perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTERPRETASI PELAJAR SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TENTANG PENDIDIKAN SEKS DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Interpretasi Pelajar SMA Negeri 1 Karanganyar Tentang Pendidikan Seks dan Perilaku Seks Pranikah )
Oleh : DICKY RANGGA KUSUMA D3207017
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polotik
JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2011to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Drs. Argyo Demartoto, M.Si NIP. 19650825 199203 1 003
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id PENGESAHAN
Telah Disetujui Dan Diuji Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari
:
Tanggal
:
Panitia Penguji Prof. Dr. RB. Soemanto, MA. NIP : 194709141976121001
(____________________ ) Ketua
Siti Zunariyah S, Sos, M.Si NIP : 197707192008012016
(____________________ ) Sekretaris
Drs. Argyo Demartoto, M,Si NIP : 196508251992031003
(____________________ ) Penguji 1
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Drs. Pawito, Ph.D commit to user NIP.195408051985031002
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur, karya sederhana ini dipersembahkan kepada yang terkasih dan tercinta :
Keluargaku Ayah dan Ibu, sebagai wujud rasa hormat, bakti dan tanggungjawabku Keluarga Besarku Kakek, Nenek dan saudarasaudaraku sebagai rasa kebanggaannya Adikku Anggraini Kusuma Dewi Almamater ku……………
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id MOTTO
Memiliki sedikit pengetahuan namun dipergunakan untuk berkarya jauh lebih baik daripada memiliki pengetahuan luas namun mati tak berfungsi. (Khalil Ghibran)
Jika anda memiliki kemampuan untuk menang, anda telah memperoleh setengah dari keberhasilan anda, jika anda tidak memilikinya, anda telah memperoleh setengah dari kegagalan anda. (David Abrose)
Seseorang yang optimis melihat suatu kesempatan dalam setiap bencana, seorang pesimis
melihat
bencana dalam setiap kesempatan. (Herbert V. Prochnow)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati saya panjatkan puji syukur pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi. Dalam melaksanakan penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan baik materiil maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang ditujukan kepada: 1. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Dr. Bagus Haryono, M. Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Th. A. Gutama, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Argyo Demartoto, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bpk dan Ibu saya yang telah memberikan dukungan baik secara moril dan materiil sehingga tugas ini terasa ringan untuk dijalankan. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari orang tua hal ini tidaklah ada artinya. 6. Seluruh Guru, Karyawan dan Siswa SMA N 1 Karangayar, terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini. 7. Adik tercinta, beserta pendamping setiaku Mirantika Emma terima kasih atas dukungan, cinta, kasih sayang, doa dan semangatnya yang selama ini membantu dalam penyusunan skripsi ini. 8. Keluarga besar Vila Bengawan Mas (VBM) Kesey, Ajik Gete, Didik, Insan, Akbar yang telah memberikan wadah untuk tempat saat sedang susah maupun senang, kegembiraan ini dapat terasa jika kebersamaan kita tetap terjaga. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Keluarga besar seni bela diri pencak silat dan pernafasan Merpati Putih, Tapak Suci juga Padepokan Gendher yang telah memberikan bekal kemantapan fisik maupun spiritual kepada penulis sehingga penulis senantiasa optimis dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. 10. Teman-teman Sosiologi FISIP UNS 2007, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini. 11. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan pembuatan penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta,
Juni 2011
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................
ix
DAFTAR MATRIKS ............................................................................................
x
DAFTAR BAGAN ................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................
xii
HALAMAN ABSTRAK .......................................................................................
xiii
HALAMAN ABSTRACT .....................................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah.................................................................................
14
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
15
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
15
E. Landasan Teori.....................................................................................
15
F. Definisi Konseptual ..............................................................................
24
1. Interpretasi ………………………………………………………..
24
2. Pelajar …………………………………………………………….
26
3. Pendidikan Seks ………………………………………………….
26
4. Perilaku Seks Pranikah……………………………………………
29
G. Penelitian Terdahulu …………………………………………………
31
H. Kerangka Berpikir ................................................................................
35
I. Metode Penelitian……………………………………………………..
37
1 Lokasi Penelitian ..............................................................................
37
2 Jenis Penelitian .................................................................................
37
3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling........................................... commit to user 4 Sumber Data .....................................................................................
37
viii
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
39
6.Validitas Data ...................................................................................
39
7.Teknik Analisis Data ........................................................................
40
BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .....................................................
43
A. Gambaran Umum SMA N 1 Karanganyar ...........................................
43
B. Gambaran Khusus SMA N 1 Karanganyar...........................................
58
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................
62
A.HASIL PENELITIAN ...........................................................................
62
1. Karakteristik Responden .................................................................
62
2. Karakteristik Informan ....................................................................
67
3. Arti dan Peran Pendidikan Seks ......................................................
69
4. Beberapa Faktor yang Berkaitan Dengan Pendidikan Seks………
94
5. Interpretasi Pelajar Tentang Motivasi Berpacaran, Perilaku Berpacaran dan Perilaku Seks Pranikah………………………….
122
B.PEMBAHASAN .................................................................................... 139
BAB IV. PENUTUP .............................................................................................. 148 A.KESIMPULAN ..................................................................................... 148 B.IMPLIKASI ........................................................................................... 151 1. Implikasi Teoritis ………………………………………………...
151
2. Implikasi Metodologis …………………………………………… 154 3. Implikasi Empiris ………………………………………………… 156 C.SARAN .................................................................................................. 158
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Distribusi Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 ...........................................................................................
54
Tabel 2 Bobot Sanksi Pelanggaran Tata Tertib Siswa SMA N 1 Karanganyar Berlaku Dalam Kurun Waktu Selama Menjadi Siswa……………. ..
58
Tabel 3 Akumulasi Bobot & Sanksi…………………………………………
60
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR MATRIKS
Halaman Matriks 1. Karakteristik Responden.......................................................
66
Matriks 2. Karakteristik Informan..........................................................
69
Matriks 3. Arti Pendidikan Seks dan Perannya Bagi Pelajar ................
75
Matriks 4. Peran Pendidikan Seks di Sekolah........................................
82
Matriks 5. Sumber Pengetahuan dan Informasi Tentang Seks dan Seksualitas…………………………………………………… 87 Matriks 6. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Seks……………………
93
Matriks 7. Hubungan Responden Dengan Keluarga...............................
99
Matriks 8. Lingkungan Pergaulan...........................................................
105
Matriks 9. Faktor Media Televisi…………………………………...….
111
Mariks 10. Faktor Media Audio Visual Bagi Remaja………………….
117
Matriks 11. Faktor Media Internet……………………………………..
112
Matriks 12. Motivasi Berpacaran…. ………………………………….
126
Matriks 13. Perilaku Dalam Berpacaran……………………………….
131
Matriks 14. Perilaku Seks Pranikah….. ………………………………..
138
Matriks 15. Tujuan Penerapan Pendidikan Seks di SMA Negeri 1 Karanganyar………………………………………………..
142
Matriks 16. Tahap Interpretasi Pelajar SMA Negeri 1 Karanganyar Tentang Pendidikan Seks dan Perilaku Seks Pranikah…….. 146
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 1. Skema Teori Aksi......................................................................
23
Bagan 2. Kerangka Berpikir.....................................................................
36
Bagan 3. Skema Model Analisis Interaktif…. ………………………….
42
Bagan 4. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Karanganyar……………..
52
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gedung Tampak Depan Lokasi Penelitian SMA N 1 Karanganyar Lampiran 2. Lokasi Penelitian Gedung Bagian Dalam SMA N 1 Karanganyar Lampiran 3. Suasana Saat Belajar Mengajar SMA N 1 Karanganyar Lampiran 4. Peneliti Melakukan Wawancara Dengan Guru SMA N 1 Karanganyar Lampiran 5. Peneliti Mewawancara Responden Responden Laki-Laki Lampiran 6. Peneliti Melakukan Wawancara Dengan Responden Perempuan Lampiran 7. Peneliti Melakukan Wawancara 4 Orang Responden
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ABSTRAK
DICKY RANGGA K, D3207017, INTERPRETASI PELAJAR SMA NEGERI 1 KARANGAYAR TENTANG PENDIDIKAN SEKS DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH. Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Interpretasi Pelajar SMA Negeri 1 Karanganyar Tentang Pendidikan Seks dan Perilaku Seks Pranikah, Skripsi Jurusan Sosiologi, FISIP UNS, 2011. Globalisasi dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi disadari memberikan kemajuan yang sangat pesat terhadap proses pembangunan di berbagai sektor. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa arus global turut serta mengubah terjadinya perubahan perilaku dan interpretasi manusia terhadap nilai luar. Artinya dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi terjadilah banyak perubahan sosial yang serba cepat hampir pada semua kebudayaan manusia dan mempengaruhi pola-pola kehidupan manusia terutama pada remajanya seperti dalam hal pergaulan, cara pandang, gaya hidup bahkan pada pola perilaku seks yang cenderung konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interpretasi pelajar SMA Negeri 1 Karanganyar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Karanganyar khususnya di SMA Negeri 1 Karanganyar dengan menerapkan studi deskriptif kualitatif yang berusaha menggambarkan dengan jelas dan mudah dipahami setiap kondisi lapangan yang dijumpai. Sampel diambil berdasarkan purposive samping dengan menerapkan maximum variation. Jumlah responden yang diambil adalah 11 orang, terdiri dari 5 orang pelajar laki-laki dan 6 orang pelajar perempuan, serta enam orang informan yang terdiri dari 2 orang guru dan 4 orang tua responden. Dalam penelitian mengenai interpretasi pelajar SMA Negeri 1 Karanganyar diketahuia bahwa pendidikan seks pada dasarnya merupakan penerangan tentang masa tumbuh kembang remaja atau psikologi remaja (perubahan fisik dan emosi) dan juga penjelasan mengenai kesehatan reproduksi, anatomi dan fisiologi organ reproduksi, penyakit menular seksual dan juga bagaimana menjaga perilaku seksualnya sehingga tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Termasuk didalamnya pengarahan mengenai pergaulan remaja yang memuat unsur-unsur tata tertib, norma-norma dan aturan dalam pergaulan (pacaran). Pada umumnya mereka menyatakan bahwa pendidikan seks sangat penting diberikan pada remaja tidak setuju apabila masalah seks dianggap tabu untuk diketahui karena, kalau masalah seks tersebut tetap dianggap tabu maka remaja akan semakin buta dalam memahami arti dari seks itu sendiri. Pada umumnya orang tua memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih teman bergaul. Pelajar mendapatkan pengetahuan tentang seks dari sekolah atau guru, majalah, koran, dan juga televisi. Sebaiknya pelajar diberikan penyuluhan tentang seks bebas termasuk juga didalamnya diberikan kerugian, serta penanaman norma dan etika yang dilakukan oleh keluarga sejak dini sebagai upaya pencegahan agar remaja tidak terjerumus dalam pergaulan yang menyimpang. Kata Kunci
: Interpretasi, pelajar, pendidikan seks, perilaku seks pranikah.
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ABSTRACT
DICKY RANGGA K, D3207017, INTERPRETATION OF SENIOR HIGH SCHOOL 1 KARANGANYAR’S STUDENTS ABOUT SEX EDUCATION AND FREE SEX BEHAVIOR Globalization and advance on the knowledge, technology, and communication actually gives the rapid progress on process of sector development. Nevertheless, it changes human’s interpretation and behavior about the norm. It also makes alteration almost on social life and human’s culture especially on a teenager’s life include of their association, paradigm, lifestyle, even sex behavior. The aim of this research is for knowing interpretation of Senior High School 1 Karanganyar’s students about sex education and free sex behavior. This research is located in Karanganyar regency especially in Senior High School 1 Karanganyar that use qualitative descriptive study describing clearly and understandable on whole of area. Sample is taken based on purposive sampling using maximum variation. Total sample is 11 students, consist of 5 man students and 6 woman students. The amount of informant is 6 consist of 2 teachers and 4 student’s parents. In this research, based on the interpretation of Senior High School 1 Karanganyar‘s students that sex education is a study about teenager’s development term or their psychology include of physic and emotion alteration. It also describes reproduction health, anatomy, physiology of reproduction organ, sexual transmitted diseases, and also the way for keeping their sex behavior appropriates with social norm. Include of the regulation and norm in a teenager’s association. Based on their impression, sex education is so important given to teenager. They don’t think that sex education is a taboo thing. In a general, parents give freedom for their child for choosing friend and environment themselves. Students get sex knowledge from the school or teachers, magazines, newspaper, and also television. Students should be given an illumination about free sex, applying norm and ethics in their family as the avoidance in order that teenager won’t fall into wrong association. Keywords
: interpretation, students, sex education, free sex behavior.
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perkembangan hidupnya manusia dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari luar dirinya sendiri dan faktor-faktor yang berasal dari luar pribadinya. Untuk menentukan faktor mana yang paling dominan dalam pembentukan kepribadian manusia, hingga saat ini tidak dapat ditentukan secara mutlak. Diri pribadi manusia lazimnya terdiri dari tiga aspek pokok. Aspek pertama adalah rasionya atau disebut kognitif manusia, aspek kedua adalah emosinya atau disebut afektif manusia dan aspek ketiga merupakan penyerasian antara aspek kognitif dan aspek afektif yang disebut konatif atau kehendak manusia. Sedangkan dari luar pribadinya manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial yaitu segala faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan pribadi manusia yang berasal dari luar diri pribadi. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi berpengaruh pula pada perubahan sosial yang serba cepat hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan sosial tersebut mempengaruhi pola-pola kehidupan manusia terutama bagi para remaja misalnya saja dalam hal pergaulan, cara pandang, cara pikir, bahkan sampai pada pola perilaku seks yang cenderung konvensional. Adakalanya terjadi proses keluar
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari rel daripada pola-pola seks yaitu, keluar dari jalur-jalur konvensional kebudayaan. Pola seks itu lalu dibuat menjadi Hyper modern dan radikal sehingga bertentangan dengan sistem. (Soekanto,1992:56). Pada beberapa dekade terakhir ini terjadi perubahan-perubahan mengenai perilaku seks dan norma-norma seks baik di negara industri maupun negara berkembang. Proses perubahan tersebut berjalan terus menerus dan manusia terus bertambah agresif terhadap perilaku seks pranikah. Di Indonesia perubahan sudah mulai terjadi setidak-tidaknya pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat misalnya saja kelompok remaja. Perubahan tersebut kiranya dapat dikaitkan dengan perubahan sosial, ekonomi, pendidikan, kurangnya kontrol sosial, bertambahnya kebebasan, bertambahnya mobilitas muda-mudi, meningkatnya usia perkawinan serta rangsanganrangsangan
seks
melalui
berbagai
sarana
hiburan
dan
media
massa
(Singarimbun,1996:112). Perubahan tata nilai terutama di daerah perkotaan mempengaruhi perilaku seksual masyarakat. Pada masyarakat perkotaan perilaku seks cenderung permisif. Sarana hiburan memberi peluang terjadinya perilaku seks yang bebas. Seks bebas dipilih sebagai penyaluran rasa ingin tahu dan ingin menikmati, akibatnya perilaku seks pranikah semakin menunjukkan arah yang kian menyimpang dari norma. Kondisi ini mulai menjalar ke daerah-daerah pinggiran bahkan sampai daerah pedesaan.
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dikalangan remaja kita masalah seksualitas sepertinya belum sepenuhnya dipahami. Hal ini dikarenakan pendidikan mengenai masalah seks yang mereka dapatkan dirasa masih kurang baik itu dilingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Sikap mentabukan pembicaraan mengenai masalah seks yang dianut oleh sebagian masyarakat kita membuat permasalahan mengenai seks semakin sulit dipahami. Tidak jarang orang tua cenderung menutup-nutupi ketika seorang anak bertanya mengenai masalah seks. Sikap mentabukan masalah seks tersebut bisa dilihat seperti yang dilakukan oleh orang tua khususnya para ibu, yang menganggap bahwa masalah seks itu tidak boleh diketahui dan dibicarakan oleh anak-anak terutama bagi mereka yang belum menikah. Mereka beranggapan anak-anak tersebut akan mengetahui masalah seksualitas dengan sendirinya setelah mereka dewasa dan sudah menikah, padahal tidak jarang pula banyak dari orang dewasa yang sudah siap menikah dan bahkan sudah menikah kurang begitu memahami masalah tentang seksualitas. Sebagai contoh ada sebagian gadis yang sudah siap menikah bahkan sudah menikah tidak mengetahui apa itu masa dan kapan ia mendapatkan masa subur. (Sarwono 2001:146) Disamping sikap tidak tahu yang dilakukan oleh orang tua terhadap masalah seksualitas, sampai saat ini banyak sekali orang tua yang merasa masih kesulitan dan bingung menjawab pertanyaan anak-anak meraka (bahkan yang dibawah umur), seputar masalah seksualitas maupun hal-hal yang berhubungan dengan alat-alat reproduksi, mestilah hal tersebut dijelaskan dengan gamblang, apa adanya? Para orang tua senantiasa dihadapkan pada dilema. Dijelaskan susah,
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak dijelaskan semakin lebih parah. Anak semakin buta lalu bertindak sekehendaknya. Informasi yang berseliweran soal seks pun sudah ada di sekitar mereka. Masalah yang sering membuat orang tua kebingungan menjawab pertanyaan anak-anak tersebut misalnya saja, ketika ada seorang anak mereka yang bertanya mengapa antara anak laki-laki dan perempuan itu berbeda dalam hal alat reproduksi (alat kelamin), dari mana seorang bayi itu bisa ada (lahir dan keluar), mengapa wanita mesti haid, mengapa wanita bisa hamil, apa itu aborsi, apa artinya diperkosa dan lain lain. Hal ini tidak dapat dikesampingkan begitu saja mengingat daya pikir anak-anak bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan seks, mengapa? Karena seksualitas memang berkembang sejak masa bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Perkembangan itu mereka juga merasakan sehingga muncul keingintahuan dan mengenal segala sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas. Dipihak lain, makin banyak informasi dari media masa tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah seksualitas, termasuk adegan yang erotik. Tidak aneh jika kemudian anak mengajukan pertanyaan tentang apa yang dirasakan, didengar dan berkaitan dengan seksualitas. Jadi wajar apabila pertanyaan itu muncul karena mereka (anak), mendengar dan mengalami semua. Kesulitan orang tua dalam memberikan penjelasan tentang masalah seksualitas tersebut dikarenakan banyak dari orang tua itu sendiri kurang begitu memahami masalah mengenai seksualitas, terkadang meraka masih bingung kapan mulai memberikan pengertian masalah seks, dari umur berapa dan dari
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mana mereka akan memulai pembicaraan masalah mengenai seksualitas itu sendiri. Akhirnya banyak orang tua yang beranggapan dan melimpahkan semua permasalahan tersebut pada pendidikan sekolah, mereka berpikir biarlah pihak sekolah yang akan memberikan pengertian serta penjelasan mengenai masalah seksualitas. Ironisnya dari pihak sekolah sendiri banyak yang belum menerapkan pendidikan seks dan belum terbuka mengenai seksualitas. Pada era modern seperti sekarang ini semestinya permasalahan mengenai seks bukanlah hal yang tabu lagi, hal ini dikarenakan pendidikan mengenai masalah seks itu sendiri sangat penting bagi anak-anak yang sudah memasuki usia pubertas (akhil baligh), karena seks itu sendiri merupakan kebutuhan bagi setiap individu (makhluk hidup) bahkan juga binatang akan tetapi, ada normanorma serta aturan yang mengatur mengenai masalah seks itu sendiri agar hal tersebut tidak disalahgunakan. Masalah seks bukan hanya masalah hubungan seksual semata-mata. Sikap mentabukan pembicaraan mengenai masalah seksualitas mengakibatkan sebagian besar remaja kehilangan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, kebutuhan, harapan, permasalahan dan ketakutan meraka pada seksualitas. Pada akhirnya, remaja kehilangan kesempatan untuk mengetahui atau memahami seksualitas secara benar dan proposional sesuai fungsi dan tujuan dasarnya (Efendi, 1986:169). Berbicara masalah seks dan seksualitas, maka sebenarnya tidak hanya membicarakan mengenai masalah hubungan seksual dan hal-hal yang negatif
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seperti anggapan masyarakat selama ini. Berbicara masalah seksualitas artinya kita membicarakan tentang kesehatan reproduksi, anatomi dan fisiologi organ reproduksi, penyakit menular seks dan lain-lain. Jika kita mau menelusuri lebih jauh sebenarnya masalah seks sangat luas sekali dimensinya, bisa fisik, mental maupun sosial. Dari sudut dimensi fisik ini berarti kita harus bisa mengerti anatomi, fisiologi organ-organ reproduksi dan harus tahu bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksinya. Dari dimensi mental/psikologis, artinya kita harus bisa mengerti sifat-sifat yang berkaitan dengan seks, perilaku seks, dan dapat mengatasi dorongan seksualitas terhadap lawan jenis secara tepat. Dari dimensi sosial ini berarti banyak berkaitan dengan lingkungan masyarakat sekitar dalam hal seksualitas misalnya, kita harus dapat menjaga perilaku seksualitas kita sehingga tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Dari gambaran tersebut diatas dapat dipahami dan disadari bahwa pendidikan seks sangat penting untuk diberikan. Akan tetapi pendidikan seks itu sendiri sering menimbulkan kontroversi, disatu sisi hal tersebut sangat diperlukan karena sebagai salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit menular yang diakibatkan oleh seks. Tetapi disisi lain orang tua atau pendidik jadi tidak mau berterus terang dan terbuka pada anak-anak atau anak didiknya mengenai masalah seksualitas, mereka takut kalau anak-anak tersebut jadi ikut-ikutan mau
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan seks sebelum waktunya (sebelum menikah). Seks kemudian menjadi tabu untuk dibicarakan walaupun antara anak dengan orang tua mereka sendiri. Pandangan pro kontra pendidikan seks ini pada hakikatnya tergantung sekali pada bagaimana kita mendefinisikan pendidikan seks itu sendiri. Jika pendidikan seks diartikan sebagai pemberian informasi mengenai seluk beluk anatomi dan proses teknik pencegahannya (alat kontrasepsi), maka kecemasan tersebut di atas memang beralasan. Pada dasarnya pendidikan seks bukan penerangan mengenai masalah seks semata-mata. Pendidikan seks pada umumnya diberikan secara kontekstual, yaitu dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, apa yang dilarang, apa yang lazim, dan bagaimana cara melakukan tanpa melanggar aturan. (Sarwono 2001:183). Pentingnya informasi tentang seks bagi remaja dikarenakan pada saat remaja, seorang mulai mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa termasuk dalam aspek seksualnya, dimana pada masa ini hormon seksual yang ada dalam diri remaja mulai aktif yang salah satu akibatnya adalah menimbulkan dorongan seksual dalam diri. Dorongan seks tersebut yang mengakibatkan remaja mulai atau sering mencari informasi soal seks. Artinya proses kematangan alat reproduksi setelah meningkat menjadi dewasa remaja justru membutuhkan pelayanan yang baik dan informasi yang baik. Dalam masa remaja terdapat beberapa perubahan yang terjadi, misalnya dari bentuk badan, jerawat, bulu-bulu pada tempat tertentu, kemudian alat kelamin,
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jakun, dan sebagainya. Perubahan pada remaja putri, misalnya tumbuhnya payudara, jerawat, bulu-bulu pada tempat tertentu, mungkin sebagian remaja menganggap hal itu biasa, kalau sudah mendapatkan penerangan (informasi). Tetapi bagi yang tidak, hal tersebut membuat rasa cemas, takut, malu sehingga kalau bertanya. Tanda alat reproduksi ini sudah matang adalah dengan tanda datangnya haid pada remaja putri serta datangnya mimpi basah bagi remaja putra. Semua manusia akan mengalami masa ini dan hanya saja remaja sekarang tidak tahu akan tanya pada siapa. Kadanag juga ada remaja yang memilih diam saja dalam menyikapi hal ini. matangnya proses reproduksi ini tidak sekedar datangnya haid atau mimpi basah saja, tetapi yang terpenting disini adalah libido atau dorongan seks. Libido atau dorongan seks ini anugerah dari Tuhan, memang diciptakan seiring dengan kematangan alat reproduksi. Ada remaja yang kadang-kadang bingung karena ada sesuatu yang lain dari dirinya. Dia mulai tertarik lawan jenisnya. Dia mulai memperhatikan penampilan dirinya, dia berusaha menarik perhatian lawan jenis. Semakin lama mereka semakin tumbuh dewasa, dorongan seks semakin mendesak, padahal kalau mereka masih sekolah berarti penundaan usia kawin. Sementara informasi, tidak jelas atau tidak ada, kalaupun ada mereka pun tidak tahu dimana mencarinya. Harusnya mereka bisa bertanya pada orang tua, tetapi sebagian orang tua kadang mentabukan untuk membicaraan mengenai seks kepada anak mereka sendiri. ( Wilson, 2007:72).
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selama ini remaja kita memperoleh pendidikan seks dari tiga unsur yaitu orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar. 1. Lingkungan Keluarga Keluarga adalah lembaga pertama dan yang utama melakukan sosialisasi
terhadap
anaknya.
Dalam
keluargalah
pendidikan
dan
pembudayaan diusia dini bahkan di awal kejadian janin dibangun fondasinya. Karakter dasar dan kejiwaan umumnya terbentuk di usia awal ini, disaat anak sedang berada dalam asuhan penuh orang tua dan keluarganya. Dalam keluarga individu belajar mengenal makna cinta kasih, simpati, ideologi, bimbingan dan pendidikan dari orang tua sebelum seorang anak tersebut mengenal lingkungan luar yang lebih luas termasuk didalamnya norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadianya. Dalam kaitannya dengan pendidikan seks, sebagai pendidik yang utama orang tua diharapkan dapat memberikan pendidikan mengenai seks secara tepat kepada anaknya, akan lebih baik jka orang tua bisa berdialog terbuka dan kritis dengan anak-anaknya dirumah, dan berdiskusi tentang informasi yang didapat anak dari sumber luar. Keterbukaan dengan cara yang etis dan santun dalam penyampaian informasi seperti bahaya obat dan narkotika, tentang etika pergaulan atau tentang masalah seksualitas, hal ini sangat perlu dilakukan, pendidikan seks sejak dini diharapkan dapat mencegah perilaku seks negatif (seks pranikah). Dengan pendidikan yang intensif
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diharapkan anak atau remaja harus sudah dapat berfikir cerdas dan rasional akan dampak yang ditimbulkan dari seks pranikah. Namun berbeda dengan hasil riset Benet dan Dickson bahwa pemberian informasi tentang seks dari orang tua belum tentu lebih baik daripada informasi dari sumber lain, demikian menurut hasil riset dari Kallen Stephenson dan Noughty (1983). Sejalan dengan hasil penelitian diatas, memang banyak orang tua sendiri yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anak remaja mereka. Selain sikap orang tua yang masih kuatnya berlaku tabu sehubungan dengan masalah seks, orang tua juga sering kurang paham perihal masalah yang satu ini. Pengetahuan yang terbatas itulah yang menyebabkan orang tua kurang dapat berfungsi sebagaimana sumber dalam pendidikan seks. 2. Lingkungan Sekolah Sekolah juga berperan terhadap perkembangan jiwa seseorang individu dan pola hidup, sebab kelompok sepermainan biasanya tumbuh di lembaga pendidikan formal selain itu, kondisi sekolah dan sistem pengajaran yang kurang menguntungkan siswanya dapat menjerumuskan mereka pada kenakalan remaja. Pola hidup yang berkembang di sekolah dewasa ini terutama memberikan tekanan pada materialisme, mengenai masalah seks pengetahuan yang diberikan sekolah terhadap siswanya dinilai masih kurang. Kurikulum sekolah pun tidak mencantumkan adanya pendidikan seks. Mata
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelajaran yang diberikan mengenai pengetahuan reproduksi masih berkisar pada pengetahuan yang umum. (Soekanto,1992:25). Untuk memprogramkan pendidikan seks sebagai bagian dari kurikulum sekolah, memerlukan pemikiran yang mendalam. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan formal di Indonesia menganut azaz sistem tunggal. Artinya, materi kurikulum berlaku diseluruh Nusantara, padahal jika menyangkut mengenai seks, setiap daerah bahkan setiap keluarga mempunyai kondisi khusus yang berbeda dari daerah atau keluarga lain. Sesuatu yang lazim di keluarga atau daerah tertentu bisa jadi sangat aneh dikeluarga atau daerah lain. Sehingga di Indonesia yang sangat bervariasi ini, sulit diterapkan pendidikan seks melalui jalur formal, selama jalur ini masih berpola sistem tunggal. Pendidikan seks di Indonesia menemukan bentuknya dalam jalur-jalur pendidikan non formal seperti dalam ceramah-ceramah, kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler di sekolah, sarasehan, rubrik-rubrik remaja di media massa dan lain-lain. Bentuk pendidikan seks yang non formal ini lebih luwes dan bisa selalu disesuaikan dengan kondisi tempat dan waktu sehingga tidak menimbulkan dampak sampingan yang tidak diharapkan. 3. Lingkungan Sekitar Lingkungan sekitar merupakan lingkungan yang sangat kompleks sifatnya dan juga sangat berpengaruh pada perkembangan remaja. Mulai dari teman pergaulan, masyarakat dan juga teknologi yang menjamur di sekitar
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kita, dari sini remaja dapat memperoleh berbagai informasi sehingga remaja harus pandai-pandai memfilterkan informasi yang mereka dapatkan. Mengenai pergeseran norma seksual remaja, Sarlito Wirawan Sarwono berkata
sebagai
berikut
“Kesimpulan
utama
dari
penelitian
yang
diselenggarakan adalah sedang terjadi pergeseran norma-norma tentang perilaku seksual di kalangan remaja. Hal-hal yang ditabukan oleh remaja tahun 50-an seperti berciuman dan bercumbuan sekarang dibenarkan oleh remaja. Bahkan ada sebagian kecil yang setuju pada free sexs, bukan itu saja, sebagian responden juga mengakui pernah berhubungan seks. Umumnya dengan pelacur, wanita dewasa atau teman, tetapi ada juga yang bersenggama dengan pacarnya”. (Singarimbun,1996:112). Remaja sejalan dengan perkembanganya mulai kembali bereksploitasi dengan diri, nilai-nilai, identitas peran, dan perilakunya. Dalam masalah seksualitas remaja sering kali bingung dengan perubahan yang terjadi pada dirinya, benarkah ia normal, adakah orang lain yang mengalami hal yang sama? Kebutuhan remaja ini tentu saja harus ditanggapi dengan benar dan proporsional oleh pendamping (guru, orang tua, dan masyarakat umum) jika kebutuhan ini tidak ditanggapi dengan baik maka mereka akan mencari sumber-sumber lain yang cukup dekat dengannya namun belum tentu memberikan informasi yang benar. Lingkungan di sekitar SMA N 1 Karanganyar mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan diri para pelajar, dimana letak SMA N 1
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karanganyar sangat berdekatan dengan terminal dan alun-alun yang mempunyai konotasi negatif dalam pandangan masyarakat kita. Banyak perjudian, minum-minuman keras dan obat terlarang, budaya nongkrong, penjualan media-media bahkan yang berbau porno hingga tidak menutup kemungkinan adanya prostitusi yang berkembang di lingkungan ini. Secara tidak langsung kondisi seperti ini berpengaruh sekali pada para pelajar SMA tersebut. Mengenai fenomena seks pranikah, di SMA N 1 Karanganyar sendiri hal tersebut pernah terjadi, terbukti dengan adanya kejadian siswa yang hamil diluar nikah. Secara umum angka seks pranikah di SMA N 1 Karanganyar tidak menunjukkan angka yang tinggi (dalam artian tidak sering terjadi), sampai dengan bulan Juni 2010 hanya ada kurang lebih 0,02% kasus yang terjadi. Akan tetapi hal tersebut menimbulkan keresahan dalam lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan mampu membentuk benteng pertahanan moral dengan memberikan penjelasan dan pengarahan yang benar mengenai informasi seksualitas. Dengan demikian penjelasan (pendidikan) yang benar mengenai masalah seksualitas yang didapat pelajar di sekolah tidak langsung berakibat negatif pada pembentukan interpretasi pelajar tentang perilaku seks pranikah. Interpretasi pelajar dalam mengolah informasi seksual yang masuk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penting adalah bagaimana pendidikan atau penjelasan mengenai seks yang diterima pelajar di
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekolah mengenai nilai-nilai yang benar tentang masalah seksualitas, sehingga pelajar dapat mengolah secara benar informasi tentang masalah seksualitas. Sekarang ini tingkah laku seksual remaja tidak menguntungkan nampaknya. Karena remaja merupakan masa peralihan ke masa dewasa, termasuk dalam aspek seksualnya. Dengan demikian memang dibutuhkan sikap yang bijaksana dari orang tua, pendidik dan masyarakat pada umumnya dan tentunya dari remaja itu sendiri, agar mereka dapat melewati masa transisi itu dengan selamat. Keadaaan rawan ini justru lebih banyak terjadi pada lingkungan pelajar. Lingkungan ini justru merupakan lingkungan yang sangat mudah terhadap masuknya bebagai pengaruh negatif pada diri para remaja dimana kita ketahui pada masa ini mereka mengalami masa transisi, masa pencarian diri, sehingga wajar apabila mereka banyak “bercermin” dari semua yang ada disekitarnya.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah interpretasi pelajar SMA N 1 Karanganyar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah?”.
