ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA DAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH TEORI GRAPH Indah Syafitri. T. Pendidikan Matematika, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe learning together mampu meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar mahasiswa pada mata kuliah Teori Graph. Tujuan ini dilatarbelakangi oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa kurang adanya interaksi antar mahasiswa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung dan masih ada 33,33% mahasiswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa Offering B Semester V S1 Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang angkatan 2013 yang berjumlah 33 orang mahasiswa, terdiri dari 3 orang laki-laki dan 30 orang perempuan. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah metode tes dan observasi sehingga instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan lembar observasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus memuat tahaptahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe learning together mampu meningkatkan pemahaman matematika dan aktivitas belajar mahasiswa pada mata kuliah Teori Graph. Kata kunci: Kooperatif, Learning Together, Pemahaman Matematika, dan Aktivitas Belajar.
Abstract This study aimed to determine whether the application of cooperative learning that is learning together was able to improve the understanding and learning activities of students in the subject of Graph Theory. This goal was motivated by the fact that indicates that the lack of interaction between students that occurred during the learning takes place and there is still 33.33% of the students who have not reached the minimum completeness criteria. Subjects in this study were students of Offering B in 5th Semester of Undergraduate Department of Mathematics Education, State University of Malang force 2013, which amounted to 33 students, consisting of three men and 30 women. The methods used to collect research data were the test method and observation so that the instrument in this study consisted of testing instruments and observation sheet. This study was an classroom acction research consistied of two cycles, each cycle included the stages of planning, implementation, observation, and reflection. The result of this study indicate that the application of cooperative learning that is learning together are able to improve mathematics understanding and learning activities of students in the subject of Graph Theory. Keywords: Cooperative, Learning Together, Mathematics Understanding, and Learning Activity.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 90
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
PENDAHULUAN Teori graph merupakan salah satu mata kuliah yang sangat bermanfaat karena pengaplikasiannya banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan Teori Graph merupakan ilmu yang lahir berdasarkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Suryadi dan Priatna, Teori Graph lahir pada tahun 1736 melalui tulisan Euler yaitu tentang upaya pemecahan masalah jembatan Konigsberg yang sangat terkenal di Eropa. Contoh pengaplikasian teori graph dalam kehidupan sehari-hari menurut Masido adalah pengaturan lampu lalu lintas agar menyala dengan warna dan saat yang tepat, pengaturan jalur penerbangan agar tidak ada pesawat yang bersimpangan, pengaturan jalur telekomunikasi ketika ada pelanggan yang melakukan panggilan telefon, pengaturan jalur pelayaran, serta segala sistem yang berkaitan dengan objek diskrit dan hubungannya dengan objek yang lain. Berdasarkan berbagai manfaat ini, tidaklah salah jika Teori Graph menjadi salah satu mata kuliah yang diajarkan pada mahasiswa jurusan matematika, baik jurusan matematika murni maupun jurusan pendidikan matematika di perguruan tinggi, salah satunya di Universitas Negeri Malang. Hasil observasi awal terhadap pelaksanaan pembelajaran mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika semester V Universitas Negeri Malang yaitu pada Offering B untuk Mata Kuliah Teori Graph selama bulan September 2015 mengindikasikan bahwa proses perkuliahan berjalan dengan baik, mahasiswa sangat fokus memperhatikan penjelasan dosen, terlebih lagi pada pertemuan sebelumnya dosen selalu memberikan