KEMENTERIAN ESDM
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI
KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI
Jakarta, 6 Februari 2014
KEMENTERIAN ESDM
I
KONDISI HULU MIGAS
2
CADANGAN GAS BUMI
KEMENTERIAN ESDM
(Status 1 Januari 2013)
NAD NATUNA
6,93
SUMATERA UTARA
50,48
1,22
KALIMANTAN SUMATERA TENGAH
PAPUA
14,63 8,06
MALUKU 18,30
23,90
2,58
SUMATERA SELATAN SULAWESI
JAWA BARAT 3,18
15,21
JAWA TIMUR 5,89
TERBUKTI CADANGAN GAS BUMI ( TSCF )
= 101,54 TSCF
POTENSIAL = TOTAL
48,85 TSCF
= 150,39 TSCF
3
PRODUKSI GAS BUMI 2010 - 2013
KEMENTERIAN ESDM
10.000 9.000 8.000
MMSCFD
7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 Produksi Gas
2010
2011
2012
2013*
8.857
8.415
8.150
8.074
*) Angka operasional produksi gas bumi.
KEMENTERIAN ESDM
II
KEBIJAKAN UMUM TERKAIT ALOKASI GAS BUMI
5
DASAR HUKUM
Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi:
•
kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi bertujuan menjamin tersedianya minyak bumi dan gas bumi, sebagai sumber energi maupun sebagai bahan baku untuk kebutuhan dalam negeri.
•
meningkatkan pendapatan negara untuk memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya
bagi perekonomian nasional dan mengembangkan serta memperkuat posisi industri dan perdagangan Indonesia. •
Pemerintah memberikan prioritas terhadap pemanfaatan Gas Bumi untuk kebutuhan dalam negeri.
6 © DJMIGAS 14122011
DASAR HUKUM PP Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas Kebijakan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri •
Menteri menetapkan kebijakan pemanfaatan Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan mempertimbangkan kepentingan umum, kepentingan negara, dan kebijakan energi nasional termasuk di dalamnya aspek teknis yang meliputi cadangan dan peluang pasar Gas Bumi, infrastruktur baik yang tersedia maupun yang direncanakan dan usulan dari Badan Pelaksana
PP 55 Tahun 2009 tentang Perubahan PP Nomor 35 Tahun 20014 Domestic Market Obligation
Kontraktor berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi dalam negeri dengan menyerahkan 25% dari produksi minyak dan gas bumi Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk Penyediaan Gas Bumi untuk Industri Pupuk Menteri ESDM memprioritaskan alokasi pemenuhan kebutuhan gas bumi untuk bahan baku dan energi industri pupuk; Menetapkan harga gas bumi yang dialokasikan dari produksi dalam negeri untuk keperluan industri pupuk didasarkan pada hasil kesepakatan instansi terkait yang dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. 7 © DJMIGAS 14122011
DASAR HUKUM
Permen ESDM 03/2010 tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri :
Pemanfaatan gas bumi diprioritaskan untuk kebutuhan Dalam Negeri dengan tetap mempertimbangkan keekonomian pengembangan lapangan.
Alokasi pemanfaatan cadangan gas bumi yang baru diketemukan, diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan setempat. Apabila terdapat kelebihan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan wilayah lainnya.
Pemanfaatan gas bumi untuk Dalam Negeri dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur, besarnya cadangan dan keekonomian lapangan, dengan urutan prioritas: 1. Upaya peningkatan produksi minyak dan gas bumi 2. Sebagai bahan baku industri pupuk 3. Sebagai penyediaan tenaga listrik dan 4. Sebagai bahan bakar/ bahan baku untuk industri lainnya
8 © DJMIGAS 14122011
KEMENTERIAN ESDM
III
ALOKASI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI
9
NERACA GAS BUMI INDONESIA 2013 - 2028
KEMENTERIAN ESDM
NERACA GAS BUMI INDONESIA 2013 - 2028 12.000
10.000
MMSCFD
8.000
6.000
4.000
2.000
0 2013
2014
2015
CONTRACTED DEMAND
2016
2017
2018
COMMITTED DEMAND
2019
2020
POTENTIAL DEMAND
2021
2022
2023
EXISTING SUPPLY
2024
2025
PROJECT SUPPLY
2026
2027
2028
POTENTIAL SUPPLY
10
KEMENTERIAN ESDM
NERACA GAS BUMI INDONESIA 2013-2028 NERACA GAS INDONESIA 2013-2028
MMSCFD @ 1000 BBTUD U R AI AN I
A.