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. TUJUAN PENELITIAN Pada umumnya setiap kegiatan yang dilakukan selalu didasarkan oleh seperangkat tujuan yang hendak dicapai. Tidak ubahnya dengan penelitian yang lainnya, penelitian ini juga memiliki tujuan yang hendak dicapai, yaitu: untuk mengetahui interpretasi pelajar SMA N 1 Karanganyar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah.
D. MANFAAT PENELITIAN Dengan diadakannya penelitian ini, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat. Manfaat yang diharapkan adalah: 1. Dapat memberikan sumbangan teoritis mengenai masalah seksualitas. 2. Secara praktis dapat memberikan masukan pada pihak-pihak terkait mengenai pentingnya pendidikan seks di kalangan remaja.
E. LANDASAN TEORI Teori adalah seperangkat pernyataan-pernyataan yang secara sistematis berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang saling kait-mengait yang menghadirkan suatu tinjauan sistematis atas fenomena yang ada dengan menunjukkan hubungan yang khas di antara variabel-variabel dengan maksud memberikan eksplorasi dan prediksi. Di samping itu, ada yang menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang mempunyai kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda. Teori harus mengandung konsep, pernyataan (statement), definisi, baik itu definisi teoritis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan logis antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori di dalamnya harus terdapat konsep, definisi dan proposisi, hubungan logis di antara konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan prediksi. (Ritzer, 1983:137) Suatu teori dapat diterima dengan dua kriteria pertama, yaitu kriteria ideal, yang menyatakan bahwa suatu teori akan dapat diakui jika memenuhi persyaratan. Kedua, yaitu kriteria pragmatis yang menyatakan bahwa ide-ide itu dapat dikatakan sebagai teori apabila mempunyai paradigma, kerangka pikir, konsepkonsep, variabel, proposisi, dan hubungan antara konsep dan proposisi. Dalam pembahasan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan dengan disiplin sosiologi. Salah satu paradigma yang ada dalam ilmu sosiologi yaitu paradigma Definisi Sosial. Max Weber pengemuka eksemplar dari paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai ilmu, yang berusaha menafsirkan dan memahami tindakan atau perilaku sosial serta antar hubungan sosial. Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan pada orang lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu, atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akibat pengaruh dari situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Dalam mempelajari tindakan sosial, Weber menganjurkan melalui penafsiran dan pemahaman atau menurut terminologi Weber sendiri, dengan verstehen. Peneliti sosiologi harus mencoba menginterpretasikan tindakan si aktor dalam artian yang mendasar, sosiologi harus memahami motif dari tindakan si aktor. Dalam memahami motif tindakan si aktor ada dua cara menurut Weber yaitu melalui kesungguhan dan mencoba mengenangkan dan mengalami pengalaman si aktor. Aspek pemikiran Weber yang paling terkenal yang mencerminkan tradisi idealitas adalah tekanannya pada verstehen (pemahaman subyektif) sebagai metode untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektif tindakan sosial. Bagi Weber istilah ini tidak
hanya sekedar merupakan
introspeksi. Introspeksi bisa memberikan seseorang pemahaman akan motifnya sendiri atau arti-arti subyektif tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti subyektif dalam tindakan-tindakan orang lain. Sebaliknya apa yang diminta adalah empati yaitu kemampuan untuk menempati diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya ingin dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya ingin dilihat menurut prospektif. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial Weber membedakan ke dalam empat tipe. Semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami.
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Tindakan sosial murni / Zwerk Rational Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan tersebut tidak absolut ia dapat juga menjadi cara tujuan lain berikutnya. 2. Werkational action Dalam tindakan ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat mencapai tujuan lain. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan. 3. Affectual action Affectual action adalah tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor sehingga tindakan ini sukar dipahami. 4. Traditional action Traditional action merupakan tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja (Ritzer, 1992:47-48).
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kedua tindakan terakhir sering hanya merupakan tindakan secara otomatis terhadap rangsangan dari luar, karena itu tidak termasuk tindakan yang penuh arti yang menjadi sasaran penelitian sosiologi. Penulis mengacu pada beberapa teori yaitu: 1. Teori interpretasi Setiap penelitian akan terkait dengan interpretasi. Interpretasi juga disebut hermeneutik. Artinya, pemaknaan terhadap fenomena. Setiap fenomena folklor memiliki makna tertentu. Makna itu baru akan terwujud jika telah ditafsirkan. Pada dasarnya interpretasi dalam penelitian folklor meliputi dua aktifitas, yaitu (a) menyatakan sesuatu dan (b) menyembunyikan sesuatu. Pernyataan jelas akan selalu ada dalam penafsiran. Adapun yang tersembunyi adalah pengertian. Hal ini berarti penafsiran folklor akan menyatakan sesuatu yang tersembunyi. Hal-hal yang tidak tersurat, akan diungkap lewat interpretasi. (Dawson, 1985:147) Tugas penafsiran dalam folklor memberikan makna yang tepat. Melalui hermeneutik diharapkan pemaknaan semakin dekat. Martin Heidegger, yang melihat filsafat itu sendiri sebagai interpretasi secara eksplisit menghubungkan filsafat sebagai hermeneutika dengan Hermes. Hermes membawa pesan takdir, maksudnya dalam hal ini mengungkap sesuatu yang membawa pesan, sejauh ia diberitakan bisa menjadi pesan. Hermeneutik memuat tiga bentuk makna dasar, yaitu :
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Mengungkapkan kata-kata, misalnya to say b. Menjelaskan seperti menjelaskan sesuatu c. Menerjemahkan seperti di dalam transliterasi bahasa asing Ketiga makna itu bisa diwakilkan dengan bentuk kata kerja Inggris “to interpren” namun masing-masing ketiga makna membentuk sebuah makna independen dan signifikan bagi interpretasi. Interpretasi folklor kiranya juga akan terkait dengan tiga hal tersebut. Pemaknaan folklor sulit terlepas dari konteks penjelasan, penerjemahan, dan memaknai yang dinyatakan informan. Interpretasi folklor selalu berpusar pada langkah-langkah pemahaman yang rapi. Jika langkah pemahaman tidak diikuti secara cepat, maka pemaknaan kurang sukses. Pemaknaan folklor pada akhirnya tidak lepas dari bagaimana membahasakan fenomena. Pembahasaan ulang itu merupakan bentuk “to exspres” (mengungkapkan), “to sent” (menegaskan) atau “to say” (menyatakan). Di dalam kesamaan petunjuk makna pertama ini terdapat perbedaan
tipis
yang
ditimbulkan
dari
kata
“to
exspress”
(mengungkapkan), yang bermakna perkataan, namun ia merupakan sebuah perkataan yang bagi dirinya sendiri merupakan sebuah interpretasi. Karena alasan ini, seseorang diarahkan kepada cara sesuatu diekspresikan “gaya” penampilan. Kita menggunakan nuansa kata interpretasi ini ketika kita mengacu pada interpretasi seorang seniman terhadap lagu atau interpretasi
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seorang konduktor untuk sebuah simfoni. Dalam pengertian ini interpretasi merupakan bentuk dari perkataan. Teori interpretasi mau tidak mau akan sampai makna simbolik. Interpretatif adalah wilayah hermeneutik. Simbolik adalah aspek yang terkandung dalam folklor. Interpretasi simbolik berarti teori yang berupaya menafsirkan simbol-simbol folklor. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk kajian sastra lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan. Namun, khusus folklor bukan lisan dipandang lebih cocok jika menggunakan teori ini. Teori interpretasi sebenarnya berasal dari pemahaman filosofis terhadap kebudayaan. Karena dalam rentang filosofis, hampir seluruh budaya memuat hal-hal yang berlapis-lapis. Setiap lapis menghendaki penafsiran yang jeli. Interpretasi merupakan jembatan atau proses menentukan makna folklor. Interpretasi sebenarnya dilakukan secara hatihati dan utuh sehingga peneliti folklor mampu menerka makna sesungguhnya. Peneliti folklor adalah seorang secara hati-hati dan utuh sehingga peneliti folklor mampu menerka makna sesungguhnya. Dia harus merekonstruksi makna, dan bukan bertindak pasif. Konsep teori ini memang mendasarkan pada filosofis positivisme. Artinya, makna yang diperoleh didasarkan pada langkah teoritis tertentu. Kunci pokok interpretasi adalah memahami dan bukan menjelaskan. Pemahaman folklor dapat ditelusuri melalui simbol-simbol yang tampak maupun tidak tampak. Dalam kaitannya dengan ini, bahwa interpretasi
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sedikitnya memuat tiga hal yaitu. (1) interpretasi menurut yang kita miliki, (2) interpretasi berdasarkan yang kita lihat, dan (3) interpretasi terhadap apa yang kita peroleh kemudian. (Sumaryono, 1999:83).
2. Teori Aksi Teori aksi pada mulanya dikembangkan oleh Max Weber, seorang ahli sosiologi dan ekonomi ternama. Weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, penafsiran, obyek stimulus, atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan menggunakan sarana yang paling tepat. (Ritzer, 1983:116). Teori Weber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Persons, yang dimulai dengan mengkritik Weber, menyatakan bahwa aksi bukanlah perilaku. Aksi merupakan tanggapan respon mekanis terhadap suatu stimulus, sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut Parsons, yang utama bukanlah tindakan individual melainkan norma dan nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku. Parsons melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi tiga sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian masingmasing individu. Kita dapat mengaitkan individu dengan sistem sosialnya melalui status dan perannya.
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam setiap sistem sosial, individu menduduki suatu tempat (status) tertentu dan bertindak (berperan) sesuai dengan norma atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut dan perilaku individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya. Contoh, keputusan seseorang untuk ikut atau menolak program KB tidak hanya bergantung pada kedudukannya dalam komunitas itu (seorang guru atau seorang petani) atau jenis metode kontrasepsi (pencegah kehamilan) itu sesuai atau tidak dengan agama yang dianutnya. Selain itu, keputusan atau keberaniannya menolak KB akan menimbulkan rasa tidak enak terhadap tetangga dan tokoh masyarakat. (Poloma, 1987:75). Berikut merupakan bagan atau skema Teori Aksi : Bagan 1. Skema Teori Aksi
INDIVIDU
STIMULUS
Pengalaman Persepsi Pemahaman Penafsiran Sumber : Ritzer,1983:116
commit to user 23
TINDAKAN
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. DEFINISI KONSEPTUAL Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan istilah dan pengertian sehingga diharapkan akan mendapatkan gambaran yang jelas dan sesuai dengan tema pokok atau topik sentral penelitian. 1. Interpretasi Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia interpretasi bermakna yang mempengaruhi pandangan seseorang. Sedangkan menurut Adam Indra Wijaya, interpretasi diartikan sebagai suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah petanda, segala sesuatu yang terjadi dilingkungannya. Bagaimana segala sesuatu
itu
mempengaruhi
interpretasi
seseorang
nantinya
akan
mempengaruhi pula perilaku yang akan dipilihnya (Wijaya, 1986:45). Faktorfaktor yang mempengaruhi interpretasi tersebut adalah faktor lingkungan, secara sempit hanya menyangkut warna, bunyi, sinar dan secara luas dapat menyangkut faktor ekonomi, sosial, dan politik. Semua unsur faktor itu mempengaruhi seseorang dalam menerima dan menafsirkan suatu rangsangan (Wijaya, 1986:46). Interpretasi adalah pengelihatan atau tanggapan daya memahami atau menanggapi sesuatu (Mar’at, 1981:424). Interpretasi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Toha, 1990:47). Proses kognitif adalah proses yang
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berhubungan dengan gejala mengenai pikiran atau proses yang berkaitkan dengan pengertian atau konsep-konsep
yang diketahuinya berwujud
pengalaman harapan individu terhadap obyek atau kelompok obyek tersebut (Achmadi, 1985:52). Interpretasi adalah pengindraan terhadap sesuatu kesan yang timbul dari lingkungannya, pengindraan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan (Efendi, 1986:251). Menurut Toety Noerhadi, interpretasi adalah penghayatan secara langsung oleh seseorang atau proses yang menghasilkan penghayatan langsung tersebut (Alvin, 1985:206). Menurut pendapat C.P.Chaplin, interpretasi meliputi antara lain : a. Proses mengetahui atau mengenal obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera. b. Kesadaran dengan proses organis. c. Pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman masa lalu. d. Kesadaran intuitif mengenai keberadaan langsung keyakinan atau mengenai sesuatu. e. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, pembedaan diantara perangsang-perangsangan (Chaplin, 1989:358).
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pelajar Pelajar adalah individu yang tercatat sebagai siswa di suatu sekolah. Aktif mengikuti kegiatan belajar dan mengikuti peraturan-peraturan yang ada di sekolah dan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelajar SMA yang memasuki jenjang pendidikannya di SMA pada usia kurang lebih 15 tahun.
3. Pendidikan seks Pada dasarnya seks itu merupakan satu kekuatan pendorong manusia untuk hidup yang terkuat, disebut juga instink, naluri. Dia dimiliki oleh setiap manusia, seks ini bila dapat dipimpin dan dididik, dia merupakan kekuatan yang dapat member manusia kesenangan, kebahagiaan, cinta kasih, dasar rumah tangga, tempat meneruskan keturunan manusia yang baik dan beradab, tetapi bila ia tidak dididik ia dapat merupakan kekuatan kejahatan, kebencian dan pembunuhan (Akbar, 1983:29). Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa (Sarwono, 2001:183). Pendidikan seks adalah sangat penting karena apabila tidak dididik maka akan bisa merupakan kekuatan yang menakutkan. Oleh karena itu pendidikan harus dimulai sedini mungkin supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini penting bagi remaja karena pada masa ini remaja
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat sensitif sekali terhadap berbagai pengaruh dari lingkungan terutama pada masalah yang berkaitan dengan perilaku seks remaja. Masyarakat membutuhkan pendidikan seks untuk membuat peraturan Undang-Undang mencegah serta menghukum pelanggar seks (Akbar, 1983:16). Ada dua pendapat mengenai perlu tidaknya remaja memperoleh pendidikan seksualitas. Argumen pertama memandang, bila remaja mendapat pendidikan mengenai seksualitas itu, khususnya mengenai masalah kesehatan reproduksi terutama akan mendorang remaja melakukan aktivitas seksual sejak dini. Sedangkan pendapat kedua mengatakan remaja membutuhkan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi pada perilaku seksual dalam rangka menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesadaran terhadap kesehatan (Kompas 14 September 2010). Namun Sarlito W Sarwono
berpendapat bahwa pendidikan seks
bukanlah penerangan tentang seksualitas semata-mata. Pendidikan seks, sebagaimana pendidikan lain pada umumnya mengandung pengalihan nilainilai dari pendidik ke subyek didik, dengan demikian pendidikan mengenai seksualitas tidak diberikan secara “telanjang” melainkan diberikan secara “kontekstual”, yaitu dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat apa yang dilarang, apa yang lazim dan bagaimana cara melakukannya tanpa melanggar aturan. (Sarwono 2001:183) Walaupun pengertian tentang pendidikan seks dijelaskan atau didefinisikan secara baik akan tetapi kenyataan di masyarakat masih banyak
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang menabukan pembicaraan mengenai seksualitas kepada remaja secara baik, sehingga remaja yang sangat membutuhkan pendidikan mengenai seksualitas sangat kesulitan memenuhi keingintahuannya dan hal ini berakibat banyak remaja yang tidak mempunyai pengetahuan mengenai seksualitas secara baik dan benar. Penelitian Zelnik dan Kim (1982) mengatakan bahwa remaja yang telah mendapatkan pendidikan seks tidak cenderung lebih sering melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapatkan pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki (Sarwono,2001:87). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan seks memang penting untuk diberikan. Penelitian lain yaitu suatu riset yang dilakukan oleh Kirby (1985) bersama Parcell Lattman dan Flathery (1985) menyebutkan bahwa kursus tentang reproduksi, kontrasepsi, penyakit akibat hubungan seksual dan perkembangan seksual memperbaiki tingkat pengetahuan tentang seks, bukannya perubahan sikap terhadap seks maupun nilai-nilai secara perilakuan, meskipun pendidikan seksual berhubungan dengan praktek kontrasepsi, namun hal itu tidak begitu berpengaruh bagi remaja untuk berperilakuan seks secara aktif (Dawson 1986:131).
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Perilaku Seks Pranikah Perilaku adalah suatu reaksi yang dapat diamati secara umum atau obyektif, sehingga hal-hal yang diperbuat akan nampak hasilnya dari perbuatan tersebut (Kartono, 1989:53). Perilaku didefinisikan sebagai reaksi yang dapat diamati atau diobservasi secara obyektif (Chaplin, 1989:53). Perilaku seks adalah perilaku yang berkaitan dengan sesuatu yang berkenaan dengan jenis kelamin yang berkenaan dengan perkara percampuran antara keduanya. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksualnya bisa orang lain, orang dalam hayalan atau diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa cukup serius seperti perasaan bersalah, depresi, marah, atau misalnya pada para gadis yang mengalami kehamilan diluar nikah. (Sarwono, 2001:137) Hubungan seks yang normal mengandung pengertian bahwa hubungan tersebut tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan bagi diri sendiri maupun orang yang lain (partnernya) dan juga adanya kesadaran dari keduanya bahwa mereka harus melakukan perilaku seks dalam batas norma
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
susila, norma masyarakat dan norma agama. Oleh karena itu seharusnya mereka melakukan hubungan seks dalam ikatan yang teratur yaitu dalam perkawinan yang sah (Kartono, 1983:214). Dorongan seks adalah normal pada setiap individu, namun dorongan tersebut juga harus tunduk pada kondisi kultural. Apa yang kita lakukan dan rasakan tentang kehidupan seks secara kultural telah terbentuk. Di tempat tertentu dan masyarakat tertentu praktek hubungan seksual pranikah dapat dianggap
“benar”,
karena
masyarakat
sudah
disosialisasikan
untuk
memandang demikian. Sedangkan pada masyarakat lainnya khususnya Indonesia secara umum masyarakat masih memandang bahwa perilaku seks pranikah adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan norma. Dan sebagai anggota masyarakat seharusnya semua orang patuh akan pandangan tersebut. Sebab jika kita tidak mengikuti pandangan kultur yang ada kita akan mendapat sanksi atas perbuatan kita yang melanggar kultur tersebut. Adapun perilaku seks disini dibatasi pada perilaku seks seseorang yang diajukan pada lawan jenisnya yaitu perilaku dalam berpacaran (pengangan tangan, berciuman, berpelukan dan berhubungan intim). Konsepsi diatas dapat ditarik kesimpulan maka perilaku seks pranikah adalah segala hasil tindakan seks manusia yang dapat diamati secara obyektif. Jadi interpretasi pelajar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah dapat diartikan sebagai penerangan tentang kesehatan reproduksi, anatomi dan fisiologi organ reproduksi, penyakit menular seks dan juga
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bagaimana cara menjaga perilaku seksualnya sehingga tidak bertentangan dengan norma masyarakat, dan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang yang menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman mengenai perilaku yang berhubungan dengan masalah menyimpang seksualitas (perilaku seks pranikah).
G.
PENELITIAN TERDAHULU 1. Moeliono L, Anggal W, Piercy F. Prevention & Education for Adolescence & Children, New York: The Haworth Press Inc, 1998. Teens in its development requires adaptive environment that creates favorable conditions to ask questions and shape the character responsible for himself. There is an impression on teens, sex is fun, the peak flavor of love, which is too happy, so do not be scared of. Also develops an opinion of sex is something that is interesting and worth a try (sexpectation). Especially when young people grow up in environments mal-adaptive, will encourage the creation of immoral behavior that destroy the future of youth. Impact promiscuity led to the deviant activities such as free sex, criminal activity, including abortion, drugs, and development of sexually transmitted diseases (STDs). Several studies have shown, young men and women had experienced sexual intercourse. Among those who later admitted premarital pregnancy devout worship. Studies in Jakarta in 1984 showed 57.3 percent of young women who are pregnant premarital admitted devout worship. Research in Bali in 1989 mentions, 50 percent of women who came in a clinic to get the induction period of 15-20 years old. According to Prof. Wimpie, menstrual induction is another name for the abortion. For the record, the incidence of abortion in Indonesia is high at 2.3 million per year. "And 20 percent of them teenagers," said Professor of Medical Faculty of Udayana University, Bali. Research in Bandung in 1991 showed the junior high students, 10.53 per cent never do kiss lip, 5.6 percent had a kiss in, and 3.86 percent had experienced sexual intercourse. From the medical aspect, according to Dr. Budi Martino L., SpOG, free sex has many consequences such as sexually transmitted diseases (STDs), as well as infection, infertility and cancer. No
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wonder more and more cases of premarital pregnancy, abortion, and venereal disease or sexually transmitted diseases among adolescents (including HIV / AIDS). ( Journal of HIV/AIDS Prevention & Education for Adolescence & Children, New York: The Haworth Press Inc, 1998.) In Bali alone, according to the professor of the Faculty of Medicine, Udayana University, as of November 2007, 441 women from 4041 people with HIV / AIDS. Of the 441 women with HIV / AIDS is composed of 33 people injecting drug users, 120 sex workers, 228 people from good families. Because the circumstances of women with HIV / AIDS has decreased kekebelan body system causing 20 cases of HIV / AIDS attacks the birth of children and infants. Teenagers who often acts without control causes the increased length of the social problems they experienced. According to WHO, worldwide, every year an estimated 40-60 million women who do not want a pregnancy an abortion. Each year 500,000 women estimated to experience death by pregnancy and childbirth. Approximately 30-50% of them had died from complications of unsafe abortion and 90% occur in developing countries including Indonesia. (Html//WHO. Journal Programming for Adolescent Health and Development. Report of the WHO/UNFPA/UNICEF Study Group on Programming for Adolescent Health and Development). Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptip yang menciptakan kondisi yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter bertanggung jawab terhadap dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba (sexpectation).Terlebih lagi ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-adaptif, akan mendorong terciptanya perilaku amoral yang merusak masa depan remaja. Dampak pergaulan bebas mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks bebas, tindak kriminal termasuk aborsi, narkoba, serta berkembangnya penyakit menular seksual (PMS). Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra maupun putri pernah berhubungan seksual. Di antara mereka yang kemudian hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Bali tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang di suatu klinik untuk mendapatkan induksi haid berusia 15-20 tahun. Menurut Prof. Wimpie, induksi haid adalah nama lain untuk aborsi. Sebagai catatan, kejadian aborsi di Indonesia cukup tinggi yaitu 2,3 juta per tahun. “ Dan 20 persen di antaranya remaja,” kata Guru Besar FK Universitas Udayana, Bali ini. Penelitian di Bandung tahun 1991 menunjukkan dari pelajar SMP, 10,53 persen pernah melakukan ciuman bibir, 5,6 persen melakukan ciuman dalam, dan 3,86 persen pernah berhubungan seksual. Dari aspek medis, menurut Dr. Budi Martino L., SPOG, seks bebas memiliki banyak
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsekwensi misalnya, penyakit menular seksual,(PMS), selain juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit menular seksual di kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS). ( Journal of HIV/AIDS Prevention & Education for Adolescence & Children, New York: The Haworth Press Inc, 1998.) Di Denpasar sendiri, menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, per November 2007, 441 wanita dari 4.041 orang dengan HIV/AIDS. Dari 441 wanita penderita HIV/AIDS ini terdiri dari pemakai narkoba suntik 33 orang, 120 pekerja seksual, 228 orang dari keluarga baik. Karena keadaan wanita penderita HIV/AIDS mengalami penurunan sistem kekebelan tubuh menyebabkan 20 kasus HIV/AIDS menyerang anak dan bayi yang dilahirkannya. Tindakan remaja yang seringkali tanpa kendali menyebabkan bertambah panjangnya problem sosial yang dialaminya. Menurut WHO, di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilan melakukan aborsi. Setiap tahun diperkirakan 500.000 ibu mengalami kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50 % diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 % terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. (Html//WHO. Journal Programming for Adolescent Health and Development. Report of the WHO/UNFPA/UNICEF Study Group on Programming for Adolescent Health and Development)
2. Murdijana D. Needs and Risks Facing the Indonesian Youth Population. IPPA and Population Council. Research report of Asia & Near East Operation Research and Technical Assistance Project. Journal of Ceria. http://www.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma56masalah. html. 1998. Adolescent knowledge on the effects of free sex is still very low. The most prominent of these free sexual activity is the increasing number of unwanted pregnancies. Every year there are approximately 2.3 million abortion cases in Indonesia where 20 percent do adolescents. In America, 1 in 2 marriages result in divorce, 1 in 2 children the results of adultery, 75% contain girl out of wedlock, every day there 1.5 million sex with prostitutes. In the UK 3 of 4 children the results of adultery, 1 in 3 pregnancies end in abortion, and since 1996 syphillis disease increased by 486%. In France, increased by 170% gonorhoe disease within one year. In liberal countries, prostitution, gay / lesbian, incest, orgy, bistiability, is common even become a profitable industry hundreds of millions of U.S. dollars and endorsed by law. More than 200 women die every day due to complications of abortion (abortion) is not baby safe. Although the act of abortion performed by skilled
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ahlipun still leaves harmful impact on the safety of the mother soul. Moreover, if performed by skilled professionals is not (unsafe abortion). Physically abortion provides direct short-term impact of bleeding, post-abortion infection, sepsis until death. Long-term impact of impaired fertility until the occurrence of infertility. Psychologically premarital sex have an impact the loss of self-esteem, feeling haunted by sin, fear pregnancy, weak ties on both sides that led to failure after marriage, and an insult to the community. (html//Journal Ceria. http://www.bkkbn.go.id//hqweb). Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih sangat rendah. Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan ratusan juta US dolar dan disyahkan oleh undang-undang. Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe abortion). Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas. Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat. (html//Journal Ceria. http://www.bkkbn.go.id//hqweb).
