnya pada masa ukuran benih telah mencapai 2-4 cm maka dilakukan grading untuk memisahkan benih yang telah mencapai ukuran tebar pada proses pendederan 2. Sedangkan benih yang belum mencapai ukuran akan dipelihara kembali pada pendederan 1. Apabila selama pemeliharaan kondisi pertumbuhan benih kurang baik maka akan dilakukan pembuangan terhadap benih. Sedangkan menurut Amri dan Khairuman (2003)
37
bahwa pendederan 1 adalah pemeliharaan benih ikan nila berukuran 1-3 cm yang dipelihara selama 2 minggu sehingga mencapai ukuran 3-4 cm. Pada pendederan 2 bertujuan untuk memperoleh benih berukuran 5-7 cm yang akan diperoleh selama kurun waktu masa pemeliharaan 20 hari. Kegiatan pendederan 2 dilakukan pada kolam tanah dengan padat tebar 100 ekor/m2 dengan ukuran tebar 2 – 4 cm. Pendederan 2 dilakukan selama 20 hari dimana setiap 6-7 hari dilakukan sampling dan grading untuk memisahkan benih sesuai ukurannya. Dari hasil pengamatan terhadap penerapan SNI diketahui bahwa secara umum telah memenuhi standar, baik dari segi kuantitas maupun mutu. Namun terdapat ketidaksesuaian dengan SNI yaitu pada hasil benih untuk pendederan dimana berat benih adalah 20 gram/ekor, sedangkan dalam SNI di katakan bahwa sebaiknya benih yang dihasilkan seberat 25 gram/ekor. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan teknisi setempat, bahwa permintaan pasar untuk benih ikan nila adalah berukuran 100-200 ekor/kg. 4.2.7 Distribusi Benih Ikan Nila Benih ikan nila hasil pemuliaan di Kelompok Tani ini pada umumnya didistribusikan kepada para pembudidaya tambak di sekitar kawasan Kabupaten Karawang. Namun pada beberapa hasil sering dikirim keluar daerah antara lain Jatiluhur, dan Cirata. Adapun distribusi benih pada tiga bulan terakhir hanya mencakup kawasan Kabupaten Karawang dengan ukuran benih 100-200 ekor/kg dengan tujuan daerah kecamatan Cilamaya, daerah kecamatan Pedes dan daerah kecamatan Cilebar. 4.2.8 Aspek Pemasaran Aspek pemasaran antara lain meliputi kondisi permintaan, penawaran, persainganharga dan proyeksi permintaan pasar.
38
a.
Permintaan Kebutuhan pasar untuk benih ikan nila di daerah Kabupaten Karawang umumnya berukuran 100-200 ekor/kgdengan tujuan Kecamatan Cilamaya, Kecamatan Pedes dan Kecamatan Cilebar.
b.
Penawaran Peluang pasar benih ikan nila cukup besar baik di pasar lokal dalam hal ini untuk Kabupaten Karawang maupun di luar Kabupaten Karawang antara lain Jatiluhur dan Cirata.
c.
Harga Harga jual benih ikan nila ukuran 2-4 cm Rp. 75,-/ekor, sedangkan untuk ukuran 5-7 cm Rp. 165,-/ekor.
4.2.9 Aspek Keuangan a.
Komponen Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya tetap yang dikeluarkan pada saat memulai suatu usaha. Biaya investasi dalam usaha Pembenihan Ikan Nila dikelompokkan menjadi :
Tabel 8. Perhitungan biaya investasi No
Keterangan
1
Perbaikan kolam Perbaikan peralatan produksi Pengadaan peralatan produksi Pengadaan Induk Ikan Total Investasi
2 3 4
Jumlah/ Satuan
Harga Satuan (Rp)
Total Biaya (Rp)
Umur ekonomis (Thn)
Penyusutan (Rp)
32 unit
200.000
6.400.000
1
6.400.000
1 paket
500.000
500.000
1
500.000
1 paket
2.000.000
2.000.000
1
2.000.000
304 kg
25.000
7.600.000
1
7.600.000
16.500.000
16.500.000
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa dengan 32 unit kolam memerlukan biaya investasi pada tahun ke 0 sebesar Rp. 16.500.000,komponen biaya investasi disusutkan selama 1 tahun dan waktu proyek adalah 1 tahun.
39
b. Komponen Biaya Operasional. Biaya operasional untuk Usaha Pembenihan Ikan Nila meliputi pembelian pakan induk, pakan larva/benih, obat-obatan dan vitamin, pupuk, kapur, listrik, panen dan tenaga kerja. Tabel 9. Komponen biaya operasional No
Komponen
Harga per satuan (Rp)
Nilai per periode (Rp)
6.000 6.000
3.283.200
6
19.699.200
10.722.000
6
64.332.000
Paket
200.000
200.000
6
1.200.000
Unit
Satuan
547,2 1.787
Kg
Siklus per Tahun
Total per Tahun (Rp)
1
Pakan Induk
2
Pakan Larva/Benih
3
Obat-obatan dan Vitamin
1
4
Pupuk, kapur
1
Paket
200.000
200.000
6
1.200.000
5
Listrik
1
Paket
50.000
50.000
6
300.000
6
Panen
1
Paket
400.000
400.000
6
2.400.000
7
Tenaga Kerja
5
Org/siklus
400.000
2.000.000
6
12.000.000
kg
Jumlah Biaya
16.855.200
101.131.200
c. Investasi dan modal kerja Biaya investasi dan modal kerja usaha pembenihan nila sebesar Rp 117.631.200, masing-masing untuk investasi sebesar Rp 16.500.000 dan biaya operasional sebesar Rp. 101.131.200. Biaya investasi dan modal kerja diperoleh dari kredit dengan jangka waktu pengembalian selama 1 tahun dan tingkat suku bunga 16%. d. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Perhitungan hasil diperoleh dari penjualan benih ikan nila dengan harga jual per ekor Rp. 165,- produksi per periode 145.840 ekor, mempunyai siklus sebanyak 6 kali maka diperoleh pendapatan sebesar Rp. 24.063.600 per siklus atau Rp. 144.381.600,- per tahun. e. Proyeksi Rugi Laba Dengan menggunakan data dan asumsi yang ada, maka dapat diperhitungkan proyeksi laba-rugi usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, seperti pada Tabel 10. Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan Nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan telah mampu menghasilkan keuntungan Rp 7.553.568,- dengan profit margin sebesar 6%.
40
Tabel 10. Proyeksi Laba Rugi Usaha No. 1 2 3 4 5 6
Uraian Pendapatan Biaya Operasional Laba Kotor (A) Bunga Kredit Laba Sebelum Penyusutan Biaya Penyusutan Laba Bersih(A-3-4-5) Profit Margin (%)
Tahun Ke-n 1 144.381.600 101.131.200 43.250.400 19.196.832 24.053.568 16.500.000 7.553.568 6
f. Kelayakan Usaha Dari analisis perhitungan komponen-komponen biaya pada Lampiran 2 didapatkan nilai beberapa kriteria kelayakan usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan berikut : 1) NPV Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan discount factor 20% (Lampiran 2) maka nilai NPV Rp. 1.950.102,- selama 1 tahun investasi. Nilai NPV positif (>0) mengindikasikan bahwa usaha layak dikelola oleh Kelompok tani Gemah Parahiyangan. 2) IRR IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal. Nilai IRR dari perhitungan NPV; DF 20% diperoleh IRR 29,67% dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga bank komersial yang berlaku saat penelitian (16%). IRR lebih besar dari suku bunga bank komersial mengindikasikan bahwa usaha pembenihan ikan nila yang dilaksanakan Kelompok tani Gemah Parahiyangan layak. 3) PBP PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Berdasarkan analisis perhitungan, PBP (usaha) Kelompok tani Gemah
41
Parahiyangan 0,94 tahun atau sekitar kurang dari 6 siklus. Total investasi Rp 16.500.000,- dengan umur ekonomis selama 1 (satu) tahun, maka usaha ini dapat dikembalikan melalui Cash flow selama 0,94 tahun, lebih pendek dari jangka waktu umur ekonomis biaya investasi. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha pembenihan ikan nila layak dikembangkan. 4) B/C Ratio ( BCR) Berdasarkan analisis perhitungan BCR (Lampiran 2) diperoleh nilai BCR sebesar 1,06 (lebih besar dari 1). Nilai BCR lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa Kelompok tani Gemah Parahiyangan layak dilaksanakan bila dilihat dari dampak sosial yang ditimbulkannya maupun dari segi finansialnya. 5) BEP BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Usaha dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga usaha tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Berdasarkan analisis perhitungan BEP (Lampiran 2) dapat diketahui bahwa titik impas didapatkan dari kapasitas produksi minimal 145.840 ekor per siklus dengan harga jual Rp. 63,- per ekor. Bila dikonversikan dengan luas lahan maka potensi lahan mendukung pengembangan usaha tersebut. 4.3
Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila 4.3.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan
berupa
kekuatan
(strengths)
dan
kelemahan
(weaknesses) serta kondisi eksternalnya yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap
42
pengembangan usaha pembenihan ikan nila. Dari hal tersebut dapat diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamannya.
