JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
EFEKTIVITAS MODEL CONCENTRATED LANGUAGE ENCOUNTER (CLE) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA SEKOLAH DASAR Desi Sukmawati, Isah Cahyani Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi karena beberapa permasalahan siswa dalam membaca serta kondisi pembelajaran membaca yang jauh dari harapan. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Mengetahui proses pembelajaran membaca dengan menerapkan model CLE di kelas V SD, (2) mengetahui perbedaan peningkatan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran membaca dengan model CLE dan yang tanpa menggunakan model CLE, dan (3) mengetahui kelebihan dan kekurangan model Concentrated Language Encounter (CLE) dalam pembelajaran membaca. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu; 1) Proses pembelajaran membaca dengan menerapkan model CLE dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan prinsip model CLE, salah satunya yaitu pembelajaran yang berjenjang (scaffolding); 2) Terdapat perbedaan peningkatan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran membaca dengan model CLE dan yang tanpa menggunakan model CLE. 3) Kelebihan model CLE diantaranya yaitu keterampilan membaca siswa meningkat, berbagai keterampilan berbahasa dapat berkembang, interaksi sosial siswa dalam pembelajaran menjadi lebih baik, serta memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Adapun kekurangan model CLE dalam pembelajaran membaca yaitu membutuhkan waktu yang lama dan tidak semua mata pelajaran dapat menerapkan model CLE. Berdasarkan hasil tersebut, maka model Concentrated Language Encounter (CLE) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran membaca di sekolah dasar. Kata kunci: Model Concentrated Language Encounter (CLE), keterampilan membaca
Abstract. This research is motivated because some of the problems of students in reading and learning to read the conditions are far from expectations. Goals to be achieved in this study are: (1) Know the process of learning to read by applying the CLE model in class V SD, (2) know the difference increase among students who had learning to read with the use of CLE model and without the use of CLE model, and (3) know the advantages and disadvantages of the model Concentrated Language Encounter (CLE) in learning to read. The method used is quasiexperimental with quantitative approach. The results obtained, namely; 1) The process of learning to read by applying the model CLE properly executed in accordance with the principle of CLE models, one of which is learning tiered (scaffolding); 2) There is a difference between the increase in students who had learning to read with the using CLE model and without using CLE model. 3) Excess CLE models among which the reading skills of students increased, a variety of language skills can flourish, social interaction students in learning to be better, and provide meaningful learning for students. As for the shortage of models of CLE in learning to read, namely take a long time and not all subjects can apply CLE models. Based on these results, the Concentrated Language Encounter (CLE) model can be used as an alternative learning to read in primary school. Keyword: Concentrated Language Encounter (CLE), Reading Skills
26
[Type here]
A. Pendahuluan Keterampilan
membaca
Literacy Study (PIRLS), studi IEA
merupakan hal penting yang harus
(International
dikuasai
Pendapat
Evaluation of Education Achievement)
tersebut diperkuat dengan pendapat
di Asia Tenggara, serta penelitian
Tarigan (2008: iii) yang menyatakan
EGRA
bahwa kemampuan baca para siswa
Assessment) pada tahun 2012. Hasil
dan mahasiswa turut menentukan taraf
penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kemajuan masa depan bangsa dan
kemampuan membaca pada anak-anak
negara. Oleh karena itu, manusia harus
tingkat sekolah dasar (SD) di Indonesia
dapat membaca untuk menambah ilmu
sangat rendah bahkan tertinggal jauh
pengetahuan.
dibandingkan dengan negara-negara
oleh
manusia.
Dengan
ilmu
Association
(Early
for
Grade
Reading
pengetahuan yang diperoleh tersebut,
lain.
manusia akan dapat membangun dan
membaca yaitu mengenai pengenalan
memajukan masa depan bangsa dan
huruf, pemahaman kosa kata, istilah-
negara.
istilah, pengenalan struktur bacaan,
Berdasarkan pernyataan di atas,
Permasalahan
the
interpretasi
lain
terhadap makna
dalam
bacaan,
jelas bahwa membaca memiliki banyak
menafsirkan
tersirat
manfaat. Dengan banyaknya manfaat
wacana, dan menentukan pikiran utama
membaca,
seharusnya
anak-anak
serta pikiran penjelas dalam paragraf.
