GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG REAKSI KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DPT/HB COMBO DI POSYANDU DESA DOYONG KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh : SUSANTI EKA SARI B 09 113
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
CURICULUM VITAE
Nama
: Susanti Eka Sari
Tempat Lahir/Tanggal Lahir : Balikpapan, 11 Oktober 1990 Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Desa Doyong RT 008, Kecamatan Miri Kabupaten Sragen
Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Doyong 2
LULUS TAHUN 2003
2. SMP Negeri 1 Gemolong
LULUS TAHUN 2006
3. SMA Negeri 1 Sumberlawang
LULUS TAHUN 2009
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan 2012
iv
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012 Susanti Eka Sari 09.113
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG REAKSI KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DPT/HB COMBO DIPOSYANDU DESA DOYONG KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN XIV + 39 Halaman+14 Lampiran+5 Tabel+2 Gambar ABSTRAK Latar Belakang : Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya. Terdapat efek samping setelah pelaksanaan imunisasi DPT/HB Cmbo yang dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Pemahaman persepsi dan pengetahuan ibu tentang imunisasi membantu pengembangan program kesehatan. Berdasarkan studi pendahuluan di Posyandu desa doyong didapatkan hampir semua ibu balita yang membawa anaknya ke posyandu merasa cemas setelah mengimunisasikan anaknya pernyatan tersebut didukung oleh survey yang dilakukan di 4 BPS hanya 1 BPS yang pernah menyampaikan tentang KIPI. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian IkutanPasca Imunisasi(KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen. Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Mei 2012 di posyandu desa Doyong. Jenis penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 orang dengan meggunakan purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Sedangkan analisa data dilakukan secara univariat dengan distribusi frekuensi. Hasil Penelitian : Berdasarkan analisa didapatkan hasil 16 responden (54%) memiliki pengetahuan yang cukup baik, sedangkan 12 responden (40%) berpengetahuan baik 2 responden (6%) yang berpengetahuan kurang baik dan tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan tidak baik 0%. Kesimpulan : Pengetahuan ibu tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo di desa Doyong kecamatan Miri kabupaten Sragen cukup baik yaitu sebesar 16 responden (54%) Kata Kunci : Pengetahuan, Kejadian ikutan pasca imunisasi Kepustakaan : 19 (2002 s/d 2011)
v
MOTTO
·
Semua manusia berada dalam keadaan merugi apabila tidak mengisi waktunya dengan perbuatan-perbuatan baik (Q.S Al’Ashr)
·
Hal baik merupakan rtefleksi dari fikiran yang positif (Penulis)
·
Terlalu berhati-hati sama buruknya dengan tidak berhati-hati karena terlalu berhati-hati akan membuat orang lain sangsi dengan kemampuan yang kita miliki
·
Hal yang kita anggap paling sulit justru akan menjadi hal termudah dikemudian hari
PERSEMBAHAN Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan : à Alloh SWT atas karunianya yang tak terhingga à Mama dan Papa tercinta yang selalu memberikan semua yang terbaik dan tak ternilai pengorbanannya à Ibu
Siti
Nurjanah,
SST
yang
dengan
sabar
membimbingku hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik à Ibu Eny Rumuyati, SST yang telah memberikan ACC ratusan askeb sehingga membuat ku bersemangat menjalankan tugas-tugas kampus à Mahasiswi Tingkat III prodi Kebidanan stikes Kusuma Husada angkatan 2012 yang menjadi teman seperjuanganku à Almamater tercinta
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si , selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S. SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Siti Nurjanah, SST selaku pembimbing teknis dan materi dalam penyusunan proposal yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Endang Pertiwi, Amd. Keb, selaku bidan desa Doyong, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam melakukan penelitian. 5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
vii
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan l Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iii CURICULUM VITAE………………………………………………………… iv ABSTRAK……………………………………………………………………... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………… vi KATA PENGANTAR………………………………………………………… vii DAFTAR ISI…………………………………………………….…………… viii DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….… DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..
