16 Media Bina Ilmiah
KARAKTERISASI EKOTIPE TANAMAN JARAK PAGAR DAN RIZOSFIRNYA YANG DIKOLEKSI DARI BERBAGAI LOKASI DI NTB Oleh: Wayan Wangiyana, I Komang Damar Jaya, Ni Wayan Dwiani Dulur dan Anwar Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi ekotipe tanaman jarak pagar beserta rizosfirnya, yang dikoleksi dari berbagai lokasi di NTB. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan menggunakan teknik survai untuk mengkoleksi sampel buah, biji dan stek tanaman jarak pagar atau bibit yang tumbuh di bawah pohon induknya serta rizosfir tanaman dari lokasi tumbuhnya. Setelah biji dikeringkan ditentukan kadar minyaknya (crude oil), sedangkan sampel rizosfir dilakukan analisis tanah (pH, kadar N total dan P tersedia (Bray-1) serta tekstur tanah). Sampel akar yang terkoleksi dilakukan pengecatan untuk pengamatan derajat kolonisasi fungi mikoriza arbuskular (FMA). Rizosfir yang tidak terdapat akar yang memadai untuk pengecatan dilakukan penanaman sampel stek untuk pengecatan akarnya setelah ditumbuhkan selama dua bulan. Dari 20 hasil koleksi yang datanya lengkap diperoleh kisaran kadar minyak crude oil biji dari terendah 43,98 sampai tertinggi 57,26% dengan empat ekotipe dengan kandungan minyak tertinggi berkisar 56,38-57,26%. Derajat kolonisasi akar oleh FMA juga bervariasi (3,1 – 42,5%), dengan pola hubungan linear terhadap kadar minyak (Y), dengan persamaan regresi Y = 0,2388 X + 47,652 dengan R2 = 0,4502 (p=0,001). Berdasarkan analisis korelasi diperoleh 3 variabel pengamatan dengan koefisien korelasi yang signifikan terhadap kadar minyak, yaitu derajat kolonisasi FMA (r = 0,67; p<0,01), P tersedia (r = -0,66; p<0,01), dan kadar debu tanah rizosfir (r = 0,47; p<0,05). Dengan Best Subset Regression diperoleh R2 tertinggi hanya 74,9%, yang berarti masih ada faktor lain yang menentukan tinggi rendahnya kadar minyak ekotipe jarak pagar yang terkoleksi. Kata kunci: Jarak pagar, kadar minyak, mikoriza, NTB PENDAHULUAN Penggunaan bahan bakar yang bersumber dari minyak bumi (BBM) terus meningkat dari tahun ke tahun, yang mengakibatkan cadangan minyak bumi semakin terbatas. Selain itu, peningkatan jumlah pemakaian BBM telah mengakibatkan polusi udara yang cukup mengkhawatirkan, yang dapat mengakibatkan pemanasan global. Ini terbukti dengan meningkatnya kadar CO2 di udara yang berakibat pada meningkatnya suhu udara dari tahun ke tahun. CO2 itu sendiri dihasilkan dari proses pembakaran minyak bumi oleh industri-industri dan kendaraan bermotor ditambah lagi dari proses produksi dan pengangkutan minyak itu sendiri. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mengambil langkah-langkah yang nyata untuk mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi pelepasan CO2 ke udara sebagai akibat pembakaran BBM. Dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dunia, termasuk Indonesia, serta adanya dampak polusi dari penggunaan minyak bumi, terutama petro-diesel, maka minyak jarak pagar (Jatropha oil), yang merupakan salah satu jenis bahan untuk pembuatan bio-diessel, diharapkan dapat menjadi pengganti atau pencampur BBM.