Indonesia
memiliki
kegemaran
Fenomena
dalam
rendahnya
membaca. Akan tetapi, faktanya saat
keterampilan membaca siswa saat ini,
ini minat baca anak Indonesia masih
menunjukkan bahwa anak-anak belum
rendah,
pada
dapat mencapai tahap perkembangan
kemampuan membaca anak-anak yang
sesuai yang diharapkan. Rendahnya
masih rendah pula. Telah banyak
kemampuan
penelitian yang dilakukan mengenai
dipengaruhi oleh proses pembelajaran
kemampuan membaca anak sekolah
yang dilakukan di sekolah. Walker
dasar, diantaranya yai tu penelitian
(1992) menyatakan bahwa alasan dasar
Progress in International Reading
mengapa banyak anak-anak sekolah
sehingga
berdampak
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
membaca
anak
Desi & Isah 27
[Type here]
yang
gagal
dalam
pembelajaran
membaca
siswa
yaitu
membaca lebih berkaitan dengan apa
menerapkan
yang terjadi di sekolah bukan apa yang
Language Encounter (CLE).
dibawa anak-anak ke sekolah.
model
dengan
Concentrated
Model Concentrated Language
Yang menjadi hambatan dalam
Encounter
merupakan
model
pembelajaran membaca yaitu guru
pembelajaran
lebih fokus mengajarkan hal-hal yang
menekankan pada prinsip pembelajaran
lebih mudah dengan
mengabaikan
scaffolding (Radesi, Marhaeni, dan
pembelajaran kosakata, pengetahuan
Natajaya, 2014). Model Concentrated
konseptual dan konten membaca, serta
Language Encounter (CLE) adalah
strategi dalam membaca pemahaman,
model belajar yang βmembenamkanβ
kurangnya keterampilan guru mengenai
siswa dalam berbahasa yang terkait
strategi atau cara yang efektif dalam
dengan kegiatan-kegiatan baru dalam
mengajarkan
terbatasnya
kegiatan kelompok, mulai dari yang
waktu yang disediakan sekolah untuk
sederhana sampai pada kegiatan yang
pembelajaran membaca, serta guru
sulit. Berdasarkan pernyataan di atas,
hanya
mengajarkan
materi kepada
model CLE memfasilitasi siswa untuk
siswa,
tanpa
mengembangkan
belajar sosial dengan kelompoknya
keterampilan membaca yang harus
sehingga sesuai untuk pembelajaran
dimiliki siswa. (Aryani, Samadhy, &
bahasa.
membaca,
Sismulyasih: 2012; Yunus, Marli, &
Secara
Kresnadi: 2013; Duke & Blok: 2012).
konstruktivis
umum
yang
penelitian
ini
bertujuan untuk memeroleh informasi
Untuk mengatasi permasalahan di
mengenai
efektivitas
model
atas, maka pembelajaran membaca
Concentrated
Language
Encounter
harus dilakukan dengan baik dan tepat.
(CLE)
Salah
kemampuan membaca siswa sekolah
satu
dilakukan pembelajaran
strategi untuk yang
yang
dapat
melaksanakan
dasar.
melibatkan
dalam
meningkatkan
Sedangkan
penelitian
ini
secara bertujuan
untuk
pengalaman siswa, melakukan berbagai
mengetahui
aktivitas yang bermakna bagi siswa,
membaca dengan menerapkan model
serta mengembangkan keterampilan JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
CLE di kelas V SD, mengetahui Desi & Isah 28
proses
khusus,
pembelajaran
[Type here]
perbedaan peningkatan antara siswa
mengetahui kelebihan dan kekurangan
yang
model
mendapatkan
pembelajaran
membaca dengan model CLE dan yang
CLE
dalam
pembelajaran
membaca.
tanpa menggunakan model CLE, serta B. Metode Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
Instrumen
yang
digunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode
dalam penelitian ini berupa Rencana
penelitian kuasi eksperimen. Pemilihan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
pendekatan kuantitatif didasarkan pada
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
teori kuantitatif yang dikemukakan
pembelajaran,
oleh Mulyadi (2011) yang memaparkan
meliputi
bahwa
kuantitatif
kecepatan efektif membaca siswa serta
menjelaskan hubungan, perbedaan atau
tes pemahaman bacaan berupa tes
pengaruh dari satu yang variabel
pilihan
terhadap veriabel yang lain.
instrumen
pendekatan
Penelitian komplek Kecamatan
dilaksanakan
SDN
wacana
ganda
untuk
dan
nontes
Untuk
yang
mengukur
uraian, yang
serta
meliputi
mengetahui
Kabupaten
penerapan
model
subjek
Language
Encounter
Adapun
tes
observasi dan catatan lapangan.