Hasil
analisis
tersebut
akan
digunakan
untuk
menetapkan posisi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan menggunakan matriks internal-eksternal (IE Matriks), dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif starategi bisnis ke dalam analisis SWOT. Berikut ini dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, yaitu : a. Kekuatan 1) Mutu BenihIkan Nila Baik Benih ikan nila yang dihasilkan mempunyai mutu yang lebih baik dan dapat bersaing di pasaran, hal ini dapat dilihat dari benih yang tidak cacat dan pertumbuhan baik. Hasil tersebut erat kaitannya dengan proses penanganan panen dan pascapanen yang dilakukan, teknologi yang dimiliki sangat mendukung untuk menghasilkannya produk dengan mutubenih ikan nilayang lebihbaik. 2) Jaringan Pemasaran Sederhana Kelompok Tani Gemah Parahiyangan memperoleh induk Nila Gesit dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang. Pembenihan dan pendederan dilakukan di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Benih ikan nila hasil pemuliaan di Unit Pembenihan ini pada umumnya didistribusikan kepada para pembudidaya tambak di sekitar kawasan Kabupaten Karawang. Namun pada beberapa hasil sering dikirim keluar daerah antara lain Jatiluhur dan Cirata. 3) Manajer/Ketua Kelompok Profesional Seiring dengan meningkatnya skala usaha dan jumlah unit kegiatan organisasi, maka peran seorang ketua yang profesional merupakan kekuatan bagi pengembangan usaha. Ketua Kelompok
43
ini telah lama menekuni usaha pembenihan ikan nila dan telah dikenal baik oleh mitra kerja. Dalam hal ini, Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diharapkan mampu menerapkan manajemen korporasi untuk menjalankan sistem usaha agribisnis pembenihan ikan nila. 4) Lokasi Strategik Lokasi Unit Usaha Pembenihan yang terletak di sentra pertambakan usaha pembesaran ikan nila, lokasi yang mudah dijangkau sehingga ketersediaan sarana produksi tidak mengalami kesulitan dan menjadi sebagai salah satu pemasok benih ikan nila di Kabupaten Karawang. 5) Ketersediaan lahan Lahan untuk pembenihan ikan nila masih terbuka luas, potensi lahan yang dimiliki 4 Ha. b. Kelemahan 1) Biaya Produksi Lebih Besar Biaya produksi dalam hal ini pengisian air untuk kebutuhan air dengan pompa baik dengan penggerak motor listrik maupun dengan solar mesin diesel dapat menambah biaya operasional. Dari asumsi tersebut maka biaya pengisian air atau kebutuhan dengan menggunakan pompa lebih besar bila dibandingkan dengan pengisian air dengan menggunakan gaya gravitasi dari saluran pemasok air tawar. 2) Akses Permodalan Lemah Akses permodalan ke perbankan atau penyedia jasa keuangan lainnya masih lemah, sementara modal usaha yang dibutuhkan cukup
menyulitkan.
Pihak
perbankan
masih
sulit
untuk
mencairkan dana kepada pembudidaya ikan walaupun dalam bentuk kelembagaan kelompok karena pengalaman masa lalu. Jenis kredit untuk pembudidaya memang sudah tersedia namun
44
kenyataan dilapangan, tetap sulit mendapatkan akses ke perbankan. 3) Kemampuan SDM Terbatas Kemampuan SDM masih terbatas baik dalam budidaya, panen, pasca panen dan manajemen usaha. Untuk menjamin kelancaran produksi perlu ditingkatkan keterampilan pembudidaya melalui pelatihan atau magang. Pembudidaya perlu mendapatkan pelatihan teknis maupun manajemen untuk meningkatkan keterampilan teknis dalam mengelola usaha pembenihan tersebut. Masalah keselamatan kerja juga harus mendapatkan perhatian yang serius. Pengamanan tidak hanya diberikan kepada kawasan beserta komoditinya, tetapi juga terhadap pekerja. 4) Produksi Masih Rendah Permintaan benih dari usaha pembesaran menyebabkan pasokan benih tidak kontinu sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pasar. 5) Tingkat Pengembalian Modal Lambat Biaya yang dikeluarkan pada unit usaha pembenihan ikan nila digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Dari perhitungan PBP diperoleh pengembalian modal setelah 0,94 tahun (kurang dari 6 siklus) dengan asumsi unit usaha pembenihan ikan nila pengembalian biaya selama satu tahun (6 Siklus). Bila dilihat kondisi ini dapat disimpulkan untuk tingkat pengembalian modal tergolong lambat. c. Peluang 1) Pangsa Pasar yangPotensial Pangsa pasar dalam negeri masih terbuka luas, mengingat kebutuhan benih ikan nila dalam negeri meningkat terus menerus. Benih ikan nila digunakan untuk konsumsi dengan ukuran baby
45
fish dan terbesar untuk skala usaha pembesaran. Pangsa pasar benih ikan nilasaat ini sangat potensial mengingat lokasinya yang strategis dan mutu benih yang baik. 2) Hubungan yang Baik dengan Pembeli Hubungan yang baik antara anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan pembeli memberikan manfaat dan nilai tambah dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila yang dikelola sehingga perlu ada keterkaitan usaha utama (core business) antara kedua pihak. Adanya hubungan yang baik tersebut dapat menciptakan kondisi saling membutuhkan. Keterkaitan ini merupakan modal utama untuk menciptakan saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Faktor ini menjadi peluang karena antara bidang usaha utama penjual dan pembeli saling melengkapi. Hubungan ini masih sebatas saling percaya, belum dituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama. 3) Permintaan Benih Ikan NilaMeningkat Permintaan benih ikan nila cenderung terus meningkat untuk segmentasi usaha pembesaran ikan nila menjadikan ikan nila dengan ukuran konsumsi. Permintaan terbesar adalah untuk pembudidaya
pada
segmentasi
usaha
pembesaran
untuk
menghasilkan ukuran konsumsi lebih khusus pada Keramba Jaring Apung (KJA) daerah Jatiluhur dan Cirata. 4) Kebijakan Pemerintah (Pengadaan) Kebijakan
pemerintah
dalam
pengadaan
bantuan
kepada
pembudidaya baik berupa calon induk maupun induk ikan nila dan sarana produksi menjadi peluang bagi pengembangan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Dalam pengelolaan unit usaha pembenihan ikan nila peran pemerintah sangat besar dalam mendukung kemajuan dalam bisnis benih ikan nila. Bantuan kepada kelompok-kelompok tani baik berupa pendampingan teknis dan modal usaha telah dilakukan pemerintah baik melalui
46
APBN maupun APBD dengan harapan Kelompok tani ini menjadi lebih berkembang dalam mengelola usahanya. 5) Kesempatan bermitra dengan industri pakan Kelompok Tani Gemah Parahiyanganakan berkelanjutan apabila dapat menghasilkan keuntungan, oleh karena itu harus diupayakan kemitraan usaha dengan berbagai industri hilir untuk memperoleh jaminan pasar dengan harga layak. Adanya kesempatan ini harus dimanfaatkan dalam mengembangkan usaha. 6) Dukungan pemerintah daerah maupun Pusat Dukungan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang kondusif dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Kabupaten Karawang merupakan peluang bagi kelompok tani dalam pengembangan unit usahanya. Pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan di tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Provinsi Jawa Barat. d. Ancaman 1) Perubahan Cuaca dan Iklim Perubahan cuaca dan iklim yang semakin sulit diprediksi menjadi ancaman bagi pengembangan usaha karena dapat menyebabkan adanya fluktuasi suhu pada lingkungan pembenihan yang dapat berakibat pada benih mengalami stres bahkan kematian sehingga dapat mengurangi produksi. Apalagi usaha pembenihan ikan nila dilakukan dengan sistem outdoor. 2) Fluktuasi Harga Benih Ikan Nila Harga benih ikan nila sepenuhnya ditetapkan oleh pasar sehingga posisi pembudidaya masih sangat lemah dalam penetapan harga.