xii xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...............................................................................1 B. Rumusan Masalah...........................................................................3 C. Tujuan Penelitian............................................................................3 D. Manfaat Penelitian..........................................................................4 E. Keaslian Penelitian.........................................................................5 F. Sistematika Penulisan.....................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanTeoritis..............................................................................8 1. Pegetahuan …………………………………………………..8 a. Pengertian…………………………………………….……8 b. Tingkat Pengetahuan……………………………………....8
ix
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan………….10 d. Kategori Pengetahuan …………………………………….12 2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ……………………………..13 a. Pengertian………………………………………….………13 b. Penyebab…………………………………………………..13 c. Gejala KIPI ……………………………………………….17 d. Reaksi KIPI DPT/HB Combo ……………………………18 B. Kerangka Teori..............................................................................21 C. Kerangka Konsep..........................................................................22 BAB III METODLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian..........................................................23 B. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................23 C. Populasi Sampel dan Teknik Sampling........................................24 D. Instrumen Penelitian.................................................................... 25 E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................28 F. Variabel Peneliti...........................................................................29 G. Definisi Operasional.....................................................................29 H. Metode Pengolahan dan Analisis data.........................................30 I. Masalah Etika...............................................................................31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………33 B. Hasil Penelitian……………………………………………....…33 C. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………....…35 x
D. Keterbatasan………………………………………………..…37 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………..….. 38 B. Saran……………………………………………………...……39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Gejala KIPI……………………..........................................
18
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kuesioner..............................................................
25
Tabel 3.2
Hasil Validitas Proposal……………………………..……
27
Tabel 3.3
Definisi Operasioal………………......................................
29
Tabel 4.1
Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/HBCombo………….………………
xii
34
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori.....................................................................
20
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.................................................................
21
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Lampiran 2
Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 3
Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 4
Surat Balasan Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5
Surat Permohonan Penggunaan Lahan
Lampiran 6
Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 7
Surat Recomendasi Research
Lampiran 8
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9
Surat Persetujuan Responden
Lampiran 10
Lembar Kuesioner
Lampiran 11
Data Tabulasi Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi KIPI DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen
Lampiran 12
Validitas Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi KIPI DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen
Lampiran 13
Tabel Distribusi Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi KIPI DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen
Lampiran 14
Perhitungan Mean dan Standart Deviasi
Lampiran 15
Perhitungan Prosentase
Lampiran 16
Lembar Konsultasi
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sistem kesehatan nasional imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan bidang preventif merupakan prioritas. Pada tahun 1974 cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah dilaksanakannya imunisasi global yang disebut dengan extended program on immunization (EPI) cakupan terus meningkat dan hampir setiap tahun minimal sekitar 750.000 anak terhindar dari kecacatan. Namun demikian, masih ada satu dari empat orang anak yang belum mendapatkan imunisasi dan dua juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi (Ranuh dkk, 2008). Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya, salah satunya adalah imunisasi DPT (Diphteria, Pertussis, Tetanus). Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit Diphteria, Pertussis, Tetanus (Hidayat, 2008). Terdapat efek samping setelah pelaksanaan imunisasi DPT yang dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI). Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi (Depkes, 2000).
1
2
Di Indonesia sendiri KIPI yang paling serius pada anak adalah reaksi anafilaksis , angka kejadian reaksi anafilaksis pada DPT diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis. Tetapi yang benar-benar reaksi anafilatik hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang lebih besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami sincope segera atau lambat. Episode hipotonik-hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi (Ranuh dkk, 2008). Peran seorang ibu pada program imunisasi sangat penting, Karena pengetahuan tentang imunisasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan imunisasi (Tawi, 2008). Pemahaman persepsi dan pengetahuan ibu tentang imunisasi membantu pengembangan program kesehatan (Manjunath, 2003). Kebanyakan anak menderita panas setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah hal yang wajar, namun seringkali ibu-ibu tegang, cemas dan khawatir (Tecyya, 2009). Banyak ibu yang cemas sekali karena timbul bengkak di bekas tempat suntikan. Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DPT tetap aman dan tidak membahayakan. Adapun penyebab kecemasan ibu dikarenakan pemberitaan miring tentang efek samping imunisasi (Antono dkk, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di posyandu desa Doyong, didapatkan hasil hampir semua ibu balita yang membawa anaknya ke posyandu merasa cemas setelah mengimunisasikan anaknya. Pernyataan tersebut didukung oleh survey di beberapa BPS di wilayah kabupaten Sragen pada tanggal 13 maret 2012 melalui metode wawancara, dengan hasil dari 4
3
BPS hanya 1 BPS yang pernah menyampaikan kejadian ikutan yang terjadi pasca imunisasi pada ibu, padahal banyak ibu-ibu yang selalu mengeluh dan merasa khawatir karena anak-anak demam setelah diberikan imunisasi, selain itu pengetahuan mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi juga harus benarbenar dimiliki oleh tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat lebih berhatihati dalam menjalankan tugas imunisasi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah penelitian : “Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan
Ibu
Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.