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. KERANGKA BERPIKIR Ternyata banyak orang khususnya pelajar SMA yang tidak ingin benarbenar membicarakan seks dan seksualitas. Tetapi ketika remaja (pelajar) yang sedang tumbuh, masalah ini muncul pada keluarga mereka, remaja menjadi tegang. Apa yang harus dikatakan dan kapan. Pelajar SMA atau remaja pada dasarnya mempunyai lingkup penting untuk memahami mengenai masalah-masalah seksualitas yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan. Keluarga merupakan lingkup yang sebenarnya paling bertanggungjawab atas pemahaman tentang seksualitas pada remaja atau pelajar SMA. Ketika orang tua anak menghadapi masalah dan tidak tahu harus bagaimana membuka mulut untuk memulai pembicaraan, sering kali mereka mengambil tindakan yang pasif, atau mengira diserahkan kepada guru di sekolah untuk mengajar mereka dengan lebih layak. Sebenarnya nilai pandang dan sikap orang tua itu sendiri terhadap seks merupakan siklus belajar bagi anak - anak mereka. Jika menerima penyampaian seks yang menyimpang (dari multimedia) atau menerima informasi tentang seks yang salah, ayah dan ibu mempunyai kewajiban untuk segera memberikan bimbingan yang tepat dan mengklarifikasi permasalahan, juga harus mencegah agar informasi dari media yang tidak sehat tidak menyerang masuk ke dalam keluarga. Faktor pembentukan interpretasi remaja atau pelajar SMA yang tak kalah penting adalah dari sekolah dan lingkungan. Sekolah merupakan lingkungan
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kedua setelah keluarga, di mana anak mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan perlindungan. Oleh karena itu, pendidikan seks di sekolah merupakan komplemen dari pendidikan seks di rumah. Peranan sekolah dalam memberikan pendidikan seks merupakan suatu tanggung jawab moral bagi perkembangan anak didik. Peranan sekolah harus dimengerti bahwa sekolah merupakan suatu institusi yang bersifat komplementer dan membantu orang tua dalam memperlancar tugas dan peranan orang tua terutama dalam menanamkan sikap dan perilaku seksual anak terhadap hakikat seksualitas manusia. Dalam keterkaitan keseluruhan telah jelas bahwa pendidikan mengenai masalah seksualitas sangatlah penting bagi remaja atau pelajar SMA. Pengaruhpengaruh dan faktor dari keluarga, sekolah, lingkungan dan multimedia sangat berakibat bagi interpretasi seks pada remaja dan dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut : Bagan 2 Kerangka Berpikir Keluarga
Sekolah Pelajar SMA Multimedia
Lingkungan Pendidikan Seks
Interpretasi Pelajar Tentang Pendidikan Seks dan Perilaku Seks Pranikah commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di SMA N 1 Karanganyar, dengan alasan, SMA tersebut terletak di pusat Kabupaten Karanganyar sehingga permasalahan yang terjadi atau yang dihadapi para pelajarnya lebih kompleks. Dari sumber terakhir di media massa dan internet, masalah pendidikan seks di SMA N 1 Karanganyar menjadi permasalahan yang cukup penting karena pernah ada siswa yang hamil di luar nikah. Meskipun hal tersebut jarang terjadi namun ini akan menimbulkan kekhawatiran baik bagi siswa sendiri maupun guru yang ada.
2. Jenis Penelitian Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Bentuk penelitian ini akan mampu menuangkan berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang penuh nuansa yang dirasa lebih berharga dari pada sekedar pernyataan jumlah atau frekuensi dengan bentuk angka.
3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Teknik sampling dimaksudkan sebagai teknik untuk menarik sampel dari sejumlah populasi tertentu. a. Populasi
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Populasi adalah sejumlah keseluruhan unit analisa penelitian yang ciri-cirinya dapat diduga. Berkaitan dengan penelitian ini maka populasinya adalah seluruh siswa SMA N 1 Karanganyar. b. Sampel Sampel yang diambil dari populasi dalam penelitian ini bukan sesuatu yang mutlak. Artinya sampel yang akan diambil menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Dalam penelitian kualitatif ini sampel berfungsi untuk menggali beragam informasi dan menemukan sejauh mungkin informasi penting. Dalam memilih sampel yang lebih utama adalah bagaimana menentukan sampel sevariatif mungkin dan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan. c. Teknik pengambilan sampel Purposive Sampling atau sampling yang bertujuan dan Maximum Variation Sampling. Purposive Sampling berguna untuk memilih informan yang memberi keragaman maximum untuk mendapatkan informasi yang unik. Dalam penelitian ini diambil responden sebanyak 16 orang yang terdiri dari 6 pelajar perempuan dan 5 pelajar laki-laki. Selanjutnya diambil sebanyak 2 orang guru yang masing-masing adalah Guru BK dan Guru Biologi serta 3 orang tua pelajar.
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Sumber Data Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi informasi yang berasal dari lingkungan, media massa dan interview langsung terhadap responden.
5. Teknik Pengumpulan Data a. Indept Interview (wawancara mendalam), menggiring pertanyaan yang semakin memusat sehingga informasi yang dikumpulkan cukup memadai. b. Interview Guide, membuat pedoman wawancara untuk wawancara terhadap responden.
6. Validitas Data Dalam penelitian kualitatif validitas data sering diragukan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu, untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Terdapat 4 macam triangulasi yaitu pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong:1991,176). Dalam penelitian ini jenis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, artinya membandingkan data dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbeda dalam suatu penelitian kualitatif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. b. Membandingakan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dilakukan secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan. e. Membandingkan hasil wawancara denga isu suatu dokumen yang berkaitan (Moleong:1991,197).
7. Teknik Analisis Data Sesuai dengan teknik pengumpulan data tersebut, maka analisanya berkembang dan berjalan serta berlangsung sesuai proses di saat pengumpulan data dilakukan, disini penelitian bekerja dengan data atau dengan teknik analisa data Interactive Model Of Analysis yang mempunyai tahap-tahap sebagai berikut: a. Pengumpulan data Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. b. Data reduksi Data
reduksi
merupakan
proses
seleksi
pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi data kasar. c. Data display Data
display
adalah
rakitan
organisasi
informasi
yang
memungkinkan kesimpulan dalam riset yang dilakukan. d. Conclusion drawing Conclution drawing merupakan suatu pengorganisasian data-data yang telah berkumpul, sehingga dapat membuat suatu kesimpulan. Dalam model ini peneliti tetap bergerak diantara ketiga komponen dengan komponen pengumpulan data. Sesudah pengumpulan data kemudian bergerak diantara reduction data, data display dan conclusion drawing. Dari teknik analisa data Interactive Model Of Analisis diatas, dapat digambarkan dalam sebuah bagan:
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagan 3 SKEMA MODEL ANALITIS INTERAKTIF Pengumpulan Data
Data Reduksi
Conclusion Drawing Sumber : Sutopo, 1988:34-37
commit to user 42
Data Display
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA N 1 Karanganyar 1. Letak Geografis SMA N 1 Karanganyar terletak di jalan AW. Monginsidi No. 03 Domulyo Tegalgede Kabupaten Karanganyar. SMA ini berada di tengahtengah Kabupaten Karanganyar, jarak dari pusat dan alun-alun Karanganyar kurang lebih 2 KM, tepatnya kurang lebih 500 M dari Taman Pancasila Karangayar. SMA ini sangat mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum karena letaknya sangat strategis. Adapun batas-batas wilayah SMA N 1 Karanganyar yaitu sebelah Utara adalah berbatasan dengan perkampungan, sebelah Barat terdapat MAN Karanganyar, sebelah Selatan SMA Muhammadyah 1 Karanganyar, dan sebelah Timur Perumahan Tegal Gede.
2. Sejarah Singkat Berdirinya SMA N 1 Karanganyar SMA N 1 Karanganyar berdiri pada tahun 1961 dan mengalami perubahan pada tahun 1962 dengan perjalanan perubahan sekolah 01-08-1962 Penegerian : SMA Negeri Gaya Baru Menteri P D dan K RI No. 21/SK/B/III 10 September 1962. Dasar pendirian SMA N 1 Karanganyar yaitu dengan berdasar SK Menteri pada tanggal 1 Agustus 1962 / SK Menteri Pendidikan
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
No : 21/SK/B/III Tanggal 10 September 1962 dan diperkuat Keputusan Rapat BAS Propinsi Jawa Tengah tanggal 29 September 2007. Sekolah ini juga mendapatkan akreditasi A (amat baik skor : 91). SMA N 1 Karanganyar memiliki luas tanah 11.740 m2, luas bangunan 6.625 m2, luas lapangan olahraga 2.330 m2, luas taman 240 m2 dan mempunyai pagar keliling 1.395 m2.
3. Sistem Organisasi SMA N 1 Karanganyar Sistem Organisasi sekolah menganut sistem yang diterapkan oleh Dinas Pendidikan Nasional, yang masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut: a. Kepala Sekolah Dalam melaksanakan peran atau fungsinya kepala sekolah melaksanakan tugas yang banyak dan kompleks yaitu: 1)
Dalam perannya sebagai pendidik,
Kepala
Sekolah bertugas
membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan IPTEK dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran. 2)
Dalam perannya sebagai manager, Kepala Sekolah bertugas menyusun program, menyusun pengorganisasian sekolah, menggerakkan staf, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan mengendalikan kegiatan.
3)
Sebagai
administrator,
Kepala
Sekolah
bertugas
mengelola
administrasi, kegiatan belajar mengajar dan bimbingan konseling,
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana,persuratan, dan urusan rumah tangga sekolah. 4)
Sebagai supervisor, Kepala Sekolah bertugas menyusun program supervisi pendidikan, memanfaatkan hasil supervisi.
5)
Sebagai
pemimpin,
Kepala
Sekolah
bertugas
menyusun
dan
mensosialisasikan visi dan misi suatu program sekolah, mengambil keputusan, melakukan komunikasi. 6)
Sebagai pembaharu, Kepala Sekolah bertugas mencari dan melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek, mendorong guru, staf dan orang tua
untuk
memahami
dan
memberikan
dukungan
terhadap
pembaharuan yang ditawarkan. 7)
Sebagi pembangkit minat (motivator), Kepala Sekolah bertugas menyihir lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistemik.
b.
Wakil Kepala Sekolah 1) Wakil Kepala Bidang Kurikulum. - Menyusun program pengajaran. - Menyusun Pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran. - Menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan umum serta ujian akhir. - Menerapkan kriteria persyaratan naik atau tidak naik dan kriteria kelulusan.
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Mengatur jadwal penerimaan buku Laporan Penilaian Hasil Belajar dan STTB. - Mengkoordinasi dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran. - Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran. - Membina kegiatan MGMP. - Membina kegiatan sanggar PKG atau MGMP atau media. - Melaksanakan pemilihan guru teladan. - Membina kegiatan lomba-lomba bidang akademis seperti LPIR, LKIR, OSN, TOEFL, mengarang dan lain-lain.
2) Wakil Kepala Bidang Kesiswaan. - Menyusun program pembinaan kesiswaan atau OSIS. - Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa atau OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah serta pemilihan pengurus OSIS. - Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi. - Menyusun program dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan incidental. - Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban, kerindangan, keindahan, kekeluargaan. - Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa penerimaan beasiswa.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di luar sekolah. - Mengatur mutasi siswa. - Menyusun program kegiatan ekstra kurikuler. - Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala.
3) Wakil Kepala Bidang Humas. - Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua atau wali murid. - Membina hubungan antara sekolah dengan komite sekolah. - Membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga pemerintah dan lembaga sosial lainnya. - Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.
4) Wakil Kepala Bidang Sarana dan Prasarana. - Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana sekolah. - Merencanakan RAPBS. - Mengkoordinasi pendayagunaan sarana dan prasarana. - Pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran. - Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala.
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Wali Kelas Tugas wali kelas adalah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan sebagai berikut: 1) Pengelolaan kelas. 2) Penyelenggaraan administrasi kelas. 3) Penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa. 4) Pengisian daftar kumpulan nilai siswa. 5) Pembuatan catatan khusus tentang siswa. 6) Pencatatan motivasi siswa. 7) Pengisian buku laporan hasil belajar. 8) Pembagian buku laporan hasil belajar.
d. Guru. 1) Membuat perangkat program kerja. 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran. 3) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar. 4) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian. 5) Menyusun dan melaksakan program perbaikan dan pengayaan. 6) Mengisi daftar nilai siswa. 7) Melaksanakan kegiatan pengimbasan pengetahuan kepada guru lain dalam kegiatan PBM. 8) Membuat alat pelajaran atau alat peraga.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum. 10) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah. 11) Menumbuhkembangkan sikap menghargai karya seni. 12) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa.
e. Guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Menyususn program pelaksanaan bimbingan dan konseling. 2) Melakukan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar. 3) Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar. 4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa agar dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai. 5) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling. 6) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling. 7) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar. 8) Menyususn dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling. 9) Mengikuti kegiatan musyawarah guru pembimbing..
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Pustakawan Sekolah. 1) Merencanakan pengadaan buku atau bahan pustaka atau media elektronika. 2) Mengurus layanan perpustakaan. 3) Memelihara dan perbaikan buku-buku atau bahan pustaka atau media elektronika. 4) Menyimpan buku-buku perpustakaan atau media elektronika. 5) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala.
g. Tugas Laboran. 1) Merencanakan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum. 2) Pelayanan pengadaan alat dan bahan untuk praktikum. 3) Memelihara alat dan bahan praktikum. 4) Menginventarisasikan alat dan bahan kebutuhan praktikum. 5) Menyimpan alat dan bahan setelah digunakan untuk praktikum. 6) Menyusun kerapian ruang laboratorium. 7) Menjaga kebersihan ruangan, alat-alat dan kelengkapan laboratorium. 8) Membuat laporan alat-alat dan bahan yang habis atau rusak.
h. Tata Usaha. 1) Menyusun program tata usaha sekolah. 2) Mengelola keuangan sekolah.
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa. 4) Membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha. 5) Menyusun administrasi perlengkapan sekolah. 6) Menyusun dan penyajian data atau statistik sekolah. 7) Mengkoordinasi dan melaksanakan keamanan, kebersihan, ketertiban, kerindangan, keindahan, kekeluargaan. 8) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala. `
Sistem organisasi diatas digambarkan secara ringkas dalam bagan sebagai
berikut:
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagan 4 Struktur Organisasi SMA 1 N Karanganyar Kepala Sekolah
Komite Pj. Bid Standar TenDik & Kepegawaian
Wakil Manajemen Mutu
Pj. Inventaris
Sekertaris
Tata Usaha
Pj. Standar
Pj. Adm Umum & Kesiswaan Pj. Keuangan
Manajer Aksel PJP RSBI
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Pj. Bid. Standar Isi
Pemb. OSIS Pj. Bid SKL
Pj. Bid. Standar Proses Pj. Bid. Standar Penilaian
Waka sarpras
Koordinator BP/BK STP2K
Waka Humas
Koord. Lab.
Pj. Bid. Promosi & Kerjasama
Pj. Perpustakaan
Pj. Bid. Kesejahteraan & Sosial
Pj. Infrastrukstur & lingkungan
Guru
Wali Kelas
Sumber : Buku Pengembangan Sekolah SMA N 1 Karanganyar (2009/2010)
4. Keadaan Guru Karyawan dan Siswa. a. Keadaan Guru Jumlah Guru pada tahun 2010/2011 yaitu terdapat 62 orang, yang terdiri dari 51 Guru negeri yang dipekerjakan dan11 Guru tidak tetap.
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perlu diketahui bahwa keadaan Guru di SMA N 1 Karanganyar ini selalu berubah-ubah karena Guru tidak tetap yang dinyatakan lulus ketika mengikuti tes calon pegawai negeri sipil yang dinyatakan lulus ditempatkan di lain daerah, sehingga SMA N 1 Karanganyar mencari tenaga guru pengganti.
b. Keadaan Karyawan Karyawan SMA N 1 Karanganyar berjumlah 15 orang yang terdiri dari 9 karyawan laki-laki dan 6 karyawan perempuan.
c. Keadaan Siswa Siswa SMA N 1 Karanganyar pada tahun ajaran 2010/2011 berjumlah 750, yang terdiri dari 321 laki-laki dan 429 perempuan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1 Distribusi Siswa SMA N 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelas L P Jumlah IA 15 25 40 IB 16 23 39 IC 15 25 40 ID 19 21 40 IE 16 24 40 IF 17 23 40 IG 15 24 39 Jumlah 113 165 278 IIA 20 20 40 8 IIB 19 20 39 9 IIC 18 22 40 10 IID 20 20 40 11 IIE 18 22 40 12 IIF 18 22 40 13 Jumlah 113 126 239 IPA1 11 25 36 14 IPA2 11 25 36 15 IPA3 8 27 35 16 IPS1 21 22 43 17 IPS2 13 19 32 18 IPS3 22 20 42 19 Jumlah 86 138 224 Total Semua 321 429 750 Sumber : Buku Pengembangan Sekolah SMA N 1 Karanganyar (2009/2010)
5. Sarana dan Prasarana Penunjang SMA N 1 Karanganyar mempunyai sarana dan prasarana untuk penunjang kegiatan sekolah sebagai berikut : a. Ruang Kelas. 1) Regular
: 27 Ruangan.
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Akselerasi
: 2 Ruangan.
b. Ruang Laboratorium. 1) Kimia
: 1 Ruangan.
2) Biologi
: 1 Ruangan.
3) Fisika
: 1 Ruangan.
4) Bahasa
: 1 Ruangan.
5) Komputer
: 1 Ruangan.
6) Ruang Perpustakaan
: 1 Ruangan.
7) Ruang Aula
: 1 Ruangan.
8) Ruang UKS
: 1 Ruangan.
9) Ruang Koperasi
: 1 Ruangan.
10) Ruang BP/BK
: 1 Ruangan.
11) Ruang OSIS
: 1 Ruangan.
12) Kantor Kepala Sekolah
: 1 Ruangan.
13) Kantor Wakasek
: 1 Ruangan.
14) Ruang Guru
: 1 Ruangan.
15) Ruang Tata Usaha
: 1 Ruangan.
16) Ruang Tamu
: 1 Ruangan.
17) Ruang Kamar Mandi/WC
: 6 Ruangan.
18) Masjid/Mushola
: 1 Ruangan.
19) Kantin
: 2 Ruangan.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20) Gudang
: 3 Ruangan.
21) Ruang Parkir
: 2 Ruangan.
22) Lapangan Basket & voly
: 1 Buah.
23) Gedung Olah Raga
: 1 Ruangan.
6. Kegiatan Ekstrakurikuler Untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam pendidikan, SMA N 1 Karanganyar mengadakan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini dilaksanakan di luar jam sekolah dengan tujuan menambah pengetahuan yang tidak terdapat dalam pelajaran sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler di SMA N 1 Karanganyar antara lain : a. OSIS OSIS merupakan organisasi siswa yang ada di SMP maupun SMA. OSIS merupakan satu-satunya organisasi yang boleh bergerak di dalam atau di luar sekolah yang mengatas namakan sekolah yang bersangkutan. Tujuan OSIS antara lain: 1) Mempersiapkan pembangunan kepemimpinan,
siswa
menjadi
kader
nasional
dengan
memberi
kesegaran
jasmani
daya
penerus bekal kreasi,
bangsa
dan
keterampilan, patriotisme,
kepribadian dan budi pekerti. 2) Melibatkan semua siswa dalam proses kehidupan berbangsa, bernegara serta melaksanakan pembangunan nasional.
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Membina siswa berorganisasi untuk pembinaan kepemimpinan.
b. Pramuka Aktivitas pramuka merupakan aktifitas yang membina remaja untuk menjadi insan yang cepat kaki ringan tangan tulus hati dan ramah tamah. Dari tujuan tersebut tersirat makna yang dalam yaitu siswa menjadi insan sempurna dalam hubungan horizontal maupun vertikalnya. Maksudnya anggota pramuka dilatih untuk menjadi insan yang cinta sesama dan takwa kepada Tuhan YME, serta dapat selalu menempatkan diri pada semua situasi, selalu tegas dan tenang dalam menghadapi masalah.
c. Olahraga Ekstrakurikuler olahraga di SMA N 1 Karanganyar ini sangat diminati oleh siswanya. Hal ini terbukti bahwa hampir 75% siswa baik dari kelas 1 sampai kelas 3 ikut ke dalam ekstrakurikuler ini. Ekstarakurikuler olahraga di SMA N 1 Karanganyar ini meliputi basket, sepak bola, badminton dan seni beladiri (pencak silat, taekwondo, karate). Minat ini tentunya dengan adanya beberapa prestasi tingkat daerah maupun nasional yang berhasil diraih oleh siswa SMA N 1 Karanganyar.
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. GAMBARAN KHUSUS 1. Tata Tertib SMA N 1 Karanganyar Tata tertib SMA N 1 Karanganyar disusun oleh Badan yang dinamakan Satuan Tugas Pelaksana Kegiatan Kesiswaan (STP2K). STP2K berada dibawah koordinasi Wakasek Bidang Kesiswaan. STP2K yang ada di SMA N 1 Karanganyar berjumlah 3 orang. Adapun tugas-tugasnya adalah mendeteksi karyawan sekolah sedini mungkin, memantau pelaksanaan tata tertib sekolah, memberikan peringatan dan pembinaan kepada siswa yang melanggar tata tertib sekolah, mengadakan koordinasi dengan wali kelas/BK, mengadakan koordinasi dengan aparat keamanan. Berikut ini merupakan jenis-jenis pelanggaran Tata Tertib beserta bobot sanksi yang diberlakukan bagi siswa SMA N 1 Karanganyar, berlaku dalam kurun waktu selama menjadi siswa. Tabel 2 Bobot Sanksi Pelanggaran Tata Tertib Siswa SMA N 1 KARANGANYAR Berlaku Dalam Kurun Waktu Selama Menjadi Siswa
No 1.
2.
a. b. c. d. e. f. g. a. b.
Jenis Pelanggaran Menikah Menganiaya guru atau karyawan Pencurian dengan pemberatan Hamil/Menghamili Berzina Memakai, menyimpan, mengedarkan narkoba Melakukan pembunuhan Berkelahi/Tawuran Pornografi
commit to user 58
Skors
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. d. e. f. g. h. i.
Membawa senjata tajam Praktek premanisme Berjudi 50 Mabok atau teler Menganiaya teman Pencurian Penipuan 3. Pelecehan, mengumpat, menentang, berkata kotor 30-50 terhadap guru/karyawan 4. a. Pengrusakan sarana/prasarana sekolah b. Merusak raport 25 c. Karena tingkah lakunya mencelakakan guru/karyawan/teman d. Bertato 5. a. Merokok b. Melompat pagar sekolah c. Membolos/meninggalkan sekolah tanpa ijin 10 d. Bercinta 6. a. Memalsu tanda tangan b. Memakai gelang, anting (Putra), memakai aksesoris berlebihan (Putri) c. Tidak mengikuti upacara 5 d. Melakukan corat-coret membuat kotor sekolah e. Meninggalkan pelajaran sekolah untuk jam-jam tertentu f. Tidak masuk tanpa keterangan 7. a. Mengganggu KBM (makan waktu belajar, tidur/tiduran membuat onar) 3 b. Terlambat masuk tanpa izin 8. a. Tidak mengikuti ekstra kurikuler b. Terlambat masuk sekolah c. Tidak mengikuti kegiatan yang diprogramkan sekolah d. Tidak mengambil/mengembalikan raport sesuai jadwal 2 e. Tidak tertib berpakaian, berkendaraan sesuai tata tertib f. Rambut tidak rapi, panjang (Putra), dicat selain hitam g. Tidak mengembalikan surat izin meninggalkan sekolah h. Tidak membaea buku saku i. Tidak membayar uang operasional sekolah/BP sampai tanggal 10 tanpa keterangan orang tua Sumber : Buku Pengembangan Sekolah SMA N 1 Karanganyar (2009/2010)
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3 Akumulasi Bobot & Sanksi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Skor Komulatif 10 15 25 50 75 90 100
Jenis Sanksi Peringatan tertulis II (pertama) Peringatan tertulis II (kedua) Panggilan orang tua Skorsing I, tidak boleh mengikuti pelajaran 3 hari, diberi tugas sekolah dalam pengawasan dan pembinaan orang tua Skorsing II, tidak boleh mengikuti pelajaran 6 hari, diberi tugas sekolah dalam pengawasan dan pembinaan orang tua Tidak naik atau tamat belajar Dikembalikan pada orang tua atau dikeluarkan dari sekolah Sumber : Buku Pengembangan Sekolah SMA N 1 Karanganyar (2009/2010)
2. Pendidikan Seks di SMA N 1 Karanganyar Berdasarkan hasil penelitian bahwa, pendidikan mengenai masalah seksualitas sudah diterapkan di SMA N 1 Karanganyar. Akan tetapi pendidikan seks tersebut tidak masuk sebagai kurikulum tetap SMA N 1 Karanganyar. Pendidikan seks diberikan oleh Guru Bimbingan dan Konseling sebagai pengarah dan pengetahuan bagi para siswa, agar mereka dapat mengetahui dan memahami masalah seksualitas serta bahaya yang ditimbulkan apabila hal tersebut disalahgunakan oleh remaja (bahaya seks pranikah). Biasanya dari pihak Guru BK masuk ke kelas-kelas untuk memberikan ceramah kepada para siswa. Waktu maupun harinya tidak
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadwal khusus seperti mata pelajaran lain, seperti Fisika, Matematika, Bahasa Inggris, dan lain-lain. Pendidikan yang dilakukan dari pihak guru BK juga bisa dilakukan pada jam-jam kosong (jam pelajaran yang tidak diisi oleh guru bidang studi), selain itu pendidikan seks juga pernah diberikan dengan cara disisipkan pada mata pelajaran tertentu yang ada kaitannya dengan masalah seks dan reproduksi misalnya mata pelajaran biologi atau bahkan mata pelajaran agama dimana guru mengajarkan norma-norma dan akhlak seseorang. Ceramah mengenai masalah seksualitas ini juga pernah diberikan oleh pihak Kepolisian, selain memberikan penjelasan mengenai masalah narkoba, termasuk bahaya yang ditimbulkan dari pemakaian obat-obatan terlarang tersebut.
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. KARAKTERISTIK RESPONDEN Dalam penelitian ini merupakan nama-nama responden yang telah ditemui di lokasi penelitian Kabupaten Karanganyar, responden yang telah disamarkan namanya yaitu sebagai berikut : a. Risa Risa adalah seorang remaja putri yang berusia 16 tahun dan bersekolah di SMA N 1 Karanganyar. Aktifitas sehari-hari remaja yang juga hobi menyanyi ini adalah sekolah, les privat Matematika dirumahnya yang terletak di Perumahan Jaten Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dan Risa juga aktif mengikuti ekstrakurikuler teater di sekolah setiap hari Selasa sampai Kamis. Risa adalah anak pertama dari dua bersaudara. Di SMA N 1 Karanganyar remaja yang duduk di kelas II ini dikenal supel, ramah dan mudah bergaul. b. Aning Aning adalah remaja putri berusia 17 tahun yang kini duduk di kelas II di sekolahnya yaitu SMA N 1 Karanganyar. Di sekolah Aning merupakan salah satu pengurus OSIS dalam Bidang Kreatifitas Seni dan Olahraga. Remaja yang hobi jalan-jalan ini termasuk salah satu orang yang disukai banyak teman-temanya di sekolah karena wajahnya yang
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cantik. Tidak hanya itu remaja yang tinggal di Gedangan, Kaliwuluh Kecamatan Kebakramat Kabupaten Karangayar ini ternyata juga dikenal pandai, ini dibuktikan dengan Aning selalu mendapatkan ranking 5 besar dalam satu kelasnya. c. Efa Efa adalah remaja putri yang berusia 17 tahun yang kini duduk dikelas II SMA N 1 Karanganyar. Remaja putri yang bercita-cita menjadi Dokter ini mempunyai hobi membaca dan membuat puisi, dengan kegemarannya itu Eva menuai prestasi Juara I membaca puisi tingkat Kabupaten. Remaja yang bertempat tinggal di Ngringo Indah Kecamatan Jaten
Kabupaten
Karanganyar
ini
adalah
salah
satu
pengurus
ekstrakurikuler majalah dinding di sekolahnya. d. Itok Itok merupakan seorang remaja putra berusia 16 tahun yang duduk dikelas II SMA N 1 Karangayar. Remaja ini bertempat tinggal di Desa Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Kesehariannya di sekolah itok dikenal pendiam dan santun oleh teman-temanya, terkadang tak jarang Itok mendapat panggilan si cupu oleh teman-temannya di kelas karena wajahnya yang polos. e. Tyo Tyo adalah remaja putra bertempat tinggal di Desa Kemiri Kecamatan Kebakramat Kabupaten Karanganyar, berusia 17 Tahun dan
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
duduk di kelas II SMA N 1 Karanganyar. Remaja yang mempunyai kegemaran sepak bola dan basket ini adalah Wakil Ketua Osis di sekolahnya. Tyo adalah salah satu remaja putra yang banyak disukai remaja putri di sekolahnya karena pandai, atletis dan ganteng. Tyo merupakan remaja yang aktif dan berprestasi baik dibidang akademik maupun non akademik, hal ini terbukti bahwa Tyo selalu mendapat ranking 5 besar paralel di sekolahnya dan mendapat gelar pemain basket terbaik di kejuaraan bola basket antar SMA tingkat Kabupaten. f. Yoga Yoga merupakan siswa SMA N 1 Karanganyar berusia 18 tahun dan sekarang duduk di kelas III di sekolahnya. Remaja yang bercita-cita menjadi Polisi ini tinggal di Papahan Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Remaja yang hobi modifikasi motor ini pernah tampil di salah satu majalah otomotif ternama berkat idenya memodifikasi motornya sendiri. g. Uki Uki adalah remaja berusia 17 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Bejen Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Uki merupakan Ketua OSIS di sekolahnya yaitu SMA N 1 Karanganyar. Dalam kesehariannya remaja ini sangat aktif dalam berbagai kegiatan khususnya dalam ekstrakurikuler. Dalam sekolahnya remaja yang duduk dikelas II ini mengikuti 3 Ekstrakurikuler sekaligus yaitu Pramuka, Pencak
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Silat dan Teater. Namun demikian Uki selalu dapat membagi waktunya. Uki juga selalu masuk ranking 10 besar di kelas. h. Andi Andi adalah remaja pria berusia 18 tahun yang kini duduk dikelas II SMA N 1 Karanganyar. Remaja yang hobi berolahraga terutama sepak bola ini bertempat tinggal di Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Andi merupakan siswa yang kurang disiplin si sekolahnya, hal ini terbukti bahwa menurut guru kelasnya Andi sering terlambat bila masuk sekolah. i. Ina Ina adalah remaja yang bersekolah di SMA N 1 Karanganyar, duduk dikelas II dan berusia 16 tahun. Remaja tinggi semampai ini bertempat tinggal di asrama brigif Jaten Kabupaten Karanganyar karena ayahnya yang berprofesi sebagai Tentara atau TNI AD. Remaja yang hobi modeling ini mengaku senang sekali mengkoleksi majalah remaja. j. Indah Indah merupakan remaja 17 tahun yang tinggal di Perumahan Vila Bengawan Mas Kejamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Remaja yang duduk di kelas II SMA N 1 Karanganyar ini mempunyai hobi berenang. Dalam keseharianya di sekolah remaja ini aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler majalah dinding.