tugas untuk merangkum materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya agar mahasiswa memiliki pengetahuan awal sehingga mahasiswa lebih siap dalam mengikuti proses perkuliahan pada pertemuan selanjutnya. Namun selama proses pembelajaran berlangsung, sangat jarang terlihat adanya interaksi antar mahasiswa karena setelah menjelaskan materi dosen akan melanjutkan pembelajaran dengan memberikan latihan secara terus menerus. Mahasiswa juga cenderung malu untuk mengajukan pertanyaan pada dosen, padahal menurut apa yang peneliti amati, terdapat beberapa mahasiswa yang terlihat kurang memahami apa yang dijelaskan oleh dosen. Kurangnya pemahaman mahasiswa juga terlihat dari hasil kuis yang diberikan setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan nilai kuis pada prasiklus, terdapat 33,33% mahasiswa berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Padahal, pemahaman mahasiawa terhadap keseluruhan materi sangat penting pada mata kuliah Teori Graph. Mahasiswa harus memahami materi sebelumnya agar mampu memahami materi selanjutnya karena materi dalam Teori Graph sangat berkaitan satu dan lainnya. Kurangnya pemahaman mengenai materi sebelumnya akan memperlambat bahkan menghambat kemampuan mahasiswa untuk memahami materi selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dibutuhkan suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman matematika dan aktivitas belajar JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 91
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
mahasiswa pada mata kuliah Teori Graph. Aktivitas belajar yang peneliti maksud adalah interaksi dan komunikasi antar mahasiswa sehingga mahasiswa yang kurang memahami apa yang dosen ajarkan atau malu bertanya kepada dosen memiliki kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi dengan mahasiswa lainnya guna memperoleh pemahaman matematika yang benar. Berangkat dari simpulan ini, peneliti termotivasi untuk merancang suatu pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman matematikanya melalui peningkatan aktivitas belajar berupa kesempatan berinteraksi antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa lainnya. Pembelajaran juga dirancang untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar dapat melatih kemampuan komunikasinya melalui diskusi antar mahasiswa dan antar kelompok. Pemahaman dan komunikasi merupakan kompetensi yang sangat penting untuk dimiliki oleh mahasiswa jurusan pendidikan matematika karena mahasiswa jurusan pendidikan matematika nantinya diharapkan akan mampu menjadi tenaga pendidik matematika yang profesional. Tidak mungkin bagi mahasiswa jurusan pendidikan matematika untuk dapat menjadi tenaga pendidik yang profesional jika pemahaman matematika dan kemampuan komunikasinya rendah. Jadi, pembelajaran matematika yang dirancang oleh dosen seharusnya mampu memotivasi mahasiswa untuk memahami apa yang dipelajarinya. Pembelajaran matematika juga seharusnya memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui diskusi antar mahasiswa maupun antar kelompok guna meningkatkan pemahaman matematika dan melatih kemampuan komunikasinya. Dalam perancangan pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan, rasa ingin tahu, dan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi mahasiswa dapat dilakukan dengan memilih dan menggunakan beberapa model dan pendekatan pembelajaran kooperatif (kelompok). Pembelajaran dengan metode kooperatif dianggap mampu meningkatkan keaktifan dan rasa keingintahuan mahasiswa. Diharapkan pada akhirnya pembelajaran kooperatif mampu memfasilitasi mahasiswa untuk memperoleh pemahaman dengan baik dan benar. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa jenis / tipe di antaranya yaitu tipe jigsaw,
students teams achievement division (STAD), teams-games-tournament (TGT),
team accelerated instruction (TAI), two stay two stray (TSTS), numbered head together (NHT), think pair share (TPS), learning together (LT) dan masih banyak lagi. Pada penelitian ini, dipilih pembelajaran matematika dengan metode kooperatif tipe LT (learning together). Pembelajaran matematika di perguruan tinggi biasanya memandang bahwa mahasiswa seharusnya mampu belajar secara mandiri, pembelajaran dengan metode kelompok
atau
kooperatif
dipandang
kurang
pantas
untuk
mahasiswa.