Purwawinangun
Kuningan
Kuningan.
di
instrumen
Concentrated (CLE)
pada
penelitiannya yaitu siswa kelas V pada
pembelajaran
tahun ajaran 2015-2016. Siswa kelas V
kelas V SD berbeda secara signifikan,
SD Negeri 4 Purwawinangun dijadikan
maka dilakukan perhitungan skor N-
sebagai
Gain, uji normalitas, homogenitas, dan
kelompok
eksperimen
sebanyak 30 orang siswa. Sedangkan
Bahasa
apakah
Indonesia di
uji t test.
yang menjadi kelompok kontrol yaitu SD Negeri 2 Purwawinangun sebanyak 30 orang siswa.
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Desi & Isah 29
[Type here]
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Proses pembelajaran membaca dengan
kategori sangat kurang. Sedangkan
menerapkan
model
Language
Encounter
meningkat menjadi 3,7 atau 92,5%
(CLE) dilaksanakan melalui beberapa
yang berada dalam kategori sangat
tahapan yaitu 1) menganalisis jenis
baik. Dari hasil tersebut dapat diambil
bacaan, 2) menghubungkan isi bacaan
kesimpulan
dengan
Concentrated
pengalaman
pada
pertemuan
keenam,
bahwa
guru
nilainya
telah
pribadi,
3)
memahami dan melaksanakan seluruh
bacaan,
4)
tahapan model CLE dengan sebaik-
menganalisis dengan kritis sebuah teks
baiknya, sehingga dapat mencapai hasil
baru, dan 5) aktivitas bahasa dan
yang diharapkan.
merundingkan
isi
elaborasi. Kelima tahapan tersebut
Capaian
hasil
keterampilan
sesuai dengan pendapat Ozoa (2000)
membaca pada kelompok eksperimen
dan Kholiq (2013) mengenai tahapan
yaitu rata-rata keterampilan membaca
model CLE tipe 2.
awal siswa sebesar 80,63 kpm yang
Proses pembelajaran pun berjalan
termasuk ke dalam kategori rendah.
dengan lancar. Seperti yang telah
Setelah
mendapatkan
pembelajaran
dipaparkan
dengan
model
keterampilan
sebelumnya,
proses
membaca
yang
membacanya naik menjadi 121,97 kpm
CLE
dapat
dan berhasil mencapai kategori tinggi.
berdasarkan
hasil
Pencapaian prestasi tersebut tidak lepas
observasi aktivitas guru dan aktivitas
dari peran guru yang menerapkan
siswa, serta hasil catatan lapangan.
model CLE. Guru menjalankan setiap
pembelajaran menerapkan digambarkan
model
Aktivitas guru dalam menerapkan model
Concentrated
tahapan model CLE dengan tepat dan
Language
sungguh-sungguh.
Encounter (CLE) sudah baik. Dalam setiap
pertemuan
peningkatan.
Aktivitas
Tidak hanya dapat menjalankan
mengalami guru
CLE,
seluruh tahapan model CLE, guru pun
di
dapat menjalankan seluruh prinsip
pertemuan pertama hanya bernilai 2,23
pembelajaran
atau 55,75% yang berada dalam JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
pembelajaran model CLE menurut Desi & Isah 30
CLE.
Prinsip
[Type here]
Bwalya (2012), Rattanavich (2015),
selama proses pembelajaran. Temuan
Taroepratjeka (2002 dalam Kholiq,
yang dicatat oleh guru meliputi empat
2013),
aspek, diantaranya sebagai berikut:
dan
GM
South
Africa
Foundation (2009), yaitu pembelajaran
Selama
proses
pembelajaran
model CLE berjenjang (scaffolding),
berlangsung ada beberapa kelebihan
melibatkan pengalaman siswa dalam
model CLE yang ditemukan. Yang
setiap
pertama yaitu berbagai keterampilan
kegiatan
pembelajaran,
dan
model CLE adalah model pembelajaran
berbahasa
berbasis aktivitas.