CONTRACTED DEMAND:
2013
2014
4.478
DOMESTIK
2015
4.746
2016
5.031
2017
5.333
2018
5.653
2019
5.992
2020
6.352
2021
6.733
2022
7.137
2023
7.565
2024
8.019
2025
8.500
9.010
2026
2027
2028
9.550
10.124
10.731
4.478
4.574
4.346
4.020
3.738
3.078
2.715
2.384
2.148
1.729
1.370
913
822
656
586
293
Peningkatan Produksi dan Pemakaian Sendiri di Kilang LNG
707
682
616
529
511
445
424
399
349
131
134
119
124
110
110
110
Pupuk
893
893
902
897
814
572
411
281
281
147
55
55
0
0
0
0
Listrik
1.521
1.471
1.440
1.288
1.136
1.039
840
728
611
575
407
377
336
211
198
183
Industri
1.344
1.517
1.376
1.301
1.274
1.023
1.041
975
908
876
774
362
362
335
278
0
5
5
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7,2
7,2
6,7
5,2
3,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
3.491,4
3.119,6
2.785,8
2.560,6
2.464,3
2.010,3
2.041,5
1.975,2
1.605,5
1.614,4
1.310,9
1.006,3
948,4
857,1
785,7
776,8
7.969
7.694
7.132
6.580
6.202
5.088
4.756
4.359
3.754
3.344
2.681
1.919
1.770
1.513
1.372
1.070 6.160
Transportasi Gas Rumah Tangga EKSPOR T O T A L I.A B. COMMITTED DEMAND: DOMESTIK
866
1.599
2.022
2.289
2.625
3.162
3.714
4.112
4.322
4.746
5.112
5.561
5.659
5.782
5.859
Peningkatan Produksi dan Pemakaian Sendiri di Kilang LNG
30
27
27
90
98
128
139
150
176
396
396
396
396
396
396
396
Pupuk
12
67
129
135
328
531
874
1.004
1.004
1.138
1.230
1.230
1.285
1.285
1.285
1.285
Listrik
187
638
737
825
843
919
1.131
1.324
1.415
1.447
1.616
1.645
1.681
1.797
1.810
1.824
Industri
606
832
1.094
1.202
1.313
1.542
1.525
1.586
1.675
1.708
1.809
2.224
2.225
2.226
2.284
2.563
31
33
30
32
34
32
35
38
42
46
50
55
61
67
73
81
0
2
5
6
8
10
10
11
11
11
11
11
11
11
11
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
866
1.599
2.022
2.289
2.625
3.162
3.714
4.112
4.322
4.746
5.112
5.561
5.659
5.782
5.859
6.160 3.668
Transportasi Gas Rumah Tangga EKSPOR T O T A L I.B C. POTENTIAL DEMAND
45
177
331
461
613
800
1.193
1.405
1.603
1.839
2.094
2.363
2.652
2.984
3.314
TOTAL I.A + I.B
8.835
9.293
9.154
8.870
8.827
8.251
8.470
8.471
8.076
8.090
7.793
7.481
7.429
7.294
7.231
7.230
TOTAL I
8.880
9.469
9.484
9.330
9.440
9.051
9.663
9.876
9.679
9.929
9.887
9.843
10.081
10.278
10.545
10.898
EXISTING SUPPLY :
6814
6748
6632
5933
5579
4900
4433
4029
3541
3112
2708
2324
2201
1996
1849
1749
B. PROJECT SUPPLY :
393
767
1481
2101
3480
3639
4326
4290
3935
3460
3088
2944
2419
2276
1835
1427
87
182
287
410
508
567
597
611
616
622
1628
1630
1630
1202
1201
1194
II.A + II.B
7207
7515
8113
8034
9059
8539
8758
8320
7475
6571
5797
5269
4619
4273
3684
3176
II.A + II.B + II.C
7294
7697
8399
8444
9567
9106
9356
8931
8092
7193
7424
6899
6250
5475
4884
4370
(1.155)
(946)
(500)
(762)
(178)