Padahal
pembelajaran matematika di perguruan tinggi seharusnya mampu melatih mahasiswa untuk nantinya mampu mengkomunikasikan dan mengajarkan matematika dengan baik terutama JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 92
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
bagi mahasiswa jurusan pendidikan matematika yang dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik karena seperti yang telah peneliti katakan sebelumnya, nantinya mahasiswa dengan jurusan pendidikan matematika akan menjadi seorang guru matematika. Profesi guru matematika menuntut kemampuan mahasiswa dengan jurusan pendidikan matematika untuk mampu mengkomunikasikan pemahaman matematikanya dengan baik dan benar agar proses transfer ilmu pengetahuan nantinya dapat berjalan dengan lancar. Perancangan pembelajaran dengan learning together dianggap cocok karena model pembelajaran learning together meruapakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dianjurkan untuk digunakan pada kelas tinggi (universitas) yang didominasi oleh aktivitas diskusi dan presentasi (Deasy Maulina, 2013). Inilah alasan peneliti memilih metode pembelajaran kooperatif tipe learning together. Menurut Miftahul Huda (2011, 119-120) pembelajaran tipe learning together dikembangkan oleh Hulubec dan Roy bersama Johnson David dan Roger Johnson pada tahun 1984. Namun menurut Slavin (2005, 48-56) pada mulanya model ini dikembangkan oleh Johnson David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota pada tahun 1975. Dalam tipe pembelajaran ini mahasiswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang mahasiswa dengan latar belakang berbeda-beda. Kelompok-kelompok kecil ini mengerjakan lembar tugas dan diminta untuk menyelesaikan tugas secara bersam-sama. Beberapa penelitian terkait learning together antara lain dilakukan oleh Nesrin (2004) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran tipe learning together terhadap prestasi belajar siswa. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Nesrin adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, pembelajaran tipe learning together lebih efektif daripada pembelajaran konvensional. Kemudian
(dalam
Slavin,
2005)
dinyatakan bahwa
kajian-kajian terhadap model
pembelajaran tipe learning together yang melibatkan tanggung jawab individual cukup konsisten menunjukkan pengaruh positif yang signifikan. Terbukti pada pembelajaran individual dari anggota kelompok menghasilkan pembelajran yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat individual. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe learning together untuk meningkatkan pemahaman matematika dan aktivitas belajar mahasiswa pada mata kuliah Teori Graph. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe learning together mampu meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar mahasiswa Offering B Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang pada mata kuliah Teori Graph. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa yaitu agar mahasiswa terbiasa berkomunikasi dan berdiskusi dengan orang lain dan tidak malu bertanya kepada temannya atau kepada dosen jika ada materi yang belum dimengerti yang pada akhirnya bertujuan agar mahasiswa memperoleh JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 93
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
pemahaman matematika yang baik dan benar. Kemudian bagi dosen, diharapkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe learning together dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengajar guna meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Kemmis (1983) (dalam Riyanto: 2011, 39), penelitian tindakan merupakan upaya menguji cobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki atau merubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Pada penelitian ini ide yang peneliti uji cobakan adalah mengenai penerapan pembelajaran kooperatif tipe learning together, diharapkan penerapan pembelajaran ini mampu meningkatkan pemahaman matematika dan aktivitas belajar mahasiswa pada mata kulia Teori Graph di Universitas Negeri Malang. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Tahaptahap pada setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan dan refleksi. Berikut disajikan tahap-tahap penelitian di setiap siklus.