Kelebihan
Aktivitas
siswa
dalam
berbagai
dapat ini
berkembang.
diperoleh
kegiatan
melalui
berbahasa
yang
pembelajaran pada awalnya sangat
dilakukan siswa. Tidak hanya kegiatan
rendah yaitu hanya mendapatkan nilai
membaca,
1,4. Ini artinya bahwa aktivitas siswa
kegiatan menyimak, berbicara, dan
pada pertemuan pertama tergolong
menulis.
sangat pasif yaitu hanya 35%.
siswa
pun
melakukan
Kegiatan menyimak dilakukan
Selama mengikuti pembalajaran
siswa dengan menyimak penjelasan
dengan menggunakan model CLE,
guru dan pemaparan pendapat siswa
aktivitas siswa dalam pembelajaran
lain. Kegiatan berbicara dilakukan
mengalami
siswa saat mengemukakan ide dan
siswa
peningkatan.
yang
menjadi
awalnya
81%.
Aktivitas
hanya
Artinya
35%
menceritakan
terjadi
Melalui
kembali
kegiatan
isi
tersebut,
bacaan. siswa
peningkatan sebesar 46%. Sehingga
menjadi lebih berani mengemukakan
dapat disimpulkan bahwa siswa dapat
pendapat dalam kegiatan diskusi dan
mengikuti pembelajaran dengan baik.
lebih berani tampil di depan umum.
Siswa yang tadinya pasif menjadi aktif
Selain itu, pembelajaran pun akan
dan memberikan perhatian yang lebih
bermakna bagi siswa karena siswa
terhadap
merasa dilibatkan dalam pembelajaran
pembelajaran
menggunakan
model
dengan
Concentrated
dan
Language Encounter (CLE). Catatan
lapangan
dapat
pengalamannya.
menceritakan Kelebihan
tersebut
merupakan
diperkuat dengan pendapat Rattanavich
temuan yang diperoleh oleh guru JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
(2001), yang menyatakan bahwa siswa Desi & Isah 31
[Type here]
yang
telah
mendapatkan
model
Setelah model CLE dilakukan
pembelajaran CLE memiliki partisipasi
beberapa kali, terjadi perubahan respon
yang
siswa terhadap pembelajaran. Respon
lebih
dalam
menunjukkan
pembelajaran,
keberanian
dalam
siswa setelah dilakukan model CLE
berekspresi dan memiliki kecerdasan
selama enam kali pertemuan yaitu
emosional.
siswa
Temuan mengenai
yang
diperoleh
kelemahan
aktif
dalam
pembelajaran, siswa lebih semangat
CLE
dan antusias mengikuti pembelajaran,
selama proses pembelajaran membaca
siswa lebih serius dan senang dalam
yaitu membutuhkan waktu yang lama
membaca
dan tidak semua mata pelajaran dapat
kecepatan membacanya dihitung, dan
menerapkan model CLE.
siswa pun lebih berkonsentrasi dalam
Sebagaimana
model
berpartisipasi
yang
telah
wacana
apalagi
jika
mengikuti pembelajaran.
dikemukakan sebelumnya, bahwa salah
Untuk
melihat
perbedaan
satu kelemahan model CLE yaitu
peningkatan keterampilan membaca
membutuhkan waktu yang lama. Oleh
siswa antara siswa yang mendapatkan
karena
ini
pembelajaran membaca dengan model
menerapkan
CLE dan yang tanpa menggunakan
model CLE dilakukan sebanyak enam
model CLE yaitu dengan melakukan
kali pertemuan.
perhitungan skor Gain ternormalisasi
itu,
dalam
pembelajaran
penelitian
dengan
Pada awal pertemuan, respon
Tabel 1. Kriteria Peningkatan NGain Indeks Gain Kriteria (g) G > 0,7 Tinggi
siswa terhadap pembelajaran sangat rendah. Hal ini ditunjukkan siswa dengan
membaca
melakukan diskusi
tidak
serius,
tidak sungguh-
sungguh, dan tidak berpartisipasi aktif
0,3 < g β€ 0,7
Sedang
G β€ 0,3
Rendah
dalam pembelajaran. Melihat respon siswa tersebut, guru dengan sabar dan
πππππ πππ π‘π‘ππ π‘βπππππ ππππ‘ππ π‘ πππππ ππππ πππ’πβπππππ ππππ‘ππ π‘
semangat membimbing siswa dalam menerapkan
setiap
tahapan
=
model
CLE. JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
121,97kpmβ80,63kpm 140kpmβ80,63kpm
x 100 %
x 100 %
Desi & Isah 32
[Type here]
41,33
disimpulkan bahwa Gain eksperimen
= 59,37 x 100 %
berdistribusi normal. Sedangkan nilai
= 0,696 Berdasarkan atas,
perhitungan
peningkatan
membaca
signifikansi pada Gain kontrol sebesar
di
0,325. Nilai signifikansi 0,325 lebih
keterampilan
kelompok
besar
eksperimen
disimpulkan
tergolong dalam kriteria sedang. πππππ πππ π‘π‘ππ π‘βπππππ ππππ‘ππ π‘ πππππ ππππ πππ’πβπππππ ππππ‘ππ π‘
=
104,07kpmβ91,33kpm 140kpmβ91,33kpm
dari
0,05.