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
k. Via Via adalah seorang remaja berusia 16 tahun. Remaja putri yang duduk di kelas I SMA N 1 Karanganyar ini mendapat julukan crewet oleh teman-temanya, hal ini dikarenakan saat di dalam kelas Via sering berbicara dengan teman sebangkunya saat Guru sedang menerangkan mata pelajaran. Via bertempat tinggal di Jalan Sawo Perumnas Palur Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan deskripsi di atas, maka berikut ini adalah matriks karakteristik responden : Matriks 1 Karakteristik Responden No 1 2
Nama Risa Aning
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur Alamat 16 Perum Jaten, Kabupaten Karanganyar 17 Desa Gedongan, Kebakramat, Kabupaten Karanganyar 3 Efa Perempuan 17 Ngringo Indah, Jaten Kabupaten Karanganyar 4 Itok Laki-laki 16 Desa Bolon, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar 5 Tyo Laki-laki 17 Desa Kemiri, Kebakramat, Kabupaten Karanganyar 6 Yoga Laki-laki 18 Papahan, Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar 7 Uki Laki-laki 17 Bejen, Kabupaten Karanganyar 8 Andi Laki-laki 18 Tawangmangu, Kabupaten Karangnyar 9 Ina Perempuan 16 Asrama Brigif, Jaten Kabupaten Karangnyar 10 Indah Perempuan 17 Perum Vila Bengawan Mas, Jaten Kabupaten Karangnyar 11 Via Perempuan 16 Jl. Sawo Perumnas Palur, Jaten, Kabupaten Karanganyar Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
commit to user 66
Keterangan Kelas II Kelas II Kelas II Kelas II Kelas II Kelas III Kelas II Kelas II Kelas II Kelas II Kelas I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. KARAKTERISTIK INFORMAN Dalam penelitian ini merupakan nama-nama informan yang telah ditemui di lokasi penelitian Kabupaten Karanganyar, informan yang telah disamarkan namanya yaitu sebagai berikut : a. Bapak Hasan Bapak Hasan pria berusia 42 tahun ini adalah orang tua dari Via (salah satu responden) yang bertempat tinggal di Jl Sawo, Perumnas Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Keseharian Bapak 3 orang anak ini berprofesi sebagai pengusaha jual beli mobil bekas untuk menghidupi keluarganya dan tokonya terletak tidak jauh dari kediaman rumahnya. b. Ibu Dona Ibu Dona merupakan orang tua dari Aning (salah satu responden). Wanita berusia 38 tahun ini tinggal di Gedongan Kecamatan Kebakramat Kabupaten Karanganyar dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ibu 2 orang anak ini dalam keseharianya disibukkan dengan mengasuh kedua anaknya Yoga 18 tahun dan Sari yang baru berusia 2 tahun. Meskipun tidak bekerja Ibu Dona tergolong orang yang kaya karena mempunyai rumah bagus, 2 mobil mewah dan 2 kendaraan bermotor. c. Ibu Tatik Ibu Tatik adalah wanita berusia 40 tahun yang bertempat tinggal di Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Wanita yang berprofesi sebagai
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
staff di Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar ini merupakan orang tua dari Andi (salah satu responden). Ibu Tatik yang mengaku hobi memasak ini mempunyai 3 orang anak yaitu Andi (18 tahun), Irma (12 tahun) dan Dodik (7 tahun). d. Ibu Dewi Ibu Dewi adalah Guru Mata Pelajaran Biologi di SMA N 1 Karanganyar. Wanita berusia 43 tahun ini bertempat tinggal di Desa Gaum Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Dalam kegiatanya mengajar di SMA N 1 Karanganyar, Ibu Dewi merupakan tipe Guru yang sabar, ramah, suka bercanda dan banyak disenangi murid atau siswanya dikelas. Hal ini terbukti saat Ibu Dewi mengajar suasana kelas jadi riuh. e. Bapak Budi Bapak Budi adalah seorang Guru Bimbingan dan Konseling di SMA N 1 Karanganyar. Pria berusia 46 tahun ini bertempat tingal di Desa Dagen Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dan mempunyai 2 anak. Pria lulusan Universitas Muhamadyah Surakarta ini dikenal sangat tegas dan disiplin oleh murid-murid atau siswanya di sekolah. Dalam kewajibanya selaku Guru Bimbingan dan Konseling di SMA N 1 Karanganyar,
beliau
bertugas
membimbing,
mengarahkan
dan
mendisiplinkan murid dan siswanya di sekolah jika ada murid dan siswanya melanggar aturan-aturan disekolah.
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Ibu Ratna Ibu Ratna merupakan perempuan berusia 41 tahun yang tinggal di daerah Ngargoyoso Kabupaten Karanganayar. Ibu yang bekerja di salah satu Bank milik Pemerintah ini mengaku sangat gemar mengikuti pengajian yang ada di tempat atau lingkunganya. Berdasarkan deskripsi di atas, maka berikut ini adalah matriks informan responden : Matriks 2 Karakteristik Informan No Nama 1 Bapak Hasan
Jenis Kelamin Laki-laki
Umur Alamat 42 Jl. Sawo Perumnas Palur, Jaten, Kabupaten Karanganyar 2 Ibu Dona Perempuan 38 Desa Gedongan, Kebakramat, Kabupaten Karanganyar 3 Ibu Tatik Perempuan 40 Tawangmangu, Kabupaten Karangnyar 4 Ibu Dewi Perempuan 43 Desa Gaum, Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar 5 Bapak Budi Laki-laki 46 Desa Dagen, Jaten, Kabupaten Karanganyar 6 Ibu Ratna Perempuan 41 Desa Ngargoyoso Kecamatan Ngargoyoso Kabupeten Karanganyar. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
Keterangan Orang Tua Via Orang Tua Aning Orang Tua Andi Guru Biologi Guru BK Orang Tua Yoga
3. ARTI DAN PERAN PENDIDIKAN SEKS a. Arti Pendidikan Seks dan Perannya Bagi Pelajar Dari berbagai kebutuhan manusia, ada kebutuhan yang tidak kalah penting dari kebutuhan yang lain yaitu tentang cinta dan seks. Kedua hal
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut sering kali merupakan suatu problema terbesar di kalangan remaja dimanapun di dunia. Tidak jarang masa depan yang penuh harapan hancur berantakan karena problema tersebut. Dari arti dan peran pendidikan seks ini, para responden telah menuturkan pendapat dan pemahaman sebagai berikut : Menurut Risa arti dan peran pendidikan seks yaitu sebuah pendidikan mengenai seksualitas dan sebagai pembelajaran untuk menghadapi pergaulan kelak. Berikut penuturannya : “Menurut aku pendidikan seks itu adalah pendidikan yang meliputi seputar sesualitas mas…..dan itu nantinya akan saya pakai untuk antisipasi ataupun menghadapi pergaulan saat ini dan akan datang”.(wawancara 8 April 2011). Pada hakekatnya memang pada akhirnya pendidikan seks dan perannya itu sendiri diharapakan mampu dipahami guna mengantisipasi dampak-dampak negatif dari seks bebas, hal yang dikemukakan oleh Risa tersebut cukup beralasan. Sedangkan pendapat Aning dan Efa adalah sebagai berikut. Berikut penuturan Aning : “Pendapat saya mengenai arti pendidikan seks yaitu sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Sedangkan perannya adalah memberikan wawasan bagi remaja sekarang agar mereka mengetahui masalah seks”. (wawancara 8 April 2011). Pendapat Efa mengenai arti dan peran pendidikan seks yaitu : “Saya cenderung menyoroti mengenai arti pendidikan seks mas…kalau menurut saya pendidikan seks itu terdiri dari pemberian informasi kepada anaknya tentang masalah seksualitas
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seperti bagaimana anak itu bisa wanita”.(wawancara 8 April 2011).
lahir
dari
seorang
Problema lain yang timbul dari keduanya antara lain pernikahan dini, kehamilan remaja, aborsi, putus sekolah, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat-obat terlarang dan masih banyak lagi gambaran buruk lainya. Seperti masalah tersebut banyak sekali melanda remaja kita yang notabene masih pelajar atau mahasiswa. Seks bebas bagi mereka bukanlah hal asing lagi bahkan tidak sedikit dari mereka ada yang sudah melakukannya hanya sekedar coba-coba atau bahkan hanya didasarkan rasa ingin tahu belaka. Sementara responden yang lain seperti Itok, Tyo, Yoga, Uki, Andi, Indah dan Via mereka lebih fokus untuk menyoroti masalah peranan seks dalam kehidupan. Berikut merupakan masing-masing pendapat dari mereka, dimulai dari Itok : “Peran pendidikan seks saya kira perlu untuk lebih ditanamkan kepada generasi muda sekarang mas..mengingat remaja sekarang perilakunya cuma bisa sok tau saja, padahal mereka belum paham betul arti dan peran pendidikan seks”.(Wawancara 8 April 2011). Pendapat dari Tyo mengenai peran pendidikan seks : “Peran tentang pendidikan itu setahu saya menyinggung hal-hal berbau seksualitas ya mas….dan sepertinya itu akan sangat berhubungan dengan perkembangan alat kelamin setiap manusia baik pria atau wanita”.(wawancara 8 April 2011). Pendapat Yoga agak berbeda dan agak unik untuk menjawab mengenai arti dan pendidikan seks, berikut pendapatnya : “Saya berpendapat bahwa peran pendidikan seks itu malah membuat orang jadi lebih penasaran mas…kan yang dibahas itu
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
salah satunya organ reproduksi manusia. Jadi siswa malah segera pengen tau sendiri entah itu dengan cara mereka sendiri”.(wawancara 9 April 2011). Lain halnya dengan Uki. Uki lebih kritis menjawab pertanyaan mengenai arti dan pendidikan seks, berikut jawabanya : “Peran pendidikan seks itu adalah sebagai pondasi dan tameng untuk remaja sekarang mas…di jaman edan sekarang ini kita layak memperdalam pengetahuan dalam hal apapun itu sebagai bekal di hari beranjak dewasa maupun hari tua besok untuk kembali diajarakan kepada anak-anak kita nanti mas..”.(wawancara 8 April 2011). Menanggapi pernyataan Uki diatas memang dalam jaman sekarang yang banyak disebutkan orang sebagai jaman edan ini individu dituntut harus banyak menggali informasi yang banyak dan sedalam-dalamnya, selama hal yang didapatkan positif dan informasi yang didapat bisa diimplementasikan secara positif pula maka seseorang dapat terhindar dari pengaruh buruk. Untuk selanjutnya responden Andi, Ina, Indah dan Via kesemua jawaban intinya hampir sama yaitu peran pendidikan seks bagi mereka adalah tetap suatu yang tabu. Meski demikian masalah seksualitas tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Berikut pendapat Andi : “Kalau dalam pemikiran saya masalah peran pendidikan seks bagi remaja ya sebenarnya itu masalah tabu bagi para remaja. Remaja yang sedang mengalami masa pubertas mempunyai dorongan atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mulai timbul rasa ketertarikan pada lawan jenisnya. Mereka berusaha mencari tahu tentang hal itu. Mereka bingung harus bertanya kepada siapa, apakah kepada teman atau bahkan kepada orang tuanya sendiri”. (wawancara 9 April 2011).
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut pendapat Ina mengenai peran pendidikan seks sebagai berikut :
“Peran pendidikan seks itu sangat penting bagi remaja sekarang mas..ya walaupun ada sebagian yang mengatakan tabu. Justru yang tabu-tabu itu mas yang penting untuk diketahui…hehehe”.(wawancara 9 April 2011). Sedangkan menurut Indah sebagai berikut : “Soal peran pendidikan seks itu masih anget mas..kebetulan saya kemarin baru melihat televisi yang acarannya tentang aborsi. Menurut saya peran pendidikan seks itu yang paling penting bisa mengurangi angka aborsi. Yang saya utamakan ya itu mas…kan saya perempuan, wajar saya takut dan mentabukan hal-hal seperti itu. (wawancara 9 April 2011). Responden yang mengemukakan pendapatnya mengenai peran dan arti pendidikan seks yang terakhir adalah Via. Berikut pendapatnya : “Peran pendidikan seks kalau saya sangat bergantung pada orang-orang disekitar kita mas..kalau orang disekitar kita itu positif ya kita ikut positif. Jadi yang terpenting peran tentang pendidikan seks itu intinya perannya bergantung oleh lingkungan. Soal tabu atau tidak ya ini juga termasuk masalah tabu bagi saya”.(wawancara 9 April 2011). Permasalahan tentang seks dan cinta mungkin tidak akan sepelik ini jika keduanya dibimbing dan diarahkan secara tepat dan benar oleh para pendamping, yang dalam hal ini adalah orang tua dan guru disekolah, sehingga penerapan pendidikan seks sejak dini dirasa sangat penting diberikan sebagai upaya pencegahan agar remaja tidak semakin terjerumus pada dekadensi moral seperti halnya seks bebas. Menurut penjelasan
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informan yaitu Ibu Dewi selaku guru Biologi di SMA N 1 Karanganyar arti dari pendidikan seks adalah sebagai berikut : ”Kalau pendapat saya mengenai pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin. Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar dan legal. Pendidikan seks dapat dibedakan antara seks instruction dan education in sexuality. Sex instruction ialah penerangan mengenai anatomi, seperti pertumbuhan rambut pada ketiak dan mengenai biologi dari reproduksi yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk mempertahankan jenisnya. Termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual seksual, serta mengadakan hubungan interpersonal yang baik”. (wawancara 11 April 2011). Sedangkan menurut Bapak Budi selaku Guru Bimbingan dan Konseling di SMA N 1 Karanganyar Pendidikan seks yaitu sebagai berikut: ”Sex education atau pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan seksualitas yang menurut saya yaitu suatu pendidikan mengenai seksualitas dalam arti luas. Seksualitas meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek biologik, orientasi, nilai sosiokultur dan moral serta perilaku. Sex education untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari berbagai akibat buruk karena persepsi dan perilaku seksual yang keliru”. (wawancara 11 April 2011). Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, maka berikut ini merupakan matriks dari arti pendidikan seks dan perannya bagi pelajar :
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Martiks 3 Arti Pendidikan Seks dan Perannya Bagi Pelajar No 1
Nama Risa
2
Aning
3
Eva
4
Itok
5
Tyo
6
Yoga
7
Uki
8
Andi
9
Ina
10
Indah
11
Via
Arti dan Perannya Pendididkan Seks Bagi Pelajar Arti dan peran pendidikan seks yaitu sebuah pendidikan mengenai seksualitas dan sebagai pembelajaran untuk menghadapi pergaulan kelak. Arti pendidikan seks yaitu sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Sedangkan perannya adalah memberikan wawasan bagi remaja sekarang agar mereka mengetahui masalah seks. Cenderung menyoroti mengenai arti pendidikan seks. Pendidikan seks itu terdiri dari pemberian informasi kepada anaknya tentang masalah seksualitas seperti bagaimana anak itu bisa lahir dari seorang wanita. Peran pendidikan seks perlu untuk lebih ditanamkan kepada generasi muda sekarang. Mengingat remaja sekarang perilakunya cuma bisa sok tau saja, padahal mereka belum paham betul arti dan peran pendidikan seks. Peran tentang pendidikan itu menyinggung hal-hal berbau seksualitas. Sepertinya itu akan sangat berhubungan dengan perkembangan alat kelamin setiap manusia baik pria atau wanita. Peran pendidikan seks itu malah membuat orang jadi lebih penasaran karena yang dibahas itu salah satunya organ reproduksi manusia. Jadi siswa malah segera pengen tau sendiri entah itu dengan cara mereka sendiri. Peran pendidikan seks itu adalah sebagai pondasi dan tameng untuk remaja sekarang, di jaman edan sekarang ini layak memperdalam pengetahuan dalam hal apapun itu sebagai bekal di hari beranjak dewasa maupun hari tua besok untuk kembali diajarakan kepada anak-anak nanti. Masalah peran pendidikan seks bagi remaja sebenarnya itu masalah tabu bagi para remaja. Remaja yang sedang mengalami masa pubertas mempunyai dorongan atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mulai timbul rasa ketertarikan pada lawan jenisnya. Mereka berusaha mencari tahu tentang hal itu. Mereka bingung harus bertanya kepada siapa, apakah kepada teman atau bahkan kepada orang tuanya sendiri. Peran pendidikan seks itu sangat penting bagi remaja sekarang. Walaupun ada sebagian yang mengatakan tabu. Justru yang tabu-tabu itu yang penting untuk diketahui Peran pendidikan seks itu yang paling penting bisa mengurangi angka aborsi. Wajar perempuan ketakutan dan mentabukan hal-hal seperti itu. Peran pendidikan seks sangat bergantung pada orang-orang disekitar, kalau orang disekitar itu positif ikut positif. Jadi yang terpenting peran tentang pendidikan seks itu intinya perannya bergantung oleh lingkungan. Soal tabu atau tidak ini juga termasuk masalah tabu.
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
12
digilib.uns.ac.id
Bapak Budi
Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar dan legal. 13 Ibu Dewi Pendidikan seks yaitu suatu pendidikan mengenai seksualitas dalam arti luas. Seksualitas meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek biologik, orientasi, nilai sosiokultur dan moral serta perilaku. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
b. Pendidikan Seks di Sekolah Ketika item pertanyaan mengenai perlukah pendidikan seks diajarkan pada para pelajar disodorkan pada 11 responden yang terdiri dari 5 responden laki-laki dan 6 responden perempuan (yang masing-masing namanya disamarkan) hampir semuanya menjawab penting dan perlu untuk mengajarkan pendidikan seks diajarkan kepada pelajar, dengan alasan untuk menghindarkan pelajar dari seks bebas dan dan untuk mewakili dari jawaban teman-teman mereka maka responden yang diambil sebanyak 11 orang dan ditambah 2 informan. Seperti yang diungkapkan oleh responden Risa (16 th) yang menjawab sebagai berikut : “Kalau menurut saya pendidikan seks di sekolah bagi remaja itu penting, karena apabila mereka sudah mengetahui tentang kebutuhan biologis atau seks, maka mereka atau remaja tidak akan menyalahgunakannya. Dan juga mereka akan melakukan seks itu benar-benar mereka sudah waktunya (sudah dewasa dan menikah). Mereka juga akan lebih tahu sebenarnya seks itu sendiri, bukan hanya untuk memperoleh kepuasan atau kesenangan sesaat. Serta mereka akan tahu berbagai macam dampak negatif dari seks bebas”. (wawancara 11 April 2011).
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendapat tersebut hampir sama dengan yang diutarakan oleh 2 responden lain yaitu Aning dan Eva berikut ini : “Pendidikan seks di sekolah itu sangat penting, agar para remaja terhindar dari pergaulan bebas dan tidak salah dalam menafsirkan tentang seks itu sendiri. Dan juga sebagai pengetahuan remaja tentang seks, sehingga remaja tidak melakukan seks bebas”(wawancara 11 April 2011). Berikut pendapat Eva : “Di sekolah pendidikan seks itu penting diberikan karena masih banyak siswa yang tidak tau soal seks mas..”(wawancara 13 April 2011). Disamping karena alasan untuk mencegah maraknya seks bebas, ada dua responden yang mengatakan alasan pentingnya pendidikan seks itu diberikan karena untuk menyiapkan diri dalam menjalani kehidupan berumahtangga kelak. Hal ini diungkapkan oleh responden Itok dan Tyo dalam wawancara berikut ini. Penuturan Itok : “Saya pribadi memandang pendidikan seks di sekolah tersebut penting! Karena kelak kita juga akan melakukanya..jadi agar tidak malu-maluin kalau saya berhubungan dengan istri saya”(wawancara 11 April 2011). Sedangkan Menurut Tyo sebagai berikut : “Kalau masalah pendidikan seks tidak diajarkan di sekolah bagaimana saya bisa tau apa yang seharusnya dilakukan saat kita punya istri nanti mas..”(wawancara 11 April 2011). Dari penuturan 5 responden diatas jelas pendidikan seks di sekolah itu memang perlu untuk diberikan kepada siswanya. Hal ini diperkuat
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan pernyataan 6 responden lagi yang mereka menginginkan adanya pendidikan seks di sekolah mereka. Berikut pernyataan dari Yoga : “Di sekolah seharusnya diberikan waktu khusus untuk membahas tentang seks mas.. kan menurut saya sekolah adalah rumah ke dua bagi saya setelah keluarga”(wawancara 11 April 2011). Sedangkan menurut Uki selaku ketua OSIS di Sekolahnya dia memberikan pernyataan sebagai berikut : “Sekolah adalah tempat menuntut ilmu bagi para pelajar, jadi jika pendidikan seks seharusnya bisa masuk ke dalam bahan ajaran bagi siswa-siswa. Dari pada siswa salah dalam mengambil tindakan ada baiknya pendidikan seks ini rutin untuk diberikan kepada kami”(wawancara 13 April 2011). Berikut merupakan sisa pernyataan responden Andi, Ina, Indah dan Via yang sebenarnya intinya hampir sama. Mereka menginginkan adanya kurikulum atau mata pelajaran baru yang seluruhnya mengajarkan mengenai masalah seksualitas di sekolahnya. Pernyataan Andi dan Via, berikut pernyataan Andi : “Saya sangat senang apabila di sekolah terdapat mata pelajaran baru yang nantinya akan menjelaskan tentang seks mas..meskipun hanya sebentar tapi setidaknya kan nanti bersifat rutin” (wawancara 13 April 2011). Penuturan Via sebagai berikut : “Di sekolah itu kan seharusnya ada pelajaran seperti itu mas (pelajaran mengenai pendidikan seks)…jadi ndak cuma kadang dimasukkan ke dalam mata pelajaran biologi saja. Ya kalau besok masuk IPA, kalau masuk IPS trus gmn??”.(wawancara 11 April 2011).
commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penuturan Indah dan Ina berikut merupakan penutup sekaligus penjelas bahwa pendidikan seks di sekolah memang perlu untuk di ajarkan. Berikut penuturan Indah : “Sekolah itu menurut saya sekarang wajib ya mas memberikan informasi dan mengajarkan pendidikan seks kepada murinya agar murid itu tau sejauh mana perkembangan pergaulan mereka”(wawancara 11 April 2011). Berikut penuturan Ina : “Di sekolah itu sekarang sudah seharusnya membut kurikulum baru mas..buat mengajarkan tentang masalah pendidikan seks yang baik dan benar.. jadi ndak hanya diselip-selipkan ke mata pelajaran tertentu saja”.(wawancara 11 April 2011). Sampai saat ini masih banyak juga remaja atau pelajar yang sangat minim sekali pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi dan juga perkembangan jiwa dan fisik yang mereka alami. Hal ini membuat mereka bertanya-tanya, apakah semua ini normal dan apakah para remaja lain juga mengalami hal yang serupa. Kejadian ini membuat para pendidik terutama guru di sekolah merasa perlu memberikan pengertian-pengertian yang berkaitan dengan seksualitas termasuk juga perkembangan diri pribadi yang dialami oleh siswa atau pelajar. Ungkapan ini pernah disampaikan oleh seorang informan Ibu Dewi yang menyatakan perlunya memberikan bimbingan atau pengetahuan tentang fisik remaja. Berikut petikan wawancaranya: “Saya merasa perlu ya mas memberikan pendidikan tentang seks itu di sekolah kepada siswa karena untuk pengetahuan juga.
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sehingga siswa itu sendiri bisa mengerti tentang perkembangan manusia termasuk seksologisnya”(wawancara 13 April 2011). Kurangnya pendidikan seks yang diberikan di sekolah-sekolah tampaknya membuat pemerintah perlu mengambil langkah nyata. Salah satunya yakni menggagas pendidikan seks itu sebagai salah satu kurikulum di sekolah menengah. Akan tetapi gagasan tersebut justru memunculkan pro dan kontra. Sebenarnya ketika pemerintahan salah satu Presiden kemarin masalah pendidikan seks telah dibicarakan dan diusulkan menjadi pelajaran wajib di sekolah, akan tetapi hal itu sekarang sudah tidak terdengar lagi. Oleh karena belum menjadi kurikulum yang mandiri, untuk beberapa sekolah sendiri sebenarnya sudah ada yang memberikan pendidikan seks meskipun tidak secara langsung. Materi dari pendidikan seks itu sendiri disisipkan pada mata pelajaran tertentu seperti Biologi, Agama, dan Pendidikan Jasmani. Sedangkan pada SMA yang penulis jadikan sebagai obyek penelitian yakni SMA N 1 Karanganyar telah menerapkan pendidikan seks. Disamping tentang materi pendidikan seks itu ada dalam pelajaran tertentu (Biologi misalnya), akan tetapi dari pihak Bimbingan dan Konseling sendiri memberikan langsung pendidikan seks tersebut dengan cara dijadwalkan khusus. Tentang hal ini informan yang lain, yaitu Bapak Budi selaku guru Bimbingan Konseling menjelaskan sebagai berikut:
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Khusus di sekolah kami mengenai pendidikan seks itu sudah ada (sudah diberikan). Frekwensinya sendiri itu untuk satu semester untuk tatap muka khusus pendidikan seks diberikan dua kali, selebihnya kita pengamatan, monitoring, dan juga konsultasi pribadi. Selain itu sekolah juga pernah mengadakan penyuluhan dari pihak kepolisian, biasanya kalau ini sekaligus masalah narkoba” (wawancara 13 April 2011). Ketika disinggung tentang materi yang disampaikan juga cara penyampaiannya, dengan gamblang beliau memberikan penjelasan sebagai berikut : “Kalau dari pihak BK itu biasanya kita masuk dalam kelas-kelas, kemudian kita pengarahan dulu mas…..,kemudian orientasi informasi pendidikan seks yang didahului dengan psikologi remaja, ciri-ciri anak menginjak usia pubertas sampai dewasa, dan juga tentang pergaulan remaja. Disini juga diselipkan unsurunsur moral dan tata tertib yang berkaitan dengan masalah seks tersebut”(wawancara 11 April 2011). Dari data diatas maka dapat dibuat matrik mengenai peran pendidikan seks di sekolah sebagai berikut :
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 4 Peran Pendidkan Seks di Sekolah No
Nama
Pendidikan Mengenai Seks di Sekolah Pendidikan seks di sekolah bagi remaja itu penting karena apabila mereka 1 Risa sudah mengetahui tentang kebutuhan biologis atau seks maka mereka atau remaja tidak akan menyalahgunakannya. 2 Aning dan Pendidikan seks di sekolah itu sangat penting, agar para remaja terhindar Eva dari pergaulan bebas dan tidak salah dalam menafsirkan tentang seks itu sendiri. 3 Itok dan Pendidikan seks di sekolah penting. Karena kelak juga akan melakukanya, Tyo jadi agar tidak memalukan ketika berhubungan dengan istrinya nanti. 4 Yoga Di sekolah harusnya diberikan waktu khusus untuk membahas tentang seks karena sekolah adalah rumah ke dua setelah keluarga. 5 Uki Sekolah adalah tempat menuntut ilmu bagi para pelajar, jadi jika pendidikan seks seharusnya bisa masuk ke dalam bahan ajaran bagi siswa-siswa. 6 Andi Sangat senang apabila di sekolah terdapat mata pelajaran baru yang nantinya akan menjelaskan tentang seks, meskipun hanya sebentar tapi setidaknya bersifat rutin. 7 Ina Di sekolah sudah seharusnya membut kurikulum baru untuk mengajarkan tentang masalah pendidikan seks yang baik dan benar. 8 Indah Sekolah sekarang wajib memberikan informasi dan mengajarkan pendidikan seks kepada murinya agar murid itu tau sejauh mana perkembangan pergaulan mereka. 9 Via Di sekolah itu seharusnya ada pelajaran mengenai pendidikan seks jadi tidak hanya diselipkan ke dalam mata pelajaran tertentu. Perlu memberikan pendidikan tentang seks itu di sekolah kepada siswa 10 Ibu Dewi karena untuk pengetahuan. Sehingga siswa bisa mengerti tentang perkembangan manusia termasuk seksologisnya. Pendidikan di Sekolah (SMA N 1 Karanganyar) telah dilaksanakan. Frekwensinya satu semester untuk tatap muka khusus pendidikan seks 11 Bapak Budi diberikan dua kali, selebihnya pengamatan, monitoring, dan juga konsultasi pribadi. Materi yang disampaikan berupa ciri-ciri anak menginjak usia pubertas sampai dewasa, pergaulan remaja, unsur-unsur moral dan tata tertib yang berkaitan dengan masalah seks. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Sumber Pengetahuan dan Informasi Tentang Seks dan Seksualitas Laju perkembangan media massa dan elektronik yang semakin pesat memudahkan remaja untuk bisa menyerap informasi dari berbagai macam produk global tersebut, termasuk juga dalam hal informasi tentang seks, sekarang ini remaja dengan cepat dan mudah bisa mendapatkannya. Pendidikan seks di Indonesia menemukan bentuknya dalam pendidikan non formal seperti dalam ekstrakurikuler di sekolah, sarasehan, rubrik-rubrik kesehatan dalam majalah, dan lain-lain. Bentuk pendidikan seks yang non formal itu lebih luwes dan bisa selalu disesuaikan dengan kondisi tempat dan waktu sehingga tidak menimbulkan dampak sampingan yang tidak diharapkan. Gejala tersebut diatas juga dialami para responden, banyak dari mereka mengaku selain mendapatkan informasi tentang seks dari luar sekolah, umumnya mendapat informasi tersebut dari majalah atau rubrik-rubrik kesehatan, ceramah dan juga televisi. Dari berbagai informasi mengenai seks yang didapat oleh remaja, mereka mengaku belum terlalu puas dengan informasi tersebut. Untuk menambah wawasan dan pengetahuannya remaja mengaku lebih memperbanyak lagi membaca buku-buku yang berkaitan dengan masalah tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Yoga dan Risa. berikut ini penuturan Risa: “Saya belum terlalu puas dengan informasi yang saya dapat, sebagai upaya saya dalam menambah wawasan saya ya saya memperbanyak membaca buku yang berhubungan dengan masalah tersebut. Mungkin seiring bertambahnya usia saya (kedewasaan
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
saya) saya akan dapat memahami sendiri”(wawancara 11 April2011).
apa
arti
seks
itu
Sedangkan penuturan Yoga sebagai berikut : “Aku kurang puas dengan info-info yang saya peroleh, makanya aku memperbanyak membaca buku, dan nantinya akan mengerti kalau aku sudah dewasa mas..”(wawancara 11 April 2011). Ungkapan Yoga dan Risa tersebut bukan suatu hal yang aneh lagi. Mengingat masalah seksualitas memang sangat luas sekali cakupannya dan tidak akan habis dibahas begitu saja. Lain halnya dengan Ina dan Indah, kedua responden ini dalam memenuhi kebutuhan tentang pengetahuannya dalam masalah seksualitas mengandalkan dari diskusi dengan temannya dan rubrik-rubrik kesehatan. Berikut pendapat mereka. Penuturan Ina : “Biasanya untuk lebih mengetahui hal-hal baru saya sering mendiskusikan hal tersebut dengan teman yang saya mas….dan untuk masalah pengetahuan seks saya cenderung lebih ingin tahu dan membaca di rubrik-rubrik kesehatan” (wawancara 11 April 2011). Sedangkan menurut Indah sebagai berikut : “Saya cenderung suka mendiskusikan masalah apapun dengan teman saya mas…ya pokoknya berbagai masalah”(wawancara 13 April 2011). Berikut merupakan pendapat dari Aning ketika ditanya mengenai sumber-sumber yang menjadi informasi mengenai masalah seksualitas bagi dirinya :
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Kalau saya paling ya sering tau masalah seperti itu (seksualitas) dari teman-teman ketika ngobrol santai atau baca-baca gitu mas..”(wawancara 11 April 2011). Sedangkan responden yang lain yaitu Eva, Itok, Tyo, Uki, Andi dan Via semua jawaban hampir sama. Mereka mencari pengetahuan mengenai seksualitas dari sumber internet karena dianggap paling mudah didapatkan. Berikut merupakan pendapat dari Eva : “Untuk sumber informasi baik itu masalah seksualitas atau dalam berbagai hal biasanya saya mencarinya di google mas (salah satu media di internet)… karena menurut saya itu lebih cepat dan gampang untuk didapatkan”. (wawancara 11 April 2011). Penuturan Itok sebagai berikut : “Sumber yang paling cepat dan mudah untuk didapat biasanya saya langsung kepikiran buat browsing di internet mas…gampang dan pasti lengkap” (wawancara 11 April 2011). Penuturan Eva dan Itok ditambah dengan ungkapan Andi sebagai berikut: “Saya lebih senang mencari informasi apa saja di internet mas, baik itu sekedar membaca atau sengaja mencarinya(informasi tentang seks). biasanya sekalian mengerjakan tugas dari sekolah kalau sedang ada tugas”.(wawancara 13 April 2011). Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa internet merupakan media yang sangat dominan dalam mendapatkan berbagai macam hal. Kecepatan mengenai informasi-informasi baru dapat dengan sekejap dibuka dan dinikmati bagi orang-orang yang memang haus akan pengetahuan dan terutama dalam hal ini adalah pelajar SMA.