4
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan
Ibu Tentang
Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa
Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen pada
tingkat baik. b. Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan
Ibu Tentang
Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa
Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen pada
tingkat cukup baik. c. Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan
Ibu Tentang
Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen pada tingkat kurang baik.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo
5
2. Bagi Peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan lebih lanjut mengenai reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo 3. Institusi a. Pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan referensi tambahan serta informasi bagi penelitian selanjutnya b. Posyandu Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan masukan serta bantuan dalam memberikan promosi kesehatan pada ibu yang membawa bayinya ke posyandu 4. Bagi Ibu Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo
E. Keaslian Penelitian 1. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ( KIPI ) DPT/HB Combo dengan Kecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan Imunisasi di Polindes Desa Karangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem Kediri. Dengan menggunakan metode desain korelasi cross sectional. Dengan hasil penelitian pengetahuan ibu cukup ke arah baik, responden yang mengalami cemas ringan 67,6% (25 responden),
6
cemas sedang 13,5% (5 responden), tidak cemas 13,5% (5 responden), cemas berat 2,7% (1 responden), cemas berat sekali 2,7% (1 responden) serta tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu bayi tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo dengan kecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasi DPT/HB
Combo. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian
sebelumnya terletak pada tempat, subjek, metode, variabel dan waktu penelitian.
F. Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Merupakan gambaran tentang isi Karya Tulis Ilmiah secara keseluruhan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas tentang Pengetahuan (Pengertian Pengetahuan,
Tingkat
Pengetahuan,
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Pengetahuan) dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, Penyebab Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, Gejala Klinis Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, Reaksi KIPI pada Imunisasi DPT/HB combo) serta Kerangka Teori dan Kerangka Konsep.
7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang jenis dan Desain Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel, Instumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,
Variabel
Penelitian,
Definisi Operasional
Variabel, Metode Pengolahan dan Analisis Data, serta Etika Penelitian. BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian serta keterbatasan penelitian. BAB V PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban atas perumusan masalah dari tujuan penulisan dan merupakan inti dari penelitian ini, sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan tanggapan dari kesimpulan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia, yakni penciuman, rasa dan raba. Sebagian
penginderaaan
diperoleh
melaui
mata
dan
telinga
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya (Soekanto, 2003). Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian pengetahuan adalah hasil peginderaan manusia yang didapatkan menggunakan panca indera. b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
8
9
mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi
disini
dapat
diartikan
aplikasi
atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam sutau struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
10
kata-kata
kerja
dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan
bagian-bagian
kedalam
suatu
bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut
Soekanto
(2003),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan antara lain : 1)
Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan akan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia dalam membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru dan dapat berpikir secara ilmiah.
11
2)
Informasi Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak dan memiliki pengetahuan yang lebih luas.
3)
Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
4)
Pengalaman Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
5)
Sosial Ekonomi Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi, tingkat sosial ekonomi akan semakin mudah dalam menambah tingkat pengetahuan.
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) antara lain : 1)
Cara coba-coba salah (Trial and error) Cara ini dilakukan dengan maksud kemungkinan dalam pemecahan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba kemungkinan yang lain.
2)
Cara kekuasaan (otoritas) Sumber
pengetahuan
dapat
berupa
pimpinan-pimpinan
masyarakat lebih formal, maupun ahli agama, pemerintah dan sebagainya dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.