Kenyataan ini telah menyebabkan tanaman jarak pagar mulai menjadi tanaman primadona (Suwarni, 2005; Hariyadi, 2005; Wijanarko, 2005). Dibandingkan dengan tanaman penghasil bio-diessel lainnya, seperti kelapa sawit, tanaman jarak pagar mempunyai kelebihan karena kemampuannya untuk tumbuh di lahan kering yang agak marginal dengan curah hujan relatif rendah (Heler, 1996; Hambali et al., 2006). Ini berarti, selain untuk penghasil BBN (bahan bakar nabati), tanaman jarak pagar juga dapat dipergunakan sebagai tanaman penghijauan dan konservasi lahan. Bahkan jika luas tanam meningkat secara signifikan, tanaman ini dapat sekaligus menyerap kelebihan CO2 di udara karena fotosintesisnya. Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan tanaman jarak pagar karena berdasarkan data statistik Nusa Tenggara Barat tahun 2002 (BPS NTB, 2003), sekitar 84% dari wilayah NTB (yang mencapai 1.807.463 ha) merupakan lahan kering. Luas lahan kering NTB yang cukup besar itu dapat menjadi lahan usaha yang menjanjikan produksi
Artikel Pendidikan 17 pertanian yang besar apabila dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman lahan kering butuh bersimbiosis dengan mikoriza untuk mengatasi cekaman kekeringan dan kesulitan nutrisi tanaman, apalagi sistem perakaran tanaman jarak pagar sangat minim dengan bulu akar, yang merupakan organ yang sangat dibutuhkan untuk menyerap hara dan air. Menge (1983) bahkan menyatakan bahwa “without mycorrhizas, many plants appear to be incapable of absorbing adequate P, Zn and Cu, and perhaps other nutrients, even from ‘normally fertile’ agricultural soils”. Ini berarti tanaman tertentu sangat tergantung pada simbiosis dengan mikoriza untuk dapat menyerap unsur hara secara optimal, terutama sekali unsur yang bersifat tidak “mobile” di dalam tanah (Smith dan Read, 2008). Ditinjau dari segi kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jarak (Jatropha maupun Ricinus) adalah satu familia dengan ubi kayu dan karet (van Steenis, 1978). Ubi kayu mempunyai tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap asosiasi dengan fungi mikoriza arbuskular (FMA) untuk mengatasi kondisi kekeringan dan cekaman lainnya, seperti juga halnya tanaman karet, yang juga tergolong sangat responsif terhadap asosiasi dengan FMA (Anderson dan Ingram, 1993). Apalagi selama ini tanaman jarak pagar dikenal sebagai tanaman lahan kering marginal. Oleh karena itu, tanaman jarak pagar sangat membutuhkan asosiasi dengan mikoriza untuk meningkatkan daya adaptasi dan keberhasilannya tumbuh dengan baik dan berproduksi optimal di lahan kering, apa lagi bila diarahkan penanaman maupun produksinya ke lahan marginal. Dengan demikian, dalam pengembangan varietas unggul tanaman jarak pagar perlu mamasukkan karakter (atau sumber gen) kemampuan membentuk asosiasi yang efisien dengan FMA. Penelitian ini melaporkan hasil koleksi dan karakterisasi berbagai ekotipe tanaman jarak pagar yang dikoleksi dari berbagai lokasi di wilayah NTB, yang dapat dipergunakan sebagai langkah awal dalam pengembangan varietas unggul, baik secara langsung melalui proses seleksi maupun dikembangkan lebih lanjut melalui proses-proses persilangan, sehingga akhirnya akan didapatkan varietas tanamnan jarak pagar pagar yang ideal, yang mempunyai karakter unggul, antara lain hasil tinggi dengan kadar minyak yang tinggi dan dibarengi dengan daya adaptasi tinggi terhadap kondisi lahan marginal karena kemampuannya membentuk asosiasi yang sangat luas dan efisien dengan FMA.