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lain halnya dengan responden lain diatas Via, Uki dan Tyo lebih senang mencari informasi di media seperti koran, majalah dan melihat televisi. Berikut ungkapan dari Via : “Saya orangnya sering melihat televisi mas, jadi untuk pengetahuan mseputar seks itu lebih sering saya dapatkan ketika saya sedang melihat acara di televisi ”.(wawancara 13 April 2011). Sedangkan ungkapan Uki sabagai berikut : “Saya itu lebih suka membaca koran demi mencari berita atau informasi masalah seksualitas, karena anggapan saya koran itu informasinya nyata dan dapat dipercaya. Dan itu kan berita yang ada di wilayah sekitar kita”.(wawancara 11 April 2011). Berikut merupakan ungkapan dari Tyo sekaligus menjadi penutup pernyataan mengenai sumber-sumber tentang seksualitas yang didapatkan oleh siswa SMA N 1 Karanganyar dan dipakai sebagai sumber informasi. Berikut ungkapan Tyo : “Saya lebih sering menemukan pengetahuan seputar seks di majalah mas.. karena kebetulan saya berlangganan majalah otomotif dan biasanya ada segmen kesehatan”.(wawancara 13 April 2011). Tentang hal ini Bapak Budi juga memberikan komentar : “Dari pihak sekolah kami sendiri meskipun pendidikan masalah seks tersebut sudah diajarkan akan tetapi kami sendiri merasa bahwa itu semua masih kurang. Masalahnya pendidikan di sekolah itu kan terbatas oleh waktu, padahal masalah yang menyangkut mengenai seks (pendidikan seks itu kan luas sekali jadi harapan kami siswa juga lebih banyak membaca buku untuk pengetahuan karena buku kan jendela ilmu”(wawanacara 13 April 2011). Dari uraian diatas maka dapat dibentuk matriks mengenai sumber pengetahuan dan informasi tentang seks dan seksualitas sebagai berikut :
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 5 Sumber Pengetahuan dan Informasi Tentang Seks dan Seksualitas No 1
Nama Risa dan Yoga
Sumber Pengetahuan dan Informasi Seks dan Seksualitas Memperbanyak membaca buku yang berhubungan dengan masalah seks dan seksualitas. 2 Ina dan Indah Membaca di rubrik-rubrik kesehatan demi memuaskan rasa keingintahuan mengenai masalah seks dan seksualitas 3 Aning Dari teman-teman ketika ngobrol santai atau baca-baca buku. 4 Via Sering melihat televisi dalam memperoleh informasi mengenai masalah seksualitas. 5 Tyo Menemukan pengetahuan seputar seks di majalah karena berlangganan majalah. 6 Uki Membaca koran demi mencari berita atau informasi masalah seksualitas. 7 Eva, Itok dan Mencari di google (media internet) karena dirasa lebih mudah dicari Andi dan efisien. Pendidikan masalah seks tersebut sudah diajarkan di SMA N 1 8 Bapak Budi Karanganyar akan tetapi masih kurang karena pendidikan di sekolah terbatas oleh waktu Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
d. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Seks Masalah pendidikan seks sampai saat ini masih sering menjadi perdebatan. Secara ideal, pendidikan seks harus diberikan di sekolah akan tetapi dikarenakan waktunya sangat terbatas, di harapkan pendidikan seks juga disampaikan oleh keluarga dan organisasi masyarakat. Akan tetapi sampai saat ini sedikit sekali keluarga yang mau dan mampu mengajarkan masalah seks tersebut kepada anak-anaknya. Hal tersebut dikarenakan orang tua mereka memang belum bisa terbuka dengan masalah tersebut. Seperti yang dituturkan oleh Uki berikut ini :
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Saya pernah membaca rubrik-rubrik tentang seks dan kesehatan dan saya tertarik, karena dapat menambah pengetahuan saya tentang seks dan kesehatan. Selain itu aku pernah mendapatkan info tentang seks tersebut dari televisi. Kalau orang tua….seingat saya mereka belum pernah memberikan pengetahuan seks kepada saya”(wawancara 14 April 2011). Seseorang responden Andi mengaku pernah mendapatkan info tentang seks dari penjelasan Polisi yang datang ke sekolahnya. Berikut penuturannya: “Saya kurang tertarik membaca rubrik-rubrik tentang seks dan kesehatan di majalah, kalau informasi lain yang selain dari sekolah…saya pernah mendapatkanya dari polisi yang datang kesekolah dan saya cukup puas dengan penjelasan tersebut karena masuk akal. Kalau orang tua saya sih tidak pernah memberitahu tentang seks pada saya, mungkin mereka takut kalua saya mencoba, namanya juga orang tua mas….pikiranya kan lain dengan kita”(wawancara 14 April 2011). Soal keterbukaan orang tua tentang masalah seks ini ternyata berlaku pada keluarga Via dan Aning. Selain membaca dari majalah, buku dan televisi mereka mengaku bahwa orang tua mereka pernah mengajarkannya pada mereka, cuma porsinya tidak banyak, mereka hanya menjelaskan tentang kematangan reproduksi yang ditandai dengan menstruasi. Berikut merupakan penuturan Aning : “Saya dirumah itu terbiasa ngomong mas kalau ada apa-apa, ya meskipun tidak semuanya..he he he..orang tua saya juga kadang memberikan pengetahuan masalah seks kalau lagi dirumah”.(wawancara 11 April 2011).
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut merupakan penuturan salah satu keluarga responden yaitu Ibu Dona (Ibu dari Aning) : “Dalam mendidik anak saya selalu berusaha memahami dan mengerti pola pergaulan anak jaman sekarang Mas..apalagi kalau soal seks, dari SMP anak saya sudah saya beri pengertian mengenai masalah seksualitas khusus dalam saat mengalami menstruasi. Dulunya sih anak saya risih mendengarnya tapi lama kelamaan sekarang anak saya malah selalu bercerita sendiri mengenai masalah seks dan apa yang dialaminya. Jika tidak tau….ya saya hanya mendengarkanya saja”(wawancara 13 April 2011). Sedangkan penuturan Via adalah sebagai berikut : “Dari kecil memang saya sudah diajarkan mengenai pemahaman masalah seksualitas kok mas…kira-kira ya waktu umur 12 tahun lah”.(wawancara 28 Maret 2011). Sama Halnya dengan Bapak Hasan
(Orang tua Via) berikut
penuturanya saat dimintai tanggapan mengenai anaknya : “Via itu anaknya cerewet sekali kalau dirumah, jadi ya sewajarnya kalau ada apa-apa sedikit suka cerita ke saya Mas, sambil tertawa-tertawa sendiri…kalau masalah yang mengenai seksualitas anaknya memang sudah terbuka dari dia masing duduk dikelas 1 SMP, terutama dia pada Ibunya” (wawancara 13 April 2011). Terkadang orang tua sering menganggap masalah seks itu adalah hal yang tabu untuk disampaikan kepada anaknya. Orang tua menganggap bahwa masalah tersebut kelak akan diketahui dengan sendirinya pada saat anak sudah dewasa. Berikut merupakan peran dari masing-masing keluarga responden lainnya yaitu Risa, Efa, Itok, Tyo, Yoga, Ina dan Indah. Masing masing dari mereka mengaku peran orang tua atau keluarga
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat sedikit bagi pengetahuan mereka tentang permasalahan seksualitas. Berikut penuturan dari Risa : “Orang tua saya itu orangnya tidak terlalu banyak omong mas..mereka itu seakan-akan menganggap saya sudah dewasa, jadi ya saya harus menyadari itu”. (wawancara 11 April 2011). Sedangkan penuturan Efa sebagai berikut : “Keluargaku itu lebih banyak mengarahkan tentang masalahmasalah akademis mas..misalnya nanti kalo lulus SMA itu mau kuliah dimana ya pokoknya kayak gitu-gitulah”(wawancara 13 April 2011). Penuturan Itok berikut merupakan pengakuan Itok terhadap peran keluarganya dalam pendidikan seks pranikah : “Keluarga saya tidak terlalu memberikan pengarahan dan jarang memberikan informasi kepada saya mas kalau masalah seks”(wawancara 13 April 2011). Banyak orang tua memang masih memandang masalah seks tersebut adalah hal yang tabu sehingga pendapat seperti ini perlu diluruskan karena akan lebih berbahaya lagi apabila anak mencoba mencari jawaban dengan kemauannya sendiri. Akan lebih bijak agar anakanak mengerti sejak usia remaja bahwa ini tidak boleh dan itu juga tidak boleh, ini akan terjadi begini dan kalau itu tidak, maka orang tua harus memberikan penjelasan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami kelak. Dari pada anak-anak penasaran dan justru salah penafsiran serta mencari jawaban sendiri karena banyaknya informasi yang berseliweran soal seks. Lagi- lagi memang peran keluraga sangat penting dalam pendidikan bagi anak entah itu dalam bentuk apapun. Berikut merupakan
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penuturan dari Tyo, Yoga, Ina dan Indah mengenai peran keluarga mereka dalam pendidikan seks. Penuturan Tyo : “Keluarga saya itu cenderung cuek dan tidak mempedulikan pendidikan seks mas…selama saya mereka anggap masih bisa diatur dan tidak membandel, ga ada masalah bagi mereka”.(wawancara 14 April 2011). Penuturan Yoga hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Efa. Berikut penuturan Yoga : “Orang tua saya itu lebih cenderung memperhatikan pendidikan yang baku seperti matapelajaran tertentu mas…dari pada menceramahi saya tentang masalah seksualitas”.(wawancara 14 April 2011). Sedangkan ungkapan Indah mengenai peran keluarganya dalam pendidikan seks sebagai berikut : “Keluarga saya sangat jarang melakukan diskusi mengenai masalah-masalah yang memang itu termasuk porsinya orang dewasa, apalagi tentang seks mas...bahkan tidak pernah”.(wawancara 11 April 2011). Ungkapan responden Ina adalah sebagai penutup mengenai peran keluarga dalam pendidikan seks. Berikut ungkapanya : “Orang tua saya itu cenderung tidak terlalu mengambil pusing mengenai pendidikan seks karena anaknya dianggap sudah dewasa..nanti juga akan mengerti dengan sendirinya”.(wawancara 11 April 2011). Remaja
senantiasa
dipengaruhi
oleh
lingkungan
keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan luar. Media massa dan multimedia yang dapat dikategorikan sebagai lingkungan luar yang berpengaruh pada remaja dirasa sebagai faktor yang paling dominan pengaruhnya bagi
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
remaja, sehingga peran pendidik (orang tua dan juga guru di sekolah) diharapkan dapat menjalin keterbukaan komunikasi dan hubungan dengan anak dalam hal memberikan penjelasan masalah seksualitas. Dengan pendidikan seks lebih dini, diharapkan dapat mencegah seks pranikah pada remaja. Dari penjelasan diatas berikut merupakan matriks peran keluarga dalam pendidikan seks :
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 6 Peran Keluarga Dalam Pendidikan Seks No
Nama
Peran Keluarga Dalam Pendidikan Seks Belum pernah mendapatkan pengetahuan seks dari orang tua atau 1 Uki keluarga tetapi pernah membaca rubrik mengenai masalah seksualitas. Belum pernah mendapatkan informasi seksualitas dari kedua orang 2 Andi tua tetapi pernah mendapatkan informasi mengenai seksualitas dari Polisi. 3 Risa Orang tua tidak terlalu banyak bicara, mereka itu seakan-akan menganggap sudah dewasa. 4 Efa Lebih banyak mengarahkan tentang masalah-masalah akademis. Misalnya nanti kalo lulus SMA itu mau kuliah dimana. 5 Aning Terbiasa ngomong kalau ada apa-apa, orang tua juga kadang memberikan pengetahuan masalah seks kalau lagi dirumah. 6 Itok Keluarga tidak terlalu memberikan pengarahan dan jarang memberikan informasi kepada anak. 7 Tyo Keluarga cenderung cuek dan tidak mempedulikan pendidikan seks selama anaknya masih bisa diatur. 8 Yoga Orang tua lebih cenderung memperhatikan pendidikan yang baku seperti matapelajaran tertentu. 9 Ina Orang tua tidak terlalu mengambil pusing mengenai pendidikan seks karena anaknya dianggap sudah dewasa. 10 Indah Keluarga sangat jarang melakukan diskusi mengenai masalahmasalah yang memang itu termasuk porsinya orang dewasa, apalagi tentang seks. 11 Via Dari kecil memang sudah diajarkan mengenai pemahaman masalah seksualitas waktu umur 12 tahun. 12 Ibu Dona Dari SMP anaknya sudah diberi pengertian mengenai masalah seksualitas khususnya saat mengalami menstruasi. 13 Bapak Hasan Sering mendapatkan cerita dari anaknya mengenai masalah yang dialaminya, begitupula mengenai masalah seksualitas. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. BEBERAPA FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN SEKS Banyak sekali faktor yang dapat berpengaruh terhadap kepribadian, watak, dan sifat anak, antara lain keluarga, masyarakat dan juga lingkungan sekolah. Keluarga merupakan faktor terpenting dalam menanamkan dasardasar kepribadian anak, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan utama bagi anak. Disamping itu masih ada lagi faktor lain yang berpengaruh yaitu faktor eksternal individu misalnya media massa, media hiburan, dan lingkungan pergaulan. a. Hubungan Responden Dengan Keluarga Atau Orang Tua Ketika item pertanyaan mengenai hubungan responden dengan keluarga dan orang tua diberikan, mereka rata-rata menjawab sangat akrab karena hampir setiap hari mereka berkomunikasi langsung dengan keluarga dan orang tua. Akan tetapi mengenai keterbukaan responden untuk bercerita ketika sedang menghadapi masalah, sebagian menjawab kurang begitu terbuka dengan keluarga. Responden lebih senang menceritakan masalah yang sedang dihadapinya justru dengan teman atau sahabat mereka. Dalam hal ini seorang responden, Ina menjawab: “Hubungan saya dengan orang tua dan saudara-saudara saya dirumah ya…baik. Pokoknya suka duka selalu kita rasakan bersama, tetapi kalau masalah curhat-curhat gitu saya lebih suka cerita sama teman saya karena mereka selalu memberi semangat dan dukungan kepada saya. Ini bukan berarti keluarga saya tidak lho! Cuma kalau dengan sahabat, kita kan seumuran dan lebih bisa menjaga rahasia pribadi saya”(wawancara 11 April 2011).
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sama halnya dengan Aning, ia lebih senang menceritakan masalah-masalah pribadinya kepada ibu dan temannya dengan alasan keduanya sudah mengerti sifat-sifatnya. Tiga responden yang lain yaitu Itok, Efa dan Tyo menjawab lebih sering bercerita dengan teman-temanya. Mereka beralasan karena kalau dengan teman sendiri mereka tidak perlu malu-malu untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya. Sedangkan responden lainnya lebih senang bercerita dengan keluarga dengan alasan merekalah orang-orang terdekatnya. Seperti halnya penuturan Andi berikut ini: “Saya lebih suka bercerita dengan ibu saya karena dia bukan hanya saya anggap sebagai orang tua tetapi juga teman terdekat saya. Lagi pula ibu saya itu orangnya pengertian sekali sama saya, saran yang diberikan cukup baik dan bijaksana, saya rasa ibu saya itu ibu terbaik sedunia”(wawancara 13 April 2011). Hal yang diungakpkan Andi ternyata sama dengan apa yang dituturkan IbuTatik (Orang tua Andi). Berikut penuturanya : “Anak saya andi itu tipe orangnya sangat terbuka sekali terhadap keluarga dalam masalah apapun, bukan hanya kepada saya saja tetapi juga kepada Bapaknya. Meskipun lebih keseringan saya dari pada Bapaknya. Soalnya kan kadang-kadang Bapaknya suka kecapekan, kalau pulang kerja terus langsung tidur” (wawancara 13 April 2011). Ketika diajukan pertanyaan lebih lanjut tentang topik pembicaraan ketika curhat, rata-rata responden menjawab seputar masalah pacar atau masalah keluarga (itu kalau cerita dengan teman), sedang kalau keluarga paling-paling tentang pelajaran di sekolah juga tentang pacar untuk yang
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
punya pacar. Berikut merupakan ungkapan dari Uki dan Aning yang mengenai hubungannya dengan orang tua. Berikut ungkapan Uki : “Orang tua saya itu memberikan kebebasan untuk saya dalam bergaul tapi saya tetap harus bertanggungjawab atas perbuatan saya sendiri”. (wawancara 11 April 2011). Sedangkan ungkapan dari Aning adalah sebagai berikut: “Hubungan dengan keluarga cukup baik karena mereka mengarahkan untuk tidak berbuat hal-hal yang negatif karena nanti pada akhirnya akan merugikan diri sendiri”.(wawancara 14 April 2011). Orang tua sendiri mempunyai cara yang berlainan dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya. Semua itu tidak lepas dari pola sikap dan cara pandang orang tua dalam mendidik dan mengasuh (termasuk mengawasi) anak sejak kecil sampai dewasa kelak. Misalnya ada orang tua yang dalam melakukan pengawasan dengan cara monitoring jarak jauh seperti sering konsultasi dengan guru wali atau guru BK untuk sekedar mengetahui perekembangan anaknya di sekolah. Ada beberapa responden yang menyatakan cara pengawasan orang tua lumayan cukup ketat. Seperti yang dilakukan oleh orang tua Ina yang selalu menyuruh kakaknya mengantar Ina kalau mau pergi-pergi keluar meskipun tempatnya tidak terlalu jauh, misalnya toko buku. Lain halnya dengan orang tua Yoga yang selalu menerapkan kedisiplinan dan bersanksi jika dirinya melakukan kesalahan yang disengaja misalnya kalau malam Minggu keluar sampai malam.
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam masalah pergaulan umumnya para responden diberi kebebasan atau kelonggaran oleh orang tua untuk bergaul dan mencari teman, hanya saja orang tua terlebih dahulu memberikan pengarahan mengenai norma maupun sopan santun yang ada dalan masyarakat. Sehingga secara otomatis anak akan dapat membedakan tipe pergaulan yang baik dan yang menyimpang dari norma. Ini berarti orang tua lebih menekankan tanggung jawab kepada anak dengan pola pengawasan yang longgar dan terkesan lebih santai seperti yang dialami oleh Indah, Risa, dan Via. Menurut Indah : “Orang tua saya tidak terlalu ketat dalam mengawasi saya, mereka memberikan kebebasan kepada saya untuk bergaul dengan siapa saja selama pergaulan itu positif dan tidak mengganggu sekolah saya”(wawancara 11 April 2011). Seperti halnya dengan Indah, orang tua Risa juga memberikan kelonggaran dalam pergaulan, seperti yang dituturkannya berikut ini : “Orang tua saya jarang memberi komentar dalam pergaulan, hanya garis besarnya saja saya harus bisa menjaga diri agar tidak salah melangkah dalam bergaul. Lagi pula orang tua saya tahu kalau saya orangnya jarang keluar rumah”(wawancara 14 April 2011). Dua jawaban diatas ditambah lagi dengan penuturan Via sebagai berikut : “Orang tua saya membiarkan saya bergaul denga siapa saja tetapi mereka memberitahu bagaimana menghadapi teman-teman yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda”(wawancara 14 April 2011).
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lain halnya dengan orang tua Indah, Risa dan Via, orang tua Yoga lebih melindungi lagi (protection) dan memberi pengarahan dalam pergaulan. Berikut ungkapan Yoga : “Orang tua itu sangat bersikap disiplin dalam berbagai hal mas…karena mereka alasanya adalah sebagai bentuk keperdulian dan demi masa depan saya sendiri tentunya”.(wawancara 14 April 2011). Mereka sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dalam bergaul sehingga ia selalu menanyakan setiap kali ada teman Yoga yang datang. Berikut merupakan penuturan dari Ibu Ratna (orang tua Yoga) : “Saya selalu mengajarkan anak saya tentang kedisiplinan mas..hal ini penting ditanamkan sejak kecil. Terserah apa kata anak muda jaman sekarang, biarpun kadang saya dikatakan orang tua kolot itukan demi kebaikan anak saya sendiri”. (wawancara 11 April 2011). Tidak jauh beda dengan orang tua Yoga, Andi pun mengatakan bahwa orang tuanya selalu memantau teman bergaul anaknya, mereka sering mengingatkan pengaruh negatif lingkungan luar yang sedang trend sekarang ini seperti perkelahian antar pelajar juga maraknya peredaran narkoba. Dari data diatas maka dapat dibuat matriks mengenai hubungan responden dengan keluarga sebagai berikut :
commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 7 Hubungan Responden Dengan Keluarga No
Nama
Hubungan Dalam Keluarga Hubungan dengan keluarga baik, namun untuk masalah mengemukakan 1 Ina keluahan hatinya Ina lebih memilih bercerita dengan sahabatnya karena menurutnya lebih nyaman. 2 Itok, Efa, Lebih suka bercerita denga temanya karena dianggap tidak perlu malu-malu Tyo jika bercerita dengan orang sebayanya. Lebih suka bercerita dengan Ibu karena dianggap sebagai orang tua dan teman 3 Andi dekat. Ibu yang dianggap pengertian suka memberi saran cukup baik dan bijaksana. 4 Indah Orang tua tidak terlalu ketat dalam pengawasan terhadap anak selama pergaulan tersebut positif dan tidak mengganggu kegiatanya di sekolah. 5 Risa Orang tua jarang memberi komentar dalam pergaulan, hanya garis besarnya harus bisa menjaga diri agar tidak salah melangkah dalam bergaul. Orang tuanya membiarkan bergaul denga siapa saja tetapi mereka 6 Via memberitahu bagaimana menghadapi teman-teman yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Hubungan dengan keluarga cukup baik karena mereka mengarahkan untuk 7 Aning tidak berbuat hal-hal yang negative karena nanti pada akhirnya akan merugikan diri sendiri. 8 Uki Orang tua membebaskan untuk bergaul tapi tetap harus bertanggungjawab atas perbuatannya. 9 Yoga Orang tua cenderung bersikap disiplin dalam berbagai hal karena alasanya adalah sebagai bentuk keperdulian dan demi masa depan. 10 Ibu Ratna Selalu mengajarkan anaknya tentang kedisiplinan dan tidak perduli jika dikatakan orang tua yang kolot. 11 Ibu Tatik Anaknya adalah tipe orang sangat terbuka terhadap keluarga dalam masalah apapun, bukan hanya kepada Ibunya saja tetapi juga kepada Bapaknya. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
b. Lingkungan Pergaulan Norma-norma moral manusia, tingkah laku manusia baik sebagai individu maupun sebagai mahkluk sosial dalam aspek pandangan dan sikap hidupnya, akibat pertumbuhan peradaban manusia. Ada kalanya
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses perubahan pandangan tingkah laku manusia sangat lambat (hampir tanpa perubahan) dan adakalanya perubahan lebih cepat dari harapan manusia itu sendiri. Manusia sebagai komunitas sosial yang tidak bisa independen lagi sangat mudah terusik oleh gelombang perubahan peradaban manusia. Faktor eksternal seperti industrialisasi dan teknologi modern merupakan faktor pendorong utama perubahan tersebut. Selain berada dalam pengawasan orang tua atau keluarga, remaja juga senantiasa tumbuh dalam lingkungan luar keluarga. Ketika diajukan pertanyaan mengenai faktor mana yang paling berpengaruh terhadap perkembangan remaja, mereka kebanyakan menjawab bahwa lingkungan luar dan multimedia sangat besar pengaruhnya pada remaja. Seperti penuturan Efa berikut ini : “Saya rasa lingkungan (pergaulan) sangat besar pengaruhnya bagi remaja, karena meskipun kapasitas berada dalam keluarga lebih besar akan tetapi yang lebih memahami kemauan remaja kebanyakan teman pergaulan, karena dengan mereka kita bisa enjoy membahas hal-hal yang sedang trend misalnya, gosip tokoh idola, mode dan lain-lain. Keluarga sebenarnya juga berpengaruh tetapi dalam watak saja karena kita senantiasa di beri bekal tentang moral dan sopan santun”. (wawancara 11 April 2011). Sedangkan Yoga mengatakan bahwa: “Kalau mengenai faktor yang berpengaruh saya kira lingkungan luar termasuk multimedia sangat besar pengaruhnya terhadap para remaja, karena mungkin remaja takut dibilang ketinggalan zaman kalau tidak mengikuti apa lagi trend dan sering ditampilkan pada media-media baik cetak maupun elektronik”. (wawancara 14 April 2011). Risa pun menyatakan pendapatnya :
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Lingkungan luar dan multimedia memang besar pengaruhnya, tetapi itu semua dapat dibalikan pada si remaja itu sendiri, bagaimana mereka menyikapi perkembangan lingkungan luar” (wawancara 13 April 2011). Menanggapi masalah ini Bapak Budi memberikan komentar sebagai berikut :
“Menurut saya untuk sekarang ini multimedia sangat berpengaruh sekali pada diri remaja, apa yang menjadi uneg-uneg atau pendorong rasa ingin tahu remaja dengan mudah dapat mendapatkannya misalnya saja melalui internet, sehingga menurut saya alat penangkal agar remaja tidak terjerumus dan terpengaruh mereka harus memiliki alat penangkal yang kuat yaitu agama”. (wawancara 13 April 2011). Orang dewasa cenderung beranggapan bahwa gaya hidup yang merugikan banyak ditiru oleh remaja. Pada masa peralihan, remaja berada pada situasi yang sangat peka terhadap pengaruh nilai baru dan mereka cenderung lebih mudah melakukan penyesuaian. Meskipun demikian remaja yang telah memasuki masa remaja secara obyektif memang sedang mengalami satu masa kritis. Dalam masa tersebut banyak kemungkinan yang bisa terjadi khususnya dalam aspek biologis dan sosial yang dipengaruhi oleh aspek demografi dan lingkungannya. Kesejahteraan di masa depan sangat tergantung dari pemanfaatan kesempatan untuk pengembangan pribadi. Seperti halnya dengan ungkapan Aning dan Andi berikut yang menyatakan bahwa lingkungan pergaulan sangat kompleks dan remaja tidak bisa lepas dari pengaruh pergaulan. Berikut ungkapan Aning :
commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Lingkungan pergaulan sekarang itu sedikit banyak tentunya berpengaruh mas bagi remaja, karena pergaulan jaman sekarang sudah sangat kompleks dan beraneka ragam bentuknya”(wawancara 11 April 2011). Ungkapan Aning diatas di tambah dengan ungkapan Andi sebagai berikut : “Pergaulan jaman sekarang menurut saya ya sangat besar pengaruhnya, karena remaja sekarang pasti akan bersosialisasi dengan dunia luar, jadi mau tidak mau pasti kena dan bisa gimana lagi”.(wawancara 14 April 2011). Lain halnya dengan pendapat Uki dan Indah, mereka menganggap lingkungan pergaulan itu tidak begitu berpengaruh dan itu bergantung kepada diri masing-masing. Berikut penuturan Uki : “Pergaulan itu menurut saya tidak begitu berpengaruh karena jika remaja hanya memprioritaskan dirinya untuk just learning saja, otomatis pikiran dan waktunya hanya digunakan untuk itu saja”.(wawancara 11 April 2011). Dan berikut ditambah dengan penuturan Indah : “Dampak lingkungan pergaulan itu tidak begitu berpengaruh dan tergantung masing-masing individu mas… jika remaja sudah membekali dirinya dengan prinsip yang kuat, ya mereka akan tidak mudah ikut-ikutan”.(wawancara 13 April 2011). Terkadang akan sangat berbeda dari sudut pandang remaja dengan penerimaan atas pandangan orang dewasa, lingkungan sosial yang berbeda, lingkungan tumbuh kembang yang berbeda dan berbagai faktor eksternal yang ada sangat berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orang dewasa. Seperti halnya penuturan oleh Via dan Ina berikut, remaja adalah bagian dari proses pendewasaan bagi seseorang. Jadi remaja tidak bisa
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lepas dari pengaruh lingkungan pergaulan bagi remaja yang mulai tertarik pada lawan jenis. Seperti berikut ungkapan Via : “Lingkungan pergaulan tentunya sangat berpengaruh bagi remaja dalam pengetahuan masalah seks, karena mereka pasti nantinya akan mempunyai rasa ketertarikan pada lawan jenis pada usia-usia remaja, dan itu pasti mas…kalau normal, he he”.(wawancara 14 April 2011). Sedangkan menurut Ina sebagai berikut : “Lingkungan dalam pergaulan kalau saya beranggapan sangat berpengaruh ya mas terhadap pendidikan seks seseorang terutama ya yang sudah mempunyai pacar itu”.( 14 April 2011).