12
3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman
pribadi
dapat
digunakan
sebagai
upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa itu. 4) Melalui jalan pikiran Manusia telah menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuan, atau dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dalam domain kognitif. Sumber pengetahuan diperoleh manusia lewat kemampuan berpikir rasional dan melalui pengalaman yang konkrit yaitu berasal dari seminar, penyuluhan, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. d. Kategori pengetahuan Kategori pengetahuan dibedakan berdasarkan beberapa tingkatan, yaitu : 1) Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD 2) Cukup, bila nilai mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD 3) Kurang baik, bila nilai responden (x) < mean – 1SD (Riwidikdo, 2010)
13
2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) a. Pengertian Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis atau kesalahan program koinsidensi, reaksi suntikan atau hubungan kausal tidak dapat ditentukan (Depkes, 2005). Menurut KN PP KIPI dalam Proverawati dan Andhini (2010) Kejadian ikutan pasca imunisas (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada beberapa keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari. Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah kejadian penyerta yang terjadi setelah pemberian imunisasi, baik berupa kesakitan maupun kematian dalam kurun waktu 1 bulan setelah pemberian imunisasi.
b. Penyebab Tidak semua kejadian ikutan pasca imunisasi ( KIPI) disebabkan oleh imunisasi karena sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi oleh karena itu , untuk menentukan KIPI diperlukan beberapa keterangan seperti :
14
1. Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu . Sangat jarang terjadi KIPI berat , 1 kejadian dalam 2 juta dosis. Kalau ada 22 juta balita, kemungkinan terjadinya KIPI berat sekitar 11 anak (Soedjatmiko, 2009). 2. Sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik 3. Derajat sakit resipien 4. Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga atau tidak terbukti. Berita kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) harus dikonfirmasi oleh orang yang berkompeten. Adanya berita di media masa tentang kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat, perlu di informasi kepada ahli-ahli dibidangnya. Beberapa KIPI berat lain, setelah diperiksa oleh ahli-ahli di bidangnya terbukti bahwa KIPI tersebut akibat penyakit lain yang sebelumnya sudah ada, bukan oleh imunisasi. Oleh karena itu setiap berita KIPI harus dikaji secara ilmiah oleh ahli-ahlinya, antara lain di Komisariat daerah (Komda) KIPI yang ada di Propinsi atau Komisariat Nasional (Komnas) KIPI di Jakarta. 5. Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi atau kesalahan prosedur (Proverawati dan Andhini, 2010).
15
KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologi menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pasific (1999) dalam Ranuh (2008) antara lain: a. Kesalahan program atau teknik pelaksanaan (programmic errors) Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya: 1) Dosis antigen ( terlalu banyak) 2) Lokasi dan cara menyuntik 3) Sterilisasi spuit dan jarum suntik 4) Jarum bekas pakai 5) Tindakan aseptic dan antiseptic 6) Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik 7) Penyimpanan vaksin 8) Pemakaian sisa vaksin 9) Jenis dan jumlah pelarut vaksin 10) Tidak memperhatikan petunjuk produsen Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.
16
b. Reaksi suntikan Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung ataupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung, misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual sampai sincope. c. Induksi vaksin (Reaksi vaksin) Gejala KIPI yang disebabkan oleh induksi vaksin biasanya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpangan vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpangan ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan reaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi. d. Faktor kebetulan ( koinsiden) Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama
17
disaat yang bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi. e. Penyebab tidak diketahui Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan dalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut, biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI. Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin,
kesalahan prosedur dan teknik
pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan. Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi karena kebetulan saja. Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknk pelaksanaan (programmic error) (Ranuh dkk, 2008).
18
c. Gejala KIPI Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat ataupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat , serta reaksi lainnya. Pada umumnya semakin cepat KIPI terjadi , makin cepat gejalanya.