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif, dengan pengumpulan sampel tanaman jarak pagar (buah, biji, stek, bibit/tanaman muda) dan tanah rizosfir beserta akarnya, melalui survai. Survai untuk proses koleksi dilakukan di sentrasentra tanaman jarak pagar di pulau Lombok dan pulau Sumbawa, yaitu di jalur antara pelabuhan Pototano dan Calabai yang sering dilalui peneliti selama tahun 2006 s/d 2007. Proses koleksi mempertimbangakan variasi sampel dalam morfologi daun dan batang, serta warna pucuk, serta warna daun dan kulit batang. Dari setiap pohon yang dikoleksi, diambil seluruh buahnya yang telah tua, setek dan tanah rizosfirnya, termasuk akar tanaman jarak pagar atau bibit atau tanaman muda yang tumbuh di sekitar pangkal batang tanaman yang terpilih. Kadar minyak biji (crude oil).-- Untuk menentukan kadar minyaknya, biji jarak pagar hasil koleksi dijemur terlebih dahulu hingga kering, kemudian ditimbang berat total per pohon dan ratarata berat per biji. Penentuan kadar minyak biji (kernel) dilakukan di Laboratorium Teknologi Pertanian, Falkultas Pertanian Universitas Mataram, dengan menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut lemak (Petrolium ether) terhadap sampel komposit dari biji yang terkoleksi. Kadar minyak kemudian dikalibrasi dengan standar kadar air kernel 6% karena kadar air kernel sedikit bervariasi antara 5,3068 – 7,1014%. Derajat kolonisasi FMA.-- Untuk menentukan derajat kolonisasi FMA pada akar tanaman jarak pagar hasil koleksi, maka akar tanaman hasil koleksi dilakukan proses pembeningan dengan KOH 10% dan HCl 2% dilanjutkan dengan pengecatan dengan Trypan Blue 0,05% dalam Lacto-glycerol menggunakan prosedur kombinasi yang diuraikan dalam Wangiyana (2004). Dalam hal sampel lapangan tidak terdapat akar tanaman jarak pagar yang memadai untuk pengamatan mikoriza, maka stek hasil koleksi ditumbuhkan pada tanah rizosfir hasil koleksi di dalam pot polybag, di kebun koleksi program studi Agronomi, Fakultas Pertanian Unram, selama 2 bulan, untuk kemudian diambil akarnya untuk pengamatan kolonisasi FMA setelah melalui proses pembeningan dan pengecatan. Derajat kolonisasi kemudian ditentukan dengan metode Gridline Intersect dari Giovannetti dan Mosse (1980) dengan melakukan pengamatan di bawah mikroskop stereo dengan pembesaran 40x. Analisis sifat fisik dan kimiawi tanah rizosfir.- Untuk menentukan beberapa sifat fisik dan kimiawi tanah rizosfir tanaman jarak pagar hasil koleksi, maka tanah terlebih dahulu dikering-
18 Media Bina Ilmiah anginkan, kemudian diayak dengan saringan bermata ayak 2 mm. Tanah yang telah diayak ini kemudian ditentukan tekstur nya (% pasir, de debu dan lempung), serta pH, kadar N total dan P tersedia (Bray-1) 1) di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UNRAM. Analisis data.-- Data disajikan secara deskriptif. Selain itu juga dilakukan analisis korelasi dan regresi menggunakan program Minitab 13 for Windows dan Microsof Excel for Windows Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Koleksi Tanaman Jarak dari Berbagai Lokasi dan kadar minyaknya Dari hasil koleksi yang dilakukan di 27 lokasi di wilayah NTB (pulau Lombok dan pulau Sumbawa), yang proses koleksinyaa dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2007, hanya 20 koleksi yang datanya lengkap, seperti yang disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Selain yang berlokasi di kebun jarak pagar di desa Akar Akar, Puyung dan Pringgabaya, semuanya merupakan tanaman jar jarak pagar yang tumbuh sebagai pagar. Namun demikian, ada juga yang ukuran bijinya relatif besar, yaitu koleksi No.1 yang berasal dari Pekat (Dompu). Hasil penentuan kadar minyak pada kernel biji tiap hasil koleksi juga disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data ekotipe tanaman jarak pagar hasil koleksi dari berbagai lokasi di NTB