Hal yang dirasakan remaja terhadap pandangan orang tua adalah nasehat dan larangan. Sangat jarang penjelasan yang komprehensif, bimbingan yang terbuka dan belum tentu juga kedua pihak akan menikmati (enjoy) atau santai dalam membangun komunikasi. Hal ini berkaitan dengan apa yang di ungkapkan oleh Itok yang menyatakan bahwa remaja sekarang tidak mungkin hanya berdiam sendiri di rumah, berikut ungkapanya : “Pegaulan itu menurut saya cukup besar dampaknya bagi perkembangan remaja sekarang, karena remaja sekarang tidak mungkin hanya berdiam diri dirumah, jika keluarga tidak pintarpintar membimbing anaknya di dalam maupun di luar rumah”.(wawancara 14 April 2011). Sedangkan menurut Tyo remaja sekarang dalam pergaulan banyak meniru budaya barat, berikut penuturanya : “Kebanyakan remaja sekarang menganut budaya barat mas dalam bergaul, contohnya kayak model rambut, gaya bicara dan bahkan
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gaya hidup lho mas, jadi itu secara tidak langsung merupakan pengaruh dari pergaulan”.(wawancara 11 April 2011). Hubungan orang tua dengan anak yang baik akan membantu anak dalam menyelesaikan perubahan yang terjadi pada diri anak menjelang usia remaja. Serta membantu anak dalam mengembangkan diri sebagai remaja yang normal. Disamping itu kerja sama dari pihak sekolah, keluarga (orang tua), dan juga masyarakat sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memantau perkembangan anak dan juga untuk membimbing anak tidak hanya dalam lingkup sekolah, sehingga setelah anak kembali ke tengah-tengah keluarga mereka tetap mendapat perhatian, bimbingan dari keluarga seperti halnya yang mereka dapatkan di lingkungan luar keluarga. artinya bimbingan dan arahan orang tua dan juga guru di sekolah sangat-sangat penting bagi remaja untuk menyiapkan masa depannya, sehingga pada masa remaja ini anak tidak mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, serta mampu mengendalikan diri dari pengaruh negatif lingkungan luar khususnya yang banyak ditampilkan dalam media audio visual yang menyebabkan dekadensi moral. Dari data diatas maka dapat dibuat matriks mengenai lingkungan pergaulan sebagai berikut :
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 8 Lingkungan Pergaulan No
Nama
Pengaruh Lingkungan Pergaulan Lingkungan (pergaulan) sangat besar pengaruhnya bagi remaja, karena 1 Efa meskipun kapasitas berada dalam keluarga lebih besar akan tetapi yang lebih memahami kemauan remaja kebanyakan teman pergaulan. Faktor yang berpengaruh adalah lingkungan luar termasuk multimedia sangat 2 Yoga besar pengaruhnya terhadap para remaja, karena mungkin remaja takut dibilang ketinggalan zaman. Lingkungan luar dan multimedia sangat besar pengaruhnya, tetapi itu semua 3 Risa dapat dibalikan pada remaja itu sendiri, bagaimana mereka menyikapi perkembangan lingkungan luar. 4 Aning Sedikit banyak berpengaruh karena pergaulan jaman sekarang sudah sangat kompleks. 5 Itok Pegaulan cukup besar dampaknya bagi perkembangan remaja sekarang, karena remaja sekarang tidak mungkin hanya berdiam diri dirumah. 6 Tyo Kebanyakan remaja sekarang menganut budaya barat dalam bergaul, jadi itu secara tidak langsung merupakan pengaruh dari pergaulan. 7 Uki Pergaulan tidak begitu berpengaruh jika remaja hanya memprioritaskan dirinya untuk just learning saja. 8 Andi Pergaulan jaman sekarang sangat besar pengaruhnya, karena remaja sekarang pasti akan bersosialisasi dengan dunia luar. 9 Ina Lingkungan dalam pergaulan sangat berpengaruh terhadap pendidikan seks seseorang terutama yang sudah mempunyai pacar. 10 Indah Dampak lingkungan pergaulan tidak begitu berpengaruh jika remaja sudah membekali dirinya dengan prinsip yang kuat. 11 Via Lingkungan pergaulan tentunya sangat berpengaruh bagi remaja dalam pengetahuan masalah seks, karena mereka pasti akan mempunyai rasa ketertarikan pada lawan jenis pada usia-usia remaja. Sekarang ini pengaruh lingkungan terutama multimedia sangat berpengaruh 12 Bapak Budi sekali pada diri remaja, apa yang menjadi uneg-uneg atau pendorong rasa ingin tahu remaja dengan mudah dapat mendapatkannya. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
c. Faktor Multimedia Perilaku adalah gagasan yang menyatakan apakah perilaku tertentu benar atau salah. Nilai adalah gagasan mengenai apakah pengalaman
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berarti atau tidak berarti. Jadi nilai mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang. Umumnya anggota masyarakat sederhana menyetujui seperangkat nilai tunggal sedangkan masyarakat majemuk mengembangkan sistem nilai yang bertentangan dalam masyarakat majemuk. Pertentangan nilai akan terus berlangsung dan nilai-nilai berubah dari waktu ke waktu. Pergeseran nilai-nilai yang mempengaruhi kebiasaan (folk ways) dan tata kelakuan (mores), sebagai contoh, pergeseran nilai terhadap kebiasaan seks sedang mengubah tata kelakuan dalam berpacaran. Sementara itu golongan kekuatan moral dan yang lainnya sedang berusaha untuk mengembalikan nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai kehidupan seks tradisional. Sebagai salah satu bagian dari anggota masyarakat, generasi muda tentu mempunyai pandangan dan penilaian yang berbeda dengan generasi pendahulunya. Ada banyak faktor ekseternal dan internal yang menyebabkan perbedaan interpretasi antar generasi tersebut. Faktor eksternal misalnya situasi politik, mass media, keamanan masyarakat. Faktor eksternal internal misalnya situasi sosial individu tersebut, pengaplikasian pendidikan agama dan moral, psikologi dan lain-lain. Diantara generasi muda sendiri tidak semuanya mempunyai interpretasi yang sama mengenai banyak hal. Misalnya interpretasi mengenai perilaku seks pranikah remaja, hal tersebut tergantung pada
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masing-masing
individu,
sementara
tiap
individu
terbentuk
dari
lingkungan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan moral dan lain-lain : 1. Media Televisi Dewasa ini televisi merupakan "agama baru" bagi masyarakat kita. Kenyataan menunjukkan penetrasi televisi menduduki peringkat paling tinggi dibandingkan media lain, banyak sekali tayangan yang dapat dinikmati dari acara televisi antara lain film, komedi, sinetron, berita, musik, olah raga dan lain-lain. Salah satu produk acara televisi yang paling diminati oleh khalayak kita adalah acara sinetron. Tidak hanya remaja, bahkan orang tua dan anak-anak pun sangat keranjingan dengan acara tersebut, karena hampir setiap hari dan di setiap stasiun televisi menyuguhkan acara ini, dan tema yang sering ditayangkan kebanyakan menampilkan sisi kehidupan remaja terutama masalah percintaan. Mengenai fenomena tersebut ada banyak pendapat yang menyatakan alasan kaurn remaja menyukai acara yang ditayangkan dalam media yang satu ini. Salah satunya adalah karena acara tersebut banyak menghibur dan enak untuk ditonton. Dari ke-11 responden menunjukkan 5 responden lebih menyukai film-film romantis (kisahkisah cinta), 3 orang responden cenderung pada acara komedi karena sifatnya lebih menghibur dengan tingkah kekonyolan cerita yang dimainkan, 3 responden lebih menyukai film action, dan satu orang
commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
responden lebih menyukai cerita "perjuangan" hidup. Berikut merupakan ungkapan Uki, Indah dan Via menanggapi pengaruh televisi dalam remaja sekarang yang sekaligus ke tiga responden ini menyukai film action. Berikut penuturan Uki : “Dalam perkembangan acara televisi tentunya ya berpengaruh lah mas bagi remaja sekarang. Karena acaranya kebanyakan yang menarik itu dapat dikatakan lebay seperti acara sinetron cinta fitri dan lain-lain”.(wawancara 11 April 2011). Sedangkan ungkapan Indah sebagai berikut : “Acara televisi sekarang itu umumnya yang diminati ya sinetron…tapi saya nggak suka dan lebih senang melihat film action. Kalau soal pengaruh ya tentunya berpengaruh” (wawancara 14 April 2011). Ungkapan diatas disambung dengan pernyataan Via sebagai berikut: “Acara yang banyak disirkan sekarang itu kebanyakan reality show mas..seperti uya kuya dan termehek-mehek..pengaruh dari acara semacam itu ya membuat penasaran orang dan jadi iukut-ikutan meniru soal hipnotislah atau apalah. Kalau saya paling seneng dengan film action”.(wawancara 14 April 2011). Ketika disinggung pendapat mereka tentang pertelevisisan Indonesia saat ini, terutama sisi hiburan yang kebanyakan menyajikan tayangan-tayangan yang mengetengahkan kehidupan remaja terutama percintaan remaja, 5 orang responden menjawab cukup menyukainya sinetron karena ceritanya sangat romantis dan menghibur. Berikut adalah pendapat salah satu responden tentang komentarnya terhadap
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kisah-kisah sinetron ABG yang menyajikan tema-tema tentang cinta, Andi mengatakan : "Saya suka dengan jalan ceritanya soalnya kisah cinta yang ditampilkan membuat hati saya terharu, dan terkadang memang ada di dunia nyata. Saya juga tahu cara bersikap romantis dengan pacar saya" (wawancara 14 April 2011). Sama halnya dengan Andi, Efa pun juga senang dengan acara tersebut karena sebagai hiburan saja bagi dia. Sementara responden yang lain merasa bosan dengan cerita-cerita seperti itu karena terlalu banyak mengkhayal. Seperti yang dituturkan oleh Aning salah satu responden berikut: "Meskipun saya menyukai film-film romantis, tetapi menurut saya cerita yang disajikan dalam sinetron kita itu membosankan karena terlalu banyak mengkhayal dan terlalu mengeksploitasi yang ditampilkan selalu segi materi saja".(wawancara 13 April 2011). Sementara itu Risa merasa prihatin dengan tayangan sinetron remaja kita, menurutnya: "Sebagai remaja saya merasa prihatin, karena dari tayangan tersebut remaja kita banyak yang meniru dengan gaya hidup atau sikap yang dimainkan oleh para pemainnya yang tentu saja mereka itu idola para remaja, padahal menurut pengamatan saya jarang sekali ceritanya itu mendidik tentang sopan santun. Kita tahu sendiri kan ceritanya itu kayak apa... sepertinya remaja kita menjadikan tontonan tersebut sebagai tuntunan". (wawancara 13 April 2011). Pendapat tersebut mungkin hampir sama dengan pendapat Yoga, ia menyatakan sebagai berikut: "Saya tidak suka dengan Film-film ABG Indonesia...benarbenar tidak mendidik. Yang ditampilkan selalu segi materi dan
commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kekerasan. Apalagi pemeran ceweknya... mana ada pergi ke sekolah dengan pakaian yang minim dan aksesoris yang berlebihan kayak gitu. Hal itu kan tidak bagus pengaruhnya untuk remaja kita sekarang ini". (wawancara 11 April 2011). Dari komentar para responden tersebut diatas kelihatan sekali bahwa cerita-cerita yang ditayangkan dalam film tersebut berpengaruh juga pada gaya hidup remaja kita, seperti halnya gaya berpacaran, cara berpakaian dan juga cara berperilaku. Sebenarnya ada banyak acara televisi yang sebenarnya dapat menjadi alternatif hiburan bagi penontonnya seperti yang diungkapkan oleh Itok, Tyo dan Ina yang mereka lebih menyukai acara komedi yang benar-benar dapar menghibur. Berikut ungkapan Tyo: “Kalau melihat acara televisi saya sering melihat acara-acara komedi mas..karena menurut saya itu dapat menghilangkan stress dan membuat tertawa”.(wawancara 14 April 2011). Sedangkan Ina mengatakan sebagai berikut : “Saya itu paling seneng malihat acara OVJ (salah satu acara komedi di televisi). Soalnya lucu sih, dari pada harus melihat sinetron aku tidak suka”.(wawancara 11 April 2011). Penuturan Ina dan Tyo diatas disambung dengan ungkapan Itok yang sama-sama menyukai acara komedi di televisi. Berikut Ungkapanya : “Wah kalau berbicara masalah pengaruh televisi bagi remaja ya sedikit banyak tentu berpengaruh ya mas…tapi saya sendiri keseringan melihat acara komedi saja di televisi, kalaupun itu ditiru ya justru malah bisa menghibur teman-teman saya di sekolahan”.(wawancara 14 April 2011).
commit to user 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam konteks mikro, tayangan televisi yang hanya bersifat hiburan belaka selain menimbulkan budaya nonton yang berlebihan juga dapat menimbulkan efek psikologis karena penonton cenderung menstransfer dan mengaksesnya secara pasif bukan proaktif dan tidak berusaha mencari sisi positif dari sebuah tayangan. Dari data diatas maka dapat dibuat matriks mengenai faktor media televisi. Berikut merupakan matriks mengenai faktor media televisi : Matriks 9 Faktor Media Televisi No 1
Nama Andi dan Efa
Faktor Media Televisi Melihat sinetron atau tayangan drama di televisi hingga menimbulkan rasa terharu dan timbul rasa empati. Menyukai film-film romantis, tetapi cerita yang disajikan dalam sinetron 2 Aning dianggap membosankan karena terlalu banyak mengkhayal dan terlalu mengeksploitasi yang ditampilkan selalu segi materi saja. Merasa prihatin, karena dari tayangan televisi remaja banyak yang meniru dengan gaya hidup atau sikap yang dimainkan oleh para pemainnya yang tentu 3 Risa saja mereka itu idola para remaja, padahal jarang sekali ceritanya itu mendidik tentang sopan santun. 4 Yoga Tidak terlalu menyukai acara-acara dan cerita di televisi karena dianggap ceritanya terlalu mengada-ada. 5 Itok, Tyo Media televisi sedikit banyak berpengaruh kepada remaja. Lebih memilih dan Ina menonton acara komedi dari pada sinetron karena dapat menghilangkan stress, bisa tertawa, dan kalaupun ditiru itu justru dapat memberi hiburan ke orang lain. 6 Uki Acara televisi tentunya berpengaruh bagi remaja sekarang. Karena acaranya kebanyakan yang menarik itu dapat dikatakan lebay seperti acara sinetron. 7 Indah Acara televisi sekarang umumnya yang diminati sinetron, tapi Ina tidak suka dan lebih senang melihat film action. Kalau soal pengaruh ya tentunya berpengaruh. 8 Via Acara yang banyak disirkan sekarang itu kebanyakan reality show, pengaruh dari acara semacam itu membuat penasaran orang dan jadi iukut-ikutan meniru soal hipnotis dan semacamnnya. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
commit to user 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Media Audio Visual Kemajuan teknologi yang salah satunya adalah diciptakannya Media Audio Visual yang mampu menghadirkan gambar-gambar yang begitu jelas dan sangat menarik. Media ini mampu mengajak "penonton" untuk merasa terlibat dengan kejadian atau aksi didalamnya. Hal ini sejalan dengan tujuan pengembangan Media Massa ( Media Audio Visual) yaitu agar dapat melukiskan dan menghadirkan fakta-fakta secara obyektif dan realistis. Media Audio Visual yang sedang ramai dibicarakan orang adalah Video Compact Disk (VCD). Masuknya "kebudayaan video" membawa dampak yang sukar dihindarkan yaitu penyebaran kaset video porno. Ketika disinggung dengan pertanyaan mengenai maraknya persewaan CD atau VCD yang menyewakan VCD porno hampir semua responden menyatakan tidak setuju, dengan alasan semua itu dapat merusak moral dan juga akhlak generasi muda (remaja). Seperti yang dituturkan oleh salah satu responden Efa berikut ini: "Dengan adanya persewaan VCD yang menyewakan VCD porno, seseorang (remaja) yang pada mulanya tidak tahu tentang film-film porno jadi mengetahuinya. Dan biasanya mereka ketagihan untuk melihatnya lagi. Hal ini sangat tidak bagus karena dapat merusak moral" (wawancara 11 April 2011).
commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seorang responden lagi yaitu Via menyatakan pendapat yang agak berbeda dengan pendapat Efa, Risa dan Aning. Berikut pendapat Via : "Kalau saya sih tidak setuju dengan adanya persewaan VCD porno dan menganggap hal itu tidak baik. Tetapi itu kan hak orang yang menyewakan ya mas...! Dan sebenarnya itu semua juga tergantung kesadaran para penyewanya".(wawancara 14 April 2011). Pernyataan pendapat Efa tersebut sisambung dengan pendapat Aning sebagai berikut : “Tidak setuju saya dengan adanya tempat-tempat mesum ataupun persewaan VCD porno karena bagi saya itu termasuk kegiatan maksiat mas..”. (wawancara 11 April 2011). Pernyataan Efa dan Aning diatas ditambah dengan ungkapan Risa sebagai berikut : “Saya sangat tidak suka mas dengan keberadaan persewaan VCD porno karena dapat meracuni pikiran dan hal negatif bagi remaja”.(wawancara 14 April 2011). Berbeda dengan pendapat para responden yang kebanyakan tidak setuju, Uki memberikan pendapat lain : "Ya nggak apa-apa. Menurut aku adanya persewaan VCD yang menyewakan CD porno itu ada baiknya juga. Karena dari situ kita bisa tahu cara kita agar pasangan kita merasakan kepuasan".(wawancara 14 April 2011). Ungkapan Uki tersebut tentu saja digunakan dalam konteks kalau dia sudah menikah kelak. Masalah film porno sebenarnya juga tidak dapat lepas dengan istilah Blue Film (BF) karena pada dasarnya
commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keduanya sama-sama menayangkan adegan-adegan atau gambargambar porno. Para responden terutama yang perempuan menjawab belum pernah menonton BF dengan alasan yang hampir sama dengan pendapat mereka tentang VCD porno yaitu dapat merusak moral dan dapat menimbulkan nafsu untuk mencoba-coba bahkan melakukan adegan seperti yang ada dalam film tersebut. Lain halnya dengan responden laki-laki, 3 diantaranya mengaku pernah menonton BF dengan alasan yang berbeda-beda. Salah satunya Yoga menyatakan pernah menonton BF karena tidak sengaja dan hanya sebentara melihatnya dan dengan singkat Yoga berkomentar bahwa BF itu jelek. Sedangkan untuk Itok dan Tyo keduanya juga mengaku pernah menonton BF. Untuk hal ini Itok berkomentar : "Saya pernah menonton BF, dan menurut saya BF itu.. kalau yang imannya tidak kuat mungkin hasrat untuk meniru itu ada ya. Jadi ya. Jadi kita harus yang positif menyikapinya misalnya buat pengetahuan". (wawancara 13 April 2011). Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Tyo : "Saya pernah beberapa kali(soalnya saya lupa) menonton BF, dan itu cukup menegangkan.. bukannya saya ketagihan itu cuma untuk pengetahuan saja bagi aku". (wawancara 14 April 2011). Mengenai masalah BF ini Bapak Budi selaku guru Bimbingan dan Konseling memberikan komentar bahwa menonton untuk sesekali boleh-boleh saja asalkan kita punya alat penangkalnya yaitu landasan
commit to user 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
agama kuat, artinya kalau landasan moral kita kuat hal-hal yang ditayangkan dalam film tersebut untuk pengetahuan saja seperti dalam petikan wawancara berikut ini: "Menurut saya untuk remaja yang menonton itu boleh-boleh saja, asalkan menyikapinya dengan benar dan punya alat penangkalnya yaitu agama. itu ialah bikin tambah dewasa kok mas.. menurut saya,buat pengetahuan saja cuma kan ada resikonya, ya itu tadi kita harus menyikapinya dengan benar atau positif”'.(wawancara 16 April 2011). Hal senada juga dituturkan oleh Andi, ia mengaku meskipun belum pernah menonton BF tetapi pengaruh BF sendiri tidak selamanya negatif, tetapi ada baiknya juga, bahwa kita bisa tahu apa sebenarnya seks itu. Akan tetapi dampak negatifnya juga ada salah satunya adalah
dapat menimbulkan pelecehan seksual berikut
pendapat Andi dan Yoga : “Adanya VCD porno dan persewaannya saya kira wajar ya mas.. wajar dalam arti karena itu merupakan salah satu pilihan seseorang dalam mencari nafkah”. (wawancara 29 14 April 2011). Sedangkan penuturan Yoga sebagai berikut : “Adanya persewaan VCD atau DVD porno saya piker itu wajar selama itu tidak merugikan orang lain dan dari pada harus mencuri atau merampok to mas..”. (wawancara 14 April 2011). Meskipun film porno seperti BF tersebut mempunyai dampak yang kurang baik bagi remaja yang masih labil, akan tetapi untuk pengetahuan
sesekali
menontonnya
boleh
saja,
asalkan
kita
menyikapinya dengan benar atau positif bahwa hal tersebut bukanlah
commit to user 115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hal yang tabu. Secara tidak langsung hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai pendidikan seks. Karena terkadang masih banyak yang bertanya-tanya apa sebenarnya seks itu, seperti apa seks itu dan bagaimana prosesnya. Hal tersebut juga untuk mencegah adanya pelecehan seksual seperti yang terjadi pada remaja muslimah di Karanganyar tahun lalu, dimana mereka sendiri tidak tahu kalau ternyata sedang terjadi pelecehan seksual pada dirinya yang pada waktu itu dilakukan oleh ustadnya. Dari data diatas maka dapat dibuat matriks mengenai faktor Media audio visual bagi remaja sebagai berikut :
commit to user 116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 10 Faktor Media Audio Visual Bagi Remaja No
Nama
Faktor Media Audio Visual Dengan adanya persewaan VCD yang menyewakan VCD porno, remaja pada mulanya tidak tahu tentang film-film porno jadi mengetahuinya, biasanya 1 Efa mereka ketagihan untuk melihatnya lagi. Hal ini sangat tidak bagus karena dapat merusak moral 2 Via Tidak setuju dengan adanya persewaan VCD porno dan menganggap hal itu tidak baik. Tetapi itu merupakan hak orang, sebenarnya itu semua juga tergantung kesadaran para penyewanya. 3 Uki Menganggap persewaan VCD porno tidak apa-apa karena persewaan VCD yang menyewakan CD porno itu ada baiknya juga, dari situ kita bisa tahu cara kita agar pasangan kita merasakan kepuasan. 4 Itok Pernah menonton BF dan menurutnya BF itu jikayang imannya tidak kuat hasrat untuk meniru itu ada. Jadi harus bersikap positif dalam menyikapi. 5 Tyo Pernah beberapa kali menonton BF, dan itu dirasa cukup menegangkan. Bukan ketagihan dan hanya sebagai pengetahuan saja. 6 Risa Sangat tidak suka dengan keberadaan persewaan VCD porno karena dapat meracuni pikiran dan hal negatif. 7 Aning Tidak setuju dengan adanya tempat-tempat mesum ataupun persewaan VCD porno karena dianggap kegiatan maksiat. 8 Yoga dan Adanya VCD porno dan persewaannya dianggap wajar karena itu merupakan Andi salah satu pilihan seseorang dalam mencari nafkah dan selama itu tidak merugikan orang lain. 9 Ina dan Remaja lebih memahami dan banyak memiliki referensi tentang masalah Indah seksualitas, jadi anggapan VCD porno atau persewaan VCD porno itu mungkin sudah terlalu kuno, meskipun belum pernah sekalipun menonton VCD porno. 10 Bapak Budi Untuk remaja yang menonton BF itu boleh-boleh saja, asalkan menyikapinya dengan benar dan punya alat penangkalnya yaitu agama. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011 3. Media Internet Media Internet merupakan salah satu pengaruh multimedia yang paling hebat pada usia-usia remaja atau pelajar SMA. Berjuta orang menggunakan internet untuk berbagai keperluannya, mulai keperluan pribadi, organisasi, sampai keperluan dinas, karena dinilai
commit to user 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ineternet ini lebih praktis. Di negara kita tercinta ini sudah mulai banyak sekolah-sekolah yang memamfaatkan internet sebagai sarana penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan semakin banyaknya pengguna internet lebih-lebih dalam penggunaan word wide web dan e mail, mereka semakin menyatu dengan program canggih itu. Bagi mereka internet sudah termasuk bagian kehidupannya,seperti mereka bergaul akrab dengan pakaian mereka. Seperti yang dituturkan oleh responden Risa, Aning dan Eva, dalam penggunaan internet mereka lebih sering memakai fasilitas e mail untuk sarana komunikasi ataupun pembelajaran, berikut pendapat dari Risa : “Kalau saya lagi nge-net yang pertama kalai saya buka e mail saya mas..selain untuk mengetahui berita dari belahan dunia lain, di e mail kan terdapat fasilitas chating atau YM mas” (wawancara 14 April 2011). Sedangkan pendapat dari Aning dan Efa adalah. Pendapat Aning : “Internet itu dunia baru yang menurut saya dapat dijadikan sebagai media untuk apa saja..terutama mencari teman atau kenalan lewat e mail mas…dengan e mail kan kita bisa membuat facebook atau twitter jadi bisa tidak dikatakan katrok sama teman-teman”. (wawancara 11 April 2011). Berikut pendapat Efa : “Saya keseringan memakai internet untuk cari teman atau jaringan mas…ya di facebook atau twitter itu yang sekarang lagi nge trend..” (wawancara 11 April 2011).
commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Banyak manfaat yang mereka peroleh dari internet, terutama dalam proses komunikasi dan penggalian informasi, namun tidak sedikit yang menyalahgunakan penggunaan internet itu. Tidak sedikit remaja yang bejat moralnya, malas belajar karena hampir semua waktunya untuk keperluan hura-hura melalui internet. Lebih-lebih remaja atau pelajar yang tanpa malu atau takut membuka situs-situs porno. Mereka semua selalu menyampaikan berbagai alasan bila ditanya. Misalnya mereka semua mempunyai rasa keingin tahuan yang tinggi dan rasa ingin coba- coba. Selain itu mereka juga terpengaruh oleh omongan-omongan para orang dewasa. Seperti yang dialami Uki, Andi, Tyo dan Itok, mereka dengan jelas mengaku sudah pernah membuka situs porno di media internet. Berikut penuturan Uki dan Itok. Penuturan Uki : “Dulu saya pernah membuka situs porno di internet mas..tapi jangan dikira negatif dulu, itu kan karena saya penasaran terhadap hal-hal seperti itu. Meskipun saya pernah membukanya tapi saya tidak berbuat hal yang aneh-aneh lho mas..”(Wawancara 13 April 2011). Berikut penuturan Itok : “Pernah mas saya membuka situs porno di internet, tapi itu Cuma sebentar dan tidak aneh-aneh. Itu juga karena saya penasaran, tapi sekarang kan sudah diblokir oleh pemerintah katanya”. (wawancara 16 April 2011). Sedangkan penuturan Andi dan Tyo adalah sebagai berikut. Penuturan Andi :
commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Wajar mas kalau seseorang sekarang membuka situs porno di internet, lha wong namanya juga ingin tahu. Saya membuka situs porno itu semata-mata karena terpengaruh omongan dari orang-orang dewasa. Meskipun saya tahu kalau itu tidak baik”. (Wawancara 14 April 2011). Berikut penuturan Tyo : “Saya membuka situs porno itu hanya gara-gara mendengar omongan orang-orang dewasa saja mas..saya penasaran lalu membuka situs-situs begituan waktu di warnet”.(wawancara 14 April 2011). Apapun alasan mereka semua hal itu berdampak buruk bagi diri mereka semua maupun orang lain yang berada di dekat mereka. Mereka yang sekilas saja menyaksikan hal-hal porno akan terus menerus menyaksikannya karena mereka ketagihan. Tak lama kemudian sifat mereka akan berubah lebih buruk dan mereka semua akan terlibat dalam pergaulan bebas. Dalam kasus ini Bapak Budi selaku
Guru
Bimbingan
dan
Konseling
yang
berkompeten
memberikan bimbingan dan pengarahan bagi siswanya hanya bisa menghimbau dan memberi sanksi yang tegas jika itu (membuka situs porno) dilakukan di dalam sekolah. Seperti yang dituturkanya sebagai berikut : “Kalau siswa saya tertangkap di sekolahan sedang membuka situs porno ya saya bakal memberikan hukuman dan mungkin akan saya panggil langsung orang tuanya jika masih ngeyel…”(wawancara 14 April 2011). Dalam keterkaitan penuturan Bapak Budi diatas adalah wajar jika sekolah SMA N 1 Karanganyar memberlakukan sanksi keras
commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap siswa yang kedapatan membuka situs porno di lingkungan sekolah, hal ini dimaksutkan agar siswa tidak terkena dampak negatif dari pengaruh internet. Sedangkan responden Via, Indah dan Yoga mereka menyoroti mengenai betapa hebatnya informasi dan data yang diperoleh dari media internet beserta pengaruh-pengaruh yang akan didapatkannya. Berikut merupakan ungkapan dari Via : “Wah media internet itu dan apa yang ada didalamnya sangat luar biasa modern dan canggih, segala informasi dapat didapatkan tanpa batas dimanapun berada, sehingga wajar jika rasa keingintahuan remaja melampiaskannya melalui media ini, termasuk pengetahuan masalah seks”. (wawanara 14 April 2011). Sedangkan
ungkapan
Indah
yang
menyoroti mengenai
pengaruh internet adalah sebagai berikut : “Menurutku pengaruh internet sangat besar terhadap remaja sekarang dan saya hanya menggunakan internet seperlunya saja dan sebagai sarana belajar saya, bukannya untuk membuka situs-situs porno. (wawancara 11 April 2011). Ungkapan Via dan Indah ditambah dengan penuturan Yoga yang menggunakan internet sebagai pilihan mendapatkna informasi karena dianggap cepat dan praktis. Berikut penuturannya : “Sangat sering membuka dan mencari informasi di media internet karena dianggap paling praktis dan cepat. Untuk keberadaan situs porno pernah melihat dan merasa tidak sepatutnya melihatnnya jika hanya untuk kepuasan nafsu saja”.(wawancara 13 April 2011).
commit to user 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari data di atas maka dapat dibuat matriks mengenai faktor media internet. Berikut merupakan matriks faktor multimedia internet : Matriks 11 Faktor Media Internet No 1
Nama Risa
2
Aning dan Eva
3
Uki dan Itok
4
Andi,Ina dan Tyo Via
5
Faktor Media Internet Menggunakan internet sebagai media komunikasi lewat e mail dengan alasan terdapat YM (yahoo messanger). Lebih sering menggunakan media internet untuk membuka jejaring sosial yaitu facebook dan twetter. Pernah membuka situs porno menggunakan media internet dengan alasan ingin tahu dan penasaran. Menganggap wajar bila menggunakan media internet untuk membuka situs porno karena timbul rasa keingintahuan yang besar.