Gambar 1. Tahap-Tahap pada Setiap Siklus Penelitian Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan perancangan perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, terdiri dari perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan kelompok (LKK), dan soal kuis. Selain perangkat pembelajaran, peneliti juga merancang lembar observasi dan rencana pembagian kelompok. Sebelum digunakan, rancangan perangkat pembelajaran yang peneliti buat dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pengampu mata kuliah Teori Graph sebagai pembimbing dan validator. Tahap pelaksanaan merupakan tahap di mana peneliti melaksanaakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah peneliti buat yaitu menyampaikan materi pembelajaran, membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok, membagikan LKK pada tiap kelompok, menjelaskan langkah-langkah dalam LKK, JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 94
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
mengawasi jalannya diskusi, mengkonfirmasi jawaban diskusi antar kelompok, memberikan kuis, serta mengajak mahasiswa menyimpulkan mengenai materi yang telah dipelajari. Selama tahap pelaksanaan juga dilakukan observasi (pengamatan) terhadap aktivitas belajar mahasiswa yaitu aktivitas diskusi dan interaksi mahasiswa dengan pengajar, mahasiswa dengan anggota kelompoknya serta dengan kelompok lain. Interpretasi aktivitas belajar mahasiswa dilakukan sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi (1996: 251) sebagai berikut. Tabel 1. Interpretasi Aktivitas Belajar Persentase aktivitas belajar
Kategori Kurang sekali Kurang Cukup Baik Baik sekali
P (persentase aktivitas mahasiswa) Keterangan: A = Jumlah mahasiswa yang melakukan aktivitas B = Jumlah seluruh mahasiswa Tahap selanjutnya adalah tahap refleksi, pada tahap ini dibahas mengenai hasil pengamatan dan analisis hasil tindakan berupa permasalahan yang ditemuai, dugaan penyebab terjadinya hambatan serta solusi yang akan digunakan. Selain itu juga dibahas mengenai pemahaman mahasiswa yang dilihat dari hasil kuis yang diberikan, kuis diberikan di setiap akhir siklus. Dari refleksi inilah peneliti menentukan apakah siklus akan dilanjutkan atau tidak. Siklus tidak perlu dilanjutkan jika pembelajaran sudah dianggap baik dan mahasiswa sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Di mana KKM untuk mata kuliah Teori Graph di Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang adalah 70. Namun, jika peneliti merasa masih ada yang perlu diperbaiki, peneliti boleh melanjutkan siklus. Subjek pada penelitian ini hanya satu kelas yaitu offering B semester V angkatan 2013 untuk Mata Kuliah Teori Graph di Jurusan S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang. Subjek terdiri dari 3 orang laki-laki dan 30 orang perempuan sehingga total subjek dalam penelitian ini adalah 33 orang mahasiswa. Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah pemahaman matematika mahasiswa setelah dilakukan pembelajaran serta aktivitas belajar mahasiswa selama proses belajar mengajar berlangsung sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh peneliti didampingi dosen pengampu mata JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 95
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
kuliah Teori Graph selaku pembimbing. Metode yang diguanakn untuk mengumpulkan data pemahaman dan aktivitas belajar mahasiswa pada penelitian penerapan pembelajaran kooperatif tipe learning together ini terdiri dari metode tes dan observasi atau pengamatan. Tes terdiri dari satu soal uraian yang disajikan dalam bentuk kuis yang diberikan di setiap akhir siklus. Pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus di mana setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Materi dalam penelitian ini adalah mengenai Jalan pada Graph dan Digraph serta mengenai Dualitas sehingga tes dilakukan sebanyak dua kali. Soal tes yang peneliti berikan merupakan soal yang peneliti buat dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Tes digunakan untuk memperoleh data pemahaman matematika mahasiswa. Kemudian, observasi dilakukan untuk melihat aktivitas atau interaksi yang dilakukan oleh mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung terutama ketika kegiatan kelompok berlangsung yaitu ketika mahasiswa mengerjakan LKK (Lembar Kegiatan Kelompok) dengan kelompoknya, ketika diskusi yaitu mendiskusikan jawaban soal dalam LKK (diskusi antar kelompok). Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri dibantu dengan tiga observer lainnya yang terdiri dari dua orang teman sejawat peneliti dan satu dosen pengampu mata kuliah Teori Graph selaku pembimbing. Berdasarkan metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, instrumen yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut. Tabel 2. Instrumen Penelitian No.
Data yang diteliti
Bentuk Instrumen
Waktu pelaksanaan
1
Aktivitas belajar
Lembar observasi
Setiap pertemuan
2
Pemahaman matematika
Tes pemahaman
Akhir siklus
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pembelajaran sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe learning together adalah pembelajaran yang lebih memotivasi mahasiswa untuk berlatih mengerjakan soal-soal Teori Graph yang diajukan oleh dosen secara mandiri. Setelah selesai mengerjakan soal, beberapa mahasiswa akan dipanggil oleh dosen untuk merepresentasikan jawaban mereka di papan tulis. Selama proses belajar dan mengerjakan soal, mahasiswa sangat serius dan tidak terlihat adanya diskusi antar mahasiswa sehingga pembelajaran terlihat agak tegang. Namun ada saatnya dosen terkadang mengajak mahasiswa bercanda agar pembelajaran menjadi tidak terlalu tegang. Selain itu, jarang terlihat adanya mahasiswa yang mengajukan pertanyaan (hanya sekitar 15,15 % mahasiswa yang aktif bertanya pada dosen), ini disebabkan karena mahasiswa banyak yang malu untuk mengajukan pertanyaan kepada dosen. Akibatnya pada saat merepresentasikan jawaban di papan tulis. Ada beberapa mahasiswa yang tidak dapat menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan terdapat mahasiswa yang masih belum memahami apa yang diajarkan oleh JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 96
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
dosen. Positifnya, selama proses pembelajaran berlangsung semua mahasiswa terlihat sangat antusias untuk memahami apa yang dijelaskan oleh dosen. Terbukti dengan tidak adanya mahasiswa yang mengobrol atau bermain HP di dalam kelas. Antusiasme mahasiswa terlihat ketika dosen mengajak manhasiswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari di akhir pembelajaran (100 % mahasiswa ikut menyimpulkan bersama dosen). Berdasarkan hasil kuis yang diperoleh oleh mahasiswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran dengan metode kooperatif tipe learning together terdapat 66,67% mahasiswa yang memiliki nilai di atas KKM dan 33,33% mahasiswa berada di bawah KKM. Keadaan di atas memotivasi peneliti untuk melakuakan suatu penelitian berupa penelitian tindakan kelas (PTK) guna memperbaiki pembelajaran yang ada. Berikut hasil dari penelitian tindakan yang peneliti lakukan. Tabel 3. Persentase Mahasiswa yang Memenuhi KKM Kategori
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
22
33,33 %
33
100 %
33
100 %
11
66,67 %
0
0%
0
0%
Memenuhi KKM Tidak memenuhi KKM
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Mahasiswa pada Siklus I dan II
Nilai rata-rata
Siklus I
Siklus II
97
91
Tabel 5. Persentase Mahasiswa yang Memperoleh Nilai Sempurna Siklus I
Mahasiswa yang memperoleh nilai Sempurna Mahasiswa yang tidak memperoleh nilai Sempurna
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
25
76 %
23
70 %
8
24 %
10
30 %
Berdasarkan ketiga tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa pada tahap pra-siklus atau sebelum penerapan pembelajaran kooperatif tipe learning together diterapkan, terdapat 33,33 % mahasiswa yang belum memenuhi KKM dan yang memenuhi KKM ada sebanyak 66,67 % mahasiswa. Hal ini mengindikasikan belum tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal pada pembelajaran Teori Graph. Perlu diketahui bahwa syarat suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal adalah peresentase mahasiswa yang memenuhi KKM haruslah JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 97
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
. Berbeda dari tahap pra-siklus, setelah diterapkannya pembelajaran tipe learning together, baik pada siklus I maupun siklus II semua mahasiswa mampu memenuhi KKM yang mengisyaratkan bahwa pada mata kuliah Teori Graph dengan materi Jalan pada Graph dan Digraph pada siklus I serta Dualitas pada siklus II telah memenuhi tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal. Terdapat peningkatan pemahaman mahasiswa dari tahap pra-siklus ke siklus I dan II. Nilai rata-rata mahasiswa pada siklus I adalah 97 sedangkan pada siklus II menurun menjadi 91. Pada siklus I sebanyak 76 % mahasiswa memperoleh nilai sempurna yaitu 100 sedangkan 24 % lainnya memperoleh nila 95, 90, dan 80. Kemudian pada siklus II jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai sempurna menurun yaitu hanya 70 % mahasiswa sedangkan 30 %nya memperoleh nilai 70. Perlu diingat bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa selain metode atau model pembelajaran yang digunakan. Salah satu yang mempengaruhi hasil belajar yang menunjukkan pemahaman mahasiswa selain metode atau model pembelajaran adalah tingkat kesukaran materi yang diajarkan. Namun yang jelas berdasarkan deskripsi hasil penelitian mengenai pembelajaran pada siklus I dan II di atas jika dibandingkan dengan tahap pra-siklus, diperoleh bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe learning together yang diterapkan pada pembelajaran Teori Graph mampu meningkatkan hasil belajar atau pemahaman matematika mahasiswa Offering B Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang semsester V angkatan 2013. Tabel 6. Persentase Peningkatan Aktivitas Mahasiswa dalam Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together Aktivitas yang diamati -
-
-
-
-
Tanya jawab antar mahasiswa dan antara mahasiswa dengan pengajar Mengerjakan dan mendikusikan LKK yang diberikan pada masingmasing kelompok Menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas Mengemukakan pendapat dalam diskusi dengan kelompok lain Menyimpulkan materi pelajaran bersama-sama dengan pengajar
Pra-siklus Jumlah %
Siklus I Jumlah %
Siklus II Jumlah %
5
15,15 %
21
63,63 %
28
84,84 %
0
0%
25
75,75 %
30
91 %
0
0%
4
12,12 %
7
21,21 %
0
0%
5
15,15 %
7
21,21 %
33
100 %
33
100 %
33
100 %
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 98
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
Pada tahap pra-siklus, peneliti melakukan observasi yang menghasilkan kesimpulan bahwa kurang adanya interaksi antar mahasiswa, begitu juga anatara mahasiswa dengan dosen. Bahkan tidak terdapat aktivitas diskusi atau pengerjaan LKK. Pembelajaran lebih mengarahkan mahasiswa untuk aktif berpikir dalam menyelesaikan masalah berupa soalsoal yang diajukan oleh dosen dan harus dikerjakan oleh mahasiswa secara mandiri. Pada siklus I, peneliti dibantu oleh para observer untuk mengamati aktivitas mahasiswa pada pelaksanaan rancangan pembelajaran berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe learning together yang sudah peneliti buat. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar mahasiswa pada mata kuliah Teori Grapah dengan materi jalan pada graph dan digraph telah ditunjukkan pada tabel di atas. Tabel menunjukkan bahwa pada siklus I yaitu aktivitas tanya jawab antar mahasiswa dan antara mahasiswa dengan pengajar tergolong baik (63,63 %). Masih terdapat banyak mahasiswa yang belum aktif dalam mengemukakan gagasan atau pertanyaan. Jumlah mahasiswa yang aktif dalam mengerjakan dan mendiskusikan LKK juga tergolong baik (75,75 %). Artinya aktivitas diskusi sudah berjalan dengan baik. Jumlah mahasiswa yang menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas baru 4 orang (12,12 %), ini tergolong kurang baik jika dibandingkan dengan jumlah keseluaruhan mahasiswa di kelas. Namun jika dipandang sebagai perwakilan kelompok dari 7 kelompok berarti masing-masing kelompok harusnya diwakili 1 mahasiswa sehingga seharusnya ada 7 orang. Jika 4 dibandingkan dengan 7 maka dapat dikatakan hal ini merupakan hal yang baik. Begitu juga dengan aktivitas mengemukakan pendapat dalam diskusi dengan kelompok lain, dapat dikatakan sudah tergolong baik (15,15 %). Namun yang baik sekali adalah pada aktivitas menyimpulkan materi pelajaran bersama pengajar, seluruh mahasiswa (100 %) terlihat sangat aktif (antusias). Pada siklus II, Persentase aktivitas mahasiswa sudah lebih baik (meningkat) jika dibandingkan dengan siklus I. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar mahasiswa pada mata kuliah Teori Graph dengan materi Dualitas ini, seperti telah ditunjukkan pada tabel di atas. Pada siklus II yaitu aktivitas tanya jawab antar mahasiswa dan antara mahasiswa dengan pengajar tergolong baik sekali (84,84 %). Mahasiswa yang belum aktif dalam mengemukakan gagasan atau pertanyaan kepada sesama mahasiswa ataupun antara mahasiswa dengan dosen sudah berkurang. Jumlah mahasiswa yang aktif dalam mengerjakan dan mendiskusikan LKK juga tergolong baik sekali (91 %). Artinya aktivitas diskusi sudah berjalan dengan baik sekali. Jumlah mahasiswa yang menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas adalah 7 orang (21,21 %), ini sudah tergolong baik karena setiap kelompok memiliki penyaji hasil kerja kelompok. Aktivitas mengemukakan pendapat dalam diskusi dengan kelompok lain, dapat juga dikatakan sudah tergolong baik (21,21 %). Seperti biasa, seluruh mahasiswa (100 %) sangat antusias dalam aktivitas menyimpulkan materi pelajaran bersama pengajar. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 99
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
Selanjutnya peneliti sajikan deskripsi hasil kegiatan kelompok pada LKK siklus I dan II. Hasil kegiatan kelompok pada LKK siklus I menunjukkan sebagian besar kelompok sudah dapat mengerjakan semua soal dengan benar kecuali pada soal nomor 3. Soal dalam LKK pada siklus I terdiri dari 3 butir soal. Berdasarkan representasi dan pembahasan yang dilakukan oleh pengajar dan mahasiswa di tahap diskusi dan pembahasan dalam learning together, semua kelompok mampu menjawab dengan benar butir soal 1 dan 2. Pada butir soal 3 terdapat dua kelompok yang tidak dapat menjawab dengan benar. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar mahasiswa sudah memahami apa yang sudah diajarkan oleh pengajar. Begitu pula pada siklus II, hasil kegiatan kelompok pada LKK siklus II menunjukkan sebagian besar kelompok sudah dapat mengerjakan semua soal dengan benar. Berdasarkan representasi dan pembahasan yang dilakukan oleh pengajar dan mahasiswa di tahap diskusi dan pembahasan, hampir semua kelompok mampu menjawab dengan benar. Hanya satu kelompok yang tidak dapat menjawab dengan benar. Siklus II juga mengindikasikan bahwa sebagian besar mahasiswa sudah memahami apa yang diajarkan oleh pengajar. Berdasarkan hasil penelitian ini, pengajar atau dosen dapat memperhitungkan learning toghether sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran Teori Graph di perguruan tinggi untuk meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar mahasiswa. Pembelajaran dengan learning together memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan aktivitas belajarnya berupa interaksi dan diskusi baik antar anggota kelompok maupun antar kelompok serta memperoleh pemahaman matematika yang benar. Learning together memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang malu bertanya kepada dosen untuk memperoleh pemahaman yang benar yaitu dengan bertanya kepada teman anggota kelompoknya yang sudah lebih mengerti sehingga semua mahasiswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik serta terpenuhinya kriteria ketuntasan minimal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Pada siklus I pembelajaran secara umum sudah baik terbukti dengan pencapaian KKM oleh mahasiswa yang sudah mencapai 100 %. Namun terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki terutama berkaitan dengan aktivitas belajar mahasiswa. 2. Pada siklus II pembelajaran secara umum lebih baik dibandingkan dengan siklus I, mahasiswa terlihat lebih antusias dalam belajar dan aktivitas belajar mahasiswa di dalam kelompok semakin baik dilihat dari semakin sedikitnya kelompok yang salah dalam menegrjakan LKK. Pencapaian KKM oleh mahasiswa pada siklus II juga mencapai 100 %. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 100
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
3. Pembelajaran kooperatif tipe learning together mampu meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa pada mata kuliah Teori Graph 4. Pembelajaran kooperatif tipe learning together mampu meningkatkan pemahaman matematika mahasiswa pada mata kuliah Teori Graph ditunujkkan dengan ketuntasan belajar mahasiswa pada siklus I dan II yang mencapai 100 % lebih baik dibandingkan dengan pada tahap pra-siklus yang baru mencapai 66,67 %. Saran 1. Dalam merancang pembelajaran sebaiknya rancangan pembelajaran yang dibuat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi dengan mahasiswa lainnya melalui diskusi kelompok atau diskusi antar kelompok untuk melakukan sharing pengetahuan guna memperbaiki kesalahan konsep yang mungkin terjadi pada beberapa mahasiswa yang biasanya malu bertanya kepada dosen yang selanjutnya diharapkan dengan
rancangan
seperti
ini
mahasiswa
mampu
meningkatkan
pemahaman
matematikanya. 2. Selama pembelajaran dengan metode kooperatif tipe learning together, dosen atau pengajar perlu memberikan perhatian lebih kepada kelompok yang tempat duduknya berada lebih jauh dari pengawasan dosen. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Masido, Nurio Juliandatu. Pengaplikasian Graph dalam Kehidupan Sehari-hari. (Online), http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/20062007/Makalah/Makalah0607-84.pdf, diakses 23 Februari 2016. Maulina, Deasy. 2013. Model Pembelajaran Learning Together. (Online), http://belajar-sabarikhlas.blogspot.co.id/2013/01/model-pembelajaran-learning-together.html, diakses 23 Februari 2016. Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riyanto, Yatim. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC. Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning: theory,research and practice (Edisi Terjemahan oleh Nurulita, 2008). Bandung: Nusa Media. Suryadi, Didi dan Nanang Priatna. Modul 1 Pengetahuan Dasar Teori Graph. (Online), http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196303311988031 -NANANG_PRIATNA/Pengetahuan_Dasar_Teori_Graph.pdf, diakses 23 Februari 2016
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 101