Dari data hasil analisis laboratorium (Tabel 2), diperoleh ekotipe yang memiliki kadar minyak tertinggi yaitu No.5 (57,26%), yang merupakan hasil koleksi dari wilayah SP11 (Satuan Pemukiman) kecamatan Pekat, kabupaten Dompu, diikuti oleh ekotipe “K” (57,08%), yang dikoleksi dari kebun jarak pagar di desa Akar Akar Lombok Utara. Menurut Hambali et al. (2006), daging biji jarak pagar mengandung sekitar 50% minyak, namun Heller er (1996) melaporkan variasi kandungan minyak
dari tiga lokasi, yaitu Sao Tome 46,72%, Santiago 59,78% dan Fogo 52,83%. Ini berarti 57% pada dua hasil koleksi ini termasuk tinggi. Namun ada juga yang kandungan minyaknya rendah, yaitu ekotipe I, yang hanya 43,98% (Tabel 2), yang juga dikoleksi dari kebun jarak pagar di desa Akar Akar Lombok Utara. Di tempat asalnya, tanaman jarak pagar yang bijinya dikoleksi dari pulau Sumbawa semuanya tumbuh sebagai pagar. Demikian pula yang dikoleksi dari pulau Lombok, kecuali kec yang berlokasi di kebun jarak pagar di desa Akar Akar, Puyung dan Pringgabaya. Dari hasil analisis kadar minyak (crude ( oil), ), 10 ekotipe terbaik berdasarkan kadar minyaknya berturut-turut berturut setelah No.5 dan K, adalah A (56,61%), No.6 (56,38%), P.Baya (55,14%), (55 Puyung (54,63%), No.4 (54,49%), L (53,80%), J (53,40%), dan Sandik (53.35%). b. Kolonisasi Mikoriza dan Sifat Tanah Rizosfir Dari hasil pengecatan potongan-potongan potongan akar tanaman atau bibit yang dapat dikoleksi dari berbagai lokasi di NTB atau dari stek koleksi yang ditanam dalam polybag di tanah rizosfir asalnya, seperti disajikan dalam Tabel 2, derajat kolonisasi FMA berkisar 3,7 sampai 42,5%. Namun demikian, derajat kolonisasi tertinggi pada sampel akar yang terkoleksi langsung dari tempat tumbuhnya tumbuh hanya 20,6% (I), yang dikoleksi dari kebun jarak di desa Akar Akar, Lombok Utara. Contoh hasil pengamatan kolonisasi akar tanaman jarak pagar adalah seperti pada Gambar 1.
Artikel Pendidikan 19 Tabel 2. Data hasil analisis kadar minyak dan kadar air sampel daging biji dari ekotipe jarak pagar terkoleksi
1)
Gambar 1. Kolonisasi FMA pada sampel akar tanaman jarak pagar hasil koleksi dari lokasi tumbuh alaminya di lapangan (Foto oleh W. Wangiyana) Tanaman jarak pagar yang dikoleksi dari pulau Sumbawa (No 1 s/d No 6, B.Jaya dan Hoddo) hampir semua sampel akarnya tidak terkolonisasi FMA, karena na ternyata akar yang terkoleksi di dalam contoh tanah rizosfirnya merupakan akar yang sudah relatif tua (dekat pangkal). Namun setelah tanah rizosfirnya ditanami dengan steknya, ternyata akar yang diperoleh dari stek ini terkolonisasi FMA dengan derajat yang ang relatif tinggi, seperti tampak pada Tabel 2. Sebagai contoh, ekotipe No.6, dari SP1 kecamatan Pekat, sampel akarnya yang diambil dari tempat tumbuhnya tidak ditemukan mengandung FMA tetapi menghasilkan derajat kolonisasi yang mencapai rata rata-rata 40,5% pada akar steknya yang ditumbuhkan di contoh tanah rizosfirnya. Berbeda halnya dengan sampel akar jarak pagar yang terkoleksi dari kebun jarak pagar di desa Akar Akar, banyak yang terkolonisasi dengan derajat yang cukup tinggi, di antaranya ada yang mencapaii 19,3% dan tertinggi 20,6% (Tabel 2). Bila dilihat dari kadar P tersedia (Bray (Bray-1) dari tanah rizosfir sampel tanaman jarak pagar terkoleksi, hampir semuanya dengan kadar P tersedia yang relatif tinggi menurut kriteria Olsen dan Sommers (1982), yaitu di atas as 12 ppm, kecuali tanah rizosfir dari ekotipe “Sandik”. Para ahli mikoriza melaporkan bahwa kandungan P tersedia yang tinggi pada umumnya menghambat infeksi akar tanaman oleh FMA sehingga menghasilkan derajat kolonisasi yang rendah (Smith dan Read, 2008).