No 1
Reaksi KIPI Lokal
2
SSP
3
Lain-lain
Tabel 2.1 Gejala KIPI Gejala KIPI Abses pada tempat suntikan Limfadenitis Reaksi lokal lain yang berat misalnya selulitis,BCG-Itis Kelumpuhan akut Ensefalopati Ensefalitis Meningitis Kejang Reaksialergi:urtikaria, dermatitis, edema reaksi anafilaksis Syok anafilaksis Artralgia Demam tinggi > 38,5°C Episode Hipotensif-hiporesponsif Osteomielitis Menangis menjerit terus-menerus selama 3 jam Sindrom syok septic
Sumber : Artikel fakultas kedokteran UNAIR, 2006 Tidak semua jenis vaksin aman tanpa efek samping, maka jika seorang anak telah medapatkan imunisasi perlu diobservasi beberapa saat, sehingga dapat dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat) ( Proverawati dan Andhini, 2010).
19
d. Reaksi KIPI DPT/HB Combo Imunisasi DPT berfungsi untuk mencegah 3 penyakit sekaligus , yaitu difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheria. Gejalanya adalah demam lebih kurang 38°C,
mual,
muntah,
sakit
pada
waktu
menelan
dan
terdapat
pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring atau tonsil. Sedangkan pertusis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Bakteri ini mengeluarkan racun yang menyebabkan ambang rangsang batuk jadi rendah sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan akan terjadi batuk yang hebat dan lama. Penyakit terakhir yang dapat dicegah dengan imunisasi DPT adalah tetanus. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri clostridium tetani. Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak dan juga orang dewasa. Biasanya ditularkan melalui luka yang kotor atau luka terkontaminasi spora kuman tetanus. Sedangkan Imunisasi hepatitis B ditujukan untuk memberi kekebalan terhadap penyakit hepatitis B yang disebabkan oleh virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan timbul selama-lamanya dalam tubuh. Virus hepatitis B ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh penderita penyakit ini atau dari ibu ke anak saat melahirkan (Ranuh dkk, 2008). 1) Kontra Indikasi Saat ini didapatkan dua hal yang diyakini sebagai kontra indikasi mutlak terhadap pemberian vaksin pertusis, yaitu :
20
a)
Riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya
b)
Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya
c) Keadaan
lain
(Precaution). berikutnya
dapat
dinyatakan
sebagai
perhatian
khusus
Misalnya
sebelum
pemberian
vaksin
pertusis
bila pada
pemberian pertama
dijumpai, riwayat
hiperpireksia, keadaan hypotonic-hiporesponsif dalam 48 jam, anak menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi DPT. 2) Kejadian ikutan pasca imunisasi DPT menurut Hidayat (2008) a) Demam dalam 24-48 jam b) Sakit, kemerahan, bengkak pada daerah injeksi c) Rewel d) Mengantuk e) Anoreksia f) Urtikaria g) Malaise h) Kehilangan Kesadaran i) Reaksi alergi sistemik
21
B. Kerangka Teori Kerangka teori atau kerangka pikir adalah kesimpulan dari tinjauan pustaka yang berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan (Silalahi, 2003).
Tingkat Pengetahuan : 1. Tahu (Know) 2. Memahami (Comprehention) 3. Aplikasi (Application) 4. Analisis (Analysis) 5. Sintesis (Synthesis) 6. Evaluasi (Evaluation)
Pengetahuan Faktor yang mempengaruhi :
Reaksi KIPI DPT/HB Combo
1. Tingkat pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial Ekonomi
Gambar 2.1 Kerangka teori Sumber: Soekanto (2003) dan Notoatmodjo (2003)
22
C. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitianpenelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Variabel Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang KIPI DPT/HB Combo
Baik Cukup baik Kurang baik
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Tingkat pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial Ekonomi Gambar 2.2 Kerangka konsep Keterangan : Diteliti Tidak diteliti
Tidak baik
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis peneltian yang penulis gunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengangkat fakta keadaan atau memberikan gambaran tentang fenomena-fenomena yang terjadi sekarang dalam bentuk angka-angka (Subana dan Sudrajat, 2011).
B. Waktu Dan Lokasi 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian merupakan waktu penelitian tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2012. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini dilakukan di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.