47
3) Tingkat persaingan usaha Tingkat persaingan usaha pembenihan ikan nila biasanya terjadinya dengan pedagang pengumpul setempat maupun dari luar daerah. Pedagang pengumpul dengan cara tidak sehat akan memberikan pinjaman modal kepada pembudidaya, sehingga petani terikat dengan pedagang pengumpul tersebut. 4) Tingkat Suku Bunga Kredit Tingkat suku bunga kredit untuk produk perikanan yang tinggi merupakan ancaman dalam pengembangan usaha. Unit usaha pembenihan ikan nila membutuhkan modal tidak terlalu besar dalam investasi maupun biaya operasional. Tetapi meskipun demikian pembudidaya dalam mengembangkan usahanya masih tergantung pada pinjaman atau kredit. Dengan kondisi ini, unit usaha pembenihan ikan nila sangat terancam dengan kenaikan tingkat suku bunga. 5) Perubahan Kultur Masyarakat Perubahan Kultur Masyarakat merupakan ancaman dalam perikanan budidaya, semakin berkurangnya minat masyarakat untuk menekuni usaha perikanan budidaya, lahan perikanan budidaya yang beralih fungsi baik menjadi perumahan maupun untuk sarana lainnya. 4.3.2 Analisis Matriks IFE Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik internal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktorfaktor strategik internal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi.
48
Tabel 11. Faktor strategik internal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Faktor strategik internal
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
Mutu benih ikan nila baik
0,1338
4,000
0,535
Jaringan pemasaran sederhana
0,1171
4,000
0,468
Ketua profesional
0,1182
3,000
0,355
Lokasi strategik
0,1131
3,000
0,339
Ketersediaan lahan
0,0832
3,000
0,250
Biaya produksi lebih besar
0,0855
2,000
0,172
Akses permodalan lemah
0,0988
2,000
0,198
Kemampuan SDM terbatas
0,0915
2,000
0,183
Produksi masih rendah
0,0856
2,000
0,171
Tingkat pengembalian modal lambat
0,0732
2,000
0,146
Kekuatan (A)
Kelemahan (B)
Total (A+B)
1
2,817
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11, mutu benih ikan nila baik diakui sebagai faktor kekuatan paling penting yang dimiliki Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dalam pengembangan usahanya (skor 0,535). Mutu benih ikan nila yang lebih baik dengan penggunaan teknologi proses penanganan panen dan pasca panen terkait dengan jaringan pemasaran yang sederhana (skor 0,468) didukung peran ketua kelompok (skor 0,355) yang memiliki pengalaman dalam bisnis usaha pembenihan ikan nila. Lokasi yang strategik (skor 0,339) adalah lokasi yang mudah dijangkau, sehingga ketersediaan sarana produksi tidak mengalami kesulitan dan menjadikan sebagai salah satu pemasok benih ikan nila di Kabupaten Karawang. Ketersediaan lahan (skor 0,250) merupakan kekuatan yang dimiliki dalam pengembangan usahanya. Faktor kelemahan utama dalam pengembangan usaha adalah lemahnya akses permodalan (skor 0,198). Kemampuan SDM yang
49
terbatas, antara lain kemampuan manajerial dan teknis (skor 0,183) merupakan kelemahan yang harus diatasi. Biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar (skor 0,172), biaya pengisian air atau kebutuhan dengan menggunakan pompa lebih besar bila dibandingkan dengan pengisian air dengan menggunakan gaya gravitasi dari saluran pemasok air tawar. Tingkat produksi yang masih rendah (skor 0,171) yang ditunjukkan dengan tingginya permintaan tetapi tidak dapat mencukupi permintaan pasar. Tingkat pengembalian modal yang lambat (skor 0,146) menjadi kelemahan juga karena dari satu periode satu tahun (6 siklus) pengembalian modal pada siklus kelima (5). Hasil evaluasi matriks pada Tabel di atas selanjutnya akan digabungkan dengan hasil evaluasi matrik eksternal dan dengan menggunakan Matriks Internal-Eksternal (IE) akan dipetakan posisi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dalam suatu diagram untuk mempermudah perumusan alternatif strategi bisnis. 4.3.3 Analisis Matriks EFE Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik eksternal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktorfaktor strategik eksternal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi. Seperti dimuat pada Tabel 12. Peluang utama yang diakui dalam pengembangan usaha adalah pangsa pasar yang potensial (skor 0,398). Pangsa pasar potensial ini menciptakan hubungan yang baik dengan pembeli (skor 0,320) merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan tetap menjaga kepercayaan karena kemitraan dijalin belum dituangkan secara tertulis. Permintaan akan benih ikan nila yang meningkat dari tahun ke tahun (skor 0,317) merupakan peluang dalam pengembangan usaha. Demikian juga halnya dengan dukungan pemerintah daerah maupun Pusat (skor 0,301) dan kebijakan pemerintah terutama
50
pengadaaan (skor 0,292) baik pengadaan bantuan induk dan sarana produksi merupakan peluang yang harus dimanfaatkan mengingat Kelompok Tani Gemah Parahiyangan menjadi usaha yang perlu dibina. Peluang lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah terbukanya kesempatan bermitra dengan industri pakan (skor 0,287). Tabel 12. Faktor strategik eksternal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Faktor strategik eksternal
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
A. Peluang Pangsa pasar yang potensial
0.0996
4.000
0.398
Hubungan yang baik dengan pembeli
0.1057
3.000
0.320
Permintaan benih ikan nila meningkat
0.1055
3.000
0.317
Kebijakan pemerintah (Pengadaan)
0.0972
3.000
0.292
Kesempatan bermitra dengan industri pakan
0.0958
3.000
0.287
Dukungan Pemerintah Daerah maupun Pusat
0.1004
3.000
0.301
Perubahan Cuaca dan Iklim
0.1074
2.000
0.215
Fluktuasi Harga benih ikan nila
0.0711
2.000
0.142
Tingkat persaingan usaha
0.0839
1.000
0.084
Tingkat suku bunga kredit
0.0705
2.000
0.141
Perubahan kultur masyarakat
0.0632
1.000
0.063
B. Ancaman
Total A + B
1
2,497
Ancaman utama dalam pengembangan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalah perubahan cuaca dan iklim (skor 0,215), maka perlu disiasati atau antisipasi untuk fluktuasi suhu lingkungan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Fluktuasi harga benih ikan nila (skor 0,142) yang sulit diprediksi merupakan ancaman bagi pengembangan unit usaha. Oleh karena itu diharapkan adanya kebijakan pemerintah dalam menetapkan HMR (Harga Minimum Regional) benih ikan nila. Tingginya tingkat suku bunga kredit (skor 0,141) menjadi ancaman bagi pengembangan unit usaha pembenihan
51
ikan nila hal ini berhubungan dengan modal yang dibutuhkan untuk biaya operasional dan tingkat persaingan usaha (skor 0,084) dapat dikendalikan jika HMR dari pemerintah sudah menjadi dasar. Perubahan kultur masyarakat (skor 0,063) jika tidak mengalami kerugian dan dapat memenuhi kebutuhan dengan usaha pembenihan ikan nila tidak akan terjadi alih fungsi lahan. 4.3.4 Matriks IE Matriks IE disusun untuk mengetahui strategik apa yang sebaiknya digunakan. Untuk menentukan strategi tersebut, dipetakan skor rataan dari matriks IFE (2,817) dan EFE (2,497).