Data derajat koloninasi yang bercetak tebal diperoleh dari hasil pengecatan akar stek hasil koleksi yang ditanam di tanah rizosfirnya rizo di dalam polybag
Perlu diuji lebih lanjut, apakah relatif rendahnya derajat kolonisasi FMA pada sampel akar lapangan tersebut karena tingginya kadar P tersedia tanah. Namun demikian, dari hasil penelitian Sylvia dan Schenck (1983), ada beberapa spesies sp FMA yang tahan terhadap kandungan P yang relatif tinggi, sehingga P tersedia tidak menghambat proses infeksi akar rumput bahia. Berdasarkan hasil analisis korelasi antar variabel pengamatan, diperoleh hanya 3 variabel pengamatan yang menunjukkan koefisien koef korelasi yang signifikan terhadap kadar minyak (crude ( oil) biji jarak pagar hasil koleksi, yaitu derajat kolonisasi FMA (r = 0,67; p<0,01), P tersedia (r = -0,66; p<0,01), 0,01), dan kadar debu tanah rizosfir (r = 0,47; p<0,05). 0,05). Namun, berdasarkan hasil analisis ana Best 2 Subset Regression (BSR), nilai R tertinggi, yaitu dengan memasukkan semua variabel pengamatan sebagai variabel X, hanya diperoleh R2 = 74,9% (Tabel 3), yang berarti sumbangan tertinggi dari semua variabel pengamatan terhadap variasi kadar minyakk biji jarak pagar hasil koleksi hanya mencapai 74,9%. Ini berarti masih terdapat variabel lain yang menetukan tinggi rendahnya kandungan minyak biji jarak pagar. Dengan analisis BSR juga diketahui bahwa peningkatan nilai R2 tertinggi 14%, yaitu dari satu variabel X (%-Kolonisasi) menjadi dua variabel X (%-Kolonisasi (% dan P-Bray1) sedangkan dengan menambahkan N-total, N hanya 2 diperoleh peningkatan R hanya 1,9% (Tabel 3). Dengan analisis regresi terhadap kadar minyak biji jarak pagar sebagai variabel Y, nilai R2 tertinggi diperoleh dari hubungannya dengan derajat kolonisasi, dengan pola hubungan yang menghasilkan nilai R2 tertinggi berbentuk linear, dengan persamaan regresi Y = 0,2388 X + 47,652
20 Media Bina Ilmiah (R2 = 0,4502; p=0,001), seperti tampak dalam Gambar 2. Tabel 3. Ringkasan hasil analisis Best Subset Regression terhadap kadar minyak biji jarak pagar dengan memasukkan secara bertahap semua variabel pengamatan
diperoleh bahwa kadar P tersedia tanah berkorelasi negatif dengan kandungan minyak biji jarak pagar. Karena pada umumnya kandungan P tersedia tanah yang tinggi bersifat menghambat infeksi FMA (Smith dan Read, 2008), maka diduga pengaruh kadar P tersedia tanah terhadap kadar minyak biji jarak pagar adalah secara tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap infeksi maupun derajat kolonisasi FMA. PENUTUP a. Simpulan Berdasarkan atas hasil-hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Dengan analisis regresi berganda, hanya dua variabel X yang, secara gabungan keduanya masih menunjukkan koefisien yang signifikan, yaitu derajat kolonisasi FMA sebagai X1 (p=0,002) dan P tersedia sebagai X2 (p= 0,002), dengan persamaan regresi Y = 52.6 + 0.187 X1 - 0.143 X2, sedangkan variabel pengamatan lainnya, jika ditambahkan sebagai variabel X dalam analisis regresi berganda tidak menghasilkan koefisien regresi yang signifikan.
2. Derajat kolonisasi akar oleh FMA juga bervariasi (3,1 – 42,5%), dengan pola hubungan linear terhadap kadar minyak (Y), dengan persamaan regresi Y = 0,2388 X + 47,652 dengan R2 = 0,4502 (p=0,001), yang berarti semakin tinggi derajat kolonisasi FMA pada akar maka kadar minyak biji jarak pagar semakin tinggi. 3. Dengan analisis Best Subset Regression diperoleh R2 tertinggi hanya 74,9%, yang berarti masih ada faktor lain yang menentukan tinggi rendahnya kadar minyak biji ekotipe jarak pagar yang terkoleksi.
60.0 Kadar minyak (%)
1. Dari 20 koleksi ekotipe tanaman jarak pagar diperoleh kadar minyak crude oil biji yang bervariasi dari terendah 43,98 sampai tertinggi 57,26% dengan empat ekotipe dengan kandungan minyak tertinggi berkisar 56,38-57,26%.