Sehingga
bahwa
berdistribusi normal.
x 100 %
Gain
dapat kontrol
Selain melihat
nilai signifikansi, dapat dilihat pula
x 100 %
bawa pada tabel tersebut tertera Test
12,74
= 48,67 x 100 %
distribution is Normal artinya data
= 0,26
Gain kelompok ekperimen dan Gain di
kelompok kontrol berdistribusi normal.
keterampilan
Setelah data dikatakan normal,
membaca kelompok kontrol tergolong
maka data yang telah diuji dengan
dalam
melakukan uji homogenitas dan uji t-
Berdasarkan atas,
perhitungan
peningkatan
kriteria
rendah.
Setelah
test.
melakukan perhitungan tersebut, maka bahwa
Adapun hasil analisis data Gain
peningkatan keterampilan membaca
kedua kelompok digambarkan pada
kelompok eksperimen
tabel 2 sebagai berikut:
dapat
diambil
kesimpulan
dibandingkan
dengan
keterampilan
membaca
lebih tinggi peningkatan kelompok
kontrol. Untuk melihat adanya perbedaan peningkatan keterampilan membaca siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
dilakukan
uji
normalitas diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi pada Gain ekperimen yaitu sebesar 0,774. Nilai signifikansi 0,774 lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Desi & Isah 33
[Type here]
Tabel 2. Analisis Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F
Sig.
Gain Equal variances .015 .904 assumed Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
Df
4.309
95% Confidence Interval of the Difference Mean Std. Error Difference Difference Lower Upper
58
.000
28.60000
6.63797 15.31265
41.88735
4.309 57.515
.000
28.60000
6.63797 15.31027
41.88973
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat
Encounter (CLE) efektif digunakan
dipaparkan bahwa nilai Sig pada
untuk
Levene's Test for Equality of Variances
membaca siswa.
yaitu
0,904
sedangkan
meningkatkan
keterampilan
taraf
Hasil di atas sesuai dengan hasil
signifikansi Ξ± = 0,05 (0,904 > 0,05)
penelitian yang dilakukan oleh D.
maka data tersebut dapat dikatakan
Radesi, A.A.I.N. Marhaeni, dan N.
homogen.
Natajaya (2014) yang memiliki hasil
Sedangkan nilai Sig. (2-tailed)
bahwa
siswa
yang
mengikuti
sebesar 0,000 dan taraf signifikansi Ξ± =
pembelajaran CLE meraih kemampuan
0,05 (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak,
membaca pemahaman yang lebih baik
artinya Ha diterima. Ini berarti bahwa
daripada
terdapat perbedaan peningkatan antara
pembelajaran konvensional.
keterampilan membaca siswa yang menggunakan
model
CLE
siswa
Untuk
dengan
model
yang
mengetahui
Concentrated
mengikuti
efektivitas Language
keterampilan membaca siswa yang
Encounter (CLE) dalam meningkatkan
menggunakan metode konvensional.
keterampilan membaca siswa, maka
Sehingga dapat diambil kesimpulan
dapat dilakukan beberapa hal sebagai
bahwa model Concentrated Language
berikut.
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Desi & Isah 34
[Type here]
a. Mengidentifikasi
kondisi
awal
eksperimen
maupun
kelompok
Perbedaan
rata-rata
keterampilan membaca siswa pada
kontrol.
kelompok
eksperimen
maupun
peningkatan keterampilan membaca
kelompok
kontrol
sebelum
pada kelompok eksperimen sebesar
pembelajaran.
