TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh : ALVIAN DWI JULI RISMAWATI NIM. B09 062
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta”.Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis serta selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data. 3. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
iv
4. Seluruh mahasiswi tingkat III STIKES Kusuma Husada Surakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam studi pendahuluan yang telah dilakukan. 5. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Penulis
v
Juni 2012
Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012 Alvian Dwi Juli Rismawati B09 162 TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT III TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN 2012 xiv +51halaman + 16 lampiran + 4 tabel + 2 gambar ABSTRAK Latar Belakang :Berdasarkan penelitian WHO (2000), di enam negara berkembang resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mengurangi angka kematian balita 8,8 %. Tujuan : adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi Kebidanan tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada tingkatan baik, cukup dan kurang. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah Diskriptif kuantitatif, lokasi penelitian diambil di Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta pada tanggal 12 Mei 2012. Jumlah populasi sebanyak 122 mahasiswi dan sampel sebanyak 31 responden, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan untuk analisa data menggunakan analisis univariat. Hasil Penelitian : Dari penelitian didapatkan hasil 9 responden (29,03%) termasuk dalam tingkat pengetahuan baik. Sebagian besar responden yaitu 19 responen (61,29%) termasuk dalam tingkat pengetahuan cukup,dan sejumlah 3 responden (9,68%) termasuk dalam tingkat pengetahuan kurang. Kesimpulan :Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswi Kebidanan tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada tingkat cukup yang berjumlah 19 responen (61,29%) dan hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan/informasi dan pengalaman responden. Kata Kunci : Pengetahuan, Mahasiswi, Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Kepustakaan : 17 literatur (Tahun 2003 s/d 2012)
vi
MOTTO v Kebenaran itu adalah dari Tuhan, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang ragu (Al-Baqarah : 147). v Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Fatir : 2). v Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan kembali. Oleh karena itu jangan fikirkan apa yang telah berlalu, karena sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Khalil Gibran). v Apa yang anda lakukan hari ini adalah kunci kesuksesan atau keberhasilan hari esok. Apa yang telah didapat hari ini, manfaatkanlah....... !!! Dan jangan pernah menyia-nyiakan sedetikpun waktu itu berlalu begitu saja tanpa hal yang berarti. Awali setiap langkahmu dengan senyum dan do’a. v Jadikan ilmu sebagai penerang dalam mengejar impianmu, karena dengan ilmu itupula seseorang dapat mengejar impiannya sampai ke negeri Cina. PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan : v Ayah dan bunda tercinta, yang telah menjadi inspirasi disetiap langkahku, terima kasih atas doa restunya dan cinta kasihnya yang selalu membuat aku kangen untuk pulang. v Abang dan adikku tercinta yang selalu memberikan support setiap langkahku. v Mbah Kakung/Putri, Om dan Bulek yang telah memberikan dukungannya selama ini. v Boedi Setyawan, terima kasih atas support dan kasih sayangnya selama ini. v Ibu Dheny Rohmatika, S. ST, terimakasih atas kritik, saran dan bimbingannya demi kemajuan Karya Tulis Ilmiah ini. v Lia, Tyas, Dian, Ambar yang tetap exsist aja sampai saat ini, teman bertukar fikiran. v Teman-teman seperjuangan yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. v Almamater tercinta STIKes Kusuma Husada Surakarta.
vii
CURICULUM VITAE
Nama
: Alvian Dwi Juli Rismawati
Tempat / Tanggal Lahir
: Kembayan, 1 Juli 1991
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Dsn. Tanjung Merpati Rt 02/01, Kec. Kembayan, Kab. Sanggau,Pontianak Kal Bar / Ds. Karang Mojo Rt 01/09, Delanggu,Klaten
Riwayat Pendidikan : 1. SD N 09 Tanjung Merpati, Sanggau
LULUS TAHUN 2003
2. SMP N 1 Kembayan, Sanggau
LULUS TAHUN 2006
3. SMU N 1 Kembayan, Sanggau
LULUS TAHUN 2009
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta ANGKATAN 2009/2010
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iv
ABSTRAK .................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................
vii
CURICULUM VITAE ..............................................................................
viii
DAFTAR ISI .............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Perumusan Masalah.........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................
5
E. Keaslian Penelitian ..........................................................................
6
F. Sistematika Penelitian .....................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori.................................................................................
8
1. Pengetahuan ..............................................................................
8
ix
a. Pengertian Pengetahuan .......................................................
8
b. Tingkatan Pengetahuan .......................................................
8
c. Sumber-sumber Pengetahuan ...............................................
9
d. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................
9
e. Cara Memperoleh Pengetahuan ............................................
14
f. Pengukuran Pengetahuan ...................................................
16
2. Remaja ......................................................................................
16
a. Pengertian Remaja ...............................................................
16
b. Batasan Remaja ...................................................................
17
c. Tahap Perkembangan Remaja ..............................................
17
d. Karakteristik Perkembangan Remaja....................................
19
e. Tugas Remaja ......................................................................
20
3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) .....................................................
21
a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)..............................
21
b. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini ..............................................
21
c. Manfaat Menyusui ...............................................................
22
d. Tata laksana Melakukan Inisiasi Menyusu Dini ...................
24
e. Tahapan Perilaku Sebelum Menyusui ..................................
25
f. Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan ..............................
26
g. Inisiasi Menyusu Dini Yang Kurang Tepat ..........................
27
h. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini ......................................
27
B. Kerangka Teori ...............................................................................
29
C. Kerangka Konsep ............................................................................
30
x
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................
31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................
31
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .........................
32
D. Instrumen Penelitian ........................................................................
34
E. Teknik Pengumpulan Data..............................................................
37
F. Variabel Penelitian ..........................................................................
38
G. Definisi operasional.........................................................................
39
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................
40
I. Etika Penelitian ...............................................................................
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ............................................................................
43
B. Hasil Penelitian ...............................................................................
43
C. Pembahasan ....................................................................................
46
D. Keterbatasan....................................................................................
48
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................
50
B. Saran ..............................................................................................
51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................... 29 Gambar 2.2 Kerangka Konsep..............................................................
xii
30
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1
Kisi - Kisi Kuesioner .............................................................
35
Tabel 3.2
Definisi Operasional Penelitian ..............................................
39
Tabel 4.1
Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi .................
44
Tabel 4.2
Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Program Studi D III Kebidanan ...................
45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Lampiran 2
Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4
Surat Permohonan Ijin Uji Validitas
Lampiran 5
Surat Jawaban Permohonan Ijin Uji Validitas
Lampiran 6
Surat ijin penggunaan lahan penelitian
Lampiran 7
Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 8
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9
Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10
Koesioner Penelitian
Lampiran 11
Kunci Jawaban Koesioner Penelitian
Lampiran 12
Uji Validitas
Lampiran 13
Hasil Uji Realibilitas
Lampiran 14
Hasil Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 15
Uji Mean dan Standar Deviasi
Lampiran 16
Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah
satu
tujuan
Pembangunan
Milenium
atau
Millenium
Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga antara tahun 1990 hingga tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah melakukan strategi dan usaha, salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif (Bappenas, 2005). Untuk mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif diharapkan dapat tercapai maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli, 2008). APN adalah standar asuhan persalinan normal yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan bagi semua ibu bersalin yang harus diterapkan oleh penolong persalinan dimanapun, hal tersebut telah menetapkan 58 langkah yang mana inisiasi menyusu dini masuk dalam urutan prosedur tetap seorang bidan dalam melakukan pertolongan persalinan. Tujuan APN adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi yang dilahirkannya (Depkes, 2008). Berdasarkan penelitian WHO (2000), di enam negara berkembang resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian
1
2
ini meningkat menjadi 480 % sekitar 40 % kematian balita pada usia satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mengurangi angka kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi yang mendapatkan ASI dalam satu jam kelahirannya (SDKI, 2003). Inisiasi menyusu dini adalah proses alami untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya bayi. Inisiasi menyusu dini atau IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah Indonesia. WHO dan UNICEF telah merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% nyawa bayi sebelum usia 28 hari. Untuk itu diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan suksesnya program tersebut (Depkes RI, 2008). Manfaat Inisiasi Menyusu Dini adalah akan menurunkan angka kematian karena kedinginan (hypothermie), ibu dan bayi merasa lebih tenang, dapat meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu-bayi, akan meningkatkan keberhasilan ASI ekslusif, akan merangksang pengeluaran hormon oksitosin karena emutan bayi pada putting, membantu pengeluaran plasenta serta mengurangi
perdarahan,
bayi
(Roesli, 2008). Kerugian bila
mendapat
antibodi
dari
kolostrum
bayi tidak disusui secara dini bayi
3
cenderung tidak berminat untuk menyusu selama satu minggu kedepan, bila tidak segera disusui ibu akan kesulitan memberi ASI eksklusif yang harus diberikan eksklusif selama 6 bulan (JNPK-KR, 2008). Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI Eksklusif bermacam-macam salah satunya terjadinya kegagalan melakukan IMD. Bayi yang lahir normal dan diletakkan di perut ibu segera setelah lahir dengan kulit ibu melekat pada kulit bayi selama setidaknya 1 jam dalam 50 menit akan berhasil menyusu, sedangkan bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya 50% tidak bisa menyusu sendiri. Berbagai studi juga telah melaporkan bahwa
IMD
terbukti
meningkatkan
keeberhasilan
ASI
ekslusif
(Fikawati dan Safiq, 2009). Berdasarkan keberhasilan study pendahuluan mengenai tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yang dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2012 di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta didapatkan hasil secara keseluruhan mahasiswi tingkat III Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta berjumlah 122 mahasiswi. Dari 10 mahasiswi yang berhasil diwawancarai, mahasiswi yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5 mahasiswi (50%), mahasiswi yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 mahasiswi (30%), dan mahasiswi yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 orang (20%). Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan mahasiswi tingkat III DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4
Berdasarkan latar belakang diatas, dengan diketahuinya beberapa mahasiswi tingkat III yang masih belum paham tentang Inisiasi Menyusu Dini, diharapkan dapat mendalami atau lebih mempelajari tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) agar dapat memberikan informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kepada orang tua dan keluarga sebelum melakukan IMD dengan benar. Dan apabila mahasiswi kurang paham tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pelaksanaannya di lapangan tidak bisa optimal dan informasi yang diterima oleh setiap orang tua dan keluarga kurang tepat sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta tahun 2012 ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
5
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta pada tingkat baik. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta pada tingkat cukup. c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta pada tingkat kurang.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan hasil penelitian ini menjadi penilaian kearah yang lebih baik perkembangan ilmu pengetahuan yang telah ada. 2. Bagi penulis a. Mendapatkan pengalaman nyata dari kegiatan penelitian dan dalam membuat karya tulis. b. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah dengan di lapangan.
6
3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya Inisisai Menyusu Dini (IMD) bagi pembaca dan juga menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan survei yang telah penulis lakukan belum ada penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang tingkat pengetahuan mahasiswa tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga ini merupakan penelitian yang pertama.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari V BAB yang secara berurutan meliputi: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan gambaran tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, keaslian dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan teori tentang pengetahuan (pengertian, tingkatan perkembangan pengetahuan, sumber pengetahuan, faktor yang mempengaruhi pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, dan cara pengukuran pengetahuan), remaja (pengertian, batasan
7
remaja,
tahap
perkembangan
remaja,
karakteristik
umum
perkembangan remaja, tugas remaja), IMD (pengertian, tujuan IMD, manfaat IMD, tahapan perilaku sebelum menyusui, tata laksana melakukan IMD, IMD yang dianjurkan, IMD yang kurang tepat, penghambat IMD), kerangka teori dan kerangka konsep. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, defenisi operasional, metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan gambaran umum, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan dalam penelitian. BAB V
PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”
misalnya apa
air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya) (Taufik, 2007). b. Tingkatan Perkembangan Pengetahuan Menurut August Comte 1798-1857 dalam Notoatmodjo (2010), membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan ke dalam tahap religius, metafisik, dan ilmiah. 1) Tahap religius Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto). 2) Tahap metafisik Dalam tahap kedua ini orang mulai berspekulasi berasumsi, atau membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisik (keberadaan) wujud
8
9
yang menjadi objek penelaahan yang terbahas dari dogma religi, dan mengembangkan
sistem
pengetahuan
berdasarkan
postulat
metafisika tersebut (hipotetico). 3) Tahap ilmiah Tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, dimana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang objektif (verifikatif). c. Sumber-Sumber Pengetahuan Sumber
dari
pengetahuan
didapat
dari
penginderaan.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran,
penciuman,
rasa
dan
raba
(Notoatmodjo, 2003). d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : 1) Pendidikan Pendidikan
adalah
suatu
usaha
untuk
mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
10
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. 2) Media Massa/informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lainlain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
11
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3) Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang
akan
bertambah
pengetahuannya
walaupun
tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 4) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
12
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan
mengambil
keputusan
yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 6) Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak
waktu
untuk
membaca.
Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup : a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
13
mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya
usia,
khususnya
pada
beberapa
kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup
cepat sejalan dengan
bertambahnya usia. e. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan adalah : 1) Cara tradisional atau nonilmiah Cara tradisional yaitu tanpa melalui penelitian ilmiah. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi : a) Cara coba salah (trial and error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan
dalam
memecahkan
masalah,
dan
apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba).
14
b) Secara kebetulan Penemuan kebetulan secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh yang bersangkutan. c) Cara kebetulan atau otoritas Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun para ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. d) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. e) Cara akal sehat (common sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. f) Kebenaran melalui wahyu Ajaran dan dogma adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
15
g) Kebenaran secara intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. h) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sinilah manusia telah mampu
menggunakan
penalarannya
dalam
memperoleh
pengetahuannya. i) Induksi Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari perntaanpernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. j) Deduksi Deduksi
adalah
pembuatan
kesimpulan
dari
pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. 2) Cara modern atau cara ilmiah Cara modern yakni melalui proses penelitian. Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodelogi penelitian (research methodology).
16
f. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010) Menurut Riwidikdo (2009), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yaitu : 1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD 2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD 2. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja adalah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin ia sekarang sudah bukan kanak-kanak lagi (KBBI, 2005). WHO mendefisinikan remaja sebagai masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda–tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanakkanak kedewasa, dan terjadi peralihan
dari ketergantungan sosial-
ekonomi yang penuh dengan keadaan yang relatif lebih mandiri. Selanjutnya, WHO menyatakan walaupun definisi tersebut terutama di dasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut
17
berlaku juga untuk remaja pria. Dalam hal ini, perserikatan bangsabangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth) (Sarwono, 2011). Pendefinisian
remaja
di
indonesia
sama
sulitnya
dengan
menetapkan remaja secara umum, karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat, tingkat sosial–ekonomi dan
pendidikan
(Sarwono, 2011). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan mahasiswi adalah mahasiswa putri yang belajar di perguruan tinggi (KBBI, 2005). b. Batasan remaja Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun. Dalam data kependudukan Indonesia jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 adalah 213.375.287, sedangkan
jumlah
42.316.900,
atau
penduduk 19,82
%
yang
tergolong
pemuda
adalah
dari seluruh penduduk Indonesia
(Sarwono, 2011). c. Tahap perkembangan remaja Menurut Petro Blos dalam Sarwono (2011), perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Dalam proses proses penyesuaian diri menuju kedewasaan
18
ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu : 1) Remaja awal (early adolescene) Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. 2) Remaja madya (middle adolescence) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. 3) Remaja akhir Tahap ini adalah masa konsilidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu : a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).
19
d. Karakteristik umum perkembangan remaja Menurut Ali & Ashori (2006), ada sejumlah sikap yang sering di tunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut: 1) Kegelisahan, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak di wujudkan di masa depan, namun mereka belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan keinginan jauh lebih besar di bandingkan kemampuannya. Tarik–menarik antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah. 2) Pertentangan, remaja sering mengalami kebingunan karena terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Sehingga menimbulkan keinginan untuk melepaskan diri
dari orang tua
kemudian di tentangnya sendiri. Pertentangan tersebut akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain. 3) Mengkhayal, keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi.
20
4) Aktifitas
berkelompok,
larangan
orang
tua
sering
kali
melemahkan/mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama. 5) Keinginan mencoba segala sesuatu, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba sesuatu yang belum pernah dialaminya. Misalnya remaja pria mencoba merokok ingin membuktikan bahwa dia juga bisa melakukannya seperti orang dewasa. e. Tugas Remaja Menurut
Sarwono (2011), tugas remaja dalam perkembangan
adalah : 1) Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif. 2) Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang manapun. 3) Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan). 4) Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.
21
5) Mempersiapkan karier ekonomi. 6) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga. 7) Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab. 8) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya. 3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (early Initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008). Dalam kutipan Swasono (2008), Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan
bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan
memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya (Roesli, 2008). b. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22 % kematian 28 hari. Sekitar 40 % kematian tiap satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu
dini
meningkatka
keberhasilan
menyusu ekslusif dan
22
lamanya menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh (Affandi, 2008). Menurut Roesli (2008), Inisiasi Menyusu Dini juga berperan dalam pencapaian Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yakni : 1) Membantu mengurangi kemiskinan Jika seluruh bayi di Indonesia
dalam setahun disusui secara
ekslusif 6 bulan, berarti biaya pembelian susu formula selam 6 bulan tidak ada. 2) Membantu mengurangi kelaparan Pemberian ASI membantu memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai 2 tahun juga mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini. 3) Membantu mengurangi angka kematian anak. c. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Menurut Roesli (2008), keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu ekslusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan menyusu meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih. Menurut DepKes RI (2008) manfaat IMD antara lain : 1) Bagi bayi a) Mempertahankann suhu bayi tetap hangat.
23
b) Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung menjadi lebih stabil. c) Kolonisasi bakterial di kulit dan di usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal. d) Mempercepat keluarnya meconim (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban). e) Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaga yang dipakai bayi. f) Mengatur tingkat kadar gula dalam darah dan biokimia lain dalam tubuh bayi. g) Membantu bayi dalam mengkoordinasikan hisap, telan, dan nafas, sehingga saraf motoriknya terlatih h) Memperoleh colostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi. i) Mencegah terlewatnya puncak refleks menghisap pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. 2) Bagi ibu a) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. b) Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko perdarahan sesudah melahirkan.
24
c) Memperbesar peluang ibu untuk
memantapkan
dan
melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi (6 bulan-2 tahun). d. Tata laksana melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Menurut Roesli (2008), tata laksana melakukan Inisiasi Menyusu Dini secara umum adalah : 1) Menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan. 2) Menyarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi. 3) Mempersilahkan ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkannya, misalkan melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok. 4) Mengeringkan seluruh badan dan kepala bayi sebaikknya dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. 5) Menengkurapkan bayi di dada atau di atas perut ibu dan biarkan bayi melekat dengan kulit posisi kontak kulit dengan kulit dipertahankan minimal satu jam setelah menyusu awal selesai dan keduanya diselimuti. 6) Membiarkan sendiri bayi mencari putting susu ibu, ibu dapat saja merangsang
bayi
dengan
sentuhan
memaksakan bayi ke putting susu.
lembut,
tetapi
tidak
25
7) Memberikan dukungan pada ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda–tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. 8) Menganjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar. 9) Memisahkan bayi dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. 10) Merawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar. e. Tahapan perilaku sebelum menyusui Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5 (lima) tahapan perilaku sebelum bayi menyusu, yakni : 1) Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga. Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke luar kandungan. 2) Antara 30–40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan air ketuban yang ada ditangannya. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu ibu. 3) Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan di sekitarnya bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
26
4) Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Bayi menjilat– jilat kulit ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangan yang mungil. 5) Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik. f. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dianjurkan Menurut Roesli (2008), langkah–langkah
melakukan Inisiasi
Menyusu Dini yang dianjurkan : 1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering. 2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya. 3) Tali pusat dipotong, lalu diikat. 4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. 5) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama–sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
27
g. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang kurang tepat Menurut Roesli (2008), umumnya praktek Inisiasi Menyusu Dini yang kurang tepat tetapi masih dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. 2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong dan diikat. 3) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi. 4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (‘bonding’) untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium. 5) Selanjutnya, dingkat dan disusukan pada ibu
dengan cara
memasukkan putting susu ibu ke mulut bayi. 6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diadzankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata. h. Penghambat IMD Menurut Roesli (2008), ada beberapa pendapat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi adalah: 1) Bayi kedinginan.
28
2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. 3) Tenaga kesehatan kurang tersedia. 4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk. 5) Ibu harus dijahit. 6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir. 7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur. 8)
Bayi kurang siaga.
9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal). 10) Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.
29
B. Kerangka Teori Sumber Pengetahuan : Penginderaan
Pengetahuan
Faktor Yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Media massa 3. Sosial budaya dan ekonomi 4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. Usia
Remaja : 1. Pengertian Remaja 2. Batasan remaja 3. Tahap perkembangan remaja 4. Karakteristik umum perkembangan remaja 5. Tugas Remaja
IMD : 1. Pengertian 2. Tujuan IMD 3. Manfaat IMD 4. Tahapan perilaku sebelum IMD 5. Tata laksana IMD 6. IMD yang dianjurkan 7. IMD yang kurang tepat 8. Penghambat IMD
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Menurut Notoatmodjo (2010)
30
C. Kerangka Konsep
Baik
Tingkat Pengetahuan Mahasiswi tingkat III Kebidanan tentang IMD
Cukup
Kurang
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin,sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup),
dan
lain–lain.
Atau
dengan
kata
lain,
rancangan
ini
mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu (Hidayat, 2011). Metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2011).
31
32
Penelitian ini dilaksanakan di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Waktu Waktu penelitian merupakan jadwal yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2011). Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2012.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Polpulasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi yang peneliti gunakan adalah seluruh mahasiswi tingkat III prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang berjumlah 122 mahasiswi. 2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011).Menurut Arikunto (2006), besarnya sampel yang harus diambil, apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik di ambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah
33
subjeknya lebih dari 100 bisa di ambil 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari : a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Pada penelitian ini penulis mengambil sampel 25% sejumlah 31 mahasiswi. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2011). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian/lotre antar siapa yang akan
menjadi
(Sugiyono, 2010).
responden
dengan
tidak
menjadi
responden
34
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner. Kuesioner adalahsejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010). Penelitian ini alat yang akan digunakan adalah kuesioner. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswi. Kuesioner ini menggunakan pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Pertanyaan dalam kuesioner ini menggunakan pertanyaan favorabel atau pertanyaan positif yang berjumlah 22 soal dan pertanyaan unfavorabel atau pertanyaan negatif yang berjumlah 9 soal, sehingga apabila responden menjawab “benar” maka mendapat skor 1, dan jika menjawab “salah” mendapat skor 0 (Notoatmodjo, 2003). Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini valid dan reliabel, terlebih dahulu dilakukan dilakukan uji validitas dan realibilitas dengan karakteristik seperti sejenis diluar lokasi penelitian. Uji validitas dan reliabilitas koesioner Karya Tulis Ilmiah telah dilakukan di STIKes Aisyiyah Surakarta dengan jumlah responden 30 mahasiswi. Dalam instrumen ini ada 30 soal tentang pengertian IMD, tujuan IMD, manfaat IMD, perilaku sebelum melakukan IMD, tata laksana melakukan IMD, IMD yang dianjurkan, IMD yang kurang tepat, penghambat IMD.
35
Tabel 3.1 Kisi Kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) No
Variabel
1
Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat 3 tentang IMD
Sub Variabel 1. Pengertian 2. Tujuan IMD 3. Manfaat IMD 4. Tata laksana IMD 5. Tahapan perilaku sebelum menyusui 6. IMD yang dianjurkan 7. IMD yang kurang tepat 8. Penghambat IMD JUMLAH
Banyak item 3 4 5
No item 1, 2, 3 4, 5, 6, 7 8, 9, 10, 11, 12
4
13, 14, 15, 16
3
17, 27, 28
4
18, 19, 20, 21
5
22, 23, 24, 25, 26
2
29, 30 30
1. Uji validitas Validitas adalah suatu suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui apakah koesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total koesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product moment”dengan menggunakan bantuan program SPSS.
36
Adapun rumus korelasi “product moment” adalah sebagai berikut : rxy =
N . ΣXY - ΣX.ΣY {N ΣX − (ΣX ) } {N ΣY 2 - (ΣY ) } 2
2
2
Keterangan: N
: Jumlah responden
rxy
: Koefisien korelasi product moment
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total Untuk mengetahui apakah suatu item pertanyaan valid, maka angka
korelasi harus dibandingkan dengan angka kritik tabel. Suatu pertanyaan dinyatakan valid jika rhitung> rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05 (Arikunto, 2010). Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan
di STIKes
Aisyiyah Surakarta, dari 30 soal diperoleh 27 soal yang valid sedangkan yang tidak valid berjumlah 3 soal, yaitu soal no 2, 23, dan 26 sehingga harus dihilangkan. Dengan demikian alat yang digunakan ini valid dengan hasil rhitung> rtabeldengan responden berjumlah 30 orang. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukanpengukurandua kali atau lebih terhadap gejala
37
yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Spearman Brown(Hidayat, 2011). Adapun rumus Spearman Brown adalah sebagai berikut :
r11 =
2 .rb 1 + rb
Keterangan: r11
:KoefisienReliabilitas Internalseluruh item
rb
: Korelasiproduct momentantarabelahan
Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel f product moment. Jadi, apabila r11 r tabel berarti reliabel, dan apabila r11
r tidak reliabel , dengan
taraf signifikasi 0.05, dk : n-2 (Hidayat, 2011). Setelah dilakukan uji reliabilitas di STIKes Aisyiyah Surakarta diperoleh
nilai Spearman Brown sebesar 0,860 sehingga kuesioner
dinyatakan reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan menurut Hidayat (2011), merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang dilakukan dalam penelitian. 1. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner. Sebelum mengisi kuesioner responden diberi
38
penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan selanjutnya memberikan informed concent yang diikuti penyerahan kuesioner. Setelah kuesioner diterima oleh responden, responden mengisi kuesioner yang telah diberikan sesuai ketentuan. Data primer pada penelitian yang telah dilakukan adalah pemberian koesioner kepada mahasiswi kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta sehingga didapatkan hasil berupa identitas responden dan diketahui tingkat pengetahuan responden. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari orang atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data yang digunakan berasal dari studi pendahuluan. Data sekunder pada penelitian yang telah dilakukan adalah data yang diperoleh berupa data jumlah mahasiswi tingkat III kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
F. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
39
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya. (Notoatmodjo. 2010) Variabel
dalam
penelitian
ini
adalah
variabel
tunggal,
yaitu
PengetahuanTentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
G. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2011). Definisi Operasional pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Definisi Operasional penelitian No 1.
Variabel Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang IMD
Definisi Operasional
Alat ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Segala sesuatu Kuesioner yang diketahui mahasiswi tentang Inisiasi Menyusu Dini
Ordinal
a. Baik: bila nlai responden yang diperoleh (x) >mean + 1 SD b. Cukup : bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD c. Kurang : bila nilai responden yang diperoleh (x) <mean – 1 SD
40
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Hidayat (2011), dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu : a.
Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b.
Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terdapat data yang terdiri atas beberapa kategori.
c.
Data Entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi.
2. Melakukan teknik analisis Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
41
Selanjutnya menurut Riwidikdo (2008), hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu ditunjukan dengan prosentase dengan keterangan sebagai berikut a.
Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) >mean+ 1 SD
b.
Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean –SD <x<mean+ 1 SD
c.
I.
Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) <mean -1 SD
Etika Penelitian Menurut Hidayat (2011), masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian
kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Informent Consent Informent Consentmerupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informent Consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang
42
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. 2. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (kerahasiaan hasil) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum STIKes Kusuma Husada Surakarta adalah sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang berada di kota Surakarta. STIKes Kusuma Husada Surakarta ini terdiri dari 3 program studi, yaitu Prodi S1 Keperawatan, Prodi DIII Keperawatan dan Prodi DIII Kebidanan. Penelitian ini dilakukan di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada yang terletak di kampus II.Jumlah mahasiswi tingkat III Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta pada tahun pelajaran 2011/2012 terdiri dari ± 122 mahasiswi dan jumlah tenaga dosen yang mengajar sebanyak 24 dosen. Kampus Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta juga terdiri dari 2 ruang dosen, 1 meeting room, 1 ruang BEM, 1 ruang yayasan, 1 ruang konseling,1 perpustakaan, 1 musholla, 8 ruang kelas untuk kuliah dan lingkungan kampus II Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta terlihat bersih dan rapi.
B. Hasil penelitian Berikut ini tabel hasil analisis tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Sebelum diketahui tingkat pengetahuan pada
43
44
kategori baik, cukup dan kurang maka harus diketahui Mean ( !) dan Standar Deviasi (SD) sebagai berikut :
X =
=
∑X
i
n
713 31
X = 23
∑(X − X )
2
n n −1
SD =
508369 31 30
16585 − =
=
16585 - 16399 30
= 6,2
= 2,4899799 = 2,490
Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi berdasarkan SPSS Variabel Penelitian Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Tingkat III Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Sumber : Data Primer
Mean ( !)