Total Skor EFI Rataan
Kuat 4.0
Tinggi
3.0
Lemah 2.0
1.0
I
II
III
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Penciutan
IV
V
VI
Stabilitas
Pertumbuhan / Stabilitas
Penciutan
VII
VIII
IX
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuidasi
Total Skor EFE
3.0
Menengah 2.0
Rendah 1.0
Gambar 3. Matriks IE Strategik Kelompok Tani Gemah Parahiyangan
Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis IE yang menghasilkan matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam pemilihan alternatif strategik.
52
Dalam hal ini, Pemetaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi untuk menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam Kelompok Tani Gemah Parahiyangan.Total nilai pada matriks internal 2,817, maka unit usaha pembenihan ikan nila memiliki faktor internal tergolong tinggi untuk melakukan agribisnis benih ikan nila dan total matriks eksternal 2,497 memperlihatkan respon yang diberikan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi. Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi unit usaha saat ini berada pada kuadran kelima. Pada sel ini, strategi pertumbuhan dimaksud melalui konsentrasi integrasi vertikal, dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor). Agar
dapat
meningkatkan
kekuatan
bisnisnya
maka
harus
dilaksanakan upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol mutu dan distribusi produk. Integrasi vertikal dapat dicapai baik melalui sumberdaya internal maupun eksternal. Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dapat mengembangkan usahanya dengan meningkatkan kelembagaan kelompok, dibina dan dilatih untuk meningkatkan produksinya melalui penyediaan sarana produksi, fasilitasi prasarana produksi seperti sumber air yang kualitas baik dan pengaturan pola pembenihan sehingga ketersediaan benih sepanjang tahun selalu tersedia. Kelompok Tani Gemah Parahiyangan
dapat
juga
mengembangkan
usahanya
dengan
memproduksi pakan sendiri yang tidak jauh beda dengan mutu pakan pabrikan. 4.3.5 Analisis Matriks SWOT Penajaman alternatif strategi pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Penyusunan formulasi strategi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan. Hasil
53
formulasi dikelompokkan menjadi empat kelompok formulasi strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan–Peluang (S – O), strategi Kekuatan–Ancaman (S – T), strategi Kelemahan–Peluang (W – O), dan strategi Kelemahan–Ancaman (W – T). a. Strategi S – O Strategi S – O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada, melalui beberapa strategi berikut : 1) Membangun kemitraan dengan industri pakan dengan tetap mempertahankan brand image produk 2) Meningkatkan peran ketua dalam mengembangkan usahanya 3) Meningkatkan produksi dan produktivitas benih ikan nila dalam memanfaatkan permintaan benih yang semakin meningkat. b. Strategi S – T Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari ancaman, dengan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai berikut: 1) Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga 2) Memanfaatkan peran ketua dalam menghadapi tingkat persaingan usaha 3) Mengembangkan kelembagaan kelompok dalam menghadapi persaingan usaha. c. Strategi W – O Strategi ini dilakukan dengan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. Dalam hal ini unit usaha sebaiknya tetap berproduksi dengan keuntungan, dengan menggunakan strategi berikut : 1) Meningkatkan efisiensi usaha pembenihan ikan nila 2) Meningkatkan kemampuan SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha
54
3) Meningkatkan kapasitas lahan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha. d. Strategi W – T Strategi
ini
bersifat
bertahan,
sehingga
ditujukan
untuk
meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman melalui beberapa strategi berikut : 1) Menjalin kerjasama dengan stake holder terkait untuk mengatasi masalah permodalan 2) Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang 3) Penetapan HMR benih ikan nila dan fasilitas akses permodalan oleh pemerintah. Tabel 13. Matriks SWOT Faktor Internal
Kekuatan (S) 1. Mutu benih lebih baik 2. Jaringan pemasaran sederhana 3. Ketua kelompok profesional 4. Lokasi strategik 5. Ketersediaan lahan
Faktor Eksternal Peluang (O) 1. Pangsa pasar yang potensial 2. Hubungan yang baik dengan pembeli 3. Permintaan benih meningkat 4. Kebijakan pemerintah (pengadaan) 5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan 6. Dukungan pemerintah
Ancaman (T) 1. Perubahan cuaca dan iklim 2. Fluktuasi harga benih 3. Tingkat persaingan usaha 4. Tingkat suku bunga kredit 5. Perubahan kultur masyarakat
Strategi SO (agresif) 1. Membangun kemitraan dengan industri pakan, dengan tetap mempertahankan brand image produk (S1,S3,O1,O2,O3,O4,O5,O6) 2. Meningkatkan peran ketua dalam mengembangkan usaha (S1,S3,S4,S5,O1,O2,O5) 3. Meningkatkan produksi dan produktivitas benih ikan Nila dalam memanfaatkan permintaan benih yang semakin meningkat (S5,O1,O2,O3,O5) Strategi ST (diferensiasi) 1. Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga (S1,S3,S4,S5,T2,T3,T4) 2. Memanfaatkan peran manajer dalam menghadapi tingkat persaingan usaha (S1,S3,T1,T3) 3. Mengembangkan kelembagaan kelompok dalam menghadapi persaingan usaha (S1,S5,T3)
Kelemahan (W) Biaya produksi lebih besar Akses permodalan lemah Kemampuan SDM terbatas Produksi masih rendah Tingkat pengembalian modal lambat Strategi WO (diversifikasi) 1. Meningkatkan efisiensi usaha pembenihan ikan nila (W2,W3,O1,O2,O5) 2. Meningkatkan kemampuan SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha (W2,W3,O1,O6) 3. Meningkatkan kapasitas lahan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha (W1,W3,O1,O3,O4,O6) 1. 2. 3. 4. 5.