41,33 kpm. Sedangkan perbedaan
hasil
pretest
rata-rata peningkatan keterampilan
keterampilan membaca siswa, pada
membaca pada kelompok kontrol
kelompok
dilakukan Berdasarkan
data
eksperimen
yang
sebesar 12,73 kpm. Skor Gain
model
CLE
ternormalisasi
menggunakan
kelompok
mendapatkan KEM rata-rata pre test
eksperimen sebesar
sebesar
tergolong
80,63
kelompok
kpm.
kontrol
menggunakan
Sedangkan yang
model
sedang.
CLE
ternormalisasi
yang
kategorisasi
Sedangkan
skor
kelompok
Gain kontrol
sebesar 0,26.
sebesar 91,33 kpm. b. Mengidentifikasi
dalam
tidak
mendapatkan KEM rata-rata pre test
0,696
d. Melakukan uji t-test pada hasil akhir kondisi
akhir
keterampilan
keterampilan membaca siswa pada
kelompok.
kelompok
menunjukkan
eksperimen
maupun
membaca Hasil
kedua
uji
bahwa
t-test terdapat
kelompok kontrol setelah dilakukan
perbedaan yang signifikan antara
pembelajaran.
data
keterampilan membaca akhir siswa
hasil posttest keterampilan membaca
yang menggunakan model CLE
siswa, pada kelompok eksperimen
dengan
yang menggunakan model CLE
siswa yang menggunakan metode
mendapatkan KEM rata-rata sebesar
konvensional.
121,97
kpm
Berdasarkan
keterampilan
membaca
yang
berkategori
e. Melakukan uji t-test pada selisih
Sedangkan
kelompok
peningkatan keterampilan membaca
kontrol mendapatkan KEM rata-rata
kedua kelompok. Hasil uji t-test
sebesar 104,07 kpm yang termasuk
menunjukkan
ke dalam kategori sedang.
perbedaan peningkatan antara siswa
tingggi.
c. Mengidentifikasi perbedaan ratarata
peningkatan
yang
keterampilan
mendapatkan
membaca
membaca siswa pada kelompok
bahwa
terdapat
pembelajaran
dengan
model
Concentrated Language Encounter
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Desi & Isah 35
[Type here]
(CLE) dan yang tanpa menggunakan
kontrol yang tidak menggunakan model
model CLE.
CLE.
Sehingga
dapat
diambil
Dari pemamparan di atas maka
kesimpulan bahwa model Concentrated
jelaslah bahwa kelompok eksperimen
Language Encounter (CLE) efektif
yang
digunakan
menggunakan
model
CLE
sebagai
upaya
untuk
mengalami peningkatan yang lebih
meningkatkan keterampilan membaca
tinggi dibandingkan dengan kelompok
siswa.
D. Simpulan
Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan Concentrated
bahwa
model
Language
Encounter
Kelompok mengalami
upaya
meningkatkan
peningkatan
signifikan
(CLE) efektif untuk digunakan sebagai
eksperimen
dibandingkan
yang dengan
kelompok kontrol.
keterampilan
Kelebihan model Concentrated
membaca siswa kelas V sekolah dasar.
Language
Encounter
Hal tersebut dapat disimpulkan melalui
diantaranya
yaitu
hasil penelitian berikut;
membaca siswa meningkat, berbagai
Proses pembelajaran membaca dengan Concentrated (CLE)
keterampilan
berbahasa
dapat
menerapkan
model
berkembang, pembelajaran bermakna
Language
Encounter
bagi siswa, interaksi sosial siswa dalam
lancar.
pembelajaran menjadi lebih baik, dan
dilakukan
siswa pun dapat berpartisipasi aktif
berjalan
Penerapan
keterampilan
(CLE)
model
dengan CLE
setahap demi setahap sesuai dengan
dalam
tahapan
kekurangan
model
CLE
yang
telah
pembelajaran, model
Adapun Concentrated
ditentukan, mulai dari yang mudah
Language Encounter (CLE) dalam
sampai pada yang sulit. Hal ini
pembelajaran
merupakan ciri atau prinsip dari model
membutuhkan waktu yang lama dan
CLE
tidak semua mata pelajaran dapat
yaitu
pembelajaran
yang
berjenjang (scaffolding).