23
24
C. Populasi , Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang membawa bayi atau balitanya rutin ke Posyandu Desa Doyong yang berjumlah 60 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti, atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Aziz, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang rutin ke Posyandu Desa Doyong dan memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 30 orang atau 50% dari total populasi. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah pusposive sampling yaitu menekankan pada pertimbangan karakteristik tertentu dari subjek penelitiannya (Subana dan Sudrajat, 2011). Sebagai pertimbangan pengambilan sampel penulis menetapkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah: 1) Ibu-ibu yang anaknya telah mendapat imunisasi DPT/HB combo dan bersedia menjadi responden 2) Ibu-ibu yang bisa baca tulis 3) Ibu-ibu yang rutin datang ke posyandu
25
D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik dan sudah matang dimana responden tinggal memberikan tanda-tanda tertentu pertanyaan yang diberikan pada responden mengenai pengetahuan responden tentang kejadian ikutan pasca imunisasi. Kuesioner ini diisi dengan memilih jawaban, apabila jawaban benar maka diberi nilai 1 dan apabila jawaban salah diberi nilai 0. Pada kuesioner yang terdiri dari 23 item pertayaan ini terdapat 11 pertanyaan favorable dan 12 pertanyaan unfavorable.
Variabel Pengetahuan ibu tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Indikator No Soal 1. Imunisasi DPT/HB Combo
2. Pengetahuan tentang KIPI DPT/HB Combo 3. Reaksi KIPI DPT/HB Combo 4. Kecemasan ibu
1, 2, 3, 4, 5,15
Favorable 1, 2, 3,4, 5, 6, 9, 10, 12, 18, 21
6, 7, 8, 9, 17, 18, 20, 21
10, 11, 16, 19 12, 13,14, 22, 23
a. Uji validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006). Untuk mengetahui apakah kusioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai)
26
tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk (korelasi yang bermakna) berarti item (pertanyaan) yang ada dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan di posyandu dusun Candirejo dengan jumlah sampel 30 orang. Rumus korelasi yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson yaitu rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar sebagai berikut:
R xy =
N (SX - Y) - (SX - SY) {NSX 2 - (Sx ) }{N SY 2 (SY ) } 2
2
Keterangan : Rxy
: Koefisien antara x dan y
ࢳX
: Jumlah skor setiap item
ࢳX2
: Jumlah X2
ࢳY
: Jumlah total skor
ࢳY2
: Jumlah Y2
N
: Jumlah responden
XY
: Skor pertanyaan dilakukan skor total
(Arikunto, 2006) Uji validitas yang dilakukan penulis dengan menggunakan SPSS for windows seri 16 dengan taraf signifikan 0,05 (p=5%) dengan nilai r tabel
27
0,361 didapatkan dua butir soal yang tidak valid. Soal dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r table dan nilai p<0,05. Tabel 3.2 Validitas Kuesioner Tidak Valid No Soal yang tidak valid
Valid 21
2
7 19
Nilai r hitung 0,286 -0,07
b. Uji Reliabilias Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana pengukuran individu-individu pada situasi-situasi yang berbeda memberikan hasil yang sama (Arikunto, 2006). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan cara mencoba instrument 1 kali saja, analisa data yang digunakan adalah Alfa Cronbach Rumusnya : 2 æ k öæç å ab ö÷ r11 = ç ÷ 1a 2 t ÷ø è k - 1 øçè
r11
= reliabilitas intrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσ
2 b
= jumlah varian butir
σt2 = varians total Instrumen dikatakan reliabel bila nilai nilai reabilitas seluruh instrumennya > 0,75 (Riwidikdo, 2008). Pada penelitian ini peneliti melakukan uji reliabilitas menggunakan rumus Alfa Cronbach dengan
28
hasil reliabilitas seluruh instrument 0,876 > 0,75 yang berarti seluruh instrument reliabel. E. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari responden (Saryono, 2010). Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang sebelumnya telah di uji validitas terlebih dahulu. Data primer dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang sudah tersedia (Saryono, 2010). Data sekunder pada penelitian ini didapatkan melalui dokumentasi dan interview kepada bidan desa. Data sekunder pada penelitian ini adalah jumlah populasi yang ada di Posyandu desa Doyong.
29
F. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB combo.