Media yang sangat luar biasa modern dan canggih, segala informasi dapat didapatkan tanpa batas dimanapun berada, sehingga wajar jika rasa keingintahuan remaja melampiaskannya melalui media ini, termasuk pengetahuan masalah seks. 6 Indah Pengaruhnya sangat besar terhadap remaja dan hanya menggunakan internet seperlunya dan sebagai sarana belajar saja. 7 Yoga Sangat sering membuka dan mencari informasi di media internet karena dianggap paling praktis dan cepat. Untuk keberadaan situs porno pernah melihat dan merasa tidak sepatutnya melihatnnya jika hanya untuk kepuasan nafsu saja. Memberikan hukuman atau sanksi yang tegas jika siswa atau muruidnya 8 Bapak Budi ketahuan membuka situs porno melalui media internet dan dilakukan di lingkungan sekolah. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
5. INTERPRETASI PELAJAR TENTANG MOTIVASI BERPACARAN, PERILAKU BERPACARAN DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH Dunia remaja atau masa remaja senantiasa tidak dapat lepas dengan yang namanya cinta. Dewasa ini untuk melarang pelajar yang berhubungan
commit to user 122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(berinteraksi) dengan lawan jenis (pacaran) adalah sesuatu yang mustahil, sebab proses interaksi yang disebut pacaran merupakan hal yang baik untuk proses kematangan emosional remaja itu sendiri. a. Motivasi Berpacaran Dari data dilapangan menunjukkan 5 dari sebelas responden mengaku sudah mempunyai pacar. Frekuensi bertemu dengan pacar masing-masing responden berbeda-beda. Dari 5 orang tersebut 3 responden mengaku hampir setiap hari mereka betemu dengan pacarnya karena mereka satu sekolah. 1 responden mengaku hanya satu kali dalam seminggu mereka bertemu karena pacarnya ada diluar kota (kuliah), dan 1 orang responden lagi mengaku dalam seminggu mereka bisa 3 kali bertemu karena tidak satu sekolah. Motivasi orang dalam berpacaran tentu saja berbeda-beda. Ada yang ingin mengekspresikan bentuk kasih saying atau ingin disayangi, dan ada juga yang menjadikan pacaran sebagai motivasi untuk berprestasi atau motivasi dalam belajar. Seorang responden yaitu Uki mengungkapkan sebagai berikut : "Saya mempunyai pacar dan pacaran bagi saya adalah untuk mengenal karakter masing-masing, kemudian saya juga mempunyai seseorang yang bisa ngertiin saya". (wawancara 14 April 2011). Hal senada juga diungkapkan oleh Tyo : "Pacaran bagi saya.. saya ingin membuat perasaan pacar saya bahagia dan kita sama-sama mencurahkan kasih sayang dengan cara saling perhatian, mengingatkan kalau kita ada yang salah
commit to user 123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan juga untuk tempat curhat kalu kita masing-masing mempunyai masalah". (wawancara 14 April 2011). Alasan Tyo mempunyai pacar hampir sama dengan Aning yang mengatakan : "Ya saya mempunyai pacar. Dan motivasi saya berpacaran adalah untuk menambah semangat saya dalam belajar juga untuk lebih beprestasi, selain itu dia bisa memberi masukan atau nasehat jika saya berbuat salah atau ketika saya ada masalah". (wawancara 13 April 2011). Alasan tersebut juga sama dengan alasan dua responden lain yaitu Efa dan Andi. Keduanya mengaku bahwa berpacaran untuk menambah semangat dalam belajar. Berikut ungkapan dari Efa : “Saya pacaran itu untuk memacu semangat belajar saya mas..selain itu juga bisa dijadikan sandaran jika sedih dan bisa merasakan kebahagiaan bersama”. (wawancara 11 April 2011). Ungakapan Efa tersebut disambung dengan pendapat Andi sebagai berikut : “Sebenarnya pacaran itu sebagai sarana tukar pikiran dan pemicu semangat untuk membuktikan kepada pasangna bahwa kita itu berprestasi mas..itu menurut saya”. (wawancara 14 April 2011). Pendapat diatas berbeda dengan motivasi responden yaitu Yoga, Via dan Itok. Menurut mereka alasan mereka berpacaran berbeda-beda, ada yang dijadikan teman berkencan ketika akan pergi atau pas lagi sendiri, mengikuti trend, agar dibilang cakep dan normal, dan membuktikan bahwa mereka sudah mengenal cinta. Berikut merupakan ungkapan dari Itok :
commit to user 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Pacaran itu untuk saya ya ngikuti trend aja mas..biar keliatan ganteng, kan nggak mungkin kalau engga ganteng itu gampang mendapat pacar”. (wawancara 16 April 2011). Sedangkan ungkapan dari Via adalah sebagai berikut : “Kalau aku pacaran itu tak buat nyantai aja mas, yaaah buat teman pergi-pergi makan dan nemenin kalau lagi pas sendiri gitu aja”. (wawancara 16 April 2011). Ungkapan responden Yoga berikut merupakan penutup pernyataan mengenai motivasi dalam berpacaran dan berikut penuturan Yoga : “Sebenarnya dalam berpacaran itu saya lebih cenderung ingin mengetahui dan ingin menggungkapkan rasa sayang atau cinta kepada orang lain, dan itu dalam bentuk yang positif dan tidak sampai melanggar norma yang ada”. (wawancara 14 April 2011). Ketika diajukan pertanyaan apakah
mereka
menginginkan
pacarnya tersebut sebagai pasangan hidup mereka kelak, jawaban mereka hampir sama yaitu bahwa mereka tidak tahu karena masa depan mereka masih panjang dan untuk sekarang mereka lebih memikirkan sekolah dulu. Berikut merupakan matriks mengenai motivasi berpacaran :
commit to user 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 12 Motivasi Berpacaran No 1
Nama Uki
Motivasi Dalam Berpacaran Pacaran berfungsi untuk mengenal karakter masing-masing dan juga dianggap mempunyai seseorang yang bisa mengerti diri pribadi. 2 Tyo Pacaran adalah sarana untuk mencurahkan isi hati kepada lawan jenis, saling perhatian satu sama lain dan mengingatkan jika ada sesesuatu yang dianggap salah. 3 Ina dan Seandainya mempunyai pacar nanti akan segera dilanjutkan ke jejajang pernikahan Indah karena tidak mau berpacaran. 4 Risa Motivasi dalam berpacaran adalah untuk dijadikan calon pasangan sampai menikah nanti dan senasib sepenanggungan. 5 Aning Pacaran digunakan sebagai motivasi untuk meningkatkan semangat belajar dan mengejar prestasi yang ingin dicapai pada diri pribadi. 6 Efa dan Menjalin hubungan atau berpacaran adalah saran untuk meningkatkan prestasi dan Andi memicu semangat belajar. 7 Itok Pacaran hanya ngikuti trend agar terlihat ganteng karena beranggapan kalau tidak ganteng berarti susah mendapat pacar. 8 Yoga Dalam berpacaran cenderung ingin mengetahui dan ingin menggungkapkan rasa sayang atau cinta kepada orang lain dan dalam bentuk yang positif dan tidak sampai melanggar norma yang ada 9 Via Pacaran digunakan sebagai teman kencan ketika akan pergi dan sedang sendirian. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011 b. Perilaku Dalam Berpacaran Ketika ditanya lebih lanjut apa yang mereka lakukan ketika bertemu dengan pasangan atau ketika pacaran mereka rata-rata menjawab hanya saling ngobrol di rumah atau di sekolah (bagi yang satu sekolah) pada saat jam istirahat dan sesekali janjian keluar makan bareng kalau hari Minggu atau saat libur sekolah (sekedar jalan-jalan). Kemudian ketika ditanya tentang pendapat mereka mengenai pacaran yang sehat, mereka mengungkapkan pendapat yang berbeda
commit to user 126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
namun pada intinya sama, yaitu pacaran yang tidak melanggar normanorma kesusilaan. Seperti yang diungkapkan oleh Aning berikut ini: "Menurut saya pacaran yang sehat adalah dapat memberikan masukan-masukan, tempat bertukar pikiran dan pengalaman dan saling memberikan dukungan pasangannya untuk lebih berprestasi atau lebih maju. Selain itu dalam berpacaranpun harus mengenai batas-batas orang dalam berpacaran, tidak seperti sekarang ini banyak yang berlebihan didepan umum (berpelukan)". (wawancara 14 April 2011). Sedangkan Andi memberikan pendapat sebagai berikut: "Bagi saya bentuk pacaran yang sehat adalah kita saling menjaga perasaan, tidak mengkhianati pasangan atau setia, dan dalam berpacaran tidak melanggar norma-norma aturan dalam masyarakat contohnya seks pranikah". (wawancara 13 April 2011). Mengenai bentuk pacaran yang sehat ini Yoga, meskipun tidak memiliki pacar memandang pacaran yang sehat adalah yang mengandung cinta yang positif yaitu yang membuat orang termotivasi untuk lebih berprestasi. Mengenai konsep pacaran yang sehat ini masing-masing individu mempunyai pendapat yang berbeda, semua tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada prinsipnya masing-masing sudah memahami batas-batas remaja yang berpacaran itu sendiri agar tidak kebablasan dalam melangkah. Mengenai fenomena gaya pacaran dan pergaulan remaja sekarang, Bapak Budi memberikan komentar seperti dalam petikan wawancara berikut:
commit to user 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
"Kalau dari pihak saya, saya juga memantau pergaulan muridmurid di sekolah kami, asal tidak melanggar norma dan tata tertib sekolah saja. Kalau berduaan terlalu lama di kelas ya nggak boleh, kalau sudah kelihatan mengganggu, dalam arti anak ini kok sudah jarang masuk,kalau hari sabtu selalu nggak ada (masuk)... wah ini ada apa...! Biasanya kita panggil dan diberi pengarahan pribadi, nah hal ini yang sering tidak disukai oleh siswa karena merasa terusik kebebasannya. Sebetulnya dari pihak kami merasa sayang kalau tidak diberi tahu, sehingga target kami entah itu dipakai atau tidak kita tetap memberitahu". (wawancara 16 April 2011). Dalam masa berpacaran, remaja bisa dibilang rata-rata pernah melakukan ciuman. Menurut para responden ciuman adalah hal yang biasa dilakukan dan tidak apa-apa dilakukan oleh orang yang berpacaran. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara dengan Uki berikut ini: "Ciuman... kalau sekedar ciuman dipipi atau di kening itu sih ga' apa-apa. Itu kan sebagai wujud kasih sayang dan perhatian kita pada pacar kita" (wawancara 11 April 2011). Menurut Efa: "Kalau ciuman dikening menurat saya wajar-wajar saja, itu kan menggambarkan rasa perhatian dari sang pacar jadi rasanya pacar kita lebih care pada kita" (wawancara 14 April 2011). Pendapat yang lain dari Yoga misalnya: “Pasangan yang berciuman... saya rasa nggak pa-pa asalkan jangan berkali-kali, kalau itu sih namanya nafsu" (wawancara 11 April 2011). Begitu pula mengenai bagaimana pendapat responden tentang pasangan yang bergandengan tangan atau berpelukan, menurut mereka hal tersebut biasa dilakukan dalam berpacaran. Tyo misalnya yang menyatakan:
commit to user 128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
"Gandengan tangan ya ga apa-apa lah.. namanya juga dengan pacar, kalau jalan sendiri-sendiri kan kelihatannya malah kayak dengan teman sendiri" (wawancara 14 April 2011). Pendapat Via juga hampir sama: "Pelukan kalau aku sih... kalau cuma merangkul pundak atau pinggang wajar ya! Asal tahu tempat dan jangan berlebihan saja, masa kalau di sekolahan kita mau berpelukan sih.. kan ga' pantas (ga' etis)" (wawancara 16 April 2011). Sementara responden lainnya yaitu Indah dan Ina mengaku selama ini belum pernah mempunyai pacar karena dianggap membuang waktu dan lebih baik langsung menikah dari pada berpacaran. Berikut ungkapan Indah : “Pacaran ya tidak apa-apa sebenarnya, selama tidak mengganggu aktifitas belajar. Karena yang terpenting adalah meraih prestasi sebaik-baiknya. Selama ini saya belum mempunyai pacar dan nanti langsung nikah aja mas..engga pake pacaran-paaran dulu”. (wawancara 14 April 2011). Sedangkan penuturan Ina adalah sebagai berikut : “Berpacaran itu hak masing-masing individu kok mas sebenarnya, boleh saja berpacaran asal tidak menyita waktu belajar. Saya tidak mau berpacaran dan nanti kalau ketemu jodohnya kan lebih baik langsung menikah. Pacarannya nanti saja kalau sudah menikah”. (wawancara 11 April 2011). Dari ungkapan beberapa responden diatas, responden Itok dan Risa dalam menanggapi masalah perilaku dan motivasi dalam berpacaran juga mempunyai
pendapat
tersendiri.
Itok
dan
Risa
lebih
banyak
mempertimbangkan hal-hal yang bersifat menguntungkan. Berikut penuturan Itok :
commit to user 129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Dalam berpacaran itu saya selalu mempertimbangkan baik dan buruknya nanti kedepannya, untung dan ruginya saya dalam menjalin sebuah hubungan. Jika banyak buruk dan ruginnya sebaiknya hubungannya segera cepat diakhiri saja, toh juga masih banyak pilihan-pilihan lain”. (wawancara 13 April 2011). Sedangkan pendapat dari Risa adalah sebagai berikut : “Selama pacaran itu menguntungkan bagi masing-masing sih tidak masalah ya mas... Tetapi tetap tau kondisi dan situasi dan tidak melanggar norma yang ada”. (wawancara 16 April 2011). Dalam penuturan yang beragam yang dikemukakan oleh para responden dan informan maka dapat dibuat matriks mengenai perilaku dalam berpacaran sebagai berikut :
commit to user 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 13 Perilaku Dalam Berpacaran No
Nama
Perilaku Berpacaran Pacaran yang sehat adalah dapat memberikan masukan-masukan, tempat 1 Aning bertukar pikiran dan pengalaman dan saling memberikan dukungan pasangannya untuk lebih berprestasi atau lebih maju. Pacaran yang sehat adalah saling menjaga perasaan, tidak mengkhianati 2 Andi pasangan atau setia, dan dalam berpacaran tidak melanggar norma-norma aturan dalam masyarakat. Dalam pacaran ciuman adalah hal yang wajar jika sekedar ciuman dipipi atau 3 Uki di kening itu sih karena dianggap sebagai wujud kasih sayang dan perhatian pada pacar. Ciuman dikening dianggap wajar-wajar saja karena dianggap menggambarkan 4 Efa rasa perhatian dan bentuk keperdulian dari sang pacar. 5 Yoga Berciuman dalam berpacaran dirasa tidak apa-apa asalkan tidak dilakukan berkali-kali karena bisa dinamakan nafsu. Gandengan tangan merupakan hal yang sangat wajar karena kalau jalan sendiri 6 Tyo bisa dinamakan jalan dengan teman sendiri. Pelukan dalam berpacaran kalau hanya merangkul pundak atau pinggang 7 Via adalah wajar asalkan tahu tempat dan tidak berlebihan. Hal ini di anggap tidak pantas jika dilakukan di sekolah. 8 Indah dan Belum pernah mempunyai pacar dan pacaran itu menurutnya hanya Ina menghabiskan waktu saja, lebih baik langsung menikah nanti jika sudah menemukan pilihan yang dianggap tepat. 9 Itok Dalam berpacaran selalu mempertimbangkan baik dan buruknya, untung dan ruginya. Jika banyak buruk dan ruginnya sebaiknya hubungannya segera cepat diakhiri. 10 Risa Selama pacaran itu menguntungkan bagi masing-masing tidak masalah. Tetapi tetap tau kondisi dan situasi dan tidak melanggar norma yang ada. Pemantauan pergaulan murid-murid telah dilakuakn dan jika ada yang sedang 11 Bapak Budi berduaan dalam kelas terlalu lama bisa dianggap mengganggu dan melanggar aturan sekolah. Jika ada indikasi untuk membolos maka akan segera diberi bimbingan. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
c. Perilaku Seks Pranikah Bagaimanapun kita tahu, bahwa akhir-akhir ini ditengah lajunya pembangunan yang kini sedang giat-giatnya digalakkan tampaknya
commit to user 131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan masalah tanggung jawab, keimanan dan moral, khususnya pada para pelajar, sudah saatnya untuk lebih diperhatikan dan lebih dicermati lagi untuk mengantisipasi dampak terburuk yang akan terjadi nanti. Sebagai akibat pembangunan yang telah dilakukan dengan usaha keras itu menjadi kurang bermakna dan hambar. Meskipun sekarang tidak dapat dipungkiri, banyak praktek-praktek hubungan seks pranikah terjadi. Melalui berbagai media cetak dan hiburan, melalui kolom atau rubrik dengan pengasuh masalah yang berkaitan dengan dunia dan pergaulan pelajar, telah dapat dicermati jika belakangan ini jumlah pelaku hubungan suami istri di kalangan remaja atau pasangan yang belum resmi menikah meningkat dari waktu ke waktu. Ketika item pertanyaan mengenai bagimanakah interpretasi responden tentang perilaku seks pranikah, semua responden menyatakan tidak setuju dengan perilaku tersebut. Tentunya pendapat responden tersebut disertai alasan yang berbeda. Alasan kebanyakan responden adalah karena hal itu sudah melanggar norma, termasuk norma agama dan juga budaya kita (Indonesia) sebagai orang Timur. Seperti penuturan Itok , ia mengatakan : "Seks pranikah itu tidak baik dan tidak wajar dilakukan oleh remaja sekarang, karena melakukan hubungan seks pranikah itu melanggar norma agama dan sama halnya dengan berbuat zina". (wawancara 14 April 2011). Ina pun juga demikian tidak setuju, berikut penyataannya : "Saya sangat tidak setuju karena melanggar norma agama dan itu adalah dosa besar". (wawancara 14 April 2011).
commit to user 132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal senada juga disampaikan oleh Efa : "Seks pranikah harus dihindari karena sangat bertentangan dengan norma agama maupun juga norma susila. Kita jangan mengesampingkan budaya kita sebagai orang Timur yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kesusialaan". (wawancara 16 April 2011). Pada waktu sekarang ini banyak kalangan mempertanyakan nilai moral yang mulai meluntur, namun merupakan hal yang membanggakan jika ternyata para remaja yang dalam hal ini pelajar SMA, khususnya responden dalam hal ini memiliki suatu pandangan moral yang luhur dan tidak terpengaruh adanya krisis moral atau dekadensi moral yang melanda bangsa kita belakangan ini. Bagaimanapun tanpa adanya kontrol sosial yang kuat terhadap hal-hal yang dianggap menyimpang atau menyalahi norma budaya masyarakat dan budaya agamapun, tentu problema-problema semacam tadi tidak akan pernah usai untuk dipolemikkan. Kontrol sosial harus berawal dari masing-masing individu untuk tidak ikut-ikutan melakukan penyimpangan. Sebagai akibat dari fenomena seks pranikah tersebut ada kalanya terjadi kehamilan diluar nikah. Ketika disinggung tentang pandangan mereka dalam menyikapi peristiwa seorang remaja yang telah hamil sebelum menikah, 2 orang responden Risa dan Andi menyatakan bahwa hal tersebut sangat memalukan, seperti yang diungkapkan oleh Risa berikut ini:
commit to user 133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
"Saya merasa prihatin dengan remaja yang telah hamil sebelum menikah, hal itu sangat tabu apalagi jika mereka itu masih sekolah selain menghambat masa depan Itu kan dapat mencemarkan nama baik orang tua sehingga dia dan keluarganya mendapat suatu bentuk konvensional dimasyarakat, misalnya dikucilkan". (wawancara 12 April 2011). Sementara itu Andi menyatakan pendapat yang hampir sama : "Hamil sebelum menikah itu sangat tidak pantas karena itu membuat masa depan menjadi suram dan dikucilkan dalam masyarakat". (wawancara 16 April 2011). Responden lain seperti Aning dan Indah sangat menyesalkan karena hal itu membuat masa depan remaja itu sendiri menjadi terhambat Berikut penuturan Aning : “Seks pranikah bagi remaja termasuk dalam kategori kenakalan remaja dan akibatnya itu bisa vatal karena jika hamil maka mereka terancam kehilangan masa depannya”. (wawancara 12 April 2011). Sadangkan Indah berpendapat sebagai berikut : “Kalau saja remaja itu hamil diluar nikah itu merupakan kesalahan yang sangat vatal mas…mereka pasti akan segera menikah dan berhenti bersekolah Karena malu dengan temantemannya”. (wawancara 11 April 2011). Berbeda dengan pendapat Aning dan Indah. Tyo berpendapat bahwa hamil sebelum menikah itu tidak apa-apa karena dianggap hak masing-masing
individu
dan
seharusnya
sudah
mengerti
akan
tangungjawab atas perbuatan yang dilakukan. Berikut pendapat Tyo : “Menurut saya sih, saya tidak merasa keberatan ya jika ada remaja yang sudah hamil sebelum menikah karena dianggap hak masing-masing individu, dan individu itu kan harus mampu bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan tentunya”. (wawancara 16 April 2011).
commit to user 134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan berpendapat bahwa hamil sebelum menikah sangat disayangkan karena akan menghancurkan harapan orang tua si remaja dan merupakan perbuatan yang tidak pantas dicontoh. Berikut pendapat Yoga : “Melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan perilaku yang tidak pantas dicontoh sama sekali karena dianggap telah melanggar norma-norma yang ada dan menghancurkan harapan orang tua. menurutnya hukumanya sebenarnya lebih berat dari kenakalan atau kejahatan remaja yang lainnya”.(16 April 2011) Lain halnya dengan pendapat Uki dan Via yang hampir mirip dengan pendapat Tyo. Via Merasa tidak keberatan dengan remaja yang telah hamil sebelum menikah, berikut komentarnya : "Remaja yang sudah hamil sebelum menikah kalau aku sih.. tidak keberatan ya mas.., karena itu kan hak mereka, mereka dulu yang berbuat jadi mereka juga donk yang harus bertanggung jawab". (wawancara 14 April 2011). Ditambah ungkapan dari Uki sebagai berikut : “Engga apa-apa mas remaja itu hamil diluar nikah, biarkan saja kan mereka berbuat..ya harus berani bertanggungjawab”. (wawancara 11 April 2011). Fenomena pergaulan bebas pelajar sehingga berujung pada kehamilan diluar nikah tersebut terkadang menimbulkan penafsiran bahwa hal tersebut dikarenakan kurangnya wawasan dan pendidikan mengenai seks dikalangan remaja. Akan tetapi para responden menyebutkan, tidak semua itu disebabkan karena kurangnya pendidikan seks dikalangan remaja. Hal tersebut bisa jadi karena lemahnya kontrol sosial dalam
commit to user 135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keluarga sehingga remaja kurang berhati-hati dalam pergaulannya. Dalam masalah ini Bapak Budi juga turut berkomentar: "Saya rasa masalah seks pranikah itu penyebabnya sangat kompleks sekali, masalahnya tidak dapat difokuskan kesana, kurangnya pengetahuan tentang seks, karena hal-hal yang disembunyikan itu akan berakibat fatal karena hal-hal yang disembunyikan itu akan mendorong remaja untuk mengetahuinya sehingga berakibat pada perilaku coba-coba". (wawancara 16 April 2011). Tentang hal ini ketika item pertanyaan terakhir tentang bagimanakah menurut mereka upaya yang bisa ditempuh untuk mengurangi terjadi seks pranikah, mereka semua memberikan jawaban yang pada intinya sama yaitu sebaiknya diadakan penyuluhan atau transparansi pada para remaja mengenai masalah seks berikut bahayanya apabila melakukan seks pranikah dan free sex, adanya penanaman nilainilai agama pada para remaja, serta membimbing, mendampingi dan memberikan
dorongan
pada
pelajar
sehubungan
dalam
masalah
perkembangan jiwanya agar mereka tidak terjebak dan terpengaruh pada berbagai bentuk perilaku menyimpang. Dewasa ini sudah banyak sekali tempat berbagi cerita bagi remaja tidak hanya melalui konsultasi lewat surat seperti dalam majalah-majalah, banyak juga acara-acara dalam televisi tentang dialog-dialog seputar seks dan kesehatan (termasuk kesehatan alat reproduksi) semua itu dapat memberikan masukan atau solusi serta menambah wawasan bagi remaja terutama masalah seks dan problematika dunia remaja yang kebenarannya
commit to user 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bisa dipertanggungjawabkan karena dipandu langsung oleh ahli atau pakar juga psikolog maupun dokter yang ahli dalam permasalahan tersebut sesuai dengan topik acara. Para pemirsanya juga dapat berkonsultasi secara langsung karena difasilitasi dengan adanya telepon interaktif untuk tanya jawab seputar masalah yang dihadapi. Selain itu juga banyak sekali lembaga-lembaga yang bisa dijadikan tempat berbagi cerita bagi pelajar dengan segala problematika dunia mereka atau dunia remaja. Berikut merupakan matriks mengenai perilaku seks pranikah :
commit to user 137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 14 Perilaku Seks Pranikah No
Nama
Seks Pranikah Seks pranikah dianggap tidak baik dan tidak wajar dilakukan oleh remaja 1 Itok sekarang, karena melakukan hubungan seks pranikah adalah melanggar norma agama dan sama halnya dengan berbuat zina. 2 Ina Sangat tidak mensetujui seks pranikah karena melanggar norma agama dan merupakan adalah dosa besar. Seks pranikah adalah hal harus dihindari karena sangat bertentangan dengan norma agama maupun juga norma susila karena jika dilakukan hal ini dianggap 3 Efa mengesampingkan budaya Timur yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kesusialaan. Merasa prihatin terhadap remaja yang telah hamil sebelum menikah karena 4 Risa dan dianggap sangat tabu. Seks pranikah akan menghambat masa depan dan Andi mencemarkan nama baik orang tua. 5 Tyo, Uki Tidak merasa keberatan jika remaja yang sudah hamil sebelum menikah karena dan Via dianggap hak masing-masing individu dan individu harus mampu bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan. 6 Aning dan Seks pranikah bagi remaja termasuk dalam kategori kenakalan remaja dan Indah akibatnya bisa vatal karena jika hamil maka remaja terancam kehilangan masa depan. 7 Yoga Melakukan hubungan seks sebelum menikah merupakan perilaku yang tidak pantas dicontoh karena dianggap telah melanggar norma-norma yang ada dan berlaku. menurutnya hukumanya sebenarnya lebih berat dari kenakalan atau kejahatan remaja yang lainnya. Masalah seks pranikah itu penyebabnya sangat kompleks dan tidak dapat 8 Bapak Budi difokuskan. Hal ini akibat dari kurangnya pengetahuan tentang seks, karena hal yang disembunyikan akan berakibat fatal. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
commit to user 138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. PEMBAHASAN Dalam teori pendidikan behavioristik, disebutkan bahwa pendidikan sebagai proses pembentukan dan pengubahan perilaku yang tidak dikehendaki dalam hal ini adalah perilaku seks pranikah. Pendidikan terjadi melalui interaksi individu dengan lingkungan. Pencapaian tujuan ditunjang melalui penguatan (reinforcement). Tiap manusia pada prinsipnya berhak dan sanggup mengambil tindakan susila dan mempertanggung jawabkan sepenuhnya atas segala konsekuensinya. John Dewey mengatakan bahwa proses perkembangan moral adalah hal yang esensial dari penyesuaian. Anak mulai belajar dengan lingkungan dan budaya dimana ia berada. Anak-anak belajar demikian untuk memperoleh pengertian tentang nilai-nilai moral, baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan luar. Sedangkan adanya penyimpangan norma-norma sosial akan berpengaruh pada aspek emosi yang berfungsi sebagai basis pembentukan self control dan hubungan sosial (Aris 2008:95). Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa pendidikan seks yang diberikan untuk siswa sendiri sebenarnya dikaitkan dengan arti dan peran pendidikan seks itu. Tujuan pembelajaran mengenai pendidikan seks yang memungkinkan untuk dicapai adalah : 1. Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam seluruh kehidupan yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan.
commit to user 139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam upaya membentuk pengertian mengenai pendidikan seks kepada siswa SMA N 1 Karanganyar sebenarnya keterkaitan yang paling penting adalah keluarga dan lingkungan di sekolah. Pengertian mengenai seks itu sendiri telah disampaikan dalam lingkungan sekolah seperti yang diutarakan oleh Bapak Budi selaku Guru Bimbingan dan Konseling sebagai berikut : “Khusus di sekolah kami mengenai pendidikan seks itu sudah ada (sudah diberikan). Frekwensinya sendiri itu untuk satu semester untuk tatap muka khusus pendidikan seks diberikan dua kali, selebihnya kita pengamatan, monitoring, dan juga konsultasi pribadi. Selain itu sekolah juga pernah mengadakan penyuluhan dari pihak kepolisian, biasanya kalau ini sekaligus masalah narkoba” (wawancara 14 April 2011).