55.0 50.0 Y = 0.2388 X + 47.652 2
R = 0.4502
45.0 40.0 0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Derajat kolonisasi FMA (%)
Gambar 2. Pola hubungan (linear) antara derajat kolonisasi FMA dan kandungan minyak crude oil pada tanaman jarak pagar hasil koleksi Dari pola hubungan yang tampak pada Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa derajat kolonisasi FMA pada akar berkorelasi positif dan signifikan terhadap kandungan minyak biji jarak pagar. Dalam kaitan dengan hal ini, Puspitaningsih (2009) melaporkan bahwa inokulasi FMA sebanyak 500, 1000 dan 1500 spora per tanaman secara signifikan meningkatkan kadar minyak biji jarak pagar melalui peningkatan aktivitas enzim Asetil-KoA Karboksilase. Dari hasil analisis regresi berganda dalam pengujian ini
b. Saran Perlu dilakukan pengujian-pengujian lebih detail melalui percobaan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan dan kemampuan asosiasi berbagai ekotipe jarak pagar NTB terhadap kandungan minyak biji, disertai penelitian tentang faktor genetiknya, sehingga pada akhirnya akan diperoleh varietas unggul tanaman jarak pagar dengan kadar minyak tinggi dan berasosiasi tinggi dengan FMA, sehingga varietas tersebut akan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lahan marginal.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, J.M. and J.S.I. Ingram, 1993. Tropical Soil Biology and Fertility: A Handbook of Methods. 2nd edition. CAB International, Wallingford, UK. BPS NTB, 2003. NTB dalam Angka. BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Artikel Pendidikan 21 Giovannetti, M. and B. Mosse, 1980. An evaluation of techniques for measuring vesicular arbuscular mycorrhizal infection in roots. New Phytologist, 84:489-500. Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I.K. Reksowardojo, M. Rivai, M. Ihsanur, P. Suryadarma, S. Tjitrosemito, T.H. Soerawidjaja, T. Prawitasari, T. Prakoso dan W. Purnama, 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar Swadaya, Bogor. Hariyadi, 2005. Budidaya tanaman jarak (Jatropha curcas) sebagai sumber bahan alternatif biofuel. Senin, 17 Oktober 2005 13:02. http://www.ristek.go.id. Heller, J., 1996. Physic Nut. Jatropha curcas L. Promoting the conservation and use of underutilized and neglected crops. 1. Institute of Plant Genetics and Crop Plant Research, Gatersleben/International Plant Genetic Resource Institute, Rome Menge, J.A., 1983. Utilization of vesiculararbuscular mycorrhizal fungi in agriculture. Canadian Journal of Botany, 61:1015-1024. Olsen, S.R. and L.E. Sommers, 1982. Phosphorus. p.403-430. In¨A.L. Page et al. (Eds), Methods of Soil Analysis. Part 2. Chemical and Microbiological Properties. Second edition. Madison, Wisconsin, USA: American Society of Agronomy, Inc. Puspitaningsih, Y., 2009. Pengaruh mikoriza vesikular arbuskular terhadap aktivitas enzim
Asetil-KoA Karboksilase dan kadar minyak jarak pagar (Jatropha curcas L.). Tesis Magister Bioteknologi SITH, IPB, Bogor. Smith, S.E. and D.J. Read, 2008. Mycorrhizal Symbiosis. Third Edition. New York: Academic Press. Suwarni, Y.T., 2005. Jatropha oil: a promising, clean alternative energy. The Jakarta Post, 5 July 2005. Sylvia, D.M. and N.C. Schenck, 1983. Application of superphosphate to mycorrhizal plants stimulates sporulation of phosphorus-tolerant vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi. New Phytologist, 95: 655-661. Van Steenis, C.G.G.J., 1978. Flora. Cetakan Kedua, Penerjemah: Surjowinoto,M., Hardjosuwarno,S., Adisewojo,S.S., Wibisono, Partodidjojo,M., Wirjahardja, S., PT. Pradnya Paramita. Wangiyana, W., 2004. Farming Systems Management of Arbuscular Mycorrhizal Fungi for Sustainable Crop Production in Rice-based Cropping Systems. Ph.D. Thesis. University of Western Sydney, Australia (http://library.uws.edu.au/). Wijanarko S., 2005. Primadona minyak jarak: menjaga rakyat dari kemiskinan dan krisis BBM. 14 Oktober 2005. http://www.jarakpagar.com.