G. Definisi operasional Definisi operasional yaitu definisi peneliti terhadap suatu istilah yang memberikan suatu deskripsi tentang metode riset konsep dengan menyebutkan tindakan penting yang digunakan (Patricia, 2002). Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi
Pengetahuan Ibu tentang Reaksi KIPI DPT/HB Combo
Kemampuan Wanita yang membawa anak balitanya keposyandu untuk memahami reaksi KIPI dengan menjawab pertanyaan dengan benar dalam bentuk kuesioner tentang kejadian penyerta yang terjadi setelah pemberian imunisasi DPT/HB combo
Skala Pengukuran Ordinal
Kategori Pengetahuan 1) Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD 2) Cukup, bila nilai mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD 3) Kurang, bila nilai responden (x) < mean – 1SD
30
G. Metode Pengolahan dan Analisis data 1. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data (Arikunto, 2006) antara lain : a.
Editing Memeriksa kelengkapan data yang ada dan memperjelas pengecekan terhadap data yang telah dikumpulkan
b. Coding Memberikan kode untuk mempermudah proses pengolahan data. c.
Tabulating Kegiatan memasukan data hasil penelitian kedalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria.
2. Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif, analisis univariat yaitu menganalisis variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Untuk melakukan analisis deskriptif perlu dipelajari tentang skala memusat. Skala yang digunakan yaitu nilai rata-rata (mean), simpangan baku (standart deviasi). Dengan
mengetahui ukuran pusat tersebut, maka kita dapat mencari
ukuran pusat yang lain. Dari data mean dan standart deviasi dapat dibuat beberapa kategori yaitu: 1) Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD 2) Cukup, bila nilai mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD 3) Kurang baik, bila nilai responden (x) < mean – 1SD
31
Sedangkan untuk menghitung prosentase atau banyaknya responden dengan masing-masing kategori digunakan rumus Prosentase =
I. Masalah Etika Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian tingkat pengetahuan ibu berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. menurut Hidayat (2007) masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut : 1. Informed Consent ( Persetujuan) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut
diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. 2. Anonimity (Tanpa nama) Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
32
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di posyandu desa Doyong kecamatan Miri kabupaten Sragen. Posyandu di desa Doyong dilaksanakan setiap tanggal 11 pada setiap bulannya. Seperti posyandu-posyandu pada umumnya posyandu desa Doyong memiliki program pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita, imunisasi, penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan lansia. Posyandu di desa Doyong dikelola oleh 1 orang bidan desa dan dibantu oleh 8 orang kader kesehatan dengan jumlah pengujung sekitar 60 orang setiap kali posyandu. Desa Doyong merupakan suatu desa yang terletak di km 55 jalan SoloPurwodadi. Desa Doyong berbatasan dengan desa Modro di bagian utara, desa Ngleri dibagian Selatan, desa Ngalub dibagian barat dan desa Kedungdowo dibagian timur. Sebagian besar penduduk desa Doyong bermata pencaharian sebagai petani dan wiraswasta.
B. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif kuanitatif dengan jumlah responden 30 orang. Tingkat pengetahuan responden diukur dengan skor berdasarkan jawaban dari kuesioner yang dibagikan. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang dimiliki responden mengenai reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB Combo. Deskripsi
33
34
pengetahuan responden menunjukan tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi. Setelah diulakukan analisis data didapatkan nilai mean 14,63 dan standart deviasi 2,092. Berdasarkan nilai mean dan standart deviasi, pengetahuan responden dapat dikategorikan dalam 3 tingkatan sebagai berikut: 1) Baik
(x) > mean + 1 SD (x) > 14,63 + 1 X 2,092 (x) > 16,72 Jadi pengetahuan yang baik adalah bila nilai responden >16,72
2) Cukup
mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD 14,63 – 2,092 ≤ x ≤ 14,63 + 1 X 2,092 12,53 ≤ x ≤ 16,72 Jadi pengetahuan yang cukup adalah bila nilai responden 12,53 ≤ x ≤ 16,72
3) Kurang
(x) < mean – 1SD (x) < 14,63 – 1 X 2,092 (x) < 12,53 Jadi pengetahuan yang kurang adalah bila nilai responden <12,53
Berdasarkan perhitungan diatas, tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian
ikitan
pasca
imunisasi
diklasifikasikan pada tabel 4.1
(KIPI)
DPT/HB
Combo
dapat
35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/HB Combo Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Baik Kurang Baik
Frekuensi 5 20 5
Prosentase 16,67% 66,66% 16,67%
Jumlah Sumber : Data Primer, 2012
30
100%
Berdasarkan hasil penelitian dalam hal tingkat pengetahuan yang telah disajikan dalam bentuk tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup baik tentang reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB Combo yaitu 20 responden (66,66%), sedangkan 5 responden (16,67%) berpengetahuan baik, 5 responden (16,67%) yang berpengetahuan kurang. Hasil perhitungan prosentase jumlah responden dalam masing-masing kategori terlampir pada lampiran 13.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu desa Doyong kecamatan Miri kabupaten Sragen mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo, didapatkan hasil pengetahuan cukup baik. Pencapaian ini kemungkinan dipengaruhi oleh beragai faktor diantaranya adalah informasi, pengalaman, pendidikan dan letak geografis wilayah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto (2003) yang menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, diantaranya pendidikan, informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi.