Standar Deviasi (SD)
23,0
2,490
45
Setelah diperoleh rata-rata dan Standar Deviasi maka, dapat dikatakan : Baik, jika
X
mean + 1SD
X
23 + 1 × 2,490
X
25,49
Cukup, jika mean – 1SD
X
23 – 1 × 2,490 20,51 Kurang, jika X
X
mean + 1SD X
23 + 1 × 2,490
25,49
mean – 1SD
X
23 –1 × 2,490
X
20,51
Tabel 4.2 Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. No Tingkat Pengetahuan 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang Jumlah Sumber : Data Primer
Frekuensi 9 19 3 31
Prosentase (%) 29,03 61,30 9,67 100
Dengan demikian, tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta, yang berpengetahuan baik sebanyak 9 mahasiswi(29,09%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 19 mahasiswi (61,30%), yang berpengetahuan kurang sebanyak 3 mahasiswi (9,67%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat
46
III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta pada tingkat cukup, yaitu sebanyak 19 mahasiswi (61,67%).
C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi
DIII
Kebidanan
STIKes
Kusuma
Husada
Surakarta
yang
berpengetahuan baik sebanyak 9 mahasiswi (29,09 %), yang berpengetahuan cukup sebanyak 19 mahasiswi (61,30 %), yang berpengetahuan kurang sebanyak 3 mahasiswi (9,67 %). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta pada tingkat cukup yaitu sebanyak 19 mahasiswi (61,67%). Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Adapun faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : pendidikan, media massa/informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia (Notoatmodjo, 2007). Inisiasi Menyusu Dini (early Initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya,
47
setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Menurut Roesli (2008), keuntungan dan manfaat menyusui meningkat seiring lama menyusu ekslusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan menyusu meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih. Manfaat IMD bagi bayi, yaitu mempertahankann suhu bayi tetap hangat, menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung menjadi lebih stabil, kolonisasi bakterial di kulit dan di usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal, mempercepat keluarnya meconim (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban). mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaga yang dipakai bayi, mengatur tingkat kadar gula dalam darah dan
biokimia
lain
dalam
tubuh
bayi,
membantu
bayi
dalam
mengkoordinasikan hisap, telan, dan nafas sehingga saraf motoriknya terlatih, memperoleh colostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi, mencegah terlewatnya puncak refleks menghisap pada bayi yang terjadi 2030 menit setelah lahir. Sedangkan manfaat IMD bagi ibu, yaitu dapat meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko
perdarahan sesudah melahirkan,
memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi (6 bulan-2 tahun) (DepKes, 2008).
48
Kategori tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakartapada pada kategori cukup, yaitu sejumlah 19 mahasiswi (61,30%) dan hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh pengetahuan/informasidan pengalaman responden. Pengetahuan/informasi yang diperoleh dari berbagai sumber informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka orang tersebut memiliki pengetahuan baik dan berwawasan lebih luas. Sedangkan semakin banyak pengalaman seseorang maka pengetahuannya semakin luas. Dengan baiknya tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) diharapkan mahasiswidapat memberikan informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kepada orang tua dan keluarga sebelum melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga dalam melaksanakan asuhannyadiperoleh hasil yang optimal.
D. Keterbatasan 1. Kendala Penelitian Kendala dalam penelitian ini adalah dalam menggumpulkan responden secara bersama-sama dengan waktu yang terbatas. 2. KelemahanPenelitian a.
Dalam penelitian ini ada kelemahan dalam menyusun alat (kuesioner) yang menggunakan jawaban tertutup sehingga responden tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia.
49
b.
Variabel
yang
digunakandalampenelitianinihanyavariabeltunggalyaitutingkatpengeta huanmahasiswi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
BAB V PENUTUP
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta maka peneliti mengambil sampel 31 responden, dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta dapat disimpulkan bahwa : 1.
Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta termasuk dalam kategori baik yaitu 9 mahasiswi (29,03 %).
2.
Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta termasuk dalam kategori cukup yaitu 19 mahasiswi (61,30 %).
3.
Tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta termasuk kategori kurang yaitu 3 mahasiswi (9,67 %).
50
51
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan mahasiswi tingkat III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah : 1. Bagi responden Diharapkan dapat lebih mendalami dan menambah informasinya tentang Inisiasi Menyusu Dini agar dapat dalam memberikan asuhannya tepat. 2. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan variabel penelitian dan sampel penelitian lebih banyak. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat menambahkan literatur ataupun bahan bacaan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan lebih mengembangkan penelitian yang lebih lanjut tentang Inisiasi Menyusu Dini. 4. Bagi Tenaga kesehatan Diharapkan dapat memberikan informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada orang tua dan keluarga sebelum melakukannya.