981
II. SUPPLY : A.
C. POTENTIAL SUPPLY : TOTAL III BALANCE II A - I A ( II A + II B) - ( I A )
(647) 1.454
(623)
(188)
(324)
2.857
3.451
4.002
(330) 3.960
(213) 3.722
( II A + II B) - ( I A + I B )
(1.628)
(1.777)
(1.041)
(836)
232
289
288
(152)
(601)
(II A + II B + IIC) - (I A + I B)
(1.541)
(1.595)
(754)
(426)
741
856
885
460
16
TOTAL II - TOTAL I
(1.586)
(1.772)
(1.085)
(887)
128
56
(307)
(945)
(1.587)
28
405
431
484
477
679
3.228
(232)
3.116
3.349
2.849
2.760
2.312
2.106
(1.519)
(1.996)
(2.212)
(2.810)
(3.022)
(3.547)
(4.054)
(897)
(368)
(582)
(1.180)
(1.820)
(2.346)
(2.860)
(2.736)
(2.463)
(2.945)
(3.831)
(4.803)
(5.661)
(6.528)
11
KEMENTERIAN ESDM
ALOKASI GAS BUMI TAHUN 2014 TRANSPORTASI 0,06 % INDUSTRI 19,72%
GAS RUMAH TANGGA 0,09 %
EKSPOR 40,55%
LISTRIK 19,12%
PUPUK 11,60%
• •
PENINGKATAN PRODUKSI 8,86%
Total Domestik : 59,45% Total Ekspor : 40,55 % 12
KEMENTERIAN ESDM
Profil Distribusi Gas Domestik Alokasi Gas Untuk Industri, Kelistrikan, Dan Pupuk
Bagian terbesar alokasi gas domestik digunakan untuk keperluan industri, kelistrikan, dan pupuk yaitu rata-rata 44% dari total alokasi gas. 22,8 22,1 21,6 20,5 20,1 3,9 20
3,6
TCF
3,1
14,6
15
13,3 2,8
10,6 9,0
10
6,2 1,2
5
2,4 0
1,1 1,2 0,1 2003
3,2
5,8
2004
15,3 2,9
7,6
7,7
8,0
6,9
7,0
10,1
10,2
10,3
10,5
11,0
2010
2011
2012
2013*
2014
6,3
5,3 4,4
2,3 2,7
3,3
2,8
1,9
1,8
3,9
4,1
4,2
2005
2006 Industri (TCF)
5,2
5,9
6,2
2007
2008
2009
Kelistrikan (TCF)
Catatan: *) Data tahun 2013 berdasarkan data Perjanjian s.d. 31 Desember 2013
Pupuk (TCF)
Total (TCF)
KEMENTERIAN ESDM
PENINGKATAN PENYALURAN GAS KE DOMESTIK
Penyaluran gas ke domestik terus mengalami peningkatan rata-rata 9% sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2013. 5.000 57.3%
4.500 4.000
52.1% 49.5%
3.500
4.560 3.393
3.774
3.402
3.550
3.631
3.267
4.078
4.336 3.379
3.323
3.681 2.913
2.527
1.513
1.466
1.480
1.000
2.341
1.500
3.775
3.820
4.008
4.202
2.000
4.416
2.500 4.397
BBTUD
3.000
500 2003
2004
2005
2006
Catatan: *) Outlook berdasarkan data realisasi per 31 Desember 2013
2007
2008 Export
Domestic
2009
2010
2011
2012
2013*
2014
KEMENTERIAN ESDM
REALISASI PENYALURAN GAS BUMI TAHUN 2013 Realisasi Penyaluran Gas Bumi Tahun 2013
2.000
City Gas
1.800 77%
4
1.600 BBTUD
3
1.400
2 1
86%
0
1.200
Realisasi
Kontrak
BBTUD
Realisasi
1.000
Kontrak
BBG Transportasi 5
94%
800
BBTUD
4
600
3 2 1
83%
400
Realisasi
Kontrak Realisasi
Kontrak
200 71%
17% -
Kelistrikan
Pupuk
Industri
Lifting Minyak
City Gas
BBG Transportasi
Realisasi
1.097,42
735,84
1.346,05
342,02
0,59
3,21
Kontrak
1.282,42
782,43
1.748,47
412,50
3,41
4,50
86%
94%
77%
83%
17%
71%
%
Keterangan: • Rendahnya penyaluran gas untuk sektor rumah tangga disebabkan oleh pemanfaatan yang rendah bukan karena kekurangan pasokan gas, namun karena rendahnya 15 penyerapan
KEMENTERIAN ESDM
IV
PROYEK HULU MIGAS
16
KEMENTERIAN ESDM
PROYEK HULU MIGAS Banyu Urip
Tunu 13C 40 MMSCFD, 800BOPD
Peciko 7B 220 MMSCFD, 4300 BOPD
Terang Sirasun 300 MMSCFD
2012
165 MBOPD Kaltim (Total E&P)
Ande-Ande Lumut 4300 BOPD
Kaltim (Total E&P) Jatim (Kangean Energy)
2013
Madura BD 100 MMSCFD, 750BOPD
Kepodang 116 MMSCFD
2014
Sumpal 40 MMSCFD
Sumsel (COPI Grissik)
Rubi 50 MMSCFD
Sulbar (Pearl Oil Sebuku)
South Mahakam 202 MMSCFD
Kaltim (Total E&P)
Jateng (MCL)
GAS DOMINATION
Kepri (Genting Natuna Oil)
Jatim (Husky Madura) Jateng (PCML)
2015 Senoro 280 MMSCFD, 9000 BOPD
IDD - Bangka 50 MMSCFD
Peciko 7C 20 MMSCFD, 280 BOPD
Jangkrik 290 MMSCFD, 400 BOPD
2016 Sulteng (JOB Pertamina – Medco Tomori)
Pertamina EP Cepu
Tiung Biru –Jambaran dan Cendana
Kaltim (Chevron Indonesia Co.)
Masela (Inpex) 355 MMSCFD, 2200 BOPD
185 MMSCFD
2017 IDD 890 MMSCFD
2018 Kaltim (Chevron Indonesia Co.)
Kaltim (Chevron Indonesia Co.) Kaltim (Total E&P)
: Minyak Bumi : Gas Bumi : Minyak dan Gas Bumi
KEMENTERIAN ESDM
V
INFRASTRUKTUR PENYALURAN GAS BUMI DALAM NEGERI
18
KEMENTERIAN ESDM
a. b. c. d. e.
PETA INFRASTRUKTUR FSRU
Regasifikasi Arun (Pertamina) rencana onstream Q4 2014 FSRU Lampung (PGN) rencana onstream Q3 2014 FSRU Jawa Barat (Nusantara Regas) sudah onstream pada 2012 FSRU Jawa Tengah (Pertamina) rencana onstream Q1 2016 FSRU Banten (Energi Dian Kemala) rencana onstream Q4 2015
Diharapkan dengan adanya pembangunan infrastruktur gas bumi, dapat meningatkan penyaluran gas untuk domestik.
KEMENTERIAN ESDM
www.esdm.go.id