Strategi WT (defensif) 1. Menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait untuk mengatasi masalah permodalan (W1,W2,W3,W4,T2,T3,T4) 2. Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang (W3,W4,T1,T3) 3. Penetapan HMR benih ikan Nila dan fasilitas akses permodalan oleh pemerintah (W3,W5,T1,T2)
55
4.3.6 Pemilihan Alternatif Strategi Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi yang diterapkan oleh manajemen usaha, selanjutnya dilakukan pemilihan alternatif strategi paling efektif untuk diimplementasikan. Pemilihan alternatif strategi tersebut dilakukan dengan cara memberikan bobot pada setiap unsur SWOT yang telah diidentifikasi sesuai dengan tingkat kepentingannya. Tingkat kepentingan unsur SWOT diberi bobot 1, 2, 3 dan 4 (Tabel 14). Tabel 14. Tingkat kepentingan unsur SWOT SWOT Kekuatan (S) S1. Mutu benih baik S2. Jaringan pemasaran sederhana S3. Ketua profesional S4. Lokasi strategis S5. Ketersediaan lahan Kelemahan (W) W1. Biaya produksi lebih besar W2. Akses permodalan lemah W3. Kemampuan SDM terbatas W4. Produksi masih rendah W5. Tingkat pengembalian modal lambat Peluang (O) O1. Pangsa pasar yang potensial O2. Hubungan yang baik dengan pembeli O3.Permintaan benih meningkat O4. Kebijakan pemerintah (Pengadaan) O5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan O6. Dukungan Pemerintah Ancaman (T) T1. Perubahan Cuaca dan Iklim T2. Fluktuasi Harga benih ikan nila T3. Tingkat persaingan usaha T4. Tingkat suku bunga kredit T5. Perubahan kultur masyarakat Keterangan : 1 = Sangat tidak penting 3 = Penting
Peringkat 20 4 4 3 3 3 12 2 2 2 2 2 19 4 3 3 3 3 3 12 2 2 1 2 1 2 = Tidak penting 4 = Sangat penting
Setelah pembobotan terhadap unsur-unsur SWOT dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan skor kepentingan dari setiap alternatif strategik yang diperoleh dalam analisis SWOT berdasarkan
56
jumlah akumulasi keterkaitan antar unsur SWOT yang menghasilkan strategik tersebut. Selanjutnya dari hasil penjumlahan itu, masingmasing alternatif strategi diberi peringkat (ranking) yang merupakan urutan strategi terbaik berdasarkan kondisi usaha saat ini. Dari 12 alternatif strategi yang diperoleh dalam analisis SWOT dipilih alternatif strategik untuk diimplementasikan dari 6 (enam) rangking tertinggi, yaitu ranking 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 (Tabel 15).
Tabel 15. Penentuan alternatif strategi terbaik Alternatif Strategi SWOT Strategi S-O 1. Membangun kemitraan dengan industri pakan dengan tetap mempertahankan brand image produk 2. Meningkatkan peran ketua dalam mengembangkan usaha 3. Meningkatkan produksi benih ikan nila dalam memanfaatkan permintaan benih yang semakin meningkat Strategi W-O 1. Meningkatkan efisiensi usaha pembenihan ikan nila 2. Meningkatkan kemampuan SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha 3. Meningkatkan kapasitas lahan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha Strategi S-T 1. Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga 2. Memanfaatkan peran manajer dalam menghadapi tingkat persaingan usaha 3. Mengembangkan kelembagaan kelompok dalam menghadapi persaingan usaha Strategi W-T 1. Menjalin kerjasama dengan stake holder terkait untuk mengatasi masalah permodalan 2. Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang 3. Penetapan HMR benih ikan nila dan fasilitas akses permodalan oleh pemerintah
Keterkaitan
Kepentingan Ranking
(S1,S3,O1,O2,O3,O4,O5, O6)
26
1
(S1,S3,S4,S5,O1,O2,O5)
23
2
(S5,O1,O2,O3,O5)
16
5
(W2,W3,O1,O2,O5)
14
6
(W2,W3,O1,O6)
11
4
(W1,W3,O1,O3,O4,O6)
17
(S1,S3,S4,S5,T2,T3,T4)
21
(S1,S3,T1,T3)
10
(S1,S5,T3)
8
(W1,W2,W3,W4,T2,T3,T4)
13
(W3,W4,T1,T3)
7
(W3,W5,T1,T2)
8
3
57
Berdasarkan analisis tersebut, maka strategi yang paling efektif dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalahmenjalin kemitraan dengan industri pakan dengan tetap menjaga brand image produk (skor 26), meningkatkan peran ketua kelompok dalam pengembangan usaha (skor 23), pengembangan segmentasi usahadalam menghadapi fluktuasi harga (skor 21), meningkatkan kapasitas lahan untuk peningkatan produksi dan pengembangan usaha (skor 17), meningkatkan produksi benih ikan nila dalam menghadapi permintaan benih yang semakin meningkat (16), aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi permasalahan permodalan (skor 14). 4.3.7 Implementasi Strategi Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT tersebut perlu diimplementasikan pada kebijakan usaha. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek produksi, sumber daya manusia (SDM), pemasaran dan pengembangan usaha. Uraian implementasi strategi yang dimaksud adalah : a. Produksi Alternatif strategik yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, antara lain meningkatkan kapasitas produksi dengan ketersediaan lahan yang memadai dan pengembangan segmentasi usaha pembenihan dengan memperhatikan permintaan pasar, sehingga fluktuasi harga dapat terjaga. Selain itu dengan memperhatikan lebih intensif cara penanganan panen dan pasca panen, sehingga produk dapat terjaga mutunya. Kedepan perlu diupayakan induk unggulan agar dapat mencapai target benih yang diharapkan dan tidak terlepas dengan mengadopsi teknologi terkini untuk teknis pembenihan yang baik serta mengejar sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). b. SDM Implementasi alternatif strategik pada aspek SDM adalah memberdayakan
peran
manager
dalam
merencanakan,
58
mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan mengontrol semua kegiatan pembenihan ikan nila. Untuk itu seorang ketua kelompok tani harus benar-benar dipilih yang terbaik. Aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi
permasalahan
teknis
pembenihan
ikan
nila.
Peningkatan kemandirian kelompok harus dan mutlak dilakukan. Kelompok kuat dan mandiri dicirikan dengan kemampuannya memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir, memfasilitasi usaha secara komersial dan berorientasi pasar, serta adanya pemupukan modal usaha, baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha. Untuk terwujudnya kelompok yang kuat dan mandiri,maka diperlukan uluran tangan dari luar, khususnya
dari
pemerintah
dalam
bentuk
pendampingan,
pembinaan dan subsidi guna penguatan modal organisasi. Hal ini disebabkan kemampuan organisasi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan masih lemah, maka perlu dilindungi dan dibina secara khusus.
c. Pemasaran Pemasaran merupakan suatu konsep dasar dari proses kegiatan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan agar berkelanjutan, yang ditunjukkan oleh keuntungan. Alternatif strategik yang perlu diimplementasikan terkait pemasaran benih ikan nila adalah dibangunnya kemitraan usaha pemasaran yang merupakan kerjasama usaha dengan pengusaha industri hilir seperti industri pakan yang disertai pemberian bimbingan teknis dan manajemen. Untuk itu diupayakan agar kemitraan dijalankan dengan berlandaskan prinsip-prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat
dan
saling
membutuhkan.
Kerjasama
yang
dilaksanakan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan selama ini belum dinyatakan dalam bentuk tertulis dan perlu dijalin kemitraan dengan pabrik pakan.
59
d. Pengembangan Usaha Pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan merupakan salah satu upaya untuk mendukung program peningkatan produksi benih ikan nila. Dalam hal ini, implementasi Alternatif Strategi adalah pengembangan lahan untuk operasional dan mencari segmentasi usaha sesuai permintaan pasar, terutama menjaga kestabilan
dalam
menghadapi
fluktuasi
harga.