menerapkan
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
membaca
model
yaitu
CLE
Desi & Isah 36
[Type here]
Daftar Pustaka Alyousef, H.S. (2006). Teaching Reading Comprehension to ESL/EFL Learners. Journal of Language and Learning, 5(1), pp. 63-73. Retrieved Januari 30, 2016,. Aryani, S., Samadhy, U., & Sismulyasih, N. (2012). Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Strategi Know-Want-Learned (KWL) pada Siswa Kelas IVA SDN Sekaran 01 Semarang. Journal of Elementary Education 1 (1), pp. 62-70. Retreived April 15, 2015, from http://journal.unnes.ac.id/sju/index. php.jlj. Bwalya, R. J. (2012). Concentrated Language Encounter The Legacy Lives On. Rotary Club of Luanshya. 7 (3). Retrieved April 25, 2015. Condy, J. (2008). The Development of an Enabling Self-Administered Questionnaire for Enhancing Reading Teachersβ Professional Pedagogical Insights. South African Journal of Education, 28, pp.609-624, Retrieved Januari 29, 2016, from http://sajournalofeducation.co.za/in dex.php/saje/article/viewFile/205/125 Duke, N.K. & Blok, M.K. (2012). Improving Reading in the Primary Grades. Journal Issue: Literacy Challenges for the Twenty-First Century, 22 (2), pp.55-72. Retrieved Februari 04, 2016. GM South Africa Foundation. (2009). Concentrated Language Encounter (A proven and effective method for teaching reading). Retrieved April 25, 2015 Gray, B. dan Cazden, C. (1992). Concentrated Language
Encounters:The International Biography of a Curriculum Concept. Retrieved from the ERIC database. (ED363127). Kholiq, N. (2013). Model Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi dalam Pembelajaran Membaca. Ejournal NOSI, 1 (1), hlm 49-53. Retrieved April 10, 2015. Macalister, J. (2010). Speed reading courses and their effect on reading authentic texts: A preliminary investigation. Reading in a Foreign Language, 22 (1), pp. 104β116. Retrieved Januari 15, 2016. Mulyadi, M. (2011). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 15 (1), pp.127-138. Retrieved Januari 23, 2016. Ozoa, S. A. (2000). Concentrated Language Encounter (CLE) Program, Stage 2: An Effective Approach For Improving Literacy. Retrieved April 25, 2015, from http://lrmds.deped.gov.ph/detail/57 2. Parr, C. & Woloshyn, V. (2013). Reading Comprehension Strategy Instruction in a First-Year Course: An Instructor's Self-Study. The Canadian Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 2(3). Retrieved Januari 30, 2016. Radesi, D., Marhaeni, A., dan Natajaya, N. (2014). Pengaruh Penerapan Model Concentrated Language Encounter (CLE) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Bahasa Inggris Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Desi & Isah 37
Amlapura. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha, 4(1). Retrieved April 10, 2015, from pasca.undiksha.ac.id/ejournal/indexphp/jurnal_ap/article/ view/1006/754. Rahim, F. (2005). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Rattanavich, S. (2001). Effects of Blind Studentsβ Literacy Development through Concentrated Language Encounter and Traditional Instruction. Retrieved April 10, 2015, from: http://www.journal.au.edu/edu_jou rnal/jan2007/article09_vol1no1.pdf. Rattanavich, S. (TT). Concentrated Language Encounter (CLE). Retrieved April 25, 2015, from www.litrag.org Rattanavich. (2015). Concentrated Language Encounter Approach in Practice for Global Teaching of Literacy: Lighthouse Strategy Implementation. Journal International Education Studies, 8 (7), pp. 21-37. Retrieved Desember 11, 2015. Resmini, N. & Juanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press. Sisson, D. & Sisson, B. (2014). Close Reading in Elementary School:
Bringing Readers and Texts Together. New York : Routledge Sumarni, T. (2014). Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos. JP3, 4(1). Retrieved Januari 15, 2016. Tarigan, H. G. (2008). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Edisi Revisi). Bandung: Angkasa. Walker, R., Rattanavich, S., & Oller, J.W. (1992). Teaching All The Children To Read: Concentrated Language Encounter Techniques. Philadelphia: Open University Press. Retrieved April 30, 2015, from www.genryu.org. Yunus, M. Marli, S. & Kresnadi, H. (2013). Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa dengan Menggunakan Media Audio pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. EJournal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, 3 (1). Retrieved Agustus 18, 2015, from ejournal.undiksha.ac.id. Zare, P. & Othman, M. (2013). The Relationship between Reading Comprehension and Reading Strategy Use among Malaysian ESL Learners. International Journal of Humanities and Social Science, 3 (13), Retrieved Januari 29, 2016, from www.ijhssnet.com/journals.
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Desi & Isah 38