2. Membentuk pemahaman tentang peranan seks dalam kehidupan manusia dan keluarga. Pemahaman dalam keluarga terhadap pendidikan seks ternyata menjadi hal yang sangat langka. Untuk menerangkan kepada sang anak sendiripun kadang orang tua menganggap hal ini masih tabu atau tidak layak diperbincangkan. Meskipun demikian ada beberapa orang tua yang telah mengajarkan pendidikan seks kepada anaknya seperti yang dilakukan oleh Ibu Dona selaku orang tua dari Aning, berikut penuturanya : “Dalam mendidik anak saya selalu berusaha memahami dan mengerti pola pergaulan anak jaman sekarang Mas..apalagi kalau soal seks, dari SMP anak saya sudah saya beri pengertian mengenai masalah seksualitas khusus dalam saat mengalami menstruasi. Dulunya sih anak saya risih mendengarnya tapi lama kelamaan sekarang anak saya malah selalu bercerita sendiri mengenai masalah seks dan apa
commit to user 140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dialaminya. Jika tidak tau….ya saya hanya mendengarkanya saja”(wawancara 11 April 2011).
3. Mengembangkan pemahaman diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks. Dalam hal mencari pengetahuan tentang hal-hal baru khususnya mengenai masalah seksualitas individu diharapkan mampu mencari dari sumber-sumber lain dan tidak terpaku kepada hal yang diajarkan baik di sekolah maupun di keluarganya. Kebanyakan responden telah melakukan hal itu dengan mencari referensi lain mengenai masalah seksualitas seperti yang pernah dilakukan oleh Yoga dan Risa sebagai berikut : “Saya belum terlalu puas dengan informasi yang saya dapat, sebagai upaya saya dalam menambah wawasan saya ya saya memperbanyak membaca buku yang berhubungan dengan masalah tersebut. Mungkin seiring bertambahnya usia saya (kedewasaan saya) saya akan dapat memahami apa arti seks itu sendiri”(wawancara 14 April 2011).
4. Membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Yang dimaksudkan membantu adalah apabila siswa telah betul-betul memahami mengenai arti pentingnya pendidikan seks itu sendiri maka dengan sendirinya siswa dapat mengendalikan diri sehingga tidak terjerumus kedalam seks bebas atau seks yang dilakukan sebelum menikah. Seperti yang diutarakan oleh Indah adalah pengaruh atau cerminan bila pemahaman mengenai pendidikan seks itu telah benar-benar matang. Berikut penuturanya :
commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
"Remaja yang sudah hamil sebelum menikah kalau aku sih.. tidak keberatan ya mas.., karena itu kan hak mereka, mereka dulu yang berbuat jadi mereka juga donk yang harus bertanggung jawab". (wawancara 16 April 2011). Berdasarkan analisis data dari lapangan diatas maka dapat dibuat matriks mengenai tujuan penerapan pendidikan seks di SMA N 1 Karanganyar sebagai berikut: Matriks 15 Tujuan Penerapan Pendidikan Seks di SMA N 1 Karanganyar No Tujuan Penerapan Pendidikan Seks 1 Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam seluruh kehidupan yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan.
2
3
4
Membentuk pemahaman tentang peranan seks dalam kehidupan manusia dan keluarga. Mengembangkan pemahaman diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks. Membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Kondisi di Lapangan Pendidikan di Sekolah (SMA N 1 Karanganyar) telah dilaksanakan. Frekuensinya satu semester untuk tatap muka khusus pendidikan seks diberikan dua kali, selebihnya pengamatan, monitoring, dan juga konsultasi pribadi. Materi yang disampaikan berupa ciri-ciri anak menginjak usia pubertas sampai dewasa, pergaulan remaja, unsur-unsur moral dan tata tertib yang berkaitan dengan masalah seks. Dari SMP anaknya sudah diberi pengertian mengenai masalah seksualitas khususnya saat mengalami menstruasi. Memperbanyak membaca buku yang berhubungan dengan masalah seks dan seksualitas. Jika ada remaja yang sudah hamil sebelum menikah siswa tersebut sebenarnya telah mengerti mengenai masalah seksualitas, hal ini dianggap hak masingmasing individu dan individu harus mampu bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan. Karena jika siswa itu melakukan hubungan seks sebelum menikah berarti telah mengerti mengenai bentuk hak dan kewajibanya atas perbuatanya.
Sumber : Data Primer, Diolah April 2011
commit to user 142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemajuan teknologi dan globalisasi saat ini sebagai bukti nyata bahwa pendidikan telah menyentuh berbagai lapisan masyarakat. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat memudahkan berbagai macam budaya asing masuk di negara kita, sehingga perlu adanya filter untuk menyaringnya. Apabila filter tersebut tidak ada maka tidak ada batasan-batasan lagi yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, benar dan salah, sehingga hal-hal yang berdampak negatif terhadap pola perilaku, sikap budaya, kekuasaan-kekuasaan dan kepribadian generasi muda tidak dapat dicegah. Kemajuan zaman yang berorientasi global ditandai dengan kemajuan teknologi komunikasi dimana setiap produk budaya dan nilai-nilai dari segala penjuru dunia dapat berkulturasi dengan budaya dan nilai-nilai negara kita. Proses akulturasi dapat berlangsung melalui media masa seperti televisi, radio, majalah, internet, dan lain-lain. Remaja dengan mudah memperoleh informasi tentang gaya hidup (life style) dan bermacam-macam perangkatnya yang berkonotasi modern, yang dialami oleh remaja. Dalam masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, remaja belum mengalami kematangan sikap. Kondisi tersebut menyebabkan remaja mudah terpengaruh dengan segala hal yang dianggap baru dan mudah. Akan tetapi terkadang remaja belum dapat memahami secara benar informasi yang didapat dari media massa karena tidak diikuti penjelasan-penjelasan yang lebih lengkap. Dalam hal ini peran pendidik baik orang tua dan juga para guru di sekolah sangat penting. Pendidik diharapkan dapat mengubah dan membentuk
commit to user 143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pribadi anak agar menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara memberikan bimbingan akan nilai-nilai dan norma yang benar dan berlaku dalam masyarakat kita. Analisis pengaruh dari luar ternyata memunculkan interpretasi yang berbeda-beda dan sesuai dengan penjelasannya bahwa kunci pokok interpretasi adalah memahami dan bukan menjelaskan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini yaitu interpretasi tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah pelajar di SMA N 1 Karanganyar memuat tiga hal yaitu : 1. Interpretasi yang dimiliki Interpretasi maupun pemahaman mengenai perilaku seksualitas individu akan muncul ketika seseorang mulai beranjak remaja dalam hal ini khususnya siswa SMA N 1 Karanganyar atau dianggap sudah memasuki usia pubertas dengan ciri-ciri mimpi basah (laki-laki) dan menstruasi (perempuan). Penanaman akan pentingnya pengetahuan mengenai masalah seksualitas utamanya pertama kali adalah tugas dari orang tua atau lingkungan keluarga. Jika sejak awal telah terbentuk pemahaman yang kuat mengenai masalah seksualitas maka individu tidak akan melakukan seks pranikah apalagi sampai hamil sebelum menikah. Ini terbukti bahwa 4 dari 11 responden
telah
benar-benar
mampu
memahami
mengenai
masalah
seksualitas karena dalam lingkungan keluargalah bimbingan yang sebenarnya dapat diberikan setiap hari. 2. Interpretasi berdasarkan yang dilihat, didengar dan dirasakan.
commit to user 144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam pemahaman ini faktor lingkunganlah yang paling berperan dalam pembentukan interpretasi. Dalam realita yang terjadi bahwa siswa SMA N 1 Karanganyar tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan seperti semakin berkembangnya kemajuan teknologi yang menuntun siswa untuk mengikuti alur, pergaulan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa dan mengenai sumber-sumber masalah seksualitas yang mereka dapatkan selain dari sekolah. 3. Interpretasi terhadap apa yang diperoleh kemudian Sebuah pemahaman yang nantinya akan didapatkan remaja atau siswa SMA N 1 Karanganyar ketika mereka menemukan hal-hal yang baru mengenai pemahaman masalah seksualitas bisa dalam jangka panjang dan pendek. Informasi yang mereka (siswa SMA N 1 Karanganyar) dapatkan tersebut bergantung pada aktif atau pasifnya individu dalam mencari informasi. Karena mencari pemahaman mengenai masalah seksualitas adalah sebuah pilihan yang sebenarnya penting untuk diinformasikan. Tentunya individu diharapkan mampu untuk memilih antara yang baik dan yang buruk jika ada sesuatu hal akan dilakukan. Dari analisis mengenai interpretasi pelajar SMA N 1 Karanganyar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah diatas maka dapat dibuat matriks mengenai tahap interpretasi pelajar SMA N 1 Karanganyar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah sebagai berikut :
commit to user 145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 16 Tahap Interpretasi Pelajar SMA N 1 Karanganyar Tentang Pendidikan Seks dan Perilaku Seks pranikah No
Tahap Interpretasi
Kondisi di Lapangan Interpretasi maupun pemahaman mengenai perilaku seksualitas individu akan muncul ketika seseorang mulai beranjak remaja dalam hal ini khususnya siswa SMA N 1 1 Interpretasi yang dimiliki Karanganyar atau dianggap sudah memasuki usia pubertas dengan ciri-ciri mimpi basah (laki-laki) dan menstruasi (perempuan). Penanaman akan pentingnya pengetahuan mengenai masalah seksualitas utamannya pertama kali adalah tugas dari orang tua atau lingkungan keluarga. Dalam pemahaman ini faktor lingkunganlah yang paling berperan dalam pembentukan interpretasi. Dalam realita yang terjadi bahwa siswa SMA N 1 Karanganyar tidak bisa 2 Interpretasi berdasarkan yang lepas dari pengaruh lingkungan seperti semakin dilihat, didengar dan dirasakan berkembangnya kemajuan teknologi yang menuntun siswa untuk mengikuti alur, pergaulan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa dan mengenai sumber-sumber masalah seksualitas yang mereka dapatkan selain dari sekolah. Sebuah pemahaman yang nantinya akan didapatkan remaja atau siswa SMA N 1 Karanganyar ketika mereka menemukan hal-hal yang baru mengenai pemahaman masalah seksualitas bisa dalam jangka panjang dan pendek. Informasi yang mereka (siswa SMA N 1 Karanganyar) 3 Interpretasi terhadap apa yang dapatkan tersebut bergantung pada aktif atau pasifnya diperoleh kemudian individu dalam mencari informasi. Karena mencari pemahaman mengenai masalah seksualitas adalah sebuah pilihan yang sebenarnya penting untuk di informasikan. Tentunya individu diharapkan mampu untuk memilih antara yang baik dan yang buruk. Sumber : Data Primer, Diolah April 2011 Interpretasi menurut Max Weber pada teori aksi yang menekankan pada tindakan sosial memandang bahwa manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Pendekatan ini menekankan pada tindakan yang diambil
commit to user 146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seseorang atau individu untuk mengatasi persoalan hidup termasuk dalam masalah pergaulan mereka dengan lawan jenis dan kondisi dimana mereka harus tetap bersikap di tengah maraknya laju informasi dan globalisasi jaman sekarang. Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.
commit to user 147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Pendidikan seks pada dasarnya merupakan penerangan tentang masa tumbuh kembang remaja atau psikologi remaja (perubahan fisik dan emosi) dan juga penjelasan mengenai kesehatan reproduksi, anatomi dan fisiologi organ reproduksi, penyakit menular seksual dan juga bagaimana menjaga perilaku seksualnya sehingga tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Termasuk didalamnya pengarahan mengenai pergaulan remaja yang memuat unsur-unsur tata tertib, norma-norma dan aturan dalam pergaulan (pacaran). Interpretasi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Demikian pula interpretasi pelajar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah. Pengertian pelajar sendiri adalah individu yang tercatat sebagai siswa di suatu sekolah aktif dalam kegiatan belajar mengajar melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai pelajar dan mengikuti peraturan-peraturan yang ada di sekolah. Globalisasi dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi disadari memberikan kemajuan yang sangat pesat terhadap proses pembangunan diberbagai sektor, salah satunya adalah kemajuan dibidang informasi dan telekomunikasi. Hal ini sangat memungkinkan terjadinya transfer informasi dalam berbagai hal dari segala penjuru dunia namun tidak bisa dipungkiri pula
commit to user 148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa arus globalisasi turut serta mengubah perilaku dan interpretasi manusia terhadap nilai dari luar. Teknologi informasi cenderung memberikan pengaruh yang berarti terhadap masalah gaya hidup masyarakat. Biasanya gaya hidup yang merugikan justru paling gampang ditiru oleh remaja, salah satu bentuk informasi tersebut misalnya mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia hiburan. Melalui majalah, internet, dan televisi orang dengan mudah menemukan tontonan dan juga informasi bahkan yang berbau pornografi. Mengingat penggunaan jasa media-media ini tidak hanya dari kalangan tertentu, artinya bisa saja dari kalangan anak dan remaja (pelajar) yang notabene mereka masih berada dalam masa transisi sehingga perkembangan jiwa mereka masih labil. Dengan keadaan seperti itu sangat memungkinkan mereka akan mencari identitas diri melalui contoh-contoh yang belum tentu baik bagi perkembangan jiwa mereka dan juga bagi norma budaya masyarakat. Sekarang ini perkembangan informasi di kota-kota kecil termasuk juga daerah Kabupaten Karanganyar semakin pesat. Sehingga hal tersebut mempunyai dampak yang kurang baik bagi remaja khususnya yang masih labil jiwanya. Meskipun tidak semua berdampak buruk namun disini yang dimaksudkan adalah berbagai macam tayangan informasi yang berbau porno. Tentu saja hal tersebut mempunyai dampak yang kurang bagus bagi golongan usia muda (remaja) yang masih berada dalam masa pencarian identitas diri,
commit to user 149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengingat pada masa ini remaja rentan sekali terhadap perkembangan teknologi dan informasi. Apabila contoh baik yang mereka dapatkan dari tayangan informasi dan hiburan hal tersebut tidak menjadi masalah akan tetapi jika yang terjadi sebaliknya, tentu saja hal tersebut akan menimbulkan dampak yang buruk bagi remaja itu sendiri, sayangnya terkadang remaja sekarang menganggap segala hal yang ditampilkan dalam tayangan-tayangan tersebut adalah hal yang moderen, merupakan life style dan tidak ketinggalan jaman (kuno). Sehingga remaja menjadikan tontonan tersebut sebagai tuntunan. Proses imitasi memang wajar bagi suatu golongan masyarakat manapun, namun terkadang dalam proses tersebut hampir semuanya dicontoh dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya proses pemilihan, mana yang baik dan sesuai dengan budaya bangsa dan tidak sesuai, sehingga penanaman moral dan etika juga nilai-nilai dalam masyarakat harus sudah ditanamkan pada diri anak sejak usia dini, agar remaja tidak mudah terpengaruh pada sisi negaitf dari perkembangan zaman. Sekarang ini dunia pendidikan sepertinya kurang begitu menyentuh terhadap hal-hal yang menjadi problematika remaja sehingga tidak dapat dipungkiri, banyak kasus yang menimpa golongan remaja bahkan yang masih duduk dalam bangku sekolah menengah termasuk juga mengenai kasus seks pranikah. Penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata sistem pendidikan di sekolah menengah khususnya di SMA N 1 Karanganyar sudah menerapkan
commit to user 150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adanya pendidikan mengenai seksualitas, dan mengenai adanya kasus seks pranikah yang juga terjadi di kalangan remaja bahkan pelajar sekolah menengah, para pelajar di SMA N 1 Karanganyar menyatakan bahwa hal tersebut tabu dan tidak wajar apabila ada remaja yang melakukan hal-hal tersebut diatas.
B. IMPLIKASI Berdasarkan pada penelitian yang telah penulis lakukan dan dari hasil analisa data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, secara umum dapat ditarik kesimpulan dengan berbagai implikasi sebagai berikut :
1. IMPLIKASI TEORITIS Teori yang digunakan untuk mengkaji masalah ini adalah teori yang terdapat dalam paradigma definisi sosial, yaitu teori interpretasi dan teori aksi yang menekankan pada tindakan sosial dari Max Weber. Teori ini memandang bahwa manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Hasil penelitian ini secara teoritis mendukung teori yang digunakan dalam penelitian. Menurut Max Weber dalam mempelajari tindakan sosial harus melalui penafsiran dan pemahaman atau menurut terminologi Weber sendiri dengan verstehen. Pelajar sebagai obyek penelitian mempunyai penafsiran dan pemahaman yang berbeda-beda tentaang fenomena pendidikan seks dan perilaku seks pranikah.
commit to user 151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan Teori Aksi menekankan pada tindakan yang diambil seseorang atau individu untuk mengatasi persoalan hidup termasuk dalam masalah pergaulan mereka dengan lawan jenis dan kondisi dimana mereka harus tetap bersikap di tengah maraknya laju informasi dan globalisasi jaman sekarang. Penurut Parsosns sebagai pendukung teori ini, istilah aksi menyatakan secara langsung suatu aktivitas, kreativitas dan penghayatan individu yang ditentukan oleh kemampuannya. Kemampuan inilah yang oleh Parsons disebut Voluntarism. Singkatnya voluntarisme adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka untuk mencapai tujuan. Manusia dipahami sewaktu dia membuat pilihan atau keputusan antar tujuan yang berbeda dan alat-alat untuk mencapainya. Lingkungan mempengaruhi aktor dalam membuat keputusan, jadi unit tindakan tersebut terbentuk oleh pelaku alat-alat tujuan dan suatu lingkungan yang terdiri dari obyek-obyek fisik sosial, norma-norma dan nilai-nilai. Penelitian interpretasi pelajar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah dalam hal ini terwakili oleh pelajar SMA N 1 Karanganyar artinya interpretasi pelajar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah mempunyai hubungan dengan tindakan nyata yang diambil oleh mereka, sehingga dirasa tepat untuk menguraikan kenyataan sosial yang juga menyangkut norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial sekitarnya.
commit to user 152
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelajar adalah sebagai individu merupakan satuan analisa yang paling kecil yang dalam sosiologi disebut “Voluntaristis” (berkenaan dengan voluntas atau kemampuan). Manusia seluruhnya dibentuk oleh kekuatankekuatan moral dimana tujuan atau kemampuan individu dikontrol dan dikalahkan. Kemauan/voluntas dari seseorang individu dalam hal ini pelajar yang mempunyai tujuan tertentu yaitu mempunyai sikap diri yang kuat ditengah derasnya laju informasi dan globalisasi, sehingga dalam menanggapi atau memandang fenomena remaja dalam masalah perilaku seksualnya mereka mempunyai sikap yang tegas dan tidak terpengaruh haruslah dipandang sebagai tindakan manusia yang berasal dari kemauannya, keinginannya, keputusannya dan tujuannya sebagai unsur utama dari sistem interaksi yang terdiri dari kekuatan-kekuatan sosial. Adapun voluntarisme yang dimiliki oleh pelajar adalah dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif sikap dalam rangka mencapai tujuannya. Pendidikan seks, pandangan dan tanggapan pelajar terhadap perilaku seks pranikah merupakan perhatian utama dalam penelitian ini. Dengan menggunakan teori aksi dan akhirnya pelajar dituntut untuk memilih dan memutuskan bagaimana sikap mereka menghadapi fenomena tersebut. Adanya pendidikan seks yang diterapkan di sekolah, sarana dan prasarana yang tersedia di Kabupaten Karanganyar, utamanya dan khususnya yang sering digunakan untuk berbagai aktivitas kaum muda/remaja dalam hal positif maupun negatif adalah dua alternatif yang harus dipilih oleh pelajar
commit to user 153
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk akhirnya mencerminkan voluntarismenya. Jadi teori yang dipakai dalam penelitian ini sangat mendukung hasil penelitian.
2. IMPLIKASI METODOLOGIS Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang interpretasi pelajar tentang pendidikan seks dan tentang perilaku seks pranikah dalam penelitian ini secara metodologis peneliti merasa penelitian jenis ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan penelitian ini adalah
:
a. Penelitian kualitatif mampu mengungkap realita secara mendalam karena dapat menangkap realita sosial yang ada seperti dalam penelitian ini adalah interpretasi pelajar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah dengan segala subyektifitas, emosi, dan nilai-nilainya sehingga mampu memberi gambaran realita sebagaimana adanya. b. Kebenaran dalam penelitian kualitatif merupakan hasil interpretasi yang dirundingkan dan disepakati oleh informan yang dijadikan sumber data. Kekurangan penelitian ini adalah: a. Tidak
semua
hasil
penelitian
kualitatif
dapat
digeneralisasikan.
Generalisasi hanya dapat dilakukan dalam batas waktu dan konteks penelitian, seperti penelitian ini bahwa pelajar SMA N 1 Karanganyar masih mempunyai komitmen moral dalam menyikapi fenomena pergaulan dan perilaku seks
commit to user 154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pranikah, tetapi hal ini belum tentu berlaku untuk semua pelajar lain di Indonesia. b. Dalam penelitian kualitatif, peneliti dimungkinkan terjebak dalam subyektifitas sehingga kadang-kadang emosi, perasaan, pandangan dan prasangka peneliti ikut masuk dalam analisis atau hasil penelitian. Dalam teknik pengumpulan data, sesuai dengan metode penelitian tersebut, maka dalam memperoleh data peneliti mengumpulkan berbagai informasi dari banyak media dan keluarga untuk memperoleh gambaran mengenai fenomena kehidupan pergaulan remaja Karanganyar saat ini. Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik wawancara secara mendalam dengan interview guide dalam mengumpulkan data di lapangan. Dalam mengambil sampel, penulis menggunakan teknik purposive sampling atau sampel dan Maximum variation sampling. Purposive sampling berguna untuk mendapatkan informan yang tepat, sedangkan maximum variation sampling berguna untuk memilih informan
yang memberi
keragaman maksimal untuk mendapatkan informasi lain dari yang lain. Informan dalam penelitian ini sebanyak 11 orang responden yang terdiri dari 5 pelajar siswa dan 6 pelajar siswi. Untuk keperluan tringulasi, peneliti merasa perlu untuk mendapat informasi dari pihak-pihak terkait dalam hal ini adalah dua orang informan yang masing-masing adalah guru Bimbingan dan Konseling serta orang tua pelajar. Untuk manganalisa data penulis menggunakan analisa interaktif,
commit to user 155
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses ini diawali dengan mengumpulkan data karena data yang penulis peroleh selalu berkembang di lapangan maka penulis selalu membuat reduksi data dan sajian data penulis membuat singkatan dan menyeleksi data yang diperoleh dilapangan, kemudian diikuti dengan penyusunan sajian data yang berupa cerita atau uraian yang sistematis. Setelah pengumpulan data berakhir, tindakan peneliti selanjutnya adalah menarik kesimpulan dengan verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat dalam penulisan reduksi data dan sajian data. Jika kesimpulan dirasakan masih kurang mantap maka penulis mencari data, dan penarikan kesimpulan dilakukan hampir bersamaan dan terus menerus dengan menggunakan waktu yang tersisa, dan akhirnya dengan metode penelitian tersebut penulis dapat memahami secara mendalam tentang interpretasi pelajar mengenai pendidikan seks dan perilaku seks pranikah, jadi metode penelitain ini telah mendukung hasil penelitian.
3. IMPLIKASI EMPIRIS Ditengah laju perkembangan teknologi dan globalisasi dewasa ini, membawa dampak positif dan negatif, khusus dalam masalah yang berhubungan dengan perilaku seks dikalangan remaja banyak terpengaruh oleh budaya Barat misalnya saja : seks pranikah, seks bebas, pergaulan bebas dan kebudayaan lain yang belum tentu boleh dilakukan. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
commit to user 156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pendidikan seks yang diterapkan di SMA N 1 Karanganyar memuat tentang penerangan mengenai masa tumbuh kembang remaja atau psikologi remaja, penjelasan tentang kesehatan alat reproduksi, penyakit menular seksual dan juga masalah pergaulan remaja atau pacaran dan narkoba. b. Pandangan dan tanggapan para informan yang terjaring pada penelitian ini, pada umumnya mereka menyatakan bahwa pendidikan seks sangat penting diberikan pada remaja. c. Para informan menyatakan tidak setuju apabila masalah seks dianggap tabu untuk diketahui karena, kalau masalah seks tersebut tetap dianggap tabu maka remaja akan semakin buta dalam memahami arti dari seks itu sendiri. d. Tingkat pengawasan orang tua atau pihak keluarga terhadap anak, pada umumnya orang tua memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih teman bergaul. e. Para informan mengatakan bahwa mereka mendapatkan pengetahuan tentang seks dari sekolah atau guru, majalah, koran, dan juga televisi. f. Para informan mengatakan sebaiknya diadakan atau diberikan penyuluhan pada remaja tentang seks bebas termasuk juga didalamnya diberikan kerugian, serta penanaman norma dan etika yang dilakukan oleh keluarga sejak dini sebagai upaya pencegahan agar remaja tidak terjerumus dalam pergaulan yang menyimpang.
commit to user 157
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. SARAN Setelah mengemukakan kesimpulan dari penelitian di atas, maka penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut : Bagi Generasi Muda : 1. Para generasi muda sebaiknya tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. 2. Para remaja, pelajar harus pandai-pandai memilih dan memilah informasiinformasi yang didapat baik dari lingkungan pergaulan, dan lingkungan luar (informasi dari media), yang sebaiknya disesuaikan dengan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat kita. 3. Sebaiknya para remaja dapat berpikir secara positif sebelum mereka memutuskan sesuatu apalagi yang menyangkut kehidupan masa depanya. Bagi pihak-pihak terkait (orang tua,sekolah,lingkungan masyarakat) : 1. Bagi pihak-pihak terkait tersebut diatas, sebaiknya meningkatkan aktifitas pendampingan, bimbingan dan pembinaan pada remaja misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif seperti kegiatan diskusi, seminar, dalam upaya membangun masa depan bangsa. 2. Bagi pihak sekolah sebaiknya mencantumkan pendidikan mengenai masalah seks sebagai kurikulum tetap agar para siswa lebih mengetahui permasalahan tentang seks dan tidak menyalahgunakan seks tersebut (melakukan hubungan seks sebelum waktunya).
commit to user 158
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Diharapkan orang tua dan pendidik di sekolah, lebih terbuka kepada remaja mengenai masalah seksualitas agar anak tidak salah dalam menafsirkan arti dari seks itu sendiri. 4. Lingkungan tempat tinggal individu seharusnya memberi sanksi yang tegas terhadap individu yang melakukan pelanggaran norma dalam masyarakat. 5. Orang tua seharusnya membekali diri dengan pengetahuan seksualitas agar dapat memberikan penjelasan kepada anak-anaknya untuk menjawab pertanyaan anak sehubungan dengan masalah seksualitas. 6. Antara orang tua, sekolah dan lingkungan sebaiknya bekerja sama yang baik dan teratur dalam mendidik anak dan remaja. Sebaiknya hal ini dilaksanakan secara intensif sehubungan dengan masalah kehidupan atau dunia remaja, seperti pendidikan, peningkatan kualitas hidup, pengembangan pribadi, penyimpangan perilaku sosial, putus sekolah, seks pranikah dan narkoba, maka kepada pihak-pihak terkait terutama sekolah perlu menaruh perhatian yang lebih khusus dan proporsional sehingga pada akhirnya remaja dapat menemukan pengembangan dirinya yang tepat.
commit to user 159