Strategi
pengembangan lanjutan adalah membangun suatu kawasan terpadu yang terdiri dari Kelompok Tani Gemah Parahiyangan sebagai penyedia benih, kelompok pembudidaya pembesaran ikan nila ukuran konsumsi dan industri pakan. Untuk mewujudkan strategi tersebut, maka Kelompok Tani Gemah Parahiyangan masih perlu melakukan konsolidasi ke dalam (internal kelompok), khususnya penguatan manajemen atau kepengurusan kelompok serta kesiapan kontribusi anggota kelompok guna penguatan kelembagaan kelompok dan unit-unit usahanya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Berdasarkan perhitungan analisa kelayakan usaha, usaha pembenihan ikan nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan menguntungkan, karena pada discount factor 20% per tahun net B/C rasio 1,06 (> 1), PBP 0,94 tahun dan NPV Rp.1.950.102,- (> 0), serta nilai IRR 29,67%, maka usaha ini layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga 29,67% per tahun. BEP atau titik impas didapatkan dari kapasitas produksi minimal 145.840 ekor per siklus dengan harga jual Rp. 63,- per ekor, bila dikonversikan dengan luas lahan maka potensi lahan mendukung pengembangan usaha. b. Faktor internal yang mempengaruhi pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalah mutu benih ikan nila baik, jaringan pemasaran sederhana, ketua profesional, lokasi strategik, ketersediaan lahan, biaya produksi lebih besar, akses permodalan lemah, kemampuan SDM terbatas, produksi masih rendah dan tingkat pengembalian modal lambat. Sedangkan faktor eksternalnya adalah pangsa pasar yang potensial, hubungan baik dengan pembeli, permintaan benih ikan Nila meningkat, kebijakan pemerintah dan dukungan Pemerintah Daerah maupun Pusat, kesempatan bermitra dengan industri pakan, perubahan Cuaca dan Iklim, fluktuasi harga benih ikan Nila, dan tingkat persaingan usaha, tingkat suku bunga kredit, dan perubahan kultur masyarakat. c. Berdasarkan analisis SWOT, strategi yang paling efektif bagi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan untuk pengembangan usaha adalah menjalin kemitraan dengan industri pakan, meningkatkan peran ketua kelompok dalam pengembangan usaha, pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga, meningkatkan kapasitas lahan untuk peningkatan produksi dan pengembangan usaha, meningkatkan produksi benih ikan nila dalam menghadapi permintaan benih yang semakin meningkat, dan aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi permasalahan permodalan.
61
Saran a. Perlu adanya pendampingan tentang pembenihan Ikan Nila dari pemerintah maupun dari pihak yang terkait mengenai efisiensi produksi, sehingga hasil produksi dapat memberikan keuntungan maksimum. b. Perlu adanya dorongan modal yang kuat dengan menjalin kemitraan dengan industri pakan mengingat untuk biaya operasional yang paling besar dalam usaha perikanan budidaya adalah pakan. c. Strategi
yang telah dirumuskan pada analisis SWOT sangat perlu
diimplementasikan pada kebijakan usaha, mulai dari aspek produksi, SDM, pemasaran dan pengembangan usaha, sehingga apa yang diharapkan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dapat terwujud dalam bentuk usaha yang prospektus.
DAFTAR PUSTAKA Amri, K dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media Pustaka, Jakarta. Arie, U. 2004. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya, Jakarta. Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. PT. Gramedia, Jakarta. David, F. R. 1998. Strategic Management. Prentice Hall International Inc., New Jersey. Deptan. 2000. Petunjuk Teknis Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Balai Kajian Teknologi Pertanian Lembang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Djarijah, A.S. 1995. Nila Merah dan Pembesaran Secara Intensif, Hal : 14-57. Kanisius, Yogyakarta. Gittinger, J.P. 1996. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Gufran, M dan Kodri K. 1997. Budidaya Ikan nila. Dahara Prize, Jakarta. Jauch, L.R dan W.F. Glueck. 1999. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Kedua). Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Mulyanto dan T. Habib. 1999. Pengembangan Agribisnis Nila GIFT dalam Jurnal STP Vol. 2 No. 1 Tahun 1999. STP Jakarta, Jakarta. Popma. T and Michael. 1999. Tilapia Life History and Biology. Southern Aquaculture Center, United States. Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rukyani dan Subagyo, 2000. Badan Riset Kelautan dan Perikanan 2004. Warta Penelitian Perikanan (Edisi Akuakultur). ISSN No. 0853/894. Sularto, Subagyo, S. Koesoemadinata dan Z, Jangkaru. 1993. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Resirkulasi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar,Hal : 45-49. Jakarta. Sutojo, S. 1993. Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Praktik. Pustaka Binaman, Jakarta. Suyanto, R .1995. Nila. Hal : 41-62. Penebar Swadaya, Jakarta. Zubir, Z. 2006. Studi Kelayakan Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. Sarana dan prasarana
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Keterangan Potensi Lahan Kolam induk 300 m2 Kolam pemijahan 400 m2 Kolam pendederan I 400 m2 Kolam pendederan II 400 m2 Instalasi Listrik Bangunan 150 m2 Genset Instalasi Paralon Hapa Tabung Oksigen Pompa Celup 200 watt Selang Aerasi Serokan kecil Serokan Besar Ember Terpal
Jumlah 40.000 2 3 12 15 1 1 1 20 4 1 1 1 4 4 5 3
Satuan m2 unit unit unit unit paket unit unit batang unit unit unit rol unit unit unit gulung
65
Lampiran 2. Analisis kelayakan usaha URAIAN 1. Inflow a. Pendapatan b. Dana Sendiri c. Kredit Investasi d. Kredit Modal Kerja e. Nilai Sisa Total Inflow (1) Total Inflow Untuk IRR 2. Outflow a. Investasi b. Modal Kerja c. Biaya Operasional d. Angsuran Pokok e. Bunga Kredit Perbankan f. Pajak Total Outflow (2) Total Outflow Untuk IRR
TAHUN 0
1
16,500,000 16,855,200
144,381,600
33,355,200 -
144,381,600 144,381,600
16,500,000 16,855,200 -
-
33,355,200 33,355,200
101,131,200 33,355,200 5,336,832 139,823,232 101,131,200
Cash Flow Kumulatif Cash Flow Kumulatif Cash Flow (-nilai sisa) Cash Flow untuk IRR
(33,355,200)
4,558,368 4,558,368 4,558,368 43,250,400
PV Benefit PV Cosh PV Cash Flow Kumulatif PV Cash Flow
33,355,200 (33,355,200) (33,355,200)
117,858,700 82,553,399 35,305,302 1,950,102
Perhitungan NPV, Net B/C Ratio, BEP, IRR dan PBP IRR PBP (usaha) - tahun DF PV Benefit PV Cost B/C Ratio NPV Net B/C Ratio Cash Flow (+) Cash Flow (-) Net B/C Ratio BEP (rupiah) per siklus BEP per ekor
29.67% 0.94 20% 117,858,700 115,908,599 1.02 1,950,102 35,305,302 (33,355,200) 1.06 9,166,667 63
66
Lanjutan Lampiran 2.
Berdasarkan perhitungan analisa kelayakan usaha pada Lampiran 1, terlihat usaha pembenihan ikan nila ini menguntungkan, karena pada discount factor 20% per tahun net B/C rasio 1,06 (> 1), PBP 0,94 tahun dan NPV Rp. 1.950.102,-(> 0), serta nilai IRR 29,67%, maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga 29,67% per tahun. Sedangkan jangka waktu pengembalian seluruh biaya investasi/PBP (usaha) adalah + 0,94 tahun (0,94 tahun = kurang dari enam siklus). BEP atautitik impas didapatkan dari kapasitas produksi minimal 145.840 ekor per siklus dengan harga jual Rp. 63,- per ekor. Bila dikonversikan dengan luas lahanmaka potensi lahan mendukung pengembangan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode usaha, yaitu satu (1) tahun.
67
Lampiran 3. Kualitas air larva Pengamatan
Suhu (0C) 06.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
27.7 27.7 27.6 27.8 27.7 27.6 27.4 27.7 27.5 27.5 27.6 27.6 27.7 27.8 27.7 27.8 27.7 27.7 27.8 27.7 27.8 27.5 27.5 27.5 27.8 27.7 27.7 27.8 27.7 27.3
DO (mg/l)
18.00 31 29.5 31.2 28.9 30.4 30.9 29 29.9 30.7 31.2 30 31 30.4 30.9 30 29.9 30.7 31.2 30 31.3 29.5 29.9 30.9 30.4 29.9 30.7 31.2 30 31.3 29.5
06.00 3.2 3.5 3.2 3.3 3 3.7 3 3.5 3.3 3.4 3.7 3 3.8 3.9 3.9 3.1 3.3 3 3.8 3.3 3 3.6 3.2 3.8 3.8 3.3 3.3 3.2 3.7 3
pH
18.00 5.92 5.99 6.07 6.06 6.17 6.23 6.1 5.14 6.09 6 6.12 6.11 5.92 6.01 5.78 5.89 5.64 5.2 5.21 5.31 5.21 5.48 5.23 5.43 6 6.46 6.42 5.27 6.23 5.37
06.00 6.99 6.71 6.65 6.76 6.73 6.87 6.78 6.8 6.7 6.9 6.8 6.92 6.9 6.7 6.6 6.7 6.7 6.98 6.8 6.7 6.8 6.7 6.8 6.7 6.7 6.8 6.69 6.78 6.71 6.69
18.00 7.14 7.2 7.09 7.13 7.17 7.16 7.12 7.13 7.2 7.11 7.12 7.18 7.19 7.12 7.21 7.25 7.26 7.05 7.1 7.23 7.13 7.07 7.09 7.15 7.19 7.13 7.13 7.12 7.12 7.18
68
Lampiran 4. Kualitas air induk
Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suhu (0C) 06.00 27.8 27.7 28.1 27.8 27.8 27.7 27.7 27.9 27,8 27.8 28 28.1 27.9 27.2 27.8 27.7 27.7 28 28.1 28.1 29 28 28 27.7 27.7 27.8 28 28 27.9 27.9
18.00 31.4 30 29.4 29.6 30.5 30 30.7 30.3 31 29.5 31.3 28.9 30.4 30.9 27.2 29.9 30.7 31.2 30 31.3 29.5 29.9 30.6 30 30.4 30.1 30 29.6 31.1 28.7
DO (mg/l) 06.00 3.8 4 4.3 4.8 4.3 4.1 4.2 3.8 4.6 3.9 3.8 3.8 4 4.3 4 4.1 4.3 4.3 4.3 3.8 4 3.9 3.9 4.1 4 3.9 4 3.8 4 4.3
pH
18.00 6.04 6.08 6.09 6.1 6.23 6.3 6.12 6.21 6.12 6.09 5.83 5.92 5.99 6.07 6.06 6.17 6.23 6.1 6.14 6.09 6 6.12 6.11 5.92 6.01 5.78 5.89 5.64 6.04 6
06.00 6.76 6.8 6.7 6.7 6.8 6.69 6.78 6.71 6.69 6.78 6.83 6.75 6.72 6.87 6.78 6.79 6.78 6.82 6.78 6.71 6.76 6.89 6.79 6.99 6.71 6.65 6.76 6.73 6.87 6.78
18.00 7.19 7.21 7.09 7.13 7.12 7.14 7.2 7.09 7.13 7.17 7.16 7.12 7.13 7.2 7.1 7.2 7.17 7.23 7.17 7.18 7.13 7.18 7.2 7.19 7.13 7.13 7.12 7.1 7.2 7.2
69
Lampiran 5. Pertumbuhan ikan nila
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rataan
1 1,3 1,4 1 1 1,2 1,4 1,1 1,3 1,2 1 1,4 1,3 1 1 1,4 1,2 1,1 1 1,3 1,4 1,2 1,3 1,3 1,4 1,1 1 1,1 1 1,3 1,4 1.19
Sampling panjang (cm) per minggu 2 3 2,3 3,7 2,5 4,8 2,4 4,3 2,3 3,5 2,6 3,9 2,5 3,8 2,4 3,6 2,8 3,7 2,7 3,6 2,5 4 2,5 4,4 2,9 3,6 2,8 4,3 2,4 3,7 2,2 4,8 2,7 4,3 2,8 3,9 2,9 4 2,5 4,2 2,8 4 2,4 3,8 2,3 4,3 2,8 4,6 2,6 3,6 2,9 3,5 2,4 3,6 2,5 3,5 2,7 3,8 2,8 3,9 2,4 3,7 2.5
3.91
4 5,8 6,1 5,9 6,2 5,4 5,8 5,8 5,4 6,3 6 5,8 6 6,8 5,9 6 6,4 6,3 5,8 6 5,6 5,9 6,2 6,3 6,1 5,9 5,8 6,2 5,6 5,5 5,3 5.87
70
Lampiran 6. Kuesioner penelitian Responden : Pembenih ikan nila, Pendeder I, Pendeder II, Pembeli hasil pendederan II untuk pembesaran ikan nila
KUESIONER PENELITIAN
KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA PADAKELOMPOK TANI GEMAH PARAHIYANGAN KECAMATAN CILEBAR KABUPATEN KARAWANG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
71
Lanjutan lampiran 6. A.
Kuesioner untuk Pembenih ikan nila
I. Data Responden Nomor
:................................................................................................
Tanggal
:................................................................................................
Nama
:................................................................................................
Jabatan di Poktan
:................................................................................................
Alamat
:................................................................................................
Usia
:................................................................................................
Pendidikan
:................................................................................................
II. Pengadaan Induk Oleh Pembenihikannila 1. Pengalaman dalam pembenihan ikan nila:.................................................... tahun 2. Luas Kolam :.......................................................................................................... ha 3. Jumlah Produksi benih nila per bulan : - ................ekor, ukuran..................... cm -
…………ekor, ukuran…………… cm
-
…………ekor, ukuran…………… cm
(minimal 3 paket ukuran, sesuai keinginan atau kebutuhan pasar) 4. Jumlah tebar induk dalam 1 (satu) tahun adalah: -
.............................ekor jantan
-
………………….ekor betina
5. Bagaimana pola pembenihan yang dilakukan ? ..................................................................................................................................... 6. Bagaimana proses pembenihan ikan nila yang dilaksanakan selama ini ? ..................................................................................................................................... ..................................................................................................................................... 7. Dari mana induk nila diperoleh oleh petani ? Perbanyakan sendiri Beli induk nila dari ............................. 8. Apakah ada permasalahan dalam pembenihan ikan nila seperti pengadaan induk nila, Saprodi, dll ? Ya, sebutkan....................................................................................................... Tidak
72
Lanjutan lampiran 6. 9. Bagaimana proses panen dan pasca panen benih ikan nila yang dilakukan ? ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... 10. Adakah manfaat yang diperoleh bila melakukan proses panen dan pasca panen benih ikan nila selama ini ? Ya, sebutkan....................................................................................................... ........................................................................................................................... Tidak 11. Apakah permasalahan yang dihadapi dalam proses panen dan pasca panen benih ikan nila ? ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... 12. Dalam bentuk packing bagaimana benih ikan nila biasanya dijual? ..........................................Rp/….. …………..........................Rp/….. ..........................................Rp/…. 13. Kemana benih ikan nila biasanya dipasarkan ? ........................................................................................................................................ 14. Biaya produksi pembenihan ikan nila per musim tanam :
Uraian
Volume
Satuan
BIAYA INVESTASI - Calon induk jantan
Ekor
- Calon induk betina
Ekor
- Lahan milik sendiri
Ha
- Pompa 2” - Selang spiral 2”
Unit
- Scope net larva uk. 1 x 0,5 m
Meter Buah
- Hapa mesh size 1 ml uk. 5 x 5 m2
Buah
- Ember pakan
Buah
- Jaring sisir mesh size 5 mm uk. 5 x 50 m2
Buah
- Jaring tampunganuk. 7 x 7 m2
Buah
- Senter
Unit
- Saringan biosecurity
Meter
- Bambu tiang biosecurity
Batang
- Paku
Kg
HargaSatuan (Rp)
Jumlah (Rp)
73 Lanjutan lampiran 6. BIAYA VARIABEL - Pakan Induk (Pellet)
Kg
- Pakan larva
Kg
- Vitamin E
ml
- Pupuk Urea
Kg
- Pupuk NPK
Kg
- Saponin
Kg
- Kotoran ayam
Kg
- Biaya listrik - Oksigen - Plastik packing
Bulan Tabung Kg
TENAGA KERJA - Upah tenaga kerja
OB
- Persiapan lahan
OH
- Pembuatan/pemasangan pagar biosecurity
OH
- Biaya panen
Paket
- Jaga malam
OH
BIAYA LAIN-LAIN
Struktur Organisasi (gambar skema, jabatan dan nama personalia)
74
Lanjutan lampiran 6. Kuesioner penelitian untuk Ketua Kelompok, BLUPPB-Karawang, Perguruan Tinggi dan Dinas Perikanan
KUESIONER PENELITIAN
KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA PADAKELOMPOK TANI GEMAH PARAHIYANGAN KECAMATANCILEBAR KABUPATEN KARAWANG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
75
Lanjutan lampiran 6. Kuesioner penelitian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden mengenai tingkat kepentingan dari masing – masing faktor strategi baik internal maupun eksternal dalam menentukan atau mempengaruhi keberhasilan pengembangan usaha pembenihan ikan nila untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha.
Petunjuk umum : 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara sekaligus (tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban
I.
DATA RESPONDEN
Nomor
: ......................................................................................
Tanggal Pengisian
: …………………………………………………………………….
Nama responden
: …………………………………………………………………….
Jabatan responden
: …………………………………………………………………….
Lokasi Kerja
: …………………………………………………………………….
Alamat & Telp
: …………………………………………………………………….
II.
PEMBOBOTAN TERHADAP FAKTOR STRATEGI INTERNAL DAN EKSTERNAL
Petunjuk khusus 1. Pembobotan dilakukan dengan metode Paired comparison, yaitu penilaian bobot (weight) dengan membandingkan setiap faktor strategi internal dan eksternal perusahaan. Dalam menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2, 3 dengan keterangan sebagai berikut :
76
Lanjutan lampiran 6. 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 =Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
2. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap setiap faktorfaktor strategi internal dan eksternal perusahaan.
TABEL FAKTOR STRATEGI INTERNAL FaktorPenentu
A B C D E F
Ketersediaan lahan
(A)
Lokasi pembenihan ikan nila strategik
(B)
Mutu benih ikan nila lebih baik
(C)
Ketua profesional
(D)
Jaringan pemasaran sederhana
(E)
Produksi rendah
(F)
Kemampuan SDM terbatas
(G)
Akses permodalan lemah
(H)
Biaya produksi lebih besar
(I)
G H I
ContohPengisian : 1. “Lokasi pembenihan ikan nila strategik” (B pada baris/vertikal) kurang penting daripada “Ketersediaan lahan (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 1 2. “Lokasi pembenihan ikan nila strategik” (B pada baris/vertikal) sama penting daripada “Ketersediaan lahan (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 2 3. “Lokasi pembenihan ikan nila strategik” (B pada baris/vertikal) lebih penting daripada “Ketersediaan lahan (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 3 Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari peubah pada baris 1 (huruf cetak miring) terhadap kolom 1 (huruf cetak tegak) dan harus konsisten.
77
Lanjutan lampiran 6. TABEL FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL
A
FaktorPenentu Pangsa pasar yang potensial
(A)
Kebijakan pemerintah
(B)
Dukungan Pemerintah Daerah
(C)
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Kesempatan bermitra dengan industri pakan
(D)
Permintaan benih ikan nila meningkat
(E)
Hubungan yang baik dengan pembeli
(F)
Tingkat persaingan usaha
(G)
Perubahan Cuaca dan Iklim
(H)
Fluktuasi Harga Komoditas
(I)
Tingkat suku bunga kredit
(J)
Contoh : 1. “Kebijakan pemerintah” (B pada baris/vertikal) kurang penting daripada “pangsa pasar yang potensial (A pada kolom/horizontal), makanilainya = 1 2. “Kebijakan pemerintah” (B pada baris/vertikal) sama penting daripada “pangsa pasar yang potensial (A pada kolom/horizontal), makanilainya = 2 3. “Kebijakan pemerintah” (B pada baris/vertikal) lebih penting daripada “pangsa pasar yang potensial (A pada kolom/horizontal), maka nilainya = 3
Cara membaca perbandingan dimulai dari peubah pada baris 1 (huruf cetak miring) terhadap kolom 1 (huruf cetak tegak) dan harus konsisten.
78
Lanjutan lampiran 6. III. PEMBERIAN NILAI PERINGKAT/RATING TERHADAP FAKTOR-FAKTOR STRATEGI INTERNAL Menurut bapak/ibu, seberapa besar tingkat kepentingan yang diberikan masing-masing faktor Strategik lingkungan internal berdasarkan kategori tersebut terhadap usaha pembenihan ikan nila pada saat ini?
Petunjuk Pengisian Kuesioner Alternatif pemberian angka terhadap faktor-faktor strategik internal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah 1= kurang penting
2= cukup penting
3= penting
4= sangat penting
Pemberian angka masing-masing faktor strategik internal dilakukan dengan pemberian tanda (x) pada tingkat penting (1-4) yang paling sesuai menurut responden FaktorStrategi Internal
Peringkat 1
Kekuatan (Strenghts) Ketersediaan lahan Lokasi pembenihan ikan nila strategis Mutu benih ikan nila lebih baik Ketua profesional Memiliki jaringan pemasaran yang baik Kelemahan (Weaknesses) Produksi rendah Kemampuan SDM terbatas Akses permodalan lemah Kapasitas lahan tidak seimbang Biaya produksi lebih besar Tingkat pengembalian modal lambat
2
3
4
79
Lanjutan lampiran 6. IV. PEMBERIAN NILAI PERINGKAT/RATING TERHADAP FAKTOR-FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL Menurut bapak/ibu, seberapa besar tingkat kepentingan yang diberikan masing-masing faktor strategik eksternal tersebut terhadap usaha pembenihan ikan nila pada saat ini?
Petunjuk Pengisian Kuesioner Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategi eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah 1= sangat lemah
2 = Lemah
3 = Kuat
4 = Sangat kuat
Pemberian rating masing masing faktor strategi dilakukan dengan pemberian tanda (x) pada urutan intensitas (1-4) yang paling sesuai menurut responden FaktorStrategiEksternal
Peringkat 1
Peluang (Opportunities) Pangsa pasar yang potensial Kebijakan pemerintah Dukungan Pemerintah Daerah Kesempatan bermitra dengan industri pakan Permintaan benih ikan nila meningkat Hubungan yang baik dengan pemasok
Ancaman (Threats) Tingkat persaingan usaha Perubahan cuaca dan iklim Perubahan kultur masyarakat Fluktuasi harga benih ikan nila Tingkat suku bunga kredit
2
3
4
80
Lampiran7. Informasi tentang kolam ikan Nila
Kolam induk sebanyak
:
- Ukuran 20 m x 15 m = 300 m2 - Kedalaman 1,5 m - Jumlah tebar induk 600 ekor/kolam
Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva
:
- Ukuran 20 m x 20 m = 400 m2 - Kedalaman 1,5 m - Pemijahan jumlah tebar 800 ekor/kolam
81
Lanjutan lampiran 7.
Kolam pendederan 1
:
- Ukuran 20 m x 20 m = 400 m2 - Kedalaman 1,5 m - Jumlah tebar induk 60.000 ekor/kolam
82
Lanjutanlampiran 7.
Kolam pendederan 2
:
- Ukuran 20 m x 20 m = 400 m2 - Kedalaman 1,5 m - Jumlah tebar induk 40.000 ekor/kolam
83
Lanjutan lampiran 7.
Panen benih ikan nila hasil pendederan 2, ukuran benih 5-7 cm/ekor.