36
Menurut hasil analisa kuesioner, responden yang berpengetahuan cukup baik kurang memahami tentang Imunisasi DPT/HB Combo dan pengetahuan. Imunisasi DPT/HB Combo adalah imunisasi yang berfungsi untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B (Ranuh dkk, 2008). Menurut Soekanto (2003) pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Tingkat pengetahuan yang baik pada responden mungkin dipengaruhi oleh pengalaman dan informasi yang lebih banyak serta pendidikan yang tinggi. Pada tingkat baik ini responden mampu menjawab hampir semua soal dengan baik terutama soal mengenai reaksi KIPI DPT/HB Combo. Reaksi KIPI DPT/HB Combo meliputi demam, sakit dan merah pada bekas suntikan, rewel, anoreksia, urtikaria, malaise, kehilangan kesadaran serta reaksi alergi (Hidayat, 2008). Tingkat pengetahuan responden
yang kurang baik kemungkinan
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah kurangnya konsentrasi responden dalam menerima informasi dan pengalaman. Responden dengan pengetahuan kurang baik tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik soal-soal tentang Imunisasi DPT/HB Combo, Pengetahuan dan Reaksi KIPI DPT/HB Combo. Kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB Combo bukanlah suatu hal yang berbahaya, namun adanya reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB Combo akan menyebabkan kecemasan pada ibu dan akhirnya akan mengurangi cakupan imunisasi. Pengetahuan yang cukup baik mengenai
37
kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB Combo diharapkan cakupan imunisasi terus meningkat dan ibu-ibu tidak cemas lagi mengimunisasikan anaknya.
D. Keterbatasan 1. Kendala Penelitian Pada penelitian ini penulis mengalami beberapa kendala dalam penelitian, diantaranya adalah alokasi waktu yang terbatas dan waktu Posyandu yang sering bertabrakan dengan agenda institusi. 2. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada instrument yang digunakan, peneliti menggunakan kuesioner tertutup sehingga tidak bisa digunakan untuk menggali informasi yang lebih dalam dari responden.
38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi ( KIPI) DPT/HB Combo di posyandu desa Doyong Kecamatan Miri kabupaten Sragen dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen pada tingkat baik sebanyak 5 responden (16,67%) 2. Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen pada tingkat cukup baik sebanyak 20 responden (66,66%) 3. Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen pada kurang baik sebanyak 5 responden (16,67%)
38
39
B. Saran Saran yang dapat diberikan penulis sehubungan dengan penelitian ini adalah 1. Bagi ilmu pengetahuan Bagi peneliti selanjutnya perlu diadakan penelitian dengan variabel yang lebih luas, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih bervariasi. 2. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan) Tenaga kesehatan sebaiknya dapat memberikan konseling dan pemahaman lebih dalam pada ibu-ibu yang membawa anaknya untuk imunisasi tentang reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi. Agar ibu mantap dan tidak ragu untuk mengimunisasikan anaknya. 3. Bagi Institusi Institusi sebaiknya memperbanyak referensi tentang imunisasi dan kejadian ikutan pasca imunisasi sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa.